implementasi nilai pancasila dan uud 1945 dalam …

14
IMPLEMENTASI NILAI PANCASILA DAN UUD 1945 DALAM PENANGANAN ANAK JALANAN DI KOTA MALANG Budi Budaya 1 Fakultas Hukum Universitas Wisnuwardhana Malang Abstraksi : Anak-anak terlantar dan anak-anak jalanan pada hakikatnya memiliki hak-hak asasi yang sama dengan hak-hak asasi manusia pada umumnya. Sebagaimana sila kelima Pancasila dan Pasal 34 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 yang disebutkan bahwa Fakir miskin dan anak-anak terlantar diperlihara oleh negara. Maka demi keadilan sosial pemerintah memiliki kewajiban melindungi dan memenuhi hak-hak anak-anak jalanan. Hasil Penelitian implementasi Pancasila dan UUD 1945 di Kota Malang menunjukkan, nilai Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945 diimplementasikan ke dalam Peraturan Walikota Kota Malang No. 55 Tahun 2012 dan Peraturan Daerah Kota Malang No. 10 Tahun 2013. Peraturan Walikota Kota Malang No. 55 Tahun 2012 mengatur tentang tugas pokok, fungsi tata kerja Dinas Sosial Kota Malang. Pada Peraturan Walikota ini dinas sosial Kota Malang wajib memberi pembinaan terhadap anak terlantar, memberi rekomendasi anak terlantar ke panti sosial bina remaja, atau panti asuhan anak. Perda Kota Malang Tahun Nomor 10 Tahun 2013 berisi tentang penanganan anak jalanan, gelandangan, dan pengemis di kota Malang. Mengacu kepada Perda ini pemerintah daerah diwajibkan untuk secara aktif melakukan tindakan preventif terhadap anak jalanan. Implementasi kebijakan pemerintah kota Malang antara lain adalah adanya kerjasama antara dinas sosial dengan SKPD dan Masyarakat, serta adanya dukungan pendanaan. Dinas Sosial Pemkot Malang bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Nasional Kota Malang melalui Sanggar Kegiatan Belajar yang berupaya menangani pendidikan formal agar anak jalanan bisa menyelesaikan pendidikan formalnya. Faktor Penghambat penanganan anak jalanan adalah kurangnya sumber daya manusia. Sebab idealnya, ada tenaga sosial yang mendampingi anak jalanan tersebut selama sehari dua jam dan seminggu penuh. Kendala dalam pemberian layanan yaitu terbatasnya SDM dari pemerintah. Anggaran untuk pengentasan anak jalanan juga kurang. Penanganan permasalahan anak jalanan jika dimasukkan dalam kebijakan PMKS masih terlalu umum, sehingga kebijakan ini belum mampu memberikan dampak positif bagi anak jalanan itu sendiri. Kata kunci: anak jalanan, perlindungan, Pemerintah, kebijakan Abstraction : Abandoned children and street children in fact have rights similar to human rights in general. As the five precepts of Pancasila and Article 34 paragraph (1) NRI Constitution of 1945 stated that The poor and neglected children maintained by the state. So for the sake of social justice the government has an obligation to protect and fulfill the rights of street children. Results of implementation of Pancasila and the 1945 Constitution in Malang shows NRI values of Pancasila and the Constitution of 1945 is implemented in Malang City Mayor Regulation No. 55 of 2012 and Regulation of Urban Malang No. 10 Year 2013. Malang Mayor Regulation No. 55 of 2012 regulates the basic tasks, functions working procedures of the Social Service of Malang. In this Mayor regulation Malang social services is required to provide guidance to the abandoned children, abandoned children make recommendations to the social house building teens, or orphanage. Malang City Regulation No. 10 Year 2013 is about the handling of street children, vagrants and beggars in the city of Malang. Referring to this law local governments are required to actively carry out preventive measures against street children. Malang city government policy implementation among others, is the cooperation between social services with SKPD and Society, as well as their funding support. Social Service of Malang City Government in cooperation with the National Education Department of Malang through Studio Learning Activities are trying to address the formal education that street children could finish their formal education. Factors hindering the handling of street children is the lack of human resources. Because ideally, there are social workers who assist street children for two hours a day and a full week. Constraints in service delivery is limited human resources of the government. The budget for the alleviation of street children are also less. Handling problems of street children if included in the PMKS is still too common policy, and the policy has not been able to provide a positive impact for street children themselves. Keywords: street children, protection, government, policy 1 Alamat Korespondensi : [email protected]

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMENTASI NILAI PANCASILA DAN UUD 1945 DALAM …

IMPLEMENTASI NILAI PANCASILA DAN UUD 1945 DALAM PENANGANAN

ANAK JALANAN DI KOTA MALANG

Budi Budaya1

Fakultas Hukum Universitas Wisnuwardhana Malang

Abstraksi :

Anak-anak terlantar dan anak-anak jalanan pada hakikatnya memiliki hak-hak asasi yang sama dengan hak-hak

asasi manusia pada umumnya. Sebagaimana sila kelima Pancasila dan Pasal 34 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945

yang disebutkan bahwa Fakir miskin dan anak-anak terlantar diperlihara oleh negara. Maka demi keadilan sosial

pemerintah memiliki kewajiban melindungi dan memenuhi hak-hak anak-anak jalanan. Hasil Penelitian

implementasi Pancasila dan UUD 1945 di Kota Malang menunjukkan, nilai Pancasila dan UUD NRI Tahun

1945 diimplementasikan ke dalam Peraturan Walikota Kota Malang No. 55 Tahun 2012 dan Peraturan Daerah

Kota Malang No. 10 Tahun 2013. Peraturan Walikota Kota Malang No. 55 Tahun 2012 mengatur tentang tugas

pokok, fungsi tata kerja Dinas Sosial Kota Malang. Pada Peraturan Walikota ini dinas sosial Kota Malang

wajib memberi pembinaan terhadap anak terlantar, memberi rekomendasi anak terlantar ke panti sosial bina

remaja, atau panti asuhan anak. Perda Kota Malang Tahun Nomor 10 Tahun 2013 berisi tentang penanganan

anak jalanan, gelandangan, dan pengemis di kota Malang. Mengacu kepada Perda ini pemerintah daerah

diwajibkan untuk secara aktif melakukan tindakan preventif terhadap anak jalanan. Implementasi kebijakan

pemerintah kota Malang antara lain adalah adanya kerjasama antara dinas sosial dengan SKPD dan Masyarakat,

serta adanya dukungan pendanaan. Dinas Sosial Pemkot Malang bekerjasama dengan Dinas Pendidikan

Nasional Kota Malang melalui Sanggar Kegiatan Belajar yang berupaya menangani pendidikan formal agar

anak jalanan bisa menyelesaikan pendidikan formalnya. Faktor Penghambat penanganan anak jalanan adalah

kurangnya sumber daya manusia. Sebab idealnya, ada tenaga sosial yang mendampingi anak jalanan tersebut

selama sehari dua jam dan seminggu penuh. Kendala dalam pemberian layanan yaitu terbatasnya SDM dari

pemerintah. Anggaran untuk pengentasan anak jalanan juga kurang. Penanganan permasalahan anak jalanan

jika dimasukkan dalam kebijakan PMKS masih terlalu umum, sehingga kebijakan ini belum mampu

memberikan dampak positif bagi anak jalanan itu sendiri.

Kata kunci: anak jalanan, perlindungan, Pemerintah, kebijakan

Abstraction :

Abandoned children and street children in fact have rights similar to human rights in general. As the five

precepts of Pancasila and Article 34 paragraph (1) NRI Constitution of 1945 stated that The poor and neglected

children maintained by the state. So for the sake of social justice the government has an obligation to protect and

fulfill the rights of street children. Results of implementation of Pancasila and the 1945 Constitution in Malang

shows NRI values of Pancasila and the Constitution of 1945 is implemented in Malang City Mayor Regulation

No. 55 of 2012 and Regulation of Urban Malang No. 10 Year 2013. Malang Mayor Regulation No. 55 of 2012

regulates the basic tasks, functions working procedures of the Social Service of Malang. In this Mayor

regulation Malang social services is required to provide guidance to the abandoned children, abandoned children

make recommendations to the social house building teens, or orphanage. Malang City Regulation No. 10 Year

2013 is about the handling of street children, vagrants and beggars in the city of Malang. Referring to this law

local governments are required to actively carry out preventive measures against street children. Malang city

government policy implementation among others, is the cooperation between social services with SKPD and

Society, as well as their funding support. Social Service of Malang City Government in cooperation with the

National Education Department of Malang through Studio Learning Activities are trying to address the formal

education that street children could finish their formal education. Factors hindering the handling of street

children is the lack of human resources. Because ideally, there are social workers who assist street children for

two hours a day and a full week. Constraints in service delivery is limited human resources of the government.

