indonesia textile yarn profile 2012

224
A. Industri Tekstil dan Produk Tekstil Industri Tekstil dan Produk Tekstil (ITPT) merupakan salah satu komponen utama pembangunan industri nasional, dengan tiga peran pentingnya yaitu penyumbang devisa ekspor non migas, penyerapan tenaga kerja dan pemenuhan kebutuhan dalam negeri. ITPT merupakan industri penyedia lapangan kerja yang cukup besar di Indonesia. Tenaga kerja yan terserap oleh industri skala besar dan menengah pada tahun 20 mencapai ! ," juta orang. #ilai ekspor TPT pada tahun 200$ mencapai %&' $,2 milyar kemudian naik menjadi %&' ,22 milyar pada tahun 200 dan pada tahun 20 nilai ekspornya mencapai ! %&' , milyar. Industri TPT Indonesia selalu mengalami surplus ekspor diatas %&' * miliar selama 0 tahun terakhir dengan konsumsi nasional pada tahun 20 diperkirakan mencapai *,$ +g atau naik 0 dalam kurun -aktu " tahun. #amun demikian nilai impor juga mengalami kecenderungan naik setiap tahunnya seiring dengan semakin terbukanya sistem pedagangan akibat telah diberlakukannya beberapa perjanjian perdagangan. al ini tentu menjadi tantangan tersendiri yang perlu

Upload: andi

Post on 05-Nov-2015

157 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

A

A. Industri Tekstil dan Produk Tekstil

Industri Tekstil dan Produk Tekstil (ITPT) merupakan salah satu komponen utama pembangunan industri nasional, dengan tiga peran pentingnya yaitu penyumbang devisa ekspor non migas, penyerapan tenaga kerja dan pemenuhan kebutuhan dalam negeri.

ITPT merupakan industri penyedia lapangan kerja yang cukup besar di Indonesia. Tenaga kerja yang terserap oleh industri skala besar dan menengah pada tahun 2011 mencapai 1,4 juta orang. Nilai ekspor TPT pada tahun 2009 mencapai US$ 9,26 milyar kemudian naik menjadi US$ 11,22 milyar pada tahun 2010 dan pada tahun 2011 nilai ekspornya mencapai US$ 13,36 milyar. Industri TPT Indonesia selalu mengalami surplus ekspor diatas US$ 5 miliar selama 10 tahun terakhir dengan konsumsi nasional pada tahun 2011 diperkirakan mencapai 5,9 Kg atau naik 30% dalam kurun waktu 4 tahun. Namun demikian nilai impor juga mengalami kecenderungan naik setiap tahunnya seiring dengan semakin terbukanya sistem pedagangan akibat telah diberlakukannya beberapa perjanjian perdagangan. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri yang perlu diantisipasi agar industri TPT nasional tetap bertahan dan mampu untuk tetap menjadi tuan rumah di Negeri sendiri. Perkembangan industri TPT nasional tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 1.Tabel 1. Perkembangan Industri TPT Nasional Periode tahun 2006-2010

*) Data Sementara

sumber: BPS, Direktorat Industri tekstil dan Aneka (diolah)Industri TPT beserta Alas Kaki dan Barang Kulit memiliki kontribusi yang cukup besar pada PDB Nasional yang setiap tahunnya berkisar 2% terhadap total PDB Nasional berada dibawah Industri Makanan, Minuman dan Tembakau, Alat Angkut, Mesin dan Peralatannya serta Pupuk, Kimia dan Barang Karet.

Gambar 1. Kontribusi Industri Pengolahan Non Migas terhadap PDB Nasional

Industri TPT beserta Alas Kaki dan Barang Kulit secara perlahan menunjukkan tren positif dimana setelah mengalami keterpurukan akibat krisis ekonomi tahun 1998 secara perlahan mulai tahun 2009 ITPT, Alas Kaki dan Barang Kulit mengalami pertumbuhan yang positif dimana pada tahun 2011 pertumbuhannya mencapai 7,52%.

Gambar 2. Laju Pertumbuhan Industri Tekstil, Alas Kaki dan Barang Kulit (Komulatif)

Peranan industri TPT dalam neraca ekspor nasional cukup besar yakni mencapai 10,83% dari keseluruhan eskpor industri atau berada pada urutan ketiga setelah pengolahan kelapa sawit dan pengolahan karet.

Gambar 3. Komposisi Ekspor Non Migas Nasional Tahun 2011

Gambar 4. Peranan Produk TPT terhadap total ekspor industri

Ekspor Industri TPT secara konsisten naik setiap tahunnya dan terakhir pada tahun 2011 total ekspor TPT mencapai US$ 13,35 miliar, namun demikian kecenderungan impor TPT juga mengalami kenaikan setiap tahunnya dimana pada tahun 2011 total impor TPT mencapai US$ 8,43 miliar, kenaikan impor terutama terjadi karena impor produk kain yang melonjak dengan nagara mitra dagang terutama China dan kenaikan harga bahan baku kapas. Adapun rincian neraca perdagangan TPT nasional dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Neraca Perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia

Secara umum, industri tekstil dan produk tekstil Indonesia memiliki daya saing yang relatif baik di pasar internasional. Hal ini disebabkan Indonesia memiliki industri yang terintegrasi mulai dari hulu sampai hilir, yakni dari industri serat sintetis (fiber making), industri pemintalan benang (spinning), industri pertenunan (weaving), industri perajutan (knitting), industri pencelupan dan penyempurnaan (dyeing finishing) sampai dengan industri pakaian jadi (garment) serta barang jadi tekstil dan permadani. Adapun pohon industri TPT dapat dilihat pada gambar dibawah 6.

Gambar 6. Pohon Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT)

Indonesia memiliki industri spinning yang besar di kawasan Asia dan Oceania. Demikian pula dengan industri pertenunan dan industri pakaian jadi yang dikenal di dunia internasional. Namun, persaingan yang semakin ketat dengan munculnya negara-negara produsen TPT baru yang sudah mengadopsi teknologi baru serta beberapa perjanjian perdagangan yang sudah diimplementasikan maupun sedang dalam proses negosiasi serta masuknya produk TPT dari negara lain yang cenderung murah dan beragam (baik legal maupun ilegal) membuat industri TPT selalu dituntut meningkatkan daya saingnya.

B. Industri Pemintalan dan Penyempurnaan Benang (Spinning and Yarn Dyeing Finishing)

Industri pemintalan dan penyempurnaan benang sebagai industri antara (midstream) dari industri TPT memiliki sifat usaha yang padat modal (capital investment) dengan jumlah tenaga kerja yang relatif kecil, full mekanisasi dengan skala produksi besar, bernilai tambah tinggi menghasilkan benang sebagai komponen utama produk terkstil, memiliki integrasi yang kuat dengan sub industri serat (fiber making) sebagai kesatuan proses produksi, unggul di sisi ekspor dibandingkan sub industri yang lain (kontributor terbesar kedua setelah produk garmen >18%), tingkat utilisasi tinggi diatas 80%. Industri pemintalan benang menjadi salah satu faktor untuk memenangkan persaingan global dalam sektor TPT mengingat produk benang menjadi bahan bahan baku utama industri pertenunan (weaving), perajutan (knitting) dan pencelupan dan penyempurnaan (dyeing finishing).Benang adalah susunan serat serat yang teratur kearah memanjang dengan garis tengah dan jumlah antihan tertentu yang diperoleh dari suatu pengolahan yang disebut pemintalan. Serat-serat yang dipergunakan untuk membuat benang, ada yang berasal dari alam dan ada yang dari buatan. Serat-serat tersebut ada yang mempunyai panjang terbatas (stapel) dan ada yang mempunyai panjang tidak terbatas (filamen).

Proses pembuatan benang ada beberapa cara tergantung pada bahan baku yang diolah, namun pada prinsipnya sama, yaitu membuat untaian serat-serat yang kontinyu dengan diameter dan antihan tertentu.

1. Pengelompokan Benang

a) Berdasarkan urutan prosesnya benang dapat dikelompokkan menjadi :1) Carded Yarn (benang garuk) yang bahan bakunya berasal dari cotton, rayon dan polyester, 2) Combed Yarn (benang sisir) yang bahan bakunya adalah cotton,

3) Blended Yarn (benang campur) yang bahan bakunya campuran antara dua jenis serat, yaitu polyester dengan rayon atau polyester dengan cotton atau rayon dengan cotton, 4) Open End Yarn (OE) yang bahan bakunya adalah cotton dan polyester.

b) Berdasarkan konstruksinya dibagi dalam:

1) Single Yarn (benang tunggal) adalah benang yang terdiri dari satu helai.

2) Double Yarn (benang rangkap) adalah benang yang terdiri dari dua benang atau lebih tanpa di twist.

3) Multifold Yarn (benang gintir) adalah benang yang terdiri dari dua helai atau lebih yang dijadikan satu dengan diberi twist.

c) Berdasarkan panjang serat asalnya dibagi dalam:

1) Staple Yarn (benang staple) adalah benang yang tersusun dari serat staple atau serat buatan dalam bentuk staple.

2) Filament Yarn (benang filament) adalah benang yang tersusun dari serat buatan yang berupa filament.

d) Berdasarkan penggunaanya dibagi dalam:

1) Warp Yarn (benang lusi) adalah benang yang digunakan untuk arah panjang kain pada proses weaving.

2) Weft Yarn (benang pakan) adalah benang yang digunakan untuk arah lebar kain pada proses weaving.

3) Knitting Yarn (benang rajut) adalah benang yang digunakan untuk pembuatan kain rajut (knitting fabric).

4) Sewing Thread (benang jahit) adalah benang yang digunakan untuk menjahit.

5) Fancy Yarn (benang hias) adalah benang yang dibuat dengan efek hias pada twistnya, antara lain seperti slub yarn.

e) Sementara jika ditinjau berdasarkan bahan bakunya dapat dibagi dalam:

1) benang cotton

2) benang polyester

3) benang rayon

4) benang nylon

5) benang akrilik

6) benang polipropilen

7) benang R/C (benang rayon/cotton)

8) benang T/R (benang polyester/rayon)

9) benang T/C (benang polyester/cotton), dan lain-lain

2. Proses Produksi Benang (Pemintalan)

Cara pembuatan benang yang dilakukan industri kebanyakan adalah serat-serat dari alam ataupun sintetik mengalami pembukaan atau penguraian (opening), pembersihan kotoran (cleaning), penarikan (drafting), pemberihan antihan (twisting), penggulungan (winding). Adapun rincian proses yang umum dilakukan pada proses spinning adalah sebagai berikut:

Gambar 9. Rangkaian Mesin yang umum digunakan untuk carded dan combed ring yarn

Gambar 7. Rangkaian Mesin yang umum digunakan untuk open-end yarn

1) Mula-mula serat mengalami proses, pembukaan dan pembersihan di mesin blowing, pencampuran dan sebagai hasil akhir berupa gulungan lap. Pada proses pemintalan serat staple atau serat pendek maka bahan yang akan diproses harus melalui proses blowing karena bahan baku serat pendek tersebut dikemas dalam bentuk ball yang merupakan serat-serat pendek yang dipadatkan dan berbentuk kotak. Oleh karena itu maka serat serat yang menggumpal harus diurai atau dibuka terlebih oleh mesin blowing . Adapuntujuan proses blowing adalah :

Mencampur serat

Membuka gumpalan-gumpalan serat.

Membersihkan kotoran-kotoran

Membuat gulungan lap

Untuk melakukan fungsi tersebut maka mesin blowing terdiri dari beberapa mesin yang dirangkaikan menjadi satu. Adapun contoh susunan mesin tersebut adalah :

Gambar 8. Susunan Mesin Blowing

2) Gulungan lap kemudian diolah pada mesin Carding, lap akan mengalami proses pembukaan dan pembersihan lebih lanjut, sehingga menjadi serat-serat individu. Di samping itu serat-serat yang sangat pendek terpisahkan dari serat-serat yang panjang, dan hasilnya berupa sumbu yang disebut sliver.

Gambar 9. Mesin Carding

Secara singkat, tujuan dari mesinCarding adalah :

1) Membuka gumpalan serat lebih lanjut, sehingga serat teruraisatu sama lain.

2) Membersihkan kotoran yang masih ada didalam gumpalan serat atau yang tersangkut.

3) Memisahkan serat yang sangat pendek dari serat utama (main fibre).

4) Membentuk serat tersebut menjadisliver, dengan arah serat ke sumbu dari sliver.

Pada dasarnya, ada dua gerakanpokok pada mesin carding yang dilakukan oleh permukaan seperti parut yaitu carding action (gerakan penguraian) dan stripping action (gerakan pengelupasan dan pemindahan). Perbedaan antara kedua gerakan ini terutama ditentukan oleh ujung yang tajam dan arah serta kecepatan permukan kawat tersebut.

