ii . analisis dan tinjauan teori 2.1. teori buku ilustrasi ... · teori buku ilustrasi 2.1.1....
TRANSCRIPT
8 Universitas Kristen Petra
II . ANALISIS DAN TINJAUAN TEORI
2.1. Teori Buku Ilustrasi
2.1.1. Pengertian Ilustrasi
Ilustrasi diartikan sebagai upaya untuk memberikan penjelasan atau membuat
sesuatu menjadi jelas dalam bentuk gambar, diagram, dan sebagainya pada buku,
majalah, dsb. Ilustrasi juga merupakan segala tipe gambar dan dekorasi yang
dipergunakan sebagai penghubung dengan teks untuk menghiasi penampilan atau untuk
memperjelas makna yang disampaikansebagai salah satu unsur Desain Komunikasi
Visual, Ilustrasi juga diartikan sebagai:
a. Proses grafis membuat goresan atau menciptakan sosok dan bentuk pada suatu
permukaan dengan menggunakan alat-alat tertentu.
b. Upaya untuk mengekspresikan kesan atau menampakkan secara visual yang ada
disekitar kita sehingga orang lain mampu untuk menangkap gagasan kita.
c. Upaya untuk mejelaskan obyek dan lingkungan dengan mendetailkan suatu bentuk.
d. Memahami, mengevaluasi dan mencari pemecahan masalah desain. Misalnya
menjadikan suatu bentuk menjadi bentuk lain.
Ilustrasi dapat berupa diagram, bilangan/angka, ilustrasi vocabulary atau kata-kata
dan huruf, fotografi, dsb. Namun yang dimaksud ilustrasi dalam perancangan ini yaitu
gambar ilustrasi yang menjelaskan suatu subjek dengan lukisan ataupun gambar,
Ilustrasi mempergunakan tehnik gabungan antara manual dan komputerisasi. Material
pendukung, seperti pensil, komputer dan sebagainya.
2.1.2. Sejarah Ilustrasi
Ilustrasi sama tuanya dengan tulisan, dimana keduanya bersumber dari Piktograf,
yaitu gambar yan memiliki fungsi sama seperti kata-kata. Dengan dikenalnya teknik
pencetakan, maka seni melukis dengan tangan dikembangkan ke dalam bentuk Buku
Ilustrasi. Bentuk ilustrasi awal dalam bentuk gulungan daun papyrus dan kertas kulit
yang ditemukan di Mesir pada tahun 1980 BC. Ciri khas ilustrasinya berupa dekorasi
naskah dengan pewarnaan, gambar dengan tepian ornamental yang disepuh emas serta
dekoratif inisial merupakan salah satu bentuk penggambaran buku pada awal
kemunculannya.
Universitas Kristen Petra
9
Oleh karena itu manfaat aspek visual juga sangat besar, yaitu membantu
pemahaman lebih mendalam Karena lebih bersifat konkret dari pada kata-kata. Kehadiran
ilustrasi mampu menggambarkan sesuatu yang terlalu abstrak untuk dibayangkan,
menjadi jembatan untuk memahami teks dan mengarahkan imajinasi pembaca sesuai
dengan keinginan penulis. Disamping itu, ilustrasi juga berfungsi untuk menghindarkan
kesan menoton pada buku bacaan, memberikan daya tarik yang besar pada aspek visual.
Dengan tertariknya perasaan, maka emosi pembaca semakin tergugah untuk mendalami
cerita. Namun apabila ilustrasi dan verbalisasi kurang ataupun sebaliknya, maka buku
bacaan tetap dipandang kurang berkualitas.
Ilustrasi pada buku dan media cetak bermanfaat untuk menjelaskan atau
meluaskan makna dari teksnya. Sejak jaman dahulu hingga ditemukannya mesin cetak
dengan huruf yang dapat di pindahkan, buku-buku ditulis dengan ilustrasi dengan
tangan. 1
Buku bergambar moderen berasal dari manuskrip yang dihiasi /dekorasi.
Manuskrip dengan ilustrasi tertua yang berhasil di selamatkan adalah gulungan yang tak
utuh yang berasal dari Mesir. Book of Death adalah yang paling terkenal, terselamatkan
karena dikubur dalam pemakaman.
Gambar.2.1 : Egyptian Book of The Dead
Di atas papy rus
1 William Benton, Encyclopedia Britanica vol. 11, (USA : Pan America & Universal copyright, 1970), halaman 1096.
Universitas Kristen Petra
10
Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/papyrus
Hanya sedikit peninggalan dari Roman kuno kecuali Virgil dari Vatikan dan Hitad dari
Milan, buku-buku tersebut berasal dari abad IV sebelem masehi, yang menunjukkan saat
itu iIlustrasi telah matang. 2
• Buku bergambar awal
Ilustrasi awal cetak yang pertama berasal dari cina, yaitu Diamond Sutra (868
SM), dengan sampul Woodcut, kini berada di British Museum .
Gambar.2.2. ‘Diamond Sutra’. Cave 17, Dunhuang, ink on paper
Sumber : British Library Or.8210/P.2
http://www.bl.uk/onlinegallery/themes/landmarks/diamond sutralge.html
Di barat meski woodcut dipergunakan untuk kartu permainan pada akhir abad
XIV, namun tidak muncul dalam bentuk buku-buku hingga masa awal mesin cetak
dengan huruf yang dapat dipindahkan di pertenganhan abad XV. Dari masa ini
banyak block books , dimana teks dan iliustrasi dicukil di atas papan kayu yang sama.
