implementasi peraturan walikota jambi nomor 29...
TRANSCRIPT
i
i
IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA JAMBI
NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG PENERTIBAN
GELANDANGAN DAN PENGEMIS
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat - Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Dalam Ilmu Pemerintahan
Oleh:
NAJEMIA
SIP.162402
PEMBIMBING:
Dr. Robi’atul Adawiyah, S.HI.,M.HI
Tri Endah Karya Lestiyani, S.IP.M.IP
JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2019
ii
iii
iv
MOTTO
Artinya: “ Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia
melindungimu ”.1(Q.S. Ad-Duha (93):6)
1 Ad-Duha (93):6.
v
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Implementasi Peraturan Walikota Jambi Nomor 29
Tahun 2016 Tentang Penertiban Gelandangan dan Pengemis”. Permasalahan gelandang dan pengemis masih menjadi beban pembangunan,
peran pemerintah dan masyarakat untuk menaggulangi permasalahn ini tentunya
harus dilakukan secara bersama-sama sehingga mampu mengurangi kesenjangan
sosial yang ada. Dalam pelaksanaan harusnya dapat mengurangi jumlah
gelandangan dan pengemis yang ada di kota Jambi. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui (1) Bentuk pe nertiban peraturan Walikota tentang
gelandangan dan pengemis (2) Implementasi penertiban gelandangan dan
pengemis di Kota Jambi. Kemudian dalam penggunaan metode skripsi ini
menggunakan metode kualitatif dengan melakukan observasi, dokumentasi
langsung dilapangan dan pihak Dinas sosial, wawancara kepada pihak-pihak
yang terkati baik itu di Dinas Sosial maupun langsung kelapangan bersama
gelandang dan pengemis. Berdasarkan hasil penelitian di peroleh kesimpulan
bahwa penertiban gelandangan dan pengemisdi lakukan dengan usaha Preventif
dilakukan pemantauan pengendalian, usaha Reprensif dengan melakukan Razia
secara rutin dan usaha Rehabilitasi dengan memberikan pembinaan dan
pelatihan serta keterampilan kepada gelandangan dan pengemis. Implementasi
Penertiban gelandangan dan pengemis melakukan penertiban berupa razia dan
pembinaan. Faktor tantangan dan peluang di pengaruhi faktor sosial budaya,
sumberdaya manusia dan lingkungan. serta keterlibatan lembaga-lembaga sosial
yang ada di tengah-tengah masyarakat untuk dapat mengatasi dan
menanggulangi masalah kesejahteraan sosial.
Kata Kunci: Penertiban, Implementasi, Gelandangan dan pengemis.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’ alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana dalam
penyelesaian skripsi ini penulis selalu diberikan kesehatan dan kekuatan, sehingga
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : IMPLEMENTASI PERATURAN
WALIKOTA JAMBI NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG PENERTIBAN
GELANDANGAN DAN PENGEMIS.
Kemudian tidak lupa pula penulis haturkan shalawat beriring salam kepada
Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah memberi kita petunjuk dari alam
kebodohan menuju alam yang terang benderang seperti yang kita rasakan pada saat
sekarang ini, terang bukan lampu yang menyinari akan tetapi terangnya karena ilmu
pengetahuan serta keimanan.
Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagai persyaratan dalam rangka
menyelesaikan studi Stara Satu (S1) pada Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi. Terwujudnya skripsi ini selaian merupakan upaya kerja ilmiah
penulis sendiri juga tidak terlepas dari arahan, bimbingan dan motivasi berbagai
pihak yang terkait terutama dosen pembimbing penulisan skripsi ini. Untuk itu
penulis sangat perlu menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada Yang Terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi Asy’ari, MA, Ph.D sebagai Rektor Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Bapak Dr. A. A. Miftah, M. Ag, sebagai Dekan Fakultas Syariah Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak H. Hermanto Harun, Lc., M. HI., Ph. D, sebagai Wakil Dekan Bidang
Akademik.
4. Ibu Dr. Rahmi Hidayati, S. Ag., M. HI, sebagai Wakil Dekan Bidang
Administrasi Umum Perencanaan dan Keuangan.
5. Ibu Dr. Yuliatin, S. Ag., MHI, sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan
dan Kerjasama.
vii
6.
7. Ibu Mustiah RH, S.Ag, M.Sy. dan Ibu Tri Endah Karya Lestiyani, S.IP.,M.IP.
sebagai Ketua dan Sekretaris Prodi Ilmu Pemerintahan Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
8. Dr. Robi’atul Adawiyah, S.HI.,M.HI dan Tri Endah Karya Lestiyani,
S.IP.,M.IP sebagai Pembimbing I dan Pembimbing II skripsi ini.
9. Bapak dan Ibu Dosen, Asisten Dosen, dan seluruh Karyawan/Karyawati
Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
10. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung
maupun tidak langsung.
Di samping itu, disadari juga bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu diharapkan kepada semua pihak untuk dapat memberikan
kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini. Kepada Allah SWT kita memohon
ampunan-Nya, dan kepada manusia kita memohon kemaafannya. Semoga amal
kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah SWT.
Jambi 2019
Penulis
NAJEMIA
SIP 162402
viii
PERSEMBAHAN
Syukur Alhamdulillah Kepada Allah SWT, karya tulis ini merupakan wujud dari
upaya kecil untuk mengharapkan rahmat dan ridho-Nya.
Kuluangkan kakiku menuju kesuksesan untuk meraih cita-citaku.
Kupersembahkan karya kecil ini, untuk cahaya hidup, yang senantiasa ada saat
suka maupun duka, selalu setia mendampingi saat aku lemah dengan segala
kekacauan pikiranku Ayahanda (H. Syarifuddin) dan Ibunda (Hj. Masyita)
tercinta. Yang selalu memanjatkan doa, mendidik serta member motivasi dan
dukungan untuk kemajuan dalam skripsi ini baik secara moril dan materil.
Untuk Abangku tercinta Najemuddin dan Sepupuku Sapar yang selalu
membantuku dari awal perjuanganku hingga sekarang
Untuk sahabatku Nur Ma’rifatun Hasanah, Siska Trinanda dan Santri
Prima yang selalu memberiku semangat saat aku lelah, motivasi saat aku ingin
menyerah pada keadaan, dan adek angkatku Tanti Wulan Sari
Untuk Keluarga Besarku yang selalu mendukung dan memberi doa dalam
menyelesaikan skripsi ini, Untuk teman-teman seperjuangan IP E 2016, PPL
Squad Gel I dan KKN Posko 09 Gel III yang telah berjasa dalam perjuanganku di
bangku kuliah sampai aku menyelesaikan skripsi ini. dan semua yang tak bisa ku
sebut satu persatu
Terimakasih........
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN .................................................................. iv
MOTTO ............................................................................................................... v
ABSTRAK ......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ............................................................................................. ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 7
D. Batasa Masalah ...................................................................................... 8
E. Kerangka Teori ..................................................................................... 8
F. Tinjauan Pustak .................................................................................. 19
x
BAB II METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian ................................................................................ 21
B. Pendekatan Penelitian ........................................................................ 21
C. Jenis Sumber Data .............................................................................. 22
D. Tekhnik Analisis Data ....................................................................... 24
E. Sistematika Penulisan ......................................................................... 26
F. Jadwal Penelitian ................................................................................ 27
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Profil Kantor Dinas Sosial Kota Jambi ............................................. 28
B. Visi Dan Misi Dinas Sosial Kota Jambi ............................................. 39
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Bentuk Penertiban Gelandangan dan Pengemis Menurut
Peraturan Walikota Nomor 29 Tahun 2016...................................... 55
B. Implementasi Penertiban Gelandangan dan Pengemis Di Kota
Jambi Menurut Peraturan Walikota Jambi Nomor 29 Tahun 2016
.................................................................... ...........................................61
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 72
B. Saran .................................................................................................... 73
C. Kata Penutup ....................................................................................... 73
xi
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 75
LAMPIRAN ............................................................................................. 77
DAFTAR INFORMAN ........................................................................... 82
CURICULUM VITAE ............................................................................ 83
xii
DAFTAR TABEL
A. Tabel 1. Jadwal Penelitian ......................................................................... 24
B. Tabel 2. Jumlah Pegawai menurut pangkat, golongan dan jabatan ..... 26
C. Tabel 3. Data perkembangan penyandang masalah kesejahteraan sosial
(PMKS) ....................................................................................................... 51
xiii
DAFTAR GAMBAR
A. Gambar 1. Kantor Dinas Sosial Kota Jambi ........................................... 77
B. Gambar 2. Wawancara Bersama Bapak Jaharuddin Kepala Bidang
Rehabilitasi Dinas Sosial Kota Jambi .................................... 78
C. Gambar 3. Wawancara Bersama Bapak Toyib Kepala Seksi
Rehabilitasi Dinas Sosial Kota Jambi .................................... 78
D. Gambar 4. Pengemis Di Sekitar Lampu Merah ...................................... 79
E. Gambar 5. Bersama Pengemis................................................................... 79
F. Gambar 6. Gelandangan Dan Pengemis Yang Terjaring Razia ............ 80
G. Gambar 7. Razia Gelandangan Dan Pengemis ........................................ 81
xiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara berkembang seperti Indonesia, secara berkelanjutan
melakukan pembangunan, baik fisik mupun mental untuk mencapai tujuan
negara yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yakni
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa. Agar
tujuan negara indonesia dewasa ini dapat tercapai dan terlaksana, maka
dibutuhkan sumber daya manusia yang mampu melaksanakan dengan baik,
sehingga perlu dipersiapkan sejak dini.
Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai penduduk
yang sangat banyak maka perlu peningkatan pembangunan untuk menopang
kesejahteraan penduduknya. Kesejahteran yang muncul di masyarakat
memiliki tujuan yang jelas yakni untuk mewujudkan masyarakat yang adil,
makmur serta merta material maupun spritual., serta dapat menjalankan roda
perekonomian yang terjadi pada saat ini. Sesuai dengan pasal 33 UUD 1945
ialah sebagai dasar untuk mewujudkan keadilan, kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat melalui peranan dan keberpihakan negara dalam
meningkatkan taraf kehidupan rakyat.
Pada saat ini banyak masalah sosial yang berpengaruh terhadap
kesejahteraan masyarakat, dimana banyak muncul sesuatu yang bersifat negatif
dengan kata lain hal tersebut dapat merusak citra serta proses menuju arah
pembangunan yang lebih baik. Kehidupan masyarakat yang sejahtera
1
2
merupakan kondisi yang ideal dan menjadi dambaan setiap warga masyarakat.
Di samping itu berbagai upaya di lakukan untuk menghilangkan atau
minimal mengantisipasi dan mengeliminasi faktor-faktor yang menghalangi
pencapaian kondisi ideal tersebut. Fenomena yang di sebut sebagai masalah
sosial dianggap sebagai kondisi yang dapat menghambat perwujudan
kesejahteraan sosial. Masalah sosial di tafsirkan sebagai kondisi yang tidak
diinginkan oleh setiap warga masyarakat. Hal itu di sebabkan oleh gejala
tersebut merupakan kondisi yang tidak sesuai dengan harapan atau tidak sesuai
dengan nilai, moral, dan standar sosial yang berlaku. Menurut weinberg,
masalah sosial adalah situasi yang dinyatakan sebagai sesuatu yang
bertentangan dengan nilai-nilai oleh warga masyarakat yang cukup signifikan,
dimana mereka sepakat dibutuhkannya suatu tindakan untuk mengubah situasi
tersebut.2
Persaingan hidup yang keras di perkotaan, membuat mereka yang
tidak memiliki keterampilan atau tingkat pendidikan tinggi akan kehilangan
peluang untuk mendapatkan penghidupan sebagai mana mestinya. Wilayah
perkotaan tidak lepas dari Kemiskinan merupakan keadaan dimana seseorang
atau kelompok tidak dapat memenuhi kebutuhannya. Kehidupan seperti ini
menjadi lingkaran tak berujung bagi masyarakat miskin, hasilnya mereka akan
tetap berada pada garis kemiskinan dan hingga menjadi gelandangan ataupun
pengemis karena keterbatasan keterampilan dan pendidikan yang renda.
2 Soetomo, masalah sosial dan upaya pemecahan, (yogyakarta: pustaka pelajar :
2010)hlm.7.
3
Beberapa faktor yang menyebabkan gelandangan dan pengemis yaitu:
faktor ekonomi meliputi kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan,
kemiskinan dan rendahnya pendapatan perkapita sehingga mengakibatkan
tidak tercukupi kebutuhan hidup. Faktor sosial akibat urbanisasi yang semakin
meningkat serta rendahnya partisipasi masyarakat dalam urusan dalam usaha
meningkatkan kesejahteraan sosial. Faktor pendidikan yang menyebabkan
rendahnya pendidikan masyarakat mengakibatkan kurangnya bekal
keterampilan. Faktor lingkungan berkaitan terhadap gelandangan yang sudah
berkeluarga atau mempunyai anak secara tidak langsung ada pembibitan
gelandangan dan faktor agama rendahnya ajaran agama sehingga tipisnya iman
menyebabkan sering kali mereka putus asa atas cobaan yang di berikan.
Sehingga mereka tidak mampu mendapatkan pekerjaan yang mereka harapkan
untuk mendapatkan kehidupan yang sejahtera seperti yang di terangkan dalam
undang-undang pasal 28H ayat 1 yang berbunyi bahwa setiap orang berhak
hidup sejahtera lahir dan bathin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan,3
dan akhirnya mereka memilih jalan pintas untuk melanjutkan hidup yang
diantaranya adalah menjadi gelandangan, dan pengemis.
Keberadaan gepeng (gelandangan pengemis) ini menimbulkan
fenomena baru yang perlu penanganan serius. Banyak tanggapan yang muncul
dari masyarakat, ada yang peduli, dan tidak sedikit yang kurang simpatik
dengan keberadaan gelandangan dan pengemis yang sering muncul dijalan.
3Undang-Undang Republik Indonesia Pasal 28 Ayat 1 Tahun 1945 Tentang Hak
Asasi Manusia
4
Dengan berbagai alasan yang kurang rasional masyarakat sering kali
memposisikan gelandangan dan pengemis sebagai sampah masyarakat karena
hanya melihat penampilannya yang kumuh, bau dan compang camping.4
Dalam Peraturan Walikota Jambi Nomor 29 Tahun 2016 tentang
penertiban gelandangan dan pengemis (gepeng) dengan usaha Preventif yaitu
dengan pemantauan dan pengendalia, Represif yaitu untuk mengurangi
dan/atau meniadakan gelandangan dan pengemis yang di tujukan baik kepada
seseorang maupun kelompok orang yang melakukan pergelandangan dan
pengemisan, dan Rehabilitasi yaitu dengan bimbingan yang dilakukan Panti
Sosial milik Pemerintah Daerah atau kelompok masyarakat tertentu5
Berdasarkan Peraturan Daerah Jambi Nomor 47 Tahun 2002 Tentang
Ketertiban Umum khususnya pada pasal 3 yang berbunyi bahwa setiap orang
dilarang berada di jalan, taman, tempat-tempat umum untuk melakukan
meminta-nta atau mengemis. Dan barang siapa yang melanggar akan di ancam
kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling sedikit RP. 500.000 dan
yang menyuruh atau mengorganisasi orang lain untuk meminta-minta atau
mengemis. Barang siapa yang melanggar akan di ancam kurungan paling lama
6 (enam) bulan atau denda paling sedikit RP. 3.000.000 dan paling banyak RP.
