implikasi multidimensional kebijakan telemaika

36
Implikasi Multi-dimensional dari Kebijakan Telematika Indonesia *) Oleh: Mas Wigrantoro Roes Setiyadi Country Advocate, GIPI Indonesia Pengantar Peradaban dunia pada masa ini dicirikan dengan fenomena pertumbuhan Internet dan globalisasi di hampir semua bidang kehidupan, dari sains dan teknologi, mainan anak - anak hingga tatanan rambut orang dewasa. Salah satu pendorongnya adalah kemajuan teknologi yang berhasil membuahkan integrasi teknologi telekomunikasi, informasi dan multimedia. Ketika mereka masih berkembang sendiri - sendiri dampak yang dihasilkan belum sebesar sekarang, namun ketika telekomunikasi telah memperkaya teknologi informasi, keduanya menghasilkan jenis - jenis pelayanan baru yang sebelumnya tidak pernah terwujud. Pelayanan - pelayanan baru ini pada hakekatnya bertujuan memenuhi kebutuhan informasi yang disajikan dalam berbagai bentuk. Karena manusia menerbitkan dan menerima informasi menggunakan inderanya (mata, hidung, telinga, dan mulut), maka pelayanan inipun berupaya menyajikan informasi dalam kombinasi bentuk gambar, grafik, text, dan suara. Oleh karenanya penggunaan berbagai media sebagai data masukan atau informasi keluaran dari *) Makalah dipresentasikan dalam Seminar Dies Natalis Fisipol Universitas Gajah Mada Ke-46, tanggal 19 september 2001, di Jogjakarta. Page 1 of 36

Upload: maswig

Post on 13-Jun-2015

292 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Pemanfaatan Teknologi Infomrasi dan Komunikasi (Telematika) menimbulkan implikasi pada berbagai aspek kehidupan manusia

TRANSCRIPT

Page 1: Implikasi Multidimensional Kebijakan Telemaika

Implikasi Multi-dimensional dari KebijakanTelematika Indonesia*)

Oleh: Mas Wigrantoro Roes Setiyadi Country Advocate, GIPI Indonesia

PengantarPeradaban dunia pada masa ini dicirikan dengan fenomena pertumbuhan Internet

dan globalisasi di hampir semua bidang kehidupan, dari sains dan teknologi, mainan anak

- anak hingga tatanan rambut orang dewasa. Salah satu pendorongnya adalah kemajuan

teknologi yang berhasil membuahkan integrasi teknologi telekomunikasi, informasi dan

multimedia. Ketika mereka masih berkembang sendiri - sendiri dampak yang dihasilkan

belum sebesar sekarang, namun ketika telekomunikasi telah memperkaya teknologi

informasi, keduanya menghasilkan jenis - jenis pelayanan baru yang sebelumnya tidak

pernah terwujud. Pelayanan - pelayanan baru ini pada hakekatnya bertujuan memenuhi

kebutuhan informasi yang disajikan dalam berbagai bentuk. Karena manusia menerbitkan

dan menerima informasi menggunakan inderanya (mata, hidung, telinga, dan mulut),

maka pelayanan inipun berupaya menyajikan informasi dalam kombinasi bentuk gambar,

grafik, text, dan suara. Oleh karenanya penggunaan berbagai media sebagai data masukan

atau informasi keluaran dari kombinasi alat telekomunikasi dan komputasi menjadi suatu

keniscayaan. Fenomena inilah yang kemudian disebut sebagai konvergensi teknologi

telekomunikasi, informasi, dan multimedia.

Kemajuan dan perkembangan teknologi, khususnya telekomunikasi, multimedia

dan teknologi informasi (telematika) pada akhirnya merubah tatanan organisasi dan

hubungan sosial kemasyarakatan. Hal ini tidak dapat dihindari, karena fleksibilitas dan

kemampuan telematika untuk memasuki berbagai aspek kehidupan manusia. Bagi

sebagian orang, telematika telah membuktikan perannya sebagai alat bantu yang

memudahkan aktivitas kehidupan, sekaligus membantu meningkatkan produktivitas.

Mereka yang sudah dapat menikmati manfaat telematika, terbukti mengalami

peningkatan kekuatan ekonomi dan menjadi kelompok masyarakat yang relatif makmur,

sebaliknya mereka yang belum memperoleh kesempatan pada umumnya berpenghasilan

*) Makalah dipresentasikan dalam Seminar Dies Natalis Fisipol Universitas Gajah Mada Ke-46, tanggal 19 september 2001, di Jogjakarta.

Page 1 of 23

Page 2: Implikasi Multidimensional Kebijakan Telemaika

rendah dan bahkan di beberapa negara hidup dalam kemiskinan. Fenomena seperti ini

makin menguatkan hipotesa the winner takes all yang kurang lebih menyiratkan makna

bahwa yang kaya semakin kaya, sementara yang miskin tetap saja miskin.

Internet sebagai perwujudan konvergensi telah menyebar ke seluruh penjuru

dunia pada empat dekade terakhir ini, terutama di negara - negara yang memiliki

kemampuan menyerap tekonologi, dan oleh karenanya di negara negara kaya kemudian

terbentuk suatu kelompok yang disebut masyarakat informasi (Fukuyama, 2000). Transisi

karakter ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat cenderung berjalan lebih cepat ketika

Internet melengkapi kemampuannya untuk memfasilitasi aktivitas bisnis dan

perdagangan menjadi lebih efisien dan kompetitif. Perubahan ini makin nyata,

sebagaimana dikatakan Fukuyama

"A society build around information tends to produce more of the two things people

value most in modern democracy: freedom and equality".

Menyikapi kondisi yang demikian, banyak negara yang sedang berusaha keras

menyiapkan kerangka kebijakan bagi pembangunan telematika agar dapat mengatasi

fenomena kesenjangan digital (digital divide). Meski yang terlihat di permukaan adalah

masih sedikitnya penggunaan telematika bagi sebagian penduduk di belahan bumi ini,

namun akar permasalahan dari digital divide ini sangat kompleks, karena tidak saja

menyangkut pengembangan dan penggunaan teknologi, namun juga adanya masalah

ketidak-mampuan ekonomi, masalah sosio-kultural, serta sistem politik di masing -

masing negara. Ada beberapa kesamaan di antara negara - negara di Asia Pasifik dalam

menyikapi fenomena digital divide ini, khususnya menyangkut strategi dan prioritas

kebijakan pembangunan bidang telematika.

