implementasi peraturan desa nomor 6 tahun 2019 …
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI PERATURAN DESA NOMOR 6 TAHUN
2019 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP DI DESA SIALANG KECAMATAN
PAMENANG KABUPATEN MERANGIN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)
Dalam Ilmu Pemerintahan
Pada Fakultas Syariah
Oleh :
VEBI KIRATUN NISA
NIM: 105170640
PEMBIMBING
MASBURIYAH, S.Ag., M.FIL.I.
ELVI ALFIAN. A, S.H., M.H.
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2021
ii
MOTTO
Artinya; “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah
(diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepadanya dengan rasa takut dan
penuh harap. Sesungguhnya rahmat allah sangat dekat kepada orang yang
berbuat kebaikan.”
Qs.Al-Araf: 56
iii
PERSEMBAHAN
Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT,
karya tulis ini merupakan wujud dari upaya kecil untuk mengharapkan
rahmat dan ridho-Nya. Kulangkahkan kaki saya menuju kesuksesan,benturan
demi benturan terus saya lalui untuk meraih cita-cita yang saya dambakan.
Skripsi ini kupersembahkan kepada kedua orang tua untuk
ayahanda tercinta Yunan Lubis dan ibunda tercinta Trisnawati dengan penuh rasa
cinta dan do’a restu yang telah membesarkanku dan mendidikku selama ini serta
memberi motivasi dan dukungan untuk kemajuan dalam skripsi
secara moril maupun material.
Buat Adik saya tercinta Hamdad Kamaludin Lubis, Haikal Argani Lubis dan
kakak-kakak saya tercinta Winda Novita Sari beserta sahabat terdekat saya
Firman Raharjo, Rismawati, Dina Ariyani dan Rizka Wahyu Ningsih yang selalu
memotivasi dan menemani dalam pembuatan skripsi dan keluarga besar saya yang
selalu mendukung dan memberikan do’a nya dalam menyelesaikan skripsi ini.
Buat teman-teman seperjuangan khususnya Ilmu pemerintahan angkatan 2017,
yang selalu berjasa untuk saya selama masa perjuangan di bangku kuliah sampai
saya menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas jasa budi kalian dikemudian hari dan diberikan
kemudahan dalam segala hal.
iv
ABSTRAK
Nama Penyusun : Vebi Kiratun Nisa
Nim : 105170640
Judul Skripsi : Implementasi Peraturan Desa Nomor 6 Tahun 2019
Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup Di Desa Sialang Kecamatan Pamenang
Kabupaten Merangin
Skripsi ini berjudul Implementasi Peraturan Desa Nomor 6 Tahun 2019 Tentang
Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Di Desa Sialang Kecamatan
Pamenang Kabupaten Merangin dan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
sejauhmana implementasi Peraturan Desa Nomor 6 Tahun 2019 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, kendala yang di hadapi
pemerintah desa dan upaya pemerintah desa dalam mensosialisasikan peraturan
desa tersebut. Skripsi ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif
dengan pengumpulan data yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan
dokumentasi. Berdasarkan penelitan yang dilakukan penulis, diperoleh hasil dan
kesimpulan: pertama,implementasi peraturan desa belum berjalan dengan baik,
terlihat masih adanyanya masyarakat yang melanggar dan tetap melakukan
meracun maupun mengobat ikan di sungai. Kedua, kendala yang dihadapi dalam
penerapan peraturan desa ialah kurangnya partisipasi dari masyarakat setempat
untuk untuk berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
di Desa Sialang dan kurangnya pengawasan dari pemerintah desa. Ketiga, upaya
yang telah dilakukan pemerintah desa ialah melakukan solialisati terhadap
masyarakat melalui ketua RT setempat, melakukan pemasangan papan laranan
atau pengumuman di pingir sungai ataupun di pinggir jalan desa sialang dan
pemerintah desa dan masyarakat mengubah fungsi sungai menjadi wisata andalan
desa Sialang.
Kata Kunci : Implementasi, Pengelolaan, Lingkungan Hidup
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis mendoakan hadirat Allah SWT yang dalam
penyelesaian skripsi ini penulis selalu diberikan kesehatan dan kekuatan, sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Selain itu, tidak lupa juga untuk
menyampaikan iringan doa dan salam dari penulis kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW.
Skripsi ini berjudul " Implementasi Peraturan Desa Nomor 6 Tahun 2019
Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Di Desa Sialang
Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin ".
Kemudian dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis menemui banyak
kendala dan kendala baik dalam pendataan maupun dalam penyusunannya. Dan
berkat bantuan dari berbagai pihak khususnya bantuan dan bimbingan yang
diberikan oleh dosen pembimbing, skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu, yang patut penulis sampaikan merupakan ucapan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, khususnya
kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. H. Suaidi Asyari, MA. Ph.D Sebagai Rektor Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Bapak Dr. Sayuti Una, S. Ag, MH, sebagai Dekan Fakultas Syariah
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Agus Salim, S. Th.I, MA., M.I.R., Ph, sebagai Wakil Dekan
Bidang Akademik dan Kelembagaan.
vi
4. Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, SH, M. Hum, sebagai Wakil Dekan Bidang
Administrasi Umum Perencanaan dan Keuangan.
5. Bapak Dr. H. Ishaq, SH, M. Hum sebagai Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan dan Kerjasama.
6. Ibu Dr. Irma Sagala, S. Ip, M. SI dan Bapak Yudi Armansyah, S.Th.I, M.
Hum selaku ketua dan Sekertaris Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas
Syariah UIN STS Jambi.
7. Ibu Masburiyah, S.Ag., M.Fil.I selaku Pembimbing 1, dan Bapak Elvi
Alfian. A, S.H., M.H selaku Pembimbing II, yang tidak pernah bosan
memberikan arahan, pengetahuan dan bimbing penulis dalam bimbingan
skripsi.
8. Bapak dan Ibu dosen, asisten dosen, dan seluruh karyawan/karyawati
Fakultas Syariah UIN STS Jambi.
9. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung
maupun tidak langsung.
Selain itu disadari juga bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu diharapkan semua pihak dapat memberikan sumbangan pemikiran
untuk perbaikan skripsi ini. Kepada Allah swt kami mohon ampunan-Nya, dan
kepada manusia kami mohon ampun. Semoga amal kebaikan kita diimbangi oleh
Allah SWT.
Jambi, Maret 2021
Penulis
Vebi Kiratun Nisa
NIM : 105170640
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................
LEMBARAN PERNYATAAN ........................................................................
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................i
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ..................................................................
MOTTO .............................................................................................................ii
PERSEMBAHAN ..............................................................................................iii
ABTRAK ............................................................................................................iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................v
DAFTAR ISI ......................................................................................................vii
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................x
DAFTAR TABEL..............................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ..............................................................1
B. Rumusan Masalah .......................................................................5
C. Batasan Masalah ..........................................................................5
D. Tujuan Penulisan .........................................................................6
E. Kerangka Teori ............................................................................7
F. Tinjauan Pustaka .........................................................................23
BAB II METODE PENELITIAN ................................................................26
A. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................26
B. Pendekatan Penelitian ..................................................................26
C. Jenis dan Sumber Data ................................................................27
D. Unit Analisi Data .........................................................................28
E. Instrument Pengumpulan Data ....................................................29
F. Teknik Analisis Data ...................................................................32
G. Sistematika Penulisan ..................................................................34
H. Jadwal Penelitian .........................................................................35
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ............................37
A. Sejarah Desa ................................................................................37
B. Kondisi Geografis ........................................................................39
C. Gambaran Umum Demografis ....................................................40
D. Kondisi Ekonomi .........................................................................41
E. Visi dan Misi Desa Sialang .........................................................46
F. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Sialang .........................47
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN ...............................48
A. Implementasi Peraturan Desa Sialang Nomor 6 Tahun 2019
Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ......48
viii
B. Kendala Yang Dihadapi Selama Penerapan Peraturan Desa
Sialang Nomor 6 Tahun 2019 Tentang Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup ..................................................56
C. Upaya Pemerintah Desa Dalam Mensosialisasikan Peraturan
Desa Nomor 6 Tahun 2019 Tentang Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup ..................................................58
BAB V PENUTUP .........................................................................................63
A. Kesimpulan ..................................................................................63
B. Saran ............................................................................................64
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................66
LAMPIRAN – LAMPIRAN
CURICULUM VITAE
ix
DAFTAR SINGKATAN
Ditjen PSDKP : direktorat jenderal pengawasan sumber daya kelautan dan
perikanan.
JPS : Jaring Pengaman Sosial
DC : Direct Current
AC : Alternating Current
UU : Undang-Undang
BPD : Badan Permusyawaratan Desa
KUPT : Koordinator Unit Pemukiman Transmigrasi
PDRB : Produk Domestik Regional Bruto
Mdpl : Meter Di Atas Permukaan Laut
x
DAFTAR GAMBAR
1.1 Peta Wilayah Desa Sialang .................................................................... 39
1.2 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Sialang Kecamatan Pamenang
Kabupaten Merangin .............................................................................. 47
1.3 Model Implementasi Kebijakan Van Meter Dan Van Horn .................. 49
xi
DAFTAR TABEL
1.1 Jadwal Penelitian .................................................................................... 36
1.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ...................................... 41
1.3 Penduduk Berdasarkan Pindah Datang .................................................. 41
1.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ............................................. 42
1.5 Penggunaan Lahan Di Desa Sialang ...................................................... 43
1.6 Potensi Sumber Daya Pembangunan ..................................................... 44
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lingkungan sebagai anugerah dan rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa
kepada rakyat dan bangsa Indonesia merupakan ruang kehidupan dalam segala
aspek dan dimensinya sesuai dengan wawasan nusantara. Guna memanfaatkan
sumber daya alam untuk memajukan kesejahteraan umum sebagaimana
diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 dan mewujudkan kebahagiaan pembangunan berkelanjutan berwawasan
lingkungan, berdasarkan kebijakan nasional yang terpadu dan komprehensif
dengan memperhatikan kebutuhan generasi sekarang dan masa depan. Untuk itu
perlu dilakukan pengelolaan lingkungan yang serasi, serasi, dan seimbang guna
mendukung terselenggaranya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan.1
Lingkungan hidup adalah suatu kesatuan ruang dengan segala benda,
kekuatan, kondisi, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan tingkah lakunya
yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan hidup dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lainnya.2
Berdasarkan pelaksanaan kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh
Direktorat Jenderal PSDKP diketahui bahwa kegiatan penangkapan ikan yang
1 Siswanto Sunarso, Hukum Pidana Lingkungan Hidup dan Strategi Penyelesaian
Sengketa, Cet. I, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), hlm. 1 2 Prof. Dr. K.E.S Manik, Pengelolaan Lingkungan Hidup, (Jakarta :Kharisma Putra
Utama, 2016), hlm.238
2
merusak di perairan Indonesia masih marak terjadi. Penangkapan ikan yang
merusak adalah kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan bahan, alat,
atau metode yang merusak sumber daya ikan dan lingkungan, seperti
menggunakan bahan peledak, bahan beracun, setrum, dan alat tangkap lainnya
yang tidak ramah lingkungan.3
Kegiatan penangkapan ikan yang merusak bukan saja dilakukan di laut
saja namun di sungai-sungai pun banyak masyarakat yang melakukan kegiatan
tersebut salah satunya ialah di Desa Sialang. Desa Sialang merupakan salah satu
desa yang ada di Kabupaten Merangin Provinsi Jambi dengan Luas wilayah Desa
Sialang ±2.121,98 Ha. Desa Sialang terdiri dari 3 Dusun dan 16 RT.
Wilayah Desa Sialang berada pada ketinggian antara 100–500 mdpl.
Tanah di Desa Sialang memiliki kemiringan lereng yang bervariasi antara 3-16%
dengan tekstur lempung berpasir yang didominasi warna coklat. Rata-rata curah
hujan 156 mm / bulan dengan jumlah hari hujan merata sepanjang tahun. Bulan
basah berkisar antara 4-6 bulan, sedangkan bulan kering berkisar antara 4-6 bulan.
Musim hujan dimulai pada bulan Oktober-November dan musim kemarau pada
bulan April-Agustus setiap tahunnya. Puncak curah hujan dicapai pada bulan
Desember - Februari. Suhu rata-rata harian berkisar antara 27,7 ° C, suhu
minimum 23,2 ° C, dan suhu maksimum 32,4 ° C. Jumlah penduduk Desa Sialang
3.010 jiwa dengan 819 KK. Jumlah penduduk perempuan 1.462, sedangkan
penduduk laki-laki 1.548. Desa Sialang memiliki tiga sungai besar dan sungai
3 Keputusan Menteri Kelauatan Dan Perikanan Indonesia No /KEPMEN-SJ/2019
Tentang Pedoman Rencana Aksi Nasional Pengawasan Dan Penanggulangan Kegiatan
Penangkapan Ikan Yang Merusak Tahun 2019-2023
3
kecil. Kebanyakan orang meracuni atau menyetrum iklan di sungai besar saat
cuaca bagus.
