ilmu sosial dasar (isd)
DESCRIPTION
ilmuTRANSCRIPT
November 23, 2012
PERTENTANGAN SOSIAL & INTEGRASI MASYARAKAT
Leave a comment
INTEGRASI SOSIAL
Integrasi berasal dari bahasa inggris “integration” yang berarti kesempurnaan
atau keseluruhan. integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di
antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat
sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki keserasian
fungsi.
Definisi lain mengenai integrasi adalah suatu keadaan di mana kelompok-kelompok
etnik beradaptasi dan bersikap komformitas terhadap kebudayaan mayoritas
masyarakat, namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka masing-
masing. Integrasi memiliki 2 pengertian, yaitu : 1.Pengendalian terhadap konflik dan
penyimpangan social dalam suatu sistem sosial tertentu
2.Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu.
Sedangkan yang disebut integrasi sosial adalah jika yang dikendalikan, disatukan, atau
dikaitkan satu sama lain itu adalah unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan.
Suatu integrasi sosial di perlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi
berbagai tantangan, baik merupa tantangan fisik maupun konflik yang terjadi secara
sosial budaya. Menurut pandangan para penganut funsionalisma struktur
sistem sosial senantiasa terintegrasi di atas dua landasan berikut :
1.Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya consensus
(kesepakatan) di antara sebagian besar anggota masyarakat tentang nilai-
nilai kemasyarakatan yang bersifat fundamental (mendasar)
2.Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus
menjadi anggota dari berbagai kesatuan sosial (cross-cutting affiliation).
Setiap konflik yang terjadi di antara kesatuan sosial dengan kesatuan sosial
lainnya akan segera dinetralkan oleh adanya loyalitas ganda (cross-cutting
loyalities) dari anggota masyarakat terhadap berbagai kesatuan sosial.
Penganut konflik berpendapat bahwa masyarakat terintegtrasi atas paksaan dan karena
adanya saling ketergantungan di antara berbagai kelompok. Integrasi sosial akan
terbentuk apabila sebagian besar masyarakat memiliki kesepakatan tentang batas-
batas teritorial, nilai-nilai, norma-norma, dan pranata-pranata sosial.
PERTENTANGAN DAN KETEGANGAN DALAM MASYARAKAT
Konflik (pertentangan) mengandung suatu pengertian tingkah laku yang lebih luas dari
pada yang biasa dibayangkan orang dengan mengartikannya sebagai pertentangan
yang kasar atau perang. Dasar konflik berbeda-beda. Terdapat 3 elemen dasar yang
merupakan ciri-ciri dari situasi konflik yaitu :
1.Terdapatnya dua atau lebih unit-unit atau baigan-bagianyang terlibat
didalam konfl
2.Unit-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam
kebutuhan- kebutuhan, tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-nilai, sikap-
sikap, maupun gagasan-gagasan
3.Terdapatnya interaksi di antara bagian-bagian yang mempunyai perbedaan-
perbedaan tersebut.
Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu
yang sering dihubungkan dengannya, misalnya kebencian atau permusuhan. Konflik
dapat terjadi pada lingkungan yang paling kecil yaitu individu,sampai kepada
lingkungan yang luas yaitu masyarakat.
1.Pada taraf di dalam diri seseorang, konflik menunjuk kepada adanya
pertentangan, ketidakpastian, atau emosi emosi dan dorongan yang antagonistic
didalam diri seseorang
2.Pada taraf kelompok, konflik ditimbulkan dari konflik yang terjadi dalam diri
individu, dari perbedaan-perbedaan pada para anggota kelompok dalam tujuan-tujuan,
nilai-nilai, dan norma-norma, motivasi-motivasi mereka untuk menjadi anggota
kelompok, serta minat mereka.
3.Pada taraf masyarakat, konflik juga bersumber pada perbedaan di antara nilai-nilai
dan norma-norma kelompok dengan nilai-nilai an norma-norma kelompok yang
bersangkutan berbeda.Perbedan-perbedaan dalam nilai, tujuan dan norma serta minat,
disebabkan oleh adanya perbedaan pengalaman hidup dan sumber-sumber sosio-
ekonomis didalam suatu kebudayaan tertentu dengan yang aa dalam kebudayaan-
kebudayaan lain.
Adapun cara-cara pemecahan konflik tersebut adalah :
1.Elimination; yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang telibat dalam konflik yagn
diungkapkan dengan : kami mengalah, kami mendongkol, kami keluar, kami
membentuk kelompok kami sendiri
2.Subjugation atau domination, artinya orang atau pihak yang mempunyai
kekuatan terbesar dapat memaksa orang atau pihak lain untuk mentaatinya
3.Mjority Rule artinya suara terbanyak yang ditentukan dengan voting akan
menentukan keputusan, tanpa mempertimbangkan argumentasi.
4.Minority Consent; artinya kelompok mayoritas yang memenangkan, namun
kelompok minoritas tidak merasa dikalahkan dan menerima keputusan serta sepakan
untuk melakukan kegiatan bersama
5.Compromise; artinya kedua atau semua sub kelompok yang telibat dalam konflik
berusaha mencari dan mendapatkan jalan tengah
6.Integration; artinya pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan,
dipertimbangkan dan ditelaah kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan
yang memuaskan bagi semua pihak
Pertentangan atau ketegangan adalah tingkah laku yang berdasarkan emosi.