3) Hasil sliver Carding keadaan serat-seratnya masih belum lurus dan belum sejajar satu sama lain serta belum rata. Untuk meluruskan dan mensejajarkan serat-serat serta meratakan sliver, maka beberapa sliver tersebut dirangkap dan disuapkan ke mesin Drawing. Jumlah rangkapan biasanya antara 6-8 buah sliver.Pelurusan dan pensejajaran serat-serat dilakukan dengan jalan penarikan oleh pasangan-pasangan rol-rol penarik, dan hasilnya berupa sliver yang lebih rata. Pengerjaan ini dilakukan 2-3 kali (passages) pada mesin Drawing, tergantung pada mutu benang yang diinginkan. SHAPE \* MERGEFORMAT

1. Analogue pressure switch

2. Card feeder cylinder

3. Microcomputer

4. Doffer

5. Coiler

6. Lap thickness sensor

7. Funnel with monitoring sensor for quantity of sliver.

Gambar 10. Drawing Unit

4) Hasil proses drawing kemudian dikerjakan dengan mesin combing untuk benang combed. Pada mesin combing terjadi proses penyisiran serat, sehingga serat-serat pendek berikut kotorannya dapat dipisahkan, ujung-ujung serat yang tertekuk diluruskan dan letak serat-seratnya menjadi sejajar satu sama lainnya. Dengan demikian lap yang telah mengalami proses combing, hasilnya berupa sliver yang panjang seratnya relatif sama, lebih bersih dari kotoran dan relatif sejajar letaknya, sehingga pada proses drawing drafting seratnya dapat lebih mudah. Agar penyisiran di mesin combing dapat berhasil baik dan efisien, maka sliver hasil carding perlu mengalami proses peregangan pendahuluan pada mesin pre-drawing atau sliver lap, agar serat-seratnya menjadi agak lurus untuk disisir. Agar proses penyisiran lebih cepat, maka sliver tesebut perlu dirubah bentuknya menjadai lap-lap kecil pada mesin bobbin lap atau lap former. Untuk memperoleh hasil lap yang rata maka beberapa jajaran sliver dirangkap menjadi satu sebelum digulung menjadi lap kecil.

Mesin Combing merupakan Mesin perantara mesin Carding dan Drawing. Fungsi dari mesin Combing adalah :

Memisahkan kotoran-kotoran yang masih terdapat pada sliver hasil mesin Carding.

Memisahkan serat-serat pendek dengan panjang tertentu, dengan tujuan untuk memperbaiki kerataan panjang serat.

Meluruskan dan mensejajarikan serat yang lebih baik, sehingga proses regangan pada proses berikutnya dapat dilakukan dengan mudah.

5) Hasil sliver drawing/combing kemudian dikerjakan pada mesin Roving untuk diperkecil diameternya. Untuk memberikan kekuatan pada roving agar dapat digulung pada bobbin, maka pada Roving tersebut diberikan sedikit puntiran (twist).

Gambar 11. Skema Mesin Roving

6) Akhirnya Roving tersebut dikerjakan pada mesin pintal Ring Spinning hingga menjadi benang melalui proses penarikan dan pemberian puntiran serta digulung pada bobbin. Mesin Spinning merupakan lanjutan dari mesin roving yang akan merubah sliver roving menjadi benang yang diinginkan. Adapun jenis mesin spinning yang umumnya digunakan adalah ring spinning, compact spinning, open end (rotor spinning) dan air jet spinning. Agar proses pada mesin spinning berjalan dengan baik dan tidak mengalami kesulitan maka pemberian antihan pada mesin roving diberikan secukupnya / tidak boleh terlalu banyak. Sebab pada waktu peregangan pada mesin spinning dimana pembukaanantihan sliver roving menjadi serat-serat yang dilakukan tidak akan mengalami kesulitan.

Proses pada mesin Spinning terbagi menjadi 3 bagian yaitu :

1. Drafting (peregangan),Proses penarikan serat-serat yang terjadi antara dua titik jepit pasangan rol-rol yang berputar. Dimana kecepatan rol penarik lebih cepat daripada rol pendorongnya. Dan kecepatan rol peregang depan lebih cepat daripada rol peregang belakang, sehingga terjadi prosses peregangan.Tujuan dari peregangan adalah untuk mendapatkan nomer benang tertentu.

2. Twisting (pemberi antihan),merupakan syarat penting dalam pembuatan benang, karena sangat menentukan kekuatan benang. Tujuannya adalah memberi sejumlah antihan pada benang sesuai dengan nomer benang yang dipintal. Pada ring spinning twist terjadi karena ujung benang bagian atas seolah-olah dipegang oleh pasangan rol peregang depandan bagian bawahnya diputar oleh traveler.

3. Winding (penggulungan),penggulungan benang pada kain karena putaran traveler lebih kecil daripada putaran spindle.

Pada pemintalan sistem open end pembentukan benangnya mengalami pemutusan kontinuitas antara bahan baku dengan bahan yang dihasilkan. Penyuapan dalam sistem ini dilakukan dalam bentuk serat-serat individu yang terbuka.Serat yang disuapkan tadi akan disusun kembali pada alur pengumpulan dilakukan dengan aliran udara. Oleh karena itulah terjadi pemutusan bahan antara bahan yang disuapkan dengan benang yang dihasilkan.

1. Penyuapan bahan dilakukan oleh rol penyuap seperti lazimnya dan dapat di atur kecepatannya.Bahan yang disuapkan oleh rol penyuap tadi diuraikan menjadi serat-serat individu oleh penyisir (comber rol). Pembentukan benang akan terjadi dengan terkumpulnya serat-serat yang disuapkan tadi pada alur pengumpul serat.

2. Penyisiran serat ini dilakukan oleh rol penyisir, yaitu suatu peralatan berbentuk seperti taker in pada mesin carding. Oleh rol tersebut serat-serat dari sliver diuraikan menjadi serat-serat individu. Penyisiran rol penyisir ini akan membantu mengarahkan kedudukan serat-serat sehingga dalam perjalanan maupun dalam penyusunan kembali serat-serat tersebut akan lebih teratur.

3. Penyusunan kembali serat-serat individu pada alur pengumpul serat merupakan permulaan pembentukan benang. Serat-serat tiba pada dinding rotor secara tangensial dan pengambilan serat-serat tersebut sesudah menjadu benang dilakukan secara aksial melalui bagian tengah dari dinding pemisah.

4. Dalam kecepatan putaran rotor yang tinggi, cincin serat berbentuk pita yang melingkar pada alur serat dalam rotor dapat dikatakan belum mempunyai antihan meskipun sudah merupakan rangkaian serat-serat yang berukuran kehalusan benang tertentu. Jika kedalam rotor, melalui lubang di tengah-tengah dinding pemisah (separator) dimasukan benang pemancing maka ujung benang pemancing itu akan terputar dan menempel pada cincin serat. Oleh adanya putaran ujung benang tadi maka akan terjadi gaya puntir pada benang pemancing tersebut.

5. Penggulungan benang dilakukan oleh rol penggulung beralur dalam bentuk cheese dan ukuran besar sesuai dengan keperluan. Hal ini dilakukan demikian karena penggulungan ini terpisah sama sekali dengan proses pemberian antihan sehingga tidak mempengaruhi proses tersebut.

Pembuatan atau pemintalan serat dari larutan polimer untuk serat sintetis dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :

1. Pemintalan Cara Basah (Wet Spinning),larutan polimer didalamnya disemprotkan melalui spinneret kedalam larutan yang dapat memadatkan polimer atau turunan-turunan polimer. Contohnya:rayon kuproamonuim, rayon viskosa, kasein, polyvenil khlorida, polyvinil alkohol, poliakrionotril.

2. Pemintalan Cara Kering (Dry Spinning),Pembuatan filamen dilakukan dengan menyuapkan pelarut dari larutan polimer. Pelarut dihilangkan dengan menyuapkannya ke udara atau pada gas-gas yang sesuai biasanya gas inert. Contohnya: poliakrionitril, polivinil khlorida, polivinil asetat, rayon asetat,rayon triasetat.

3. Pemintalan Cara Lelehan (Melt Spinning),Dilakukan dengan cara menyemprotkan larutan polimer yang diperoleh dari pemanasan serpih polimer, lelehan polimer disuapkan dengan tekanan dengan kecepatan tetap melalui lubang-lubang spinneret, yang pada saat pendinginan akan memadat.Filamen yang keluar akan membentuk satuan benangyang kemudian digulung.Contohnya :nylon dan polyester.

Dalam lingkup Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2009 kelompok industri pemintalan benang terbagai dalam :

KBLI 13111 :Industri Persiapan Serat Tekstil KBLI 13112:Industri Pemintalan Benang

KBLI 13113 :Industri Pemintalan Benang Jahit KBLI 13131 : Industri Penyempurnaan BenangDalam lingkup Standar Internasional Trade Classification (SITC) Rev. 3 produk benang digolongkan dalam kelompok SITC 651 dengan rincian sebagai berikut:

651.1: Yarn of wool or animal hair (excluding wool tops)

651.2: Cotton sewing thread, whether or not put up for retail sale

651.3: Cotton yarn, other than sewing thread

651.4: Sewing thread of man-made fibres, whether or not put up for retail sale

651.5: Synthetic filament yarn (other than sewing thread), textured, not put up for retail sale, including monofilament of less than 67 decitex

651.6: Other synthetic filament yarn (other than sewing thread), including monofilament of less than 67 decitex

651.7: Artificial filament yarn (other than sewing thread); artificial monofilament, n.e.s.; strip and the like of artificial textile materials, n.e.s.

651.8: Yarn (other than sewing thread) of staple fibres; synthetic monofilament, n.e.s.; strip and the like of synthetic textile materials of an apparent width not exceeding 5 mm

651.9: Yarn of textile fibres, n.e.s. (including paper yarn and yarn, slivers and rovings of glass fibre)

C. Perkembangan Industri Pemintalan Benang di Dunia

1. Bahan Baku

Berdasarkan laporan The Fiber Year, pada tahun 2010 volume produksi serat alam dan buatan di dunia meningkat 8,6% (6,4 juta ton) menjadi total 80.800.000 ton, sehingga rata-rata konsumsi per kapita menjadi 11,8 kg. Selain itu, pertumbuhan produksi serat dalam satu dekade terakhir mencapai 3,4% atau telah melebihi pertumbuhan penduduk yang hanya mencapai 1,2%. Dari total produksi serat 2010, produksi serat sintetis mencapai 56% (sekitar 45,25 juta ton), serat alam 39% (sekitar 31.510.000 ton) dan 5% sisanya (sekitar 4,04 juta ton) berasal dari serat selulosa.

Sumber : The Fiber Year 201, (diolah)Gambar 12. Konsumsi Dunia untuk Serat Sintetis dan Serat Alam

Pada tahun 2010, total output serat sintetis mencapai 49,6 juta ton di mana serat poliester memiliki porsi terbesar mencapai 73% (36,21 juta ton), diikuti serat selulosa 9% (4,46 juta ton), serat poliamida 8% (3,97 juta ton) dari, serat polypropylene 5% (2,48 juta ton) dan serat akrilik dan serat lainnya 5% (sekitar 2,48 juta ton).

