ii. landasan teori 2.1 pengertian pembelajarandigilib.unila.ac.id/1452/8/bab ii.pdf · ii. landasan...
TRANSCRIPT
II. LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses yang dilakukan oleh guru untuk membelajarkan siswa
dalam belajar, bagaimana memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan
dan sikap (Dimyati dan Mudjiono, 1994: 142). Menurut Karti Soeharto (1995:
23), pembelajaran berarti sebagai proses membuat orang belajar atau proses
manipulasi lingkungan untuk memberikan kedudukan belajar. Pendapat senada
dikemukakan oleh Abdul Majid (2007: 16), pembelajaran adalah suatu proses
yang dilakukan oleh para guru dalam membimbing, membantu, dan mengarahkan
peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar.
Dari beberapa pendapat di atas, penulis mengacu pada pendapat pembelajaran
adalah suatu proses yang dilakukan oleh para guru dalam membimbing,
membantu, dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar
(Abdul Majid, 2007: 16).
2.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh para guru dalam
membimbing, membantu, dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki
pengalaman belajar (Abdul Majid, 2007:16). Pembelajaran Bahasa Indonesia
diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi
8
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun
tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia
Indonesia. Hal ini relevan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
yang berlaku saat ini bahwa ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia
mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang
meliputi aspek-aspek seperti mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Keempat aspek bahasa tersebut dapat dibagi atas dua sifat perbuatan. Yang
pertama yang bersifat melahirkan (ekspresif), yaitu menulis dan berbicara. Yang
kedua yang bersifat menerima (repersif), yakni menyimak dan membaca (Atar
Semi, 1993: 101).
Menurut Atar Semi (1993:96), pembelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar
peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
(1) Membantu anak didik agar mampu berkomunikasi dengan bahasa Indonesia
secara efektif sesuai dengan potensi masing-masing dalam bentuk
pengamalisasian dan pengorganisasian ide.
(2) Membantu atu membimbing anak didik agar memperoleh kemampuan dalam
menyimak, berbicara, menulis, dan membaca.
(3) Memperkenalkan kepada anak didik karya sastra yang bernilai sehingga
mereka tertarik dan terdorong untuk membacanya.
(4) Memperluas pengalaman anak didik melalui mass media serta dapat
menyenanginya sehingga memperoleh manfaat terhadapnya terutama dapat
mengenal kondisi nasional dan internasional.
(5) Merangsang perhatian anak didik terhadap bahasa nasional serta
menumbuhkan apresiasi mereka yang baik dan mempunyai kemauan untuk
9
menggunakannya sehingga dapat mempercepat keterampilan mereka dalam
berbahasa Indonesia, sehingga memberi faedah bagi kelancaran mengikuti
bidang studi lain.
(6) Membimbing anak didik agar memiliki keberanian untuk menyatakan
pendapat serta memiliki kepercayaan kepada diri sendiri, sehingga mampu
berkomunikasi dengan baik dan benar dalam berbagai macam situasi.
(7) Membantu anak didik mengenal aturan bahasa Indonesia yang baik serta
mempunyai rasa tanggung jawab menggunakannya dalam berbahasa, baik
dalam bentuk ucapan maupun tulisan.
Pembelajaran Bahasa Indonesia pada dasarnya bertujuan membekali peserta didik
kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien dalam menggunakan bahasa
Indonesia baik secara lisan dan tulis. Apa pun kurikulumnya, guru Bahasa
Indonesia harus tetap berpegang pada tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia.
Guru perlu terus berusaha meningkatkan kemampuannya dan terus belajar untuk
memberikan yang terbaik bagi peserta didik. Guru perlu mengenal,
mempersiapkan diri, dan menyiasati Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) yang berlaku saat ini. Dengan demikian, guru akan dapat menghadapi dan
menanggulangi masalah-masalah yang muncul dalam proses pembelajaran bahasa
Indonesia.
Keberhasilan pembelajaran bahasa Indonesia erat kaitannya dengan kemampuan
guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran yang optimal serta evaluasi pembelajaran yang benar-benar mampu
mengukur kemampuan siswa. Sesuai kurikulum yang berlaku saat ini, guru tidak
10
lagi hanya bertindak sebagai penyaji informasi tetapi juga harus mampu bertindak
sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing yang lebih banyak memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mencari dan mengolah sendiri informasi.
2.2 Keterampilan Menulis
Keterampilan berbahasa mempunyai empat aspek diantaranya menyimak,
membaca, berbicara, dan menulis. Keempat aspek tersebut saling berkaitan.
Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambing-lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain
dapat membaca lambing grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan
gambaran grafik (Tarigan, 1994: 22).
Menulis yang dipandang sebagai kegiatan seseorang menempatkan sesuatu pada
sebuah dimensi ruang yang kosong adalah salah satu kemampuan seseorang
dalam menggunakan bahasa tulis. Menulis merupakan kegiatan penyampaian
pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai medianya.
2.3 Pengertian Kemampuan Menulis Petunjuk
Secara umum, kemampuan didefinisikan sebagai kesanggupan yang dimiliki oleh
seseorang. Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, atau kekuatan kita
berusaha dengan diri sendiri. Dalam penelitian ini kemampuan yang dimaksud
adalah kemampuan siswa dalam menulis petunjuk. Menulis ialah suatu kegiatan
penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat
atau medianya. Petunjuk dapat diartikan sebagai ketentuan yang memberi arah
atau bimbingan untuk menggunakan /melakukan sesuatu (Suharma, 2010:39).
11
Dari pemaparan diatas, dapat didefinisikan bahwa yang dimaksud dengan
kemampuan menulis petunjuk siswa dalam penelitian ini adalah kesanggupan
siswa dalam menyampaikan pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa
tulis.
2.4 Macam-macam Petunjuk
Macam-macam petunjuk adalah sebagai berikut.
1) Petunjuk Membuat Sesuatu
Petunjuk membuat sesuatu adalah arahan atau bimbingan yang harus
dilakukan untuk membuat sesuatu. Petunjuk membuat sesuatu biasanya
terdapat pada kemasan mie instan, agar-agar, susu, dan lain sebagainya.
2) Petunjuk Memakai Sesuatu
Petunjuk memakai sesuatu adalah arahan atau bimbingan yang harus
dilakukan untuk memakai sesuatu. Petunjuk memakai sesuatu biasanya
terdapat pada kemasan obat, produk kecantikan wanita, alat elektrinik, dan
lain sebagainya.
3) Petunjuk Melakukan Sesuatu
Petunjuk melakukan sesuatu adalah arahan atau bimbingan yang harus
dilakukan untuk melakukan sesuatu. Petunjuk melakukan sesuatu biasa juga
disebut dengan tips. Petunjuk melakukan sesuatu diantaranya cara belajar jitu
menghadapi ujian nasional,
4) Petunjuk Arah atau Denah
Petunjuk arah atau denah adalah arahan untuk menunjukkan suatu tempat atau
lokasi. Petunjuk arah atau denah biasanya terdapat pada undangan pernikahan,
undangan seminar, dan lain sebagainya.
12
2.5 Syarat-Syarat Petunjuk yang Baik
Berdasarkan pengertian petunjuk yang telah dikemukakan, kita ketahui bahwa
petunjuk itu harus bias memberikan arahan yang jelas. Oleh sebab itu, bahasa
yang digunakan dalam sebuah petunjuk pun tidak boleh menimbulkan banyak
penafsiran, sistematis, urutannya tepat, menggunakan bahasa yang lugas dan
efektif. Tarigan (1986:113) mengatakan syarat-syarat petunjuk yang baik, sebagai
berikut.
Petunjuk harus singkat agar mudah dipahami. Petunjuk harus pula tepat
agar tidak terjadi kesalahan menangkap atau memahami isi petunjuk.
Dekat dengan ketepatan, petunjuk harus tegas sehingga tidak meragukan
orang yang menggunakan petunjuk itu. Petunjuk yang singkat, tepat, tegas,
serta harus menunjang kejelasan. Pada akhirnya, petunjuk itu harus
memberikan kejelasan bagi para pemakainya.
