implementasi e- government di indonesia makalah
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI E- GOVERNMENT DI INDONESIA
MAKALAH
Diajukan sebagai tugas Sistem Informasi Manajemen Sektor Publik
Disusun untuk:
Nurjati Widodo, S. AP., M. AP.
Disusun Oleh:
Aji Bagus Satya 145030100111063
Muhammad Nurseha Dwi 145030100111088
Bayu Adi Pratama 145030101111111
Reinaldi Agung 145030107111022
M Asyiq Abdurrahman 145030107111042
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK
MALANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada abad ke-21 ini, perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan
komunikasi sangat pesat. Berbagai sistem informasi internet dan komunikasi
digunakan pada lingkungan pemerintah dan dikenal sebagai e – government.
Dalam perkembangannya saat ini e-government banyak digunakan oleh
pemerintah pusat maupun daerah yang sudah memiliki SDM serta fasilitas yang
memadai. Dalam pelaksanaanya e-goverment membutuhan dana yang tidak
sedikit dan membutuhkan tenaga ahli yang kompeten dalam hal ini serta kesiapan
dari masyarakat itu sendiri. Hasil dari penelitian di beberapa negara berkembang
menujukan bahwa permerintahan di negara tersebut belum bahkan tidak sama
sekali melaksanaan pemerintahan secara online, di karenakan pemerintahan di
negara tersebut masih bersifat tradisional dan belum ada tenaga ahli yang
kompeten untuk melaksanakan e-goverment tersebut. Dalam kesempatan ini
penulis mengajak untuk belajar bagaimana cara pelaksanaan, tata cara
pengelolaan, serta kendala dalam penerapan e-goverment di indonesia.
Pemerintahan elektronik atau e-government (berasal dari kata Bahasa
Inggris electronics government, juga disebut e-gov, digital government, online
government atau dalam konteks tertentu transformational government) adalah
penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan informasi
dan pelayanan bagi warganya, urusan bisnis, serta hal-hal lain yang berkenaan
dengan pemerintahan. e-Government dapat diaplikasikan pada legislatif, yudikatif,
atau administrasi publik, untuk meningkatkan efisiensi internal, menyampaikan
pelayanan publik, atau proses kepemerintahan yang demokratis. Model
penyampaian yang utama adalah Government-to-Citizen atau Government-to-
Customer (G2C), Government-to-Business (G2B) serta Government-to-
Government (G2G). Keuntungan yang paling diharapkan dari e-government
adalah peningkatan efisiensi, kenyamanan, serta aksesibilitas yang lebih baik dari
pelayanan publik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan e-goverment di instansi pemerintahan?
2. Bagaimana tata cara pengelolaan e-goverment?
3. Apa saja kendala dalam pengaplikasian e-goverment?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pelaksanaan E- Government di instansi pemerintah.
2. Untuk mengetahui tat acara pengelolaan E- Government.
3. Untuk mengetahui kendala dalam pengaplikasian E- Government.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi E- Government
E-government adalah tentang penyampaian informasi pemerintah dan
penyelenggaraan pelayanan secara online melalui internet atau alat digital lainnya.
Sedangkan menurut Holmes (2000), E-Gov didefinisikan sebagai “Kegunaan
Teknologi Informasi untuk memberikan/menyajikan pelayanan kepada publik
dengan lebih nyaman, berorientasi pada konsumen, mengefektifkan biaya, dan
secara keseluruhan merupakan cara yang lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan
penulis lain (Fang, 2002; Seifert and Bonham, 2004) mendefinikan E-government
merupakan sebuah cara bagaimana pemerintah menggunakan teknologi informasi
khususnya aplikasi internet berbasis web, untuk menyediakan akses yang mudah
terhadap informasi pemerintah dan menyediakan pelayanan publik, juga untuk
meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan, serta melakukan transformasi
hubungan antara pejabat publik dengan penduduk dan juga bisnis. Dari berbagai
definisi ini, umumnya pemerintah- pemerintah di dunia yang
mengimplementasikan E-Gov menggunakan definisi dari Bank Dunia[2], yaitu
pemanfaatan Teknologi Informasi (seperti Wide Area Network, Internet, Mobile
Computing) oleh agen pemerintah yang mampu mentransformasi hubungan dengan
penduduk, bisnis serta unit pemerintah lainnya.
