indikasi dari tonsilektomi pediatri
DESCRIPTION
docTRANSCRIPT
![Page 1: Indikasi Dari Tonsilektomi Pediatri](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082319/577c779c1a28abe0548ccc45/html5/thumbnails/1.jpg)
Indikasi dari Tonsilektomi pada Anak
Claudine Gysin
Divisi Otolaringologi Pediatri, Universitas Rumah Sakit Anak Zurich, Swiss
Abstrak
Indikasi yang memungkinkan untuk tonsilektomi termasuk sleep apnea dan gangguan
pernapasan yang berhubungan dengan obstruksi saluran napas saat tidur lainnya, tonsilitis
berulang, abses peritonsil, demam periodik, stomatitis aftosa, faringitis, adenitis (PFAPA),
dan kondisi langka lainnya. Selama beberapa abad terakhir indikasi telah berubah, dengan
penurunan penyebab infeksi dan peningkatan penderita sleep apnea. Sleep apnea pada anak-
anak sulit untuk didiagnosis dengan menggunakan polisomnografi, pemeriksaan ini sulit
dilakukan dan mahal harganya, terutama untuk anak usia yang lebih muda. Sleep apnea yang
dikonfirmasi oleh PSG, tonsilektomi mengurangi gangguan tidur yang dialami pasien hampir
80% pasien. Yang masih belum jelas adalah bagaimana mendiagnosis gangguan pernapasan
saat tidur tanpa PSG dan khasiat tonsilektomi pada populasi ini. Tonsilitis berulang umumnya
kurang didokumentasikan dan studi yang dilakukan untuk menilai efektivitas tonsilektomi
jarang dikerjakan. Ketika infeksi sering terjadi selama beberapa tahun (> 7 episode / 1
tahun,> 5/2,> 3/3) beberapa manfaat dari operasi tonsil bisa ditemukan. Jika lebih sedikit
episode infeksi yag terjadi, maka manfaat tonsilektomi rendah. Abses peritonsil cenderung
diterapi dengan tonsilektomi quinsy. Beberapa PFAPA dan psoriasis pada anak mungkin
akan mendapatkan manfaat dari tonsilektomi. Tonsilektomi untuk kondisi lain tidak
dibenarkan.
Kata kunci
Tonsilektomi, Indikasi, Pediatrik, OSAS, Tonsilitis
1 | P R E S E N T A S I J U R N A L
![Page 2: Indikasi Dari Tonsilektomi Pediatri](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082319/577c779c1a28abe0548ccc45/html5/thumbnails/2.jpg)
Tonsilektomi dengan atau tanpa adenoidektomi (TA) adalah salah satu yang prosedur
bedah yang paling sering dilakukan. Pada awal abad ke-20, tonsilitis berulang adalah alasan
utama untuk mengambil tonsil, tetapi tonsilektomi juga dilakukan untuk beberapa kondisi
tidak benar-benar berhubungan dengan tonsil. Akibatnya, TA mewakili 30-50% dari semua
anak yang melakukan operasi di tahun 1930-an [1]. Pada waktu itu, beberapa publikasi yang
dilakukan mulai meningkatkan perhatian tentang indikasi dan manfaat tonsilektomi, serta
efek potensial terhadap kekebalan tubuh. Munculnya antibiotik di tahun 1950 mengakibatkan
penurunan dramatis dalam keseluruhan jumlah tonsilektomi. Di Amerika Serikat, frekuensi
turun dari 1.400.000 TA per tahun pada tahun 1959 menjadi 500.000 pada tahun 1979 [1,2].
Kecenderungan yang sama diamati di Inggris, dengan penurunan dari 200.000 tonsilektomi
per tahun pada tahun 1930 menjadi 50.000 pada awal abad ke-21 [3]. Mungkin sebagai akibat
dari akhir 'tonsilektomi besar-besaran', kasus pertama dari cor pulmonal dengan hipertensi
pulmonal dan gagal jantung kongestif reversibel setelah TA dilaporkan pada tahun 1960, dan
kondisi ini kemudian disebut Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS). Pergeseran
indikasi untuk tonsilektomi terjadi, dan gangguan napas saat tidur telah menjadi alasan utama
untuk dilakukannya TA di negara-negara barat [2,4].
