implementasi pembelajaran matematika dengan academic game dalam upaya meningkatkan hasil belajar...
TRANSCRIPT
Implementasi Pembelajaran Matematika Dengan Academic Game Dalam Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SDN Purwantoro 5 Malang
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi atau deskripsi
tentang efektivitas matematika dengan menggunakan pembelajaran kooperatif
model Teams Games Tournaments (TGT). Penelitian ini menggunakan
pendekatan action research dengan 2 siklus yang terdiri dari perencanaan,
pelaksaan, observasi, dan refleksi. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa
kelas VI SDN Purwantoro 5 Malang dengan instrument yang dipakai adalah
observasi, angket dan tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai siswa
mengalami peningkatan setiap siklus, hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran
kooperatif model TGT meningkatkan kualitas belajar matematika siswa kelas VI
SDN Purwantoro 5 Malang.
Kata Kunci: Kooperatif, TGT, Kualitas Belajar Matematika
Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia,
sedangkan kualitas Sumber Daya Manusia tergantung pada kualitas pendidikannya.
Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang cerdas, damai,
terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu, pembaharuan pendidikan harus selalu
dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan suatu bangsa. Kemajuan bangsa
Indonesia dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik, dengan adanya
berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan diharapkan dapat menaikkan harkat dan
martabat manusia Indonesia. Untuk mencapainya, pembaharuan pendidikan di
Indonesia perlu terus dilakukan untuk menciptakan dunia pendidikan yang adaptif
terhadap perubahan zaman
Berbagai upaya yang telah ditempuh untuk meningkatkan kualitas pembelajaran,
antara lain: pembaharuan dalam kurikulum, model Pembelajaran, penilaian, dan lain
sebagainya. Salah satu unsur yang sering dikaji dalam hubungannya dengan keaktifan
dan hasil belajar siswa adalah model yang digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran
di sekolah. Selama ini kegiatan pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas model
pembelajaran yang digunakan berpusat kepada guru, sehingga siswa cenderung kurang
aktif. Banyak cara yang dapat dilaksanakan agar siswa menjadi aktif, salah satunya
yaitu dengan merubah paradigma pembelajaran. Guru bukan sebagai pusat
pembelajaran, melainkan sebagai pembimbing, motivator, dan fasilitator. Selama
kegiatan pembelajaran berlangsung, siswalah yang dituntut untuk aktif sehingga guru
tidak merupakan peran utama pembelajaran. Oleh karena itu, perlu dikembangkan suatu
model pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran
matematika, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pemilihan
model pembelajaran harus mampu mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir
logis, kritis, dan kreatif.
Kenyataan yang terjadi hingga saat ini, hasil belajar matematika siswa masih
rendah, baik jenjang pendidikan dasar maupun jenjang menengah. Rendahnya hasil
belajar matematika siswa menurut hasil survei IMSTEP-JICA (Development of Science
And Mathematics Teaching for Primary and Second Education in Indonesia (IMSTEP)
– Japan International Cooperation Agency (JICA)) dikarenakan dalam proses
pembelajaran matematika guru umumnya terlalu berkonsentrasi pada latihan
menyelesaikan soal. Dalam kegiatan pembelajaran, guru biasanya menjelaskan konsep
secara informatif, memberikan contoh soal, dan memberikan soal-soal latihan. Guru
merupakan pusat kegiatan, sedangkan siswa selama kegiatan pembelajaran cenderung
pasif. Siswa hanya mendengarkan, mencatat penjelasan, dan mengerjakan soal. Dengan
demikian pengalaman belajar yang telah mereka miliki tidak berkembang.
Berdasarkan temuan penulis, bahwa guru SDN Purwantoro 5 Malang masih
menerapkan model pembelajaran konvensional yang mengarah pada hafalan siswa,
sehingga berdasarkan refleksi dari tahun pelajaran sebelumnya perolehan hasil belajar
menunjukkan kualitas hasil belajar kognitif siswa yang masih rendah. Perolehan
tersebut disebabkan proses belajar siswa yang menegangkan bagi siswa. Supaya terjadi
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan dan Inovatif (PAKEMI) bagi
siswa, guru harus tahu masalah-masalah apa yang dialami siswa dan apa penyebab dari
masalah tersebut, lalu dicari solusi yang tepat untuk masalah-masalah tersebut.
Salah satu solusi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran PAKEMI adalah
konsep-konsep materi pembelajaran harus dipelajari siswa dalam pemhaman
konseptual, menemukan konsep sendiri, dan mampu memecahkan masalah. Hal ini
dikarenakan matematika mempunyai objek yang bersifat abstrak. Sifat abstrak inilah
yang menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam belajar matematika.
Selain itu, belajar matematika siswa belum konstektual, sehingga pengertian siswa
tentang konsep sangat lemah. Jenning dan Dunne (1999) mengatakan bahwa,
kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan matematika ke dalam
situasi kehidupan real. Guru dalam pembelajarannya di kelas tidak mengaitkan dengan
skema yang telah dimiliki oleh siswa dan siswa kurang diberikan kesempatan untuk
menemukan kembali dan mengkonstruksi sendiri ide-ide matematika. Mengaitkan
pengalaman kehidupan nyata anak dengan ide-ide matematika dalam pembelajaran di
kelas penting dilakukan agar pembelajaran bermakna. Menurut Van de Henvel-
Panhuizen (2000), bila anak belajar matematika terpisah dari pengalaman mereka
sehari-hari maka anak akan cepat lupa dan tidak dapat mengaplikasikan matematika.