Secara garis besar dari definisi-definisi yang beredar mengenai E-Gov dapat
disimpulkan bahwa E-Gov mempunyai beberapa penekanan penting yaitu pada:
a. adanya pemanfaatan teknologi informasi (Internet, WAN, Mobile Computing
dll).
b. adanya tujuan untuk meningkatkan layanan kepada publik yaitu dengan adanya
pelayanan umum secara online (Online Public Services).
c. adanya tujuan untuk melakukan transformasi hubungan antara agen pemerintah
dengan penduduk, bisnis ataupun dengan unit pemerintah lainnya.
2.2 Faktor- Faktor yang Menimbulkan Penerapan E- Government
Pada zaman yang serba berhubungan dengan IT perlu adanya penyesuaian
dalam pelaksanaan pemerintahan dalam berbagai sektor, salah satu yang harus
menyesuaikan adalah sektor pelayanan publiknya, karena pelayanan publik
berhubungan langsung dengan masyarakat penerima hasil dari proses pemerintahan
tersebut, maka wajar perlu adanya peningkatan proses pelayanan kepada
masyarakat. Namun masih banyak faktor-faktor yang menghambat tercapainya
tujuan tersebut,faktor internal ataupun faktor eksternal baik makro ataupun micro
yang ada dalam negara Indonesia selaku penyelenggara E-government .
2.2.1 Faktor Internal
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan E-government di negara
Indonesia diantaranya kepemimpinan, SDM, pengelolaan informasi dan budaya
organisasi yang masih belum seperti diharapkan.
2.2.2 Faktor Eksternal
Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan E-government yakni sejarah,
budaya, pendidikan, pandangan politik, kondisi ekonomi, dari negara Indonesia.
Faktor-faktor ini sendiri yang menentukan mampu atau tidak dinegara Indonesia
melaksanakan E-government seperti yang diharapkan.
2.3 Macam- Macam E- Government
E-government dilakukan oleh pemerintah dan menggunakan teknologi
informasi. Teknologi informasi tersebut digunakan untuk mendukung proses
pelayanan publik berupa pertukaran informasi dan pelayanan kepada penduduk,
perusahaan, dan pemerintah lainya. E-government dapat memberikan keutungan
berupa kemudahan dalam pembuatan KTP, pembayaraan pajak, penyediaan data
demografi, dan sebagainya. E-government adalah adalah e-business yang dilakukan
oleh pemerintah untuk menjalankan proses bisnisnya, yaitu pemerintahan dan
layanan masyarakat.
2.3.1 E-Commerce (EC)
E-Commerce (EC) adalah pembelian dan penjualan barang atau jasa melalui
sistem elektronik seperti internet dan jaringan komputer lainnya.
(http://en.wikipedia.org/wiki/E-commerce) E-Commerce adalah bagian dari e-
business karena adanya penggunaan teknologi informasi berupa internet dan
jaringan komputer lainnya untuk menjalankan proses bisnis utama berupa
pembelian dan penjualan.
2.3.2 E- Market
E-Market yaitu tempat bertemunya para penjual dengan para pembeli
melalui media elektronik dan tersambung dalam sebuah jaringan yang disebut
internet.Dalam penerapanya telah diciptakan berbagai macam istilah salah satunya
e-market dan membuat sedikit bergesernya define dari pasar itu sendiri. Dari bentuk
pasar yang konvensional, yaitu pembeli dan penjual bertemu langsung secara fisik,
ke bentuk pasar di era digital. Apalagi sekarang ini, di saat teknologi sudah semakin
maju dan Internet telah menjadi salah satu gaya hidup dalam masyarakat di seluruh
dunia. Dengan ada e-market, membuat sebuah kegiatan jenis belanja dengan
bentuk baru yaitu belanja secara online (online shopping). Belanja secara online
dapat dikatakatan sebuah proses dimana pembeli langsung membeli barang atau
jasa dari penjual secara realtime melalu internet.
