implementasi empat pilar pendidikan pondok...
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN
PONDOK PESANTREN AGRO NUUR EL-FALAH
KELURAHAN PULUTAN KECAMATAN SIDOREJO
KOTA SALATIGA TAHUN 2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd )
Oleh:
SITI NIADHATUL KHASANAH
NIM. 23010150062
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( PAI )
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2019
ii
iii
IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN
PONDOK PESANTREN AGRO NUUR EL-FALAH
KELURAHAN PULUTAN KECAMATAN SIDOREJO KOTA
SALATIGA TAHUN 2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan ( S.Pd )
Oleh:
SITI NIADHATUL KHASANAH
NIM. 23010150062
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( PAI )
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2019
iv
LEMBAR PESRSETUJUAN PEMBIMBING
v
vi
PERNYATAAN DEKLARASI DAN PUBLIKASI SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Siti Niadhatul Khasanah
NIM : 23010150062
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain. Pendapat atau temuan orang
lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik
ilmiah. Skripsi ini diperbolehkan untuk dipublikasikan pada e-repository IAIN
Salatiga
Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, April 2019
Yang Menyatakan
Siti Niadhatul Khasanah
NIM. 23010150062
vii
MOTTO
ق ل غ ه اب ب ل ك ح ت ف ي الجديدني كل اهس شاسع والجد
“Kesungguhan itu dapat mendekatkan sesuatu yang jauh, dan bisa
membuka pintu yang terkunci”
(Imam Syafi‟i)
viii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi Rabbil „Alamiin, puji syukur teruntai dari sanubariku yang
terdalam atas karunia dan rahmat Allah SWT, dengan segenap rasa cinta dan
sayang, saya persembahkan karya sederhana ini untuk:
1. Bapak dan ibu tercinta, bapak M.Ikhsani dan Ibu Sri Nasyifah sepasang
malaikat penjagaku di bumi-Nya, pelita hidup yang tak pernah padam,
terimakasih atas semua semangat dan kasih sayang , rangkaian do‟a yang
tak pernah henti terus mengiringi dan menguatkan setiap langkah. Semoga
tahun depan berangkat ke Baitullah. Ammin
2. Adik-adik saya, Siti Fazia Milka Mevina dan Siti Keisya Hazna Aulia,
kalian penyemangatku ketika hati dan fikiran ini mulai layu. Aku sayang
kalian.
3. Almaghfurlah Romo K.H Mahfudz Ridwan dan ibu Nyai Hj. Nafisah yang
saya ta‟dzimi, orang tua kedua di pondok pesantren Edi Mancoro. Ilmu
yang beliau berikan tak akan mampu kubalas dengan materi apapun.
Sempga surga menemukan kita.
4. Kyai Muhammad Hanif dan Bu Nyai Rosyidah Lc. Yang selalu
memberikan nasihat dan kasih sayang dan selalu mendoakan saya.
5. Para Guru dan Dosen, khususnya Bapak Dr. H. Imam Sutomo, M.Ag yang
selalu membimbing demi terselesainya skripsiku dan menjadi pelita dalam
studiku.
ix
6. Suprihatin yang selalu memberikan motivasi, nasihat, dan dukungan.
Terimakasih atas kesabaranmu dan telah menjadi warna dalam hidupku.
7. Keluarga besar pondok pesantren Edi Mancoro, terkhusus teman-teman
kamar 20 yang selalu menghiburku.
8. Teman-teman KKN posko 92 yang saya sayangi.
9. Teman-teman seperjuangan PAI angkatan 2015.
10. Almamaterku tercinta IAIN Salatiga.
11. Dan untuk semuanya, terima kasih.
x
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
atas limpahanrahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW,
keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah di Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M. Ag. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam, yang berkenan mengoreksi dan mengarahkan judul skripsi di tengah
padatnya tugas.
4. Bapak Dr. H. Imam Sutomo, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah
berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan
bimbingan, arahan serta ide cemerlangnya dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Muh. Hafidz, M. Ag., selaku dosen pembimbing akademik,
beserbapak dan ibu dosen yang telah berkenan membimbing penulis
selama masa studi.
xi
xii
ABSTRAK
Khasanah, Siti Niadhatul, 2019. Implementasi Empat Pilar Pendidikan Pondok
Pesantren Agro Nuur El-Falah Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo
Kota Salatiga Tahun 2019. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam,
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri
Salatiga. Pembimbing Dr. Imam Sutomo, M.Ag.
Kata Kunci: Empat Pilar Pendidikan, Faktor penghambat dan Pendukung
Tujuan penulisan skripsi ini adalah: 1) untuk mengetahui implementasi
empat pilar pendidikan pondok pesantren Agro Nuur El-Falah. 3) untuk
mengetahui hambatan dan pendukung adanya penerapan empat pilar pendidikan
pondok pesantren Agro Nuur El-Falah.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Sumber
data dalam penelitian ini meliputi sumber primer dan sumber sekunder.
Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi
dengan menggunakan analisis data kualitatif teknik triangulasi.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa: Pondasi yang digagas oleh
UNESCO mengenai keberhasilan pendidikan diukur dari hasil empat pilar
pendidikan (Learning to know, learning to be, learning to do, dan learning to live
together) yang diterapkan pada pondok pesantren Agro Nuur El-Falah. 1) Ragam
kegiatan yang dilaksanakan pondok pesantren menurut kurikulum Tarbiyatul
Falah Al-Islamiyah (TFI) yang telah ditetapkan dengan diaplikasikan berbagai
program pendidikan formal maupun informal, program pendidikan harian,
mingguan, bulanan, dan tahunan serta program khusus mahasantri serta penerapan
empat pilar pendidikan yang lebih menonjol yaitu learning to live together dan
learning to know. Banyak kegiatan intra dan ekstra yang telah diterapkan, dan
terdapat respon positif dan inisiatif dari pengurus, para asatidz, dan para santri.
Dengan adanya kegiatan-kegiatan yang diterapkan oleh pondok pesantren
bertujuan untuk memberikan output di masa yang akan datang dan
mengembangkan hardskill dan softskill para santri. 2) Adapun faktor penghambat
dalam penerapan empat pilar pendidikan antara lain: Sumber daya manusia belum
maksimal, fasilitas kurang memadai, malas, kurang pandai membagi waktu dan
kurang koordinasi dan kesolidan, kemudian faktor yang menjadi pendukung
antara lain: semangat dan motivasi dari pendidik, diri sendiri, orang tua, teman
dan lingkungan sekitar serta motivasi diri untuk menjadikan pendidikan lebih baik
lagi baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN BERLOGO ................................................................................ ii
HALAMAN SAMPUL DALAM ................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... v
HALAMAN DEKLARASI DAN PUBLIKASI SKRIPSI ............................. vi
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
ABSTRAK ...................................................................................................... xii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Fokus Penelitian .................................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
xiv
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
E. Penegasan Istilah ................................................................................. 6
F. Sistematika Penulisan .......................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Empat Pilar Pendidikan UNESCO ........................................................... 10
1. Tentang UNESCO .......................................................................... 10
2. Empat Pilar Pendidikan UNESCO ................................................ 11
3. Indikator Empat Pilar Pendidikan UNESCO ................................. 16
B. Tinjauan Umum tentang Pesantren
1. Pengertian Pondok Pesantren ......................................................... 18
2. Sejarah Pondok Pesantren .............................................................. 19
3. Tipologi Pondok Pesantren ............................................................ 25
4. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren ............................................ 30
C. Kajian Pustaka ...................................................................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .............................................................................................. 36
B. Lokasi Penelitian ........................................................................................... 37
C. Sumber data ................................................................................................... 37
1. Data Primer ............................................................................................. 37
2. Data Sekunder ......................................................................................... 38
D. Prosedur Pengumpulan Data ......................................................................... 38
1. Metode Wawancara ................................................................................ 39
2. Metode Observasi ................................................................................... 39
3. Metode Dokumenter ............................................................................... 40
xv
E. Analisis Data ................................................................................................. 40
1. Data Reduction (Reduksi Data) .............................................................. 40
2. Data Display (Penyajian Data) ............................................................... 41
3. Verification (Penarikan Kesimpulan) ..................................................... 41
F. Pengecekan Keabsahan Data ......................................................................... 42
G. Tahap – Tahap Penelitian .............................................................................. 43
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Deskripsi Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah ......................................... 44
1. Letak Geografis ...................................................................................... 44
2. Sejarah Berdiri ........................................................................................ 45
3. Visi, Misi dan Tujuan .............................................................................. 48
4. Struktur Organisasi ................................................................................. 49
5. Metodologi Pembelajaran ........................................................................ 51
6. Kegiatan Pondok Pesantren .................................................................... 53
7. Sistem Pendidikan .................................................................................. 70
8. Kurikulum Pendidikan ............................................................................ 72
a. Formal ............................................................................................... 73
b. Informal ............................................................................................ 73
c. Program Khusus Mahasantri ............................................................. 73
9. Gambaran Informan ............................................................................... 79
B. Temuan Data Penelitian ................................................................................. 81
1. Implementasi Empat Pilar Pendidikan Pondok Pesantren ....................... 81
a. Learning to Know ....................................................................... 83
b. Learning to Do ........................................................................... 89
c. Learning to Be ............................................................................ 91
xvi
d. Learning to Live Together .......................................................... 93
2. Hambatan dan Pendukung Penerapan Empat Pilar Pendidikan .............. 94
a. Faktor Penghambat ..................................................................... 94
b. Faktor Pendukung ...................................................................... 96
3. Analisis Data .......................................................................................... 98
1. Penerapan Empat Pilar Pendidikan Pondok Pesantren ..................... 98
a. Learning to Know ....................................................................... 102
b. Learning to Do ........................................................................... 106
c. Learning to Be ............................................................................ 108
d. Learning to Live Together .......................................................... 110
2. Faktor Pendukung Penerapan Empat Pilar Pendidikan ..................... 112
3. Faktor Penghambat dan Solusi Penerapan Empat Pilar .................... 114
4. Hasil Penerapan Empat Pilar Pendidikan Pondok Pesantren ............ 116
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................... 124
B. Saran ............................................................................................................. 126
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 127
LAMPIRAN – LAMPIRAN ............................................................................ 129
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Indikator Pilar-Pilar Pendidikan UNESCO ......................... 16
Tabel 3.1 Analisis Data Model Interaktif ................................................. 42
Tabel 3.2 Skema Triangulasi ......................................................................... 42
Tabel 4.1 Struktur Organisasi Kepengurusan Pondok Pesantren Agro Nuur El-
Falah .................................................................................... 61
Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan Harian Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah...50
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Tugas Pembimbing
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian
Lampiran 3 Surat Perizinan selesai Penelitian dari Pondok Pesantren
Lampiran 4 Lembar Konsultasi
Lampiran 5 Daftar Nilai SKK
Lampiran 6 Pedoman Wawancara
Lampiran 7 Kitab-Kitab yang dipelajari
Lampiran 8 Foto Penelitian
Lampiran 9 Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses upaya pewarisan nilai-nilai yang
sering disebut transformasi yang mencakup segala aspek “yang seharusnya”
tetapi di sisi lain hanya melangsungkan proses pada satu sisi saja, itulah yang
dikhawatirkan dalam proses pendidikan, kalau kita melihat fitrah manusia
diciptakan dengan keadaan suci sehingga untuk mengembangkannya perlunya
pendidikan, dengan mengenyam pendidikan setidaknya manusia bisa hidup
dalam menghadapi realitas kekinian. Dalam perkembangannya, istilah
pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang
diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa
(Hasballah, 2013:1). Pendidikan pada dasarnya adalah proses komunikasi
yang di dalamnya mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan
keterampilan-keterampilan di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung
sepanjang hayat, dari generasi ke generasi (Siswoyo, 2008: 25).
Pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan merupakan realitas
yang tak dapat dipungkiri. Sepanjang sejarah yang dilaluinya, pesantren terus
menekuni pendidikan tersebut dan menjadikannya sebagai fokus kegiatan.
Selain hidup dalam kultur dan budaya masyarakat, pesantren memberikan
kebutuhan pendidikan masyarakat, baik pendidikan agama maupun umum,
2
namun perkembangan zaman globalisasi dengan informasi yang serba cepat
dan terserap dengan cepat sehingga pesantren dianggap masih kurang maju.
Pesantren harus melakukan perubahan guna menyusun kuikulum yang
disesuaikan dengan kondisi era saat ini. Selain membekali santri dengan
kajian-kajian ilmu agama, juga harus membekali ilmu atau teknologi serta
keterampilan yang bisa menjadi bekal untuk menghadapi persaingan bebas di
masyarakat. Dengan dibekali keterampilan-keterampilan yang mendukung
pendidikan, bakat dan minat para santri yang bertujuan untuk membentuk
softskill dan hardskill, sehingga para santri setelah selesai nyantri di pondok
berani bersaing dalam hidup bermasyarakat. Upaya untuk mewujudkan
perubahan seharusnya tidak lepas dari peranan pemerintah dan masyarakat.
Persoalan kian menjadi runyam ketika globalisasi telah jadi realitas
keseharian yang harus dihadapi umat manusia, termasuk pesantren dan
masyarakat di negeri ini. Globalisasi, terlepas dari mimpi-mimpi indah yang
ditawarkannya, merupakan kolonialisme berwajah baru. Pesantren, dengan
teologi yang dianutnya hingga kini, ditantang untuk menyikapi globalisasi
secara kritis dan bijak. Pesantren harus mampu mencari solusi yang benar-
benar mencerahkan, sehingga pada satu sisi dapaat menumbuhkembangkan
kaum santri yang memiliki wawasan luas yang tidak gamang menghadapi
modernitas dan sekaligus tidak kehilangan identitas dan jati dirinya dan pada
sisi lain dapat mengantarkan masyarakat menjadi komunitas yang menyadari
tentang persoalan yang dihadapi dan mampu mengatasi dengan penuh
kemandirian dan keadaban.
3
Pendidikan adalah kehidupan, untuk itu kegiatan belajar harus dapat
membekali peserta didik dengan kecakapan hidup (life skill atau life
competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan dan kebutuhan peserta
didik. Keberhasilan pesantren dalam memberikan pendidikan tidak lain karena
terinputnya pilar-pilar pendidikan UNESCO dalam setiap proses
pembelajarannya. UNESCO (1984) mengemukakan dua prinsip pendidikan
yang sangat relevan dengan Pancasila, pertama, bahwasanya pendidikan harus
diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know),
belajar melakukan (learning to do), belajar hidup dalam kebersamaan
(learning to live together), belajar menjadi diri sendiri (learning to be); kedua,
belajar seumur hidup (life long learning) (E Mulyasa, 2004: 3).
Seiring dengan perkembangan zaman serta kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi, pondok pesantren juga terus berbenah diri dan meningkatkan
kualitas pendidikannya, baik dalam materi atau kurikulumnya, kegiatan-
kegiatan keseharian, oganisasi di dalamnya, aktivitas atau rutinan secara
individu atau berkelompok, maupun metode pembelajarannya dan sistem
pendidikan. Pendidikan keterampilan juga mendapat perhatian di berbagai
pesantren, guna membekali para santri untuk kehidupan masa depan.
Pendidikan keterampilan pada umumnya disesuaikan dengan keadaan dan
potensi lingkungan pesantren, seperti keterampilan bidang peternakan,
pertanian, perkebunan, perikanan, dan perdagangan. Untuk melatih para santri
dalam kewirausahaan, pada umumnya pondok pesantren telah memiliki
koperasi pondok pesantren (Kopontren) yang dikelola oleh para santri senior.
4
Satu dari sekian banyak lembaga pendidikan yang di dalamnya terdapat
penerapan empat pilar pendidikan sekaligus yang di dalamnya menerapkan
keterampilan adalah Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah adalah pesantren
yang mendidik skill para santrinya memiliki perhatian khusus terhadap
pendidikan bidang pertanian terutama dalam pengembangan agro bisnis dan
agro industri. Hal ini dilatar belakangi oleh negara Indonesia adalah negara
agraris. Sehingga diharapkan setelah lulus dari pesantren santri memiliki skill
yang mumpuni dalam bidang pertanian berakhlakul karimah, berjiwa mandiri,
dan produktif sebagai bekal dalam berdakwah dan berjuang di tengah-tengah
umat atau masyarakat. Selain itu dalam pondok pesantren, para santri juga
dibekali dengan rutinan mengaji kitab kuning, Al-Qur‟an , Al-Hadist dan lain
sebagainya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk menuliskan
judul skripsi, “Implementasi Empat Pilar Pendidikan Pondok Pesantren Agro
Nuur El-Falah Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun
2019”
B. Rumusan Masalah
Terdapat beberapa hal penting yang akan diungkap. Melihat uraian pada
bagian latar belakang, maka perlu dirumuskan fokus penelitian yang terarah.
Adapun fokus penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi empat pilar pendidikan pondok pesantren Agro
Nuur El-Falah?
5
2. Bagaimana hambatan dan pendukung adanya penerapan empat pilar
pendidikan pada pondok pesantren Agro Nuur El-Falah?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian yang telah dipaparkan, maka tujuan
penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui implementasi empat pilar pendidikan pondok pesantren
Agro Nuur El-Falah.
2. Untuk mengetahui hambatan dan pendukung adanya penerapan empat
pilar pendidikan pondok pesantren Agro Nuur El-Falah.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, diharapkan penelitian ini
dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat teoretis
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian di
bidang pendidikan dan ragam keterampilan pada pesantren.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk
mengembangkan keterampilan, sumber daya manusia, dan
pengembangan di bidang pendidikan.
c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan pengetahuan mengenai keterkaitan
empat pilar pendidikan dalam penerapannya dan implikasi dalam
pondok pesantren.
d. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi bagi para peneliti
lainnya untuk melakukan penelitian yang sejenis secara lebih luas dan
6
mendalam juga dapat dijadikan sebagai perbandingan pendidikan dalam
pesantren dan pendidikan di luar pesantren..
2. Manfaat praktis
a. Bagi jajaran Kementerian Agama maupun instansi yang terkait,
penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian dalam menentukan
kebijakan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Pesantren.
b. Bagi pengasuh, ustadz serta ustadzah Pondok Pesantren Agro Nuur El-
Falah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan
pengetahuan bahwasanya pendidikan sangat penting jika diterapkan dan
diamalkan pada santri untuk meningkatkan mutu, skill, bakat, minat
para santri. Selain itu, sebagai acuan untuk inovasi sistem pendidikan
pondok pesantren agar tetap eksis dalam menghadapi arus globalisasi.
c. Bagi peneliti, penelitian ini dapat bermanfaat dalam mengaplikasikan
gagasan maupun ide yang dimiliki guna menerapkan empat pilar
pendidikan di pondok pesantren.
E. Penegasan Istilah
1. Implementasi
Implementasi dianggap sebagai wujud utama dan tahap yang sangat
menentukan dalam proses kebijakan. Pandangan tersebut dikuatkan
dengan pernyataan Edwards III bahwa tanpa implementasi yang efektif
keputusan pembuat kebijakan tidak akan berhasil dilaksanakan.
Implementasi merupakan aktivitas yang terlihat setelah dikeluarkan
pengarahan yang sah dari suatu kebijakan yang meliputi upaya mengelola
input untuk menghasilkan output atau outcomes. Adapun maksud dari
7
implementasi di dalam penelitian ini yaitu pelaksanaan atau penerapan 4
pilar pendidikan Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah Kelurahan
Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2019.
2. Empat Pilar Pendidikan UNESCO
Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa dapat dilakukan
melalui peningkatan mutu pendidikan. Perserikatan Bangsa-Bangsa
melalui lembaga UNESCO (United Nations, Educational, Scientific and
Cultural Organization) yang bergerak di bidang pendidikan, pengetahuan
dan budaya mencanangkan empat pilar pendidikan yaitu: (1) Learning to
know, (2) learning to do, (3) learning to be, dan (4) learning to live
together. Adapun maksud empat pilar pendidikan dalam penelitian ini
adalah penerapan pondasi pendidikan untuk membangun, membentuk, dan
mengembangkan ilmu agama, keterampilan, minat belajar, bakat, ilmu
pengetahuan dan teknologi, pola pikir dan lain sebagainya guna
membekali peserta didik atau santri untuk hidup di masyarakat dan sebagai
benteng dalam menghadapi arus globalisasi yang semakin lama semakin
berkembang mengikuti zaman.
3. Pondok Pesantren
Sebenarnya penggunaan gabungan kedua istilah secara integral
yakni pondok dan pesantren menjadi pondok pesantren lebih
mengakomodasikan karakter keduanya. Pondok pesantren menurut M.
Arifin adalah suatu lembaga pendidikan agama Islam yang tumbuh serta
diakui masyarakat sekitar, dengan sistem asrama (komplek) dimana santri
menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah
8
yang sepenuhnya berada di bawah leadership seseorang atau beberapa
orang kiai dengan ciri-ciri khas yang bersifat karismatik serta independen
dalam segala hal (Arifin, 1991:240).
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi yang disusun terdiri dari tiga bagian, yaitu
bagian awal, bagian isi dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari halaman
sampul, halaman judul, lembar logo IAIN, halaman persetujuan pembimbing,
halaman pernyataan keaslian penelitian, halaman pengesahan kelulusan,
halaman motto dan persembahan, halaman kata pengantar, halaman abstrak,
halaman daftar isi, halaman daftar tabel, dan halaman daftar lampiran.
Bagian isi dalam penelitian ini, penulis menyusun kedalam lima bab
dengan rincian sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN, pada bab ini membahas tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan
istilah, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI, pada bab ini menjabarkan tentang landasan
teori yang membahas tentang pengertian UNESCO, empat pilar pendidikan
UNESCO, indikator empat pilar pendidikan UNESCO, tinjauan umum
tentang Pesantren (pengertiaذn pondok pesantren, sejarah pondok pesantren,
tipologi pondok pesantren, sistem pendidikan pondok pesantren), peneliti
juga menguraikan mengenai kajian pustaka.
BAB III METODE PENELITIAN, pada bab ini menjelaskan tentang
pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data, prosedur
9
pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap
penelitian.
BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA, pada Bab ini
menjelaskan tentang paparan data dan analisis hasil penelitian mengenai
outcomes implementasi empat pilar pendidikan pada pondok pesantren Agro
Nuur El-Falah dan hambatan dan dukungan adanya penerapan empat pilar
pendidikan bagi santri dan masyarakat di sekitar ruang lingkup pondok
pesantren.
BAB V PENUTUP, pada bab ini berisi kesimpulan dan saran.
Bagian akhir dari penelitian terdiri atas daftar pustaka dan lampiran.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Empat Pilar Pendidikan UNESCO
1. Tentang UNESCO
UNESCO adalah singkatan dari United Nation Education and Scientific
Cultural Organization, yaitu badan PBB yang menangani masalah
pendidikan dan kebudayaan. Adapun tujuan utama dari didirikannya
UNESCO adalah :
“ To contribute to peace and security by promoting
collaboration, science and culture in order the further the universal
respect for justice, for the rule of law and for human rights and
fundamental freedoms which are affirmed for the peoples of the
world, without distinction of race, sex, language or religion”.
Yaitu menyumbangkan kepada perdamaian dan keamanan dengan cara
mengingatkan kerja sama antar Negara anggota UNESCO melalui kegiatan
pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan agar dapat menghargai
keadilan, hak asasi manusia, dan kemerdekaan masyarakat dunia tanpa
melihat suku, jenis kelamin, bahasa dan agama.
UNESCO telah disetujui pada konferensi London 16 November 1945.
Dan mulai berlaku pada tanggal 14 November 1946 ketika 20 negara telah
memberi sambutan. Sampai tanggal 19 Oktober 1999 memiliki anggota 188
negara dan sekarang telah mencapai 191 negara.
11
2. Empat Pilar Pendidikan UNESCO
Dalam kamus umum, pilar adalah tiang penyangga atau penguat, dari
beton dan sebagainya, juga sekaligus dipakai untuk keindahan atau
keserasian dan penunjang untuk kegiatan (Bahri, 1993:251). Dalam upaya
meningkatkan kualitas suatu bangsa dapat dilakukan melalui peningkatan
mutu pendidikan. Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui lembaga UNESCO
(United Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization) yang
bergerak di bidang pendidikan, pengetahuan dan budaya mencanangkan
empat pilar pendidikan yaitu: (a) learning to know, (b) learning to do, (c)
learning to be, dan (d) learning to live togeteher. Keempat pilar tersebut
secara sinergi membentuk dan membangun pola pikir pendidikan di
Indonesia. Adapun empat pilar tersebut, sebagai berikut:
1. Learning to Know
Learning to know by combining a sufficiently broad general
knowledge with the opportunity to work in depth on a small number of
subjects. This also means learning to learn, so as to benefit from the
opportunities education provides throughout life.
Belajar untuk mengetahui adalah menggabungkan beberapa
pengetahuan yang cukup luas dan kesempatan untuk bekerja keras agar
memperoleh pengetahuan dari berbagai sumber. Hal ini juga berarti
belajar untuk belajar, sebagaimana hasil yang diperoleh dari
kesempatan pendidikan.
Pilar pertama ini memiliki arti bahwa peserta didik dianjurkan
untuk mencari dan mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya,
melalui pengalaman-pengalaman. Hal ini akan dapat memicu
12
munculnya sikap kritis dan semangat belajar peserta didik meningkat.
Dalam hal ini Jaques Delors sebagai ketua penyusun learning the
treasure Within, mengklasifikasikan dua macam kegunaan
pengetahuan. Pertama, pengetahuan sebagai alat (mean), dalam hal ini
pengetahuan digunakan untuk mencapai berbagai macam tujuan, seperti
memahami lingkungan, hidup layak sesuai kebutuhan lingkungan,
pengembangan keterampilan bekerja, dan berkomunikasi. Kedua,
pengetahuan sebagai hasil (end) dalam hal ini pengetahuan sebagai
dasar bagi kepuasan memahami, mengetahui dan menemukan.
Lerning to know selalu mengajarkan tentang arti penting sebuah
pengetahuan, karena di dalam learning to know terdapat learning how
to learn, artinya peserta didik belajar untuk memahami apa yang ada di
sekitarnya, karena itu adalah proses belajar. Hal ini sesuai dengan
pendapat Abu Ahmadi dan Supriyono (2004:128) yaitu belajar adalah
proses usaha yang dilakukan individu untuk memeperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Laerning to know juga mengajarkan tentang life long of
education atau yang disebut dengan belajar sepanjang hayat. Arti
pendidikan sepanjang hayat adalah bahwa pendidikan tidak berhenti
hingga individu menjadi dewasa, tetapi tetap berlanjut sepanjang
hidupnya (Suprijanto, 2008:4). Hal ini menegaskan bahwa pendidikan
13
di pondok pesantren maupun sekolah merupakan kelanjutan dalam
keluarga, dimana terjadi proses sosialisasi yang kedua setelah keluarga.
2. Learning to Do
Pilar kedua menekankan pentingnya interaksi dan bertindak. Di
sini para peserta didik diajak untuk ikut serta dalam memecahkan
permasalahan yang ada di sekitarnya melalui sebuah tindakan nyata.
Belajar untuk menerapkan ilmu yang didapat, bekerja sama dalam
sebuah tim guna untuk memecahkan masalah dalam berbagai situasi
dan kondisi. Learning to do berkaitan dengan kemampuan hard skill
dan soft skill. Soft skill dan hard skill sangat penting dan dibutuhkan
dalam dunia pendidikan, karena sesungguhnya pendidikan merupakan
bagian terpenting dari proses penyiapan SDM (Sumber Daya Manusia)
yang berkualitas, tangguh, dan terampil dan siap untuk mengikuti
tuntutan zaman.
Hard skill merupakan kemampuan yang harus menuntut fisik,
artinya hard skill memfokuskan kepada penguasaan ilmu pengetahuan,
teknologi dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan
kemampuan peserta` didik. Penguasaan kemampuan hard skill dapat
dilakukan dengan menerapkan apa yang didapatkan atau apa yang telah
dipelajarinya di kehidupan sehari-hari, contohnya santri harus belajar
tenntang pentingnya sikap disiplin, maka untuk memahami dan
mengerti tentang disuplin itu, santri harus belajar untuk melakukan
sikap disiplin, baik di sekolah , pondok, rumah atau dimanapun dan
14
mentaaati peraturan pondok. Selanjutnya adalah soft skill, artinya
ketrampilan yang menuntut intelektual. Soft skill merupakan istilah
yang mengacu pada ciri-ciri kepribadian, kemampuan sosial,
kemampuan berbahasa dan pengoptimalan derajat seseorang.
3. Learning to Be
Pilar ketiga artinya bahwa pentingnya mendidik dan melatih
peserta didik agar menjadi pribadi yang mandiri dan dapat mewujudkan
apa yang pesertaa didik impikan dan cita-citakan. Penguasaan
pengetahuan dan ketrampilan (soft skill dan hatrd skill) merupakan
bagian dari proses menjadi diri sendiri (learning to be). Menjadi diri
sendiri dapat diartikan sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan
dan jati diri. Belajar untuk berperilaku sesuai dengan norma-norma dan
kaidah yang berlaku di riuang lingkup pondok pesantren maupun
sekitarnya..