Di satu sisi, sebenarnya pemerintah desa telah mengeluarkan peraturan
seperti peraturan tentang penangkapan ikan secara ilegal dalam Peraturan Desa
Sialang Nomor 6 Tahun 2019 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup pasal 19 yang menyebutkan bahwa larangan perusakan lingkungan seperti
kegiatan:
a. Membakar hutan / lahan wilayah Desa;
b. Meracun di sungai, rawa dan di parit wilayah Desa;
c. Melakukan penambangan secara illegal wilayah Desa;
d. Melakukan penyetruman di sungai dan di rawa wilayah Desa;
e. Membuang limbah beracun dan limbah rumah tangga di sembarang
tempat4
Selain itu, pemerintah daerah juga telah menerbitkan Peraturan Daerah
Kabupaten Merangin Nomor 3 Tahun 2016 tentang Ketertiban Umum Pasal 17
Setiap orang dilarang:
a. Membuang benda, bahan padat atau cair berupa limbah kimia atau non
kimia ke dalam atau sekitar sungai; dan / atau
b. Mempersempit, mengisi saluran air dan talang dengan tanah atau benda
lain sehingga mengganggu kelancaran aliran air ke sungai5
4 Peraturan Desa Sialang Nomor 6 Tahun 2019 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
4
Peraturan Desa dan Peraturan Daerah tersebut sepertinya tidak
berpengaruh terhadap masyarakat Desa Sialang terlihat masih ada saja masyarakat
yang melakukan racun dan menyetrum ikan di sungai walaupun tidak sebanyak
sebelum di buat regulasi. Sejak Peraturan Desa Sialang No 06 Tahun 2019
Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di sahkan masyarakat
lebih hati-hati ketika akan meracun atau menyetrum ikan di sungai mereka
biasanya melakukan aksinya di malam hari.
Penangkapan ikan menggunakan cara setrum dan racun menggunakan zat
kimia tersebut dilakukan terus-menerus dapat merusak ekosistem di sungai. Selain
itu penangkapan secara illegal dapat mengancam jiwa dan kesehatan,
penyetruman dan racun ikan sangat berbahaya karena bukan ikan yang besar saja
yang mati tetapi ikan kecil pun akan ikut mati.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Perikanan
pada Pasal 84, penangkapan ikan dengan bahan berbahaya diancam dengan pidana
penjara paling lama enam tahun dan denda paling banyak Rp. 1,2 miliar.6 Selain
itu, pelarangan kerusakan lingkungan jika dilanggar oleh masyarakat akan
dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan desa yang berlaku yaitu berdasarkan
Peraturan Desa Nomor 6 Tahun 2019 pasal 19 ayat (3) yaitu sanksi pelanggaran
yang dimaksud adalah sanksi administrasi, sanksi denda, sanksi adat, dan sanksi
pidana.
5 Peraturan Daerah Kabupaten Merangin Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Ketertiban
Umum Pasal 17 6 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 Tentang Perikanan dalam pasal 84
5
Berdasarkan kondisi tersebut, maka pemerintah desa perlu melakukan
pembinaan terhadap regulasi yang telah dibuat. Oleh karena itu, penulis ingin
mengangkatnya dalam bentuk penelitian yang berjudul Implementasi Peraturan
Desa Nomor 6 Tahun 2019 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup di Desa Sialang Kecamatan Pamenang Kabupaten
Merangin.
B. Rumusan.Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti merumuskan masalahan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana Implementasi Peraturan Desa Sialang No 06 Tahun 2019
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Desa
Sialang?
2. Apasaja Kendala yang dihadapi Selama Penerapan Peraturan Desa Sialang
No 06 Tahun 2019 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup di Desa Sialang?
3. Bagaimana Upaya Pemerintah Desa Dalam Mensosialisasikan Peraturan
Desa No 06 Tahun 2019 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Di Desa Sialang?
C. Batasan Masalah
Untuk memudahkan dalam penulisan karya ilmiah sehingga mendapatkan
hasil yang diharapkan, maka perlu penulis mendefinisikan masalah yang akan
dibahas, yang dalam penelitian ini dibatasi pada Implementasi Peraturan Desa
Nomor 6 Tahun 2019 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
6
di Desa Sialang Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin terhadap
penangkapan ikan dengan cara menyetrum atau meracuni ikan di Sungai Desa
Sialang.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan dengan permasalahan yang telah dirumusakan sebelumnya,
maka dalam penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan beberapa tujuan dan
kegunaan penelitian, yaitu:
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk Mengetahui Bagaimana Proses Implementasi Peraturan Desa
Sialang No 06 Tahun 2019 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Di Desa Sialang
b. Untuk Mengetahui Kendala yang di Hadapi Selama Penerapan Peraturan
Desa Sialang No 06 Tahun 2019 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Di Desa Sialang
c. Untuk Mengetahui Upaya Apasaja Yang Telah Dilakukan Pemerintah
Desa Sialang Terhadap Peraturan Desa No 06 Tahun 2019 Tentang
Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
2. Kegunaan Penelitian
a. Penelitian ini merupakan studi pendahuluan yang dapat dijadikan sebagai
pengalaman dan wawasan bagi penulis sendiri tentang proses pelaksanaan
dan dampak yang terjadi bagi masyarakat dari proses Peraturan Desa
Nomor 06 Tahun 2019 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
7
di Desa Sialang Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin dan bahan
bacaan yang menarik bagi siapa saja yang mau membacanya.
b. Secara praktis penggunaan penelitian diharapkan dapat memberikan
pemahaman kepada masyarakat luas mengenai implementasi Peraturan
Desa Sialang Nomor 06 Tahun 2019 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup di Desa Sialang sehingga masyarakat
dapat menjaga lingkungan Desa Sialang.
c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan bacaan di Fakultas Syari'ah
khususnya Jurusan Ilmu Pemerintahan dan dosen Fakultas Syari'ah
lainnya.
d. Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana (S1) Ilmu Pemerintahan,
Fakultas Syari'ah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
e. Sebagai sumber rujukan dan saran bagi para akademisi dan praktisi
masyarakat dalam mendukung penelitian selanjutnya yang akan berguna
sebagai bahan pembanding untuk penelitian lainnya
E. Kerangka Teori
1. Kebijakan Publik
Menurut James Anderson mendefinisikan kebijakan adalah “A Purposive
course of action followed by an actor or set of actors in dealing with a problem or
matter of concern” (“Serangkaian tindakan yang memiliki tujuan tertentu yang
8
diikuti dan dilakukan oleh seorang aktor atau sekelompok aktor untuk
menyelesaikan suatu masalah tertentu”).7
Menurut pendapat Thomas R. Dye mendefinisikan kebijakan publik
sebagai “Is whatever governments choose to do or not to do” (“apapun yang
pemerintah pilih untuk lakukan atau tidak lakukan ”). Dari pendapat tersebut
dapat diartikan bahwa setiap kegiatan pemerintah, baik eksplisit maupun implisit,
adalah suatu kebijakan. Menurut Dye, kebijakan tersebut harus dimaknai oleh dua
hal. Pertama, kebijakan tersebut harus dilakukan oleh instansi pemerintah, dan
kedua, kebijakan tersebut memuat pilihan apakah pemerintah melakukannya atau
tidak.8 Lebih jauh, Richard Rose menyarankan bahwa kebijakan harus dipahami
sebagai "serangkaian kegiatan yang kurang lebih terkait dengan konsekuensi bagi
mereka yang berkepentingan, bukan sebagai keputusan terpisah.
Kebijakan publik bisa lebih mudah dipahami jika dikaji selangkah demi
selangkah. Menurut William Dunn, setiap kebijakan publik mencakup beberapa
tahapan yang saling bergantung sesuai urutan waktunya: penetapan agenda,
perumusan kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian
kebijakan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik
mencakup tiga kegiatan pokok yaitu: Perumusan Kebijakan Publik, Pelaksanaan
Kebijakan Publik dan Evaluasi Kebijakan Publik.
7 Marsuyetno, “Analisis Implementasi Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup di
Sumatera Utara (Studi Pada Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara)” Jurnal
Adminitrasi Public, Vol.1 No.2, 2013, Hlm.274 8 Dwiyanto Indiahono, Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analysis,
(Yogyakarta:Gava Media, 2017), hlm.17
9
2. Implementasi kebijakan
Pelaksanaan kebijakan adalah pelaksanaan suatu kebijakan berupa
keputusan, peraturan daerah atau peraturan perundang-undangan lainnya yang
dilakukan oleh pemerintah dan swasta (organisasi) baik secara individu maupun
kelompok dengan tujuan untuk mencapai tujuan.
Konsep implementasi kebijakan berbeda-beda tergantung dari sudut
pandang atau pendekatan yang digunakan. Implementasi kebijakan dilihat sebagai
proses menurut Van Meter dan Van Horn (dalam Winarno, 2002: 102) yang
membatasi implementasi kebijakan sebagai berikut:
“Tindakan yang diambil oleh individu (atau kelompok) publik atau
swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dalam
keputusan kebijakan sebelumnya. Tindakan tersebut termasuk upaya untuk
mengubah keputusan menjadi tindakan operasional dalam jangka waktu
tertentu serta dalam rangka melanjutkan upaya untuk mencapai perubahan
besar dan kecil yang ditentukan oleh keputusan kebijakan. Tahap
implementasi terjadi hanya setelah undang-undang diberlakukan dan dana
tersedia untuk mendanai implementasi kebijakan”9
Implementasi kebijakan tidak selalu berhasil, terkadang tujuan tidak
tercapai. Situasi dimana dalam proses kebijakan selalu ada kemungkinan adanya
9 Marsuyetno, “Analisis Implementasi Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup di
Sumatera Utara (Studi Pada Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara)” Jurnal
Adminitrasi Public, Vol.1 No.2, 2013, Hlm.275
10
perbedaan antara apa yang direncanakan oleh pembuat kebijakan dan apa yang
harus dicapai.
Hogwood dan Gunn membagi pengertian kegagalan kebijakan menjadi 2
(dua) kategori, yaitu:
1. Non implementation (tidak terimplementasikan) berarti suatu kebijakan
tidak dilaksanakan sesuai dengan rencana, mungkin karena pihak-pihak
yang terlibat dalam pelaksanaannya tidak mau bekerjasama, bekerja tidak
efisien, bekerja setengah hati, atau tidak menguasai sepenuhnya masalah. ,
atau kemungkinan masalah diselesaikan di luar kendali mereka, sehingga
sekeras apa pun upaya mereka, kendala yang ada tidak dapat diatasi.
2. Unsuccessful implementation (implementasi yang tidak berhasil) terjadi
apabila suatu kebijakan tertentu telah dilaksanakan sesuai dengan rencana,
namun mengingat kondisi eksternal yang tidak mendukung, kebijakan
tersebut tidak berhasil mewujudkan dampak atau hasil yang diinginkan. Ini
biasanya dipengaruhi oleh faktor:
a. Sebuah. Eksekusi yang buruk
b. Kebijakan itu sendiri buruk
c. Kebijakan itu sendiri kurang beruntung
11
d. Kebijakan sejak awal sudah buruk, dalam arti dirumuskan secara
asal-asalan, tidak didukung oleh informasi yang memadai, alasan
yang salah, atau asumsi dan ekspektasi yang tidak realistis.10
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa peran pelaksana
implementasi sangat menentukan implementasi suatu kebijakan sehingga
pelaksana implementasi harus benar-benar memahami kebijakan yang akan
dilaksanakan. Selain itu, faktor eksternal juga perlu diperhatikan guna mendukung
kelancaran implementasi kebijakan tersebut. Untuk mengetahui apa yang
sebenarnya terjadi setelah suatu kebijakan dibuat dan dirumuskan adalah pokok
bahasan implementasi kebijakan. Dengan demikian untuk mengetahui bagaimana
proses penerapan peraturan desa tentang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan menjadi pokok bahasan implementasi kebijakan.
3. Model Implementasi Kebijakan
Model implementasi kebijakan perlu mendeskripsikan proses
implementasi kebijakan. Penelitian ini menggunakan model implementasi
kebijakan dari Van Meter dan Van Horn yang menentukan beberapa variabel yang
diyakini dapat mempengaruhi implementasi dan kinerja kebijakan. Beberapa
variabel yang terdapat pada model Van Meter dan Van Horn adalah sebagai
berikut:
10 Marsuyetno, “Analisis Implementasi Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup di
Sumatera Utara (Studi Pada Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara)” Jurnal
Adminitrasi Public, Vol.1 No.2, 2013, Hlm.276
12
a. Standar dan tujuan kebijakan. Standar dan sasaran kebijakan harus jelas
dan terukur agar dapat direalisasikan. Jika standar dan tujuan kebijakan
tidak jelas, akan ada banyak interpretasi dan mudah menyebabkan konflik
antar lembaga pelaksana.
b. Sumberdaya. Implementasi kebijakan membutuhkan dukungan baik dari
sumber daya manusia maupun non-manusia. Dalam berbagai kasus,
program pemerintah seperti program Jaring Pengaman Sosial (JPS) bagi
masyarakat miskin di pedesaan kurang berhasil karena terbatasnya kualitas
aparatur pelaksana.
c. Hubungan antar organisasi. Dalam banyak program, pelaksanaan suatu
program membutuhkan dukungan dan koordinasi dengan instansi lain.
