identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi demensia …
TRANSCRIPT
i
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DEMENSIAPADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA
MINAULA KENDARI
KARYA TULIS ILMIAH
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan
Diploma III Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari
Jurusan Keperawatan
OLEH :
HARNITA SARYNIM:P00320014064
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
2017
ii
iii
iv
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama : HARNITA SARY
Nim : P00324014064
Tempat Tanggal Lahir : Timor-Timur, 20 September 1996
Suku/Bangsa : Buton/Indonesia
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Anduonohu
B. Pendidikan
1. SD Negeri 2 Boneatiro, tamat tahun 2008.
2. SMP Negeri 2 Kapontori, tamat tahun 2011.
3. SMA Negeri 1 Kapontori, tamat tahun 2014.
4. Sejak tahun 2014 melanjutkan pendidikan di Politeknik Kesehatan Kendari
sampai sekarang
v
Motto
Jika semua diiringi dengan doa dan usaha, Sukses tidak akan hilang dari
pandangan, tidak akan jauh dari genggamanmu, dan tidak akan terhapus
dari ingatanmu, Apa yang anda piker bisa, pasti bisa, Maka jangan takut
gagal, terus mencoba sampai sukses
Sesuatu yang dilakukan dengan cinta pasti akan indah, Sebab rencana
Allah memang indah padas etiap makhluknya………
Sesuatu yang dilakukan dengan ikhlas, esok lusa dianggap sebagai suatu
kebutuhan
Karya tulis ilmiah ini kupersembahkan
Untuk kedua orang tuaku, agama
Dan negaraku tercinta
Indonesia
vi
ABSTRAK
Harnita Sary (P0030014064). Identifikasi Faktor-Faktor Yang MempengaruhiDemensia Pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari Tahun2017. Dibimbing oleh Hj. Sitti Rachmi Misbah, S.Kp.,M.Kes dan Ruth MonganB.Sc., S.Pd., M.Pd (xiii + 56 halaman + 7 tabel + 10lampiran). Demensia merupakankumpulan gejala yang di sebabkan oleh beberapa penyakit atau kondisi tertentusehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku, demensia juga sangatberkaitan dengan lanjut usia. Lanjut usia yang berumur > 60 tahun lebih beresikoterkena penyakit demensia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi demensia pada lansia. Variabel penelitian ini adalahStatus gizi, aktivitas fisik, dan riwaya tpenyakit. Jenis penelitian ini adalah Deskriptif.Penelitian ini di lakukan pada tanggal 13 Maret - 26 Juli 2017. Populasi dalampenelitian ini adalah semua lansia yang yang mengalami demensia, yang tinggal diPanti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari. Dengan jumlah sampel 31lansia yangdemensia dengan tekhnik pengambilan sampel yaitu total sampling. Hasil penelitiandi peroleh bahwa status gizi kurang dan lebih, aktivitas fisik yang dilakukan secaraketergantungan, dan riwayat penyakit hipertensi pada lansia dapat mempengaruhiterjadinya demensia. Dimana frekuensi status gizi yang kurang dan lebih sebanyak 25responden (80,65%), frekuensi aktivitas fisik yang dilakukan secara ketergantungansebanyak 20 responden (64,52%), dan frekuensi riwayat penyakit hipertensisebanyak 23 responden (74,19%). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwastatus gizi yang kurang dan lebih, aktivitas fisik yang dilakukan secaraketergantungan danri waya tpenyakit hipertensi dapat mempengaruhi terjadinyademensia pada lansia, dimana sebagian besar yang mempengaruhi adalah statusgizikurangdanlebihyaitu 25 responden(80,65%).Disarankanbagipihakpetugaspantiuntuklebihmemperhatikan status gizi dan riwayatpenyakit, serta memberikan promosi kesehatan tentang pentingnya aktivitas olah ragaterhadap lansia yang belum mengalami demensia.
Kata Kunci: Faktor-Faktor, Demensia, Lansia
DaftarPustaka :14 literatur (2003-2014)
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis pajatkan kehadirat ALLAH SWT, karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya
tulis ilmiah yang berjudul “Identifikasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Demensia
Pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari tahun 2017”
Dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah ini ada banyak pihak yang
membantu,oleh karena itu sudah sepantasnya penulis dengan segala kerendahan dan
keikhlasan hati mengucapkan banyak terima kasih sebesar-besarnya terutama kepada
IbuHj. Sitti Rachmi Misbah S.Kp., M.Kes selaku pembimbing I dan ibu Ruth
Mongan, B.Sc., S.Pd.,M.Pd selaku pembimbing II yang telah banyak membimbing
sehingga karya tulis ilmiah ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya. Pada
kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Petrus,SKM., M.Kes sebagai Direktur Poltekkes Kendari
2. Bapak Ir. Sukanto Toding, MSP., MA selaku Kepala Badan Penelitian
dan Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara yang telah mengeluarkan
surat izin penelitian kepada penulis.
3. Bapak Syamsuddin, SST, MA selaku Kepala Panti Sosial Tresna Werdha
Minaula Kendari yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk
melaksanakan penelitian.
4. Bapak Muslimin L., A.Kep.,S.Pd., M.Si selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Poltekes Kemenkes Kendari.
viii
5. Semua dosen dan Staf pengajar DIII keperawatan yang telah
memberikan ilmu pengetahuan, arahan dan bimbingan kepada penulis
selama mengikuti pendidikan di Poltekes Kesehatan Kemenkes Kendari
6. Bapak Taamu, A.Kep., S.Pd., M.Kes selaku penguji I, Ibu Lena Atoy,
SST., MPH selaku penguji II, dan Ibu Akhmad, SST., M.Kes selaku
penguji III yang telah member masukan dan tambahan dalam penelitian
penulis
7. Teristimewa penulis ucapkan terimakasih untuk kedua orang tua tercinta
ayahku ( Rahman .D.) dan Ibuku (Hasni) yang telah bersusahapayah
mengasuh dan membesarkan penulis serta selama ini memberi doa restu
sehingga terbuka jalan menuju keberhasilan
8. Saudara-saudaraku tersayang terutama kakak tercinta Hasman
Maulana,S.Kepd an Brimob Hasran Syawal serta keluarga besarku yang
selalu membantu dan member semangat sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini
9. Seluruh rekan-rekan seperjuanganku D-III Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Kendari angkatan 2014 khususnya kelas B yang senantiasa
memberikan bimbingan, dorongan, pengorbanan, motivasi, kasih sayang
serta doa yang tulus dan ikhlas selama penulis menempuh pendidikan.
Semoga Allah SWT membalas segala budi baik semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyusun karya tulis ilmiah ini. Amin
penulis pula menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun
ix
sangat penulis harapkan dalam penyempurnaan karya tulis ilmiah ini serta
sebagai bahan pembelajaran dalam penyusunan karya tulis ilmiah
selanjutnya.
Akhir kata, penulis mengharapkan semoga hasil Karya Tulis Ilmiah ini
bermanfaat dan menambah pengetahuan kita semua, Amin
Kendari, Juni 2017
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................iii
RIWAYAT HIDUP...............................................................................................iv
MOTTO..................................................................................................................v
ABSTRAK.............................................................................................................vi
KATA PENGANTAR.........................................................................................vii
DAFTAR ISI..........................................................................................................x
DAFTAR TABEL...............................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................6
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................6
D. Manfaat Penelitian.....................................................................................7
BAB II TUNJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan TeoriTentangLanjutUsia.......................................................9
B. Tinjauan TeoriTentangDemensia.........................................................18
C. Tinjauan TentangFaktor-Faktor Yang Mempengaruhi Demensia....25
BAB III KERANGKA PIKIR
A. Dasar Pemikiran.......................................................................................33
B. Kerangka Pikir.........................................................................................34
xi
C. Variabel penelitian...................................................................................35
D. Definisi Operasional Dan KriteriaObjektif..........................................35
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian........................................................................................38
B. Waktu dan Tempat Penelitian...............................................................38
C. Populasi dan Sampel...............................................................................38
D. Prosedur Pengumpulan Data.................................................................39
E. Instrumen Penelitian...............................................................................39
F. Jenis Data................................................................................................40
G. Pengolahan Data....................................................................................40
H. Analisa Data............................................................................................41
I. Penyajian Data........................................................................................41
J. Etika Penelitian.......................................................................................42
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian.........................................................................................43
B. Pembahasan..............................................................................................48
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................54
B. Saran.........................................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
NO HAL
1. Tabel 5.1 Distribusi Sarana dan Prasarana di Panti Sosial TresnaWerdha Minaula Kendari Tahun 2017 44
2. Tabel 5.2 Distribusi Tenaga Pengelola Panti Sosial Tresna WerdhaMinaula Kendari Tahun 45
3. Tabel 5.5 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin di PantiSosial Tresna Werdha Minaula Kendari Tahun 2017 45
4. Tabel 5.6 Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur di PantiSosial Tresna Werdha Minaula Kendari Tahun 2017 46
5. Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Status Gizi Sebagai Faktor YangMempengaruhi Demensia Pada Lansia di Panti Sosial 47Tresna Werdha Minaula Kendari Tahun 2017
6. Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi AktivitasFisik Sebagai FaktorYangMempengaruhi Demensia Pada Lansia di Panti Sosial 47Tresna Werdha Minaula Kendari Tahun 2017
7. Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Riwayat Penyakit Sebagai FaktorYang MempengaruhiDemensia Pada Lansia di Panti 48Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari Tahun 2017
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Pengambilan Data Awal Penelitian Dari Poltekes Kendari
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian Dari Poltekes Kendari
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian Dari Badan Penelitian Dan PengembanganProvinsi Sulawesi Tenggara
Lampiran 4 Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 5 SuratPernyataan Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 6 Lembar Kuesioner Penelitian
Lampiran 7 Tabulasi Data
Lampiran 8 Master Tabel
Lampiran 9 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 10 Hasil Dokumentasi Dalam Penelitian
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang tejadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya di mulai dari suatu waktu tertentu, tetapi di mulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak,dewasa dan tua. Tiga tahap ini
berbeda, baik secra biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti
mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang di tandai dengan kulit
yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas,
penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figure tubuh yang tidak
proporsional. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 13 tahun 1998
tentang kesejahteraan lanjut usia (pasal 1 ayat 2), menyebutkan bahwa umur 60
tahun adalah usia permulaan tua.Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi
merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang
kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian(Nugroho,
2008).
