ilmu aklak 2

12
AKHLAQ, ETIKA, MORAL, TASAWUF DAN MAHABBAH A. PENGERTIAN ILMU AKHLAK Dua pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami ilmu akhlak yaitu: pendekatan linguistik (kebahasaan) dan pendekatan terminologik (peristilahan). Segi kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu akhlaqa, yang berarti as-sajiyah (perangai), ath-thabi’ah (kelakuan, watak dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru’ah (peradaban yang baik) dan al-din (agama). Kata akhlaq jamak dari kata khuluq atau khuluqun. Sedangkan untuk merujuk arti akhlaq ini dapat diambi beberapa pendapat para imam, sebagai berikut: “Sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”. Imam Ghazali berpendapat: “Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”. Secara substansi defenisi akhlaq tersebut saling melengkapi, sebagai berikut: Pertama, perbuatan akhlaq adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya. Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara. Kelima, sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang lain. Dalam Mu’jam al Wasith disebutkan bahwa: Artinya: “Ilmu yang obyek pembahasannya adalah tentang nilai -nilai yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang dapat disifatkan dengan baik atau buruk”. B. RUANG LINGKUP PEMBAHASAN ILMU AKHLAK Pokok-pokok masalah yang dibahas dalam ilmu akhlak adalah intinya perbuatan manusia. Perbuatan tersebut selanjutnya ditentukan kriterianya apakah baik atau buruk. Ahmad Amin menyatakan: “Bahwa obyek ilmu akhlak adalah membahas perbuatan manusia yang selanjutnya perbuatan tersebut ditentukan baik atau buruk”. Muhammad Ghazali menyebutkan bahwa kawasan pembahasan ilmu akhlak adalh seluruh aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu ataupun kelompok. C. MANFAAT MEMPELAJARI ILMU AKHLAK Mustafa Zahri, mengatakan bahwa tujuan perbaikan akhlak itu adalah untuk membersihkan kalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah sehingga hati menjadi suci dan bersih, bagaikan cermin yang dapat menerima nur cahaya Tuhan.

Upload: andi-herry-isman

Post on 24-Oct-2015

13 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

gjg

TRANSCRIPT

Page 1: Ilmu Aklak 2

AKHLAQ, ETIKA, MORAL, TASAWUF DAN MAHABBAH

A. PENGERTIAN ILMU AKHLAK

Dua pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami ilmu akhlak yaitu: pendekatanlinguistik (kebahasaan) dan pendekatan terminologik (peristilahan). Segi kebahasaan, akhlakberasal dari bahasa Arab yaitu akhlaqa, yang berarti as-sajiyah (perangai), ath-thabi’ah(kelakuan, watak dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru’ah (peradaban yang baik) danal-din (agama). Kata akhlaq jamak dari kata khuluq atau khuluqun. Sedangkan untuk merujukarti akhlaq ini dapat diambi beberapa pendapat para imam, sebagai berikut: “Sifat yang tertanamdalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran danpertimbangan”. Imam Ghazali berpendapat: “Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkanmacam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran danpertimbangan”. Secara substansi defenisi akhlaq tersebut saling melengkapi, sebagai berikut:Pertama, perbuatan akhlaq adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang,sehingga telah menjadi kepribadiannya. Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yangdilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalahperbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atautekanan dari luar. Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengansesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara. Kelima, sejalan dengan ciri yangkeempat, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karenaAllah, bukan karena ingin dipuji orang lain. Dalam Mu’jam al Wasith disebutkan bahwa:Artinya: “Ilmu yang obyek pembahasannya adalah tentang nilai-nilai yang berkaitan denganperbuatan manusia yang dapat disifatkan dengan baik atau buruk”.

B. RUANG LINGKUP PEMBAHASAN ILMU AKHLAK

Pokok-pokok masalah yang dibahas dalam ilmu akhlak adalah intinya perbuatan manusia.Perbuatan tersebut selanjutnya ditentukan kriterianya apakah baik atau buruk. Ahmad Aminmenyatakan: “Bahwa obyek ilmu akhlak adalah membahas perbuatan manusia yang selanjutnyaperbuatan tersebut ditentukan baik atau buruk”. Muhammad Ghazali menyebutkan bahwakawasan pembahasan ilmu akhlak adalh seluruh aspek kehidupan manusia, baik sebagai individuataupun kelompok.

C. MANFAAT MEMPELAJARI ILMU AKHLAK

Mustafa Zahri, mengatakan bahwa tujuan perbaikan akhlak itu adalah untuk membersihkankalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah sehingga hati menjadi suci dan bersih,bagaikan cermin yang dapat menerima nur cahaya Tuhan.