Meskipun tonsilektomi merupakan prosedur yang sering dilakukan, ada variabilitas
yang luas antara negara [3,5] mengenai nilai dari tonsilektomi. Van den Akker
et al. [6] mengevaluasi tingkat pediatrik TA dalam dua kelompok usia (0-14 dan 15-19
tahun), ditemukan nilai bervariasi dari 19 per 10.000 anak di Kanada dan 118 per 10.000 di
Irlandia Utara pada kelompok anak yang lebih muda dan dari 19 per 10.000 di Kanada dan 76
per 10.000 di Finlandia di kelompok remaja. Audit 5 tahun di Inggris menemukan variasi
tujuh kali lipat pada angka tonsilektomi di daerah otoritas lokal [3]. Banyak alasan telah
diusulkan untuk menjelaskan variabilitas yang besar ini, termasuk ketersediaan pelayanan
medis, perbedaan budaya, pelatihan dari penyedia layanan kesehatan, tetapi inti dari
permasalahan mungkin kurangnya konsensus mengenai indikasi untuk tonsilektomi.
Berdasarkan beberapa publikasi yang diterbitkan selama 30 tahun terakhir
menunjukkan pergeseran yang jelas dalam indikasi tonsilektomi. Gangguan napas saat tidur
menjadi alasan utama untuk TA pada anak-anak. Semua penelitian yang diterbitkan dalam
beberapa tahun terakhir menunjukkan tren ini, yang bahkan lebih jelas pada anak-anak di
bawah 3 tahun, di mana OSAS mencapai 90-100% dari indikasi. Pada anak-anak yang lebih
besar, infeksi lebih sering menjadi indikasi untuk dilakukannya TA [1, 2].
2 | P R E S E N T A S I J U R N A L
![Page 3: Indikasi Dari Tonsilektomi Pediatri](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082319/577c779c1a28abe0548ccc45/html5/thumbnails/3.jpg)
Obstructive Sleep Apnea Syndrome
OSAS pada anak adalah bagian dari suatu gangguan napas obstruktif saat tidur. Hal
ini mencakup seluruh spektrum kondisi obstruktif, baik dari kebiasaan mendengkur karena
sindrom resistensi saluran napas bagian atas dan OSAS. Mendengkur primer didefinisikan
sebagai mendengkur tanpa apnea berhubungan atau hypopnea, hipoksemia, hiperkapnia atau
gangguan tidur (sering terbangun pada malam hari) [7]. Sindrom resistensi atas saluran napas
pertama kali dijelaskan pada tahun 1982 oleh Guilleminault et Al. [8] dan didefinisikan
sebagai peningkatan tekanan negatif pada rongga dada selama inspirasi, yang mengarah
gangguan tidur, tapi tanpa apnea atau hipopnea, atau hipoksemia. OSAS adalah 'Gangguan
pernapasan saat tidur yang ditandai pemanjangan dari obstruksi parsial dari saluran napas atas
dan/atau obstruksi komplit intermitten/apnea obstruktif yang menganggu ventilasi normal
selama tidur dan pola tidur normal '. Sampai saat ini, mendengkur primer merupakan kondisi
yang jinak, tetapi beberapa studi menunjukkan bahwa mendengkur juga bisa memiliki
implikasi neurobehavioral pada anak-anak [9, 10].
Insiden OSAS pada anak sulit ditetapkan secara tepat, namun diperkirakan antara 1
dan 3% [7, 11] dari populasi anak. Hipertrofi adenoid dan tonsil merupakan etiologi tersering
OSAS pada anak. Puncak kejadian OSAS pada anak di usia prasekolah, yang juga merupaka
periode ketika amandel dan adenoid kebanyakan membesar. Faktor risiko OSAS pada anak
adalah hipertrofi adenoid dan tonsil, obesitas, ras (Afrika Amerika), jenis kelamin laki-laki,
gangguan saraf, dan sindrom kraniofasial [7,11].