Untuk itu diperlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi untuk
menyukseskan suatu program.
d. Karakteristik agen pelaksana. Yang dimaksud dengan karakteristik
lembaga pelaksana adalah mengacu pada struktur birokrasi, norma, dan
pola hubungan yang terjadi di dalam birokrasi yang kesemuanya akan
mempengaruhi pelaksanaan suatu program.
e. Kondisi sosial, politik dan ekonomi. Variabel ini mencakup sumber daya
ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi
kebijakan; sejauh mana kelompok kepentingan memberikan dukungan
untuk implementasi kebijakan; karakteristik peserta yaitu mendukung atau
menolak; apa sifat opini publik di lingkungan; dan apakah elit politik
mendukung implementasi kebijakan.
13
f. Disposisi pelaksana. Kedudukan pelaksana mencakup tiga hal penting,
yaitu: (a) tanggapan pelaksana terhadap kebijakan, yang akan
mempengaruhi kesediaannya untuk melaksanakan kebijakan; (b) kognisi,
yaitu pemahaman tentang kebijakan; dan (c) intensitas disposisi
implementor yaitu nilai preferensi yang dimiliki implementor.11
4. Peraturan Desa
Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan
oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati dengan Badan Permusyawaratan
Desa.12
Jenis peraturan di desa terdiri dari peraturan desa, peraturan bersama
kepala desa, dan peraturan kepala desa. Peraturan yang dibuat tidak boleh
bertentangan dengan kepentingan umum dan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa lebih memberikan
keleluasaan kepada pemerintah desa dalam menjalankan otonomi desa. Dalam
Pembukaan Undang-Undang disebutkan bahwa desa memiliki hak asal usul dan
hak tradisional dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
serta berperan dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan. Dalam perjalanan
ketatanegaraan Negara Kesatuan Republik Indonesia, desa telah berkembang
dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi
kuat, maju, mandiri, dan demokratis sehingga mampu menciptakan landasan yang
11 Subarsono, Analisis Kebijakan Publik,Cet.IX (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2020) ,
hlm.99. 12 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
14
kokoh dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. menuju
masyarakat yang adil, sejahtera dan makmur.
Proses penyusunan peraturan perundang-undangan mencakup berbagai
tingkatan penyelesaian, seperti tingkat persiapan, penetapan, pelaksanaan,
penilaian dan reintegrasi produk jadi. Penyusun peraturan perundang-undangan
dituntut memiliki pengetahuan yang memadai tentang kondisi sosial budaya,
sosial ekonomi dan sosial politik masyarakat. Proses penetapan peraturan
perundang-undangan membutuhkan pengetahuan dan pemahaman yang baik
tentang prosedur dan prosedur yang dijabarkan dalam sistem tata kelola yang
berlaku. Fenomena yang terjadi saat ini adalah banyaknya peraturan perundang-
undangan yang tidak sesuai dengan kondisi masyarakat.13
Peraturan desa disampaikan oleh kepala desa kepada bupati atau walikota
melalui camat sebagai bahan pembinaan atau pembinaan paling lambat 7 hari
setelah ditetapkan untuk melaksanakan peraturan desa atau peraturan kepala desa.
Rancangan peraturan desa tentang anggaran pendapatan dan belanja desa,
retribusi, tata ruang, dan organisasi pemerintahan desa harus mendapat evaluasi
dari bupati / walikota sebelum dijadikan peraturan desa. Hasil evaluasi
disampaikan oleh bupati / walikota paling lambat 20 (dua puluh) hari kerja
terhitung sejak rancangan peraturan diterima oleh bupati / walikota. Rancangan
Peraturan Desa harus dikonsultasikan dengan masyarakat desa. Masyarakat desa
berhak memberikan masukan atas rancangan peraturan desa tersebut. Peraturan
13
Wulandari Agustyarna, “Proses Penyusunan Peraturan Desa (Naskah Publikasi)”,
Universita Muhammadiyah Surakarta, 2014
15
desa dan peraturan kepala desa diundangkan dalam lembaran desa dan berita desa
oleh sekretaris desa.
Peraturan desa menuntut partisipasi masyarakat dalam pembentukannya.
Hal ini dimaksudkan agar hasil akhir rancangan peraturan desa dapat memenuhi
aspek penegakan hukum dan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan
pembentukannya. Partisipasi masyarakat dapat berupa masukan dan sumbang
pikiran dalam perumusan substansi pengaturan perdes. Peraturan desa dapat
dibatalkan jika tidak sesuai dengan prinsip dasar tersebut di atas. Pejabat yang
berwenang mencabut peraturan desa adalah bupati. Peraturan desa harus dibuat
dengan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan masyarakat. Oleh karena itu,
proses penyusunan peraturan desa harus memperhatikan aspirasi serta melibatkan
masyarakat desa setempat.
5. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Lingkungan adalah penjumlahan dari semua benda hidup dan benda mati
serta kondisi yang ada pada ruang yang kita tempati. Manusia di sekitar kita juga
merupakan bagian dari lingkungan kita. Oleh karena itu perilaku mBanusia, dan
kondisi sosialnya, juga merupakan elemen lingkungan kita.14
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah upaya sistematis dan
terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan
14 Tresna Sastrawijaya, Pencemaran Lingkungan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm.6
16
mencegah pencemaran dan / atau kerusakan lingkungan termasuk perencanaan,
pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.15
Pengelolaan lingkungan hidup yang dilaksanakan atas asas tanggung
jawab Negara, asas kelestarian, dan asas kemanfaatan bertujuan untuk
mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan dalam
rangka pembangunan seluruh rakyat Indonesia dan pembangunan seluruh
masyarakat Indonesia. yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sasaran
pengelolaan lingkungan adalah:
a. Tercapainya keselarasan, keharmonisan dan keseimbangan antara manusia
dengan lingkungannya.
b. Terwujudnya masyarakat Indonesia sebagai pencinta lingkungan yang
memiliki sikap dan tindakan menjaga dan memelihara lingkungan
c. Menjamin kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang.
d. Mewujudkan keberlanjutan fungsi lingkungan.
e. Penggunaan sumber daya terkontrol dengan bijak.
f. Melindungi Negara Kesatuan Republik Indonesia dari dampak usaha dan/
atau kegiatan di luar wilayah negara yang mengakibatkan pencemaran dan/
atau kerusakan lingkungan hidup.
Pengelolaan lingkungan tidak semata-mata menjadi tanggung jawab
pemerintah. Sektor swasta dan masyarakat juga memiliki peran yang sangat
penting dalam melaksanakan kebijakan pengelolaan lingkungan. Negara hukum
15
Peraturan Desa Sialang Nomor 06 Thn 2019 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup di Desa Sialang
17
sebagai konsep yang mapan meliputi perangkat aparatur negara terutama
perangkat pemerintahan yang dalam tindakannya baik terhadap pra-warga negara
maupun dalam kaitannya dengan lembaga negara lainnya tidak boleh
sembarangan, tetapi harus memperhatikan. peraturan hukum yang berlaku. Begitu
juga dengan anggota masyarakat, dalam hubungan sosial juga harus mematuhi
ketentuan hukum yang berlaku. Setiap orang berhak dan berkewajiban untuk
berperan serta dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup, agar kelestarian
fungsi lingkungan dapat tercapai.
Pengelolaan lingkungan dapat kita artikan sebagai upaya sadar untuk
menjaga atau meningkatkan kualitas lingkungan agar kebutuhan dasar kita dapat
terpenuhi dengan baik. Pengelolaan lingkungan harus fleksibel dengan
fleksibilitas yang kita upayakan untuk tidak menutup pilihan kelompok orang
tertentu untuk mendapatkan kebutuhan dasarnya atau menutup pilihan kita lebih
awal untuk kemudian. Untuk mendapatkan kualitas lingkungan yang baik, upaya
kami adalah meningkatkan manfaat lingkungan atau meminimalkan risiko
lingkungan.16
Dalam Islam di kenal tiga macam bentuk pelestarian lingkungan. Pertama
dengan cara ihya’. Yakni pemanfaatan lahan yang dilakukan oleh individu. Dalam
hal ini seseorang mematok lahan untuk dapat digarap dan difungsikan untuk
kepentingan pribadinya. Orang yang telah melakukannya dapat memiliki tanah
tersebut. Mazhab Shafi’i menyatakan siapapun berhak mengambil manfaat atau
16
Otto Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup Dan Pembangunan, Cet.11
(Jakarta:Djambatan,2008), Hal.76
18
memilikinya, meskipun tidak mendapat izin dari pemerintah. Lain halnya dengan
Imam Abu Hanifah, beliau berpendapat, Ihya boleh dilakukan dengan catatan
mendapat izin dari pemerintah yang sah. Imam Malik juga berpendapat hampir
sama dengan Imam Abu Hanifah. Akan tetapi, beliau menengahi dua pendapat itu
dengan cara membedakan dari letak daerahnya. Kedua, dengan proses iqta’. Yakni
pemerintah memberi jatah pada orang-orang tertentu untuk menempati dan
memanfaatkan sebuah lahan. Adakalanya untuk dimiliki atau hanya untuk
dimanfaatkan dalam jangka waktu tertentu. Ketiga, adalah dengan cara hima’,.
Dalam hal ini pemerintah menetapkan suatu area untuk dijadikan sebagai kawasan
lindung yang difungsikan untuk kemashlahatan umum.17
Manusia memiliki kewajiban yang harus dipenuhi yaitu menjaga
keharmonisan dan keseimbangan ekosistem dan tidak menimbulkan kerusakan,
baik terhadap hewan, tumbuhan maupun jenis makhluk lainnya, kecuali memang
ia menyatakan dirinya sebagai manusia munafik yang hina. Betapapun tidak
pentingnya makhluk tertentu dalam pandangan manusia, makhluk ini tidak
diciptakan tanpa makna. Adapun di mana letak ketidakpastian, itu adalah bagian
dari pelajaran yang harus dipahami.
Penelitian yang ditulis oleh Johni Najwah dengan judul Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan dalam Perspektif Hukum Islam Universitas Kebangsaan
Malaysia menyebutkan bahwa bentuk-bentuk kerusakan menurut ilmu lingkungan
dapat muncul dalam berbagai kegiatan seperti pemanfaatan sumber daya alam
17
Rahmi Hidayati, “Hukum Islam dan Kelestarian Lingkungan ( Studi Tentang Hukum
Adat Sebagai Alternatif Terhadap Kerusakan Lingkungan di Jambi)” Jurnal Fakultas Syariah
IAIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi, Vol.15 No.1, Juni 2015, Hlm.107.
19
yang melebihi hasil lestari maksimum, memutuskan salah satu dalam rantai
makanan atau jaring kehidupan, mengeksploitasi siklus material, dan
menghasilkan berbagai jenis pencemaran yang akan mengganggu stabilitas sistem
lingkungan.18
Selain itu, kerusakan tersebut juga dapat muncul dalam bentuk kegiatan
seperti penumpukan sumber daya alam yang menyebabkan penderitaan bagi
manusia lain, eksploitasi sumber daya manusia hingga merendahkan sebagai
manusia, terganggunya keamanan, pelanggaran ketertiban, pemutusan hubungan
saudara, penelantaran. manusia. kemiskinan, pengabaian pendidikan dan agama,
serta bentuk kegiatan lain yang dapat mengganggu tata kelola lingkungan.
Pencemaran lingkungan adalah perubahan lingkungan yang tidak
menguntungkan, antara lain karena ulah manusia, akibat perubahan pola
penggunaan energi dan material, aksi radiasi, material fisik dan kimiawi, serta
banyaknya organisme. Tindakan tersebut dapat mempengaruhi manusia secara
langsung maupun tidak langsung melalui air, hasil pertanian, ternak, benda,
perilaku apresiasi dan rekreasi di alam liar.19
Dampak negatif dari penurunan kualitas lingkungan akibat pencemaran
alam adalah munculnya ancaman atau dampak negatif terhadap kesehatan,
penurunan nilai estetika, kerugian ekonomi dan terganggunya sistem alam.20
18
Johni najwah, “Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Dalam Perspektif
Hukum Islam”, Universiti Kebangsaan Malaysia, tanpa tahun, hlm.63 19 Tresna Sastrawijaya, Pencemaran Lingkungan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm.57 20
Takdir Rahmadi, Hukum Lingkungan Di Indonesia, Cet. 4 (Depok: Pt Rajagrafindo
Persada, 2014) Hlm.3
20
Makhluk hidup seperti manusia selalu mencemari lingkungan karena
perilakunya, karena pembuangan bahan kimia, limbah, dan polutan lainnya ke
dalam air akan mempengaruhi kehidupan di air tersebut. Pencemaran air adalah
peristiwa masuknya zat, energi, unsur, atau komponen lain ke dalam air sehingga
mengakibatkan kualitas air menjadi terganggu.21
Kualitas air yang terganggu
ditandai dengan perubahan bau, rasa, dan warna. Penelitian ini membahas tentang
penangkapan ikan dengan menggunakan racun dan setrum yang sangat merusak
ekosistem ikan atau mencemari sungai.
a. Potassium Cianida
Potasium Cianida merupakan bahan kimia yang digunakan nelayan untuk
menangkap ikan yang berdampak pada rusaknya ekosistem perairan. Potassium
Cianide juga disebut KCN yang merupakan senyawa paling bercun.