Di sisi lain, struktur fisik Internet yang cenderung menjadi substitusi bagi sarana

telekomunikasi konvensional, menjadikannya sulit bagi pemerintah dan anggota

masyarakat lain untuk melakukan upaya pengendalian dan atau sensor. Dapat dimengerti

bila kemudian muncul kekhawatiran dari sementara pihak bahwa penggunaan Internet

akan lebih banyak menimbulkan mudharat dari pada manfaat. Beberapa pemimpin

pemerintahan negara di Asia bahkan telah menyuarakan kekhawatirannya bahwa

keterbukaan Internet dapat merusak moralitas dan identitas budaya masyarakat. Namun

demikian di tengah retorika dan kontroversi, beberapa negara di Asia sudah mulai

Page 2 of 23

Page 3: Implikasi Multidimensional Kebijakan Telemaika

menyediakan kebijakan yang dimaksudkan untuk mendukung penyebar-luasan Internet,

dengan suatu keyakinan bahwa Internet akan membawa manfaat yang lebih besar dan

membantu meningkatkan daya saing ekonomi bila dikelola dengan benar (Hongladarom,

2000). Antusiasme dalam mengadopsi Internet pada gilirannya mengundang pertanyaan

sejauh mana ia dapat berpengaruh pada semua aspek kehidupan dan bagaimana

sebaiknya kebijakan publik yang memadai perlu disediakan agar pengaruh ekonomi,

sosial dan budaya terhadap masyarakat penggunanya memberikan manfaat dari pada

mudharat.

Dalam makalah ini penulis mengetengahkan observasi pengaruh multi-

dimensional meliputi aspek ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan

sehubungan dengan kebijakan telematika yang pernah ada di Indonesia. Analisa

kebijakan menggunakan pendekatan kualitatif berdasarkan teori dan kaidah yang banyak

diaplikasikan di berbagai negara. Pada beberapa kasus penggunaan istilah Internet,

Telematika, dan Teknologi Informasi sering dipakai secara bergantian untuk mengacu

pada maksud yang sama, meskipun ketiganya masing - masing memiliki definisi yang

berbeda. Pada beberapa bagian dalam makalah ini, penulis mengajukan rekomendasi

yang diharapkan dapat digunakan oleh pemerintah, organisasi sosial , atau sektor bisinis

sebagai pertimbangan dalam membuat kebijakan strategi atau aktivitas lain yeng

berhubungan dengan pemanfaatan telematika.

Sasaran Umum Kebijakan Telematika

Evolusi Telematika akan terus terjadi dengan atau tanpa kebijakan nasional di

bidang telematika yang dinyatakan dengan sistematis, jelas, dan komprehensif. Namun

demikian kebijakan yang tidak koherent akan mendorong terjadinya pembangunan

infrastruktur dan penggunaan sumber daya secara tidak efisien dan tidak efektif. Guna

mencegah terjadinya pemborosan sumber daya, dibuatlah petunjuk sasaran yang biasanya

dipakai oleh negara -negara berkembang dalam menyusun kebijakan.

Pada umumnya ada tiga sasaran utama kebijakan pemerintah di bidang telematika

(Koh How Eng, 1999): pertama, tercapainya pertumbuhan ekonomi dan daya saing

(economic growth and competitiveness). Kedua, tercapainya peningkatan kualitas

hidup (quality of life) masyarakat, dan ketiga, tercapainya stabilitas pertahanan dan

Page 3 of 23

Page 4: Implikasi Multidimensional Kebijakan Telemaika

ketahanan nasional yang kokoh dan tak tergoyahkan dari gangguan internal

maupun eksternal.

Hubungan antara telematika, pertumbuhan ekonomi, daya saing, kualitas

kehidupan dan stabilitas pertahanan keamanan nasional dapat digambarkan dalam

diagram 1 di bawah.

Diagram 1: Siklus pengaruh kebijakan telematika

Karena fleksibilitas telematika yang mampu menjadi alat peningkatan efisiensi

dan produktivitas bagi semua sektor ekonomi, kebijakan telematika pada gilirannya akan

memfasilitasi tercapainya pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi

akan berperan sebagai salah satu syarat bagi tercapainya peningkatan kualitas hidup.

Beberapa parameter lain yang menunjukan kesejahteraan atau kualitas hidup misalnya

tingkat kesehatan masyarakat, pelayanan publik, infrastruktur ekonomi, perlindungan

lingkungan, pendidikan, kesehatan spiritual, serta kebebasan mengeluarkan dan

memperoleh informasi. Masyarakat yang ekonomi, phisik dan nonphisik-nya sehat, pada

gilirannya akan menghendaki kebebasan berpolitik dalam lingkungan yang demokratis.

Ketiga kondisi pertama: kesehatan ekonomi, kualitas hidup, dan lingkungan yang

demokratis mendukung terciptanya negara yang memiliki stabilitas pertahanan dan

keamanan nasional. Hal ini dapat dimengerti karena pada umumnya di negara yang

memiliki kondisi ideal seperti ini masyarakatnya cenderung hidup dengan penuh

tanggung jawab dan berupaya menjaga keberhasilan yang telah dicapai agar bangunan

sosial yang terbangun tidak runtuh diterjang berbagai krisis. Sebaliknya, sistem

pertahanan dan keamanan yang baik akan memberi kontribusi bagi meningkatnya

investasi, pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kualitas hidup.

Page 4 of 23

Telematika

Investasi

Pertumbuhan Ekonomi

Kualitas Hidup

StabilitasHankamnas

Demokratisasi

Page 5: Implikasi Multidimensional Kebijakan Telemaika

Ketiga sasaran tersebut di atas dapat dicapai apabila pemerintah dan masyarakat

dalam kebijakan publik di bidang telematika yang dibuatnya mencakup strategi dan

implementasi di tingkat operasional dapat melakukan hal - hal sebagai berikut:

a. Meningkatkan manfaat dari teknologi informasi,

b. Membantu masyarakat dan organisasi untuk menyesuaikan perkembangan terbaru

dan memberikan perangkat serta model untuk merespon secara rasional tantangan

yang muncul seiring dengan perkembangan Telematika,

c. Memfasilitasi tersedianya infrastruktur komunikasai dan informasi yang terjangkau

oleh segenap anggota masayarakat,

d. Meningkatkan kualitas pelayanan dan produk - produk telematika,

e. Mendorong inovasi dalam pembangunan dan penggunaan teknologi,

f. Mendorong terjadinya penyebar-luasan informasi, transparansi,dan akuntabilitas serta

mengurangi birokrasi intra dan antar organisasi

g. Identifikasi prioritas dalam pembangunan telematika

h. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk lebih mudah mengakses informasi

i. Menyediakan sumber daya telematika bagi institusi pendidikan dan pemerintahan

j. Mendukung konsep belajar seumur hidup

k. Melatih individu dan organisasi agar memiliki pengetahuan dan ketrampilan di

bidang telematika

Elemen - elemen Kebijakan Telematika

Kebijakan nasional di bidang telematika yang komprehensif biasanya memuat

segala permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan sektor telematika dan sekaligus

menetapkan strategi pemecahannya. Kebijakan yang baik juga dilengkapi dengan rencana

aksi dan petunjuk pelaksanaan yang berisi program dan milestone yang hendak dicapai,

skedul pelaksanaan, penanggung jawab, serta anggaran yang dibutuhkan.