Saat ini, penduduk dunia di perkirakan berjumlah sekitar 7 milyar,
meningkat dari sekitar 6,5 milyar di tahun 2006. Peningkatan jumlah penduduk
tersebut di ikuti jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas; antara tahun 1970
2
sampai tahun 2025, jumlah mereka di perkirakan akan meningkat 223% atau
bertambah sekitar 694 juta jiwa. Di tahun 2025 akan terdapat sekitar 1,2 milyar
penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas, yang akan menjadi 2 milyar di tahun
2050; 80% di antaranya tinggal di Negara-negara berkembang,termasuk
Indonesia. WHO menyatakan bahwa penduduk lansia di indonesia pada tahun
2020 mendatang sudah mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang,
balitanya tinggal 6,9 % yang menyebabkan jumlah penduduk lansia terbesar di
dunia (Ismayanti, 2012).
Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukan bahwa Indonesia
termasuk 5 besar Negara jumlah penduduk lansia terbnyak di Indonesia. Pada
atahun 2010 jumlah lansia di Indonesia mencapai 18,1 juta orang. Sementara itu
data badan pusat statistic tahun 2011 jumlah lansia sekitar 24 juta jiwa ( hamper
10% jumlah penduduk ), pada tahun 2012 jumlah penduduk lansia di Indonesia
sebesar 27 juta jiwa,sedangkan tahun 2013 menunjukan lansia di Indonsia sebesar
28 juta jiwa dari total penduduk Indonesia. Penduduk lansia ini di proyeksikan
menjadi 28,8 juta jiwa ( 11,34 % ) dari total penduduk Indonesia pada tahun
2020, atau menurut proyeksi Bappenas, jumlah penduduk lansia 60 tahun akan
menjadi dua kali lipat ( 36 juta )pada tahun 2025. Setiap tahun, jumlah lansia
bertambah rata –rata 450 ribu orang, maka pada tahun 2050 di perkirakan
berjumlah 60 juta lansia (Depkes RI,2013).
Salah satu masalah utama para lanjut usia adalah kemunduran fungsi
kognitif. Kemunduran fungsi kognitif tersebut dapat berupa mudah-lupa yaitu
3
bentuk gangguan kognitif yang paling ringan, gangguan ini di perkirakan di
keluhkan oleh 39% lanjut usia berusia 50-59 tahun. Meningkat menjadi lebih dari
85% pada usia lebih dari 80 tahun. Di fase ini seseorang masih bisa berfungsi
normal kendati mulai sulit mengingat kembali informasi yang telah di pelajari;
tidak jarang di temukan pada orang setengah baya. Jika penduduk berusia lebih
dari 60 tahun di Indonesia berjumlah 7% dari seluruh penduduk, maka keluhan
mudah lupa tersebut di derita oleh setidaknya 3% populasi di Indonesia. Muda-
lupa ini bisa lanjut menjadi gangguan kognitif sampai ke demensia sebagai
bentuk klinis yang paling berat ringan(Wreksoatmodjo, 2014).
Demensia adalah kumpulan gejala klinik yang di sebabkan oleh berbagai
latar belakang penyakit dan terjadi kemunduran kognitif yang sedemikian
beratnya sehingga mengganggu aktivitas hidup sehari-hari dan aktivitas
sosial.Kemunduran kognitif pada demensia biasanya di awali dengan
kemunduran memori / daya ingat (pelupa)(Nugroho, 2008).
Grey et al. 2008 menyebutkan bahwa Demensia bukanlah sekedar
penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang di sebabkan beberapa penyakit
atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku.
Demensia sangat berkaitan dengan lanjut usia(Pratiwi, Marliyati, & Latifah,
2013). Demensia juga memiliki tahapan dan gejala klinis progresi, yang di bagi
menjadi tujuh tahap yaitu tahap satu: Normal , tahap dua ; Normal, forgetfulness
subjective(mudah lupa), tahap tiga ; Kesulitan dalam pekerjaan, berbicara,
berpergian ke tempat baru, dilaporkan oleh keluarga, dan diikuti oleh gangguan
ringan, tahap empat ; Penurunan kemampuan untuk berpergian, berhitung,
4
mengingat kejadian da hal yang baru, tahap lima ; Membutuhkan bantuan
pemilihan baju, disorientasi waktu dan tempat, gangguan kemampuan menginga
nama orang, tahap enam ; Membutuhkan bantuan untuk makan,
defekasi/berkemih, inkontinensia, disorientasi waktu, tempat dan orang, tahap
tujuh ; Gangguan berbicara yang parah, inkontinensia, gerakan yang kaku
(Nugroho, 2008).
Menurut Richard et al. (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi
demensia yaitu Status Gizi ,aktivitas fisik, dan tingkat pendidikan, usia dan
riwayat penyakit(Pratiwi, Marliyati, & Latifah, 2013).
Hasil analisis status gizi menunjukan sebanyak 62,3 % subjek yang
mengalami demensia memiliki status gizi kurang dan lebihdan 37,7 % untuk
subjekyang memiliki status gizi normal.Batas ambang nilai IMT menurut
Sirajuddin (2012) untuk orang Indonesia (lansia) adalah <18,5 kg/m termaksut
dalam kategori kurus, 18,5 -22,9 kg/m untuk kategori normal, dan >23,0 kg/m
untuk kategori gemuk.Berdasarkan angka kecukupan gizi (AKG) tahun 2004,
diketahui angka kecukupan energi untuk wanita di atas 60 tahun adalah 1.600
kkal. Zat gizi mikrodiketahui berkaitan dengan kejadian demensia pada lansia,
terutama vitamin B kompleks.Kekurangan vitamin B kompleks pada lansia dapat
meningkatkan risiko terjadinya demensia.
Menurut penelitian Turana,Yuda (2013), saat lansia melakukan
aktivitas fisik dapat langsung menstimulasi otak, sehingga saat melakukan
5
olahraga teratur dapat meningkatkan protein di otak yang di sebut Brain Derived
Neurotrphic Factor (BDNF). Protein Derived Neurotrphic Factor (BDNF) ini
berperan penting menjaga sel saraf tetap bugar dan sehat, kadar Protein Derived
Neurotrphic Factor (BDNF) yang rendah dapat menyebabkan penyakit
demensia. Sehingga lansia yang banyak melakukan aktivitas fisikakan
mempunyai fungsi kognitif yang lebih baik. Lansia yang sudah mengalami
demensia sebagian besar juga hanya duduk-duduk dan tidur sepanjang hari serta
tidak melakukan aktiviatas apapun. Lansia yang yangtidak mengalami demensia
sebagian besar masih aktif (55,6 %) dan masih melakukan aktivitas secara
normal. Semakin tinggi level aktivitas fisik maka semakin rendah kejadian
demensia pada lansia(Pratiwi, Marliyati, & Latifah, 2013). Riwayat penyakit juga
seperti hipertensi salah satu factor penyebab terjadinya demensia pada
lansia(Yatim, 2003).
Penyakit hipertensi mempengaruhi penurunan kognitif/demensia pada
lansia, di mana pembuluh darah pada lansia lebih tebal dan kaku atau disebut
aterosklerosis sehingga tekanan darah meningkat. Peningkatan tekanan darah
kronis dapat meningkatkan efek penuaan pada struktur otak, meliputi reduksi
substansia putih dan abu-abu di lobus prefrontal serta meningkatkan
hiperintensitas substansia putih di lobus frontalis (Myers, 2008). Pada lansia
hendaknya mengurangi konsumsi natrium (garam), karena garam yang berlebih
dalam tubuh dapat meningkatkan tekanan darah (hipertensi) (Maryam,
dkk,2011).
6
Berdasarkan pengambilan data awal di Panti Sosial Tresna Werdha
Minaula Kendaridiperoleh data jumlah lansia 95 orang. Dari hasil wawancara
dengan menggunakan Mini Mental Status Exam( MMSE ) di dapatkan 31 dari 95
lansia yang mengalami demensia. Di mana di dapatkan 5 lansia mengalami
demensia tahap tiga yaitu mengalami kesulitan dalam melakukan pekerjaan
seperti memasak dan mencuci piring, dan 10 lansia mengalami demensia tahap
empat yaitu penurunan kemampuan untuk berhitung serta 8 lansia mengalami
demensia tahap enam yaitu membutuhkan bantuan orang lain untuk makan,
defekasi/berkemih, dan disorientasi waktu, tempat, dan orang.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik mengambil judul
“Identifikasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Demensia Pada Lansia Di Panti
Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari Tahun 2017”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dari penelitian ini
adalah : “ Faktor-Faktor Apakah Yang Mempengaruhi Demensia Pada Lansia Di
Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari Tahun 2017?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Demensia Pada
Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari Tahun 2017.
7
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi Status Gizi Sebagai Faktor Yang Mempengaruhi
Demensia Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna werdha Minaula Kendari
Tahun 2017.
b. Mengidentifikasi Aktivitas Fisik Sebagai Faktor Yang Mempengaruhi
Demensia Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari
Tahun 2017.
c. MengidentifikasiRiwayat penyakit Sebagai Faktor Yang Mempengaruhi
Demensia Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna werdha Minaula Kendari
Tahun 2017.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Penelitian
a. Bagi Institusi
Masukan bagi institusi pendidikan yaitu Untuk mengidentifikasi Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Demensia Pada Lansia Di Panti Sosial
Tresna Werdha Minaula Kendari Tahun 2017.
b. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai sumber pengetahuan bagi peneliti dan bisa di jadikan bahan
acuan bagi peneliti selanjutnya.
8
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari Diharapkan dapat
memberikan informasi bagi Panti Sosial Tresna Werdha Minaula
Kendari dalam menentukan arah kebijakan pelayanan kesehatan
terutama sebagai bahan informasi mengenai Demensia pada lansia.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori TentangLanjut Usia
1. Konsep Usia Lanjut
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampun jaringan untuk memperbaiki dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang di derita (Nugroho, 2008). Proses menua adalah proses
sepanjang hidup, yang dimulai sejak permulaan kehidupan, sehingga
merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupan yaitu anak,dewasa, dan tua (Nugroho, 2008).
