ii - pusat3.litbang.kemkes.go.id ptikm.pdf · 2. sebagai evaluasi kegiatan yang dibiayai oleh dipa...
TRANSCRIPT
ii
IKHTISAR EKSEKUTIF
Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK) Pusat Teknologi
Intervensi Kesehatan Masyarakat (Pusat TIKM) Tahun 2014 mengacu pada
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 53 Tahun 2014 tentang petunjuk teknis perjanjian kinerja, pelaporan
kinerja dan tata cara reviu atas laporan kinerja.
Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat (Pusat TIKM) sebagai
unit eselon II Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Badan
Litbangkes) Kementerian Kesehatan RI, berkewajiban untuk
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi yang telah
diamanatkan selama Tahun Anggaran 2014 dan tertuang dalam Rencana
Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan RI Tahun 2010 – 2014 dalam
bentuk LAK Tahun 2014. Penyampaian LAK ini dimaksudkan sebagai
keterbukaan informasi publik terhadap capaian kinerja Pusat TIKM selama tahun
anggaran 2014 berdasarkan komitmen awal yang tercantum dalam Penetapan
Kinerja Pusat TIKM beserta satker ampuan Tahun 2014. Selain itu, LAK ini juga
dapat dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan maupun kegagalan pencapaian
kinerja Pusat TIKM dimana didalamnya juga berisi tentang upaya-upaya untuk
mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam melaksanakan kegiatan
pencapaian target agar kegagalan yang ada tidak terulang dimasa yang akan
datang.
Pusat TIKM pada tahun 2014 mempunyai pagu anggaran sebesar
Rp.62.964.624.000,- dengan realisasi sebesar Rp.54.015.279.502,- (85,79%).
Realisasi anggaran tersebut merupakan capaian kinerja Pusat TIKM dalam satu
tahun anggaran yang dikaitkan dengan proses pencapaian tujuan dan sasaran.
Pencapaian tujuan dan sasaran Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan
Masyarakat pada tahun 2014 dapat dilihat dari pencapaian indikator yang
tercantum dalam Renstra yaitu :
iii
1) Jumlah produk/model/prototipe/standar/formula di bidang teknologi intervensi
kesehatan masyarakat sebanyak 11, dan
2) Jumlah publikasi ilmiah di bidang teknologi intervensi kesehatan masyarakat
yang dimuat pada media cetak dan elektronik pada media Nasional
sebanyak 82 publikasi dan Internasional 4 publikasi.
3) Jumlah Laporan Status Kesehatan Masyarakat Hasil Riset Kesehatan
Nasional Wilayah II sebanyak 7 laporan.
Pencapaian indikator yang tercantum dalam Renstra Kemenkes tersebut sudah
termasuk pencapaian indikator dari satker yang diampu, dimana Pusat TIKM
sebagai unit eselon II mengampu 5 satker yang terkait dengan bidang teknologi
intervensi kesehatan masyarakat yaitu :
1. Balai Litbang P2B2 Donggala
2. Balai Litbang P2B2 Banjarnegara
3. Loka Litbang P2B2 Baturaja
4. Loka Litbang P2B2 Ciamis
5. Loka Litbang P2B2 Waikabubak
Didalam proses mencapai sasaran/indikator tersebut ditemui beberapa
kendala atau hambatan, diantaranya :
1. Pengelolaan manajemen penelitian belum maksimal dalam melakukan
monev sehingga banyak kendala yang baru teridentifikasi di akhir
penelitian yang berakibat pada penyelesaian laporan akhir yang tidak
tepat waktu.
2. Ketersediaan tenaga administrasi penelitian masih terbatas sehingga
menghambat penyelesaian administrasi khususnya keuangan
3. Pengelolaan manajemen keuangan belum sinkron dengan jadwal
pelaksanaan penelitian sehingga kegiatan yang harusnya sudah berjalan
karena dana belum turun akhirnya tertunda penelitiannya
4. Aturan paket meeting dibatasi tidak boleh di hotel di bulan November
mengakibatkan kegiatan tidak maksimal untuk menyelesaikan laporan
tepat waktu, dan penyerapan tidak maksimal.
iv
Adapun beberapa upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala atau
hambatan tersebut yaitu :
1. Pelaksanaan monev oleh Panitia Pembina Ilmiah lebih ditingkatkan
2. Memanfaatkan tenaga non PNS untuk membantu penyelenggaraan
administrasi penelitian
3. Komitmen terkait jadwal penarikan uang penelitian dan penyelesaian
pertanggung jawaban keuangan oleh setiap penanggung jawab kegiatan.
4. Pelaksanaan monev oleh BPP dan PPK terhadap penggunaan dana
kegiatan yang sudah dibayarkan.
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
IKHTISAR EKSEKUTIF ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii
BAB I.PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Tujuan ...................................................................................................... 2
C. Tugas dan Fungsi Organisasi .................................................................. 2
BAB II. PERENCANAAN KINERJA .............................................................. 5
A. Perencanaan Kinerja ............................................................................... 5
B. Perjanjian Kinerja ..................................................................................... 7
BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA .......................................................... 8
A. Analisis Capaian Kinerja .......................................................................... 8
a. Jumlah Produk/Model/Prototipe/Standar/Formula di Bidang
Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat ...................................... 9
b. Jumlah Publikasi Ilmiah di Bidang Teknologi Intervensi Kesehatan
Masyarakat yang Dimuat pada Media Cetak dan Elektronik Nasional
dan Internasional ................................................................................. 34
c. Jumlah Laporan Status Kesehatan Masyarakat Hasil Riset
Kesehatan Nasional Wilayah II ............................................................ 47
d. Penelitian lain di Bidang Teknologi Intervensi Kesehatan
Masyarakat ........................................................................................ 49
e. Kajian ................................................................................................ 52
f. Dukungan Manajemen ......................................................................... 55
vi
B. Realisasi Anggaran ................................................................................. 56
C. Analisis Capaian Tahun 2014 ................................................................. 58
1. Analisis Capaian Kinerja ..................................................................... 58
2. Analisis Realisasi Anggaran ................................................................ 59
3. Analisis Capaian Kinerja vs Realisasi Anggaran ................................. 59
4. Kendala dan Tindak Lanjut .................................................................. 60
5. Keberhasilan ........................................................................................ 61
6. Pemanfaatan Hasil Penelitian .............................................................. 62
D. Analisis Capaian Tahun 2010-2014 ........................................................ 65
1. Analisis Capaian Kinerja ..................................................................... 65
2. Analisis Realisasi Anggaran ................................................................ 67
3. Analisis Capaian Kinerja vs Realisasi Anggaran ................................. 68
4. Kendala dan Tindak Lanjut .................................................................. 68
5. Keberhasilan ........................................................................................ 69
6. Pemanfaatan Hasil Penelitian .............................................................. 69
BAB IV. PENUTUP ........................................................................................ 70
A. Kesimpulan ............................................................................................. 70
B. Tantangan ............................................................................................... 70
C. Strategi ................................................................................................... 70
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Sasaran Output dan Indikator Kinerja Bidang Teknologi
Intervensi Kesehatan Masyarakat ........................................................ 6
Tabel II.2. Penetapan Kinerja Bidang Teknologi Intervensi Kesehatan
Masyarakat Tahun 2014 ....................................................................... 7
Tabel III.1 Perbandingan Capaian Indikator Kinerja Bidang Teknologi Intervensi
Kesehatan Masyarakat Tahun 2013 dan 2014 .................................... 8
Tabel III.2 Judul Penelitian, Output, Ketua Penelitian dan Unit Pelaksana
Kegiatan pada Bidang Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat
Tahun 2014 .......................................................................................... 9
Tabel III.3 Publikasi Ilmiah di Bidang Teknologi Intervensi Kesehatan
Masyarakat Tahun 2014
a. Artikel Ilmiah yang dipublikasikan dalam media nasional
terakreditasi .................................................................................... 34
b. Artikel Ilmiah yang dipublikasikan dalam Jurnal Internasional .......... 46
Tabel III.4 Capaian Output Dukungan Manajemen Pusat Teknologi Intervensi
Kesehatan Masyarakat Tahun 2014 .................................................. ...55
Tabel III.5 Realisasi per Kegiatan/Output Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan
Masyarakat Tahun 2014 ...................................................................... 56
Tabel III.6 Capaian Realisasi Anggaran Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan
Masyarakat dan Satker Ampuan Tahun 2014 ..................................... 58
Tabel III.7 Capaian Indikator Kinerja Bidang Teknologi Intervensi Kesehatan
Masyarakat Tahun 2014 ..................................................................... 61
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1 Struktur Organisasi Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan
Masyarakat Tahun 2014 .................................................................... 4
Gambar III.1 Kegiatan Riset Khusus Pencemaran Lingkungan Pada Seting
Wilayah Tambang Emas Rakyat........................................................ 12
Gambar III.2 Kegiatan Penelitian Uji Lapangan Diagnosis Schistosomiasis
dengan DOT Blot dan Plate pada Penderita Schistosomiasis di
Napu Sulawesi Tengah ...................................................................... 25
Gambar III.3 Kegiatan Penelitian Faktor-faktor Risiko Penularan Filariasis di
Kabupaten Seram Bagian Barat dan Kabupaten Buru, Provinsi
Maluku ............................................................................................... 27
Gambar III.4 Kegiatan Penelitian Penentuan Tingkat Endemisitas Filariasis
(Microfilaria rate/MF rate) di Wilayah Pasca Pengobatan Massal
Filariasis di Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi ......... 31
Gambar III.5 Kegiatan Penelitian Pemetaan Kasus dan Vektor Filariasis di
Pulau Sumba Provinsi Nusa Tenggara Timur .................................... 33
Gambar III.6 Grafik Target dan Capaian Produk / Model / Prototipe / Standar /
Formula di Bidang Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat
Tahun 2010-2014 .............................................................................. 65
Gambar III.7 Grafik Target dan Capaian Publikasi Nasional di Bidang Teknologi
Intervensi Kesehatan Masyarakat Tahun 2010-2014 ........................ 66
Gambar III.8 Grafik Target dan Capaian Publikasi Internasional di Bidang
Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat Tahun 2010-2014 ........ 66
Gambar III.9 Grafik Pagu dan Realisasi Anggaran di Bidang Teknologi
Intervensi Kesehatan Masyarakat Tahun 2010-2014 ........................ 67
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang baik (Good
Governance) diperlukan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat,
jelas dan terukur sehingga penyelenggaraan pemerintahan negara dapat
berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, dan bertanggungjawab serta
bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Untuk mewujudkan hal
tersebut, maka sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, setiap instansi pemerintah diwajibkan
untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
berdasarkan perencanaan strategis yang telah ditetapkan oleh masing-masing
instansi untuk disampaikan kepada lembaga-lembaga yang terkait dengan
pengawasan dan penilaian akuntabilitas dan akhirnya disampaikan kepada
Presiden RI sebagai kepala pemerintahan. Pertanggungjawaban dimaksud
berupa Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK).
Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat (Pusat TIKM) sebagai
unit eselon II Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Badan
Litbangkes) Kementerian Kesehatan RI, berkewajiban untuk
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi yang telah
diamanatkan selama Tahun Anggaran 2014 dan tertuang dalam Rencana
Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan RI Tahun 2010 – 2014 dalam bentuk
LAK Tahun 2014. Penyampaian LAK ini dimaksudkan sebagai keterbukaan
informasi publik terhadap capaian kinerja Pusat TIKM selama tahun anggaran
2014 berdasarkan komitmen awal yang tercantum dalam Penetapan Kinerja
Pusat TIKM beserta satker ampuan Tahun 2014. Selain itu, LAK ini juga dapat
dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan maupun kegagalan pencapaian kinerja
Pusat TIKM dimana didalamnya juga berisi tentang upaya-upaya untuk
mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam melaksanakan kegiatan
pencapaian target agar kegagalan yang ada tidak terulang dimasa yang akan
datang.
2
Dokumen LAK ini merupakan data terpadu antara kinerja anggaran yang
mendukungnya serta antara sasaran dan keluaran yang dicapai sehingga dapat
menjadi instrumen untuk menilai efektivitas dan efisiensi serta produktivitas
institusi. LAK merupakan pemenuhan kewajiban dari mandat yang diamanatkan
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. Penyusunan LAK Pusat TIKM tahun
2014 ini mengacu pada PermenPAN RB No. 53 tahun 2014 tentang petunjuk
teknis perjanjian kinerja, pelaporan kinerja dan tata cara reviu atas laporan
kinerja.
B. Tujuan
Dalam rangka melaksanakan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999
tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, maka setiap Instansi
Pemerintah secara berjenjang wajib menyusun laporan pertanggungjawaban
kinerja melalui media LAK.
Tujuan penyusunan LAK Pusat TIKM tahun 2014 adalah :
1. Sebagai laporan pertanggungjawaban kegiatan dan anggaran tahun 2014
2. Sebagai evaluasi kegiatan yang dibiayai oleh DIPA tahun 2014
3. Sebagai bahan masukan penyusunan perencanaan program dan kegiatan
tahun mendatang.
C. Tugas dan Fungsi Organisasi
Sebagai unit eselon II di lingkungan Badan Litbangkes, Pusat TIKM turut
berperan dalam mendukung tercapainya visi misi Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1144 Tahun 2010 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Pusat TIKM mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan,
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan teknis di bidang teknologi intervensi
kesehatan masyarakat. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Pusat TIKM
mempunyai fungsi sebagai berikut:
3
a. penyiapan penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program penelitian
dan pengembangan di bidang teknologi intervensi kesehatan masyarakat;
b. pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang teknologi intervensi
kesehatan masyarakat;
c. pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan penelitian dan
pengembangan di bidang teknologi intervensi kesehatan masyarakat;
d. pelaksanaan kajian daerah bermasalah kesehatan; dan
e. pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga Pusat
Adapun Susunan Organisasi Pusat Teknologi Intervensi berdasarkan
Permenkes 1144/Menkes/Per/VIII/2010 sebagai berikut:
1. Bagian Tata Usaha;
2. Bidang Upaya Kesehatan;
3. Bidang Sumber Daya Kesehatan; dan
4. Kelompok Tenaga Fungsional.
Struktur organisasi Pusat TIKM tahun 2014 selengkapnya dapat dilihat pada
gambar I.1.
4
Gambar I.1 Struktur Organisasi Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat
Tahun 2014
KEPALA PUSAT TEKNOLOGI INTERVENSI KESEHATAN
MASYARAKAT
(Dr.Dede Anwar Musadad,SKM, M.Kes)
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
KEPALA BAGIAN TATA USAHA
(R. Herry Bagdja,SH,M.Si)
SUB BAGIAN KEUANGAN
KEPEGAWAIAN DAN UMUM
(Yuni Nuraini, SE, MKM)
SUB BAGIAN PROGRAM DAN KERJASAMA
(Mitri Rahmawati,SKM, MKM)
SUB BIDANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT
(Dra.Rr.Rachmalina S, M.ScPH)
SUB BIDANG FASILITAS DAN PERBEKALAN
(Heny Lestari, SKM, MKM)
SUB BIDANG SUMBER DAYA MANUSIA
(Dr.Agus Triwinarto, SKM.,M.Kes)
BIDANG SUMBER DAYA KESEHATAN
(Dr.dr.Harimat Hendarwan, M.Kes.)
SUB BIDANG UPAYA KESEHATAN
KELOMPOK RENTAN
(Tin Afifah,SKM, MKM)
BIDANG UPAYA KESEHATAN
(Dr. dr. Felly Philipus Senewe, M.Kes.)
5
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
A. PERENCANAAN KINERJA
Pusat TIKM merupakan unit eselon II di lingkungan Badan Litbangkes
yang mempunyai tugas melaksanakan penelitian, pengembangan,
penyusunan, dan pelaksanaan kebijakan teknis di bidang teknologi intervensi
kesehatan masyarakat. Dalam rangka mencapai visi dan misi Kementerian
Kesehatan RI, Pusat TIKM melaksanakan program kegiatannya yang disusun
berdasarkan visi, misi, tujuan, sasaran dan indikator kinerja utama dengan
mengacu pada Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) RI Tahun 2010 – 2014.
Pusat TIKM mempunyai visi menjadi pusat unggulan teknologi
intervensi kesehatan masyarakat. Pencapaian visi tersebut ditempuh melalui
misi sebagai berikut:
Menyelenggarakan Litbangkes yang berkualitas dan tepat guna
Meningkatkan sumber daya manusia Litbangkes yang mumpuni
Menyediakan manajemen Litbangkes profesional
Menciptakan iklim ilmiah yang kondusif
Dalam dokumen Renstra Kementerian Kesehatan RI Tahun 2010 –
2014, disebutkan bahwa sasaran output Pusat TIKM adalah meningkatnya
penelitian dan pengembangan di bidang teknologi intervensi kesehatan
masyarakat dimana indikator pencapaian luaran tersebut adalah:
1. Jumlah produk/model/prototype/standar/formula di bidang teknologi
intervensi kesehatan masyarakat.
2. Jumlah publikasi ilmiah di bidang teknologi intervensi kesehatan
masyarakat yang dimuat pada media cetak dan elektronik :
a. Nasional;
b. Internasional.
3. Jumlah Laporan Status Kesehatan Masyarakat Hasil Riset Kesehatan
Nasional Wilayah II
6
Sasaran output dan indikator kinerja bidang TIKM disajikan dalam tabel
II.1. Pada indikator yang ditetapkan tersebut Pusat TIKM sebagai unit eselon
II mengampu 5 satker yang terkait dengan bidang teknologi intervensi
kesehatan masyarakat yaitu:
1) Balai Litbang P2B2 Donggala
2) Balai Litbang P2B2 Banjarnegara
3) Loka Litbang P2B2 Baturaja
4) Loka Litbang P2B2 Ciamis
5) Loka Litbang P2B2 Waikabubak
Tabel II.1 Sasaran Output dan Indikator Kinerja
Bidang Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat
SASARAN OUTPUT INDIKATOR KINERJA
TARGET
2010 2011 2012 2013 2014
Meningkatnya penelitian
dan pengembangan di
bidang teknologi
intervensi kesehatan
masyarakat
Jumlah produk/model/prototipe/
standar/formula di bidang teknologi
intervensi kesehatan masyarakat
16 10 13 11 11
Jumlah Publikasi ilmiah di bidang
teknologi intervensi kesehatan
masyarakat yang dimuat pada
media cetak dan elektronik :
a. Nasional
b. Internasional
10
2
10
2
15
2
15
2
15
2
Jumlah Laporan Status Kesehatan
Masyarakat Hasil Riset Kesehatan
Nasional Wilayah II
- - - 7 7
Indikator kinerja yang pertama yaitu jumlah produk/model/
prototipe/standar/formula di bidang teknologi intervensi kesehatan
masyarakat dicapai dengan melakukan penelitian di bidang teknologi
intervensi kesehatan masyarakat. Indikator kedua yaitu jumlah publikasi
ilmiah di bidang teknologi intervensi kesehatan masyarakat dicapai dengan
mempublikasikan hasil penelitian bidang teknologi intervensi kesehatan
masyarakat pada media cetak maupun elektronik pada jurnal terakreditasi
7
nasional dan internasional. Untuk indikator ketiga yaitu jumlah laporan status
kesehatan masyarakat hasil riset kesehatan nasional wilayah II dicapai
dengan melakukan penyusunan laporan 7 provinsi kegiatan Studi Diet Total
(SDT) Tahun 2014 Korwil II yang terdiri dari Provinsi Sumatera Utara, Provinsi
Sumatera Selatan, Provinsi Bengkulu, Provinsi Lampung, Provinsi Jawa
Barat, Provinsi Banten, dan Provinsi Maluku.
