implementasi etika profesi keguruan di smk n 1 salatiga th...
TRANSCRIPT
i
IMPLEMENTASI ETIKA PROFESI KEGURUAN
DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 SALATIGA
TAHUN 2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
Ajeng Virga Sawitri Maro
NIM: 111-13-109
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2017
vi
MOTTO
Jika ingin dihormati maka hormatilah dirimu sendiri,
Jika ingin disegani maka seganilah dirimu sendiri,
Pada akhirnya semua yang menanam akan menuai hasilnya.
vii
PERSEMBAHAN
Puji Syukur kehadirat Allah swt. atas limpahan rahmat serta karuniaNya,
Skripsi ini penulis persembahkan untuk :
a. Ayah saya (Sahroni) dan Ibu saya (Dra. Fajar Mawati) yang senantiasa
mendo’akan, membimbing, menasehati, serta mencurahkan segala kasih
sayangnya, turut juga adik saya Nimas Ulfatuz Zahro Maro dan Aulia Nan Tri
Veni Maro.
b. Keluarga besar saya di Yogyakarta maupun Palembang, atas segala
dukungannya sehingga skripsi ini dapat selesai.
c. Ibu Dra. Siti Asdiqoh M,Si yang senantiasa dengan sabar dan telaten telah
membimbing penulis hingga skripsi ini selesai..
d. Bapak Martana S.Pd , Ibu Aprilia Dwi Astuti, A,Md, Bapak M. Syafi’i, S.Ag.,
S.H., M.Kn., M.Pdi. para guru dan staff serta seluruh warga SMK N 1 Salatiga
yang telah membantu dan mendukung selama penelitian berlangsung.
e. Sahabat-sahabat dekat saya yang senantiasa selalu memberikan semangat dan
motivasi Wahyu Nur Astuti, Nur Azizah, Nanda Dwi Putri, Ihda Arfiani
Abdillah.
f. Teman-teman PPL SMK N 1 Salatiga dan seluruh teman-teman seperjuangan
FTIK PAI angkatan 2013.
g. Mas Sukrisno Nino yang selalu memberikan motivasi dan semangat baru kepada
saya sehingga skripsi ini dapat selesai.
h. Seluruh Mahasiswa IAIN Salatiga angkatan 2013
viii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokaatuh
Dengan menyebut nama Allah swt. yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, segala puji dan syukur kehadirat Allah swt. yang telah memberikan
hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul IMPLEMENTASI ETIKA PROFESI KEGURUAN DI SEKOLAH
MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 SALATIGA TAHUN 2017.
Tak lupa shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Agung
Muhammad saw., kepada keluarga, sahabat dan pengikutnya yang selalu setia dan
menjadikannya suri tauladan, yang mana beliaulah yang telah membawa umat
manusia dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang seperti saat ini,
melalui ajarannya agama Islam.
Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai
pihak yang telah berkenan membantu dan memberikan dorongan baik moril
maupun materil. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
A. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
B. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
C. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
D. Ibu Dra. Siti Asdiqoh M,Si., selaku dosen Pembimbing Akademik dan dosen
Pembimbing skripsi.
x
ABSTRAK
Maro, Ajeng Virga Sawitri. 2017. Implementasi Etika Profesi Keguruan di Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 1 Salatiga Tahun 2017. Skripsi. Jurusan
Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh M.Si.
Kata Kunci: Implementasi, Etika profesi keguruan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi etika profesi
keguruan di SMK N 1 Salatiga tahun 2017. Rumusan masalah pada penelitian ini.
1) Bagaimana implementasi etika profesi keguruan di SMK N 1 Salatiga tahun
2017? 2) Apa kendala yang dihadapi guru SMK N 1 Salatiga dalam implementasi
etika profesi keguruan tahun 2017?
Untuk menjawab pertanyaan diatas, peneliti menggunakan penelitian
kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode
wawancara, metode observasi, dan metode dokumentasi. Objek penelitian adalah
guru SMK N 1 Salatiga, staf karyawan dan pesera didik.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan : 1) etika profesi keguruan di SMK
N 1 Salatiga dapat diterapkan dengan cukup baik, didukung dengan adanya
kebiasaan yang diterapkan disekolah serta peraturan yang bukan hanya untuk siswa
tapi juga untuk guru dan karyawan. 2) kendala yang dihadapi guru dalam
menerapkan etika profesi keguruan di SMK N 1 Salatiga yaitu : a) kurangnya
pengetahuan tentang etika profesi keguruan yang sebenarnya b) perbedaan pola
fikir dan karakter guru c) lingkungan kerja yang kurang mendukung.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN BERLOGO .................................................................................. i
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................. v
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
ABSTRAK ......................................................................................................... x
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Fokus Penelitian ............................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 4
D. Kegunaan Penelitian......................................................................5
E. Penegasan Istilah…………………………………………………6
F. Metode Penelitian ……………………………………………….7
G. Sistematika Penulisan……………………………………………11
xii
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Kajian Pustaka .................................................................................................. 13
A. Pengertian Etika Profesi Keguruan .............................................. 13
B. Status Guru .................................................................................. 22
a. Status Personal………………………………………………23
b. Status Profesional …………………………………………..24
c. Status Sosial………………………………………………...25
C. Peran dan Fungsi Guru ................................................................ 26
D. Profesi Keguruan ……………………………………………….29
A. Kode Etik Profesi Keguruan ……………………………….29
E. Sikap Profesional Keguruan Terhadap Peserta Didik ………….35
F. Etika Guru Terhadap Rekan Sejawat …………………………..37
G. Etika Guru Terhadap Masyarakat ………………………………38
BAB III PAPARAN DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian ......................... 41
a. Keadaan Fisik Sekolah ....................................................... 43
b. Keadaan Lingkungan Sekolah ............................................ 47
c. Fasilitas Sekolah ................................................................. 48
d. Penggunaan Sekolah ........................................................... 53
e. Keadaan Guru Siswa .......................................................... 53
f. Pelaksanaan Tata Tertib ..................................................... 53
g. Bidang Pengelolaan Administrasi. ..................................... 53
h. Tata Tertib Guru dan Karyawan SMK N 1 Salatiga. ......... 54
xiii
i. Daftar Guru SMK N 1 Salatiga ………………………….55
j. Jumlah Siswa dan Table Kelas …………………………..59
k. Gambaran Umum Informan ……………………………...61
B. Hasil Temuan Penelitian Wawancara .......................................... 64
C. Hasil Temuan Penelitian Observasi …………………………….70
BAB IV PEMBAHASAN
1. Implementasi Etika Profesi Keguruan di Sekolah Menengah
Kejuruan N 1 Salatiga ………………………………………...74
2. Kendala yang dihadapi guru SMK N 1 Salatiga dalam
mengimplementasikan etika profesi keguruan ………...........77
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................... ...... .................80
B. Saran-saran ................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 82
LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN OBSERVASI
PEDOMAN WAWANCARA
IDENTITAS RESPONDEN
DATA PRIBADI
DOKUMENTASI
SURAT IJIN PENELITIAN
SURAT KETERANGAN DARI SEKOLAH
NOTA PEMBIMBING
LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI
SKK
xiv
DAFTAR TABEL
TABEL 1. Daftar Guru SMK N 1 Salatiga …………………………… 55
TABEL 2. Daftar siswa kelas X SMK N 1 Salatiga ………………….. 59
TABEL 3. Daftar siswa kelas XI SMK N 1 Salatiga …………………. 60
TABEL 4. Daftar siswa kelas XII SMK N Salatiga …………………... 60
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Guru ialah orang yang bertugas mengajar peserta didik. Dalam
kamus besar bahasa Indonesia pun diungkapkan bahwa pengertian guru
adalah orang yang pekerjaannya mengajar (Alwi, 2002: 377) . Itulah
pengertian guru secara bahasa, sedangkan secara istilah Ahmad Tafsir
mengungkapkan bahwa guru adalah orang yang bertanggungjawab terhadap
berlangsungnya proses pertumbuhan dan perkembangan potensi peserta
didik, baik potensi kognitif maupun potensi psikomotoriknya (Wiyani,
2015:27). Sedangkan menurut Ahmad D. Marimba menjelaskan bahwa
guru adalah orang yang memikul tanggungjawab untuk mendidik, yaitu
manusia dewasa yang karena hak dan kewajibannya bertanggungjawab
terhadap pendidikan si terdidik (Wiyani, 2015:27).
Guru sebagai figur sentral dalam pendidikan, haruslah dapat
diteladani akhlaknya di samping kemampuan keilmuan dan akademisnya.
Selain itu, guru haruslah mempunyai tanggung jawab dan keagamaan untuk
mendidik anak didiknya menjadi orang yang berilmu dan berakhlak
mengingat banyaknya tuntutan yang harus dipenuhi oleh seorang guru mulai
dari tuntutan sebagai tenaga pendidik secara profesional yang mencakup
hal-hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan sampai hal yang berkaitan
dengan akhlak serta etika dalam mengajar dan bertingkah laku dalam
kehidupan sehari-hari.
2
Berdasarkan definisi diatas, maka guru dapat diartikan sebagai orang
dewasa yang bekerja sebagai pendidik dan pengajar bagi peserta didik di
sekolah agar peserta didik dapat menjadi sosok yang berkarakter, berilmu
pengetahuan, serta terampil mengaplikasikan ilmu pengetahuannya.
Pengertian guru tersebut menunjukan bahwa guru memiliki tugas sebagai
pendidik dan pengajar. Sebagai seorang pendidik, guru mentransfer nilai
dengan harapan agar peserta didiknya menjadi pribadi yang berkarater.
Kemudian sebagai pengajar, guru mentransfer pengetahuan dan
keterampilan agar peserta didik menguasai berbagai ilmu pengetahuan serta
mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Tugas guru yang demikian itulah yang nampaknya menjadikan
orang-orang seperti orang Jawa mengartikan guru sebagai sosok yang
digugu lan ditiru. Digugu berarti ucapannya selalu didengarkan
diperhatikan, dan diindahkan oleh orang yang mendengarnya. Sedangkan
ditiru berarti perilaku guru akan selalu dilihat dan dicontoh oleh orang lain.
Namun kini muncul sentilan bahwa guru bukan lagi menjadi sosok yang
digugu lan ditiru tetapi menjadi sosok yang wagu tur saru. Wagu karena
antara ucapan dan perbuatannya berbeda. Sedangkan saru karena memang
perbuatannya tergolong perbuatan buruk yang tidak pantas untuk ditiru oleh
orang lain. Khususnya peserta didiknya. Akibatnya muncul pula semboyan
guru kencing berdiri, murid kencing berlari (Wiyani, 2015:29).
Itulah problem yang kini tengah dihadapi oleh para guru, di beberapa
sekolah masih banyak ditemukan ada oknum guru yang mengabaikan
3
tugasnya sebagai pendidik yang mentransfer nilai dan lebih mengedepankan
mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didiknya. Contohnya seperti
melakukan hal-hal yang kurang baik atau kasar dan melontarkan kata-kata
yang seharusnya tidak pantas dilontarkan oleh seorang guru. Alhasil kini
muncullah peserta didik yang cerdas secara intelektual tetapi miskin akan
kecerdasan spiritual dan belum menjadi pribadi yang berkarakter. Itulah
sebabnya harus ada kesadaran pada diri guru maupun calon guru bahwa
tugas guru bukan hanya mengajar tetapi juga mendidik peserta didiknya
dengan memberikan suri tauladan yang baik.
Adapun indikator etika profesi keguruan mencakup tiga aspek yang
pertama yaitu etika terhadap murid, guru harus berprilaku secara
professional dalam melaksanakan tugas mendidik, mengajar dan
membimbing, guru harus menjalin hubungan baik dengan peserta didik dan
selalu taat pada norma sosial, norma kebudayaan, moral dan agama. Kedua
yaitu etika profesi keguruan dengan orang tua atau wali peserta didik, guru
harus bisa menjalin kerjasama yang baik dalam rangka menunjang proses
pendidikan. Yang ketiga adalah etika profesi keguruan dengan teman
sejawat, guru harus saling memotivasi dalam hal kebaikan, dan saling
mengingatkan serta dapat bekerjasama dalam mewujudkan cita-cita
bersama.
Untuk dapat menjadi suri tauladan yang baik maka guru harus
beretika dalam mematuhi berbagai norma yang berlaku dimana ia berada
dalam kehidupan sehari-harinya baik itu norma agama, norma hukum,
4
norma sosial, dan norma-norma lainnya yang berlaku di dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara (Wiyani, 2015:30). Dengan melihat banyaknya
tuntutan yang harus dilakukan sebagai seorang guru, penulis tertarik untuk
meneliti bagaimana IMPLEMENTASI ETIKA PROFESI KEGURUAN DI
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 SALATIGA TAHUN
2017.
2. Fokus Penelitian
Penelitian ini memfokuskan pada hal-hal sebagai berikut:
a. Bagaimana implementasi etika profesi keguruan di SMK N 1
Salatiga tahun 2017?
b. Apa kendala yang dihadapi guru di SMK N 1 Salatiga dalam
implementasi etika profesi keguruan tahun 2017?
3. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan fokus penelitian yang telah dikemukakan diatas,
penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk mendiskripsikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui implementasi etika profesi keguruan di SMK
N 1 Salatiga tahun 2017.
2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi guru di SMK N 1
Salatiga dalam mengimplementasikan etika profesi keguruan
tahun 2017.
5
4. Kegunaan penelitian
1. Manfaat teoritik
Manfaat yang dicapai dari hasil penelitian adalah sebagai
bahan pengembangan khazanah kajian keilmuan teoritis terkait etika
profesi keguruan yang dimiliki oleh mahasiswa, khususnya
mahasiswa lulusan IAIN Salatiga.
2. Manfaat praktis.
A. Dapat dijadikan sebagai masukan dalam upaya meningkatkan kualitas dan
mutu pendidikan di lembaga terkait.
B. Bisa dijadikan sebagai bahan acuan untuk terus mengabdi dan meningkatkan
profesionalitas profesi keguruan.
C. Dapat mengembangkan kemampuan meneliti suatu permasalahan dan
menemukan solusi.
5. Penegasan Istilah
Untuk menghindari timbulnya berbagai interpretasi dan membatasi
ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan
beberapa pengertian yang terkandung dalam judul skripsidi atas, yaitu:
a. Implementasi
Implementasi merupakan penerapan sesuatu yang memberikan
dampak (Susilo, 2007: 174). Jadi dapat disimpulkan bahwa
6
implementasi adalah penerapan dari sebuah rencana yang disusun secara
matang, terperinci dan memberikan hasil.
b. Etika Profesi Keguruan
Etika merupakan suatu ilmu yang mempelajari perbuatan baik dan
perbuatan buruk manusia yang dapat diterima oleh akal sehat. Sebagai
ilmu, etika mencari kebenaran mengenai perbuatan manusia. Sebagai
filsafat, etika mencari keterangan secara radiks mengenai kebaikan
perbuatan manusia. Kemudian sebagai ilmu dan filsafat, etika
menghendaki ukuran yang umum untuk semua perbuatan manusia.
Tujuannya adalah mencari ukuran tersebut dan bagaimana manusia
seharusnya berbuat (Wiyani, 2015: 1). Etika sebagai ilmu mengkaji
mana perbuatan manusia yang tergolong baik dan mana perbuatan
manusia yang tergolong buruk malalui akal.
Profesi adalah suatu pekerjaan yang dilakukan oleh seorang ataupun
kelompok orang dengan bekal pengetahuan, keahlian, dan keterampilan
yang dimilikinya. Sedangkan guru diartikan sebagai orang yang
pekerjaannya mengajar. Sedangkan keguruan adalah perihal yang
menyangkut pengajaran, pendidikan, dan metode pengajaran. Jadi
keguruan adalah berbagai hal yang berhubungan dengan tugas pekerjaan
seorang guru (Wiyani, 2015: 57), maka profesi keguruan dapat diartikan
dengan pekerjaan sebagai seorang guru yang bertugas mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, dan menilai peserta
7
didik dengan bekal pengetahuan, keahlian, dan keterampilan yang
dimilikinya.
Jadi yang dimaksud dengan judul penelitian adalah, penerapan nilai-
nilai yang sesuai dengan etika profesi dan lingkungan sekitar dalam
melaksanakan tugas sebagai seorang guru baik ditempat bekerja dengan
teman sejawat dan peserta didik ataupun sebagai masyarakat dalam
mematuhi nilai dan norma yang berlaku dalam berbangsa dan bernegara.
