iii. metode penciptaan karya a. implementasi teoritis 1....
TRANSCRIPT
38
III. METODE PENCIPTAAN KARYA
A. Implementasi Teoritis
1. Tematik
Pembuatan sebuah karya seni keramik sebelumnya telah dilakukan
riset yang terkait dengan informasi dan data yang akan digunakan untuk
menunjang kematangan konsep karya dengan perolehan gagasan yang
matang. Gagasan atau ide dalam seni rupa merupakan buah pikiran untuk
menciptakan suatu karya seni rupa.
Pohon bambu menarik untuk dijadikan sebagai konsep dalam
pembuatan karya seni keramik. Hal ini dikarenakan pengalaman yang
menganggap bahwa bentuk dari pohon bambu itu adalah suatu bentuk
keindahan. Selain tersimpan keindahan dan estetika pada pohon bambu
terdapat juga cerita rakyat atau mitos yang terkandung di dalamnya.
Berdasarkan hasil penelitian pustaka terkait informasi data mengenai pohon
bambu. Data yang diperoleh ditemukan fakta bahwa pohon bambu
merupakan pohon yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Orang Jawa beranggapan bahwa bambu memberikan banyak manfaat.
Kedekatannya dengan bambu, orang Jawa mampu mengambil refleksi dari
bambu untuk dijadikan nilai-nilai luhur yang dihidupi. Filosofi bambu
dijadikan sebuah simbol untuk mengajarkan nilai-nilai moral yang baik.
Dalam falsafah Jawa, filosofi bambu disesuaikan dengan unsur sentral
kebudayaan Jawa yaitu rela (ikhlas), nrima (bersyukur), dan sabar.
39
Rela atau eklas berarti kesediaan menyerahkan segala milik,
kemampuan, dan hasil karya kepada Tuhan. Nerima berarti merasa puas
dengan nasib dan kewajiban yang telah ada, tidak memberontak tetapi
mengucapkan terima kasih (Diunduh dari http://sains.kompas.com tanggal
20 Desember 2015 jam 19:00 WIB).
2. Konsepsi
Visualisasi bentuk pada karya ini merupakan sebuah bentuk proses
karya yang mengambil konsep serta karakter dari batang pohon bambu.
Dalam mewujudkan konsep tersebut divisualisasikan keindahan bentuk dari
batang pohon bambu dengan bahan tanah liat, teknik dan keterampilan dalam
pembuatan karya keramik. Awal dari bentuk berasal dari pengamatan serta
pencerapan ide pada saat melihat keindahan batang pohon bambu. Hal
tersebut menjadi dorongan untuk memvisualisasikan hasil pengamatan
menjadi suatu bentuk karya keramik.
Konsep bentuk yang akan divisualisasikan dalam pembuatan karya
keramik berupa bentuk pohon bambu. Bentuk pohon bambu diambil karena
mewakili konsep serta mitos tentang bambu yang beredar di masyarakat
Sunda Lama. Bentuk dan warna yang akan divisualisasikan tidaklah persis
sama seperti bentuk pohon bambu, tetapi dibuat sedikit berbeda dan
disesuaikan dengan bentuk struktur tanah liat yang berbeda dengan pohon
bambu.
40
B. Implementasi Visual
Perencanaan dan pertimbangan dalam memvisualisasikan konsep
karya keramik Tugas Akhirnya menjadi faktor utama dalam pemikiran desain
meliputi konsep bentuk, media keramik, serta teknik yang akan digunakan
dalam pembuatan karya keramiknya. Sehingga akan diperoleh hasil yang
maksimal sesuai dengan proses dan perencanaan.
1. Media
Bahan dan media yang digunakan dalam pembuatan karya keramik
adalah tanah liat. Kualitas serta plastisitas tanah liat sangat mempengaruhi
berhasil tidaknya karya keramik tersebut ketika melalui beberapa proses
seperti proses pengeringan dan pembakaran. Tanah liat yang dipakai harus
memenuhi standar tanah yang mampu memenuhi standar pembakaran 900o-
1000oC.
Pada pembuatan karya keramik ini menggunakan tanah liat yang
berasal dari Kebumen. Tanah Kebumen dipilih karena tingkat keplastisanya
yang memenuhi standar pembakaran dengan suhu 900o-1000
oC. Tanah
Kebumen selanjutnya melalui proses eksperimen menggunakan segitiga
Triaxial Blending (percampuran tiga sudut) yang difokuskan pada pencarian
masa yang memenuhi kualitas benda keramik yaitu (keras, padat, tidak
porous, dan mampu mengikat lapisan glasir dengan kuat). Tanah Kebumen
dicampur dengan formula lain yaitu feldsprat dan kaolin (Lihat gambar 7
halaman 43).
41
Gambar 16. Segi Tiga Triaxial
(Sumber : Dokumentasi penulis)
Tahapan selanjutnya setelah pengukuran ialah mencetak tile diatas
gypsum, sebanyak 36 sample yang nantinya akan dipilih formula terbaik
untuk dibuat karya. Tile yang sudah dicetak kemudian ditimbang setiap
minggu sekali selama 3 minggu. Perkembangan dari tile terus diamati
sehingga memperoleh data yang kemudian dicatat hingga terkumpul dengan
baik sehingga mampu menemukan sample tanah terbaik yaitu pada nomer
19 dengan indikator A15, B20, C15=50, A (tanah), B (Kaolin), C
(Felspard). Maksudnya, A = 15% tanah liat, B= 20% kaolin, C= 15%
Felspard dari jumlah demikian diakumulasikan 100%.
42
2. Proses Perancangan
Pada teori unsur pemandu dalam desain, terdapat tiga hal prokok
dalam membentuk suatu keramik atau produk, atau dapat pula
disimpulkan sebagai hal-hal yang harus diperhitungkan dalam mendesain
sebuah produk tiga hal pokok tersebut antara lain manusia sebagai
pembuat dan pengguna keramik, kandungan muatan keramik, faktor
teknis. Proses perancangan yang dilakukan pada saat membuat karya
keramik ialah mengacu pada bentuk rebung pohon bambu dan dipiilihnya
bentuk ini karena menyesuaikan dengan bentuk asli dari pohon bambu
(Diunduh dari http://Pameran_Ahadiat_IND.pdf.foxit. Tanggal 12 April
2015 jam 23:10).
3. Proses Pembuatan Karya
Teknik slab ialah sebuah teknik yang menekankan pada unsur
Asimetris, dimana dalam proses pekerjaanya memerlukan alat bantu ukur
untuk memastikan ke geometrisan bentuk yang hendak dibuat tersebut.
Sedangkan teknik pijit ialah tanah yang dibentuk dengan dipijit
menggunakan jari-jari tangan ibu jari dan telunjuk khususnya (Arti,
2002:34).
Teknik pinch sangat menarik dan sangat baik sebagai teknik
pelatihan untuk memperoleh kepekaan dasar tanah liat dan untuk
menunjukkan kepekaan dan ketrampilan manipulatif (Dickerson,1974:46).
Benda keramik yang dihasilkan dari teknik slab cenderung berbentuk
43
geometri sementara teknik pinch digunakan untuk menyempurnakan
variasi pada karya keramik Tugas Akhir.
4. Pengeringan
Dalam proses pengeringan tanah keramik dengan bahan yang plastis
dan mudah dibentuk pada waktu pengeringan dan tanah liat akan susut
sebanyak 5 - 8 %. Penyusutan ini terjadi sangat lambat tergantung dari
kondisi lingkungan serta khususnya udara dan suhu. Pengeringan sebuah
benda yang telah dibentuk harus diperhatikan dengan baik, karena
pengeringan yang tidak merata akan menghasilkan penyusutan yang tidak
seimbang dengan akibat terjadinya retakan- retakan pada dinding keramik
(Suparta, 2008).
Pengeringan dilakukan secara alami, yaitu menggunakan udara sekitar
saja. Tidak menggunakan cahaya matahari, hal ini dilakukan untuk
mencegah keretakan tanah pada saat pengeringan. Selain itu tanah yang
dikeringkan dengan udara dan dengan cahaya matahari akan berbeda
hasilnya. Jika dikeringkan dengan cahaya matahari tanah yang mengering
tidak rata, hal ini bergantung pada posisi cahaya matahari. Sementara jika
dikeringkan dengan udara tanah yang akan kering rata dan menyeluruh.
