implementasi kebijakan publik- working paper

21
Working Paper: Studi Implementasi Kebijakan Publik 1 Ayi Riyanto, Ak., M.Si/ Oktober 2008 Studi Implementasi Kebijakan Publik Konsep studi implementasi kebijakan publik dimulai pertama kali pada tahun 1973 yang dilakukan oleh jeffrey L. Pressman dan Aaron Wildavsky dalam bukunya yang berjudul Implementaion: How Great Expectations in Washington Are Dashed in Oakland”. Dalam buku tersebut Pressman dan Wildavsky menjelaskan mengenai bagaimana suatu kebijakan publik, yang ditetapkan oleh Pemerintah Amerika yang didukung oleh Kongres, untuk mengurangi tingkat pengangguran diimplementasikan di Kota Oakland. Secara umum dalam generasi pertama ini mengemukaan mengenai: (1) mengelola pergeseran fokus dari sebuah proposal menjadi suatu aturan dan bagaimana aturan menjadi program; (2) menggambarkan kompleksitas dan dinamika sifat dari implementasi; (3) menekankan pada pentingnya suatu subsistem kebijakan dan kesulitan suatu subsistem dalam menghasilkan koordinasi dan pengendalian; (4) mengidentifikasi sejumlah faktorfaktor yang seolaholah menjadi pemicu hasil sebuah program yang biasanya kekurangan ekspektasi; dan (5) mendiagnosa beberapa patologi yang secara periodik mempengaruhi aktor yang melaksanakan implementasi. Perkembangan berikutnya merupakan generasi kedua dalam studi implementasi, pada tahun 1975 Daniel Mazmanian dan Paul Saatier menulis buku yang berjudul “Implementation and Public Policy”, Donald S. Van Meter dan Carls E. Van Horn menulis buku yang berjudul ”The Policy Implementation Process: A Conceptual Framework in Administration and Society” dan “Merilee S. Grindle menulis buku yang berjudul “Politics and Policy Implementation in The Third

Upload: ayi-riyanto

Post on 18-Jun-2015

6.691 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Implementasi Kebijakan Publik- Working Paper

Working Paper: Studi Implementasi Kebijakan Publik 

1 Ayi Riyanto, Ak., M.Si/ Oktober 2008 

Studi Implementasi  

Kebijakan Publik 

   

Konsep studi implementasi kebijakan publik dimulai pertama kali pada tahun 1973 yang 

dilakukan  oleh  jeffrey  L.  Pressman  dan  Aaron  Wildavsky  dalam  bukunya  yang  berjudul 

“Implementaion: How Great Expectations  in Washington Are Dashed  in Oakland”. Dalam buku 

tersebut  Pressman  dan Wildavsky menjelaskan mengenai bagaimana  suatu  kebijakan  publik, 

yang  ditetapkan  oleh  Pemerintah  Amerika  yang  didukung  oleh  Kongres,  untuk mengurangi 

tingkat  pengangguran  diimplementasikan  di  Kota  Oakland.  Secara  umum  dalam  generasi 

pertama  ini mengemukaan mengenai:  (1) mengelola  pergeseran  fokus  dari  sebuah  proposal 

menjadi  suatu  aturan  dan  bagaimana  aturan  menjadi  program;  (2)  menggambarkan 

kompleksitas  dan  dinamika  sifat  dari  implementasi;  (3) menekankan  pada  pentingnya  suatu 

subsistem  kebijakan  dan  kesulitan  suatu  subsistem  dalam  menghasilkan  koordinasi  dan 

pengendalian;  (4) mengidentifikasi  sejumlah  faktor‐faktor  yang  seolah‐olah menjadi  pemicu 

hasil  sebuah  program  yang  biasanya  kekurangan  ekspektasi;  dan  (5) mendiagnosa  beberapa 

patologi yang secara periodik mempengaruhi aktor yang melaksanakan implementasi. 

Perkembangan berikutnya merupakan generasi kedua dalam studi  implementasi, pada 

tahun 1975 Daniel Mazmanian dan Paul Saatier menulis buku yang berjudul “Implementation 

and Public Policy”, Donald S. Van Meter dan Carls E. Van Horn menulis buku yang berjudul  ”The 

Policy  Implementation Process: A Conceptual  Framework  in Administration  and  Society” dan 

“Merilee S. Grindle menulis buku yang berjudul “Politics and Policy Implementation in The Third 

Page 2: Implementasi Kebijakan Publik- Working Paper

Working Paper: Studi Implementasi Kebijakan Publik 

2 Ayi Riyanto, Ak., M.Si/ Oktober 2008 

World”. Secara umum dalam generasi kedua ini mengemukaan mengenai: (1) bentuk kebijakan 

dan kontennya; (2) organisasi dan sumber dayanya; (3) pelaku termasuk didalamnya mengenai 

telenta‐talenta, motivasi‐motivasi, kecenderungan‐kecenderungan, dan hubungan/ relasi antar 

personal termasuk pola komunikasinya. 

Generasi ketiga dalam studi implementasi muncul pada tahun 1990 yang doimotori oleh 

Malcolm L. Goggin, Ann O’M Bowman,  James Lester dan  lautence  J O’toole dengan bukunya 

yang  berjudul  “Implementation  Theory  and  Practice  –  Toward  a  third  Generation”.Dalam 

generasi  ketiga  terebut  lebih  ditekankan  pada  pendekatan  scientific  yang mengintegrasikan 

pertimbangan‐pertimbangan utama dengan variabel‐variabel penelitian top‐down dan bottom‐

up.  

Berikut  ini  adalah  uraian  singkat  mengenai  apa  dan  bagaimana  studi  implementasi 

sesuai dengan perkembangan teori studi impelentasinya:  

 

Generasi Pertama 

Generasi pertama  yang dipelopori oleh Pressman dan Wildavsky  (1973), dimana hasil 

studinya menekankan pada perubahan  fokus dari bagaimana  suatu proposal menjadi  sebuah 

aturan,  dan  bagaimana  suatu  aturan menjadi  sebuah  program,  dan menjelaskan mengenai 

kompleksitas,  kesulitan,  dan  tingkat  kejadian  kesalahan  yang  muncul  dalam  proses 

implementasi.  Dalam  penelitiannya,  Pressman  dan  Wildavsky  menggunakan  asumsi  bahwa 

proses  kebijakan  dilakukan  secara  top‐down  dan  bersifat  linier  yang  dilakukan  oleh  pejabat 

pemerintah. Model  ini mengasumsikan  bahwa  implementasi  harus merupakan  proses  yang 

linier  yang mana  arah  kebijakan  diterjemahkan menjadi  aktivitas‐aktivitas  program  dengan 

Page 3: Implementasi Kebijakan Publik- Working Paper

Working Paper: Studi Implementasi Kebijakan Publik 

3 Ayi Riyanto, Ak., M.Si/ Oktober 2008 

sedikit mungkin adanya deviasi. Model ini mensarankan bahwa pembuat kebijakan merupakan 

satu‐satunya  aktor  penting  sehingga  aktor‐aktor  di  tingkat  organisasi  hanya  bertugas  untuk 

melaksanakan proses implementasi dengan benar.  

Pemikiran utama dari Pressman dan Wildavsky bahwa  studi  implementasi  tidak dapat 

memisahkan  antara mendesain  kebijakan  dengan  implementasinya,  karena  jika  tindakan  itu 

dilakukan merupakan  tindakan  yang  fatal.  Implementasi merupakan  kemampuan mencapai 

konsekuensi‐konsekuensi  yang  diprediksi  setelah  kondisi‐kondisi  awal  dapat  dipenuhi,  akan 

tetapi  implementasi  bukan  dimaksudkan  untuk  menciptakan  kondisi‐kondisi  awal  tersebut. 

Legislasi  harus memiliki  komitmen  dalam memberikan  persetujuan  dan  pendanaan  sebelum 

pelaksanaan  implementasi  untuk  mengamankan  hasil  (outcomes)  yang  telah  diprediksi. 

Kelemahan  dalam  implementasi  tidak  dapat  diartikan  sebagai  suatu  kegagalan  dalam 

menjalankan  kebijakan  tetapi merupakan  suatu  ketidakmampuan  untuk mengikuti  apa  yang 

telah  ditetapkan. Oleh  karena  itu  implementasi  harus  dilihat  sebagai  suatu  proses  interaksi 

antara penyusunan  tujuan‐tujuan  (setting of goals) dengan  tindakan‐tindakan yang dirancang 

untuk mencapai  tujuan‐tujuan  tersebut. Dengan  kata  lain, mempelajari  proses  implementasi 

juga harus memahami mengenai proses penyusunan  tujuan‐tujuan atau kebijakan yang akan 

mengarahkan  suatu  implementasi,  dengan menitikberatkan  perhatian  pada  posisi  struktural 

mereka  yang  menetapkan  target  (para  pengambil  kebijakan)  dan  mereka  yang  harus 

mengimplementasikannya (para birokrat).  

Studi  implementasi  berbeda  dengan  evaluasi  kebijakan  atau  sekarang  yang  dikenal 

dengan  analisis  kebijakan.  Studi  implementasi memberikan  pondasi  bagi  evaluasi  kebijakan, 

dimana  studi  implementasi didasarkan kesadaran yang kuat pada  sasaran‐sasaran yang  telah 

Page 4: Implementasi Kebijakan Publik- Working Paper

Working Paper: Studi Implementasi Kebijakan Publik 

4 Ayi Riyanto, Ak., M.Si/ Oktober 2008 

ditetapkan  sebelumnya  dan  konsekuensi‐konsekuensi  kedepan  yang  memiliki  atau  tidak 

memiliki  kesesuaian  dengan  harapan  sebenarnya,  sedangkan  evaluasi menitikberatkan  pada 

bagaimana  hasil  dari  implementasi  kebijakan  tersebut,  apakah  baik  atau  buruk  dengan 

melakukan  observasi  pada  perbedaan  antara  konsekuensi  yang  diharapkan  dengan  yang 

sebenarnya dicapai. 

Jika  ide  Pressman  dan Wildavsky  kami  gambarkan  dalam  suatu  diagram, maka  studi 

implementasi adalah sebagai berikut: 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Desain Kebijakan 

Implementasi Kebijakan 

Kinerja Kebijakan 

Interaksi 

• Definisi permasalahan kebijakan 

• Latar belakang Kepentingan para perumus kebijakan 

• Konteks kebijakan 

• Komitmen 

• Sasaran kebijakan 

Perumus Kebijakan 

Implementor kebijakan 

Capaian atas hasil yang diharapkan 

• Kepemimpinan  

• Komitmen 

• Perencanaan  • Dukungan Finansial  

• Dukungan Staff yang profesional 

• Koordinasi • Sinkronisasi • Prosedur • Ketepatan waktu  • Bebas pengaruh 

Studi Implementasi

Page 5: Implementasi Kebijakan Publik- Working Paper

Working Paper: Studi Implementasi Kebijakan Publik 

5 Ayi Riyanto, Ak., M.Si/ Oktober 2008 

Berdasarkan  diagram  diatas  terlihat  bahwa  studi  implementasi  dimulai  dari  para 

perumus kebijakan yang terdiri dari Legislatif (DPR di tingkat pusat dan DPRD di tingkat daerah), 

dan  eksekutif  (Presiden,  Menteri/  Ketua  LPND,  Kepala  Daerah,  dan  Kepala 

Dinas/Badan/Kantor), yang akan menghasilkan desain kebijakan yang akan menjadi arahan bagi 

implementor  kebijakan  (Departemen/  LPND,  Dinas/Badan/Kantor,  dan  lembaga  lain  yang 

terlibat  dalam  implementasi)  untuk mengimplementasikan  kebijakan  agar  konsekuensi  atau 

hasil dari kebijakan dapat dicapai. 

Para  pengambil  kebijakan  dalam  mendesain  kebijakan  mempertimbangkan  hal‐hal 

sebagai berikut: 

1) Definisi permasalahan kebijakan, yaitu kebutuhan, nilai atau kesempatan yang diinginkan 

oleh  publik  yang  harus  dipenuhi  oleh  pemerintah.  Contohnya:  permasalahan  tingginya 

tingkat pengangguran, tidak adanya lahan pekerjaan, kerusuhan, kemiskinan, dan lain‐lain; 

2) Latar belakang kepentingan para perumus kebijakan,yaitu apa saja yang melatarbelakangi 

para aktor dalam merumuskan kebijakan. Contohnya: hubungan relasi, kepentingan politik 

tertentu, situasi politik, waktu dan tempat; 

3) Konteks  Kebijakan,  yaitu  apa  yang mendasari  penetapan  desain  kebijakan.  Contohnya: 

memecahkan  masalah  kebijakan, mendukung  kepentingan  politik  tertentu,  mendukung 

kepentingan kelompok tertentu, dan kepatuhan; 

4) Komitmen,  yaitu  komitmen  akan  adanya  dukungan  politik  dan  dukungan  sumber  daya 

finansial atas kebijakan yang ditetapkan. 

5) Sasaran kebijakan, yaitu apa dan siapa yang akan menjadi target dari kebijakan yang akan 

ditetapkan. 

Page 6: Implementasi Kebijakan Publik- Working Paper

Working Paper: Studi Implementasi Kebijakan Publik 

6 Ayi Riyanto, Ak., M.Si/ Oktober 2008 

 

Implementor  kebijakan  agar  dapat  mengimplementasikan  kebijakan  dengan  baik 

dipengaruhi oleh hal‐hal berikut: 

1) Kepemimpinan.  Organisasi  implementor  harus  memiliki  pemimpin  yang  dapat 

mengarahkan seluruh aktivitas organisasi untuk mencapai hasil yang telah diprediksi 

oleh perumus kebijakan. Kepemimpinan memiliki peran untuk menentukan hal‐hal 

yang  harus  dilaksanakan  oleh  organisasi  agar mampu menterjemahkan  apa  yang 

menjadi tujuan dari kebijakan. 

2) Komitmen.  Upaya‐upaya  yang  dilakukan  oleh  implementor  harus  didukung  oleh 

komitmen yang kuat dari seluruh komponen organisasi mulai dari pimpinan sampai 

dengan staff, karena  tanpa adanya komitmen, konsekuensi‐konsekuensi yang  telah 

diprediksi akan sulit untuk dapat dicapai.  

3) Perencanaan.  Setiap  kebijakan  atau  program  yang  telah  ditetapkan  oleh  para 

perumus  kebijakan  harus  direncanakan  dengan  baik  oleh  implementor  sebelum 

diimplementasikan.  Perencanaan  yang  baik  adalah  perencanaan  yang  mampu 

menterjemahkan  tujuan  kebijakan  atau  program  ke  dalam  aktivitas‐aktivitas  yang 

terarah sesuai dengan target yang telah ditetapkan sehingga hasil yang diharapkan 

(desired outcomes) dapat dicapai.  

4) Dukungan  finansial.  Setiap  kebijakan  akan  memiliki  konsekuensi  finansial,  oleh 

karena  itu  implementasi kebijakan membutuhkan dukungan  finansial yang mampu 

menjaga keberlangsungan implementasi kebijakan tersebut. 

Page 7: Implementasi Kebijakan Publik- Working Paper

Working Paper: Studi Implementasi Kebijakan Publik 

7 Ayi Riyanto, Ak., M.Si/ Oktober 2008 

5) Dukungan staff yang profesional. Pihak yang secara langsung menjadi implementor 

di  lapangan untuk menjalankan aktivitas‐aktivitas sesuai dengan perencanaan yang 

telah  ditetapkan  adalah  staff,  oleh  karena  itu  agar  implementasi  dapat  berjalan 

dengan  baik  dibutuhkan  adanya  dukungan  staff  yang  memiliki  kompetensi  dan 

kapabilitas yang sesuai dengan yang dibutuhkan. 

6) Koordinasi.  Implementor  kebijakan  bukanlah  pihak  yang  berdiri  sendiri  tetapi 

merupakan pihak‐pihak yang saling memiliki keterkaitan satu dengan yang  lainnya, 

oleh  karena  itu  agar  implementasi  kebijakan  dapat  dijalankan  sesuai  dengan 

tujuannya perlu adanya koordinasi diantara pihak‐pihak tersebut. 

7) Sinkronisasi. Untuk menghindarkan  persepsi  yang  berbeda  diantara  implementor, 

perlu adanya sinkronisasi mengenai teknis implementasi kebijakan tersebut. 

8) Sistem  dan  prosedur.  Kejelasan  dan  keteraturan  langkah  penerapan  kebijakan 

memerlukan adanya sistem dan prosedur yang baku yang dapat dijadikan pedoman 

oleh seluruh pihak yang mengimplementasikan kebijakan tersebut. 

9) Ketepatan waktu.  Proses  implementasi merupakan  tahapan  yang  sequential  yang 

saling berkaitan  sehingga  jika  salah  satu  tahapan  implementasi  tidak dilaksanakan 

tepat  waktu  maka  tahapan‐tahapan  berikutnya  juga  akan  terpengaruh  oleh 

keterlambatan tersebut. 

10) Bebas  pengaruh.  Intervensi  dalam  proses  implementasi  akan  berakibat  pada 

ketidakkonsistenan implementor dalam mengimplementasikan kebijakan yang pada 

akhirnya  tujuan  utama  dari  kebijakan  tidak  dapat  terpenuhi.  Oleh  karena  itu 

Page 8: Implementasi Kebijakan Publik- Working Paper

Working Paper: Studi Implementasi Kebijakan Publik 

8 Ayi Riyanto, Ak., M.Si/ Oktober 2008 

implementor harus bebas pengaruh pada saat pelaksanaan  implementasi kebijakan 

apabila kebijakan tersebut telah dapat ditetapkan dengan baik. 

 

Hal penting  lainnya agar kebijakan dapat dipersepsikan dan diimplementasikan dengan 

baik  oleh  implementor,  adalah  adanya  interaksi  antara  pihak  yang  merumuskan  kebijakan 

dengan  pihak  yang  mengimplementasikan  kebijakan  tersebut.  Pihak  yang  merumuskan 

kebijakan  membutuhkan  data  dan  informasi  yang  akurat  yang  akan  digunakan  untuk 

mendesain  kebijakan,  akan  tetapi  mereka  tidak  memiliki  infrastruktur  yang  baik  untuk 

mendapatkan  data  dan  informasi  tersebut.  Ketersediaan  data  dan  informasi  akan  dapat 

dipenuhi dengan baik oleh  implementor karena mereka memiliki  infrastruktur yang memadai 

untuk dapat mencari data, mengolahnya dan menjadikannya informasi yang berguna bagi para 

perumus kebijakan. Di pihak  lain, menterjemahkan suatu kebijakan menjadi program‐program 

dan aktivitas‐aktivitas yang  spesifik oleh  implementor  tidak akan efektif  jika  tidak melakukan 

interaksi berupa komunikasi dengan para perumus kebijakan. 

Metode  yang  dikembangkan  dalam  penelitian  adalah  metode  kualitatif‐deskriptif 

dengan  menggunakan  teknik  pengumpulan  data  yang  lebih  didominasi  oleh  interview  dan 

observasi. 

 

 

 

   

Page 9: Implementasi Kebijakan Publik- Working Paper

Working Paper: Studi Implementasi Kebijakan Publik 

9 Ayi Riyanto, Ak., M.Si/ Oktober 2008 

Generasi Kedua 

Generasi ini sudah menggunakan analytical frameworks untuk memberi arah penelitian 

pada  fenomena  yang  kompleks  dari  implementasi  kebijakan.  Penekanan  yang  diutamakan 

dalam generasi kedua adalah: 

1) Bentuk kebijakan dan kontennya  

2) Organisasi dan sumber dayanya  

3) Pelaku  –  yang  berhubungan  dengan  talenta‐talentanya,  motivasi‐motivasinya, 

kecenderungan‐kecenderungan,  dan  hubungan/  relasi  antar  personal  termasuk  pola 

komunikasinya. 

Selain  itu  beberapa  hal  penting  lainnya  yang  dikembangkan  dalam  analytical 

frameworksnya adalah: 

1) Pengakuan bahwa  implementasi mengalami perbedaan  sesuai dengan perjalanan waktu, 

berbagai kebijakan yang berbeda, dan dari satu negara ke negara lainnya; 

2) Identifikasi siapa saja aktor yang dapat menjelaskan variasi‐variasi tersebut; 

3) Adanya pertentangan dari berbagai permasalahan sulit yang berkaitan dengan proses dari 

penelitian sistematis empiris dalam sub disiplin ilmu tersebut. 

Untuk melihat perbedaan antara generasi pertama dengan generasi kedua, kami akan 

mencoba mengupas  teori yang dikemukakan oleh Merilee S. Grindle dalam bukunya “Politics 

and Policy Implementation in the Third World”. 

Grindle  mendefinisikan  implementasi  sebagai  suatu  upaya  untuk  menciptakan 

hubungan  yang  memungkinkan  tujuan‐tujuan  kebijakan  publik  dapat  direalisasikan  sebagai 

suatu hasil dari aktivitas‐aktivitas pemerintahan. Upaya‐upaya tersebut merupakan penciptaan 

Page 10: Implementasi Kebijakan Publik- Working Paper

Working Paper: Studi Implementasi Kebijakan Publik 

10 Ayi Riyanto, Ak., M.Si/ Oktober 2008 

sistem penghantaran kebijakan berupa alat‐alat khusus yang didesain dan dicapai dengan suatu 

harapan untuk dapat mewujudkan hasil akhir sesuai dengan yang telah diperkirakan. Sehingga 

kebijakan publik ‐ sebagai suatu pernyataan yang  luas dari tujuan, sasaran dan perangkatnya ‐ 

diterjemahkan kedalam program aktivitas yang bertujuan untuk mencapai hasil akhir dari suatu 

kebijakan. 

Implementasi  kebijakan  merupakan  suatu  fungsi  dari  implementasi  program  dan  

berpengaruh  terhadap  pencapaian  outcome‐nya.  Oleh  karena  itu  studi  terhadap  proses 

implementasi  kebijakan  hampir  selalu  menggunakan  metode  investigasi  dan  analisis  dari 

aktivitas program yang  sesungguhnya yang  telah didesain  sebagai  suatu alat untuk mencapai 

tujuan kebijakan yang lebih luas. 

Perbedaan  yang  jelas  antara  kebijakan dengan program dalam prakteknya  sulit untuk 

dibedakan.  Terminologi  kebijakan  dan  program  selalu  digunakan  saling  bergantian.  Karena 

implementasi  kebijakan  berkaitan  dengan  outcomes  dari  suatu  program,  maka  sulit  untuk 

memisahkan hasil akhir kebijakan dari program utamanya. Implementasi kebijakan tergantung 

dari  implementasi program yang mengasumsikan program merupakan  fakta yang sebenarnya 

yang merupakan alat untuk mencapai tujuan dari kebijakan tersebut. 

Implementasi  merupakan  proses  umum  dari  aktivitas  administrasi  yang  dapat 

diinvestigasi  pada  tingkatan  program  yang  spesifik.  Keberhasilan  atau  kegagalan  suatu 

implementasi  dapat  dievaluasi  berdasarkan  kapasitas  sesungguhnya  dalam  menghantarkan 

program yang telah ditetapkan, sehingga keseluruhan implementasi kebijakan dapat dievaluasi 

dengan cara mengukur pencapaian outcomes dari seluruh program terhadap tujuan kebijakan. 

Proses  implementasi secara umum dapat dimulai jika tujuan dan sasaran umum telah spesifik, 

Page 11: Implementasi Kebijakan Publik- Working Paper

Working Paper: Studi Implementasi Kebijakan Publik 

11 Ayi Riyanto, Ak., M.Si/ Oktober 2008 

aktivitas program telah didesain, dan dana telah dialokasikan untuk mencapai tujuan tersebut. 

Oleh karena itu proses formulasi kebijakan dapat diabaikan oleh proses implementasi kebijakan 

dan program yang telah dijalankan.  

Membedakan formulasi dan  implementasi kebijakan dalam tataran praktek merupakan 

hal yang cukup sulit, ketika terdapat feedback dari prosedur  implementasi akan mengarahkan 

pada  modifikasi  dalam  tujuan  dan  arah  dari  kebijakan;  atau  jika  ada  permintaan  untuk 

memberikan  interpretasi  atau  interpretasi  ulang  atas  aturan  dan  pedoman  maka  akan 

mengarahkan  pada  sekian  banyak  pertimbangan  bagi  pengambil  kebijakan  pada  saat 

mengimplementasikan  kebijakan  tersebut.  Proses  implementasi  sangat  dipengaruhi  oleh 

berbagai macam sasaran yang telah ditentukan secara spesifik dan dalam bentuk sesuai tujuan 

yang  telah  ditetapkan.  Oleh  karena  itu,  formulasi  keputusan  akan  ‐  dibuat  atau  tidak  akan 

dibuat – berkaitan dengan tipe kebijakan yang akan dicapai dan perubahan suatu program yang 

akan  dilaksanakan  merupakan  faktor‐faktor  yang  integral  dalam  menentukan  seberapa 

berhasilkah program tersebut akan dilaksanakan. 

Berikut  ini  adalah  diagram  Model  Implementasi  Kebijakan  yang  dikembangkan  oleh 

Grindle: 

 

 

 

 

 

 

Page 12: Implementasi Kebijakan Publik- Working Paper

Working Paper: Studi Implementasi Kebijakan Publik 

12 Ayi Riyanto, Ak., M.Si/ Oktober 2008 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Menurut Grindle kebijakan yang menyangkut banyak kepentingan yang saling berbeda 

lebih sulit diimplementasikan sehingga konten kebijakan merupakan salah satu faktor penting 

yang  harus  diperhatikan  dalam  merumuskan  suatu  kebijakan,  dan  konteks  kebijakan 

mempengaruhi proses implemantasinya. 

Yang dimaksud dengan konten adalah bahwa kebijakan yang akan diambil dipengaruhi 

oleh: 

1) Kepentingan  yang  dipengaruhi,  bahwa  setiap  kebijakan  yang  akan  diambil  akan 

mempertimbangkan  dampak  terhadap  aktivitas  politik  yang  di  stimulasi  oleh  proses 

pengambilan keputusan. 

Tujuan kebijakan 

Tujuan yang ingin dicapai 

Program Aksi dan proyek individu yg didesain dan 

dibiayai 

Melaksanakan Kebijakan dipengaruhi oleh: (a) Isi Kebijakan 

1. Kepentingan yg dipengaruhi 2. Tipe Manfaat 3. Derajat perubahan yang diharapkan 4. Letak pengambilan keputusan 5. Pelaksana program 6. Sumber daya yang dilibatkan 

 (b) Konteks Implementasi 

1. Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat 

2. Karakteristik lembaga dan penguasa 3. Kepatuhan dan daya tanggap 

Program yang dijalankan seperti yang 

direncanakan ? 

Mengukur keberhasilan 

Hasil Kebijakan: (a) Dampak pada 

masyarakat, individu dan kelompok 

(b) Perubahan dan penerimaan oleh masyarakat

Page 13: Implementasi Kebijakan Publik- Working Paper

Working Paper: Studi Implementasi Kebijakan Publik 

13 Ayi Riyanto, Ak., M.Si/ Oktober 2008 

2) Tipe  manfaat,  bahwa  program  yang  memberikan  manfaat  secara  kolektif  akan 

mendapatkan dukungan dalam implementasinya dan sebaliknya. 

3) Derajat perubahan yang diharapkan, bahwa program yang ditetapkan yang mengharapkan 

akan  adanya  sedikit  perubahan  perilaku  di  masyarakat  akan  mudah  untuk 

diimplementasikan,  tetapi  untuk  program  yang mengharapkan  adanya  perubahan  yang 

mendasar di masyarakat dalam jangka panjang akan sulit untuk diimplementasikan. 

4) Letak pengambilan keputusan,  bahwa setiap keputusan akan mempertimbangkan dimana 

keputusan  tersebut  akan diambil, misalnya di  tingkat Departemen  (pemerintahan pusat) 

atau  ditingkat  Dinas  (pemerintahan  daerah),  dan  akan  berdampak  pada  tingkat 

implementasi dari kebijakan tersebut. 

5) Pelaksana  program,  bahwa  keputusan  yang  dibuat  dalam  tahapan  formulasi  kebijakan 

akan mengindikasikan  siapa  yang  akan ditugaskan untuk melaksanakan berbagai macam 

program, dan keputusan  itu  juga akan mempengaruhi bagaimana kebijakan tersebut akan 

dicapai. 

6) Sumber daya yang dilibatkan, bahwa setiap keputusan yang diambil akan berakibat pada 

pemenuhan  sumber  daya  yang  dibutuhkan  untuk mengimplementasikan  program  yang 

telah ditetapkan. 

Yang  dimaksud  dengan  konteks  adalah  bahwa  pelaksanaan  implementasi  kebijakan 

dipengaruhi oleh: 

1) Kekuasaan, kepentingan, dan strategi dari aktor yang terlibat, bahwa mereka yang akan 

mengimplementasikan program mungkin akan mencakup partisipan tingkat pemerintahan 

pusat  dan  pemerintahan  daerah,  baik  itu  kalangan  birokrat,  pengusaha  maupun 

Page 14: Implementasi Kebijakan Publik- Working Paper

Working Paper: Studi Implementasi Kebijakan Publik 

14 Ayi Riyanto, Ak., M.Si/ Oktober 2008 

masyarakat  umum.  Keseluruhan  aktor  tersebut mungkin  secara  intensif  ataupun  tidak, 

tergantung konten dari program dan strukturnya dimana kebijakan tersebut dilaksanakan. 

Mereka  ikut  terlibat  dalam  implementasi  program,  dan  setiap  masing‐masing  aktor 

memiliki  kepentingan  tertentu  terhadap  program  tersebut  dan  mereka  berusaha 

mencapainya dengan membuat ketentuan‐ketentuan dalam prosedur alokasinya. 

2) Karakteristik  lembaga  dan  penguasa,  bahwa  apa  yang  diimplementasikan  mungkin 

merupakan hasil dari perhitungan politik dari kepentingan dan persaingan antar kelompok 

untuk  mendapatkan  sumber  daya  yang  terbatas,  respon  dari  petugas  yang 

mengimplementasikan,  dan  tindakan‐tindakan  elit  politik,  semuanya  berinteraksi  dalam 

konteks  kelembagaan  masing‐masing.  Analisis  atas  implementasi  dari  program  yang 

spesifik dalam  interaksinya akan mempertimbangkan penilaian kapabilitas kekuasaan dari 

para  aktor,  kepentingan‐kepentingannya,  dan  strategi  untuk  mencapainya,  serta 

karakteristik dari penguasa.  

3) Ketaatan  dan  daya  tanggap,  bahwa  dalam  upayanya  untuk  mencapai  tujuan,  birokrat 

berhadapan dengan dua masalah yang timbul dari interaksi antara lingkungan program dan 

administrasi  program.  Yang  pertama,  birokrat  harus  berhadapan  dengan masalah  yang 

berkaitan  dengan  bagaimana  menjaga  ketaatan  agar  hasil  akhir  dari  kebijakan  dapat 

dicapai  walaupun  mereka  harus  menangani  berbagai  interaksi  diantara  aktor  yang 

berkepentingan  dalam  implementasi  kebijakan  tersebut.  Yang  kedua,  bagaimana 

responsivitas dari birokrat terhadap keinginan‐keinginan dari mereka yang akan menerima 

manfaat  dari  pelayanan  yang  diberikannya  agar  tujuan  kebijakan  dan  program  dapat 

tercapai. Agar efektif, maka implementor harus memiliki keahlian dalam seni berpolitik dan 

Page 15: Implementasi Kebijakan Publik- Working Paper

Working Paper: Studi Implementasi Kebijakan Publik 

15 Ayi Riyanto, Ak., M.Si/ Oktober 2008 

harus memahami dengan baik  lingkungan dimana mereka akan merealisasikan kebijakan 

publik dan program‐programnya. 

Metode  yang  dikembangkan  dalam  penelitian  adalah  metode  kuantitatif  dengan 

menggunakan teknik pengumpulan data yang lebih didominasi oleh survey dan observasi. 

Page 16: Implementasi Kebijakan Publik- Working Paper

Working Paper: Studi Implementasi Kebijakan Publik 

16 Ayi Riyanto, Ak., M.Si/ Oktober 2008 

Generasi Ketiga 

Dalam  generasi  ketiga  ini,  fokus  pertanyaan  ditekankan  pada  desain  kebijakan  dan 

jejaring  kebijakan  serta  implikasinya  terhadap  bagaimana  keberhasilan  dari  implementasi 

kebijakan  tersebut  merupakan  hal  terpenting  yang  akan  dievaluasi.  Atau  dengan  kata  lain 

seberapa  baik  suatu  program  dan  kebijakan  itu  didesain  akan  mempengaruhi  tingkat 

keberhasilan dari implementasinya dalam jejaring kebijakan tertentu. 

Dalam generasi ketiga ini telah mengembangkan suatu model proses implementasi yang 

lebih scientific yang terintegrasi yang menjadi pertimbangan dan variabel‐variabel utama dalam 

penelitian dengan  pendekatan top‐down dan bottom‐up menjadi single framework.  

Mengacu pada model yang dikembangkan oleh Malcolm L. Goggin  (1990) yaitu model 

komunikasi dalam impelementasi kebijakan antar pemerintahan (The Communication Model of 

Intergovernmental  Policy  Implementation),  bahwa model  ini  lebih melihat  pada  prilaku  dari 

agen‐agen pelaksana  implementasi kebijakan. Model  ini menggunakan  teori komunikasi yang 

menyediakan  alat  untuk  memahami  hubungan  dalam  implementasi  kebijakan  antar 

pemerintahan.  Untuk  pemahaman  yang  lebih  baik  mengenai  dinamika  implementasi  antar 

pemerintahan  dimana  prosesnya  yang  dilaksanakan  oleh  agen‐agen  pemerintah  pusat  yang 

mempengaruhi pada pemerintah daerah, terdapat beberapa pertanyaan mendasar yaitu: 

1) Kelembagaan  pusat  dan  daerah  yang  mana  yang  terlibat  dalam  penetapan  kebijakan 

tentang bagaimana pemerintah harus melaksanakan implementasi? 

2) Apa pola yang berpengaruh terhadap kelembagaan dan individual? 

3) Apa kepentingan‐kepentingan dan motivasi‐motivasi dari administratur dan elit politik yang 

menginterpretasi kebijakan pemerintah pusat? 

Page 17: Implementasi Kebijakan Publik- Working Paper

Working Paper: Studi Implementasi Kebijakan Publik 

17 Ayi Riyanto, Ak., M.Si/ Oktober 2008 

4) Apa insentif dan hambatan‐hambatan yang mengarahkan agen‐agen tersebut dalam upaya 

untuk mengimplementasikan kebijakan? 

5) Bagaimana  sifat  dari  proses  pengambilan  keputusan  bersama mempengaruhi  tindakan‐

tindakan  sesungguhnya  dari  pemerintah  dalam  hubungannya  dengan  implementasi 

kebijakan  khususnya mengenai waktu  dan  apa  serta  bagaimana memodifikasi  kebijakan 

pada saat implementasi dilakukan? 

Diagram  “The  Communications  Models  of  Intergovermental  Policy  Implementation” 

adalah sebagai berikut: 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Independent Variables 

Intervening Variables 

Dependent Variables 

Federal‐Level Inducement and 

constraints 

Feedback 

State and local level inducement and constraints 

State decisional Outcomes 

State capacity 

State implementation 

(Feedback) 

Page 18: Implementasi Kebijakan Publik- Working Paper

Working Paper: Studi Implementasi Kebijakan Publik 

18 Ayi Riyanto, Ak., M.Si/ Oktober 2008 

Secara  konseptual  proses  implementasi  selain  dilaksanakan  pada  level  pemerintah 

daerah,  juga menghasilkan produk  (output dan outcomes) merupakan hasil dari pilihan pada 

level pemerintah daerah tersebut. Pilihan keputusan dari pemerintah daerah bukan merupakan 

pilihan  yang  kosong  tanpa makna.  Keputusan  kebijakan  pemerintah  daerah  tergantung  dari 

pengaruh  eksternal  dan  internal  pemerintahan  (government).  Perilaku  implementasi  dari 

pemerintah  daerah  merupakan  suatu  fungsi  dari  insentif‐insentif  dan  keterbatasan‐

keterbatasan  yang  disediakan  untuk  atau  merupakan  stimulus  yang  ada  pada  pemerintah 

daerah dari pemerintah daerah lainnya atau dari pemerintah pusat dalam sistem pemerintahan 

negaranya.  Insentif  (inducement)  merupakan  faktor‐faktor  –  kondisi  dan  aksi  –  yang 

menstimulasi implementasi sedangkan keterbatasan adalah kebalikannya. 

Keputusan  nasional  yang memicu proses  implementasi  yang  dipengaruhi  oleh  bentuk 

dan  konten,  untuk  berbagai  tingkatan,  pilihan  dan  perilaku  dari  agen‐agen  ditentukan  oleh 

eksekusi yang diputuskan. 

Dengan model komunikasi, variabel‐variabel penelitian yang digunakan adalah sebagai 

berikut: 

Untuk Menilai Proses Implementasi 

Dependent Variabel:  

‐ proses implementasi,  

‐ outputs, dan  

‐ outcomes. 

Independent Variabel: 

‐ Federal level inducement and constraints 

Page 19: Implementasi Kebijakan Publik- Working Paper

Working Paper: Studi Implementasi Kebijakan Publik 

19 Ayi Riyanto, Ak., M.Si/ Oktober 2008 

o Menilai konten kebijakan 

o Menilai kejelasan kebijakan 

o Menilai konsistensi kebijakan 

o Menilai bentuk kebijakan 

o Menilai persepsi dari birokrat 

‐ State and local inducement and constraints 

o Menilai kekuatan dukungan koalisi 

o Menilai atribut‐atribut pegawai yang terpilih dan dipilih 

o Menilai konten dan bentuk dari komunikasi 

o Menilai atribut dari koresponden 

Intervening Variabel: 

‐ Kapasitas organisasi 

o Menilai unit organisasional 

o Menilai Sumber daya keuangan 

‐ Kapasitas ekologi 

o Menilai Kapasitas fiskal State 

o Menilai Kapasitas Politik State 

o Menilai Kapasitas Situasional State 

 

Metode  yang  dikembangkan  dalam  penelitian  adalah  metode  kuantitatif  dengan 

menggunakan  teknik  pengumpulan  data  yang  lebih  didominasi  oleh  focus  group  discussion, 

Page 20: Implementasi Kebijakan Publik- Working Paper

Working Paper: Studi Implementasi Kebijakan Publik 

20 Ayi Riyanto, Ak., M.Si/ Oktober 2008 

interview dan suvey. Sedangkan analisis atas data menggunakan time series analysis, dynamic 

modeling, network analysis, discriminant analysis dan content analysis. 

 

 

   

Page 21: Implementasi Kebijakan Publik- Working Paper

Working Paper: Studi Implementasi Kebijakan Publik 

21 Ayi Riyanto, Ak., M.Si/ Oktober 2008 

 

Daftar Pustaka 

Barrett,  Susan M.  “Implementation  Studies:  Time  For A Revival?  Personal  Reflections On  20 

Years Of Implementation Studies”. Oxford. Blackwell Publishing Ltd. 2004. 

Cline,  Kurt  D.  “Defining  the  Implementation  Problem:  Organizational  Management  versus 

Cooperation. “ Journal of Public Administration Research and Theory. 2000. 

Denhardt, Janet V, and Robert B Denhardt.   “The New Public Services‐ Serving, Not Steering”. 

New York.M.E. Sharpe.Inc. 2003. 

Exworthy, Mark and Martin Powell. “Big Windows and Little Windows: Implementation  in The 

Congested State”. Oxford. Blackwell Publishing Ltd. 2004. 

Grindle,  Merilee  S.  ”Politics  and  Policy  Implementation  in  The  Third  World”.  Ney 

Jersey:Princeton University Press. 1980. 

Lester, James P. and Malcolm L. Goggin. “Back To The Future: Rediscovery of  Implementation 

Studies”. Albuquerque. University of New Mexico. 1998 

Lynn,  Laurence  E;  Carolyn  Heinrich;  and  Carolyn  Hill.  “Studying  Governance  and  Public 

Management: Chalengges  and Prospects”.  Journal of Public Administration Research 

and Theory. 2000. 

Meter, Donald S. Van and Carl E. Van Horn. ”The Policy Implementation Process: A Conceptual 

Framework in Administration and Society”. Beverly Hills: Sage Publication. 1975. 

Pressman,  Jeffrey  L  and  Aaron  Wildavsky.  “Implementation:  How  Great  Expectations  In 

Washington Are Dashed In Oakland”. California.University of California Press. 1984. 

Sabatier,  Paul  and  Daniel  Mazmanian.  “Top‐Down  and  Bottom‐Up  Approaches  to 

Implementation Research” In Journal of Public Policy. 1986.