B. PERJANJIAN KINERJA
Perjanjian Kinerja merupakan komitmen dan janji rencana kerja yang
akan dicapai pada tahun 2014 antara Kepala Pusat TIKM sebagai pihak yang
menerima amanah/tanggung jawab/kinerja dengan Kepala Badan Litbangkes
sebagai pihak yang memberi amanah sebagaimana yang ditetapkan dalam
dokumen penetapan kinerja.
Dalam dokumen penetapan kinerja, Pusat TIKM akan mewujudkan
target kinerja tahunan berdasarkan penggunaan anggaran. Penetapan
kinerja disusun dengan mempertimbangkan Renstra Kemenkes 2010 – 2014,
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) 2014 dan RKA-KL TA 2014 sehingga terjadi
sinkronisasi. Penetapan Kinerja Pusat TIKM Tahun 2014 selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel II.2.
Tabel II.2. Penetapan Kinerja Bidang Teknologi Intervensi
Kesehatan Masyarakat Tahun 2014
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
1 Meningkatnya penelitian
dan pengembangan di
bidang teknologi
intervensi kesehatan
masyarakat
1. Jumlah produk/model intervensi/ prototype/
standar/formula di bidang kesehatan
masyarakat intervensif
2. Jumlah publikasi ilmiah di bidang
kesehatan masyarakat intervensif yang
dimuat pada media cetak dan elektronik:
a. Nasional
b. Internasional
3. Jumlah Laporan Status Kesehatan
Masyarakat Hasil Riset Kesehatan
Nasional Wilayah II
11
15
2
7
8
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A. ANALISIS CAPAIAN KINERJA
Sesuai tujuan dan sasaran dalam renstra, outcome/output kinerja dari
kegiatan Pusat TIKM adalah meningkatnya penelitian dan pengembangan di
bidang teknologi intervensi kesehatan masyarakat. Pengukuran tingkat
capaian kinerja Pusat TIKM dilakukan dengan cara membandingkan antara
target dan realisasi masing-masing indikator kinerja sasaran yang dijabarkan
dalam tabel III.1. Didalam melaksanakan tugas dan fungsinya untuk mencapai
target kinerja, Pusat TIKM didukung oleh 5 (lima) satker ampuan, yaitu: Balai
Litbang P2B2 Donggala, Balai Litbang P2B2 Banjarnegara, Loka Litbang P2B2
Ciamis, Loka Litbang P2B2 Baturaja dan Loka Litbang P2B2 Waikabubak.
Tabel III.1 Perbandingan Capaian Indikator Kinerja Bidang Teknologi
Intervensi Kesehatan Masyarakat Tahun 2013 dan 2014
Indikator Kinerja
Tahun 2013 Tahun 2014
Target Realisasi %
Capaian Target Realisasi
%
Capaian
Jumlah produk / model /
prototipe/ standar/ formula
di bidang teknologi
intervensi kesehatan
masyarakat
11
11
100
11
11
100
Jumlah publikasi ilmiah di
bidang teknologi intervensi
kesehatan masyarakat
yang dimuat pada media
cetak dan elektronik :
a. Nasional
b. Internasional
15
2
29
3
>100
>100
15
2
82
4
>100
>100
Jumlah Laporan Status
Kesehatan Masyarakat
Hasil Riset Kesehatan
Nasional Wilayah II
7
7
100
7
7
100
9
a. Jumlah Produk / Model / Prototipe / Standar/ Formula di Bidang Teknologi
Intervensi Kesehatan Masyarakat
Pada tahun 2014, Pusat TIKM dan satker ampuannya mempunyai
target indikator kinerja jumlah Produk / Model / Prototipe / Standar/ Formula di
bidang Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat (TIKM) sebanyak 11
output. Rincian kegiatan penelitian yang menjadi capaian indikator di bidang
TIKM selengkapnya dapat dilihat pada Tabel III.2.
Tabel III.2 Judul Penelitian, Output, Ketua Penelitian dan Unit Pelaksana Kegiatan
pada Bidang Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat Tahun 2014
No Judul Penelitian Output Ketua Penelitian Unit Pelaksana
1 Riset Khusus Pencemaran
Lingkungan
Produk data dan informasi
pencemaran lingkungan dan
kesehatan masyarakat
Dr.Ir.Inswiasri,
M.Kes
Pusat TIKM
2 Studi Kohor Faktor Risiko
Penyakit Tidak Menular dan
Tumbuh Kembang Anak
Tahun 2014
• Studi Kohor Faktor Risiko
Penyakit Tidak Menular
Produk data dan informasi :
1. Besaran insidens sindroma metabolic dan PTM (DM, PJK, Stroke)
2. Model prediksi Sindroma metabolik (SM) dan PTM
3. Pola kecepatan perubahan SM menjadi PTM
• Studi Kohor Tumbuh
Kembang Anak
Produk data dan informasi :
1. Pola pertambahan BB Bumil.
2. Faktor risiko pertambahan BB bumil
3. Profil faktor risiko berat dan panjang bayi lahir
4. Indeks pertambahan berat badan ibu hamil, berat dan panjang bayi lahir, dan tumbuh kembang anak (0-35 bulan)
1. Dr.dr. Julianty Pradono, MS
2. Dr.Ir.Anies
Irawati, M.Kes
3. Dra.Woro
Riyadina, M.Kes
Pusat TIKM
10
No Judul Penelitian Output Ketua Penelitian Unit Pelaksana
3 Studi Evaluasi Menyeluruh
dan Pengembangan Sistem
Registrasi Kelahiran,
Kematian dan Penyebab
Kematian ke dalam Sistem
Rutin Wilayah Terbatas di
Indonesia Tahun 2014
Produk data dan informasi
evaluasi sistem untuk
intervensi
Ning Sulistiyowati,
SKM, M.Kes
Pusat TIKM
4 Pemutakhiran Model /
Sistem Surveilans Dampak
Kesehatan Perubahan Iklim di
3 Provinsi di Indonesia
Model Sistem Surveilans
Dampak Perubahan Iklim dan
Model Prediksi
Dra. Athena
Anwar, M.Si
Pusat TIKM
5 Uji Lapangan Diagnosis
Schistosomiasis dengan DOT
Blot dan Plate pada penderita
schistosomiasis di Napu
Sulawesi Tengah
Produk Data Metode yang
tepat untuk mendeteksi
Penderita schistosomiasis
Samarang, SKM.,
M.Si
Balai Litbang
P2B2 Donggala
6 Faktor-faktor Risiko
Penularan Filariasis di
Kabupaten Seram Bagian
Barat dan Kabupaten Buru,
Provinsi Maluku
Produk Peta distribusi kasus
filariasis kronis Kabupaten
Seram Bagian Barat dan Buru
Provinsi Maluku.
Sitti Chadijah,
SKM., M.Si
Balai Litbang
P2B2 Donggala
7 Peta Status Resistensi Aedes
aegpti (Linn) Terhadap
Insektisida Cypermetrin
0,05%, Malathion 0,8% dan
Temephos di Kabupaten
Purworejo, Kebumen,
Pekalongan, Demak,
Wonosobo, Cilacap, Kudus,
Klaten, dan Banjarnegara
tahun 2014
Produk data status resistensi
Aedes aegypti terhadap
insektisida yang digunakan
program kesehatan
Bina Ikawati, SKM,
M. Kes
Balai Litbang
P2B2
Banjarnegara
8 Pengembangan Model
Pengendalian Leptospirosis di
Kabupaten Demak dengan
Metode System Dynamics
Produk Model Pengendalian
leptospirosis
Rr. Anggun
Paramita Djati,
SKM, MPH
Balai Litbang
P2B2
Banjarnegara
11
No Judul Penelitian Output Ketua Penelitian Unit Pelaksana
9 Penentuan Tingkat
Endemisitas Filariasis
(Microfilaria rate/MF rata) di
Wilayah Pasca Pengobatan
Massal Filariasis di
Kabupaten Tanjung Jabung
Timur Provinsi Jambi
Produk informasi status
penderita Filariasis setelah
kegiatan pengobatan massal
maupun selektif
Santoso, SKM,
M.Sc
Loka Litbang
P2B2 Baturaja
10 Perumusan Model
Pengendalian Vektor Demam
Berdarah Dengue Berbasis
Masyarakat
Model Pengendalian Vektor
Demam Berdarah Dengue
Berbasis Masyarakat
Lukman Hakim,
S.KM, M.Epid
Loka Litbang
P2B2 Ciamis
11 Pemetaan kasus dan vektor
filariasis di Pulau Sumba
Provinsi Nusa tenggara timur
Produk Peta Endemisitas
Spesies Mikrofilaria dan
Sebaran Vektor Limfatik
Filariasis di Empat Kabupaten
Pulau Sumba Provinsi NTT
Ni Wayan Dewi
Adnyana, S.Si
Loka Litbang
P2B2
Waikabubak
Output akhir penelitian yang dihasilkan oleh Pusat TIKM dan satker ampuan
pada tahun 2014 telah mencapai target yaitu sebanyak 11 output yang terdiri dari 9
produk dan 2 model. Hal ini sesuai dengan sasaran outcome Pusat TIKM yaitu
meningkatnya penelitian dan pengembangan di bidang teknologi intervensi
kesehatan masyarakat. Adapun faktor pendukung untuk capaian ini yaitu
dilakukannya monev oleh para pejabat struktural yang telah diatur pembagiannya
dan secara fungsional juga telah dilakukan monev oleh Panitia Pembina Ilmiah
(PPI). Monev oleh pejabat struktural dilakukan juga untuk memantau mulai dari
penerbitan etik, perizinan hingga laporan akhir.
Berikut ini dijelaskan secara singkat mengenai beberapa penelitian yang
dilakukan oleh Pusat TIKM beserta satker ampuan pada tahun 2014 :
1. Riset Khusus Pencemaran Lingkungan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kemungkinan terjadinya
gangguan kesehatan lingkungan dan kesehatan masyarakat di wilayah kegiatan
tambang emas rakyat , tambang batubara dan wilayah penggunaan pestisida di
bidang pertanian.
12
Penelitian riset khusus tahun 2014 fokus pada seting wilayah tambang emas
rakyat, penggunaan pestisida pertanian, dan daur ulang aki bekas dengan
tujuan untuk mempelajari kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan
lingkungan dan kesehatan masyarakat di wilayah kegiatan tambang emas
rakyat (6 lokasi), daur ulang aki bekas (4 lokasi), dan wilayah penggunaan
pestisida di bidang pertanian (3 lokasi). Metode pemeriksaan parameter logam
berat dan mineral menggunakan AAS atau ICP. Pemeriksaan pestisida
menggunakan LC-MS.
Dalam penelitian tersebut telah diteliti sejumlah sampel sebagai berikut:
Untuk wilayah tambang emas rakyat yang terdiri dari 6 lokasi diperiksa
sampel lingkungan: 105 tanah, 120 air, 110 udara, 73 ikan dan 205 sayuran.
Parameter yang diperiksa adalah logam Hg, Cd, Pb, As, dan Cr. Hasil
pemeriksaan lingkungan menunjukkan bahwa di beberapa wilayah yang
tersebar di 6 lokasi tersebut sudah banyak yang melebihi nilai maksimum
yang diperbolehkan. Dapat dikatakan bahwa sudah terjadi pencemaran
lingkungan. Pemeriksaan indicator biologi yang terdiri dari pemeriksaan
logam Hg, Cd, Pb, As, dan Cr dalam urin dan rambut juga sudah banyak
yang melebihi cut off munculnya suatu gangguan kesehatan. Gangguan
kesehatan yang diduga berkaitan dengan pekerjaan sebagai petambang
emas rakyat tremor 10.69%; disorder mata 9.64%; disorder hidung 13.07%;
impaired memory 13.42%; LBP 32.91%; hearing loss 11.11% presbiopy
8.38%.
Gambar III.1 Kegiatan Riset Khusus Pencemaran Lingkungan pada Seting Wilayah
Tambang Emas Rakyat
13
Untuk wilayah daur ulang aki bekas telah diperiksa 50 sampel tanah, 70
sampel air, 52 sampel udara, dan 63 sayuran untuk diperiksa kadar Pbnya.
Hasil menunjukkan bahwa hampir merata di 10 RW yang diteliti kadar Pb di
lingkungan (tanah, udara, air, dan sayuran) sudah banyak yang melebihi
kadar maksimum yang diperbolehkan. Pemeriksaan terhadap 417 anak
menunjukkan bahwa kadar Pb dalam darah rata-ratanya sudah melebihi 10
µg/dl (WHO). Dari kuesiner dan pemeriksaan dokter, serta pemeriksaan
darah di laboratorium ternyata ada 4.72 anak yang menderita asma, dan
8.49 anak tergolong anemia (kadar Hb darah <11 mg/dl).
Pemeriksaan residu pestisida di wilayah pertanian terdiri dari:
Sampel lingkungan tanah, buah sayur, dan air. Untuk tanah diperiksa 20
sampel dari masing-masing lokasi (Batu, Brebes, dan Bandung Barat)
hasilnya tidak terdeteksi adanya organochlorin untuk lokasi Batu dan
Bandung Barat. Tetapi di Brebes ditemukan 2 (10%) sampel tanah
mengandung residu organochlorin. Untuk buah dan sayur 29 sampel dari
Batu (Malang) ada 50% mengandung residu organophosphate. Dari Brebes
diperiksa 31 sampel buah dan sayur, ternyata 22% terdeteksi residu
organophosphate. Sampel buah dan sayur dari Bandung Barat ada 30
terdeteksi residu organophosphate 22.3%. Jenis residu organophosphate
yang terdeteksi dichlorvos, dimethoate, triazophos dan acephate,
chlorpyrihos dan profenofos. Pestisida jenis Karbamat terdeteksi dalam buah
dan sayur dari Batu ada 22.7%; dari Brebes ada 16% dan dari Bandung
Barat ada 12.5%. Jenis bahan aktif karbamat yang terdeteksi meliputi
aldicarb, carbaryl, carbofuran, chlorpropham, fenobucarb/bpmc,
isoprocarb/mipc, methiocarb sulfoxide, methomyl, oxamyl, dan
propamocarb, dimethoate dan profenofos.
Saran yang perlu diperhatikan adalah sinergi antara Dinas Pertambangan,
Pemerintah Daerah dan Puskesmas dalam mengelola wilayah tambang
emas rakyat dalam pemanfaatannya agar tidak mencemari lingkungan dan
menimbulkan gangguan kesehatan. Dinas Perindustrian dalam produksi aki,
agar diberi peringatan untuk mengembalikan aki yang sudah rusak kepada
agen atau toko yang menjual agar tidak berserakan di sembarang tempat.
Dengan peringatan tersebut pada produknya (ditulis di akinya) orang akan
14
mengembalikan aki bekas dan daur ulangnya dikembalikan kepada
industrinya. Dinas Pertanian, Puskesmas, dan Pemda bersama-sama untuk
mengelola penggunaan pestisida dan dampaknya terhadap lingkungan dan
kesehatan.
2. Studi Kohor Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular dan Tumbuh Kembang
Anak Tahun 2014
Studi Kohor Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular
Tujuan penelitian adalah melakukan penelitian secara prospektif dan
longitudinal terhadap (faktor perilaku, biomedis, genomik) untuk
mendapatkan informasi insidens sindrom metabolik, PTM utama dan
riwayat alamiah penyakit. Penelitian ini merupakan studi observasional
dengan desain studi kohor prospektif (open cohort) yang direncanakan
akan dilakukan untuk 10-20 tahun ke depan. Tahun 2011-2012 merupakan
tahapan mendapatkan data dasar (baseline). Responden adalah penduduk
usia ≥ 25 - 65 tahun yang mempunyai KTP dan mempunyai tempat tinggal
tetap di Kecamatan Bogor Tengah kota Bogor. Variabel dependen yang
diukur adalah sindrom metabolik (obesitas sentral, HDL, trigliserida, gula
darah, prehipertensi, NCEP 2001) dan kejadian 3 PTM utama yaitu
Diabetes Mellitus tipe 2, Penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke.
Variabel independen meliputi faktor risiko perilaku (merokok, kurang
konsumsi sayur-buah/serat, konsumsi lemak tinggi, konsumsi alkohol,
kurang aktifitas, gangguan emosional/stres), faktor risiko fisik (kegemukan,
obesitas sentral), faktor risiko biomedis (hiperkolesterol, toleransi glukosa
darah terganggu), Penyakit antara (sindrom metabolik) dan kombinasi
faktor risiko. Metode pengumpulan data melalui wawancara dengan
kuesioner (faktor risiko perilaku), pengukuran (antropometri dan tekanan
darah) dan pemeriksaan klinis dan penunjang. Data dianalisis dengan uji
bivariat, GLM-Repeated dan Regresi logistik ganda dan GEE.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemantauan selama dua tahun
didapatkan insiden rate penyakit stroke dalam 1000 penduduk per tahun
adalah 7 orang (95% CI 5,2 – 9), Diabetes Mellitus (DM) 23,6 orang (95%
CI 20,4– 27,2) dan PJK 13,7 orang (95% CI 11,2 – 16,4). Adapun untuk
15
insiden kumulatif untuk sindrom metabolik diperoleh 14,1% untuk periode 2
tahun. Pola kecepatan munculnya insiden secara berurutan adalah DM
(179 kasus baru), selanjutnya PJK (105 kasus baru) dan stroke (53 kasus
baru). Adapun untuk tingkat fatalitas terlihat bahwa urutannya sebagai
berikut yaitu stroke (13 kasus), DM (9 kasus) dan PJK (7 kasus). Hasil studi
kohor tahun ini diperoleh 4 model prediksi (formula) yaitu model prediksi
kejadian SM, PJK, DM dan stroke.
Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa urutan terbesar angka
insiden rate untuk kejadian PTM adalah DM, PJK dan stroke dengan
insiden kumulatif sindrom metabolic 14,1%. Adapun urutan fatalitas
(kematian pada insiden) yaitu stroke, DM dan PJK. Kondisi ini perlu segera
meningkatkan upaya deteksi dini, prioritas pada pengendalian faktor risiko
hipertensi dengan pertimbangan faktor risiko yang lain.
