iii. bahan dan metode - repository.ipb.ac.id · jenis mem (minimal essential medium) dari dulbecco...
TRANSCRIPT
III. BAHAN DAN METODE ,
Untuk mencapai sasaran tujuan penelit ian, ' sesua i dengan s p a yang
te lah dikemukakan pada BabI d i muka, maka penel i t ian ini disusun
dalam bebe rapa tahap. Seca ra keseluruhan, penel i t ian ini meliputi: 1)
pene l i t i an laboratorium, berupa pene l i t i an serologik: p a d a tahap ini
dimulai dengan pengumpulan bahan i so l a s i be rupa bu r sa Fabr ic ius ayam-
ayam yang terinfeksi oleh virus IBD, berasa l da r i peternakan ayam d i
bebe rapa tempat d i Pulau-pulau Sumatera, Jawa, Ba l i dan Pulau
Sulawes i , diikuti dengan tahapan i so l a s i dan ident i f ikasi t ipe v i rus IBD
asa l lapang; dan 2) penelit ian ekeperimental . P a d a tahapan penel i t ian
eksper imental ini te lah dikerjakan 2 macam percobaan yaitu uji
imunisasi pa s i f s i lang dan uji netra l isas i s i l ang an ta ra i so l a t v i ru s IBD
asa l lapang dengan ant isera v i rus vaksin a sa l impor.
Mengenai bahan-bahan s e r t a metode-metode yang digunakan p a d a
s e t i ap langkah dar i penelit ian ini, dapa t diikuti p a d a uraian-uraian
sebaga i berikut:
3. 1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penel i t ian ini dimulai pada bulan M e i 1992 hingga September
1994 dan dilakukan di Laboratorium Imunologi, Jurusan Penyakit Hewan
dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakul tas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor .
3. 2. Penelltian di Laboratorlum
Penelitian ini meliputi:
1) isolasi virus IBD dari bursa Fabricius pada telur berembrio bebas . patogen tertentu (SPF = specific pathogen f r ~ e ) , umur 9-10 hari dan
pada biakan jaringan (chicken embryo Jlbroblast = CEF), melakukan
uji serologik dengan uji netralisasi serum terhadap isolat virus IBD
asal lapang, dilanjutkan identifikasi virus IBD asal lapang
2) pembugtan dan pemurnian antigen (cloning)
5) titrasi virus IBD pada biakan re1 fibroblas embrio ayam
4) pembuatan serum kebal kelinci terhadap isolat virus IBD anal lapang
5) uji netralisasi serum untuk menentukan keterkaitan antigen; untuk
memilih inolat virus IBD asal lapang yang dapat mewakili beberapa
tempat d i Indonesia.
3.2.1. Isolasi dam Identifikasi Tipa Isola t Virus IBD Asal Lapang:
Hswan Percobaan:
T I / K ~ berembrio yang bebas patogen tertentu ( S P F = specific
pathogen free) beranal dari P T Vaksindo Satwa Nusantara,
Citeureup.
Kelinci pr t ib (New Zealand white) dengan berat badan kisaran 1 kg
yang berasal dari Balai Penelitian Ternak, Ciawi
Ayam petelrr jantan berumur 1 (satu] hari, dari PT Manggis, Cibadak.
Sukabumi.
Baban Kimia. Bahan-bahan untuk media biakan jaringan (chicken
embryo fibroblast = CEF) adalah L-glutamin, tryptoee phosphat
broth, serum an& sapi (calf serum), tripsin 0.25%. photiphat pen-
28
yangga (buffer) atau larutan PBS yang mempunyai pH = 7.4 ini akan
digunakan untuk bahan pelarut d m pengencer suspensi dari organ
bursa. antibiotika, fungizon, NaH2C0, 7.3%.
Plralaian .Peralatan yang digunakan dalam penelitian a d a l d high speed
centrifuge, laminar flow dan C02 incubator.'
Metadc:
Biakan re / . Biakan se l fibroblas (chicken embryo fibroblast = CEF)
dibuat dari telur berembrio SPF berumur 9-10 hari. Tatacara
pembiakan CEF sama seperti dilaporkan oleh Lukert (1986). Biakan
sel diinkubasikan dalam inkubator suhu 37OC dengan kadar 5% COz.
Media yang digunakan mengikuti Jackwood e t a l . (1982b) dengan
jenis MEM (minimal essential medium) dari Dulbecco ( D M E M ) .