Karya Ulrich Boner, Der Edelstain(1461), yang dicetak oleh Albrecht Pfitser
dari Bamberg, dianggap sebagai buku bergambar yang pertama kali dicetak. Di sini
woodcut dicetak setelah teks, di sini kesulitan-kesulitan teknis diperkirakan telah
2 ibid halaman 9
Universitas Kristen Petra
11
menghambat dicetaknya buku bergambar. Bahkan belum sempurnanya mesin cetak
pada masa itu berpengaruh pada desain dari woodcut, memaksanya mejadi sangat
sederhana. Oleh karena itu sangat sulit bagi buku bergambar pada masa-masa awal
untuk bersaing dengan miniature manuscript, terutama pada saat pelukis buku
bergambar berpaling ke naturalisme. Warna tidak digunakan oleh pencetak pada
masa-masa awal ini, sedangkan pewarnaan dengan tangan biasanya kasar.
Gambar 2.3 Ulrich Boner, Der Edelstain(1461)
Sumber : www.skriptorium.at/catalog/images/edelstain-2.html
• Abad XVI dan Abad XVII
Pada awal abad XVI beberapa seniman sudah tak lagi mencukil papan kayu
mereka sendiri. Mereka memberikan pekerjaan tersebut kepada pengrajin, dan
woodcut pun menjadi tiga dimensi dan rumit.
Meski ilustrasi woodcut yang pertama muncul di cina, huruf yang dapat
dipindahkan muncul di korea sebelum muncul di Eropa, hamya ada sedikit buku
bergambar dari Asia hingga abad XVI. Namun pada pertengahan abad XVI banyak
buku-buku dari cina berisikan gambar-gambar indah, dan di tahun 1605 sebuah buku
dari Cina dengan cetakan lima warna muncul.
Di Jepang tiga tahun kemudian muncullah Ise Monogatari, yang diduga
digambar oleh seniman terkenal Koetsu, dan merupakan buku bergambar terawal
abad itu. Seniman jepang ini lebih tertarik pada seniman Cina dalam mendesain
Universitas Kristen Petra
12
woodcut pada saat itu di Jepang didirikan sekolah melukis yang dikenal dengan
Ukiyo-e, ditandai dengan warna woodcut-nya.
Gambar 2.4 Honami Koetsu Tales of Ise (Ise Monogatri) 1608
Sumber : http://www.philamuseum.org/exhibition/exhibits/koetsu/4.shtml
• Abad XVIII
Selama abad XVIII, Perancis sangat maju dengan buku bergambarnya. Gaya
barok dan Rococoo membuat ilustrasi menjadi lebih intim, dan ukuran halaman dapat
disesuaikan, dan kebanyakan buku-buku berisi puisi dan roman. Woodcut hampir
sama sekali hilang digantikan oleh etsa yang memberi kesan tampilan garis-garis
ukiran
• Abad XIX
Teknik cetak yang paling digemari pada abad awal XIX adalah Aquatint , sangat
cocok untuk buku-buku tipografi yang sangat banyak pada saat itu. Kemudian
munculah teknik lithografi pada tahun 1820 dan 1860. Pada tahun 1851
Chromolithograpy dan ‘Victorian Barouqe’ muncul melalui karya Digby Wayatt,
Industrial Arts of Nineteenth Century.
Universitas Kristen Petra
13
Gambar 2.5 The Fruits of America. Hovey, Charles Mason, 1810-1887
Sumber : http://www.lib.udel.edu/ud/spec/exhibits/color/lithorgr.html
The Fruits of America adalah buku pertama dengan kualitas chromolithography yang
tinggi. Buku ini diterbitkan di Amerika.
Gambar 2.6 The Psalms of David, oleh Owen Jones. (London, 1861).
Sumber : http://ccl.princeton.edu/reaserch/e325/cfsen_confrences html
Universitas Kristen Petra
14
Owen Jones adalah salah satu desainer terbaik chromolithography pada abad XX. Dia
banyak dipengaruhi oleh William Moris dengan Arts and Crafts Movement.
Noel Humpreys dan Owen Jones membuat penekanan dekorasi pada buku
ilustrasi menjadi tak terpisahkan. Versi inggris dari buku anak-anak Jerman,
Sturwwelpeter (1848) adalah awal penggunaan ilustrasi dekoratif pada buku anak-
anak, yang masih diteruskan hingga saat ini.
Gambar 2.7 Heinrich Hoffmann. The English Struwwelpeter.
Leipzig: Friedrich Volckmar, 1848
Ukiran kayu sebaliknya berkembang pesat pada tahun 1930-an dan 1840an
majalah-majalah bergaya victorian mulai bermunculan.
Di jepang gerakan Ukiyo-e membuat Jepang lebih maju dari China selama abad
ini. Hokusai yang membawa pemandangan ke dalam buku adalah penggerak
utamnya. Dan meski lebih dikenal lukisannya dia memulai karirnya dengan buku.
