identifikasi permasalahan penelitian

23
IDENTIFI Akba Sri S P IKASI PERMASALAHAN PENELI Makalah Dibuat sebagai tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Oleh ar Waskita Ifdhil Haq (15713251005 ofiana Amni (15713251041 Program Studi Bimbingan dan Konseling Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta 2015 ITIAN 5) 1)

Upload: pristanti

Post on 13-Apr-2017

478 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Identifikasi permasalahan penelitian

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PENELITIAN

Akbar Waskita Ifdhil Haq

Sri Sofiana Amni

Program Studi Bimbingan dan Konseling

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PENELITIAN

Makalah

Dibuat sebagai tugas mata kuliah

Metodologi Penelitian Pendidikan

Oleh

Akbar Waskita Ifdhil Haq (15713251005)

Sri Sofiana Amni (15713251041)

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Program Pascasarjana

Universitas Negeri Yogyakarta

2015

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PENELITIAN

(15713251005)

(15713251041)

Page 2: Identifikasi permasalahan penelitian

A. Pendahuluan

Manusia dianugerahi oleh Tuhan sesuatu yang sangat khusus

dibandingkan makhluk lainnya, yakni akal. Akal membuat manusia

berbeda dengan makhluk lain yang tidak diberi akal oleh Tuhan. Anugerah

Tuhan berupa akal membuat manusia dapat berpikir secara cerdas dan

kritis sehingga dapat memanfaatkan apa yang ada di sekitarnya.

Pemanfaatan sumber daya yang ada di lingkungan oleh manusia

merupakan hasil proses berpikir manusia dengan memanfaatkan akal yang

diberikan oleh Tuhan. Proses berpikir yang dilakukan oleh manusia terjadi

karena adanya rasa ingin tahu manusia terhadap sesuatu.

Sejak baru dilahirkan ke dunia, manusia telah memiliki rasa ingin

tahu walaupun terbatas pada alat gerak yang dimiliki. Salah satunya adalah

fase oral di mana manusia yang baru lahir kerap memasukkan apapun ke

dalam mulut. Hal tersebut menunjukkan bahwa manusia ketika baru lahir

telah memiliki rasa ingin tahu, dalam hal ini memanfaatkan mulutnya

untuk menuntaskan rasa ingin tahu yang dimiliki.

Seiring dengan berjalannya waktu, terjadi pertumbuhan dan

perkembangan pada manusia. Tentu saja hal tersebut membuatnya terjadi

perubahan manusia, baik secara fisik maupun pada non fisik. Salah

satunya adalah perkembangan kognitifnya. Seiring dengan terjadinya

perkembangan kognitif, manusia normal akan mengalami proses berpikir

yang lebih rumit karena permasalahan yang dihadapi dan harus

dipecahkan juga semakin rumit.

Proses berpikir yang terjadi ketika menghadapi masalah sering

memunculkan pertanyaan bagi manusia. Ketika pertanyaan muncul, maka

secara otomatis pertanyaan manusia akan meminta jawaban atau pun

pemecahan masalahnya.

Menurut Restu Kartiko (2010: 40), pada dasarnya keingintahuan

manusia yang diawali dengan pertanyaan atau permasalahan dan ingin

dicari pemecahannya inilah yang mendasari adanya penelitian.

Berdasarkan pendapat Restu Kartiko dapat diambil kesimpulan bahwa rasa

ingin tahu yang dimiliki manusia adalah penyebab adanya penelitian yang

Page 3: Identifikasi permasalahan penelitian

dilakukan oleh manusia, penelitian sendiri merupakan sebuah upaya dari

manusia untuk menjawab rasa ingin tahu yang dimiliki oleh manusia.

Seperti yang disebutkan sebelumnya, rasa ingin tahu membuat

berbagai pertanyaan pada pikiran manusia yang dianggap menjadi

penyebab adanya penelitian. Makalah yang dibuat kali ini akan membahas

permasalahan dan pertanyaan seperti apa yang cocok untuk penelitian

ilmiah.

B. Pembahasan

Permasalahan penelitian merupakan salah satu hal pokok yang

harus dimiliki oleh peneliti sebelum melakukan penelitian. Dengan adanya

permasalahan membuat alasan bagi peneliti yang akan melakukan

penelitian maupun pembaca hasil penelitian.

Bagi peneliti pemula, kesulitan bukan pada mengembangkan

jawaban untuk pertanyaan terhadap suatu masalah, tetapi bagaimana

sampai pada pertanyaan tersebut dapat ditanyakan kepada diri sendiri.

Pada kesempatan kali ini kita akan membahas bagaimana cara menulis

“pernyataan tentang permasalahan” untuk suatu penelitian.

1. Apa yang Dimaksud Permasalahan Penelitian, dan Mengapa itu

Penting?

Perumusan masalah dalam penelitian merupakan langkah

pertama dan langkah paling penting dalam proses penelitian. Hal ini

sama halnya ketika kita menentukan tujuan sebelum berpergian ke

suatu tempat. Tanpa adanya tujuan yang pasti ketika akan berpergian,

maka tidak mungkin akan didapatkan rute terdekat untuk mencapai

tujuan yang dimaksud, atau bahkan sama sekali tidak akan

mendapatkan rute untuk mencapai tujuan. Demikian pula tanpa

adanya rumusan masalah yang jelas tidak akan mungkin dapat disusun

suatu metode, prosedur, hingga anggaran penelitian.