Learning to be sangat erat kaitannya dengan bakat, minat,
perkembangan fisik, kejiwaan peserta didik serta kondisi
lingkungannya. Misal, bagi peserta didik yang agresif, akan
menemukan jati dirinya bila diberi kesempatan cukup luas untuk
berkreasi. Dan sebaliknya bagi peserta yang pasif, peran pendidik
sebagai fasilitator bertugas sebagai penunjuk arah sekaligus menjadi
mediator bagi peserta didik. Hal ini sangat diperlukan untuk
menumbuhkembangkan potensi diri peserta didik secara utuh dan
maksimal.
15
4. Learning to Live Together
Pilar terakhir artinya menanamkan kesadaran kepada peserta
didik bahwa mereka adalah bagian dari kelompok masyarakat. Mereka
harus mampu hidup bersama dengan makin beragamnya etnis di
Indonesia. Pada pilar keempat ini, kebiasaan hidup bersama, saling
menghargai, terbuka, memberi dan menerima perlu dikembangkan di
lembaga-lembaga pendidikan. Dengan kemampuan yang dimiliki oleh
peserta didik, sebagai hasil dari proses pembelajaran, dapat dijadikan
sebagai bekal untuk mampu berperan dalam lingkungan dimana
individu tersebut berada, dan sekaligus mampu menempatkan diri
sesuai dengan perannya. Pemahaman tentang peran diri dan orang lain
dalam merupakan bekal dalam bersosialisasi di lingkungan masyarakat
(learning to live together). Untuk itu, pembelajaran di lembaga formal
dan non formal harus diarahkan pada peningkatan kualitas, kemampuan
intelektual, dan profesional.
Pendidikan adalah kehidupan, untuk itu kegiatan belajar harus
dapat membekali peserta didik dengan kecakapan hidup (life skill atau
life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan dan
kebutuhan peserta didik. Pondok pesantren sebagai salah satu lembaga
pendidikan, diakui mempunyai andil yang cukup besar di dalam
membesarkan dan mengembangkan dunia pendidikan. Pondok
pesantren juga dipercaya dapat menjadi alternatif bagi pemecahan
berbagai masalah pendidikan yang terjadi saat ini.
16
3. Indikator 4 (Empat) Pilar Pendidikan UNESCO
Berikut adalah indikator pembelajaran yang berdasarkan 4 (empat)
pilar pendidikan UNESCO.
Tabel 2.1
Pilar-pilar Pendidikan UNESCO
No 4 Pilar Pendidikan Indikator
1. Learning to know a. Menguasai dan mendapatkan materi
sebanyak-banyaknya.
b. Mencari informasi dari lingkungan
sekitar dan sumber-sumber lain.
c. Memiliki kemampuan memahami dibalik
materi ajar yang diterima
d. Mengembangkan rasa ingin tahu
e. Memanfaatkan berbagai sumber
pelajaran
2. Learning to do a. Mengkaitkan pembelajaran dengan
kompetensi
b. Menjembatani pengetahuan dan
keterampilan
c. Mengaplikasikan pemahamannya dan
bertindak secara kreatif terhadap
lingkungan
17
d. Meningkatkan keterampilan seorang
peserta didik dalam menyelesaikan
problem keseharian
e. Belajar berkarya atau mengaplikasikan
ilmu yang didapat oleh peserta didik.
3. Learning to live
together
a. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan
yang ada di kelas
b. Memiliki kemampuan untuk hidup
bersama dengan peserta didik yang
berbeda
c. Belajar untuk saling menghargai
perbedaan pendapat yang ada
4. Learning to be a. Mengenal kekurangan dan kelebihan diri
sendiri
b. Menunjukkan sikap percaya diri
c. Menunjukkan kemampuan belajar secara
mandiri sesuai dengan potensi yang
dimiliki
d. Membentuk nilai-nilai yang dimiliki
bersama
e. Belajar untuk mandiri
f. Menjadi orang yang bertanggung jawab
untuk menjadikan tujuan bersama
18
g. Belajar untuk menjadi dapat
mengembangkan kepribadian seseorang
agar mampu untuk berbuat dengan
otoritas yang lebih besar dengan
penilaian dan tanggung jawab pribadi.
B. Tinjauan Umum tentang Pesantren
1. Pengertian Pondok Pesantren
Istilah pondok berasal dari bahasa Arab funduq yang berarti asrama
atau tempat tinggal santri. Istilah pondok biasa dikenal di daerah Madura,
sedangkan di daerah Jawa istilah pondok dikenal dengan pesantren.
Sementara di Aceh corak pendidikan seperti itu disebut meunasah, dan di
Dumatra Barat dikenak dengan istilah Surau. Adapun istilah pesantren
secara etimologis berasal dari kata “santri” mendapat awalan pe dan
akhiran an yang berarti tempat tinggal para santri (Hambal Shafwan, 2014:
255).
Pondok pesantren merupakan sebuah organisasi pendidikan Islam non
formal yang dikelola pleh seorang ulama atau kiai sebagai seorang
pimpinan, ustadz sebagai staf pengajar dan peserta didiknya disebut
dengan santri. Hal ini sebagaimana diungkapkan pleh Abd. Halim
Soebahar bahwa pesantren adalah sebuah asrama pendidikan Islam
tradisional, dimana para santri tinggal dan belajar bersama di bawah
bimbingan kiai (Soebahar,2013:14). Sementara itu menurut Muhammad
19
Hambal Shafman, pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam
untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama
Islam (tafaqquh fiddin) dengan menekankan pentingnya moral agama
Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari-hari (Shafwan, 2014:
255).
Secara umum, tujuan penyelenggaraan pendidikan Islam adalah untuk
menghasilkan perubahan tingkah laku baik berupa bertambahnya
pengetahuan, keahlian, keterampilan, perubahan sikap dan perilaku
(Zainal, 2013: 12). Hal ini sebagaimana disebutkan dalam firman Allah
SWT.
ولى اللباب ان فى خلق السموت والرض واختلف اليل والنهار يت ل ل
Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-
orang yang berakal (Q,S. Al-Imran ayat: 190)
Ayat di atas dapat dipahami bahwa manusia sebagai makhluk yang
berakal, harus mengfungsikan akalnya untuk berfikir (memepelajari)
tanda-tanda kekuasaan Allah (alam) sebagai objek berfikir serta
mengamalkannya sebagai hasil dari berfikir. Dari ayat ini tergambar jelas
bahwa objek kajian ilmu agama Islam adalah seluruh alam.
2. Sejarah Pondok Pesantren
Sebagai institusi pendidikan Islam yang dinilai paling tua, pesantren
memiliki akar transmisi sejarah yang jelas. Orang yang pertama kali
mendirikannya dapat dilacak meskipun ada sedikit perbedaan pemahaman.
Di kalangan ahli sejarah terdapat perselisihan pendapat dalam
20
menyebutkan pendiri pesantren pertama kali. Sebagian mereka
menyebutkan Syaikh Maulana Malik Ibrahim yang dikenal dengan Syaikh
Maghribi dari Gujarat, India sebagai pendiri pondok pesantren yang
pertama di Jawa (Yunus, 1986: 231). Muh Said dan Junimar Affan
(1987:53) menyebut Sunan Ampel atau Raden Rahmat sebagai pendiri
pesantren di Kembang Kuning Surabaya. Bahkan kiai Mahrus Aly
menginformasikan bahwa di samping Sunan Ampel (Raden Rahmat)
Surabaya, ada ulama yang menganggap Sunan Gunung Jati (Syaikh Syarif
Hidayatullah) di Cirebon sebagai pendiri pesantren pertama sewaktu
mengasingkan diri bersama pengikutnya dalam khalwat, beribadah secara
istiqomah un tuk ber-taqarrub kepada Allah.
Data-data historis tentang bentuk institusi, materi, metode, maupun
secara umum sistem pendidikan pesantren yang dibangun Syaikh Maghribi
tersebut sulit ditemukan sampai sekarang. Tidaklah layak untuk segera
menerima kebenaran informasi tersebut tanpa verifikasi yang cermat.
Namun secara esensial dapat diyakinkan bahwa wali yang berasal dari
Gujarat ini memang telah mendirikan pesantren di Jawa sebelum wali
lainnya.
Menurut S.M.N. Al-Attas, Maulana Malik Ibrahimitu oleh kebanyakan
ahli sejarah dikenal sebagai penyebar pertama Islam di Jawa yang
mengislamkan wilayah-wilayah pesisir Utara Jawa, bahkan berkali-kali
mencoba menyadarkan Raja Hindu-Budha Majapahit, Vikramavardhana
21
(berkuasa 788-833/1386-1429) agar sudi masuk Islam (Al-Attas, 1969: 12-
13).
Berbeda dengan Syaikh Maulana Malik ibrahim sebagai penyebar dan
pembuka jalan masuknya Islam di tanah Jawa, putranya Raden Rahmat
(Sunan Ampel) tinggal melanjutkan misi suci perjuangan ayahnya kendati
tantangan yang dihadapinya tidak kecil. Ketika Raden Rahmat berjuang,
kondisi religio-psikologis dan religio-sosial masyarakat Jawa lebih terbuka
dan toleran untuk menerima ajaran baru yang dikumandangkan dari tanah
Arab. Belia memanfaatkan momentum tersebut dengan memainkan peran
menentukan proses Islamisasi, termasuk mendirikan pusat pendidikan dan
pengajaran, yang kemudian dikenal dengan pesantren Kembang Kuning
Surabaya.
Mengenai teka-teki siapa pendiri pesantren pertama kali di Jawa
khususnya, agaknya analisis Lembaga Research Islam (Pesantren Luhur)
cukup cermat dan dapat dipegangi sebagai pedoman. Dikatakan bahwa
Maulana Malik Ibrahim sebagai peletak dasar pertama sendi-sendi
berdirinya pesantren, sedang imam Rahmatullah (Raden Rahmat atau
Sunan Ampel) sebagai wali pembina pertama di Jawa Timur.
Adapun Sunan Gunung Jati (Syaikh Syarif Hidayatullah) mendirikan
pesantren sesudah Sunan Ampel, bukan bersamaan. Teori wafatnya kedua
wali ini menyebutkan bahwa Sunan Ampel wafat pada 1467 M, sedang
Sunan Gunung Jati pada 1570 M (Saksono, 1995: 27). Jadi terpaut 103
tahun yang dipandang cukup untuk memebedakan suatu masa perjuangan
22
seseorang penyebar Islam. Sebagian ulama yang memandang Sunan
Gunung Jati sebagai pendiri pesantren pertama mungkin saja benar, tetapi
khusus di wilayah Cirebon atau secara umum Jawa Barat, bukan di Jawa
secara keseluruhan.
Pada awal rintisannya, pesantren bukan hanya menekankan misi
pendidikan, melainkan juga dakwah, justru misi yang kedua ini lebih
menonjol. Pesantren selalu mencari lokasi yang sekiranya dapat
menyalurkan dakwah tersebut tepat sasaran sehingga terjadi benturan
antara nilai-nilai yang telah mengakar di masyarakat setempat. Lazimnya,
baik pesantren yang berdiri pada awal pertumbuhannya maupun pada abad
ke-19 dan ke-20 masih juga menghadapi kerawanan-kerawanan sosial dan
keagamaan pada awal perjuangannya. Mastuhu melaporkan bahwa pada
periode awalnya pesantren berjuang melawan agama dan kepercayaan
serba Tuhan dan takhayyul, pesantren tampil membawakan misi agama
tauhid. Pesantren berjuang melawan perbuatan maksiat seperti
perkelahian, perampokan, pelacuran, perjudian dan sebagainya. Selain itu
terkadang pesantren juga menghadapi penyerangan penguasa yang merasa
tersaingi kewibawaannya. Sebagai contoh, Raden Paku (Sunan Giri)
sewaktu merintis pondok pesantren di Kedaton pernah terancam rencana
pembunuhan atas perintah raja Majapahit (Prabu Brawijaya). (Qomar,
2005: 11)
Giliran selanjutnya, pesantren berhadapan dengan tindakan kaum
kolonial Belanda. Imperialis yang menguasai Indonesia selama tiga
23
setengah abad ini selain menguasai politik, ekonomi, dan militer juga
mengamban misi penyebaran agama Kristen. Bagi Belanda pesantren
merupakan antitesis terhadap gerak kristenisasi dan upaya pembodohan
masyarakat. Anggapan demikian adalah sebagai basis argumentatif
baginya untuk menekan pertumbuhan pesantren. Sutari Imam Bernadib
menuturkan bahwa penjajah malah menghalangi perkembangan agama
Islam sehingga pondok pesantren tidak dapat berkembang secara normal.
Bahkan pada 1882 Belanda membentuk “Pristeranden” yang bertugas
mengawasi pengajaran agama di pesantren-pesantren. Kurang lebih dua
dasawarsa kemudian, dikeluarkan Ordonansi 1905 yang bertugas
mengawasi pesantren dan mengatur izin bagi guru-guru agama yang akan
mengajar. Pada 1925 dikeluarkan aturan yang membatasi pada lingkaran
kiai tertentu yang boleh memberikan pelajaran mengaji. Pada 1932 keluar
lagi aturan yang terkenal dengan Ordonansi Sekolah Liar (Widle School
Ordonantie) yang berupaya memberantas serta menutup madrasah dan
sekolah yang tidak ada izinnya atau memberi pelajaran yang tidak disukai
pemerintah. Belum lagi aturan-aturan yang tidak formal seperti pencekalan
terhadap kitab-kitab yang mampu mendinamisasikan pemikiran dan
tindakan kaum santri. Kitab-kitab tersebut meliputi, Risalah Tauhid, Tafsir
Al-Manar dari Syaikh Muhammad Abduh, Tafsir al-Jawahir, Al-Qur‟an
wa al-„Ulum al-Ashriyyah dari Syaikh Thanthawi Jauhari, al-Islah Ruh al-
Madaniyah dan „Izhat al-Nasyi‟in oleh Musthafa al-Ghalayain. Padahal
24
kitab-kitab tersebut tidak memeuat kaidah-kaidah politik, melainkan
kandungan seruan moral untuk bersikap dinamis.
Kemudian pada awal penjajahan Jepang, pesantren berkonfrontasi
dengan imperialis baru ini lantaran penolakan kiai Hasyim Asy‟ari
kemudian diikuti kiai-kiai pesantren lainnya terhadah Saiker
(penghormatan terhadap Kaisar Jepang Tenno Haika sebagai keturunan
Ameterasu) dengan cara membungkukkan badan 90 derajat menghadap
Tokyo setiap pagi pukul 07.00, sehingga mereka ditangkap dan di penjara
Jepang. Ribuan santri dan kiai berdemontrasi mendatangi penjara,
kemudian membangkitkan dunia pesantren untuk mulai gerakan bawah
tanah menantang Jepang.
Kemudian pada masa kemerdekaan, pesantren merasakan nuansa baru.
Kemerdekaan merupakan momentum bagi seluruh sistem pendidikan
untuk berkembang lebih bebas, terbuka, dan demokratis. Rakyat
menyambut munculnya era pendidikan baru yang belum dirasakan
sebelumnya akibat tekanan-tekanan politik penjajah. Mereka bersemangat
mendorong anak-anak agar menempuh pendidikan. Sedang pemerintah
membuka saluran-saluran pendidikan yang pernah tersumbat ketika
Belanda dan Jepang menguasai Indonesia.
Demikianlah konjungtur kehidupan pesantren yang melewati
pengalaman berliku-liku. Berbagai tantangan besar telah dihadapi melalui
langkah-langkah strategis sehingga masih mampu bertahan sampai
sekarang dan diakui sebagai aset sekaligus pembangunan. Para analis
25
menemukan beberapa penyebab terhadap ketahanan tersebut. Abdurahman
Wahid menyebut ketahanan pesantren disebabkan pola kehidupannya yang
unik. Menurut Sumarsono Mestoko et al, hal itu disebabkan telah
melembaganya pesantren dalam masyarakat (Mastoko, 1986: 232).
Azyumardi Azra menilai ketahanan pesantren disebabkan oleh kultur Jawa
yang mampu menyerap kebudayaan luar melalui proses interiosasi tanpa
kehilangan identitasnya (Azra, 1985: 173). Hasan Langgulung mengamati
ketahanan pesantren sebagai akibat dari pribadi-pribadi kiai yang menonjol
dengan ilmu dan visinya (Langgulung, 1989: 75).
3. Tipologi Pondok Pesantren
Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam mengalami
perkembangan bentuk sesuai dengan perubahan zaman, terutama sekali
adanya dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan
bentuk pesantren bukan berarti sebagai pondok pesantren yang telah hilang
kekhasannya. Dalam hal ini pondok pesantren tetap merupakan lembaga
pendidikan Islam yang tumbuh dan berkembang dari masyarakat untuk
masyarakat. Secara faktual ada beberapa tipe pondok pesantren yang
berkembang dalam masyarakat, meliputi:
a. Pondok Pesantren Tradisional
Pondok pesantren ini masih tetap mempertahankan bentuk
aslinya dengan semata-mata mengajarkan kitab yang ditulis oleh
ulama abad 15 dengan menggunakn bahasa Arab. Pola pengajarannya
dengan menerapkan sistem “halaqah” yang dilaksanakan di masjid
26
atau surau. Hakikat dari sistem pengajaran halaqah adalah
penghafalan yang titik akhirnya dari segi metodologi cenderung
kepada santri yang menerima dan memiliki ilmu (Mastuhu, 1994:157).
Artinya ilmu itu tidak berkembang ke arah paripurnanya ilmu itu,
melainkan hanya terbatas pada apa yang diberikan oleh kyainya.
Kurikulumnya tergantung sepenuhnya kepada para kyai pengasuh
pondoknya. Santrinya ada yang menetap di dalam pondok (santri
mukim) dan santri yang tidak menetap di dalam pondok (santri
kalong)
b. Pondok Pesantren Modern
Pondok pesantren ini merupakan pengembangan tipe pesantren
karena orientasi belajarnya cenderung mengadopsi seluruh seluruh
sistem belajar klasik dan meninggalkan sistem belajar tradisional.
Penerapan sistem belajar modern ini terutama nampak pada
penggunaan kelas-kelas belajar baik dalam bentuk madrasah maupun
sekolah. Kurikulum yang dipakai adalah kurikulum sekolah atau
madrasah yang berlaku secra Nasional. Perbedaannya dengan sekolah
dan madrasah terletah dalam porsi pendidikan agama dan bahasa Arab
lebih menonjol sebagai kurikulum lokal.
c. Pondok Pesantren Komprehensif
Pondok pesantren ini dibut komprehensif karena sistem
pendidikan dan pengajaran gabungan antara yang tradisional dan yang
modern. Artinya di dalamnya diterapkan pendidikan dan pengajaran
27
kitab kuning dengan metode sorogan, bandongan, dan wetonan,
namun secara reguler sistem persekolahan terus dikembangkan
(Suyoto, 1988: 61).
Sedangkan Dhofier yang melihat pondok pesantren
berdasarkan keterbukanya terhadap perubahan-perubahan sosial,
mengelompokkannya dalam dua kategori, yaitu:
1. Pesantren Salafi yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-
kitab Islam klasik sebagai inti pendidikan di pesantren. Sistem
madrasah diterapkan untuk memudahkan sistem sorogan yang
dipakai dalam lembaga-lembaga pengajian bentuk lama.
2. Pesantren khalafi yang telah memasukkan pelajaran-pelajaran
umum dalam madrasah-madrasah yang dikembangkannya, atau
membuka tipe sekolah-sekolah umum dalam lingkungan pesantren
(Dhofier, 2009: 41).
Dapat penulis simpulkan dari beberapa macam pondok pesantren
yang telah penulis paparka di atas menunjukkan bahwa berbagai
macam tipologi pondok pesantren di Indonesia sangat heterogen.
Pondok pesantren bukan hanya terbatas dengan kegiatan-kegiatan
pendidikan keagamaan melainkan mengembangkan diri menjadi suatu
lembaga pengembangan masyarakat. Pleh karena itu pondok pesantren
sejak semula merupakan ajang mempersiapkan kader masa depan
dengan elemen-elemen sebagai berikut:
28
a. Kyai
Menurut Zamakhsyari Dhofier dalam Abd. Halim Soebahar
menyebutkan bahwa Kiai merupakan guru atau pendidik utama
dalam pesantren, disebut demikian karna Kyai lah yang bertugas
memberikan bimbingan, pengarahan, dan pendidikan kepada santri
(Soebahar, TT :38). Kyai dalam pengertian umum adalah pendiri
dan pimpinan pesantren. Kyai dijadikan figur ideal santri dalam
proses pengembangan diri, meskipun pada umumnya kyai juga
memiliki beberapa asisten atau yang lebih dikenal dengan istilah
“ustadz” atau “santri senior”
b. Santri
Santri adalah peserta didik yang belajar atau menuntut ilmu di
pondok pesantren. Di dalam proses belajar mengajar ada dua
tipologi santri yang belajar di pesantren berdasarkan hasil
penelitian Zamakhsyari Dhofier.
1. Santri Mukim
Santri mukim yaitu santri yang menetap, tinggal bersama
kyai dan secara aktif menuntut ilmu dari seorang kiyai. Ada dua
motif seorang santri mukim;
a) Motif menuntut ilmu artinya santri itu datang dengan
maksud menuntut ilmu dari kyainya.
b) Motif menjunjung tinggi akhlak, artinya seorang santri
belajar secara tidak langsung agar santri tersebut setelah di
29
pesantren akan memiliki akhlak yang terpuji sesuai dengan
akhlak kyainya.
2. Santri Kalong
Santri kalong pada dasarnya adalah seorang murid yang
berasal dari desa sekitar pondok pesantren yang pola belajarnya
tidak dengan jalan menetap di dalam pondok pesantren,
melainkan semata-mata belajar dan secara langsung pulang ke
rumah setelah belajar di pesantren.
3. Masjid
Masjid merupakan salah satu komponen yang tidak bia
dipisahkan dengan pesantren. Karena masjid merupakan salah
satu tempat berlangsungnya proses belajar mengajar santri.
Masjid merupakan salah satu tempat belajar yang dianggap
paling strategis untuk kegiatan belajar mengajar seperti belajar
sholat berjamaah, pengajuan kitab kuning, belajar berpidato,
belajar sholat jum‟at dan lain sebagainya.
4. Pondok
Pondok dalam pesantren pada dasarnya merupakan dua
kata yang sering penyebutnya tidak dipisahkan menjadi “Pondok
Pesantren”, yang berarti keberadaan pondok dalam pesantren
merupakan wadah penggemblengan, dan pendidikan serta
pengajaran ilmu pengetahuan.
30
5. Pengajaran Kitab Islam Klasik
Kitab-kitab Islam klasik biasanya dikenal dengan istilah
kitab kuning yang terpengaruh oleh warna kertas. Kitab-kitab itu
ditulis oleh ulama zaman dulu yang berisikan tentang ilmu
keislaman seperti: fiqih, hadist, tafsir maupun tentang akhlak.
Pondok pesantren tidak cukup untuk mentransferkan ilmu
agama, tetapi lebih dari itu, yakni meningkatkan kemampuan
belajar (learning capacity). Kurikulum harus disesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan masa kini dan masa depan .
Menurut Haidar Putra Daulay, ada empat pilar ilmu yang mesti
diberikan kepada peserta didik yakni pengetahuan keagamaan,
kealaman, pengetahuan sosial, dan humaniora. Keempat ilmu itu
harus diberikan para santri ke dalam bentuk intrakurikuler, kokuler,
dan ekstrakurikuler (Daulay, 2009: 82-83).
4. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren
Sistem pendidikan di pondok pesantren sangat erat hubungannya
dengan tipologi maupun karakteristik pondok pesantren itu sendiri. Dalam
melaksanakan proses pendidikan sebagian besar pondok pesantren di
Indonesia pada umumnya menggunakan sistem pendidikan yang bersifat
tradisional, namun ada juga pondok pesantren yang melakukan inovasi
dalam mengembangkan sistem pendidikannya menjadi sebuah sistem
pendidikan yang lebih modern.
31
1) Sistem Pendidikan Tradisional
Sistem tradisional adalah sistem yang berangkat dari pola
pengajaran yang sangat sederhana dalam mengkaji kitab-kitab agama
yang ditulis para ulama zaman abad petengahan, dan kitab-kitab itu
disebut dengan istilah “Kitab kuning” Sementara metode-metode yang
digunakan dalam sistem pendidikan tradisional terdiri atas: metode
sorogan, metode wetonan atau bandungan, metode muhawarah,
metode mudzakaroh, dan metode majlis ta‟lim (Qomar, 2005: 142).
a. Metode Sorogan
Metode sorogan secara umum adalah metode pengajaran
yang bersifat individual, dimana santri satu persatu datang
menghadap kyai dengan membawa kitab tertentu. Kiai
membacakan kitab itu beberapa baris dengan makna yang lazim
dipakai di pesantren. Seusai kiai membaca, santri mengulangi
ajaran kiai itu. Setelah ia dianggap cukup, maju santri yang lain,
demikian seterusnya.
Melalui metode sorogan, perkembangan intelektual santri
dapat dirangkap kiai secara utuh. Kiai dapat memberikan
bimbingan penuh kejiwaan sehingga dapat memberikan tekanan
pengajaran kepada santri.
b. Metode Wetonan atau Bandongan
Zamarkhsyari Dhofier menerangkan bahwa metode
wetonan ialah suatu metode pengajaran dengan cara guru
32
membaca, menterjemahkan, menerangkan dan mengulas buku-
buku Islam dalam bahasa Arab sedang sekolopok santri
mendengarkannya. Sedangkan murid (santri) memperhatikan
bukunya sendiri dan membuat catatan-catatan (baik arti maupun
keterangan) tentang kata-kata atau buah pikiran yang sulit.
c. Metode Muhawaroh
Metode muhawaroh atau metode yang dalam bahasa
Inggris disebut dengan conversation ini merupakan latihan
bercakap-cakap dalam bahasa Arab yang diwajibkan bagi semua
santri selama mereka tinggal di pondok pesantren.
d. Metode Mudzakaroh
Berbeda dengan metode muhawaroh, metode mudzakaroh
merupakan suatu pertemuan ilmiah yang secara spesifik membahas
masalah diniyah seperti ibadah (ritual) dan aqidah (theologi) serta
masalah agama pada umumnya.
e. Metode Majelis Ta‟lim
Metode majelis ta‟lim adalah suatu metode penyampaian
ajaran Islam yang bersifat umum dan terbuka, yang dihadiri
jama‟ah yang memiliki berbagai latar belakang pengetahuan, jenis
usia dan jenis kelamin. Pengajian majelis ta‟lim hanya dilakukan
pada waktu tertentu, tidak setiap hari sebagaimana pengajian
melalui wetonan maupun bandongan, selain itu pengajian ini tidak
hanya diikuti oleh santri mukim dan santri kalong tetapi juga
33
masyarakat sekitar pondok pesantren yang tidak memiliki
kesempatan untuk mengikuti pengajian setiap hari, sehingga
dengan adanya pengajian ini dapat menjalin hubungan yang akrab
antara pondok pesantren dan masyarakat sekitar.
2) Sistem Pendidikan Modern
Dalam perkembangan pondok pesantren tidaklah semata-mata
tumbuh pola lama yang bersifat tradisional, melainkan dilakukan
suatu inovasi dalam pengembangan suatu sistem, yaitu sistem yag
modern. Namun bukan berarti dengan adanya sistem pendidikan
pesantren yang modern lantas meniadakan sistem pendidikan yang
tradisional yang selama ini sudah mengakar kuat dalam diri pondok
pesantren. Sistem pendidikan modern merupakan penyempurna dari
sistem pendidikan tradisional yang sudah ada. Atau dengan kata lain,
memadukan antara tradisi dan modernitas untuk mewujudkan sistem
pendidikan yang sinergik. Dalam gerakan pembaruan tersebut, pondok
pesantren kemudian mulai mengembangkan metode pengajaran
dengan sistem madrasi (sistem klasikal), sistem kursus (takhasus), dan
sistem latihan.
a. Sistem Klasikal
Menurut Ghazali sebagaimana dikutip Maunah, sistem
klasikal adalah sistem yang penerapannya dengan mendirikan
sekolah-sekolah baik kelompok yang mengelola pengajaran agama
maupun ilmu yang dimasukkan dalam kategori umum dalam arti
34
termasuk disiplin ilmu-ilmu kauni (ijtihad) atau hasil pemikiran
manusia yang berbeda dengan ajaran yang bersifat tauqifi (dalam
arti kata langsung ditetapkan bentuk dan wujud ajarannya).
b. Sistem Kursus (Takhasus)
Sistem kursus (takhasus) adalah sistem yang ditekankan
pada pengembangan keterampilan tangan yang menjurus kepada
terbinanya kemampuan psikomotorik seperti kursus menjahit,
mengetik, komputer, dan sablon. Pengajaran sistem kursus ini
mengarah kepada terbentuknya santri- santri yang mandiri dalam
menopang ilmu-ilmu agama yang mereka terima dari kiai melalui
pengajaran sorogan dan wetonan.
c. Sistem Pelatihan
Sistem pelatihan adalah sistem yang menekankan pada
kemampuan psikomotorik dengan menumbuhkan kemampuan
praktis seperti pelatihan pertikangan, perkebunan, perikanan,
manajemen koperasi dan kerajinan-kerajinan yang mendukung
terciptanya kemandirian integratif.