Studi Kohor Tumbuh Kembang Anak
Tujuan penelitian ini untuk mempelajari pertumbuhan dan
perkembangan anak serta faktor risikonya. Pada tahun 2014, penelitian
kohor tumbuh kembang anak adalah baseline 800 ibu pra hamil di 5
kelurahan. Pemantauan pertumbuhan ibu hamil dan anak setiap bulan, dan
perkembangan anak setiap tiga bulan sejak anak berumur 6 bulan,
konsumsi dan morbiditas dilakukan setiap bulan. Secara keseluruhan
jumlah responden yang dipantau sebanyak 800 ibu pra hamil. Jumlah
kumulatif ibu hamil yang sudah melahirkan sejak tahun 2012 sampai bulan
Oktober tahun 2014 adalah 401 ibu hamil dan 403 bayi (dua ibu
melahirkan bayi kembar). Hasil penelitian menginformasikan bahwa
pertambahan berat badan ibu selama hamil dengan rerata 9,8 (±5,6) kg,
lebih rendah dari anjuran IOM 2009. Sebanyak 22,7 persen ibu hamil
dengan pertambahan berat badan dibawah 9,8 kg. Faktor risiko utama
pertambahan berat badan ibu pra hamil adalah IMT Pra Hamil (RR = 3,1)
setelah di kontrol faktor faktor umur ibu, paritas, berat badan pra hamil,
tinggi badan, konsumsi energi, konsumsi protein, batuk, pilek, panas dan
diare. Berat dan panjang bayi lahir adalah 3211 (±415 gram dan 48,9
(±2,1) cm. Pertambahan berat badan ibu selama kehamilan merupakan
faktor utama berat bayi lahir berisiko PTM < 3000 gram (RR=3,6) setelah
16
dikontrol faktor tinggi badan ibu, IMT ibu pra hamil, paritas, umur ibu, jenis
kelamin bayi, pernah sakit infeksi sedikitnya sekali selama kehamilan,
konsumsi energi dan protein. Tinggi badan ibu merupakan faktor risiko
utama panjang bayi lahir berisiko PTM < 50 cm setelah dikontrol faktor
pertambahan berat badan ibu selama kehamilan, IMT ibu pra hamil,
paritas, umur ibu, jenis kelamin bayi, pernah sakit infeksi sedikitnya sekali
selama kehamilan, konsumsi energi dan protein (RR=3,4). Proporsi bayi
dengan berat lahir < 3000 gram sebesar 36,5 persen dan proporsi bayi
dengan panjang lahir < 48 cm sebesar 60,5 persen. Pertumbuhan bayi
sampai umur 23 bulan dibawah standar WHO 2006. Gangguan
pertumbuhan bayi sudah dimulai sejak bayi berumur 2 bulan, disebabkan
pola asuh makan yang tidak baik. Perkembangan (kognisi, bahasa reseptif
dan ekspresif, motorik halus dan kasar) anak dibawah anak seusia nya
sudah terjadi sejak bayi berumur 0-6 bulan. Sebanyak 40 persen bayi/anak
semua aspek perkembangan (kognisi, bahasa reseptif dan ekspresif,
motorik halus dan kasar) terlambat dibawah usia nya. Perkembangan
kognisi anak yang lahir dengan berat < 3000 gram secara bermakna lebih
rendah dari anak yang lahir dengan berat ≥ 3000 gram. Perkembangan
perilaku adaptif anak yang lahir < 50 cm secara bermakna lebih rendah
dari anak yang lahir ≥ 50 cm. Proporsi anak yang perkembangan( kognitif,
bahasa reseptif, bahasa ekspresif, motorik halus dan motorik kasar)
dibawah anak seusainya lebih banyak pada anak yang lahir dengan berat
< 3000 gram dan panjang lahir < 50 cm, dibanding anak yang lahir dengan
berat ≥ 3000 gram dan panjang lahir ≥ 50 cm.
Kesimpulan menunjukkan bahwa pertambahan berat badan ibu
dibawah anjuran IOM 2009. Faktor utama pertambahan berat badan ibu
hamil adalah IMT ibu sebelum hamil. Rerata berat lahir bayi sesuai median
WHO 2006, sedangkan rerata panjang lahir bayi lebih rendah median
WHO 2006. Faktor utama berat lahir adalah pertambahan berat badan ibu
selama kehamilan, dan tinggi badan ibu merupakan faktor utama panjang
lahir. Pertumbuhan bayi sampai umur 23 bulan dibawah standar WHO
2006. Gangguan pertumbuhan bayi sudah dimulai sejak bayi berumur 2
bulan dan perkembangan (kognisi, bahasa reseptif dan ekspresif, motorik
17
halus dan kasar) anak dibawah anak seusia nya sudah terjadi sejak bayi
berumur 0-6 bulan.
3. Pemutakhiran Model/Sistem Surveilans Dampak Kesehatan Perubahan
Iklim di 3 Provinsi di Indonesia
Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian dan pengembangan
model/system surveilans dampak perubahan iklim terhadap kesehatan yang
telah dibangun sejak tahun 2011 dan telah dilakukan ujicoba pada tahun 2012.
Tujuan pemutakhiran model/system tersebut adalah mengembangkan variabel
faktor risiko dari salah satu penyakit sesuai dengan kemampuan daerah ujicoba,
pemutakhiran dan pengembangan software, web, dan evaluasi sistem (petugas
pelaksana, infrastruktur, pembiayaan, waktu dan frekuensi pengumpulan data,
dll). Data dan informasi yang dikumpulkan adalah surveilans (pengumpulan dan
analisis) 5 jenis penyakit (malaria, DBD, diare, ISPA, ILI, dan pneumonia), data
iklim (CH, HH. S, dan K, serta informasi proyeksi iklim), dan variabel yang terkait
dengan penyelenggaraan surveilans dampak kesehatan perubahan iklim. Data
penyakit diperoleh dengan cara import dari sistem SKDR yang berada di Ditjen
P2PL, dan data iklim adalah dengan cara import dari BMKG. Informasi tentang
penyelenggaraan surveilans diperoleh dengan cara wawancara dengan
petugas surveilans dampak kesehatan perubahan iklim Badan Litbang
Kesehatan, petugas SKDR di provinsi dan pusat, dan petugas BMKG pusat dan
daerah. Selain itu juga dilakukan observasi terhadap seluruh proses
penyelenggaraan surveilans dampak kesehatan perubahan iklim. Hasil
menunjukkan bahwa telah dilakukan pemutakhiran terhadap operasional
model/sistem surveilans dampak kesehatan perubahan iklim yang meliputi
penambahan informasi, tampilan grafik dan telah dapat dilihat tanyangannya
dalam web. Berdasarkan pemutakhiran tersebut, surveilans dampak kesehatan
perubahan iklim selama tahun 2014 di Provinsi Lampung dan Bali dapat
berjalan dengan baik, yang ditunjukkan terkumpulnya data penyakit (malaria,
DBD, diare, ISPA, ILI, dan pneumonia) dan data iklim (CH, HH.S, dan K) untuk
melengkapi data mingguan yang telah dikumpulkan sejak tahun 2011 di Provinsi
Lampung dan Bali dengan kelengkapan relatif lebih baik dibandingkan dengan
Provinsi Jawa Tengah. Hasil evaluasi terhadap model/sistem surveilans
18
dampak kesehatan perubahan iklim menunjukkan bahwa dari aspek aspek
software, web, petugas yang menyelenggarakannya; proses tersebut belum
seluruhnya berjalan dengan baik. Masih terdapat kendala yang ditemui, yaitu
ketepatan pengiriman data dari sistem SKDR di Ditjen P2PL maupun data iklim
dari BMKG. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dapat diketahui
hubungan antara kejadian penyakit diare dengan berbagai variabel iklim yang
dinyatakan dengan berbagai persamaan regresi. Hasil analisis korelasi dan
antara penyakit dengan iklim cukup bervariasi. Dari persamaan regresi dapat
diketahui bahwa kejadian penyakit malaria, DBD, diare, ISPA, ILI, dan
pneumonia dipengaruhi oleh CH,HH. S, K, dan kejadian penyakit satu dan dua
minggu sebelumnya. Dari persamaan regresi juga dapat memprediksi kejadian
penyakit di waktu yang akan datang. Dapat disimpulkan bahwa untuk
menjalankan model/sistem surveilans dampak kesehatan perubahan iklim perlu
adanya komitmen semua yang terlibat (Kementerian Kesehatan dan
BMKG).Model/sistem ini dapat menyediakan informasi bagaimana pengaruh
iklim terhadap pola kejadian penyakit serta prediksinya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk pengembangan variabel
(data/informasi) dan pemutakhiran sistem/model surveilans dampak kesehatan
perubahan iklim.
4. Studi Evaluasi Menyeluruh dan Pengembangan Sistem Registrasi
Kelahiran, Kematian, dan Penyebab Kematian ke dalam Sistem Rutin
Wilayah Terbatas di Indonesia Tahun 2014
Tujuan dari penelitian ini adalah diperolehnya diskripsi permasalahan
secara menyuluruh dari studi pengembangan system registrasi kematian dan
penyebab kematian yang sudah berjalan, untuk selanjutnya dapat terintegrasi
kedalam system rutin wilayah terbatas di Indonesia tahun 2014. Tujuan jangka
panjangnya melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi dari kegiatan
peningkatan system civil registrasi dan statistik vital untuk pencatatan dan
pelaporan kelahiran, kematian dan penyebab kematian dalam mendukung
ketersediaan system informasi kesehatan daerah agar dapat melakukan
evaluasi dan perencanaan pembangunan kesehatan daerah secara prioritas
masalah berdasarkan pola penyebab kematian di wilayahnya.
19
Pada tahun 2014 dilakukan studi evaluasi menyeluruh terhadap dua hal, yang
menyangkut aspek manajemen dan aspek substansi. Evaluasi dilakukan
ditingkat daerah pengembangan. Evaluasi ditingkat daerah dilakukan di 14
kab/kota pengembangan COD sejak tahun 2006 yaitu: kabupaten Pekalongan,
dan kota Surakarta (mewakili pengembangan COD tahun 2006/2007 dan masih
tetap berjalan sampai saat ini), kota Metro Lampung (mewakili daerah
pengembangan tahun 2008 dan masih tetap berjalan sampai saat ini),
kabupaten Bekasi (mewakili daerah pengembangan tahun 2010 dan 2011 yang
berhenti ditengah jalan), Kabupaten Gresik, Kota Yogyakarta, Kabupaten
Gianyar, Kabupaten Gowa, Kabupaten Padang Pariaman, Kota Balikpapan,
Kota Manado, Kota Ambon, dan Kabupaten Kupang (mewakili daerah
pengembangan sejak tahun 2010 sampai saat ini) kota Tanjung Pinang
(Swadaya).
Evaluasi aspek managerial berkaitan dengan: Kerangka Hukum/Legal
framework, Infrastruktur organisasi dan sumber daya, Sistem organisasi dan
fungsi statistik vital, Bagaimana peran masing-masing sektor, Completeness
catatan kelahiran dan kematian, Penyimpanan dan transmisi data, Sumber dana
untuk Penyebab kematian,Siapa yang bertanggungjawab terhadap penyebab
kematian, Akses data, diseminasi dan pemanfaatan, Faktor penghambat dan
pendukung.
Evaluasi aspek substansi berkaitan dengan: dokumen yang harus
tersedia, ICD-complient certification and coding practices, Kualifikasi pengkode
dan pelatihan, dan Kualitas data .
Tujuan dari evaluasi menyeluruh adalah untuk dapat
mendiskripsikan/memetakan, faktor penghambat dan faktor pendukung yang
ada, termasuk mengapa dan bagaimana, sehingga dapat dicarikan solusi untuk
pengembangan sistem registrasi dan penyebab kematian kedalam sistem rutin.
Hasil kegiatan ini memberi masukan pada 14 daerah tersebut khususnya dan
Tim COD untuk memperbaiki simpul-simpul kendala tersebut agar kualitas
sistem pencatatan dan pelaporan dapat ditingkatkan dan sebagai landasan
pengembangan registrasi kelahiran, kematian dan penyebab kematian kedalam
sistem rutin.
20
Assesment dilakukan di kabupaten/kota menghadirkan lintas sektor yang
terkait dengan pencatatan kelahiran dan kematian dan penyebab kematian yang
kemudian utusan dari masing-masing sektor dikelompokkan sebagai berikut.
Lintas sektor yang hadir berasal dari Dinas Dukcapil, Dinas Kesehatan, Polri,
Rumah Sakit, BPS, Pemda, dan Poltekes.
Setiap perwakilan sektor sebelumnya telah dihubungi untuk membahas
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam assesment di institusinya. Hasil
pembahasan di masing-masing sektor kemudian mendiskusikannya dalam
kelompok diskusi yang pada akhirnya didapatkan kesepakatan dalam forum
RTD.
Nilai sebelum kesepakatan berkisar dari 27 sampai 56 atau 36 persen
sampai 74 persen dari nilai maksimal 75 persen . Setelah kesepakatan menjadi
lebih besar yaitu berkisar dari 32 sampai 60 atau 43 persen sampai 80 persen
dari nilai maksimal 75 persen. Daerah dengan nilai cukup tinggi adalah kota
Surakarta, kota Yogyakarta, kota Metro dan kab. Kupang (diatas 60%). Rata-
rata daerah masih dengan nilai dibawah 50 persen. Nilai ini menurut kategori
penilaian WHO berada pada kelompok lemah/Weak. Namun kedua nilai
tersebut masih dalam kategori yang sama yaitu kelompok sistem registrasi sipil
dan statistik yang lemah yang berarti banyak aspek dari sistem tidak berfungsi
dengan baik, dan banyak masalah membutuhkan perhatian. Perbedaan nilai ini
wajar terjadi karena sebagian pertanyaan yang bukan bidang peserta tidak
dapat dipilih skenario yang sesuai, namun setelah dilakukan diskusi peserta
menjadi lebih memahami dan memilih skenario yang sesuai dan disepakati
bersama.
Beberapa hasil dari detail evaluasi sebagai berikut:
1. Masyarakat pada dasarnya sudah melapor bila ada kejadian kematian dalam
tingkatan dan kepentingan yang berbeda.
2. Hanya sebagian kecil (10%) masyarakat mengurus akte kematian ke
Dukcapil. Pengurusan itupun dilakukan jauh hari setelah kejadian kematian
(tidak tepat waktu).
3. Santunan kematian mendorong mayarakat melapor, namun tidak
mensyaratkan surat punya akte kematian dan tanpa batas waktu yang jelas,
21
dan tanpa surat keterangan dan penyebab kematian dari puskesmas/rumah
sakit.
4. Bukti pelaporan kematian ditingkat yang paling dasar tidak selalu
teradministrasikan dengan baik.
5. Lembaga resmi adminduk tidak berkoordinasi dengan lembaga-lembaga
masyarakat seperti gereja, banjar, masjid untuk mendapatkan data kematian.
6. Kesadaran masyarakat pentingnya melapor ke puskesmas untuk dibuatkan
AV sudah cukup tinggi, tertutama untuk daerah yang mempunyai santunan
kematian.
7. Dalam hal legal aspek, beberapa kabupaten/kota memiliki Peraturan Daerah
tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan. Namun masih
memerlukan penambahan peraturan-peraturan. Seperti belum ada peraturan
daerah yang mewajibkan penyebab kematian harus ditetapkan dalam Surat
Keterangan Kematian (SKPK) atau dicatatkan pada pendaftaran kematian.
8. Dalam hal infrastruktur, kantor registrasi hanya ada di ibukota
Kabupaten/Kota belum ada di Kecamatan. Petugas registrasi telah dilatih
namun masih belum memadai sehingga para petugas masih perlu
mengembangkan keterampilan dan pengetahuannya saat melakukan
pekerjaan.
9. Dalam hal organisasi dan fungsi dari sistem statistik vital, kerjasama antar
Badan dan Lembaga pemerintahan yang berbeda dalam menjalankan
tanggungjawabnya terhadap sistem pencatatan sipil dan vital statistik belum
bersinergi.
10. Dalam hal cakupan pencatatan kelahiran dan kematian (completeness),
hasil evaluasi dalam kurun waktu 10 tahun terakhir menunjukkan
kelengkapan pencatatan kelahiran masih belum lengkap (<50%) sedangkan
untuk kematian berkisar 70%-89%.
11. Dalam hal Manajement Data, pencatatan kelahiran dan kematian dilaporkan
dari tingkat Desa/Kelurahan dan Kecamatan kepada tingkat Kota belum
dilakukan secara elektronik, namun masih terbatas dengan mengirim
langsung lembar tindasan (copy) melalui sistem pelaporan pencatatan
kelahiran dan kematian kepada kantor penyimpanan tingkat Kota.
22
12. Format laporan pencatatan kematian yang ada di pusat pelayanan kesehatan
belum sama dengan format laporan yang ada di Instansi kependudukan
seperti Kelurahan, Kecamatan dan Dukcapil. Format pencatatan
kependudukan hanya mencantumkan jumlah yang meninggal sedangkan
jenis penyakit penyebab kematian hanya berdasar pengakuan warga
(misalnya: sakit tua, kecelakaan). Sedangkan format pencatatan
kependudukan kesehatan sudah menggunakan ICD 10.
13. Dalam hal kualitas data penyebab kematian masih kurang baik, karena tidak
ada pelatihan khusus tentang ICD atau sertifikasi medis penyebab kematian
dalam kurikulum kedokteran, dan hanya belajar sedikit sekali selama latihan
kerja pada masa internship.
14. Fungsi monitoring dan evaluasi masih belum berjalan secara maksimal,
masalah SDM (sumber daya manusia) masih merupakan masalah, seperti
kurangnya tenaga khusus baik tenaga kesehatan maupun tenaga
pencatatan dari kecamatan/kelurahan.
15. Dalam hal pelaksanaan penentuan kode ICD telah dilakukan pengkodean
ICD sesuai dengan versi ICD, tetapi versi ICD dalam bahasa Indonesia
belum tersedia, sehingga membuat tugas pengkode menjadi lebih sulit.
16. Dalam hal kualifikasi perekrutan dan pelatihan petugas pengkode serta
kualitas kode, petugas pengkode/kasus kematian diberikan pelatihan ICD
singkat dan telah lulus dalam ujian dasar. Namun demikian tidak ada
prosedur yang dilakukan untuk memastikan pengkodean dilakukan dengan
benar.
17. Kualitas data dan pemeriksaan kewajaran telah dilakukan terbatas dengan
pemeriksaan secara umum terhadap data kelahiran dan kematian yang
diperoleh dari vital statistik, dengan menghitung rate dan membandingkannya
dengan angka-angka sebelumnya. Pemeriksaan konsistensi dan kewajaran
data penyebab kematian secara rutin telah dilakukan pemeriksaan dilakukan
terbatas dengan menggunakan program komputer sederhana untuk
mengetahui kesalahan kompilasi sebelum data dipublikasikan.
23
5. Uji Lapangan Diagnosis Schistosomiasis dengan DOT Blot dan Plate pada
penderita schistosomiasis di Napu Sulawesi Tengah
Pengembangan diagnosis schistosomias untuk mendeteksi AgES S.
japonicum dengan metode ELISA, telah dikembangkan sejak tahun 2012
melalui uji laboratorium dan menunjukkan hasil dapat mendeteksi penderita
schistosomiasis dengan baik, sehingga perlu dilakukan uji lapangan.
Berdasarkan hal tersebut dilakukan uji lapangan diagnosis schistosomiasis
dengan dot blot dan plate pada penderita, di Napu Kabupaten Poso Propinsi
Sulawesi Tengah selama sembilan bulan (Maret - November 2014) dengan
disain cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai
sensitivitas dan spesifisitas dari metode ELISA (dot blot dan plate), serta
mengidentifikasi kemampuan model ELISA yang dikembangkan melalui uji
reliabilitas pada penderita schistosomiasis. Survey tinja dilakukan pada
masyarakat desa endemis terpilih, dengan metode simple random sampling
dipilih sebanyak 325 orang untuk pengambilan sampel tinja selanjutnya diambil
serum darah untuk uji ELISA dengan teknik dot blot dan plate. Nilai sensitivitas
dan spesifisitas dari teknik dot blot dan plate dihitung menggunakan tabel 2 x 2
dari sampel yang diuji berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopis (gold
standard) dengan metode Kato Katz. Hasil uji lapangan menunjukkan nilai
sensitivitas dan spesifisitas dari teknik dot blot adalah sebesar 74% dan 78%,
dan untuk metode plate sensitivitas sebesar 77% dan spesifisitas 84%.
Kemampuan uji dari model ELISA yang dikembangkan teknik dot blot dan plate
adalah sebesar 77-79%. Kesimpulan nilai sensitivitas dan spesifisitas serta
kemampuan uji dari teknik dot blot dan plate pada uji lapangan menunjukkan
hasil yang baik untuk digunakan dalam mendiagnosis schistosomiasis di
Indonesia. Data hasil penelitian ini dapat digunakan oleh program dalam
mendiagnosis penderita Schistosomiasis secara cepat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan metode yang tepat untuk
mendeteksi penderita schistosomiasis.
24
Telur cacing Schistosoma japonicum Pemeriksaan spesimen tinja
Persiapan titrasi IgG sebagai test
line dan control line
Proses pengisian sampel serum
Hasil uji dot blot yang telah dirakit dan menunjukkan hasil
positif schistosomiasis dan hasil negatif schistosomiasis
Test Line Control Line Control Line
Proses pemindahan dan
sentrifuge serum
Uji Dot Blot dan Plate
Survei Darah dan Pembuatan Serum
25
Gambar III.2 Kegiatan Penelitian Uji Lapangan Diagnosis Schistosomiasis dengan
DOT Blot dan Plate pada Penderita Schistosomiasis di Napu Sulawesi Tengah
6. Faktor-faktor Risiko Penularan Filariasis di Kabupaten Seram Bagian Barat
dan Kabupaten Buru, Provinsi Maluku
Filariasis adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi
cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Penelitian ini dilakukan
di Kabupaten Seram Bagian Barat dan Kabupaten Buru, Provinsi Maluku pada
bulan Maret sampai November 2014. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan
gambaran faktor-faktor risiko penularan filariasis di Kabupaten Seram Bagian
Barat dan Kabupaten Buru, Provinsi Maluku. Desain penelitian ini menggunakan
rancangan potong lintang dengan jenis penelitian observasional. Sampel adalah
masyarakat di desa endemis filariasis (terdapat kasus kronis) yang terpilih.
Kegiatan yang dilakukan yaitu Survei Darah Jari pada malam hari mulai pukul
20.00 WITA, wawancara pengetahuan, sikap dan perilaku, dan pemetaan. Dari
770 sediaan darah yang diperiksa tidak ditemukan penderita positif
mikrofilaria.Tingkat pengetahuan, dan perilaku masyarakat tentang filariasis
masih kurang, sedangkan sikap sudah baik.
Kesimpulan: di Kecamatan Taniwel Timur Kabupaten Seram Bagian
Barat, Kecamatan Lolong Guba dan Waelata Kabupaten Buru tidak ditemukan
penderita mikrofilaremia atau penderita positif mikrofilaria, rendahnya
pengetahuan dan perilaku masyarakat tentang filariasis, serta distribusi kasus
Pemaparan hasil penelitian di Dinas Kesehatan Kabupaten Poso, yang dihadiri oleh Kepala
Dinas, Sekertaris, Para Kepala Bidang : PTM, P2, Kesling, Perencanaan. Kasie P2, Kasie
PTM, Kasie Kesling, dan para staf P2.
26
kronis filariasis di Kabupaten Seram Bagian Barat, cenderung mengelompok di
Desa Sohuwe, sedangkan di Kabupaten Buru di Desa Ohilahin.
Saran: perlunya dilakukan SDJ di kecamatan yang lain yang masih
terdapat penderita kronis filariasis, perlunya peningkatan pengetahuan dan
perilaku masyarakat terkait filariasis dengan cara pemberian informasi melalui
penyuluhan intensif yang melibatkan berbagai pihak, agar masyarakat dapat
membantu pemerintah dalam penemuan penderita klinis filariasis secara dini,
serta agar masyarakat dapat mencegah diri untuk tidak terkena penyakit ini,
perlunya penanganan kepada penderita kronis, berupa informasi tentang cara
perawatan anggota tubuhnya yang mengalami pembengkakan, dan mengubah
persepsi negatif masyarakat terhadap penderita kronis filariasis.
Survei pendahuluan
Survei Darah Jari
Wawancara Pengetahuan, sikap dan Perilaku
27
Pemetaan rumah penduduk yang mengikuti SDJ dan penderita kronis
Gambar III.3 Kegiatan Penelitian Faktor-faktor Risiko Penularan Filariasis di
Kabupaten Seram Bagian Barat dan Kabupaten Buru, Provinsi Maluku
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk memberikan gambaran faktor-faktor
risiko penularan filariasis di Kab. Seram Bagian Barat dan Kab. Buru, Provinsi
Maluku.
7. Peta Status Resistensi Aedes aegpti (Linn) Terhadap Insektisida
Cypermetrin 0,05%, Malathion 0,8% dan Temephos di Kabupaten
Purworejo, Kebumen, Pekalongan, Demak, Wonosobo, Cilacap, Kudus,
Klaten, dan Banjarnegara tahun 2014
Wilayah Jawa Tengah perkembangan angka kesakitan/incidence rate
(IR) per 100.000 penduduk lima tahun terahir relatif menurun.Namun demikian
persebaran DBD semakin meluas di semua Kabupaten/Kota. Pengendalian
DBD terutama ditujukan untuk memutus rantai penularan, antara lain dengan
pengendalian vektornya.Foging masih merupakan pilihan yang banyak
dilakukan, selain temephos. Beberapa penelitian resistensi Ae. aegypti telah
dilakukan di wilayah endemis DBD. Melengkapi peta resistensi pada
kabupaten / kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah akan dilakukan pada
penelitian ini dengan mengambil lokasi endemis sedang dan rendah.
Pengumpulan sampel uji dari 100 rumah per desa pada tiga desa/kelurahan
dengan masalah DBD pada setiap Kabupaten terpilih di Jawa Tengah.
Sampel berupa larva, telur dan nyamuk dewasa yang selanjutnya
dipelihara untuk memperoleh F1 dan F2. Uji resistensi pada Ae. aegypti dewasa
28
dilakukan dengan menggunakan impregnated paper. Pemeriksaan biokimia
dilakukan untuk mengukur serapan enzim esterase, monooksigenase dan
glutation s transferase.Uji resistensi temephos dilakukan pada diagnostic
dose (0,02 mg/l). Hasil menunjukkan Aedes aegypti pada semua wilayah
penelitian telah resisten terhadap malathion 0,8%, hampir semua resisten
cypermethrin 0,05% hanya sampel dari Kelurahan Kandangmas, Kecamatan
Dawe, Kudus dan Banjarnegara yang masih toleran. Aktivitas serapan enzim
esterase menunjukkan di Kabupaten Banjarnegara, Cilacap dan Klaten
dominansi resisten tinggi, sedangkan Demak, Kebumen, Kudus, Pekalongan,
Purworejo,Wonosobo ada pada kategori rentan. Aktivitas serapan enzim
mono oksigenase menunjukkan Banjarnegara, Demak dan Pekalongan telah
resisten, sedangkan Cilacap, Kebumen, Klaten, Kudus, Purworejo, Wonosobo
ada pada kategori rentan. Konsentrasi enzim gluthation-s- transferase tertinggi
sebesar 22,10 M/min dan terendah 0 M/min. Rata- rata konsentrasi enzim
gluthation-s-transferase adalah 3,67 M/min. Aedes aegypti di lokasi penelitian
hampir semua telah resisten terhadap temephos kecuali sampel dari wilayah
Kelurahan Getas Pejaten, Kecamatan Jati, Kudus dan Kelurahan
Kedungwuni Barat, Kecamatan Kedungwuni, Pekalongan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan sebaran resistensi
Aedes aegypti larva dan dewasa terhadap insektisida yang digunakan program
kesehatan.
8. Pengembangan Model Pengendalian Leptospirosis di Kabupaten Demak
dengan Metode System Dynamics
Model pengendalian leptospirosis telah dilakukan di Kabupaten Demak
antara lain skrining penderita, sosialisasi sampai ke tingkat desa, fasilitasi teknis
kepada petugas pencegahan dan pemberantasan penyakit, metode
implementasi desinfektan, penyuluhan, peningkatan pengetahuan dan praktik
deteksi adanya luka di kulit dan penanganannya. Namun demikian, kasus
leptospirosis masih tetap ada setiap tahunnya. Dari model yang sudah ada,
dikembangkan model pengendalian leptospirosis dengan metode system
dynamics. Model sistem dinamik ini mempunyai tujuh skenario,yaitu (1) skenario
dengan intervensi / upaya pengendalian tikus; (2) skenario dengan intervensi
29
berupa pencegahan / mengurangi kontak antara manusia dengan air yang
terkontaminasi bakteri leptospirosis; (3) skenario dengan intervensi perawatan
luka; (4) skenario dengan intervensi pencegahan kontak dengan urin tikus yang
terinfeksi; (5) skenario dengan intervensi mengurangi kontak dengan urin hewan
reservoir lainnya yang terinfeksi; (6) skenario dengan mengelola sampah
domestik; dan (7) skenario dengan menggabungkan intervensi pengendalian
tikus, pencegahan/mengurangi kontak antara manusia dengan air yang
terkontaminasi bakteri leptospira, merawat luka, dan pengelolaan sampah
domestik.
Hasil analisis menunjukkan bahwa apabila dilakukan intervensi
peningkatan dua kali lipat upaya pengendalian tikus secara biologi dan mekanik,
mampu menurunkan jumlah manusia penderita leptospirosis hingga 20,67%
(skenario 1c). Pencegahan kontak secara tidak langsung antara manusia sehat
dengan air yang terkontaminasi saja hanya mampu menurunkan 0,01%
(skenario 2). Perawatan luka secara maksimal mampu menurunkan kasus
leptospirosis hingga 1,6%. Upaya pencegahan kontak langsung antara manusia
sehat dengan urin tikus yang terinfeksi memiliki daya ungkit yang paling tinggi
dalam pemodelan ini, karena mampu menurunkan jumlah kasus hingga 98,14%
(skenario 4). Upaya pencegahan kontak langsung dengan urin hewan reservoir
lainnya yang terinfeksi tidak berpengaruh menurunkan leptospirosis selama 5
tahun ke depan. (skenario 5).
Pengelolaan sampah domestik yang dapat menjadi sumber ketersediaan
pangan bagi tikus di rumah mampu menurunkan jumlah kasus leptospirosis
hingga 1,81%. Intervensi yang menggabungkan upaya pencegahan kontak
antara manusia sehat dengan air yang terkontaminasi, perawatan luka,
pengendalian tikus yang maksimal secara biologi dan mekanik, serta
pengelolaan sampah domestic, mampu menurunkan jumlah kasus leptospirosis
hingga 0,45%. Model yang dihasilkan dapat dijadikan dasar penentuan
kebijakan pengendalian leptospirosis lima tahun yang akan datang.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan model pengendalian
leptosirosis yang tepat di Kabupaten Demak dengan metode system dynamics.
30
9. Penentuan Tingkat Endemisitas Filariasis (Microfilaria rate/MF rate) di
Wilayah Pasca Pengobatan Massal Filariasis di Kabupaten Tanjung
Jabung Timur Provinsi Jambi
Penelitian dilakukan selama 10 bulan (Februari-November 2014).
Kegiatan yang dilakukan adalah survai darah jari (SDJ) yang diilakukan di 4
kelurahan (Kelurahan Nibung Putih, Talang Babat, Teluk Dawan dan Parit
Culum 1). Sampel penelitian ini sebanyak 1.209 penduduk dari 4 kelurahan
terpilih. Survai entomologi dilakukan di kelurahan dengan kasus positif filariasis
terbanyak, yaitu di Kelurahan Nibung Putih. Penangkapan nyamuk dilakukan
sebanyak 4 kali. Nyamuk hasil penangkapan diidentifikasi dan dibedah untuk
mendapatkan larva cacing filaria. Pemeriksaan lebih lanjut terhadap nyamuk
tertangkap dilakukan dengan metode PCR. Hasil penelitian mendapatkan 8
orang positif mikrofilaria berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopis. Hasil
pemeriksaan dengan PCR mendapatkan 2 sampel positif mikrofilaria dari
sampel penderita kronis, sehingga jumlah seluruh penderita filariasis yang
ditemukan selama penelitian sebanyak 10 orang. Jumlah penderita terbanyak
ditemukan di Kelurahan Nibung Putih sebanyak 6 kasus (2,08%). Hasil tersebut
menunjukkan bahwa tingkat endemisitas filariasis di Kabupaten Tanjung Jabung
Timur masih tinggi, karena masih ditemukan kelurahan dengan Mf rate >1%.
Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan yang bermakna secara
statistik antara umur dan riwayat demam berulang dengan kejadian filariasis.
Hasil penangkapan nyamuk mendapatkan spesies nyamuk paling banyak
adalah Ma.indiana dengan sifat nyamuk eksofagik dan eksofilik. Hasil
pemeriksaan dengan metode PCR ditemukan adanya DNA cacing filaria dalam
tubuh nyamuk Ma.indiana. Kabupaten Tanjung Jabung Timur masih merupakan
daerah endemis filariasis hingga saat ini. Spesies vektor yang ditemukan adalah
Ma.indiana.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan tingkat endemisitas
filariasis di daerah pasca pengobatan massal filariasis
31
Gambar III.4 Kegiatan Penelitian Penentuan Tingkat Endemisitas Filariasis
(Microfilaria rate/MF rate) di Wilayah Pasca Pengobatan Massal Filariasis di
Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi
.
10. Perumusan Model Pengendalian Vektor Demam Berdarah Dengue
Berbasis Masyarakat
Telah dilakukan penelitian di Kelurahan Sekejati Kecamatan Buahbatu
Bandung pada tahun 2014 dengan tujuan menentukan model pengendalian
demam berdarah dengue berbasis masyarakat. Penelitian dilakukan dengan
melakukan wawancara kepada responden rumah tangga yang ada dan tidak
ada penderita DBD dalam waktu 3 tahun terakhir, tentang pelaksanaan
pemberantasan vektor serta faktor pendorong maupun penahannya. Selain itu
juga dilakukan wawancara mendalam kepala pengelola Program
Pemberantasan DBD. Selanjutnya, data dianalisis dengan system dynamic
untuk mengetahui untuk menentukan variabel yang mempunyai pengungkit
(leverage) paling tinggi melalui simulasi intervensi.
Penelitian ini meyimpulkan bahwa, dari 5 kegiatan pokok dalam kebijakan
pengendalian DBD, 4 kegiatan sudah dilaksnakan sesuai dengan tugas dan
kewenangannya oleh Dinas Kesehatan Kota Bandung, Puskesmas, kelurahan
dan rumah sakit. Satu kegiatan yaitu kemitraan dalam wadah POKJANAL DBD,
belum bisa dilaksnakan sebagaimana mestinya. Kegiatan pengendalian vektor
DBD melalui intervensi soasial yang menghasilkan nilai ungkit paling tinggi
dalam penurunan kasus DBD adalah penyuluhan. Kegiatan lain yang juga
mempunyai nilai ungkit adalah kegiatan blusukan untuk mengajak warga,
intruski dari RT ke warga, serta intnsifikasi Jumantik. Sedangkan model
pengendalian vektor DBD di Kota Bandung adalah dengan program yang sudah
32
dilakukan sekarang dengan tambahan intervensi struktural dengan
penambahan intensifikasi kegiatan penyuluhan, adanya blusukan untuk
mengajak warga, disertai dengan intruski dari RT ke warga untuk melakukan
kegiatan pengendalian vektor, serta intnsifikasi Jumantik. Kegiatan
pengendalian oleh pemerintah, bukan hanya dilaksanakan oleh sektor
kesehatan tapi juga oleh sektor lain terutama yang berkaitan dengan
pembenahan infrastruktur lingkungan dan pemukiman. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mendapatkan model pengendalian demam berdarah dengue
berbasis masyarakat.
11. Pemetaan kasus dan vektor filariasis di Pulau Sumba Provinsi Nusa
Tenggara Timur
Filariasis adalah penyakit yang menyerang manusia yang disebabkan
oleh infeksi cacing filaria yang hidup di saluran dan kelenjar getah bening.
Penularan penyakit ini diperantarai oleh berbagai genus nyamuk terdiri yaitu
genus Aedes, Anopheles, Culex Mansonia dan Armigeres. Pulau Sumba
merupakan bagian dari wilayah administrasi provinsi Nusa Tenggara Timur,
turut menyumbang angka kasus sehingga NTT menempati urutan kedua dalam
jumlah kasus filariasis tertinggi tahun 2009. Pulau ini memiliki 4 kabupaten yaitu
kabupaten Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat dan Sumba Barat
Daya. Selanjutnya, upaya pemutusan rantai penularan filariasis yang sudah
dijalankan di dua Kabupaten ini adalah pengobatan selektif yaitu pengobatan
hanya dilakukan pada penderita kronis yang dapat berobat ke Pusat Layanan
Kesehatan Masyarakat. Akan tetapi, pemilihan menggunakan program
pengobatan ini tidak diawali dengan survei evaluasi. Sedangkan Kabupaten
Sumba Timur hingga saat ini belum melaksanakan survei darah jari baik oleh
pihak program Dinas Kesehatan maupun sekktor terkait lainnya. Program
pengobatan yang dilakukan di 3 Kabupaten tersebut merupakan salah satu
indikasi bahwa kemungkinan kejadian transmisi filariasis masih berlangsung di
daerah ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk Memperoleh peta kasus dan vektor
filariasis pada empat kabupaten di pulau Sumba provinsi NTT.
33
Hasil penelitian ini diketahui bahwa spesies nyamuk yang menjadi vektor di
pulau sumba adalah nyamuk Anopheles vagus dan Anopheles sundaicus
sedangkan mikrofilaria yang ditemukan di pulau ini adalah Whucereria bancrofti
dan Brugia timori. An. sundaicus aktif mengigit pada pukul 18.00-6.00 dengan
puncak gigitan pada pukul 18.00-19.00. An. sundaicus ditemukan di habitat
Lagun. An. vagus aktif mengigit pada pukul 18.00-24.00, pada jam selanjutnya
spesies ini tidak ditemukan lagi. An. vagus lebih banyak ditemukan di habitat
sawah, genangan, sungai.
Penderita filariasis di Pulau Sumba
Survei darah jari di Pulau Sumba
Pewarnaan slide hasil survei
darah jari
Pemeriksaan preparat survei darah
jari
Persiapan penangkapan nyamuk
metode 12 jam
Identifikasi nyamuk hasil
penangkapan metode 12 jam
Pencidukan jentik di habitat
temporer
Pencidukan jentik di habitat
dengan kadar garam > 0 %
Pengukuran faktor lingkungan
habitat perkembangbiakan
nyamuk
Gambar III.5 Kegiatan Penelitian Pemetaan Kasus dan Vektor Filariasis di
Pulau Sumba Provinsi Nusa Tenggara Timur
34
b. Jumlah Publikasi Ilmiah di Bidang Teknologi Intervensi Kesehatan
Masyarakat yang Dimuat pada Media Cetak dan Elektronik Nasional dan
Internasional
Pada tahun 2014, Pusat TIKM dan satker ampuannya mempunyai target
indikator kinerja jumlah publikasi ilmiah di bidang teknologi intervensi
kesehatan masyarakat yang dimuat pada media cetak dan elektronik nasional
sebanyak 15 artikel dan internasional sebanyak 2 artikel. Untuk rincian capaian
publikasi ilmiah di bidang teknologi intervensi kesehatan masyarakat dapat
dilihat pada Tabel III.3.
Tabel III.3 Publikasi Ilmiah di Bidang Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat
Tahun 2014
a. Artikel Ilmiah yang dipublikasikan dalam media nasional terakreditasi
No Judul Artikel Nama Penulis Satker Media Publikasi
1 Pengetahuan, Sikap Dan
Perilaku Siswa Slta Dalam
Pencegahan Kecelakaan
Sepeda Motor Di Kota
Bekasi
Mulyono
Notosiswoyo
Pusat TIKM Jurnal Ekologi
Kesehatan Vol.
13 No.1, Maret
2014 : 1-9
2 Sebaran Habitat
Perkembangbiakan Larva
Anopheles Spp Di
Kecamatan Bula,
Kabupaten Seram Bagian
Timur, Provinsi Maluku
Jusniar Ariati, Ima
Nurisa Ibrahim dan
Dian Perwitasari
Pusat TIKM Jurnal Ekologi
Kesehatan Vol.
13 No.1, Maret
2014 : 10-22
3 Penerapan Model
Pengembangan Sistem
Registrasi Kematian Dan
Penyebab Kematian Di
Kabupaten/Kota Daerah
Pengembangan
Ning Sulistiyowati
dan Felly Philipus
Senewe
Pusat TIKM Jurnal Ekologi
Kesehatan Vol.
