identifikasi keberadaan heat source menggunakan metode

9
Prosiding Seminar Nasional XI “Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2016 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta 20 Identifikasi Keberadaan Heat Source Menggunakan Metode Geomagnetik Pada Daerah Tlogowatu, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah Fauzia Rizky Wijaya 1 , Widodo Putra 2 , Muhammad Bagus Nur Haekal 3 , Nur Arasyi 4 Program Studi Teknik Geofisika, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta Jalan SWK 104 Condongcatur Yogyakarta [email protected] Abstrak Metode geomagnetik adalah salah satu metode yang dipakai dalam geofisika yang mempunyai konsep dasar dari Hukum Coloumb. Hasil yang didapat dengan menggunakan metode geomagnetik adalah nilai intensitas kemagnetan di setiap titik pengukuran. Nilai kemagnetan di bawah permukaan selain dipengaruhi oleh mineral yang dikandungnya, faktor suhu serta tekanan pula mempengaruhi nilai kemagnetan. Karena terjadi adanya proses demagnetisasi karena suhu dan tekanan tersebut. Telah dilakukan penelitian mengenai identifikasi bawah permukaan yang berada di daerah Tlogowatu, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian dilalukan pada tanggal 5 sampai 8 Mei 2016 dengan menggunakan metode geomagnetik. Alat yang digunakan pada penelitian kali ini adalah PPM seri G-857. Pengambilan data di lapangan menggunakan metode base rover. Hasil yang didapatkan dari alat adalah nilai intensitas kemagnetan di setiap titik pengukuran. Software yang digunakan dalam pengolahan data metode ini adalah Microsoft Excel, Geosoft Oasis Montaj, Surfer 10, Matlab, Magblox, Bloxer, dan Rockwork 15. Berdasar dari hasil pengolahan data didapatkan visualisasi bawah permukaan yang dibuat dengan pemodelan 2D yaitu peta TMI, peta RTP, dan peta upward continuation. Nilai anomali magnetik pada daerah penelitian berkisar antara 694,6 nT hingga -863,4 nT. Kemudian berdasarkan hasil interpretasi didapatkan adanya struktur sesar yang ditunjukkan dengan adanya perubahan anomali magnetik. Serta didapatkan pula adanya heat source yang ditunjukkan dengan adanya nilai intensitas magnetik yang bernilai rendah pada peta upward continuation. Berdasar pemodelan 3D yang menunjukkan keberadaan jalur sesar dengan arah N 030 0 E serta didapatkan pula geometri dari heat source pada lokasi penelitian. Kata Kunci : 3D Modeling, Geomagnetik, Heat Source, PPM, Upward Continuation 1. Pendahuluan Metode geomagnetik adalah salah satu metode geofisika yang memanfaatkan sifat kemagnetan batuan. Kegiatan eksplorasi geofisika menggunakan metode geomagnetik meliputi eksplorasi minyak bumi, geothermal, dan identifikasi struktur bawah permukaan. Kegiatan akuisisi data geomagnetik didasarkan pada perbedaan sifat kemagnetan batuan yang disebabkan karena adanya perbedaan. komposisi mineral penyusun batuan tersebut. Heat source merupakan salah satu dari komponen sistem geothermal. keberadaan heat source sangatlah penting dalam sistem geothermal, karena keberadaannya dapat memanaskan fluida yang ada di dalam reservoar. Untuk mengetahui keberadaan heat source, metode geomagnetik dapat digunakan karena nilai intensitas kemagnetan dapat berubah disebabkan adanya panas. Sehingga metode ini sensitif untuk target yang memiliki temperatur tinggi. Karena nilai intensitas kemagnetan dalam batuan akan berkurang karena suhu dan atau adanya tekanan pada suatu medium. Suhu yang dimaksud jika temperatur telah mencapai suhu Currie, maka proses demagnetisasi akan terjadi. Penelitian ini dilakukan atas dasar adanya pengukuran geomagnetik secara regional pada daerah gunung Merapi oleh Imam Suyanto pada tahun 2012 dengan judul “Pemodelan Bawah Permukaan Gunung Merapi Dari Analisis Data Magnetik Dengan Menggunakan Software Geosoft”. Pada penelitian tersebut ditemukan anomali medan magnet yang bernilai rendah dan adanya perubahan nilai magnetik yang drastis pada daerah Tlogowatu, Kec. Kemalang, Kab. Klaten, Provinsi Jawa Tengah.