Secara lebih konkret, Suwandi (2007:139) mengemukakan bahwa untuk dapat
menulis petunjuk dengan baik harus diperhatikan syarat-syarat petunjuk yang
baik, sebagai berikut.
1. Jelas, maksudnya petunjuk yang dibuat tidak membingungkan dan mudah
diikuti. Syarat kejelasan dalam petunjuk sebagai berikut.
a) Pilihan kata atau bahasa yang digunakan harus tepat.
b) Keruntutan uraian dan kejelasan uraian.
c) Menggunakan istilah-istilah yang lazim.
d) Bahasa yang digunakan tidak menimbulkan banyak penafsiran.
e) Menggunakan nomor urut untuk membedakan langkah yang satu dan
langkah yang lain.
f) Petunjuk dapat dilengkapi dengan unsure gambar.
13
2. Logis, maksudnya petunjuk harus urut dan berhubungan secara praktis
sehingga tidak menimbulkan salah langkah. Syarat kelogisan pada petunjuk
sebagai berikut.
a) Urutan penjelasan pada petunjuk harus logis dan tidak tumpang tindih.
b) Urutan penjelasan pada petunjuk harus berhubungan secara praktis
sehingga tidak akan menimbulkan salah langkah.
3. Singkat, maksudnya dalam membuat petunjuk kita hanya mencantumkan hal-
hal yang penting saja.
a) Hanya mencantumkan hal-hal penting saja.
b) Kata-kata atau kalimat yang digunakan tidak ada yang berulang, tetapi
sudah mencukupi keseluruhan proses yang dibutuhkan.
c) Penggunaan kata-kata yang fungsinya untuk memperindah petunjuk tidak
diperlukan.
2.6 Komponen Pembelajaran Bahasa Indonesia
Proses pembelajaran terdiri dari beberapa komponen yang saling berinteraksi dan
berinterelasi. Komponen-komponen tersebut meliputi tujuan, materi pelajaran,
metode atau strategi pembelajaran, media, dan evaluasi (Wina Sanjaya, 2006:59).
2.6.1 Pengembangan Kompetensi sebagai Tujuan Pembelajaran
Tujuan merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pembelajaran,
sebab seluruh aktivitas guru dan siswa diarahkan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Dengan mengetahui tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia secara
jelas dapat membantu menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia pada semua jenjang pendidikan adalah
14
membimbing anak didik agar mampu memfungsikan bahasa Indonesia dalam
berkomunikasi dengan segala aspeknya.
Tujuan pembelajaran sebaiknya mengandung unsur A, B, C, D yang berasal dari
empat kata. A = Audience, B = Behavior, C = Condition, D = Degree. Audience
adalah siswa yang akan belajar, Behavior adalah perilaku yang spesifik yang akan
dimunculkan oleh siswa setelah proses pembelajaran, Condition adalah kondisi
atau batasan yang dikenakan kepada siswa atau alat yang digunakan siswa pada
saat melakukan tes dan bukan pada saat pembelajaran, Degree adalah tingkat
keberhasilan siswa dalam mencapai perilaku tersebut (Suparman, 2005: 132).
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), tujuan pendidikan
dirumuskan dalam bentuk kompetensi. Kompetensi adalah perpaduan dari
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam
kebiasaan berfikir dan bertindak (Wina Sanjaya, 2008:131).
Menurut Wina Sanjaya (2008:131-132) terdapat beberapa aspek dalam setiap
kompetensi sebagai tujuan yang ingin dicapai, yaitu sebagai berikut.
a) Pengetahuan (Knowledge), yaitu kemampuan dalam bidang kognitif.
b) Pemahaman (Understanding), yaitu kedalaman pengetahuan yang dimiliki
setiap individu.
c) Kemahiran (Skill), yaitu kemampuan individu untuk melaksanakan secara
praktik tentang tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
d) Nilai (Value), yaitu norma-norma yang dianggap baik oleh setiap individu.
e) Sikap (Attitude), yaitu pandangan individu terhadap sesuatu.
15
f) Minat (Interest), yaitu kecenderungan individu untuk melakukan sesuatu
perbuatan.
Sesuai dengan aspek-aspek di atas, maka tampak bahwa kompetensi sebagai
tujuan itu bersifat kompleks. Arinya kurikulum berdasarkan kompetensi bertujuan
untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kecakapan, nilai, sikap dan
minat siswa agar mereka dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran dan
disertai rasa tanggung jawab. Dengan demikian, tujuan yang ingin dicapai dalam
kompetensi ini bukan hanya sekedar pemahaman akan materi pelajaran, akan
tetapi pemahaman dan penguasaan materi itu dapat memengaruhi cara bertindak
dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.
2.6.2 Mengembangkan Bahan atau Materi Pembelajaran
Bahan atau materi pelajaran adalah segala sesuatu yang menjadi isi kurikulum
yang harus dikuasai oleh siswa sesuai dengan kompetensi dasar dalam rangka
pencapaian standar kompetensi setiap mata pelajaran dalam satuan pendidikan
tertentu (Wina Sanjaya, 2008:141).
Materi pelajaran merupakan bagian penting dalam kegiatan pembelajaran. Hal
yang perlu diperhatikan dalam penyusunan materi adalah kebermanfaatan, alokasi
waktu, kesesuaian, ketetapan, situasi dan kondisi lingkungan masyarakat,
kemampuan guru, tingkat perkembangan peserta didik dan fasilitas. Menurut
Kunandar (2009: 265), kriteria untuk menyeleksi materi yang perlu diajarkan
adalah sebagai berikut.
a. Sahih (Valid), artinya materi yang akan dituangkan dalam pembelajaran
benar-benar telah teruji kebenaran dan kesahihannya.
16
b. Relevansi, artinya relevan atau sinkron antara materi pembelajaran dengan
kemampuan dasar yang ingin dicapai.
c. Konsistensi, artinya ada keajegan antara materi pembelajaran dengan
kemampuan dasar dan standar kompetensi.
d. Adequasi (kecukupan), artinya cakupan materi pembelajaran yang diberikan
cukup lengkap untuk tercapainya kemampuan dasar yang telah ditentukan.
e. Tingkat kepentingan, artinya dalam memilih materi perlu dipertimbangkan
pertanyaan berikut: sejauh mana materi tersebut penting dipelajari? penting
untuk siapa? dimana dan mengapa penting? Dengan demikian, materi yang di
pilih untuk diajarkan tentunya memang yang benar-benar diperlukan oleh
siswa.
f. Kebermanfaatan, artinya materi yang diajarkan benar-benar bermanfaat, baik
secara akademis maupun non-akademis. Bermanfaat secara akademis artinya
guru harus yakin bahwa materi yang diajarkan dapat memberikan dasar-dasar
pengetahuan dan keterampilan yang akan dikembangkan lebih lanjut pada
jenjang pendidikan selanjutnya. Bermanfaat secara non-akademis artinya
materi yang diajarkan dapat mengembangkan kecakapan hidup (life skill) dan
sikap yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
g. Layak dipelajari, artinya materi tersebut memungkinkan untudk dipelajari,
baik dari aspek tingkat kesulitannya maupun aspek kelayakannya terhadap
pemanfaatan bahan ajar dan kondisi setempat.
h. Menarik minat, artinya materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan
dapat memotivasi siswa untuk dipelajari lebih lanjut. Dengan kata lain, setiap
materi yang diberikan kepada siswa harus mampu menumbuhkembangkan
17
rasa ingin tahu sehingga memunculkan dorongan untuk mengembangkan
sendiri kemampuan mereka.
Secara umum materi pokok dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu
fakta, konsep, prinsip, dan prosedur (Kunandar, 2007:251). Keempat materi
pokok tersebut adalah sebagai berikut.
1. Materi jenis fakta adalah materi yang berupa nama-nama objek, tempat, orang,
lambing, peristiwa sejarah, bagian atau komponen suatu benda, dan
sebagainya.
2. Materi konsep berupa pengertian, definisi, dan hakikat.
3. Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus dan paradigma.
4. Materi jenis prosedur berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara
urut.
2.6.3 Mengembangkan Media dan Sumber Belajar
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses komunikasi yang didalamnya selalu
ada media sebagai alat yang akan membuat efektif dan efisien komunikasi
tersebut karena informasi yang disampaikan guru akan sampai kepada siswa
dengan tepat. Media sebagai teknologi pembawa pesan dapat dimanfaatkan untuk
keperluan pembelajaran.