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), lansia meliputi : usia
pertengahaan (middle age) yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun, lansia
(erderly) antara 60 sampai 74 tahun, usia tua (old) antara 75 sampai 90 tahun
(Nugroho, 2008). Sedangkan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia
nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia (pasal 1 ayat 2), yang
di sebut lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas,
baik pria maupun wanita (Nugroho, 2008).
10
2. Teori Lansia
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori
biologi, teori social, teori psikologi, dan teori spiritual (Lueckenotte, 2000)
diantaranya yaitu :
a. Teori biologi
1.) Teori genetik dan mutasi
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetic untuk
spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari
perubahan biokimia yang di program oleh molekul-molekul DNA
dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi (Maryam. Dkk,
2008).Teori Mutasi somatik akibat pengaruh lingkungan yang
buruk. Terjadi kesalahan dalam proses transkripsi DNA atau RNA
dan proses translansi RNA protein/enzim. Kesalahan ini terjadi
secara terus menerus sehingga menurunkan fungsi organ atau
perubahan sel kanker atau penyakit (Nugroho, 2008).
2.) Teori immunologi
Menurut teori ini pada lanjut usia akan terjadi peningkatan
auto-imun. Mutasi yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya
kemampuan system imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self
recognition). Jika mutasi yang merusak membran sel,
11
akanmenyebabkan system imun tidak mengenalinya sehingga
merusaknya(Nugroho, 2008)
3.) Teori rantai silang
Teori ini menjelaskan bahwa menua di sebabkan oleh lemak,
protein, karbohidrat, dan asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi
dengan zat kimia dan radiasi, mengubah fungsi jaringan yang
menyebabakn perubahan pada membrane plasma, yang
mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku, kurang elastic, dan
hilangnya fungsi pada proses menua(Nugroho, 2008).
4.) Teori radikal bebas
Teori radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas dan d
dalam tubuh karena adanya proses metabolisme atau proses
pernapasan di dalam mitokondria. Tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan organic,
misalnya karbohidrat dan protein. Radikal bebas di anggap sebagai
penyebab penting terjadinya kerusakan fungsi sel. Radikal bebas
yang terdapat di lngkungan seperti : asap kendaraan bermotor, aspa
rokok, zat pengawet makanan, radiasi dan sinar ultraviolet yang
mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen dan kolagen pada
proses menua (Nugroho, 2008).
12
b. Teori Sosial
Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan,
yaitu teori interaksi sosial, teori aktivitas atau kegiatan, teori
kepribadian berlanjut (continuity theory), dan teori pembebasan /
penarikan diri (disengagement theory).
1.) Teori interaksi sosial
Teori ini menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada
suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai
masyarakat. Kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin interaksi
sosial merupakan kunci mempertahankan status sosialnya
berdasarkan kemampuannya bersosialisasi.
Pokok-pokok teori interaksi sosial adalah :
a.) Masyarakat terdiri atas actor sosial yang berupaya mencapai
tujuannya masing-masing.
b.) Dalam upaya tersebut, terjadi interaksi sosial yang memerlukan
biaya dan waktu
c.) Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang actor
mengeluarkan biaya(Nugroho, 2008)
13
2.) Teori aktivitas atau kegiatan
Teori ini menyatakan bahwa lanjut usia yang sukses adalah
mereka yang aktif dan banyak ikut-serta dalam kegiatan sosial.
Lansia akan merasa puas bila dapat melakukan aktivitas dan
mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin. Ukuran
optimum (pola hidup) dilanjutka pada cara hidup lansia serta
mempertahankan hubungan antara system sosial dan individu agar
tetap stabil dari usia pertengahan sampai lansia (Nugroho, 2008).
3.) Teori kepribadian berlanjut(continuity theory)
Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada
seorang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas yang
dimilikinya. Serta adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan
lansia. Dengan demikian, pengalaman hidup seseorang pada suatu
saat merupakan gambarannya kelak pada saat menjadi lansia. Hal
ini dapat dilihat dari gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang
ternyata tidak berubah, walaupun telah lanjut usia(Nugroho,
2008).
4.) Teori pembebasan/penarikan diri (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambah lansia,
apalagi ditambah dengan adanya kemiskinan, lansia secara
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya
14
atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya.Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun, baik secara
kualitas maupun kuantitas sehingga sering lansia mengalami
kehilangan ganda(triple loss) :
1. Kehilangan peran (loss of role)
2. Hambatan kontak sosial (restriction of contact and
relationship)
3. Berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores
and values)
Seorang lansia dinyatakan mengalami proses meua yang
berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu dan dapat
memusatkan diri pada persoalan pribadi dan mempersiapkan diri
menghadapi kematiannya(Nugroho, 2008).
c. Teori Psikologi
Perubahan psikologi yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan
keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif. Kepribadian
individu yang terdiri ats motivasi dan intelegensi dapat menjadi
karakteristik konsep diri dari seorang lansia. Konsep diri yang positif
dapat menjadikan seorang lansia mampu berinteraksi dengan mudah
terhadap nilai-nilai yang ada ditunjang dengan status sosialnya.
Adanya penurunan dari intektualitas yang meliputi persepsi,
15
kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut. Persepsi
merupakan kemampuan interprestasi pada lingkungan. Dengan adanya
penurunan fungsi sensorik, maka akan terjadi penurunan kemampuan
untuk menerima, memproses, dan merespon stimulus sehingga
terkadang akan muncul aksi yang berbeda dari stimulus yang ada
(Maryam, dkk, 2011).
d. Teori spiritual
Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian
hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang
arti kehidupan. Kepercayaan adalah sebagai suatu bentuk pengetahuan
dan cara berhubungan dengan kehidupan akhir. Sehingga dapat
menumbuhkan kepercayaan antara orang dan lingkungan yang terjadi
karena adanya kombinasi antara nilai-nilai dan pengetahuan (Maryam,
dkk, 2011).
3. Perubahan pada lansia
a. Perubahan fisik
1.) Sel : jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun,
dan cairan intraseluler menurun.
2.) Sistem persarafan : saraf panca indera mengecil sehingga fungsinya
menurun serta lambat dalam merespons dan waktu bereaksi
khususnya yang berhubungan dengan stress.
16
3.) Sistem pendengaran : gangguan pendengaran karena membran
timpani menjadi atrofi. Tulang-tulang pendengaran mengalami
kekakuan.
4.) Sistem penglihatan:respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap
gelap menurun, akomodasi menurun dan katarak.
5.) Sistem kardiovaskuler : katub jantung menebal dan kaku,
kemampuan memompa darah menurun, elastisitas pembuluh darah
menurun, serta meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
sehingga tekanan darah meningkat.
6.) Sistem pengaturan suhu : hipotalamus dianggap sebagai suatu
thermostat yaitu menetapkan suhu tertentu, kemunduran terjadi
berbagai factor yang sering ditemui antara lain temperature tubuh
menurun secara fisiologik akibat metabolism menurun, keterbatasan
reflex menggigil dan tidak dapat memproduksi panas.
7.) Sistem respirasi : otot-otot pernafasan kehilangan kekakuan dan
menjadi kaku, menurunnya aktivitas dari silia, paru-paru kehilangan
elastisitas.
8.) Sistem gastrointestinal : esophagus melebar, asam lambung menurun,
lapar menurun, dan peristaltic menurun. Ukuran lambung mengecil
serta fungsi organ aksesori menurun sehingga menyebabkan
berkurangnya produksi hormone dan enzim pencernaan.
17
9.) Sistem genitourinaria : ginjal mengecil, aliran darah ke ginjal
menurun, penyaringan di glomerulus menurun, dan fungsi tubulus
menurun.
10.)Sistem kulit : keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut
dalam hidung dan telinga menebal.Elastisitas menurun, vaskularisasi
menurun, rambut memutih, kelenjar keringat menurun.
11.) Sistem musculoskeletal : cairan tulang menurun sehingga mudah
rapuh, bungkuk, persendian membesar dan menjadi kaku, tremor
(Nugroho, 2008).
b. Perubahan mental
Di dalam perubahan mental pada usia lanjut, perubahan dapat
berupa sikap yang semakin egosentris, mudah curiga, bertambah pelit
atau tamak akan sesuatu. Factor yang mempenagaruhi perubahan mental
antara lain perubahan fisik, kesehatan umum, tingakat pendidikan,
keturunan, dan lingkungan (Nugroho, 2008)
c. Perubahan psikosial
Perubahan psikososial meliputi pensiun meliputi pensiun yang
merupakan produktivitas dan identitas yang di kaitkan dengan peranan
dalam pekerjaan, meraskan atau sadar akan kematian, perubahan dalm
18
cara hidup, ekonomi akibat dari pemberhentian dari jabatan, dan penyakit
kronis (Nugroho, 2008).
B. Tinjaun Teori Tentang Demensia
1. Pengertian Demensia
Demensia secara harfiah berarti de (=kehilangan), mensia (= jiwa).
Tetapi lebih umum diartikan sebagai penurunan intelektual karena
menurunnya fungsi bagian luar jaringan otak (cortex)(Yatim, 2003). Di
samping itu ada pula yang menyebutkan bahwa demensia merupakan
kumpulan gejala klinik yang di sebabkan oleh berbagai latar belakang
penyakit dan di tandai oleh hilangnya memori jangka pendek, gangguan
global fungsi mental (termaksuk fungsi bahasa), mundurnya kemampuan
berpikir abstrak, kesulitan merawat diri sendri, perubahan perilaku, emosi
labil, dan hilangnya pengenalan waktu dan tempat (Pratiwi, Marliyati, &
Latifah, 2013). Demensia juga bisa didefinisikan sebagai suatu kemunduran
kognitif yang sedemikian beratnya sehingga mengganggu aktivitas hidup
sehari-hari dan aktivitas sosial.Kemunduran kognitif pada demensia
biasanya di awali dengan kemunduran memori / daya ingat (pelupa)
(Nugroho, 2008).
2. Etiologi Demensia
Di sebutkan dalam sebuah literatur bahwa penyakit yang dapat
menyebabkan timbulnya gejala demensia ada sejumlah tujuh puluh lima.