Upload: others

Post on 05-Nov-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Identifikasi Keberadaan Heat Source Menggunakan Metode

Prosiding Seminar Nasional XI “Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2016Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

20

Identifikasi Keberadaan Heat SourceMenggunakan Metode Geomagnetik Pada Daerah Tlogowatu,

Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah

Fauzia Rizky Wijaya1, Widodo Putra2, Muhammad Bagus Nur Haekal3 , Nur Arasyi4

Program Studi Teknik Geofisika, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” YogyakartaJalan SWK 104 Condongcatur Yogyakarta

[email protected]

AbstrakMetode geomagnetik adalah salah satu metode yang dipakai dalam geofisika yang mempunyai konsepdasar dari Hukum Coloumb. Hasil yang didapat dengan menggunakan metode geomagnetik adalah nilaiintensitas kemagnetan di setiap titik pengukuran. Nilai kemagnetan di bawah permukaan selaindipengaruhi oleh mineral yang dikandungnya, faktor suhu serta tekanan pula mempengaruhi nilaikemagnetan. Karena terjadi adanya proses demagnetisasi karena suhu dan tekanan tersebut. Telahdilakukan penelitian mengenai identifikasi bawah permukaan yang berada di daerah Tlogowatu,Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian dilalukan pada tanggal 5sampai 8 Mei 2016 dengan menggunakan metode geomagnetik. Alat yang digunakan pada penelitian kaliini adalah PPM seri G-857. Pengambilan data di lapangan menggunakan metode base rover. Hasil yangdidapatkan dari alat adalah nilai intensitas kemagnetan di setiap titik pengukuran. Software yangdigunakan dalam pengolahan data metode ini adalah Microsoft Excel, Geosoft Oasis Montaj, Surfer 10,Matlab, Magblox, Bloxer, dan Rockwork 15. Berdasar dari hasil pengolahan data didapatkan visualisasibawah permukaan yang dibuat dengan pemodelan 2D yaitu peta TMI, peta RTP, dan peta upwardcontinuation. Nilai anomali magnetik pada daerah penelitian berkisar antara 694,6 nT hingga -863,4 nT.Kemudian berdasarkan hasil interpretasi didapatkan adanya struktur sesar yang ditunjukkan denganadanya perubahan anomali magnetik. Serta didapatkan pula adanya heat source yang ditunjukkan denganadanya nilai intensitas magnetik yang bernilai rendah pada peta upward continuation. Berdasarpemodelan 3D yang menunjukkan keberadaan jalur sesar dengan arah N 0300 E serta didapatkan pulageometri dari heat source pada lokasi penelitian.

Kata Kunci : 3D Modeling, Geomagnetik, Heat Source, PPM, Upward Continuation

1. Pendahuluan

Metode geomagnetik adalah salah satu metodegeofisika yang memanfaatkan sifat kemagnetanbatuan. Kegiatan eksplorasi geofisikamenggunakan metode geomagnetik meliputieksplorasi minyak bumi, geothermal, danidentifikasi struktur bawah permukaan.Kegiatan akuisisi data geomagnetik didasarkanpada perbedaan sifat kemagnetan batuan yangdisebabkan karena adanya perbedaan. komposisimineral penyusun batuan tersebut. Heat sourcemerupakan salah satu dari komponen sistemgeothermal. keberadaan heat source sangatlahpenting dalam sistem geothermal, karenakeberadaannya dapat memanaskan fluida yangada di dalam reservoar. Untuk mengetahuikeberadaan heat source, metode geomagnetikdapat digunakan karena nilai intensitaskemagnetan dapat berubah disebabkan adanyapanas. Sehingga metode ini sensitif untuk targetyang memiliki temperatur tinggi. Karena nilaiintensitas kemagnetan dalam batuan akanberkurang karena suhu dan atau adanya tekananpada suatu medium. Suhu yang dimaksud jikatemperatur telah mencapai suhu Currie, makaproses demagnetisasi akan terjadi.