Trlur berembrio. Telah lama diketahui bahwa virus tidak dapat
berkembang biak dalam media sintetik yang terdiri dari bahan kimia.
Virus hanya dapat berkembang biak dalam sistem sel hidup, yakni
hewan percobaan (ayam, marmot dan kelinci) telur berembrio dan
biakan sel atau biakan jaringan. Telur berembrio digunakan
sebagai bahan untuk membuat biakan re1 fibroblas embrio (CEF).
Pembnatan biakan set.
Tujran: untuk mengisolas i , mengidentifikasi , memperbanyak virus,
t i t r a s i v i rus inolat lapang dan untuk uji netra l isas i s e r u m .
Cara ker ja : embrio ayam diambil dengan pineet s te r i l dan dimasukkan
d a l a m cawan pe t r i nteril. Kepala , kaki, eayap dan is i perut dibuang
s e l eb ihnya dimasukkan ke da lam labu erlenmeyer, kemudian
dipotong-potong dengan gunting sampai hhlus dan dicuci dengan
larutan PBS s te r i l , untuk menghilangkan darah. Setelah itu dituangkan
larutan t r ips in 0,25% yang telah dihangatkan pada suhu 37°C dalam
penangas a i r (waterbath).
Untuk melepaskan sel-sel d a r i potongan jaringan, maka larutan
te r sebut dikocok dengan a la t pengocok magnet (magnetic st irrer)
s e l a m a 10 menit. Kemudian larutan yang mengandung t r ips in
didiamkan b e b e r a p a menit, agar potongan jar ingan yang masih besar
mengendap. Supernatan yang mengandung t r ips in dan butir darah
merah dibuang dan kepada endapannya kembal i ditambahkan larutan
t r ipein, p ro se s t r ips inas i diulang 3 ka l i namun supernatan yang
terbentuk dituangkan ke dalam tabung sentrifus. Untuk memisahkan
s e l d a r i larutan t r ips in , maka s e l disentrifue p a d a kecepatan 1.500
rpm se l ama 10 menit. Selanjutnya s e l tersebut d icuc i dengan
larutan PBS s t e r i l untuk menghilangkan kandungan tripsinnya, guna
memisahkan s e l halus dar i eel potongan besar maka larutan s e l
t e r sebut d i sa r ing dengan saringan kasa (s ter i l ) , kemudian disentr i fus
kembal i . Endapan s e l tersebut dilarutkan dalam med ia penumbuh,
selanjutnya dihitung jumlahnya. Se l yang didapat 2 x lo5 s e l pe r
ml med ia penumbub (DMEM, NaH2C03 7,3%, tryptoee phosphat
broth, 5% CS, penis i l in 10.000 pl/ml, streptomisin 10.000 pg/ml
dan fungizon 100 pglml). Kemudian s e l tersebut dibiakkan dalam
microplate 96 sumur (lubang) dan inkubaeikan dalam inkubator
pada suhu 37°C dengan C 0 2 5% selama 24 jam. Sel siap dipakai
24-48 jam atau setelah membentuk sel selapis penuh, dan sel
langsung digunakan untuk uji netralisasi serum atau titrasi virus.
Virus (IBD). Virus IBD diisolasi dari beberapa tempat di pu lau Jawa.