19
Beberapa penyakit dapat disembuhkan sementara sebagian besar tidak dapat
disembuhkan (Mace, N.L. & Rabins, P.V. 2006). Sebagian besar peneliti
dalam risetnya sepakat bahwa penyebab utama dari gejala demensia adalah
penyakit Alzheimer, penyakit vascular (pembuluh darah), demensia lewy
body, demensia frontotemporal, dan sepuluh persen di antaranya disebabkan
oleh penyakit lain.
Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah
penyakit Alzheimer. Alzheimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak
mati sehingga membuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan
sebagaimana mestinya (Grayson, C. 2004). Penderita Alzheimer mengalami
gangguan memori, kemampuan membuat keputusan dan juga penurunan
proses berpikir.
3. Tanda Dan Gejala Demensia
Hal yang menarik dari gejala penderita demensia adalah adanya
perubahan kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas
sehari-hari. Penderita yang di maksudkan dalam tulisan ini adalah lansia
dengan usia 60 tahun keatas. Lansia penderita demensia tidak
memperlihatkan gejala yang menonjol pada tahap awal, mereka sebagaimana
lansia pada umumnya mengalami proses penuaan dan degeneratif.
Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri, mereka sulit untuk
mengingat nama cucu mereka atau lupa meletakan suatu barang.
20
Mereka sering kali menutup-nutupi hal tersebut dan meyakinkan diri
sendiri bahwa itu adalah hal yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan
berikutnya mulai dirasakn oleh orang-orang terdekat yang tinggal bersama,
meraka merasa khawatir terhadap penurunan daya ingat yang semakin
menjadi, namun sekali lagi keluarga merasa bahwa mungkin lansia kelelahan
dan perlu lebih banyak istrahat.Mereka belum mencurigai adanya sebuah
masalah besar di balik penurunan daya ingat yang dialami oleh orang tua
mereka.
Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi
pada lansia, mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitive.
Kondisi seperti ini dapat saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan
biasanya akan memperparah kondisi lansia. Pada saat ini mungkin saja lansi
menjadi sangat ketakutan bahkan sampai berhalusinasi. Di sinilah keluarga
membawa lansia penderita demensia ke rumah sakit di mana demensia
bukanlah hal utama focus pemeriksaan (Yuniar, 2016).
Secara umum tanda dan gejala demensia adalah sebagai berikut :
a. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia,
“lupa” menjadi bagian keseharian yang tidak bisa di lepas.
b. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya : lupa hari, minggu,
bulan, tahun, tempat penderita demensia beraada
21
c. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang
benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi,
mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali.
d. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat
sebuah drama televise, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan
orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan.
e. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan
tersebut muncul.
f. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan
gelisah.
Tahapan dan gejala klinis progresi demensia ialah tahap satu:
Normal , tahap dua ; Normal, forgetfulness subjective(mudah lupa), tahap
tiga ; Kesulitan dalam pekerjaan, berbicara, berpergian ke tempat baru,
dilaporkan oleh keluarga, dan diikuti oleh gangguan ringan, tahap empat ;
Penurunan kemampuan untuk berpergian, berhitung, mengingat kejadian
da hal yang baru, tahap lima ; Membutuhkan bantuan pemilihan baju,
disorientasi waktu dan tempat, gangguan kemampuan menginga nama
orang, tahap enam ; Membutuhkan bantuan untuk makan,
defekasi/berkemih, inkontinensia, disorientasi waktu, tempat dan orang,
tahap tujuh ; Gangguan berbicara yang parah, inkontinensia, gerakan yang
kaku (Nugroho, 2008).
22
4. Pengukuran Demensia
Seringkali demensia luput dari pemeriksaan dan tidak terkaji
oleh tim kesehatan. Tidak semua tenaga kesehatan memiliki kemampuan
untuk dapat mengkaji dan mengenali gejal demensia.Ada lima jenis
pemeriksaan penting yang harus di lakukan, mulai dari pengkajian latar
belakang individu, pemeriksaan fisik, pengkajian syaraf, pengkajian status
mental. Untuk pemeriksaan status mental lansia dengan demensia
dilakukan dengan cara pemeriksaan Mini Mental State Exam (MMSE)
dimana lansia yang menderita demensia dengan kategori score kurang dari
16.
Adapun pengkajian untuk yang mengalami demensia yaitu :
a. Identitas klien (nama,umur,jenis kelamin,alamat,pekerjaan)
b. Keluhan utama : Tanya keluhan lansia (klien kehilangan ingatan )
c. Riwayat kesehatan sekarang : uraian mengenai keadaan klien saat ini,
mulai timbulnya keluhan sampai saat pengkajian
d. Riwayat kesehatan dahulu : adanya masalah pada sbelumnya dan
penanganannya
e. Riwayat kesehatan keluarga : Keluarga ada yang mengalami gangguan
demensia dan ada penyakit genetic
f. Pemeriksaan fisik :
23
Keadaan umum biasanya lemah, Kesadaran komposmentis, tanda-
tanda vital : suhu, nadi (70-82 x/menit), tekanan darah naik turun dan
frekuensi pernapasan meningkat.
Pemeriksaan review of system (ROS) :
1.) Sitem pernafasan (B1 : Breathing) : dapat di temukan peningkatan
frekuensi nafas atau masih dalam batas normal
2.) System sirkulasi (B2 : Bleeding) : tidak ditemukan adanya
kelainan, frekuensi nadi masih dalam batas normal
3.) System persyarafan (B3 : Brain) : gejala adanya keluhan dalam
penurunan kemampuan kognitif, mengambil keputusan,
mengingat yang baru berlalu, penurunan tingkah laku, (di
observasi oleh orang terdekat ). Tanda yaitu klien mengalami
gangguan memori, kehilangan ingatan, gangguan kosentrasi,
kurang perhatian, gangguan persepsi sensori dan insomnia.
4.) System perkemihan (B4 : Bleader) : dorongan berkemih dapat
mengindikasikan kehilangan tonus otot, inkontinensia, diare
/konstipasi
5.) System pencernaan (B5 : Bowel) : klien makan kurang atau
berlebih karena kadang lupa apakah sudah makan atau belum serta
mengalami penurunan berat badan
6.) System muskuloskeleletal (B6 : Bone) : klien mengalami
gangguan dalam pemenuhan aktivitas
24
g. Pola fungsi kesehatan
1.) Pola persepsi dan gaya hidup yaitu gangguan persepsi, gangguan
memelihara dan menangani masalah kesehatan
2.) Pola nutrisi mengalami perubahan
3.) Pola eliminasi mengalami perubahan
4.) Pola istrahat atu tidur (insomnia)
5.) Pola aktivitas dan istrahat mengalami gangguan mengkaji dengan
menggunakan KATZ INDEX
6.) Pola hubungan dan peran yaitu untuk mengetahui tentang
hubungan dan peran klien (APGAR keluarga)
7.) Pola sensori dan kognitif yaitu mengalami kebingunan, kurang
kosentrasi, kehilangan minta, cepat marah, disorientasi (kaji
dengan SPSMQ)
8.) Pola persepsi dan konsep diri yaitu ganguan persepsi, kaji tingkat
depresi klien dengan inventaris depresi beck (IDB) atau Geriatric
Depresion Scale (GDS)
9.) Pola seksual dan reproduksi yaitu terjadi penurunan minat
10.)Pola mekanisme /penanggulangan stress dan koping tidak efektif
11.)Pola tata nilai dan kepercayaan yaitu klien tidak mengalami
ganguan dalam spritual
5. Tindakan Keperawatan Pasien Demensia
Tindakan yang dapat dilakukan pada lansia dengan demensia yaitu :
25
a. evaluasi secara cermat kemampuan yang maksimal dari lansia dala
melaksanakan kegiatan sehari-hari kemudian dapat ditentukan jenis
perawatan yang dibutuhkan.
b. perbaiki lingkungan tempat tinggal untuk menghindari kecelakaan
yang tidak diinginkan.
c. upayakan lansia tersebut dapat mempertahankan kegiatan sehari-hari
secara optimal
d. bantu daya pengenalan terhadap waktu, tempat, dan orang dengan
sering mengingat kembli hal-hal yang berhubungan dengan kejadian
dan hal yang pernah terjadi (Maryam,dkk, 2011).
C. Tinjauan Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Demensia
Menurut Richard et al. (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi
demensia adalah Status Gizi ,aktivitas fisik, tingkat pendidikan, usia dan riwayat
penyakit(Pratiwi, Marliyati, & Latifah, 2013).
1. Status gizi
Status gizi merupakan asupan makanan yang di dapat seseorang
yang mencukupi gizi seimbang.Status gizi juga dapat di definisikan sebagai
keadaan kesehatan tubuh seseorang atau kelompok orang yg diakibatkan
oleh konsumsi, penyerapan (absorpsi), dan penggunaan (utilisasi) zat-zat
gizi makanan ( Hsu 2006). Ada lima kategori zat makanan yang
26
mempengaruhi demensia yaitu protein, vitamin B1,vitamin B2, vitamin B2,
dan asam folat.
Protein mempunyai fungsi utama untuk pertumbuhan dan
pemeliharaan jaringan, pembentukan senyawa esensial, regulasi
keseimbangan air, pembentukan antibody, transportasi zat gizi, dan lain-
lain. Rata-rata AKG untuk protein yang telah dikonvensi sesuai berat badan
masing-masing subjek adalah sebesar 40,4 gram. Rata-rata asupan protein
subjek yang demensia (31,6 gram) lebih rendah dibandingkan dengan
subjek yang tidak demensia (41,4 gram). Perbedaan rata-rata konsumsi
adalah sekitar 10 gram untuk protein.Perbedaan rata-rata asupan
menyebabkan adanya perbedaan untuk tingkat kecukupan harian protein
subjek.Rata-rata tingkat kecukupan protein untuk subjek yang demensia
tergolong deficit ringan karena hanya memenuhi 80-89 % AKP, sedangkan
untuk subjek yang tidak demensia tergolong normal karena sudah
memenuhi 90-119 % AKP (Pratiwi, Marliyati, & Latifah, 2013).
