indikator hipertensi
TRANSCRIPT
INDIKATOR HIPERTENSI
No. Nama
StressMakanan
AsinMinyak jelantah
OR Rokok Alcohol
Ya Tidak YaT Y T Y T Y T Y
T
1 Pasikem √ √ √ √ √ √
2 Kardem √ √ √ √ √ √
3 Tarnuji √ √ √ √ √ √
4 Saltini √ √ √ √ √ √
5 Wiriameja √ √ √ √ √ √
6 Nasilem √ √ √ √ √ √
7 Ritem √ √ √ √ √ √
8 Mitem √ √ √ √ √ √
9 Ratem √ √ √ √ √ √
10 Winarto √ √ √ √ √ √
11 Satiem √ √ √ √ √ √
12 Kasitem √ √ √ √ √ √
13 Sutini √ √ √ √ √ √
14 Sartem √ √ √ √ √ √
15 Warsiti√
√
Ѵ Ѵ
√
Ѵ
16 Karlem√
√
Ѵ
Ѵ
√ Ѵ
17 Widem√
√
√ Ѵ
√ Ѵ
18 Karlem√
√ √Ѵ
√
Ѵ
19 Citra Wireja √ √
√ Ѵ
√ Ѵ
20 Sungeb √ √
Ѵ Ѵ
√
Ѵ
21 Ratem √ √
√ Ѵ
√ Ѵ
22 Sunarni √ √ V √ √ v
23 Turinem √ √ V V v v
24 Tasem √ √ √ V V v
25 Darmo √ √ √ V V v
26 Kusmini √ V V V v
27 Saraji √ V V V v v
28 Kaswanto √ √ √ V V v
Stress14%
Konsumsi Asin39%Jelantah
29%
Kurang Olahraga13% Alcohol
6%
indikator hipertensi
Berdasarkan data demografi penduduk desa Pegalongan yang dijadikan responden
dalam praktek lapangan kami, didapatkan bahwa lebih banyak responden penduduk
wanita dibandingkan penduduk pria. Hal ini dapat dikorelasikan dengan tingginya
penderita hipertensi yang juga merupakan penduduk wanita. Selain daripada faktor
jumlah penduduk yang didominasi oleh wanita, wanita juga memiliki beberapa faktor
resiko yang memang lebih sering terjadi pada wanita. Salah satu diantaranya adalah
obesitas yaitu kegemukan dan kadar lemak tubuh berlebihan terutama yang berada di
jaringan bawah kulit atau lemak yang menumpuk di jaringan perut yang biasa terjadi
pada wanita karena konsumsi makanan berlemak secara berlebihan dan kurangnya
olahraga atau aktivitas fisik lain. (Singh, Paramjit, 2011). Obesitas dapat dikorelasikan
dengan tinggi rendahnya resiko hipertensi karena berdasarkan data, sebagian besar
penduduk desa Pegalongan jarang melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga, juga
konsumsi makanan yang digoreng dengan minyak. Kandungan lemak yang berlebih akan
menekan kapasitas ruang dari pembuluh darah sehingga terjadi penyempitan pembuluh
darah, lemak juga dapat menyumbat pembuluh darah yang disebut dengan
Arterosklerosis dan berujung pada hipertensi.
Berdasarkan survey yang kami lakukan dalam praktek lapangan di desa Pegalongan
didapatkan juga hubungan antara hipertensi dan faktor resiko lain yang
mempengaruhinya. Faktor resiko yang berpengaruh terhadap penyakit hipertensi antara
lain yaitu kebiasaan tidak baik seperti merokok, kurangnya olahraga atau aktivitas fisik
lainnya, konsumsi makanan yang mengandung lemak berlebihan, serta terlalu sering
menggunakan minyak bekas atau jelantah dalam memasak makanan sehari-hari.
Dari berbagai faktor resiko yang sudah dijabarkan di atas, dapat diambil prosentase
dari faktor resiko penyebab hipertensi. Faktor resiko yang paling tinggi pengaruhnya
dalam menyebabkan penyakit hipertensi yaitu konsumsi makanan asin sebanyak 38% dari
keseluruhan responden. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi terjadi melalui
peningkatan volume plama, curah jantung dan tekanan darah. Konsumsi garam yang
dianjurkan tidak lebih dari 6 gram/hari yang setara dengan 110 mmol natrium atau 2400
mg/hari (Irza, 2009). Asupan natrium yang tinggi dapat menyebabkan tubuh meretensi
cairan sehingga meningkatkan volume darah. Sedangkan pada urutan kedua yang paling
berpengaruh adalah akibat dari konsumsi minyak jelantah sebanyak 28%. Pada urutan
ketiga, stress menempati faktor resiko pada warga di desa Pegalongan, stress dapat
diakibatkan oleh karena fungsi keluarga yang kurang maksimal, banyak anggota keluarga
yang selain bekerja sebagai petani, bekerja juga di luar kota, seperti misalnya Purwokerto
atau Cilacap, sehingga tidak sedikit keluarga yang tidak memiliki banyak waktu untuk
bersama. Hubungan antara stress dengan Hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf
simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf
parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak beraktivitas. Peningkatan
aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak
menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetap
tinggi.
Pada urutan keempat, kebiasaan masyarakat desa Pegalongan yang kurang
berolahraga turut berperan aktif dalam tingginya angka penderita hipertensi, sebanyak
13%, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, aktivitas fisik yang rendah dapat
menyebabkan penumpukan lemak di pembuluh darah sehingga darah dipaksa melalui
diameter pembuluh darah yang mengecil sementara volume darah yang harus melalui
pembuluh tersebut tetap konstan sehingga terjadilah kenaikan tekanan darah atau
hipertensi.
Terakhir, presentasi terkecil diduduki oleh kebiasaan mengkonsumsi alkohol pada
sebagian masyarakat desa Pegalongan, yakni sebanyak 6%. Alkohol bersifat
meningkatkan aktivitas saraf simpatis karena dapat merangsang sekresi Corticotropin
Releasing Hormone (CRH) yang berujung pada peningkatan tekanan darah.
Sebenarnya ada program di desa Pegalongan dimana para lansia diberikan beberapa
fasilitas kesehatan antara lain pemeriksaan kesehatan tiap bulan dan olahraga senam
bersama yang dilakukan setiap bulan pada minggu kedua. Namun sebagian besar
penduduk di desa Pegalongan yang dijadikan responden terutama yang berpendidikan
kurang tinggi, mereka kurang peduli dengan kesehatan sehingga tidak sedikit yang
mengatakan malas dalam mengikuti kegiatan senam tersebut. Hal ini mungkin
disebabkan oleh kurangnya pendidikan dan kesadaran akan pentingnya olahraga dalam
mencegah hipertensi selain beberapa faktor resiko yang lebih berpengaruh lainnya.
Irza, Syukraini. 2009. Analisis Faktor Resiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo
Tanjung, Sumatera Barat. Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara