implementasi peraturan pemerintah nomor 46 tahun 2013...

102
Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan Atas Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu (Studi Kasus Pada Sentra Industri Kerajinan Perak Desa Batankrajan Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto) Disusun Oleh : RATNA SILVIA DEVVY ANGGRAINY NIM. 135020301111012 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Derajat Sarjana Ekonomi JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Upload: others

Post on 02-Feb-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan

    Atas Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran

    Bruto Tertentu (Studi Kasus Pada Sentra Industri Kerajinan Perak Desa Batankrajan

    Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto)

    Disusun Oleh :

    RATNA SILVIA DEVVY ANGGRAINY

    NIM. 135020301111012

    SKRIPSI

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih

    Derajat Sarjana Ekonomi

    JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2017

  • Riwayat Hidup

    DATA PRIBADI

    Nama : Ratna Silvia Devvy Anggrainy

    Tempat/TGL lahir : Mojokerto, 15 juli 1995

    Alamat : Dsn. Ngudi Kidul Rt 06 Rw 01

    Gempolkerep, GEDEG

    MOJOKERTO

    Jenis kelamin : Perempuan

    Agama : Islam

    Email : [email protected]

    Phone : 085649123945

    DATA PENDIDIKAN

    Formal Sekolah Dasar (2001-2007) : SD Negeri Gempolkerep I

    SMP (2007-2010) : SMP Negeri 2 Kota Mojokerto

    SMA (2010-2013) : SMA Negeri 2 Kota Mojokerto

    Perguruan Tinggi (2013-2017) : S1 Jurusan Akuntansi Fakultas

    Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

    Non Formal

    1. Program Excellent di Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Universitas Brawijaya (2013)

    2. Introduction to SAP ERP class di jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

    dan Bisnis Universitas Brawijaya (2013)

    3. Microsoft Office Dekstop Application (2017)

    PENGALAMAN ORGANISASI

    1. Anggota Inscada Mirror Theatre di SMA Negeri 2 Kota Mojokerto

    2011-2012

    2. Anggota Broadcasting di SMA Negeri 2 Kota Mojokerto 2012-2013

    3. Staff Muda Bendahara Umum UKM FORDI MAPELAR UB 2014

    4. Anggota Ikatan Lembaga Penalaran dan Penelitian Mahasiswa se

    Indonesia (ILP2MI) 2014

    5. Bendahara Umum UKM FORDIMAPELAR UB 2015

    mailto:[email protected]

  • PENGALAMAN KEPANITIAAN

    1. Bendahara pelaksana dalam kegiatan Diklatsar XXXII UKM FORDI

    MAPELAR UB 2014

    2. Bendahara pelaksana dalam kegiatan gebrak aksi nalar pemuda

    Indonesia (GANESA) 3 2014

    3. Sekretaris pelaksana dalam kegiatan Islamic children festifal (ICF)

    FORSTILLING FEB UB 2014

    4. SC dalam kegiatan gebrak aksi nalar pemuda Indonesia (GANESA) 4

    2015

    5. SC dalam kegiatan LKTI UKM FORDI MAPELAR 2015

    6. SC dalam kegiatan Public Speaking Class UKM FORDI MAPELAR

    2015

    7. Delegasi Universitas Brawijaya dalam kegiatan Pengabdian

    Masyarakat Realita IV di Banten 2014

  • PERSEMBAHAN:

    Kupersembahkan sebuah karya sederhana berupa skripsiku untuk :

    Papa dan Mama Tercinta, Drs. H. Agus Riyono dan Dra. Hj. Siti Choiriyah,

    Karena berkat pengorbanan, semangat, doa tulus, dan motivasi dari beliau

    penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

    Kakakku Candra Arysta Putra P S.Ap dan Alfita Riyani S.S, terima kasih banyak

    telah memberikan bantuan dan contoh yang baik untuk adek, memberikan

    semangat dan motivasi hingga pada akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.

    Saudaraku Nadia Fajriana, S.E, Robby Sugiarto, S.E, Himawan Wicaksono, S.E,

    Irodatul Chasanah, Rima Ayu Aji P, S.E, Ni Luh Novi Andani, S.E, Hafid Yusuf,

    S.E, Nuraida W Ratnasari terima kasih engkau tidak henti-hentinya selalu

    membantuku, memberikan masukan, menyemangatiku terus untuk segera

    menyelesaikan Skripsi ini. Terimakasih juga untuk kebersamaannya 4 tahun ini,

    tawa canda dan campur aduknya sehingga penulis lebih bergairah untuk

    menyelesaikan kewajiban ini.

    Terimakasih untuk Dosen Pembimbing saya, Ibu Devy Pusposari, SE., M.Si, Ak.

    yang telah memberikan saran dan motivasi untuk segera menyelesaikan skripsi

    ini. Semoga kebaikan selalu mengiringi ibu, doa terbaik dari saya untuk ibu.

    Terimakasih kepada KPP Pratama Mojokerto dan pegawai yang telah

    mengizinkan saya untuk dapat meneliti pada instansi tersebut,

    Terimakasih kepada pengrajin di sentra industri kerajinan perak Desa

    batankrajan Kabupaten Mojokerto yeng telah sabar menjawab pertanyaan-

    pertanyaan saya selama proses wawancara.

    M. Rifqi Ramadhani dan Irfan Maulana, terimakasih telah menemani,

    menyemangati, dan menjadi tempat berbagi keluh kesah saya selama 2 tahun.

    Semoga dengan terselesaikan skripsi ini, kamu juga dapat termotivasi untuk

    segera menyelesaikan skripsimu.

    Mertojoyo Barat squad anita, mimi, andin, ade, dinda terima kasih telah

    memberikan semangat, dukungan, serta mengajak dalam kebaikan. (Mengajak

    puasa senen kamis dan sholat malem).

    Saudara-saudaraku satu nusa satu bangsa, Misbah Ashari, Danu Rizal, Monika

    Rahayu, Taras Linta, Kharisma ZAA, Rizal Hasan, Erwan Febrianto, Moch Tri

  • Prasetyawan, Nonik Dwi S, Kahfi Ma’na, Putra RAA, Rifka Anissatur R, Novinia,

    Winda Aulinda, Ulwan Hawari, Neysa, Tri Zulianti, Elza Rahmania, Wanda,dll.

    Maaf tidak bisa menyebukan satu per satu.

    Terimakasih kepada teman-teman FORDI MAPELAR UB yang telah membantu

    menjadi teman saling berporoses dalam suatu organisasi dan memberikan banyak

    pengalaman serta kenangan selama berkuliah di UB.

    Terimakasih kepada teman-teman BINA BNI 2 dan KCU BNI Jombang yang

    banyak memberikan ilmu dan pengalaman baru untuk seorang freshgraduate.

    Saya rasa, kata terimakasih saja tidak cukup, saya hanya bisa mendoakan

    semoga kebaikan selalu hadir dalam kehidupan orang orang yang baik. Aamiin

  • i

    ABSTRAK

    Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak

    Penghasilan Atas Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang

    Memiliki Peredaran Bruto Tertentu

    (Studi Kasus Pada Sentra Industri Kerajinan Perak Desa Batankrajan Kecamatan

    Gedeg Kabupaten Mojokerto)

    Oleh :

    Ratna Silvia Devvy Anggrainy

    135020301111012

    Dosen Pembimbing :

    Devy Pusposari, SE., M.Si., Ak.

    Tujuan dari dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai

    implementasi peraturan pemerintah nomor 46 tahun 2013, serta kendala yang

    dihadapi oleh sentra industri kerajinan perak Desa Batankrajan. Penelitian ini

    menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Metode

    pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil

    penelitian ini menunjukkan bahwa pembayaran pajak yang dilakukan oleh

    pengrajin di Sentra industri kerajinan perak Desa Batankrajan Kecamatan Gedeg

    Kabupaten Mojokerto belum berjalan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor

    46 Tahun 2013. Implementasi Peraturan ini juga mengalami kendala yaitu

    kurangnya kesadaran wajib pajak dalam membayarkan kewajibannya dikarenakan

    wajib pajak belum mengerti Peraturan Pemerintah nomor 46 tahun 2013 dan juga

    adanya wajib pajak yang menghindar dalam membayarkan kewajibannya serta

    belum adanya sosialisasi peraturan pemerintah nomor 46 tahun 2013.

    Kata Kunci: Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013, pajak

    sentra industri kerajinan perak Desa Batankrajan.

  • ii

    ABSTRACT

    IMPLEMENTATION OF GOVERNMENT REGULATION NUMBER 46

    YEAR 2013 (CASE STUDY ON SENTRA HANDICRAFT INDUSTRY OF

    VILLAGES BATANKRAJAN GEDEG DISTRICT)

    By:

    Ratna Silvia Devvy Anggrainy

    135020301111012

    Supervisor :

    Devy Pusposari, SE., M.Si., Ak.

    The purpose of this research is to know the description of the implementation of

    government regulation number 46 of 2013, as well as obstacles faced by the silver

    industry center of Batankrajan Village. This research uses qualitative research

    method with case study approach. Methods of data collection by interview,

    observation, and documentation. The results of this study indicate that the tax

    payments made by craftsmen at the Central of silver handicraft industry

    Batankrajan Village Gedeg Sub-District Mojokerto Regency has not run in

    accordance with Government Regulation No. 46 of 2013. Implementation of this

    Regulation also has constraints that is the lack of awareness of taxpayers in

    paying their obligations due to taxpayers Do not understand the Government

    Regulation number 46 of 2013 and also the existence of taxpayers who avoid

    paying their obligations and the lack of socialization of government regulations

    number 46 of 2013.

    Keywords: Implementation of Government Regulation No. 46 of 2013, tax center

    of silver handicraft industry Batankrajan Village, potential loss of state.

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga

    dapat menyelsaikan penelitian dan skripsi yang berjudul: “Implementasi

    Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan

    Atas Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki

    Peredaran Bruto Tertentu (Studi Kasus Pada Sentra Industri Kerajinan

    Perak Desa Batankrajan Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto) ”. Skripsi

    ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam meraih derajat

    sarjana Ekonomi program Strata Satu (S-1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Universitas Brawijaya.

    Selama penelitian dan penyusunan laporan penelitian dalam skripsi ini,

    penulis tidak luput dari kendala. Kendala tersebut dapat diatasi penulis berkat

    adanya bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

    penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih sebesar-besarnya kepada:

    1. Ibu Devy Pusposari, SE., M.Si., Ak., selaku dosen pembimbing yang telah

    mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing serta

    memberikan saran dalam menyelesaikan laporan skripsi ini.

    2. Bapak Abdul Ghofar, SE., M.Si., MSA.,AK,.Ph.D selaku Plt Ketua

    Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.

