iii protein.doc

29
ACARA III PROTEIN A. Tujuan Praktikum Tujuan praktikum acara III Protein adalah untuk menentukan kadar protein terlarut dengan metode lowry. B. Tinjauan Pustaka Protein adalah senyawa organik kompleks yang memiliki bobot molekul tertinggi yang merupakan polimer dari monomer – monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, terkadang sulfur dan fosfor. Asam amino ialah senyawa organik yang memiliki gugus fungsional karboksil (-COOH) dan amina (-NH 2 ). Gugus karboksil memberikan sifat asam sedangkan gugus amina memberikan sifat basa. Protein sangat penting sebagai sumber asam amino yang digunakan untuk membangun struktur tubuh. Selain itu protein juga dapat digunakan sebagai sumber energi bila terjadi defisiensi energi dari karbohidrat dan lemak. Apabila protein digunakan sebagai sumber energi maka

Upload: ratih-ismawanti

Post on 19-Jan-2016

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Tubuh manuasia bergantung dari protein makanan sebanyak delapan hingga sepuluh asam amino yang digunakan. Asam amino tersebut tidak dibentuk di dalam tubuh dan karenanya mutlak dibutuhkan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh. Jika terdapat cukup gugusan amino dan vitamin B6 yang mengandung enzim yang diperlukan, tubuh dapat membentuk asam amino non esensial melalui proses transaminasi. Dengan demikian suatu jumlah tertentu dari nitrogen dalam bentuk gugusan amino dianggap suatu makanan yang penting.

TRANSCRIPT

Page 1: III PROTEIN.doc

ACARA III

PROTEIN

A. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum acara III Protein adalah untuk menentukan kadar

protein terlarut dengan metode lowry.

B. Tinjauan Pustaka

Protein adalah senyawa organik kompleks yang memiliki bobot molekul

tertinggi yang merupakan polimer dari monomer – monomer asam amino

yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein

mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, terkadang sulfur dan fosfor.

Asam amino ialah senyawa organik yang memiliki gugus fungsional

karboksil (-COOH) dan amina (-NH2). Gugus karboksil memberikan sifat

asam sedangkan gugus amina memberikan sifat basa. Protein sangat penting

sebagai sumber asam amino yang digunakan untuk membangun struktur

tubuh. Selain itu protein juga dapat digunakan sebagai sumber energi bila

terjadi defisiensi energi dari karbohidrat dan lemak. Apabila protein

digunakan sebagai sumber energi maka akan menghasilkan residu nitrogen

yang harus dikeluarkan oleh tubuh. Pada mamalia residu nitrogen adalah urea

sedangkan pada unggas disebut asam urat (Dwiari, 2008).

Tubuh manuasia bergantung dari protein makanan sebanyak delapan

hingga sepuluh asam amino yang digunakan. Asam amino tersebut tidak

dibentuk di dalam tubuh dan karenanya mutlak dibutuhkan untuk

pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh. Jika terdapat cukup gugusan

amino dan vitamin B6 yang mengandung enzim yang diperlukan, tubuh dapat

membentuk asam amino non esensial melalui proses transaminasi. Dengan

demikian suatu jumlah tertentu dari nitrogen dalam bentuk gugusan amino

dianggap suatu makanan yang penting. Hal tersebut merupakan salah satu

Page 2: III PROTEIN.doc

sebab mengapa nitrogen dianggap sebagai unsur esensial dalam protein

makanan (Suhardjo, 2000).

Metode analisa yang digunakan untuk mengetahui kadar protein

digunakan metode Lowry. Protein dengan asam fosfotungstat – fosfomolibdat

pada suasanan alkalis akan memberikan warna biru yang intensitasnya

bergantung pada konsentrasi protein yang tertera. Konsentrasi protein diukur

berdasarkan optikal density pada panjang gelombang 600 nm (OD terpilih).