5.000.000.6
Dampak negatif yang dapat ditimbulkan dengan adanya gelandangan
dan pengemis ialah keadaan lingkungan yang kotor. Pada umumnya
4Norika priyantoro, “penanganan gelandangan dan pengemis dalam presektif(Diy,
Uin Sunan Kalijaga 2015)”. Skripsi, UIN Sunan Kalijaga 2015,Hlm 3 5Peraturan Walikota Nomor 29 Tahun 2016 Tentang Penanganan Gelandangan dan
Pengemis. 6Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 47 Tahun 2002 Tentang Ketertiban Umum
5
gelandangan tinggal atau tidur di teras-teras toko, bahkan di bawah pohon yang
beralaskan kardus atau koran-koran bekas. Dan ketika mereka berpindah
tempat akan meninggalkan alas tempat tidur sehingga akan meninggalkan
sampah yang berujung pada masalah kebersihan. Banyak masyarakat yang
merasa diresahkan dengan kehadiran gelandangan dan pengemis tersebut.
Keberadaan mereka dapat menimbulkan kejahatan (kriminal) seperti mencuri,
menjambret, hingga berujung tragedis yaitu pembunuhan. Dari masalah inilah
yang keberadaan mereka bener-bener tidak diinginkan. Sebagai contoh anak
kecil yang mengemis di lampu-lampu merah, sering kali mereka memaksa
meminta, dan ketika pengendara mobil tidak memberikan anak ini kemudian
menggoreskan suatu benda baik itu paku, maupun benda tajam lainya sehingga
body mobil mereka bisa tergores.
Berdasarkan wawancara dengan kepala bidang Rehabilitasi sosial
mengatakan bahwa semakin hari jumlah gelandangan dan pengemis di Kota
Jambi bertambah, ini di sebabkan banyaknya masyarakat yang merantau ke
untuk mencari pekerjaan karena sulitnya mencari pekerjaan makan mereka
menggelandang dan meminta-minta di jalan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Namun dari pihak kami, gelandangan dan pengemis yang sudah
terjaring razia akan diberi pembinaan baik dari segi keagamaan, mental,
keterampilan. Kurangnya sarana dan prasarana sehingga kurang optimalnya
pembinaan untukpara gelandangan dan pengemis dan akhirnya kami lepaskan
6
lagi tanpa adanya solusi. (Berdasarkan wawancara dengan Kabid Dinas Sosial
Kota Jambi).7
Keberadaan gelandangan dan pengemis di Kota Jambi harus mendapat
perhatian khusus buat kita semua. Berdasarkan observasi dilapangan
gelandangan dan pengemis dapat di jumpai pada persimpangan lampu lalu
lintas, pusat perbelanjaan, mesjid terutama pada hari jum’at, bahkan tempat
wisatapun kerap kali menjadi incaran pengemis. Jumlah gelandangan dan
pengemis dari tahun 2016-2019 terus meningkat terutama pada tahun 2018
jumlah gelandangan mencapai 197 dan pengemis mencapai 79. Hal ini di
sebabkan karena kurangnya koordinasi saat melakukan Razia, pembinaan yang
kurang, tidak adanya efek jera bagi gelandangan dan pengemis yang sudah
terjaring razia dan lemahnya penegakan hukum serta kurangnya partisipasi
masyarakat dalama mengatasi gelandangan dan pengemis. 8
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
membahas permasalahan tersebut dalam bentuk karya ilmiah yang penulis
tuangkan kedalam bentuk skripsi dengan judul,“IMPLEMENTASI
PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 29 TAHUN 2016
TENTANG PENERTIBAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS”
7 Wawancara Dengan Kabid Dinas Sosial Kota Jambi, 15 Maret 2019.
8 Observasi Gelandangan Dan Pengemis di Kota Jambi, 10 Maret 2019.
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah menempati posisi sentral yang
menuntut unsur-unsur lain.9 di atas maka yang menjadi pokok pembahasan
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Bentuk Penertiban Gelandangan dan Pengemis Menurut
Peraturan Walikota Jambi Nomor 29 Tahun 2016?
2. Bagaimana Implementasi Penertiban Gelandangan Dan Pengemis Di Kota
Jambi Menurut Peraturan Walikota Nomor 29 Tahun 2016?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Adapun Tujuan Penelitian Adalah:
a. Ingin mengetahui bentuk Penertiban Gelandangan dan Pengemis
Menurut Peraturan Walikota Jambi Nomor 29 Tahun 2016
b. Ingin mengetahui Implementasi Penertiban Gelandangan dan Pengemis
di Kota Jambi Menurut Peraturan Walikota Nomor 29 Tahun 2016
2. Adapun manfaat penelitian adalah:
Sebuah penelitian dilakukan untuk dapat digenerasikan serta
diharapkan mampu memberikan manfaat yang baik bagi disiplin ilmu yang
berkaitan erat dengan penelitian ini. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
9Sayuti Una , Pedoman Penulisan Skripsi (edisi revisi ),Cet Ke 2 (Jambi : Syariah
Press Dan Fakultas Syarih UIN STS Jambi ,2014) hlm. 17
8
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini di gunakan untuk mengaktualisasikan ilmu yang didapat
dibangku perkuliah dan realita di lingkungan masyarakat. Serta dapat dijadikan
dasar dan bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut bagi mahasiswa.
b. Manfaat praktis
Bagi Pemerintah, penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi
pengambilan keputusan, terutama dalam menangani permasalahan sosial dan
kemiskinan di daerahnya. Sedangkan bagi mahasiswa, penelitian ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan serta kemampuan untuk menganalisis
mengenai pemberian jaminan sosial terhadap gelandangan dan pengemis di
kota Jambi.
D. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terfokus dan lebih mendalam khususnya
upaya penertiban gepeng oleh Pemerintah Kota Jambi sesuai dengan Peraturan
Walikota Nomor 29 Tahun 2016, maka penulis membatasi masalah yang akan
di bahas dalam penelitian ini tentang usaha Preventif, Reprensif dan
Rehabilitasi untuk menertibkan dan mengurangi serta meniadakan gelandangan
dan pengemis di Kota Jambi. Penelitian yang saya lakukan di mulai dari
Desember 2018.
E. Kerangka teori
Kerangka teori sangat diperlukan pada setiap penelitian dalam rangka
memecahkan masalah yang timbul dari adanya suatu penelitian. Kerangka teori
yang dimaksud harus mempunyai landasan atau yang didasarkan pada suatu
9
yang dapat menjadi acuan serta sumber atau dasar dalam pengambilan
kesimpulan dalam memutuskan masalah yang ditemukan.
1. Teori Kebijakan Pemerintahan
Kebijakan pemerintah atau kebijakan publik merupakan hasil interaksi
intensif antara para aktor pembuat kebjakan berdasarkan pada fenomena yang
harus dicarikan solusinya. Menurut pendapat subarsono kebijakan publik dapat
berupa Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Pemerintah Provinsi,
Peraturan Pemerintah Kota/Kabupaten, dan Keputusan Walikota/Bupati.10
Selain itu partisipasi masyarakat diikut sertakan agar dapat menghasilkan
keputusan yang terbaik.
Pengertian tersebut diperkuat oleh Thomas R. Dye dalam Dunn
memiliki 3 elemen dalam pembentukannya yaitu kebijakan publik (public
policy), pelaku kebijakan (policy stakeholders), dan lingkungan kebijakan
(policy environment). Ketiga elemen ini saling memiliki andil, dan saling
mempengaruhi. Sebagai contoh, pelaku kebijakan dapat mempunyai andil
dalam kebijakan, namun mereka juga dapat pula dipengaruhi oleh keputusan
pemerintah. Lingkungan kebijakan juga mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
pembuat kebijakan dan kebijakan publik itu sendiri.
10
Nugrohu, Riant D, Kebijakan Publik Evaluasi, Implementasi, dan Evaluasi,
Jakarta, Elex Media Komputindo, 2003.
10
Pengambilan keputusan untuk sebuah kebijakan tidak semata hanya
melihat pada ketiga elemen itu saja. Namun juga dipengaruhi terhadap tahap-
tahap pembuatannya. Menurut Dunn tahap pembuatan kebijakan terbagi
menjadi 5 tahap yaitu : Penyusunan Agenda, Formulasi Kebijakan,
Adopsi/Legitimasi
a. Penyusunan Agenda
Sebelum kebijakan ditetapkan dan dilaksanakan, perlu adanya
penyusunan agenda dengan memasukkan dan memilih masalah-masalah atau
isu-isu mana saja yang akan dijadikan prioritas untuk dibahas kemudian
dikumpulkan sebanyak mungkin untuk diseleksi.
Menurut William Dunn (1990), isu/permasalahan kebijakan
merupakan produk atau fungsi dari adanya perdebatan baik tentang rumusan,
rincian, penjelasan maupun penilaian atas Perumusan Masalah Peramalan
Rekomendasi Pemantauan Penilaian Penyusunan Agenda Formulasi Kebijakan
Adopsi Kebijakan Implementasi Kebijakan Penilaian Kebijakan suatu masalah
tertentu. Namun tidak semua permasalahan bisa masuk menjadi suatu agenda
kebijakan.
b. Formulasi kebijakan
Formulasi kebijakan bisa disebut juga dengan perumusan kebijakan
yang merupakan tahap awal pembuatan kebijakan. Masalah yang sudah masuk
dalam agenda kebijakan selanjutnya dibahas oleh para pembuat kebijakan
kemudian dikelompokkan untuk mencari hasil pemecahan masalah yang ada.
Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan
11
kebijakan yang ada. Namun, perumusan kebijakan tidak selalu menghasilkan
peraturan atau perintah eksekutif maupun aturan administrasi yang diusulkan.
Menetapkan suatu kebijakan diantara beberapa pilihan merupakan proses untuk
memutuskan kebijakan publik yang terbaik dan dalam hal inilah sebenarnya
inti dari proses formulasi kebijakan publik. Dalam formulasi kebijakan perlu
diperhatikannya aspek-aspek yang melingkupi prosesnya seperti aspek publik,
aspek teknokrtis, dan aspek politis.11
c. Adopsi/Legitimasi Kebijakan
Adopsi/legitimasi kebijakan merupakan langkah lanjut setelah
formulasi kebijakan yang bertujuan untuk memberikan otorisasi atau
kekuasaan pada proses dasar pemerintah. Jika tindakan legitimasi dalam suatu
masyarakat diatur oleh kedaulatan rakyat, warga negara akan mengikuti arahan
pemerintah. Namun warga negara harus percaya bahwa tindakan pemerintah
adalah sah. Proses legitimasi kebijakan membutuhkan sepenuhnya
kepercayaaan untuk menentukan kebijakan seperti apa yang kemudian akan di
sah kan oleh pemerintah. Ini adalah tahap akhir dari sebuah keputusan
pemilihan kebijakan kemudian secara pasti di ambil kepastian dan penetapan
kebijakan.
d. Implementasi Kebijakan
Berhasil tidaknya suatu kebijakan pada akhirnya ditentukan pada
tataran implementasinya. Secara sederhana implementasi kebijakan merupakan
tindakan dalam proses pembuktian dari sebuah kebijakan. Untuk menganalisis
11
Ibid, Hlm. 105
12
proses implementasi kebijakan dilakukannya beberapa pendekatan salah
satunya adalah top-down. Pendekatan tersebut bertitik-tolak dari perspektif
bahwa keputusan-keputusan atau kebijakan yang telah ditetapkan oleh
pihakpihak pembuat kebijakan harus dilaksanakan oleh seluruh aparatur,
administratur, atau birokrat di semua tingkatan yang terutama pada tingkatan
bawah. Fokus analisis pada pendekatan ini ada pada masalah-masalah
pencapaian tujuan formal kebijakan yang telah ditentukan.
e. Evaluasi Kebijakan
Evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang
menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi,
implementasi dan dampak. Pelaksanaan evaluasi kebijakan tidak hanya
dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan dilakukan dalam seluruh proses
kebijakan. Dengan demikian, evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap perumusan
masalh-masalah kebijakan, program-program yang diusulkan untuk
menyelesaikan masalah kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak
kebijakan.
2. Teori Efektivitas
Efektivitas itu sendiri adalah keadaan dimana dia diperankan untuk
memantau.12
Jika dilihat dari sudut hukum, yang dimaksud dengan “dia” disini
adalah pihak yang berwenang yaitu polisi. Kata efektifitas sendiri berasal dari
kata efektif, yang berarti terjadi efek atau akibat yang dikehendaki dalam suatu
12
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta. Balai Pustaka, 2002) Hlm. 23
13
perbuatan. Setiap pekerjaan yang efisien berarti efektif karena dilihat dari segi
hasil tujuan yang hendak dicapai atau dikehendaki dari perbuatan itu.
Pada dasarnya efektivitas merupakan tingkat keberhasilan dalam
pencapaian tujuan. Efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya
sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam sosiologi hukum,
hukum memiliki fungsi sebagai a tool of social control yaitu upaya untuk
mewujudkan kondisi seimbang di dalam masyarakat, yang bertujuan
terciptanya suatu keadaan yang serasi antara stabilitas dan perubahan di dalam
masyarakat. Selain itu hukum juga memiliki fungsi lain yaitu sebagai sarana
pembaharuan dalam masyarakat. Hukum dapat berperan dalam mengubah pola
pemikiran masyarakat dari pola pemikiran yang tradisional ke dalam pola
pemikiran yang rasional atau modern. Efektivikasi hukum merupakan proses
yang bertujuan agar supaya hukum berlaku efektif.
Soerjono Soekanto menggunakan tolak ukur efektivitas dalam
penegakan hukum pada lima hal yakni:13
a. Faktor Hukum
Hukum berfungsi untuk keadilan, kepastian dan kemanfaatan. Dalam
praktik penyelenggaraan hukum di lapangan ada kalanya terjadi pertentangan
antara kepastian hukum dan keadilan. Kepastian Hukum
sifatnya konkret berwujud nyata, sedangkan keadilan bersifat abstrak sehingga
ketika seseorang hakim memutuskan suatu perkara secara penerapan undang-
undang saja maka ada kalanya nilai keadilan itu tidak tercapai. Maka ketika
13
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,
(Jakarta. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, 2007) Hlm. 5.