Berdasarkan pendapat di atas, pembelajaran matematika di kelas ditekankan pada
keterkaitan antara konsep-konsep matematika dengan pengalaman anak sehari-hari.
Selain itu, perlu menerapkan kembali konsep matematika yang telah dimiliki anak pada
kehidupan sehari-hari atau pada bidang lain sangat penting dilakukan.
Dengan adanya tuntutan pengembangan terhadap matematika dan disisi lain
dengan kondisi seperti diatas, maka perlu diupayakan mencari pemecahannya. Sesuai
dengan cita-cita dan harapan dari tujuan pendidikan nasional, guru perlu memiliki
beberapa prinsip mengajar yang mengacu pada peningkatan kemampuan internal siswa
didalam merangsang strategi pembelajaran ataupun melaksanakan pembelajaran.
Peningkatan potensi internal itu misalnya dengan menerapka jenis-jenis strategi
pembelajaran yang memungkinkan siswa mampu mencapai kompetensi secara penuh,
utuh dan konstektual.
Salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang berbasis kompetensi adalah
menempatkan siswa sebgai subjek didik, yakni lebih banyak mengikutserakan siswa
dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu pemilihan metode pembelajaran memberi
peluang kepada peserta didik untuk aktif dan kreatif didalam kegiatan pembelajaran,
merupakan langkah awal yang utama menuju keberhasilan mencapai kompetensi yang
telah ditentukan. Relevansi dari teori konstruktivis, siswa secara aktif membangun
pengetahuan sendiri. Salah satu bentuk pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan
konstruktivis adalah pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT).
Model Pembelajaran TGT merupakan bentuk pembelajaran kooperatif dimana
setelah siswa belajar secara individual, untuk selanjutnya dalam kelompok masing-
masing anggota kelompok mengadakan turnamen dengan anggota kelompok lainnya
sesuai dengan tingkat kemampuannya (Hopkin, 1989 dalam Noornia, 1997). Model
pembelajaran ini melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan memiliki peran
reinforcement. Model ini meliputi: apersepsi, orientasi, lomba (turnamen), dan refleksi.
Dengan pembelajaran kooperatif model TGT ini penulis beranggapan bahwa dengan
metode ini dapat mengintegrasikan potensi wilayah ke dalam sumber pengalaman
belajar siswa karena siswa diharapkan membawa bahan dari lingkungan sekitar untuk
digunakan sebagai bahan pelajaran, setelah itu masing-masing anggota kelompok saling
bertanya dan saling memberikan penjelasan kepada anggota kelompok yang lainnya.
Sehingga diharapkan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dapat tercapai.
Mengingat pentingnya metode pembelajaran yang tepat bagi proses belajar
mengajar, penulis merasa perlu mengadakan penelitian tindakan kelas guna membantu
menyelesaikan permasalahan pendidikan siswa. Untuk itu penulis memilih topik
penelitian tentang “Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Model
Kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) Terhadap Kemampuan Belajar
Siswa Kelas VI SDN Purwantoro 5 Malang”
Mengacu pada pendekatan penelitian tindakan kelas yang dipilih, maka dibuat
upaya dalam bentuk kegiatan sebagai berikut:
a. Observasi kelas untuk menentukan strategi yang tepat dalam rangka
penerapan pembelajaran Kooperatif dengan peta konsep .
b. Menelaah strategi yang cocok untuk menerapkan pembelajaran
kooperatifdengan peta konsep, sehingga dapat dikembangkan menjadi suatu
model pembelajaran yang aplikatif di kelas.
c. Mengimplementasikan model pembelajaran ke dalam kelas, melalui tahapan
sebagai berikut:
a. memberi pelajaran singkat mengenai luas bangun datar (siklus I) dan
Volume bangun ruang (siklus II) menggunakan media manipulatif
(tahap orientasi masalah)
b. memasukkan berbagai macam aktivitas di kelas agar siswa
mendapatkan konsep yang representative (pembelajaran model
TGT)
c. Mendemonstrasikan beberapa anggota kelompok untuk yang
berhubungan denngan materi pelajaran
d. menilai LKS (tahap evaluasi)
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah unutk memperoleh informasi atau
deskripsi tentang efektivitas matematika dengan menggunakan pembelajaran kooperatif
model Teams Games Tournaments (TGT).
Tinjauan Pustaka
Pembelajaran kooperatif
Menurut Slavin ( 1994 dalam Shofwan, 2004 ) belajar kooperatif (Cooperative
Learning) adalah metode belajar mengajar yang di desain untuk mengembangkan
kerjasama dan tanggung jawab siswa. Metode ini dirancang untuk mengurangi
persaingan yang banyak ditemui di kelas dan cenderung mengarah ke pola “kalah dan
menang“. Definisi belajar di atas menjelaskan bahwa belajar kooperatif merupakan
model pembelajaran yang menekankan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok
untuk mencapai tujuan belajar.