Penelitian ini dilakukan atas dasar adanyapengukuran geomagnetik secara regional pada

daerah gunung Merapi oleh Imam Suyanto padatahun 2012 dengan judul “Pemodelan BawahPermukaan Gunung Merapi Dari Analisis DataMagnetik Dengan Menggunakan SoftwareGeosoft”. Pada penelitian tersebut ditemukananomali medan magnet yang bernilai rendah danadanya perubahan nilai magnetik yang drastispada daerah Tlogowatu, Kec. Kemalang, Kab.Klaten, Provinsi Jawa Tengah.

Page 2: Identifikasi Keberadaan Heat Source Menggunakan Metode

Prosiding Seminar Nasional XI “Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2016Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

21

Gambar 1. Pengukuran Magnetik Regional daerahMerapi oleh Imam Suyanto (2012)

“Pemodelan Bawah Permukaan Gunung MerapiDari Analisis Data Magnetik Dengan Menggunakan

Software Geosoft.”

Kemudian dilakukan penelitian secara detil padaarea tersebut dengan metode yang sama yaitumetode geomagnetik untuk mengetahui secaradetail mengenai anomali medan magnet yangada didaerah tersebut dengan intrument PPM.

2. Dasar Teori

2.1 Metode geomagnetikGeomagnetic Method (metode geomagnetik)merupakan salah satu metode geofisika yangsering digunakan sebagai survei pendahuluanpada eksplorasi batuan mineral di antaranyamineral emas. Akurasi pengukuran metodegeomagnetik ini relatif tinggi dan pengoperasiandi lapangan relatif sederhana, mudah dan cepat.Eksplorasi menggunakan metode geomagnetik,pada dasarnya terdiri atas tiga tahap: akuisisidata lapangan, processing, interpretasi.

Metode ini didasarkan pada perbedaan tingkatmagnetisasi suatu batuan yang diinduksi olehmedan magnet bumi. Hal ini terjadi sebagaiakibat adanya perbedaan sifat kemagnetan suatumaterial. Kemampuan untuk termagnetisasitergantung dari suseptibilitas magnetik masing-masing batuan. Harga suseptibilitas ini sangatpenting di dalam pencarian benda anomalikarena sifat yang khas untuk setiap jenis mineralatau mineral logam. Harganya akan semakinbesar bila jumlah kandungan mineral magnetikpada batuan semakin banyak.

2.2. Intensitas MagnetikBenda magnet dapat dipandang sebagaisekumpulan dari sejumlah momen-momenmagnetik. Bila benda magnetik tersebutdiletakkan dalam medan luar, benda tersebutmenjadi termagnetisasi karena induksi. Olehkarena itu intensitas kemagnetan I adalahtingkat kemampuan menyearahnya momen-

momen magnetik dalam medan magnet luar,atau didefinisikan sebagai momen magnetpersatuan volume :

I = M / V (1)

Secara praktis magnetisasi akibat induksi inikebanyakan meluruskan dipole-dipole materialmagnet, sehingga sering disebut sebagaipolarisasi magnet. Bila besarnya konstan danarahnya sama, maka dikatakan bendatermagnetisasi secara uniform.