C. Kajian Pustaka
Kajian pustaka dilakukan menelaah penelitian-penelitian terdahulu
yang relevan dengan kajian ini. Telaah ini penting dilakukan karena untuk
pembanding dalam penelitian. Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang
relevan dengan penelitian ini:
35
Penelitian yang dilakukan Kiswati (2012) dengan judul
“Pengembangan Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Empat Pilar
Pendidikan UNESCO pada Subbab Segiempat di Kelas VII SMP Al-
Muhammad Cepu Blora”. Subjek dalam penelitian ini adalah perangkat
pembelajaran yaitu RPP, buku siswa dan LKS. Proses pengembangan
perangkat pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan model Thiagarajan
4-D (define, design, develop, dan disseminate). Instrumen penelitian ini adalah
lembar validasi perangkat pembelajaran, lembar observasi aktivitas siswa,
lembar keterlaksanaan sintaks pembelajaran, angket respon siswa, dan tes hasil
belajar. Hasil penelitian tersebut diperoleh hasil kevalidan rata-rata dari RPP,
buku siswa dan LKS sebesar 3,75 yang berarti perangkat tersebut telah valid
dan layak digunakan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian oleh Kiswati
adalah sama- sama meneliti tentang empat pilar pendidikan, tingkat
keberhasilan atau hasil dalam penerapan empat pilar pendidikan. Namun
perbedaan dalam penelitian ini dari metode penelitian, yaitu Kiswati dengan
kuantitatif dan penelitian Kiswati bertujuan untuk mendeskripsikan proses
pengembangan pembelajaran matematika, mengetahui nilai kevalidan
perangkat pembelajaran matematika, kepraktisan perangkat dan kefektifan
perangkat pembelajaran matematika dengan pendekatan empat pilar
pendidikan UNESCO. Sedangkan peneliti membahas atau meneliti mengenai
penerapan empat pilar pendidikan pondok pesantren.
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Kedudukan metode penelitian sangat penting dalam suatu penelitian
ilmiah. Metode penelitian menurut Coghlan dan Brannick (dalam Samiaji
Sarosa, 2012:36) adalah cara yang akan ditempuh oleh peneliti untuk
menjawab permasalahan penelitian atau rumusan masalah
Jenis penelitian digunakan adalah penelitian lapangan (field research)
karena penelitian ini didasarkan atas data-data yang dikumpulkan dari lapangan
secara langsung nonkuantitatif, dilihat dari pendekatannya jenis penelitian ini
termasuk penelitian kualitatif deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk
menggambarkan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai sifat populasi
atau daerah tertentu, sehingga secara keseluruhan penelitian ini tergolong
penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang mencoba memahami
fenomena dalam setting dan konteks naturalnya (bukan di dalam laboratorium),
peneliti tidak berusaha untuk memanipulasi fenomena yang diamati (Leedy &
Ormrod 2005 dalam Sarosa, 2012:7)
Adapun alasan peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif adalah
karena data yang dihasilkan dari penelitian ini berupa data deskriptif yang
bersumber dari hasil observasi, wawancara, maupun studi dokumenter.
Penelitian ini mendeskripsikan realitas di lapangan mengenai implementasi
37
empat pilar pendidikan Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah Kelurahan
Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2019.
B. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi yang menjadi sasaran penelitian ini adalah Pondok
Pesantren Agro Nuur El-Falah Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota
Salatiga. Alasan peneliti memilih lokasi penelitian di Pondok Pesantren Agro
Nuur El-Falah, karena berdasarkan hasil pengamatan terhadap pondok
pesantren ini, peneliti tertarik untuk mengenal, mengetahui, belajar lebih dalam
mengenai penerapan empat pilar pendidikan di Pondok Pesantren Agro Nuur
El-Falah Kota Salatiga, bagaimana proses pelaksanaan, pengembangan, dan
penerapan dari empat pilar pendidikan di pesantren ini.
C. Sumber Data
Menurut Lofland dalam Moleong (2009:157) sumber data utama
dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Adapun sumber data yang
digunakan peneliti adalah sebagai berikut:
1. Sumber Data Primer
Menurut Surya brata (1995: 84) merupakan data langsung
dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya atau sumber-sumber
dasar yang terdiri dari buku-buku atau saksi utama dari kejadian
(fenomena) objek yang diteliti dan gejala yang terjadi di lapangan.
Adapun sumber data primer yang digunakan dalam penggalian data di
Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah adalah santri, pengasuh, pengurus
38
dan dewan asatidz. Sebagai sumber untuk menggali informasi terkait fokus
penelitian, untuk mendapatkan informasi ini peneliti menggunakan metode
wawancara, baik tulisan, lisan, dan hasil pengamatan.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari dokumen
Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah baik berupa foto, arsip-arsip,
dokumen, catatan dan laporan pondok pesantren berkaitan dengan profil
pondok pesantren yang meliputi, sejarah pondok pesantren, letak
geografis, dasar dan tujuan, peraturan pondok pesantren, foto kegiatan-
kegiatan pondok pesantren, prestasi yang telah dicapai, progam pondok
pesantren, sistem pendidikan, struktur organisasi dan sebagainya. Hal ini
dilakukan karena data yang digali harus valid sehingga peneliti harus
melakukan pengamatan secara langsung dan melakukan observasi di
lapangan yang menghasilkan data yang lengkap dan dapat
dipertanggungjawabkan.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Sebuah penelitian haruslah tersusun secara sistematis dan memenuhi
semua aspek yang menjadi syarat sebuah penelitian. Metode pengumpulan data
dipergunakan untuk memperoleh data yang diperlukan, baik yang berhubungan
dengan studi literatur (metode pengumpulan dengan menggunakan bahan
bacaan) dan empiris (metode pengumpulan data dengan melihat secara
langsung oleh indera manusia). Adapun teknik pengumpulan data yang penulis
terapkan dalam penelitian ini sebagai berikut:
39
1. Wawancara (Interview)
Wawancara menurut Arikunto (1997:132) adalah sebuah dialog
yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari
terwawancara. Wawancara ini diadakan secara langsung dan terstruktur
kepada pihak-pihak yang terkait dan berperan dalam pengimplementasian
empat pilar pendidikan serta pihak-pihak yang berkompeten dalam
menyampaikan informasi yang dibutuhkan peneliti. Adapun pihak-pihak
yang diwawancarai adalah pengasuh, ustadz dan ustadzah, pengurus
pondok, serta santri Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah. Fungsi dari
adanya data wawancara ini berguna untuk menjawab rumusan masalah
kaitannya dengan pengimplementasian empat pilar pendidikan pada
pondok pesantren tersebut.
2. Observasi (studi lapangan)
Arikunto (1997:133) memaparkan bahwa observasi atau yang
sering disebut dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian
terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indra.
Mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman,
pendengaran, peraba, dan pengecap.
Kegiatan observasi ini dilakukan peneliti guna mengetahui
gambaran umum pondok pesantren, sistem pendidikan pondok pesantren,
variasi kegiatan pendidikan, program pendidikan dan untuk menjawab
rumusan masalah penelitian dengan mengamati proses kegiatan di Pondok
Pesantren Agro Nuur El-Falah dan implementasi empat pilar pendidikan.
40
3. Dokumentasi
Menurut Arikunto (1997:135), dokumentasi berasal dari kata
“dokumen”, yang artinya barang-barang tertulis. Sarosa (2012:61)
menegaskan dokumen tidak hanya berbentuk catatan dalam kertas
(hardcopy) namun juga dapat berbentuk elektronik (softcopy). Metode ini
digunakan untuk melengkapi data yang sudah ada yang berkaitan dengan
sejarah berdiri, struktur organisasi pondok pesantren. Data peserta didik atau
santri, data inventaris, program-program pendidikan, sistem pendidikan, dan
lain sebagainya.
E. Analisis Data
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang
tersedia dari berbagai sumber yaitu dengan wawancara, pengamatan yang
sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resi,
gambar, foto, dan lain sebagainya (Moleong, 2008:247). Menurut Miler dan
Huberman dalam Anis Fuad dan Kandung Sapto Nugroho (2014:16) analisis
data terdiri dari tiga alur kegiatan yang berlangsung secara bersamaan, yaitu
sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data dimaknai sebagai proses memilah, menyederhanakan
data yang terkait dengan kepentingan penelitian, abstraksi dan transformasi
data-data kasar dari field notes (catatan lapangan). Reduksi data perlu
dilakukan karena ketika peneliti semakin lama dikancah penelitian, akan
41
semakin banyak data atau catatan lapangan yang peneliti kumpulkan. Tahap
dari reduksi adalah memilih data yang pokok, fokus pada hal-hal yang
penting, mengelompokkan data sesuai dengan tema, membuat ringkasan,
memberi kode, membagi data dalam partisi-partisi dan akhirnya dianalisis
sehingga terlihat pola-pola tertentu.
2. Penyajian data
Langkah selanjutnya setelah mereduksi data dalah penyajian data.
Yang paling sering dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah menyajikan
data dalam bentuk teks yang bersifat naratif. Display data dapat membantu
peneliti dalam memahami apa yang terjadi, merencanakan analisis
selanjutnya berdasarkan apa yang sudah dipahami sebelumnya.
3. Menarik kesimpulan atau verifikasi
Langkah terakhir dalam analisis data menurut Miles dan Huberman
(dalam Fuad dan Nugroho, 2014:16) adalah melakukan penarikan
kesimpulan atau verifikasi, Berdasarkan pola-pola yang sudah tergambarkan
dalam penyajian data, terdapat hubungan kausal atau interaktif antara data
dan didukung dengan teori-teori yang sesuai, peneliti kemudian
mendapatkan sebuah gambaran utuh tentang fenomena yang diteliti dan
kemudian dapat disimpulkan fenomena tersebut sebagai temuan baru, maka
penelitian dianggap selesai.
42
Data Collection Data Display
Data Reduction
Conclusion
Gambar 3.1 Analisis Data Model Interaktif
F. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk melakukan pengecekan keabsahan data, teknik yang digunakan
peneliti dalam hal ini adalah teknik triangulasi. Menurut Moleong (2009:330),
triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain. Dalam hal ini peneliti menggunakan triangulasi teknik dalam
mengecek keabsahan data. Menurut Anis Fuad dan Kandung Sapto Nugroho
(2014:20), triangulasi teknik dapat dilakukan dengan menggunakan teknik
wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi.
Di bawah ini adalah skema triangulasi teknik:
Wawancara mendalam Observasi
Dokumentasi
Gambar 3.2 Skema Triangulasi
43
Proses triangulasi teknik yang digunakan peneliti meliputi 3 sumber
data yaitu hasil observasi, data hasil wawancara, dan data hasil dokumentasi.
Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan peneliti yakni langkah pertama
membandingkan hasil wawancara dari pengasuh, dewan asatidz, pengurus, dan
peserta didik atau santri dengan hasil pengamatan di lingkungan pondok
pesanren. Langkah kedua adalah membandingkan hasil wawancara antara
informan satu dengan informan lainnya. Langkah kedua adalah
membandingkan data hasil wawancara dengan isi dokumen yang dimiliki oleh
pondok pesantren.
G. Tahap Penelitian
Tahap-tahap dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Menentukan masalah penelitian. Pada tahap ini, penulis mengadakan
pendahuluam dalam menentukan masalah penelitian. Penulis melakukan
pendekatan dengan ustadz, ustadzah dan pengurus juga meminta izin kepada
pengasuh sebelum penulis memulai penelitian ini.
2. Pengumpulan data. Pada tahap ini, penulis mulai menentukan sumber data
yang penulis butuhkan untuk penelitian ini. Penulis mencari buku-buku
yang sesuai dengan permaslahan penelitian ini, lalu mengumpulkannya
menjadi sebuah data.
3. Pengujian dan analisis. Pada tahap ini, penulis menyajikan hasil data dan
penelitian yang penulis lakukan kemudian ditarik dengan kesimpulan.
44
BAB IV
PAPARAN DATA DAN ANALISIS
A. Deskripsi Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah
1. Letak Geografis
Pondok pesantren Agro Nuur El-Falah berada di Jalan
Dipomanggilo RT 04 RW 05 Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota
Salatiga. Pondok pesantren ini berdiri di atas tanah dengan luas sekitar
17.000 dan luas bangunann kurang lebih 8.000 .
Pondok pesantren Agro Nuur El-Falah didirikan bersamaan dengan
berdirinya Yayasan Sosial Yatim Piatu Dharma Lestari yaitu pada tanggal
20 Mei 2002 bertepatan dengan hari Kebangkitan Nasional dengan akta
notaris Muhammad Fauzan, SH. No. 43 Tahun 2002. Kemudian pada
tanggal 24 Februari 2003 Sekolah Menengah Pertama (SMP) Dharma
Lestari beroperasional dengan berdasarkan surat keputusan Walikota
Salatiga nomor: 420/66/2003. Selanjutnya pengembangan pendidikan
mendirikan sekolah lanjutan tingkat kejuruan yaitu Sekolah Menengah
Kejuruan-Sekolah Pertanian Pembangunan Dharma Lestari yang
beroperasional berdasarkan surat keputusan Kepala Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Pertanian nomor : 86/kpts/SM.110/K/05 pada
tanggal 28 Juli 2005 tentang pendirian dan pembukaan program studi
tanaman pangan dan hortikultura pada Sekolah Menengah Kejuruan-
Sekolah Pertanian Pembangunan Dharma Lestari.
45
Pada tahun 2015 berubahnya aturan dari pemerintah terkait dengan
badan atau yayasan yang diharuskan terdaftar di Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia (MENKUMHAM) maka yayasan sosial yatim piatu
Dharma Lestari melakukan pembaharuan yayasan pada tanggal 12 Februari
2016 nama yayasan ditetapkan menjadi yayasan Dharma Lestari Pondok
Pesantren Agro Nuur El-Falah yang terdaftar di Akta Notaris Supriyadi, SH
(No. 53.SK/MENKUMHAM/ RI/2016).
2. Sejarah Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah
Menyadari bahwa pendidikan adalah kunci keberhasilan dalam setiap
kehidupan individu, masyarakat bahkan suatu bangsa. Sesuai hadist Nabi
Muhammad SAW, yaitu:
نيا فعليو با لعلن، وهن أزادالآخسة فعليو بالعلن، وهن هن أزا دالد
أزادىوا فعليو بالعلن
Artinya: “Barang siapa menginginkan dunia, maka haruslah dengan ilmu,
barang siapa menginginkan akhirat, maka haruslah dengan ilmu
dan barang siapa menginginkan keduanya maka haruslah dengan
ilmu” (HR. Thabrani).
Hal inilah yang mendorong Bapak Haji Darmo Supono yang berasal
dari Boyolali sebagai pendiri tunggal untuk mendirikan Yayasan Dharma
Lestari yang menaungi Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah Pulutan.
Diniyah Nuur El-Falah, SMP Dharma Lestari dan SMK-SPP Dharma
Lestari sebagai wahana untuk membangun dan menciptakan khodimul
ummat sekaligus sebagai ungkapan syukur yang mendalam kepada Allah
46
SWT atas limpahan taufiq, hidayah, nikmat, dan karunia-Nya dalam meniti
usaha- usaha beliau saat ini.
Yayasan ini pada awalnya didirikan hanya diperuntukkan bagi anak-
anak dari keluarga yang tidak mampu, semua ditanggung oleh pendiri dan
gratis tanpa biaya bagi keluarga yang tidak mampu dengan membawa surat
keterangan dari kelurahan sebagai bukti. Dengan fasilitas belajar secara
menyeluruh dan cuma-cuma (gratis) dari kebutuhan tempat (asrama), makan
sehari-hari serta kebutuhan lain nya, hal ini membuat para santri semangat
dalam menjalankan aktivitas dalam menuntul imu yang direncanakan oleh
yayasan dan pondok pesantren.
Pada masa awal berdirinya yayasan ini pada bulan Juli tahun 2002
sampai tahun 2005 hanya menampung anak-anak dari daerah korban konflik
seperti Aceh, Poso, Nusa Tenggara Timur. Selanjutnya pasang surut
pengelolaan mulai tahun 2005 sampai tahun 2013 dipertimbangkan dan
dikembangkan menerima santri dari Salatiga, Kabupaten Semarang,
Magelang dan daerah sekitar lainnya sehingga jumlah santri bertambah dan
hanya diperuntukkan untuk anak yang tidak mampu.
Selanjutnya mulai tahun 2014 sampai sekarang Yayasan Dharma
Lestari Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah mengembangkan dengan
konsep subsidi silang dengan cara infaq atau sedekah bagi keluarga yang
mampu dan gratis tanpa biaya bagi keluarga yang tidak mampu dan dibuka
penerimaan secara umum sehingga sampai saat ini santri mulai meningkat.
47
Pondok pesantren ini dinamakan Pondok Pesantren Agro Nuur El-
Falah yang berarti “Nuur” (cahaya) dan “El-Falah” (kemenangan) dengan
harapan para santri yang juga siswa SMP dan SMK-SPP Dharma lestari
kelak menjadi seorang dai, pemimpin umat dan bangsa yang mandiri serta
menguasai bidang agrobisnis yang memiliki jiwa keikhlasan, jiwa
kesederhanaan, jiwa berdikari, jiwa ukhuwah islamiyah dan jiwa bebas.
Semua itu adalah ciri khas prndidikan pesantren yaitu pola Panca Jiwa
santri.
Sedangkan Yayasan ini dinamakan “Dharma Lestari” yang sama
dengan penamaan SMP dan SMK-SPP Dharma Lestari mengandung arti
yang sangat luhur. “Dharma” dimabil dari nama bapak beliau “H. Ahmad
Dharma Tahir”. Dharma berarti hibah atau pemberian atau amal, sedang
“Lestari” diambil dari nama ibu beliau “Hj. Sri Lestari” yang berarti
senantiasa, selalu dan selamanya. Jadi Dharma Lestari mengandung arti
do‟a semoga apa yang beliau hibahkan di jalan Allah SWT dicatat sebagai
amal jariyah yang tidak terputus.
إذا هات ابن آدم انقطع عولو إلهن ثلاث صدقة جازية قال زسول الله صلى الله عليه وسلم :
يدعوالو )زواه التسهيرى(اوعلن ينتفع بو او ولد صالح
Artinya : Rosulullah SAW bersabda : apabila manusia mati maka putuslah
segala amalnya kecuali tiga hal : amal jariyah, ilmu yang
bermanfaat, dan anak sholeh yang mendiakan kepada kedua
orang tua (HR. Tirmidzi)
48
3. Visi, Misi, dan Tujuan Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah
Adapun visi dan misi pondok pesantren Agro Nuur El-Falah sebagai
berikut:
a. Visi
Menjadikan santri Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah Yayasan
Dharma Lestari Insan yang Berdisiplin, Berilmu, Bertaqwa dan
Bermoral serta berprestasi.
b. Misi
1) Menyelenggarakan pendidikan yang tertib administrasi, dengan
mengutamakan keikhlasan, kedisiplinan, kejujuran, dan kebersihan
serta akhlaqul karimah yang berasaskan islam.
2) Membina dan mengembangkan dakwah dan pendidikan Islam
dalam arti yang sebenar-benarnya dengan semangat amar makruf
nahi munkar.
3) Mengawal dan membela aqidah Islamiyah berdasarkan Al-Qurân
dan Al-Hadist
4) Menegakkan nilai-nilai kemanusiaan sesuai ajaran Islam demi
kesejahteraan umat dan bangsa lahir dan batin.
5) Meningkatkan kualitas SDM guna mewujudkan masyarakat yang
beriman, berilmu, beramal, dan bertaqwa melalui pengembangan
kegiatan yang meningkatkan IMTAQ dan IPTEK sesuai aqidah
Islam.
49
6) Mendorong terwujudnya persatuan dan kesatuan umat untuk
kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia
7) Memperjuangkan terciptanya masyarakat muslim yang memiliki
akhlak mulia sehingga terwujud Islam sebagai rakhmat sekalian
alam.
c. Tujuan
1) Meningkatkan SDM dan fasilitas pendidikan demi tercapainya
upaya peningkatan kualitas pendidikan dan pembelajaran.
2) Mengembangkan dakwah Islamiyah di masyarakat demi
terciptanya manusia muslim yang taqwa, berbudi luhur,
berpengetahuan sempurna, cakap dan terampil serta bertanggung
jawab terhadap agama, bangsa dan negara.
3) Merevitalisasi kebudayaan Islam di masyarakat sekitar lingkungan
Yayasan demi membendung kebudayaan asing yang bertentangan
dengan syari‟at Islam dan kepribadian bangsa Indonesia.
4) Membantu pemerintah dalam memberikan bantuan kepada peserta
didik yang yatim-piatu, fakir miskin yang beragama Islam.
4. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah
Untuk mencapai tujuan yang optimal dalam pelaksanaan pendidikan,
maka diperlukan organisasi yang baik, yaitu dengan cara melaksanakan
tugas dan kewajibannya sesuai engan tanggung jawab masing-masing
secara maksimal. Adapun Struktur Kepengurusan Organisasi Pondok
50
Pesantren Agro Nuur El-Falah (2019-2020) akan disajikan dalam tabel
berikut:
Tabel 4.1 Struktur Organisasi Kepengurusan Pondok Pesantren
Agro Nuur El-Falah Tahun 2019
No Nama Jabatan
1. Nur Soleh. S.Pd.I Pengasuh
2. Mustofa Lutfi, S. Sy Ketua Yayasan
3. Ahmad Kholik Kabid. Pendidikan
4. Tosin Kabid. Sarpras
5. M. Muslih Kabid. Kamtib
6. Khamilin Kabid, Logistik
7. Ahmad Su‟udi Kabid Humas
8. Nurul Huda, S.S Kabid. Kepegawaian
9. Khafidul Mu‟in, S. Pd.I Kepala Sekolah SMP
10. Pitoyo Ngatimin, SP Kepala SMK-SPP
11. M. Muhibbur Rohman, S.Pd.I Kepala Sekolah Madrasah
12. Akyas Juhad Mahya Kepala Asrama Putra
13. Millatul Miskiyyah Kepala Asrama Putri
51
5. Metodologi Pembelajaran Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah
Cara belajar dan mengajar di pondok pesantren Agro Nuur El-Falah
mempunyai pembelajaran pendidikan yang sama dengan pesantren lainnya
yaitu dengan menggunakan sistem pendidikan kombinasi antara sistem
pondok pesantren modern dan pondok pesantren salafiyah. Selain kegiatan
pagi dengan sistem pendidikan modern, juga ada pengajian kitab kuning
untuk memperdalam ilmu pengetahuan, sorogan guna memperlancar
dalam pembelajaran ilmu Al-Qur‟an, serta adanya takror untuk
menjadikan santri aktif melakukan pembiasaan pembelajaran sebelum
tidur dan juga kegiatan-kegiatan yang mendukung para santri yang
nantinya akan berkiprah, bersaing, menunjukkan kualitas di era modern
ini.
Di samping itu para santri bukan hanya sekedar belajar ilmu dimana
para santri dirangsang untuk selalu aktif dan responsif terhadap materi
yang disampaikan oleh ustadz, dituntut tidak hanya menguasai (mengerti
dan hafal) pelajaran saja, akan tetapi harus bisa menghayati dan
mengamalkannya dalam berbagai situasi serta mampu menerangkan atau
menyampaikan kembali kepada yang lain (untuk berdakwah).
Pondok pesantren Agro Nuur El-Falah juga menerapkan metode
pengkajian kitab At-Turots atau kitab kuning yang dagendakan proses
pembelajarannya sesudah maghrib dan isya‟. Kajian kitab yang serupa
meliputi berbagai disiplin ilmu menurut tingkat kemampuan santri. Di
antaranya tafsir, hadist, fikih, akhlak dan tasawuf. Kitab-kitab tersebut
52
diajarkan dengan maksud: Pertama, melatih santri membaca dan
memahami dengan mengaplikasikan kaidah-kaidah nahwu dan shorof.
Kedua, mengenalkan para santri dengan istilah-istilah dan metode-metode
pembahasan kitab-kitab klasik. Ketiga, melatih para santri menghargai
karya para ulama pendahulu dan memahami situasi, kondisi waktu
kodifikasi kitab tersebut, Keempat, mendorong para santri untuk selalu
berkarya sebagaimana karangan para ulama-ulama dahulu.
Tidak hanya itu, pondok pesantren yang ada juga membuat wadah
para alumninya berbentuk badan-badan usaha kemandirian yang bergerak
dalam bidang agro (sebagaimana skill yang telah diajarkan di pondok
pesantren) guna memberikan lapangan pekerjaan yang memadai. Untuk itu
diwajibkan para santri yang telah lulus harus melaksanakan program
vokasional selama satuntahun guna menyiapkan para santri mengamalkan
ilmunya.
Dalam hubungan ini, pondok pesantren Agro Nuur El-Falah
mengelola usaha produktif yang bergerak dalam bidang pertanian,
peternakan dan perdagangan sebagaimana tempat pembelajaran praktik
para santri sekaligus memberikan pekerjaan yang layak bagi para
alumninya. Usaha produktif tersebut meliputi: 1) Agrobisnis berupa
sayuran, buah dan padi organik (non pestisida) yang melibatkan santri
dalam produksi, marketing, packing, bahkan vabrikasi sebagai wahana
pembelajaran yang produktif. Usaha ini mempunyai beberapa keuntungan
yaitu penyuburan kembali tanah yang telah terkontaminasi dengan bahan-
53
bahan pestisida dan aman dari penyakit akibat obat-obatan kimia, 2)
Ternak unggas, antara lain ayam, menthok, dan bebek dengan penetasan
melalui alat yang sangat sederhana dan dapat dibuat sendiri, 3) Pembuatan
pupuk organik, 4) Pengolahan pasca panen.
6. Kegiatan Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah
Sesuai dengan prinsip self help dan self government atau prinsip
sanggup menolong diri sendiri sebagai manifestasi dari jiwa mandiri dan
dalam rangka pelaksanaan pendidikan siap memimpin dan dipimpin.
Manajemen, keorganisasian dan kemasyarakatan, maka di lingkungan
pondok pesantren ini sengaja dibentuk beberapa organisasi santri yaitu
OPPN (Organisasi Pelajar Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah),
Muhadloroh, Pramuka, Poskestren (Pos Kesehatan Pondok Pesantren),
Kopontren (Koperasi Pondok Pesantren), Tazayyun dan OSIS.
Organisasi santri pondok pesantren Agro Nuur El-Falah mempunyai
tiga fungsi, yaitu: a) Sebagai pembantu pengasuh dan majelis ma‟arif
dalam melaksanakan program pendidikan dan pengajaran sehari-hari, b)
Sebagai media latihan bagi santri dalam menjalankan program pendidikan
kepemimpinan, keorganisasian dan kemasyarakatan, c) Sebagai penyalur
aspirasi bagi seluruh santri dalam berbagai aspek kehidupan mereka
selama di pondok pesantren.
Pondok pesantren Agro Nuur El-Falah adalah salah satu lembaga
pendidikan yang menerapkan pendidikan modern dan salafiyah. Lembaga
pendidikan yang di dalamnya terdapat lembaga formal dan non formal
54
yaitu dengan dibentuknya SMP, SMK-SPP Dharma Lestari dan juga
pondok pesantren sebagai tempat atau asrama tinggal atau menetap
santriwan-santriwati yang belajar di pondok pesantren tersebut. Adapun
kegiatan-kegiatan wajib yang diterapkan di pondok pesantren Agro Nuur
El-falah, sebagai berikut:
1. Sholat Berjamaah
Merupakan sebuah aktifitas ritual yang hukumnya wajib bagi
setiap Muslim dan merupakan wahana latihan bagi umat Islam untuk
mencari jati diri di hadapan Allah SWT lalu diapresiasikan dalam
kehidupan bermasyarakat.
Dalam berjamaah pemaha,an yang dilakukan pada santri adalah
tentang leadership atau kepemimpinan (sanggup dipimpin dan siap
memimpin), ketaatan pada pimpinan dan persamaan derajat serta
disiplin.
Penekanan sholat pada santri bertitik tolak pada:
a. Aplikasi sholat dimensi megical atau rohani (ketenangan jiwa)
b. Aplikasi sholat dimensi epistimologis (kecerdasan berpikir)
c. Aplikasi sholat dimensi sosial (kecerdasan sosial)
Ketiga dimensi ini akan terbentuk dengan pemahaman bahasa
sholat, baik bahasa lisan (oral language) atau bahasa tubuh (body
language). Sholat pada santri mempunyai stressing yang kuat untuk
dilakukan secara berjama‟ah. Dalam berjamaah pemahaman yang
dilakukan pada santri adalah tentang:
55
1) Leadership atau kepemimpinan (sanggup dipimpin dan siap
memimpin).
2) Ketaatan pada pimpinan.
3) Kemufakatan dalam jamaah.
4) Persamaan derajat
5) Disiplin
2. Sorogan Pagi dan Malam
Merupakan suatu metode yang ditempuh dengan cara guru
menyampaikan pelajaran kepada santri secara individual. Melalui
sorogan, perkembangan intelektual santri dapat ditangkah kiai secara
utuh. Kiai dapat memberikan bimbingan penuh kejiwaan sehingga
dapat memberikan tekanan pengajaran kjepada para santri atas dasar
observasi langsung terhadap tingkat kemampuan dasar dan kapasitas
mereka.