Data statistik menunjukkan bahwa produksi serat kapas sekitar 25.3 Juta ton pada tahun 2010 dan meningkat sebesar 5.53% menjadi 26,7 juta ton pada tahun 2011. Di sisi lain, konsumsi kapas dunia justru turun menjadi sekitar 25 juta ton pada tahun 2010 atau 3,2 % lebih rendah dari tahun 2009 demikian juga pada tahun 2011 konsumsi kapas dunia kembali turun 9,2% menjadi 22,9%. Penurunan konsumsi kapas dunia kemungkinan diakibatkan fluktuasi dan semakin meroketnya harga kapas dunia. Tabel 2. World Cotton Balance Sheet

Sumber : USDA

Gambar 13. Produksi, Konsumsi dan Harga Kapas Dunia (A-Index) Periode 2007 2013

Pada tahun 2010 produksi wol turun sebesar 1,4% menjadi total 1,08 juta ton. Namun demikian, permintaan untuk wol halus untuk busana berkualitas tinggi meningkat terutama dari Uni Eropa, Amerika Serikat, Cina dan India. Harga wool fine-mikron dalam lima bulan terakhir tahun 2010 naik hampir dua kali lipat.2. Produksi Benang Dunia Pada tahun 2010 produksi benang dunia meningkat 6,15% menjadi total 67,9 juta ton, pertumbuhan ini lebih tinggi dari pertumbuhan rata-rata periode tahun 2000-2010 yang hanya 3,8%. Dalam periode ini, produksi spun benang mencapai tingkat pertumbuhan 0.6% sedangkan benang filamen mencapai 6%. Produksi benang pintal serat pendek yang mengalami kenaikan terutama benang pintal dari polyester yang sejak tahun 1995 hingga 2010 selalu mengalami kenaikan dan terakhir tahun 2010 kenaikannya mencapai 5,89%. Hal ini berbanding terbalik dengan produksi serat alam yang cenderung stagnan terutama serat kapas dan wool mengingat harga bahan bakunya cenderung fluktuatif dan naik setiap tahunnya.Tabel 3. Produksi Benang DuniaYarn2010Share2009Share2005Share2000Share

Filament28,76342.3%24,77738.8%21,48236.3%16,52834.7%

Spun37,14454.6%36,95357.9%35,63660.2%29,08561.0%

TOTAL67,91763,73959,12347,613

Sumber : The Fiber Year

Tabel 4.Produksi Benang dari Serat Pendek Berdasarkan Jenis SeratnyaYarn19952000200520092010AGGR

Cotton 15,345 17,197 21,247 21,478 21,248 -1.07%

Polyester 4,269 6,650 8,979 10,289 10,895 5.89%

Acrylics 2,225 2,390 2,448 1,853 1,845 -0.43%

Cellulosics 1,545 1,156 1,473 2,084 1,986 -4.70%

Wool 1,460 1,185 1,075 929 956 2.91%

Others691 507 414 320 214 -33.13%

TOTAL25,535 29,085 35,636 36,953 37,144 0.52%

Sumber : The Fiber Year

3. Kapasitas Produksi Industri Pemintalan DuniaKapasitas terpasang mesin pemintalan didunia pada tahun 2010 mencapai 244,6 juta spindle untuk serat stapel pendek, 14,74 juta spindle untuk serat stapel panjang dan 8,22 juta rotor untuk mesin open end.

Gambar 14. pertumbuhan Jumlah Mesin pemintalan serat didunia

Wilayah Asia-Oceania menduduki peringkat tertinggi dalam hal kapasitas terpasang baik untuk serat stapel pendek, serat stapel panjang maupun mesin open end yaitu masing-masing sebesar 85,8%, 45,5% dan 54,73% dari kapasitas dunia.

Sumber : ITMF (diolah)

Gambar 14. Kapasitas terpasang Mesin Pemintalan Tahun 2010

Setelah mengalami penurunan penambahan/shipment jumlah spindle pada tahun 2008 (sebanyak -33%) dan 2009 (-17%), pada tahun 2010 shipment mesin pemintalan meningkat +75% menjadi 12,5 juta spindle mendekati pengiriman tahun tahun 2007 yang mencapai 12,8 juta spindle dan berlanjut pada tahun 2011 sebesar 15% menjadi 14,33 juta spindle. 94% dari seluruh pengiriman mesin ring spinning untuk serat stapel pendek dikirim ke Asia (13,46 juta Spindle), dengan rincian China 8,90 juta atau 62% dari pengiriman, diikuti oleh India (2,49 juta spindle atau 17%), Bangladesh (639.000 atau 4,5%), Turki (628.000 atau 4,4%) dan Indonesia (517.000 atau 3,6%).

Pengiriman untuk serat staple panjang (wol) mencapai 84.000 spindle atau meningkat oleh 163% pada tahun 2010 dan berlanjut pada tahun 2011 naik 35% menjadi 113.250. Pengriman ke Eropa untuk serat Stapel panjang menduduki peringkat tertinggi (53.750 atau 47%), diikuti oleh Asia (49.000 atau 43%), Amerika (8.750 atau 7,7%) dan Afrika (2.000 atau 1,8%). Investor terbesar adalah Turki (32.500), China (23.400), Iran (14.300), UA Emirates (9.000) dan Italia (8.800).Investasi mesin open-end rotor juga mengalami lonjakan tertinggi pada tahun 2011 sebesar 27% menjadi 572.250. Asia adalah investor terbesar dengan total pengiriman 463.250 rotor atau 81% dari pengiriman global. Cina adalah Investor terbesar dengan 388.250 atau 68% dari total pengiriman global, diikuti India dengan 37.750 (6,6%), Turki dengan 35.250 rotor (6,2%), Uzbekistan dengan 10.250 rotor (1,8%), Brasil dengan 30.250 rotor (5,3%) dan Amerika Serikat dengan 12.250 rotor (2,1%).

Tabel 5. Shipment Mesin Pemintalan Benang Tahun 2009-2011

Sumber : ITMF (diolah)

D. Industri Pemintalan Benang di IndonesiaIndustri spinning di Indonesia mengandalkan 3 bahan baku utama yakni kapas, serat polyester dan serat rayon. Arah pengembangan industri spinning difokuskan pada benang berbasis rayon dan polyester mengingat produsen didalam negeri merupakan penghasil serat rayon dan polyester yang cukup diakui dunia. Arah pengembangan ini juga diperlukan mengingat sampai saat ini kebutuhan kapas dalam negeri hampir seluruhnya masih diimpor terutama dari Amerika Serikat dan Australia. Alternatif impor kapas sebenarnya dapat dilakukan dari Afrika mengingat harga yang lebih murah dibandingkan dari dua pemasok tersebut, namun demikian kualitasnya masih jauh lebih rendah terutama dari sisi kebersihan. Hal ini mengakibatkan Industri spinning Indonesia pada umumnya lebih memilih kapas kualitas tinggi dari Amerika dan Australia karena memang mengandalkan benang kualitas tinggi untuk bersaing dengan produk China.

Penggunaan serat sintetis terutama polyester sebenarnya lebih menguntungkan mengingat harga paling murah dibandingkan rayon dan katun, tetapi produksi serat polyester juga sangat rentan akibat ketergantungan yang tinggi terhadap harga minyak bumi yang merupakan bahan baku dasar polyester. Margin yang dinikmati industri benang katun sekitar 8%, namun risiko di industri benang katun lebih tinggi karena kontinuitas produksi yang sangat tergantung pada faktor alam dan faktor-faktor lainnya.

Serat rayon sebagai alternatif kapas merupakan bahan baku industri spinning yang berbasis wood pulp yang memiliki karakteristik hampir sama dengan kapas. Namun penggunaan rayon memiliki kelemahan dan ketergantungan terhadap harga wood pulp di pasar dunia. Produksi benang berbasis rayon pasokan bahan baku terkendala oleh oligopoli yang dilakukan dua pemasok rayon di Indonesia yakni South Pasific dan Indo Barat Rayon dimana awalnya pasokan ke perusahaan domestik sangat terbatas, namun demikian upaya perluasan yang terus dilakukan perusahaan tersebut untuk memenuhi pasar dalam negeri dan rencana pendirian unit produksi rayon oleh PT Sritex dan beberapa perusahaan lain diharapkan dapat mengatasi masalah ini.1. Bahan Baku Industri Spinning

Di Indonesia produksi serat sintetis lebih banyak berkembang dibandingkan dengan serat alam, hal ini disebabkan iklim di Indonesia yang kurang cocok untuk pengembangan serat alam terutama kapas dan wool. Walaupun pada periode setelah krisis ekonomi tahun 1998 beberapa produsen serat sintetis mundur dari bisnis ini serta terjadi dinamika turun naiknya produksi, pertumbuhan industri serat sintetis mulai membaik yang ditandai dengan dilakukannya ekspansi oleh beberapa produsen serat poliester dan rayon di Indonesia pada tahun 2010.

Industri serat sintetis di Indonesia pada umumnya memproduksi Poliester Filament Yarn (PFY), Poliester Stapel Fiber (PSF), Nylon Filamen Yarn (NFY), dan Rayon Stapel Fiber (VSF). a) Serat Poliester

Setidaknya ada 18 produsen serat poliester di Indonesia dengan kapasitas tahunan sebesar 1,468 juta ton yang terdiri dari serat stapel poliester (PSF) 659,090 ton/tahun dan benang filamen poliester (PFY) 809,290 ton/tahun.Adapun rincian kapasitas dari masing-masing perusahaan dapat dilihat pada gambar 7.

Sumber : APSyFI, Direktorat Industri Tekstil dan Aneka (diolah)

Gambar 15. Kapasitas Produksi PSF dan PFY Industri Nasional

Konsumsi serat staple poliester untuk industri nasional yang awalnya stagnan pada tahun 2002 sampai dengan 2007 yang hanya 450 ~ 460 KTA, mengalami trend positif setelah tahun 2008 dimana konsumsi nasional untuk PSF naik menjadi 520 KTA dan diperkirakan akan terus tumbuh 4 ~ 5% per tahunnya. Pertumbuhan produksi midstream dan up stream pada industri tekstil yang didukung dengan program-program pemerintah seperti Restrukturisasi Mesin/peralatan Industri TPT dan berbagai peraturan dalam rangka memudahkan tentu harus diimbangi dengan ketersedian bahan baku.

Sumber : APSyFI, Direktorat Industri Tekstil dan Aneka (diolah)

Gambar 16. Perbandingan Kapasitas, Produksi dan konsumsi PSFNeraca perdagangan serat stapel poliester pada periode tahun 2007-2009 volume ekspornya selalu lebih tinggi daripada impornya, namun pada tahun 2010 volume impor justru lebih tinggi daripada volume ekspornya, hal ini kemungkinan terjadi karena permintaan didalam negeri yang cenderung naik sehingga produsen serat staple poliester lebih berkonsentrasi pada pasar dalam negeri.

Sumber : APSyFI, Direktorat Industri Tekstil dan Aneka (diolah)

Gambar 17. Neraca Perdagangan Serat Stapel Poliester (PSF)

Konsumsi serat filamen poliester cenderung stagnan pada kisaran 460 ~ 470 KT selama periode tahun 2007 sampai dengan 2010, namun demikian mulai tahun 2011 konsumsi diperkirakan akan meningkat dengan 3 ~ 4% pertahunnya. Kondisi ini diharapkan berubah mengingat beberapa produsen sudah mulai melakukan ekspansi dimana unit produksinya yang baru diperkirakan dapat beroperasi mulai tahun 2013.

Sumber : APSyFI, Direktorat Industri Tekstil dan Aneka (diolah)

Gambar 18. Perbandingan Kapasitas, Produksi dan konsumsi PFY

Konsumen utama PFY di pasar domestik adalah industri pertenunan yang menyumbang sekitar 50 ~ 55% dari total konsumsi nasional, diikuti industri perajutan dengan konsumsi sekitar 45 ~ 50%.

Sumber : APSyFI, Direktorat Industri Tekstil dan Aneka (diolah)

Gambar 19. Neraca Ekspor-Impor PFY

b) Serat Rayon

Saat ini di Indonesia hanya terdapat 2 produsen serat rayon, namun kedua perusahaan ini memiliki share yang besar dari total produksi serat rayon dunia. Selama beberapa tahun terakhir PT South Pacific Viscose dan PT Indo Bharat Rayon terus meningkatkan kapasitas produksinya, sehingga pada tahun 2010 ini total kapasitas terpasang dari kedua perusahaan tersebut telah mencapai 400.000 ton pertahun. Setelah mengalami penurunan produksi dan konsumsi pada tahun 2008, produksi dan konsumsi terus meningkat pada tahun 2009 sampai dengan 2010 dan diperkirakan akan tumbuh sebesar 5% per tahunnya. Berdasarkan data, kebutuhan serat rayon tahun 2010 mencapai 252.000 ton dimana industri dalam negeri hanya mampu memenuhi 219.360 ton, sedangkan sisanya sebanyak 32.640 ton masih harus diimpor. Kontribusi terbesar dalam rangka pemenuhan konsumsi dalam negeri berasal dari SPV yakni sebesar 120.000 ton. Sedangkan pasokan dari IBR sebesar 99.360 ton.

Sumber : APSyFI, Direktorat Industri Tekstil dan Aneka (diolah)

Gambar 14. Perbandingan Kapasitas, Produksi dan konsumsi VSF

Ekspor serat rayon terus meningkat sejak tahun 2006 hal ini sejalan dengan industri serat rayon didalam negeri yang terus meningkatkan kapasitas produksinya untuk mengantisipasi permintaan yang terus menggelembung akibat terganggunya pasokan serat kapas.