Buku-buku oriental mulai melemah sebagian mulai meniru buku-buku barat. Namun
buku-buku Jepang mulai menarik kembali setelah pertengahan abad XX. Di akhir
abad XIX cetakan Jepang mulai masuk ke Eropa Barat, terutama prancis, di mana
mereka mempengaruhi Impresionisme dan Postimpresionisme.
• Buku Moderen
Di perancis pengaruh cetakan jepang terhadap buku bergambar tidak begitu
terasa sampai dengan awal abad XX. Di Inggris, seperti juga hampir semua negara,
kecuali negara Prancis, ilustrasi yang bagus dan ima jinatif mulai digunakan pada
buku-buku anak-anak. Di Swiss tidak semua karya-karya terbaik digunakan dalam
Universitas Kristen Petra
15
bentuk buku anak-anak. Gerakan Dada dimulai di sana sejak Perang Dunia I dan
melahirkan beberapa buku yang tidak biasa.
2.1.4. Perkembangan Buku Ilustrasi di Indonesia
Awal ilustrasi di Indonesia dimulai dari sastra, ilustrasi di Indonesia berkembang
bersama-sama dengan sastra Indonesia. Dimulai dengan angkatan Pujangga Lama
sebelum abad 20 yang antara lain adalah Hikayat Abdulah, Hikayat Hang Tuah, Syair
Bidasari dan lainnya. Kemudian Sastra ‘Melayu Lama’ yang dihasilkan antara tahun
1870- 1942, berkembang diantara masyarakat Sumatra, Cina, dan masyarakat Indo-
Eropa. Angkatan Balai Pustaka yang ada sejak tahun 1920-1950, dipelopori oleh penerbit
Balai Pustaka sendiri. Prosa (roman, Novel, cerita pendek dan drama) juga puisi nilai
meggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra
Indonesia pada masa ini. Pada saat itu Balai Pustaka didirikan untuk mencegah pengaruh
buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra melayu rendahan. Karya -
karya terbitan Bali Pustaka antara lain Siti Nurbaya, Si Cebol Rindukan Bulan, Anak
Perawan di Sarang Penyamun dll. Buku-buku sastra awal inilah juga yang mengawali
buku ilustrasi di Indonesia. Dimana gambar ilustrasi digunakan untuk cover dan beberapa
bagian di halaman isi.
Sebenarnya antara buku cerita bergambar dan buku ilustrasi adalah sama, buku
cerita bergambar adalah perkembangan dari buku ilustrasi. Cergam merupakan karya
literatur yang mengkombinasikan antara aspek verbal dan visual. Cergam sering kali
didefinisikan sebagai seni gambar berurutan yang menyajikan kisah ataupun dongeng
yang melalui kekuatan bahasa gambar dan tulisan yang dipadukan ke dalam satuan
komposisi penulisan.Perbedaan cergam dan komik adalah pada komposisi gambar dan
tulisan, komik umumnya dilengkapi dengan bingkai-bingkai serta jukta posisi/berjajar-
jajar, dialog dalam balon serta narasi yang saling merajut sebuah cerita. Berbeda dengan
cergam yang memadukan dua elemen penting yaitu gambar (visual) dan kata-kata
(verbal), penyusunannya dapat di jukta posisi/berjajar-jajar antara gambar dan tulisan
atau memisahkan masing-masing pada halaman sendiri-sendiri.
Komik Indonesia pertama muncul pada tahun 1950 dan banyak didominasi oleh
Action Hero dengan pengaruh gaya barat, seperti Flash Gordon dan Superman, saat itu
Universitas Kristen Petra
16
komik-komik seperti ini sangat digemari. Tokoh cergam Indonesia sendiri baru muncul
sekitar tahun 1954, R.A. Kosasih dengan komik pertamnya Sri Asih, disusul cerita
Ramayana dan Mahabarata. R.A Kosasih sangat terkenal sebagai komikus cerita
wayang. Setelahnya mulai bermunculan komik-komik Indonesia lainnya.
Gambar 2.8 Contoh komik R.A. Kosasih
Gambar 2.9 ‘Sri Dewi’ Oleh R.A. Kosasih
Universitas Kristen Petra
17
Gambar 2.10 ‘Wayang Purwa’ Oleh R.A Kosasih
Sumber : http://www.lambiek.net/kosasih-ra.html
Ada berbagai macam buku bergambar yang ada di Indonesia, baik itu terbitan luar negeri
yang kemudian dicetak ulang oleh Indonesia, maupun buku bergambar Indonesia Sendiri.
Berikut adalah macam buku cerita anak-anak bergambar buatan luar negeri yang ada di
Indonesia sekarang.
