implementasi kebijakan badan layanan umum (blu) dalam...

11
Edisi 06 No. 01, Januari- Maret 2019, p. 1-11 1 Gagasan & Inovasi / Ulasan (delete yang tidak perlu) Implementasi Kebijakan Badan Layanan Umum (BLU) Dalam Meningkatkan Kinerja Organisasi di Indonesia 1 Baban Sobandi 1 Widyaiswara Ahli Madya pada Pusat Pelatihan dan Pengembangan dan Pemetaan Kompetensi Aparatur Sipil Negara (Puslatbang PKASN) – Lembaga Administrasi Negara, Jl. Kiara Payung, Km. 4,7 Jatinangor – Sumedang – Jawa Barat, Telp. (022) 7790048, e-mail: [email protected] (Diterima 26 Januari 2019; Direvisi 12 Pebruari 2019; Disetujui 02 Maret 2019; Diterbitkan 06 Maret 2019) Abstract The Policy on Public Service Bodies (BLU) is regulated by Government Regulation No. 23 year 2005. The policy is aimed at providing flexibility in financial management which is based on economic principles and productivity as well as on the application of healthy business practices. The goal is to improve the public service and to advance the public welfare and education. The purpose of this study is to see the impacts of the policy implementation on the performance of the organizations in Indonesia. The research’s subjects are the results of some previous researches conducted in several Government Hospitals and Universities. The study shows that the impacts are different from one organization to the others. There are three kinds of impacts: organizations with increased performance, organizations with declined performance, and organizations not affected by the policy. The absence of positive impacts of BLU policy on organizational performance is caused by slow mindset adjustment of policy implementers and by weak planning. This study recommends that for those who will implement the BLU policy, they must make various efforts to change the mindset of policy implementers and must make their best planning, long-term, medium-term and short-term. Keywords: public service, flexibility, mindset, Abstrak Kebijakan Tentang Badan Layanan Umum (BLU) telah ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas, dan penerapan praktek bisnis yang sehat. Adapun tujuan kajian ini adalah untuk melihat dampak implementasi kebijakan BLU terhadap kinerja organisasi di Indonesia. Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif dan pendekatan kualitatif terhadap hasil-hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan di berbagai Rumah Sakit Pemerintah dan Perguruan Tinggi Negeri menunjukkan bahwa implementasi kebijakan BLU telah berdampak terhadap kinerja organisasi secara berbeda. Terdapat organisasi yang mengalami peningkatan kinerja, organisasi yang mengalali penurunan kinerja, dan organisasi yang tidak terpengaruh oleh implementasi kebijakan BLU ini. Adapun faktor penyebab tidak adanya dampak positif kebijakan BLU terhadap kinerja organisasi adalah lambatnya proses penyesuaian pola fikir para pelaksana kebijakan dan lemahnya perencanaan. Atas dasar hal tersebut maka direkomendasikan kepada pihak-pihak yang akan mengimplementasikan kebijakan BLU perlu melakukan berbagai upaya untuk mengubah pola fikir para pelaksana

Upload: others

Post on 27-Nov-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Implementasi Kebijakan Badan Layanan Umum (BLU) Dalam …juliwi.com/published/E0601/jlw0601_1-11.pdf · 2020. 3. 6. · Edisi 06 No. 01, Januari- Maret 2019, p. 1-11 1 Gagasan & Inovasi

Edisi 06 No. 01, Januari- Maret 2019, p. 1-11

1

Gagasan & Inovasi / Ulasan (delete yang tidak perlu)

Implementasi Kebijakan Badan Layanan Umum (BLU) Dalam

Meningkatkan Kinerja Organisasi di Indonesia

1Baban Sobandi

1Widyaiswara Ahli Madya pada Pusat Pelatihan dan Pengembangan dan Pemetaan Kompetensi

Aparatur Sipil Negara (Puslatbang PKASN) – Lembaga Administrasi Negara, Jl. Kiara Payung, Km. 4,7

Jatinangor – Sumedang – Jawa Barat, Telp. (022) 7790048, e-mail: [email protected]

(Diterima 26 Januari 2019; Direvisi 12 Pebruari 2019; Disetujui 02 Maret

2019; Diterbitkan 06 Maret 2019)

Abstract The Policy on Public Service Bodies (BLU) is regulated by Government Regulation

No. 23 year 2005. The policy is aimed at providing flexibility in financial management which

is based on economic principles and productivity as well as on the application of healthy

business practices. The goal is to improve the public service and to advance the public welfare

and education. The purpose of this study is to see the impacts of the policy implementation on

the performance of the organizations in Indonesia. The research’s subjects are the results of

some previous researches conducted in several Government Hospitals and Universities. The

study shows that the impacts are different from one organization to the others. There are three

kinds of impacts: organizations with increased performance, organizations with declined

performance, and organizations not affected by the policy. The absence of positive impacts of

BLU policy on organizational performance is caused by slow mindset adjustment of policy

implementers and by weak planning. This study recommends that for those who will implement

the BLU policy, they must make various efforts to change the mindset of policy implementers

and must make their best planning, long-term, medium-term and short-term.

Keywords: public service, flexibility, mindset,

Abstrak Kebijakan Tentang Badan Layanan Umum (BLU) telah ditetapkan melalui Peraturan

Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan

bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip

ekonomi dan produktivitas, dan penerapan praktek bisnis yang sehat. Adapun tujuan kajian ini

adalah untuk melihat dampak implementasi kebijakan BLU terhadap kinerja organisasi di

Indonesia. Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif dan pendekatan kualitatif

terhadap hasil-hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan di berbagai Rumah Sakit

Pemerintah dan Perguruan Tinggi Negeri menunjukkan bahwa implementasi kebijakan BLU

telah berdampak terhadap kinerja organisasi secara berbeda. Terdapat organisasi yang

mengalami peningkatan kinerja, organisasi yang mengalali penurunan kinerja, dan organisasi

yang tidak terpengaruh oleh implementasi kebijakan BLU ini. Adapun faktor penyebab tidak

adanya dampak positif kebijakan BLU terhadap kinerja organisasi adalah lambatnya proses

penyesuaian pola fikir para pelaksana kebijakan dan lemahnya perencanaan. Atas dasar hal

tersebut maka direkomendasikan kepada pihak-pihak yang akan mengimplementasikan

kebijakan BLU perlu melakukan berbagai upaya untuk mengubah pola fikir para pelaksana

Page 2: Implementasi Kebijakan Badan Layanan Umum (BLU) Dalam …juliwi.com/published/E0601/jlw0601_1-11.pdf · 2020. 3. 6. · Edisi 06 No. 01, Januari- Maret 2019, p. 1-11 1 Gagasan & Inovasi

Jurnal Lingkar Widyaiswara (www.juliwi.com) Edisi 06 No. 01, Januari-Maret 2019, p. 1-11 ISSN: 2355-4118

2

kebijakan dan membuat sematang mungkin perencanaan jangka panjang, menengah ataupun

jangka pendek.

Kata kunci: pelayanan publik, fleksibilitas, pola fikir, perencanaan

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Author: Baban Sobandi, E-mail: , Tel. +62-0812-2262-733.

Pendahuluan

Pemerintah mempunyai tugas memberikan pelayanan kepada masyarakat. Saat ini, kinerja

pelayanan pemerintah masih belum optimal. Banyaknya keluhan masyarakat terhadap layanan

pemerintah, serta beberapa indikator kinerja yang disajikan oleh berbagai lembaga baik

nasional maupun internasional menjadi bukti bahwa kinerja pelayanan pemerintah belum

optimal. Pada Tahun 2017-2018 misalnya, World Economic Forum memberikan peringkat ke

36 terhadap indeks daya saing global (Global Competitiveness Indeks) Indonesia dari 137

Negara yang disurvey. Kinerja daya dukung infrastruktur menduduki peringkat 52, dan kinerja

pendidikan dasar dan kesehatan peringkat 94. Indikator daya saing tersebut tidak terlepas dari

peran pemerintah sebagai pelayan, fasilitator, dan regulator.

Untuk meningkatkan kinerja pelayanan pemerintah, berbagai upaya terus dilakukan. Kebijakan

reformasi birokrasi yang telah diluncurkan sejak Tahun 1999 melalui UU Nomor 28 Tahun

1999 Tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan

Nepotisme, merupakan wujud konkrit komitmen pemerintah untuk memperbaiki kondisi

birokrasi. Pada tahun 2010 dikeluarkan Perpres Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design

Reformasi Birokasi, juga merupakan wujud keseriusan Pemerintah untuk melakukan perbaikan

pada birokrasi yang ada. Reformasi birokrasi tersebut dilakukan melalui upaya perbaikan

kelembagaan, system dan prosedur kerja, kualitas sumber daya manusia, serta perubahan mind

set dan culture set birokrasi.

Dalam bidang pengelolaan keuangan, untuk mendorong peningkatan pelayanan, pemerintah

mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan

Badan Layanan Umum. Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1 ayat 1 Peraturan Pemerintah

tersebut, bahwa Badan Layanan Umum (BLU) adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang

dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau

jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya

didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Sementara itu, pasal 2 Peraturan

Pemerintah tersebut menyebutkan bahwa tujuan BLU adalah untuk meningkatkan pelayanan

kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan

kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan

prinsip ekonomi dan produktivitas, dan penerapan praktek bisnis yang sehat. Setelah kebijakan

BLU dikeluarkan, beberapa instansi pemerintah sudah menerapkannya. Rumah Sakit dan

Perguruan Tinggi Negeri merupakan instansi pemerintah yang sudah relatif banyak yang

menerepkan kebijakan ini.

Page 3: Implementasi Kebijakan Badan Layanan Umum (BLU) Dalam …juliwi.com/published/E0601/jlw0601_1-11.pdf · 2020. 3. 6. · Edisi 06 No. 01, Januari- Maret 2019, p. 1-11 1 Gagasan & Inovasi

Jurnal Lingkar Widyaiswara (www.juliwi.com) Edisi 06 No. 01, Januari-Maret 2019, p. 1-11 ISSN: 2355-4118

3

Atas dasar latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang diangkat dalam kajian ini

adalah “Bagaimanakan dampaknya implementasi BLU terhadap kinerja organisasi di

Indonesia?” Sedangkan tujuannya adalah untuk melihat dampak penerapan kebijakan BLU

terhadap kinerja pengelolaan keuangan, produktivitas dan kesejahteraan pegawai, serta

pelayanan dan kepuasan masyarakat. Hasil kajian ini diharapkan bermanfaat sebagai

masukan bagi pemerintah dalam mengevaluasi kebijakan BLU, dan bagi pimpinan organisasi

yang akan menerapkan kebijakan BLU dalam mempersiapkan diri sebelum kebijakan

tersebut diterapkan.

Kajian Pustaka

1. Kebijakan BLU

Badan Layanan Umum (BLU) adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk

memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual

tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada

prinsip efisiensi dan produktivitas (Pasal 1 PP 23 Tahun 2005). Berdasarkan definisi tersebut,

nampak jelas bahwa pembentukan BLU adalah untuk memberikan pelayanan terbaik kepada

masyarakat, bukan untuk mencari keuntungan semata. Hal ini ditegaskan kembali dalam tujuan

pembentukan BLU.

BLU bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan

kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas

dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas, dan penerapan

praktek bisnis yang sehat (Pasal 2 PP 23 Tahun 2005). Berdasarkan pernyataan tujuan

penetapan BLU tersebut jelas bahwa pengelolaan keuangan organisasi pemerintah selain

dengan pola BLU (APBN murni dan PNBP) dianggap kurang memberikan fleksibilitas

sehingga kurang mampu memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.

Dengan memperhatikan definisi dan tujuan penetapan BLU, maka dapat diidentifikasi

karakterstik BLU sebagai berikut: (1) Berkedudukan sebagai lembaga pemerintah (bukan

kekayaan negara yang dipisahkan); (2) Menghasilkan barang/jasa yang seluruhnya/ sebagian

dijual kepada publik; (3) Tidak bertujuan mencari keuntungan (laba); (4) Dikelola secara

otonom dengan prinsip efisiensi dan produktivitas ala korporasi; (5) Rencana kerja/anggaran

dan pertanggung jawaban dikonsolidasikan pada instansi induk; (6) Pendapatan & sumbangan

dapat digunakan langsung; (7) Pegawai dapat terdiri dari PNS dan Profesional Non-PNS; dan

(8) Bukan sebagai subyek pajak.

Dapat disimpulkan pula bahwa tujuan utama pembentukan BLU adalah untuk memberikan

pelayanan terbaik kepada masyarakat, bukan untuk mencari keuntungan. Agar pelayanan

menjadi lebih baik, maka pengelolaan keuangannya harus lebih fleksibel, tidak kaku seperti

pengelolaan keuangan rupiah murni (APBN Murni) atau PNBP. Jadi penekanannya pada

pengelolaan keuangan, bukan bagaimana mencari uang sebanyak-banyaknya (seperti bisnis

murni).

Pejabat Pengelola BLU terdiri dari pemimpin, pejabat keuangan, dan pejabat teknis (Pasal 32

PP 23 Tahun 2005). Pimpinan BLU mempunyai tugas dan fungsi: (1) Menyiapkan rencana

strategis bisnis; (2) Menyiapkan rencana bisnis anggaran (RBA); (4) Mengusulkan calon

pejabat keuangan dan pejabat teknis sesuai peraturan perundang-undangan; dan (5)

Menyampaikan pertanggungjawaban kinerja operasional dan keuangan BLU. Pejabat

Keuangan mempunya tugas dan fungsi mengkoordinasikan penyusunan RBA, menyiapkan

Page 4: Implementasi Kebijakan Badan Layanan Umum (BLU) Dalam …juliwi.com/published/E0601/jlw0601_1-11.pdf · 2020. 3. 6. · Edisi 06 No. 01, Januari- Maret 2019, p. 1-11 1 Gagasan & Inovasi

Jurnal Lingkar Widyaiswara (www.juliwi.com) Edisi 06 No. 01, Januari-Maret 2019, p. 1-11 ISSN: 2355-4118

4

dokumen pelaksanaan anggaran, melakukan pengelolaan pendapatan dan belanja,

menyelenggarakan pengelolaan kas, melakukan pengelolaan utang-piutang, menyusun

kebijakan pengelolaan barang, asset tetap, dan investasi BLU, menyelenggarakan sistem

informasi manajemen keuangan, dan menyelenggarakan akuntansi dan penyusunan laporan

keuangan. Pejabat Teknis mempunyai tugas dan fungsi menyusun kegiatan teknis di

bidangnya, melaksanakan kegiatan teknis sesuai RBA, dan mempertanggungjawabkan kinerja

operasional di bidangnya.

Khusus terkait dengan Pejabat Keuangan, bahwasannya masing-masing organisasi BLU dapat

memiliki unit yang secara khusus menangani keuangan atau digabung dengan fungsi support

staf lainnya (permenpan Nomor 2 Tahun 2007). Sedangkan Pejabat Teknis direpresentasikan

dalam unit lini, contohnya bidang/ subbidang/ seksi, atau nomenklatur lainnya sesuai dengan

desain organisasi yang bersangkutan (Permenpan Nomor 2 Tahun2007).

Pejabat pengelola BLU dan pegawai BLU dapat terdiri dari pegawai negeri sipil dan/atau

tenaga profesional non-pegawai negeri sipil sesuai dengan kebutuhan BLU (pasal 33 ayat 1 PP

23 Tahun 2005). Atas dasar ketentuan ini, maka suatu unit Pengelola Keuangan Badan Layanan

Umum (PK-BLU) dapat merekrut pegawai sendiri yang berstatus non PNS dengan mengacu

kepada Peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Menurut Permenpan Nomor 2 Tahun 2007, Pengelola Keuangan BLU dapat membentuk

Satuan Pengawas Internal (SPI) yang bertugas melaksanakan pemeriksaan intern,

berkedudukan langsung di bawah Pimpinan BLU, dan dalam melaksanakan tugasnya

berkoordinasi dengan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). Selain itu, Pejabat

Pengelola PK-BLU juga dapat membentuk Dewan Pengawas, yang bertugas melakukan

pengawasan terhadap PK-BLU.

Atas dasar hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa struktur oganisasi PK-BLU tidak harus

berubah dari struktur lama. Jabatan-jabatan yang diharuskan ada pada PK-BLU bisa ex-officio

terhadap jabatan yang ada. Namun demikian, bukan berarti tidak boleh berubah. Yang

terpenting adalah fungsi dari jabatan-jabatan PK-BLU harus dapat dilaksanakan secara

optimal, sehingga pelayanan lebih baik dan pengelolaan keuangan lebih professional.

Rencana Bisnis Anggaran (RBA) BLU disusun berdasarkan kebutuhan dan kemampuan

pendapatan yang diperkirakan akan diterima dari masyarakat, badan lain, dan APBN/APBD

(pasal 10 ayat 4 PP 23 Tahun 2005). BLU menggunakan APBN/APBD yang telah ditetapkan

sebagai dasar penyesuaian terhadap RBA menjadi RBA definitif (pasal 11 ayat 5 PP 23 Tahun

2005).

Memperhatikan ketentuan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa setelah suatu unit layanan

ditetapkan sebagai PK-BLU, bukan berarti anggaran dari APBN akan hilang sama sekali.

Program dan kegiatan yang tidak mungking dibiayai oleh BLU, tetapi merupakan fungsi

instansi, tetap didanai oleh APBN.

2. Impelemtasi Kebijakan BLU

Van Meter dan van Horn yang dikutip oleh Parsons (1995: 461) dan Wibawa, dkk., (1994: 15)

menyebutkan bahwa implementasi kebijakan merupakan tindakan yang dilakukan oleh

(organisasi) pemerintah dan swasta baik secara individu maupun secara kelompok yang

dimaksudkan untuk mencapai tujuan. Sebagaimana tertuang dalam Pasal 2 PP 23 Tahun 2005,

kebijakan BLU bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka

memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan

Page 5: Implementasi Kebijakan Badan Layanan Umum (BLU) Dalam …juliwi.com/published/E0601/jlw0601_1-11.pdf · 2020. 3. 6. · Edisi 06 No. 01, Januari- Maret 2019, p. 1-11 1 Gagasan & Inovasi

Jurnal Lingkar Widyaiswara (www.juliwi.com) Edisi 06 No. 01, Januari-Maret 2019, p. 1-11 ISSN: 2355-4118

5

fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas, dan

penerapan praktek bisnis yang sehat.

Ada 2 pendekatan implementasi kebijakan (Chand, 2011), yaitu pendekatan top down dan

pendekatan bottom up. Pendekatan top down lebih tepat dilakukan ketika tujuan dan sasaran

kebijakan jelas dan kebijakan dirancang secara komprehensif, serta sumber daya yang

diperlukan sangat memadai. Sementara itu, pendekatan bottom up lebih tepat dilakukan pada

kondisi rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap Pemerintah (Pusat). Merujuk kepada dua

pendekatan ini, maka implementasi kebijakan BLU bisa dilakukan dengan 2 pilihan

pendekatan ini. Jika ingin menggunakan pendekatan top down maka Pemerintah Pusat

seyogyanya menyiapkan berbagai kelengkapan kebijakan, mulai dari model, petunjuk

pelaksanaan, sampai penyiapan anggaran untuk implementasinya. Sementara jika Pemerintah

ingin memberikan keleluasaan kepada setiap instansi dan Pemerintah Daerah, maka

Pemerintah Pusat tidak perlu mempersiapkan hal-hal teknis, melainkan menyerahkannya

kepada setiap instansi dan Pemerintah Daerah untuk melaksanakannya (Sobandi, 2019).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan. Salah satu faktor tersebut

adalah Disposisi (Edward III, 1990). Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki

oleh implementor, seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis. Sementara itu, menurut

Keban (2007), faktor di luar kebijakan yang mempengaruhi proses implementasi antara lain

adalah: a) kondisi sosial ekonomi dan teknologi, b) dukungan publik, c) sikap dan sumber

daya yang dimiliki kelompok, d) dukungan dari pejabat atau atasan, dan e) komitmen dan

kemampuan kepemimpinan pejabat pelaksana. Watak, karakter, dan sikap terbentuk melalui

pola fikir. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pola fikir merupakan faktor penting yang

mempengaruhi implementasi kebijakan. Dalam konteks ini, implementasi BLU pada suatu unit

organisasi seyogyanya diawali dengan perubahan pola fikir pegawai yang ada di dalamnya.

Selain factor-faktor yang dikemukakan oleh Edward III dan Keban, Merile S. Grindle dalam

Winarno (2002) menyebut ada 2 faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan yaitu isi

kebijakan (content of policy) dan lingkungan implementasi (context of implementation).

Variabel isi kebijakan mencangkup keterpenuhan kepentingan kelompok sasaran, manfaat

yang diterima target group, perubahan yang menjadi target kebijakan, serta ketepatan program

sebagai tindak lanjut dari kebijakan tersebut. Sementara itu, variabel lingkungan kebijakan

mencakup kewenangan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para pelaku yang terlibat

dalam implementasi kebijakan, karakteristik institusi dan rejim yang sedang berkuasa, serta

tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.

Memperhatikan uraian Grindle sebagaimana dipaparkan di atas, maka dalam implementasi

kebijakan BLU, selain memperhatikan isi kebijakan, juga harus memperhatikan lingkungan

kebijakan terutama yang berkaitan dengan kewenangan dan strategi. Dalam hal ini, kejelasan

kewenangan BLU merupakan satu prasyarat untuk berhasilnya implementasi kebijakan

tersebut. Intervensi yang terlalu besar dari instansi induk akan menghambat proses

implementasi sehingga kinerja tidak akan optimal. Selain itu, strategi yang dilakukan oleh unit

organisasi yang akan menerapkan kebijakan BLU harus benar-benar tepat, memperhatikan

kondisi internal organisasi (strength and weakness) serta memperhitungkan peluang dan

ancaman yang ada (opportunity and threat).

Metode Kajian

Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah Metode Deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Adapun yang menjadi objek kajian adalah 10 (sepuluh) hasil kajian/penelitian yang

Page 6: Implementasi Kebijakan Badan Layanan Umum (BLU) Dalam …juliwi.com/published/E0601/jlw0601_1-11.pdf · 2020. 3. 6. · Edisi 06 No. 01, Januari- Maret 2019, p. 1-11 1 Gagasan & Inovasi

Jurnal Lingkar Widyaiswara (www.juliwi.com) Edisi 06 No. 01, Januari-Maret 2019, p. 1-11 ISSN: 2355-4118

6

telah dilakukan sebelumnya mengenai implementasi kebijakan BLU di Rumah Sakit

Pemerintah, Balai Besar Kesehatan, dan Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia yang dilakukan

oleh para peneliti. Adapun tahapan yang dilakukan dalam kajian ini sebagai berikut: Langkah

pertama, melakukan kajian terhadap Peraturan Perundang-undangan Tentang Badan Layanan

Umum dan Teori Implementasi Kebijakan. Langkah kedua, melakukan kajian terhadap

beberapa hasil kajian sebelumnya yang telah dilakukan di berbagai organisasi pemerintah.

Langkah ketiga, menyusun kesimpulan Dampak Implementasi Kebijakan BLU terhadap

Kinerja Organisasi. Untuk melihat kinerja organisasi digunakan 3 (tiga) indikator yaitu: (1)

Kinerja pengelolaan keuangan, (2) Produktivitas dan kesejahteraan pegawai, (3) Kualitas

pelayanan dan kepuasan masyarakat.

Hasil dan Pembahasan

1. Dampak Terhadap Kinerja Keuangan

Untuk melihat dampak implementasi BLU terhadap kinerja organisasi dilakukan kajian

terhadap beberapa hasil kajian dan penelitian sebelumnya. Litaswari (2016) melakukan

penelitian pada Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa Implementasi Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-

BLU) di BBKPM Surakarta berdampak terhadap peningkatan kinerja keuangan dari tahun ke

tahun. Hal ini didorong oleh pemenuhan Rencana Strategi Bisnis, Rencana Bisnis Anggaran

dan penerapan Standar Akuntansi Keuangan serta Standar Akuntansi Pemerintah setelah

menjadi BLU.

Seperti halnya temuan Litaswari, penelitian yang dilakukan Rondonuwu dan Trisnontoro

(2013) pada BLUD Rumah Sakit Jiwa Nusa Tenggara Barat (NTB) menunjukkan bahwa

implementasi kebijakan PPK-BLUD di RSJ Provinsi NTB memberikan dampak positif

terhadap kinerja keuangan. Meskipun demikian, proses transformasi dari Non BLU ke BLU

tidak semuanya berjalan sesuai yang diharapkan sehingga implementasi kebijakan PPK-BLUD

juga tidak berjalan maksimal dan fleksibilitas sebagai hak istimewa sebuah RS dengan pola

pengelolaan keuangan BLUD belum dapat dilaksanakan.

Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Wildana, Maidin, dan Pasinringi (2012) terhadap

penerapan PPK-BLU pada RS Dr. Tadjuddin Chalid Makassar memperlihatkan bahwa sejak

diterapkan BLU pendapatan rumah sakit mengalami peningkatan dan lebih tepat waktu dalam

memenuhi seluruh kewajiban jangka pendeknya. Selain itu, jasa pelayanan yang diterima telah

mampu membiayai kegiatan operasional rumah sakit.

Pada Perguruan Tinggi, implementasi PPK-BLU juga berdampak positif terhadap kinerja

keuangan, sebagaimana temuan Pebriyani (2017) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis

Kinerja Universitas Negeri Padang Setelah Penerapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan

Layanan Umum “. Meningkatnya kinerja keuangan pasca penerapan kebijakan PPK-BLU ini

dapat dilihat dari hasil analisis terhadap laporan keuangan yang menunjukkan rasio-rasio

keuangan yang lebih baik.

Berbeda dengan penelitian-penelitian yang dikemukakan sebelumnya, penelitian yang

dilakukan Ermawan (2018) pada Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Sambang Lihum Provinsi

Kalimantan Selatan, menghasilkan kesimpulan bahwa kinerja keuangan RSJ Sambang Lihum

Provinsi Kalimantan Selatan setelah penerapan BLUD tetap dalam kondisi tidak sehat, dengan

indikator: Pertama, pertumbuhan (trend) pendapatan mengalami penurunan sejak tahun 2015

hingga 2016 dan trend arus kas tahun 2016 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2015.

Kedua, terdapat trend penurunan rasio likuiditas dan solvabilitas. Hasil rasio ketergantungan

Page 7: Implementasi Kebijakan Badan Layanan Umum (BLU) Dalam …juliwi.com/published/E0601/jlw0601_1-11.pdf · 2020. 3. 6. · Edisi 06 No. 01, Januari- Maret 2019, p. 1-11 1 Gagasan & Inovasi

Jurnal Lingkar Widyaiswara (www.juliwi.com) Edisi 06 No. 01, Januari-Maret 2019, p. 1-11 ISSN: 2355-4118

7

menunjukkan RSJ Sambang Lihum memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi atas subsidi

dari APBD Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan. Ketiga, Rasio efektifitas pendapatan

menunjukkan penurunan dari Tahun 2014 ke Tahun 2016, dan rasio efisiensi pendapatan

menunjukkan hasil tidak efisien. Keempat, fleksibilitas belum digunakan secara optimal guna

memenuhi pendanaan yang berasal dari pihak ketiga dalam rangka mengurangi ketergantungan

terhadap subsidi APBD. Kelima, target pendapatan pada tahun 2015 dan 2016 tidak dapat

dicapai oleh manajemen RSJ Sambang Lihum. Dan penyerapan anggaran belanja tahun 2015

dan 2016 rendah yakni hanya terserap masing-masing 74,24% dan 83,91%.

Kinerja keuangan yang kurang baik pasca implementasi PPK-BLU juga terjadi di RSUD Dr.

Saiful Anwar Malang. Penelitian yang dilakkan Sugiono dan Wahono (2016) menunjukkan

bahwa secara umum penerapan BLUD pada Rumah Sakit tersebut tidak berdampak terhadap

membaiknya kinerja keuangan. Rasio aktivitas maupun rasio profitabilitas mengalami

penurunan secara siknifikan. Selama kurun waktu tiga tahun (2014-2016) rasio aktifitas dan

rasio profitabilitas kurang efisien. Hal tersebut membuktikan bahwa RSUD Dr. Saiful Anwar

Malang kurang optimal dalam membuat perencanaan dan pelaksanaan strategi untuk

peningkatan keuntungan Rumah Sakit.

Selanjutnya, ketidakefektivan penerapan PPK-BLU dalam meningkatkan kinerja keuangan

juga ditemukan oleh Indiany, Rahmatika, dan Waskito (2016) dalam penelitiannya di RSUD

Kardinah Tegal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan

antara rentabilitas sebelum dan sesudah menjadi PPK-BLUD. Cash ratio, quick ratio, dan

current ratio sebelum dan sesudah menerapkan PPKBLUD tidak berbeda secara signifikan.

Demikian juga Solvabilitas keuangan sebelum dan sesudah penerapan

PPK-BLUD tidak ada perbedaan yang signifikan. Recible Turn Over dan Total Assets Turn

Over sebelum dan sesudah menerapkan PPK-BLUD tidak berbeda secara signifikan.

Sedangkan aspek inventory turn over dan fixed asset turn over terdapat perbedaan peningkatan

yang signifikan.

2. Dampak Terhadap Produktivitas dan Kesejahteraan Pegawai

Aspek kedua yang menjadi indikator keberhasilan atau ketidakberhasilan implementasi

kebijakan BLU adalah Produktivitas dan Kesejahteraan Pegawai. Penelitian Senjani (2016)

menghasilkan kesimpulan bahwa penerapan PPK-BLU pada UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

telah berdampak positif terhadap sistem remunerasi. Implementasi remunerasi sudah cukup

berhasil dalam menyusun sistem implementasi remunerasi yang lebih adil dan memberikan

penghargaan berdasarkan kinerja secara objektif. Hal ini merupakan faktor penentu utama

dalam keberhasilan implementasi remunerasi, karena remunerasi bertujuan memberikan

penghasilan kepada pegawai berdasarkan capaian kinerjanya.

Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Wildana1, Maidin, dan Pasinringi (2012)

terhadap penerapan PPK-BLU pada RS Dr. Tadjuddin Chalid Makassar yang menunjukkan

bahwa dari segi sumber daya manusia para pegawai khususnya dibagian keuanganpenerapan

PPK-BLU telah berhasil mendorong para pegawai untuk mengerjakan tugasnya secara teliti

dan sesuai dengan tupoksi. Kemudian dari segi kemandirian, pegawai cenderung mandiri dan

dapat diandalkan dalam mengerjakan tugasnya, namun terkadang ketika dalam pengawasan

kinerja pegawai cenderung lebih baik dinbanding ketika tanpa pengawasan.

Dilihat dari dampaknya terhadap kesejahteraan pegawai, penelitian yang dilakukan

Rondonuwu dan Trisnontoro (2013) terhadap implementasi PPK-BLU di RSJ Provinsi NTB

menunjukkan bahwa implementasi PPK-BLUD telah meningkatkan pembagian jasa pelayanan

kepada seluruh karyawan RSJ Provinsi NTB.

Page 8: Implementasi Kebijakan Badan Layanan Umum (BLU) Dalam …juliwi.com/published/E0601/jlw0601_1-11.pdf · 2020. 3. 6. · Edisi 06 No. 01, Januari- Maret 2019, p. 1-11 1 Gagasan & Inovasi

Jurnal Lingkar Widyaiswara (www.juliwi.com) Edisi 06 No. 01, Januari-Maret 2019, p. 1-11 ISSN: 2355-4118

8

3. Dampak Terhadap Pelayanan dan Kepuasan Masyarakat

Indikator ketiga yang dilihat dalam kajian ini adalah Pelayanan dan Kepuasan Masyarakat.

Beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa penerapan PPK-BLU sebagai

penyelenggara pelayanan publik berperan penting dalam memberikan layanan kepada

masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa. BLU beroperasi sebagai unit kerja

kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah untuk tujuan pemberian layanan umum yang

pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh instansi induk yang

bersangkutan (Juliani, 2018). Rondonuwu dan Trisnontoro (2013) menemukan bahwa

implementasi PPK-BLU pada RSJ Provinsi NTB telah berhasil meningkatkan kinerja

pelayanan.

Penerapan PPK-BLU di Universitas Negeri Padang juga telah berhasil menunjukkan kinerja

pelayanan yang “baik” yang diukur dari tingkat kepuasan masyarakat dengan menggunakan

indikator penilaian berdasarkan Kepmenpan No.KEP/25/M.PAN/2/2004 (Pebriyani, 2017).

Kenyataan ini menunjukkan bahwa mahasiswa Universitas Negeri Padang secara keseluruhan

merasa puas akan kinerja pelayanan yang diberikan oleh Universitas Negeri Padang.

Sementara itu, Septi W, Pribadi, Suranto (2012) dalam penelitannya tentang Evaluasi

Kebijakan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum menemukan bahwa dilihat dari aspek

pemerataan, penyelenggaraan layanan oleh BLU baik PPK-BLU Rumah Sakit ataupun PTN

baru mencapai kriteria cukup karena dengan penerapan PPK-BLU ini belum seluruh RS

maupun PTN BLU dapat memberikan pelayanan secara merata keseluruh komponen

masyarakat yang berbeda.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil kajian tersebut dapat disimpulkan bahwa dampak penerapan PPK-BLU

terhadap kinerja keuangan secara garis besar terbagi kedalam 3 (tiga) kategori, yaitu: (a)

Penerapan PPK-BLU berdampak positif terhadap kinerja keuangan, (b) Penerapan PPK-BLU

berdampak negative terhadap kinerja keuangan, (c) Penerapan PPK-BLU tidak berdampak

terhadap kinerja keuangan. Perbedaan dampak tersebut dipegaruhi oleh kemampuan organisasi

dalam melakukan perubahan terhadap pola fikir (mind set) selurub pegawai, kesiapan dalam

perencanaan, konsistensi dalam implementasi, dan pemanfaatan fasilitas fleksibilitas dalam

pengelolaan PPK-BLU.

Bedasarkan beberapa penelitian sebelumnya yang dikaji dalam kajian ini, penerapan PPK-BLU

baik pada Rumah Sakit ataupun Perguruan Tinggi telah berhasil meningkatkan produktivitas

dan kesejahteraan pegawai, meningkatkan kualitas dan jangkauanan layanan, serta kepuasan

masyarakat.

Rekomendasi

Untuk optimalisasi kinerja organisasi pasca implementasi PPK-BLU direkomendasikan kepada

semua organisasi yang akan menerapkannya untuk: pertama, melakukan perubahan pola fikir

pegawai terlebih dahulu, karena bagaimana pun, meskipun Unit PPK-BLU bukan organisasi

bisnis melainkan organisasi yang mempunyai tugas utama memberikan pelayanan kepada

masyarakat, akan tetapi semangat bisnis ada pada Unit PPK-BLU. Yang kedua, implementasi

PPK-BLU perlu didukung oleh penguatan dari sisi perencanaan, baik perencanaan jangka

panjang, menengah ataupun perencanaan tahunan.

Page 9: Implementasi Kebijakan Badan Layanan Umum (BLU) Dalam …juliwi.com/published/E0601/jlw0601_1-11.pdf · 2020. 3. 6. · Edisi 06 No. 01, Januari- Maret 2019, p. 1-11 1 Gagasan & Inovasi

Jurnal Lingkar Widyaiswara (www.juliwi.com) Edisi 06 No. 01, Januari-Maret 2019, p. 1-11 ISSN: 2355-4118

9

Ucapan Terimakasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan Widyaiswara di Pusat Pelatihan dan

Pengembangan dan Pemetaan Kompetensi Aparatur Sipil Negara atas dukungan moril dan

kontribusi pemikiran sehingga kajian ini dapat diselesaikan. Terima kasih juga penulis

sampaikan kepada Tim Redaksi Jurnal Lingkar Widyaiswara, semoga tulisan ini bermanfaat.

Referensi

Chand, Basir (2011). Public Policy: Implementation Approaches, The Statesman Institute,

https://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=1744286

Edward III, George C (edited) (1990). Public Policy Implementing, Jai Press Inc, London-

England.

Ermawan, Deny (2018). Analisis Kinerja Keuangan Badan Layanan Umum Daerah RSJ

Sambang Lihum Provinsi Kalimantan Selatan. https://msap-

unlam.ac.id/download/jurnal_focus/03-Denny-Ermawan-ok.pdf

Indiany, Debby Firoeza; Dien Noviany Rahmatika dan; Jaka Waskito (2016), Analisis

Kinerja Keuangan Sebelum Dan Sesudah Penerapan PPK-BLUD Pada RSUD

Kardinah, MULTIPLIER – Vol. I No. 1 November 2016. e-

journal.upstegal.ac.id/index.php/MLT/article/download/.../644

Juliani, Henny (2018). Eksistensi Badan Layanan Umum Sebagai Penyelenggara Pelayanan

Publik, Adminitrative Law & Governance Journal Vol. 1 Edisi Khusus 1 2018.

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q

=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwi98anxv5_iAhVI-

6wKHYGCBWIQFjABegQIBhAC&url=https%3A%2F%2Fejournal2.undip.ac.id%

2Findex.php%2Falj%2Farticle%2Fdownload%2F2819%2F1759&usg=AOvVaw1cp

4_Q81kBJbxI-gzwR0i5

Keban, Yeremias T. 2007. Pembangunan Birokrasi di Indonesia, Pidato Pengukuran Guru

Besar pada FISIP UGM, Yogyakarta.

Litaswari, Inestiti (2016). Studi Interpretatif Tentang Pola Pengelolaan Keuangan Badan

Layanan Umum (PPK-BLU) Pada Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta:

http://eprints.ums.ac.id/41253/27/02.%20NASKAH%20PUBLIKASI.pdf

Pebriyani, Dewi (2017). Analisis Kinerja Universitas Negeri Padang Setelah Penerapan Pola

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, Tesis, Fakultas Ekonomi - Universitas

Andalas.

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=27&cad=rja

&uact=8&ved=2ahUKEwiHytHKw5_iAhUEWK0KHTA9BT84FBAWMAZ6BAgJ

EAE&url=http%3A%2F%2Fscholar.unand.ac.id%2F27611%2F&usg=AOvVaw0x9

O-x7XDRAmlCVc4bEckp

Rondonuwu, Julastri; Laksono Trisnantoro (2013). Manajemen Perubahan di Lembaga

Pemerintah: Studi Kasus Implementasi Kebijakan Pelaksanaan PPK-BLUD di Rumah

Sakit Jiwa Provinsi NTB, Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Volume 02,

Desember 2013.

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=34&ved=2a

Page 10: Implementasi Kebijakan Badan Layanan Umum (BLU) Dalam …juliwi.com/published/E0601/jlw0601_1-11.pdf · 2020. 3. 6. · Edisi 06 No. 01, Januari- Maret 2019, p. 1-11 1 Gagasan & Inovasi

Jurnal Lingkar Widyaiswara (www.juliwi.com) Edisi 06 No. 01, Januari-Maret 2019, p. 1-11 ISSN: 2355-4118

10

hUKEwid7KOyvJ_iAhUJWa0KHZKkCWY4HhAWMAN6BAgCEAI&url=https%3

A%2F%2Fjournal.ugm.ac.id%2Fjkki%2Farticle%2Fdownload%2F3200%2F2809&

usg=AOvVaw3ZNHWnAKDkAp7rcfQe6rBY

Senjani, Yayu Putri (2016). Analisis Implementasi Remunerasi BLU

(Studi Kasus Pada UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), Jurnal Ekonomi dan Bisnis,

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Yogyakarta.https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=

29&ved=2ahUKEwib57f1up_iAhVNUK0KHVrnBrs4FBAWMAh6BAgIEAI&url=h

ttp%3A%2F%2Fejournal.uinsuka.ac.id%2Ffebi%2Fekbis%2Farticle%2Fdownload%

2F11 02%2F554&usg=AOvVaw3ZZTEqPwfRulIcgzh9ehYG

Septi W, Atik; Ulung Pribadi; Suranto (2012). Evaluasi Kebijakan Pengelolaan Keuangan

Badan Layanan Umum, JKSG PAPPER No : 003/JKSG/2012.

https://www.academia.edu/2770773/EVALUASI_KEBIJAKAN_PENGELOLAAN_

KEUANGAN_BADAN_LAYANAN_UMUM?auto=download

Sobandi, Baban (2019). Strategi Implementasi Manajemen Talenta pada Birokrasi di

Indonesia, Makalah yang disampaikan pada Seminar Nasional Konferensi

Kepegawaian 2019, Universitas Padjadjaran, Bandung.

Sugiono; Budi Wahono (2016), Analisis Kinerja Keuangan Badan Layanan Umum Daerah

RSUD Dr. Saiful Anwar Malang (Studi kasus pada BLUD RSUD Dr. Saiful Anwar

Malang periode 2013-2016), e-Jurnal Riset Manajemen Prodi Manajemen, Fakultas

Ekonomi UNISMA.

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=26&ved=2a

hUKEwib57f1up_iAhVNUK0KHVrnBrs4FBAWMAV6BAgDEAI&url=http%3A%

2F%2Friset.unisma.ac.id%2Findex.php%2Fjrm%2Farticle%2Fdownload%2F546%2

F569&usg=AOvVaw0vIDAUIC6zlQ3EkMZpDIVH

Wibawa, Samodra (1994). Kebijakan Publik, Intermedia Jakarta.

Wildana1, Alimin Maidin, Syahrir A. Pasinringi (2012). Kajian Implementasi Penerapan

Badan Layanan Umum di RS.Dr.Tadjuddin Chalid Makassar Tahun 2012,

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3375/KAJIAN%20IMPLE

MENTASI%20PENERAPAN%20BADAN%20LAYANAN%20UMUM.pdf?sequen

ce=1

Winarno, Budi (2002). Teori dan Proses Kebijakan Publik, Media Pressindo Yogyakarta.

World Economic Forum (2018). Global Competitiveness Report 2018.

Peraturan Perundang-undangan

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan

Umum.

Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokasi.

Page 11: Implementasi Kebijakan Badan Layanan Umum (BLU) Dalam …juliwi.com/published/E0601/jlw0601_1-11.pdf · 2020. 3. 6. · Edisi 06 No. 01, Januari- Maret 2019, p. 1-11 1 Gagasan & Inovasi

Jurnal Lingkar Widyaiswara (www.juliwi.com) Edisi 06 No. 01, Januari-Maret 2019, p. 1-11 ISSN: 2355-4118

11

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Pedoman

Organisasi Satuan Kerja di Lingkungan Instansi Pemerintah yang Menerapkan Pola

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.

Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 67 Tahun 2011 tentang Pedoman Evaluasi

Kelembagaan Pemerintah.