The budget for the alleviation of street children are also less. Handling problems of street children if included in

the PMKS is still too common policy, and the policy has not been able to provide a positive impact for street

children themselves.

Keywords: street children, protection, government, policy

1 Alamat Korespondensi : [email protected]

Page 2: IMPLEMENTASI NILAI PANCASILA DAN UUD 1945 DALAM …

2 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM, Volume 10 Nomor 2 Periode Nov 2016 Hal 1 - 14

A. Pendahuluan

Pancasila merupakan dasar Negara

Indonesia. Sebagai dasar negara nilai-nilai

yang terkandung di dalamnya sudah seha-

rusnya terimplementasi dalam berbagai pe-

raturan perundang-undangan dan juga dalam

berbagai kebijakan yang diambil oleh pe-

merintah, baik itu pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah. Salah satu sila dalam

pancasila adalah keadilan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia. Sila kelima pancasila ter-

sebut mempunyai implikasi yang luas baik

dalam bentuk penjabarannya dalam perun-

dang-undangan maupun dalam penerapan

perundang-undangan itu sendiri.

Pancasila memiliki hubungan erat

dengan UUD 1945. Sila-sila Pancasila dija-

barkan ke dalam batang tubuh UUD 1945.

Salah satu pasal yang menjabarkan sila ke-

lima pancasila adalah Pasal 34 ayat (2) UUD

1945 yang mengatur bahwa fakir miskin dan

anak-anak yang terlantar dipelihara oleh ne-

gara. Selanjutnya pada ayat (2) dinyatakan

negara mengembangkan sistem jaminan so-

sial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan

masyarakat yang lemah dan tidak mampu

sesuai dengan martabat kemanusiaan.

Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasi-

onal BPS tahun 1998 dapat dilihat bahwa

anak jalanan secara nasional sebanyak 2,8

juta anak. Pada tahun 2000, angka tersebut

mengalami peningkatan sebesar 5,4%, se-

hingga menjadi 3,1 juta anak. Pada tahun

2000, anak yang rawan menjadi anak jala-

nan sebanyak 10,3 juta anak atau 17,6% dari

jumlah total anak di Indonesia, yaitu 58,7

juta anak (Soewignyo, 2002). Berdasarkan

data terlihat, bahwa kualitas hidup dan masa

depan anak-anak di Indonesia sangat me-

merlukan perhatian, padahal mereka adalah

aset, investasi sumber daya manusia dan se-

kaligus harapan masa depan bangsa. Jika

kondisi dan kualitas hidup anak mempriha-

tinkan, berarti masa depan bangsa dan nega-

ra juga tidak menggembirakan. Bahkan, ti-

dak tertutup kemungkinan, sebagian dari

anak-anak Indonesia mengalami lost genera-

tion (generasi yang hilang).

UU No. 23 Tahun 2002 Pasal 8 mene-

gaskan bahwa setiap anak berhak mempe-

roleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosi-

al sesuai dengan kebutuhan fisik, mental,

spiritual, dan sosial. Keberadaan anak jala-

nan disebabkan oleh tidak terpenuhinya hak-

hak mereka di ranah domestik. Kekerasan

Dalam Rumah Tangga (KDRT) meru-pakan

salah satu hal yang menyebabkan anak turun

ke jalan (Unimed.ac.id.) sebagian dari anak-

anak harus berada di jalanan sebagai akibat

dari lemahnya kondisi ekonomi keluarga

sekaligus sebagai bukti bahwa terdapat ke-

gagalan dalam pemenuhan hak asuh yang

ideal untuk keadaan anak.

Di sisi lain, struktur ekonomi pendu-

duk Kota Malang bertumpu pada sektor jasa,

umumnya buruh industri dan sektor infor-

mal. Dengan struktur ekonomi seperti ini

mendorong orang tua berharap anak–anak

dapat ikut berpartisipasi agar kegiatan pro-

duksi meningkat. Oleh karena melibatkan

anak, maka disebut produktif anak. Mening-

katnya jumlah anak maka jumlah anak yang

beraktifitas di jalan juga meningkat. Seba-

nyak 25 % anak di Kota Malang pada tahun

2004 (mayoritas berusia di bawah 15 tahun)

yang berjumlah 15.000 anak telah memasuki

dunia kerja, sebagian dari mereka menjadi

anak jalanan dengan wilayah kerja tersebar

ditempat keramaian seperti pusat perbelan-

jaan, terminal dan stasiun kereta api, perem-

patan/pertigaan jalan dan tempat strategis la-

innya.

Bertambahnya jumlah anak jalanan di

kota Malang memperlihatkankan bahwa

masih banyak anak yang belum mendapat-

kan perlindungan secara maksimal. Peme-

rintah masih memiliki kewajiban yang besar

untuk menjalankan peran dan fungsinya agar

anak-anak jalanan mendapatkan perlindung-

an yang layak. Akan tetapi, peran pemerin-

tah tersebut juga menghadapi kendala, baik

yang berasal dari anak jalanan itu sendiri,

keterbatasan SDM yang dimiliki oleh peme-

rintah, maupun keterbatasan dukungan dari

masyarakat.

Page 3: IMPLEMENTASI NILAI PANCASILA DAN UUD 1945 DALAM …

Implementasi Nilai Pancasila Dan Uud 1945 Dalam Penanganan Anak Jalanan Di Kota

malang, Budaya Budi 3

Berkaitan dengan implementasi Pan-

casila dan UUD 1945, Pemerintah Daerah

Kota Malang telah menerbitkan Peraturan

Walikota Malang Nomor 55 Tahun 2012

tentang Uraian Tugas Pokok, Fungsi dan Ta-

ta Kerja Dinas Sosial. Dinas Sosial inilah

yang merupakan ujung tombak Pemerintah

Daerah Kota Malang dalam mengimplemen-

tasikan Pancasila dan UUD 1945. Di sam-

ping itu, Pemerintah Kota Malang juga me-

nerbitkan Peraturan Daerah Kota Malang

Nomor 10 Tahun 2013 tentang Penanganan

Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis.

Penerbitan peraturan daerah tersebut meru-

pakan upaya implementasi Pancasila dan

UUD 1945 yakni pemerintah daerah memi-

liki tanggung jawab perlindungan anak dan

juga untuk mewujudkan Kota Malang seba-

gai Kota Layak Anak.

Berdasarkan latar belakang di atas,

maka masalah dalam penelitian ini dirumus-

kan sebagai berikut: Pertama, Bagaimana-

kah hubungan Pancasila dan UUD 1945 ter-

kait dengan Peraturan Daerah Kota Malang

dalam kaitannya dengan Hak-hak Anak Jala-

nan? Kedua, Bagaimanakah Implementasi

kebijakan Penanganan Anak Jalanan di Kota

Malang?

B. Pembahasan

1. Hubungan Nilai Pancasila dan UUD

1945 dengan Kebijakan Pemerintah Da

erah Kota Malang dalam Pelin-dungan

Hak-hak Anak Jalanan

Sila kelima Pancasila yang berbunyi

keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

adalah keadilan yang berKetuhanan Yang

Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan

beradab, yang berkerakyatan yang dipimpin

oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusya-

waratan/perwakilan dijabarkan dalam UUD

1945. Penjabaran sila tersebut antara lain

adalah sebagai berkut:

Pasal 27 ayat (2) menyatakan bahwa

tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan

dan penghidupan yang layak bagi kemanu-

siaan. Ketentuan ini memancarkan asas ke-

sejahteraan atau asas keadilan sosial dan ke-

rakyatan yang merupakan hak asasi manusia

atas penghidupan yang layak.

Pasal 29 ayat (1) menyatakan negara

berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

Menurut Penjelasan UndangUndang Dasar,

ayat (1) pasal 29 ini menegaskan keperca-

yaan bangsa Indonesia terhadap Tuhan Yang

Maha Esa. Adapun dalam pasal 29 ayat (2)

ditetapkan bahwa negara menjamin kemer-

dekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk

agamanya masing-masing dan beribadat me-

nurut agamanya dan kepercayaannya itu.

Ketentuan ini jelas merupakan pernyataan

tegas tentang hak asasi manusia atas kemer-

dekaan beragama.

Pasal 31 ayat (1) menetapkan setiap

warga negara berhak mendapat pendidikan.

