implementasi pancasila di lingkungan yudikatif

14
ARTIKEL ILMIAH IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DI LINGKUNGAN YUDIKATIF Oleh : Kelompok 7 1. Anwar Sholikhin 2. Alrijadi Pratama 3. M. Nur Yuda 4. Faza Choirunnisa 5.Lis Efasari 6. Ribut Dwi Puspita 1525010134 1525010140 1525010141 1525010154 1525010157 1525010169 UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

Upload: an-war

Post on 07-Dec-2015

319 views

Category:

Documents


56 download

DESCRIPTION

Penerapan nilai Pancasila di lingkungan Yudikatif.

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMENTASI PANCASILA DI LINGKUNGAN YUDIKATIF

ARTIKEL ILMIAH

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA

DI LINGKUNGAN YUDIKATIF

Oleh : Kelompok 7

1. Anwar Sholikhin

2. Alrijadi Pratama

3. M. Nur Yuda

4. Faza Choirunnisa

5. Lis Efasari

6. Ribut Dwi Puspita

1525010134

1525010140

1525010141

1525010154

1525010157

1525010169

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

2015

Page 2: IMPLEMENTASI PANCASILA DI LINGKUNGAN YUDIKATIF

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai dasar Negara Indonesia Pancasila memegang peranan penting dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila pada hakikatnya merupakan hasil

penuangan atau pemikiran seseorang atau sekelompok orang. Pancasila diangkat dari nilai

– nilai adat istiadat kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup

masyarakat Indonesia. Melalui pendidikan Pancasila warga Negara Republik Indonesia

diharapkan mampu memahami, menganalisis dan menjawab masalah – masalah yang

dihadapi oleh masyarakat bangsanya secara berkesinambungan dan konsisten dengan cita

– cita dan tujuan nasional seperti digariskan di dalam pembukaan UUD 1945.

Sudut pandang pengamalan Pancasila sendiri sebenarnya ada dua, yakni pengamalan

Pancasila secara objektif dan pengamalan Pancasila secara subjektif. Di lingkungan

yudikatif sendiri pengamalan Pancasilanya termasuk dalam pengamalan Pancasila secara

objektif karena realisasinya nanti adalah dalam bentuk peraturan perudang-undangan

negara Indonesia. Disini penulis akan mengulas lebih jauh tentang “Implementasi Nilai-

Nilai Pancasila Di Lingkungan Yudikatif.” Sejauh apa penerapannya, dan adakah

pelanggaran nilai Pancasila yang dilakukan oleh individu ataupun dari lembaga yudikatif

itu sendiri.

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui pengertian dari badan yudikatif

Untuk mengetahui apa saja lembaga yudikatif yang ada di Indonesia

Untuk mengetahui penerapan nilai-nilai Pancasila di lingkungan yudikatif

1

Page 3: IMPLEMENTASI PANCASILA DI LINGKUNGAN YUDIKATIF

BAB II

PERMASALAHAN

2.1 Apa pengertian badan yudikatif?

2.2 Apa fungsi dari badan yudikatif?

2.3 Bidang atau lembaga apa saja yang termasuk dalam lingkungan yudikatif?

2.4 Bagaimana penerapan nilai-nilai Pancasila di lingkungan yudikatif?

2

Page 4: IMPLEMENTASI PANCASILA DI LINGKUNGAN YUDIKATIF

BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Badan Yudikatif

Badan Yudikatif adalah suatu badan yang memiliki sifat teknis-yuridis yang

berfungsi mengadili penyelewengan pelaksanaan konstitusi dan peraturan perundang-

undangan oleh institusi pemerintahan secara luas serta bersifat independent (bebas

dari intervensi pemerintah) dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya.

Badan Yudikatif Indonesia berfungsi menyelenggarakan kekuasaan

kehakiman dengan tujuan menegakkan hukum dan keadilan. Kekuasaan kehakiman di

Indonesia, menurut konstitusi, berada di tangan Mahkamah Agung dan badan

peradilan yang berada di bawahnya (peradilan umum, peradilan agama, peradilan

militer, peradilan tatausaha negara) serta sebuah Mahkamah Konstitusi.