1. Jepang
Gambar 2.11‘Kursi Kakek’ karya midori Basho
Sumber : Basho, Midori ‘Kursi kakek’ (Jakarta : PT Elex Media omputindo,
2002)
Universitas Kristen Petra
18
Gambar 2.12 ‘Ratu Salju’ karya shogo Hirata
Buku dongeng anak-anak bergambar Vol. 63
(Jakarta : PT.Elex Media Komputindo)
2. Amerika
Gambar 2.13‘101 Dalmatians’ terbitan Walt Disney
(Jakarta : PT Gramedia 1998)
Universitas Kristen Petra
19
Gambar 2.14 ‘Losta De Casha’ oleh Madonna
(Jakarta : PT Gramedia 2005)
Gambar 2.15 ‘The Tiger Raising’ oleh Kate DiCamillo
(Jakarta : PT Gramedia 2005)
Universitas Kristen Petra
20
3. Belanda
Gambar 2.16 ‘Kumpulan Dongeng Binatang 1’ karya Anne-Maria Dalmains
(Jakarta : PT Gramedia, 1984)
Gambar 2.17 ‘Kumpulan Dongeng Binatang 2’ karya Anne-Maria Dalmains
(Jakarta : PT Gramedia, 1984)
Universitas Kristen Petra
21
4. Inggris
Gambar 2.18 ‘Kumpulan Dongeng Perrault’ karya Charles Perrault
(Jakarta : PT Gramedia 2000)
Gambar 2.19 ‘Kumpulan Dongeng Sedunia ‘ karya Little Star Publishing
(Jakarta : PT Gramedia 1999)
Universitas Kristen Petra
22
5. Indonesia
Gambar 2.20 ‘Anak Ayam dan Musang’ leh Zaza Gambir
(Jakarta PT.Gramedia 2000)
Gambar 2.21 ‘Dongeng Kancil 1’ oleh E. Siswoyo
(Jakarta PT.Gramedia)
2.2. Tinjauan tentang keadaan buku bergambar yang ada di Indonesia
Dari hasil pengamatan pada sebuah toko buku besar di Jakarta. Rak-rak buku fiksi
anak di toko tersebut sebagian besar dipenuhi oleh komik dan cerita bergambar yang
Universitas Kristen Petra
23
sebagian besar adalah buku terjemahan. Tidak heran kalau anak-anak baik orangtuanya
lebih memilih buku bacaan luar negeri di banding bacaan lokal. Ilustrasi maupun gambar
yang menarik sepertinya memang menjadi salah satu nilai jual buku anak dari luar negri,
baik itu terjemahan maupun yang masih berbahasa asing.
Peranan ilustrasi pada bacaan anak sangatlah penting, bukan semata-mata untuk
melengkapi teks, namun justru menjadi kesatuan dengan cerita. Menurut Murti Bunata,
salah seorang pengamat praktisi bacaan anak, setidaknya terdapat tiga peran ilustrasi bagi
anak.
• Pertama, iliustrasi harus mampu memberikan ruang pada anak untuk
berimajinasi.
• Kedua, Ilustrasi harus mampu menimbulkan rangsangan pada anak untuk
mengenal estetika.
• Ketiga, ilustrasi mampu memberi kenikmatan membaca pada anak.
Menurut Murti, penyebab kekalahan ilustrasi lokal dengan asing tidak semata-
mata terletak pada ilustratornya saja.’Andil dari penerbit, illustrator dan pengarang cerita’
jelas murti. Bahan cerita yang lemah bisa menghambat ilustrator untuk berekspresi.
Sebaliknya, sebagus apapun cerita dibuat jika illustrator tidak andal juga berdampak sama
buruk pada kualitas buku yang diciptakan.
Penerbit termasuk editor buku juga mempunyai andil berkaitan dengan
kemampuan mengawinkan teks dari pengarang dan gambar dari illustrator. ‘Bagaimana
ilustrasi dalam bacaan anak itu kemudian bisa menyatu secara solid dengan teks.’ Jelas
Murti tentang peranan dalam membuat buku anak.
Dampak dari masih dinilai mahal dan tidak menjanjikan bacaan anak lokal oleh
penerbit adalah rendahnya penghargaan ekonomis terhadap tenaga-tenaga kreatif
termasuk illustrator. Untuk setiap halaman berwarna illustrator hanya mendapat bayaran
sekitar 50.000,- kalau satu buku kurang lebih sekitar 750-800 ribu rupiah, dan untuk
royalti mereka hanya mendapatkan 5 % saja. Hal ini mengakibatkan mereka untuk
merasa mustahil mengandalkan profesi ini.
Buku anak-anak di luar negeri sudah merajai pasar bacaan anak. Sementara untuk
sampai menerbitkan buku anak lokal yang bermutu baik dibutuhkan waktu, tenaga dan
Universitas Kristen Petra
24
dana yang besar. Ujung-ujungnya karena dipertanyakan kembali dengan daya beli
masyarakat.
Menurut Tony Masdiono, seorang illustrator, pengamat Ilustrasi dan pengajar seni
dan desain, bias dipastikan mustahil penerbit bisa menerbitkan buku anak dengan buku-
buku cerita luar negeri.
Jajak pendapat yang dilakukan pada 926 responden di delapan kota besar di
Indonesia oleh Koran kompas menyebutkan:
Menurut Anda, mana yang lebih baik kualitasnya apakah karya ilustrasi dalam
negri atau karya ilustrasi luar?
Daerah Karya Ilustrasi yang di gemari (%)
Asing Lokal Tidak tahu
Jakarta 53,830,0 16,2
Yogyakarta 42,9 35,721,4
Surabaya 49,1 30,820,1
Medan 47,9 26,0 26,1
Palembang 56,429,1 14,5
Samarinda 48,4 25,8 25,8
Manado 44,4 33,322,4
Makasar 43,8 33,322,9
Hal ini membuktikan bahwa karya asing lebih diminati daripada karya lokal.