Page 2: Ilmu Aklak 2

D. HUBUNGAN ILMU AKHLAK DENGAN ILMU LAINNYAa. Hubungan Ilmu Akhlak Dengan Ilmu Tasawuf

Menurut Harun Nasution, hubungan di antaranya keduanya adalah terletak padakesamaan kajian terhadap nilai yang menekankan pada kejujuran, kesetiakawanan,persaudaraan, rasa sosial, keadilan, tolong menolong, murah hati, suka memberi maaf,sabar, baik sangka, berkata benar, pemurah, keramahan bersih hati, berani, kesucian,hemat, menepati janji, disiplin, mencintai ilmu dan berpikiran lurus.

b. Hubungan Ilmu Akhlak Dengan Ilmu TauhidHubungan di antara keduanya dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu: Pertama, dilihatdari segi obyek pembahasannya, ilmu tauhid mengkaji masalah ketuhanan secara benar.Hal ini akan melandasi perbuatan yang baik pula bagi perbuatan manusia. Kedua, dilihatdari segi fungsinya, bahwa ilmu tauhid menghendaki agar seseorang yang bertauhid agardapat mengimani dan melaksanakan unsur-unsur keimanan dan rukun iman. Hal initerkait dengan hubungan antara iman dan amal saleh. Ketiga, ilmu tauhid tampil dalammemberikan landasan terhadap ilmu akhlak, dan ilmu akhlak tampil memberikanpenjabaran dan pengamalan dari ilmu tauhid.

c. Hubungan Ilmu Akhlak Dengan Ilmu JiwaIlmu jiwa mengarahkan pembahasannya pada aspek bathin manusia dengan caramenginterpretasikan perilakunya yang tampak.

d. Hubungan Ilmu Akhlak Dengan FilsafatDi antara obyek pemikiran filsafat yang erat kaitannya dengan ilmu akhlak adalah tentangmanusia. Ibnu Sina mengatakan bahwa jika manusia merupakan satu unit tersendiri danmempunyai wujud terlepas dari badan. Jiwa manusia timbul dan tercipta tiap kali adabadan, yang sesuai dan dapat menerima jiwa, lahir di dunia ini. Hal ini mengindikasikanbahwa dalam pemikiran filsafat terdapat bahan-bahan atau sumber yang dapatdikembangkan lebih lanjut menjadi ilmu akhlak.

E. INDUK AKHLAK ISLAMI

Secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu akhlak yang baik (akhlaqul mahmudah) danakhlak yang buruk (akhlaqul mazmumah). Secara garis besar kedua akhlaq tersebut bersumberpada tiga perbuatan yang sama, yaitu: hikmah (bijaksana), syaja’ah (perwira atau kesatria) daniffah (menjaga diri dari perbuatan dosa dan maksiat). Ketiga mecam induk akhlak ini munculdari sikap adil, yaitu sikap pertengahan atau seimbang dalam mempergunakan ketiga potensirohaniah yang terdapat dalam diri manusia, yaitu akal yang berpusat pada otak, ghadab (amarah0yang berpusat pada dada, dan nafsu yang berpangkal pada syahwat. Penerapan sifat adil(pertengahan) dalam hubungannya dengan akhlak dapat dijumpai dalam ajaran Mu’tazilah.Dimana ia memberikan petunjuk dengan jelas, bahwa seluruh perbuatan yang dillakukan Tuhanterhadap seluruh makhluk-Nya adalah dalam rangka keadilan.

Page 3: Ilmu Aklak 2

F. SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ILMU AKHLAK

Dalam kaitannya dengan hal ini, akan dibahas mengenai sejarah pertumbuhan dan perkembanganilmu akhlaq dengan pendekatan religi, yaitu: pertama, pertumbuhan dan perkembangan ilmuakhlak di luar ajaran Islam; kedua, pertumbuhan dan perkembangan ilmu akhlak di dalam ajaranIslam.

a. Ilmu Akhlak di Luar Agama Islam

1. Akhlak pada masa Yunani Dasar yang digunakan para pemikir Yunani daam membangunilmu akhlak adalah pemikiran filsafat tentang manusia atau pemikiran tentang manusia danbersifat filosofis yaitu filsafat yang bertumpu pada kajian secara mendalam terhadap potensikejiwaan yang terdapat dalam diri manusia atau bersifat antroposentris dan mengesankanbahwa akhlak adalah sesuatu yang fitri, yang akan ada bersamaan dengan adanya manusia,dan hasil yang didapatkan berdasar pada logika murni. Filosof Yunani yang pertama kalimengemukakan pemikiran di bidang akhlak adalah Socrates (469-399 SM). Kemudiandiikuti oleh pengikutnya adlaah Cynics dan Cyrenics. Kedua golongan tersebut sama-samaberbicara tentang perbuatan yang baik, utama dan mulia. Pada masa berikutnya datang Plato(427-347 SM). Plato berpendapat bahwa di dalam jiwa manusia terdapat kekuatan yangbermacam-maam, dan perbuatan yang utama timbul dari kemampuan membuat peimbangandalam mendayagunakan potensi kejiwaan itu kepada hukum akal Setelah Plato hadirAristoteles (394-322 SM). Aristoteles berpendapat bahwa tujuan akhir yang dikehendakioleh manusia dari apa yang dilakukannya adalah bahagia atau kebahagiaan. Jalan untukmencapai kebahagiaan itu adalah dengan mempergunakan akal dengan sebaik-baiknya.Filosof Yunani berikutnya yang terlahir adalah Stoics dan Epicurus (6-140 SM).Keseluruhan ajaran yang dikemukakan oleh mereka adalah bersifat rasionalistik. Penentuanbaik dan buruk itu didasarkan pada pendapat akal pikiran yang ada pada diri manusia.Karenanya dapat dikatakan bahwa pemikiran filsafat yang dianut oleh para filosof Yunaniini adalah bersifat antropocentris (memusat pada manusia).

