implementasi pendidikan karakter secara terpadu...
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER
SECARA TERPADU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
DI SMP MUHAMMADIYAH I TEMANGGUNG
Oleh :
Siti Farikhah
NIP. 19610623 198803 2001
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT (LP2M)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
SALATIGA
2016
PENELITIAN PEMULA
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahirabbil„aalamiin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
laporan penelitian ini. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan umatnya hingga akhir zaman.
Dalam menyusun laporan penelitian ini, tidak terlepas dari bimbingan,
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, peneliti menyampaikan
terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga.
2. Bapak Dr. AdangKuswaya, M.Ag., selaku Ketua LP2M IAIN Salatiga.
3. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
(FTIK) IAIN Salatiga.
4. Bapak Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Tadris
Matematika FTIK IAIN Salatiga.
5. Bapak Dr. Budiyono Saputro, M.Pd., selaku konsultan peneliti.
6. Bapak Wikamto, S.Pd, selaku Kepala SMP Muhamamdiyah 1 Temanggung.
7. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan laporan ini.
Akhirnya, hanya kepada Allah SWT jualah peneliti serahkan, semoga semua
amal kebaikannya mendapat pahala yang berlipat ganda. Harapan peneliti mudah-
mudahan penelitian ini bermanfaat bagi pembaca. Dengan kerendahan hati, peneliti
mohon kritik dan saran yang membangun, demi sempurnanya laporan penelitian ini.
Salatiga, 28 November 2016
Peneliti
Dra.Siti Farikhah, M.Pd
NIP. 19610623 198803 2001
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Jl. TentaraPelajar 02 Salatiga 50721 Telp : (0298) 323706 Fax : (0298) 323433
Website:http://www.iainsalatiga.ac.id email:[email protected]
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertandatangan di bawah ini, saya :
Nama : Dra. Siti Farikhah, M.Pd
NIP : 19610623 198803 2001
Jurusan : Tadris Matematika
Menyatakan bahwa penelitian yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
ilmiah saya sendiri, bukan jiplakan dari penelitian orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam penelitian ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah.
Salatiga, 28 November 2016
ABSTRAK
Siti Farikhah. 2016. IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SECARA TERPADU
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMP MUHAMMADIYAH I
TEMANGGUNG. Penelitian Pemula Lembaga Penelitian dan Pengembangan
Masyarakat (LP2M) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Konsultan : Dr.
Budiyono Saputro, M.Pd.
Kata kunci : Matematika, Pendidikan Karakter, Proses Pembelajaran.
Selama ini pembelajaran matematika yang dilakukan sebagian guru masih
didominasi oleh pengenalan rumus-rumus serta konsep-konsep secara verbal, tanpa ada
dorongan untuk mengoptimalkan potensi peserta didik dan mengembangkan kreatifitasnya.
Dalam pandangan guru, peserta didik seolah-olah robot yang dipersiapkan untuk
mengerjakan atau meghasilkan sesuatu, tidak peduli bentuk kepribadian atau pun pendidikan
karakter yang berkembang pada diri peserta didik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
implementasi pendidikan karakter secara terpadu pada perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
pembelajaran matematika di SMP Muhammadiyah 1 Temanggung.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data melalui
tehnik wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data menggunakan analisis data
kualitatif yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan karakter secara terpadu
diimplementasikan pada 3 bentuk kegiatan pada pembelajaran matematika, yaitu 1)
pendidikan karakter pada perencanaan pembelajaran telah tertuang dalam RPP, meliputi
nilai-nilai disiplin, rasa hormat dan perhatian, tekun serta tanggung jawab. Kemudian
dikembangkan lebih lanjut pada silabus yang diperinci pada tiap-tiap Kompetensi Dasar
(KD), meliputi nilai-nilai tanggung jawab, teliti, kerjasama, menghargai orang lain, ulet,
berpikir logis, percaya diri, jujur, dan sistematis. 2) pendidikan karakter pada pelaksanaan
pembelajaran matematika materi faktorisasi suku Aljabar terintegrasi dengan baik mulai dari
kegiatan pendahuluan, inti sampai dengan penutup. Pada kegiatan pendahuluan disamping
diterapkan nilai religius (do`a bersama dan salam) juga nilai-nilai disiplin dan respek. Nilai-
nilai karakter pada kegiatan inti pada dasarnya sudah sesuai dengan yang diharapkan pada
silabus disetiap kompetensi dasarnya, hanya nampak belum optimal. Sedangkan pada sesi
penutup, guru banyak memberikan motivasi, diakhiri dengan do`a dan salam (nilai religius);
3) pendidikan karakter pada evaluasi pembelajaran matematika, guru mengembangkan
kemampuan peserta didik dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Penilaian kognitif
diambil dari hasil belajar melalui ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir
semester dan ulangan kenaikan kelas dengan tetap menanamkan nilai-nilai kedisiplinan,
kejujuran, kerjakeras, tanggungjawab, dan kemandirian yang semua itu masuk dalam ranah
afektif, hanya guru masih kesulitan karena banyaknya jumlah peserta didik. Sedangkan
penilaian psikomotor, guru mengamati pada saat peserta didik melakukan tes unjuk kerja atau
tes perbuatan seperti kecepatan mengerjakan tugas, kemampuan membaca gambar atau
simbol, kemampuan menyusun urut-urutan pengerjaan dan menganalisis hasilnya.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................................... i
PENGESAHAN ........................................................................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ................................................................................................................. iv
ABSTRAK ................................................................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 8
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 8
D. Signifikansi .................................................................................................. 8
E. Sistematika Laporan Penelitian .................................................................. 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ..................................................................................... 11
A. Pendidikan Karakter .................................................................................... 11
1. Nilai-nilai Karakter ................................................................................. 15
2. Tahap-tahap Pengembangan Karakter .................................................... 19
3. Tujuan Pendidikan Karakter ................................................................... 24
4. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter ....................................................... 25
5. Fungsi Pendidikan Karakter .................................................................... 26
B. Pembelajaran Matematika ........................................................................... 27
1. Pengertian Matematika ........................................................................... 27
2. Tujuan Pembelajaran Matematika .......................................................... 28
3. Proses Pembelajaran Matematika ........................................................... 29
C. Pendidikan Karakter Secara Terpadu Dalam Pembelajaran Matematika .... 38
1. Nilai-nilai Karakter Dalam Perencanaan Pembelajaran Matematika ..... 38
2. Nilai-nilai Karakter Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Matematika ...... 40
3. Nilai-nilai Karakter Dalam Evaluasi Pembelajaran Matematika ............ 43
D. Hasil Penelitian yang Relevan ..................................................................... 44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................... 46
A. Pendekatan Penelitian .................................................................................. 46
B. Subyek Penelitian ........................................................................................ 46
C. Lokasi Penelitian ......................................................................................... 47
D. Tehnik Pengumpulan Data ......................................................................... 47
E. Instrumen Penelitian .................................................................................... 49
F. Analisis Data ............................................................................................... 50
G. Keabsahan Data .......................................................................................... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................................. 53
A. Hasil Penelitian ............................................................................................ 53
1. Pendidikan Karakter Dalam Perencanaan Pembelajaran Matematika .... 58
2. Pendidikan Karakter Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Matematika .... 61
3. Pendidikan Karakter Dalam Evaluasi Pembelajaran Matematika .......... 69
B. Pembahasan ................................................................................................ 72
1. Pendidikan Karakter Dalam Perencanaan Pembelajaran Matematika… 72
2. Pendidikan Karakter Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Matematika.. 76
3. Pendidikan Karakter Dalam Evaluasi Pembelajaran Matematika…… 88
BAB V PENUTUP ................................................................................................... 92
A. Kesimpulan .................................................................................................. 92
B. Saran-saran ................................................................................................. 93
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 95
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................................ 98
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun
2003 pasal 3 dinyatakan bahwa “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” (2004:5).
Komitmen nasional tersebut mencerminkan bahwa untuk membentuk manusia
yang berkualitas diperlukan pendidikan yang berkualitas (berkarakter), baik
lewat jalur formal maupun non formal, pendidikan yang dirancang agar peserta
didik dapat mengerti, memahami, bersikap serta siap untuk aktif dalam ikut
berpartisipasi membangun masyarakat Indonesia.
Pendidikan berkarakter adalah kunci utama keberhasilan suatu bangsa.
Sehingga individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang
berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama,
lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan
mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran,
emosi dan motivasinya (perasaannya) (Zainal, 2010 : 3). Selanjutnya dijelaskan
bahwa pendidikan karakter merupakan segala sesuatu yang dilakukan guru yang
mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk
watak peserta didik yang mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru. Cara
guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan
berbagai hal terkait lainnya.
Sebenarnya secara akademis, pengembangan pendidikan karakter
diajarkan di sekolah, sudah terintegrasi dalam mata pelajaran. Akan tetapi model
pembelajaran masih berorientasi pada pendekatan kognitif melalui hafalan
dengan target optimalisasi nilai nominal semata. Artinya tujuan pembelajaran
masih berorientasi pada aspek pengetahuan akademik saja.
Pembelajaran dan pendidikan yang bertujuan untuk merubah dan
meningkatkan perilaku peserta didik masih merupakan wacana, belum
terimplikasikan secara nyata dalam proses pendidikan di sekolah. Jadi sistem
pembelajaran di sekolah kebanyakan masih mengabaikan pendidikan perilaku
dan budi pekerti atau masih belum menyentuh secara esensial pola pendidikan
berkarakter.
Apabila hal-hal tersebut dibiarkan, maka akan terjadi proses
disempowerment education secara terus-menerus, sehingga terjadi pendangkalan
karakter pendidikan yang akhirnya juga mengakibatkan semakin lebarnya
kesenjangan antara pengetahuan dan perilaku peserta didik.
Urgensi dari pelaksanaan komitmen nasional pendidikan karakter telah
dinyatakan pada Sarasehan Nasional Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
sebagai Kesepakatan Nasional Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangsa yang dibacakan pada tanggal 14 Januari 2010, sebagai berikut:
1)Pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan bagian integral yang tak
terpisahkan dari pendidikan nasional secara utuh, 2)Pendidikan budaya dan
karakter bangsa harus dikembangkan secara komprehensif sebagai proses
pembudayaan. Oleh karenanya pendidikan dan kebudayaan perlu diwadahi
secara utuh, 3)Pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan
tanggungjawab bersama antara pemerintah,masyarakat, sekolah dan orang tua.
Oleh karenanya pelaksanaan budaya dan karakter bangsa harus melibatkan
keempat unsur tersebut, dan 4)Dalam upaya merevitalisasi pendidikan dan
budaya karakter bangsa diperlukan gerakan nasional guna menggugah semangat
kebersamaan dalam pelaksanaan di lapangan.(Direktorat PSMP,2010).
Secara psikologis dan sosial kultural pembentukan karakter dalam diri
individu merupakan fungsi dari seluruh potensi seseorang (kognitif, afektif,
konatif dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural ( keluarga,
sekolah dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter
dalam konteks tersebut dapat diklasifikasikan dalam Olah Hati (,Spiritual and
emosional development) yaitu kejujuran, tanggungjawab; Olah Pikir (Intellectual
development) yaitu kecerdasan; Olah Raga dan Kinestetik (Phisycal and
kinestetic development) yaitu bersih, sehat dan menarik; serta Olah Rasa dan
Karsa (Affective and Creativity development) yaitu peduli dan kreatif.
(Zaenal,2011:5).
Sedangkan secara akademik pendidikan karakter dimaknai sebagai
pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak
yang tujuannya mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan
keputusan baik- buruk, memelihara apa yang baik itu, dan mewujudkannya
dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
Pendidikan karakter dapat diintegrasikan secara terpadu dalam
pembelajaran mata pelajaran di sekolah. Selama ini pembelajaran Matematika
yang dilakukan sebagian guru masih didominasi oleh pengenalan rumus-rumus
serta konsep-konsep secara verbal, tanpa ada dorongan untuk mengoptimalkan
potensi peserta didik dan mengembangkan kreatifitasnya.
Pembelajaran matematika mempunyai porsi jam pembelajaran yang
cukup banyak tentunya akan menjadi sasaran yang tepat untuk menanamkan
karakter pada peserta didik.
Disamping itu pembelajaran matematika menjadi sangat menarik untuk
dihubungkan dengan pendidikan karakter karena matematika merupakan ilmu
universal yang mendasari perkembangan modern , mempunyai peran penting
dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir.
Matematika sebagai sarana berpikir ilmiah yang diperlukan peserta didik,
matematika juga untuk mengembangkan kemampuan berpikir logik, dan
diharapkan matematika akan menjadi suatu pelajaran yang bermanfaat bagi
peserta didik, bahkan matematika diperlukan oleh semua orang dalam kehidupan
sehari-hari.
Mengingat pentingnya matematika, maka sangat diharapkan peserta
didik disamping menguasai pelajaran matematika juga tertanam nilai-nilai
pendidikan karakter seperti religius, jujur, kerja keras, kreatif, toleransi, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, cinta
tanah air, menghargai prestasi, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung
jawab. (Kemendiknas, 2010:9).
Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan
penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Dan untuk membekali peserta didik
menjadi seorang penguasa teknologi yang mampu memanfaatkan ilmunya dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara diperlukan pembentukan karakter peserta
didik.
Dalam proses pembelajaran matematika tidak akan pernah lepas dari
pengembangan nilai-nilai karakter peserta didik . Apabila peserta didik mampu
menerapkan nilai-nilai karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran
matematika ,maka matematika akan menjadi suatu pelajaran yang bermakna bagi
kehidupannya.
Matematika identik dengan penyelesaian masalah (soal). Maka guru
pun bertugas untuk mengajari bagaimana langkah-langkah untuk menyelesaikan
masalah. Hal ini sangat diperlukan karena dalam proses penyelesaian masalah
juga terkandung unsur-unsur karakter yang positif. Memberikan pengajaran
untuk menyelesaikan masalah memungkinkan peserta didik untuk menjadi lebih
cermat, teliti dalam mengambil keputusan di dalam masalah kehidupannya;
sehingga secara tidak langsung guru telah membentuk karakter kecermatan dan
ketelitian pada diri peserta didik. Disamping itu, masih banyak nilai yang dapat
digali, seperti kegigihan (kerja keras), kreatifitas, dan sebagainya. Dalam
menyelesaikan soal yang rumit, dibutuhkan kerja keras dan kreatifitas.(Rika
Zamilah, 2011). Tentu saja sikap kreatif mupun kegigihan ini mutlak
diperlukandi zaman yang semakin global, agar dapat menghadapi persaingan
dengan yang lain.
Agung Prabowo dan Purnomo Sidi (2010), mengungkapkan bahwa
koreksi atau kontrol yang berupa pujian dan teguran akan menjadi alat yang
efektif agar karakter yang sedang dibangun tetap berada pada sasaran yang tepat.
Selain itu pemberian penghargaan kepada yang berprestasi menjadi bentuk
penyemangat dan motivasi untuk lebih baik, sedangkan sanksi kepada yang
melanggar berguna untuk mencegah munculnya nilai-nilai keburukan.
Selanjutnya dijelaskan bahwa untuk merapkan pendidikan karakter, setidaknya
perlu 3 (tiga) hal, yaitu teladan, pembiasaan, dan koreksi atau kontrol. Hal ini
mengisyaratkan bahwa membangun karakter tidaklah dapat dilakukan hanya
dengan memberikan pengetahuan atau materi tentang karakter, tetapi lebih
ditekankan pada praktik langsung oleh guru kemudian ditiru oleh peserta didik.
Dengan demikian, pendidikan karakter tidak hanya sekedar lips-service, tetapi
harus bersatunya kata, pikiran dan tindakan.
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
penerapan pendidikan karakter tidak ada yang instan, semua membutuhkan
proses yang panjang, pembiasaan dan keteladanan seluruh warga sekolah.
SMP Muhammadiyah 1 Temanggung merupakan salah satu satuan
pendidikan di tengah kota Temanggung. Sebagai salah satu sekolah Islam yang
memiliki komitmen yang tinggi untuk mewujudkan standar pendidikan yang
dapat membentuk manusia yang berkarakter. Dengan visi menjadi lembaga
pendidikan Islam yang profesional, berprestasi dan berakhlakul karimah dan
salah satu misi sekolah yaitu menyelenggarakan pendidikan yang berkarakter
Islam, tentunya dapat menjadi wadah untuk pengembangan pendidikan karakter
peserta didik.
Berdasarkan paparan tersebut maka peneliti tertarik untuk mengkaji
Implementasi Pendidikan Karakter Secara Terpadu Dalam Pembelajaran
Matematika di SMP Muhammadiyah 1 Temanggung.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah implementasi pendidikan karakter pada perencanaan
pembelajaran Matematika di SMP Muhammadiyah 1 Temanggung tahun
2016?
2. Bagaimanakah implementasi pendidikan karakter pada pelaksanaan
pembelajaran Matematika di SMP Muhammadiyah 1 Temanggung tahun
2016?
3. Bagaimanakah implementasi pendidikan karakter pada evaluasi pembelajaran
Matematika di SMP Muhammadiyah 1 Temanggung tahun 2016?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi tentang
implementasi pendidikan karakter pada perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pembelajaran Matematika di SMP Muhammadiyah I Temanggung tahun 2016.
D. Signifikansi
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki beberapa manfaat baik secara
teoritis maupun praktis kepada semua pihak yang terkait.
1. Manfaat Teoritis, diantaranya yaitu :
a. Memberikan informasi tentang implementasi pendidikan karakter secara
terpadu dalam pembelajaran matematika di SMP Muhammadiyah 1
Temanggung.
b. Memperkaya pengetahuan tentang penerapan pendidikan karakter dalam
pembelajaran di SMP.
c. Memperdalam pengetahuan teori-teori pendidikan karakter melalui hasil
penelitian.
