ii. tinjauan pustaka 2.1 teori sistem dinamis · 2.1 teori sistem dinamis . dalam pandangan...

17
27 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Sistem Dinamis Dalam pandangan Menetsch dan Park seperti yang dikutip oleh Eriyatno (1999) setiap orang dapat menyampaikan terminologi sistem atas dasar pandangan pribadi maupun kegunaan untuk kelompoknya, yang penting harus ada visi tentang sesuatu yang “utuh” dan keutuhan. Oleh karenanya sistem dapat diartikan sebagai himpunan atau kombinasi dari bagian-bagian yang membentuk sebuah kesatuan yang komplek dan memiliki kesatuan (unity), hubungan fungsional dan tujuan yang berguna. Sehingga secara definitif sistem adalah suatu gugus dari elemen yang saling berhubungan dan terorganisasi untuk mencapai tujuan atau suatu gugus dari tujuan-tujuan tertentu. Sistem didefinisikan sebagai suatu kesatuan dari berbagai komponen atau bagian yang saling berinteraksi membentuk suatu fungsi atau tujuan tertentu. Teori sistem berkembang lebih jauh lagi menjadi dua bidang ilmu manajemen utama, berpikir sistemik (system thinking) dan sistem dinamis (system dynamics). Berpikir sistemik merupakan cara pandang baru terhadap suatu kejadian yang menekankan keseluruhan rangkaian bagian secara terpadu. Hal ini terjadi karena adanya kompleksitas permasalahan yang ditandai dengan keragaman yang perlu dikaji atau dikendalikan oleh satu metode saja. Oleh karena itu perlu dicari pemecahan melalui keterpaduan antar bagian melalui pemahaman yang utuh, yang memerlukan suatu kerangka pikir baru yang dikenal dengan pendekatan sistem. Pendekatan sistem merupakan metodologi yang bersifat rasional sampai bersifat intuitif untuk memecahkan masalah untuk mencapai tujuan tertentu. Permasalahan yang sebaiknya menggunakan pendekatan sistem dalam pengkajiannya, yaitu permasalahan yang memenuhi karakteristik : (1) kompleks, yaitu interaksi antar elemen cukup rumit, (2) dinamis, dalam arti faktornya ada yang berubah menurut waktu dan ada pendugaan ke masa depan, dan (3) probabilistik, yaitu diperlukannya fungsi peluang dalam inferensi kesimpulan maupun rekomendasi. Terdapat tiga pola pikir yang menjadi pegangan pokok dalam menganalisis permasalahan dengan pendekatan sistem, yaitu : (1) sibernetik (cybernetic), artinya berorientasi pada tujuan, (2) holistik (holistic), yaitu cara

Upload: hadan

Post on 02-Mar-2019

239 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Sistem Dinamis · 2.1 Teori Sistem Dinamis . Dalam pandangan Menetsch dan Park seperti yang dikutip oleh Eriyatno (1999) setiap orang dapat menyampaikan

27

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Sistem Dinamis

Dalam pandangan Menetsch dan Park seperti yang dikutip oleh Eriyatno

(1999) setiap orang dapat menyampaikan terminologi sistem atas dasar pandangan

pribadi maupun kegunaan untuk kelompoknya, yang penting harus ada visi

tentang sesuatu yang “utuh” dan keutuhan. Oleh karenanya sistem dapat diartikan

sebagai himpunan atau kombinasi dari bagian-bagian yang membentuk sebuah

kesatuan yang komplek dan memiliki kesatuan (unity), hubungan fungsional dan

tujuan yang berguna. Sehingga secara definitif sistem adalah suatu gugus dari

elemen yang saling berhubungan dan terorganisasi untuk mencapai tujuan atau

suatu gugus dari tujuan-tujuan tertentu.

Sistem didefinisikan sebagai suatu kesatuan dari berbagai komponen atau

bagian yang saling berinteraksi membentuk suatu fungsi atau tujuan tertentu.

Teori sistem berkembang lebih jauh lagi menjadi dua bidang ilmu manajemen

utama, berpikir sistemik (system thinking) dan sistem dinamis (system dynamics).

Berpikir sistemik merupakan cara pandang baru terhadap suatu kejadian yang

menekankan keseluruhan rangkaian bagian secara terpadu. Hal ini terjadi karena

adanya kompleksitas permasalahan yang ditandai dengan keragaman yang perlu

dikaji atau dikendalikan oleh satu metode saja. Oleh karena itu perlu dicari

pemecahan melalui keterpaduan antar bagian melalui pemahaman yang utuh, yang

memerlukan suatu kerangka pikir baru yang dikenal dengan pendekatan sistem.

Pendekatan sistem merupakan metodologi yang bersifat rasional sampai

bersifat intuitif untuk memecahkan masalah untuk mencapai tujuan tertentu.

Permasalahan yang sebaiknya menggunakan pendekatan sistem dalam

pengkajiannya, yaitu permasalahan yang memenuhi karakteristik : (1) kompleks,

yaitu interaksi antar elemen cukup rumit, (2) dinamis, dalam arti faktornya ada

yang berubah menurut waktu dan ada pendugaan ke masa depan, dan (3)

probabilistik, yaitu diperlukannya fungsi peluang dalam inferensi kesimpulan

maupun rekomendasi. Terdapat tiga pola pikir yang menjadi pegangan pokok

dalam menganalisis permasalahan dengan pendekatan sistem, yaitu : (1) sibernetik

(cybernetic), artinya berorientasi pada tujuan, (2) holistik (holistic), yaitu cara

Page 2: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Sistem Dinamis · 2.1 Teori Sistem Dinamis . Dalam pandangan Menetsch dan Park seperti yang dikutip oleh Eriyatno (1999) setiap orang dapat menyampaikan

28

pandang yang utuh terhadap keutuhan sistem, dan (3) efektif (effectiveness), yaitu

prinsip yang lebih mementingkan hasil guna yang operasional serta dapat

dilaksanakan dari pada pendalaman teoritis untuk mencapai efesiensi keputusan

(Eriyatno, 1999). Oleh karena itu telaah tentang permasalahan dengan pendekatan

sistem ditandai oleh ciri-ciri : (1) mencari semua faktor penting yang terkait dalam

mendapatkan solusi yang baik untuk menyelesaikan masalah, dan (2) adanya

model kuantitatif untuk membantu keputusan secara rasional.