    3. Bapak Dr. Drs. Bambang Hariadi, M.Ec.,Ak selaku dosen penguji 1 (satu)

    yang telah membantu memberikan masukan di dalam perbaikan skripsi

    saya.

    4. Bapak Harjono selaku Kepala Desa Batankrajan, yang telah memberikan

    izin melakukan penelitian di Desa Batankrajan.

  • iv

    5. Bapak Agus dan rekan-rekan pengrajin di Sentra Industri Kerajinan Perak

    Desa Batankrajan yang telah bersedia meluangkan waktu dan energi untuk

    memberikan informasi mengenai Implementasi PP 46 tahun 2013 di sentra

    Industri Kerajinan Perak Desa Batankrajan

    6. Bapak Candra selaku pegawai KPP Pratama Mojokerto yang telah

    memberikan informasi terkait Implementasi PP 46 tahun 2013 di sentra

    Industri Kerajinan Perak Desa Batankrajan.

    Dengan Keterbatasan dan kekurangan, peneliti menyadari bahwa skripsi

    ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh Karena itu, peneliti mengharapkan kritik

    dan saran yang membangun dari para pembaca guna mendukung penelitian

    selanjutnya. Akhir kata, peneliti harap penelitian ini dapat memberikan manfaat

    dan kontribusi kepada semua pihak dan peneliti sendiri.

    Malang, 23 Agustus 2017

    Peneliti,

    Ratna Silvia Devvy A

  • v

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK .............................................................................................................. i

    ABSTRACT ........................................................................................................... ii

    KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

    DAFTAR ISI ........................................................................................................... v

    DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii

    DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... viii

    BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 4

    1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 5

    1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................. 5

    1.5 Sistematika ........................................................................................................ 6

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 9

    2.1. Tinjauan Teoritis ............................................................................................... 9

    2.1.1. Pajak Pusat ............................................................................................... 9

    2.1.1.1. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) .............................................. 14

    2.1.2. Usaha Mikro,Kecil, dan Menengah ....................................................... 17

    2.1.3. Pajak Penghasilan................................................................................... 19

    2.1.4. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 ........................................ 23

    2.1.4.1. Tinjauan Umum Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2013 .... 23

    2.1.4.2. Objek Pajak, Wajib Pajak, Dan Bukan Wajib Pajak Berdasarkan

    PP 46 Tahun 2013 .................................................................................................. 24

    2.1.4.3. Tarif, Pengenaan Pajak, Dasar Pengenaan Pajak ........................... 25

    2.1.4.4. Tata Cara Perhitungan, Pemotongan, Dan Pelaporan .................... 26

    2.1.4.5. Sistem Pemotongan PPh Final Atas Peredaran Bruto Tertentu ..... 28

    2.2. Tinjauan Empiris ............................................................................................. 29

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 33

  • vi

    3.1. Jenis Penelitian ................................................................................................ 33

    3.2. Teknik Penentuan Informan ............................................................................ 34

    3.3. Lokasi Penelitian ............................................................................................. 35

    3.4. Sumber Data .................................................................................................... 35

    3.5. Teknik Pengumpulan Data .............................................................................. 36

    3.6. Teknik Analisis Data ....................................................................................... 37

    3.7. Uji Kredibilitas Data ....................................................................................... 39

    3.7. Tahapan Penelitian .......................................................................................... 39

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 42

    4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................................... 42

    4.1.1. Sentra Industri Kerajinan Perak Desa Batankrajan ............................... 42

    4.1.2. KPP Pratama Mojokerto ....................................................................... 43

    4.2. Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 .......................... 44

    4.3. Analisis Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 ............ 52

    4.3.1. Kepemilikan NPWP ........................................................................ 52

    4.3.2. Perhitungan dan Pembayaran Pajak ................................................ 58

    4.3.3. Pelaporan SPT Masa ....................................................................... 61

    4.3.4. Pelaporan SPT Tahunan .................................................................. 63

    4.4. Kendala Yang Dihadapi Oleh Sentra Industri Kerajinan Perak Desa

    Batankrajan ............................................................................................................ 64

    4.4.1. Kesadaran Wajib Pajak ................................................................... 64

    4.4.2. Sosialisasi Peraturan Pemerintah nomor 46 tahun 2013 ................. 67

    BAB V PENUTUP ................................................................................................ 80

    5.1. Kesimpulan ..................................................................................................... 80

    5.2. Keterbatasan Penelitian ................................................................................... 81

    5.3. Saran ................................................................................................................ 82

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 84

    LAMPIRAN .......................................................................................................... 86

  • vii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Sanksi Administrasi berupa denda ...................................................... 17

    Tabel 2.2 Sanksi Administrasi berupa bunga ...................................................... 18

    Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 30

    Tabel 3.1 Nama dan Omset Pengrajin Perak Desa Batankrajan ......................... 35

    Tabel 4.1 Wilayah KPP Pratama Mojokerto ....................................................... 43

    Tabel 4.2 Data Pengrajin Perak Desa Batankrajan .............................................. 45

    Tabel 4.3 Kerugian Negara ................................................................................. 70

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Negara merupakan suatu wilayah dimuka bumi yang permanen dengan

    adanya sistem pemerintahan yang mengatur dan terdapat rakyat didalamnya.

    Tujuan Negara Republik Indonesia adalah untuk menciptakan masyarakat yang

    adil, makmur, dan sejahtera. Dengan tujuan tersebut, negara membutuhkan biaya

    yang besar. Semakin maju sebuah negara maka, semakin besar kebutuhannya dan

    secara otomatis anggaran yang dibutuhkan juga semakin besar untuk

    merealisasikan tujuan tersebut. Sumber pembiayaan negara salah satunya berasal

    dari pajak.

    Pajak adalah iuran yang bersifat wajib yang dibayarkan rakyat kepada

    negara dengan tidak mendapatkan keuntungan secara langsung dan digunakan

    untuk keperluan umum. Penerimaan pajak berasal dari pajak dalam negeri dan

    pajak luar negeri. Pajak dalam negeri setiap tahunnya mengalami peningkatan.

    Salah satu jenis pajak dalam negeri yang menyumbang penerimaan pajak terbesar

    adalah pajak penghasilan. Kabupaten Mojokerto menjadi salah satu daerah

    penyumbang pajak penghasilan yang berasal dari usaha mikro, kecil, dan

    menengah (UMKM). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013

    dijelaskan bahwa penghasilan dari usaha yang diterima oleh wajib pajak yang

    memiliki peredaran bruto dalam satu tahun kurang dari 4,8 miliar dikenakan pajak

    penghasilan bersifat final.

    Kabupaten Mojokerto dikenal karena situs peninggalan kerajaan

    Mojopahit yang pernah berjaya sampai ke mancanegara. Dengan latar belakang

  • 2

    tersebut mengundang wisatawan lokal maupun asing untuk datang ke Kabupaten

    Mojokerto. Banyaknya wisatawan yang datang nampaknya dimanfaatkan oleh

    masyarakat untuk memperoleh pundi-pundi uang dengan cara menciptakan

    produk-produk unggulan asli Kabupaten Mojokerto.

    Dengan luas wilayah kabupaten Mojokerto sebesar 692,15 km2 yang

    terbagi menjadi 18 kecamatan, memberikan kesempatan kepada masing-masing

    kecamatan untuk menghasilkan produk-produk unggulannya. Tidak terkecuali

    Kecamatan Gedeg tepatnya di Desa Batankrajan yang menghasilkan produk

    unggulan berupa perhiasan, hiasan rumah, patung, dll yang terbuat dari perak.

    Bermula dari satu orang yang merintis pada tahun 70 an, sampai tercatat sejumlah

    41 orang pengrajin baru bermunculan di Desa Batankrajan. Namun, saat ini tersisa

    hanya 11 orang pengrajin. Pemasaran dari produknya tidak hanya di wilayah

    Mojokerto, tapi juga Bali dan ekspor ke Jerman.

    Pemasaran yang luas memberikan keuntungan bagi pengrajin untuk

    memperoleh omset yang besar. Menurut data yang dihimpun dari omset pengrajin

    kerajinan perak Desa Batankrajan tahun 2012 menunjukkan bahwa rata-rata omset

    pendapatan pengrajin cukup tinggi dari ratusan ribu sampai puluhan juta rupiah

    setiap bulannya. Namun omset yang diperoleh pengrajin dalam satu tahun belum

    ada yang mencapai 4,8 miliar. Atas dasar omset tersebut, menurut Peraturan

    Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 berpotensi untuk menyumbang penerimaan

    pajak penghasilan bersifat final di KPP Pratama Mojokerto.

    Namun dari data tahun 2016, penerimaan pajak penghasilan final di KPP

    Pratama Mojokerto hanya sebesar Rp 20.247.728.007. Jumlah tersebut berasal

  • 3

    dari semua jenis penghasilan yang dikenai pajak penghasilan final dan tidak

    sebanding dengan peningkatan jumlah UMKM di Mojokerto. Disnakertrans Kota

    Mojokerto juga mengungkapkan bahwa masih banyak pelaku UMKM sukses

    yang beranggapan jika kelompok usaha mereka bebas dari berbagai kewajiban

    (Satujurnal, 2014)1.

    Dalam penelitian yang dilakukan Kurniawan (2004) dalam Syahdan dan

    Rani (2014) ditemukan berbagai masalah dalam pembayaran pajak UMKM yaitu

    rendahnya kesadaran masyarakat (taxpayers' awareness) untuk membayar pajak,

    belum optimalnya pelaksanaan penyuluhan dan pelayanan di bidang perpajakan,

    dan banyak potensi pajak yang belum tergali dan terealisasi secara optimal.

    Penelitian Setyaningsih dan Ridwan (2014) mengungkapkan bahwa UMKM

    belum memahami perpajakan secara umum serta tata cara perhitungannya.

    Sehingga UMKM terbebani dengan berlakunya ketentuan PP No 46 Tahun 2013

    dan cenderung melakukan negosiasi pajak.

    Penelitian yang menjadi acuan adalah penelitian dari Kahfi (2016) yang

    berjudul Implementasi Pajak PP No 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan

    Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto

    Tertentu (Studi Kasus Pajak UMKM Di Kabupaten Bantul). Fokus penelitian

    yang dilakukan Kahfi (2016) adalah untuk mengetahui penerapan pajak

    penghasilan final 1% untuk UMKM di Kabupaten Bantul. Penelitian yang

    dilakukan saat ini menggunakan jenis penelitian yang berbeda dari penelitian

    sebelumnya. Penelitian sebelumnya menggunakan jenis penelitian lapangan

    1 Anonim, “2014, Disnakertrans Bakal Operasi UMKM” Satujurnal online,

    (http://www.satujurnal.com/2013/12/2014-disnakertrans-bakal-operasi-umkm.html diakses pada

    27 mei 2017)

    http://www.satujurnal.com/2013/12/2014-disnakertrans-bakal-operasi-umkm.html

  • 4

    dengan metode penelitian pustaka (library research), sedangkan pada penelitian

    ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Fokus

    dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi peraturan pemerintah

    nomor 46 tahun 2013 secara nyata di sentra industri kerajinan perak Desa

    Batankrajan Kecamatan Gedeg dan untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh

    pengrajin perak selama implementasi peraturan tersebut.

    Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran

    penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 pada sentra industri

    kerajinan perak Desa Batankrajan kecamatan Gedeg. Oleh karena itu, peneliti

    mengadakan penelitian dan menuangkan dalam bentuk judul,

    “Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak

    Penghasilan Atas Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang

    Memiliki Peredaran Bruto Tertentu (Studi Kasus Pada Sentra Industri

    Kerajinan Perak Desa Batankrajan Kecamatan Gedeg Kabupaten

    Mojokerto)”.

    1.2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis merumusan masalah

    yang akan diungkap dari penelitian ini yaitu:

    1. Bagaimana implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013

    pada sentra industri kerajinan perak Desa Batankrajan Kecamatan Gedeg?

  • 5

    2. Apakah kendala yang dihadapi oleh sentra industri kerajinan perak Desa

    Batankrajan Kecamatan Gedeg dalam implementasi Peraturan Pemerintah

    Nomor 46 Tahun 2013?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Sesuai yang telah dijelaskan dalam rumusan masalah di atas maka tujuan

    yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

    1. Untuk memberikan gambaran mengenai implementasi Peraturan

    Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 pada sentra industri kerajinan perak

    Desa Batankrajan Kecamatan Gedeg.

    2. Untuk memberikan gambaran mengenai kendala yang dihadapi oleh sentra

    industri kerajinan perak Desa Batankrajan Kecamatan Gedeg dalam

    implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013.

    1.4. Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang antara

    lain sebagai berikut :

    1.4.1. Manfaat Teoristis

    1. Bagi peneliti untuk dapat lebih memahami implementasi Peraturan

    Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 pada sentra industri kerajinan perak

    Desa Batankrajan Kecamatan Gedeg beserta kendala yang dihadapi.

    2. Memberikan manfaat dalam pengembangan ilmu yang berkaitan dengan

    masalah yang diteliti.

  • 6

    3. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis, penelitian ini

    kedepannya dapat menjadi bahan rujukan.

    1.4.2. Manfaat Praktis

    1. Penelitian selanjutnya

    Dapat menjadi salah satu rujukan dan bahan pertimbangan apabila

    dikemudian hari ada penelitian yang sama dilakukan.

    2. KPP Pratama Mojokerto

    a. Memberikan informasi tentang implementasi Peraturan

    Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 pada sentra industri

    kerajinan perak Desa Batankrajan Kecamatan Gedeg sehingga

    dapat dijadikan bahan evaluasi atas peneran peraturan tersebut.

    b. Sebagai bahan pertimbangan untuk KPP Pratama Mojokerto

    dalam menerapkan strategi atau langkah dalam implementasi

    Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013.

    c. Penelitian ini juga diharapkan dapat meminimalisir kendala

    yang dihadapi dalam implementasi Peraturan Pemerintah

    Nomor 46 Tahun 2013.

    1.5. Sistematika

    1.5. Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan dari penelitian skripsi ini sebagai berikut :

    1. BAB I PENDAHULUAN

    Bab ini menjelaskan alasan peneliti melakukan penelitian terkait praktik

    pemotongan pajak parkir mulai dari prosedur praktik pemotongan, kendala

  • 7

    selama prosedur pemotongan pajak, serta kebijakan yang dilakukan guna

    meminimalisir potensi pajak yang hilang yang akan dijabarkan dalam 5

    sub-bab diantaranya adalah latar belakang, rumusan masalah, tujuan

    penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

    2. BAB II TELAAH PUSTAKA

    Bab terdiri ini dari sub-bab yang menjelaskan teori-teori terkait masalah

    yang diangkat oleh peneliti untuk dijadikan pand7uan dalam menganalisa

    permasalahan yang diteliti oleh peneliti serta penelitian-penelitian

    sebelumnya yang relevan untuk referensi tambahan mengenai hasil temuan

    penelitian yang diteliti oleh peneliti.

    3. BAB III METODE PENELITIAN

    Bab ini menjelaskan metode penelitian yang akan digunakan oleh peneliti

    untuk meneliti masalah yang diangkat oleh peneliti. Pada bab ini terdiri

    dari sub-bab jenis penelitian, sumber data dan teknik pengumpulan data,

    serta teknik analisis data.

    4. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    Bab ini membahas terkait hasil dari penelitian dan menyajikan hasil

    temuan lapangan yang di temukan oleh peneliti. Pada bab ini terdiri dari

    sub-bab yang berkaitan dengan masalah yang diangkat oleh peneliti dalam

    rumusan masalah.

    5. BAB V PENUTUP

  • 8

    Bab ini menjelaskan kesimpulan dari penelitian ini. Bab ini terdiri dari

    sub-bab kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran untuk penelitian

    berikutnya.

  • 8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Tinjauan Teoritis

    2.1.1. Pajak Pusat

    Pada dasarnya pajak merupakan kewajiban yang harus dibayarkan oleh

    masyarakat demi terciptanya suatu kelangsungan hidup yang lebih baik serta

    untuk suatu pembiayaan negara dan pembagunan nasional. Maka pengertian pajak

    adalah berupa sumbangan dari masyarakat untuk kas negara yang dipungut

    berdasarkan suatu ketentuan perpajakan yang memang sudah diberlakukan oleh

    negara dan dipaksakan secara langsung yang dapat digunakan untuk membiayai

    pengeluaran negara demi mensejahterakan masyarakat. Adapun macam-macam

    definisi tentang pajak menurut para ahli diantaranya :

    Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 28 Pasal 1 (1) Tahun

    2007 tentang ketentuan cara perpajakan menyebutkan

    “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

    pribadi ataupun badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-

    Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

    digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran

    rakyat”.

    Pajak menurut Resmi (2014:2)” pajak adalah pembayaran yang dipungut

    berdasarkan undang-undang yang tidak menunjukkan adanya kontraprestasi

    antara individu dan pemerintah dan penggunaannya untuk belanja pemerintah dan

    public investment”.

  • 9

    9

    Berdasarkan teori diatas, maka peneliti dapat menyimpulkan pengertian

    pajak yaitu:

    a. Bersifat wajib bagi orang pribadi ataupun badan berdasarkan peraturan

    yang ditetapkan.

    b. Hasil pajak digunakan untuk pembangunan sarana dan prasarana public

    sehingga hasilnya tidak dapat secara langsung dirasakan oleh masyarakat .

    Wajib pajak menurut UU No 28 tahun 2007 pasal 1 adalah orang pribadi

    atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak yang

    memiliki hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan perundang-

    undangan perpajakan.

    Kewajiban wajib pajak:

    1. Mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah

    kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan

    kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak, apabila telah memenuhi

    persyaratan subjektif dan objektif.

    2. Melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah

    kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Pengusaha dan

    tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi pengusaha

    Kena Pajak.

    3. Mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam

    bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan

    mata uang Rupiah, serta menandatangani dan menyampaikan ke kantor

  • 10

    10

    Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan

    atau tempa lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

    4. Menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam bahasa Indonesia dengan

    menggunakan satuan mata uang selain rupiah yang diizinkan, yang

    pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri

    Keuangan.

    5. Membayar atau menyetor pajak yang terutang dengan menggunakan Surat

    Setoran Pajak ke kas negara melalui tempat pembayaran yang diatur

    dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

    6. Membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan

    perundang-undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada

    adanya surat ketetapan pajak.

    7. Menyelenggarakan pembukuan bagi Wajib Pajak orang pribadi yang

    melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak baan, dan

    melakukan pencatatan bagi Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan

    kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

    8. Memperlihatkan dan/ atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen

    yang menjadi dasarnya, dan dokumen lain yang berhubungan dengan

    penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak,

    atau objek yang terutang pajak;

    9. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang

    dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan;

    dan/atau

  • 11

    11

    10. Memberikan keterangan lain yang diperlukan apabila diperiksa

    Hak-hak wajib pajak adalah :

    1. Melaporkan beberapa Masa Pajak dalam 1(satu) Surat Pemberihatuan

    Masa.

    2. Mengajukan surat keberatan dan banding bagi Wajib Pajak dengan kriteria

    tertentu

    3. Memperpanjang jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan

    Tahunan Pajak Penghasilan untuk paling lama 2 (dua) bulan dengan cara

    menyampaikan pemberitahuan secara tertulis atau dengan cara lain

    kepada Direktur Jenderal Pajak.

    4. Membetulkan Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan dengan

    menyampaikan pernyataan tertulis, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak

    yang belum melakukan tindakan pemeriksaan.

    5. Mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

    6. Mengajukan keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak atas suatu:

    a. Surat Ketetapan Kurang Bayar;

    b. Surat Ketetapan Kurang Bayar Tambahan;

    c. Surat Ketetapan Pajak Nihil;

    d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar; atau

    e. Pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan

    ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

    7. Mengajukan permohonan banding kepada badan peradilan pajak atas Surat

    Keputusan Keberatan.

  • 12

    12

    8. Menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan

    hak dan memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan

    perundang-undangan perpajakan.

    9. Memperoleh pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa

    bunga atas keterlambatan pelunasan kekurangan pembayaran pajak dalam

    hal wajib pajak menyampaikan pembetulan SPT pajak penghasilan

    sebelum tahun pajak 2007, yang mengakibatkan pajak yang masih harus

    dibayar menjadi lebih besar dan dilakukan paling lama dalam jangka

    waktu 1 tahun setelah berlakunya UU No 28 tahun 2007.

    Subjek pajak menurut pasal 2 ayat 1 UU Nomor 36 tahun 2008

    dikelompokkan menjadi :

    a. Subjek pajak orang pribadi

    Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia maupun luar negeri.

    b. Subjek pajak badan

    Meliputi perseroan terbatas (PT), perseroan komanditer, perseroan lainnya,

    BUMN, BUMD, firma, koperasi, dll.

    c. Subjek pajak bentuk usaha tetap (BUT)

    Bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat

    tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari

    183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang didirikan tidak

    bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha.

    d. Subjek pajak warisan yang belum terbagi

  • 13

    13

    Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan subjek pajak

    pengganti, menggantikan mereka yang berhak, yaitu ahli waris.