Tiga ciri situasi pertentangan yaitu:
1. ada beberapa bagian yang ada dalam konflik
2. adanya interaksi yang menyebabkan perbedaan
3. adanya perbedaan antara kebutuhan, tujuan, nilai dll
GOLONGAN BERBEDA DAN INTEGRASI SOSIAL
Masyarakat indonesia adalah masyarakat yang majemuk, msyarakat majemuk itu
dipersatukan oleh sistem nasional negara indonesia. Aspek kemasyarakatan yang
mempersatukannya antara lain :
1.Suku bangsa dan kebudayaannya
2. Agama
3. Bahasa,
4. Nasion Indonesia
Bentuk Integrasi Sosial
Asimilasi, yaitu pembauran kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas
kebudayaan asli.
Akulturasi, yaitu penerimaan sebagian unsur-unsur asing tanpa menghilangkan
kebudayaan asli.
Faktor-Faktor Pendorong
A. Faktor Internal :
kesadaran diri sebagai makhluk sosial
tuntutan kebutuhan
jiwa dan semangat gotong royong
B. Faktor External :
,tuntutan perkembangan zaman
,persamaan kebudayaan,
,terbukanya kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan bersama
,persaman visi, misi, dan tujuan
,sikap toleransi
,adanya kosensus nilai
,adanya tantangan dari luar
,Syarat Berhasilnya Integrasi Sosial
1. Untuk meningkatkan Integrasi Sosial, Maka pada diri masing-masing harus
mengendalikan perbedaan/konflik yang ada pada suatu kekuatan bangsa dan
bukan sebaliknya.
2. Tiap warga masyarakat merasa saling dapat mengisi kebutuhan antara satu
dengan yang lainnya.
Konflik/Pertentangan
Konflik/Pertentangan berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling
memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial
antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak
berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya.
Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau
dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan
hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam
suatuinteraksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri
fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan
dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang
wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah
mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik
hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah
siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya,
integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
Penyebab terjadinya konflik/Pertentangan dimasyarakat
1. Perbedaan Kepentingan
Kepentingan merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku dari individu. Individu
bertingkah laku karena adanya dorongan untuk memenuhi kepentingannya.
Kepentingan ini bersifat esensial bagi kelangsungan kehidupan individu itu sendiri. Jika
individu berhasil memenuhi kepentingannya, maka mereka akan merasa puas dan
sebaliknya bila gagal akan menimbulkan masalah bagi diri sendiri maupun bagi
lingkungannya.
Individu yang berpegang pada prinsipnya saat bertingkah laku, maka kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh individu tersebut dalam masyarakat merupakan kepuasan
pemenuhan dari kepentingan tersebut. Oleh karena itu, individu mengandung arti
bahwa tidak ada dua orang yang sama persis dalam aspek-aspek pribadinya, baik
jasmani maupun rohaninya. Dengan itu, maka akan muncul perbedaan kepentingan
pada setiap individu, seperti:
1. Kepentingan individu untuk memperoleh kasih sayang.
2. Kepentingan individu untuk memperoleh harga diri.
3. Kepentingan individu untuk memperoleh penghargaan yang sama.
4. Kepentingan individu untuk memperoleh prestasi dan posisi.
5. Kepentingan individu untuk dibutuhkan orang lain.
6. Kepentingan individu untuk memperoleh kedudukan didalam kelomponya.
7. Kepentingan individu untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri.
8. Kepentingan individu untuk memperoleh kemerdekaan diri.
Dalam hal diatas menunjukkan ketidakmampuan suatu ideologi mewujudkan idealisme
yang akhirnya akan melahirkan suatu konflik. Hal mendasar yang dapat menimbulkan
suatu konflik adalah jarak yang terlalu besar antara harapan dengan kenyataan
pelaksanaan. Perbedaan kepentingan ini tidak secara langsung menyebabkan
terjadinya konflik tetapi ada beberapa fase, yaitu Fase Disorganisasi dan Fase
2. Prasangka, Diskriminasi, dan Ethnosentrisme
a. Prasangka dan diskriminasi
Prasangka dan Diskriminasi dapat merugikan pertumbuh-kembangan dan bahkan
integrasi masyarakat. Prasangka mempunyai dasar pribadi, dimana setiap orang
memilikinya. Melalui proses belajar dan semakin dewasanya manusia, membuat sikap
cenderung membeda-bedakan dan sikap tersebut menjurus kepada prasangka.
Apabila individu mempunyai prasangka dan biasanya bersifat diskriminatif terhadap ras
yang diprasangka. Jika prasangka disertai dengan agresivitas dan rasa permusuhan,
biasanya orang yang bersangkutan mencoba mendiskiminasikan pihak-pihak lain yang
belum tentu salah, dan akhirnya dibarengi dengan sifat Justifikasi diri, yaitu
pembenaran diri terhadap semua tingkah laku diri.
b. Perbedaan Prasangka dan diskriminasi
Perbedaan Prasangka dan Diskriminasi, prasangka adalah sifat negative terhadap
sesuatu. Dalam kondisi prasangka untuk menggapai akumulasi materi tertentu atau
untuk status sosial bagi suatu individu atau suatu. Seorang yang berprasangka rasial
biasanya bertindak diskriminasi terhadap rasa yang diprasangka.
c. Sebab-sebab timbulnya Prasangka dan Diskriminatif
1. Latar belakang sejarah.
Misalnya : bangsa kita masih menganggap bangsa Belanda adalah
bangsa penjajah.Inidilatarbelakangi karena pada masa lampau Bangsa Belanda
menjajah Indonesia selama kurang lebih 3,5 abad.