Untuk mengetahui banyaknya protein dalam larutan, lebih dulu dibuat kurva

standar yang melukiskan hubungan antara OD dengan konsentrasi. Biasanya

digunakan protein standar Bovine Serum Albumin (BSA) atau albumin serum

darah sapi. Larutan lowry ada dua macam yaitu lowry A dan lowry B

(Sudarmadji, 1996).

Cara kjeldahl digunakan untuk menganalisis kadar protein kasar dalam

bahan makanan secara tidak langsung, karena yang dianalisis dengan cara ini

adalah kadar nitrogennya. Dengan mengalikan hasil analisis tersebut dengan

angka konversi 6,25 diperoleh nilai protein dalam bahan makanan. Prinsip

cara analisis kjeldahl adalah bahan mula - mula didekstruksikan, didistilasi

dan dititrasi. Kekurangan cara analisis ini ialah bahwa purina, pirimidina,

vitamin – vitamin, asam amino besar, kreatina, dan kreatinina ikut teranalisis

dan terukur sebagai nitrogen protein. Walaupun demikian, cara ini masih

digunaka dan dianggap cukup teliti untuk pengukuran kadar protein dalam

bahan makanan (Winarno, 1989).

Bovine Serum Albumin (BSA) merupakan jenis protein yang

diperoleh dari Sigma Chemical-Co. BSA biasa dipergunakan sebagai protein

standar. Molekul BSA ini mempunyai bentuk prolate elipsoid dengan ukuran

4,0×4,0×14,0 nm. Molekul BSA mempunyai titik isoelektrik pada pH antara

4,7–4,9 (Azri, 2008).

Uji presisi menggunakan larutan baku pembanding BSA 260 bpj (5 kali

pengulangan) menghasilkan simpangan baku relatif (SBR) sebesar 1,04%,

Page 3: III PROTEIN.doc

atau dengan presisi 98,96%. Dengan demikian metode analisis kadar protein

(metode lowry spektrofometri cahaya tamapak) ini dapat digunakan dan

memenuhi syarat ketelitian SBR ≤ 2% (19). Kurva kalibrasi larutan baku

pembanding BSA menghasilkan persamaan garis regresi y = 0,01161 +

1,9364.10-3 x, serta koefisien korelasi (r = 0,9977) menunjukkan bahwa ada

hubungan linear yang baik antara konsentrasi BSA dengan serapan cahaya

tampak dalam rentang konsentrasi BSA 0-340 bpj. Kandungan protein dalam

β-glukan (crude) diharapkan dapat ditekan seminimal mungkin, terutama bila

senyawa β-glukan tersebut diaplikasikan untuk obatobatan, hal ini untuk

menghindari reaksi alergi bagi pengguna (Kusmiati, 2007).

Perubahan intensitas (konsentrasi) protein dapat disebabkan oleh

kerusakan yang diakibatkan oleh iradiasi sinar gamma, baik pada struktur

maupun ikatan proteinnya. Perubahan struktur dapat diakibatkan oleh

denaturasi maupun degradasi protein. Hal ini terjadi karena adanya perubahan

yang diakibatkan oleh iradiasi gamma, baik pada stuktur maupun ikatan

proteinnya. Iradiasi dengan dosis berbeda pada P. berghei stadium eritrositik

menunjukkan adanya perubahan kadar protein total. Kadar protein mengalami

penurunan sebanding dengan peningkatan dosis iradiasi. Kadar protein pada

dosis iradiasi 150 Gy adalah 435 mg/ml dan pada dosis iradiasi 200 Gy adalah

315 mg/ml. Hal ini diduga karena iradiasi menyebabkan terjadinya pemutusan

rantai protein (Tetriana, 2008).