Kekurangan vitamin B 1 dapat di tandai dengan adanya penurunan
nafsu makan, depresi mental, dan lemah.Defiseensi kronis vitamin B 1akan
muncul gejala kelainan neurologis seperti kebingunan (mental) dan
kehilangan koordinasi mata.Sebagian besar subjek dari kedua kelompok
(demensia dan tidak demensia) memiliki tingkat kecukupan vitamin B 1
yang tergolong deficit, yaitu > 77 % AKA vitamin B1 harian.Hal ini
berkaitan dengan rendahnya konsumsi bahan pangan yang banyak
27
mengandung vitamin B 1. Rata-rata asupan vitamin B 1 untuk kedua
kelompok subjek tergolong rendah, diman hanya sekitar 0,46 mg untk
subjek yang tidak demensia dan sekitar 0,26 mg untuk subjek yang
demensia(Pratiwi, Marliyati, & Latifah, 2013).
Vitamin B 2 atau riboflafin merupakan komponen suatu enzim yang
dikenal sebagai flavoprotein dan terlibat dalam reaksi metabolism
intermediet.Sebagian besar subjek dari kedua kelompok memiliki tingkat
kecukupan vitamin B 2 yang tergolong deficit, yaitu > 77 % AKA vitamin B
2 harian. Rata-rata asupan vitamin B 2 untuk kedua kelompok subjek
tergolong rendah diman hanya sekitar 0,54 mg untuk subjek yang tidak
demensia dan sekitar 0,32 mg untk subjek yang demensia (Pratiwi,
Marliyati, & Latifah, 2013).
Sumber utama vitamin B 6 adalah daging, unggas, ikan, kentang, ubi
jalar, sayur-sayuran, susu, dan biji-bijian. Kekurangan vitamin B 6
menyebabkan gejala kulit rusak, syarafmotorik terganggu, dan kelainan
darah (Pratiwi, Marliyati, & Latifah, 2013). Vitamin B 6 dapat mengurangi
resiko gangguan kognitif dan demensia karena mengurangi peningkatan
kadar homosistein plasma, homosistein di ketahi dapat menyebabkan
perubahan patologi melalui mekanisme vaskuler dan neurotiksik langsung
(Wreksoatmodjo, 2014)
28
Asam folat mampu meningkatkan kosentrasi plasma docosahexaenoic
acid (DHA) dan elcosapen taenoic acid (EPA) .EPA, DHA dan asam
arakhidonat berperan dalm kejadian demensia dengan meregulasi kembli
ekspresi gen yang berkaitan dengan neurogenesis, neurotransmisi, dan
konektivitas. EPA, DHA, dan asam arakhidonat mampu meningkatkan
asetilkolin di otak dan menghambat senyawa anti inflamasi yang melindungi
neuron dan aktivitas sitoksik berupa berbagai rangsangan stress oksidatif
(Pratiwi, Marliyati, & Latifah, 2013). Pengkajian Nutrisiyaitu
a. Pengukuran Pertimbangan Lansia (Tinggi badan dan Berat Badan)
Pengukuran tinggia dan berat badan klien harus diperoleh
ketika masuk rumah sakit atau lingkungan pelayanan kesehatan apapun.
Apabila memungkinkan, lansia harus ditimbang pada waktu yang sama
setiap hari, padaskala yang sama, dan dengan pakain atau linen yang
sama. Jika tinggi badan tidak dapat diukur dengan lansia berdiri,
rentangkan lengan, atau jarak dari ujung jari ke ujung jari dengan
lengan diulurkan penuh pada tingkat bahu.(Perry & Potter, 2005).
b. Pengukuran Antropometri
Antropometri adalah suatu system pengukuran ukuran dan
susunan tubuh dan bagi khusus tubuh.Pengukuran antropometri yang
membantu dalam mengidentifikasi masalah nutrisi termasuk
perbandingan ketinggian untuk lingkar pergelangan tangan, lingkar
29
lengan bagian tengan atas, lipatan kulit, dan lingkar otot lengan bagian
tengah atas.
Lingkar pergelangan tangan digunakan untuk memperkirakan
kerangka tubuh lansia.Ukuran pita digunakan untuk mengukur porsi
terkecil dari distal tangan sampai prosesus stiloid. Untuk menghitung
ukuran kerangka dengan membagi lingkar pergelangan tangan dengan
tinggi lansia (tinggi [ cm] / lingkar pergelangan tangan [ cm ] ).
Hasilnya di hitung nilai r. nilai kerangka tubuh untk wanita adalah >
11,0 (kecil), 10,1 hingga 11,0 (sedang), dan >10,1 hingga 10,1 (besar).
Ukuran kerangka untuk pria adalah > 10,4 (kecil), 9,6 hingga 10,4
(sedang), >9,6 (besar) (Perry & Potter, 2005).
IMT merupakan alat yang sangat sederhana untuk memantau
status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan kekurangan dan
kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal
memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih
panjang. Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur
diatas 18 tahun.IMT tidak dapat di terapkan pada bayi, anak-anak,
remaja, ibu hamil, dan olahragawan.Disamping itu, IMT tidak bisa
diterapkan pada keadaan khusus lainnya seperti edema, asites, dll.
Batas ambang nilai IMT menurut Sirajuddin (2012) untuk
orang Indonesia (lansia) adalah <18,5 kg/m termaksut dalam kategori
30
kurus, 18,5 -22,9 kg/m untuk kategori normal, dan >23,0 kg/m untuk
kategori gemuk.
Rumus IMT :
IMT =( )( )
2. Aktivitas Fisik
Menurut penelitian Turana, Yuda (2013), saat lansia melakukan
aktivitas fisik dapat langsung menstimulasi otak, sehingga saat melakukan
olahraga teratur dapat meningkatkan protein di otak yang di sebut Brain
Derived Neurotrphic Factor (BDNF). Protein Derived Neurotrphic Factor
(BDNF) ini berperan penting menjaga sel saraf tetap bugar dan sehat, kadar
Protein Derived Neurotrphic Factor (BDNF) yang rendah dapat
menyebabkan penyakit demensia. Kemampuan umum untuk tidak
tergantung kepada orang lain mempengaruhi dalam kegiatan sehari-hari
(Nugroho, 2008). Sehingga lansia yang banyak melakukan aktivitas fisik
akan mempunyai fungsi kognitif yang lebih baik.Lansia yang sudah
mengalami demensia sebagian besar juga hanya duduk-duduk dan tidur
sepanjang hari serta aktivitas yang dilakukan seperti aktivitas mandi,
mencuci pakain, memasak, merapikan tempat tidur,dan aktivitas lainnya
memerlukan bantuan orang lain. Lansia yang yangtidak
mengalamidemensia sebagian besar masih aktif (55,6 %) dan masih
melakukan aktivitas secara normal. Semakin tinggi level aktivitas fisik
31
maka semakin rendah kejadian demensia pada lansia (Pratiwi, Marliyati, &
Latifah, 2013).
3. Tingkat Pendidikan
Hasil penelitian terkait di lakukan oleh Septiyana Pratiwi (2016)
tentang factor yang mempengaruhi demensia pada lansia salah satunya
tingkat pendidikan. Dengan pendidikan para lansia ingatannya masih kuat ,
karena dengan bekal pendidikan itulah yang dapat mencegah demensia,
peneliti menemukan lansia yang menjadi dosen, dan lansia yang sudah
pensiun, sebelum meneliti peneliti mengamati ternyata ketika dosen yang
sudah lanjut usia di dalam mengajar masih lancar dan bahkan tanpa
membuka buku ingatannya masih kuat.
4. Usia
Berdasarkan teori, lanjut usia yang berusia >60 tahun beresiko terkena
penyakit demensia. Penyakit ini dapat dialami oleh semua orang tanpa
membedakan gender, status sosial, ras, bangsa, etnis, ataupun suku
(Nugroho, 2008). Suatu meta analisis menghasilkan angka insidensi
demensia sedang –berat di AS sebesar 2.4, 5.0, 10.5, 17.7, dan 27.5 per
1000 person-years pada kelompok usia berturut-turut 65-69,70-74, 75-79,
80-84, 85-89, tahun. Penelitian LEILA 75 +di jerman menghasilkan annual
incidence rate demensia antara 45.8-47.4 per 1000 person years. Studi
EURODEM dari 8 negara Erpa menghasilkan prevalensi demensia mulai
32
dari o,4 % pada pria dan perempuan usia 60-64 tahun sampai 22,1 % pada
pris dan 30,8 % pada wanita berusia lebih dari 90 tahun (Wreksoatmodjo,
2014).
5. Riwayat Penyakit
Salah satu factor yang mempengaruhi penurunan kognitif/demensia
pada lansia ialah hipertensi. Penyakit hipertensi yang di derita oleh lansia
seiring dengan proses penuan, Di mana pembuluh darah pada lansia lebih
tebal dan kaku atau disebut aterosklerosis sehingga tekanan darah
meningkat. Peningkatan tekanan darah kronis dapat meningkatkan efek
penuaan pada struktur otak, meliputi reduksi substansia putih dan abu-abu di
lobus prefrontal serta meningkatkan hiperintensitas substansia putih di lobus
frontalis (Myers, 2008).Pada lansia hendaknya mengurangi konsumsi
natrium (garam), karena garam yang berlebih dalam tubuh dapat
meningkatkan tekanan darah (hipertensi) (Maryam, dkk,2011).Menurut
WHO batas tekanan darah normal pada usia> 45 tahun 140/90 mmhg.
33
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. DASAR PEMIKIRAN
Demensia merupakan kumpulan gejala yang di sebabkan oleh beberapa
penyakit atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan
tingkah laku, demensia juga sangat berkaitan dengan lanjut usia. Lanjut usia yang
berumur > 60 tahun lebih beresiko terkena penyakit demensia. Status gizi,
Aktivitas fisik, dan riwayat penyakit pada lansia dapat juga mempengaruhi
terjadinya demensia.Status gizi yang kurang dapat mempengaruhi terjadinya
demensia.Zat gizi mikro juga diketahui berakaitan dengan kejadian demensia
pada lansia, salah satunya vitamin B kompleks.Kekurangan B kompleks pada
lansia dapat meningkatkan resiko terjadinya demensia.Kurangnya aktivitas yang
di lakukan juga berpengaruh terhadap demensia, semakin tinggi level aktivitas
fisik yang di lakukan secara mandiri maka semakin rendah kejadian demensia
pada lansia. Seiring berjalannya proses penuaan pada lansia maka respon
terhadap penyakit mengalami penurunan secara perlahan-lahan.Riwayat penyakit
yang dialami seperti Tekanan darah yang tinggi (hipertensi) dapat menyebabkan
terjadinya demensia pada lansia.