Ketentuan ini menegaskan bahwa mendapat

pendidikan adalah hak asasi manusia. Selan-

jutnya pada ayat (2) pasal ini dikemukakan

bahwa setiap warga negara wajib mengikuti

pendidikan dasar, dan pemerintah wajib

membiayainya. Dari ayat (2) pasal ini dipe-

roleh pemahaman bahwa untuk mengikuti

pendidikan dasar merupakan kewaji-ban

asasi manusia. Sebagai upaya memenuhi ke-

wajiban asasi manusia itu, maka dalam ayat

(3) pasal ini diatur bahwa pemerintah wajib

mengusahakan dan menyelenggarakan satu

sistem pendidikan nasional yang mening-

katkan keimanan dan ketaqwaan serta akh-

lpp

][lmubh788lak mulia dalam rangka

mencerdaskan kehi-dupan bangsa, yang

diatur dalam undang-undang. Demikian pula,

dalam rangka men-cerdaskan kehidupan

bangsa, maka dalam ayat (4) pasal 31 ini

ditetapkan bahwa nega-ra memprioritaskan

anggaran pendidikan se-kurang-kurangnya

20% (dua puluh persen) dari APBN

(Anggaran Pendapatan dan Be-lanja Negara)

serta dari APBD (Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah) untuk me-menuhi kebutuhan

penyelenggaraan pendi-dikan nasional.

Dalam pasal 31 ayat (5) dite-tapkan pula

bahwa pemerintah memajukan ilmu

pengetahuan dan teknologi dengan

menjunjung tinggi nilainilai agama dan per-

Page 4: IMPLEMENTASI NILAI PANCASILA DAN UUD 1945 DALAM …

4 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM, Volume 10 Nomor 2 Periode Nov 2016 Hal 1 - 14

satuan bangsa untuk kemajuan peradaban

serta kesejahteraan umat manusia.

Pasal 34 ayat (1) mengatur bahwa fa-

kir miskin dan anak-anak yang terlantar di-

pelihara oleh negara. Selanjutnya pada ayat

(2) dinyatakan negara mengembangkan sis-

tem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan

memberdayakan masyarakat yang lemah dan

tidak mampu sesuai dengan martabat kema-

nusiaan. Ketentuan dalam ayat (2) ini mene-

gaskan adanya hak asasi manusia atas jami-

nan sosial. Adapun pada pasal 34 ayat (4)

ditetapkan bahwa negara bertanggung jawab

atas penyediaan fasilitas pelayanan keseha-

tan dan fasilitas pelayanan umum yang la-

yak. Pelaksanaan mengenai isi pasal ini, se-

lanjutnya diatur dalam undang-undang, se-

bagaimana dinyatakan pada ayat (5) pasal 34

ini.

Pasal-pasal di atas adalah penjabaran

dari pokok-pokok pikiran keadilan sosial

yang merupakan pancaran dari sila kelima

Pancasila. Berdasarkan penjabaran pokok-

pokok pikiran tersebut, maka pembuatan ke-

bijakan negara di Indonesia dimaksudkan

untuk menciptakan sistem keadilan social

bagi seluruh rakyat indonesia.

Dalam UUD 1945, “anak terlantar itu

dipelihara oleh negara” bermakna pe-

merintah mempunyai tanggung jawab ter-

hadap pemeliharaan dan pembinaan anak-

anak terlantar, termasuk anak jalanan. Hak-

hak asasi anak terlantar dan anak jalanan,

pada hakekatnya sama dengan hak-hak asasi

manusia pada umumnya. Mereka perlu men-

dapatkan hak-haknya secara normal sebagai-

mana layaknya anak, yaitu hak sipil dan ke-

merdekaan (civil rights and freedoms), ling-

kungan keluarga dan pilihan pemeliharaan

(family envionment and alternative care),

kesehatan dasar dan kesejahteraan (basic

health and welfare), pendidikan, rekreasi dan

budaya (education, laisure and culture

activites), dan perlindungan khusus (special

protection).

Implementasi nilai Sila kelima

Pancasila dan UUD 1945, pemerintah dae-

rah kota Malang mengeluarkan Peraturan

Walikota Kota Malang Nomor 55 Tahun

2012 tentang uraian Tugas Pokok, Fungsi

dan Tata Kerja Dinas Sosial Kota Malang.

Peraturan Walikota ini terdiri atas 8 bab dan

29 Pasal yang yang disyahkan pada tanggal

28 November 2012. Terkait dengan masalah

anak terlantar pada peraturan walikota ini

Dinas Sosial kota Malang wajib memberi

pembinaan terhadap anak terlantar, memberi

rekomendasi anak terlantar ke panti sosial

bina remaja, atau panti asuhan anak

Selain itu, terdapat juga Perda Kota

Malang Tahun Nomor 10 Tahun 2013. Pera-

turan daerah kota Malang nomor 10 tahun

2013 berisi tentang penanganan anak jala-

nan, gelandangan, dan pengemis di kota Ma-

lang. Perda ini terdiri atas 7 Bab dan 18 Pa-

sal yang disyahkan oleh walikota malang

Moch. Anton pada tanggal 30 Desember

2013. Menurut perda kota Malang ini, anak

jalanan adalah anak yang menghabiskan se-

bagian besar waktunya untuk melakukan ke-

giatan kehidupan baik untuk mencari nafkah

atau berkeliaran di tempat umum. Mengacu

kepada perda ini pemerintah daerah diwa-

jibkan untuk secara aktif melakukan tinda-

kan preventif terhadap anak jalanan. Adapun

tindakan preventif tersebut mencakup: Pe-

nyuluhan dan bimbingan sosial, Pembinaaan

sosial, Bantuan sosial, Perluasan kesempatan

kerja, Pemukiman lokal, Peningkatan derajat

sosial, Peningkat pendidikan.

Masalah tersebut diatur dalam Perda

kota Malang No. 10 tahun 2013 sebagimana

dijabarkan dalam pasal-pasal sebagai beri-

kut:

Pasal 4

1. Penanganan anak jalanan, gelan-

dangan dan pengemis dilaksanakan

secara terpadu oleh Pemerintah Dae-

rah dengan melibatkan dunia usaha

dan ele-ment masyarakat lainnya.

2. Penanganan anak jalanan, gelan-

dangan dan pengemis sebagaimana

dimaksud pada ayat 1 dilakukan de-

ngan mengacu pada azas dan tujuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal

2 dan dilaksanakan secara terpadu

melalui usaha preventif, represif dan

rehabilitatif.

Page 5: IMPLEMENTASI NILAI PANCASILA DAN UUD 1945 DALAM …

Implementasi Nilai Pancasila Dan Uud 1945 Dalam Penanganan Anak Jalanan Di Kota

malang, Budaya Budi 5

Pasal 5. Dalam rangka mencegah berkem-

bangnya anak jalanan, gelandangan dan pe-

ngemis maka Pemerintah Daerah berperan

aktif melakukan tindakan usaha preventif,

usaha represif dan usaha rehaibilitatif di-

maksud pada Pasal 4 ayat (2).

Usaha preventif sebagaimana di-

maksud pada ayat 1 dilakukan antara lain

melalui : a. Penyuluhan dan bimbingan so-

sial; b. Pembinaan sosial; c. Bantuan sosial;

d. Perluasan kesempatan kerja; e. Pemuk-

iman lokal, f. Peningkatan derajat keseha-

tan; g. Peningkatan Pendidikan

Pelaksanaan usaha preventif seba-

gaimana dimaksud pada ayat 2 diatur lebih

lanjut dengan Peraturan Walikota. Usaha

represif sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) meliputi : Razia, penampungan semen-

tara untuk diseleksi, Pelimpahan Anak jala-

nan, gelandangan dan pengemis yang terke-

na penertiban ditampung dalam penam-

pungan sementara untuk diidentifikasi dan

diseleksi. Kegiatan seleksi sebagaimana di-

maksud pada ayat 1 dimaksudkan untuk ku-

alifikasi para anak jalanan, gelandangan

dan pengemis sebagai dasar menetapkan

tindakan selanjutnya yang terdiri dari : a.

Dilepaskan dengan syarat; b. Dimasukkan

dalam panti sosial; c. Dikembalikan kepada

orang tua/wali/keluarga/kampung halaman;

d. Dijadikan pekerja sosial sebagai penyapu

jalan dengan diberi imbalan; e. Diberikan

pelayanan kesehatan

Pasal 7. Dalam hal seorang anak jalanan,

gelandangan dan pengemis dikembalikan ke

keluarga dan masyarakat sebagaimana di-

maksud dalam Pasal 6 ayat 2 huruf c di-

berikan bantuan sosial yang jenis dan jum-

lahnya ditetapkan dengan Ke-putusan Wali-

kota.

Pasal 8. Pemerintah daerah berkewajiban

melaksanakan usaha rehabilitasi terhadap

para anak jalanan, gelandangan dan penge-

mis Usaha rehabilitatif sebagaimana dimak-

sud pada ayat 1 meliputi : a. Usaha penam-

pungan; b. Usaha seleksi; c. Usaha penyan-

tunan; d. Usaha penyaluran; e. Usaha tindak

lanjut

Pasal 9. Usaha penampungan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 8 ayat 2 huruf a ber-

tujuan untuk identifikasi anak jalanan, ge-

landangan dan pengemis yang dimasukkan

dalam Panti Sosial.

