implementasi strategi peningkatan pendapatan di …
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN
DI UPT PUSAT PROMOSI DAN PEMASARAN HASIL
PERTANIAN DAN HASIL HUTAN JAKARTA BARAT
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Strata 1
Pada Program Studi Ilmu Admnistrasi Negara
RINA ANDRIANA
NIM. 072737
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG
2011
K A T A P E N G A N T A R
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas ridho
dan rahmat Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul
“Implementasi Strategi Peningkatan Pendapatan Di UPT Pusat Promosi Dan
Pemasaran Hasil Pertanian Dan Hasil Hutan Jakarta Barat”.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena
masih ada kekurangan yang semata-mata muncul karena keterbatasan wawasan
penulis. Untuk itu, demi kesempurnaan proposal penelitian ini, segala kritik dan
saran pembaca sepenuhnya akan penulis perhatikan.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas oleh dukungan dari semua pihak.
Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima
kasih kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia yang telah
dilimpahkannya sehingga dapat tersusun skripsi ini. Kedua Orang tua serta
keluarga yang selalu memberikan semangat, pembelajaran, nasihat, kasih sayang,
serta bantuan yang tidak ternilai. Ucapan terima kasih pun saya haturkan juga
kepada :
1. Dr. H. Soleh Hidayat, M.Pd., selaku Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
2. Prof. Dr. Ahmad Sihabudin, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik Untirta.
3. Dr. Agus Sjafari, M.Si. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik Untirta.
4. Rahmi Winangsih, S.Sos, M.Si. selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu
Sosial dan Politik Untirta.
5. Idi Dimyati, S.Ikom, M.Ikom. selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu
Sosial dan Politik Untirta.
6. Kandung Sapto Nugroho. S.Sos, M.Si selaku Ketua Prodi Administrasi
Negara FISIP Untirta.
7. Rina Yulianti, S.Sos, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untirta.
8. Ipah Ema Jumiati, S.IP., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi I.
9. Deden M. Haris, S.Sos., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi II.
10. Arenawati, S.Sos, M.Si., selaku Dosen Penguji Skripsi.
11. Gandung Ismanto, S.Sos., MM., selaku Dosen Penguji Skripsi.
12. Yeni Widyastuti, S.Sos., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik.
13. Para Dosen dan Staf TU Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik atas segala sumbangsihnya.
14. Teman-teman dekat: Iput, Anda, Sari, Tri, dan Eri.
15. Rekan-rekan yang sedikit banyaknya memberikan bantuan dalam penyusunan
skripsi ini.
16. Teman-teman jurusan Ilmu Administrasi Negara angkatan 2007 kelas C yang
tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Akhirnya penulis menyadari bahwa penelitian ini masih sangat jauh dari
sempurna oleh karena itu penulis mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam
penulisan Skripsi ini dan penulis juga menerima saran yang membangun demi
untuk perbaikan Skripsi ini dan sebagai referensi untuk penelitian yang
selanjutnya. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan
bagi mereka yang membacanya.
Serang, Oktober 2011
Rina Andriana
NIM. 072737
ABSTRAK
RINA ANDRIANA, 072737. Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang, 2011
“Implementasi Strategi Peningkatan Pendapatan di UPT Pusat Promosi dan
Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat”.
Kata kunci : Implementasi, Strategi Peningkatan Pendapatan
UPT Pusat promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan (P3HPHH)
Jakarta Barat merupakan organisasi pemerintah yang mengelola objek retribusi
pemakaian kekayaan daerah. Permasalahan yang ada karena: 1) Wajib retribusi
sering melakukan penunggakan pembayaran retribusi, 2) Penarikan retribusi
dilakukan oleh pihak luar bukan dilakukan oleh pegawai UPT, 3) Kesulitan
menambah fasilitas baru yang dapat menambah pendapatan UPT, dan 4) UPT
tidak melakukan pengenaan sanksi terhadap wajib retribusi yang tidak memenuhi
kewajibannya. Permasalahan yang diambil dalam penelitian ini adalah seberapa
besar implementasi strategi peningkatan pendapatan di UPT P3HPHH Jakarta
Barat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar implementasi
strategi peningkatan pendapatan di UPT P3HPHH Jakarta Barat. Penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif deskriptif. Yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh pegawai UPT P3HPHH Jakarta Barat dan teknik
pengambilan sampel menggunakan sampel jenuh. Untuk menganalisa data penulis
menggunakan uji hipotesis t-test satu sample. Sedangkan untuk teknik
pengumpulan data penulis menggunakan observasi, dokumentasi, dan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan implementasi strategi peningkatan pendapatan di
UPT P3HPHH Jakarta Barat dinilai baik karena sesuai dengan hasil perhitungan
yang diperoleh angka 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (37,30 > 1,711) dan implementasi strategi
peningkatan pendapatan di UPT P3HPHH Jakarta Barat mencapai angka 72% dari
angka 55% yang diharapkan. Saran yang diberikan oleh penulis adalah: 1)
Melaksanakan peraturan yang telah ditetapkan, 2) Meningkatkan produktivitas, 3)
Meningkatkan pengawasan, dan 4) Memberikan sanksi yang tegas pada setiap
wajib retribusi yang melanggar peraturan.
ABSTRACT
RINA ANDRIANA, 072737. Major of Public Administration, Faculty of Social
Science and Politic Science, University of Sultan Ageng Tirtayasa, Serang, 2011
“The Implementation of The Increase Income Strategy in UPT Pusat Promosi
dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan West Jakarta”.
Key word: The Implementation, The Increase Income Strategy
UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan (P3HPHH)
West Jakarta is a public organization which manage the user charge of local
property levie. Problems was found by the writer are: 1) The user charge man
often do postponment to pay the user charge, 2) The retraction of user charge
done by third party, employee of UPT don’t do the retraction, 3) Hard to add new
facilitation that can increase UPT’s income, and 4) UPT don’t enforce the
punishment to compulsory levy who illicit the regulation. The formulation of
problem is how many the implementation of the increase income strategy in UPT
P3HPHH West Jakarta. The aim of this research is to know how many the
implementation of the increase income strategy in UPT P3HPHH West Jakarta.
The writer used description quantitative method in this research. The population
in this research are all of employee in UPT P3HPHH West Jakarta and the writer
used census in technic sampling. The writer used one sample t-test to analyze
datas. Observation, documentation, and quetionare are the way of writer
collected the data. The result of this research showed that the implementation of
the increase income strategy in UPT P3HPHH West Jakarta assessed good by the
writer because its in accordance with the calculation of 𝑡𝒔𝒄𝒐𝒓𝒆 > 𝑡𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒
(37,30 > 1,711) and the implementation of the increase income strategy in UPT
P3HPHH West Jakarta reached 72% of 55% from the writer’s expectation.
Suggestions given by the writer are: 1) Do the regulation that have determined, 2)
Increase the productivity of the employees, 3) Increase the supervision, and 4)
Give punishment to compulsory levy who illicit the regulation.
B A B I
P E N D A H U L U A N
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara berkembang yang secara terus - menerus
melakukan pembangunan diberbagai bidang. Dalam melakukan pembangunan
tersebut tidak begitu saja berjalan mulus, akan tetapi banyak hambatan dan
tantangan yang dihadapi. Berbagai masalah yang begitu kompleks ada di negeri
Indonesia ini. Mulai dari kemiskinan, pengangguran, rendahnya pendidikan dan
tingginya tingkat kematian, serta musibah dan bencana sering kali menghiasi
wajah Ibu Pertiwi. Pemerintah sebagai pelopor penggerak pembangunan
memegang peranan yang sangat penting dalam menjalankan roda pemerintahan,
bagaimana strategi dan rencana yang digunakan agar pembangunan yang
dilakukan dapat berjalan dengan baik, tepat sasaran, adil dan merata sehingga
masalah–masalah yang dihadapi dapat diatasi, oleh karena itu dibentuklah
desentralisasi.
Desentralisasi merupakan penyerahan wewenang dari pemerintah pusat,
baik kepada para pejabat pusat di daerah yang disebut dekonsentrasi, maupun
kepada badan-badan otonomi daerah yang disebut devolusi (Yuwono, 2008: 14).
Pada saat ini Indonesia telah memasuki paradigma baru penyelenggaraan
pemerintahan berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, dengan memberikan keleluasaan kepada pemerintah daerah
untuk menyelenggarakan pemerintahan sendiri atas dasar prakarsa, kreatifitas, dan
peran aktif masyarakat dalam mengembangkan dan memajukan daerahnya.
Dalam desentralisasi, kewenangan pemerintah daerah meliputi prakarsa,
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, dan evaluasi maupun segi-
segi pembiayaan dalam menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan.
Dengan demikian pemerintah daerah tidak saja hanya dituntut untuk mampu
menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat akan
tetapi secara financial mampu pula membiayai segala kebutuhannya untuk
menggali, mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya. Karena
faktor yang terpenting adalah dukungan kemampuan keuangan daerah itu sendiri.
Keuangan daerah menjadi sangat penting karena hampir tidak ada kegiatan
pemerintahan yang tidak membutuhkan biaya. Tujuannya adalah agar suatu
daerah dapat melaksanakan pembangunan dan mengurus rumah tangganya sendiri
maka daerah harus memiliki sumber-sumber keuangan sendiri yang cukup (Kaho,
2007: 138). Hal ini untuk menghindari ketergantungan yang semakin besar bagi
daerah untuk menggali sumber-sumber pendapatannya sendiri. Oleh karena itu
pemerintah daerah dituntut wajib menggali dan mengelola sumber-sumber yang
dapat menjadi sumber pendapatan keuangan daerah dengan baik. Dengan
pengelolaan yang baik maka akan semakin berdaya guna dan berhasil guna
sumber-sumber yang didapat.
Pendapatan daerah dapat berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana
perimbangan, pinjaman daerah dan pendapatan lain-lain (Mahmudi, 2010: 16).
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber penerimaan daerah yang
berasal dari beberapa hasil penerimaan daerah dan salah satunya diperoleh dari
penerimaan retribusi daerah yang diatur dalam UU No. 34 Tahun 2000 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Salah satu sumber terbesar keuangan daerah
adalah retribusi daerah, maka hasil retribusi daerah perlu diusahakan agar menjadi
pemasukan yang potensial terhadap PAD. Retribusi daerah adalah pungutan
daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan dan atau diberikan pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi
atau badan (Suparmoko, 2002:85).
Adapun yang menjadi tujuan dari pemungutan retribusi daerah antara lain
adalah untuk mendapatkan keuntungan yang layak guna membiayai daerah
otonom yang diberi hak untuk memungut retribusi daerah sebagai sumber
pendapatan bagi daerahnya sendiri. Dengan adanya pemunggutan ini diharapkan
dapat mendukung sumber pembiayaan daerah dalam menyelenggarakan
pembangunan daerah, sehingga akan meningkatkan dan memeratakan
perekonomian serta kesejahteraan masyarakat di daerahnya.
Terdapat beberapa jenis retribusi, tetapi dapat dikelompokkan menjadi tiga
macam sesuai dengan obyeknya. Jenis-jenis retribusi adalah retribusi yang
dikenakan pada jasa umum, retribusi yang dikenakan pada jasa usaha, dan
retribusi yang dikenakan pada perijinan tertentu.
Retribusi merupakan salah satu PAD bagi pemerintah daerah berdasarkan
Undang-Undang No. 34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Salah satu cara untuk meningkatkan PAD adalah dengan meningkatkan
pendapatan dari retribusi yang dalam hal ini termasuk retribusi yang dipungut dari
pengunaan fasilitas pemerintah, yaitu retribusi pemakaian kekayaan daerah.
Retribusi pemakaian kekayaan daerah adalah retribusi pemakaian
kekayaan daerah dikenakan atas pemakaian kekayaan daerah seperti pemakaian
tanah dan bangunan, pemakaian ruangan untuk pesta, pemakaian kendaraan atau
alat-alat berat milik Pemerintah Daerah. Dengan kata lain retribusi ini adalah
dimana masyarakat diberikan fasilitas dalam berbagai bentuk baik alat maupun
gedung secara fisik sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan sebelumnya,
yang dikelola oleh suatu UPT (Unit Pelayanan Teknis) yang berhak memunggut
retribusi tersebut dan selanjutnya retribusi tersebut di serahkan pada dinas yang
telah ditetapkan untuk mengelola pendapatan tersebut.
Dalam Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 87 Tahun 2009,
Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta mempunyai salah satu fungsi
dan tugas pokok berupaya mendorong dan membenahi berbagai kebijakan yang
berkaitan dengan perkembangan sektor kelautan dan pertanian mulai dari
praproduksi, produksi, pasca panen serta pemasarannya. Berkenaan dengan itu,
maka Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta melalui Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan
berupaya untuk mengembangkan fasilitas sarana dan prasarana yang telah ada,
sehingga UPT tersebut dapat lebih efektif dan efisien dalam mendorong bisnis
bunga dan tanaman hias khususnya di Provinsi DKI Jakarta.
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya telah diyakinkan bahwa
untuk menyelenggarakan otonomi daerah harus didukung oleh keuangan daerah
yang memadai. Untuk mewujudkan hal ini UPT Pusat Promosi dan Pemasaran
Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat mempunyai hak mengelola
golongan retribusi jasa usaha yang jenisnya termasuk ke dalam retribusi
pemakaian kekayaan daerah berdasarkan Perda No. 1 Tahun 2006 tentang
Retribusi Daerah. Dengan demikian maka diharapkan UPT ini dapat menjadi
salah satu sumber keuangan untuk Provinsi DKI Jakarta.
Tingkat penggunaan jasa pemakaian kekayaan daerah diukur berdasarkan
penggunaan, luas, jumlah, dan waktu pemakaian. Prinsip dan sasaran penetapan
tarif retribusi pemakaian kekayaan daerah adalah dengan memperhatikan biaya
investasi, biaya perawatan atau pemeliharaan, biaya penyusutan, biaya asuransi,
biaya rutin atau periodik yang berkaitan langsung dengan penyediaan jasa, dan
biaya administrasi umum yang mendukung penyediaan jasa. Sedangkan sistem
pengelolaan retribusinya adalah Bendahara Pembantu Penerima Retribusi setelah
menerima pembayaran retribusi disetorkan ke Kas Daerah DKI Jakarta. Retribusi
yang diterima oleh Kas Daerah DKI Jakarta dari unit atau dinas merupakan
sebagian PAD DKI Jakarta yang selanjutnya dikelola untuk penyelenggaraan
pembagunan fasilitas atau sarana umum dalam rangka pelayanan terhadap
masyarakat yang dituangkan dalam bentuk Dokumen Pelaksanaan Anggaran
melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA - SKPD).
Obyek retribusi adalah berbagai jenis pelayanan atau jasa tertentu yang
disediakan oleh pemerintah daerah (Darwin, 2010: 166). Besaran pokok retribusi
pemakaian kekayaan daerah diukur berdasarkan penggunaan, luas, jumlah, dan
waktu pemakaian. Terdapat beberapa objek pendapatan yang berupa retribusi
yang dikelola oleh UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil
Hutan Jakarta Barat, diantaranya sebagai berikut:
Tabel 1.1
Objek Retribusi UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan
Hasil Hutan Jakarta Barat
No.
Objek Retribusi UPT Pusat Promosi dan
Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan
Jakarta Barat
Besar Tarif Retribusi
1. Pemakaian Kios Promosi Bunga Rp 7.500,00/m²/bulan
2. Pemakaian Los Promosi Bunga Rp 500,00/m²/hari
3. Pemakaian Kios Terbuka Promosi Bunga Rp 75.000,00/kios/bulan
4. Pamakaian Lahan Usaha Promosi
Penangkar Bibit
Rp 1.000,00/m²/bulan
5. Pemakaian Lahan Taman Anggrek
Ragunan:
a. Pemakaian Lahan Taman Anggrek
Ragunan
b. Masuk Kawasan Taman Anggrek
Ragunan:
- Mobil
- Motor
- Orang
Rp. 185.000,00/kav/bulan
Rp 1000,00/mobil/skl msk
Rp 500,00/mobil/skl msk
Rp 1000,00/mobil/skl msk
Sumber: UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan
Jakarta Barat,
Tabel 1.2
Pendapatan UPT Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil
Hutan Jakarta Barat Tahun 2009 dan 2010
No
Uraian
Kode
Rekening
2009 2010
Target Realiasi Target Realisasi
1. Pemakaian
Kios
Promosi
335.500.000,00 221.469.818,00 391.982.000,00 247.289.608,00
2. Pemakaian
Los
Promosi
63.500.000,00 30.599.500,00 64.496.000,00 32.605.000,00
3. Pemakaian
Kios
Terbuka
155.150.000,00 79.300.900,00 117.776.000,00 41.466.311,00
4. Pemakaian
Lahan
Usaha
Promosi
Penangkar
Bibit
49.243.000,00 23.525.334,00 50.446.000,00 23.080.000,00
5. Pemakaian
Lahan
Taman
Anggrek
192.570.000,00 95.261.000,00 195.805.000,00 97.264.000,00
Jumlah 795.963.000,00 450.563.552,00 820.505.000,00 441.704.919,00
Sumber: BPKD Provinsi DKI Jakarta, 2011.
Berdasarkan data di atas penerimaan pendapatan di UPT Pusat Promosi
dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat yang berupa
retribusi pemakaian kekayaan daerah mengalami penurunan dari tahun 2009 ke
tahun 2010. Pada tahun 2009 keseluruhan pendapatan yang diterima adalah
sebesar Rp 450.536.552,00 sedangkan pada tahun 2010 keseluruhan pendapatan
yang diterima adalah Rp 441.704.919,00. Terdapat selisih pendapatan yang
diterima oleh UPT yaitu sebesar Rp 8.831.633,00 dari pendapatan tahun 2009 ke
tahun 2010. Selisih pendapatan tersebut terjadi karena pendapatan yang diterima
oleh wajib retribusi menurun dan berakibat pula pada penurunan pendapatan yang
diterima oleh UPT. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
penurunan tersebut. Pertama, pembeli bunga hanya pada waktu atau musim
tertentu. Dari beberapa pernyataan pedagang, pembeli bunga tidak selalu ada
setiap harinya. Mereka hanya membeli bunga pada waktu atau musim tertentu.
Kedua, harga yang terlalu mahal. Hal ini dikarenakan harga bibit yang terlalu
mahal yang dapat menyebabkan tingginya harga bunga di pasar. Ketiga,
banyaknya pedagang. Terdapat 286 pedagang di UPT Pusat Promosi dan
Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat, banyaknya pedagang
yang ada tidak diimbangi dengan pembeli sehingga pendapatan para pedagang
mengalami penurunan. Keempat, gagal panen. Untuk pemakaian Lahan Taman
Anggrek Ragunan, pemakaina lahan ini akan menghasilkan berbagai macam
bunga anggrek. Para petani menanam sendiri tanamannya, mulai dari menanam
bibit sampai masa panen. Namun para petani sering mengalami gagal panen. Hal
ini dikarenakan oleh faktor cuaca yang tidak menentu dan penggunaan bibit yang
kurang bagus. Karena faktor-faktor di atas maka pendapatan para pedagang dapat
menurun yang pada akhirnya mempengaruhi pendapatan UPT.