3. SMP dan SMK-SPP Dharma Lestari
SMP dan SMK-SPP Dharma Lestari merupakan bentuk
pendidikan formal guna mempermudah proses transformasi keilmuan
dan pemantauan moralitas dan integritas santri.
4. Madrasah Diniyyah
Sekolah pendidikan agama yang merupakan pendidikan di
pondok pesantren guna memperdalam ilmu agama, karena sangat
penting bagi para santri dalam menimba ilmu agama tidak hanya di
56
formalnya saja. Keseriusan dalam tholabul ilmi menjadikan santri
mampu meresapi ilmu yang telah diajarkan.
5. Nastamir
Kegiatan membaca Al-Qur‟an secara mirottal yang dilakukan
dengan bersama-sama di masjid. Kegiatan ini bertujuan sebagai
penggerak santri agar rajin dalam membaca Al-Qur‟an serta memahami
apa yang terkandung di dalamnya.
6. Kajian Kitab Ekstra
Seperti yang sudah berjalan di beberapa pesantren, pondok
pesantren Agro Nuur El-Falah juga menerapkan metode dan kajian
kitab yang serupa yang mengambil waktu ba‟da maghrib dab ba‟da
isya‟.
Kitab-kitab tersebut meliputi berbagai disiplin ilmu menurut
tingkat kemampuan santri. Di antaranya tafsir, hadist. Fiqih. Akhlak,
dab tasawuf. Kitab-kitab tersebut diajarkan dengan maksud:
a) Melatih santri membaca dan memahami dengan mengaplikasikan
kaidah-kaidah nahwu dan shorof.
b) Mengenalkan para santri, istilah-istilah dan metode-metode
pembahasan kitab-kitab klasik.
c) Melatih para santri menghargai karya para ulama pendahulu dan
memahami situasi, kondisi, waktu kodifikasi kitab tersebut.
d) Mendorong para santri untuk selalu berkarya sebagaimana
karangan para ulama-ulama dahulu.
57
7. Membersihkan pondok, yaitu kegiatan untuk memberikan nilai
tanggung jawab kebersihan dan kerapian terhadap diri dan lingkungan
sekitar.
8. Apel pengecekan, apel ini dilakukan setiap pagi, siang, dan malam pada
saat akan melakukan makan bersama. Fungsi dari apel ini adalah
melakukan pengecekan anggota kamar yang mana setiap regu
menyiapkan mempersiapkan semua anggotanya. Ada kemungkinan
santri yang tidak hadir itu sakit, pulang, izin kegiatan, ataupun juga
tanpa keterangan yang akan di sanksi bagi yang melanggarnya.
9. Persiapan masuk kelas, difungsikan sebagai rechek terhadap
kelengkapan dan kesiapan dalam mengikuti KBM di kelas.
10. Masuk kelas, bentuk pembelajaran formal yang digunakan selain
sebagai syarat berdirinya sebuah pembelajaran yang mempunyai
legalitas formal, juga difungsikan sebagai penegelompokan santri
sesuai dengan kemampuan akademis, kemampuan dasar, semangat
belajar, dan moralitas santri guna mempermudah proses transformasi
keilmuan dan pemantauan moralitas dan integritas santri.
11. Takror
Adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau
potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang
diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus
dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat
menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar
58
yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa
respon. Dimaksudkan sebagai sarana untuk mengulas ulang/mentelaah
terhadap materi-materi yang telah disampaikan dengan metodologi
musyawarah serta untuk mempersiapkan materi-materi yang akan
disajikan besok harinya.
12. Muhadloroh
Latihan berpidato atau orasi mempunyai nilai lebih pada sisi
penggarapan mental, sekwensialitas berfikir dan berkata/orasi serta
management public. Bahasa yang dipakaui dalam berorasi
menggunakan tiga bahasa ; yaitu bahasa inggris, bahasa arab, dan
bahasa Indonesia.
13. Olahraga
Olahraga merupakan salah satu materi pokok bagi silabus
pesantren. Karena olah raga merupakan sarana untuk menjadikan fisik
yang sehat dan menumbuhkan jiwa yang sportif.
14. Jum‟at bersih
Kebersihan gotong royong, jumat bersih mengusung pesan
terhadap tanggung jawab sosial serta untuk membiasakan santri agar
selalu bersih, terutama pada hari jumat
15. Kepramukaan
Belajar dengan tadabbur alam, belajar yang menyenangkan,
belajar mandiri dan bertanggung jawab (direct method).
16. Tahlilan atau Yasinan
59
Penggodokan spiritual mingguan, untuk mengenang, dan belajar
dari orang-orang yang telah mendahului serta untuk mengingat
kematian.
17. Ziarah Kubur
Untuk mengingat akan datangnya kematian kepada setiap
makhluk tanpa tahu dan tempatnya.
18. Imtihan Awal
Arena penjajagan bagi santri untuk mengetahui daya serap
terhadap materi-materi yang telah disampaikan selama satu semester,
juga sebagai restart terhadap penyampaian materi baru dengan
metodologinya yang mengacu kepada hasil evaluasi tersebut.
19. Imtihan Akhir
Evaluasi akhir dimaksudkan selain penjajagan, juga untuk
mengkaji ulang terhadap pengelompokan santri berdasar kemampuan
baik melalui jenjang kelas maupun variasi kelas.
20. Ta‟arufan
Acara yang dikemas sedemikian rupa yang bertujuan untuk
mengenalkan kepada santri baru masalah kepondokan secara
menyeluruh (orientatif).
21. Class meeting sport
Perlombaan olahraga antar kelas yang diselenggarakan agar para
santri bias mengenal satu sama lain, terjalin keeratan hubungan dan
jiwa sportif.
60
22. Pergantian kepengurusan OPPN
Upaya mencetak kader-kader melalui pengelolaan organisasi santri
sebagai wahan latihan secara langsung untuk mengatur serta praktek
menjalankan sebuah organisasi.
23. Pelatihan keorganisasian
Pemberian bekal dalam berorganisasi secara normative yang
diharapkan dapat diejawantahkan setelah santri terjun di tengah-tengah
masyarakat luas.
24. Sholawat
Penanaman kecintaan kepada nabi Muhammad melalui bacaan-
bacaan sholawat, dengan tujuan agar dapat meniru pola apapun yang
digunakan oleh nabi, baik pola management qolbu, fikir maupun laku.
Adapun kegiatan-kegiatan yang diterapkan dibagi menjadi 5,
sebagai berikut:
a. Kegiatan Harian
Walaupun basis pembelajarannya adalah agrobisnis
pertanian, akan tetapi cara belajar dan mengajar di pondok
pesantren Agro Nuur El-Falah mempunyai pembelajaran
pendidikan yang sama dengan pesantren lainnya yaitu dengan
menggunakan sistem pendidikan kombinasi antara sistem pondok
pesantren modern dan pondok pesantren salafiyah. Berikut ini,
disajikan tabel jadwal kegiatan harian santri.
61
Tabel 4.2 : Jadwal Kegiatan Harian Santri Pondok
Pesantren Agro Nuur El-Falah Kelurahan Pulutan Kecamatan
Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2019
NO HARI WAKTU KEGIATAN
1 Senin 05.00 – 05.30
05.30 – 06.00
06.00 – 06.30
06.30 – 06.45
06.45
07.00 – 09.30
09.30 – 10.00
10.00 – 12.30
12.30
13.00-13.15
14.40 – 15.30
15.30
16.00 – 16.30
Sorogan dengan wali kelas masing-masing
Pembersihan lingkungan
Pembersihan pribadi
Sarapan
Apel pagi
Kegiatan sekolah
Sholat Dhuha
Kegiatan sekolah
Sholat Dzuhur berjamaah
Makan siang
Nahwu MP 1 A
Imla MP 1 B
Fiqih MP 2
Al Quran MA1 A
Fiqih Nisa MA1 B
Tarikh MA 2
Sholat Ashar
Pembersihan Lingkungan
62
16.30-17.30
17.30 – Maghrib
19.40 – 20.20
20.20 – 21.00
21.00 – 22.00
Free (Pembersihan pribadi)
Sholat Maghrib dilanjut makan malam
Sholat Isya‟
Nahwu MP 1 A & MP 2 & MA1 B
Shorof MP 1 B & MA1A
Fiqih MA 2
Tauhid MP 1 A
Shorof MP 1 B & MA1 A
Nahwu MP 2 & MA1 B
Fiqih MA 2
Takror dilanjut pembacaan Surat Al-Mulk di
depan kamar masing-masing dilanjutkan tidur
malam.
2 Selasa 05.00 – 05.30
05.30 – 06.00
06.00 – 06.30
06.30 – 06.45
06.45
07.00 – 09.30
09.30 – 10.00
10.00 – 12.30
12.30
13.00-13.15
Ngaji bersama Abah Sholeh
Pembersihan lingkungan
Pembersihan pribadi
Sarapan
Apel pagi
Kegiatan sekolah
Sholat Duha
Kegiatan sekolah
Sholat Dzuhur berjamaah
Makan siang
63
14.40 – 15.30
15.30
16.00 – 16.30
16.30-17.30
17.30 – Maghrib
18.00
19.15
19.40 – 20.20
20.20 – 21.00
21.00 – 22.00
Imla MP 1 A & MA1 B
Fiqh Nisa MP 1 B
Tarikh MP 2
Bhs Arab MA1 A
Hadis MA 2
Sholat Ashar
Pembersihan Lingkungan
Free (Pembersihan pribadi)
Nastakmir
Sholat Maghrib dilanjut makan malam
Sholat Isya‟
Mengaji bersama dengan Abi Syukron
Hadis MP 1 A & MP 2
Tauhid MP 1 B & MA1 A
Tarikh MA1 B
Ahlaq MA 2
Takror dilanjut pembacaan Surat Al-Mulk di
depan kamar masing-masing dilanjutkan tidur
malam
3 Rabu 05.00 – 05.30
05.30 – 06.00
06.00 – 06.30
06.30 – 06.45
Sorogan dengan wali kelas masing-masing
Pembersihan lingkungan
Pembersihan pribadi
Sarapan
64
06.45
07.00 – 09.30
09.30 – 10.00
10.00 – 12.30
12.30
13.00-13.15
14.40 – 15.30
15.30
16.00 – 16.30
16.30-17.30
17.30 – Maghrib
18.00
19.15
19.40 – 20.20
20.20 – 21.00
Apel pagi
Kegiatan sekolah
Sholat Duha
Kegiatan sekolah
Sholat Dzuhur berjamaah
makan siang
Fiqih Nisa MP 1 A
Al Quran MP 1 B & MA1 B
Tauhid MP 2
Fiqih MA1 A
Bhs Arab MA 2
Sholat Ashar
Pembersihan Lingkungan
Free (Pembersihan pribadi)
Nastakmir
Sholat Maghrib dilanjut makan malam
Sholat Isya‟
Fiqih MP 1 A
Imla MP 1 B
Shorof MP 2 & MA1 B
Nahwu MA1 A & MA 2
Bhs Arab MP 1 A
Fiqih MP 1 B
65
21.00 – 22.00
Shorof MP 2 & MA1 B
Nahwu MA1 A & MA 2
Takror dilanjut pembacaan Surat Al-Mulk di
depan kamar masing-masing dilanjutkan tidur
malam
4 Kamis 05.00 – 05.30
05.30 – 06.00
06.00 – 06.30
06.30 – 06.45
06.45
07.00 – 09.30
09.30 – 10.00
10.00 – 12.30
12.30
13.00-13.15
13.30 – 15.30
15.30
16.00 – 16.30
16.30-17.30
17.30 – Maghrib
18.00
19.40
Sorogan dengan wali kelas masing-masing
Pembersihan lingkungan
Pembersihan pribadi
Sarapan
Apel pagi
Kegiatan sekolah
Sholat Duha
Kegiatan sekolah
Sholat Dzuhur berjamaah
Makan siang
PRAMUKA
Sholat Ashar
Pembersihan Lingkungan
Free (Pembersihan pribadi)
Nastakmir
Sholat Maghrib dilanjut pembacaan tahlil dan
Yasin serta makan malam
Sholat Isya‟
66
20.00 – 21.00
21.00 – 22.00
22.00
Diba/ Khitobiyah/ Istigosah
Free (nonton tv, dll)
Pembacaan surat Al-Mulk dilanjut tidur
5 Jumat 05.00 – 05.30
05.30
06.00 – 07.00
07.00 – 07.45
07.45
08.15 s/d selesai
10.00
10.00-12.00
12.30
13.00-13.15
13.15 – 15.30
15.30
16.00 – 16.30
16.30-17.30
17.30 – Maghrib
18.00
19.15
20.00 – 21.00
21.00 – 22.00
Muhafadzoh Bahasa Arab dan Inggris
Pengecekan santri dilanjut olahraga (pemanasan)
Ziarah/ Jalan-jalan
Istirahat / Permainan (kondisional)
Apel pagi dilanjut sarapan
Pembersihan Lingkungan Bersama ( Ro‟an
Akbar )
Sholat Duha
Free
Sholat Dzuhur berjamaah
Makan siang
Free
Sholat Ashar
Pembersihan Lingkungan
Free (Pembersihan pribadi)
Nastakmir
Sholat Maghrib dilanjut makan malam
Sholat Isya‟
Pengajian dengan Ust. Muhib
Takror dilanjut pembacaan Surat Al-Mulk di
67
depan kamar masing-masing dilanjutkan tidur
malam
6 Sabtu 05.00 – 05.30
05.30 – 06.00
06.00 – 06.30
06.30 – 06.45
06.45
07.00 – 09.30
09.30 – 10.00
10.00 – 12.30
12.30
13.00-13.15
14.40 – 15.30
15.30
16.00 – 16.30
16.30-17.30
17.30 – Maghrib
18.00
19.15
Pengajian dengan Pak Kyai Nur Sholeh
Pembersihan lingkungan
Pembersihan pribadi
Sarapan
Apel pagi
Kegiatan sekolah
Sholat Duha
Kegiatan sekolah
Sholat Dzuhur berjamaah
Makan siang
Al Qur‟an : MP 1 A
Bhs Arab : MP 1 B & MA1 B
Ahlaq : MP 2
Hadis : MA1 A
Ulumul Quran : MA 2
Sholat Ashar
Pembersihan Lingkungan
Free (Pembersihan pribadi)
Nastakmir
Sholat Maghrib dilanjut makan malam
Sholst Isya‟
68
19.40 – 20.20
20.20 – 21.00
21.00 – 22.00
Ahlaq : MP 1 A & MA1 B
Hadis : MP 1 B
Fiqih : MP 2
Tajwid : MA1 A
Shorof : MA 2
Tajwid MP 1 A, MP 1 B, & MA1 B
Al Quran MP 2
Tarikh MA1 A
Shorof MA 2
Takror dilanjut pembacaan Surat Al-Mulk di
depan kamar masing-masing dilanjut tidur
7 Minggu 05.00 – 05.30
05.30 – 06.00
06.00 – 06.30
06.30 – 06.45
06.45
07.00 – 09.30
09.30 – 10.00
10.00 – 12.30
12.30
13.00-13.15
14.40 – 15.30
15.30
Sarapan
Apel pagi
Kegiatan sekolah
Sholat Dhuha
Sholat Dzuhur berjamaah
Makan siang
Istirahat
Imla : MP 1 A
Akhlaq : MP 1 B & MA1 A
Bhs Arab : MP 2
Tauhid : MA1 B & MA 2
Sholat Ashar
69
16.00 – 16.30
16.30-17.30
17.30 – Maghrib
18.00
19.15
19.40 – 20.20
20.20 – 21.00
21.00 – 22.00
Pembersihan Lingkungan
Free (Pembersihan pribadi)
Nastakmir
Sholat Maghrib dilanjut makan malam
Sholat Isya‟
Shorof MP 1 A
Nahwu MP 1 B
Tarikh MP 2
Fiqih Nisa MA1 A
Fiqih MA1 B
Tafsir Jalalain MA 2
Shorof MP 1 A
Nahwu MP 1 B
Tajwid MP 2
Imla MA1 A
Hadis MA1 B
Tafsir Jalalain MA 2
Takror dilanjut pembacaan Surat Al-Mulk di
depan kamar masing-masing dilanjutkan tidur
malam
70
b. Kegiatan Ekstrakurikuler
Selain kegiatan harian di pondok pesantren Agro Nuur El-
Falah, juga ada kegiatan ekstra. Kegiatan ekstra adalah kegiatan
tambahan sebagai penunjang aktifitas para santri dalam berkreasi
dan berorganisasi yang pelaksanaanya ada yang ditentukan dan ada
juga sesuai dengan kondisi dan keadaan yang berada di pondok
pesantren. Adapun kegiatan ekstra yang diterapkan pada pondok
pesantren Agro Nuur El-Falah yaitu:
1) Pelatihan qiro‟ah
2) Kaligrafi
3) Pencak silat pagar nusa
4) Pramuka
5) Rebana
6) Tari Topeng ireng
7) Khitobah
8) Pelatihan Gamelan
9) Muhadloroh
10) Tata boga
11) Pelatihan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris
7. Sistem Pendidikan
Pondok pesantren Agro Nuur El-Falah melaksanakan pendidikan
terpadu, yaitu menggabungkan lembaga pendidikan formal yakni Sekolah
Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian
71
Pembangunan (SMK-SPP) dan lembaga pendidikan non formal
kepesantrenan berupa madrasah diniyyah, kajian kitab kuning,
muhadlarah, nahwu, shorof, Al-Qur‟an, hadist, mabad‟fiqhiyah, tajwid,
dan lain-lainnya. Dalam sebuah sinergi yang selaras, cara terbaik untuk
mencapai maksud tersebut adalah dengan cara santri tinggal tinggal di
asrama pesantren, sehingga selama 24 jam sehari semalam santri berada
dalam didikan dan perilaku para asatidz dan asuhan kiai. Adanya pantauan
dari pengasuh dan para ustadz atau ustadzah, dengan demikian maka akan
senantiasa terdidik dalam suasana Islami, humanis, dan dinamis, serta
terhindar dari pengaruh-pengaruh negatif dunia luar sebagai keniscayaan
salah satu akibat modernisasi.
Sistem pendidikan ini memiliki keistimewaan dibandingankan dengan
pesantren lain, yaitu:
1. Bagi yang mampu, membuka peluang bagi lulusannya untuk terus
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi baik di dalam
maupun di luar negeri.
2. Dan bagi yang tidak mampu, insyaAllah memiliki modal dasar yang
cukup unyuk menjadi manusia yang berguna di tengah masyarakat,
berbekal pengetahuan agama dan pengetahuan life skill yang telah
mereka pelajari di pesantren.
72
8. Kurikulum Pendidikan Yayasan Dharma Lestari Pondok Pesantren
Agro Nuur El-Falah
Kurikulum merupakan sebuah sistem yang memiliki komponen-
komponen yang saling mendukung dan membentuk satu kesatuan yang tak
terpisahkan. Komponen-komponen tersebut adalah tujuan, isi, organisasi,
dan strategi. Karena Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah juga
mengadopsi sebagian kurikulum Pondok Modern dan salaf, maka
kurikulum pun disesuaikan dengan materi – materi dari Kemenag atau
Diknas, dan disesuaikan pula dengan program pondok secara keseluruhan.
Kurikulum yang digunakan di Pondok Pesantren Agro Nuur El-
Falah adalah kurikulum Tarbiyatul Falahiyah Al-Islamiah (TFA).
Kurikulum TFA berbeda dengan kurikulum Madrasah Tsanawiyah
maupun Madrasah Aliyah Negeri. Di Pondok Pesantren Agro Nuur EL-
Falah ini diterapkan perpaduan kurikulum Pondok Modern, Kurikulum
Kemenag dan Diknas serta memasukkan juga kurikulum salafiah
(mempelajari kitab-kitab kuning seperti Ta‟lim Muta‟alim, Imriti,
Jurumiyah, Nasoihul Ibad, Kifayatul Ahyar, Fathul Qorib, Bulughul
Maram dan lain sebagainya) serta memasukan kurikulum pertaniaan.
Namun aplikasinya tetap mengacu pada kurikulum yang telah ditetapkan
oleh pemerintah. Berikut ini program pendidikan di Pondok Pesantren
Agro Nuur EL-Falah adalah :
73
a. Formal
Program Pendidikan SMP dan SMK meliputi mata pelajaran :
PAI (meliputi Alquran dan Hadits, Bahasa Arab, Aqidah Akhlak, Fiqih,
SKI (Sejarah Kebudayaan Islam). Dipadukan dengan mata pelajaran
kurikulum DEPAG/DIKNAS seperti matematika, Bahasa Inggris,
Bahasa Indonesia, IPA, IPS, PPKN, Penjaskes, Sosiologi, Antropologi.
b. Informal
1. Pembelajaran beberapa materi kitab kuning seperti Fiqih Wadlih,
Fathul Qorib, Bulughul Maram, Tafsir Jalalain, pelajaran nahwu,
shorof dll.
2. Latihan pidato 3 bahasa : Bahasa Indonesia, Bahasa Arab, dan
Bahasa Inggris), OPPN, PPM ( Praktik Pengabdian Masyarakat),
Amaliyah Tadris (Praktik Mengajar), Ta‟lim qiroatul Quran,
Gerakan Pramuka, LDK (latihan Dasar Kepemimpinan), Drumband,
Komputer, Olahraga, Kesenian, dan ketrampilan.
c. Program khusus mahasantri
1. Pembelajaran beberapa materi kitab kuning seperti Fathul Qorib,
Bulughul Maram, Tafsir Jalalain, pelajaran nahwu, shorof dll.
2. Pembelajaran sesuai kebutuhan dalam rangka mendukung tugas
pengabdian kepada pondok pesantren dan masyarakat.
Pengaturan kurikulum diintegrasikan dengan sistem Pondok
Pesantren dimana santri hidup selama 24 jam dalam asrama dengan
bimbingan guru dan kiai. Maka kurikulum TFA sebenarnya tidak
74
terbatas pada pelajaran di kelas saja, melainkan keseluruhan kegiatan
baik di dalam dan di luar kelas merupakan proses pendidikan yang tak
terpisahkan.
Jam belajar santri di kelas Formal berlangsung dari jam 07.00-
14.15 WIB, dengan waktu istirahat 2 kali yaitu istirahat pertama pukul
09.40-10.00, dan istirahat kedua pukul 12.10-13.00. Waktu belajar
tersebut dibagi menjadi 9 jam pelajaran, masing-masing jam mendapat
alokasi waktu 40 menit. Kecuali pada hari Minggu jam belajar hanya
berlangsung sampai pukul 12.00 untuk 7 jam pelajaran dengan alokasi
waktu masing-masing 35 menit, sedangkan pelajaran Informal
berlangsung dari jam 14.40-15.30 dan malam 19.30-20.50 WIB,
masing-masing jam mendapat alokasi waktu 40 menit. Khusus untuk
jam belajar mahasantri dimulai 16.00 – 18.00 dan malam jam 19.30 -
20.50.
Isi kurikulum di Pondok Pesantren Agro Nuur EL-Falah dibagi
menjadi 2 yaitu kurikulum lokal dan kurikulum negeri (nasional)
pembagiannya sebagai berikut :
a) Kurikulum Lokal
Mata pelajaran lokal ini terdiri dari mata pelajaran Bahasa
Arab, Nahwu, Shorof, Akhlak, Mutholaah, Mahfudzot, Tarbiyah,
Hadits, Balaghoh, Mustholahul Hadits, Fiqih, Usul Fiqih, Tafsir,
Tarikh Islam, imla‟, Khot, yang diadopsi dari kurikulum Pondok
Modern dan Pondok Pesantren Salafi .
75
b) Kurikulum Negeri (Nasional)
Mata pelajaran Negeri /nasional seperti Bahasa Indonesia,
Bahasa Inggris, Matematika, Biologi, Fisika, Kimia, PPKN,
Geografi, Sosiologi, Ekonomi, akuntansi, Seni Budaya, IPS, TIK
(Teknologi Informasi dan Komunikasi), Penjaskes (Pendidikan
Jasmani dan Kesehatan) Semua mata pelajaran ini diadopsi dari
kurikulum KTSP, K13 dan kurikulum Nasional.
Berdasarkan pembagian kurikulum tersebut maka buku rapor
yang dimilliki santri pun ada dua yaitu raport negeri yang di pakai
selama 3 tahun (SMP/SMK), dan rapor lokal yang dipakai selama 3
tahun (Kelas MP/Kelas MA) , sedangkan kusus kelas MA bagi santri
yang tidak berasal dari pondok pesantren harus masuk kelas Isti‟dat
(Akselerasi) sehingga bagi yang tidak bisa menyelesaikan kelas Isti‟dat
maka harus mengulang kelas 1 MA, demikian juga dengan ijazah, santri
yang telah mampu menamatkan masa belajarnya mempunyai 2 ijazah
yaitu ijazah lokal tingkat MP dan MA dan Ijazah Negara/nasional
Tingkat SMP dan SMK, karena selain mengikuti ujian akhir kelas
Diniyah dengan materi lokal, santri wajib mengikuti Ujian Nasional
(UN).
Pengorganisasian kurikulum yang digunakan dalam Pondok
Pesantren Agro Nuur EL-Falah adalah sistem semester, satu tahun
dibagi menjadi 2 semester, alokasi waktu untuk tiap-tiap materi
bervariasi dari yang paling kecil alokasinya sampai yang paling besar.
76
Adapun alokasi waktu untuk tiap-tiap pokok bahasan juga bervariasi
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Setiap materi telah
ditentukan pokok-pokok bahasan dan batas-batas yang harus dicapai
pada setiap semester.
Kegiatan TFA (Tarbiyatul Falahiyah Al-Islamiah) tidak melulu
bersifat intrakurikuler, tetapi juga meliputi segala kegiatan yang
dilakukan oleh lembaga TFA Ada yang bisa digolongkan ke dalam
kegiatan ko-kurikuler atau bahkan ekstrakurikuler. Kegiatan TFA ini
terdiri dari kegiatan harian, mingguan, semester, dan tahunan. Dengan
perincian sebagai berikut :
a. Kegiatan Harian
Kegiatan ini meliputi :
1. Supervisi proses pengajaran, dilakukan oleh Wakil Menejemen
Mutu (WMM) dan kepala Bidang Pendidikan, bersama kepala
sekolah Diniyah/SMP/SMK.
2. Pengawasan disiplin masuk kelas mulai pukul 07.15 WIB, oleh
staf guru yang ditunjuk agar tidak ada santri yang terlambat
masuk kelas. Pengawasan ini juga berlaku pada waktu masuk
kelas setelah istirahat pertama dan kedua.
3. Pengontrolan kelas saat pelajaran berlangsung oleh guru piket
masing-masing, Jika ada kelas kosong, guru piket tersebut akan
menghubungi staf, untuk mencari guru pengganti, hasil kontrol
77
dicatat di buku yang telah disediakan untuk dievaluasi dalam
rapat guru.
4. Penyelenggaraan belajar malam dibimbing oleh wali kelas
masing-masing atau juga oleh santri senior.
5. Pembagian tugas upacara bendera Hari Senin.
6. Pembagian tugas Tandhiful Aam (Kerja Bakti) setiap hari Jumat
pagi setelah olahraga massal.
b. Kegiatan Mingguan
Kegiatan ini antara lain:
1. Pertemuan para kepala unit TFA setiap 2 minggu sekali hari
selasa Pagi untuk mengevaluasi kegiatan belajar mengajar selama
seminggu, meliputi absensi guru, kontrol persiapan mengajar
guru. Forum ini juga digunakan oleh pimpinan Pondok untuk
membicarakan program-program dan permasalahan Pondok
Pesantren secara keseluruhan.
2. Pertemuan para guru TFA setiap Hari Selasa setelah Sholat
Dhuhur untuk mengevaluasi kegiatan belajar mengajar selama
seminggu, meliputi absensi guru, kontrol persiapan mengajar
mengajar guru. Forum ini juga digunakan untuk Doa bersama dan
Majlis Qiroatul Quran para guru dan oleh pimpinan Pondok untuk
membicarakan program-program dan permasalahan Pondok
Pesantren secara keseluruhan.
78
3. Pertemuan ketua-ketua kelas setiap hari minggu habis Subuh
untuk aktifitas belajar mengajar, disiplin dalam kelas, dan
pemberian nasehat-nasehat.
c. Kegiatan Tengah Tahunan (Semester)
Program tengah Tahunan yang dilaksanakan oleh TFA adalah
Ujian Akhir Semester/Penilaian akhir semester dan Imtihan Akhir
semester. Ujian dan Imtihan ini dilaksanakan oleh kepanitiaan yang
diketuai oleh guru yang telah ditunjuk/diberi amanat oleh Unit
masing-masing, biasanya terlebih dahulu diadakan ujian Mid
Semester/Nisful Imtihan 3 bulan sebelumnya.
d. Kegiatan Tahunan
Kegiatan-kegiatan ini merupakan program penunjang untuk
keberhasilan belajar siswa. Program ini meliputi :
1. Amaliyah Tadris yaitu praktik mengajar untuk santri kelas 3 MA
2. Vokasional Santri Selama 7 bulan/sesuai kebijakan di Ponpes
Agro Nuur EL-Falah
3. Praktik Kerja Lapangan (PKL) selama tiga bulan bagi santri kelas
2 SMK/2MA. (didalam dan luar Ponpes)
4. Praktik Pengabdian Masyarakat (PPM), yaitu program yang
dilaksanakan oleh santri kelas 3 MA dengan tinggal di
masyarakat/desa selama minimal 12 hari untuk belajar
mengamalkan ilmu yang dimilikinya, dan untuk mengenal lebih
jauh kondisi masyarakat secara riil.