Pasal 11. Usaha penyantunan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 12 ayat 2 huruf c di-

tunjukan untuk mengubah sikap mental anak

jalanan, gelandangan dan pengemis dari

keadaan non produktif menjadi keadaan

yang produktif melalui : a. Bimbingan fisik;

b. Bimbingan mental; c. Bimbingan sosial; d.

Bimbingan keterampilan

Pasal 12. Usaha penyaluran sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 8 ayat 2 huruf d teru-

tama anak jalanan, gelandangan, dan pe-

ngemis yang telah mendapat bimbingan,

pendidikan, pelatihan dan keterampilan ker-

ja diarahkan agar dapat berperan kembali

sebagai warga masyarakat.

Pasal 13. Usaha tindak lanjut terhadap anak

jalanan,gelandangan dan pengemis se-

bagaimana di maksud dalam Pasal 8 ayat 2

huruf r dilakukan dengan : Meningkatkan

kesadaran berswadaya, meningkatkan ke-

mampuan sosial ekonomi, menumbuhkan ke-

sadaran hidup bermasyarakat

Pasal 14. Pemerintah Daerah melalui Dinas

Sosial berkewajiban melakukan pembinaan

dan pengawasan dalam penyelengaraan pe-

nanganan anak jalanan, gelandangan dan

pengemis.

Pasal 15. Pembinaan dan pengawasan seba-

gaimana dimaksud dalam Pasal 14 dalam

rangka mencegah dan menanggulangi melu-

asnya aktifitas anak jalanan, gelandangan

dan pengemis di wilayah Kota Malang. Pa-

da Dinas Sosial Kota Malang, hal ini mele-

kat pada Jabatan Struktural Kepala Bidang

Rehabilitasi Sosial yang memiliki tugas :

a. Terlaksananya pelaksanaan pembinaan

anak terlantar, para penyandang cacat,

panti asuhan, panti jompo, eks penyan-

dang penyakit sosial, eks narapidana,

anak dan lanjut usia

b. Terlaksananya pembinaan pemberdaya-

an penyandang masalah kesejahteraan

sosial

Page 6: IMPLEMENTASI NILAI PANCASILA DAN UUD 1945 DALAM …

6 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM, Volume 10 Nomor 2 Periode Nov 2016 Hal 1 - 14

c. Terlaksananya pelaksanaan pembinaan

anak terlantar, para penyandang cacat,

panti asuhan, panti jompo, eks penyan-

dang penyakit sosial, eks narapidana,

anak dan lanjut usia serta PSK, narkoba

dan penyakit sosial lainnya.

2. Implementasi Pancasila dan UUD 1945

dalam Kebijakan Penanganan Anak

Jalanan di Kota Malang

Penerapan Kebijakan Perlindungan A-

nak Jalanan di Kota Malang jalanan ini di-

mulai dari Konferensi Hak Anak yang dirati-

fikasi Pemerintah Indonesia dengan bentuk

Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990,

kemudian dibuat kebijakan sebagai penyem-

purna hingga yang terakhir adalah Undang-

undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Per-

lindungan Anak. Melihat bahwa implemen-

tasi merupakan tugas yang memakan sumber

daya/resources paling besar, maka tugas im-

plementasi kebijakan juga sepatutnya men-

dapatkan perhatian yang lebih besar. Terka-

dang dalam praktik proses kebijakan publik,

terdapat pandangan bahwa implementasi a-

kan bisa berjalan secara otomatis setelah for-

mulasi kebijakan berhasil dilakukan. Nugro-

ho (2008), berpendapat bahwa implementa-

tion myopia yang sering terjadi di Indonesia

salah satunya adalah “Selama ini kita ber-

anggapan bahwa jika kebijakan telah dibuat,

maka implementasi akan berjalan dengan

sendirinya”. Terkadang sumber daya seba-

gian besar dihabiskan untuk membuat peren-

canaan padahal justru tahap implementasi

kebijakan yang seharusnya memakan sum-

ber daya paling besar, dan bukan sebaliknya.

Awal tahun 1998 telah dirintis kerja-

sama dengan berbagai instansi terkait dalam

menangani anak jalanan diantaranya Dinas

Sosial Pemkot Malang dengan Dinas Pendi-

dikan Nasional Kota Malang melalui Sang-

gar Kegiatan Belajar yang berupaya me-

nangani pendidikan formal agar anak jala-

nan bisa menyelesaikan pendidikan formal-

nya, juga terjadi kerja sama antara Dinas So-

sial Kota Malang dengan LSM yang membi-

na anak jalanan agar bisa mandiri, dengan

membekali anak jalanan dengan pendidikan

dan latihan keterampilan melalui berbagai

Rumah Singgah Anak Jalanan yang dimilki

beberapa LSM di Kota Malang.

Tabel Jumlah Anak Jalan Di Kota Ma-

lang Tahun 2014

No Kecamatan Jumlah Presentase

1 Sukun 96 22,80%

2 Klojen 88 20,90%

3 Kedung

Kandang

114 27,08%

4 Lowokwaru 67 15,92%

5 Blimbing 58 13,30%

Jumlah 421 100%

Sumber : Data Olahan Primer Tahun 2015

Untuk mengetahui dengan pasti usia

bukanlah pekerjaan yang mudah, namun da-

lam wawancara untuk menggali informasi

tentang usia penulis tidak mengalami kesu-

litan. Karena mereka yang menekuni profesi

sebagai anak jalanan umumnya masih anak

usia dini. Sehingga mereka masih mempu-

nyai daya ingat yang kuat tentang usianya.

Untuk mengetahui usia anak jalanan di Kota

Malang dikelompokkan penggolongan usia

enam golongan seperti yang tersaji dalam

tabel di bawah ini :

Tabel Jumlah dan Presentase Anak Jala-

nan Menurut Usia di Kota Malang tahun

2014

No Golongan

Usia Jumlah Presentase

1 < 6 Tahun 28 6,66 %

2 7 – 9 Tahun 29 6,67 %

3 10 – 12 Tahun 84 20%

4 13 – 15 Tahun 140 33.33 %

5 16 – 18 Tahun 119 28,33 %

6 >19 Tahun 21 5 %

Jumlah 421 100 %

Sumber : Olahan Data Primer 2015

Tabel tersebut menggambarkan bah-

wa anak jalanan di Kota Malang mempunyai

distribusi usia sebagian besar pada golongan

usia 13 – 15 tahun. Yakni sebesar 33,33 %

disusul kelompok usia 10 – 12 tahun sebesar

20% sedangkan golongan usia terenddah

presentasenya terjadi pada golongan usia 19

tahun ke atas yang hanya mencapi 5 % dari

kelompok usia kurang dari 6 tahun sebesar

Page 7: IMPLEMENTASI NILAI PANCASILA DAN UUD 1945 DALAM …

Implementasi Nilai Pancasila Dan Uud 1945 Dalam Penanganan Anak Jalanan Di Kota

malang, Budaya Budi 7

6,66% . Dengan memperhatikan tabel sebe-

lumnya terlihat bahwa anak jalanan di Kota

Malang perkelompok usianya hampir sama.

Terutama pada usia kurang dari 15 tahun dan

sebenarnya secara umumnya mereka ini

termasuk penduduk kota yang berusia po-

tensial dan dinamis dalam menjalankan usa-

hanya sebagai anak jalanan.

Dengan tingkat pendidikan mereka

yang rendah menjadikan kemampuan berpi-

kir dan keluasan wawasan yang dimiliki a-

nak jalanan sangat terbatas. Sehingga me-

mungkinkan mereka dieksploitasi oleh pi-

hak–pihak yang tidak bertanggung jawab dan

tidak bersimpati kepada mereka. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa sebagian be-

sar 53.3 % tingkat pendidikan anak jalanan

tergolong rendah, yakni di bangku SD bah-

kan diantara mereka ada yang duduk di

bangku TK, dan tingkat pendidikan tertinggi

anak jalanan adalah SMU. Namun apabila

dilihat dari besarnya kontribusi (pendapatan

yang diberikan) penghasilan mereka terha-

dap keluarga, perbedaan tingkat pendidikan

tidak menunjukkan perbedaan yang signifi-

kan. Sebagai misal mereka yang berpendidi-

kan SD dengan mereka yang berpendidikan

SMP maupun SMU dalam memberikan pen-

dapatan yang diberikan penghasilannya ter-

hadap keluarga mereka hampir sama.

Faktor pendorong kinerja penanga-

nan anak jalanan yaitu adanya Peraturan

Walikota Kota No. 10 tahun 2013. Usaha

pemda kota Malang yaitu membuat kepu-

tusan tersebut yang berisi tentang Pemben-

tukan Dinas Sosial Penanggulangan Anak

jalanan. Dinas ini bertugas melakukan pe-

nertiban dan pemberdayaan anak jalanan di

Kota Malang. Selain itu, adanya dukungan

dana anggaran dari pemkot dan pemprov ju-

ga menjadi salah satu faktor pendukung ki-

nerja penanganan anak jalanan. Walaupun

dinilai dana anggaran tersebut tidak men-

cukupi proses penanganan anak jalanan, a-

kan tetapi hal itu lebih baik daripada tidak

mendapat perhatian dari pemkot maupun

pemprov itu sendiri.