Beberapa elemen yang pada umumnya dibahas dalam kebijakan telematika:

1. Pembangunan Infrastruktur Telematika

Infrastruktur telekomunikasi

Interkoneksi, Universal Service Obligation/Universal Access, Perijinan, dan Tarif

Interoperasi sistem informasi

Page 5 of 23

Page 6: Implikasi Multidimensional Kebijakan Telemaika

Peningkatan pelayanan publik

Penghematan biaya transaksi

Electronic Commerce

Pengembangan standar teknologi

2. Pengembangan pengetahuan dan ketrampian (skills)

Penelitian dan pengembangan

Pendidikan dan pelatihan di bidang telematika

3. Legislasi dan kebijakan

Difusi teknologi informasi

Pengembangan industri telematika

Kebijakan perdagangan untuk produk - produk dan jasa telematika

Kebijakan Perpajakan pada transaksi elektronik

Perlindungan hak atas kekayaan intelektual

Privasi atas data pribadi

Perlindungan terhadap keberagaman budaya dan bahasa

Perlindungan dari konten yang olegal dan merusak tatanan sosial

Adposi standar

4. Koordinasi dan pengembangan institusi

Struktur institusi regulator

Koordinasi dalam pengembangan kbijakan telematika nasional

Kerjasama internasional

5. Akses Telematika

Akses kepada infrastruktur

Akses kepada informasi

6. Pemantauan Kinerja Telematika

Pemantauan penggunaan telematika

Pengukuran pengaruh telematika

Realitas versus Ideal

Page 6 of 23

Page 7: Implikasi Multidimensional Kebijakan Telemaika

Bila kita perhatikan, kebijakan yang baru saja diterbitkan oleh pemerintah

seringkali menjadi tidak sesuai dengan realita yang sedang terjadi di masyarakat. Hal ini

menjadi wajar karena pada umumnya proses pembuatan kebijakan memerlukan waktu

yang relatif lama, sementara perubahan teknologi berlangsung begitu cepatnya, sehingga

ketika proses pembuatan kebijakan telah selesai, implementasi di lapangan menjadi tidak

sesuai lagi dengan kenyataan yang ada. Penyebab lain dari selalu terjadinya kebijakan

yang ketinggalan dibandingkan dengan realita di masyarakat adalah kekurang-mampuan

aparat pemerintah baik di tingkat pusat maupun instansi pelaksana dalam mengelola

pembangunan dan penggunaan telematika.

Tabel 1: Perbandingan situasi realitas versus ideal dalam pembangunan telematika

Feature Ideal design RealityDevelopment objectives

System goals are based on well-defined programme or business needs.

All participants in the project agree about how the system will serve the needs of users.

The system objectives are reasonable given the resources available.

The system objectives have the support of elected officials and top management. The objectives include performance measures and a post-implementation evaluation.

Most initiated applications are never used because their development is not completed or because they are not suitable for their intended purposes or are too difficult to put into operation. Management and staff are ill-informed and poorly trained in how to use ICT effectively. They do not have mechanisms to keep themselves up to date with the evolution of technology. Staff are unable to articulate their needs. ICT personnel have no time to relate to organizational goals and study how business is being conducted. Management has no practical measurement indicators to optimize ICT spending and personnel. Consequently, it is difficult to set meaningful and realistic objectives for ICT development. Overambitious goals are set compared with available resources. Application development is started before the availability of requisite support resources is confirmed. In inter-agency projects, the substantive goals of participating organizations can overlap or conflict, even when the organizations are engaged in a joint project.

ICT project management

All participants are treated as equals and have a substantial stake in the project's success. All participants understand the project

Individuals and organizations resist changes.

Project goals are often comprehensive, but

Page 7 of 23

Page 8: Implikasi Multidimensional Kebijakan Telemaika

management process and the roles and responsibilities of all the players. Available financial resources are invested where they are most needed.

Information about project status is shared frequently. The participants engage in joint problem identification and problem-solving. Collectively, the project team has the skills needed to carry out a successful system project.

budgets to achieve them are usually underestimated. New projects are started with too little advance information, weak leadership support, inadequate user participation, too little funding, and less-than-comprehensive training and orientation.

Many projects take considerably longer than originally planned. Especially in government projects, the roles of collaborating parties in project planning and management can conflict with their (simultaneous) oversight and regulatory roles, and become a source of difficulty in working relationships.

___________________ Source: Derived from "Tying a Sensible Knot: A Practical Guide to State-Local Information Systems", Center for Technology in Government, State University of New York at Albany (1999).

Kebijakan telematika perlu mengenali permasalahan - permasalahan seperti

tersebut di atas dan sekaligus menawarkan solusinya. Pengembangan aplikasi seyogyanya

didasarkan pada metodologi pengembangan yang baik, yang telah terbukti berfungsi

dengan baik di negara - negara lain, realistis dan objektif. Namun demikian ukuran

keberhasilan kebijakan telematika tetap saja ditentukan pada tahap implementasi yang

disesuaikan dengan kondisi nyata di lapangan.

Objektif dan substansi kebijakan telematika di berbagai negara di Asia Pasifik

memiliki kesamaan dan perbedaan dalam konteks internasional, nasional maupun lokal.

Perbandingan fitur dasar dan hubungannya dengan berbagai tingkat pelaksana kebijakan

telematika disajikan dalam tabel 2 di bawah.

Tabel 2. Hubungan antara kebijakan - kebijakan pada level organisasi, nasional dan internasional

Feature Organizational policies National-level policies International policies

Creator Chief executives and chief information officers.

Government, government agencies, government agency coordinating national and/or government-wide ICT development.

Intergovernmental bodies organizations, international business alliances, large hardware and software manufacturers, multinational corporations.

Method of creation

Various methods in use, some leading to explicit articulated

Typically initiated by governments, triggered by models of other

Working groups, international meetings, research and

Page 8 of 23

Page 9: Implikasi Multidimensional Kebijakan Telemaika

policies, others to ad hoc sets of instructions or to related insertions in sectoral policies.

countries. A drafting agency is selected and a draft is circulated for comments among the rest of the government agencies.

development by large hardware and software manufacturers, standards development by international organizations.

Compre- hensiveness

Highly variable, from non-existent to very comprehensive.

Some developed countries are starting to have comprehensive national ICT policies, including national information infrastructure policies and government-wide policies. However, many developing countries have no articulated national ICT policies.

Concentrate on policies that are required in international transactions. Do not effectively address several areas, including impact on social development, access to information and effectiveness of technology transfer.

Main objectives

To support organizational business goals by improving operational efficiency and exchange of information. To maintain and improve competitiveness.

To provide all citizens with equitable access to information and information technologies. To ensure that ICT is part of national education programmes. To improve efficiency and transparency of civil service. To address national ICT issues, such as those arising from national languages.

To ensure that all countries can benefit from information and communication technologies. To develop and promote international technology standards.

Main problems in creating such policies

Resistance to change, especially when technology threatens conventional structures. Difficulty in deciding who is responsible for policy development.

Difficulty in making them pragmatic and meaningful. Setting of the balance between national policy and sectoral policies in which ICT plays a role.