Badan Yudikatif pada umumnya yang ada bahwa tiap negara hukum masih berpegang

pada prinsip bebas dari campur tangan Badan Eksekutif. Tujuannya adalah agar

Badan Yudikatif dapat berfungsi dengan baik demi penegakan hukum dan

keadilan serta menjamin Hak Asasi Manusia. Pasal 10 Declaration of Human Rights,

memandang kebebasan dan tidak memihaknya badan-badan pengadilan di dalam tiap-

tiap negara sebagai sesuatu hal yang esensiil. Di beberapa negara jabatan Hakim di

angkat untuk seumur hidup. Contohnya adalah di negara Amerika Serikat dan

Indonesia.

B. Badan Yudikatif Di Indonesia

1. Mahkamah Agung

Mahkamah Agung Indonesia adalah peradilan yang menganut sistem

kontinental. Dalam sistem tersebut, Mahkamah Agung merupakan pengadilan

kasasi yang bertugas membina keseragaman dalam penerapan hukum dan

menjaga agar semua hukum dan Undang-Undang di seluruh wilayah negara

ditetapkan secara tepat dan adil serta memiliki sifat yang netral dari intervensi

pemerintah (independent).

Menurut UU No. 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan

Kehakiman tanggal 17 Desember 1970, antara lain dalam pasal 10 ayat 2

3

Page 5: IMPLEMENTASI PANCASILA DI LINGKUNGAN YUDIKATIF

disebutkan bahwa Mahkamah Agung adalah Pengadilan Negara tertinggi dalam

arti Mahkamah Agung sebagai badan pengadilan kasasi (terakhir) bagi putusan-

putusan yang berasal dari Pengadilan-pengadilan lain yaitu yang meliputi keempat

lingkungan peradilan yang masing-masing terdiri dari:

Peradilan Umum

Peradilan Agama

Peradilan Militer

Peradilan Tata Usaha Negara

Bahkan Mahkamah Agung merupakan pengawas tertinggi atas perbuatan

Hakim dari semua lingkungan peradilan. Sejak tahun 1970 tersebut Mahkamah

Agung mempunyai organisasi, administrasi, dan keuangan sendiri. Mahkamah Agung

menjalankan tugasnya dengan melakukan 5 fungsi yang sebenarnya sudah dimiliki

sejak Hooggerechtshof, sebagai berikut :

1. Fungsi Peradilan

a) Membina keseragaman dalam penerapan hukum melalui putusan

kasasi dan peninjauan kembali

b) Memeriksa dan memutuskan perkara tingkat pertama dan terakhir

semua sengketa tentang kewenangan mengadili, permohonan

peninjauan kembali putusan pengadilan yang berkekuatan hukum

tetap.

2. Fungsi Pengawasan

a) Pengawas tertinggi terhadap jalannya peradilan di semua lingkungan

peradilan.

b) Pengawas pekerjaan pengadilan dan tingkah laku para hakim dan

perbuatan pejabat pengadilan dalam menjalankan tugas yang berkaitan

dengan pelaksanaan tugas pokok kekuasaan kehakiman.

c) Pengawas Penasehat Hukum (Advokat) dan Notaris sepanjang yang

menyangkut peradilan, sesuai Pasal 36 Undang-undang Mahkamah

Agung nomor 14 tahun 1985).

3. Fungsi Pengaturan

4

Page 6: IMPLEMENTASI PANCASILA DI LINGKUNGAN YUDIKATIF

a) Mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi kelancaran

penyelenggaraan peradilan apabila terdapat hal-hal yang belum diatur

dalam Undang-undang tentang Mahkamah Agung.

4. Fungsi Memberi Nasihat

a) Memberikan nasehat/pertimbangan dalam bidang hukum kepada

Lembaga Tinggi Negara lain.

b) Memberi nasehat kepada Presiden selaku Kepala Negara dalam rangka

pemberian/penolakan Grasi dan Rehabilitasi.

5. Fungsi Administrasi

a) Mengatur badan-badan Peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama,

Peradilan Militer, dan Peradilan Tata Usaha Negara) sesuai pasal 11

ayat 1 Undang-undang nomor 35 tahun 1999.

b) Mengatur tugas dan tanggung jawab, susunan organisasi dan tata kerja

Kepaniteraan Pengadilan.