2. Akhlak pada agama Nasrani Menurut ajaran Nasrani, bahwa agama tersebut adalahbersumber dari akhlak. Tuhanlah yang menentukan dan membentuk patokan-patokan akhlakyang harus dipelihara dan dilaksanakan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Tuhanlahyang menjelaskan baik dan buruk. Menurut agama ini yang disebut baik adalah perbuatanyang disukai Tuhan, dan sebaliknya yang disebut buruk adalah perbuatan yang tidakdisukainya.

3. Akhlak pada bangsa Romawi Ajaran akhlak yang lahir pada saat ini (abad pertengahan)adalah ajaran akhlak yang dibangun dari perpaduan antara ajaran Yunani dan ajaran Nasrani.Di antara mereka yang terkenal adalah Abelard, Perancis (1079-1142) dan Thomas Aquinas,Italy (1226-1274).

Page 4: Ilmu Aklak 2

b. Akhlak Pada Agama Islam

Ajaran akhlak menemukan bentuknya yang sempurna pada agama Islam dengan titik pangkalnyapada Tuhan dan akal manusia. Agama Islam pada intinya mengajak manusia agar percayakepada Tuhan dan mengakuinya bahwa Dialah pencipta, pemelihara, pemberi rahmat, pelindungterhadap apa yang ada di dunia ini. Selain itu, agama Islam juga mengandung jalan hidupmanusia yang paling sempurna dan memuat ajaran yang menuntun umat kepada kebahagiaan dankesejahteraan. Hukum-hukum Islam yang mengandung serangkaian pengetahuan tentang akidah,pokok-pokok akhlak dan perbuatan yang baik. Sangatlah jelas bahwa dalam al-Qur’an terdapatayat-ayat yang mengandung pokok-pokok akidah kegamaan, keutamaan akhlak dan prinsip-prinsip dan tata nilai perbuatan manusia. Mengenai pembinaan akhlak dapat dijelaskan pendapatAth-Thabatabi sebagai berikut; Pertama, menurut petunjuk al-Qur’an dalam hidupnya manusiahanya menuju kepada kebahagiaan, ketenangan dan pencapaian cita-citanya. Kedua, perbuatan-perbuatan yang dilakukan manusia senantiasa berada dalam suatu kerangka peraturan dan hukumtertentu. Ketiga, jalan hidup terbaik dan terkuat manusia adalah jalan hidup berdasarkan fitrah,bukan berdasarkan emosi dan dorongan hawa nafsu.

c. Aklak Pada Zaman Baru

Akhlak pada zaman baru ini berkisar pada akhir abad kelima belas M, dimana Eropa mulaimengalami kebangkitan di bidang filsafat, ilmu pengetahuan dan teknologi. Akhlak yang merekabangun didasarkan pada penyelidikan menurut kenyataan empirik dan tidak mengikutigambaran-gambaran khayal atau keyakinan yang terdapat dalam ajaran agama. Sumber akhlakdari dogma dan doktrin agama mereka ganti dengan logika dan pengalaman empirik. Beberapatokoh etika dalam masa ini di antaranya; Descartes, Shafesbury dan Hatshon, Bentham, JhonStuart Mill Kant dan Bertrand Russel. Salah satu ajaran penting tentang etika pada masa iniadalah bersumber pada intuisi yang diklasifikasikan menjadi empat, yaitu; Intuisi mencarihakikat atau mencari ilmu pengetahuan Intuisi etika dan akhlak, yaitu cenderung kepadakebaikan Itnuisi estetika yaitu cenderung kepada segala sesuatu yang mendatangkan keindahan,dan Intuisi agama yaitu perasaan meyakini adanya yang menguasai alam dengan segala isinya.

d. Etika, Moral Dan Susila

1. Etika

Etika berasal dari bahasa Yunani; ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Etika dalam artiyang khusus mencakup empat hal sebagai berikut; Pertama, dilihat dari segi obyekpembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan yang dilakukan oleh manusia. Kedua,dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat. Ketiga, dilihat darisegi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetap terhadap suatu perbuatanyang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah perbuatan itu dinilai baik atau buruk. Keempat,dilihat dari segi sifatnya etika bersifat relatif yang dapat berubah-ubah sesuai dengan tuntutanzaman.