Karya ugas Akhir dalam proses pembuatan memakan waktu satu hari
persatu buah karya, total karya 16 buah maka proses pembuatan sekitar 2
minggu dengan waktu pengeringan 2 minggu.
44
5. Pembakaran Biscuit
Pembakaran biscuit merupakan tahap yang sangat penting karena
melalui pembakaran ini suatu benda dapat disebut sebagai keramik. Biscuit
merupakan suatu istilah untuk menyebut benda keramik yang telah dibakar
pada kisaran suhu 800 – 900 °C. Pembakaran biscuit sudah cukup membuat
suatu benda menjadi kuat, keras, kedap air. Untuk benda-benda keramik
berglasir, pembakaran biscuit merupakan tahap awal agar benda yang akan
diglasir cukup kuat dan mampu menyerap glasir secara optimal (Suparta,
2008).
Gambar 17. Tungku Pembakaran
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Pembakaran biscuit perlu memperhatikan beberapa tahap pembakaran
yaitu yang pertama adalah tahap pemanasan. Pemanasan dilakukan guna
menghilangkan sisa air dalam karya. Proses pemanasan ini yang harus
diperhatikan ialah luaran api, api dihidupkan dari suhu yang terkecil kemudian
45
barulah dinaikan sedikit demi sedikit tidak boleh langsung besar karena bisa
mengakibatkan keretakan bahkan karya akan langsung pecah. Proses pemanasan
sendiri mancapai 400ᵒC yang di capai sekitar 2-3 jam.
Setelah mencapai suhu 400ᵒC ke atas maka keluaran api langsung
dinaikan paling besar sampai mencapai temperatur 800ᵒC yang kemudian ditahan
sekitar 10 menit pada temperatur ini.
6. Pengglasiran
Pengglasirann merupakan tahap yang dilakukan sebelum dilakukan
pembakaran glasir. Benda keramik biscuit dilapisi glasir dengan cara dicelup,
dituang, disemprot, atau dikuas. Untuk benda-benda kecil, sedang pelapisan
glasir dilakukan dengan cara dicelup dan dituang, untuk benda-benda yang
besar pelapisan dilakukan dengan penyemprotan. Fungsi glasir pada produk
keramik adalah untuk menambah keindahan, supaya lebih kedap air, dan
menambahkan efek-efek tertentu sesuai keinginan.
Proses pengglasiran yang akan dilakukan ialah menggunakan glasir
yang mengkilap. Warna mengkilap dipilih karena untuk menyampaikan
karakter karyanya agar lebih terllihat hidup dan berwarna. Pada Tugas Akhir
ini juga akan menggunakan jenis PBO Lied Oxid ialah sebuah bahan dalam
teknik pengglasiaran yang mampu dibakar dengan temperatur tinggi dan
menghasilkn penguapan pada saat pembakaran glasir.
Warna glasir yang akan digunakan pada saat proses pembakaran ialah
menggunakan tiga jenis warna tergantung pada judul karya, yang pertama
46
karya benih diberi warna orange kecoklatan, kedua pada karya Baraya diberi
warna transparan untuk menampilkan kesan alami, ketiga pada karya Kanekes
diberi warna coklat kehijauan sedikit mengkilap menyampaikan unsur alam,
sejuk dan kebersamaan.
Campuran yang digunakan pada proses pembakaran glasir ini
menggunakan Plumbun Oksida (PbO) yang bertujuan untuk menurunkan titik
kematangan glasir. Sedangka nuntuk menghasilkan warna, pada glasir harus
dicampur kanoksida. Bahan yang digunakan dalam proses pengglasiran adalah
Formula A B C D E F
PbO 4 5 7 8 6 9
Kaolin 2 3 2 1 3 6
Al2O3 2 2 1 1 2 3
Kuarsa 2 - - - - -
CuO2 2,5 - - - 2,5 -
TiO2 - 4 - - - -
MnO2 - - - - - -
FeO2 - - 0,6 1,4 - 0,6
Gambar 18. Tabel perbandingan bahan glasir
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Penulis menggunakan formula B pada tabel tersebut karena memliki
warna yang cocok untuk karya, untuk perbandingannnya sebagai berikut:
Load Manie :
x 100 = 0,25
Kaolin :
x 100 = 0,15
47
Felspard :
x 100 = 0,1
Tin Oxside :
x 100 = 0,2
Jumlah = 0, 7 gr
Kemudian hasil yang diperoleh dari formula B diperbanyak untuk
proses pengglasiran karya
Load Manie : 0,25 x 2.500 = 625
Kaolin : 0,15 x 2.500 = 375
Felspard : 0,1 x 2.500 = 250
Tin Oxside : 0,2 x 2.500 = 325
Jumlah = 1,575 kg
Berbeda dengan glasir, pewarnaan oksidasi hanya mencampur 2
bahan yaitu Plumbun Oksida (PbO) dan salah satu bahan oksidasi.
