ilmu qiraat

11
ILMU QIRAAT PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu cabang ilu Al!Qur"an a#alah Qir$"atul Qur"an% hal ini Al!Qur"an #iturunkan #engan berbahasa Qurais' 'ang ana eru&akan ba Arab. Naun% eski&un #eikian bangsa Arab ter#iri #ari berbagai suk atau &erbe#aan #ala #ialek (lah)ah* antara suku 'ang satu #engan su #ikarenakan &erbe#aaan k$n#isi ala% se&erti letak ge$gra+is% #an )u asing!asing suku. Perbe#aan #ialek inilah 'ang )uga enibulkan la aca bacaan (,ira"ah* #ala ela+alkan Al!Qur"an. Naun% se&erti 'ang kita ketahui ilu Qir$"atul Qur"an ti#ak ban'a kalangan tertentu sa)a 'ang e&ela)arin'a se&erti kalangan aka#eis karena ilu ini ti#ak e&ela)ari asalah 'ang berkaitan #engan as&e Naun% ilu ini eru&akan ilu 'ang beran+aat #ala enggali% en) berbagai -cara ebaca Al!Qur"an 'ang sesuai #engan an)uran Rasulu ti#ak kalah &enting a#alah &engetahuan tentang ,ira"ah ber&eran &ent &erbe#aan &ena+siran terha#a& Al!Qur"an. Sehingga #ala akalah ini Qir$"atul Qur"an. B. Ruusan Masalah /. A&a &engertian Qira"atul Qur"an0 1. A&a sa)a 'ang elatarbelakangi tibuln'a &erbe#aan #ala Qira"atu 2. Bagaianakah &ebagian ,ira"at% aca!acan'a% #an s'arat sahn'a an+aat a#an'a &erbe#aan ,ira"at0 3. Dan a&a keterkaitan Qira"atul Qur"an #engan Istinbath huku0 BAB II PEMBAHASAN A. PEN4ERTIAN QIRA"AT Menurut bahasa (eti$l$gi*% ,ira"at a#alah )aa" #ari kata ,ira"at # #ari kata ,ara!a% 'ang berarti bacaan. Dengan #eikian ,ira"at a#ala ebaca. 5Ti Pen'usun M6D% Stu#i Al!Qur"an% Suraba'a% IAIN Sunan A hl. /819 Se#angkan enurut istilah% ,ira"at ialah salah satu aliran #ala en #i&akai $leh salah se$rang ia ,ur$" 'ang berbe#a #engan 'ang lainn Quranul 6ari. Qira"at ini ber#asarkan sanan#!sana#n'a sa&ai ke&a#a 5M$haa# Al' Ash Shabun'% Pengantar Stu#i Al!Qur"an% Ban#ung% PT Al 2/<9 Naun% &engertian ,ira"at beraca!aca enurut &ara Ulaa.

Upload: baihaqi-ibrahim

Post on 01-Nov-2015

13 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sejarah pengenalan ilmu qiraat.

TRANSCRIPT

ILMU QIRAATPENDAHULUANA. Latar Belakang Salah satu cabang ilmu Al-Quran adalah Qiroatul Quran, hal ini seperti yang kita ketahui Al-Quran diturunkan dengan berbahasa Quraisy yang mana merupakan bahasa persatuan bangsa Arab. Namun, meskipun demikian bangsa Arab terdiri dari berbagai suku yang memiliki ciri-ciri atau perbedaan dalam dialek (lahjah) antara suku yang satu dengan suku yang lain. Hal ini dikarenakan perbedaaan kondisi alam, seperti letak geografis, dan juga sosio kultural dari masing-masing suku. Perbedaan dialek inilah yang juga menimbulkan lahirnya bermacam-macam bacaan (qiraah) dalam melafalkan Al-Quran. Namun, seperti yang kita ketahui ilmu Qiroatul Quran tidak banyak dipelajari, hanya kalangan tertentu saja yang mempelajarinya seperti kalangan akademisi. Hal tersebut disebabkan karena ilmu ini tidak mempelajari masalah yang berkaitan dengan aspek kehidupan manusia. Namun, ilmu ini merupakan ilmu yang bermanfaat dalam menggali, menjaga, dan mengajarkan berbagai cara membaca Al-Quran yang sesuai dengan anjuran Rasulullah. Dan hal lain yang tidak kalah penting adalah pengetahuan tentang qiraah berperan penting dalam memahami perbedaan penafsiran terhadap Al-Quran. Sehingga dalam makalah ini akan dibahas tentang Qiroatul Quran.B. Rumusan Masalah1. Apa pengertian Qiraatul Quran?2. Apa saja yang melatarbelakangi timbulnya perbedaan dalam Qiraatul Quran3. Bagaimanakah pembagian qiraat, macam-macamnya, dan syarat sahnya qiraat, serta manfaat adanya perbedaan qiraat?4. Dan apa keterkaitan Qiraatul Quran dengan Istinbath hukum?