2.3. Cerita Rakyat di Indonesia
Ceriat rakyat dapat digolongkan menjadi tiga yaitu cerita rakyat fiksi murni,
sejarah dan legenda. Cerita Rakyat yang berasal dari daerah-daerah lokal, diceritakan
secara turun temurun, kadang cerita rakyat diercaya sebagai legenda atau asal usul dari
suatu kejadian alam seperti gunung, danau dan sebagainya. Cerita-cerita rakyat yang ada
Indonesia sangat beragam dan luas. Cerita-cerita tersebut mempunyai ciri-ciri yang
berbeda satu dan yang lain. Cerita rakyat adalah merupakan sastra lisan yang hidup dan
berkembang dalam masyarakat penuturnya, di dalam cerita rakyat ini banyak terkandung
nilai-nilai luhur, suri tauladan dan ajaran-ajaran tentang kehidupan yang telah diwariskan
Universitas Kristen Petra
25
oleh nenek moyang kita pada masa lalu. Cerita rakyat ini juga merupakan media
transformasi nilai - nilai budaya tradisional dari generasi tua ke generasi muda. 3
Buku-buku yang memuat tentang cerita rakyat yang ada di Indonesia sebenarnya
sudah cukup banyak. Hanya sayang buku-buku tersebut kurang di minati , khususnya
oleh anak-anak
Beberapa cerita rakyat yang di dapati di beberapa toko buku Surabaya:
Gambar 2.22 ‘Luntung Kasarung’
Terbitan Gramedia
3 www.sambas.go.id
Universitas Kristen Petra
26
Gambar 2.23 ‘Pangeran katak’
Terbitan Garamedia
Gambar 2.24 ‘Anak ayam dan musang’
Terbitan Garamedia
Universitas Kristen Petra
27
Gambar 2.25 ‘Kancil 1’
Terbitan gramedia
2.4. Cerita Timun Mas
Sebenarnya cerita rakyat Timun Mas adalah sebuah cerita rakyat yang sudah
umum dan cukup terkenal, Cerita Timun Mas berasal dari daerah Jawa Timur. Tetapi
justru karena kefamiliarannya itulah judul tersebut diangkat. Sesuai dengan tujuan
dibuatnya buku tersebut untuk memeperkenalkan kembali budaya-budaya bangsa
Indonesia dan mendorong minat baca anak, maka diambillah judul tersebut. Cerita Timun
Mas memiliki nilai-nilai moral yang tinggi, dengan tokoh utama seorang gadis kecil yang
arif dan bersahaja juga mulia, cerita ini mampu menanamkan nilai-nilai kemanusiaan di
hati anak-anak.
2.5. Tinjauan Tentang Perkembangan Anak
Dalam dunia membaca tidak ada kata terlalu dini atau terlambat, sebenarnya
membaca paling baik ditanamkan dalam diri anak-anak sejak usia dini. Saat anak-anak
sudah mulai melihat dengan baik yaitu sejak usia 3 bulan kita bisa memperkenalkan buku
kepadanya, tentunya buku-buku dengan gambar-gambar yang sederhana saja. Kita bisa
mulai bercerita dengan cara membacakan buku kepada mereka ketika mereka memasuki
Universitas Kristen Petra
28
usia 6 bulan disini anak sudah bisa memandang dan meraba buku tersebut. Pengaruh
buku dalam perkembangan seorang anak sangatlah besar. Buku adalah fondasi kokoh
bagi perkembangan mental dan spiritual seorang anak.
Peranan buku dalam kehidupan manusia sangatlah penting, sebuah buku mampu untuk
menceritakan banyak hal tanpa perlu membacanya mengalami hal tersebut. Sebuah buku
mampu mengajarkan ilmu lebih dari apa yang diajarkan oleh media lain. Salah satu
contoh negara Asia yang berkembang dan maju dengan pesat dalam hal iptek dan
perekonomian adalah negara Jepang. Faktor penyebab keberhasilan masyarakat jepang
adalah tingginya minat baca yang dimilikinya. Menurut survey yang dilakukan oleh
bunkanews (situs khusus tentang media massa berbahasa jepang), jumlah toko buku di
Jepang sama dengan jumlah toko buku di Aerika Serikat. Padahal Amerika memiliki
jumlah penduduk yang lebih besar di banding dengan Jepang. 4
Buku selain sebagai sumber pengetahuan, buku juga adalah sarana Pembina
watak dan kematangan berpikir. Buku juga berfungsi sebagai salah satu sarana
komunikasi, Semakin sering anak berkomunikasi dengan buku, semakin banyak
pengertian dan pengetahuan yang di timbanya.5
Buku cerita anak-anak memiliki definisi sebuah bentuk buku yang ilustrasinya
berperan penting dalam keseluruhan alur cerita. Sebuah buku cerita anak-anak dikatakan
bagus bila mampu menarik minat seorang anak untuk membuatnya membaca dan
membacanya kembali.6
Pada anak-anak ada beberapa masa perkembangan yang sangat penting pada segi
psikologi dan intelektual. Yaitu ketika pada masa 2-4 tahun, 5-7 tahun, dan 8-11 tahun.