Medan, Lampung . Bali dan Maros. Vi rw diisolasi dari bursa
Fabricius ayam penderita IBD. Dan bursa yang terinfekoi tersebut
dibuat suspenei 20% dengan larutan PBS steril yang mengandung
antibiotik (penisilin 200 IU, streptomisin 200 pg, kanamisin 200 pg
dan fungizon 100 pg masing-masing per ml), kemudian disentrifus
1.500-2.000 rpm selama 20 menit. Supernatan yang diperoleh
ditambah dengan serum ayam terhadap ND (serum kebal) yang
mengandung titer HI 2'' per rnl sebanyak 20% (vlv), dibiarkan pada
suhu kamar atau di dalam penangas a i r pada suhu 37OC selama 10-15
menit untuk mengadakan proses netralisasi antara virus N.D. dan
serum kebalnya, b i l a dalam supernatan bursa diduga terdapat virus
ND. Selanjutnya suspensi tersebut disaring dengan f i l ter ukuran 0.22
pm (Mill ipore) disuntikkan ke dalam kantung kuning telur embrio
ayam SPF umur 5-6 hari. ke dalam ruang alantoik embrio ayam SPF'
yang berumur 9 hari, membran khorio-alantoik ayam SPF umur 11
hari dan diinkubasikan dalam inkubator pada suhu 37OC selama 5
hari. Virus dipanen dengan mengumpulkan selaput kantung kuning
telur, cairan alantoik dan membran khorio-alantoik. Selaput kantung
kuning telur dan membran khorio-alantoik digerus dan dibuat
suspensi 20% dalam larutan Hanks steril atau PBS steril. Kemudian
disentrifus 1.500 rpm selama 10-15 menit, supernatannya merupakan
suspensi yang mengandung virus IBD. Suspensi tersebut kemudian
digunakan untuk mengidentifikaai virus dengan uji presipitasi agar
gel. Di samping itu suepensi yang berasal dari bursa juga
diinfeksikan kepada ayam SPF umur 3 minggu melalui tetes mata d m
per ora l dengan doria f 1 ml. Ayam itu eetiap hari diamati untuk
melihat tanda klinik terutama 2-6 hari setelah infeksi. Selanjutnya
prosedur diatas diikuti identifikasi virus dengan cara pemeriksaan
patologianatomik, pemeriksaan hietopatologik serta uji nrtralisasi.
Sebagian suspensi bursa juga dinokufasikan pada lapisan
biakan se l fibroblas embrio ayam (CEP). Biakan tersebut
diinkubaeikan dalam inkubator yang mempunyai suhu 37°C dengan
5% C02. Pengamatan dilakukan setiap hari dengan harapan akan
timbul perubahan sel berupa degenerasi dari sel akibat perusakan
sel oleh virus. Kelainan sel tersebut dinamakan efek sitopatik
(cytopathic effect), sedang virus yang menimbulkannya dieebut
virus yang sitopatogenik. Efek sitopatik dapat dilihat di bawah
inverted microscope. Dalam usaha untuk mengisolasi virus efek
sitopatik terdapat indikasi bahwa bahan tersebut mengandung virus.
Akan tetapi lintasan atau pasasi pertama pada biakan se l fibroblas
belum terbentuk efek sitopatik yang diharapkan maka lintasan pada
biakan CEF dilakukan berulang-ulang berkisar 1-5 kali sampai
terlihat efek sitopatiknya.
Cars membuat lintasan biakan virus adalah sebagai berikut:
cairan dan sel biakan virus tersebut dipanen dan disentrifus pads
1.500-2.000 rpm selama 15 menit. Endapan yang terbentuk dilarutkan
ke dalam larutan media penumbuh dan diinfeksikan kembali pada
biakan jaringan CEF, diulangi perlakuan tersebut sampai
mendapatkan bentuk CPE. Mulai pada lintasan ketiga jelas terlihat
se l yang rusak akibat infeksi virus dengan membentuk bercak
(plaque), eebagian sel yang rusak terlepas dan meninggalkan suatu
bercak yang makin lama makin meluas karena makin banyak sel yang
dirusak. Biasanya pada hari ke 5 sampai hari ke 7 eel-re1
seluruhnya telah rusak.
Dengan cara tersebut telah berhasil dikumpulkan lebih dari 30
isolat virus IBD dan yang akao digunakan seterusnya pada
penelitian adalah 24 isolat virus IBD, di samping itu juga galur
Lukert yang telah dibakukan diikut sertakao dalam penelitian sebagai
standar. ,
3.2.2. Pembnatan dan pemnrnlan antlgen. Pembuatan dan pemurnian
antigen mengikuti metode yang dilaporkan oleh Jackwood et a l .
(1987). Secara singkat dapat dijelaskan bahwa isolat virus yang akan
dimurnikan ditumbuhkan dalam biakan CEF. Dengan metode plaque
puriflcatfon virus diisotasi dari bentuk plaque yang sama ukurannya
sehingga dapat dibatasi kontaminannya.