BAB IIPEMBAHASANA. PENGERTIAN QIRAATMenurut bahasa (etimologi), qiraat adalah jama dari kata qiraat dan merupakan isim masdar dari kata qara-a, yang berarti bacaan. Dengan demikian qiraat adalah bacaan atau cara membaca. [Tim Penyusun MKD, Studi Al-Quran, Surabaya, IAIN Sunan Ampel Press, 2011, hlm. 192]Sedangkan menurut istilah, qiraat ialah salah satu aliran dalam mengucapkan Al-Quran yang dipakai oleh salah seorang imam quro yang berbeda dengan yang lainnya dalam hal ucapan Al-Quranul Karim. Qiraat ini berdasarkan sanand-sanadnya sampai kepada Rasulullah S.A.W. [Mohammad Aly Ash Shabuny, Pengantar Studi Al-Quran, Bandung, PT Almarif, 1984, hlm. 316] Namun, pengertian qiraat bermacam-macam menurut para Ulama. Berikut ini akan diberikan beberapa pengertian qiraat menurut istilah :1. Menurut az-Zarqani, qiraat adalah suatu madhhab yang dianut seorang imam dari para imam qurra yang berbeda dengan yang lainnya dalam pengucapan Al-Quran Al-Karim dengan kesesuaian riwayat dan jalur-jalurnya, baik perbedaan itu dalam pengucapan huruf-huruf ataupun pengucapan bentuknya. [ Tim Penyusun MKD, Studi Al-Quran, Surabaya, IAIN Sunan Ampel Press, 2011, hlm 192]2. Menurut az-Zarkashi, qiraat adalah perbedaan cara mengucapkan lafaz-lafaz al-Quran, baik menyangkut huruf-hurufnya atau cara pengucapan huruf-huruf tersebut, seperti takhfif (meringankan), tatsqil (memberatkan), dan atau yang lainnya. [Dr. Rosihin Anwar, Ulumul Quran, Bandung, Pustaka Setia, 2006, hlm 147]3. Menurut Ibn al-Jazari, Qiraat adalah pengetahuan tentang cara-cara melafalkan kalimat Al-Quran dan perbedaannya dengan menyandarkan kepada penukilnya. [ Tim Penyusun MKD, Studi Al-Quran, Surabaya, IAIN Sunan Ampel Press, 2011, hlm 193]4. Menurut al-Qasthalani , qiraat adalah suatu ilmu yang mempelajari hal-hal yang disepakati atau diperselisihkan ulama yang menyangkut persoalan lughat, hadzaf, Irab, itsbat, fashl, dan washl yang kesemuanya diperoleh secara periwayatan. [Dr. Rosihin Anwar, Ulumul Quran, Bandung, Pustaka Setia, 2006, hlm 147]