OSAS disebabkan karena kolaps saluran napas bagian atas atau terjadinya resistensi
di sepanjang saluran napas bagian atas. Sejak hipertrofi adenotonsillar adalah temuan klinis
yang jelas, hal tersebut ditetapkan sebagai satu-satunya etiologi dari obstruksi jalan napas dan
kolaps. Kurangnya korelasi antara ukuran tonsil dan tingkat keparahan OSAS serta
peningkatan kejadian OSAS pada gangguan neuromuskuler menunjukkan kelainan
neuromuskuler pada patofisologi dari OSAS [12]. Seperti orang dewasa [13], anak-anak
dengan OSAS [14] memiliki kemampuan yang lebih rendah untuk menjaga aliran udara dan
untuk menentang / melawan kolaps jalan napas [13, 14]. Marcus et al. [14]
mendokumentasikan penurunan kolaps saluran napas pada anak-anak setelah bedah
pengobatan OSAS, menyiratkan bahwa perubahan dari respon kolaps saluran napas
reversibel dan bahwa pengobatan dini dapat bermanfaat.
3 | P R E S E N T A S I J U R N A L
![Page 4: Indikasi Dari Tonsilektomi Pediatri](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082319/577c779c1a28abe0548ccc45/html5/thumbnails/4.jpg)
Komplikasi yang terkait dengan OSAS termasuk hipertensi pulmonal, cor pulmonale
dan gagal jantung kongestif [15]. Semenjak dokter anak menyadari patologi ini, komplikasi
seperti ini sangat langka. Gagal tumbuh dilaporkan dalam 27-62% kasus OSAS [16], dan
mungkin karena sebagian untuk pengurangan faktor pertumbuhan seperti insulin dan sekresi
hormon pertumbuhan [17, 18]. Mekanisme lainnya yang diusulkan mencakup asupan kalori
yang buruk terkait dengan hipertrofi adenotonsillar, dan pengeluaran energi yang meningkat
selama tidur [19]. Gagal tumbuh reversibel setelah TA. Anak-anak dengan OSAS juga dapat
mengalami komplikasi neuropsikologi, seperti gangguan kognitif, dan prestasi buruk di
sekolah [20, 21], mengantuk berlebihan di siang hari, dan gangguan perilaku [22], seperti
hiperaktif. Anak-anak yang hiperaktif memiliki prevalensi lebih tinggi untuk menderita
OSAS [23].
Tabel 1. Simptom OSAS pada Anak
Simptom Nokturnal Simptom Diurnal
Mendengkur Kongesti hidung
Bernapas dari mulut Bernapas dari mulut
Apnea Napsu makan buruk
Sesak napas Gangguan menelan
Retraksi subkosta Mual, sering muntah
Leher hiperekstensi Gangguan pertumbuhan
Tidur yang gelisah Sering mengantuk pada siang hari
Sering terbangun Perilaku aggresif
Berkeringat Prestasi sekolah yang buruk
Mengompol Gangguan konsentrasi
Pemeriksaan Gold standart untuk mendiagnosis OSAS adalah polisomnografi (PSG) [15].
Namun, untuk mengidentifikasi dengan benar anak-anak dengan OSAS menggunakan PSG
tetap sulit. Meskipun ada penelitian berskala besar secara acak prospektif telah dilakukan,
tampaknya bahwa gejala saja tidak bisa membedakan antara anak-anak dengan mendengkur
primer dan OSAS [24, 25].
Gejala yang dipresentasikan oleh anak-anak dengan OSAS dirangkum dalam tabel 1.
Skrining untuk mendengkur harus menjadi bagian dari setiap kunjungan medis pada anak-
anak, karena pada OSAS sangat tidak mungkin tidak ditemukannya mendengkur. Jika
jawaban positif, evaluasi yang lebih rinci dari kualitas tidur dibutuhkan. Pada tahun 1997,
4 | P R E S E N T A S I J U R N A L
![Page 5: Indikasi Dari Tonsilektomi Pediatri](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082319/577c779c1a28abe0548ccc45/html5/thumbnails/5.jpg)
Nieminen et al. [26] menghubungkan temuan PSG dengan riwayat medis dan sebagai faktor
prediktif untuk OSAS, apnea diamati setiap malam oleh orang tua, mendengkur secara
konstan dan tidur gelisah, pernapasan mulut pada siang hari dan pada malam hari, dan
riwayat adenoidektomi sebelumnya.