Beban biaya untuk penanganan anak jala-

nan, gelandangan dan pengemis bersumber

dari:

a. Anggaran Pendapatan Dan Belanja Dae-

rah dan sumber lain yang sah dan tidak

mengikat sesuai dengan ketentuan peratu-

ran perundang –undangan.

b. Pengumpulan dan Pengolahan Data Pe-

nyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

(PMKS) dan Potensi Sumber Kesejah-

teraan Sosial (PSKS) dianggarkan sebe-

sar: Rp 247.816.500,00 menyerap angga-

ran sebesar Rp 245.287.000,00 digunakan

untuk tersedianya honorarium petugas

pendataan, yaitu aparat Kecamatan dan/

atau Kelurahan dengan melibatkan Tena-

ga Kesejahteraan Sosial Kecamatan dan

Pekerja Sosial Masyarakat sebanyak 193

orang yang dilengkapi Surat Penugasan

Sekretaris Daerah Kota Malang, bahan

perlengkapan praktek, alat tulis kantor,

makan dan minum rapat dan bantuan uang

transport bagi petugas pendataan.

Secara umum Dinas Sosial Kota Ma-

lang telah dapat melaksanakan tugas pokok

dan fungsinya dalam penyusunan dan pelak-

sanaan kebijakan daerah di bidang sosial di

Kota Malang, baik kegiatan yang bersifat

administratif maupun bersifat teknis secara

proposional telah berjalan dengan baik.

Indikator keberhasilan / kegagalan

pencapaian visi, misi, tujuan, sasaran, pro-

gram dan kegiatan Dinas Sosial Kota Ma-

lang adalah dengan melakukan pengukuran

Indikator Kinerja Utama (IKU). Pengukuran

dilakukan terhadap hasil su-atu penilaian

secara sistematik yang didasarkan pada

indikator kinerja. Pengukuran kinerja men-

cakup: (1) indikator kinerja utama (rencana

tingkat capaian), dan (2) tingkat capaian sa-

saran Dinas Sosial Kota Malang terhadap in-

dikator kinerja utama yang telah ditetapkan.

Setelah diperoleh data hasil pengukuran in-

dikator kinerja maka dilakukan pengukuran

tingkat pencapaian indikator kinerja. Pengu-

kuran ini dilakukan dengan metode perban-

dingan antara rencana tingkat capaian (tar

get) dengan realisasi capaian untuk mening-

katkan kualitas dan kemandirian Penyan

Page 8: IMPLEMENTASI NILAI PANCASILA DAN UUD 1945 DALAM …

8 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM, Volume 10 Nomor 2 Periode Nov 2016 Hal 1 - 14

dang Masalah Kesejahteraan Sosial agar da-

pat melaksanakan fungsi sosialnya secara

wajar, maka perlu adanya bimbingan sosial,

rehabilitasi dan pelayanan sosial, penggalian

potensi diri serta pembinaan melalui pembe

rian pelatihan dan ketrampilan bagi Penyan

dang Masalah Kesejahteraan Sosial agar

mampu mengembangkan kemampuannya.

Pembinaan tersebut dilaksanakan melalui

program pelayanan dan rehabilitasi kesejah

teraan sosial dengan target anggaran sebesar

Rp. 2.631.744.700,00, terserap sebesar : -----

Rp. 1.507.144.063,00, selisih anggaran tidak

terserap sebesar Rp 1.124.600.637,00 de

ngan cacatan kegiatan sebesar : --------------

Rp 1.000.000.000,00 dari sumber dana Dana

Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH-

CHT) tidak dapat dilaksanakan dikarenakan

karena dasar hukum pelaksanaannya belum

sesuai dengan ketentuan ( Peraturan Guber

nur Nomor 51 Tahun 2010 tentang Pedoman

Umum Penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai

Hasil Tembakau di Jawa Timur Ps 24 huruf

(h) jo Peraturan Walikota Malang Nomor 11

Tahun 2010 Ps 10 huruf (z) “ bahwa pembi

naan lingkungan sosial melalui pemberda

yaan PMKS ditujukan khusus untuk eks kli

en panti “ Sehingga telah terjadi efisiensi

anggaran sebesar Rp. 124.600.637,00 Kegia

tan–kegiatan yang telah dilaksanakan ada-lah

sebagai berikut:

(1) Pemulangan Orang Terlantar ke Dae

rah Asal, dianggarkan sebesar:---------

Rp. 21.000.000,- menyerap anggaran

sebesar: Rp. 17.700.000,- digunakan

untuk terlaksananya pemulangan o

rang terlantar di Kota Malang ke dae

rah asal sebanyak 255 orang dengan

pemberian uang transport atau saku.

Kegiatan ini dilaksanakan mulai bulan

Januari sampai dengan Desember 2013

dan ditujukan untuk menciptakan Kota

Malang yang bersih, tertib dan aman.

(2) Operasional Loka Bina Karya Pandan-

wangi, dianggarkan sebesar :------------

Rp. 24.400.000,- menyerap anggaran

sebesar Rp. 23.892.613,00 digunakan

untuk honorarium tenaga kebersihan/

pengamanan kantor, tersedianya alat

listrik dan elektronika, perawatan dan

bahan pembersih, rekening listrik, pe

meliharaan 22 unit mesin jahit, 2 mesin

obras, 8 mesin yanome, kebersihan

kantor, pemeliharaan/pengecatan tem

bok bangunan dilaksanakan oleh CV

DAYU HUTAMA Jalan Bareng Te

ngah VE/725 Malang sesuai SP No

mor: 027/214.1/PPK/35.73.305/2013

tanggal 08 April 2013 dan papan nama

Loka Bina Karya (LBK) Pan danwangi

dilaksanakan oleh CV SKETSA. COM

Jl. Danau Paniae IV H4/G 19 Malang

sesuai SP Nomor: 027/488.1/PPK/35.

73.305/2013 tanggal 20 Juni 2013. Ke

giatan ini dilaksanakan mulai bulan

Januari sampai de ngan Desember 2013

dan ditujukan untuk terwujudnya kelan

caran kegiatan dan operasional LBK

guna meningkat kan pelayanan

pelatihan bagi penyan dang cacat.

(3) Operasional Penampungan TWK Su

kun, dianggarkan sebesar:---------------

Rp.149.940.000,00 menyerap angga

ran sebesar : Rp.133.589.200,00 digu

nakan untuk pembayaran honorarium

perawat klien, biaya pemakaman kli en,

tersedianya alat kebersihan dan bahan

pembersih, makan dan minum 12 orang

klien selama 1 tahun dan be-lanja mo

dal pengadaan mebeleur, pera latan da

pur , alat lantai ( karpet, perlak plastik)

dan televisi. Kegiatan ini dilak sanakan

mulai bulan Januari sampai dengan

Desember 2013 bekerjasama dengan

CV. Jaya Mandiri yang berala mat di

Jalan Teluk Etna VIII Kav. 129 Ma

lang, berdasarkan kontrak nomor 027/

02/PPK/PL.I/35.73.305/2013 tanggal

18 Januari 2013 dan . Kegiatan ini ditu

jukan untuk tertampungnya dan terpe

nuhinya kebutuhan dasar Gelandangan

Pengemis terlantar yang ditampung di

TWK Sukun.

Operasional dan Penampungan Ling

kungan Pondok Sosial ( LIPONSOS) diang

garkan sebesar Rp. 684.867.600,00 menyerap

anggaran sebesar: Rp. 600.247.250,00

digunakan untuk terlakananya operasional

Page 9: IMPLEMENTASI NILAI PANCASILA DAN UUD 1945 DALAM …

Implementasi Nilai Pancasila Dan Uud 1945 Dalam Penanganan Anak Jalanan Di Kota

malang, Budaya Budi 9

LIPONSOS yang meliputi honorarium Pe

ngasuh LIPONSOS, petugas dapur, penyuluh

dan pekerja sosial, pengelolaan administrasi

surat menyurat, penyediaan alat listrik dan

elektronika, alat kebersihan dan bahan pem

bersih, obat-obat an,perlengkapan harian kli

en dan hasil razia, operasional razia PMKS

Jalanan, sewa sarana mobilitas darat untuk

pengembalian klien hasil razia ke daerah

asal, makan dan minum klien dan pelaksa

naan razia, uang saku/transport petugas razia

dan pemeliharaan gedung dan bagunan LI

PONSOS, belanja modal mebeleir dan tele

visi serta pembangunan/peningkatan sarana

prasarana LIPONSOS. Kegiatan ini dilaksa

nakan mulai bulan Januari sampai dengan

Desember 2013.