B. LATAR BELAKANG TIMBULNYA PERBEDAAN QIRAAH1. Latar Belakang HistorisAda dua perbedaan pendapat yang memepermasalahkan tentang kapan tepatnya qiraat itu diturunkan, pendapat itu antara lain :-Qiraat mulai diturunkan di Makkah bersamaan dengan turunnya al-Quran. Alasannya adalah bahwa sebagian besar surat-surat al-Quran adalah Makkiyah di mana terdapat juga di dalamnya qiraat sebagaimana yang terdapat pada surat-surat Madaniyah. Hal ini menunjukkan bahwa qiraat itu sudah mulai diturunkan sejak di Makkah. [Tim Penyusun MKD, Studi Al-Quran, Surabaya, IAIN Sunan Ampel Press, 2011, hlm. 196]-Qiraat mulai diturunkan di Madinah sesudah peristiwa Hijrah, di mana orang-orang yang masuk Islam sudah banyak dan saling berbeda ungkapan bahasa Arab dan dialeknya. Pendapat ini dikuatkan oleh hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Muslim, Nasai, Turmudhi, Abu Daud, dan Malik meriwayatkan dari Umar ibn Khattab, bahwa Rasulullah bersabda :Bahwa sesungguhnya Al-Quran ini diturunkan atas tujuh huruf (bacaan), maka bacalah yang kalian anggap mudah dari ketujuh bacaan tersebut. [ Tim Penyusun MKD, Studi Al-Quran, Surabaya, IAIN Sunan Ampel Press, 2011, hlm. 196]Dan seperti yang kita tahu periodesasi qurro telah ada sejak masa sahabat hingga masa tabiin. Orang-orang yang ahli Quran menerimanya dari orang-orang yang dapat dipercaya, dan orang-orang yang dapat dipercaya tersebut mendapatkannya dari imam, dan dari imam mendapatkannya dari sahabat, hingga akhirnya semuanya berasal dari Rasulullah SAW.Sedangkan mushaf-mushaf tersebut tidaklah bertitik dan berbaris, dan bentuk kalimat di dalamnya mempunyai beberapa kemungkinan berbagai bacaan. [M. Ali Ash-Shabuny, Pengantar Studi Al-Quran, Bandung, PT. Almarif, 1984, hlm. 317] Periwayatan dan Talaqqi ( si guru membaca dan murid mengikuti bacaan tersebut) dari orang-orang yang thiqqah dan dipercaya merupakan kunci utama pengambilan qiraat al-Quran secara benar dan tepat sebagaimana yang diajarkan Rasulullah SAW kepada para sahabatnya [ Tim Penyusun MKD, Studi Al-Quran, Surabaya, IAIN Sunan Ampel Press, 2011, hlm 197] Diantara sahabat yang populer dengan bacaannya adalah : Ubay, Aly, Zaid ibnu Tsabit, Ibnu Masud, Abu Musa Al-Asyary, dan lain-lain. [M. Ali Ash-Shabuny, Pengantar Studi Al-Quran, Bandung, PT. Almarif, 1984, hlm. 317]Para sahabat dalam hal pengambilan qiraah sendiri dari Rasulullah berbeda-beda, ada yang membaca satu huruf, ada yang dua huruf/bacaan, ada pula yang lebih. Kemudian mereka berpencar ke daerah-daerah dengan keadaan bahwa qiraat mereka berbeda satu sama lain, mereka menyebarluaskannya kepada tabiin. Sehingga terjadilah perbedaan qiraah masing-masing tabiin karena mereka mengambil qiraah dari sahabat yang berebeda pula.Keadaan ini terus berlangsung sehingga muncul para imam qiraat yang termashur, yang mengkhususkan diri dalam qiraah-qiraah tertentu dan mengajarkan qiraah mereka masing-masing. [Tim Penyusun MKD, Studi Al-Quran, Surabaya, IAIN Sunan Ampel Press, 2011, hlm 199]Itulah sejarah timbulnya qiroah dan macam-macamnya sekalipun ada perbedaan, itu hanya berkisar pada hal yang ringan dibanding dengan jumlah yang disepekatinya, sebagimana dimaklumi. Dan perbedaan ini masih dalam batasan-batasan huruf sabah di mana Al-Quran diturunkan dari Allah.[M. Ali Ash-Shabuny, Pengantar Studi Al-Quran, Bandung, PT. Almarif, 1984, hlm. 318]Perkembangan selanjutnya ditandai dengan munculnya masa pembukuan ilmu qiraat. Kata Sayuthy, orang pertama yang mengarang masalah qiraat ialah Abu Ubaid Al Qain bin Salim, sudah itu Abu Jafar bin Jarir At Thabariy, sudah itu Abu Bakar Muhammad bin Ahmad bin Umar Al Dajuniy, sudah itu Abubakar bin Mujahid, sudah itu ada orang-orang lain baik yang hidup di masanya maupun sesudahnya menyusun bermacam-macam jama dan mufrad, meringkaskan dan memperluas. Kini ahli-ahli qiraat itu tidak terhitung-hitung jumlahnya. [Manaul Quthan, Pembahasan Ilmu Al-Quran, Jakarta, Rineka Cipta, 1993, hlm.190]2. Latar Belakang Cara Penyampaian (kafiyat al ada)Perbedaan qiraat dilihat dari segi cara penyampaian ada beberapa perbedaan. Hal ini terjadi akibat salah satu atau beberapa sebab berikut : [Kamaluddin Marzuki, Ulum Al-Quran, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 1992, hlm110] Perbedaan dalam irab atau harakat kalimat tanpa perubahan makna dan bentuk kalimat. Misalnya pada firman Allah yang berbunyi :

...mereka yang kikir dan menyuruh orang yang berlaku kikir... (Q.S. Ali Imran ayat 180)Kata yang berarti kikir di sini bisa dibaca fathah pada huruf Ba-nya sehingga menjadi bi al-bakhli, bisa pula dibaca dengan dhammah pada huruf Ba-nya sehingga menjadi bi al-bukhli. Perbedaan pada irab dan harakat (baris) kalimat sehingga mengubah maknanya. Misalnya pada firman Allah yang berbunyi :

...Wahai Tuhan kami, jauhkanlah jarak perjalanan kami (Q.S Saba ayat 19)Kata yang diterjemahkan menjadi jauhkanlah di atas adalah kata karena statusnya sebagai Fiil Amar. Boleh juga dibaca yang berarti kedudukannya menjadi Fiil Madhi, sehingga bila diIndonesiakan, kata itu menjadi jauh. Perbedaan pada perubahan huruf tanpa berubah irab dan bentuk tulisannya, sementara maknanya berubah. Misalnay firman Allah:

..Lihatlah tulang belulang, bagaimana Kami menyusunnya kembali.(Q.S. Al-Baqarah, ayat 259)Kata (Kami menyusunnya kembali) yang ditulis dengan huruf Zay diganti dengan huruf Ra () sehingga menjadi berbunyiyang berarti Kami hidupkan kembali. Perubahan pada kalimat dengan perubahan pada bentuk tulisannya, tetapi tanpa perubahan maknanya. Misalnya pada firman Allah:Dan gunung-gunung bagaikan bulu-bulu yang bertebaran..(Q.S. Al-Qariah ayat 5)Beberapa qiraat mengganti kata dengan, sehingga yang mulanya bermakan bulu-bulu berubah menjadi bulu-bulu domba. Perubahan seperti ini, berdasarkan ijma ulama tidak dibenarkan, karena bertentangan dengan Mushhaf Utsmaniy. Perbedaan pada kalimat di mana bentuk dan maknanya berubah pula. Misalnya pada kata: menjadi Perbedaan pada mendahulukan kata dan mengakhirinya. Misalnya pada firman Allah yang berbunyi:

Dan datanglah sakaratulmaut dengan sebenar-benarnya (Q.S. Qaf, ayat 19)Konon, menurut suatu riwayat, Abu Bakar pernah membacanya menjadi: . Abu Bakar menggeser kata Al-Maut ke belakang, sementara kata Al-Haq ia majukan ke tempat yang ia geser ke belakang. Setelah mengalami pergeseran ini, bila kalimat itu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Dan datanglah sekarat yang benar-benar dengan kematian. Qiraat semacam ini, juga tidak bisa dipakai, karena jelas menyalahi ketentuan yang berlaku. Perbedaan dengan menambah atau mengurangi huruf, seperti pada firman Allah:

Kata dalam ayat ini dibuang. Dan pada ayat serupa yang tanpa justru ditambah.

C. PENYEBAB PERBEDAAN QIRAATSebab-sebab munculnya beberapa qiraat yang berbeda, antara lain :1. Perbedaan qiraat nabi, artinya dalam mengajarkan al-Quran kepada para sahabatnya, nabi memakai beberapa versi qiraat. Misalnya nabi pernah membaca surat as-Sajadah ayat 17 sebagai berikut :Pada kata ()dalam ayat ini, nabi membaca dengan ta ( )biasa.[http://pintania.wordpress.com/qiraatul-quran/]2. Pengakuan dari nabi terhadap berbagai qiraat yang berlaku di kalangan kaum muslimin waktu itu, hal ini menyangkut dialek di antara mereka dalam mengucapkan kata-kata di dalam al-Quran. Contohnya ketika seorang Hudzail membaca di hadapan Rasul atta hin. Padahal ia menghendaki hatta hin ( [Dr. Rosihin Anwar, Ulumul Quran, Bandung, Pustaka Setia, 2006, hlm 157]3. Adanya lahjah atau dialek kebahasaan di kalangan bangsa arab pada masa turunnya al-Quran. [Ibid, hlm.157]4. Perbedaan syakh, harakah atau huruf. Contohnya pada surat al-Baqarah ayat 222.

