ich

26
A. Definisi Perdarahan intracerebral adalah perdarahan yang terjadi pada jaringan otak biasanya akibat robekan pembuluh darah yang ada dalam jaringan otak. Secara klinis ditandai dengan adanya penurunan kesadaran yang kadang-kadang disertai lateralisasi. Pada pemeriksaan CT Scan didapatkan adanya daerah hiperdens yang indikasi dilakukan operasi jika single, diameter lebih dari 3 cm, perifer, dan adanya pergeseran garis tengah (1). Perdarahan intrakranial pada bayi merupakan jenis perdarahan yang paling sering dihubungkan dengan hemorhagic disease of the newborn (HDN) onset lambat. Hampir 2/3 bayi dengan HDN onset lambat datang dengan perdarahan intrakranial. HDN onset lambat adalah perdarahan pada bayi yang muncul pada usia lebih dari tujuh hari, biasanya terjadi pada usia 2-8 minggu tetapi dapat terjadi kapan saja pada tahun pertama kehidupan(1). Hemorhagic disease of the newborn (HDN) merupakan salah satu kelainan darah yang sering ditemukan pada masa neonatus. HDN dapat juga didefinisikan sebagai perdarahan yang dihubungkan dengan defisiensi vitamin K. Defisiensi vitamin K menyebabkan terjadinya perdarahan akibat rendahnya kadar faktor-faktor pembekuan darah, yaitu faktor II, VII, IX dan X. Penyakit ini terbagi atas tiga kategori menurut waktu munculannya yaitu onset dini, klasik dan lambat (1). HDN onset lambat dapat terjadi secara idiopatik atau dapat disebabkan oleh penyakit lain. Penyakit lain yang dapat menimbulkan HDN adalah diare kronis, sistik fibrosis, abetalipoproteinemia, atresia bilier, hepatitis, defisiensi α1 antitripsin, dan penyakit seliak. Pasien dengan HDN onset

Upload: maulidya-septiany

Post on 15-Apr-2017

217 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ich

A. Definisi

Perdarahan intracerebral adalah perdarahan yang terjadi pada jaringan otak biasanya

akibat robekan pembuluh darah yang ada dalam jaringan otak. Secara klinis ditandai dengan

adanya penurunan kesadaran yang kadang-kadang disertai lateralisasi. Pada pemeriksaan CT

Scan didapatkan adanya daerah hiperdens yang indikasi dilakukan operasi jika single,

diameter lebih dari 3 cm, perifer, dan adanya pergeseran garis tengah (1).

Perdarahan intrakranial pada bayi merupakan jenis perdarahan yang paling sering

dihubungkan dengan hemorhagic disease of the newborn (HDN) onset lambat. Hampir 2/3

bayi dengan HDN onset lambat datang dengan perdarahan intrakranial. HDN onset lambat

adalah perdarahan pada bayi yang muncul pada usia lebih dari tujuh hari, biasanya terjadi

pada usia 2-8 minggu tetapi dapat terjadi kapan saja pada tahun pertama kehidupan(1).

Hemorhagic disease of the newborn (HDN) merupakan salah satu kelainan darah

yang sering ditemukan pada masa neonatus. HDN dapat juga didefinisikan sebagai

perdarahan yang dihubungkan dengan defisiensi vitamin K. Defisiensi vitamin K

menyebabkan terjadinya perdarahan akibat rendahnya kadar faktor-faktor pembekuan darah,

yaitu faktor II, VII, IX dan X. Penyakit ini terbagi atas tiga kategori menurut waktu

munculannya yaitu onset dini, klasik dan lambat (1).

HDN onset lambat dapat terjadi secara idiopatik atau dapat disebabkan oleh penyakit

lain. Penyakit lain yang dapat menimbulkan HDN adalah diare kronis, sistik fibrosis,

abetalipoproteinemia, atresia bilier, hepatitis, defisiensi α1 antitripsin, dan penyakit seliak.

Pasien dengan HDN onset lambat idiopatik memiliki beberapa gejala spesifik berikut: (i)

lebih banyak ditemukan pada bangsa Asia; (ii) terutama pada bayi yang mendapat ASI; (iii)

terbanyak pada usia 1-2 bulan; (iv) lebih sering pada laki-laki; (v) sering dengan perdarahan

intrakranial. Pemberian ASI memegang peranan penting dalam patogenesis HDN. ASI

mengandung vitamin K relatif rendah. Di samping itu, flora intestinal dari bayi yang

mendapat ASI memproduksi vitamin K lebih sedikit dibanding yang mendapat susu formula

(1).