Media dapat dikonsepsikan sebagai segala sesuatu yang dapat dimanipulasikan,
dipandang, didengar, ataupun dibicarakan untuk menyampaikan pesan tertentu
(Atar Semi, 1993: 57). Media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik
yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat
merangsang siswa untuk belajar (Azhar Arsyad, 2002: 4). Menurut Rossi dan
18
Breidle dalam Wina Sanjaya (2006: 163), mengemukakan bahwa media
pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai
tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya.
Dari beberapa pendapat di atas, penulis mengacu pada pendapat media
pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai
tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya
(Rossi dan Breidle dalam Wina Sanjaya, 2006: 163).
Menurut Wina Sanjaya (2008:211-212), media pembelajaran dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi tergantung dari sudut mana
melihatnya. Klasifikasi media pembelajaran itu adalah sebagai berikut.
1. Dilihat dari sifatnya, media dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai berikut.
a. Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar atau hanya
memiliki unsure suara, seperti radio dan rekaman suara.
b. Media visual, yaitu media yang hanya dapat diihat dan tidak
mengandung unsur suara.
Contoh : film slide, foto, transparasi, lukisan, gambar, dan berbagai
bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis dan lain sebagainya.
c. Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsure
suara juga mengandung unsure gambar, misalnya rekaman video.
2. Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dibedakan menjadi beberapa
jenis sebagai berikut.
a. Media yang dapat memiliki daya liput yang luas dan serentak seperti
radio dan televisi.
19
b. Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu
seperti film slide, film, video, dan lain sebagainya.
3. Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dibedakan menjadi beberapa
jenis sebagai berikut.
a. Media yang diproyeksikan seperti film, slide, film strip, transparansi,
dan lain sebagainya.
b. Media yang tidak diproyeksikan seperti gambar, foto, lukisan, radio,
dan lain sebagainnya.
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang ada di sekitar lingkungan kegiatan
belajar yang secara fungsional dapat digunakan untuk membantu optimalisasi
hasil belajar (Wina Sanjaya, 2008:228). Sesuai Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), implementasi pemanfaatan sumber belajar di dalam proses
pembelajaran yang efektif adalah proses pembelajaran yang menggunakan
berbagai ragam sumber belajar.
Wina Sanjaya (208:147-148), mengemukakan bahwa sumber materi pelajaran
yang dapat dimanfaatkan untuk proses pembelajaran dapat dikategorikan sebagai
berikut.
a) Tempat atau Lingkungan
Lingkungan merupakan sumber pelajaran yang sangat kaya sesuai dengan
tuntutan kurikulum. Ada dua bentuk lingkungan belajar, yaitu pertama
lingkungan atau tempat yang sengaja didesain untuk belajar siswa seperti
laboratorium, perpustakaan, ruang internet, dan lain sebagainya. Kedua,
lingkungan yang tidak didesain untuk proses pembelajaran akan tetapi
20
keberadaannya dapat dimanfaatkan, misalnya halaman sekolah, taman sekolah,
kantin, tempat parkir, dan lain sebagainya.
b) Orang atau Narasumber
Pengetahuan itu bersifat dinamis dan terus berkembang sangat cepat. Oleh karena
perkembangan yang sangat cepat tersebut, kadang-kadang apa yang disajikan
didalam buku teks tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan saat
ini. Misalnya peraturan atau undang-undang baru mengenai sesuatu atau
penemuan baru di bidang pengetahuan (berbagai penyakit, berbagai rekayasa
genetik). Hal-hal baru tersebut tidak sepenuhnya dipahami oleh guru. Maka untuk
memahami konsep baru, guru dapat menggunakan orang-orang yang lebih
menguasai persoalan misalnya dengan mengundang dokter atau polisi sebagai
narasumber.
c) Objek
Objek atau benda merupakan sumber informasi yang akan membawa siswa pada
pemahaman yang lebih sempurna tentang sesuatu. Mempelajari bahan pelajaran
dari benda yang sebenarnya bukan hanya dapat menghindari kesalahan persepsi
tentang isi pelajaran, akan tetapi juga dapat membuat pelajaran lebih akurat di
samping motivasi belajar siswa akan lebih baik.
d) Bahan Cetak atau Noncetak
Bahan cetak adalah berbagai informasi sebagai materi pelajaran yang disimpan
dalam berbagai bentuk tercetak seperti buku, majalah, koran, dan lain sebagainya.
Sedangkan bahan pelajaran noncetak adalah informasi sebagai materi pelajaran
yang disimpan dalam berbagai bentuk alat komunikasi elektronik yang biasanya
21
berfungsi sebagai media pembelajaran misalnya dalam bentuk kaset, CD, dan lain
sebagainya.
2.6.4 Mengembangkan Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah komponen yang juga mempunyai fungsi yang sangat
menentukan. Keberhasilan pencapaian tujuan sangat ditentukan oleh komponen
ini. Bagaimanapun lengkap dan jelasnya komponen lain, tanpa dapat
diimplementasikan melalui metode yang tepat, maka komponen-komponen
tersebut tidak akan memiliki makna dalam proses pencapaian tujuan. Oleh karena
itu setiap guru perlu memahami secara baik peran dan fungsi metode dalam
pelaksanaan proses pembelajaran.
Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara
optimal (Wina Sanjaya, 2006:147). Metode pembelajaran memegang peranan
yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar.
Metode pembelajaran dalam penerapan pembelajaran KTSP meliputi hal-hal
sebagai berikut.
1) Metode Ceramah
Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui
penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa (Wina
Sanjaya, 2006:147). Menurut Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain (2006:97),
metode ceramah adalah alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik
dalam proses belajar mengajar.
22
Kelebihan metode ceramah dalam pembelajaran meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Ceramah merupakan metode yang murah dan mudah untuk dilakukan.
Murah berarti proses ceramah tidak melakukan peralatan-peralatan yang
lengkap, sedangkan mudah berarti metode ceramah hanya mengandalkan
suara guru, dengan demikian tidak terlalu memerlukan persiapan yang
rumit.
b. Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas.
c. Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan.
d. Melalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas karena sepenuhnya
kelas merupakan tanggung jawab guru yang memberikan ceramah.
e. Organisasi kelas dengan menggunakan metode ceramah dapat diatur
menjadi lebih sederhana (Wina Sanjaya, 2006:148).
Kelemahan metode ceramah dalam pembelajaran meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas
pada apa yang dikuasai guru.
b. Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan
terjadinya verbalisme. Verbalisme adalah “penyakit” yang sangat mungkin
disebabkan oleh proses ceramah.
c. Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah
sering dianggap sebagai metode yang membosankan.
d. Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa
(Wina Sanjaya, 2006:148).
23
2) Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan dan
mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi, atau benda tertentu,
baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan (Wina Sanjaya, 2006:152). Menurut
Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain (2006:97), metode demonstrasi adalah
cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa
suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya
atau tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan.
Dalam proses demonstrasi, tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru
dan peran siswa hanya sekedar memerhatikan.
Kelebihan metode demonstrasi dalam kegiatan pembelajaran meliputi hal-hal
sebagai berikut.
a. Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari,
sebab siswa disuruh langsung memerhatikan bahan pelajaran yang
dijelaskan.
b. Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tidak hanya
mendengar tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
c. Dengan cara mengamati secara langsung, siswa akan memiliki kesempatan
untuk membaningkan secara teori dan kenyataan (Wina Sanjaya,
2006:152).
Kelemahan metode demonstrasi dalam kegiatan pembelajaran meliputi hal-hal
sebagai berikut.
a. Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang.
24
b. Metode demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang
memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan
yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah.
c. Metode demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang
khusus sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih professional (Wina
Sanjaya, 2006:153).
3) Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada
suatu permasalahan (Wina Sanjaya, 2006:154). Menurut Syaiful Bahri Djamarah
& Aswan Zain (2006:87), metode dskusi adalah cara penyajian pelajaran, di mana
siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau
pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama.
Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan,
menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk
membuat suatu keputusan (Killen dalam Wina Sanjaya, 2006:154).