Kata yang digaris bawahi bisa dibaca yathurna dan bisa dibaca yatthoh-har-na. jika dibaca qiraat pertama, maka berarti : dan jangalah kamu mendekati mereka (istri-istrimu) sampai mereka suci (berhenti dari haidh tanpa mandi terlebih dahulu). Sedangkan qiraat kedua berarti: dan janganlah kamu mendekati mereka (istri-istrimu) sampai mereka bersuci (berhenti dari haidh dan telah mandi wajib terlebih dahulu.[http://pintania.wordpress.com/qiraatul-quran/]

D. SYARAT-SYARAT SAHNYA QIRAAT DAN MACAM-MACAM QIRAAT1. Syarat-syarat Sahnya QiraatSebelum kita mengetahui macam-macam qiraat, kita perlu mengetahui syarat-syarat sahnya qiraat yang menentukan diterima atau tidaknya sebuah qiraat.Kriteria atau syarat-syaratnya adalah sebagai berikut : [Kamaluddin Marzuki, Ulum Al-Quran, Bandung, PT Remaja Rosdakarya,1992, hlm. 106]a. Mutawattir, yaitu qiraat yang diturunkan dari beberapa orang dan tidak mungkin terjadi kebohongan.b. Sesuai dengan kaidah bahasa Arab.c. Sesuai dengan tulisan Mushhaf Utsman.d. Mempunyai sanad yang sahih.2. Macam-macam Qiraata. Macam-macam Qiraat dari Segi Kuantitas atau Jumlah [M. Aly Ash-Shabuny, Pengantar Studi Al-Quran, Bandung, PT. Almaarif, 1996, hlm. 320] Qiraat Sabah (Qiraat Tujuh)Qiraat sabah (tujuh) adalah qiraat yang dinisbatkan kepada imam yang tujuh dan terkenal, yaitu :Nafi, Ashim, Hamzah, Abdullah bin Amir, Abdullah ibnu Katsir, Abu Amer ibnu Ala dan Ali Al-Kisaiy. Qiraat Asyar (Qiraat Sepuluh)Qiraat asyar adalah qiraat yang tujuh ditambah dengan qiraat, Abi Jafar, Yacub, dan Khalaf. Qiraat Arba Asyar (Qiraat Empat Belas)Qiraat arba asyar yaitu qiraat yang sepuluh ditambah dengan empat qiraat; Hasan Al-Bashry, Ibnu Mahish, Yahya Al-Yazidy, dan Asy-Syambudzy.b. Macam-macam Qiraat dari Segi Kualitas Qiraat MutawattirQiraat mutawattir adalah qiraat yang diriwayatkan oleh orang banyak yang tidak mungkin terjadi kesepakatan di antara mereka untuk berbuat kebohongan. [Tim Penysun MKD, Studi Al-Quran, Surabaya, IAIN Sunan Ampel Press, 2011, hlm. 202] Qadhi Jalaluddin Al-Bulqiny menyatakan bahwa qiraat tujuh adalah qiraat mutawattir. Qiraat MasyhurQiraat masyhur adalah qiraat yang sanadnya sahih karena diriwayatkan oleh tokoh yang adil, dhabith (memepunyai ketelitian tulisan atau hafalan yang baik), sesuai dengan kaidah bahasa Arab dan sesuai dengan tulisan Mushhaf Utsman. Selain itu, qiraat bisa dikatakan masyhur juga mempunya riwayat yang berasal dari qari yang tsiqat, dan qari yang terkenal di kalangan para qari lainnya. Yang membedakan qiraat masyhur dan qiraat mutawattir hanya pada derajatnya yang tidak memenuhi kriteria riwayat yang mutawattir. [Kamaluddin Marzuki, Ulum Al-Quran, Bandung, PT Remaja Rosdakarya,1992, hlm. 108] Misalnya ialah qiraat yang diperdebatkan periwayatannya dari imam qiraat sabah, di mana sebagian ulama meyakini bahwa qiraat itu diriwayatkan dari salah satu imam qiraat sabah dan sebagian lagi mengatakan bukan dari mereka. Qiraat mutawattir dan qiraat masyhur boleh digunakan dalam membaca Al-Quran dan shalat. Qiraat AhadQiraat Ahad yaitu tidak sah sanadnya. Berlain-lainan bentuk hurufnya. Atau