2. Dilatar belakangi oleh perkembangan sosio-kultural dan situasional
Apabila prasangka bisa berkembang lebih jauh sebagai akibat adanya jurang pemisah
antara kelompok orang kaya dengan orang miskin.
3. Bersumber dari faktor kepribadian
Bersifat prasangka merupakan gambaran sifat seseorang. Tipe authorian personality
adalah sebagian ciri kepribadian seseorang yang penuh prasangka, dengan ciri-ciri
bersifat konservatif dan tertutup.
4. Perbedaan keyakinan, kepercayaan, dan agama.
Banyak sekali konflik yang ditimbulkan karean agama. Seperti yang kita alami sekarang
diseluruh penjuru dunia.
d. Usaha mengurangi/menghilangkan prasangka dan diskriminasi
Dapat dilakukan dengan perbaikan kondisi sosial dan ekonomi, pemerataan
pembangunan, dan usaha peningkatan pendapatan bagi WNI yang masih di bawah
garis kemiskinan. Perluasan kesempatan belajar. Sikap terbuka dan lapang harus selalu
kita sadari.
sumber:
(http://id.wikipedia.org/wiki/Integrasi_sosial)
(http://mozarkh.blogspot.com/2011/12/pertentangan-sosial-dan-integrasi.html)
(http://arifnoviyanto.blogspot.com)
PERTENTANGAN SOSIAL DAN INTEGRASI MASYARAKATDESEMBER 9, 2012 TANTANOXAVIA TINGGALKAN KOMENTAR
Salam semuanya :D, sekarang saya akan berbagi mengenai pertentangan
sosial dan integrasi masyarakat. Hal ini kadang sering kita abaikan dalam
kehidupan sehari-hari kita padahal ruang lingkup dimasyarakat amat luas,
oleh karena itu kita patut mengetahui tentang pertentangan sosial dan
integrasi masyarakat.
Here we go ! :D
PERBEDAAN KEPENTINGAN
Hidup bermasyarakat adalah hidup dengan berhubungan baik antara
dihubungkan dengan menghubungkan antara individu-individu maupun
antara kelompok dan golongan. Hidup bermasyarakat juga berarti kehidupan
dinamis dimana setiap anggota satu dan lainnya harus saling memberi dan
menerima. Anggota memberi karena ia patut untuk memberi dan anggota
penerima karena ia patut untuk menerima. Ikatan berupa norma serta nilai-
nilai yang telah dibuatnya bersama diantara para anggotanya menjadikan
alat pengontrol agar para anggota masyarakat tidak terlepas dari rel
ketentuan yang telah disepakati itu.
Rasa solider, toleransi, tenggang rasa, tepa selira sebagai bukti kuatnya
ikatan itu. Pada diri setiap anggota terkandung makna adanya saling ikut
merasakan dan saling bertanggungjawab pada setiap sikap tindak baik
mengarah kepada yang positif maupun negatif. Sakit anggota masyarakat
satu akan dirasakan oleh anggota lainnya. Tetapi disamping adanya suatu
harmonisasi, disisi lain keadaan akan menjadi sebaliknya. Bukan harmonisasi
ditemukan, tetapi disharmonisasi. Bukan keadaan organisasi tetapi
disorganisasi.
Sering kita temui keadaan dimasyarakat para anggotanya pada kondisi
tertentu, diwarnai oleh adanya persamaan-persamaan dalam berbagai hal.
Tetapi juga didapati perbedaan-perbedaan dan bahkan sering kita temui
pertentangan-pertentangan. Sering diharapkan panas sampai petang tetapi
kiranya hujan setengah hari, karena sebagus-bagusnya gading akan
mengalami keretakan. Itulah sebabnya keadaan masyarakat dan negara
mengalami kegoyahan-kegoyahan yang terkadang keadaan tidak terkendali
dan dari situlah terjadinya perpecahan. Sudah tentu sebabnya, misalnya
adanya pertentangan karena perbedaan keinginan.
Perbedaan kepentingan sebenarnya merupakan sifat naluriah disamping
adanya persamaan kepentingan. Bila perbedaan kepentingan itu terjadi pada
kelompok-kelompok tertentu, misalnya pada kelompok etnis, kelompok
agama, kelompok ideologi tertentu termasuk antara mayoritas dan
minoritas.
PRASANGKA, DISKRIMINASI, DAN ETNOSENTRISME
A. Pengertian Prasangka dan Diskriminasi
Prasangka (prejudice) diar tikan suatu anggapan terhadap sesuatu
dari seseorang bahwa sesuatu itu buruk dengan tanpa kritik
terlebih dahulu. Bahasa arab menyebutnya “sukhudzon”. Orang,
secara serta merta tanpa timbang-timbang lagi bahwa sesuatu itu
buruk. Disisi lain bahasa arab “khusnudzon” yaitu anggapan baik
terhadap sesuatu .
Prasangka menunjukkan pada aspek sikap sedangkan diskriminasi
pada tindakan. Menurut Morgan (1966) sikap adalah kecenderungan
untuk merespon baik secara positif atau negarif terhadap orang,
obyek atau situasi. Sikap seseorang baru diketahui setelah ia bertindak
atau beringkah laku. Oleh karena itu, bisa saja bahwa sikap bertentangan
dengan tingkah laku atau tindakan. Jadi prasangka merupakan
kecenderungan yang tidak nampak, dan sebagai tindak lanjutnya timbul
tindakan, aksi yang sifatnya realistis. Dengan demikian diskriminatif
merupakan tindakan yang relaistis, sedangkan prsangka tidak realistis dan
hanya diketahui oleh diri individu masing-masing.
