implementasi pemikiran abu ubaid tentang …etheses.uinmataram.ac.id/89/1/desi karmila...
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI PEMIKIRAN ABU UBAID TENTANG DISTRIBUSI
ZAKAT PADA PELAKSANAAN PENGELOLAAN ZAKAT
BAZNAS NTB
SKRIPSI
OLEH
DESI KARMILA15.2.12.5.118
FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MATARAM
2017
IMPLEMENTASI PEMIKIRAN ABU UBAID TENTANG DISTRIBUSI
PADA PELAKSANAAN PENGELOLAAN ZAKAT BAZNAS NTB
Skripsi
Diajukan Kepada Institut Agama Islam Negeri Mataram
Untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah
Oleh
DESI KARMILA15.2.12.5.118
JURUSAN EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH
DAN EKONOMI ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI (IAIN) MATARAM
2017
iii
vi
Motto:
Hai orang-orang yang beriman, Bersabarlah kamu dan
kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di
perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya
kamu beruntung (Q.s Al-Imran :200)
vii
PERSEMBAHAN
karya ilmiah inikupersembahkanuntuk:
1. Kedua orang tuaku, Bapak A. KADIR H.M.ALI tercinta, yang selalu
memberikan spirit dan dukungan baik materil dan nonmateril
walaupun dalam keadaan senang dan susah sampai skripsi ini selsai.
Ibuku tersayang, yaitu ibu RUSMI yang selalu memberikanmotivasi
disaat saya lelah dan ingin menyerah, serta doá yang selalumengiringi
setiap langkah dan keputusan saya, Aku Padamuemak. Saya
perembahakan karya sederhana ini untuk bapak danemaksebagaitanda
bakti ku, dan beribu ucapan terimakasih pun tidak akandapat
menggantikan besarnya perjuangan yang bapak danemak lakukan
selama ini untuk saya, terimakasihbanyak.
2. Keluargaku yang selalumendo’akan dan memberi dukungandan
dorongan kepada saya terutama buat bibi ku tercinta hj. MULYANI
terimakasih atas perhatian yang begitu besar engkau berikan,Kakak-
Kakak ku Ishaq Karsa, Nofpi Astati yang selalu sabarmenghadapiku
disaat saya lelah dan marah karena putus asa dan adek kutercinta
Idham Halid yang selalu cerewet ketika di telpon,terimakasih..
3. Dosen pembimbing dan dosen mata kuliah terimakasih atasbimbingan
selamaini.
4. Almamaterku tercinta IAINMataram.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan kesehatan, ilmu pengetahuan, taufik, dan hidayah-
Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Shalawat serta salam juga penulis layangkan kepada junjungan alam Baginda
Nabi Muhammad SAW berkat risalah yang dibawanya serta ajaran yang
disampaikannya sehingga kita dapat merasakan nikmatnya iman dalam Islam
sampai saat ini.
Kehadiran penulis sebagai mahluk sosial yang tak mungkin tidak
membutuhkan bantuan dari pihak lain, begitu juga halnya dengan penulis skripsi
ini yang membutuhkan bantuan dan dukungan dari pihak lain sehingga dapat
diselesaikan dengan baik. Oleh sebab itu, melalui kesempatan ini penulis
sampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada :
1. Dr. H. Mutawali, M. Ag. Rektor IAIN Mataram beserta seluruh civitas
akademika IAIN Mataram yang telah memberikan kemudahan hingga skripsi
ini dapat selesai.
2. Dekan Fakultas Syariah Dan Ekonomi Islam Dr. H Musawar M.Ag,
3. Bapak Drs. H. M Fachrir Rahman, M.A. Selaku pembimbing I dan Dewi
Sartika Nasution, MEc selaku pembimbing II, yang dengan segenap
kemurahan hati telah memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh
kesabaran dalam usaha penulis menyelesaikan skripsi ini dengan ikhlas.
ix
Tanpa arahan dan bimbingan dari beliau, penulis tidak akan bisa
menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.
4. Ketua Jurusan Baiq El Badriati, M.EI, Sekretaris Jurusan Bahrur Rosyid,
M.M, Dosen Wali Dr. Riduan Mas’ud M.Ag, yang telah memberikan
dukungan, saran, dan hingga skripsi ini bisa terselsaikan.
5. Ketua serta seluruh pegawai/ karyawan Badan Amil zakat nasional NTB yang
telah bersedia memberikan data dan informasi untuk penelitian ini.
6. Bapak/Ibu dosen yang pernah memberikan pelajaran ilmu pengetahuan
Ekonomi Islam selama penulis menuntut ilmu di IAIN Mataram.
7. Untuk sahabat sekaligus teman seperjuangan ku Admita Rosyani, Riyan
Fajriyani, Serah, Bq.Suriaty, Emi Mirawati, Indriati Utami dan Yuli
Indrayani yang udah duluan wisuda, terima kasih telah memberikan canda
tawa dan menjadi tempat berkeluh kesah, selama berjuang menyelsaikan
skripsi ini.
8. Untuk teman-teman EI E angkatan 2012, terimaksaih untuk 4 tahun yang kita
lalui, terimaksih telah memberikan keceriaan serta dukungan selama kuliah
hingga akhir penulisan skripsi ini. semoga kesuksesan menyertai kita semua.
9. Almamater tercintaku IAIN Mataram terimakasih telah menjadijalan ku
untuk meraih mimpi-mimpi ku.
Semoga semua kemudahan dan kebaikan yang kalian berikan kepada
penulis semoga dicatat sebagai amal ibadah dan mendapat balasan yang berlimpah
dari Allah SWT dan mendapat syafaat dari Nabi Muhammad SAW. Aminya
rabbal alamin.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
HALAMAN PERSUTUJUAN ...................................................................... iii
HALAMAN NOTA DINAS .......................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN........................................................................ v
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ vi
HALAMAN MOTTO .................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Konteks Penelitian ...................................................................... 1
B. Fokus Penelitian.......................................................................... 5
C. Tujuan dan Mamfaat Penelitian .................................................. 5
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian........................................ 6
E. Telaah Pustaka ............................................................................ 7
F. Kerangka Teoritik ....................................................................... 10
G. Metodologi Penelitian ................................................................. 22
H. Sistematika Pembahasan ............................................................. 29
BAB II PAPARAN DAN TEMUAN DATA ................................................ 31
A. Sekilas Tentang Abu Ubaid ........................................................ 31
xi
B. Profil Badan Amil Zakat Nasional NTB..................................... 44
BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................ 56
1. Distribusi Zakat Menurut Abu Ubaid ......................................... 56
2. Implementasi Distribusi Zakat Abu Ubaid Di Baznas NTB....... 57
BAB IV PENUTUP ........................................................................................65
A. Kesimpulan ................................................................................ 65
B. Saran............................................................................................ 67
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...........................................................................
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Koteks Penelitian
Krisis moneter pada pertengahan tahun 1997 membawa perekonomian
Indonesia kearah kemunduran, sehingga bertambahnya jumlah pengangguran
dan orang miskin. Kemiskinan dan pengangguran tersebut tampaknya masih
menjadi problematika yang harus kita hadapi sampai sekarang.
Bertambahan jumlah penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan
bukanlah karena persoalan kekayaan yang tidak sebanding dengan jumlah
penduduk, akan tetapi karena persoalan distribusi dan akses ekonomi yang
tidak adil disebabkan tatanan sosial yang buruk. Sehingga untuk mengatasi
hal tersebut dibutuhkan instrument yang dapat mengatasi masalah masalah
kemanusiaan, seperti penuntasan kemiskinan dan kesenjangan sosial akibat
keberadaan dalam kepemilikan kekayaan, instrumen tersebut adalah zakat.
Zakat dapat menjadi cara untuk mengurangi pengangguran apabila
pemerintah dapat mengoptimalkan pengumpulan dan pendayagunaan zakat,
infaq, dan sadaqah dalam arti yang seluas luasnya. Dengan pengelolaan yang
baik, zakat merupakan sumber dana potensial yang dapat dimanfaatkan untuk
memajukan kesejahteraan umum bagi seluruh masyarakat, yang merupakan
salah satu dari tujuan nasional negara Kesatuan Republik Indonesia yang
diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar NKRI tahun 1945.
2
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka perlu adanya pengelolaan
zakat secara profesional dan bertanggungjawab yang dilakukan oleh
masyarakat bersama pemerintah. Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan
peraturan perupa Undang-Undang yang menjelaskan bahwa organisasi yang
berhak melakukan pengelolaan zakat hanyalah Badan Amil Zakat (BAZ) dan
Lembaga Amil Zakat (LAZ), baik yang brsakala nasional maupun daerah.1
Salah satunya adalah Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Provinsi Nusa
Tenggara Barat (NTB).
Menurut survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
jumlah penduduk miskin di Indonesia masih berada di angka 28,51 juta jiwa
atau sebesar 11,13 % dari total keseluruhan penduduk. Sedangkan angka
kemiskinan di Provinsi NTB mencapai 17,10% angka ini menunjukan
peningkatan dari tahun sebelumnya, itu berarti jumlah masyarakat yang
berada dibawah garis ekonomi menengah ke bawah semakin bertambah.
Kemudian untuk tingkat kemiskinan di kota Mataram dan sekitarnya
berjumlah 10,06% pada tahun 20162, angka ini sama dengan jumlah orang
miskin pada tahun 2015 lalu.
Hal ini bertolak belakang dengan jumlah pendapatan yang di dapat
melalui zakat, karena jumlah realisasi zakat provinsi dari Baznas NTB untuk
tahun 2015 sebesar 6,520 milyar rupiah dan realisasi zakat menunjukkan
peningkatan dari tahun sebelumnya yang berjumlah 5.036 miliyar rupiah. Hal
ini berarti . distribusi pendapatan melalui zakat dari orang kaya ke orang
1 UU No 38 Tahun 1999 tentang pelaksanaan pengelolaan zakat, yang telah dubahmenjadi UU No 23 Tahun 2011 tentang Zakat.
2 Data Badan Pusat Statistik Indonesia pada Maret 2015
3
yang membutuhkan belum dilakukan secara maksimal, karenanya jumlah
masyarakat miskin semakin bertambah. Karna tujuan dari zakat itu sebagai
jalan penuntasan kemiskinan dengan cara distribusi kekayaan dan pendapatan
dari orang kaya untuk masyarakat yang membutuhkan. Hal tersebut
disebabkan karena sistem distribusi zakat pada saat ini, belum sepenuhnya
menerapkan pola dan system pengelolaan zakat yang meliputi penarikan,
pengelolaan, dan distribusi yang telah dipraktekkan pada masa Rasulullah dan
para sahabatnya
Salah satu tokoh yang terkenal dengan pemikirannya tentang ekonomi
Islam adalah Abu Ubaid. Ia merupakan salah seorang ahli ekonomi islam
yang telah merumuskan banyak hal tentang kaidah-kaidah ekonomi islam
dalam karya-karyanya. Abu Ubaid dengan karyanya KitabAl-Amwal,
menguraikan konsep tentang zakat sebagai salah satu penerimaan keuangan
publik pada masa Rasulullah, para Khulafa` ar-Rasyidun dan pada masa
khalifah Umar bin Abdul Aziz. Selain mengungkapkan kebiasaan yang
dipraktikkan Rasullah dan para sahabat, Abu ubaid juga menganalisis
mengenai hal tersebut dan kemudian dia akan memberikan pendapatnya
secara objektif.
Dalam karyanya Kitab al-Amwal, Abu Ubaid memberikan bab khusus
mengenai penjelasan tentang bagaimana praktik distribusi zakat yang
dilakukan pada masa terdahulu, salah satunya mengenai pembagian zakat
diantara delapan golongan penerima zakat (ashnaf).
4
Menurut pendapat Imam Syafi’I dan sejumlah ulama’ yang lain yang
para mengatakan bahwa setiap zakat yang akan dibagikan itu harus dibagikan
kepada semua delapan kelompokashnaf yang telah disebutkan dalam al-
Qur’an itu. Jika tidak dibagikan secara merata diantara paraashnaf maka hal
tersebut belum sah.3 Namun menurut Abu Ubaid, pembagian yang sama
antara delapan kelompok dari penerima zakat cenderung untuk meletakkan
suatu batasan terhadap penerimaan perorangan, yang terpenting adalah
memenui kebutuhan dasar seberapapun besarnya serta bagaimana
menyelamatkan orang-orang dari kelaparan dan kekurangan, tetapi pada
waktu yang sama. Pembagian zakat merata untuk delapanashnaf tidaklah
diwajibkan melainkan kepada pemimpin yang mana zakat harta kaum muslim
telah melimpah ruah di sisinya, jika pembagian zakat hanya untuk sebagian
ashnaf saja itu sudah dianggap sah.4.
Selain itu, Abu Ubaid mengungkapkan bahwa penarikan dan
penyaluran zakat dilakukan oleh wilayah di mana masyarakat berada, dan
zakat tersebut tidak boleh di bawa keluar dari wilayah tempat dimana zakat
tersebut diambil. Jadi, Penarikan zakat yang dilakukan pada suatu komunitas
masyarakat tertentu, berarti penyalurannya dilakukan juga pada komunitas
masyarakat di mana zakat tersebut diambil.5 Hal ini berbeda dengan
pendapat para imam Hanafi dan Hambali yang mengatakan zakat boleh
3Muhammad jawad,Fiqih Lima Mazhab,(Jakarta:Penerbit Lentera, 2008), h.1914Abu Ubaid al-Qasim,Al-Amwal (ensiklopedia Keuangan Publika),(Jakarta: Gema
Insani, 2009), h. 6695Abu UbaidAl-Amwal h.721
5
dipindahkan atau di bawa ke daerah lain asalkan tidak sampai tidak sampai
melebihi jarak diperbolehkannya qoshr shalat.