1) Bahaya Potassium bagi Manusia
Sianida merupakan salah satu racun paling mematikan, karena zat ini
mengganggu sel dalam menerima oksigen di dalam tubuh. Racun sianida ini bisa
dalam bentuk gas seperti hidrogen sianida atau dalam bentuk kristal seperti
Kalium Cianida atau Natrium Cianida. Secara ilmiah, racun sianida dapat masuk
ke tubuh kita melalui sistem pernafasan (terutama paru-paru), pencernaan
sehingga disalurkan ke seluruh bagian tubuh. Jika zat tersebut masuk ke dalam
tubuh maka dapat menghambat kinerja sel dalam tubuh, mengganggu penggunaan
oksigen oleh sel dan dapat menyebabkan kematian sel. Pada dosis tertentu, zat ini
bisa menyebabkan kematian dalam waktu 15 menit akibat kekurangan oksigen.
21 Novan anugrah, “jurnal pencemaran air”, vol 2, Tanpa Tahun hal.1-7
21
Paparan dalam jumlah kecil menyebabkan pernapasan cepat, gelisah, pusing,
lemah, sakit kepala, mual dan muntah, serta peningkatan detak jantung. Paparan
dalam jumlah banyak menyebabkan kejang, tekanan darah rendah, detak jantung
melambat, kehilangan kesadaran, masalah paru-paru dan gagal napas hingga
korban meninggal.22
Sodium Cianide atau Potassium Cianida sama-sama mengandung racun
yang berbahaya bagi lingkungan dan makhluk hidup termasuk manusia. Kedua
racun tersebut akan menyerang pembuluh darah, jantung, kemudian mematikan
aliran darah sehingga menyebabkan korbannya pingsan dan akhirnya meninggal
dunia. Masa reaksinya sangat cepat, hanya sekitar 3-4 jam. Sodium cianide yang
merupakan turunan kalium cyanide bahkan diklaim lebih berbahaya dengan masa
reaksi yang lebih cepat.
2) Bahaya Potassium bagi Ikan
Pada penangkapan ikan menggunakan bahan kimia berupa potasium yang
memiliki ciri mata rabun (kabur) dan kulit ikan kusam (pucat). Pengaruh langsung
terhadap ikan yang menggunakan bahan kimia berupa potasium pada ekosistem
menyebabkan kerusakan ekosistem perairan dimana ikan, terumbu karang sebagai
tempat berkembang biak ikan dan biota lainnya akan mati / rusak dan tercemar
lingkungan perairan. Kerugian yang ditimbulkan dalam penangkapan ikan
menggunakan bahan kimia berupa kalium adalah kerugian yang sangat besar
22 Wiro Chaniago, “Peran Tokoh Agama Dalam Penanggulangan Tindak Pidana
Penangkapan Ikan Menggunakan Potassium Dan Setrum Di Sungai Ogan Desa Munggu
Kecamatan Muara Kuang Kabupaten Ogan Ilir”. Skripsi Universitas Negeri Raden Fatah
Palembang , 2018, Hlm. 23
22
walaupun secara nominal tidak dapat dihitung, namun nyatanya dampaknya sudah
terlihat yaitu mengingat penggunaan bahan kimia berupa potasium yang
mengakibatkan kematian ikan-ikan kecil dan ikan besar termasuk telurnya.
b. Setrum
Menurut kamus bahasa Indonesia, sengatan listrik adalah aliran
(kelistrikan), sedangkan menyetrum adalah penyaluran listrik pada sesuatu,
sedangkan penyetruman adalah proses, cara, pembuatan sengatan listrik.23
Sebagaimana kita ketahui, arus listrik berdasarkan sumbernya dapat
dibedakan menjadi dua yaitu arus searah (DC) dan arus bolak-balik (AC). Sumber
arus DC adalah baterai dan baterai sedangkan sumber arus AC adalah PLN. Efek
yang ditimbulkan oleh arus AC dan DC juga berbeda. Secara umum pengaruh
arus bolak-balik (AC) lebih berbahaya daripada arus searah (DC). Jadi dapat
disimpulkan bahwa setrum adalah aliran listrik atau energi listrik baik dari arus
listrik DC maupun dari arus listrik AC yang mengalir ke benda baik padat
maupun cair.
a) Bahaya Setrum bagi Manusia
Sengatan listrik dapat membahayakan tubuh manusia karena arus listrik
yang mengalir dalam tubuh manusia akan menghasilkan panas yang dapat
membakar jaringan dan juga mengganggu fungsi organ terutama jantung, otot dan
otak. Efek sengatan listrik antara lain kejang otot, nafas terhenti, detak jantung
tidak teratur, luka bakar, dan yang terparah kematian.
23 https://kbbi.web.id/setrum.html (diakses: 16 februari 2021. Jam 12.59 WIB)
23
b) Bahaya Setrum bagi Ikan
Penggunaan alat pancing setrum menyebabkan ikan mengalami stress
selama kurang lebih 3-5 hari setelah disetrum. Dan sangat mungkin selama ini
ikan akan mengalami kematian sehingga populasi ikan tersebut bisa punah.
Akibat penangkapan ikan menggunakan stun oleh sebagian masyarakat, populasi
ikan lokal akan menurun dari tahun ke tahun, karena anak-anak ikan juga ikut
mati dan menangkap ikan. yang lainnya juga menghilang.
F. Tinjauan Pustaka
Dalam upaya melakukan penelitian diperlukan bimbingan dan dukungan
terhadap setiap hasil penelitian yang ada yang masih berkaitan dengan penelitian
yang sedang dilakukan. Dalam skripsi ini penulis menyusun beberapa referensi
yang relevan dengan judul skripsi, dengan tujuan untuk memperkaya ilmu, berikut
beberapa contoh penelitian yang menelaah pengelolaan lingkungan:
1. Penelitian yang ditulis oleh Eka Tusriana dengan judul Implementasi
Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 6 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Studi Kasus di Sungai Tembuku Kota
Jambi). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif dengan karakteristik deskriptif. Penelitian ini
membahas tentang kondisi Sungai Tembuku yang sangat memprihatinkan
24
karena banyak sampah yang menumpuk sehingga menghambat proses
sirkulasi air dan menyebabkan banjir saat hujan dengan intensitas tinggi.24
2. Penelitian yang ditulis oleh Latifah Ratnawaty (2016) Dosen Tetap
Fakultas Hukum Universitas Ibnu Khaldun Bogor yang jurnal berjudul
"Implementasi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup". Penelitian ini
membahas tentang Penegakan Hukum Lingkungan terkait Pertambangan
Tanpa Izin (PETI) di Desa Rumpin, Kabupaten Bogor yang tidak efektif
selain penambangan pasir dan batuan tanpa izin (PETI) di Desa Rumpin,
Kabupaten Bogor yang menimbulkan dampak masyarakat dan lingkungan
sekitar serta berbagai aspek lainnya walaupun tidak banyak dampak
positifnya. Sehingga berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
ada, sudah sepantasnya para penambang liar di Desa Rumpin, Kabupaten
Bogor dikenai sanksi.25
3. Penelitian yang ditulis oleh Rachmat Hidayat (2014) dimana dalam
tesisnya yang berjudul “Analisis Yuridis Pencemaran Lingkungan
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Studi Kasus di
Kecamatan Biringkanaya dan Tamalanrea , Kota Makassar) ". Penelitian
yang dilakukan adalah penelitian penelitian lapangan (Feld Research).
24 Eka Tusriana, “Implementasi Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 6 Tahun 2012
Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Studi Kasus Di Sungai Tembuku Kota Jambi)”, Skripsi
Universitas Islam Negri Sulthan Thaha Saifudin Jambi, 2019. 25 Latifah Ratnawaty, “Implementasi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup” Jurnal Universitas Ibn Khaldun Bogor,, Vol.
3 No. 1, Maret 2016.
25
Penelitian ini membahas tentang ketidakefektifan penegakan hukum.
Tidak efektifnya Undang-undang tersebut bukan karena isi materi undang-
undang melainkan karena peran aktif dari para pelaksana undang-undang
yaitu pemerintah, pelaku usaha / kegiatan, serta masyarakat yang tidak
berperan aktif dalam penyelenggaraan undang-undang. isi undang-undang,
tidak ada sanksi pidana, perdata atau pidana. administrasi yang dibebankan
pada perusahaan oleh pemerintah.26
Sedangkan dalam penelitian ini membahas tentang Implementasi
Peraturan Desa Nomor 6 Tahun 2019 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup di Desa Sialang Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin.
Sehingga antara penelitian sebelumnya dan penelitian yang dilakukan oleh
penulis saat ini, terdapat perbedaan dan persamaan. Perbedaan penelitian ini
adalah studi kasus, sedangkan persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama
menganalisis peraturan daerah tentang pengelolaan lingkungan yang meliputi
pencemaran, pembuangan limbah, dan pembuangan sampah secara tidak tepat.
26 Rachmat hidayat, “Analisis Yuridis Terhadap Pencemaran Lingkungan Menurut
UU RI No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Likungan Hidup”, Skripsi
Universitas Islam Negri Alauddin Makasar, 2014.
26
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di sungai yang terletak di Desa Sialang
Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin. Pemilihan tempat ini dilakukan
dengan mempertimbangkan hasil pra penelitian yang dilakukan oleh penulis yang
melihat bahwa lokasi penelitian ini sangat sesuai dan dapat membantu penulis
untuk menjawab rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Penelitian
ini mengkaji Implementasi Peraturan Desa terhadap Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup di Desa Sialang Kecamatan Pamenang Kabupaten
Merangin. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2020 hingga Februari
2021. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut:
1. Terjadi penangkapan ikan yang tidak wajar yaitu dengan menyetrum atau
meracuni ikan di sungai di Desa Sialang Kecamatan Pamenang Kabupaten
Merangin
2. Mudahnya mendapatkan data dan informasi serta berbagai informasi yang
dibutuhkan untuk menyusun skripsi ini
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan sosiologis. Pendekatan sosiologis digunakan untuk mengetahui
penerapan peraturan daerah dalam kehidupan masyarakat tentang perlindungan
dan pengelolaan lingkungan. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan empiris
27
karena penulis melakukan observasi langsung di lapangan, dan pendekatan
penelitian menunjukkan Undang-Undang yang didasarkan pada Implementasi
Peraturan Desa Sialang Nomor 6 Tahun 2019 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup sehingga pendekatan penelitian ini adalah di
lokasi tempat peneliti melakukan penelitian.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif berupa
penelitian lapangan (field research), yaitu suatu metode untuk mengetahui secara
spesifik apa yang terjadi pada suatu waktu di masyarakat dan menjelaskan fakta
secara jelas. Penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan
analisis dengan pendekatan deduktif. Proses dan makna (perspektif subjek) lebih
ditekankan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori digunakan sebagai
pedoman agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan.27
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Dalam upaya penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian
lapangan, sehingga sumber data atau informasi yang menjadi standar peneliti
untuk diolah adalah data primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Data primer merupakan data utama yang dibutuhkan dalam penelitian,
yang diperoleh langsung dari sumber atau dari lokasi objek penelitian, atau
27 Perdana iwan, Metode Penyususnan Skripsi, (Malang: Intimedia, 2014) hlm.19
28
seluruh data penelitian yang diperoleh di lapangan.28
Data primer tidak diperoleh
melalui sumber perantara atau pihak kedua dan seterusnya. Data primer dalam
penelitian ini adalah hasil wawancara dan observasi langsung ke lokasi penelitian.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data atau sejumlah informasi yang diperoleh secara tidak
langsung atau melalui perantara. Data ini diperoleh dengan mengutip dari sumber
lain, sehingga tidak otentik, karena diperoleh dari pihak kedua, ketiga dan
seterusnya.29
Data sekunder yang digunakan berasal dari skripsi, jurnal dan artikel
yang berkaitan dengan penelitian ini.
2. Sumber Data
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan deskriptif kualitatif dengan
mengumpulkan data yang bersumber dari informasi dari beberapa informan.
Sumber data dalam penelitian ini antara lain: Pemerintah Desa Sialang dan
Masyarakat Desa Sialang.
D. Unit Analisis
Unit analisis dalam penulisan skripsi perlu dicantumkan apabila penelitian
yang dilakukan merupakan penelitian lapangan yang tidak memerlukan populasi
dan sampel. Unit analisis dapat berupa organisasi, baik itu organisasi pemerintah
atau organisasi swasta atau sekelompok orang. Unit analisis juga mendeskripsikan
28 Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. Ke-7,
(Bandung: Alfabeta, 2017), hlm. 97. 29
Sayuti Una (ed), Pedoman Penulisan Skripsi, (Jambi: Syari’ah Press IAIN STS, 2012),
hlm. 45.
29
kapan (tahun atau bulan apa) penelitian dilakukan, jika judul penelitian tidak
menggambarkan batasan waktunya secara jelas.30
Dalam skripsi ini penulis
menggunakan unit analisis dengan judul analisis: “Penerapan Peraturan Desa
terhadap Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Desa Sialang
Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin”. Unit analisis penelitian ini adalah
peran pemerintah desa dalam melaksanakan Peraturan Desa Nomor 06 Tahun
2019 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Desa Sialang.