Untuk optimalnya pengambilan keputusan dalam permasalahan melalui

pendekatan sistem memerlukan apa yang disebut dengan Sistem Penunjang

Keputusan (SPK). Keen dan Morton (1986) seperti yang dikutip oleh Eriyatno

(1999) mendefinisikan SPK sebagai suatu sistem berbasis komputer yang

mendukung manajemen pengambilan keputusan yang berhubungan dengan

permasalahan yang bersifat semi terstruktur. Sedangkan Millet dalam Eriyatno

(1999) mendefinisikan SPK sebagai suatu sistem yang menggunakan model yang

berhubungan antara keputusan dan jalan keluar untuk menunjang pemecahan

masalah yang dititikberatkan pada masalah keputusan spesifik ataupun kumpulan

masalah-masalah yang berhubungan. Minch dan Burns (1983) seperti yang diacu

oleh Eriyatno (1999) mengemukakan bahwa konsepsi model SPK adalah

menggambarkan secara abstrak tiga komponen utama penunjang keputusan yaitu

pengambilan keputusan, data dan model. SPK terdiri dari tiga elemen pembentuk

utama, yaitu basis data, basis model dan manajemen dialog yang terakumalasi

dalam suatu sistem yang dinamis.

Sistem dinamis sangat erat hubungannya dengan berpikir sistemik.

Sistem dinamis dibentuk untuk memberi para manajer suatu alat bantu dalam

memahami sistem kompleks yang mereka hadapi. Metodologinya adalah

menggunakan simulasi komputer untuk menghubungkan struktur sistem dengan

perilaku sistem terhadap waktu. Dengan cara ini, sistem dinamis mampu

menterjemahkan pemahaman yang diperoleh dari berpikir sistemik ke dalam

model simulasi komputer. Sistem dinamis mampu menciptakan suatu learning

environment – suatu laboratorium yang berperan seperti miniatur dari sistem.

Simulasi sistem dinamis diatur berdasarkan prinsip: (1) cause-effect

(sebab-akibat), (2) feedback (umpan-balik), dan (3) delay (tunda). Simulasi yang

Page 3: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Sistem Dinamis · 2.1 Teori Sistem Dinamis . Dalam pandangan Menetsch dan Park seperti yang dikutip oleh Eriyatno (1999) setiap orang dapat menyampaikan

29

lengkap dan komprehensif pasti menggunakan ketiga prinsip tersebut untuk

menghasilkan perilaku sistem yang mendekati dunia nyata. Rancangan causal-

loop diagram (CLD) biasanya digunakan dalam system thinking (berpikir

sistemik) untuk mengilustrasikan hubungan cause-effect (sebab-akibat).

Hubungan feedback (umpan-balik) bisa menghasilkan perilaku yang bervariasi

dalam sistem nyata dan dalam simulasi sistem nyata.

Tidak semua hubungan sebab-akibat timbul secara instan. Sering terjadi

hubungan sebab-akibat tersebut dipisahkan oleh waktu, bisa berupa detik, menit,

jam, minggu, bulan, atau tahun. Delay terjadi dimanapun di dunia nyata. Adanya

delay menghasilkan sesuatu hal yang menarik pada perilaku kompleks sistem,

ketika sistem tersebut tidak memiliki feedback dan kompleksitas cause-effect yang

terbatas. Variabel feedback yang penting adalah level dan flow. Level

menunjukkan akumulasi, sedangkan flow menunjukkan perubahan pada yang

terjadi pada variabel level.

2.2 Konsep Perencanaan Pembangunan

Perencanaan pembangunan dapat dikatakan identik dengan ekonomi

pembangunan. Bila ruang gerak ekonomi pembangunan berusaha mencari strategi

pembangunan, perencanaan pembangunan merupakan alat yang ampuh untuk

menerjemahkan strategi pembangunan tersebut dalam berbagai program kegiatan

yang terkoordinir. Koordinasi ini perlu dilakukan sehingga sasaran-sasaran, baik

ekonomi maupun sosial, yang telah ditetapkan semula dapat dicapai secara lebih

efisien untuk menghindari terjadinya pemborosan-pemboroan dalam pelaksanaan

pembangunan (Hendra, 1995). Perencanaan pembangunan ekonomi bisa juga

dianggap sebagai perencanaan untuk memperbaiki penggunaan sumber-sumber

daya publik yang tersedia di daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas

sektor swasta dalam rangka menciptakan nilai sumber-sumber daya swasta secara

bertanggung jawab (Arsyad, 1999). Dengan demikian diharapkan perekonomian

wilayah dapat mencapai keadaan perekonomian yang lebih baik pada masa yang

akan datang dibanding dengan keadaan sekarang ini, atau minimal sama dengan

keadaan ekonomi sekarang.

Page 4: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Sistem Dinamis · 2.1 Teori Sistem Dinamis . Dalam pandangan Menetsch dan Park seperti yang dikutip oleh Eriyatno (1999) setiap orang dapat menyampaikan

30

Hirschman (1958) menegaskan bahwa jika terjadi perbedaan yang sangat

jauh antara perkembangan ekonomi di daerah kaya dengan daerah miskin, akan

terjadi proses pengkutuban (polarization effects), sebaliknya jika perbedaan

diantara kedua daerah tersebut menyempit, berarti telah terjadi imbas yang baik

karena ada proses penetesan ke bawah (trickle down effects). Dari pandangan ini,

dapat dikatakan bahwa perlunya perencanaan pembangunan itu semata-mata

bukan hanya untuk kepentingan wilayah yang bersangkutan, melainkan yang lebih

luas lagi seperti untuk kepentingan pembangunan nasional secara menyeluruh.