Setiap metode yang umum digunakan dalam pengujian total protein

ditunjukkan beberapa derajat dari berbagai respon terhadap protein yang

berbeda. Perbedaan - perbedaan ini berhubungan dengan urutan asam amino,

pi, struktur dan adanya rantai samping tertentu atau kelompok prostetik yang

secara drastis dapat mengubah respon warna protein. Metode pengujian

protein yang paling memanfaatkan BSA atau immunoglobulin (IgG) sebagai

standar yang konsentrasi protein dalam sampel ditentukan. Namun, jika

Page 4: III PROTEIN.doc

diperlukan akurasi besar, kurva standar harus dibuat dari sampel murni dari

protein target yang akan diukur (Anonima, 2011).

Metode Lowry telah lama digunakan untuk kuantitasi protein larut

karena, kesederhanaan presisi sensitivitas, dan. Modifikasi dari metode Lowry

mikro dan memanfaatkan natrium dodecylsulfate, termasuk dalam Reagen

Lowry, untuk memfasilitasi pembubaran relatif tidak larut lipoproteins.

Banyaknya protein pada reaksi Lowry dapat dijalankan langsung dalam

larutan protein. Namun, gangguan dalam prosedur Lowry langsung umumnya

disebabkan oleh bahan kimia lainnya dalam larutan protein, seperti tris,

amonium sulfat, EDTA, sukrosa, sitrat, asam amino dan peptida buffer, dan

fenol. Prosedur dengan presipitasi protein, yang menggunakan DOC

(deoxycholate) dan TCA (asam trikloroasetat), menghilangkan semua

interferensi dengan pengecualian fenol. Namun, jumlah berbagai protein

dipulihkan melalui Langkah presipitasi dapat bervariasi, teragntung pada

spesifikasi protein yang diuji. Prosedur ini didasarkan pada dua reaksi kimia.

Para pertama adalah reaksi biuret, di mana cupric alkali tartrat reagen

kompleks dengan ikatan peptida protein. Ini diikuti dengan pengurangan

Folin& Reagen Ciocalteu fenol, yang menghasilkan ungu warna. Absorbansi

larutan berwarna dibaca pada cocok panjang gelombang antara 500 nm dan

800 nm. Para konsentrasi protein ditentukan dari kalibrasi kurva (Saint, 2011).

NanoVue Spectrophotometer ™ dapat digunakan untuk menentukan

konsentrasi sampel protein oleh berbagai metode termasuk Bradford, BCA,

Lowry, biuret, pengukuran UV 280 nm secara langsung. NanoVue

Spectrophotometer adalah metode yang mudah digunakan untuk memulihkan

sampel protein non kalorimetri pasca analisis. Selain itu alat ini juga dapat

memiliki kemampuan untuk menganalisis NanoVue volume sampel rendah

yakni 0,5 sampai 5 ml, menyediakan platform yang cepat, handal, dan akurat

untuk mengukur sampel protein assay (Healthcare, 2008).

Page 5: III PROTEIN.doc

Teknik Kjeldahl adalah metode yang umum digunakan untuk analisis

protein dalam produk makanan. Produk yang pertama kali dicerna

memerlukan proses yang memakan waktu serta jumlah reagen yang tidak

sedikit. Pencernaan dilakukan dengan asam sulfat pekat dalam kehadiran

katalis anorganik, yang mempercepat penurunan semua yang hadir nitrogen

organik menjadi garam amonium. Proses kedua adalah pemisahan amonium

yang terbentuk dengan menggunakan distilasi dan penangkapan asam lemah

(asam borat). Proses terakhir adalah kuantifikasi amonium dengan titrasi

dengan asam kuat (asam sulfat) (A.M, 2004).

Nilai biologik suatu protein digunakan sebagai ukuran kualitas protein.

Nilai biologik (Biological Value = BV) dapat didefinisikan sebagai presentase

protein terabsorpsi yang diubah menjadi protein tubuh. Kandungan protein

makanan sukar ditentukan dengan percobaan. Biasanya dengan ditentukan

senyawa nitrogen dalam protein, bukan kandungan protein total (Gaman,

1981).