Menurut Bridges dalam Wina Sanjaya (2006:155), dalam pelaksanaan metode
diskusi, guru harus mengatur kondisi agar: (1) setiap siswa dapat bicara
mengeluarkan gagasan dan pendapatnya; (2) setiap siswa harus saling mendengar
pendapat orang lain; (3) setiap siswa harus saling memberikan respons; (4) setiap
siswa harus saling dapat mengumpulkan atau mencatat ide-ide yang dianggap
penting; dan (5) melalui diskusi setiap siswa harus dapat mengembangkan
pengetahuannya serta memahami isu-isu yang dibicarakan dalam diskusi.
25
Kelebihan metode diskusi dalam kegiatan belajar mengajar meliputi hal-hal
sebagai berikut.
a. Metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya
dalam memberikan gagasan dan ide-ide.
b. Dapat melatih untuk membiasakan diri berukar pikiran dalam mengatasi
setiap permasalahan.
c. Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan
secara verbal (Wina Sanjaya, 2006:156).
Kelemahan metode diskusi dalam kegiatan belajar mengajar meliputi hal-hal
sebagai berikut.
a. Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh dua atau tiga orang
yang memiliki keterampilan berbicara.
b. Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan
menjadi kabur.
c. Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai
dengan yang direncanakan.
d. Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional
yang tidak terkontrol (Wina Sanjaya, 2006:156).
4) Metode Simulasi
Simulasi adalah cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi
tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu (Wina
Sanjaya, 2006:159). Menurut Atar semi (1993:121), metode simulasi adalah
metode mengajar dengan memberikan tugas kepada siswa untuk meniru suatu
aspek kehidupan nyata.
26
Kelebihan metode simulasi dalam kegiatan belajar mengajar meliputi hal-hal
sebagai berikut.
a. Simulasi dapat dijadikan bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang
sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun
menghadapi dunia kerja.
b. Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa.
c. Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.
d. Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam
menghadapi berbagai situasi social yang problematis.
e. Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran
(Wina Sanjaya, 2006:160).
Kelemahan metode simulasi dalam kegiatan belajar mengajar meliputi hal-hal
sebagai berikut.
a. Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai
dengan kenyataan di lapangan.
b. Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai alat
hiburan sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.
c. Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering memengaruhi siswa
dalam melakukan simulasi (Wina Sanjaya, 2006:160).
5) Metode Tugas atau Resitasi
Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan dimana guru
memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar (Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswan Zain, 2006:85). Metode ini diberikan karena dirasakan
bahan pelajaran terlalu banyak, sementara waktu sedikit.
27
Kelebihan metode tugas dalam embelajaran meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual atau
kelompok.
b. Dapat mengembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan guru.
c. Dapat membna tanggung jawab dan disipin siswa (Syaiful Bahri Djamarah
dan Aswan Zain, 2006:87).
Kekurangan metode tugas dalam pembelajaran meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Siswa sulit dikontrol, apakah benar ia mengerjakan tugas ataukah orang
lain.
b. Khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan
menyelesaikannya adalah anggta kelompok tertentu saja, sedangkan
anggota lainnya tidak berpartisipasi dengan baik.
c. Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu
siswa.
d. Sering memberikan tugas yang monoton (tidak bervariasi) dapat
menimbulkan kebosanan siswa (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain,
2006:87).
6) Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan
yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa
kepada guru (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2006:85).
Kelebihan metode tanya jawab dalam pembelajaran meliputi hal-hal sebagai
berikut.
28
a. Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa.
b. Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya pikr,
termasuk daya ingatan.
c. Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan
mengemukakan pendapat (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain,
2006:88).
Kelemahan metode tanya jawab dalam pembelajaran meliputi hal-hal sebagai
berikut.
a. Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan
mudah dipahami siswa.
b. Waktu sering banyak terbuang, terutama apabila siswa tidak dapat
menjawab pertanyaan sampa dua atau tiga orang.
c. Dalam jumlah siswa yang banyak, tidak mungkin cukup waktu untuk
memberikan pertanyaan kepada setiap siswa (Syaiful Bahri Djamarah dan
Aswan Zain, 2006:88).
2.6.5 Mengembangkan Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi adalah proses sistematis pengumpulan informasi (angka, deskripsi
verbal), analisis, dan interpretasi informasi untuk memberikan keputusan terhadap
kadar hasil kerja (Mansur Muslich, 2007:78). Evaluasi bertujuan untuk melihat
kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pelajaran yang telah
dipelajari sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dengan demikian, kegiatan
evaluasi merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi oleh guru
untuk pemberian keputusan terhadap hasil belajar siswa berdasarkan tahapan
29
kemajuan belajarnya sehingga didapatkan potret atau profil kemampuan siswa
sesuai dengan kompetensi dasar yang dittapkan dalam kurikulum (Mansur
muslich, 2007:78).
Evaluasi merupakan komponen terkhir dalam sistem proses pembelajaran.
Evaluasi bukan saja berfungsi untuk melihat keberhasilan siswa dalam proses
pembelajaran tetapi juga berfungsi sebagai umpan balik bagi guru atas kinerjanya
dalam pengelolaan pembelajaran. Evaluasi pencapaian belajar siswa tidak hanya
menyangkut aspek kognitif, tetapi juga mengenai aplikasi atau performance,
aspek afektif yang mnyangkut sikap serta internalisasi nilai-nilai yang perlu
ditanamkan dan dibina melalui mata pelajaran yang telah diberikan.
2.7 Tahapan Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran Bahasa Indonesia terbagi kedalam tiga tahapan yang meliputi
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.
2.7.1 Perencanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia Sesuai KTSP
Perencanaan pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu faktor
instrumental yang akan ikut menentukan keberhasilan siswa dalam kegiatan
belajar mengajar. Rencana adalah suatu rancangan atau konsep yang akan
dilakukan. Rencana yang dibuat oleh seorang guru adalah rancangan atau konsep
yang telah dibuat sebelum melakukan pembelajaran di sekolah. Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran
mata pelajaran per unit yang akan ditetapkan guru dalam pembelajaran di kelas
(Mansur Muslich, 2007:45). Pendapat serupa dikemukakan oleh Kunandar
(2007:262), RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan
pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang
30
ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Endah Sulistyowati
(2012:112) menyatakan bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
merupakan rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian
pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yangdalam Standar Isi dan
telah dijabarkan dalam silabus. Lingkup RPP paling luas mencakup 1 (satu)
kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu)
kali pertemuan atau lebih (Permendiknas No.41,2007).
Tujuan pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran adalah untuk
mempermudah, memperlancar dan meningkatkan hasil proses belajar mengajar
dan memudahkan guru akan mampu melihat, mengamati, menganalisis, dan
memprediksi program pembelajaran sebagai kerangka kerja yang logis dan
terencana (Kunandar, 2007:263). Fungsi rencana pembelajaran adalah sebagai
acuan bagi guru untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar (kegiatan
pembelajaran) agar lebih terarah dan berjalan secara efektif dan efisien
(Kunandar, 2007:263). Oleh karena itu, rencana pelaksanaan pembelajaran
hendaknya bersifat luwes (fleksibel) dan memberi kemungkinan bagi guru untuk
menyesuaikan dengan respons siswa dalam proses pembelajaran sesungguhnya.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun berdasarkan silabus yang telah
dikembangkan oleh sekolah. Secara umum, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
tersusun atas : (1) identitas mata pelajaran; (2) standar kompetensi; (3) kompetensi
dasar; (4) indikator pencapaian kompetensi; (5) tujuan pembelajaran; (6) materi
pembelajaran; (7) alokasi waktu; (8) metode pembelajaran; (9) langkah-langkah
31
kegiatan pembelajaran; (10) penilaian hasil belajar; (11) sumber belajar (Endah
Sulistyowati, 2012:112).
Beberapa komponen RPP tersebut akan dijabarkan sebagai berikut.
1. Identitas Mata Pelajaran
Identitas mata pelajaran meliputi satuan pendidikan, kelas, semester, mata
pelajaran, dan jumlah pertemuan.
2. Standar Kompetensi
Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik
yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan pengetahuan yang
diharapkan dapat dicapai pada setiap kelas dan semester pada suatu mata
pelajaran.
3. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta
didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator
kompetensi dalam suatu mata pelajaran.
4. Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur atau diobservasi
untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi
acuan penilaian mata pelajaran.
5. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang
diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
32
6. Materi Ajar
Materi ajar memuat fakta, prinsip, konsep, dan prosedur yang relevan dan
ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian
kompetensi.
7. Alokasi Waktu
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan
beban belajar.
8. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar dan
indikator yang ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan
dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap
indikator dan kompetensi yang hendak dicapai dalam setiap mata pelajaran.
9. Kegiatan Pembelajaran
a. Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan
pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan
memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam
proses pembelajaran
b. Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD.
Kegiatan pembelajaran diakukan sesuai dengan prinsip PAIKEM, yaitu
pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Dalam
kegiatan inti terdiri dari 3 tahap yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
33
Pada tahap eksplorasi, siswa difasilitasi untuk memperoleh pengetahuan
dan keterampilan dan mengembangkan sikap melalui kegiatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pada tahap elaborasi, siswa diberi
peluang untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan serta sikap
lebih lanjut melalui sumber-sumber dan kegiatan-kegiatan pembelajaran
lainnya. Sehingga pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa lebih luas
dan dalam. Pada tahap konfirmasi, siswa memperoleh umpan balik atas
kebenaran dan kelayakan dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
diperoleh oleh siswa.
c. Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktifitas
pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau
kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.
10. Penilaian Hasil Belajar
Prosedur dan instrument penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan
indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada standar penilaian.
11. Sumber Belajar
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sumber dalam
proses belajar mengajar. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar
kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran,
dan indikator pencapaian kompetensi.
2.7.2 Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia Sesuai KTSP
Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh para guru dalam
membimbing, membantu, dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki
34
pengalaman belajar (Abdul Majid, 2007: 16). Dalam pelaksanaan pembelajaran,
tugas guru yang paling penting adalah mengkondisikan lingkungan agar
menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Menurut Djahiri
dalam Kunandar (2007:287), prinsip utama dalam pelaksanaan pembelajaran
adalah adanya proses keterlibatan seluruh atau sebagian besar potensi diri siswa
dan kebermaknaan bagi diri dan kehidupannya saat ini dan di masa yang akan
datang.
Pelaksanaan pengajaran yang baik sangat dipengaruhi oleh perencanaan yang baik
pula. Pengajaran berintikan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses
belajar-mengajar. Proses belajar-mengajar merupakan dua hal yang berbeda tetapi
membentuk satu-kesatuan. Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
siswa, sedangkan mengajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru. Agar
pelaksanaan pembelajaran berjalan efisien dan efektif maka diperlukan
perencanaan yang tersusun secara sistematis, dengan proses belajar-mengajar
yang lebih bermakna dan mengaktifkan siswa serta dirancang dalam skenario
yang jelas (Ibrahim dan Nana Syaodih, 1996: 31).
Proses pembelajaran merupakan pelaksanaan dari segala sesuatu yang tertuang
dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Dalam hal ini
guru mengeksplorasi diri dalam upaya membantu siswa memiliki kemahiran
berbahasa Indonesia. Walau pada hakikatnya peranan RPP yang telah disusun
merupakan separoh dari keberhasilan pembelajaran namun berhasil atau tidaknya
RPP tersebut juga ditentukan oleh kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru.
35
Kegiatan belajar mengajar dirancang dengan mengikuti prinsip-prinsip khas yang
edukatif, yaitu kegiatan yang berfokus pada kegiatan aktif siswa dalam
membangun makna atau pemahaman. Dengan demikian, dalam kegiatan belajar-
mengajar guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan
otoritas atau haknya dalam membangun gagasan. Tanggung jawab belajar tetap
berada pada diri siswa, dan guru hanya bertanggung jawab untuk menciptakan
situasi yang mendorong prakarsa, motivasi, dan tanggung jawab siswa untuk
belajar secara berkelanjutan.
Pembelajaran sesuai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan perlu memperhatikan
hal-hal sebagai berikut.
1) Pembelajaran harus lebih menekankan pada praktik, baik di laboratorium
maupun di masyarakat dan dunia kerja. Oleh karena itu, guru harus
mampu memilih serta menggunakan strategi dan metode pembelajaran
yang memungkinkan peserta didik mempraktikkan segala sesuatu yang
telah dipelajari.
2) Pembelajaran harus dapat menjalin hubungan sekolah dengan masyarakat.
Oleh karena itu, setiap guru harus mampu dan jeli melihat setiap potensi
masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai sumber belajar dan menjadi
penghubung antara sekolah dan lingkungannya.
3) Perlu dikembangkan iklim pembelajaran yang demokratis dan terbuka
melalui pembelajaran terpadu, partisipatif, dan sebagainya.
4) Pembelajaran perlu lebih ditekankan pada masalah-masalah actual yang
secara langsung berkaitan dengan kehidupan nyata yang ada di
masyarakat.
36
5) Perlu dikembangkan suatu model pembelajaran “moving class” untuk
setiap bidang studi.
2.7.3 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia Sesuai KTSP
Menurut Ralph Tyler dalam Suharsimi Arikunto (2005:3) evaluasi merupakan
sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa
dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Pendapat senada dikemukakan
oleh Mansur Muslich (2007:78), evaluasi adalah proses sistematis pengumpulan
informasi (angka, deskripsi verbal), analisis, dan interpretasi informasi untuk
memberikan keputusan terhadap kadar hasil kerja.
Evaluasi belajar bertujuan untuk melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal
penguasaan materi pelajaran yang telah dipelajari sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Dengan demikian, kegiatan evaluasi merupakan proses pengumpulan
dan penggunaan informasi oleh guru untuk pemberian keputusan terhadap hasil
belajar siswa berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya sehingga didapatkan
potret atau profil kemampuan siswa sesuai dengan kompetensi dasar (Mansur
muslich, 2007:78).
Evaluasi dapat dilakukan terhadap program, proses, dan hasil belajar. Evaluasi
program bertujuan untuk menilai efektifitas program yang dilaksanakan. Evaluasi
proses bertujuan untuk mengetahui aktivitas dan partisipasi peserta didik dalam
pembelajaran. Evaluasi hasil belajar bertujuan untuk mengetahui hasil belajar atau
pembentukan kompetensi peserta didik.
37
Terdapat beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan di dalam menyusun tes
hasil belajar agar tes tersebut benar-benar dapat mengukur tujuan pembelajaran
yang telah diajarkan, atau mengukur kemampuan dan atau keterampilan siswa
yang diharapkan setelah siswa menyelesaikan suatu unit pengajaran tertentu.
Menurut Ngalim Purwanto (2008: 2) terdapat beberapa prinsip dasar penyusunan
tes hasil belajar meliputi:
1. Bentuk tes hendaknya dapat mengukur secara jelas hasil belajar yang telah
ditetapkan sesuai dengan tujuan instruksional. Tujuan merupakan landasan dan
sekaligus sebagai penentu criteria penilaiannya. Jika tujuan tidak jelas, maka
penilaian terhadap hasil belajar pun tidak akan terarah sehingga akhirnya hasil
penilaian tidak mencerminkan isi pengetahuan atau keterampilan siswa yang
sebenarnya.
2. Mengukur sampel yang representative dari hasil belajar dan bahan pelajaran
yang telah diajarkan. Maksudnya, dalam rangka mengevaluasi hasil belajar
siswa guru dapat mengambil beberapa sampel hasil belajar yang dianggap
penting dan dapat mewakili seuruh performance yang telah diperoleh selama
mengikuti kegiatan belajar mengajar. Tes yang disusun sebaiknya mencakup
soal-soal yang dianggap dapat mewakili seluruh performance hasil belajar
siswa sesuai dengan tujuan instruksional yang telah dirumuskan. Mencakup
bermacam-macam bentuk soal yang benar-benar cocok untuk mengukur hasil
belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan.
3. Mencakup bermacam-macam bentuk soal yang benar-benar cocok untuk
mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan.