Page 5: Ilmu Aklak 2

2. Moral Moral berasal dari bahasa Latin; mores, yang berarti kebiasaan. Dalam makna istiahadalah suatu yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat perangai, kehendak,pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.Pengertian moral yang lain adalah; Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan benar dan salah, baikdan buruk; Kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar dan salah; Ajaran ataugambaran tingkah laku yang baik

3. Susila Susila berasal dari bahasa Sansakerta, su dan sila. Su; baik dan bagus, sedangkan sila;dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma. Dengan demikian, susila mengacu pada upayamembimbing, memandu, mengarahkan, membiasakan masyarakat hidup yang sesuai dengannorma atau nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.

e. Hubungan Etika, Moral dan Susila Dengan Ahklak

Dari uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa etika, moral dan susila berasal dari produk rasio danbudaya masyarakat yang secara selektif diakui sebagai yang bermanfaat dan baik bagikelangsungan hidup manusia. Sementara akhlak berasal dari wahyu, yaitu ketentuan yangberdasarkan petunjuk al-Qur’an dan hadits. Dengan kata lain etika, moral dan susila berasa darimanusia sedangkan akhlak berasal dari Tuhan.

G. BAIK DAN BURUKPenentuan baik dan Buruk Mengenai hal ini dapat dilihat dari beberapa aspek berikut; Baikburuk menurut aliran adat istiadat (sosialisme); menurut aliran ini baik atau burukditentukan didasarkan pada adat istiadat yang berlaku dan ditentukan berdasarkan adatyang berlaku dan dipegang teguh oleh masyarakat. Baik buruk menurut aliran hedonisme;menurut paham ini baik dan buruk itu didasarkan pada perbuatan yang banyakmendatangkan kelezatan, kenikmatan, kepuasan nafsu biologis. Baik buruk menurut aliranintuisisme (humanisme); menurut paham ini perbuatan yang baik adalah perbuatan yangsesuai dengan penilaian yang diberikan oleh hati nurani atau kekuatan bathin yang adadalam dirinya. Baik buruk menurut paham utilitarianisme; menurut paham ini bahwa yangbaik adalah yang berguna. Baik buruk menurut paham vitalisme; menurut paham ini yangbaik adalah yang mencerminkan kekuatan dalam hidup manusia. Baik buruk menurutpaham religiosisme; menurut paham ini yang dianggap baik adalah perbuatan yang sesuaidengan kehendak Tuhan, sedangkan perbuatan buruk adalah perbuatan yang tidakdisenangi oleh Tuhan. Baik buruk menurut paham evolusi; menurut paham yang baik ituadalah perbuatan yang bertujuan untuk mencapai kesenangan dan kebahagiaan. Baik danburuk menurut ajaran Islam; menurut ajaran Islam penentuan baik dan buruk harusdidasarkan pada petunjuk al-Qur’an dan al-hadits.

H. KEBEBASAN, TANGGUNG JAWAB DAN HATI NURANIa. Kebebasan Dilihat dari segi sifatnya, kebebasan itu dapat dibagi tiga;

Page 6: Ilmu Aklak 2

(1) kebebasan jasmani, yaitu kebebasan dalam menggerakkan dan mempergunakananggota badan yang kita miliki;(2) kebebasan kehendak (rohaniah) yaitu kebebasan untuk menghendaki sesuatu;(3) kebebasan moral yang dalam arti luas berarti tidak adanya macam-macam ancaman,tekanan, larang dan ain desakan yang tidak sampai berupa paksaan fisik.

b. Tanggung Jawab Dalam kerangka tanggung jawab ini, kebebasan mengandung arti;Kemampuan untuk menentukan dirinya sendiri Kemampuan untuk bertanggung jawabKedewasaan manusia, dan Keseluruhan kondisi yang memungkinkan manusia melakukan tujuanhidupnya.

c. Hati Nurani Hati nurani atau intuisi merupakan tempat dimana manusia dapat memperolehsaluran ilham dari Tuhan. Hati nurani ini diyakini selalu cenderung kepada kebaikan dan tidaksuka intuisisme, yaitu paham yang mengatakan bahwa perbuatan yang baik adalah perbuatanyang sesuai dengan kata hati, sedangkan perbuatan yang buruk adalah perbuatan yang tidaksejalan dengan kata hati atau hati nurani.