79
5. Bimbingan belajar intensif untuk menghadapi Ujian Nasional
6. Pergantian pengurus organisasi santri (OPPN) dan pengurus
GUDEP pramuka.
7. Diskusi Santri berkaitan dengan permasalahan keagamaan, sosial,
dan tema yang berhubungan dengan dunia pendidikan.
8. PORSEKA (Pekan Olahraga Seni dan Pramuka) yang diadakan
setiap awal tahun.
9. Language Fair, yaitu perlombaan-perlombaan yang berkaitan
dengan bahasa Arab dan Bahasa Inggris, seperti puisi 2 bahasa,
drama 2 bahasa, cerdas cermat 2 bahasa, lomba pidato 3 bahasa.
10. Amaliyah Ramadhan yaitu kegiatan-kegiatan keagamaan dan
sosial yang diadakan setiap bulan Ramadhan untuk para santri
dan masyarakat Sekitar ponpes
11. Apel Tahunan/Pekan Perkenalan/Khutbatul Arsy yang diawali
dengan upacara bendera, dilanjutkan karnaval keliling
Kelurahan Pulutan dan ceramah tentang kepesantrenan mulai
dari sistem pengajaran, disiplin santri, kegiatan-kegiatan
kepesantrenan. Kemudian biasanya diakhiri dengan pementasan
seni mulai seni suara, seni tari, drama, Nasyid, bela diri,
marawis dan sebagainya.
9. Gambaran Informan
Untuk mngetahui implementasi empat pilar pendidikan pondok
pesantren, bagaimana penerapannya, ragam kegiatan pondok pesantren yang
80
diterapkan sebagai wujud implementasi empat pilar pendidikan, serta
hambatan dan dukungan adanya penerapan 4mpat pilar pendidikan pada
pondok pesantren Agro Nuur El-Falah Kelurahan Pulutan Kecamatan
Sidorejp Kota Salatiga Tahun 2019, dapat didasarkan pada informasi yang
berhasil dihimpun melalui beberapa informan yang penulis rasa dapat
mewakili keseluruhan tentang pondok pesantren Agro Nuur El-Falah
dengan rincian tabel berikut ini:
Tabel 4.3 Daftar Nama Informan
No Nama Informan Kode
Informan
Tanggal wawancara Keteranagan
1. Nur Sholeh, S.Pd. I. NS 30 Maret 2019 Pengasuh
2. Mustofa Lutfi, S. Sy ML 02 April 2019 Ketua Majelis Ma‟arif
3. Akhas Juhad Mahya AJM 18 Maret 2019 Ketua Asrama Putra
4. Luluk Zubaidah LZ 18 Maret 2019 Pengurus /Ustadzah
5. Millatul Miskiyyah MM 19 Maret 2019 Ketua asrama Putri
6. Hasnida Damayanti HD 19 Maret 2019 Ustadzah /pengurus
7. Khudhoefiyah KF 19 Maret 2019 Ustadzah /pengurus
8. Akbar Al-Kautsar AAK 20 Maret 2019 Ustadzah
9. Annisa Sholihatul Q ASQ 20 Maret 2019 Ustadzah
10. M. Ilyas Syafi‟i MIS 21 Maret 2019 Ustadz
11. Muhammad Muslih MM 21 Maret 2019 Ustadz
81
B. TEMUAN DATA PENELITIAN
Setelah ditemukan beberapa data yang diinginkan, baik dari hasil
penelitian observasi, wawancara, maupun dokumentasi, maka peneliti akan
menganalisis temuan yang ada dan menjelaskan implementasi empat pilar
pendidikan pondok pesantren Agro Nuur El-Falah Kelurahan Pulutan
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2019.
Adapun data yang akan dipaparkan dan dianalisa oleh peneliti sesuai
dengan fokus penelitian. Untuk lebih jelasnya, peneliti akan mencoba
membahasnya.
1. Implementasi Empat Pilar Pendidikan Pondok Pesantren Agro Nuur
El-Falah
Penerapan empat pilar pendidikan dalam setiap kegiatan, aktivitas
keseharian santri di pondok pesantren memiliki banyak manfaat tidak
untuk diri sendiri maupun orang lain. Biasanya akan terlihat perbedaan
sikap dan perilaku santri ketika sebelum dan sesudah masuk pondok
pesantren. Santri yang semula masih berperilaku buruk, setelah beberapa
bulan mengikuti kegiatan dan pembiasaan di pondok pesantren hidupnya
menjadi lebih terarah dan lebih rajin beribadah. Hal tersebut juga didukung
dengan adanya peraturan yang mewajibkan setiap santri untuk mengikuti
setiap kegiatan di pondok pesantren baik dalam hal berjamaah, mengaji,
kegiatan ekstra, ataupun kegiatan lainnya yang mendukung kebutuhan
dalam hal pendidikan santri. Selain itu juga dengan adanya kegiatan-
82
kegiatan yang diterapkan di pondok pesantren juga akan
menumbuhkembangkan bakat minat para santri. Santri juga diberikan
arahan untuk mengaktualisasikan dirinya untuk belajar di semua ranah
ilmu pengetahuan yang menumbuhkembangkan hal-hal yang dianggap
masih kurang dalam dirinya. Hal itu diwujudkan dengan kegiatan-kegiatan
yang diterapkan di pondok pesantren selama 24 jam.
Belajar untuk tahu merupakan basis bagi belajar untuk dapat
melakukan, belajar untuk dapat melakukan merupakan basis bagi bvelajar
untuk mandiri, belajar mandiri merupakan basis bagi belajar untuk hidup
bekerjasama, tahu, dapat, mandiri, dan kemampuan bekerjasama
merupakan prasyarat bagi santri untuk meningkatkan kualitas
kehidupannya. Hubungan antar pilar tersebut dapat dijelaskan bahwa, tidak
semua peserta didik atau santri yang tahu bisa melakukan dalam arti
memiliki keterampilan, tetapi yang dapat melakukan pasti mengetahui
sebagai dasar teoritik. Tidak semua yang melakukan dapat memiliki
kemandirian.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa visi pendidikan UNESCO
mengenai pembelajaran adalah belajar untuk dapat mengetahui, belajar
untuk dapat bekerja, belajar untuk hidup bersama, dan belajar untuk dapat
membentuk jati diri.
Dari penjelasan di atas, peneliti akan membahas mengenai penerapan
empat pilar pendidikan pondok pesantren Agro Nuur El-Falah yang akan
dijelaskan dari satu per satu pilar pendidikan.
83
a. Learning to Know
Yaitu proses pembelajaran didesain dengan cara mengintensifkan
interaksi dengan lingkungan baik lingkungan fisik, sosial, dan budaya,
sehingga peserta didik mampu membangun pemahaman dan
pengetahuan terhadap dunia di sekitarnya.
1) Penerapan Kegiatan-kegiatan pondok pesantren Agro Nuur El-
Falah
Sesuai dengan wawancara dengan Ustadz atau ustadzah
pondok pesantren Agro Nuur El-Falah mengenai penerapan 4 pilar
pendidikan “Learning to know” di pondok pesantren.
Seperti yang dipaparkan oleh Ustadz AAK (21 tahun),
bahwa:
“Kegiatan-kegiatan pondok pesantren yang diterapkan
untuk menunjang dan mendukung pengetahuan akademis para
santri saat ini bisa dilihat dengan adanya pendalaman bahasa
Arab dan Bahasa Inggris, dimana ketika dalam kesehariannya,
santri memakai dua bahasa secara terjadwal dan diterapkan
ketika berinteraksi dengan temannya maupun ustadz atau
ustadzah. Hal ini diterapkan untuk melatih kebiasaan berbahasa
asing santri. Selain itu belajar Public speaking dengan wujud
pelaksanaanya adalah pelatihan khitobah. Hal ini memebrikan
manfaat bagi diri sendiri dan orang lain yaitu menambah
kepercayaan diri, melatih berbahasa yang baik, dan berbagi
ilmu yang telah didapat kepada teman-teman yang lain.
Kemudian ada kajian kitab Turats (Kitab kuning), dan ada
kegiatan Dziba‟ setiap malam jum‟at”.
Pernyataan tentang kegiatan-kegiatan pondok pesantren yang
diterapkan juga dinyatakan ustadz MIS kepada peneliti sebagai
berikut:
84
“Menurut saya, dilihat dari kegiatan-kegiatan yaang
diterapkan pada para santri untuk menunjang ilmu pengetahuan
ada kegiatan sorogan Al-Qur‟an yang bermanfaat pada diri
santri yaitu untuk melatih santri membaca dengan lancar dan
teliti, menghafalkan dan memahami isi Al-Qur‟an. Yang Kedua,
selain kegiatan yang diterapkan di pondok pesantren, santri
juga mengikuti kegiatan yang dilaksanakan di sekolah (SMP
atau SMK), guna untuk menambah pengetahuan santri,
khususnya di pengetahuan umum. Yang ketiga, selain kegiatan
sekolah juga ada kegiatan madrasah diniyyah, hal ini berguna
untuk menambah wawasan santri dalam ilmu agama. Dengan
adanya madrasah diniyyah, para santri diharapkan cakap untuk
berbagi ilmu dan berdakwah ketika sudah terjun di masyarakat.
Selanjutnya, ada kegiatan muhadasah santri, kegiatan ini
dilakukan untuk melatih, mengasah, dan membiasakan santri
untuk berbahasa asing khususnya bahasa Arab dan bahasa
Inggris”.
Pernyataan tentang kegiatan-kegiatan yang menunjang
pengetahuan para santri juga diungkapkan Ustadz MM (21 tahun)
kepada peneliti sebagai berikut:
“Untuk kegiatan-kegiatan yang diterapkan pondok
pesantren kepada para santri hampir sama dengan yang
dijelaskan oleh ustadz atau ustadzah yang lain dari
wawancara tersebut. Di pondok pesantren Agro Nuur El-
Falah juga menrapkan apel pagi, siang, dan malam. Hal ini
berbeda dengan pondok pesantren pada umumnya. Dengan
aditerapkannya apel ketika sebelum makan bersama, masuk
kelas, dan kegiatan lain memberikan manfaat yang besar pada
santri terutama dalam hal penerapan kedisiplinan sejak dini,
apel juga sebagai pengecekan kepada seluruh santri yang
tidak mengikuti kegiatan pondok pesantren dan yang izin
dalam kegiatan pondok”.
Sedangkan pernyataan yang diungkapkan oleh ustadzah HD
(20 tahun) kepada peneliti sebagai berikut:
“Mengenai kegiatan-kegiatan pondok pesantren yang
diterapkan, ada bebarapa kegiatan yang sudah berjalan
dengan baik di antaranya ada kegiatan madrasah diniyyah,
yang didalamnya mengkaji banyak disiplin ilmu, dari mulai
nahwu shorof, fiqih, akidah, tajwid, dan lain sebagainya.
85
Kegiatan lain ada juga sorogan, pelatihan rebana, pelatihan
kaligrafi, apel, sholat berjama‟ah, sholat dhuha, tahfidz Al-
Qur‟an, takror, nastakmir seblum maghrib, ziarah ke makam,
dan lain sebagainya yang tentu sudah dilatih dan diterapkan
dalam keseharian para santri”.
Sedangkan pernyataan dari ustadzah MM (20 tahun) kepada peneliti
sebagai berikut:
“Saya akan menjelaskan kegiatan-kegiatan keseharian yang
diterapkan di pondok pesantren ini. Kegiatan di mulai dari
bakdho shubuh, yaitu sholat berjama‟ah, kemudian dilanjutkan
ngaos Al-Qur‟an bi nadzor dan juz amma dengan ustadz atau
ustadzah masing-masing diselingi dengan metode
qiro‟ati.Metode ini digunakan untuk memperbaiki bacaan Al-
Qur‟an para santri, baik dari segi ilmu tajwid, tahsin,
pelafalannya. Kemudian setelah itu dilanjutkan bersih-bersih
lingkungan pondok pesantren secara bersama-sama , hal ini
dilakukan setiap hari dan paling uniknya lagi, disini tidak
diterapkan bersih-bersih secara piketan, semua dilakukan
bareng-bareng. Setelah itu, ketika mendengar bel tanda makan
para santri bergegas menuju tempat untuk makan bersama
dengan satu nampan untuk lima orang, ketika berlangsung
makan, para santri tidak boleh berbicara. Sebelum memulai
makan bersama ada apel pengecekan dan membaca doa
sebelum makan dan membaca doa stelah makan ketika makan
bersama telah usai. Dilanjutkan dengan apel pengecekan
santri yang dipimpin oleh pengurus atau asatidz dengan
menyampaikan mateti atau nasihat kepada para santri.Setelah
itu, membaca nadzom asmaul husana bersama, dilanjutkan
memasuki kelas masing-masing sesuai tingkatannya (SMP-
SMK) sampai pukul 14.00 WIB. Memasuki waktu sore,
dilanjutkan dengan kegiatan madin dengan pembelajaran yang
telah dijadwalkan sampai pukul 15.30. Setelah itu dilanjutkan
bersih-bersih pribadi, kemudian dilanjutkan dengan
nastakmir, yaitu membaca Al-Qur‟an secara bersama-sama
dengan dipimpin oleh ustadz atau ustadzah dengan
menjelaskan ilmu tajwidnya, dan dilanjutkan sholat
berjama‟ah maghrib, dilanjutkan istighotsah di masjid. Setelah
itu apel malam untuk makan bersama dilanjutkan sholat isya‟
berjama‟ah. Memasuki madrasah diniyyah malam diisi dengan
materi akidah akhlak, nahwu, shorof, ilmu tajwid, dan khat.
Memasuki pukul 09.15 ada kegiatan takrror di kelas masing-
masing. Kemudian dilanjutkan membaca QS Al-.Mulk secara
bersama sebelum tidur”.
86
Adapun pernyataan dari ustadazah LK (20 tahun) kepada
peneliti sebagai berikut:
“Dari kegiatan-kegiatan pondok pesantren Agro Nuur El-
Falah sebagian besar sudah dijelaskan oleh ustadz atau
ustadzah lainya. Akan tetapi saya akan menambaho
kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang diterapkan seperti
kegiatan pramuka, rebana, silat, tari topeng ireng, tata boga,
pertanian, pelatihan qiro‟ah, pelatihan kaligrafi, paskibraka,
volley, sepak bola dan berbahasa”.
2) Sumber-sumber informasi pondok pesantren Agro Nuur El-
Falah
Sesuai dengan wawancara atau informasi dari pengasuh,
pengurus, dan asatidz, mengenai sumber-sumber informasi yang bisa
dijangkau para santri untuk memperoleh ilmu pengetahuan sebagai
wujud penerapan 4 pilar pendidikan “Learning to know” akan
dibahas peneliti berikut ini:
Pernyataan tentang sumber-sumber informasi yang dijangkau
para santri untuk memperoleh ilmu pengetahuan yaitu sesuai dengan
pernyataan Bapak Kyai Nur Sholeh, S.Pd. I selaku pengasuh pondok
pesantren Agro Nuur El-Falah pada tanggal 30 Maret 2019, pukul
07.00 WIB di Ndalem, sebagai berikut:
“Selain dari pondok pesantren menyediakan perpustakaan,
para santri dapat menggali berbagai informasi sebagai
pelengkap kebutuhan mereka akan ilmu pengetahuan, dengan
para santri mengikuti seminar-seminar, misalkan seminar
dari Organisai lain seperti Muhammadiyah dan lain
sebagainya, sehingga mereka mempunyai wawasan tidak
hanya di satu sisi saja. Saya juga menerapkan kepada santri
agar tidak tertutup dari informasi luar, terkadang ada
pondok pesantren yang melarang santrinya untuk keluar,
kalau saya boleh asalakan sesuai dengan peraturan yang
diterapkan dari pondok pesantren. Dengan diterapkannya
87
seperti itu santri tidak merasa terbebani untu mendapatkan
berbagai informasi dari luar dan santri juga ada kesempatan
mengeksplor berbahagai hal yang nantinya bermanfaat jika
diterapkan dalam pondok pesantren. Karena dengan mereka
diberi kesempatan keluar, ketika mendapatkan sumber
informasi, wawasan baru, dan ilmu pengetahuan itu sebagai
tantangan bagi mereka bagaimana mereka dapat mengolah
pengetahuan yang didapat bermanfaat untuk diri sendiri
maupun orang lain”.
Sedangkan pernyataan dari ustadz MM (21 tahun) kepada
peneliti sebagai berikut:
“Untuk memeperoleh ilmu pengetahuan bisa didapatkan
melalui sumber-sumber informasi dari manapun, seperti
media sosial, perpustakaan daerah, media massa, sosialisasi,
seminar, dan wawancara. Yang terpenting, sebagai santri
harus bisa menyaring dari informasi-informasi yang
dianggap tidak baik untuk diri sendiri dan orang lain”.
Adapun pernyataan ustadz MIS (20 tahun) kepada peneliti
menyatakan sebagai berikut:
“Menurut saya, untuk memperoleh ilmu pengetahuan, tidak
harus ada di sebuah sekolah saja. Namun, banyak yang kita
dapatkan melalui sumber-sumber lain diantaranya: Pertama,
sumber dari kitab-kitab atau buku-buku; Kedua, dari materi
yang disampaikan oleh kyai dan asatidz; Ketiga, sumber
informasi dari lingkungan sekitar seperti belajar dari teman
sebaya, seminar, perpustakaan, internet, media masa, dan
lain sebagainya”.
3) Metode Pembelajaran
Dari beberapa masalah yang berkaitan dengan pendidikan,
yang menonjol dan penting untuk berbicara secara serius dan
terbuka adalah persoalan metode pengajaran, yang tentunya sangat
berkaitan dengan kualitas pendidik. Tentu saja persoalan metode
88
pengajaran tersebut berkaitan erat dengan suatu paradigma dan visi
pendidikan yang diharapkan lebih cocok dengan tuntutan zaman.
Adapun mengenai metode pembelajaran yang diterapakan
pondok pesantren Agro Nuur El-Falah, akan dibahas berikut ini:
“Karna memang saya sifatnya membina semua ustadz
atau ustadzah, maksudnya dengan cara ngemong
semuanya. Dengan kemampuan dan keinginan saya untuk
mewujudkan pendidikan yang lebih baik dan unggul di
pondok pesantren ini, dengan menggerakkan para ustadz
atau ustadzah untiuk menyalurkan ilmu pengetahuan yang
mereka dapatkan kepada para santri yang membutuhkan
dengan menggunakan metode masing-masing. Setiap tahun
sekali, kami mengadakan kegiatan IHT (In House Training)
kepada para asatidz. Isi materi yang dibahas dalam
kegiatan IHT meliputi berbagai materi yang menunjang
pendidikan modern dan salaf yang diterapkan di pondok
pesantren ini supaya tidak tertinggal dengan pendidikan di
era sekarang ini, mulai dari pelatihan mengajar, metode-
metode pembelajaran, dan persiapan materi yang akan
diberikan oleh para santri” (Bapak Kyai Nur Sholeh, S.Pd.
I. di Ndalem, pukul 07.10 WIB).
Sedangkan pernyataan yang diungkapkan oleh ustadz MIS
(20 tahun) kepada peneliti sebagai berikut:
“Ketika saya berbagai ilmu pengetahuan kepada
para santri dengan menerapkan metode sorogan dan
metode diskusi”.
Adapun pernyataan ustadzah HD (20 tahun) kepada peneliti
sebagai berikut:
“Untuk pembelajaran madrasah diniyyah, saya
lebih sering menggunakan metode ceramah karna dengan
metode ceramah lebih memudahkan santri untuk
menangkap materi yang disampaikan secara gamblang dan
jelas”.
Pernyataan dari ustadz MM (21 tahun) sebagai berikut:
89
“Metode yang saya terapkan ketika berbagi ilmu kepada
santri junior lebih menggunakan metode ceramah dan
metode keteladanan. Karena dengan metode ceramah lebih
mudah dalam hal penyampaian materi dan untuk melatih
gaya berbicar di depan snatri junior, ketika diselingi guyon,
santri juga tidak mudah bosan, kemudian dengan metode
keteladanan memberikan kepercayaan dan contoh yang
baik kepada santri junior untuk bisa mengambil hal-hal
positif apa yang telah diajarkan”.
Pernyataan ustadzah ASQ (20 tahun) sebagai berikut:
“Kalau saya sendiri, biasanya menerapkan pendekatan
contextual learning ketika mengajar madin agar dapat
mengaitkan materi dengan keadaan sekitar”.
Pernyataan ustadzah KF (21 tahun) sebagai berikut:
“Kalau saya, metode yang saya terapkan dalam
mengajar madin adalah dengan metode ceramah, karena
dengan metode tersebut lebih praktis dan bisa diterima
santri junior dengan mudah”.
b. Learning to Do
Learning to do mengupayakan terhadap diberdayakannya peserta
didik agar mau dan mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman
belajarnya sehingga mampu menyesuaikan diri dan berpartisipasi dalam
masyarakat. Dengan demikian peserta didik perlu belajar berkarya, dan
belajar berkarya serta kaitannya dengan belajar mengetahui, karena
pengetahuan melandasi suatu perbuatan.
Menurut pernyataan Bapak Kyai Nur Sholeh S.Pd. I selaku
pengasuh pondok pesantren Agro Nuur El-Falah di Ndalem pukul 07.20
WIB kepada peneliti sebagai berikut:
“Pondok pesantren ini dapat dijadikan lembaga pendidikan
Islam yang mampu memberikan sumbangan yang besar kepada
bangsa, baik dari segi ilmu pengetahuan dan teknologi serta
90
agama. Pendidikan madin di pondok pesantren Agro Nuur El-
Falah memfokuskan pendidikan agama melalui pengkajian kitab
kuning dengan mempelajari ilmu tafsir, hadist, fiqih, akhlak,
tasawuf, serta mengajarkan pendidikan muhadhoroh dalam bahasa
Indonesia, bahasa Arab, dan bahasa Inggris serta mengajarkan
ilmu pertanian. Pondok pesantren sudah memfasilitasi dari segi
fisik dan materi untuk menunjang pengetahuan santri, maka santri
diharapkan dapat menerapkan materi pembelajaran yang
diberikan dan yang difasilitasi oleh pondok pesantren, mulai dari
menerapkan kegiatan-kegiatan pondok pesantren dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan santri mengikuti kegiatan-kegiatan yang
sudah diterapkan pondok pesantren, maka diharapkan adanya
output atau hasil dari apa yang sudah santri lakukan dengan
aktivitas-aktivitas tersebut dan bisa memberikan kemanfaatan
disekelilingnya, misal bisa melatih qiro‟ah, tari tradisioanal, mahir
bercocok tanam, mahir dalam berbahasa asing, bersosialisai yang
baik, mempunyai public speaking yang bagus, dan lain sebagainya.
Karena soft skill dan hardskill sangat penting dan dibutuhkan
dalam dunia pendidikan, sesungguhnya pendidikan merupakan
bagian terpenting dari proses penyiapan Sumber Daya Manusia
(SDM) yang berkualotas, tangguh, dan terampil untuk siap
mengikuti tuntutan zaman”.
Pernyataan ini diungkapkan oleh Ustadz Luthfi sebagai Majelis
Ma‟arif pada pondok pesantren Agro Nuur El-Falah, beliau menyatakan
sebagai berikut:
“Kalau di pondok pesantren Agro Nuur El-Falah
menerapkan pembelajaran Tarbiyatul Falah Al-Islamiyah (TFI),
disini anak-anak dituntut mengikuti apa yang diterapkan di sekolah
maupun di pondok pesantren. Santri diajak untuk ikut serta dalam
memecahkan permasalahan pendidikan pendidikan yang ada di
sekitarnya melalui sebuah tindakan nyata, sebagai contoh
bahwasanya di Indonesia adalah negara Agraris, banyak
terbentang tanah-tanah subur yang belum dikelola secara
maksimal misalnya. Nah, ini kesempatan kita bagaimana dengan
kita bisa menjadikan tanah atau lahan kosong untuk dimanfaatkan
sebagai hal-hal yang bermanfaat, misal dengan pengolahan bibit
unggul, untuk perikanan atau peternakan dan lain sebagainya.
Sebagai santri sekali pun yang hidupnya di pondok tidak boleh
kalah dengan yang diberikan ilmu pengetahuan di sekolah umum,
santri harus tetap eksis di era sekarang ini, apalagi sekarang
sudah masuk era milinieal, era digitalisme. Pondok pesantren
sudah menyiapkan fasilitas yang memadai, kemudian, bagaimana
91
santri memanfaatkan dan menerapkannya dengan inovasi-inovasi
baru.
Sedangkan pernyataan dari ustadz MIS (21 tahun) kepada peneliti
sebagai berikut:
“Dari kegiatan-kegiatan yang diterapkan di pondok
pesantren. Alhamdulillah memberikan kemanfaatan bagi diri
sendiri maupun orang lain, misal dengan adanya keterampilan
membaca kitab kuning, santri mampu memahami isi dari kitab,
dengan adanya apel, memberikan kemanfaatan santri dalam
kepemimpinan,dengan adanya praktik khitobah, memberikan
kepercayaan diri pada santri untuk berkomunikasi dan
bersosialusasi yang baik”.
Pernyataan yang diungkapkan ustadz AKK kepada peneliti sebagai
berikut:
“Mengenai belajar untuk melakukan yang harus dilakukan
santri, menurut saya adalahdengan menerapkan dan apa yang
dipelajari di pondok pesantren harus diaplikasikan dengan
tindakan dalam kehidupan sehari-hari.contohnya santri harus
belajar tentang pentingnya sikap disiplin, maka untuk memahami
dan mengerti tentang disiplin, santri harus belajar untuk
melakukan sikap disiplin, baik di sekolah, pondok, rumah atau
dimanapun dan mentaati peraturan pondok. Hal ini pun sudah
diterapkan di pondok pesantren Agro Nuur El-Falah dengan
adanya apel pengecekan, dan penataan sandal yang rapi, sholat
berjamaah tepat waktu, membuang sampah pada tempatnya dan
lain sebagainya.”
c. Learning to Be
Learning to be merupakan pilar pendidikan yang ketiga yang
menggambarkan terciptanya sebuah masyarakat pembelajar yang dilandasi
oleh pemerolehan, pembaharuan, dan pemanfaatan ilmu pengetahuan.
Sesuai dengan wawancara dengan Ustadz atau ustadzah pondok
pesantren Agro Nuur El-Falah mengenai penerapan 4 pilar pendidikan
“Learning to be” di pondok pesantren.
92
Seperti yang dipaparkan oleh Bapak Kyai Nur Sholeh, S.Pd di
Ndalem kepada peneliti sebagai berikut:
“Untuk menerapakan “Learning to be (Belajar untuk membentuk
jati diri)” pada pondok pesantren Agro Nuur Falah secara nyata
pun sudah diterapkan seperti hal nya bagaimana santri harus
menumbuhkan pada diri sendiri belajar disiplin dan bersemangat
kerja keras. Pondok pesantren ini menerapkan 3B, yang artinya: 1)
Buang sampah pada tempatnya; 2) Bawa sampah ketika melihatnya;
3) Bersihkan sampah bagi yang melihatnya. Dengan diterapkan visi
tersebut akan menumbuhkembakan rasa peduli, mandiri dan
tanggung jawab santri akan kebersihan lingkungan. Walaupun hal
ini dianggap sepele, namun membuat santri semangat bekerja keras
untuk mentaati peraturan pondok pesantren.
Pernyataan ustadz Luthfi sebagai Majelis Ma‟arif di ruang
kesekretariatan pukul 12.00 kepada peneliti sebagai berikut:
“Dalam pondok pesantren telah membimbing para santrinya
untuk belajar mandiri, percaya diri, rasa tanggung jawab, disiplin
dan lain sebagainya. Mengenal jati diri juga didukung dengan
adanya kegiatan-kegiatan dan aktivitas sehari-hari yang sudah
diteapkan di pondok pesantren. Santri mengenal jati dirinya misal
dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka,
pelatihan qiro‟ah, tata boga, rebana, pencak silat dan lain
sebagainya. Selain itu juga dengan kegiatan yang dilakukan oleh
madrasah diniyyah seperti hal nya muhadasah, ngaji Al-Qur‟an,
ngaji kitab kuning, dziba‟an, muhadloroh, dengan adanya kegiatan
ini, bagaimana santri dapat menunjukkan kemampuan belajarnya
secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimiliki. Karena dengan
melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan akan menumbuhkan bakat
minat santri supaya santri juga bisa mengenal kekurangan dan
kelebihan pada diri sendiri. Dengan adanya hal itu bagaimana
pendidik atau ustadzah sebagai fasilitator sebagai penunjuk arah
sekaligus sebagai mediator dengan memberikan keluasan pada
santri untuk berkreasi”.
d. Learning to Live Togeteher
Pilar terakhir artinya menanamkan kesadaran kepada peserta didik bahwa
mereka adalah bagian dari kelompok masyarakat, harus mampu hidup bersama
dengan makin beragamnya etnis di Indonesia. Pilar pendidikan ini juga
93
diterapkan di pondok pesantren Agro Nuur El-Falah Kelurahan Pulutan
Kecamatan Sidorejo.