38
4. Dibuat seandal mungkin sehingga mudah diintreprestasikan dengan baik. Suatu
alat evaluasi dikatakan andal (reliable) jika alat tersebut dapat menghasilkan
suatu gambaran (hasil pengukuran) yang benar-benar dapat dipercaya.
5. Digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru.
Penyusunan dan penyelenggaraan tes hasil belajar yang dilakukan guru, di
samping untuk mengukur sampai dimana keberhasilan siswa dalam belajar,
sebaiknya dipergunakan pula untuk mencari informasi yang berguna untuk
memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru itu sendiri.
Evaluasi berbasis kelas mengacu pada kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP). Evaluasi berbasis kelas berorientasi pada kompetensi yang ingin dicapai
dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Ketercapaian pembelajaran mengacu
pada patokan tertentu dan ketuntasan belajar. Terdapat berbagai bentuk dan teknik
yang biasa dilakukan dalam evaluasi kelas, yaitu evaluasi kinerja (performance),
evaluasi penugasan (proyek/project), evaluasi hasil kerja (produk/product),
evaluasi tes tertulis (paper/pen), evaluasi portofolio (portfolio), dan evaluasi sikap
(Mansur Muslich, 2007:80).
1. Evaluasi Kinerja
Evaluasi kinerja adalah evaluasi berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap
aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Evaluasi ini biasanya digunakan untuk
menilai kemampuan siswa dalam berpidato, pembacaan puisi, diskusi, pemecahan
masalah, partisipasi siswa dalam diskusi, menari, memainkan alat music, aktivitas
olahraga, menggunakan peralatan laboratorium, dan mengoperasikan suatu alat.
39
2. Evaluasi Penugasan
Evaluasi penugasan adalah evaluasi untuk mendapatkan gambaran kemampuan
menyeluruh secara kontekstual mengenai kemampuan siswa dalam menerapkan
konsep dan pemahaman mata pelajaran tertentu. Evaluasi terhadap suatu tugas
yang mengandung investigasi harus selesai dalam waktu tertentu. Investigasi
dalam penugasan memuat tahapan : perencanaan, pengumpulan data, pengolahan
data, dan penyajian data.
3. Evaluasi Hasil Kerja
Evaluasi hasil kerja adalah evaluasi yang dilakukan terhadap siswa dalam
mengontrol proses dan memanfaatkan/menggunakan bahan untuk menghasilkan
sesuatu, kerja praktik atau kualitas estetik dari sesuatu yang mereka produksi.
4. Evaluasi Tes Tertulis
Evaluasi secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Tes tertulis merupakan tes di
mana soal dan jawaban yang diberikan kepada siswa dalam bentuk tulisan. Dalam
menjawab soal, siswa tidak selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi
dapat jugu dalam bentuk yang lain seperti member tanda, mewarnai, menggambar,
dan sebagainya.
Dari berbagai alat evaluasi tertulis, tes memilih jawaban benar salah-salah, isian
singkat, dan menjodohkan merupakan alat yang hanya menilai kemampuan
berfikir rendah, yaitu kemampuan mengingat (pengetahuan). Tes pilihan ganda
dapat digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan memahami. Pilihan
ganda mempunyai kelemahan, yaitu siswa tidak mengembangkan sendiri
jawabannya tetapi cenderung hanya memilih jawaban yang benar dan jika siswa
40
tidak mengetahui jawaban yang benar maka siswa akan menerka. Alat penilaian
ini kurang dianjurkan pemakaiannya dalam penilaian kelas karena tidak
menggambarkan kemampuan siswa.
Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut siswa untuk
mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya dalam bentuk uraian
tertulis dengan menggunakan kata-kata sendiri. Alat ini mempunyai kelemahan
diantaranya materi yang ditanyakan terbatas.
5. Evaluasi Portofolio
Portofolio adalah kumpulan karya (hasil kerja) seorang siswa dalam periode
tertentu. Portofolio dapat digunakan untuk menilai perkembangan kemampuan
siswa. Karya-karya yang dapat dikumpulkan dalam evaluasi portofolio
pembelajaran bahasa Indonesia antara lain sebagai berikut.
a. Puisi
b. Karangan
c. Naskah pidato
d. Naskah drama
e. Esai dan lain sebagainya.
6. Evaluasi Sikap
Evaluasi terhadap perilaku dan keyakinan siswa terhadap suatu objek, fenomena,
atau masalah. Evaluasi ini dapat dilakukan dengan cara, antara lain:
Observasi perilaku, misalnya tentang kerja sama, inisiatif, dan perhatian.
Pertanyaan langsung, misalnya tanggapan terhadap tata tertib sekolah.
41
Laporan pribadi, misalnya menulis karangan tentang “ lingkungan
sekitar”.
Menurut Kunandar (2007:270), jenis evaluasi yang dapat digunakan dalam
evaluasi berbasis KTSP, antara lain sebagai berikut.
a. Kuis, bentuknya berupa isian singkat menanyakan hal-hal yang bersifat prinsip.
Biasanya dilakukan sebelum mata pelajaran dimulai, kurang lebih 15 menit.
Kuis dilakukan untuk mengungkap kembali penguasaan pelajaran oleh siswa.
b. Pertanyaan lisan dikelas, yaitu pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru
dengan tujuan memperkuat pemahaman terhadap konsep, prinsip, atau teori.
Teknik bertanya yang baik adalah mengajukan pertanyaan dengan singkat dan
tegas, memberi waktu selang, kemudian memilih siswa secara acak untuk
menjawab.
c. Ulangan harian, adalah ujian yang dilakukan setiap saat, misalnya 1 atau 2
materi pokok selesai diajarkan. Bntuk soal yang digunakan sebaiknya berupa
uraian objektif atau nonobjektif.
d. Tugas individu, yaitu tugas yang diberikan kapan saja, biasanya untuk
memperkaya materi pembelajaran, atau persiapan program-program
pembelajaran tertentu.
e. Tugas kelompok, yaitu tugas yang dikerjakan secara kelompok (5-7 siswa).
Jenis tagihan ini digunakan untuk menilai kemampuan kerja sama di dalam
kelompok. Bentuk soal yang digunakan adalah uraian bebas.
f. Ujian sumatif, yaitu ujian yang dilaksanakan setiap satu standar kompetensi
atau beberapa satuan kompetensi dasar. Bentuk soal yang dipakai dalam ujian
sumatif atau semester sebaiknya berupa tes objektif dengan seluruh variasinya.
42
2.8 Tugas dan Peranan Guru dalam Pembelajaran
Menurut Wina Sanjaya (2006:21-33) dalam pelaksanaan pembelajaran, guru
memiliki beberapa peran penting sebagai berikut.
1. Guru sebagai Sumber Belajar
Peran guru sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi
pembelajaran. Dikatakan guru yang baik manakala ia dapat menguasai materi
pelajaran dengan baik sehingga ia benar-benar berperan sebagai sumber belajar
bagi anak didiknya. Sebaliknya, dikatakan guru yang kurang baik manakala ia
tidak paham mengenai materi yang diajarkan.
Sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran hendaknya guru melakukan
hal-hal sebagai berikut.
a. Sebaiknya guru memiliki bahan referensi yang lebih banyak dibandingkan
dengan siswa.
b. Guru dapat menunjukkan sumber belajar yang dapat dipelajari oleh siswa
yang biasanya memiliki kecepatan belajar di atas rata-rata siswa yang lain.
c. Guru perlu melakukan pemetaan materi pembelajaran. Hal tersebut akan
memudahkan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai sumber belajar.
2. Guru sebagai Fasilitator
Sebagai fasilitator, guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk
memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Agar dapat
melaksanakan peran sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, ada beberapa
hal yang harus dipahami, khususnya hal-hal yang berhubungan dengan
pemanfaatan berbagai media dan sumber pembelajaran.
43
a. Guru perlu memahami berbagai jenis media dan sumber belajar beserta fungsi
masing-masing media tersebut.
b. Guru perlu mempunyai keterampilan dalam merancang suatu media
pembelajaran.
c. Guru dituntut untuk mampu mengorganisasikan berbagai jenis media
pembelajaran serta dapat memanfaatkan berbagai sumber belajar.
d. Sebagai fasilitator, guru dituntut agar mempunyai kemampuadn dalam
berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa. Kemampuan berkomunikasi
secara efektif dapat memudahkan siswa dalam menangkap pesan yang
disampaikan oleh guru.