Sumber : APSyFI, Direktorat Industri Tekstil dan Aneka (diolah)

Gambar 15. Neraca ekspor-impor VSF

Indonesia berencana tak lagi mengimpor serat rayon mengingat industri tekstil akan mendapatkan tambahan serat rayon dari penambahan pabrik baru PT South Pacific Viscose (SPV), produsen rayon asal Austria ini akan membangun pabrik ke lima yang nilai investasinya mencapai US$ 130 juta.Melalui pendirian plant baru ini total kapasitas produksi PT SPV diharapkan menjadi 325.000 ton, dimana 60% dari hasil produksinya direncanakan dipasarkan untuk kebutuhan domestik. Saat ini, pasokan serat rayon SPV ke pasar domestik hanya sekitar 120.000 ton.

Selain PT SPV yang sedang melakukan ekspansi, PT Sri Rejeki Isman (Sritex) yang merupakan produsen TPT terpadu juga berencana membangun pabrik serat rayon pada tahun 2012 dan ditargetkan efektif beroperasi pada 2013.

Dengan dilakukannya ekspansi oleh PT Sritex dan PT SPV di sektor serat rayon kemungkinan negara ini akan menjadi produsen serat rayon terbesar di dunia pada tahun 2014. Kapasitas produksi serat rayon Indonesia pada 2014 diperkirakan mencapai 1 juta ton per tahun yang dipicu ekspansi produsen guna merespon permintaan pasar yang diyakini akan terus meningkat.

c) Serat Kapas

Konsumsi kapas kita masih tergolong besar dan ketergantungan impornya masih tinggi. Minimnya produksi kapas nasional ini membuat pasar tekstil domestik sangat tergantung kapas impor. Ketika harga kapas terus meningkat akibat pasokan yang tidak mampu memenuhi permintaan pasar, industri tekstil nasional ikut merasakan tekanannya.Indonesia hanya menghasilkan 0,5 persen dari total permintaan domestik untuk kapas, pada tahun 2011 produksi kapas Indonesia adalah 30.000 bale naik dari sebelumnya 25.000 bale tahun 2010. Daerah produksi kapas berada di Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat dan Jawa Tengah.Harga kapas internasional yang berfluktuasi pada tahun 2011, telah berdampak pada industri pemintalan kapas skala kecil dan menengah. Setelah tujuh bulan berturut-turut naik, harga kapas tiba-tiba menurun pada April 2011 hal ini menimbulkan kerugian mengingat umumnya industri pemintalan sudah melakukan kontrak hingga lima bulan untuk pasokan kapas saat harganya masih tinggi. Disisi lain harga penjualan benang juga mengalami penurunan yang lebih cepat dari harga pembelian kapas. Tabel 6. Produksi, Supply, dan Kebutuhan Kapas (HS Code 5201, 5202, AND 5203) dalam TonCotton Indonesia2010/20112011/20122012/2013 Est*)

USDA OfficialUSDA OfficialNON USDA DATA

Area Planted000

Area Harvested99

Beginning Stocks95,57096,65986,862

Production5,4435,4436,531

Imports457,170424,515413,630

MY Imports from U.S.00130,620

Total Supply558,183526,616507,023

Exports4,3544,3543,701

Use446,285424,515422,338

Loss10,88510,88510,885

Total Dom. Cons.457,170435,400433,223

Ending Stocks96,65986,86270,099

Total Distribution558,183526,616507,023

Stock to Use %212016

Yield605605142,197.00

Sumber : USDA (diolah)

d) Serat Filamen Nilon

Konsumsi dan produksi untuk Nylon Filament yarn (NFY) cenderung turun selama 5 tahun terakhir, pada tahun 2005 konsumsi serat filamen nilon mencapai 27 Kilo Ton pertahun (KTA) dan turun pada tahun 2010 konsumsinya hanya mencapai 12 KT. Ekspor NFY pada tahun 2010 mencapai 8 KTA dan impornya sekitar 1 KTA dengan utilisasi kapasitas terpasang 70 ~ 75%.

Sumber : APSyFI, Direktorat Industri Tekstil dan Aneka (diolah)

Gambar 16. Perbandingan Kapasitas, Produksi dan konsumsi NFY

Indonesia juga memiliki produsen benang nilon untuk keperluan khusus seperti benang nilon dengan kekuatan tinggi untuk keperluan kain ban (nylon tyre cord) dengan kapasitas produksi mencapai sekitar 77.000 ton pertahun.

e) Serat Akrilat

Indonesia hanya memiliki 1 produsen serat akrilat yaitu PT Kahatex, namun hasil produksi PT Kahatex seluruhnya digunakan untuk keperluan sektor pemintalan mereka sendiri. Permintaan Serat Acrylic untuk industri lain di Indonesia dipenuhi melalui impor dan hanya berkisar 65 KTA.2. Kondisi Umum Industri Pemintalan di IndonesiaIndustri tekstil dan produk tekstil Indonesia memiliki daya saing yang relatif baik di pasar internasional. Sebab, Indonesia memiliki industri yang terintegrasi mulai dari hulu sampai hilir, yakni dari produk benang (pemintalan), pertenunan, perajutan, pakaian jadi dan tekstil lainnya. Indonesia memiliki industri pemintalan (spinning) yang besar di kawasan Asia dan Oceania.Industri spinning nasional merupakan sektor yang cukup bergairah di Indonesia, dimana setiap tahunnya selalu terjadi investasi baru. Jumlah industri spinning yang ada sampai dengan tahun 2011 mencapai 234 Industri skala menengah dan besar dengan jumlah tenaga kerja mencapai 243.357 orang. Selain investasi baru dari perusahaan yang baru berdiri beberapa perusahaan yang sebelumnya sudah ada banyak juga yang melakukan perluasan bidang usaha ataupun penambahan kapasitas produksi existing. Kapasitas terpasang industri saat ini juga terus mengalami kenaikan setiap tahunnya dimana pada tahun 2011 kapasitas produksinya mencapai 3,04 juta ton atau naik 1,5% dibandingkan dengan tahun 2010 yang hanya mencapai 2,99 juta Ton. Kenaikan kapasitas produksi juga dibarengi dengan kenaikan realisasi produksi yang mencapai 2,28 juta ton atau naik sebesar 3,4% dibanding tahun 2010. Setelah mengalami penurunan utilisasi produksi pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 sebagai dampak dari krisis finansial global pada tahun 2011 walaupun kembali terjadi krisis di eropa, industri pemintalan di Indonesia terus mengalami trend positif.Tabel 7. Kondisi Umum Industri Pemintalan di IndonesiaURAIANSATUANTAHUN

20072008200920102011

PerusahaanUnit206219225230234

Kap. ProdTon2.554.864 2.716.093 2.837.254 2.998.879 3.045.940

Realisasi ProdTon2.129.000 2.199.000 2.123.176 2.207.014 2.284.140

Vol. EksporTon 782.291 679.824 723.866 790.554 707.133

Vol. ImporTon 91.846 135.446 110.176 117.458 153.339

Net Ekspor (Vol)Ton 690.445 544.378 613.690 673.097 553.794

Nilai Eksp000 US$1.902.834 1.719.792 1.600.918 2.188.942 2.407.493

Nilai Impor000 US$246.725 447.877 334.855 408.500 559.272

Net Ekspor (Val)000 US$1.656.109 1.271.915 1.266.063 1.780.442 1.848.221

Dom. Cons.Ton1.864.419 2.171.715 2.223.564 2.325.782 2.492.146

Tenaga KerjaOrg210.044 220.556 228.768 238.745 243.357

Utilisasi%83,33 80,96 74,83 73,59 74,99

Catatan: Seluruh data adalah data industri benang yang mencakup pemintalan benang, benang jahit, pencelupan benang texturizing skala menengah besarSumber : Direktorat Industri Tekstil dan Aneka, BPS, API (diolah)

Sebagian besar hasil produksi dari industri pemintalan nasional dimanfaatkan untuk industri pertenunan dan perajutan didalam negeri (69,4%). Sebagian besar industri benang nasional berada di Jawa Barat dengan porsi 53,17, diikuti dengan Jawa Tengah 17,06%, Banten (14,68%), Jawa Timur (9,52%), DKI Jakarta 3,97%, Yogyakarta 1,19% dan Sulawesi Selatan 0,40%. Utilisasi produksi pada tahun 2011 mencapai 75%, namun demikian industri pemintalan benang nasional terus meningkatkan kapasitas produksinya melalui investasi mesin dan peralatan. Hal ini menunjukkan bahwa para pelaku usaha pemintalan melihat prospek yang cukup baik dimasa mendatang dan mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan lonjakan permintaan benang di dunia.

Catatan: Seluruh data adalah data industri benang yang mencakup pemintalan benang, benang jahit, pencelupan benang texturizing skala menengah besar

Sumber : Direktorat Industri Tekstil dan Aneka, BPS, API (diolah)

Gambar 17. Distribusi Industri Pemintalan Benang Nasional berdasarkan lokasi pabrikSetiap tahunnya kapasitas produksi industri pemintalan selalu bertambah, seiring dengan terus dilakukannya investasi dan meningkatnya jumlah spindle, rotor mesin, mesin texturizing dan mesin pencelupan benang. Pada tahun 2011 kapasitas produksi industri benang nasional mencapai 3,05 Juta Ton atau naik 1,6% bila dibandingkan dengan tahun 2010. Peningkatan kapasitas produksi juga diiringi dengan meningkatnya realisasi produksi dimana pada tahun 2011 tercatat realisasi produksi industri benang mencapai 1,5%

Catatan :Seluruh data adalah data industri benang yang mencakup pemintalan benang, benang jahit, pencelupan benang texturizing

Sumber : Direktorat Industri Tekstil dan Aneka, BPS, API (diolah)

Gambar 18. Kapasitas, Produksi, Konsumis, Ekspor dan Impor Produk Benang NasionalPada tahun 2011 volume ekspor produk benang nasional turun menjadi hanya 707 ribu ton dari sebelumnya 790 ribu ton, namun demikian nilainya justru naik US$ 2,40 miliar atau naik 9,98% bila dibandingkan dengan tahun 2010. Dari sisi impor volumenya juga naik dari 117 ribu ton menjadi 153 ribu ton demkian juga dengan nilai impornya naik 36,9% menjadi US$ 559,27 Juta. Kenaikan nilai ekspor dan impor kelihatannya lebih disebabkan oleh kenaikan harga jual benang yang lebih diakibatkan kenaikan harga bahan baku kapas dan serat sintetis yang dipicu oleh naiknya harga minyak dunia. Penurunan volume ekspor lebih banyak diakibatkan krisis yang melanda eropa selama ini menjadi negara tujuan ekspor.Berdasarkan dari bahan bakunya volume ekspor benang terbesar berasal benang dari serat tapel sintetis (53,92%) diikuti benang filamen (33,07), benang dari kapas (12,94%), benang dari wool (0,06%) dan benang lainnya (0.2%). Sedangkan volume impor terbesar berasal dari benang filamen (64,85%), diikuti dengan benang dari serat stapel sintetis 12,48%, benang dari kapas (12,35%), benang dari serat alam lainnya (9,96%) dan benang dari wool dan sutra 0,36%.

Sumber : BPS (diolah)

Gambar 19. Volume Ekspor Produk Benang Nasional Berdasarkan Jenis Serat

Sumber : BPS (diolah)

Gambar 20. Volume Impor Produk Benang Nasional Berdasarkan Jenis Serat

Berdasarkan dari dari badan Koordinasi dan Penanaman Modal yang diolah oleh Kementerian Perindustrian, Realisasi investasi yang dilakukan baik oleh PMA maupun PMDN pada tahun 2011 mengalami tren yang cukup positif. Dimana realisasi ijin prinsip, perluasan dan tetap untuk sektor industri benang yang berasal dari PMA mencapai US$ 209 juta, sedangkan dari PMDN mencapai Rp 5,54 Triliun.

Catatan : Realisasi Ijin Prinsip, Perluasan dan Tetap

Sumber : BKPM (diolah)Gambar 21. Realisasi Investasi Industri Pemintalan Benang dari PMA

Catatan : Realisasi Ijin Prinsip, Perluasan dan Tetap

Sumber : BKPM (diolah)

Gambar 22. Realisasi Investasi Industri Pemintalan Benang dari PMDN3. PermesinanIndonesia dikenal sebagai produsen benang kelas dunia hal ini dapat dilihat dari jumlah mata pintal yang dimiliki yang mencapai 11,53 juta mata pintal menduduki peringkat 3 dunia setelah China (49,16%) dan India (18,24%).

Sumber : ITMF, Dit. ITA (diolah)

Gambar 23. Jumlah Mata Pintal Berdasarkan NegaraPada tahun 2011, 94% dari seluruh pengiriman mesin ring spinning untuk serat stapel pendek dikirim ke Asia (13,46 juta Spindle), dengan rincian China 8,90 juta atau 62% dari pengiriman, diikuti oleh India (2,49 juta spindle atau 17%), Bangladesh (639.000 atau 4,5%), Turki (628.000 atau 4,4%) dan Indonesia (517.000 atau 3,6%).