tidak karuan bahasa Arabnya, atau tidak termasyhur. Yang begini tidak boleh dibaca. Qiraat ShazQiraat Shaz adalah qiraat yang sanadnya tidak sahih. Yakni tidak memenuhi persyaratan yang diminta untuk keabsahan sebuah qiraat. Misalnya tidak mutawattir, atau tidak sesuai dengan kaidah bahasa Arab, atau tidak sesuai dengan tulisan Mushhaf Utsman. [Ibid, hlm 108] Qiraat ini tidak boleh digunakan dalam membaca Al-Quran maupun dalam shalat. Qiraat MaudhuQiraat ini hanya dinisbatkan kepada orang yang mengucapkannya tanpa asal-usul yang pasti dan bahkan tanpa asal-usul sama sekali. Misalnya qiraat yang dikumpulkan oleh Muhammad bin Jafar al-Khuzai dan ia mengatakannya bersumber dari Abu Hanifah, padahal bukan. [Ibid, hlm.109] Ini juga tidak boleh digunakan dalam membaca Al-Quran maupun dalam shalat. Qiraat Shabih bi al-MudrajQiraat Shabih bi al-Mudraj adalah qiraat yang menyerupai kelompok Mudraj dalam hadith, yakni qiraat yang telah memperoleh sisipan atau tambahan kalimat yang merupakan tafsir dari ayat tersebut. Contohnya bacaan qiraat Ibnu Abbas. [Tim Penysun MKD, Studi Al-Quran, Surabaya, IAIN Sunan Ampel Press, 2011, hlm. 204] Qiraat ini juga tidak dapat digunakan dalam membaca Al-Quran maupun shalat.c. Macam-macam Qiraat Berdasarkan Kemuttawattiran Qiraat [Ibid, hlm 204-205] Qiraat yang telah disepakati kemuttawattirannya tanpa ada perbedaan pendapat di antara para ahli qiraat, yaitu para imam qiraat yang tujuh orang (Qiraat Sabah) Qiraat yang diperselisihkan oleh para ahli qiraat tentang kemuttawattirannya, namun menurut pendapat yang sahih dan mashhur, bahwa qiraat tersebut meuttawattir, yaitu qiraat para imam qiraat yang tiga (Imam Abu Jafar, Imam Yaqub, dan Imam Khalaf). Qiraat yang disepakati ketidakmuttawattirannya (qiraat shaz), yaitu qiraat selain dari qiraat para imam yang sepuluh (qiraat Asharah).Seperti halnya di dalam menetapkan hukum syara ulama beristinbathkepada riwayat-riwayat yang bersanad sahih, demikian pula di dalam penerimaan sebuah qiraat. Sesuatu qiraat hanya bisa diterima apabila terbukti bernarasumber (diambil dari sumber utama) dari generasi sebelumnya melalui belajar membaca qiraat tersebut-cara ini dikenal dengan istilah musyafahah, mendengar, sehingga sanad-nya benar-benar menyambung dengan sahabat Rasulullah SAW yang mengambil (belajar) qiraat pada Rasulullah SAW. Dengan sanad meyambung ini dengan Rasulullah ini membuat para ulama menganggap qiraat-qiraat yang dapat diterima itu tauqifiy. Artinya bukan dibikin oleh tokoh tertentu dan bahkan buatan Rasulullah sendiri. Tetapi datang dari dan sesuai dengan yang diajarkan Allah kepada Rasulullah melalui Jibril a.s.[Kamaluddin Marzuki, Ulum Al-Quran, Bandung, PT Remaja Rosdakarya,1992, hlm. 106]Dengan diyakininya qiraat sebagai sesuatu yang tauqifiy, maka anggapan qiraat itu ikhtiariyah (ditetapkan melalui prose ijtihad) tidak dapat diterima oleh ulama-ulama qiraat. Mereka mebantah, misalnya anggapan Al-Zamakhasyariy yang mengatakan bahwa qiraat merupakan produk tokoh-tokoh yang fasih membaca Al-Quran dan mempunyai kemampuan berbahasa yang baik. [Ibid, hlm. 106]