B. Klasifikasi

Berdasarkan lokasi pendarahan yang terjadi di daerah otak, perdarahan intrakranial

pada neonatus dibagi dalam empat daerah yaitu (2):

a. Epidural Hemorrhage, terjadi karena rupturnya cabang-cabang arteri atau vena

meningia media di antara tulang kepala dan durameter. Pengumpulan darah di dalam

ruangan durameter disebut hematoma epidural. Perdarahan ini sering berlokasi di

Page 2: Ich

daerah parietal dan oksipital. Perdarahan epidural biasanya disertai fraktur

linier.tulang kepala dan tanda shock hipovolemik. Gangguan fungsi otak bergantung

pada luas dan banyaknya perdarahan. Bila perdarahan sedikit, tidak dijumpai tanda-

tanda gangguan fungsi otak. Jika perdarahan banyak, dalam beberapa jam setelah

lahir akan tampak tanda-tanda dan gejala peninggian tekanan intrakranial seperti

iritabel, menangis melengking (cephalic cry), ubun-ubun tegang dan menonjol,

deviasi mata, sutura melebar, kejang, hemiparase, atau tanda-tanda herniasi unkal

seperti dilatasi pupil homolateral.

b. Subdural Hemorrhage dengan laserasi tentorium disebabkan oleh rupturnya

venagalen, sinus strait, dan kadang-kadang sinus transversal. Perdarahan ini sering

diinfratentorial. Bila perdarahan banyak, dapat meluas ke fossa posterior dan

menyebabkan kompresi batang otak (brain stemp). Kadang-kadang, perdarahan ini

dapat meluas ke permukaan superior atau posterior dari serebellum. Perdarahan

subdural dengan laserasi falks serebri terjadi karena rupturnya sinus sagitalis

inferior.Perdarahan biasa terjadi di tempat pertemuan falks serebri dan tenterium.

Perdarahan ini kurang sering bila dibandingkan dengan laserasi tenterium. Lokasi

perdarahan didalam fisura serebri longitudinal berada di atas korpus kollosum.

Rupturnya venasuperfisial serebri (bridging vein), mengakibatkan perdarahan

subdural padapermukaan hemisfer serebri. Perdarahan ini sering unilateral dan

biasanya diikutiperdarahan subaraknoid.

c. Subarachnoid Hemorrhage, perdarahan dalam rongga araknoid akibat rupturnya vena-

vena dalam rongga araknoid (bridging veins), rupturnya pembuluh darah kecil di

daerah leptomeningen, atau perluasan perdarahan. Timbunan darah biasanya

berkumpul di lekukan serebral bagian posterior dan di fossi posterior.Hal yang

ditakutkan adalah terjadi hidrosefalus karena penyumbatan trabekula araknoid

olehdarah dan menyebabkan peninggian tekanan intrakranial.

d. Intraventricular hemorrhage

e. adalah pendarahan yang terjadi di bagian lateral ventrikel ketiga dan keempat. Terjadi

perdarahan flexus choroid dan pemanjangan dari matriks subependymal atau

thalamus.

f. Intraparenchymal hemorrhage

g. adalah pendarahan yang terjadi diantara jaringanparenkim otak. Biasanya terjadi

edema vasogenik dalam jumlah yang besar.

Page 3: Ich

C. Etiologi  

1. Kekurangan vitamin K

2. Trauma kelahiran

- partus biasa

pemutaran/penarikan kepala yang berlebihan

disproporsi antara kepala anak dan jalan lahir sehingga terjadi mulase

3. partus buatan (ekstraksi vakum, cunam)

4. partus presipitatus

Bukan trauma kelahiran,umumnya ditemukan pada bayi kurang bulan (prematur).

Faktor dasar ialah prematuritas dan yang lain merupakan faktor pencetus intracranial

bleeding (ICB) seperti hipoksia dan iskemia otak yang dapat timbul pada syok, infeksi

intrauterin, asfiksia, dan kejang-kejang, kelainan jantung bawaan, hipotermi,

jugahiperosmolaritas/hipernatremia (1)

D. Tanda dan Gejala

Hemorrhagic disease of the newborn (HDN) tidak khas, dan umumnya sukar didiagnosis jika

tidak didukung oleh riwayat persalinan yang jelas. Gejala-gejala berikut dapat ditemukan (1).

