identifikasi fraksi aktif antivirus hepatitis c dari ...repository.unair.ac.id/55652/13/ff.ft. 21-16...
TRANSCRIPT
i
SKRIPSI
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ANTIVIRUS HEPATITIS C DARI EKSTRAK ETANOL 80%
HERBA Scoparia dulcis Linn.
LAILA NURHIDAYATUS SHOLIKIN
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA DEPARTEMEN FARMAKOGNOSI DAN FITOKIMIA
SURABAYA 2016
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
i
SKRIPSI
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ANTIVIRUS HEPATITIS C DARI EKSTRAK ETANOL 80%
HERBA Scoparia dulcis Linn.
LAILA NURHIDAYATUS SHOLIKIN
051211131167
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA DEPARTEMEN FARMAKOGNOSI DAN FITOKIMIA
SURABAYA 2016
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ii
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LEMBAR PERSETUJUAN
PUBLIKASI ILMIAH
Demi perkembangan ilmu pengetahlJllll, saya menyetujui
skripsi/karya ilmiah saya, dengan judul :
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ANTNIRUS HEPATITIS C DAR!
EKSTRAK ETANOL80% HERBAScoparia dukis Linn.
untuk dipublikasikan eli internet, digital library Perpustakaan Universitas
Airlangga atau media lain untuk kepentingan akademil< sebatas sesuai
dengan Undang-Undang Hak Cipta
Demikian pemyataan persetujuan publikasi skripsilkarya ilmiah
ini saya buat dengan sebenamya.
051211131167
iii
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LEMDAR PERNV ATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama
NIM
Fakullas
: Laila Nurhidayatus ShoJi kin
:051211131167
: Farmasi
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa hasil skripsi/tugas akhir yang
saya tuJis dengan judul :
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ANTIVIRUS HEPATITIS C DARI
EKSTRAK ETANOL 80% HERDA Scoparla dalcls Linn.
Adalah benar-benar merupakan hasH karya saya sendiri. ApabHa di
kemudian hari diketahui bahwa skripsi ini merupakan hasil plagiarisme,
mak. s.y. bersedi. menerim. sanksi borup. pembatalan kelulusan alau
pencabulan gelar yang saya peroleh.
Dcmikian surat pemyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.
• SlIrabaya, 08 September 20 I 6
". ~. ;f-tf~11 ~~ "" OAEFOB2 1
1;00 . RIIUMUPIAH .
Leila Nurhjdayatus ShQJikjn
05121 I 131167
iv
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lembar Pengesahan
LDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF
ANTIVIRUS HEPATITIS C Dar; EKSTRAK ETANOL 80%
BERBA (Scoparia dulcis Linn).
SKRIPSI
Dibuat uDtuk memeouhi syarat meocapai gelar Sarjana Farmasi
pada FakuJtas Farmasi Universitas AirlBogga
2016
Oleb:
Laila Nurbidayatus Sholikin
NlM.051211131167
skripsi ini telab disetujui oleb:
Pembimbing Sena
Dr. Ach ad Fuad Aarid M.S. Dr. Aty Widyawaruyanti. M.S .. Apt. NIP. 195212121981031009 NIP. 196204261990022001
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan atas segala berkat, rakhmat, karunia,
serta hikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ANTIVIRUS HEPATITIS C
Dari EKSTRAK ETANOL 80% HERBA Scoparia dulcis Linn”.
Penelitian dilakukan di Laboratorium SATREPS, ITD kampus C
Universitas Airlangga, untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana
Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.
Penulis menyadari bahwa selama pengerjaan skripsi ini terdapat
banyak hambatan dan kesulitan. Namun berkat bantuan Tuhan Yang Maha
Esa serta bantuan dan dukungan moral dari berbagai pihak maka skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini perkenankanlah
penulis menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Dr. Umi Atiyah, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Airlangga yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas
dalam mengikuti program S1 pendidikan apoteker.
2. Dr. Achmad Fuad Hafid, MS. selaku dosen pembimbing utama yang
selalu memberikan motivasi dan masukan dalam mendampingi saya
dengan penuh kesabaran di Fakultas Farmasi.
3. Dr.Aty Widyawaruyanti, Msi. selaku dosen pembimbing kedua dan
sekaligus pemimpin proyek pada penelitian ini yang selalu meluangkan
waktunya untuk memberikan banyak bantuan dan masukan dalam
menyusun skripsi ini.
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
vi
4. Dr.rer.nat.Mulja Hadi Santosa dan Neny Purwitasari, S.Farm., Msc.
selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan saran dan masukan
untuk perbaikan skripsi.
5. Dr. Tristiana Erawati Munandar, M.Si., Apt. Selaku dosen wali yang
senantiasa memberi motivasi selama menempuh pendidikan di Fakultas
Farmasi Universitas Airlangga.
6. Para dosen Fakultas Farmasi Universitas Airlangga yang telah
mendidik dan membimbing selama menjalankan program pendidikan
S-1 Farmasi.
7. Para staff yang berada di Departemen Farmakognosi dan Fitokimia
serta Laboratorium SATREPS, Lydia Tumewu, Myrna Adianti, Adita
Permanasari, Hikayatul Hilmi, Mas Burhan, dan Pak Parto selama
proses pengerjaan skripsi telah banyak membantu, memberikan
bimbingan dan dukungan.
8. Bapak Sholikin dan Ibu Susiah selaku kedua orang tua saya yang telah
memberikan dukungan, doa, bimbingan dan kasih sayangnya sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
9. Ardi Nugraha yang selalu ada memberikan waktu dan semangatnya di
saat penulis merasa jenuh hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik.
10. Teman-teman proyek anti HCV dan Malaria, Dery, Eka, dan Yaya yang
selalu memberikan semangat dan saling menguatkan sehingga skripsi
ini dapat selesai tepat pada waktunya.
11. Sahabat seperjuangan laskar paradise selama di Fakultas Farmasi,
Fina, Berthy, Emy, Fiqih, Dewul, dan Wanda terima kasih atas
kebersamaannya dan bantuannya selama 4 tahun ini.
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
vii
12. Semua pihak dan teman-teman lain yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu yang telah membantu baik selama proses perkuliahan, dalam
proses penelitian maupun dalam penyusunan skripsi.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam tulisan
ini. Karenanya penulis senantiasa mengharapkan masukan baik berupa
kritik maupun saran dari semua pihak.Semoga karya tulis ilmiah ini dapat
bermanfaat dan memberikan tambahan informasi ilmu pengetahuan maupun
untuk penelitian lanjutan penemuan senyawa aktif dari tanaman yang dapat
digunakan sebagai antivirus hepatitis C.
Surabaya, September 2016
Penulis
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
viii
RINGKASAN
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ANTIVIRUS HEPATITIS C DARI EKSTRAK ETANOL 80% HERBA
Scoparia dulcis Linn.
Laila Nurhidayatus Sholikin
Penyakit hepatitis merupakan masalah kesehatan di dunia yang dapat menyebabkan kematian jutaan orang di seluruh dunia namun belum ada vaksin yang tersedia untuk HCV. Saat ini terapi kombinasi pegylated interferon (PegIFN-α) dan ribavirin digunakan sebagai terapi standar untuk infeksi HCV kronis. Pengobatan dengan kombinasi interferon standard dan Ribavirin memiliki manfaat yang terbatas karena dapat menimbulkan resistensi selama pengobatan jangka panjang dan membutuhkan biaya yang cukup tinggi. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian-penelitian untuk memperoleh obat-obat hepatitis baru yang potensial. Tanaman merupakan sumber yang menjanjikan sebagai obat hepatitis baru. Dalam penelitian ini digunakan tanaman Scoparia dulcis yang berasal dari suku Scrophulariaceae. Tanaman ini secara tradisional digunakan untuk pengobatan masalah lambung. Bagian tanaman yang digunakan adalah akar atau seluruh bagian tanaman. Penelitian pendahuluan yang pernah dilakukan terhadap ekstrak etanol 80% herba Scoparia dulcis menunjukkan aktivitas sebagai antivirus hepatitis C yang potensial terhadap virus JFH1a dengan IC50 17,79 µg/ml. Oleh karena itu, dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui fraksi yang aktif dari ekstrak etanol 80% herba Scoparia dulcis Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui fraksi yang aktif sebagai antivirus hepatitis C dari ekstrak etanol 80% herba Scoparia dulcis. Pada penelitian ini, dilakukan fraksinasi ekstrak etanol 80% herba Scoparia dulcis dengan metode fraksinasi cair-cair dengan 3 pelarut yakni diklorometana, etil asetat, dan butanol. Dari hasil fraksinasi tersebut diperoleh 4 fraksi yakni fraksi diklorometana, fraksi etil asetat, dan fraksi air yang kemudian dilakukan uji aktivitas antivirus hepatitis C dan uji toksisitas mengunakan metode MTT-assay Selain itu juga dilakukan pengamatan profil kromatogram untuk mengetahui senyawa yang berperan terhadap aktivitasnya sebagai antivirus Hepatitis C. Uji aktivitas dilakukan dengan menggunakan virus JFH1a dan sel Huh7it pada 6 konsentrasi yakni 100 µg/ml, 50 µg/ml, 25µg/ml, 12,5 µg/ml, 6,25 µg/ml, dan 3,125 µg/ml.. Hasil uji aktivitas antivirus hepatitis C secara in-vitro diperoleh IC50 fraksi diklorometana, fraksi etil asetat,
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ix
fraksi butanol, dan fraksi air dari ekstrak etanol 80% herba Scoparia dulcis secara berturut-turut adalah 5,32±0,50 µg/ml, >100 µg/ml, >100 µg/ml, dan >100 µg/ml. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa fraksi diklorometana mempunyai aktivitas sebagai antivirus hepatitis C. Sedangkan fraksi etil asetat, fraksi butanol, dan fraksi air tidak memiliki aktivitas sebagai antivirus hepatitis C karena memiliki nilai IC50 lebih dari >100 µg/ml.
Untuk uji toksisitas digunakan metode MTT assay dengan 8 konsentrasi uji yakni 800 µg/ml, 400 µg/ml, 200µg/ml, 100 µg/ml, 50 µg/ml, 25 µg/ml, 12,5 µg/ml, dan 6,25 µg/ml. Hasil uji toksisitas diperoleh 50% cytototoxic concentracion (CC50) dari keempat fraksi dari dari ekstrak etanol 80% herba Scoparia dulcis secara berturut-turut adalah 23,313 µg/ml, >800 µg/ml, >800 µg/ml, dan >800 µg/ml. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa fraksi diklorometana mempunyai toksisitas yang tinggi terhadap sel dengan nilai CC50 23,313 µg/ml jika dibandingkan dengan ketiga fraksi lain yang memiliki nilai CC50 lebih dari >800 µg/ml.
Ekstrak etanol 80% dan fraksi diklorometana memiliki nilai SI secara berturu-turut sebesar 7,723 dan 4,382. Nilai ini lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai SI dari fraksi etil asetat, fraksi butanol, dan fraksi air yang memiliki nilai SI lebih dari 8.
Pengamatan profil kromatogram menggunakan KLT fase normal dan fase terbalik. Untuk KLT fase normal digunakan fase diam : Kieselgel 60 GF, fase gerak : Kloroform : metanol (9:1) dan Penampak noda: H2SO4 10% dalam metanol. Sedangkan KLT fase terbalik menggunakan fase diam : Kieselgel 60 RP-18 F254, fase gerak : Asetonitril:metanol:air (1:2:2) dan penampak noda : H2SO4 10% dalam metanol. Berdasarkan hasil pengamatan profil kromatogram ekstrak etanol 80% dan fraksi diklorometana mempunyai kandungan senyawa golongan klorofil, flavonoid dan terpenoid. Sedangkan fraksi etil asetat dan fraksi butanol mempunyai kandungan senyawa flavonoid. Untuk fraksi air noda yang terlihat tidak begitu jelas. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol 80% dan fraksi diklorometana memiliki aktivitas sebagai antivirus hepatitis C, namun ekstrak etanol 80% dan fraksi diklorometana mempunyai toksisitas yang tinggi terhadap sel. Senyawa yang berperan terhadap aktivitas dari ekstrak etanol 80% dan fraksi dikloromena sebagai antivirus hepatitis C adalah senyawa golongan klorofil, flavonoid, dan terpenoid.
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
x
ABSTRACT
IDENTIFICATION OF ACTIVE FRACTIONS OF ANTIVIRAL
HEPATITIS C FROM EXTRACT ETHANOL 80%
Scopari dulcis Linn HERBS.
Laila Nurhidayatus Sholikin
Scoparia dulcis is a plant that belongs to Scrophulariaceae family. It
used traditionally as remedies for stomach trouble. Previous study showed that ethanol extract 80% of Scoparia dulcis herbs has antiviral activity againts hepatitis C virus JFH1a infected hepatocyte cell Huh7it with IC50 value of 17.79 µg/ml. Further study is conducted on ethanol extract 80% of Scoparia dulcis herbs by using fractination liquid-liquid method and dichloromethane, ethyl acetate, and butanol as the solvent. The result showed that the dichloromethane fraction of ethanol extract 80% of Scoparia dulcis herbs has IC50 value 5.32 ± 0.50 µg/ml. Ethyl acetate, butanol and water fraction of ethanol extract 80% of Scoparia dulcis herbs has IC50 value more than 100µg/ml. Dichloromethane fraction of 80% ethanol extract of Scoparia dulcis showed the highest activity (IC50 5.32 ± 0.50 µg/ml) compare to ethyl acetate, butanol, and water fractions (IC50 more than 100 µg/ml). Dichloromethane fraction of 80% ethanol extract of Scoparia dulcis has the highest toxicity with CC50 value 23,31 µg/ml and SI 4,38. Ethyl acetate, butanol fraction, and water fraction of ethanol extract 80% of Scoparia dulcis herbs has CC50 value more than 800µg/ml and SI more than 8. In conclusion, dichloromethane fraction of 80% ethanol extract of Scoparia dulcis has the highest antiviral activity hepatitis C, but it also toxic. It has chemical compound such as chlorophyll, terpenoid, and flavonoid. Keyword : Scoparia dulcis, extract, fractions, antiHepatitis C virus
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL ....................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH .................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN BUKAN HASIL PLAGIARISME ................. iii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
RINGKASAN ............................................................................................ viii
ABSTRACT ................................................................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................. 5
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................ 5
1.4 Hipotesis Penelitian ............................................................................. 5
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 6
2.1 Tinjauan tentang S. dulcis ................................................................... 6
2.1.1 Klasifikasi tanaman ..................................................................... 6
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xii
2.1.2 Nama daerah Jawa ...................................................................... 7
2.1.3 Deskripsi Tanaman ..................................................................... 7
2.1.4 Penyebaran Tanaman .................................................................. 8
2.1.5 Kandungan Kimia dalam Tanaman ............................................. 8
2.1.6 Bagian Tanaman yang digunakan ............................................... 8
2.1.7 Kegunaan Tanaman ..................................................................... 8
2.2 Tinjauan Tentang Hepatitis C .............................................................. 9
2.2.1 Pengertian Hepatitis C ................................................................ 9
2.2.2 Terapi Hepatitis C ..................................................................... 13
2.3 Tinjauan tentang ekstrak .................................................................... 17
2.5 Tinjauan tentang Kromatografi .......................................................... 21
2.5.1 Pengertian Kromatografi ........................................................... 21
2.5.2 Kromatografi Lapis Tipis (KLT) .............................................. 22
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ..................................................... 24
3.1 Uraian Kerangka Konseptual Penelitian ............................................ 24
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................. 28
4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................................ 28
4.1.1 Ekstraksi dan fraksinasi herba S. dulcis .................................... 28
4.1.2 Uji aktivitas antihepatitis C hasil fraksinasi dari ekstrak etanol 80% secara in-vitro ................................................................. 28
4.1.3 Uji toksisitas sel ....................................................................... 29
4.1.4 Pengamatan profil kromatogram ekstrak etanol 80% dan hasil fraksinasi dari ekstrak etanol 80% herba Scoparia dulcis ....... 29
4.2 Sampel Penelitian.............................................................................. 29
4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................................... 31
4.3.1 Variabel Penelitian .................................................................... 31
4.3.2 Definisi Operasional ................................................................ 31
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xiii
4.4 Bahan dan Alat Penelitian ................................................................. 32
4.4.1 Bahan Tanaman......................................................................... 32
4.4.2 Bahan untuk ekstraksi, fraksinasi, dan skrinning fitokimia ...... 32
4.4.3 Bahan virus dan sel ................................................................... 32
4.5 Instrumen Penelitian ......................................................................... 33
4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 34
4.7 Prosedur Penelitian ........................................................................... 34
4.7.1 Pembuatan Ekstrak Etanol 80% Herba S. dulcis ....................... 34
4.7.2 Fraksinasi Ekstrak Etanol 80% Herba S. dulcis ........................ 34
4.7.3 Pengamatan Profil Kromatogram Ekstrak dan Fraksi Etanol 80% Herba S. dulcis secara Kromatografi Lapis Tipis .................... 35
4.7.4 Uji Aktivitas Anti Hepatitis C secara in-vitro ........................... 36
4.7.5 Uji Toksisitas Hasil Fraksinasi Ekstrak Etanol 80% Herba S.dulcis .................................................................................... 48
BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................... 51
5.1 Hasil Ekstraksi dan Fraksinasi Herba S. dulcis .................................. 51
5.2 Profil Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Etanol 80%, Fraksi Diklorometana, Fraksi Etil asetat, Fraksi Butanol, dan Fraksi Air dari Herba S. dulcis ................................................................................... 52
5.3 Hasil Uji Aktivitas Antivirus Hepatitis C Ekstrak dan Fraksi dari Ekstrak Etanol 80% herba S. dulcis Secara In-Vitro .......................... 56
5.4 Hasil Uji Aktivitas Sitotoksisitas Ekstrak dan Fraksi dari Ekstrak Etanol 80% herba S. dulcis dengan metode MTT-assay .................... 62
BAB VI PEMBAHASAN .......................................................................... 69
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 78
7.2 KESIMPULAN ................................................................................. 78
7.3 SARAN ............................................................................................. 78
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 79
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar BAB 2 Gambar 2. 1 S. dulcis L. .............................................................................. 6 Gambar 2. 2 Siklus Hidup Hepatitis C........................................................ 12 Gambar 2. 3 Mekanisme Aksi dari Interferon ........................................... 14 Gambar BAB 3 Gambar 3. 1 Skema Kerangka Konseptual ................................................. 27 Gambar BAB 4 Gambar 4. 1 Skema Rancangan Penelitian ................................................. 30 Gambar BAB 5 Gambar 5. 1 Kromatogram hasil Kromatografi Lapis Tipis dari ekstrak dan
hasil fraksinasi dari ekstrak etanol 80% herba S.dulcis, dengan Fase diam : Kieselgel 60 F254 dan Fase gerak : Kloroform : metanol (9:1) (A) setelah dieluasi dan dilihat pada lampu UV dengan λ 254 nm (B) dilihat pada lampu UV dengan λ 366 nm (C) setelah disemprot H2SO4 10% dalam metanol (D) setelah disemprot H2SO4 10% dalam metanol dilihat pada lampu UV dengan λ 366 nm ............................. 53
Gambar 5. 2 Kromatogram hasil Kromatografi Lapis Tipis dari ekstrak dan hasil fraksinasi dari ekstrak etanol 80% herba S.dulcis, dengan Fase diam : Kieselgel 60 RP-18 F254 dan Fase gerak : Asetonotril : metanol:air (1:2:2) (A) setelah dieluasi dan dilihat pada lampu UV dengan λ 254 nm (B) dilihat pada lampu UV dengan λ 366 nm (C) setelah disemprot H2SO4 10% dalam metanol (D) setelah disemprot H2SO4 10% dalam metanol dilihat pada lampu UV dengan λ 366 nm ............... 55
Gambar 5. 3 Gambar Pengamatan Uji Aktivitas Antivirus Hepatitis C Pada Ekstrak Etanol 80% dan Fraksi dari Ekstrak Etanol 80% herba S. dulcis di bawah Mikroskop .................................... 61
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xv
DAFTAR TABEL Tabel BAB 2 Tabel 2. 1. Kombinasi Terapi untuk Hepatitis C Kronik ............................ 16 Tabel BAB 4 Tabel 4. 1 Definisi Operasional Penelitian ................................................. 31 Tabel 4. 2 Pengenceran Virus dengan Ekstrak ........................................... 40 Tabel BAB 5 Tabel 5. 1 Berat ekstrak dan masing-masing fraksi yang didapatkan dari
hasil ekstraksi dan fraksinasi cair- cair ................................... 51 Tabel 5. 2 Tabel Hasil Uji Aktivitas Antivirus Hepatitis C Ekstrak Etanol
80% herba S. dulcis ................................................................. 56 Tabel 5. 3 Tabel Hasil Uji Aktivitas Antivirus Hepatitis C Ekstrak Etanol
80% herba S. dulcis ................................................................. 57 Tabel 5. 4 Hasil Uji Aktivitas Antivirus Hepatitis C Fraksi Etil Asetat dari
Ekstrak Etanol 80% herba S. dulcis ....................................... 58 Tabel 5. 5 Tabel Hasil Uji Aktivitas Antivirus Hepatitis C Fraksi Butanol
dari Ekstrak Etanol 80% herba S. dulcis ................................. 59 Tabel 5. 6 Tabel Hasil Uji Aktivitas Antivirus Hepatitis C Fraksi Air dari
Ekstrak Etanol 80% herba S. dulcis ....................................... 60 Tabel 5. 7 Hasil Uji Sitotoksisitas Ekstrak etanol 80% dari Ekstrak Etanol
80% herba S. dulcis ................................................................. 63 Tabel 5. 8 Hasil Uji Sitotoksisitas Fraksi Diklorometana dari Ekstrak
Etanol 80% herba S.a dulcis ................................................... 64 Tabel 5. 9 Hasil Uji Sitotoksisitas Fraksi Etil Asetat dari Ekstrak Etanol
80% herba S. dulcis ................................................................. 65 Tabel 5. 10 Hasil Uji Sitotoksisitas Fraksi Butanol dari Ekstrak Etanol
80% herba Sa dulcis ................................................................ 66 Tabel 5. 11 Hasil Uji Sitotoksisitas Fraksi Air dari Ekstrak Etanol 80%
herba S. dulcis ......................................................................... 67 Tabel 5. 12 Hasil Perhitungan IC50, CC50, dan Selectivity Index (SI)
Ekstrak dan Fraksi dari Ekstrak Etanol 80% Herba S. dulcis .. 68
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Analisis IC50 Ekstrak Etanol 80% Herba S. dulcis Dengan
SPSS Replikasi 1 ............................................................... 85
Lampiran 2 Analisis IC50 Ekstrak Etanol 80% Herba S. dulcis Dengan
SPSS Replikasi 2 ............................................................... 87
Lampiran 3 Analisis IC50 Fraksi Diklorometana Herba S. dulcis Dengan
SPSS Replikasi 1 .......................................................... 90
Lampiran 4 Analisis IC50 Fraksi Diklorometana Herba S. dulcis Dengan
SPSS Replikasi 2 ............................................................... 93
Lampiran 5 Analisis IC50 Fraksi Etil Asetat Herba S. dulcis Dengan SPSS
Replikasi 1 ......................................................................... 96
Lampiran 6 Analisis IC50 Fraksi Etil Asetat Herba S. dulcis Dengan SPSS
Replikasi 2 ......................................................................... 97
Lampiran 7 Analisis IC50 Fraksi Butanol Herba S. dulcis Dengan SPSS
Replikasi 1 ......................................................................... 98
Lampiran 8 Analisis IC50 Fraksi Butanol Herba S. dulcis Dengan SPSS
Replikasi 2 ......................................................................... 99
Lampiran 9 Analisis IC50 Fraksi Air Herba S. dulcis Dengan SPSS
Replikasi 1 ....................................................................... 102
Lampiran 10 Analisis IC50 Fraksi Air Herba S. dulcis Dengan SPSS
Replikasi 2 ....................................................................... 102
Lampiran 11 Analisis CC50 Ekstrak Etanol 80% Herba S. dulcis Dengan
SPSS ................................................................................ 103
Lampiran 12 Analisis CC50 Fraksi Diklorometana Herba S. dulcis Dengan
SPSS ................................................................................ 106
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xvii
Lampiran 13 Analisis CC50 Fraksi Etil Asetat Herba S. dulcis Dengan
SPSS ................................................................................ 109
Lampiran 14 Analisis CC50 Fraksi Butanol Herba S. dulcis Dengan SPSS
.................................................................................................................. 111
Lampiran 15 Analisis CC50 Fraksi Air Herba S. dulcis Dengan SPSS . 114
Lampiran 16 Perhitungan IC50 Ekstrak Etanol 80% dan Hasil Fraksinasi
Herba S. dulcis ................................................................. 117
Lampiran 17 Surat Keterangan Identifikasi Tanaman S. dulcis ............ 120
Lampiran 18 Surat Pernyataan Skripsi ................................................. 121
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit hepatitis merupakan masalah kesehatan di dunia
yang dapat menyebabkan kematian jutaan orang di seluruh dunia.