E. MANFAAT ADANYA PERBEDAAN QIRAAT [Tim Penysun MKD, Studi Al-Quran, Surabaya, IAIN Sunan Ampel Press, 2011, hlm. 213]1. Meringankan umat Islam dan memudahkan mereka untuk membaca Al-Quran.2. Menunjukkan betapa terjaganya dan terpeliharanya Al-Quran dari perubahan dan penyimpanagn, padahal kitab ini mempunyai banyak segi bacaan yang berbeda-beda.3. Dapat menjelaskan hal-hal yang mungkin masih global atau samar dalam qiraat lain, baik qiraat itu mutawattir, mashhur, ataupun shadh.4. Bukti kemukjizatan Al-Quran dari segi kepadatan maknanya, karena setiap qiraat menunjukkan suatu hukum syara tertentu tanpa perlu adanya pengulangan lafaz.5. Meluruskan aqidah sebagian orang yang salah.6. Mendukung autentisitas Al-Quran, karena akan terhindar dari cara baca yang menyimpang.7. Perbedaan qiraat bisa berakibat pada perbedaan huruf, bentuk kata, susunan kalimat, irab, penambahan dan pengurangan kata yang melahirkan perbedaan makna dan pengaruhnya kepada hukum yang diproduksinya.8. Fleksibilitas terhadap pembacaan Al-Quran oleh Nabi SAW pada masanya antara lain dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Karena itu pada masa kinipun, fleksibilitas yang sama harus tersedia dalam pemahaman dan penafsiran firman Tuhan sejalan dengan kebutuhan Muslim saat ini.

F. KETERKAITAN QIROATUL QURAN TERHADAP ISTINBATH HUKUMIstinbath hukum dapat diartikan sebagai upaya melahirkan ketentuan-ketentuan hukum baik dalam Al-Quran maupun Sunnah. Hal ini tidak terlepas dari ayat-ayat hukum dalam Al-Quran. Ayat-ayat hukum ialah ayat-ayat Al-Quran yang mengatur dan berkaitan dengan tingkah laku dan perbuatan manusia secara lahir. Ada ayat-ayat hukum yang termasuk ibadah yaitu yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT dan ada ayat hukum yang termasuk muamalah yaitu mengatur hubungan manusia dengan manusia lain secara horisontal. [http://dewinina.wordpress.com/2008/11/22/ilmu-qiraat/]Perbedaan qiraat seperti yang kita tahu bisa disebabkan oleh perbedaan huruf, bentuk kata, susunan kalimat, irab, penambahan dan pengurangan kata. Yang pada akhirnya perbedaan-perbedaan itu menyebabkan pula perbedaan arti yang berpengaruh terhadap istinbath hukum.Misal perbedaan qiraat pada surat Al-Maidah ayat 6:Hai orang-orang yang beriman apabila kamu hendak mengerjakan sholat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku dan sapulah kepalamu dan kakimu sampai dengan kedua mata kakiBerdasarkan ayat di atas, sebagian ulama memahami wajib membasuh kedua kaki dan sebagian lain membedakan dengan menyapunya. Nadi, Ibnu Amr, dan Al Kisai membaca dengan nasb (fathah lam). Sedangkan Ibnu Katsir, Abu Amir, dan Hamzah membaca dengan jarr (kasrah lam).Dengan demikian dapat dikatakan besarnya pengaruh perbedaan qiraat dalam proses penetapan hukum. Sebagian qiraat berfungsi sebagai penjelasan kepada ayat yang mujmal (bersifat global) menurut qiraat lain atau penafsiran dan penjelasan terhadap maknanya. Bahkan, tidak jarang, perbedaan qiraat menimbulkan perbedaan penetapan hukum di kalangan ulama. Menurut Musthafa Said Al-Khinn penyebab pertama timbulnya perbedaan pendapat para ulama adalah qiraat. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tentang berbagai qiraat sangat perlu bagi seorang yang akan mengistinbath hukum dan menafsirkan ayat-ayat Alquran.[http://dewinina.wordpress.com/2008/11/22/ilmu-qiraat/]

BAB IIIKESIMPULAN

Dari penjelasan-penejlasan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan tentang Qiraatul Quran, antara lain :

1. Qiraatul Quran memiliki definisi yaitu salah satu cabang ilmu Al-Quran yang berarti perbedaan cara melafadzkan Al-Quran baik perbedaan menyangkut hurufnya maupun cara melafadzkan huruf-huruf di dalam Al-Quran.