a. Pada kebanyakan kasus perdarahan terjadi di kulit, mata, hidung dan saluran cerna.

b. Perdarahan kulit sering berupa purpura, ekimosis atau perdarahan melalui bekas

tusukan jarum suntik.

c. Perdarahan intrakranial merupakan komplikasi tersering (63%), 80-100% berupa

perdarahan subdural dan subaraknoid.

d. Pada perdarahan intrakranial didapatkan gejala peningkatan tekanan

intrakranial(TIK) bahkan kadang-kadang tidak menunjukkan gejala ataupun tanda.

e. Pada sebagian besar kasus (60%) didapatkan sakit kepala, muntah, anak

menjadicengeng, ubun-ubun besar membonjol, pucat dan kejang. Kejang yang

terjadidapat bersifat fokal atau umum.

E. Patofisiologi

ICH primer biasa terjadi pada kapsul internal dan hematoma meluas kemedial

kesubstansi kelabu dalam dan kelateral melalui substansi putih yang relatif aseluler korona

radiata. Pembuluh yang ruptur adalah satu dari arteria perforating kecil yang meninggalkan

arteria serebral media dekat pangkalnya dikarotid internal dan sering dijelaskan sebagai

arteria lentikulostriata. Pemeriksaan postmortem menunjukkan pada arteria perforating

Page 4: Ich

pasien hipertensif terdapat banyak dilatasi aneurismal yang sangat kecil yang diduga

rupturnya menjadi sumber perdarahan. Lebih jarang perdarahan terjadi pada fossa posterior

yang dimulai pada pons atau hemisfer serebeler (2).

ICH akut sering terjadi saat atau setelah latihan fisik. Sekitar duapertiga akan mengalami

perburukan neurologis progresif dan sepertiganya dalam defisit maksimal saat datang

kerumah sakit. Penurunan kesadaran terjadi pada 60% dan duapertiganya jatuh kedalam

koma. Nyeri kepala dan mual dengan muntah terjadi pada 20-40% kasus. Gejala ini karena

peninggian TIK akibat perdarahan. Kejang kurang umum terjadi, sekitar 7-14%. Gejala dan

tanda lainnya tergantung ukuran dan lokasi spesifik dari bekuan darah. Tanda khas

perdarahan ganglia basal, biasanya putaminal, adalah defisit motor kontralateral dan gaze ipsi

lateral dengan perubahan sensori, visual dan tabiat. Perubahan pupil terjadi akibat ancaman

herniasi unkal lobus temporal akibat peninggian TIK dan pergeseran garis tengah. Gejala

afasik bila hemisfer dominan terkena (2).

Perdarahan menyebabkan kerusakan neurologis melalui dua cara yaitu (2):

1. Kerusakan otak yang nyata terjadi pada saat perdarahan. Ini terutama pada kasus dimana

hematoma meluas kemedial dan talamus serta ganglia basal rusak.

2. Hematoma yang membelah korona radiata menyebabkan kerusakan yang kurang selluler

namun mungkin berukuran besar dan menyebabkan penekanan serta gangguan fungsi

neurologis yang mungkin reversibel. 80% pasien adalah hipertensif dan biasanya dalam

eksaserbasi akut dari hipertensinya pada saat datang. Kebanyakan kasus hematoma

memecah kesistema ventrikuler atau rongga subarakhnoid menimbulkan gambaran klinis

PSA.

Pria terkena 5-20% lebih sering dari wanita dan 75-90% terjadi antara usia 45-75 tahun.

Pasien dengan koagulopatia lebih berisiko terhadap PIS seperti juga penderita yang mendapat

antikoagulan terutama Coumadin. Trombositopenia dengan hitung platelet kurang dari

20.000, penyakit hati, leukemia, dan obat-obat seperti amfetamin meninggikan risiko

terjadinya PIS (2).

ICH terjadi pada teritori vaskuler arteria perforating kecil seperti lentikulostriata pada

ganglia basal, talamoperforator diensefalon, cabang paramedian basiler pada pons. Karenanya

kebanyakan terjadi pada struktur dalam dari hemisfer serebral. Berikut ini struktur beserta

frekuensi kejadiannya: putamen 30-50%, substansi putih subkortikal 30%, serebelum 16%,

talamus 10-15%, serta pons 5-12%. Arteria yang paling sering menimbulkan perdarahan

adalah cabang lentikulostriata lateral dari arteria serebral media yang mencatu putamen (2).