Usaha pengembangan penerimaan pendapatan UPT Pusat Promosi dan
Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat yang berupa retribusi
pemakaian kekayaan daerah pada tiap tahunnya mengalami kendala dan
hambatan. Hambatan dan kendala tersebut menyebabkan tidak lancarnya
pengelolaan retribusi itu dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari data wajib retribusi
yang telah melaksanakan kewajibannya untuk membayar retribusi dari bulan
Januari 2011 sampai bulan April 2011. Jumlah wajib retribusi secara keseluruhan
di UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta
Barat adalah sebanyak 286 orang. Pada bulan Januari 2011 wajib retribusi yang
sudah melaksanakan kewajibannya secara tepat waktu sebanyak 190 orang,
sedangkan 96 orang tidak melaksanakan kewajibannya secara tepat waktu untuk
bulan Januari. Pada bulan Februari 2011 wajib retribusi yang sudah melaksanakan
kewajibannya secara tepat waktu sebanyak 175 orang, sedangkan 111 orang tidak
melaksanakan kewajibannya secara tepat waktu untuk bulan Februari. Pada bulan
Maret 2011 wajib retribusi yang sudah melaksanakan kewajibannya secara tepat
waktu sebanyak 151 orang, sedangkan 135 orang tidak melaksanakan
kewajibannya secara tepat waktu untuk bulan Maret. Pada bulan April 2011 wajib
retribusi yang sudah melaksanakan kewajibannya secara tepat waktu sebanyak
111 orang, sedangkan 175 orang tidak melaksanakan kewajibannya secara tepat
waktu untuk bulan April. Dapat dilihat dari data tersebut, dalam setiap bulannya
jumlah wajib retribusi yang melaksanakan kewajibannya secara tepat waktu
mengalami penurunan.
Setelah penulis melakukan observasi awal pada lokasi penelitian, ada
beberapa permasalahan yang terjadi di UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil
Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat. Pertama, hal yang berkaitan dengan
perilaku wajib retribusi dalam melakukan pembayaran retribusi. Para wajib
retribusi pasar yang seringkali mengabaikan kewajibannya untuk membayar
retribusi dengan berbagai alasan sehingga terjadi penunggakan pembayaran
retribusi. Dapat diketahui kesadaran wajib retribusi memiliki kesadaran yang
rendah untuk melaksanakan kewajibannya untuk membayar retribusi. Dari
penunggakan inilah kemudian penerimaan yang didapatkan tidak dapat optimal
setiap bulannya.
Kedua, penarikan retribusi dilakukan oleh pihak luar. Untuk penarikan
retribusi berobjek lapak atau los para petugas yang berhak mengelola untuk
menarik uang retribusi tidak turun langsung dalam penarikan retribusi tersebut.
Dengan alas an para pegawai UPT tidak mengetahui seluruh wajib retribusi yang
berada disana. Oleh karena itu penarikan tersebut dilakukan oleh pihak pasar atau
orang pasar yang bukan merupakan pegawai UPT Pusat Promosi dan Pemasaran
Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat.
Ketiga, sulitnya menambah fasilitas baru. Dengan adanya fasilitas baru
maka pendapatan retribusi dapat meningkat. Namun sayangnya penambahan
fasilitas tersebut sulit untuk dilakukan, karena hal ini menyangkut peraturan
daerah. Apabila UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil
Hutan ingin menambah fasilitas baru, maka UPT tersebut harus mengajukan
pembuatan fasilitas baru dengan peraturan daerah yang baru, hal ini akan
memakan waktu yang cukup lama untuk menambah fasilitas baru.
Kempat, tidak adanya sanksi yang diberlakukan apabila wajib retribusi
telat membayar retribusi yang telah dibebankan. Terdapat pengenaan sanksi
berdasarkan Peraturan Gubernur No. 126 Tahun 2006 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pemungutan Retribusi Daerah yaitu sebesar 2%. Wajib retribusi yang
melakukan penunggakan pembayaran retribusi akan dikenakan denda atau sanksi
sebesar 2% dari beban yang seharusnya mereka bayar. Namun peraturan tersebut
tidak dilakukan oleh UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil
Hutan. Hal ini dikarenakan atas dasar manusiawi, selain itu apabila wajib retribusi
yang mendapat denda tetap harus membayar denda yang telah dibebankan,
terdapat kekhawatiran jika mereka tidak akan menggunakan fasilitas lagi, yang
pada akhirnya dapat mempengaruhi pendapatan UPT.
Dengan permasalahan-permasalahan yang telah dikemukakan di atas,
maka peneliti tertarik meneliti “Implementasi Strategi Peningkatan
Pendapatan Di UPT Pusat Promosi Dan Pemasaran Hasil Pertanian Dan
Hasil Hutan Jakarta Barat”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil observasi di UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil
Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat, diketahui terdapat beberapa masalah,
yaitu sebagai berikut:
1. Kurangnya kesadaran wajib retribusi dalam melaksanakan kewajibannya
dalam membayar retribusi.
2. Penarikan retribusi dilakukan oleh pihak luar bukan dilakukan oleh UPT.
3. Kesulitan menambah fasilitas baru yang dapat menambah pendapatan UPT
Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan.
4. UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan tidak
melakukan pengenaan sanksi terhadap wajib retribusi yang tidak
memenuhi kewajibannya.
1.3 Batasan Masalah dan Rumusan Masalah
1.3.1 Batasan Masalah
Mengingat adanya keterbatasan waktu, dana, dan pikiran, maka penulis
hanya membatasi penelitian ini pada implementasi strategi peningkatan
pendapatan di UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil
Hutan Jakarta Barat.
1.3.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang dikemukakan di atas, peneliti menyadari bahwa
ada banyak faktor yang saling berkaitan yang juga mempengaruhi munculnya
masalah diatas. Oleh karena itu penulis akan membatasi ruang lingkup kajian
dengan memfokuskan perhatian pada Implementasi Strategi UPT Pusat Promosi
dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat dalam
meningkatkan pendapatannya. Dengan demikian perumusan masalah yang
berkaitan dengan fokus tersebut adalah:
Seberapa besar implementasi strategi peningkatan pendapatan di UPT Pusat
Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat?
1.4 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang ada, maka tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar implementasi strategi
peningkatan pendapatan di UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian
dan Hasil Hutan Jakarta Barat.
1.5 Manfaat Penelitian
Dengan adanya hasil yang dapat diperoleh dari penelitian ini, maka
penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Manfaat Secara Teoritis, antara lain:
Diharapkan dapat memngembangkan teori yang ada, atau yang
diperoleh selama perkuliahan serta dapat dijadikan pemahaman untuk
penelitian selanjutnya. Juga untuk meningkatkan kualitas belajar,
memberikan pengetahuan dan pengantar wawasan yang luas bagi
mahasiswa, khususnya mahasiswa FISIP Ilmu Administrasi Negara.
2. Manfaat Secara Praktis, antara lain:
Sebagai bahan masukan atau sumbangan pemikiran kepada UPT Pusat
Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat
dalam memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan strategi
peningkatan penerimaan pendapatan daerah.
1.6 Sistematika Penulisan
Penulisan ini dikelompokkan dalam 5 (lima) bab. Masing-masing bab
terdiri dari sub bab dan sub-sub bab, penjelasan secara umum dari bab-bab
tersebut diuraikan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan digambarkan latar belakang masalah, identifikasi
masalah dan batasan masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II DESKRIPSI TEORI
Pada bab ini akan menguraikan teori-teori yang berhubungan
dengan otonomi daerah, organisasi publik, manajemen sektor
publik, strategi, manajemen strategi, PAD, retribusi pemakaian
kekayaan daerah, kerangka berpikir, dan hipotesis.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini memberikan uraian mengenai rancangan penelitian
yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini, termasuk di
dalamnya teknik pengumpulan data.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai pembahasan tentang
penelitian yang telah dilakukan.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari uraian sebelumnya
mengenai implementasi strategi di UPT Pusat Promosi dan
Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat serta
beberapa saran dan manfaat bagi UPT tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
B A B I I
D E S K R I P S I T E O R I
2.1 Otonomi Daerah
Saat ini desentralisasi telah menjadi perhatian pokok dan menjadi
fenomena bagi negara-negara dunia, baik di negara-negara berkembang maupun
negara maju. Desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintah atau kepala
wilayah atau daerah tingkat atasnya kepada daerah menjadi urusan rumah
tangganya sendiri (Widjaja, 1998: 5). Desentralisasi mengandung dua unsur
pokok. Pertama, terbentuknya daerah otonom dan otonomi daerah. Kedua,
penyerahan sejumlah fungsi pemerintahan kepada daerah otonom. Negara
Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas desentralisasi dalam
menyelenggarakan pemerintahanannya dengan memberikan kesempatan dan
keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah bedasarkan
Undang-Undang No. 32 Tahun 2002.
Pengertian otonomi daerah menurut Franseen dalam Yuwono (2008: 14)
adalah hak untuk mengatur urusan-urusan daerah sekaligus menyesuaikan
peraturan-peraturan yang sudah dibuat dengannya. Adapun konsep dasar otonomi
derah adalah pemerintah pusat memberikan kewenangan yang luas kepada daerah
untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan daerah masing-masing
yang dilakukan oleh pemerintah daerah melalui produk hukum dan perudang-
undangan yang berlaku. Dengan kewenanggannya, daerah akan menjadi kreatif
untuk menciptakan kelebihan dan insentif kegiatan ekonomi pembangunan
daerah. Dengan demikian tuntutan masyarakat dapat diwujudkan secara nyata
dengan penerapan otonomi daerah luas dan kelangsungan pelayanan umum tidak
terabaikan, serta memelihara kesinambungan fiskal secara nasional (Widjaja,
2007: 2).
Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, prinsip-prinsip
pemberian otonomi pada daerah lebih dipertegas, yaitu:
1. Harus menunjang aspirasi perjuangan rakyat, yakni memperkokoh
Negara Kesatuan dan mempertinggi tingkat kesejahteraan rakyat.
2. Harus merupakan otonomi nyata dan bertanggung jawab.
3. Asas desentralisasi dilaksanakan bersama-sama dengan
dekonsentrasi dengan memberi kemungkinan pula bagi
pelaksanaan asas pembauran.
4. Pemberian otonomi pada daerah mengutamakan aspek keserasian
dengan tujuan di samping aspek pendemokrasian.
5. Tujuan pemberian otonomi kepada daerah adalah untuk
meningkatkan dayaguna dan hasilguna penyelengaraan pemerintah
daerah, terutama dalam pelaksanaan pembangunan dan pelayanan
tehadap masyarakat serta untuk meningkatkan pembinaan kesatuan
politik dan kesatuan bangsa.
Salah satu kriteria penting untuk mengetahui secara nyata kemampuan
daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya adalah kemampuananya
dalam bidang keuangannya. Pamudji dalam Kaho (2007: 138) menegaskan
bahwa:
Pemerintah daerah tidak akan dapat melaksanakan fungsinya dengan
efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan
dan pembangunan. Dan keuangan inilah yang merupakan salah-satu dasar
kriteria untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam
mengurus rumah tangganya sendiri.
Dari pendapat diatas terlihat bahwa untuk mengatur dan mengurus urusan
rumah tangganya, daerah membutuhkan biaya atau uang. Tanpa adanya biaya
yang cukup, maka bukan saja tidak mungkin bagi daerah untuk dapat
menyelenggarakan tugas kewajiban serta kewenangan dalam mengatur dan
mengurus rumah tangganya (Kaho, 2007: 139). Dengan desentralisasi maka suatu
daerah otonom dapat mengatur seluruh kegiatan yang mencakup dalam batas-
batas otonomi yang diserahkan kepadanya.
Dengan adanya otonomi daerah, diharapkan daerah akan lebih mandiri
dalam menentukan seluruh kegiatannya dan pemerintah pusat diharapkan tidak
terlalu aktif mengatur daerah. Pemerintah daerah diharapkan mampu memainkan
peranannya dalam membuka peluang memajukan daerah dengan melakukan
identifikasi potensi sumber-sumber pendapatannya dan mampu menetapkan
belanja daerah secara ekonomi yang wajar, efisien, efektif, termasuk kemampuan
perangkat daerah meningkatkan kinerja, mempertanggungjawabkan kepada
pemerintah atasannya maupun kepada publik atau masyarakat.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, maka penulis menyimpulkan
bahwa otonomi daerah adalah hak yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah untuk melaksanakan dan mengatur urusan rumah tangganya
sendiri melalui asas desentralisasi dengan batas-batas tertentu dan berpedoman
pada peraturan perudang-undangan yang telah ditentukan.
2.2 Manajemen Publik
Pada dasarnya kemampuan manusia itu terbatas (fisik, pengetahuan,
waktu, dan perhatian) sedangkan kebutuhannya tidak terbatas. Usaha untuk
memenuhi kebutuhan dan terbatasnya kemampuan dalam melakukan pekerjaan
mendorong manusia membagi pekerjaan, tugas, dan tanggung jawab. Dengan
adanya pembagian kerja, tugas, dan tanggung jawab ini maka terbentuklah kerja
sama dan keterikatan formal dalam suatu organisasi. Dengan adanya manajemen
dalam suatu organisasi maka pekerjaan berat dan sulit akan dapat diselesaikan
dengan baik serta tujuan yang diinginkan akan tercapai.
Menurut G.R. Terry dalam Hasibuan (2007: 2), Management is a distinct
processn consisting of planning, organizing, actuating, and controlling performed
to determine and accomplish stated objectives by the use of human being and
others resources.
Maksudnya adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-
tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang
dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah
ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber
lainnya. Sedangkan pengertian manajemen menurut H. Koontz & O’Donnel
dalam buku Handayaningrat (1994: 19) adalah Management involves getting
things done through and with people. Dalam definisi ini manajemen
dititikberatkan pada usaha memanfaatkan orang-orang lain dalam mencapai
tujuan.
Berdasarkan beberapa pengertian manajemen diatas, maka manajemen itu
merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan dengan
mengatur sumber daya yang dimiliki oleh suatu organisasi, agar lebih berdaya
guna, berhasil guna, terintegrasi, dan terkoordinasi dalam mencapai tujuan yang
optimal.
Manajemen diterapkan dalam setiap organisasi baik itu organisasi publik
maupun organisasi swasta. Bozeman dalam buku Handoko (2003: 8) berpendapat,
hanya beberapa organisasi yang bersifat kepemerintahan, tetapi seluruh organisasi
bersifat publik (kerakyatan). Studi manajemen publik umumnya mengarah pada
masalah-masalah kebijakan yang nyata dan diaplikasikan untuk meningkatkan
pelayanan publik.
Menurut Syafiie (1999: 51) membedakan manajemen publik dengan
manajemen swasta masih menjadi polemik dalam literatur organisasi dan
manajemen. Walaupun manajemen publik mempunyai warna pengabdian
masyarakat yang menonjol, namun manajemen juga memiliki warna pelayanan.
Jadi, kepublikan dipandang sebagai kunci dalam memahami perilaku organisasi
dan manajemen di semua organisasi, tidak hanya organisasi kepemerintahan.
Dari pengertian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penulis
menyimpulkan bahwa manajemen sektor publik adalah proses bagaimana sebuah
organisasi bersifat publik mengelola sumber daya yang dimilikinya dalam
mencapai tujuan yaitu memberikan pelayanan dan pemenuhan barang publik
untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan masyarakat.
2.3 Strategi
Kesuksesan sebuah organisasi tergantung dari strategi yang diterapkan.
Strategi berasal dari Yunani, yaitu stratogos atau strategis yang berarti jendral.
Strategi berarti seni para jendral. Jika diartikan dari sudut pandang militer, strategi
adalah cara menempatkan pasukan atau menyusun kekuatan tentara di medan
perang agar musuh dapat dikalahkan. Menurut William F. Glueck dan Lawarence
Jauch dalam Saladin (2003: 1) yang diartikan dengan strategi adalah sebuah
rencana yang disatukan, luas dan terintegrasi, yang menghubungkan keunggulan
strategi perusahaan dengn tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk
memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat diacapai melalui pelaksanaan
yang tepat oleh organisasi.
Stretegi adalah cara mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu.
Ia merupakan sebuah rencana permanen untuk sebuah kegiatan. Di dalamnya
biasanya termasuk formulasi tujuan dan kumpulan rencana kegiatan. Hal itu
mengindikasikan adanya upaya memperkuat daya saing pekerjaan bisnis dalam
mengelola organisasi dan mencegah pengaruh luar yang negatif pada kegiatan
organisasi dengan cara menganalisis kekuatan dan kelemahan dari lingkungan
eksternal maupun internal.
Strategi dapat disebut juga sebagai pernyataan apa yang harus dilakukan
organisasi untuk mencapai keberhasilan. Strategi ini didapatkan dari misi dan
hasil penilaian fondasi organisasi. Strategi ini menyatakan tindakan apa saja yang
harus dilakukan oleh organisasi untuk mencapai misi organisasi yang sesuai
dengan kekuatan dan kelemahan organisasi.
Strategi merupakan hal menetapkan arah kepada “manajemen” dalam arti
orang tentang sumber daya di dalam bisnis dan tentang bagaimana
mengidentifikasikan kondisi yang memberikan keuntungan terbaik untuk
membantu memenangkan persaingan di dalam pasar. Dengan kata lain, definisi
strategi mengandung dua komponen yaitu (Dirgantoro, 2007: 6):
1. Future Intentions atau tujuan jangka panjang. Hal ini diartikan
sebagai pengembangan wawasan jangka panjang dan menetapkan
komitmen untuk mencapainya.
2. Competitive Advantage atau keunggulan bersaing. Hal ini diartikan
sebagai pengembangan pemahaman yang dalam tentang pemilihan
pasar dan pelanggan atau customer oleh perusahaan yang juga
menunjukan kepada cara terbaik untuk mencapai tujuan akhir.
Sementara itu Michael Porter dalam buku David (2004: 62)
mengemukakan bahwa dengan strategi suatu organisasi memperoleh keunggulan
bersaing dari tiga macam dasar yang berbeda, yaitu:
1. Strategi keunggulan biaya. Strategi ini merupakan strategi
mengefisienkan seluruh biaya produksi sehingga menghasilkan
produk atau jasa yang bisa dijual lebih murah dibandingkan
pesaing. Strategi keunggulan yang sukses biasanya merasuk
keseluruh perusahaan atau orgaisasi, seperti efisiensi yang tinggi,
biaya administrasi yang rendah dan partisipasi pegawai dalam
pengendalian biaya.
2. Strategi diferensiasi. Strategi ini menawarkan beberapa tingkat
pembedaan artinya dengan memberikan penawaran yang berbeda
dibandingkan penawaran yang diberikan oleh kompetitor. Strategi
differensiasi mengisyaratkan perusahaan mempunyai jasa atau
produk yang mempunyai kualitas ataupun fungsi yang bisa
membedakan dirinya dengan pesaing sehingga dapat
mempromosikan reputasi yang baik.
3. Strategi fokus. Fokus berarti membuat produk dan menyediakan
jasa yang memenuhi keperluan kelompok kecil konsumen. Strategi
fokus biasanya dilakukan untuk produk ataupun jasa yang memang
mempunyai karakteristik khusus.
Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan, maka penulis menarik
kesimpulan bahwa strategi merupakan suatu rencana tindakan yang dirancang
untuk mencapai tujuan bukan hanya tujuan untuk jangka pendek, akan tetapi
jangka menengah dan jangka panjang. Dalam menyusun strategi, diperlukan
analisis terhadap lingkungan, baik lingkungan eksternal maupun internal dan
disertai keputusan dan pelaksanaan yang tepat agar tujuan dapat dicapai melalui
langkah-langkah yang tepat.
2.3.1 Tipe-Tipe Strategi
Terdapat empat tipe-tipe strategi yang dikemukakan oleh Salusu (1996:
104), yaitu sebagai berikut:
1. Corpoorate Strategy (Strategi Organisasi). Strategi ini berkaitan
dengan perumusan misi, tujuan, nilai-nilai, dan inisiatif-inisiatif
stratejik yang baru. Pemabatasan-pembatasan diperlukan, yaitu apa
yang dilakukan dan untuk siapa.
2. Program Strategy (Strategi Program). Strategi ini lebih memberi
perhatian pada implikasi-implikasi stratejik dari suatu program
tertentu. Apa kira-kira dampaknya apabila suatu program tertentu
dilancarkan atau diperkenalkan, apa dampaknya bagi sasaran
organisasi.
3. Resource Support Strategy (Strategi Pendukung Sumber Data).
Strategi sumber daya ini memusatkan perhatian pada
memaksimalkan pemanfaatan sumber-sumber esensial yang
tersedia guna meningkatkan kualitas kinerja organisasi. Sumber
daya itu dapat berupa tenaga, keuangan, teknologi, dan sebagainya.
4. Institutional Strategy (Strategi Kelembagaan). Fokus dari strategi
institusional ialah mengembangkan kemampuan organisasi untuk
melaksanakan inisiatif-inisiatif stratejik.
Sementara itu Gregory G. Dess dan Alex Miller dalam Saladin (2003: 2),
membagi strategi dalam dua bentuk, yaitu sebagai berikut:
1. Strategi yang dikehendaki (intendded strategic) yang terdiri dari tiga
elemen, diantaranya:
a. Sasaran-sasaran (goals), yaitu apa yang ingin dicapai organisasi.
b. Kebijakan (policies), merupakan garis pedoman untuk bertindak,
bagaimana sebuah organisasi mencapai sasaran-sasaran tersebut.
c. Rencana-rencana (plans), merupakan suatu pernyataan dari tindakan
seseorang manajer organisasi terhadap apa yang diharapkan akan
terjadi.
2. Strategi yang direalisasikan (realized strategic) merupakan apa yang
dicapai atau apa yang telah terwujud.
Dengan tipe-tipe strategi maka akan mempermudah suatu organisasi untuk
menentukan cara mereka agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan
menganalisa lingkungan baik itu lingkungan eksternal maupun internal.
2.4 Manajemen Strategi
Manajemen strategi dapat didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan
untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan lintas
fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai obyektifnya (David, 2004:
5). Seperti yang tersirat dalam definisi, fokus manajemen strategis terletak pada
memadukan manajemen, pemasaran, keuangan/akunting, produksi/operasi,
penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi komputer untuk mencapai
keberhasilan organisasi.
Manajemen strategi mengintegrasikan antara perencanaan strategik dengan
upaya yang bersifat selalu meningkatkan kualitas organisasi, efisiensi anggaran,
optimalisasi penggunaan sumberdaya organisasi, evaluasi program, pemantauan
dan penilaian kinerja serta pelaporan kinerja. Dengan menerapkan manajemen
strategi maka manajemen suatu organisasi akan lebih peka terhadap ancaman
yang datang dari luar organisasi. Manajemen strategi memiliki peran yang
signifikan dalam membantu organisasi dalam mencapai tujuannya. Manajemen
strategi berfungsi sebagai sarana untuk mengkomunikasikan tujuan perusahaan
dan jalan yang hendak ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut kepada pemilik,
eksekutif, karyawan, dan pihak lain yang berkepentingan.
Manajemen strategis adalah sekelompok keputusan dan tindakan
manajerial yang menentukan kinerja jangka panjang organisasi (Robbin, 2002:
196). Manajemen strategis mencakup semua dasar fungsi manajemen yaitu
strategi organisasi harus direncanakan, diorganisasi, dilaksanakan, dan
dikendalikan.
Pengertian manajemen strategi menurut William F. Glueck dan Lawarence
R. Jauch dalam Saladin (2003: 4) adalah, strategic management is a stream of
decisions and actions which leads to development of an affective strategy or
strategies to help achieve objectives, the strategy management process is the way
in which strategic determine objectives and make strategic decisions.
Maksudnya adalah arus keputusan dan tindakan yang mengarah pada
perkembangan suatu strategi atau strategi-strategi yang efektif untuk membantu
mencapai sasaran perusahaan. Proses manajemen strategi ialah suatu cara dengan
jalan bagaimana para perencana strategi menentukan sasaran untuk membuat
kesimpulan strategi.
Manajemen srategi telah berkembang di luar organisasi bisnis pencari laba
yang diantaranya dapat mencakup lembaga pemerintahan, rumah sakit, dan
organisasi nirlaba lainnya. Manajemen strategi sangat dibutuhkan oleh suatu
organisasi baik itu yang bersifat profit maupun non-profit atau pun organisasi
publik karena dapat memberikan beberapa manfaat. Greenley dalam David (2004:
19) menyatakan bahwa manajemen strategi menawarkan beberapa manfaat,
diantaranya:
1. Memungkinkan mengenali, menetapkan prioritas, dan
memanfaatkan berbagai peluang.
2. Menyediakan pandangan obyektif mengenai masalah
manajemen.
3. Menjadi kerangka kerja untuk memperbaiki koordinasi dan
pengendalian aktivitas.
4. Meminimalkan pengaruh kondisi dan perubahan yang
merugikan.
5. Memungkinkan keputusan utama yang lebih baik mendukung
sasaran yang telah ditetapkan.
6. Memungkinkan alokasi waktu dan sumber daya yang lebih efektif
untuk mengenali peluang.
7. Memungkinkan sumber daya yang lebih kecil dan waktu lebih
sedikit dicurahkan untuk mengoreksi kesalahan atau keputusan.
8. Menciptakan kerangka kerja untuk komunikasi internal di antara
staf.
9. Membantu memadukan tingkah laku individual menjadi usaha
total.
10. Menyediakan dasar untuk penjelasan tanggung jawab individu.
11. Memberikan dorongan untuk pemikiran ke depan.
12. Menyediakan pendekatan kerja sama, terpadu, dan antusias dalam
menangani berbagai masalah dan peluang.
13. Mendorong sikap yang menerima perubahan.
14. Memberikan tingkat disiplin dan formalitas yang tepat pada
manajemen dari suatu bisnis.
Manajemen stratejik tidak hanya digunakan pada sektor swasta tetapi juga
sudah diterapkan organisasi sektor publik. Penerapan manajemen stratejik pada
kedua jenis institusi tersebut tidaklah jauh berbeda, hanya pada organisasi sektor
publik tidak menekankan tujuan organisasi pada pencarian laba tetapi lebih pada
pelayanan. Penerapan manajemen strategik pada organisasi sektor publik
memberikan beberapa manfaat, dalam Salusu (1996: 494) terdapat beberapa
manfaat dari manajemen strategi yang diterapkan di sektor publik, diantaranya
sebagai berikut:
1. Identifikasi Peluang. Dengan manajemen strategi, organisasi
dimungkinkan untuk mengidentifikasi peluang-peluang dalam
lingkungan eksternal dan sekaligus memanfaatkannya. Ancaman
dari lingkungan dapat dihindari seminimal mungkin dengan
menggunakan kekuatan yang dimiliki organisasi. Dengan peluang
dan kekuatan, organisasi dapat memperbaiki kelemahan-
kelemahannya.
2. Semangat Korps. Dalam lingkungan organisasi, manajemen strategi
mampu menciptakan sinergi dan l’esprit de corps, yaitu semangat
korps yang penuh integritas sehingga dapat melincinkan jalan
menuju organisasi. Semangat itu diharapkan dapat menimbulkan
produktivitas mereka.
3. Perubahan-Perubahan Strategi. Apabila terdapat perubahan-
perubahan yang harus dilakukan, maka organisasi tersebut perlu
menyesuaikan arah perjalanan organisasi dengan misi dan tujuan
yang ingin dicapai. Pada saat itulah manajemen strategi diperlukan.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, maka penulis menyimpulkan
bahwa manajemen strategi adalah seni penyusunan penetapan seluruh kegiatan
organisasi beradasarkan strategi yang telah ditetapkan dengan memperhatikan
berbagai peluang yang ada disertai dengan kerjasama tiap anggota dalam suatu
organisasi agar kegiatan organisasi dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien
sehingga tujuan organisasi dapat dicapai.
2.4.1 Proses Manajemen Strategi
Proses manajemen strategi akan memberikan hasil keputusan terbaik
dikarenakan interaksi kelompok mengumpulkan berbagai strategi. Terdapat
beberapa proses manajemen strategi yang dikemukakan oleh David (2004: 5)
dalam bukunya yang terdiri dari tiga tahap, diantaranya sebagai berikut:
1. Perumusan Strategi
Perumusan strategi merupakan kegiatan yang termasuk
mengembangkan misi bisnis, mengenali peluang dan ancaman
eksternal perusahaan, menetapkan kekuatan dan kelemahan internal,
menetapkan obyektif jangka panjang, menghasilkan strategi alternatif,
dan memilih strategi tertentu untuk dilaksanakan. Tidak ada organisasi
yang mempunyai sumberdaya yang tidak terbatas, ahli strategi harus
memutuskan strategi alternatif mana yang akan memberi keuntungan
terbesar kepada perusahaan. Keputusan perumusan strategi mengikat
suatu organisasi pada produk, pasar, sumberdaya, dan teknologi
spesifik selama periode waktu tertentu. Strategi menetapkan
keunggulan bersaing jangka panjang. Apa pun yang akan terjadi,
keputusan strategis mempunyai konsekuensi berbagai fungsi utama
dan pengaruh jangka panjang pada suatu organisasi.
2. Implementasi Strategi
Implementasi strategi menuntut perusahaan untuk menetapkan
obyektif tahunan, memperlengkapi dengan kebijakan, memotivasi
karyawan, dan mengalokasikan sumberdaya sehingga strategi yang
dirumuskan dapat dilaksanakan. Implementasi strategi termasuk
menciptakan struktur organisasi yang efektif, mengubah arah usaha
pemasaran, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan
memanfaatkan sistem informasi, dan menghubungkan kompendasi
karyawan dengan prestasi organisasi.
Implementasi strategi disebut tahap tindakan manajemen
strategis. Strategi implementasi berarti memobilisasi karyawan dan
manajer untuk mengubah strategi yang dirumuskan menjadi tindakan.
Sering dianggap sebagai tahap yang paling sulit dalam manajemen
strategi, karena memerlukan disiplin pribadi, komitmen, dan
pengorbanan. Keberhasilan implementasi strategi tergantung pada
kemampuan manajer untuk memotivasi karyawan yang lebih
merupakan seni ketimbang pengetahuan.
3. Evaluasi Strategi
Evaluasi strategi adalah tahap akhir dalam manajemen
strategis. Tiga macam aktivitas mendasar untuk mengevaluasi strategi
adalah:
a. Meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar
strategi.
b. Mengukur prestasi.
c. Mengambil tindakan korektif.
Selain itu Hunger dan Wheelen juga mengemukakan proses manajemen
strategi (Hunger, 2003: 300), yaitu:
1. Tahap pengamatan lingkungan. Tahap ini merupakan dimana pimpinan
perlu menyadari bahwa organisasi selalu beriteraksi dengan
lingkungannya. Perjalanan organisasi dipengaruhi oleh suatu peristiwa,
perkembangan, dan perubahan yang terjadi pada lingkungannya.
Perubahan tersebut bisa berasal dari luar organisasi (eksternal) maupun
dari dalam organisasi (internal). Faktor eksternal terdiri dari
opportunities (kesempatan) dan threaths (ancaman), sedangkan faktor
internal terdiri dari strengths (kekuatan) dan weaknesses (kelemahan).
2. Tahap perumusan strategi. Yaitu tahap pengambilan keputusan
mengenai alternatif strategi yang akan dipilih oleh organisasi. Strategi
yang dipilih merupakan hasil dari pengamatan lingkungan yang telah
dilakukan sebelumnya. Perumusan strategi dapat dilakukan dengan
menggunakan analisis SWOT (strenghts, weaknesses, opportunities,
dan threats). SWOT merupakan alat analisis untuk menciptakan
sebuah strategi dengan memaksimalkan faktor kekuatan,
memanfaatkan faktor peluang, dan mengurangi faktor kelemahan.
3. Tahap implementasi strategi. Yaitu tahap pelaksanaan strategi yang
telah dirumuskan atau direncanakan. Implementasi strategi merupakan
proses dimana manajemen mewujudkan strategi dan kebijakan melalui
pengembangan program, anggaran, dan prosedur.
4. Tahap evaluasi atau pengendalian. Yaitu proses membandingkan
kinerja dan hasil yang diinginkan dan memberikan umpan balik yang
diperlukan bagi pihak manajemen untuk mengevaluasi hasil-hasil yang
diperoleh dan mengambil tindakan perbaikan bila diperlukan.
Proses manajemen strategi akan memberikan hasil keputusan terbaik
dikarenakan interaksi kelompok mengumpulkan berbagai strategi yang lebih
besar. Keterlibatan karyawan di dalam formulasi strategi akan dapat memperbaiki
pengertian mereka atas penghargaan produktivitas di dalam setiap perencanaan
strategi dan dengan demikian dapat mempertinggi motivasi kerja mereka.
2.4.2 Implementasi Strategi
Implementasi strategi merupakan proses yang menentukan apakah sebuah
strategi berhasil atau tidak. Perumusan strategi yang sukses tidak menjamin
implementasi strategi yang sukses. Implementasi strategi menuntut organisasi
memotivasi pegawai dan mengalokasikan sumber daya sehingga strategi dapat
dilaksanakan. Menurut Mc Kinsey terdapat tujuh komponen yang dapat menjamin
pelaksanaan strategi dengan baik yaitu, strategi (strategy), stuktur (structure),
sistem (system), budaya (share value), keahlian (skill), gaya kepemimpinan
(style), dan staff (Hunger, 2003: 300).
Struktur adalah cara berbagai keghiatan diorganisasikan. Kepemimpinan
adalah kebutuhan untuk menetapkan gaya yang efektif disamping staf dan
keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan strategi. Kultur menciptakan
norma-norma perilaku individu dan warna organisasi. Sistem yaitu imbalan atas
kinrja atau prestasi di samping juga untuk memantau dan mengendalikan tindakan
organisasi.
Setelah strategi dirancang, kerangka 7 S Mc Kinsey menyarankan agar
pimpinan memusatkan perhatian pada enam komponen untuk memastikan
pelaksanaan yang efektif yaitu struktur, sistem, kultur, keterampilan, gaya
kepemimpinan, dan staff. Strategi yang dipilih harus dapat dilaksanakan secara
konsisten dan untuk itu perlu dibangun suatu struktur organisasi yang cocok,
anggaran yang memadai, sistem yang jelas dan kemampuan pengelolaannya.
Faktor lainnya adalah budaya organisasi. Budaya organisasi yang baik akan
menciptakan nilai dan standar etika yang baik, sehingga menciptakan lingkungan
kerja yang kondusif.
2.5 Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu modal dasar
pemerintah daerah dalam mendapatlan dana pembangunan dan memenuhi belanja
daerah. PAD adalah usaha daerah guna memperkecil ketergantungan dalma
mendapatkan dana dari pemerintah tingkat atas. Di dalam penjelasan atas Undang-
Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah yang dimaksud dengan PAD adalah penerimaan
yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang
dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Sumber pendapatan pemerintah daerah relatif terprediksi dan lebih stabil
sebab pendapatan tersebut diatur oleh undang-undang dan peraturan daerah.
Dengan payung hukum maka pemerintah berhak memungut pajak daerah dan
retribusi yang bersifat mengikat dan dapat dipaksakan.
Sumber pendapatan daerah pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu sebagai berikut (Mahmudi, 2010: 16):
1. Sumber pendapatan yang saat ini ada dan sudah ditetapkan dengan
peraturan perundangan.
2. Sumber pendapatan dimasa datang yang masih potensial atau
tersembunyi dan baru akan diperoleh apabila sudah dilakukan
upaya-upaya tertentu.
Pendapatan Asli Daerah terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, bagian
laba pengelolaan aset daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah. Salah
satu tujuan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal adalah untuk
meningkatakan kemandirian daerah dan mengurangi ketergantungan fiskal
terhadap pemerintah pusat. Peningkatan kemandirian daerah sangat erat kaitannya
dengan kemampuan daerah dalam mengelola PAD. Semakin tinggi kemampuan
daerah dalam menghasilkan PAD, maka semakin besar pula dikersi daerah untuk
menggunakan PAD tersebut sesuai dengan aspirasi, kebutuhan, dan prioritas
pembangunan daerah.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, maka penulis menyimpulkan
bahwa Pendapatan Asli Daerah adalah sumber pendapatan yang diterima di suatu
daerah otonom berdasarkan peraturan daerah dengan tujuan memperkecil
ketergantungan dari pemerintah dalam hal mengatur urusan rumah tangganya
sendiri khususnya dalam bidang keuangan.
2.5.1 Retribusi Daerah
Pengertian retribusi secara umum dalam Kaho (2007: 170) adalah
pembayaran-pembayaran pada negara yang dilakukan oleh mereka yang
menggunakan jasa-jasa negara atau merupakan iuran kepada pemerintah yang
dapat dipaksakan dan jasa balik secara langsung dapat ditunjuk. Paksaan disini
bersifat ekonomis karena siapa saja yang tidak merasakan jasa balik dari
pemerintah, dia tidak dikenakan iuran tersebut. Terdapat ciri-ciri mendasar dari
retribusi dalam Kaho (2007: 170), yaitu:
1. Dipungut oleh negara.
2. Dalam pemungutan terdapat paksaan secara ekonomis.
3. Adanya kontrprestasi yang secara langsung dapat ditunjuk.
4. Retribusi dkenakan pada tiap orang atau badan yang menggunakan
atau mengenyam jasa-jasa yang disiapkan negara.
Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di Indonesia saat ini
penarikan retribusi hanya dapat dipungut oleh pemerintah daerah. Jadi, retribusi
yang dipungut di Indonesia saat ini adalah retribusi daerah. Retribusi daerah
adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu
yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan (Suparmoko, 2002: 85). Jasa yang
dimaksud adalah kegiatan pemerintah daerah berupa usaha dan pelayanan yang
menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya, dapat dinikmati oleh
orang pribadi atau badan.
Dalam istilah asing retribusi disebut sebagai user charge, user fees, atau
charging for service. Retribusi daerah merupakan pungutan yang dilakukan oleh
pemerintah daerah pada wajib retribusi atas pemanfaatan suatu jasa tertentu yang
disediakan pemerintah (Mahmudi, 2010: 25). Jadi dalam retribusi terdapat
imbalan (kontraprestasi) langsung yang dapat dinikmati pembayar retribusi.
Beberapa ciri-ciri yang melekat pada retribusi daerah adalah sebagai
berikut (Siahaan, 2005: 7):
1. Retribusi merupakan pungutan yang dipungut berdasarkan undang-
undang dan peraturan daerah yang berkenaan.
2. Hasil penerimaan retribusi masuk ke kas pemerintah daerah.
3. Pihak yang membayar retribusi mendapatkan kontraprestasi secara
langsung dari pemerintah daerah atas pembayaran yang
dilakukannya.
4. Retribusi terutang apabila ada jasa yang diselenggarakan oleh
pemerintah daerah yang dinikmati oleh orang atau badan.
5. Sanksi yang dikenakan pada retribusi adalah sanksi secara
ekonomis, yaitu jika tidak membayar retribusi, tidak akan
memperoleh jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah.
Jenis retribusi daerah dibagi menjadi tiga golongan, yaitu sebagai berikut
(Mardiasmo, 2003: 101):
1. Retribusi Jasa Umum
a. Retribusi Pelayanan Kesehatan
b. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan
Akte Catatan Sipil
d. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat
e. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum
f. Retribusi Pelayanan Pasar
g. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
h. Retribusi Pemerikasaan Alat Pemadam Kebakaran
i. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
j. Retribusi Pengujian Kapal Perikanan
2. Retribusi Jasa Usaha
a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
b. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan
c. Retribusi Tempat Pelelangan
d. Retribusi Terminal
e. Retribusi Tempak Khusus Parkir
f. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa
g. Retribusi Penyedotan Kakus
h. Retribusi Rumah Potong Hewan
i. Retribusi Pelayanan Pelabuhan Kapal
j. Retribusi Rekreasi dan Tempat Olahraga
k. Retribusi Penyebarangan di Atas Air
l. Retribusi Pengolahan Limbah Air
m. Retribusi Penjualan Produksi Daerah
3. Retribusi Perizinan Tertentu
a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
b. Retribusi Tempat Penjualan Minuman Beralkohol
c. Retribusi Izin Gangguan
d. Retribusi Izin Trayek
Setiap jenis retribusi daerah yang diberlakukan di Indonesia harus
berdasarkan hukum yang kuat untuk menjamin kelancaran pengenaan dan
pemungutannya. Dasar hukum yang memuat peraturan tentang retribusi daerah
adalah sebagai berikut (Siahaan, 2005: 41):
1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, yang diundangkan di Jakarta dan mulai berlaku
pada tanggal diundangkan, yaitu 23 Mei 1997.
2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, yang diundangkan di Jakarta dan mulai berlaku
pada tanggal diundangkan, yaitu 20 Desember 2000.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 tentang Retribusi
Daerah, yang diundangkan di Jakarta dan mulai berlaku pada
tanggal diundangkan, yaitu 4 Juli 1997.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi
Daerah, yang diundangkan di Jakarta dan mulai berlaku pada
tanggal diunangkan, yaitu 13 September 2001.
5. Keputusan Presiden, Keputusan Menteri Dalam Negeri, Keputusan
Menteri Keuangan, peraturan daerah provinsi, dan peraturan daerah
kabupaten/kota di bidang retribusi daerah.
Retribusi daerah yang merupakan pungutan yang dilakukan pemerintah
daerah kepada masyarakat sebagai kontraprestasi atas jasa dan/atau barang yang
disediakan oleh pemerintah daerah, berdasarkan sifatnya dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu (Siahaan, 2005: 11):
1. Sifat Pemungutannya. Dilihat dari sifat pemungutannya hanya berlaku
untuk orang tertentu yaitu bagi yang menikmati jasa pemerintah yang
dapat ditunjuk, yang merupakan timbal balik atas jasa atau barang
yang telah disediakan oleh pemerintah setempat.
2. Sifat Paksaannya. Pemungutan retribusi yang berdasarkan atas
peraturan-peraturan yang berlaku umum dan dalam pelaksanaannya
dapat dipaksakan, yaitu barang siapa yang ingin mendapatkan suatu
prestasi tertentu dari pemerintah, maka harus membayar retribusi. Jadi
sifat paksaan pada retribusi daerah bersifat ekonomi sehingga pada
hakikatnya diserahkan pada pihak yang bersangkutan untuk membayar
atau tidak.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, maka penulis menyimpulkan
bahwa retribusi daerah adalah salah satu sumber pendapatan daerah berupa
pungutan atas pemanfaatan suatu jasa tertentu dengan timbal balik yang dapat
diterima langsung dan dipunggut oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan
daerah yang telah ditetapkan.
2.5.2 Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
Kekayaan daerah dapat disebut juga sebagai aset daerah yang merupakan
semua kekayaan daerah yang dimiliki maupun yang dikuasai pemerintah daerah,
yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya
yang sah, misalnya sumbangan, hadiah, donasi, wakaf, hibah, swadaya, kewajiban
pihak ketiga, dan sebagainya. Secara umum aset daerah dapat dikategorikan
menjadi dua bentuk, yaitu (Mahmudi, 2010: 146):
1. Aset keuangan, meliputi kas dan setara kas, piutang, serta surat
berharga baik berupa investasi jangka pendek maupun jangka
panjang.
2. Aset nonkeuangan, meliputi aset tetap, aset lainnya, dan
persediaan.
Jika dilihat dari penggunaannya, aset daerah dapat dikategorikan menjadi
tiga, yaitu sebagai berikut (Mahmudi, 2010: 146):
1. Aset daerah yang digunakan untuk operasi pemerintah daerah.
2. Aset daerah yang digunakan masyarakat dalam rangka pelayanan
publik.
3. Aset daerah yang tidak digunakan untuk pemerintah maupun publik.
Berdasarkan beberapa pengertian aset daerah yang telah dipaparkan diatas
maka retribusi pemakaian kekayaan daerah merupakan retribusi yang berjenis
retribusi jasa usaha. Retribusi jasa usaha adalah retribusi atau jasa yang disediakan
oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya
dapat pula disediakan oleh sektor swasta (Siahaan, 2005: 441). Sedangkan yang
dimaksud dengan retribusi pemakaian kekayaan daerah dalam peraturan
pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 Pasal 3 ayat 2 adalah pelayanan pemakaian
kekayaan daerah, antara lain pemakaian tanah dan bangunan, pemakaian ruangan
untuk pesta, pemakaian kendaraan/alat-alat berat/alat-alat besar milik daerah.
Tidak termasuk dalam pengertian pelayanan pemakaian kekayaan daerah adalah
penggunaan tanah yang tidak mengubah fungsi dan tanah tersebut, seperti
pemancang tiang listrik/telepon maupun penanaman/pembentangan kabel
listrik/telepon di pinggir jalan umum.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam melakukan pungutan terhadap
retribusi pemakaian kekayaan daerah menggunakan pedoman Peraturan Daerah
No.1 tahun 2001 tentang Retribusi Daerah. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan persetujuan DPRD melaksanakan
pungutan retribusi pemakaian kekayaan daerah dengan menggunakan dasar
hukum sebagai berikut:
1. Undang-Undang No. 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
2. Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 2001 tentang Retribusi
Daerah.
3. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 126 tahun 2006
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Retribusi Daerah.
4. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 87 tahun 2009
tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kelautan dan Pertanian.
Pemakaian kekayaan daerah adalah dimana masyarakat diberikan fasilitas
dalam berbagai bentuk baik alat maupun gedung sesuai dengan peraturan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Pemunggutan dari penggunaan pemakaian kekayaan
daerah ini dinamakan retribusi pemakaian kekayaan daerah.
Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa retribusi pemakaian
kekayaan daerah adalah pungutan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah kepada
setiap orang/badan yang memanfaatkan fasilitas kekayaan daerah sebagai
kontrasprestasi atas segala fasilitas yang diperoleh.
2.6 Kerangka Berpikir
Pemerintah daerah dalam menjalankan tugasnya memerlukan anggaran
yang disebut dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) salah
satu sumber dari pendapatan daerah yang memberikan kontribusi besar terhadap
APBD adalah retribusi daerah yang berjenis retribusi pemakaian kekayaan daerah
yang pemungutannya dilakukan oleh UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil
Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat.
Pada hakekatnya UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan
Hasil Hutan Jakarta Barat sebagai organisasi pemerintah yang menyelenggarakan
pemungutan retribusi, mempunyai kewajiban untuk menciptakan dan
meningkatkan kepatuhan membayar retribusi sebagai wajib retribusi, sehingga
diharapkan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah untuk membiayai
penyelenggaraan dan pembangunan daerah.
Untuk mengukur apakah pemungutan retribusi pemakaian kekayaan
daerah berlangsung efektif, maka dapat ditentukan dengan mengetahui bagaimana
strategi UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan
dalam meningkatkan retribusi pemakaian kekayaan daerah. Berikut ini akan
digambarkan alur berpikir penulis dalam melakukan penelitian.
Gambar 1.1
Kerangka Berpikir
1. Organisasi:
a. Perumusan Nilai
b. Tujuan
c. Nilai-Nilai
d. Inisiatif-Inisiatif
2. Program:
a. Peningkatan
Sumber Daya
Informasi
b. Penyempurnaan
administrasi
c. Pengawasan
organisasi
d. Peningkatan
potensi wajib
retribusi
e. Penyuluhan
wajib retribusi
3. Pendukung
Sumber Data:
a. Tenaga
b. Keuangan
c. Teknologi
4. Kelembagaan:
a. Pengembangan
kemampuan
organisasi
- Pelatihan
- Pendidikan
b. Kerjasama
Salusu (1996: 104)
Strategi
Peningkatan
Pendapatan
Peningkatan
Pendapatan UPT
Pusat Promosi Dan
Pemasaran Hasil
Pertanian Dan
Hasil Hutan
Jakarta Barat
Berdasarkan gambar kerangka berpikir di atas, maka Implementasi
Strategi Peningkatan Pendapatan UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil
Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat dapat diukur dengan beberapa indikator
dari Salusu. Penggunaan teori tersebut didasarkan pada hal-hal berikut:
Pertama, strategi organisasi. Organisasi merupakan suatu wadah
sekumpulan orang-orang untuk mencapai tujuan dengan mengetahui pembatasan-
pembatasan yang diperlukan, yaitu apa yang dilakukan dan untuk siapa. Oleh
karena itu suatu organisasi memerlukan suatu strategi karena strategi dipandang
sebagai suatu keputusan yang benar dan mengarah pada ketepatan dan keakuratan
dalam memecahkan permasalahan. Strategi dalam organisasi publik dibutuhkan
untuk dapat mengembangkan nilai-nilai organisasi dan meningkatkan kemampuan
manajerial. Kedua, strategi program. Setiap organisasi mempunyai program untuk
mencapai tujuannya, program tersebut dapat berupa kegiatan-kegiatan suatu
organisasi agar strategi organisasi dapat dilaksanakan. Ketiga, strategi pendukung
sumber data. Sumber data sangat berguna bagi suatu organisasi dalam mencapai
tujuannya. Suatu organisasi dapat melaksanakan strateginya apabila organisasi
tersebut dapat memaksimalkan pemanfaatan sumber daya esensialnya. Keempat,
strategi kelembagaan. Kerjasama sama sangat dibutuhkan agar strategi yang sudah
diterapkan oleh suatu organisasi dapat berhasil, baik itu kerjasama antar pegawai
dalam organisasi tersebut maupun kerjasama dengan pihak luar atau lembaga lain.
Keempat faktor diatas dapat mengukur seberapa besar implementasi
strategi yang diterapkan dalam peningkatan pendapatan di UPT Pusat Promosi
dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat. Meskipun strategi
yang terdapat UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan
Jakarta Barat hanya berkaitan dengan program yang telah ditetapkan atau
dilaksanakan namun ada beberapa hal yang juga mempengaruhi strategi program
yang pada akhirnya dapat mempengaruhi pendapatan UPT diantaranya adalah
strategi organisasi, strategi pendukung sumber data, dan strategi kelembagaan.
Strategi organisasi sangat berpengaruh dalam organisasi karena dalam terdapat
perumusan visi, misi, dan tujuan organisasi yang dapat mempengaruhi
pembentukkan strategi yang diterapkan dalam organisasi tersebut dan dapat
mempengaruhi pembentukkan program maupun strategi pada suatu organisasi.
Strategi pendukung sumber data dapat mempengaruhi implementasi strategi di
organisasi, karena didalamnya terdapat tenaga, keuangan, dan teknologi. Tenaga
merupakan pegawai yang membentuk strategi yang menjadi sumber ide
terbentuknya suatu strategi, untuk mewujudkan strategi tersebut dibutuhkan
anggaran untuk melaksanakan strategi atau program yang telah dibuat dan untuk
mendukung kegiatan strategi tersebut dibutuhkan teknologi yang mendukung agar
strategi tersebut dapat dilaksanakan secara maksimal, efektif dan efisien. Strategi
kelembagaan juga dapat mempengaruhi implementasi strategi di suatu organisasi,
hal ini dikarenakan terdapat kejasama dalam antar lembaga dan pengembangan
kemampuan organisasi dalam suatu organisasi yang dapat meningkatkan
kemampuan pegawai yang karena apabila suatu organisasi menjalin kerjasama
dengan lembaga lain, maka strategi yang telah ditetapkan sebelumnya dapat
dicapai sehingga pada akhirnya dapat mempengaruhi pendapatan UPT.
2.7 Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara atau jawaban sementara atas
permasalahan penelitian yang memerlukan data untuk menguji kebenaran dugaan
tersebut (Kountur, 2009: 89). Karena sifatnya yang masih sementara, maka perlu
dibuktikan kebenarannya melalui data empirik yang terkumpul. Karena penelitian
ini menggunakan variabel mandiri yang tidak membandingkan dan tidak memiliki
hubungan pengaruh dan dipengaruhi dengan variabel lain, maka hipotesis yang
digunakan merupakan jawaban sementara terhadap masalah deskriptif.
Tabel 2.1
Hasil Retribusi
Tahun Target Realisasi Perhitungan
2009 RP 795.963.000 Rp 450.536.552 450.536.552
795.963.000 𝑥 100 = 55.6%
2010 Rp 820.505.000 Rp 441.204.919 441.704.919
820.505.000 𝑥 100 = 53.8%
Untuk mendapatkan angka hipotesis maka penulis menggunakan
perhitungan sebagai berikut:
- 55.6% + 53.8% = 109.4%
- 109.4% : 2 = 54.7% dibulatkan menjadi 55%
Berdasarkan kerangka berpikir dan data-data di atas, maka peneliti dapat
menentukan hipotesis dalam penelitian ini, yaitu:
“Implementasi Strategi Peningkatan Pendapatan Di UPT Pusat Promosi dan
Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat Dikatakan
Mencapai Atau > 55% Kriteria Yang Diharapkan”.
Adapun pernyataan hipotesis dalam penelitian ini secara lebih jelas
dirumuskan sebagai berikut:
1. Hipotesis Nol (Hₒ) : Implementasi Strategi Peningkatan
Pendapatan Di UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan
Hasil Hutan Jakarta Barat Dikatakan Masih Kurang Baik Atau < 55% Dari
Kriteria Yang Diharapkan.
2. Hipotesis Alternatif (Hₐ) : Implementasi Strategi Peningkatan
Pendapatan Di UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan
Hasil Hutan Jakarta Barat Mencapai Atau > 55% Dari Kriteria Yang
Diharapkan.
B A B I I I
M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti
kegiatan penelitian ilmiah didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional,
empiris, dan sistematis. Rasional artinya kegiatan penelitian dilakukan dengan
cara-cara yang masuk akal sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris
berarti cara-cara yang dilakukan dapat diamati oleh indera manusia, sehingga
orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis
artinya proses yang digunakan dalam penelitian menggunakan langkah-langkah
tertentu yang bersifat logis (Sugiyono, 2007:1).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian deskriptif yaitu
penelitian yang dilakukan terhadap variabel mandiri tanpa membuat perbandingan
atau menghubungkan dengan variabel yang lainnya (Sugiyono, 2007:35).
Sedangkan jenis data yang digunakan adalah kuantitatif, sehingga metode
penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode kuantitatif deskriptif.
Dapat disimpulkan bahwa metode kuantitatif deskriptif adalah metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian untuk menguji hipotesis
yang telah ditetapkan dengan menganalisis data yang bersifat kuantitatif atau
statistik. Penelitian ini bertujuan menggambarkan mengenai Implementasi Strategi
Peningkatan Pendapatan di UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian
dan Hasil Hutan Jakarta Barat.
3.2 Instrumen Penelitian
Pada prinsipnya meneliti adalah serangkaian bentuk kegiatan untuk
mengukur sebuah fenomena sosial maupun alam yang tentunya harus ada dan
menggunakan alat ukur yang baik. Alat ukur dalam sebuah penelitian dinamakan
dengan instrumen penelitian.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data lapangan
yang berasal dari lokus penelitian yaitu UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil
Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat yang merupakan penyedia data-data
tentang retribusi pemakaian kekayaan daerah. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, hal ini dilakukan agar hasil dari
penelitian ini lebih baik. Teknik pengumpulan data tersebut yaitu:
1. Observasi
Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap
gejala-gejala yang diteliti (Usman, 2009:52). Dalam penelitian ini, penulis
melakukan observasi di UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan
Hasil Hutan Jakarta Barat untuk mengetahui kondisi dan situasi mengenai
implementasi strategi peningkatan pendapatan di Pusat Promosi dan Pemasaran
Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat yang diterapkan yang dijadikan
sebagai bahan dalam mendukung penulisan penelitian ini.
2. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data
yang diperoleh melalui dokumen-dokumen (Usman, 2009:69). Dokumen-
dokumen tersebut berupa penggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan
termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, hukum-hukum dan lain-lain
yang berhubungan dengan masalah penelitian.
3. Kuesioner
Menurut Sugiyono (2007:162) kuesioner merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Pertanyaan-pertanyaan
tersebut mengenai objek penelitian yang akan diberikan kepada responden yang
telah ditentukan sebelumnya.
Adapun instrumen untuk mengukur Implementasi Strategi Peningkatan
Pendapatan Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan
Jakarta Barat dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Indikator Sub Indikator No. Item
Strategi
Peningkatan
Pendapatan Di
UPT Pusat
Promosi dan
Pemasaran
Hasil
Pertanian dan
Hasil Hutan
Jakarta Barat
Organisasi 1. Perumusan Misi 1, 2, 3
2. Perumusan Tujuan 4, 5, 6
3. Nilai-Nilai 7, 8
4. Inisiatif-Insiatif 9, 10
Program 1. Peningkatan Sumber Daya
Aparatur Informasi
11, 12
2. Penyempurnaan
Administrasi
13, 14
3. Pengawasan Organisasi 15, 16
4. Peningkatan Potensi Wajib
Retribusi
17, 18
5. Penyuluhan Wajib Retribusi 19, 20, 21
Pendukung
Sumber Data
1. Tenaga 22, 23
2. Keuangan 24, 25
3. Teknologi 26, 27
Kelembagaan 1. Pengembangan
Kemampuan Organisasi
- Pelatihan
- Pendidikan
2. Kerjasama
28, 29
30, 31, 32
33, 34
Dalam Sugiyono (2007:119) instrumen penelitian adalah suatu alat yang
digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik
semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Jumlah instrumen penelitian
tergantung pada jumlah variabel penelitian yang telah ditetapkan untuk diteliti.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuesioner dengan
jumlah variabel sebanyak satu variabel atau variabel mandiri. Sedangkan skala
pengukuran instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert.