34
B. KERANGKA PIKIR
Keterangan :
: Variabel Independent yang diteliti
: Variabel Dependent
: Variabel Yang tidak diteliti
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
Usia
Tingkat Pendidikan
Riwayat Penyakit
Aktivitas fisik
Status Gizi
Faktor Mempengaruhi :
Demensiapada lansia
35
C. Variable Penelitian
Variable dalam penelitian ini adalah :
1. Variable independent (bebas) : variable independent adalah variable yang
mempengaruhi variable dependent (terikat) dimana variable independent
dalam penelitian ini adalah status gizi, aktivitas fisik, dan riwayat penyakit.
2. Variabel dependent (terikat) : Variabel dependent adalah variable yang di
pengaruhi oleh variable independent dimana dalam penelitian ini adalah
demensia pada lansia.
D. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 13 tahun 1998
tentang kesejahteraan lanjut usia (pasal 1 ayat 2), yang di sebut lansia adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria maupun wanita
(Nugroho, 2008).
Demensia merupakan kumpulan gejala klinik yang di sebabkan oleh
berbagai latar belakang penyakit dan di tandai oleh hilangnya memori jangka
pendek, gangguan global fungsi mental (termaksuk fungsi bahasa), mundurnya
kemampuan berpikir abstrak, kesulitan merawat diri sendri, perubahan perilaku,
emosi labil, dan hilangnya pengenalan waktu dan tempat (Pratiwi, Marliyati, &
Latifah, 2013)
36
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi demensia pada lansia dalam penelitian ini
adalah faktor status gizi, faktor aktivitas fisik, dan dan faktor riwayat penyakit di
Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari.
NO VARIABEL DEFINISI OPERASOINAL KRITERIA OBJEKTIF
a. Status Gizi Status gizi dalam penelitianini adalah keadaan kesehatantubuh seseorang ataukelompok orang (lansia) yangdiakibatkan oleh konsumsi,penyerapan(absorpsi), danpenggunaan (utilisasi) zat-zat-zat gizi makanan. Statusgizi diketahui denganmenggunakan rumus IMT
=( )( )
1.)Faktor mempengruhi :Jika status gizi kurang
denganIMT<18,5 kg/mdan status gizi lebihdengan IMT >23,0 kg/m
2.)Bukan Faktor :Jika status gizi baik
dengan IMT 18,5-22,9kg/m
b. Aktivitas fisik Aktivitas fisik dalam penelitiaIni adalah kegiatan olahragadan aktivitas harian yang dilakukan oleh lansia baikberupa aktivitas mandi,mencuci pakain, memasak,dan merapikan tempat tidurdan aktivitas lainnya.Aktivitas fisik diukur denganmenggunakan lembar observasi BARTHEL INDEKSdimana dikatakan mandirijika skor nilai 13-17 danketergantungan jika skor nilai0-12.
1.)Faktor mempengaruhi :Ketergantungan
2.)Bukan Faktor :Mandiri
c. Riwayatpenyakit
Riwayat penyakit dalampenelitian ini adalah penyakithipertensi pada lansia dimanapembuluh darah pada lansialebih tebal dan kaku atau di
1.)Faktor Mempengaruhi :Jika lansia memilikiriwayat penyakithipertensi
37
sebut aterosklerosis sehinggatekanan darah meningkat.Peningkatan tekanan darahkronis dapat meningkatkanefek penuaan pada strukturotak, meliputi reduksisubstansia putih dan abu-abudilobus prefrontal sertameningkatkan hiperintensitassubstansia putih dilobusfrontalis sehingga hal tersebutmempengaruhi penurunankognitif/demensia pada lansia(Myers, 2008). Untukmengetahui riwayat penyakithipertensi diambil dariLES/buku rekamedik lansiayang ada di Panti SosialTresna Werdha MinaulaKendari
2.)Bukan Faktor :Jika lansia tidakmemiliki riwayatpenyakit hipertensi
38
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif yang digunakan untuk mengidentifikasi
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Demensia Pada Lansia di Panti Sosial
Tresna Werdha Minaula Kendari Tahun 2017.
B. Waktu dan Tempat
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal13 Maret - 26 Juli tahun 2017.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini bertempat di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia yang mengalami
demensia, yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari.
2. Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Adapun sampel dalam
penelitian ini adalah keseluruhan lansia yang mengalami demensia di Panti
Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari.Dengan tekhnik pengambilan
39
sampel secara total sampling (Arikunto, 2006).Sampel ditentukan dengan
kriteria :
a. Kriteria Inklusi :
1.) Semua lansia yang mengalami demensia
2.) Bertempat tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari
b. Kriteria eksklusi (tidak diteliti)
1.) Lansia yang tidak mengalami demensia
D. Prosedur Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer diperoleh dengan menggunakan lembar kuisioner pada
responden yang telah dipilih sebagai sampel yang memuat variable-variabel
penelitian.
2. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah diperoleh dari instansi
terkaityang berhubungan dengan penelitian tersebut dalam hal ini data dari
Panti Tresna Werdha Minaula Kendari.
E. Instrumen Penelitian
pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan lembar kuisioner
dan observasi langsung pada responden yang disusun berdasarkan konsep
penelitian. Kuisioner merupakan pengamatan terstruktur yang merupakan hasil
40
pengembangan dari variabel. Dan observasi merupakan pengamatan secara
langsung terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra.
F. Jenis Data
Data yang digunakan berupa data primer yang diperoleh secara
langsung dari responden yang sesuai dengan kriteria inklusi, yaitu lansia yang
mengalami demensia.
G. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya akan diolah dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
6. Editing
Tahap ini di maksudkan untuk mengecek kembali kelengkapan data
responden yang telah di kumpulkan untuk mendapatkan data yang akurat.
7. Coding
Tahap ini di lakukan pengkodean nama responden dengan beberapa
huruf tertentu untuk menjamin keaslian identitas responden.
8. Scoring
Yaitu perhitungan secara manual dengan menggunakan kalkulator
untuk mengetahui persentase setiap variabel yang diteliti.
41
9. Tabulating
Yaitu pengelompokan data atau menyusun data dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi setelah dilakukan perhitungan data secara manual.
H. Analisa Data
Untuk mendapatkan persentase hasil dari observasi yang telah diteliti
maka akan dianalisa menggunakan rumus sebagai berikut :
( Candra B, 2008)
Keterangan :
X = Jumlah persentase variabel yang diteliti
f = Susunan kategori variabel yang diamati
n = Jumlah sampel penelitian
K = Konstanta (100%)
I. Penyajian Data
Penyajian data pada penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi persentase dan dinarasikan kemudian dilakukan
pembahasan yang selanjutnya didapatkan kesimpulan penelitian.
X = f/n x K
42
J. Etika Penelitian
Dalam penelitian ini, masalah etika sangat diperhatikan dengan
menggunakan metode :
1. Informed concent(lembar persetujuan)
Merupakan cara persetujuan antar peneliti dengan responden penelitian
dengan memberikan lembar persetujuan (Informed concent). Informed
concent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden mengerti
maksud dan tujuan peneliti serta mengetahui dampaknya.
2. Ananomity (tanpa nama)
Dilakukan dengan cara tidak memberikan nama responden pada lembar
alat ukur, hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Yaitu menjamin kerahasiaan hasil penelitian baik informasi maupun
masalah-masalah lainnya. Informasi yang dikumpulkan dijamin
kerahasiaanya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil riset.
43
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Gambaran Umum PSTW Minaula Kendari
a. Sejarah Singkat
Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Minaula diresmikan oleh
menteri Sosial Republik Indonesia pada tanggal 7 Desember 1981. Pada
awal berdirinya , panti menyantuni lansia sebanyak 20 orang dan jumlah
ini berkembang terus menjadi 100 orang pada tahun 1983. PSTW
Minaula di dirikan di atas areal seluas ± 3 Ha. Sebagian besar ( ± 2 Ha)
telah di pergunakan bagi pembangunan fasilitas perkantoran, rumah
ibadah dan fasilitas lain yang menunjang pelaksanaan program
pembinaan lansia terlantar dalam panti, sedangkan sisanya ± 1 Ha
dimanfaatkan sebagai tempat kegiatan rekreasi dan ekonomi produktif
berupa perkebunan sayur-sayuran, pemeliharan ternak ayam dan itik
serta pemeliharaan ikan air tawar.
Sejak berdirinya, panti ini telah mendapatkan sambutan dan
dukungan yang positif di kalangan masyarakat luas.
b. LetakPanti Sosial Tresna Werdha Minaula terletak di Desa Rahaona
Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan memiliki lahan
seluas 28.000 M2 dengan batas-batasan sebagai berikut :
44
-Sebelah Utara berbatasan dengan Jalan Poros Bandara Haluoleo
- Sebelah Selatan berbatasan dengan lahan perkebunan masyarakat
- Sebelah Barat dan Timur berbatasan dengan rumah masyarakat
c. Sarana dan Prasarana
Tabel 5.1 Distribusi Sarana dan Prasarana di Panti Sosial TresnaWerdha Minaula kendari Tahun 2017
No Jenis Sarana dan Prasarana Frekuensi (Unit)1 Wisma tempat tinggal klien 122 Ruangan perawatan khusus 13 Ruangan keterampilan 14 Ruang Pemulasaran Jenasah 15 Kantor 16 Aula 17 Poliklinik 18 Masjid 19 Rumah Jabatan 1
10 Rumah Dinas 611 Gudang 112 Bis 213 Mobil ambulan 114 Mobil Oprasional 315 Motor Oprasional 5
Total 38Sumber : Data Sekunder, 2017
Berdasarkan tabel 5.1 namapak bahwa ada jenis sarana dan
prasarana di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula dan wisma tempat
tinggal lansia merupakan sarana terbanyak yakni 13 termasuk ruang
khusus.
