indonesia - kebudayaan.kemdikbud.go.id filegelombang budaya dan peradaban global meminggirkan budaya...
TRANSCRIPT
Arus Bebas Barang
Arus Bebas Jasa
Arus Bebas Investasi
Arus Modal yang Lebih Bebas
Arus Bebas Tenaga Kerja Kompeten
Integrasi 12 Sektor Prioritas
SINGLE MARKET AND PRODUCTION BASE
Keamanan pangan
Memojokkan & Meminggirkan
4 Lahirnya “Budaya Hibriditas”
DAMPAK PARADIGMA ASEAN & GLOBALISASI
Sistem Budaya
Bahasa
Sistem Sosial
kebudayaan
- Globalisasi „The Third
Wave‟
- Gelombang Teknologi
Informasi
- Electronic Hegemoni
- Television Hegemony
- Merebaknya Jejaring
- Menjamurnya Beragam
Situs
- Cyber Culture Generation
BUDAYA
DAERAH
BUDAYA
NASIONAL
NILAI-NILAI
SPIRITUAL
KEARIFAN
LOKAL
GLOBAL
2020
± 165 Negara
ASEAN
2015
10 Negara
Gelombang Budaya dan Peradaban Global Meminggirkan
Budaya Lokal yang akan Berdampak pada :
1. Identitas budaya menjadi kabur akibat proses interaksi budaya
2. Bangsa Indonesia tercerabut dari akar budayanya
3. Banyak generasi muda yang tidak lagi memiliki rumah
budaya
4. Erosi Budaya Spiritual
5. Kearifan lokal tergusur
6. Erosi Budi Pekerti dan karakter bangsa.
7. Nilai-Nilai (simbol) Adat, Tradisi dan Budaya Asli Semakin
Dilupakan
8. Kehilangan Jati Diri
9. Komunitas Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang
Maha Esa masih termarginal
10. Yang masih memprihatinkan……falsafah Pancasila akan
digusur oleh secuil masyarakat dengan mengabaikan
keramatnya nilai-nilai yang terkandung di dalamnya 5
Pemahaman dan Toleransi dalam
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa sbb :
1. NKRI adalah negara yang berdasarkan atas Ketuhanan
Yang Maha Esa.
2. Negara memberikan jaminan kebebasan kepada warga
negara untuk memeluk salah satu agama atau
kepercayaan sesuai dengan keyakinan masing-masing.
3. Kita tidak boleh memaksakan seseorang untuk memeluk
agama kita atau memaksa seseorang pindah dari satu
agama ke agama yang lain.
4. Dalam hal ibadah negara memberikan jaminan seluas-
luasnya kepada semua umat beragama dan penganut
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa untuk
melaksanakan ibadah sesuai dengan agama dan
keyakinan masing-masing.
6
Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa jelas adalah
sublimasi dari berbagai sistem kepercayaan
Ketuhanan yang dianut di Nusantara ini baik
dari agama-agama besar pendatang maupun
sistem kepercayaan yang tersebar dalam
satuan-satuan etnik warga Indonesia yang
berada diseluruh Nusantara.
7
8
KONSTITUSI NEGARA : • UUD 1945 Pasal 29 Ayat 2 ;
Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat
menurut agamanya dan kepercayaannya itu
• Ketetapan MPR RI No. IV/MPR/1973 – 22 Maret 1973
yang dikukuhkan kembali oleh,
• Ketetapan MPR RI No. IV/MPR/1978 tentang Garis-garis
Besar Haluan Negara;
Pengakuan Aliran Kebatinan dan Kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa Tetapi Bukan Merupakan Agama.
• Keputusan Presiden No. 27 tahun 1978 tentang
Pembentukan Direktorat “Pembinaan Penghayat
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa”
9
LANDASAN YURIDIS
1. UUD No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan
Sebagaimana diubah dengan UU No. 24 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan.
2. Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan
UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan
3. Peraturan Presiden No. 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan
Tatacara Pendaftaran dan Pencatatan Sipil
4. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri
Kebudayaan dan Pariwisata No. 43 Tahun 2009 dan No. 41
Tahun 2013 tentang Pedoman Pelayanan kepada Penghayat
Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 77 Tahun
2013 tentang Pedoman Pembinaan Lembaga Kepercayaan
Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Lembaga Adat
10
KONGRES NASIONAL
Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
Komunitas Adat dan Tradisi pada Tanggal 25 – 28
September 2012 di Surabaya.
Diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal
Kebudayaan, Direktorat Pembinaan Kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
MAJELIS LUHUR KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA
INDONESIA
- Keputusan : Hasil Konggres Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Komunitas Adat dan Tradisi di Surabaya Tanggal 25 November 2012
- Akta Notaris : No. 01 Tanggal 08 September 2014
(Notaris Indah Setyaningsih)
- Keputusan : Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor AHU-00554.60.10.2014 tentang Pengesahan Pendirian Badan Hukum Perkumpulan Majelis Luhur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa
11
12
Kelembagaan Penghayat Kepercayaan
Terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
Badan Kongres Kebatinan Indonesia (BKKI) tahun 1955 kemudian menjadi,
Sekretariat kerjasama Kepercayaan kebatinan, kerohanian, kejiwaan (SKK) tahun 1970.
Ketetapan MPR tahun 1973 Aliran Kepercayaan menjadi “Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa”.
Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Melalui Musyawarah Nasional III tahun 1979 SKK diubah menjadi Humpunan Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (HPK).
Badan Kerjasama Organisasi Kepercayaan (BKOK). Forum Komunitas Penghayat Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Majelis Luhur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa (disyahkan
tahun 2014)
13
PERMASALAHAN
1. PERMASALAHAN INTERNAL
• Tidak adanya regenerasi dalam organisasi
kepercayaan.
• Minimnya pembinaan yang dilakukan oleh
pengurus/sesepuh organisasi kepercayaan
terhadap anggotanya.
• Manajemen organisasi kepercayaan
umumnya belum tertata dengan baik.
• Kurangnya pengenalan nilai-nilai ajaran
kepercayaan terhadap Tuhan YME kepada
masyarakat luas.
14
2. PERMASALAHAN EKSTERNAL
• Pemenuhan hak-hak sipil Penghayat Kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa belum dilayani
dengan optimal.
• Sebagian besar petugas pada instansi yang
melayani Penghayat Kepercayaan belum
memahami peraturan yang ada.
• Seringnya pergantian pejabat yang menangani
kebudayaan.
• Sebagian besar masyarakat Indonesia belum
memahami dan bertoleransi dengan keberadaan
penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
(Direktorat Pembinaan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi)
15
3. PERMASALAHAN UMUM
• Kurangnya kebersamaan dalam pemahaman
berorganisasi diantara penghayat.
• Masih adanya eksklusifisme diantara penghayat.
• Masih ada perbedaan diatara penghayat dalam
cara pandang hubungan antar agama, penghayat
dan peraturan negara tentang perlunya
kemajemukan.
• Masih minimnya penggalian dan pengembangan
serta pengkajian nilai-nilai luhur spiritual.
• Kurangnya Image Building/ pencitraan
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
sehingga ada stigmatisasi masyarakat.