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2007:107). Indikator
variabel yang disusun melalui item-item instrumen dalam bentuk pertanyaan dan
diberikan jawaban setiap item instrumennya. Pilihan jawaban kuesioner terdiri
dari empat item yang memiliki pilihan yang berbeda tetapi memiliki nilai yang
sama untuk keseluruhan pertanyaan. Jawaban setiap item diberi skor sebagai
berikut:
Tabel 3.2
Skor Item Instrumen
No. Jawaban Skor
1. A 4
2. B 3
3. C 2
4. D 1
3.3 Populasi dan Sample Penelitian
3.3.1 Populasi
Dalam Ronny Kountur (2009:145) yang dimaksud populasi adalah suatu
kumpulan menyeluruh dari suatu obyek yang merupakan perhatian peneliti.
Obyek peneliti dapat berupa makhluk hidup, benda, sistem dan prosedur,
fenomena, dan lain-lain.
Dalam penelitian ini, populasi yang dipilih adalah para pegawai yang
berada di lingkungan UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan
Hasil Hutan Jakarta Barat. Jumlah populasinya sebanyak 25 orang. Berikut jumlah
populasi yang diambil oleh penulis dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 3.3
Daftar Populasi
No. Keterangan Jumlah
1. PNS 19
2. CPNS 3
3 Honor 3
Jumlah 25
Sumber: UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil
Hutan Jakarta Barat.
3.3.2 Sample
Sample adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
2002:109). Sample harus bersifat representatif. Karena keterbatasan dana, tenaga,
dan waktu maka penulis menggunakan sample yang diambil dari populasi.
Teknik pengambilan sample (teknik sampling) yang digunakan pada
penelitian ini adalah sample jenuh. Sample jenuh merupakan teknik penentuan
sample bila semua anggota populasi digunakan sebagai sample (Sugiyono,
2007:96). Hal ini digunakan bila jumlah populasi relatif kecil.
Dengan demikian penulis mengambil sample sebanyak 25 orang yang
merupakan seluruh pegawai UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian
dan Hasil Hutan Jakarta Barat.
3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau
sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah:
mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data
berdasarkan variabel dari selurus responden, menyajikan data tiap variabel yang
diteliti, melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan
(Sugiyono, 2007:169).
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
kuantitatif yaitu metode analisis terhadap data-data berbentuk angka-angka
dengan cara perhitungan secara statistik.
Untuk menganalisis peran UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil
Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat dalam meningkatan pendapatan yang
berupa retribusi daerah maka dalam menguji hipotesis deskriptif ini menggunakan
Teknik Pengolahan dan Analisis Data sebagai berikut:
1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk sah atau valid tidaknya suatu kuesioner.
Dalam pengujian validitas penelitian ini, rumus yang digunakan adalah korelasi
product moment (Singarimbun, 2008: 137) seperti berikut:
𝑟𝑥𝑦 = 𝑛 Σ𝑋𝑌 − Σ𝑋 Σ𝑌
𝑛 Σ𝑋2 − Σ𝑋 2 𝑛 Σ𝑌2 − Σ𝑌 2
Keterangan:
𝑟𝑥𝑦 = Koefisien Korelasi Product Moment
𝑋 = Skor pernyataan no. 1
𝑌 = Skor total
𝑋𝑌 = Skor pernyataan no. 1 dikalikan skor total
Σ𝑋2 = Jumlah skor pernyataan no. 1 yang dikuadratkan
Σ𝑌2 = Jumlah skor total yang dikuadratkan
𝑛 = Jumlah sample
Setelah penghitungan di atas, maka selanjutnya dilakukan uji t, dengan
rumus:
𝑡 = 𝑟 𝑛 − 2
1 − 𝑟2
Keterangan:
𝑛 = Jumlah sample
𝑟 = Koefisien korelasi
𝑡 = Nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
Valid = 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
2. Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan teknik
belah dua (Split Half) yang kemudian dianalisis dengan rumus Spearman Brown
(Singarimbun, 2008: 143). Rumus Spearman Brown adalah sebagai berikut:
𝑟𝑖1 = 2 . 𝑟 1/2 𝑡𝑒𝑠𝑡
1 + 𝑟 1/2 𝑡𝑒𝑠𝑡
Keterangan:
𝑟 1/2𝑡𝑒𝑠𝑡 = Koefisien Korelasi Product Moment
𝑟 𝑖1 = Reliabilitas internal seluruh test
3. Uji Hipotesis
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian kuantitatif
deskriptif, maka yang digunakan adalah hipotesis deskriptif yang datanya
berbentuk interval atau ratio maka penulis menggunakan uji t-test (Sugiyono,
2007: 206), dengan menggunakan uji pihak kiri. Rumusnya adalah sebagai
berikut:
𝑡 = 𝑥 − 𝜇𝑜
𝑆
𝑛
Dimana:
𝑡 = Nilai 𝑡 yang dihitung
𝑥 = 𝑥 rata-rata
𝜇0 = Nilai yang dihipotesiskan
𝑆 = Simpangan baku sample
𝑛 = Jumlah anggota sample
3.5 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di UPT Pusat Promosi dan Pemasaran
Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat Jakarta Barat di Jl. Sulaiman No. 5
Sukabumi Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Waktu penelitian yang dilakukan
oleh penulis berdasarkan tabel 3.4 di bawah ini:
B A B I V
H A S I L P E N E L I T I A N
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Pada awal tahun 1988 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas
Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta, berupaya menyediakan sarana dan
prasarana pasar yang lebih memadai seluas 1.4 ha di Jalan Sulaiman No. 50
Sukabumi Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Selanjutnya pada tahun 2004 terjadi
redesain UPT, pada sisi selatan dilakukan pembangunan yang terdiri dari empat
bangunan dan dua lantai yaitu berupa Bangunan Kios dan Los Bunga, Bagunan
Kantor dan Laboratorium Kultur Jaringan, Bangunan Workshop dan bagunan
jembatan peghubung antara bangunan kios-los dengan laboratorium kultur
jaringan yang berfungsi sebagai tempat aklimatisasi bibit kultur jaringan.
4.2 Deskripsi Obyek Penelitian
Dalam Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 87 Tahun 2009,
Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta mempunyai salah satu fungsi
dan tugas pokok berupaya mendorong dan membenahi berbagai kebijakan yang
berkaitan dengan perkembangan sektor kelautan dan pertanian mulai dari
praproduksi, produksi, pasca panen serta pemasarannya. Berkenaan dengan itu,
maka Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta melalui Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan
berupaya untuk mengembangkan fasilitas sarana dan prasarana yang telah ada,
sehingga UPT tersebut dapat lebih efektif dan efisien dalam mendorong bisnis
bunga dan tanaman hias khususnya di Provinsi DKI Jakarta yang dapat
meningkatkan pendapatan daerah. Maka dibentuklah UPT Pusat Promosi dan
Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat mempunyai hak
mengelola golongan retribusi jasa usaha yang jenisnya termasuk ke dalam
retribusi pemakaian kekayaan daerah berdasarkan Perda No. 1 Tahun 2006
tentang Retribusi Daerah. Dengan demikian maka diharapkan UPT ini dapat
menjadi salah satu sumber keuangan untuk Provinsi DKI Jakarta.
UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan
Jakarta Barat Jakarta Barat di Jl. Sulaiman No. 5 Sukabumi Utara, Kebon Jeruk,
Jakarta Barat dengan luas 1.4 ha. UPT ini mempunyai tiga instalasi yaitu Instalasi
Pusat Promosi Bunga dan Tanaman Hias, Instalasi Usaha Promosi Penangkar
Bibit, dan Instalasi Taman Anggrek Ragunan.
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta No. 113
Tahun 2002 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis, maka
UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan mempunyai
tugas pokok yaitu melaksanakan usaha promosi dan pemasaran hasil pertanian
dan hasil hutan, menyediakan dan memberikan fasilitas layanan serta mengelola
sarana dan prasarana promosi dan pemasaran.
4.2.1 Visi UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil
Hutan
Sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kelautan dan Pertanian
Provinsi DKI Jakarta maka UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian
dan Hasil Hutan mempunyai Visi: Mempertahankan dan meningkatkan
eksistensinya sebagai Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil
Hutan yang unggul dan Prima dalam Memberikan Pelayanan Agribisnis.
4.2.2 Misi UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil
Hutan
Misi yang dimiliki oleh UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil
Pertanian dan Hasil Hutan adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan pola intensifikasi dan ektensifikasi pendapatan daerah
melalui hasil pertanian dan hasil hutan.
2. Meningkatkan penampilan secara menyeluruh agar layak sebagai daerah
tujuan wisata agro yang dapat diandalkan.
3. Memberikan pelayanan dalam hal sarana dan prasarana serta informasi
kepada para pelaku bisnis, baik produsen, konsumen maupun masyarakat
umum dalam menjalankan usahanya.
4. Menciptakan kondisi usaha bisnis dalam bidang pertanian dan kehutanan
yang lebih baik serta dalam suasana yang kondusif dengan
mengembangkan dan meningkatkan pola kemitraan, permodalan,
pemasaran serta promosi.
5. Meningkatkan kesejahteraan petani dan pedagang hasil pertanian dan hasil
hutan.
4.2.3 Program UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan
Hasil Hutan Jakarta Barat
1. Melakukan sosialisasi mengenai pembayaran tretribusi.
2. Mengadakan berbagai festival bunga di UPT Pusat Promosi dan
Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat.
3. Mengadakan kursus gratis bagi pedagang, diantaranya:
a. Kiat merawat tanaman angrek.
b. Teknik merangkai bunga kering.
c. Teknik merangkai bunga segar.
d. Kiat merawat tanaman hias dalam pot.
e. Membuat rangkaian stick werk.
4.3 Pengujian Persyaratan Statistik
4.3.1 Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk sah atau valid tidaknya suatu kuesioner.
Dalam pengujian validitas penelitian ini, rumus yang digunakan adalah korelasi
product moment (Singarimbun, 2008: 137) seperti berikut:
𝑟𝑥𝑦 = 𝑛 Σ𝑋𝑌 − Σ𝑋 Σ𝑌
𝑛 Σ𝑋2 − Σ𝑋 2 𝑛 Σ𝑌2 − Σ𝑌 2
Keterangan:
𝑟𝑥𝑦 = Koefisien Korelasi Product Moment
𝑋 = Skor pernyataan no. 1
𝑌 = Skor total
𝑋𝑌 = Skor pernyataan no. 1 dikalikan skor total
Σ𝑋2 = Jumlah skor pernyataan no. 1 yang dikuadratkan
Σ𝑌2 = Jumlah skor total yang dikuadratkan
𝑛 = Jumlah sample
Setelah penghitungan di atas, maka selanjutnya dilakukan uji t, dengan
rumus:
𝑡 = 𝑟 𝑛 − 2
1 − 𝑟2
Keterangan:
𝑛 = Jumlah sample
𝑟 = Koefisien korelasi
𝑡 = Nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
Valid = 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
Butir pertanyaan dinyatakan valid apabila nilai t hitung sama dengan (=)
atau lebih besar (>) dari nilai t tabel (Product Moment). Sample dalam penelitian
ini ada sebanyak 25 orang, untuk mengetahui nilai t tabel dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan rumus n-2, n merupakan jumlah sampel dalam
penelitian. Maka 25 - 2 = 23 dan nilai t tabel yang didapat adalah 1,711 dengan
taraf signifikasi 5%. Dari pengujian di atas maka didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.1
Hasil Uji Validitas
No Item t hitung t tabel keputusan
1 2,94378 1,711 Valid
2 2,53728 1,711 Valid
3 2,02901 1,711 Valid
4 3,44802 1,711 Valid
5 1,81519 1,711 Valid
6 2,616862 1,711 Valid
7 2,66853 1,711 Valid
8 1,82226 1,711 Valid
9 2,79822 1,711 Valid
10 2,29107 1,711 Valid
11 2,61591 1,711 Valid
12 3,20522 1,711 Valid
13 1,84416 1,711 Valid
14 1,84922 1,711 Valid
15 2,40025 1,711 Valid
16 3,06451 1,711 Valid
17 2,09563 1,711 Valid
18 3,462954 1,711 Valid
19 2,314811 1,711 Valid
20 2,233449 1,711 Valid
21 1,835721 1,711 Valid
22 2,383182 1,711 Valid
23 3,008892 1,711 Valid
24 3,33399 1,711 Valid
25 2,318652 1,711 Valid
26 2,972949 1,711 Valid
27 2,048142 1,711 Valid
28 2,605531 1,711 Valid
29 1,986572 1,711 Valid
30 2,025188 1,711 Valid
31 2,39892 1,711 Valid
32 2,80125 1,711 Valid
33 1,846271 1,711 Valid
34 2,28363 1,711 Valid
Sumber: Hasil Penelitian Dari Data Yang Diolah, 2011.
Berdasarkan hasil uji validitas yang terdapat pada Tabel 4.1, menunjukkan
bahwa nilai t hitung seluruh item atau butir pertanyaan lebih besar dari nilai t tabel
(1,711), sehingga seluruh item dalam instrumen penelitian ini dinyatakan valid
dan dapat digunakan untuk analisis data selanjutnya.
4.3.2 Uji Reliabilitas Instrumen
Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik belah dua
(Split Half) yang kemudian dianalisis dengan rumus Spearman Brown. Instrumen
dikatakan reliabel apabila r hitung > r tabel. Nilai r tabel dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan rumus n-2, n merupakan jumlah sampel dalam
penelitian. Maka 25 - 2 = 23 dan nilai r tabel yang didapat adalah 0,413 dengan
taraf signifikasi 5%. Rumus Spearman Brown adalah sebagai berikut:
𝑟𝑖1 = 2 . 𝑟 1/2 𝑡𝑒𝑠𝑡
1 + 𝑟 1/2 𝑡𝑒𝑠𝑡
Keterangan:
𝑟 1/2𝑡𝑒𝑠𝑡 = Koefisien Korelasi Product Moment
𝑟 𝑖1 = Reliabilitas internal seluruh test
Reliabel = 𝑟 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑟 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
Diketahui sebelumnya nilai 𝑟 1/2𝑡𝑒𝑠𝑡 adalah 0.65 (dapat dilihat dilampiran)
dan nilai r tabel adalah 0,413. Koefisien korelasi ini selanjutnya dimasukkan ke
dalam rumus Spearman Brown, yaitu sebagai berikut:
𝑟 1 = 2 . 𝑟𝑏
1 + 𝑟𝑏=
2 . 0,65
1 + 0,65=
1,3
1,65= 0,787
Jadi r hitung > r tabel atau 0,787 > 0,413 sehingga dapat dikatakan seluruh
butir instrumen penelitian ini adalah reliabel. Berdasarkan uji validitas dan uji
reliabilitas yang telah dilakukan maka instrumen dapat digunakan untuk
pengukuran dalam rangka pengumpulan data dalam penelitian ini.
4.4 Deskripsi Data
4.4.1 Identitas Responden
Responden dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai UPT Pusat
Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat. Jumlah
keseluruahn responden adalah 25 orang. Dalam pengisian kuesioner, penulis
meminta responden untuk memberikan data identitas dirinya sebagai penunjang
data. Adapun data identitas diri responden yang diminta adalah berdasarkan jenis
kelamin, golongan, dan pendidikan terakhir. Berikut ini merupakan pemaparan
data identitas diri responden yang terdapat dalam kuesioner.
Diagram 4.1
Kategori Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber: Hasil Penelitian Dari Data Yang Diolah, 2011.
Berdasarkan Diagram 4.1 terlihat bahwa jumlah pegawai berjenis kelamin
pria ada sebanyak 20 orang, sedangkan jumlah pegawai berjenis kelamin wanita
ada sebanyak lima orang. Mayoritas responden berdasarkan jenis kelamin adalah
pria, hal ini karena menurut penulis karena UPT Pusat Promosi dan Pemasaran
Hasil Pertanian dan Hasil Hutan membutuhkan banyak tenaga untuk turun ke
lapangan dalam rangka kontrol terhadap objek retribusi yang dikelola. Sedangkan
responden wanita lebih banyak terlibat untuk tenaga administrasi.
Pria;20;80%
Wanita;5;20%
Pria
Wanita
Diagram 4.2
Kategori Responden Berdasarkan Golongan
Sumber: Hasil Penelitian Dari Data Yang Diolah, 2011.
Berdasarkan Diagram 4.2 di atas, maka dapat diketahui bahwa, dari jumlah
responden sebanyak 25 orang, terdapat empat kategori golongan. Untuk status
golongan pegawai UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil
Hutan Jakarta Barat, mayoritas responden berdasarkan golongan adalah adalah III
D dan III A. Pegawai yang memiliki golongan III D ada sebanyak empat orang
dan pegawai yang memiliki golongan III A ada sebanyak empat orang. Keadaan
IVD;0;0%
IVC;0;0%
IVB;0;0%
IVA;1;4%
IIID;4;16%
IIIC;3;12%
IIIB;3;12%
IIIA;4;16%
IID;2;8%
IIC;1;4%
IIB;0;0%
IIA;4;16%
ID;0;0%
IC;0;0%
IB;0;0%
IA;0;0%
Honor;3;12%
IV D
IV C
IV B
IV A
III D
III C
III B
III A
II D
II C
II B
II A
I D
I C
I B
I A
Honor
ini menunjukkan bahwa golongan pegawai UPT Pusat Promosi dan Pemasaran
Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat adalah golongan III. Menurut
penulis, hal ini dikarenakan bahwa para pegawai memiliki masa yang cukup
panjang (empat tahun) untuk dapat naik golongan yang lebih tinggi.
Diagram 4.3
Kategori Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Sumber: Hasil Penelitian Dari Data Yang Diolah, 2011.
Berdasarkan Diagram 4.3 di atas, maka dapat diketahui bahwa pendidikan
terakhir untuk tingkat pendidikan SD sebanyak dua orang (8%), untuk tingkat
pendidikan SMP tidak ada (0%), untuk tingkat pendidikan SMA sebanyak lima
orang (20%), untuk tingkat pendidikan D1 dan D2 tidak ada (0%), untuk tingkat
pendidikan D3 sebanyak empat orang (16%), untuk tingkat pendidikan S1
sebanyak 13 orang (52%), untuk tingkat pendidikan S2 sebanyak satu orang (4%),
SD;2;8%
SMP;0;0%
SMA;5;20% D1;0;
0%
D2;0;0%D3;4;
16%
S1;13;52%
S2;1;4%
S3;0;0%
SD
SMP
SMA
D1
D2
D3
S1
S2
S3
dan untuk tingkat pendidikan S3 tidak ada (0%). Mayoritas pendidikan terakhir
pegawai UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan
Jakarta Barat adalah S1.
4.4.2 Analisis Data
Dalam tahap ini penulis akan mendeskripsikan data dari hasil penelitian
yang dilakukan melalui kuesioner. Penulis menyebarkan kuesiner kepada seluruh
sampel yaitu sebanyak 25 orang yang merupakan pegawai UPT Pusat Promosi
dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat.