2. Manfaat Praktis, diantaranya yaitu :
a. Bagi Sekolah, dapat merefleksikan hasil penelitian, khususnya
mengevaluasi penanaman pendidikan karakter yang terintegrasi dengan
pembelajaran matematika di SMP Muhammadiyah 1 Temanggung.
b. Bagi Pendidik, memperoleh wawasan baru tentang implementasi
pendidikan karakter secara terpadu dalam pembelajaran yang dapat
dijadikan referensi penerapan pada peserta didik.
c. Bagi peneliti, memperoleh pengalaman baru tentang penerapan
pendidikan karakter dalam pembelajaran, sekaligus dapat
merekomendasikan kepada peneliti selanjutnya untuk mengadakan
penelitian yang lebih mendalam dan luas permasalahannya .
E. Sistematika Penulisan Laporan Penelitian
Secara garis besar, penulisan laporan ini terdiri dari beberapa bab dan sub
bab, yaitu:
BAB I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, signifikansi, dan sistematika penulisan.
BAB II Kajian Pustaka, terdiri dari pendidikan karakter, pembelajaran
Matematika, dan Pendidikan Karakter secara terpadu dalam pembelajaran
Matematika serta hasil Penelitian yang relevan.
BAB III Metodologi Penelitian, meliputi pendekatan penelitian, subyek
penelitian, lokasi penelitian, tehnik pengumpulan data, instrumen penelitian,
analisis data, dan keabsahan data.
BAB IV Hasil penelitian dan pembahasan, berisi tentang penelitian yang
diperoleh dan Pembahasannya.
BAB V Penutup, terdiri dari kesimpulan penelitian dan saran
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pendidikan Karakter
Mengawali kajian pendidikan karakter, perlu dijelaskan secara singkat
masalah karakter lebih dahulu. Istilah karakter dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI,2008 ) berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti
yang membedakan seseorang dengan yang lain; atau bermakna bawaan, hati,
jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku personalitas, sifat, tabiat, temperamen,
watak.
Istilah berkarakter berarti memiliki karakter dan berwatak. Individu yang
berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal
yang terbaik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dirinya, sesama, lingkungan,
bangsa dan Negara, serta dunia internasional pada umumnya dengan
mengoptimalkan potensi pengetahuan dirinya, dan disertai dengan kesadaran,
emosi, dan perasaannya.
Menurut Munir (2010:3) karakter adalah sebuah pola , baik pikiran, sikap,
maupun tindakan yang melekat pada diri seseorang dengan sangat kuat dan sulit
dihilangkan. Karakter seseorang ditentukan oleh faktor genetis, makanan, teman,
orang tua, dan tujuan.
Sedangkan Lickona (2013:81) mengemukakan karakter terdiri dari nilai
operatif,nilai dalam tindakan, seiring dengan suatu nilai menjadi suatu kebaikan,
suatu disposisi batin yang dapat diandalkan untuk menanggapi situasi dengan
cara yang menurut moral itu baik. Karakter yang baik terdiri dari mengetahui hal
yang baik, menginginkan hal-hal yang baik, dan melakukan hal yang baik.
Kebiasaan dalam cara berpikir, kebiasaan dalam hati, dan kebiasaan dalam
tindakan.
Terkait dengan pendidikan karakter Koesoema (2012:57) menegaskan
bahwa pendidikan karakter merupakan suatu usaha mengembangkan keseluruhan
dinamika relasional antar pribadi dengan berbagai macam dimensi, baik dari luar
maupun dari dalam dirinya, agar pribadi itu semakin menghayati kebebasannya
sehingga ia dapat semakin bertanggung jawab atas pertumbuhan dirinya sendiri
sebagai pribadi dan perkembangan orang lain dalam hidup mereka berdasarkan
nilai moral yang menghargai kemartabatan manusia. Demikian pula Damayanti
memberikan pengertian pendidikan karakter sebagai gerakan nasional
menciptakan sekolah yang membina etika, bertanggung jawab, dan merawat
orang-orang muda dengan pemodelan dan mengajarkan karakter baik melalui
penekanan pada universal, dan nilai-nilai yang diyakini oleh semua.(2014:12).
Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan budi
pekerti plus, yaitu melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling),
dan tindakan (action); tanpa ketiga aspek tersebut pendidikan karakter tidak
efektif.
Pendidikan yang berkarakter sangatlah penting bagi perkembangan
individu. Pendidikan yang berkarakter adalah pendidikan yang mendukung
terciptanya perwujudan nilai-nilai karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya,
kemandirian dan tanggung jawab, kejujuran/amanah, diplomatis, hormat dan
santun, dermawan, suka tolong-menolong, gotong royong/kerjasama dan lain-
lain. Karakter tersebut tidak hanya pada tahap pengenalan dan pemahaman saja,
namun menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk merealisasikan pendidikan karakter
di sekolah. Konsep karakter tidak cukup dijadikan sebagai suatu poin dalam
silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran di sekolah, namun harus lebih dari
itu, dijalankan dan dipraktikkan. Mulailah dengan belajar taat dengan peraturan
sekolah, dan tegakkan itu secara disiplin. Sekolah harus menjadikan pendidikan
karakter sebagai sebuah tatanan nilai yang berkembang dengan baik di sekolah
yang diwujudkan dalam contoh dan seruan nyata yang dipertontonkan oleh
tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah dalam keseharian kegiatan di
sekolah.
Di sisi lain, pendidikan karakter merupakan upaya yang harus melibatkan
semua pemangku kepentingan dalam pendidikan, baik pihak keluarga, sekolah
dan lingkungan sekolah dan juga masyarakat luas. Oleh karena itu, langkah awal
yang perlu dilakukan adalah membangun kembali kemitraan dan jejaring
pendidikan yang kelihatannya mulai terputus diantara ketiga stakeholders
terdekat dalam lingkungan sekolah yaitu guru, keluarga dan masyarakat.
Pembentukan dan pendidikan karakter tidak akan berhasil selama antara
stakeholder lingkungan pendidikan tidak ada kesinambungan dan kerharmonisan.
Dengan demikian, rumah tangga dan keluarga sebagai lingkungan pembentukan
dan pendidikan karakter pertama dan utama harus lebih diberdayakan kemudian
didukung oleh lingkungan dan kondisi pembelajaran di sekolah yang
memperkuat siklus pembentukan tersebut. Di samping itu tidak kalah pentingnya
pendidikan di masyarakat. Lingkungan masyarakat juga sangat mempengaruhi
terhadap karakter dana watak seseorang. Lingkungan masyarakat luas sangat
mempengaruhi terhadap keberhasilan penanaman nilai-nilai etika, estetika untuk
pembentukan karakter.
Jadi, pendidikan karakter melalui sekolah, tidak semata-mata pembelajaran
pengetahuan, tetapi lebih dari itu, yaitu penanaman moral, nilai-nilai etika ada
budi pekerti yang luhur.
Adapun pendidikan karakter menurut Zainal Aqib dimaknai sebagai suatu
sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi
komponen pengetahuan, kesadaran akan kemauan dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tesebut. Dalam pendidikan karakter di sekolah harus
melibatkan semua komponen pendidikan yaitu isi kurikulum, proses
pembelajaran dan penilaian, manajemen sekolah, pengelolaan mata pelajaran,
pelaksanaan aktivitas, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos
kerja seluruh warga sekolah. (2011:3)
Sedangkan menurut Kementrian Pendidikan Nasional (2010:4) pendidikan
karakter diartikan sebagai pendidikan yang mengembangkan karakter bangsa
pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai-nilai karakter pada
dirinya, mampu menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya sebagai
anggota masyarakat, dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif dan
kreatif.
Pendapat senada disampaikan Sri Narwanti (2011:4), bahwa pendidikan
karakter adalah suatu sistem nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang
meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia
yang insani.
Berdasarkan beberapa pandangan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
pendidikan karakter merupakan usaha yang dilakukan guru untuk membantu
peserta didik dalam menanamkan nilai-nilai karakter yang meliputi religius,
keteladanan, disiplin, bekerja keras, sopan santun, jujur, dan sebagainya,
sehingga peserta didik menjadi insan yang berguna bagi nusa dan bangsa.
Berkaitan dengan pemaparan pendidikan karakter maka berikut penjelasan
tentang nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan karakter, tahap-tahap
pengembangan karakter, tujuan, prinsip dan fungsinya.
1. Nilai-nilai Karakter
Butir-butir nilai karakter dapat diklarifikasikan menjadi 5 (lima) nilai
utama, yaitu nilai-nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan Yang
Maha Esa (YME), nilai yang berhubungan dengan diri sendiri, nilai-nilai yang
berhubungan dengan sesama, nilai-nilai karakter yang berkaitan dengan
lingkungan dan nilai-nilai kebangsaan.
a. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan
Religius
Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu
berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan dan/atau ajaran agamanya.
b. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri
1) Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan,
baik terhadap diri dan pihak lain.
2) Bertanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas adan
kewajibannya sebagimana yang seharusnya dia lakukan terhadap diri
sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), Negara, dan
Tuhan YME.
3) Bergaya Hidup Sehat
Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam
menciptakan hidup sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang
dapat mengganggu kesehatan.
4) Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
5) Kerja Keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi
berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (atau bekerja) dengan
sebaik-baiknya).
6) Percaya diri
Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan
tercapainya setiap keinginan dan harapannya.
7) Berjiwa wirausaha
Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat mengenali
produk baru, menentukan cara produksi baru, memasarkannya, serta
mengatur permodalan operasinya.
8) Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif.
Berpikir dan melakukan sesuatu berdasarkan kenyataan atau logika
untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang
telah dimiliki.
9) Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
10) Ingin tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan
didengar.
11) Cinta ilmu
Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.
c. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama
1) Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi
milik/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri
serta orang lain.
2) Patuh pada aturan-aturan sosial
Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan
masyarakat dan kepentingan umum.
3) Menghargai karya dan prestasi orang lain
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui serta
menghormati keberhasilan orang lain.
4) Santun
Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang atau bahasa maupun tata
perilakunya ke semua orang.
5) Demokratis
Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
d. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan
Peduli sosial dan lingkungan.
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi
bantuan orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
e. Nilai kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan
bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
1) Nasionalis
Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan,
fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.
2) Menghargai keberagaman
Sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam hal, baik
yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku maupun agama.
(Zainal:2011:7-8).
2. Tahap-tahap Pengembangan Karakter
Dalam penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah, tahapan
pengembangan karakter menjadi hal yang penting dilakukan sebagai
pijakannya. Tahap pengembangan karakter dapat dilaksanakan dengan
menggunakan strategi pengembangan dalam konteks makro dan mikro.
Pengembangan nilai/karakter dapat dilihat pada dua latar/domain, yaitu
pada latar makro dan latar mikro. Latar makro bersifat nasional yang
mencakup keseluruhan konteks perencanaan dan implementasi pengembangan
nilai/karakter yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan pendidikan
nasional. Pada latar makro program pengembangan nilai/karakter dapat
digambarkan sebagai berikut.
Penjelasan Gambar :
a. Secara makro pengembangan karakter melalui active learning dapat dibagi
dalam tiga tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil.
b. Pada tahap perencanaan dikembangkan perangkat pembelajaran active
learning dengan mengimplementasikan pendidikan karakter yang digali,
dikristalisasikan, dan dirumuskan dengan menggunakan berbagai sumber,
antara lain pertimbangan : (1) filosofis – Agama, Pancasila, UUD 1945,
dan UU No.20 Tahun 2003 beserta ketentuan perundang-undangan
turunannya: (2) pertimbangan teoritis –teori tentang otak, psikologis, nilai
dan moral, pendidikan (pedagogi dan andragogi) dan sosial kultural; dan
(3) pertimbangan empiris berupa pengalaman dan praktek terbaik (best
practices) dari antara lain tokoh-tokoh, sekolah unggulan, pesantren,
kelompok kultural dll.
c. Pada tahap implementasi dikembangkan pengalaman belajar (learning
experience) dengan pendekatan active learning dan proses pembelajaran
Gambar 1. Konteks Makro Pengembangan Karakter Melalui Active Learning
yang bermuara pada pembentukan karakter dalam diri individu peserta
didik. Proses ini dilaksanakan melalui proses pembudayaan dan
pemberdayaan sebagaimana digariskan sebagai salah satu prinsip
penyelenggaraan pendidikan nasional. Proses ini berlangsung dalam tiga
pilar pendidikan yakni dalam kampus/sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Dalam masing-masing pilar pendidikan akan ada dua jenis pengalaman
belajar (learning experiences) yang dibangun melalui dua pendekatan
yakni intervensi dan habituasi. Dalam intervensi dikembangkan suasana
interaksi belajar dan pembelajaran yang sengaja dirancang untuk mencapai
tujuan pembentukan karakter dengan menerapkan kegiatan yang
terstruktur (structured learning experiences). Sementara itu, dalam
habituasi diciptakan situasi dan kondisi (persistence life situation) yang
memungkinkan peserta didik di kampus/sekolahnya, di rumahnya, di
lingkungan masyarakatnya membiasakan diri belajar secara aktif dan
mandiri serta berperilaku sesuai nilai dan menjadi karakter yang telah
diinternalisasi dan dipersonalisasi dari dan melalui proses intervensi.
Kedua proses tersebut- intervensi dan habituasi harus dikembangkan
secara sistemik dan holistik.
d. Pada tahap evaluasi hasil, dilakukan asesmen ayng terintegrasi mencakup
penilaian proses dimana active learning terpantau sekaligus untuk
perbaikan berkelanjutan yang sengaja dirancang dan dilaksanakan untuk
menditeksi aktualisasi karakter dalam diri peserta didik sebagai indikator
bahwa proses pembudayaan dan pemberdayaan karakter melalui active
learning itu berhasil dengan baik.
Strategi Pengembangan Budaya dan Karakter pada Konteks Mikro
Pada konteks mikro pengembangan karakter berlangsung dalam konteks suatu
aturan pendidikan (sekolah/Perguruan Tinggi) secara holistic (the whole
school/university reform). Perguruan Tinggi/Sekolah sebagai leading sector,
berupaya memanfaatkan dan memberdayakan semua lingkungan belajar yang
ada untuk menginisiasi, memperbaiki, menguatkan, dan menyempurnakan
secara terus menerus proses pendidikan karakter. Program pengembangan
karakter pada latar mikro dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2. Konteks Mikro Pengembangan Nilai/Karakter
Penjelasan Gambar:
a. Secara mikro pengembangan nilai/karakter dapat dibagi dalam empat
pilar, yakni kegiatan belajar-mengajar di kelas, kegiatan keseharian
dalam bentuk budaya sekolah (school culture) yang diperguruan
tinggi dikenal sebagai academic athmosphere; kegiatan ko-kurikuler
dan/atau ekstra kurikuler, serta kegiatan keseharian di rumah, dan
dalam masyarakat.
b. Dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas pengembangan
nilai/karakter dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan
terintegrasi dalam semua mata kuliah/pelajaran (embedded approach).
c. Dalam lingkungan kampus/sekolah dikondisikan agar lingkungan
fisik dan academic athmosphere sosial kultural memungkinkan para
peserta didik bersama dengan sivitas akademik lainnya terbiasa
membangun kegiatan keseharian di kampus yang mencerminkan
perwujudan nilai/karakter.
d. Dalam kegiatan ko-kurikuler, yakni kegiatan belajar di luar kelas yang
terkait langsung pada suatu materi dari suatu mata kuliah/pelajaran,
atau kegiatan ekstrakurikuler, yakni kegiatan kampus/sekolah yang
bersifat umum dan tidak terkait langsung pada suatu mata pelajaran,
seperti palang merah, pecinta alam, dan lain-lain perlu dikembangkan
proses pembiasaan dan penguatan (reinforcement) dalam rangka
pengembangan nilai/karakter.
e. Di lingkungan keluarga dan masyarakat diupayakan agar terjadi
proses penguatan dari orang tua/wali serta tokoh-tokoh masyarakat
terhadap perilaku berkarakter mulia yang dikembangkan di
kampus/sekolah menjadi kegiatan keseharian di rumah dan di
lingkungan masyarakat masing-masing.(Dadan Rosana,2010).
3. Tujuan Pendidikan Karakter
Pendidikan Karakter mempunyai tujuan sebagai berikut :
(Sri Judiani, 2010 : 283), tujuan pendidikan karakter adalah :
1) Mengembangkan potensi kalbu/ nurani/ afektif peserta didik sebagai
manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa.
2) Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan
sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang
religious
3) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik
sebagai penerus bangsa
4) Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang
mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan.
5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan
belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta rasa
kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.
4. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter harus didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter.
b. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup
pemikiran, perasaan, dan perilaku.
c. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk
membangun karakter.
d. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.
e. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku
yang baik.
f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang
yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan
membantu mereka untuk sukses.
g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik.
h. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang
berbagai tanggung untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar
yang sama.
i. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam
membangun inisiatif pendidikan karakter.
j. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru
karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik.
(Zainal, 2011 :11)
5. Fungsi Pendidikan Karakter :
Kementerian Pendidikan Nasional (2010:7) menjabarkan fungsi
pendidikan karakter menjadi 3 (tiga) faktor, meliputi :
a. Fungsi Pengembangan
Yaitu pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi yang
berperilaku baik. Hal ini bagi peserta didik yang jelas memiliki sikap dan
perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa.
b. Fungsi Perbaikan
Yaitu memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab
dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat.
c. Fungsi Penyaring
Yaitu untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa Indonesia.
B. Pembelajaran Matematika
1. Pengertian Matematika
Beberapa pendapat ahli tentang matematika, diantaranya menurut
James dan James yang dikutip Suherman (2003 : 16) dikatakan bahwa
Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran,
dan konsep-konsep yang berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah yang
banyak yang terbagi dalam bidang aljabar, analisis dan geometri.
Sedangkan menurut Uno (2008 : 129), matematika adalah bidang ilmu
tentang alat piker berkomunikasi, memecahkan masalah yang praktis, yang
terdiri dari unsur logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalitas dan
individualitas serta terbagi dalam aritmatika, aljabar, geometri dan analisis.