    Objek pajak adalah barang, jasa, kegiatan yang dikenakan pajak. Objek pajak

    penghasilan adalah penghasilan yang diterima baik dari dalam negeri maupun luar

    negeri yang digunakan untuk konsumsi dan menambah kekayaan wajib pajak

    dalam bentuk apapun. Penghasilan dapat dikelompokkan menjadi:

    a. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja;

    b. Penghasilan dari pekerjaan bebas;

    c. Penghasilan dari usaha dan kegiatan;

    d. Penghasilan dari modal, baik berupa asset bergerak atau asset tak gerak;

    e. Penghasilan lain-lain.

    2.1.1.1. Nomor pokok wajib pajak (NPWP)

    Nomor pokok wajib pajak (NPWP) adalah tanda pengenal diri atau

    identitas wajib pajak . Setiap wajib pajak hanya diberikan satu NPWP. Bagi wajib

    pajak yang telah memenuhi syarat tertentu wajib mendaftarkan diri untuk

    memperoleh NPWP. Syarat tertentu tersebut merupakan syarat subjektif dan

    objektif yang harus dipenuhi. Syarat subjektif memiliki NPWP adalah warga

    negara Indonesia (WNI). Sedangkan bagi WNA adalah berada di Indonesia

    selama 183 hari dalam 12 bulan. Selanjutnya syarat objektif adalah syarat yang

    berkenaan dengan penghasilan. Namun, tidak hanya berupa jumlah nominal

    penghasilan tetapi juga jenis dan sifat usaha atau kegiatan wajib pajak yang

    menimbulkan penghasilan.

  • 14

    14

    Pendaftaran NPWP sangatlah mudah dan tidak dipungut biaya, wajib pajak hanya

    mengisi formulir pendaftaran dan menyampaikan secara langsung atau melalui

    pos ke kantor pelayanan pajak atau kantor penyuluhan dan pengamatan potensi

    perpajakan (KP4) setempat dengan melampirkan:

    a. Untuk wajib pajak orang pribadi, yang menjalankan usaha atau pekerjaan

    bebas berupa:

    1) Fotokopi Kartu tanda penduduk bagi warga negara Indonesia;

    2) Fotokopi paspor, fotokopi kartu izin tinggal terbatas (KITAS), atau

    kartu izin tinggal tetap (KITAP) bagi warga negara asing.

    3) Surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari

    instansi yang berwenang minimal lurah atau kepala desa.

    b. Untuk wajib pajak badan berupa:

    1) Fotokopi akta pendirian atau dokumen pendirian dan perubahan

    bagi wajib pajak badan dalam negeri, atau surat keterangan

    penunjukan dari kantor pusat bagi bentuk usaha tetap;

    2) Fotokopi kartu nomor pokok wajib pajak salah satu pengurus, atau

    fotokopi paspor dan surat keterangan tempat tinggal dari pejabat

    pemerintah daerah sekurang-kurangnya lurah atau kepala desa

    dalam hal penanggungan jawab adalah warga negara asing;

    3) Dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan oleh

    instansi yang berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan

    usaha dari pejabat pemerintaj daerah sekurang-kurangnya lurah

    atau kepala desa.

  • 15

    15

    Lampiran tersebut diatur dalam PER nomor 20 tahun 2013 pasal 6(1).

    Diperjelas dengan SE nomor 42 tahun 2013 bagian F (1) yaitu wajib pajak

    yang memiliki peredaran bruto tertentu wajib mendaftarkan diri untuk

    memperoleh nomor pokok wajib pajak (NPWP) bagi setiap tempat usaha di

    Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat usaha Wajib

    Pajak dan di Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat

    tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak. Dengan adanya aturan tersebut, wajib

    pajak yang tidak memiliki NPWP tidak berkewajiban untuk membayar pajak

    terutang, sanksi denda ataupun bunga, serta ketentuan pidana.

    Wajib pajak yang tidak mau mendaftarkan diri memperoleh NPWP

    namun, telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif dapat diberikan NPWP

    secara paksa atau secara jabatan. Dalam UU KUP pasal 2(4) dijelaskan terhadap

    wajib pajak atau Pengusaha Kena Pajak yang tidak memenuhi kewajiban untuk

    mendaftarkan diri dan/atau melaporkan usahanya dapat diterbitkan nomor pokok

    wajib pajak dan/atau pengukuhan pengusaha kena pajak secara jabatan. Hal ini

    dapat dilakukan apabila berdasarkan data yang diperoleh atau dimiliki oleh

    Direktorat Jenderal Pajak ternyata orang pribadi atau badan telah memenuhi

    syarat untuk memperoleh nomor pokok wajib pajak.

    Selain itu diperjelas dengan UU KUP pasal 2(4a) yang menjelaskan dalam

    penerbitan nomor pokok wajib pajak dan/atau pengukuhan sebagai pengusaha

    kena pajak secara jabatan harus memperhatikan saat terpenuhinya persyaratan

    subjektif dan objektif dari wajib pajak yang bersangkutan. Selanjutnya terhadap

    wajib pajak tersebut tidak dikecualikan dari pemenuhan kewajiban perpajakan

  • 16

    16

    sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, paling lama 5

    tahun sebelum diterbitkan NPWP atau dikukuhkannya sebagai PKP. DJP Bukan

    hanya memiliki kewenangan untuk menetapkan NPWP secara jabatan tetapi juga,

    memiliki kewenangan untuk menagih kewajiban pajak sampai dengan 5 tahun ke

    belakang yang seharusnya dibayarkan.

    Wajib pajak yang memang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri untuk

    diberikan nomor pokok wajib pajak (NPWP) dan menyebabkan kerugian negara

    akan dikenakan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6

    (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang

    tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang

    yang tidak atau kurang dibayar.

    Setelah mendaftar untuk memiliki NPWP, Wajib pajak perlu mengetahui

    sanksi pajak. Jenis-jenis sanksi pajak adalah:

    1. Sanksi administrasi

    a. Denda

    Tabel 2.1

    Sanksi administrasi berupa denda

    No Pasal Masalah Sanksi

    1. 7 ayat 1 SPT tidak disampaikan dalam jangka

    waktu ditetapkan:

    a. SPT Masa PPN b. SPT Masa lainnya c. SPT Tahunan PPh WP Badan d. SPT Tahunan PPh WP OP

    Rp 500.000

    Rp 100.000

    Rp 1.000.000

    Rp 100.000

    2. 8 ayat 3 Pembetulan sendiri dan belum diselidik 150% dari

    jumlah pajak

    kurang bayar

    3. 14 ayat

    4

    a. Pengusaha dikukuhkan sebagai PKP, tidak membuat faktur pajak

    b. Pengusaha dikukuhkan PKP, tapi

    2% dari DPP

  • 17

    17

    tidak mengisi faktur dengan

    lengkap

    c. PKP melaporkan faktur pajak tidak sesuai masa penerbitan faktur pajak

    4. 14 ayat

    5

    PKP gagal berproduksi telah diberikan

    pengembalian pajak masukan

    2% dari DPP

    b. Bunga Tabel 2.2

    Sanksi administrasi berupa bunga

    No Pasal Masalah Sanksi

    1. 8 ayat 2 Pembetulan SPT Tahunan dalam 2

    tahun

    2% per bulan

    dari jumlah

    pajak kurang

    bayar

    2. 8 ayat

    2a

    Pembetulan SPT Masa dalam 2 tahun 2% per bulan

    dari jumlah

    pajak kurang

    bayar

    3. 9 ayat

    2a

    Keterlambatan pembayaran pajak masa 2% perbulan

    dari jumlah

    pajak terhutang

    4. 9 ayat

    2b

    Keterlambatan pembayaran pajak

    tahunan

    2% perbulan

    dari jumlah

    pajak terhutang

    5. 13 ayat

    2

    SKPKB karena pajak terutang kurang

    atau tidak bayar dan penerbitan NPWP

    dan pengukuhan PKP secara jabatan

    2% perbulan

    dari jumlah

    pajak kurang

    bayar,

    maksimal 24

    bulan.

    2. Sanksi Pidana Ada 3 macam sanksi pidana yaitu denda pidana, kurungan, dan penjara.

    2.1.2. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

    Menurut Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,

    Kecil dan Menengah (UMKM), definisi UMKM adalah sebagai berikut

    a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau

    badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro

    sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

  • 18

    18

    b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

    dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

    anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,

    atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha

    menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil

    sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

    c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

    yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan

    merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,

    dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung

    dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau

    hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

    Kriteria dari masing – masing UMKM tersebut adalah :

    a. Usaha Mikro

    Usaha dengan jumlah aset maksimal Rp. 50.000.000 dan jumlah omset

    maksimal Rp 300.000.000.

    b. Usaha Kecil

    Usaha dengan aset lebih dari Rp 50.000.000-Rp 500.000.000 dan jumlah

    omset lebih dari Rp 300.000.000-Rp 2.500.000.000.

    c. Usaha Menengah

    Usaha dengan aset lebih dari Rp 500.000.000-Rp 10.000.000.000 dan

    jumlah omset lebih dari Rp 2.500.000.000-Rp 50.000.000.000.

    2.1.3. Pajak Penghasilan

  • 19

    19

    Pajak Penghasilan merupakan pajak atas semua kegiatan yang berpotensi

    memperoleh pendapatan atau penghasilan dalam suatu tahun pajak. Siti Resmi

    (2014:74) berpendapat bahwa “Pajak Penghasilan” adalah pajak yang dikenakan

    kepada subjek pajak atas penghasilan yang diterima dalam satu tahun pajak.

    2 cara pengenaan atas pajak penghasilan yaitu :

    a. PPh tidak final

    PPh tidak final merupakan pajak penghasilan yang tidak secara langsung

    dikenakan pada saat diperoleh penghasilan tertentu.

    Jenis-jenis penghasilan yang dikenakan PPh tidak final:

    1. PPh 21

    2. PPh 22 kecuali atas penyerahan migas oleh PT Pertamina

    3. PPh 23

    4. PPh 24

    5. PPh 25

    6. PPh 26

    b. PPh final

    PPh bersifat final merupakan pajak penghasilan yang secara langsung

    dikenakan pada saat diperoleh atas tarif tertentu dan dasar pengenaan tertentu.

    Jenis-jenis penghasilan yang dikenakan PPh final:

    1. Penghasilan berupa bunga deposito/tabungan, Diskonto SBI dan jasa giro;

    2. Penghasilan dari transaksi penjualan saham baik saham pendiri ataupun

    bukan saham pendiri;

    3. Penghasilan atas bunga/diskonto obligasi dan surat berharga negara;

  • 20

    20

    4. Penghasilan dari hadiah undian;

    5. Penghasilan dari persewaan tanah dan bangunan;

    6. Penghasilan dari jasa konstruksi baik sebagai perencana konstruksi,

    pelaksana konstruksi, dan pengawasan konstruksi;

    7. Penghasilan atas pengalihan hak atas tanah/bangunan;

    8. Penghasilan dari bunga simpanan yang dibayarkan koperasi kepada

    anggota wajib pajak orang pribadi;

    9. Penghasilan dari transaksi derivatif berupa kontrak berjangka yang

    diperdagangkan di bursa;

    10. Penghasilan atas dividen yang diterima wajib pajak orang pribadi dalam

    negeri;

    11. Penghasilan atas usaha wajib pajak yang memiliki peredaran bruto

    tertentu.