Dalam rangka menangani anak jala

nan di Kota Malang Dinas Sosial bekerja

sama dengan masyarakat melalui rumah sing

gah dan juga panti asuhan yang ada di Kota

Malang. Layanan yang diberikan oleh Bi

dang PMKS Dinsos Malang kepada anak ja

lanan berupa pembinaan mental, pelatihan

keterampilan, dan bantuan modal usaha. Se

telah patroli dilakukan oleh tim Bidang

PMKS di jalan-jalan protokol Malang, anak

jalanan kemudian diberi bimbingan pe lati

han yang dibantu oleh LSM anak jalanan,

yaitu RPSA. Layanan yang diberikan oleh

Dinsos mengalami kendala, yaitu datangnya

dari obyek yang dilayani, anak jalanan. Hal

itu dikarenakan mobilitas anak jalanan yang

tinggi, menyebabkan layanan yang diberikan

Dinsos tidak mencapai pada sasarannya.

Anak jalanan tidak sepenuhnya mau dibina

dan diberi keterampilan, dan keinginan anak

jalanan tersebut selalu berubah-ubah. Hal ini

diungkapkan oleh Kabid dan Kasi Bidang

PMKS yang menyebutkan bahwa anak-anak

yang dibina seringkali tidak sama orang yang

harusnya dibina setiap kali bimbingan. Pada

hal bimbingan tersebut harus bertahap de

ngan orang yang sama.

Pihak Dinsos Kota Malang melim

pahkan wewenang pada RPSA yang ditun

juk, untuk menyusun proposal kegiatan yang

melibatkan anak jalanan. Proposal tersebut

harus dilengkapi data-data administratif dari

RT, RW, dan kelurahan yang ditempati anak

jalanan tersebut. Anggaran tersebut diguna

kan untuk pembinaan keterampilan yang di

sesuaikan dengan kebutuhan anak jalanan.

Akan tetapi, peran Dinsos Kota Malang ha

nya terbatas sebagai stimulan kegiatan saja.

Pembimbingan, pelatihan, hingga pengenta

san anak jalanan agar mandiri dilepaskan

sepenuhnya oleh RPSA.

Pada kenyataan di lapangan, LSM

akan lebih dekat dengan anak jalanan, kare

na mereka berinteraksi secara langsung, se

hingga tepat sekali jika dalam pelaksanaan

perlindungan anak jalanan ini pihak pemerin

tah mengajak kerjasama LSM-LSM agar ke

bijakan yang ada dapat berjalan lebih efektif

dan tepat sasaran

LPAJ Griya Baca merupakan salah-

satu LSM yang fokus dalam menangani anak

jalanan. Dalam kegiatannya, Griya Baca juga

bekerjasama dengan Dinas Sosial Kota Ma

lang.

Program yang dimiliki oleh Griya Ba

ca dalam penanganan terhadap anak jalanan

diantaranya adalah 1. Achivement Motiva

tion Training (AMT) dengan anak jalanan

yang menjadi anak-anak binaan; 2. Bhakti

sosial dengan keluarga anak jalanan; 3. Pem

binaan rutin dua kali dalam satu minggu; 4.

Pembinaan orang tua; 5. Pelatihan life skill

event; 6. Training-training pembina, adik bi

naan dan pengembangan diri lainnya.

Griya Baca menerapkan konsep child

center community development, karena itu

Griya Baca menyadari bahwa agar proses ad

vokasi dan pemberdayaan anak jalanan berja

lan dengan efektif dan progresif, maka dibu

tuhkan penanganan terhadap orang tua dan

masyarakat termarginalkan yang ada di seki

tar mereka. Dinas Sosial mengacu pada tiga

hal yang disebut dengan “3 fungsi utama pe

nanganan anak jalanan”, antara lain terdiri

dari 1.Fungsi pencegahan: dilakukan dengan

cara sosialisasi kepada anak jalanan melalui

kerjasama dengan LSM ataupun pihak-pihak

lain yang terkait. Proses sosialisasi ini tidak

serta merta dapat berjalan dengan maksi-mal,

sebagai alternatif pencegahan yang la in,

Dinas Sosial Kota Malang bekerjasama

Page 10: IMPLEMENTASI NILAI PANCASILA DAN UUD 1945 DALAM …

10 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM, Volume 10 Nomor 2 Periode Nov 2016 Hal 1 - 14

dengan Satpol-PP untuk melakukan kegiatan

razia anak jalanan yang disebut “Operasi

Simpatik”. Kegiatan Operasi Simpatik ini

tidak hanya dilakukan oleh Satpol-PP, tetapi

ada tim terkait yang bekerjasama dalam ke

giatan ini, tim tersebut adalah gabungan dari

Dinas Sosial, Satpol-PP, Polresta Kota Ma

lang, Kementerian Agama Kota Malang dan

Dinas Ketenagakerjaan Kota Malang. Pada

tahun 2012 kemarin, telah dilakukan sembi

lan kali Operasi Simpatik, dari bulan Maret

sampai Nopember.

Fungsi rehabilitasi:anak jalanan yang

hasil razia Operasi Simpatik kemudian dida

ta dan ditampung di LIPONSOS (Lingkung

an Pondok Sosial) yaitu tempat yang me

mang disediakan untuk membina anak-anak

jalanan yang terjaring dalam razia. Materi

pembinaan yang diberikan dalam upaya reha

bilitasi di LIPONSOS antara lain adalah

pembinaan mental, keagamaan, dan motiva

si-motivasi. Setelah dari LIPONSOS, anak-

anak jalanan ini akan dirujuk ke UPT-UPT

(Unit Pelayanan Terpadu) yang berada di

Provinsi Jawa Timur untuk mendapatkan

pembinaan lebih lanjut. Dalam fase ini Di

nas Sosial Kota Malang bekerjasama dengan

Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur. Dinas So

sial juga bekerjasama dengan panti-panti asu

han untuk merujuk anak jalanan yang tidak

memiliki tempat tinggal tetap dan sudah ti

dak memiliki keluarga ataupun orang tua.

Pemberdayaan ini dimaksudkan agar

nantinya anak-anak jalanan tersebut dapat

memiliki keterampilan tertentu yang nanti

nya dapat mereka jadikan bekal dalam beker

ja, hal inilah yang diharapkan secara perla

han dapat membuat mereka berhenti menja di

anak jalanan. Pemberdayaan ini dimulai dari

tahapan identifikasi atau pendataan a nak

jalanan, dengan skema by name by address.

Setelah dilakukan pendataan/identi-fikasi,

data yang ada akan diseleksi. Proses seleksi

ini dimaksudkan agar pelatihan yang diikuti

oleh anak-anak jalanan ini sesuai de ngan

minat dan kemampuannya. Untuk me

mastikan bahwa data yang didapat dan telah

terploting merupakan data yang benar, maka

Dinas Sosial melakukan home-visite. Tidak

hanya berhenti pada proses home-visite, se

lanjutnya dilakukan tahapan assessment un

tuk dapat mengetahui latar belakang anak ja

lanan secara lebih menyeluruh. Dalam pro

ses ini, para relawan (seperti halnya pekerja

sosial, ataupun relawan-relawan yang terga

bung dalam LSM-LSM) melakukan pengi-

dentifikasian terhadap anak jalanan untuk

mendapatkan data yang selengkap-lengkap

nya tentang mereka.

Setelah semua data terkumpul seca

ra rinci, dibuatlah sebuah “rencana interven

si yaitu upaya yang dilakukan Dinas Sosial

untuk memasukkan mereka dalam rangkaian

pelatihan keterampilan yang disebut dengan

“Program Bimbingan Sosial dan Keterampi

lan”. Oleh Dinas Sosial Kota Malang adalah

pelatihan fotografi, tataboga, otomotif dan

kursus mengemudi. Ketika pelatihan ini sele

sai mereka akan mendapatkan bantuan stimu

lant sesuai dengan pelatihan keterampilan

yang mereka ikuti, tapi seringkali pemberian

stimulant ini dimanfaatkan tidak sebagaima

na mestinya oleh mereka, seperti pada saat

ada anak binaan dari Griya Baca yang diberi

bantuan kompresor, yang akhirnya bantuan

tersebut tidak dipakai untuk berusaha tetapi

malah dijual.

Fenomena ini menjadi wajar saja ter

jadi, terlebih jika melihat lingkungan anak-

anak jalanan yang menyebabkan mereka cen

derung berfikir pendek, apa yang dapat me

reka lakukan untuk mendapatkan uang de

ngan cepat, itulah yang akan mereka pilih, ti

dak ada lagi pemikiran ke depan untuk meru

bah kehidupan menjadi lebih baik, apalagi

dengan berhenti menjadi anak jala-nan, ka

rena sebagian mereka merasa bekerja me-

ngamen, meminta, dan berbagai macam pe

kerjaan di jalanan tersebut lebih mudah dan

lebih cepat menghasilkan uang. Dinas Sosial

sudah berusaha mengantisipasi hal ini de

ngan melakukan evaluasi dan monitoring,

tetapi karena tindakan evaluasi dan monito

ring ini hanya dilakukan dalam jangka wak

tu tertentu saja, itupun tenggang waktunya

relatif jarang, akhirnya praktik penyalahgu

naan bantuan ini masih saja terjadi.