Selain pendapat diatas, masih ada beberapa pendapat Abu Ubaid
lainnya yang berkaitan dengan distribusi zakat, yang semuanya bertujuan
untuk mendistribusikan kepada sebagian masyarakat yang membutuhkannya
(mustahiq) sehingga memberikan pengaruh pada tingkat kesejahteraan
masyarakat
Bagi Abû ‘Ubaid yang Berdasarkan pemikiran Abu Ubaid inilah
peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan tema,“Implementasi
Pemikiran Abu Ubaid Tentang Zakat Pada Pelaksanaan Pengelolaan
Zakat BAZNAS NTB”
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan konteks penelitian di atas, maka masalah yang menjadi
fokus dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pemikiran Abu Ubaid dalam distribusi zakat?
2. Bagaimana implementasi pemikiran Abu Ubaid tentang distribusi
zakat pada pelaksanaan pengelolaan zakat BAZNAS NTB?
C. Tujuan dan Manfaat
Berangkat dari fokus penelitan yang telah diuraikan diatas, maka
tujuan yang diharapkan tercapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana pemikiran Abu Ubaid tentang distribusi
zakat
6
2. Untuk mengetahui bagaimana implementasi pemikiran Abu Ubaid
tentang distribusi zakat pada pelaksanaan pengelolaan zakat di
BAZNAS NTB.
Sedangkan manfaat dari penelitian ini yang ingin dicapai, dapat
ditinjau dari dua aspek, yaitu:
a. Secara Teoritik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi
pengembangan disiplin ilmu ekonomi Islam terutama yang
berkaitan dengan pemikiran Abu Ubaid.
b. Manfaat Praktis
1. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini, diharapkan dapat
digunakan sebagai acuan bagi Baznas NTB dalam pengambilan
kebijakan dalam rangka perbaikan dan meningkatkan mutu
pelayanan serta kinerja operasional Baznas NTB.
2. Sebagai media bagi pemerintah untuk mempertimbangkan nilai
nilai Distribusi Zakat Abu Ubaid, dalam pengelolaan zakat di
tanah air.
3. Bagi civitas akademika, diharapkan dapat digunakan sebagi
rujukan dalam pengembangn khazanah ilmu pengetahuan
dalam mengkaji pemikiran ekonomi Abu Ubaid.
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
Dari segi substansi masalah yang akan dikaji, penelitian ini hanya
terbatas pada aspek pemikiran Abu Ubaid tentang distribusi zakat sebagai
7
sumber penerimaan keuangan negara dan implementasinya pada pelaksanaan
pengelolaan zakat di BAZNAS NTB.
Penelitian ini dilakukan di kantor Badan Amili Zakat Nasional
(Baznas) NTB yang berada di Jl. Bung Hatta No. 3 Mataram dengan waktu
penelitian yang dibutuhkan selama satu bulan yaitu dari bulan Juni-Juli.
Sedangkan subyek penelitiannya adalah Baznas NTB dan obyek yang akan
diteliti adalah karyawan dan staff yang bekerja di lembaga tersebut, yang
terdiri dari pemimpin Baznas NTB, karyawan yang bekerja di urusan
pendistribusian zakat.
E. Telaah Pustaka
Terkait tema pemikiran Abu Ubaid tentang distribusi zakat dan
relevansinya terhadap pengelolaan zakat di Baznas NTB ini, belum ada
penelitian yang membahas tentang tema tersebut, namun telah ditemukan
sejumlah karya ilmiah terdahulu yang memiliki kaitan dengan pelaksanaan
pengelolaan zakat ,baik itu pengumpulan, pengelolaan maupun penditribusian
zakat, antara lain adalah:
1. Ugi Suharto, Zakat Sebagai Lembaga Keuangan Publik Khusus:
Refleksi Kitab al Amwal Karya Abu Ubaid (W 838 M).Zakat &
Empowering: Jurnal Pemikiran dan Gagasan– Vol II 2009. Penelitian
ini membahas mengenai fungsi zakat sebagi sumber pendapatan negara
yang di praktikkan pada zaman Rasulullah SAW. Karya ilmiah ini
mengatakan bahwa zakat sebagai sumber pendapatan, terpisah dari
sumber pendapatan lainnya sepertifay dan khumus . Zakat bukan
8
merupakan pajak, karena zakat dapat berfungsi bahkan tanpa adanya
pemerintah. Dalam keuangan publik, pemerintah adalah alasan adanya
perpajakan. Sedangkan zakat masih memiliki fungsi distribusi bahkan
ketika pemerintahan tidak terbentuk6
Perbedaannya dengan penelitian ini terletak pada konteks yang
akan di teliti. Peneliti akan meneliti bagaimana pendapat abu Ubaid
tentang distribusi zakat lalu mengaitkannya dalam proses pengelolaan
zakat di lembaga amil zakat, meskipun sama sama meneliti tentang
pemikiran Abu Ubaid, namun karya ilmiah di atas membahas mengenai
peran zakat secara umum dalam penerimaan negara dan tidak membahas
secara spesifik bagaimana system pengelolaan zakat dari pengumpulan–
distribusi menurut Abu Ubaid.
2. Yulaeni, Studi analisis terhadap sistem pemungutan dan penyaluran
zakat profesi di BAZDA Provinsi NTB, 2014. Fakultas Syariah dan
Ekonomi Islam, IAIN MATARAM. Penelitian ini fokus membahas
mengenai bagaimana sistem pemungutan serta pendistribusian zakat
profesi di BAZDA provinsi NTB. Penelitian ini menyatakan bahwa
BAZDA dalam melakukan pemungutan zakat profesi melakukan dengan
cara memotong langsung gaji pokok PNS yang langsung diserahkan
oleh para PNS ke lembaga BAZDA Provinsi NTB7.
6Ugi Suharto, Zakat Sebagai Lembaga Keuangan Publik KhususJurnal Zakat &Empowering Vol II 2009, dalam http://www.imz.or.id, diunduh pada tanggal 15 Mei 2016
7 Yulaeni , Studi analisis terhadap sistem pemungutan dan penyaluran zakatprofesi diBAZDA Provinsi NTB, IAIN Mataram 2014.
9
3. Yustian,Pendayagunaan zakat produktif dalam persepsi ekonomi Islam
(Studi kasus LAZ Azzubaidah desa Puyung kecamatan Jonggat Lombok
Tengah),2012. Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, IAIN Mataram.
Penelitian ini fokus pada bagaimana para mustahik dalam
mendayagunakan zakat produktif, yang dilakukan melalui program
pemberdayaan ekonomi, dengan memberikan bantuan modal usaha
dengan fasilitasQardlu al-Hasan.8
4. Mas’amah,Peran lembaga amil zakat Dompet Duafa Ibnu Abbas dalam
meningkatkan ekonomi masyarakat kota Mataram, 2013. Fakultas
Syariah dan Ekonomi Islam, IAIN Mataram. Karya ilmiah ini
membahas tentang bagaimana pola pelaksanaan pengumpulan,
pengelolaan hingga pendistribusian zakat di DASI NTB yang
memberiakan dampak terhadap ekonomi masyarakat. Dimana hasilnya
menyatakan bahwa LAZ Dompet Duafa Ibnu Abbas sangat berperan
besar dalam meningkatkan ekonomi masyarakat kota Mataram.9
Perbedaan anatara ke-tiga karya ilmiah di atas dengan penelitian ini
adalah Dari beberapa skripsi dan jurnal yang peniliti telaah, belum ada
yang mengangkat dan membahas mengenai pemikiran Abu Ubaid
tentang distribusi zakat dan mengaitakannya dengan sistem pengelolaan
zakat di Baznas NTB maupun lembaga amil zakat lainnya. Meskipun
ada yang mengkaji
8 Yustian Pendayagunaan zakat produktif dalam persepsi ekonomi Islam (Studi kasusLAZ Azzubaidah desa Puyung kecamatan Jonggat Lombok Tengah), IAIN Mataram 2012.
9 Mas’amah,Peran lembaga amil zakat Dompet Duafa Ibnu Abbas dalam meningkatkanekonomi masyarakat kota Mataram,IAIN Matarm 2013
10
Selain itu, penelitian terdahulu hanya mengkaji mengenai
bagaimana pendistribusian zakat di lembaga pengelolaan zakat saja.
Sedangkan penilitian yang dilakukan oleh peneliti adalah mengkaji
bagaimana implementasi pemikiran Abu Ubaid tentang diztribusi zakat
yang terdiri dari pengumpulan, dan penditribusian zakat.
Dari segi setting penelitian, penelitian yang peneliti sebutkan di
atas mayoritas dilakukan di lembaga amil zakat yang berada di daerah,
sedangkan peneliti melakukan penelitian di lembaga pengelolaan zakat
provinsi.
F. Kerangka Teoretik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan
pemikiran adalah sesuatau yang diterima seseorang dan dipakai sebagai
pedoman, sebagaimanaya diterima dari masyarakat sekelilingnya.
Pemikiran dalam bahasa Inggris disebutInference yang berarti
penyimpulan yang berarti mengeluarkan suatu hasil berupa kesimpulan
ada juga yang menyebut penuturan dan penalaran. Maksudnya, kegiatan
akal manusia, mencermati suatu pengetahuan yang telah ada, untuk
mendapatkan / mengeluarkan pengetahuan yang baru (lain)“, terutama
dalam konteks rasionalitas.10
Pendekatan sejarah sosial dalam pemikiran hukum Islam ialah
pendekatan bahwa setiap produk pemikiran hukum Islam pada dasarnya
merupakan hasil interaksi antara si pemikir dengan lingkungan sosio-
10 Dahri, Sunardji,Ilmu Mantik, Langkah– Langkah Berfikir Logis (Surabaya : PT. PwuJawa Timur, 2009), h.10.
11
kultural atau sosio¬politiknya. Oleh karena itu, produk pemikirannya itu
sebenarnya bergantung pada lingkungannya. Pendekatan ini memperkuat
alasannya dengan menunjuk kepada kenyataan sejarah bahwa produk-
produk pemikiran yang sering dianggap sebagai hukum Islam itu
sebenarnya tidak lebih dari hasil interpretasi tersebut
Dengan demikian dimaksud dengan pemikiran ekonomi Islam
merupakan respon para pemikir muslim terhadap tantangan-tantangan
ekonomi pada masa mereka. Pemikiran ekonomi Islam tersebut diilhami
dan dipandu oleh ajaran Al-Quran dan Sunnah juga oleh ijtihad
(pemikiran) dan pengalaman empiris mereka. Objek kajian dalam
pemikiran ekonomi Islam bukanlah ajaran Al-Quran dan Sunnah tentang
ekonomi tetapi pemikiran para ilmuwan Islam tentang ekonomi dalam
sejarah atau bagaimana mereka memahami ajaran Al-Quran dan Sunnah
tentang ekonomi.
1. Zakat
Zakat atauZakah secara bahasa berarti“ tumbuh, bertambah,
keberkahan suci atau bersih11, yang demikian itu karena zakat membantu
membersihkan jiwa manusia dari kekikiran, mementingkan diri sendiri,
hawa nafsu dan rakus akan harta12. Secara istilah, meskipun para ulama
mengemukakan redaksi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya,
akan tetapi pada prinsipnya sama bahwa zakat itu adalah sejumlah harta
11 Ahsin W. Alhafidz,Kamus Fiqh(Jakarta: Amzah, 2003).12Muhammad Sharif Caudry,Sistem Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana prenada group,
2014), h.254.
12
yang diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak
menerimanya dengan persyaratan tertentu pula.13
Yusuf Al-Qardhawi mengatakan bahwa zakat berarti sejumlah
harta tertentu yang diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-orang yang
berhak. Jumlah yang dikeluarkan dari kekayaan itu disebut zakat, karena
yang dikeluarkan itu bertambah banyak dan melindungi kekayaan dari
kebinasaan.14
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa zakat adalah
memberian sejumlah harta tertentu yang sudah sampai nisbah, yang
diwajibkan Allah kepada orang orang yang berhak untuk membersihkan
dan mensucikan harta. Zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan
cinta yang berlebih-lebihan kepada harta benda dan zakat itu menyuburkan
sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan memperkembangkan harta
benda mereka.
a) Hukum Zakat
Zakat hukumnya fardu’ain atau wajib atas setiap muslim yang
telah memenuhi syarat yang telah disyaratkan oleh agama dalam al-
Qur’an dan sunnah nabi maupun pendapat para ulama. Kewajiban yang
ditetapan berlaku untuk diri sendiri dan tidak mungkin dibebankan
kepada orang lain. Dari berbagai ayat al-Qur’an sudah jelas
diterangkan tentang hukum-hukum zakat dan anjuran untuk
menunaikannya diantaranya adalah:
13 Muhammad Riduan Mas’ud,Zakat & Kemiskinan(Yogyakarta:UII Press, 2005), h.34.14Yusuf Qardawi, Fikhuz-Zakat (Hukum Zakat) ter.Drs .Didin Hafidhuddin dkk.
(Jakarta:Pustaka Litera Antar Nusa, 2010), h.35
13
QS Al-Baqarah (2) ayat: 43
Artinya: Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lahbeserta orang-orang yang ruku
Q.S At-Taubah ayat :5
Artinya: jika mereka bertaubat dan mendirikan sholat danmenunaikan zakat, Maka berilah kebebasan kepada mereka untukberjalan Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi MahaPenyayang.
b) Prinsip Zakat
Dalam pelaksanaannya zakat mempunyai lima prinsip15:
1) Prinsip keyakinan keagamaan (faith)
Membayar zakat yakni dengan pembayaran tersebut merupakan
salah satu bentuk manisfestasi keyakinan keagamaannya,
sehingga kalau orang yang bersangkutan belum menunaikan
zakatnya, belum merasa sempurna ibadahnya.
2) Prinsip pemerataan dan keadilan
Prinsip ini menunjukan tujuan dari zakat itu, yaitu membagi
lebih adil kekayaan yang telah diberikan Tuhan kepada umat
manusia.
h.13.
15 Muhammad Daud Ali,Sistem Ekonomi Zakat dan Wakaf(Jakarta:UI-Press, 1998),
14
3) Prinsip produktifitas dan kematangan
Produktifitas dan kematangan menekankan bahwa zakat
memang wajar harus dibayar karena milik tertentu telah
menghasilkan produk tertentu.