13 No.1, Maret
2014 : 23-32
4 Peran Tenaga Kesehatan
Dan Kerjasama Lintas
Sektor Dalam Pengendalian
Malaria
Helper Sahat P
Manalu, Rachmalina
SP, Supratman
Sukowati, Suharjo
Pusat TIKM Jurnal Ekologi
Kesehatan Vol.
13 No.1, Maret
2014 : 50-58
35
No Judul Artikel Nama Penulis Satker Media Publikasi
5 Insiden Malaria Dan Pola
Iklim Di Kabupaten Kapuas
Provinsi Kalimantan Tengah
Dan Kabupaten Sumba
Barat Provinsi Nusa
Tenggara Timur, Indonesia
Tahun 2005 – 2009
Mardiana dan Dian
Perwitasari
Pusat TIKM Jurnal Ekologi
Kesehatan Vol.
13 No.1, Maret
2014 : 59-70
6 Indeks Pemberian Makan
Anak (IPMB) Berhubungan
dengan Status Gizi Anak
12-23 Bulan di Kelurahan
Kebon Kalapa, Bogor
Tengah
Nur Handayani
Utami, Budi
Setiawati, Dwi Sisca
Kumala
Pusat TIKM JEK Vol 13 No. 1,
Maret 2014
7 Persepsi Jajaran Kesehatan
Tentang Dampak Kegiatan
Penambangan Emas di
Kabupaten Buru Provinsi
Maluku, tahun 2012.
M.Hasyimi,Yulianis
Rahim, Betryon
Pusat TIKM JEK Vol.13 No.2,
Juni 2014
8 Kesiapan Pemerintah
Kabupaten Muara Enim
dalam Rangka
Menanggulangi
Pencemaran Batu Bara
Helper Sahat
Manalu, Bambang
Sukana, Kenti
Friskarini
Pusat TIKM JEK Vol.13 No.2,
Juni 2014
9 Pola Pemeriksaan
Kehamilan Pada Wilayah
Kerja Puskesmas PONED
Kab. Karawang
Jerico F Pardosi,
Sugiharti, Heny
Lestary
Pusat TIKM JEK Vol.13 No.3,
September 2014
10 Kasus Kecacingan Pada
Murid Sekolah Dasar Di
Kecamatan Mentewe,
Kabupaten Tanah Bumbu
Kalimantan Selatan Tahun
2010
Dina Bisara,
Mardiana
Pusat TIKM JEK Vol.13 No.3,
September 2014
11 Pola Penyebab Kematian
Kelompok Bayi Dan Anak
Balita, Hasil Sistem
Sarimawar Djaja,
Ning Sulistyowati
Pusat TIKM JEK Vol.13 No.3,
September 2014
36
No Judul Artikel Nama Penulis Satker Media Publikasi
Registrasi Kematian Di
Indonesia Tahun 2012
12 Kemampuan Kader
Posyandu dalam Melakukan
Pengukuran Panjang /
Tinggi Badan Balita
Noviati Fuada,
Salimar, Anies
Irawati
Pusat TIKM JEK Vol.13 No.3,
September 2014
13 Faktor Persepsi dan Sikap
dalam Pemanfaatan
Layanan Voluntary
Counseling and Testing
(VCT) oleh Kelompok
Berisiko HIV/AIDS di Kota
Bandung Tahun 2013
Mujiati, Julianty
Pradono,
Pusat TIKM Jurnal Kesehatan
Reproduksi Vol.5
No.1 April 2014
14 Kesehatan Ibu dan Bayi
yang Melakukan Tradisi SEI
dan Gambaran Kesehatan
Lingkungan Rumah
Bulat(Ume' Kbubu) di
Kabupaten Timor Tengah
Selatan Provinsi Nusa
Tenggara Timur (NTT)
Athena A,
Rachmalina S
Pusat TIKM Jurnal Kesehatan
Reproduksi Vol.5
No.1 April 2014
15 Pola Penyebab Kematian
Usia Produktif (15-54
Tahun) (Analisis lanjut dari
"Pengembangan Registrasi
Kematian dan Penyebab
Kematian di Kabupaten
/Kota di Indonesia Tahun
2012
Ning Sulistyowati,
Felly P Senewe
Pusat TIKM Jurnal Kesehatan
Reproduksi Vol.5
No.1 April 2014
16 Determinan pemberian ASI
eksklusif: Analisis Data
Sekunder Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia
2012
Suparmi, Ika
Saptarini
Pusat TIKM Jurnal Kesehatan
Reproduksi Vol.5
No.1 April 2014
17 Pemberian asupan
prelakteal sebagai salah
satu faktor kegagalan ASI
Novianti, Anissa
Rizkianti
Pusat TIKM Jurnal Kesehatan
Reproduksi Vol.5
No.1 April 2014
37
No Judul Artikel Nama Penulis Satker Media Publikasi
Eksklusif pada pekerja
buruh industri tekstil di
Jakarta
18 Pengetahuan tentang
Osteoporosis dan
Kepadatan Tulang
Hubungannya dengan
Konsumsi Kalsium pada
Wanita Dewasa Muda
Budi Setyawati,
Noviati Fuada,
Salimar
Pusat TIKM Jurnal Kesehatan
Reproduksi Vol. 5
No. 2 Agustus
2014
19 Gambaran kepatuhan
Orang Dengan HIV-Aids
(ODHA) dalam Minum Obat
ARV di Kota Bandung,
Provinsi Jawa Barat,Tahun
2011-2012
Sugiharti, Yuyun
Yuniar,Heni Lestari
Pusat TIKM Jurnal Kesehatan
Reproduksi Vol.5
No.2 Agustus
2014
20 Evaluasi pelaksanaan
Layanan Perawatan,
Dukungan dan Pengobatan
(PDP) HIV-AIDS di Jawa
Barat dan Papua tahun
2012
Mujiati, Jerico F.
Pardosi, M.
Syaripuddin
Pusat TIKM Jurnal Kesehatan
Reproduksi Vol.5
No.2 Agustus
2014
21 Faktor pada Remaja Muda
dan Tersedianya Media
Informasi Hubungannya
dengan Perilaku Berisiko
Iram Barida Maisya,
Andi Susilowati
Pusat TIKM Jurnal Kesehatan
Reproduksi Vol. 5
No. 3 Desember
2014
22 Studi Monitoring Efek
Samping Obat
AntiTuberkulosis FDC
Kategori I di Provinsi Banten
dan Provinsi Jawa Barat
Ida Diana Sari,
Yuyun Yuniar,
M.Syarifudin
Pusat TIKM Media Litbangkes
Vol. 24 No. 1,
Maret 2014
23 Kesiapan Puskesmas
PONED (Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergensi Dasar)
di Lima Regional Indonesia
Mujiati, Heny
Lestary, Eva
Laelasari
Pusat TIKM Media Litbangkes
Vol. 24 No. 1,
Maret 2014
24 Sindrom Metabolik pada
Orang Dewasa di Kota
Bogor, 2011 -2012
Anna Maria Sirait,
Eva Sulistiowati
Pusat TIKM Media Litbangkes
Vol. 24, No. 2
Juni 2014
38
No Judul Artikel Nama Penulis Satker Media Publikasi
25 Peran Dukun Bayi dalam
Menunjang Kesehatan Ibu
dan Anak
Kasnodihardjo, Tri
Juni Angkasawati,
Lusi Kristiana
Pusat TIKM Media Litbangkes
Vol. 24, No. 2
Juni 2014
26 Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap risiko
kehamilan “4 Terlalu (4T)”
pada wanita usia 10-59
tahun
Puti Sari H, Dwi
Hapsari, Ika
Dharmayanti, Nunik
Kusumawardhani
Pusat TIKM Media Litbang
Volume 24 no 3
September 2014
27 Analisis Deskriptif
Kesehatan Lingkungan di
Daerah Tertingal,
Perbatasan, Kepulauan dan
Terpencil (DTPK-T)
Felly P. Senewe,
Elsa Elsi
Pusat TIKM Media Litbangkes
Vol. 24 No. 3
September 2014
28 Penelitian/Pengembangan
Model/Sistem Surveilans
Dampak Kesehatan
Perubahan Iklim
Athena, D. Anwar
Musadad
Pusat TIKM Buletin Penelitian
Kesehatan Vol.
42 No. 1 Maret
2014
29 Nilai-nilai Budaya yang
Mendasari Pemerataam
Makanan yang dapat
Menunjang Gizi Keluarga
Kasnodihardjo, Tri
Juni Angkasawati
Pusat TIKM Buletin Penelitian
Kesehatan Vol.
42 Nomor 1
Maret 2014
30 Pengetahuan dan Sikap
tentang Penyakit TB Paru
pada Remaja di Kab.
Tangerang Tahun 2009
Kenti Friskarini,
Helper Sahat
Manalu
Pusat TIKM Buletin Penelitian
Kesehatan Vol.
42 Nomor 1
Maret 2014
31 Sistem manajemen dan
Persediaan Vaksin di Dua
Provinsi Indonesia
Andi Leny S, Rini
Sasanti H, M.
Syaripuddin , Yuyun
Yuniar
Pusat TIKM Buletin Penelitian
Kesehatan Vol.
42 no. 2 Juni
2014
32 Kajian Kebijakan Periklanan
Kosmetik di Indonesia :
Kewenangan Pemerintah
Pusat dan Daerah
Raharni, Sudibyo
Supardi, Max J
Herman, Rini
Sasanti, Andy Leny
S
Pusat TIKM Buletin Penelitian
Kesehatan Vol.
42 no. 2 Juni
2014
33 Health Services and it’s
Utilization Related to
Exclusive Breastfeeding and
Nur Handayani
Utami, Kencana
Pusat TIKM Buletin Penelitian
Kesehatan Vol 42
39
No Judul Artikel Nama Penulis Satker Media Publikasi
Early Breastfeeding
Initiation Program in West
Java Province
Sari, Nurillah
Amaliah
No. 3, September
2014
34 Pengetahuan dan Perilaku
Masyarakat tentang
Pengelolaan Pestisida di
Rumah Tangga di Bogor,
Depok, Tangerang, Bekasi
Rachmalina
Prasodjo, Athena
Pusat TIKM Buletin Penelitian
Kesehatan Vol.
42 No. 3
September 2014
35 Model Prediksi Kejadian
Demam Berdarah Dengue
(DBD) Berdasarkan Faktor
Iklim di Kota Bogor, Jawa
Barat
Jusniar Ariati,
Athena
Pusat TIKM Buletin Penelitian
Kesehatan Vol.
42 No. 4
Desember 2014
36 Penggunaan VCD dan
Leaflet untuk Peningkatan
Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Siswa dalam
Pencegahan Kecelakaan
Sepeda Motor
Mulyono
Notosiswoyo
Pusat TIKM Jurnal Kesehatan
Masyarakat
Nasional Vol. 8
No. 8 Mei 2014
37 Pneumonia pada Anak
Balita di Indonesia
Athena A., Ika
Darmayanti
Pusat TIKM Jurnal Kesehatan
Masyarakat
Nasional Vol. 8
No. 8 Mei 2014
38 The Experience of ICD
Utilization on Verbal
Autopsy Data to Obtain
Trend of Cause of Death in
Indonesian Population
(1992-2007)
Sarimawar Djaja Pusat TIKM Buletin Penelitian
Sistem
Kesehatan, Vol.
17 No. 1 Januari
2014
39 Hubungan antara Tingkat
Pendidikan, Pengetahuan
tentang Kesehatan
Lingkungan, Perilaku Hidup
Sehat dengan Status
Kesehatan.
Julianty Pradono,
Ning Sulistyowati
Pusat TIKM Buletin Penelitian
Sistem
Kesehatan, vol.
17, no. 1,
Januari, 2014
40 Potensi Penghematan Biaya
Obat di Lima Rumah Sakit
M. Syaripuddin, Andi
Leny S, Ida Diana S
Pusat TIKM Buletin Penelitian
Sistem
40
No Judul Artikel Nama Penulis Satker Media Publikasi
Umum Daerah (RSUD) DKI
Jakarta
Kesehatan, Vol.
17 No. 1, Januari
2014
41 Pengaruh Akses Air Minum
terhadap Kejadian Penyakit
Tular Air (Diare dan Demam
Tifoid)
Khadijah Azhar, Ika
Dharmayanti,
Athena
Pusat TIKM Buletin Penelitian
Sistem
Kesehatan Vol.
17 No. 2 April
2014: 107-114
42 Faktor risiko dan
komorbiditas migrain
Woro Riyadina dan
Yuda Turana
Pusat TIKM Bulletin
Penelitian Sistem
Kesehatan Vol.
17 No. 4 Oktober
2014
43 Gene S Characerization of
Hantavirus Species Seoul
Virus Isolated from Rattus
norvegicus in an Indonesian
Island
Dian Perwitasari,
Ima Nurisa Ibrahim,
Andi Yasmen
Pusat TIKM HSJI vol.5 no.1
Juni 2014
44 Disposal of household
burned garbage and risk of
low birth weight in Central
Sulawesi Province,
Indonesia
Puti Sari H, Dwi
Hapsari Tjandrarini,
Antonius Yudi
Kristanto, Noor Edi
W. Sukoco
Pusat TIKM Health Science
Journal of
Indonesia
Volume 5, No. 2,
December 2014.
45 Stress as A Major
Determinant of Migraine in
Women Aged 25-65 Years
Woro Riyadina dan
Lely Andayasari
Pusat TIKM Universa
Medicina, FK
Trisakti Vol. 33
No. 2 Mei-
Agustus 2014 :
141-150
46 Infection Rate Host
Perantara Dan Prevalensi
Reservoir Schistosoma
Japonicum Di Dataran
Tinggi Bada Sulawesi
Tengah
Rosmini, Triwibowo
A. Garjito, Ahmad
Erlan, Gunawan
Balai Litbang
P2B2
Donggala
Jurnal Ekologi
Kesehatan Vol.
13 No.1, Maret
2014
41
No Judul Artikel Nama Penulis Satker Media Publikasi
47 Gambaran Pengetahuan
Wanita Usia Subur Tentang
Toxoplasmosis Di Kota Palu
Phetisya Pamela F
S, Intan Tolistiawaty,
Rosmini,
Gunawan,Ketut
Suarayasa, Nelfita,
dan Made Agus
Nurjana
Balai Litbang
P2B2
Donggala
JEK Vol.13 No.2,
Juni 2014
48 Hubungan Pengetahuan,
Perilaku dan Sanitasi
Lingkungan dengan Angka
Kecacingan pada Anak
Sekolah Dasar di Kota Palu
Sitti Chadijah,
Phetisia Pamela F.
S, Ni Nyoman
Veridiana
Balai Litbang
P2B2
Donggala
Media Penelitian
dan
Pengembangan
Kesehatan Vol 24
No 1 Maret 2014
49 Studi Kebijakan
Pengendalian
Schistosomiasis di
Kabupaten Poso dan Sigi
Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2012
Ahmad Erlan,
Junaidi, Ni Nyoman
Veridiana, Puryadi,
Octaviani
Balai Litbang
P2B2
Donggala
Media Penelitian
dan
Pengembangan
Kesehatan Vol 24
No 1 Maret 2014
50 Gambaran Penularan
Filariasis di Provinsi
Sulawesi Barat
Sitti Chadijah, Jastal,
Ni Nyoman
Veridiana, Risti
Balai Litbang
P2B2
Donggala
Buletin Penelitian
Kesehatan vol.
42 no. 2 Juni
2014
51 Variasi Genetik
Oncomelania Hupensis
Lindoensis Dengan Metode
Random Amplified
Polymorphic Dna
Polymerase Chain Reaction
(Rapd-Pcr) Di Sulawesi
Tengah Tahun 2011
Gunawan, Anis
Nurwidayati, Nelfita,
Brian Janitra
Balai Litbang
P2B2
Donggala
Buletin Penelitian
Kesehatan vol.
42 no. 2 Juni
2014
52 Analisis Gen Penyandi
Schistosoma Japonicum
Gluthation S Transferase
(Sj26GST) di Dataran Tinggi
Lindu, Sulawesi Tengah
Indonesia
Anis Nurwidayati,
dkk
Balai Litbang
P2B2
Donggala
Buletin Penelitian
kesehatan Vol.42
No. 2 Desember
2014
42
No Judul Artikel Nama Penulis Satker Media Publikasi
53 Kontribusi Hewan Mamalia
Sapi, Kerbau, Kuda, Babi
Dan Anjing Dalam
Penularan Schistosomiasis
Di Kecamatan Lindu
Kabupaten Sigi Provinsi
Sulawesi Tengah Tahun
2013
Gunawan, dkk Balai Litbang
P2B2
Donggala
Media Penelitian
dan
Pengembangan
Kesehatan Vol 24
No 4 Desember
2014
54 Monitoring Efikasi
penobatan kombinasi
Artesunate Amodiaquine
(AAQ) pada penderita
malaria P. Falciparum tanpa
komplikasi di Sulawesi
Tenggara
Yunus Widjaja, dkk Balai Litbang
P2B2
Donggala
Aspirator Vol. 6
No. 2 Desember
2014
55 Distribusi Spasial
Leptospirosis Di Kabupaten
Gresik, Jawa Timur
Sunaryo Balai Litbang
P2B2
Banjarnegara
Buletin Penelitian
Kesehatan Vol 42
No 3 September
2014
56 Status Resistensi Vektor
Demam Berdarah Dengue
(Aedes Aegypti) Terhadap
Malathion 0,8% Dan
Permethrin 0,25% Di
Provinsi Jawa Tengah
Sunaryo, Bina
Ikawati, Rahmawati,
Dyah Widiastuti
Balai Litbang
P2B2
Banjarnegara
JEK Vol.13 No.2,
Juni 2014
57 Identification of
Endoparasites in Rats of
Various Habitats
Dwi Priyanto Balai Litbang
P2B2
Banjarnegara
HSJI Vol. 5 No 1
Juni 2014
58 Surveilans Aedes aegepti di
Daerah Endemis Demam
Berdarah Dengue
Sunaryo,Nova
Pramesti
Balai Litbang
P2B2
Banjarnegara
Jurnal Kesmas UI
Vol. 8 No 8 Mei
2014
59 Efektivitas
Pentagamavunon-O (PGV-
O) pada Fase Awal Infeksi
Virus Dengue-2
Dewi Marbawati Balai Litbang
P2B2
Banjarnegara
Aspirator Vol. 6
No. 2 bulan
Desember 2014
60
Hubungan Faktor
Lingkungan Fisik dengan
Santoso Loka Litbang
P2B2 Baturaja
JEK Vol.13 No.3
September 2014
43
No Judul Artikel Nama Penulis Satker Media Publikasi
Kejadian Filariasis di
Indonesia
61 Plasmodium Knowlesi:
Distribusi, Gambaran
Mikroskopis, Gejala
Penderita dan Vektor
Potensial
Lasbudi P. Ambarita Loka Litbang
P2B2 Baturaja
JEK Vol.13 No.3
September 2014
62 Pengaruh Promosi
Kesehatan terhadap
Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Masyarakat tentang
Filariasis
Santoso, Yulian
Taviv, Yahya, Rika
Mayasari
Loka Litbang
P2B2 Baturaja
Buletin Penelitian
Sistem
Kesehatan Vol.
17, No.2, April
2014
63 Efektifitas Pengobatan
Massal Filariasis di
Kabupaten Muaro Jambi
Santoso, Yulian
Taviv
Loka Litbang
P2B2 Baturaja
Buletin Penelitian
Kesehatan Vol 42
No 3 September
2014
64 Bionomik Mansonia spp.
Tersangka vektor Filariasis
brugia malayi di Kabupaten
Muaro Jambi
Santoso, Yahya,
Milana Salim
Loka Litbang
P2B2 Baturaja
Media Penelitian
dan
Pengembangan
Kesehatan Vol 24
No. 3 September
2014
65 Pemeriksaan Silang
Mikroskopis Sediaan Darah
Pada Lima Puskesmas
Kabupaten Oku Sumatera
Selatan
Tri Wurisastuti,
Hotnida Sitorus,
Rizki Nurmaliani,
Ade Verientic
Loka Litbang
P2B2 Baturaja
Jurnal
Pembangunan
Manusia Vol. 8
No. 1 April 2014
66 Hubungan dan Sikap
Masyarakat Tentang Malaria
dengan Kepatuhan
Pemakaian Kelambu di
Kecamatan Tanjung Enim
dan Kecamatan Muara Enim
Kabupaten Muara Enim.