I. HAK, KEWAJIBAN DAN KEADILAN

a. Hak Hak berarti upaya mewujudkan keadilan, argumentasi yang kuat, menegakkan syari’atsecara sempurna dan isyarat tentang adanya hari kiamat. Dengan demikian seluruh kata al haqqyang terdapat dalam al-Qur’an tidak ada satupun yang mengandung arti hak milik.

b. Kewajiban Dalam ajaran Islam, kewajiban ditempatkan sebagai salah satu hukum syara’ yaitusuatu perbuatan yang apabila dikerjakan akan mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan akanmendapatkan siksa. Dengan kata lain, bahwa kewajiban dalam ajaran Islam berkaitan denganpelaksanaan hak yang diwajibkan oleh Allah.

J. AKHLAK ISLAMI

a. Pengertian Secara sederhana, akhlak islami dapat diartikan sebagai akhlak yang berdasarkanajaran Islam atau akhlak yang bersifat Islami. Kata Islam yang berada di belakang kata akhlakdalam hal ini menempati posisi sebagai sifat. Akhlak Islami adalah perbuatan yang dilakukandengan mudah, disengaja, mendarah daging dan sebenarnya yang didasarkan pada ajaran Islam.B. Ruang Lingkup Akhlak Islami Akhlak diniyah (agama) mencakup berbagai aspek, dimulaidari akhlak terhadap Allah, hingga sesama manusia.

1. Akhlak kepada Allah,

Hal ini didasarkan pada; Pertama, karena Allah yang telah menciptakan manusia. Kedua, karenaAllah yang telah memberikan perlengkapan panca indera, berupa pendengaran, penglihatan, akalpikiran dan hati sanubari. Ketiga, karena Allah yang telah menyediakan berbagai bahan dansarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia. Keempat, Allah yang telahmemuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan menguasai daratan dan lautan.

Page 7: Ilmu Aklak 2

2. Akhlak sesama manusia

3. Akhlak terhadap lingkungan

K. PEMBENTUKAN AKHLAK

a. Arti Pembentuka Aklak Menurut sebagian ahli, bahwa akhlak itu perlu dibentuk karenaakhlak adalah insting (gharizah) yang dibawa manusia sejak lahir. Bagi golongan ini bahwamasalah akhlak adalah pembawaan dari manusia sendiri yaitu kecendrungan kepada kebaikanatau fitrah yang ada dalam diri manusia, dan dapat juga berupa kata hati atau intuisi yang selalucenderung kepada kebenaran.

b. Metode Pembinaan Akhlak Hubungan antara pembinaan akhlak dalam Islam dengan rukunIslam dan iman adalah dilakukan secara integrated, yaitu sistem yang menggunakan berbagaisarana peribatan dan lainnya secara simultan untuk diarahkan pada pembinaan akhlak. Cara lainyang ditempuh dalam pembinaan akhlak adalah pembiasaan yang dilakukan sejak kecil danberlangsung secara berkesinambungan. Keteladanan juga merupakan metode yang sangat perluditerapkan dalam rangka pembinaan akhlak. Selain itu, pembinaan akhlak dapat pula ditempuhdengan cara senantiasa menganggap diri ini sebagai yang banyak kekurangannya daripadakelebihannya. Pembinaan akhlak secara efektif dapat pula dilakukan dengan memperhatikanfaktor kejiwaan sasaran yang akan dibina.

c. Fakto-faktor Mempengaruhi Pembentukan Aklak Ada tiga aliran yang dapat dijadikanfaktor dasar yang mempengaruhi pembentukan akhlak, yaitu;

(1) nativisme,

(2) empirisme, dan

(3) konvergensi.

Menurut aliran nativisme, bahwa faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorangadalah faktor pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecendrungan, bakat, akaldan lainnya. Sedangkan aliran empirisme, menyatakan bahwa faktor yang paling berpengaruhterhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan sosial, termasukpembinaan dan pendidikan yang diberikan. Dalam pada itu, aliran konvergensi berpendapatbahwa pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor internal yaitu pembawaan si anak, danfaktor dari luar yaitu pembinaan dan pendidikan yang dibentuk secara khusus, atau melaluiinteraksi dalam lingkungan sosial.

Manfaat Akhlak Yang Mulia Ada beberapa hal yang menjadi kegunaan dari akhlak yang mulia,yaitu di antaranya; Memperkuat dan menyempurnakan agama Mempermudah perhitungan amaldi akhirat Menghilangkan kesulitan Selamat hidup di dunia dan akhirat

Page 8: Ilmu Aklak 2

L. ARTI, ASAL USUL DAN MANFAAT DARI TASAWUF DALAM ISLAM

a. Pengertian Tasawuf Dari segi kebahasaan dapat dipahami bahwa tasawuf berasal dari kata;al-suffah (ahl al-suffah) yaitu orang yang ikut pindah dengan Nabi dari Makkah ke Madinah;shaf (barisan); sufi (suci); sophos (bahasa Yunani yang berarti hikmah); dan suf (kain wol).Tasawuf adalah sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana,rela berkorban untuk kebaikan dan selalu bersikap bijaksana.

b. Sumber tasawuf Di kalangan orientalis barat biasanya dijumlpai pendapat yang mengatakanbahwa sumber yang membentuk tasawuf itu ada lima, yaitu unsur islami, unsur Masehi (agamanasrani), unsur Yunani, unsur Hindu/ Budha dan unsur Persia.

