ilmu antropologi.docx

5
BAB 6 Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan A. Konsepsi-konsepsi Khusus mengenai Pergesaran Masyarakat dan Kebudayaan Dalam bab 4 dan 5 telah diuraikan berbagai konsep seperti kategori sosial, golongan sosial, komunitas, kelompok adat, perkumpulan, adat-istiadat pranata sosial dan sebagainya yang semuanya itu diperlukan apabila hendak menganalisis secara ilmiah gejala dan kejadian sosial-budaya sekeliling kita dari sudut perwujudan atau morfologinya. Semua konsep yang diperlukan apabila ingin menganalisis proses-proses pergeseran masyarakat dan kebudayaan, termasuk lapangan penelitian ilmu antropologi dan sosiologi yang disebut dinamika sosial (sosial dynamics). Diantara konsep-konsep yang terpenting ada mengenai proses belajar kebudayaan oleh warga masyarakat bersangkutan, yaitu internalisasi (internalization), sosialisasi (sosialization), dan enkulturasi (enculturation). Ada juga proses perkembangan kebudayaan umat manisia pada umumnya dan bentuk-bentuk yang sederhana, hingga bentuk- bentuk yang makin lama makin kompleks, yaitu evolusi kebudayaan (cultural evolution). Kremudian ada proses penyebaran kebudayaan secara geografi, terbawa oleh perpindahan bangsa-bangsa dimuka bumi, yaitu proses difusi (diffusion). Proses lain adalah proses belajar unsur- unsur kebudayaan asing oleh warga masyarakat, yaitu proses akulturasi (acculturazion) dan asimilasi (assimilation). Akhirnya ada proses pembaharuan atau inovasi (innovation), yang berkaitan erat dengan penemuan baru (discovery dan inovention). Semua konsep mengenai dinamika masyarakat dan kabudayaan tersebut akan dibicarakan satu demi satu secara lebih mendalam dibawah ini. B. Proses Belajar Kebudayaan Sendiri 1. Proses Internalisasi Konsep internalisasi secara sepintas lalu telah disinggung dalam Bab 5 berhubungan dengan Kerangka Teori Tindakan Talcott Persons, dan juga tercantum dalam bagan 13 yang mengilutrasikan kerangka itu. Proses internalisasi adalah proses panjang sejak seorang individu dilahirkan sampai ia hampir meninggal. Individu

Upload: kiki-maria-nababan

Post on 16-Apr-2015

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ilmu antropologi.docx

BAB 6

Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan

A. Konsepsi-konsepsi Khusus mengenai Pergesaran Masyarakat dan Kebudayaan

Dalam bab 4 dan 5 telah diuraikan berbagai konsep seperti kategori sosial, golongan sosial, komunitas, kelompok adat, perkumpulan, adat-istiadat pranata sosial dan sebagainya yang semuanya itu diperlukan apabila hendak menganalisis secara ilmiah gejala dan kejadian sosial-budaya sekeliling kita dari sudut perwujudan atau morfologinya.

Semua konsep yang diperlukan apabila ingin menganalisis proses-proses pergeseran masyarakat dan kebudayaan, termasuk lapangan penelitian ilmu antropologi dan sosiologi yang disebut dinamika sosial (sosial dynamics). Diantara konsep-konsep yang terpenting ada mengenai proses belajar kebudayaan oleh warga masyarakat bersangkutan, yaitu internalisasi (internalization), sosialisasi (sosialization), dan enkulturasi (enculturation). Ada juga proses perkembangan kebudayaan umat manisia pada umumnya dan bentuk-bentuk yang sederhana, hingga bentuk-bentuk yang makin lama makin kompleks, yaitu evolusi kebudayaan (cultural evolution). Kremudian ada proses penyebaran kebudayaan secara geografi, terbawa oleh perpindahan bangsa-bangsa dimuka bumi, yaitu proses difusi (diffusion). Proses lain adalah proses belajar unsur-unsur kebudayaan asing oleh warga masyarakat, yaitu proses akulturasi (acculturazion) dan asimilasi (assimilation). Akhirnya ada proses pembaharuan atau inovasi (innovation), yang berkaitan erat dengan penemuan baru (discovery dan inovention). Semua konsep mengenai dinamika masyarakat dan kabudayaan tersebut akan dibicarakan satu demi satu secara lebih mendalam dibawah ini.

B. Proses Belajar Kebudayaan Sendiri

1. Proses Internalisasi

Konsep internalisasi secara sepintas lalu telah disinggung dalam Bab 5 berhubungan dengan Kerangka Teori Tindakan Talcott Persons, dan juga tercantum dalam bagan 13 yang mengilutrasikan kerangka itu. Proses internalisasi adalah proses panjang sejak seorang individu dilahirkan sampai ia hampir meninggal. Individu belajar menanamkan dalam kepribadiannya segala perasaan, hasrat, nafsu, dan emosi yang diperlukan sepanjang hidupnya.