Tabel 2. Tanda – Tanda Pemeriksaan Fisik yang Ditemukan pada Anak dengan OSAS
Kondisi secara umum, berat badan, tinggi badan, mata gelap
Bernapas dengan mulut
Hidung: deviasi septum nasal, kongesti nasal
Nasofaring: hipertrofi adenoid
Mulut dan orofaring: hipertrofi tonsil, makroglossia, crossbite, overbite
Wajah: mikrognatia, retrognatia, hipoplasia wajah bagian tengah
Tabel 2 merangkum poin-poin penting dari pemeriksaan fisik pada anak-anak dengan
OSAS. Hal tersebut harus mencakup endoskopi hidung, pemeriksaan mulut, serta evaluasi
untuk mikro atau retrognatia dan hipoplasia midfasial. Mengevaluasi ukuran adenoid dan
tonsil adalah penting, tetapi sayangnya tidak ada hubungan yang baik antara ukuran tonsil
dan OSAS [27], dan pemeriksaan fisik yang normal tidak menyingkirkan diagnosis OSAS.
PSG telah direkomendasikan untuk setiap anak yang berpotensi menderita OSAS, tapi
akses ke sleep laboratory untuk setiap anak yang mendengkur tidak memungkinkan di
beberapa negara, tanpa mengabaikan fakta bahwa PSG mahal, dan dalam banyak kasus tidak
akan mengubah tatalaksana pasien, yaitu mengangkat adenoid dan tonsil. Masalah lain adalah
kurangnya konsensus temuan abnormal pada PSG dan spesialis yang kompeten untuk
mengevaluasi hasil. PSG direkomendasikan untuk dilakukan sebelum TA untuk anak-anak
dengan faktor risiko, seperti obesitas, sindrom Down, kelainan kraniofasial, dan gangguan
neuromuskuler.
Tonsilitis Berulang
Tonsilitis berulang adalah infeksi bakteri pada orofaring karena streptococcus grup A
Beta Hemolitikus (GABHS), dan bertanggung jawab untuk sekitar 15% dari episode sakit
tenggorokan pada anak [36], sisanya disebabkan faringitis virus. Keterlibatan bakteri lain
jarang ditemukan. Tonsilitis bakteri sangat jarang di bawah usia 2 tahun, mungkin karena
5 | P R E S E N T A S I J U R N A L
![Page 6: Indikasi Dari Tonsilektomi Pediatri](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082319/577c779c1a28abe0548ccc45/html5/thumbnails/6.jpg)
kurang kuatnya perlekatan GABHS ke sel faring. Tonsilitis biasanya berupa peradangan lokal
dari orofaring berlangsung 3-5 hari dan dapat sembuh sendiri. Dalam kebanyakan kasus,
gejala klinis membaik dengan sendirinya. Terapi antibiotik mengurangi durasi gejala, dan
kejadian penyebaran lokal dan komplikasi supuratif. Alasan utama untuk pengobatan adalah
untuk menghindari demam rematik, yang dapat dicegah dengan antibiotik yang diberikan
hingga 9 hari setelah permulaan gejala.
Masalah utama adalah tonsilitis GABHS tidak didiagnosis secara tepat. Kriteria yang
sangat berguna adalah Centor Skor yang dimodifikasi [37]; 1 poin untuk kriteria sebagai
berikut: Tidak adanya batuk, pembengkakan KGB leher dan terasa nyeri, demam di atas 38°
C, tonsil dengan eksudat, dan pasien yang berusia dibawah 14 tahun. Skor 0-1, tidak
membutuhkan evaluasi atau pengobatan lebih lanjut, karena kemungkinan tonsilitis GABHS
adalah di bawah 5%. Jika skor 4 atau lebih, harus dipertimbangkan pengobatan antibiotik
tanpa evaluasi lebih lanjut karena probabilitas GABHS adalah di atas 50%. Untuk skor 2-3,
tes swab harus dilakukan sebelum mengobati dengan antibiotik. Sayangnya, GABHS
tonsilitis sering overdiagnosis, dan dalam banyak kasus pasien menerima pengobatan
antibiotik yang tidak perlu untuk infeksi virus [38].
Abses Peritonsil
Abses peritonsil merupakan kumpulan nanah antara tonsil dan otot konstriktor
superior, merupakan penyakit relatif jarang pada anak-anak. Pengobatan baik aspirasi dengan
jarum, insisi atau quinsy tonsilektomi. Pada anak-anak dan remaja, pengobatan hampir selalu
dilakukan dengan anestesi umum. Tidak ada konsensus dalam literatur mengenai modalitas
terapi terbaik pada orang dewasa, dan tidak ada membahas secara khusus terapi untuk anak.