Kerja kelompok merupakan salah satu strategi untuk mengaktifkan siswa dalam
kegiatan belajar, karena strategi ini banyak memberi kesempatan kepada siswa untuk
bekerja bersama memecahkan masalah untuk mencapai tujuan. Diharapkan siswa
semakin menyukai pelajaran matematika. Keaktifan siswa untuk bertanya kepada guru,
menjawab pertanyaan guru, serta menuliskan jawaban di papan tulis atas inisiatif
sendiri, dan bekerja sama dalam kelompok diharapkan bertambah sehingga dapat
meningkatkan keaktifan pembelajaran pada umumnya (Rachmadi Widdiharto, 2004:
14).
Pada pembelajaran matematika di kelas, belajar matematika dengan kerja
kelompok merupakan kelompok kerja yang kooperatif lebih dari kompetitif, meskipun
pada suatu keadaan khusus hal tersebut dapat terjadi. Pada kegiatan ini sekelompok
siswa belajar dengan porsi utama adalah mendiskusikan tugas-tugas matematika yang
diberikan gurunya, saling membantu menyelesaikan tugas atau memecahkan masalah
(Al Krismanto, 2003: 14).
Pembelajaran kooperatif menekankan pada kehadiran teman sebaya yang
berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah teman dalam menyelesaikan suatu
masalah. Menurut Arends(2004: 356), model pembelajaran kooperatif mempunyai ciri-
ciri:
a. siswa bekerja dalam kelompok dengan bekerjasama untuk menyelesaikan materi
belajar.
b. kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan akademis tinggi,
sedang dan rendah, serta berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.
c. penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripara individu.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan model pembelajaran dimana siswa saling bekerjasama dalam kelompok dan
saling membantu dalam memahami materi pelajaran. Dengan pembelajaran kooperatif
memungkinkan siswa belajar lebih aktif, serta dapat memenuhi kebutuhan siswa secrara
optimal guna pencapaian tujuan belajar. Dalam hal ini siswa bekerjasama dan belajar
dalam kelompok serta bertanggung jawab pula terhadap kegiatan belajar siswa lain
dalam kelompoknya.
Pembelajaran kooperatif model TGT
Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) adalah salah
satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan
aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa
sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan penguatan/ reinforcement.
TGT merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang menggabungkan kegiatan belajar
kelompok dengan kompetisi kelompok.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran
kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping
menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Ada 5 komponen utama model pembelajaran dalam TGT, yaitu:
1) Class-Presentation (Penyajian/presentasi kelas)
Pada awal pembelajaran, guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas,
biasanya dilakukan dengan pembelajaran langsung, diskusi yang dipimpin guru.
Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan
memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja
lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game, karena skor game akan
menentukan skor kelompok.
2) Team (Kelompok)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 6 orang siswa yang anggotanya heterogen
dilihat dari hasil akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok
adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus
untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada
saat game dan turnamen. Pada tahap ini siswa belajar bersama dengan anggota
kelompoknya untuk menyelesaikan tugas dan soal yang diberikan. Siswa diberikan
kebebasan untuk belajar bersama dan saling membantu dengan teman dalam
kelompok untuk mendalami materi pelajaran. Selama belajar kelompok, guru
berperan sebagai fasilitator dengan mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan
dalam penyelesaian tugas, serta memandu berfungsinya kelompok belajar.
3) Game (permainan)
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji
pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok.
Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa
memilih kartu bernomor yang memuat satu pertanyaan, kemudian kelompok yang
berperan sebagai pemain mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor
itu. Kelompok lain diperbolehkan merebut pertanyaan yang tidak dapat dijawab atau
jawabannya salah. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor.
Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.
4) Tournament (pertandingan/kompetisi)
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru
melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja.
Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Siswa
masing-masing kelompok dari tingkat akademik tertinggi sampai tingkat terendah
dikelompokkan bersama siswa dari kelompok lain yang mempunyai tingkat
akademik sama untuk membentuk satu kelompok turnamen yang homogen. Siswa
dari masing-masing kelompok bertanding untuk menyumbangkan poin tertinggi
bagi kelompoknya. Dalam turnamen ini, siswa yang memiliki kemampuan
akademik sedang atau rendah dapat menjadi siswa yang mendapat poin tertinggi
dalam kelompok turnamennya. Poin dari perolehan setiap anggota kelompok
diakumulasikan dalam poin kelompok. Berikut bagan pelaksaan turnamen dalam
TGT:
Gambar. Bagan Penempatan peserta turnamen
(Robert E. Slavin, 1995: 86)
5) Team-recognize (penghargaan-kelompok)
Dalam pembelajaran kooperatif, penghargaan diberikan untuk kelompok bukan
individu, sehingga keberhasilan kelompok ditentukan oleh keberhasilan setiap
anggotanya. Penghargaan kelompok diberikan atas dasar rata-rata poin kelompok
yang diperoleh dari game dan turnamen dengan kriteria yang telah ditentukan,
sebagai berikut:
Tabel. Kriteria Penghargaan Kelompok
Rata-rata poin kelompok Penghargaan Kelompok
40 Kelompok Baik(Good Team)
45 Kelompok Hebat(Great Team)
50 Kelompok Super (Super Team)
Sumber: Robert E. Slavin (1995: 90)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing tim akan
mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang
ditentukan. Team mendapat julukan sesuai poin yang diperoleh.