Manusia mempunyai bakat yang telah terkandung dalam gennya untuk mengembangkan berbagai macam perasaan, hersat, nafsu, dan emosi dalam kepribadian individunya, tetapi wujud dan pengaktifan dari berbagai macam isi kepribadiannya itu sangat dipengaruhi oleh berbagai macam stimulasi yang berada dalam sekitaran alam dan lingkungan sosial maupun budayanya. Perasaan pertama yang diaktifkan dalam kepribaduian seorang bayi saat dilahirkan adalah perasaan puas dan tidak puas. Lingkungan yang brerbeda dengan kandungan ibu memberi pengalaman tidak puas yang pertama kepada individu baru itu. Baru setelah ia dibungkus selimut dan diberi kesempatan untuk menyusu, maka rasa tidak puas itu hilang. Kemudian setiap kali ia terkena pengaruh-pengaruh lingkungan yang menyebabkan rasa tidak puas tadi ia akan menangis, tetapi setiap kali diberi selimut dan susu (yang mendatangkan rasa puas tadi) ia merasa nyaman. Secara sadar si

Page 2: ilmu antropologi.docx

bayi telah belajar untuk tidak hanya mengalami, tetapi jkuga mengetahui cara mendatangkan rasa puas, yaitu rasa menangis.

Tiap hari dalam hidupnya brerlalu, bertambahlah pengalamannya mengenai bermacam-macam perasaan baru, dan belajarlah ia merasakan kegembiraan, kebahagian, simpati, cinta, benci, keamanan, harga diri, kebenaran, perasaan, bersalah, dosa, malu dan sebagainya. Selain perasaan-perasaan tersebut, juga berbagai macam hasrat, seperti hasrat untuk mempertahankan hidup, bergaul, meniru, tahu, berbakti, keindahan, dipelajarinya melalui proses internalisasi menjadi bagian kepribadian individu.

2. Proses Sosialisasi

Proses sosialisasi berkaitan dengan proses belajar keb udayaan dalam hubungan dengan sistem sosial. Dalam proses itu seorang individu dari masa anak-anak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu sekelilingnya yang menduduki beraneka macam peranan sosial yang mungkin ada dalam kehidupan sehari-hari.

Kita dapat mengerti cara menyelami dan mencoba mencapai pengertian tentang suatu kebudayaan dengan belajar dari jalannya proses sosialisasi baku yang lazim dialami oleh sebagian individu dalam kebudayaan bersangkutan. Itulah sebabnya proses sosialisasi merupakan suatu proses yang sudah sejak lama mendapat perhatian besar dari banyak ahli antropologi sosial.

Sebagai ilustrasi dari suatu proses sosialisasi, berikut ini sebuah contoh dari pengalaman-pengalaman seorang bayi Indonesia dalam suatu keluarga golongan pegawai tinggi dikota. Dari permulaan hidupnya sibayi sudah harus menghadapi beberapa individu dalam lingkungan masyarakat kecil, ialah ibunya,seorang bidan atau juru rawat yang membantu ibunya semenjak ia lahir hingga ia berumur kira-kira seminggu, ibu dari ibunya dan dari ayahnya. Dalam kontak dengan keempat orang tadi ia mengalami tingkah laku mereka yang berdasarkan perhatian dan cinta. Kemudian ia juga belajar kebiasaannya yang pertama, ialah makan dan tidur pada saat-saat yang tetap. Tidak lama kemudian ia mandapat perhatian dari kakak-kakaknya yang biasanya berjumlah banyak, dan dari beberapa saudara tua lain yang menumpang pada orang tuanya, dan sering kali juga seorang wanita pembantu rumah tangga yang mempunyai tugas khusus untuk memeliharanya. Dalam golongan-golongan lain masyarakat Indonesia atau banyak masyarakat lain, tokoh wanita seperti yang tersebut terakhir, biasanya tidak ada. Selama tumbuhnya pada tahun-tahun pertama, kedua, dan ketiga dari hidupnya, dengan susah payah dan disertai banyak konflik, seorang anak harus menyesuaikan segala keinginan dirinya sendiri dangan tokoh-tokoh tadi. Hubungannya dengan lingkungan sosialnya menjadi lebih intensif bila ia mengembangkan bahasanya sehingga ia dapat menguraikan isi hatinya dengan lebih jelas dan dapat lebih mudah menerima maksud dan prendirian individu-individu lain.