Ada beberapa pendekatan yang dapat diterapkan untuk menyusun

perencanaan pembangunan suatu wilayah, yaitu : (1) pendekatan atas-bawah (top-

down), (2) pendekatan bawah-atas (bottom-up), (3) pendekatan obyek, sektoral

atau bidang, (4) pendekatan gabungan atau campuran, (5) pendekatan

komprehensif, (6) pendekatan terpadu, (7) pendekatan pengkerutan (reduced), (8)

pendekatan parsial, (9) pendekatan proyek demi proyek (Mangiri, 2000).

Perencanaan pembangunan yang disusun dengan pendekatan top-down

merupakan perencanaan pembangunan yang sudah diatur pada tingkat atas

pemerintah pusat atau daerah yang tidak melibatkan masyarakat, yang kemudian

diturunkan ke tingkat lebih bawah dari suatu pemerintah (pusat atau daerah) untuk

dilaksanakan sesuai dengan petunjuknya. Pendekatan ini menitikberatkan pada

visi terlebih dahulu, kemudian misi, strategi, program dan proyek. Manfaat yang

dapat diberikan dengan pendekatan ini adalah program pembangunan yang

direncanakan akan lebih cepat terlaksana, karena yang menetapkan hanya

beberapa orang pada tingkat pimpinan yang mempunyai persepsi dan wawasan

pembangunan yang sama. Akan tetapi, sering juga pendekatan semacam ini

menimbulkan permasalahan di lapangan. Karena perencanaannya diturunkan dari

atas, bisa saja terjadi program-program pembangunan yang diajukan tidak sesuai

dengan potensi atau permasalahan pada wilayah setempat. Akibatnya apa yang

menjadi tujuan dari perencanaan tersebut tidak tercapai, bahkan bisa saja hasil

yang didapat bertolak belakang dengan tujuan yang diinginkan.

Pendekatan kedua, bottom-up, tampaknya lebih operasional atau lebih

menyentuh masyarakat, sehingga dianggap mampu memecahkan masalah-

masalah pembangunan yang langsung dirasakan oleh masyarakat. Namun

Page 5: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Sistem Dinamis · 2.1 Teori Sistem Dinamis . Dalam pandangan Menetsch dan Park seperti yang dikutip oleh Eriyatno (1999) setiap orang dapat menyampaikan

31

demikian, pendekatan ini bisa menyebabkan terjadinya benturan-benturan antara

masalah wilayah yang diangkat dengan tujuan makro, dan di samping itu

menimbulkan sikap ego lokal yang lebih mementingkan wilayahnya sendiri.

Perencanaan yang disusun dari bawah, menyebabkan pula masing-masing wilayah

atau sekelompok masyarakat ingin lebih dipentingkan dari wilayah atau kelompok

masyarakat yang lain. Akibatnya muncul konflik yang bersifat horizontal, yang

akhirnya mengganggu proses pembangunan ekonomi yang dijalankan.

Pendekatan perencanaan dapat juga dilakukan dengan lebih

menitikberatkan terhadap pembangunan sektor-sektor atau bidang-bidang tertentu.

Di sini tujuan perencanaan dapat diarahkan kepada pemecahan masalah pada

sektor-sektor yang menjadi bottleneck dalam pembangunan, ataupun untuk

mengembangkan sektor-sektor yang merupakan leader dalam perekonomian

daerah. Pola perencanaan yang lebih mengedepankan pembangunan sektoral

umumnya berpijak pada konsep pertumbuhan tidak berimbang yang dinilai oleh

beberapa ahli ekonomi mempunyai keterbatasan-keterbatasan, di antaranya: (1)

kurang perhatian terhadap komposisi, arah dan saat petumbuhan tidak berimbang,

(2) mengabaikan pihak-pihak yang beroposisi terhadap pembangunan, (3)

memunculkan tekanan inflasi, (4) sulit diterapkan untuk daerah-daerah yang

kurang maju dimana fasilitas dasar dan mobilitas faktor menjadi kendala dalam

pembangunan (Jhingan, 1993).

Pendekatan ideal dalam penyusunan perencanaan pembangunan adalah

dengan menggabungkan semua kepentingan atas, bawah, sektoral ataupun bidang

pembangunan yang diakomodir dan diselaraskan dalam sebuah perencanaan yang

sistematis dan dinamis. Sistem perencanaan pembangunan ini lebih bersifat

simulasi dengan kendala tujuan target makro tetapi pelaksanaannya sesuai dengan

tingkat bawah. Hasilnya menjadi perencanaan optimal antar pusat, wilayah dan

sektor yang dianggap sebagai isu utama nasional atau daerah. Dalam prakteknya,

sangat sulit melakukan perencanaan semacam ini. Karena belum tentu tujuan yang

diutamakan bagi wilayah merupakan pula tujuan nasional, atau sebaliknya tujuan

yang diutamakan bagi nasional belum temtu merupakan tujuan wilayah.

Singkatnya, sangat sulit untuk mempertemukan antara tujuan wilayah dengan

tujuan nasional.

Page 6: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Sistem Dinamis · 2.1 Teori Sistem Dinamis . Dalam pandangan Menetsch dan Park seperti yang dikutip oleh Eriyatno (1999) setiap orang dapat menyampaikan

32

Pendekatan perencanaan pembangunan yang komprehensif diartikan

sebagai suatu pendekatan perencanaan yang terkoordinir dan terpadu dalam suatu

wilayah pembangunan, dan salah satu bentuk lain dari pendekatan komprehensif

adalah pendekatan terpadu. Pendekatan ini berusaha mengintegrasikan semua

komponen-komponen ekonomi, dan sosial ke dalam suatu perencanaan

pembangunan wilayah. Perencanaan terpadu ini mempunyai empat aspek, yaitu

(1) keterkaitan, (2) kuantitas, (3) optimasi, dan (4) risiko (Mangiri, 2000).