2. Latar belakang timbulnya perbedaan qiraat ada dua macam yaitu:a. Latar belakang historisb. Latar belakang cara penyampaiannya

3. Penyebab perbedaan qiraat ada beberapa macam, yaitu :a. Perbedaan qiraat nabi, artinya dalam mengajarkan al-Quran kepada para sahabatnya, nabi memakai beberapa versi qiraat.b. Pengakuan dari nabi terhadap berbagai qiraat yang berlaku di kalangan kaum muslimin waktu itu, hal ini menyangkut dialek di antara mereka dalam mengucapkan kata-kata di dalam al-Quran.c. Adanya lahjah atau dialek kebahasaan di kalangan bangsa arab pada masa turunnya al-Quran.d. Perbedaan syakh, harakah atau huruf.

4. Syarat-syarat sahnya qiraat, yaitu :a. Mutawattir, yaitu qiraat yang diturunkan dari beberapa orang dan tidak mungkin terjadi kebohongan.b. Sesuai dengan kaidah bahasa Arab.c. Sesuai dengan tulisan Mushhaf Utsman.d. Mempunyai sanad yang sahih.

5. Macam-macam Qiraat, antara lain:a. Menurut jumlahnya : Qiraat Sabah (Qiraat Tujuh) Qiraat Asyar (Qiraat Sepuluh) Qiraat Arba Asyar (Qiraat Empat Belas)b. Menurut kualitasnya : Qiraat Mutawattir Qiraat Masyhur Qiraat Ahad Qiraat Shadz Qiraat Maudhu Qiraat Shabih bi al-Mudrajc. Qiraat Berdasarkan Kemuttawattiran Qiraat Qiraat yang telah disepakati kemuttawattirannya tanpa ada perbedaan pendapat di antara para ahli qiraat. Qiraat yang diperselisihkan oleh para ahli qiraat tentang kemuttawattirannya, namun menurut pendapat yang sahih dan mashhur, bahwa qiraat tersebut mutawattir. Qiraat yang disepakati ketidakmuttawattirannya (qiraat shaz).6. Manfaat Perbedaan Qiraata. Meringankan umat Islam dan memudahkan mereka untuk membaca Al-Quran.b. Menunjukkan betapa terjaganya dan terpeliharanya Al-Quran dari perubahan dan penyimpanagn, padahal kitab ini mempunyai banyak segi bacaan yang berbeda-beda.c. Dapat menjelaskan hal-hal yang mungkin masih global atau samar dalam qiraat lain, baik qiraat itu mutawattir, mashhur, ataupun shadh.d. Bukti kemukjizatan Al-Quran dari segi kepadatan maknanya, karena setiap qiraat menunjukkan suatu hukum syara tertentu tanpa perlu adanya pengulangan lafaz.e. Meluruskan aqidah sebagian orang yang salah.f. Mendukung autentisitas Al-Quran, karena akan terhindar dari cara baca yang menyimpang.g. Perbedaan qiraat bisa berakibat pada perbedaan huruf, bentuk kata, susunan kalimat, irab, penambahan dan pengurangan kata yang melahirkan perbedaan makna dan pengaruhnya kepada hukum yang diproduksinya.h. Fleksibilitas terhadap pembacaan Al-Quran oleh Nabi SAW pada masanya antara lain dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Karena itu pada masa kinipun, fleksibilitas yang sama harus tersedia dalam pemahaman dan penafsiran firman Tuhan sejalan dengan kebutuhan Muslim saat ini.7. Keterkaitan Qiraat terhadap Istinbath HukumPerbedaan antara satu qiraat dan qiraat lainnya bisa terjadi pada perbedaan huruf, bentuk katam susunan kalimat, Irab, penambahan dan pengurangan kata. Perbedaan-perbedaan ini sudah tentu memiliki sedikit atau banyak perbedaan makna yang selanjutnya berpengaruh terhadap hukum yang diistinbathkannya.

DAFTAR PUSTAKA

Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya. Studi Al-Quran. Surabaya : IAIN Sunan Ampel Press. 2011Marzuki, Kamaluddin. Ulum Al-Quran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 1992Quthan, Manaul. Pembahasan Ilmu Al-Quran I. Jakarta : Rineka Cipta. 1993Ash-Shabuny, M. Ali. Pengantar Studi Al-Quran. Bandung : PT Almaarif. 1984Anwar, Rosihin.Ulumul Quran, Bandung: Pustaka Setia. 2006http://pintania.wordpress.com/qiraatul-quran/http://dewinina.wordpress.com/2008/11/22/ilmu-qiraat/