Hepatitis dapat disebabkan oleh berbagai macam virus seperti virus
hepatitis A,B,C,D, dan E (WHO, 2002). Hepatitis C merupakan
salah satu penyebab utama dari penyakit sirosis hepatis dan HCC
(hepatocellular carcinoma) (WHO, 2002). Lebih dari 185 juta orang
diseluruh dunia terinfeksi oleh virus Hepatitis C, dan 350.000
diantaranya meninggal dalam setiap tahun (WHO, 2014). Di Asia
Tenggara, lebih dari 11 juta orang telah terinfeksi oleh virus
Hepatitis C (WHO, 2014). Di Indonesia, diperkirakan telah terdapat
24 juta penduduk Indonesia yang terinfeksi virus Hepatitis B dan C,
14 juta diantaranya berpotensi menjadi penyakit hati yang kronik.
Penderita yang telah berkembang menjadi penyakit hati yang kronik,
sekitar 1,4 juta diantaranya berpotensi untuk berkembang menjadi
kanker hati (Depkes RI, 2014).
Hepatitis C adalah penyakit infeksi yang bisa tidak terdeteksi
pada seseorang selama puluhan tahun, namun perlahan-lahan akan
merusak organ hati. Biasanya orang yang menderita penyakit
hepatitis C tidak menyadari bahwa dirinya telah menderita penyakit
ini. Hal ini disebabkan tidak ada gejala khusus yang terlihat pada
penyakit ini (Depkes RI, 2007). Hepatitis C virus (HCV) sebagian
besar ditularkan melalui kontak dengan darah. Hal ini bisa terjadi
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2
lewat transfusi darah, suntikan yang terkontaminasi selama proses
medis terjadi, dan melalui penggunaan narkoba dengan jarum suntik.
Hubungan seksual juga dapat menyebabkan penyakit ini namun
kurang umum terjadi (WHO, 2012).
Hingga saat ini belum ditemukan vaksin untuk hepatitis C
(Depkes RI, 2014). Saat ini terapi kombinasi pegylated interferon
(PegIFN-α) dan ribavirin digunakan sebagai terapi standar untuk
infeksi HCV kronis karena dapat menghambat replikasi virus
(Depkes RI 2014). Namun, sebanyak 40-50% dari pasien gagal
untuk menerima efek terapi dari pemberian terapi (PegIFN-α) atau
Ribavirin. Timbulnya efek samping (sakit kepala, kelelahan,
mialgia, depresi, neutropenia, trombositopenia) pada pasien yang
menerima PEG interferon standar menyebabkan penghentian terapi
(Javed et al., 2012). Selain itu, pengobatan yang berbasis IFN dapat
berpotensi menyebabkan gangguan autoimun (Helen et al., 2012).
Terapi baru untuk infeksi HCV telah banyak dikembangkan,
namun khasiat terapi yang dihasilkan masih perlu ditingkatkan.
Tanaman obat merupakan sumber yang menjanjikan sebagai calon
obat untuk infeksi HCV (Wahyuni et al., 2012). Pada tanaman yang
memiliki kandungan senyawa kimia seperti flavonoid, terpenoid,
lignan, sulfida, polifenol, kumarin, saponin, senyawa furil, alkaloid,
polyines, thiophenes, protein dan peptida, cenderung dapat
menghambat siklus replikasi berbagai jenis DNA virus RNA (Javed
et al., 2012). Beberapa tanaman dilaporkan memiliki aktivitas
sebagai anti virus hepatitis C. Eucalyptus globulus mempunyai
aktivitas antihepatitis C yang potensial terhadap virus hepatitis C
JFH1a (Versiati et al., 2014). Phyllantus amarus secara signifikan
dapat menghambat HCV NS3 protease dengan IC50 sebesar 5µg/ml
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3
(Ravikumar, 2011). Ekstrak dari Acacia nilotica, Boswellia carterii,
Embelia schimperi, Piper cubeba, Quercus infectoria,
Trachyspermum ammi, dan Syzygium aromaticum secara signifikan
menghambat aktivitas protease HCV secara in vitro (Lee jihye et al.,
2012).
Pemilihan tanaman Scoparia dulcis didasarkan pada
pendekatan kemotaksonomi dan penelitian pendahuluan yang pernah
dilaksanakan sebelumnya. Melalui pendekatan kemotaksonomi,
tanaman Picrorhiza kurroa yang mempunyai familia sama dengan
S.dulcis yaitu Scrophulariaceae mempunyai aktivitas terhadap virus
HCV (Mohanapriya et al., 2013). Pada penelitian pendahuluan yang
pernah dilakukan sebelumnya, dilakukan dengan menguji tiga
sampel tanaman yaitu S.dulcis, Spigellia anthelmia, dan Asystasia
gangetica. Ketiga tanaman tersebut menunjukkan aktivitas sebagai
antivirus Hepatitis C dengan IC50 masing-masing secara berturut-
turut sebesar 17,79 µg/ml, 83,93 µg/ml, dan lebih dari 100 µg/ml
terhadap virus JFH1a (Adianti et al., 2015). Ekstrak tanaman dengan
kadar IC50 < 30 µg/ml dinyatakan mempunyai aktivitas sebagai anti
HCV yang signifikan (Wahyuni et al., 2012). Hal ini menguatkan
dugaan bahwa terdapat aktivitas sebagai antivirus hepatitis C pada
tanaman S.dulcis.
Tanaman S.dulcis mempunyai familia Scrophulariaceae.
Tanaman ini di Indonesia lebih dikenal dengan nama Jaka Tuwa.
Kandungan senyawa kimia yang terdapat pada tanaman S.dulcis
adalah kumarin, fenol, saponin, tannin, asam amino, flavonoid,
terpenoid, dan katekolamin (Murti et al.,2012). Secara tradisional
tanaman S.dulcis digunakan untuk mengobati masalah lambung,
hipertensi, diabetes, bronkitis dan sebagai analgesik dan agen
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4
antipiretik (Murti et al.,2012). Pada studi literatur lain, tanaman
S.dulcis aktif sebagai antiviral pada pengujian untuk virus Herpes
Simplex type 1 (Murti et al.,2012).
Pada penelitian ini akan dilakukan fraksinasi terhadap ekstrak
etanol 80% herba S.dulcis berturut-turut menggunakan pelarut
diklorometana, etil asetat, dan butanol. Pemilihan pelarut tersebut
didasarkan pada perbedaan polaritas dari non polar, semi polar,
hingga polar. Sehingga diharapkan senyawa yang bersifat polar,
semipolar, maupun non polar pada tanaman S.dulcis dapat
terekstraksi secara maksimal. Pada penelitian pendahuluan yang
pernah dilakukan terhadap ekstrak etanol 80% herba S.dulcis
menggunakan virus JFH1a pada sel hepatosit Huh7it menunjukkan
aktivitas sebagai antivirus hepatitis C dengan IC50 sebesar 17,79
µg/ml, CC50 115,51 µg/ml, Selective Index 6,49 µg/ml (Adianti et
al., 2015) . Hal ini menguatkan dugaan bahwa terdapat fraksi yang
aktif dari hasil fraksinasi menggunakan ekstrak etanol 80% herba
S.dulcis. Sehingga dapat digunakan sebagai produk obat anti
Hepatitis C. Selanjutnya, akan dilakukan pengamatan profil
kromatogram hasil fraksinasi ekstrak etanol 80% herba S.dulcis
secara Kromatografi Lapis Tipis dan pengujian aktivitas antivirus
hepatitis C in-vitro untuk identifikasi fraksi yang aktif.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah aktivitas dari hasil fraksinasi ekstrak etanol 80%
herba S dulcis sebagai antivirus Hepatitis C in-vitro ?
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5
2. Bagaimanakah toksisitas dari hasil fraksinasi ekstrak etanol
80% herba S.dulcis dengan menggunakan metode MTT assay ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui aktivitas hasil fraksinasi ekstrak etanol 80%
herba S.dulcis sebagai antivirus Hepatitis C in-vitro.
2. Untuk mengetahui toksisitas hasil fraksinasi ekstrak etanol 80%
herba S.dulcis dengan menggunakan metode MTT assay.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menentukan IC50 hasil fraksinasi ekstrak etanol 80% herba
S.dulcis sebagai antivirus Hepatitis C in-vitro.
2. Menentukan CC50 hasil fraksinasi ekstrak etanol 80% herba
S.dulcis dengan menggunakan metode MTT assay.
1.4 Hipotesis Penelitian
Terdapat fraksi yang aktif dari hasil fraksinasi ekstrak etanol
80% herba S. dulcis sebagai antivirus Hepatitis C in-vitro .
1.5 Manfaat Penelitian
Mendapatkan informasi mengenai aktivitas antivirus Hepatitis
C dari hasil fraksinasi ekstrak etanol 80% herba S.dulcis sehingga
dapat dijadikan dasar pengembangan tanaman S.dulcis sebagai
produk obat anti hepatitis C.
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan tentang Scoparia dulcis
2.1.1 Klasifikasi tanaman
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Scrophulariales
Suku : Scrophulariaceae
Genus : Scoparia
Jenis : Scoparia dulcis Linn.
(Backer and Bakhuizen Van Den Brink, 1965)
Gambar 2. 1 Scoparia dulcis L.
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7
2.1.2 Nama daerah Jawa
Jaka tuwa (Jawa) (Simda); Grinje menir, Grinje jepun (Jawa)
2.1.3 Deskripsi Tanaman
Habitus : Tanaman herba tahunan, tegak, tinggi hingga 2 m.
Batang : Bulat, licin, sedikit berkayu, hijau.
Daun : Helaian daun bentuk oval, pangkal meruncing, ujung
runcing, tepi bergerigi, panjang 1-2 cm,l ebar 0,5-1
cm, pertulangan menyirip, permukaan kasar,
berwarna hijau, tangkai daun panjang 2-8 mm.
Bunga : Tunggal di ketiak daun dan berkelompok dua,
hemaprodit, tangkai panjang 2-5 mm, bunga
sempurna, mahkota bentuk bulat, berwarna kuning
pucat hingga keputihan dengan bagian gelap di
tengah, dengan diameter 6-7 mm, 4 helai, kelopak
bunga berlepasan 4 helai, panjang 2-3 ram, hijau,
gundul, benang sari 4, tangkai sari disisipkan di
bagian atas mahkota bunga, kepala sari tegak dengan
panjang 2 mm, putik terpotong menjadi 2 bagian,
waktu berbunga hampir sepanjang tahun.
Buah : Bentuk bujur telur, keras, hijau.
Biji : Bulat, kecil, dalam jumlah banyak, hijau
Akar : Serabut, berwarna putih kecoklatan.
(Backer and Bakhuizen Van Den Brink, 1965)
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8
2.1.4 Penyebaran Tanaman
Merupakan tumbuhan liar yang umumnya ditemukan di
pinggiran sawah, pinggir jalan, tepi-tepi sungai atau di semak-semak,
dari ketinggian 10 m sampai 800 m di atas permukaan laut.
Pengumpulan bahan dapat dilakukan sepanjang tahun (Ristek, 2012).
Di Negara–Negara lain tanaman S. dulcis lebih dikenal
dengan nama “sweet broomweed”. Tanaman ini terdistribusi luas di
daerah tropis dan subtropis seperti Asia dan Amerika selatan. Habitat
asli dari tanaman ini adalah di Amerika (Murti et al., 2012).
2.1.5 Kandungan Kimia dalam Tanaman
Kandungan kimia yang terdapat pada tanaman ini adalah
kumarin, fenol, saponin, tannin, asam amino, flavonoid, terpenoid,
dan katekolamin. Senyawa aktif yang terdapat dalam tanaman
S.dulcis adalah scoparic acid A, scoparic acid B, scoparinol,
scopadulcic acid A dan B, scopadulciol, dan scopadulin yang
merupakan golongan terpenoid (Murti et al.,2012).
2.1.6 Bagian Tanaman yang digunakan
Akar dan seluruh bagian tanaman dalam keadaan segar atau
setelah dikeringkan (Ristek, 2012).
2.1.7 Kegunaan Tanaman
2.1.7.1 Secara Empiris
Obat disentri, peluruh air seni dan obat batuk. Selain itu,
tanaman ini mempunyai khasiat sebagai obat untuk masalah perut
(Satyanarayana, 1969), hipertensi (Chow et al., 1974), diabetes
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9
(Perry, 1980), bronkitis (Gonzalez -Torres, 1986 ) dan sebagai
analgesik dan agen antipiretik (De Farias Freire dkk., 1993).
2.1.7.2 Berdasarkan uji preklinik
Ekstrak dari S.dulcis secara signifikan dapat meningkatkan
produksi insulin pada uji yang dilakukan terhadap tikus wistar
jantan. Senyawa diterpenoid yaitu scopadulcic acid A dari tanaman
S.dulcis mempunyai aktivitas sebagai anti malaria terhadap
Plasmodium falciparum secara in-vitro. Scopadulcic acid B yang
merupakan senyawa diterpenoid dapat menghambat replikasi dari
virus herpes simplex type 1 pada hamster. Ekstrak etanol dari
Scoparia dulcis mempunyai aktivitas sebagai analgesik dan anti-
inflamatory pada uji writhing-test terhadap mencit (Murti., et al
2012). Studi lain secara in-vitro, tanaman S.dulcis mempunyai
aktivitas sebagai antioksidan (Patra., et al 2013).
2.1.7.3 Berdasarkan uji klinik
Pada studi secara in-vivo senyawa scopadulcic acid B dari
tanaman Scoparia dulcis dapat menghambat tumor pada promoter
12-O-tetradecanoylphorbol-13-acetate (TPA) (Murti., et al 2012).
2.2 Tinjauan Tentang Hepatitis C
2.2.1 Pengertian Hepatitis C
Hepatitis secara umum diartikan sebagai inflamasi atau
radang pada hati yang dapat disebabkan oleh beberapa mekanisme
termasuk agen pembawa infeksi. Virus Hepatitis C dapat disebabkan
oleh berbagai macam virus seperti virus Hepatitis A,B,C,D, dan E.
Karakteristik dari penyakit hati ini adalah terjadinya jaundice atau
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
10
penyakit kuning dan penyebabnya bukan hanya virus. Diagnosis
yang tepat hanya dapat ditegakkan dengan pemeriksaan antibodi
spesifik pada pasien (WHO, 2002).
Hepatitis C disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis C (HCV)
yang merupakan virus RNA rantai tunggal dan beramplop. Virus ini
menginfeksi sel-sel hati dan mengakibatkan peradangan berat pada
hati sehingga terjadi berbagai macam komplikasi dalam jangka
panjang. Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini tidak spesifik
yang ditandai dengan anoreksia, perut terasa tidak nyaman,mual dan
muntah, demam, dan terjadi jaundice pada sekitar 25% pasien dan
lebih jarang terjadi dibandingkan dengan hepatitis B. Dari pasien
yang terinfeksi HCV sekitar 40% dari mereka sembuh total namun
20% dari pasien berkembang menjadi sirosis hati dan lebih dari 20%
lainnya berkembang menjadi kanker hati (WHO, 2002).
Virus Hepatitis C merupakan virus RNA yang beramplop
dengan diameter 50 nm dan memiliki panjang 9.6 kb (WHO, 2014).
Hepatitis C virus diklasifikasikan dalam genus Hepacivirus dan
familia flaviviridae. Virus ini memilki genom yang bervariasi dan
genotip-subgenotip yang bermacam-macam (WHO, 2014). Genom
dari HCV memiliki kemampuan mutasi yang tinggi karena HCV
merupakan virus RNA dan memiliki kemampuan proofreading yang
kurang efisien. HCV mengalami mutasi yang cepat pada daerah
hypervariable dari genom yang mengkode untuk protein amplop dan
menyebabkan kehilangan kekebalan tubuh dari host. Sebagai
akibatnya banyak orang yang terinfeksi HCV berkembang menjadi
infeksi yang kronis (WHO, 2002).
Virus hepatitis C (HCV) sebagian besar ditularkan melalui
kontak dengan darah yang tertular oleh HCV. Hal ini bisa terjadi
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11
melalui transfusi darah dan produk darah yang terkontaminasi oleh
HCV, suntikan yang terkontaminasi selama prosedur medis, dan
melalui penggunaan narkoba dengan menggunakan suntikan (WHO,
2012). HCV tidak disebarkan oleh ibu menyusui, bersin, batuk, dan
memeluk (WHO 2002). HCV bisa ditularkan dari ibu yang positif
HCV kepada bayi selama proses kelahiran.
Virus Hepatitis C dapat menyebabkan infeksi kronis dan akut.
Infeksi HCV akut dapat didefinisikan sebagai keberadaan virus
Hepatitis C dalam tubuh dengan jangka waktu enam bulan setelah
terjadinya paparan dan infeksi. Hal ini biasanya tidak terdapat gejala
yang terlihat, dan hanya terjadi pada penyakit yang dapat
mengancam jiwa. Pembersihan secara spontan HCV akut terjadi
dalam waktu enam bulan dari infeksi pada 15-45% individu yang
terinfeksi dengan tidak adanya pengobatan. Antibodi anti-HCV
merupakan bagian dari infeksi akut virus Hepatitis C. Seseorang
dengan antibody anti-HCV dapat melakukan tes asam nukleat (NAT)
untuk mendeteksi keberadaan RNA virus hepatitis C dan diperlukan
sebagai diagnosis untuk infeksi HCV kronik (WHO, 2014).
Lebih dari 85% pasien yang terjangkit HCV akan berubah
dari akut menjadi kronis, dimana RNA HCV dapat dideteksi secara
persisten dalam waktu 6 bulan atau lebih. Kadar RNA HCV dan
ALT dalam darah dapat fluktuatif dan bahkan ada periode dimana
RNA HCV terdeteksi dan kadar ALT menjadi normal. Gejala yang
biasanya timbul dari infeksi kronis adalah kelelahan secara terus-
menerus dan beberapa gejala lainnya, yaitu nyeri pada quadrant,
mual serta nafsu makan turun. Peradangan liver secara kronis pada
pasien dengan infeksi kronis HCV dapat mengakibatkan timbulnya
fibrosis hati. Kecepatan perkembangan fibrosis dapat bervariasi dan
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12
tidak dapat dijadikan tolak ukur berkembangnya sirosis. Sekitar 20%
pasien dengan infeksi kronis HCV akan mengidap sirosis hati
(Dipiro et al., 2011).
Pada infeksi akut HCV, kebanyakan pasien tidak merasakan
gejala apapun dan tidak terdiagnosis. RNA HCV dapat dideteksi
pada minggu pertama hingga ke-2 sejak dari mulai tertular dan
kadarnya meningkat tajam selama minggu-minggu awal. Kadar RNA
HCV pada masa-masa tersebut berkisar antara 105 hingga 107 IU/ml.
Selain itu, kadar ALT akan meningkat yang mengindikasikan adanya
kerusakan hati dan nekrosis sel. Biasanya, gejala mulai muncul pada
minggu ke-7 setelah terinfeksi, denagan kisaran anatara 3 sampai 12
minggu (Dipiro et al., 2011).
Gambar 2. 2 Siklus Hidup Hepatitis C
(Carnero elena, 2015)
HCV terdiri dari komponen virus (bola hijau) yang terikat
dengan lipoprotein (bola kuning). Partikel virus masuk ke dalam
hepatosit menggunakan paling sedikit 4 faktor termasuk transporter
kolesterol SR-B+. Masuknya HCV ke dalam sel terjadi melalui
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13
reseptor endositosis. Setibanya di awal endosome, terjadi fusi
amplop virus dengan endosome dan melepaskan genom (meteri
genetik) ke dalam sitosol. RNA virus ini kemudian diterjemahkan ke
dalam poliprotein virus. Protein non-struktual NS3 sampai NS5B
membentuk kompleks replikasi yang terkait dengan membran derivat
ER yang disebut membran web dan mereplikasikan genom tersebut.
Setelah akumulasi neosynthesized RNA genomik dan protein virus,
partikel HCV dirakit dalam kompartemen ER-terkait yang dekat
dengan jalur biogenesis VLDL. Kemudian, partikel HCV yang
berikatan dengan lipoprotein, dikirim ke jalur sekresi (keluar dari
sel) (Carnero Elena, 2015).
2.2.2 Terapi Hepatitis C
Pengobatan standar untuk hepatitis C virus (HCV) adalah
terapi kombinasi Pegylated Interferon (PegIFN-α) dan Ribavirin
(RBV) yang dipakai selama 48 minggu (Depkes RI 2014).
2.2.2.1 Interferon (IFN)
IFN adalah protein yang dibuat oleh berbagai sel dari sistem
kekebalan tubuh, termasuk sel darah putih. IFN dibuat sebagai
tanggapan terhadap sel asing termasuk virus, bakteri, parasit, dan sel
tumor. Nama “interferon” berasal dari kemampuan IFN untuk
mengganggu perkembangbiakan sel asing. Selama infeksi apapun,
IFN dilepaskan dan meningkatkan tanggapan kekebalan tubuh.
Tanggapan ini bertanggungjawab atas banyak efek samping yang
ditimbulkan oleh IFN. Tipe dari IFN adalah: alpha, beta, gamma dan
lambda. Interferon sintetik (buatan manusia) telah dikembangkan
dengan memakai teknologi DNA. Saat ini ada 12 jenis interferon dan
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14
ada lagi jenis lain yang sedang dalam penelitian. Berbagai jenis
interferon telah disetujui untuk mengobati penyakit yang berbeda.
Penelitian terbaru telah tertuju pada penggunaan interferon untuk
meningkatkan keberhasilan terapi lain, misalnya untuk mengobati
kanker payudara
IFN-α mempunyai efek antivirus dengan mekanisme yaitu:
(1) induksi antivirus non spesifik pada sel yang terinfeksi ; (2) efek
immunodilator yang meningkatkan respon imun antivirus spesifik
pada inang serta mempercepat kematian sel yang terinfeksi (Huang
et al., 2014).
Gambar 2. 3 Mekanisme Aksi dari Interferon
(Huang et al., 2014).
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15
2.2.2.2 Ribavirin (RBV)
RBV adalah obat antivirus yang ditemukan pada tahun 1970.
Ribavirin merupakan analog guanosin yang terfosforilasi intraseluler
pada enzim sel inang. Obat ini digunakan bersama interferon alfa.
Pengobatan Ribavirin harus diberikan sesuai dengan berat badan
(Terdapat pada tabel 2.1). Pengobatan dengan kombinasi
Ribavirin dan Interferon akan menghasilkan respon ketika melawan
virus. Penderita dikatakan memiliki respon melawan virus jika
jumlah virus Hepatitis C begitu rendah sehingga tidak terdeteksi
pada tes standar RNA virus.