M. MAQAMAT DAN HAL

a. MAQAMATMaqamat merupakan bentuk jamak dari maqam. Dari segi bahasa, maqam memandang artikedudukan dan tempat berpijak dua telapak kaki, dalam ilmu tasawuf, istilah maqammengandung arti kedudukan hamba dalam pandangan Allah, menurut apa yang diusahakanberupa ibadah, perjuangan, latihan, dan perjalanan menuju Allah Azza wajalla. Menurutabd ar Razaq Al-Qasamy, maqam adalah pemenuhan terhadap kewajiban-kewajiban yangtelah ditetapkan. Istilah ahwal merupakan bentuk jamak dari hal hal. Dari segi bahasa,ahwal berarti sifat dan keadaan sesuatu. Hal yang dimaksud disini adalah keadaan ataukondisi psikologis yang dirasakan ketika seorang sufi mencapai magam tertentu.Dinamakan ahwal berarti sifat dan keadaan sesuatu hal yang dimaksud di sini adalahkeadaan atau kondisi psikologis yang di rasakan ketika seorang sufi mencapai maqamtertentu, di namakan ahwal karena melalui hal itu, seorang hamba mengalami perubahandari penampilan lahiriah seorang mahluk di kedudukan yang jauh, menuju kualitas yangtampak atas kedudukan yang terdekat. Secara sederhana, Ath –Thusi memberi pengertiantentang hal sebagai sesuatu yang mengambil tempat dihati atau apa yang dialami oleh hati,tanpa kesucian zikir, selanjutnya, ia mengatakan bahwa hal itu tidak diperoleh melaluousaha, seperti halnya maqamat.

b. MACAM-MACAM MAQAMAT

1. Tobat Menurut ozun Mun Al-Nishri, tobat dibedakan atas dua macam yaitu tobat awam dantobat khawas. Pandangan ini mirip dengan pernyataan Al-Junaidi yang mengatakan bawha tobatialah “Engkau melupakan dosamu”.

2. Zuhud Dalam Do’irat Al-Ma’rifah Al-islamiyah disebutkan keterangan dzun Nun tentangsimbol-simbol Az-zuhud, yaitu: sedikit cita-cita, mencintai kekafiran, dan memiliki rasa cukupyang disertai dengan kesabaran.

Page 9: Ilmu Aklak 2

3. Fakir (Faqr) Fakir merupakan kekurangan harta yang diperlukan seseorang dalam menjalanikehidupan di dunia.

4. Sabar (ash-shabar)

5. Syukur (as-syukur)

6. Rela (ridha) Rela berarti menerima dengan rasa puas terhadap apa yang dianugrahkan AllahSWT.

7. Tawakal (at-tawakkal) Tawakkal merupakan gambaran keteguhan hati manusia dalammenguntungkan di hanya kepada Allah SWT.

N. MAHABBAH

Pengertian, Tujuan dan Kedudukan Mahabbah Kata mahabbah berasal dari kata ahabba, yangsecara harfiyah berarti mencintai secara mendalam, atau kecintaan yang mendalam. Dalampandangan ahli tasawuf, mahabbah (cinta) merupakan pijakan bagi segenap kemuliaan hal,sama seperti tobat yang merupakan dasar bagi kemuliaan maqam. Oleh karena itu,mahabbah pada dasarnya adalah anugrah menjadi dasar pijakan bagi segenap hal. Kaum sufimenyebutkan sebagai anugrah-anugrah (mawahib) mahabbah adalah mundurnya hati untukmemperhatikan keindahan atau kecantikan. Dalam dunia tasawuf, orang yang paling populermembawakan tentang mahabbah adalah Rabi’ah Al-Adawiyah. Selanjutnya Harun Nasution,mengatakan bahwa pengertian mahabbah adalah; Memeluk kepatuhan pada Tuhan danmembenci sikap melawan kepada-Nya. Menyerahkan seluruh diri kepada yang dikasihi.Mengosongkan hati dari segala-galanya kecuali dari yang dikasihi, yaitu Tuhan.