Enormous variation in country conditions.

Links to global policies

Indirect link. Mainly through adoption of international ICT standards and observance of trading agreements.

Direct observance of international agreements and standards as applicable to country commitments. Global policies and standards provide material for setting components of national policies.

Links to national policies

Enterprises may be restricted by national laws and regulations, or may benefit from national development incentives, education programmes, and so on.

Models and experiences of other countries are useful in creating national policies.

International standards are promoted at national level. National policies may address international issues and identify participating agencies in international cooperation.

Links to enterprise policies

Models and experiences of others, especially business associates, are useful in the creation of policies.

Adoption of national standards at enterprise level.

Adoption of international standards at enterprise level.

Main deficiencies in current policies

Inadequate enterprise level adjustments necessitated by ICT development.

Lack of systematic approaches to ICT development in developing countries. Lack of understanding of the impact of ICT on society.

Lack of international mechanisms that could effectively help in the diffusion of ICT in developing countries. Lack of international laws and mechanisms to control undesirable aspects of ICT use.

Role of intergovernme

Mostly indirect, through effects on national and global-

Being independent from ICT vendors, an advisory role in ICT

A central role in international standard setting, in coordinating

Page 9 of 23

Page 10: Implikasi Multidimensional Kebijakan Telemaika

ntal organizations in improvement

level policies. Direct advisory role in respect of counterpart government agency policies.

development in central government, in various government sectors and agencies. International support for good governance usually includes ICT components.

rules and regulations.

Faktor - faktor yang mempengaruhi kebijakan nasional telematika

Kondisi politik dan model pemerintahan suatu negara biasanya mempengaruhi

proses perumusan kebijakan telematika. Di negara - negara yang otoriter, peran

pemerintah dalam merumuskan kebijakan telematika biasanya besar sekali. Lebih lanjut,

tidak hanya pada tahap perumusan saja, tetapi juga ketika tahap implementasi, fokus

kebijakan dan aktor pelaksananya biasanya terpusat pada instansi dan pejabat pemerintah.

Meskipun disebutkan ada peran swasta biasanya hanya sebagai pelengkap dan sepanjang

swasta menurut petunjuk pemerintah. Sebaliknya di negara - negara yang lebih

demokratis, dalam proses penyusunan dan implementasi kebijakan pemerintah lebih

banyak mengajak swasta untuk terlibat secara langsung.

Pada umumnya pentingnya kebijakan telematika disadari oleh pimpinan politik

tertinggi di negara -negara berkembang, dan beberapa di antaranya malahan memelopori

pembangunan kebijakan telematika. Namun demikian, efektivitas dan keberhasilan

kebijakan telematika di suatu negara tidak menjadi jaminan keberhasilan bila kebijakan

yang sama diterapkan di negara lain sebagaimana adanya. Perbedaaan ekonomi, politik,

dan sosio-kultural menjadi hal - hal penting yang harus diperhatikan ketika merumuskan

kebijakan telematika yang menggunakan referensi dari negara lain.

Berikut adalah beberapa aspek yang perlu menjadi pertimbangan ketika

merumuskan kebijakan telematika:

1. Infrastruktur Telematika, berbagai studi dan bukti empiris menunjukkan bahwa

rendahnya kuantitas dan kualitas infrastruktur menjadi problem utama dalam

pembangunan dan penyebar-luasan telematika di negara - negara berkembang. Yang

tergolong infrastruktur telematika adalah infrastruktur telekomunikasi, Internet, dan

komputer. Kebijakan nasional telematika seharusnya memberi penekanan pada upaya

mengatasi kelangkaan infrastruktur telematika ini. Peran pemerintah dalam

Page 10 of 23

Page 11: Implikasi Multidimensional Kebijakan Telemaika

menyediakan infrastruktur telekomunikasi haruslah pada posisi terdepan, terutama

dalam menyediakan sarana telekomunikasi di daerah - daearah yang secara ekonomis

kurang potensial. Pada level taktis operasional, kebijakan guna meningkatkan

kuantitas dan kualitas infrastruktur dapat berupa insentif dan penyertaan modal

pemerintah kepada swasta yang bersedia membangun di daerah - daerah rural dan

remote.

2. Produk dan pelayanan Telematika, komputer sebagai alat utama dalam telematika di

beberapa negara masih tergolong sebagai barang mahal, bahkan di Indonesia

digolongkan sebagai bawang mewah dan oleh karenanya perlu dikenakan pajak

barang mewah. Mahalnya harga komputer beserta peralatan pendukungnya

(peripherals) disadari atau tidak menjadi faktor penghambat dalam penyebar-luasan

telematika. Penyediaan komputer dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat luas

merupakan kebijakan tepat dalam mengatasi mahalnya harga komputer. Edukasi

kepada masyarakat bahwa untuk dapat menikmati telematika tidak harus

menggunakan komputer yang canggih perlu ditingkatkan. Kebijakan - kebijakan lain

yang banyak dilakukan oleh negara berkembang untuk mengatasi masalah ini seperti

misalnya pengurangan pajak impor untuk produk - produk telematika, dan

mendukung terbentuknya kewiraswastaan di kalangan muda.

3. Monopoli Telekomunikasi, negara - negara berkembang di Asia Pasifik hingga saat ini

masih dihadapkan pada eksistensi monopoli penyelenggaraan telekomunikasi yang

dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara. Namun demikian ada beberapa di

antaranya yang sudah mulai merestrukturisasi pasar telekomunikasinya dengan secara

bertahap melepas hegemoni monopoli dan menuju liberalisasi pasar yang

memungkinkan pelaku lain untuk masuk menjadi pelaku bisnis di bidang

telekomunikasi. Monopoli, bagaimanapun menimbulkan distorsi pasar akibat ketidak-

efisienan dalam pengelolaannya. Sebagai akibatnya masyarakat pengguna jasa

telekomunikasi yang selalu dirugikan. Bersamaan dengan proses menuju

pemerintahan yang demokratis, liberalisasi di sektor telekomunikasi tidak dapat

dihindari. Manfaat dari liberalisasi adalah kompetisi yang pada gilirannya akan

memberikan harga dan kualitas yang lebih murah dan lebih baik bagi konsumen.

Page 11 of 23

Page 12: Implikasi Multidimensional Kebijakan Telemaika

Kebijakan nasional telematika perlu mendukung proses liberalisasi sektor

telekomunikasi.

4. Keberagaman kesiapan instansi pemerintah dalam mengimplementasikan telematika,

pada umumnya, instansi pemerintah di negara - negara berkembang justru kurang

memahami dan selalu terlambat dalam menggunakan telematika sebagai bagian dari

strategi pelayanan publik. Jika hal ini terjadi, menjadi tidak aneh bila terjadi

kebijakan yang dihasilkan jauh dari kenyataan yang ada di masyarakat. Agar

kebijakan telematika dapat berjalan dengan baik, pemerintah perlu memberi contoh

sebagai pengguna telematika dengan membangun proyek - proyek percontohan di

bidang aplikasi pelayanan publik. Selain itu, penyelenggaraan program pelatihan dan

penyegaran bagi personel juga merupakan kebijakan operasional yang dimaksudkan

untuk mengatasi masalah keberagaman pemahaman terhadap telematika.