Dalam karya tulis ini, pembahasan akan perkembangan anak akan dibatasi pada
masa 5-7 tahun, pada masa itu adalah salah satu masa yang penting bagi perkembangan
anak. Seorang anak akan berusaha menyesuaikan diri dan mengalami perubahan
lingkungan, dari lingkungan keluarga, sekolah TK dengan interaksi terbatas menjadi
lingkungan sekolah dengan interaksi yang lebih luas dan kompleks. Pada masa 5-7 tahun
4 Melongok budaya Baca dan tulis Masyarakat Jepang, http://hokurikumol.twoglobe.com/artikel.htm (12 Des, 2003) 5 Gloria Cyber Ministries, Dunia Anak : Mengajar Anak Mencintai Buku http://www. Glorianet.org/keluarga/anak/anak buku.html (12 des 2003) 6 Reading Is Fundamental, Choossing Good Books http://www.rif.org/perents/goodbooks/default.mspx (12 Des, 2003)
Universitas Kristen Petra
29
inilah terbentuk sebuah dunia pemikiran tersendiri mengenai diri mereka dan lingkungan
mereka. Lingkungan tersebut tidaklah sama dengan yang dihadapi oleh anak-anak ketika
berusia 2-4 tahun ataupun 8-11
Pengenalan yang lebih jauh dan mendalam akan anak akan sangat penting dalam
pembuatan buku ilustrasi. Lewat ciri-ciri tersebut, kita bisa menyesuaikan buku seperti
apa dan yang bagaimana yang paling cocok dan mengena untuk Target Audience kita
yaitu anak-anak umur 5-7 tahun. Adapun pokok-pokok yang akan dibahas mencakup
perkenbangan fisiknya, perkembangan intelektualnya, perkembangan pisikologisnya,
tahapan konseptualisasinya, dan penerapannya.
2.5.1. Perkembangan Fisik Anak Berumur 5-7 Tahun
Pada usia 5 tahun, seorang anak telah memiliki organ sensorik dan motorik yang
berfungsi secara nominal. Pertumbuhan fisik yang dialami berlangsung dalam tempo
yang lebih lambat tahapannya dibandingkan waktu bayi , namun mencolok dalam
perubahan tiggi dan berat. Bagian tubuh masing-masing memiliki periode pertumbuhan
yang berbeda hingga terjadi perubahan proporsi tubuh. Tulang menjadi lebih stabil,
sementara lemak menjadi berkurang. 7
Pada saat ini anak memperoleh banyak ketrampilan yang kompleks. Bukan hanya
berupa gerakan yang besar dan aktifitas otot besar, namun juga memerlukan
keseimbangan dan penempatan diri dan gerak koordinasi otot kecil. Seorang anak
berumur 5 tahun telah memiliki rasa keseimbangan yang baik. Ia dapat melompat-lompat
dan melangkah lebih baik.
Walaupun masih sulit dalam membuat garis diagonal mereka dapat membuat
garis lurus ke semua arah dengan baik. Dapat meniru gambar bujur sangkar dan segitiga,
serta dapat membuat gambar manusia yang dapat dikenali.8 Sedangkan untuk
pertumbuhan fisik tidak terlalu mencolok hingga mencapai usia puber.
7 Watson, Robert I & Lindgren, Henry Clay. Psychology of The Child, halaman 237-238 8 Mussen, Conger, Kangan. Child Devlopment and Personality, halaman 236
Universitas Kristen Petra
30
2.5.2. Perkembangan Intelektual Anak Berumur 5-7 tahun
Kemampuan intelegensi anak bukanlah sesuatu yang pasti, namun ia memiliki
pola tertentu yang dapat diidentifikasikan dalam usia tertentu. Kemampuan untuk
menerapkan pemikiran yang logis dalam berbagai situasi dianggap sebagai inti dari
kemampuan dan perkembangan intelektual.
Pada usia pertengahan masa kanak-kanak pada usia 5-9 tahun, anak-anak
mempunyai kemampuan berpikir intuk kembali pada titik awal pemikiran serta mental,
kemampuan percakapan dan kemampuan memanipulasi pemikiran seseorang secara
logis. Anak berusia 5 tahun tidak mempunyai aturan tertentu dan sering berubah pikiran
tergantung dengan pengalmannya dengan obyek-obyek tertentu, mereka juga dapat diajak
untuk berubah pikiran. Sedangakn anak usia 7 tahun hingga 9 tahun akan berusaha
memegang sesuatu aturan tertentu seperti aturan tentang berat suatu benda, namun sering
kali pendapat mereka saling berkontradiksi.
2.5.3. Perkembangan Psikologi Anak Berumur 5-7 Tahun
Pada usia 5-7 tahun anak mengalami berbagai hal dalam kehidupannya. Ia
mengalami perubahan dan penyesuaian, pembentukan diri sendiri, serta belajar
bersosialisasi dengan anak lain.
Perkembangan yang paling berbeda dalam segi psikologi pada anak usia 5 tahun
dibandingkan usia sebelumnya adalah:
- Adanya hobi dan kebiasaan baru
- Persepsi yang berkembang lebih jauh
- Makin banyak kontak dengan orang lain secara terus-menerus
- Pengenalan dunia sosial yang membesar
- Perkembangan pada periode ini berlanjut hingga usia berikutnya yaitu usia 6
hingga 9 tahun dimana mereka mengalami:
- Pengenalan diri sendiri juga peran dirinya menurut jenis kelaminnya.