Sedangkan pernyusunan perencanaan dengan pendekatan parsial lebih bersifat

pemecahan persoalan (problem-solving) dalam proses pembangunan, sehingga

dengan sendirinya dalam pendekatan ini terdapat berbagai bentuk pendekatan

perencanaan. Dengan kata lain pendekatan parsial ini mirip dengan pendekatan

gabungan atau campuran. Pendekatan terakhir yang dapat diterapkan dalam

penyusunan perencanaan pembangunan wilayah adalah pendekatan proyek demi

proyek.

Setelah ditetapkan pendekatan mana yang akan diterapkan, langkah

berikutnya adalah menyusun perencanaan pembangunan yang dilakukan melalui

beberapa tahapan, : (1) pengumpulan data dan analisis, (2) pemilihan strategi

pembangunan wilayah, (3) pemilihan proyek-proyek pembangunan, (4)

pembuatan rencana tindakan, (5) penentuan rincian proyek, dan (6) persiapan

perencanaan secara keseluruhan dan implementasi (Blakely seperti yang dikutip

oleh Arsyad, 1999). Selain itu perencanaan pembangunan tidak bisa terlepas dari

pengetahuan tentang obyek perencanaan, apakah obyek itu berupa nasional,

daerah, sektor, ataupun bidang pembangunan. Dengan mengetahui berbagai

kecenderungan dari faktor-faktor atau variabel-variabel yang mempengaruhinya,

perencana dapat menetapkan strategi pembangunan suatu wilayah dengan lebih

tepat agar diperoleh hasil seoptimal mungkin. Untuk semua ini, diperlukan suatu

analisis yang teliti dan kompleks yang menyangkut berbagai aspek tentang obyek

perencanaan pembangunan. Analisis adalah penyelidikan sesuatu peristiwa untuk

mengetahui penyebabnya, dan bagaimana duduk perkaranya. Sedangkan

menganalisis ialah menyelidiki dengan menguraikan masing-masing bagiannya.

Kegunaan model perencanaan menurut Jhingan (1993) adalah : (1)

memberikan kerangka pengawasan terhadap konsistensi atau optimalisasi sasaran

Page 7: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Sistem Dinamis · 2.1 Teori Sistem Dinamis . Dalam pandangan Menetsch dan Park seperti yang dikutip oleh Eriyatno (1999) setiap orang dapat menyampaikan

33

rencana yang tertulis, (2) memberikan kerangka bagi penentuan sasaran yang

sebenarnya, (3) memberikan kerangka bagi penilaian proyek, dan (4) memberikan

pengertian yang mendalam mengenai struktur perekonomian, serta dinamikanya

guna menunjang keputusan keputusan kebijaksanaan yang lebih baik. Oleh karena

itu Jhingan (1993) membagi model-model perencanaan dalam tiga bentuk pula,

yaitu (1) model agregat, (2) model desentralisasi, dan (3) model multisektor.

Model agregat mengikuti garis optimal pertumbuhan agregat-agregat ekonomi

seperti pendapatan, tabungan, konsumsi, investasi, dan sebagainya. Model

Keynes, model Harrod-Domar, dan model two-gap adalah termasuk jenis ini.

Model yang didesentralisasi mengandung variabel sektor atau variabel tingkat

proyek yang dipakai untuk mempersiapkan model masing-masing sektor atau

proyek. Model multisektor dibangun untuk menghubungkan agregat-agregat

ekonomi makro dengan sektor-sektor yang merupakan materi operasional

perencanaan.

Pilihan model-model perencanaan pembangunan sangat tergantung

kepada kemampuan tenaga perencanaan untuk mempergunakan model tersebut,

tersedianya waktu, data dan berbagai fasilitas penunjang lainnya (aspek

infrastruktur), dan bentuk pendekatan yang akan dipergunakan di dalam

menyusun perencanaan pembangunan. Walaupun ketiga faktor tersebut sepertinya

membatasi suatu wilayah di dalam memilih model perencanaan pembangunannya,

bukan berarti setiap kali menyusun perencanaan pembangunan jangka pendek

selalu menggunakan model-model yang sama dan sangat terbatas. Perekonomian

itu berjalan dinamis, karena pola konsumsi dan produksi dalam masyarakat selalu

berubah. Akibatnya orientasi pembangunan tidak mungkin terus sama setiap

tahun.

Konsep perencanaan pembangunan hanyalah merupakan alat dan cara

untuk mencapai tujuan, target dan strategi yang telah ditentukan sebelumnya.

Sehingga menurut Arsyad (1999) perencanaan dalam pembangunan akan

memiliki fungsi : (1) Sarana komunikasi bagi semua stakeholder, (2) dasar dalam

mengatur sumberdaya dan sumberdana, (3) menjadi tolok ukur keberhasilan

fungsi pengendalian, dan (4) alat untuk melakukan evaluasi. Dari fungsi

Page 8: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Sistem Dinamis · 2.1 Teori Sistem Dinamis . Dalam pandangan Menetsch dan Park seperti yang dikutip oleh Eriyatno (1999) setiap orang dapat menyampaikan

34

perenanaan dalam pembangunan ini, maka dapat dilihat perencanaan

pembangunan yang baik, yaitu yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Punya target yang jelas. Satu daerah dengan daerah lain mempunyai target

yang berbeda yang tercantum dalam renstra daerah masing-masing.

Perencanaan yang baik apabila dari target yang dimiliki mempunyai langkah-

langkah yang jelas untuk melaksanakannya.

b. Konsisten dan Realistis. Yang sering terjadi adalah berbeda antara apa yang

direncanakan dengan apa yang dikerjakan sehingga pekerjaan tidak sesuai lagi

denga perencanaan yang dibuat dan disetujui bersama. Perencanaan juga harus

mengukur sumberdaya yang dimiliki, sehingga perencanaan yang dibuat

bukanlah yang tidak mungkin dilaksanakan.

c. Mempunyai Pengawasan yang Berkesinambungan. Dengan membentuk alur

dan sistim yang jelas sehingga perencaan akan menjadi alat kontrol yang

kontinyu.

d. Jelas Target Fisik dan Pembiayaannya. Perencanaan harus mempunyai target

pencapaian apa yang dikerjakan termasuk kualitas dan persyaratan secara fisik

lainnya. Di samping itu perencanaan juga jelas target anggarannya.

e. Terukur. Sehingga dalam pelaksanaanya perencanaan akan memudahkan

dalam menentukan indikator keberhasilannya.

f. Ada batas waktu yang jelas dari setiap pekerjaan, Arsyad (1999).