14
melihat suatu permasalahan mengenai hukum setidaknya keadilan menjadi
prioritas utama. Karena hukum tidaklah semata-mata dilihat dari sudut hukum
tertulis saja.14
b. Faktor Penegakan Hukum
Dalam berfungsinya hukum, mentalitas atau kepribadian petugas
penegak hukum memainkan peranan penting, kalau peraturan sudah baik,
tetapi kualitas petugas kurang baik, ada masalah. Selama ini ada
kecenderungan yang kuat di kalangan masyarakat untuk mengartikan hukum
sebagai petugas atau penegak hukum, artinya hukum diidentikkan dengan
tingkah laku nyata petugas atau penegak hukum. Sayangnya dalam
melaksanakan wewenangnya sering timbul persoalan karena sikap atau
perlakuan yang dipandang melampaui wewenang atau perbuatan lainnya yang
dianggap melunturkan citra dan wibawa penegak hukum. Hal ini disebabkan
oleh kualitas yang rendah dari aparat penegak hukum tersebut.15
c. Faktor Sarana atau Fasilitas Pendukung
Faktor sarana atau fasilitas pendukung mencakup perangkat lunak dan
perangkat keras, Menurut Soerjono Soekanto bahwa para penegak hukum tidak
dapat bekerja dengan baik, apabila tidak dilengkapi dengan kendaraan dan alat-
alat komunikasi yang proporsional. Oleh karena itu, sarana atau fasilitas
mempunyai peranan yang sangat penting di dalam penegakan hukum. Tanpa
14
Ibid. Hal. 8 15
Ibid. Hlm. 21
15
adanya sarana atau fasilitas tersebut, tidak akan mungkin penegak hukum
menyerasikan peranan yang seharusnya dengan peranan yang aktual.16
d. Faktor Masyarakat
Penegak hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk
mencapai kedamaian di dalam masyarakat. Setiap warga masyarakat atau
kelompok sedikit banyaknya mempunyai kesadaran hukum. Persoalan yang
timbul adalah taraf kepatuhan hukum, yaitu kepatuhan hukum yang tinggi,
sedang, atau kurang. Adanya derajat kepatuhan hukum masyarakat terhadap
hukum, merupakan salah satu indikator berfungsinya hukum yang
bersangkutan.
e. Faktor Kebudayaan
Kebudayaan pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasari
hukum yang berlaku, nilai-nilai mana yang merupakan konsepsi yang abstrak
mengenai apa yang di anggap baik (sehingga dituruti) dan apa yang dianggap
buruk (sehinga dihindari). Maka, kebudayaan Indonesia merupakan dasar atau
mendasari hukum adat yang berlaku. Disamping itu berlaku pula hukum
tertulis (perundang-undangan), yang dibentuk oleh golongan tertentu dalam
masyarakat yang mempunyai kekuasaan dan wewenang untuk itu. Hukum
perundang-undangan tersebut harus dapat mencerminkan nilai-nilai yang
menjadi dasar dari hukum adat, agar hukum perundang-undangan tersebut
dapat berlaku secara aktif.17
16
Ibid. Hlm. 37 17
Iffa Rohmah. 2016. Penegakkan Hukum. http://pustakakaryaifa.blogspot.com.
Diakses : Pukul 12.00 WIB, Tanggal 02 Oktober 2019.
16
Kelima faktor di atas saling berkaitan dengan eratnya, karena menjadi
hal pokok dalam penegakan hukum, serta sebagai tolok ukur dari efektifitas
penegakan hukum. Dari lima faktor penegakan hukum tersebut faktor
penegakan hukumnya sendiri merupakan titik sentralnya. Hal ini disebabkan
oleh baik undang-undangnya disusun oleh penegak hukum, penerapannya pun
dilaksanakan oleh penegak hukum dan penegakan hukumnya sendiri juga
merupakan panutan oleh masyarakat luas.
Menurut Mardiasmo pada dasarnya berhubungn dengan pencapaian
tujuan untuk target kebijakan (hasil guna). Efektifitas merupakan hubungan
antara keluarga dengan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai. Kegiatan
oprasional dapat dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan
yang hendak dicapaidan sasaran akhir kebijakan (speding wesely).18
Pemikiran tentang ketertiban umum (public order) dalam HPI pada dasarnya
bertitik tolak dari anggapan dasar bahwa “sebuah pengadilan adalah bagian
dari struktur kenegaraan yang berdaulat” dan karena itu pengadilan berwenang
untuk memberlakukan hukumnya sendiri dalam perkara-perkara yang diajukan
kepadany.19
18
Ariel sharon sumenge. Analisis efektifitas dan efisiensi pelaksanaan anggaran
badan perencanaan pembangunan daerah (BAP PEDA). 1(3):75 19
Imelda Onibala, “Ketertiban Umum Dalam Perspektif Hukum Perdata
Internasional” Vol 1:2 (April 1013), Hlm. 125
17
3. Ketertiban Umum
ketertiban umum merupakan salah satu asas yang harus diperhatikan
dan sangat penting khususnya dalam ruang lingkup hukum perdata
internasional. Asas merupakan salah satu sumber hukum seperti yang dapat
dilihat dalam definisi hukum yang dirumuskan oleh Prof. Mochtar
Kusumaatmadja. Hukum adalah keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-asas yang
mengatur perilaku dalam pergaulan manusia dan juga meliputi lembaga-
lembaga dan proses-proses guna mewujudkannya dalam kenyataan.20
M. Yahya Harahap Menafsirkan bahwa ketertiban umum memiliki
makna penafsiran secara sempit dan luas.
a. Penafsiran sempit
Lingkup ketertiban umum hanya terbatas pada ketentuan hukum
positif saja, dengan demikian yang dimaksud dengan
pelanggaran/bertentangan dengan ketertiban umum hanya terbatas pada
pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan saja.
b. Penafsiran luas
Penafsiran luas tidak membatasi lingkup dan makna ketertiban
umum pada ketentuan hukum positif tetapi meliputi segala nilai-nilai
kepatutan dan prinsip keadilan umum, hukum yang hidup dan tumbuh
dalam kesadaran masyarakat.
Berdasarkan KUHP (pasal 154-pasal 181) di atur berbagai bentuk
tindakan kejahatan terhadap ketertiban umum, namum tanpa mengurangi
20
Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Ilmu Hukum, Penerbit Alumni, Bandung,
2000, hlm. 49
18
berbagai bentuk kejahatan terhadap ketertiban umum yang di atur dalam
KUHP.21
Berdasarkan pengertian tersebut selain asas, Asas dan kaidah identik
dengan adanya perintah dari penguasa yang berdaulat dan akan selalu dianggap
sebagai sesuatu hukum yang mengikat masyarakat khususnya apabila
dituangkan dalam hukum positif (undang-undang). Asas ketertiban umum
bukan merupakan suatu hal yang baru dan tidak populer. Tetapi asas ini
dikenal dalam setiap sistem hukum, baik common law maupun civil law.
Dalam praktiknya asas ketertiban umum terbagi atas ketertiban umum
intern dan ketertiban umum ekstern. Ketertiban umum intern adalah ketentuan-
ketentuan yang hanya membatasi perseorangan, sedangkan ketertiban umum
ekstern adalah kaidah-kaidah yang bertujuan untuk melindungi kesejahteraan
negara dalam keseluruhannya berkaitan dengan ketertiban umum. Perbedaan
ini untuk pertama kalinya diajukan oleh Brocher, seorang sarjana Swiss.22
21
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999, Pasal 154-181. 22
Ronald Saija, Hukum Perdata Internasional, Cet. Ke-1(Jakarta Deepublish, 2019,)
Hlm.79.
19
F. Tinjauan Pustaka
Dari suatu penelitian tidak lepas dari perolehan data melalui refrensi buku-
buku dan literatur sebagai bahan perbandingan dalam penelitian ini akan di
cantumkan hasil penelitian terlebih dahulu oleh beberapa peneliti antara lain:
1. Penelitian yang dilakukan oleh khairul lahmi, mahasiswa fakultas syariah
jurusan Ilmu Pemerintahan UIN Jambi, dengan judul skripsi Kinerja Dinas
Sosial Dalam Penanganan Gelandangan Dan Pengemis Di Kota Jambi,
adapun dalam skripsi ini membahas tolak ukur kinerja Dinas Sosial dalam
menangani masalah gelandangan dan pengemis23
2. Penelitian yang dilakukan Mardiyatul Yusra, dengan judul skripsi
Bimbingan Agama Terhadap Gelandangan Dan Pengemis Di UPT
Pelayanan Sosial, adapun dalam skripsi ini membahas pada pemberian
bimbingan agama yang diberikan didalam UPT Pelayanan Sosial kepada
gelandangan dan pengemis sebagaia upaya meniadakan gelandangan dan
pengemis.24
3. Penelitian yang dilakukan Aliyah Nur Munjiah, dengan judul skripsi Upaya
Dinas Sosial Kota Yogyakarta Dalam Penanganan Gelandangan dan
Pengemis, adapun dalam skripsi ini membahas mengenai bagaimana bentuk
23
Khairul Lahmi. “Kinerja Dinas Sosial Dalam Penanganan Gelandangan Dan
Pengemis Di Kota Jambi” Skripsi Fakultas Syariah, (2014) 24
Mardiyatul Yusra. “Bimbingan Agama Terhadap Gelandangan Dan Pengemis Di
UPT Pelayanan Sosial” Skripsi Fakultas Dakwah UIN Jambi (2016).
20
pemberian jaminan sosial terhadap gelandangan dan pengemis berdasarkan
Peraturan Daerah Yogyakarta.25
Dari penelitian pertama membahas tentang kinerja dan tolak ukur
dalam menangani gelandangan dan pengemis, sedangkan penelitian yang
kedua lebih fokus pemberian bimbingan keagaaman kepada gelandangan
dan pengemis sedangkan penelitain ketiga lebih fokus pada pemberian
jaminan sosial kepada gelandangan dan pengemis. Sedangkan penelitian
saya lebih menekankan pada bentuk penertiban dan pengimlementasian
penertiban peraturan tentang gelandangan dan pengemis.
25
Aliyah Nur Munjiah, “Upaya Dinas Sosial Kota Yogyakarta Dalam Penanganan
Gelandangan dan Pengemis” Skripsi fakultas syariah dan hukum Sunan kalijaga yogyakarta,
(2015)
21
BAB II
METODE PENELITIAN
Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu
yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Jadi, metodologi penelitian ialah
suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam penelitian.
Penelitian ini merupakan sebuah karya ilmiah, yang bisa di pertanggung
jawabkan dengan baik oleh peneliti.26
Penulis lebih fokus kepada Implementasi
Peraturan Walikota Jambi Nomor 29 Tahun 2016 Tentang Penertiban
Gelandangan dan Pengemis.
A. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Dinas Sosial Kota Jambi. Dengan
pertimbangan bahwa lokasi tersebut penulis dapat memperoleh data yang di
perlukan untuk penelitian skripsi ini.
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan dalam penelitan ini menggunakan pendekatan kualitatif
dimana dalam penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif yaitu untuk
mengetahui atau menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti
sehingga memudahkan penulis untuk mendapatkan data yang objektif.
Dalam penelitian ini penulis ingin memperoleh informasi tentang
bagaimana Implementasi Peraturan Walikota Jambi Nomor 29 Tahun 2016
dalam mengatasi permasalahan pengemis dan gelandangan yang berkeliaran di
jalan dan tempat umum, dan umtuk mengetahui penulis menghimpun data yang
26
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosail, Bumi
Aksara, Jakarta, 2008, Hlm. 41
21
22
ada di lapangan sebagai bahan acuan untuk melakukan penelitian yang akan
penulis deskriptikan.
C. Jenis Dan Sumber Data
1. Jenis Data
Adapun jenis dan suber data yang digunakan peneliti yaitu:
a. Data Primer
Data primer adalah data pokok yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer tersebut juga sebaga
data asli atau data baru yang memiliki sifat .untuk mendapatkan data primer,
peneliti harus mengumpulkannya secara langsung. Tehnik yang dapat
digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain observasi,
wawancara, diskusi terfokus dan penyebaran kuesioner serta angket27
Data primer diperoleh di peroleh melalui wawancara dengan para
informasi yaitu: Kepala Bidang Rehabilitasi Dinas Sosial
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti
dari berbagai sumber yang sudah ada (peneliti sebagai tangkapan kedua). Data
sekunder dapat di peroleh dari berbagai sumber program pelaksanaan di
lembaga seperti:
1. Peraturan WaliKota Jambi Nomor 29 Tahun 2016 tentang penertiban
gelandangan dan pengemis (gepeng)
2. Data daerah
27
Fernande Simangunsong,Metodologi Penelitian Pemerintahan, (Bandung:
Alfabeta, 2017)Hlm. 230.
23
3. Buku-buku yang berkaitan judul skripsi
4. Laporan
5. Jurnal
6. Prosiding
7. Internet28
2. Sumber Data
Sumber data adalah berupa responden dan informan dikatakan juga
sebagai sumber data berupa orang (person)29
. Sumber data penelitian ini dari
wawancara dari beberapa sampel yang telah di tentukan dan juga di tentukan
dan juga di temukan atau peristiwa-peristiwa di lapangan.
3. Instrumen Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi adalah instrumen untuk mendapatkan data utama dalam
menilai hubungan birokrasi dan politik.30
Metode ini penulis gunakan untuk mengamati bagaimana
Implementasi Peraturan Walikota Jambi Nomor 29 Tahun 2016 tentang
penanganan pengemis dan gelandangan (Gepeng), baik mengenai proses
penertiban, sosialisai peraturan daerah dan sebagainya.
2. Wawancara
Wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk
mengonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi dan
28
Ibid hlm 230 29
Sayuti Una , (Pedoman Penulisan Skripsi (edisi revisi ),Cet Ke 2 (Jambi : Syariah
Press dan Fakultas Syarih UIN STS Jambi ,2014)hlm 36 30
Ibid hlm 38
24
sebagainya. Yang dilakukan dua pihak yaitu pewawancara (interviewr) yang
mengajukan pertanyaan dengan orang yang diwawancarai (interviewee).31
Dalam penelitian ini penulis menghubungi responden untuk
diwawancarai yaitu kepala dinas kantor dinas social, ketenagakerjaan dan
transmigrasi (dissosnakertrans) dan staf-staf kantor baik yang bertugas
dilapangan dan di dalam kantor. Materi wawancaranya antara lain tentang
penertiban dan implementasi Peraturan Walikota Nomor 29 Tahun 2016.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah rekaman peristiwa yang lebih dekat dengan
percakapan, menyangkut permasalahan pribadi, dan memerlukan interprestasi
yang berhubungan sangat dengan konteks rekaman peristiwa tersebut.32
Teknik
dokumentasi ini penulis gunakan untuk memperoleh data baik dari
dokumentasi resmi, buku, artikel, surat kabar, arsip, dokumentasi pribadi.
D. Tehnik Analisis Data
Analisis data merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan
terus menerus terhadap data. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan analisis, dan
menulis catatan singkat sepanjang penelitian.