Prasangka ini sebagian besar sifatnya apriori, mendahului pengalaman
sendiri (tidak berdasarkan pengalaman sendiri), karena merupakan hasil
peniruan atau pengoperan langsung pola orang lain. Prasangka bisa
diartikan suatu sikap yang telampau tergesa-gesa, berdasarkan generalisasi
yang terlampau cepat, sifat berat sebelah, dan dibarengi proses simplifikasi
(terlalu menyederhanakan) terhadap sesuatu realita. Dalam kehidupan
sehari-hari prasangka ini banyak dimuati emosi-emosi atau unsur efektif
yang kuat.
Tidak sedikit orang yang mudah berprasangka, namun banyak juga orang-
orang yang lebih sukar berprasangka. Tampaknya kepribadian dan
inteligensi, juga faktor lingkungan cukup berkaitan dengan munculnya
prasangka. Orang yang berinteligensi tinggi, lebih sukar berprasangka,
karena orang-orang macam ini bersikap dan bersifat kritis. Prasangka
bersumber dari suatu sikap. Diskriminasi menunjukkan pada suatu tindakan.
Dalam pergaulan sehari-hari sikap prasangka dan diskriminasi seolah-olah
menyatu, tak dapat dipisahkan. Seseorang yang mempunyai prasangka
rasial, biasanya bertindak diskriminasi terhadap ras yang diprasangkainya.
Walaupun begitu, biasa saja seseorang bertindak diskriminatif tanpa latar
belakang prasangka. Demikian juga sebaliknya seseorang yang
berprasangka dapat saja bertindak tidak diskriminatif.
B. Sebab-Sebab Timbulnya Prasangka dan Diskriminasi
1. Berlatar belakang sejarah. Orang-orang kulit putih di Amerika Serikat
berprasangka negatif terhadap orang-orang Negro, berlatar belakang
pada sejarah masa lampau, bahwa orang-orang kulit putih sebagai tuan
dan orang-orang Negro berstatus sebagai budak.
2. Dilatar-belakangi oleh perkembangan sosio-kultural dan situasional. Harta
kekayaan orang-orang kaya baru, diprasangkai bahwa harta-harta itu
didapat dari usaha-usaha yang tidak halal. Antara lain dari usaha korupsi
dan penyalahgunaan wewenang sebagai pejabat dan lain sebagainya.
3. Bersumber dari faktor kepribadian.
4. Berlatar belakang perbedaan keyakinan, kepercayaan dan agama.
C. Usaha-Usaha Mengurangi atau Menghilangkan Prasangka dan
Diskriminasi
1. Perbaikan kondisi sosial ekonomi.
2. Perluasan kesempatan belajar.
3. Sikap terbuka dan sikap lapang.
D. Pengertian Etnosentrisme
Etnosentrisme yaitu suatu kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan
norma-norma kebudayaannya sendiri sebagai sesuatu yang prima, terbaik,
mutlak dan dipergunakan sebagai tolak ukur untuk menilai dan
membedakannya dengan kebudayaan lain. Etnosentrisme merupakan
kecenderungan tak sadar untuk menginterpretasikan atau menilai kelompok
lain dengan tolak ukur kebudayaannya sendiri. Sikap etnosentrisme dalam
tingkah laku berkomunikasi nampak canggung, tidak luwes.
Akibatnya etnosentrisme penampilan yang etnosentrik, dapat menjadi
penyebab utama kesalah pahaman dalam berkomunikasi.Etnosentrisme
dapat dianggap sebagai sikap dasar ideologi Chauvinisme pernah dianut
oleh orang-orang Jerman pada zaman Nazi Hitler. Mereka merasa dirinya
superior, lebih unggul dari bangsa-bangsa lain, dan memandang bangsa-
bangsa lain sebagai inferior, lebih rendah, nista dsb.
PERTENTANGAN SOSIAL ATAU KETEGANGAN DALAM MASYARAKAT
Konflik (pertentangan) mengandung suatu pengertian tingkah laku
yang lebih luas dari pada yang biasa dibayangkan orang dengan
mengartikannya sebagai pertentangan yang kasar atau perang.
Dasar konflik berbeda-beda. Terdapat 3 elemen dasar yang
merupakan ciri-ciri dari situasi konflik yaitu :
1. Terdapatnya dua atau lebih unit-unit atau baigan-bagian yang terlibat di
dalam konflik.
2. Unit-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam
kebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-nilai, sikap-
sikap, maupun gagasan-gagasan.
3. Terdapatnya interaksi di antara bagian-bagian yang mempunyai
perbedaan-perbedaan tersebut.
Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan
emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengannya,
misalnya kebencian atau permusuhan. Konflik dapat terjadi pada
lingkungan yang paling kecil yaitu individu, sampai kepada
lingkungan yang luas yaitu masyarakat, yaitu :
1. Pada taraf di dalam diri seseorang, konflik menunjuk kepada adanya
pertentangan, ketidakpastian, atau emosi-emosi dan dorongan yang
antagonistik didalam diri seseorang.
2. Pada taraf kelompok, konflik ditimbulkan dari konflik yang terjadi dalam
diri individu, dari perbedaan-perbedaan pada para anggota kelompok
dalam tujuan-tujuan, nilai-nilai, dan norma-norma, motivasi-motivasi
mereka untuk menjadi anggota kelompok, serta minat mereka.