2.3 Konsep Pertumbuhan Ekonomi

Keberhasilan suatu pembangunan salah satu indikatornya dilihat

dari peningkatan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi pada suatu

wilayah pada dasarnya menggunakan konsep-konsep pertumbuhan ekonomi

secara agregat. Hanya saja titik tekanan analisis pertumbuhan regional lebih

diletakkan pada akumulasi faktor produksi. Akumulasi faktor produksi

tenaga kerja dan modal dalam suatu wilayah dari satu tahun ke tahun

berikutnya, membuka peluang bagi perbedaan tingkat pertumbuhan di suatu

wilayah.

Model Harrod-Domar memberikan peranan kunci kepada investasi

di dalam proses pertumbuhan ekonomi, khususnya mengenai watak ganda

Page 9: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Sistem Dinamis · 2.1 Teori Sistem Dinamis . Dalam pandangan Menetsch dan Park seperti yang dikutip oleh Eriyatno (1999) setiap orang dapat menyampaikan

35

yang dimiliki investasi, yaitu: (1) investasi menciptakan pendapatan, dan

(2) investasi memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara

meningkatkan stok modal. Yang pertama dapat disebut sebagai dampak

permintaan, dan kedua dampak penawaran investasi.

Arsyad (1999) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan pertumbuhan

ekonomi suatu wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi

di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang

terjadi di wilayah tersebut. Pertambahan pendapatan tersebut diukur dalam nilai

riil atau dinyatakan dalam harga konstan. Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya

terkait dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam suatu daerah

perekonomian. Pertumbuhan menyangkut perkembangan berdimensi tunggal dan

diukur dengan meningkatnya hasil produksi (output) dan pendapatan.

Sukirno (1985) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, yaitu: (1) tanah dan

kekayaan alam, (2) jumlah dan kualitas penduduk dan tenaga kerjanya, (3) barang

modal dan tingkat teknologi, (4) sistem sosial dan sikap masyarakat, dan (5) luas

pasar sebagai sumber pertumbuhan. Sedangkan menurut Todaro (2004)

komponen-komponen pertumbuhan ekonomi yang penting dalam masyarakat,

yaitu: (1) akumulasi modal termasuk semua investasi baru dalam bentuk tanah,

peralatan fisik dan sumberdaya alam, (2) perkembangan pendududuk, khususnya

yang menyangkut pertumbuhan angkatan kerja, dan (3) kemajuan teknologi.

Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan jika tingkat

kegiatan ekonominya meningkat atau lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. Dengan kata lain, pertumbuhan baru terjadi jika jumlah barang dan

jasa secara fisik yang dihasilkan perekonomian tersebut bertambah besar pada

tahun-tahun berikutnya. Oleh karena itu, untuk melihat peningkatan jumlah

barang yang dihasilkan maka pengaruh perubahan harga-harga terhadap nilai

pendapatan wilayah pada berbagai tahun harus dihilangkan. Caranya adalah

dengan melakukan perhitungan pendapatan daerah didasarkan atas harga konstan.

Kalau perhitungan pendapatan daerah menggunakan tingkat harga yang berlaku

pada waktu tersebut, hasil perhitungannya adalah pendapatan daerah menurut

harga yang berlaku pada tahun bersangkutan. Jadi perhitungan pendapatan daerah

Page 10: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Sistem Dinamis · 2.1 Teori Sistem Dinamis . Dalam pandangan Menetsch dan Park seperti yang dikutip oleh Eriyatno (1999) setiap orang dapat menyampaikan

36

dapat menggunakan harga konstan atau pendapatan riil, dapat pula menggunakan

harga yang berlaku saat itu atau pendapatan nominal.

Setiap upaya meningkatkan pertumbuhan melalui pembangunan suatu

wilayah yang dilakukan oleh pemerintah berserta masyarakatnya memiliki tujuan

utama, yaitu untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja bagi masyarakat.

Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah dan masyarakatnya

harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan. Oleh karena itu,

dengan adanya kebijakan desentralisasi fiskal maka pemerintah hendaknya selalu

melibatkan partisipasi masyarakatnya dalam memanfaatkan sumberdaya-

sumberdaya yang ada, serta harus mampu memperhitungkan potensi sumberdaya-

sumberdaya yang diperlukan untuk meraancang dan membangun perekonomian.

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian dengan menggunakan sistem dinamik sudah banyak dilakukan

di Indonesia di antaranya Tofik Hidayat, Subagyo dan Anna Maria Sri Asih

(2008) membuat Model Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan

pendekatan Sistem Dinamik. Metode yang digunakan adalah Metode Net Present

Value dan Benefit Cost Ratio yang dipakai dalam penyelesaian investasi karena

metode ini mempertimbangkan faktor uang selama dan kegunaan selama proses

investasi dengan pendekatan sistem dinamik diharapkan akan terbentuk struktur

industri yang memberikan feedback, sehingga akan memberikan hasil yang

optimal. Dari hasil simulasi dan pengujian model dengan behavior reproduction

test dengan t-spaired test diketahui bahwa tidak ada selisih yang signifikan antara

output model dengan data histories. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa

investasi yang ditanam mampu menekan kerugian perusahaan sebesar Rp.

67,854,605.10 dengan nilai NPV > 0 dan B-C ratio >1, maka investasi dinyatakan

feasible secara teknis. Adapun kontribusi pada penerimaan PAD sebesar Rp.

222,136,546.93. Dari uji validitas model pada tiga perusahaan di tiga

kabupaten/kota yang berbeda menunjukan bahwa model dapat bekerja dan

diterima dengan baik.