5. Gaya dan Struktur Manajemen tidak kondusif, majoritas penyebab kegagalan

kebijakan telematika disebabkan oleh rendahnya kualitas perencanaan dan

pengelolaan, bukan disebabkan oleh kurangnya sumber daya atau kesalahan

pemilihan teknologi. Program - program pembangunan sektor telematika seringkali

harus berhadapan dengan hirarki dan struktur organisasi yang tidak kondusif dan

mudah menerima inovasi. Kebijakan nasional telematika seyogyanya menekankan

pentingnya keterlibatan pejabat senior pemerintah dan swasta terkait dalam

pengembangan telematika dan mendorong mereka memiliki tanggung jawab dalam

pembangunan telematika di instansi masing - masing.

6. Terbatasnya anggaran, permasalahan yang juga sering dihadapi oleh negara - negara

berkembang dalam pembangunan telematika adalah terbatasnya anggaran pemerintah

yang cenderung semakin kecil. Keterbatasan ini menyebabkan mereka tidak mampu

menyediakan teknologi yang tepat bagi pengembangan telematika. Untuk mengatasi

masalah ini, di samping diperlukan kesediaan pemerintah memperbasar alokasi

anggaran, kebijakan telematika juga harus mampu memberi arah dan petunujuk bagi

pengunaan teknologi telematika yang tepat guna.

7. Rendahnya teledensity dan penetrasi Internet, infrastruktur telekomunikasi dan

Internet merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya.

Teledensity yang rendah tidak menunjang upaya penyebar-luasan Internet, lebih jauh,

Page 12 of 23

Page 13: Implikasi Multidimensional Kebijakan Telemaika

rendahnya penetrasi Internet menghambat laju pertumbuhan electronic-commerce, e-

government, dan semua yang tergolong dalam aktivitas the new economy.

8. Minimnya sumber daya manusia yang menguasai telematika, hambatan utama lain

yang dihadapi negara - negara berkembang khususnya di Asia Pasifik adalah masih

langkanya sumber daya manusia yang mumpuni di bidang telematika, tidak saja di

bidang keteknikan, tetapi juga yang memahami aspek sosio-teknologi yang selalu

berjalan beriringan dengan pengembangan teknologi itu sendiri. Di lingkungan swasta

hal ini tidak begitu terasa, karena orang lebih suka bekerja di swasta dengan

penghasilan yang relatif lebih besar. Tidak demikian halnya di instansi pemerintah, di

mana penghasilan pegawai pemerintah selalu lebih rendah dari pegawai swasta,

sebagai akibatnya tingkat penyerapan teknologi telematika di lingkungan pemerintah

juga selalu lebih rendah dari swasta. Kebijakan nasional telematika harus memberi

perhatian kepada sumber daya manusia yang bekerja di lingkungan pemerintah agar

mereka dapat bekerja secara profesional dan menghasilkan karya - karya yang

berkualitas.

Kebijakan Telematika di Indonesia

Komputer pertama kali masuk ke Indonesia pada awal tahun 1970-an. Sejak masa

itu hingga pertengahan tahun 1997 boleh dikatakan tidak ada kebijakan pada tingkat

nasional yang dapat dijadikan acuan bagi pengembangan teknologi informasi. Pada tahun

1993/94 pernah terbit Instruksi Presiden yang mengharuskan instansi pemerintah untuk

menggunakan Personal Komputer produk dalam negeri. Inpres ini menjadi kurang

bermanfaat ketika harga komputer branded turun mendekati komputer hasil rakitan

dalam negeri.

Sebelum itu, pada pertengahan dekade 80-an hingga awal 1990-an, pernah ada

wacana perlunya kebijakan yang mengatur standar profesi bagi karyawan/ti di instansi

pemerintah yang bekerja di Bagian Pengolahan Data Elektronik atau Pusat Data dan

Informasi. Beberapa departemen berhasil menelorkan kebijakan yang menetapkan

jenjang kepangkatan fungsional seperti programmer, sistem analist, dan lain - lain dan

kepada mereka yang menyandang kepangkatan fungsional ini diberikan hak - hak

Page 13 of 23

Page 14: Implikasi Multidimensional Kebijakan Telemaika

tertentu. Tetapi upaya ini tidak berkelanjutan, karena tidak semua departemen memiliki

peerhatian yang sama terhadap masalah ini.

Dari pendekatan institusional, pernah berdiri Badan Koordinasi Otomatisasi

Administrasi Negara (Bakotan) yang menjadi cikal bakal konsep Nusantara 21. Tugas

utama Bakotan pada waktu itu adalah menjadi institusi yang mengkordinasikan semua

upaya peningkatan kualitas pelayanan administrasi negara melalui penggunaan teknologi

informasi. Bakotan dihapuskan ketika ternyata lembaga ini dinilai tidak mampu

mengemban tugas yang diberikan kepadanya.

Kebijakan yang secara khusus mengatur telematika di Indonesia baru muncul

sejak tahun 1997 ketika terbit Keputusan Presiden Nomor 30 tentang pembentukan Tim

Koordinasi Telematika Indonesia (TKTI). Mengikuti perkembangan politik, TKTI -

Soeharto ini ikut berevolusi ketika negara ini dipimpin oleh Presiden Habibie. Ketika itu

Presiden Habibie mengeluarkan Keppres guna membentuk TKTI dan memperbaharui

mandat yang diberikan kepada tim kerja. Di masa Presiden GusDur diperbaharui (lagi)

dengan Kepres Nomor 50/2000 yang menunjuk Wakil Presiden sebagai Ketua TKTI

dengan anggota semua menteri baik yang memimpin departemen ataupun menteri negara.

Prestasi yang dihasilkan oleh TKTI selama masa GusDur adalah berhasil menyusun

Kerangka Kebijakan Pengembangan dan Pendayagunaan Teknologi Telematika di

Indonesia, yang dikukuhkan sebagai bagian dari Instruksi Presiden Nomor 6/2001.

Menyusul Inpres ini, pemerintah berserta wakil sektor swasta bersama - sama menusun

Daftar Rencana Aksi (Action Plan) yang terdiri dari 75 item kegiatan.

Latar belakang terbitnya Inpres 6/2001 adalah sebagai wujud kepedulian dan

komitmen akan pentingnya kebijaksanaan pemerintah di bidang Telematika serta dalam

rangka mempecepat pengembangan, pembangunan dan pendaya-gunaan Telematika

Indonesia. Kebijakan ini berisikan arahan untuk dijadikan sebagai acuan dan landasan

pemerintah, sektor swasta, dunia usaha, dan masyarakat dalam pengembangan dan

pendayagunaan Telematika di Indonesia yang meliputi:

Teknologi Telematika untuk mempersatukan bangsa dan memberdayakan

masyarakat;

Teknologi Telematika dalam masyarakat dan untuk masyarakat;

Pengembangan infrastruktur nasional;

Page 14 of 23

Page 15: Implikasi Multidimensional Kebijakan Telemaika

Peran sektor swasta dan iklim usaha;

Peningkatan kapasitas dan teknologi Telematika;

Pengembangan E-Government atau Government On-line; dan

Peningkatan dan penguatan Tim Koordinasi Telematika Indonesia (TKTI).