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
16
Mandiri - Memayu Hayu Pribadi
Pamong - Memayu Hayu Sesama
Panutan - Memayu Hayu Bawana
Nilai-Nilai Spiritual
(Luhur)
Memenuhi Tatanan Masyarakat Pancasila (Nilai: Dasar, Instrumental, Praksis)
Budi Luhur
Logika, Etika
Estetika,
Hati Nurani
Adat, Budaya, Kearifan lokal
Mempunyai
Akar Spiritual
Membuahkan
Mengandung
Membangun
Kepribadian/
Karakter
Sesuai
Capaian
Kedewasaan Spiritual
dalam
Manunggaling
Kawula Gusti
Memenuhi Sila Pertama Pancasila : “Ketuhanan Yang Maha Esa”
Pluralisme dalam Bhineka Tunggal Ika
Membangun Nilai
17
Keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa
Pengakuan dan kesanggupan manembah Kepada-Nya
Membangun dan membina diri dalam nilai-nilai spiritual
kearah Kesucian, Moral, dan Budi Luhur
Mewujudkan persaudaraan antara sesama umat atas
dasar Cinta Kasih
Memenuhi kuajiban kemanusiaan dalam berbangsa dan
bernegara
Mempunyai Integritas, tidak fanatik, selalu menambah
pengetahuan pengalaman lahir batin dalam masyarakat
yang plural
Karakter Penghayat
“Nasionalis Religius”
1. Kualitas Spiritual
“Sesuai Sila Pertama Ketuhanan YME”
2. Kualitas Intelektual
“Perkembangan Peradaban dalam Pendidikan”
3. Kualitas Sosial
“Kearifan Lokal, Kearifan Nusantara”
4. Kualitas Berbangsa dan Bernegara
“Wawasan Kebangsaan”
dalam Pendidikan Budi Luhur Nusantara Harus Memenuhi :
Menjadi Manusia Seutuhnya dalam “Memayu Hayuning Bawana” 18
(Hertoto Basuki)
Peran Penghayat
Membangun Kualitas Manusia Indonesia
BUDAYA NASIONAL
PENDIDIKAN NASIONAL
POTENSI NASIONAL
Penghayat
Ketuhanan YME GLOBALISASI
• Kesadaran Utuh • Mesu Budi
• Penghayatan Pancasila • Aplikasi Spiritual-Sosial • Kepribadian Indonesia
(Budi Luhur)
• Memayu Hayu Diri (Wasesa)
• Memayu Hayu Sesama (Hamisesa)
• Memayu Hayu Bawana (Wicaksono)
PENDIDIKAN BUDI PEKERTI
NASIONAL / INTERNASIONAL
INTERAKSI AKAR BUDAYA KEARIFAN LOKAL
Peran Penghayat Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Manfaat Pembangunan Karakter Bangsa
PONDASI WATAK KEINDONESIAAN
Menjadi Manusia yang Berkualitas/ Kompeten
Pembangunan Budi Pekerti Pendidikan budi pekerti lengkapnya budi pekerti
kemanusiaan yang luhur, tidak akan berhasil baik tanpa mengenali nilai – nilai budaya dan kearifan
lokal dalam keteladanan keIndonesiaan.
20
Anies Baswedan : Tribune 28-10-2014
“Pembentukan Karater Merujuk pada Nilai – Nilai Budaya”
MANFAAT BUDI PEKERTI
Membangun karakter anak bangsa
“Reaktualisasi kearifan – kearifan lokal“
Mengeliminer pengaruh budaya global
Membangun “Nasionalisme Indonesia Baru”.
“Mempunyai semangat kebangsaan dalam persaingan antar negara”
Mempertahankan jati diri bangsa
“Membangun nilai – nilai luhur keIndonesiaan”
21
22
Sumber : http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditkt/2016/08/15/permendikbud-no-27-tahun-2016-tentang-layanan-pendidikan-kepercayaan-terhadap-tuhan-yme-pada-satuan-pendidikan/
UU SISDIKNAS BAB II
PASAL 4 :
1. Mecerdaskan Kehidupan Bangsa
2. MengembangKan Manusia indonesia Seutuhnya
a. Beriman dan Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Berbudi Pekerti Luhur
c. Memiliki Pengetahuan dan Keterampilan
d. Kesehatan Jasmani dan rohani
e. Kepribadian yang mantap dan mandiri
F. Rasa Tanggung jawab Kemasyarakatan dan kebangsaan
PENDIDIKAN BUDI PEKERTI LUHUR PENGHAYAT
KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN
1. KEYAKINAN ADANYA TUHAN YANG MAHA ESA.
2. MEMBENTUK MANUSIA SEUTUHNYA YANG BERMORAL DAN BERBUDI PEKERTI LUHUR SESUAI DENGAN NILAI SPIRITUAL DAN KEARIFAN LOKAL.
3. MEMBANGUN KARAKTER BANGSA YANG PANCASILAIS DALAM BUDAYA ETIKA MORAL KEINDONESIAAN.
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN DAN
KETERAMPILAN
1. Bidang Ilmu Dasar
2. Bidang Kesehatan
3. Bidang Sosial
4. Bidang Teknik
5. Teknologi Terapan
KEDUDUKAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI LUHUR PENGHAYAT KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA
DALAM SISDIKNAS
23 “Membangun Manusia Penghayat (PKT) Yang Kompeten Menyongsong Tahun 2030”
PERMENDIKBUD NO. 27 TAHUN 2016 ;
• Pasal 1 ayat 6 :
Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, pamong belajar, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
• Pasal 2 ayat 2 :
Muatan Pendidikan Kepercayaan wajib memiliki Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, buku teks pelajaran, dan Pendidik.