Pendekatan kualitatif model interaktif sebagaimana diajukan oleh
miles dan huberman. Yaitu terdiri dari tiga hal yaitu terdiri dari tiga hal utama
yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpuln/verifikasi sebagai
sesuatu yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama, dan sesudah
31
Burhan Bungin,Metedeologi Penelitian Kuantitatif, Surabaya :Rajagrafindo
Persada, 2001, Hlm.155 32
Ibid Hlm 142-143
25
pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar, untuk membangun wawasan
umum di sebuh analisis.33
Dalam analisis data penulis memadukan data primer dan data
sekunder. Tahap yang akan dilakukan dimuali dengan tahap pertama:
melakukan pengumpulan data dan membuat transkip data dengan cara
mendengarkan berulang-ulang hasil rekaman yang kemudian menyusun hasil
wawancara dalam bentuk verbatim. Selanjutnya pada tahap kedua peneliti
membaca transkip data yang ada sehingga peneliti dapat menemukan makna
data yang signifikan dan memberi garis bahwa dalam pernyataan-pernyataan
penting partisipan. Tahap ketiga adalah menentukan kategori. Kategori
merupakan proses dimana peneliti harus mampu mengelompokkan data yang
ada ke dalam suatu kategori,. Selanjutnya kategori yang sudah ada peneliti
kelompokkan ke dalam sub tema, dimana sub tema yang muncul peneliti
kelompokkan lagi menjadi tema-tema yang potensial. Tahap keempat adalah
menulis laporan. Dalam penulisan laporan, peneliti menuliskan setiap frasa,
kata dan kalimat serta pengertian secara tepat sehingga dapat mendeskripsikan
data dan hasil analisis.
33
Muhammad drus, Metode Penelitian Ilmu Sosial : Pendekatan Kualitatif Dan
Kuantitatif, 2009, hlm. 86.
26
E. Sistematika Penulisan
Penulis dalam tulisan Implementasi Peraturan Walikota Jambi
Nomor 29 Tahun 2016 Tentang Penertiban Gelandangan Dan Pengemis.
Bab I. Pendahuluan, dalam bab ini di uraikan mengenai latar
belakang masalah, rumusan masalah, batas masalah, tujuan dan kegunaan
penelitian, kerangka teori,dan tinjauan pustaka. Bab ini merupakan
permasalahan yang merupakan berfikir bagi bab-bab selanjutnya.
Bab II. Metode penelitian, dalam bab ini membahas mengenai
pendekatan penelitian ,jenis dan sumber data, pengumpulan, serta analisis data,
sistematika penulisan dan jadwal penelitian.
Bab III. Gambaran umum, Demagrafi Kantor Dinas Sosial
Bab IV. Pembahasan, Dalam bab ini membahas tentang
“Implementasi Peraturan Walikota Jambi Nomor 29 Tahun 2016 Tentang
Penertiban Gelandangan Dan Pengemis”.
Bab V .Penutup, Dalam bab ini berisikan tentang kesimpulan dan
hasil penelitian serta saran-saran terkait dengan Implementasi Peraturan
Walikota Jambi Nomor 29 Tahun 2016 Tentang Penertiban Gelandangan dan
Pengemis.
27
F. Jadwal Penelitian
Tabel. 1
NO KEGIATAN Tahun 2018 -2019
Desember Febuari April Agustus Oktober
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul X
2 Pembuatan
Proposal
X
3 Perbaikan Proposal
dan seminar
X X
4 Surat izin Riset X
5 Pengumpulan Data X
6 Pengolahan data
dan analisis data
X X
7 Pembuatan
Laporan
X
8 Bimbingan dan
Perbaikan
X X
9 Agenda dan Ujian
Skripsi
X
10 Perbaikan dan
Penjilidan
X X
28
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Profil Kantor Dinas Sosial
1. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Dinas Sosial Kota Jambi sebagai berikut: Perda
Nomor 41 Tahun 2016 tentang Kedudukan, SusunanOrganisasi,Tugas dan
Fungsi serta TatananKerja pada Dinas Sosial Kota Jambi.
KEPALA DINAS
SEKRETARIS
KEPALA SUBBAGIAN KEUANGAN
KEPALA BIDANG PERLINDUNGAN DAN
JAMINANSOSIAL
KEPALA BIDANG PENANGANAN FAKIR MISKIN
KEPALA BIDANG PEMBERDAYAAN SOSIAL
KEPALA BIDANG REHABILITASI SOSIAL
KEPALA SUBBAGIAN KEPEGAWAIAN
KEPALA SUBBAGIAN UMUM DAN PERENCANAAN
KEPALA SEKSI REHABILITASI SOSIALANAK &
LANJUT USIA
KEPALA SEKSI REHABILITASI TUNA SOSIAL
KEPALA SEKSI REHABILITASI SOSIAL
PENYANDANG DISABILITAS &KORBAN NARKOBA
KEPALA SEKSI PEMBERDAYAAN SOSIAL
PERORANGAN, KELUARGA DAN KELEMBAGAAN MASYARAKAT
KEPALA SEKSI PERLINDUNGAN SOSIAL KORBAN
BENCANA ALAM
KEPALA SEKSI
PERLINDUNGAN SOSIAL KORBAN BENCANA SOSIAL
KEPALA SEKSI JAMINAN SOSIAL KELUARGA
KEPALA SEKSI KEPAHLAWANAN, KEJUANGAN &
KESETIAKAWANAN SOSIAL
KEPALA SEKSI PENDATAAN DAN INFORMASI
FAKIR MISKIN
KEPALA SEKSI PENYULUHAN, PELATIHAN DAN PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN
KEPALA SEKSI PENGELOLAAN SUMBER DANA
BANTUAN SOSIAL
KEPALA SEKSI PEMBINAAN DAN PELAYANAN
SOSIAL FAKIR MISKIN
KELOMPOK JABATANFUNGSIONAL
28
29
2. Tabel Jumlah Pegawai Menurut Jabatan, Eselon, Pangkat, Golongan,
Tingkat Pendidikan Dan Jenis Kelamin
Tabel. 2
Jumlah Pegawai Menurut Pangka, Golongan, jabatan dan golongan
No Pangkat Jabatan Golongan Eslon
1 Pembinaan
Muda
IV/c
2 Pembinaan
Tk.1
IV/b
3 Pembina IV/a
4 Penata Tk.1 III/d
5 Penata III/c
6 Penata Mudaa
Tk.1
III/b
7 Penata Muda III/a
8 Pengatur Tk.1 II/d
9 Pengatur II/c
10 Pengatur Muda
Tk.1
II/b
11 Pengatur Muda II/a
12 Juru I/d
13 Juru Tk.1 I/c
14 Juru Muda
Tk.1
I/b
15 Juru Muda I/a
16 Kepala Dinas II.b
17 Sekretaris III.a
18 Kepala Bidang IV.a
19 Kepala Sub Bagian IV.a
20 Kepala Seksi -
21 Tenaga Fungsional -
22 Staf Pelaksana -
23 Pegawai Honorer -
Sumber: Rencana Strategi Dinas Sosial Kota Jambi
30
3. Uraian Tugas Dan Fungsi Dari Masing-Masing Organisasi SKPD
Dinas Sosial Kota Jambi
1. Tugas Pokok SKPD Dinas Sosial Kota Jambi
Dinas Sosial merupakan salah satu SKPD di Kota Jambi. Pendirian
Dinas Sosial berdasarkan Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 14 Tahun 2016
tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota Jambi.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 14 Tahun 2016
tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota Jambi maka Dinas
Sosial mempunyai TUGAS POKOK yaitu: Membantu Kepala Daerah dalam
melaksana kan Urusan Pemerintah Daerah di bidang Sosial dan Tugas
Pembantuan yang meliputi: Tugas Perencanaan, Pembinaan, Pengawasan,
Pengendalian, Pelayanan dan Pembangunan di bidang kesejahteraan sosial
serta melaksanakan tugas – tugas lain yang diberikan Kepala Daerah sesuai
dengan bidang tugasnya yang terdiri dari sekretariat dan empat bidang yang
meliputi bidang perlindungan dan jaminan sosial, rehabilitasi sosial,
pemberdayaan sosial dan penanganan fakir miskin.
2. Fungsi SKPD Dinas Sosial Kota Jambi
Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 14 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah Kota Jambi, Dinas Sosial Kota Jambi, mempunyai
fungsi:
31
1) Perumusan, Penetapan dan Pelaksanaan kebijakan di bidang
perlindungan dan jaminan sosial,rehabilitasi sosial, pemberdayaan
sosial, dan penanganan fakir msikin;
2) Penetapan kriteria dan data fakir miskin dan orang tidak mampu;
3) Penetapan standar rehabilitasi sosial;
4) Pengkoordinasian pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian
dukungan adminstrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan
dinas sosial;
5) Pengelolaan barang milik/kekayaan daerah yang menjadi tanggung
jawab dinas sosial;
6) Pengawasan atas pelaksanaan tugas dilingkungan dinas sosial;
7) Pelak sanaan bimbingan teknis dan supervise atas pelaksanaan urusan
dinas sosial di daerah;
8) pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, dan pengembangan
kesejahteraan sosial, serta penyuluhan sosial;
9) Pelaksaan dukungan yang bersifat substantive kepada seluruh unsur
organisasi di lingkungan sosial;dan pelaksanaan tugas lain yang
diberikan atasan sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya .
3. Tugas Dan Fungsi Dari Masing-Masing Organisasi SKPD Dinas Sosia
Kota Jambi
Adapun Tugas dan Fungsi Organisasi dari masing-masing organisasi
yang ada pada Dinas Sosial Kota Jambi Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor
32
14 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota
Jambi terdiri dari:
a. Kepala Dinas
Kepala Dinas Kantor Dinas Sosial Kota Jambi Dipimpin oleh Bapak
Kaspul, SH,ME.
b. Sekretariat
Jabatan Sekretaris Dipimpin oleh Bapak Ir. Hasya Yanto dengan
uraian tugas sebagai berikut:
1) Sekretariat berkedudukan sebagai unsur pembantu Kepala Dinas dalam
menyelenggarakan tugas dan fungsi yang terdiri dari:
a) Sub Bagian Umum dan Perencanaan
b) Sub Bagian Keuangan
c) Sub Bagian Kepegawaian
2) Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris yang berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas;
3) Sekretariat mempunyai Tugas yaitu: Membantu Kepala Dinas dalam
menyelenggarakan pelayanan umum dan administrasi yang meliputi
urusan umum dan perencanaan, keuangan dan kepegawaian serta
melaksanakan tugas- tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
sesuai dengan bidang tugasnya.
4) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Sekretariat
mempunyai Fungsi sebagai berikut :
33
a) Perumusan kebijakan teknis administrasi kepegawaian,
perencanaan dan pelaporan serta keuangan;
b) Pemberian dukungan atas penyelenggaraan urusan administrasi
umum, kepegawaian, perencanaan dan pengelolaan keuangan dan
asset serta evaluasi dan pelaporan;
c) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalan, pengawasan program
dan kegiatan sub bagian;
d) Penyelenggaraan evaluasi program dan kegiatan sub bagian
pelaksanaan urusan umum dan perencanaan, keuangan;
e) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya.34
c. Bidang perlindungan dan jaminan sosial
1) Bidang perlindungan dan jaminan sosial berkedudukan sebagai unsur
pembantu kepala dinas dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi
meliputi:
a) Seksi Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam
b) Seksi Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial
c) Seksi Jaminan Sosial Keluarga
2) Bidang perlindungan dan jaminan Sosial dipimpin oleh Kepala Bidang
yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Dinas melalui sekretaris;
34
Rencana Stategi Dinas Sosial Kota Jambi Bab II Tentang Gambaran Pelayanan
SKPD Dinas Sosial Kota Jambi, Hlm 8-9
34
3) Bidang perlindungan dan jaminan Sosial mempunyai Tugas yaitu:
Membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan perlindungan sosial
korban bencana alam, perlindungan sosial korban bencana sosial, dan
jaminan sosial keluarga serta melaksanakan tugas lain yang diberikan
oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya .
4) Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud diatas, Bidang
perlindungan dan jaminan Sosial mempunyai mempunyai Fungsi
sebagai berikut :
a) Perumusan kebijakan, pelaksanaan, penyusunan norma, standar,
prosedur dan criteria, pemberian bimbingan teknis dan supervise
dibidang perlindungan sosial kepada seseorang, keluarga dan
masyarakat yang berada dalam keadaan tidak stabil atau rentan serta
di bidang jaminan sosial;
b) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang perlindungan dan
jaminan sosial;
c) Pelaksanaan administrasi bidang perlindungan dan jaminan sosial;
d) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai
dengan bidang tugasnya.35
d. Bidang Rehabilitasi Sosial
1) Bidang Rehabilitasi Sosial berkedudukan sebagai unsur pembantu
Kepala Dinas dalam menyelenggarakan tugas dan fungsi yang terdiri
dari :
35
Ibid, Hlm 9-10
35
a) Seksi Rehabilitasi Sosial Anak dan Lanjut Usia
b) Seksi Rehabilitasi Tuna Sosial
c) Seksi Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas dan Korban
Napza
2) Bidang Rehabilitasi Sosial dipimpin oleh Kepala Bidang yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas
melalui sekretaris;
3) Bidang Rehabilitasi Sosial mempunyai Tugas yaitu: Membantu Kepala
Dinas dalam melaksanakan rehabilitasi sosial anak dan lanjut usia,
rehabilitasi tuna sosial, rehabilitasi sosial penyandang disabilitas dan
korban napza, serta melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh
Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya .
4) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Bidang
Rehabilitasi Sosial mempunyai Fungsi sebagai berikut
a) Penyusunan Perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar,prosedur dan Kriteria, pemberian bimbingan teknis
dan supervisi, pelaksanaan evaluasi dan pelaporan dibidang
rehabiliasi sosial penyandang disabilitas mental dan fisik,
ekstunasusila, anak jalanan, gelandangan dan pengemis, ekspenderita
penyakit kronis, eksnara pidana, ekspsikotropika dan korban
penyalah gunaan narkotika, orang dengan HIV/AIDS, korban tindak
kekerasan, korban perdagangan orang, anak terlantar dan
36
pengangkatan anak, lanjut usia terlantar dan anak dengan kebutuhan
khusus;
b) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang rehabilitasi sosial;
c) Pelaksanaan administrasi bidang rehabilitasi sosial;
d) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan
bidang tugasnya .36
e. Bidang Pemberdayaan Sosial
1) Bidang Pemberdayaan Sosial Sebagai unsur pembantu Kepala Dinas
dalam menyelenggarakan tugas dan fungsi terdiri dari :
a) Seksi Pemberdayaan Sosial Perorangan, Keluarga dan Kelembagaan
Masyarakat.
b) Seksi Kepahlawanan, Kejuangan dan Kesetiakawanan Sosial.
c) Seksi Pengelolaan Sumber Dana Bantuan Sosial.