Penentuan unit analisis karena penelitian yang dilakukan tidak menggunakan
populasi dan sampel, melainkan hanya menggunakan dokumen dari pemerintah
desa dan informasi dari masyarakat desa sialang.
E. Instrument Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data adalah perlengkapan yang digunakan untuk
menghimpunkan data dan fakta penelitian.31
Alat-alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi adalah kegiatan yang berhubungan dengan pengamatan,
pemeriksaan, penyelidikan penelitian. Observasi berasal dari bahasa latin yang
artinya “melihat” dan “memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan
30 Ibid , hlm. 62 31 Ibid, hlm.50
30
memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan
mempertimbangkan keterkaitan antar aspek fenomena tersebut.32
Observasi yang artinya pengamatan bertujuan untuk memperoleh data
tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai sarana untuk
mengecek ulang atau membuktikan informasi atau informasi yang diperoleh
sebelumnya. Observasi disini diartikan sebagai kegiatan untuk melihat secara
langsung pelaksanaan Peraturan Desa Nomor 6 Tahun 2019 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan di Desa Sialang Kecamatan Pamenang
Kabupaten Merangin. Pengamatan pertama dilakukan pada akhir November 2020
dengan melakukan kunjungan langsung ke lokasi sungai yang ada di Desa Sialang
dan melakukan wawancara dengan informan yang berada di Desa Sialang.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan tujuan tertentu. Percakapan ini
dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan pihak yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan tersebut.
Dalam penelitian ini wawancara yang digunakan adalah wawancara
terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara di mana pewawancara
menentukan masalahnya sendiri dan pertanyaan yang diajukan.33
Dengan
wawancara terstruktur ini setiap responden diberikan pertanyaan yang sama, dan
32 Iin Tri Rahayu dan Tristiadi Ardi Ardani, Observasi dan Wawancara (Jatim:
Bayumedia Publishing, 2004), hlm. 1 33
Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,(Bandung: Pt Remaja Rosdarkarya,
2017), Cet 36, Hlm.190
31
pendataan mencatatnya. Pokok-pokok pertanyaan disusun dengan sangat
terstruktur. Wawancara dilakukan dengan beberapa pihak seperti Sekretaris Desa
Sialang, Kepala BPD Desa Sialang dan masyarakat Desa Sialang.
Alat yang digunakan penulis dalam wawancara adalah buku catatan,
laptop, tape recorder dan kamera karena penulis menggunakan wawancara dengan
catatan lapangan. Ini berguna untuk merekam dan mendokumentasikan semua
percakapan dengan sumber data, yang semuanya telah digunakan setelah
mendapat izin dari sumber data. Karena wawancara yang digunakan bersifat semi
terstruktur. Dalam skripsi ini, penulis menggunakan metode wawancara yang
dilakukan terhadap subjek dengan menggunakan dokumentasi catatan lapangan.
3. Dokumentasi
Dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan metode dokumentasi atau
kepustakaan untuk memperkuat kebenaran data yang akan dianalisis. Metode
dokumentasi adalah pengumpulan data melalui data warisan tertulis seperti arsip,
termasuk buku-buku tentang pendapat, teori, dan lain-lain yang berkaitan dengan
penelitian.34
Penggunaan metode dokumentasi ini sangat berguna untuk
memperoleh data catatan deskriptif yang berkaitan dengan penelitian ini.
Dokumen adalah catatan peristiwa yang telah berlalu. Dokumen bisa
berupa tulisan, gambar, atau karya monumental seseorang. Dokumen dalam
bentuk tulisan antara lain diari, sejarah kehidupan, cerita, biografi, peraturan, dan
kebijakan. Dokumen berupa gambar, seperti foto, gambar langsung, sketsa, dan
34
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV. Alfabeta, 2008), Cet 4, hlm.
102
32
lain-lain. Dokumen berupa karya, misalnya karya seni rupa, bisa berupa gambar,
patung, film, dan lain-lain.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun data secara
sistematis yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi
dengan mengelompokkan data ke dalam kategori, mendeskripsikannya menjadi
beberapa unit, mensintesis, menyusun menjadi pola, memilih mana yang penting
dan mana yang akan dipelajari dan dibuat kesimpulan sehingga mudah dipahami
oleh diri sendiri dan tentunya dapat diinformasikan kepada orang lain.35
Analisis
data kualitatif dapat dilakukan dengan mereduksi data, menyajikan data dan
menarik kesimpulan.
1. Reduksi Data
Mereduksi..data berarti meringkas, memilih hal-hal utama, memfokuskan
pada hal-hal penting, mencari tema dan pola. Dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan memudahkan peneliti
untuk melakukan pendataan selanjutnya, dan mencarinya jika diperlukan.36
Untuk memperoleh informasi yang jelas dilakukan reduksi data, reduksi
dilakukan dengan metode seleksi, memfokuskan perhatian pada penyederhanaan
dan transformasi data yang diperoleh dari wawancara, observasi dan catatan
lapangan. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi
35 Sugiono,metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D, (Bandung:Alfabeta, 2011),
Cet. 26, hlm. 244 36 Ibid hlm.247
33
yang jelas dari data tersebut, sehingga peneliti dapat membuat kesimpulan yang
dapat dipertanggungjawabkan.
2. Penyajian Data
Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah menampilkan data
tersebut. Dalam penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, bagan alir dan sejenisnya.37
Dengan menampilkan data tersebut maka akan lebih mudah untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan pekerjaan selanjutnya berdasarkan apa
yang telah dipahami. Selanjutnya dalam menampilkan data selain menggunakan
teks naratif juga dapat berupa grafik, matriks, jaringan dan grafik.
3. Penarikan Kesimpulan
Menarik kesimpulan ini adalah arti dari data yang telah dikumpulkan.
Dalam penelitian kualitatif, kesimpulan diambil secara bertahap. Pertama,
menyusun kesimpulan awal, tetapi dengan bertambahnya data maka perlu
dilakukan data. kedua, menarik kesimpulan akhir setelah kegiatan pertama selesai.
Dari ketiga metode analisis data di atas, penulis menyimpulkan bahwa
ketiga metode yang meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan akan dilakukan setelah semua data diperoleh melalui wawancara
catatan lapangan, serta memudahkan penulis untuk mengetahuinya. dan menarik
kesimpulan tentang Implementasi Peraturan Desa Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan di Desa Sialang Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin.
37 Ibid hlm.249
34
G. Sistematika Penulisan
Agar penulisan dan penyusunan skripsi dapat berjalan dengan baik dan
berjalan dengan apa yang telah penulis tentukan sebelumnya maka ditentukan
susunan dan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I: Pendahuluan Intinya, bab ini menjadi dasar bagi penulis skripsi.
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah,
tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teori dan kajian pustaka.
Bab II: Merupakan bab yang membahas tentang Metode Penelitian yang
membahas tentang pendekatan penelitian, jenis penelitian, jenis dan sumber data,
unit analisis, instrumen pengumpulan data, teknik analisis data, dan sistematika
penulisan.
Bab III: Merupakan bab yang berisi gambaran tentang lokasi.
Bab IV: Berisi pembahasan dan hasil penelitian ini yaitu Implementasi
Peraturan Desa tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Desa
Sialang Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin.
Bab V: Berisi penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran serta
dilengkapi dengan daftar pustaka, lampiran dan riwayat hidup. Kesimpulan
diambil dari bukti dan uraian yang telah ditulis sebelumnya dan berkaitan erat
dengan materi pelajaran.
35
H. Jadwal Penelitian
Agar penelitian lebih terarah dari segi waktu dan kegiatan, untuk itu
penulisan jadwal kegiatan dilaksanakan dalam 3 tahap yaitu:
Tahap Pertama: Meliputi kegiatan penyusunan proposal, seminar
penyiapan instrumen penelitian dan permohonan izin penelitian.
Tahap Kedua: Meliputi pengumpulan data lapangan, analisis data, dan
persiapan data.
Tahap ketiga: Meliputi penyusunan skripsi, perbaikan dan duplikasi
skripsi
36
Tabel 1.1
Jadwal Penelitian
No
Kegiatan
Tahun 2019
Juli Agustus September Oktober November Desember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan
Judul
x
Tahun 2020
Januari Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2. Pembuatan
Proposal
X
3. Perbaikan
Proposal dan
Seminar
X
Tahun 2020
Juli Agustus September Oktober November Desember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
4. Surat Izin
Riset
X
5. Pengumpulan
Data
X
6. Pengelolahan
dan Analisis
data
X
7. Pembuatan
Laporan
X
Tahun 2021
Januari Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
9. Bimbingan
dan
Perbaikan
Q
1
1
Agenda dan
Ujian Skripsi
11. Perbaikan
dan
Penjilidan
37
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI
A. Sejarah Desa
Berdirinya Desa Sialang Kecamatan Pamenang diawali dari adanya proyek
transmigrasi umum dan dikenal dengan sebutan Unit Pemukiman Transmigrasi
Pamenang VIII, dengan nama awal A4 pada Tahun 1981. Peserta Transmigrasi
yang pertama kali datang ke Desa Sialang Kecamatan Pamenang pada 10 Oktober
1982, berjumlah 60 KK berasal dari Probolinggo suku Madura. Kemudian disusul
lagi oleh gelombang kedatangan kedua yang berasal dari daerah Jawa Barat, Jawa
Tengah dan juga dari peserta transmigrasi lokal yang berasal dari Pamenang dan
Simpang Limbur, sehingga jumlah KK awal yang ada di Desa Sialang, berjumlah
436 KK yang tersebar di tiga Dusun yaitu :38
1. Dusun Wonorejo ( Dusun 1 )
2. Dusun Lodaya ( Dusun 2 )
3. Dusun Suka Makmur ( Dusun 3 )
Saat pertama kali datang ke Desa Sialang, sumber mata air utama
masyarakat adalah air yang berasal dari aliran Sungai Sialang. Kemudian untuk
mensiasati agar sumber air tersedia dekat dari pemukiman maka di bangukanlah
sumur gali oleh Pemerintah dengan pembagian 1 sumur untuk 10 KK. Pada awal-
awal tahun berdiri, di Desa Sialang sudah terbangun oleh Pemerintah, Sekolah
Dasar Negeri ( SDN ) 368 yang di pimpin oleh Kepala Sekolah Suradianto. Untuk
38 Dokumen Desa Sialang Tahun 2019
38
matapencaharian penduduk saat itu adalah bertani tanaman palawija dan
hortikultura.
Isu-isu strategis yang mucul diawal terbukanya lahan transmigrasi adalah
sumber daya manusia dimana penguasaan keterampilan serta tingkat pendidikan
yang rendah, selain itu ada isu sumber daya alam dimana lahan pertanian masih
sangat luas dan subur, serta sumber daya sosial diman nilai solidaritas dan jiwa
gotong royong masih kuat di tengah masyarakat.
Kepemimpinan Desa Sialang dari awal sampai dengan saat sekarang
Sialang telah dipimpin oleh beberapa Kepala Desa. Tahun 1982 s/d 1985
merupakan daerah Transmigrasi dan dipimpin oleh KUPT Wilayah II/A4
(Koordinator Unit Pemukiman Transmigrasi) yaitu Bapak A. Aradea. Pada tahun
1985 sampai dengan 1987 Desa Sialang memiliki Kepala Desa definitf yang
pertama, yaitu Bapak Sumarsum.. Adapun sejarah Kepala Desa Sialang adalah
sebagai berikut :
1. Tahun 1985 s/d 1987 Bapak Sumarsum (Kepala Desa Definitif 1)
2. Tahun 1990 s/d 1995 Bapak Sumarsum (Kepala Desa Definitif 2)
3. Tahun 1996 s/d 1998 Jaka Gandini Pjs. Kepala Desa
4. Tahun 2000 s/d 2001 Sukarman Kepala Desa (Definitif 3)
5. Tahun 2001 s/d 2002 Sugiono Pjs. Kepala Desa
6. Tahun 2002 s/d 2008 Sumarsum Kepala Desa ( Definitif 4)
7. Tahun 2009 s/d 2010 Jaka Gandani Pjs Kepala Desa
8. Tahun 2011 s/d 2017 As’ari Kepala Desa (Definitif 5)
39
9. Tahun 2017 s/d sekarang As’ari
B. Kondisi Geografis
Desa Sialang merupakan salah satu desa yang ada di Kabupaten Merangin,
Provinsi Jambi. Luas wilayah Desa Sialang ± 2.121,98 Ha. Desa Sialang
terdiri dari 3 Dusun dan 16 RT.
Desa Sialang terletak di Kecamatan Pamenang, Kabupaten Merangin,
Provinsi Jambi. Jarak Desa Sialang ke Ibukota Kecamatan Pamenang sekitar 13
Km dengan lama jarak tempuh sekitar 30 menit jika menggunakan kendaraan
bermotor, dan jika berjalan kaki 1 jam perjalanan. Akses transportasi umum
menuju Desa Sialang dari pusat Kabupaten Merangin dapat menggunakan
kendaraan roda dua ataupun roda empat dengan jarak tempuh 45 Km dan lama
jarak tempuh 1 jam. Untuk mencapai Ibukota Provinsi Jambi di Telanaipura, jarak
tempuh yang dilalui 221 Km dengan waktu tempuh 5 Jam, akses transportasi yang
di gunakan kendaraan roda dua ataupun kendaraan roda empat.39
Gambar 1.1 Peta Wilayah Desa Sialang
39 Dokumen Desa Sialang Tahun 2019
40
Secara geografis sialang terletak di sebelah barat ibukota kecamatan
Pamenang, adapun batas-batas sebagai berikut :
Sebelah Barat : Desa Pinang Merah
Sebelah Timur : Kelurahan Pamenang dan Desa Rejosari
Sebelah Utara : Desa Karang Anyar dan Karang Berahi
Sebelah Selatan : Desa Lantak Seribu
Wilayah Desa Sialang berada pada ketinggian antara 100 - 500 mdpl.