Selama masa kasnak-kanak tersebut ia juga berkenalan dengan tokoh-tokoh lain, yakni para paman dan bibinya, para tetangga serta kenalan-kenalan ayah-ibunya, dan karena rumah di Indonesia sering sekali memiliki halaman luas, maka dengan bermain-main bersama anak tetangganya dihalaman ia mengalami suatu proses sosialisasi yang luas. Dalam hal ini misalnya seorang anak belajar mengenai

Page 3: ilmu antropologi.docx

arti dari umur dalam berbagai macam peranan sosial. Kakak-kakak dan teman-temannya yang lebih tua sering kali dimenangkan dan mempunyai berbagai hak yang lebih banyak; sering kali juga ia dipaksa mengikuti kemauan individu-individu lain sekitarnya yang lebih tua, dengan berbagai macam ancaman. Suatu bentuk ancaman yang khas ahgar anak-anak menurut, caranya menakut-nakuti dengan makhluk-makhluk yang mengerikan, seperti momok, hantuk, dan sebagainya. Cara memaksa supaya seorang anak menurut seperti itu tidak tgerdapat misalnya dalam masyarakat di Amerika, dimana paksaan terhadap anak-anak dilakukan dengan cara-cara lain.

Ketika anak mulai sekolah, ia mulai belajar mengenai perbedaan antara jenis kelamin pria dan wanita. Menginjak usia remaja, hasrat birahinya mulai berkembang, untuk itu ia harus belajar menyesuikan diri dengan segala aturan kebudayaan, adat-istiadat yang ada dimasyarakat. Demikian pula aturan-aturan itu dapat kita teliti dan analisis pengaruh nya pada para individu, dan untuk selanjutnya dapat kita ikuti dengan teliti segala situasi sekitar individu-individu lain dalam lingkungan sosialnya, serta unsur-unsur kebudayaan yang lazim mempengaruhi diri orang Indonesia dalam golongan pegawai yang hidup dalam masyarakat kota.

Proses sosialisasi dalam golongan-golongan sosial (dalam lingkungan sosial dari berbagai suku bangsa di Indonesia atau dalam lingkungan sosial bangsa-bangsa lain di dunia) dapat menunjukkan proses sosialisasi yang sangat berbeda. Misalnya, bayi yang diasuh dalam keluarga kaum buruh dalam kota-kota industri besar di Amerika Serikat akan menghadapi individu-individu yang lain dari pada bayi dalam contoh di atas tadi. Tokoh ayah dalam keluarga kaum buruh di Amerika Serikat misalnya tidak begitu penting dalam proses sosialisasi pertama dari bayi bangun, sedangkan siang hari ia tidak pulang untuk makan, dan baru kembali pada malam hari saat bayi sudah akan tidur. Hanya pada hari Sabtu dan Minggu bayi mengalami pengaruh kehadiran ayahnya.

Contoh lain dari suatu proses sosialisasi yang dialami oleh bayi yang diasuh oleh keluarga-keluarga dari berbagai suku bangsa di Irian Jaya. Disana bayi pada usia yang sangat muda sering kalin sudah akan berhadapan dengan berbagai wanita lain selain ibunya. Hal itu terjadi setelah ibu yang melahirkan seorang bayi tersebut telah merasa kuat untuk bekerja kembali ke kebun ubi. Setiap hari ibu membawa bayinya untuk bekerja. Bayinya diikat diatas punggungnya, dan selama waktu istirahat bayi itu selalu dikerumuni dan banyak mendapat perhatian dari para wanita lain dikebun.

Demikianlah para individu dalam masyarakat yang berbeda akan mengalami proses sosialisasi yang berbeda pula karena proses sosialisasi banyak ditentukan ole susunan kebudayaan dan lingkungan sosial yang bersangkutan.

Kalau sekarang keadaan kita balik, dengan mengikuti secara teliti proses sosialisasi yang lazim dialami oleh para individu dalam suatu masyarakat, mungkin kita menemukan salah satu metode lagi yang akan memberikan kepada kita suatu pengertian yang luas tentang gejala dan masalah yang hidup dalam masyarakat dan kebudayaan yang bersangkutan.

Memang sejak beberapa lama, beberapa oreang sarjana ilmu antropologi budaya telah mencoba metode penelitian tersebut. Selama melakukan field work mereka antara lain mengumpulkan bahan mengenai misalnnya :

1) Adat-istiadat pengasuhan anak,2) Tingkah laku seks yang lazim dilakukan dalam suatu masyarakat,

Page 4: ilmu antropologi.docx

3) Riwayat hidup secara detail dari beberapa individu fdalam suatu masyarakat.