Rumusan masalah berperan seperti halnya pondasi sebuah

bangunan. Jenis, model, dan desain bangunan sangat bergantung pada

model pondasi bangunan. Jika pondasi sangat kuat dan didesain

Page 4: Identifikasi permasalahan penelitian

dengan sangat baik, maka bangunan yang akan berdiri besar diyakini

memiliki kekuatan yang kuat pula untuk berdiri. Rumusan masalah

juga berperan sebagai pondasi suatu penelitian, jika rumusan masalah

dirumuskan dengan baik, maka seorang peneliti dapat berharap dan

yakin bahwa penelitian yang akan dijalani juga akan berlangsung

dengan baik pula.

Melakukan identifikasi dengan jelas “permasalahan” yang

menyebabkan kebutuhan untuk melakukan penelitian dianggap

sebagai sesuatu hal yang menantang dalam penelitian. Permasalahan

penelitian adalah masalah, kontroversi, atau masalah pendidikan yang

memedomani kebutuhan untuk melaksanakan suatu penelitian.

Permasalahan penelitian yang baik dapat ditemukan dalam ranah

pendidikan kita, seperti berikut ini:

a. Disgrupsi/gangguan yang disebakna oleh siswa-siswa beresiko di

kelas.

b. Meningkatnya kekerasan di kampus.

c. Kurangnya keterlibatan orangtua di sekolah untuk siswa-siswa

yang memiliki perilaku menantang,

Contoh masalah yang disebutkan di atas menyangkut personel di

sekolah, di kelas, di berbagai ranah praktek pendidikan, dan di

berbagai arena kebijakan serta di kampus perguruan tinggi. Penulisan

tentang permasalahan penelitian, penulis menyatakan permasalahan

sebagai kalimat tunggal atau beberapa kalimat dalam laporan

penelitian. Untuk menemukan permasalahan dalam suatu penelitian,

peneliti hendaknya menanyakan beberapa pertanyaan di bawah ini

kepada dirinya sendiri:

a. Apa isu, masalah, atau kontroversi yang ingin ditangani?

b. Apa kontroversi yang memunculkan kebutuhan untuk melakukan

penelitian ini?

c. Apa masalah yang ditangani “dibalik” penelitian?

Page 5: Identifikasi permasalahan penelitian

Penelitian terhadap permasalahan pendidikan dilakukan agar

peneliti dapat membantu pembuat kebijakan ketika pembuat

kebijakan membuat kebijakan bagi orang banyak, membantu guru dan

kepala sekolah menghadapi dan mengatasi permasalahan praktis yang

terdapat di sekolah, membantu admin perkuliahan ketika membuat

keputusan, dan memberikan pemahaman yang lebih tentang berbagai

permasalahan pendidikan. Dari sudut pandang tersebut dapat diambil

kesimpulan bahwa adanya permasalahan penelitian hakikatnya adalah

untuk membantu orang lain untuk tahu.

2. Apa Beda Permasalahan Penelitian dengan Bagian Penelitian

Lainnya?

Permasalahan penelitian berbeda dengan topik penelitian,

maksud atau niat penelitian, dan pernyataan penelitian. Permasalahan

penelitian perlu dibedakan dan diakui sebagai langkah yang berbeda

karena merepresentasikan permasalahan yang ditangani dalam

penelitian. Berikut perbedaan permasalahan penelitian dengan bagian-

bagian penelitian yang lain:

a. Topik penelitian

Subjek luas yang ditangani oleh penelitian. Sebagai contoh,

Maria meneliti kepemilikan senjata api oleh siswa di sekolah.

b. Permasalahan Penelitian

Isu, masalah, atau kontroversi pendidikan yang bersifat

umum yang ditangani dalam penelitian, yang mempersempit

topiknya. Permasalahan yang ditangani oleh Maria adalah

meningkatnya kekerasan di sekolah yang disebabkan, sebagian,

oleh kepemilikan senjata apai.

c. Maksud Penelitian

Niat atau tujuan utama penelitian yang digunakan untuk

menangani permasalahannya. Maria mungkin menyatakan

maksud penelitian seperti ini, “maksud penelitian saya adalag

untuk mengindentifikasi faktor yang mempengaruhi sejauh mana

siswa membawa senjata api di SMA.”

Page 6: Identifikasi permasalahan penelitian

d. Pertanyaan Penelitian

Mempersempit maksud menjadi pertanyaan-pertanyaan

yang spesifik yang ingin dijawab oleh peneliti dalam

penelitiannya, Maria mungkin menanyakan, “bagaimana teman-

teman sebaya mempengaruhi siswa untuk mebawa senjata api?

Melihat perbedaan yang telah dipaparkan di atas, dapat dilihat

bahwa setiap bagian dalam penelitian adalah berbeda terkait dengan

keluasan, mulai dari yang paling luas, yakni topik penelitian hingga

yang paling sempit atau spesifik, yakni pertanyaan penelitian.

Sebagai contoh adalah seorang peneliti yang memiliki topik

penelitian “belajar jarak jauh”. Peneliti kemudian berusaha untuk

mempelajari tentang permasalahan yang berkaitan dengan topik

“belajar jarak jauh”, diantaranya adalah “kurangnya siswa yang

mendaftar di kelas-kelas pendidikan jarak jauh”. Setelah mempelajari

tentang permasalahan penelitian yang berkaitan, peneliti kemudian

merumuskan kembali permasalahan penelitian untuk menjadi sebuah

pernyataan tentang niat atau maksud penelitian yang berbuni, “untuk

meneliti mengapa siswa tidak mengikuti kelas pendidikan jarak jauh

di suatu komunitas perkuliahan”. Selanjutnya peneliti melakukan

penyempitan maksud penelitian menjadi pertanyaan-pertanyaan yang

lebih spesifik, salah satu contohnya adalah “apakah penggunaan

teknologi website di kelas mencegah siswa untuk mendaftar di kelas

pendidikan jarak jauh?”