Di lain pihak, sejak masih era kepemimpinan Soeharto, pembahasan perubahan

Undang - Undang Nomor 3/89 tentang telekomunikasi terus berlangsung, dan akhirnya

berhasil pada masa pemerintahan Presiden Habibie, menjadi Undang - Undang Nomor

36/1999 tentang Telekomunikasi yang mulai berlaku sejak 8 September 1999. UU ini

memiliki semangat untuk mengakhiri monopoli penyelenggaraan telekomunikasi yang

dilaksanakan oleh PT. Telkom dan PT. Indosat. Selain itu, pada UU 36/1999 ini juga

menetapkan struktur pasar yang baru bagi penyelenggaraan telekomunikasi. Sektor

swasta yang dalam penetapan kebijakan di masa lalu tidak pernah diberi peluang, dalam

UU 36/99 diberi kesempatan seluas - luasnya untuk terlibat dalam penetapan kebijakan

yang disalurkan melalui Lembaga Mandiri. Sejalan dengan liberalisasi telekomunikasi,

UU 36/1999 juga telah menyinggung perlunya dibentuk Badan Regulasi Independen

yang berperan sebagai regulator sementara depertemen lebih difungsikan sebagai penetap

kebijakan saja.

Peraturan pelaksanaan yang mengacu pada UU 36/1999 yang sudah terbit antara

lain: Peraturan Pemerintah Nomor 52/2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi,

dan PP Nomor 53/2000 tentang Frekuensi dan Orbit Satelit. Beberapa Keputusan Menteri

(Kepmen) Perhubungan juga terbit guna melengkapi peraturan di atasnya yang sudah

terbit sebelumnya.

Selain instansi yang mengatur perencanaan, penyediaan, dan penggunaan

infrastruktur telematika, pada awal tahun 2001 Departemen Kehakiman dan HAM,

mengeluarkan Keputusan Menteri yang mengatur tentang pelayanan legalisasi Badan

Hukum melalui Sistim Administrasi Badan Hukum (Sisminbakum). Keputusan ini dapat

dianggap sebagai teladan kepemimpinan dalam membangun pelayanan publik melalui

media elektronik.

Meski sempat muncul pertanyaan yang menyoal komitmen Presiden GusDur

terhadap pembangunan telematika, namun Presiden GusDur setidaknya telah

menunjukkan perhatiannya terhadap dunia telematika. Selain Inpres 6/2001, beliau juga

Page 15 of 23

Page 16: Implikasi Multidimensional Kebijakan Telemaika

menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 1/2001 tentang penggunaan lahan bekas lapangan

terbang Kemayoran sebagai wilayah pengembangan telematika, dan Instruksi Presiden

Nomor 2/2001 tentang penggunaan bahasa Indonesia untuk program - program komputer.

Sayangnya, realisasi Inpres 1/2001 belum mendapat sambutan baik dari pemerintah

sendiri maupun sektor swasta. Walau sempat terjadi perdebatan di beberapa mailing list

tentang perlu - tidaknya mem-bahasa-Indonesia-kan program - program komputer, pada

akhirnya komunitas telematika menyadari bahwa diminta atau tidak oleh pemerintah,

pihak penyedia konten sangat berkepentingan untuk menyajikan informasi kepada publik

Indonesia dalam bahasa Indonesia. Hal ini tidak menutup kesempatan dari beberapa

upaya yang sedang dilakukan oleh para pakar telematika untuk membuat progam

kompilasi dalam bahsa Indonesia.

Di Bappenas, sejak tahun 1997 hingga sekarang ada beberapa proyek di bidang

teknologi informasi yang sudah dan atau sedang dikerjakan menggunakan dana pinjaman

dari World Bank, antara lain: pembuatan National Information Technology Frameworks

(NITF), Technical Asistance Training Program (TATP) suatu program pelatihan bagi

usaha kecil menengah untuk mendaya-gunakan penggunaan teknologi informasi bagi

menunjang bisnisnya, Inventarisasi Ketanggapan dan Pengembangan Kerangka Hukum

Electronic Commerce, Pengembangan Strategi Pembangunan Industri Perangkat Lunak

Nasional, dan Pengembangan Indonesia Country Gateway - suatu portal yang diharapkan

menjadi kumpulan bagi portal - portal lain yang memuat segala informasi tentang

Indonesia.

Di bidang pelayanan publik, di bebeberapa daerah tingkat dua (kabupaten/kota)

telah menyediakan kebijakan untuk membangun aplikasi E-Government. Pembangunan

E-Government ini merupakan salah satu bentuk komitmen pemerintah dalam upaya

mengantisipasi perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

terjadi saat ini serta untuk mempercepat pengembangan pembangunan Telematika

Indonesia di masa mendatang, khususnya pemanfaatan teknologi informasi guna

mendukung penyelenggaraan sektor pemerintahan dan pelayanan publik.1

1 Sambutan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Selaku Ketua Pelaksana Harian Tim Koordinasi Telematika Indonesia, pada acara peresmian workshop e-government Asia Pacific Telecom 2001, Tanggal 16 Mei 2001, di Jakarta.

Page 16 of 23

Page 17: Implikasi Multidimensional Kebijakan Telemaika

Khusus untuk pengembangan Government On-line, pemerintah melalui Inpres

6/2001 berpendapat bahwa aplikasi E-government yang diterapkan di seluruh organisasi

pemerintah, baik di pusat maupun daerah terutama instansi yang memberikan pelayanan

kepada masyarakat, tidak semata ditujukan untuk memberikan pelayanan informasi saja,

namun akan lebih bermanfaat apabila dikembangkan untuk memberikan pelayanan

interaktif, sehingga melalui Internet masyarakat dapat mengakses berbagai

penyelenggaraan pelayanan. Dalam konteks ini, E-Government diharapkan menjadi

perangkat untuk mewujudkan Good Governance.

Sejauh ini, untuk mewujudkan E-Government for good governance difokuskan

pada:

a. Pelayanan publik dan masyarakat secara online seperti pengurusan KTP, Passpor,

SIM, STNK, SIUP, dll.

b. Transparency dan Akuntabilitas seperti regulasi yang melibatkan masyarakat.

Permasalahan di sekitar kebijakan telematika

Meski terhitung sudah banyak kebijakan di bidang telematika yang dibuat

pemerintah, namun kita dapat merasakan betapa lambatnya laju pembangunan sektor ini.

