identifikasi tingkat keseragaman fragmentasi batuan hasil peledakan dengan metode koefisien tekstur-...
TRANSCRIPT
31
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Koefisien Tekstur Fragmentasi Batuan Hasil Peledakan
4.1.1 Koefisien tekstur fragmentasi batuan berukuran seragam
Koefisien tekstur ( KT ) adalah suatu indikator yang menunjukkan tingkat
keseragaman fragmentasi batuan hasil peledakan. Fragmentasi yang dimaksudkan
disini adalah butiran yang dihasilkan dari suatu kegiatan peledakan. Koefisien
tekstur ini biasa dinyatakan dalam suatu angka. Pengertian tingkat keseragaman
butiran atau fragmentasi batuan hasil peledakan yang dimaksudkan di sini
bukanlah berdasarkan pada besar kecilnya ukuran suatu fragmen batuan hasil
peledakan tetapi lebih kepada keseragaman ukuran antar butiran yang dihasilkan
dari kegiatan peledakan. Jadi yang ditekankan disini bukan ukuran fragmentasi
batuan secara individu tetapi derajat keseragamannya.
Berdasarkan penelitian dengan menggunakan kelereng sebagai spesimen
diketahui bahwa suatu fragmentasi batuan hasil peledakan yang berukuran
seragam diindikasikan dengan nilai KT = 1. Penjelasan lebih lanjut mengenai
penelitian ini dapat diamati pada gambar dan hasil analisis perhitungan nilai KT
kelereng pada lampiran A.
Bila mengamati Lampiran A, dapat dilihat bahwa kelereng yang digunakan
sebagai spesimen penelitian berukuran 15 mm dan 12 mm. Alasan pemilihan
31
32
kelereng sebagai spesimen penelitian adalah karena kelereng memiliki bentuk dan
ukuran yang sama sehingga dapat disimpulkan kelereng memiliki tingkat
keseragaman yang paling baik. Kemudian nilai KT kelereng tersebut akan
dihitung dengan menggunakan metode analisis KT yang terdapat pada persamaan
2.5.
Berdasarkan hasil perhitungan KT untuk kedua spesimen ini dapat dilihat
bahwa nilai koefisien tekstur yang dimiliki oleh kedua kelereng ini hampir sama,
yaitu 1.03 untuk kelereng berukuran 15 mm dan 1.02 untuk kelereng yang
berukuran 12 mm. Seharusnya kedua kelereng ini menghasilkan nilai KT yang
sama yaitu satu. Akan tetapi karena proses digitasi yang dilakukan pada fragmen
batuan kurang akurat, sehingga nilai KT yang dihasilkan tidak tepat satu. Jadi
dapat dilihat bahwa KT tidak memperhatikan besar ukuran fragmentasi yang
dihasilkan tetapi derajat keseragaman ukuran antar fragmentasi yang dihasilkan.
Jadi secara lebih jauh dapat dilihat bahwa sebenarnya KT menjelaskan tentang
hubungan yang rumit antar fragmentasi batuan hasil peledakan dalam arti
menjelaskan derajat keseragaman ukuran antarfragmentasi batuan yang dihasilkan
tanpa terlalu memperhatikan besar atau kecilnya ukuran fragmentasi batuan yang
dihasilkan.
Lebih lanjut yang harus diketahui lebih mendalam tentang nilai KT fragmentasi
batuan hasil peledakan yang seragam sama dengan satu adalah faktor – faktor
yang mempengaruhinya. Bila diamati lebih jauh pada hasil perhitungan analisis
koefien tekstur ( Lampiran A ), maka dapat dilihat bahwa sebenarnya nilai KT
menjelaskan tentang hubungan yang rumit antarfragmentasi batuan hasil
33
peledakan. Hubungan yang rumit ini menyangkut 4 faktor utama, yaitu derajat
pemadatan butir (AW), bentuk bulat dari butir yang digambarkan dengan nilai
FFo, bentuk lonjong butir yang digambarkan dengan nilai AR₁ dan orientasi sudut
butir yang digambarkan dengan nilai AF₁.
Berdasarkan hasil analisis koefisien tekstur tersebut dapat diketahui bahwa KT
akan bernilai satu jika yang berpengaruh pada fragmentasi batuan hasil peledakan
hanya 1 atau 2 parameter saja, yaitu derajat pemadatan butir (AW) dan faktor
bentuk (FFo) yang mewakili bentuk butir yang bulat. Hal ini dikarenakan jika
dimasukkan ke dalam persamaan 2.5, maka parameter AR₁, AF₁ dan N₁/(N₀+N₁)
akan bernilai 0 karena kelereng yang dianalisis di dalam daerah acuan memiliki
bentuk dan ukuran yang sama serta tidak memiliki arah orientasi. Secara lebih
jauh dapat diamati bahwa jika hanya 1 atau 2 parameter yang mempengaruhi
fragmentasi hasil peledakan maka tentu saja hubungan antarfragmentasi batuan
yang dihasilkan tidaklah serumit seperti ketika 4 faktor yang mempengaruhi
fragmentasi batuan hasil peledakan. Oleh karena itu nilai koefisien yang
dihasilkan akan bernilai satu yang menggambarkan bahwa fragmentasi batuan
hasil peledakan seragam baik dalam bentuk maupun ukurannya.
4.1.2 Koefisien tekstur fragmentasi batuan berukuran tidak seragam
Setelah diketahui bahwa koefisien tekstur fragmentasi batuan hasil peledakan
yang berukuran seragam diindikasikan dengan nilai KT = 1, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa fragmentasi batuan hasil peledakan yang tidak seragam
memilki nilai KT < 1 dan KT >1. Penjelasan lebih lanjut untuk KT fragmentasi
hasil peledakan yang tidak seragam ini seperti yang tercantum di bawah ini ;
34
Nilai KT > 1
Nilai KT fragmentasi batuan hasil peledakan lebih besar satu menunjukkan
ketidak seragaman fragmentasi batuan. Ketidak seragaman ini terjadi pada
fragmentasi batuan yang berukuran besar yang dianalisis dalam suatu daerah
acuan Hal ini dikarenakan keempat parameter langsung mengontrol atau
mempengaruhi fragmentasi batuan tersebut. Secara lebih jauh dapat diamati
bahwa terjadi hubungan yang rumit di antara fragmentasi batuan hasil
peledakan yang diakibatkan oleh keempat faktor tersebut. Untuk nilai KT
lebih besar satu, dibedakan lagi atas 2, yaitu nilai KT lebih besar satu
mendekati nilai satu ( misalnya 1.06 – 1.1) dan nilai KT lebih besar satu
menjauhi nilai satu ( misalnya 1.16 – 1.60 ). Untuk nilai KT lebih besar satu
mendekati nilai satu dapat terjadi jika 4 parameter bekerja atau
mempengaruhi secara langsung fragmentasi batuan hasil peledakan. Selain
itu fragmen yang dihasilkan cenderung berukuran besar tetapi banyak yang
memiliki ukuran dan bentuk sama dan sedikit yang memiliki ukuran dan
bentuk yang beda. Sedangkan untuk nilai KT lebih besar satu menjauhi satu
dapat terjadi jika fragmentasi batuan yang dihasilkan banyak yang memiliki
ukuran dan bentuk yang beda dan sedikit yang memiliki ukuran dan bentuk
yang sama.