2) Bidang Pemberdayaan Sosial dipimpin oleh Kepala Bidang yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas
melalui sekretaris;
3) Bidang Pemberdayaan Sosial mempunyai Tugas yaitu: Membantu
Kepala Dinas dalam melaksanakan pemberdayan sosial perorangan,
keluarga dan kelembagaan masyarakat, kepahlawanan, kejuanagan dan
kesetia kawanan sosial, pengelolaan sumber dana bantuan sosial serta
melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan bidang tugasnya.
36
Ibid, Hlm 10
37
4) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Bidang
Pemberdayaan Sosial mempunyai Fungsi sebagai berikut :
5) Perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur dan Kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi,
pelaksanaan evaluasi dan pelaporan dibidang pemberdayaan sosial
seseorang, keluarga, kelompok dan masyarakat yang mengalami
masalah kesejahteraan sosial, kepahlawanan dan kejuangan,
keperintisan dan kesetiakawanan sosial serta pengelolaan sumber dana
sosial;
a) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pemberdayaan sosial;
b) Pelaksanaan administrasi bidang pemberdayaan sosial;
c) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinyanya .37
f. Bidang Penanganan Fakir Miskin
1) Bidang Penanganan Fakir Miskin sebagai unsur pembantu Kepala
Dinas dalam menyelenggarakan tugas dan fungsi terdiri dari :
a) Seksi Pendataan Informasi Fakir Miskin.
b) Seksi Penyuluhan, Pelatihan dan Pemberdayaan Fakir Miskin.
c) Seksi Pembinaan dan Pelayanan Fakir Miskin.
2) Bidang Penanganan Fakir Miskin dipimpin oleh Kepala Bidang yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas
melalui sekretaris;
37
Ibid, Hlm 10-11
38
3) Bidang Penanganan Fakir Miskin mempunyai Tugas yaitu : Membantu
Kepala Dinas dalam melaksanakan pendataan dan informasi fakir
miskin, penyuluhan, pelatihan dan pemberdayaan fakir miskin,
pembinaan dan pelayanan sosial fakir miskin serta melaksanakan
tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
bidang tugasnya .
4) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Bidang
Penanganan Fakir Miskin mempunyai fungsi sebagai berikut :
a) Perumusan, penyusunan, pendataan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang penanganan fakir miskin dan orang tidak mampu;
b) Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria dibidang
penanganan fakir miskin dan orang tidak mampu;
c) Pemberian pelatihan dan keterampilan serta bantuan sosial dibidang
penanganan fakir miskin;
d) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penanganan fakir
miskin;
e) Pelaksanaan administrasi bidang penanganan fakir miskin;
f) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya.38
38
Ibid, Hlm 11-12
39
B. Visi Dan Misi Dinas Sosial Kota Jambi
a. Visi
Visi merupakan pandangan jauh kedepan tentang keinginan atau cita-
cita suatu organisasi yang hendak diwujudkan secara bersama-sama. Visi Dinas
Sosial Kota Jambi.
Di dalam rencana strategi Dinas Sosial Kota Jambi 2018-2023 dimuat
VISI dinas sosial kota jambi, yaitu: TERWUJUDNYA PELAYANAN
SOSIAL YANG PRIMA MENUJU MASYARAKAT YANG
BERAKHLAK DAN BERBUDAYA.39
Maksud dari pernyataan visi tersebut yaitu mewujudkan pelaksanaan
pelayanan sosial yang mengutamkan kebutuhan yang disesuaikan dengan
kemampuan daerah. Pernyataan Visi Dinas Sosial Kota Jambi. Hal ini dapat di
pahami mengigat dinas sosial kota jambi merupakan bagian integral dari
pemerintah kota Jambi.
Visi Dinas Sosial Kota Jambi sepenuhnya mendukung pemenuhan
visi Pemerintah Kota Jambi Untuk mencapai visi, perlu ditunjang oleh nilai-
nilai yang telah berkembang dan hidup dalam suatu organisasi sebagai
pendorong semangat untuk berkarya dan berkarsa, sekaligus merupakan
pedoman yang diyakini serta harus selalu dihayati dan diamalkan dalam
melaksanakan tugasnya.
Nilai-nilai dimaksud meliputi:
39 Rencana Strategi Dinas Sosial Kota Jambi Tentang Permasalahan Dan Isu-Isu
Strategis Dinas Sosial Kota Jambi
40
1. Kebersamaan.
2. Disiplin Diri Pribadi.
3. Profesional.
4. Kapabilitas Yang Tinggi.
5. Transparansi.
6. Koordinasi dan Kerjasama.
7. Tanggung Jawab dan Akuntabel.
8. Moralitas.
Terwujudnya visi yang dikemukakan pada bagian sebelumnya
merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh segenap personil Dinas Sosial
Kota Jambi. Sebagai bentuk nyata dari visi tersebut, ditetapkankanlah misi
Dinas Sosial Kota Jambi Kota Jambi yang menggambarkan hal yang
seharusnya terlaksana, sehingga hal yang masih abstrak terlihat pada visi akan
lebih nyata pada misi tersebut
b. Misi
Misi merupakan produk atau jasa yang dihasilkan oleh Organisasi
sebagai penjabaran dari pada Visi, yang menjadi penggerak terhadap wujudnya
Misi tersebut. Menurut keputusan LAN Nomor : 589/IX/6/Y/99 Misi adalah
sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah, sesuai
Visi yang ditetapkan agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil
dengan baik. Berorientasi pada Visi tersebut menetapkan MISI maka Dinas
Sosial Kota Jambi sebanyak 2 (dua) Misi antara lain sebagai berikut :
41
1. Meningkatkan kualitas pelayanan dan bantuan dasar bagi Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).
2. Membangun kemandirian dan pemberdayaan Potensi Sumber Kesejahteraan
Sosial (PSKS).40
c. Tugas Pokok
Berdasarkan Peraturan Walikota Jambi Nomor 41 tahun 2016 tentang
Kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja pada Dinas
Sosial Kota Jambi, maka Dinas Sosial mempunyai TUGAS yaitu :
”Membantu Walikota dalam melaksanakan Urusan Pemerintah
Daerah di Bidang Sosial .yang meliputi :Tugas Perencanaan, Pembinaan,
Pengawasan, Pengendalian, Pelayanan dan Pembangunan di bidang
kesejahteraan sosial serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan
Walikota sesuai dengan bidang tugasnya yang terdiri dari sekretariat dan empat
bidang yang meliputi bidang Perlindungan dan jaminan sosial, rehabilitasi
sosial, Pemberdayaan Sosial, dan Penanganan Fakir Miskin”
d. Fungsi
Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Walikota Kota Jambi Nomor 41 Tahun 2016 tentang Kedudukan,
susunan organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja pada Dinas Sosial Kota
Jambi, mempunyai fungsi:
40
Ibid, Hlm 28-29
42
1. Perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan di bidang perlindungan
dan jaminan sosial, rehabilitasi sosial, pemberdayaan sosial dan
penanganan fakir miskin;
2. Penetapan kriteria dan data Fakir miskin dan orang tidak mampu;
3. Penetapan standar rehabilitasi sosial;
4. Pengkkordinasian Pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan dians sosial;
5. Pengelolaan barang milik/kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab
dinas sosial;
6. Pengawasan ataas pelaksanaan tugas di lingkungan dinas sosial;
7. Pelaksanaan bimbingan tekhnis dan supervisi atas pelaksanaan urusan
dinas sosial di daerah;
8. Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan, dan pengembangan Kesejahteraan
sosial ,serta penyuluhan sosial; dan
9. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur
organisasi di lingkungan dinas sosial;
10. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Walikota sesuai dengan bidang
tugas dan fungsinya.
43
e. Program Dinas Sosial
Berdasarkan Visi yang akan dicapai dan misi yang harus dilaksanakan
serta permasalahan-permasalahan yang diprediksi dalam bidang perencanaan
maka rencana dari program-program dan kegiatan-kegiatan yang akan
dilaksanakan berdasarkan Skala Prioritas RPJMD Kota Jambi pada Rencana
Strategis (Renstra) OPD Dinas Sosial Kota Jambi Tahun 2018 – 2023 dapat di
jabarkan pada program kegiatan sebagai berikut:
1. Program Pelayanan Administrasi Dan Sarana Prasarana Perkantoran
1) Kegiatan Penyediaan Jasa Surat Menyurat dan Perizinan
2) Kegiatan Penyediaan Jasa dan Komponen/Instalasi Telekomunikasi,
Sumber Daya Air, dan listrik
3) KegiatanPenyediaan Jasa Administrasi Keuangan dan Aset
4) Kegiatan Penyediaan Jasa Tenaga Pendukung/Tenaga
Administrasi/Teknis Perkantoran
5) Kegiatan Penyediaan Alat Tulis Kantor, Barang Cetakan dan
Penggandaan
6) Kegiatan Penyediaan Makanan dan Minuman
7) Kegiatan Pengadaan, Pemeliharaan Peralatan dan Perlengkapan
Perkantoran dan Gedung Kantor
8) Kegiatan Pengadaan Pemeliharaan dan Rehabilitasi Kendaraan
Jabatan/Dinas/Operasional
44
9) Kegiatan Pembanguna, Pemeliharaan dan Rehabilitasi
Gedung/Bangunan Utilitas Kantor41
2. Program Program Peningkatan Disiplin Dan Kapasitas Sumber Daya
Aparatur
1) KegiatanPengadaan Pakaian Dinas dan Hari-Hari Tertentu Beserta
Perlengkapannya
2) Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan/Bimbingan Teknis /Kursus
3) Kegiatan Perjalanan Dinas
3. Program Perencanaan, Pelaporan Kinerja Dan Keuangan Perangkat
Daerah
1) Kegiatan Penyusunan Dokumen Perencanaan dan Pelaporan
2) Kegiatan Penyusunan Capaian Laporan Kinerja dan Ikhtisar Realisasi
Kinerja SKPD
3) Kegiatan Pengembangan Data/Informasi
4. Program penanggulangan kemiskinan dan pemberdayaan penyandang
masalah kesejahteraan sosial
1) Kegiatan Penanganan masalah-masalah strategis yang menyangkut
tanggap cepat darurat
41
Rencana Strategi Dinas Sosial Kota Jambi Tentang Rencana Program dan
Kegiatan Serta Pendanaan
45
2) Kegiatan Perlindungan dan jaminan sosial bagi penyandang masalah
kesejahteraan sosial (PMKS)
3) Kegiatan Pemberdayaan dan Pembinaan potensi sumber kesejahteraan
sosial (PSKS)
4) Kegiatan Pembinaan dan Pelayanan sosial bagi orang terlantar.
5) Kegiatan Pelayanan dan pembinaan sosial bagi anak yang bermasalah
sosial dan lansia
6) Kegiatan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi tuna sosial
7) Kegiatan Pelayanan dan rehabilitasi disabilitas, korban napza
8) Kegiatan Pelayanan dan pembinaan kepahlawanan, kejuangan dan
kesetiakawanan sosial
9) Kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan sumber dana bantuan sosial
10) Kegiatan Pendataan dan informasi Fakir Miskin
11) Kegiatan penyuluhan,pelatihan dan pemberdayaan fakir miskin
12) Kegiatan Pembinaan dan pelayanan sosial fakir miskin.42
f. Kinerja Pelayanan Perangkat Daerah
Pelayanan yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial merupakan salah
satu pelayanan yang diberikan pemerintah Kota Jambi dalam upaya
membangun masyarakat . Dalam pelaksanaannya pelayanan dibagi menurut 2
(dua) Urusan sebagai berikut :
42
Ibid, hlm. 65
46
1. Urusan Sosial Terdiri Dari:
a) Pelayanan bidang Perlindungan dan Jaminan sosial yaitu:
1) Perlindungan sosial korban bencana alam, yang meliputi antara lain :
Melaksanakan kesiap siagaan dan mitigasi, penanganan korban
bencana alam, pemulihan dan penguatan social, serta kemitraan dan
pengelolaan logistic bencana, sosialisasi pedoman dan petunjuk teknis tentang
penanggulangan bencana, mendata lokasi rawan bencana, membentuk taruna
siaga bencana (TAGANA) dan mengevakuasi korban bencana, pembinaan,
sosialisasi, pelatihan keterampilan korban bencana, pendataan dan identifikasi
korban bencana serta penyaluran bantuan, menghimpun bantuan masyarakat
dan menyusun rencana penyaluran terhadap korban bencana, dan membuat
laporan tahunan dan bulanan.43
2) Perlindungan social korban bencana sosial, yang meliputi antara lain :
Penanganan korban bencana social, serta pemulihan social dan
reintegrasi social berupa meneruskan perjalan orang terlantar dalam perjalanan
ke tempat tujuan nya dan membuat laporan tahunan dan bulanan.
3) Jaminan Sosial Keluarga, yang meliputi antara lain :
Melaksanakan validasi dan terminasi,selksi dan verifikasi.
Kemitraan penyaluran bantuan social, kepesertaan dan pendampingan sumber
daya jaminan social keluargang yaitu operator ,koordinator dan pendamping
PKH (program Keluarga Harapan ) dan membuat laporan tahunan dan bulanan.
43
Rencana Strategi Dinas Sosial Tentang Gambaran Pelayanan Perangkat Daerah
47
a) Pelayanan Bidang Rehabilitasi Sosial yaitu:
1) Rehabilitasi social anak dan lanjut usia, yang meliputi antara lain:
Rehabilitasi social terhadap anak dan lanjut usia dan advokasi
terhadap korban tindak kekerasan serta Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial (PMKS) ,pembinaan dan fasilitasi penaggulangan rawan social bagi
anak, bantuan terhadap panti social, asuhan anak, panti jompo dan rumah
perlindungan social anak, kerjasama dan fasilitasi perlindungan social bagi
perempuan, anak, remaja, lansia, korban tindak kekerasan serta peningkatan
kualitas sumber daya manusia panti asuhan/jompo, mengadakan gebyar
sehari bersma anak ,sosialisasi tentang anak, menginventarisir lembaga
pelayanan sosial bagi anak dan lanjut usia, menyiapkan bahan bimbingan
dan pelatihan tenaga pelayanan sosial, penghuni panti dan lanjut usia.