Yulia Asyiawati (2002) melakukan penelitian tentang sistem dinamik

dalam penataan ruang wilayah pesisir Kabupaten Bantul. Dengan menggunakan

Page 11: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Sistem Dinamis · 2.1 Teori Sistem Dinamis . Dalam pandangan Menetsch dan Park seperti yang dikutip oleh Eriyatno (1999) setiap orang dapat menyampaikan

37

software stella, penelitian ini menunjukkan bahwa dinamika Pesisir Kabupaten

Bantul, baik wisatawan maupun petani akan mengalami perubahan yang

dipengaruhi tiga subsistem, yaitu (1) subsistem lahan, (2) subsitem penduduk, dan

(3) subsitem kegiatan ekonomi pesisir. Perubahan tersebut ditandai dengan adanya

pertambahan penduduk dan pertambahan jumlah wisatawan pesisir pantai. Selain

itu pula terjadi perubahan terhadap tingkap produksi petani terutama komoditas

padi, cabe merah, ketela rambat dan kacang tanah.

Penelitian yang berkaitan dengan sistem dinamis dilakukan pula oleh

Hadi (2006) dengan kajian model dinamik penataan ruang kehutanan yang

dilakukan di Kawasan Hutan di enam provinsi yang mewakili empat klaster

wilayah berdasarkan fungsi kawasan yang berbeda yaitu: (1) klaster 1, dicirikan

oleh luas areal hutan produksi yang tinggi, diwakili Provinsi Jawa Timur dan

Kalimantan Timur, (2) klaster 2, dicirikan oleh luas areal hutan konversi yang

tinggi, diwakili Provinsi Sumatera Utara, (3) klaster 3, dicirikan oleh luas areal

yang didominasi oleh hutan produksi terbatas, konservasi, dan lindung, diwakili

Provinsi Jambi dan Sulawesi Tengah, dan (4) klaster 4, dicirikan oleh luas areal

penggunaan lain yang tinggi, diwakili Provinsi Bali.

Metode dalam penelitian ini diawali dengan mengkaji Dokumen Teknis

yang meliputi RTRWP, Laporan-Laporan Hasil Evaluasi Kegiatan Pembangunan,

Rencana-Rencana sektor kehutanan, perkebunan dan pertanian, dan Peta-Peta.

Berdasarkan hasil kajian dokumen teknis disusun permasalahan-permasalahan

teknis dan informasi berbagai potensi yang ada. Selanjutnya, dilakukan verifikasi

lapangan atas informasi potensi dan permasalahan-permasalahan teknis berikut

permasalahan lain; menyangkut aspek sosial, ekonomi, budaya dan politik serta

manajemen. Berbagai parameter dalam aktivitas sosial, aktivitas ekonomi, dan

biofisik kawasan perlu ditetapkan sebagai dasar membuat perencanaan tata ruang,

setelah identifikasi kondisi dilakukan. Model optimasi pemanfaatan ruang,

selanjutnya dibangun berdasarkan parameter-parameter sosial dan ekonomi yang

telah diturunkan dari kondisi riil di lapang. Alat yang digunakan untuk membantu

menampung kedinamisan dalam kajian optimasi tata ruang ini adalah Program

Stella Research 5.1. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perubahan terhadap

jumlah PDRB dan luas kawasan hutan di tiap provinsi pada tahun 2004 dan 2024.

Page 12: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Sistem Dinamis · 2.1 Teori Sistem Dinamis . Dalam pandangan Menetsch dan Park seperti yang dikutip oleh Eriyatno (1999) setiap orang dapat menyampaikan

38

Hasil penelitian yang berkaitan dengan Kota Bandung di antaranya yang

dilakukan oleh Dewi Kurniasih (2005) dengan penelitian tentang model skala

prioritas pembangunan Kota Bandung berbasis Good Governance. Dalam

penelitian ini mengungkapkan bahwa berbicara mengenai otonomi daerah, tidak

terlepas dari isu kapasitas keuangan dari masing-masing daerah. Hal ini

dikarenakan otonomi dan desentralisasi selalu dikaitkan dengan besaran uang

yang dapat dimiliki daerah. Tentu saja hal tersebut akan berkaitan langsung

dengan besaran Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan prosentase terhadap Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Penelitian ini bertujuan untuk: (1)

menyediakan suatu program dasar perencanaan pembangunan secara menyeluruh

dan terpadu dalam kerangka Otonomi Daerah berdasarkan Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, (2) mengoptimalkan

perencanaan pembangunan di Kota Bandung melalui penjaringan kebutuhan

masyarakat, dan (3) menyusun skala prioritas kegiatan pembangunan di Kota

Bandung tahun 2006. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif

eksploratif dengan teknik kuantitatif melalui penggunaan software sebagai salah

satu bentuk aplikasi e-government. Berdasarkan hasil penelitian menyimpulkaan

beberapa hal :

a. Pelibatan masyarakat sejak awal kegiatan musrenbang harus dipertahankan.

Sejak saat itulah konsep skala prioritas kegiatan dapat mulai diajukan.

b. Kelengkapan dan keseragaman data merupakan aspek yang sangat penting

dalam menentukan skala prioritas. Hal ini akan mempengaruhi scoring dan

ranking penilaian Daftar Skala Prioritas (DSP).

c. Apabila telah disepakati metodologi penilaian DSP yang akan digunakan,

seyogyanya dilakukan pelatihan guna memperoleh kesepemahaman mengenai

komponen-komponen yang harus dinilai dalam menentukan skala prioritas.

Penelitian yang berkaitan denga kawasan Gedebage dilakukan di

antaranya oleh Maman Hilman (2004) dengan penelitian tentang perkembangan

lokasi perumahan di wilayah Gedebage Kota Bandung akibat pemekaran kota.