BV =

C. Metodologi

I. Bahan dan Alat :

Bahan :

a. Sampel sarden

b. Larutan lowry A

c. Larutan lowry B

d. Larutan standar BSA

Alat :

a. Tabung reaksi

b. Pipet ukur 1 ml dan 10 ml

c. Erlenmeyer

Page 6: III PROTEIN.doc

d. Blender

e. Kertas saring

f. Corong

g. Sentrifuge

h. Spektrofotometer

II. Cara Kerja :

1. Preparasi sample

Sampel Sarden

Disaring

Disentrifuge

Ditimbang 5 – 10 gram

Ditambah air dan diblender

Supernatan didekantasi

Page 7: III PROTEIN.doc

2. Pembuatan kurva standar

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Disiapkan 10 tabung reaksi

Ditambah 8 ml larutan lowry B

Dibiarkan 10 menit

Diisi 0; 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7; 0,8; 0,9; dan 1ml larutan standar

Ditambah aquades hingga volume 1 ml

Ditambah 1 ml larutan lowry A

Dikocok dan dibiarkan 20 menit

Ditera absorbsinya pada 600 nm dengan spektrofometer

Dibuat kurva standar hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi

Ditentukan persamaan kurva standar

Page 8: III PROTEIN.doc

3. Penentuan kadar protein terlarut

Diambil 1 ml larutan sampel jernih

Ditambah 8 ml larutan lowry B

Dibiarkan 10 menit

Ditambah 1 ml larutan lowry A

Dikocok dan dibiarkan 20 menit

Ditera absorbansi pada 600 nm dengan spektrofometer

Ditentukan kadar protein terlarut dengan menggunakan Persamaan larutan standar

Page 9: III PROTEIN.doc

D. Hasil dan Pembahasan

Tabel 3.1 Kurva Standar ProteinNo ml larutan standar mg protein terlarut A0

1

2

3

4

5

6

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1,0

0,086

0,122

0,198

0,322

0,372

0,434

Sumber : Laporan Sementara

a = 0,0689

b = 1,2448

r = 0,989

y = bx +a =>> y = 1,2448x +0,0689

Tabel 3.2 Protein Terlarut pada Sarden

Sampel Kelompok A0Mg Protein

Terlarut

% Kadar Protein

TotalRata - rata

A

B

C

D

E

F

1

7

2

8

3

9

4

10

5

11

6

0,160

0,220

0,145

0,172

0,167

0,245

0,149

0,132

0,154

0,145

0,118

91,357

151,725

76,418

103,531

98,5098

176,8

80,375

63,364

85,450

76,417

49,25

1,827

3,035

1,5284

2,0706

1,97

3,537

1,608

1,267

1,709

1,528

0,975

2,431

1,798

2,754

1,436

1,618

1,021

Page 10: III PROTEIN.doc

12 0,122 53,322 1,066

Sumber : Laporan Sementara

a = 0,0689

b = 1,2448

r = 0,989

y = bx +a =>> y = 1,2448x +0,0689

=>> 0,118 = 1,2448x +0,0689

=>> 1,2448x = 0,0491

x = 0,039

5 gr/ 50ml

2 ml/ 50ml

1ml Ao 0,118 pada 600 nm

% kadar protein total =

=

= 0,975 %

Rata – rata =

Protein adalah molekul yang kompleks, berat molekulnya besar, yang

terutama terdiri atas asam-asam amino yang mengalami polimerasi

(gabungan) menjadi suatu rantai polipeptida. Suatu protein yang kekurangan

Page 11: III PROTEIN.doc

suatu asam amino, dikatakan sebagai protein yang berkualitas rendah. Suatu

protein yang menyajikan semua asam amino esensial dalam proporsi yang

memadai disebut sebagai protein yang berkualitas baik.

Analisis protein terdiri dari 2 metode, yaitu metode Kjeldahl untuk

protein (N) total dan metode Lowry untuk protein terlarut. Pada praktikum

kali ini, dalam menentukan kadar protein bahan digunakan metode lowry.