KELOMPOK A
A-1 A-2 A-3 A-4
Tinggi Sedang Sedang Rendah
KELOMPOK B
B-1 B-2 B-3 B-4
Tinggi Sedang Sedang Rendah
KELOMPOK C
C-1 C-2 C-3 C-4
Tinggi Sedang Sedang Rendah
Meja
Turnamen
1
Meja
Turnamen
4
Meja
Turnamen
2
Meja
Turnamen
3
Langkah –langkah dalam pembelajaran kooperatif TGT mengikuti siklus
berikut:
1) Pemberian materi pelajaran
Pada langkah ini diperlukan beberapa perangkat pembelajaran, yaitu materi
pelajaran, dan Lembar Kerja Siswa.
Kegiatan pokok dalam langkah ini adalah mempresentasikan pelajaran di kelas
dengan memberikan diskusi materi pelajaran. Presentasi pelajaran dibuka dengan
memanfaatkan media belajar yang cocok dengan materi yang akan dipelajari. Guru
menanyakan secara aktif konsep-konsep secara visual atau dengan memanipulasi
contoh. Mengevaluasi pemahaman siswa dengan memberikan pertanyaan secara
acak dan melanjutkan ke konsep berikutnya setelah siswa menangkap ide utama.
2) Belajar kelompok
Pada langkah ini diperlukan beberapa perangkat pembelajaran yaitu buku paket
siswa, lembar LKS
Selama belajar kelompok, siswa berada dalam tim, tugas anggota tim yaitu
menguasai materi yang diberikan guru dan membantu teman satu tim untuk
menguasai materi tersebut. Disamping itu, guru memberikan aturan dasar yang
berkaitan dengan bagian bekerja sama dalam tim.
3) Turnamen akademik
Dalam langkah ini diperlukan perangkat pembelajaran, yaitu lembar pertanyaan
bernomor, lembar kunci jawaban bernomor, satu set kartu bernomor, lembar
pencatat skor.
Kompetisi pada meja turnamen dari 3 atau 4 anggota tim yang berkemampuan
seimbang. Nomor meja turnamen diganti dengan nama atau huruf agar siswa tidak
tahu mana meja yang tinggi dan yang rendah. Bagan dari permainan dengan tiga
orang dalam satu meja turnamen adalah sebagai berikut:
Gambar. Bagan permainan dengan tiga orang pemain dalam satu meja
Jika setiap siswa telah menjawab, menantang atau lewat penantang sebelah kanan
pembaca, memcocokan jawabn pada kunci yang sesuai dan mebaca dengan keras.
Pemain yang menjawab benar dapat menyimpan kartu tersebut. Jika salah, maka
mendapat hukuman untuk mengembalikan kartu yang dimenangkan pada paknya.
Jika tidak ada yang menjawab benar, maka kartu dikembalikan pada pak.
4) Pemindahan
Untuk babak berikutnya semuanya pindah posisi ke kiri. Permainan berlangsung
terus hingga waktu habis atau kartunya habis. Ketika permainan berakhir, pemain
mencatat jumlah kartu yang dimenangkan pada lembar pencatat skor.
Metode penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan tindakan kelas. Lebih lanjut dijelaskan
oleh Carr dan Kemmis (1986) dalam Natawijaya (1997:2) penelitian tindakan (action
research) adalah suatu bentuk penelaahan atau inkuiri melalui refleksi dan dilakukan
oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu (misalnya: guru, anak didik, dan kepala
sekolah) dalam situasi sosial termasuk pendidikan untuk memperbaiki rasionalitas dan
kebenaran serta keabsahan dari: a) praktek-praktek sosial atau kependidikan yang
PEMBACA
1. Mengambil satu kartu dari tumpukan kartu yang telah
diacak
2. Membaca dengan keras pertanyaan
3. Mencoba menjawab pertanyaan
PENANTANG PERTAMA
1. Ikut mencoba menjawab
soal
2. Menantang memberi
jawaban yang beda dengan
PEMBACA. Jika ingin atau
tidak menantang.
3. Lewat
PENANTANG KEDUA
1. Ikut mencoba menjawab soal
2. Menantang memberi jawaban yang
beda dengan PEMBACA dan
PENANTANG PERTAMA.
3. Mengambil dan membaca jawaban
soal yang sesuai dan menentukan
pemenang
mereka lakukan sendiri, b) pemahaman mereka mengenai praktek-praktek tersebut, c)
situasi kelembagaan tempat praktek-praktek itu dilaksanakan.
Prosedur penelitian
Observasi
Berdasarkan observasi sebagai refleksi awal pada tahun pelajaran sebelumnya,
maka dapat disampaikan beberapa hal sebagai berikut:
1) guru melakukan pendekatan pembelajaran konvensional, yang selalu didominsai
oleh guru sementara siswa hanya sebagai pendengar yang baik. Sehingga siswa
kesulitan menangkap materi pelajaran. Mencermati refleksi ini, maka dalam
penelitian tindakan kelas nanti akan menggunakan pendekatan pembelajaran
dengan metode kooperatif TGT untuk memenuhi kebutuhan siswa, yaitu belajar
dari hal yang konkrit berupa pengalaman sehari-hari , belajar secara
berkelompok dengan teman-temannya yang memiliki latar belakang yang
berbeda dan mengandung unsur permainan. Hal ini diharapkan proses
pembelajaran dapat bermakna dan efektif.
2) Penggunaan LKS yang monoton, dan kurang sesuai dengan kebutuhan siswa.
