ijinkan aku bercerita

Download Ijinkan Aku Bercerita

If you can't read please download the document

Upload: estuyulianingsih

Post on 19-Dec-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Ijinkan Aku Bercerita

TRANSCRIPT

NAMA: ESTU RIA DWI YULIANINGSIHKELAS: X.5NO ABSEN: 13

IZINKAN AKU BERCERITAAku menggigit gigit ujung pulpenku. Kesal sendiri, kenapa rumus-rumus Fisika ini seperti menolak untuk berbaik hati padaku? Sedikit gugup aku melirik lingkaran mungil di pergelangan tanganku,dan merasakan degupan jantungku semakin kencang. Sialan. Lima belas menit lagi, bel akan berbunyi. Dan paling lambat, lima menit setelah deringan bel Bu Nike pasti sudah muncul. Dengan dingin menunjuk kami satu per satu untuk mengerjakan soal soal yang seperti teroris itu.Putus asa, aku menoleh ke bangku disebelahku yang masih kosong. Kenapa Riska tidak muncul muncul sih? Teman sebangkuku itu memang paling bisa diandalkan kalau masalah PR, tapi dia sangat tidak bisa diandalkan untuk datang tepat waktu.Pandanganku beralih pada pojokan kelas. Meja Geri sudah dipenuhi oleh siswa lain yang terburu buru menyalin jawaban dari anak itu. Geri sendiri tidak kelihatan, entah dimana. Aku menghela nafas dan berdiri. Semoga aku masih bisa ikut berdesak desakan disana.Plak !Belum sempat aku melangkah, sebuah buku tulis terhempas dimejaku. gih. Lo pasti belum ngerjain PR dari Bu Nike kan? tanyanya sedikit menuduh.Dengan tergesa gesa aku membuka buka lembaran-lembaran bergaris di buku itu hingga menemukan halaman yang kucari. Sementara itu di depanku dia sudah duduk di bangkunya. Dengan wajah tidak peduli, kembali sibuk dengan tabloidnya. makasih Rioooo... seruku. Dia hanya menoleh sedikit lalu melengos. lo kebiasaan deh, Ri nyalin PR dari gua ujarnya dingin. lha yang membiasakan diri gua seperti ini kan elo sendiri, Yo.. sahutku mulai menyalin jawabannya ke bukuku. apa susahnya sih ngerjain gituan? sombonggggggg..... seruku, meraih penggarisku untuk memukulkan pada pundaknya. gua gak sempet yoo.. tadi malem gua nonton DVD sampe malem banget. Seru banget ceritanya ! ujarku lagi, kembali tenggelam dengan deretan rumus itu. jangan kebiasaan begadang Ri. Ntar kamu sakit lagi.. ujarnya, kali ini nada suaranya serius. Aku mengangkat alis, mengangkat wajah dari buku tulisku. Begitu menatap wajahnya, debaran di dadaku berkejaran secara tiba tiba. Kenapa tatapannya nampak begitu lembut?Sekali lagi, perasaan hangat tanpa nama ini menyelimuti hatiku. ecieeee.......tumben perhatian.. ujarku sambil melambai lambaikan pupen di tanganku. Tidak, tidak... jangan salah sangka. Bukannya aku tidak suka dengan perhatian sederhanamu itu. Justru sebaliknya, banyak hal kecil darimu yang terasa berharga bagiku. Hanya saja, aku tidak terbiasa untuk mengungkapkan semua perasaan itu. Bagaiana caranya sementara aku sendiri tidak mengerti, apakah maksud dari getaran halus di dada ini?