Proses yang terjadi berawal dari bagian yang paling umum,

yakni topik hinggat terus menjadi spesifik menjadi “pertanyaan

penelitian”. Fase “permasalahan penelitian” menjadi suatu fase

berbeda yang perlu diketahui oleh pembaca untuk membantu pembaca

hasil penelitian memahami isu yang diangkat oleh peneliti secara

jelas.

Salah satu kesalahan yang lazim yang kerap terjadi adalah

menyatakan permasalahan penelitian sebagai maksud penelitian atau

sebagai pernyataan penelitian. Berikut adalah contoh bahwa peneliti

Page 7: Identifikasi permasalahan penelitian

dapat membentuk suatu maksud atau pertanyaan penelitian sebagai

suatu permasalahan penelitian:

a. Model yang buruk

Peneliti bermaksud untuk menuliskan tentang permasalahan

penelitian, namun alih-alih peneliti malah mengidentifikasi

pernyataan penelitian; “maksud penelitian ini adalah untuk

menelaah pendidikan perempuan di negara-negara Dunia Ketiga”.

b. Model yang lebih baik

Merevisinya sebagai permasalahan penelitian; “Perempuan

di negara-negara Dunia Ketiga dilarang masuk universitas atau

kuliah karena norma patriarkat berorientasi-kultural

masyarakatnya.

c. Model yang buruk

Peneliti bermaksud untu menuliskan tentang permasalahan

penelitian, namun alih-alih peneliti malah mengidentifikasi

pertanyaan penelitian “Faktor-faktor apa yang memengaruhi rindu

rumah mahasiswa?”.

d. Model yang lebih baik

Merevisinya sebagai permasalahan penelitian; “ Rindu

rumah adalah salah satu masalah utama di kampus-kampus

perguruan tinggi saat ini. Ketika mahasiswa rindu rumah, mereka

meninggalkan sekolah atau mulai membolos, yang

mengakibatkan pengurangan mahasiswa atau prestasi buruk di

kelas selama semester pertama di perguruan tinggi.

3. Apakah Permasalahan Penelitian Dapat dan Seharusnya Diteliti?

Berawal dari pemikiran yang kritis, manusia banyak

menemukan permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya.

Namun begitu walaupun banyak permasalahan yang teridentifikasi di

lingkungannya, bukan berarti bahwa peneliti dapat atau seharusnya

meneliti permasalahan yang ada. Seorang peneliti baru dapat meneliti

sebuah permasalahan jika memiliki akses ke partisipan dan tempat

Page 8: Identifikasi permasalahan penelitian

penelitian, maupun waktu, sumber daya, dan keterampilan yang

dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian. Permasalahan patut diteliti

jika memiliki potensi untuk memberikan kontribusi pada pengetahuan

pendidikan atau menambah efektivitas praktek. Berikut penjelasan

beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan penelitian

setelah menemukan permasalahan;

a. Akses orang dan tempat

Sebelum meneliti suatu permasalahan, peneliti perlu

mendapatkan izin untuk memasuki suatu tempat dan untuk

melibatkan orang di lokasi penelitian (misalnya, akses ke sekolah

dasar untuk meneliti anak-anak di bawah umur). Akses ini sering

membutuhkan persetujuan bertingkat-tingkat dari sekolah, seperyi

administrator distrik, kepala sekolah, guru, orangtua, dan siswa.

Di samping itu, proyek yang dilaksanakan oleh lembaga

pendidikan yang menerima dana federal (kebanyakan kampus dan

universitas) perlu mendapatkan persetujuan institusi untuk

memastikan bahwa peneliti melindungi hak-hak partisipan.

Kemampuan untuk mendapatkan akses ke orang dan tempat dapat

membantu menentu apakah permasalahan dapat diteliti.

b. Waktu, sumber daya, dan keterampilan

Jika peneliti telah mendapatkan izin dari partisipan dan tempat

yang dibutuhkan untuk penelitian, selanjutnya kemampuan

peneliti untuk meneliti permasalahan juga tergantung beberapa

hal, yakni;

1) Waktu

Ketika merencanakan suatu penelitian, peneliti

seharusnya mengantisipasi waktu yang dibutuhkan untuk

pengumpulan data dan analisis data. Penelitian kualitatif

biasanya membutuhkan lebih banyak waktu dibanding

penelitian kuantitatif karena proses pengumpulan data yang

lama di tempat penelitian dan proses menganalisis kalimat dan

kata yang terperinci. Terlepas dari pendekatan yang

Page 9: Identifikasi permasalahan penelitian

digunakan, peneliti dapat mengukur banyaknya waktu yang

dibutuhkan untuk pengumpulan data dengan menelaah

penelitian serupa, mengontak penelitinya, dan bertanya

kepada peneliti yang lebih berpengalaman. Selanjutnya

peneliti mengembangkan timeline untuk penelitian yang

membantu apakah peneliti dapat menyelesaikan penelitian

dengan waktu yang tersedia.