2.3. Medan Magnet BumiMedan magnet bumi terdiri dari 3 bagian :a. Medan magnet utama (main field)

Medan magnet utama dapat didefinisikansebagai medan rata-rata hasil pengukurandalam jangka waktu yang cukup lamamencakup daerah dengan luas lebih dari 106

km2.b. Medan magnet luar (external field)

Pengaruh medan magnet luar berasal daripengaruh luar bumi yang merupakan hasilionisasi di atmosfer yang ditimbulkan olehsinar ultraviolet dari matahari. Karenasumber medan luar ini berhubungan denganarus listrik yang mengalir dalam lapisanterionisasi di atmosfer, maka perubahanmedan ini terhadap waktu jauh lebih cepat.

c. Medan magnet anomaliMedan magnet anomali sering juga disebutmedan magnet lokal (crustal field). Medanmagnet ini dihasilkan oleh batuan yangmengandung mineral bermagnet sepertimagnetite (Fe7S8), titanomagnetite (Fe2TiO4)dan lain-lain yang berada di kerak bumi.

2.4. Filtering2.4.1. Reduce to PoleDalam akuisisi data magnetik dapat dilakukandengan beberapa cara yaitu secara looping, baserover, atau gradien vertikal. Perbedaan dalambeberapa cara tersebut hanya di tekankan dalampenggunaan instrument dalam pengukuran.Pengukuran secara satu alat merupakan suatukonsep pengukuran geomagnetik denganmemanfaatkan suatu titik base yang digunakansebagai titik acuan dan pengukuran awal hinggaterakhir akan kembali pada titik tersebut(looping). Konsep satu alat / looping sebenarnyapengukuran yang kurang akurat dibandingkanpengukuran secara base-rover, dikarenakanpengukuran secara looping hanyamemperhitungkan variasi harian dari suatudaerah berdasarkan dua titik saja. Yaitu titikbase dan titik looping. Dimana selisih intensitasmedan magnet pada awal pengukuran denganintensitas medan magnet pengukuran terakhiradalah sebagai koreksi variasi harian.Sedangkan pada saat pengukuran berlangsungterjadi perubahan kondisi matahari.

Page 3: Identifikasi Keberadaan Heat Source Menggunakan Metode

Prosiding Seminar Nasional XI “Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2016Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

22

Pengukuran looping biasa jarang dilakukankarena tingkat akurasi datanya agak kurang baikdibandingkan pengukuran secara base-roveryang, menghitung variasi harian setiap beberapajam sekali karena perubahan kondisi yangberbeda dari matahari.

2.4.2. Pemisahan Anomali Regionaldan LokalUpward continuation (kontinuasi ke atas)merupakan langkah pengubahan data medanpotensial yang diukur pada suatu levelpermukaan menjadi data yang seolah-olahdiukur pada level permukaan yang lebih atas.Metode ini digunakan karena dapatmentransformasi medan potensial yang diukurpada suatu permukaan sehingga medanpotensial di tempat lain di atas permukaanpengukuran cenderung menonjolkan anomaliyang disebabkan oleh sumber yang dalam (efekregional) dengan menghilangkan ataumengabaikan anomali yang disebabkan olehsumber yang dangkal (efek residual). Metode inidilakukan untuk mendapatkan hasil berupaanomali regional yang lebih representatif.Anomali regional yang lebih representatif akanmenghasilkan anomali lokal (residual) yangbaik sehingga pada tahap interpretasi dapatdihasilkan hasil baik pula.

Kontinuasi ke atas juga merupakan salah satumetode yang sering digunakan sebagai filter,berguna untuk menghilangkan bising (noise)yang ditimbulkan oleh benda-benda pada dekatpermukaan. Di samping itu, melakukankontinuasi ke atas juga dapat mengurangi efekdari sumber anomali dangkal (efek residual).Anomali residual diperoleh dengan menghitungselisih antara nilai intensitas magnetik terhadapanomali regional.

2.5. Analisa Spektrum Fast FourierTransformTransformasi Fourier cepat (Fast FourierTransform, biasa disingkat FFT) adalah suatualgoritma untuk menghitung transformasiFourier diskrit (DFT) dengan cepat dan efisien.Transformasi Fourier Cepat diterapkan dalamberagam bidang, mulai dari pengolahan sinyaldigital, memecahkan persamaan diferensialparsial, dan untuk algoritma untuk mengalikanbilangan bulat besar.