Namun demikian, risiko kekambuhan abses peritonsilar adalah lebih tinggi pada pasien di
bawah 30 tahun, sehingga tampaknya masuk akal untuk melakukan tonsilektomi quinsy
dalam kasus tersebut.
Lain – Lain (Tonsil Asimetris, IgA Nefropati, Psoriasis)
6 | P R E S E N T A S I J U R N A L
![Page 7: Indikasi Dari Tonsilektomi Pediatri](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082319/577c779c1a28abe0548ccc45/html5/thumbnails/7.jpg)
Asimetri tonsil pada anak-anak sering alasan untuk rujukan. Harley [49] melaporkan
18% dari tonsil asimetris dari 258 anak dirujuk untuk tonsilektomi. Setelah diangkat, volume
tonsil serupa di kedua sisi. Asimetri itu terjadi karena perbedaan yang signifikan dalam
kedalaman fossa tonsil.
Alasan lain untuk rujukan adalah oklusi gigi. Pernapasan hidung sangat penting untuk
oklusi normal dan bernapas dengan mulut menunjukkan insiden yang lebih tinggi dari
maloklusi. Pernapasan mulut sering disebabkan oleh hipertrofi adenoid. Sementara ukuran
adenoid dan dengan demikian adenoidektomi atau adenotonsilektomi telah dikaitkan dengan
maloklusi dan pengobatannya, namun bukti bahwa maloklusi merupakan indikasi untuk
tonsilektomi masih kurang. Oleh karena itu, tonsilektomi tidak diindikasikan untuk
maloklusi.
Psoriasis adalah penyakit kulit autoimun kronis (T-cell-mediated) dengan gejala
berfluktuasi. Penyakit ini memiliki hubungan dengan genetik, tetapi faktor lingkungan juga
berperan. Sebuah hubungan yang kuat telah diamati selama bertahun-tahun antara psoriasis
guttata, varian psoriasis, dan tonsilitis streptokokus. Dalam sebuah studi prospektif acak,
Thorleifsdottir et Al. [51] mengevaluasi dampak dari tonsilektomi pada pasien anak-anak
psoriasis guttata selama 2 tahun. Secara keseluruhan, 86% dari pasien memiliki perbaikan
atau regresi pada psoriasis mereka [51].Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk
mengevaluasi lebih tepat indikasi untuk tonsilektomi dalam kondisi ini.
Sebuah indikasi yang kontroversial untuk tonsilektomi adalah IgA nefropati,
glomerulonefritis yang dimediasi kompleks imun. Penyebab IgA nefropati tidak diketahui.
Hubungan antara IgA nefropati dan tonsil masih belum jelas.
Kesimpulan
Indikasi paling sering untuk tonsilektomi adalah obstruksi orofaring sekunder karena
hipertrofi tonsil. Sementara sleep apnea merupakan indikasi yang jelas untuk tonsilektomi, di
sebagian besar anak-anak dengan hipertrofi tonsil, indikasi untuk tonsilektomi tetap klinis.
tonsilitis berulang umumnya kurang didokumentasikan dan tonsilektomi hanya diindikasikan
untuk tonsilitis berulang. Indikasi lain untuk tonsilektomi, yang akan dibahas, termasuk abses
peritonsillar, sindrom PFAPA dan psoriasis. Komplikasi serius dari tonsilektomi mungkin
terjadi, maka indikasi dari tonsilektomi sendiri harus akurat.