I Gede Wempi,
Nungki Hapsari,
Ritawati
Loka Litbang
P2B2 Baturaja
Jurnal
Pembangunan
Manusia Vol. 8
No. 1 April 2014
67 Situasi Filariasis Setelah
pengobatan Massal di
Kabupaten Muaro jambi
Santoso, Yulian
Taviv
Loka Litbang
P2B2 Baturaja
Buletin Penelitian
Kesehatan Vol.
44
No Judul Artikel Nama Penulis Satker Media Publikasi
42 no.
September 2014
68 Survey Jentik Dan Aktifitas
Nokturnal Aedes Spp. Di
Pasar Wisata Pangandaran
Heni Prasetyowati,
Rina Marina, Dewi
Nur Hodijah, Mutiara
Widawati, Tri
Wahono
Loka Litbang
P2B2 Ciamis
Jurnal Ekologi
Kesehatan Vol.
13 No.1, Maret
2014
69 Gambaran Surveilans
Filariasis di Kabupaten
Bandung Provinsi Jawa
Barat
Mara Ipa Loka Litbang
P2B2 Ciamis
JEK Vol.3 No.2,
Juni 2014
70 Analisis Perilaku
Masyarakat Terhadap
Kepatuhan Minum Obat
Filariasis di Kabupaten
Bandung Tahun 2013
Endang Puji Astusi Loka Litbang
P2B2 Ciamis
Media Litbangkes
Vol. 24 no 4
tahun 2014
71 Analisis Potensi Promosi
Pengendalian Penyakit
Demam Berdarah Dengue
melalui Youtube
Mara Ipa Loka Litbang
P2B2 Ciamis
Buletin Penelitian
Sistem
Kesehatan
Volume 17 No 1
Januari 2014
72 Potential Topical Natural
Repellent against Aedes
aegypti, Culex sp. And
Anopheles sp. Mosquitoes
Dewi Nur Hodijah Loka Litbang
P2B2 Ciamis
Health Science
Journal Indonesia
vol 5 no.1 Juni
2014
73 Impact of deltamethrin on
cockroaches (Periplaneta
americana) and its residue
on Environtment
Endang Puji Astuti. Loka Litbang
P2B2 Ciamis
Health Science
Journal Indonesia
vol 5 no.2
Desember 2014
74 Pembuatan Peta untuk
Penentuan Daerah Rawan
Demam Berdarah Dengue
Andri Ruliansyah Loka Litbang
P2B2 Ciamis
Aspirator (Jurnal
of Vector-Borne
Diseases
Studies) Volume
6 No 2 Desember
2014
45
No Judul Artikel Nama Penulis Satker Media Publikasi
75 Situasi Pasca Pengobatan
masal Filariasis di Desa
Buru Kaghu, Kec.Wewewa
selatan Kab.Sumba Barat
Daya
Ira Indriaty P.B Sopi,
Ruben W. Willa
Loka Litbang
P2B2
Waikabubak
JEK Vol 13 no 2,
Juni 2014
76 Situasi rabies dan upaya
penanggulangan di
Kabupaten Flores Timur
Majematang Mading,
Fridolina Mau
Loka Litbang
P2B2
Waikabubak
JEK Vol 13 no 2,
Juni 2014
77 Bionomik Anopheles spp. Di
Desa Konda Maloba,
Kecamatan Katikutana
Selatan, Kabupaten Sumba
Tengah Provinsi NTT
Ira Indriaty P.B.
Sopi, M.Kazwaini
Loka Litbang
P2B2
Waikabubak
JEK Vol.13 No.3
September 2014
78 Evaluasi sitem surveilans
Ibu Hamil, Bayi dan balita di
Puskesmas Unit I,
Puskesmas Moyo Hulu dan
Dinas Kesehatan
Kabupaten Sumbawa
Muhammad
Kazwaini
Loka Litbang
P2B2
Waikabubak
Buletin Penelitian
Sistem
Kesehatan Vol.
17 No. 1 Januari
2014
79 Determinasi Kesehatan Ibu
dan Anak Di Kabupaten
Manggarai Barat
Ruben Wadu Willa Loka Litbang
P2B2
Waikabubak
Buletin Penelitian
Sistem
Kesehatan Vol.
17 No. 3 Juni
2014
80 Kesesuaian gejala klinis
malaria dengan parasetemia
positif di wilayah puskesmas
wairasa Kabupaten Sumba
Tengah Provinsi Nusa
Tenggara Timur
Fridolina Mau Loka Litbang
P2B2
Waikabubak
Media Litbang
Kesehatan Vol 24
No. 2 Juni 2014
81 Beberapa aspek perilaku
Anopheles sundaicus di
Desa Konda Maloba,
Kecamatan Katikutana
Selatan, Kabupaten Sumba
Barat Daya
Ira Indriaty P.B Sopi Loka Litbang
P2B2
Waikabubak
Aspirator Vol 6
No 2 Desember
2014
46
No Judul Artikel Nama Penulis Satker Media Publikasi
82 Pengetahuan, Sikap dan
perilaku Ibu Hamil Terhadap
Penularan Malaria di
Wilayah Kabupaten Sumba
barat Daya
Majematang Mading
Loka Litbang
P2B2
Waikabubak
Jurnal Ekologi
Kesehatan Vol
13, No 4
Desember 2014
b. Artikel Ilmiah yang dipublikasikan dalam Jurnal Internasional
No Judul Artikel Nama Penulis Satker Media Publikasi
1 Pharmacy Services for
Primary Service for Obstetric
Neonatal Emergency
(PONED) at PHC in East Nusa
Tenggara Province Indonesia
Rini Sasanti, Max J
Herman, Andi Leny
S, Mujiati, Agus S
Pusat TIKM International Journal
of Sciences : Basic
and Applied Research
Vol. 16 No. 2 (2014)
2 Beauty Clinic Services and
Using of Cosmetics for
Beauty Clinic Attendees at
Jakarta, Indonesia
Raharni Pusat TIKM International Journal
of Sciences : Basic
and Applied Research
2014 vol.13 no 2
3 Preliminary Study for the
Herbal Topical Repellent of
Riper betle and Patchuolli Oil
Mixture Ingel Forms Against
Ae. Aegypti
Mutiara Widawati Loka Litbang
P2B2 Ciamis
Journal of Biotropia
vol 21 No 2 tahun
2014
4 Molecular surveillance of
Dengue in Sukabumi, West
Java Province, Indonesia
Roy Nusa RES Loka Litbang
P2B2 Ciamis
Journal of Infect dev
Ctries 2014; 8(6):7
Pada tahun 2014, Pusat TIKM dan satker ampuannya telah berhasil
mencapai target output penelitian, publikasi ilmiah, dan laporan status
kesehatan masyarakat. Pencapaian output publikasi ilmiah di bidang teknologi
intervensi kesehatan masyarakat pada media nasional yang telah terakreditasi
pada tahun 2014 berjumlah 82 artikel (>100%). Jumlah ini melebihi target yang
telah ditetapkan dalam Penetapan Kinerja Tahun 2014 yaitu sejumlah 15 artikel.
Demikian juga dengan capaian jumlah output publikasi ilmiah di bidang
47
teknologi intervensi kesehatan masyarakat pada media internasional yang telah
melebihi jumlah yang ditargetkan dalam Penetapan Kinerja Tahun 2014 yaitu
sebanyak 4 artikel. Capaian tersebut kemungkinan berkaitan dengan dimulainya
penerapan SKP, dimana setiap karyawan khususnya peneliti terpacu untuk
memenuhi outputnya. Selain itu adanya tambahan jurnal terakreditasi dari Pusat
TIKM dan Loka Litbang P2B2 Ciamis, yaitu Jurnal Kesehatan Produksi dan
Jurnal Aspirator, juga mendukung bertambahnya jumlah capaian output
publikasi pada tahun 2014. Dengan demikian pada tahun 2014, Pusat TIKM dan
ampuannya mempunyai 3 jurnal terakreditasi yaitu Jurnal Ekologi Kesehatan
(JEK), Jurnal Kesehatan Reproduksi (Kespro) dan Jurnal Aspirator yang turut
menyumbang terjadinya peningkatan capaian publikasi ilmiah pada tahun 2014.
c. Jumlah Laporan Status Kesehatan Masyarakat Hasil Riset Kesehatan
Nasional Wilayah II
Riset Kesehatan Nasional yang dilakukan oleh Badan Litbang Kesehatan
termasuk Pusat TIKM pada tahun 2014 adalah Studi Diet Total (SDT).
Riskesnas Studi Diet Total (SDT) dilaksanakan di seluruh provinsi dengan
mengambil sampel Riskesdas Kabupaten/Kota keterwakilan provinsi. Pusat
TIKM sebagai Koordinator Wilayah (Korwil) II melaksanakan Riskesnas SDT di
7 Provinsi yaitu Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Jawa
Barat, Banten dan Maluku.
Studi Diet Total bertujuan menyediakan data tentang kecukupan dan
keamanan makanan yang dikonsumsi oleh penduduk Indonesia. Studi Diet
Total terdiri dari dua kegiatan besar yaitu kegiatan Survei Konsumsi Makanan
Individu (SKMI) dan Analisis Cemaran Kimia Makanan (ACKM). Survei
Konsumsi Makanan Individu (SKMI) dirancang untuk memberikan gambaran
yang mewakili Provinsi dan Nasional dan menyediakan daftar makanan yang
dikonsumsi oleh sebagian besar (90%) produk dalam 24 jam termasuk cara
persiapan dan pengelolaan pangan yang dikonsumsi di rumah tangga. Analisis
Cemaran Kimia Makanan (ACKM) adalah kegiatan yang menganalisis cemaran
kimia dalam makanan dari daftar makanan dikonsumsi dengan tahapan
kegiatan yang meliputi (1) pemilihan, pengumpulan dan analisis pangan yang
dibeli di tingkay pengecer; (2) pengolahan pangan yang dikonsumsi
48
masyarakat; (3) poolingjenis-jenis pangan siap-konsumsi menjadi kelompok
pangan yang representatif; (4) homogenisasi sampel pangan yang sudah
dikelompokkan; (5) analisis bahan kimia berbahasa dan/atau zat bermanfaat
pangan tersebut; (6) penghitungan tingkat paparan dalam periode tertentu
(harian,mingguan, atau bulanan).
Data yang lengkap tentang gambaran tingkat konsumsi makanan dan
cemaran kima makanan yang dikonsumsi penduduk, baik untuk skala Nasional
maupun wilayah masih belum tersedia. Untuk memperoleh data tersebut maka
dilakukan Studi Diet Total selama dua tahun. Tahun 2014 dilakukan dua
kegiatan yaitu SKMI dan ACKM. Mengingat studi ACKM merupakan kelanjutan
dari SKMI dan adanya keterbatasan waktu maka kegiatan ACKM secara
Nasional tidak dapat dilakukan pada tahun yang sama. Dengan demikian maka
pada tahun 2014 kegiatan ACKM dilakukan dalam skala pilot project,
selanjutnya ACKM nasional akan dilakukan pada tahun 2015.
Ruang lingkup pelaksanaan kegiatan Studi Diet Total Tahun 2014 meliputi :
• Kegiatan MOT (Master of Trainer) dan TOT (Training of Trainer) yang
dilaksanakan di Yogyakarta
• Kegiatan Rakornis (Rapat Koordinasi Teknis) yang dilaksanakan oleh
masing-masing Propinsi
• Rekrutmen Enumerator yang dilaksanakan oleh masing-masing Propinsi.
• Workshop Enumerator (Kegiatan Training Centre) yang dilaksanakan di
masing-masing Propinsi
• Kegiatan Pengumpulan Data yang dilaksanakan oleh Enumerator di masing-
masing Propinsi
• Supervisi dalam rangka Monitoring dan Evaluasi Pengumpulan Data,
Administrasi Keuangan dan Logistik di masing-masing Propinsi.
Capaian output Jumlah Laporan Status Kesehatan Masyarakat Hasil Riset
Kesehatan Nasional Wilayah II telah berhasil didapat 7 laporan Riset Studi Diet
Total Tahun 2014 Korwil II yang terdiri dari Laporan Provinsi Sumatera Utara,
Laporan Provinsi Sumatera Selatan, Laporan Provinsi Bengkulu, Laporan
Provinsi Lampung, Laporan Provinsi Jawa Barat, Laporan Provinsi Banten, dan
Laporan Provinsi Maluku.
49
d. Penelitian lain di Bidang Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat
Pada tahun 2014 Pusat TIKM mempunyai 7 kegiatan penelitian,
dimana 4 penelitian terpilih menjadi target indikator kinerja Renstra dan 3
penelitian lain menjadi output pendukung dari indikator kinerja Pusat TIKM
yang berkaitan dengan isu-isu strategis. 3 penelitian tersebut yaitu :
1. Studi Implementasi Layanan Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke
Anak (PPIA) pada RS Rujukan HIV-AIDS di Provinsi Jawa Barat Tahun
2014
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
implementasi layanan PPIA di RS Rujukan HIV-AIDS di Provinsi Jawa Barat
: RS Hasan Sadikin, RSUD Kota Bandung, RSUD Kota Bekasi dan RS
Marzoeki Mahdi. Implementasi layanan PPIA dilihat dari bagaimana kesiapan
tenaga medis dan tenaga pendukung dalam memberikan layanan PPIA,
kesiapan sarana dan prasarana, kendala layanan, dukungan dari Kelompok
Dukungan Sebaya/Komisi Penanggulangan AIDS Daerah, dukungan dan
monitoring evaluasi dari Dinas Kesehatan Provinsi dan Kota masing-masing,
serta bagaimana karakteristik ibu positif HIV pengguna layanan PPIA di
keempat RS tersebut beserta pasangannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesiapan keempat RS berbeda-
beda dalam implementasi layanan PPIA, namun sebagian besar karena
ketidaksiapan dalam hal sarana prasarana (reagen, obat-obatan, alkes,
ruangan, pemeriksaan laboratorium), kurangnya pelatihan, masih adanya
stigma dari tenaga kesehatan, serta belum adanya jaminan keamanan dan
keselamatan bagi tenaga kesehatan pemberi layanan PPIA.
Kesimpulan penelitian ini adalah RS Hasan Sadikin merupakan yang paling
siap dalam implementasi layanan PPIA, RSUD Kota Bandung masih harus
melengkapi obat-obatan dan pemeriksaan laboratorium terkait HIV-AIDS,
RSUD Kota Bekasi masih memerlukan sosialisasi dan pelatihan agar tidak
ada stigma lagi dari tenaga kesehatan, RS Marzoeki Mahdi masih
memerlukan sosialisasi, pelatihan, kelengkapan alat pelindung diri, komitmen
pimpinan dan sebagainya agar dapat segera memberikan layanan persalinan
bagi ibu positif HIV.
50
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk mempermudah
pemerintah (baik pusat maupun daerah) dalam membuat perencanaan
layanan yang dibutuhkan dan disesuaikan dengan sasaran, sehingga pada
akhirnya akan memberikan kontribusi dalam percepatan pencegahan dan
penanggulangan penularan HIV-AIDS dari ibu ke anak. Selain itu, hasil
penelitian ini dapat memberikan rekomendasi kebijakan kepada pengelola
program pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS mengenai kendala
yang terkait dengan implementasi layanan Pencegahan Penularan HIV dari
Ibu ke Anak.
2. Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan dalam Rangka Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN)
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai
pelaksanaan program JKN di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) dan
apotek serta permasalahan yang timbul. Penelitian dilakukan di 4 provinsi di
pulau Jawa yaitu provinsi Jawa Barat (Kota Bekasi dan Kab. Bogor), Banten
(Kota Tangerang Selatan dan Kab. Serang), Jawa Tengah (Kota Solo dan
Kab. Sragen) serta DIY (Kota Yogyakarta dan Kab. Bantul). Data
dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan P2JK, Asklin Dinkes
provinsi dan kab/kota serta roundtable discussion dengan dinkes kab/kota,
BPJS, FKTP dan apotek. Selain itu dilakukan juga survey melalui angket
terhadap penerima layanan di FKTP dan apotek.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peraturan yang terkait dengan
pelaksanaan JKN dianggap masih kurang sehingga menyulitkan pelaksana
di daerah. Pelayanan kesehatan sudah berjalan tetapi masih banyak
kendala antara lain dalam hal P-Care dan Program Rujuk Balik (PRB).
Pembiayaan obat di kab/kota masih ditangani dinkes dan banyak terjadi
kesenjangan kapitasi di FKTP. Beberapa obat untuk pasien BPJS kosong
seperti HCT, aspilet dan banyak obat yang belum terdaftar dalam e-
catalogue sehingga tidak bisa dipesan, untuk apotek tidak bisa diklaim.
Dalam hal SDM masih terjadi kekurangan tenaga medis di FKTP dan belum
ada kuasa pengguna anggaran di puskesmas. Umumnya konsumen FKTP
dan apotek merasa kurang puas dengan ketersediaan obat dan jenis obat
yang dibiayai BPJS.
51
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor regulasi
dan penyediaan fasilitas kesehatan dan SDM yang mendukung serta
ketersediaan obat merupakan hal yang penting untuk mensukseskan
program JKN.
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk memberikan masukan
kepada pemangku kebijakan terkait dalam hal ini Kemenkes, BPJS dan
pemerintah daerah mengenai informasi tentang pelaksanaan pelayanan
kesehatan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan kendala
dalam pelaksanaan program JKN serta informasi permasalahan dan saran
perbaikan yang perlu dilakukan.
3. Analisis Biaya dan Hasil Pengobatan Tuberkulosis Paru Kategori 1
Pada Pasien Dewasa Dirumah Sakit Pemerintah
Penelitian ini bertujuan untuk menghitung biaya pengobatan TB
kategori I yang dilakukan dengan hasil terapi yang diperoleh. Penelitian ini
dilakukan di 5 RSUD di Jakarta dengan lama penelitian 6-9 bulan. Populasi
dalam penelitian ini adalah semua pasien TB baru yang berobat ke RSUD di
Jakarta sedangkan sampel penelitian ini pasien TB dewasa baru (kategori I)
yang berobat ke RSUD di Jakarta.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 64,5% pasien TB yang
berobat di RSUD DKI Jakarta adalah laki-laki berusia antara 18-79 tahun
dengan rata-rata 39 tahun. Sebanyak 80,6% pasien penderita TB
menggunakan BPJS sebagai sumber biaya pengobatan. Jumlah kunjungan
pasien TB selama 6 bulan berkisar antara 7 hingga 16 kali dengan rata-rata
kunjungan sebanyak 9,9 (10) kali. Asumsi utilisasi RSUD sebanyak 10 kali
selama 6 bulan pengobatan TB maka total biaya langsung sebesar Rp.
1.228.867. Asumsi utilisasi RSUD sebanyak 10 kali selama 6 bulan
pengobatan TB maka total biaya tidak langsung sebesar Rp. 614.670.
Besarnya biaya pengobatan TB selama 6 bulan adalah Rp. 1.843.537. Efek
samping yang paling banyak dialami pasien adalah mual.
Kesimpulan penelitian ini adalah total biaya langsung pasien TB
sebesar Rp. 1.282.867 dengan komponen terbesar adalah biaya obat dan
biaya tidak langsung pasien TB sebesar Rp. 614.670 dengan komponen
biaya terbesar adalah biaya pengantar. Total biaya pasien TB selama 6
52
bulan sebesar Rp. 1.843.537 dengan rata-rata Rp. 307.256 per bulan.