Berdasarkan wawancara oleh pengasuh pondok pesantren, ustadz dan
ustadzah, menegenai penerapan belajar untuk hidup bersama pada pondok
pesantren, yang akan dipaparkan sebagai berikut:
“Kalau dalam menerapkan kebersamaan di pondok pesantren, ada satu
panduan pembelajaran yang diterapkan pada pondok pesantren Agro
Nuur El-Falah adalah pembelajaran kitab ta‟lim muta‟alim,
sebagaimana itu menerangkan tentang sikap atau perilaku santri
terhadap pengasuh atau perilaku santri terhadap ustadz atau ustadzah.
Dari hal itulah yang menjadikan kebersamaan kita. Kalau kebersamaan
dalam lapangan dapat diwujudkan dengan kegiatan dak aktivitas sehari-
hari. Sebagai contoh dengan menerapkan sistem kebersihan lingkungan
setiap pagi, yang menjadi unik di pondok pesantren ini adalah tidak
memberikah jadwal piket kepada santri, jadi santrri, pengurus, ustadz
atau ustadzah melakukan bersih-bersih lingkungan pondok secara
bersama-sama dan dilakukan setiap hari di waktu pagi. Mereka juga
menerapkan makan secara bersama-sama, belajar bersama dan lain
sebagainya” (Wawancara dengan Bapak Kyai Nur Sholeh S.Pd. I selaku
pengasuh pondok pesantren Agro Nuur El-Falah di Ndalem pukul 08.00
WIB).
Pernyataan tentang penerapan belajar untuk hidup bersama-sama juga
dijelaskan oleh Bapak Luthfi sebagai Majelis Ma‟arif pondok pesantren Agro
Nuur El-Falah di ruang Kesekretariatan mengungkapkan kepada peneliti
sebagai berikut:
“Untuk menerapkan learning to live together pada pondok pesantren
dengan ketika pendidik berinteraksi dengan santri dengan mengarahkan
peserta didik agar dapat hidup bersama di tengah pluralisme, di tengah
arus globalisasi yang mementingkan ego sehingga akan tercipta
individualistik dan hal ini tidak sehat bila terus berkembang. Sebagai
contoh santri diharapkan tepa slira kepada sesama, saling tolong
menolong, dan saling menghargai sesama teman. Hl ini dulakukan bukan
hanya pada lingkungan pondok pesantren saja, akan tetapi juga
diterapkan di lingkungan sekolah dan masyarakat”.
94
Pernyataan tentang penerapan belajar hidup bersama oleh ustadzah MM
(21 tahun) kepada peneliti sebagai berikut:
“Untuk penerapan kebersamaan di pondok, alhamdulillah sudah
dilakukan di keseharian kita, seperti saling terbuka ketika ada masalah,
dengan santri antri kamar mandi, melakukan ro‟an bersama, membaca QS
Al-Mulk sebelum tidur secara bersama-sama, saling menghargai dan
menerima teman sebaya nya yang misal berbeda bahasa, suku, adat dan
budaya, dan juga dengan perbedaan agama sekalipun, santri juga
menerapkan kebersamaan tanpa diskriminasi”.
2. Hambatan dan Pendukung dalam Penerapan Empat Pilar Pendidikan
Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah
a. Hambatan dalam Penerapan Empat Pilar Pendidikan
Hal-hal yang mempengaruhi yang dimaksud adalah hal-hal yang
menjadi hambatan dalam menerapkan empat (4) pilar pendidikan pada
pondok pesantren Agro Nuur El-Falah adalah sebagai berikut:
Pernyataan mengenai hambatan, diungkapkan oleh Bapak kyai Nur
Sholeh, S.Pd. I kepada peneliti sebagai berikut:
“Yang menjadi hambatan saat ini adalah sumber daya manusia
(SDM) yang kurang maksimal. Para asatidz yang notabenenya bukan
semuasnya asli daerah sini, terkadang mereka sulit untuk
menyesuaikan terhadap lingkungan pondok pesantren. Apalagi pondok
pesantren Agro Nuur El-Falah yang telah menerapkan pembiasan sejak
dini dengan semangat kerja keras, peduli lingkungan, dan disiplin. Jadi
dari diri para pengurus, ustadz dan ustadzah juga harus mnerapkan
pada dirinya sikap yang sperti itu pula. Namun penghambat itu masih
bisa kita siasati dengan adanya pertemuan atau rapat setiap Sabtu pagi
dengan membahas evaluasi-evaluasi yang perlu dibahas apa yang
sudah dilaksanakan dan perlu diperbaiki pada pondok pesantren”.
Pernyataan lain juga diungkapkan oleh Bapak Luthfi selaku Majelis
Ma‟arif pondok pesantren, beliau menyatakan sebagai berikut:
“Hambatan yang ada juga didapati di Sekolah, terkadang ada guru
yang notabenenya bukan berasal dari pesantren dan belum mengetahui
kebiasaan santri di pondok pesantren. Terkadang, ketika guru
95
menemukan peserta didik atau santri yang telat masuk kelas atau tidak
mandi, guru bisa saja memberikan hukuman atau teguran dengan tidak
diperbolehkan mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di kelas.
Padahal kegiatan belajar mengajar itu juga sangat dibutuhkan oleh
peserta didik maupun pendidik. Kehidupan pada pondok pesantren
terkadang masih disamakan dengan lembaga pendidikan umum
(formal)”.
Pernyataan lain diungkapkan oleh ustadz MM (21 tahun) kepada
peneliti sebagai berikut:
“ Menurut saya, hambatan dalam menerapakan empat pilar pendidikan
pondok pesantren yaitu, terkadang juga karana kurang minatnya
dengan kegiatan-kegiatan yang diterapkan pada pondok pesantren.
Karna pada hal ini, semua kegiatan yang telah ditetapkan wajib
diikuti oleh semua santri, jadi santri diharapkan suka tidak suka
dengan kegiatannya juga harus ikut. Tapi dengan adanya seperti itu,
terkadang juga akan menumbuhkembangkan bakat, minat, dan
semangat baru pada diri santri. Selain itu karena kurangnya
kesadaran pada santri akan manfaat dari kegiatan yang dilakukan.
Ke\mudian dari segi pra dan sarana yang belum mendukung sebagai
syarat berlangsungnya kegiatan. Dan juga ada hambatan kurangnya
koordinasi antara pengurus dan santri”.
Pernyataan Ustadzah HD (20 tahun) kepada peneliti sebagai berikut:
“Menurut saya hambatan yang kita alami adalah ketika
mengikuti, melakukan dan menerapkan kegiatan-kegiatan pada
pondok pesantren yaitu banyak santri yang tidak tertib ketika
kegiatan berlangsung, mengantuk, tidak maksimal ketika piket dan
tidak memperhatikan serta kurangnya tenaga yang handal di
berbagai bidang. Terkadang juga sebagai pengurus belum bisa
menjalankan tugas deng sistem yang ada dan apa yang sudah
diterapkan”.
Pernyataan oleh MIS (20 tahun) kepada peneliti sebagai berikut:
“Menurut saya hambatan yang dialami terletak pada Sumber
Daya Manusia (SDM), saya pribadi sebagai pengajar merasa kurang
dalam ilmu pengetahuan yang saya miliki, sehingga santri yang diajar
kurang mendapat pengetahuan yang maksimal. Selain itu, semangat
belajar para santri yang masih rendah. Masih banyak santri yang
merasa keberatan untuk mengikuti kegiatan atau pembelajaran di
pondok pesantren. Hal tersebut dikarenakan motivasi dalam diri
mereka sendiri masih kurang. Kemudian juga kendala yang dialami
96
pengurus dan asatidz adalah karena sebagian besar pengurus dan
ustadz atau ustadzah juga masih mahasiswa, sehingga tugas atau
amanah yang diberikan dari pondok pesantren kurang maksimal,
serta jadwal mengajar pondok pesantren kerkadang bertabrakan
dengan kegiatan pribadi pendidik”.
Sedangkan pernyatan oleh ustadzah KF (21 tahun) kepada peneliti
sebagai berikut:
“Ketika ada kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pondok
pesantren, terkadang ada bebrapa santri yang tidak mngikuti
kegiatan. Dalam hal itu karena masih kurangnya pengawasan dari
pengurus dan asatidz, selain itu juga belum ada motivasi diri yang
ditumbukan pada jiwa santri akan manfaatnya ketika kita ikut serta
dalam kegiatan yang nantinya juga akan bermanfaat untuk diterapkan
di masyarakat kelak”.
Pernyataan lain oleh ustadz AAK (21 tahun) kepada peneliti sebagai
berikut:
“Menurut saya, hambatan yang ada karna kurangnya koordinasi
dan konsolidasi menjadi sebab kendala dalam pelaksanaan kegiatan-
kegiatan. Seharusnya kerjasama tim dan dedikasi sperlu
ditingkatkan”.
b. Pendukung dalam Penerapan Empat (4) Pilar Pendidikan Pondok Pesantren
Hal-hal yang mempengaruhi yang dimaksud adalah hal-hal yang
menjadi pendukung dalam menerapkan empat pilar pendidikan pada
pondok pesantren. Adapun hal-hal yang mempengaruhi atau yang
mendukung dalam hal ini adalah sebagai berikut:
1) Motivasi Diri Sendiri
Semua hal yang akan dikerjakan perlu dukungan dari pihak
eksternal, akan tetapi dukungan dari dalam diri seseorang juga perlu.
Pernyataan ini diungkapkan MM( 20 tahun) kepada peneliti sebagai
berikut:
97
“Bagi saya pendukungnya ya motivasi dari diri sendiri. Ketika
melihat orang-orang sukses, mempunyai bakat yang bagus, bisa
mengikuti lomba bahkan sampai nasional, dapat beasiswa, hati ini
terdongkrak untuk bisa seperti itu, yang lainnya aja bisa, kenapa
aku nggak?. Karna kita untuk menjadi sukses, untuk mempunyai
kelebihan yang bermanfaat bukan dari orang lain, ya dari semangat
dan kemauan pada diri sendiri untuk menjadi sesuatu hal yang
inginkan”
2) Motivasi dari Orang Tua
Orang tua adalah malaikat penjaga kita di dunia. Merekalah yang
selalu ada di saat dalam kondisi apapaun. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh MIS (20 tahun) sebagai berikut:
“Bagi saya ya mbak, hal yang sangat mendukung saya untuk
semangat dalam melakukan kegiatan atau aktivitas di sekolah
maupun di pondok adalah restu orang tua. Karena keinginan
orang tua saya, saya dipondokkan adalah agar saya mempunyai
kepribadian yang lebih baik lagi, selalu dekat dengan Allah SWT,
lebih terkontrol dan terdidik juga karena ada yang mengawasi oleh
Bapak Kyai. Selain itu juga orang tua saya ingin saya menguasa
ilmu-ilmu agama, dan menumbuhkembangkan bakat minat saya di
berbagai bidang sesuai dengan kemampuan dan keinginan”.
3) Motivasi dari Teman dan Lingkungan
Teman adalah salah faktor pendukung dalam melakukan suatu
pekerjaan. Pernyataan dari LZ (20 tahun) sebagai berikut:
“Kalau menurut saya salah satu faktor pendukung adalah teman di
sekitar kita. Karna ketika kita sudah di pondok, teman-teman
adalah pengganti keluarga yang ada di rumah. Ketika banyak
teman yang bersemangat mengikuti kegiatan, kita pun akan
semangat pula”
4) Niat
Niat adalah inti dari suatu hala yang akan dikerjakan. Jika sebuah
pekerjaan tidak disertai niat, maka sia-sia lah pekerjaan itu.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh KD (21 tahun) kepada peneliti
sebagai berikut:
98
“Kalau saya faktor pendukung yang utama adalah niat. Karena
bagi saya, sesuatu yang akan dilaukan baik di luar maupun di
dalam lingkungan harus dimulai dengan niat. Dan tidak cukup niat
saja, akan tetapi disertai dengan ikhlas. Ketika kita ikhlas
mengikuti kegiatan, mengerjakan tugas dari ustadz atau ustadzah
dan pengasuh, membersihkan lingkungan. InsyaAllah akan
memberikan manfaat pada diri kita sendiri”.
5) Fasilitas yang memadai
Fasilitas atau sarana prasarana yang lengkap tentunya sangat
mendukung berjalannya suatu kegiatan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan dari Ustadz Luthfi kepada peneliti sebagai berikut:
“Ya kalau di pondok pesantren Agro Nuur El-Falah untuk sarana
dan prasana, alhamdulillah sudah memadai, sudah didukung adanya
komputer, koneksi internet sudah diterapkan juga ada warnet
koperasi, akan tetapi dari pengurus belum bisa menjalankan, dan
masih bingung dalam menerapkankannya. Tapi dari itu semua,
alhamdulillah sekarang ini sudah diwujudkan dengan adanya
pelatihan komputer, multimedia, dan tempat untuk pelatihan
agrobisnis, semua tempat sudah disediakan”.
C. ANALISIS DATA
1. Penerapan Empat Pilar Pendidikan Pondok Pesantren Agro Nuur El-
Falah
Keberadaan pesantren di Indonesia terus bertambah. Data terbaru
yang dimiliki oleh Ditjen Pendis Kemenag RI menunjukkan bahwa pada
tahun 2014, jumlah pesantren di Indonesia sebanyak 29.535 pesantren,
dengan rincian 18.233 pesantren tradisional, 5.483 pesantren modern, dan
5.819 pesantren kombinasi tradisional dan modern (Yaqin, 2015: 12).
Eksistensi pesantren memang sangat dibutuhkan sebagai lembaga
yang berkontribusi melakukan pembenahan terhadap kemiskinan spiritual
99
masyarakat. Pesantren merupakan benteng utama yang menjaga
kelangsungan Islam melalui peranan edukatif, dengan mentransfer ilmu-
ilmu keislaman terhadap kader-kader atau intelektual Islam. Pada
gilirannya, kader-kader tersebut, diharapkan menjadi muslim yang tangguh
dan mampu mengatasi masalah-masalah yang terjadi di lingkungan sekitar
(Abdullah, 2008: 52).
Mampukah pesantren saat ini menjawab arus globalisasi melalui para
intelektual Islam yang dilahirkannya? Perkembanagn ilmu pengetahuan
dan teknologi serta dinamika perkembangan masyarakat yang sangat pesat
dalam dasawarsa terakhir menjadi tuntutan yang kompleks, terutama di
bidang pendidikan yang kian beragam.
Berbagai macam tuntutan tersebut mendorong pesantren untuk
menambah peran dan fungsinya di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Di satu sisi, pesantren harus meningkatkan pengembanagn kualitas sumber
daya manusia, atau disebut peran ganda (Sholeh, 2005: 47-49). Pesantren
dituntut mencetak intelektual-intelektual Islam yang mempunyai daya
saing tinggi dan memiliki keterampilan yang siap pakai di dunia kerja. Di
sisi lain, pesantren sebagai lembaga keagamaan diharuskan melestarikan
nilai-nilai dan tradisi-tradisi luhur yang memang menjadi karakteristik
pesantren.
Karakteristik tersebut memiliki peluang yang cukup besar bagi
pesantren untuk dijadikan pijakan dasar dalam rangka menyikapi
globalisasi dan persoalan-persoalan lain, seperti kemandirian, keikhlasan,
100
dan kesederhanaan. Ketiganya merupakan nilai-nilai yang dapat
melepaskan masyarakat dari dampak negatif globalisasi berupa
ketergantungan dan pola hidup konsumerisme. Dan pada era informasi
yang syarat dengan perkembanagan teknologi, pesantren juga menghadapi
tantangan baru yang lebih berat terkait dengan proses pembentukan
perilaku (behavior modification) santri.
Dalam pondok pesantren Agro Nuur El-Falah telah menanamkan lima
jiwa pesantren yang kemudian disebut dengan Panca Jiwa sebagaimana
yang tercantum dalam profil pondok pesantren Agro Nuur El-Falah tahun
2005 yaitu: keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, ukhuwah Islamiyah,
dan kebebasan. Pertama, istilah ikhlas berarti menghadirkan niat hanya
karena Allah dengan upaya kuat dan sungguh-sungguh dalam berfikir,
bekerja dan berbuat untuk kemajuan usahanya dengan selalu mengharap
ridhoNya.
Kedua, kesederhanaan berarti sesuai dengan kebutuhan dan
kewajaran. Kesederhanaan mengandung nilai-nilai kekuatan, kesanggupan,
ketabahan, dan penguasaan diri dalam menghadapi perjuangan hidup.
Ketiga, Jiwa berdikari atau kesanggupan menolong diri sendiri tidak hanya
dalam arti bahwa santri sanggup belajar dan berlatih mengurus segala
kepentingan sendiri, tetapi pondok pesantren itu sendiri sebagai lembaga
pendidikan. Menurut peneliti, berdikari bisa dikatakan sebagai
kemandirian, karena kemandirian merupakan sebuah sikap pendewasaan
diri agar mampu menata masa depan.
101
Suasana kehidupan di pondok pesantren Agro Nuur El-Falah selalu
diliputi semangat persaudaraan yang sangat akrab sehingga susah dan
senang tampak dirasakan bersama, dan tentunya terdapat banyak nilai-nilai
keagamaan yang melegitimasinya, hal ini masuk pada pola jiwa santri
yaitu ukhuwah Islamiyah. Kelima, pola jiwa bebas terkait dengan
kemandirian, karena dengan memiliki jiwa mandiri seseorang dapat bebas
menentukan pilihannya. Menurut peneliti, pola lima panca jiwa santri yang
juga ditanamkan pada pondok pesantren Agro Nuur El-Falah sangat
berhubungan dengan empat pilar pendidikan UNESCO. Hal ini
berhubungan dengan pilar pendidikan yaitu learning to be (belajar untuk
dapat mengenal jati diri) dan saling berkaitan dengan pilar-pilar yang lain,
karena dalam lima panca jiwa santri menanamkan nilai-nilai pendidikan
karakter yang tentunya sangat berkaitan untuk menentukan keberhasilan
penerapan empat pilar pendidikan pada pondok pesantren.
Salah satu pondasi yang digagas oleh UNESCO yang sering kita
disebut sebagai empat pilar pendidikan. UNESCO sebagai lembaga yang
mengurusi masalah pendidikan di bawah naungan PBB dalam Sindhunata,
mengemukakan keberhasilan pendidikan diukur dari hasil empat pilar
pengalaman belajar (empata pilar pendidikan dalam rangka pelaksanaan
pendidikan untuk masa sekarang dan masa depan) yang diorientasikan
pada pencapaian ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik, yaitu belajar
mengetahui (learning to know), belajar berbuat), belajar menjadi seseorang
(learning to be) dan belajar hidup bersama (learning to live together).
102
Menyikapi hal itu, kita perlu mengetahui, mempelajari, memahami, dan
menerapkan pondasi pembelajaran yang termuat dalam empat pilar
pendidikan, sebagaimana akan dibahas oleh penulis berdasarkan analisis
dari observasi yang telah dilakukan penulis berikut ini:
a. Learning to Know
Dalam pilar ini, belajar dimakanai bahwa belajar itu pada dasarnya
tidak hanya berorientasi kepada produk atau hasil belajar, akan tetapi
juga harus berorientasi kepada proses belajar. Dengan proses belajar,
peserta didik bukan hanya sadar akan apa yang harus dipelajari, akan
tetapi juga memiliki kesadaran dan kemampuan bagaimana cara
mempelajari yang harus dipelajari itu.
Menurut peneliti, penerapan learning to know pada pondok
pesantren sudah diterapkan di pondok pesantren Agro Nuur El-Falah
dengan kegiatan-kegiatan nyata yang telah dilaksanakan dan
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari santri. Banyak kegiatan-
kegiatan yang diterapkan di pondok pesantren seperti pelatihan
berbahasa asing, pembelajaran kitab kuning, pembelajaran ilmu
pengetahuan di sekolah (SMP dan SMK-PP), muhadasah, pembelajab
Al-Qur‟an dan Hadits.
Pondok pesantren Agro Nuur El-Falah bukan hanya menyiapkan
santri untuk dapat menjawab permasalahan dalam jangka dekat, tetapi
mendorong mereka untuk memahami, mengembangkan rasa ingin tahu
intelektual, merangsang pikiran kritis (mampu bernalar, cerdas, kreatif,
103
inovatif, mampu mengambil keputusan secara mandiri, mampu
menyelesaikan masalah) dan memiliki wawasan dan menguasai
informasi tentang dinamika persoalan kehidupannya, agar dapat
menjadi bekal sepanjang hidup.
Menurut peneliti, kegiatan-kegiatan yang ada pada pondok
pesantren sangat bagus untuk diaplikasikan oleh para santri. Dengan
ikut serta aktif dalam kegiatan-kegiatan pondok pesantren, merupakan
salah satu upaya untuk mengembangkan dan menumbuhkan ilmu
pengetahuan santri. Sebagai santri pondok pesantren Agro Nuur El-
Falah diwajibkan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
di pondok, karena dengan tidak mengikuti kegiatan pondok juga akan
mendapatkan sanksi dari pengurus. Hal ini juga akan menumbuhkan
sikah kedisiplinan pada santri.
Menurut peneliti, belajar untuk mengetahui dapat dilakukan
melalui membaca, mengakses internet, bertanya, mengikuti kuliah,
kesempatan-kesempatan berdiskusi, menghadiri pertemuan ilmiah serta
kegiatan ekstrakurikuler atau berorganisasi. Dan pada aspek
penguasaannya dapat melalui hafalan, tanya jawab, diskusi, belajar
kelompok, latihan pemecahan masalah, praktikum, dan sebagainya.
Yang kesemuanya itu digunakan untuk mencapai berbagai tujuan
diantaranya memperluas wawasan, meningkatkan kemampuan,
memecahkan masalah untuk belajar lebih lanjut.
104
Dalam rangka merealisasikan penerapan belajar mengetahui pada
pondok pesantren Agro Nuur El-Falah, ustadz atau ustadzah ikut
berperan sebagai fasilitator, yaitu sebagai teman sejawat dalam
berdialog dan berdiskusi dengan santri guna mengembangkan
penguasaan pengetahuan maupun ilmu tertentu. Proses pendampingan
diperlukan agar santri mendapatkan pemahaman utut atas sebuah materi
yang disesuaikan nilai moral, etika dan agama yang berlaku dalam
kehidupan sehari-hari.
Untuk merealisasikan penerapan pilar pendidikan juga ada
pengembangan metode-metode yang relevan dengan era sekarang.
Untuk menghadapi perkembangan metode yang diterapkan dalam
lembaga pendidikan pada umumnya, berbagai metode pendidikan
pesantren yang bersifat tradisional itu dipandang perlu disempurnakan.
Artinya, kita perlu mengadakan penelitian yang seksama terhadap
efektivitas, efesiensi, dan relevansi metode-metode tersebut untuk
menemukan kelemahan dan keunggulannya. Segi kelemahannya
diperbaiki, sedang segi keunggulannya dipertahankan. A. Wahid Zaeni
sebagai kiai pesantren yang dinamis benar-benar merasakan kelemahan
ini, sehingga ia menganjurkan adanya upaya kajian ulang terhadap
pengajaran di pesantren. Seruan yang sama disampaikan Abdurrahman
Wahid yang diungkapkan kembali oleh Bruinessen. Kiai dan ustadz
perlu melakukan pengembangan dan pembenahan ke dalam secara
kontinyu, baik metodologi, teknologi dan aktivitas pendidikan agar
105
mampu berkompetisi atau paling tidak mampu mengejar ketertinggalan
dengan berpedoman pada: Memegang yang lama dan yang masih tetap
layak serta mengambil yang baru tetapi yang lebih baik.
Perjalanan waktu membawa kesadaran baru bagi pemimpin
pesantren. Tuntutan sosio-kultural, sosio-ekonomik, dan sosio-politik
yang selalu berubah-ubah membuka tabir yang menghalangi wawasan
kiai dan ustadz atau ustadzah serta memaksa mereka untuk segera
mengadakan pengembangan pendidikan di pesantren termasuk metode
pengajaran (pendidikan) yang dipandang kurang relevan lagi dengan
tuntutan zaman.
Adapun, dalam penerapan metode-metode yang dipakai dan
diterapkan pada pondok pesantren Agro Nuur El-Falah sebagian besar
menerapkan metode-metode yang meliputi: metode sorogan, diskusi,
hafalan atau verbalisme, imla‟, muthala‟ah, karyawisata, pembiasaan
atau habituasi, dramatisasi (percontohan tingkah laku), dan
reinforcement.
Metode diskusi merupakan metode yang menjadi andalan proses
belajar-mengajar di perguruan tinggi. Metode ini juga diterapkan pada
pondok pesantren Agro Nuur El-Falah. Kemudian metode sorogan dan
lalaran yang ada pada pesantren ini dikembangkan ke arah pemahaman
materi pokok. Menurut peneliti,bembelajaran secara berhadap-hadapan
dalam sistem sorogan memang memungkinkan kiai menguji kedalaman
pengetahuan santri secara individual. Lebih dari itu, kiai dapat
106
memanfaatkan metode ini untuk menyelami gejolak jiwa atau problem-
problem yang dihadapi masing-masing santri terutama yang berpotensi
mengganggu proses penyerapan pengetahuan mereka. Kemudian, dari
penyelaman ini, kia atau ustadz dapat mengambil langkah-langkah yang
diperlukan untuk memberikan solusinya.
b. Learning to Do
Pada pilar ini, peserta didik diberdayakan agar mau dan mampu
berbuat untuk memperkaya pengalaman belajarnya sehingga mampu
menyesuaikan diri dan berpartisipasi dalam masyarakat. Pilar ini juga
telah diterapkan dan diaplikasikan pada pondok pesantren Agro Nuur
El-Falah. Dilihat dengan keseharian santri, yang selama 24 jam telah
melakukan aktivitas di pondok, dengan kegiatan-kegiatan yang telah
dijadwalkan.
Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah dengan menerapkan sistim
pendidikan agrobisnis, melatih santri dalam menumbuhkan
keterampilan di bidang pertanian. Selain itu juga diterapkannya
kegiatan-kegiatan pondok yang mendukung penerapan learning to do
seperti halnya kegiatan-kegiatan pondok pesantren Agro Nuur El-Falah
yaitu pelatihan bahasa Arab dan bahasa Inggris, pelatihan qiro‟ah, bela
diri, tata boga, pelatihan kaligrafi, rebana, tari topeng ireng, koperasi
santri, muhadloroh, pramuka, paskibra, dan lain sebagainya.
Menurut peneliti, belajar dimaknai sebagai upaya untuk membuat
peserta didik bukan hanya mengetahui, mendengar dan melihat dengan
107
tujuan akumulasi pengetahuan, tetapi lebih kepada melakukan, terampil
berbuat atau mengerjakan kegiatan tertentu (sesuatu) sehingga
menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi kehidupan. Fokus
pembelajaran dalam pilar ini lebih memfokuskan pada ranah
psikomotorik.
Kegiatan-kegiatan yang diterapkan pada pondok pesantren Agro
Nuur El-Falah mengupayakan terhadap diberdayakannya para santri
agar mau dan mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman
belajarnya sehingga mampu menyesuaikan diri dan berpartisipasi dalam
masyarakat. Dengan demikian diharapkan, pada individu santri perlu
belajar berkarya, dan belajar berkarya erat kaitannya dengan belajar
mengetahui, karena pengetahuan melandasi suatu perbuatan.
Menurut peneliti, penerapan belajar melakukan pada pondok
pesantren akan bisa berjalan, jika lembaga pendidikan (pondok
pesantren) memfasilitasi para santri untuk mengaktualisasikan
keterampilan yang dimilikinya sehingga dapat berkembang dan dapat
mendukung keberhasilan, bakat dan minat santri nantinya
c. Learning to Be
Pada pilar ini, mengandung pengertian bahwa belajar adalah
membentuk manusia yang menjadi dirinya sendiri. Penerapan learning
to be, yang diterapkan pada pondok pesantren Agro Nuur El-Falah
dilihat dari kehidupan keseharian santri selama 24 jam. Dengan
diwujudkan dengan berbagai kegiatan yang dilaksanakan diharapkan
108
akan menumbuhkan rasa percaya diri, rasa ingin tahu, rasa kebutuhan
akan ilmu pengetahuan pada santri meningkat. Sebagai contoh,
pelatihan kepemimpinan santri yang diterapkan pada saat apel
pengecekan, khitobah santri,pelatihan pada kegiatan ekstrakurikuler dan
lain sebagainya.
Menurut peneliti, dengan diterapkannya belajar untuk menjadi
diri sendiri memberikan dampak positif bagi diri santri, diantaranya:
Pertama, ketundukan santri pada figur kiai. Bahkan ketaatan santri
dimaksud sering dilakukakan tanpa reserve. Sami‟na wa atha‟na akrab
dalam bahasa keseharian pergaulan santri-kiai. Begitu pula konsep
barokah, juga sering muncul seiring dengan sami‟na wa atha‟na
tersebut. Maka dari itu, tertanam sebuah keyakinan bahwa seorang kiai
merupakan figur yang memiliki integritas moral tinggi. Sehinnga
tertanam di benak santri kewajiban menaati dan mengikuti kiai untuk
mendapatkan barakah. Kedua, Kesederhanaan dan hemat.