Metode ini merupakan metode untuk penentuan protein yang terlarut secara

cepat. Metode lowry hanya dapat mengukur molekul peptida pendek dan tidak

dapat mengukur molekul peptida panjang. Keuntungan metode Lowry adalah

lebih sensitif (100 kali) daripada metode Biuret sehingga memerlukan sampel

protein yang lebih sedikit. Batas deteksinya berkisar pada konsentrasi 0.01

mg/ml. Namun metode lowry lebih banyak interferensinya akibat

kesensitifannya.

Prinsip penentuan kadar protein dengan metode lowry adalah protein

dengan asam fosfomolibdat dan asam fosfofungstat pada suasana alkalis akan

memberikan warna biru yang intensitasnya bergantung pada konsentrasi

protein yang ditera. Konsentrasi protein diukur berdasarkan optical density

pada panjang gelombang 600 nm (OD terpilih). Untuk mengetahui banyaknya

protein dalam larutan, lebih dahulu dibuat kurva standar yang melukiskan

hubungan antara konsentrasi dengan OD. Biasanya digunakan protein standar

Bovine Serum Albumin (BSA) yang larut dalam pelarut air

Bovine Serum Albumin (BSA) adalah protein serum albumin yang telah

banyak digunakan dalam aplikasi biokimia. BSA umum digunakan untuk

menentukan jumlah protein suatu bahan yaitu dengan membandingkan jumlah

protein pada bahan yang belum diketahui jumlah proteinnya dengan BSA

yang telah diketahui jumlah proteinnya. Alasan penggunaan BSA adalah

karena kestabilannya, tidak merubah reaksi biokimia yang terjadi, dan murah.

Sehingga untuk mengetahui banyaknya protein dalam larutan lebih

dahulu kita membuat kurva standar yang melukiskan hubungan antara

Page 12: III PROTEIN.doc

konsentrasi dengan absorbansi. Pada percobaan, larutan standar BSA dibuat

dengan dengan memasukkan BSA dalam 6 tabung reaksi yang masing-masing

berisi 0; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1 ml dan ditambahkan aquades sampai volume

1 ml. Kemudian ditambahkan 8 ml lowry B dibiarkan 10 menit, ditambahkan

8 ml lowry A dibiarkan 20 menit. Selanjutnya dimasukkan dalam

spektrofotometer ditera pada panjang gelombang 600 nm sehingga dapat

terbaca absorbansinya. Tujuan dari pengocokan dan pemberian waktu setelah

penambahan larutan yaitu untuk memberikan kesempatan agar asam

fosfofungstat bereaksi dengan asam-asam amino penyusun protein.

Penambahan larutan standar BSA juga berpengaruh pada absorbansi dan

konsentrasi. Dari ke-6 tabung menunjukkan intensitas warna biru yang

berbeda-beda, semakin banyak larutan standar BSA yang ditambahkan

semakin biru warna larutan. Hal ini terjadi karena semakin banyak larutan

standar BSA yang ditambahkan, semakin banyak pula ikatan peptida. Maka

yang bereaksi dengan Cu2+ dari larutan lowry B juga semakin banyak

sehingga warnanya menjadi semakin biru (sampai biru kehitam-hitaman). Hal

ini juga ditunjukkan oleh tabel 3.1 dimana peningkatan nilai absorbansi

sebanding dengan peningkatan jumlah BSA dalam larutan. Sehingga apabila

digambar dalam bentuk kurva akan menghasilkan bentuk linier.