Sumber : Direktorat Industri Tekstil dan Aneka, ITMF (diolah)

Gambar 24. Pertumbuhan Jumlah Mata Pintal untuk pemintalan serat pendek NasionalPada tahun 2011 jumlah rotor Indonesia sebanyak 122.156 rotor menduduki peringkat 9 pada jumlah rotor terbanyak setelah, Cina 2.648.248 rotor, Rusia 790.200 rotor, India 787.632 rotor, Turki 635.220 rotor, Brazil 389.156 rotor, U.S.A. 315.176 rotor, Ukraina 275.200 rotor, Bangladesh 192.163 rotor, Pakistan 159.202 rotor.

Sumber : ITMF (diolah)

Gambar 25. Pertumbuhan Jumlah Rotor Industri Pemintalan Benang IndonesiaSejalan dengan peningkatan jumlah mata pintal dan rotor nasioanal mesin texturizing juga mengalami peningkatan impor dan terakhir pada tahun 2011 impor mesin texturizing mencapai 4,144 unit.

Sumber : ITMF (diolah)

Gambar 26. Pertumbuhan Impor Mesin TexturizingE. Keuntungan Investasi Industri di Indonesia

Indonesia memiliki perekonomian dengan laju pertumbuhan tercepat nomor tiga di Asia dan perekonomian terbesar di seluruh Asia Tenggara Dengan jumlah Produk Domestik Bruto (PDB) yang hampir mencapai US$ 550 milyar di tahun 2009. Sebagai negara yang tidak terkena dampak krisis keuangan global separah negara tetangga, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai angka 6,5% di sampai dengan triwulan III 2011. Dengan jumlah 240 juta penduduk, Indonesia menawarkan pasar domestik yang luas dimana kondisi ini akan memberi keuntungan bagi banyak industri termasuk didalamnya industri tekstil.

Indonesia terletak di persimpangan Samudra Pasifik, Selat Malaka, dan Samudra Hindia. Lebih dari separuh pelayaran internasional melewati perairan Indonesia. Indonesia adalah satu-satunya negara Asia Tenggara yang menjadi anggota G-20, kelompok global terkini untuk kebijakan ekonomi antar negara. Standard Chartered memprediksi bahwa Indonesia akan masuk di kelompok G-7 di tahun 2040 dengan syarat tercapainya potensi pertumbuhannya di tahun 2012, dan ekonominya akan melampaui Korea Selatan di tahun 2016 dan Jepang di tahun 2024.

Gambar 27. Perbandingan pertumbuhan ekonomi Indonesia, India dan China

Pada Januari 2010, lembaga pemeringkatan Fitch Ratings telah meningkatkan peringkat kredit Indonesia menjadi BB+ dengan prospek ke depan yang stabil. Peningkatan peringkat kredit ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat dan berkelanjutan, serta posisi fiskal yang semakin membaik. Hal ini menunjukkan peningkatan kepercayaan untuk berinvestasi di Indonesia, karena menempatkan Indonesia hanya satu tingkat di bawah peringkat investment grade. Dengan perubahan peringkat ini, Indonesia semakin berpeluang untuk menarik investasi dan arus modal dalam jumlah besar, serta dapat menarik dana-dana yang selama ini hanya bisa diinvestasikan ke dalam negara yang memiliki peringkat investment grade. Trend investasi di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup baik selama15 tahun terakhir.

Gambar 28. Penanaman Modal Asing (PMA/FDI) yang telah Direalisasi

Indonesia merupakan negara yang menarik bagi tujuan investasi karena menawarkan berbagai keuntungan investasi antara lain:1. Insentif Fiskal Kepabeanan dan Pajak

Pemerintah secara konsisten melakukan pembenahan pelayanan dan menawarkan insentif fiskal yang menarik bagi arus lalu lintas barang yang masuk atau keluar dari wilayah Indonesia.

Insentif fiskal kepabeanan diberikan kepada industri yang mendukung substitusi impor dan industri ekspor. Insentif fiskal kepabeanan yang diberikan berupa: Keringanan bea masuk/tarif impor bahan baku atau komponen. Keringanan dapat berbentuk pembebasan atau penurunan bea masuk (0%- 5%). Keringanan PPN, PPnBM dan PPh pasal 22. Keringanan dapat berbentuk penangguhan atau pembebasan.

Insentif fiskal pajak diberikan kepada penanam modal di bidang-bidang usaha tertentu termasuk didalamnya industri serat sintetis dan di daerah-daerah tertentu. Bidang usaha dan daerah yang dapat memperoleh fasilitas insentif fiskal ini ditetapkan melalui PP No. 1 tahun 2007 (revisinya PP. 62 tahun 2008) yang sedang dalam proses revisi dan akan ditetapkan pada tahun 2011 ini. Insentif fiskal pajak diberikan berupa: Pengurangan penghasilan neto sebesar 30% (tiga puluh persen) dari jumlah Penanaman Modal.

penyusutan dan amortisasi yang dipercepat.

pengenaan Pajak Penghasilan atas dividen yang dibayarkan kepada Subjek pajak Luar Negeri sebesar 10%, atau tarif yang lebih rendah menurut Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku.

kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 (lima) tahun tetapi tidak lebih dari 10 tahun.

2. Infrastruktur yang memadai dan terus ditingkatkan. Indonesia memiliki 2.061 pelabuhan dari seluruh pelabuhan tersebut yang menyediakan fasilitas kontainer antara lain: pelabuhan Belawan, Batam, Tanjung Priok, Tanjung Emas, Tanjung Perak dan Makasar. Pelabuhan terbesar Tanjung Priok, yang melayani wilayah Jakarta, mampu menampung 1.431.753 Twenty Feet Equivalent Units (TEU's) kontainer pada tahun 2000, sementara Pelabuhan Tanjung Perak, yang melayani wilayah Jawa Timur, mampu menampung 238,567 TEU's di tahun 2000.

Indonesia memiliki sekitar 150 bandara, yang terdiri dari bandara internasional dan bandara domestik.

Infrastruktur jalan raya mengalami perbaikan sepanjang tahun. Hal ini terlihat dari peningkatan panjang jalan beraspal total, dimana tahun 2000 sepanjang 355.951 km, menjadi 393.794 km di tahun 2006.

Infrastruktur listrik Indonesia mengalami peningkatan kapasitas terpasang. Tahun 2002, kapasitas terpasang sekitar 21.000 MW. Kapasitas ini mengalami peningkatan pada tahun 2006 menjadi 22.500 MW. Saat ini, penambahan kapasitas listrik Indonesia merupakan program utama pemerintah untuk lebih mendukung iklim investasi.

Telekomunikasi Indonesia berkembang pesat sejak adanya reformasi di sektor telekomunikasi. Tahun 2008, pengguna telepon seluler melampaui angka 60 dari 100 penduduk, unggul dari India dan China. Pengguna telepon tetap berjumlah sekitar 30 dari setiap 100 penduduk, unggul dari Thailand. Pengguna internet berjumlah sekitar 25 dari setiap 100 penduduk, unggul dari India.

Moda transportasi darat Kereta Api dapat ditemukan di Pulau Sumatera dan terutama di Pulau Jawa. Panjang track operasi kereta api di Jawa mengalami peningkatan dari 3365,6 km di tahun 2006, menjadi 3370,0 km di tahun 2007.

Pengurusan izin kerja bagi tenaga kerja asing di Indonesia cukup mudah, meliputi pengurusan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja (RPTK), rekomendasi visa kerja, Kartu Izin Tinggal Terbatas (Kitas), dan Izin Memperkerjakan Tenaga Asing (IMTA).

3. Jaminan Kemudahan Investasi dan Kelangsungan Usaha melalui Penetapan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: UU No.25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

UU No. 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan keempat atas UU No. 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan

PP No. 1 Tahun 2007 Jo. No. 62 Tahun 2008 Tentang Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk Penanaman Modal Di Bidang-Bidang Usaha tertentu dan/atau Di Daerah-Daerah Tertentu.

PP No. 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan.

PP No. 81 Tahun 2007 Tentang Penurunan tarif Pajak Penghasilan Bagi Wajib Pajak Badan Dalam Negeri Yang Bebentuk Perseroan Terbuka

Perpres No. 76 Tahun 2007 Tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal.

Perpres No. 111 Tahun 2007 Tentang Perubahan Perpres No 77/2007 Mengenai Daftar Bidang Usaha Tertutup Dan Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal

Perka BKPM No.11 Tahun 2009 Tentang Tata Cara Pelaksanaan, Pembinaan, Dan Pelaporan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Di Bidang Penanaman Modal

Perka BKPM No.12 Tahun 2009 Tentang Pedoman Dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal.

Perka BKPM No.13 Tahun 2009 Tentang Pedoman Dan Tatacara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal

Perka BKPM No.14 Tahun 2009 Tentang Sistem Pelayanan Informasi Dan Perizinan Investasi Secara Elektronik

4. Biaya Memulai Usaha yang relatif terjangkauDaya tarik utama memulai usaha di Indonesia adalah karena biaya usaha yang dibutuhkan relatif rendah. Office rental cost yang cukup murah untuk daerah pusat bisnis seperti di Jakarta dengan kisaran harga Rp. 60-80 ribu per m2. Labor cost di Indonesia bervariasi antar provinsi. Papua dan Aceh merupakan provinsi dengan Upah Minimum tertinggi, sebesar Rp. 1,2 juta per bulan. Di Jawa, yang merupakan pusat bisnis Indonesia, Upah Minimum masih berkisar Rp. 570 700 ribu per bulan, kecuali DKI Jakarta dan Banten. Secara rata-rata Upah minimum Indonesia masih berada di level kompetitif, jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN.

Gambar 29. Perbandingan Upah tenaga Kerja Indonesia dengan Negara Pesaing

Utilities and energy cost yang terdiri dari listrik dan air. Tarif listrik bervariasi berdasarkan klasifikasi pengguna. Untuk kelompok bisnis, biaya beban listrik berkisar Rp. 23.500 30.000 per kVA dengan biaya pakai berkisar Rp. 254 545 kVA. Tarif air juga bervariasi berdasarkan klasifikasi pengguna. Tarif air untuk dunia usaha berkisar Rp. 12.550 14.650 per m3. Transportation cost terutama terdiri dari biaya sewa kendaraan dan biaya penerbangan. Biaya sewa kendaraan (termasuk supir) bervariasi berdasarkan jenis mobil. Biaya sewa mobil berada pada kisaran Rp. 5.670.000 8.380.000. Tarif penerbangan domestik bervariasi bergantung pada jarak tempuh. Secara rata-rata, tarif penerbangan domestik Indonesia semakin kompetitif sejak adanya reformasi industri penerbangan. Jumlah maskapai penerbangan domestik juga mengalami peningkatan yang signifikan. Tarif penerbangan termahal adalah Jakarta-Papua sebesar Rp 3,7 juta. Tarif termurah adalah Jakarta-Semarang Rp 0,5 juta. Biaya Kargo bervariasi bergantung pada tipe kontainer, kapal, dan tujuan. Tarif kargo kapal laut dari pelabuhan utama Indonesia ke Singapura sebesar USD 250 (20 fts) dan USD 400 (40 fts). Tarif ke China sebesar USD 350 (20 fts) dan USD 550 (40 fts). Tarif ke Eropa sebesar USD 1.700 (20 fts) dan 3.150 (40 fts). Tarif ke Amerika Serikat sebesar USD 2.565 (20 fts) dan USD 3.660 (40 fts). Biaya telekomunikasi yang semakin bersaing sejak adanya reformasi di sektor telekomunikasi. Tarif lokal berkisar Rp. 250 per 1,5 3 menit. Tarif internasional bervariasi berdasarkan jarak dan waktu panggilan. Tarif panggilan internasional termurah sebesar Rp. 320 per menit. Biaya Kesehatan yang pada umumnya tidak ada asuransi kesehatan yang harus dibayar. Akan tetapi, untuk para pekerja biasanya disediakan asuransi kesehatan dari perusahaan yang besarnya tergantung dari jumlah total gaji yang diterima.5. Menurut PricewaterhouseCoopers, Indonesia merupakan pasar yang terkenal dengan sumber daya alamnya, bahkan dari prospek bahan mineral dikatakan lebih menarik dibandingkan negara lain seperti Afrika Selatan, Australia dan Kanada. Tabel 8. Sumber Daya Alam yang dimiliki Indonesia