• Pasal 2 ayat 3 :
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun oleh Majelis Luhur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan diajukan kepada Kementerian untuk ditetapkan.
24
HARUS MEMENUHI
Pelestarian Budaya
• Konservasi
• Pengembangan
Aktor Pokok (Membutuhkan Komunitas Adat, Tradisi, Kearifan Lokal,
Penghayat (PKT) dan Budaya Asli)
(yang kompeten)
“Membangun Kompetensi SDM Kebudayaan ”
(Kacung Marijan)
Kompetensi terdiri dari spesifikasi
pengetahuan, keterampilan dan sikap
serta penerapannya dalam tingkat
kehidupan bermasyarakat pada standar
unjuk laku budi luhur dalam logika,
estetika dan etika yang dibutuhkan oleh
masyarakat secara umum.
26
Kompetensi Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
27
DIMENSI DESKRIPSI
TASK SKILL
Keterampilan melaksankaan
Tugas dengan Sikap Budi Luhur
Mampu berfungsi sebagai manusia seutuhnya dan secara diri
pribadi kearah kesucian, moral dan budi luhur secara rutin
TASK MANAJEMEN SKILL
Keterampilan manejerial Mampu mewujudkan persaudaraan antar sesama atas dasar
cinta kasih, mengatur diri sendiri dan kebersamaan kelompok
CONTIGENCY MANAJEMEN SKILL
Keterampilan dalam memberikan
solusi untuk keharmonisan sosial
Mampu mengatasi masalah dengan persuasif dalam perbedaan
pendapat,
JOB ROLE ENVERONMENTAL SKILL
Keterampilan sebagai
pemenuhan tanggung jawab
kemanusiaan
Mampu memenuhi kewajiban Kemanusiaan dengan tanggung
jawab dalam lingkungan dan masyarakat. Taat pada pranata
sosial dan selalu menjaga harmonisasi dengan masyarakat
lingkungannya
PANUTAN/AHLI
Mampu mencapai pencerahan batin dan mampu mentransfer
kedewasaan spiritual kepada sesama dalam persaudaraan
Dimensi Kompetensi dan Deskripsi Tenaga
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
28
JENJANG KUALIFIKASI DESKRIPSI
1. AHLI PRATAMA 1. Enlightenment Pencerahan/
Pepadang.
2. Logika - Etika – Estetika.
1. Sadar hidup dalam pikir, membangun rasa
berserah diri kepada Tuhan YME.
2. Mawas pandum hidupnya sendiri.
3. Mengendapkan Hawa Nafsu Lahir Batin.
2. AHLI MUDA
(Mandiri)
1. Nggayuh Kasantikan.
2. Wisesa.
1. Sadar hidup dalam Cahaya Budi/Pencerahan
Batin.
2. Mawas pandum hidup dengan memfungsikan
Budi.
3. Merasakan dan menangkap getaran BUDI.
3. AHLI MADYA
(Pamong/Pemimpin)
1. Mangasah Mingising Budi -
Lantiping Panggraito.
2. Hamisesa.
1. Mawas pandum hidup kebersamaan.
2. Sadar hidup dalam hati nurani.
3. Cipta, rasa dan karsa yang terbimbing dalam
dayanya Budi/Pencerahan Batin.
4. AHLI
(Panutan/Narasumber)
1. Nyadong Lumunturing
Wahyu Jatmiko.
2. Wicaksana.
1. Sadar hidup dalam Mesu Budi Hanya
Manembah kepada Tuhan YME.
2. Mawas pandum hidup yang menjabar dalam
tugas atas kehendak Tuhan YME.
3. Merasakan Pephadang (pencerahan batin)
dari Tuhan YME dalam tuntunan-Nya.
5. AHLI SENIOR Tresno Sih
Jenjang, Kualifikasi, dan Deskripsi Kompetensi Tenaga
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
DIMENSI KEDEWASAAN SPIRITUAL (DALAM NILAI-NILAI LUHUR)
Martabat
sujud Pemahaman
Spiritual
Kedewasaan
Emosional
1. TASK SKILL
Mampu berfungsi sebagai
manusia seutuhnya dan selalu
membina diri pribadi kearah
kesucian, moral dan budi luhur
2. TASK MANAJEMEN SKILL
Mampu mewujudkan
persaudaraan antar
sesama atas dasar cinta
kasih
3. CONTIGENCY MANAJEMEN SKILL
Mampu mengatasi masalah
dengan persuasif dalam
perbedaan pendapat
4. JOB ROLE ENVERONMENTAL
Mampu memenuhi kewajiban Kemanusiaan
dengan tanggung jawab dalam lingkungan
dan masyarakat
• Kedewasaan Spiritual dalam
Sistem Kesadaran
• Penghayat yang Mumpuni
MEMAYU HAYUNING BAWANA
SA
NG
KA
N P
AR
AN
ING
DU
MA
DI
KE
CE
RD
AS
AN
SP
IRIT
UA
L
Wasesa
Hamisesa
Wicaksana
Manajemen Manunggaling Kawulo Gusti
CAPAIAN KARAKTER BUDAYA SPIRITUAL 1
3
2
X
Y
XY
Hertoto Basuki
5. TRANSFER SKILL
PANUTAN/AHLI
Mampu mencapai pencerahan batin
dan mampu mentransfer kedewasaan
spiritual kepada sesama dalam persaudaraan
Kompetensi
Penghayat
MARTABAT SUJUD (Meditasi)
KEDEWASAAN EMOSIONAL
PEMAHAMAN SPIRITUAL
DENGAN KESADARAN UTUH Mesu Budi untuk dapat : A. Mengendapkan Hawa Nafsu
Lahir Batin B. Merasakan dan menangkap
getaran BUDI/ Pencerahan batin
C. Cipta, rasa dan karsa yang terbimbing dalam dayanya Budi/ Pencerahan batin
D. Merasakan Pephadang (pencerahan batin) dari Tuhan YME dalam tuntunan-Nya
MENGENDALIKAN DIRI DENGAN :
A. Mawas pandum hidupnya sendiri B. Mawas pandum hidup dengan
memfungsikan Budi/ Pencerahan batin C. Mawas pandum hidup kebersamaan D. Mawas pandum hidup yang menjabar dalam
tugas atas kehendak Tuhan YME
MANUSIA UTUH DENGAN: A. Sadar hidup dalam pikir, membangun rasa berserah
diri kepada Tuhan YME B. Sadar hidup dalam Cahaya Budi/ Pencerahan Batin C. Sadar hidup dalam hati nurani D. Sadar hidup dalam Mesu Budi Hanya Manembah
kepada Tuhan YME
K
EC
ER
DA
SA
N S
PIR
ITU
AL
Enlightenment Pencerahan / Pepadang Logika - Etika - Estetika
Tuhan Yang Maha Esa Tresno Sih
M a
r t
a b
a t
S
p i
r i
t u
a l
L
aku
–
Huk
um
-
Ilm
u
Nggayuh Kasantikan Wisesa
Mangasah Mingising Budi-Lantiping Panggraito Hamisesa
MANEMBAH Nyadong Lumunturing Wahyu Jatmiko
Wicaksana
30
CD+
CD
BC
A B
A
AB
+AB
A A
Capaian Tresno Sih, tanpa di dorong rasa pamrih dalam
wening pada iklim manunggal
Tinarbuko 3 Juli 2013 Hertoto Basuki [email protected]
AHLI SENIOR
PEMULA
1
2
3
4
5
AHLI PRATAMA
AHLI MUDA
AHLI MADYA
AHLI
Mandiri
Pamong/Pemimpin
Panutan/Narasumber
Magang
Integritas Kesetiaan
Meneladani
Mengubah
Membangun Nilai
Melayani
MEMBANGUN CITRA &
KARAKTER KEINDONESIAAN
Integritas, Meneladani, Mengubah, Melayani, “Membangun Nilai”
Pencitraan & Karakter
31
Pawongan gondo arum, Lambaran ulat manis kang mantesi, Aruming wicara kang mranani,
Sinepuh laku utomo”
Membangun Nilai - Nilai Hidup Masa Kini
• Wujud perilaku budaya spiritual diajarkan sejak dalam keluarga dan menjadi karakter Pribadi – Masyarakat – Bangsa.