Tanah di Desa Sialang memiliki kemiringan lereng yang bervariasi antara 3-16%
dengan tekstur lempung berpasir yang didominasi warna coklat. Rata-rata curah
hujan 156 mm / bulan dengan jumlah hari hujan merata sepanjang tahun. Bulan
basah berkisar antara 4-6 bulan, sedangkan bulan kering berkisar antara 4-6 bulan.
Musim hujan dimulai pada bulan Oktober-November dan musim kemarau pada
bulan April-Agustus setiap tahunnya. Puncak curah hujan dicapai pada bulan
Desember - Februari. Suhu rata-rata harian berkisar 27,7 ° C, suhu minimum 23,2
° C, dan suhu maksimum 32,4 ° C.
C. Gambaran Umum Demografis
Penduduk Desa Sialang berjumlah 3.010 jiwa dengan jumlah rumah tangga
819 Kepala Keluarga. Jumlah penduduk wanita 1.462 jiwa, sedangkan penduduk
pria 1.548 jiwa. Dengan rincian penduduk sebagai berikut :40
40 Dokumen Desa Sialang Tahun 2019
41
Tabel 1.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 201941
No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase
%
1 Laki-laki 1.548 51,43 %
2 Perempuan 1.462 48,57 %
Jumlah 3.010 100,00 %
Tabel 1.3. Penduduk Berdasarkan Pindah Datang Tahun 2019
Jenis Mutasi Laki Perempuan Jumlah
Lahir 23 23 46
Mati 12 9 21
Pindah 17 14 31
Datang 16 22 38
D. Kondisi Ekonomi
1. Pertumbuhan Ekonomi
Hingga saat ini pertumbuhan ekonomi masyarakat Desa Sialang telah
menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat. Hal ini terlihat dari perubahan dan
gaya hidup masyarakat khususnya kemajuan kecukupan kebutuhan pokok
(sandang, pangan, papan) yang telah berubah. Penurunan penerima Raskin dan
kebutuhan tambahan (kendaraan bermotor dan handphone) rata-rata sudah
dimiliki oleh setiap rumah tangga. Masyarakat Desa Sialang secara umum dapat
dikelompokkan menjadi beberapa mata pencaharian, seperti yang tertera pada
tabulasi di bawah ini:
41 Dokumen Desa Sialang Tahun 2019
42
Tabel 1.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan Tahun 201942
Jenis pekerjaan Laki-laki Perempuan
Petani/Pekebun 506 70
Buruh Tani 271 49
PNS 18 15
Pedagang Klontong 2 3
Peternak 3 -
Montir 6 -
Perawat Swasta - 1
Bidan Swasta - 2
TNI 1 -
POLRI 7 1
Pengusaha 7 2
Guru Swasta 7 18
Pedagang Keliling 1 1
Tukang Kayu 1 -
Tukang Batu 1 -
Pembantu Rumah Ta
\ngga - 1
Notaris 1 -
Karyawan Perusahaan Swasta 11 -
Wiraswasta 69 23
Tidak Mempunyai Pekerjaan Tetap 41 9
Belum Kerja 173 129
Pelajar 383 375
Ibu Rumah Tangga 1 756
Pensiunan 5 2
Perangkat Desa 1 1
42 Dokumen Desa Sialang Tahun 2019
43
Buruh Harian Lepas 24 3
Sopir 4 -
Tukang Las 1 -
Wartawan 1 -
Tukang Jahit - 1
Tukang Cukur 1 -
Satpam 1 -
2. Potensi Unggulan Desa
Beberapa potensi unggulan sebagai kontribusi nyata untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Desa Sialang adalah kelapa sawit, karet, tanaman
perkebunan campuran, dan persawahan. Berikut ilustrasi potensi Desa Sialang:43
a) Potensi Penggunaan Lahan
Tabel 1.5. Penggunaan Lahan di Desa Sialang Tahun 2019
No Penggunaan lahan Luas/ ha Keterangan
1 Kebun Sawit 1453,51 -
2 Kebun Karet 580,45 -
3 Kebun Campuran 24,43 -
4 Pemukiman 63,34 -
5 Rawa 5 -
6 Sawah 15 -
Jumlah 2.121,98
Potensi unggulan di Desa Sialang untuk meningkatkan pendapatan
penduduk perkapita pada dasarnya adalah tanaman perkebunan tahunan (kelapa
43 Dokumen Desa Sialang Tahun 2019
44
sawit dan karet), karena lahannya subur dan cocok untuk budidaya tanaman
perkebunan tersebut. Potensi tanaman palawija, hortikultura (pisang, mangga,
sirsak, pepaya, dll), budidaya darat (kolam ikan) dan budidaya ternak untuk
pembibitan dan penggemukan (sapi, kambing, unggas, dan lain-lain), selain itu
potensi Industri rumah tangga seperti industri tempe, jajanan, dan lain-lain juga
menjadi mata pencaharian masyarakat di desa ini.
b) Potensi Sumber Daya Pembangunan
Tabel 1.6. Potensi Sumber Daya Pembangunan Tahun 2019
Tanah Fasilitas Umum
Ada/Tidak Jumlah
Tanah kas desa/bengkok Ada 1 Ha
Tanah adat Tidak ada
Lapangan olah raga Ada 15 Unit ( 1 Unit Lapangan
Bola, 6 Unit Lapangan
Bulutangkis, 8 Unit
Lapangan Volly
Perkantoran pemerintah Ada 1 Unit Kantor Desa
Gedung pertemuan Ada 1 Unit
Ruang publik/ taman kota Tidak ada
Tempat pemakaman desa / umum Ada 2 Lokasi ( 1 Lokasi TPU
di Dusun 2, 1 Lokasi TPU
di Dusun 3
Tempat pembuangan sampah umum Tidak Ada
Bangunan sekolah/ perguruan tinggi Ada 7 Unit (2 Unit TK, 2 Unit
SD, 1 Unit SMP, 2
Madrasah)
Pertokoan/warung Ada 80 Unit
Rumah dinas guru Ada 2 Unit
Fasilitas pasar Ada 1 Unit
Jalan Desa + Jalan Kabupaten Ada 15,62 Km + 13,47 Km
Daerah tangkapan air Tidak ada
45
Sutet/ aliran listrik tegangan tinggi Tidak ada
Dermaga Penyeberangan Tidak ada
Jembatan Tidak ada
Keramat Tidak ada
Tajahan Tidak ada
Puskesmas Pembantu Ada 1 Unit
Masjid Ada 3 Unit
Musholla Ada 15 Unit
Rencana gedung BPD Tidak ada
Gedung Posyandu Ada 3 Unit
Rencana gedung wallet Tidak ada
Penggilingan padi Tidak ada
Poskamling Ada 16 Unit
Perpustakaan Ada 3 Unit (2 Unit
Perpustakaan Sekolah 1
Unit Perpustakaan Umum)
Sumur Umum Ada 5 Unit
Tower Telekomunikasi Ada 1 Unit
Cekdam / Embung Tidak ada
3. Pertumbuhan Ekonomi/Pdrb
Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu desa dapat tercermin dari
beberapa indikator. Salah satu indikator yang sering digunakan untuk melihat
keberhasilan pembangunan adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Besarnya PDRB yang telah dicapai dan perkembangannya merupakan cerminan
dari kemampuan desa dalam mengelola sumber daya alam dan manusia. Sektor
penyumbang pembentukan PDRB Desa Sialang terbesar berasal dari sektor
perkebunan.44
44 Dokumen Desa Sialang Tahun 2019
46
E. Visi dan Misi Desa Sialang
Visi
“Terwujudnya Desa Sialang Makmur, Aman, Dan Sejahtera Tahun 2021”
Misi
1. Mewujudkan pemerintahan Desa Sialang yang efektif guna
mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat
2. Meningkatkan kinerja aparatur desa dan bebas dari korupsi
3. Meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui upaya peningkatan
pelayanan kesehatan desa
4. Mengembangkan sektor pertanian dan sektor usaha industri kecil yang
ramah lingkungan
5. Mengembangkan pentingnya peningkatan sumber daya manusia melalui
bimbingan teknis dan wajib belajar selama 9 tahun
6. Meningkatkan kapasitas desa dalam melaksanakan otonomi desa
7. Meningkatkan keamanan dan kenyamanan masyarakat
8. Meningkatkan dan memperkuat fungsi dan peran Lembaga Desa
47
F. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Sialang45
Gambar 1.2
Struktur Organisasi Pemerintahan
Desa Sialang Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin
45 Dokumen Desa Sialang Tahun 2019
Kepala Desa
As’ari
Kasi
Pemerintahan
James Sinaga
Sekretaris Desa
Ahmad Syafi’i
Kasi
Kesejahteraan Dan
Pelayanan
Nanang Kurniawan
Kaur
Umum Dan
Perencanaan
Khotimatur.H
Kaur
Keuangan
Rini Istina, S.Ip
Kepala Dusun 1
Masrukan
Kepala Dusun 2
Suramin
Kepala Dusun 3
M. Tri Joko Wiwoho
48
BAB IV
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Implementasi Peraturan Desa Sialang No 06 Tahun 2019 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Desa Sialang
Implementasi kebijakan adalah suatu tindakan yang dilakukan baik oleh
pemerintah maupun swasta (organisasi) baik secara individu maupun kelompok
yang bertujuan untuk mencapai tujuan. Implementasi merupakan salah satu
tahapan dalam proses kebijakan publik. Biasanya implementasi dilakukan setelah
suatu kebijakan dirumuskan dengan tujuan yang jelas, tahapan implementasi
kebijakan meliputi upaya mengubah keputusan menjadi tindakan operasional serta
upaya mencapai perubahan besar dan kecil.
Untuk mengetahui implementasi Peraturan Desa mengacu pada Peraturan
Desa Nomor 6 Tahun 2019 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, penulis menggunakan teori Van Meter dan Van Horn yang menggunakan
model implementasi kebijakan berdasarkan beberapa variabel. Model Van Meter
dan van Horn dapat dilihat sebagai berikut:46
46
Dwiyanto Indiahono, Kebijakan Public Berbasis Dynamic Policy Analysis
(Yogyakarta: Gava Media, 2017), Hlm.38
49
Gambar 1.3
Model dari Van Meter dan Van Horn ini menunjukkan bahwa
implementasi kebijakan merupakan model yang sangat kompleks dimana satu
variabel dapat mempengaruhi variabel lainnya.
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan di Desa Sialang berupa
Peraturan Desa mengacu pada Peraturan Desa Nomor 6 Tahun 2019 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Peraturan ini menjadi dasar
bagi masyarakat dalam mengelola dan menjaga lingkungan di Desa Sialang.
Selain itu, lingkungan harus menjamin kepastian hukum dan memberikan
perlindungan bagi hak setiap orang untuk memiliki lingkungan yang baik dan
sehat sebagai bagian dari perlindungan seluruh ekosistem. Seperti yang telah
50
dijelaskan dalam Peraturan Desa Nomor 6 Tahun 2019 Pasal 3 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang bertujuan:47
1. Melindungi kawasan Desa Sialang dari pencemaran dan / atau kerusakan
lingkungan;
2. Menjamin keselamatan, kesehatan dan kehidupan manusia;
3. Menjamin kelangsungan hidup makhluk hidup dan kelestarian ekosistem;
4. Menjaga kelestarian fungsi lingkungan;
5. Mewujudkan keharmonisan, keharmonisan dan keseimbangan lingkungan;
6. Menjamin terpeliharanya keadilan bagi generasi sekarang dan yang akan
datang;
7. Menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan sebagai
bagian dari hak asasi manusia;
8. Mengontrol penggunaan sumber daya alam secara bijaksana;
9. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan, dan
10. Mengantisipasi masalah lingkungan global.
Implementasi Peraturan Desa Sialang No 06 Tahun 2019 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Desa Sialang masih belum
berjalan dengan baik hal ini terlihat dari masih adanya sebagian masyarakat yang
mengobat ikan di sungai. Namun ada sebagian masyarakat yang menaati
peraturan desa yang telah di buat.