****Dering bel tanda berakhirnya pelajaran untuk hari ini itu seperti biasa disambut dengan sorakan bahagia, termasuk olehku. Sedikit serampangan aku meraup alat alat tulisku di meja untuk kumasukan dalam kotak pensilku. cintakuuu..gula gulakuuu.. pulang bareng kekasih hatimu ini kan ? Aku bergidik mendelik ke arah Geri yang sudah berdiri dengan cengiran lebarnya di meja Riska. kalian itu..mengerikan celaku tanpa ampun. dia doang kali Ri.. aku mah enggak.. kata Riska sambil berdiri dan menggendong tasnya. lagian, lo tahan aja gitu Ris, pacaran sama dia.. lo protes aja Ri..berisik ah.. hus..huss.. sana gih cari pacar sana.. Geri menggerak gerakan tangannya seolah mengusirku. wooooo! Enak aja lo bisanya nyela mulu.. siapa tau bentar lagi gua bakal jadian sama siapa gitu..hehe amin dah Ri.. semoga aja bentar lagi lo dapet pacar.. daripada lo sirik liatin kita berdua.. haha kata Geri dan Riska sembari meninggalkannya. Riri !Aku mengangkat kepalaku mendengar panggilannya. Baru saja aku sadar, dari tadi dia belum beranjak dari kursinya. ya!Aku mengamati wajahnya, dan mengerutkan kening. Kenapa wajahmu sedatar itu? Ya, aku tahu bahwa kau memang tidak pernah royal dalam ekspresi. Tapi kali ini, bahkan sorot matamu terlihat dingin.Lo kata-katamu terhenti sesaat. Lalu kau menghela nafas panjang. Andi tadi nitip pesen ke gua. Lo ditunggu Andi. Di depan perpus.Aku mengangkat alis dengan heran. Sekarang?Iya. Sahutmu singkat. Lalu kau berdiri, dan menyampirkan ranselmu di pundak. Tanpa mengucapkan apa-apa lagi, kau melangkah pergi. Sementara aku masih duduk dengan keheranan.****Andi berdiri di depanku, nampak salah tingkah. Wajahnya nampak memerah. Bahkan ada sebutir keringat yang nampak berkilau di pelipisnya.Gua tahu Ri, mungkin mendadak bangetAku bukan gadis bodoh. Aku bisa menebak ke arah mana percakapan ini akan berlanjut. Dalam hati, entah kenapa, aku terus menerus berharap, aku tidak usah ada disini. Dan. Tebakanku benar dia menyatakan perasaannya padaku. Bimbang. Hanya itu yang ku rasakan saat itu. Tak mungkin aku menerimanya, dia adalah orang yang diidamkan sahabatku sendiri.Yo, tolong aku Yo. Tolong, keluarlah dari tempat persembuyianmu sekarang. Lalu katakan apa saja. Apa saja. Katakan apa saja untuk mencegahku melakukan hal bodoh.Riri Andi kembali memanggilku. Bahkan kali ini dia meraih kedua tanganku untuk menggenggamnya.Aku menunduk. Sekuat tenaga berusaha mencegah air mata yang tiba-tiba berlomba untuk terbit di sudut mataku. Sekuat tenaga kuusahakan untuk jujur atas perasaan ini. emm Ndi.. maafin aku, aku gak bisa.. ak..aku mencintai laki-laki lain ucapku gemetar. siapa Ri ? katanya sedikit tak percaya. Rio kataku lirih please RIRI.. ! katanya memaksa dan menggenggam tanganku kuat.Aku semakin takut, dan berharap ada malaikat datang menolongku. Dan tiba tiba Andi melepaskan genggamannya. Dia berlalu meninggalkanku sendiri.Tiba-tiba kudengar bisikan lirih.Ri, gua sayang sama elo, tapi gua terlalu pengecut untuk bisa mengakui itu. Gua menunda sekian lama, karena kebodohan gua sendiri. Dan elo, elo layak mendapatkan seseorang lebih daripada seorang pengecut kayak gua. Seseorang seperti Andi Sesosok laki-laki muncul di depanku. Dan, benar. Dialah malaikat yang datang, orang yang selama ini kunantikan untuk mengucapkan kata itu. Kau menggerakkan telunjukmu untuk mengusap aliran hangat yang mulai meninggalkan jejak di pipiku. Yo bisikku perlahan. Iya? emm.. gue mau pulang.. kataku, dan berlalu. ****Aku tertunduk lesu di kamarku. Aku tidak tahu, berapa lama aku terduduk disitu. Entahlah, waktu tiba-tiba saja menjadi suatu hal yang semu bagiku. Aku baru tersadar ketika merasakan getaran ponselku.Sambil mengusap sisa air mata, aku tersenyum pahit melihat bahwa dia baru saja mengirimkan sebuah pesan.I love you Ri. Even though were far apart, your eyes will always be the stars in my darkest night.#####