6. Metode Penelitian
1. Pendekatan Dan Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan karena meneliti
fenomena yang ada di lapangan atau masyarakat dan memusatkan
perhatian pada suatu kasus secara intensif dan terperinci mengenai latar
belakang keadaan sekarang yang dipermasalahkan (Asmani, 2011:66)
Selanjutnya, penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif, yaitu penelitian yang mempunyai maksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya
perilaku, sikap, motivasi, dan lain-lain dengan cara deskripsi dalam
bentuk kata-kata. Penelitian kualitatif menggunakan pendekatan
naturalistik untuk mencari dan menemukan pengertian tentang fenomena
dalam suatu layar berkonteks khusus (Moelong, 2008:5).
8
2. Kehadiran Peneliti
Hubungan peneliti dengan subyek dalam penelitian kualitatif peneliti
secara aktif berinteraksi secara pribadi. Proses pengumpulan data dapat
diubah dan hal itu tergantung pada situasi (Moleong, 2004:30). Pada
penelitian kualitatif ini, kehadiran penelitian mutlak diperlukan. Hal ini
dikarenakan instrument penelitian dalam penelitian kualitatif adalah
penelitian itu sendiri. Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif
cukup rumit, ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan
data, analisis penafsiran data, dan pada akhiranya ia menjadi pelapor
hasil penelitiannya (Moleong,2008:168).
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada guru SMK N 1 Salatiga pada tahun
2017 di SMK N 1 Salatiga.Penelitian dilakukan dalam rentang waktu
Juli-Agustus 2017 di SMK N 1 Salatiga.
4. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini meliputi:
1. Data primer yakni data yang diperoleh langsung dari tempat
penelitian. Menurut Lofland dalam (Moleong 2011:157) sumber
data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan
tindakan. Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau
diwawancarai. Data utama dalam penelitian ini adalah waka
9
kurikulum, kepala bidang ketenagakerjaan dan guru SMK N 1
Salatiga
2. Data sekunder digunakan peneliti untuk memperkuat dan
melengkapi informasi yang di dapat dari data utama. Dalam
penelitian ini yang dijadikan data sekunder adalah berbagai
dokumen penunjang seperti penilaian dari peserta didik, tata
tertib guru, informasi tentang sekolah, dan foto-foto
dokumentasi.
5. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan berbagai cara
yakni:
a. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang,
melibatkan seorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang
lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan
tujuan tertentu (Mulyana, 2010: 180). Wawancara merupakan
percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh
dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu
(Moleong, 2009:186).
Wawancara ini merupakan bentuk komunikasi langsung
dalam bentuk tanya jawab dalam hubungan tatap muka. Dalam
10
wawancara ini peneliti langsung mewawancarai guru-guru secara
langsung untuk memperoleh informasi dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan dengan bertujuan agar guru menyampaikan
pendapat tentang implementasi etika profesi keguruan.
b. Observasi
Observasi adalah alat atau cara yang dilakukan untuk
mendapatkan informasi baru yang dapat diuji kebenarannya.
Sehingga pada penelitian ini peneliti memutuskan untuk
menggunakan teknik observasi sebagai salah satu cara pengumpulan
data. Adapun obsevasi yang dipilih adalah observasi partisipatif
pasif yakni peneliti datang ditempat kegiatan orang yang diamati,
tetapi tidak ikut dalam kegiatan tersebut.
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu,
dokumen bisa berbentuk gambar, tulisan. Dalam penelitian ini,
peneliti sengaja menggunakan dokumen sebagai alat pelengkat dari
observasi, dan kuisioner. Adapun yang akan menjadi alat
pelengkapnya adalah dokumentasi tentang kegiatan profesi
keguruan di lingkungan sekolah, dokumentasi kegiatan penelitian,
dokumen tentang sejarah lokasi penelitian dan lain sebagainya.
11
6. Analisis Data
Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasi data, memilah-milahnya menjadi satuan
yang dapat dikelola, mensinstesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menempatkan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong,,
2009:248). Pada tahap ini hasil penelitian dianalisis sesuai dengan fokus
penelitian.
7. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penjelasan, pemahaman dan penelaahan
terhadap pokok-pokok permasalahan yang akan dikaji maka perlu adanya
sistematika penulisan sehingga pembahasan akan lebih sistematis dan
runtut.
Bab 1: Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, penegasan isltilah, metode penelitian dan sistematika
penulisan.
Bab II: Landasan Teori
Berisi tentang pembahasan mengenai etika profesi keguruan, hakikat dan
kode etik keguruan, etika guru terhadap peserta didik, etika guru terhadap
rekan sejawat dan etika guru terhadap masysrakat.
Bab III: Paparan dan Temuan Penelitian
12
Berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian dan temuan penelitian serta
analisis data.
Bab IV: Pembahasan
Berisi tentang pembahasan hasil temuan penelitian
Bab V: Penutup
Penulisan skripsi ini diakhiri kesimpulan dan saran.
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian Etika Profesi Keguruan
Kata etika sudah tidak asing lagi di telinga kita. Dalam kehidupan
sehari-hari, baik itu di lingkungan keluarga maupun di lingkungan
masyarakat, kita sering sekali menyebutkan kata etika. Setiap kali kata
etika kita sebut, maka biasanya hal itu merujuk pada suatu perbuatan
yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang. Akar kata etika
ialah ethos (Yunani) yang berarti kebiasaan, watak, perasaan, sikap, cara
berpikir, tempat tinggal, dan padang rumput. Bentuk jamak dari ethos
adalah ta etha yang berarti ada kebiasaan. Dalam bahasa latin, ethos itu
disebut dengan mores (mufradnya : mos). Dari kata latin inilah berasal
kata moral yang pengertiannya berbeda dengan etika. Moral dalam
bahasa Indonesia disebut dengan susila. Secara istilah moral merupakan
perbuatan yang sesuai dengan ide-ide yang umum diterima manusia,
mana yang baik dan mana yang wajar. Ide-ide tersebut bisa berasal dari
norma agama maupun norma adat.
Etika merupakan suatu kata benda, pada bahasa Inggris kata etika
disebut dengan ethic yang berarti system of moral principles or values,
mudahnya dapat diartikan dengan tata susila. Sementara itu, pada kamus
besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa etika adalah ilmu mengenai
apa yang baik dan apa yang buruk serta mengenai hak dan kewajiban
14
moral atau akhlak. Secara lebih detail, Sidi Gazalba menyajikan
pengertian etika seperti berikut ini:
1. Etika adalah kaidah-kaidah rasa moral dan ajaran filsafat tetang
ruhani.
2. Etika adalah ilmu tentang tingkah laku manusia.
3. Etika merupakan bagian filsafat yang mengembangkan teori
mengenai tindakan-tindakan, alasan-alasan tindakan, tujuan-
tujuan tindakan, dan arah tindakan.
4. Etika adalah ilmu tentang filsafat moral, tidak mengenai fakta
tetapi mengenai nilai-nilai, tidak mengenai sifat tindakan
manusia tetapi mengenai idenya.
5. Etika adalah ilmu tentang moral yang mengkaji mengenai
prinsip-prinsip dan kaedah moral mengenai tindakan dan
kelakuan.
Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa etika merupakan
suatu ilmu yang mempelajari perbuatan baik dan perbuatan buruk
manusia yang dapat diterima oleh akal sehat.Sebagai ilmu, etika
mencari kebenaran mengenai perbuatan manusia.Sebagai filsafat,
etika mencari keterangan secara radiks mengenai kebaikan perbuata
manusia. Kemudian sebagai ilmu dan filsafat, etika menghendaki
ukuran yang umum untuk semua perbuatan manusia. Tujuannya
15
adalah mencari ukuran tersebut dan bagaimana manusia seharusnya
berbuat.
Selanjutnya dalam Surat Edaran (SE) Mendikbud dan
Kepala BAKN Nomor 57686/ MPK/ 1989 guru ialah pegawai negeri
sipil (PNS) yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab oleh
pejabat yang berwenang untuk melaksanakan penidikan di sekolah,
termasuk hak yang melekat dalam jabatan. Pada pasal 39 (2) UU
Nomor 20 Tahun 2003 pendidik merupakan tenaga professional
yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, terutama pada pendidik pada
perguruan tinggi.
Pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai
hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama
bagi pendidik pada perguruan tinggi (pasal 3). Guru sebagai figur
sentral dalam pendidikan, haruslah dapat diteladani akhlaknya di
samping kemampuan keilmuan dan akademisnya. Selain itu, guru
haruslah mempunyai tanggung jawab dan keagamaan untuk
mendidik anak didiknya menjadi orang yang berilmu dan berakhlak.
Secara etimologi kosa kata ‘guru’ berasal dari kosa kata yang sama
16
dari bahasa India yang artinya “orang yang mengajarkan tentang
kelepasan dari sengsara. Dalam tradisi Agama Hindu, guru dikenal
sebagai ‘maha resi guru’. Yakni para pengajar yang bertugas untuk
menggembleng para calon biksu di bhinaya panti (tempat
pendidikan bagi para biksu). Rabindranath Tagore (1861-1941),
menggunakan istilah Shanti Niketan atau rumah damai untuk tempat
para guru mengamalkan tugas muliaya membangun spiritualitas
anak-anak bangsa di India. Dalam bahasa Arab, kosa kata guru
dikenal dengan al-mu’alim atau al-ustadz yang bertugas membrikan
ilmu dalam majelis taklim (tempat memperoleh ilmu). Dengan
demikian, sama dengan pengertian guru dalam bahasa Hindu. Al-
mu’alim atau al-ustadz dalam hal ini memiliki pengertian yakni
orang yang memiliki tugas untuk membangun aspek spiritualitas
manusia. Pengertian guru kemudian menjadi semakin luas, tidak
hanya terbatas dalam kegiatan keilmuan yang bersifat kecerdasan
spiritual dan kecerdasan intelektual., tetapi juga menyangkut
kecerdasan kinestetik jasmaniah, seperti guru tari, guru olahraga,
guru senam dan guru musik.
Semua kecerdasan itu pada hakikatnya juga menjadi bagian
dari kecerdasan ganda sebagaimana telah dijelaskan oleh para pakar
psikologi terkenal Howard Gardner (Suparlan, 2004:36). Dengan
demikian, guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya terkait
dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua
17
aspeknya, baik spiritual, emosional, intelektual, fisikal, maupun
aspek lainnya. Dalam bahasa teknis edukatif guru terkait dengan
kegiatan untuk mengembangkan peserta didik dalam ranah kognitif,
afektif, dan psikomotorik.
Dari aspek lain, beberapa pakar pendidikan telah menoba
memberikan batasan atau definisi untuk merumuskan pengertian
tentang guru. Definisi ini dirumuskan dari pengertian etimologi atau
menurut pandangan umum yang telah dijelaskan di depanguru
adalah orang yang kerjanya mengajar. Dengan definisi ini guru
diberi makna yang sama sebangun dengan pengajar
(Poerwadarminta 1996: 335). Dengan demikian, pengertian guru ini
hanya menyebutkan satu sisi sebagai pengajar, tidak termasuk
pengertian guru sebagai pendidik atau pelatih. Sedangkan Zakiyah
Darajat menyatakan bahwa guru adalah pendidik professional,
karena guru itu telah menerima dan memikul beban dari orang tua
untuk ikut mendidik anak-anak (Darajat, 1992:39). Dalam hal ini,
orang tua harus tetap sebagai pendidik yang pertama dan utama bagi
anak-anaknya, sedangkan guru adalah tenaga professional yang
membantu orang tua untuk mendidik anak-anak pada jenjang
pendidikan sekolah. Secara legal formal, yang dimaksudkan guru
adalah siapa yang memperoleh surat keputusan (SK), baik dari
pemerintah atau swasta, untuk melaksanakan tugasnya, dan karena
18
itu memiliki hak dan kewajiban untuk melaksanakan kegiatan
belajar mengajar di lembaga pendidikan sekolah.
Untuk menyatukan pandangan dari berbagai sudut pandang
tersebut, kita dapat mencoba untuk menjawab pertanyaan siapa guru
itu dengan dua pandangan. Pertama, dalam pandangan umum, guru
adalah siapa saja yang melaksanakan tugas sebagai pengajar,
pendidik, dan pelatih, baik yang dilaksanakan dalam lembaga
pendidikan keluarga formal, maupun informal. Dalam konteks ini,
guru adalah siapa saja yang melaksanakan misi untuk
mencerdasakan anak-anak bangsa sesuai dengan potensi yang
dimiliki. Kedua, dalam pandangan khusus, Surat Edaran (SE)
Mendikbud dan Kepala BAKN Nomor 57686/MPK/1989
menyatakan lebih spesifik bahwa, “Guru ialah pegawai negeri sipil
(PNS) yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab oleh
pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pendidikan di sekolah
(termasuk hal yang melekat dalam jabatan)”.
Sedangkan dalam percakapan sehari-hari sering terdengar
istilah profesi atau professional. Seorang mengatakan bahwa
profesinya sebagai dokter, yang lain mengatakan bahwa profesinya
sebagai arsitek, atau ada pula sebagai pengacara, guru, dan ada juga
yang mengatakan bahwa profesinya sebagai pedagang, penyanyi,
petinju, penari, tukang koran, dan sebagainya. Para staf dan
karyawan instansi militer dan pemerintah juga tidak henti-hentinya
19
menyatakan akan meningkatkan keprofesionalitasannya. Ini berarti
bahwa jabatan mereka adalah suatu profesi juga.
. Ornstein dan Levine (1984) menyatakan bahwa profesi itu
adalah jabatan yang sesui dengan pengertian profesi di bawah ini:
1. Melayani masyarakat, merupakan karir yang akan dilaksanakan.
Sepanjang hayat (tidak berganti-ganti pekerjaan).
2. Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu diluar
jangkauan khalayak ramai (tidak setiap orang dapat
melakukannya).
3. Menggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari teori ke praktek
(teori baru dikembangkan dari hasil penelitian)
4. Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang.
5. Terkendali berdasarkan lisensi baku dan atau mempunyai
persyaratan masuk (untuk menduduki jabatan tersebut
memerlukan izin tertentu atau ada persyaratan khusus yang
ditentukan untuk dapat mendudukinya).
6. Otonomi dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup kerja
tertentu (tidak diatur oleh orang luar ).
7. Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dan
untuk kerja yang ditampilkan yang berhubungan dengan layanan
yang diberikan (langsung bertanggung jawab terhadap apa yang
20
diputuskannya, tidak dipindah ke atasan atau instansi yang lebih
tinggi). Mempunyai sekumpulan unjuk kerja yang baku.
8. Mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien dengan
menekan kepada layanan yang diberikan.
9. Menggunakan administrator untuk memudahkan profesinya.
Relative bebas dari supervise dalam jabatan.
10. Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri.
11. Mempunyai asosiasi professional atau kelompok ‘elit’ untuk
mengetahui dan mengakui keberhasilan anggotanya.
12. Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang
meragukan atau yang menyangsi yang berhubungan dengan
layanan yang diberikan.
13. Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari public dan
kepercayaan diri setiap anggotanya.
14. Mempunyai status social dab ekonomi yang tinggi.
Tidak jauh berbeda dengan ciri-ciri di atas, Sanusi (Suparlan
2004:37) mengutarakan ciri-ciri utama suatu profesi itu sebagai
berikut:
1. Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan sigifikansi sosial yang
menentukan.
2. Jabatan yang menuntut keterampilan/keahllian tertentu.
21
3. Keterampilan/keahlian yang dituntut jabatan itu dapat melalui
pemecahan masalah dengan menggunakan teori dan metode
ilmiah.
4. Jabatan itu berdasarkan pada batang tubuh disiplin ilmu yang
jelas, sistematik, eksplisit, yang bukan hanya sekedar pendapat
khalayak umum.
5. Jabatan itu memerlukan pendidikan tingkat perguruan tinggi
dengan waktu yang cukup lama.
6. Proses pendidikan untuk jabatan itu juga merupakan aplikasi dan
sosialisasi nilai-nilai professional itu sendiri.
7. Dalam memberikan layanan kepada masyarakat, anggota profesi
itu berpegang teguh pada kode etik yang dikontrol oleh
organisasi profesi.
8. Tiap anggota profesi mempunyai kebebasan dalam memberikan
judgement terhadap permasalahan profei yang dihadapinya.
9. Dalam prakteknya melayani masyarakat, anggota profesi
otonom dan bebas dari campur tangan orang luar.
10. Jabatan ini mempunyai prestise yang tinggi dalam masyarakat,
dan oleh karenanya memperoleh imbalan yang tinggi pula.
Bila dibandingkan kriteria yang dipakai Sanusi et al. ini dengan
kriteria Ornstein dan Levine yang dibicarakan lebih dahulu, dapat kita
22
simpulkan bahwa keduanya hampir mirip, dan saling melengkapi, dan
oleh karenanya dapat kita pakai sebagai pedoman dalam pembicaraan
selanjutnya.
Jadi yang dimaksud dengan etika profesi keguruan adalah,
penerapan nilai-nilai yang sesuai dengan etika profesi dan lingkungan
sekitar dalam melaksanakan tugas sebagai seorang guru baik ditempat
bekerja dengan teman sejawat dan peserta didik ataupun sebagai
masyarakat dalam mematuhi nilai dan norma yang berlaku dalam
berbangsa dan bernegara.
2. Status Guru
Konon guru dipandang memiliki status, peran, dan fungsi sangat
tinggi dan mulia. Sebagai contoh, guru dipandang memiliki status,
peran, dan fungsi setingkat dengan ‘manusia setengah dewa’. Guru
memiliki status dan tugas yang paling sulit, karena pekerjaannya adalah
membuat anak didik memahami. Membuat seseorang mengerti adalah
pekerjaan yang paling sulit.
Dalam buku bertajuk “Teachers in a changing world” karya
Dugumarti Bhaskara Rao (Suparlan,2004: 40) dijelaskan secara
skematis tentang status guru, baik secara pribadi, makhluk social,
maupun secara professional. Itulah sebabnya, maka Rao membagi
status guru menjadi tiga yakni status personal, status professional
dan status social. Ketiga status guru tersebut memiliki implikasi
23
terhadap tugas dan tanggung jawab, serta kebutuhan yang perlu
dipenuhi karena status yang melekat tersebut.
a. Status personal
1. Self esteem artinya memiliki harga diri sebagai guru.
2. Vision artinya visi, yaitu memiliki pandangan, wawasan, dan
atau cita-cita tentang masa depan.
3. Commitment artinya memiliki kepedulian dan kemauan yang
keras untuk melaksanakan tugasnya sebagai seorang guru.
4. Conviction artinya memiliki keyakinan diri atau percaya diri
untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.
5. Aspiration artinya keinginan diri tentag sesuatu yang dicita-
citakan dalam melaksanakan tugasnya.
6. Dignity artinya memiliki harkat dan martabat sebagai
pendidik untuk melaksanakan tugasnya sesuai dengan
ketentuan moral dan hukum yang berlaku.
b. Status professional
9. Responsibility artinya memiliki rasa tanggung jawab yang
tinggi untuk melaksanakan tugasnya dengan sebbaik-
baiknya.
10. Autonomy artinya memiliki kemandirian untuk
melaksanakan tugasnya.
24
11. Accountability artinya rasa tanggung jawab terhadap
proses dan hasil dalam pelaksanaan tugasnya.
12. Competence artinya memiliki kompetensi dalam
melaksanakan tugasya sesuai denga standar yang telah
ditentukan.
13. Knowledge artinya memiliki pengetahuan yang luas dan
keahlian untuk dapat mengemban tugasnya.
14. Teacher Reaserch artinya dapat merancang dan
melaksanakan penelitian tentang pelaksanaan tugasnya
sebagai guru.
15. Publication artinya dapat menyampaikan laporan tentang
pelakanaan tugasnya atau menerbitkan tulisan atau hasil
pelaksanan tugasnya terhadap public.
16. Professional organization artinya secara aktif dapat
mengikuti kegiatan organisasi pembinaan profesionalisme
guru.
17. Participative management artinya dapat bereperan serta
aktif dalam kegiatan yang terkait dengan pendidikan dan
guru.
25
c. Status Sosial
12. Salary artinya menerima dan memiliki gaji yang memadai
sesuai dengan beban tugasnya.
13. Minimum working standart artinya memperoleh standar
ketja yang layak selaras dengan statusnya.
14. Welfare and fringe benefits artinya memperoleh
kesejahteraan yang memadai dan insntif tambahan yang
wajar sesuai tanggung jawabnya sebagai guru.
15. Respect artinya memperoleh penghargaan dari
masyarakat.
16. Communit standing artinya memperoleh dan dapat
melaksanakan kerjasama kemitraan dengan steakholder
pendidikan, kususnya orang tua siswa dan masyrakat.
17. Trust artinya memperoleh kepercayaan dari masyarakat.
18. Leadership artinya dipandang sebagai panutan bagi warga
masyarakat.
Dalam melaksanakan peran dan tugasnya, guru memiliki
berbagai status yang dapat diklasifikasikan antara lain sebagai
berikut. Guru sebagai pegawai negeri sipil, guru sebagai tenaga
profesi, guru sebagai pemimpin social.
26
3. Peran dan Fungsi Guru
Guru memiliki satu kesatuan peran dan fungsi yang tidak
terpisahkan, antara kemampuan mendidik, membimbing, mengajar,
dan melatih. Keempat kemampuan tersebut merupakan kemampuan
integrative, yang satu tidak dapat dipidahkan dengan yang lainnya.
Misalnya, seseorang yang dapat mendidik tetapi tidak memiliki
kemampuan membimbing, mengajar, dan melatih, maka ia tidak dapat
disebut sebagai guru yang paripurna. Seterusnya, seseorang yang
memiliki kemampuan mengajar, tetapi tidak memiliki kemampuan
mendidik, membimbing, dan melatih, juga tidak dapat disebut sebagai
guru sebenarnya. Guru harus memiliki kemampuan tersebut, keempat-
empatnya secara paripurna. Keempat kemampuan tersebut secara
terminologys akademis dapat dibedakan antara satu dengan yang lain.
Namun, dalam kenyataan praktik dilapangan, keempat hal tersebut
harus menjadi satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisah-pisah.
Meskipun demikian, seorang guru adalah manusia biasa. Ia sama
sekali bukan manusia super yang tanpa cacat. Guru adalah manusia
biasa yang sekaligus memiliki kelebihan dan kekurangan. Itulah
sebabnya, keempat kemampuan harus dimiliki oleh seorang guru
berada dalam generasi yang beraneka ragam. Ada guru yang memiliki
kelebihan dalam satu kemampuan, tetapi kurang dalam kemampuan
yang lainnya. Sebagai contoh. Ada guru yang dapat dijadikan panutan
dalam tingkah laku siswa, tetapi sedikit kurang mengetahui ilmu
27
pengetahuan yang akan ditransfer melalui proses belajar. Demikian
seterusnya, dengan kemampuan membimbing atau melatih.
Secara ideal, seorang guru sebaiknya memang harus memiliki
banyak pengetahuan dan keterampilan. Namun kompetensi akademis
pokok yang harus dimiliki adalah sebagai guru pengajar, yakni lebih
memiliki kemampuan dalam mentransfer ilmu pengetahuan dan
teknologi pada peserta didik. Adapun kemampuan yang lainnya
sebagai pendukung terhadap kemampuan utamanya tersebut yakni;
1. Guru sebagai pendidik, guru lebih banyak sebagai sosok panutan
yang memiliki nilai moral dan agama yang patut ditiru dan
diteladani oleh siswa.
2. Guru sebagai pengajar, guru diharapkan memiliki pengetahuan
yang luas tentang disiplin ilmu yang harus diampu untuk
ditransfer kepada siswa.
3. Guru sebagai pembimbing, guru juga perlu memiliki kemampuan
untuk dapat membimbing siswa, memberikan dorongan
psikologis agar siswa dapat menepikan factor-faktor internal dan
factor eksternal yang akan mengganggu proses pembelajaran
didalam dan diluar sekolah, serta memberikan arah dan
pembinaan karis siswa sesuai dengan bakat dan kemampuan
siswa.
28
4. Sebagai pelatih, guru harus memberikan sebanyak mungkin
kesempatan bagi siswa untuk dapat menerapkan konsepsi atau
teori kedalam praktik yang akan digunakan langsung dalam
kehidupan.
4. Profesi keguruan
1. Kode Etik Profesi Keguruan
Setiap profesi, seperti telah dibicarakan dalam bagian terdahulu
harus mempunyai kode etik profesi. Dengan demikian, jabatan
dokter, notaris, arsitek, guru dan lain-lain yang merupakan bidang
pekerjaan profesi sendiri mempunyai kode etik. Sama halnya dengan
kata profesi sendiri, penafsiran tentang kode etik juga belum
memiliki pengertian yang sama. Sebagai contoh, dapat dicantumkan
beberapa pengertian kode etik, antara lain:
1. Pengertian kode etik
Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang
Pokok-Pokok Kepegawaian.Pasal 28 Undang-Undang ini
dengan jelas menyatakan bahwa “pegawai Negeri Sipil
mempunyai Kode Etik sebagai pedoman sikap, tingkah laku dan
perbuatan di dalam dan di luar kedinasa.” Dalam penjelasam
Undang-Undang tersebut dinyatakan bahwa dengan adanya
Kode Etik ini, pegawai negeri sipil sebagai aparatur Negara,
abdi Negara, dan abdi masyarakat mempunyai pedoman sikap,
29
tingkah laku, dan perbuatan dalam melaksanakan tugasnya dan
dalam pergaulan hidup sehari-hari. Selanjutnya, dalam Kode
Etik Pegawai Negeri Sipil itu digariskan pula prinsip-prinsip
pokok tentang pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pegawai
negeri. Dari uraian ini dapat kita simpulkan, bahwa kode etik
merupakan pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan di
dalam melaksanakan tugas dan dalam hidup sehari-hari.
Dalam pidato pembukaan Kongres PGRI XIII, Basuni
sebagai ketua Umum PGRI menyatakan bahwa Kode Etik Guru
Indonesia merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku
guru warga PGRI dalam melaksanakan panggilan
pengabdiannya bekerja sebagai guru (PGRI, 1973). Dari
pendapat Ketua Umum PGRI ini dapat ditarik kesimpulan
bahwa dalam Kode Etik Guru Indonesia terdapat dua unsur
pokok yakni: (1) sebagai landasan moral. (2) sebagai pedoman
tingkah laku.
Dari uraian tersebut kelihatan, bawa kode etik suatu
profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap
anggota profesi di dalam melaksanakan tugas profesinya dan
dalam hidupnya di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi
petunjuk bagi para anggota profesi tentang bagaimanan mereka
melaksanakan profesinya dan larangan-larangannya, yaitu
ketentuan-ketentuan tentang apa yang tidak boleh diperbuat atau
30
dilaksanakan oleh mereka, melainkan juga menyangkut tingkah
laku anggota profesi pada umumnya dalam pergaulannya
sehari-hari di masyarakat.
2. Tujuan Kode Etik
Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu
profesi adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan
organisasi profesi itu sendiri. Secara umum tujuan mengadakan
kode etik adalah sebagai berikut (R. Hermawan S, 1970):
1. Untuk menjunjung tinggi martabat dan profesi. Setiap kode
etik akan melarang berbagai bentuk tindakan atau kelakuan
anggota profesi yang dapat mencemarkan nama baik
profesi terhadap dunia luar.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para
anggotanya. Kode etik juga sering mengandung peraturan-
peraturan yang bertujuan membatasi tingkah laku yang
tidak pantas atau tidak jujur bagi para anggota profesi dalam
berinteraksi dengan sesama rekan anggota profesi.
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
Sehingga para anggota profesi dapat dengan mudah
mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdiannya
dalam melaksanakan tugasnya.
31
4. Untuk meningkatkan mutu profesi. Untuk meningkatkan
mutu profesi kode etik juga memuat norma-norma dan
anjuran agar para anggota profesi selalu berusaha untuk
meningkatkan mutu pengabdian para anggotanya.
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi, maka
diwajibkan kepada setiap anggota untuk secara aktif
berpartisipasi dalam membina organisasi dan kegiatan-
kegiatan yang dirancang organisasi.
Dari uraian ditarik kesimpulan bahwa tujuan suatu profesi
menyusun kode etik adalah untuk menjunjung tinggi martabat
profesi, menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota,
meningkatkan pengabdian anggota profesi, dan meningkatkan
mutu profesi dan mutu organisasi profesi.
3. Kode Etik Guru Indonesia
Kode Etik Guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai
himpunan nilai-nilai dan norma-norma profesi guru yang
tersusun dengan baik dan sistematik dalam suatu system yang
utuh dan bulat. Fungsi Kode Etik Guru Indonesia adalah
sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru
warga PGRI dalam menunaikan tugas pengabdian sebagai
guru, baik dalam maupun di luar sekolah serta dalam
kehidupan sehari-hari di masyarakat. Dengan demikian, maka
32
Kode Etik Guru Indonesia merupakan alat yang amat penting
untuk pembentukan sikap professional para anggota profesi
keguruan.
Sebagaimana halnya dengan profesi lainnya, Kode Etik Guru
Indonesia ditetapkan dalam suatu kongres yang dihadiri oleh
seluruh utusan Cabang dan Pengurus Daerah PGRI dari
seluruh penjuru tanah air, pertama dalam kongres XIII di
Jakarta tahun 1973, dan kemudian disempurnakan dalam
Kongres PGRI XVI tahun 1989 juga di Jakarta, adapun teks
Kode Etik Guru Indonesia yang telah disempurnakan tersebut
adalah sebagai berikut.
4. Naskah Kode Etik Guru Indonesia
Guru Indonesia menyadari, bahwa pendidikan adalah
bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, bangsa,
dan Negara, serta kemanusiaan pada umumnya. Guru
Indonesia yang berjiwa pancasila dan setiap pada Undang-
Undang Dasar 1945, turut bertanggung jawab atas
terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia 17 Agustus 1945. Oleh sebab itu, Guru Indonesia
terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan memedomi
dasar-dasar sebagai berikut:
33
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk
membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa
Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik
sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.
4. Guru menciptaka suasana sekolah sebaik-baiknya yang
menunjang berhasilnya proses belajar-mengajar.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan
masyarat sekitarnya untuk membina peran peserta dan rasa
tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan
meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan
dan kesetiakawanan social.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu
organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam
bidang pendidikan.
34
5. Sikap Profesional Keguruan Terhadap Peserta Didik
Dalam Kode Etik Guru Indonesia dengan jelas ditulis bahwa : Guru
berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia
Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila. Dasar ini mengandung
beberapa prinsip yang harus dipahami oleh seorang guru dalam
menjalankan tugasnya sehari-hari, yakni: tujuan pendidikan nasional,
prinsip membimbing, dan prinsip pembentuk manusia Indonesia
seutuhnya.
Tujuan pendidikan nasional dengan jelas dapat dibaca dalam UU
No.2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni membentuk
manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila. Prinsip lain ialah
membimbing peserta didik, bukan mengajar, atau mendidik saja.
Pengertian membimbing seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar
Dewantara dala sitem amongan. Tiga kalimat padat yang terkenal dari
system itu ialah ing ngarso sungtulodo, ing madyo mangun karso, tut
wuri handayani. Ketiga kalimat itu mempunyai arti bahwa pendidikan
harus dapat memberi contoh, harus dapat memberikan pengaruh, dan
harus dapat mengendalikan peserta didik. Dalam tut wuri terkandung
maksut membiarkan peserta didik menuruti bakat dan kodratnya
sementara guru memperhatikannya. Dalam handayani, berarti guru
mempengaruhi peserta didik, dalam arti membimbing atau
mengajarnya. Dengan demikian membimbing mengandung arti sikap
menentukan kearah pemebentukan manusia Indonesia seutuhnya yang
35
berjiwa pancasila, dan bukanlah mendikte peserta didik., apalagi
memaksanya menurut kehendak sang pendidik. Motto tut wuri
handayani sekarang telah diambil menjadi motto dari Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Prinsip manusia seutuhnya dalam kode etik ini memandang
manusia sebagai kesatuan yang bulat, utuh baik jasmani maupun rohan,
tidak hanya berilmu tinggi tetapi juga bermoral tinggi pula. Guru dalam
mendidik seharusnya tidak hanya mengutamakan pengetahuan atau
perkembangan intelekual saja, tetapi juga harus memperhatikan
perkembangan seluruh pribadi peserta didik, baik jasmani, rohani,
sosial maupun lainnya yang sesuai dengan hakikat pendidikan. Ini
dimaksud akan nantinya peserta didik dapat menjadi manusia yang
mampu menghadapi tantangan dalam kehidupan sebagai insan dewasa.
Peserta didik tidak dipandang sebagai objek semata yang haus tunduk
dan patuh pada kemauan guru. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan
sebagai seorang guru dalam memperlakukan peserta didik yakni, guru
harus memahami perbedaan individu peserta didik, guru harus bisa
menjalin komunikasi dengan peserta didik, guru harus memandang
positif peserta didik, serta guru juga harus bisa menilai kemampuan
peserta didik secara objektif dan tidak ketingggalan bahwa guru dituntut
untuk dapat menjadi teladan bagi peserta didik.
36
6. Etika Guru Terhadap Rekan Sejawat
Sekolah adalah sebuah organisasi, dimana di dalamnya terdapat
sekumpulan manusia yang bekerja secara bersama-sama untuk
mencapai suatu tujuan. Sekumpulan manusia tersebut adalah guru dan
tenaga kependidikan, sedangkan tujuan tersebut adalah visi sekolah
yang hendak dicapai. Keberhasilan sekolah mencapai visinya sangat
ditentukan oleh kemampuan guru dalam bekerjasama. Adapun faktor-
faktor yang harus dimiliki oleh seorang guru terhadap rekan sejawat
antara lain adalah, guru harus bisa mengenal dan memahami
kepribadian rekan sejawat agar bisa saling bekerja sama. Ada beberapa
faktor yang menjadikan guru enggan saling bekerja sama dalam
mencapai tujuan sekolah seperti adanya pembedaan antara guru senior
dan guru junior, adanya pembedaan perlakuan antara guru PNS dan Non
PNS, adanya ketidakjelasan aturan kerja sekolah, adanya ketidaksamaan
visi sekolah, adanya kelompok-kelompok tertentu di sekolah, dan lain
sebagainya. Itulah sebabnya, sebaiknya guru berupaya untuk saling
mengenal dan memahami kepribadian rekan sejawatnya agar perbedaan
kepribadian antara mereka tidak menjadi jurang pemisah yang
menghambat mereka untuk saling bekerjasama. Menjalin silaturahmi
dengan rekan sejawat dapat dapat dijadikan sebagai cara yang
digunakan oleh guru untuk mengenal dan memahami kepribadian rekan
sejawatnya.
37
Faktor selanjutnya adalah menjalin komunikasi dengan rekan
sejawat untuk kepentingan penddikan. Sama seperti manusia lainnya,
guru juga merupakan makhluk social. Ketika menjalankan tugasnya
sebagai pendidik dn pengajar, guru memerlukan bantuan orang lain,
termasuk guru lainnya. Hal itu dapat dilakukan oleh guru manakala ia
bisa bekerjasama dengan guru lainnya. Selain dengan modal mengenal
dan memahami kepribadian rekan sejawatnya, kerjasama juga dapat
dengan mudah dilakukan oleh guru manakala ia dapat menjalin
komunikasi dengan rekan sejawatnya baik komunikasi personal,
komunikasi kelompok, maupun komunikasi masa. Faktor selanjutnya
yakni melakukan persaingan kerja yang positif dengan rekan sejawat
serta mengelola konflik dengan rekan sejawat.
7. Etika Guru Terhadap Masyarakat
Adapun etika yang harus dimiliki seorang guru terhadap masyarakat
anata lain adalah menyesuaikan diri dengan adat istiadat masyarakat.
Kata masyarakat sudah sangat familiar ditelinga. Masyarakat adalah
sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu
kebudayaan yang mereka anggap sama. (alwi, 2002:721). Berdasarkan
pengertian tersebut maka masyarakat dapat diartikan sebagai
sekelompok individu yang berbeda pada suatu wilayah yang terikat oleh
suatu adat-istiadat di wilayah tersebut. Eksistensi adat istiadat pada
suatu masyarakat dipengaruhi oleh agama yang dianut masyarakat,
38
budaya yang dibuat oleh masyarakat, norma-norma yang dipatuhi oleh
masyarakat, dan mata pencaharian masyarakat. Adat-istiadat disetiap
wilayah yang ditempati oleh suatu masyarakat pun berbeda-beda.
Perbedaan tersebut menjadikan seorang individu, termasuk guru
harus bisa menyesuaikan diri dengan adat-istiadat masyarakat di mana
ia tinggal, menyesuaikan diri dengan adat-istiadat masyarakat di sekitar
sekolah tempat ia mengajar, maupun menyesuaikan diri dengan adat-
istiadat masyarakat lainnya yang sering ia singgahi. Ada beberapa
langkah yang dapat dilakukan oleh guru agar ia dapat menyesuaikan diri
dengan masyarkat yakni antara lain adalah menjalin komunkasi dan
kerjasama dengan masyarakat. Komunikasi antara guru dengan
masyarakat dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
Namun sebaiknya guru memilih berkomunikasi secara langsung dengan
masyarakat, itu dikarenakan dalam hidup bermasyarakat guru dituntut
untuk lebih intens bertatap muka, bertemu, berkumpul, dan berbicara
mengenai berbagai hal positif dengan masyarakat.Langkah selanjutnya
adalah menjadi partisipan dalam lembaga atau organisasi
kemasyarakatan misalnya menjadi partisipan maupun pengurus karang
taruna, koprasi unit desa dan lain sebagainya.
Kemudian dalam keseharian di masyarakat, guru juga harus bisa
menjadi sosok yang ucapannya “digugu” atau didengar dan perilakunya
ditiru oleh masyarakat. Mudahnya guru harus bisa menjadi teladan bagi
masyarakatnya. Belajar dari apa yang telah dilakukan oleh Nabi
39
Muhammad Saw, keberhasilan beliau dalam membentuk masyarakat
Madinah yang berkarakter adalah karena beliau menjadi ssosok yang
bisa diteladani oleh masyarakat.
40
BAB III
PAPARAN DAN TEMUAN PENELITAN
Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian.
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Salatiga berdiri pada tanggal 25 Mei
tahun 1968 berdasar SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor: 191/UUK-3/1969 yang pada waktu itu berisi tentang memberi
peningkatan status SMEA persiapan menjadi SMEA Negeri. Sehingga,
berdasarkan keputusan Menteri tersebut, SMEA persiapan Salatiga menjadi
SMEA Negeri Salatiga.
Awalnya, SMEA Negeri masih menumpang di gedung SMEP Negeri
Salatiga atas dasar jasa baik dari Kepala SMEP Negeri Salatiga yang
meminjamkan 4 lokal untuk SMEA Negeri. Kegiatan pembelajaran di sini
dilakukan pada siang hari. Dan pada tahun selanjutnya, SMEA Negeri
menempati gedung bangsal kesenian milik SPG Negeri Salatiga. Meskipun
sudah tidak masuk siang lagi, pada saat melakukan kegiatan pembelajaran di
gedung ini sering terjadi keributan karena ruang yang luasnya berkisar 300m2 ini
dibagi menjadi lima ruangan dengan sekat dinding bambu yang masih
berlubang-lubang sehingga terjadi polusi suara.
Pada tahun 1970 SMEA Negeri Salatiga mendapat pinjaman 4 lokal lagi
milik SMA Negeri di Jalan Kemiri walaupun dengan syarat masih harus
menyelesaikan bangunannya terlebih dahulu. Kendala baru yang ditemui adalah
transportasi guru karena para guru harus mondar mandir dari kelas yang berada
41
di SPG Negeri ke kelas yang ada di SMA Kemiri kurang lebih 2 km dengan
hanya mengayuh sepeda.
SMEA Negeri Salatiga yang masih diliputi dengan penuh perjuangan, pada
tahun 1973 atas perkenaan Bapak Walikotamadya Salatiga, yang pada saat itu
dijabat oleh Bapak Letkol. S.Soegiman diberi izin untuk menempati gedung
bekas Sekolah Cina milik BAPERKI yang digunakan untuk proses belajar
mengajar. Pada mulanya gedung hanya terdiri dari enam lokal saja, yang
kemudian seiring bertambah tahun dengan adanya bantuan BP, Pemda setempat,
dana pelita 1983 dan 1984, ruang-ruang belajar tersebut di rehab sehingga
menjadi lebih baik. Pada akhirnya SMEA Negeri Salatiga telah selesai
dibangunkan oleh Negara. Gedung yang baru di lokasi Desa Kembangarum
kurang lebih luas tananhnya 15.000 m2 dan ruang teori ada 18 kelas. Kemudian,
SMEA Negeri Salatiga menempati gedung barunya pada tanggal 1 Agustus
1992. Boyongan keluarga besar SME Negeri Salatiga beserta alat-alatnya
dilaksanakan dengan upacara yang dihadiri pula oleh Bapak Kakanwil
Depdikbud Propinsi Jateng beserta ibu dan para pejabat setempat. Pada saat
boyongan, baru kelas I dan kelas II yang pindah ke lokasi baru, adapun kelas III
tetap berada di lokasi Jl. Jend. A. Yani 14 Salatiga hingga akhir Maret 1993.
Pengembangan SMK 1 menjadi SMK Besar terjadi pada tahun pertama
2004-2005 menerima 10 kelas, terdiri dari akuntansi 2 kelas, Administrasi
Perkantoran 2 kelas, Penjualan 2 Kelas, Tata Busana 2 kelas, Tata Boga 2 Kelas,
dan Tata Kecantikan 1 kelas. Pada Tahun kedua dan ketiga (2005-2006 dan
2006-2007) penerimaan siswa baru sebanyak 12 kelas, masing-masing program
42
keahlian 2 kelas, sehingga komposisi kelas saat ini yaitu kelas I 12 kelas, kelas
II 12 kelas, dan kelas III 10 kelas. Total kelas di SMK Negeri Salatiga saat ini
adalah 34 kelas.
`1. Keadaan Fisik Sekolah
Luas tanah dan denah
SMK Negeri 1 Salatiga yang beralamat di Jalan Nakula Sadewa I/3
Kel Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga memiliki luas tanah
keseluruhan 15.795 m2. Denah sekolah (*terlampir).
Ruang kelas
Ruang-ruang kelas di SMK Negeri 1 Salatiga berukuran standar
sesuai standar Permen Diknas No. 20 Tahun 2008 yaitu 18 x 9 m. Ruang
kelas ini sudah layak digunakan untuk proses belajar mengajar dengan
kapasitas menampung sebanyak 36 siswa. Jumlah ruang kelas di SMK
Negeri 1 Salatiga yaitu sebanyak 39 kelas.
Ruang laboratorium
Terdapat dua ruang laboratorium di SMK Negeri 1 Salatiga yaitu
meliputi laboratorium umum dan laboratorium kejuruan. Laboratorium
umum antara lain Lab Komputer/KKPI, Lab. Bahasa, Lab. Ipa, Lab
Kesenian, Lab. Agama, Lab. Olahraga (lapangan). Sedangkan
laboratorium kejuruan adalah sebagai berikut:
1. Lab. Perkantoran (Lab. Mengetik, Lab. Model kantor, Lab.
Perkantoran, Lab. Multimedia) = 10 x 12 m.
43
2. Lab. Pemasaran (Lab. Pembelajaran dan lab. Pertokoan) = 10 x
12 m.
3. Lab Akutansi (Lab akutansi) = 10 x 12 m.
4. Lab. Kecantikan (Lab. Kecantikan Rambut) = 10 x 12 m.
5. Lab. Busana (Lab. Menjahit dengan mesin cepat dan lab.
Menjahit dengan mesin biasa/manual) = 9 x 12 m.
6. Lab. Boga (Lab. Kitchen dan lab. pastry) = 9 x 12 m
Bangunan Fisik
1. Ruang kelas luasnya 252 m2
2. Ruang kepala sekolah luasnya 24 m2
3. Ruang guru luasnya 120 m2
4. Ruang tata usaha luasnya 84 m2
5. Ruang BP luasnya 35 m2
6. Ruang laboratorium
7. Ruang UKS luasnya 30 m2
8. Masjid dengan luas 105 m2
9. Ruang aula dengan luas 288 m2
10. Perpustakaan dengan luas 170 m2
11. Ruang OSIS dengan luas 28 m2
Lain-Lain
44
Ruang toko
Ruang toko terdiri atas kantin dan koperasi. Kantin di SMK
Negeri 1 Salatiga diberi nama kantin kejujuran. Kantin ini menjual
makanan, minuman dan perlengkapan kebutuhan sehari-hari.
Sedangkan koperasi menjual perlengkapan siswa disetiap unit
produksinya.
Ruang fotocopy
Ruang fotocopy luasnya 8 m2. Ruangan ini berfungsi untuk
memberikan pelayanan akses fotocopy untuk seluruh warga sekolah
SMK Negeri 1 Salatiga. Penugasannya dilakukan oleh siswa kelas
XI.
Ruang bank mini
Ruang bank mini melayani transaksi menabung karena bank mini
ini bertujuan untuk melatih siswa siswi agar gemar menabung. Bank
mini selain melayani siswa juga melayani guru dan karyawan.
Penugasannya dilakukan oleh siswa kelas XI.
Ruang penggandaan
Ruang ini berisi kumpulan data-data tiap ruang di SMK Negeri 1
Salatiga yang nantinya akan dikirim ke Dinas sebagai penjaaminan
mutu.
Kamar mandi
Kamar mandi di SMK Negeri 1 Salatiga jumlahnya sudah cukup
memadai. Lokasi kamar mandi terdiri atas 3 tempat yang mana
45
lokasi 1 digunakan untuk guru dan karyawan, dan lokasi 2, 3
digunakan untuk semua siswa.
Lapangan olahraga
Lapangan olahraga terdiri atas dua tempat yaitu lapangan basket
dan lapangan voli. Lapangan basket luasnya 427,5 m2, sedangkan
lapangan voli luasnya 162 m2.
Green house
Green house merupakan rumah kaca yang didalamnya terdapat
banyak tanaman hijau yang sengaja dirawat sebagai bentuk
kepedulian terhadap lingkungan dan juga sebagai wahana untuk
belajar.
Lahan parkir
Fasilitas lainnya yaitu tempat parkir. Tempat parkir yang tersedia
yaitu tempat parkir bagi karyawan, guru, tamu dan siswaa. Untuk
parkir guru dan karyawan berada di samping, tamu di depan ruang
TU dan siswa di bagian dalam.
Tempat komposing/ daur ulang
Tempat ini digunakan sebagai tempat komposing atau tempat
mendaur ulang sampah yang bukan anorganik.
2. Keadaan Lingkungan Sekolah
Jenis bangunan yang mengelilingi sekolah
Jenis bangunan yang mengelilingi SMK Negeri 1 Salatiga yaitu
kawasan pemukiman warga perkampungan dan kompleks perumahan.
46
Perkampungan yang mengelilingi SMK Negeri 1 Salatiga yaitu
perkampungan Kembang Arum.
Kondisi lingkungan sekolah
Tingkat kebersihan : kebersihan lingkungan sekolah bersih. Hal ini
dikarenakan sekolah menyediakan tempat sampah yang mencukupi
dan tersebar di setiap ruang dan lingkungan sekolah. Semua warga
sekolah SMK Negeri 1 Salatiga memiliki perhatian dan kepedulian
yang penuh akan kebersihan sekolah.
Tingkat kebisingan: Tingkat kebisingan ssekitar sekolah normal.
Bahkan jalan raya yang ada didekat sekolah tidak terlalu ramai
sehingga tidak menimbulkan kebisingan seperti jalan raya pada
umumnya.
Sanitasi: sanitasi lingkungan sekolah sudah cukup memadai. Tidak
terdapat sampah yang berserakan disekitar sekolah, proses
pembuangan sampah/TPS dilingkungan sekitar dikelola oleh
masyarakat dan pihak pengelola sampah oleh pemerintah.
Jalan penghubung dengan sekolah: kondisi jalan penghubung
disekolah dapat dikatakan baik. Kualitas jalan sudah diaspal
semua. Selain itu, letak SMK Negeri 1 Salatiga juga strategis
sehingga memudahkan dalam hal transportasi umum maupun
pribadi.
47
Kondisi masyarakat sekitar: Pemukiman warga perkampungan.
Kebanyakan warganya bekerja sebagai pegawai negeri dan
wiraswasta.
3. Fasilitas Sekolah
Ruang Kepala Sekolah
Ruang kepala sekolah terpisah dari ruang guru. Kepala sekolah
memiliki ruangan sendiri dengan maksud salah satunya agar kepala
sekolah dapat lebih konsentrasi dalam penyelenggaraan
kepemimpinan di sekolah. Fasilitas yang ada di ruang kepala sekolah
yaitu: perabot meneler, laptop, printer, telephone, 1 set sofa, jam
dinding, kamar mandi dalam, serta wifi.
Ruang guru
Ruang guru memiliki luas 120 m2 dengan jumlah satu buah. Di
SMK Negeri 1 Salatiga ruang guru difasilitasi perabotan mebeler,
komputer, printer, dispenser, jam dinding, loker, wifi.
Ruang BK dan BP
SMK Negeri 1 Salatiga juga memiliki ruang BK yang
menyediakan fasilitas berupa bimbingan penyuluhan atau
bimbingan konseling dengan tujuan untuk membantu para siswa
agar dapat mengembangkan potensi yang dimiliki siswa tersebut
dengan seoptimal mungkin dengan cara pemahaman diri,
pemahaman nilai, dan pemahaman pembahasan lingkungan. Adapun
fungsi BK sendiri adalah:
48
1. Menciptakan suasana tertentu agar tidak timbul masalah yang
dapat mengganggu PBM dan pengembangan dirinya.
2. Menyalurkan siswa ke bidang studi yang sesuai dengan bakat,
minat siswa.
Ruangan BK yang memiliki luas 35 m2 ini memberikan
pelayanan bimbingan serta peenyuluhan kepada seluruh siswa.
Pelayanan ini tentunya diberikan oleh guru BK SMK Negeri 1
Salatiga sesuai dengan jadwal pelajaran para siswa yang dilakukan
secara teratur, terencana dan berkesinambungan. Fasilitas yang ada
di ruang BK ini adalah perangkat mebeler, ruang tamu, komputer,
printer, jamdinding, loker dan wifi.
Ruang Tata Usaha
Ruang tata usaha yang melayani administrasi bagi siswa
memiliki luas 84 m2. Guna melakukan pelayanan administrasi
tersebut, ruang TU di beri fasilitas seperti halnya ruang lain yang
meliputi kursi staf, mesin fax, perabotan mebeler, komputer, printer,
jam dinding, kipas angin, dispenser, loker dan wifi.
Ruang OSIS
Ruang OSIS memiliki luas 28 m2, ruangan ini digunakan
sebagai tempat organisasi para siswa yang belajar di SMK Negeri 1
Salatiga di bawah wewenang pihak sekolah, OSIS juga digunakan
sebagai penyalur aspirasi dari siswa. Ruangan OSIS dilengkapi
49
dengan berbagai fasilitas antara lain Kursi, meja, komputer,almari
dan papan tulis pengurus.
Perpustakaan
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Salatiga memiliki
sebuah perpustakaan yang luasnya 170 m2 bersebelahan dengan
ruang BP. Ruang perpustakaan ini terbagi atas dua bagian yaitu
ruangan baca dan ruangan ketua perpustakaan. Perpustakaan ini
melayani peminjaman buku-buku pelajaran yang dibutuhkan oleh
siswa dan guru. Selain itu, perpustakaan juga memberi pelayanan
kepada pegawai yang memerlukan tambahan ilmu pengetahuan
ataupun hanya sekedar untuk mengisi waktu luang.
Koleksi buku-buku yang tersedia di perpustakaan antara lain
yaitu buku-buku paket dai Depdiknas sebagai buku pegangan dalam
pembelajaran pokok, buku pelengkap buku paket, buku cerita fiksi
(bukan bacaan), serta buku-buku lainnya yang dapat dijadikan
sebagai sumber belajar dan menambah ilmu pengetahuan.
Pengolahan koleksi perpustakaan sekolah dilakukan sejak buku tiba
diperpustakaan sampai tersusun rapi di rak dan siap digunakan oleh
siswa, guru maupun karyawan.
Untuk proses peminjaman buku dilayani oleh petugas
perpustakaan. Perpustakaan SMK Negeri 1 Salatiga ini memiliki
koleksi buku yang lengkap sehingga dapat menjadi salah satu faktor
pendorong tercapainya tujuan pendidikan. Fasilitas-fasilitas yang
50
ada di perpustakaan meliputi perangkat mebeler, komputer, jam
dinding, papan tata tertib di perpustakaan, papan program, almari
loker, rak koran, LCD, DVD, televisi, loker tas, globe, buku
pengunjung dan masih banyak lagi.
Dalam rangka mengetahui jumlah pengunjung perpustakaan,
petugas perpustakaan selalu mengadakan pencatatan dalam sebuah
buku. Selain itu, peraturan tata tertib peminjaman buku diberlakukan
karena untuk menjaga ketertiban dalam peminjaman buku serta
menjaga keutuhan koleksi buku perpustakaan SMK Negeri 1
Salatiga mengingat setiap tahunnya koleksi buku non paket selalu
mengalami peningkatan.
Laboratorium
Laboratorium SMK Negeri 1 Salatiga berjumlah 10 buah yang
terdiri dari 4 laboratorium umum dan 6 laboratorium kejuruan.
Empat laboratorium umum yaitu lab. Komputer, lab. Bahasa dan lab
olahraga dua buah (lapangan basket dan lapangan voli). Sedangkan
6 laboratorium kejuruan yaitu laboratorium administrasi
perkantoran, lab. Pemasaran, lab. Akuntansi, lab. Tata Kecantikan,
lab. Tata Busana, lab. Tata Boga.
Laboratorium ini digunakan sebagai tempat meningkatkan
kualitas siswa siswi SMK Negeri 1 Salatiga. Para siswa dituntut
tidak hanya bisa menguasai teori namun juga harus bisa menerapkan
dan mempraktekan teori yang dikuasai tersebut. Masing- masing
51
laboratorium memiliki fasilitas sesuai dengan bidangnya masing-
masing yang secara keseluruhan sudah memiliki alat-alat praktikum
yang lengkap.
Ruang Aula/ Gedung serba guna
Ruang aula atau ruang gedung serba guna digunakan sebagai
tempat pelaksanaan acara-acara besar. Luas aula SMK Negeri 1
Salatiga 288 m2 memiliki fasilitas berupa panggung dan sound
system.
Green House
Rumah kaca atau green house SMK Negeri 1 Salatiga memiliki
fasilitas berupa peralatan bercocok tanam, berbagai macam
tumbuhan hidup yang dikembangkan dan dirawat di green house ini,
serta pupuk-pupuk yang diperlukan untuk merawat tanaman
didalamnya.
4. Penggunaan Sekolah
Ada tidaknya sekolah lain yang menggunakan sekolah tersebut
Bangunan sekolah hanya digunakan oleh pihak SMK Negeri 1
Salatiga, tidak ada sekolah atau lembaga lain yang ikut
menggunakan bangunan sekolah tersebut.
Pembagian jam KBM
Pembagian jam KBM di SMK Negeri 1 Salatiga dilakukan sesuai
dengan jadwal dari jurusan masing-masing, waktu KBM pukul
52
07.00-15.45 dan dilaksanakan lima hari kerja yaitu hari Senin
sampai degan hari Jumat. Sekolah menggunakan sistem masuk pagi.
5. Keadaan Guru dan Siswa
1. Jumlah guru dan sebarannya menurut mata pelajaran (terlampir).
2. Jumlah siswa dan sebarannya tiap kelas (terlampir).
6. Pelaksanaan tata tertib
1. Tata tertib bagi kepala sekolah
2. Tata tertib bagi guru
3. Tata tertib bagi staf TU dan tenaga kependidikan
4. Tata tertib bagi para siswa
7. Bidang Pengelolaan dan Aministrasi
1. Struktur organisasi sekolah, struktur organisasi kesiswaan
2. Struktur administrasi sekolah, struktur administrasi kelas,
struktur administrasi guru, skomite sekolah dan peranannya.
3. Kalender akademik, jadwal kegiatan pelajaran, kegiatan intra
dan kegiatan ekstra kurikuler
4. Alat bantu PBM
8. Tata tertib guru dan karyawan SMK N 1 Salatiga
a. Masuk kerja dan mentaati ketentuan jam kerja
b. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan.
c. Mengenakan atribut kepegawaian.
53
d. Bersikap baik dihadapan peserta didik, orang tua wali peserta didik,
atasan, bawahan dan rekan sejawat.
e. Menunjang tinggi kode etik profesi keguruan.
f. Mentaati semua peraturan yang dikeluarkan pemerintah bagi PNS.
g. Menjaga nama baik instansi.
h. Menjaga keindahan, kenyamanan serta kebersihan sekolah
9. Daftar Guru SMK N 1 Salatiga
Tabel 1.
No Nama Guru
Hans Wahyudi S.Pd , M.Pd
Bambang Dwi Harsedarto S.Pd , M.Pd
M. Syafi’I S.Ag , S.H, M.Kn
Drs Untoro, M.Pd
Hj. Mutmainah, S.Pd
Budi Sutrisno S.Pd
Tejo Sukmono S.Pd
Dibyo Winarno S.Pd
Widyo Harsono S.Pd
Sri Agustini S.Pd
Tri Rahayu Basuki S.Pd
Fajar Kurniawan S.Pd
Ismawati Siti Sumarahati S.Pd
Erlin wahyu Wardani S.Pd
54
Praheni S.S
Drs. Sensus Sumartono
Drs. Prasetyo Adi
Sutanto, S.Pd
Martana S.Pd
Widi Nurasih S.Pd
Koinah Martini S.Pd
Muhammad Zamzuri S.Pd
Marta Fikariyati S.Pd
Alexandra Tri Wiloso S.Pd
Nugroho Dwi Susanto, S.Si , M.Pd
Sri Hartini S.Pd
Indah Susilowati S.Pd
Adriya Vineta S.Si
Dra. Dyah Purna Wijayanti
Slamet Sudiyanti S.Pd
Supriyanto S.Pd
Farida S.Pd ing
Nur Choiriyah S.Pd
Martia Kurniawati S.Pd
Ari Widyaningsih S.Pd
Danang Prabancoro S.Pd
55
Florens Nur hayati S.kom
Misbahul Munir S.kom
Apriliyandini Rahmawati S.Pd
Uchi Anggraini S.Pd
Tjondro Suwarno, S.Sn
Dedi Purnomo , S.Mus
Antonius Sukidjo
Pdt. Natanael Sugimin
Fictor haruman , SP
Dra. Lina Andraswari
Susilowati S.Pd
Sri Susana S.Pd
Wiwik Endah N S.Pd
Hj. Lilis Juliyanti S.Pd , M.Pd
Drs. Setyo Budi
Muiyati S.Pd
Dra. Budiyati
Drs. Agus Pramono
Drs. H. Niam Abadi
Utami Kusumawardani S.Pd
Sri Makmuri K.M.,S.Pd
Nining Maryaningsih S.Pd
56
Hj. Widadamayanti S.Pd
Suratman S.Pd
R.r laksmi Handayani S.Pd
Drs. Purwanto
Tanti Indriyati S.Pd
Nurul Hidayati S.Pd
Laili Rohmah S.Pd
Kristijani Rahayu M.Pd
Winarsih S.Pd
Tri rahayu S.Pd
Leni Eka damayanti S.Pd
Siti Manzuzatun S.Pd
Wuri Sulandari S.Pd
Siti Zuhriah S.Pd
Puji Nur Zakiyah S.Pd
R. Tubagus Dewiaji S.Pd
Endag Wahyu H. S.Pd
Subiyati Tri S.Pd
Taskiyah S.Pd
Dra. Titik Ruwaidah
Drs. Indriyanto Nugroho
Dra. Yashiroh Meilina
57
Amar Ma’ruf Fahrudin S.Pd MM
Slamet S.Pd
Gendi Dwi Janti S.Pd
Dra. Nunuk Biasati
Yustina Dheni Rismayanti S.Pd
Anita Puspitasari S.Pd
Tuti Triyatmi S.Pd
Awaludin S.Psi
Nur Shodiq S.Pd
Imam Ahmad Shidiqin S.Pd
Danis Eko Suryanto S.Pd
Pardi S.Ag
Wakidatul Umami S.Pdi
Lesti Asih S.Pd
10. Jumlah Siswa / table kelas
Tabel 2.JUMLAH SISWA KELAS 10
No Nama Kelas L P Sub Jumlah
1 X Jasa Boga 1 4 30 34 68
2 X Jasa Boga 2 5 29 34
3 X Tata Kecantikan Rambut 0 34 34 34
4 X Tata Busana 1 0 35 35 69
5 X Tata Busana 2 1 33 34
6 X Akuntansi 1 0 33 33 97
58
7 X Akuntansi 2 2 30 32
8 X Akuntansi 3 2 30 32
9 X Administrasi Perkantoran 1 2 32 34
100 10 X Administrasi Perkantoran 2 2 32 34
11 X Administrasi Perkantoran 3 0 32 32
12 X Pemasaran 1 2 32 34 66
13 X Pemasaran 2 2 30 32
Jumlah 22 412 434 434
Tabel 3. JUMLAH SISWA KELAS 11
No Nama Kelas L P Sub Jumlah
1 XI Jasa Boga 1 4 31 35 68
2 XI Jasa Boga 2 3 30 33
3 XI Tata Kecantikan Rambut 0 26 26 26
4 XI Tata Busana 1 0 35 35 71
5 XI Tata Busana 2 1 35 36
6 XI Akuntansi 1 0 37 37
110 7 XI Akuntansi 2 3 34 37
8 XI Akuntansi 3 0 36 36
9 XI Administrasi Perkantoran 1 0 36 36
104 10 XI Administrasi Perkantoran 2 2 32 34
11 XI Administrasi Perkantoran 3 0 34 34
12 XI Pemasaran 1 0 34 34 70
13 XI Pemasaran 2 1 35 36
Jumlah 14 435 449 449
Table 4. JUMLAH SISWA KELAS 12
No Nama Kelas L P Sub Jumlah
1 XII Jasa Boga 1 3 31 34 68
2 XII Jasa Boga 2 2 32 34
59
3 XII Tata Kecantikan Rambut 0 35 35 35
4 XII Tata Busana 1 0 34 34 68
5 XII Tata Busana 2 0 34 34
6 XII Akuntansi 1 1 35 36
105 7 XII Akuntansi 2 3 32 35
8 XII Akuntansi 3 3 31 34
9 XII Administrasi Perkantoran
1 0 35 35
104 10 XII Administrasi Perkantoran
2 2 33 35
11 XII Administrasi Perkantoran
3 0 34 34
12 XII Pemasaran 1 2 33 35 67
13 XII Pemasaran 2 0 32 32
Jumlah 16 431 447 447
11. Gambaran Umum Informan
Informan dalam penelitian adalah orang yang benar-benar tahu dan
menguasai masalah, serta terlibat langsung dengan masalah penelitian. Pemilihan
informan sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah berdasarkan pada asas
subyek yang menguasai permasalahan, memiliki data, dan bersedia memberikan
informasi lengkap dan akurat. Adapaun informan yang kami pilih adalah waka
kurikulum SMK N 1 Salatiga, kepala bidang ketenagakerjaan SMK N 1 Salatiga,
serta guru, karyawan dan siswa SMK N 1 Salatiga. Adapun identitas informan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
60
Identitas Responden
Nama : Martana S.Pd
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Wakil Kepala Bidang Kurikulum SMK N 1 Salatiga
Identitas Responden
Nama : Dra. Titik Ruwaidah
Jenis Kelamin : Perempuan
Jabatan : Guru mata pelajaran dan wali kelas
Identitas Responden
Nama : Amar Ma’ruf Fahrudin S.Pd MM
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Kepala bagian ketenagakerjaan SMK N 1 Salatiga
Identitas Responden
Nama : Tri Rahayu Basuki S.Pd
Jenis Kelamin : Perempuan
Jabatan : Guru mata pelajaran
Identitas Responden
Nama : Antonius Sukijo
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Guru kerohanian
Identitas Responden
Nama : Drs. Untoro M.Pd
Jenis Kelamin : Laki-laki
61
Jabatan : Guru mata pelajaran
Identitas Responden
Nama : Dra. Dyah Purna Wijayanti
Jenis Kelamin : Perempuan
Jabatan : Guru mata pelajaran
Identitas Responden
Nama : Nugroho Dwi Susanto, S.Si , M,Pd
Jenis kelamin : Laki-laki
Jabatan : Guru mata pelajaran
Identitas Responden
Nama : Dibyo Winarno S.Pd
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Guru mata pelajaran
62
Hasil Temuan Penelitian Wawancara
1. Implementasi etika profesi keguruan di SMK N 1 Salatiga.
Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa seorang guru
harus menjunjung etika profesi keguruannya baik dalam kegiatan belajar
mengajar dengan peserta didik, dengan rekan sejawat maupun ketika berada
di lingkungan masyarakat. Etika profesi seorang guru sangat berpengaruh
terhadap perkembangan peserta didiknya, tugas seorang guru yang dituntut
untuk mengajar dan mendidik bukan hanya mengajarkan bidang akademik
namun juga bidang akhlak dan kepribadian yang membuat seorang guru
harus dapat menjadi sosok yang digugu dan ditiru oleh peserta didiknya.
Sesuai dengan wawancara dengan Bapak Wakil Kepala Bagian Kurikulum
M:
“Setiap bentuk pekerjaan/jabatan memiliki etika mbak. Dan sebelum
seseorang memangku jabatannya maka akan disumpah sesuai dengan kode
etik masing-masing pekerjaan/jabatan. Demikian pula untuk seorang guru.
Dengan demikian kode etik guru merupakan landasan moral (ruh) dan
pedoman dalam perilaku dimanapun ia berada. terutama ketika berada
dilingkungan sekolah, guru menjadi panutan bagi para peserta didiknya
dalam segi apapun. Baik ketika mengajar dikelas, ketika dijalan, dikantor,
dan dimanapun guru harus bisa menjaga etika nya. Dengan etika yang baik
maka peserta didik dapat mencontoh hal yang baik yang nantinya akan
digunakan dalam kehidupan mereka diwaktu yang akan datang.
63
Sehubungan dengan adanya tuntutat etika profesi keguruan ini maka kami
sebagai orang yang kebettulan berprofesi sebagai guru senantiasa
berusaha mentaati kode etik sorang guru dengan baik dimanapun berada.
di lingkungan sekolah ini kami juga memasang visi,misi dan tata tertib baik
untuk guru, karyawan dan siswa agar senantiasa tercipta lingkungan yang
harmonis dan sesuai dengan kode etik kita dalam bekerja ”. (24 Agustus
2017)
Ibu Ida selaku guru Bahasa Inggris Juga menyatakan bahwa:
“Guru yang professional dalam mengimplementasikan etika
profesinya dengan peserta didik harus melakukan hal-hal dibawah ini.
Menghormati bahwa peserta didik merupakan pribadi yang berkembang,
mereka memiliki potensi, keunikan kepribadian yang berbeda-beda. Bila
seorang guru dapat menghormati dan menyayangi mereka maka mereka
juga akan dapat menghormati dan menyayangi guru. Dengan sabar dan
bijaksana bangun keterbukaan sikap dan empati terhadap orang lain dan
biasakan untuk dapat mendengarkan siswa bukan siswa saja yang dituntut
untuk mendengarkan guru. Ibu Ida selalu berusaha untuk menjaga sikap
baik dengan atasan, teman sesame guru, maupun dengan siswa dan
masyarakat disekitar ibu Ida tinggal. Kalau kita selalu berusaha baik dan
menjaga sikap kita maka ibu Ida percaya bahwa lawan kitapun akan begitu
sehingga nanti terciptalah lingkungan yang baik dan teratur dengan begitu
akan tercapai tujuan bersama ”. (24 Agustus 2017)
64
Memang dalam menerapkan etika profesinya, guru juga diatur dengan
adanya beberapa peraturan yang dibuat dan diberlakukan sebagai tata tertib
profesi keguruan. Tata tertib ini akan menjadi salah satu penunjang seorang
guru berprilaku baik dengan siswa dengan rekan sejawat maupun dengan
masyarakat. Peraturan bagi guru dianggap perlu untuk menjadi pegangan
dan acuan agar terciptanya tujuan yang di cita-citakan bersama.
Hal ini sesuai dengan wawancara dengan Bapak Kepala Bagian
Ketenagakerjaan SMK N 1 Salatiga AMS.
“selain tata tertib siswa, kami juga memiliki tata tertib yang harus dipatuhi
oleh semua guru dan karyawan yang berada dibawah instansi SMK N 1
Salatiga. Selain etika profesi keguruan yang telah ditetapkan oleh
Pemerintah yang tertulis dalam Kode Etik Keguruan, setiap guru dan
pegawai disini memiliki tata tertib yang harus dipatuhi dan dijalankan. Tata
tertib sesuai dengan keputusan bersama dan sudah disetujui oleh kepala
sekolah dan sudah dilaksanakan selama bertahun-tahun lamanya. Tata
tertib bagi guru dan karyawan dianggap perlu untuk mengatur serta
menjadi pedoman bagi semua guru dan karyawan dalam bertindak dan
berperilaku demi tercapainya tujuan bersama”. (24 Agustus 2017)
Implementasi etika profesi keguruan tidak hanya diterapkan ketika
proses belajar mengajar dengan peserta didik, namun juga ketika
berinteraksi dengan teman sejawat, atasan maupun dengan masysrakat.
Agar keharmonisan dalam suatu lembaga dapat terjaga dengan baik
interaksi antara semua elemen di lembaga tersebut harus berjalan dengan
65
berkesinambungan. Komunikasi harus selalu terjaga antara satu dengan
lainya. Tidak terkecuali juga di SMK N 1 Salatiga.
Sesuai dengan wawancara dengan guru SMK N 1 Salatiga TR:
“Interaksi yang berlangsung di dalam lingkungan sekolah salah
satunya adalah intraksi antar guru. Hubungan antarguru SMK Negeri 1
Salatiga terjalin dengan baik. Setiap guru saling menyapa antar satu
dengan lainnya sehingga dapat menciptakan suasana kerja yang harmonis.
Hubungan social antara murid dan gurupun terjalin dengan baik. Di
lingkungan sekolah juga terdapat jadwal piket bagi guru yang terbagi
menjadi 2 bagian yaitu piket di ruang loby dan piket menyambut warga
sekolah bersama Kepala Sekolah. Menjaga ruang loby untuk melayani
siswa maupun tamu yang berkunjung di SMK Negeri 1 Salatiga. Piket
menyambut warga sekolah dilakukan saat pagi hari sebelum jam
pelajaran di mulai”. (24 Agustustus 2017)
Diperkuat dengan keterangan dari Bapak AS:
“Bentuk interaksi antara kepala sekolah dengan guru-guru yaitu kepala
sekolah menerapkan 3S (senyum, salam, dan sapa) kepada setiap guru yang
dijumpai baik di dalam limgkungan sekolah maupun di luar sekolah. Kepala
sekolah setiap hari berdiri menyambut para guru, karyawan, dan siswa di
halaman sekolah. Komunikasi terjalin dengan baik antara kepala sekolah
dengan guru. Kepala Sekolah sering berbincang-bincang dan salin tegur
sapa dengan guru, karyawan maupun siswa.” (24 Agustus 2017).
66
Civitas akademika SMKN 1 Salatiga terjalin baik, seperti halnya
interaksi guru dengan staff TU, maupun kepala sekolah dengan staff TU,
dari hasil observasi yang kami dapatkan setiap hari guru mengunjungi
ruang TU guna menyapa para karyawan dan staff TU atau mengambil
keperluan yang terkait dengan proses belajar mengajar seperti daftar
absen siswa maupun keperluan lain yang berkaitan dengan administrasi.
2. Kendala yang dihadapi guru SMK N 1 Salatiga dalam
mengimplementasikan etika profesi keguruan.
Dalam penerapan etika profesi keguruan perlu adanya evaluasi guna
mengetahui kekurangan-kekurangan apa saja yang perlu diperbaiki.
Biasanya kekurangan tersebut berupa kendala-kendala yang muncul
selama proses pelaksanaan penerapan etika profesi keguruan. Dari hasil
pengamatan penelitian kendala tersebut berupa karakteristik guru yang
berbeda, perbedaan pola fikir antar sesama guru dalam menerapkan etika
profesi keguruan serta kurangnya pengetahuan guru tentang etika profesi
keguruan.
Hal ini sesuai dengan wawancara dengan Bp M.
“ada beberapa kendala yang sering kali dihadapi guru dalam
melaksanakan tata tertib dalam rangka mengimplementasikan etika
profesi keguruan. Biasanya kendala kendala berasal dari karakteristik
guru itu sendiri mbak dan dari pemahaman yang berbeda pada setiap guru
mengenai etika profesi keguruan. Latar belakang guru yang berbeda-beda
memiliki kondisi social yang beraneka ragam membuat setiap guru
67
memiliki kepribadian berbeda pula. Dengan kepribadian yang berbeda
inilah yang membuat cara penerapan dari etika profesi keguruan di tiap
guru berbeda”. (24 Agustus 2017)
Ditambah dengan keterangan dari hasil wawancara dengan guru SMK 1
Salatiga Ibu Ida:
“kadang ada beberapa guru yang bertindak tidak sesuai dengan etika
profesi seharusnya, namun karena faktor tidak enak untuk menegur
sesama teman sejawat sehingga kejadiannya berlanjut terus menerus”. (24
Agustus 2017)
Dalam pelaksanaan tata tertib terkadang masih ada beberapa guru yang
melanggar tata tertib yang sudah disepakati bersama. Hal ini dikarenakan
kurangnya kesadaran untuk melaksanakan tata tertib yang ada sehingga
masih ada beberapa guru yang dengan sengaja melanggar tata tertib. Selain
kurangnya kesadaran, hal ini juga dikarenakan pihak atasan yang kurang
tegas dalam menindak oknum guru yang melanggar tata tertib.
Hal ini sesuai dengan wawancara dengan bapak AMS:
“masih ada beberapa guru yang dengan sengaja dan sadar terkadang
melanggar tata tertib dengan berbagai alasan mbak. Pelanggaran biasaya
akan terus berlanjut dikarenakan kurangnya kesadaran para guru juga
karena tidak ada tindakan yang dilakukan sebagai sangsi pelanggaran.
Jadi, oknum guru yang biasanya melanggar tata tertib dan berperilaku
tidak sesuai dengan etika professi keguruan seakan tidak sadar dan tidak
memiliki niat untuk memperbaiki sikapnya”. (24 Agustus 2017)
68
Ditambah lagi dengan karakter peserta didik yang bermacam-macam
terkadang mempengaruhi tindakan para guru. Tidak jarang guru dengan
tidak sadar melakukan hal-hal yang kurang sesuai dengan etika profesi
keguruan karena tindakan peserta didik yang diluar batas. Hal ini sesuai
wawancara dengan ibu TR:
“kadang para guru dibuat bingung dalam menghadapi tingkah peserta
didik. Apalagi untuk peserta didik yang sudah duduk di bangku SMK,
tingkat kenakalannya sudah pasti berbeda sehingga membuat guru
kadang kewalahan untuk menghadapinya. Kadang ada guru yang sampai
tersinggung dengan tingkah peserta didik sehingga tersulut amarahnya
dan dengan tidak sadar melakukan tindakan atau mengeluarkan
perkataan yang kurang pas dengan etika profesi keguruan” (24 Agustus
2017)
Hasil Temuan Penelitian Observasi
Penelitian yang dilakukan ini akan mengamati (observation) mengenai
Implementasi Etika Profesi Keguruan Guru SMK N 1 Salatiga, yang di
antaranya meliputi :
Melakukan pengamatan dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di
kelas.
Melakukan pengamatan dalam kegiatan keprofesian di sekolah baik dengan
teman sejawat, dengan atasan maupun dengan bawahan.
Melakukan pengamatan pada penerapan pembiasaan/keseharian di
lingkungan sekolah yang mencerminkan nilai-nilai etika profesi keguruan.
69
No Aspek yang Diamati Ket
A Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
1 Guru berperilaku secara profesional dalam
melaksanakan tugas didik, mengajar,
membimbing, mengarahkan,melatih,menilai,
dan mengevaluasi proses dan hasil
pembelajaran
2 Guru menjalin hubungan dengan peserta didik
yang dilandasi rasa kasih sayang dan
menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik
yang di luar batas kaidah pendidikan Guru
menjalin hubungan dengan peserta didik yang
dilandasi rasa kasih sayang dan menghindarkan
diri dari tindak kekerasan fisik yang di luar
batas kaidah pendidikan
3 Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan
menjunjung tinggi kebutuhan dan hak-hak
peserta didiknya
4 Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan
tindakan profesionalnya kepada peserta didik
dengan cara-cara yang melanggar norma
sosial, kebudayaan, moral, dan agama
70
5 Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan
tindakan profesional dengan peserta didiknya
untuk memperoleh keuntungan-keuntungan
pribadi
B Hubungan Guru dengan Orangtua/wali Siswa
1 Guru berusaha membina hubungan kerjasama
yang efektif dan efisien dengan Orangtua/Wali
siswa dalam melaksannakan proses pedidikan
2 Guru memotivasi orangtua/wali siswa untuk
beradaptasi dan berpatisipasi dalam
memajukan dan meningkatkan kualitas
pendidikan
3 Guru tidak boleh melakukan hubungan dan
tindakan profesional dengan orangtua/wali
siswa untuk memperoleh keuntungna-
keuntungan pribadi
C Hubungan dengan teman sejawat
Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara
aktif dan kreatif dalam melaksanakan proses
pendidikan
Guru menjunung tinggi martabat
profesionalisme dan hubungan kesejawatan
dengan standar dan kearifan professional
71
Guru membasiskan diri pada nilai-nilai agama,
moral, dan kemanusiaan dalam setiap tindakan
profesional dengan sejawat
Guru mengoreksi tindakan-tindakan sejawat
yang menyimpang dari kaidah-kaidah agama,
moral, kemanusiaan, dan martabat
profesionalnya
72
BAB IV
PEMBAHASAN
Implementasi etika profesi keguruan di SMK N 1 Salatiga.
Etika profesi keguruan sangatlah penting bagi seorang guru. Kode
etik merupakan pedoman sikap, perilaku dan perbuatan didalam
melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari (Chaerul Rochman
2012:108). Seperti di SMK N 1 Salatiga, implementasi etika profesi
keguruan disana memang sangat ditekankan pada setiap tenaga pengajar
baik saat berada di dalam kelas ketika berinteraksi dengan siswa, dengan
teman sejawat maupun dengan masyarakat. Harapannya, dengan etika
profesi keguruan maka setiap guru dapat memberikan pengajaran dan
pendidikan yang sebenarnya kepada siswa baik pendidikan akademik
maupun karakter.
Berdasarkan wawancara dengan Wakil Kepala Bagian
Ketenagakerjaan, setiap bentuk pekerjaan/jabatan memiliki etika dan
sebelum seseorang memangku jabatannya maka akan disumpah sesuai
dengan kode etik masing-masing pekerjaan/jabatan. Demikian pula untuk
seorang guru. Dengan demikian kode etik guru merupakan landasan moral
(ruh) dan pedoman dalam perilaku dimanapun ia berada. terutama ketika
berada dilingkungan sekolah, guru menjadi panutan bagi para peserta
didiknya dalam segi apapun. Baik ketika mengajar dikelas, ketika dijalan,
dikantor, dan dimanapun guru harus bisa menjaga etika nya. Dengan etika
yang baik maka peserta didik dapat mencontoh hal yang baik yang nantinya
akan digunakan dalam kehidupan mereka diwaktu yang akan datang.
73
Salah satu guru SMK N 1 Salatiga juga mengatakan bahwa, Guru
yang professional dalam mengimplementasikan etika profesinya dengan
peserta didik harus menghormati bahwa peserta didik merupakan pribadi
yang berkembang, mereka memiliki potensi, keunikan kepribadian yang
berbeda-beda. Bila seorang guru dapat menghormati dan menyayangi
mereka maka mereka juga akan dapat menghormati dan menyayangi guru.
Dengan sabar dan bijaksana bangun keterbukaan sikap dan empati terhadap
orang lain dan biasakan untuk dapat mendengarkan siswa bukan siswa saja
yang dituntut untuk mendengarkan guru. Karena tugas guru yang
merupakan seorang pendidik, pengajar, pengarah, pelatih, penilai dan
evaluator yang meuntut guru untuk ikut membantu peserta didik
memecahkan masalah serta memberikan pengarahan dan mengembangkan
potensi yang ada didalam dirinya (Wiyani 2015:73).
Kepala Bagian Ketenagakerjaan mengungkapkan bahwa
implementasi etika profesi keguruan di SMK N 1 Salatiga di dukung dengan
adanya berbagai peraturan yang menunjang terlaksananya etika profesi guru
dengan baik. Dengan adanya berbagai peraturan bukan hanya berlaku untuk
peserta didik tetapi juga berlaku untuk guru, maka diharapkan dapat
mendukung terlaksananya implementasi etika profesi keguruan guru SMK
N 1 Salatiga dengan baik sesuai dengan tujuan bersama.
1. masuk kerja dan mentaati ketentuan jam kerja.
2. mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan
3. mengenakan atribut kepegawaian
74
4. bersikap baik dihadapan peserta didik, orang tua wali peserta didik,
atasan, bawahan dan rekan sejawat
5. menjunjung tingi kode etik profesi keguruan
6. menaati semua peraturan yang dikeluarkan pemerinta bagi PNS
7. menjaga nama baik instansi
8. menjaga keindahan, kenyamanan serta kebersihan sekolah
Dari beberapa pendapat tentang bagaimana implementasi etika
profesi keguruan di SMK N 1 Salatiga, maka penulis dapat menyimpulkasn
bahwa setiap elemen di SMK N 1 Salatiga sangat mendukung dan berusaha
menerapkan etika profesi keguruan sesuai dengan porsinya masing-masing.
Penerapan etika profesi keguruan didukung dengan adanya kebiasaan-
kebiasaan yang sudah terlaksana antara lain kebiasaan senyum salam dan
sapa, kebiasaan saling menghormati dan menghargai, kebiasaan dekat
dengan siswa dan teman sejawat, bawahan serta atasan, serta penerapan
aturan bagi guru dan karyawan membuat etika profesi keguruan disini
dinilai terlaksana dengan cukup baik walaupun masi terdapat beberapa
oknum guru, staf maupun karyawan yang melakukan tindakan yang belum
sesuai dengan etika profesi yang sesungguhnya seperti berkata kurang baik,
dan bertingkah laku yang kurang bisa menjadi contoh bagi peserta didik.
Kendala yang di hadapi guru SMK N 1 Salatiga dalam
mengimplementasikan etika profesi keguruan.
75
Dalam menerapkan etika profesi keguruan sudah pasti menemui banyak
kendala, baik kendala internal maupun eksternal. Seperti halnya di SMK N
1 Salatiga, ada beberapa hambatan yang sering ditemui guru dalam
menerapkan etika profesi keguruan mereka. Berikut adalah beberapa
hambatan yang dihadapai:
1. Karakteristik guru yang berbeda
Karakter guru yang berbeda-beda menjadi salah satu kendala yang
dapat menjadi hambatan dalam menerapkan etika profesi keguruan
dengan baik. Perbedaan latar belakang keluarga, ekonomim dan sosial
adalah sebab adanya perbedaan karakteristik setiap guru. Hal inipun
menjadi kendala bagi guru untuk dapat menerapka etika profesi
keguruan, karena adanya perbedaan karakter tiap guru membuat
penerapan etika keprofesiannya menjadi berbeda-beda pula. Ada yang
menerapkan dengan cara yang sesuai ada pula yang menerapkan dengan
cara yang kurang sesuai walaupun maksud dan tujuannya sama. Contoh
penerapan yang kurang sesuai seperti, mengeluarkan kata-kata yang
tidak pantas dalam menegur peserta didik, dan menunjukan perilaku
yang tidak seharusnya dilakukan oleh seorang guru seperti merokok di
area sekolah dan menggunakan kekerasa fisik untuk menegur walaupun
tujuan dari itu adalah untuk kebaikan.
76
2. Pola fikir yang berbeda
Pola fikir atau cara fikir yang berbeda sangat mempengaruhi
penerapan etika profesi keguruan. Perbedaan cara berfikir juga
membuat tindakan yang dilakuakn akan berbeda, tindakan inilah yang
kadang dianggap benar oleh beberapa guru tetapi sebenarnya kurang
tepat. Di SMK N 1 Salatiga, bebrapa oknum guru yang masih
melakukan pelanggaran terhadap etika profesi keguruan adalah
oknum guru yang memiliki watak keras dan kebiasaan yag buruk
sehingga terbawa ketika berinteraksi dengan siswa di sekolah.
Dikarenakan pola berfikir yang berbeda inilah yang membuat guru
terkadang masih melanggar etika namun mereka tidak sadar bahwa
mereka salah.
3. Kurangnya pengetahuan mengenai etika
Pengetahuan mengenai etika profesi keguruan sangat penting
bagi seorang guru. Karena dalam penerapannya, guru tidak akan bisa
menerapkan etika profesi keguruan dengan baik tanpa adanya
pengetahuan yang memadai mengenai etika profesi kegurua.
Kurangnya pengetahuan tentang etika profesi keguruan akan menjadi
kendala apabila seorang guru tidak dengan cepat mencari informasi dan
menambah pengetahuan.
77
4. Lingkungan kerja yang kurang mendukung
Lingkungan tempat bekerja yang kurang mendukung untuk dapat
menerapkan etika profesi keguruan dengan baik misalkan teman
sejawat, atasan maupun peserta didik. Tindakan atasan atau teman
sejawat yang kurang baik kadang secara tdak sadar membuat guru bisa
saja terbawa atau terpengaruh sehingga melakukan tindakan yang
kurang baik pula. Sedangkan peserta didik yang kadang bertindak
diluar batas juga membuat guru terkadang melakukan hal-hal yang
kurang baik bahkan mungkin melanggar etika walaupun tujuannya
adalah untuk kebaikan.
78
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa:
1. Implementasi etika profesi keguruan guru SMK N 1 Salatiga.
Implementasi etika profesi keguruan guru SMK N 1 Salatiga kurang
maksimal dikarenkan masih ada beberapa oknum guru yang melakukan
perbuatan yg kurang sesuai dengan etika profesi keguruan. Penerapan
tata tertib yang berlaku untuk siswa dan guru serta karyawan membuat
penerapan etika profesi keguruan di SMK N 1 Salatiga cukup terkontrol
walaupun masih ada beberapa etika yang belum dilaksanakan oleh
beberapa guru. Adanya tata tertib hendaknya dapat mendukung
terlaksananya cita-cita dan tujuan bersama yakni semua guru dapat
mengimplementasikan etika profesi keguruan mereka dengan mudah
baik kepada siswa, kepada atasan, bawahan, kepada rekan sejawat
maupun kepada masyarakat.
2. Kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan etika profesi
keguruan guru SMK N 1 Salatiga.
Faktor penghambat guru SMK N 1 Salatiga dalam menerapkan etika
profesi keguruannya yakni ada dua yakni Faktor internal dan faktor
eksternal. Termasuk dalam faktor internal adalah kurangnya
pengetahuan guru terhadap etika profesi keguruan yang seharusnya dan
79
faktor perbedaan pola fikir dan perbedaan karakter tiap guru. Termasuk
faktor eksternal adalah lingkungan kerja yang kurang mendukung.
Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh selama melakukan penelitian sebagai
tindak lanjut dari hasil penelitian ini, maka penulis kemudian memberikan
saran kepada guru SMK N 1 Salatiga untuk mengatasi kendala yang dihadapi
dalam implementasi etika profesi keguruan guru SMK N 1 Salatiga yakni
sebagai berikut:
1. Masing-masing guru harus lebih banyak mengintrospeksi diri.
2. Memperbanyak dan memperdalam ilmu pengetahuan mengenai etika
profesi keguruan yang sesungguhnya.
3. Saling mengingatkan antar sesama guru.
4. Menyamakan persepsi tentang etika profesi keguruan yang sebenarnya.
5. Saling mendukung dalam menerapkam etika profesi keguruan di SMK N
1 Salatiga.
6. Menaati peraturan sekolah yang telah disepakati bersama guna mencapai
tujuan bersama.
80
DAFTAR PUSTAKA
Ardy Novan. 2015.. Etika Profesi Keguruan. Yogyakarta: Gava media
Alwi, Hasan, dkk. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka.
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi. 2011. Metodelogi Penelitian. Jakarta:
Bumi Aksara..
Darajat. 1992 . Etika dan Profesi Kependidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Dawam Ainurrofiq. 2010. Kiat Menjadi Guru Profesional.Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Departemen Penerangan Republik Indonesia. 1974. Undang-Undang
Republik Indonesia No. 8 tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian. Jakarta: Dep. Penerangan R.I.
Hermawan S, R. 1979. Etika Keguruan: Suatu Pendekatan Terhadap Kode
Etik Guru Indonesia. Jakarta: PT. Margi Wahyu.
Kamus Bahasa Indonesia Edisi Keempat. 2008. Jakarta: PT Gramedia.
Keputusan kongres XXI Persatuan Guru Republik Indonesia Nomor
VI/kongres/XXI/PGRI 2013 tentang Kode Etik Guru.
Kosasi, Raflis. 1999. Profesi Keguruan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Kunandar. 2011. Guru Profesional. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Munir Abdullah. 2010. Super Teacher. Yogyakarta: Pedagogia.
Nasution, S. 1987. Sejarah Pendidikan Indonesia. Bandung: Penerbit
Jenmars.
Nurdin Syafrudin. 2012. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum.
Jakarta: Ciputat pers.
PGRI. 1973. Buku Kenang-Kenangan Kongres PGRI XIII 21 s.d 25
November 1973 dan Hut PGRI XXIII. Jakarta: PGRI.
Purwadarminta. 1996. Profesi dan Etika Keguruan. Yogyakarta : Aswaja
Pressindo
Sadulloh Uyoh. 2010. Pedagogik Ilmu Mendidik. Bandung: Alfa Beta.
Soetjipto . 1999. Profesi Keguruan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta.
Suparlan. 2006. Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat Publishing.
81
S. Nasution. 2003. Metode Research (penelitian ilmiah). Jakarta: Bumi
Aksara,
Wibowo Agus. 2012. Menjadi Guru Berkarakter. Yogyakarta: Pustaka
pelajar.
LAMPIRAN 2.
PEDOMAN WAWANCARA GURU DAN KARYAWAN SMK N 1
SALATIGA
Apakah etika profesi keguruan itu ?
Bagaimana penerapan etika profesi keguruan di SMK N 1 Salatiga?
Cara apasaja yang digunakan untuk menerapkan etika profesi keguruan
yang sesuai dengan kode etik guru di SMK N 1 Salatiga ?
Apa kendalan yang dihadapi dalam menerapkan etika profesi keguruan
di SMK N 1 Salatiga?
LAMPIRAN 3.
Identitas Responden
Nama : Martana S.Pd
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Wakil Kepala Bidang Kurikulum SMK N 1 Salatiga
Identitas Responden
Nama : Dra. Titik Ruwaidah
Jenis Kelamin : Perempuan
Jabatan : Guru mata pelajaran dan wali kelas
Identitas Responden
Nama : Amar Ma’ruf Fahrudin S.Pd MM
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Kepala bagian ketenagakerjaan SMK N 1 Salatiga
Identitas Responden
Nama : Tri Rahayu Basuki S.Pd
Jenis Kelamin : Perempuan
Jabatan : Guru mata pelajaran
Identitas Responden
Nama : Antonius Sukijo
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Guru kerohanian
Identitas Responden
Nama : Drs. Untoro M.Pd
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Guru mata pelajaran
Identitas Responden
Nama : Dra. Dyah Purna Wijayanti
Jenis Kelamin : Perempuan
Jabatan : Guru mata pelajaran
Identitas Responden
Nama : Nugroho Dwi Susanto, S.Si , M,Pd
Jenis kelamin : Laki-laki
Jabatan : Guru mata pelajaran
Identitas Responden
Nama : Dibyo Winarno S.Pd
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Guru mata pelajaran
LAMPIRAN 4.
DATA PRIBADI
Nama : Ajeng Virga Sawitri Maro
Nim : 111-13-109
Jurusan : Pendidikan Agama Islam (S1)
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Tempat Tanggal Lahir : Kulonprogo, 13 Juli 1994
Alamat : Jl. Ks Tubun 1 No,29 RT/RW 05/02
Bandarjo Ungaran.
Riwayat Pendidikan Formal
1999 – 2005 SD N 46 Lubuklinggau
2005-2008 SMP N 2 Lubuklinggau
2008-2011 SMA N 1 Ungaran
2011-2013 Akuntansi (D3) UPN “veteran” Yogyakarta
2013-2018 Pendidikan Agama Islam (S1) IAIN Salatiga
Riwayat Pendidikan Non Formal
2004-2005 kursus computer di LPK Ampera Lubuklinggau
2010-2011 kursus bahasa inggris BBC Ungaran
2017 kursus rias pengantin Solo putri di BLK Ungaran
LAMPIRAN 5.
Wawancara dan pengumpulan data dengan
guru dan staf SMK N 1 Salatiga.
Wawancara dengan guru SMK N 1 Salatiga.
Lampiran SK Kepala SMK N 1 Salatiga
No : 800/4106/2016
PEMERINTAH KOTA SALATIGA
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 SALATIGA
JL. Nakula Sadewa I/3 Kembangarum Kel. Dukuh Kec. Sidomukti Salatiga
Telp. (0298)323566 Faks (0298) 323566
Website: www.smkn1salatiga.sch.id ; Email: [email protected]
PEMBAGIAN TUGAS
Tahun Pelajaran 2016/2017
Kepala Sekolah : Haris Wahyudi, S.Pd., M.Pd.
Tim Pengembang Sekolah : Bambang Dwi Hersedianto,
S.Pd., M.Pd.
M. Syafi’I, S.Ag., S.H., M.Kn.,
M.PdI.
Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum (WKR) : Martana, S.Pd. Urusan Humas dan Hubind (WKH) : Victor Haruman, S.P. Urusan Kesiswaan : Drs. Niam Abadi Urusan Sarana Prasarana (WKP) : Drs. Prasetyo Adi Urusan Standar Manajemen Mutu : Amar Ma’ruf Fahkrudin, S.Pd., M.M.
Pengelola Tata Usaha(TU)
Koordinator : Dra. Budiati Bendahara Komite dan SPI : Ani Prihatiningtyas, A,Md. Bendahara BOS dan Gaji : Didik Andrianto Pembantu Bendahara Komite : Sumiyatun Elly Rahmawati SIM Kepegawaian dan Kesiswaan : Lewi Budi Pranoto
(Dapodikmen) Elly Rahmawati
Urusan Lingkungan Hidup : Widyo Harsono, S.P. Sutanto, S.Pd.
Samidi Kadar Slamet Parno Jarwo Out Sourching Agendaris& Surat Menyurat : Aprilia Dwi Astuti, A.Md.
Keamanan : Yudi Suparmono
Suprihadi
Pengelola Barang dan ATK : Muh. Zaenuri, A.M.Pust.
Basuki
Maintenance & Repair (MR) : Basuki
Misbahul Munir, S.Kom., G.R.
Transportasi : Basuki
Kebersihan, Jaga Malam dan Pe : Parno
Penyedia Minuman
Kebersihan dan Jaga Siang : Samidi
Pustakawan : Sutrisno, A.M.Pust.
Kesra & Sosial : Dra. Nunuk Biasati
Puji Nur Zakiyah, S.Pd.,
M.M.Par
Staff Urusan Kurikulum Pengembangan kurikulum : Utami Kusumawardhani,
S.Pd, Administrasi Pendidikan : Suratman, S.Pd. Evaluasi : Nugroho Dwi Susanto, S.Si.,
M.Pd.
Staff Urusan Humas & Hubin Sekretaris : Istiningsih, S.Pd. Prakerin : Setyawan Dwijo, S.Pd.
BKK : Drs. Indrianto Nugroho Web & IT : Florens Nurhayati, S.Kom.
Staff Urusan Sarana Prasarana
Sekretaris : Uchik Anggarani, S.Pd.
Leny Eka Damayanti, S.Pd.
Inventaris dan ATK : M. Zaenuri, A.Md.