Kesederhanaan ini ditunjukkan dengan pola hidup dan biaya
selama pendidikan yang murah serta tempat tinggal seadanya. Saat
mengonsumsi sesuatu selama menempuh pendidikan, para santri
terbiasa hidup hemat, karena yang paling pokok ialah mampu berthan
hidup. Ketiga, Kemandirian. Kemandirian ini meliputi segala aspek.
Misal, berusaha menyediakan makan dan mencuci pakaian secara
mandiri. Tidak ada pembantu atau tukang cuci di lingkungan pesantren.
Karena kemandirian merupakan pendidikan yang dilakukan secara tidak
109
langsung. Keempat, ta‟awun atau tolong menolong dalam suasana
persaudaraan. Karena di ketika santri ada di pondok dalam keadaan
serba kekurangan, maka sikap tolong menolong menjadi ciri khas
pesantren. Kelima, disiplin dalam memanfaatkan waktu dan berpakaian.
Kedisiplinan itu tumbuh pada aktivitas sholat berjamaah, kerapian
berpakaian, karapian dalam menata sandal, dan lain sebagainya.
Keenam, sikap mental berani sederhana, terkadang malah serba
kekurangan telah menjadi bagian yang integral di kalangan para santri.
Maka, tidak aneh jika mereka pun tidak gentar hidup serba
kekurangan setelah menyelesaikan pendidikan di pesantren. Ketujuh,
kehidupan agama yang baik. Hal ini jelas, karena tujuan akhir
pendidikan di pesantren ialah untuk membekali santri dengan semangat
keagamaan yang tinggi. Semua proses pendidikan, mulai urusan
memasak hingga mengaji bermuara kepada tujuan tersebut. Kedelapan,
menumbuhkan rasa tawadhu‟.
Pada pondok pesantren Agro Nuur El-Falah mengupayakan
kepada para santri untuk selalu menumbuhkan kemandirian belajar.
Karena kemandirian belajar merupakan kunci terbentuknya rasa
tanggung jawab dan kepercayaan diri untuk berkembang secara
mandiri. Sikap percaya diri akan lahir dari pemahaman dan
opengenalan diri sevcara cepat, belajar mandiri harus didorong melalui
penumbuhan motivasi diri.
110
Menurut peneliti, learning to be ini juga merupakan pelengkap
dari learning to know dan learning to do. Robinson Crussoe
berpendapat bahwa manusia itu hidup sendiri tanpa kerja sama atau
saling tergantung dengan manusia lain. Learning to be akan menuntun
peserta didik menjadi ilmuwan sehingga mampu menggali dan
menentukan nilai kehidupannya sendiri dalam hidup bermasyarakat
sebagai hasil belajarnya. Artinya para santri dapat menghargai atau
mempunyai apresiai terhadap nilai-nilai dan keindahan akan produk dan
proses pendidikan yang ditunjukkan dengan sikap senang belajar,
bekerja keras, ulet, sabar, disiplin, jujur, serta mempunyai motif
berprestasi yang tinggi dan rasa percaya diri. Aspek-aspek learning to
know dan learning to do mendukung usaha siswa meningkatkan
kecerdasan dan mengembangkan keterampilan intelektual dirinya
secara berkelanjutan.
d. Learning to Live Together
Pilar keempat ini memaknai belajar sebagai upaya agar peserta
didik dapat hidup bersama dengan sesamanya secara damai. Dikaitkan
dengan tipe-tipe kecerdasan, maka pilar keempat ini berupaya untuk
menjadikan peserta didik memiliki kecerdasan sosial (sosial
intelligence).
Penerapan belajar untuk menjalani kehidupan bersama pada
pondok pesantren Agro Nuur El-Falah telah dilaksanakan secara nyata.
Penerapan belajar hidup bersama pada pondok pesantren diwujudkan
111
melalui kegiatan-kegiatan dan aktivitas keseharian santri, mulai dari
bangun tidur sampai tidur lagi, telah terdapat aplikasi wujud penerapan
belajar hidup bersama. Sebagai contoh kegiatan sholat berjamaa‟ah di
masjid, , makan bersama, olahraga bersama, mengaji, dan lain
sebagainya.
Fungsi penerapan learning to live together pada pondok
pesantren Agro Nuur El-Falah salah satunya adalah sebagai tempat
bersosialisasi, artinya mempersiapkan para santri untuk dapat hidup
bermasyarakat. Situasi bermasyarakat hendaknya dikondisikan di
lingkungan sekolah maupun di pondok pesantren. Kebiasaan hidup
bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima, perlu
ditumbuhkembangkan. Apalagi di pondok pesantren Agro Nuur El-
Falah bukan hanya orang-orang Jawa yang belajar ilmu agama di
pondok tersebut, banyak yang datang dari luar jawa seperti Papua,
Aceh, Sumatra dan lain sebagainya. Maka dari itu sangat penting untuk
menerapkan belajar hidup bersama dalam pondok pesantren. Belajar
hidup bersama, mengembangkan pengertian atas diri orang lain dengan
cara mengenali diri sendiri serta menghargai kesalingtergantunungan,
melaksanakan proyek bersama dan belajar mengatasi konflik dalam
semangat menghargai nialai-nilai pluralitas.
Kegiatan-kegiatan dan aktivitas keseharian santri merangsang soft
skill para santri sehingga kelak mereka mampu hidup bersama dengan
orang lain, mampu bekerja sama dengan orang lain. Bahkan mereka
112
terlatih untuk peka akan suka duka orang lain. Kemampuan dan
perbuatan akan berarti jika dapat dirasakan semua orang, sehingga apa
yang kita miliki, ketahui dan dipelajari bukan untuk kita saja tetapi
selayaknya berhuna bagi manusia lainnya. Sehingga pendidikan tidak
hanya membekali generasi muda untuk menguasai IPTEK dan
kemampuan bekerja serta memecahkan masalah, melainkan
kemampuan untuk hidup bersama dengan orang lain yang berbeda
dengan penuh toleransi, pengertian dan tanpa prasangka.
2. Hal-hal yang Mendukung dalam Penerapan Empat Pilar Pendidikan
Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah
Dalam setiap pelaksanaan penerapan empat (4) pilar pendidikan pada
pondok pesantren, pasti terdapat faktor pendukung. Beberapa faktor yang
mendukung penerapan empat pilar pendidikan pondok pesantren Agro
Nuur El-Falah ini antara lain: motivasi dari diri sendiri, semangat dari
orang tua, teman, guru dan lingkungan. Hal ini menjadi semangat, dan
menumbuhkan kerja keras untuk ikut serta dalam penerapan empat pilar
pendidikan, karena di era pendidikan sekarang, untuk mengembangkan
hardskill saja tidak cukup harus diimbangi dengan softskill dan pendidikan
karakter.
Kemudian hal-hal yang mendukung karena semangat demokratisasi
yang mulai mewarnai jalannya kepemimpinan pengasuh di pesantren yang
tentu telah membawa dampak konstruktif. Terbukti, semakin banyak
pesantren yang bersedia membuka diri untuk merespons berbagai macam
113
inovasi yang muncul dari proses transformasi di dunia pendidikan.
Kepemimpinan pengasuh di pesantren pun tampak kian tertantang dalam
mengambil langkah-langkah antisipatif demi mempertahankan
eksistensinya. Hal ini didukung dengan semangat dan kerjasama antara
kiai, ustadz atau ustadzah dan pengurus untuk memberikan hal yang baru
pada pondok pesantren. Seperti pada pondok pesantren Agro Nuur Falah,
yang menerapkan kedisiplinan, semangat kerja keras dan cinta lingkungan
yang didorong dengan visi 3B (Bawa sampah ketika melihatnya, buang
sampah pada tempatnya, bersihkan sampah bagi yang melihatnya.. Hal ini
sangat bagus jika diterapkan pada santri pondok pesantren Agro Nuur El-
Falah, selain menumbuhkan kepedulian santri terhadap lingkungan,
sekaligus sebagai wujud tanggung jawab untuk menjaga alam Allah SWT.
Faktor pendukung lainnya, dalam penerapan empat pilar pendidikan
adanya fasilitas yang cukup memadai, kegiatan didesain dengan baik,
sumber daya manusia meliputi latar belakang asatidz dari pondok
pesantren yang berbeda-beda, sehingga memberi warna dalam membentuk
inovasi-inovasi baru untuk pesantren, adanya santri pengabdian, dan
dukungan dari masyarakat sekitar.
3. Hal-hal yang Menghambat dan Solusi dalam Penerapan Empat Pilar
Pendidikan Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah
Dalam kegiatan yang dilakukan, pasti ada faktor penghambatnya
baik dari dalam maupun dari luar. Hal ini menjadi tantangan tersendiri
bagi pengasuh, pengurus, ustadz atau ustadzah dan santri. Adapun
114
rintangan-rintangan yang dihadapi adalah: Sumber Daya Manusia (SDM),
fasilitas kurang dirawat, infrastruktur, malas, dan lain sebagainya.
Setiap hambatan pasti akan ada solusi untuk menghadapi rintangan
yang datang. Dalam menghadapi arus pendidikan di era sekarang,
pesantren hendaknya mengambil langkah-langkah strategis terkait
peningkatan mutu sumber daya manusia (SDM), pemgembangan
infrastruktur, dan membangun jaringan atau kerjasama (networking)
dengan para stakeholder pendidikan ataupun yang memiliki kepentingan
bersama. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Pertama, peningkatan SDM di pondok pesantren merupakan
keharusan. Sebab, SDM inilah yang berpengaruh secara signifikan dalam
kemajuan sistem pendidikan di pesantren. Sumber Daya Manusia di
pondok pesantren setidaknya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu santri dan
ustadz atau ustadzah.
Bagi pesantren yang belum memiliki SDM memadai, pengembangan
dapat dilakukan dengan memanfaatkan jejaring yang ada, melalui
pendelegasian untuk mengikuti short course, baik di dalam maupun di luar
negeri. Lebih-lebih, saat ini ada beberapa lembaga yang bisa diajak bekerja
sama untuk menghadirkan native speaker, melakukan student exchange,
ataupun mengadakan pelatihan-pelatihan kebahasaan.
Kedua, infrastruktur. Pengembangan sumber daya manusia
selayaknya dibarengi dengan pengembangan infrastruktur. Kemampuan
SDM yang memadai tidak akan berperan signifikan tanpa adanya sarana
115
dan prasana yang memadai seperti perpustakaan, asrama bahasa, tempat
ekspresi kesenian, sarana kewirausahaan disertai media-media teknologi
dan lain sebagainya.
Ketiga, networking. Jaringan merupakan ikon kekuatan global.
Pesantren yang memiliki jaringan luas dan mampu memanfaatkannya
dapat secara mudah melakukan pengembangan. Jaringan dapat dibangun
dengan lembaga-lembaga di dalam maupun di luar negeri. Sebagai contoh,
pemanfaatan jaringan alumni, wali santri, instansi atau Kementrian Agama
atau Kedinasan, lembagan pengembangan ekonomi, lembaga-lembaga
pelatihan, LSM, perusahaan, lembaga penjaminan mutu, dan lembaga-
lembaga yang sama, seperti berafiliasi dengan pesantren yang sudah
memiliki prestasi.
Keempat, perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi)
dunia. Perkembangan IPTEK dan seni di Indonesia secara jujur diakui
masih ketinggalan jika dibandingkan dengan negara-negara maju lainnya.
Oleh karena itu, bahan-bahan berupa IPTEK yang dicantumkan pada
kurikulum di Indonesia masih selalu dikejar. Usaha mengejar
ketertinggalan tersebut harus dirumuskan pada kurikulum pendidikan.
Bahkan integrasi pembelajaran dengan memanfaatkan media teknologi
sangat dipengaruhi oleh perkembanagan IPTEK yang mengalami
kemajuan pesat dan sulit dibendung. Apalagi pada era teknologi informasi
belakangan ini.
116
Untuk bertahan dan maju di tengah-tengah kultur yang beraneka
ragam dan terus berkembang diperlukan kecakapan di bidang IPTEK.
Disadari atau tidak, ketergantungan manusia pada teknologi sangat tinggi.
Pertukaran budaya bergulir deras melalui media sosial yang harganya
sudah tidak mahal lagi. Maka dari itu, lembaga-lembaga pendidikan yang
harus dikembangkan di pondok pesantren tidak hanya bidang tafaqquh fi
al-din, tetapi juga IPTEK, sesuai perkembangan di luar pondok pesantren.
4. Hasil Penerapan Empat Pilar Pendidikan Pondok Pesantren Agro
Nuur El-Falah
Dalam pandangan bapak Kyai Nur Sholeh lembaga pesantren tetap
merupakan tempat yang paling ideal untuk mencetak kader-kader umat.
Dengan sistem pondok pesantren atau asrama, pesantren merupakan
lingkungan kehidupan yang diwarnai oleh jiwa-jiwa keikhlasan,
kesederhanaan, ukhuwah Islamiyah, kemandirian, dan kebebasan. Selain
itu pesantren juga mampu menanamkan sikap, pandangan, dan falsafat
hidup yang bermanfaat bagi kehidupan santri di kemudian hari. Di
pesantren pula pendidikan keimanan, ketakwaan dan akhlak dapat
dilakukan secara efektif. Hal ini sejalan dengan pola Panca Jiwa santri
yang diterapkan pada pondok pesantren Agro Nuur El-Falah.
Menurut peneliti, pola panca jiwa santri yang diterapkan pada
pondok pesantren Agro Nuur El-Falah saling berkaitan atau berhubungan
dengan penerapan empat pilar pendidikan. Hal ini dilihat dari keseharian
para santri. Untuk membentuk nilai panca jiwa di pesantren, ada beberapa
117
upaya yang dilakukan oleh pengasuh. Upaya-upaya tersebut adalah
sebagai berikut.
Dalam pembentukan jiwa keikhlasan, ustadz atau ustadzah
yangmembantu kiai dalam mengajar dan membimbing santri bukanlah
pegawai yang menerima gaji. Selain itu sumbangan, iuran, atau
pembayaran yang dikeluarkan oleh santri dikembalikan kepada kebutuhan
hidup mereka sendiri, bukan untuk kiai atau asatidz.
Jiwa-jiwa keikhlasan yang meliputi seluruh kegiatan asatidz dan
santri yang demikian wajib diketahui oleh santri agar menjadi teladan yang
baik. Dengan keteladanan, dengan keteladanan itu terciptalah “tata batin”
dan “tata pikir” bahwa mereka sedang berada dalam suatu kancah
perjuangan yang dipenuhi dengan jiwa dan suasana ikhlas.
Adapun jiwa kesederhanaan yang ditanamkan kepada para santri
melalui cara hidup mereka sehari-hari. Dalam hal makan, tempat tinggal
dan pakaian, mereka dianjurkan untuk tidak berlebihan. Kesederhanaan
juga ditanamkan dalam cara berfikir. Santri dianjurkan agar tetap
sederhana, apa adanya (realistik), tidak mengkhayal yang bukan-bukan.
Dalam menerapkan empat pilar pendidikan pada pondok pesantren
Agro Nuur El-Falah yang diaplikasikan dengan ikut serta dalam kegiatan-
kegiatan yang telah ditetapkan pondok pesantren telah memberikan hasil
yang baik. Santri mampu mengembangkan bakatnya di bidang tertentu,
santri juga sudah menumbuhkembangkan minatnya, dari yang awalnya
tidak minat sama sekali dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang
118
diterapkan di pondok pesantren, akhirnya para santri terlatih dan tumbuh
motivasi diri yang baik untuk mengembangkan sesuatu hal yang baru atau
mengembangkan yang sudah ada pada dirinya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua yayasan, bahwasanya
dengan diberlakukannya program kerja TFI, masih banyak pendidik atau
dewan asatidz yang belum paham bagiaman cara menerapkannya dan
mengaplikasikannya, hal itu menjadikan program yang dilaksanakan
dalam TFI belum berjalan maksimal. Akan tetapi dari pihak pengurus
yayasan sudah merencanakan, bagaiman program-program yang sudah
terencana bisa terpantau dan bisa bijalankan dengan baik. Hasil wawancara
menunjukkan adanya respon dan antusias para pengurus, dewan asatidz,
para santri ikut serta dalam memberikan dukungan, inovasi-inovasi baru,
tindakaan untuk mendukung keberhasilan program TFI yang dilaksanakan
oleh Yayasan Dharma Lestari.
Dari hasil observasi, ditemukan program-program TFI yang sudah
berjalan dengan baik dan sudah diterapkan pada pondok pesantren Agro
Nuur El-Falah yaitu pondok pesantren yang menyelenggarakan pendidikan
yang Bersih, Berdisiplin dan Berhasil (3B), lembaga pendidikan dan
lingkungan yang bersih dan nyaman, lembaga yang penuh kedisiplinan,
lembaga pendidikan sebagai dakwah di tengah masyarakat, sebagai
vokasional santri sebagai wahana pembentukan Skill santri, menjadikan
bahasa Inggris dan Arab sebagai ciri khas pondok pesantren.
119
Berdasarkan hasil wawancara dengan para santri, menurut peneliti
penerapan empat pilar pendidikan memberikan output yang baik bagi
santri, bagi, pendidik, dan pondok pesantren sendiri. Dengan adanya
kegiatan-kegiatan dan aktivitas keseharian santri telah
menumbuhkembangakan softskill dan hardskill pada santri. Hal itu dilihat
dari keaktifan santri dalam ikut serta kegiatan atau berkompetensi di luar
lingkup pondok pesantren. Dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
baik dan diterapkan untuk diikuti pada seluruh santri, mampu menjadikan
santriberprestasi dalam segala bidang, mulai dari bidang pertanian, bidang
sosial, kepemimpinan, bidang keterampilan, bidang keagamaan, bidang
kebudayaan dan lain sebagainya. Peraihan prestasi tersebut menjadi
penyemangat para santri untuk bisa mengikuti agenda kegiatan
perlombaan. Penghargaan prestasi-prestasi yang diraih menjadikan sebuah
keberhasilan para santri yang aktif dalam kegiatan. Berikut beberapa
penghargaan prestasi santri:
NO PENGHARGAAN JUARA
1. Pengembangan Ketahanan Pangan Terbaik I
2. Kreatifitas Umum Pawai Ta‟aruf 1434 H I (satu)
3. MTQ Mahasiswa V JQH STAIN SALATIGA III (Tiga)
4. Pawai Ta‟aruf santri III (Tiga)
5. Lomba Pidato B. Inggris dan B. Arab putra III (Tiga)
6. Lomba Kaligrafi tingkat Kota Salatiga III (Tiga)
7. Lomba MQK Putri tingkat Ulya Kitab Nahwu
Syarah Ibnu Aqil
Juara 1
8. Lomba MQK Putri tingkat Ulya Kitab Fiqh Juara 1
120
Syarah Fathul Muin
9. Lomba MQK Tingkat Wustho Kitab Nahwu
Syarah Mutmainnah
Juara 1
Selain itu, output dari penerapan empat pilar pendidikan pada pondok
pesantren Agro Nuur El-Falah telah mendidik santri dengan karakter yang
baik. Pendidikan pesantren yang sangat menekankan pada nilai-nilai
ketaatan, keikhlasan, kesetiakawanan, persamaan, tolong menolong,
kesederhanaan, kebersamaan, saling menghargai, saling menghormati,
gotong royong, kemandirian dan akhlakul karimah.
Istilah gotong berbeda-beda antara satu pesantren dengan pesantren
lain. Contohnya banyak sekali, seperti kebiasaan santri membantu
pembangunan gedung, membantu kesulitan keuangan sesama santri saat
kekurangan dan lainnya. Nilai-nilai yang terkandung dalam budaya gotong-
royong adalah tenggang rasa, menumbuhkan rasa memiliki, menumbuhkan
rasa tanggung jawab, menghargai persahabtan dan kebersamaan,
menumbuhkan sifat tanpa pamrih atau ikhlas, melatih santri berbaur dengan
masyarakat.
Menurut peneliti, persaudaraan di pesantren seperti tercermin pada
kekerabatan yang terjalin di asrama. Ketua atau pimpinan asrama sebagai
kepala rumah tangga, dan anak buah di asrama tak ubahnya anak-anak
dalam keluarga. Panggilan khas keluaraga juga terlihat pada keseharian
santri, misalnya panggilan “abang”, “mas”, “akang”, “kakak”, “mbak” dan
lainnya. Nilai-nilai yang terkandung pada budaya persaudaraan ialah rasa
121
sepenanggungan, solidaritas, dialog antar budaya, empati, tanggung jawab,
kejujuran dan tenggang rasa.
Hasil lain dalam penerapan empat pilar pendidikan adalah adanya
kebebasan berpendapat tercermin pada forum rapat, musyawarah organisasi
dan lain sebagainya. Nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi kebebasan
berpendapat adalah tanggung jawab atas pendapat sendiri, kejujuran dalam
berargumentasi, tidak oportunis, konsisten, legowo, dan menghormati orang
lain.
Selain itu, kesederhanaan merupakan cerminan dari ajaran tasawuf
yang terinternalisasi pada diri santri dan teraktualisasi dalam tingkah laku
santri. Kesederhanaan mengajari santri untuk menggunakan skala prioritas
dalam berbuat dengan menggunakan asas manfaat dan maslahat, sehingga
terhindar dari pola hidup hedonis dan konsumtif. Nilai yang muncul dari
kesederhanaan adalah qona‟ah (sikap menerima keadaan), menghargai
hidup, zuhud (tidak materialistis), tidak sombong, dan lainnya.
Kehidupan santri yang jauh dari orang tua menciptakan iklim
kemandirian. Tak ada tempat bermanja-manja bagi mereka. Mereka tidak
bergantung pada orang lain. Tempat mereka bergantung hanyalah kepada
Allah SWT. Budaya mandiri ini melahirkan sikap percaya diri dan tangguh
meghadapi pernyataan pahit.
Hasil lain yang paling utama adalah akhlakuk karimah. Akhlakul
karimah merupakan ciri khas pendidikan pesantren. Pelembagaan budaya
akhlakul karimah terintegrasi pada sistem pendidikan di pesantren, tidak
122
hanya berbentuk mata pelajaran di kelas-kelas ataupun di tempat-tempat lain
di pesantren.
Setiap keberhasilan suatu pekerjaan, program, sistem, proses atau
apapun pasti tidak terlepas dari faktor yang mendukung, baik faktor yang
sudah terencana maupun tidak terduga atau diluar dugaan manusia. Dan
sebaliknya, faktor yang menghambat juga menjadi kendala dalam
pelaksanaan kegiatan. Demikian juga implementasi empat pilar pendidikan
pondok pesantren Agro Nuur El-Falah tidak terlepas dari faktor pendukung
dan penghambat. Adapun faktor pendukung terinci sebagi berikut:
1. Fasilitas sudah cukup membantu proses pendidikan, hanya saja
penggunaan dan perawatan yang masih sangat kurang.
2. Kegiatan pembelajaran santri baik dari segi keilmuan maupun
kedisiplinan sudah diatur sedemikian rupa dengan melihat kondisi santri
dan asatidz.
3. Adanya motivasi dari diri sendiri, teman sebaya, orang tua, pendidik
sebagai penyemangat dalam melakikan semua pendidikan yang ada di
pondok pesantren.
4. Dukungan dari masyarakat sekitar, para aghniya‟ serta pemerintah yang
telah menjadi donatur tetap dan tidak tetap yang memberikan bantuan
baik dari segi fisik atau non fisik.
5. Background asatidz berasal dari pondok pesantren yang berbeda-beda
sehingga memberi warna dalam pengelolaan pesantren.
123
6. Santri pengabdian yang meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran demi
membantu pesantren.
7. Santri yang memiliki kemauan dan semangat belajar yang tinggi,
sehingga mereka aktif mengikuti setiap kegiatan dan mentaati tata tertib.
8. Rasa tanggung jawab sosial pengasuh dan dewan asatidz serta semangat
mencari ridho-Nya.
Adapun faktor penghambat, sebagai berikut:
1. Fasilitas pembelajaran yang kurang terawat dan belum bisa
mengaplikasikannya.
2. Kebijakan dan sistem yang dibangun sudah cukup baik, namun dalam
pelaksanaan masih sering terjadi mis comunication baik baik dari
pengasuh, asatidz, maupun santri
3. Jumlah pendidik yang berdomisili di pondok sangat minim untuk
mengawasi, membimbing, mengarahkan para santri.
4. Komunikasi antar asatidz kurang maksimal dan kurangnya kesolidan.
5. Santri berasal dari daerah yang berbeda-beda dan tentu memiliki
kebiasaan yang berbeda, apalagi santri yang berasal dari luar jawa. Hal
inilah yang sering menimbulkan perbedaan persepsi bahkan berujung
perkelahian.
6. Jaringan networking antara lembaga pondok pesantren lain masih belum
efektif.
124
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya dalam skripsi ini yang
berjudul “Implementasi Empat Pilar Pendidikan Pondok Pesantren Agro Nuur
El-Falah Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2019”
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. UNESCO sebagai lembaga yang mengurusi masalah pendidikan di bawah
naungan PBB, bahwasanya keberhasilan pendidikan diukur dari hasil
empat pilar pendidikan dalam rangka pelaksanaan pendidikan untuk masa
sekarang dan masa depan) yang diorientasikan pada pencapaian ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik, yakni belajar mengetahui (learning to
know), belajar berbuat (learning to do), belajar untuk menjadi seseorang
(learning to be), dan belajar hidup bersama (learning to live together).
Keempat pilar tersebut mensyaratkan bahwa pembelajaran merupakan
bagian dari konsep membangun ilmu pengetahuan, meningkatkan
keterampilan melakukan kegiatan, meningkatkan kecerdasan sosial yang
mendukung konsep bahwa belajar itu merupakan proses interaksi sosial
dan pembelajaran adalah upaya untuk menjadikan santri sebagai dirinya
sendiri, menjadi manusia yang berilmu dan bermartabat. Penerapan empat
pilar pendidikan UNESCO pada pondok pesantren Agro Nuur El-Falah
telah memberikan peserta didik (santri, pengurus, ustadz/ustadzah)
125
termotivasi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, pengalaman dan
keterampilan berpikir yang logis dan sistematis.
2. Faktor pendukung penerapan empat pilar pendidikan pada pondok
pesantren Agro Nuur El-Falah adalah peran pendidik, motivasi diri sendiri,
motivasi dari orang tua, motivasi dari teman dan lingkungan, niat, fasilitas
yang memadai. Faktor Penghambat penerapan empat pilar pendidikan
pada pondok pesantren Agro Nuur El-Falah yaitu: Sumber Daya manusia
belum maksimal, malas, tidak semangat, kurang koordinasi dan belum ada
kesolidan dari para santri, pengurus, dan ustadz atau ustadzah, jaringan
antar lembaga yang belum berjalan secara efektif. Hasil penerapan empat
pilar pendidikan pondok pesantren Agro Nuur El-Falah berdasarkan hasil
wawancara dan observasi dengan pengasuh, pengurus, ustadz/ustadzah
adalah berhasil secara kualitas dan kuantitas. Para santri diwajibkan
mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di pondok pesantren. Dengan
diberikan kewajiban ikut serta, banyak santri yang telah
menumbuhkembangkan softskill dan hardskill di berbagai bidang. Hasil
dari penerapan empat pilar pendidikan pada pondok pesangtren Agro Nuur
El-Falah telah mendidik para santri dengan membentuk karakter yang
baik. Pendidikan pesantren yang sangat menekankan pada nilai-nilai
ketaatan, keikhlasan, kesetiakawanan, persamaan, tolong menolong, saling
menghormati, gotong royong, rasa tanggung jawab, ikhlas, kemandirian
dan akhlakul karimah.
126
B. Saran
1. Kepada Pengasuh Pondok Pesantren
Sebaiknya pengasuh menyediakan sejenis pelatihan-pelatihan khusus
yang ditujukan untuk para pengurus, ustadz atau ustadzah untuk menunjang
mutu sumber daya manusia agar lebih unggul dan maksimal jika dihadapka
di era pendidikan sekarang ini. Karena pendidik sangat berperan sekali
mensukseskan pengajaran kepada peserta didik, bahkan sangat menentukan
berhasil tidaknya peserta didik dalam belajar.
2. Kepada Ustadz atau Ustadzah
Sebaiknya meningkatkan kedisiplinan, kekompakan, dan adanya
koordinasi yang bagus agar kegiatan proses belajar mengajar belajar, dan
kegiatan-kegiatan yang diterapkan pondok pesantren berjalan dengan lancar
dan tersistem.
3. Kepada Santri
Sebaiknya para santri lebih aktif dan ikut berpartisipatif dalam
kegiatan-kegiatan belajar yang telah ditetapkan pondok pesantren. Mampu
mengatur waktu dengan sebaik-baiknya antara kuliah dan mengaji, antara
sekolah dan mengaji, niatlah mengaji sambil sekolah atau kuliah.
4. Kepada Peneliti yang akan Datang
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian
berikutnya yang berhubungan dengan penerapan empat pilar pendidikan
pondok pesantren.
127
DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azyumardi. 2011. Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju
Millenium. Ciputat: Kalimah.
Dardjat, Zakiah, dkk. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Departemen Agama RI. 2002. Pembelajaran Pesantren, Suatu Kajian
Komparatif. Jakarta: Departemen Agama RI.
Departemen Pendidikan RI. 2003. Pola Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Pondok Pesantren. Jakarta: Departemen Agama RI.