Page 5: Ich

ICH merupakan sekitar 10% dari semua strok. Seperti dijelaskan diatas, ia disebabkan

oleh perdarahan arterial langsung ke parenkhima otak. Ruptur vaskuler dikira terjadi pada

aneurisma milier kecil, dijelaskan oleh Charcot dan Bouchard 1868, dan/atau pada arteria

lipohialinotik yang sering tampak pada otopsi pasien dengan hipertensi. Minoritas kasus PIS

kemungkinan disebabkan aneurisma, AVM, malformasi kavernosa, amiloid serebral, atau

tumor. Glioblastoma adalah tumor otak primer yang paling sering mengalami perdarahan,

sedangkan melanoma, khoriokarsinoma dan ipernefroma adalah tumor metastatik yang

tersering menimbulkan perdarahan (2).

Kematian akibat ICH sekitar 50% dengan 3/4 pasien yang hidup, tetap dengan defisit

neurologis nyata. Penelitian memperlihatkan bahwa prognosis terutama tergantung pada

derajat klinis saat pasien masuk, lokasi serta ukuran perdarahan. Pasien sadar tentu lebih baik

dari pada pasien koma. Penelitian Dixon 1984 memperlihatkan bahwa satu-satunya prediktor

terpenting atas outcome adalah Skala Koma Glasgow. Pasien dengan hematoma lober

superfisial cenderung lebih baik dari perdarahan batang otak yang lebih dalam. Perluasan klot

ke sistema ventrikuler memperburuk outcome. Pasien dengan perdarahan dengan diameter

lebih dari 3 cm atau volumenya lebih dari 50 sk, lebih buruk. Pasien dengan kondisi medis

buruk dan yang berusia 70 tahun atau lebih cenderung mempunyai outcome buruk (2).

Page 6: Ich

WOC

Trauma/Kecelakaan + kekurangan vitamin K

 

Perdarahan Intracerebral

 

Pecahnya Pembuluh Darah di Otak

Penekanan & Pergeseran Jaringan Otak

Suplai Darah Terganggu

Peningkatan Tekanan Intrkranial

(Gangguan Sistem Neurologis Sususnan Saraf Pusat) Nyeri akut

Perubahan Perfusi Cerebral

Gangguan Motorik

 Koordinasi Pergerakan Tubuh Terganggu  

Penurunan Tonus Otot

Gangguan Mobilisasi Fisik

Kelemahan Otot

Kelemahan Tonus Otot

Defisit Perawatan Diri Intoleransi aktivitas

Page 7: Ich

F. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan radiologi

- CT scan : didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ventrikel, atau menyebar

ke permukaan otak.

- MRI : untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik.

- Angiografi serebral : untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau

malformasi vaskuler.

- Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat

pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada

penderita stroke.

b. Pemeriksaan laboratorium

1). Pemeriksaan darah

Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah dan hitung jenisleukosit, LED, kadar

glukosa, kadar ureum elektrolit, kultur. Pada meningitispurulenta didapatkan

peningkatan leukosit (3).

G. Penatalaksanaan Medis

Pendarahan intracerebral lebih mungkin menjadi fatal dibandingkan stroke ischemic.

Pendarahan tersebut biasanya besar dan catastrophic, khususnya pada orang yang mengalami

tekanan darah tinggi yang kronis. Lebih dari setengah orang yang mengalami pendarahan

besar meninggal dalam beberapa hari. Mereka yang bertahan hidup biasanya kembali sadar

dan beberapa fungsi otak bersamaan dengan waktu. Meskipun begitu, kebanyakan tidak

sembuh seluruhnya fungsi otak yang hilang (4).

Pengobatan pada pendarahan intracerebral berbeda dari stroke ischemic.

Anticoagulant (seperti heparin dan warfarin), obat-obatan trombolitik, dan obat-obatan

antiplatelet (seperti aspirin) tidak diberikan karena membuat pendarahan makin buruk. Jika

orang yang menggunakan antikoagulan mengalami stroke yang mengeluarkan darah, mereka

bisa memerlukan pengobatan yang membantu penggumpalan darah seperti (4):

1.    Vitamin K, biasanya diberikan secara infuse

2.    Transfusi atau platelet

3.    Transfusi darah yang telah mempunyai sel darah dan pengangkatan platelet (plasma

segar yang dibekukan)

4.    Pemberian infus pada produk sintetis yang serupa pada protein di dalam darah yang

membantu darah untuk menggumpal (faktor penggumpalan)

Page 8: Ich

5.    Operasi untuk mengangkat penumpukan darah dan menghilangkan tekanan di dalam

tengkorak, bahkan jika hal itu bisa menyelamatkan hidup, jarang dilakukan karena

operasi itu sendiri bisa merusak otak.