2) Sumber daya

Peneliti membutuhkan sumber daya seperti dana

untuk peralatan, untuk partisipan, dan untuk individu yang

mentraskripsi wawancara. Peneliti perlu membuat anggaran

dan mendapatkan saran dari pengalaman lain yang

berpengalaman tentang apakah pengeluaran yang diperkirakan

realistis. Sumber daya lain mungkin diperlukan juga, seperti

label surat, ongkos kirim, program statistik, atau perangkat

audiovisual. Bergantung kebutuhan sumber daya ini, peneliti

mungkin perlu membatasi cakupan proyek, mengeksplorasi

pendanaan yng tersedi untuk mendukung proyek, atau

meneliti proyek secara bertahap sesuai ketersediaan dana.

3) Keterampilan

Keterampilan peneliti juga mempengaruhi asesmen secara

keseluruhan apakah penelitian tentang suatu penelitian

realistis. Peneliti perlu mendapatkan keterampilan penelitian

tertentu agar dapat meneliti suatu permasalahan secara efektif.

Keterampilan yang dimiliki oleh peneliti bisa didapatkan

melalui kuliah, pelatihan, dan pengalaman penelitian

sebelumnya. Bagi mereka yang terlibat dalam penelitian

kualitatif harus memiliki keterampilan menggunakan

komputer, menerapkan program statistik, atau membuat label

untuk menyajikan informasi. Keterampilan-keterampilan yang

dibutuhkan untuk peneliti kualitatif terdiri atas kemampuan

untuk menulis cerita yang terperinci, menyintesis informasi

Page 10: Identifikasi permasalahan penelitian

menjadi tema-tema luas, dan menggunakan program

komputer untuk memasukkan dan menganalisis kata-kata dari

partisipan dalam penelitian.

c. Kontribusi penelitian

Salah satu jawaban positif untuk menjawab pertanyaan,

“apakah permasalahan penelitian seharusnya diteliti?” terletak

pada apakah penelitian yang dilakukan akan memberikan

kontribusi terhadap pengetahuan dan praktek. Kontribusi

pengetahuan yang dimaksud adalah kontribusi secara keilmuan,

penelitian yang dilakukan menghasilkan metode, teori, dan

konsep baru terhadap suatu masalah. Sedangkan kontribusi secara

praktek adalah kontribusi nyata yang bisa bermanfaaat secara

langsung bagi orang lain.

Salah satu alasan penting untuk terlibat dalam penelitian

adalah untuk menambahkan pada informasi yang sudah ada dan

untuk memberikan informasi pada praktek pendidikan. Bisa

disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan dilakukan untuk

memperbaharui teori yang sudah ada sebelumnya. Berikut adalah

lima cara untuk mengetahui apakah permasalahan yang dimiliki

layak untuk diteliti:

1) Jika penelitian yang akan dilakukan mengisi celah atau

kekosongan dalam kepustakaan yang sudah ada. Suatu

penelitian mengisi kekosongan dengan mencangkup topik-

topik yang belum ditangani dalam kepustakaan yang sudah

dipublikasikan. Contohnya, anggap saja seornag peneliti

menelaah kepustakaan tentang iklim etis di kampus-kampus

perguruan tinggi dan menemukan bahwa penelitian terdahulu

telah menelaah persepsi mahasiswa, tetapi belum menelaah

persepsi dosen. Hal ini merupakan suatu kekosongan, atau

celah, dalam penelitian tentang masalah ini. Melaksanakan

penelitian tentang persepsi dosen tentang iklim etis akan

Page 11: Identifikasi permasalahan penelitian

menangani topik yang belum diteliti dalam kepustakaan yang

saat ini ada.

2) Jika penelitian yang akan dilakukan mereplikasi penelitian

terdahu, namun menelaah partisipan yang berbeda dan

tempat penelitian yang berbeda. Nilai suatu penelitian akan

bertambah jika hasilnya dapat berlaku luas ke banyak orang

dan tempat, sehingga bukan hanya ranah di mana penelitian

berawal. Tipe penelitian ini sangat penting dalam eksperimen

kuantitatif. Dalam penelitian kuantitatif tentang iklim etis,

sebagai contoh, penelitian terdahulu yang dilaksanakan di

kampus seni liberal dapat diuji atau direplikasi ke tempat

lain, misalnya komunitas kampus atau universitas riset besar.

Informasi yang dihasilkan oleh penelitian akan memberikan

pengetahuan baru.

3) Jika penelitian yang akan dilakukan memperluas penelitian

terdahulu atau menelaah topiknya secara lebih seksama.

Suatu permasalahan penelitian yang baik untuk diteliti adalah

permasalahan yang diperluas penelitiannya ke dalam topik

atau bidang baru atau sekedar melaksanakan penelitian lagi di

tingkat yang lebih mendalam dan lebih seksama untuk

memahami topi tersebut. Contohnya adalah tentang iklim

etis, meskipun sebelumnya sudah ada penelitian tentang iklim

etis, penelitian yang akan dilakukan perlu diperluas ke suatu

situasi yang siswanya sedang menjalani ujian karena

menjalani ujian menyodorkan banyak dilema etis bagi siswa.

Dengan cara ini, peneliti memperluas penelitian ke topi-topik

baru. Perluasan ini berbeda dengan replikasi karena peneliti

memperluas penelitian ke topik-topik, bukan ke partisipan

dan tempat penelitian.