LKS yang digunakan adalah LKS buatan guru sendiri. Walaupun LKS sudah
bagus namun, sering berdampak kurang munculnya kreatifitas guru dalam
menyusun kalimat (terlalu bertele-tele) dan alat bantu belajar siswa. Hal ini
membuat siswa kesulitan memahami materi pelajaran. Mencermati refleksi ini,
maka dalam PTK nanti akan disusun sendiri LKS sesuai strategi yang dipilih.
3) Hasil belajar kognitif masih rendah. Pada tahun sebelumnya pencapaian nilai
rata-rata tes hasil belajar adalah 48. Mencermati refleksi ini, maka dalam PTK
nanti pembelajaran lebih memperhatikan kualitas pemahaman konsep agar
berdampak pada peningkatan hasil belajar.
Pelaksanaan PTK
a) Siklus I
(1) Tahap Perencanaan Tindakan, meliputi:
a. Menetapkan kelas yang akan di PTK kan dan memahami permasalahan yang
terjadi di kelas tersebut serta dipadukan dengan hasil refleksi awal seperti telah
diuraikan pada bagian sebelumnya.
b. Menyusun rencana pembelajaran sesuai dengan strategi pembelajaran dengan
metode TGT. Kegiatannya meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
- Menyusun rencana pembelajaran yang di dalamnya memuat skenario
pembelajaran sesuai dengan strategi yang dipilih yaitu metode TGT
- Menyusun LKS sesuai dengan kegiatan pembelajaran yang telah
ditetapkan, dan disesuaikan dengan topik yang akan diajarkan,yaitu
pengukuran.
c. menyusun instrumen pengumpul data, langkah-langkahnya sebagai berikut:
- Menyusun lembar observasi kegiatan pembelajaran selama pemberian
tindakan berlangsung, disertai dengan pedoman observasi. Masing-
masing indikator keberhasilan dilengkapi dengan deskriptor sekaligus
dengan skornya.
- Menyusun lembar observasi kinerja guru selama memberikan tindakan.
Lembar observasi ini nantinya akan digunakan sebagai pedoman
penilaian oleh observer.
- Menyusun soal tes untuk mengetahui keberhasilan tindakan. Pre tes
dilaksanakan sebelum tindakan dilaksanakan untuk mengetahui
pengetahuan awal siswa. Post tes dilaksanakan setelah pemberian
tindakan, sehingga akan tampak seberapa besar keberhasilan tindakan
dalam meningkatkan hasil belajar. Post tes dilaksanakan pada akhir
siklus I dan siklus II.
(2) Tahap Pelaksanaan Tindakan
Tahap ini merupakan implementasi dari rencana tindakan berupa rangkaian
kegiatan pembelajaran kooeratif model TGT. Alokasi siklus I masing-masing 2x35
menit selama 3 pertemuan ditambah 2x30 menit untuk melaksanakan post tes. begitu
juga siklus II, masing-masing 2x30 menit serlama 3 pertemuan ditambah 2x30 menit
untuk melak-sanakan post tes.
(3) Tahap Observasi
Tahap observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.
Observasi ini digunakan untuk merekam segala aktivitas siswa selama tindakan
pembelajaran berlangsung. Observasi ini dibantu oleh 2 orang pengamat (observer)
dengan berpedoman pada lembar observasi yang telah disediakan.
(4) Tahap Refleksi
Kegiatan refleksi dilakukan oleh peneliti setelah pembelajaran kooperatif model
TGT siklus I berakhir. Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengkaji hasil analisis dan
untuk selanjutnya dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan tindakan pada
siklus II. Tahap ini merupakan tahap mengamati secara rinci segala hal yang telah
dilakukan di kelas. Dari hasil ini dapat dilanjutkan dengan mengidentifikasi dan
menetapkan tindakan perbaikan pada siklus II. Langkah pelaksanaan tindakan pada
siklus II adalah sama, kecuali pada tahap pelaksanaan tindakan, yaitu berupa perbaikan
tindakan dari kekurangan yang terjadi pada tindakan siklus I.
b) Siklus II
Seperti telah disampaikan diatas, bahwa pada siklus ini perencanaan dan
pelaksanaan tindakan ditentukan berdasarkan hasil refleksi siklus I.
Instrumen Penelitian
Beberapa instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi untuk kegiatan
siswa dan guru, soal pretes dan post tes, dan jurnal kegiatan pembelajaran. Disamping
beberapa instrumen penelitian seperti yang telah disampaikan, juga diperlukan pedoman
wawancara untuk mengevaluasi kebenaran data yang diperoleh (triangulasi data) Jenis
data, instrumen data, kriteria keberhasilan tindakan pembelajaran akan disampaikan
pada Tabel berikut:
Tabel. Jenis Data, Instrumen Data, Kriteria Keberhasilan Tindakan Pembelajaran.
No. Jenis Data Instrumen Data Indikator Keberhasilan
1. Aktivitas siswa Lembar Observasi Skor siswa telah mencapai 70% atau lebih
2 Kualitas belajar siswa
Hasil belajar kognitif
Soal pretes dan postes
bentuk soal pertanyaan
tertulis
- Skor protes siklus I meningkat. dari pretes
dan skor postes siklus II meningkat dari
siklus I
- Siswa telah mencapai nilai minimal 60
3. Refleksi angket minimal 75% guru menyatakan setuju terhadap
pembelajaran model TGT
Analisis Data
Analisis dilakukan secara deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan
terhadap proses dan hasil belajar siswa dengan langkah sebagai berikut:
1. Melakukan reduksi, yaitu mengecek dan mencatat kembali data-data yang telah
terkumpul.