4) Prinsip kebebasan
Prinsip ini menjelaskan bahwa zakat hanya dibayar oleh orang
yang bebas atau sehat jasmani serta rohaninya, yang merasa
mempunyai tanggung jawab untuk membayar zakat untuk
kepentingan bersama, zakat tidak dipungut dari orang-orang
yang sedang dihukum atau orang yang sedang menderita
penyakit jiwa
5) Prinsip etika dan kewajaran
Zakat tidak diminta secara semena mena tanpa merehatkan
akibat yang ditimbulkannya.
Dari beberapa prinsip ini dapat dilihat bahwa Islam sebagai
suatu keyakinan bagi pemeluknya merupakan agama paling benar
dalam tataran perintah dalam membayar zakat dengan tujuan saling
tolong menolong antara umat Islam. Dengan membayar zakat
merupakan salah satu bentuk manifestasi keyakinan agamanya.
c) Muzaki dan Mustahiq Zakat
Muzaki adalah orang yang disepakati wajib mengeluarkan
zakat karena telah memenuhi syarat yang ditetapkanj oleh syara.
Orang yang wajib mengeluarkan zakat adalah:
15
1) Islam, tidak wajib zakat bagi yang non muslim
2) Baligh dan berakal sehat, anak-anak yang belum baligh dan
tidak waras tidak wajib mengeluarkan zakat, tetapi harta
keduanya wajib dizakati oleh wali masing-masing.
Sedangkan orang-orang yang berhak menerima zakat (mustahik)
terdiri dari delapan golongan, sebagaimana telah difirmankan Allah
dalam Surah At-Taubah ayat 60, ada delapan golongan yang berhak
menerima zakat ialah16:
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yangdibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yangberhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalamperjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan AllahMaha mengetahui lagi Maha Bijaksana
Orang-orang yang berhak menerima zakat adalah:
1) Orang fakir: orang yang amat sengsara hidupnya, tidak
mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya.
2) Orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan
dalam keadaan kekurangan.
3) Pengurus zakat: orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan
dan membagikan zakat.
16 Q.S At-Taubah(9) ayat: 60
16
4) Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang
yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah.
5) Memerdekakan budak: mencakup juga untuk melepaskan
muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir.
6) Orang berhutang: orang yang berhutang Karena untuk
kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup
membayarnya. adapun orang yang berhutang untuk memelihara
persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat,
walaupun ia mampu membayarnya.
7) Pada jalan Allah (sabilillah): yaitu untuk keperluan pertahanan
Islam dan kaum muslimin. di antara mufasirin ada yang
berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-
kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan
lain-lain.
8) Orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat
mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya.
2. Distribusi Zakat Abu Ubaid
Sejarah membuktikan bahwa ilmuwan muslim pada era klasik telah
banyak menulis dan mengkaji ekonomi Islam tidak saja secara normatif,
tetapi juga secara empiris dan ilmiah dengan metodologi yang sistematis,
salah satunya KitabAl-Amwal(keuangan publik) karangan Abu Ubaid.
Beliau menulis buku yang berjudulAl-Amwal yang membahas
tentang keuangan publik/kebijakan fiskal secara komperhensif. Di
17
dalamnya dibahas secara mendalam tentang hak dan kewajiban negara,
pengumpulan dan penyaluranzakat, khums, kharaj, faisebagai sumber
penerima negara yang lain. Selain berisi tentang sejarah otentik tentang
kehidupan perekonomian negara Islam pada masa Rasulullah Saw.17
Untuk permasalahan dalam distribusi zakat telah merujuk pada
pendapat para ulama tentang seberapa besar seseorang berhak menerima
zakat. Abû‘Ubaid sangat tidak setuju dengan pendapat para ulama seprti
ulama dari mazhab syafi’i mereka yang berpendapat bahwa pembagian
zakat yang sama antara delapan kelompok dari penerima zakat dan
cenderung untuk meletakkan suatu batas terhadap penerimaan perorangan,
hal terpenting yaitu memenuhi kebutuhan dasar seberapapun besarnya
serta bagaimana menyelamatkan orang-orang dari kelaparan dan
kekurangan, apabila zakat tersebut hanya diberikan kepada satu golongan
Ashnafsaja, maka yang demikian itu diperbolehkan.18
Selain itu Abu Ubaid menekankna bahwa, orang kaya tidak
diperbolehkan menerima zakat, seseorang dikatakan kaya atau
berkecukupan apabila diamemilik harta sebesar satuuqiyah di luar harta
lainnya. Ia berkata apabila seseorang telah berkecukupan didalam
hidupnya, yaitu mempunyai rumah, pakaian dan pembantu yang sudah
terpenuhi, lalu dia masih memiliki harta yang senilai dengan satuuqiyah ,
maka dia tidak dibenarkan menerima zakat, walaupun pada saat itu dia
17Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik Hingga Kontenporer( Jakarta:Gramata Publishing, 2010), h.154.
18Abu Ubaid,Al-amwal..,h.699
18
tidak memiliki emas dan perak. Pada saat itu satuauqiyahsama dengan
nilai empat puluh dirham.19
Menurut Abu Ubaid, penarikan dan penyaluran zakat dilakukan
oleh wilayah di mana masyarakat berada. Jadi, Penarikan zakat yang
dilakukan pada suatu komunitas masyarakat tertentu, berarti
penyalurannya dilakukan juga pada komunitas masyarakat di mana zakat
tersebut diambil. Seperti halnya Mu’az yang mengambil zakat dari
penduduk Yaman (yang mampu), kemudian Umar memerintahkan Mu’az
untuk menyalurkannya kembali kepada penduduk Yaman (yang berhak).20
Dengan pola distribusi yang menjadikan daerah penarikan
sekaligus sebagai daerah penyaluran dapat memberikan pengaruh yang
sangat besar dalam menjaga dan menumbuhkan ukhuwah dan solidaritas
sosial dalam sebuah komunitis masyarakat, selain itu juga dengan pola
distribusi seperti ini, maka pendistribusian zakat menjadi lebih efektif. .
3. Badan Amil Zakat Nasional
Untuk melakukan pengelolaan zakat secara profesioanal, pemerintah
membentuk lembaga yang bertanggungjawab dalam mengumpulkan dan
mendistribusikan zakat,melalui Undang-Undang pemerintah menjelaskan
bahwa organisasi yang berhak melakukan pengelolaan zakat hanyalah
Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ), baik yang
brsakala nasional maupun daerah.21
h.720
19Ibid., h.67220 Abu Ubaid, Al-Amwal ter.Setiawan Budi Utomo (Jakarta:Gema Insani Press 2009),
21 UU No 23 Tahun 2011 tentang Zakat pasal 1
19
Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengkoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat. Pengelolaan zakat berasaskan: syariat Islam;
amanah; kemanfaatan; keadilan; kepastian hukum; terintegrasi; dan
akuntabilitas. Pengelolaan zakat bertujuan22:
a) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam
pengelolaan zakat; dan
b) Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.
Kegiatan yang inti (mendasar) dalam Badan Amil Zakat ada empat
yaitu: penghimpunan, pengelolaan, dan pendistribusian.
(1) Penghimpunan
Penghimpunan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mendapatkan dana ZIS dari muzakki. Peran fungsi dan tugas divisi
atau bidang penghimpunan dikhususkan mengumpulkan dana
zakat, infak, sedekah dan wakaf dari masyarakat. Dalam
melaksanakan aktivitas pengumpulan dana tersebut bagian
penghimpunan dapat menyelenggarakan berbagai macam kegiatan
seperti:
(a) Kampanye (dakwah), dalam melakukan kampanye
sosialisasi zakat ada beberapa hal yang harus diperhatikan
yaitu: konsep komunikasi, materi kampanye, bahasa
kampanye, media kampanye,
22 UU No 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat (pasal 3)
20
(b) Kerjasama program, galang dana dapat menawarkan
program untuk dikerjasamakan dengan lembaga atau
perusahaan lain. Kerjasama ini tentu dalam rangka
aktivitas fundraising (pengumpulan) zakat.
(c) Seminar dan diskusi, dalam sosialisasi zakat galang dana
juga dapat melakukan kegiatan seminar. Tema seminar
bisa apa saja asal masih relevan dengan kegiatan dan
kiprah lembaga zakat. .
(2) Pendistribusian
Pendistribusian adalah suatu kegiatan dimana zakat bisa
sampai kepada mustahiq secara tepat. Kegiatan pendistribusian
sangat berkaitan dengan pendayagunaan, karena apa yang akan
didistribusikan disesuaikan dengan pendayagunaan. Akan tetapi
juga tidak bisa terlepas dari penghimpunan dan pengelolaan. Jika
penghimpunannya tidak maksimal dan mungkin malah tidak
memperoleh dana zakat sedikitpun maka tidak akan ada dana yang
didistribusikan.
Muhammad berpendapat bahwa distribusi zakat berkaitan
dengan persediaan, saluran distribusi, cakupan distribusi, lokasi
mustahiq, wilayah penyaluran, tingkat persediaan, dana zakat dan
lokasi amil, pengiriman, dan keagenan23.
23 Muhammad Sari, Mekanisme Zakat dan Permodalan untuk Masyarakat.(Malang:Bahtera Press, 2006), h.176.
21
Zakat yang dihimpun oleh Lembaga Zakat harus segera
disalurkan kepada para mustahiq sesuai dengan skala prioritas yang
telah disusun dalam program kerja. Mekanisme distribusi zakat
kepada mustahiq bersifat konsumtif dan juga produktif. Menurut
Mufraini distribusi zakat tidak hanya dengan dua cara akan tetapi
ada tiga yaitu: distribusi konsumtif, distribusi produktif, dan
investasi24.
(a) Distribusi konsumtif, pola distribusi seperti ini diberikan
secara langsung untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,
yang nerupakan program jangka pendek dalam mengatasi
permasalahan umat.
(b) Distribusi produktif, pola distribusi seperti ini bertujaun
untuk mengatasi permasalah umat dalam jangka pendek
yang diberikan dalam bentuk bantuan dana atau bantuan
berupa barang atau fasilitas bersama.
Sebagai penegasan sudah seharusnya pemerintah berperan
aktif di dalam membangun kesejahteraan umat Islam yang
mendominasi negara ini, sehingga nantinya di dalam pengelolaan
zakat dan pendistribusiannya dapat dilakukan secara optimal, tepat
sasaran dan profesional. Usaha-usaha pengumpulan zakat
hendaknya lebih dimaksimalkan agar pendistribusiannya
h.148.
24 Mufaini M arif. Akuntansi dan Manajemen Zakat(Jakarta:Prenada Media Grup, 2006),
22
tersalurkan secara terpadu kepada yang berhak secara sistematis
dan optimal.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dari segi metodelogi penelitian yang digunakan, penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif yang diperoleh berdasarkan data
yang ada di lapangan. Pendekatan kualitatif merupakan prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, atau tradisi
tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental
tergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasan sendiri
dan berhubungan dengan orang orang tersebut.25 Dalam penelitian ini,
peneliti mengguanakan dua jenis metode penelitian yaitu:
a) Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan
mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-
literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada
hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.26 Studi
kepustakaan yaitu mengadakan penelitian dengan cara mempelajari
dan membaca literatur-literatur yang ada hubungannya dengan
permasalahan yang menjadi objek penelitian.
Jenis metode ini peneliti gunakan dalam rangka untuk
mengetahui bagaimana pandangan Abu Ubaid mengenai distribusi
25 Lexy J Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT RemajaRosdakarya,2011), h.8.
26 Moh. Nazir, Metodologi Penelitian(Bogor, Ghalia Indonesia, 2003), h.111
23
zakat dengan membaca dan menelusuri literature yang berkaitan
dengan hal tersebut.
b) Studi lapangan atauField resechyaitu penelitian yang datanya
diperoleh dengan mendatangi objek/subyek secara langsung.
Metode ini akan digunakan untuk mengetahui dan melihat
bagaimana proses ditribusi zakat di Baznas NTB, apakah proses
distribusi zakat tersebut sesuai dengan pendapat yang diutarakan
oleh Abu Ubaid. Sehingga data yang ditemukan di lapangan lebih
banyak bersifat informasi atau keterangan.
Kata kata lisan maupun tulisan dan langkah-langkah yang dapat
diamati dari orang-orang yang akan ditelit dapat dijadikan sebagai
gambaran suatu hal di daerah tertentu. Sehingga jenis penelitian ini
termasuk kedalam penelitain kualitatif deskriptif. Data yang diperoleh
dinyatakan dalam keadaan yang sewajarnya atau sebagaimana adanya
serta tidak merubah keadaan, bentuk symbol atau bilangan lainnya, dan
fokus kajian mengenai fenomenologi yang bersifat realita.27.
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti di lokasi sangat penting karena peneliti
merupakan instrument utama dalam penelitian ini. Untuk memperoleh
data yang lengkap. Peneliti melibatkan diri dengan cara terjun langsung
ke lapangan dan melakukan pengamatan secara langsung dengan cermat
terhadap obyek penelitian. Peneliti bertindak sebagai instrument kunci
27 Sugiono.Memahami Penelitian Kualitatif(Bandung: CV Alfabeta, 2007), h.7.
24
sekaligus sebagai pengumpul data. Cara ini dilakukan untuk
mendapatkan data yang akurat dan lengkap mengenani Implementasi
Pemikiran Abu Ubaid Tentang distribusi Zakat Pada Pengelolaan Zakat
Baznas NTB. Kehadiran peneliti dilapangan dapat meningkatkan
keabsahan dan efektifitas pelaksanaan penelitian.
3. Jenis Data dan Sumber Data
a. Jenis Data
Jenis data digunakan dalam penelitian ini adalah data
Kualitatif . Data kualitatif adalah data yang berbentuk kalimat, kata
atau gambar. Data kualitatif ini merupakan suatu pendekatan yang
diarahakan pada memahami fenomena sosial dari perspektif
partisipan. Metode kualitatif memiliki tujuan utama mengumpulkan
data deskriftif yang mendeskripsikan obyek penelitian secara rinci
dan mendalam dengan maksud mengembangkan konsep atau
pemahaman dari suatu gejala.
b. Sumber Data
Setiap penelitian memerlukan data dan informasi dari
sumber-sumber yang dapat dipercaya agar data dan informasi
tersebut dapat dipergunakan untuk menjawab masalah penelitian.
Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah subyek
darimana data dapat diperoleh. Adapun yang menjadi sumber data
untuk mendapatkan suatu informasi yang dibutuhkan dalam
penelitian ini adalah:
25
1) Sumber Data Primer
Adalah data yang didapat dari sumber pertama baik
dari individu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara
atau hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh
peneliti. Dengan kata lain data yang dapat memberikan
informasi secara langsung mengenai segala hal yang
berkaitan dengan obyek penelitian. Data primer dalam
penelitian ini akan diperoleh melalui literatur atau buku buku
yang berkaitan dengan Pemikiran Abu Ubaid yaitu kitab Al-
Amwal.
2) Sumber Data Sekunder.
Adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan
disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh
pihak lain misalnya dalam bentuk table-tabel atau diagram.
Sumber data sekunder dalam penelitian ini merupakan data,
informasi dan keterangan yang didapatkan melalui
wawancara dengan pihak Badan Amil Zakat Nasional
(Baznas NTB)
4. Tehnik Pengumpulan data
Untuk menunjang penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah, penelitian ini menggunakan tehnik pengumpulan data
yang meliputi:
26
a. Dokumentasi, yaitu menulusuri semua literatur-ilteratur yang
menggambarakan mengenai pemikiran Abu Ubaid tentang Zakat
sehingga peneliti dapat membandingakan relevansinya pada
pelaksanaan pengelolaan zakat di Baznas NTB.
b. Observasi, yaitu pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui
bagaimana perilaku objek penelitian dan bagaimana proses
pengelolaan zakat, baik dari pengumpulan, pengelolaan dan
pendistribusian zakat
c. Wawancara, yaitu tanya jawab yang dilakukan dengan narasumber
untuk mengetahui pengalaman dan pendapat mengenai
pelaksanaan pengelolaan zakat.
H. Analisis Data
Analisis data kualitatif merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, pengorganisasian data, memilah-milahnya menjadi
satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa
yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang diceritakan
kepada orang lain.28 Pendapat lain mengatakan analisis data adalah upaya
mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan
lainnya unruk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang
diteliti.29
Metode analisis data yang digunakan adalah analisis datakualitatif dan
analisis dataKomparatif. Analisis Kualitatif digunakan untuk menganalisis
28 Lexy J Moleong.Metodelogi penelitian, h .248.29 Ibid,.h. 243
27
pemikiran Abu Ubaid tentang distribusi zakat dalam kitabnya yaitu Al-
Amwal. Analisis kualitatif atau biasa disebut dengan analisisisi merupakan
analisis pokok dalam studi kepustakaan. Analisis komparatif digunakan untuk
melihat implementasi pemikiran Abu Ubaid tersebut dengan proses distribusi
zakat diBaznas NTB. Karena analisis komparatif merupakan analisis yang
digunakan untuk menyelsaikan permasalahan dari segi perbedaan,persamaan
atau hubungannya.
I. Validasi Data
Validiasi merupakan derajat ketetapan antara data yang terjadi pada
objek penelitian dengan daya yang dapat dilapokan oleh peneliti.30 Cara ini
digunakan untuk menguji keabsahan data yanmg didapatkan oleh peneliti.
data membuktikan bahwa apa yang diamati oleh peneliti sesuai dengan apa
yang sesungguhnya ada dalam dunia nyata, dan apakah penjelasan yang
diberikan memang sesuai dengan yang sebenarnya terjadi, dengan
menggunakan. Untuk membuktikan kesesuaian antara data yang diteliti
dengan kenyataan, maka diperlukan adanya uji kebenaran data dengan
menggunakan tiga langkah yang paling strategis untuk digunakan dalam
penelitian ini, yaitu Perpanjangan waktu penelitian, Kecukupan referensi,
Triangulasi.
1. Triangulasi. Metode ini digunanakan untuk mengecek kevaliditan
sumber data yang telah dikumpulkan dengan menggunakn metode
yang berbeda. Teknik ini bersifat menggabungkan berbagai teknik
30Sugiyono,Metode Penelitian,h.361.
28
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada31. Triangulasi yaitu
membandingkan hasil wawancara dengan data hasil observasi dan
dokumentasi, sehingga nantinya hasil penelitian tidak bertolak dengan
fakta dan realita yang ada.
2. Menambah sumber referensi
Referensi yang digunakan adalah bahan dokumentasi dan catatan
lapangan yang tersimpan. Metode ini digunakan untuk
membandingkan data yang diperoleh dari bahan catatan kutipan atau
sebagainya. Peneliti berusaha untuk menggunakan teknik ini dengan
kemampuan peneliti yaitu dengan membandingkan catatan yang satu
dengan catatan yang lain tentang data yang sama semua ini dilakukan
untuk mendapakan validitas data yang dihasilkan.
3. Membicarakan dengan Teman Sejawat
Dalam pembahasan ini diadakan dengan cara mendiskusikan
dengan apa yang didapatkan di lapangan denga teman sejawat yang
mempunyai ilmu pengetahuan yang sama dengan hal tersebut.
Pembahasan dengan teman sejawat ini maksudnya untuk menghindari
penafsiran yang keluar dari fokus penelitian.
J. Sistematika Penulisan
Guna mempermudah pembahasan dan terarahnya penyusunan skripsi ini,
maka penyusun membuat sistematika sebagai berikut :
31Ibid., h.327.
29
1. Bagian Awal
Pada bagian awal terdiri dari: Sampul depan, halaman judul,
persetujuan pembimbing, nota dinas pembimbing, pernyataan keaslian
skripsi, pengesahan, kata pengantar, daftar isi.
2. Bagian Isi.
Bab I Pendahuluan, pada bab ini memaparkan tentang konteks
penelitian, fokus kajian, tujuan dan manfaat, ruang lingkup dan setting
penelitian, telaah pustaka, kerangka teoritik, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
Bab II Paparan data dan temuan, peneliti mencoba menjelaskan
tentang sketsa biografi Abu Ubaid. Yang terdirir dari riwayat hidup,
pendidikan dan karir, karya- karya yang pernah dikeluarkan oleh Abu
Ubaid, serta memaparkan tentang pemikiran-pemikiran ekonomi dari
Abu Ubaid, dan pemikiran tentang zakat akan di jelaskan secara lebih
rinci dan mendalam yang dianalisis dari kitabAl-Amwal. Gambaran
secara umum Baznas NTB dan bagaimana proses ditribusi zakat yang
terjadi di lembaga tersebut.
Bab III Pembahasan, pada bagian pembahasan ini peneliti
mengungkapkan proses analisa data terhadap temuan penelitian
mengenai implementasi pemikiran Abu Ubaid tentang distribusi zakat
di Baznas NTB, dengan cara melakukan analisa didasarkan dari
temuan-temuan yang telah dipaparkan pada bab II.
30
3. Bagian akhir.
Bab IV Penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran-saran. Bagian
akhir pada penelitian ini, peneliti mencantumkan daftar pustaka dan
lampiran.
31
BAB II
PAPARAN DAN TEMUAN DATA
A. Sekilas tentang Abu Ubaid Al-Qasim
1. Biografi
Abu Ubaid merupakan seorang ahli hukum, ahli ekonomi Islam, ahli
hadits dan ahli bahasa Arab (ahli nahwu). Nama lengkapnya adalah Abu
Ubaid bin Salam bin Miskin bin Zaid al-Azdi. Ayahnya bernama Salam
merupakan budak bangsa Roma milik salah seorang peduduk di Heart yaitu
salah satu kota besar wilayah Khurasansebelah barat laut Afghanistan.
Pekerjaan ayahya adalah seorang tukang angkut barang dan dia dapat
berbahasa Arab walaupun tidak fasih, ayahnya keturunan Byzantium yang
menjadimakulasukuAzad. Di tengah kota Heart yang meupakan kota indah
dengan tamannya, lahirlah seorang ulama yang bernama Abu Ubid pada
tahun 157 H/774 M.32
Semenjak usia kecil, orangtuanya selalau mengantarkan Abu Ubaid
kepada ulama-ulama yang hidup pada zaman tersebut untuk belajar ilmu
pengetahuan. Masa kanak-kanak Abu Ubaid dihabiskan untuk menempa dan
menimba ilmu pegetahuan, sehingga ia tidak mengenal dunia lain selain ilmu
pengetahuan.
32 Adimarwan Karim. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. (Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2004), hal. 264.
32
Setelah dia menguasai ilmu pengetahuan yang ia dapatkan di kota
Heart dan Marwa33, dia pergi mengembara menuntut ilmu pengetahuan ke
berbagai negeri yang dikenal kaya akan ilmu pengetahuan pada masanya
sekitar tahun 179H/795M. Ubaid datang ke kota Kufah, Basrah,dan Baghdad
untuk menimba ilmu Nahu, Qira’at, Hadits dan Fiqih pada ulam-ulama yang
terkenl pada saat itu.34
Setelah Abu Ubaid Memiliki banyak pengetahuan yang berkembang
pada masanya dan juga berbagai seni peradaban Arab dan Islam, ia kembali
pulang ke kota kelahirannya, dan bekerja sebagai pendidik dan guru anak-
anak. Dia sangat terkenal dan dihormati karena ilmu pengetahuan yang ia
miliki. Sehingga popularitas kepakaran ilmunya makin tersebar di negeri
Khurasan dan pengaruh pemikirannya juga tersebar juga di kalangan pejabat
negara dan orang-orang kaya.35
Meskipun dia telah menerima ilmu pengetahuan dari ulama Kufah dan
Basrah, Ubaid tetap memiliki sifat sahaja dan jauh dari sikap fanatisme
terhadap ulama Kufah maupun Basrah. Ia memposisikan dirinya sebagai
pintu gerbang ijtihad. Oleh karena itu dia selalu menjadi orang yang selalu
produktif di bidang keilmuwan yang menolak taklid dan fanatisme dalam
mazhab tertentu.
33 Salah satu kota terbesar di Kharusan34 Abu Ubaid al-Qasim.Al-Amwal ter.Setiawan Budi Utomo (Jakarta:Gema Insani Press,
2009) h.3135 Cengiz Kallek,Economic View Of Abu Ubaiddalm UIIM Journal of Econimi and
Management (Kuala Lumpur: Reseach Center International IslamicUniversity Malaysia, 1998),Vol 6, No 1, h. 3
33
Kepakaran ilmu yang dimiliki Abu Ubaid tidak hanya terkenal di
kampung halamannya saja, namun berita tersebut telah tersebar sampai ke
kota-kota lainnya. Sehingga Tsabit bin Nasr bin Malik al-Khuza’i yang
merupakan seorang Gubernur di Tharsus menjadikan dia sebagai guru bagi
anaknya, dan hubungan antara keduanya terjalin sangat erat, sehingga Tsabit
mengajak Abu Ubaid ke negerinya dan melantiknya sebagai kadi di sana dan
Abu Ubaid menjalankan kariernya sebagi kadi selama delapan belas tahun,
yaitu mulai dari tahun 192 H-825 M.36
Setelah meninggalkan jabatan sebagai kadi (hakim), Abu Ubaid
pindah dan menetap di Baghdad. Selama itu, Ubaid banyak mengkaji tentang
politik keuangan dan administrsi perekonomian, dan tidak pernah
menyinggug tentang daulah Abbasiyah yang sedang menjadi kalifah pada saat
itu.37
Semenjak menetap di Baghdad, dia banyak melakukan pengembaraan
ke berbagai negeri, salah satunya yaitu ke Mesir pada tahun 213 H-828 M
bersama dengan Yahya bin Mu’in. Kemudian dia melakukan perjalanan
menuju Mekah untuk menunaikan ibadah haji di Baitullah al-Haram pada
tahun 223 H-38 M, dan setelah melaksanakan ibadah haji dia menetap di
Mekkah hingga meninggal dunia pada tahun 224H-838M pada usia 67
tahun.38
36 Abu Ubaid, al-Amwal., h.3437 Ibid., h.3638 BoediPeradaban Perekonomian., h.173
34
2. Karya-Karya Abu Ubaid
Karya-karya yang telah di tulis oleh Abu Ubaid diperkirakan telah
mencapai kurang lebih tiga puluh karya. Diantaranya adalah karya
monumentalnya Al-Amwal ini dan yang lainnya lagi berbentuk risalah atau
karya ringkasan dari buku-buku rujukan. Diantara karya karya Abu Ubaid
adalah39:
(1) KitabGharib Al-Qur’an.
(2) Kitab Ma’ani Al-Qur’an
(3) Kitab Fadha’il al-Qur’an. Buku ini membahas mengenai keutamaan
Al-Qur’an secara keseluruhan, dan menjelasakn fadilah sebagian
surah, tentang peperangan, tafsir, dan sebagainya. Buku ini telah
dicetak secara keseluruhan yang berjudul Fadha’ilul Qur’an wa
Adabuhu.
(4) Kitab an-Nasikh wal-Mansuk
(5) Kitab ‘Adad Aayi Al-Qur’an
(6) Risalah Fimaa Warada fil Qur’anil Karim min Laughat al-Qaba’il
(7) Kitab al-Qiraat
(8) Kitab al-Maqshur wal Mamdud, yang mengkaji tentang cara
membaca dalam ilmu qiraat
(9) Kitab Gharib al-Hadits. Buku ini telah diterbitakan oleh seorang
orientalis M.J. de Goe Jedan, manuskrip ini merupakan tulisan
bahasa Arab yang tertua di Eropa, setelah Al-Qur’nul Karim, karena
39 Abu Ubaid,al-Amwal..., h.40.
35
buku ini telah ditulis pada tahun 352 H yang membutuhkan waktu
selama 40 tahun untuk menulisnya.
(10) Kitab al-Amwal, yang membahas mengenai sistem pengelolaan
keuangan negara.
(11) Kitab al-Hijr wat Tafsil, buku ini mengkaji dan membahas mengenai
perekonomian, keuangan, dan perdagangan.