Kepatuhan (68,9%) dan kesembuhan (41,9%) pasien TB berobat selama 6
bulan masih jauh dari harapan.
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk memberikan masukan
bagi pemerintah tentang biaya Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dan hasil terapi
yang dihasilkan serta memberikan panduan bagi rumah sakit sebagai
panduan dalam menangani pasien TB.
e. Kajian
Kajian di bidang teknologi intervensi kesehatan masyarakat
merupakan salah satu kegiatan di Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan
Masyarakat (PTIKM) yang dilakukan pada tahun anggaran 2014. Kegiatan
kajian ini adalah untuk meningkatkan kualitas peneliti dalam melakukan
kajian di bidang teknologi intervensi kesehatan masyarakat, yang hasilnya
bisa menjadi rekomendasi kebijakan yang dapat dimanfaatkan oleh Program
Teknis di Kementerian Kesehatan.
Kajian dilakukan dengan menggunakan data dari hasil-hasil penelitian
di badan litbang kesehatan dan hasil-hasil penelitian dari instansi lainnya.
Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data 10 tahun terakhir.
Tema kajian mengacu pada MDG’s, prioritas nasional bidang kesehatan, isu
strategis bidang kesehatan 2015-2019 dan prioritas reformasi kesehatan.
1. MDG’s :
1. Memberantas Kemiskinan dan Kelaparan
2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk semua
3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan
4. Menurunkan Kematian Anak
5. Meningkatkan Kesehatan Ibu
6. Mengendalikan HIV dan AIDS, Malaria Dan (TB)
7. Menjamin Kelestarian Lingkungan Hidup
8. Mengembangkan Kemitraan Pembangunan Di Tingkat Global
2. Isu Strategis bidang kesehatan 2015-2019 :
1. Peningkatan status kesehatan ibu, balita, remaja dan lansia
2. Perbaikan status gizi masyarakat
53
3. Beban ganda penyakit dan penyehatan lingkungan
4. Ketersediaan farmasi, alat kesehatan, dan pengawasan obat dan
makanan
5. Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
6. Penguatan Jaminan Kesehatan Nasional
7. Pemenuhan Sumber Daya Manusia Kesehatan
8. Manajemen dan pembiayaan kesehatan
9. Peningkatan pelayanan primer sekunder dan tersier
10. Akses pelayanan
11. Pelayanan rujukan yang berkualitas
3. Prioritas nasional bidang kesehatan :
1. Peningkatan KIA & KB
2. Perbaikan gizi masyarakat
3. Pengendalian penyakit menular & tidak menular dan kesling
4. Pemenuhan SDM Kesehatan
5. Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, safety, mutu,
penggunaan obat/makanan
6. Jamkesmas
7. Pemberdayaan masyarakat
8. Penanggulangan bencana dan krisis peningkatan pelayanan
kesehatan primer, sekunder dan tersier
4. Prioritas reformasi kesehatan :
1. Jamkesmas
2. Pelayanan Kesehatan di Daerah Tertinggal Perbatasan dan
Kepulauan (DTPK)
3. Ketersediaan Obat dan Alkes di setiap fasilitas kesehatan
4. Reformasi birokrasi pembangunan kesehatan
5. Penanganan Daerah Bermasalah Kesehatan
6. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)
7. World class health care
54
Pada tahun 2014 Pusat TIKM melakukan 20 kajian dengan judul-judul sebagai
berikut :
1. A Review of Access, Safety, and Use of Drinking Water From Various
Sources in Indonesia
2. Analisis Biaya Manfaat (Cost Benefit Analysis/CBA) Pelaksanaan Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned) Di Puskesmas
3. Beban Ganda Malnutrisi Dari Sudut Pandang Lingkungan Fisik/Lingkungan
Buatan
4. Dampak Pencemaran Udara Terhadap Kesehatan
5. Faktor-Faktor Yang Berkaitan Dengan Pengendalian Vektor Malaria Di
Indonesia 2012-2013
6. Implementasi PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja) Dalam Upaya
Pencegahan Perilaku Beresiko Pada Remaja Di Indonesia
7. Implementasi Program Pengendalian Resistensi Anti Mikroba Di Rumah Sakit
8. Implikasi Sunat Perempuan Dan Intervensi Dalam Menegakkan Hak Asasi
Manusia
9. Kebijakan Pangan dan Gizi Yang Berkaitan Dengan Penanganan Balita Gizi
Kurang Dan Gizi Buruk Di Indonesia
10. Kebijakan Yang Mengatur Dan Mendukung Terciptanya Pemberian Asi
Eksklusif Dan Pemberian Asi Hingga Anak Berusia Dua Tahun Di Indonesia
11. Kontribusi Intervensi Spesifik dan Sensitif Terhadap Perbaikan Gizi
Masyarakat Di Kota Salatiga dan Kota Tegal
12. Korelasi Puskesmas Mampu Poned Dengan Penurunan Angka Kematian Ibu
13. Morbiditas Dan Pelayanan Kesehatan Pada Nelayan Peselam Tradisional
14. Pelaksanaan Program Kelas Ibu Hamil
15. Pemberian Kortikosteroid Pada Ibu Hamil Yang Beresiko Melahirkan Bayi
Prematur Oleh Tenaga Kesehatan
16. Pembiayaan Pemeliharaan Alat-Alat Radiologi Canggih (MRI, CT Scan dan
Pesawat Radioterapi)
17. Penggunaan Obat Generik Untuk Penyakit Kronis dan Kemandirian Obat
Generik Pada Era JKN
18. Penyempurnaan Pembangunan Kesehatan Berbasis Gugus Pulau di Kab.
Maluku Tenggara Barat dan Kab. Maluku Tengah, Provinsi Maluku
55
19. Resistensi Vektor Dbd Terhadap Insektisida Yang Digunakan Program
Pengendalian Vektor Dan Sejarah Penggunaan Insektisida Di Indonesia
20. Systematic Review: Determinant Factors Yang Mempengaruhi Retensi
Tenaga Kesehatan
f. Dukungan Manajemen
Pencapaian target indikator di bidang teknologi intervensi kesehatan
masyarakat, khususnya di Pusat TIKM, didukung oleh terlaksananya beberapa
kegiatan yang tercantum dalam RKAKL dengan output seperti yang terlihat pada
tabel III.4.
Tabel III.4 Capaian Output Dukungan Manajemen Pusat Teknologi Intervensi
Kesehatan Masyarakat Tahun 2014
No Indikator Kinerja Program/Kegiatan/ Output Volume Ouput Realisasi Output
1 Jumlah produk/ model/ prototipe /standar/ formula di bidang teknologi intervensi kesehatan masyarakat
Produk/Model/Prototipe/Standar/Formula di Bidang TIKM
10 laporan - 7 laporan penelitian DIPA - 3 laporan penelitian Hibah
Layanan Perkantoran 12 bulan layanan
1 dokumen Gaji & Operasional selama 12 bulan layanan
Dokumen Perencanaan dan Anggaran
3 dokumen - 1 dokumen RKAKL - 1 dokumen Renja - 1 dokumen RKT
Laporan Kinerja 3 dokumen - 1 dokumen LAK 2013 - 1 dokumen LAPTAH 2013 - 1 dokumen Laptri 2014
Dokumen Keuangan, Kekayaan Negara, dan Tata Usaha
3 dokumen - 1 dokumen BMN
- 1 dokumen SAI - 1 dokumen Jukpar
Perangkat Pengolahan Data dan Komunikasi
11 unit - 7 unit printer - 4 unit laptop
Peralatan dan Fasilitas Perkantoran
65 unit
- 52 unit rak arsip - 10 unit AC Split - 1 unit meja resepsionis
Manajemen Laboratorium 1 dokumen 1 dokumen kegiatan manajemen lab
2 Jumlah publikasi ilmiah di bidang teknologi intervensi kesehatan masyarakat yang dimuat pada media cetak dan elektronik : a. Nasional b. Internasional
Dokumen Informasi, Dokumentasi, dan Diseminasi
7 dokumen 7 terbitan publikasi ilmiah
Dokumen Bidang Ilmiah dan Etik
3 dokumen
- 1 dokumen Forum Pembina Ilmiah
- 1 dokumen Pembinaan dan Koordinasi Pada Satker yang Menginduk Pada PTIKM
- 20 dokumen Kajian Penelitian Di Bidang TIKM
56
No Indikator Kinerja Program/Kegiatan/ Output Volume Ouput Realisasi Output
Dokumen Hukum, Organisasi, dan Kepegawaian
2 dokumen
- 1 dokumen pengembangan dan peningkatan SDM
- 1 dokumen manajemen kearsipan
3
Jumlah Laporan Status Kesehatan Masyarakat Hasil Riset Kesehatan Nasional Wilayah II
Data Status Kesehatan Masyarakat Hasil Riset Kesehatan Nasional Wilayah II (8 dokumen)
8 dokumen - 7 dokumen laporan provinsi - 1 dokumen laporan
kesekretariatan
B. REALISASI ANGGARAN
Pusat TIKM pada tahun 2014 mempunyai pagu anggaran sebesar Rp.
62.964.624.000,- (enam puluh dua milyar sembilan ratus enam puluh empat
juta enam ratus dua puluh empat ribu rupiah). Dari jumlah anggaran tersebut,
yang dapat diserap sebanyak 85,79 % atau Rp.54.015.279.502,- sedangkan
sisa anggaran yang tidak dapat diserap atau disetor kembali ke Kas Negara
sebesar Rp.8.949.344.498,- atau 14,21%. Penjelasan lebih rinci dari realisasi
anggaran tersebut dapat dilihat pada tabel III.5
Tabel III.5 Realisasi per Kegiatan/Output Pusat Teknologi Intervensi
Kesehatan Masyarakat Tahun 2014
Program/Kegiatan/Output Alokasi
(Rp.) Realisasi (Rp.) %
024.11.04 PROGRAM LITBANGKES
2070 Penelitan dan pengembangan Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat
62.964.624.000 54.015.279.502 85.79
2070.002 Penelitian Bidang Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat
19.113.117.000 14.850.640.591 77.70
001
Produk Data Informasi Pencemaran Lingkungan Akibat Penambangan Emas, Penggunaan Pestisida dan Daur Ulang AKI (Riset Khusus Pencemaran Lingkungan)
8.641.245.000 5.989.151.388 69.31
002
Produk Prediksi Sindrome Metabolik dan Diabetes Mellitus serta Informasi Faktor Risiko Tumbuh Kembang Anak (Studi Kohor Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular dan Tumbuh
Kembang Anak Tahun 2014)
6.286.100.000 5.158.735.848 82.07
003
Produk Data Implementasi Layanan Kesehatan (Studi Implementasi Layanan PPIA Di RS Rujukan HIV-AIDS Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2014)
300.946.000 278.622.400 92.58
004
Model Sistem Registrasi Sipil dan Vital Statistik Untuk Kelahiran, Kematian dan Penyebab Kematian dan Upaya Intensifikasi & Ekstensfikasi Kab./Kota di Indonesia (Studi Evaluasi Menyeluruh dan Pengembangan Sistem Registrasi Kelahiran, Kematian dan Penyebab Kematian ke dalam Sistem Rutin Wilayah Terbatas di Indonesia Tahun 2014)
1.700.000.000 1.352.892.525 79.58
57
Program/Kegiatan/Output Alokasi (Rp.)
Realisasi (Rp.) %
005 Analisis Biaya dan Hasil Pengobatan Tuberkulosis Paru Kategori I Pada Pasien Dewasa Di Rumah Sakit Pemerintah
181.957.000 142.919.950 78.55
006
Model / Sistem Surveilans, Pengembangan Variabel Penyakit dan Faktor Risiko Penyakit serta Studi Pengetahuan Sikap dan Perilaku Masyarakat (Evaluasi dan Pemutakhiran Model / Sistem Surveilans, Pengembangan Variabel Penyakit dan Faktor Risiko Penyakit )
173.537.000 138.165.800 79.62
007
Produk Data Deskriptif Implementasi Layanan Kesehatan Dalam Rangka Program SJSN (Studi Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Dalam Rangka Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN))
343.560.000 335.940.700 97.78
Hibah Langsung Luar Negeri
008 Malaria Transmision Consorsium 2014 293.415.000 293.415.000 100
009 Improving Health Development and Services Monitoring to Adress health Inequities in Indonesia
1.093.267.000 1.080.819.281 98.86
010 Grant World Health Orgazination
010.011
Preparation in conducting a School-based Intervention model Development to Prevent Health Risk Behaviour Among Adolescents in Indonesia
50.785.000 39.409.299 77.60
010.012 Data Analysis of Tobacco Consumtion and Health in Indonesia
19.405.000 12.068.400 62.19
010.013
Transforming Training Presentation Into Training Modules and Training on Reproductive Health Operation Reserch
28.900.000 28.500.000 98.62
Dukungan Manajemen
2070.010 Dokumen Perencanaan Program dan Anggaran
263.191.000 209.466.888 79.59
2070.012 Laporan Kinerja 105.288.000 58.819.450 55.87
2070.013 Dokumen Keuangan, Kekayaan Negara dan Tata Usaha
115.880.000 43.542.150 37.58
2070.035 Dokumen Informasi, Dokumentasi dan Diseminasi
518.325.000 386.461.600 74.56
2070.039 Manajemen Laboratorium 35.000.000 21.820.000 62.34
2070.041 Dokumen Hukum, Organisasi dan
Kepegawaian 521.590.000 310.520.373 59.53
2070.042 Dokumen Bidang Ilmiah dan Etik 1.978.256.000 1.336.360.650 67.55
2070.043 Data Status Kesehatan Masyarakat Hasil Riset Kesehatan Nasional Wilayah II
26.977.351.000 24.298.044.538 90.07
2070.994 Layanan Perkantoran 13.152.423.000 12.321.776.162 93.68
2070.996 Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 57.203.000 56.457.500 98.70
2070.997 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 127.000.000 121.369.600 95.57
58
Untuk capaian realisasi anggaran Pusat TIKM dan satker ampuan tahun 2014
dapat dilihat pada Tabel III.6 berikut.
Tabel III.6 Capaian Realisasi Anggaran Pusat Teknologi Intervensi
Kesehatan Masyarakat dan Satker Ampuan Tahun 2014
No Satker Pagu Total (Rp) Realisasi %
Realisasi
1 Pusat TIKM 62.964.624.000 54.015.279.502 85.79
2 Balai P2B2 Donggala 4.717.789.000 4.537.869.872 96.19
3 Balai P2B2 Banjarnegara 5.656.852.000 4.754.470.887 84.05
4 Loka P2B2 Baturaja 5.493.734.000 5.152.699.818 93.79
5 Loka P2B2 Ciamis 3.416.489.000 3.125.428.985 91.48
6 Loka P2B2 Waikabubak 4.118.937.000 3.912.550.227 94.99
Total 86.368.425.000 75.498.299.291 87.41
Berdasarkan Tabel diatas, persentase penyerapan anggaran Pusat TIKM dan 5
satker ampuan adalah sebesar 87,41 %, dengan sisa anggaran yang tidak dapat
terserap dan disetor kembali ke kas negara sebesar Rp. 10.870.125.709.,-
(12,59%).
C. Analisis Capaian Tahun 2014
1. Analisis Capaian Kinerja
Capaian indikator kinerja yang dihasilkan oleh Pusat TIKM dan satker
ampuan pada tahun 2014 telah mencapai target yang ditentukan.
Pencapaian kinerja untuk indikator jumlah produk / model / prototipe /
standar / formula di bidang Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat
telah tercapai sesuai target yaitu sebanyak 11 output penelitian yang
terdiri dari 9 produk dan 2 model.
Pencapaian kinerja untuk indikator publikasi ilmiah di bidang teknologi
intervensi kesehatan masyarakat pada media nasional yang telah
terakreditasi pada tahun 2014 berjumlah 82 artikel (>100%). Jumlah ini
melebihi target yang telah ditetapkan dalam Penetapan Kinerja Tahun
2014 yaitu sejumlah 15 artikel. Demikian juga dengan capaian jumlah
publikasi ilmiah di bidang teknologi intervensi kesehatan masyarakat pada
59
media internasional yang telah melebihi jumlah yang ditargetkan yaitu
sebanyak 4 artikel dari target 2 artikel.
Indikator jumlah Laporan Status Kesehatan Masyarakat Hasil Riset
Kesehatan Nasional Wilayah II dicapai dengan melakukan penyusunan
laporan 7 provinsi kegiatan Studi Diet Total Tahun 2014 Korwil II yang
terdiri dari Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi
Bengkulu, Provinsi Lampung, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Banten, dan
Provinsi Maluku.
Pencapaian kinerja di bidang teknologi intervensi kesehatan
masyarakat pada tahun 2014 sudah sesuai dengan target, bahkan pada
indikator jumlah publikasi ilmiah yang dimuat pada media cetak dan
elektronik nasional dan internasional capaiannya lebih dari 100%.
Capaian tersebut kemungkinan berkaitan dengan dengan mulainya
penerapan SKP, dimana setiap karyawan khususnya peneliti terpacu
untuk memenuhi outputnya.
2. Analisis Realisasi Anggaran
Pada tahun 2014, Pusat TIKM mempunyai pagu anggaran sebesar
Rp. 62.964.624.000,- (enam puluh dua milyar sembilan ratus enam puluh
empat juta enam ratus dua puluh empat ribu rupiah). Dari jumlah
anggaran tersebut, yang dapat diserap sebanyak 85,79% atau
Rp.54.015.279.502,- sedangkan sisa anggaran yang tidak dapat diserap
atau disetor kembali ke Kas Negara sebesar Rp.8.949.344.498,- atau
14,21%. Realisasi anggaran pada tahun 2014 mengalami penurunan
dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2013, realisasi anggaran
sebesar 96,21 % sedangkan pada tahun 2014 sebesar 85,79%.
Penurunan realisasi anggaran pada tahun ini dikarenakan pengelolaan
manajemen kegiatan belum maksimal sehingga selalu terjadi penyerapan
di akhir-akhir tahun, dan tahun ini di bulan November ada kebijakan
pemerintah yang tidak memperbolehkan pertemuan di hotel sehingga
mengakibatkan banyak dana tidak terserap.
3. Analisis Capaian Kinerja vs Realisasi Anggaran
Pada tahun 2014, hasil capaian antara target dan realisasi kinerja dan
anggaran sudah terpenuhi bahkan melebihi target untuk indikator
60
publikasi. Capaian tersebut kemungkinan berkaitan dengan dimulainya
penerapan SKP, dimana setiap pegawai khususnya peneliti terpacu untuk
memenuhi outputnya. Namun demikian pada tahun ini terjadi penurunan
realisasi anggaran dibandingkan tahun lalu. Akan tetapi penurunan
realisasi anggaran tersebut tidak berpengaruh pada capaian kinerja Pusat
TIKM. Capaian indikator kinerja yang dihasilkan oleh Pusat TIKM dan
satker ampuan pada tahun 2014 telah mencapai target yang ditentukan.
4. Kendala dan Tindak Lanjut
Didalam proses mencapai sasaran/indikator tersebut ditemui
beberapa kendala atau hambatan, diantaranya :
- Pengelolaan manajemen penelitian belum maksimal dalam melakukan
monev sehingga banyak kendala yang baru teridentifikasi di akhir
penelitian yang berakibat pada penyelesaian laporan akhir yang tidak
tepat waktu.
- Ketersediaan tenaga administrasi penelitian masih terbatas sehingga
menghambat penyelesaian administrasi khususnya keuangan
- Pengelolaan manajemen keuangan belum sinkron dengan jadwal
pelaksanaan penelitian sehingga kegiatan yang harusnya sudah
berjalan karena dana belum turun akhirnya tertunda penelitiannya
- Aturan paket meeting dibatasi tidak boleh di hotel di bulan November
mengakibatkan kegiatan tidak maksimal untuk menyelesaikan laporan
tepat waktu, dan penyerapan tidak maksimal.