Page 11: IMPLEMENTASI NILAI PANCASILA DAN UUD 1945 DALAM …

Implementasi Nilai Pancasila Dan Uud 1945 Dalam Penanganan Anak Jalanan Di Kota

malang, Budaya Budi 11

Peran LSM sangat besar pada pe

nanganan terhadap anak jalanan, karena da

lam kenyataannya LSM adalah pihak yang

mempunyai hubungan langsung dengan

anak-anak jalanan. Permasalahan anak-anak

jalanan semakin lama memang semakin kom

pleks dan berkembang, mulai dari permasa

lahannya dengan dirinya sendiri, dengan ko

munitasnya, dengan masyarakat, sampai

yang saat ini marak adalah permasalahannya

dengan aparat, seperti halnya Satpol-PP, ka

rena seringkali tindakan Satpol-PP yang me

lakukan penangkapan pada mereka memicu

perlawanan balik dari anak-anak jalanan ini

yang pada akhirnya menimbulkan bentrok

dan kericuhan. Hal ini membuat hubungan

antara aparat dan anak jalanan menjadi ku

rang baik. Jika antara Pemerintah dan LSM

mempunyai hubungan dan komunikasi yang

baik, LSM bisa menjadi fasilitator untuk

menghubungkan antara pemerintah dengan

anak jalanan.

Jika kembali pada kebijakan PMKS,

yaitu keputusan Walikota Malang Nomor 10

Tahun 2013 yang saat ini dijadikan payung

kebijakan dalam penanganan permasalahan

anak jalanan, kebijakan tersebut bukanlah

merupakan kebijakan baru, tetapi merupa kan

penyempurnaan dari kebijakan PMKS yang

telah ada sebelumnya yang disahkan. Dalam

rentan waktu tiga tahun setelah kebi jakan ini

disahkan, dan setelah berbagai ma cam

program kerja terkait perlindungan anak

jalanan ini dilaksanakan, pada kenyata annya

jumlah anak jalanan masih belum mengalami

penurunan. Dari data yang dipe roleh dari

Dinas Sosial menyebutkan, pada 2009 di

Kota Malang ada sekitar 108 anak jalanan,

2010 meningkat menjadi 127 anak, 2011

meningkat lagi menjadi 487 anak ja lanan,

dan tahun 2012 kemarin ada 524 anak

jalanan.

Responsibilitas menjelaskan apakah

pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu di

lakukan sesuai dengan prinsip-prinsip admi

nistrasi yang benar atau sesuai dengan kebi

jakan organisai, baik yang eksplisit maupun

implisit. Usaha yang dilakukan agar bekerja

sesuai dengan prinsip administrasi yang ada

yaitu Bidang PMKS bekerja sesuai tugas ma

sing-masing, dan ada system pengawasan

yang dilakukan. Pengawasan tersebut diwu

judkan dengan adanya pertanggungjawaban

kepada Komisi C DPRD Kota Malang. Indi

vidu, kelompok, maupun tim di Bidang

PMKS Dinsos Kota Malang bertanggungja

wab atas peran dan pekerjaan mereka ma-

sing-masing. Contohnya bidang PMKS terdi

ri dari tiga seksi, yaitu seksi pelayanan sosi

al, seksi rehabilitasi sosial, dan seksi bantu

an sosial, mereka bertanggung jawab terha

dap kepala bidang PMKS, dan dalam pelak

sanaan tugas berkoordinasi satu sama lain.

Pada kenyataannya, tugas bidang PMKS

yang kegiatannya turun ke lapangan untuk

menjaring anak-anak jalanan dan memberi

pendampingan, dihadapi kendala kurangnya

tenaga sosial. Selain itu, kekurangan angga

ran untuk melaksanakan program juga men

jadi kendala responsibilitas.

Target yang diharapkan dari Bidang

PMKS adalah meningkatnya kesejahteraan

anak jalanan, diharapkan anak jalanan tidak

turun ke jalan kembali dan bisa hidup man

diri. Kepala Bidang PMKS menekankan bah

wa partisipasi masyarakat sangat dibutuh

kan, karena pada kenyataannya masih ba

nyak masyarakat yang kasihan melihat anak

jalanan dan memberi uang di jalanan. Pada

hal kebiasaan tersebut akan mengakibatkan

anak jalanan tidak dapat lepas dari jalanan.

Akan tetapi, kendala lain yang diha

dapi adalah tingkat kesejahteraan tersebut

berbeda-beda persepsinya antara satu indivi

du dengan individu lain. Kendala tersebut

menyebabkan usaha-usaha dari Dinsos Kota

Malang untuk menangani anak jalanan ha

nya di permukaan saja, tidak menyentuh kon

disi setelah anak jalanan diberi bantuan itu.

Target capaian hanya sebatas selesainya ke

giatan, dan tidak menangani bagaimana anak

tersebut mandiri sepenuhnya. Pertanggung-

jawaban dilakukan melalui laporan dari ba

wah ke pimpinan puncak setiap bulan yang

berupa laporan bulanan. Laporan ini dibuat

secara tertulis dan harus diserahkan kepada

Dinsos untuk diperiksa. Pertanggungjawa

bannya adalah sesuai dengan tupoksi ma

Page 12: IMPLEMENTASI NILAI PANCASILA DAN UUD 1945 DALAM …

12 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM, Volume 10 Nomor 2 Periode Nov 2016 Hal 1 - 14

sing-masing. Pertanggungjawaban berupa ha

sil yang dilaporkan kepada Dinsos. Bentuk

pertanggungjawaban vertikal dari Bidang

PMKS yaitu membuat laporan pertanggung

jawaban tugas-tugas mereka dan diberi kan

ke Dinsos untuk diperiksa lalu diterus kan ke

Pemkot. Dinsos juga mempertanggungjawab

kan kepada Komisi C DPRD Ko ta Malang.

Sedangkan secara horisontal tidak perlu

adanya laporan. Hal-hal yang sudah dilapor

kan kepada publik dilakukan oleh Bidang

PMKS seperti memberi memberi himbauan

kepada masyarakat tentang larangan membe

ri uang kepada anak jalanan. Bentuk himbau

an ini seperti spanduk, mela lui media massa,

dan pamflet. Selain itu, bentuk bantuan seper

ti bantuan modal usaha ke pada anak jalanan

yang telah diseleksi juga dilaporkan di media

massa. Hal yang perlu ditingkatkan dalam

pelaporan publik seperti usaha-usaha yang

telah dilakukan oleh Dinsos dalam rangka

mengentaskan anak jalanan, sehingga juga da

pat ditingkatkan partisipasi masyarakat.

Kurangnya sumber daya manusia men

jadi kendala terbesar dalam penanganan anak

jalanan. Idealnya, ada tenaga sosial yang men

dampingi anak jalanan tersebut selama sehari

dua jam dan seminggu penuh. Akan tetapi,

kinerja Dinsos juga mengalami kendala yaitu

datangnya dari anak jalanan itu sendiri. Ke

inginan anak jalanan yang selalu berubah-

ubah menyebabkan program yang dicanang

kan untuk mereka tidak maksi mal, terbukti

di RPSA terdapat alat-alat keterampilan un

tuk usaha tidak digunakan. Sehingga modal-

modal ini menjadi sia-sia. Partisipasi masya

rakat juga menjadi kendala pada penanganan

anak jalanan ini. Kesadaran masyarakat

dinilai rendah dalam menghadapi dan menyi

kapi keberadaan anak jalanan. Masih banyak

masyarakat yang memberi uang kepada anak

jalanan, padahal tindakan tersebut akan mem

buat anak jalanan semakin tidak mau dan

berusaha mandiri.

Kendala dalam pemberian layanan

yaitu terbatasnya SDM dari pemerintah yang

ada. Jumlah anak jalanan yang ditangani ti

dak sebanding dengan jumlah tenaga sosial

dari pemerintah. Padahal bimbingan tersebut

harusnya menyeluruh, dilakukan dari anak ja

lanan diseleksi sampai dengan anak jalanan

tersebut mandiri di kehidupan masyarakat.

Anggaran untuk pengentasan anak jalanan

juga kurang. Hal ini diungkapkan oleh kepa

la RPSA, ia menjelaskan bahwa setiap tahun

anggaran untuk menangani anak jalanan yang

diberikan kepada yayasannya dari Din sos

semakin menurun. Masyarakat juga ber pen

dapat, kinerja Dinsos Kota Malang dini lai

belum maksimal, karena masih banyak anak

jalanan yang mereka temui di jalanan dan

masyarakat tidak mengetahui program apa

yang benar-benar diprioritaskan oleh pe

merintah kota Malang untuk mengentaskan

anak jalanan.