Berdasarkan hukum Beer-Lambert, absorbansi larutan akan bervariasi

berdasarkan konsentrasi dan ukuran wadah. Bagian sinar yang diserap akan

tergantung pada berapa banyak molekul yang berinteraksi dengan sinar. Jika

berupa larutan pekat, maka akan diperoleh absorbansi yang sangat tinggi

karena ada banyak molekul yang berinteraksi dengan sinar. Akan tetapi,

dalam larutan yang sangat encer, sangat sulit untuk melihat warnanya

sehingga absorbansinya sangat rendah. Oleh karena itu jika ingin

membandingkan larutan dengan senyawa lain, perlu diketahui konsentrasinya

agar dapat membuat perbandingan dengan baik tentang senyawa mana yang

menyerap sinar lebih banyak. Seandainya larutan zat warna yang sangat encer

Page 13: III PROTEIN.doc

dimasukkan dalam wadah yang berbentuk tabung sedemikian sehingga yang

dilewati sinar panjangnya 1 cm, absorbansi tidak akan terlalu tinggi. Namun,

apabila melewatkan sinar melalui tabung sepanjang 100 cm yang berisi

larutan yang sama, sinar akan lebih banyak diserap karena sinar berinteraksi

dengan lebih banyak molekul sehingga absorbansi akan tinggi.

Hasil absorbansi yang diperoleh dimasukkan dalam persamaan regresi

linier y = Ax + B, dimana y adalah absorbansi, x adalah konsentrasi protein.

Hasil persamaan diperoleh y = 1,2448x +0,0689 dimana persamaan regresi ini

akan digunakan untuk menentukan konsentrasi protein pada sampel yang

belum diketahui kadar proteinnya.

Pada praktikum kali ini digunakan beberapa sampel produk sarden,

yaitu ABC Mackerel Saus Cabe, Mackerel Saus Tomat (Maya Food), King’s

Fisher Sarden Saus Bangkok, Maya Sarden Chili Sauce, ABC Sarden Tomat,

dan Gaga Sarden Tomat dan Cabe yang ada di pasaran. Sampel jernih yang

sudah mengalami pengenceran diambil 1 ml dan diperlakukan seperti pada

pembuatan larutan standar. Kemudian dimasukkan dalam spektrofotometer

dengan panjang gelombang 600 nm. Absorbansi yang diperoleh dimasukkan

dalam persamaan y = 1,2448x +0,0689 sehingga diperoleh konsentrasi protein

sampel yang dapat digunakan untuk menghitung kadar protein sampel.

Berdasarkan perhitungan, diperoleh kadar protein sampel ABC

Mackerel Saus Cabe, Mackerel Saus Tomat (Maya Food), King’s Fisher

Sarden Saus Bangkok, Maya Sarden Chili Sauce, ABC Sarden Tomat, dan

Gaga Sarden Tomat dan Cabe yang ada di pasaran berturut-turut sebesar 2,431

%; 1,798 %; 2,754 %; 1,436 %, 1,618 % dan 1,021 %. Hasil ini masih berbeda

jauh bila dibandingkan kadar protein sampel menurut referensi. Berdasarkan

referensi, kadar protein Gaga Sarden Tomat dan Cabe sebesar 17% lebih

tinggi dibandingkan kadar protein ABC Sarden Tomat yaitu sebesar 14%.

Kemudian pada ABC Mackerel Saus Cabe, kadar proteinnya sebesar 19% dan

pada King’s Fisher Sarden Saus Bangkok sebesar 10%. Untuk produk Maya

Page 14: III PROTEIN.doc

Sarden Chili Sauce kadar protein lebih kecil dibandingkan Mackerel Saus

Tomat (Maya Food) yaitu 12% berbanding 24%. Kadar protein yang berbeda-

beda pada setiap bahan ini disebabkan karena tiap bahan mengandung protein

yang masing-masing berbeda susunan molekulnya seperti macam asam amino

yang terdapat dalam molekul protein, jumlah tiap macam asam amino, dan

susunan asam amino dalam molekul protein tersebut. Secara kimiawi protein

merupakan senyawa polimer yang tersusun dari asam-asam amino sebagai

monomernya. Unit asam amino tersebut juga berbeda-beda berat molekulnya.