    Untuk memudahkan wajib pajak dalam melakukan perhitungan pajak

    terutang, maka wajib pajak harus meyelenggarakan pembukuan/pencatatan.

    Pembukuan adalah pencatatan secara teratur informasi keuangan yang meliputi

    harta, kewajiban, modal, penghasilan, dan biaya serta jumlah harga perolehan dan

    penyerahan barang atau jasa yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan

    berupa neraca dan laporan laba rugi setiap tahun pajak berakhir. Pencatatan adalah

    pencatatan secara teratur peredaran bruto atau penghasilan bruto sebagai dasar

    untuk menghitung jumlah pajak. Yang diwajibkan melakukan pembukuan

    menurut UU nomor 28 tahun 2017 adalah:

    1. Wajib pajak badan;

  • 21

    21

    2. Wajib pajak orang pribadi yang melakukan usaha /pekerjaan bebas, kecuali

    wajib pajak orang pribadi yang peredaran brutonya kurang dari 4,8 miliar

    dalam satu tahun.

    Yang dikecualikan melakukan pembukuan yaitu :

    1. WP OP yang melakukan kegiatan usaha /pekerjaan bebas yang diperbolehkan

    menghitung penghasilan neto dengan menggunakan norma perhitungan

    penghasilan neto;

    2. WP OP yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

    Adapun yang wajib melakukan pencatatan:

    1. WP OP yang melakukan usaha/pekerjaan bebas dan peredaran brutonya

    kurang dari 4,8 miliar dalam satu tahun;

    2. WP OP yang tidak melakukakn usaha/pekerjaan bebas.

    Manfaat yang diperoleh ketika wajib pajak melakukan

    pembukuan/pencatatan adalah mempermudah pengisian SPT, mempermudah

    perhitungan pajak, dan untuk mengetahui posisi keuangan dari hasil

    usaha/pekerjaan bebas.

    Cara perhitungan untuk peredaran bruto tertentu:

    1. Wajib pajak yang peredaran brutonya tidak melebih 4,8 miliar dalam satu

    tahun dapat menggunakan:

    a. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013

    b. PER 17 Tahun 2015

  • 22

    22

    2. Wajib pajak yang peredaran brutonya melebihi 4,8 miliar dalam satu tahun,

    perhitungan pajaknya menggunakan pasal 17 undang-undang pajak

    penghasilan.

    2.1.4. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013

    2.1.4.1. Tinjauan Umum Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013

    Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 mengatur ketentuan mengenai

    pajak penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib

    pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu. Peraturan tersebut dibuat dengan

    maksud dan tujuan tertentu, yaitu:

    Maksud :

    a. Untuk memberikan kemudahan dan penyederhanaan aturan perpajakan;

    b. Memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk tertib administrasi;

    c. Memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk transparansi;

    d. Memberikan kesempatan masyarakat untuk ikut berkontribusi dalam

    penyelenggaraan negara.

    Tujuan :

    a. Untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam melaksanakan

    kewajibannya;

    b. Meningkatkan pengetahuan tentang manfaat perpajakan bagi masyarakat;

    c. Terciptanya kondisi kontrol sosial dalam memenuhi kewajiban perpajakan.

    Ketentuan pengenaan pajak penghasilan dari usaha yang diterima atau

    diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu juga dituangkan

    dalam:

  • 23

    23

    a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 107/PMK.011/2013 tentang tata cara

    penghitungan, penyetoran, dan pelaporan pajak penghasilan atas

    penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang

    memiliki peredaran bruto tertentu.

    b. Surat Edaran Nomor 42/PJ/2013 tentang pelaksanaan Peraturan

    Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang pajak penghasilan dari usaha

    yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto

    tertentu.

    2.1.4.2. Objek pajak, Wajib Pajak, Dan Bukan Wajib Pajak Berdasarkan PP

    46 Tahun 2013

    Pada pemotongan pajak, objek pajak merupakan dasar atau sumber yang

    dikenakan pajak. Berdasarkan PP 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan Atas

    Penghasilan dari Usaha yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak yang

    Memiliki Peredaran Bruto Tertentu pasal 2 ayat 1, yang termasuk objek Pajak

    adalah penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang

    memiliki peredaran bruto tertentu, dikenai pajak penghasilan yang bersifat final.

    Selanjutnya dalam pasal 2 ayat 2 dijelaskan, wajib pajak yang memiliki

    peredaran bruto tertentu adalah wajib pajak yang memenuhi kriteria sebagai

    berikut:

    a. Wajib pajak yang orang pribadi atau wajib pajak badan tidak termasuk

    bentuk usaha tetap;

  • 24

    24

    b. Menerima penghasilan dari usaha tidak termasuk penghasilan dari jasa

    sehubungan dengan pekerjaan bebas, dengan peredaran bruto tidak

    melebihi 4,8 miliar dalam 1 tahun pajak.

    Dalam pasal 2 ayat 3, tidak termasuk wajib pajak orang pribadi adalah

    wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan/atau

    jasa yang dalam usahanya:

    a. Menggunakan sarana atau prasarana yang dapat dibongkar pasang, baik

    yang menetap maupun tidak menetap; dan

    b. Menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum

    yang tidak diperuntukkan bagi usaha atau berjualan.

    Selain itu dalam pasal 2 ayat 4, tidak termasuk wajib pajak badan adalah:

    a. Wajib pajak badan yang belum beroperasi secara komersial; dan

    b. Wajib pajak badan yang dalam jangka waktu 1 tahun setelah beroperasi

    secara komersial memperoleh peredaran bruto melebihi Rp

    4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).

    2.1.4.3. Tarif, Pengenaan Pajak, Dasar Pengenaan Pajak

    Tarif merupakan prosentase tertentu yang ditetapkan sesuai peraturan

    untuk menghitung pajak. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun

    2013 pasal 3 ayat 1, tarif pajak penghasilan yang bersifat final sebesar 1%.

    Pengenaan pajak penghasilan dijelaskan dalam pasal 3 ayat 2, didasarkan

    pada peredaran bruto dari usaha dalam 1 tahun pajak terakhir sebelum tahun pajak

    yang bersangkutan.

  • 25

    25

    Berdasarkan pasal 4 ayat 1 dan 2, dasar pengenaan pajak yang bersifat

    final adalah jumlah peredaran bruto setiap bulan. Selanjutnya jumlah peredaran

    bruto tersebut dikalikan dengan tarif pajak sebesar 1%.

    2.1.4.4. Tata Cara Perhitungan, Pemotongan, dan Pelaporan Pajak

    Tata cara perhitungan, penyetoran, dan pelaporan pajak diatur dalam

    Peraturan Menteri Keuangan Nomor 107/PMK.011/2013 tentang tata cara

    penghitungan, penyetoran, dan pelaporan pajak penghasilan atas penghasilan dari

    usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto

    tertentu. Beberapa hal terkait dengan tata cara perhitungan, penyetoran, pelaporan

    sebagai berikut:

    1. Wajib pajak yang hanya menerima atau memperoleh penghasilan yang

    dikenai PPh final sebagimana yang dimaksud dalam Peraturan Pemerintah

    Nomor 46 tahun 2013, menghitung pajaknya dengan cara mengalikan tarif

    1% dengan peredaran bruto setiap bulannya. Apabila wajib pajak selain

    memperoleh PPh final 1% juga memperoleh penghasilan yang dikenai PPh

    berdasarkan tarif umum PPh, atas penghasilan yang dikenai PPh

    berdasarkan tarif umum.

    2. Penyetoran pajak berdasarkan pasal 10 ayat 1, dijelaskan bahwa wajib

    pajak menyetor pajak penghasilan terutang ke kantor pos atau bank yang

    ditunjuk oleh menteri keuangan, dengan menggunakan SSP yang telah

    Pajak Terutang = 1% x Jumlah peredaran bruto setiap bulan

  • 26

    26

    mendapat validasi dengan nomor transaksi penerimaan negara (NTPN)

    paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir.

    3. Pelaporan pajak berdasarkan pasal 10 ayat 2, dilakukan dengan

    menyampaikan surat pemberitahuan (SPT) masa pajak penghasilan paling

    lama 20 hari setelah masa pajak berakhir.

    a. Wajib pajak yang telah menyetor pajak dianggap telah

    menyampaikan SPT sesuai dengan tanggal validasi NTPN yang

    tercantum di SSP. Hal ini diatur dalam pasal 10 ayat 3

    b. Sesuai SE Nomor 42/PJ/2013 bagian F nomor 4, wajib pajak yang

    menyetor pajak penghasilan yang bersifat final tetapi SSP tidak

    mendapat validasi dengan NTPN, wajib menyampaikan SPT masa

    PPh 4 ayat 2 ke KPP sesuai kegiatan usaha wajib pajak terdaftar

    dengan mengisi baris pada angka 11 formulir SPT masa PPh pasal

    4 ayat 2:

    • Kolom uraian diisi dengan “penghasilan usaha WP yang

    memiliki peredaran bruto tertentu”;

    • Kolom KAP/KJS diisi dengan “411128/420”.

    4. Atas penghasilan dari usaha yang dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat

    final menurut ketentuan SE nomor 42 tahun 2013 dilaporkan dalam Surat

    Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan pada kelompok penghasilan

    yang dikenai pajak final dan/atau bersifat final pada:

  • 27

    27

    a. Lampiran III bagian A butir 14 (Penghasilan Lain yang Dikenakan

    Pajak Final dan/atau Bersifat Final, Formulir 1770-III) bagi Wajib

    Pajak orang pribadi;

    b. Lampiran IV bagian A butir 16 dengan mengisi "Penghasilan

    Usaha WP yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu" (Formulir

    1771-1V) bagi Wajib Pajak badan.

    2.1.4.5. Sistem Pemotongan PPh final atas Peredaran Bruto tertentu.

    Resmi menjelaskan (2017:10) sistem pemungutan pajak terdiri dari 3 cara

    yaitu : Official Assessment System, Self Assessment System, With holding System.

    Namun dalam peraturan pemerintah nomor 46 tahun 2013 menerapkan sistem Self

    Assessment System.