Dari pengamatan sementara ini, ada beberapa penyebab lambatnya pembangunan

telematika di Indonesia: pertama, belum ada kepemimpinan nasional telematika (e-

leadership) yang dapat dijadikan panutan bagi aparat pemerintah maupun masyarakat

luas dalam menetapkan gol dan strategi pembangunan telematika. Kepemimpinan

nasional di bidang telematika sangat penting sebagaimana dicontohkan oleh Perdana

Menteri Malaysia Dr. Mahathir Muhammad, yang telah memberikan visi dan misi bagi

pembangunan Malaysia untuk mencapai Knowledge Economy melalui penyediaan sarana

dan prasarana InfoComm. Demikian pula dicontohkan oleh Presiden Bill Clinton ketika

mencanangkan penggunaan electronic commerce bagi mempermudah transaksi ekonomi.

Kedua, belum tersedia kebijakan pada setiap jenjang pemerintahan yang dapat

menjadi petunjuk operasional. Hal ini menjadi wajar karena karakter budaya Indonesia

yang paternalistik sehingga ketika terjadi kekosongan e-leadership, birokrat pemerintah

di bawahnya tidak termotivasi untuk membangun dan menyediakan perangkat kebijakan

yang memfasilitasi pembangunan telematika.

Page 17 of 23

Page 18: Implikasi Multidimensional Kebijakan Telemaika

Ketiga, tidak tersedianya anggaran pembangunan yang mencukupi untuk

dialokasikan di sektor telematika. Hingga saat ini telekomunikasi dibedakan dari

infrastruktur ekonomi lainnya seperti jalan raya, pelabuhan, dan lapangan terbang. Hal ini

dapat terlihat dari indikator Belanja Pemerintah di bidang telematika yang menunjukkan

bahwa: [1] sejak tahun 1985 pemerintah tidak lagi mengalokasikan anggaran untuk

membangun infrastruktur telekomunikasi. Pembangunan sarana dan prasarana

telekomunikasi sepenuhnya diserahkan kepada Badan Penyelenggara yang diberi hak

monopoli; PT. Telkom untuk penyelanggaraan telekomunikasi sambungan lokal dan

jarak jauh (SLJJ), Indosat untuk penyelengaraan telekomunikasi internasional (SLI). [2]

rata - rata anggaran untuk sektor perhubungan selama masa orde baru sebesar 5.4% dari

total belanja APBN. Belanja perangkat teknologi informasi dimasukkan dalam pos - pos

lain, komputer dan perangkat pendukungnya dikelompokkan sebagai sarana penunjang

aktivitas proyek atau operasional kantor.

Keempat, kurangnya kemampuan dan kesediaan koordinasi antar-instansi

pemerintah sehingga menimbulkan duplikasi pekerjaan dan aplikasi yang tidak efisien.

Duplikasi ini banyak terjadi karena tata kerja pemerintah yang berpola pada pendekatan

proyek. Banyak proyek yang memiliki derajat kesamaan hasil dan seharusnya dapat

dikerjakan oleh satu instansi, namun pada kenyataannya dikerjakan juga oleh instansi lain

meski masih dalam naungan satu departemen.

Kelima, masih kurangnya apresiasi terhadap profesi di bidang telematika sehingga

banyak pegawai pemerintah yang memiliki kemampuan namun tidak menerapkan

kemampuannya tersebut secara optimal. Hal ini diperparah dengan masih rendahnya

perlakuan dan penghargaan kepada karya intelektual, sehingga lengkaplah alasan bagi

hilangnya motivasi membangun telematika di negeri ini.

Page 18 of 23

Page 19: Implikasi Multidimensional Kebijakan Telemaika

Dampak kebijakan telematika

Dalam memahami dampak kebijakan, perlu dibandingkan antara tujuan kebijakan

dan keluaran yang dihasilkan setelah kebijakan tersebut diimplementasikan. Ada

beberapa model analisa yang lazim digunakan untuk melihat implikasi dari suatu

kebijakan yang telah dijalankan beberapa waktu tertentu. Untuk memahami dampak

kebijakan secara komprehensif, idealnya dilakukan suatu penelitian kuantitatif dan

kualitatif agar kita bisa menilai apakah suatu kebijakan berhasil atau gagal. Keterbatasan

waktu yang ada menyebabkan penulis hanya mengunakan analisa normatif saja untuk

menilai implikasi dari kebijakan telematika yang pernah ada.

Implikasi Ekonomi

Sebelum adanya rentetan kebijakan di bidang telematika, kontribusi sektor

telematika terhadap GNP rata - rata antara 3-5%. Kebijakan telematika yang muncul

bersamaan dengan krisis ekonomi belum mampu meningkatkan kontribusi sektor ini

terhadap GNP. Hal ini disebabkan beberapa hal: pertama, masih melekatnya berbagai

kendala sebagaimana diuraikan di muka; kedua, substansi kebijakan belum mendorong

peningkatan aktivitas bisnis di bidang telematika. Dengan demikian, meskipun secara

kuantitatif - selama periode 1997 - 2001 makin banyak perusahaan di bidang telematika

khususnya electronic commerce namun secara agregat output yang dihasilkan belum

memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian.

Hingga tahun 1995 pertumbuhan jumlah pemakai telepon (teledensity) tidak

mengalami kenaikan yang luar biasa. Penambahan cukup besar baru terjadi setelah

pemerintah mengeluarkan kebijakan Kerja Sama Operasi (KSO) antara PT. Telkom

dengan beberapa mitra domestik dan luar negeri untuk mengelola wilayah - wilayah

pelayanan tertentu sesuai kesepakatan. Pada dua tahun pertama terjadi penambahan

satuan sambungan terpasang sebanyak 2 juta sehingga sekarang teledensity Indonesia

menjadi 3%. Penambahan ini terhenti akibat krisis dan konflik antara PT. Telkom dengan

salah satu mitranya sehingga pelanggan dan calon pelanggan di wilayah Jawa Barat

menjadi tidak terlayani dengan baik.

Masih rendahnya teledensity dan penetrasi Internet di satu sisi menciptakan

peluang yang sangat besar bagi investor untuk masuk ke pelayanan telekomunikasi.

Page 19 of 23

Page 20: Implikasi Multidimensional Kebijakan Telemaika

Namun di sisi lain hal ini menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil saja masyarakat

Indonesia yang sudah memiliki akses ke Internet.

Implikasi Sosial

Implikasi sosial dilihat dari seberapa jauh kebijakan telematika berpengaruh

terhadap perubahan: kualitas pendidikan, angka kemiskinan, kesehatan masyarakat,

kriminalitas, dan partisipasi masyarakat dalam aktivitas sosial. Dalam beberapa kasus,

kebijakan di tingkat departemen dapat dirasakan manfaatnya dalam upaya meningkatkan

kualitas pendidikan. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Departemen Pendidikan

Nasional misalnya, dapat dikatakan sukses dalam programnya untuk meng-Internet-kan

sekolah - sekolah menengah kejuruan. Namun demikian keberhasilan ini belum diikuti

oleh Direktorat lain di departemen yang sama atau Departemen lain yang memiliki

tanggung jawab untuk membangun dan memperbaikan kualitas kehidupan melalui

pendidikan.