Dalam Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), 2006 tentang
Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dijelaskan bahwa
matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, berperan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan
mengembangkan daya pikir manusia.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka bisa dipahami bahwa
matematika ialah suatu ilmu dasar tentang bahasa, struktur logika, dasar
bilangan dan ruang, metode untuk kesimpulan, esensi ilmu terhadap bidang
fisik sebagai dalam kegiatan intelektual.
Sehingga mata pelajaran matematika perlu diberikan keapda semua peserta
didik mulai dari jenjang pendidikan dasar untuk membekali peserta didik
dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta
kemampuan bekerjasama. Kemampuan-kemampuan tersebut dibutuhkan agar
peserta didik dapat memiliki kompetensi memperoleh, mengelola, dan
memanfaatkan informasi untuk bertukar hidup pada situasi yang cepat
berubah, tidak pasti, dan persaingan ketat.
2. Tujuan Pembelajaran Matematika
Tujuan belajar merupakan hasil yang hendak dicapai setelah siswa
melakukan kegiatan belajar. Tujuan yang didasari oleh siswa sendiri sangat
bermakna dalam upaya menggerakkan kegiatan belajar untuk mencapai hasil
yang optimal. Dalam hal ini, Sriyanto (2007: 15) mengungkapkan bahwa :
“Secara umum, tujuan diberikannya matematika di sekolah adalah untuk
membantu siswa mempersiapkan diri agar sanggup menghadapi perubahan
keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui
latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional dan kritis, serta
mempersiapkan siswa agar dapat mempergunakan matematika dan pola pikir
matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai
ilmu pengetahuan. Tujuan pendidikan matematika di sekolah lebih ditekankan
pada penataan nalar, dasar dan pembentukan sikap, serta keterampilan dalam
penerapan matematika”.
Selaras dengan tujuan pembelajaran matematika, ada perubahan
paradigma pembelajaran matematika dalam satu dasa warsa terakhir ini
menekankan 7 karakteristik yaitu : (1) menggunakan permasalahan
konstektual, yaitu permasalahan yang nyata atau dekat dengan lingkungan dan
kehidupan siswa atau dapat dibayangkan oleh siswa, (2) mengembangkan
kemampuan memecahkan masalah (problem solving), dan kemampuan
beragumentasi dan berkomunikasi matematis (mathematical reasoning and
communication), (3) memberikan kesempatan yang luas untuk penemuan
(invention) dan penemuan kembali (reinvention), untuk mengkonstruksi
(construction) dan rekonstruksi (reconstruction) konsep, definisi, prosedur
dan rumus-rumus matematika secara mandiri, (4) melatih cara berfikir dan
bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan,
explorasi, experiment, dll., (5) mengembangkan kreativitas yang melibatkan
imajinasi, intuisi, dan penemuan melalui pemikiran divergen, kritis, orisinal,
membuat prediksi dan mencoba-coba (trial and error), (6) menggunakan
model (modelling), dan (7) memperhatikan dan mengakomodasikan
perbedaan-perbedaan kharakteristik individual siswa.
3. Proses Pembelajaran Matematika
Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan rangkaian kegiatan
yang dilaksanakan oleh guru sebagai pendidik dan siswa sebagai anak didik
dalam kegiatan pengajaran dengan menggunakan sarana dan fasilitas
pendidikan yang ada untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam
kurikulum.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (1994: 79) bahwa ada tiga tahapan
yang harus dilakukan guru dalam proses pembelajaran yaitu
persiapan/perencanaan, pelaksanaan, dan tahap penilaian/evaluasi”. Begitu
pula dengan proses pembelajaran matematika yang dilakukan oleh guru
melalui tiga tahap tersebut yaitu seperti di bawah ini:
1) Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan merupakan proses pemikiran terencana sebagai dasar
untuk melakukan kegiatan di masa mendatang. Perencanaan pembelajaran
perlu dilakukan untuk mengkoordinasikan komponen pembelajaran yang
meliputi tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
metode, media, sumber dan evaluasi.
Pada tahap persiapan atau perencanaan ini seorang guru harus
mempunyai persiapan sebelum proses pembelajaran berlangsung agar
proses pembelajaran yang dilakukan antara guru dan murid dapat berjalan
secara efektif dan efisien seyogyanya guru memperhatikan hal-hal yaitu :
1) Tujuan pengajaran; 2) Ruang lingkup dan urutan bahan yang diberikan;
3) Sarana dan fasilitas pendidikan yang dimiliki; 4) Jumlah anak didik yang
akan mengikuti pengajaran; 5) Waktu jam pelajaran yang tersedia; dan 6)
Sumber bahan pengajaran yang bisa digunakan dan sebagainya.
Seorang guru yang akan mengajarkan pelajaran harus memikirkan
hal-hal apa yang harus dilakukan serta menuangkannya secara tertulis
dalam perencanaan pembelajaran yang dimulai dengan merumuskan
program tahunan, program semester, analisis materi pelajaran,
pengembangan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, program
remedial dan program pengayaan. Kemudian merumuskan bahan pelajaran
yang akan diajarkan. Bahan pelajaran tersebut harus diatur agar bahan
pelajaran yang akan diajarkan. Bahan pealajran tersebut harus diatur agar
memberi motivasi pada siswa untuk aktif dalam belajar. Setelah proses
pembealjaran ditetapkan dan diurutkan secara sistematis sehingga memberi
peluang adanya kegiatan belajar bersama atau perorangan.
Penggunaan alat bantu dan metode mengajar diusahakan dan dipilih
oleh guru agar menumbuhkan semangat siswa. Perumusan perencanaan
pembelajaran yang terakhir tentang penilaian yang terdiri dari sejumlah
pertanyaan yang problematis, sehingga menuntut siswa untuk berpikir
secara optimal dan jika perlu diberikan tugas-tugas yang harus dikerjakan
di kelas atau di rumah.
2) Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan tahapan yang kedua
dilaksanakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Dalam melaksanakan
pengajaran hendaknya guru berpedoman pada persiapan yang dibuat dalam
bentuk perencanaan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran adalah
terjadinya interaksi antara guru dan anak didik serta bahan pelajaran
sebagai perantara. Oleh sebab itu dalam proses pembelajaran ini peranan
guru merupakan pengendali.
Pada prinsipnya, pelaksanaan pengajaran berpegang pada yang
tertuang dalam perencanaan, namun situasi yang dihadapi guru dalam
melaksanakan pengajaran mempunyai penagruh besar terhadap situasi yang
dihadapi. Di samping itu guru harus melibatkan siswa secara aktif dalam
kegiatan belajar mengajar.
Menurut Chalijah Hasan (1994: 65) interaksi edukatif adalah proses
berlangsungnya situasi tertentu dan inetraksi pendidik dengan peserta didik
untuk saling berkomunikasi dengan disengaja dan direncanakan. Dalam
interaksi eduaktif atau proses pembelajaran ada keterkaitan antara guru
dengan siswa yang bertugas untuk belajar dan mengembangkan potensi
yang ada pada dirinya seoptimal mungkin sehingga tujuan pendidikan
dapat tercapai dengan apa yang dicita-citakan. Dalam pelaksanaan
pembelajaran ada tiga tahapan yang harus dilakukan guru, yaitu tahap pra
instruksional, tahap instruksional dan tahap evaluasi atau tindak lanjut. 1)
Tahap Awal (Tahap pra instruksional) yaitu tahap yang ditempuh pada saat
memulai sesuatu proses belajar mengajar; 2) Tahap Inti (Tahap
instruksional), yaitu tahap penyampaian pelajaran atau tahap inti. Tahap ini
merupakan tahap pelaksanaan tugas bagi seorang guru dalam menyalurkan
ilmu pengetahuan; dan 3) Tahap Akhir (Tahap evaluasi atau tindak lanjut)
yaitu tahap yang bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa
pada tahap sebelumnya, yaitu pada tahap instruksional.
3) Tahap penilaian/evaluasi
Menurut Muhibbin Syah (2003: 141) bahwa evaluasi adalah
penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dalam sebuah program.
Dalam kegiatan evaluasi ini, yang harus dilaksanakan guru adalah
sebagai berikut :
(a) Melaksanakan penilaian akhir dan mengkaji hasil penelitian
(b) Melaksanakan kegiatan tindak lanjut dengan alternatif kegiatan
(c) Mengalihkan proses-proses pembelajaran dengan menjelaskan atau
memberi bahan materi pokok yang akan dibahas pada pelajaran
berikutnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan
bahwa proses pembelajaran matematika adalah suatu rangkaian kegiatan
yang dilakukan oleh guru yang terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi dalam kegiatan pembelajaran matematika.
Dalam pembelajaran matematika, ada sejumlah tuntutan kompetensi
yang harus dipenuhi peserta didik :
a. Pemahaman Matematika
Secara umum indikator kemampuan pemahaman matematika
meliputi mengenal, memahami, dan menerapkan konsep, prosedur, prinsip,
dan idea matematika. Polya (Pollateksek et al.1981) merinci kemampuan
pemahaman pada empat tahap, yaitu (1) pemahaman mekanikal yang
dicirikan oleh dapat mengingat dan menerapkan rumus secara rutin dan
menghitung secara sederhana; (2) pemahaman induktif, yakni dapat
menerapkan rumus atau konsep dalam kasus sederhana atau dalam kasus
serupa; (3) pemahaman rasional, yakni dapat membuktikan kebenaran rumus
dan teorema, dan (4) pemahaman intiutif, yakni dapat memperkirakan
kebenaran dengan pasti (tanpa ragu-ragu) sebelum menganalisis lebih lanjut.
Berbeda dengan Polya, Pollatsek et al (1981) menggolongkan
pemahaman dalam dua jenis, yaitu (1) pemahaman komputasional, yaitu
dapat menerapkan rumus dalam perhitungan sederhana dan mengerjakan
perhitungan secara algoritmik, (2) pemahaman fungsional, yaitu dapat
mengkaitkan satu konsep/prinsip dengan konsep/prinsip lainnya dan
menyadari proses yang dikerjakan. Serupa dengan Pollaksek dan Skemp,
Copeland (1979) menggolongkan pemahaman dalam dua jenis, yaitu (1)
pemahaman instrumental, yakni hafal konsep/prinsip tanpa kaitan dengan
yang lainnya, dapat menerapkan rumus dalam perhitungan sederhana, dan
mengerjakan perhitungan secara algoritmik, dan (2) pemahaman realsional,
yakni dapat mengaitkan satu konsep/prinsip dengan konsep/prinsip lainnya.
Mirip pendapat Pollatsek dan Skemp, Copeland (1979)
menggolongkan pemahaman dalam dua jenis, yaitu (1) knowing how to,
yaitu dapat mengerjakan suatu perhitungan secara rutin/alogoritmi, dan (2)
knowing, yakni dapat mengerjakan suatu perhitungan secara sadar.
b. Pemecahan Masalah Matematik (mathematical problem solving)
Pemecahan masalah matematik mempunyai dua makna. Pertama,
sebagai suatu pendekatan pembelajaran, yang digunakan untuk menemukan
kembali (reinvention) dan memahami materi/konsep/prinsip matematika.
Pembelajaran diawali dengan penyajian masalah atau situasi yang
kontekstual kemudian secara induksi siswa menemukan konsep/prinsip
matematika.
Kedua, sebagai tujuan atau kemampuan yang harus dicapai, yang
dirinci dalam indikator (a) mengidentifikasi kecukupan data untuk
pemecahan masalah, (b) membuat model matematik dari suatu situasi atau
masalah sehari-hari dan menyelesaikannya, (c) memilih dan menerapkan
strategi untuk meyelesaikan masalah matematika dan/ atau di luar
matematika, (d) menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai
permasalahan asal, serta memeriksa kebenaran hasil atau jawaban, dan (e)
menerapkan matematika secara bermakna.
c. Penalaran Matematika (Mathematical reasoning)
Beberapa kemampuan yang tergolong dalam penalaran matematik
kemampuan yang tergolong dalam penalaran matematik diantaranya adalah
(1) menarik kesimpulan logis, (2) memberi penjelasan terhadap model, fakta,
sifat, hubungan, atau pola, (3) memperkirakan jawaban dan proses solusi, (4)
menggunakan pola hubungan untuk menganalisis situasi, atau membuat
analogi, generalisasi, dan menyusun konjektur,(5) mengajukan lawan
contoh, (6) mengikuti aturan inferensi, memeriksa validitas argument,
membuktikan, dan menyusun argumen yang valid, dan (7) menyusun
pembuktian langsung, pembuktian tak langsung, dan pembuktian dengan
induksi matematika.
d. Koneksi Matematik (mathematical connection)
Kemampuan yang tergolong pada koneksi matematik diantaranya
adalah (1) mencari hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur, (2)
memahami hubungan antar topik matematika, (3) menerapkan matematika
dalam bidang lain atau dalam kehidupan sehari-hari, (4) memahami
representasi ekuivalen suatu konsep, (5) mencari hubungan satu prosedur
dengan prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen, (6) menerapkan
hubungan antar topik matematika dan antara topik matematika dengan topik
di luar matematika.
e. Komunikasi matematik (Mathematical communication)
Kemampuan yang tergolong pada komunikasi matematik diantaranya
adalah (1) menyatakan suatu situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke
dalam bahasa, simbol, idea, atau model matematik, (2) menjelaskan idea,
situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan, (3) mendengarkan,
berdiskusi, dan menulis tentang matematika, (4) membaca dengan
pemahaman suatu representasi matematika tertulis, (5) membuat konjektur,
menyusun argumen, merumuskan definisi, dan generalisasi, (6)
mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragraf matematika dalam
bahasa sendiri.
Adapun sikap yang harus dimiliki siswa diantaranya adalah sikap
kritis dan cermat, objektif dan terbuka, menghargai keindahan matematika,
serta rasa ingin tahu dan senang belajar matematika. Sikap dan kebiasaan
berpikir seperti di atas pada hakekatnya akan membentuk dan menumbuhkan
disposisi matematik (mathematical disposition), yaitu keinginan, kesadaran,
dan dedikasi yang kuat pada diri siswa untuk belajar matematika dan
melaksanakan berbagai kegiatan matematika.
Berdasarkan karakteristik berpikir matematik dan/atau kompetensi
matematika di atas, pengembangan berpikir matematik dan/atau kompetensi
matematika serta sikap siswa perlu diutamakan untuk siswa SD, SM, juga
mahasiswa calon guru. Selain itu pemilikan kemampuan berpikir matematik
terutama yang tergolong pada tingkat tinggi merupakan peluang untuk siswa
untuk mengembangkan rasa percaya diri, keindahan dan keteraturan
matematika, dan menghargai pendapat yang berbeda. Pengutamaan
pengembangan berpikir matematik tersebut menjadi semakin penting
manakala dihubungkan dengan tuntutan kemajuan IPTEKS dan suasana
bersaing yang semakin ketat terhadap lulusan berbagai jenjang
pendidikan.(UPI,2008)
C. Pendidikan Karakter Secara Terpadu Dalam Pembelajaran Matematika
Pada dasarnya pendidikan karakter secara terpadu dalam pembelajaran
dapat dipahami sebagai pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran
pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasiaannya ke dalam tingkah laku peserta
didik sehari-hari melalui proses pembelajaran di dalam maupun di luar kelas
pada semua mata pelajaran. Sehingga dalam kegiatan pembelajaran di samping
peserta didik harus mempunyai kompetensi yang ditargetkan, juga diprogram
untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari, peduli dan
menginternalisasi nilai-nilai sebagai sikap atau perilaku.
Integrasi pendidikan karakter pada mata pelajaran-mata pelajaran
mengarah pada internalisasi nilai-nilai di dalam tingkah laku sehari-hari melalui
proses pembelajaran dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.
1. Nilai-nilai Karakter Dalam Perencanaan Pembelajaran Matematika.
Pada tahap perencanaan ini, Silabus, RPP, dan bahan ajar disusun dan
dirancang agar muatan maupun kegiatan pembelajarannya berwawasan
pendidikan karakter. Cara yang mudah untuk membuat silabus, RPP, dan
bahan ajar yang disusun dengan cara menambahkan atau mengadaptasikan
kegiatan pembelajaran yang bersifat memfasilitasi dikenalnya nilai-nilai,
didasarinya pentingnya nilai-nilai dan diinternalisasinya nilai-nilai karakter.
Pengintegrasian nilai-nilai karakter tersebut dapat ditempuh dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
a. Mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada
Standar Isi (SI) untuk menentukan apakah nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa yang tercantum itu sudah tercakup di dalamnya;
b. Menggunakan nilai-nilai budaya dan karakter yang memperlihatkan
keterkaitan antara SK dan KD dengan nilai dan indikator untuk
menentukan nilai yang dikembangkan;
c. Mencantumkan nilai-nilai budaya dan karakter itu ke dalam silabus;
d. Mencantumkan nilai-nilai yang sudah tertera dalam silabus ke dalam RPP;
e. Mengembangkan proses pembelajaran peserta didik secara aktif yang
memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan internalisasi
nilai dan menunjukkannya dalam perilaku yang sesuai;
f. Memberikan bantuan kepada peserta didik, baik yang mengalami kesulitan
untuk meninternalisasi nilai maupun untuk menunjukkannya dalam
perilaku.
Berbagai upaya dapat dilakukan oleh guru matematika untuk tahap
perencanaan pembelajaran ini, sehingga nantinya dapat tercipta suasana
belajar yang mendukung terlaksananya pendidikan karakter. Oleh karenanya
diupayakan dengan perencanaan matang untuk keaktifan peserta didik.
Dengan pembelajaran peserta didik aktif diharapkan berkembangnya nilai-
nilai karakter seperti disiplin, tanggung jawab, jujur, teliti, sabar, kreatif dan
sebagainya. Tentu saja perencanaan karakter tersebut direncanakan
sedemikian rupa, dilakukan secara kontinu dan berkesinambungan sehingga
diharapkan menjadi suatu kebiasaan.