Corwin (2000) menyebutkan penatalaksanaan untuk Intra Cerebral Hematom adalah

sebagai berikut :

1. Observasi dan tirah baring terlalu lama

2. Mungkin diperlukan ligasi pembuluh yang pecah dan evakuasi hematom secara bedah

3. Mungkin diperlukan ventilasi mekanis

4. Untuk cedera terbuka diperlukan antibiotiok

5. Metode-metode untuk menurunkan tekanan intra kranium termasuk pemberian diuretik

dan obat anti inflamasi

6. Pemeriksaan Laboratorium seperti : CT-Scan, Thorax foto, dan laboratorium lainnya

yang menunjang.

H. Komplikasi

Intraserebral hematom dapat memberikan komplikasi berupa (4) ;

- Oedem serebri, pembengkakan otak

- Kompresi batang otak, meninggal

I. Masalah Keperawatan

1.   Pengkajian

Pengkajian meliputi (5,6) :

a. Pengumpulan data

1. Identitas klienMeliputi, nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, status bangsa,

tanggal masuk RS, nomor medrek, diagnosa medis dan alamat.

2. Identitas Penanggung jawabMeliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,

pekerjaan, hubungandengan keluarga dan alamat.

3. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Pada umumnya keluhan yang paling dirasakan klien dengan gangguansistem

persarafan akibat Hemorhagic disease of the newborn (HDN).Akan ditemukan adanya

gangguan kesadaran, gangguan pernafasan dan adanyaanemia.

b. Keluhan saat sekarang

Pada Hemorhagic disease of the newborn (HDN) biasanya akan ditemukan adanya

Page 9: Ich

penurunan tingkat kesadaran dan kemungkinan sampai terjadi koma sehingga klien

tidak dapat dilakukan pengajian tentang keluhan utamanya, Dikembangkan pula

dengan menggunakan konsep PQRST mulaidari adanya keluhan sampai datang ke

rumah sakit untuk meminta pertolongan.PQRST Meliputi:

c. Riwayat Kesehatan Dahulu : Riwayat penyakit dahulu meliputi: adanya riwayat

tidak diberikannya vitamin K saat BBL, apakah sebelumnya ibu klien pernah

mengkonsumsi obat-obatan pada saat mengandung klien, apakah klien pernah

mengalami kecelakaan atau tidak, klien pernah mengalami tindakan invasif yaitu

menggunakan vakum dan forcev saat proses persalinan atau kepala klien terjepit lama

oleh panggul ibu saat proses persalinan.

1) Riwayat prenatal, natal dan postnatal

a). Riwayat prenatal

Apakah kehamilan direncanakan, kondisi Ibu saat hamil, adakah kelainan

kehamilan, obat-obat yang digunakan oleh Ibu sebelum hamil, penyakit yang

diderita ibu waktu hamil.

b). Riwayat perinatal

Lamanya kehamilan, yang membantu persalinan, di manabersalin, lahir

prematur/aterm/postmatur, jenis kelahiranspontan/dengan alat/operasi, komplikasi

waktu persalinan.

c). Riwayat neonatal

Pemberian nutrisi/ASI, jumlah pemberian, frekuensi,pemberian makanan

tambahan, kapan berhenti minum ASI, beratbadan waktu lahir, panjang badan

waktu lahir.

d). Riwayat postnatal

Lama di Rumah Sakit/Bidan, perubahan berat badan (ada perubahan atau tidak),

pola buang air besar.

2). Riwayat pertumbuhan dan perkembangan anak : Riwayat pertumbuhan meliputi

: berat badan waktu lahir, beratbadan sekarang, saat masuk rumah sakit, berat

badan saat dikaji, lingkar kepala, lingkar perut, dan lingkar lengan.

a. Motorik kasar

Apakah anak dapat menghisap, menggenggam.

b. Motorik halus

Respon tubuh terhadap lingkungan.

c. Bahasa

Page 10: Ich

Apakah anak bisa menangis, kapan anak bisa bicara

d. Riwayat Kesehatan Keluarga.Riwayat yang pernah atau masih dialami anggota

keluarga, penyakitmenular, penyakit keturunan, apakah di antara anggota keluarga

adayang menderita penyakit yang dapat diturunkan atau ditularkan, jika adabuat

genogram.

e. Pemeriksaan fisik Review of systema)

1. Sistem pernapasan

Irama pernapasan reguler/irregiler, frekuensi napas, adakah

suara napas tambahan, adakah penggunaan otot tambahan, gerak dan bentuk dada

simetris/tidak, bunyi napas, keadaan hidung bersih/tidak, ada sputum atau tidak,

keadaan kulit dada ada kelainanatau tidak, kesulitan bernapas, refraksi otot-otot

pernapasan.