Dari pengamatan sementara, penulis menyimpulkan bahwa belum ada hubungan

yang kuat antara kebijakan di bidang telematika dengan pengurangan angka kemiskinan.

Hal ini dapat dimengerti karena rakyat miskin belum memiliki daya beli atau daya

jangkau untuk memiliki dan menggunakan telematika. Sementara ini baru golongan

menengah ke atas saja yang dapat menikmati manfaat telematika secara langsung bagi

peningkatan kesejahteraan. Upaya penggunaan bersama sumber daya (resource sharing)

dalam wujud warung telekomunikasi dan atau warung Internet merupakan satu alternatif

bagi mendekati golongan miskin ini agar mereka mulai akrab dengan telematika.

Hal yang hampir sama terjadi pada aspek kesehatan masyarakat, belum terbukti

bahwa telematika telah memberikan kontribusi signifikan bagi peningkatan kesehatan

masyarakat, yang sifatnya phisik dan nonphisik. Aplikasi telematika yang mendukung

upaya peningkatan kesehatan jasmani seperti telehealth belum banyak tersedia di

Indonesia. Demikian pula untuk kesehatan rokhani, meski dalam kebijakan sudah

dicantumkan perlunya membangun kesehatan spiritual, namun aplikasi yang mendukung

kebijakan ini belum banyak tersedia. Tetapi karena pengguna telematika juga masih

relatif sedikit, dampak negatif dari Internet seperti penyimpangan perilaku sosial,

misalnya, masih tergolong sedikit.

Page 20 of 23

Page 21: Implikasi Multidimensional Kebijakan Telemaika

Bentuk kriminalitas baru yang menggunakan modus operandi telematika belum

sebanyak kejahatan konvensional. Meski demikian kecenderungan kejahatan di dunia

maya (cyber crime) cenderung meningkat. Yang perlu diwaspadai, kualitas kejahatan

juga makin meningkat, sehingga menimbulkan tantangan baru bagi aparat penegak

hukum untuk mencari solusi dan pencegahan bagi terjadinya kejahatan di bidang

telematika yang memiliki dampak sosial ekonomi besar sekali. Ketiadaan perangkat

hukum yang mengatur dunia cyber sudah dirasakan menjadi kendala bagi pencegahan

dan penyidikan kasus - kasus kriminal di bidang telematika.

Implikasi Budaya

Agak sulit untuk mengukur dampak kebijakan telematika yang mempengaruhi

budaya bangsa. Jika dilihat dalam skala kecil, kelompok masyarakat tertentu yang sudah

menggunakan telematika, pengaruh kebijakan terhadap terhadap budaya dapat mudah

dikenali. Pada kelompok profesional misalnya, sejak adanya fasilitas email, orang lebih

suka berkomunikasi dengan e-mail dari pada menggunakan surat tertulis biasa yang

dikirim melalui pos. Demikian juga, sejak diberlakukannya kebijakan membuka operator

telepon selular, kita melihat hampir semua eksekutif atau para karyawan di kota

metropolitan selalu membawa handphone kemana mereka pergi. Sekarang bahkan

banyak yang membawa handphone lebih dari satu.

Sebaliknya pada masyarakat yang tinggal di kota kecil atau bahkan pedesaan,

proses perubahan budaya berjalan sangat pelan dan dalam jangka panjang cenderung

tidak dapat dirasakan bila sudah ada pengaruhnya.

Implikasi Pertahanan dan Keamanan

Bila kita melihat ke belakang, ketika Internet muncul sebagai solusi bagi

kebutuhan sistem pertahanan dan keamanan di Amerika Serikat, dan melihat betapa

banyak pemerintah yang terlambat mengadopsi Internet, kita bisa menyatakan bahwa

terjadi suatu ironi mana kala pemerintah mengeluarkan berbagai peraturan yang

menghalangi penyebar-luasan penggunaan Internet, dengan alasan pertahanan dan

keamanan. Di satu sisi, bila tidak diatur dengan seksama, penggunaan telematika dapat

membahayakan eksistensi suatu negara, terutama bila telematika diguakan oleh pihak

Page 21 of 23

Page 22: Implikasi Multidimensional Kebijakan Telemaika

yang tidak memiliki nurani. Sebaliknya pengaturan yang berlebihan akan mengurangi

manfaat telematika dan pada gilirannya justru menimbulkan rangsangan - rangsangan

bagi pihak tertentu untuk melanggarnya.

Dari model pendekatan seperti ini, Indonesia pada saat ini dapat dikatakan belum

memiliki kebijakan di bidang telematika yang berhubungan dengan sistem pertahanan

dan keamanan. Untungnya, belum ada kejadian yang mengindikasikan gangguan

pertahanan dan keamanan yang muncul dari penggunaan telematika.

Simpulan

Kebijakan telematika yang meliputi sektor telekomunikasi, informasi, dan

multimedia pada akhirnya sangat diperlukan bagi tumbuh-kembangnya telematika,

sehingga dapat membantu baginya untuk berperan sebagai fasilitator pembangunan

nasional di semua sektor. Walaupun ada nilai - nilai dan ketentuan universal yang

menjadi ciri dari kebijakan telematika, namun dalam membangun kebijakan ini perlu

mempertimbangkan faktor kondisi yang terdapat pada sistem pemerintahan dan

masyarakat yang hendak menjadi subjek dan objek dari kebijakan tersebut.

Secara umum, kebijakan telematika bertujuan untuk mencapai pertumbuhan

ekonomi, tercapainya daya saing, peningkatan kualitas hidup, dan terjaganya sistem

pertahanan dan keamanan suatu negara. Bila tujuan ini dapat dijabarkan dalam langkah -

langkah strategis diharapkan telematika dapat menjadi sarana bagi terwujudnya negara

yang demokratis. Untuk itu identifikasi kendala dalam pembuatan dan implementasi

kebijakan perlu menjadi bagian dari proses pembuatan kebijakan. Hal ini juga

dimaksudkan agar pembuat kebijakan dan masyarakat dapat memahami bahwa selalu ada

gap antara kondisi ideal yang kita inginkan dengan kenyataan yang ada meski sudah ada

kebijakan yang mengatur untuk membantu mencapai kondisi ideal.

Kebijakan telematika yang pernah ada di Indonesia, secara umum belum mampu

menjadi pendorong bagi perubahan kondisi ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan

keamanan. Dari satu sisi hal ini cukup memprihatinkan, namun bila kita beripikr positip,

kondisi ini memberi peluang dan tantangan yang lebih besar bagi pemerintah sekarang

umumnya dan instansi yang mengurusi telematika khususnya untuk dapat membangun

Page 22 of 23

Page 23: Implikasi Multidimensional Kebijakan Telemaika

kebijakan - kebijakan yang berdampak besar bagi tercapainya keadilan, kemakmuran dan

kesejahteraan Indonesia.*****

Page 23 of 23