Beberapa hipotesis tentang mekanisme aksi dari ribavirin,
yaitu : (1) efek antivirus terhadap HCV RNA-dependent RNA
polimerase (2) penipisan intraseluler guanosin trifosfat (GTP)
melalui aksinya sebagai inhibitor inosin dehidrogenase mono-fosfat
(IMPDH) (3) induksi misin nukleotida oleh RNA polimerase virus,
yang mengarah ke mutagenesis dan produksi virus dengan
pengurangan infektivitas (4) perubahan dalam keseimbangan sitokin
pembantu dari profil Th2 ke profil Th1 lebih antivirus (Raymond
T.Chung et al., 2008).
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16
Tabel 2. 1. Kombinasi Terapi untuk Hepatitis C Kronik
Obat Dosis Pegylated Interferon α -2 α 100 µg seminggu sekali
Ribavirin (Copegus ®) <75 kg: 1000 mg (Genotype 1,4) ≥75 kg: 1200 mg (Genotype 1,4)
800 mg (Genotype 2,3) Pegylated Interferon α -2β 1,5 µg/kg seminggu sekali
Ribavirin (Rebetol®)
≤65 : 800 mg 66-80 kg : 1000 mg
81-105 kg : 1200 mg >105 kg : 1400 mg
*Non-pegylated Interferon termasuk interferon α -2α (Roferon®, dosis: 3-4,5 mill IU 3 waktu tiap minggu (TIW); Interferon α -2 β (Intron A®, dosis 3
mill IU TIW); dan Consensus Interferon (Infergen®: dosis 9 µg TIW) (Raymond T.Chung et al., 2008)
2.2.2.3 Peginterferon (PegIFN)
Maksud dari “pegilasi” adalah penambahan polimer inert
polietilen glikol (PEG) pada protein terapetik seperti IFN. Semakin
besar ukuran molekul senyawa, maka akan menghasilkan paruh
waktu yang lebih lama akibat dari penurunan klirens sehingga
aktivitas biologisnya dapat dipertahankan serta dosis yang lebih
nyaman yaitu cukup diberiakan satu kali seminggu (Yu and Chuang,
2008).
2.2.2.4 Terapi Lain
Terapi menggunakan Telaprevir atau Boceprevir, diberikan
melalui kombinasi dengan PegIFN dan Ribavirin. Terapi ini
digunakan untuk infeksi HCV kronik dengan genotip 1 dan
penggunaan terapi ini lebih baik dibandingkan dengan monoterapi
PegIFN dan Ribavirin. Simeprevir diberikan kombinasi dengan
PegIFN dan Ribavirin, terapi ini direkomendasikan untuk orang
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17
dengan infeksi HCV genotip 1b dan genotip 1a tanpa adanya
polimorfisme Q80K. Sofosbuvir diberikan kombinasi dengan
Ribavirin tanpa PegIFN (tergantung genotip HCV). Terapi ini
direkomendasikan untuk infeksi HCV genotip 1,2,3, dan 4. Terapi
ini juga bisa diberikan kepada seseorang yang tidak dapat
menggunakan terapi Interferon (WHO, 2014).
2.3 Tinjauan tentang ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan
mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia
hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau
hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan (Depkes RI, 1995 ).
Ekstrak cair adalah sediaan simplisia nabati yang
mengandung etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet. Jika tidak
dinyatakan lain pada masing-masing monografi tiap ml ekstrak
mengandung senyawa aktif dari 1 g simplisia yang memenuhi syarat.
Ekstrak cair yang cenderung membentuk endapan dapat didiamkan
dan disaring atau bagian yang bening die nap tuangkan (dekantasi).
Beningan yang diperoleh memenuhi persyaratan Farmakope. Ekstrak
cair dapat dibuat dari ekstrak yang sesuai (Depkes RI, 1995).
2.4 Tinjauan tentang ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang
dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut
dengan pelarut cair. Simplisia yang diekstrak mengandung senyawa
aktif yang dapat larut dan senyawa aktif yang tidak dapat larut
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18
seperti serat, karbohidrat, protein, dan lain-lain. Senyawa aktif yang
terdapat dalam simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan
minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Struktur kimia yang
berbeda-beda akan mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa-
senyawa tersebut terhadap pemanasan, udara, cahaya, logam berat,
dan derajat keasaman. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang
dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara
ekstraksi yang tepat.
Proses pembuatan ekstrak diawali dari pembuatan serbuk
simplisia kering (penyerbukan) yang memiliki derajat kehalusan
tertentu. Semakin halus serbuk simplisia, maka proses ekstraksi yang
terjadi semakin efektif, namun semakin halus serbuk simplisia yang
diekstraksi menyebabkan semakin sulitnya proses penyarian yang
diperlukan (Depkes RI, 2000).
Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah
pelarut yang baik (optimal) untuk senyawa kandungan yang
berkhasiat atau yang aktif, dengan demikian senyawa tersebut
dapat terpisahkan dari bahan dan dari senyawa kandungan
lainnya serta ekstrak hanya mengandung sebagian besar senyawa
kandungan yang diinginkan (Depkes RI, 2000).
Berbagai macam metode ekstraksi yang biasa dilakukan adalah :
1. Cara dingin
a. Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengadukan pada
temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk
ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada
keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19
yang kontinyu (terus-menerus). Remaserasi yang berarti
dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan
penyaringan maserat pertama, dan seterusnya (Depkes RI, 2000).
b. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru
sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya
dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan
pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi
sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak), terus menerus
sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali
bahan (Depkes RI, 2000).
2. Cara Panas
a. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik
didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang
relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan
pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga
dapat termasuk proses ekstraksi sempurna (Depkes RI, 2000).
b.Soxhlet
Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu
baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi
ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan
adanya pendingin balik (Depkes RI, 2000).
c. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur
penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih,
temperatur 96-98°C selama waktu tertentu (15-20 menit) (Depkes
RI, 2000).
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20
d. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan
kontinyu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan
(kamar) yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50oC
(Depkes RI, 2000).
e. Dekok
Dekok adalah infuse pada waktu yang lebih lama (≥30oC) dan
temperature sampai titik didih air.
3. Destilasi Uap
Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap
(minyak atsiri) dari bahan (segar atau simplisia) dengan uap air
berdasarkan peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan menguap
dengan fase uap air dari ketel secara kontinyu sampai sempurna dan
diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran (senyawa kandungan
menguap ikut terdestilasi) menjadi destilat air bersama senyawa
kandungan yang memisah sempurna atau memisah sebagian (Depkes
RI, 2000).
4. Cara ekstraksi lainnya
a. Ekstraksi Ultrasonik (Sonikasi)
Metode ini adalah metode ekstraksi dengan menggunakan
gelombang ultrasonik (getaran ultrasonik >20.000 Hz) yang
memberikan efek pada proses ekstraksi dengan prinsip
meningkatkan permiabilitas dinding sel, menimbulkan gelembung
spontan (cavitation) sebagai stress dinamik serta menimbulkan fraksi
interfase. Hasil ekstraksi tergantung pada frekuensi getaran,
kapasitas alat dan lama proses ultrasonikasi (Depkes RI, 2000).
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21
b. Ekstraksi berkesinambungan
Proses ekstraksi yang dilakukan berulangkali dengan pelarut
yang berbeda atau resirkulasi cairan pelarut dan prosesnya tersusun
berturutan beberapa kali. Proses ini dilakukan untuk meningkatkan
efisiensi (jumlah pelarut) dan dirancang untuk bahan dalam jumlah
besar yang terbagi dalam beberapa bejana ekstraksi (Depkes RI,
2000).
c. Superkritikal Karbondioksida
Penggunaan prinsip superkritik untuk ekstraksi serbuk dengan
simplisia, dan umumnya digunakan gas karbondioksida. Dengan
variabel tekanan dan temperatur akan diperoleh spesifikasi kondisi
polaritas tertentu yang sesuai untuk melarutkan golongan senyawa
kandungan tertentu. Penghilangan cairan pelarut dengan mudah
dilakukan karena karbondioksida menguap dengan mudah, sehingga
hampir langsung diperoleh ekstrak (Depkes RI, 2000).
2.5 Tinjauan tentang Kromatografi
2.5.1 Pengertian Kromatografi
Kromatografi didefinisikan sebagai prosedur pemisahan zat
terlarut oleh suatu proses migrasi diferensial dinamis dalam sistem
yang terdiri dari dua fase, salah satu diantaranya bergerak secara
berkesinambungan dengan arah tertentu dan di dalamnya zat-zat itu
menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan adanya perbedaan
dalam adsorpsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul atau
kerapatan muatan ion. Dengan demikian masing-masing zat dapat
diidentifikasi atau ditetapkan sebagai metode analitik (Depkes RI,
2009).
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22
Teknik kromatografi umum membutuhkan zat terlarut
terdistribusi diantara dua fase, satu diantaranya diam (fase diam),
yang lainnya bergerak (fase gerak). Fase gerak membawa zat terlarut
melalui media, hingga terpisah dari zat terlarut lainnya, yang
tereluasi lebih awal atau lebih akhir. Umumnya zat terlarut dibawa
melewati media pemisah oleh aliran suatu pelarut berbentuk cairan
atau gas yang disebut eluen (Depkes RI, 2009).
Fase diam dapat bertindak sebagai zat penjerap, seperti
halnya penjerap aluminia yang diaktifkan, silika gel, dan resin
penukar ion, atau dapat bertindak melarutkan zat terlarut sehingga
terjadi partisi antara fase diam dan fase gerak. Dalam proses terakhir
ini suatu lapisan cairan pada suatu penyangga yang inert berfungsi
sebagai fase diam (Depkes RI, 2009).
2.5.2 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Pada Kromatografi Lapis TIpis (KLT), zat penjerap
merupakan lapisan tipis serbuk halus yang dilapiskan pada lempeng
kaca, plastik atau logam secara merata, umumnya digunakan
lempeng kaca. Lempeng yang dilapisi dapat dianggap sebagai kolom
kromatografi terbuka dan pemisahan yang tercapai dapat didasarkan
pada adsorpsi, partisi, atau kombinasi kedua efek, yang tergantung
dari jenis lempeng, cara pembuatan, dan jenis pelarut yang
digunakan. Perkiraan identifikasi diperoleh dengan pengamatan
bercak dengan harga Rf yang identik dan ukuran hampir sama,
dengan menotolkan bahan uji dan pembanding pada lempeng yang
sama (Depkes RI, 2009).
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dapat digunakan untuk
pemisahan secara analitik dan preparatif. KLT analitik digunakan
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23
pada tahap permulaan pemisahan suatu cuplikan, sedangkan KLT
pereparatif hanya dilakukan apabila diperlukan fraksi tertentu dari
suatu campuran (Gritter et al.,1991).
KLT umumya lebih banyak digunakan untuk tujuan
identifikasi, karena mudah dan sederhana serta memiliki fase diam
yang beragam. Dalam KLT, perbandingan jarak rambat suatu
senyawa tertentu terhadap jarak rambat fase gerak, diukur dari titik
totolan sampai titik yang memberikan intensitas maksimum pada
bercak noda, dinyatakan sebagai harga Rf dari suatu senyawa. Jika
zat uji memiliki harga Rf yang sama dengan standar yang ada
kemungkinan zat uji tersebut mempunyai kandungan senyawa yang
sama dengan standar.
Penetapan letak bercak yang dihasilkan KLT dapat ditetapkan
dengan : (1) pengamatan langsung jika senyawa tampak pada
senyawa tampak, ultraviolet gelombang pendek (254 nm) atau
gelombang panjang (366 nm) ; (2) pengamatan dengan cahaya
tampak atau ultraviolet setelah disemprot dengan penampak bercak
(Depkes RI, 2008).
Pendeteksian bercak hasil pemisahan dapat dilakukan dengan
beberapa cara. Untuk senyawa tak berwarna cara yang paling
sederhana adalah dilakukan pengamatan dengan sinar ultraviolet.
Beberapa senyawa organik bersinar atau berfluorosensi jika disinari
dengan sinar ultraviolet gelombang pendek (254 nm) atau
gelombang panjang (366 nm), jika dengan cara itu senyawa tidak
dapat dideteksi maka harus dicoba disemprot dengan pereaksi yang
membuat bercak tersebut tampak yaitu pertama tanpa pemanasan,
kemudian bila perlu dengan pemanasan (Gritter, et al., 1991; Stahl,
1985).
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Uraian Kerangka Konseptual Penelitian
Penyakit hepatitis merupakan masalah kesehatan di dunia
yang dapat menyebabkan kematian jutaan orang di seluruh dunia.
Hepatitis dapat disebabkan oleh berbagai macam virus seperti virus
hepatitis A,B,C,D, dan E (WHO, 2002). Hepatitis C merupakan
salah satu penyebab utama dari penyakit sirosis hepatis dan HCC
(hepatocellular carcinoma) (WHO, 2002). Lebih dari 185 juta orang
diseluruh dunia terinfeksi oleh virus Hepatitis C, dan 350.000
diantaranya meninggal dalam setiap tahun (WHO, 2014). Di Asia
Tenggara, lebih dari 11 juta orang telah terinfeksi oleh virus
Hepatitis C (WHO, 2014). Di Indonesia, diperkirakan telah terdapat
24 juta penduduk Indonesia yang terinfeksi virus Hepatitis B dan C,
14 juta diantaranya berpotensi menjadi penyakit hati yang kronik.
Penderita yang telah berkembang menjadi penyakit hati yang kronik,
sekitar 1,4 juta diantaranya berpotensi untuk berkembang menjadi
kanker hati (Depkes RI, 2014).
Hingga saat ini belum ditemukan vaksin untuk hepatitis C
(Depkes RI, 2014). Saat ini terapi kombinasi pegylated interferon
(PegIFN-α ) dan ribavirin digunakan sebagai terapi standar untuk
infeksi HCV kronis karena dapat menghambat replikasi virus
(Depkes RI, 2014). Sebanyak 40-50% dari pasien gagal untuk
menerima efek terapi dari pemberian terapi (PegIFN-α) atau
Ribavirin. Timbulnya efek samping (sakit kepala, kelelahan,
mialgia, depresi, neutropenia, trombositopenia) pada pasien yang
menerima PEG interferon standar menyebabkan penghentian terapi
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25
(Javed et al., 2012). Selain itu, pengobatan yang berbasis IFN dapat
berpotensi menyebabkan gangguan autoimun (Helen et al., 2012).
Perlu dilakukannya penelitian terkait tanaman yang
mempunyai aktivitas sebagai anti-Hepatitis C sebagai upaya
pengembangan obat-obatan baru yang potensial untuk anti-Hepatitis
C. Banyak tanaman dilaporkan memiliki aktivitas sebagai anti HCV.
Eucalyptus globulus mempunyai aktivitas antihepatitis C yang
potensial terhadap virus hepatitis C JFH1a (Versiati et al 2014).
Phyllantus amarus secara signifikan dapat menghambat HCV NS3
protease dengan IC50 sebesar 5µg/ml (Ravikumar, 2011). Untuk
menunjang hal tersebut, hal yang perlu dilakukan adalah pencarian
komponen senyawa aktif yang berperan terhadap aktivitas sebagai
antihepatitis C virus.
Pemilihan tanaman Scoparia dulcis didasarkan pada
pendekatan kemotaksonomi dan penelitian pendahuluan yang pernah
dilaksanakan sebelumnya. Melalui pendekatan kemotaksonomi,
tanaman Picrorhiza kurroa yang mempunyai familia sama dengan
S.dulcis yaitu Scrophulariaceae mempunyai aktivitas sebagai
antivirus Hepatitis C. (Mohanapriya et al., 2013).
Pada penelitian pendahuluan yang pernah dilakukan terhadap
ekstrak etanol 80% herba S. dulcis menggunakan virus JFH1a pad
sel Hepatosit Huh7it menunjukkan aktifitas sebagai antivirus
Hepatitis C dengan IC50 sebesar 17,79 µg/ml, CC50 115,51 µg/ml,
Selective Index 6,49 µg/ml (Adianti et al., 2015) . Hal ini
menguatkan dugaan bahawa terdapat fraksi yang aktif dari ekstrak
etanol 80% herba S. dulcis sebagai antivirus Hepatitis C. Maka perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai senyawa yang berperan
terhadap aktivitas antivirus Hepatitis C pada tanaman S. dulcis.
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26
Tanaman S.dulcis mempunyai familia Scrophulariaceae.
Tanaman ini di Indonesia lebih dikenal dengan nama Jaka Tuwa.
Kandungan senyawa kimia yang terdapat pada tanaman S.dulcis
adalah kumarin, fenol, saponin, tannin, asam amino, flavonoid,
terpenoid, dan katekolamin (Murti et al.,2012). Secara tradisional
tanaman S.dulcis digunakan untuk mengobati masalah lambung,
hipertensi, diabetes, bronkitis dan sebagai analgesik dan agen
antipiretik (Murti., et al 2012). Pada studi literatur lain, tanaman
S.dulcis aktif sebagai antiviral pada pengujian untuk virus Herpes
Simplex type 1 (Murti., et al 2012).
Pada penelitian ini akan dilakukan fraksinasi terhadap ekstrak
etanol 80% herba S.dulcis berturut-turut menggunakan pelarut
diklorometana, etil asetat, dan butanol. Pemilihan pelarut tersebut
didasarkan pada perbedaan polaritas dari non polar, semi polar,
hingga polar. Sehingga diharapkan senyawa yang bersifat polar,
semipolar, maupun non polar pada tanaman S.dulcis dapat
terekstraksi secara maksimal.
Merujuk pada kandungan senyawa S.dulcis, penelitian
pendahuluan yang pernah dilakukan sebelumnya, serta melalui
pendekatan kemotaksonomi maka diperkirakan terdapat fraksi yang
aktif dari hasil fraksinasi ekstrak etanol 80% herba S.dulcis sebagai
antivirus Hepatitis C.
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27
Skema Kerangka Konseptual
Gambar 3. 1 Skema Kerangka Konseptua
Dasar Pemilihan :
-Penelitian yang pernah dilaksanakan sebelumnya terhadap ekstrak etanol 80% herba S. dulcis mempunyai IC50 sebesar 17,79µg/ml
-Kemotaksonomi dengan tanaman Picrorhiza kurroa yang mempunyai aktivitas sebagai anti Hepatitis C
- S.dulcis memiliki kandungan kimia kumarin, saponin, tannin, flavonoid, dan terpenoid aktivitas sebagai antiviral
Hepatitis C
Masalah kesehatan di dunia yang menyebabkan kematiaan jutaan orang di
seluruh dunia
Terapi Hepatis C
Obat modern Obat Alami
Obat –obatan meliputi :
1. Monoterapi Interferon (IFN-α)
2. Kombinasi IFN-α) dan ribavirin
3. Kombinasi PegIFNα) dan ribavirin
Memanfaatkan dari bahan alam
(Tumbuhan)
S.dulcis
Harga yang mahal dan hanya 40-50% yang berhasil dengan terapi ini
Hasil fraksinasi dari ekstrak etanol 80% herba Scoparia dulcis memiliki
aktivitas sebagai anti-Hepatitis C
Fraksinasi yang dipandu dengan
bioaktivitas
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik
dan untuk mencapai tujuan penelitian ini, maka telah dilakukan
tahapan penelitian sebagai berikut :
4.1.1 Ekstraksi dan fraksinasi herba Scoparia dulcis
Ekstraksi herba S.dulcis dilakukan dengan cara ultrasonic-
assisted extraction menggunakan pelarut etanol 80% dilanjutkan
dengan fraksinasi cair-cai
r menggunakan pelarut secara berturut-turut diklorometana,
etil asetat, dan butanol.
4.1.2 Uji aktivitas antihepatitis C hasil fraksinasi dari ekstrak etanol
80% secara in-vitro
a. Persiapan sel dan virus
Sel huh7it dibudiyakan pada media Dulbecco’s modified Eagle’s
medium dilengkapi dengan fetal bovin serum, non essential
amino acids, dan kanamycin. Sel ditumbuhkan pada inkubator
5% CO2 37oC.
b. Persiapan bahan uji
Bahan uji berupa ekstrak etanol 80% dan fraksi dari ekstrak
etanol 80% herba S.dulcis dilarutkan DMSO. Kemudian dibuat
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29
serial pengenceran dengan medium sampai diperoleh 5
konsentrasi bahan uji : 100; 50; 25; 12,5; 6,25; 3,125 µg/ml.
c. Uji aktivitas antihepatitis C
Uji aktivitas antihepatitis C in-vitro dilakukan pada 48-well plate
dengan kepadatan sel (5x104 cells/well). Jumlah tetap virus
JFH1a dengan nilai MOI (multiplication of infection) 0,1
(ffu)/cell (Wahyuni et al., 2012).
4.1.3 Uji toksisitas sel
Uji toksisitas terhadap sel dilakukan dengan metode MTT-
assay. Sel Huh7it pada 96-well plate dilakukan seri pengenceran
untuk ekstrak sampel atau kontrol (Wahyuni et al., 2012).
4.1.4 Pengamatan profil kromatogram ekstrak etanol 80% dan hasil
fraksinasi dari ekstrak etanol 80% herba Scoparia dulcis
Pengamatan profil kromatogram menggunakan metode
Kromatografi Lapis Tipis dengan menggunakan plat KLT fase
normal dan terbalik.
4.2 Sampel Penelitian
Sampel penelitian yaitu : ekstrak etanol 80% dan fraksi dari
ekstrak etanol 80% herba S.dulcis. Secara umum skema rancangan
penelitian sebagai berikut (Gambar 4.1):
`
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30
Gambar 4. 1 Skema Rancangan Penelitian
+ air (disuspensikan)
Uji aktivitas antivirus hepatitis C secara in -vitro
Pengamatan profil kromatogram dari hasil fraksinasi ekstrak etanol 80% herba S.dulcis secara
Kromatografi Lapis Tipis
Residu Fraksi butanol
Residu
+ etil asetat (1:1) (Paul et al., 2006)
Residu
+ butanol (1:1) (Paul et al., 2006)
Simplisia Herba S.dulcis
Ekstrak etanol 80% S.dulcis
+ diklorometana (1:1) (Paul et al., 2006)
Skrinning fitokimia
Fraksi etil asetat
Fraksi diklorometana
Ekstraksi dengan etanol 80% secara ultrasonic-assisted extraction
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31
4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
4.3.1 Variabel Penelitian
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah hasil fraksinasi dari
ekstrak etanol 80% herba S. dulcis
2. Variabel Tergantung dalam penelitian ini aktivitas antivirus
hepatitis C dengan berdasarkan nilai IC50 dan toksisitasnya
dengan berdasarkan nilai CC50
4.3.2 Definisi Operasional
Tabel 4. 1 Definisi Operasional Penelitian
Variabel Definisi Operasional Cara Hasil
Ukur Skala Ukur
Fraksi dari ekstrak etanol
80% herba S.dulcis
Fraksi yang diperoleh dari
ekstrak etanol 80% herba S.dulcis dengan cara
fraksinasi cair-cair
Ekstrak etanol 80% disuspensikan dengan
air. Kemudian suspensi yang didapat dilakukan
fraksinasi cair-cair dengan menggunakan pelarut diklorometana, etil asetat, dan butanol
gram Rasio
Aktivitas antivirus Hepatitis
C
Kemampuan ekstrak sampel
dalam menghambat pertumbuhan virus JFH1a secara in-
vitro
Menghitung jumlah koloni virus
menggunakan software kati-kati kemudian
dihitung nilai % sel yang terinfeksi dari ekstrak
sampel yang dibandingkan dengan
kontrol. Setelah didapatkan nilai % sel yang terinfeksi maka
akan didapatkan nilai % hambatan
% Rasio
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32
IC50
Konsentrasi sampel yang dapat
menghambat pertumbuhan virus JFH1a sebanyak
50%
Nilai IC50 dihitung berdasarkan analisis
Probit Log menggunakan SPSS
µg/ml Rasio
CC50
Konsentrasi sampel yang dapat
menyebabkan kematian sel Huh7it
sebanyak 50%
Nilai CC50 dihitung berdasarkan analisis
Probit Log menggunakan SPSS
µg/ml Rasio
4.4 Bahan dan Alat Penelitian
4.4.1 Bahan Tanaman
Pada penelitian ini digunakan herba S.dulcis yang diperoleh
dari daerah Hutan Lindung Sungai Wain Kota Balikpapan,
Kalimantan Timur pada bulan September 2015 dan dideterminasi di
LIPI Kebun Raya Purwodadi Pasuruan, Jawa Timur.