2. Nilai-nilai Karakter Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Matematika.
Kegiatan pembelajaran dari tahapan kegiatan pendahuluan, inti, dan
penutup, dipilih dan dilaksanakan agar peserta didik mempraktikkan nilai-nilai
karakter yang ditargetkan. Kegiatan pendahuluan, berdasarkan Standar Proses,
pada kegiatan pendahuluan, guru harus: 1) Menyiapkan peserta didik secara
psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; 2) Mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi
yang akan dipelajari; 3) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar
yang akan dicapai; dan 4) Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian
kegiatan sesuai silabus.
Kegiatan inti, Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 41 Tahun 2007, kegiatan inti pembelajaran terbagi atas tiga tahap, yaitu
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
pada tahap eksplorasi peserta didik difasilitasi untuk memperoleh pengetahuan
dan keterampilan dan mengembangkan sikap melalui kegiatan pembelajaran
yang berpusat pada siswa. Pada tahap elaborasi, peserta didik diberi peluang
untuk memperoleh pengertahuan dan keterampilan serta sikap lebih lanjut
melalui sumber-sumber dan kegiatan-kegiatan pembelajaran lainnya sehingga
pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik lebih luas dan dalam. Pada
tahap konfirmasi, peserta didik memperoleh umpan balik atas kebenaran dan
kelayakan dari pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperoleh peserta
didik.
Kegiatan Penutup, dalam sesi ini guru melakukan hal-hal berikut :
a. Membuat rangkuman atau simpulan pelajaran
b. Melakukan penilaian
c. Memberikan feedback terhadap proses dan hasil pembelajaran
d. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Adapun pengembangan nilai dan indikator pendidikan karakter dalam
mata pelajaran Matematika dapat diperinci dalam tabel berikut ini :
Tabel Nilai Dan Indikator Penerapan Pendidikan Karakter Pada Proses Pembelajaran
Matematika
Nilai
Karakter Proses dan Sikap Guru dalam Mengembangkan karakter Siswa
Kejujuran 1. Memperingatkan siswa yang mencontek temannya saat
mengerjakan tugas atau saat ulangan/ujian.
2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan
pendapat tentang suatu pokok diskusi
3. Larangan membawa fasilitas komunikasi pada saat ulangan, ujian
atau pun pada saat pembelajaran.
4. Transportasi penilaian kelas.
Demokratis 1. Mengajak seluruh siswa gar dapat bekerja sama dalam kelompok
tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial dan
status ekonomi.
2. Memberikan perhatian yang sama keapda semua siswa.
3. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berbeda pendapat.
4. Menghargai pendapat siswa tanpa membedakan suku, agama, ras,
golongan, status sosial, dan status ekonomi.
Disiplin 1. Guru masuk kelas tepat waktu.
2. Menegur siswa yang melanggar aturan di kelas (seperti makan
dalam kelas, berbicara, mengganggu temannya, berkeliaran, dan
sebagainya).
3. Mengecek kehadiran siswa.
4. Menggunakan seragam guru sesuai aturan.
Teliti 1. Saat memulai pelajaran, guru menuliskan tujuan pembelajaran/KD
dan judul materi yang akan dipelajari.
2. Meminta siswa tidak terburu-buru dalam mengerjakan soal.
3. Meminta siswa mengecek kembali lembar jawaban sebelum
dikumpulkan.
4. Mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang sedang
diajarkan, jika siswa belum paham diberi motivasi atau pertanyaan-
pertanyaan terkait materi.
Kerja keras 1. Membiasakan semua siswa mengerjakan semua tugas yang
diberikan selesai dengan baik pada waktu yang telah ditetapkan.
2. Mengajak siswa untuk lebih giat belajar.
3. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari informasi,
tentang materi pelajaran ke teman, guru ataupun pihak lain.
4. Membiasakan siswa untuk mengutarakan pendapatnya saat diskusi
kelas.
Kreatif 1. Mengajukan berbagai pertanyaan berkenaan dengan suatu pokok
bahasan untuk memancing gagasan siswa.
2. Pemberian tugas yang menantang munculnya daya pikir kreatif.
3. Menerapkan berbagai metode pembelajaran.
4. Menggunakan berbagai alat penilaian.
5. Menggunakan berbagai media pembelajaran.
Mandiri 1. Menciptakan suasana kelas yang memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bekerja sendiri
2. Meminta siswa untuk mengerjakan sendiri tugas individu yang
diberikan.
3. Memantau kerja siswa secara mandiri.
4. Memberi kesempatan kepada sisw auntuk menentukan kelompok
diskusinya sendiri.
5. Meminta siswa mengerjakan soal di papan tulis.
Rasa ingin
tahu
1. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya kepada guru
atau teman tentang materi matematika.
2. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait materi
3. Menciptakan suasana kelas yang mengundang rasa ingin tahu
4. Mengajak siswa untuk mencari informasi dari berbagai sumber.
Tanggung
jawab
1. Membiasakan siswa untuk mengerjakan soal latihan yang diberikan
2. Membiasakan siswa untuk berani mempertanggungjawabkan
pendapatnya.
(Sumber: Permendiknas No.41 tahun 2007)
3. Nilai-nilai Karakter Dalam Evaluasi Pembelajaran Matematika.
Strategi penilaian yang tepat diterapkan meliputi kombinasi dari
beberapa tehnik penilaian.
Teknik-teknik penilaian yang dimaksud dengan bentuk-bentuk
instrumen yang dapat dikembangkan oleh guru antara lain tes tertulis, tes lisan,
penilaian tersebut, beberapa dapat digunakan untuk menilai pencapaian peserta
didik baik dalam hal pencapaian akdemik maupun kepribadian. Teknik-teknik
tersebut terutama observasi (dengan lembar obeservasi/lembar pengamatan),
penilaian diri (dengan lembar penilaian diri/kuesioner), dan penilaian antar
teman (lembar penilaian antar teman).
Berdasarkan uraian diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa proses
pendidikan karakter dalam pembelajaran matematika dapat terlihat pada tahap
perencanaan yaitu dalam Silabus dan RPP, tahap pelaksanaan yaitu pada saat
pembelajaran berlangsung di kelas dan pada tahap evaluasi dengan
mengikutkan penilaian tentang kepribadian dan perilaku siswa yang
mencerminkan nilai-nilai karakter.
D. Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian ini selaras dengan hasil penelitian I Nyoman Suardana dkk
(2014:27) yang berjudul Pengelolaan Pendidikan Karakter Terintegrasi Dalam
Pembelajaran Di Sekolah Dasar Negeri I Banjar Jawa. Dari setelah diadakan
pendidikan dan pelatihan, maka guru-guru SD N I Banjar Jawa yang mampu
dalam hal : 1) mengidentifikasi nilai-nilai pendidikan karakter dari kompetensi
dasar, 2) merancang perangkat pembelajaran pendidikan karakter, 3)
mengimplementasikan pembelajaran pendidikan karakter, 4) merancang asesmen
pendidikan karakter dan mengimplementasikan dalam penilaian karakter peserta
didik.
Penelitian ini juga senada dengan penelitian Muhammad Ridwan
(2013:vii) yang berjudul Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Kultur
Sekolah di SD Negeri Lempuyangan I Kota Yogyakarta, menghasilkan temuan
sebagai berikut; perencanaan pendidikan karakter pada kultur sekolah terdiri dari
penetapan nilai-nilai karakter, yaitu religus, disiplin, semangat kebangsaan, dan
menghargai prestasi; penyusunan program; sosialisasi kebijakan; dan
perencanaan kondisi. Dalam pelaksanaannya melalui penyediaan fasilitas-
fasilitas berbagai program yang didesain untuk membentuk karakter peserta didik
dalam bentuk aktifitas pembiasaan. Evaluasi dilakukan melalui monitoring dan
evaluasi akhir semester dengan instrumen catatan pelanggaran serta hasil
observasi monitoring. Sedangkan aspek-aspek evaluasinya meliputi perencanaan,
kelengkapan fasilitas pelaksanaan, keterampilan target dan perbandingan kondisi.
Demikian pula penelitian dengan judul Implementasi Program Pendidikan
Karakter di SMP yang dilakukan oleh Buchory Ms dan Tulus Budi Swadayani
(Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun IV, xi0.3 Oktober 2014). Hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa; 1) perencanaan pendidikan karakter di SMP
dilaksanakan oleh Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, dan semua guru; 2)
pengorganisasian pendidikan karakter dilakukan secara bersama-sama antara
Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, dan semua guru; 3) pelaksanaan
pendidikan karakter didukung penuh oleh semua komponen sekolah baik kepala
sekolah dan wakilnya, semua guru, orang tua, pengawas sekolah, maupun peserta
didik; dan 4) pengawasan pendidikan karakter diserahkan tanggung jawabnya
kepada Wakil Kepala Sekolah urusan kurikulum dan urusan kesiswaan, Pembina
OSIS dan guru bimbingan konseling dengan saling bekerjasama.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kualitatif,
dikarenakan data yang dihasilkan berupa data deskriptif dalam bentuk kata-kata
tertulis maupun lisan dari informan dan perilaku yang diamati. Penelitian ini
berupaya untuk memperoleh gambaran dan pemahaman lebih mendalam tentang
implementasi pendidikan karakter secara terpadu pada pembelajaran matematika
di SMP Muhammadiyah I Temanggung.
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian dibedakan dalam 2 (dua kelompok), yaitu kelompok
nara sumber utama (key-informan) dan kelompok informan pedukung. Sebagai
informan utama adalah Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum dan 2(dua)
orang guru yang mengampu mata pelajaran matematika di kelas VIII A dan VIII
B. Penentuan subyek utama tersebut terkait dengan pemenuhan data tentang
penerapan pendidikan karakter yang terintegrasi secara terpadu dalam
pembelajaran matematika mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan sampai
dengan evaluasi.
Sedangkan sebagai informan pendukung adalah perwakilan peserta didik
dari kelas VIII A dan VIII B sebanyak 2(dua) orang. Keterangan informan
pendukung dibutuhkan sebagai penunjang atau melengkapi, sehingga
mendapatkan data yang utuh, lengkap dan sempurna sesuai dengan tujuan
penelitian.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah I Temanggung yang
beralamat di Jalan MT. Haryono No.23 Kelurahan Temanggung II, Kecamatan
Temanggung, Kabupaten Temanggung. Penentuan lokasi tersebut berdasarkan
pada hasil studi pendahuluan bahwa SMP Muhammadiyah I Temanggung
merupakan salah satu Sekolah Menengah Pertama di kota Temanggung yang
berkomitmen menanamkan pendidikan karakter pada peserta didiknya. Rutinitas
kegiatan yang selalu dilandasi pendidikan karakter melalui pembiasaan-
pembiasaan sehari-hari mulai dari peserta didik masuk sekolah sampai dengan
pulang,itulah yang menjadi pertimbangan peneliti dalam memilih lokasi
penelitian.
D. Tehnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tehnik wawancara
mendalam, observasi dan dokumentasi.
1. Wawancara Mendalam (in-depth interview)
Dalam hal ini peneliti melakukan tanya jawab sambil bertatap muka
dengan para informan utama maupun pendukung untuk memperoleh data
tentang implementasi pendidikan karakter secara terpadu dalam pembelajaran
matematika di SMP Muhammadiyah I Temanggung. Dalam pelaksanaan
wawancara ini dibutuhkan pedoman wawancara (interview guide) yang akan
dijelaskan pada bagian instrumen penelitian.
2. Observasi
Tehnik observasi atau pengamatan dilakukan untuk memperoleh data
tentang perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam pembelajaran
matematika, dimana peneliti berperan sebagai partisipan dalam kegiatan
tersebut, sehingga peneliti memposisikan diri berada di kelas selama
pembelajaran berlangsung. Disamping untuk memperoleh data utama, tehnik
pengamatan ini juga dilakukan untuk mendapatkan data tentang fasilitas
maupun dokumen pendukung pendidikan karakter yang terintegrasi dalam
pembelajaran matematika. Dalam pelaksanaan observasi ini diperlukan
lembar observasi yang dikembangkan dari kisi-kisi instrumen.
3. Dokumentasi
Tehnik dokumentasi ini berupa perekaman data berupa obyek gambar
atau peristiwa maupun arsip. Dalam penelitian ini berkaitan dengan
perekaman data berupa dokumen-dokumen sekolah bertujuan untuk
melengkapi dan memperkuat data yang telah didapatkan dari tehnik
wawancara maupun observasi.
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan beberapa instrumen penelitian yang
disesuaikan dengan tehnik pengumpulan datanya, yaitu pedoman wawancara,
lembar observasi dan alat perekam data.
Pedoman wawancara yang disusun berupa pertanyaan-pertanyaan
wawancara yang bersifat unstructured –interview agar data yang diperoleh dapat
terkumpul secara komprehensif . Pedoman wawancara ini digunakan untuk
memperoleh data dari nara sumber utama maupun pendukung yaitu wakil kepala
sekolah bidang kurikulum, 2 (dua) orang guru matematika dan 2 (dua) orang
perwakilan peserta didik. Kisi-kisi pedoman wawancara dan pengembangannya
dapat dilihat pada lampiran.
Lembar observasi ini berisi pokok-pokok bahasan yang akan diamati.
Pokok-pokok bahasan tersebut dijabarkan dari kisi-kisi instrumen lembar
observasi yang dikembangkan. Kondisi-kondisi dalam pengamatan peneliti
secara umum meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran
matematika. Kisi-kisi lembar observasi dan pengembangannya ada pada lampiran.
Sedangkan alat perekam data dari tehnik dokumentasi sifatnya untuk
melengkapi data yang diperoleh melalui tehnik wawancara dan observasi
.Dokumen bisa berupa tulisan, gambar maupun karya monumental. Data
pelengkap dari dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini seperti sejarah
berdirinya sekolah, profil sekolah, gambar atau visualisasi sekolah, dan
sebagainya.
F. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan tehnik analisis data kualitatif. Tahap-tahap
analisis data kualitatif adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan data, yaitu mencatat atau merekam data yang diperoleh di
lapangan dalam bentuk naratif, apa adanya tanpa komentar peneliti.
2. Reduksi data, adalah merangkum ,memilih hal-hal pokok ,memfokuskan pada
hal-hal penting, dicari tema dan polanya. Peneliti mencatat hasil wawancara
dan observasi serta mengumpulkan data dokumentasi .
3. Penyajian data, yaitu data hasil temuan disajikan dalam bentuk teks yang
bersifat naratif.
4. Penarikan kesimpulan, temuan baru berupa deskripsi atau gambaran suatu
obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap, setelah diteliti
menjadi jelas .(Sugiyono,2012:99). Dalam hal ini peneliti melakukan analisis
data dengan mengacu pada langkah-langkah tersebut, memilah,
mengklasifikasikan, dan menghubungkan data yang telah disusun dari hasil
penelitian yang membentuk suatu kesimpulan.
G. Keabsahan Data
Dalam menetapkan keabsahan data atau temuan diperlukan tehnik
pemeriksaan. Tehnik pemeriksaan keabsahan data didasarkan pada 4 (empat)
kriteria, yaitu:
1. Kepercayaan (kredibilitas), berfungsi melaksanakan inkuiri sedemikian rupa,
sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai. Selanjutnya
mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan
pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.
2. Keterlatihan (transferbilitas), untuk mengetahui apakah ada kesamaan antara
konteks pengiriman dan penerima.
3. Kebergantungan (dependebilitas), digunakan untuk menilai apakah penelitian
ini berkualitas dari segi prosesnya.
4. Kepastian (konfirmabilitas) atau obyektifitas. Sesuatu yang obyektif adalah
tidak bergantung pada pandangan, pendapat dan penemuan seseorang atau
dapat dikatakan bahwa obyektif itu dapat dipercaya, faktual, dan dapat
dipastikan. (Moleong,2002:173).
Sedangkan tehnik yang digunakan untuk menetapkan keabsahan data
dalam penelitian di lapangan salah satunya adalah tehnik trianggulasi. Tehnik
trianggulasi adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding data itu. (Moleong,2004:330).
Dalam penelitian ini menggunakan trianggulasi sumber, yaitu
membandingkan dan mengecek baik kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui alat dan waktu yang berbedadalam metode kualitatif. Tehnik trianggulasi
lain yang dapat digunakan peneliti adalah pemeriksaan melallui sumber lainnya
yang bisa ditempuh dengan cara sebagai berikut:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
2. Membandingkan apa yang dilakukan orang di depan umum dengan apa yang
dilakukan secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan
apa-apa yang dikatakan sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan yang perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti rakyat, orang berpendidikan menengah
atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan dan seterusnya.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.(Moleong,1990:178).
Proses trianggulasi sumber yang dilakukan dalam penelitian ini melalui
3(tiga) sumber data yaitu data hasil wawancara, data hasil observasi dan data hasil
dokumentasi. Langkah yang pertama adalah membandingkan hasil wawancara
dari wakil kepalasekolah urusan kurikulum , guru matematika dan peserta didik
dengan hasil pengamatan di dalam kelas ketika pembelajaran matematika
berlangsung. Langkah kedua membandingkan hasil wawancara anta informan
satu dengan informan lain, sebagai contoh informasi dari guru matematika
peneliti bandingkan dengan keterangan dari waka kurikulum dan peserta didik.
Sedangkan langkah ketiga adalah membandingkan data hasil wawancara dengan
isi dokumen yang ada. Misalnya informasi dari guru matematika bahwa nilai-nilai
karakter disisipkan pada RPP dan silabus maka peneliti melihat dokumen RPP
dan Silabus untuk menguji kebenaran tersebut.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Dalam pemaparan hasil penelitian ini didahului dengan setting penelitian,
meliputi profil SMP Muhammadiyah I Temanggung, sekilas sejarah, data
peserta didik, dan personalia serta visi dan misi sekolah.
1. Profil SMP Muhammadiyah I Temanggung.
Nama Sekolah : SMP Muhammadiyah 1
Alamat : Jl. MT. Haryono No. 23
Desa/Kecamatan : Temanggung II / Temanggung
Kab./Kota : Temanggung / Temanggung
No. Telp. : ( 0293 ) 491 418
Nama Yayasan : Muhammadiyah Majlis Dikdasmen
Alamat Yayasan & No. Telp. : Jl. KH. Samanhudi 6 – 8 Tmg / 5510760
NSS / NSM / NDS : 201032303069 / - / C 20012001
Jenjang Akreditasi : A
Tahun Didirikan : 1959
Tahun beroperasi : 1959
Kepemilikan Tanah : Yayasan
Status tanah : Hak Milik
Luas tanah : 1.108 m2
Status Bangunan : Yayasan
Surat Ijin Bangunan : -
Luas seluruh bangunan : -
Data Siswa dalam 4 ( empat ) tahun terakhir :
Tahun
Ajaran
Jml.