2.3.3 E- Product
E-product merupakan produk yang ditawarkan melalui bisnis di internet.
Dan produk yang dapat diunduh melalu jaringan. E-business juga melahirkan istilah
untuk barang-barang yang ditawarkan melalui internet, baik yang secara fisik atau
hanya berupa data digital. Produk-produk yang secara global menjadi kebutuhan
dan diminati masyarakat serta memiliki standar kualitaslah yang dapat dipasarkan
melalui Internet mengingat orang-orang yang terkait dengan e-market berasal dari
berbagai daerah, bahkan negara, yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pelaksanaan E- Goverment di Instansi Pemerintahan
Dalam pelaksanaanya e-government sudah mulai bekembang di indonesia
khususnya pada bidang pelayanan masyarakat yang bersifat terbuka dan
transparan. E-Gov di Indonesia mulai dilirik sejak tahun 2001 yaitu sejak
munculnya Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2001 tgl. 24 April 2001 tentang
Telematika (Telekomunikasi, Media dan Informatika) yang menyatakan bahwa
aparat pemerintah harus menggunakan teknologi telematika untuk mendukung
good governance dan mempercepat proses demokrasi. Namun dalam
perjalanannya inisiatif pemerintah pusat ini tidak mendapat dukungan serta respon
dari segenap pemangku kepentingan pemerintah yaitu ditandai dengan
pemanfaatan teknologi informasi yang belum maksimal.
Berdasarkan data yang ada, pelaksanaan E-Government di Indonesia
sebagian besar barulah pada tahap publikasi situs oleh pemerintah atau baru pada
tahap pemberian informasi, dalam tahapan Layne & Lee baru masuk dalam
Cataloguing. Data Maret 2002 menunjukkan 369 kantor pemerintahan telah
membuka situs mereka. Akan tetapi 24% dari situs tersebut gagal untuk
mempertahankan kelangsungan waktu operasi karena anggaran yang terbatas. Saat
ini hanya 85 situs yang beroperasi dengan pilihan yang lengkap. (Jakarta Post, 15
Januari 2003). Indikator lainnya adalah penestrasi internet baru mencapai 1,9 juta
penduduk atau 7,6 persen dari total populasi Indonesia pada tahun 2001. Pada
tahun 2002 dengan 667.000 jumlah pelanggan internet dan 4.500.000 pengguna
komputer dan telepon, persentasi penggunaan internet di Indonesia sangatlah
rendah. (Sumber: Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia/APJII).
Pada tahun 2003, di era Presiden Megawati Soekarno Putri, Pemerintah
mengeluarkan suatu kebijakan yang lebih fokus terhadap pelaksanaan E-Gov,
melalui Instruksi Presiden yaitu Inpres Nomor 3 tahun 2003. Inpres ini berisi
tentang Strategi Pengembangan E-gov yang juga sudah dilengkapi dengan
berbagai Panduan tentang e-gov seperti: Panduan Pembangunan Infrastruktur
Portal Pemerintah; Panduan Manajemen Sistem Dokumen Elektronik Pemerintah;
Pedoman tentang Penyelenggaraan Situs Web Pemda; dan lain-lain.
Demikian pula berbagai panduan telah dihasilkan oleh Depkominfo pada
tahun 2004 yang pada dasarnya telah menjadi acuan bagi penyelenggaraan e-gov
di pusat dan daerah. Dalam Inpres ini, Presiden dengan tegas memerintahkan
kepada seluruh Menteri, Gubernur, Walikota dan Bupati untuk membangun E-
government dengan berkoordinasi dengan Menteri Komunikasi & Informasi.
Di lihat dari pelaksanaan aplikasi e-gov setelah keluarnya Inpres ini maka
dapat dikatakan bahwa perkembangan pelaksanaan implementasi E-Gov masih
jauh dari harapan. Data dari Depkominfo (2005) menunjukkan bahwa hingga akhir
tahun 2005 lalu Indonesia baru memiliki:
1. 564 domain go.id;
2. 295 website pemerintah pusat dan pemda;
3. 226 website telah mulai memberikan layanan publik melalui website;
4. 198 website pemda masih dikelola secara aktif.
Beberapa pemerintah daerah memperlihatkan kemajuan cukup berarti.
Bahkan Pemkot Surabaya sudah mulai memanfaatkan e-gov untuk proses
pengadaan barang dan jasa (e-procurement). Beberapa pemda lain juga berprestasi
baik dalam pelaksanaan e-gov seperti: Pemprov DKI Jakarta, Pemprov DI
Yogyakarta, Pemprov Jawa Timur, Pemprov Sulawesi Utara, Pemkot Yogyakarta,
Pemkot Bogor, Pemkot Tarakan, Pemkab Kebumen, Pemkab. Kutai Timur,
Pemkab. Kutai Kartanegara, Pemkab Bantul, Pemkab Malang.
Sementara itu dari sisi infrastruktur, layanan telepon tetap masih di bawah
8 juta satuan sambungan dan jumlah warung telekomunikasi (Wartel) dan warung
Internet (Warnet) yang terus menurun karena tidak sehatnya persaingan bisnis.
Telepon seluler menurut data Depkominfo tersebut telah mencapai 24 juta ss.
Meski kepadatan telepon tetap di beberapa kota besar bisa mencapai 11%-25%,
kepadatan telepon di beberapa wilayah yang relatif tertinggal baru mencapai 0,2%.
Jangkauan pelayanan telekomunikasi dalam bentuk akses telepon baru mencapai
65% desa dari total sekitar 67.800 desa yang ada di seluruh tanah air. Jumlah
telepon umum yang tersedia hingga saat ini masih jauh dari target 3% dari total
sambungan seperti ditargetkan dalam penyusunan Program Pembangunan Jangka
Panjang II dahulu.
Sementara itu jumlah pelanggan dan pengguna Internet masih tergolong
rendah jika dibandingkan dengan total penduduk Indonesia. Hingga akhir 2004
berbagai data yang dikompilasi Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII)
memberikan jumlah pelanggan Internet masih pada kisaran 1,9 juta, sementara
pengguna baru berjumlah 9 juta orang. Rendahnya penetrasi Internet ini jelas
bukan suatu kondisi yang baik untuk mengurangi lebarnya kesenjangan digital
(digital divide) yang telah disepakati pemerintah Indonesia dalam berbagai
pertemuan Internasional untuk dikurangi.
Contoh Aplikasi e-government yang sudah diimplemntasikan di Indonesia
oleh dinas kependudukan dan pencatatan sipil yaitu :
1. Pelayanan KTP Online
Saat ini hampir semua pemerintahan daerah di Indonesia sudah mempunyai
website, dengan isi informasi umum seperti struktur organisasi, visi dan misi,
alamat pejabat-pejabat, informasi pariwisata, pendidikan dan sebgaianya.
Pemrosesan Pembuatan KTP secara online via Internet ini dipandang perlu dalam
rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Diharapkan aplikasi ini dapat
bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi waktu, mengatasi prosedur manual yang
tidak praktis, dan sebagainya.
Pelayanan KTP Online adalah sebuah aplikasi untuk pembuatan Kartu
Tanda Penduduk secara online baik bagi yang akan membuat KTP baru maupun
yang akan melakukan perpanjangan. Dengan Aplikasi ini pemohon KTP dapat
melakukan peromohonanya secra langsung, dengan mengklik menu yang tersedia
pada website.
Aplikasi Pelayanan KTP online ini mempunyai beberapa tugas sebagai
berikut:
a. Menyimpan biodata Penduduk
b. Menyimpan data Kecamatan
c. Menyimpan data permohonan
d. Menyimpan data masa berlaku
2. Pelayanan Izin Gangguan (HO) Online
Aplikasi pelayanan masyarakat ini untuk pengurusan izin gangguan bagi
yang akan menjalankan sebuah usaha ataupun untuk perpanjangan bagi usaha yang
sudah memiliki izin usaha yang telah habis masa berlakunya. Pada Aplikasi ini
masyarakat yang akan memohon izin gangguan (HO) tinggal memilih layanan
yang diinginkan, izin gangguan untuk usaha baru atau perepanjangan izin
gangguan lama.