4.4.2 Bahan untuk ekstraksi, fraksinasi, dan skrinning fitokimia
Bahan kimia yang digunakan pada penelitian ini adalah etanol
80% redistilasi, diklorometana p.a, etil asetat p.a, butanol p.a,
kloroform p.a, asetonitril p.a, methanol p.a, aquadestilata, penampak
noda H2SO4 10% dalam methanol.
4.4.3 Bahan virus dan sel
Sel Huh7it yang dikembangkan pada Dulbeco’s Modified
Eagle Medium (Wako, Osaka, Japan), virus JFH1a yang diperoleh
dari Dr.C.M.Rice, The Rockefeller University, New York, NY,
USA, Dimethyl sulfoxide (DMSO). Dulbeco’s Modified Eagle
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33
Medium (DMEM, GIBCO -Invitrogen) ditambah dengan 10% Fetal
Bovin Serum (FBS, GIBCO- Invitogen). Non-Essential Amino Acids
(NEAA, GIBCO –Invitrogen), 0,15 mg/ml larutan kanamycin
(SIGMA), Dulbeco’s Phosphate Buffered Saline (DPBS, GIBCO-
Invitrogen), Trypsin-EDTA (GIBCO-Invitrogen). Bovine Serum
Albumin (BSA, Roche), Formaldehyde (HCHO, Applicam),
TritonX-100 (Promega), 3,3’-diaminobenzidine (DAB) thermo
staining, HCV human patient anti-serum, HRP-Goat-anti-human Ig
(MBL), Phosphate Buffered Saline (PBS).
4.5 Instrumen Penelitian
4.5.1 Instrumen penelitian untuk ekstraksi, fraksinasi, dan skrinning fitokimia
Gunting, blender, ultrasonic SONICA. Rotavapor BUCHI,
plat KLT Kieselgel 60 F254 (Merck), plat KLT Kieselgel 60 RP-18 F254
(Merck), chamber KLT CAMAG, pipa kapiler 2µl BLAUBRAND ,
TLC visualizer CAMAG , timbangan milligram dan gram, alat-alat
gelas.
4.5.2 Instrumen penelitian untuk uji aktivitas in-vitro dan uji toksisitas
Cell Titer 96 Aqueous Non-Radioactive Cell Proliferation
Assay (Promega), TC disk, tube ( 15 ml, dan 50 ml), pipet disposable
10 ml, 96-well plate, 48-well plate, U-type 96 well plate (Corning),
multichannel-pipette, pipette-man, micropipette (1000 µl, 3000 µl,
10 µl), vortex, sentrifuge, CO2 incubator, microscope inverted, 15 ml
sentrifuge tubes (Corning).
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34
4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian
a. Ekstraksi dan fraksinasi tanaman dilakukan di Laboratorium
NPMRD ITD Universitas Airlangga Surabaya
b. Uji aktivitas antihepatitis C dan uji toksisitas dilakukan di
Laboratorium NPMRD ITD Universitas Airlangga Surabaya
4.7 Prosedur Penelitian
4.7.1 Pembuatan Ekstrak Etanol 80% Herba Scoparia dulcis
Herba S.dulcis dikeringkan pada suhu ruangan dengan cara
diangin-anginkan hingga benar-benar kering (kadar air sedikit)
terlebih dahulu. Setelah kering, kemudian dihaluskan dengan
menggunakan mesin.
Ambil 1 bagian simplisia Herba S.dulcis (250 gram)
kemudian dibagi lima bagian dengan masing-masing berat 50 gram
dan diekstraksi dengan 200 ml pelarut etanol 80 %. Aduk sampai
homogen lalu ultrasonifikasi selama 3x5 menit. Setelah itu diamkan
selama 5 menit. Pisahkan maserat dengan cara filtrasi menggunakan
corong dan kertas saring. Ulangi proses penyarian diatas sebanyak 3
kali dengan jumlah dan jenis pelarut yang sama. Kumpulkan
maserat, uapkan pelarut dengan penguap tekanan rendah (rotavapor)
hingga didapatkan ekstrak kental. Ekstrak kemudian dikeringkan
dalam oven pada suhu 40o C. Selanjutnya ekstrak dapat digunakan
sebagai bahan uji.
4.7.2 Fraksinasi Ekstrak Etanol 80% Herba Scoparia dulcis
Selanjutnya sebanyak 25 gram dari ekstrak yang diperoleh
dilakukan fraksinasi cair-cair berturut-turut dengan diklorometana,
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35
etil asetat, dan butanol. Sebelum dilakukan fraksinasi, ekstrak
ditambah aquadestilata sebanyak 400 ml hingga terbentuk suspensi.
Suspensi Herba S.dulcis dibagi menjadi 4 bagian yang sama dengan
masing- masing volume 100 ml.
Masing-masing bagian kemudian difraksinasi cair-cair
dengan diklorometana sebanyak 100 ml. Ulangi fraksinasi dengan
jumlah pelarut yang sama sebanyak 4 kali hingga didapatkan fase
diklorometana yang jernih. Kemudian pisahkan fase air dengan fase
diklorometana. Fase air kemudian diuapkan hingga pelarut
dikorometana yang tersisa di fase air hilang dan kemudian
dilanjutkan fraksinasi berikutnya dengan etil asetat. Langkah yang
sama dilakukan pada fraksinasi cair-cair dengan menggunakan etil
asetat dan butanol. Fraksi diklorometana, fraksi etil asetat, fraksi
butanol, dan fraksi air yang didapat kemudian dipekatkan dengan
rotavapor hingga pelarut menguap. Setelah itu ekstrak dan masing-
masing fraksi ditentukan aktivitas antivirus hepatitis C dan hitung
IC50 serta dilakukan pengamatan profil kromatogram menggunakan
Kromatografi Lapis Tipis.
4.7.3 Pengamatan Profil Kromatogram Ekstrak dan Fraksi Etanol 80%
Herba Scoparia dulcis secara Kromatografi Lapis Tipis
Pengamatan Profil Kromatogram secara Kromatografi Lapis
Tipis (KLT) dilakukan dengan menngunakan lempeng kromatografi
fase normal (Kieselgel GF254) dan lempeng kromatografi reversed
phase (Kieselgel 60 RP-18 F254). Pengamatan profil kromatogram
dengan fase normal dan reversed phase menggunakan fase gerak
yang sesuai denagan perbandingan tertentu sesuai optimasi, yaitu
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
36
kloroform : metanol (9: 1) pada fase normal sedangkan asetonotril :
metanol : air (1:2:2) pada reversed phase.
4.7.4 Uji Aktivitas Anti Hepatitis C secara in-vitro
4.7.4.1 Penyiapan sel (Menanam sel pada 48-well plate)
Semua langkah dilakukan di Biological Safety Cabinet (BSL2).
Sel Huh 7it ditanam dalam complete medium DMEM yang
terdiri dari : medium DMEM sebanyak 500 ml yang ditambah 10 %
FBS 50 ml, 1xNEAA 5ml,0.15mg/ml kanamysin sebanyak 1,5 ml.
Langkah kerja yang dilakukan untuk penanaman sel 48-well plate
sebagai berikut :
a. Sel 90% confluent dalam (Petri disk) dikeluarkan dari
inkubator CO2 37oC.
b. Medium lama dituang dari (Petri disk) pada tempat
pembuangan.
c. DBPS steril dipipet 10 ml dan dimasukkan ke dalam cawan
(Petri disk) dengan cara digoyang-goyangkan untuk mencuci
sel dan secara hati-hati PBS dituang ke tempat pembuangan.
d. Larutan Trypsin-EDTA ditambahkan 1 ml ke dalam disk dan
digoncangkan secara perlahan hingga seluruh bagian dasar
terkena laruatan Trypsin-EDTA.
e. Disk ditempatkan pada inkubator 37oC selama 4 menit sampai
sel-sel hepatosit terlepas dari disk.
f. Segera ditambahkan 6 ml medium ke dalam disk (untuk
mencuci EDTA dan mengambil sel).
g. Disuspensikan dengan menggunakan mikropipet kemudian
disentrifuse 1200 rpm selama 4 menit.
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37
h. Supernatan dibuang pada tempat pembuangan, pellet sel
disuspensikan dalam 10 ml medium kultur DMEM
(disuspensikan berulang-ulang hingga homogen).
i. Lakukan perhitungan kepadatan sel Huh7it, diambil kurang
lebih 10µl dan letakkan pada block digital hemositometer.
Amati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x.
Perhitungan sel Huh7it sebagai berikut :
Jumlah sel = 393 sel/4
= 98,25 x 104 ml
Apabila ingin kepadatan sel 5,4 x 104 ml (pada 48-well plate)
maka tiap well akan diisi sebanyak 55 µl suspensi sel Huh7it.
5,4 x 104 ml / 98,25 x 104 ml = 0,0549 ml = 55 µl
Menghitung volume medium dan suspensi sel yang akan
ditambahkan dalam 48-well plate :
Sel suspensi 55x60 = 3300 µl
Volume total 200 X 60 = 12000 µl
Maka medium yang perlu ditambahkan adalah 8700 µl
j. Dipipet complete DMEM dan Sel Huh7it sebanyak volume
sel yang dikehendaki ke dalam tube 50 ml sesuai
perbandingan yang dikehendaki.
k. Sel di seeding di 48 well-plate menggunakan 8-multichannel
pipette, jumlah per well 200µl.
l. Diinkubasi selama 24 jam pada inkubator CO2 37oC.
4.7.4.2 Uji anti-HCV
4.7.4.2.1 Penyiapan Sampel Tanaman
Preparasi sampel hasil fraksinasi ekstrak etanol 80% herba S.dulcis:
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38
Hasil fraksinasi ekstrak etanol 80% herba S.dulcis
dimasukkan ke dalam tube 2 ml kemudian ditambahkan 10x DMSO
(Dojindo, Japan) ke dalam tube untuk memperoleh 100.000 ppm.
Ekstrak dilarutkan dengan vortex mixer dan sonikator. Ekstrak
sampel di dalam tube disimpan pada -30oC sampai sampel digunakan
untuk uji toksisitas dan tes anti HCV.
4.7.4.2.2 Persiapan sampel ekstrak 2x konsentrasi
a. Sampel yang telah larut dalam DMSO (dipersiapkan pada
langkah 2) diambil dari pendingin -30oC dan dicairkan pada
suhu ruang.
b. Setelah mencair, larutan persediaan (larutan stok)
dihomogenkan dengan vortex.
c. Dibuat pengenceran pada 2x lebih tinggi dari konsentrasi
yang digunakan di uji anti HCV (200;50;25;12,5;6,25;3,125
µg/ml) menggunakan tipe-U 96 well plate.
Catatan : Setiap sampel yang berbeda selalu menggunakan
tip yang berbeda (tip harus diganti).
4.7.4.2.3 Persiapan 2x seri pengenceran
Final konsentrasi : (100 ; 50 ; 25 ; 12,5 ; 6,25 ; 3,125 µg/ml)
Konsentrasi preparasi : (200 ; 50 ; 25 ; 12,5 ; 6,25; 3,125
µg/ml)
Stok sampel 100.000 ppm m1.v1 = m2.v2
100.00 x Z = 200 x 1300
Z = 2,6 µl
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39
a. Masing-masing stok ekstrak sampel diambil sebanyak 2,6 µl
dan ditambah medium DMEM 1300 µl pada tube 2 ml.
Kemudian sampel di vortex sehingga akan didapatkan
konsentrasi yang baru 200 µg/ml.
b. Serial dilution preparation (2x konsentrasi) :
Konsentrasi awal µg/ml
Pengenceran Konsentrasi (µg/ml)
200 150µl dari stok 200
µg/ml 200
200 75µl ekstrak + 75µl
DMEM 100
100 75µl ekstrak + 75µl
DMEM 50
50 75µl ekstrak + 75µl
DMEM 25
25 60µl ekstrak + 60µl
DMEM 12,5
12,5 40µl ekstrak + 40µl
DMEM 6,25
6,25 40µl ekstrak + 40µl
DMEM 3,125
4.7.4.2.4 Penyiapan Larutan Virus
Perhitungan larutan virus yang dibutuhkan :
M.O.I = 0,1 , MOI = jumlah virus/jumlah sel = 0,1
Jumlah sel = 5,2 x 104 sel/well (jumlah sel pada 24 jam setelah
seeding sel)
FFU = 0,1 x 5,2 x 104
= 5,3 x 103 ffu
Konsentrasi stok virus = 1,5 x 107 ffu/ml
Pengenceran larutan virus = 0,52 x 104/ 1,5x 107 = 0,000347
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40
0,35 x 80 = 28 µl virus
54,65 x 80 = 4372 µl DMEM
28 µl stok virus diencerkan dengan 4372 µl DMEM
a. Tube stok (persediaan) virus dari -80oC diambil dan dicairkan
secara cepat dan diletakkan dalam kotak yang berisi es.
b. Tube tersebut divortex .
c. Virus diencerkan dengan ekstrak sebagaimana berikut (Tabel
4.2).
d. Dari larutan konsentrasi akhir dimasukkan dalam 48-well
plate tipe-U sebagaimana berikut (Tabel 4.2).
Konsentrasi
awal
Volume
ekstrak
Volume
virus
Konsentrasi
akhir
200 55 µl 55 µl 100
100 55 µl 55 µl 50
50 55 µl 55 µl 25
25 55 µl 55 µl 12,5
12,5 55 µl 55 µl 6,25
6,25 55 µl 55 µl 3,125
Tabel 4. 2 Pengenceran Virus dengan Ekstrak
4.7.4.2.5 Pencampuran Virus dan Sampel
Sebanyak 55 µl dari sampel ekstrak 2x (pada langkah 3)
dicampurkan dengan 55 µl larutan virus (pada langkah 4) ke dalam
96-well plate tipe U dengan menggunakan 8-multichannel pipette
sehingga diperoleh konsentrasi (100 µg/ml; 50 µg/ml ;25 µg/ml;
12,5 µg/ml; 6,25 µg/ml; 3,125 µg/ml). Pencampuran dilakukan
dalam kotak berisi es.
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
41
4.7.4.2.6 Penambahan Campuran Virus dan Sampel Ekstrak ke dalam
Sel Huh7it
a. 48-well plate dikeluarkan dari inkubator CO2 37oC.
b. Medium kultur yang terdapat pada setiap well dibuang dan
diganti dengan 110µl campuran dari virus dan sampel ekstrak.
c. Pemindahan dilakukan dari dosis kecil ke besar.
d. 48-well plate diinkubasi selama 2 jam pada inkubator CO2
37oC.
4.7.4.2.7 Pencucian wells
a. 48-well plate yang telah diinkubasi selama 2 jam, dikeluarkan
dari inkubator CO2.
b. Inokulum virus dibuang dan sel yang terinfeksi dicuci
sebanyak 2 kali masing-masing dengan 200 µl DMEM.
c. Setelah pencucian wells sebanyak 2 kali, DMEM yang
mengandung sampel ekstrak pada konsentrasi 100 µg/ml; 50
µg/ml; 25 µg/ml; 12,5 µg/ml; 6,25 µg/ml; 3,125 µg/ml
sebanyak masing-masing 400 µl dimasukkan ke dalam well
d. Inkubasi pada inkubator 37oC selama 48 jam.
Overlay laruatan ekstrak dari 200µg/ml stok ekstrak :
Konsentrasi awal µg/ml
Pengenceran Konsentrasi akhir (µg/ml)
200 600µl ekstrak + 600µl DMEM 100
200 300µl ekstrak + 900µl DMEM 50
100 280µl ekstrak + 840µl DMEM 25
50 280µl ekstrak + 840µl DMEM 12,5
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42
25 230µl ekstrak + 690µl DMEM 6,25
12,5 230µl ekstrak + 690µl DMEM 3,125
4.7.4.3 Pemanenan Supernatan Kultur Pada 48 jam Setelah Infeksi:
Untuk supernatan kultur :
a. Supernatan kultur dipanen sebanyak 400 µl pada setiap
well dan dimasukkan ke dalam tube 1,5 ml.
b. Tube disentrifuse pada 12.000 rpm selama 4 menit, 4oC
(untuk memisahkan supernatan virus dan debris virus).
c. Supernatan diambil jangan sampai medium habis dan
dipindahkan ke tube yang baru (pemindahan dilakukan
pada kotak berisi es untuk menjaga titernya).
d. Disimpan pada suhu -80oC sampai nanti dilakukan titrasi
virus.
4.7.4.4 Penyiapan Sel untuk Titrasi Virus dan Uji Toksisitas
Pada 20-24 jam sebelum inokulasi virus, sel Huh 7it di
seeding ke dalam 96-well plate (2,3x104sel/well) dan diinkubasi
dalam inkubator CO2 37oC.
Langkah-langkah penyiapan sel sebagai berikut :
a. Sel 90% confluent (Petri disk) dikeluarkan dari inkubator
CO2 37oC.
b. Medium lama dituang dari (Petri disk) ke dalam tempat
pembuangan.
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
43
c. DBPS steril dipipet 10 ml dan dimasukkan ke dalam (disk)
untuk mencuci sel dan secara hati-hati PBS dituang ke tempat
pembuangan.
d. Larutan Trypsin-EDTA ditambahkan 1-2 ml ke dalam disk
dan digoncangkan secara perlahan hingga seluruh bagian
dasar terkena larutan Trypsin-EDTA.
e. Disk ditempatkan pada inkubator CO2 37oC.selama 4 menit
sampai sel-sel hepatosit terlepas dari disk.
f. Segera ditambahkan 6 ml medium ke dalam disk (untuk
mencuci EDTA dan mengambil sel).
g. Disuspensikan dengan menggunakan mikropipet kemudian
sentrifuse 1200 rpm selama 4 menit.
h. Supernatan dipindahkan ke dalam tempat pembuangan, pellet
sel disuspensikan dalam 10 ml medium kultur (DMEM)
(disuspensikan berulang-ulang hingga homogen).
i. Diambil 10 µl dan diletakkan di hemositometer untuk
menghitung sel Huh7it dengan melihatnya dibawah
mikroskop. Sel akan terlihat jelas pada perbesaran 100x.
Perhitungan sel Huh7it sebagai berikut :
Jumlah sel = 483 sel/4= 98,25 x 104 ml
Apabila ingin kepadatan sel 2,4 x 104 ml (pada 96-well plate)
maka tiap well akan diisi sebanyak 19,8µl suspensi sel
Huh7it.
2,4 x 104 ml / 120,75 x 104 ml = 0,0198 ml = 19,8 µl
Menghitung volume medium dan suspensi sel yang akan
ditambahkan dalam 96-well plate (2 plate untuk cek titer virus
dan uji toksisitas) :
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44
Sel suspensi 19,8x300 = 5940µl
Kadar yang diinginkan 100 x 300 = 30.000 µl
Maka medium yang perlu ditambahkan adalah 24060 µl
j. DMEM sebanyak yang telah dihitung melalui perhitungan
seperti di atas dimasukkan ke dalam tube 50 ml dan
ditambahkan dengan suspensi sel sebanyak yang dibutuhkan .
Kemudian Tube divortex.
k. Dimasukkan ke dalam 96-well plate sebanyak 100 µl/well
dengan menggunakan 8-multichannel pipette .
l. 96-well plate diinkubasi dalam inkubator CO2 37oC selama 24
jam.
4.7.4.5 Check titer virus
a. Tube supernatan kultur dikeluarkan dari -80oC dan dicairkan
pada suhu ruang.
b. Setelah mencair, supernatan divortex sebentar (1-2 detik) dan
diletakkan di kotak yang berisi es.
c. Supernatan kultur diencerkan dengan DMEM (15x
pengenceran) yakni dipipet sebanyak 8 µl supernatan kultur
dan ditambahkan dengan 112 µl DMEM masukkan pada
setiap well.
d. Inkubasi selama 4 jam.
e. Setelah diinkubasi selama 4 jam, supernatant residu dibuang
dan segera ditambahkan dengan complete DMEM sebanyak
400 µl/well.
f. Diinkubasi selama 46 jam dalam inkubator CO2 37oC.
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45
4.7.4.6 Fiksasi dan Pewarnaan (Staining) Sel yang Terinfeksi Virus
Pembuatan larutan yang dibutuhkan untuk fiksasi dan staining
(pewarnaan) :
a. PBS 1x
- Dipipet 40 ml PBS 10x dan dimasukkan ke dalam botol.
- Ditambahkan dengan 360 ml aquadest dan dikocok sampai
homogen.
b. Formalin 3,7 %
- Dipipet 10 ml formaldehida 37 % dan dimasukkan ke dalam
botol.
- Ditambahkan dengan PBS 1x sebanyak 90 ml dan dikocok.
c. Triton 0,5 %
- Dipipet 50 µl TritonX-100 dan dimasukkan ke dalam botol.
- Ditambahkan dengan 9950 µl PBS 1x dan dikocok sampai
homogen.
d. Larutan untuk Antiserum pasien HCV (Ab1) dan HRP-Goat anti
human Ig antibody (Ab2)
Volume total larutan untuk Anti serum pasien HCV (Ab1) dan
Goat anti human Ig antibody (Ab2) :
100 x 120 µl = 12.000 µl
BSA 1% dibuat dari BSA 10% yakni 1/10 x 12.000
= 1200 µl (BSA 10%)
Block ACE 2% dibuat dari Block ACE 4% yakni 2/4 x 12.000 µl
= 6000 µl (Block ACE 4%)
Total volume = 1200 µl + 6000 µl = 7200 µl
Volume PBS yang ditambahkan = 12000 µl – 7200 µl = 4800µl
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
46
Tahap pembuatan :
- Dipipet 1,2 ml BSA 10% dan dimasukkan ke dalam tube 50
ml.
- Ditambahkan dengan 6 ml block ACE dan 4,8 ml PBS 1x.
- Tube divortex sekitar 1-2 menit.
e. Larutan tersebut dibagi ke dalam 2 tube 15 ml masing-masing 6
ml sehingga diperoleh larutan untuk Antiserum pasien HCV
(Ab1) dan HRP-Goat anti human Ig antibody (Ab2).
Perhitungan Anti serum pasien HCV (Ab1)
Perbandingan 1:200 maka yang dibutuhkan :
1/200 x 6000 µl = 30 µl
Tahapan pembuatan larutan Anti serum pasien HCV (Ab1) :
- Dipipet 30 µl Anti serum HCV (Ab1).
- Dimasukkan ke dalam tube yang berisi larutan untuk Anti
serum HCV (Ab1).
- Tube divortex selama 1 menit.
Perhitungan HRP-Goat anti human Ig antibody (Ab2)
Perbandingan 1:200 maka yang dibutuhkan :
1/200 x 6000 µl = 30 µl
Tahapan pembuatan larutan HRP-Goat anti human Ig
antibody (Ab2):
- Dipipet 30 µl HRP-Goat anti human Ig antibody (Ab2).
- Dimasukkan ke dalam tube yang berisi larutan untuk
HRP-Goat anti human Ig antibody (Ab2).
- Tube divortex selama 1 menit.
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
47
4.7.4.6.1 Fiksasi
- 96-well plate dikeluarkan dari inkubator CO2 37oC.
- Sel yang terinfeksi difiksasi dengan 10% HCOOH/PBS (200
µl/well) pada temperatur ruang selama 2 menit.