3. Guru sebagai Pengelola
Sebagai pengelola pembelajaran, guru berperan dalam menciptakan iklim belajar
yang memungkinkan siswa dapat belajar dengan nyaman. Melalui pengelolaan
kelas yang baik, guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya
proses belajar seluruh siswa.
4. Guru sebagai Demonstrator
Peran guru sebagai demonstrator adalah peran untuk mempertunjukkan kepada
siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami
setiap pesan yang disampaikan.
5. Guru sebagai Pembimbing
Guru sebagai seorang pembimbing adalah menjaga, mengarahkan, dan
membimbing agar siswa tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi, minat,
dan bakatnya.
44
6. Guru sebagai Motivator
Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang
sangat penting. Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai
motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar
siswa. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif
membangkitkan motivasi belajar siswa. Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam
menumbuhkan motivasi siswa diantaranya (1) memperjelas tujuan yang ingin
dicapai, (2) membangkitkan minat siswa, (3) ciptakan suasana yang
menyenangkan dalam belajar, (4) berilah pujian yang wajar terhadap setiap
keberhasilan siswa, (5) berikan penilaian, (6) berilah komentar terhadap hasil
pekerjaan siswa, dan (7) ciptakan persaingan dan kerja sama.
7. Guru sebagai Evaluator
Sebagai evaluator, guru berperan mengumpulkan data atau informasi tentang
keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Fungsi guru debagai evaluator
adalah untuk menetukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang
ditentukan dan menentukan keberhasilan guru dalam melaksanakan seluruh
kegiatan yang telah diprogramkan.
Dalam pembelajaran ada beberapa keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang
guru. Keterampilan dasar mengajar bagi guru diperlukan agar guru dapat
melaksanakan perannya dalam pengelolaan proses pembelajaran sehingga
pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien. Wina Sanjaya (2006: 33-
47) mengemukakan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru
sebagai berikut.
45
1. Keterampilan Dasar Bertanya
Keterampilan bertanya bagi seorang guru merupakan keterampilan yang sangat
penting. Sebab melalui keterampilan ini guru dapat menciptakan suasana
pembelajaran yang lebih bermakna. Para ahli percaya pertanyaan yang baik
memiliki dampak yang positif terhadap siswa, diantaranya:
a. Dapat meningkatkan partisipasi siswa secara penuh dalam proses
pembelajaran.
b. Dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, sebab berfikir pada
hakikatnya adalah bertanya.
c. Dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa serta menuntun siswa untuk
menentukan jawaban.
d. Memusatkan siswa pada masalah yang sedang dibahas.
Beberapa teknik bertanya atau menerima jawaban dari pertanyaan yang diajukan
meliputi sebagai berikut.
a. Tunjukkan keantusiasan dan kehangatan
Keantusiasan dan kehangatan adalah cara guru mengekspresikan pertanyaan atau
menjawab pertanyaan misalnya bahasa yang digunakan tidak terkesan
memojokkan siswa, mimic atau wajah yang hangat dan tidak terkesan tegang
tetapi akrab dan bersahabat dengan sedikit senyuman, serta tidak mencibir dan
melototi siswa.
b. Berikan waktu secukupnya kepada siswa untuk berfikir
Salah satu kelemahan guru adalah ketidaksabaran untuk segera menemukan
jawaban yang sesuai dengan harapan guru. Guru sering menjawab sendiri
46
pertanyaan yang diajukan sehingga pertanyaan yang diajukan tidak memiliki
makna untuk membelajarkan siswa. Oleh karena itu, guru perlu memberikan
waktu yang cukup untuk siswa menemukan jawaban atas pertanyaan yang
diajukan.
c. Atur lalu lintas tanya jawab
Dalam proses pembelajaran, guru harus mampu mengatur lalu lintas tanya jawab
supaya pertanyaan yang diajukan dapat bermakna dalam membelajarkan siswa.
Siswa tidak berebut menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru sehingga tidak
didapatkan jawaban yang efektif. Hal ini dapat dilakukan dengan cara setelah guru
memberikan pertanyaan, aturlah siapa yang pantas memberikan jawaban dan
meminta siswa lain untuk menyimak dan memberikan komentar.
d. Hindari pertanyaan ganda
Pertanyaan ganda adalah pertanyaan yang mengharapkan beberapa jawaban
sekaligus. Pertanyaan semacam ini akan membingungkan siswa sehingga akan
mengganggu proses berpikir siswa karena tidak fokus terhadap pertanyaan yang
diajukan.
2. Keterampilan Dasar Memberikan Reinforcement
Keterampilan dasar penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons yang
merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa.
Hal tersebut bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi siswa
atas perbuatan atau respons yang diberikan sebagai suatu dorongan atau koreksi.
Fungsi keterampilan penguatan (reinforcement) adalah untuk memberikan
47
ganjaran kepada siswa sehingga siswa akan berbesar hati dan meningkatkan
partisipasinya dalam setiap proses pembelajaran.
Ada dua jenis penguatan yang dapat diberikan oleh guru, yaitu penguatan verbal
dan nonverbal.
a. Penguatan Verbal
Penguatan verbal adalah penguatan yang diungkapkan dengan kata-kata, baik
kata-kata pujian dan penghargaan atau kata-kata koreksi.
b. Penguatan Nonverbal
Penguatan nonverbal adalah penguatan yang diungkapkan melalui bahasa isyarat.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan penguatan agar
penguatan tersebut dapat meningkatkan motivasi pembelajaran.
a. Kehangatan dan Keantusiasan
Saat guru memberikan penguatan, tunjukkan sikap yang hangat dan antusias
bahwa penguatan itu benar-benar diberikan sebagai balasan atas respons yang
diberikan siswa.
b. Kebermaknaan
Yakinkan pada diri siswa bahwa penguatan yang diberikan guru adalah penguatan
yang wajar sehingga benar-benar bermakna bagi siswa.
48
c. Gunakan Penguatan yang Bervariasi
Penguatan yang sejenis dan dilakukan secara berulang-ulang dapat menimbulkan
kebosanan sehingga tidak efektif lagi untuk membangkitkan motivasi belajar
siswa. Oleh sebab itu, penguatan perlu dilakukan dengan teknik yang bervariasi.
d. Berikan penguatan dengan Segera
Penguatan perlu diberikan segera setelah muncul respons atau tingkah laku
tertentu. Penguatan yang ditunda pemberiannya tidak akan efektif lagi dan tidak
bermakna.
3. Keterampilan Variasi Stimulus
Variasi stimulus adalah keterampilan guru untuk menjaga agar iklim pembelajaran
tetap menarik perhatian, tidak membosankan sehingga siswa menunjukkan sikap
antusias dan ketekunan, penuh gairah, dan berpartisipasi aktif dalam setiap
langkah kegiatan pembelajaran.
Ada tiga jenis variasi stimulus yang dapat dilakukan guru, yaitu sebagai berikut.
a. Variasi pada saat bertatap muka atau melaksanakan proses
pembelajaran.
Untuk menjaga agar proses pembelajaran tetap kondusif, ada beberapa teknik
yang dapat dilakukan sebagai berikut.
1) Penggunaan Variasi Suara
Dalam suatu proses pembelajaran dapat terjadi kurangnya perhatian siswa
disebabkan oleh suara guru. Guru yang baik akan terampil mengatur volume
suaranya sehingga pesan akan mudah ditangkap dan dipahami oleh seluruh siswa.
49
Guru juga harus mampu mengatur irama suara sesuai dengan isi pesan yang akan
disampaikan. melalui intonasi dan pengaturan suara yang baik dapat membantu
siswa bergairah dalam belajar, sehingga proses pembelajaran tidak membosankan.
2) Pemusatan Perhatian
Memusatkan perhatian siswa pada hal-hal yang dianggap penting dapat dilakukan
oleh guru untuk memfokuskan perhatian siswa. Guru harus mampu melakukan
sesuatu yang dapat menarik perhatian siswa sehingga focus pada pembelajaran
yang sedang dilaksanakan.