Teknik Fast Fourier Transform digunakanuntuk mengekstrak komponen-komponen datapada domain spektral atau frekuensi, dimanapada domain spasial ataupun domain waktukomponen-komponen tersebut tidak dapatterlihat secara eksplisit.

2.6 Pemodelan 3D

Pemodelan adalah membentuk suatu benda-benda atau obyek. Membuat dan mendesainobyek tersebut sehingga terlihat seperti hidup.Sesuai dengan obyek dan basisnya, proses inisecara keseluruhan dikerjakan di komputer.Melalui konsep dan proses desain, keseluruhanobyek bisa diperlihatkan secara 3 dimensi,sehingga banyak yang menyebut hasil inisebagai pemodelan 3 dimensi (3D modelling)(Nalwan, 1998). Ada beberapa aspek yang harusdipertimbangkan bila membangun model obyek,kesemuanya memberi kontribusi pada kualitashasil akhir. Hal-hal tersebut meliputi metodauntuk mendapatkan atau membuat data yangmendeskripsikan obyek, tujuan dari model,tingkat kerumitan, perhitungan biaya,kesesuaian dan kenyamanan, serta kemudahanmanipulasi model.

Proses pemodelan 3D membutuhkanperancangan yang dibagi dengan beberapatahapan untuk pembentukannya. Seperti obyekapa yang ingin dibentuk sebagai obyek dasar,metoda pemodelan obyek 3D, pencahayaan dananimasi gerakan obyek sesuai dengan urutanproses yang akan dilakukan.

3. Metodologi Penelitian

Gambar 2. Desain Survei.

Penelitian dilakukan pada tanggal 5 Mei hingga8 Mei 2016 yang berlokasi di DaerahTlogowatu, Kecamatan Kemalang, KabupatenKlaten, Provinsi Jawa Tengah. Lokasipengukuran memiliki luasan area 1,5 x 1,5kilometer yang terbagi menjadi 15 lintasandengan jarak antar lintasan sejauh 100 meter.

Gambar 3. Peralatan dan Perlengkapan

Page 4: Identifikasi Keberadaan Heat Source Menggunakan Metode

Prosiding Seminar Nasional XI “Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2016Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

23

Peralatan dan perlengkapan di atas akandijeaskan menurut fungsinya seperti berikut ini :

a. Proton Precission Magnetometer (PPM)Instrumen ini berfungsi untuk mencatatintensitas yang berada di daerah penelitian, baikpada pengukuran di base maupun padapengukuran setiap titik. Dalam penelitian kaliini, ada dua tipe PPM yang digunakan, yaituPPM yang digunakan sebagai base dan PPMseri G-857 Magnetometer yang digunakansebagai rover. Ada beberapa bagian dalamPPM, yaitu tiang, baterai PPM, kabelpenghubung, sensor, magnetometer, dan sensorkabel sinyal.b. Global Positioning System (GPS )GPS digunakan untuk mengetahui letak setiaptitik pengukuran di daerah penelitian. Letak titiktersebut berdasarkan nilai koordinat danketinggian yang dihitung dari permukaan laut.c. KompasKompas berguna untuk mengetahui strike dariline yang didesain di daerah pengamatan.Kompas juga berfungsi untuk mengarahkansensor ke arah utara sebenarnya.

Diagram Alir Penelitian

Gambar 4. Diagram Alir Penelitian

Pembahasan dari diagram alir penelitian di atasadalah: Studi pendahuluan berupa informasi geologi

daerah penelitian berkaitan target yang akandicapai dan pembuatan desain surveipengukuran.

Pengukuran dilakukan sesuai desain surveiyang dibuat dengan jumlah lintasan dan titikpengukuran yang telah ditentukan.

Proses akuisisi data dilakukan secara basedan rover. Dimana base dilakukanpengukuran secara berkala setiap 5 menitsekali pada titik acuan dan rover melakukanproses akuisisi di titik-titik pengukuran.

Dari akuisisi data akan mendapatkan datapengukuran, data pengukuran kemudian dilakukan perhitungan agar didapatkan nilaivariasi harian pada titik-titik pengukuran.