Pendaftar
(CPSB)
Kelas I Kelas II Kelas III Jumlah
( Kls. I+II+III )
Jml.
Siswa
Jml. Rom.
Belajar Jml.
Siswa
Jml.
Siswa
Jml. Rom.
Belajar Jml.
Siswa
Jml.
Siswa
Jml. Rom.
Belajar Jml.
Siswa
Jml.
Siswa
Jml. Rom.
Belajar Jml.
Siswa
2012/2013 124 112 4 86 3 112 5 310 12
2013/2014 107 104 4 109 4 79 4 292 12
2015/2016 116 110 4 122 4 107 4 339 12
2016/2017 152 131 5 110 4 119 4 360 13
Data Ruang Kelas Data Kondisi Ruang
Data Guru
Jumlah Guru / Staf SMP Negeri Bagi SMP Swasta Keterangan
Guru Tetap PNS Dpk - 1
Guru Tetap ( Yayasan ) - 14
Guru Bantu - -
Guru Tidak Tetap (
Honorer) - 3
Staf Tata Usaha - 5
2. Sekilas Sejarah SMP Muhammadiyah I Temanggung.
Jumlah
Ruang
Jml. Ruang yang
Kondisinya Baik
Kategori
Kerusakan
Ruang Kelas 13 13
Perpustakaan 1 1
R. Lab. IPA 1 1
Ketrampilan 1 -
Lab. Bahasa - -
Lab.
Komputer - -
R. Media - -
Jumlah
Ruang
Ruang Kelas (asli) (a) 11
Ruang lainnya yang
digunakan untuk/sbg
Ruang Kelas (b) Yaitu
Ruang Perpustakaan
Ruang Media
2
Jumlah Ruang Kelas
Seluruhnya 13
Rintisan keberadaan SMP Muhammadiyah I Temanggung berawal
didirikannya SMI (Sekolah Menengah Islam) pada tahun 1958 di jalan
MT.Haryono No 23 ,dipimpin oleh Bapak Dwidjo. Beliau menjabat dari tahun
1958 sampai dengan tahun 1966.
Pada tahun 1966 SMI berada dibawah Majelis Pendidikan dan
Kebudayaan (MPK) Muhammadiyah yang berfungsi sebagai media
pendidikan dan da’wah. Sejak saat itu SMI berubah menjadi SMP
Muhammadiyah, dipimpin Bapak Anwar mulai tahun 1966 sampai dengan
tahun 1972.
Tahun 1972 hingga 2000 SMP Muhammadiyah dibawah
kepemimpinan Bapak H. Milono,BA. Sejak saat itu sekolah mengalami
perkembangan yang pesat; gedung sekolah yang tadinya berdinding papan
telah berubah menjadi tembok dan jumlah kelompok belajar peserta didik
mencapai 12 kelas. Kemudian pada tahun 2000 – 2008 kepemimpinan SMP
Muhammadiyah Temanggung diamanatkan kepada Bapak H. Fauzi, S.Pd.
Selanjutnya pada tahun 2008 -2012 kepemimpinan diteruskan Bapak
Dwiyanto,S.Pd. Berakhirnya masa jabatan Bapak Dwiyanto,S.Pd ,tahun 2013
Kepala Sekolah dijabat oleh Bapak Nurudin, namun karena sesuatu hal
mengundurkan diri di tahun itu juga pada semester pertama.
Selanjutnya tongkat kepemimpinan diserahkan kepada Bapak
Wikamta,S.Pd mulai tahun 2013 semester dua hingga berakhir tahun 2017
yang akan datang.
Sejak mulai berdiri tahun 1959 sampai sekarang, SMP
Muhammadiyah I Temanggung mengalami kemajuan yang cukup signifikan.
Gedung sekolah cukup megah, berlantai dua dengan jumlah ruang belajar 13
kelas. Dilengkapi fasilitas-fasilitas belajar seperti Laboratorium IPA,
Perpustakaan, Media pembelajaran, alat musik, Koperasi, Kantin sehat,
Masjid dan sebagainya.
Pada tahun pelajaran 2016/2017 membuka kelas khusus yaitu kelas
fullday yang mengedepankan program tahfidz. Sementara baru bisa
menampung 24 peserta didik dari hasil seleksi sejumlah pendaftar,
dikarenakan keterbatasan lokal.
SMP Muhammadiyah I Temanggung sebagai lembaga pendidikan
berbasis agama Islam ,berada ditengah kota yang siap mengantarkan peserta
didiknya menjadi manusia yang bertaqwa, berguna bagi agama, nusa dan
bangsa.
3. Visi dan Misi SMP Muhammadiyah I Temanggung.
a. Visi Sekolah : Religius, Berprestasi dan Cinta Lingkungan.
Memilih visi ini dengan tujuan untuk program jangka panjang, jangka
menengah dan jangka pendek. Visi ini menjiwai warga sekolah untuk selalu
mewujudkannya setiap saat dan berkelanjutan dalam mencapai tujuan sekolah.
Visi tersebut mencerminkan profil dan cita-cita sekolah sebagai berikut:
1). Beriman dan bertaqwa.
2). Berprestasi dalam berbagai bidang.
3). Semangat dalam berkarya.
4). Peduli terhadap lingkungan hidup.
5). Mendorong adanya perubahan yang lebih baik.
b. Misi Sekolah.
Untuk mencapai visi tersebut, diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:
1). Membiasakan peserta didik shalat tepat waktu.
2). Mewujudkan peserta didik mampu membaca Al Qur’an.
3). Mewujudkan pembelajaran inovatif, kreatif dan dinamis.
4). Membiasakan peserta didik membuang sampah pada tempatnya.
5). Mengembangkan kegiatan yang berwawasan lingkungan.
6). Menciptakan lingkungan yang bersih, nyaman dan sehat.(sumber dok.TU
sekolah,2016).
Deskripsi hasil penelitian dapat dilaporkan sebagai berikut :
1. Pendidikan Karakter Dalam Perencanaan Pembelajaran Matematika.
Dalam merencanakan pembelajaran matematika yang berbasis
karakter, SMP Muhammadiyah I Temanggung melakukannya dalam 2(dua)
tahap. Menurut Waka Kurikulum, tahap pertama perencanaan
pembelajaran dilakukan oleh sekolah dan tahap yang kedua dilakukan oleh
pengampu mata pelajaran. Sekolah menyusun perencanaan tersebut secara
global kemudian guru wajib untuk mengembangkannya.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun berdasarkan
silabus yang telah dikembangkan oleh sekolah. Sedangkan RPP yang
dibuat sudah memenuhi kriteria secara umum yaitu tersusun atas SK, KD,
tujuan pembelajaran, karakter-karakter pendidikan yang
diterapkan,indikator pencapaian kompetensi, alokasi waktu, materi
pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran,
sumber belajar, dan penilaian.
Adapun RPP nilai-nilai karakter yang dibuat guru adalah
berdasarkan RPP yang sudah ada yang terdapat pada kolom tersendiri
.Tidak semua nilai karakter bisa diimplementasikan secara terpadu dalam
pembelajaran matematika, sehingga dipilih nilai-nilai karakter yang
relevansinya kuat dengan pembelajaran tersebut.
Dalam merencanakan pembelajaran matematika, guru memasukkan
nilai-nilai karakter dalam RPP (by design) dan secara by chance
menanamkan nilai-nilai tersebut pada setiap kegiatan pembelajaran
matematika. Pendidikan karakter akan tercapai dengan sendirinya dalam
pembelajaran matematika tanpa ditulis atau dituangkan dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Seperti nampak pada awal kegiatan,
peserta didik dibiasakan membaca do’a dan membaca Al Qur’an. Sehingga
dapat dikatakan secara tidak langsung nilai karakter religius diterapkan
dalam kegiatan pembelajaran tanpa dicantumkan dalam RPP.
Adapun nilai-nilai karakter yang dicantumkan pada RPP meliputi
disiplin, rasa hormat dan perhatian (respect), tekun (diligence), dan
tanggung jawab (responsibility). Materi pembelajaran matematika dalam
RPP adalah Operasi Aljabar, sehingga nilai-nilai karakter tersebut secara
implisit ada pada tujuan pembelajaran. Yaitu 1) setelah mempelajari
Operasi Aljabar peserta didik dapat menyelesaikan operasi penjumlahan,
pengurangan, perkalian, pembagian, dan perpangkatan pecahan bentuk
aljabar dengan penuh tanggungjawab; 2)setelah mempelajari Operasi
Aljabar peserta didik dapat menyelesaikan operasi penjumlahan,
pengurangan, perkalian, pembagian, dan perpangkatanpecahan bentuk
aljabar dengan tekun; 3)setelah mempelajari Operasi Aljabar peserta didik
dapat menyederhanakan pecahan bentuk aljabar dan pecahan bersusun
dengan penuh kedisiplinan.
Sedangkan pada silabus, nilai karakter diimplementasikan secara
terperinci pada tiap-tiap Kompetensi Dasar (KD) yang terbagi dalam
2(dua) kali pertemuan sebagai berikut:
Kompetensi Dasar pada pertemuan pertama;
a. Melakukan Operasi aljabar (KD 1),nilai karakter yang diharapkan teliti,
tanggungjawab, kerja sama dan menghargai oranglain.
b. Menguraikan bentuk aljabar ke dalam faktor-faktornya (KD 2), nilai
karakter yang diterapkan adalah berpikir logis, teliti dan ulet. Pada saat
diskusi, nilai karakter yang diharapkan kerja sama, menghargai orang
lain dan tanggung jawab.
c. Memahami relasi dan fungsi (KD 3), nilai karakter yang akan dicapai
adalah kemandirian, percaya diri dan kejujuran.
d. Menentukan nilai fungsi (KD 4), nilai karakter yang diharapkan adalah
kemandirian, ketelitian, kejujuran dan berpikir serta sistematis.
e. Membuat Sketsa fungsi sederhana pada sisitem koordinat cartesius (KD
5), nilai karakter yang akan dicapai adalah ulet, mandiri, teliti, berpikir
logis dan sistematis.
f. Menentukan gradient persamaan dan grafik garis lurus (KD 6), nilai
karakter yang diharapkan percaya diri, kerja sama, tanggungjawab dan
menghargai orang lain.
Kompetensi Dasar pada pertemuan kedua, yaitu:
a. Menyelesaikan sistem persamaan dua variabel (KD1), nilai karakter
yang diharapkan percaya diri, kerja sama, tanggung jawab, menghargai
orang lain, ulet,ulet, teliti dan jujur.
b. Membuat model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem
persamaan linier dua variabel (KD 2), nilai karakter yang akan dicapai
percaya diri, kerja sama, tanggung jawab dan menghargai orang lain.
c. Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan
sistem persamaan linier dua variabel dan penafsirannya (KD 3), nilai
karakter yang diharapkan adalah percaya diri, mandiri, teliti, jujur, ulet
dan sistematis.
2. Pendidikan Karakter Pada Pelaksanaan Pembelajaran Matematika.
Pelaksanaan observasi dikelas pada saat pembelajaran Matematika,
peneliti memasuki dua kelas yaitu, VIII A dan VIII B. Rencana awal
peneliti akan mengamati apa yang dilakukan 2 (dua) guru dalam
mengimplementasikan pendidikan secara terpadu dalam pembelajaran
matematika. Namun pada saat observasi dilakukan, guru matematika kelas
VIII B tidak berada di tempat (sedang menjalankan ibadah haji), digantikan
oleh guru matematika kelas A. Sehingga peneliti melaksanakan
pengamatan di dua kelas dengan guru yang sama. Materi ajar yang
diberikan guru tentang Faktorisasi Suku Aljabar yang disampaikan dalam 2
(dua) kali pertemuan.
Peserta didik di kelas VIII A nampak lebih aktif dan merespons
dengan baik apa yang disampaikan guru, serta suasana pembelajaran lebih
kondusif, sehingga peran guru dalam hal ini lebih dominan sebagai
fasilitator. Sedangkan metode yang diterapkan sedikit metode ceramah
pada saat penyampaian materi, dan metode tanya jawab yang nampak lebih
mendominasi.
Adapun peserta didik di kelas VIII B terkesan lebih pasif, dan
suasana pembelajaran pun kurang kondusif. Beberapa peserta didik
kelihatan lesu, tidak antusias, sebagian besar peserta didik bahkan ramai
dan diskusi tidak jelas dengan teman sebangkunya, hanya beberapa gelintir
saja yang memperhatikan penjelasan guru. Dalam hal ini guru lebih banyak
menerapkan metode ceramah dan pemberian tugas.
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran meliputi 2 (dua) kali
pertemuan, yaitu pertemuan pertama dan kedua. Pada pertemuan pertama
yaitu pendahuluan, diawali dengan apersepsi, yaitu guru memberi salam,
dan doa bersama .Dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran
yang ditulis di white board ,kemudian guru memotivasi peserta didik
dengan memberi penjelasan tentang pentingnya mempelajari materi yang
akan diajarkan. Sebagai teladan atau panutan nilai disiplin sudah
diterapkan oleh guru matematika dengan cara memasuki kelas tepat waktu,
sehingga dapat ditiru peserta didik. Nilai karakter yang ditanamkan pada
pada kegiatan pendahuluan meliputi nilai disiplin, rasa hormat dan
perhatian (respect).
Pada kegiatan inti, peserta didik diberikan stimulus berupa
pemberian materi oleh guru tentang cara menyelesaikan operasi
penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan perpangkatan pada
bentuk aljabar, kemudian antara peserta didik dan guru mendiskusikan
materi tersebut. Materi diambil dari dari buku paket Matematika kelas VIII
semester I. Setelah diberikan materi guru memberikan contoh soal yang
dibahas secara bersama-sama. Kegiatan selanjutnya guru memberikan
latihan soal. Guru memfasilitasi peserta didik untuk berlatih memecahkan
soal tersebut.
Tahap selanjutnya guru memfasilitasi peserta didik untuk membuat
laporan eksplorasi yang dilakukan secara lisan maupun tertulis baik
kelompok maupun individual; diteruskan dengan penyajian hasil kerja
secara kelompok maupun individual.
Setelah selesai tugas menyajikan hasil kerja, guru mempersilakan
peserta didik untuk mengerjakan soal-soal dari “Cek Pemahaman” yang
ada dalam buku Paket tentang penentuan koefisien, variabel, konstanta,
suku sejenis, dan derajat dari ubin aljabar dan sifat distributif, serta
penentuan hasil perpangkatan dari penjumlahan atau perkalian suku dua
dengan suku dua.
Disamping itu, peserta didik juga mengerjakan beberapa soal dari
“Bekerja Aktif” dalam buku paket mengenai penentuan bentuk aljabar dari
suatu masalah dan penyederhanaan bentuk aljabar tersebut, kemudian
tentang penyelesaian perkalian suku satu dengan suku dua menggunakan
ubin aljabar, lalu penyederhanaan perkalian suku dua dengan suku dua
dengan menggunakan model ubin aljabar. Setelah itu peserta didik dan
guru secara bersama-sama membahas jawaban soal tersebut.
Tugas akhir pada kegiatan inti ini guru memberikan latihan pada
peserta didik yang ada dalam “Kompetensi Berkembang Melalui Latihan”
mengenai penentuan koefisien, variabel, konstanta, suku sejenis, dan
derajat dari bentuk aljabar; penentuan bentuk aljabardari suatu masalah,
dan penentuan apakah bentuk aljabaryang diberikan merupakan monomial,
binomial, trinomial, atau polinomial; mengenai penentuan penjumlahan
dan pengurangan serta pembagian hasil perkalian suku dua dengan suku
dua. Kemudian peserta didik bersama guru membahas beberapa jawaban
soal tersebut.
Dalam kegiatan konfirmasi, guru memberikan umpan balik (feed
back) positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan pada buku tugas
(seperti best, good, sipp dan seterusnya), isyarat maupun reward terhadap
keberhasilan peserta didik.
Nilai karakter yang diterapkan dalam kegiatan inti ini meliputi nilai
komunikatif, respek, tanggungjawab, berpikir kritis, disiplin, kerja keras,
kreatif, rasa ingin tahu. Kemudian guru memberikan refleksi dari proses
penyelesaian soal tersebut yang berupa pengulangan beberapa bagian
materi pembelajaran dan refleksi sikap. Refleksi pembelajaran juga
dilakukan guru dengan mengecek jawaban dan langkah-langkah
penyelesaian soal. Refleksi soal dilakukan guru dengan cara memberikan
motivasi pada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif
agar sering berlatih dan mengulangi di rumah dalam menyelesaikan soal.
Dalam kegiatan penutup, guru memberikan kesimpulan materi yang
sudah dipelajari. Kemudian guru memberikan motivasi kepada peserta
didik yang kurang aktif agar rajin belajar dan kepada peserta didik yang
sudah bisa memahami materi agar lebih ditingkatkan lagi prestasinya.
Untuk latihan di rumah ,guru memberikan PR kepada peserta didik.
Kemudian guru menyampaikan rencana kegiatan tindak lanjut dalam
bentuk pembelajaran remidi, program pengayaan ,layanan konseling dan
/atau memberikan tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil
belajar peserta didik. Setelah itu kegiatan pembelajaran diakhiri dengan
berdoa bersama dan salam.
Pada pertemuan kedua, tahap pendahuluan diawali dengan
apersepsi, yaitu menyampaikan tujuan pembelajaran yang dituliskan pada
white board bagian atas, kemudian guru memberikan motivasi dengan
penjelasan tentang pentingnya mempelajari materi yang akan disampaikan.
Seterusnya membahas pekerjaan rumah.