(12) Kitab Adabul Qadhi
(13) Kitab ath-Thahaarah
(14) Kitab al-Aiman wan Nudzur
(15) Kitab al-Haidh
(16) Kitab Adabul Islam
(17) Kitab fil Iman wa Mu’alimuhu wa Sunanuhu wa Istikmal Darajatihi
(18) Kitab al-Khuthab wal Mawa’izh
(19) Kitab Gharib al-Mushannaf. Manuskrip buku ini terdiri dari dua jilid
dan mengandung 1200 bab yang terdiri dari 1000 dalil. Buku ini
dianggap sebagai kamus bahasa Arab pertama yang disusun secara
sistematis.
(20) Kitab al-Ajnas min Kalamil‘Arab, merupakan ringkasan dari buku
Gharibul Hadits
(21) Risalah Fima Isytabah fil Lafzhi wa Ikhtalafa fil Makna
(22) Kitab al-Amtsal as-Sa’irah
(23) Kitab al-Mudzakar wal Mu’annats
(24) Kitab al-Adhhdad wad Dhid fil Lughah
36
(25) Kitab Fa’ala wa Afala
(26) Kitab Khalqi al-Insani wa Nu’utihi, merupakan bagian dari kitab
Hgarib al-Mushannaf
(27) Kitab an-Nasab
(28) Kitab Ma’ani asy-Sya’iri
(29) Kitab asy-Syu’ara’
(30) Kitab al-Idhah
(31) Kitab al-Ahdats
(32) Kitab Muqatil al Fursan
(33) Kitab Fadha’il al-Furs
(34) Kitab an-Na’am wal Baha’im wal Wahsy was Siba’ wat Thair wal
Hawam wal Hasyarat.
3. Distribusi Zakat Menurut Abu Ubaid
Berkaitan dengan pengumpulan zakat, hak pemerintah untuk
melaksanakan kekuatan politisnya, bagaimanapun juga, hanya terbatas pada
bentuk kekayaan yang tampak (amwal zahiriyah) dan tidak pada kekayaan
yang tidak tampak (amwal batiniyah), karena dalam segi politik, kekayaan
seseorang di bagi menjadi dua, yaitu kekayaan yang tampak (amwal
zahiriyah) dan kekayaan yang tidak tampak (amwal batiniyah).
a) Pemindahan zakat ke daerah lain
Jika berbicara mengenai proses pengumpulan dan distribusi zakat,
Abu Ubaid mengungkapkan pendapatnya mengenai hal ini, yaitu
menurutnya, penarikan dan penyaluran zakat dilakukan oleh wilayah di mana
37
masyarakat berada. Jadi, Penarikan zakat yang dilakukan pada suatu
komunitas masyarakat tertentu, berarti penyalurannya dilakukan juga pada
komunitas masyarakat di mana zakat tersebut diambil. Dengan pola distribusi
yang menjadikan daerah penarikan sekaligus sebagai daerah penyaluran dapat
memberikan pengaruh yang sangat besar dalam menjaga dan menumbuhkan
ukhuwah dan solidaritas sosial dalam sebuah komunitas masyarakat.40
Pada masa Khalifah Abu Bakar dan Umar, Muadz terus bertugas di
sana sebagai pengumpul zakat di Yaman . Abu Ubaid menuturkan dalam
kitabnya, bahwa:
Muadz pada masa Umar pernah mengirimkan hasil zakat yangdipungutnya di Yaman kepada Umar di Madinah, karena Muadz tidakmenjumpai orang yang berhak menerima zakat di Yaman. Namun,Umar mengembalikannya. Ketika kemudian Muadz mengirimkansepertiga hasil zakat itu, Umar kembali menolaknya dan berkata,
Saya tidak mengutusmu sebagai kolektor upeti, tetapi sayamengutusmu untuk memungut zakat dari orang-orang kaya di sanadan membagikannya kepada kaum miskin dari kalangan mereka juga.Muadz menjawab, “Kalau saya menjumpai orang miskin di sana,tentu saya tidak akan mengirimkan apa pun kepadamu.
Pada tahun kedua, Muadz mengirimkan separuh hasil zakat yangdipungutnya kepada Umar, tetapi Umar mengembalikannya. Padatahun ketiga, Muadz mengirimkan semua hasil zakat yangdipungutnya, yang juga dikembalikan Umar. Muadz berkata, Sayatidak menjumpai seorang pun yang berhak menerima bagian zakatyang saya pungut41
Peristiwa ini juga diperkuat oleh hadis yang berbunyi:
فقا . ر ج ن ب د ع س ت ك فل , ة ك م ب ا لأق ي مال كاة ز ت مل ح ل ق ى خ سب ال د رف ف ن ع
ك د بل ى ف ا فاق ا را د د
Dari Faraq as-Sabakhi, ia berkata:“saya pernahmembawa zakat hartaku dengan tujuan aku akan membagikan di
40Abu UbaidAl-Amwal h.72141Ibid.,: h. 718
38
Mekkah. Lalu aku berjumpa dengan Sa’id bin Jubair dan iaberkata, ‘kembalikanlah zakat hartamu itu dan bagikanlah dinegerimu saja.”42
Kemudian Abu Ubaid berkata,“Hadis yang telahdisebutkan di atas telah
menegaskan bahwa setiap masyarakat lebih berhak menerima zakatharta
mereka sendiri sehingga mereka sampai kepada tahap tidak memerlukannya
lagi. Kami melihat memang mereka lebih berhak menerima zakat harta itu,
bukan kepada masyarakat yang berada di kawasan lainnya. Akan tetapi,
sunnah telah menerangkan mengenai kehormatan dan etika bertetangga dan
juga berdekatan rumah orang yang berhak dan orang yang kaya raya.”43
Prioritas penyaluran zakat diprioritaskan pada daerah di mana zakat
tersebut diambil. Sedangkan penyaluran zakat ke daerah lain dapat dilakukan
apabila suatu daerah mengalami kelebihan (surplus) zakat. Dalam hal ini
diperlukan perhatian serius pemerintah dalam mengawasi daerah yang
mengalami kelebihan (surplus) dan daerah yang mengalami kekurangan
zakat.44 Hal ini dilakukan agar dana zakat yang disalurkan dapat berdaya
guna dan berhasil guna, maka pemanfaatanya harus selektif.
Apabila pengumpul zakat tidak mengetahui, lalu ia membawa zakat
dari satu negeri ke negeri lainnya, padahal negeri itu masih memiliki banyak
penduduk yang fakir, maka pemimpin mesti mengembalikan zakat harta itu
ke negeri asal tersebut.
42Ibid., h. 71643Ibid., h.72044 Ibid., h.721
39
b) Orang Kaya dan Orang yang sehat tidak berhak menerima zakat
Menurut Abu Ubaid apabila seseorang telah berkecukupan didalam
hidupnya, yaitu mempunyai rumah, pakaian dan pembantu yang sudah
terpenuhi, lalu dia masih memiliki harta yang senilai dengan satuauqiyah ,
maka dia tidak dibenarkan menerima zakat, walaupun pada saat itu dia tidak
memiliki emas dan perak. Pada saat itu satuauqiyahsama dengan nilai empat
puluh perak atau setara dengan empat dinar.45
Hal ini berdasarkan kepada sabda Rasulullah, dari Abu Said dia
berkata Rasulullah SAW bersapda“Barangsiapa yang meminta, sedangkan
dia mempunyai senilai dengan satu auqiyah, maka ia telah meminta secara
mendesak..”46
Satu auqiyah yang dimaksud diatas adalah harta yang dimiliki oleh
seseorang yang merupakan harta di luar sandangnya, sebagai tempat
kediamnnya dan tempat tinggal keluarganya. Selain itu, satu auqiyah tersebut
juga diluar pakaianya, sebagaimana pangannya dan juga tidaktermasuk
pembantu.
Menurut Abu Ubaid, perbedaan antara orang kaya dan orang miskin
adalah sebagaimana yang telah dijelaskan oleh sunnah Rasulullah bahwa
beliau telah menjadikan batasan standarauqiyahatau yang senilai dengannya
sebagai perbedaan antara kaya dan miskin.
45Ibid., h.67246 Sahih Sunan Abu Daudter. Taufikurrahman (Jakarta: Pustaka Azzam, 2006), h. 634
40
Selain syarat diatas, kami telah menjumpai syarat lainnya dari
Rasulullah mengenai tidak bolehnya menerima zakat yang bukan berasal
dari syarat kaya, yaitu dari riwayat Abu Hurairah, ia berkata:
ي و س رة م ى ذ ل لا و ي غن ل ة صدق ال ل ح ت لا : الله لا و س ر ل قا
Rasulullah bersabda:”zakat tidak boleh diberikan kepada orang kaya
dan juga pengusaha yang masih gagah”47 [hadis no 1501-1866]
Abu Ubaid berkata “ Saya amati Rasulullah telah menyamakan
pengharaman menerima zakat atas orang yang masih kuat berusaha dan orang
kaya. Rasulullah telah menjadikan sifat kaya dan kuat berusaha sebagai
penyebab diharamkannya zakat, walaupun orang yang kuat tersebut tidak
mempunyai harta. Sebab, orang kaya dan orang yang kuat berusaha adalah
sama saja. Akan tetapi, apabila orang kuat berusaha ini belum juga berhasil
dalam usahanya atau dia sudah bisa lagi berusaha untuk meraih rezeki,
sementara dia masih terus berusaha untuk membiayai keluarganya, sehingga
dia putus asa, maka pada saat itu dia mempunyai hak dalam harta kaum
muslimin.48
c) Pembagian zakat di antara delapan Asnaf
Setelah rujuk pendapat dari para ulam dan praktik pembagian zakat
pada masa pemerintahan Umar bin abdul Aziz yang telah memerintahkan
Ibnu Syihab untuk menulis ketentuan pembagian zakat diantara delapan
Ashnaf, dia telah menuliskan ketentuan pembagian zakat secara merata dan
47 Muhammad,Sahih Sunan.,h.15848Abu Ubaid, Al-Amwal.,h.673
41
terpisah pisah yang penyalurannya sesuai dengan peraturan sunnah.
Ketentuan tersebut berisi49:
a. Satu bagian untuk fakir: setengahnya diberikan kepada mereka
yang berperang di jalan Allah untuk perang pertama yang
dijalaninya, yaitu ketika mereka diberikan bantuan. Kemudian
setengahnya lagi diberikan kepada fakir yang tidak ikut serta
dalam perang, seperti orang yang menderita sakit dan orang yang
tidak bisa ikut berperang berdasarkan kepada alsana syar’i.
b. Satu bagian untuk miskin: setengahnya diberikan kepada setiap
orang miskin yang menderita penyakit dan tidak bisa lagi
berusaha dan bergerak di permukaan bumi. Setengahnya lagi
diberikan kepada orang miskin yang meminta minta
c. Satu bagian untuk petugas zakat (amil): pembagian ini harus
dilihat kepada usaha dan prestasinya dalam usaha memungut
zakat. Para anggota yang sama-sama memungut zakat, maka
mereka juga diberi bagian zakat sesuai dengan usaha dan hasil
pengumpulan zakat mereka.
d. Satu bagian untuk orang yang ingin dijinakkan hatinya
(Mu’allaf): ini diberikan kepada pasukan cadangan fakir miskin
yang mensyaratkan pembayaran, dan orang yang berperang tanpa
mensyaratkan pemberian gaji, walaupun mereka sebenarnya
adalah fakir miskin.
49Ibid., h. 696-699
42
e. Satu bagian budak: ini terbagi kedalam dua golongan yaitu,
setengah dibagikan kepadaMukatab yang mengaku telah masuk
Islam. Mereka terbagi kepada beberapa tingkat, Ahli fikih Islam
diantara mereka mendapat bagian yang lebih banyak. Sedangkan
yang lainnya tetap mendapatkan bagian, tetapi kurang dari bagian
ahli faqih diantara mereka, sesuai dengan peranan yang telah
mereka sumbangkan. Setengahnya lagi adalah untuk biaya
pembelian budak yang melaksanakan ibadah shalat, puasa, dan
telah masuk ke agama Islam.
f. Satu bagian untuk orang yang terutang: ini terbagi kedalam tiga
golongan. Satu bagian diantaranya diserahkan kepada orang yang
tertimpa musibah di jalan Allah. Dua bagian diantaranya
diberikan kepada orang yang bertahan dalam negeri dan tidak ikut
perang, sedangkan ia adalah orang yang terutang dan dia telah
tertimpa kefakiran, dia juga telah mempunyai utangyang tidak
disebabkan oleh perbuatanmaksiat di jalan Allah.
g. Satu bagianfisabilillah : seperempat dari golongan ini diberikan
kepada kepada sebagin dari golongan ini, seperempatnya lagi
diberikan kepada penjaga perbatasan.
h. Satu bagian untukibnu sabil : zakat ini dibagikan pada setiap
penghuni di pinggir jalan sesuai dengan kadar orang yang
melintasinya dan orang yang melewatinya. Ia juga diberikan
kepada orang yang sedang melakukan perjalanan yang tidak
43
memiliki tempat tinggal dan keluarga untuk dijadikan sebagai
tempat perlindungannya.
Mengenai pembagian zakat diantara delapan golongan yang berhak
menerima zakat, Abu Ubaid mengatakan:“ ini adalah keterangan
mengenai penyaluran zakat, apabila dibagikan secara merata diantara
ashnafyang delapan, merupakan cara pembagian zakat bagi orang yang
mampu melakukannya.
Akan tetapi, saya berpendapat cara pembagian seperti ini tidaklah
diwajibkan melainkan kepada pemimpin yang mana zakat harta kaum
muslim telah melimpah ruah di sisinya. Pemimpin mesti membagikan
zakat harta tersebut kepada seluruh asnaf, sebab ini merupakan hak yang
mesti diterima mereka. Adapun orang yang tidak memiliki banyak zakat
harta selain dari kewajiban zakat hartanya sendiri saja, apabila ia
memberikan zakatnya kepada sebagian ashnaf saja, maka yang demikian
itu sudah boleh dan sudah dianggap sah.50
Bahwasannya Abu Ubaid sangat menentang pendapat yang
menyatakan bahwa pembagian harta zakat harus dilakukan secara merata
di antara delapan kelompok penerima zakat dan cendrung menentukan
suatu batas tertinggi terhadap bagian perorangan. Bagi Abu Ubaid,yang
paling penting adalah memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar, seberapa
pun besarnya, serta menyelamatkan orang-orang dari bahaya kelaparan51.