Cara kloning: surpensi yang ternyata sudah positif mengandung
virus Ciumboro (pada lintasan keempat atau kelima) dibuat
pengenceran 10-I sampai lo-*, diinfeksikan 25 p l per sumur (yang
menggunakan mikroplat 96 sumur) pada biakan se l selapis fibroblas
embrio ayam dan diinkubasikan dalam inkubator 37OC dengan C02
5% selama 3-5 hari. Pada biakan tersebut apabila terlihat efek
sitopatiknya, maka 0,l ml cairan dan sel yang mengandung CPE . dikumpulkan dan dilarutkan dalam 1 ml larutan PBS steril , setelah itu
disentrifus pada 2.000 rpm selama 20 menit. Kemudian endapan
yang terbentuk dilarutkan dalam PBS steril dan diinfeksikan pada
mikroplat 6 sumur (Nunc Ltd) yang berisi lapisan biakan sel
fibroblas embrio ayam (CEF) yang telah sempurna. Biakan CEF
tersebut diinkubasikan dalam inkubator bersuhu 37OC selama 30-60
menit untuk memberi kenempatan penyerapan virus ke dalam sel,
setelah itu diberi media agar 1% (agar Nobel 296, media penumbuh
DMEM 2x dan calf serum (CS) 5%) rebagai pelapis penutup. Sel
tersebut diinkubasikan dalam inkubator 37OC dengan 5% C02, dan
diamati tiap hari. Dua hari kemudian ditambah dengan agar 1%
yang mengandung indikator 0.02% neutral red.
Sel tersebut diinkubasikan pada inkubator ruhu 37OC dengan 5%
C 0 2 , dan diamati setiap hari sampai terbentuk CPE yang sama
ukurannya. CPE yang terbentuk dipanen satu per satu dap dilarutkan
dalam 1 ml media penumbuh steri l (DMEM + 5% calf serum =
CS), dan proses kloning tersebut di atae diulang untuk mendapatkan
klon yang sama ukurannya (murni). Klon yang dihasilkan tersebut
diperbanyak dengan cara ditumbuhkan pada biakan sel CEF. Virus
yang dihasilkan disimpan dalam suhu -20°C sebagai stok virus.
3.2.3. Tit ras i virus pada biakan sel fibroblas embrio ayam . Titrasi
v i r u ~ bertujuan untuk mengetahui konsentrasi virus yang ada dalam
suspensi guna menetapkan dosis virus yang dapat menginfeksi
sebanyak 50% media percobaan (dalam ha1 ini digunakan biakan sel
fibroblas embrio ayam .
Cara krrja:: mula-mula dibuat pengenceran desimal dari setiap
isolat virus lapang yang telah murni dan masing-masing
pengenceran virus tersebut (10" sampai 1 0 ~ ' ~ ) diinfeksikan pada
biakan sel selapis fibroblas embrio ayam yang sudah ditanam pada
microplate (96 sumur). Untuk setiap pengenceran isolat virus aoal
lapang murni diinfeksikan masing-masing 25 pl pada 5 sumur dalam
microplate. Kemudian biakan tersebut diinkubasikan pada inkubatar
suhu 37"C, 5% COz.
Diamati selama 3-5 hari eampai terbentuknya efek sitopatik. Hasil
t i traai virus atau titer dosis infektif 50 (IDso) juga diperhitungkan
per ml dan dihitung dengan metode Reed dan Muench (Cessi dan
Nardelli , 1976; Bayyari et al., 1991).
3.2.4. Pembnatan antlsernm te rhadap vlrus IBD (sera hlpcrlmnn).
Tufuan: untuk mendapatkan serum yang mengandung antibodi
terhadap virus IBD lapang yang telah murni.
Vlrns IBD yang dlgunakan: adalah virus lapang yang telab
dimurnikan dan eebagai virus kontrol (standar) adalah virus Lukert.
Virus diinokulasikan kepada kelinci putih (New ~ e ; l a n d white)
dengan berat badan f 1 kg. Cara pembuatannya mengikuti cara yang
digunakan Jackwood e l al. (1982b).
Setiap isolat virus titernya ditetapkan sehingga t iap ml
mengandung l o 4 sampai l o 6 TCIDso. Suspenei virus tereebut
dicampur dengan larutan Freund's adjuvant komplit dengan volume
sama banyak.
Kelinci yang telah dipersiapkan, diinfeksi eecara intramuskuler
dengan suspensi virus di atas pada otot paha dan diikuti dengan
penyuntikan di bawah kulit atau subkutan masing-masing
menggunakan dos is lo4 sampai l o 6 TCIDSO. Selanjutnya, kelinci
disuntik ulang 2x (booster) dengan suspensi virus d i atas selang 2
minggu. Sera dipanen 4 minggu setelah penyuntikan terakhir dan sera
dari kelinci diuj i terhadap galur Lukert, yang merupakan virus
standar.