Departemen Agama RI. 2004. Pesantren Agrobisnis; Pendekatan Formula Area
Multi Fungsi dan Model Konsepsi Pemberdayaan serta Profil Beberapa
Pesantren. Jakarta: Departemen Agama RI.
Departemen Agama RI. 2004. Pengembangan Agrobisnis di Pondok Pesantren
(Pedoman Langkah-Langkah Pengembangan). Jakarta: Departemen Agama
RI.
Dhofier, Zamakhsyari. 2011. Tradisi Pesantren; Studi Pandangan Hidup Kyai
dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia. Jakarta: LP3ES.
Dofier, Zamakhsyari. 2009. Tradisi Pesantren; Memadu Modernitas untuk
Kemajuan Bangsa. Yogyakarta: Pesantren Nawasea Press.
Ibrahim Abdullah, Suparman. 2005. Ma‟had „Aly. Profil Pendidikan Tinggi
Pondok Pesantren di Indonesia. Yogyakarta: RDI Indonesia.
M. Basyuni, Muhammad. 2006. Revitalisasi Spirit Pesantren; Gagasan, Kiprah,
dan Refleksi. Jakarta: Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren.
Mas‟ud, Abdurrahman, dkk. 2001. Paradigma Pemdidikan Islam. Semarang:
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo.
Qomar, Mujamil. Tt. Pesantren; Dari Transformasi Metodologi Menuju
Demokratisasi Institusi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Yasid, Abu, dkk. 2018. Paradigma Baru Pesantren Menuju Pendidikan Islam
Transformatif. Yogyakarta: IRCISoD
UNESCO Principal Regional Office for Asia and the Pacific, 1998. Learning to
live together in peace and harmony: values education for peace, human
rights, democracy and sustainable development for the Asia-Pacific region: a
128
UNESCOAPNIEVE sourcebook for teacher education and tertiary level
education Bangkok:UNESCO PROAP.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Tugas Pembimbing
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian
Lampiran 3 Surat Perizinan Penelitian dari Pondok Pesantren
Lampiran 4 Lembar Konsultasi
Lampiran 5 Daftar Nilai SKK
SATUAN KREDIT KEGIATAN
Nama : Siti Niadhatul Khasanah Jurusan : PAI
NIM : 23010-15-0062 Dosen P.A : Muh Hafidz, M.Ag.
No Nama Kegiatan Pelaksanaan Sebagai Nilai
1 Sertifikat Nasional Gebyar
Seni Qur‟aniyy (GSQ) Umum
Ke-VI Se- Jawa Tengah “
Aktualisasi Makna dan Syi‟ar
Al-Qur‟an sebagai Sumber
Informasi”
05 November 2014 Peserta 8
2 Seminar Nasional Karima
Learning & Training Center
“ Pemuda, Peradaban Islam,
dan Kemandirian”
02 September 2015 Peserta 8
3 Seminar Nasional “
Epistemologi Tafsir
Kontemporer; Integrasi
Hermeneutika Dalam Metode
25 September 2015 Peserta 8
Penafsiran Al-Qur‟an”
4 Sertifikat Nasional Wisuda
Akbar 6 Indonesia Menghafal
(ODOY) QS; Al-Baqarah
101-157 ;QS As-Shoff; QS
Qaf PPPA Daarul Qur‟an
22 November 2015 Peserta 8
5 Seminar Nasional Milad LDK
Ke-14 “Esensi Dakwah
Kontemporer”
21 Mei 2016 Peserta 8
6 Sertifikat Nasional Wisuda
Akbar 7 Indonesia Menghafal
(QS Al-Hasyr, QS Al-
Jumu‟ah, QS Al-Munafiqun)
PPPA Daarul Qur‟an
29 Mei 2016 Peserta 8
7 International Seminar “ Be
Global Citizen through Non
Formal Learning in
International Voluntary
Service: Another Way to go
Abroad”
04 April 2017 Peserta 8
8 Sertifikat Nasional Wisuda 22 Oktober 2017 Peserta 8
Akbar 8 Indonesia Menghafal
(QS Al-Fath) PPPA Daarul
Qur‟an
9 Sertifikat Nasional
Kunjungan Studi “ Peran
Masyarakat dalam
Mewujudkan Pendidikan
Islam yang Rahmatallil
„Alamiin”
17 Desember 2017 Peserta 8
10 Seminar Nasional “
Tantangan dan Prospek
Pembelajaran Bahasa Arab
di Era Kekinian”
16 Mei 2018 Peserta 8
11 Sertifikat Nasional Yayasan
Karantina Tahfizh Al-Qur‟an
Nasional (YKTN) Salatiga
“Hafal Al-Qur‟an Sebulan”
20 November 2018 Peserta 8
Sertifikat Unit Pelaksana
Teknis Pengembangan ahasa
Institut Agama Islam Negeri
Salatiga (UPTB) “
10 Juni 2016 Peserta 6
Pengembangan Bahasa
Arab”
13 Sertifikat Unit Pelaksana
Teknis Pengembangan
Bahasa Institut Agama Islam
Negeri Salatiga (UPTB) “
Pengembangan Bahasa
Inggris”
30 Juni 2016 Peserta 6
14 Certificate “TOEFL
Prediction Test of Unit
Pelaksana Teknis
Pengembangan Bahasa
(UPTPB)
12 April 2018 Peserta 6
15 Certificate of Completion
“TOEFL Training for
Students of IAIN Salatiga”
12 Maret- 09 April
2018
Peserta 6
16 Sertifikat Penerimaan
Anggota Baru (PAB) JQH
Al- Furqan 2015 “Keep on
Loving Holy Qur‟an ti Reach
a Peacefullness of Life”
25-26 Desember
2015
Peserta 4
17 Sertifikat Workshop Tahfidz
Nasional “ Kontekstualisasi
Nilai-Nilai Al-Qur‟an dalam
Membentuk Kepribadian
Huffadz Menuju Peradaban
Dunia”
4 Juni 2016 Peserta 4
18 Sertifikat Pendidikan
Anggota Dasar (PAD)
Mahasiswa Al-Khidmah Kota
Salatiga
“ Mahasiswa Generasi
Penerus Bangsa Berwawasan
Nusantara Berakhlak Mulia”
30 Oktober 2016 Peserta 4
19 Sertifikat Training of Trainers
(TOT) Al-Khidmah Kampus
Kota Salatiga
09-10 Maret 2018 Panitia 4
20 Sertifikat Pelatihan Pramuka
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan (FTIK) IAIN
Salatiga
19-21 Juli 2018 Peserta 4
21 Sertifikat Orientasi 13 Agustus 2015 Peserta 3
Pengenalan Akademik dan
Kemahasiswaan (0PAK)
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan “ Integrasi
Pendidikan Karakter
Mahasiswa Melalui Kampus
Edukatif Humanis dan
Religius”
22 Sertifikat Orientasi
Pengenalan Akademik
(OPAK) IAIN Salatiga “
Penguatan Nilai-nilai Islam
Indonesia Menuju Negara
Aman dan Damai”
14 Agustus 2015 Peserta 3
23 Sertifikat UPT Perpustakaan
IAIN Salatiga “Library User
Education”
21 Agustus 2015 Peserta 3
24 Sertifikat Khotmil Qur‟an Bil
Ghaib 30 Juz Rumah Tahfidz
Daarul Ilmi Salatiga
17-18 Juni 2017 Peserta 3
25 Sertifikat Workshop 11 November 2017 Peserta 3
Kewirausahaan Islami
“ Membangun Kemandirian
Melalui Semangat
Kewirausahaan”
26 Sertifikat Kursus Karakter
Angkatan III
04-05 Desember
2017
Peserta 3
27 Sertifikat Seminar Diskusi
Buku
“ Globe Al-Qur‟an dan
Sidang Tafsir Al-Qur‟an”
27 Februari 2018 Peserta 3
28 Seminar Regional
“Digitalisasi Hadis: Model
Studi Hadis Era Millenial”
02 April 2018 Peserta 3
29 Seminar Kewirausahaan
“Membumikan Seni Qur‟an
Melalui Wirausaha”
25 Desember 2015 Peserta 2
Lampiran 6 Pedoman Wawancara
PEDOMAN WAWANCARA
Narasumber : Pengasuh, ketua Yayasan, Dewan
Judul Penelitian : Implementasi Empat Pilar Pendidikan Pondok Pesantren
Agro Nuur El-Falah Kelurahan Pulutan Kecamatan
Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2019
1. Bagaimana dan apa kegiatan-kegiatan yang diterapkan pada pondok
pesantren Agro Nuur El-Falah untuk menunjang hardskill dan softskill
santri sebagai bentuk penerapan empat pilar pendidikan?
2. Bagaimana dan apa media atau sumber-sumber yang dijangkau sebagai
pendukung para santri untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan
keterampilan?
3. Bagaimana metode-metode pembelajaran yang diterapkan pada pondok
pesantren Agro Nuur El-Falah?
4. Bagaimana faktor yang hambatan dalam penerapan empat pilar pendidikan
pondok pesantren Agro Nuur El-Falah?
5. Bagaimana faktor pendukung dalam penerapan empat pilar pendidikan
pondok pesantren Agro Nuur El-Falah?
6. Bagaimana Respon Asatidz, pengurus dan para santri terhadap pendidika
yang diterapkan pondok pesantren Agro Nuur El-Falah
7. Apakah para santri diarahkan berentrepreneurship dan ingin menjadi apa
ketika sudah keluar dari pondok pesantren?
HASIL WAWANCARA
Nama: Akbar Al-Kautsar
Jabatan: Ustadz
1. Bagaimana dan apa kegiatan-kegiatan yang diterapkan pada pondok
pesantren Agro Nuur El-Falah untuk menunjang hardskill dan softskill
santri sebagai bentuk penerapan empat pilar pendidikan?
Jawab: “Kegiatan-kegiatan pondok pesantren yang diterapkan untuk
menunjang dan mendukung pengetahuan akademis para santri saat ini
bisa dilihat dengan adanya pendalaman bahasa Arab dan Bahasa
Inggris, dimana ketika dalam kesehariannya, santri memakai dua
bahasa secara terjadwal dan diterapkan ketika berinteraksi dengan
temannya maupun ustadz atau ustadzah. Hal ini diterapkan untuk
melatih kebiasaan berbahasa asing santri. Selain itu belajar Public
speaking dengan wujud pelaksanaanya adalah pelatihan khitobah. Hal
ini memebrikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain yaitu
menambah kepercayaan diri, melatih berbahasa yang baik, dan
berbagi ilmu yang telah didapat kepada teman-teman yang lain.
Kemudian ada kajian kitab Turats (Kitab kuning), dan ada kegiatan
Dziba‟ setiap malam jum‟at”.
Nama : Muhammad Ilyas Syafi‟i
Jabatan : Ustadz
1. Bagaimana dan apa kegiatan-kegiatan yang diterapkan pada pondok
pesantren Agro Nuur El-Falah untuk menunjang hardskill dan softskill
santri sebagai bentuk penerapan empat pilar pendidikan?
Jawab: Menurut saya, dilihat dari kegiatan-kegiatan yaang
diterapkan pada para santri untuk menunjang ilmu pengetahuan ada
kegiatan sorogan Al-Qur‟an yang bermanfaat pada diri santri yaitu untuk
melatih santri membaca dengan lancar dan teliti, menghafalkan dan
memahami isi Al-Qur‟an. Yang Kedua, selain kegiatan yang diterapkan di
pondok pesantren, santri juga mengikuti kegiatan yang dilaksanakan di
sekolah (SMP atau SMK), guna untuk menambah pengetahuan santri,
khususnya di pengetahuan umum. Yang ketiga, selain kegiatan sekolah
juga ada kegiatan madrasah diniyyah, hal ini berguna untuk menambah
wawasan santri dalam ilmu agama. Dengan adanya madrasah diniyyah,
para santri diharapkan cakap untuk berbagi ilmu dan berdakwah ketika
sudah terjun di masyarakat. Selanjutnya, ada kegiatan muhadasah santri,
kegiatan ini dilakukan untuk melatih, mengasah, dan membiasakan santri
untuk berbahasa asing khususnya bahasa Arab dan bahasa Inggris”.
2. Bagaimana dan apa media atau sumber-sumber yang dijangkau sebagai
pendukung para santri untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan
keterampilan?
“Menurut saya, untuk memperoleh ilmu pengetahuan, tidak harus
ada di sebuah sekolah saja. Namun, banyak yang kita dapatkan melalui
sumber-sumber lain diantaranya: Pertama, sumber dari kitab-kitab atau
buku-buku; Kedua, dari materi yang disampaikan oleh kyai dan asatidz;
Ketiga, sumber informasi dari lingkungan sekitar seperti belajar dari
teman sebaya, seminar, perpustakaan, internet, media masa, dan lain
sebagainya”.
3. Bagaimana metode-metode pembelajaran yang diterapkan pada pondok
pesantren Agro Nuur El-Falah?
“Ketika saya berbagai ilmu pengetahuan kepada para santri
dengan menerapkan metode sorogan dan metode diskusi”.
4. Bagaimana faktor yang hambatan dalam penerapan empat pilar pendidikan
pondok pesantren Agro Nuur El-Falah?
“Menurut saya hambatan yang dialami terletak pada Sumber Daya
Manusia (SDM), saya pribadi sebagai pengajar merasa kurang dalam
ilmu pengetahuan yang saya miliki, sehingga santri yang diajar kurang
mendapat pengetahuan yang maksimal. Selain itu, semangat belajar para
santri yang masih rendah. Masih banyak santri yang merasa keberatan
untuk mengikuti kegiatan atau pembelajaran di pondok pesantren. Hal
tersebut dikarenakan motivasi dalam diri mereka sendiri masih kurang.
Kemudian juga kendala yang dialami pengurus dan asatidz adalah karena
sebagian besar pengurus dan ustadz atau ustadzah juga masih mahasiswa,
sehingga tugas atau amanah yang diberikan dari pondok pesantren
kurang maksimal, serta jadwal mengajar pondok pesantren kerkadang
bertabrakan dengan kegiatan pribadi pendidik”.
5. Bagaimana faktor pendukung dalam penerapan empat pilar pendidikan
pondok pesantren Agro Nuur El-Falah?
“Bagi saya ya mbak, hal yang sangat mendukung saya untuk semangat
dalam melakukan kegiatan atau aktivitas di sekolah maupun di pondok
adalah restu orang tua. Karena keinginan orang tua saya, saya
dipondokkan adalah agar saya mempunyai kepribadian yang lebih baik
lagi, selalu dekat dengan Allah SWT, lebih terkontrol dan terdidik juga
karena ada yang mengawasi oleh Bapak Kyai. Selain itu juga orang
tua saya ingin saya menguasa ilmu-ilmu agama, dan
menumbuhkembangkan bakat minat saya di berbagai bidang sesuai
dengan kemampuan dan keinginan”.
Nama : Muhammad Muslih
Jabatan : Ustadz
1. Bagaimana dan apa kegiatan-kegiatan yang diterapkan pada pondok
pesantren Agro Nuur El-Falah untuk menunjang hardskill dan softskill
santri sebagai bentuk penerapan empat pilar pendidikan?
Jawab:
“Untuk kegiatan-kegiatan yang diterapkan pondok pesantren
kepada para santri hampir sama dengan yang dijelaskan oleh ustadz atau
ustadzah yang lain dari wawancara tersebut. Di pondok pesantren Agro
Nuur El-Falah juga menrapkan apel pagi, siang, dan malam. Hal ini
berbeda dengan pondok pesantren pada umumnya. Dengan
aditerapkannya apel ketika sebelum makan bersama, masuk kelas, dan
kegiatan lain memberikan manfaat yang besar pada santri terutama
dalam hal penerapan kedisiplinan sejak dini, apel juga sebagai
pengecekan kepada seluruh santri yang tidak mengikuti kegiatan pondok
pesantren dan yang izin dalam kegiatan pondok”.
2. Bagaimana dan apa media atau sumber-sumber yang dijangkau sebagai
pendukung para santri untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan
keterampilan?
Jawab: “Untuk memeperoleh ilmu pengetahuan bisa didapatkan melalui
sumber-sumber informasi dari manapun, seperti media sosial,
perpustakaan daerah, media massa, sosialisasi, seminar, dan wawancara.
Yang terpenting, sebagai santri harus bisa menyaring dari informasi-
informasi yang dianggap tidak baik untuk diri sendiri dan orang lain”.
3. Bagaimana metode-metode pembelajaran yang diterapkan pada pondok
pesantren Agro Nuur El-Falah?
“Metode yang saya terapkan ketika berbagi ilmu kepada santri
junior lebih menggunakan metode ceramah dan metode keteladanan.
Karena dengan metode ceramah lebih mudah dalam hal penyampaian
materi dan untuk melatih gaya berbicar di depan snatri junior, ketika
diselingi guyon, santri juga tidak mudah bosan, kemudian dengan metode
keteladanan memberikan kepercayaan dan contoh yang baik kepada santri
junior untuk bisa mengambil hal-hal positif apa yang telah diajarkan”.
4. Bagaimana faktor yang hambatan dalam penerapan empat pilar pendidikan
pondok pesantren Agro Nuur El-Falah?
“ Menurut saya, hambatan dalam menerapakan empat pilar pendidikan
pondok pesantren yaitu, terkadang juga karana kurang minatnya dengan
kegiatan-kegiatan yang diterapkan pada pondok pesantren. Karna pada
hal ini, semua kegiatan yang telah ditetapkan wajib diikuti oleh semua
santri, jadi santri diharapkan suka tidak suka dengan kegiatannya juga
harus ikut. Tapi dengan adanya seperti itu, terkadang juga akan
menumbuhkembangkan bakat, minat, dan semangat baru pada diri santri.
Selain itu karena kurangnya kesadaran pada santri akan manfaat dari
kegiatan yang dilakukan. Kemudian dari segi pra dan sarana yang belum
mendukung sebagai syarat berlangsungnya kegiatan. Dan juga ada
hambatan kurangnya koordinasi antara pengurus dan santri”.
5. Bagaimana faktor pendukung dalam penerapan empat pilar pendidikan
pondok pesantren Agro Nuur El-Falah?
“Bagi saya pendukungnya ya motivasi dari diri sendiri. Ketika melihat
orang-orang sukses, mempunyai bakat yang bagus, bisa mengikuti lomba
bahkan sampai nasional, dapat beasiswa, hati ini terdongkrak untuk bisa
seperti itu, yang lainnya aja bisa, kenapa aku nggak?. Karna kita untuk
menjadi sukses, untuk mempunyai kelebihan yang bermanfaat bukan dari
orang lain, ya dari semangat dan kemauan pada diri sendiri untuk
menjadi sesuatu hal yang inginkan”.
Nama : Hasnida Damayanti
Jabatan : Ustadzah
1. Bagaimana dan apa kegiatan-kegiatan yang diterapkan pada pondok
pesantren Agro Nuur El-Falah untuk menunjang hardskill dan softskill
santri sebagai bentuk penerapan empat pilar pendidikan?
Jawab:
“Mengenai kegiatan-kegiatan pondok pesantren yang
diterapkan, ada bebarapa kegiatan yang sudah berjalan dengan baik
di antaranya ada kegiatan madrasah diniyyah, yang didalamnya
mengkaji banyak disiplin ilmu, dari mulai nahwu shorof, fiqih, akidah,
tajwid, dan lain sebagainya. Kegiatan lain ada juga sorogan,
pelatihan rebana, pelatihan kaligrafi, apel, sholat berjama‟ah, sholat
dhuha, tahfidz Al-Qur‟an, takror, nastakmir seblum maghrib, ziarah ke
makam, dan lain sebagainya yang tentu sudah dilatih dan diterapkan
dalam keseharian para santri”.
2. Bagaimana metode-metode pembelajaran yang diterapkan pada
pondok pesantren Agro Nuur El-Falah?
“Untuk pembelajaran madrasah diniyyah, saya lebih sering
menggunakan metode ceramah karna dengan metode ceramah lebih
memudahkan santri untuk menangkap materi yang disampaikan
secara gamblang dan jelas”.
3. Bagaimana faktor yang hambatan dalam penerapan empat pilar
pendidikan pondok pesantren Agro Nuur El-Falah?
“Menurut saya hambatan yang kita alami adalah ketika mengikuti,
melakukan dan menerapkan kegiatan-kegiatan pada pondok pesantren
yaitu banyak santri yang tidak tertib ketika kegiatan berlangsung,
mengantuk, tidak maksimal ketika piket dan tidak memperhatikan serta
kurangnya tenaga yang handal di berbagai bidang. Terkadang juga
sebagai pengurus belum bisa menjalankan tugas deng sistem yang ada
dan apa yang sudah diterapkan”.
Nama : Bapak Kyai Nur Sholeh, S.Pd
Jabtan : Pengasuh Pondok Pesantren
1. Bagaimana dan apa media atau sumber-sumber yang dijangkau sebagai
pendukung para santri untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan
keterampilan?
Jawab:
“Selain dari pondok pesantren menyediakan perpustakaan, para santri
dapat menggali berbagai informasi sebagai pelengkap kebutuhan mereka
akan ilmu pengetahuan, dengan para santri mengikuti seminar-seminar,
misalkan seminar dari Organisai lain seperti Muhammadiyah dan lain
sebagainya, sehingga mereka mempunyai wawasan tidak hanya di satu
sisi saja. Saya juga menerapkan kepada santri agar tidak tertutup dari
informasi luar, terkadang ada pondok pesantren yang melarang santrinya
untuk keluar, kalau saya boleh asalakan sesuai dengan peraturan yang
diterapkan dari pondok pesantren. Dengan diterapkannya seperti itu
santri tidak merasa terbebani untu mendapatkan berbagai informasi dari
luar dan santri juga ada kesempatan mengeksplor berbahagai hal yang
nantinya bermanfaat jika diterapkan dalam pondok pesantren. Karena
dengan mereka diberi kesempatan keluar, ketika mendapatkan sumber
informasi, wawasan baru, dan ilmu pengetahuan itu sebagai tantangan
bagi mereka bagaimana mereka dapat mengolah pengetahuan yang
didapat bermanfaat untuk diri sendiri maupun orang lain”.
2. Bagaimana metode-metode pembelajaran yang diterapkan pada pondok
pesantren Agro Nuur El-Falah?
“Karna memang saya sifatnya membina semua ustadz atau
ustadzah, maksudnya dengan cara ngemong semuanya. Dengan
kemampuan dan keinginan saya untuk mewujudkan pendidikan yang lebih
baik dan unggul di pondok pesantren ini, dengan menggerakkan para
ustadz atau ustadzah untiuk menyalurkan ilmu pengetahuan yang mereka
dapatkan kepada para santri yang membutuhkan dengan menggunakan
metode masing-masing. Setiap tahun sekali, kami mengadakan kegiatan
IHT (In House Training) kepada para asatidz. Isi materi yang dibahas
dalam kegiatan IHT meliputi berbagai materi yang menunjang pendidikan
modern dan salaf yang diterapkan di pondok pesantren ini supaya tidak
tertinggal dengan pendidikan di era sekarang ini, mulai dari pelatihan
mengajar, metode-metode pembelajaran, dan persiapan materi yang akan
diberikan oleh para santri”
Nama :Bapak Luthfi
Jabatan :Ketua Yayasan
1. Bagimana kurikulum dan sistem pendidikan yang diterapkan pondok
pesantren Agro Nuur El-Falah?
“Kalau di pondok pesantren Agro Nuur El-Falah menerapkan
pembelajaran Tarbiyatul Falah Al-Islamiyah (TFI), disini anak-anak
dituntut mengikuti apa yang diterapkan di sekolah maupun di pondok
pesantren. Santri diajak untuk ikut serta dalam memecahkan
permasalahan pendidikan pendidikan yang ada di sekitarnya melalui
sebuah tindakan nyata, sebagai contoh bahwasanya di Indonesia adalah
negara Agraris, banyak terbentang tanah-tanah subur yang belum
dikelola secara maksimal misalnya. Nah, ini kesempatan kita bagaimana
dengan kita bisa menjadikan tanah atau lahan kosong untuk
dimanfaatkan sebagai hal-hal yang bermanfaat, misal dengan
pengolahan bibit unggul, untuk perikanan atau peternakan dan lain
sebagainya. Sebagai santri sekali pun yang hidupnya di pondok tidak
boleh kalah dengan yang diberikan ilmu pengetahuan di sekolah umum,
santri harus tetap eksis di era sekarang ini, apalagi sekarang sudah
masuk era milinieal, era digitalisme. Pondok pesantren sudah
menyiapkan fasilitas yang memadai, kemudian, bagaimana santri
memanfaatkan dan menerapkannya dengan inovasi-inovasi baru.
2. Bagaimana faktor pendukung dalam penerapan empat pilar pendidikan
pondok pesantren Agro Nuur El-Falah?
“Ya kalau di pondok pesantren Agro Nuur El-Falah untuk sarana dan
prasana, alhamdulillah sudah memadai, sudah didukung adanya
komputer, koneksi internet sudah diterapkan juga ada warnet koperasi,
akan tetapi dari pengurus belum bisa menjalankan, dan masih bingung
dalam menerapkankannya. Tapi dari itu semua, alhamdulillah
sekarang ini sudah diwujudkan dengan adanya pelatihan komputer,
multimedia, dan tempat untuk pelatihan agrobisnis, semua tempat
sudah disediakan”.
Lampiran 7 Kitab-kitab yang Wajib Dipelajari
KITAB-KITAB YANG DIPELAJARI
No Kelas 1 SMK Kelas 2 SMK Kelas 3 SMK
1. Shorof Jombang Shorof Jombang (Lanjutan) Shorof Jombang (lanjutan)
2. Ta‟limul muta‟allim Ta‟limul Muta‟alim Ta‟lim Muta‟allim
3. Tafsir Juz Amma Tafsir Jalalain Tafsir Jalalain
4. Jurumiyah Jurumiyah Jurumiyah
5. Fiqh Wadlih 3 Al- Ghoyah Wa Taqrib Al- Ghoyah Wa Taqrib
6. Kitabus Saadah Ulumul Qur‟an Jawahirul Kalamiyah
7. Mukhtar Ahadist Mukhtar Ahadist Minhatul Mughits
(Mustolah Hadist)
8. Durusul Lughoh Jilid 3 Durusul Lughoh 4 Ulumul Qur‟an
9. Tuhfatul Athfal Nurul Yaqin Juz 2 Bahasa Arab
10. Nurul Yaqin Juz 2 Jawahirul Kalamiyah Nurul Yaqin Juz 3
No Kelas 1 SMP/1 MP Kelas 2 SMP/2 MP Kelas 3 SMP/3 MP
1. Shorof Amtsilati Shorof Amtsilati Shorof Amtsilati
2. Akhlak Libanin Juz 1 Akhlak Libanin Juz 2 Akhlak Libanin Juz 3
3. Juz Amma Juz Amma Juz Amma
4. Nahwu Wadlih Juz 1 Nahwu Wadlih Juz 2 Nahwu Wadlih Juz 2
5. Fiqih Wadlih Juz 1 Fiqih Wadlih Juz 2 Fiqih Wadlih Juz 2
6. Aqidatul Awwam Aqoidud Diniyah Juz 1 Aqoidud Diniyah Juz 2
7. Hadist Arba‟in Hadist Arba‟in Hadist Arba‟in Nawawi
8. Imla‟ dan Khot Bahasa Arab Juz 2 Bahasa Arab Juz 3
9. Syifaul Jinan Syifaul Jinan Tuhfatul Athfal
10. Bahasa Arab (Juz 1) Nurul Yaqin Juz 1 Nurul Yaqin Juz 1
Lampiran 8 Dokumentasi
FOTO KEGIATAN
Gambar 1 Kegiatan Madin malam
Gambar 2 Dziba‟an malam jum‟at
Gambar 3 Mengaji Al-Qur‟an diselingi metode Qiro‟ati
Gambar 4 Wawancara kepada Bapak Kyai Nur Sholeh, S,Pd selaku Pengasuh
Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah
Gambar 5 Kegiatan Apel setiap akan kegiatan
Gambar 6 Wawancara Gambar 7 Membaca QS Al-Mulk secara
bersama dengan Ketua Yayasan sebelum tidur malam
Gambar 8 Keterampilan Agro Gambar 9 Pelatihan Khitobah
Gambar 10 Sosialisasi Gambar 11 Makan bersama santri putra
Gambar 12 Sholat Berjama‟ah Gambar 13 Makan bersama santri putri
Lampiran 9 Daftar Riwayat Hidup
RIWAYAT HIDUP PENULIS
A. Data Pribadi
Nama : Siti Niadhatul Khasanah
Tempat/Tanggal Lahir : Magelang, 30 April 1997
NIM : 23010-15-0062
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Alamat : Kembangan 1 RT 21 RW 10 Madusari Secang
Magelang
B. Orang Tua
Ayah : M. Ikhsani
Ibu ; Sri Nasyifah
C. Motto
“Bersedihlah dengan cara gembira, menangislah dengan cara tertawa.
Agar hidupmu terasa menyenangkan”
D. Riwayat Pendidikan
No Instansi Pendidikan Masuk (Tahun) Keluar (Tahun)
1. SD Negeri 1 Madusari 2005 2010
2. SMP Negeri 3 Magelang 2010 2012
3. MAN 1 Kota Magelang 2012 2015
4. S1 PAI IAIN Salatiga 2015 2019