3) Kebisuan Guru
Ada kalanya guru dituntut untuk tidak berkata apa-apa. Teknik ini dapat
digunakan untuk menarik perhatian siswa. Oleh sebab itu, teknik “diam” dapat
digunakan sebagai alat untuk menstimulasi ketenangan dalam belajar.
4) Mengadakan Kontak Pandang
Setiap siswa membutuhkan perhatian dan penghargaan. Guru yang baik akan
memberikan perhatian kepada siswa melalui kontak mata. Kontak mata yang
terjaga terus menerus dapat menumbuhkan kepercayaan dari diri siswa.
5) Gerak Guru
Gerakan-gerakan guru di dalam kelas dapat menjadi daya tarik tersendiri untuk
merebut perhatian siswa. Guru yang baik akan terampil mengekspresikan wajah
sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan. gerakan-gerakan guru dapat
membantu untuk kelancaran komunikasi sehingga pesan yang disampaikan mudah
dipahami dan diterima oleh siswa.
50
b. Variasi dalam menggunakan alat/media pembelajaran.
Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Guru yang baik harus mampu
berkomunikasi atau menyampaikan pesan kepada peserta didik dengan baik
sehingga pesan dapat diterima secara utuh. Untuk menunjang terjadinya
komunikasi yang baik, guru perlu menggunakan variasi dalam penggunaan
media/alat pembelajaran. Secara umum terdapat tiga bentuk media, yaitu media
yang dapat dilihat, media yang dapat didengar, dan media yang dapat diraba.
Untuk dapat mempertinggi perhatian siswa, guru perlu menggunakan setiap media
sesuai dengan kebutuhan.
Variasi penggunaan media/alat pembelajaran dapat dilakukan sebagai berikut.
1) Dengan menggunakan variasi media yang dapat dilihat (verbal) seperti
menggunakan gambar, slide, foto, bagan, dan lain sebagainya.
2) Dengan menggunakan variasi media yang dapat didengar (auditif) seperti
menggunakan radio, music, deklamasi, puisi, dan lain sebagainya.
3) Dengan menggunakan variasi media yang dapat diraba, dimanipulasi, dan
digerakkan (motorik). Yang termasuk ke dalam alat atau media ini adalah
berbagai macam peragaan, model, dan lain sebagainya.
c. Variasi dalam melakukan pola interaksi.
Pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Guru
perlu membangun interaksi secara penuh dengan memberikan kesempatan seluas-
luasnya kepada siswa untuk berinteraksi dengan lingkungannya.
4. Keterampilan Membuka dan Menutup Pembelajaran
Membuka pembelajaran adalah usaha yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan
pembelajaran untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar mental maupun
51
perhatian terpusat pada pengalaman belajar yang disajikan sehingga akan mudah
mencapai kompetensi yang diharapkan.
Secara khusus tujuan membuka pelajaran adalah sebagai berikut.
1) Menarik perhatian siswa yang dapat dilakukan dengan:
a) meyakinkan siswa bahwa materi atau pengalaman belajar yang akan dilakukan
berguna bagi dirinya;
b) melakukan hal-hal yang dianggap aneh bagi siswa, misalnya dengan
menggunakan alat bantu;
c) melakukan interaksi yang menyenangkan.
2) Menumbuhkan motivasi belajar siswa yang dapat dilakukan dengan:
a) membangun suasana akrab sehingga siswa merasa dekat;
b) menimbulkan rasa ingin tahu, misalnya dengan mengajak siswa mempelajari
hal-hal yang sedang hangat dibicarakan;
c) mengaitkan materi atau pengalaman belajar yang akan dilakukan dengan
kebutuhan siswa.
3) Memberikan acuan atau rambu-rambu tentang pembelajaran yang akan
dilakukan, yang dapat dilakukan dengan:
a) mengemukakan tujuan yang akan dicapai serta tugas-tugas yang harus
dilakukan dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan;
b) menjelaskan langkah-langkah atau tahapan pembelajaran sehingga siswa
memahami apa yang dilakukan;
c) menjelaskan target atau kemampuan yang harus dimiliki setelah pembelajaran
berlangsung.
52
Menutup pelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan guru untuk
mengakhiri pelajaran dengan maksud untuk memberikan gambaran menyeluruh
tentang apa yang telah dipelajari siswa serta keterkaitannya dengan pengalaman
sebelumnya, mengetahui tingkat keberhasilan siswa, serta keberhasilan guru
dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
Menutup pelajaran dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a) Merangkum atau membuat garis-garis besar persoalan yang baru dibahas
sehingga siswa memperoleh gambaran yang menyeluruh dan jelas tentang
pokok-pokok persoalan.
b) Mengonsolidasikan perhatian siswa terhadap hal-hal yang pokok agar
informasi yang telah diterima dapat membangkitkan minat untuk mempelajari
lebih jauh.
c) Mengorganisasikan kegiatan yang telah dilakukan untuk membentuk
pemahaman baru tentang materi yang telah dipelajari.
d) Memberikan tindak lanjut serta saran-saran untuk memperluas wawasan yang
berhubungan dengan materi pelajaran yang telah dibahas.
5. Keterampilan Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi
belajar yang optimal dan mengembalikannya manakala terjadi hal-hal yang dapat
mengganggu suasana pembelajaran.
Untuk menghindari perilaku-perilaku yang dapat mengganggu maka dalam
pengelolaan kelas dapat dilakukan teknik-teknik sebagai berikut.
53
a) Penciptaan Kondisi Belajar yang Optimal
Menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal berhubungan dengan
kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dalam mengendalikan kegiatan
belajar mengajar agar berada dalam kondisi yang kondusif sehingga perhatian
siswa terpusat pada materi pelajaran.
b) Menunjukkan Sikap Tanggap
Guru harus menunjukkan sikap tanggap terhadap segala perilaku yang muncul di
kelas, baik perilaku yang mendukung proses pembelajaran seperti tanggap
terhadap perhatian siswa, keantusiasan siswa, motivasi belajar siswa yang tinggi
dan lain sebagainya maupun perilaku yang tidak mendunkung proses
pembelajaran seperti ketidakacuhan, motivasi belajar siswa yang rendah, dan lain
sebagainya.
Untuk memebrikan kesan tanggap, dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai
berikut.
a. Memberikan komentar baik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajari
maupun terhadap perilaku siswa.
b. Menjaga kontak mata, artinya setiap saat guru perlu memerhatikan siswa
melalui pandangan mata secara terus-menerus.
c. Gerak mendekat, artinya guru perlu memberikan perhatian khusus baik kepada
individual maupun terhadap kelompok.
c) Memusatkan Perhatian
Kondisi belajar mengajar akan dapat dipertahankan manakala selama proses
berlangsung guru dapat mempertahankan konsentrasi belajar siswa. Teknik yang
54
dapat digunakan untuk mempertahankan perhatian siswa adalah dengan
memusatkan perhatian siswa secara terus-menerus. Pemusatan perhatian siswa
dapat dilakukan melalui cara sebagai berikut.
1) Memberikan ilustrasi-ilustrasi secara visual, misalnya dengan mengalihkan
pandangan dari satu kegiatan ke kegiatan lain tanpa memutuskan kontak
pandang baik terhadap kelompok maupun terhadap individu siswa.
2) Memberikan komentar secara verbal melalui kalimat-kalimat yang segar tanpa
keluar dari konteks materi pelajaran yang sedang dibahas.
d) Memberikan Petunjuk dan Tujuan yang Jelas
Siswa akan belajar dengan perhatian penuh manakala memahami tujuan yang
harus dicapai serta mengerti apa yang harus dilakukan. Untuk itu, guru harus
mampu memberikan pemahaman dan petunjuk yang jelas tentang tujuan yang
akan dicapai dalam pembelajaran.
e) Memberi Teguran dan Penguatan
Teguran diperlukan sebagai upaya memodifikasi tingkah laku. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam menegur adalah sebagai berikut.
1) Menegur diarahkan kepada siswa yang benar-benar mengganggu kondisi kelas
dengan perilaku yang menyimpang.
2) Menegur dilakukan secara verbal dengan menghindari peringatan-peringatan
yang kasar atau bertendensi menghina atau mengejek.