Nilai variasi harian tersebut kemudian dibuatmenjadi Peta Ruduce To Pole, Peta UpwardContinuation Regional denganmenggunakan Software Geosoft OasisMontaj. Nilai estimasi kedalaman FFTdidapatkan dari pengolahan menggunakanMatlab. Sedangkan Pemodelan 3Ddidapatkan dari pengolahan menggunakansoftware Rockwork 15.

Dari Peta Ruduce To Pole, UpwardContinuation Regional, dan model 3Ddilakukan interpretasi serta di tarikkesimpulan

Selesai.

4. Pembahasan

Page 5: Identifikasi Keberadaan Heat Source Menggunakan Metode

Prosiding Seminar Nasional XI “Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2016Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

24

Gambar 5. Peta RTP dan Peta Upward Continuations

Peta pada bagian kiri merupakan hasil filterreduce to pole (RTP) dengan tujuan untukmembuat hasil peta menjadi monopol atau satukutub. Karena ada awalnya peta yang dihasilkanberupa peta yang masih dipengaruhi oleh duakutub sehingga belum menggambarkan keadaanyang sebenarnya. Peta di ini memiliki rentangnilai positif 694,6 nT hingga negatif 863,4 nT.Pada peta RTP ini dibagi pula menjadi tigamacam nilai intensitas kemagnetan yaitu tinggi,sedang, dan rendah. Pada nilai intensitaskemagnetan tinggi didapatkan rentang nilaiantara 694,6 nT hingga 84,4 nT yang memilikinilai positif yang ditunjukkan oleh warna merahmuda hingga oranye pada peta RTP di atas.Sedangkan pada daerah dengan nilai intensitaskemagnetan sedang, pada peta di atasditunjukkan dengan warna oranye kekuninganhingga hijau kekuningan yang memberikaninformasi nilai intensitas kemagnetan sebesarnegatif 84,4 nT hingga negatif 304 nT.Kemudian pada daerah dengan nilai intensitasmagnetik rendah ditunjukkan pada daerah yangberwarna hijau hingga biru yang bernilai negatif304 nT hingga negatif 863,4 nT.

Tabel 1. Interpretasi Litologi Berdasarkan NilaiIntensitas Magnet serta Kondisi Geologi Lokal

No Intensitas Magnet Litologi1 694,6 nT - 84,4 nT Batutuff2 84,4 nT - (-304 ) nT Batupasir laharik3 (-304) nT - (-863,4) nT Batulempung

Berdasarkan nilai intensitas kemagnetan padadaerah tersebut dan disesuaikan pula dengankeadaan geologi daerah tersebut dimana lokasipenelitian berada pada fasies gunung api distal,maka pada daerah tersebut yang memiliki nilaiintensitas kemagnetan tinggi yang ditunjukkanpada peta dengan warna merah muda dapat

diinterpretasikan berupa tuff yang merupakanbatuan piroklastik yang berasal dari hasilmaterial vulkanik yang merupakan materialjatuhan. Tuff memiliki nilai kemagnetan yangtinggi disebabkan oleh adanya mineral biotityang termasuk ke dalam medium paramagnetik.Nilai tinggi tersebut relatif terhadap lingkungansekitarnya.

Kemudian pada nilai anomali yang sedang,ditandai dengan warna hijau dapatdiinterpretasikan pada bagian tersebutmerupakan batupasir laharik, hasil dari erupsipada gunung Merapi yang tertransportasi hinggasampai lokasi penelitian. Pada lokasi penelitianterdapat singkapan batupasir laharik tersebutyang sangat tebal, hingga menjadi litologi yangmendominasi pada lokasi penelitian.

Pada nilai anomali rendah dapatdiinterpretasikan bahwa pada bagian tersebutmerupakan batulempung. Batulempung yangmemiliki kandungan kuarsa yang melimpahmenyebabkan nilai anomali magnet yangmuncul rendah. Kemudian pada fasies gunungapi distal, batulempung dapat ditemukan karenatransportasi yang terjadi sudah mulai relatif jauhdari sumber.