- Larutan dituang ke dalam tempat pembuangan.
- Ditambahkan 200µl 10% HCOOH/PBS di tiap well dan ditunggu
selama 3 menit kemudian dituang ke dalam tempat pembuangan.
- Well dibilas dengan 200 µl PBS sebanyak 3 kali, masing-masing
diinkubasi selama 5 menit.
4.7.4.6.2 Pewarnaan (Staining)
- Sel yang terinfeksi dibilas 200 µl PBS1x sebanyak 3 kali.
- Ditambahkan dengan Triton 0,5% (100 µl/well) dan didiamkan
selama 10 menit.
- Well dibilas dengan 200 µl PBS1x sebanyak 3 kali.
- Dipipet 50 µl larutan Antiserum pasen HCV (Ab1) dan
dimasukkan ke dalam tiap well pada 96-well plate.
- 96-well plate diinkubasi selama 1 jam.
- Setelah 1 jam, dilakukan pembilasan (pencucian) dengan 200 µl
PBS1x sebanyak 3 kali dan diinkubasi selama 5 menit.
- Larutan HRP-Goat anti human Ig antibody (Ab2) dipipet 50 µl
dan dimasukkan ke dalam tiap well pada 96-well plate.
- Diinkubasi selama 1 jam.
- Membilas well 3x dengan PBS 200 µl per @ 5 menit.
- Menambahkan DAB Metal Concentrate (100µl/well) dan
diinkubasi pada suhu kamar 10-15 menit sampai menghasilkan
warna coklat.
- Reaksi dihentikan dengan penambahan aquadest (H2O).
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
48
- Sel yang terinfeksi oleh virus akan terlihat berwarna coklat pada
dasar well apabila dilihat dibawah mikroskop.
4.7.4.7 Analisis Data
Pada penelitian ini akan didapatkan data % sel yang
terinfeksi.Selanjutnya dihitung persen hambatan (inhibisi) dari
masing-masing dosis. IC50 ditentukan menggunakan analisa Probit
Log dengan SPSS .
Perhitungan menggunakan rumus :
% sel yang terinfeksi =
% Hambatan = 100% - % sel yang terinfeksi
4.7.5 Uji Toksisitas Hasil Fraksinasi Ekstrak Etanol 80% Herba
Scoparia dulcis
Setelah uji Anti-HCV langkah 4.7.4.3 (pemanenan supernatan
kultur pada 48 jam setelah infeksi), dilakukan uji toksisitas hasil
fraksinasi ekstrak etanol 80% herba S. dulcis .
4.7.5.1 Preparasi sampel untuk uji toksisitas
a. Membuat larutan ekstrak dengan konsentrasi 1000 µg/ml; 800
µg/ml; 600 µg/ml; 600 µg/ml; 400 µg/ml; 200 µg/ml; 100 µg/ml;
50 µg/ml; 12,5µg/ml.
Preparasi untuk pengenceran dari stok ekstrak 100.000 ppm :
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
49
Konsentrasi awal (µg/ml)
Pengenceran Konsentrasi akhir (µg/ml)
100.000 2 µl ekstrak + 198 µl DMEM 1000
100.000 1,6 µl ekstrak + 198,4 µl DMEM 800
100.000 1,2 µl ekstrak + 198,8 µl DMEM 600
1000 120 µl ekstrak + 180 µl DMEM 400
400 100 µl ekstrak + 100 µl DMEM 200
200 100 µl ekstrak + 100 µl
DMEM 100
100 100 µl ekstrak + 100 µl DMEM 50
50 100 µl ekstrak + 100µ l
DMEM 12,5
b. Ekstrak dan medium DMEM dicampur dengan berbagai
konsentrasi dan dimasukkan ke dalam tiap tube. Kemudian tube
di vortex selama 2 menit.
c. Ambil 96-well plate yang telah di seeding pada langkah 4.7.4.4
d. Masukkan larutan ekstrak dengan berbagai konsentrasi pada 96-
well plate sebanyak 75 µl tiap well.
e. Diinkubasi selama 48 jam dalam inkubator CO2 37oC.
4.7.5.2 Tahapan uji toksistas :
a. Larutan MTT dibuat dengan mencampurkan 6750 µl DMEM dan
750 µl MTT reagen.
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
50
b. Setelah 48 jam diinkubasi, 96 well-plate dikeluarkan dari
inkubator CO2 37oC.
c. Medium kultur dipipet dan dibuang ke dalam tempat
pembuangan.
d. Dipipet 100 µl larutan MTT dan dimasukkan ke dalam tiap well
plate pada 96 well-plate.
g. 96 well-plate diinkubasi pada inkubator CO2 37oC.
e. Diinkubasi pada CO2 37O C selama 4 jam.
h. Setelah inkubasi selama 4 jam, 96 well-plate dikeluarkan dari
inkubator CO2 37oC dan media yang ada dalam tiap well dipipet
dan dibuang (lakukan tanpa menyentuh sel yang didasar).
f. Ditambahkan 100 µl DMSO
g. Lakukan pembacaan absorban pada panjang gelombang 560 nm
dan 750 nm dengan menggunakan Elisa reader.
h. Absorban vs konsentrasi sampel diplotkan dan dihitung nilai %
i. viabilitas dan toksisitas dengan rumus :
% toksisitas =
% viabilitas =
j. CC50 dihitung menggunakan analisis probit Log pada SPSS.
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
51
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Hasil Ekstraksi dan Fraksinasi Herba Scoparia dulcis
Sebanyak 250 gram simplisia kering herba S.dulcis yang
diekstraksi dengan etanol 80% menghasilkan ekstrak berwarna
coklat dengan berat 19,4 g. Ekstrak etanol tersebut, dilakukan
fraksinasi cair-cair menggunakan pelarut berturut-turut
diklorometana, etil asetat, dan butanol. Hasil fraksi dari masing-
masing pelarut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 5. 1 Berat ekstrak dan masing-masing fraksi yang didapatkan dari hasil ekstraksi dan fraksinasi cair- cair
No Nama Fraksi Berat
simplisia/ekstrak
(gram)
Berat
(gram)
%
Rendemen
1. Ekstrak Etanol 80% 250 19,4 7,76
2. Fraksi
Diklorometana 19,4 2,78 14,32
3. Fraksi Etil asetat 19,4 1,65 8,51
4. Fraksi Butanol 19,4 5,75 29,64
5. Fraksi Air 19,4 3,34 17,22
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
52
5.2 Profil Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Etanol 80%, Fraksi
Diklorometana, Fraksi Etil asetat, Fraksi Butanol, dan Fraksi
Air dari Herba Scoparia dulcis
Masing-masing ekstrak dan fraksi ditimbang sebanyak 10 mg
kemudian dilarutkan dalam 1 ml metanol, setelah itu ditotolkan pada
fase diam sebanyak 2 µl (20µg). Uji kromatografi lapis tipis ini
menggunakan :
Fase diam : Kieselgel 60 F254
Fase gerak : Kloroform : metanol (9:1)
Penampak noda : H2SO4 10% dalam metanol
Data hasil dapat dilihat pada gambar 5.1 pada hal 53.
Dari Gambar 5.1 nampak kemiripan noda pada ekstrak
etanol 80% dan fraksi diklorometana setelah disemprot dengan
H2SO4 10% dalam metanol pada Rf diatas 0,5 yang menunjukkan
adanya senyawa klorofil, flavonoid dan terpenoid.
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
53
(A) (B)
(C) (D)
Gambar 5. 1 Kromatogram hasil Kromatografi Lapis Tipis dari ekstrak dan hasil fraksinasi dari ekstrak etanol 80% herba S.dulcis, dengan Fase diam : Kieselgel 60 F254 dan Fase gerak : Kloroform : metanol (9:1) (A) setelah dieluasi dan dilihat pada lampu UV dengan λ 254 nm (B) dilihat pada lampu UV dengan λ 366 nm (C) setelah disemprot H2SO4 10% dalam metanol (D) setelah disemprot H2SO4 10% dalam metanol dilihat pada lampu UV dengan λ 366 nm
Keterangan gambar : (1). Ekstrak etanol 80% herba S.dulcis (2). Fraksi Diklorometana (3). Fraksi Etil Asetat (4). Fraksi Butanol (5). Fraksi Air
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
54
Selain itu eluasi juga dilakukan dengan menggunakan plat
KLT reversed-phase agar didapatkan pemisahan yang lebih baik
untuk senyawa yang bersifat semipolar dan polar.
Fase diam : Kieselgel 60 RP-18 F254
Fase gerak : Asetonotril : metanol:air (1:2:2)
Penampak noda : H2SO4 10% dalam metanol
Data hasil dapat dilihat pada gambar 5.2 pada halaman 55.
Dari Gambar 5.2 terlihat bahwa pada fraksi etil asetat dan
fraksi butanol eluasi menjadi lebih baik menggunakan plat KLT
reverse-phased. Terlihat noda berwarna kuning intensif pada ekstrak
etanol 80%, fraksi diklorometana, fraksi etil asetat dan fraksi butanol
dengan Rf 0,93 yang menunjukkan adanya senyawa flavonoid. Pada
fraksi air terdapat noda berwarna kuning namun tidak begitu jelas.
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
55
(A) (B)
(C) (D)
Gambar 5. 2 Kromatogram hasil Kromatografi Lapis Tipis dari ekstrak dan hasil fraksinasi dari ekstrak etanol 80% herba S.dulcis, dengan Fase diam : Kieselgel 60 RP-18 F254 dan Fase gerak : Asetonotril : metanol:air (1:2:2) (A) setelah dieluasi dan dilihat pada lampu UV dengan λ 254 nm (B) dilihat pada lampu UV dengan λ 366 nm (C) setelah disemprot H2SO4 10% dalam metanol (D) setelah disemprot H2SO4 10% dalam metanol dilihat pada lampu UV dengan λ 366 nm
Keterangan gambar : (1). Ekstrak etanol 80% herba S.dulcis (2). Fraksi Diklorometana (3). Fraksi Etil Asetat (4). Fraksi Butanol (5). Fraksi Air
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
56
5.3 Hasil Uji Aktivitas Antivirus Hepatitis C Ekstrak dan Fraksi dari
Ekstrak Etanol 80% herba Scoparia dulcis Secara In-Vitro
Pada ekstrak etanol, fraksi diklorometana, fraksi etil asetat,
fraksi butanol, dan fraksi air dilakukan pengujian aktivitas
antihepatitis C secara in-vitro terhadap virus JFH1a strain 2a.
Ekstrak dan fraksi masing-masing ditimbang ±10 mg dan ditanbah
DMSO 10x dari berat ekstrak.
Tabel 5. 2 Tabel Hasil Uji Aktivitas Antivirus Hepatitis C
Ekstrak Etanol 80% herba Scoparia dulcis
Konsentrasi (µg/ml)
Jumlah sel Terinfeksi % Infeksi %Inhibisi Rerata
% Inhibisi±SD R 1 R 2 R 1 R 2 R 1 R 2
100 0 0 0,00 0,00 100,00 100,00 100,00±0,00
50 0 1 0,00 0,67 100,00 99,33 99,67±0,48
25 2 4 1,84 2,69 98,16 97,31 97,73±0,60
12,5 40 46 36,76 30,94 63,24 69,05 66,14±4,11
6,250 81 92 54,48 61,88 45,52 38,12 30,47±21,27
3,125 108 108 99,26 72,64 0,74 27,36 14,04±18,82
Rerata Kontrol (-) 108,80 148,67
IC50 (µg/ml) 8,16±2,77
Keterangan : R: Replikasi Rerata kontrol (-) : 100 RSD : 33,94%
Pada Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa di dosis tertinggi yaitu
100 µg/ml ekstrak etanol 80% memiliki nilai % hambatan 100%.
Pada dosis 50 µg/ml memiliki nilai % hambatan 99,67%. Sedangkan
pada dosis 25 µg/ml, 12,5 µg/ml, dan 6,25 µg/ml memiliki nilai %
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
57
hambatan secara berturut-turut 97,73%, 66,14%, dan 30,47%. Nilai
% hambatan akan menurun dengan menurunnya konsentrasi uji.
Sehingga pada dosis terendah yaitu 3,125 µg/ml nilai %
hambatannya adalah hanya 14,04%.
Tabel 5. 3 Tabel Hasil Uji Aktivitas Antivirus Hepatitis C Ekstrak
Etanol 80% herba Scoparia dulcis
Keterangan : R: Replikasi Rerata kontrol (-) : 100 RSD : 9,40%
Pada Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa di dosis tertinggi yaitu
100 µg/ml dan dosis 50 µg/ml fraksi diklorometana memiliki nilai %
hambatan 100%. Sedangkan pada dosis 25µg/ml, 12,5µg/ml, dan
6,25µg/ml memiliki nilai % hambatan secara berturut-turut 99,54%,
95,01%, dan 57,46%. Nilai % hambatan akan menurun dengan
menurunnya konsentrasi uji. Sehingga pada dosis terendah yaitu
3,125 µg/ml nilai % hambatannya adalah hanya 18,95%.
Konsentrasi (µg/ml)
Jumlah sel Terinfeksi % Infeksi %Inhibisi Rerata %
Inhibisi±SD R 1 R 2 R 1 R 2 R 1 R 2
100 0 0 0,00 0 100,00 100,00 100±0,00
50 0 0 0,00 0 100,00 100,00 100±0,00
25 1 0 0,92 0 99,08 100,00 99,54±0,65
12,5 5 8 4,60 5,39 95,40 94,61 95,01±0,56
6,250 45 65 41,36 43,73 58,64 56,27 57,46±,67
3,125 90 118 79,38 82,72 20,62 17,18 18,95±2,37
Rerata Kontrol (-) 108,80 148,67
IC50 (µg/ml) 5,32±0,50
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
58
Tabel 5. 4 Hasil Uji Aktivitas Antivirus Hepatitis C Fraksi Etil Asetat dari Ekstrak Etanol 80% herba Scoparia dulcis
Keterangan: R: Replikasi Rerata Kontrol (-) : 100
Pada Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa di dosis tertinggi yaitu
100 µg/ml fraksi etil asetat memiliki nilai % hambatan 21,52%. Pada
dosis 50 µg/ml memiliki nilai % hambatan 8,60%. Pada dosis 25
µg/ml, 12,5 µg/ml, 6,25 µg/ml dan 3,125 µg/ml fraksi etil asetat
tidak memiliki hambatan terhadap pertumbuhan virus karena
memiliki nilai negatif.
Konsentrasi
(µg/ml)
Jumlah sel
Terinfeksi % Infeksi %Inhibisi
Rerata
%Inhibisi
±SD R 1 R 2 R 1 R 2 R 1 R 2
100 91 109 83,64 73,32 16,36 26,68 21,52±7,30
50 103 131 94,67 88,11 5,33 11,89 8,60±4,63
25 113 146 103,86 98,20 -3,86 1,80 -1,03±3,99
12,5 123 153 113,05 102,91 -13,05 -2,91 -7,98±7,16
6,250 130 156 119,49 104,93 -19,49 -4,93 -12,20 ±10,29
3,125 137 169 125,92 113,67 -25,92 -13,67 -19,79±8,66
Rerata
Kontrol (-) 108,80 148,67
IC50 (µg/ml) >100
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
59
Tabel 5. 5 Tabel Hasil Uji Aktivitas Antivirus Hepatitis C Fraksi Butanol dari Ekstrak Etanol 80% herba Scoparia
dulcis
Konsentrasi (µg/ml)
Jumlah sel Terinfeksi % Infeksi %Inhibisi
Rerata %Inhibisi±SD
R 1 R 2 R 1 R 2 R 1 R 2
100 72 113 66,18 76,00 33,82 23,10 28,90±6,95
50 100 126 91,91 84,75 8,09 15,25 11,67±5,06
25 109 138 100,18 92,82 -0,18 7,18 3,49±5,20
12,5 113 149 103,86 100,22 -3,86 -0,22 -2,04±2,57
6,250 123 158 113,05 106,27 -13,05 -6,27 -9,66±4,78
3,125 148 167 136,03 112,33 -36,03 -12,33 -24,18±16,76
Rerata Kontrol (-) 108,80 148,67
IC50
(µg/ml) >100
Keterangan : R: Replikasi Rerata Kontrol (-) : 100
Pada Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa di dosis tertinggi yaitu
100 µg/ml fraksi butanol memiliki nilai % hambatan 28,90%. Pada
dosis 50µg/ml memiliki nilai % hambatan 11,67%. Sedangkan pada
dosis 25 µg/ml, memiliki nilai hambatan 3,49%. Pada dosis 12,5
µg/ml, 6,25 µg/ml dan 3,125 µg/ml fraksi butanol tidak memiliki
hambatan terhadap pertumbuhan virus karena memiliki nilai negatif.
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
60
Tabel 5. 6 Tabel Hasil Uji Aktivitas Antivirus Hepatitis C Fraksi Air dari Ekstrak Etanol 80% herba Scoparia dulcis
Konsentrasi (µg/ml)
Jumlah sel Terinfeksi % Infeksi %Inhibisi Rerata
%Inhibisi±SD R 1 R 2 R 1 R 2 R 1 R 2
100 108 132 99,26 88,78 0,74 11,21 5,97±7,40
50 113 153 103,86 102,91 -3,86 -2,91 -3,38±0,67
25 122 160 112,13 107,62 -12,13 -7,62 -9,87±3,19
12,5 130 170 119,49 114,34 -19,49 -14,34 -16,91 ±3,63
6,250 134 182 123,16 122,42 -23,16 -22,42 -22,79 ±0,52
3,125 144 193 132,35 129,82 -32,35 -29,82 -31,08 ±1,79
Rerata Kontrol (-) 108,80 148,67
IC50 (µg/ml) >100
Keterangan : R: Replikasi Rerata kontrol (-) : 100
Pada Tabel 5.6 dapat dilihat bahwa di dosis tertinggi yaitu
100 µg/ml fraksi air memiliki nilai % hambatan 5,97%. Pada dosis
50 µg/ml, 25 µg/ml, 12,5 µg/ml, 6,25 µg/ml dan 3,125 µg/ml fraksi
air tidak memiliki hambatan terhadap pertumbuhan virus karena
memiliki nilai negatif.
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
61
Gambar 5. 3 Gambar Pengamatan Uji Aktivitas Antivirus Hepatitis C Pada Ekstrak Etanol 80% dan Fraksi dari Ekstrak Etanol 80% herba Scoparia dulcis di bawah Mikroskop
Kontrol (-) Ekstrak etanol 80%
Fraksi diklorometana
Fraksi Etil Asetat
Fraksi Butanol Fraksi Air
100 µg/ml
100 µg/ml
100 µg/ml
100 µg/ml
100 µg/ml
50 µg/ml
50 µg/ml
50 µg/ml
50 µg/ml
50 µg/ml
25 µg/ml
25 µg/ml
25 µg/ml
25 µg/ml
25 µg/ml
12,5µg/ml
12,5µg/ml
12,5µg/ml
12,5µg/ml
12,5µg/ml
6,25µg/ml
6,25µg/ml
6,25µg/ml
6,25µg/ml
6,25µg/ml
3,125µg/ml
3,125µg/ml
3,125µg/ml
3,125µg/ml
3,125µg/ml
Keterangan : Koloni Virus ditunjukkan dengan bintik-bintik warna coklat
pada dasar well
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
62
Pada Gambar 5.3 dapat dilihat bahwa pada dosis tertinggi 100
µg/ml ekstrak etanol 80% dan fraksi diklorometana tidak menunjukkan
adanya koloni virus sama sekali. Hal tersebut dapat dilihat dari tidak adanya
bintik-bintik warna coklat yang menunjukkan koloni virus pada dasar well.
Sedangkan pada fraksi etil asetat, fraksi butanol, dan fraksi air dengan dosis
yang sama menunjukkan koloni virus yang lebih banyak. Hal tersebut dapat
diihat dengan banyaknya warna bintik-bintik coklat pada dasar well. Jika
dibandingkan dengan kontrol negatifnya (DMEM) ekstrak etanol 80% dan
fraksi diklorometana memiliki koloni virus yang lebih sedikit. Namun untuk
fraksi etil asetat, fraksi butanol, dan fraksi air jika dibandingkan dengan
kontrol negatif memiliki jumlah koloni virus yang jauh lebih banyak.
5.4 Hasil Uji Aktivitas Sitotoksisitas Ekstrak dan Fraksi dari Ekstrak
Etanol 80% herba Scoparia dulcis dengan metode MTT-assay
Setelah dilakukan pengujian aktivitas antivirus hepatitias C
pada ekstrak etanol 80% dan hasil fraksinasi dari ekstrak etanol 80%
herba S.dulcis secara in-vitro, maka selanjutanya akan dilakukan
pengujian Sitotoksisitas pada ekstrak etanol 80% dan hasil fraksinasi
dari ekstrak etanol 80% herba S.dulcis dengan menggunakan metode
MTT-assay. Pada pengujian ini digunakan reagen MTT.
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
63
Tabel 5. 7 Hasil Uji Sitotoksisitas Ekstrak etanol 80% dari Ekstrak Etanol 80% herba Scoparia dulcis
Konsentrasi (µg/ml)
Ekstrak Etanol 80%
A 1 A 2 % V1 % V2 Rerata % Viabilitas ± SD
800 0,162 0,151 11,642 10,851 11,247±0,559
400 0,154 0,162 11,067 11,642 11,355±0,407
200 0,345 0,332 24,793 23,859 24,326±0,661
100 0,541 0,656 38,878 47,143 43,011±5,844
50 0,618 0,701 44,412 50,377 47,395±4,218
25 0,699 0,853 50,233 61,300 55,767±7,826
12,5 1,217 1,342 87,460 96,442 91,951±6,352
6,125 1,388 1,314 99,748 94,43047 97,089±3,760
Kontrol (-) 1,391 100
CC50 (µg/ml) 63,027
Keterangan : A: Absorbansi V: Viabilitas
Semakin tinggi nilai % viabilitas atau % jumlah sel hidup
maka semakin kecil nilai toksisitasnya. Pada tabel tersebut dapat
dilihat bahwa pada dosis tinggi yaitu 800 µg/ml memiliki nilai %
viabilitas 11,247 nilai ini lebih rendah jika dibandingkan dengan
dosis rendah 6,125 µg/ml yang memiliki nilai % viabilitas 97,089.
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
64
Tabel 5. 8 Hasil Uji Sitotoksisitas Fraksi Diklorometana dari Ekstrak Etanol 80% herba Scoparia
dulcis
Konsentrasi (µg/ml)
Fraksi Diklorometana
A 1 A 2 % V1 % V2 Rerata % Viabilitas ± SD
800 0,149 0,166 10,707 11,929 11,319±0,863
400 0,131 0,157 9,414 11,282 10,349±1,321
200 0,132 0,136 9,895 9,773 9,630±0,203
100 0,257 0,330 18,469 23,715 21,092±3,709
50 0,508 0,583 36,507 41,897 39,202±3,811
25 0,655 0,685 47,071 49,227 48,149±1,524
12,5 0,823 0,698 59,144 50,161 54,653±6,352
6,125 0,918 1,333 65,971 95,795 80,884±21,088
Kontrol (-) 1,391 100
CC50 (µg/ml) 23,313
Keterangan: A: Absorbansi V: Viabilitas
Semakin tinggi nilai % viabilitas atau % jumlah sel hidup
maka semakin kecil nilai toksisitasnya. Pada tabel tersebut dapat
dilihat bahwa pada dosis tinggi yaitu 800 µg/ml memiliki nilai %
viabilitas 11,319 nilai ini lebih rendah jika dibandingkan dengan
dosis rendah 6,125 µg/ml yang memiliki nilai % viabilitas 80,884.