50Ibid., h. 69951Euis,Sejarah Pemikiran.,h. 265
44
Sehingga, Abu Ubaid berpendapat bahwa ada tiga tingkatan
pengelompokan sosio ekonomi yang terkait dengan status zakat yaitu
kalangan kaya yang terkena wajib zakat, kalangan menengah yang tidak
terkena wajib zakat tetapi juga tidak berhak menerima zakat, dan
kalangan penerima zakat (mustahik).
Dari sa’id bin Jubair dan dari Abdul Malik dari Atha’, kedua
ulama tersebut berkata;“apabila engkau telah menyerahkan zakat harta
kepada satuashnaf saja, maka demikian itu diperbolehkan dan sudah
dianggap sah.”52
Dengan demikian seorag pemimpi (pemerintah) diberikan
kebebasan memilih antara membagikan zakat harta secara merata kepada
seluruh ashnaf yang delapan atau hanya memberikannya kepada sebagian
ashnaf saja, apabila yang demikian itu berdasarkan kepada ijtihad
kemaslahatan, tidak ada unsur nepotisme dan jauh dari penyelewenga
kebenaran.
B. Profil Badan Amil Zakat Nasional Provinsi NTB
Pembentukan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Provinsi NTB
tidak dapat dilepaskan dari kiprah Badan Amil Zakat, Infaq dan Sadaqah
Daerah yang bisa disebut BAZISDA. Lembaga zakat ini merupakan
lembaga pemerintah yang bersifat sosial yang bergerak di bidang
mengumpulkan, dan mendistribusikan zakat dengan harapan dapat
membantu orang-orang yang kurang mampu di Mataram dan sekitarnya,
52Abu Ubaid,Al-Amwal.,h. 672
45
selain itu karena melihat besarnya potensi zakat, infaq dan sadakah yang
ada di daerah Mataram.
Seiring dengan perkembangan waktu BAZISDA berubah nama
dengan nomenklatur menjadi BAZDA pada tahun 2012, terutama pasca
lahirnya Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan
Zakat. Keberadaan BAZDA Provinsi NTB semakin eksis bersamaan
dengan terbitnya Peraturan Gubernur Nomor 3 Tahun 2011 tanggal 24
Februari 2011, hingga terbentuknya Badan Amil Zakat Nasional (Baznas)
Provinsi pasca lahirnya Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat. Pembentukan Baznas Provinsi NTB yang bersifat
transisi dilakukan tahun 2012 berdasar keputusan Gubernur Nomor 12
tahun 2012
Visi53“Menjadikan BAZNAS Provinsi NTB yang Amanah, Profesional,
Akuntabel dan Transparan dalam pengelolaan Zakat Infaq Sedekah
(ZIS) sebagai dana umat, guna turut serta dalam pengentasan
kemiskinan di Provinsi Nusa Tenggara Barat”
Misi:
a. Intensifikasi dan ekstensifikasi pengumpulan zakat, infaq dan
sadaqah
b. Efektivitas pendistribusian dan pendayagunaan zakat, infaq dan
sadaqah dalam rangka mendukung pemerintah daerah untuk
mengentaskan kemiskinan
53 Profil Lembaga Badan AMil Zakat Nasional NTB, 2015
46
Sedangkan tugas pokok dari Baznas NTB adalah merealisasikan
misi Baznas yaitu54 :
a. Meningkatkan kesadaran umat untuk berzakat.
b. Mengarahkan masyarakat mencapai kesejahteraan baik fisik
maupun non fisik melalui pendayagunaan zakat.
c. Meningkatkan status mustahik menjadi muzakki melalui
pemulihan, peningkatan kualitas SDM, dan pengembangan
ekonomi masyarakat.
1. Program Penyaluran BAZNAS NTB
Untuk melaksanakan salah satu tugasnnya yaitu mensejahterakan
rakyat, Baznas NTB memiliki beberapa program kerja yang bendukung
terlaksananya tugas pokok tersebut, yaitu55:
a. NTB Cerdas, merupakan program Baznas NTB yang bertujuan
membantu untuk mencerdaskan rakyat, yang berupa:
1) Memberikan bantuan pendidikan kepada mahasiswa S-3 yang
sedang melakuakan tesis sebesar Rp. 3.000.000, mahasiswa
S-2 yang sedang melakuakan tesis sebesar Rp. 2.000.000
mahasiswa S-1 yang sedang melakukan skripsi sebesar Rp.
1.000.000.
2) Memberikan bantuan pendidikan kepada siswa berprestasi
kurang mampu aliyah, tsanawiyah, ibtidaiyah.
b. NTB sehat, yang terdiri dari:
54 Profil Lembaga Badan Amil Zakat Nasional NTB, 201555H.Awaluddin, SE (Sekretaris)Wawancara,Mataram 24 Juni 2016
47
1) Memberikan pengobatan secara cuma-cuma kepada
masyarakat Nusa Tenggara Barat yang melakukan
pemeriksaan kesehatan, pada saat melakukan penyaluran
Zakat di tiap-tiap daerah.
2) Baznas Provinsi NTB memberikan bantuan kepada yang
menunggui orang sedang sakit sebanyak 1 (satu) orang,
selama yang sakit itu dikategorikan tidak mampu
(dibuktikan dengan surat keterangan tidak mampu dari
pejabat yang bersangkutan). Seluruh biaya hidup si
penunggu orang sakit, akan ditanggung BAZNAS Provinsi
NTB, dengan waktu yang ditentukan.
c. NTB Peduli, program ini berupa pemberian bantuan hidup yang
bersifat konsumtif kepada masyarakat yang berhak menerima zakat
yang terdiri dari golongan fakir dan miskin. Penyaluran zakat ini
bersamaan dengan dilakukannya program layanan kesehatan gratis
pada saat Baznas NTB melakukan pendistribusian zakat di daerah
daerah yang telah ditentukan. Besarnya jumlah bantuan yang
diberikan kepada fakir miskin berkisar antara Rp 100.000-250.000
per orang atau per kepala keluarga, tergantung dari keadaan ekonomi
dari si fakir miskin.
d. NTB makmur, program ini merupakan program yang membantu
masyarakat untuk meningkatkan ekonomi keluarga mereka. Bantuan
48
ini berupa bantuan modal usaha yang diberikan kepada masyarakat
yang ingin berwirausaha.
2. Produk Layanan Zakat di BAZNAS NTB56
Dalam rangka mengoptimalkan proses pengumpulan zakat, Baznas
NTB memiliki beberapa bentuk layanan zakat yang ditujukan untuk para
muzaki, layanan tersebut antara lain: Zakat emas, perak dan uang, Zakat
pertanian, Zakat perniagaan dan zakat profesi. Meskipun memiliki
beberapa bentuk layanan zakat, namun Baznas lebih banyak mengelola
jenis zakat profesi.
Sebagai lembaga yang mempunyai tugas dalam mengumpulkan
dan mendistribusikn zakat, dana zakat yang dihimpun oleh Baznas NTB
adalah zakat yang berasal dari para pegawai yang bekerja di satuan kerja
perangkat daerah kota Mataram, dimana zakatnya langsung dipotong dari
pendapatan para pegawai tersebut tiap bulannya. Selain PNS, pihak
menjadi muzakki di Baznas NTB adalah para kontraktor yang melakukan
pekerjaan pembangunan di wilayah kota Mataram, dan sebagian kecil
berasal dari zakat perniagaan.
Untuk ketiga jenis zakat ini, Baznas hanya mengambil dari
pendapatan mereka yang mereka dapatkan dari hasil pekerjaan sebagi
pegawai, proyektor dan keuntungan yang mereka dapat dari proses
perniagaan setelah dikurangi dengan hutang dan kerugiannya
56 Yadi kusmayadi ST (Koordinator urusan pengumpulan) ,Wawancara26 juni 2016
49
Zakat profesi adalah zakat atas penghasilan yang diperoleh dari
pengembangan potensi diri yang dimiliki seseorang dengan cara yang
sesuai syariat, seperti upah kerja rutin, profesi dokter, pengacara, arsitek,
dan lainya. Dari berbagai pendapat para ulama dinyatakan bahwa
landasan zakat profesi dianalogikan kepada zakat hasil pertanian yaitu
dibayarkan ketika mendapatkan hasilnya, demikian juga dengan
nishobnya yaitu sebesar 524 kg makanan pokok, dan dibayarkan dari
pendapatan kotor. Sedangkan tarifnya adalah dianalogikan kepada zakat
emas dan perak yaitu sebesar 2,5 %,
3. Distribusi zakat di Baznas NTB
a. Pengumpulan Zakat
Penghimpunan dana zakat adalah kegiatan mengumpulkan
dana zakat dari para muzakki kepada lembaga zakat untuk disalurkan
kepada yang berhak menerima (mustahiq) sesuai dengan ukurannya
masing-masing. Sedangkan untuk penetapan zakat
penghasilan/profesi untuk PNS/Karyawan diberlakukan berdasarkan
Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 3 tahun 2003 tentang
zakat pengahsilan.
Pengurus Baznas menyatakan bahwa zakat tersebut diambil
dari potong gaji karyawan (zakat profesi) setiap bulan yang rata-rata
pegawainya telah mencapai nishab zakat. Nizab pendapatan yang
dikenakan zakat adalah pendapat pegawai yang setara dengan harga
524 kg beras. Zakat yang diambil dari para PNS yang sudah tercatat
50
sebaki muzakki dilakukan dengan cara memotong langsung dari gaji
yang diterima mereka setiap bulannya. Namun jika ada muzakki
yang belum terdaftar ingin mengeluarkan zakat, maka mereka dapat
mengirimkan langsungnya melalui bank-bank yang telah melakukan
kerjasama dengan Baznas NTB.
Besarnya nisab yang pendapatan yang diharuskanmengeluarkan zakat adalah sebanyak 524 kg beras, yangdihitung dengan menentukan nilai nominal uang dari berastersebut, nilai nominal uang ditentukan berdasarkan harga
beras per kilogramnya yang berlaku di pasaran pada saat itu.57
Selain menghimpun zakat diambil dari para PNS, Baznas
juga mengenakan zakat kepada para kontraktor, yang bekerja
dalam proses pembangunan infrastruktur yang ada di Kota
Mataram. Jumlah zakat yang harus dikeluarkan oleh para
kontraktor tersebut adalah 2,5 % dari total keuntungan yang mereka
dapatkan dari nilai kontrak yang mereka dapatkan.
Sehingaa zakat yang dapat dikumpulkan dari muzakki setiap
bulannya rata-rata dapat mencapai jumlah 500 juta per bulan, dan
jika dihitung jumlah dana zakat yang di dapat kumpulkan Baznas
NTB tiap tahunnya bisa mencapai angka di atas 5 miliar rupiah.
“jumlah zakat yang kami terima mengalami peningkatan.Kebanyakan zakat yang diterima Baznas adalh zakat profesi,dan zakat ini dibayarkan setiap bulan pada saat muzakimenerima gaji setiap bulannya. Jika dihitung jumlah zakatyang kami terima itu berkisar antara 500-600 juta perbulan,dan jika di rata-ratakan berkisar 530 juta per bulan.”
58
57 Yadi kusmayadi ST (Koordinator urusan pengumpulan) ,Wawancara26 juni 2016
58 Yadi kusmayadi,Wawancara
51
Tabel 1Realisasi zakat Baznas NTB per Tahun
No Tahun Realisasi PenerimaanZakat
Persentase (%)Peningkatan
1 2012 2.254.000.0002 2013 3.476.606.887 54%3 2014 5.036.159.041 44%4 2015 6.520.604.162 29%
Sumber: laporan penghimpunan zakat Baznas NTB
b. Distribusi Zakat
Zakat yang telah dikumpulkan tersebut, kemudian akan
didistribusikan kepada masyarakat yang membutuhkan melalui
berbagai program yang bertujuan untuk mensejahterakan rakyat.
Pendistribusian zakat yang dilakukan di Bznas NTB ada dua macam.
Pertama, pendistribusian secara konsumtif maksudnya penyaluran
dana zakat yang langsung dibutuhkan oleh mustahiq untuk konsumsi
sehari-hari.
Kedua, pendistribusian secara produktif maksudnya pemberian
dana zakat berupa bantuan-bantuan produktif untuk meningkatkan
taraf hidup mereka. Dalam memberikan zakat produktif ini diberikan
dalam bentuk pemberian modal bergulir sebagai modal usaha untuk
membantu mengembangkan usaha para pedagang atau pengusaha
kecil.
52
Tabel 2Distribusi zakat Konsumtif dan Produktif di Baznas NTB
pada tahun 2015
No Kategori Jumlah Zakat
1 Konsumtif Fakir Miskin 3,4 Miliyar Rupiah
2 Bantuan bersifatpemberdayaan
2,3 Miliyar Rupiah
Dari jumlah zakat yang dikumpulkan oleh Baznas NTB, akan
disalurakan kepada yang berhak sebesar 85% dari total keseluruhan
dana zakat yang diterima. Sasaran penyaluran zakat yang diberikan
oleh Baznas NTB, dibagi menjadi dua yaitu59:
1) Untuk bantuan yang bersifat konsumtif dengan sasaran
mustahik yang ada di wilayah NTB
2) Bantuan yang bersifat produktif yang terdiri dari:
a) Dana bergulir untuk pedagang kecil
b) Bnatuan Biaya berobat melalui Rumah sehat Baznas
c) Sosial kemanusiaan yang diperuntukkan untuk ibnu
Sabil dan Muallaf
d) Bantuan untuk sabillah.
Adapun untuk golongan yang menjadi sasaran
pendistribusian Baznas NTB dibagi menjadi dua prioritas. Prioritas
pertama yang terdiri atas fakir, miskin, amil, muallaf bentuk
59Tamzil (coordinator urusan pendistribusian),WawancaraMataram 26 Juni2016
53
pemberiannya dalam bentuk uang atau bantuan pokok yang sangat
dibutuhkan yang diserahkan langsung ke mustahiq.