Peta pada bagian kanan merupakan peta hasilfiltering peta RTP dengan kenaikan interval 100yang bertujuan untuk mereduksi anomali lokaldengan cara mentransformasi medan potensialyang di ukur di permukaan tertentu ke medanpotensial pada permukaan lainnya yang jauhdari sumber. Upward Continuation dilakukandengan cara trial and error yang akan berhentiketika telah stabil. Kestabilan warna pada petadi atas berhenti pada kenaikan peta upwardregional dengan kenaikan sebesar 400. Hal

Page 6: Identifikasi Keberadaan Heat Source Menggunakan Metode

Prosiding Seminar Nasional XI “Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2016Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

25

tersebut menunjukkan bahwa pada filter upwardcontinuation dengan jarak 400.Keberadaan sesar umumnya ditunjukkan denganadanya kontras nilai intensitas magnet yangberubah secara drastis. Perubahan intensitasmagnet tersebut membentuk lineasi pada peta.Lineasi tersebutlah yang menunjukkan arahsesar berdasarkan metode geomagnetik.Perubahan nilai intensitas magnet akanberkurang disebabkan oleh adanya suhu yangtinggi dan atau adanya tekanan. Prosesberkurangnya nilai kemagnetan disebut dengandemagnetisasi. Sesar merupakan adanyadisplacement blok batuan terhadap blok batuanlainnya yang disebabkan oleh adanya tekanan.Tekanan tersebutlah yang menyebabkan adanyademagnetisasi.

Pada peta upward continuation 400 didapatkankontras nilai yang mengindikasikan adanyasesar. Hal tersebut ditunjukkan pada bagianbarat peta. Sehingga dapat diinterpretasikanbahwa adanya sesar berarah N 0300 E padabagian barat peta. Kenampakan sesar setelahdilakukan proses filtering upward continuationmenunjukkan bahwa sesar tersebut merupakansesar regional.

Lokasi heat source ditunjukkan oleh peta yangberwarna merah pada upward continuationsebesar 400 m. Pada ketika dilakukan filteringupward continuation sebesar 400 m, nilaiintensitas magnetik menunjukan nilai minus (-),maka dapat diinterpretasikan bahwa pada lokasitersebut terjadi proses demagnetisasi. Namunpada peta yang ditunjukkan dengan warna biru,terdapat 2 proses demagnetisasi sehinggamemiliki nilai yang lebih rendah, yaitu adanyadeformasi berupa sesar yang disebabkan oleh

tekanan. Kemudian faktor suhu pulamempengaruhi nilai intensitas magnet padalokasi tersebut.

Gambar 6. Analisa Grafik FFT

Fast Fourier Transform ( FFT ) adalah suatumodel tranformasi yang memindahkan domainspasial atau domain waktu ke domain frekuensi.Fungsi dari analisa ini adalah untukmendapatkan analisa estimasi kedalamananomali regional ataupun anomali lokal. Padaanalisa grafik FFT warna biru menunjukkangrafik regional yang mempunyai persamaangaris y = -54,566x + 0,439 dan warna abu-abumenunjukkan grafik lokal yang mempunyaipersamaan garis y = -20,134x -0,8034. Grafikregional terbuat dari tiga titik denganmempunyai estimasi kedalaman sebesar 364,9m. Grafik lokal membentuk trendline yang lebihlandai dari pada regional. Estimasi kedalamanpada lokal adalah sebesar 134,6541 m. Nilaiestimasi kedalaman pada regional lebih dalamdari pada residual karena sudut pandang dariregional lebih dalam dari pada lokal. Sehinggadapat disimpulkan bahwa pada peta upwardcontinuation 400 ditemukan adanya sesar,berada pada kedalaman 364,9 m.