3. Pada taraf masyarakat, konflik juga bersumber pada perbedaan di antara
nilai-nilai dan norma-norma kelompok dengan nilai-nilai dan norma-norma
kelompok yang bersangkutan berbeda. Perbedan-perbedaan dalam nilai,
tujuan dan norma serta minat, disebabkan oleh adanya perbedaan
pengalaman hidup dan sumber-sumber sosio-ekonomis didalam suatu
kebudayaan tertentu dengan yang ada dalam kebudayaan-kebudayaan
lain.
Adapun cara-cara pemecahan konflik tersebut adalah :
1. Elimination yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang telibat dalam
konflik yang diungkapkan dengan : kami mengalah, kami mendongkol,
kami keluar, kami membentuk kelompok kami sendiri.
2. Subjugation atau domination, artinya orang atau pihak yang mempunyai
kekuatan terbesar dapat memaksa orang atau pihak lain untuk
mentaatinya.
3. Mjority Rule artinya suara terbanyak yang ditentukan dengan voting akan
menentukan keputusan, tanpa mempertimbangkan argumentasi.
4. Minority Consent artinya kelompok mayoritas yang memenangkan, namun
kelompok minoritas tidak merasa dikalahkan dan menerima keputusan
serta sepakat untuk melakukan kegiatan bersama
5. Compromise artinya kedua atau semua sub kelompok yang telibat dalam
konflik berusaha mencari dan mendapatkan jalan tengah.
6. Integration artinya pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan,
dipertimbangkan dan ditelaah kembali sampai kelompok mencapai suatu
keputusan yang memuaskan bagi semua pihak.
GOLONGAN-GOLONGAN YANG BERBEDA DAN INTEGRASI SOSIAL
Masyarakat Indonesia digolongkan sebagai masyarakat majemuk yang
terdiri dari berbagai suku bangsa dan golongan sosial yang dipersatukan
oleh kesatuan nasional yang berwujudkan Negara Indonesia. Masyarakat
majemuk dipersatukan oleh sistem nasional yang mengintegrasikannya
melalui jaringan-jaringan pemerintahan, politik, ekonomi, dan sosial. Aspek-
aspek dari kemasyarakatan tersebut, yaitu Suku Bangsa dan Kebudayaan,
Agama, Bahasa, Nasional Indonesia.
Masalah besar yang dihadapi Indonesia setelah merdeka adalah integrasi
diantara masyarakat yang majemuk. Integrasi bukan peleburan, tetapi
keserasian persatuan. Masyarakat majemuk tetap berada pada
kemajemukkannya, mereka dapat hidup serasi berdampingan (Bhineka
Tunggal Ika), berbeda-beda tetapi merupakan kesatuan. Adapun hal-hal
yang dapat menjadi penghambat dalam integrasi:
1. Tuntutan penguasaan atas wilayah-wilayah yang dianggap sebagai
miliknya
2. Isu asli tidak asli, berkaitan dengan perbedaan kehidupan ekonomi antar
warga negara Indonesia asli dengan keturunan (Tionghoa,arab)
3. Agama, sentimen agama dapat digerakkan untuk mempertajam
perbedaan kesukuan
4. Prasangka yang merupakan sikap permusuhan terhadap seseorang
anggota golongan tertentu
Integrasi Sosial adalah merupakan proses penyesuaian unsur-unsur yang
berbeda dalam masyarakat menjadi satu kesatuan. Unsur yang berbeda
tersebut meliputi perbedaan kedudukan sosial,ras, etnik, agama, bahasa,
nilai, dan norma. Syarat terjadinya integrasi sosial antara lain:
Anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi
kebutuhan mereka
Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan bersama mengenai norma
dan nilai sosial yang dilestarikan dan dijadikan pedoman
Nilai dan norma berlaku lama dan tidak berubah serta dijalankan secara
konsisten
Integrasi Internasional merupakan masalah yang dialami semua negara di
dunia, yang berbeda adalah bentuk permasalahan yang dihadapinya.
Menghadapi masalah integritas sebenarnya tidak memiliki kunci yang pasti
karena latar belakang masalah yang dihadapi berbeda, sehingga integrasi
diselesaikan sesuai dengan kondisi negara yang bersangkutan, dapat
dengan jalan kekerasan atau strategi politik yang lebih lunak. Beberapa
masalah integrasi internasional, antara lain:
1. perbedaan ideologi
2. kondisi masyarakat yang majemuk
3. masalah teritorial daerah yang berjarak cukup jauh
4. pertumbuhan partai politik
Adapun upaya-upaya yang dilakukan untuk memperkecil atau
menghilangkan kesenjangan-kesenjangan itu, antara lain:
Mempertebal keyakinan seluruh warga Negara Indonesia terhadap
Ideologi Nasional
Membuka isolasi antar berbagai kelompok etnis dan antar daerah/pulau
dengan membangun saran komunikasi, informasi, dan transformasi
Menggali kebudayaan daerah untuk menjadi kebudayaan nasional
Membentuk jaringan asimilasi bagi kelompok etnis baik pribumi atau
keturunan asing
INTEGRASI NASIONAL
Integrasi Nasional adalah penyatuan bagian-bagian yang berbeda
dari suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh
atau memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang banyak
jumlahnya menjadi suatu bangsa. Selain itu dapat pula diartikan bahwa
integrasi bangsa merupakan kemampuan pemerintah yang semakin
meningkat untuk menerapkan kekuasaannya di seluruh wilayah (Mahfud MD,
1993: 71).