2. Sistem kardiovaskular

Frekuensi nadi, tekanan darah sesuai dengan usianya, apakahada edema atau tidak,

adakah palpitasi atau tidak, konjungtivapucat/tidak, adakah takikardi, peningkatan

vena jugularis.

3. Sistem pencernaan

Adakah nafsu makan/tidak adakah penambahan beratbadan/tidak, adakah rasa mual,

muntah, frekuensi bising usus,adakah asites/tidak, keadaan mulut bersih/tidak, ada

lesi/tidak,frekuensi buang air besar, keadaan perut kembung/cekung/datar, adanyeri

tekan pada perut/tidak, warna kulit perut ada kelainan/tidak,berat badan, tinggi badan,

lingkar kepala, lingkar dada, lingkarlengan atas, lingkar perut.

4. Sistem urogenital

5. Frekuensi BAK, adakah sumbatan atau tidak, kondisi alatgenetalia ada

kelainan/tidak, pola urinaria normal/tidak, disurai,retensi urine, warna urine, bau

urine, adanyahematuri/anuria/oliguria, adanya edema pada muka/pada tungkaibawah,

warna urine gelap seperti air teh/air cucian daging.

6. Sistem integument

a). Kulit

Adakah edema atau tidak, adakah perubahan warna kulit,peningkatan suhu, turgor,

tekstur kulit, bersisik/tidak, adakah lukamemar dan lesi pada kulit, adakah kelainan

integritas kulit akibatedema, keadaan kulit kotor/tidak misal karena kelemahan

fisik untuk memenuhi personal hygiene.

b). Kuku

Page 11: Ich

Warna kuku cyanosis atau tidak, lekukan kuku normal atautidak, keadaan kuku bersih

atau tidak, kuku panjang/pendek

c). Rambut

Keadaan rambut bersih/tidak, distribusi merata atau tidak,mudah dicabut/tidak,

lebat/jarang, banyak kutu/tidak,berketombe/tidak, warna rambut hitam

7. Sistem musculoskeletal

a). Ekstremitas atas

Bentuk simetris/tidak, jari-jari tangan lengkap/tidak, pergerakan ROM terbatas/tidak,

terdapat atropi dan kaku sendi/tidak, kekuatanotot, pada tangan terpasang infus/tidak

b). Ekstremitas bawah

Bentuk simetris/tidak, jari-jari kaki lengkap/tidak, pergerakanROM terbatas/tidak,

terdapat atropi dan kaku sendi/tidak, kekuatan otot.

8. Sistem persarapan

Kesadaran klien, penurunan kesadaran sampai koma/tidak,sakit kepala berat/tidak,

adanya kejang-kejang, tanda peningkatantekanan intrakranial, adakah perubahan

minat, efek, status mentalbaik/tidak, tremor, paralise, gangguan bicara/tidak, nilai

GCS,penglihatan klien, keadaan mata bersih/tidak, pendengaranbaik/tidak, ada

keluaran cairan dari telinga/tidak, penciumanbaik/tidak, ada keluaran cairan dari

hidung/tidak, perabaan  baik/tidak, apakah klien dapat membedakan rasa manis, asam

dan pahit.

4.  Pola aktivitas sehari- hari

Perlu dikaji kebiasaan klien sehari-hari sebelum sakit dan dengan keadaansekarang

pada waktu sakit, meliputi:

a) Pola nutrisi

Kebiasaan makna sehari-hari, jam makan, frekuensi makan, porsimakan, jenis

makanan yang disukai/tidak, obat/diet tambahan yang diberikan,alergi terhadap

makanan, masalah yang berhubungan dengan nutrisi.Makanan/cairan: cara pemberian

makan/minum, jenisminuman/makanan, frekuensi, kehilangan cairan yang berlebihan:

vomitus,suction lambung dan drainage berlebihan, asupan makanan/minuman, infus.

b) Pola eliminasi

Kebiasaan buang air besar (BAB), buang air kecil (BAK), ngompol,frekuensi

BAK/BAB, warna, bau, masalah yang berhubungan denganBAK/BAB, keluhan dan

kesulitan.

c) Istirahat tidur

Page 12: Ich

Kualitas, kuantitas dan kebiasaan sebelum tidur, kebiasaan tidur sehari-hari, jam tidur

siang, tidur malam, lama tidur, sering bangun/tidak, masalahyang berhubungan

dengan tidur, hal yang membantu tidur.

d) Personal hygiene

e). Pola aktivitas

Aktivitas gerak dengan bantuan/tidak, bermain: mainan kesukaan,tempat bermain,

teman bermain, apakah anak lebih sering bermainsendiri/bersama.