2. Melakukan interpretasi, yaitu menafsirkan selanjutnya diwujudkan dalam
bentuk pernyataan.
3. Melakukan inferensi, yaitu menyimpulkan apakah dalam tindakan pembelajaran
kooperatif model TGT terjadi peningkatan proses dan hasil belajar siswa atau
tidak berdasarkan Tes Hasil Belajar siswa (THB)
4. Tahap tindak lanjut, yaitu merumuskan langkah-langkah perbaikan untuk siklus
berikutnya.
5. Pengambilan kesimpulan, diambil berdasarkan analisis Tes Hasil Belajar siswa
(THB) yang disesuaikan dengan tujuan penelitian, kemudian dituangkan dalam
bentuk interpretasi berupa kalimat pernyataan.
Dari kelima langkah tersebut di atas, selanjutnya menetapkan pedoman peningkatan
hasil belajar kognitif siswa dengan indikator sebagai berikut:
Hasil belajar kognitif, dinyatakan meningkat jika skor post tes siklus I meningkat dari
pretes dan skor post tes siklus II meningkat dari siklus I, dengan standar nilai belajar
diatas 60. Soal tes berupa pilihan ganda dan uraian.
Deskripsi Penelitian
1. Siklus I
Pembelajaran siklus I berlangsung selama tiga kali pertemuan, dan satu kali
pertemuan untuk post tes. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari senen tanggal 28
September 2009 mulai jam 07.00-08.30 Kegiatan diawali dengan salam, berdoa dan
absensi siswa. Pada pertemuan ini semua siswa hadir. Tempat duduk diatur
berkelompok yang terdiri dari empat dan ada yang lima kelompok. Selanjutnya peneliti
memberikan standar kompetensinya dengan membacakan tujuan pendidikan, lalu
menyampaikan topik yang akan dipelajari. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan
eksplorasi untuk menggali pengetahuan awal siswa melalui pertanyaan “ada berapakan
sisi dari persegi panjang?” Siswa merespon dengan jawaban sama, empat sisi. peneliti
memberi pujian bagus. Selanjutnya peneliti menyampaikan materi pelajaran dengan
pendekatan metode TGT, dalam pertemuan ini peneliti menerangkan rumus luas
berbagai bangun dari luas persegi panjang selama 35 menit secara individu dengan
komunikasi total. Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan pemberian LKS pada siswa
tentang luas jajaran genjang, layang-layang dan belah ketupat, siswa diminta
menuliskan rumus luas dari bidang datar. Peneliti Peneliti melihat siswa mengerjakan
tugas, sambil mengawasi kerja siswa didalam kelompok. Selanjutnya peneliti mengakiri
pertemuan dengan salam
Pertemuan ke-2 dilaksanakan pada tanggal 29 September 2009, mulai jam
07.00-08.30, peneliti mengawali pelajaran dengan salam kemudian dilanjutkan dengan
pemberian pretes secara tertulis tentang menyelesaikan soal yang berkaitan dengan luas
jajaran genjang, layang, dan belah ketupat. Kemudian peneliti menerangkan luas
lingkaran dari luas persegi panjang selama 30 menit, lalu siswa diberi LKS tentang
penyelesaian soal matematika. Kemudian siswa menjelaskan jawabannya. Sebelum
mengakhiri pertemuan guru memberikan permainan secara berkelompok tentang materi
yang sudah diberikan, peneliti memonitoring dan mengevaluasi permainan tersebut.
Selanjutnya peneliti memberikan poin terhadap kelompok yang bisa menjawab
pertanyaan secara sempurna.
Pertemuan ke-3 dilaksanaknn pada tanggal 30 September 2009. Peneliti
membuka dengan salam dan absensi siswa kemudian peneliti menunjukan secara
individu menerapkan rumus yang sudah dipelajari pada pertemuan 1 dan 2, lalu
menerangkan kepada murid satu persatu soal mengenai luas bagun datar. Kemudian
murid diminta mengerjakan soal yang diberikan peneliti secara berkelompok, peneliti
menghimbau kepada anggota kelompok bahwa dalam mengerjakan soal tidak boleh
bekerja sama dengan kelompok lain. Kemudian seiap anggota kelompok
mempesentasikan jawaban dari soal yang diselesaiakan anggotanya, dan kemudian
anggota yang lainnya mendengarkannya. Peneliti memberikan informasi bahwa
pertemuan ini akan ada pertandingan antara kelompok yang satu dengan kelompok yang
lain, dimana peneliti akan memberika beberapa pertanyaan di kartu lalu setiap
kelompok menjawab pertanyaan yang sesuai dengan pertanyaan di kartu. Bagi
kelompok yang menjawab pertanyaan dengan benar, maka kelompok tersebut
mendapatkan point dan ditambah dengan point-point yang sudah terkumpul pada
pertemuan sebelumnya.
Pertemuan ke-4 peneliti melakukan post tes secara tertulis siklus I, nilai rata-rata
kelas cukup bagus yaitu 60. Bila ditinjau dari indikator yang telah ditetapkan, maka
dapat disimpulkan bahwa pembelajarn ini berhasil, terutama bila ditunjau dari pretes ke
post tes. nilai rata-rat pretes 45 meningkat post tes menjadi 60.