Kampanye sosial peduli lansia, penyuluhan dan bimbingan fisik
dan mental, bantuan sosial kepada lansia, pembinaan sumber daya manusia
dan manajemen serta fasilitasi sarana dan prasarana panti swasta dan
pemerintah, pengembangan klien loka bina karya kepada perusahaan atau
industri, pengadaan, pemeliharaan dan perbaikan sarana dan prasarana loka
bina karya dan membuat laporan tahunan dan bulanan.44
2) Rehabilitasi Tuna sosial yang meliputi antara lain :
Meliputi pembinaan tuna social ,fasilitasi, kerjasama, koordinasi
dan pelaksanaan rehabilitasi tuna social. Melaksanakan pendataan dan
44
Ibid, hlm. 39
48
bimbingan mental sosial dan keterampilan penyandang masalah
kesejahteraan sosial, meliputii gelandangan dan pengemis, anak nakal, anak
jalanan, eks narapidana, korban tindak kekerasan, penyandang cacat, wanita
tuna susila, korban perdagangan anak dan perempuan, pengidap HIV/AIDS,
melaksanakan penertiban dan penanganan masalah penyakit sosial meliputi
razia gelandangan dan pengemis dan tuna susila, pembentukan kelompok
usaha bersama bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial yang telah
dilakukan pembinaan sosial dan keterampilan serta memberikan bantun
modal kerja, melaksanakan komunikasi, informasi dan edukasi konseling
meliputi penyuluhan tuna susila, gelandangan dan pengemis serta penyakit
masyarakat lainnya dan rencana usulan bantuan dan rujukan terhadap
penyandang masalah Kesos untuk disalurkan kepada perusahaan atau
industri dan lembaga pelayanan social dan membuat laporan tahunan dan
bulanan.45
3) Rehabilitasi social Penyandang Disabilitas dan korban NAPZA yang
meliputi antara lain :
Meliputi pembinaan rehabilitasi penyandang cacat, korban
NAPZA, fasilitasi, kerjasama, koordinasi dan pelaksanaan rehabilitasi social
penyandang Disabilitas dan korban NAPZA. Menyusun instrument
pendataan serta menghimpun pedoman dan petunjuk teknis penanganan
anak nakal dan korban narkoba, bimbingan dan keterampilan pembinaan
lanjut terhadap anak nakal. Sosialiasi pencegahan penyalahgunaan, dampak
45
Ibid, hlm. 41
49
penyalahgunaan serta penanganan pengguna narkoba, HIV/AIDS melalui
media massa, kalender, leaflet, penyuluhan di sekolah-sekolah kepada guru
dan kepala sekolah serta ibu-ibu pengajian dan membuat laporan tahunan
dan bulanan.
b) Pelayanan bidang Pemberdayaan sosial yaitu:
1) Pemberdayaan social perorangan, keluarga dan kelembagaan
masyarakat, yang meliputi antara lain :
Memberikan bimbingan tekhnis dan supervisi pekerja social
masyarakat, tenaga kesejahteraan social kecamatan, karang taruna, lembaga
kesejahteraan social, Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3),
serta potensi dunia usaha dan membuat laporan tahunan dan bulanan.
2) kepahlawanan, kejuangan dan kesetiakawanan social, yang meliputi
antara lain :
Pembinaan pelestarian nilai-nilai kepahlawanan, keperintisan dan
kejuangan (K3) dan nilai-nilai kesetiakawanan sosial, pendataan perintis dan
keluarga perintis kemerdekaan, mengusul kan penganugerahan gelar
pahlawan nasional dan perintis kemerdekaan, penyelenggaraan peringatan
hari pahlawan dan kesetiakawanan sosial nasional dan membuat laporan
tahunan dan bulanan.
3) Pengelolaan sumber dana bantuan sosial yang meliputi antara lain :
50
sosialisasi tata cara pengumpulan sumbangan social uang dan barang
dan pelaksanaan undian gratis berhadiah dan membuat laporan tahunan dan
bulanan.
c) Pelayanan bidang Penanganan Fakir Miskin yaitu:
1) Pendataan dan informasi Fakir Miskin yang meliputi antara lain :
Melaksanakan bimbingan tekhnis pendataan dan informasi
Penyandang Masalh kesejahteraan Sosial dan membuat laporan tahunan
dan bulanan.
2) Penyuluhan, pelatihan dan pemberdayaan Fakir Miskin yang meliputi
antara lain: Melaksanakan penyuluhan, bimbingan tekhnis dan
pelatihan Usaha Kesejahteraan social dan membuat laporan tahunan dan
bulanan.
3) Pembinaan dan pelayanan social fakir miskin yang meliputi antara lain :
Melaksanakan pembinaan dan pelayanan sosial fakir miskin dan
membuat laporan tahunan dan bulanan.
Untuk membantu kelancaran Pelayanan Urusan Sosial
sebagaimana dimaksud diatas dalam pelaksanaannya Dinas Sosial Kota
Jambi didukung dan dibantu oleh :46
46
Ibid, hlm. 44
51
2. Urusan Pelayanan Administrasi Perkantoran Terdiri Dari:
a) Pelayanan Umum dan Perencanaan, yang meliputi antara lain :
Melaksanakan ketatausahaan, kearsipan, perlengkapan, kerumah
tanggaan dan hubungan masyarakat, mengagendakan, mengarsipkan dan
mendistribusikan surat-menyurat, melaksanakan administrasi dan surat
menyurat kendaraan dinas, mengolah dan merangkum usulan program dari
sekretariat dan masing-masing bidang, melaksanakan pengadaan,
pendistribusian dan pemeliharaan barang, mempersiapkan penyelenggaraan
rapat, penerimaan tamu dan kelancaran hubungan melalui alat-alat komunikasi
dan membuat laporan berkala dan tahunan.
b) Pelayanan Administrasi Keuangan, yang meliputi antara lain :
Melaksanakan ketatausahaan urusan keuangan pengeluaran dan
pedapatan, pembukuan, pembendaharaan dan kas, serta penyelenggaraan
administrasi keuangan dan membuat laporan tahunan dan bulanan.47
c) Pelayanan Urusan Kepegawaian, yang meliputi antara lain :
Menyiapkan, mengusulkan, mengolah data dan dokumentasi pegawai
meliputi kenaikan pangkat, permohonan izin dan tugas belajar, cuti
perpindahan, pemberian tanda penghargaan/ tanda jasa dan sanksi,
pemberhentian, pensiun, kenaikan gaji berkala, dan tunjangan, merencanakan
dan mengusulkan kebutuhan jenis pendidikan dan pelatihan, calon peserta
pendidik dan pelatihan, serta calon peserta ujian dinas pegawai, menyusun
47
Ibid, hlm. 45
52
daftar urut kepangkatan (DUK), mengusulkan permohonan kartu pegawai,
kartu istri/suami, kartu tabungan asuransi pensiun, dan kartu asuransi
kesehatan, menyiapkan dan memproses daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan
(DP3) pegawai dan laporan pajak-pajak pribadi (LP2P) serta mengolah absensi
atau daftar hadir pegawai dan membuat laporan tahunan dan bulanan.
g. Tingkat Kinerja Pelayanan Opd Periode Sebelumnya
Dinas Sosial Kota Jambi merupakan unsur pelaksana Pemerintah
Daerah adalah instansi yang diberi kewenangan secara teknis untuk menangani
dan mengelola bidang Sosial juga sebagai salah satu fungsi pelayanan kepada
masyarakat di Kota Jambi. Dari program dan kegiatan yang telah dilakukan
dibidang Sosial tahun dapat disimpulkan indicator keberhasilan dalam rangka
peningkatan penanganan dan pelayanan Masalah-Masalah Sosial antara lain :
1) Meningkatnya kualitas pelayanan dan bantuan dasar kesejahteraan
sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial
2) Meningkatnya pemberdayaan fakir miskin, penyandang cacat, dan
kelompok rentan sosial lainnya.
3) Meningkatnya kualitas hidup bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial terhadap pelayanan sosial dasar, fasilitas pelayanan publik, dan
jaminan kesejahteraan sosial. Meningkatnya ketahanan sosial
masyarakat berlandaskan prinsip kemitraan dan nilai-nilai sosial budaya
bangsa
53
4) Meningkatknya kualitas manajemen pelayanan kesejahteraan sosial
dalam mendayagunakan sumber-sumber kesejahteraan sosial
5) Meningkatnya pelayanan bagi korban bencana
6) Meningkatnya prakarsa dan peran aktif masyarakat melalui Potensi
Sumber Kesejhateraan Sosial(PSKS) yang terdiri dari Lembaga
Kesejahteraan Sosial (LKS), Tagana, TKSK,PSM, Pendamping PKH,
Karang Taruna, LK3,K3S termasuk masyarakat mampu, dunia usaha,
perguruan tinggi, dan Orsos/LSM dalam penyelenggaraan
pembangunan kesejahteraan sosial secara terpadu dan berkelanjutan.
Adapun peningkatan penanganan dan pelayanan kepada Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di Kota Jambi dapat dilihat pada Tabel.
10 Data Perkembangan Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
dibawah ini :
54
Tabel. 2
Data Perkembangan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
Di Kota Jambi Tahun 2016- 201948
NO JENIS PMKS
TAHUN
2016 2017 2018 2019
1 2 3 4 5 6
1 Anak Balita Terlantar - - 5 -
2 Anak Terlantar 165 180 217 217
3
Anak Nakal Yang Berhadapan
dengan Hukum
17 25 51 11
4 Anak Jalanan 52 18 83 40
5 Anak dengan Kedisabilitasan 506 506 506 506
6
Anak yang Menjadi Korban Tindak
Kekerasan/ diperlakukan salah
- 39 46 -
7
Anak yang memerlukan
Perlindungan Khusus
- - - 1
8 Lanjut Usia Terlantar 8001 8246 8462 8462
9 Penyandang Disabilitas 1558 1841 1533 1533
10 Tuna Susila (PSK) 270 110 625 625
11
Gelandangan / Gelandangan
Psykotic
196 141 161 151
12 Pengemis 28 28 79 69
13 Pemulung - - 55 55
14
Bekas Warga Binaan Lembaga
Kemasyarakatan
- - 54 20
15 Orang dengan HIV / AIDS (ODHA) 395 395 395 395
16
Korban Penyalahgunaan Narkoba
Psikotropika & Zat Adiktif
110 450 359 280
17 Korban Traficking - 1 - -
18 Korban Tindak Kekerasan - - - 23
19 Korban Bencana Alam 1209 672 1487 226
20 Korban Bencana Sosial 116 120 258 158
21 Perempuan Rawan Sosial Ekonomi - - - 40
22 Fakir Miskin 31707 31707 26751 26751
23
Keluarga Bermasalah Sosial
Psikologi
6423 8906 8564 16318
JUMLAH 50.753 53.385 49.691 55881
48 Sumber : Bidang Rehabilitasi Sosial ,BidangPerlindungan Jaminan Sosial dan
Bidang Penanganan Fakir Miskin Dinsos Kota Jambi Tahun
55
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Bentuk Penertiban Gelandangan Dan Pengemis Menurut Peraturan
Walikota Nomor 29 Tahun 2016
Dinas Sosial Kota Jambi merupakan lembaga Pemerintah yang
diberi kewenangan secara teknis untuk menangani dan mengolah bidang sosial
sebagai salah satu fungsi pelayanan kepada wajib Retribusi di kota Jambi,
semua program yang ada di Dinas Sosial merupakan program untuk
memberantas penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS). Adapun
kelompok sasaran rencana strategi Dinas Sosial kota Jambi dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Gelandangan dan pengemis psychotic
2. Pengemis
3. Anak nakal
4. Anak jalanan
5. Anak terlantar
6. Lanjut usian terlantar
7. Balita terlantar
8. Korban tindak kekerasan
9. Penyandang cacat
10. Tuna sulsila/ pekerja seks komersi (PKS)
11. Korban penyalah gunaan narkoba, psikotropika, obat-obatan, dan zat
adiktif (NAPZA)
55
56
12. Penderita dan orang dengan HIV dan AIDS49
Bentuk penertiban gelandangan dan pengemis berdasarkan
Peraturan Walikota yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Jambi merupakan
bentuk kebijakan untuk menertibkan gelandangan dan pengemis. Maraknya
gelandang dan pengemis menimbulkan ketidak teraturan sosial ditandai dengan
ketidak tertiban serta ketidak nyamanan masyarakat. Peraturan yang dikelurkan
harus bisa di implementasikan dan di harapkan dapat mengurangi peningkatan
jumlah gelandangan dan pengemis di Kota Jambi.
Adapun bentuk penertiban gelandangan dan pengemis dengan
mengacu pada asas dan tujuan Peraturan Walikota dilakukan melalui:
1. Preventif
Untuk mencegah timbulnya gelandangan pengemis di dalam
masyarakat dilakukan pemantauan pengendalian terhadap sumber-sumber
penyebab timbulnya gelandangan dan pengemis.50
Pemantauan dan pengendalian penyebab timbulnya gelandangan
dan pengemis dilakukan dengan pendataan pada titik-titik rawan yang kerap
kali dijadikan sebagai tempat untuk mengemis, patroli yang dilakukan
secara rutin oleh Dinas Sosial serta Dinas Instansi yang terkait dan bagi
masyarakat dapat memberikan informasi mengenai titik-titik rawan yang di
jadikan tempat untuk mengemis kepada Dinas Sosial.
49
Rencana Strategi Dinas Sosial Kota Jambi Tentang Kelompok Sasaran Renstra 50
Peraturan Walikota Jambi Nomor 29 Tahun 2016 Tentang Penertiban Gelandangan
dan Pengemis, Pasal 4 Ayat (1)
57
2. Represif
Preventif bertujuan untuk mengurangi dan meniadakan
gelandangan dan pengemis baik itu kepada perorangan maupun kelompok
yang melakukan pergelandangan dan mengemis meliputi:51
a. Razia
Razia yang dilakukan oleh Dinas Sosial, penyidik Pegawai Negeri
Sipil, di bantu oleh pihak Kepolisian dan Masyarakat bertujuan menciptakan
keteraturan, keindahan, dan ketertiban secara umum. Razia juga bertujuan
untuk memutuskan mata rantai kehidupan gelandangan dan pengemis agar
kembali normal ditengah masyarakat. Akibat yang diharapkan, perilaku
secara wajar dimiliki gelandangan dan pengemis sehingga tidak menjadi
gelandangan danpengemis lagi. Keberhasilan memutus mata rantai ini tentu
saja dapat meningkatkan peran gelandangan dan pengemis ditengah
masyarakatsecara umum. Akibat yang ditimbulkan, perilaku produktif akan
ditunjukkan gelandangan dan pengemis dibandingkan waktu sebelumnya.
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Jaharudin Kabid
Rehabilitas Dinas Sosial Kota Jambi mengatakan:
“Penertiban gelandangan dan pengemis dilakukan oleh Dinas
Sosial Kota Jambi di bantu oleh pihak-pihak terkalit. Gelandangan dan
pengemis yang terjaring razia langsung dilakukan identifikasi dan
pendataan, kemudian diberikan pembinaan sementara oleh Dinas Sosial dan
biasanya mereka yang terjaring razia adalah mukamuka lama yang pernah
terjaring sebelumnya”52
51
Peraturan Walikota Jambi Nomor 29 Tahun 2016 Tentang Penertiban
Gelandangan Dan Pengemis, Pasal 7 Ayat (1)
52
Wawancara Dengan Bapak Jaharudin, Kabid Rehabilitas Dinas Sosial Kota Jambi,
10 Agustus 2019.
58
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa
Dinas Sosial belum berhasil dalam melakukan penertiban geladangan dan
pengemis di Kota Jambi di karenakan penertiban sebagian gelandangan dan
pengemis mengetahui bahwa akan diadakan razia atau penertiban oleh
Dinas Sosial sehingga mereka sempat melarikan diri. Razia yang dilakukan
oleh Dinas Sosial dilakukan beberapa kali dalam sebulan,
meskipun Dinas Sosial sudah melakukan razia secara rutin untuk
melaksanakan Peraturan Walikota Jambi Nomor 29 Tahun 2016 tentang
penertiban gelandangan dan pengemis di Kota Jambi. Namun hal tersebut
tidak sesuai dengan pengakuan gepeng ketika melakukan wawancara pada
beberapa gepeng.