4) Jika penelitian yang akan dilakukan memberikan suara

kepada orang yang tidak boleh bersuara, tidak didengarkan,

atau ditolak di masyarakat. Penelitian yang akan dilakukan

Page 12: Identifikasi permasalahan penelitian

menambahkan pengetahuan dengan mempresentasikan ide

dan kata kaum yang termajinalkan. Contohnya penelitian

terdahulu mengenai iklim etis telah menangani kaum kulit

putih, namun belum menangani kaum kulit hitam.

5) Jika penelitian yang akan dilakukan memberikan informasi

praktis. Penelitian yang akan dilakukan memungkinkan

identifikasi teknik atau teknologi baru, pengakuan atas nilai

praktik historis atau praktik yang sekarang berlangsung, atau

perlunya mengubah praktik yang sekarang. Individu yang

mendapatkan manfaat dari pengetahuan praktis diantaranya

adalah pembuat kebijakan, guru, atau pelajar.

4. Perbedaan Antara Penelitian Permasalahan Penelitian

Kuantitatif dan Penelitian Kualitatif Berdasarkan Permasalahan

Penelitian

Setelah mengidentifikasi permasalahan penelitian, peneliti

kemudian mengidentifikasi apakah penelitian yang akan dilakukan

lebih cocok menggunakan pendekatan kuantitatif atau kualitatif.

Kedua pendekatan penelitian tersebut memiliki perbedaan ciri khusus

esensialnya, maka perlu adanya kesesuaian antara pendekatan dan

permasalahan penelitian.

Penelitian akan cenderung menggunakan penelitian kualitatif

jika permasalahan penelitian mengharuskan:

a. Mempelajari tentang pandangan individu.

b. Mengakses proses dari waktu ke waktu.

c. Menghasilkan teori berdasarkan perspektif partisipan,

d. Mendapatkan informasi terperinci tentang beberapa orang atau

tempat penelitian.

Penelitian akan cenderung menggunakan penelitian kuantitatif

jika permasalahan penelitian mengharuskan:

a. Mengukur variabel.

b. Mengakses dampak variabel tersebut pada hasil.

Page 13: Identifikasi permasalahan penelitian

c. Menguji teori atau penjelasan luas.

d. Menerapkan hasil pada sejumlah besar orang.

5. Cara Menulis Bagian “Pernyataan tentang Permasalahan”

Setelah mengidentifikasi permasalahan penelitian, menetapkan

bahwa permasalahan tersebut dapat dan seharusnya diteliti, dan

menentukan pendekatan penelitian, maka langkah selanjutnya adalah

menulis “pernyataan tentang permasalahan”. Adanya “pernyataan

tentang permasalahan” akan membuka penelitian untuk mengenalkan

kepada pembaca penelitian tentang apa yang akan diteliti oleh peneliti.

Ketertarikan pembaca penelitian terhadap suatu penelitian akan

ditentukan oleh kalimat yang berisi “pernyataan tentang

permasalahan”.

Bagian pernyataan tentang permasalahan penelitian

memasukkan permasalahan penelitian untuk menarik minat pembaca

penelitian dan menjelaskan masalah yang akan diteliti sehingga

pembaca bisa dapat dengan mudah memahami pendahuluan berbagai

penelitian. Selain permasalahan penelitian, pada bagian pernyataan

tentang permasalahan juga terdapat empat aspek lainnya, yakni:

a. Topik

Kalimat pembuka “pernyataan tentang permasalahan”

penelitian perlu mendorong pembaca penelitian untuk terus

membaca, untuk meningkatkan ketertarikan pada penelitian

tersebut, dan memberikan kerangka acuan awal dalam memahami

topik penelitian secara keseluruhan.

Harus dipahami bahwa ketika peneliti memasuki penelitian,

peneliti masuk dengan ide yang umum dan mudah dimengerti

oleh kebanyakan pembaca penelitian. Contohnya adalah ketika

peneliti memulai suatu penelitian dengan diskusi topik dengan

komentar terhadap plagiarisme di kampus. Langkah yang

dilakukan oleh peneliti tersebut dapat membuat peneliti

kehilangan pembaca pada awal penelitian karena topik yang

diangkat pada bagian pernyataan tentang permasalahan penelitian.

Page 14: Identifikasi permasalahan penelitian

Sebaiknya peneliti dapat memulai dengan diskusi ringan,

misalnya mengenai ketidakjujuran di kampus dan nilai-nilai yang

dipelajari di kampus.

Peneliti dapat menggunakan narative hook (pengait naratif

untuk menarik pembaca penelitian. Pengait naratif yang baik

memiliki ciri khusus, yakni membuat pembaca memperhatikan,

memunculkan respon emosional atau repon sikap,

membangkitkan ketertarikan, dan mendorong pembaca untuk

terus membaca. Berikut beberapa tipe informasi yang bisa

menjadi pengait naratif dalam pernyataan tentang permasalahan

penelitian:

1) Data statistik, misalnya “Lebih dari 50% populasi dewasa

saat ini mengalami depresi.”

2) Pertanyaan yang provokatif, misalnya “Mengapa kebijakan

sekolah yang melarang merokok di SMA tidak ditegakkan?”

3) Kebutuhan yang jelas untuk melaksanakan penelitian,

misalnya “Penskorsan oleh sekolah menarik semakin banyak

perhatian kalangan sarjana bidang pendidikan guru.”

4) Niat atau maksud peelitian, misalnya “Maksud penelitian ini

adalah untuk menelaah bagaimana bagaimana klien

menafsirkan hubungan terapis-klien.”

Beberapa tipe informasi yang dapat dijadikan pengait

naratif yang dapat menarik minat pembaca penelitian tersebut

dapat digunakanan secara bersamaan. Intinya adalah penelitian

dimulai dengan pengenalan suatu topik yang dapat dipahami

dengan mudah oleh pembaca dengan kalimat pertama yang

membangkitkan minat baca pembaca.

b. Permasalahan penelitian

Setelah menjabarkan topik penelitian secara umum, peneliti

mulai mempersempit topik permasalahan ke dalam permasalahan

atau isu yang akan diangkat secara spesifik. Seperti yang telah

dibahas sebelumnya, permasalahan penilitia adalah isu,

Page 15: Identifikasi permasalahan penelitian

masalah,atau kontroversi yang diteliti. Peneliti dapat

menyuguhkan permasalahan penelitian sebagai kalimat tunggal

atau beberapa kalimat pendek. Kadang-kadang permasalahan

dapat berasal dari isu atau masalah yang ditemukan di sekolah

atau ranah lainnya.

Sebagai contoh dapat dilihat pada masalah praktis dalam

permasalahan penelitian tentang kebijakan China terhadap

keluarga beranak tunggal di bawah ini;

Sejak akhir tahun 1970-an kebijakan anak tunggal telah

diimplementasikan oleh pemerintah China untuk

mengendalikan populasi terbesar di dunia. Aborsi selektif

untuk memilih anak laki-laki mau tak mau dapat membuat

distribusi gender China condong, dan ini jelas dilarang

oleh pemerintah. Akibatnya, meskipun anak laki-laki dinilai

lebih tinggi dibanding anak perempuan dalam budaya

China, banyak orangtua akhirnya mempunyai anak tunggal

perempuan (Wang dan Staver, 1997, hlm. 253)

Berdasarkan paragraf di atas dapat dilihat bahwa

permasalahan praktis di dalam penelitian adalah anak laki-laki

dinilai lebih tinggi dibanding anak perempuan dan bahwa

kebijakan itu mengendalikan orang dalam populasi.

Beberapa penelitian lain, “permasalahan penelitian

didasarkan pada kebutuhan akan penelitian lebih lanjut karena

adanya celah atau karena perlunya memperluas penelitian ke

bidang lain. Atau dapat juga didasarkan pada bukti yang saling

bertentangan dalam kepustakaan. Biasanya tipe “permasalahan

penelitian” ini disebut dengan “permasalahan penelitian berbasis

penelitian.” Contoh singkat “permasalahan penelitian berbasis

penelitian” dapat dilihat di bawah ini:

Meskipun keyakinan guru tentang praktik dengan anak-

anak yang masih muda yang sesuai dengan perkembangan

maupun orientasi teoritis guru tentang penganjuran

membaca awal sudah diteliti, namun tidak ada penelitian

yang menghubungkan kedua bidang tersebut. (Ketner,

Smith, dan Parnell, 1997, hlm. 212)

Page 16: Identifikasi permasalahan penelitian

c. Justifikasi tentang pentingnya permasalahan

Menyatakan permasalahan atau isu pada suatu penelitian

tidaklah cukup. Peneliti juga perlu memberikan beberap alasan

yang menjelaskan mengapa permasalahan yang diangkat pada

suatu penelitian dianggap penting. Menjustifikasi permasalahan

penelitian berarti menyajikan alasan untuk pentingnya meneliti

isu atau masalah. Justifikasi yang dilakukan peneliti terjadi dalam

beberapa paragraf pada bagian pendahuluan yang memberikan

bukti dokumentasi bahwa penelitian yang dilakukan penting.

Justifikasi permasalahan penelitian dapat dilakukan dengan cara;

1) Justifikasi dalam Kepustakaan yang Didasarkan pada

Penelitian dan Pakar Lain

Mengutip penelitian lain yang sudah pernah dilakukan,

namun membutuhkan penelitian lebih lanjut. Penulis makalah

konferensi, sinstesis penelitian, dan ensiklopedia merupakan

beberapa pihak yang dapat menjadi tujuan untuk mencari

petunjuk terhadap justifikasi terhadap permasalahan

penelitian. Minimal peneliti dapat mencari referensi

kepustakaan terkait dengan permasalahan penelitian yang

butuh diteliti lebih lanjut.

2) Justifikasi yang Didasarkan pada Pengalaman di Tempat

Kerja atau Pengalaman Pribadi

Peneliti dapat melakukan justifikasi permasalahan penelitian

berdasarkan bukti-bukti yang ada pada tempat kerja atau dari

pengalaman pribadi. Contohnya pembuat kebijakan perlu

memutuskan untuk mengamanatkan standar asesmen negara

bagian atau, atau kepala sekolah dan guru harus

mengembangkan pendekatan untuk disiplin di kelas. Terkait

erat dengan hal ini adalah pengalaman pribadi dalam

kehidupan kita yang merupakan sumber masalah yang dapat

diteliti. Pengalaman pribadi mungkin timbul dari pengalaman

Page 17: Identifikasi permasalahan penelitian

pribadi intens di sekolah atau pengalaman pada masa kanak-

kanak.

d. Defisiensi dalam pengetahuan yang sudah ada tentang

permasalahan itu

Di bagian pernyataan tentang permasalahan anda

selanjutnya perlu merangkum bagaimana keadaan

defisiensi/kekurangan pengetahuan saat ini bik dari penelitian

atau praktik. Meskipun defisiensi dalam kepustakaan mungkin

merupakan bagian dari justifikasi untuk permasalahan penelitian,

ada gunanya untuk menyebutkan beberapa defisiensi dalam

kepustakaan atau prakti yang sudah ada. Defisiensi dalam bukti

berarti bahwa kepustakaan dahulu atau pengalaman praktis

peneliti tidak menangani permasalahan penelitian itu secara

adekuat. Contohnya adalah defisiensi dalam penelitian

memunculkan kebutuhan untuk memperluas penelitian,

mereplikasi penelitian, mengeksplorasi topik, mengangkat suara

kaum marjinal, atau menambahkan dalam praktik.

e. Audiensi yang akan mendapatkan manfaat dari penelitian

terhadap permasalahan itu

Audiensi dibagian pernyataan tentang permasalahan perlu

di identfikasi. Hal ini terdiri atas individu dan kelompok yang

akan membaca dan secara potensial mendapatkan manfaat dari

informasi yang disediakan dalam penelitian. Para audiensi ini

akan bervariasi tergantung sifat penelitia, tetapi beberapa audiensi

yang sering dipertimbangkan oleh pendidik termasuk peneliti,

praktisi, pembuat kebijakan dan individu yang berpartisivasi

dalam penelitian. Ketika peneliti memasukan komentar tentang

pentingnya penelitian bagi berbagai audiensi, mereka juga

mengingatkan dirinya tentang perlunya melaporkan hasil yang

bermanfaat. Seorang peneliti, misalnya, dalam mengakhiri bagian

pendahuluan, memberi komentar tentang pentingnya penelitian

tersebut dari sisi administrator sekolah:

Page 18: Identifikasi permasalahan penelitian

Dengan mengeksplorasi keperluan akan trainer untuk atlit

(athletic trainer) di sekolah menengah, para administrator

sekolah bisa mengidentifikasi isu-isu potensial yang muncul

ketika trainer tidak ada, dan coach (pelatih) bisa

memahami lebih baik kondisi di mana para pelatih sangat

diperlukan pada even-even atletik.

Sebagaimana diilustrasikan oleh contoh, para peneliti sering

merinci berbagai audiensi. Penggalan tulisan seperti ini biasanya

ditemui pada penghujung bagian pendahuluan atau bagian

“rumusan masalah” dan menjelaskan pentingnya penanganan

masalahnya bagi masing-masing audience. Seperti halnya

narrative hook, informasi seperti ini akan menarik minat pembaca

terhadap penelitian tersebut dan akan menyentuh si pembaca

secara pribadi sehingga mereka akan melihatnya sebagai

informasi yang secara potensial berguna. Apabila si peneliti

menyertainya dengan komentar tentang pentingnya penelitian

bagi si audience, maka si peneliti akan tetap mengingatkan diri

mereka perlunya melaporkan hasil-hasil yang bermanfaat.

6. Beberapa Strategi untuk Menulis Bagian “Pernyataan Tentang

Permasalahan”

Menuliskan bagian pendahuluan atau “rumusan masalah”

sebagai wacana pembuka dalam sebuah laporan penelitian, sama

halnya dengan membangun sebuah kerangka bagi para pembaca

untuk memahami proyek yang anda lakukan dan untuk memberikan

apresiasi terhadap orientasi laporan penelitian. Beberapa strategi

berikut mungkin bisa membantu:

a. Template

Salah satu strategi yang dapat digunakan saat kita menulis

bagian pernyataan tentang permasalahan adalah dengan

memvisualisasikan bagian ini sebagai lima paragraf, yang masing

masing paragrafnya menangani salah satu diantara kelima aspek

bagian ini. Ambil bagian bagian secara berurutan dimulai dengan

topik, permasalahan penelitian, justifikasi, defisiensi, dan

Page 19: Identifikasi permasalahan penelitian

audiensi. Aliran ide dimulai dari topik kepermasalahan dan

justifikasinya serta defisiensi yang, bila diteliti, akan membantu

para audiensi (pembaca) tertentu.

b. Strategi Menulis Lain

Strategi menulis lainnya adalah sering menggunakan acuan

kepustakaan disepanjang bagian pendahuluan. Banyak acuan

menambahkan nada ilmiah pada tulisan dan memberikan bukti

dari orang lain dan bukan menyadarkan diri pada pendapat

pribadi sendiri. Penggunaan refrensi atau acuan dalam penelitian

akan membangun kredibilitas untuk karya anda. Strategi ketiga

adalah memberikan refrensi dari tren tren statistik untuk

mendukung pentingnya meneliti permasalahan penelitian.

Strategi menulis lainnya adalah menggunakan kutipan dari pada

partisipan dalam studi atau dari catatan yang didapatkan dari

mengamati dari partisipan untuk memulai introduksi pernyataan

dari permasalahan. Pendekatan ini populer dan sering digunakan

dalam penelitian kualitatif.

Strategi yang lain lagi adalah menggunakan kutipan dari

para partisipan dalam suatu penelitian atau dari catatan-catatan

yang diperoleh ketika melakukan pengamatan terhadap partisipan.

Pendekatan ini populer dan sering digunakan dalam penelitian-

penelitian kualitatif. Akhirnya, hati-hati dalam menggunakan

kutipan dari literatur untuk memulai sesuatu penelitian, terutama

pada kalimat-kalimat awal. Para pembaca boleh jadi tidak

menangkap makna yang sama terhadap kutipan tersebut

sebagaimana halnya dengan si peneliti. Kutipan-kutipan ini sering

terlampau sempit lingkupnya sehingga tidak cocok untuk bagian

pendahuluan ini di mana kita ingin membangun pemahaman

terhadap masalah penelitian dan memberikan justifikasi

terhadapnya. Para pembaca perlu diarahkan “ke dalam” dan “ke

luar” dari apa yang kita kutip.

Page 20: Identifikasi permasalahan penelitian

7. Think Aloud Tentang Menulis Pernyataan Tentang Permasalahan

Saya akan mencontohkan bagaimana saya menuliskan

“rumusan masalah penelitian” untuk mengilustrasikan secara aktual

praktek penelitian. Pendekatan saya menerapkan model ‘lima unsur”

tidak peduli apakah penelitiannya bersifat kuantitatif ataukah

kualitatif. Walaupun demikian, pengamatan secara cermat akan

memperlihatkan kepada kita adanya perbedaan penekanan. Dalam

penelitian kuantitatif, penekanannya diletakkan pada kebutuhan akan

eksplanatori (menjelaskan outcome), sedangkan dalam penelitian

kualitatif, penekannya diletakkan pada penelusuran sebuah proses,

peristiwa, atau fenomena.

Bagian pendahuluan saya dimulai dari pembicaraan secara

umum tentang topik penelitian. Saya mencoba menampilkan kalimat

pertama sebagai “narrative hook” yang baik. Sehingga para pembaca

akan terdorong untuk membaca laporan tersebut. Penulisan kalimat

pertama susah sekali, saya berkali-kali melakukan revisi terhadap

draft sebelum saya sendiri merasa puas. Kalimat tersebut berbicara

tentang sesuatu yang bersifat umum, tidak memakan waktu yang

banyak, dan mudah difahami. Dalam benak saya ada sejumlah

mahasiswa dengan berbagai latar belakang dan jurusan; saya harus

berusaha agar mereka bisa memahami dan terpancing pada kalimat

pertama saya. Ketika saya menuliskan kalimat pertama tersebut saya

harus mencamkan dalam benak saya bahwa audience saya terdiri

dari bermacam ragam kelompok.

Seperti saya katakan sebelumnya, paragraf pembuka perlu

ditulis secara hati-hati agar para pembaca tersentuh. Analogi saya

adalah “turunkan timba ke dalam sumur agar air mudah masuk”.

Saya berharap agar timba tadi turun ke bawah secara pelan-pelan

ketimbang menjatuhkannya secara tiba-tiba ke kedalaman sumur.

Dengan contoh seperti dalam pikiran, saya perkenalkanlah penelitian

saya pada paragraf pertama dan kedua ini dan memfokuskan

Page 21: Identifikasi permasalahan penelitian

perhatian para pembaca pada satu bidang kajian dan pada apa

urgensi utamanya dalam pendidikan.

Dengan topik apapun, beberapa isu bisa jadi muncul. Beberapa

diantaranya muncul dari pengalaman pribadi saya di sekolah atau

dari tinjauan kepusatakaan tentang penelitian terdahulu tentang topik

tersebut. Sewaktu membaca artikel-artikel (terutama yang terdapat

dalam jurnal) tentang topik, saya terbuka saja pada isu-isu yang perlu

diteliti, dan paling tertarik pada isu-isu spesifik yang disarankan oleh

peneliti-peneliti lain untuk diteliti. Isu-isu ini biasanya terdapat pada

bagian agenda penelitian di masa datang pada bagian kesimpulan

dari artikel-artikel tersebut. Saya sering membuat daftar untuk saran-

saran penelitian di masa datang pada sebuah kertas dan kemudian

menindak lanjuti satu di antaranya. Ketika melakukan tinjauan

terhadap laporan-laporan penelitian ini, saya berusaha untuk

mengenal lebih jauh para penulis/peneliti yang memang pakar dalam

bidangnya. Mereka sering merupakan individu-individu yang sering

dikutip di dalam penelitian-penelitian yang dipublikasi atau

biasannya merupakan pembicara pada konferensi-konferensi. Atas

dasar kepakarannya, saya sering menghubungi mereka dengen

telepon atau e-mail guna membicarakan usulan penelitian yang

sedang saya garap.

Sekali saya memiliki pemahaman tentang sesuatu masalah

penelitian dan mampu memberikan justifikasi yang memadai melalui

bukti-bukti dari literatur, saya pun memulai proses penulisan bagian

pertama dari laporan penelitian saya, “rumusan masalah penelitian”.

Saya mengikuti “model lima unsur” untuk bagian ini, menuangkan

gagasan saya untuk bagian ini, dan kemudian mengecek kelima

unsur tersebut. Tujuan saya adalah menyajikan rasional yang mantap

kenapa penelitian tentang masalah ini diperlukan, dan saya dukung

argumentasi saya dengan menggunakan bermacam ragam bentuk

bukti. Saya mengutip referensi secara ekstensif dalam bagian

pendahuluan dari laporan penelitian saya. Untuk menjamin bahwa

Page 22: Identifikasi permasalahan penelitian

audiensi memahami pentingnya penelitian ini, saya akhiri bagian

“rumusan masalah penelitian “ ini dengan memberikan komentar

tentang manfaat penelitian ini bagi berbagai pihak (audience).

Page 23: Identifikasi permasalahan penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Creswell, John. 2015. Riset Pendidikan: Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi

Riset Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Restu Kartiko Widi. 2010. Asas Metodologi Penelitian: Sebuah Pengenalan dan

Penuntun Langkah demi Langkah Pelaksanaan Penelitian. Yogyakarta:

Graha Ilmu