Nilai KT < 1
Nilai KT fragmentasi batuan hasil peledakan lebih kecil satu menunjukkan
ketidak seragaman fragmentasi batuan. Ketidak seragaman ini terjadi pada
fragmentasi batuan yang berukuran kecil yang dianalisis dalam suatu daerah
35
acuan Hal ini dikarenakan keempat parameter langsung mengontrol atau
mempengaruhi fragmentasi batuan tersebut. Secara lebih jauh dapat dilihat
bahwa terjadi hubungan yang rumit di antara fragmentasi batuan hasil
peledakan yang diakibatkan oleh keempat faktor tersebut. Untuk nilai KT
lebih kecil satu, dibedakan lagi atas 2, yaitu nilai KT lebih kecil satu
mendekati nilai satu ( misalnya 0.8 – 0.9) dan nilai KT lebih kecil satu
menjauhi nilai satu ( misalnya 0.5 – 0.7 ). Untuk nilai KT lebih kecil satu
mendekati nilai satu dapat terjadi jika 4 parameter bekerja atau
mempengaruhi secara langsung fragmentasi batuan hasil peledakan. Selain
itu fragmentasi yang dihasilkan cenderung berukuran kecil tetapi banyak
yang memiliki ukuran dan bentuk sama dan sedikit yang memiliki ukuran
dan bentuk yang beda. Sedangkan untuk nilai KT lebih kecil satu menjauhi
satu dapat terjadi jika fragmentasi batuan yang dihasilkan banyak yang
memiliki ukuran dan bentuk yang beda dan sedikit yang memiliki ukuran
dan bentuk yang sama.
4.2 Analisis Nilai Koefisien Tekstur Perusahaan
Analisis nilai KT ini dilakukan dengan mengambil spesimen dari 3 perusahaan
pertambangan batu andesit yang berlokasi di Padalarang. Spesimen yang berupa
foto ini kemudian dianalisis dengan menggunakan metode koefisien tekstur.
Selanjutnya pembahasan mengenai nilai KT akan dijelaskan per perusahaan yang
digunakan sebagai lokasi pengambilan spesimen.
36
4.2.1 Pembahasan nilai koefisien tekstur PT. Nurmuda Cahaya
Secara umum hasil perhitungan nilai koefisien tekstur PT. Nurmuda Cahaya
seperti pada tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1. Perhitungan Nilai Koefisien Tekstur PT Nurmuda Cahaya
Foto AW N₀ N₁ N₀/( N₀ + N₁ ) N₁/(N₀ + N₁ ) 1/FF₀ AR₁ AF₁ KT1 0.92 32 23 0.58 0.42 1.27 2.06 0.76 1.282 0.93 24 17 0.59 0.41 1.37 1.96 0.84 1.383 0.92 28 20 0.58 0.42 1.56 2.29 0.74 1.494 0.86 34 18 0.65 0.35 1.75 2.05 0.84 1.505 0.82 31 27 0.53 0.47 1.41 2.004 0.83 1.256 0.69 29 22 0.57 0.43 1.69 2.02 0.91 1.217 0.74 28 10 0.74 0.26 1.72 1.87 0.93 1.288 0.81 23 16 0.59 0.41 1.75 1.78 0.85 1.349 0.82 22 13 0.63 0.37 1.35 1.96 0.98 1.28
10 0.73 29 13 0.69 0.31 1.75 1.85 0.76 1.2011 0.83 22 11 0.67 0.33 1.59 1.81 0.97 1.3612 0.76 30 14 0.68 0.32 1.82 1.77 0.95 1.3513 0.76 38 12 0.76 0.24 1.79 1.73 0.52 1.2014 0.77 33 18 0.65 0.35 2.13 1.9 0.87 1.5115 0.77 29 12 0.71 0.29 1.96 1.89 0.92 1.46
Rata-rata Nilai KT/peledakan 1.35
Berdasarkan tabel perhitungan nilai KT di atas, dapat dilihat bahwa
fragmentasi batuan hasil peledakan PT. Nurmuda Cahaya tidak seragam. Hal ini
dikarenakan nilai KT tidak sama dengan satu. Lebih jauh dapat dilihat juga bahwa
nilai KT fragmentasi batuan per foto di atas masuk ke dalam kelas fragmentasi
batuan hasil peledakan yang tidak seragam dengan nilai koefisien tekstur lebih
besar satu. Hal ini dapat terjadi karena fragmentasi batuan yang dianalisis dalam
daerah acuan berukuran cenderung besar. Pemilihan fragmentasi yang besar ini
dilakukan karena fragmentasi yang besar memiliki penampakan yang lebih jelas
bila dibandingkan dengan fragmentasi batuan yang kecil sehingga akan sangat
37
memudahkan dalam proses pengukuran fragmentasi batuan untuk analisis
koefisien tekstur.
Untuk membantu dan memudahkan analisis nilai KT PT. Nurmuda Cahaya,
maka spesimen berupa foto-foto akan dikelompokkan berdasarkan kedekatan nilai
KT. Selanjutnya akan dilakukan analisis perkelompok terhadap nilai KT.
Berdasarkan tabel perhitungan nilai koefisien tekstur di atas, maka nilai KT dapat
dibagi ke dalam 4 kelompok, yaitu :
a. KT bernilai 1.20 – 1.21
Berdasarkan tabel perhitungan nilai koefisien tekstur di atas, dapat dilihat
bahwa nilai KT yang diperoleh dari spesimen bervariasi. Kisaran nilai KT
yang paling mendekati satu bila dibandingkan dengan nilai KT yang lain
tampak pada foto 6, 10 dan 13 ( Lampiran B ) dengan nilai KT masing-
masing 1.21, 1.20 dan 1.20. Nilai-nilai KT yang diperoleh dari foto-foto ini
relatif sama. Hal ini dikarenakan parameter yang mengontrol fragmentasi
batuan cenderung sama yaitu kombinasi dari derajat pemadatan butir (AW),
Faktor bentuk ( FFo ), Aspek ratio butir ( AR₁ ) dan Faktor sudut ( AF₁ ).