Basuki
Staff Urusan Manajemen Mutu Dan Urusan Ketenagaan
Perencanaan : Qoiriah Martini, S.Pd.
Pengembangan SDM : Nining Maryaningsih, S.Pd.
Evaluasi Manajemen : Erlin Wahyu Wardani, S.Pd.
Staff Urusan Kesiswaan Sekretaris : Sri Susana, S.Pd. Organisasi : Dibyo Winarno, S.Pd. Lilis Julianti, M.Pd. Upacara& Paskibra : Imam Ahmad Sodiqin, S.Pd.
Apriliandini, S.Pd. Prestasi Akademik, Seni, &OR : Laily Rahmah, S.Pd. Koordinator BP/BK : Dra. Titik Ruwaidah
Keimanan Dan Ketaqwaan : 1. Drs. Untoro, M.Pd.
2. Hj. Mutmainah, S.Pd.
3. Alexandra Tri Wiloso, S.Pd. 9.7. Beasiswa, Sosial & Tata Krama : Nur Sodiq, S.Pd.
9.8. Koordinator Ekstra Kurikuler : Drs. Sensus Sumartono
Pelatih Ekstrakurikuler
PMR/UKS : Slamet Sudiyanti, S.Pd.
Tri Rahayu, S.Pd. (Bus)
Widhi Nurasih, S.Pd.
PKS : Hj. Wida Damayanti, S.Pd.
Fajar Kurniawan, S.Pd.
Bola Volley : Sutanto, S.Pd.
Basket : Out Sourching
Pramuka : 1. Drs. Untoro, M.Pd. 2. Budi Sutrisno, S.Pd. 3. Slamet Sudiyanti, S.Pd. 4. Nur Choiriyah, S.Pd.
Vocal : Apriliandini, S.Pd. Tari : Uchik Anggarani, S.Pd. Kewirausahaan : Martia Kurniawati, S.Pd.
Endang Wahyu Hidayah, M.M.Par.
KIR : Praheni, S.S. 9.9.10.Karate : Dibyo Winarno, S.Pd.
Tim STP2K (Satuan Tugas Pelaksanaan Pembinaan Kesiswaan) Ketua : Awaludin, S.Psi. Anggota : Drs. Sensus Sumartono Drs. Untoro, M.Pd. Sri Susana, S.Pd. Slamet Sudiyanti, S.Pd. Imam Ahmad Sodiqin, S.Pd. Fajar Kurniawan Dibyo Winarno, S.Pd. Laily Rahmah, S.Pd. Dra.Titik Ruwaidah Yudi Suparmono
Pengurus KORPRI Sub Unit SMKN1 Salatiga
Ketua : M. Syafi’i, S.H., S.Ag., M.Kn. Sekretaris : Erlin Wahyu Wardani, S.Pd Bendahara : Ari Widyaningsih, S.Pd.
Pengurus PGRI Sub Unit SMKN1 Salatiga
Ketua : Drs. Sensus Sumartono Sekretaris : Nur Sodiq, S.Pd Bendahara : Qoiriah Martini, S.Pd.
Ketua Kompetensi Keahlian(KKH)
Akuntansi : Sri Makmuri T.K.M., S.Pd
Administrasi Perkantoran : Wiwik Endah Natalwati,S.Pd. Pemasaran : Gendi Dwijanti, S.Pd Jasa Boga : Siti Manzuzatun, S.Pd,
M.M.Par Busana Butik : Winarsih, S.Pd Kecantikan Rambut : Yustina Denik R., S.Pd 12.7.Koordinator Normatif Adaptif (KNA) : Ismawati Siti
Sumarahati,S.Pd. Ketua Bengkel / Laboratorium
Administrasi Perkantoran : M. Misbahul Munir, S.Kom., G.R.
Akuntansi : Danang Prabancono.S.Pd., S.Kom.
Pemasaran : Slamet, S.Pd. Tata Boga : R. Tubagus Dewaji, S.Pd. Tata Kecantikan : Nurul Hidayati, S.Pd. Tata Busana : Kristijani Rahayu, M.Pd. Ka. Lab. NORA : Nugroho Dwi Susanto, M.Pd. Slamet Sudiyanti, S.Pd.
Ketua Unit Produksi : Dra. Lina Andraswari Sekretaris : Dra. Ani Hariwiyati Bendahara : Dra. Dyah Purna Wijayanti
Koordinator Perpustakaan : Dra. Hj. Sri Kustiyah.
Wali Kelas X
Akuntansi 1 : Rr. Lakshmi Handayani Akuntansi 2 : Drs. Sensus Sumartono Akuntansi 3 : Marita Fikaryati, S.Pd. Adm. Perkantoran 1 : Erlin Wahyu Wardani, S.Pd. Administrasi Perkantoran 2 : Susilowati, S.Pd. Administrasi Perkantoran 3 : Drs. Setyo Budi Pemasaran 1 : Dra. Yashiroh Mailina Pemasaran 2. : Praheni, S.Pd. Boga 1 : Siti Zuhriyah,S.Pd. Boga 2 : Sabtiyati Tri C., S.Pd. Kecantikan : Anita Puspitasari S.Pd. Busana 1 : Laily Rohmah, S.Pd. Busana 2 : Widhi Nurasih, S.Pd.
Wali Kelas XI
Akuntansi 1 : Ari Widyaningsih, S.Pd. Akuntansi 2 : Supriyanto, S.Pd.
Akuntansi 3 : Dibya Winarno, S.Pd. Adm. Perkantoran 1 : Dra. Ani Hariwiyati Adm. Perkantoran 2 : Florens Nurhayati, S.Kom. Adm. Perkantoran 3 : Tri Rahayu (Mat), S.Pd. Pemasaran 1 : Dra. Nunuk Biasati Pemasaran 2 : Drs. Purwanto Boga 1 : Endang Wahyu Hidayah,
S.Pd., M.M.Par. Boga 2 : Puji Nur Zakiah, S.Pd.,
M.M.Par. Kecantikan : Tanti Indrianti, S.Pd. Busana 1 : Leni Eka Damayanti, S.Pd. Busana 2 : Mulyati, S.Pd.
Wali Kelas XII Akuntansi 1 : M. Zamzuri, S.Pd. Akuntansi 2 : Hj. Wida Damayanti, S.Pd Akuntansi 3 : Dra. Dyah Purna Wijayanti Adm. Perkantoran 1 : Budi Sutrisno, S.Pd. Adm. Perkantoran 2 : Sri Susana, S.Pd Adm. Perkantoran 3 : Lilis Julianti, S.Pd., M.Pd. Pemasaran 1 : Drs. Slamet Pemasaran 2 : Farida, S.Pd.Ing Boga 1 : Wuri Sulandari, S.Pd Boga 2 : R. Tubagus Dewaji, S.Pd. Kecantikan : Anita Puspita Sari, S.Pd. Busana 1 : Alexandra Tri Wiloso, S.Pd. Busana 2 : Slamet Sudiyanti, S.Pd.
Koordinator MGMP Sekolah Pendidikan Agama Islam : Hj. Mutmainah, S.Pd.I. Bahasa Indonesia : Praheni, S.S. Pendidikan Kewarganegaraan : Budi Sutrisno, S.Pd. Sejarah Indonesia : Drs. Widyo Harsono Pend. Jasmani O. dan Kesehatan : Drs. Sensus Sumartono Bahasa Inggris : Supriyanto, S.Pd. Matematika : Qoiriah Martini, S.Pd. Kewirausahaan&Prakarya : Martia Kurniawati, S.Pd. Seni Budaya : Uchik Anggarani, S.Pd.
Ditetapkan di : Salatiga
Pada tanggal : 1 Juli 2016
Kepala Sekolah,
Haris Wahyudi, S.Pd., M.Pd.
LAMPIRAN 6.
DAFTAR NILAI SKK
NAMA : AJENG VIRGA SAWITRI MARO
FAKULTAS : TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN : PENDIDIKAN AGAMA ISAM
NIM : 111-13-109
NO NAMA KEGIATAN TANGGAL KETERANGAN NILAI
1 Sertifikat “ OPAK
IAIN SALATIGA “
dengan tema
Rekontruksi
Paradigma
Mahasiswa yang
Cerdas, Peka dan
Peduli.
26-27 Agustus
2013
Peserta 3
2 Sertifikat “OPAK
TARBIYAH” dengan
tema Menjunjung
Tinggi Nilai-Nilai
Lokal Sebagai
Identitas Pendidikan
Nasional.
29 Agustus
2013
Peserta 3
3 Sertifikat LIBRARY
USER EDUCATION
oleh UPT
Perpustakaan.
16 september
2013
Peserta 2
4 Piagam penghargaan
juara 1 lomba puisi
dalam rangka
07 oktober 2013 peserta 2
anniversary LPM
DINAMIKA dengan
tema pemimpin
idaman kampus masa
depan.
5 Piagam penghargaan
workshop persiapan
karir dan kematangan
menikah oleh Biro
Konsultasi Psikologi
TAZKIA IAIN
Salatiga.
22 oktober 2013 peserta 2
6 Piagam penghargaan
juara II lomba kreasi
jilbab dalam rangka
festival dakwah milad
XII oleh Lembaga
Dakwah Kampus
(LDK) IAIN Salatiga.
29 mei 2014 Peserta 3
7 Sertifikat peserta
PLCPP sebagai
langkah rekonstruktif
karakter pandega
dalam membangun
racana yang loyal dan
bermartabat
diselenggarakan oleh
racana kusuma dilaga
– woro srikandi.
26-29 september
2014
peserta 2
8 Piagam penghargaan
pengisi acara
peresmian IAIN
Salatiga.
06 april 2015 Pengisi acara 4
9 Sertifikat peserta
bedah novel Gus Dur
dan Shinta yang
diselenggarakan oleh
UPT perpustakaan
pondok pesantren edi
mancoro.
17 mei 2015 Peserta 2
10 Surat tugas dari Biro
Konsultasi Psikologi
TAZKIA sebagai
pengisi acara dalam
workshop terapi hati
di IAIN Salatiga
05 Juni 2015 Panitia 3
11 Certificate of
appreciation has
contribution as e
enumator in reaserch
dissertation entitled of
students academic
achievement in
relation to academic
motivation.
Perception of parental
academic support and
role at junior high
school in Salatiga.
08 juni 2015 panitia 3
12 Sertifikat peserta
workshop terapi hati
season 2 yang
diselenggarakan oleh
biro konsultasi
psikologi TAZKIA
25 juni 2015 peserta 2
13 Piagam penghargaan
juara III elegant and
fashionable trophy
ketua DPRD Kota
Salatiga yang
diselenggarakan oleh
Komunitas Pemerhati
Sinema Kota Salatiga
27 juni 2015 peserta 4
14 Surat tugas dari
Direktur Biro
Konsultasi Psikologi
TAZKIA menjadi
pemateri pesantren
kilat di SMK N 2
Salatiga
9-11 juni 2015 pemateri 4
15 Surat tugas dari
Direktur Biro
Konsultasi Psikologi
TAZKIA sebagai Ice
Breaker dalam acara
AMT OPAK
Mahasiswa baru
11 agustus 2015 Pengisis acara 3
16 Seertifikat santunan
anak yatim kekasih
06 september
2015
panitia 2
rasululah dalam acara
Majelis Do’a Mawar
Allah
17 Sertifikat santunan
anak yatim kekasih
rasululah dalam acara
Majelis Do’a Mawar
Allah
04 oktober 2015 peserta 2
18 Seertifikat santunan
anak yatim kekasih
rasululah dalam acara
Majelis Do’a Mawar
Allah
1 november
2015
peserta 2
19 Seertifikat santunan
anak yatim kekasih
rasululah dalam acara
Majelis Do’a Mawar
Allah
20 november
2015
peserta 2
20 Seertifikat santunan
anak yatim kekasih
rasululah dalam acara
Majelis Do’a Mawar
Allah
6 desember
2015
peserta 2
21 Surat tugas dari
direktur biro
konsultasi psikologi
TAZKIA menjadi
panitia school fair di
SMK PGRI Salatiga
12 desember
2015
panitia 3
22 Surat tugas dari
direktur biro
konsultasi psikologi
TAZKIA menjadi
panitia school fair di
SMK N 2 Salatiga
17 desember
2015
panitia 3
23 Seertifikat santunan
anak yatim kekasih
rasululah dalam acara
Majelis Do’a Mawar
Allah
01 januari 2016 peserta 2
24 Seertifikat santunan
anak yatim kekasih
rasululah dalam acara
Majelis Do’a Mawar
Allah
07 februari 2016 peserta 2
25 Sertifikat Nasional
sebagai peserta
seminar Nasional
Implementasi NIlai-
Nilai Pancasila
sebagai banteng
dalam menolak
gerakan radikalisme
oleh dewan
mahasiswa iain
salatiga
10 februari 2016 peserta 8
26 Seertifikat santunan
anak yatim kekasih
rasululah dalam acara
06 maret 2016 peserta 2
Majelis Do’a Mawar
Allah
27 Seertifikat santunan
anak yatim kekasih
rasululah dalam acara
Majelis Do’a Mawar
Allah
03 april 2016 peserta 2
28 Sertifikat peserta
workshop inovasi
pembelajaran
pendidikan agama
islam dan sosialisasi
UMPTKIN 2016
30 april 2016 peserta 2
29 Seertifikat santunan
anak yatim kekasih
rasululah dalam acara
Majelis Do’a Mawar
Allah
1 mei 2016 peserta 2
30 Seertifikat santunan
anak yatim kekasih
rasululah dalam acara
Majelis Do’a Mawar
Allah
5 juni 2016 peserta 2
31 Seertifikat santunan
anak yatim kekasih
rasululah dalam acara
Majelis Do’a Mawar
Allah
12 juni 2016 peserta 2
32 Seertifikat santunan
anak yatim kekasih
19 juni 2016 peserta 2
rasululah dalam acara
Majelis Do’a Mawar
Allah
33 Seertifikat santunan
anak yatim kekasih
rasululah dalam acara
Majelis Do’a Mawar
Allah
7 agustus 2016 peserta 2
34 Seertifikat santunan
anak yatim kekasih
rasululah dalam acara
Majelis Do’a Mawar
Allah
4 september
2016
peserta 2
35 Seertifikat santunan
anak yatim kekasih
rasululah dalam acara
Majelis Do’a Mawar
Allah
2 oktober 2016 peserta 2
36 Seertifikat santunan
anak yatim kekasih
rasululah dalam acara
Majelis Do’a Mawar
Allah
6 november
2016
peserta
37 Sertifikat peserta
Trainiing
Hypnotheraphy
dengan tema
selangkah lebih baik
dengan Hipnosis yang
di selenggarakan oleh
26 november
2016
peserta 2
Biro Konsultasi
Psikologi TAZKIA
38 Sertifikat peserta
grand lounching
inspirasi tazkia dan
kursus karakter
dengan tema KISAH
SANG REKTOR ;
TERSESAT
DIJALLAN YANG
BENAR
13 desember
2016
peserta 2
39 Seertifikat santunan
anak yatim kekasih
rasululah dalam acara
Majelis Do’a Mawar
Allah
1 januari 2017 Peserta 2
40 Seertifikat santunan
anak yatim kekasih
rasululah dalam acara
Majelis Do’a Mawar
Allah
4 februari 2017 peserta 2
41 Seertifikat santunan
anak yatim kekasih
rasululah dalam acara
Majelis Do’a Mawar
Allah
2 april 2017 peserta 2
42 Seertifikat santunan
anak yatim kekasih
rasululah dalam acara
7 mei 2017 peserta 2
Majelis Do’a Mawar
Allah
43 Seertifikat santunan
anak yatim kekasih
rasululah dalam acara
Majelis Do’a Mawar
Allah Seertifikat
santunan anak yatim
kekasih rasululah
dalam acara Majelis
Do’a Mawar Allah
4 juni 2017 peserta 2
44 Seertifikat santunan
anak yatim kekasih
rasululah dalam acara
Majelis Do’a Mawar
Allah
11 juni 2017 peserta 2
45 Seertifikat santunan
anak yatim kekasih
rasululah dalam acara
Majelis Do’a Mawar
Allah
18 juni 2017 peserta 2
46 Sertifikat peserta”
Terapi Hati 2,
Menjumput
kebahagiaan dengan
cinta dan syukur
‘’oleh PIK
‘’SAHAJA ‘’ IAIN
Salatiga
10 juni 2017 peserta 2