- Belajar baga imana harus berinteraksi dengan temannya
- Perkembangan berbagai macam kemampuan akademis
- Memperkuat super-ego mereka.
Universitas Kristen Petra
31
2.5.4. Tahap Konseptualisasi Anak Berumur 5-7 Tahun Mengenai Dunianya.
Anak usia 5 tahun mulai di dalami dunia baca membaca juga tulis menulis, tidak
seperti sebelumnya ketika mereka berusia 4 tahun mereka hanya sebatas diperkenalkan
saja pada dunia baca dan tulis. Pada usia 5 tahun ini lebih banyak persiapan yang
dimatangkan dalam konseptualisasi anak untuk ke jenjang berikutnya yaitu tahap SD
umur 6 tahun. Pada awal tahun mereka akan mempelajari hal-hal yang simple dan basic
berkembang ke yang lebih komplex dan rumit di akhir tahun. Pada masa ini dia kan diajak
untuk mulai membaca, menulis tegak bersambung, dia akan dibimbing untuk
menggunakan bahasa yang lebih baik sehingga dapat lebih mudah dimengerti oleh orang
lain.
Pada usia 6 tahun mereka memasuki sekolah dasar kelas satu. Hal ini adalah
langkah besar bagi anak-anak. Sekarang ia bukan lagi seorang anak berumur 5 tahun,
pengalaman di taman kanak-kanak telah banyak mengubah dirinya. Di sekolah dasar ia
harus membiasakan diri untuk belajar tanpa bermain tidak seperti di taman kanak-kanak.
Ia makin merasa ingin tahu sambil mencari jawaban atas apa yang ingin dia ketahui dan
mulai bertanya-tanya tentang banyak hal. Setelah ia dapat membaca dengan baik ia dapat
membaca dari buku-buku, dan juga merasakan kesenangan yang didapat lewat belajar.9
Pada usia 7 tahun seorang anak akan berusaha menyatukan semua pengetahuan
yang ia ketahui pada usia 6 tahun. Ia akan mengumpulkan hal-hal yang ia ketahui dan
merangkai serta berusaha untuk mendalaminya. Sekarang ia dapat membacakan cerita
bukan sekedar membaca.10
2.5.5 Penerapan Buku Cerita Bergambar Terhadap Anak berumur 5-7 Tahun
Pertanyaan pertama yang harus ditanayakan sebelum membahas apa peranan
buku bergambar terhadap anak umur 5-7 tahun adalah ‘Apakah yang ingin dicapai atau
tujuan pemberian materi berupa buku bergambar kepada anak-anak?’ Tentunya jawaban
dari pertanyaan ini relatif dan cenderung berbeda jika dilihat dari berbagai sudut
pandang. Ada yang memberikan buku bergambar karena anak itu sendiri yang meminta, 9 Frieda E. Van atta, How to Help Your Child In Reading, Writing & Arithmetic, In kinderdarten & The First Grade, halaman 27-33 10 Frieda E. Van atta, How to Help Your Child In Reading, Writing & Arithmetic, In The Second Grade, halaman 27-33
Universitas Kristen Petra
32
membelikan buku bergambar, karena tampilan buku bergambar itu menarik, sebagai
hadiah kepada anak, karena ada hadiahnya, dan sebagainya. Apapun alasannya hingga
orang tua memberikan buku bergambar ada satu persamaan yang diharapkan oleh orang
tua dari buku bergambar yaitu agar buku tersebut tidak hanya menyenangkan hati anak
mereka tetapi juga berguna bagi kehidupan anak mereka baik saat ini atau kelak di masa
depan, dalam hal ini dapat membantu anak mereka dalam aktifitas dan belajar.
Dalam pembahasan mengenai perkembangan anak usia 5-7 tahun yang telah
diuraikan diatas, telah dijelaskan bahwa pada usia 5 tahun mereka sudah mulai membaca
meskipun dimulai dengan hal-hal yang sangat sederhana dan mendasar. Buku bergambar
akan sangat membantu mereka untuk belajar menyukai membaca. Pada umur 5 tahun
seorang anak akan mengalami proses penyukaan saat seorang anak akan mencari
kebiasaan-kebiasaan yang dianggapnya menyenangkan serta lebih mudah baginya,
perilaku mereka dalam hal mencari yang termudah dan terenak bagi mereka terus dibawa
hingga remaja bahkan dewasa.
Disinilah peranan buku cerita bergambar yang tidak hanya memiliki tulisan,
namun juga memiliki gambar ilustrasi yang mendukung agar anak merasa tertarik, jika
sang anak sudah merasa tertarik dan kegiatan membaca dianggapnya sebagai kegiatan
yang menyenangkan, maka langkah selanjutnya dalam proses belajar akan lebih mudah.
Dalam hal ini juga peranan sang Orangtua sangat diperlukan untuk proses pembelajaran.