7 | P R E S E N T A S I J U R N A L
![Page 8: Indikasi Dari Tonsilektomi Pediatri](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082319/577c779c1a28abe0548ccc45/html5/thumbnails/8.jpg)
Daftar Pustaka1 Rosenfeld RM, Green RP: Tonsillectomy and adenoidectomy: changing trends. Ann Otol Rhinol Laryngol 1990;99: 187–191.2 Parker NP, Walner DL: Trends in the indications for pediatric tonsillectomy or adenotonsillectomy. Int JPediatr Otorhinolaryngol 2011; 75: 282–285.3 Suleman M, Clark MP, Goldacre M, Burton M: Exploring the variation in paediatric tonsillectomy rates between English regions: a 5-year NHS and independent sector data analysis. Clin Otolaryngol 2010; 35: 111–117.4 Erickson BK, Larson DR, St Sauver JL, Meverden RA, Orvidas LJ: Changes in incidence and indications of tonsillectomy and adenotonsillectomy, 1970–2005. Otolaryngol Head Neck Surg 2009; 140: 894–901.5 Fedeli U, Marchesan M, Avossa F, Zambon F, Andretta M, Baussano I, Spolaore P: Variability of adenoidectomy/tonsillectomy rates among children of the Veneto region, Italy. BMC Health Serv Res 2009;9: 25.6 Van den Akker EH, Hoes AW, Burton MJ, Schilder AG: Large international differences in (adeno)tonsillectomyrates. Clin Otolaryngol Allied Sci 2004; 29: 161–164. 7 Pediatric Pulmonology Subcommittee on Obstructive Sleep Apnea Syndrome A: Clinical practice guideline:diagnosis and management of childhood obstructive sleep apnea syndrome. Pediatrics 2002; 109: 704–712.8 Guilleminault C, Winkle R, Korobkin R, Simmons B: Children and nocturnal snoring: evaluation of the effectsof sleep related respiratory resistive load and daytime functioning. Eur J Pediatr 1982; 139: 165–171.9 Brockmann PE, Urschitz MS, Schlaud M, Poets CF: Primary snoring in school children: prevalence and neurocognitiveimpairments. Sleep Breath 2012; 16: 23–29.10 O’Brien LM, Mervis CB, Holbrook CR, Bruner JL, Klaus CJ, Rutherford J, Raffield TJ, Gozal D: Neurobehavioralimplications of habitual snoring in children. Pediatrics 2004; 114: 44–49.11 Rosen CL, Larkin EK, Kirchner HL, Emancipator JL, Bivins SF, Surovec SA, Martin RJ, Redline S: Prevalence andrisk factors for sleep-disordered breathing in 8- to 11-year-old children: association with race and prematurity.J Pediatr 2003; 142: 383–389.12 Edstrom L, Larsson H, Larsson L: Neurogenic effects on the palatopharyngeal muscle in patients withobstructive sleep apnoea: a muscle biopsy study. J Neurol Neurosurg Psychiatry 1992; 55: 916–920.13 Gold AR, Marcus CL, Dipalo F, Gold MS: Upper airway collapsibility during sleep in upper airway resistance syndrome. Chest 2002; 121: 1531–1540.14 Marcus CL, McColley SA, Carroll JL, Loughlin GM, Smith PL, Schwartz AR: Upper airway collapsibility in children with obstructive sleep apnea syndrome. J Appl Physiol 1994; 77: 918–924.15 Cardiorespiratory sleep studies in children. Establishment of normative data and polysomnographic predictors of morbidity. American Thoracic Society. Am J Respir Crit Care Med 1999; 160: 1381–1387.16 Katz ES, D’Ambrosio CM: Pediatric obstructive sleep apnea syndrome. Clin Chest Med 2010; 31: 221–234.