Untuk menganalisis data penulis menggunakan teori J. Salusu. Dalam teori
tersebut terdapat empat indikator yang diuraikan dalam kuesioner. Skala yang
dipakai dalam kuesioner adalah Skala Likert. Pilihan jawaban kuesioner terdiri
dari empat item yang memiliki option yang berbeda tetapi memiliki nilai yang
sama untuk keseluruhan pertanyaan. Untuk pilihan A bernilai 4, untuk pilihan B
bernilai 3, untuk pilihan C bernilai 2, dan untuk pilihan D bernilai 1. Maka
semakin tinggi nilai yang diperoleh dari kuesioner maka semakin baik pula
Implementasi strategi peningkatan di UPT Pusat Pusat Promosi dan Pemasaran
Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat. Pemaparan mengenai tanggapan
responden untuk setiap pertanyaan akan digambarkan dalam bentuk diagram yang
disertai analisis yang dilakukan oleh penulis dari hasil jawaban pertanyaan yang
diajukan melalui kuesioner berdasarkan indikator-indikatornya. Adapun
pemaparan jawaban atas kuesioner tersebut adalah sebagai berikut:
Diagram 4.4
Tanggapan Responden Tentang Visi UPT
Sumber: Hasil Penelitian Dari Data Yang Diolah, 2011 (Kuesioner No. 1).
Berdasarkan Diagram 4.4 maka dapat dilihat terdapat dua responden yang
menyatakan sangat mengetahui, sepuluh responden yang menyatakan mengetahui,
12 responden yang menyatakan kurang mengetahui, dan satu responden yang
menyatakan tidak mengetahui visi UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil
Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat. Dapat diketahui dari jawaban di atas,
mayoritas responden menyatakan kurang mengetahui visi UPT sebanyak 12
responden. Hal ini dapat diartikan bahwa pengetahuan responden tentang visi
UPT dapat dinyatakan kurang baik karena mereka tidak mengingat visi tersebut
oleh karena itu mayoritas menjawab kurang mengetahui. Visi merupakan suatu
pandangan atau pun gambaran yang diinginkan oleh organisasi. Apabila para
pegawai tidak mengetahui, hal ini akan menjadi penghambat bagi
keberlangsungan organisasi tersebut.
Sangat Mengetahui;2;
8%
Mengetahui; 10;40%
Kurang Mengetahui;12;
48%
Tidak Mengetahui;1;
4%
Sangat Mengetahui
Mengetahui
Kurang Mengetahui
Tidak Mengetahui
Diagram 4.5
Tanggapan Responden Tentang Misi UPT
Sumber: Hasil Penelitian Dari Data Yang Diolah, 2011 (Kuesioner No. 2).
Berdasarkan Diagram 4.5 maka dapat dilihat terdapat tiga responden
menyatakan sangat mengetahui, sembilan responden menyatakan mengetahui, 12
responden menyatakan kurang mengetahui, dan satu responden menyatakan tidak
mengetahui mengenai misi UPT. Dapat diketahui dari jawaban diatas, mayoritas
responden menyatakan kurang mengetahui misi UPT Pusat Promosi dan
Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat karena mereka tidak
mengingatnya, selain itu di dalam lokasi UPT tidak ada tulisan baik visi maupun
misi. Jawaban dari pertanyaan ini sama seperti pertanyaan sebelumnya tentang
pengetahuan visi yaitu kurang mengetahui. Jadi dalam hal ini dapat diartikan
kurang baik, karena banyaknya pegawai yang kurang mengetahui misi UPT.
Sangat Mengetahui;3;
12%
Mengetahui;9;36%
Kurang Mengetahui;12;
48%
Tidak Mengetahui;1;
4%
Sangat Mengetahui
Mengetahui
Kurang Mengetahui
Tidak Mengetahui
Diagram 4.6
Tanggapan Responden Tentang Program Yang Dilaksanakan Sesuai Dengan
Misi
Sumber: Hasil Penelitian Dari Data Yang Diolah, 2011 (Kuesioner No. 3).
Berdasarkan Diagram 4.6 maka dapat dilihat terdapat tiga responden
menyatakan sangat sesuai, 13 responden menyatakan sesuai, tujuh responden
menyatakan kurang sesuai, dan dua orang responden yang menyatakan tidak
sesuai. Mayoritas responden menjawab bahwa program yang dilaksanakan sesuai
dengan misi, ada sebanyak 13 responden. Hal ini dapat diartikan bahwa dalam
penyesuaian program dengan misi pada UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil
Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat dapat dikatakan baik. Salah satu tujuan
penetapan misi adalah untuk lebih memfokuskan usaha pencapaian sasaran
organisasi karena itu UPT selalu menyesuaikan program yang ada dengan misi
yang telah dibuat agar sasaran yang telah ditetapkan dapat dicapai.
Sangat Sesuai;3;12%
Sesuai;13;52%
Kurang Sesuai;7;28%
Tidak Sesuai;2;8%
Sangat Sesuai
Sesuai
Kurang Sesuai
Tidak Sesuai
Diagram 4.7
Tanggapan Responden Tentang Tugas Pokok
Sumber: Hasil Penelitian Dari Data Yang Diolah, 2011 (Kuesioner No. 4).
Berdasarkan Diagram 4.7 maka dapat dilihat tidak ada responden yang
menyatakan sangat memahami, 14 responden yang menyatakan memahami, 11
responden yang menyatakan kurang memahami, dan tidak ada responden yang
menyatakan tidak memahami. Dari hasil jawaban responden di atas, maka dapat
dilihat mayoritas jawaban responden adalah memahami mengenai kejelasan tugas
pokok yang dinyatakan oleh 14 orang responden. Berdasarkan data di atas maka
dapat dianalisis bahwa para pegawai memahami tugas pokok yang telah
ditetapkan oleh UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil
Hutan Jakarta Barat karena tugas pokok merupakan dasar dari terbentuknya UPT.
Dengan pemahaman mengenai tugas pokok di suatu organisasi diharapkan para
pegawai mampu memberikan kontribusi yang maksimal pada organisasi.
Sangat Memahami;0;0%
Memahami;14;56%
Kurang Memahami;11;
16%
Tidak Memahami;0;0%
Sangat Memahami
Memahami
Kurang Memahami
Tidak Memahami
Diagram 4.8
Tanggapan Responden Tentang Kejelasan Tujuan Pada Penyusunan
Program Kerja
Sumber: Hasil Penelitian Dari Data Yang Diolah, 2011 (Kuesioner No. 5).
Berdasarkan Diagram 4.8 maka dapat dilihat terdapat tiga responden yang
menyatakan selalu, 16 responden yang menyatakan sering, enam responden yang
menyatakan jarang, dan tidak ada responden yang menyatakan tidak pernah.
Mayoritas jawaban yang diberikan adalah sering. Dari hasil jawaban responden di
atas dapat dianalisis bahwa dalam penyusunan program kerja yang dibuat oleh
UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat
sering berdasarkan kejelasan tujuan pada setiap program karena dengan kejelasan
tujuan yang dibuat pada setiap penyusunan program kerja akan dapat menuntun
para pegawai untuk mengetahui apa yang harus dilakukan agar program kerja
yang telah dibuat sebelumnya dapat tercapai secara maksimal.
Selalu;3;12%
Sering;16;64%
Jarang;6;16%
Tidak Pernah;0;0%
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
Diagram 4.9
Tanggapan Responden Tentang Kesesuaian Tujuan Setiap Program Dengan
Visi Dan Misi
Sumber: Hasil Penelitian Dari Data Yang Diolah, 2011 (Kuesioner No. 6).
Berdasarkan Diagram 4.9 maka dapat dilihat terdapat satu responden yang
menyatakan sangat sesuai, 15 responden yang menyatakan sesuai, sembilan
responden yang menyatakan kurang sesuai, dan tidak ada responden yang
menyatakan tidak sesuai. Dari hasil jawaban responden di atas, mayoritas pegawai
menyatakan sesuai sehingga dapat dianalisis bahwa terdapat kesesuaian tujuan
setiap program antara visi dan misi di UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil
Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat. Hal ini dikarenakan kesesuaian tujuan
setiap program yang telah dibuat berdasarkan visi dan misi yang telah dibuat
sebelumnya sehingga mempermudah UPT mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sangat Sesuai;1;4%
Sesuai;15;60%
Kurang Sesuai;9;36%
Tidak Sesuai;0;0%
Sangat Sesuai
Sesuai
Kurang Sesuai
Tidak Sesuai
Diagram 4.10
Tanggapan Responden Mengenai Budaya Para Pegawai Dalam Bekerja
Sumber: Hasil Penelitian Dari Data Yang Diolah, 2011 (Kuesioner No. 7).
Berdasarkan Diagram 4.10 maka dapat dilihat terdapat dua responden
yang menyatakan tidak mempengaruhi, lima responden yang menyatakan kurang
mempengaruhi, 14 responden yang menyatakan mempengaruhi, dan empat
responden yang menyatakan sangat mempengaruhi. Dari hasil jawaban responden
di atas, mayoritas pegawai menyatakan bahwa budaya organisasi akan
mempengaruhi pendapatan yang diterima oleh UPT. Dapat diketahui bahwa
budaya organisasi itu merupakan perilaku yang sudah tertanam dengan lekat di
dalam diri setiap pegawai. Oleh karena itu dapat dianalisis bahwa perilaku para
pegawai UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan
Jakarta Barat yang bersifat negatif maupun positif akan mempengaruhi kinerjanya
di UPT yang pada akhirnya akan dapat menghambat maupun mempercepat proses
pencapaian target yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tidak Mempengaruhi;
2;8%
Kurang Mempengaruhi;5;
20%
Mempengaruhi;14;56%
Sangat Mempengaruhi;4;
4%
Tidak Mempengaruhi
Kurang Mempengaruhi
Mempengaruhi
Sangat Mempengaruhi
Diagram 4.11
Tanggapan Responden Tentang Perilaku Wajib Retribusi
Sumber: Hasil Penelitian Dari Data Yang Diolah, 2011 (Kuesioner No. 8).
Berdasarkan Diagram 4.11 maka dapat dilihat terdapat dua responden
yang menyatakan tidak mempengaruhi, lima responden yang menyatakan kurang
mempengaruhi, 13 responden yang menyatakan mempengaruhi, dan lima
responden yang menyatakan sangat mempengaruhi. Dari hasil jawaban responden
di atas, mayoritas pegawai menyatakan bahwa perilaku wajib retribusi
mempengaruhi pendapatan retribusi yang diterima oleh UPT. Dapat dianalisis
bahwa perilaku para wajib retribusi dapat mempengaruhi pendapatannya secara
individu, yang pada akhirnya akan memberikan dampak pula pada penerimaan
pendapatan retribusi di UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan
Hasil Hutan Jakarta Barat.
Tidak Mempengaruhi;2;
8%
Kurang Mempengaruhi;
5;20%
Mempengaruhi;13;52%
Sangat Mempengaruhi;
5;20% Tidak Mempengaruhi
Kurang Mempengaruhi
Mempengaruhi
Sangat Mempengaruhi
Diagram 4.12
Tanggapan Responden Tentang Pengarahan Dalam Bekerja
Sumber: Hasil Penelitian Dari Data Yang Diolah, 2011 (Kuesioner No. 9).
Berdasarkan Diagram 4.12 maka dapat dilihat terdapat dua responden
yang menyatakan selalu, tujuh responden yang menyatakan sering, 12 responden
yang menyatakan jarang, dan empat responden yang menyatakan tidak pernah.
Dari hasil jawaban responden di atas, mayoritas pegawai menyatakan jarang
mendapatkan pengarahan dalam bekerja. Diketahui bahwa pengarahan merupakan
faktor yang sangat penting untuk meminimalisir terjadinya penyimpangan atau
kesalahan dalam bekerja di UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian
dan Hasil Hutan Jakarta Barat. Namun berdasarkan jawaban responden penulis
menganalisis bahwa para pegawai jarang mendapatkan pengarahan dalam bekerja,
hal ini dikarenakan atasan mereka jarang memberikan pengarahan dalam bekerja
sehingga akan sangat mempengaruhi kinerja setiap para pegawai dalam
menyelesaikan tugas yang telah diberikan.
Selalu;2;8%
Sering;7;28%
Jarang;12;48%
Tidak Pernah;4;16%
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
Diagram 4.13
Tanggapan Responden Tentang Pemberian Ide Ide
Sumber: Hasil Penelitian Dari Data Yang Diolah, 2011 (Kuesioner No. 10).
Berdasarkan Diagram 4.13 maka dapat dilihat terdapat dua responden
yang menyatakan selalu, tiga responden yang menyatakan sering, 11 responden
yang menyatakan jarang, dan sembilan responden yang menyatakan tidak pernah
dalam mengemukakan ide. Mayoritas responden memberikan jawaban bahwa
mereka jarang memberikan ide mereka. Ide atau pendapat sangat dibutuhkan
untuk mencapai tujuan suatu organisasi secara maksimal. Dari hasil jawaban
responden di atas dapat dianalisis, bahwa mayoritas pegawai meyatakan jarang
mengemukakan atau memberikan ide mereka untuk UPT Pusat Promosi dan
Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat dengan alasan mereka
jarang mempunyai ide untuk UPT sehingga UPT kekurangan strategi dalam
meningkatkan pendapatan yang diterima oleh UPT.
Selalu;2;8%
Sering;3;12%
Jarang;11;44%
TidakPernah;9;36%
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
Diagram 4.14
Tanggapan Responden Tentang Jumlah Pegawai
Sumber: Hasil Penelitian Dari Data Yang Diolah, 2011 (Kuesioner No. 11).
Berdasarkan pertanyaan ke-11 dalam Diagram 4.14 dapat dilihat bahwa
terdapat dua responden yang menyatakan sangat menunjang, tujuh responden
yang menyatakan menunjang, 12 responden yang menyatakan menunjang, dan
empat orang responden yang menyatakan tidak menunjang mengenai jumlah
pegawai. Mayoritas jawaban yang diberikan oleh responden adalah kurang
menunjang. Diketahui sebelumnya bahwa keseluruhan pegawai di UPT Pusat
Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat adalah
sebanyak 25 orang pegawai. Berdasarkan data yang didapat maka dapat dianalisis
bahwa jumlah pegawai tidak dapat mendukung dalam melaksanakan tugas-tugas
yang ada, hal ini dikarenakan terdapat banyak toko dan lahan yang menjadi objek
retribusi di UPT tersebut, selain itu juga terdapat tugas-tugas seperti tata usaha
dan administrasi lainnya.
Sangat Menunjang;2;8%
Menunjang;7;28%Kurang
Menunjang;12;48%
Tidak Menunjang;4;
16% Sangat Menunjang
Menunjang
Kurang Menunjang
Tidak Menunjang
Diagram 4.15
Tanggapan Responden Tentang Objek Retribusi
Sumber: Hasil Penelitian Dari Data Yang Diolah, 2011 (Kuesioner No. 12).
Berdasarkan pertanyaan ke-12 mengenai pengetahuan pegawai tentang
objek retribusi di UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil
Hutan Jakarta Barat dalam diagram 4.15 bahwa terdapat dua responden yang
menyatakan sangat mengetahui, sembilan responden yang menyatakan
mengetahui, enam responden yang menyatakan kurang mengetahui, dan delapan
orang responden yang menyatakan tidak mengetahui. Mayoritas responden
menjawab mengetahui, berdasarkan data yang didapat dapat dianalisis bahwa ini
merupakan hal yang bersifat positif karena lokasi UPT dengan objek retribusi
yang dikelola berada pada lokasi yang sama, meskipun beberapa objek retribusi
berada pada lokasi yang berbeda namun para pegawai juga mengetahui karena
pelayanan tata usaha maupun administrasi berada pada lokasi utama. Apabila para
pegawai mengetahui objek yang ada di UPT maka para pegawai mampu
Sangat Mengetahui;2;8%
Mengetahui;9;36%
Kurang Mengetahui;6;
24%
Tidak Mengetahui;8;
32%
Sangat Mengetahui
Mengetahui
Kurang Mengetahui
Tidak Mengetahui
memberikan seluruh tenaga dan pikirannya untuk memperhatikan objek yang ada
sehingga strategi yang ada juga tepat sasaran yang pada akhirnya dapat
meningkatkan pendapatan di UPT.
Diagram 4.16
Tanggapan Responden Tentang Persyaratan Menjadi Wajib Retribusi
Sumber: Hasil Penelitian Dari Data Yang Diolah, 2011 (Kuesioner No. 13).
Berdasarkan pertanyaan ke-13 mengenai persyaratan dan tata cara menjadi
wajib retribusi di UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil
Hutan Jakarta Barat dalam diagram 4.16 bahwa terdapat dua responden yang
menyatakan sangat mengetahui, tujuh responden yang menyatakan mengetahui,
11 responden yang menyatakan kurang mengetahui, dan lima orang responden
yang menyatakan tidak mengetahui. Mayoritas responden menjawab kurang
mengetahui sebanyak 11 responden, hal ini dapat dianalisis bahwa UPT tidak
mempublikasikan secara umum mengenai persyaratan dan tata cara untuk menjadi
Sangat Mengetahui;2;8%
Mengetahui;7;28%
Kurang Mengetahui;11;4
4%
Tidak Mengetahui;5;
20% Sangat Mengetahui
Mengetahui
Kurang Mengetahui
Tidak Mengetahui
wajib retribusi. Apabila UPT mempublikasikannya secara umum, misalnya
dengan menggunakan bingkai yang diletakkan di dalam UPT atau di pertokoan,
maka masyarakat akan dapat dengan mudah melihatnya sehingga mereka tertarik
untuk menjadi wajib retribusi.
Diagram 4.17
Tanggapan Responden Tentang Prosedur di UPT
Sumber: Hasil Penelitian Dari Data Yang Diolah, 2011 (Kuesioner No. 14).
Berdasarkan pertanyaan ke-14 mengenai prosedur yang ada di UPT Pusat
Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat dalam
diagram 4.17 bahwa tidak ada responden yang menyatakan bahwa prosedur sangat
dipahami oleh wajib retribusi, dua belas responden yang menyatakan bahwa
prosedur dipahami oleh wajib retribusi, sembilan responden yang menyatakan
bahwa prosedur kurang dipahami oleh wajib retribusi, dan empat orang responden
yang menyatakan bahwa prosedur tidak dipahami oleh wajib retribusi. Mayoritas
Sangat Dipahami;0;0%
Dipahami;12;48%
Kurang Dipahami;9;36%
Tidak Dipahami;4;16% Sangat Dipahami
Dipahami
Kurang Dipahami
Tidak Dipahami
responden menjawab bahwa prosedur dipahami oleh wajib retribusi sebanyak 11
responden, hal ini dapat dianalisis bahwa prosedur yang ada di UPT dapat
dimengerti para calon wajib retribusi ataupun para wajib retribusi, karena bahasa
yang digunakan dalam prosedur tersebut sudah jelas dan mudah dimengerti.
Dengan kemudahan prosedur yang ada maka para calon dan wajib retribusi tidak
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan administrasi yang harus diselesaikan
oleh mereka.
Diagram 4.18
Tanggapan Responden Tentang Pengawasan
Sumber: Hasil Penelitian Dari Data Yang Diolah, 2011 (Kuesioner No. 15).