Sedangkan prioritas yang kedua terdiri atas fisabilillah
biasanya diberikan kepada anak sekolah atau pelajar yang kurang
mampu berupa beasiswa, akan tetapi beasiswa itu tidak langsung
diberikan seluruhnya kepada pelajar tersebut melainkan dipakai
untuk membayar langsung kesekolah yang bersangkutan. Sedangkan
ibnu sabil biasanya diberikan kepada orang yang tersesat dan sudah
kehabisan bekal untuk pulang, bantuan diberikan dalam bentuk tiket
untuk pulang kekampung halamannya dan uang bekal dalam
perjalanan. Seperti yang dijelaskan oleh pihak Baznas
Pendistribusian dana zakat ini sesuai dengan delapan ashnaf(golongan) yang yang terdiri atas: fakir, miskin, amil, muallaf,riqab, ghorimin, fisabilillah dan ibnu sabil. Akan tetapi denganmelihat kondisi saat ini, riqab atau memerdekakan budak sudahtidak ada lagi sehingga pendistribusian hanya menjadi tujuhgolongan. Penyaluran dan pendistribusian zakat kepada pihakyang berhak menerima zakat dilakukan secara berkala setiap tigabulan sekali, namun bisa juga berubah disesuaikan dengansituasi dan kondisi atau memanfaatkan moment momen pentingberkaitan dengan hari-hari besar keagamaan.60
Ini dilakukan agar dana zakat itu bisa tersalurkan dengan
tepat sasaran diberikan kepada orang berhak menerimannya, agar
kebutuhan dasarnya bisa tercukupi. Namun zakat tidak diberikan
secara terus menerus, karena bentuk pendistribusian tersebut akan
sangat tidak mendidik dan tidak akan berarti apa-apa jika hanya
diberikan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
60Tamzil (coordinator urusan pendistribusian) ,WawancaraMataram 26 Juni 2016
54
Sebenarnya sistem seperti ini sudah sangat tepat agar supaya
uang diberikan tidak dipergunakan untuk keperluan yang lain. Dan
untuk pendistribusian tetap menjadikan prioritas yang pertama
menjadi prioritas yang utama. Apabila prioritas yang pertama sudah
tercukupi baru diberikan kepada kelompok prioritas yang kedua.
Sebagai lembaga amil zakat, Baznas bertugas untuk
mengumpulkan dan mendistribusikan zakat kepada masyarakat yang
membutuhkan. Meskipun wilayah tempat dikumpulkannya zakat
hanya mencukup wilayah kota Mataram saja, yaitu muzakki yang
berasal dari kalangan PNS, kontraktor, sebagian kecil pengusaha
yang bekerja di wilayah kota mataram. Namun dalam hal
pendistribusian zakat, Baznas tidak hanya membagikannya di
wilayah kota Mataram saja, bahkan cakupan wilayah
pendistribusiannya meliputi pendistribusian zakat sepulau Lombok
bahkan mencapai wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)
yang secara otomatis termasuk Sumbawa dan Bima Dompu.
Sekretaris Baznas mengatakan
Meskipun wilayah pengumpulan zakatnya hanya di kotaMataram saja, namun penyaluran zakatnya bisa mencakupwilayah provinsi NTB. Dari 1200 desa yang ada di provinsiNusa Tenggara Barat, kami telah menyalurkan zakat ke 800desa yang ada di wilayah NTB termasuk desa yang ada diSumbawa dan Bima. Sistem pembagian yang kita terapkanadalah penyaluran zakat bergilir diantara desa-desa yangmasih masuk kategori miskin.61
61H. awaluddin S.E ( sekretaris),WawancarMataram, 24 juni 2016
55
Dalam hal menentukan siapa yang akan di berikan zakat,
baznas tidak melihat secara perorangan seberapa besar besar
penghasilan dia punya seperti yang di isyaratkan menurut hadist,
batas seseorang dikategorikan mampu adalah seseorang yang
memiliki harta sebesar satuauqiyahdan pada saat itu sama dengan
nilai empat puluh perak. Baznas hanya melihat desa mana yang
masih memiliki jumlah orang miskin terbanyak yang datanya di
dapatkan dari Badan Pemerintahan Daerah (BAPEDA). Seperti
yang dinyatakan oleh sekretaris Baznas;
Untuk kategori miskin, kita hanya melihat data yang kitaambil dari Bapeda. Dari data tersebut kita melihat desamana yng masyarakatnya masih banyak orang miskindidalamnya, dan desa yang masih memiliki pendudukmiskin terbanyak itulah desa yang akan diberikan zakat. Halini dilakukan untuk mengefesienkan waktu, karena nggakmungkin kita menanyakan langsung ke masing-masingorang, berapa jumlah pendapatan mereka62.
62 Tamzil (Coordinator Urusan Pendistribusian),WawancaraMataram, 26 Juni2016
56
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Distibusi Zakat Abu Ubaid
Berkaitan dengan pengumpulan zakat, pemerintah hanya dapat
melaksanakan kekuatan politisnya, hanya terbatas pada bentuk kekayaan
mustahiq yang tampak saja dan tidak mempunyai wewenang pada kekayaan
yang tidak tampak. Selanjutnya Penarikan zakat yang dilakukan padasuatu
komunitas masyarakat tertentu, berarti penyalurannya dilakukan juga pada
komunitas masyarakat di mana zakat tersebut diambil. Seperti halnya Mu’az
yang mengambil zakat dari penduduk Yaman (yang mampu), kemudian
menyalurkannya kembali kepada penduduk Yaman (yang berhak).
Selanjutnya pembagian harta zakat tidak harus dilakukan secara
merata di antara delapan kelompok penerima zakat dan cendrung menentukan
suatu batas tertinggi terhadap bagian perorangan. Bagi Abu Ubaid, yang
paling penting adalah memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar, seberapa pun
besarnya, serta menyelamatkan orang-orang dari bahaya kelaparan.
Dalam hal pembagian (distribusi) zakat perbedaan antara orang kaya
dan orang miskin adalah sebagaimana yang telah dijelaskan oleh sunnah
Rasulullah bahwa beliau telah menjadikan batasan standar auqiyah atau yang
senilai dengannya sebagai perbedaan antara kaya dan miskin. Jika seseorang
memiliki satu auqiyah diluar harta bendanya (sandang, pangan dan papan)
termasuk ke dalam golongan orang kaya dan tidak berhak mendapatkan zakat.
57
Selain syarat diatas, syarat lainnya yang dikenakan kepada orang yang
tidak berhak menerima zakat adalah orang yang masih sehat dan masih kuat
untuk bekreja memenuhi kebutuhan hidupnya. Kami telah menjumpai syarat
lainnya dari Rasulullah mengenai tidak bolehnya menerima zakat yang bukan
berasal dari syarat kaya. Yang terdapat dalam hadis Rasulullah yang
berbunyi :
ي و س رة م ى ذ ل لا و ي غن ل ة صدق ال ل ح ت لا : الله لا و س ر ل قا
Rasulullah bersabda:”zakat tidak boleh diberikan kepada orang kaya
dan juga pengusaha yang masih gagah”63
B. Analisis Implementasi Distribusi Zakat Abu Ubaid Di Baznas NTB
Baznas adalah sebuah lembaga amil zakat yang dibentuk oleh
pemerintah yang memiliki tujuan untuk mensejahterakan masyarakat melalui
zakat. Lembaga ini memiliki tugas sebagai lembaga penghimpun dan
penyaluran zakat dari orang kaya ke orang miskin dan untuk golongan
lainnya yang membuthkan zakat.
Sebagai lembaga yang menghimpun zakat dari orang yang kaya
melalu beberapa produk layanan zakat seperti zakat fitrah, zakat emas, zakat
perniagaan dan zakat profesi. Namun, jenis zakat yang lebih dominan di
kelola oleh Baznas NTB adalah zakat profesi, sebab untuk zakat mal dan
zakat harta lainnya, itu menjadi tugas dari Bazda Kota yang bekerjasama
dengan UPZ (Unit Pengumpul Zakat) yang dibentuk di kecamatan-kecamatan
yang ada.
63Muhammad Nasiruddin,Sahih Sunan AtTurmidzi, ter. Ahmad Yuswaji (Jakarta:PustakaAzzam, 2003) h.528
58
Baznas melakukan pengumpulan zakat di wilayah kota Mataram saja
yang muzakki dari zakat profesi terdiri dari para pegawai yang bekerja di
satuan kerja perangkat daerah kota Mataram dan para kontraktor yang bekerja
untuk proses pembangunan di kota Mataram. Untuk zakat profesi
zakatnyanya langsung dipotong dari pendapatan para pegawai tersebut tiap
bulannya. Dengan kadar 2,5 % dari nisab pendapatan minimal Rp. 2.000.000
perorang. Selain itu, zakat profesi yang dikenakan untuk para kontraktor
yang mengerjakan pembangunan umum di kota Mataram dikenakan zakat
sebesar 2.5% dari keuntungan yang mereka dapatkan pada setiap nilai kontrak
yang mereka dapatkan.
Zakat yang dikenakan untuk profesi ini dilakukan langsung dari
setiap bulannya dari penghasilan karyawan (PNS). Namun apabila
dikehendaki oleh muzakki besarnya potongan penghasilan di luar ketentuan
yang berlaku (2.5%) maka pegawai yang bersangkutan dapat mengajukan
informasi kesanggupan menjadi muzakki beserta besarnya pungutan yang
disampaikan secara tertulis melalui formulir yang telah disediakan.
Zakat profesi ini hanya berlaku untuk setiap pendapatan para pegawai
yang tampak dan diketahui saja, jika para pegawai ini memiliki pendapatan
diluar gajinya sebagai pegawai, maka Baznas tidak mengisyaratkan harus
dikeluarkan zakat juga, hal tersebut dieserahkan kepada masing-masing
muzakki berdasarkan kesadaran diri untuk berzakat.
59
1. Distribusi wilayah zakat
Sebagai lembaga yang mengatur zakat yang sesuai tugas dan
fungsinya yaitu mengelolah zakat agar bisa optimal, transparan danbisa
tepat sasaran pendistribusiannya kepada orang yang berhak menerima
zakat tersebut. Pengoptimalisasian manajemen zakat yang dilakukan oleh
Badan Amil Zakat sebenarnya berpengaruh besar terhadap suatu daerah.
Berdasarkan letak wilayah dan jenis zakat yang utama dikelola
oleh Baznas NTB yakni zakat profesi, lembaga ini hanya mengumpulkan
zakat mencakup wilayah kota Mataram saja karena zakat yang dikelola
oleh Baznas adalah jenis zakat profesi. Meskipun wilayah
pengumpulannnya hanya mencakup wilayah kota Mataram saja, namun
untuk wilayah ditribusi zakatnya Baznas memiliki cakupan wilayah yang
luas. Dimana wilayah distribusinya mencakup seluruh wilayah Nusa
Tenggara Barat yang terdiri dari pulau Lombok dan Sumbawa. Hal ini
berarti dalam pendistribusian zakat, Baznas tidak menerapkan pendapat
Abu Ubaid yang menyatakan
penarikan dan penyaluran zakat dilakukan oleh wilayah di manamasyarakat berada. Jadi, Penarikan zakat yang dilakukan pada suatukomunitas masyarakat tertentu, berarti penyalurannya dilakukan jugapada komunitas masyarakat di mana zakat tersebut diambil. Denganpola distribusi yang menjadikan daerah penarikan sekaligus sebagaidaerah penyaluran dapat memberikan pengaruh yang sangat besardalam menjaga dan menumbuhkan ukhuwah dan solidaritas sosialdalam sebuah komunitas masyarakat.64
64Boedi, SejarahPeradaban .,h. 181
60
Meskipun penyaluran zakat di wilayah Sumbawa dan Bima tidak
serutin seperti penyaluran zakat di wilayah pulau Lombok, namun hal ini
memberikan dampak kepada tingkat kemiskinan yang ada di pulau Lombok
khususnya di wilayah Mataram yang menjadi tempat pengumpulan zakat
Baznas NTB. Karena menurut Abu Ubaid prioritas penyaluran zakat
diprioritaskan pada daerah di mana zakat tersebut diambil. Sedangkan
penyaluran zakat ke daerah lain dapat dilakukan apabila suatu daerah
mengalami kelebihan (surplus) zakat, dan masyarakatnya sudah tidak
memerlukan zakat lagi.65
Dalam hal ini diperlukan perhatian serius pemerintah dalam
mengawasi daerah yang mengalami kelebihan (surplus) dan daerah yang
mengalami kekurangan zakat Di kota Mataram sendiri masih banyak
masyarakat yang masih membutuhkan bantuan melalui pembagian zakat
karena menurut data, jumlah masyarakat miskin di Mataram masih dikatakan
banyak yaitu sebesar 10,06%.
2. Orang kaya yang tidak berhak mendapatkan zakat
Dalam hal menentukan siapa yang akan di berikan zakat, baznas
tidak melihat secara perorangan seberapa besar penghasilan dia miliki untuk
bisa dikategorikan kaya atau miskin. Seperti yang di isyaratkan menurut
hadist, batas seseorang dikategorikan mampu adalah seseorangyang
memiliki harta sebesar satuauqiyah dan pada saat itu sama dengan nilai
empat puluh perak atau setara dengan lima puluh dirham. Baznas hanya
65 Abu Ubaid,Al-amwaal ,h.721
61
melihat desa mana yang masih memiliki jumlah orang miskin terbanyak
yang datanya di dapatkan dari Badan Pemerintahan Daerah (BAPEDA).