Hasil Refleksi Pada Siklus I
Kelebihan-kelebihan yang ditemukan selama melaksanakan tindakan diterapkan
dan dikembangkan dan sebaliknya kelemahan yang muncul peneliti perbaiki pada
pertemuan berikutnya. Paparan hasil refleksi dapat dijabarkan sebagai berikut.
a. Kelebihan
1. Partisipasi siswa saat pembelajaran sudah mulai nampak jika dibandingkan
sebelum diadakan PTK
2. Siswa disiplin mengerjakan tugas
3. Siswa nampak bergembira selama mengikuti pembelajaran. Kegembiraan ini
berdampak kepada semangat belajar siswa, sehingga hasil postesnya meningkat
dari pretes (rata-rata pretes 45 meningkat menjadi rata-rata post tes 60)
4. Upaya peneliti memfasilitasi berlangsungnya PTK cukup bagus. Hal ini nampak
dari alat-alat yang tersedia selama berlangsungnya tindakan (ada media bagun
datar, papan unjuk kerja siswa).
5. Peneliti telah berusaha memperbaiki kinerjanya dari pertemuan ke pertemuan.
6. Peneliti disiplin dengan pengisisan jurnal pembelajaran (setiap pertemuan
ditandatangani oleh observer)
7. Peneliti telah memberi motivasi yang cukup bermakna bagi siswa, dalam bentuk
pemberian reward berupa pujian kepada siswa dan kelompok yang berhasil.
8. Peneliti selalu mengadakan diskusi dengan para observer di akhir pembelajaran
pada setiap pertemuan.
a. Kelemahan
1. Interaksi siswa dalam proses belajar pada awalnya kurang, namun pada
pertemuan berikutnya tidak terjadi
2. Tidak semua langkah yang disusun dalam RPP pertemuan pertama terlaksana.
3. Kurang mampu mengelola waktu
4. Tugas-tugas yang diberikan siswa sejak awal pertemuan sampai akhir terlaksana
dengan baik, terkadang dengan reward peneliti
b. Rencana Perbaikan Tindakan
1. Sebelum melaksanakan implementasi segala keperluan pembelajaran dipersiapkan
dengan matang.
2. Peneliti memberikan indikator kompetensi tentang materi pelajaran dengan
memperagakan bagun datar.
3. Siswa diberi tugas memahami materi pada pertemuan berikutnya.
4. Siswa yang mendapat nilai pretes dan post tes terendah akan lebih diperhatikan
pada siklus II.
2. Siklus II
Pembelajaran siklus II berlangsung selama dua kali pertemuan, dan satu kali
pertemuan untuk post tes. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 5
September 2009 mulai jam 07.00 -08.30. Kegiatan diawali dengan salam, berdoa dan
absensi siswa. Pada pertemuan ini semua siswa hadir. Tempat duduk diatur
berkelompok yang terdiri dari empat dan ada yang lima kelompok. Selanjutnya peneliti
memberikan standar kompetensinya dengan dengan membacakan tujuan pembelajaran,
lalu menyampaikan topik yang akan dipelajari. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan
dengan eksplorasi untuk menggali pengetahuan awal siswa melalui pertanyaan “
Sebutkan rumus volume balok?” Siswa merespon dengan jawaban sama. Selanjutnya
peneliti menerangkan materi pelajaran dengan pendekatan metode TGT, dalam
pertemuan ini peneliti menjelaskan cara mencari rumus volume prisma segitiga dan
volume tabung yang diturunkan dari volume balok selama 35 menit secara individu
dengan komunikasi total. Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan pemberian LKS pada
kelompok tentang soal yang diberikan. Peneliti melihat kelompok mengerjakan tugas,
sambil membimbing siswa agar menyelesaiakan soal di LKS dengan benar dan tepat.
Peneliti selalu memberi motivasi kepada kelompok belajar, bagi siap yang mendapatkan
nilai bagus akan mendapatkan hadiah. Selanjutnya peneliti mengakiri pertemuan dengan
salam
Pertemuan ke-2 dilaksanakan pada tanggal 6 September 2009, mulai jam 07.0-
08.30, peneliti mengawali pelajaran dengan salam. Sebelum menerangkan materi
selanjutnya, peneliti memberi game mengenai volume prisma dan volume tabung
lingkaran. Kemudian peneliti menerangkan tujuan pencapaian dalam pertemuan terakhir
ini dan dilanjutkan dengan pemberian materi mengenai mencari volume limas dan
volume kerucut dengan komunikasi total selama 35 meni. Kemudian siswa dalam
kelompok diberi LKS tentang soal kalimat mengenai volume limas dan kerucut, lalu
diminta mempersentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas, dan lalu peneliti
menutup pelajaran sambil membagikan hadiah
Pertemuan ke-3 peneliti melakukan post tes secara tertulis siklus II, nilai rata-
rata kelas cukup bagus yaitu 85. Bila ditinjau dari indikator yang telah ditetapkan, maka
dapat disimpulkan bahwa pembelajarn ini berhasil, terutama bila ditunjau dari pretes ke
post tes. nilai rata-rat pretes 50 meningkat post tes menjadi 75.