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui pengaruh pemekaran kota terhadap

perkembangan luas area perumahan; (2) melihat kecepatan perkembangan luas

area perumahan; (3) mengetahui pola perkembangan lokasi perumahan. Metode

Page 13: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Sistem Dinamis · 2.1 Teori Sistem Dinamis . Dalam pandangan Menetsch dan Park seperti yang dikutip oleh Eriyatno (1999) setiap orang dapat menyampaikan

39

penelitian yang digunakan adalah metode deskriftif. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa perkembangan luas area perumahan di wilayah Gedebage

Kota Bandung dipengaruhi oleh meningkatnya perkembangan faktor sosial

ekonomi akibat pemekaran kota. Perkembangan luas area perumahan di wilayah

Gedebage dipengaruhi oleh pemekaran kota sebesar 89,29 persen. Kecepatan

perkembangan luas area perumahan di wilayah Gedebage lebih tinggi terjadi

setelah pemekaran kota. Rata-rata perkembangannya setelah pemekaran kota

sebesar 212.003,7 m2/tahun dan sebelum pemekaran kota 17.369 m

2/tahun. Selain

itu pola perkembangan luas area perumahan di wilayah Gedebage menunjukkan

pola yang tidak jelas.

Selain itu penelitian di kawasan Gedebage LPM-UNPAD (2002) tentang

kajian sosial pengembangan wilayah Gedebage dengan menggunakan dua

pendekatan Policy Research dan Action Research. Policy Research (penelitian

kebijakan) merupakan sebuah proses penelitian atau analisis yang dilakukan

terhadap masalah-masalah sosial mendasar, sehingga temuan-temuan dalam

analisanya dapat direkomendasikan kepada pembuat keputusan untuk bertindak

secara praktis dalam menyelesaikan masalah. Pendekatan ini sangat relevan

dengan program pengembangan kawasan Gedebage yang masih dalam tahap

perencanaan, pada pendekatan penelitian kebijakan ini mencoba mengidentifikasi

kira-kira gejolak sosial apa yang akan terjadi pada masyarakat Gedebage,

terutama di dalam program pembangunan terminal terpadu yang biasanya akan

menimbulkan ketidakamanan dan ketidaknyamanan bagi penduduk sekitar. Di

samping itu suatu permasalahan yang sangat mendasar yang harus diselesaikan

secara serius adalah bagaimana alih profesi bagi masyarakat petani. Maka untuk

menjaring informasi dan aspirasi masyarakat yang sesungguhnya dapat dilakukan

pendekatan partisipatory atau focus group disscusion melalui beberapa kelurahan

di kawasan inti dan penyangga yang dilakukan pada komunitas yang dianggap

homogen, seperti masyarakat petani, masyarakat ojek, masyarakat pegawai

formal, masyarakat pedagang dan lain sebagainya. Adapun kesimpulan dari

penelitian ini menunjukkan beberapa hal yang perlu dicermati, di antaranya :

a. Masalah proporsi peruntukan lahan yang belum seimbang di beberapa wilayah

kelurahan di Gedebage

Page 14: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Sistem Dinamis · 2.1 Teori Sistem Dinamis . Dalam pandangan Menetsch dan Park seperti yang dikutip oleh Eriyatno (1999) setiap orang dapat menyampaikan

40

b. Masalah struktur kependudukan dan angkatan kerja

c. Masalah struktur kepemilikan tanah

d. Masalah kerajinan dan industri

e. Masalah kesehatan dan keluarga berencana

f. Masalah pendidikan dan kebudayaan

Selanjutnya, hasil penelitian ini juga telah memberikan catatan terhadap

isu-isu strategi yang dimunculkan, diantaranya :

a. Delapan kelurahan yang menjadi objek kajian, menunjukkan adanya

kebutuhan terhadap upaya-upaya alih profesi dan profesi baru bagi anggota

masyarakat yang kehilangan pekerjaan dan belum bekerja.

b. Harapan-harapan dalam pengembangan Gedebage, tidak hanya menjadi

perhatian masyarakat, melainkan juga oleh aparat pemerintah. Masyarakat

menginginkan adanya perbaikan-perbaikan dalam berbagai sektor yang selama

ini tidak atau belum tersentuh oleh kebijakan pemerintah, seperti masalah

perumahan, akses jalan tol, banjir, kesehatan masyarakat dan lingkungan,

sarana dan prasarana yang diperlukan, dan lain-lain.

c. Kelembagaan-kelembagaan yang ada tampaknya tidak mampu menampung

keinginan banyak pihak, karenanya harapan-harapan yang muncul adalah

pengembangan kelompok-kelompok potensial menjadi kelompok aktual.

2.5 Kerangka Pemikiran

Aktivitas ekonomi muncul, tumbuh, dan terbangun dalam suatu ruang.

Perusahaan, dan pelaku ekonomi secara umum akan memilih lokasi sebagaimana

mereka memilih faktor produksi dan teknologi. Sumberdaya produksi terdistribusi

secara tidak merata dalam suatu ruang: sumberdaya sering terkonsentrasi dalam

suatu area tertentu sehingga terjadi ketidakseimbangan.

Ruang tidak dapat dilepaskan dari aktivitas ekonomi. Pernyataan ini

didasari oleh kenyataan bahwa setiap aktivitas produksi memerlukan ruang dan

tidak semua area geografis memberikan kesempatan atau ketersediaan yang sama

untuk (aktivitas) produksi dan pembangunan. Penyebaran bahan mentah, faktor

produksi (modal dan tenaga kerja), dan permintaan yang tidak merata membuat

perusahaan (dan aktivitas produksi secara umum) memilih lokasi sebagaimana

Page 15: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Sistem Dinamis · 2.1 Teori Sistem Dinamis . Dalam pandangan Menetsch dan Park seperti yang dikutip oleh Eriyatno (1999) setiap orang dapat menyampaikan

41

mereka memilih faktor produksi dan teknologi yang akan mempengaruhi

kapasitas produksi dan posisi perusahaan di pasar, lokasi secara krusial akan

menentukan kapasitas produksi perusahaan (secara agregat) dari area geografis di

mana perusahaan itu berlokasi.