Gambar 7. Pemodelan 3D

Dalam geofisika, terdapat dua cara untukmelakukan pemodelan, yaitu forward modellingdan inverse modelling. Pada forward modelling

dilakukan dengan cara mencocokkan modelterhadap data. Sedangkan inverse modellingadalah pemodelan yang didapatkan parameter

Page 7: Identifikasi Keberadaan Heat Source Menggunakan Metode

Prosiding Seminar Nasional XI “Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2016Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

26

model geologi secara langsung berdasarkandata. Pada pemodelan penelitian inimenggunakan pemodelan dengan cara inversemodelling.

Pada gambar 7 menggambarkan bentukgeometri dari batuan yang terkena efek dari heatsource pada lokasi penelitian. Warna padamodel 3D merepresentasikan nilai susceptibilitydari batuan yang terkena dari efek heat sourcetersebut. Heat source tidak dapat terukur secaralangsung oleh metode geomagnetik karenamedium yang memiliki suhu melewati suhuCurrie memiliki sifat diamagnetik. Diamagnetikmerupakan medium yang tidak memiliki sifatmagnet. Namun, heat source memberi efekpanas pada lingkungan sekitarnya. Sehinggamenyebabkan adanya proses demagnetisasiterhadap lingkungan sekitarnya. Lokasi daribatuan yang terpanaskan tersebut berada padakedalaman 364,9 m. Nilai kedalaman tersebutberdasarkan hasil dari analisa FFT.

Setelah pemodelan inversi, maka didapatkannilai susceptibility dari batuan di sekitar heatsource. Nilai susceptibility yang didapatkanadalah berkisar antara 0,003 – 0,253. Dengandidominasi oleh nilai susceptibility 0,103 –0,153 yang terepresentasikan oleh warna hijaupada pemodelan 3D. Nilai susceptibility berubahterhadap faktor kedalaman. Semakin dalam,maka semakin kecil nilai susceptibility. Haltersebut disebabkan oleh lokasi heat sourceyang berada di bawah batuan yang terpanaskanoleh heat source.

5. KesimpulanKesimpulan yang dapat diambil dari berbagaipembahasan yang telah dilakukan adalah: Daerah penelitian berada pada daerah

lereng Gunung Merapi sehingga nilaiintensitas kemagnetan yang didapatkanbernilai rendah dan negatif. Hal inidikarenakan daerah tersebut masihdipengaruhi dan dekat dengan keberadaansumber panas gunung berapi tersebut.

Daerah penelitian diinterpretasikan sebagaidaerah yang memiliki struktur sesar dibagian barat serta didapatkan pulageometri dari batuan yang terkena efekpanas dari heat source denganmenggunakan pemodelan 3D.

Lokasi heat source secara horizontalberada pada selatan daerah penelitian.

Nilai anomali pada RTP berkisar antaranilai 694,6 nT hingga - 863,4 nT.

Litologi yang didapatkan adalah batu tuff,batupasir laharik, batulempung.

6. SaranUntuk mengetahui lokasi kedalaman heatsource akan lebih baik tergambarkan dengan

menggunakan metode MT series. Metodegeomagnetik menggambarkan dengan baiklokasi heat source secara horizontal, namuntidak untuk secara vertikal.

Daftar Pustaka

Kahfi, Rian Arifan,dkk.2008. IdentifikasiStruktur Lapisan Bawah Permukaan DaerahManifestasi Emas dengan MenggunakanMetode Magnetik Di Papandayan Garut JawaBarat. Hlm. 127-135, (Online), dalam jurnalBerkala Fisika Vol.11. No.4 Oktober 2008

Lowrie, W. 2007. Fundamentals of Geophysic.Cambridge : Cambridge University Press.

Suyanto, Imam. 2012.“Pemodelan BawahPermukaan Gunung Merapi Dari AnalisisData Magnetik” Fisika, FMIPA UGM,Yogyakarta

Telford, M. W., et al. 1990. Applied Geophysicssecond edition, Cambridge : CambridgeUniversity Press.

Page 8: Identifikasi Keberadaan Heat Source Menggunakan Metode
Page 9: Identifikasi Keberadaan Heat Source Menggunakan Metode