    Sistem pemungutan ini memberikan wewenang bagi wajib pajak dalam

    menghitung sendiri pajak terhutang sesuai dengan ketentuan yang diteratapkan

    oleh Undang-undang. Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan

    memungut pajak sepenuhnya berada di tangan wajib pajak. wajib pajak dianggap

    mampu memahami Undang-undang perpajakan yang sedang berlaku, dan

    mempunyai kejujuran yang tinggi, serta menyadari akan arti pentingnya

    membayar pajak. Oleh karena itu, wajib pajak diberi kepercayaan untuk.

    a. Menghitung sendiri pajak yang terutang;

    b. Membayar sendiri jumlah pajak yang terutang;

    c. Melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang;

    d. Mempertanggung jawabkan pajak yang terutang.

  • 28

    28

    2.2. Tinjauan Empiris

    Penelitian ini terkait Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun

    2013 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima

    Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu Studi

    Kasus Pada Sentra Industri Kerajinan Perak Desa Batankrajan Kecamatan Gedeg

    Kabupaten Mojokerto. Penelitian ini dimulai dengan melihat dan menganalisis

    implementasi PP 46 tahun 2013 di sentra industri kerajinan perak Desa

    Batankrajan dan selanjutnya ditemukan kendala yang dihadapi dalam

    implementasi peraturan tersebut. Penelitian ini melibatkan pihak pengrajin di

    sentra industri kerajinan perak Desa Batankrajan selaku wajib pajak dan KPP

    Pratama Mojokerto selaku fiskus. Pada penelitian terdahulu ditemukan bahwa

    implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 masih belum

    maksimal karena adanya beberapa kendala yaitu rendahnya kesadaran membayar

    pajak, banyaknya UMKM yang belum mengetahui adanya PP 46 tahun 2013,

    serta adanya rasa ketidakpercayaan UMKM kepada fiskus. Berikut ini adalah

    beberapa penelitian terdahulu yang relevan serta berkaitan dengan penelitian ini.

  • 29

    29

    Tabel 2.3.

    Penelitian Terdahulu

    No

    Nama dan Tahun

    Penelitian

    Judul Penelitian

    Tujuan Penelitian Metode

    Penelitian

    Hasil Penelitian

    1. Syahdan dan Rani

    (2014)

    Dimensi Keadilan

    Atas Pemberlakuan

    PP No 46 Tahun 2013

    dan Peningkatan

    Kepatuhan Wajib

    Pajak.

    Untuk mengetahui

    dimensi keadilan

    atas pemberlakuan

    PP no 46 tahun

    2013 dan

    peningkatan

    kepatuhan pajak.

    Kualitatif Resistensi pengenaan pajak 1 % dari

    pemberlakuan PP No. 46 Tahun 2013 memang

    sangat dirasakan, namun spirit untuk

    membantu UKM agar pelaporannya lebih

    transparan. Sehingga UKM merasa lebih

    nyaman dalam memenuhi kewajiban

    Perpajakannya sebagaimana turut serta dalam

    peningkatan penerimaan negara.

    2. Setyaningsih dan Persepsi Wajib Pajak Untuk mengetahui Kualitatif Partisipan UMKM belum memahami

  • 30

    30

    Ridwan (2014) UMKM Terhadap

    Kecenderungan

    Negosiasi Kewajiban

    Membayar Pajak

    Terkait Peraturan

    Pemerintah Nomor 46

    Tahun 2013.

    persepsi wajib

    pajak UMKM

    terhadap

    kecenderungan

    negosiasi

    kewajiban

    membayar pajak

    terkait PP 46 tahun

    2013.

    perpajakan secara umum serta tata cara

    perhitungan pajak. Sehingga partisipan merasa

    terbebani dengan berlakunya ketentuan PP No

    46 Tahun 2013 dan cenderung melakukan

    negosiasi pajak. Selain itu, partisipan

    melakukan kewajiban membayar pajak karena

    merasa tidak ada pilihan lain kecuali harus

    membayar dan kepercayaan partisipan terhadap

    fiskus masih kurang.

    3. Kahfi (2016) Implementasi Pajak

    PP No.46 Tahun 2013

    Tentang Pajak

    Penghasilan Atas

    Penghasilan Dari

    Untuk mengetahui

    implementasi PP

    No.46 Tahun 2013

    Tentang Pajak

    Penghasilan Atas

    Kualitatif • KPP Pratama Bantul dalam penerapan PPh

    final 1% belum maksimal karena adanya

    beberapa kendala: masih banyak UMKM

    yang belum mengetahui PP 46 tahun 2013,

    UMKM belum mengetahui omset secara

  • 31

    31

    Usaha Yang Diterima

    Atau Diperoleh Wajib

    Pajak Yang Memiliki

    Peredaran Bruto

    Tertentu (Studi Kasus

    Pajak UMKM Di

    Kabupaten Bantul)

    Penghasilan Dari

    Usaha Yang

    Diterima Atau

    Diperoleh Wajib

    Pajak Yang

    Memiliki

    Peredaran Bruto

    Tertentu (Studi

    Kasus Pajak

    UMKM Di

    Kabupaten Bantul)

    detail, merasa sukar terhadap pengisian SSP

    dan pelaporannya, dan adanya rasa

    ketidakpercayaan terhadap fiskus.

  • 32

  • 32

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    Metode penelitian memiliki peran yang sangat penting dalam suatu

    Penelitian karena dapat mempengaruhi keefektifan dan keefisienan suatu

    penelitian. Metode penelitian yang digunakan harus sesuai dengan objek

    penelitian dan tujuan yang ingin dicapai peneliti. Prosedur pelaksanaan penelitian

    harus berdasarkan dengan metode penelitian ilmiah agar hasil yang diperoleh

    dapat dipertanggung jawabkan.

    3.1. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualititatif.

    Penelitian kualitatif ini akan membantu peneliti untuk memahami karakteristik

    suatu kelompok pada situasi tertentu Sekaran (2014:103). Peneliti menggunakan

    jenis penelitian ini dikarenakan pada penelitian ini data dikumpulkan dari latar

    yang alami (Natural setting) sebagai sumber data langsung. Selain itu,

    permasalahan yang akan dibahas tidak berkenaan dengan angka-angka seperti

    pada penelitian eksperimen maupun kuantitatif, melainkan study secara mendalam

    terhadap suatu fenomena dengan mendeskripsikan masalah secara terperinci dan

    jelas berdasarkan data yang diperoleh sesuai dengan fokus penelitian.

    Adapun masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah Implementasi

    Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 pada sentra industri kerajinan perak

    Desa Batankrajan dengan tujuan untuk mengetahui implementasi Peraturan

    Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 pada sentra industri kerajinan perak Desa

    Batankrajan serta kendala yang dihadapi. Oleh karena itu, peneliti menggunakan

  • 33

    penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus karena peneliti merasa dengan

    menggunakan pendekatan ini, dapat memberikan gambaran untuk mengetahui

    implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 pada sentra industri

    kerajinan perak Desa Batankrajan.

    3.2. Teknik Penentuan Informan

    Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sumber data

    menggunakan Purposive Sampling dengan menentukan informan berdasarkan

    pertimbangan tertentu (key informan). Purposive Sampling digunakan untuk

    menentukan informan yang sesuai dengan topik penelitian, mampu memahami

    dan menguasai kondisi yang sedang diteliti, memiliki data yang dibutuhkan, dan

    bersedia memberikan informasi yang memadai. Key Informan dalam penelitian ini

    adalah Pihak KPP Pratama Mojokerto yang sudah memahami Kondisi lapangan

    mengenai implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 pada

    UMKM di Kabupaten Mojokerto.

    Menurut Morse (1998:73) dalam Ahmadi (2016:93) informan yang baik

    memiliki beberapa karakteristik, yaitu :

    1. Memiliki pengetahuan dan pengalaman yang peneliti perlukan

    2. Memiliki kemampuan untuk merefleksikan pertanyaan peneliti

    3. Pandai dalam mengeluarkan gagasannya

    4. Memiliki waktu untuk diwawancarai

    5. Memiliki kemauan untuk berpertisipasi dalam studi

  • 34

    3.3. Lokasi Penelitian

    Lokasi penelitian merupakan keseluruhan ruang dimana fenomena terjadi.

    Dalam penelitian ini lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian adalah sentra

    industri kerajinan perak Desa Batankrajan Kecamatan Gedeg. Adapun pemilihan

    lokasi penelitian tersebut didasarkan pada aspek kemudahan dalam mendapatkan

    informasi dimana peneliti berdomisili di Kecamatan Gedeg tersebut. Selain itu

    dipilihnya lokasi ini dikarenakan Sentra kerajinan perak ini memiliki jumlah

    pengrajin yang cukup banyak dengan omset yang berkisar mulai dari ratusan ribu

    hingga puluhan juta rupiah setiap bulannya. Tetapi, peneliti hanya mampu

    mendapatkan informasi dari 7 orang pengrajin dikarenakan pengrajin lainnya

    menolak untuk memberikan informasi dan juga tidak bisa ditemui.

    Tabel 3.1

    Nama dan omset pengrajin perak Desa Batankrajan

    No Nama Pengrajin Omset per bulan

    1. Bapak Agus Rp 40.000.000

    2. Bapak Edo Rp 4.500.000 - 5.000.000

    3. Bapak Felix Rp 4.800.000 - 5.000.000

    4. Bapak Ade Rp 5.000.000

    5. Bapak Zidan Rp 1.000.000

    6. Bapak Aji Rp 2.000.000 - 3.000.000

    7. Bapak Virsa Rp 800.000 - 1.000.000

    3.3. Sumber Data

    Secara umum sumber data terbagi menjadi 2 yaitu data primer dan data

    sekunder.

    a. Data Primer

  • 35

    Sumber data primer diperoleh dari hasil penelitian di lapangan melalui

    wawancara langsung dan sebenarnya, dengan pihak-pihak yang

    bersangkutan dalam kaitanya dengan penelitian ini.

    b. Data Sekunder

    Data sekunder yang diperoleh peneliti berasal dari Peraturan Pemerintah

    Nomor 46 Tahun 2013, Peraturan Menteri Keuangan Nomor

    107/PMK.011/2013, Surat Edaran Nomor SE-42/PJ/2013, UU 20 tahun

    2008, Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013, data

    diolah penerimaan PPh Final pasal 4 ayat 2 KPP Pratama Mojokerto, dan

    dokumen-dokumen pendukung lainnya.

    3.4. Teknik Pengumpulan Data

    Dalam penelitian ini data yang diperoleh dari sumber data menggunakan

    dua teknik pengumpulan data, yaitu :

    1. Wawancara tak terstruktur

    Wawancara ini dilakukan secara bebas tanpa menggunakan pedoman yang

    telah disusun namun hanya menggunakan garis besar pemasalahan

    Sugiyono (2011:234). Wawancara ini digunakan oleh peneliti untuk

    mendapatkan informasi yang lebih jelas dan membuat informan merasa

    nyaman dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.