3.2.5. Ujl netral lsasl seram (N.S.) sllang. Uji ini dilakukan
berdasarkan metode f l dengan menggunakan microplate (96 sumur)
yaitu dengan menggunakan pengenceran serum dengan konsentrasi
virus konstan. Pengenceran serum dilakukan dua (2) kali sedangkan
konsentrasi virus konstan atau tetap yaitu 100 TCIDSo per 25 ~ 1 .
rujuan uji nrtrallsasi sllang: untuk menentukan titer antibodi
terhadap virus IBD homolog maupun heterolog. Dan dalam
percobaan ini digunakan virus IBD Lukert sebagai standar
(standar).
Titer serum dihitung berdasarkan pengenceran terakhir serum yang
masih dapat menetralkan 100 TCID5,, virus IBD.
Cora: seluruh sumur pada mlcroplate (96 sumur) diisi dengan ,
25 p l larutan DMEM steril. Pada sumur pertama diberikan 25 p l
serum dan dikocok sehingga homogen kemudian pindahkan 25 p1
pada sumur kedua yang artinya larutan serum tersebut diencerkan
secara kelipatan 2x sampai sumur ke 10. Setelah itu sumur pertama
sampai kesepuluh diisi dengan 25 p l virus (100 TCIDSo), sedangkan
sumur ke 11 diisi dengan 25 p1 virus IBD Lukert (100 TCIDSO)
aebagai kontrol positif, dan sumur keduabelas hanya berisi larutan
serum sebagai kontrol negatif. Kemudian diinkubasikan ke dalam
inkubator pada suhu 37OC, 5% C 0 2 selama 30 menit. Selanjutnya
seluruh sumur diberi 100 p1 suspensi biakan CEF yang mengandung
2 x 10' sel per ml. Diinkubasikan kembali dalam inkubator dan
diamati setiap hari sampai terjadi perubahan dengan terbentuknya
CPE, dibandingkan dengan kontrol posit if yang terdiri dari biakan sel
dan virus Lukert eedang dan kontrol negatif terdiri dari serum
normal dan biakan sel (Jackwood et al., 1982a).
Pengerjaan ini dilakukm hanya terhadap 24 isolat virus pilihan
yang dinetralisasi silang dengan masing-masing serum kebal kelinci
yang mengandung antibodi terhadap 24 isolat virus. Setiap uji
diulang sebanyak 4 kali. Perhitungan indeks netralisasi serum
berdasarkan metode Reed and Muench (1950) (Cessi dan Nardelli,
1976; Bayyari et al.. 1991).
3.3. Penelitian Eksperimental
3.3.1. Pcrcobasn 1: Pcncntman kctcrkaltan sntlgen. Antiserum yang
mengandung 20 unit antibodi terhadap eatu serotipe IBD tidak
mampu menetralkan 100 TCIDSo dari serotipe lain (KBpikian et ol.,
1967), sedangkan apabila virus tereebut homolog dengan
antibodinya rnaka satu unit antibodi adalah titer antiserum terendah
yang mampu menetralkan 100 TCIDSo virus.
Cara yang dilakukan pada percobaan ini adalah uji netralisasi
antara ieolat setiap virus IBD anal lapang yang telah dipilih
sebanyak 24 dan 1 isolat virue galur Lukert sebagai standar, terhadap
masing-masiog antiseranya akan didapatkan nilai indeks netralisasi
dari masing-masing uji pada biakan jaringan (CEF). Kemudian
berdasarkan rumus Archetti dan Horefall didapatkan nilai R yang
akan digunakan dalam analieis penentuan keterkaitaa antigen.
Rnmns Arch e t t i dun Horsfall:
r, adalah haeil bagi titer heterolog dengan virus 2, oleh titer
homolog yang diperoleh dengan v i n e 1, eedangkan rz merupakan
hauil bagi titer heterolog dengan virus 1, oleh titer homolog yang
diperoleh dengan virus 2.
R mencerminkan antigenic relatedness di antara kedua virus
baik virus maupun antibodinya digunakan pada uji netralisasi
silang. Nilai R ditetapkan dengan menghitung titer rataan secara
geometri dari minimal 4 kali pengujian NS.