Tahap kegiatan inti pada pertemuan kedua pada dasarnya sama
dengan pertemuan pertama, hanya yang membedakan pada materi yang
diberikan oleh guru. Guru memberikan materi tentang cara menyelesaikan
operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan
perpangkatan pada pecahan dalam bentuk aljabar serta cara
menyederhanakan pecahan bentuk aljabar dan pecahan bersusun.
Kemudian guru bersama peserta didik mendiskusikan materi tersebut.
Materi diambil dari buku Matematika Kelas VIII semester I tentang
penyelesaian operasi pecahan dalam bentuk aljabar.
Selanjutnya peserta didik mengkomunikasikan secara lisan atau
mempresentasikan materi tersebut; diteruskan dengan membahas contoh
soal dalam buku paket bersama dengan guru. Guru nampak melibatkan
peserta didik secara aktif dalam pembelajaran.
Berikutnya guru menyuruh peserta didik untuk mengerjakan soal-
soal latihan dari “Cek Pemahaman” dan “Kompetensi Berkembang Melalui
Latihan” dalam buku paket. Kemudian peserta didik dan guru secara
bersama-sama membahas beberapa jawaban soal tersebut.
Dalam kegiatan konfirmasi guru memberikan umpan balik positif,
dan memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi tentang pengalaman
belajar yang telah dilakukan. Kegiatan akhir yaitu penutup, peserta didik
membuat rangkuman subbab yang telah dipelajari. Kemudian peserta didik
diberikan pekerjaan rumah (PR) dari soal-soal “Kompetensi Berkembang
Melalui Latihan” yang ada dlam buku paket yang belum terselesaikan di
kelas. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan doa bersama dan salam.
Hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan perwakilan peserta
didik, yaitu Zulfikar Almunbaits di kelas VIII A dan Aji Pangestu di kelas
VIII B; pada awalnya mereka tidak tahu apa yang dimaksudkan nilai-nilai
karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran matematika. Mereka hanya
ingin bisa memahami dengan baik apa yang disampaikan guru, sehingga
mereka sering bertanya, dan berusaha mengerjakan soal maupun tugas dari
guru dengan baik. Menurut mereka, guru hampir selalu menegaskan bahwa
dalam belajar matematika itu harus sabar, teliti, tekun dan percaya diri.
Disamping itu pada saat mengerjakan soal guru juga sering mengingatkan
bahwa mereka harus bekerja sendiri atau mandiri dan jujur, tidak perlu
menyontek teman. Ketika diskusi kelompok, menurut mereka guru
menuntun mereka untuk latihan bermusyawarah dengan cara bekerja sama
dan mencoba untuk mendengarkan serta memperhatikan apa yang
disampaikan temannya. Kemudian selalu mengingatkan untuk konsekwen
sebagai seorang peserta didik, agar selalu belajar tanpa bosan dan
bertanggungjawab mengerjakan PR.
Sedangkan guru Matematika, yaitu Ibu Sunarti,S.Pd menyampaikan
bahwa ia sudah berusaha untuk memenuhi target mengajar matematika
sesuai dengan tuntutan kurikulum. Ia sangat menyadari bahwa tidak semua
peserta didik suka belajar matematika, karenanya ia tidak memaksakan
peserta didiknya untuk bisa memahami matematika dengan sempurna.
Apabila menghadapi peserta didik yang kurang kemampuannya dalam
matematika ,ia lebih mengarahkan peserta didik tersebut untuk berusaha
belajar, dan hasil belajar yang ditargetkan asal minimal terpenuhi nilai
KKM (kriteria ketuntasan minimal).
Hasil wawancara dengan Waka Bidang Kurikulum yaitu Ibu
Hening Wismisari, S.Pd, disampaikan bahwa kurikulum yang diterapkan di
SMP Muhammadiyah I Temanggung masih KTSP. Adapun nilai-nilai
karakter secara umum sudah terintegrasi pada semua mata pelajaran
termasuk dalam pembelajaran matematika. Tetapi dalam pelaksanaannya
kadang-kadang ada guru yang tidak konsisten. Dalam pengamatannya,
pembelajaran matematika khususnya di kelas VIII , guru pengampu sudah
cukup baik dalam merespons nilai-nilai karakter yang perlu diterapkan.
Guru tersebut sudah sangat paham bahwa penilaian knowledge
(pengetahuan) bukan segalanya, sehingga lebih mengutamakan penilaian
afektif yang tidak lain adalah nilai-nilai karakter tersebut.
Nilai-nilai karakter peserta didik yang diharapkan secara
administratif sudah tertuang pada perencanaan pembelajaran yaitu pada
RPP dan Silabus. Sedangkan dalam pelaksanaan maupun evaluasi
pembelajaran tergantung dengan pengembangan action atau tindakan guru.
Adapun supervisi klinis dilakukan secara insidental atau pun pada
saat-saat tertentu oleh Waka Kurikulum ,sedangkan setiap satu semester
sekali oleh Kepala Sekolah. Pendidikan karakter dalam pembelajaran
sangat didukung oleh beberapa kegiatan peserta didik, seperti kegiatan
paskibraka, pramuka, pengajian rutin, olah raga, hafalan Al Quran, shalat
Dhuhur berjamaah, berdoa sebelum dan sesudah belajar dan pencak silat.
Dalam kegiatan tersebut, peserta didik ditanamkan nilai-nilai karakter
seperti kerja sama, sportivitas, semangat, religius, keberanian, kemandirian,
dan sebagainya.
Disamping itu, pendidikan karakter juga dilaksanakan oleh seluruh
warga sekolah mulai dari kepala sekolah, dewan guru, tenaga tata usaha
sampai dengan seluruh peserta didik, sebagai suatu komunitas untuk
mencapai tujuan pendidikan karakter. Dalam hal ini pendidikan karakter
tercermin pada budaya mengucapkan salam, berpakaian bersih dan rapi
serta tertib.
3. Pendidikan Karakter Pada Evaluasi Pembelajaran Matematika.
Pada tahap evaluasi pembelajaran matematika, peneliti mengamati
pada saat pelaksanaan ulangan harian atau post tes. Dalam mengerjakan
ulangan dibutuhkan kemandirian, kejujuran dan tanggung jawab. Guru
setiap kali memperingatkan sekaligus mengingatkan peserta didik yang
melihat atau bahkan menyontek pekerjaan temannya. Demikian pula bagi
peserta didik yang mendapatkan hasil belajar dengan nilai yang baik guru
memberikan penghargaan berupa tulisan dibuku tugas seperti good, best
dan sejenisnya. Kadang-kadang guru menyuruh salah satu peserta didik
maju kedepan untuk menyelesaikan soal di papan tulis. Jika peserta didik
tersebut benar mengerjakannya, maka teman-temannya disuruh untuk
memberikan tepuk tangan.
Berdasarkan hasil wawancara, guru tidak hanya melihat hasil
belajar peserta didik saja namun juga proses belajarnya. Misalnya apakah
peserta didik pada saat pembelajaran matematika menunjukkan ada minat
atau tidak, ada keberanian bertanya atau tidak, ada tanggungjawab
menyelesaikan soal atau tidak, dan sebagainya. Hal tersebut menjadikan
guru memberikan nilai tambahan atau sebagai penghargaan bagi mereka
yang afeksinya baik. Sedangkan bagi peserta didik yang melanggar
peraturan yang sudah menjadi konsensus bersama dalam pembelajaran
matematika akan dikenakan sanksi. Sebagai contoh apabila tidak
mengerjakan PR ,guru memberi sanksi kepada peserta didik supaya
mengerjakannya sebanyak sepuluh kali dan apabila sudah 3(tiga) kali
berturut-turut, maka tidak diperbolehkan mengikuti pembelajaran
matematika selanjutnya.
Disamping itu, guru melakukan evaluasi secara berkesinambungan
yang bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik
serta untuk meningkatkan efektifitas kegiatan pembelajaran. Sebagaimana
yang diungkapkan oleh guru matematika bahwa;
“menurut saya, kegiatan evaluasi adalah pertama, untuk
mengetahui sejauhmana peserta didik mencapai kompetensi dalam
indikator-indikator pembelajaran; kedua untuk mengetahui sejauhmana
peserta didik menguasai materi yang diajarkan; dan ketiga untuk
mengetahui kompetensi indikator pembelajaran yang sudah tercapai
maupun yang belum; keempat untuk mengetahui sejauhmana efektifitas
pembelajaran yang dilakukan; dan kelima untuk mengetahui kemajuan dan
perkembangan peserta didik.”
Berkaitan dengan pembelajaran matematika, guru matematika
setelah mengetahui hasil belajar peserta didik maka guru akan melakukan
tindak lanjut untuk melihat nilai karakter yang ditunjukkan peserta didik.
Sebagaimana dicontohkan, misalnya peserta didik memperoleh nilai 80,
berarti sudah melampaui nilai KKM, kemudian guru melihat bagaimana
dengan nilai-nilai karakter yang tercermin pada perilaku peserta didik.
Disamping itu, guru matematika di kelas VIII ini mengadakan
ulangan setelah selesai satu pokok bahasan. Berkas ulangan peserta didik
dikembalikan lagi sesudah dikoreksi, kemudian diberi komentar sesuai
dengan hasil yang diperoleh. Guru lebih menekankan pada aspek nilai
karakter kejujuran, percaya diri, dan ketelitian kepada peserta didik pada
saat berlangsungnya ulangan.
B. Pembahasan
1. Pendidikan Karakter Pada Perencanaan Pembelajaran Matematika.
Berdasarkan paparan hasil penelitian tentang pendidikan karakter secara
terpadu dalam pembelajaran matematika di SMP Muhammadiyah I
Temanggung, maka menurut peneliti sudah memenuhi standar sebuah
perencanaan pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran matematika dilakukan 2 (dua) kali, pertama
dilakukan oleh sekolah ,kedua dikembangkan oleh guru yang mengampu mata
pelajaran sesuai dengan kondisi kelas masing-masing. Di dalam kurikulum
KTSP mulai diterapkan nilai-nilai karakter kemudian dilanjutkan pada Silabus
dan RPP yang minimal harus dituliskan nilai-nilai karakter misalnya jujur,
tanggungjawab, mandiri dan nilai-nilai karakter lainnya. Pihak sekolah melalui
kepala sekolah menginstruksikan kepada semua guru termasuk guru
matematika untuk membuat atau memodifikasi Silabus dan RPP dengan nilai-
nilai karakter yang relevan. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan
wakil kepala sekolah bidang kurikulum.
Penyusunan perencanaan pembelajaran matematika yang berbasis
pendidikan karakter sangat urgen untuk mewujudkan keberhasilan dalam
pembelajaran terutama pada penanaman nilai-nilai karakter. Karena belajar
matematika adalah berlatih berpikir logis, rasional, kritis, jujur, efektif dan
efisien. Sehingga bisa dikatakan bahwa proses pembelajaran matematika tidak
akan pernah lepas dari pengembangan nilai-nilai karakter peserta didik. Apabila
peserta didik mampu menerapkan nilai-nilai karakter tersebut, maka
matematika akan menjadi suatu pelajaran yang bermakna dalam kehidupannya.
Oleh karena itu guru harus mempersiapkan perencanaan pembelajarannya
secara matang.
Guru Matematika kelas VIII A dan VIII B SMP Muhammadiyah I
Temanggung merencanakan pembelajaran matematika berbasis karakter yang
dituangkan dalam Silabus dan RPP. Silabus merupakan rencana pembelajaran
pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup
standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator, penilaian, alokasiwaktu, dan sumber/bahan/alat
belajar. Sehingga silabus itu penjabaran dari standar kompetensi dan
kompetensi dasar ke dalam materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam Silabus
Matematika Kelas VIII semester I dengan Standar Kompetensi ALJABAR-
memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus pada SMP
Muhammadiyah I Temanggung, guru menyisipkan nilai-nilai karakter pada
kolom kegiatan pembelajaran, kemudian dipertegas di fokus pada nilai-nilai
karakter yang diharapkan tersebut.
Adapun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan rencana
yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk
mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan
dijabarkan dalam Silabus. Lingkup RPP paling luas mencakup 1(satu)
Kompetensi Dasar yang terdiri dari 1 (satu) indikator atau beberapa indicator
untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih. Didalam RPP secara rinci harus
dimuat Tujuan Pembelajaran, Materi Pembelajaran, Metode Pembelajaran,
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran, Sumber Belajar, dan Penilaian.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Matematika Kelas VIII
Semester I dengan Standar Kompetensi Memahami bentuk Aljabar, relasi,
fungsi, dan persamaan garis lurus pada SMP Muhammadiyah I Temanggung,
guru sudah menyisipkan nilai-nilai karakter yang diharapkan pada komponen
Tujuan Pembelajaran. Sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas guru
berpedoman pada RPP yang telah disusun, karena isi yang tertuang didalamnya
berkaitan dengan aktifitas pembelajaran dalam upaya pencapaian penguasaan
suatu Kompetensi Dasar. Melalui perencanaan pembelajaran yang baik ,guru
lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran dan memudahkan peserta didik
belajar.
Berdasarkan pengamatan peneliti, ada nilai-nilai karakter yang belum
tertuang dalam perencanaan pembelajaran, tetapi nilai itu selalu ditanamkan
pada peserta didik, yaitu nilai religi us dan nilai keteladanan .Nilai religiusitas
nampak pada kebiasaan doa bersama dan salam yang dilakukan sebelum dan
sesudah pembelajaran.Sedangkan nilai keteladanan terlihat pada sikap dan
perilaku guru yang berpenampilan rapi dan datang ke kelas tepat waktu,
sehingga peserta didik mengikuti kebiasaan perilaku baik yang dilakukan oleh
guru.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh guru matematika dalam
menyusun perangkat pembelajaran khususnya RPP dan Silabus ;pertama,
menjelang awal tahun ajaran baru bersama-sama dengan guru-guru mata
pelajaran yang lain membahas secara umum yang ,pelajaran yang lain ,masing-
masing menyusun RPP dan silabus yang disesuaikan dengan kondisi kelas
dengan perubahan seperlunya. RPP dan Silabus yang disusun sudah sesuai
dengan panduan pengembangan perencanaan pembelajaran yang dikeluarkan
oleh Kemendikbud; ketiga ,mengidentifikasi dan mengelompokkan kompetensi
yang akan dicapai setelah proses pembelajaran; keempat mengembangkan
materi standar dengan mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran
dilanjutkan dengan merencanakan penilaian; kelima, analisis Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang bertujuan untuk
mengidentifikasi nilai-nilai karakter yang yang secara substansi dapat
diintegrasikan pada SK dan KD tersebut;dan keenam menyiapkan bahan ajar.
Pada dasarnya pengembangan silabus merupakan kegiatan merevisi
dengan menambah komponen karakter yang yang akan ditanamkan pada
peserta didik. Guru matematika bisa memilih nilai-nilai karakter yang hendak
diintegrasikan dalam pembelajaran matematika di kelas. Setelah itu kegiatan
pembelajaran, indikator pencapaian, dan atau tehnik penilaian diadaptasi atau
dirumuskan ulang menyesuaikan dengan nilai karakter yang akan
dikembangkan.
Berdasarkan penemuan data penelitian, maka peneliti bisa
menyimpulkan bahwa perencanaan penerapan pendidikan karakter pada
pembelajaran matematika yang dilakukan guru matematika berupa perencanaan
silabus dan RPP yang disisipkan nilai-nilai karakter.
2. Pendidikan Karakter Pada Pelaksanaan Pembelajaran Matematika.
Penanaman nilai-nilai karakter pada pembelajaran Matematika kelas
VIII di SMP Muhammadiyah I Temanggung dimulai pada tahap pendahuluan,
inti dan pada saat akhir atau penutup pembelajaran. Sehingga guru matematika
sudah mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan
budaya dan karakter ke dalam kurikulum.
Hal tersebut bisa dipahami karena matematika merupakan bagian yang
tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan seseorang, karena bagaimanapun ,setiap
aktifitas yang dilakukan seseorang tidak akan terlepas dari matematika.
Matematika juga sebagai aspek pembentuk sikap yang penting ,sehingga salah
satu tugas pengajar adalah memotivasi peserta didik agar dapat belajar dengan
baik ,juga menumbuhkembangkan nilai-nilai karakter melalui materi yang
disampaikan.
Mata pelajaran matematika mempunyai nilai-nilai karakter tersendiri
yang akan ditanamkan dalam diri peserta didik. Ada keutamaan fokus
matematika yang mempunyai karakteristik yang berbeda dengan mata pelajaran
yang lain. Pada prinsipnya, pengembangan karakter bangsa terintegrasi ke
daklam mata pelajaran matematika. Hal ini terlihat pada isi kurikulum dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang didalamnya ada bagian
khusus pendidikan karakter, yaitu melalui pengembangan diri.
Pelaksanaan pembelajaran matematika yang menerapkan pendidikan
karakter berdasarkan hasil penelitian di SMP Muhammadiyah I Temanggung,
peneliti dapat melihat adanya kekuatan tersendiri. Kekuatan tersebut nampak
dalam strategi guru menyampaikan pelajaran dengan pendekatan humanistik.
Proses pembelajaran berlangsung dengan hikmad, peserta didik aktif, dan
menunjukkan keingintahuannya . Sementara guru nampak melakukan
pendekatan pada peserta didik dalam kelompok maupun satu persatu ,melayani
setiap pertanyaan dan kesulitan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran.
Hal inilah yang dimaksudkan sebagai pembelajaran yang efektif,
dimana guru bisa mengkondisikan kelas sedemikian rupa dan memenej kelas
dengan baik, sedangkan peserta didik dapat mengikuti dengan semangat yang
tinggi. Pembelajaran matematika tersebut. Dalam pengamatan peneliti
mengindikasikan terjadinya perubahan anngapan tentang buruknya citra
pembelajaran matematika, menjadi jauh lebih positif, menyegarkan, penuh
makna, menyenangkan, dan mampu memicu motivasi untuk menjadi diri
peserta didik lebih berkualitas. Persiapan jenis tindakan beserta kelengkapan
proses pembelajaran nampak telah direncanakan guru dengan matang, sehingga
guru tinggal melaksanakan rencana yang telah ditetapkan.