O. MA’RIFAH

Pengertian, Tujuan dan Kedudukan Ma'rifah Ma’rifat dalam segi bahasa berasal dari kata“arafa-ya’rifu-irfan-ma’rifat”, yang artinya pengetahuan atau pengamalan. Ma’rifat dapatpula berarti pengetahuan rahasia hakikat agama, yaitu ilmu yang lebih tinggi dari pada ilmuyang didapat oleh orang-orang pada umumnya. Menurut Musthafa Zahli, ma’rifat adalahmengetahui Allah dari dekat sehingga hati sanubari melihat Allah. Tokoh yang menjadiikon dalam ma’rifat ini adalah al-Ghazali dan Zun al Nun Al Misri. Al-Ghazalimengemukakan pengertian ma’rifat yang lebih komprehensif. Pengertian tersebut dapatdiringkas sebagai berikut; Ma’rifat adalah mengetahui rahasia-rahasia Allah dan aturan-aturannya yang melengkapi segala yang ada. Seorang yang telah sampai pada ma’rifatberada dekat dengan Allah, bahkan ia dapat memandang wajah-Nya. Ma’rifat datangsebelum mahabbah.

P. FANA, BAQA DAN ITTIHAD

Page 10: Ilmu Aklak 2

Dalam sejarah perkembangan tasawuf, munculnya corak pemikiran tasawuf diawali dengansufi yang terutama atas Yazid Al-Busthani ia muncul sebagai sufi dengan konsep fana’,baqa’ dan ittihad. Fana berarti hilang atau muncul setelah dari hancur. Al-baqa yang berartiyang tetap, terus hidup. Al-fana, yaitu hilangnya daya kesadaran kalbu dari hal-hal yangbersifat duniawi karena adanya sesuatu yang dilihatnya. Situasi yang demikian akan teralihkarena hilangnya sesuatu yang terlihat itu dan berlangsung terus secara silih berganti hinggatiada lagi yang disadari dan dirasakan. Fana yang dicari oleh kaum sufi adalahpenghancuran diri, yaitu al-fana an-nafs yaitu hilangnya kesadaran kemanusiaan danmenyatu ke dalam iradah Allah bukan jasad atau tubuhnya yang menyatu dengan Allah.Jadi, fana an-nafs dapat diartikan sebagai hancurnya perasaan atau kesadaran tentang adanyatubuh kasar manusia.

Q. AL-HULUL

Secara bahasa “hulul” berasal dari kata “halla-yahllu–hululan”, yang berarti menempatisuatu tempat. Jadi hulul secara bahasa berarti Tuhan mengambil tempat dalam manusiatertentu yang telah lenyap sifat kemanusiaannya melalui fana. Adapun menurut istilah, hululberarti paham yang menyatakan bahwa Tuhan memilih tubuh-tubuh manusia tertentu untukmengambil tempat di dalamnya setelah sifat-sifat kemanusiaan yang ada dalam tubuh itudilenyapkan. Pemikiran al-Hallaj tentang kebersatuan manusia kepada Tuhan yangkemudian mengkristal dalam terma al-hulul merupakan salah satu bentuk ittihad. Yangdimaksud di sini adalah suatu tingkatan dalam tasawuf, ketika seorang sufi merasa dirinyabersatu dengan Tuhan, suatu tingkatan saat yang mencintai dan dicintai menjadi satu.Dalam ittihad, seorang sufi terus berusaha melupakan dirinya dan memusatkankesadarannya kepada Tuhan, dan inilah yang disebut oleh para sufi telah mencapai tingkatfana’. Dimana fana’ adalah suatu tingkat ketika seseorang kehilangan kesadaran akan tubuhjasmaninya, seorang sufi merasa tinggal bersama Tuhan, dan perasaan seperti inilah yangdisebut baqa’. Jadi, berbicara fana’ dan baqa’ ini erat kaitannya dengan ittihad, yaknipenyatuan bathin atau rohani dengan Tuhan, karena tujuan dari fana’ dan baqa’ ini adalahittihad.

R. WIHDATUL WUJUD

Secara bahasa, “wahdatul al-wujud, terdiri atas dua kata, yaitu “wahdat” dan “al-wujud”.Wahdat artinya sendiri, tunggal, atau kesatuan, sedangkan al-wujud artinya ada. Dengandemikian, wahdat al-wujud berarti kesatuan wujud (unity of existance). Adapun mengenaimaksud kata “wujud” (being, al-wujud” dan perkataan, “Tuhan adalah wujud mutlak al-haqq), Dua pengertian yang berbeda dan mendasar dalam memahami istilah “wujud”.Sebagai suatu konsep ide tentang “wujud” eksistensi (wujud bima’na al-masdari). Dapatberarti yang mempunyai wujud, yakni yang ada (exist) atau yang hidup (subsits/wujud bilma’na al maujud). Menurut Ibn Arabi, Tuhan adalah pencipta alam semesta. Adapun prosespenciptaannya adalah sebagai berikut: Tajalli dzat Tuhan dalam bentuk a’yan tsabitah.