3.3.2. Percobaan 2. Ujl imnnfsasI paslf sllang.
Uji ini dimaksud untuk mengetahui reaksi silang antibodi yang
dihasilkan oleh uatu virus terhadap virus lain.
Melalui penelitian mengenai keterkaitan antigen antar virus dapat
diindentifikasi varian atau subtipe yang didapat dari ,ke 24 isolat
virus itu . Dari ke 24 isolat virus IBD asal .lapang dapat ditetapken
virus terpilih pada percobaan 1. Selanjutnya antiserum yang
mengandung antibodi terhadap virus varian dari percobaan 1
digunakan pada percobaan pengebalan ayam petelur jantan melalui
suatu ca ra imunisasi pasif yaitu dengan pemberian serum kebal.
Untuk pengujian ini diperlukan jumlah masing-masing antiserum.
yang cukup banyak oleh karena itu dilakukan pembuatan antiserum
tersebut pada kelinci melalui penyuntikan dengan masing-masing
isolat virus IBD asal lapang terpilih (dari percobaan 1). Serum
kelinci yang mengandung antibodi isolat virus IBD asal lapang
(percobaan I), kemudian ditetapkan titer antibodinya pada biakan
CEF. Titer Ab yang didapat adalah >5.120 (Jackwood e t al.,
1982b).
Pelaksanaan imunisari pasif silang. Sebelum melaksanakan,
imunisasi silang perlu diketahui tertebih dahulu titer antibodi asal
induk (AAI) pada ayam yang digunakan untuk percobaan ini. Oleh
karena itu dilakukan pengambilan serum pada 10 ekor ayam
percobaan umur 1 hari (DOC), ternyata dari haeil uji uetralisasi
serum pada biakan jaringan cukup tinggi yaitu > 512 maka
pengambilan serum diulang saat ayam berumur 14 dan 21 hari untuk
mengetahui titer antibodi asal induk terhadap Gumboro seperti yang
diinginkan yaitu < 500 . Ayam percobaan yang digunakan 100 ekor, dibagi menjadi 5
kelompok. Empat kelompok A, B, C, D dan kelompok E untuk
kontrol tidak mendapat perlakuan, yang masing-masing terdiri dari
20 ekor ayam percobaan. Kemudian setiap kelompok dibagi menjadi
4 subkelompok (A. B, C dan D) yang terdiri dari 5 ekor ayam.
Masing-masing antiserum disuntikkan kepada 4 subkelompok ayam
umur 3 minggu masing-masing 5 ekor ayam setiap subkelompok
dengan demikian ada 4 x 4 = 16 subkelompok ayam pbrcobaan. Di
samping 4 subkelompok ayam yang tidak dikebalkan, diperlakukan
aebagai kontrol.
Pemberian serum kebal tersebut dilakukan pada saat diketahui titer
antibodi asal induk < 500. Serum kebal tersebut mengandung titer
antibodi terhadap virus yang homolog minimal 5.120 per ml dan
diaplikasikan secara intraperitoneal (Wood et al., 1988 dan Fahey
et al . . 1991a).
Pada hari ke 5 setelah imunisasi, setiap kelompok (A. B. C, dan D)
ditantang dengan masing-masing isolat virus IBD asal lapang
terpilih (percobaan 1) termasuk kelompok E (kontrol). Dosis virus
tantang pdalah 0,s ml yang mengandung 1 0 ~ ' ~ TCIDSO setiap ekor,
diberikan melalui mulut. Ayam percobaan diamati mulai hari ke 2-5
pasca inokulasi terhadap gejala klinik, kesakitan/kematian dan
perubahan pasca mati yang terbentuk pada otot dada, otot paha
bagian dalam dan pada organ bursa Fabricius. Lima hari
pascainfeksi, darah ayam diambil dari ayam yang masih hidup baik
ayam aehat maupun sakit. Penghitungan titer serum dilakukan menurut
Reed and Muench. Sebagai kontrol digunakan virus Lukert. Seluruh
kelompok ayam mendapat vaksinasi terhadap ND sesuai dengan
program baku.
3.3.3. Percobaan 3. Uj1 netrallsasf sllang lsolat Iapang terplllh
t e rhadap ant isera vaksin akt i f Gumboro asal impor yang
dlgmnnkan d l peternakan d l Indonssla.