Formula A: Plumbun Oksida 1000g x 10% Copper Okside (CuO2)
Formula B: Plumbun Oksida 1000g x 10% Cobalt (Co)
Formula C: Plumbun Oksida 1000g X 10% Manganese diokside
(MnO2)
1000g x
x 1000g = 1.100g = 1,1 kg
Setelah semua bahan sudah terhitung maka selanjutnya bahan masuk
kedalam ballmill kemudian diberi air secukupnya lalu dimasukan ke dalam
proses penggilingan. Proses penggilingan untuk mencampur bahan semua
+
+
48
bahan sehingga bisa tercampur dengan rata. Lamanya proses penggilingan
kurang lebih 1 – 2 jam.
Gambar 19. Proses Penggilingan Campuran Glasir
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Setelah tercampur kemudian bahan disaring kedalam bak atau
ember. Karya yang akan diglasir dibersihkan terlebih dahulu kemudian
dicelupkan pada cairan glasir. Setelah melalui proses pembakaran pada suhu
>1000ᵒC maka diperoleh warna pada formula glasir yaitu coklat, sedangkan
pada proses oksidasi diperoleh warna dengan formula A yaitu coklat doff,
formula B yaitu hitam doff, formula C yaitu coklat kehijau – hujauan.
49
7. Pembakaran Glasir
Gambar 20. Suhu Pembakaran Glasir
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Pembakaran glasir dilakukan setelah pembakaran biscuit dan setelah
semua karya sudah diolesi glasir. Pembakaran glasir mencapai suhu 1080ᵒC
dalam waktu pembakaran 6-8 jam. Tidak seperti pembakaran biscuit,
pembakaran glasir harus lebih teliti dan telaten seperti mislanya pada saat
penataan karya di dalam tungku harus dikasih space antara satu karya dengan
yang lain, hal ini dilakukan agar karya tidak menempel ketika terjadi penguapan
pada glasir pada saat dibakar.
Pengaturan luaran api idak kalah penting dalam pembakaran ini, setiap 10
menit luaran api harus dicek agar mengetauhi kapan waktu untuk menaikan atau
menurunkan luaran api tersebut. Pada pembakaran glasir ini api ditahan selaman
10 menit pada suhu 1080ᵒC.
50
8. Penyajian
Penyajian karya merupakan salah satu hal terpenting dalam keberhasilan
Tugas Akhir ini. Penyajian yang baik akan membuat karya memiliki nilai estetik
yang lebih dibandingkan penyajian yang hanya biasa saja, dengan kata lain
penyajian mempengaruhi nilai keindahan pada karya Tugas Akhir kali ini.
Hal yang harus diperhatikan dalam penyajian adalah penataan ruang
memanfaatkan keadaan ruang sebaik mungkin. Selain itu pemberian aksesoris
bisa menambah nilai estetik pada penyajian karya, pemilihan aksesoris yang
tepat atau aksesoris yang sesuai dengan konsep karya sangat membantu dalam
penyajian karya.
Penyajian pada Tugas Akhir kali ini dibagi menjadi tiga kelompok, dimana
satu kelompok merupakan satu judul karya, satu judul karya dengan judul yang
lain terdapat perbedaan jumlah, yakni karya pertama dengan jumblah 10 buah
karya berbentuk rebung, kedua dua buah karya berbentuk dua bilah batang
bambu yang saling berpelukan, ketiga terdapat 4 buah batang bambu yang saling
berumpun satu dengan yang lain.