47
Peraturan Desa Sialang Nomor 6 Tahun 2019 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
51
Hal tersebut dibenarkan oleh bapak Muslim selaku ketua BPD desa
Sialang yang menjadi informan dalam penelitian ini, mengatakan:
“Pada umumnya peraturan desa yang telah di buat dan banyak di
respon oleh masyarakat, sebagai contoh seperti sebelum adanya peraturan
desa tersebut banyak sekali orang yang meracun ikan tetapi sekarang
setelah adanya peraturan desa ini mereka tidak meracuni ikan kembali,
selain dari pada ikan peraturan ini juga melarang pembakaran hutan dan
kebun dalam sekala besar.”48
Berbeda dengan pihak BPD Desa Sialang, sekretaris Desa Sialang yaitu
bapak Ahmad Syafii justru memberikan keterangan yang menyatakan bahwa:
“Masyarakat desa sialang merupakan bukan tipe orang-orang yang
bandel, karena ketika pemerintah desa membuat peraturan desa dan kemudian
disosialisakikan keseluruh masyarakat melalui RT antusias masyarakat sangat
tinggi. Masyarakat sama-sama ikut membantu pemerintah desa sialang dalam
melestarikan lingkungn sungai atau rawa yang ada di desa Sialang namun ada
beberapa masyarakat yang melanggar mereka melakukan setrum atau
meracun ikan secara diam-diam pemerintah desa tidak mengetahuinya dan
pihak desa pun sudah terlambat untuk mengetahui pelanggaran tersebut .”49
Kegiatan mengolah ikan atau menyetrum ikan di sungai merupakan salah
satu kegiatan mall praktek menangkap ikan atau memanfaatkan sumber daya
perikanan yang tentunya melanggar hukum. Aktivitas sengatan listrik dilakukan di
sepanjang tepian sungai. Alat setrum yang biasa dibawa berupa aki, kabel,
sakelar, senter, kawat, parang, dan sarung tangan. Sedangkan mengobati ikan
dilakukan dengan cara menaburkan obatnya ke sungai, kemudian setelah beberapa
jam ikan tersebut akan mulai mabuk atau mati dan muncul ke permukaan sungai.
Obat yang biasa dipakai untuk meracuni adalah sianida, orang menyebutnya
potas.
48 Wawancara dengan bapak Muslim, ketua BPD desa Sialang, 27 November 2020 49 Wawancara dengan bapak Ahmad Syafii, sekretaris desa Sialang, 27 November 2020
52
Penggunaan arus listrik pada ikan menimbulkan efek stimulan yang dapat
mengganggu keseimbangan pada otak ikan kemudian ikan akan mati rasa dan
lambat laun pingsan. Penggunaan racun ikan potas membuat ikan mabuk, lemah
dan menghambat pertumbuhan dan perkembangan serta metabolisme tubuh ikan.
Sel ikan yang terkena racun potas akan mengering dan akhirnya mati. Akibat
penangkapan ikan dengan menggunakan alat setrum atau racun ikan oleh
beberapa orang maka populasi ikan lokal akan semakin berkurang dari tahun ke
tahun, karena ikan kecil mati dan ikan besar juga ikut mati, kegiatan ini juga
memprihatinkan kondisi tersebut dari masyarakat yang banyak mengeluh terhadap
pengguna alat tangkap tradisional seperti memancing, menjala, menjaring, dan
lain sebagainya. Sebagai hasil wawancara dengan seorang pemuda warga Desa
Sialang yaitu Firman Raharjo yang menyatakan bahwa:
“Dengan adanya menyetrum ikan maupun mengobat ikan di sungai
sangat meresahkan, karena mereka menghabiskan ikan di sungai maupun
di rawa apalagi yang mengobat ikan di sungai bukan ikan besar saja yang
mati namun ikan yang kecil-kecil pun ikut mati beda halnya dengan orang
yang menyetrum ikan biasanya ikan hanya pingsan”.50
Larangan terhap kerusakan lingkungan hidup berdasarkan Peraturan Desa
Nomor 6 tahun 2019 Pasal 19 Ayat (1) yaitu:51
1. membakar hutan / lahan wilayah Desa;
2. meracun di sungai, rawa dan di parit wilayah Desa;
3. melakukan penambangan secara illegal wilayah Desa;
4. melakukan penyetruman di sungai dan di rawa wilayah Desa;
50 Wawancara dengan Firman Raharjom, warga desa Sialang, 10 Januari 2021 51
Peraturan DesaSialang Nomor 6 Tahun 2019 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
53
5. membuang limbah beracun dan limbah rumah tangga di sembarang tempat
Seperti yang telah dijelaskan pada pasal 19 ayat (1) apabila dilanggar oleh
masyarakat akan mendapatkan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Adapun sanksi berdasarkan peraturan desa nomor 6
tahun 2019 pasal 19 ayat (3) yaitu:52
1. Sanksi Administrasi
2. Sanksi Denda
3. Sanksi Adat
4. Sanksi Pidana
Sanksi administrasi sebagaimana yang dimaksud ialah teguran tertulis dari
kepala desa dan surat peringatan, sanksi denda terhadap pelanggaran sebagaimana
yang di maksud ialah sanksi meracun didenda dengan mengganti sebanyak 2000
bibit ikan dan sanksi penyetruman didenda dengan mengganti sebanyak 1000 bibit
ikan, sanksi adat terhadap pelanggaran sebagaimana yang dimaksud ialah hukum
adat dan denda adat dan sanksi pidana terhadap pelanggaran ialah mengikuti
peraturan yang lebih tinggi atau yang berlaku di Indonesia.
Ancaman pidana penangkapan ikan menggunakan potas dan setrum dalam
Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan pasal 84
menyebutkan:53
52 Peraturan DesaSialang Nomor 6 Tahun 2019 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup 53 Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang perikanan pasal 84
54
“Setiap orang yang dengan sengaja berada di Wilayah Pembudidayaan
Ikan Indonesia sedang melakukan penangkapan ikan dan / atau pembudidayaan
ikan dengan menggunakan bahan kimia, bahan biologi, bahan peledak, alat dan /
atau cara, dan / atau bangunan yang dapat merugikan dan / atau membahayakan
keberlanjutan daya Ikan. dan / atau lingkungannya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan
denda paling banyak Rp1.200.000.000,00 (satu miliar dua ratus juta rupiah). ”
Selama Peraturan Desa Nomor 6 Tahun 2019 diterapkan sudah dua orang
kasus yang telah di proses oleh pemerintah desa dan mendapatkan sanksi sesuai
peraturan desa yang berlaku di Desa Sialang.
Hal tersebut dibenarkan oleh Firman Raharjo selaku warga desa Sialang
menyatakan bahwa:
“Selama ini sudah dua kasus masyarakat yang ketahuan, satu orang itu saat
mengobat besar-besaran ia baru ketahuan besoknya setelah mengobat ia
dikenakan sanksi 2000 bibit ikan kemudian pada saat sore hari ada masyarakat
yang melapor ke kantor desa dan orang yang menyetrum pun di panggil ke desa
dan dikenakan sanksi 2000 bibit ikan”54
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa masyarakat
yang menyetrum ikan dikenakan sanksi denda yaitu 2000 bibit ikan sesuai
peraturan desa yang berlaku.
54 Wawancara dengan Firman Raharjom, warga desa Sialang, 10 Januari 2021
55
Berdasarkan hasil wawancara bersama bapak Siman Prasetyo selaku
warga desa Sialang yang menyatakan bahwa:
“ Saya sangat mendukung atas Peraturan desa Sialang No 6 tahun 2019
karena kelestarian lingkungan dan kelestarian ikan dapat terjaga selain itu
masyarakat yang menyetrum dan mengobat ikan tidak ada lagi karena mereka
takut diberikan sanksi apabila ketahuan mengobat ikan”.55
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat digambarkan bahwa masyarakat
desa Sialang mendukung adanya peraturan yang dibuat oleh pemerintah desa
terkait kelestarian lingkungan yang terdapat di desa Sialang. Namun tidak
semuanya masyarakat mendukung dengan adanya peraturan desa tersebut terlihat
dari masih adanya masyarakat yang melakukan penyetruman ikan maupun
mengobat ikan di sungai.
Diketahui bahwa dengan Adanya Peraturan Desa Sialang Nomor 6 Tahun
2019 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan adanya
sanksi yang berlaku seharusnya masyarakat takut untuk melakukan pelanggaran
mengenai penangkapan ikan secara tidak wajar. Dengan masih adanya masyarakat
yang melakukan penangkapan ikan dengan cara menyetrum ataupun mengobat
seharusnya membuat pemerintah desa melakukan penertiban dengan lebih ketat
lagi untuk mencegah masyarakat melakukan penyetruman ataupun mengobat ikan
di sungai yang menjadi akibat kerusakan ekosistem ikan di sungai.
55 Wawancara dengan bapak Siman Prasetyo, warga desa Sialang, 26 November 2020
56
B. Kendala yang dihadapi Selama Penerapan Peraturan Desa Sialang No 06
Tahun 2019 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
di Desa Sialang
Pada dasarnya tidak dapat dipungkiri bahwa dalam melakukan sebuah
penerapan peraturan tentunya tidak selalu berjalan mulus ada kalanya ditemui
berbagai macam hambatan dan kendala, salah satunya berkenaan dengan
keterlibatan masyarakat dalam menaati sebuah peraturan yang telah dibuat. Tidak
semuanya masyarakat menaati peraturan masih ada masyarakat yang tidak
mendukung, itu terlihat dari adanya masyarakat yang tetap menyetrum dan
mengobat ikan. Hal tersebut dibenarkan oleh bapak Muslim selaku ketua BPD
desa Sialang yang menjadi informan dalam penelitian ini, mengatakan:
“Sebuah peraturan pasti ada yang pro dan kontra artinya ada yang senang dan
ada yang tidak senang. Masyarakat yang senang akan menaati aturan dan
yang tidak akan tetap melakukan penyetruman ikan”56
Berlandaskan hasil wawancara yang telah dilakukan di Desa Sialang
Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin dapat diketahui bahwa pada dasarnya
tidak semua masyarakat ikut berpartisipasi dalam penerapan peraturan ini.
Masyarakat yang tidak menaati aturan tetap saja melakukan penyetruman ataupun
mengobat ikan walaupun dilakukan secara diam-diam.
Partisipasi masyarakat merupakan hak dan kewajiban warga negara untuk
berkontribusi dalam pencapaian tujuan kelompok. Sehingga mereka terlibat
dengan menyumbangkan inisiatif dan kreativitasnya. Masyarakat memiliki hak
56 Wawancara dengan bapak Muslim, Ketua BPD desa Sialang, 27 November 2020
57
dan kesempatan yang sama seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam
perlindungan dan pengelolaan lingkungan. Berdasarkan Peraturan Desa Sialang
Nomor 6 Tahun 2019 Pasal 20 ayat (2) partisipasi masyarakat dapat berupa:57
1. Pengawasan sosial;
2. Memberikan saran, pendapat, saran terkait pengaduan; dan / atau
3. Penyampaian informasi dan / atau laporan.
Oleh karena itu, kehadiran masyarakat dalam proses kebijakan
perlindungan lingkungan akan membantu pemerintah dalam menyelesaikan
permasalahan terkait kebijakan tersebut. Jika masyarakat mengetahui kebijakan
yang akan dilaksanakan maka masyarakat akan mendukung pelaksanaan
kebijakan tersebut dan masyarakat akan melakukan proses evaluasi untuk
perbaikan kedepannya.
Selain kurangnya partisipasi dari masyarakat kurangnya pengawasan dari
pemerintah desa juga menjadi salah satu kendala penerapan peraturan Desa
Nomor 6 tahun 2019 ini. Hal ini di benarkan oleh bapak Ahmad Syafii selaku
Sekretaris Desa Sialang yang mengatakan bahwa:
“Selama ini belum ada kerja sama antara pihak desa dengan pihak luar karena
setiap desa memiliki peraturan desa sendiri jika ada masyarakat desa Sialang
yang melanggar akan di proses di kantor desa dan jika ada masyarakat luar
yang melanggar akan dilaporkan ke desa yang bersangkutan”58
Berdasrkan hasil wawancara yang telah dilakukan di desa Sialang dapat
diketahui bahwa kurangnya pengawasan pemerintah desa terhadap jalannya
57 Peraturan Desa Sialang Nomor 6 Tahun 2019 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup 58 Wawancara dengan bapak Ahmad Syafii, sekretaris desa Sialang, 27 November 2020
58
sebuah peraturan desa ini. Terlihat tidak adanya pengawasannya yang dilakukan
ke sungai-sungai selain itu tidak ada kerja sama antara penerintah desa dengan
pihak luar. Pengawasan dimaksudkan untuk mengetahui hasil bahwa pelaksanaan
kebijakan dan program pengendalian dampak lingkungan sedapat mungkin dapat
berjalan sesuai dengan rencana.
Pengawasan pemerintah desa terhadap jalannya sebuah peraturan sangat
penting karena dengan adanya pengawasan dari desa maka peraturan yang telah
dibuat akan berjalan dengan baik. Pengawasan yang bisa dilakukan pemrintah
desa seperti kerjasama antara pemerintah desa dengan porles dengan cara
ditugaskannya babinsa desa untuk selalu mengatur dan mengawasi segala
permasalahan yang ada di desa termasuk larangan meracun ataupun menyetrum
ikan di sungai yang telah di atur. Oleh sebab itu apabila ada kedapatan masyarakat
yang masih melakukan pelanggaran meracun ikan ataupun menyetrum ikan maka
perangkat desa dan juga babinsa akan melakukan proses hukum.