Saat ini, Mahkamah Agung memiliki sebuah sekretariat yang membawahi

Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum, Direktorat Jenderal Badan Peradilan

Agama, Direktorat Jenderal Badan Peradilan Tata Usaha Negara, Badan

Pengawasan, Badan Penelitian dan Pelatihan dan Pendidikan, serta Badan Urusan

Administrasi. Badan Peradilan Militer kini berada di bawah pengaturan Direktorat

Jenderal Badan Peradilan Tata Usaha Negara.

2. Mahkamah Konstitusi

Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir

atas pengujian undang-undang terhadap UUD 1945, memutus sengketa kewenangan

lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945, memutus

pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

Mahkamah Konstitusi juga wajib memberikan putusan atas pendapat DPR

bahwa Presiden/Wapres diduga telah melakukan pelanggaran hukum berupa

penkhianatan terhadap negara, koruspsi, tindak penyuapan, tindak pidana berat atau

perbuatan tercela. Atau, seputar Presiden/Wapres tidak lagi memenuhi syarat untuk

melanjutkan jabatannya.

5

Page 7: IMPLEMENTASI PANCASILA DI LINGKUNGAN YUDIKATIF

Susunan Mahkamah Konstitusi terdiri atas 9 orang anggota hakim konstitusi

yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden. Dari 9 orang tersebut, 1 orang menjabat

Ketua sekaligus anggota, dan 1 orang menjabat wakil ketua merangkap anggota.

Ketua dan Wakil Ketua menjabat selama 3 tahun.

Selama menjabat sebagai anggota Mahkamah Konstitusi, para hakim tidak

diperkenankan merangkap profesi sebagai pejabat negara, anggota partai politik,

pengusaha, advokat, ataupun pegawai negeri. Hakim Konstitusi diajukan 3 oleh

Mahkamah Agung, 3 oleh DPR, dan 3 oleh Presiden. Seorang hakim konstitusi

menjabat selama 5 tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk 1 kali masa jabatan

lagi.

Hingga kini, beberapa perkara telah diperiksa oleh Mahkamah Konstitusi.

Perkara-perkara tersebut misalnya Pengujian Undang-undang Nomor 11 tahun 2008

tetang Informasi dan Transaksi Elektronik dengan Pemohon Edy Cahyono, et.al.

Perkara lainnya misalnya Pengujian Undang-undang Nomor 36 tahun 2008 tentang

Perubahan Keempat Atas Undang-undang nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak

Penghasilan. Atau, yang bersangkutan dengan hasil pemilu seperti Permohonan

Keberatan terhadap Penetapan Perhitungan Suara Hasil Pemilukada Kabupaten Belu

Putaran II tahun 2008.

3. Komisi Yudisial

Komisi Yudisial merupakan lembaga tinggi negara yang bersifat independen

dan relatif baru. Lembaga ini banyak berkaitan dengan struktur yudikatif oleh sebab ia

bertugas menseleksi calon-calon hakim. Peraturan mengenai Komisi Yudisial terdapat

di dalam Undang-undang nomor 22 tahun 2004 tentang Komisi Yudisial.

Komisi Yudisial memiliki wewenang mengusulkan pengangkatan Hakim

Agung kepada DPR dan menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat serta

menjaga perilaku hakim. Dalam melakukan tugasnya, Komisi Yudisial bekerja :

1. Melakukan pendaftaran calon Hakim Agung

2. Melakukan seleksi terhadap calon Hakim Agung

3. Menetapkan calon Hakim Agung, dan

6

Page 8: IMPLEMENTASI PANCASILA DI LINGKUNGAN YUDIKATIF

4. Mengajukan calon Hakim Agung ke DPR.

Di sisi lain, Mahkamah Agung, Pemerintah, dan masyarakat dapat pula

mengajukan calon Hakim Agung kepada Komisi Yudisial.