Berat molekul tertentu dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah molekul

asam amino yang menyusunnya. Susunan antar asam amino dan jenis-jenis

asam amino apa yang menyusun protein sangat spesifik dan khas bagi setiap

jenis protein.

Penyimpangan kadar protein yang cukup besar ini disebabkan oleh

beberapa hal antara lain, pertama dalam pengambilan larutan sampel dari

penumbukan masih ada sebagian kecil yang tertinggal di wadahnya karena

kurang bersih dalam membilasnya. Kedua, terbentuknya buih saat

penumbukan menimbulkan kesulitan dalam menentukan garis tanda saat

larutan protein terjadi karena terperangkapnya udara dalam molekul protein

secara mekanis. Semakin banyak udara yang terperangkap maka semakin

banyak buih yang terbentuk. Ketiga, senyawa fenolik yang terdapat dalam

protein juga dapat membentuk warna biru sehingga dapat mengganggu hasil

penetapan. Urutan kadar protein rata – rata pada sampel menunjukkan bahwa

Gaga Sarden Tomat dan Cabe < Maya Sarden Chili Sauce < ABC Sarden

Tomat < Mackerel Saus Tomat (Maya Food) < ABC Mackerel Saus Cabe <

King’s Fisher Sarden Saus Bangkok. Hal ini berbeda bila dibandingkan

dengan referensi yang menyebutkan bahwa Mackerel Saus Tomat (Maya

Food) mengandung paling banyak senyawa protein dibandingkan yang lain

sebesar 24 %. Kadar protein pada setiap sampel berbeda - beda. Hal ini

disebabkan karena kandungan protein sarkoplasma dalam daging ikan sangat

Page 15: III PROTEIN.doc

bervariasi pada setiap spesies ikan. Umumnya lebih tinggi dari pada ikan

pelagis dan lebih rendah dari pada ikan demersal.

Uji ini sangat bermanfaat dalam mengetahui tingkat kadar protein pada

sampel. Salah satu kelebihan menggunakan metode ini adalah tingkat

kekuratan dalam menguji sampel lebih tepat sehingga lebih memudahkan

praktikan dalam mengetahui tingkat kadar protein sampelnya.

Kelebihan menggunakan metode Lowry-Follin adalah bahwa metode

Lowry-Follin memiliki tingkat sensifitas sekitar 10-20 kali jika dibandingkan

dengan metode yang lain terutama metode kjeldahl yang diukur adalah kadar

protein total. Semua protein akan didestilasi dengan asam sulfat dan hasil

akhirnya dihitung berdasarkan nitrogen yang dilepas pada proses destilasi.

Salah satu kelemahan dari metode kjeldahl yaitu adanya komponen selain

protein yang juga mempunyai gugus N akan ikut terdestilasi.

E. Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilaksanakan, maka dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut :

1. Metode lowry merupakan metode penentuan protein terlarut secara cepat.

2. Kelebihan metode lowry adalah lebih sensitif (100 kali) daripada metode

Biuret sehingga memerlukan sampel protein yang lebih sedikit dan batas

deteksinya berkisar pada konsentrasi 0.01 mg/ml.

3. Kelemahan metode lowry adalah hanya dapat mengukur molekul peptida

pendek dan tidak dapat mengukur molekul peptida panjang serta lebih

banyak interferensinya akibat kesensitifannya.

4. Alasan penggunaan BSA adalah karena kestabilannya, tidak merubah

reaksi biokimia yang terjadi dan murah.

5. Semakin banyak larutan standar BSA yang ditambahkan, semakin banyak

pula ikatan peptida.

Page 16: III PROTEIN.doc

6. Semakin banyak ikatan peptida, maka yang bereaksi dengan Cu2+ dari

larutan lowry B juga semakin banyak sehingga warnanya menjadi

semakin biru.