    Namun dalam wawancara yang dilakukan ini, peneliti juga melakukan

    wawancara mendalam untuk menangkap makna dari sesuatu yang tersirat

    bukan hanya tersurat. Artinya peneliti tidak boleh begitu saja menerima

  • 36

    informasi dari informan begitu saja, tetapi juga harus memaknai setiap

    ucapan-ucapan dari informan.

    2. Observasi Terus Terang atau Tersamar.

    Observasi terus terang atau tersamar menurut Sugiyono (2011:228) adalah

    observasi yang dilakukan dengan cara peneliti menyatakan langsung

    kepada informan bahwa sedang melakukan penelitian. Tetapi tidak

    menutup kemungkinan peneliti juga akan melakukan penelitian tersamar

    kepada informan guna mendapatkan informasi yang dianggap rahasia oleh

    informan. Pada penelitian ini, peneliti melihat kondisi informan terlebih

    dahulu. Jika informan terlihat merespon dengan baik peneliti langsung

    menggunakan observasi terus terang. Namun jika kondisinya berbeda

    maka, peneliti menggunakan observasi tersamar dengan cara menjadi

    calon pembeli kerajinan perak yang akan diteliti untuk memahami kondisi

    lapangan.

    3. Dokumentasi

    Dokumen yang digunakan dalam penelitian merupakan dokumen internal

    dan Eksternal. Dokumen internal tersebut berupa data penerimaan PPh

    Final pasal 4 ayat tahun 2013-2016 sedangkan dokumen eksternal berupa

    Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013, Peraturan Menteri Keuangan

    Nomor 107/PMK.011/2013, Surat Edaran Nomor SE-42/PJ/2013, UU 20

    tahun 2008, Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013.

    3.6. Teknik Analisis Data

  • 37

    Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data sebagai

    berikut:

    Analisa di lapangan menurut Model Miles and Huberman (1984) dalam

    sugiyono (2011) ada tiga tahapan yaitu reduksi data, penyajian data, dan

    penarikan kesimpulan.

    1. Reduksi Data

    Reduksi data adalah proses penelitian, pemusatan perhatian pada

    penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data yang muncul dari

    catatan-catatan tertulis di lapangan. dari pengertian tersebut peneliti

    menyimpulkan bahwa dalam mereduksi data dilakukan penelaahan

    terhadap semua data yang diperoleh dari berbagai sumber dan metode

    pengumpulan yang telah dijelaskan. Peneliti melakukan proses reduksi

    data terhadap data yang dikumpulkan dengan memilih data pokok atau

    data terinci. Dalam proses ini, data-data yang tidak relevan untuk

    digunakan dalam penelitian juga dibuang atau diabaikan. Sehingga data-

    data yang tersaji sesuai dengan fokus penelitian.

    2. Penyajian Data

    Setelah mereduksi data, tahap selanjutnya adalah penyajian data.

    Penyajian data dapat berupa uraian singkat, flowchart, bagan, dan

    sejenisnya Sugiyono (2011:249). Dalam penelitian kualitatif ini, penyajian

    data berbentuk teks naratif.

    3. Penarikan Kesimpulan

  • 38

    Penarikan kesimpulan adalah tahap terakhir untuk menarik suatu

    kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh sehingga menjawab rumusan

    masalah. Pada penelitian ini, peneliti meninjau kembali hasil wawancara

    dan dokumen-dokumen pendukungnya untuk menentukan kesimpulan

    yang diuraikan dalam bentuk naratif.

    3.7. Uji Kredibilitas Data

    Menurut Sugiyono (2011:270), pengujian kredibilitas perlu dilakukan oleh

    peneliti untuk mengukur tingkat kepercayaan terhadap data hasil penelitian. Pada

    penelitian ini, peneliti menggunakan uji kredibilitas triangulasi. Uji kredibilitas ini

    terdiri dari 3 macam yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi

    waktu. Namun peneliti hanya menggunakan triangulasi sumber pada penelitian

    ini.

    1. Triangulasi Sumber

    Sugiyono mengungkapkan (2011:274) bahwa triangulasi ini dilakukan

    dengan mengecek data yang didapat oleh peneliti dari berbagai sumber. Dalam

    penelitian ini, pengumpulan data dan pengujian data dilakukan ke KPP pratama

    Mojokerto dan pengrajin perak selaku subjek pajak sesuai Peraturan Pemerintah

    nomor 46 tahun 2013. Data dari sumber tersebut dideskripsikan, dikategorisasi

    mana pandangan yang sama dan pandangan yang berbeda. Selanjutnya data

    tersebut dianalisis oleh peneliti untuk menghasilkan suatu kesimpulan.

    3.8. Tahapan Penelitian

  • 39

    Menurut Bogdan (1982) dalam Moleong (2009:127) terdapat 3 tahapan

    penelitian kualitatif secara umum yaitu pra lapangan, kegiatan lapangan, dan

    analisis intensif.

    1. Tahap pra lapangan

    Pada Tahapan ini meliputi rancangan penelitian, pemilihan objek yang

    akan diteliti, serta mengurus perizinan ke KANWIL DJP JATIM 2 untuk

    mendapatkan akses masuk di KPP Pratama Mojokerto. Setelah mendapatkan

    perizinan, peneliti langsung mengurus perizinan tersebut di KPP Pratama

    Mojokerto. Selanjutnya peneliti terlebih dahulu menilai situasi dan kondisi di

    dalam KPP Pratama Mojokerto dan mulai menentukan informan yang cocok

    untuk memberikan informasi yang memadai. Setelah itu, peneliti membuat janji

    untuk wawancara dengan informan tersebut melalui bagian umum dan

    kepegawaian.

    Peneliti harus membuat garis besar pertanyaan wawancara untuk informan

    agar pertanyaan yang ingin ditanyakan tidak meluas dan lengkap sesuai dengan

    kebutuhan penelitian.

    Untuk pra lapangan di sentra industri kerajinan perak Desa Batankrajan

    Kecamatan Gedeg, peneliti terlebih dahulu mendatangi rumah Kepala Desa

    Batankrajan untuk mendapatkan izin penelitian dan akses masuk Desa

    Batankrajan. Setelah itu peneliti langsung diarahkan untuk mendatangi rumah

    pemilik A silver dikarenakan pemilik A silver merupakan pendiri dan penggagas

    sentra industri kerajinan perak Desa Batankrajan. Peneliti meminta izin penelitian

    di sentra industri tersebut dan sekaligus meminta bantuan untuk mempermudah

  • 40

    akses mendapatkan data dengan para pengrajin perak. Tidak hanya itu, peneliti

    juga melakukan pra wawancara dengan pemilik A silver untuk mendapatkan

    gambaran awal mengenai penerapan peraturan pemerintah nomor 46 tahun 2013

    selama ini.

    2. Tahap pekerjaan lapangan

    Pada tahap ini, peneliti diharuskan memahami objek yang diteliti dan

    mempersiapkan diri untuk wawancara, baik dari persiapan mental dan alat-alat

    tulis, recording, dan sebagainya yang membantu peneliti. Selanjutnya, peneliti

    harus membangun hubungan yang baik dengan informan sehingga informan akan

    merasa nyaman dan memberikan informasi yang diperlukan oleh peneliti. Selain

    itu, peneliti juga harus merekam atau mencatat informasi yang didapatkan dari

    informan tersebut.

    3. Tahap analisis intensif

    Pada tahap terakhir, peneliti harus menganalisis data yang telah didapatkan

    dari observasi, wawancara, dan dokumen dengan menggunakan teknik analisis

    data sesuai dengan penjelasan sebelumnya. Setelah itu, peneliti melakukan

    interpretasi data untuk ditarik kesimpulan akhir atas permasalahan yang diteliti.

  • 41

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    4.1.1. Sentra Industri Kerajinan Perak Desa Batankrajan

    Desa Batankrajan terletak di Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto dan

    telah lama dikenal sebagai daerah pusat kerajinan perhiasan perak yang ada di

    Mojokerto. Kerajinan perak di Desa Batankrajan mulai Dirintis sejak tahun 1970

    oleh Bapak Agus yang sebelumnya pernah belajar dan bekerja di Bali untuk

    pembuatan kerajinan perak. Ketika pulang ke Desa Batankrajan, Bapak Agus

    merasa prihatin dengan kondisi anak-anak muda (usia produktif) yang tidak

    bekerja dan waktu itu pengangguran di Desa Batankrajan hampir mencapai 80%.

    Setelah itu ia mencoba untuk membuka sendiri usaha kerajinan perak di Desa

    Batankrajan dengan berbekal pengalamannya ketika di Bali. Namun, tidak

    disangka ternyata usahanya sukses dan maju saat itu sehingga mampu menyerap

    pegawai yang rata-rata masyarakat Desa Batankrajan sebanyak 32 orang.

    Dengan kesuksesan yang diperoleh, ia kemudian berpikir untuk membuat

    desanya sebagai sentra kerajinan perak dengan mendorong pegawai-pegawainya

    yang telah mahir dan terampil dalam membuat kerajinan perak untuk membuat

    sendiri usaha kerajinan perak. Dengan dorongan dan bimbingannya dalam

    membuat kerajinan perak tersebut, akhirnya banyak bermunculan pengrajin perak

    baru di Desa Batankrajan hingga mencapai sekitar 41 orang saat itu. Kini, sektor

    usaha kerajinan perak telah mengalami banyak perkembangan kendati sempat

    surut akibat beberapa masalah global dan peristiwa Bom Bali. Hingga saat ini

  • 42

    jumlah pengrajin perak yang terisisa berjumlah 11 orang. Pemasaran dari produk

    yang dihasilkan oleh pengrajin dijual di wilayah Mojokerto, Bali, dan ekspor ke

    Jerman. Pemasaran yang luas memberikan keuntungan bagi pengrajin untuk

    memperoleh omset yang besar sehingga terdapat potensi yang besar terhadap

    penerimaan pajak berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 (PPh

    final atas peredaran bruto tertentu) di KPP Pratama Mojokerto.