Namun demikian pemilihan lokasi bukan satu-satunya yang dapat

menjadikan suatu wilayah dapat berkembang secara maksimal. Perkembangan

suatu wilayah yang baik dapat ditunjukkan oleh adanya keterkaitan antar sektor

ekonomi wilayah tersebut, dalam hal ini terjadi transfer input output barang dan

jasa antar sektor secara dinamis. Demikian juga pengembangan Pusat Primer

Gedebage Kota Bandung akan menciptakan peningkatan kegiatan sektor-sektor

ekonomi di sekitar kawasan tersebut maupun Kota Bandung pada umumnya

sebagai indikator keberhasilan pembangunan di wilayah tersebut. Di sisi lain

pelaksanaan Pusat Primer Gedebage Kota Bandung akan gagal apabila laju

pertumbuhan meningkat tetapi pendapatan masyarakat rendah. Hal ini

mengidentifikasikan bahwa pembangunan tersebut belum mampu menciptakan

spread effect kepada masyarakat.

Relevansi pemahaman ini dengan wilayah yang diteliti merupakan suatu

landasan pemikiran mengenai komponen pengembangan Pusat Primer Gedebage

Kota Bandung yang meliputi penggunaan ruang di kawasan Gedebage, berbagai

kegiatan ekonomi, serta dinamika populasi penduduk. Ketiga variabel tersebut

merupakan variabel state (pendukung) dalam membangun model konseptual.

Kemudian ditentukan variabel non-state (variabel lainnya) yang meliputi variabel

penggerak (driving), variabel pembantu (auxiliary), dan variabel tetap (constant)

yang melengkapi suatu model yang dapat menciptakan kesempatan kerja dan

pertumbuhan ekonomi di Kota Bandung.

Desain sistem pengembangan Pusat Primer Gedebage Kota Bandung

merupakan interaksi antar sub model ketersediaan ruang kawasan Gedebage

(lingkungan), sub model populasi penduduk serta sub model ekonomi. Setelah

dilakukan identifikasi terhadap variabel-variabel yang terlibat, kemudian

ditentukan hubungan yang logis antar variabel tersebut. Dari hubungan itu dapat

ditentukan apakah hubungannya bersifat positif atau negatif. Dengan demikian

Page 16: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Sistem Dinamis · 2.1 Teori Sistem Dinamis . Dalam pandangan Menetsch dan Park seperti yang dikutip oleh Eriyatno (1999) setiap orang dapat menyampaikan

42

dapat dibangun hubungan umpan balik (causal loop) untuk semua variabel dalam

pengembangan Pusat Primer Gedebage Kota Bandung dalam rantai tertutup.

Seperti yang digambarkan dalam kerangka pemikiran bahwa

pengembangan Pusat Primer Gedebage Kota Bandung menunjukkan ada beberapa

faktor yang akan mempenguhi optimalisasi pembangunan kawasan ini. Faktor

wilayah, penduduk dan ekonomi merupakan faktor yang dapat menimbulkan

pengaruh positif dan negatif. Pengaruh positif antara lain terhadap faktor

ekonomi seperti adanya perubahan pendapatan asli daerah, pendapatan

masyarakat serta PDRB. Pengaruh negatif dapat terjadi apabila perencanaan

pengembangan Pusat Primer Gedebage Kota Bandung kurang baik dalam. Selain

itu juga masalah laju pertumbuhan penduduk yang tidak terkontrol dapat

berpengaruh negatif terhadap keseimbangan penduduk di kawasan Pusat Primer

Gedebage Kota Bandung karena pusat kegiatan ekonomi pada akhirnya menjadi

tujuan bagi penduduk untuk melakukan perpindahan ke wilayah tersebut.

Sedangkan faktor pendukung yang dapat membuka peluang berhasilnya sistem

pengembangan kawasan Gedebage antara lain adalah ketersediaan ruang kawasan

Gedebage. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari Gambar 1 tentang Kerangka

Pemikiran Pengembangan Kawasan Gedebage Terhadap Pembangunan

Ekonomi Kota Bandung Melalui Pendekatan Sistem Dinamik.

Sebagai upaya realisasi dari Visi dan Misi Pembangunan Kota Bandung

yang ditafsirkan dalam bentuk perumusan sasaran pembangunan dan dilandasi

oleh hukum formal berupa Perda RTRW Kota Bandung Nomor 02 Tahun 2004

dan Nomor 03 Tahun 2006 serta sesuai dengan target makro pembangunan Kota

Bandung, baik rencana yang bersifat jangka menengah maupun jangka panjang,

maka Pengembangan Kawasan Gedebage dengan proyek utamanya pembangunan

Pusat Primer Gedebage akan menjadi prioritas pembangunan Kota Bandung yang

akan berpengaruh baik terhadap kegiatan pemerintahan maupun masyarakat, serta

kegiatan ekonomi Kota Bandung

Untuk lebih jelasnya tentang Kerangka Pemikiran tentang dampak

pengembangan Pusat Primer Gedebage terhadap pembangunan ekonomi Kota

Bandung melalui pendekatan sistem dinamik. dapat dilihat dari Gambar 1.

Page 17: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Sistem Dinamis · 2.1 Teori Sistem Dinamis . Dalam pandangan Menetsch dan Park seperti yang dikutip oleh Eriyatno (1999) setiap orang dapat menyampaikan

43

Model dinamik dampak

pengembangan kawasan

Gedebage Kota Bandung

Optimalisasi kawasan

Gedebage

Stakeholders

Analisis kebutuhan

Formulasi

permasalahan

Identifikasi sistem

Pemodelan sistem

Visi dan Misi Pembangunan

Kota Bandung

Implementasi

Subsistem wilayah Subsistem ekonomi Subsistem penduduk

Perda RTRW Kota Bandung Nomor 02 Tahun

2004 dan Nomor 03 Tahun 2006

Pengembangan Kawasan Gedebage

Perumusan sasaran pembangunan sesuai dengan target

makro pembangunan Kota Bandung

Analisis Dampak Terhadap

Pembangunan Ekonomi Kota

Bandung

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Pengembangan Pusat Primer Gedebage

Terhadap Pembangunan Ekonomi Kota Bandung Melalui

Pendekatan Sistem Dinamik