F. Tantangan Yang Dihadapi Industri Benang Di Indonesia Kapas sebagai bahan baku industri pemintalan masih harus diimpor 99% dari luar, disisi lain harganya juga cenderung fluktuatif yang mengakibatkan seluruh industri skala menengah kecil maupun besar langsung merasakan akibatnya. Hal ini juga membuat keberlangsungan usaha industri menjadi terhambat. Disisi lain pengembangan serat kapas nasional juga terkendala dengan cuaca dan iklim yang kurang cocok di Indonesia, hal ini mengakibatkan kualitas kapas menjadi kurang baik dan tidak cocok untuk dipintal. Selain itu areal pengembangan kapas yang didominasi oleh lahan-lahan marginal, belum tersedia varietas kapas unggul dengan produktivitas tinggi pada lahan marginal, dan rendahnya tingkat adopsi paket teknologi oleh petani. Alternatif pengganti serat kapas yaitu rayon juga mengalami sedikit permasalahan dimana industri pemintalan nasional sulit mendapatkan bahan baku serat rayon, padahal Indonesia merupakan produsen serat rayon ketiga dunia dengan produksi total sekira 380 ribu ton per tahun. Pasalnya, pada saat ini, produsen rayon nasional kian memprioritaskan penjualan ekspor dibanding penjualan domestik. Hal ini telah dicoba diselesaikan pemerintah bersama dengan asosiasi dan pelaku usaha serat rayon yaitu SPV dan Indo Bharat Rayon. Ketiga aliansi ini telah bersepakat untuk memprioritaskan pasar domestik melalui peningkatan kapasitas untuk memenuhi kebutuhan domestik. Beberapa perusahaan lain seperti sritex juga berencana untuk mengatasi masalah ini dengan rencana perluasan sektor produksi serat rayon. Bahan serat alam seperti wool masih hampir 100% diimpor terutama dari Australia, demikian juga dengan sutera alam yang juga sebagian besar masih harus diimpor dari luar. Serat Sintetis juga rentan mengalami gejolak akibat fluktuasi harga minyak dunia yang merupakan sumber bahan baku serat sintetis dan tingginya biaya energi banyak mempengaruhi perkembangan industri serat sintetis, tinggi dan volatile-nya bahan baku menyebabkan harga yang tidak stabil karena industri hilir khususnya paraxylene dan MEG tidak terlalu kuat.

Membangun rantai produksi antara downstream-midsteram-upstream dengan mengembangkan produk baru dan menciptakan jaringan distribusi baru di setiap sektor industri tekstil sehingga menjadikan nilai tambah yang lebih tinggi pada produk yang dihasilkan.

Pemenuhan kebutuhan dalam negeri yang terus meningkat dan pemanfaatan daya saing serat sintetis yang lebih baik daripada serat alam yang sulit dikembangkan di Indonesia. Industri Pemintalan nasional masih sangat tergantung dengan permesinan impor. Memperluas pasar ekspor, berbasis pada pengembangan kualitas yang lebih baik dan biaya yang kompetitif manufaktur.

Pengembangan teknologi dan sumber daya manusia untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas industri.

Peningkatan infrastruktur industri termasuk meningkatkan efisiensi di pelabuhan untuk meningkatkan daya saing global.

Persaingan global dan peraturan perdagangan internasional seperti antisubsidi dan anti dumping perlu di tangani dengan tepat.

Peraturan perundang-undangan untuk menjamin iklim investasi industri dan peraturan ketenagakerjaan yang menjamin keberlangsungan usaha dan pro terhadap tenaga kerja.

Mendesak R & D yang dibutuhkan untuk mengembangkan energi efisien dan ramah lingkungan proses produksi dan peralatan.G. Peluang Investasi Industri Serat Sintetis di IndonesiaIndustri Pemintalan benang merupakan sektor TPT yang sangat layak dikembangkan di Indonesia mengingat Indonesia memiliki kekuatan antara lain:

Dari sekian banyak segmen di industri TPT, segmen spinning merupakan segmen yang masih berkinerja baik. Sub-sektor pemintalan benang (yarn spinning) merupakan industri yang relatif padat kapital, kandungan teknologinya tinggi, berskala besar dan menggunakan mesin-mesin otomatis dan nilai tambahnya paling besar. Industri spinning terus tumbuh sehingga kebutuhan akan bahan baku serat akan terus meningkat. Indonesia merupakan negara terbesar ke-enam sebagai produsen serat sintetis sebagai bahan baku utama industri spinning dan memiliki sumber bahan baku (minyak bumi) yang sangat melimpah, hal ini merupakan factor kunci dalam persaingan industri serat sintetis. Industri Petrokimia hulu yaitu pengolahan Paraxylene, PTA dan MEG yang merupakan bahan baku serat polyester juga merupakan sektor yang sangat menjanjikan dalam melakukan investasi. Industri Spinning merupakan penyumbang devisa ekspor nasional terbesar setelah Garmen dan setiap tahunnya naik, terakhir pada tahun 2011 nilai ekspor benang mencapai S$ 2,40 miliar atau naik 9,98% bila dibandingkan dengan tahun 2010. Industri Pemintalan benang merupakan sektor yang sedang digandrungi investor baik lokal maupun asing terbukti dengan banyaknya aplikasi baru dari penanam modal asing maupun dalam negeri yang mengajukan pendirian industri pemintalan. Indonesia cukup mampu bersaing untuk benang jahit, benang untuk kain dan benang rajut. Masih cukup kuatnya pelaku industri di segmen ini memberikan nilai tambah secara industri untuk bersaing di pasar internasional. Selain itu sumbangan industri ini terhadap industri antaradan pasar ekspor cukup signifikan sehingga perannya sangat vital untuk tetap dipertahankan. Dengan kondisi saat ini sub industri spinning adalah satu-satunya bagian industri TPT yang dipandang sehat dan mampu memberikan daya dukung pada rantai nilai industri secara keseluruhan, oleh karena hal itu industri ini dapat dijadikan alternatif pilihan utama dalam mendorong pemulihan industri TPT nasional. Indonesia memiliki jumlah penduduk lebih dari 250 juta orang dan merupakan pasar potensial dalam rangka pemenuhan kebutuhan sandang dalam negeri yang terus naik seiring dengan besarnya pertambahan jumlah penduduk serta perluasan pasar ekspor penguatan industri hulu, antara dan hilir perlu terus dilakukan.

Situasi ekonomi dan politik di Indonesia terus membaik dan perekonomian terus tumbuh, ketika terjadi resesi ekonomi pada periode 2008-2010 pertumbuhan ekonomiIndonesia justru naik 6,5% pada kuartal kedua tahun 2011 serta pertumbuhan industri mencapai6,4%.

Pemerintah telah meluncurkan program industri Tekstil revitalisasi di 2006 ~ 2007 yang telah berhasil melanjutkan sampai tahun ini. Program ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan daya saing ITPT, IAK dan IPK, untuk meremajakan mesin/peralatan yang sudah berusia lebih dari 20 tahun. Dalam kaitan ini, Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian menganggap perlu memberikan stimulan melalui kegiatan Restrukturisasi Mesin/Peralatan Industri Tekstil dan Produk Tekstil serta Industri Alas Kaki dalam rangka mendorong industri TPT, IAK dan IPK untuk meningkatkan daya saingnya melalui investasi mesin/peralatan yang lebih modern.

Program Restrukturisasi Mesin/Peralatan Industri TPT yang telah diluncurkan oleh Kementerian Perindustrian sejak tahun 2007 dan Program Restrukturisasi Mesin/Peralatan Industri Alas Kaki dan Penyamakan Kulit sejak tahun 2009 disambut positif oleh dunia usaha. Hal ini terbukti dari pagu anggaran yang dialokasikan pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 mampu menstimulus kegiatan investasi mesin/peralatan yang dilakukan oleh dunia usaha, dengan gambaran sebagai berikut :

Tabel 9. Jumlah Peserta Progam, Nilai Bantuan dan Nilai Investasi

NoTahunPeserta Unit usahaPagu Dipa

Rp. MilyarNilai Bantuan

Rp. MilyarNilai Investasi M/P

Rp. Milyar

Industri Tekstil dan Produk Tekstil

1200792255,00153,311.550

22008175330,00181,701.790

32009193240,00170,751.440

4 2010 151154,15144,371.544

52011*109133,50133,031.391

Dengan berjalannya kegiatan Restrukturisasi Mesin/ Peralatan ITPT sejak tahun 2007 dan Restrukturisasi Mesin/ Peralatan IAK dan IPK sejak tahun 2009, telah terjadi penambahan dan peremajaan mesin/peralatan TPT, IAK dan IPK sebagaimana disajikan pada tabel berikut:

Tabel 10. Realisasi Penambahan Dan Peremajaan Mesin/Peralatan Itpt 2007-2011Jenis IndustriSat.TahunJumlah

20072008200920102011

PemintalanMP372,764550,38093,192185,772415,1041,617,212

PertenunanATM4537251,9581,4811,2865,903

PerajutanMR1292714556762131,744

FinishingSet8121315553

Pakaian JadiMSJ4,84811,49017,50213,6678,42255,929

Alas Kaki (Last Mod.& Patt. Cutter)Set--589410162

Peny.KulitSet--16161042

Sumber : Dit. ITA (diolah)

Hasil evaluasi yang telah dilakukan terhadap industri TPT, IAK dan IPK yang telah mengikuti Program sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 11. Hasil evaluasi terhadap pelaksanaan Program

NoUraianITPT

2007 s/d 2010

1Penambahan tenaga kerja92.805

2Peningkatan kapasitas produksi (%)10 - 19

3Peningkatan produktivitas (%)2 - 9

4Peningkatan efisiensi dalam penggunaan energi (%)10 - 22

Pemberian jaminan investasi dan kelangsungan usaha melalui Undang-undang No 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

Pemberian insentif penanaman modal melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 176/PMK.011/2009 Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Mesin Serta Barang Dan Bahan Untuk Pembangunan Atau Pengembangan Industri Dalam Rangka Penanaman Modal. Dalam rangka pengembangan investasi industri TPT di Indonesia maka arah dan strategi pengembangannya difokuskan pada rantai industri spinning (hulu) dan olahan tekstil-garmen (hilir). industri spinning menjadi pangkal penguatan struktur industri hulu dengan memanfaatkan sumber bahan baku non-serat alam.

Total Pengiriman 14,331,718 short-staple spindlesSumber : ITMFGambar 1. Komposisi Pengiriman Short-Staple Spindle 2011

Sumber : ITMFGambar 2. Pertumbuhan Pengiriman Short-Staple Spindle 2002 - 2011

Total Pengiriman 113,244 long-staple spindlesSumber : ITMFGambar 3. Komposisi Pengiriman Long-Staple Spindle 2011

Sumber : ITMFGambar 4. Pertumbuhan Pengiriman Long-Staple Spindle 2002 - 2011

Total Pengiriman 572,168 rotorsSumber : ITMFGambar 5. Komposisi Pengiriman O-E Rotor 2011

Sumber : ITMFGambar 6. Pertumbuhan Pengiriman O-E Rotor 2002 - 2011Tabel. 1 Kapasitas Terpasang Tahun 2010 dan Pengiriman Mesin Spinning Tahun 2011 Berdasarkan Region.2010 Installed Spinning CapacitiesCumulative Shipments 2002-2011Shipments 2011

ContinentSpindlesSpindlesSpindles

(destination)Short-Long-O-E Short-Long-O-E Short-Long-O-E

StapleStapleaRotorsStapleStapleRotorsStapleStapleRotors

AFRICA5,557,768254,568169,524859,80034,76436,25220,2802,0169,504

AMERICA, NORTH5,599,000908,000470,800393,33229,964166,53659,376-18,076

AMERICA, SOUTH9,450,750701,000509,936731,45879,152188,688154,7068,78434,176

ASIA & OCEANIA209,533,8746,590,0004,154,48393,382,186994,2322,890,73013,456,78248,792463,152

EUROPE, EAST3,660,8261,287,9001,406,282107,88083,07468,8603,79212,4804,272

EUROPE, WEST3,271,3394,179,000255,139434,680133,42075,8128,7488,8087,768

EUROPE, OTHERS6,500,000743,000600,0003,390,278315,620364,472628,03432,36435,220

WORLD243,573,55714,663,4687,566,16499,299,6141,670,2263,791,35014,331,718113,244572,168

Sumber : ITMFTabel. 2 Kapasitas Terpasang Tahun 2010 dan Pengiriman Mesin Spinning Tahun 2011 Berdasarkan Negara (Afrika).Country (destination)2010 Installed Spinning CapacitiesCumulative Shipments 2002-2011Shipments 2011