- Integrasi tidak sama dengan pembauran atau asimilasi.
- Integrasi diartikan integrasi kebudayaan, integrasi sosial, dan pluralisme
sosial.
- Pembauran dapat berarti asimilasi dan amalganasi.
- Integrasi kebudayaan berarti penyesuaian antar dua atau lebih kebudayaan
mengenai berapa unsur kebudayaan (cultural traits) mereka, yang berbeda
atau bertentangan, agar dapat dibentuk menjadi suatu sistem kebudayaan
yang selaras (harmonis).
- Melalui difusi (penyebaran), di mana-mana unsur kebudayaan baru diserap
ke dalam suatu kebudayaan yang berada dalam keadaan konflik dengan
unsur kebudayaan tradisional tertentu.
Sumber :
http://ediz11.wordpress.com/2011/11/19/ilmu-sosial-dasar-bab-viii/
Pertentangan - Pertentangan Sosial dan Integrasi Masyarakat
0 komentar
Posted in
undefinedundefined
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kebutuhan merupakan suatu awal dari tingkah laku Individu. Individu itu sendiri bertingkah laku
karena adanya motivasi untuk memenuhi kepentingan dan kebutuhannya. Kebutuhan dan
kepentingan tersebut sifatnya esensial bagi individu itu sendiri. Jika kebutuhan dan kepentingan itu
terpenuhi maka ia akan merasa puas, namun juga sebaliknya, apabila pemenuhan kebutuhan dan
kepentingan itu gagal maka akan menimbulkan suatu masalah bagi dirinya pribadi serta
lingkungannya.
Dengan berpegang pada prinsip bahwa tingkah laku individu merupakan cara atau di dalam
masyarakat pada hakekatnya merupakan manifestasi pemenuhan dari kepentingan itu sendiri.
Pada umumnya secara psikologis dikenal ada dua jenis kepentingan dalam diri individu yaitu
kepentingan untuk memenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan sosial/psikologis.
Oleh karena itu individu mengandung arti bahwa tidak ada dua orang individu yang sama persis di
dalam aspek-aspek pribadinya, baik jasmani maupun rohani, maka dengan sendirinya timbul
perbedaan individu dalam hal kepentingannya. Perbedaan-perbedaan tersebut secara garis besar
disebabkan oleh 2 faktor, yaitu faktor pembawaan (Hereditas) dan faktor lingkungan sosial sebagai
komponen utama bagi terbentuknya keunikan individu. Perbedaan pembawaan akan
memungkinkan perbedaan individu dalam hal kepentingannya meskipun dengan lingkungan yang
sama. Sebaliknya lingkungan yang berbeda akan memungkinkan timbulnya perbedaan individu
dalam hal kepentingan meskipun pembawaannya sama.alat dalam memenuhi kepentingannya,
maka kegiatan yang dilakukannya
Merujuk pada latar belakang tersebut, akhirnya penulis tertarik untuk menyusun sebuah makalah
yang mengkaji mengenai tingkah laku individu dalam memenuhi kepentingan ataupun
kebutuhannya, dengan judul ”Pertentangan-pertentangan Sosial dan Integrasi Masyarakat”.
1.2. Identifikasi Masalah
Dalam penyusunan makalah ini penulis mencoba m,engidentifikasikan beberapa pertanyaan yang
akan dijadikan sebagai bahan dalam penyusunan dan penyelesaian makalah. Diantaranya yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan kebutuhan ?
2. Bagaimana pengertian dari prasangka dan diskriminasi ?
3. Apa yang dimaksud dengan ethnosentrisme dam stereotype?
4. Bagaimana eksistensi dari konflik dalam kelompok ?
1.3. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk memenuhi salah satu tugas
dari mata kuliah Ilmu sosial dasar, tapi juga bertujuan diantaranya untuk :
1. Mengetahui yang dimaksud dengan kebutuhan
2. Mengetahui pengertian dari prasangka dan diskriminasi
3. Mengetahui yang dimaksud dengan ethnosentrisme dam stereotype
4. Mengetahui eksistensi dari konflik dalam kelompok
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Prasangka dan Diskriminasi
Prasangka dan diskriminasi merupakan dua hal yang ada relevansinya. Kedua tindakan tersebut
dapat merugikan pertumbuhan, perkembangan dan bahkan integrasi masyarakat. Dari peristiwa
kecil yang menyangkut dua orang dapat meluas dan menjalar, melibatkan sepuluh orang, golongan
atau wilayah disertai yindakan kekerasan dan destruktif yang merugikan.
Prasangka me4mpunyai dasar pribadi, di mana setiap orang memiliki9nya, sejak masih kecil unsur
sikap bermusuhan sudaj tampak. Melalui proses belajar dan semakin besarnya manusia, membuat
sikap cenderung untuk membeda-bedakan. Perbedaan yang secara sosial silaksanakan antar
lembaga atau kelompok dapat menimbulkan prasangka melalui hubungan pribadi akan menjalar,
bahkan melembaga (turun menurun) sehingga tidak heran apabila prasangka ada pada mereka
yang tergolong cendekiawan, sarjana, pemimpin atau negarawan. Jadi prasangka pada dasarnya
pribadi dan dimiliki bersama. Oleh karena itu perlu mendapatkan perhatian dengan seksama,
mengingat bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa atau masyarakat multi etnik.