2.   Diagnosa Keperawatan

Masalah keperawatan yang lazim terjadi, yaitu :

1. Gangguan Perfusi jaringan serebral b.d interupsi aliran darah : hemoragi

2. Gangguan mobilisasi fisik b.d kondisi yang melemah

3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan tonus otot

4. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan intrakranial (TIK)

5. Defisit perawatan diri b.d kelemahan otot.

3.   Rencana Tindakan Keperawatan Yang lazim Terjadi

DiagnosaTujuan dan Kriteria

HasilIntervensi Rasional

Gangguan Perfusi

jaringan serebral

berhubungan dengan

interupsi aliran

darah :hemoragi

Tujuan : setelah

dilakukan tindakan

keperawatan selama

waktu 2X24 jam

diharapkan Tingkat

kesadaran, fungsi

kognitif dan sensori

motorik membaik.

Kriteria evaluasi :

Tanda-tanda

vital dalam

batas normal

Klien mampu

menangis

1. Tentukan faktor-faktor

yangberhubungan

dengan penyebab

penurunan perfusi

serebral

2. Pantau status

neurologis sesering

mungkin dan

bandingkan

dengankeadaan normal

3. Observasi tanda-tanda

vital. Catat irama dan

pola pernafasan, catat

frekuensi dan irama

jantung.

1. Kerusakan dan

kegagalan

memperbaikinya

setelah fase awal

memerlukan tindakan

pembedahan atau klien

harus dipindahkan

keruang perawatan

kritis.

2. Mengetahui

kecenderunganpeningk

atan TIK, dan

mengetahui kemajuan,

atau kerusakan SSP.

3. ketidakteraturan irama

Page 13: Ich

Gangguan

mobilisasi fisik b.d

kondisi yang

melemah

Tujuan : setelah

dilakukan tindakan

keperawatan selama

waktu 4X24 jam

pasien diharapkan

dapat melakukan

mibilisasi fisik

secara optimal.

Kriteria hasil:

- Tonus otot

bertambah

- Mobilisasi  ROM

pasif   menjadi

aktif

- Tidak  mengeram

kesakitan   dalam

proses   latihan

4. Evaluasi keadaan

pupil, catatbentuk,

ukuran, kesamaan dan

reaksinya terhadap

cahaya

1. Observasi kondisi fisik

klien

2. Rencanakan proses

latihan yang efisien

bila perlu

kolaborasikan dengan

fisioterapi untuk

menambah proses

latihan

3. Atur posisi senyaman

mungkin

4. Mengajari pasien

ROM pasif dan aktif

5. Biarkan pasien

mempraktikan

kembali yang sudah

diajarkan tapi dengan

pengawasan perawat

6. Observasi kembali

peningkatan gerak

fisik

7. Berikan HE(healt

education)tentang

pentingnya latihan

pernafasan dapat

memberikan gambaran

lokasikerusakan

serebral

4. Reaksi pupil berguna

menentukanapakah

batang otak tersebut

masih baik atau tidak

1. Inspeksi kondisi awal

pasien

2. Merencanakan porsi

latihan untuk

menunjang

kesembuhan pasien

3. Memberikan

kenyamanan 

4. Melakukan tindakan

keperawatan 

5. Monitoring tindakan

yang sudah dilakukan

6. Mengetahui

perkembangan latihan

7. Memberikan

informasi   kepada

pasien.

Page 14: Ich

Gangguan

intoleransi aktivitas

b.d kelemahan tonus

otot

Gangguan rasa

nyaman Nyeri b.d

peningkatan tekanan

intrakranial (TIK)

Tujuan : setelah

dilakukan tindakan

keperawatan dalam

waktu 6X24 jam

diharapkan pasien

dapt terpenuhi

aktivitas sehari hari

dengan normal

Kriteria hasil :

- Terjadi

peningkatan   

tonus otot

- Pasien dapat

melakukan

aktivitas    sehari-

hari    dengan

mandiri

- Tidak terasa

sakit bila

melakukan

latihan

Tujuan : setelah

dilakukan tindakan

keperawatan dalam

waktu 3X24 jam

ROM.