Adapun beberapa upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala
atau hambatan tersebut yaitu :
- Pelaksanaan monev oleh Panitia Pembina Ilmiah lebih ditingkatkan
- Memanfaatkan tenaga non PNS untuk membantu penyelenggaraan
administrasi penelitian
- Komitmen terkait jadwal penarikan uang penelitian dan penyelesaian
pertanggung jawaban keuangan oleh setiap penanggung jawab
kegiatan.
- Pelaksanaan monev oleh BPP dan PPK terhadap penggunaan dana
kegiatan yang sudah dibayarkan.
61
5. Keberhasilan
Pada tahun 2014, Pusat TIKM dan satker ampuannya telah berhasil
mencapai target output penelitian, publikasi ilmiah dan laporan status
kesehatan masyarakat. Hasil capaian antara target dan realisasi kinerja
sudah terpenuhi bahkan melebihi target untuk indikator publikasi. Capaian
tersebut kemungkinan berkaitan dengan dimulainya penerapan SKP,
dimana setiap pegawai khususnya peneliti terpacu untuk memenuhi
outputnya salah satunya melalui penulisan artikel ilmiah di jurnal
terakreditasi.
Pencapaian indicator kinerja Pusat TIKM dan satker ampuannya dapat
dilihat pada tabel III.7 berikut.
Tabel III.7 Capaian Indikator Kinerja Bidang Teknologi Intervensi Kesehatan
Masyarakat Tahun 2014
INDIKATOR KINERJA Target 2014
Target Unit Organisasi Pelaksana
Capaian Unit Organisasi Pelaksana
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
1. Jumlah produk/ model/prototipe/standar/formula di bidang teknologi intervensi kesehatan masyarakat
2. Jumlah publikasi ilmiah di bidang teknologi intervensi kesehatan masyarakat yang dimuat pada media cetak dan elektronik: a.Nasional
b.Internasional
11
15 2
4
6 1
2
2 -
2
2 -
1
2 -
1
2 1
1
1 -
4
45 2
2
9 -
2
5 -
1
8 -
1
7 2
1
8 -
3. Jumlah Laporan Status Kesehatan Masyarakat Hasil Riset Kesehatan Nasional wilayah II
7
7
-
-
-
-
-
7
-
-
-
-
-
Keterangan :
1. Pusat TIKM 4. Loka P2B2 Baturaja 2. Balai P2B2 Donggala 5. Loka P2B2 Ciamis 3. Balai P2B2 Banjarnegara 6. Loka P2B2 Waikabubak
62
6. Pemanfaatan Hasil Penelitian
Output akhir penelitian yang dihasilkan oleh Pusat TIKM dan satker
ampuan pada tahun 2014 telah mencapai target yaitu sebanyak 11 output
yang terdiri dari 9 produk dan 2 model. Hal ini sejalan dengan tugas dan
fungsi Pusat TIKM dalam melakukan penelitian dan pengembangan di bidang
teknologi intervensi kesehatan masyarakat terutama bidang upaya kesehatan
dan sumber daya kesehatan.
Dari output-output yang dihasilkan, beberapa output mempunyai manfaat
ataupun potensi manfaat, diantaranya :
1. Riset Khusus Pencemaran Lingkungan
Output yang dihasilkan dari penelitian ini adalah produk data dan
informasi pencemaran lingkungan dan kesehatan masyarakat. Output
tersebut dapat digunakan untuk memberikan masukan terhadap kebijakan
penanganan masalah kesehatan bagi stakeholder terkait seperti
Kementerian Lingkungan dan Kehutanan, Dirjen P2PL, Pusat Kesehatan
Kerja Kemenkes, Dinkes Provinsi Kalteng, Kalbar, Jambi, Sumbar, Sulteng
dan Gorontalo.
2. Studi Kohor Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular dan Tumbuh
Kembang Anak Tahun 2014
• Studi Kohor Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular menghasilkan output
berupa Produk data dan informasi :
a. Besaran insidens sindroma metabolic dan PTM (DM, PJK, Stroke)
b. Model prediksi Sindroma metabolik (SM) dan PTM
c. Pola kecepatan perubahan SM menjadi PTM
Output tersebut dapat digunakan sebagai informasi untuk menyusun
kebijakan perencanaan tindakan pencegahan ataupun penanganan
masalah kesehatan bagi stakeholder terkait seperti Direktorat PTM,
Dirjen P2PL, Bina Upaya Kesehatan, Organisasi Profesi: Perkeni,
Perdosi, Perhimpunan Penyakit Jantung Indonesia dan RS Jantung
Harapan Kita.
• Studi Kohor Tumbuh Kembang Anak menghasilkan output berupa Produk
data dan informasi :
a. Pola pertambahan BB bumil
63
b. Faktor risiko pertambahan BB bumil
c. Profil faktor risiko berat dan panjang bayi lahir
d. Indeks pertambahan berat badan ibu hamil, berat dan panjang bayi
lahir, dan tumbuh kembang anak (0-35 bulan)
Output tersebut dapat digunakan oleh stakeholder terkait seperti Pusat
Intelegensia, Ditjen Gizi dan Kesehatan Ibu Anak, Subdit Remaja
Direktorat Kesehatan Anak, Ikatan Profesi: Persagi (Persatuan Ahli Gizi
Indonesia), POGI (Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia) dan
Perguruan Tinggi.
3. Pemutakhiran Model/Sistem Surveilans Dampak Kesehatan
Perubahan Iklim di 3 Provinsi di Indonesia
Output yang dihasilkan dari penelitian ini adalah Model Sistem
Surveilans Dampak Perubahan Iklim dan Model Prediksi. Output tersebut
dapat digunakan oleh para pengambil kebijakan atau stakeholder terkait
seperti Dirjen P2PL, Pusat Penanggulangan Krisis, BMKG, Dinkes Provinsi
Lampung, Jawa Tengah dan Bali, serta Perguruan Tinggi dalam rangka
merencanakan adaptasi dampak kesehatan yang telah terjadi dan
antisipasi dampak yang mungkin terjadi.
4. Studi Evaluasi Menyeluruh dan Pengembangan Sistem Registrasi
Kelahiran, Kematian, dan Penyebab Kematian ke dalam Sistem Rutin
Wilayah Terbatas di Indonesia Tahun 2014
Penelitian ini menghasilkan output berupa produk data dan informasi
evaluasi sistem untuk intervensi. Output yang dihasilkan dapat
dimanfaatkan oleh stakeholder terkait seperti Rumah Sakit, Pemda,
Perguruan Tinggi dan semua Ditjen di Kementerian Kesehatan.
5. Uji Lapangan Diagnosis Schistosomiasis dengan DOT Blot dan Plate
pada penderita schistosomiasis di Napu Sulawesi Tengah
Penelitian ini menghasilkan output Produk Data Informasi Metode
yang tepat untuk mendeteksi Penderita Schistosomiasis. Output tersebut
dapat dimanfaatkan oleh stakeholder terkait seperti Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi Tengah, Dinas Kesehatan Kab. Poso dan Dinas
Kesehatan Kab. Sigi.
64
6. Faktor-faktor Risiko Penularan Filariasis di Kabupaten Seram Bagian
Barat dan Kabupaten Buru, Provinsi Maluku
Output yang dihasilkan dari penelitian ini adalah Produk Peta distribusi
kasus filariasis kronis Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku.
Output yang dihasilkan dari penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh Dinas
Kesehatan Provinsi Maluku.
7. Peta Status Resistensi Aedes aegpti (Linn) Terhadap Insektisida
Cypermetrin 0,05%, Malathion 0,8% dan Temephos di Kabupaten
Purworejo, Kebumen, Pekalongan, Demak, Wonosobo, Cilacap,
Kudus, Klaten, dan Banjarnegara tahun 2014
Penelitian ini menghasilkan output berupa Produk data status
resistensi Aedes aegypti terhadap insektisida yang digunakan program
kesehatan. Output tersebut dapat dimanfaatkan oleh stakeholder terkait
seperti Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Dinas Kesehatan Kab.
Purworejo, Kebumen, Pekalongan, Demak, Wonosobo, Cilacap, Kudus,
Klaten dan Banjarnegara.
8. Pengembangan Model Pengendalian Leptospirosis di Kabupaten
Demak dengan Metode System Dynamics
Penelitian ini menghasilkan output berupa Produk Model
Pengendalian Leptospirosis. Output yang dihasilkan dari penelitian ini
dapat dimanfaatkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Dinas
Kesehatan Kab. Demak. Dan Dinas Pertanian Kab. Demak.
9. Penentuan Tingkat Endemisitas Filariasis (Microfilaria rate/MF rata) di
Wilayah Pasca Pengobatan Massal Filariasis di Kabupaten Tanjung
Jabung Timur Provinsi Jambi
Output yang dihasilkan dari penelitian ini adalah Produk informasi
status penderita Filariasis setelah kegiatan pengobatan massal maupun
selektif. Output tersebut dapat dimanfaatkan oleh Dinas Kesehatan,
Puskesmas dan Litbangkespol daerah setempat.
65
10. Perumusan Model Pengendalian Vektor Demam Berdarah Dengue
Berbasis Masyarakat
Output yang dihasilkan dari penelitian ini adalah Model Pengendalian
Vektor Demam Berdarah Dengue Berbasis Masyarakat. Output tersebut
dapat dimanfaatkan oleh Dinas Kesehatan Kota Bandung.
11. Pemetaan kasus dan vektor filariasis di Pulau Sumba Provinsi Nusa
Tenggara Timur
Penelitian ini menghasilkan output berupa Produk Peta Endemisitas
Spesies Mikrofilaria dan Sebaran Vektor Limfatik Filariasis di Empat
Kabupaten Pulau Sumba Provinsi NTT. Output tersebut dapat
dimanfaatkan oleh Dinas Kesehatan setempat.
D. Analisis Capaian Tahun 2010-2014
1. Analisis Capaian Kinerja
Pencapaian kinerja di bidang Teknologi Intervensi Kesehatan
Masyarakat yang dihasilkan oleh Pusat TIKM dan satker ampuan selama
tahun 2010-2014 telah mencapai target yang ditentukan seperti yang
dapat dilihat pada grafik-grafik berikut.
Gambar III.6 Grafik Target dan Capaian Produk /Model/Prototipe/ Standar/Formula Di
Bidang Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat
Tahun 2010-2014
2010 2011 2012 2013 2014
Target 16 10 13 11 11
Capaian 24 10 13 11 11
0
5
10
15
20
25
30
Chart Title
66
Gambar III.7 Grafik Target dan Capaian Publikasi Nasional di Bidang Teknologi
Intervensi Kesehatan Masyarakat Tahun 2010-2014
Gambar III.8 Grafik Target dan Capaian Jumlah Publikasi Internasional di Bidang
Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat Tahun 2010-2014
Dari data grafik-grafik diatas terlihat bahwa hasil capaian antara target
dan realisasi kinerja sudah terpenuhi bahkan melebihi target untuk
indikator publikasi walaupun trendnya tidak selalu naik. Akan tetapi untuk
capaian publikasi ilmiah internasional pada tahun 2012 tidak mencapai
target dikarenakan tertundanya penerbitan artikel yang ditulis peneliti
pada tahun 2012. Capaian untuk publikasi ilmiah tidak bisa diprediksi
penerbitannya karena dipengaruhi oleh jurnal yang diterbitkan oleh
lembaga penerbit di luar Badan Litbangkes, khususnya publikasi
internasional.
2010 2011 2012 2013 2014
Target Nasional 10 10 15 15 15
Capaian Nasional 58 35 53 29 82
0
20
40
60
80
100
Chart Title
2010 2011 2012 2013 2014
Target 2 2 2 2 2
Capaian 4 9 1 3 4
0123456789
10
Chart Title
67
2. Analisis Realisasi Anggaran
Realisasi anggaran Pusat TIKM dan satker ampuan selama tahun
2010-2014 dapat dilihat pada grafik berikut.
Gambar III.9 Grafik Pagu dan Realisasi Anggaran di Bidang Teknologi Intervensi
Kesehatan Masyarakat Tahun 2010-2014
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa realisasi anggaran di Bidang
Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat cukup baik karena berada
diangka > 80% yaitu 82,62 % tahun 2010; 80,26% tahun 2011; 91,42%
tahun 2012; 93,52% tahun 2013 dan 87,41% tahun 2014.
Dari grafik tersebut juga terlihat bahwa pagu anggaran dan realisasi
anggaran pada tahun 2010, 2013 dan 2014 cukup besar karena adanya
kegiatan penelitian yang berskala regional (Riset Kesehatan Nasional)
yaitu Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2010 dan 2013 serta Studi Diet
Total pada tahun 2014.
Namun demikian, pada tahun 2014 terjadi penurunan realisasi
anggaran dibandingkan tahun 2013 dikarenakan pengelolaan manajemen
kegiatan yang belum maksimal sehingga selalu terjadi penyerapan di
akhir-akhir tahun, dan pada tahun 2014 di bulan November ada kebijakan
pemerintah yang tidak memperbolehkan pertemuan di hotel sehingga
mengakibatkan banyak dana tidak terserap.
2010 2011 2012 2013 2014
Pagu (Rp) Rp81,659,831,000 Rp67,247,845,000 Rp54,636,453,000 Rp99,430,295,000 Rp86,368,425,000
Realisasi (Rp) Rp67,469,114,432 Rp53,975,427,813 Rp49,950,864,118 Rp92,987,107,830 Rp75,498,299,291
Rp-
Rp20,000,000,000
Rp40,000,000,000
Rp60,000,000,000
Rp80,000,000,000
Rp100,000,000,000
Rp120,000,000,000
Chart Title
Pagu (Rp) Realisasi (Rp)
68
3. Analisis Capaian Kinerja vs Realisasi Anggaran
Secara umum, hasil capaian antara target dan realisasi kinerja serta
anggaran di Bidang Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat pada
tahun 2010-2014 sudah terpenuhi walaupun ada satu indikator kinerja
pada tahun 2012 yang tidak mencapai sesuai target yaitu publikasi ilmiah
internasional.
4. Kendala dan Tindak Lanjut
Didalam proses mencapai sasaran/indikator seringkali ditemui
beberapa kendala ataupun hambatan. Adanya restrukturisasi Badan
Litbangkes memerlukan waktu untuk menata ulang fisik tempat dan
substansi keilmuan, sehingga menghambat pengembangan karir para
peneliti dan kinerja institusi litbangkes, seperti diantaranya :
- Beban peneliti belum merata keterlibatannya di beberapa penelitian
- Pembinaan peneliti terhambat karena tim pembina harus
bertanggungjawab di penugasan dari Badan Litbangkes
- Masalah tempat kerja yang kurang
- Keterbatasan kepakaran dengan latar belakang pendidikan tertentu,
misal kepakaran kebijakan untuk merumuskan hasil-hasil penelitian
menjadi kebijakan oleh pelaksana program, serta tenaga biologi untuk
melakukan pembinaan penelitian satker ampuan yang bidang
penelitiannya lebih ke pengendalian penyakit bersumber binatang.
Adapun beberapa upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala atau
hambatan tersebut yaitu :
- Pembinaan yang terjadwal untuk peneliti memahami substansi
keilmuan sesuai dengan tupoksi yang baru
- Adanya pelimpahan gedung Namru untuk ruang peneliti
- Adanya pengaturan penugasan yang selektif dan merata
- Ada kebijakan pemenuhan kebutuhan pegawai antar unit di Kemkes
khususnya yang berlatar belakang pendidikan entomologi.
- Penajaman SKP peneliti yang menunjang tusi institusi
- Pemetaan tenaga yang terlibat dalam penelitian dan kegiatan
- Rolling tenaga keuangan dan staf
69
- Peningkatan monev kegiatan dan penelitian oleh para kepala sub
bidang
- Penerapan proyek perubahan hasil diklatpim para kepala bidang/sub
bidang dalam pelaksanaan manajemen litbangkes.
5. Keberhasilan
Selama pelaksanaan kegiatan tahun 2010-2014 diperoleh beberapa
keberhasilan/prestasi seperti :
- Ditetapkannya Permenkes tentang Studi Kohor Tumbuh Kembang
Anak
- Jumlah Publikasi Ilmiah meningkat
- Dikembangkannya aplikasi monev terhadap jabatan fungsional
peneliti, proposal penelitian dan pencapaian SKP
6. Pemanfaatan Hasil Penelitian
Sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada masyarakat atas dana yang
digunakan untuk penelitian, maka hasil penelitian wajib dilaporkan dalam
bentuk publikasi di jurnal nasional dan internasional. Selain itu, hasil
penelitian juga dilaporkan kepada pihak terkait di Pemerintah Daerah
serta unit utama kementrian Kesehatan. Hasil penelitian juga
disosialisasikan dengan harapan dapat ditindak lanjuti untuk membuat
program kesehatan terkait permasalahan yang ditemukan.
70
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pencapaian indikator kinerja di Bidang Teknologi Intervensi Kesehatan
Masyarakat pada tahun 2014 baik itu jumlah produk/model/prototipe/
standar/formula, publikasi ilmiah pada media nasional dan internasional, maupun
Jumlah Laporan Status Kesehatan Masyarakat Hasil Riset Kesehatan Nasional
Wilayah II, tercapai sesuai target bahkan melebihi target untuk publikasi ilmiah
nasional dan internasional.
Pencapaian tersebut tidak terlepas dari berbagai kendala yang ditemui
selama proses pencapaian target. Namun demikian, kendala-kendala tersebut
dapat diatasi dengan berbagai upaya-upaya tindak lanjut agar di kemudian hari
tidak ditemui lagi kendala yang sama dan berulang.
Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK) Pusat TIKM ini
dimaksudkan sebagai keterbukaan informasi publik terhadap capaian kinerja
Pusat TIKM selama tahun anggaran 2014 berdasarkan komitmen awal yang
tercantum dalam Penetapan Kinerja Pusat TIKM beserta satker ampuan Tahun
2014. Dokumen LAK ini diharapkan dapat menjadi tolak ukur keberhasilan
maupun kegagalan dan upaya-upaya untuk mengatasi kendala-kendala yang
dihadapi dalam melaksanakan kegiatan pencapaian target agar kegagalan tidak
terulang dimasa yang akan datang.
B. TANTANGAN
Tantangan yang akan dihadapi di tahun mendatang adalah adanya
rencana restrukturisasi pada tahun 2015. Hal tersebut perlu disikapi dengan
melakukan analisis kebutuhan tenaga sesuai dengan latar belakang pendidikan
dan kepakaran, sehingga tidak terjadi masalah ketidaksesuaian kepakaran
dengan bidang tugasnya.
C. STRATEGI
Untuk mempersiapkan pelaksanaan kegiatan tahun 2015-2019
berdasarkan evaluasi Renstra 2010-2014, diperlukan beberapa strategi yang
perlu dilakukan, diantaranya :
71
- Keterlibatan program terkait dan lintas sektor sejak perumusan masalah
litbang hingga pelaksanaan yang nantinya hasilnya dapat dimanfaatkan.
- Penugasan kepada para peneliti untuk membuat rekomendasi kebijakan
terhadap temuan masalah yang ada.
- Monitoring kegiatan dan penelitian yang lebih ‘melekat’ oleh para kepala sub
bidang dan PPI
- Mempercepat mulainya kegiatan dan hal-hal yang menunjang sehingga
laporan selesai pada tahun berjalan
- Penataan ruangan kerja yang lebih baik
- Perpindahan staf antar sub bagian
- Melakukan analisis jabatan dan analisis beban kerja
72
LAMPIRAN
1. Form Penetapan Kinerja