Orang tua harus menuntun anak dalam hal membaca. Anak memang tertarik dengan
gambar yang ada, namun ia tidak dapat dilepaskan sendirian dengan buku dan oreng tua
berharap dia akan dapat belajar sendiri. Ia akan membolak-balik halamn penuh gambar
itu namun ia belum dapat belajar membaca sehingga yang didapat dari buku tersebut
hanya inging tahun akan gambar-gambar dalam buku tersebut. Seorang anak berumur 5
tahun susdah dapat menggambar manusia yang dapat dikenali 11, artinya pemikiran anak
tersebut telah dapat menangkap sebuaj gambaran simbolik atau dalam hal ini berupa
ilustrasi yang walupun kenyataannya tidak sama dengan kenyataan tetapi dapat
dianalogikan oleh pemikiran sang anak seperti benda yang sebenarnya.
Anak memerlukan contoh dari orangtua tentang bagaimana kegiatan membaca itu,
Ia akan berusaha menirukan seperti yang dilakukan oleh orangtua dan lingkungan
11 Musse, Conger, Kagan. Child Development and Personality, halaman 236
Universitas Kristen Petra
33
sekitarnya karena ia masih memiliki ‘pengkristalisasian diri sendiri’ atau memiliki
kebiasaan-kebiasaan yang ia ingini sendiri. Ia akan berusaha meniru seperti Ayah yang
membaca Koran walaupun tulisan dalam lembaran Koran tidak berarti apa-apa baginya,
Anak 5 tahun akan terus mencari kebiasaan yang ia sukai.
Saat anak berumur 6-7 tahun ia dapat mebaca dengan tingkat pemahaman yang
lebih baik. Pengaruh yang dibawa oleh sang anak ketika berusia 5 tahun akan mulai
tampak pada usia 6-7 tahun ketika terjadi ‘pengkristalisasian diri sendiri’ buku tidak lagi
menjadi ‘benda yang menarik’ tetapi lebih kepada ‘benda yang memberi ilmu’ yang
mempengaruhi perkembangan dan kemajuan kemampuan akademis sang anak, bahkan
dapat mempengaruhi perkembangan perilaku social dan emosional.
Child, Potter, dan Levine membuat sebuah analisis mengenai isi dari dunia ide
yang dihadapi oleh anak-anak dalam proses edukasi, dari sudut pandang efek
kemungkinan isi tersebut dalam motifasi mereka.
Dalam analisis ini mereka menganalisa 30 anak dengan tipe cerita yang mereka
sukai, karakter fiksi, perilaku yang diperhatikan, pertimbangan bertingkah laku, dan
sebab akibat dari tindakan. Didalamnya mereka menyimpulkan bahwa:
1. Ketika beberapa perilaku secara berurutan dilihat oleh anak sebagai jalan yang
menuju panghargaan atau hadiah, efek yang terjadi adalah meningkatnya peluang
anak tersebut untuk melakukan hal yang sama dimasa depan.
2. Sedangkan bila beberapa perilaku secara berurutan dilihat oleh anak sebagai jalan
yang menuju hukuman, anak akan berusaha lebih banyak menghindari kejadian
tersebut dimasa depan.
Kesemua hal itu dapat mereka ambil dari kesimpulan cerita-cerita yang mereka baca.
Perilaku yang paling sering dianggap memberi hadiah dan penghargaan adalah:
• Construction – menciptakan membeuat bahan materi atau intelektual.
• Sentience – kesenangan dalam mencari kesenangan sensorik.
• Elation – Kegembiraan, entusiasme, optimisme.
• Succorance – berusaha mencari perlindungan, simpati, bantuan dari orang lain.
• Affiliation – manifestasi dari persahabatan, niat baik, dan keinginan, untuk
melakukan sesuatu bersama orang lain
Universitas Kristen Petra
34
• Nurturance – ingin menolong dan kesediaan berkorban untuk membantu mahluk
yang mungkin membutuhkan pertolongan
• Achievement – ambisi untuk berhasil atau keinginan spesifik dalam hal yang
spesifik dalam segi fisik intelektual, dan keberhasilan sos ial
Sebaliknya tindakan yang dianggap hukuman adalah :
• Diasplays of temper – memeperlihatkan kemarahan
• Flagrant disobedience – ketidaktaatan berlebihan
• Verbal and physical aggression – agresi secara verbal dan fisik
• Rejection – penolakan, perasaan sebagai sesuatu yang berbeda sendiri,
ketidaknyamanan, atau memaki orang lain, tindakan menghindar dan
meninggalkan
• Infavoidance – kesadaran diri, rasa malu, dan pelecehan secara social
Sistem hadiah dan hukuman dalam cerita mencerminkan dan mendorong perilaku
budaya social didalam masyarakat kita. Secara umum materi yang diberikan dalam
buku cerita ‘memberikan kepada anak-anak pelajaran dimana anak-anak didorong
untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan menuju kebiasaan yang
dianggap lebih disukai didalam masyarakat.12
Dari hal ini dapat diketahui bahwa buku cerita bukan hanya sebagai benda yang
diberikan untuk menyenangkan hati anak dan dapat membantu anak berhenti untuk
membuat masalah, namun juga dapat menjadi media yang berpengaruh dalam
kehidupan mereka. Terutama pada usia 5-7 tahun dimana mereka belajar mengenai
diri sendiri dan dunia luar untuk pertama kalinya.
12 Musen, Conger, Kangan. Child Development and Personality, halaman 484-485