45
d. Tenaga Pengelola Panti
Tabel 5.2 Distribusi Tenaga Pengelola Panti Sosial Tresna WerdhaMinaula Kendari tahun 2017
No Tenaga Pengelola Frekuensi1 Pegawai Negeri Sipil 192 Pegawai Honorer 36
Total 55Sumber : Data Sekunder, 2017
Berdasarkan tabel 5.2 nampak bahwa tenaga pengelola Panti
Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari untuk Pegawai Negeri Sipil 19
orang dan pegawai honorer sebanyak 36 orang .
2. Karakteristik Responden
a. Responden Menurut Jenis Kelamin
Tabel 5.5 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin di PantiSosial Tresna Werdha Minaula Kendari Tahun 2017
No Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)1 Laki –laki 18 58,06 %2 Perempuan 13 41,94 %
Jumlah 31 100Sumber: Data Sekunder, 2017
Berdasarkan tabel 5.4 Distribusi Responden Menurut Jenis
Kelamin di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari Menunjukan
bahwa dari 31 responden, laki-laki sebanyak 18 responden ( 58,06 % ),
dan perempuan 13 responden (41,94 % ).
46
b. Responden Menurut Kelompok Umur
Tabel 5.6 Distribusi Responden menurut Kelompok Umur diPantiSosial Tresna Werdha Minaula Kendari Tahun 2017
No Kelompok Umur Frekuensi Persentase (%)1 60-69 2 6,45 %2 70-79 6 19,35 %3 80-89 21 67,74 %4 90-100 2 6,45 %
Jumlah 31 100Sumber : Data Sekunder, 2017
Berdasarkan tabel 5.6 Distribusi Responden Menurut
Kelompok Umur di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari
menunjukan bahwa dari 31 responden , yang berumur 60-69 tahun
hanya 2 responden (6,45 % ), yang berumur 70-79 tahun 6 responden
(19,35 % ), yang berumur 80-89 tahun sebanyak 21 responden (67,74
% ), dan yang berumur 90-100 tahun 2 responden ( 6,45 % ).
3. Variabel Penelitian
Variabel penelitian dalam penelitian ini meliputi status gizi, aktivitas
fisik, dan riwayat penyakit yang menjadi faktor yang mempengaruhi
demensia pada lansia. Untuk selengkapnya dapat dilihat pada paparan
hasil berikut ini :
47
a. Status Gizi Pada Lansia
Tabel 5.7Distribusi Frekuensi Status Gizi Sebagai Faktor YangMempengaruhi Demensia Pada Lansia di Panti Sosial TresnaWerdha Minaula Kendari Tahun 2017
No Status Gizi Frekuensi Persentase(%)
1 Bukan faktor yang mempengaruhi 6 19,35 %
2 Faktor yang mempengaruhi 25 80,65
Jumlah 31 100Sumber : Data Primer, 2017
Berdasarkan tabel 5.7distribusi frekuensi status gizi sebagai
faktor yang mempengaruhi demensia pada lansia di Panti Sosial
Tresna Werdha Minaula Kendari menunjukan bahwa faktor yang
mempengaruhi yaitu status gizi kurang dan lebih sebanyak 25
responden (80,65 %), bukan faktor yang mempengaruhi yaitu status
gizi baik sebanyak 6 responden (19,35 %).
b. Aktivitas Fisik Pada Lansia
Tabel 5.8Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik Sebagai FaktorYang Mempengaruhi Demensia Pada Lansia di Panti SosialTresna Werdha Minaula Kendari Tahun 2017
No Aktivitas Fisik Frekuensi Persentase(%)
1 Bukan faktor yang mempengaruhi 11 35,48 %2 Faktor yang mempengaruhi 20 64,52 %
Jumlah 31 100Sumber : Data Primer, 2017
Berdasarkan tabel 5.8 distribusi frekuensi aktivitas fisik
sebagai faktor yang mempengaruhi demensia pada lansia di Panti
Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari menunjukan bahwa faktor
yang mempengaruhi yaitu ketergantungan sebanyak 20 responden
48
(64,52 %),dan bukan faktor yang mempengaruhi yaitu mandiri
sebanyak 11 responden (35,48 %).
c. Riwayat Penyakit
Tabel 5.9Distribusi Frekuensi Riwayat Penyakit Sebagai FaktorYang Mempengaruhi Demensia Pada Lansia di Panti SosialTresna Werdha Minaula Kendari Tahun 2017
No Riwayat Penyakit Frekuensi Persentase(%)
1 Bukan faktor yang mempengaruhi 8 25,81 %2 Faktor yang mempengaruhi 23 74,19 %
Jumlah 31 100Sumber : Data Primer, 2017
Berdasarkan tabel 5.9 distribusi frekuensi riwayat penyakit
sebagai faktor yang mempengaruhi demensia pada lansia di Panti
Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari menunjukan bahwa faktor
yang mempengaruhi yaitu yang memiliki riwayat penyakit hipertensi
sebanyak 23 responden (74,19 %), dan bukan faktor yang
mempengaruhi yaitu yang tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi
sebanyak 8 responden (25,81 %).
B. PEMBAHASAN
Setelah melakukan pengolahan data sesuai dengan penelitian yang telah di
lakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari yang di lakukan pada
tanggal 13 Maret -26 Juli 2017 tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
demensia pada lansia yaitu faktor status gizi, aktivitas fisik, dan riwayat
penyakit, menunjukan bahwa dari ketiga faktor tersebut sebagian besar yang
49
mempengaruhiterjadinya demensia adalah faktor status gizi yaitu status gizi
kurang dan lebih sebanyak 25 responden(80,65%).
Secara terperinci hasil penelitian tersebut dapat dibahas berdasarkan
variabel berikut :
1. Status Gizi Sebagai Faktor Yang Mempengaruhi Demensia Pada lansiadi Panti Sosial Tresna Werdha Kendari Tahun 2017
Berdasarkan tabel 5.5 distribusi frekuensi status gizi sebagai
faktor yang mempengaruhi demensia pada lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha Minaula Kendari menunjukan bahwa faktor yang mempengaruhi
yaitu status gizi kurang dan lebih sebanyak 25 responden (80,65 %), dan
bukan faktor yang mempengaruhi yaitu status gizi baik sebanyak 6
responden (19,35 %).
Sebagian besar responden yang mengalami status gizi kurang dan
lebih di sebabkan karena mereka kadang lupa apakah sudah makan atau
belum serta tidak mengetahui apakah mengalami penurunan berat badan atau
peningkatan berat badan. Hal ini sama dengan teori yang menjelaskan pada
pemeriksaan review of system(ROS) bahwa lansia yang mengalami demensia
kadang lupa apakah sudah makan atau belum serta mengalami penurunan
atau peningkatan berat badan (Maryam, dkk,2011).
Sementara itu 6 responden (19,35%) memiliki status gizi yang
baik. Hal tersebut di karenakan selain mendapatkan makanan dari panti,
responden juga selalu di kunjungi oleh keluarga dan keluarga selalu
50
membawakan makanan kesukaan dan yang bergizi sehingga pola makan
responden terjaga dan memiliki status gizi baik.
Status gizi merupakan asupan makanan yang di dapat seseorang yang
mencukupi gizi seimbang. Status gizi juga dapat di definisikan sebagai
keadaan kesehatan tubuh seseorang atau kelompok orang yg diakibatkan
oleh konsumsi, penyerapan (absorpsi), dan penggunaan (utilisasi) zat-zat gizi
makanan ( Hsu 2006).Menurut Richard et al.(2007), salah satu faktor yang
mempengaruhi terjadinya demensia pada lansia adalah status gizi. Dapat
dilihat juga dari penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi,dkk (2013) yaitu
subjek yang mengalami demensia memiliki status gizi kurang dan lebih
sebanyak 62,3 % dan subjek status gizi baik sebanyak 37,7 %.
2. Aktivitas Fisik Sebagai Faktor Yang Mempengaruhi Demensia Padalansia di Panti Sosial Tresna Werdha Kendari Tahun 2017
Berdasarkan tabel 5.6 distribusi frekuensi aktivitas fisik sebagai
faktor yang mempengaruhi demensia pada lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha Minaula Kendari menunjukan bahwa faktor yang mempengaruhi
yaitu ketergantungan sebanyak 20 responden (64,52 %), dan bukan faktor
yang mempengaruhi yaitu mandiri sebanyak 11 responden (35,48 %).
Hal ini di sebabkan karena sebagian besar responden dalam
melakukan aktivitas sehari – hari mengalami kesulitan seperti memasak,
mencuci pakaian, merapikan tempat tidur, dan membersihkan ruangan, serta
ada juga yang menggunakan alat bantu seperti tongkat dan kursi roda untuk
51
berjalan sehingga tidak mampu untuk melakukan aktivitas secara mandiri di
lingkungan tempat tinggal atau di luar ruangan. Selain itu juga sebagian
besar responden dalam melakukan aktivitas di waktu luang seperti kegiatan
olah raga, keagamaan, dan menyalurkan hobi kurang, mereka lebih banyak
berdiam diri di dalam kamar/ ruangan.
Menurut penelitian Turana, Yuda (2013), Saat lansia melakukan
aktivitas fisik dapat langsung menstimulasi otak, sehingga saat melakukan
olah raga teratur dapat meningkatkan protein di otak yang di sebut Brain
Derived Neurotrphic Factor (BDNF). Protein Derived Neurotrphic Factor
(BDNF) ini berperan penting menjaga sel saraf tetap bugar dan sehat, kadar
Protein Derived Neurotrphic Factor (BDNF) yang rendah dapat
menyebabkan penyakit demensia. Sehingga lansia yang banyak melakukan
aktivitas fisik akan mempunyai fungsi kognitif yang lebih baik. Lansia yang
sudah mengalami demensia sebagian besar juga hanya duduk-duduk dan
tidur sepanjang hari serta aktivitas yang dilakukan seperti aktivitas mandi,
mencuci pakain, memasak, merapikan tempat tidur,dan aktivitas lainnya
memerlukan bantuan orang lain. Semakin tinggi level aktivitas fisik maka
semakin rendah kejadian demensia pada lansia (Pratiwi, Marliyati, &
Latifah, 2013).