Dengan Aplikasi ini setiap pemohon dapata mengajukan permohonan dan
mengisi formulir permohonan kapanpun dan dimana pun, selagi masih terhubung
dengan internet. Dengan begitu, pemohon tidak perlu mewakilkan ke orang lain
untuk pengurusan izin ini.
3.1.1 Contoh Penerapan Aplikasi E- Government di Indonesia
1. Kabupaten Sragen mengembangkan “One Stop Service (OSS)”
OSS Center adalah sebuah institusi yang memberikan dukungan
pengembangan satuan kerja layanan perijinan terpadu atau lebih dikenal dengan
istilah One Stop Services disingkat OSS (lihat About OSS). OSS Center
mendukung terwujudnya inovasi layanan perijinan terpadu d idaerah yang pada
kenyataannya masih memiliki keterbatasan untuk dari tingginya kompetisi bisnis
di tingkat lokal dan nasional, keberadaan OSS Center akan memiliki korelasi
positif terhadap perbaikan pelayanan publik pemerintah terhadap investor (baik
PMA maupun PMDN) dan pebisnis lokal. Dengan terbentuknya OSS Center di
tingkat nasional dan regional (propinsi), diharapkan akan memiliki andil dalam
perbaikan iklim investasi dan kualitas pelayanan perijinan di Indonesia. OSS
Center akan memberikan pendampingan pada OSS bagi daerah-daerah yang
membutuhkan melalui penguatan sistem dan informasi, menganalisa kebutuhan
dan melakukan asistensi di tiap level kebijakan pemerintah, mengidentifikasi
kelebihan dan kekurangan dari satuan kerja pelayanan perijinan usaha dan
investasi, serta bentuk-bentuk asistensi lainnya. Selain itu, dengan keberadaan
OSS Center ini diharapkan akan membentuk jaringan data dan informasi yang luas
antar stakeholder dalam ranah investasi nasional dan lokal.
Terbentuknya OSS Center ini ternyata sejalan dengan Instruksi Presiden
Nomor 3 tahun 2006 tentang Paket Kebijakan Investasi dimana dalamkebijakan
tersebut dituangkan berbagai hal yang harus diatur kembali agar iklim investasi di
Indonesia dapat tumbuh dan bersaing di skala internasional. Dengan dukungan
dukungan luas dari jaringan Forum Daerah (Forda UKM), lembaga-lembaga yang
concern pada pengembangan usaha dan investasi baik pemerintah maupun non
pemerintah, sektor swasta serta keterlibatan media cetak dan elektronik, OSS
Center diharapkan mampu menjadi motivator terciptanya perbaikan kualitas
layanan perijinan usaha dan investasi di Indonesia. Sedangkan manfaat nyata dari
OSS ini adalah: OSS diharapkan mampu melayani seluruh perijinan yang
dibutuhkan oleh investor dan dunia usaha di daerah masing-masing, mulai dari ijin
mendirikan bangunan (IMB), ijin gangguan (HO), ijin usaha (SIUP, TDP, TDI,
IUT, IUI, TDG, dll) atau ijin per sektor seperti ijin usaha restora, ijin pendirian
salon dan OSS Center akan memberikan berbagai informasi dan pelatihan tentang
sistem, metode, dan cara untuk mengembangkan layanan perijinan dan investasi
di Indonesia yang dapat diakses secara langsung di kantor OSS Center atau melalui
telepon, email, dan website (www.oss-center.net). OSS Center juga akan
menghubungkan pemerintah kota/kabupaten dan OSS di seluruh Indonesia dengan
lembaga pendamping atau lembaga-lembaga lain yang dapat memberikan bantuan
teknis untuk pengembangan OSS.
2. Pemerintah Surabaya menerapkan e-procurement
Dengan adanya e-procurement yang dikembangkan pemerintah Surabaya
http://www.surabaya-eproc.or.id maka masyarakat Surabaya bisa lebih mudah
untuk mengetahui projek yang sedang ada dan mereka bisa lebih mudah untuk
mengetahui projek yang sedang ada dan mereka bisa lebih mudah untuk ikut
didalam lelang tender projek tersebut.
3. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
BPPT termasuk salah satu bagian pemerintahan yang telah
mengembangkan sebuah sistem TEWS yang sering disebut dengan Tsunami Early
Warning System. Sistem ini digunakan sebagai pemberi sinyal ke pusat yang
menandakan kemungkinan ada tsunami. Dan jika sistem dipusat menerima sinyal
dari satelit bahwa disuatu tempat akan terjadi tsunami, maka sistem control room
akan menentukan sirene mana yang akan dibunyikan, dan akan mengirim sms
secara langsung kepada orang-orang yang berwewenang didaerah dimana
kemungkinan tsunami itu akan terjadi, supaya bisa diinformasikan kemasyarakat.
Sistem TEWS ini, menggunakan sistem jaringan yang sangat kompleks, dan setiap
peralatan yang digunakan telah menggunakan Internet Protocol (IP) yang spesifik.
Misalnya, Sirene, Sensor dan beberapa tools lainnya. Selain contoh-contoh yang
diatas, masih banyak daerah-daerah atau departemen atau lembaga pemerintahan
yang lain yang telah mengembangkan e-government misalnya dibagian e-learning,
e-registration, samsat dan lain sebagainya.
3.2 Tata Cara Pengelolaan E- Government
Dalam pengeloaanya e-goverment pertama-tama yang harus dilihat adalah
bagaimana sistem pemerintahan berjalan sebelum penerapan e-government,
karena untuk menjalankan e-government diperlukan suatu sistem informasi yang
baik, teratur dan sinergi dari masing-masing lembaga pemerintahan, sehingga dari
kesemuanya itu bisa didapatkan suatu sistem informasi yang terjalin dengan baik.
Karena dengan sistem informasi yang demikian akan memudahkan pemerintah
dalam menjalankan fungisnya ke masyarakat. Sedangkan untuk mewujudkan
sistem informasi yang baik, teratur dan sinergi antara lembaga pemerintahan, maka
sistem informasi dari masing-masing lembaga pemerintahan harus memenuhi
suatu standar sistem informasi, dimana standar ini meliputi persyaratan minimal
untuk faktor-faktor dari sistem informasi tersebut.
Dalam pengertian sistem informasi secara umum, maka unsur-unsur yang
terkandung didalamnya adalah manusia,teknologi, prosedurdan organisasi. Untuk
memenuhi konsep sistem informasi yang baik maka dari masing-masing unsur
tersebut harus memiliki standar yang harus dipatuhi dan dijalankan, sehingga
sistem informasi dari satu lembagapemerintah ke lembaga pemerintah lainnya
dapat terhubung, dan informasi yang dihasilkan dari sistem informasi tersebut bisa
dipergunakan untuk keperluan pemerintah dalam menjalankan fungsinya baik
kedalam maupun keluar.
Kemudian dalam konteks e-government, maka kita akan berbicara
mengenai sistem informasi yang berbasiskan komputer, karena untuk mewujudkan
e- government tidak ada jalan lain bahwa yang harus dilakukan pertama-tama
adalah mengotomatisasi semua unsur yang terdapat dalam sistem informasi dan
untuk memperlancar otomatisasi tersebut maka dipergunakanlah teknologi ICT
yang dapat mendukung yaitu komputer.
3.3 Kendala dalam Pengaplikasian E- Government
Salah satu kendala utama dalam pelaksanaan e-government adalah
kurangnya ketersediaan infrastruktur telekomunikasi. Jaringan telepon masih
belum tersedia di berbagai tempat di Indonesia. Biaya penggunaan jasa
telekomunikasi juga masih mahal. Harapan kita bersama hal ini dapat diatasi
sejalan dengan perkembangan telekomunikasi yang semakin canggih dan semakin
murah. Kendala lainnya adalah masih banyaknya penyelenggara pelayanan publik
baik di pusat maupun daerah yang belum mengakomodir layanan publiknya
dengan fasilitas internet. Terutama pada institusi pusat dengan unit pelaksana
teknisnya dan juga dengan institusi lain dengan item pelayanan yang sama (G2G=
government to Government). Dengan kata lain hal ini belum terkoordinir dengan
baik dan masih kuatnya kepentingan di masing-masing sektor.