1. Observasi kondisi fisik

klien

2. Rencanakan proses

latihan yang efisien

bila perlu

kolaborasikan dengan

fisioterapi untuk

menambah proses

latihan

3. Atur posisi senyaman

mungkin

4. Mengajari pasien

ROM pasif dan aktif

5. Biarkan pasien

mempraktikan

kembali yang sudah

diajarkan tapi dengan

pengawasan perawat

6. Bila sudah bisa

menyangga tubuh

ajarkan berjalan tapi

dengan dammpingan

perawat

7. Berikan dukungan

dalam setiap tindakan

yang sudah dilakukan.

1. Observasi secara

subjektiv skal nyeri

yang dirasakan pasien

2. Beri posisi yang

nyaman

1. Inspeksi kondisi awal

pasien

2. Merencanakan porsi

latihan untuk

menunjang

kesembuhan pasien

3. Memberikan

kenyamanan 

4. Melakukan tindakan

keperawatan

5. Monitoring tindakan

yang sudah dilakukan

6. Melanjutkan proses

latihan keperawatan 

8. Memberi semangat

untuk menambah

latihan.

1. Inspeksi skala nyeri

awal dari pasien

2. Memberikan rasa

nyaman

Page 15: Ich

Defisit perawatan

diri b.d kelemahan

otot

diharapkan rasa

nyeri yang dirasak

pasien dapat

berkurang atau

bahkan hilang

Kriteria Hasil :

- Wajah tidak

mengurung   dan

menahan

kesakitan 

- Skala nyeri turun

- Pasien tidak

memegangi

bagian yang sakit

Tujuan : setelah

dilakukan tindakan

keperawatan dalam

waktu 1X24 jam

diharapkan pasien

terpenuhi dalam

perawatan dirinya

secara optimal

Kriteria Hasil :

- Wajah tidak   lesu

- Kulit tidak   saling

melengket

3. Ajari metode relaksasi

seperti distraksi, nafas

dalam, dan bila emosi

ajarkan imajinasi

terpimpin

4. Anjurkan pasien untuk

melakukan

pemeriksaan CT-Scan

5. Kolaborasikan dengan

pihak medis untuk

terapi obat 

6. Berikan HE tentang

pentingnya ambulansi

saat emergensi

7. Observasi penurunan

skala nyeri yang

dirasakan 

1. Observasi kondisi

awal pasien terutama

fisik dan kebersihan

2. Siapkan alat untuk

melakukan PH

3. Memberitahu maksud

dan tujuan tindakan

yang dilakukan

4. Menutup gorden

5. Melakukan PH sambil

mengajari keluarga

6. Observasi tindakan

yang dilakukan

3. Melakukan terapi

perawatan

4. Memantau adakah

kelainan dari

pemeriksaan

5. Membantu

mempercepat

kesembuhan pasien

6. Memberi informasi

secara lengkap

7. Monitoring

perkembangan setelah

dilakukan tindakan

keperawatan

1. Obsevasi kondisi awal

dari pasien

2. Menyiapkan alat dari

suatu bagian tindakan

keperawatan

3. Menghindari

penolakan dri tindakan

keperawatan 

4. Menjaga privasi pasien

5. Melakukan tindakan

keperawatan 

6. Monitoring tindakan

yang sudah dilakukan 

Page 16: Ich

- Badan menjadi

harum

7. Beri HE pentingnya

perawatan diri

7. Membantu

memberikan informasi

secara jelas.

DAFTAR PUSTAKA

Page 17: Ich

1. Izzah AZ, Iskandar S. Perdarahan Intrakranial pada Bayi Di Rumah Sakit DR. M.

Djamil. Majalah Kedokteran Andalas 2008; 32 (1): 89-92 .

2. Harsono, 2000, Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

3. Rochani, Siti, 2000, Simposium Nasional Keperawatan Perhimpunan Perawat Bedah

Saraf Indonesia, Surabaya.

4. Susilo, Hendro, 2000, Simposium Stroke, Patofisiologi Dan Penanganan Stroke, Suatu

Pendekatan Baru Millenium III, Bangkalan.

5. Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta.

6. Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan,

Edisi 3, EGC, Jakarta.