SpindlesO-E RotorsSpindlesO-E RotorsSpindlesO-E Rotors

Short-StapleLong-StapleaShort-StapleLong-StapleShort-StapleLong-Staple

Algeria300,00015,0004,000------

Angola50,000--------

Benin60,000----5,988---

Botswana15,000-1,500------

Burkina Faso7,000----960--480

Cameroon55,0001,000---2,160--2,160

Chad8,000-35,00018,144-----

Egypt1,885,37698,00015,396411,38413,176-12,000--

Eritrea39,488--------

Ethiopia200,0001,0005,00036,624-7,8963,600-2,400

Ghana120,000--------

Ivory Coast120,000-3,000------

Kenya100,0004,0001,20016,944-432--432

Lesotho--2,000--2,016---

Madagascar19,9688,5681,296------

Malawi50,000--------

Mali40,000--------

Mauritius88,0001,000800111,936-800---

Morocco450,00050,00040,00067,44017,1003,7443,6002,0163,744

Mozambique50,000--------

Niger14,000--------

Nigeria500,0003,00015,00021,240-4,3521,080--

Senegal25,000--------

South Africa41,56060,0005,248124,3441,1524,112--288

Sudan400,000-20,000------

Swaziland54,000--------

Tanzania400,0003,000-31,920-----

Togo25,000--------

Tunisia140,3764,0006,4844,4163,336----

Uganda50,000-1,20011,088-1,112---

Zaire50,000-2,500------

Zambia100,0003,0002,500------

Zimbabwe100,0003,0007,4004,320-2,680---

AFRICA5,557,768254,568169,524859,80034,76436,25220,2802,0169,504

Sumber : ITMFTabel. 3 Kapasitas Terpasang Tahun 2010 dan Pengiriman Mesin Spinning Tahun 2011 Berdasarkan Negara (Amerika)Country (destination)2010 Installed Spinning CapacitiesCumulative Shipments 2002-2011Shipments 2011

SpindlesO-E RotorsSpindlesO-E RotorsSpindlesO-E Rotors

Short-StapleLong-StapleaShort-StapleLong-StapleShort-StapleLong-Staple

Canada300,00050,00040,0001,752-7,604---

Costa Rica14,000--------

Cuba600,000-1,000--960---

Dominican Rep.35,000-1,400------

El Salvador250,000-1,40048,768-924--540

Guatemala150,0003,00021,00085,2008168569,600--

Mexico3,540,000227,000103,000234,39621,54832,75240,080-5,360

Nicaragua40,000--4,032-----

U.S.A.670,000628,000303,00019,1847,600123,4409,696-12,176

AMERICA, NORTH5,599,000908,000470,800393,33229,964166,53659,376-18,076

Argentina1,790,000260,00060,00063,7443,21618,76018,480-3,036

Bolivia50,0007,0002,500-2,01648---

Brazil4,788,750200,000358,936528,49023,032163,020113,714-30,220

Chile400,00017,0004,0005,40010,932320-912-

Colombia950,00037,00025,00030,4801,0561,320---

Ecuador150,00035,00012,00019,44018,9002,5006,1927,872920

Paraguay32,000--------

Peru700,00070,00018,00083,90420,0001,85616,320--

Uruguay40,00060,0004,500------

Venezuela550,00015,00025,000--864---

AMERICA, SOUTH9,450,750701,000509,936731,45879,152188,688154,7068,78434,176

Sumber : ITMFTabel. 4 Kapasitas Terpasang Tahun 2010 dan Pengiriman Mesin Spinning Tahun 2011 Berdasarkan Negara (Asia - Oceania)Country (destination)2010 Installed Spinning CapacitiesCumulative Shipments 2002-2011Shipments 2011

SpindlesO-E RotorsSpindlesO-E RotorsSpindlesO-E Rotors

Short-StapleLong-StapleaShort-StapleLong-StapleaShort-StapleLong-Staplea

Australia1,80058,0003,000264-----

Bahrain46,000-50014,400-480---

Bangladesh7,275,99115,000187,2434,087,28842070,724639,180-4,920

Cambodia---26,8805,880----

China120,000,0003,600,0002,260,00056,896,300650,0882,340,3328,904,24823,400388,248

Hong Kong, China129,00024,00014,86454,4684,620288---

India45,350,000990,000750,00019,135,18439,604224,9502,486,2961,15237,632

Indonesia11.076.267103,000117,2562,308,7322,52040,256516,888-4,900

Iran2,200,000110,00088,000321,900192,25416,8161,10414,292-

Iraq200,00015,00015,000------

Israel---2,100-----

Japan984,000473,00012,00042,8486847681,152--

Jordan16,0002,000500--224--200

Kazakhstan200,000-50,00063,744-19,900---

Kirghizstan64,0001,000-------

Korea, P.R.---17,640-400---

Korea, Rep.1,179,100686,00013,508646,70814,2565,492118,464-432

Malaysia600,00035,0006,00063,6002,9407,128--4,200

Mongolia----1,404--252-

Myanmar250,000-1,600301,14011,7603,600---

Nepal79,000--70,656-----

New Zealand-70,000--1,440--720-

Pakistan10,625,56535,000159,2025,059,6166,7489,040192,552--

Philippines250,00013,00050,000------

Saudi Arabia----480----

Singapore-3,000-------

Sri Lanka29,000-2007,104--7,104--

Tabel. 4 Kapasitas Terpasang Tahun 2010 dan Pengiriman Mesin Spinning Tahun 2011 Berdasarkan Negara (Asia - Oceania) lanjutanCountry (destination)2010 Installed Spinning CapacitiesCumulative Shipments 2002-2011Shipments 2011

SpindlesO-E RotorsSpindlesO-E RotorsSpindlesO-E Rotors

Short-StapleLong-StapleaShort-StapleLong-StapleaShort-StapleLong-Staplea

Syria770,00032,00027,000405,74429,34421,81633,744-3,180

Tadzhikistan221,0004,00053,00042,624-3,696---

Taiwan, China1,358,675250,00068,53423,43675010,448540-3,992

Thailand3,622,00065,00048,000555,7748,72432,44440,962-1,120

Turkmenistan160,0001,00025,000171,856-13,56826,800--

U.A. Emirates---71,1368,976--8,976-

Uzbekistan1,446,4103,00099,728632,060-32,604159,236-10,128

Vietnam3,656,7562,000104,3482,358,98411,34035,756328,512-4,200

ASIA & OCEANIA209,533,8746,590,0004,154,48393,382,186994,2322,890,73013,456,78248,792463,152

Sumber : ITMFTabel. 5 Kapasitas Terpasang Tahun 2010 dan Pengiriman Mesin Spinning Tahun 2011 Berdasarkan Negara (Eropa)Country (destination)2010 Installed Spinning CapacitiesCumulative Shipments 2002-2011Shipments 2011

SpindlesO-E RotorsSpindlesO-E RotorsSpindlesO-E Rotors

Short-StapleLong-StapleaShort-StapleLong-StapleaShort-StapleLong-Staplea

Albania180,000--------

Armenia45,000-15,000------

Azerbaijan140,000-45,0004,200-4,960--960

Belarus125,5223,90031,56817,4008,4003,384-6,000752

Bosnia & Herz.100,000--------

Bulgaria640,00040,00068,00017,80815,876----

Croatia14,2363,0002,840------

Czech Republic175,16825,00032,8148,49624,5764,676-1,440-

Estonia113,000-60,000------

Georgia50,000-15,000------

Hungary55,40019,000---240---

Latvia-----336---

Lithuania221,8007,00023,100------

Macedonia240,000--------

Moldova--29,760--7,488--2,160

Poland9,000240,0003,20021,55216,6942,568-5,040-

Romania120,000418,00015,000-10,752----

Russia485,000500,000790,0007,2006,77639,712--200

Serbia-30,000-------

Slovakia8,700--9,120-2562,880--

Slovenia38,000--22,104--912--

Ukraine900,0002,000275,000--5,240--200

EUROPE, EAST3,660,8261,287,9001,406,282107,88083,07468,8603,79212,4804,272

Austria126,52433,00013,79613,824-15,296144-1,308

Belgium24,912128,00011,904-8645,184--216

Finland-4,000-------

France43,200223,00025,800-4,3361,824--240

Germany88,93295,0005,17442,3603,6724,280---

Greece640,000200,00017,50083,5203441,248---

Ireland23,00045,000-------

Italy1,204,9712,657,00071,465219,028104,64419,208-8,8081,664

Netherlands9,00024,0007,000-4202,000--1,800

Norway-20,000--352----

Portugal860,100310,00036,20030,7208,0647,0165,760-1,224

Spain72,700275,00029,80030,8168,03619,6602,304-1,316

Switzerland48,00030,0001,50014,4121,05696540--

U.K.130,000135,00035,000-1,632----

EUROPE, WEST3,271,3394,179,000255,139434,680133,42075,8128,7488,8087,768

Turkey6,500,000743,000600,0003,390,278315,620364,472628,03432,36435,220

EUROPE, OTHERS6,500,000743,000600,0003,390,278315,620364,472628,03432,36435,220

Sumber : ITMF

Sumber : ITMFGambar 7. Pengiriman Mesin Texturizing Single Heater 2011

Sumber : ITMFGambar 8. Pengiriman Komulatif Mesin Texturizing Single Heater 2002 - 2011

Sumber : ITMFGambar 9. Pengiriman Mesin Texturizing Double Heater 2011

Sumber : ITMFGambar 10. Pengiriman Komulatif Mesin Texturizing Double Heater 2002 - 2011Tabel. 6 Pengiriman Mesin Texturizing (False Twist) Tahun 2011 Berdasarkan Region.Continent (destination)

Shipments of False-Twist Spindles

Cumulative Shipments 2002-2011Shipments 2011

Single HeaterDouble HeaterTotalSingle HeaterDouble HeaterTotal

AFRICA-47,75047,750-5,2865,286

AMERICA, NORTH56016,02016,580-6,2406,240

AMERICA, SOUTH14,25636,62650,882-8,3768,376

ASIA & OCEANIA103,2203,074,2623,177,4821,824776,984778,808

EUROPE, EAST4,55739,55244,109-6,3846,384

EUROPE, WEST4,70319,12823,831-3,3603,360

EUROPE, OTHERS1,86051,86453,724-19,92019,920

WORLD129,1563,285,2023,414,3581,824826,550828,374

Sumber : ITMFTabel. 7 Pengiriman Mesin Texturizing (False Twist) Tahun 2011 Berdasarkan Negara (Afrika).Continent (destination)

Shipments of False-Twist Spindles

Cumulative Shipments 2002-2011Shipments 2011

Single HeaterDouble HeaterTotalSingle HeaterDouble HeaterTotal

Algeria-6,4806,480-1,6801,680

Botswana-960960---

Djibouti-480480---

Egypt-26,37426,374-2,1662,166

Ivory Coast-240240-240240

Kenya-1,2001,200---

Lesotho-1,2001,200---

Libya-480480---

Mauritius-240240---

Morocco-1,4561,456---

South Africa-6,4806,480-720720

Sudan-1,6801,680---

Tunisia-240240-240240

Zimbabwe-240240-240240

AFRICA-47,75047,750-5,2865,286

Sumber : ITMFTabel. 8 Pengiriman Mesin Texturizing (False Twist) Tahun 2011 Berdasarkan Negara (Afrika).Continent (destination)

Shipments of False-Twist Spindles

Cumulative Shipments 2002-2011Shipments 2011

Single HeaterDouble HeaterTotalSingle HeaterDouble HeaterTotal

Canada-2,2562,256-480480

Dominican Rep.-720720---

El Salvador-720720-480480

Guatemala-360360-240240

Honduras-1,2241,224-240240

Mexico484,7764,824-2,6402,640

U.S.A.5125,9646,476-2,1602,160

AMERICA, NORTH56016,02016,580-6,2406,240

Argentina2163,0003,216-1,8961,896

Brazil13,46424,33637,800-2,6402,640

Chile-2,4002,400-1,9201,920

Colombia-2,3782,378-480480

Peru5762,5923,168-480480

Uruguay-480480---

Venezuela-1,4401,440-960960

AMERICA, SOUTH14,25636,62650,882-8,3768,376

Sumber : ITMFTabel. 9 Pengiriman Mesin Texturizing (False Twist) Tahun 2011 Berdasarkan Negara (Asia Oceania).Continent (destination)