• Kepribadian panutan yang meneladani, melayani, membangun integritas dalam berbangsa dan bernegara.
• Kebersamaan sosial tercermin dalam kemajemukan dan sikap Gotong Royong.
• Kepribadian Penghayat tercermin dalam praktek Budi Pekerti yang senantiasa mengedepankan tepa selira dan mengisi kekurangan dalam lingkungannya, membangun karakter masyarakat Pancasila yang berbudi luhur.
• Membangun Nilai – nilai Luhur KeIndonesiaan dalam Jati Diri menyongsong Nasionalisme Indonesia Baru (Karakter KeIndonesiaan dalam Globalisasi) 32
33
Strategi Percepatan Pengelolaan Pendidikan
Budi Luhur (PKT)
Membangun Kompetensi SDM (PKT) ;
Sudah menjadi tuntutan kenyamanan dan keamanan
masyarakat bahwa masyarakat dan anak bangsa terutama
harus mendapat informasi dan pelayanan yang profesional
termasuk ajaran (PKT) harus disampaikan oleh pemuka
yang kompeten dan bertanggung jawab dalam
pembangunan masyarakat Religius, Spiritual dan
Pancasilais.
Pembinaan Calon Pendidik (PKT) ;
Penyuluh-Pendidik (PKT) harus memenuhi ketentuan yang
berlaku sesuai PERMENDIKBUD No. 27 Tahun 2016
Sebagai kontributor pendidikan budi luhur bangsa dalam membangun Nation &
Charakter Building sudah seharusnya menjadi kuwajiban bersama seluruh stakeholder
untuk melakukan percepatan dalam menyiapkan segala sesuatunya, diantaranya :
34
Strategi Percepatan Pengelolaan Pendidikan
Budi Luhur (PKT)
Sosialisasi Perkembangan Eksistensi ;
Hendaknya setiap perkembangan hak-hak sipil (PKT)
dapat disampaikan keseluruh stakeholder demi
kelancaran hubungan masyarakat (PKT) dengan SKPD
setempat
Image Building ;
Menjadi keharusan warga (PKT) dalam kelembagaan
merubah performance dan menunjukkan manfaat
keberadaannya sebagai kontributor dalam membangun
jati diri dan karakter bangsa Indonesia dengan
pendidikan yang bertujuan memayu hayu bawana,
yang dikemas dengan bagus sehingga masyarakat
menerima dan tertarik terlibat dalam pembangunan
karakter yang tergali dari kearifan lokalnya sendiri.
35
Strategi Percepatan Pengelolaan Pendidikan
Budi Luhur (PKT)
Capacity Building Organisasi (PKT) ;
Dari pengamatan yang panjang perlu diakui SDM masyarakat
Penghayat masih tergolong rendah, untuk itu dibutuhkan
kesamaan pemahaman tanggung jawab kepada warga
masing-masing masyarakat lingkungan dan pemerintah
terutama dalam Perundangan yang berlaku dan pelaksanaan
pendidikan anak bangsa Indonesia yang tolok ukurnya
adalah berkontribusi meningkatkan kedamaian dan
kesejahteraan warga masyarakat, bangsa dan negara.
Pembinaan melalui SKPD Kab/Kota ;
Pembinaan masyarakat PKT sangat perlu Pedoman dari
pusat dan daerah untuk kebijakan di daerah, karena
informasi data dan pembinaan masyarakat di daerah masing-
masing lebih mudah.
36
Strategi Percepatan Pengelolaan Pendidikan
Budi Luhur (PKT)
Mendorong Terbentuknya Seluruh Cabang MLKI ;
Dengan terbitnya PERMENDIKBUD No. 27
Tahun 2016, dipandang perlu dan mendesak
adanya cabang MLKI untuk membantu SKPD
dalam pelaksanaan pendidikan Budi Luhur
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
terutama di daerah keluarga (PKT), Adat dan
Tradisi.
Marilah
1. Mempertahankan
kedaulatan di bidang
politik
2. Kemandirian di
bidang ekonomi
3. Berkepribadian
bangsa dalam
kebudayaan