Bila diamati nilai-nilai KT di atas dapat diketahui bahwa fragmentasi
batuan hasil peledakan tidak seragam. Hal ini dikarenakan banyak
fragmentasi batuan yang bentuk dan ukurannya tidak sama sebagai akibat
dari kombinasi 4 parameter di atas. Lebih lanjut nilai-nilai KT ini bila
dibandingkan dengan nilai-nilai lain cenderung lebih mendekati satu. Hal ini
menunjukkan bahwa meskipun tidak banyak tapi ada beberapa fragmentasi
yang cenderung memiliki bentuk dan ukuran yang seragam. Untuk lebih
38
jelasnya, dapat diamati pada foto 6 dan 10 yang memiliki penampakan foto
yang hampir sama. Jika dilihat secara seksama dapat diamati bahwa bila
dibandingkan dengan foto-foto yang lain kedua foto ini cenderung memiliki
fragmentasi butir yang hampir sama meskipun tidak banyak. Hal inilah yang
membuat nilai KT pada kedua foto ini lebih kecil atau mendekati satu bila
dibandingkan dengan foto-foto lain.
Sedangkan jika kita mengamati foto 13, maka akan terdapat kejanggalan
yaitu meskipun foto 13 memiliki nilai KT yang sama dengan foto 10 dan
lebih kecil dari foto 6, akan tetapi jika melihat dari fotonya dapat diamati
bahwa fragmentasi butir yang dimiliki tidak banyak yang sama bila
dibandingkan dengan foto 6 dan 10. Untuk menjelaskan kejanggalan ini, bisa
diamati nilai AW pada foto 13. Nilai AW yang dimiliki oleh foto 13 adalah
0.76. Hal ini berarti ada 0.24 bagian dari daerah acuan yang belum
terdefinisikan. Ada kemungkinan bahwa 0.24 bagian yang belum
terdefinisikan ini memiliki fragmentasi yang bentuk dan ukurannya relatif
seragam sehingga menghasilkan nilai KT yang dekat dengan foto 6 dan 10.
b. KT bernilai 1.25 – 1.28
Kisaran nilai KT di atas tampak pada foto 1, 5, 7 dan 9 dengan nilai KT
masing-masing 1.28, 1.25, 1.28 dan 1.28. Nilai-nilai ini menggambarkan
kondisi fragmentasi batuan hasil peledakan yang tidak seragam. Hal ini
disebabkan fragmentasi batuan yang dihasilkan dari peledakan tidak memiliki
bentuk dan ukuran yang seragam. Lebih jauh dapat dilihat bahwa ketidak
39
seragaman ini disebabkan 4 parameter utama yang mempengaruhi KT
langsung mengontrol fragmentasi tersebut.
Untuk foto 5 memiliki nilai KT 1.25 yang lebih kecil bila dibandingkan
dengan ketiga foto lainnya. Hal ini disebabkan foto 5 memiliki komposisi
fragmentasi batuan hasil peledakan yang lebih merata bila dibandingkan
dengan ketiga foto lainnya. Bila mengamati foto 5, dapat diketahui bahwa
meskipun fragmentasi batuan yang dihasilkan tersebar merata dalam arti
bentuk dan ukuran yang dihasilkan bervariasi antara yang besar, sedang dan
kecil tetapi karena ada beberapa fragmentasi batuan yang bentuk dan
ukurannya hampir seragam untuk variasi bentuk fragmentasi batuan yang
besar, sedang dan kecil maka menghasilkan nilai KT yang lebih kecil bila
dibandingkan dengan ketiga foto lainnya.
Berlawanan dengan foto 5, bila diamati foto 1,7 dan 9, maka dapat dilihat
bahwa bila dibandingkan dengan foto 5, ketiga foto ini cenderung memiliki
fragmentasi batuan yang seragam, yaitu bentuk fragmentasi batuannya yang
cenderung berukuran besar. Akan tetapi kemudian, permasalahan yang
muncul adalah meskipun bentuk fragmentasi batuan yang dihasilkan
berukuran besar namun karena ukuran yang besar itu hanya berlaku secara
individu maka menghasilkan nilai KT yang lebih besar dari foto nomor 5.
Hal ini semakin menegaskan bahwa KT menekankan derajat keseragaman
antarfragmentasi batuan tanpa terlalu memperhatikan berapa besar ukuran
fragmentasi tersebut.
40
c. KT bernilai 1.34 – 1.38
Kisaran nilai-nilai KT ini tampak pada foto 2, 8, 11 dan 12 dengan nilai
KT masing-masing 1.38, 1.34, 1.36 dan 1.35. Nilai-nilai KT ini
menggambarkan fragmentasi hasil peledakan yang tidak seragam. Untuk foto
2, dapat dilihat bahwa fragmentasi batuan hasil peledakan tersebar merata,
dalam arti komposisi batuannya bervariasi antara yang besar, sedang dan
kecil. Akan tetapi permasalahan yang muncul kemudian adalah fragmentasi
batuan cenderung berdiri sendiri sehingga tidak terlihat adanya keseragaman
antarfragmentasi batuan. Lebih jauh bila mengamati nilai N₁ / ( N₀ + N₁ )
pada foto 2 dapat dilihat bahwa nilainya cukup besar yaitu 0.41 yang
menggambarkan ada cukup banyak fragmentasi batuan yang berbentuk
lonjong dengan aspek ratio di atas batas diskriminasi. Akibat dari adanya
parameter ini, maka terjadi pengaruh khusus terhadap fragmentasi batuan
yaitu mengenai orientasi arahnya. Hal lain yang bisa diamati dari foto 2,
adalah nilai 1/FFo yang cenderung besar dengan nilai 1.37 dan nilai AR₁
yang juga cukup besar dengan nilai 1.96. Kombinasi dari parameter-
parameter dengan nilai yang besar ini mengakibatkan nilai KT pada foto 2
menjadi tinggi.
Berbeda dengan foto 2, maka terdapat sedikit kejanggalan pada foto 8 dan
11. Bila mengamati penampakan fragmentasi batuan pada kedua foto ini
dapat diketahui bahwa seharusnya kedua foto ini memiliki nilai KT yang
relatif sama. Hal ini dikarenakan bila dilihat secara sepintas dapat diamati
bahwa fragmentasi batuan untuk kedua foto ini cenderung sama. Bila diamati
41
kedua foto ini dapat dilihat bahwa foto 8 memiliki nilai KT yang lebih kecil
dengan nilai 1.34 bila dibandingkan dengan foto 11 dengan nilai 1.36.
Untuk menjelaskan permasalahan ini, maka bisa diamati nilai AW untuk
kedua foto ini. Bisa dilihat bahwa AW untuk foto 8 bernilai 0.81 lebih kecil
dari AW untuk foto 11 yang bernilai 0.83. Hai ini berarti ada 0.19 bagian
dari daerah acuan pada foto 8 yang belum terdifinisikan dan ada 0.17 bagian
dari daerah acuan pada foto 11 yang belum terdefinisikan. Ada kemungkinan
bahwa 0.19 bagian yang dimiliki foto 8 memiliki fragmentasi batuan dengan
bentuk dan ukuran yang relatif seragam lebih banyak daripada 0.17 bagian
yang dimiliki foto 11. Sedangkan untuk foto 12 dengan nilai KT 1.35
menunjukkan kondisi fragmentasi batuan hasil peledakan yang tidak
seragam. Hal ini dikarenakan banyak fragmentasi batuan hasil peledakan
yang memiliki ukuran dan bentuk yang tidak seragam. Jika dibandingkan
dengan foto 11, maka dapat dilihat bahwa nilai KT foto 12 lebih kecil dari
foto 11. Hal ini dikarenakan nilai AW pada foto 12 dengan nilai 0.76 lebih
kecil dari nilai AW pada foto 11 dengan nilai 0.83.
d. KT bernilai 1.46 – 1.51
Kisaran nilai-nilai KT ini tampak pada foto 3, 4, 14 dan 15 dengan nilai
KT masing-masing 1.49, 1.50, 1.51 dan 1.46. Nilai-nilai ini merupakan nilai
KT yang paling menjauhi nilai KT = 1, jika dibandingkan dengan nilai-nilai
KT lainnya. Bila mengamati foto 3, 4 dan 14 dapat dilihat bahwa ketiga foto
ini cenderung memiliki nilai KT yang relatif sama. Hal ini dikarenakan bila
dilihat secara sepintas maka, dapat dilihat bahwa secara umum ketiga foto ini
42
memiliki penampakan fragmentasi batuan hasil peledakan yang relatif sama,
yang dicirikan dengan fragmentasi batuan besar dan sedikit sekali yang
berukuran sedang dan kecil dan antarfragmentasi batuan tersebut tidak
terdapat keseragaman dalam hal kesamaan bentuk dan ukuran fragmentasi.
Hal inilah yang mengakibatkan nilai KT untuk ketiga foto ini cenderung
sama. Lebih jauh bila mengamati nilai-nilai yang dimiliki parameter-
parameter yang mempengaruhi KT untuk ketiga foto ini, dapat dilihat bahwa
nilai-nilai yang dimiliki setiap parameter cenderung bernilai tinggi. Hal ini
yang mengakibatkan nilai KT yang tinggi untuk ketiga foto ini.
Berbeda dengan ketiga foto di atas, bila diamati foto 15 dapat dilihat
bahwa foto 15 memiliki nilai KT yang lebih kecil dari ketiga foto ini, yaitu
bernilai 1.46. Hal ini dikarenakan bila diamati secara sepintas dapat dilihat
bahwa fragmentasi batuan yang dimiliki oleh foto 15 kelihatan lebih
seimbang komposisi batuan yang berukuran dan berbentuk hampir seragam.
Hal ini yang menyebabkan nilai KT pada foto 15 lebih kecil dari nilai KT
ketiga foto di atas. Lebih jauh bila melihat nilai-nilai yang dimiliki setiap
parameter yang mempengaruhi KT pada foto 15, dapat dilihat bahwa nilai-
nilai yang dimiliki oleh setiap parameter pada foto 15 lebih kecil dari yang
dimiliki oleh parameter pada ketiga foto di atas. Hal inilah yang
menyebabkan nilai KT foto 15 lebih kecil dari nilai KT ketiga foto di atas.
4.2.2 Pembahasan nilai koefisien tekstur PT. Gunung Padakasih
Secara umum hasil perhitungan KT PT. Gunung Padakasih seperti pada tabel
4.2 di bawah ini.
43
Tabel 4.2. Perhitungan Nilai Koefisien Tekstur PT. Gunung Padakasih
Foto AW N₀ N₁ N₀/( N₀ + N₁ ) N₁/(N₀ + N₁ ) 1/FF₀ AR₁ AF₁ KT1 0.72 35 12 0.74 0.26 1.69 1.82 1 1.242 0.72 25 17 0.60 0.40 2.08 2.01 0.82 1.373 0.67 36 13 0.73 0.27 1.72 1.79 0.88 1.134 0.63 23 12 0.66 0.34 1.52 1.92 0.97 1.035 0.81 20 16 0.56 0.44 2.08 2.09 0.88 1.60
Rata-rata Nilai KT/ peledakan 1.27
Berdasarkan tabel perhitungan KT di atas dapat dilihat bahwa fragmentasi
batuan yang dihasilkan tidak seragam. Hal ini dikarenakan kisaran nilai-nilai KT
yang dihasilkan tidak sama dengan satu. Lebih jauh dapat dilihat bahwa
fragmentasi batuan hasil peledakan ini dipengaruhi oleh 4 parameter utama yang
langsung mengontrol fragmentasi batuan tersebut. Kombinasi dari 4 parameter ini
mengontrol tinggi atau rendahnya nilai KT yang dimiliki oleh fragmentasi batuan
hasil peledakan.
Nilai KT paling tinggi diperoleh pada foto 5 dengan nilai 1.60
(Lampiran C ). Bila diamati foto 5 secara sepintas dapat dilihat bahwa fragmentasi
batuan pada foto 5 dicirikan dengan batuan yang berbentuk dan berukuran besar.
Fragmentasi batuan ini memiliki bentuk dan ukuran yang tidak seragam. Hal ini
yang menyebabkan nilai KT tinggi. Lebih jauh lagi bila diperhatikan nilai-nilai
yang dimiliki oleh setiap parameter pada foto 5, dapat dilihat bahwa parameter-
parameter yang ada pada foto 5 memiliki nilai-nilai yang lebih tinggi
dibandingkan dengan parameter-parameter pada keempat foto yang lainnya, yaitu
parameter AW dengan nilai 0.81, parameter 1/FFo dengan nilai 2.08, N₁/(N₀+N₁)
dengan nilai 0.44 dan parameter AR₁ dengan nilai 2.09. Nilai-nilai parameter yang
44
cenderung tinggi ini sebenarnya menggambarkan kondisi fragmentasi batuan yang
memiliki banyak fragmentasi batuan berukuran besar dan berbentuk lonjong
dengan nilai AR di atas batas diskriminasi dan tidak memiliki derajat
keseragaman antarfragmentasi batuan. Kombinasi dari parameter-parameter
dengan nilai yang tinggi ini yang mengakibatkan foto 5 memiliki nilai KT yang
paling tinggi bila dibandingkan keempat foto lainnya karena semakin besar atau
tinggi nilai yang dimiliki oleh setiap parameter maka akan semakin kuat
mengontrol dan mempengaruhi fragmentasi batuan hasil peledakan. Hal ini jelas
berlawanan dengan teori yang mengatakan bahwa nilai KT akan semakin kecil
yang menggambarkan kondisi fragmentasi batuan yang seragam jika hanya
dikontrol atau dipengaruhi oleh 1 atau 2 parameter saja.
Variasi nilai-nilai KT lainnya ditemukan pada foto 2, 1 dan 3 dengan nilai KT
masing-masing adalah 1.37, 1.24 dan 1.13. Nilai-nilai KT ini menggambarkan
fragmentasi batuan yang tidak seragam. Bila diamati ketiga foto ini, dapat dilihat
bahwa ketiga foto ini menggambarkan kondisi komposisi fragmentasi batuan yang
terdiri dari fragmentasi batuan berukuran besar, sedang dan kecil. Fragmentasi
batuan yang tidak seragam ini disebabkan tidak adanya keseragaman
antarfragmentasi batuan, dalam arti pada ketiga foto ini hanya terdapat sedikit
fragmentasi batuan yang memiliki bentuk dan ukuran yang seragam.
Bila memperhatikan tabel perhitungan nilai koefisien tekstur, dapat dilihat
bahwa nilai-nilai KT dari ketiga foto ini sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang
dimiliki oleh setiap parameter yang ada pada ketiga foto ini. Sama seperti pada
foto 5 ketiga foto ini memiliki nilai KT yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan
45
nilai yang dimiliki setiap parameter pada ketiga foto ini juga cukup tinggi. Lebih
jauh bila diamati ketiga foto ini dapat dilihat bahwa nilai-nilai KT yang dimiliki
ketiga foto ini tidak sama, dalam arti ada foto yang memiliki nilai KT lebih kecil
atau besar dari foto yang lain. Hal ini dipengaruhi oleh besar atau kecilnya nilai
yang dimiliki setiap parameter yang ada pada ketiga foto itu.
Misalnya, foto 2 dengan nilai KT 1.37 memiliki nilai koefisien tekstur yang
lebih tinggi daripada foto 1 dan 3. Hai ini disebabkan nilai yang dimiliki setiap
parameter pada foto 2 cenderung lebih tinggi daripada kedua foto tersebut, yaitu
AW dengan nilai 0.72, N₁/(N₀ + N₁) dengan nilai 0.40, 1/FFo dengan nilai 2.08
dan AR₁ dengan nilai 2.01. Hal yang sama berlaku untuk foto 1 dan 3, yang
menjelaskan mengapa nilai KT yang dimiliki kedua foto itu cenderung tinggi dan
nilai KT pada foto 1 lebih tinggi dari foto 3.
Nilai KT terkecil tampak pada foto 4 dengan nilai 1.03. Hal ini dikarenakan
foto 4 memiliki parameter-parameter dengan nilai terkecil bila dibandingkan
dengan foto-foto yang lain, yaitu AW dengan nilai 0.63, N₁/( N₀ + N₁) dengan
nilai 0.34, 1/FFo dengan nilai 1.52 dan AR₁ dengan nilai 1.92. Kombinasi dari
parameter-parameter dengan nilai kecil ini menyebabkan KT pada foto 4 bernilai
paling kecil. Tentu saja hal ini menjelaskan kurang kuatnya parameter-parameter
mengontrol fragmentasi batuan pada foto 4 bila dibandingkan dengan keempat
foto lainnya.
4.2.3 Pembahasan nilai koefisien tekstur PT. Silva Andia Utama
Secara umum hasil perhitungan nilai KT PT. Silva Andia Utama tampak
seperti pada tabel 4.3 di bawah ini.
46
Tabel 4.3. Perhitungan Nilai Koefisien Tekstur PT. Silva Andia Utama
Foto AW N₀ N₁ N₀/( N₀ + N₁ ) N₁/(N₀ + N₁ ) 1/FF₀ AR₁ AF₁ KT1 0.67 24 14 0.63 0.37 1.89 1.91 0.84 1.192 0.65 26 10 0.72 0.28 1.52 1.91 0.82 0.993 0.56 20 25 0.44 0.56 2.22 2.23 0.79 1.104 0.69 30 23 0.57 0.43 2.22 1.98 0.59 1.225 0.67 30 13 0.70 0.30 2.22 1.98 0.83 1.37
Rata-rata Nilai KT/peledakan 1.18
Berdasarkan tabel perhitungan nilai KT PT. Silva Andia Utama dapat dilihat
bahwa nilai-nilai KT yang dihasilkan rata-rata memiliki nilai yang lebih kecil
daripada kedua perusahaan sebelumnya. Meskipun begitu variasi nilai-nilai KT ini
tetap menunjukkan fragmentasi batuan yang tidak seragam. Hai ini dikarenakan
nilai-nilai KT yang dihasilkan tidak sama dengan satu.
Nilai KT paling tinggi diperoleh pada foto 5 dengan nilai KT 1.37 ( Lampiran
D ). Foto 5 menggambarkan kondisi fragmentasi batuan yang terdiri dari banyak
fragmentasi batuan besar dan sedikit yang sedang dan kecil. Lebih jauh bila
memperhatikan nilai-nilai dari setiap parameter yang ada pada foto 5 dapat dilihat
bahwa foto 5 memiliki nilai-nilai yang sedikit lebih tinggi bila dibandingkan
dengan keempat foto lainnya, yaitu AW dengan nilai 0.67, 1/FFo dengan nilai
2.22 dan AR₁ dengan nilai 1.98 dan AF₁ dengan nilai 0.83. Kombinasi dari nilai-
nilai parameter yang tinggi ini menyebabkan foto 5 memiliki nilai KT yang paling
tinggi. Berlawanan dengan foto 5, foto 4 memiliki nilai KT sedikit di bawah foto
5 dengan nilai 1.22. Bila diamati foto 4, dapat dilihat bahwa hampir sebagian
besar nilai parameter sama dengan foto 5. Seharusnya foto 4 memiliki nilai yang
paling tidak sama dengan foto 5, akan tetapi karena nilai AF₁ lebih kecil daripada
47
foto 5, maka foto 4 memiliki KT yang lebih kecil dari foto 5. Nilai AF ₁ pada foto
4 adalah 0.59 sedangkan nilai AF₁ pada foto 5 adalah 0.83. Nilai AF₁ yang besar
menunjukkan bahwa pengaruh faktor sudut pada foto 5 lebih kuat daripada foto 4.
Nilai-nilai KT yang lain diperoleh pada foto 1 dan 3 dengan nilai KT 1.19 dan
1.10. Bila diperhatikan kedua foto ini dapat dilihat bahwa foto 1 menunjukkan
kondisi fragmentasi batuan yang terdiri dari komposisi batuan besar dan sedang
dengan persentase fragmentasi batuan terbanyak adalah fragmentasi batuan besar.
Sedangkan sebaliknya foto 3 menunjukkan kondisi fragmentasi batuan yang
terdiri dari komposisi batuan besar dan sedang dengan persentase fragmentasi
batuan terbanyak adalah fragmentasi batuan sedang. Lebih jauh bila dilihat hasil
perhitungan nilai KT pada kedua foto ini, dapat dilihat bahwa foto 3 memiliki
nilai KT lebih kecil daripada foto 1 meskipun nilai 1/FFo dan AR₁ lebih besar
daripada foto 3. Hal ini disebabkan foto 3 memiliki nilai AW dan AF₁ lebih kecil
daripada foto 1, yaitu 0.56 dan 0.79. Dapat dilihat bahwa hampir setengah bagian
dari daerah acuan pada foto 3 yang tidak terdefinisikan. Ada kemungkinan bahwa
0.44 bagian ini terdiri dari fragmentasi batuan yang memiliki bentuk dan ukuran
yang hampir seragam.
Nilai KT paling kecil diperoleh pada foto 2 dengan nilai KT 0.99. Hal ini
disebabkan foto 2 dikontrol oleh kombinasi parameter-parameter dengan nilai
lebih kecil bila dibandingkan dengan keempat foto lainnya, yaitu AW dengan nilai
0.65, N₁/(N₀ + N₁) dengan nilai 0.28, 1/FFo dengan nilai 1.52 dan AR₁ dengan
nilai 1.91.
48
Bila diamati rata-rata nilai KT untuk ketiga Perusahaan di atas, dapat dilihat
bahwa PT. Silva Andia Utama memiliki fragmentasi batuan yang cenderung lebih
seragam bila dibandingkan dengan kedua Perusahaan lainnya. Hal ini dikarenakan
PT. Silva Andia Utama memiliki rata-rata nilai KT yang paling kecil dan
mendekati satu bila dibandingkan kedua Perusahaan lainnya, yaitu 1.18. Nilai
rata-rata KT yang dimiliki PT. Nurmuda Cahaya adalah 1.35 sedangkan PT.
Gunung Padakasih memiliki nilai KT 1.27.
4.3 Analisis Fragmentasi Batuan Dengan Model Kuzram
Model Kuz-ram digunakan untuk menaksir dan memperkirakan distribusi
ukuran fragmentasi batuan. Sama seperti metode koefisien tekstur yang digunakan
untuk mengetahui tingkat keseragaman fragmentasi batuan hasil peledakan, model
Kuz-ram juga bisa digunakan untuk mengukur tingkat keseragaman fragmentasi
batuan. Hal yang membedakan antara model Kuz-ram dan koefisien tekstur
adalah output dari kedua metode ini. Koefisien tekstur menghasilkan output
berupa angka atau nilai koefisien tekstur yang mengindikasikan tingkat
keseragaman fragmentasi batuan sedangkan Kuz-ram menghasilkan output berupa
suatu kurva atau grafik distribusi ukuran fragmentasi batuan. Dengan
menganalisis kurva atau grafik ini dapat diketahui tingkat keseragaman
fragmentasi batuan hasil peledakan.
4.3.1 Analisis fragmentasi batuan PT. Nurmuda Cahaya
Secara umum hasil analisis fragmentasi dengan model Kuzram ( Lampiran E)
seperti terlihat pada tabel 4.4 dan gambar 4.3 di bawah ini.
49
Tabel 4.4. Analisis Fragmentasi Batuan
No
Ukuran Fragmen ( X ) Tertahan ( R )Lolos ( L ) Fraksi Tertahan (FT)
( inchi ) ( mm ) ( % ) ( % ) ( % )1 0.1875 4.76 90.1614 9.84 8.872 0.375 9.53 81.2907 18.71 15.213 0.75 19.05 66.0818 33.92 22.414 1.5 38.10 43.6681 56.33 24.605 3 76.20 19.0690 80.93 15.436 6 152.40 3.6363 96.36 3.507 12 304.80 0.1322 99.87 0.138
24 609.6 0.00017483399.9998
3 09 48 1219.2 3.05667E-10 100 0
1 10 100 10000
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Ukuran Fragmen, mm
Gambar 4.1. Kurva distribusi fragmentasi batuan PT. Nurmuda Cahaya
Berdasarkan kurva distribusi fragmentasi di atas dapat dilihat bahwa
fragmentasi batuan hasil peledakan tidak seragam. Hai ini dikarenakan kurva yang
terbentuk dari analisis dengan Kuz-ram ini berbentuk miring dan cenderung
melebar. Bentuk kurva seperti ini menunjukkan hasil peledakan yang terdiri dari
fragmentasi batuan dengan kisaran ukuran fragmentasi yang luas. Tentu saja
50
kisaran ukuran fragmentasi yang luas ini menggambarkan kondisi fragmentasi
hasil peledakan yang tidak seragam karena terdiri dari fragmentasi dengan banyak
ukuran yang berbeda. Bentuk kurva yang seragam adalah tegak lurus atau paling
tidak hampir tegak lurus. Bentuk kurva seperti ini menunjukkan banyak
fragmentasi batuan yang berukuran sama.
Lebih jauh bila dilihat tabel analisis fragmentasi batuan di atas, dapat dilihat
bahwa ukuran fragmentasi batuan hasil peledakan terdiri dari fragmentasi batuan
dengan ukuran antara 4.76 mm – 609.6 mm. Untuk fragmentasi batuan berukuran
76.20 mm memiliki persentase kumulatif lolos sebesar 80.93 % dengan persen
tertahan 19.0690 dan fraksi tertahan sebesar 15.43 %. Nilai-nilai ini
menggambarkan bahwa dari suatu fragmentasi hasil peledakan terdapat 80.93 %
fragmentasi batuan yang berukuran ≤ 76.20 dan hanya terdapat 19.0690 %
fragmentasi batuan yang berukuran di atas 76.20 mm.
4.3.2 Analisis fragmentasi batuan PT. Gunung Padakasih
Secara umum hasil analisis fragmentasi dengan model Kuzram ( Lampiran F)
seperti terlihat pada tabel 4.5 dan gambar 4.4 di bawah ini.
Tabel 4.5. Analisis Fragmentasi Batuan
No
Ukuran Fragmen ( X ) Tertahan ( R )
Lolos ( L )
Fraksi Tertahan ( FT )
( inchi ) mm ( % ) ( % ) ( % )1 0.1875 4.76 89.1894 10.81 9.642 0.375 9.53 79.5475 20.45 16.273 0.75 19.05 63.2781 36.72 23.244 1.5 38.10 40.0411 59.96 24.015 3 76.20 16.0329 83.97 13.466 6 152.40 2.5705 97.43 2.507 12 304.80 0.0661 99.93 0.078 24 609.6 4.3662E-05 99.9999 0
51
69 48 1219.2 1.90637E-11 100 0
1 10 100 10000
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100K
umul
atif
Lo-
los,
%
Ukuran Fragmen, mm
Gambar 4.2. Kurva distribusi fragmentasi batuan PT. Gunung Padakasih
Berdasarkan kurva distribusi fragmentasi di atas dapat dilihat bahwa
fragmentasi batuan hasil peledakan tidak seragam. Hai ini dikarenakan kurva yang
terbentuk dari analisis dengan Kuz-ram ini berbentuk miring dan cenderung
melebar. Bentuk kurva seperti ini menunjukkan hasil peledakan yang terdiri dari
fragmentasi batuan dengan kisaran ukuran fragmentasi yang luas. Tentu saja
kisaran ukuran fragmentasi yang luas ini menggambarkan kondisi fragmentasi
hasil peledakan yang tidak seragam karena terdiri dari fragmentasi dengan banyak
ukuran yang berbeda. Bentuk kurva yang seragam adalah tegak lurus atau paling
tidak hampir tegak lurus. Bentuk kurva seperti ini menunjukkan banyak
fragmentasi batuan yang berukuran sama.
52
Lebih jauh bila dilihat tabel analisis fragmentasi batuan di atas, dapat dilihat
bahwa ukuran fragmentasi batuan hasil peledakan terdiri dari fragmentasi batuan
dengan ukuran antara 4.76 mm – 609.6 mm. Untuk fragmentasi batuan berukuran
76.20 mm memiliki persentase kumulatif lolos sebesar 83.97 % dengan persen
tertahan 16.0329 dan fraksi tertahan sebesar 13.46 %. Nilai-nilai ini
menggambarkan bahwa dari suatu fragmentasi hasil peledakan terdapat 83.97 %
fragmentasi batuan yang berukuran ≤ 76.20 dan hanya terdapat 16.0329 %
fragmentasi batuan yang berukuran di atas 76.20 mm.
4.3.3 Analisis fragmentasi batuan PT. Silva Andia Utama
Secara umum hasil analisis fragmentasi dengan model Kuzram (Lampiran G)
seperti terlihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6. Analisis Fragmentasi Batuan
NoUkuran Fragmen ( X ) Tertahan ( R ) Lolos ( L ) Fraksi Tertahan ( FT )
( inchi ) mm ( % ) ( % ) ( % )1
0.1875 4.76 87.8144 12.19 10.702
0.375 9.53 77.1137 22.89 17.653
0.75 19.05 59.4652 40.53 24.104
1.5 38.10 35.3611 64.64 22.865
3 76.20 12.5041 87.50 10.946
6 152.40 1.5635 98.44 1.547
12 304.80 0.0244 99.98 0.028
24 609.6 5.97615E-06 99.99999 09
48 1219.2 3.57143E-13 100 0
53
Sedangkan kurva distribusi kumulatif ukuran fragmentasi hasil peledakan PT.
Silva Andia Utama seperti terlihat pada gambar 4.3 berikut.
1 10 100 10000
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Kum
ulat
if
Lol
os, %
Ukuran Fragmen, mm
Gambar 4.3. Kurva distribusi fragmentasi batuan PT. Silva Andia Utama
Berdasarkan kurva distribusi fragmentasi di atas dapat dilihat bahwa
fragmentasi batuan hasil peledakan tidak seragam. Hai ini dikarenakan kurva yang
terbentuk dari analisis dengan Kuz-ram ini berbentuk miring dan cenderung
melebar. Bentuk kurva seperti ini menunjukkan hasil peledakan yang terdiri dari
fragmentasi batuan dengan kisaran ukuran fragmentasi yang luas. Tentu saja
kisaran ukuran fragmentasi yang luas ini menggambarkan kondisi fragmentasi
hasil peledakan yang tidak seragam karena terdiri dari fragmentasi dengan banyak
ukuran yang berbeda. Bentuk kurva yang seragam adalah tegak lurus atau paling
tidak hampir tegak lurus. Bentuk kurva seperti ini menunjukkan banyak
fragmentasi batuan yang berukuran sama.
54
Lebih jauh bila dilihat tabel analisis fragmentasi batuan di atas, dapat dilihat
bahwa ukuran fragmentasi batuan hasil peledakan terdiri dari fragmentasi batuan
dengan ukuran antara 4.76 mm – 609.6 mm. Untuk fragmentasi batuan berukuran
76.20 mm memiliki persentase kumulatif lolos sebesar 87.50 % dengan persen
tertahan 12.5041 dan fraksi tertahan sebesar 10.94 %. Nilai-nilai ini
menggambarkan bahwa dari suatu fragmentasi hasil peledakan terdapat 87.50 %
fragmentasi batuan yang berukuran ≤ 76.20 mm dan hanya terdapat 12.5041 %
fragmentasi batuan yang berukuran di atas 76.20 mm.
Sebenarnya bila diamati bentuk-bentuk kurva distribusi fragmentasi batuan di
atas dapat dilihat bahwa sangat sulit untuk menentukan fragmentasi batuan hasil
peledakan yang paling baik atau lebih seragam di antara ketiga Perusahaan di atas.
Hal ini dikarenakan bentuk kurva distribusi fragmentasi batuan antara ketiga
Perusahaan itu relatif sama. Akan tetapi bila memperhatikan dengan lebih
seksama pada nilai titik setiap kurva yang dihasilkan untuk ketiga Perusahaan,
maka dapat dilihat bentuk kurva yang lebih menunjukkan tingkat keseragaman
fragmentasi batuan dari ketiga Perusahaan.