Penanganan permasalahan anak jala

nan jika dimasukkan dalam kebijakan PMKS

masih terlalu umum, sehingga tidak meng

herankan jika kebijakan ini belum mampu

memberikan dampak positif bagi anak jala

nan itu sendiri, dan banyak anak jalanan yang

belum dapat terlindungi dari adanya kebi

jakan tersebut Tahun 2010 Kota Malang di

tunjuk sebagai salah satu pengembang Kota

Layak anak (KLA). Salah satu indikator bagi

Kota Layak Anak adalah adanya kebijakan

mengenai Peraturan Daerah Perlindungan Pe

rempuan dan Anak. Jika Kota Malang sudah

ditetapkan menjadi bagian dari pengembang

an Kota Layak Anak, maka Kota Malang

harus mempunyai Peraturan Daerah tersebut.

Dengan adanya Perda Perlindungan Perempu

an dan Anak, maka upaya dan tindakan da

lam perlindungan anak jalanan akan lebih

fokus, tidak seperti pada Keputusan Walikota

Nomor 88 Tahun 2011 yang fokusnya masih

terpecah dalam 28 kategori PMKS.

Permasalahan anak jalanan merupakan

sebuah permasalahan yang kompleks, sehing

ga membutuhkan penanganan yang hollistic,

untuk itulah dibutuhkan kerjasama dan koor

dinasi yang baik antara stakehol ders. Untuk

membuat kebijakan yang terkait dengan per

masalahan anak jalanan, sudah se pantasnya

pemerintah bekerjasama dengan pihak-pihak

yang memang dekat dengan komunitas anak

jalanan tersebut, yang bersentuhan langsung

dengan mereka, agar ke bijakannya tepat

Page 13: IMPLEMENTASI NILAI PANCASILA DAN UUD 1945 DALAM …

Implementasi Nilai Pancasila Dan Uud 1945 Dalam Penanganan Anak Jalanan Di Kota

malang, Budaya Budi 13

sasaran. Selain itu dalam pelaksanaan kebija

kan, koordinasi antar stakeholders juga harus

tetap dijaga, dalam hal ini Dinas Sosial se

bagai dinas yang menangani permasalahan-

permasalahan sosial, dan LSM-LSM peduli

anak jalanan, harus mempunyai visi yang

sejalan.

C. Kesimpulan

Implementasi nilai Pancasila dan

UUD 1945 terkait dengan penanganan ter

lantar diwujudkan ke dalam Perda No 10

Tahun 2013 dan Peraturan Walikota Ma lang

No 55 Tahun 2012. Terkait dengan penanga

nan anak terlantar pada peraturan wali kota

ini dinas sosial Kota Malang telah memberi

pembinaan dan memberi rekomendasi untuk

dapat dikirim(bantarkan) ke panti sosial bina

remaja, atau panti asuhan anak. Berdasarkan

Perda tersebut jelas bahwa pemerintah daerah

mempunyai kewaji ban untuk secara aktif

melakukan tindakan preventif maupun kura

tif menangani anak jalanan.

Proses penampungan terhadap anak-

anak jalanan dan gelandangan dilakukan de

ngan mengidentifikasi mereka yang tergo

long anak jalanan, gelandangan, dan penge

mis yang akan dimasukkan dalam Panti So

sial. Seleksi bertujuan untuk menentukan je

nis dan bentuk pelayanan sosial yang akan

diberikan. Selain itu juga dilakukan pemberi

an santunan untuk membantu dari keadaan

yang non produktif ke arah yang produktif

dan juga pemberian bimbingan fisik, mental,

dan juga sosial.

Dalam melakukan pembinaan dan

penanganan anak jalanan dilakukan kerjasa

ma antara dinas sosial dengan SKPD terkait

dan Masyarakat, serta adanya dukungan ang

garan dana. Selain itu juga kerja sama de

ngan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) untuk

menangani pendidikan formal agar anak ja

lanan bisa menyelesaikan pendidikan formal

nya.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Badan Kesejahteran Sosial Nasional (BK

SN). 2000. Anak Jalanan di Indone

sia: Permasalahan dan Penanga

nannya. Jakarta: BKSN

Departemen Sosial Republik Indonesia.

1997. Panduan Pelaksanaan Pembi

naan. Kesejahteraan Sosial Anak

Melalui Panti Sosial Asuhan Anak.

Jakarta: Direktorat Kesejahteran

Anak, Keluarga dan Lanjut Usia.

Dinas Sosial. 2001. Acuan Pelaksanaan Pe

layanan Sosial Pembinaan Anak Ja

lanan Dinas Sosial Propinsi Jawa

Timur. Surabaya : Dinsos Jawa Ti

mur.

Djajasudarma. 2006. Metode Penelitian Sosi

al. Bandung : Rineka Cipta.

Dwi Astutik. 2005. Hasil Wawancara Ka

feilmu.com.

Ginanjar. Mohammad Hilman 2010. Anak

Jalanan Menurut Perspektif Hukum

(Studi Kasus Anak Jalanan di Perti

gaan UIN Sunan Kalijaga Yogya

karta). Yogyakarta :UIN Sunan Ka

lijaga.

Laporan Pemberdayaan Anak Kota Malang

Tahun 2005

Miles, Mattew B, dan A Michael Huberman.

2007. Analisis Data Kualitatif, Bu

ku Sumber tentang Metode-metode

Bar. Jakarta: Universitas Indonesia

Press.

Moleong, Lexy. (2002). Metodologi Peneliti

an Kualitatif. Bandung: PT. remaja

Rosdakarya.

Nugroho. D. Riant. 2000. Otonomi Daerah,

Desentralisasi Tanpa Revolusi Kaji

an dan Kritik Atas Kebijakan De

sentralisasi di Indonesia. Jakarta:

PT. Alex Media Komputindo.

Patimah, Siti. 2012. Motivasi Belajar Anak

Jalanan dan factor-faktor yang

Mempengaruhinya. (Studi Tentang

Anak Jalanan di Traffic ligth Pasir

Koja Kecamatan Babakan Ciparay

Kota Bandung ). Bandung UPI Ban

dung.

Rahmadani. 2013. Latar Belakang Penyebab

Anak-anak Bekerja di Jalanan (Stu

Page 14: IMPLEMENTASI NILAI PANCASILA DAN UUD 1945 DALAM …

14 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM, Volume 10 Nomor 2 Periode Nov 2016 Hal 1 - 14

di: 8 Orang Anak Jalanan di Kota

Tanjung-pinang). Riau: UNRI

Sakapurnama. 2011. Telaah Implementasi

Undang-undang Keterbukaan Infor

masi Publik Sebagai Wujud Penera

pan Prinsip Good Governance. Ja

karta: Universitas Indonesia Press.

Shalahuddin, Odi. 2004. Di Bawah Bayang-

Bayang Ancaman. Semarang: Yaya

san Setara.

Soeparman, 2000. Badan Kesejahteran Sosi

al Nasional (BKSN), Modul Pela

tihan Pimpinan. Jakarta: Rumah

Singgah.

Soetarso. 1999. Praktik Pekerjaan Sosial.

Bandung : Kopma STKS Bandung.

Subarsono. 2009. Analisis Kebijakan Publik.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Surbakti dkk. 1997. Prosiding Lokakarya

Persiapan Survey Anaka Rawan:

Study Rintisan di Kotamadya Ban

dung. Jakarta: BBS dan UNICEF.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantita

tif, kualitatif dan R & D. Bandung:

Affabeta

Wijayanti, Pratiwi. 2010. Aspirasi Hidup

Anak Jalanan Semarang Sebuah stu

di kualitatif dengan pendekatan des

kriptif di daerah Siranda, Sema

rang Nugroho Fedri Apri .2014.

Realitas Anak Jalanan Di Kota La

yak Anak Tahun 2014 (Studi Kasus

Anak Jalanan di Kota Surakarta).

Semarang:Universitas Diponegoro.

B. Hasil Penelitian atau Tugas Akhir

SUSENAS. 2000. Survey Ekonomi Nasional

Tahun 2000 Studi di Kabupaten

Lombok Barat dan Kota Surakarta 1

Laporan Penelitian Hibah Riset

Unggulan Universitas Indonesia.

C. Internet

www.misipelmasgbi.org

www.kemsos.go.id

www.misipelmasgbi.org

www.unimed.ac.id.

D. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang RI Nomor 23 tahun 2002.

Tentang Perlindungan Anak

Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 10

Tahun 2013 tentang Penanganan

Anak Jalanan, Gelandangan dan

Pengemis.

Peraturan Walikota Malang Nomor 55 Ta

hun 2012 tentang Uraian Tugas Po

kok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas

Sosial.