Adapun nilai-nilai karakter yang ditanamkan dan dikembangkan oleh
guru matematika adalah sebagai berikut:
1. Tahap Pendahuluan
Sebelum menyampaikan apersepsi, guru lebih dulu memberikan
salam dan mengajak peserta didik untuk membaca doa belajar bersama.
Demikian juga pada saat berakhirnya pembelajaran selalu diikuti dengan
membaca doa majelis, kemudian diakhiri dengan salam. Guru memberikan
penjelasan kepada peserta didik sebelum berdoa, bahwa doa adalah
permohonan kepada Allah, maka harus bersungguh-sungguh, dan khusyu.
Dengan doa yang dilakukan dengan baik dan benar, maka Allah akan
memudahkan pemahaman dan melancarkan proses belajar serta memberikan
keberhasilan. Hal tersebut disampaikan berulang-ulang setiap sebelum
pembelajaran berlangsung. Dalam prosesi salam dan doa itu ada penerapan
nilai karakter pada peserta didik yaitu nilai religius. Walaupun secara tertulis
tidak ada dalam RPP.
Nilai religius sangat urgen untuk ditanamkan pada peserta didik,
dimana seorang pendidik wajib mempersiapkan generasi bangsa yang
mempunyai moral, dan berbudi pekerti luhur. Dalam pembelajaran
matematika pada umumnya tidak jarang peserta didik dijejali dengan
muatan-muatan materi pelajaran, dan justru mengesampingkan aspek nilai
atau tetap ada doa tetapi hanya sekedar seremonial untuk memenuhi kegiatan
rutinitas yang dicanangkan sekolah. Hampir jarang guru yang mau dengan
ikhlas memimpin doa sambil memberikan penjelasan pentingnya kekuatan
doa itu. Apabila dalam lembaga pendidikan demikian kejadiannya, maka
tidak heran jika nantinya output dari serangkaian proses
pendiddikan/pembelajaran yang diharapkan menjadi agent of change ,justru
menjadi generasi yang carut-marut.
Deskripsi nilai religius sangat luas, meliputi perkataan, pikiran,
sikap, dan tindakan seseorang yang yang diupayakan selalu berdasarkan
pada nilai-nilai Ketuhanan dan/atau ajaran agamanya.
Disamping nilai religius yang selalu diterapkan guru matematika
pada bagian pendahuluan pembelajaran juga nilai kedisiplinan dan nilai
keteladanan. Maksud nilai disiplin yaitu tindakan yang menunjukkan
perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Guru
matematika selalu hadir di kelas tepat waktu, sehingga ketertiban ini diikuti
peserta didik sebagai bentuk nilai keteladanan dan kedisiplinan.
Setelah salam dan doa, guru matematika melanjutkan dengan
penyampaian tujuan pembelajaran dan memotivasi peserta didik dengan
memberi penjelasan pentingnya mempelajari materi yang akan dibahas.
Memberikan motivasi merupakan penanaman nilai karakter perhatian
(respek) dan nilai tanggungjawab. Penyampaian tujuan pembelajaran yang
jelas dapat membuat peserta didik paham terhadap tujuan yang akan dicapai.
Pemahaman peserta didik tentang tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan
minat untuk belajar. Hal ini akan dapat meningkatkan motivasi peserta didik.
Dan menjelaskan tujuan pembelajaran kepada peserta didik
dapatmenjadikannya berpartisipasi dan saling membantu untuk mencapai
tujuan tersebut.
Langkah apersepsi selanjutnya adalah menyampaikan standar
kompetensi, kompetensi dasar, indikator, kegunaan materi bagi kehidupan
atau pengembangan ilmu lainnya untuk materi baru. Perumusan indikator
yang dibuat oleh guru merupakan spesifik dari kompetensi dasar dan
operasional yang dapat dijadikan ukuran untuk mengetahui ketercapaian
hasil pembelajaran peserta didik. Pada indikator sudah terdapat kesesuaian
antara SK dan KD. Akan tetapi dalam pembuatan indikator belum memuat
unsur pendidikan karakter didalamnya. Sedangkan dalam tujuan
pembelajaran guru memuat karakter-karakter yang diinginkan, yaitu disiplin,
rasa hormat dan perhatian, tekun, dan tanggung jawab. Dan karakter-
karakter yang diinginkan tersebut terintegrasi pada langkah-langkah kegiatan
pembelajaran.
2. Tahap Inti Pembelajaran.
Berdasarkan standar proses, pada kegiatan awal masuk proses
pembelajaran seorang guru harus menyiapkan peserta didik secara psikhis
dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran. Kemudian mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan
materi yang akan dipelajari. Dalam menyampaikan cakupan materi dan
penjelasan uraian kegiatan juga harus sesuai dengan silabus.
Menurut pengamatan peneliti, guru matematika Kelas VIII A dan B
pada saat pelaksanaan pembelajaran, awalnya ditanyakan tentang kesehatan
peserta didik, kemudian memberi kesempatan bagi peserta didik untuk
menanyakan beberapa hal pada materi yang lalu yang belum dipahami.
Urutan materi yang disampaikan sudah sesuai dengan sistematika silabus.
Ada sejumlah nilai-nilai karakter yang diterapkan selama proses
pembelajaran matematika, tetapi ada pula yang belum diimplementasikan.
Berikut nilai-nilai karakter secara terpadu dalam pembelajaran matematika
dan bentuk pelaksanaan kegiatannya di Kelas VIII A dan B SMP
Muhammadiyah I Temanggung;
1). Nilai religius
Bentuk kegiatan yang dilakukan adalah membaca doa sebelum
dan sesudah pembelajaran ,mengucapkan salam sebelum dan sesudah
kegiatan pembelajaran, berbicara dan bertindak dengan memperhatikan
sopan santun pada saat diskusi di kelas.
2). Nilai disiplin
Bentuk kegiatan yang dilakukan yaitu guru masuk kelas tepat
waktu, sehingga menjadi teladan peserta didik; guru selalu mengecek
kehadiran peserta didik sebelum memulai pelajaran, sehingga peserta
didik menjadi disiplin mengikuti pembelajaran; guru memberi teladan
dengan menaati peraturan; dan guru member hukuman (punishman)
kepada peserta didik yang tidak memenuhi tugas.
3). Nilai Kejujuran
Bentuk kegiatan yang dilakukan ialah guru selalu mengingatkan
pesrta didik untuk tidak mencontek ketika menempuh ulangan harian
maupun semesteran, tidak mencontek PR temannya, dibiasakan peserta
didik untuk jujur kepada guru jika belum mengerjakan PR.
4). Nilai tanggung jawab
Bentuk kegiatan yang dilakukan adalah guru membiasakan
peserta didik untuk mengerjakan latihan yang diberikan dengan rasa
tanggung jawab; membiasakan peserta didik melaksanakan tugasnya;
membiasakan peserta didik untuk menjaga kebersihan kelas; dan
membiasakan menjatuhkan hukuman bagi peserta didik yang tidak
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
5). Nilai percaya diri
Bentuk kegiatan yang dilakukan adalah guru memberikan
keyakinan pada peserta didik untuk bersikap mantap dan yakin akan
kemampuan diri sendiri dalam mengerjakan soal maupun berpendapat
dalam diskusi.
6). Nilai ketelitian
Bentuk kegiatan yang dilakukan yaitu saat memulai pelajaran,
guru menuliskan tujuan pembelajaran/KD dan judul materi yang akan
dipelajari; meminta peserta didik untuk tidak terburu-buru dalam
mengerjakan soal; meminta peserta didik untuk mengecek kembali
lembar jawaban sebelum dikumpulkan; dan mengetahui tingkat
pemahaman peserta didik terhadap materi yang sedang diajarkan, jika
peserta didik belum paham diberi motivasi atau pertanyaan-pertanyaan
terkait materi.
7). Nilai mandiri
Bentuk kegiatan yang dilakukan adalah menciptakan suasana
kelas yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja
sendiri; meminta peserta didik untuk mengerjakan sendiri tugas individu
yang diberikan; memantau kerja peserta didik secara mandiri; member
kesempatan kepada peserta didik untuk menentukan kelompok
diskusinya sendiri; dan meminta peserta didik untuk mengerjakan soal
di papan tulis.
8). Nilai berpikir logis
Bentuk kegiatan yang dilakukan adalah berpikir dan melakukan
sesuatu kenyataan atau sesuai dengan nalar, seperti dalam memahami
soal-soal matematika yang berbentuk cerita.
9). Nilai menghargai orang lain
Bentuk kegiatan yang dilakukan yaitu sikap dan tindakan yang
mendorong dirinya untuk mengakui dan menghormati keberhasilan
orang lain, seperti saat berlangsungnya diskusi maupun kerja kelompok
dalam rangka mengerjakan tugas dari guru.
10). Nilai demokratis
Bentuk kegiatan yang dilakukan adalah cara berpikir, bersikap
dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban diri dan orang lain,
seperti guru tidak membedakan-bedakan peserta didik ,semua
mempunyai hak dan kewajiban yang sama dan diperlakukan secara adil
dalam pembelajaran.
Dari beberapa nilai karakter yang diterapkan tersebut, peneliti
mengamati ada dua nilai karakter yang dominan dilakukan guru dalam
pelaksanaan pembelajaran. Pertama, nilai demokratis, dimana dalam
pelaksanaan pembelajaran nampak tidak ada perbedaan dan perlakuan
khusus dari guru, semua sama-sama mempunyai tanggung jawab dan hak.
Guru ketika menyampaikan materi dijelaskan kepada seluruh peserta didik,
dan semuanya diharapkan dapat menyimak dan memperhatikan penjelasan
guru. Ketika tugas dibagikan ,guru dalam membimbing peserta didik juga
tidak memilah-milah kelompok mana yang didahulukan diberi bimbingan.
Siapa bertanya guru selalu berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan
peserta didik tanpa bias jender.
Kedua ,nilai keingintahuan; walaupun tidak tertulis didalam kegiatan
pembelajaran mapun didalam RPP, tetapi sangat menonjol diterapkan dalam
pelaksanaan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran
dimana guru selalu menyampaikan rencana pembelajaran yang secara
keseluruhan guru bisa menciptakan suasana kelas yang mengundang rasa
ingin tahu peserta didik. Selama proses pembelajaran semua peserta didik
memperhatikan penjelasan guru, aktif bertanya, dan menjawab soal-soal
yang diberikan oleh guru.
Pada awal pembelajaran guru membentuk peserta didikmenjadi
beberapa kelompok. Dalam hal ini guru menciptakan suasana kelas yang
dapat memudahkan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bertukar
pendapat dan berbagi ilmu pengetahuan dengan teman sekelompoknya.
Pada kegiatan inti ketika guru menyampaikan materi pembelajaran
,kembali guru membangkitkan rasa ingin tahu peserta didik dengan
menanyakan adakah yang belum atau kurang dipahami. Beberapa peserta
didik bertanya apa yang mereka belum pahami tentang materi yang
disampaikan guru.
Pada kegiatan elaborasi, peserta didik lebih banyak bertanya ketika
mereka mengerjakan soal-soal dalam buku paket matematika SMP kelas
VIII semester I. Ketika peserta didik menemukan soal yang sulit, mereka
akan bertanya dan berdiskusi pada sesama teman kelompoknya atau bertanya
pada guru.
Sedangkan pada tahap konfirmasi, masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Guru mengadakan game,
dimana dalam permainan tersebut semua dituntut berperan aktif. Dalam
permainan ini diperlukan koordinasi yang baik masing-masing kelompok,
dimana ada aturan permainan yaitu ketika jawaban benar maka bertambah
point kelompoknya menjadi plus 10 dan kelompok yang melempar
pertanyaan berkurang menjadi minus 10. Demikian pula sebaliknya ,jika
jawabannya salah maka kelompok yang melempar pertanyaan mendapatkan
tambahan nilai plus 10 dan nilai kelompok yang dilempar pertanyaan
berkurang minus 10. Dalam sistem point permainan tersebut, peserta didik
peserta didik terpacu untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dari
kelompok yang lain dan masing-masing kelompok mempersiapkan anggota
kelompoknya karena siapa saja mempunyai peluang yang samauntuk
ditunjuk ke depan kelas mempresentasikan jawabannya. Sehingga dalam hal
ini masing-masing peserta didik mempersiapkan diri dan menggali lagi
pengetahuan yang dimiliki, agar lebih unggul dari kelompok yang lain.
Dari kegiatan permainan dalam tahap konfirmasi tersebut, peran
guru sebagai fasilitator yaitu memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi
untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan. Disamping itu
juga memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang
bermakna dalam mencapai kompetensi dasar, dimana guru berfungsi sebagai
nara sumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang
menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar.
Ada penerapan nilai-nilai karakter dalam kegiatan tersebut, yaitu
nilai kerja sama, nilai menghargai orang lain, nilai pantang menyerah, nilai
percaya diri, dan nilai berpikir logis.
c. Tahap Akhir Pembelajaran (Penutup).
Dalam kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan peserta didik
menyimpulkan pelajaran. Guru memberikan umpan balik terhadap proses
dan hasil pembelajaran. Disamping itu juga menyampaikan rencana
pembelajaran pada pertemuan berikutnya, dengan tujuan agar peserta didik
dapat belajar dan menyiapkan sumber pelajaran berikutnya, sehingga
peserta didik lebih siap nantinya dan mereka dapat belajar lebih dahulu atau
bisa dimanfaatkan untuk mencari sumber lain untuk menambah referensi.
Tentu saja kesimpulan yang dibuat menjadikan peserta didik lebih
mudah memahami materi pelajaran, dan penguatan (reinforcement) peserta
didik dalam menyimpan materi akan lebih lama. Sedangkan materi yang
masih berlanjut harus dipelajari peserta didik sebelum mempelajari materi
berikutnya supaya pertemuan yang akan datang dapat berkelanjutan menuju
sistem mastery learning (belajar tuntas).
Untuk memantapkan penguasaan materi, selain membuat
kesimpulan, guru memberikan soal latihan untuk dikerjakan di rumah dan
memberikan motivasi kepada peserta didik. Jadi apa yang dilakukan oleh
guru matematika dalam mengakhiri pembelajaran sesuai dengan langkah-
langkah yang harus dilakukan guru dalam standar proses pembelajaran.
Penerapan pendidikan karakter dalam pelaksanaan pembelajaran
matematika kelas VIII A dan B di SMP Muhammadiyah I Temanggung
secara keseluruhan dari tahap pendahuluan, tahap inti sampai dengan
penutup sudah terlaksana sesuai dengan tujuan pembelajaran. Bahkan dalam
pelaksanaan yang sesungguhnya tidak hanya sekedar nilai-nilai karakter
yang tertuang dalam rencana pembelajarannya saja. Hanya dalam
penerapannya masih kurang optimal.
3. Pendidikan Karakter Pada Evaluasi Pembelajaran Matematika.
Kegiatan evaluasi merupakan aspek penting ,karena berkenaan dengan
tercapainya tujuan pembelajaran, dan penentuan tingkat keberhasilan yang telah
dicapai. Penilaian meliputi semua aspek dalam belajar, dimana fungsi penilaian
tidak hanya pemberian angka atas hasil belajar, namun juga sebagai umpan
balik guru. Disamping itu aspek yang sangat penting dalam penilaian adalah
sejauhmana minat, sikap, perilaku dan motivasi peserta didik yang ditunjukkan
dalam proses pembelajaran.
Nilai-nilai hasil belajar peserta didik dapat menggambarkan kemampuan
peserta didik dalam materi pelajaran dan juga guru dapat mengetahui potensi
peserta didik dalam pelajaran yang dipelajari.
Berdasarkan data temuan yang diperoleh, guru matematika pada
pembelajaran Aljabar masih mengalami kesulitan dalam menentukan penilaian
afektif, yaitu menilai sikap atau karakter peserta didik. Hal ini dikarenakan
banyaknya jumlah peserta didik dan setiap peserta didik mempunyai sikap atau
karakter yang berbeda-beda yang tidak bisa disamakan dengan peserta didik
lainnya.
Untuk mengatasi kendala tersebut, dalam memberikan nilai afektif
peserta didik guru tetap berusaha untuk membuka catatan kecil lembar
pengamatan proses pembelajaran yang bisa membantu mengingat bagaimana
sikap dan perilaku masing-masing peserta didik dalam mengikuti tahap-tahap
proses pembelajaran.
Adapun penilaian yang dilakukan guru matematika secara keseluruhan
meliputi evaluasi hasil belajar kuantitatif yang diwujudkan dalam bentuk angka;
dan penilaian kualitatif yang berupa kata-kata atau narasi .Penilaian yang
berupa angka merupakan evaluasi kognitif yang harus diisikan dalam laporan
hasil belajar. Sedangkan penilaian yang berupa kata-kata atau narasi merupakan
penilaian dalam ranah afektif yang perlu dilaporkan pula.
Apabila mengacu pada ketentuan dalam kurikulum, urutan penilaian
hasil belajar nominasi yang pertama adalah penilaian afektif, posisi kedua
penilaian psikomotor, dan penilaian terakhir diduduki oleh penilaian kognitif.
Sehingga bisa dikatakan bahwa nilai-nilai karakter peserta didik mempunyai
peran yang utama dalam pembelajaran; kemudian baru diikuti dengan
keterampilan yang dimiliki yang terkait dengan pembelajaran, dan yang terakhir
penilaian kompetensi peserta didik atas pembelajaran yang diikutinya.
Penerapan pendidikan karakter dalam evaluasi pembelajaran
matematika di kelas VIII A dan B pada SMP Muhammadiyah I Temanggung
dapat disimpulkan bahwa guru mengembangkan kemampuan peserta didik
dalam ranah afektif, psikomotor dan kognitif. Penilaian kognitif diambil dari
hasil belajar melalui ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir
semester dan ulangan kenaikan kelas dengan tetap menanamkan nilai-nilai
kedisiplinan, kejujuran, tanggung jawab dan kemandirian yang semua itu
masuk dalam ranah afektif. Sedangkan penilaian psikomotor, diambil melalui
pengamatan guru pada saat peserta didik melakukan unjuk kerja, atau tes
perbuatan seperti ketangkasan dan kecepatan mengerjakan tugas, keterampilan
membaca dan menganalisis gambar maupun simbul, kemampuan
menyelesaikan tugas secara sistematis dan menganalisis hasilnya.