Berdasarkan pertanyaan ke-15 mengenai pengawasan yang dilakukan oleh
pimpinan terhadap setiap pegawai di UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil
Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat dalam diagram 4.18 bahwa tidak ada
responden yang menyatakan selalu, lima responden yang menyatakan sering, 13
Selalu;0;0%
Sering;5;20%
Jarang;13;52%
Tidak Pernah;7;28%
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
responden yang menyatakan jarang, dan tujuh responden yang menyatakan tidak
pernah. Mayoritas responden menjawab jarang sebanyak 13 responden, dapat
dianalisis bahwa pemimpin di UPT jarang memberikan pengawasan kepada para
pegawainya. Hal ini dikarenakan bahwa pemimpin memberikan kepercayaan
penuh kepada setiap bawahannya namun hal ini akan memberikan dampak positif
maupun dampak negatif bagi setiap pegawai. Dampak positif yang ditimbulkan
adalah pegawai mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi sehingga mereka
tidak mau mengecewakan atasan mereka, sedangkan dampak negatif yang
ditimbulkan adalah para pegawai tidak bekerja secara maksimal karena tidak ada
pengawasan dari atasan.
Diagram 4.19
Tanggapan Responden Tentang Pengawasan Langsung Kepala UPT
Terhadap Objek Retribusi
Sumber: Hasil Penelitian Dari Data Yang Diolah, 2011 (Kuesioner No. 16).
Selalu;0;0%
Sering;4;16%
Jarang; 11; 44%
Tidak Pernah;10;40%
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
Berdasarkan pertanyaan ke-16 mengenai pengawasan langsung yang
dilakukan oleh Kepala UPT terhadap objek retribusi di UPT Pusat Promosi dan
Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat dalam diagram 4.19
bahwa tidak ada responden yang menyatakan selalu, empat responden yang
menyatakan sering, 11 responden yang menyatakan jarang, dan sepuluh responden
yang menyatakan tidak pernah. Mayoritas responden menjawab jarang sebanyak
11 responden. Dapat dianalisis bahwa Kepala UPT jarang memberikan
pengawasan langsung terhadap objek retribusi. Hal ini dikarenakan bahwa
terdapat dua lokasi yang menjadi tempat objek retribusi di UPT. Lokasi pertama
berada di Jalan Sukabumi, Kepala UPT jarang turun langsung untuk mengawasi
objek di lokasi ini karena ia jarang mendapatkan laporan yang negatif dilokasi ini,
sehingga jarang melakukan pengawasan langsung. Untuk lokasi kedua yang
berlokasi di Ragunan, Kepala UPT jarang melakukan pengawasan langsung
dengan alasan lokasi yang berlainan dengan kantornya. Oleh karena itu Kepala
UPT jarang melakukan pengawasan langsung terhadap objek retribusi.
Diagram 4.20
Tanggapan Responden Tentang Penggunaan Cara Khusus Untuk
Meningkatkan Potensi Wajib Retribusi Dalam Meningkatkan
Pendapatannya.
Sumber: Hasil Penelitian Dari Data Yang Diolah, 2011 (Kuesioner No. 17).
Berdasarkan pertanyaan ke-17 mengenai penggunaan cara khusus untuk
meningkatkan potensi wajib retribusi dalam meningkatkan pedapatannya dalam
diagram 4.20 dapat dilihat bahwa tiga responden yang menyatakan selalu, lima
responden yang menyatakan sering, delapan responden yang menyatakan jarang,
dan sembilan responden yang menyatakan tidak pernah. Mayoritas jawaban yang
diberikan responden adalah tidak pernah. Hal ini dikarenakan para pegawai tidak
pernah memberikan idenya yang dapat dijadikan sebagai strategi bagi UPT,
sehingga mereka tidak pernah menggunakan cara khusus untuk meningkatkan
pendapatan di UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil
Selalu;3;12%
Sering;5;20%
Jarang;8;32%
Tidak Pernah;9;36%
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
Hutan Jakarta Barat. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa UPT mengalami
kekurangan strategi yang dapat meningkatkan pendapatannya.
Diagram 4.21
Tanggapan Responden Tentang Sosialisasi Kepada Masyarakat Untuk
Menjadi Wajib Retribusi
Sumber: Hasil Penelitian Dari Data Yang Diolah, 2011 (Kuesioner No. 18).
Berdasarkan pertanyaan ke-18 mengenai sosialisasi kepada masyarakat
untuk menjadi retribusi dalam diagram 4.21 dapat dilihat bahwa tidak ada
responden yang menyatakan selalu, 12 responden yang menyatakan sering,
delapan responden yang menyatakan jarang, dan lima responden yang
menyatakan tidak pernah. Mayoritas jawaban yang diberikan oleh responden
adalah sering sebanyak 12 responden. Dapat dianalisis bahwa UPT sering
melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk menjadi wajib retribusi yang
dikelola oleh UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan
Jakarta Barat. Hal ini dikarenakan UPT berusaha meningkatkan pendapatannya
Selalu;0;0%
Sering;12;48%
Jarang;8;32%
Tidak Pernah;5;
20%
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
dengan cara menambah jumlah wajib retribusi agar target yang telah ditetapkan
sebelumnya dapat tercapai.
Diagram 4.22
Tanggapan Responden Tentang Sosialisasi Peraturan Daerah Provinsi DKI
Jakarta No. 1 Tahun 2006
Sumber: Hasil Penelitian Dari Data Yang Diolah, 2011 (Kuesioner No. 19).
Berdasarkan pertanyaan ke-19 mengenai sosialisasi Peraturan Daerah
Provinsi DKI Jakarta No. 1 Tahun 2006 dalam diagram 4.22 dapat dilihat bahwa
satu responden yang menyatakan selalu, empat responden yang menyatakan
sering, 12 responden yang menyatakan jarang, dan delapan responden yang
menyatakan tidak pernah. Mayoritas jawaban yang diberikan oleh responden
adalah jarang sebanyak 12 responden. Dalam hal ini dapat dianalisis bahwa
sosialisasi Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No. 1 Tahun 2006 jarang
dilakukan oleh UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil
Hutan Jakarta Barat kepada wajib retribusi, karena UPT tidak mempunyai
Selalu;1;4%
Sering;4;16%
Jarang;12;48%
Tidak Pernah;8;32%
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
program untuk mensosialisasikan Peraturan Daerah tersebut. Hal ini merupakan
sesuatu yang bersifat negatif karena akan memberikan dampak buruk terhadap
hasil yang akan dicapai oleh UPT, selain itu para wajib retribusi tidak akan
mengetahui kewajibannya secara detail dan jelas apabila UPT jarang melakukan
sosialisasi mengenai Peraturan Daerah tersebut kepada wajib retribusi.
Diagram 4.23
Tanggapan Responden Tentang Sosialisasi Kepada Wajib Retribusi Agar
Membayar Retribusi
Sumber: Hasil Penelitian Dari Data Yang Diolah, 2011 (Kuesioner No. 20).
Berdasarkan pertanyaan ke-20 mengenai sosialisasi kepada wajib retribusi
agar membayar retribusi dalam diagram 4.23 dapat dilihat bahwa tiga responden
yang menyatakan selalu, 11 responden yang menyatakan sering, tujuh responden
yang menyatakan jarang, dan empat responden yang menyatakan tidak pernah.
Mayoritas jawaban yang diberikan oleh responden adalah sering sebanyak 11
Selalu;3;12%
Sering;11;44%Jarang;7;28%
Tidak Pernah;4;
16% Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
responden. Dapat dianalisis bahwa sosialisasi kepada wajib retribusi agar
membayar retribusi sering dilakukan oleh UPT Pusat Promosi dan Pemasaran
Hasil Pertanaian dan Hasil Hutan Jakarta Barat karena dengan melakukan
sosialisasi tersebut maka para wajib retribusi akan selalu mengingat kewajibannya
untuk membayar retribusi yang telah ditentukan sebelumnya secara tepat waktu,
sehingga diharapkan tidak ada lagi wajib retribusi yang melakukan penunggakan
pembayaran retribusi.
Diagram 4.24
Tanggapan Responden Tentang Penyuluhan Retribusi
Sumber: Hasil Penelitian Dari Data Yang Diolah, 2011 (Kuesioner No. 21).
Berdasarkan pertanyaan ke-21 mengenai penyuluhan retribusi dalam
upaya meningkatkan pendapatan daerah dalam diagram 4.24 dapat dilihat bahwa
satu responden yang menyatakan selalu, satu responden yang menyatakan sering,
sembilan responden yang menyatakan jarang, dan 14 responden yang menyatakan
tidak pernah. Mayoritas jawaban yang diberikan oleh responden adalah tidak
Selalu;1;4% Sering;1;4%
Jarang;9;36%Tidak
Pernah;14;56%
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
pernah sebanyak 14 responden. Berdasarkan hasil yang didapat maka dapat
dianalisis bahwa UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil
Hutan Jakarta Barat tidak pernah melakukan sosialisasi dalam upaya peningkatan
pendapatan daerah. Hal ini dikarenakan kurang menunjangnya jumlah pegawai
yang ada di UPT sehingga mereka tidak pernah melakukan sosialisasi untuk
peningkatan pendapatan daerah.
Diagram 4.25
Tanggapan Responden Tentang Keahlian Pegawai UPT Pusat Promosi dan
Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat
Sumber: Hasil Penelitian Dari Data Yang Diolah, 2011 (Kuesioner No. 22).
Berdasarkan pertanyaan ke-22 mengenai keahlian pegawai di UPT Pusat
Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat dalam
diagram 4.25 dapat dilihat bahwa satu responden yang menyatakan sangat sesuai,
11 responden yang menyatakan sesuai, sembilan responden yang menyatakan
kurang sesuai, dan empat responden yang menyatakan tidak sesuai. Mayoritas
Sangat Sesuai;1;4%
Sesuai;11;44%Kurang Sesuai;9;36%
Tidak Sesuai;4;
16%Sangat Sesuai
Sesuai
Kurang Sesuai
Tidak Sesuai
jawaban yang diberikan oleh responden adalah sesuai sebanyak 11 responden.
Sehingga dapat dianalisis bahwa pegawai sudah memiliki keahlian yang sesuai.
Menurut pemaparan responden, para pegawai yang berada di UPT sudah memiliki
keahlian yang sesuai dengan tugas yang diberikan, karena pekerjaan mereka
sesuai dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh mereka. Hal ini
merupakan sesuatu yang positif karena dengan keahlian yang sesuai maka para
pegawai dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan bidangnya dengan baik
sehingga akan berpengaruh pada pendapatan di UPT dan pada eksistensi UPT.
Diagram 4.26
Tanggapan Responden Tentang Penguasaan Pegawai Terhadap Bidang
Pekerjaannya
Sumber: Hasil Penelitian Dari Data Yang Diolah, 2011 (Kuesioner No. 23).
Berdasarkan pertanyaan ke-23 mengenai penguasaan pegawai terhadap
bidang pekerjaannya di UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan
Sangat Menguasai;2;
8%
Menguasai;11;44%
Kurang Menguasai;8;
32%
Tidak Menguasai;4;16%
Sangat Menguasai
Menguasai
Kurang Menguasai
Tidak Menguasai
Hasil Hutan Jakarta Barat dalam diagram 4.26 dapat dilihat bahwa dua responden
yang menyatakan sangat menguasai, 11 responden yang menyatakan menguasai,
delapan responden yang menyatakan kurang menguasai, dan empat responden
yang menyatakan tidak menguasai. Mayoritas jawaban yang diberikan oleh
responden adalah menguasai sebanyak 11 responden. Berdasarkan data di atas,
dapat dianalisis bahwa para pegawai telah menguasai bidang pekerjaannya karena
mereka memiliki pendidikan yang sesuai dengan bidang pekerjaannya. Dengan
penguasaan bidang pekerjaannya maka para pegawai dapat memberikan usaha
yang maksimal dalam peningkatan pendapatan di UPT.
Diagram 4.27
Tanggapan Responden Tentang Wajib Retribusi Dalam Melaksanakan
Kewajibannya
Sumber: Hasil Penelitian Dari Data Yang Diolah, 2011 (Kuesioner No. 24).
Selalu;0;0%
Sering;5;20%
Jarang;16;64%
Tidak Pernah;4;
16%Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
Berdasarkan pertanyaan ke-24 mengenai wajib retribusi dalam
melaksanakan kewajibannya secara tepat waktu dalam diagram 4.27 dapat dilihat
bahwa tidak ada responden yang menyatakan selalu, lima responden yang
menyatakan sering, 16 responden yang menyatakan jarang, dan empat responden
yang menyatakan tidak pernah. Mayoritas jawaban yang diberikan oleh responden
adalah jarang sebanyak 16 responden. Sehingga dapat dianalisis bahwa wajib
retribusi jarang melaksanakan kewajibannya secara tepat waktu. Hal ini
dikarenakan beberapa masalah yang dihadapi oleh para wajib retribusi diantaranya
banyaknya pedagang, mereka harus bersaing dengan pedagang yang lain selain itu
harga bunga yang terlalu mahal juga dapat menjadi factor penghambat.
Keterlambatan wajib retribusi dalam melaksanakan kewajibannya untuk
membayaran iuran yang telah dibebankan akan mempengaruhi pendapatan di UPT
Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat.
Diagram 4.28
Tanggapan Responden Tentang Penghargaan Yang Diberikan Kepada
Pegawai
Sumber: Hasil Penelitian Dari Data Yang Diolah, 2011 (Kuesioner No. 25).
Berdasarkan pertanyaan ke-25 mengenai penghargaan yang diberikan
kepada pegawai di UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil
Hutan Jakarta Barat dalam diagram 4.28 dapat dilihat bahwa satu responden yang
menyatakan selalu, dua responden yang menyatakan sering, delapan responden
yang menyatakan jarang, dan 14 responden yang menyatakan tidak pernah.
Mayoritas jawaban yang diberikan oleh responden adalah tidak pernah yang
dinyatakan oleh 14 responden. Sehingga dapat dianalisis bahwa UPT Pusat
Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat tidak
pernah memberikan penghargaan kepada pegawai yang bekerja secara maksimal
karena UPT tidak mempunyai anggaran untuk hal tersebut. Dapat diketahui bahwa
penghargaan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi pegawai karena dapat
mendorong dan meningkatkan pengabdian dan kesungguhan mereka bekerja di
UPT.
Diagram 4.29
Tanggapan Responden Tentang Ketersediaan Sarana Teknologi
Selalu;1;4%Sering;2;8%
Jarang;8;32%Tidak
Pernah;14;56%
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
Sumber: Hasil Penelitian Dari Data Yang Diolah, 2011 (Kuesioner No. 26).
Berdasarkan pertanyaan ke-26 mengenai ketersediaan sarana teknologi
dalam pelaksanaan kegiatan peningkatan pendapatan di UPT Pusat Promosi dan
Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat dalam diagram 4.29
dapat dilihat bahwa satu responden yang menyatakan sangat menunjang, tujuh
responden yang menyatakan menunjang, sepuluh responden yang menyatakan
kurang menunjang, dan tujuh responden yang menyatakan tidak menunjang.
Mayoritas jawaban yang diberikan oleh responden adalah kurang menunjang yang
dinyatakan oleh 10 responden. Jadi dapat dianalisis bahwa ketersediaan sarana
teknologi kurang memadai karena terdapat beberapa hal yang masih dianggap
kurang memadai, seperti keadaan ruangan yang tidak sesuai dengan jumlah
pegawai yang ada.
Diagram 4.30
Tanggapan Responden Tentang Kualitas Sarana Teknologi
Sangat Menunjang;1;4%
Menunjang;7;28%
Kurang Menunjang;10;
40%
Tidak Memnunjang;
7;28%
Sangat Menunjang
Menunjang
Kurang Menunjang
Tidak Menunjang
Sumber: Hasil Penelitian Dari Data Yang Diolah, 2011 (Kuesioner No. 27).
Berdasarkan pertanyaan ke-27 mengenai kualitas sarana teknologi di UPT
Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat
dalam diagram 4.30 dapat dilihat bahwa tidak ada responden yang menyatakan
sangat baik, 12 responden yang menyatakan baik, sembilan responden yang
menyatakan kurang kurang baik, dan empat responden yang menyatakan tidak
baik. Mayoritas jawaban yang diberikan oleh responden adalah baik yang
dinyatakan oleh 12 responden. Hal ini dapat dianalisis bahwa meskipun
ketersediaan sarana teknologi di UPT kurang menunjang namun kualitas pada
sarana teknologi dinyatakan baik karena setiap pegawai memanfaatkan sarana
tersebut dengan baik selain itu mereka juga menjaga sarana teknologi yang ada
dengan baik.
Diagram 4.31
Sangat Baik;0;0%
Baik;12;48%Kurang
Baik;9;36%
Tidak Baik;4;
16%Sangat Baik
Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
Tanggapan Responden Tentang Sistem Pelatihan Bagi Pegawai Di UPT
Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan.
Sumber: Hasil Penelitian Dari Data Yang Diolah, 2011 (Kuesioner No. 28).
Berdasarkan pertanyaan ke-28 mengenai sistem pelatihan bagi pegawai di
UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat
dalam diagram 4.31 dapat dilihat bahwa tidak ada responden yang menyatakan
selalu, tiga responden yang menyatakan sering, 14 responden yang menyatakan
jarang, dan delapan responden yang menyatakan tidak pernah. Mayoritas jawaban
yang diberikan olah responden adalah jarang yang dinyatakan oleh 14 responden.
Berdasarkan data di atas maka dapat dianalisis bahwa UPT jarang mengadakan
sistem pelatihan bagi pegawainya. Hal ini dikarenakan UPT jarang mempunyai
program pelatihan bagi para pegawainya, oleh karena itu para pegawai jarang
mendapatkan pelatihan dari UPT.
Diagram 4.32
Tanggapan Responden Tentang Keikutsertaan Pegawai Dalam Pelatihan
Selalu;0;0%
Sering;3;12%
Jarang;14;56%
Tidak Pernah;8;32%
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
Sumber: Hasil Penelitian Dari Data Yang Diolah, 2011 (Kuesioner No. 29).
Berdasarkan pertanyaan ke-29 mengenai keikutsertaan pegawai dalam
pelatihan di UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan
Jakarta Barat dalam diagram 4.32 dapat dilihat bahwa tidak ada responden yang
menyatakan selalu, 17 responden yang menyatakan sering, tujuh responden yang
menyatakan jarang, dan satu responden yang menyatakan tidak pernah. Mayoritas
jawaban yang diberikan oleh responden adalah sering yang dinyatakan oleh 17
responden. Berdasarkan data di atas maka dapat dianalisis bahwa pegawai UPT
sering mengikuti pelatihan yang diadakan oleh UPT, hal ini dikarenakan pada
dasarnya para pegawai memiliki keinginan untuk menambah keahlian mereka.
Diharapkan dengan mengikuti pelatihan, maka dapat membantu mereka dalam
menyelesaikan tugas yang telah diberikan.
Diagram 4.33
Selalu;0;0%
Sering;17;68%
Jarang;7;28%
Tidak Pernah;1;4%
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
Tanggapan Responden Tentang Pengiriman Pegawai Untuk Mengikuti
Jenjang Pendidikan Formal Yang Diadakan UPT
Sumber: Hasil Penelitian Dari Data Yang Diolah, 2011 (Kuesioner No. 30).
Berdasarkan pertanyaan ke-30 mengenai pengiriman pegawai UPT Pusat
Promosi dan Pemasaran Hasil Hutan dan Hasil Pertanian Jakarta Barat untuk
mengikuti jenjang pendidikan formal dalam diagram 4.33 dapat dilihat bahwa
tidak ada responden yang menyatakan selalu, enam responden yang menyatakan
sering, enam responden yang menyatakan jarang, dan tujuh responden yang
menyatakan tidak pernah. Mayoritas jawaban yang diberikan oleh responden
adalah tidak pernah yang dinyatakan oleh tujuh responden. Berdasarkan data di
atas maka dapat dianalisis bahwa UPT tidak pernah mengirim pegawainya untuk
mengikuti pendidikan formal, hal ini dikarenakan bahwa UPT tidak selalu
mempunyai program itu setiap tahunnya, sehingga tidak semua pegawai
mempunyai kesempatan untuk mengikuti pendidikan formal yang diadakan UPT.