Page 11: Ilmu Aklak 2

Tanazul dzat Tuhan dari alam ma’ani ke alam ta’ayyunat; realitas –realitas rohaniah, yaitudalam wazan yang mujarrad. Tanazul pada realitas-realitas nafsiyah, yaitu alam nafsiyahberfikir. Tanazul Tuhan dalam bentuk ide materi yang bukan materi, yaitu alam mitsal (ide)atau khayal. Alam materi, yaitu alam inderawi. Selain itu, Ibn Arabi menjelaskan bahwaterjadinya alam ini dari ajaran hakikat Muhammadiyah atau Nur Muhammad. Menurutnyapada mulanya ia menciptakan Nur Muhammad (hakikat Muhammad) atau insal kamil(manusia sempurna). Nur Muhammad ini merupakan dasar atau materi awal alam; terdapatpada seluruh tanda alam sebagai bahan dan pontensi dasar.

.S. INSAN KAMIL

Secara umum, istilah “insan kamil” sering dimaknai oleh sebagai manusia sempurna.Pengertian insan kamil menurut Al-Jilli dirumuskan sebagai berikut. Artinya : “Insan kamilpertama sejak adanya wujud hingga akhir lainnya, yang mengkristal pada setiap zaman daninsan kamil adalah Nabi Muhammad SAW, maka insan kamil asalnya wujud, atau menjadiproses yang kemudian berkembang atasnya roh wujud dari awal hingga akhirnya”.Pengertian akhir dari insan kamil adalah roh Nabi Muhammad SAW. Syeikh Nurudin Ar-Raniri, seorang sufi yang hidup pada abad ke-16 memberikan pengertian insan kamil adalahmanusia yang memiliki dalam dirinya hakikat Muhammad, atau juga disebut NurMuhammad yang merupakan makhluk pertama kali diciptakan oleh Allah, dan juga sebagaibagi dijadikannya alam semesta ini.

T. THARIQAT

Dari segi bahasa, thariqat berasal dari bahasa Arab thariqat yang artinya jalan, keadaan,aliran dalam garis sesuatu. Secara harfiyah, thariqat berarti jalan yang terang, lurus yangmemungkinkan sampai pada tujuan dengan selamat. Dalam kaitannya dengan syari’at yangdijalani oleh seseorang yang mempelajari thariqat, yaitu harus memenuhi unsur-unsursebagai berikut; Mempelajari ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan syariat agama.Mengamati dan berusaha semaksimal mungkin untuk mengikuti jejak guru danmelaksanakan perintahnya dan meninggalkan larangannya. Tidak mencari-cari keinginandalam beramal agar tercapai kesempurnaan yang hakiki. Berbuat dan mengisi waktuseefisien mungkin dengan segala wirid dan doa guna pemantapan dan kekhusukan dalammencapai maqamat. Mengekang hawa nafsu agar terhindar dari kesalahan yang dapatmenodai amal.

U. PROBLEMATIKA MASYARAKAT MODERN DAN PERLUNYA AKHLAK TASAWUF

Revolusi teknologi dengan meningkatkan kontrol kita pada materi, ruang dan waktu,menimbulkan evolusi ekonomi, gaya hidup, pola pikir dan sistem rujukan. Dalam kaitan inikelompok yang optimis, pesimis dan pertengahan antara keduanya. Bagi kelompok yangoptimis kehadiran revousi teknologi justeru menguntungkan, sementara bagi kelompok yangpesimis memandang kemajuan di bidang teknologi akan memberikan dampak yang negatif,

Page 12: Ilmu Aklak 2

karena hanya memberikan kesempatan dan peluang kepada orang-orang yang dapat bersaingsaja, yaitu mereka yang memiliki kekuasaan ekonomi, kesempatan, kecerdasan. Di sinilahpentingnya akhlak tasawuf guna membendung ekses negatif dan perkembangan zaman danmodrenisasi tersebut. Dalam kaitannya dengan hal itu, maka kemajuan dalam bidangteknologi akan memberi pengaruh; Semua kemajuan teknologi menuntut pengorbanan, yaitudari satu sisi teknologi memberi nilai tambah, tetapi pada sisi lain dapat mengurangi nilai-niaimanusia yang tradisional, misalnya harus dikorbankan demi efisiensi Semua kemajuanteknologi lebih banyak menimbulkan masalah ketimbang memecahkannya. Efek negatifteknologi tidak dapat dipisahkan dari efek positifnya. teknologi tidak pernah netral, efeknegatif dan positif terjadi serentak dan tidak terpisahkan. Semua penemuan teknologimempunyai efek yang tidak terduga. Dari sikap mental yang demikian itu kehadiran ilmupengetahuan dan teknologi telah melahirkan sejumlah problematika masyarakat modernsebagai berikut;

a. Desintegrasi ilmu pengetahuanb. Kepribadian yang terpecah (split personality)c. Penyalahgunaan iptekd. Pendangkalan imane. Pola hubungan materialistikf. Menghalalkan segala carag. Stress dan frustasih. Kehilangan harga diri dan masa depannya