Sistem informasi yang berbasiskan komputer menggunakan komponen-
komponen berikut ini seperti data, prosedur, manusia, software dan hardware.
Tetapi sebelum menjalankan sistem informasi yang berbasiskan komputer,
sebelumnya yang harus dibenahi adalah sistem informasi yang bukan berbasiskan
komputer, karena otomatisasi tidak akan mempunyai pengaruh yang signifikan
apabila sistem informasi yang bukan berbasiskan komputernya belum bagus.
Dengan demikian tidaklah heran apabila negara yang dapat menjalankan e-
government hanyalah negara-negara maju (dalam konteks e-government
seutuhnya, bukan semata-mata situs informasi dari pemerintah). Karena untuk
membereskan sistem informasi dalam satu lembaga pemerintah saja sudah sangat
sulit apalagi harus tercapainya sinergi dari sistem informai dari lembaga-lembaga
pemerintahan, karena hal ini berkaitan erat dengan faktor budaya, politik dan
ekonomi suatu negara.
Data: Tampilan bentuk e-government
Dalam penerapan e-government di Indonesia banyak lembaga – lembaga
yang memakai e-goverrnment sebagai bentuk transparansi dari lembaga tersebut.
Salah satunya adalah MPR RI dimana MRP merupakan dan legislatif yang ada di
Indonesia. Tujuan dari di terapkanya e-government di MPR RI ini adalah agar
masyarakat bisa mengetahiu apa saja yang sedang berjalan di dalam MPR RI itu
sendiri dan agar tidah ada salah paham antara masyarakat dan MPR RI mengenai
usulan – usulan ataupun kebijakan yang di buat oleh lembaga tersebut.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
E-government adalah penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah
untuk memberikan informasi dan pelayanan bagi warganya, urusan bisnis, serta
hal-hal lain yang berkenaan dengan pemerintahan. Dalam pelaksanaanya e-
goverment sudah mulai bekembang di indonesia khususnya pada bidang pelayanan
masyarakat yang bersifat terbuka dan transparan. E-Gov di Indonesia muncul
karena adanyaInstruksi Presiden No. 6 Tahun 2001 tgl. 24 April 2001 tentang
Telematika (Telekomunikasi, Media dan Informatika) yang menyatakan bahwa
aparat pemerintah harus menggunakan teknologi telematika untuk mendukung
good governance dan mempercepat proses demokrasi.
Dalam pengeloaanya e-goverment pertama-tama yang harus dilihat adalah
bagaimana sistem pemerintahan berjalan sebelum penerapan e-government,
karena untuk menjalankan e-government diperlukan suatu sistem informasi yang
baik, teratur dan sinergi dari masing-masing lembaga pemerintahan, sehingga dari
kesemuanya itu bisa didapatkan suatu sistem informasi yang terjalin dengan baik.
Salah satu kendala utama dalam pelaksanaan e-government adalah
kurangnya ketersediaan infrastruktur telekomunikasi. Jaringan telepon masih
belum tersedia di berbagai tempat di Indonesia.
3.2 Saran
Dengan semakin majunya teknologi yang begitu pesat diharapkan
pemerintah saling bersinergi dengan para stakeholders yang ada agar untuk
semakin memajukan dan memaksimalkan penerapan e-gov di indonesia
khususnya didalam pemerintah agar dapat menunjang berbagai macam pekerjaan
agar lebih efektif,efisien dan akuntabel.
DAFTAR PUSTAKA
Anggono, Bambang Dwi, 2007. Kesejajaran ABG E- Government.
Depkominfo, 2005. Peluang Indonesia Untuk Bangkit Melalui Implementasi E-
Government. Laguboti, Toba.
https://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintahan_elektronik
http://puzzleminds.com/penerapan-e-government-sebagai-media-transparansi-
dan-akuntabilitas-pemerintah/
http://www.mpr.go.id/
http://kpmptsp.metrokota.go.id/
http://www.e-ktp.com/