Diagram 4.34
Selalu;0;0%
Sering;6;24%
Jarang;6;24%
Tidak Pernah;7;28%
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
Tanggapan Responden Tentang Pendidikan Formal
Sumber: Hasil Penelitian Dari Data Yang Diolah, 2011 (Kuesioner No. 31).
Berdasarkan pertanyaan ke-31 mengenai para pegawai UPT Pusat Promosi
dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat yang sedang
melanjutkan pendidikan formal dalam diagram 4.34 dapat dilihat bahwa satu
responden yang menyatakan selesai melanjutkan, delapan responden yang
menyatakan sedang dalam proses, tidak ada responden yang menyatakan belum
melanjutkan, dan 16 responden yang menyatakan tidak melanjutkan. Mayoritas
jawaban yang diberikan oleh responden adalah tidak melanjutkan dinyatakan oleh
16 responden. Berdasarkan data di atas dapat dianalisis bahwa pada dasarnya para
pegawai tidak memiliki keinginan untuk melanjutkan pendidikan formal yang
lebih tinggi. Hal ini dikarenakan beberapa hal, diantaranya adalah faktor umur,
mereka yang sudah berumur lanjut beranggapan bahwa mereka tidak mampu lagi
untuk mengikuti pendidikan formal yang menuntut waktu yang cukup lama, selain
Selesai Melanjutkan;
1;4%
Proses;8;32%
Belum Melanjutkan;
0;0%
Tidak Melanjutkan;16;
64%
Selesai Melanjutkan
Proses
Belum Melanjutkan
Tidak Melanjutkan
itu mahalnya biaya pendidikan juga menjadi factor alas an mereka tidak
melanjutkan pendidikan.
Diagram 4.35
Tanggapan Responden Tentang Pemberian Pengetahuan Antar Sesama Pegawai
Sumber: Hasil Penelitian Dari Data Yang Diolah, 2011 (Kuesioner No. 32).
Berdasarkan pertanyaan ke-32 mengenai pemberian pengetahuan antar
para pegawai di UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil
Hutan Jakarta Barat dalam diagram 4.35 dapat dilihat bahwa tidak ada responden
yang menyatakan selalu, empat responden yang menyatakan sering, enam
responden yang menyatakan jarang, dan 15 responden yang menyatakan tidak
pernah. Mayoritas jawaban yang diberikan oleh responden adalah tidak pernah
yang dinyatakan oleh 15 responden. Hal ini dikarenakan mereka mempunyai tugas
masing-masing yang harus diselesaikan sehingga mereka tidak pernah bertukar
informasi.
Diagram 4.36
Selalu;0;0%
Sering;4;16%
Jarang;6;24%Tidak Pernah;15;60%
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
Tanggapan Responden Tentang Kerjasama Yang Dilakukan Oleh UPT Pusat
Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat
Dengan Koperasi
Sumber: Hasil Penelitian Dari Data Yang Diolah, 2011 (Kuesioner No. 33).
Berdasarkan pertanyaan ke-33 mengenai kerjasama UPT Pusat Promosi
dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat dengan koperasi
dalam diagram 4.36 dapat dilihat bahwa tidak ada responden yang menyatakan
sangat bekerjasama, lima responden yang menyatakan bekerjasama, 20 responden
yang menyatakan kurang bekerjasama, dan tidak ada responden yang menyatakan
tidak bekerjasama. Mayoritas jawaban yang diberikan oleh responden adalah
kurang bekerjasama yang dinyatakan oleh 20 responden. Hal ini dikarenakan
koperasi tidak melakukan simpan pinjam untuk memberdayakan wajib retribusi
dalam meningkatkan pendapatan mereka secara individual.
Diagram 4.37
Sangat Bekerjasama;
0;0%
Bekerjasama;5;20%
Kurang Bekerjasama;20;8
0%
Tidak Bekerjasama;
0;0%
Sangat Bekerjasama
Bekerjasama
Kurang Bekerjasama
Tidak Bekerjasama
Tanggapan Responden Tentang Pengaruh Koperasi Terhadap Pendapatan
UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan
Jakarta Barat
Sumber: Hasil Penelitian Dari Data Yang Diolah, 2011 (Kuesioner No. 34).
Berdasarkan pertanyaan ke-34 mengenai pengaruh koperasi terhadapa
pendapatan di UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil
Hutan Jakarta Barat dalam diagram 4.37 dapat dilihat bahwa tidak ada responden
yang menyatakan sangat mempengaruhi, dua responden yang menyatakan
mempengaruhi, 16 responden yang menyatakan kurang mempengaruhi, dan tujuh
responden yang menyatakan tidak mempengaruhi. Mayoritas jawaban yang
diberikan oleh responden adalah kurang mempengaruhi yang dinyatakan oleh 16
responden. Berdasarkan data yang diberikan responden dapat dianalisis bahwa
kerjasama yang dilakukan koperasi dengan UPT kurang mempengaruhi
pendapatan di UPT karena koperasi tidak memberdayakan para wajib retribusi.
4.5 Pengujian Hipotesis
Sangat Mempengaruhi;0;
0%
Mempengaruhi;2;8%
Kurang Mempengaruhi;
16;64%
Tidak Mempengaruhi;
7;28%
Sangat Mempengaruhi
Mempengaruhi
Kurang Mempengaruhi
Tidak Mempengaruhi
Hipotesis yang diajukan oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: “Implementasi Strategi Peningkatan Pendapatan Di UPT Pusat Promosi
dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat Dikatakan
Mencapai Atau > 55% Dari Kriteria Yang Diharapkan”.
Hipotesis yang ada tersebut harus diujikan kebenarannya melalui
penelitian, dengan langkah pengujian hipotesis yang dilakukan dengan
menggunakan metode statistik. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan rumus
t-test satu sample untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis yang penulis
ajukan.
Sebagai langkah awal dalam pengujian hipotesis tersebut, maka peneliti
terlebih dahulu menentukan skor ideal dalam jawaban-jawaban dari pertanyaan
yang diajukan dalam bentuk kuesioner, data maksimal yang diperoleh adalah 4 x
34 x 25 = 3400 dan data minimal yang diperoleh adalah 1 x 34 x 25 = 850
sehingga skor ideal yang didapat adalah 3400 – 850 = 2550. Keterangannya
adalah 4 merupakan nilai tertinggi dan 1 merupakan nilai terendah dari setiap
pilihan jawaban pertanyaan yang diajukan pada responden, 34 merupakan jumlah
item pertanyaan yang diajukan kepada responden dalam bentuk kuesioner, dan 25
merupakan jumlah seluruh sampel dalam penelitian ini. Sedangkan skor hasil
penelitian berdasarkan data yang terkumpul adalah 1852. Dengan demikian
Implementasi Strategi Peningkatan Pendapatan Di UPT Pusat Promosi dan
Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat adalah jumlah data yang
terkumpul dibagi skor ideal yaitu 1852 : 2550 = 0,72 atau 72 %.
Langkah selanjutnya dalam pengajuan hipotesis adalah mengaplikasikan
rumus t-test satu sample. Skor ideal untuk Implementasi Strategi Peningkatan
Pendapatan Di UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil
Hutan Jakarta adalah 2550. Dengan demikian nilai mean atau rata-rata pada skor
ideal adalah 2550 : 25 = 102. Mengingat hipotesis dalam penelitian ini adalah
Implementasi Strategi Peningkatan Pendapatan Di UPT Pusat Promosi dan
Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat ini berarti nilai yang
dihipotesiskan adalah 0, 55 x 102 = 56,1.
Hₒ = µ ≤ 55% ≤ 0,55 x 102 = 56,1
Hₐ = µ > 55% > 0,55 x 102 = 56,1
Diketahui : 𝑥 =1852
25= 74,08
: 𝜇0 = 56,1
: 𝑆 = 3351,84
24= 2,41
: n = 25
Ditanya : t = ......?
Jawab : t = 𝑥 − 𝜇0
𝑆
𝑛
= 74,08 − 56,1
2,41
25
= 17,98
0,482
= 37,30
Harga 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
dengan derajat kebebasan (dk) = n – 1 = 25 – 1 = 24 dan taraf kesalahan 𝛼 = 5%
untuk uji satu pihak kanan, maka harga 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yaitu 1,711. Karena harga 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
lebih kecil terhadap 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (37,30 > 1,711) dan jatuh pada penerimaan Hₐ, maka
hipotesis nol (Hₒ) ditolak dan hipotesis kerja (Hₐ) diterima. Harga ini dapat
ditunjukkan pada Gambar 4.1. Harga 37,30 terletak pada daerah penerimaan Hₐ.
Berikut ini merupakan gambar kurva daerah penerimaannya:
Daerah Penerimaan Hₒ Daerah Penerimaan Hₐ
0 1,711 37,30
Gambar 4.1
Kurva Penerimaan dan Penolakan Hipotesis
Dari perhitungan populasi ditemukan bahwa Implementasi Strategi
Peningkatan Pendapatan Di UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian
dan Hasil Hutan Jakarta Barat adalah sebagai berikut:
Implementasi Strategi Peningkatan Pendapatan = 1852
2550𝑥 100% = 72%
Jadi telah diketahui bahwa Implementasi Strategi Peningkatan Pendapatan
Di UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta
Barat adalah sebesar 72%.
4.6 Interpretasi Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dan penghitungan pada pengujian hipotesis t-
test satu variabel didapatkan bahwa ternyata 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 lebih besar dari 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dan hal
itu dapat diartikan bahwa Hₐ diterima. Karena mencapai 72% dari angka
maksimal yaitu 55%.
Sehingga didapat pula jawaban atas perumusan masalah dalam penelitian
ini yaitu: Seberapa besar implementasi strategi peningkatan pendapatan di UPT
Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat?
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan maka jawaban rumusan masalah
tersebut adalah Implementasi Strategi Peningkatan Pendapatan Di UPT Pusat
Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat adalah
sebesar 72% dan sesuai dengan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan
adalah hasil 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 lebih besar dari 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (37,30 > 1,711). Hal ini berarti Hₐ
diterima karena hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi Strategi
Peningkatan Pendapatan Di UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian
dan Hasil Hutan Jakarta Barat lebih besar dari 55% atau mencapai 72%.
4.7 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dan penghitungan serta pengujian hipotesis,
maka dapat diketahui bahwa Implementasi Strategi Peningkatan Pendapatan di
UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat
mencapai 72%. Prosentase sebesar 72% tersebut sesuai dengan dugaan penulis
sebelumnya yang menyebutkan bahwa Implementasi Strategi Peningkatan
Pendapatan di UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil
Hutan Jakarta Barat > 55%. Pengujian hipotesis yang dilakukan berdasarkan uji
satu pihak kanan yang menunjukkan bahwa Hₐ diterima, ini berarti Implementasi
Strategi Peningkatan Pendapatan di UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil
Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat mencapai 72% dan masuk ke dalam
kategori baik.
Dalam teori yang dikemukakan oleh J. Salusu terdapat empat indikator,
maka selanjutnya akan dijelaskan bagaimana penilaian Implementasi Strategi
Peningkatan Pendapatan di UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian
dan Hasil Hutan Jakarta Barat. Indikator pertama merupakan strategi organisasi,
organisasi merupakan suatu wadah sekumpulan orang-orang untuk mencapai
tujuan dengan mengetahui pembatasan-pembatasan yang diperlukan, yaitu apa
yang dilakukan dan untuk siapa. Oleh karena itu suatu organisasi memerlukan
suatu strategi karena strategi dipandang sebagai suatu keputusan yang benar dan
mengarah pada ketepatan dan keakuratan dalam memecahkan permasalahan. Pada
indikator ini responden yang memilih jawaban A ada sebanyak 8%, responden
yang memilih jawaban B ada sebanyak 39%, responden yang memilih jawaban C
ada sebanyak 43% dan responden yang memilih jawaban D ada sebanyak 10%.
Strategi organisasi yang diterapkan di UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil
Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat untuk meningkatkan pendapatannya
dikatakan kurang baik. Hal tersebut dibuktikan dengan prosentase terbesar
responden yang menjawab C dalam indikator ini sebanyak 40%.
Indikator kedua merupakan strategi program, setiap organisasi mempunyai
program untuk mencapai tujuannya, program tersebut dapat berupa aktivitas suatu
organisasi sehingga strategi organisasi dapat dilaksanakan. Pada indikator ini
responden yang memilih jawaban A ada sebanyak 5%, responden yang memilih
jawaban B ada sebanyak 28%, responden yang memilih jawaban C ada sebanyak
39% dan responden yang memilih jawaban D ada sebanyak 28%. Strategi
program yang diterapkan di UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian
dan Hasil Hutan Jakarta Barat untuk meningkatkan pendapatannya dikatakan
kurang baik. Hal tersebut dibuktikan dengan prosentase terbesar responden yang
menjawab C dalam indikator ini sebanyak 39%.
Indikator ketiga merupakan strategi pendukung sumber data, sumber data
sangat berguna bagi suatu organisasi dalam mencapai tujuannya. Suatu organisasi
dapat melaksanakan strateginya apabila organisasi tersebut dapat memaksimalkan
pemanfaatan sumber daya esensialnya. Pada indikator ini responden yang memilih
jawaban A ada sebanyak 3%, responden yang memilih jawaban B ada sebanyak
32%, responden yang memilih jawaban C ada sebanyak 40% dan responden yang
memilih jawaban D ada sebanyak 25%. Strategi sumber data yang diterapkan di
UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat
untuk meningkatkan pendapatnnya dikatakan kurang baik. Hal tersebut dibuktikan
dengan prosentase terbesar responden yang menjawab C dalam indikator ini
sebanyak 40%.
Indikator terakhir merupakan strategi kelembagaan, kerjasama sama
sangat dibutuhkan agar strategi yang sudah diterapkan oleh suatu organisasi dapat
berhasil, baik itu kerjasama antar pegawai dalam organisasi tersebut maupun
kerjasama dengan pihak luar atau lembaga lain. Pada indikator ini responden yang
memilih jawaban A ada sebanyak 1%, responden yang memilih jawaban B ada
sebanyak 26%, responden yang memilih jawaban C ada senbanyak 43% dan
responden yang memilih jawaban D ada sebanyak 31%. Kerjasama yang
dilakukan oleh UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil
Hutan Jakarta Barat dengan lembaga lain maupun kerjasama yang dilakukan antar
pegawai untuk meningkatkan pendapatan di UPT dikatakan kurang baik. Hal
tersebut dibuktikan dengan prosentase terbesar responden yang menjawab C
dalam indikator ini sebanyak 43%.
B A B V
P E N U T U P
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis maka
Implementasi Stategi Peningkatan Pendapatan di UPT Pusat Promosi dan
Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat dinilai baik. Dalam
penelitian ini skor ideal yang diperoleh adalah 2550. Sedangkan skor hasil
penelitian berdasarkan data yang terkumpul adalah 1852. Dengan demikian
Implementasi Strategi Peningkatan Pendapatan Di UPT Pusat Promosi dan
Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat adalah 72%. Pemaparan
tersebut dianalisis berdasarkan hasil penelitian di UPT Pusat Promosi dan
Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Jakarta Barat.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil dari penelitan yang berjudul “Implementasi Strategi
Peningkatan Pendapatan di UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian
dan Hasil Hutan Jakarta Barat”, maka penulis dapat memberikan saran sebagai
berikut:
1. Melaksanakan peraturan yang telah ditetapkan, dengan demikian maka
tidak ada lagi pelanggaran yang dilakukan baik oleh para pegawai UPT
maupun para wajib retribusi dalam melaksanakan kewajiban dan tugas
mereka.
2. Meningkatkan produktivitas pegawai sehingga dapat memberikan hasil
yang maksimal agar tujuan dari UPT dapat tercapai. Untuk itu UPT perlu
menyediakan sedikiti biaya intensif untuk para pegawai agar mereka lebih
giat bekerja.
3. Meningkatkan pengawasan baik pengawasan pada setiap pegawai maupun
pada setiap objek retribusi, maka tingkat kesalahan yang dilakukan akan
semakin kecil dan hal ini akan berpengaruh pada UPT dalam
meningkatkan pendapatannya.
4. Memberikan sanksi yang tegas pada setiap wajib retribusi yang melanggar
peraturan, sehingga para wajib retribusi tidak akan melakukan kesalahan
yang sama diwaktu mendatang.
D A F T A R P U S T A K A
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Suatu Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Bastian, Indra. 2001. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia. Yogyakarta: BPFE.
Darwin. 2010. Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah. Jakarta: Mitra Wacana
Media.
David, Fred. R. 2004. Manajemen Strategis. Jakarta: Indeks.
Dirgantoro, Crown. 2007. Manajemen Strategik: Konsep, Kasus, Dan
Implementasi. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Handayaningrat, Soewarno. 1994. Pengantar Studi Ilmu Administrasi Dan
Manajemen. Jakarta: CV Haji Masagung.
Handoko, T. Hani. 2003. Manajemen.Yogyakarta: BPFE.
Hasibuan, Malayu S.P. 2007. Manajemen: Dasar, Pengertian, Dan Masalah.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hunger, Thomas Wheleen. 2003. Manajemen Strategi. Yogyakarta: Andi.
Kaho, Josef Riwu. 2007. Prospek Otonomi Daerah Di Negara Republik
Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kountur, Ronny. 2007. Metodologi Penelitian Untuk Penulisan Skripsi Dan Tesis.
Jakarta: Percetakan Buana Printing.
Mahmudi. 2010. Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Erlangga.
Mahsun, Mohammad. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta:
BPFE.
Mardiasmo. 2003. Perpajakan. Yogyakarta: Andi Offset.
Robbin, Stephen P, Mary Coulter. 2004. Manajemen. Jakarta: Indeks.
Saladin, Djaslim. 2003. Manajemen Strategi Dan Kebijakan Perusahaan. Jakarta:
Linda Karya.
Salusu, J. 1996. Pengambilan Keputusan Stratejik untuk Organisasi Publik Dan
Organisasi Nonprofit. Jakarta: Grasindo.
Siahaan, Marihot P. 2005. Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Singarimbun, Masri, Sofian Effendi. 2008. Metode Penelitian Survai. Jakarta:
Pustaka LP3ES Indonesia.
Sugiyono. 2007. Metodologi Penelitian Aministrasi. Bandung: Alfabeta.
Suparmoko, M. 2002. Ekonomi Publik: Untuk Keuangan Dan Pembangunan
Daerah. Yogyakarta: Andi.
Syafiie, Inu Kencana. 1999. Ilmu Administrasi Publik. Jakarta: Rineka Cipta.
Usman, Husaini, Purnomo Setyadi Akbar. 2009. Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta: Bumi Aksara.
Yuwono, Sony, dkk. 2008. APBD Dan Permasalahannya. Malang: Bayu Media.
Widjaja, H.A.W. 1998. Percontohan Otonomi Daerah Di Indonesia. Jakarta:
Rineka Cipta.
Widjaja, H.A.W. 2007. Otonomi Daerah Dan Daerah Otonom. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.