Seperti yang dinyatakan oleh sekretaris Baznas;
Syarat Untuk dikategorikan sebagai orang miskin, hanya melihat
data yang kita ambil dari Bapeda. Dari data tersebut Baznas NTB melihat
secara keseluruhan desa mana yang masyarakatnya masih banyak orang
miskin didalamnya, dan desa yang masih memiliki penduduk miskin
terbanyak itulah desa yang akan diberikan zakat. Hal ini dilakukan untuk
mengefesienkan waktu, karena nggak mungkin kita menanyakan langsung
ke masing-masing orang, berapa jumlah pendapatan mereka Setelah itu kita
akan berkoordinasi langsung dengan setiap kepala dusun yang ada di desa
tersebut untuk mengumpulkan warganya yang masuk ke dalam kategori
miskin. Untuk segi ukuran untuk dikatakan sebagai miskin atau kaya warga
tersebut, itu semua diserahkan kepada tiap-tiap kepala dusun yang memiliki
tugas tersebut.
Untuk penyaluran zakat sendiri, Baznas melibatkan pihak dusun.
Pasalnya yang mengetahui siapa warganya yang benar-benar berhak
menerima zakat adalah pihak dusun dan desa. Hal ini dilakukan untuk
antisipasi salah sasaran dalam mendistribusikan zakat.
Hal ini dapat dilihat dari penyaluran zakat yang telah dilakukan di
beberapa desa yang telah diberikan zakat oleh Baznas NTB Pada Tahun
2015.
62
Menurut mereka, Baznas NTB setiap tiga bulan sekali
menyalurkan zakat dengan nilai sebesar Rp 1 Miliar pertiga bulan
kepada desa yang berbeda. Berdasarkan data, Baznas NTB
menyalurkan ZIS di Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, Lombok
Timur, Lombok Tengah dan Lombok Utara, masing-masing Kab/Kota
sebesar Rp 100.000.000 dengan rincian perorang Rp 100 ribu. Serta,
penyaluran kepada lembaga sebesar Rp 250.000.000 dan pembinaan
usaha sebesar Rp 200.000.000 dan biaya berobat sebesar 50.000.000.
3. Golongan yang masih produktif tidak berhak mendapatkan zakat
Dalam hal kepada siapa zakat diberikan, Baznas lebih
mengutamakan memberikan zakat kepada orang-orang yang benar-
benar membutuhkan seperti para lanjut usia (lansia) yang sudah tidak
bisa lagi memeneuhi kebutuhannya sendiri, atau bisa dikatakan sudah
tidak produktif lagi dalam bekerja.
Setiap desa yang didatangi untuk proses pendistribusian ini,
sebelum memberikannya, Baznas meminta kepala desa dari masing-
masing wilayah mendata warganya yang masuk dalam kategori fakir
miskin dan warganya yang tidak bisa memenuhi kebutuhan mereka
(lansia). Setiap saat mendistribusikan zakat, Baznas NTB lebih
memilih memberikan zakat kepada masyarakat lansia yang sudah tidak
mampu lagi bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri.
Sesuai dengan Rasulullah bersabda:
ي و س رة م ى ذ ل لا و ي غن ل ة صدق ال ل ح ت لا : الله لا و س ر ل قا
63
”zakat tidak boleh diberikan kepada orang kaya dan jugapengusaha yang masih gagah”
ر م ج ال ل ك أ ما ن فإ ر فق ر غ ن م ل سأ ن م الله ا ل و س ر ل قا
Dari Abu Hurairah, ia berkata Rasulullah bersabda,“Barangsiapayang meminta tanpa sebab alas an kefakiran, maka ia telah
memakan bara api neraka”66 [hadis no 1500-186]
4. Pembagain Zakat diantara delapan golongan Ashnaf
Setiap kali pembagian zakat dilakukan, golongan yang
diprioritaskan pertama kali untuk mendapatkan zakat adalah golongan
fakir dan miskin, karen kedua golongan inilah yang paling membutuhkan
zakat untuk memenuhi kebutuhan mereka. Untuk golongnaashnaf
lainnya seperti amil, muallaf, rikab, gharim, fisabillah dan musafir
mereka telah memiliki bagian masing masing, yang jumlah alokasi dana
zakat yang akan didistribusikan itu berbeda antara setiap golongan, dari
laporan perencanaan tahunan Baznas NTB, golongan yang memiliki
jumlah alokasi zakat paling banyak adalah golongan fakir miskin, yaitu
sebesar 1,5 miliar rupiah.
Namun meski telah ada perencanaan jumlah zakat yang akan
dialokasikan bagi setiapashnaf, namun dalam realisasinya sedikit sekali
yang bisa di dstribusikan.
Untuk penyaluran zakat berdasarkan delapan Golongan, Baznas
NTB mengutamakan golongan yang benar-benar membutuhkan, hal ini
dapat dilihat dari table berikut
66 Muhammad,Sahih Sunan .,h. 158
64
Tabel. 5Rekapitulasi Penyaluran Zakat Berdasarkan Ashnaf Periode s/d September 2016
No Jenis Ashnaf Jumlah Mustahik Jumlah (Rp)1 Amil Zakat 614.253.2662 Fakir Miskin 10.507 1.441.375.003 Riqab - -4 Gharim - -5 Mualaf 13 7.500.0006 Fisabilillah 370 1.021.250.0007 Ibnu Sabil 3 3.150.000
Sumber: Laporan Penyaluran Zakat (012/SIP-Lap)
Golongan fakir dan miskin digabungkan menjadi satu yaitu
golongan fakir miskin. Hal ini untuk memudahkan proses distribusi dan
juga saat ini sulit untuk memilah-milih siapa yang masuk kategori fakir
dan mana yang masuk kategori miskin, dimana 75% diperuntukkan untuk
kaum fakir miskin, yang berlu dibantu dalam rangka untuk
memberdayakan umat. 10% diperuntukkan untuk lembaga Amil zakat
yang digunakan untuk biaya operasional Baznas misalnya transport, biaya
rapat, konsultasi manajemen dan lain sebagainya.
Alokasi dana-dana zakat yang di dapatkan tersebut disalurkan
dalam berbagai bentuk program baik yang bersifat konsumtif maupun
produktif. Dana tersebut disalurkan untuk masyarakat melaui berbagai
program ekonomi, kesehatan, dan pendidikan, yang semua kategorinya
diutamakan untuk masyarakat yang dalam golongan fakir miskin.
65
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari bab sebelumnya,
dapat ditarik kesimpulan antara lain:
1. Sistem dan pengelolaan zakat pada masa Rasulullah saw yang dipaparkan
oleh Abu Ubaid dalamKitab Al-Amwal mencakup 3 (tiga) hal, yaitu
penarikan zakat dilakukan oleh pemerintah atau pihak yang mewakilinya
dan pembagian wilayah dalam penarikan zakat dan penyalurannya, serta
penyaluran silang (crossdistribution) antara daerah yang kelebihan zakat
dan daerah kekurangan zakat. Terkait dengan pertimbangan kebutahan,
bahwasannya Abu Ubaid sangat tidak setuju dengan mereka yang
berpendapat bahwa pembagian yang sama antara delapan kelompok dari
penerima zakat dan cenderung untuk meletakkan suatu batas tertinggi
terhadap penerimaan perorangan. Bagi Abu Ubaid yang paling penting
adalah memenuhi kebutuhan dasar seberapapun besarnya serta
bagaimana menyelamatkan orang-orang dari kelaparan dan kekurangan
Abu Ubaid menganggap bahwa seseorang yang memiliki satuAuqiyah
200 dirham (jumlah minimum wajib zakat) sebagai orang kaya sehingga
ada kewajiban zakat terhadap orang tersebut.
2. Mengenai distribusi zakat di Baznas NTb dapat diketahui bahwa Baznas
tidak menerapkan pendapat Abu Ubaid tentang wilayah penyaluran
zakat, karena mereka tidak hanya membagikannya di wilayah kota
66
Mataram saja, bahkan cakupan wilayah pendistribusiannya meliputi
wilaya Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) termasuk Sumbawa dan
Bima Dompu, hal ini bertolak belakang dengan pendapat Abu Ubaid
yang mengatakan Penarikan zakat yang dilakukan pada suatu komunitas
masyarakat di mana zakat tersebut diambil.
Namun dalam pembagian zakat untuk delapan ashnaf sama dengan
praktik yang dikemukakan Abu Ubaid. Baznas tidak membagikan zakat
secra merata diantara delapan golongan. Baznas menjadikan golongan
fakir dan miskin sebagai perioritas golongan yang akan mendapatkan
zakat, karen kedua golongan inilah yang paling membutuhkan zakat
untuk memenuhi kebutuhan mereka, dan golongan selanjutnya yng di
utamakan adalah amil zakat dan fisabilillah.
B. SARAN
Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan diatas, maka penulisa
memberikan saran dalam upaya peningkatan penghimpunan dan
penyaluran zakat di Baznas NTB yaitu:
1. Lebih meningkatkan lagi sosialisasi dengan masyarakat dan para
pegawai negeri sipil dalam penghimpunan dana dan menjelaskan
betapa pentingnya berzakat. agar yang menjadi muzakki di Baznas
tidak hanya para pegawai di lingkup SKPD kota Mataram saja,
namun dapat menjalin kerjasama dengan masyarakat di wilayah
lainnya.
67
2. Kepada pihak Baznas NTB agar memfokuskan penuntasan
kemiskinan di Kota Mataram saja, sebagai wilayah tempat
dikumpulkannya zakat bagi Baznas NTB, supaya distribusi zakat
lebih efektif dan dapat menyentuh lapisan masyarakat miskin yang
benar benar membutuhkan zakat.
3. Dalam proses penyaluran zakat, akan lebih baik jika Baznas NTB
langsung yang mendata masyarakat mana yang benar-benar
membutuhkan bantuan, dan bukan berdasarkan data yang diterima
dari pihak desa maupun lembaga lainnya.
4. Meningkatkan kualitas penyaluran atau pendistribusian zakat agar
lebih bermanfaat dan bisa dirasakan oleh mustahiq, misalnya
peningkatan jumlah alokasi dana zakat untuk usaha produktif .
.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahannya,Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islamdan Urusan Haji. Departemen Agama RI. 1996
Abu Ubaid al-Qasim.Al-Amwal : Ensiklopedia Keuangan Publik,ter. SetiawanBudi Utomo Jakarta: Gema Insani. 2009
Adiwarman Karim. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam.Jakarta: RajawaliPers.2004.
Boedi Abdullah.Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam. Bandung: Pustaka Setia2011.
Cengiz Kallek. Economic View Of Abu UbaidUIIM Journal of Econimi andManagement Vol 6 No 1. Kuala Lumpur: Reseach Center InternationalIslamic University Malaysia. 1998
Euis Amalia. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik HinggaKontenporer. Jakarta:Gramata Publishing, 2010.
ISEG Indonesia:Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI),“ Abu Ubaid danKaidah Ekonomi dalam Kitab Al-Amwalnya”. www.ISEG-Indonesia.wordpress.com
Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia .Undang Undang No 23 Tahun 2011tentang pengelolaan Zakat.Jakarta: 2011
Lexy J Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif.Bandung: PT RemajaRosdakarya. 2011.
Moh. Nazir. Metodologi Penelitian.Bogor: Ghalia Indonesia. 2003
Mufaini M arif. Akuntansi dan Manajemen Zakat .Jakarta: Prenada Media Grup.2006.
Muhammad Daud Ali,Sistem Ekonomi Zakat dan Wakaf. Jakarta:UI-Press. 1998.
Muhammad Nasiruddin,Sahih Sunan At Turmidzi. ter. Ahmad YuswajiJakarta:Pustaka Azzam,. 2003
Sahih Sunan Abu Daud. ter Abd Muhfid Ihsan . Jakarta Pustaka Azzam.2007
Sahih Sunan Ibnu Majahter. Taufikurrahman . Jakarta: Pustaka Azzam.2006
Muhammad Sharif Caudry,Sistem Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana Prenadagroup 2014.
Muhammad Riduan Mas’ud,Zakat & Kemiskinan. Yogyakarta:UII Press. 2005.
Sugiyono.Memahami Penelitian Kualitatif .Bandung: CV Alfabeta. 2007.
Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta. 2012
Ugi Suharto, Zakat Sebagai Lembaga Keuangan Publik KhususJurnal Zakat &Empowering Vol II. 2009.
Yulaeni. Studi analisis terhadap sistem pemungutan dan penyaluran zakatprofesi di BAZDA Provinsi NTB, IAIN Mataram 2014.
Yusuf Qardawi,Fikhuz-Zakat(Hukum Zakat) ter.Drs.Didin Hafidhuddin dkk. Jakarta:
Pustaka Litera Antar Nusa.2010
DAFTARA PERTANYAAN WAWANCARA
A. Ketus/Sekretaris Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) NTB
1. Bagaimana gambaran umum mengenai proses pengumpulan dan distribusi
zakat di Baznas NTB?
2. Program apa saja yang dilakasanakan dalam upaya menyalurkan/
mendistribusikan zakat?
3. Wilayah mana saja yang menjadi daerah pengumpulan dan penyaluran zakat
Bazmas NTB?
4. Mengapa wilayah penyaluran zakat Baznas NTB bisa samapi ke pulau
Sumbawa, bukankah wilayah pengumpulannya hanay di sekitar Kota Mataram
saja?
B. Ketua/ staff bagian pendistribusian zakat
1. Dalam proses penyaluran/ pendistribusian zakat di Baznas NTB, apakah
kedelapanAshnaf menerima zakat yang di salurkan?
2. Kenapa golongan fakir dan miskin digabungkan menjadi satu kategori?
3. Apa yang menjadi alasan kenapa hanya dua golongan yang diperioritaskan
menerima zakat?
4. Dalam melakukan penyaluran zakat, apakah ada syarat-syarat tertentu dalam
menentukan wilayah yang akan diberikan zakat ?
5. Kemudian untuk kategori fakir miskin yang akan diberikan zakat, apakah ada
ketentuan mengenai berapa penghasilan mereka agar dapat menerima zakat?
6. Untuk program dana bergulir, apakah pihak yang telah menerima bantuan
tersebut telah mengalami perubahan dari mustahik menjadi muzakki zakat?
C. Ketua/ staff bagian pengumpulan zakat
1. Bagaimana proses mengumpulkan zakat di bazanas NTB, terutama zakat
profesi?
2. Apakah setiap tahunnya, zakat yang dikumpulkan mengalami peningkatan?
3. Bagaiman perhitungan nisab zakat profesi yang ada di Baznas NTB?