“Selama saya menjadi pengemis di jalalanan, saya selalu berhasil
kabur dan belum pernah terjaring razia oleh Dinas Sosial”53
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat di simpulkan, bahwa
belum optimalnya razia yang dilakukan Dinas sosial. Pada hal penuturan
dari intansi terkait mereka sudah melakukan razia hampir tiap minggu.
Namun observarsi yang temukan di lapangan, masih banyaknya
gelandangan dan pengemis yang berkeliaran dijalanan Kota, dan tempat-
tempat umum lainnya.
b. Penampungan Tetap
Dinas Sosial sendiri untuk sekarang belum ada penampungan tetap
bagi gelandangan dan pengemis yang terjaring razia. Penampungan hanya
bersifat sementara di dalam panti terhadap gelandangan dan pengemis
53
Wawancara Dengan Gelandangan Dan Pengemis, 02 Agustus 2019.
59
setelah pelaksanaan razia di lakukan dalam rangka pendataan seleksi.
Selama dalam panti penampungan, Dinas bersama instansi terkait wajib
memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan, kesulsilaan dan kesopanan.54
Penampungan tetap yang di maksud disini adalah:
1) Panti sosial
2) Panti rehabilitasi sosial
3) Pusat pendidikan dan pelatihan
4) Pusat kesejahteraan sosial
5) Rumah perlindungan sosial
3. Usaha Rehabilitasi Sosial
Usaha Rehabilitasi adalah usaha-usaha yang terorganisir meliputi
usaha-usaha penyantunan, pemberian latihan dan pendidikan, pemulihan
kemampuan dan penyaluran kembali ke daerah pemukiman baru melalui
transmigrasi maupun ke tengah masyarakat, pengawasan serta bimbingan
lanjut, sehingga dengan demikian para gelandangan dan pengemis kembali
memiliki kemampuan untuk hidup secara layak.
Usaha rehabilitasi ini bertujuan agar fungsi mereka dapat berperan
kembali sebagai warga masyarakat. Usaha rehabilitatif ini dilakukan dengan
usaha-usaha penampungan, seleksi, penyantunan, dan tindak lanjut, yang
kesemuanya itu dilaksanakan melalui Panti Sosial.
54
Peraturan Walikota Jambi Nomor 29 Tahun 2016 Tentang Penertiban Gelandangan
dan Pengemis, Pasal 9 Ayat (1)
60
Bentuk Rehabilitasi terhadap gelandangan pengemis meliputi
serangkaian kegiatan diantaranya bimbingan mental, bimbingan sosial,
bimbingan ketrampilan dan penyaluran.
Bimbingan mental dalam usaha rehabilitasi sosial meliputi
a. Bimbingan keagamaan
b. Bimbingan kedisiplinan
c. Bimbingan budi pekerti
Bimbingan fisik dalam usaha rehabilitasi sosial meliputi
a. Pemeliharaan fisik dan kesehatan
b. Terapi fisik
c. Pemeliharaan kebugaran
d. Pelayanan menu dalam meningkatkan gizi.
Bimbingan sosial dalam usaha rehabilitasi sosial meliputi :
a. Bimbingan sosial perorangan
b. Bimbingan sosial kelompok
c. Bimbingan sosial kemasyarakatan.
Bimbingan keterampilan dalam usaha rehabilitasi sosial meliputi :
a. Bimbingan usaha ekonomis produktif
b. Bimbingan ketrampilan kerja.
Penyaluran terhadap gelandangan dan pengemis yang telah di rehabilitasi
sosial meliputi :
a. Pengembalian dalam kehidupan keluarga dan masyarakat
b. Menyalurkan ke jalur-jalur lapangan kerja/sektor usaha
61
c. Usaha mandiri.55
B. Implementasi Penertiban Gelandangan Dan Pengemis Di Kota Jambi
Menurut Peraturan Walikota Jambi Nomor 29 Tahun 2016
Implementasi merupakan suatu upaya untuk mencapai tujuan tertentu
dengan sarana-sarana tertentu dan dalam urutan waktu tertentu. Proses
implementasi penertiban baru dapat dimulai apabila tujuan-tujuan kebijakan
telah ditetapkan, program-program telah dibuat, dan dana telah dialokasikan
untuk pencapaian tujuan kebijakan tersebut. Namun demikian dalam proses
Implementasi yang baik, ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pencapaiannya. Akibatnya apabila faktor tersebut tidak mampu dikendalikan
akan berdampak kepada kegagalan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Implementasi kebijakan sebagai suatu proses tindakan-tindakan administratif
umum yang perlu diperiksa sampai level kebijakan yang spesifik. Keberhasilan
atau kegagalan dari suatu implementasi dapat dilihat dari kapasitasnya untuk
menjalankan kebijakan sesuai dengan desain semula. Karena itu, implementasi
secara keseluruhan perlu dilihat dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan
sesuai dengan yang ditentukan.
Implementasi penertiban gelandang dan pengemis di Kota Jambi
dilakukan dengan:
55
Peraturan Walikota Nomor 29 Tahun 2016 Tentang Penanganan Gelandangan Dan
Pengemis, Pasal 14.
62
1. Melaksanakan Penertiban
a. Melaksanakan Razia
Razia gelandangan dan pengemis menitip beratkan pada kondisi
yang menyebabkan lingkungan dimana seseorang atau kelompok
gelandangan dan pengemis menimbulkan sesuatu tidak aman. Razia yang
dilakukan oleh pemerintah terhadap gelandangan dan pengemis bertujuan
menciptakan keteraturan, ketertiban umum serta memutuskan rantai
kehidupan gelandangan dan pengemis agar kembali normal di tengah
masyarakat.
Wawancara denga Bapak Jaharudin, Kabid Rehabilitas Dinas
Sosial Kota Jambi mengatakan bahwa:
“ Pihak kami melakukan razia secara rutin, dalam sebulan kami
melakukan razia 4-5 kali, namun dalam pelaksanaan razia gelandangan
dan pengemis sudah terlebih dahulu mengetahui bahwa pihak kami akan
melakukan razia dan mereka juga udah sangat paham dengan orang-
orang Dinas Sosial dan kendaraan yang kami gunakan saat melakukan
razia.”.56
b. Melaksanakan Pembinaan
Menurut Peraturan Walikota Nomor 29 Tahun 2016 menyebutkan
bahwa pembinaan adalah kegiatan yang dilaksanakan secara terencana
56 Wawancara bersama dengan Bapak Jaharudin Kabid Rehabilitas Dinas Sosial
Kota Jambi.
63
dan terorganisasi untuk mencegah timbulnya gelandangan dan pengemis
melalui pemantauan, pendataan, sosialisasi, pengawasan dan
pengendalian yang dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup
gelandangan dan pengemis.
Wawancara bersama dengan Bapak Toyib Kasi Rehabilitas Dinas
Sosial Kota Jambi mengatakan:57
“Langkah awal yang kami lakukan adalah melakukan pendataan
dan pengadakan posko titik-titik yang sering dijadikan tempat untuk
mengemis. Ini dilakukan untuk menindaki gelandangan dan pengemis
yang ada di sekitar lampu merah untuk didata dan diberikan pengarahan.
Apabila dia baru pertama didapatkan mengemis kita jelaskan kembali
bahwa ada peraturan yang menjelaskan bahwa ada larangan dan sanksi-
sanksi yang akan diberikan apabila pengemis tersebut melakukan
aktifitasnya kembali.”
Dari pernyataan di atas dapat dimpulkan bahwa dalam penanganan
pengemis yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Jambi dengan
melakukan langkah awal untuk membina pengemis adalah dengan
pengadaan posko yang berfungsi sebagai bentuk pembinaan awal melalui
pendataan dan pengarahan awal dari pihak Dinas Sosial yang bekerja
sama dengan pihak berwajib.
57 Wawancara bersama dengan Bapak Toyib Kasi Rehabilitas Dinas Sosial Kota
Jambi.
64
Setelah gelandangan dan pengemis terjaring razia maka akan di
beri pembinaan di Dinas Sosial. Pembinaan di sini di lakukan dengan
pelatihan fisik oleh TNI dan ketampilan seperti membuat kerajian yang
mempunyai nilai jual agar nantinya setelah mereka di bebaskan mereka
tidak harus menggelandang dan mengemis lagi. Namun karena
terkendala sarana dan prasarana maka pembinaan tidak bisa maksimal.
2. Faktor-Faktor Tantangan dan Peluang
a. Sosial Budaya
Hal ini didukung oleh lingkungan sekitar dan para masyarakat
yang memberikan uang kepada gelandangan dan pengemis. Faktor sosial
budaya yang mempengaruhi seseorang menjadi gelandangan dan
pengemis karena rendahnya harga diri pada sekelompok orang
mengakibatkan tidak dimilikinya rasa malu untuk meminta, sikap pasarah
pada nasib dan mereka menganggap bahwa kemiskinan adalah sebuah
nasib hingga tidak ada kemauan untuk berubah serta kebebasan hidup di
jalan dengan menggelandang, ada kenikmatan sendiri karena mereka
tidak merasa terikat oleh aturan yang seringkali membebani mereka.
Hingga mengemis menjadi salah satu mata pencariaannya.
Wawancara bersama gelandangan dan pengemis mengatakan
bahwa:58
“mencari pekerjaan bukan hal mudah, saat menemukan gaji tidak cukup
memenuhi kebutuhan hidup kami sehari-hari dan merasa terikat. Kami
lebih memilih hidup di jalan dengan bebas tanpa adanya tekanan dari
manapun mesikupn harus menggelandang dan mengemis di jalan”.
58
Wawancara Bersama Gelandangan dan Pengemis.
65
Hal ini tidak boleh di biarkan namun, harus di cari solusi agar
gelandangan dan pengemis tidak pasrah atas apa yang terjadi pada
kehidupannya dan tentunya butuh dukungan dari keluarga dan orang-
orang terdekat serta kebijakan pemerintah dengan menyediakan lapangan
pekerjaan.
b. Sumberdaya Manusia
Dengan adanya sumberdaya yang berkualitas dan unggul akan
memberikan kemudahan bagi organisasi pelaksana untuk bisa
mewujudkan kebijakan sesuai dengan tujuan, sasaran dan manfaat yang
ingin dicapai. Selain sumberdaya manusia yang berkualitas, organisasi
pelaksana juga harus bisa menyediakan fasilitas-fasilitas pendukung
dalam kebijakan, sehingga dengan adanya fasilitas pendukung ini maka
setiap sumber daya yang ada dapat memanfaatkannya dalam mendukung
pelaksanaan tugas yang telah dibebankan. Apabila organisasi pelaksana
kebijakan telah memiliki sumberdaya manusia yang berkualitas dan
fasilitas yang mendukung, langkah berikutnya adalah membagi
wewenang dan tanggung jawab kepada setiap sumberdaya tersebut
dengan jelas. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi tumpang tindih dalam
pelaksanaan pekerjaan yang dibebankan kepada setiap sumberdaya
manusia yang dimiliki. Pembagian wewenang dan tanggung jawab juga
akan membeirikan penekanan pada setiap sumberdaya manusia untuk
bisa menyelesaikan beban kerja yang telah diberikan organisasi.
66
Didalam Peraturan Peraturan Walikota telah dijelaskan bahwa
lembaga atau instansi yang menjadi implementor dalam melaksanakan
kebijakan penertiban dan pembinaan terhadap gelandangan dan pengemis
adalah Dinas Sosial Kota Jambi, sedangkan untuk penertiban dilapangan
dibantu masyarakat dan pihak kepolisian.
Berdasarkan wawancara denga Bapak Jaharudin Kabid Rehabilitas
Dinas Sosial Kota Jambi mengatakan:
“Bahwa lembaga atau instansi yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan kebijakan penertiban dan pembinaan gelandangan dan
pengemis adalah pihak kami sendiri. Sedangkan untuk melihat
bagaimana kualitas sumberdaya manusia yang dimiliki oleh masing-
masing lembaga. Dilihat dari sumberdaya manusia yang ada sekarang ini,
dirasakan masih sangat kurang, soalnya untuk melakukan pembinaan
baik mental ataupun keterampilan kita belum memiliki sumberdaya
manusia yang menguasai bidang tersebut serta kurangnya sarana dan
prasarana”.59
Hasil wawancara menjelaskan bahwa di Dinas Sosial terdapat
kekurangan sumberdaya yang memiliki kemampuan untuk melakukan
pembinaan baik mental maupun keterampilan sehingga pembinaan yang
dilakukan sangat terbatas. Apabila dilihat dari fasilitas pendukung yang
dimiliki oleh Dinas Sosia untuk mengimplementasikan penertiban dan
pembinaan gelandangan dan pengemis, fasilitas yang dimiliki belum
memadai seperti tidak adanya panti khusus gelandangan dan pengemis
sehingga pembinaan tidak dapat dilaksanakan dengan baik.
Wawancara bersama dengan Bapak Toyib Kasi Rehabilitas Dinas
Sosial Kota Jambi mengatakan:
59
wawancara denga Bapak Jaharudin, Kabid Rehabilitas Dinas Sosial Kota Jambi,
10 Agustus 2019.
67
“Fasilitas pendukung itu masih sangat kurang, panti sosial kita
tidak punya, sehingga untuk melakukan pembinaan menjadi
terkendala”.60
Yang menjadi permasalahan dalam melakukan pembinaan terhadap
gelandangan dan pengemis adalah belum adanya panti khusus untuk
menampung gelandangan dan pengemis yang terjaring razia, sehingga
pembinaan yang dilakukan tidak dapat dilakukan dengan maksimal.
gelandangan dan pengemis dalam hal kesiapan fasilitas berupa panti
sosial untuk menampung dan memberikan pembinaan terhadap
gelandangan dan pengemis, sehingga gelandangan dan pengemis yang
terjaring razia tidak dilakukan pembinaan sesuai dengan isi dari
kebijakan.
3. Lingkungan
Faktor yang juga menjadi penghambat dari Implementasi Peraturan
Walikota mengenai penertiban dan pembinaan gelandangan dan
pengemis ini adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan merupakan
kemauan atau niat yang dimiliki oleh lingkungan sekitar pelaksanaan
kebijakan. Karena dengan adanya kemauan dan niat yang kuat untuk bisa
mengimplementasikan penertiban dan pembinaan gelandangan dan
pengemis sesuai dengan amanah yang diberikan tentunya akan lebih
mudah mewujudkan kebijakan yang ditetapkan. Penjelasan mengenai
pengaruh dimensi lingkungan kebijakan akan dilihat dari tiga sub
dimensi yaitu respon atau kepatuhan dan daya tanggap pelaksana,
60
Wawancara Bersama Dengan Bapak Toyib, Kasi Rehabilitas Dinas Sosial Kota
Jambi, 10 Agustus 2019.