7. Semakin biru warna larutan seiring dengan semakin banyaknya

penambahan larutan standar BSA maka absorbansi dan konsentrasinya

juga semakin besar.

8. Nilai absorbansi dipengaruhi oleh konsentrasi larutan dan ukuran wadah.

9. Kadar protein sampel ABC Mackerel Saus Cabe, Mackerel Saus Tomat

(Maya Food), King’s Fisher Sarden Saus Bangkok, Maya Sarden Chili

Sauce, ABC Sarden Tomat, dan Gaga Sarden Tomat dan Cabe yang ada

di pasaran berturut-turut sebesar 2,431 %; 1,798 %; 2,754 %; 1,436 %,

1,618 % dan 1,021 %.

10. Kadar protein Gaga Sarden Tomat dan Cabe < Maya Sarden Chili Sauce <

ABC Sarden Tomat < Mackerel Saus Tomat (Maya Food) < ABC

Mackerel Saus Cabe < King’s Fisher Sarden Saus Bangkok.

11. Hal - hal yang mempengaruhi perbedaan kadar protein pada setiap bahan

adalah perbedaan susunan molekul proteinnya seperti macam asam amino

yang terdapat dalam molekul protein, jumlah tiap macam asam amino,

dan susunan asam amino dalam molekul protein tersebut.

Page 17: III PROTEIN.doc

DAFTAR PUSTAKA

Anonima. 2011. Modified Lowry Protein Assay Kit. http//thermo.com/pierce. Diakses pada tanggal 24 November 2011 pukul 10.35 WIB

A.M. Rossi, Villarreal, M., Juárez, M.D., dan Sammán, N.C. 2004. Nitrogen Contents In Food: A Comparison Between The Kjeldahl And Hach Methods. The Journal of the Argentine Chemical Society - Vol. 92 - No 4/6, 99-108.

Azri, Azizul Mustaffa dkk. 2008. Adsorption Characteristics Of Bovine Serum Albumin And Rifampicin On Immobilized Metal Ion Affinity Mesoporous Adsorbents. Jurnal Teknologi, 49(F) Dis. 2008: 51–68. Universiti Teknologi Malaysia.

Dwiari, Sri Rini. 2008. Teknologi Pangan Jilid 2. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta

Gaman, P.M, K.B. Sherrington. 1981. Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi, dan Mikrobiologi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Healthcare, G.E. 2008. Use of NanoVue Spectrophotometer to Measure Protein

Concentrations. UV Visible Spectrophotometers http//www.gelifesciences.com/spectros. Diakses pada tanggal 24 November 2011 pukul 10.24 WIB

Kusmiati, Swasono R.Tamat, Sukma Nuswantara, dan Salmah Muhamad. 2007. Pengaruh Penambahan Urasil Dalam Media Fermentasi Terhadap Hasil β-glukan dari Dua Galur Agrobacterium. Makara sains, VOL. 11, NO. 2, November 2007: 68-74

Saint, Louis. 2011. Total Protein Kit, Micro Lowry, Peterson’s Modification. http//sigma-aldrich.com. Diakses pada tanggal 24 November 2011 pukul 10.00 WIB

Sudarmadji, Slamet, Bambang Haryono, dan Suhardi. 1996. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta

Page 18: III PROTEIN.doc

Suhardjo, Laura J. Harper, Brady J. Deaton, dan Judy A. Driskel. 2000. Pangan, Gizi dan Pertanian. UI Press. Jakarta

Tetriana, Devita, Darlina, Armanu, dan Mukh Syaifudin. 2008. Pengaruh Radiasi Gamma Terhadap Profil Protein Plasmodium berghei Stadium Eritrositik. Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan IV dan International Seminar on Occupational Health and Safety I

Winarno, F.G, 1989. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia. Jakarta

Page 19: III PROTEIN.doc

LAMPIRAN

Gambar 3.1 Grafik Kurva Standar Hubungan Antara Konsentrasi dan Absorbansi