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
65
Tabel 5. 9 Hasil Uji Sitotoksisitas Fraksi Etil Asetat dari Ekstrak Etanol 80% herba Scoparia dulcis
Konsentrasi (µg/ml)
Fraksi Etil Asetat
A 1 A 2 % V1 % V2 Rerata % Viabilitas ± SD
800 0,762 0,489 54,761 35,141 45,000±13,872
400 1,229 1,123 88,321 80,704 84,500±5,387
200 1,037 1,342 74,523 96,442 85,500±15,498
100 1,461 1,376 104,994 98,886 101,900±4,319
50 1,268 1,435 91,124 103,126 97,100±8,486
25 1,457 1,477 104,707 106,144 105,400±1,016
12,5 1,394 1,450 100,179 104,204 102,200±2,845
6,125 1,468 1,455 105,497 104,563 105,000±0,660
Kontrol (-) 1,391 100
CC50 (µg/ml) >800
Keterangan: A: Absorbansi V: Viabilitas
Semakin tinggi nilai % viabilitas atau % jumlah sel hidup maka
semakin kecil nilai toksisitasnya. Pada tabel tersebut dapat dilihat
bahwa pada dosis tinggi yaitu 800 µg/ml memiliki nilai % viabilitas
45,0 nilai ini lebih rendah jika dibandingkan dengan dosis rendah
6,125 µg/ml yang memiliki nilai % viabilitas 105,0.
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
66
Tabel 5. 10 Hasil Uji Sitotoksisitas Fraksi Butanol dari Ekstrak Etanol 80% herba Scoparia dulcis
Konsentrasi (µg/ml)
Fraksi Butanol
A 1 A 2 % V1 % V2 Rerata % Viabilitas ± SD
800 1,064 1,360 76,464 97,736 87,100±15,042
400 1,283 1,308 92,229 93,999 93,101±1,270
200 1,369 1,414 98,383 101,616 100,000±2,287
100 1,135 1,362 81,567 97,879 89,723±11,535
50 1,314 1,343 94,430 96,514 95,473±1,474
25 1,398 1,469 100,467 105,569 103,018±3,608
12,5 1,410 1,478 101,329 106,216 103,773±3,455
6,125 1,421 1,477 102,120 106,144 104,132±2,846
Kontrol (-) 1,391 100
CC50 (µg/ml) >800
Keterangan: A: Absorbansi V: Viabilitas
Semakin tinggi nilai % viabilitas atau % jumlah sel hidup
maka semakin kecil nilai toksisitasnya. Pada tabel tersebut dapat
dilihat bahwa pada dosis tinggi yaitu 800 µg/ml memiliki nilai %
viabilitas 87,100 nilai ini lebih rendah jika dibandingkan dengan
dosis rendah 6,125 µg/ml yang memiliki nilai % viabilitas 104,132.
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
67
Tabel 5. 11 Hasil Uji Sitotoksisitas Fraksi Air dari Ekstrak Etanol 80% herba Scoparia dulcis
Konsentrasi (µg/ml)
Fraksi Air
A 1 A 2 % V1 % V2 Rerata % Viabilitas ± SD
800 1,016 1,081 73,014 77,685 75,350±3,303
400 1,249 1,331 89,759 95,652 92,705±4,167
200 1,314 1,234 94,430 88,681 91,556±4,065
100 1,289 1,218 92,633 87,531 90,082±3,607
50 1,400 1,293 100,610 92,921 96,766±5,437
25 1,441 1,437 103,557 103,269 103,413±0,203
12,5 1,446 1,411 103,916 101,401 102,659±1,778
6,125 1,442 1,477 103,629 106,144 104,886±1,778
Kontrol (-) 1,391 100
CC50 (µg/ml) >800
Keterangan: A: Absorbansi V: Viabilitas
Semakin tinggi nilai % viabilitas atau % jumlah sel hidup
maka semakin kecil nilai toksisitasnya. Pada tabel tersebut dapat
dilihat bahwa pada dosis tinggi yaitu 800 µg/ml memiliki nilai %
viabilitas 75,350 nilai ini lebih rendah jika dibandingkan dengan
dosis rendah 6,125 µg/ml yang memiliki nilai % viabilitas 104,886.
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
68
Tabel 5. 12 Perhitungan IC50, CC50, dan Selectivity Index (SI) Ekstrak dan Fraksi dari Ekstrak Etanol 80% Herba Scoparia dulcis
Dari Tabel 5.12 menunjukkan bahwa nilai SI fraksi etil
asetat, fraksi butanol, dan fraksi air lebih tinggi dibandingkan dengan
ekstrak etanol 80% dan fraksi diklorometana. Suatu ekstrak dengan
nilai SI kurang dari 26 menunjukkan toksisitas yang tinggi
(Aoki., et al 2014). Dari tabel dapat dilhat bahwa ekstrak etanol 80%
dan hasil fraksinasi dari ekstrak etanol 80% herba S.dulcis
menunjukkan toksisitas yang tinggi karena memiliki nilai SI kurang
dari 26. Semakin tinggi nilai SI, maka makin besar peluang bahan uji
untuk dikembangkan menjadi produk obat.
Sampel CC50 µg/ml IC50 µg/ml SI (CC50/ IC50)
Ekstrak Etanol 80% 63,027 8,16 7,723
Fraksi Diklorometana 23,313 5,32 4,382
Fraksi Etil Asetat >800 >100 >8
Fraksi Butanol >800 >100 >8
Fraksi Air >800 >100 >8
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
69
BAB VI
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui fraksi yang aktif dari
ekstrak etanol 80% herba S.dulcis sebagai antivirus hepatitis C secara in-
vitro. Pemilihan tanaman ini berdasarkan pada pendekatan kemotaksonomi
dan adanya penelitian pendahuluan yang pernah dilakukan terhadap ekstrak
etanol 80% herba S.dulcis. Melalui penedekatan kemotaksonomi, tumbuhan
dengan familia sama yaitu Picrorhiza kurroa memiliki aktivitas sebagai
antivirus hepatitis B dan C. Adanya hubungan yang erat itu memungkinkan
adanya persamaan zat-zat yang terkandung di dalamnya. Sehingga tanaman
S. dulcis diharapkan juga memiliki aktivitas sebagai antivirus Hepatitis. Hal
ini juga diperkuat dengan adanya penelitian pendahuluan oleh (Adianti, et
al 2015) terkait uji aktivitas antivirus hepatitis C pada ketiga sampel
tanaman yaitu Scoparia dulcis, Spigellia anthelmia, dan Asystasia
gangetica. Berdasarkan hasil penelitian, ekstrak etanol 80% herba S. dulcis
menunjukkan aktivitas sebagai antivirus hepatitis C dengan IC50 sebesar
17,79 µg/ml, CC50 115,51 µg/ml, dan Selective Index 6,49 µg/ml.
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan yang dimulai dari
ekstraksi herba S. dulcis dengan pelarut etanol 80% dan fraksinasi cair-cair
dengan menggunakan pelarut berturut-turut diklorometana, etil asetat, dan
butanol. Setelah dilakukan fraksinasi cair-cair, kemudian dilakukan
pengujian aktivitas antivirus hepatitis C secara in-vitro terhadap ekstrak
etanol 80%, fraksi diklorometana, fraksi etil asetat, fraksi butanol, dan
fraksi air. Tahap pertama dari penelitian ini adalah pembuatan ekstrak dari
simplisia kering herba S. dulcis dengan menggunakan pelarut etanol 80%.
Simplisia kering diserbuk terlebih dahulu untuk memperkecil ukuran
partikel dengan menggunakan blender agar luas permukaan partikel yang
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
70
kontak dengan pelarut pengekstraksi meningkat dan meningkatkan hasil
ekstraksi dari simplisia. Penggunaan pelarut etanol 80% berdasarkan
penelitian pendahuluan yang pernah dilaksanakan sebelumnya terhadap
ekstrak etanol 80% herba S. dulcis sebagai antivirus Hepatitis C yang
menggunakan etanol 80% sebagai pelarut untuk ekstraksi. Selain itu,
penggunaan pelarut etanol 80% berdasarkan pertimbangan bahwa pelarut
tersebut dapat melarutkan banyak senyawa polar dan non polar sehingga
diharapkan dapat mengekstraksi lebih banyak senyawa pada proses
ekstraksi dibandingkan menggunakan pelarut lain.
Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode Ultrasonic-assisted
extraction. Metode ultrasonik telah terbukti menjadi metode yang paling
efisien berdasarkan hasil, waktu ekstraksi, dan selektivitasnya (Trusheva, et
al, 2007). Dengan menggunakan metode ultrasonik, permeabilitas dinding
sel akan meningkat sehingga senyawa yang ada di dalam sel lebih mudah
larut dalam pelarut
Proses ekstraksi dilakukan dengan menimbang 250 gram serbuk
herba tanman S. dulcis kemudian ditambah dengan pelarut etanol 80%
sebanyak tiga kali masing-masing dengan volume 200 ml. Setiap kali
ekstraksi dilakukan pengadukan sebanyak tiga kali dan diultrasonik selama
3 menit kemudian disaring. Pengadukan berkala ini dilakukan dengan
tujuan untuk menghindari memadatnya serbuk yang dapat menyebabkan
pelarut sulit menembus tanaman sehingga mengakibatkan sulitnya untuk
melarutkan senyawa yang ada di dalamnya. Ekstrak etanol 80% yang
diperoleh kemudian dipekatkan dengan rotavapor kemudian diuapkan
dalam oven pada suhu 40oC hingga kering.
Penguapan ekstrak dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi
ekstrak yang lebih pekat. Tujuan dilakukan penguapan adalah untuk
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
71
menghilangkan cairan penyari yang digunakan sehingga pada ekstraksi
corong pisah akan didapatkan dua lapisan. Proses penguapan dilakukan
dengan menggunakan Rotatory evaporator, evaporator memiliki dua prinsip
dasar yaitu menukar panas dan memisahkan uap yang terbentuk dari cairan.
Penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat oleh
putaran labu alas bulat, dan cairan penyari yang dapat menguap di bawah
titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan. Dengan
bantuan pompa vakum, uap larutan penyari akan menguap pada kondensor
dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni
yang ditampung dalam penampung labu alas bulat (Hui, 2006).
Setelah didapatkan ekstrak etanol 80% herba S.dulcis kemudian
dilakukan fraksinasi dengan metode fraksinasi cair-cair. Fraksinasi cair-cair
adalah teknologi pemisahan yang didasari oleh distribusi satu atau lebih
senyawa antara dua pelarut yang tidak atau hampir saling campur. Ekstrak
difraksinasi cair-cair berturut-turut dengan pelarut diklorometana, etil
asetat, dan butanol sehingga kandungan senyawa nonpolar dan semipolar
lebih dahulu terekstraksi kemudian dilanjutkan dengan senyawa yang lebih
polar. Fraksinasi ini merupakan langkah bioactivity guided isolation untuk
pencarian senyawa aktif dari produk alam (Wang and Cheng, 2008).
Uji aktivitas antivirus hepatitis C ini dilakukan secara in-vitro
dengan menggunakan virus JFH1a strain 2a. Pengujian secara in-vitro
memiliki keuntungan yaitu lebih ekonomis dibandingkan dengan in-vivo
karena jumlah sampel yang dibutuhkan lebih sedikit dan tidak
menggunakan hewan coba. Dari hasil perhitungan IC50 didapatkan hasil
sebagai berikut : ekstrak etanol 80% dan fraksi diklorometana dari ekstrak
etanol 80% herba S. dulcis memiliki IC50 berturut-turut sebesar 8,16±2,77
µg/ml dan 5,32±0,50 µg/ml. Sedangkan fraksi etil asetat, fraksi butanol, dan
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
72
fraksi air dari ekstrak etanol 80% herba S. dulcis memiliki IC50 > 100 µg/ml.
Pada penelitian sebelumnya terkait uji aktivitas antivirus hepatitis C dari
beberapa ekstrak tanaman oleh Wahyuni (2013) dilaporkan bahwa ekstrak
etanol daun Toona sureni, daun Melicope latifolia, batang Melanolepis
multiglandulosa, dan daun Ficus fistulosa menunjukkan aktivitas antivirus
hepatitis C yang potensial dengan IC50 yaitu secara berturut-turut sebesar
13,9 µg/ml, 3,5 µg/ml, 17,1 µg/ml, dan 15,0 µg/ml. Jika dibandingkan
dengan aktivitas dari ekstrak tanaman tersebut, ekstrak etanol 80% dan
fraksi diklorometana dari ekstrak etanol 80% herba S. dulcis menunjukkan
penghambatan terhadap virus hepatitis C yang potensial. Sedangkan fraksi
etil asetat, fraksi butanol, dan fraksi air dari ekstrak etanol 80% herba S.
dulcis tidak menunjukkan aktivitas sebagai antivirus hepatitis C karena
memiliki IC50 jauh lebih besar dari konsentrasi yang diujikan yaitu (>100
µg/ml).
Tanaman S. dulcis memiliki kandungan senyawa kimia kumarin,
fenol, saponin, tannin, asam amino, flavonoid, terpenoid, dan katekolamin
(Murti et al.,2012). Sedangkan senyawa kimia yang dapat menghambat
siklus replikasi berbagai DNA virus adalah senyawa flavonoid, terpenoid,
lignan, sulfida, polifenol, kumarin, saponin, senyawa furil, alkaloid,
polyines, thiophenes, protein dan peptida (Javed et al., 2012). Skrining
fitokimia yang dilakukan pada tanaman S.dulcis bertujuan untuk
mengetahui kandungan senyawa kimia dari ekstrak dan fraksi yang telah
diekstraksi dan dilakukan fraksinasi. Skrining ini juga dilakukan untuk
dapat mengetahui senyawa kimia yang berperan dalam aktivitasnya sebagai
antivirus hepatitis C pada ekstrak etanol 80% dan hasil fraksinasi dari
ekstrak etanol 80% herba S. dulcis.
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
73
Skrining dilakukan dengan menggunakan dua macam plat KLT,
yaitu plat KLT fase normal dan plat KLT fase terbalik. Pada KLT dengan
fase normal eluen yang digunakan adalah Kloroform : metanol (9:1). Pada
fase normal eluen yang digunakan bersifat non polar sehingga diharapkan
senyawa yang bersifat non polar maupun semipolar dapat ikut tertarik
bersama eluen yang bersifat non polar. Pengamatan profil kromatogram
menggunakan eluen Kloroform : metanol (9:1) menunjukkan bahwa
pemisahan terjadi dengan baik hal tersebut dapat dilihat pada gambar 5.1.
Pada profil kromatogram fraksi diklorometana dapat dilihat banyak
senyawa yang bersifat non polar dan semi polar pada ekstrak etanol 80%
yang ikut tertarik pada fraksi tersebut. Pada Rf diatas 0,5, ekstrak etanol
80% dan fraksi diklorometana memiliki warna dan pola noda yang mirip
sehingga dapat dikatakan bahwa ekstrak etanol 80% dan fraksi
diklorometana memiliki kandungan senyawa kimia yang sama. Pada ekstrak
etanol 80% dan fraksi diklorometana terdapat noda berwarna hijau setelah
disemprot dengan H2SO4 10% dalam metanol pada Rf 0,67 untuk ekstrak
etanol 80% dan 0,64 pada fraksi diklorometana yang menunjukkan adanya
senyawa klorofil. Selain itu juga terdapat senyawa flavonoid yang
ditunjukkan dengan warna kuning setelah disemprot dengan H2SO4 10%
dalam metanol pada Rf 0,80 untuk ekstrak etanol 80% dan Rf 0,77 untuk
fraksi diklorometana. Pada Rf 0,85 untuk ekstrak etanol 80% dan Rf 0,84
untuk fraksi diklorometana terdapat noda berwarna ungu tua setelah
disemprot dengan H2SO4 10% dalam metanol yang menunjukkan senyawa
terpenoid. Adanya senyawa terpenoid juga ditunjukkan dengan adanya
warna merah keunguan pada Rf 0,96 untuk ekstrak etanol 80% dan Rf 0,95
untuk fraksi diklorometana setelah disemprot dengan H2SO4 10% dalam
metanol. Sedangkan pada fraksi etil asetat terdapat noda berwarna kuning
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
74
intensif setelah disemprot dengan H2SO4 10% dalam metanol, namun noda
yang terlihat tidak begitu jelas..
Untuk pengamatan profil kromatogram dengan menggunakan plat
KLT fase terbalik, eluen yang digunakan adalah Asetonotril:metanol:air
(1:2:2). Eluen yang digunakan untuk KLT dengan fase terbalik ini adalah
eluen yang bersifat polar. Sehingga diharapkan senyawa bersifat semi polar
maupun polar pada ekstrak dan fraksi dapat ikut tertarik bersama eluen yang
bersifat polar. Tujuan dari penggunaan plat KLT fase terbalik ini adalah
untuk melihat senyawa-senyawa yang terdapat pada ekstrak maupun fraksi
yang tidak dapat terpisah menggunakan KLT fase normal. Berdasarkan
hasil profil kromatogram, eluasi pada fase terbalik menggunakan eluen
Asetonotril:metanol:air (1:2:2) menunjukkan pemisahan yang terjadi lebih
baik untuk fraksi etil asetat dan fraksi butanol yang dapat dilihat pada
gambar 5.2. Pada pengamatan profil kromatogram fraksi etil asetat dan
fraksi butanol noda yang terlihat lebih jelas dan lebih terangkat ke atas.
Pada fraksi etil asetat dan fraksi butanol terdapat noda berwarna kuning
intensif setelah disemprot dengan H2SO4 10% dengan Rf 0,93 yang
menunjukkan adanya senyawa flavonoid. Pada ekstrak etanol 80% dan
fraksi diklorometana juga terdapat noda berwarna kuning intensif setelah
disemprot dengan H2SO4 10% dengan Rf yang sama dengan fraksi etil
asetat dan butanol yaitu 0,93 yang menunjukkan adanya senyawa flavonoid.
Pada fraksi air terlihat noda berwarna kuning namun intensitas warnanya
tidak jelas. Pada fraksi etil asetat terdapat senyawa terpenoid yang
ditunjukkan dengan adanya warna ungu setelah disemprot dengan H2SO4
10% pada Rf 0,85, 0,88, dan 0,96. Noda berwarna ungu juga terlihat pada
ekstrak etanol 80% dan fraksi diklorometana namun tidak dapat terluasi
dengan baik karena eluen yang digunakan bersifat polar.
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
75
Berdasarkan uji aktivitas yang telah dilakukan pada ekstrak etanol
80% dan hasil fraksinasi dari ekstrak etanol 80% herba S. dulcis, didapatkan
hasil bahwa ekstrak etanol 80% dan fraksi diklorometana menunjukkan
aktivitas sebagai antivirus hepatitis C. Sedangkan untuk fraksi etil asetat,
fraksi butanol, dan fraksi air tidak menunjukkan aktivitas sebagai antivirus
hepatitis C. Jika dilihat dari hasil pengamatan profil kromatogaram
menggunakan Kromatografi Lapis Tipis, terdapat kemiripan kandungan
senyawa kimia antara ekstrak etanol 80% dan fraksi diklorometana.
Senyawa kimia yang terkandung di dalamnya adalah klorofil, flavonoid,
dan terpenoid. Sehingga dapat disimpulkan bahawa senyawa yang berperan
terhadap aktivitasnya sebagai antivirus hepatitis C pada ekstrak etanol 80%
dan fraksi diklorometana adalah senyawa golongan klrofil, flavonoid, dan
terpenoid.
Untuk mengetahui apakah bahan uji memberikan efek toksik pada
sel hepatosit, maka pada penelitian ini juga dilakukan pengujian toksisitas
menggunakan metode MTT assay. Pengujian ini dilakukan dengan cara
mengukur absorbansi sampel terhadap kontrol pada uji dengan penambahan
MTT reagent. Makin besar absorbansinya maka makin besar nilai % sel
yang hidup (% viabilitas). Prinsip dari metode MTT assay adalah reaksi
reduksi seluler yang didasarkan pada pemecahan garam tetrazolium MTT
yang berwarna kuning menjadi kristal formazan yang berwarna biru
keunguan (Talupala, 2011). Jumlah sel yang hidup diketahui dengan
melihat absorbansi yang ditimbulkan dengan alat ELISA reader pada
panjang gelombang 560 nm dan 750 nm. Dari hasil perhitungan CC50
didapatkan hasil sebagai berikut : ekstrak etanol 80% dari ekstrak etanol
80% herba S.dulcis mempunyai CC50 sebesar 63,027 µg/ml, fraksi
diklorometana mempunyai CC50 sebesar 23,313 µg/ml, fraksi etil asetat,
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
76
fraksi butanol, dan fraksi air memiliki nilai CC50 > 800 µg/ml. Berdasarkan
hasil pengujian diperoleh bahwa ekstrak etanol 80% dan fraksi
diklorometana dari ekstrak etanol 80% herba S.dulcis memiliki toksistas
yang tinggi pada sel. Sehingga kemungkinan ekstrak etanol 80% dan fraksi
diklorometana dari ekstrak etanol 80% herba S.dulcis aktivitasnya yang
tinggi dipengaruhi oleh toksisitasnya yang tinggi terhadap sel. Fraksi etil
asetat, fraksi butanol, dan fraksi air dari ekstrak etanol 80% herba S. dulcis
memiliki nilai CC50 yang lebih besar dari konsentrasi yang diujikan yaitu
(>800) µg/ml, hal tersebut menunjukkan bahwa fraksi-fraksi tersebut relativ
aman pada konsentrasi yang diujikan. Namun, fraksi etil asetat, fraksi
butanol dan fraksi air tidak menunjukkan aktivitas penghambatan virus
hepatitis C.
Dalam penelitian ini juga dihitung nilai Indeks Selektivitas (SI).
Keefektifan suatu produk dalam menghambat replikasi virus dibandingkan
dengan kematian sel didefinisikan sebagai indeks terapetik atau indeks
selektivitas (SI) yaitu nilai (CC50/ IC50). Indeks terapetik yang tinggi
memberikan aktivitas antivirus yang maksimal dengan toksisitas sel yang
minimum (FDA, 2006). Semakin tinggi nilai SI, maka makin besar peluang
bahan uji untuk dikembangkan menjadi produk obat. Dari hasil perhitungan
di dapat nilai SI ekstrak etanol 80% dan fraksi diklorometana secara
berturut-turut sebesar 7,723 dan 4,382, sedangkan fraksi etil asetat fraksi
butanol, dan fraksi air memiliki nilai SI lebih dari 8. Nilai SI dari fraksi etil
asetat, fraksi butanol, dan fraksi air lebih besar dari nilai SI ekstrak etanol
80% dan fraksi diklorometana namun ketiga fraksi tersebut tidak memiliki
aktivitas sebagai antivirus hepatitis C. Fraksi diklorometana mempunyai
aktivitas yang paling tinggi dibandingkan dengan ekstrak etanol 80% dan
ketiga fraksi lain namun fraksi diklorometana memiliki toksisitas yang
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
77
paling tinggi. Menurut (Aoki., et al 2014) suatu ekstrak dikatakan memiliki
toksisitas yang tinggi jika memiliki nilai SI kurang dari 26. Ekstrak etanol
80%, fraksi diklorometana, fraksi etil asetat, fraksi butanol dan fraksi air
dari ekstrak etanol 80% herba S.dulcis memiliki nilai indeks selektivitasnya
yang kecil yaitu kurang dari 26 sehingga memiliki keamanan yang rendah.
Oleh karena itu, penelitian anti-HCV dari ekstrak maupun fraksi yang
dihasilkan dari ekstrak etanol 80% herba S.dulcis selayaknyaknya tidak
dilanjutkan karena memiliki toksisitas yang tinggi terhadap sel. Sehingga
untuk penelitian terkait uji aktivitas sebagai antivirus Hepatitis C dapat
digunakan tanaman lain.