Suatu bhal uang saling berkaitan, apabila seorang individu mempunyai prasangka rasial biasanya
bertindak diskriminatif terhadap ras yang diprasangkainya. Rerapi dapat pula yang bertindak
diskriminatif tanpa didasari prasangka, dan sebaliknya seorang yang berprasangka dapat saja
bertindak tidak diskriminatif. Perbedaan terpokok antara prasangla dan diskriminatif ialah bahwa
prasangka menunjuk pada aspek sikap sedangkan diskriminatif menunjuk pada tindakan. Menurut
Morgan (1966) sikap ialah kecenderungan untuk berespons baik secara positif atau negatif terhadap
orang, objek atau situasi. Sikap seseorang baru diketahui bila ia sudah bertindak atau bertingkah
laku. Oleh karena itu bisa saja bahwa sikap bertentangan dengan tingkah laku atau tindakan.
Jadi prasangka merupakan kecenderungan yang tidak tampak, dan sebagai tindak lanjutnya timbul
tindakan, aksi yang sifatnya realistis. Dengan demikian diskriminatif merupakan tindakan yang
realistis, sedangkan prasangka tidak realistis dan hanya diketahui oleh individu masing-masing.
2.2. Erhnosentrisme dan Stereotype
Perasaan dalam dan luar kelompok merupakan dasar untuk suatu sikap yang disebut dengan
ethnosentrisme. Anggota dalam lingkungan suatu kelompok ,e,punyai kecenderungan untuk
menganggap segala yang termasuk dalam kebudayaan kelompok sendiri sebagai utama, baik riil,
logis, sesuai dengan kodrat alam, dan sebagainya, dan segala yang berbeda dan tidak masuk ke
dalam kelompok sendiri dipandang kurang baik, tidak susila, bertentangan dengan kehendak alam
dan sebagainya. Jecenderungan-jecenderungan tersebut disebut dengan enthosentrisme, yaitu
sikap untuk menilai unsur-unsur kebudayaan orang lain dengan mempergunakan ukuran-ukuran
kebudayaan sendiri.
Sikap enthosentrisme ini diajarkan kepada anggota kelompok baik secara sadar maupun secara
tidak sadar, bersama dengan nilai-nilai kebudayaan. Sikap ini dipanggil oleh suatu anggapan bahwa
kebudayaan dirinya kebih unggul dari kebudayaan lainnya. Bersama itu pula ia menyebarkan
kebudayaannya, bila perlu dengan kekuatan atau paksaan.
Proses diatas sering dipergunakan stereotype, yaitu gambaran atau anggapan ejek. Dengan
demikian dikembangkan sikap-sikap tertentu, misalnya mengejek, mengdeskreditkan atau
mengkambinghitamkan golongan-golongan tertentu. Stereotype diartikan sebagai tanggapan
mengenai sifat-sifat dan waktu pribadi seseorang atau golongan yang bercorak nnegatif sebagai
akibat tidak lengkapnya informasi dan sifatnya yang subjektif.
Dalam melakukan penilaian mengenai sesuati, seseorang cenderung menyederhanakan kategori ke
dalam dua kutub, seperti kaya miskinm rajin malas, pintar bodoh. Kecenderungan
menyederhanakan secara maksimal ini disebabkan individu lebih mudaj melakukan hal ini dari pada
melakukan penilaian secara majemuk. Dengan demikian stereotype bukan saja suatu kategori yang
tetap, tetapi juga mengandung penyederhanaan dan pemukulrataan secara berlebihlebihan.
Penyederhanaan dan pemukul rataan mengandung stereotype, sehingga merupakan dasar dari
prasangka.
2.3. Konflik Dalam Kelompok
Istilah konflik cenderung menimbulkan resfon-resfon yang bernada ketakutan atau kebencian,
padahal konplik itu sendiri merupakan suatu unsur yang penting dalam pengembangan dan
perubahan. Konflik dapat memberikan akibat yang merusak terhadap diri seseorang, terhadap
anggota-anggota kelompok lainnya, maupun terhadap masyarakat. Sebaliknya konflik juga dapat
membangun kekuatan yang konstruktif dalam hubungan kelompok. Jonflik merupakan suatu sifat
dan komponen yang penting dari proses kelompok, yang terjadi melalui cara-cara yang digunakan
orang untuk berkomunikasi satu dengan yang lain.
Konflik mengandung suatu pengertian tingkah laku yang lebih luas dari pada yang biasa
dibayangkan orang dengan mengartikannya sebagai pertentangan yang kasar dan perang. Dasar
konflik berbeda-beda. Dalam hal ini terdapat tiga elemen dasar yang merupakan ciri-ciri dari situasi
konflik yaitu :
1. terdapatnya dua atau lebih unit-unit atau bagian-bagiam yang terlibat dalam konflik
2. unit-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan-kebutuhan,
tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-nilai, sikap-sikap, maupun gagasan-gagasan.
3. terdapatnya interaksi di antara bagian-bagian yang mempunyai perbedaan-perbedaan tersebut.
Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang sering
dihubungkan dengannya, misalnya kebencian atau permusuhan. Konflik dapat terjadi pada
lingkungan yang paling kecil yaitu individu, sampai pada ruang lingkup yang paling besar yaitu
masyarakat :
1. Pada taraf di dalam diri seseorang, konflik menunjuk kepada adanya pertentangan,
ketidakpastian, atau emosi-emosi dan dorongan-dorongan yang antagonistik dalam diri seseorang
2. Pada taraf dalam kelompok, konflik-konflik ditimbulkan dari konflik-konflik yang terjadi di dalam diri
individu, dari perbedaan-perbedaan pada para anggota kelompok dalam tujuan-tujuan, nilai-niali dan
norma-norma, motivasi-motivasi mereka untuk menjadi anggota-anggota kelompok dan minat-minat
mereka
3. Pada taraf masyarakat, konflik juga bersumber pada perbedaan di antara nilai-nilai dan norma-
norma kelompok dengan nilai-nilai dan norma-norma kelompok lain di dalam masyarakat tempat
kelompok yang bersangkutan berada. Perbedaan dalam tujuan, niali, dan norma serta minat;
disebabkan oleh adanya perbedaan pengalaman hidup dan simber-sumber sosio ekonomis dalam
suatu kebudayaan tertentu dengan yang ada di da;am kebudayaan-kebudayaan yang lain.
Para penulis seperti Berstein, Coser, Follett, Simmel, Wilson, dan ryland; memandang konflik
sebagai sesuatu yang tidak dapat dicegah timbulnya, yang secara potensial dapat mempunyai
kegunaan yang fungsional dan konstrutif; namun sebaliknya, dapat pula tidak bersifat fungsional dan
destruktif (Bernstein, 1965). Konflik mempunyai potensi untuk memberikan pengaruh yang positif
maupun negatif dalam berbagai taraf interaksi manusia.
2.4. Integrasi Masyarakat dan Nasional
Integrasi masyarakat dapat diartikan adanya kerjasama dari seluruh anggota masyarakat, mulai dari
individu, keluarga, lembaga-lembaga dan masyarakat secara keseluruhan. Sehingga menghasilkan
persenyawaan-persenyawaan, berupa adanya konsensus nilai-nilai yang sama dijunjung tinggi.
Dalam hal ini terjadi kerja sama, akomodasi, asimilasi dan berkuranmgnya sikap-sikap prasangka di
antara anggota msyarakat secara keseluruhan.
Integrasi masyarakat akan terwujud apabila mampu mengendalikan prasangka yang ada di dalam
masyarakat, sehingga tidak terjadi konflik, dominasi, mengdeskriditkan pihak-pihak lainnya dan tidak
banyak sistem yang tidak saling melengkapi dan tumbuh integrasi tanpa paksaan. Oleh karena itu
untuk mewujudkan integrasi bangsa pada bangsa yang majemuk dilakukan dengan mengatasi atau
mengurangi prasangka.
Perlu dicari beberapa bentuk akomodatif yang dapat mengurangi konflik sebagai akibat dari
prasangka, yaitu melalui empat sistem, diantaranya ialah :
1. Sistem budaya seperti nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945
2. Sistem sosial seperti kolektiva-kolektiva sosial dalam segala bidang
3. sistem kepribadian yang terwujud sebagai pola-pola penglihatan (persepsi), perasaan (cathexis),
pola-pola penilaian yang dianggap pola-pola keindonesiaan, dan
4. Sistem Organik jasmaniah, di mana nasionalime tidak didasarkan atas persamaan ras.
Untuk mengurangi prasangka, keempat sistem itu harus dibina, dikembangkan dan memperkuatnya
sehingga perwujudan nasionalisme Indonesia dapat tercapai.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dengan berpegang pada prinsip bahwa tingkah laku individu merupakan cara atau di dalam
masyarakat pada hakekatnya merupakan manifestasi pemenuhan dari kepentingan itu sendiri. Pada
umumnya secara psikologis dikenal ada dua jenis kepentingan dalam diri individu yaitu kepentingan
untuk memenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan sosial/psikologis.
Oleh karena itu individu mengandung arti bahwa tidak ada dua orang individu yang sama persis di
dalam aspek-aspek pribadinya, baik jasmani maupun rohani, maka dengan sendirinya timbul
perbedaan individu dalam hal kepentingannya. Perbedaan-perbedaan tersebut secara garis besar
disebabkan oleh 2 faktor, yaitu faktor pembawaan (Hereditas) dan faktor lingkungan sosial sebagai
komponen utama bagi terbentuknya keunikan individu.
Sikap enthosentrisme ini diajarkan kepada anggota kelompok baik secara sadar maupun secara
tidak sadar, bersama dengan nilai-nilai kebudayaan. Sikap ini dipanggil oleh suatu anggapan bahwa
kebudayaan dirinya kebih unggul dari kebudayaan lainnya. Bersama itu pula ia menyebarkan
kebudayaannya, bila perlu dengan kekuatan atau paksaan.
Proses diatas sering dipergunakan stereotype, yaitu gambaran atau anggapan ejek. Dengan
demikian dikembangkan sikap-sikap tertentu, misalnya mengejek, mengdeskreditkan atau
mengkambinghitamkan golongan-golongan tertentu. Stereotype diartikan sebagai tanggapan
mengenai sifat-sifat dan waktu pribadi seseorang atau golongan yang bercorak nnegatif sebagai
akibat tidak lengkapnya informasi dan sifatnya yang subjektif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Widjaya, A.W. 1985.Ilmu Sosial Dasar. Penerbit Akademika Pressindo. Jakarta
2. Zen, MT. Sains, Tekhnologi dan Hari Depan Manusia. Penerbit PT. Gramedia, Jakarta
3. …….(ed). 1986. Manusia Indonesia : Individu, Keluarga dan Masyarakat. Penerbit Akademika
Pressindo. Jakarta