Bila diamati salah satu nilai titik dari setiap kurva distribusi kumulatif untuk
ketiga Perusahaan di atas, yaitu fragmentasi batuan berukuran 76.20 mm, dapat
dilihat bahwa persentase kumulatif lolos untuk ketiga Perusahaan berbeda, yaitu
80.93 % untuk PT. Nurmuda Cahaya, 83.97 % untuk PT. Gunung Padakasih dan
87.50 % untuk PT. Silva Andia Utama. Nilai titik persentase kumulatif lolos PT.
Nurmuda Cahaya yaitu sebesar 80.93 % terletak paling bawah bila dibandingkan
dengan nilai titik persentase kumulatif lolos kedua Perusahaan lainnya. Nilai titik
55
persentase kumulatif lolos PT. Silva Andia Utama yaitu sebesar 87.50 % terletak
paling atas, sedangkan nilai titik persentase kumulatif lolos PT. Gunung
Padakasih terletak di tengah.
Dengan mengamati letak nilai titik dari ketiga Perusahaan ini dalam setiap
kurva distribusi kumulatif dapat disimpulkan bahwa PT. Silva Andia Utama
memiliki fragmentasi batuan yang lebih seragam bila dibandingkan kedua
Perusahaan lainnya. Hal ini dikarenakan letak nilai titik yang paling atas tersebut
menunjukkan kecenderungan kurva ke arah tegak. Suatu bentuk kurva yang
seragam diindikasikan dengan bentuk kurva yang tegak lurus. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat banyak fragmentasi batuan yang berukuran
seragam. Untuk memperoleh bentuk kurva yang tegak lurus sangatlah susah, akan
tetapi penilaian terhadap tingkat keseragaman fragmentasi batuan dapat dilakukan
dengan mengamati kecenderungan bentuk kurva ke arah tegak atau miring.
PT. Nurmuda Cahaya memiliki tingkat keseragaman fragmentasi batuan yang
paling kecil bila dibandingkan dengan kedua Perusahaan di atas. Hal ini
dikarenakan letak nilai titik persentase kumulatif lolos sebesar 80.93 % paling
bawah bila dibandingkan kedua Perusahaan tersebut. Letak nilai titik yang paling
bawah ini menunjukkan kecenderungan bentuk kurva ke arah miring.
Sedangkan letak nilai titik persentase kumulatif lolos sebesar 83.97 % PT.
Gunung Padakasih yang berada ditengah menunjukkan tingkat keseragaman
fragmentasi batuan yang lebih baik bila dibandingkan dengan PT. Nurmuda
Cahaya, akan tetapi kurang baik bila dibandingkan dengan PT. Silva Andia
Utama.
56
4.4 Perbandingan Antara Koefisien Tekstur dan Kuzram
Model Kuz-ram digunakan untuk menaksir dan memperkirakan distribusi
ukuran fragmentasi batuan. Sama seperti metode koefisien tekstur yang digunakan
untuk mengetahui tingkat keseragaman fragmentasi batuan hasil peledakan, model
Kuz-ram juga bisa digunakan untuk mengukur tingkat keseragaman fragmentasi
batuan. Hal yang membedakan antara model Kuz-ram dan koefisien tekstur
adalah output dari kedua metode ini. Koefisien tekstur menghasilkan output
berupa angka atau nilai koefisien tekstur yang mengindikasikan tingkat
keseragaman fragmentasi batuan sedangkan Kuz-ram menghasilkan output berupa
suatu kurva atau grafik distribusi ukuran fragmentasi batuan. Dengan
menganalisis kurva atau grafik ini dapat diketahui tingkat keseragaman
fragmentasi batuan hasil peledakan. Selain itu analisis fragmentasi batuan dengan
model Kuz-ram sangat memperhatikan ukuran fragmentasi batuan sedangkan
metode Koefisien tekstur lebih memperhatikan tingkat keseragaman fragmentasi
batuan hasil peledakan tanpa terlalu memperhatikan ukuran fragmentasi batuan.
Lebih jauh bila mengamati hasil analisis fragmentasi batuan dengan kedua
metode ini, dapat dilihat bahwa kedua metode ini menghasilkan analisis
fragmentasi yang cenderung sama. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil analisis
fragmentasi batuan untuk ketiga Perusahaan. Berdasarkan analisis fragmentasi
dengan metode koefisien tekstur, dapat diketahui bahwa fragmentasi batuan hasil
peledakan yang dimiliki ketiga Perusahaan ini tidak seragam. Fragmentasi yang
paling tidak seragam diperoleh pada PT. Nurmuda Cahaya dengan nilai KT = 1.35
sedangkan fragmentasi yang lebih seragam bila dibandingkan kedua Perusahaan
57
itu diperoleh pada PT. Silva Andia Utama dengan nilai KT = 1.18. Sedangkan
tingkat keseragaman PT. Gunung Padakasih berada di antara kedua Perusahaan
tersebut dengan nilai KT = 1.27.
Hal yang sama berlaku untuk analisis fragmentasi batuan dengan model Kuz-
ram. Berdasarkan analisis fragmentasi batuan dengan model Kuz-ram dapat
dilihat bahwa fragmentasi batuan untuk ketiga Perusahaan di atas tidak seragam.
Lebih jauh juga dapat dilihat bahwa fragmentasi batuan yang sedikit lebih baik
dan seragam di antara ketiga Perusahaan itu diperoleh pada PT. Silva Andia
Utama. Hal ini dikarenakan bentuk kurva distribusi kumulatif fragmentasi
cenderung ke arah tegak. Sedangkan fragmentasi batuan yang kurang baik dan
seragam di antara ketiga Perusahaan tersebut diperoleh pada PT. Nurmuda
Cahaya. Hal ini dikarenakan bentuk kurva distribusi kumulatif fragmentasi
cenderung ke arah miring. Sedangkan tingkat keseragaman PT. Gunung
Padakasih berada di antara kedua Perusahaan tersebut.
Jadi dapat disimpulkan bahwa analisis fragmentasi batuan dengan metode
koefisien tekstur dan model Kuz-ram menghasilkan analisis yang sama dan
sejalan. Hal yang membedakan adalah output yang dihasilkan dari kedua analisis
ini. Metode koefisien tekstur menghasilkan output berupa nilai KT, sedangkan
model Kuz-ram menghasilkan output berupa suatu kurva distribusi kumulatif
fragmentasi.
Secara umum perbandingan antara analisis fragmentasi batuan dengan
metode koefisien tekstur dan model Kuzram seperti terlihat pada gambar 4.4
berikut ini.
58
Nilai KT = 1.35 Nilai KT = 1.27
Nilai KT = 1.18
Gambar 4.4. Ilustrasi perbandingan keseragaman butir dari Kuzram dan KT
PT. Nurmuda Cahaya PT. Gunung Padakasih
PT. Silva Andia Utama