Sementara itu 11 responden (35,48%) dapat melakukan aktivitas
fisik secara mandiri. Dikarenakan kondisi kesehatan fisik responden tidak
terganggu atau baik, sehingga untuk melakukan aktivitas olah raga dan
52
aktivitas sehari-hari sepertimandi, mencuci pakaian, merapikan tempat tidur
serta menyalurkan hobi dapat di lakukan secara mandiri. Kemampuan
umum untuk tidak tergantung kepada orang lain mempengaruhi dalam
kegiatan sehari-hari (Nugroho, 2008).
3. Riwayat Penyakit Sebagai Faktor Yang Mempengaruhi Demensia Padalansia di Panti Sosial Tresna Werdha Kendari Tahun 2017
Berdasarkan tabel 5.7 distribusi frekuensi riwayat penyakit sebagai faktor
yang mempengaruhi demensia pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
Minaula Kendari menunjukan bahwa faktor yang mempengaruhi yaitu yang
memiliki riwayat penyakit hipertensi sebanyak 23 responden (74,19 %), dan
bukan faktor yang mempengaruhi yaitu yang tidak memiliki riwayat
penyakit hipertensi sebanyak 8 responden (25,81 %).
Hal ini di sebabkan karena seiring berjalannya proses penuaan pada
lansia maka respon terhadap penyakit semakin meningkat, sehingga lansia
banyak yang memiliki riwayat penyakit hipertensi.Dimana pembuluh darah
pada lansia lebih tebal dan kaku atau disebut aterosklerosis sehingga tekanan
darah meningkat.Peningkatan tekanan darah kronis dapat meningkatkan efek
penuaan pada struktur otak, meliputi reduksi substansia putih dan abu-abu di
lobus prefrontal serta meningkatkan hiperintensitas substansia putih di lobus
frontalis sehingga hal tersebut mempengaruhi penurunan kognitif/demensia
pada lansia (Myers, 2008).Pada lansia hendaknya mengurangi konsumsi
natrium (garam), karena garam yang berlebih dalam tubuh dapat
meningkatkan tekanan darah (hipertensi)(Maryam, dkk,2011).
53
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan pada tanggal 13 Maret-26 Juli
2017 pada 31 responden di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi demensia pada lansia yaitu faktor
status gizi, aktivitas fisik, dan riwayat penyakit, dapat disimpulkan secara
umum bahwa dari ketiga faktor tersebut yang mempengaruhi adalah faktor
status gizi yaitu status gizi kurang dan lebih sebanyak 25 responden(80,65%).
dengan penjabaran :
1. Status gizi sebagai faktor yang mempengaruhi demensia pada lansia di
Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari menunjukan bahwa faktor
yang mempengaruhi yaitu status gizi kurang dan lebih sebanyak 25
responden (80,65 %), dan bukan faktor yang mempengaruhi yaitu status
gizi baik sebanyak 6 responden (19,35 %).
2. Aktivitas fisik sebagai faktor yang mempengaruhi demensia pada lansia di
Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari menunjukan bahwa faktor
yang mempengaruhi yaitu ketergantungan sebanyak 20 responden (64,52
%), dan bukan faktor yang mempengaruhi yaitu mandiri sebanyak 11
responden (35,48 %).
3. Riwayat penyakit sebagai faktor yang mempengaruhi demensia pada
lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari menunjukan bahwa
54
faktor yang mempengaruhi yaitu yang memiliki riwayat penyakit
hipertensi sebanyak 23 responden (74,19 %), dan bukan faktor yang
mempengaruhi yaitu yang tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi
sebanyak 8 responden (25,81 %).
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang di peroleh, maka :
1. Di harapkan bagi institusi pendidikan khususnya Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari kiranya penelitian ini dapat di
jadikan bahan masukan atau referensi tentang Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Demensia Pada Lansia.
2. Di harapkan bagi peneliti dapat menambah wawasan dan pengembangan
ilmu dalam bidang penelitian serta dapat berguna bagi pembaca sebagai
ilmu yang dapat menambah wawasan pengetahuan.
3. Di harapkan bagi pihak petugas Panti Sosial Tresna Werdha Minaula
Kendari untuk lebih memperhatikan status gizi dan riwayat penyakit,
sertamemberikan promosi kesehatan tentang pentingnya aktivitas olah raga
terhadap lansia yang belum mengalami demensia.
55
DAFTAR PUSTAKA
Ismayanti, N. 2012.Hubungan Antara Pola Konsumsi Dan Aktivitas Fisik. Dalamhttp//www.wikipedia.com diakses pada tanggal 25 Februari 2017.
Badan Pusat Statistik Kota Kendari. 2013. Kecamatan kendari Dalam Angka 2013.Di akses dari http//kendarikota.bps.go.id. diakses pada tanggal 25 februari2017.
Batubara, Irwan. 2011. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta: SalembaMedika.
Candra B, 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta : EGC.
Maryam.dkk.2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: SalembaMedika.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : RinekaCipta.
Nugroho, Wahjudi. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik Edisi 3. Jakarta: EGC.
Perry & Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental KeperawatanEd,4.Vol.1. Jakarta:EGC
Perry & Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental KeperawatanEd,4.Vol.2. Jakarta:EGC
Pratiwi, C.dkk. 2013.Demensia Pada Lansia. Dalam http//www.wikipedia.com diAkses pada tanggal 25 februari 2017.
Sirajuddin. 2012. Status Gizi. Jakarta : EGC.
Turana, Yuda. 2013. Informasi Kesehatan. Dalam http//www.wikipedia.com diakses
Pada tanggal 25 februari 2017.
Wreksoatmodjo, B. 2014. JournalBeberapa Kondisi Fisik Dan Penyakit YangMerupakan Faktor Resiko Gangguan Kognitif. Dalam Portal Garuda di aksesPada tanggal 25 februari 2017.
Yatim, F. 2003. Demensia,Penyakit Alzheimer. Jakarta: Pustaka Populer Obor.
56
57
58
59
Lampiran 4
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth,
Bapak/Ibu Responden
di-
Tempat
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan maka saya :
Nama : Harnita Sary
Nim : P00320014064
Sebagai mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan
Keperawatan, bermaksud akan melaksanakan penelitian berjudul “ Identifikasi
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Demensia Pada Lansia di Panti Sosial
Tresna Werdha Minaula Kendari Tahun 2017 “.
Sehubungan dengan hal ini, mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk meluangkan
waktu menjadi Responden dalam penelitian ini, anda berhak untuk menyetujui atau
menolak menjadi responden. Apabila setuju, maka Bapak/Ibu dipersilahkan untuk
menandatangani surat persetujuan Responden ini.
Atas kesediaan untuk berpartisipasi dalam peneltian ini, sebelumnya
diucapkan terima kasih.
Peneliti
Harnita Sary
60
Lampira 5
PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN(INFORMED CONCENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini tidak keberatan untuk menjadi
responden dalam penelitian yang akan dilakukan oleh mahasiswi Program D III
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan, Harnita Sary
(NIM.P00320014064), dengan judul “ Identifikasi Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Demensia Pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula
Kendari Tahun 2017 “.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Kendari, Juli 2017
Responden
(………………………….)
61
Lampiran 6
KUISIONER STATUS GIZI SEBAGAI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DEMENSIA
PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA
MINAULA KENDARI TAHUN 2017
A. Identitas Responden
1. Nama Inisial :
2. Umur :
3. Alamat :
B. Variabel Yang Di teliti
1. Tinggi Badan : Cm
2. Berat Badan : Kg
Rumus IMT :
IMT =( )( )
Indeks Massa Tubuh (IMT) Kriteria objektif
18,5 – 22,9 kg/m Status gizi baik
<18,5 kg/m Status gizi kurang
>23,0 kg/m Status gizi lebih
62
KUISIONER AKTIVITAS FISIK SEBAGAI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
DEMENSIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA
MINAULA KENDARI TAHUN 2017
A. Identitas Responden
1. Nama Inisial :
2. Umur :
3. Alamat :
BARTHEL INDEKSMODIFIKASI INDEKS KEMANDIRIAN KATZ
NOAktivitas Mandiri
NILAI1
KetergantunganNILAI 0
1 Mandi di kamar mandi (menggosok, membersihkan,mengeringkan badan)
2 Menyiapkan pakaian, membuka dan mengenakan
3 Memakan makanan yang telah disiapkan
4 Memelihara kebersihan diri untuk penampilandiri(menyisir rambut, mencuci rambut, menggosokgigi, mencukur kumis)
5 Membuang air besar di WC(membersihkan danmengeringkan daerah bokong)
6 Dapat mengontro lpengeluaran feaces (tinja)
7 Buang air kecil di kamar mandi (membersihkandanmengeringkan daerah kemaluan)
8 Dapat mengontrol pengeluaran air kemih
9 Berjalan di lingkungan tempat tinggal atau keluarruangan tampa alat bantu, spt tongkat
63
10 Menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaanyang di anutnya
11 Melakukan pekerjaan rumah. Spt merapihkan tempattidur,mencucipakaian,memasakdanmembersihkanruangan
12 Berbelanja untuk kebutuhan sendiri atau kebutuhankeluarga
13 Mengelola keuangan ( menyimpan dan menggunakanuang sendiri)
14 Menggunakan saran transportasi umum untukbepergian
15 Menyiapkan obat dan minum obat sesuai denganaturan (takaran obat dan waktu minum obat tepat)
16 Merencanakan dan mengambil keputusan untukkepentingan keluarga dalam hal penggunaan uang,aktivitas sosial yang dilakukan dan kebutuhan akanpelayanan kesehatan
17 Melakukan aktivitas di waktu luang (kegiatankeagamaan, sosial, rekreasi, olah raga danmenyalurkan hobi)
Jumlah nilai
ANALISIS HASIL :
NILAI 13 - 17 : MANDIRINILAI 0 – 12 : KETERGANTUNGAN
64
KUISIONER RIWAYAT PENYAKIT SEBAGAI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
DEMENSIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA
MINAULA KENDARI TAHUN 2017
A. Identitas Responden
1. Nama Inisial :
2. Umur :
3. Alamat :
4. Berapa kali di kunjungi keluarga :
B. Variabel Yang Di teliti
1. Tekanan darah : mmhg
65
66
67
68
69
70
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 1. Peneliti mengukur tinggi badan responden
71
Gambar 2. Peneliti mengukur berat badan responden
Gambar 3. Peneliti mengukur tinggi badan responden
Gambar 4. Peneliti mengukur berat badan responden