Hasil Refleksi Pada Siklus II
a. Kelebihan
1. Partisipasi siswa saat pembelajaran sudah mulai nampak jika dibandingkan
siklus I
2. Siswa dalam kelompok disiplin mengerjakan tugas
3. Siswa nampak bergembira selama mengikuti pembelajaran, apalagi dengan
adanya permainan kartu. Kegembiraan ini berdampak kepada semangat belajar
siswa, sehingga hasil postesnya rata-rata kelas 75
4. Peneliti telah berusaha memperbaiki kinerjanya dari hasil refleksi siklus I
5. Peneliti telah memberi motivasi yang cukup bermakna bagi siswa, dalam bentuk
pemberian reward berupa hadiah bagi siswa yang berprestasi.
6. Peneliti selalu mengadakan diskusi dengan para observer di akhir pembelajaran
pada setiap pertemuan.
b. Kelemahan
1. Siswa kadang ramai berebut perhatian peneliti.
2. Tidak semua langkah yang disusun dalam RPP pertemuan pertama siklus ke II
terlaksana, namun pada pertemuan berikutnya lancar
3. Kurang mampu mengelola waktu, karena terlalu lama dalam mengajar bahasa
isyarat
4. Tugas-tugas yang diberikan siswa sejak awal pertemuan sampai akhir terlaksana
dengan baik, terkadang dengan reward peneliti
c. Rencana Perbaikan Tindakan
1. Sebelum melaksanakan implementasi segala keperluan pembelajaran
dipersiapkan dengan matang.
2. Peneliti memberikan indikator kompetensi tentang materi pelajaran dengan
memperagakan bangun dimensi 3
3. Siswa yang mendapat nilai pretes dan post tes terendah akan lebih diperhatikan
pada pembimbingan individual.
Hasil dan Pembahasan
1. Perolehan Proses Belajar
a. Aktivitas siswa dalam menyeleseikan LKS
Aktivitas Nilai rata-rata kelas (dari 21 siswa)
Siklus I Siklus II
Penyelesaian LKS 65 70
Menemukan konsep rumus-
rumus dari balok
60 80
Menyelesikan soal matematika 60 75
b. Hasil belajar kognitif selama 2 siklus dapat peneliti sampaikan pada table.
No Jenis
Evalu
asi
Siklus I Siklus II perbandingan
rata-rata hasil
postes
Pretes Postes Pretes Postes Siklus
I
Siklus
II Sk
or
mi
ni
ma
l
Sk
or
Ma
ksi
ma
l
Nil
ai
rat
a-
rat
a
Skor
yang
dica
pai
mini
mal
Sk
or
Ma
ksi
ma
l
Nil
ai
rat
a-
rat
a
%
Ke
tun
tas
an
Sk
or
ya
ng
dic
ap
ai
Sk
or
Ma
ksi
ma
l
Nil
ai
rat
a-
rat
a
Sk
or
ya
ng
dic
ap
ai
Skor
Mak
sima
l
Nil
ai
rat
a-
rat
a
%
Ke
tun
tas
asa
n
Tes 30 55 45 55 70 60 35 60 50 60 85 75 60 75
Dari tabel 1 dan 2 di atas nampak bahwa ketrampilan kognitif siswa berupa
pemahaman dan kemudian mempertahankan daya ingatnya tentang pengukurn dengan
mencari dan menghitung luas segi banyak sederhana, dan volume yang dilaksanakan
siswa yang tertuang dalam LKS dan post tes meningkat dari siklus I ke siklus ke II dan
skor mencapai diatas 60. Dalam indikator keberhasilan apabila skor rata-rata diatas 60
pembelajaran dinyatakan berhasil. Dari perolehan tersebut dapat disimpulkan bahwa
hipotesis tindakan: “Metode pembelajaran Kooperatif Model TGT dapat meningkatkan
kualitas belajar matematika siswa kelas VI pada pokok bahasan Luas dan Volume di
SDN Purwantoro 5 Malang“ berhasil, dengan demikian, penulis berhasil mengatasi
masalah pembelajaran yang dihadapi siswa kelas VI di SDN Purwantoro 5 Malang.
Simpulan dan saran
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kualitas belajar matematika siswa SDN
Purwantoro 5 Malang meningkat lebih baik dengan pembelajaran koperatif model TGT.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, penerapan pembelajaran kooperatif model
TGT mampu meningkatkan kualitas belajar matematika siswa kelas VI SDN
Purwantoro 5 Malang pada pokok bahasan Luas dan Volume. Oleh karena itu
disarankan:
1. Agar kualitas hasil belajar kognitif siswa lebih bagus lagi, hendaknya pada setiap
pembelajaran dibiasakan menggunakan tehnik pembelajaran dengan bermain agar
tampil menarik dan tidak menoton.
2. Guru perlu menambah wawasannya tentang teori belajar dan model-model
pembelajaran yang inovatif.
Daftar Pustaka
Anita Lie. 2005. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
Arends Richard I. 2004. Classroom Instruction and Management. New York: Mc.Grow
Hill Book Co.
Erman Suherman, Turmudi, Didi Suryadi, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran
Matematika Kontemporer. Bandung : UPI.
Muslimin Ibrahim, Fida Rachmadiarti, dkk. 2000. Pembelajaran kooperatif. Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya.
Robert E. Slavin. 1995. Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice. Boston
: Allyn and Bacon.
Robert E. Slavin. 2008. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa
Media.
Robert E. Reys, Marilyn N. Suydam. 1998. Helping Children Learn mathematics fifth
edition.USA: Allyn & Bacon