Dalam periode tahun 1990-1991 penyakit Gumboro mewabah
hampir di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Masalah yang
dihadapi di Indonesia adalah bahwa vaksin terhadap Pumboro ini
sudah diimpor baik dari Eropa maupun Ame~ika. Akan tetapi semua
vaksin yang ada ternyata belum mampu secara tuntas mencegah
timbulnya penyakit Gumboro. Dengan demikian masih banyak yang
harus diperhatikan berkaitan dengan ca ra pengendalian penyakit
Gumboro, antara lain diduga adanya perbedaan virus vaksin dengan
virus asal lapang.
Pada uji coba ini dilakukan uji netralisasi serum silang antara
serum kebal dari keempat virus vaksin komersial terhadap isolat
virus IBD asal lapang k-5. 11.13 dan 19. Serum kebal tersebut
dihasilkan dari kelinci yang disuntik dengan keempat virus vaksin
asal impor (komersial). Uji ini dilakukan dalam skala laboratorium
pada biakan CEF yang menggunakan microplate.
Tujuan : untuk mengetahui apakah ada kesamaan sifat serologik
antara galur virus vaksin asal impor dan galur virus isolat IBD asal
lapang. Atan dapat dikatakan untuk mengetahui kemampuan vaksin
impor dalam mencegah infeksi virus IBD asal lapang.
Pada percobaan ini digunakan 4 jenis vaksin asal impor yang
digunakan pada peternakan ayam baik peternakan ayam skala besar
maupun kecil di Indonesia.
Tltrasi virus vaksln. Keempat jenis vaksin aktif yang digunakan
pada percobaan dengan kode A, B, C dan Lukert (D) yang
sebelumnya telah diadaptasikan pada biakan CEF serta ditetapkan
titer virusnya.
Pembuatan serum tcba l . Pada pembuatan serum kebal telah
digunakan 4 ekor kelinci dan 1 ekor kelinci untuk eerum normal.
Kemudian 1 dosis vaksin masing-masing disuntikkan pada kelinci
dewasa secara intramustuler dan 2 minggu kemudian diruntikkan
secara intraperitoneal setelah terlebih dahulu dicampur dengan
larutan Freund's adjuvant komplit. Pengulangan vaks ina~ i (booster)
dilakukan lx dengan selang waktu 2 minsgu. Pada hari ke 15
setelah penyuntikan terakhir kelinci diambil darahnya. Untuk
mengetahui titer antibodi yang didapat dilakukan uji netralisasi
serum pada biakan jaringan fibroblas embrio ayam SPF. Kelinci
diambil serumnya sebanyak mungkin, disentrifus 1.500 rpm selama
10 menit dan supernatannya yang mengandung serum kebal
diinaktivasikan dalam penangas a i r (waterbath) pada suhu 5b°C
selama 30 menit (Jackwood et al., 1982b).
Ujf netraltsasi serum. Selanjutnya dilakukan uji netralisasi serum
silang pada biakan sel fibroblas embrio ayam SPF terhadap isolat
virus lapang yang terpilih (percobaan 1) . Uji netralisasi
dilaksanakan pada biakan CEF (microplate). Keempat serum kebal
yang dihasilkan hewan percobaan kelinci putih masing-masing
direaksikan secara silang dengan isolat virus IBD asal lapang
terpilih (isolat virus varian).
Uji netralisasi serum silang ini dilakukan berdasarkan metode 3 yaitu serum diencerkan dengan kelipatan 2x dan dinetralkan dengan
100 TCID50 masing-masing isolat virus varian, dengan ulangan 4x.
Cora: serum diencerkan dengan larutan DMEM secara seri,
kemudian ditambahkan 100 TCIDSO isolat virus varian sama
volumenya dan diinkubasikan dalam inkubator suhu 37°C. 5Yo C 0 2
selama 30 menit, kemudian ditambahkan 100 p1 suspenai biakan sel
fibroblas embrio ayam yang mengandung 2 x lo5 eel per ml.
Selanjutnya diinkubasikan kembali dalam inkubator lagi dan diamati
retiap hari untuk melihat terbentuknya CPE pada biakm tersebut.
Biasanya pada hari ke 2, titer serum sudah dapat dilihat yaitu nilai
kebalikm dari pengenceran tertinggi y m g secara sempurna
menghambat terjadinya CPE (Jackwood e t at., 1982a). ,