68
keterlibatan lembaga lokal dan dukungan elit politik dalam implementasi
penertiban dan pembinaan gelandangandan pengemis. Keberhasilan suatu
kebijakan juga dipengaruhi oleh seberapa besar keterlibatan lembaga
lokal, dan dukungan dari elit politik yang terlibat dalam implementasi
kebijakan serta daya tanggap dari pelaksana kebijakan itu sendiri.
Wawancara denga Bapak Jaharudin, Kabid Rehabilitas Dinas
Sosial Kota Jambi mengatakan bahwa:
“Dari tindakan-tindakan yang telah kami lakukan untuk mengatasi
masalah gelandangan dan pengemis ini, seperti melakukan razia dan
pemberian pelatihan dan keterampilan terhadap gelandangan dan
pengemis. Akan tetapi respon dari masyarakat untuk mendukung
kesusksesan dari kebijakan ini masih sangat kurang, masih banyak
masyarakat yang memberikan sumbangan berupa uang kepada pengemis
yang meminta-minta dijalan, sehingga upaya untuk mengatasi masalah
ini tidak didukung oleh tindakan masyarakat yang masih tetap
memberikan uang kepada gelandangan dan pengemis”.61
Apabila dilihat dari isi dari kebijakan itu sendiri maka dapat dilihat
bahwa tingkat kepatuhan dari pelaksana kebijakan masih sangat kurang
sehingga penertiban atau razia yang dilakukan tidak menimbulkan efek
jera sama sekali sehingga gelandangan dan pengemis yang pernah
terjaring razia dan kemudian di lepaskan akan kembali menjadi
gelandangan dan pengemis, hal ini bisa dilihat dari razia yang dilakukan
dengan menjaring orang – orang yang sama.
Keterlibatan lembaga-lembaga sosial yang ada di tengah-tengah
masyarakat untuk dapat mengatasi dan menanggulangi masalah
kesejahteraan sosial belum membantu dalam mengatasi masalah
61
wawancara denga Bapak Jaharudin, Kabid Rehabilitas Dinas Sosial Kota Jambi,
10 Agustus 2019
69
gelandangan dan pengemis.62
lembaga sosial seperti panti sosial khusus
untuk gelandangan dan pengemis belum ada.
Dengan adanya Peraturan mengenai penertiban dan pembinaan terhadap
gelandangan dan pengemis, maka manfaat yang akan didapatkan oleh
Pemerintah yaitu terciptanya keadaan yang tertib dan kenyamanan bagi
masyarakat, sedangkan manfaat bagi gelandangan dan pengemis itu sendiri
adalah mendapatkan pelayanan sosial dari pemerintah berupa pembinaan dan
pelatihan keterampilan sehingga mereka memiliki kemampuan untuk kembali
ketengah-tengah masyarakat. Pembinaan yang dilakukan terhadap gelandangan
dan pengemis diharapkan dapat merubah pola pikir mereka untuk tidak lagi
menjadi gelandangan dan pengemis.
Implementasi penertiban dan pembinaan gelandangan dan pengemis ini,
didalam Peraturan Walikota perubahan yang diinginkan dari Peraturan
Walikota ini adalah berkurang atau bahkan hilangnya gelandangan dan
pengemis yang ada di Kota Jambi, karena sangat mengganggu ketertiban.
Meningkatnya kesejahteraan masyarakat miskin yang ada di Kota
Jambi sehingga mereka tidak lagi menjadi gelandangan dan pengemis, hal ini
berkaitan dengan tingkat perubahan yang diinginkan oleh suatu kebijakan.
Akibat yang diharapkan, perilaku secara wajar dimiliki gelandangan sehingga
tidak menggelandang lagi. Tingkat perubahan yang di inginkan ini tentu saja
dapat meningkatkan peran gelandangan di tengah masyarakat secara umum.
62
Rencana Strategis Dinas Sosial Kota Jambi
70
Akibat yang ditimbulkan, perilaku produktif akan ditunjukkan gelandangan
dibandingkan waktu sebelumnya.
Usaha penertiban dan pembinaan terhadap gelandangan dan pengemis
belum dilakukan secara keseluruhan, seperti usaha rehabilitasi yang mana
belum ada dilakukan pengawasan terhadap gelandangan dan pengemis yang
telah diberikan pembinaan, selain itu pembinaan terhadap hanya diberikan
kepada sebagian gelandangan dan pengemis, tidak semua gelandangan dan
pengemis yang terjaring razia diberikan pembinaan, hal ini disebabkan karena
terbatasnya tempat penampungan dan kurangnya dana yang dimiliki untuk
melakukan pembinaan.
Wawancara bersama Anto pengemis yang terjaring razia mengatakan:
“Saya sudah beberapa kali terjaring razia selama ditangkap pihak Dinas
Sosial memberikan kami pelatihan dan pembinaan namun kami selalu menolak
dan mencoba kabur. setelah 3-5 hari di tangkap kami di data kemudian
bebaskan lagi dan kami kembali lagi mengemis”.63
Secara keseluruhan, faktor kebijakan itu sendiri yaitu mengenai
penertiban gelandang dan pengemis ini, sudah memuat tujuan penertiban dan
pembinaan gelandangan dan pengemis, manfaat dari kebijakan, tingkat
perubahan yang diinginkan, namun permasalahannya adalah kurangnya
tindakan yang dilakukan terhadap mereka yang terjaring penertiban,
gelandangan dan pengemis yang terjaring razia didata dan kemudian mereka
akan diberikan pelatihan keterampilan dan sebagian lainnya di yang masih
63
Wawancara Bersama Anto, Pengemis Yang Terjaring Razia, 01 Agustus 2019.
71
memiliki keluarga akan di pulangkan ke keluarganya masing – masing, dan
kemudian setelah di beri pelatihan dan keterampilan selama beberapa hari akan
di lepaskan lagi tanpa ada pengawasan selanjutnya sehingga mereka bisa
melakukan kegiatan mengemis kembali. Dari sana dapat dilihat bahwa
kebijakan penertiban gelandangan dan pengemis belum memuat ketentuan-
ketentuan mengenai sanksi yang harus diberikan kepada gelandangan dan
pengemis yang terjaring razia, atau bagaimana upaya yang dilakukan untuk
memberikan efek jera terhadap mereka sehingga tidak lagi menjadi
gelandangan dan pengemis.
72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dinas Sosial Kota Jambi merupakan lembaga Pemerintah yang diberi
kewenangan secara teknis untuk menangani masalah kesejahteraan sosial
diantaranya masalah gelandangan dan penegemisi. Bentuk Penertiban yang
dilakukan untuk menertbitkan gelandangan dan pengemis berdasarkan
Peraturan Walikota Jambi Nomor 29 Tahun 2016 yaitu dengan usaha
Preventif dengan mencegah timbulnya gelandangan dan pengemis dilakukan
pemantauan pengendalian terhadap sumber-sumber penyebab timbulnya
gelandangan dan pengemis, Usaha Reprensif bertujuan untuk mengurangi
dan meniadakan gelandangan dan pengemis dengan cara melakukan Razia
secara rutin dan penampungan tetap dan usaha Rehabilitasi dengan
memberikan pembinaan dan pelatihan mental serta keterampilan kepada
gelandangan dan pengemis.
2. Implementasi Penertiban gelandangan dan pengemis di lakukan dengan
melakukan penertiban berupa razia dan pembinaan. Faktor tantangan dan
peluang di pengaruhi faktor sosial budaya, sumberdaya manusia dan
lingkungan. kelambatan implementasi disumbangkan oleh aspek-aspek
tidak adanya panti sosial yang dimiliki oleh Dinas Sosial menyebakan
pembinaan yang dilakukan kepada gelandang dan pengemis belum dapat
dilaksanakan, selain dari faktor lembaga, faktor lainnya yang ikut
mempengaruhi yaitu faktor lingkungan, dimana masih kurangnya dukungan
72
73
dari lembaga-lembaga sosial maupun pihak-pihak swasta dalam mengatasi
masalah gelandangan dan pengemis, begitu juga dengan kurangnya
dukungan dari masyarakat untuk mengatasi gelandang dan pengemis ini
membuat usaha yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi masalah ini
menjadi lebih sulit.
B. Saran
Untuk menciptakan ketertiban umum pemerintah harus benar-benar
berusaha mencari solusi dalam menyelesaikan permasalahan kesejahteraan
sosial khususny bagi gelandangan, pengemis atau peminta-minta.
Permasalahan ini sangat serius dan perlu di tanganin dan sangat berpengaruh
bagi pemerintah Karena menjadi tolak ukur tingkat keberhasilan daerah dalam
memberantas kemiskinan di daerah tersebut.
Kemudian kepada masyarakat umumnya diharapkan dapat
menumbuhkan kesadaran terhadap kehidupan sekitarkita dan apabila ingin
memberikan sumbangan sebaiknya di salurkan sumbangan di tempat-tempat
yang sudah di tentukan oleh pemerintah seperti BASDAR, RUMAH IBADAH
dan PANTI ASUHAN.
C. Kata Penutup
Puji Syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah
melimphkan rahmat, taufik dan hidayahNYA sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan sesuai dengan jadwal yang diprogramkan UIN STS JAMBI.
Sholawat beriring salam tetap tercurahkan kepada Nabi agung Muhammad
SAW.
74
Dengan selesainya skripsi ini penulis tidak bermaksud merasa puas
dengan apa yang ada dalam skripsi ini, justru penulis merasa banyak sekali
kekurangan dalam skripsi ini. Tidak lupa penulis menghaturkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini, dan hanya
Allah SWT yang akan membalas budi baik yang telah membantu penulis
menyelesaikan skripsi ini.
75
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur
Burhan Bungin,Metedeologi Penelitian Kuantitatif, (Surabaya: Rajagrafindo
Persada, 2001)
Fernande Simangunsong,Metodologi Penelitian Pemerintahan, (Bandung:
Alfabeta, 2017)
Husaini Usman Dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosail,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2008)
Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Ilmu Hukum, (Bandung: Penerbit
Alumni, 2000)
Muhammad drus, Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif, 2009
Sayuti Una, (Pedoman Penulisan Skripsi (edisi revisi ),Cet Ke 2 (Jambi:
Syariah Press Dan Fakultas Syarih UIN STS Jambi, 2014)
Soerjono Soekanto. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan
Hukum. (Jakarta: Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, 2007)
Soetomo, Masalah Sosial Dan Upaya Pemecahan, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010)
B. Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 47 Tahun 2002 Tentang Ketertiban
Umum
Peraturan Walikota Nomor 29 Tahun 2016 Tentang Penanganan Gelandangan
dan Pengemis
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999
Undang-Undang Republik Indonesia Pasal 28 Ayat 1 Tahun 1945 Tentang Hak
Asasi Manusia
76
C. Lain-lain
Aliyah Nur Munjiah, “Upaya Dinas Sosial Kota Yogyakarta Dalam
Penanganan Gelandangan dan Pengemis” Skripsi fakultas syariah
dan hukum Sunan kalijaga yogyakarta, (2015)
Ariel sharon sumenge. Analisis efektifitas dan efisiensi pelaksanaan anggaran
badan perencanaan pembangunan daerah (BAP PEDA). 1(3):75
Iffa Rohmah. 2016. Penegakkan Hukum. http://pustakakaryaifa.blogspot.com.
Diakses : Pukul 12.00 WIB, Tanggal 02 Oktober 2019.
Imelda Onibala, “Ketertiban Umum Dalam Perspektif Hukum Perdata
Internasional” Vol 1:2 (April 1013), Hlm. 125
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2002. Jakarta. Balai Pustaka. Hal. 23
Khairul Lahmi. “Kinerja Dinas Sosial Dalam Penanganan Gelandangan dan
Pengemis di Kota Jambi” Skripsi Fakultas Syariah, (2014)
Mardiyatul Yusra. “Bimbingan Agama Terhadap Gelandangan Dan Pengemis
Di UPT Pelayanan Sosial” Skripsi Fakultas Dakwah UIN Jambi
(2016).
Norika priyantoro, “penanganan gelandangan dan pengemis dalam presektif
(Uin Sunan Kalijaga 2015). Skripsi UIN Sunan Kalijaga 2015
Observasi Gelandangan Dan Pengemis di Kota Jambi, 10 Maret 2019.
Rencana Strategi Dinas Sosial Kota Jambi
Ronald Saija, Hukum Perdata Internasional, Cet. Ke-1(Jakarta Deepublish,
2019)
Wawancara Bersama Anto, Pengemis Yang Terjaring Razia
Wawancara Denga Bapak Jaharudin, Kabid Rehabilitas Dinas Sosial Kota
Jambi
Wawancara Dengan Bapak Toyib, Kasi Rehabilitas Dinas Soial Kota Jambi
Wawancara Dengan Gelandangan Dan Pengemis
77
LAMPIRAN
Gambar 1. Kantor dinas sosial kota jambi
78
Gambar 2. Wawancara bersama Bapak Jaharuddin Kepala Bidang
Rehabilitasi Dinas Sosial Kota Jambi
Gambar 3. Wawancara Bersama Bapak Toyib Kepala Seksi
Rehabilitasi Dinas Sosial Kota Jambi
79
Gambar 4. Pengemis Di Sekitar Lampu Merah
Gambar 5. bersama pengemis
80
Gambar 6. Gelandangan dan Pengemis Yang Terjaring Razia
Gambar 7. Razia Gelandangan Dan Pengemis
81
Gambar 8. Pembinaan dan Pelatihan Gepeng Yang Terjaring Razia
82
DAFTAR INFORMAN
No Nama Jabatan/Pekerjaan Ket
1 Bapak Jaharudin Kabid Dinas Sosial Kota Jambi
2 Bapak Toyib Kasi Dinas Sosial Kota Jambi
3 Anto Gepeng
83
CURRICULUM VITAE
A. Identitas Diri
Nama : Najemia
Nim : SIP 162402
Tempat, Tanggal Lahir : Benteng, 17 Maret 1998
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat Asal : Benteng, Kec. Sungai Batang, Inhil Riau
Pekerjaan : Mahasiswa
Jurusan : Ilmu Pemerintahan
Nomor HP : 0812-7179-5847
B. Riwayat Pendidikan
No Jenjang Pendidikan Tempat Tahun
1 SDN 001 Benteng Benteng 2005-2011
2 MTS YABID Benteng 2011-2013
3 MA YABID Benteng 2013-2016
4 S1 UIN STS JAMBI Muaro Jambi 2016 s/d Sekarang
C. Pengalaman Organisasi
No Jenis Pengalaman Jabatan Tahun
1 IPMR ANGGOTA 2016 S/D Sekarang
2 IKMI ANGGOTA 2016 S/D Sekarang