Hasil penelitian tentang Implementasi Pendidikan Karakter secara
terpadu dalam Pembelajaran Matematika di SMP Muhammadiyah I
Temanggung ini selaras dengan penelitian yang dilakukan Sessi Rewetty
Rivilla (2014) yang berjudul Proses Integrasi Nilai-nilai Karakter Dalam
Pembelajaran Matematika Di Sekolah MAN 2 Barabai. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa, 1)guru dalam membuat RPP karakter pada dasarnya
berasal dari RPP yang sudah ada, bedanya pada tujuan pembelajarannya yang
memuat pendidikan karakter dan terintegrasi pada kegiatan pembelajaran;
2)dalam pelaksanaannya guru dalam menciptakan suasana kelas yang
mengundang rasa ingin tahu, kerja keras, komunikatif dan demokratis
dikategorikan baik; dan 3)evaluasi pembelajarannya,guru dalam menilai
karakter peserta didik berdasarkan keaktifan mengikuti pelajaran.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Implementasi pendidikan karakter pada perencanaan pembelajaran Matematika
di SMP Muhammadiyah I Temanggung sudah ada dalam RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran), meliputi nilai-nilai disiplin, rasa hormat dan
perhatian, tekun serta tanggung jawab. Kemudian dikembangkan lebih lanjut
pada silabus yang diperinci pada tiap-tiap KD (Kompetensi Dasar), meliputi
nilai-nilai tanggung jawab, teliti, kerja sama, menghargai orang lain, ulet,
percaya diri, jujur, berpikir logis dan sistematis.
2. Implementasi pendidikan karakter pada pelaksanaan pembelajaran Matematika
di SMP Muhammadiyah I Temanggung sudah diterapkan dengan baik mulai
dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti sampai dengan tahap penutup. Pada
kegiatan pendahuluan ,disamping diterapkan nilai religius, juga nilai-nilai
disiplin, dan respek. Nilai-nilai karakter pada kegiatan inti pada dasarnya sudah
diterapkan sesuai dengan yang diharapkan yang ada pada Silabus disetiap
kompetensi dasarnya, tetapi nampak belum optimal. Sedangkan pada sesi
penutup, guru banyak memberikan motivasi, dan diakhiri dengan doa dan salam
(nilai religius).
3. Implementasi pendidikan karakter pada evaluasi pembelajaran Matematika di
SMP Muhammadiyah I Temanggung menunjukkan bahwa guru
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam ranah afektif, psikomotor ,
dan kognitif. Penilaian kognitif diambil dari hasil belajar melalui ulangan
harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester dan ulangan kenaikan
kelas dengan tetap menanamkan nilai-nilai kedisiplinan, kejujuran, tanggung
jawab, dan kemandirian yang semua itu masuk dalam ranah afektif. Dalam
menetapkan nilai afektif , guru masih kesulitan karena banyaknya jumlah
peserta didik. Sedangkan penilaian psikomotor, diambil melalui pengamatan
guru pada saat peserta didik melakukan unjuk kerja atau tes perbuatan ,seperti
ketangkasan dan kecepatan mengerjakan tugas, keterampilan membaca dan
menganalisis gambar mapun simbul, kemampuan menyusun tugas secara
sistematis dan menganalisis hasilnya.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian ini ,maka peneliti dapat memberikan
saran sebagai berikut:
1. Perlu adanya pelatihan penanaman pendidikan karakter dalam pembelajaran
untuk semua guru, agar penerapannya lebih optimal dan disesuaikan dengan
kondisi pendidikan kekinian. Sehingga diharapkan ada keseimbangan antara
pola perilaku yang harus ditanamkan kepada peserta didik dengan kondisi
pergaulan di masyarakat.
2. Pengembangan nilai-nilai karakter yang diharapkan sekolah dan guru
hendaknya tidak hanya dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran saja ,tetapi
juga dikembangkan melalui manajemen sekolah, ekstrakurikuler, dan kultur
serta budaya sekolah menuju pada “Sekolah Berbasis Pendidikan Karakter”.
3. Perlu ditingkatkan lagi kegiatan supervisi, monitoring, dan evaluasi
pelaksanaan program yang bernuansa penanaman nilai-nilai karakter secara
terus-menerus dan berkesinambungan, agar menjadi pembiasaan yang sangat
baik, sebagai sumbangsih moral demi masa depan anak bangsa yang
berkarakter atau berakhlak mulia.
4. Program penanaman pendidikan karakter di sekolah hendaknya melibatkan
partisipasi seluruh warga sekolah, orang tua peserta didik, dan tokoh-tokoh
masyarakat secara komprehensif, sehingga ada komitmen yang jelas dalam
rangka proses pembudayaan generasi bangsa.
5. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan lagi bagi peneliti
selanjutnya, sebagai bahan masukan dalam pengembangan teori pembelajaran
dan sikap serta perilaku .
DAFTAR PUSTAKA
Aqib,Zainal dan Sujak.2011. Panduan Dan Aplikasi Pendidikan Karakter. Bandung:
Yrama Widya.
Buchory,MS dan Tulus Budi Swadayani. Implementasi Program Pendidikan
Karakter Di SMP. Jurnal Pendidikan Karakter Th.IV No.3, Oktober 2014.
Damayanti.2014. Panduan Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah. Yk:
Araska.
Direktorat P SMP.2010. Pendidikan Karakter Untuk SMP. Kementerian Pendidikan
Nasional Direktorat Jendral MP Dasar dan Menengah.
Djamarah,Syaiful Bahri.1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya:
Usaha Nasional.
Fitri,Agus Zainal.2012.Pendidikan Karakter Berbasis Nilai Dan Etika Di Sekolah.
Yk : Ar-Ruzz Media.
Hasan,Chalijah. 1994.Dimensi-dimensi Psikologi Pendidikan. Surabaya: Al Ikhlas.
Judiani,Sri. 2010. Implementasi Karakter Di SD Melalui Penguatan Pelaksanaan
Kurikulum. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan Vol.16 Ed.Khusus III,Okt
2010 hal 280-289. Jkt: Balitbang Kemendiknas.
Juhartutik.2012.Menjadi Guru Kreatif Dan Berwawasan Pendidikan Karakter.
Semarang: Pendidikan Matematika UNNES.
Kemendiknas.2010.Penerapan Pendidikan Karakter Dimulai Dari SD.Diakses dari
http://antanews.com/berita/1273933824/mendiknas.
Koesoema,A.D. 2012. Pendidikan Karakter Utuh Dan Menyeluruh. Yk : Kanisius.
Lickona,Thomas.2013. Educating For Character: Mendidik Untuk Membentuk
Karakter. Jkt: Bumi Aksara.
Merdekawati,A. 2012. Analisis Implementasi Karakter Dalam Proses Pembelajaran
Matematika.Tesis .Pascasarjana UNS.
Moleong,Lexy J. 1990.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bdg: Remaja Rosda Karya.
____________. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bdg : Remaja Rosda Karya.
____________. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bdg : Remaja Rosda Karya.
Munir,A. 2010. Pendidikan Karakter Membangun Karakter Anak Sejak Dari Rumah.
Yogyakarta: Bintang Pustaka.
Nurwanti,Sri. 2011. Pendidikan Karakter Pengintegrasian 18 Nilai Pembentuk Nilai
Karakter Dalam Mata Pelajaran. Yk : Familia.
Permendiknas No.22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Mata Pelajaran Matematika.
PP Mendiknas No 41 Tahun 2007.
Prabowo,Agung dan Promono Sidi.2010. Memahat Karakter Melalui Pembelajaran
Matematika.Proceeding of The 4th
International Conference on
TeacherEducation, Join Conference UPI & UPSI. 8-10 November 2010.
Bandung hal.165.
Ridwan,Muhammad. 2013. Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Kultur
Sekolah Di SD Negeri Lempuyangan I Kota Yogyakarta. PGSD FIP
UNY.Tidak Diterbitkan.
Rivilla, Sessy Rewetty.2014. Proses Integrasi Nilai-nilai Karakter Dalam
Pembelajaran Matematika di Sekolah MAN 2 Barabai. Hasil
Penelitian.Tidak Diterbitkan.
Rosana,Dadan.2010. Pendidikan Karakter Dan Aplikasinya Dalam Pembelajaran Di
PT Sebagai Model Roll out ALFHE di UNY.Mklh Semnas.Tidak Diterbitkan.
Sriyanto.2007. Easy Math. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Widyatama.
Suardana,I Nyoman. 2014. Pengelolaan Pendidikan Karakter Terintegrasi Dalam
Pembelajaran Di SD Negeri I Banjarjawa.Laporan Akhir.Jur Kimia FMIPA
Universitas Pendidikan Ganesha Bali. Tidak Diterbitkan.
Suherman,Eman dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: UPI.
Sugiyono.2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R& D.Bdg: Alfabeta.
Syah, Muhibbin.2003. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Perkasa.
Tim Penyusun.2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas.
Tim Penyusun. 2010. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter: Berdasarkan
Pengalaman Di Satuan Pendidikan Rintisan. Jkt : Pusat Kurikulum Dan
Perbukuan Balitbang Kemendikbud .
Uno,Hamzah B. 2008.Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar
Yang Kreatif Dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
UU RI No 20 tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Bandung : Fokus Media.
UPI. 2008. Rujukan Filsafat , Teori, dan Praksis Ilmu Pendidikan. Bandung:UPI
Press.
Zamilah,Rika. 2011. Penanaman Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran
Matematika Menuju Pribadi Manusia Indonesia Seutuhnya.Proceeding
Semnas Matematika dan Pendidikan Matematika UNY.3 Desember 2011.
Yogyakarta hal 401.
LAMPIRAN-
LAMPIRAN
Instrumen Penelitian
A. Pedoman Wawancara Dengan Waka Kurikulum.
1. Persiapan Penerapan Pendidikan Karakter.
a. Bagaimanakah persiapan sekolah dalam rangka pelaksanaan pendidikan
karakter?
b. Bagaimanakah pengembangan kurikulum yang berbasis pendidikan
karakter?
c. Apakah semua guru sudah menggunakan kurikulum yang menekankan
pendidikan karakter?
d. Apa saja yang dipersiapkan oleh guru dalam menerapkan pendidikan
karakter?
2. Pendidikan Karakter Dalam Perencanaan Pembelajaran.
a. Bagaimanakah tehnis penanaman nilai karakter dalam perencanaan
pembelajaran yang dilakukan sekolah?
b. Apakah semua mata pelajaran terintegrasi dengan nilai-nilai karakter?
c. Apakah ada pembinaan dan pengarahan dalam menyusun perencanaan
pembelajaran yang berbasis karakter?
d. Bagaimanakah cara mengembangkan nilai karakter dalam RPP dan Silabus?
3. Pendidikan Karakter Dalam Pelaksanaan Pembelajaran.
a. Selama ini bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran yang mengintegrasikan
nilai-nilai karakter?
b. Bagaimanakah cara menanamkan nilai karakter yang sesuai dengan tahap
pendahuluan, inti dan penutup dalam pelaksanaan pembelajaran?
c. Bagaimanakah respons guru, peserta didik maupun orang tua terkait
penanaman nilai karakter dalam pelaksanaan pembelajaran?
d. Sejauhmana keberhasilan sekaligus kendala dalam pelaksanaan
pembelajaran yang berbasis karakter?
e. Bagaimanakah tindak lanjut keberhasilan maupun cara mengatasi kendala
terkait pelaksanaan pembelajaran yang berkarakter?
4. Pendidikan Karakter Dalam Evaluasi Pembelajaran.
a. Siapa yang bertanggungjawab dalam mengevaluasi pelaksanaan
pembelajaran berbasis karakter?
b. Apa saja aspek yang dievaluasi dalam pembelajaran yang berkarakter?
c. Bagaimana cara mengevaluasinya?
d. Kapan kegiatan monitoring pembelajaran berkarakter dilakukan?
e. Bagaimana proses evaluasi yang dilakukan terhadap peserta didik?
f. Bagaimanakah tindak lanjut setelah diadakan evaluasi?
B. Pedoman Wawancara Dengan Guru Matematika
1. Pendidikan Karakter Dalam Perencanaan Pembelajaran Matematika.
a. Bagaimana cara menuangkan pendidikan karakter pada perencanaan
pembelajaran Matematika?
b. Apakah yang menjadi pertimbangan dalam menentukan aspek nilai karakter
pada RPP maupun Silabus?
c. Nilai-nilai karakter apa sajakah yang dicantumkan dalam perencanaan
pembelajaran?
d. Sejauhmana pentingnya mengintegrasikan pendidikan karakter dalam
perencanaan pembelajaran?
e. Apakah tujuan penanaman pendidikan karakter dalam perencanaan
pembelajaran matematika?
f. Bagaimanakah persiapan materi yang terintegrasi dengan nilai-nilai
karakter?
g. Apakah yang diharapkan dengan mengimplementasikan pendidikan karakter
dalam perencanaan pembelajaran matematika?
2. Pendidikan Karakter Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Matematika.
a. Nilai-nilai karakter manakah yang diterapkan pada tahap pendahuluan
pelaksanaan pembelajaran?
b. Bagaimana cara guru melaksanakan penerapan nilai-nilai karakter?
c. Bagaimanakah respons dan sikap peserta didik pada saat guru di awal
pembelajaran menyelipkan nilai-nilai karakter?
d. Sejauhmana keberhasilan penerapan nilai karakter pada tahap pendahuluan?
e. Adakah kendala-kendala dalam penerapannya dan bagaimana solusinya?
f. Apakah metode pembelajaran yang tepat diterapkan pada pembelajaran yang
terintegrasi nilai-nilai karakter?
g. Apakah media yang digunakan dalam proses pembelajaran yang menerapkan
pendidikan karakter?
h. Sarana dan prasarana pembelajaran apa sajakah yang dibutuhkan untuk
menunjang pelaksanaan pendidikan karakter dalam pembelajaran
matematika?
i. Nilai-nilai karakter apa saja yang diterapkan dalam tahap inti pelaksanaan
pembelajaran matematika?
j. Bagaimanakah cara menerapkan nilai-nilai karakter itu?
k. Bagaimana respons dan aktifitas peserta didik pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung?
l. Bagaimana suasana pembelajaran di kelas pada waktu pelaksanaan
pembelajaran?
m. Sejauhmana kesuksesan pelaksanaan pembelajaran yang berbasis karakter?
n. Adakah kesulitan guru dalam mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam
pelaksanaan pembelajaran?
o. Dalam mengakhiri proses pembelajaran ,nilai karakter apa sajakah yang
diterapkan?
p. Nilai-nilai karakter manakah yang mudah maupun yang sulit diterapkan?
3. Pendidikan Karakter Dalam Evaluasi Pembelajaran
a. Kapan guru melakukan evaluasi?
b. Apa tujuan evaluasi dilakukan?
c. Bagaimanakah Evaluasi berbasis karakter dilakukan?
d. Aspek apa sajakah yang akan diukur dalam evaluasi yang terintegrasi
dengan karakter?
e. Apa sajakah bentuk evaluasi yang diberikan kepada peserta didik?
f. Bagaimana cara guru mengevaluasinya?
g. Bagaimana urutan nominasi penilaian yang dilakukan dalam proses evaluasi
berbasis karakter?
h. NIlai-nilai karakter apa sajakah yang bisa dimunculkan dalam evaluasi
pembelajaran?
i. Bagaimanakah tindak lanjut setelah evaluasi dilakukan?
C. Pedoman Wawancara Dengan Peserta Didik.
1. Apakah anda mengetahui istilah pendidikan karakter?
2. Apakah nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan karakter?.
3. Apakah guru matematika memunculkan nilai-nilai karakter dalam
pembelajaran?
4. Bagaimana sikap anda pada saat pembelajaran matematika?
5. Bagaimana suasana kelas ketika guru sedang mengajar?
6. Apakah anda mengetahui pesan yang disampaikan dari pembelajaran yang
berkarakter?
7. Metode apa yang digunakan guru dalam menerapkan pendidikan karakter pada
saat pembelajaran?
8. Media apa saja yang digunakan guru dalam mengajar?
9. Apakah cara guru mengajar sudah sesuai dengan harapan anda?
10. Bagaimana proses pembelajaran berlangsung?
11. Apakah guru memberi kesempatan anda untuk bertanya?
12. Apakah ketika anda mengerjakan soal guru keliling mendekati sambil
menanyakan kesulitan peserta didik?
14. Bentuk soal apa sajakah yang diberikan guru?
15. Apakah guru mengingatkan anda tentang hal-hal berikut: untuk tekun
belajar, tidak boleh nyontek, percaya diri sendiri, harus bisa tanggungjawab,
mengerjakan soal harus teliti, dan seterusnya?
D. Pedoman Observasi
1. Pengamatan sekilas tentang kultur Sekolah terkait penanaman pendidikan
karakter.
2. Persiapan yang dilakukan guru matematika.
3. Pelaksanaan proses pembelajaran matematika di kelas.
4. Suasana pembelajaran yang menerapkan pendidikan karakter.
5. Respons peserta didik dalam pembelajaran matematika.
6. Cara guru mengimplementasikan nilai-nilai karakter pada awal,tahap inti dan
sesi penutup dalam pembelajaran matematika.
7. Nilai-nilai karakter yang muncul dan tercermin dalam pembelajaran
matematika.
8. Model Pembelajaran yang diterapkan.
9. Sistem evaluasi yang diterapkan guru matematika.
Foto Dokumentasi Penelitian
Wawancara dengan Waka Kurikulum
Wawancara dengan Guru Matematika
Wawancara dengan Peserta Didik
SuasanaProses Pembelajaran Matematika