8 | P R E S E N T A S I J U R N A L
![Page 9: Indikasi Dari Tonsilektomi Pediatri](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082319/577c779c1a28abe0548ccc45/html5/thumbnails/9.jpg)
17 Nieminen P, Lopponen T, Tolonen U, Lanning P, Knip M, Lopponen H: Growth and biochemical markers ofgrowth in children with snoring and obstructive sleep apnea. Pediatrics 2002; 109:e55.18 Bonuck KA, Freeman K, Henderson J: Growth and growth biomarker changes after adenotonsillectomy:systematic review and meta-analysis. Arch Dis Child 2009; 94: 83–91.19 Marcus CL, Carroll JL, Koerner CB, Hamer A, Lutz J, Loughlin GM: Determinants of growth in children with the obstructive sleep apnea syndrome. J Pediatr 1994; 125: 556–562.20 Gozal D: Sleep-disordered breathing and school performance in children. Pediatrics 1998; 102: 616–620.21 Stein MA, Mendelsohn J, Obermeyer WH, Amromin J, Benca R: Sleep and behavior problems in school-aged children. Pediatrics 2001; 107:E60.22 Ali NJ, Pitson DJ, Stradling JR: Snoring, sleep disturbance, and behaviour in 4–5 year olds. Arch Dis Child 1993;68: 360–366.23 O’Brien LM, Holbrook CR, Mervis CB, Klaus CJ, Bruner JL, Raffield TJ, Rutherford J, Mehl RC, Wang M, Tuell A, Hume BC, Gozal D: Sleep and neurobehavioral characteristics of 5- to 7-year-old children with parentally reported symptoms of attention-deficit/hyperactivity disorder. Pediatrics 2003; 111: 554–563.24 Carroll JL, McColley SA, Marcus CL, Curtis S, Loughlin GM: Inability of clinical history to distinguish primary snoring from obstructive sleep apnea syndrome in children. Chest 1995; 108: 610–618.25 Preutthipan A, Chantarojanasiri T, Suwanjutha S, Udomsubpayakul U: Can parents predict the severity of childhood obstructive sleep apnoea? Acta Paediatr 2000; 89: 708–712.26 Nieminen P, Tolonen U, Lopponen H, Lopponen T, Luotonen J, Jokinen K: Snoring children: factors predicting sleep apnea. Acta Otolaryngol 1997; 529: 190–194.27 Nolan J, Brietzke SE: Systematic review of pediatric tonsil size and polysomnogram-measured obstructive sleep apnea severity. Otolaryngol Head Neck Surg 2011; 144: 844–850.28 Montgomery-Downs HE, O’Brien LM, Holbrook CR, Gozal D: Snoring and sleep-disordered breathing in young children: subjective and objective correlates. Sleep 2004; 27: 87–94.29 Chervin RD, Weatherly RA, Garetz SL, Ruzicka DL, Giordani BJ, Hodges EK, Dillon JE, Guire KE: Pediatric sleep questionnaire: prediction of sleep apnea and outcomes. Arch Otolaryngol Head Neck Surg 2007; 133: 216–222.30 Sivan Y, Kornecki A, Schonfeld T: Screening obstructive sleep apnoea syndrome by home videotape recording in children. Eur Respir J 1996; 9: 2127–2131.31 Brouillette RT, Morielli A, Leimanis A, Waters KA, Luciano R, Ducharme FM: Nocturnal pulse oximetry as an abbreviated testing modality for pediatric obstructive sleep apnea. Pediatrics 2000; 105: 405–412.32 Marcus CL, Omlin KJ, Basinki DJ, Bailey SL, Rachal AB, Von Pechmann WS, Keens TG, Ward SL: Normal polysomnographic values for children and adolescents. Am Rev Respir Dis 1992; 146: 1235–1239.33 Roland PS, Rosenfeld RM, Brooks LJ, Friedman NR, Jones J, Kim TW, Kuhar S, Mitchell RB, Seidman MD, SheldonSH, Jones S, Robertson P: Clinical practice guideline: polysomnography for sleep-disordered breathing prior to tonsillectomy in children. Otolaryngol Head Neck Surg 2011; 145:S1–S15.