Dalam melakukan pengawasan terhadap Hakim Agung, Komisi Yudisial dapat

menerima laporan masyarakat tentang perilaku hakim, meminta laporan berkala

kepada badan peradilan berkaitan dengan perilaku hakim, melakukan pemeriksaan

terhadap dugaan pelanggaran perilaku hakim, memanggil dan meminta keterangan

dari hakim yang diduga melanggar kode etik perilaku hakim, dan membuat laporan

hasil pemeriksaan yang berupa rekomendasi dan disampaikan kepada Mahkamah

Agung dan atau Mahkamah Konstitusi serta tindasannya disampaikan kepada

Presiden dan DPR.

Anggota Komisi Yudisial diangkat oleh Presiden dengan persetujuan DPR.

Sebelum mengangkat, Presiden membentuk Panitia Seleksi Pemilihan Anggota

Komisi Yudisial yang terdiri atas unsur pemerintah, praktisi hukum, akademisi

hukum, dan anggota masyarakat. Seorang anggota Komisi Yudisial yang terpilih,

bertugas selama 5 tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 periode. Selama

melaksanakan tugasnya, anggota Komisi Yudisial tidak boleh merangkap pekerjaan

sebagai pejabat negara lain, hakim, advokat, notaris/PPAT,

pengusaha/pengurus/karyawan BUMN atau BUMS, pegawai negeri, ataupun

pengurus partai politik. Komisi Yudisial bertanggungjawab kepada publik melalui

DPR, dengan cara menerbitkan laporan tahunan dan membuka akses informasi secara

lengkap dan akurat.

C. Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Di Lingkungan Yudikatif

Pengamalan nilai-nilai Pancasila di lingkungan yudikatif merupakan

pengamalan secara subjektif yang berarti realisasi penjabaran nilai-nilai Pancasila

dalam bentuk norma-norma dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, baik

dibidang legislatif, eksekutif, yudikatif, maupun semua bidang

kenegaraan lainnya.

Di lingkungan yudikatif sendiri nilai-nilai Pancasila sudah mulai diterapkan. Mulai

dari penegakan kebebasan beragama (Sila 1 Pancasila). Menjunjung tinggi nilai Hak

Asasi Manusia, penyamarataan perundang-undangan di Indonesia (tidak memandang

7

Page 9: IMPLEMENTASI PANCASILA DI LINGKUNGAN YUDIKATIF

suku, agama, ras, dan antar-golongan). Penegakan sistem demokrasi dari, untuk, dan

oleh rakyat. Serta penyamarataan kedudukan dimata hukum.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Sebenarnya penerapan nilai-nilai Pancasila di lingkungan yudikatif sudah

cukup bagus. Hanya saja masih terdapat penyelewengan dari oknum-oknum

ditingkat pengadilan membuat nama baik beberapa lembaga yudikatif tercoreng.

Misalnya saja terkait dengan kasus suap yang diterima Akil Mochtar (Mantan

ketua MK) beberapa waktu lalu.

B. Saran

Sebaiknya implementasi nilai-nilai Pancasila di lingkungan yudikatif bisa

lebih ditingkatkan lagi. Pencegahan pelanggaran nilai-nilai Pancasila (seperti

kasus Akil Mochtar) sebenarnya bisa dilakukan mulai dari tingkat pengadilan

hingga lembaga tinggi Negara. Dan itu tugas kita sebagai mahasiswa sebagai

kontrol dan pengawas lembaga pemerintahan,

8

Page 10: IMPLEMENTASI PANCASILA DI LINGKUNGAN YUDIKATIF

DAFTAR PUSTAKA

https://prezi.com/0q44dbnh9-fy/pelaksanaan-dan-pengamalan-nilai-pancasila/

[email protected]

http://setabasri01.blogspot.co.id/2009/02/yudikatif-di-indonesia.html

https://antoniawdy.wordpress.com/2014/05/20/fungsi-lembaga-yudikatif-dalam-sistem-

politik-indonesia-pada-masa-orde-baru-dan-reformasi/

[email protected]

https://nyomankusalaputra2014.wordpress.com/2014/10/05/kekuasaan-yudikatif-di-

indonesia/

https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20120809084056AATNbeL

https://irena040506.wordpress.com/2010/11/25/aktualisasi-pengamalan-pancasila-dan-uud-

1945-dalam-era-globalisasi/

https://id.wikipedia.org/wiki/Kekuasaan_kehakiman_di_Indonesia

9