C. Upaya Pemerintah Desa Dalam Mensosialisasikan Peraturan Desa No 06
Tahun 2019 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Di Desa Sialang
Peran pemerintah sangat penting dan strategis dalam penyelenggaraan
kehidupan Negara. Penyelenggaraan kehidupan bernegara bertujuan untuk
mencapai tujuan sebuah Negara yakni untuk melindungi dan meningkatkan
kualitas kehidupan semua masyarakat. Keberhasilan pemerintah sebagai
penyelenggara Negara sangat ditentukan oleh perannya dalam mensejahterakan
59
masyarakatnya. Oleh karena itu setiap pemerintah seyogyanya perlu memikirkan
kesejahteraan keseluruhan masyarakatnya.
Pemerintah desa memiliki peran penting dalam pelestarian lingkungan di
Desa Sialang, berdasarkan Peraturan Desa Sialang Nomor 6 Tahun 2019 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 22 ayat (1) bahwa dalam
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pemerintah desa mempunyai
tugas dan kewenangan untuk:59
1. Menetapkan kebijakan desa
2. Menetapkan norma, prosedur standar dan kriteria
3. Mengkoordinasikan dan melaksanakan pengendalian pencemaran
lingkungan dan / atau kerusakan
4. Menjaga kelestarian lingkungan berupa sumber daya alam di wilayah desa
5. Memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pelestarian lingkungan.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah desa untuk memulihkan
kelestarian sungai dan kelestarian ikan di sungai di Desa Sialang. Salah satu
upaya yang dilakukan pemerintah desa untuk mengantisipasi pencemaran dan
kerusakan ekosistem ikan di sungai adalah dengan melakukan sosialisasi kepada
masyarakat agar masyarakat dapat mematuhi peraturan desa yang telah
diciptakan.
59
Peraturan DesaSialang Nomor 6 Tahun 2019 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
60
Sosialisasi penting dilakukan dalam upaya meningkatkan kesadaran dan
kepatuhan masyarakat dalam menjaga lingkungan, salah satunya dengan tidak
meracuni ikan atau menyetrum ikan di sungai.
Berdasarkan hasil wawancara bersama bapak Ahmad Syafii selaku
sekertaris desa Sialang yang menjadi informan dalam penelitian ini menyatakan
bahwa:
“Pemerintah desa telah melakukan sosialisasi kepada msyarakat melalui
RT yang terdiri dari 16 RT dan antusias msayarakat pun sangat tinggi supaya
mereka sama-sama ikut membantu pemerintah desa sialang dalam melestarikan
sungai atau rawa yang ada di sialang”60
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan di desa Sialang dapat
diketahui bahwa pemerintah desa telah melakukan solialisati terhadap masyarakat
melalui ketua RT setempat dengan harapan dengan adanya sosialisasi ini
masyarakat dapat mengetahui dan juga dapat menaati peraturan yang telah di buat
oleh pemerintah desa dan tidak ada ada lagi masyarakat yang meracun ataupun
menyetrum ikan di sungai yang dapat merusak ekosistem ikan.
Selain melakukan sosialisasi kepada msayarakat pemerintah desa juga
melakukan pemasangan papan laranan atau pengumuman di pingir sungai ataupun
di pinggir jalan desa sialang, hal tersebut sangat membantu pemerintah desa
dalam mensukseskan peraturan desa yang telah dibuat dan meningkatkan
kepatuhan masyarakat.
Hal tersebut juga dibenarkan oleh bapak Muslim selaku ketua BPD desa
Sialang yang menjadi informan dalam penelitian ini, yang mengatakan:
60 Wawancara dengan bapak Ahmad Syafii, sekretaris desa Sialang, 27 November 2020
61
“Pemerintah menfasilitasi di tempat seperti di tepi-tepi sungai itu
di pasang papan larangan ataupun papan pengumuman tidak boleh
melakukan racun ikan ataupun menyetrum ikan di sungai yang
diperbolehkan ialah memancing ikan karena memancing ikan tidak
merusak sehingga ekosistem ikan tetap terjaga dan dengan diadakannya
peraturan ini ialah untuk anak cucu kita yang akan datang agar mereka
tetap menikmati hasilnya jika tidak punah”.61
Dapat diketahui bahwa berdasarkan hasil wawancara yang telah
dilaksanakan upaya yang dilakukan pemerintah desa selain melakuan sosialisasi
melalui RT pemerintah desa memasang papan larangan ataupun papan
pengumuman di tepi-tepi sungai maupun jalan dengan tujuan agar masyarakat
tidak melakukan penyetruman ataupun mengobati ikan agar tetap tergaja
ekosistem ikan yang ada di sungai, papan larangan tersebut berlaku bagi warga
desa Sialang maupun warga desa lain yang menyetrum ikan di sungai desa
Sialang.
Selain mensosialisasikan peraturan desa melalui RT dan memasang papan
pengumuman dan larangan di tepi-tepi sungai dan di pinggir jalan pemerintah
juga mengubah fungsi sungai menjadi wisata andalan desa Sialang. Hal tersebut
juga dibenarkan oleh bapak Siman Prasetyo selaku warga desa Sialang yang
menjadi informan dalam penelitian ini, yang mengatakan:
“Malah sekarang sungai makenang sekarang menjadi pariwisata andalan
warga desa Sialang, dengan adanya sungai makenang yang di rubah fungsikan
menjadi pariwisata bisa menjadi salah satu mata pencarian warga desa Sialang”62
61 Wawancara dengan bapak Muslim ketua BPD desa Sialang, 27 November 2020 62 Wawancara dengan bapak Siman Prasetyo, warga desa Sialang, 26 November 2020
62
Hal yang senada juga di sampaikan oleh Firman Raharjo selaku pemuda
Desa Sialang, yang menyatakan:
“Saat ini sungai makenang dengan desa dan juga masyarakat sudah dibuat
tempat rekreasi untuk pemandian masyarakat desa setempat maupun masyarakat
luar desa, dengan adanya tempat pemandian ini dapat menambah pendapatan desa
dan ikan pun tetap terjaga”.63
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa pemerintah desa telah
mengupayakan menjaga ekosistem sungai salah satunya ialah dengan cara
mengubah fungsi sungai menjadi salah satu pariwisata andalan desa Sialang.
Dengan adanya pariwisata yang dinamakan ratu a4 dapat menambah penghasilan
desa selain itu dapat menambah mata pencahariaan masyarakat setempat.
63 Wawancara dengan Firman Raharjo, warga desa Sialang, 10 Januari 2021
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan implementasi Peraturan
Desa Sialang Nomor 06 Tahun 2019 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup di Desa Sialang Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin
dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Peraturan Desa Sialang Nomor 06 Tahun 2019 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Desa Sialang belum
berjalan dengan baik, terlihat masih ada masyarakat yang melanggar dan
terus meracuni serta mengobat ikan di sungai. Namun dengan adanya
perdes ini masyarakat yang melakukan listrik atau pengolahan ikan tidak
sebanyak sebelumnya karena takut dengan sanksi yang berlaku, tidak
semua masyarakat yang mendukung dengan adanya peraturan desa tentang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
2. Kendala yang dihadapi selama pelaksanaan Peraturan Desa Sialang Nomor
06 Tahun 2019 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan di Desa
Sialang adalah kurangnya partisipasi masyarakat setempat untuk berperan
aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan di Desa Sialang.
Selain itu, minimnya pengawasan dari pemerintah desa juga menjadi salah
satu kendala dalam penerapan Peraturan Desa Nomor 6 Tahun 2019.
64
Dengan minimnya pengawasan dari pemerintah desa, masyarakat terus
menyetrum dan meracuni ikan di sungai.
3. Upaya yang dilakukan Pemerintah Desa Dalam Mensosialisasikan
Peraturan Desa No 06 Tahun 2019 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Di Desa Sialang yaitu pemerintah desa melakukan
solialisati terhadap masyarakat melalui ketua RT setempat, melakukan
pemasangan papan laranan atau pengumuman di pingir sungai ataupun di
pinggir jalan desa sialang dan pemerintah desa dan masyarakat mengubah
fungsi sungai menjadi wisata andalan desa Sialang.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang dapat dikemukakan oleh
peneliti adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah Desa Sialang Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin
perlu meningkatkan pola komunikasi dan koordinasi dengan masyarakat
setempat dengan memberikan arahan dan pembinaan kegiatan serta
berpartisipasi dalam melaksanakan peraturan desa yang telah dibuat dan
peduli terhadap lingkungan sekitar.
2. Pemerintah Desa Sialang Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin
perlu memberikan perhatian khusus untuk meningkatkan kegiatan
pengawasan dengan membentuk kelompok pembina yang langsung
melibatkan masyarakat dan organisasi kemasyarakatan serta perlunya
peningkatan dana untuk kepentingan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan. upaya.
65
Pemerintah Desa Sialang Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin perlu
meningkatkan tingkat kesadaran dan kepatuhan masyarakat, salah satunya dengan
menyebarluaskan Peraturan Desa Nomor 6 Tahun 2019 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup melalui penyuluhan atau menggunakan media
sosial seperti Facebook, Instagram, dan WhatsApp. Semakin banyak kegiatan
sosialisasi meningkat maka tingkat kepatuhan akan meningkat.
66
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur
Siswanto Sunarso, Hukum Pidana Lingkungan Hidup dan Strategi
Penyelesaian Sengketa, Cet. I, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005,
Prof. Dr. K.E.S Manik, Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jakarta
:Kharisma Putra Utama, 2016
Subarsono, Analisis Kebijakan Publik Cet.IX Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2020
Wulandari Agustyarna, Proses Penyusunan Peraturan Desa (Naskah
Publikasi), Universita Muhammadiyah Surakarta, 2014.
Tresna Sastrawijaya, Pencemaran Lingkungan, Jakarta: Rineka Cipta,
2000
Otto Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup Dan Pembangunan, Cet.11
Jakarta:Djambatan,2008
Takdir Rahmadi, Hukum Lingkungan Di Indonesia, Cet. 4 Depok: Pt
Rajagrafindo Persada, 2014
Perdana iwan, Metode Penyususnan Skripsi, Malang: Intimedia, 2014.
Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet.
Ke-7, Bandung: Alfabeta, 2017
Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi, Edisi Revisi, Jambi: Syari’ah
Press IAIN STS, 2012.
Iin Tri Rahayu dan Tristiadi Ardi Ardani, Observasi dan Wawancara
Jatim: Bayumedia Publishing, 2004.
Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet 36 Bandung: Pt
Remaja Rosdarkarya, 2017
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, Cet 4 Bandung: CV. Alfabeta,
2008.
Sugiono, metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D, Cet 26
Bandung:Alfabeta, 2011.
67
Dwiyanto Indiahono, Kebijakan Public Berbasis Dynamic Policy Analysis,
Yogyakarta: Gava Media, 2017.
Dokumen Desa Sialang Tahun 2019
Marsuyetno, Jurnal Adminitrasi Public: Analisis Implementasi Kebijakan
Pengelolaan Lingkungan Hidup di Sumatera Utara (Studi Pada Badan
Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara), Vol.1 No.2 2013.
Novan anugrah, Tanpa Tahun, jurnal pencemaran air, vol 2
Eka Tusriana, “Implementasi Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 6
Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Studi Kasus Di Sungai
Tembuku Kota Jambi)”, Skripsi Universitas Islam Negri Sulthan Thaha Saifudin
Jambi, 2019
Latifah Ratnawaty, “Implementasi Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup” Jurnal
Universitas Ibn Khaldun Bogor, Vol. 3 No. 1, Maret 2016.
Rachmat hidayat, “Analisis Yuridis Terhadap Pencemaran Lingkungan
Menurut UU RI No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
Likungan Hidup”, Skripsi Universitas Islam Negri Alauddin Makasar, 2014.
Johni najwah, “Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Dalam
Perspektif Hukum Islam”, Universiti Kebangsaan Malaysia.
Rahmi Hidayati, “Hukum Islam dan Kelestarian Lingkungan ( Studi Tentang
Hukum Adat Sebagai Alternatif Terhadap Kerusakan Lingkungan di Jambi)”
Jurnal Fakultas Syariah IAIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi, Vol.15 No.1, Juni
2015
B. Peraturan Undang-Undang
Keputusan Menteri Kelauatan Dan Perikanan Indonesia No /KEPMEN-
SJ/2019 Tentang Pedoman Rencana Aksi Nasional Pengawasan Dan
Penanggulangan Kegiatan Penangkapan Ikan Yang Merusak Tahun 2019-2023
Peraturan Daerah Kabupaten Merangin Nomor 3 Tahun 2016 Tentang
Ketertiban Umum Pasal 17
68
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 Tentang Perikanan dalam pasal
84
Peraturan Desa Sialang Nomor 06 Tahun 2019 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup di Desa Sialang
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
C. Lain-Lain
https://kbbi.web.id/setrum.html (diakses: 16 februari 2021. Jam 12.59 WIB)
Wawancara dengan bapak Muslim, ketua BPD desa Sialang, 27 November
2020
Wawancara dengan bapak Ahmad Syafii, sekertaris desa Sialang, 27
November 2020
Wawancara dengan bapak Siman Prasetyo, warga desa Sialang, 26 November
2020
Wawancara dengan Firman Raharjo, warga desa Sialang, 10 Januari 2021