9 | P R E S E N T A S I J U R N A L
![Page 10: Indikasi Dari Tonsilektomi Pediatri](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082319/577c779c1a28abe0548ccc45/html5/thumbnails/10.jpg)
34 Brietzke SE, Katz ES, Roberson DW: Can history and physical examination reliably diagnose pediatric obstructive sleep apnea/hypopnea syndrome? A systematic review of the literature. Otolaryngol Head Neck Surg 2004; 131: 827–832.35 Brietzke SE, Gallagher D: The effectiveness of tonsillectomy and adenoidectomy in the treatment of pediatric obstructive sleep apnea/hypopnea syndrome: a meta-analysis. Otolaryngol Head Neck Surg 2006; 134: 979–984.36 Pichichero ME: Group A beta-hemolytic streptococcal infections. Pediatr Rev 1998; 19: 291–302.37 Centor RM, Witherspoon JM, Dalton HP, Brody CE, Link K: The diagnosis of strep throat in adults in the emergency room. Med Decis Making 1981; 1: 239–246.38 Linder JA, Bates DW, Lee GM, Finkelstein JA: Antibiotic treatment of children with sore throat. JAMA 2005; 294:2315–2322.39 Burton MJ, Glasziou PP: Tonsillectomy or adeno-tonsillectomy versus non-surgical treatment for chronic/recurrent acute tonsillitis. Cochrane Database Syst Rev 2009:CD001802.40 Alho OP, Koivunen P, Penna T, Teppo H, Koskela M, Luotonen J: Tonsillectomy versus watchful waiting in recurrent streptococcal pharyngitis in adults: randomised controlled trial. BMJ (Clin Res) 2007; 334: 939.41 Paradise JL, Bluestone CD, Bachman RZ, Colborn DK, Bernard BS, Taylor FH, Rogers KD, Schwarzbach RH, Stool SE, Friday GA, et al: Efficacy of tonsillectomy for recurrent throat infection in severely affected children. Results of parallel randomized and nonrandomized clinical trials. N Engl J Med 1984; 310: 674–683.42 Paradise JL, Bluestone CD, Colborn DK, Bernard BS, Rockette HE, Kurs-Lasky M: Tonsillectomy and adenotonsillectomy for recurrent throat infection in moderately affected children. Pediatrics 2002; 110: 7–15.43 Van Staaij BK, van den Akker EH, Rovers MM, Hordijk GJ, Hoes AW, Schilder AGM: Effectiveness of adenotonsillectomy in children with mild symptoms of throat infections or adenotonsillar hypertrophy: open, randomised controlled trial. BMJ (Clin Res) 2004; 329: 651–650.44 Baugh RF, Archer SM, Mitchell RB, Rosenfeld RM, Amin R, Burns JJ, Darrow DH, Giordano T, Litman RS, Li KK, Mannix ME, Schwartz RH, Setzen G, Wald ER, Wall E, Sandberg G, Patel MM: Clinical practice guideline: tonsillectomy in children. Otolaryngol Head Neck Surg 2011; 144:S1–S30.45 Marshall GS, Edwards KM, Butler J, Lawton AR: Syndrome of periodic fever, pharyngitis, and aphthous stomatitis. J Pediatr 1987; 110: 43–46.46 Thomas KT, Feder HM Jr, Lawton AR, Edwards KM: Periodic fever syndrome in children. J Pediatr 1999; 135:15–21.47 Padeh S, Brezniak N, Zemer D, Pras E, Livneh A, Langevitz P, Migdal A, Pras M, Passwell JH: Periodic fever, aphthous stomatitis, pharyngitis, and adenopathy syndrome: clinical characteristics and outcome. J Pediatr 1999; 135: 98–101.48 Peridis S, Pilgrim G, Koudoumnakis E, Athanasopoulos I, Houlakis M, Parpounas K: PFAPA syndrome in children: a meta-analysis on surgical versus medical treatment. Int J Pediatr Otorhinolaryngol 2010; 74: 1203–1208.
10 | P R E S E N T A S I J U R N A L
![Page 11: Indikasi Dari Tonsilektomi Pediatri](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082319/577c779c1a28abe0548ccc45/html5/thumbnails/11.jpg)
49 Harley EH: Asymmetric tonsil size in children. Arch Otolaryngol Head Neck Surg 2002; 128: 767–769.50 Van Lierop AC, Prescott CA, Fagan JJ, Sinclair-Smith CC: Is diagnostic tonsillectomy indicated in all children with asymmetrically enlarged tonsils? S Afr Med J 2007; 97: 367–370.51 Thorleifsdottir RH, Sigurdardottir SL, Sigurgeirsson B, Olafsson JH, Sigurdsson MI, Petersen H, Arnadottir S, Gudjonsson JE, Johnston A, Valdimarsson H: Improvement of psoriasis after tonsillectomy is associated with a decrease in the frequency of circulating T cells that recognize streptococcal determinants and homologous skin determinants. J Immunol 2012; 188: 5160–5165.52 Kodama S, Suzuki M: Tonsillectomy as part of the treatment for IgA nephropathy: cooperation between nephrologists and otolaryngologists. Clin Exp Nephrol 2007; 11: 258–259.53 Mariotti AJ, Agrawal R, Hotaling AJ: The role of tonsillectomy in pediatric IgA nephropathy. Arch Otolaryngol Head Neck Surg 2009; 135: 85–87.
11 | P R E S E N T A S I J U R N A L