    4.1.2. KPP Pratama Mojokerto

    KPP Pratama Mojokerto merupakan salah satu kantor administrasi pajak

    di wilayah mojokerto. Beroperasinya KPP Pratama Mojokerto berdasarkan

    Peraturan Menteri Keuangan nomor 55/PMK. 01/2007 bagian kedua adalah

    dimulai tanggal 27 November 2007. Sektor penerimaan pajak di KPP Pratama

    Mojokerto berasal dari PPh non migas, PPN, PPnBM, PBB sektor P3, dan pajak

    lainnya. Selain itu, KPP Pratma Mojokerto juga memiliki wilayah yang cukup

    besar yaitu Kota Mojokerto, Kabupaten Mojokerto, dan Kabupaten Jombang

    dengan penduduk yang relatif padat. Berikut rincian wilayah KKP Pratama

    Mojokerto :

    Tabel 4.1

    Wilayah KPP Pratama Mojokerto

    No Wilayah Kecamatan Desa/Kelurahan Luas Wilayah

    1 Kab Mojokerto 18 304 692, 15 km2

    2 Kota Mojokerto 2 18 16, 42 km2

    3 Kab Jombang 20 306 1.159,5 km2

    Sumber: Data BPS, 2014 yang diolah

  • 43

    4.2. Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013

    Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang pajak

    penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak

    yang memiliki peredaran bruto tertentu pasal 2 ayat 1, dijelaskan bahwa atas

    penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki

    peredaran bruto tertentu dikenakan pajak penghasilan bersifat final. Selanjutnya

    pada ayat 2 ditegaskan bahwa wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu

    yang dimaksud adalah wajib pajak yang memenuhi kriteria :

    a. Wajib pajak orang pribadi atau wajib pajak badan tidak termasuk bentuk

    usaha tetap;

    b. Menerima penghasilan dari usaha, tidak termasuk penghasilan dari jasa

    sehubungan dengan pekerjaan bebas, dengan peredaran bruto tidak

    melebihi Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah)

    dalam 1 (satu) tahun pajak.

    Pada pasal 2 ayat 3 dikatakan bahwa tidak termasuk wajib pajak orang pribadi

    adalah wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan

    dan/atau jasa dalam usahanya:

    a. Menggunakan sarana atau prasarana yang dapat dibongkar pasang, baik

    yang menetap maupun tidak menetap; dan

    b. Menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum

    yang tidak diperuntukkan bagi usaha atau tempat berjualan.

    Berdasarkan peraturan tersebut, pengrajin di sentra industri kerajinan

    perak Desa Batankrajan Kecamatan Gedeg sudah memenuhi kriteria pasal 2 ayat 2

  • 44

    karena omset pengrajin tidak ada yang melebihi 4,8 miliar dalam satu tahun. Akan

    tetapi, tidak memenuhi kriteria berdasarkan pasal 2 ayat 3 karena kegiatan jual

    beli dilakukan dirumah masing-masing pengrajin di Desa Batankrajan dan tidak

    menggunakan sarana prasarana yang dapat dibongkar pasang ataupun

    menggunakan sebagaian atau seluruh tempat kepentingan umum yang tidak

    diperuntukkan sebagai tempat usaha. Oleh karena itu, pengrajin di sentra industri

    kerajinan perak Desa Batankrajan seharusnya dikenakan pajak penghasilan

    berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 46 tahun 2013.

    Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan peneliti menemukan

    berbagai kondisi wajib pajak. Berikut dijelaskan dalam tabel dibawah:

    Tabel 4.2

    Data Pengrajin Perak Desa Desa Batankrajan

    No Nama

    Pengrajin

    Omset

    perbulan

    Omset

    pertahun

    Pemasaran Keterangan

    1. Bapak Agus 40 juta 480 juta • Mojokerto

    • Bali

    • Jerman

    Membayar

    pajak

    2. Bapak Edo 4,5 – 5 juta 54 juta • Mojokerto

    • Bali

    Tidak

    membayar

    pajak

    3. Bapak Felix 4,8 – 5 juta 57,6 juta • Mojokerto

    • Bali

    Membayar

    pajak

    4. Bapak Adi 5 juta 60 juta • Mojokerto

    • Bali

    Membayar

    pajak

    5. Bapak Zidan 1 juta 12 juta • Mojokerto Tidak membayar

    pajak

    6. Bapak Aji 2 – 3 juta 24 juta • Mojokerto

    • Bali

    Tidak

    membayar

    pajak

    7. Bapak Vinsa 800 ribu 9,6 juta • Mojokerto Tidak membayar

    pajak

  • 45

    Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa dari 7 pengrajin yang

    membayarkan pajaknya hanya sejumlah 3 pengrajin dan sisanya belum

    membayarkan pajaknya. Selain itu, tabel diatas semakin menjelaskan bahwa

    semua pengrajin seharusnya membayar pajak karena telah memenuhi kriteria

    Peraturan Pemerintah nomor 46 tahun 2013.

    Pajak yang dibayar oleh pengrajin ini menggunakan sistem self assessment

    yaitu dengan cara menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang

    terutang ke KPP Pratama terdekat sesuai dengan tempat usaha. Hal ini juga

    dibenarkan oleh pegawai KPP Pratama Mojokerto yaitu Bapak Candra.

    “Perhitungannya self assessment. Jadi pihak wp menghitung sendiri atas

    omset yang diterimanya. Nanti dikalikan 1% tadi”. (10 mei 2017: 13.00

    WIB)

    Sebelum melakukan perhitungan jumlah pajak, wajib pajak yang telah

    memenuhi persyaratan harus mendaftarkan diri untuk memperoleh nomor pokok

    wajib pajak (NPWP). Kewajiban memiliki NPWP ini diatur dalam SE nomor 42

    tahun 2013 bagian F(1) yang menjelaskan bahwa wajib pajak yang memiliki

    peredaran bruto tertentu wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh nomor pokok

    wajib pajak (NPWP) bagi setiap tempat usaha di kantor pelayanan pajak yang

    wilayah kerjanya meliputi tempat usaha wajib pajak dan di kantor pelayanan

    pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan wajib

    pajak.

    Pada praktik di lapangan, ditemukan bahwa hanya 3 dari 7 pengrajin yang

    memiliki NPWP yaitu Bapak Agus, Bapak Felix, dan Bapak Adi. Sedangkan

    pengrajin lainnya belum memiliki NPWP. Hal ini diketahui dari Bapak Zidan,

  • 46

    beliau mengaku bahwa belum ingin memiliki NPWP karena omsetnya masih kecil

    dan menunggu omsetnya naik terlebih dahulu baru beliau mau membayarkan

    pajaknya.

    “Belum mbak. Mungkin kalau omset saya naik saya bikin”. (14 mei 2017:

    11.00 WIB)

    Bapak Vinsa juga mengaku tidak memiliki NPWP.

    “Tidak punya”. (15 mei 2017: 17.02 WIB)

    Setelah memiliki NPWP, wajib pajak diharuskan untuk membayarkan

    pajak yang terutang. Dalam hal ini, wajib pajak berhak menghitung sendiri jumlah

    pajak yang terutang dengan dasar pengenaan pajak yang digunakan adalah jumlah

    peredaran bruto setiap bulan. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa salah satu

    pengrajin telah melakukan perhitungan pajak berdasarkan perkiraan omset dalam

    satu bulan. Ini diakui oleh Bapak Agus, yang mengaku menghitung kewajiban

    pajak menggunakan perkiraan omset.

    “Iya itu berbeda-beda, ya itu nanti saya ngitungnya saya karang sendiri.

    Saya itung aja sendiri. Gak papa saya bayar sekian-sekian. Pokoknya aku

    satu tahun sekali di akhir tahun sekalian bayarnya jadi aku ngak ribet ngak

    banyak-banyak kerja riwa riwi ke pajak”. (13 mei 2017: 12.30 WIB)

    Mencoba menggali informasi lagi, pengrajin perak lainnya diketahui menghitung

    kewajibannya berdasarkan omset yang diperoleh dalam satu bulan. Ini

    diungkapkan oleh Bapak Felix, yang mengaku membayar 48-50 ribu setiap bulan

    dengan omset 4,8-5 juta setiap bulannya.

    “Iya benar. Sekitar 48 ribu-50 ribuan saya harus bayar setiap bulan”. (13

    mei 2017: 14.45 WIB)

  • 47

    Tidak hanya Bapak Felix yang menghitung pajaknya berdasarkan omset yang

    diterima perbulan, tetapi Bapak Adi juga mengaku bahwa mengitung jumlah

    pajaknya berdasarkan omset perbulan karena jumlah pajak yang harus dibayar

    tidak tinggi.

    “Iya mbak, kan kenanya ngak tinggi. Daripada ribet kan ya. Ngitungnya

    sudah dimudahkan kok kita yang buat ribet malahan”. (14 mei 2017: 09.45

    WIB)

    Untuk wajib pajak yang belum membayarkan pajak, mereka mengaku

    bahwa tidak mengetahui cara menghitung pajak yang harus dibayarkannya. Ini

    diakui oleh Bapak Edo.

    “Tidak tahu, soalnya kan saya tidak bayar”. (13 mei 2017: 14.02 WIB)

    Selain itu, peneliti mencoba mencari tahu apakah ada pemeriksaan atas omset

    yang dilaporkan oleh pengrajin dan peneliti menemukan keadaan bahwa tidak

    adanya pemeriksaan yang dilakukan oleh KPP Pratama Mojokerto. Hal ini

    diungkapkan oleh Bapak Agus.

    “Ngak mbak ngak sampek segitu. Kan kita UMKM gak perlu terlalu rinci

    kan tau sendiri. Kecuali kalo perusahaan menengah keatas memang harus.

    Ya kalau kita meskipun ngak bayar itu ada maap katanya begitu. Kan kita

    kayak dibimbing biar bangkit maksudnya. Kan memang situasi kayak gini

    itu agak susahlah.kadang-kadang UMKM itu bersaing sama luar negeri.

    Mangkanya katanya disuruh bangkit itu begitu”. (13 mei 2017: 12.30

    WIB)

    Pernyataan diatas memang dibenarkan oleh Bapak Candra selaku pegawai KPP

    Pratama Mojokerto yang menjelaskan bahwa tidak ada pemeriksaan terhadap

    omset yang dilaporkan UMKM. Namun, KPP hanya mempertimbangkan besaran

    omset yang dilaporkan UMKM.

  • 48

    “Pengecekan tidak dilakukan, namun KPP mempertimbangkan kiranya

    omset yang dilaporkan realistis atau tidak nilainya. Jika tidak maka baru

    dilakukan pemeriksaan”. (10 mei 2017: 13.00 WIB)

    Setelah wajib pajak menghitung jumlah pajaknya, maka tahap selanjutnya

    adalah pembayaran pajak. Bapak Candra selaku pegawai KPP Pratama Mojokerto

    menyampaikan mekanisme pembayaran pajak yang harus dilakukan.

    “Setelah wp menghitung sendiri jumlah kewajiban pajaknya, mereka harus

    menyetorkan ke kas negara melalui bank persepsi atau kantor pos

    menggunakan surat setoran pajak (SSP). Nanti akan dapat bukti bayar

    pajak atau nomor transksasi penerimaan negara (NTPN) mbak. Setornya

    paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya. Sedangkan pelaporan paling

    lambat tanggal 20 bulan berikutnya. Selanjutnya tugas wp di akhir tahun,

    ha