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
78
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.2 KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Ekstrak Etanol 80% dan fraksi diklorometana dari ekstrak etanol
80% herba S.dulcis aktif sebagai antivirus hepatitis C dengan
nilai IC50 berturut-turut 8,16±2,77 µg/ml dan 5,32±0,50 µg/ml,
sedangkan fraksi etil asetat, fraksi butanol, dan fraksi air tidak
aktif sebagai antivirus hepatitis C karena memiliki nilai IC50 lebih
besar dari 100 µg/ml.
2. Ekstrak Etanol 80% dan fraksi diklorometana dari ekstrak etanol
80% herba S.dulcis memiliki toksisitas yang lebih tinggi terhadap
sel dengan nilai CC50 secara berturut-turut sebesar 63,027 µg/ml
dan 23,313 µg/ml serta nilai SI 7,723 dan 4,382, jika
dibandingkan dengan fraksi etil asetat, fraksi butanol, dan fraksi
air yang memiliki nilai CC50 lebih dari 800 µg/ml dan nilai SI
lebih dari 8.
7.3 SARAN
Penelitian anti HCV terhadap tanaman S.dulcis selayaknya
tidak dilanjutkan karena memiliki toksisitas yang tinggi terhadap sel.
Sehingga untuk uji aktivitas sebagai antivirus Hepatitis C dapat
digunakan tanaman yang lain.
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
79
DAFTAR PUSTAKA
Adianti, M., Permanasari, A.A., Fuad, A., Nurhidayatus, L., Tumewu, L.,
Widyawaruyanti, A., 2015. Antiviral Activities of Scoparia
dulcis, Spigellia anthelmia, Asystasia gangetica Againts
Hepatitis C Virus. International Symposium on Traditional and
Alternative Medicine (ISTAM 2015). 22-23 November 2015..
Aoki, C., Firdaus, R., Hanafi, M., Hak Hotta., Hartati, S., Kardono, B.S.L.,
Lydwina., Santi, R.M., Shimizy, Y., and Sudarmono, P. 2014.
Isolation and Identification of Subtances with Anti-Hepatitis C
Virus Activities From Kalanchoe Pinnata. International
Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. Vol. 6
Issue 2. P. 211-215.
Backer,C.A., and Bakhuizen Van Den Brink, R.C., 1965. Flora of Java.
vol.II. Netherlands: Auspices of the Rijksherbarium,Leyden. P.
512
Departemen Kesehatan RI., 2007. Pharmeceutical Care untuk Penyakit
Hati. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik
Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Departemen Kesehatan RI., 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak
Tumbuhan Obat. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan
Makanan: Jakarta Hal 5,9,10,11,12.
Departemen Kesehatan RI., 2009. Farmakope Herbal Indonesia Edisi 1.
Departemen Kesehatan RI: Jakarta Hal 162-163.
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
80
Departemen Kesehatan RI., 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.
Departemen Kesehatan RI: Jakarta Hal 7.
Carnero, E., Fortes, P. 2015. HCV infection, IFN response and the coding
and non-coding host cellgenome . diakses dari journal
homepage: www.elsevier.com/locate/virusres. Pada tanggal 5
Desember 2015.
Chow, S Y., S.M. Chen, C.M. Yang and H. Hsu, 1974. Pharmacological
studies on Chines herbs 1. Hypotensive effects of 30 Chines
herbs. Taiwan Yi Xue Hui Za Zhi., 73; 729-739.
Chung, T R., Gale, M Jr., Hoofnagle, Jay H., Lemon, Stanley M., Liang, T
J., Polyak, Stephen J. 2008. Mechanism of Action of Interferon
and Ribavirin in Chronic Hepatitis C: Summary of a Workshop.
Journal Hepatolog. Vol. 47 number 1. P. 306-320.
De Farias Freire, S.M., L.MB. Torres, C. Souccar and A.J. Lapa, 1996.
Sympathomimetic effects of Scoparia dulcis L. And
catecholamines isolated from plant extract. J. Pharm.
Pharmacol., 48; 624-628.
Dipiro, C V., Dipiro, J.T., Schwinghammer, L.T., and Wells, G.B., 2011.
Hepatitis c, Pharmacotherapy Handbook. 7th ed. The McGraw-
Hill Companies, Inc.
E, Stahl. 1985. Analisis Obat Secara kromatografi dan Mikroskopi.
Terjemahan Kokasih Padmawinata dan Wang Sudiro. ITB:
Bandung. P. 1-18.
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
81
Food and Drug Administration. 2006. Guided for Industry Antiviral
Product Development-Conducting and Submitting Virology
Studies to the Agency. Center for Drug Evaluation and Research
(CDER).
Fuad, A., dan Wahyuni, S.T., 2012. Isolasi Senyawa aktif anti Hepatitis C
Ekstrak Etanol Ruta angustifolia, Jurnal Fitoterapia. Vol. 99.
Surabaya: Universitas Airlangga.
Fuad Achmad., Widyawaruyanti, Aty., dan Versiati, Titania Puspa. 2014.
Aktivitas antiviral batang Eucalyptus globolus terhadap virus
hepatitis C JFH1a. Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian
Indonesia.Vol.1. P.16-19.
Gonzales-Torres. D.M., 1986. Catalog de plants medicinales (Y
Alimenticitas Y Utiles). Usada en Paraguay, Asuncion.
Gritter R., Bobbit JM., Schwarting AE. 1991. Pengantar Kromatografi.
Padmawinata K, penerjemah. Bandung: Penerbit ITB.
Terjemahan dari: Introduction of Chromatograpy.
Helen S. Yee, PharmD., Alexander, M., Chang, MD., Christine Pocha,
MD., David Ross , MD, PhD., Joseph Lim, MD., MichaelF.,
Morgan, MD., and Timothy R, MD. 2012. Update on the
Management and Treatment of Hepatitis C Virus Infection:
Recommendations from the Department of Veterans Affairs
Hepatitis C Resource Center Program and the National
Hepatitis C Program Office. The American Journal of
GASTROENTEROLOGY. Vol 104. P 1-16.
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
82
Huang, M., Jiang, Dong-J., Peng, Zonggen. 2014. Recent advances in the
anti-HCV mechanisms of interferon. Acta Pharmaceutica Sinica
B. Vol 4 Issue 4. Hal 243.
Hui YH. 2006. Handbook of Food Science, Technology, and Engineering,
Volume 3. Boca Raton: Taylor & Francis Group. P. 102-111.
Javed, T.A., Usman, A., Riaz,. S., Rehman, S., and Riazuddin, S., 2011. In-
vitro antiviral activity of Solanum nigrum against hepatitis C
virus. Virology Journal, Volume 8 Nomor. 23, Page 1-2.
Klasifikasi Scoparia dulcis. diakses dari :
http://www.warintek.ristek.go.id/5-093.pdf. pada tanggal 20
Oktober 2015.
Lee jihye., Hwang, S.B., Lee, Han Sol., Lim Seri, K., Ngo, Huong T T.,
Sang-Min, M.S., Son, KidoNG., Park, Eun Mee., and Tran,
Huong T L. 2012. Saponin inhibits hepatitis C virus propagation
by up-regulating suppressor of Cytokine Signaling 2. Plos ONE.
Vol. 7 Number 6. P. 1..
Louis M., Paul C, Arnold J., and Vlietinck, D.V.B. 2006. Anti-infective of
natural products: How to develop a stronger in vitro “proof-of-
concept”. Journal of Ethnopharmacology 106. P. 290-302.
Mohanapriya., Vena, K.D. Arumugam, Sajhtha., Kumari, N., Lulu, S.,
2013. Computational Screening and Evaluation of Bioactive
Compounds against NS3 Helicase of HCV. International
Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. Vol. 5
Issue 4. P 370-376
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
83
Murti, Krishna., Panchal, Mayank., Taya, Poonam and Singh, Raghuveer.
2012. Pharmacological Properties of Scoparia dulcis: A
Review. Pharmacologia. Vol. 3 Number 8. P. 344-346.
Patra, K.P., Debata, J., Reddy, E-S., and Samal, BH. 2013. Antioxidant
Study of Different Extracts of Scoparia dulcis. International
Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. Vol. 6
Issue 1. Hal 600-603.
Perry, L.M., 1980. Medicinal Plants of East and South East Asia: attributed
Properties and Uses. MIT Press, Cambridge, USA.
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. 2014. Infodatin:
Situasi dan Analisis Hepatitis. Diakses dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/
infodatin-hepatitis.pdf, pada tanggal 5 Desember 2015.
Ravikumar, Y.S., Das, S., Khanna, N.N.M., Naika, H.R., Perween, A., and
Upasana, 2011. Inhibition of hepatitis C virus replication by
herbal extract: Phyllanthus amarus as potent natural source.
Virus Research. Vol. 158. P. 89-97.
Satyanarayana, K., 1969. Chemical examination of Scoparia dulcis (Linn):
Part I. J. Indian Chem. Soc., 46: 765-766.
Talupala, Krishna Bala. 2011. Cytotoxicity of BPN Spin trap on A204 cells.
Journal of Advanced Pharmaceutical Research. Vol. 2. P. 9-
17.
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
84
Trusheva, B., Trunkova, D., Bankova, V. 2007. Different extraction
methods of biologically active components fron propolis : a
preliminary study. Chemistry Central Journal 200, Vol. 1. P.
13.
Wahyuni, Tutik Sri., Tumewu, Lydia., Permanasari, Adita Ayu, Apriani
Evhy., Adianty, Myrna., Rahman, Abdul., Widyawaruyanti,
Aty., Lusida, Maria Inge., Fuad, Achmad., Soetjipto.,
Nasronudin., Fuchino, Hiroyuki., Kawahara, Nobuo., Shoji,
Ikuo., Deng, Lin., Aoki, Chie., Hotta, Hak., 2013. Antiviral
activities of Indonesian medicinal plants in the East Java region
againts hepatitis C virus. Virology Journal. Vol.10 Number 259.
Wang, X. And Cheng, Y., 2008. Identifying Active Compunds from
Chinese Medical Pants via Causal Variable Selection.
Pharmaceutical Informatics Institute: China
WHO, 2002. Hepatitis C. Diakses dari
http://www.who.int/csr/disease/hepatitis/whocdscsrlyo2003/en/i
ndex.html, pada tanggal 20 Oktober 2015.
WHO. 2012. Prevention and Control of Viral Hepatitis Infection:
Framework for Global Action. WHO
Geneva.aDiaksdkkkiskasnxxnxnnedWw
WHO, 2014. Guidelines for the Screening, Care and Treatment of Persons
With Hepatitis C Infection. WHO Geneva. Dikases dari
http://www.who.int/hepatitis/publications/hepatitis-c-guidelines-
2016/en/, pada tanggal 15 November 2015.
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
85
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Analisis IC50 Ekstrak etanol 80% herba Scoparia dulcis Dengan SPSS
IC50 Replikasi 1
Confidence Limits
Probability 95% Confidence Limits for konsentrasi 95% Confidence Limits for log(konsentrasi)
a
Estimate Lower
Bound
Upper Bound Estimate Lower Bound Upper Bound
P
R
O
B
I
T
,010 3,447 2,745 4,084 ,537 ,438 ,611
,020 3,918 3,190 4,570 ,593 ,504 ,660
,030 4,249 3,509 4,909 ,628 ,545 ,691
,040 4,516 3,768 5,181 ,655 ,576 ,714
,050 4,746 3,993 5,415 ,676 ,601 ,734
,060 4,951 4,194 5,622 ,695 ,623 ,750
,070 5,138 4,379 5,811 ,711 ,641 ,764
,080 5,312 4,551 5,986 ,725 ,658 ,777
,090 5,474 4,712 6,151 ,738 ,673 ,789
,100 5,629 4,866 6,306 ,750 ,687 ,800
,150 6,315 5,553 6,999 ,800 ,744 ,845
,200 6,919 6,160 7,613 ,840 ,790 ,882
,250 7,484 6,725 8,191 ,874 ,828 ,913
,300 8,030 7,270 8,757 ,905 ,862 ,942
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
86
,350 8,572 7,806 9,326 ,933 ,892 ,970
,400 9,119 8,341 9,911 ,960 ,921 ,996
,450 9,682 8,885 10,523 ,986 ,949 1,022
,500 10,271 9,443 11,175 1,012 ,975 1,048
,550 10,894 10,025 11,882 1,037 1,001 1,075
,600 11,567 10,642 12,659 1,063 1,027 1,102
,650 12,306 11,306 13,532 1,090 1,053 1,131
,700 13,136 12,037 14,533 1,118 1,081 1,162
,750 14,095 12,866 15,714 1,149 1,109 1,196
,800 15,245 13,839 17,161 1,183 1,141 1,235
,850 16,704 15,049 19,041 1,223 1,178 1,280
,900 18,741 16,700 21,732 1,273 1,223 1,337
,910 19,269 17,122 22,441 1,285 1,234 1,351
,920 19,859 17,591 23,240 1,298 1,245 1,366
,930 20,529 18,120 24,152 1,312 1,258 1,383
,940 21,305 18,729 25,216 1,328 1,273 1,402
,950 22,225 19,446 26,489 1,347 1,289 1,423
,960 23,356 20,321 28,070 1,368 1,308 1,448
,970 24,827 21,447 30,148 1,395 1,331 1,479
,980 26,926 23,037 33,159 1,430 1,362 1,521
,990 30,601 25,775 38,543 1,486 1,411 1,586
a. Logarithm base = 10.
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
87
Lampiran 2
IC50 Replikasi 2
Confidence Limits
Probability 95% Confidence Limits for KONSENTRASI 95% Confidence Limits for log(KONSENTRASI)
a
Estimate Lower Bound Upper Bound Estimate Lower Bound Upper Bound
PR
OBI
T
,010 ,753 ,470 1,065 -,123 -,328 ,027
,020 ,967 ,631 1,325 -,015 -,200 ,122
,030 1,133 ,761 1,522 ,054 -,119 ,182
,040 1,276 ,876 1,689 ,106 -,058 ,228
,050 1,406 ,982 1,839 ,148 -,008 ,265
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
88
,060 1,527 1,082 1,977 ,184 ,034 ,296
,070 1,642 1,177 2,107 ,215 ,071 ,324
,080 1,752 1,270 2,231 ,243 ,104 ,348
,090 1,858 1,361 2,350 ,269 ,134 ,371
,100 1,962 1,450 2,465 ,293 ,161 ,392
,150 2,456 1,885 3,008 ,390 ,275 ,478
,200 2,936 2,318 3,528 ,468 ,365 ,547
,250 3,423 2,766 4,049 ,534 ,442 ,607
,300 3,928 3,236 4,589 ,594 ,510 ,662
,350 4,462 3,739 5,160 ,650 ,573 ,713
,400 5,036 4,281 5,776 ,702 ,632 ,762
,450 5,661 4,872 6,454 ,753 ,688 ,810
,500 6,352 5,521 7,213 ,803 ,742 ,858
,550 7,128 6,242 8,081 ,853 ,795 ,907
,600 8,013 7,052 9,095 ,904 ,848 ,959
,650 9,044 7,976 10,307 ,956 ,902 1,013
,700 10,273 9,052 11,797 1,012 ,957 1,072
,750 11,789 10,342 13,694 1,071 1,015 1,137
,800 13,741 11,955 16,222 1,138 1,078 1,210
,850 16,428 14,106 19,834 1,216 1,149 1,297
,900 20,567 17,303 25,642 1,313 1,238 1,409
,910 21,715 18,169 27,296 1,337 1,259 1,436
,920 23,034 19,156 29,218 1,362 1,282 1,466
,930 24,576 20,300 31,495 1,391 1,307 1,498
,940 26,422 21,653 34,255 1,422 1,336 1,535
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
89
,950 28,697 23,303 37,708 1,458 1,367 1,576
,960 31,621 25,395 42,223 1,500 1,405 1,626
,970 35,626 28,217 48,537 1,552 1,451 1,686
,980 41,748 32,444 58,443 1,621 1,511 1,767
,990 53,601 40,396 78,383 1,729 1,606 1,894
a. Logarithm base = 10.
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
90
Lampiran 3
Analisis IC50 Fraksi Diklorometana Dari Ekstrak etanol 80% herba Scoparia dulcis Dengan SPSS
IC50 Replikasi 1
Confidence Limits
Probability 95% Confidence Limits for konsentrasi 95% Confidence Limits for log(konsentrasi)
a
Estimate Lower Bound Upper
Bound
Estimate Lower
Bound
Upper
Bound
PR
O
BI
T
,010 1,445 1,058 1,810 ,160 ,025 ,258
,020 1,686 1,272 2,067 ,227 ,104 ,315
,030 1,858 1,429 2,250 ,269 ,155 ,352
,040 2,000 1,560 2,398 ,301 ,193 ,380
,050 2,123 1,674 2,526 ,327 ,224 ,402
,060 2,233 1,779 2,641 ,349 ,250 ,422
,070 2,335 1,875 2,746 ,368 ,273 ,439
,080 2,430 1,966 2,844 ,386 ,294 ,454
,090 2,520 2,052 2,936 ,401 ,312 ,468
,100 2,605 2,135 3,023 ,416 ,329 ,481
,150 2,992 2,511 3,417 ,476 ,400 ,534
,200 3,339 2,855 3,771 ,524 ,456 ,576
,250 3,669 3,183 4,107 ,565 ,503 ,614
,300 3,993 3,506 4,440 ,601 ,545 ,647
,350 4,319 3,830 4,777 ,635 ,583 ,679
,400 4,652 4,161 5,128 ,668 ,619 ,710
,450 5,000 4,501 5,499 ,699 ,653 ,740
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
91
,500 5,367 4,856 5,899 ,730 ,686 ,771
,550 5,761 5,231 6,338 ,760 ,719 ,802
,600 6,191 5,631 6,829 ,792 ,751 ,834
,650 6,669 6,067 7,390 ,824 ,783 ,869
,700 7,213 6,550 8,047 ,858 ,816 ,906
,750 7,850 7,102 8,837 ,895 ,851 ,946
,800 8,626 7,756 9,826 ,936 ,890 ,992
,850 9,628 8,579 11,143 ,984 ,933 1,047
,900 11,055 9,717 13,082 1,044 ,988 1,117
,910 11,430 10,011 13,603 1,058 1,000 1,134
,920 11,852 10,339 14,194 1,074 1,014 1,152
,930 12,334 10,712 14,875 1,091 1,030 1,172
,940 12,896 11,142 15,676 1,110 1,047 1,195
,950 13,568 11,652 16,645 1,133 1,066 1,221
,960 14,402 12,280 17,863 1,158 1,089 1,252
,970 15,498 13,094 19,487 1,190 1,117 1,290
,980 17,086 14,258 21,884 1,233 1,154 1,340
,990 19,925 16,295 26,290 1,299 1,212 1,420
a. Logarithm base = 10.
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
92
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
.. • , •
Probit Transformed Responses r--------------'COOO'":OCOOCCCCOCC:O::CO::-----------,"' Lne • • o,oo2
o
0.< 0._ 0.' , .0 , .<
Log ofkonsentrasi
93
Lampiran 4
IC50 Replikasi 2
Confidence Limits
Probability 95% Confidence Limits for KONSENTRASI 95% Confidence Limits for log(KONSENTRASI)
a
Estimate Lower Bound Upper Bound Estimate Lower Bound Upper Bound
PR
O
BI
T
,010 1,393 1,008 1,756 ,144 ,003 ,245
,020 1,629 1,216 2,009 ,212 ,085 ,303
,030 1,798 1,370 2,189 ,255 ,137 ,340
,040 1,938 1,498 2,335 ,287 ,175 ,368
,050 2,059 1,611 2,462 ,314 ,207 ,391
,060 2,168 1,713 2,575 ,336 ,234 ,411
,070 2,268 1,808 2,679 ,356 ,257 ,428
,080 2,362 1,897 2,775 ,373 ,278 ,443
,090 2,451 1,982 2,866 ,389 ,297 ,457
,100 2,536 2,064 2,953 ,404 ,315 ,470
,150 2,918 2,437 3,343 ,465 ,387 ,524
,200 3,263 2,778 3,693 ,514 ,444 ,567
,250 3,591 3,104 4,027 ,555 ,492 ,605
,300 3,913 3,427 4,358 ,593 ,535 ,639
,350 4,238 3,751 4,694 ,627 ,574 ,672
,400 4,571 4,081 5,043 ,660 ,611 ,703
,450 4,918 4,422 5,414 ,692 ,646 ,734
,500 5,286 4,777 5,814 ,723 ,679 ,764
,550 5,680 5,153 6,255 ,754 ,712 ,796
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
94
,600 6,112 5,555 6,749 ,786 ,745 ,829
,650 6,592 5,991 7,315 ,819 ,778 ,864
,700 7,139 6,476 7,979 ,854 ,811 ,902
,750 7,780 7,029 8,780 ,891 ,847 ,943
,800 8,562 7,686 9,786 ,933 ,886 ,991
,850 9,574 8,512 11,127 ,981 ,930 1,046
,900 11,018 9,657 13,110 1,042 ,985 1,118
,910 11,399 9,953 13,643 1,057 ,998 1,135
,920 11,827 10,283 14,249 1,073 1,012 1,154
,930 12,316 10,659 14,948 1,090 1,028 1,175
,940 12,886 11,092 15,771 1,110 1,045 1,198
,950 13,569 11,607 16,767 1,133 1,065 1,224
,960 14,418 12,240 18,022 1,159 1,088 1,256
,970 15,534 13,063 19,698 1,191 1,116 1,294
,980 17,153 14,239 22,177 1,234 1,153 1,346
,990 20,054 16,301 26,746 1,302 1,212 1,427
a. Logarithm base = 10.
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
95
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
.. • , •
Probit Transformed Responses r-------------CCCCCOCCOCOCCOCO=cCOOCOCOOO-----------,.' Lne • • 0,OO1
_0,5
_1,0
0
_1,5
_2,0
_2,5
~---~------.-------.-------~
" ' " ' " Log of KONSENTRASI
96
Lampiran 5
Analisis IC50 Fraksi Etil Asetat Dari Ekstrak etanol 80% herba Scoparia dulcis Dengan SPSS
IC50 Replikasi 1
Warnings
Not enough cases are accepted. Processing is skipped.
Data Information
N of Cases
Valid 2
Rejected
Missing 4
LOG Transform Cannot be Done 0
Number of Responses > Number of Subjects 0
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
97
Lampiran 6
IC50 Replikasi 2
Warnings
Not enough cases are accepted. Processing is skipped.
Data Information
N of Cases
Valid 2
Rejected
Missing 4
LOG Transform Cannot be Done 0
Number of Responses > Number of Subjects 0
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
98
Lampiran 7
Analisis IC50 Fraksi Butanol Dari Ekstrak etanol 80% herba Scoparia dulcis Dengan SPSS
IC50 Replikasi
Warnings
Not enough cases are accepted. Processing is skipped.
Data Information
N of Cases
Valid 2
Rejected
Missing 4
LOG Transform Cannot be Done 0
Number of Responses > Number of Subjects 0
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
99
Lampiran 8
IC50 Replikasi 2
Confidence Limits
Probability 95% Confidence Limits for KONSENTRASI 95% Confidence Limits for
log(KONSENTRASI)a
Estimate Lower Bound Upper Bound Estimate Lower
Bound
Upper
Bound
PR
O
BI
T
,010 4,742 ,109 12,512 ,676 -,964 1,097
,020 7,883 ,384 17,346 ,897 -,415 1,239
,030 10,884 ,854 21,400 1,037 -,069 1,330
,040 13,874 1,553 25,122 1,142 ,191 1,400
,050 16,901 2,519 28,690 1,228 ,401 1,458
,060 19,993 3,794 32,204 1,301 ,579 1,508
,070 23,166 5,418 35,737 1,365 ,734 1,553
,080 26,432 7,430 39,356 1,422 ,871 1,595
,090 29,800 9,863 43,131 1,474 ,994 1,635
,100 33,279 12,742 47,147 1,522 1,105 1,673
,150 52,567 32,965 76,055 1,721 1,518 1,881
,200 75,597 54,372 143,539 1,879 1,735 2,157
,250 103,246 72,292 285,986 2,014 1,859 2,456
,300 136,597 89,470 554,245 2,135 1,952 2,744
,350 177,048 107,416 1038,448 2,248 2,031 3,016
,400 226,456 126,921 1896,725 2,355 2,104 3,278
,450 287,346 148,628 3409,326 2,458 2,172 3,533
,500 363,235 173,235 6084,705 2,560 2,239 3,784
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
100
,550 459,165 201,621 10875,407 2,662 2,305 4,036
,600 582,626 234,984 19641,512 2,765 2,371 4,293
,650 745,219 275,053 36214,349 2,872 2,439 4,559
,700 965,904 324,479 69053,469 2,985 2,511 4,839
,750 1277,913 387,603 138653,430 3,107 2,588 5,142
,800 1745,309 472,193 301497,957 3,242 2,674 5,479
,850 2509,942 594,044 746008,678 3,400 2,774 5,873
,900 3964,617 792,503 2333820,843 3,598 2,899 6,368
,910 4427,454 849,576 3074239,178 3,646 2,929 6,488
,920 4991,698 916,217 4147208,669 3,698 2,962 6,618
,930 5695,459 995,510 5764108,976 3,756 2,998 6,761
,940 6599,362 1092,165 8325886,964 3,820 3,038 6,920
,950 7806,633 1213,853 12664448,464 3,892 3,084 7,103
,960 9510,088 1374,180 20730947,225 3,978 3,138 7,317
,970 12121,805 1600,474 37999328,753 4,084 3,204 7,580
,980 16736,141 1959,799 85043722,004 4,224 3,292 7,930
,990 27826,040 2696,279 302804027,652 4,444 3,431 8,481
a. Logarithm base = 10.
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
101
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Probit Transformed Responses , ______ .:..:.::::::.:c:"'::c::::"''''=:!:::c==-_____ ., Lne., . 0,99:1
_0,6 , Lne., · 0,99:1
_0,6
_1 ,0 o .• • , •
_1 ,:1
_1,4
_1 ,6
,. ,. ' " Log of KONSENTRASI
102
Lampiran 9
Analisis IC50 Fraksi Air Dari Ekstrak etanol 80% herba Scoparia dulcis Dengan SPSS
IC50 Replikasi 1
Warnings
Not enough cases are accepted. Processing is skipped.
Data Information
N of Cases
Valid 1
Rejected
Missing 5
LOG Transform Cannot be Done 0
Number of Responses > Number of Subjects 0
Lampiran 10
IC50 Replikasi 2
Warnings
Not enough cases are accepted. Processing is skipped.
Data Information
N of Cases
Valid 1
Rejected
Missing 5
LOG Transform Cannot be Done 0
Number of Responses > Number of
Subjects
0
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
103
Lampiran 11
Analisis CC50 Ekstrak etanol 80% dari Ekstrak Etanol 80% herba Scoparia
dulcis analisis dengan SPSS
Confidence Limits
Proability 95% Confidence Limits for konsentrasi 95% Confidence Limits for log(konsentrasi)
b
Estimate Lower Bound Upper Bound Estimate Lower
Bound
Upper
Bound
PR
O
BI
Ta
,010 2996,576 1088,965 20552,434 3,477 3,037 4,313
,020 1905,928 766,792 10580,519 3,280 2,885 4,025
,030 1430,281 612,929 6952,948 3,155 2,787 3,842
,040 1152,460 517,410 5074,671 3,062 2,714 3,705
,050 966,786 450,481 3930,734 2,985 2,654 3,594
,060 832,513 400,143 3164,528 2,920 2,602 3,500
,070 730,217 360,469 2617,998 2,863 2,557 3,418
,080 649,336 328,144 2210,274 2,812 2,516 3,344
,090 583,584 301,140 1895,685 2,766 2,479 3,278
,100 528,960 278,139 1646,501 2,723 2,444 3,217
,150 352,140 199,145 923,393 2,547 2,299 2,965
,200 254,844 151,484 587,826 2,406 2,180 2,769
,250 193,102 118,810 402,322 2,286 2,075 2,605
,300 150,517 94,667 288,794 2,178 1,976 2,461
,350 119,488 75,940 214,522 2,077 1,880 2,331
,400 95,980 60,939 163,568 1,982 1,785 2,214
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
104
,450 77,648 48,675 127,310 1,890 1,687 2,105
,500 63,029 38,544 100,708 1,800 1,586 2,003
,550 51,162 30,152 80,640 1,709 1,479 1,907
,600 41,391 23,223 65,093 1,617 1,366 1,814
,650 33,248 17,541 52,728 1,522 1,244 1,722
,700 26,394 12,925 42,642 1,421 1,111 1,630
,750 20,573 9,215 34,208 1,313 ,964 1,534
,800 15,589 6,272 26,980 1,193 ,797 1,431
,850 11,282 3,974 20,619 1,052 ,599 1,314
,900 7,510 2,220 14,821 ,876 ,346 1,171
,910 6,807 1,927 13,699 ,833 ,285 1,137
,920 6,118 1,651 12,580 ,787 ,218 1,100
,930 5,440 1,393 11,460 ,736 ,144 1,059
,940 4,772 1,152 10,331 ,679 ,061 1,014
,950 4,109 ,927 9,183 ,614 -,033 ,963
,960 3,447 ,717 8,001 ,537 -,144 ,903
,970 2,778 ,523 6,759 ,444 -,281 ,830
,980 2,084 ,343 5,407 ,319 -,464 ,733
,990 1,326 ,177 3,811 ,122 -,753 ,581
a. A heterogeneity factor is used.
b. Logarithm base = 10.
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
105
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
.. • , •
Probit Transformed Responses , ______ --'-""''-':..:c::.::'''::::-'''''''''c:::: _____ '"' L ..... ., . 0,925
o 0
' " '" Log of konsentrasi
106
Lampiran 12
Analisis CC50 Fraksi Diklorometana dari Ekstrak Etanol 80% herba
Scoparia dulcis dengan SPSS
Confidence Limits
Probability 95% Confidence Limits for konsentrasi 95% Confidence Limits for log(konsentrasi)
b
Estimate Lower Bound Upper Bound Estimate Lower
Bound
Upper
Bound
PR
O
BI
Ta
,010 3980,633 1323,148 29754,695 3,600 3,122 4,474
,020 2179,577 825,392 12617,706 3,338 2,917 4,101
,030 1487,333 610,710 7334,760 3,172 2,786 3,865
,040 1115,732 486,265 4883,197 3,048 2,687 3,689
,050 883,091 403,589 3510,945 2,946 2,606 3,545
,060 723,714 344,093 2653,661 2,860 2,537 3,424
,070 607,823 298,956 2077,699 2,784 2,476 3,318
,080 519,895 263,399 1670,133 2,716 2,421 3,223
,090 451,024 234,586 1370,261 2,654 2,370 3,137
,100 395,721 210,718 1142,816 2,597 2,324 3,058
,150 230,239 133,929 543,878 2,362 2,127 2,736
,200 149,707 92,002 306,091 2,175 1,964 2,486
,250 103,482 65,527 190,172 2,015 1,816 2,279
,300 74,275 47,384 126,463 1,871 1,676 2,102
,350 54,624 34,360 88,487 1,737 1,536 1,947
,400 40,808 24,807 64,384 1,611 1,395 1,809
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
107
,450 30,777 17,761 48,236 1,488 1,249 1,683
,500 23,315 12,582 36,885 1,368 1,100 1,567
,550 17,663 8,801 28,565 1,247 ,945 1,456
,600 13,321 6,061 22,250 1,125 ,783 1,347
,650 9,952 4,090 17,322 ,998 ,612 1,239
,700 7,319 2,685 13,388 ,864 ,429 1,127
,750 5,253 1,696 10,192 ,720 ,229 1,008
,800 3,631 1,012 7,557 ,560 ,005 ,878
,850 2,361 ,552 5,355 ,373 -,258 ,729
,900 1,374 ,256 3,488 ,138 -,591 ,543
,910 1,205 ,213 3,146 ,081 -,672 ,498
,920 1,046 ,174 2,814 ,019 -,759 ,449
,930 ,894 ,139 2,489 -,048 -,856 ,396
,940 ,751 ,109 2,171 -,124 -,964 ,337
,950 ,616 ,082 1,858 -,211 -1,087 ,269
,960 ,487 ,059 1,548 -,312 -1,232 ,190
,970 ,365 ,039 1,238 -,437 -1,411 ,093
,980 ,249 ,022 ,920 -,603 -1,648 -,036
,990 ,137 ,009 ,577 -,865 -2,023 -,239
a. A heterogeneity factor is used.
b. Logarithm base = 10.
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
108
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Probit Transformed Responses , ______ .:..:.::::::.:c:::.:::.:::.:=::..c:::"'::.:==-_____ ., L ..... ., • 0 ,912
'" 0
"'
"." .. • , 0
• _0 ,5
0
_1 ,0
0
_1 ,5
"' ' " " '" " '" Log ofkonsentr3Si
109
Lampiran 13
Analisis CC50 Fraksi Etil Asetat dari Ekstrak Etanol 80% herba Scoparia
dulcis amnalisis dengan SPSS
Confidence Limits
Probability 95% Confidence Limits for konsentrasi 95% Confidence Limits for log(konsentrasi)b
Estimate Lower Bound Upper Bound Estimate Lower
Bound
Upper
Bound
PR
O
BI
Ta
,010 19876,538 . . 4,298 . .
,020 13823,011 . . 4,141 . .
,030 10977,992 . . 4,041 . .
,040 9230,746 . . 3,965 . .
,050 8016,732 . . 3,904 . .
,060 7110,056 . . 3,852 . .
,070 6399,855 . . 3,806 . .
,080 5824,366 . . 3,765 . .
,090 5346,040 . . 3,728 . .
,100 4940,540 . . 3,694 . .
,150 3564,002 . . 3,552 . .
,200 2749,229 . . 3,439 . .
,250 2200,397 . . 3,343 . .
,300 1801,576 . . 3,256 . .
,350 1496,837 . . 3,175 . .
,400 1255,477 . . 3,099 . .
,450 1059,069 . . 3,025 . .
,500 895,799 . . 2,952 . .
,550 757,700 . . 2,879 . .
,600 639,165 . . 2,806 . .
,650 536,101 . . 2,729 . .
,700 445,419 . . 2,649 . .
,750 364,687 . . 2,562 . .
,800 291,884 . . 2,465 . .
,850 225,156 . . 2,352 . .
,900 162,423 . . 2,211 . .
,910 150,103 . . 2,176 . .
,920 137,776 . . 2,139 . .
,930 125,387 . . 2,098 . .
,940 112,862 . . 2,053 . .
,950 100,098 . . 2,000 . .
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
110
,960 86,933 . . 1,939 . .
,970 73,097 . . 1,864 . .
,980 58,052 . . 1,764 . .
,990 40,372 . . 1,606 . .
a. A heterogeneity factor is used.
b. Logarithm base = 10.
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
111
Lampiran 14
Analisis CC50 Fraksi Butanol dari Ekstrak Etanol 80% herba Scoparia
dulcis
Confidence Limits
Probability 95% Confidence Limits for konsentrasi 95% Confidence Limits for log(konsentrasi)
b
Estimate Lower Bound Upper Bound Estimate Lower
Bound
Upper Bound
PROB
ITa
,010
925836341091
25,480
. . 13,967 . .
,020
136338789683
97,860
. . 13,135 . .
,030
404386056545
8,648
. . 12,607 . .
,040
162082188825
6,290
. . 12,210 . .
,050
770472066866,
238
. . 11,887 . .
,060
409120796883,
734
. . 11,612 . .
,070
234862322143,
892
. . 11,371 . .
,080
142886890746,
366
. . 11,155 . .
,090
90930976186,1
87
. . 10,959 . .
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
112
,100
59983983228,5
27
. . 10,778 . .
,150
10714850210,1
90
. . 10,030 . .
,200
2725588672,21
1
. . 9,435 . .
,250 842190089,636 . . 8,925 . .
,300 293338652,829 . . 8,467 . .
,350 110389101,684 . . 8,043 . .
,400 43668795,129 . . 7,640 . .
,450 17803324,008 . . 7,251 . .
,500 7362224,467 . . 6,867 . .
,550 3044507,255 . . 6,484 . .
,600 1241214,669 . . 6,094 . .
,650 491011,778 . . 5,691 . .
,700 184777,385 . . 5,267 . .
,750 64358,807 . . 4,809 . .
,800 19886,474 . . 4,299 . .
,850 5058,619 . . 3,704 . .
,900 903,614 . . 2,956 . .
,910 596,082 . . 2,775 . .
,920 379,337 . . 2,579 . .
,930 230,784 . . 2,363 . .
,940 132,485 . . 2,122 . .
,950 70,350 . . 1,847 . .
,960 33,441 . . 1,524 . .
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
113
,970 13,404 . . 1,127 . .
,980 3,976 . . ,599 . .
,990 ,585 . . -,233 . .
a. A heterogeneity factor is used.
b. Logarithm base = 10.
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
114
Lampiran 15
Analisis CC50 Fraksi Air dari Ekstrak Etanol 80% herba Scoparia dulcis
dengan SPSS
Confidence Limits
Probability 95% Confidence Limits for konsentrasi 95% Confidence Limits for log(konsentrasi)
b
Estimate Lower Bound Upper Bound Estimate Lower
Bound
Upper Bound
PROB
ITa
,010 12600295,928 . . 7,100 . .
,020 5497589,413 . . 6,740 . .
,030 3248116,463 . . 6,512 . .
,040 2186297,811 . . 6,340 . .
,050 1584396,278 . . 6,200 . .
,060 1204573,552 . . 6,081 . .
,070 947254,918 . . 5,976 . .
,080 763869,477 . . 5,883 . .
,090 628104,929 . . 5,798 . .
,100 524567,729 . . 5,720 . .
,150 248831,784 . . 5,396 . .
,200 137557,351 . . 5,138 . .
,250 82725,349 . . 4,918 . .
,300 52397,769 . . 4,719 . .
,350 34318,980 . . 4,536 . .
,400 22969,240 . . 4,361 . .
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
115
,450 15574,871 . . 4,192 . .
,500 10626,184 . . 4,026 . .
,550 7249,869 . . 3,860 . .
,600 4915,956 . . 3,692 . .
,650 3290,185 . . 3,517 . .
,700 2154,973 . . 3,333 . .
,750 1364,948 . . 3,135 . .
,800 820,863 . . 2,914 . .
,850 453,784 . . 2,657 . .
,900 215,255 . . 2,333 . .
,910 179,772 . . 2,255 . .
,920 147,821 . . 2,170 . .
,930 119,203 . . 2,076 . .
,940 93,739 . . 1,972 . .
,950 71,267 . . 1,853 . .
,960 51,647 . . 1,713 . .
,970 34,763 . . 1,541 . .
,980 20,539 . . 1,313 . .
,990 8,961 . . ,952 . .
a. A heterogeneity factor is used.
b.
Logarithm base = 10.
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
116
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
'00
1 ,15
,. .• • , • "
' 00
0,15
Probit Transformed Responses r-------------'"==cc"'ccO:'""':c"'"':c:='-----------1."Lne •. o,~2
0
0
0
o
1,15 ' 00 :/,15 ' 00
Log of konsentrasi
117
Lampiran 16
PERHITUNGAN IC50 EKSTRAK DAN FRAKSI DARI EKSTRAK
ETANOL80% HERBA Scoparia dulcis
Ekstrak etanol 80%
Konsentrasi
(µg/ml)
Jumlah sel Terinfeksi % Infeksi %Inhibisi Rerata
%Inhibisi±
SD Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 1 Replikasi 2
100 0 0 0,00 0 100,00 100,00
100,00±0,00
50 0 1 0,00 0,67 100,00 99,33 99,67±0,48
25 2 4 1,84 2,69 98,16 97,31 97,73±0,60
12,5 40 46 36,76 30,94 63,24 69,05 66,14±4,11
6,250 92 81 84,56 54,48 15,44 45,52 30,47±21,27
3,125 108 108 99,26 72,64 0,74 27,36 14,04±18,82
Rerata
Kontrol (-) 108,80 148,67
IC50 (µg/ml) 10,27 6,35 8,16±2,77
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
118
Fraksi Diklorometana
Fraksi Etil Asetat
Konsentrasi
(µg/ml)
Jumlah sel Terinfeksi % Infeksi %Inhibisi Rerata %Inhibisi±
SD Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 1 Replikasi 2
100 0 0 0,00 0 100,00 100,00 100±0,00
50 0 0 0,00 0 100,00 100,00 100±0,00
25 1 0 0,92 0 99,08 100,00 99,54±0,65
12,5 5 8 4,60 5,39 95,40 94,61 95,01±0,56
6,250 45 65 41,36 43,73 58,64 56,27 57,46±1,67
3,125 90 118 82,72 79,38 17,18 20,62 18,95±2,37
Rerata Kontrol
(-) 108,80 1487,67
IC50 (µg/ml) 5,36 5,29 5,32±0,50
Konsentrasi (µg/ml)
Jumlah sel Terinfeksi % Infeksi %Inhibisi Rerata %Inhibisi±
SD Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 1 Replikasi 2
100 91 109 83,64 73,32 16,36 26,68 21,52±7,30
50 103 131 94,67 88,11 5,33 11,89 8,60±4,63
25 113 146 103,86 98,20 -3,86 1,80 -1,03±3,99
12,5 123 153 113,05 102,91 -13,05 -2,91 -7,98±7,16
6,250 130 156 119,49 104,93 -19,49 -4,93 -
12,20±10,29
3,125 137 169 125,92 113,67 -25,92 -13,67 -
19,79±8,66
Rerata Kontrol (-) 108,80 148,67
IC50 (µg/ml) >100 >100 >100
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
119
Fraksi Butanol
Konsentrasi (µg/ml)
Jumlah sel Terinfeksi % Infeksi %Inhibisi Rerata %Inhibisi±
SD Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 1 Replikasi 2
100 72 113 66,18 76,00 33,82 23,10 28,90±6,95
50 100 126 91,91 84,75 8,09 15,25 11,67±5,06
25 109 138 100,18 92,82 -0,18 7,18 3,49±5,20
12,5 113 149 103,86 100,22 -3,86 -0,22 -2,04±2,57
6,250 123 158 113,05 106,27 -13,05 -6,27 -9,66±4,78
3,125 148 167 136,03 112,33 -36,03 -12,33 -24,18±16,76
Rerata Kontrol (-) 108,80 148,67
IC50 (µg/ml) >100 >100 >100
Fraksi Air
Konsentrasi (µg/ml)
Jumlah sel Terinfeksi % Infeksi %Inhibisi Rerata %Inhibisi±
SD Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 1 Replikasi 2
100 108 132 99,26 88,78 0,74 11,21 5,97±7,40
50 113 153 103,86 102,91 -3,86 -2,91 -3,38±0,67
25 122 160 112,13 107,62 -12,13 -7,62 -9,87±3,19
12,5 130 170 119,49 114,34 -19,49 -14,34 -16,91±3,63
6,250 134 182 123,16 122,42 -23,16 -22,42 -22,79±0,52
3,125 144 193 132,35 129,82 -32,35 -29,82 -31,08±1,79
Rerata Kontrol (-) 108,80 148,67
IC50 (µg/ml) >100 >100 >100
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
120
Lampiran 17
Surat Keterangan Identifikasi Tanaman S.dulcis
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
* LEMBAGA ILMU PENGETAH UAN rNDONESIA
(INDONESIAN INSTITUTE OF SCIENCES) UPT DALAI KONSERVA51 TUMBUHAN
KERUN RAYA PURWQDADI JI. Raya Sul'1lbaya · Malang KIn. 65 Purwodadi · Pasuruan 67 163
LlPI Telp. (+62343) 615033, (+62341) 426046 Faks. (+62 343) 615033, (+ii2 341) 426046 _bsile : http://www.krpurwodadi .Jipi.gojd
SUltAT K .. :n :RANGAN Jl)ENTI FI KAS I
No. "1Ty/II·I I.6IHMfV lnOI6
Kcpa la UPT Bala; Konsef\'U, Tumbuh~n KcOOn Ray. Pu ...... 'OO"di den gan in; menerangkon
bahwa mal<:rial lanom;ln )ungdiba". oleh:
LnH~ "; urhida\-Pl u\ Shol ikill NI.l\l : O~1211 131167
.l.I:o/!..ts .. ,,'II. F.ftkuhal F~ UW~ ~ eli UPT Rab; Konser".I;
Tun,bIllwl Kchun Ray. f\Jrwodad, JI3da tangg:ol (12 JU/1; 2016. beroasark:m bu~u Flono
of la ..... larangan CA. Illl<;\'ndan R.C Bakhuizen Y3!l den Brinkjr M vu lume II. tah un 1%5 ..
h.llsman ~ 12 nama itmialmya. &dala!! ..
Gc "u~ : ScOfHlria
S\l'."l:ies Sroporiodulru L
Ad:IpUn men UN! buku All Inlcgnl1cd Sy'tem ofClauificalion of Flowt'riull pbnls. karnngan
Num, Cronqu ist lahun 1911. halaman XVI. klasifikl$,n)1I adalah scoogai berilul :
[)j\';'io }.fagnolioplWfa
Sub-di,isio }./agnoii"l's;ja
Subclass AsII,ldu.
OM, ScrO/,ul(1'I"J~s
hmil)' Scm""lori~
[kmik ,an sural ketennJ.;3n Inl dibuat UIlIlIl dapa! dipeq:unQan sebaga imana mC~l inya
Pur .... od:llli. 10 JWIII 201 6 An. Kepala Kepala Sclsi Ebplol'lls; dan Kolchi Tumbuhan
121
Lampiran 18
Lembar Pernyatan Skripsi
IDENTIFIKASI FRAKSI AKTIF ....SKRIPSI LAILA N. S.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS FARMASI
DEPARTEMEN FARMAKOG:"lOSI DAN FlTOKIMIA ~ D liNAIRJI.DIwmowampa Dabm ~.6Ol16
ToIp.: OJ I- 503l71Q. r.,.: 031-502(1514 WcIooiIc: lIUU"""" ffJlllllllir.lU;l ;&maiI : &rmee ....... !d
SURAT PERNYATAAN
YIlIl8 bertandatangan di bawah ini says mahasiswa shipsi :
Naml : Laill Nurhidayatus Sbolikill NIM : 051211131167
Menjelaskan dengan sesun&8ulmya bahwa. skripsi dengan judul ulama: IDENTlflKASI FRAKSI AKTIF ANTIVIRUS HEPATITIS C Dart EKSTRAK ETANOL 80% HERDA Scoparlo dilleD LInD. merupakan penelitian YllIlg ide dasar, serta pendanaan riset sepenuhnya dilaJrukan oleb doseD pembimbing skripsi yairu: Dr. Aty Wldyl"lruY1lDti, MSi., Apt. (NLP: 19Q(4161990022001): sebingga kewenangan publikasi dan HAKI dari twil peneiitian tersebut melekat dan menjadi bak yang sah dari dosen pembimbiog.
Demikian 5UflIt pemyataan ini dibuat ~ sek!ama UDtUk dapal digunakao sebagaimana mestinya, sehingga Ir.eg.iatan publikasi dan pengajuan HAKI yang di1alr.ukan Dlch do9CD pcmbimbing !lUlu Ir.ctua peneliti bubo merupabn Ir.cgiatan plagiatsm. naDlWl tetap mcnycrtakan nama mabasiswa)'1lllg tcrlibat dan do8eo lain daJam anggota. grup riset.
SUl1lbaya, 29 luli 2016
~~~"""'M ... "tP=,,,_
i-~: ~O · ... 11. " .. ~., .... S •• I ....
NIM: OS121IJ31167
Mengetahui: Kctua Departcmen Fannakognosi dan Fitolr.imia
ntl'-----./
Dr. AI)' WidYlwl ..... ylnri,Msi. NIP: 19620426 1990022001