Shipments of False-Twist Spindles

Cumulative Shipments 2002-2011Shipments 2011

Single HeaterDouble HeaterTotalSingle HeaterDouble HeaterTotal

Australia-2,4002,400-1,2001,200

Bangladesh-7,9447,944-312312

China86,0402,322,9962,409,036-624,600624,600

Hong Kong, China-28,05628,056---

India240392,654392,894-90,09690,096

Indonesia1,62015,71217,332-4,1444,144

Iran-21,81621,816-4,3204,320

Iraq-1,6801,680-1,2001,200

Israel-3,1323,132-720720

Japan3,24055,39258,632-19,68019,680

Jordan-2,1602,160-1,2001,200

Korea, P.R.-3,6003,600-3,6003,600

Korea, Rep.3,88813,45617,344-2,4642,464

Kuwait-240240---

Lebanon-960960-240240

Malaysia-9,1209,120-1,4401,440

Maldives-240240---

Mongolia-240240---

Nepal-312312---

New Zealand-240240-240240

Pakistan-13,20013,200-1,6801,680

Philippines-720720-240240

Saudi Arabia-3,6003,600-960960

Singapore-3,3603,360---

Sri Lanka-1,9201,920-480480

Syria52838,74839,276-4,4164,416

Taiwan, China6,46431,51637,9801,5367,5129,048

Thailand91249,00849,920-1,2001,200

U.A. Emirates-5,5205,520-3,3603,360

Uzbekistan-720720-720720

Vietnam28843,60043,8882889601,248

ASIA & OCEANIA103,2203,074,2623,177,4821,824776,984778,808

Sumber : ITMFTabel. 10 Pengiriman Mesin Texturizing (False Twist) Tahun 2011 Berdasarkan Negara (Eropa).Continent (destination)

Shipments of False-Twist Spindles

Cumulative Shipments 2002-2011Shipments 2011

Single HeaterDouble HeaterTotalSingle HeaterDouble HeaterTotal

Albania-240240---

Belarus3,0244,2727,296-864864

Bulgaria-2,4002,400-240240

Croatia-240240---

Estonia-240240-240240

Georgia-240240-240240

Moldova-480480-240240

Poland-4,4404,440-240240

Romania-1,6801,680-480480

Russia-16,15216,152-1,4401,440

Serbia297240537-240240

Slovakia4328641,296---

Slovenia1568641,020-240240

Ukraine6487,2007,848-1,9201,920

EUROPE, EAST4,55739,55244,109-6,3846,384

Austria-240240---

Belgium-960960---

Denmark-2424---

France-1,0561,056-240240

Germany1566,2046,360-1,4401,440

Greece-960960---

Italy4,2354,2728,507-240240

Luxembourg-7272---

Netherlands-720720-480480

Spain3123,1803,492-480480

U.K.-1,4401,440-480480

EUROPE, WEST4,70319,12823,831-3,3603,360

Turkey1,86051,86453,72419,92019,920

EUROPE, OTHERS1,86051,86453,724-19,92019,920

Sumber : ITMFNAMA:PTACRYL TEXTIL MILLSALAMAT KANTOR:Summitmas Tower II Lt 3, Jl Jend Sudirman Kav 61-62KAB/KOTA:Jakarta SelatanPROP:DKI JakartaTELP/FAX:021-5201227FAX KANTOR:021-5202067PABRIKALAMAT PABRIK:Jl. Moch. Toha Km. 1 Pasar BaruKAB/KOTA:TangerangPROP:BantenTELP PABRIK:021-5524940FAX PABRIK:021-5525964STATUS, IJIN KAPASITAS DAN TENAGA KERJASTATUS:PMASIUP/IZIN:631/T/INDUSTRI/1994TGL IJIN:02 Agustus 1994KAP IJIN:6,996TonTK:7,154NAMA:PTACRYL TEXTIL MILLSALAMAT KANTOR:Summitmas Tower II Lt 3, Jl Jend Sudirman Kav 61-62KAB/KOTA:Jakarta SelatanPROP:DKI JakartaTELP/FAX:021-5201227FAX KANTOR:021-5202067PABRIKALAMAT PABRIK:Jl. Moch. Toha Km. 1 Pasar BaruKAB/KOTA:TangerangPROP:BantenTELP PABRIK:021-5524940FAX PABRIK:021-5525964STATUS, IJIN KAPASITAS DAN TENAGA KERJASTATUS:PMASIUP/IZIN:631/T/INDUSTRI/1994TGL IJIN:02 Agustus 1994KAP IJIN:2,830TonTK:7,154NAMA:PTADETEXALAMAT KANTOR:Jl Dayang Sumbi No 46KAB/KOTA:BandungPROP:Jawa BaratTELP/FAX:022-2503405FAX KANTOR:022 2501134PABRIKALAMAT PABRIK:Jl Raya Banjaran km 17 No. 590KAB/KOTA:BandungPROP:Jawa BaratTELP PABRIK:022-5940142, 5940231FAX PABRIK:022-5940145STATUS, IJIN KAPASITAS DAN TENAGA KERJASTATUS:PMDNSIUP/IZIN:07/II/PMDN/2001TGL IJIN:01 February 2001KAP IJIN:67,800TonTK:3,409NAMA:PTADI KENCANA MAHKOTA BUANAALAMAT KANTOR:Jl Palur Km. 13,5 Waru KebakkramatKAB/KOTA:KaranganyarPROP:Jawa TengahTELP/FAX:0271-827272FAX KANTOR:0271-827273PABRIKALAMAT PABRIK:Jl Palur Km. 13,5 Waru KebakkramatKAB/KOTA:KaranganyarPROP:Jawa TengahTELP PABRIK:0271-827272FAX PABRIK:0271-827273STATUS, IJIN KAPASITAS DAN TENAGA KERJASTATUS:PMDNSIUP/IZIN:24/I/PMDN/1995TGL IJIN:1 Januari 1995KAP IJIN:10,200TonTK:875NAMA:PTAGUNG SEJAHTERA SIDOHARJOALAMAT KANTOR:Jl Raya Palur-Sragen Km 9,1 JatenKAB/KOTA:KaranganyarPROP:Jawa TengahTELP/FAX:0271-825311FAX KANTOR:0271-825405PABRIKALAMAT PABRIK:Jl Raya Palur-Sragen Km 7,8 JatenKAB/KOTA:KaranganyarPROP:Jawa TengahTELP PABRIK:0271-826180FAX PABRIK:0271-825088STATUS, IJIN KAPASITAS DAN TENAGA KERJASTATUS:PMDNSIUP/IZIN:1281/T/INDUSTRI/2009TGL IJIN:10 Desember 2009KAP IJIN:20,858TonTK:702NAMA:PTAGUNG SEJAHTERA SIDOHARJOALAMAT KANTOR:Jl Raya Palur-Sragen Km 9,1 JatenKAB/KOTA:KaranganyarPROP:Jawa TengahTELP/FAX:0271-825311FAX KANTOR:0271-825405PABRIKALAMAT PABRIK:Jl Raya Palur-Sragen Km 9,1 JatenKAB/KOTA:KaranganyarPROP:Jawa TengahTELP PABRIK:0271-825311FAX PABRIK:0271-825405STATUS, IJIN KAPASITAS DAN TENAGA KERJASTATUS:PMDNSIUP/IZIN:1281/T/INDUSTRI/2009TGL IJIN:10 Desember 2009KAP IJIN:20,858TonTK:702NAMA:PTALBANI ANGGUN SPINNING MILSALAMAT KANTOR:Jl Raya Soekarno-Hatta Km.32, Ds HarjosariKAB/KOTA:SemarangPROP:Jawa TengahTELP/FAX:0298-522888FAX KANTOR:0298-522297PABRIKALAMAT PABRIK:Jl Banjaran No 515KAB/KOTA:PameungpeukPROP:BandungTELP PABRIK:Jawa BaratFAX PABRIK:022-5945577STATUS, IJIN KAPASITAS DAN TENAGA KERJASTATUS:SIUP/IZIN:TGL IJIN:KAP IJIN:1,440TonTK:168NAMA:PTANTELASALAMAT KANTOR:Jl. Cibaligo No. 88 CimindiKAB/KOTA:CimahiPROP:Jawa BaratTELP/FAX:022-6036022FAX KANTOR:022-6034995PABRIKALAMAT PABRIK:Jl. Cibaligo No. 88 CimindiKAB/KOTA:CimahiPROP:Jawa BaratTELP PABRIK:022-6036022FAX PABRIK:022-6034995STATUS, IJIN KAPASITAS DAN TENAGA KERJASTATUS:Non PMA-SIUP/IZIN:425/10-12/PB/VII/1992

PMDNTGL IJIN:14 June 1992KAP IJIN:120TonTK:324NAMA:PTAPAC INTI CORPORAALAMAT KANTOR:Graha BIP Lantai 10, Jl Jend G Subroto Kav 23KAB/KOTA:JakartaPROP:DKI JakartaTELP/FAX:021-5228888FAX KANTOR:021-5258300, 5202910PABRIKALAMAT PABRIK:Jl Raya Soekarno-Hatta Km.32, Ds HarjosariKAB/KOTA:SemarangPROP:Jawa TengahTELP PABRIK:0298-522888FAX PABRIK:0298-522297STATUS, IJIN KAPASITAS DAN TENAGA KERJASTATUS:PMDNSIUP/IZIN:471/I/PMDN/1995TGL IJIN:29 August 1995KAP IJIN:18,507TonTK:14,037NAMA:PTAPAC INTI CORPORAALAMAT KANTOR:Graha BIP Lantai 10, Jl Jend G Subroto Kav 23KAB/KOTA:JakartaPROP:DKI JakartaTELP/FAX:021-5228888FAX KANTOR:021-5258300, 5202910PABRIKALAMAT PABRIK:Industrial Town Estate MM2100, Desa Gandamekar,

CibitungKAB/KOTA:BekasiPROP:Jawa BaratTELP PABRIK:(021) 8980079FAX PABRIK:(021) 8980370STATUS, IJIN KAPASITAS DAN TENAGA KERJASTATUS:PMDNSIUP/IZIN:471/I/PMDN/1995TGL IJIN:29 August 1995KAP IJIN:18,507TonTK:14,037NAMA:PTARGO PANTES TBKALAMAT KANTOR:Wisma Argo Manunggal Lt 2, Jl Gatot Subroto Kav 22KAB/KOTA:Jakarta SelatanPROP:DKI JakartaTELP/FAX:021-2520068/65FAX KANTOR:021-2520029PABRIKALAMAT PABRIK:Jl MH Thamrin Km.4, CikokolKAB/KOTA:TangerangPROP:BantenTELP PABRIK:021-55753838, 55750779FAX PABRIK:021-55753255STATUS, IJIN KAPASITAS DAN TENAGA KERJASTATUS:PMDNSIUP/IZIN:32/T/INDUSTRI/1998TGL IJIN:22 January 1998KAP IJIN:30,595TonTK:2,378NAMA:PTARGO PANTES TBKALAMAT KANTOR:Wisma Argo Manunggal Lt 2, Jl Gatot Subroto Kav 22KAB/KOTA:Jakarta SelatanPROP:DKI JakartaTELP/FAX:021-2520068/65FAX KANTOR:021-2520029PABRIKALAMAT PABRIK:Industrial Town Estate MM 2100, Ds Gandamekar,

CibitungKAB/KOTA:BekasiPROP:Jawa BaratTELP PABRIK:021-8980079/92FAX PABRIK:021-8980370STATUS, IJIN KAPASITAS DAN TENAGA KERJASTATUS:PMDNSIUP/IZIN:32/T/INDUSTRI/1998TGL IJIN:22 January 1998KAP IJIN:30,595TonTK:2,378NAMA:PTASIAN COTTON INDUSTRYALAMAT KANTOR:Jl Cieumbuleuit No. 84KAB/KOTA:BandungPROP:Jawa BaratTELP/FAX:022-2033180FAX KANTOR:022-2035694PABRIKALAMAT PABRIK:Jl Industri Cimareme No 11, Cimerang, PadalarangKAB/KOTA:BandungPROP:Jawa BaratTELP PABRIK:022-6866261FAX PABRIK:022-6866265STATUS, IJIN KAPASITAS DAN TENAGA KERJASTATUS:PMDNSIUP/IZIN:20/I/PMDN/2002TGL IJIN:19 Maret 2002KAP IJIN:1,294TonTK:467NAMA:PTASIAN COTTON INDUSTRYALAMAT KANTOR:Jl Cieumbuleuit No. 84KAB/KOTA:BandungPROP:Jawa BaratTELP/FAX:022-2033180FAX KANTOR:022-2035694PABRIKALAMAT PABRIK:Jl Cisirung No. 48, Kel PasawahanKAB/KOTA:BandungPROP:Jawa BaratTELP PABRIK:022-5206188FAX PABRIK:022-5203973STATUS, IJIN KAPASITAS DAN TENAGA KERJASTATUS:PMDNSIUP/IZIN:20/I/PMDN/2002TGL IJIN:19 Maret 2002KAP IJIN:1,294TonTK:467NAMA:PTASIETEX SINAR INDOPRATAMAALAMAT KANTOR:Jl. KH. MOH. Mansyur No.120J Jembatan LimaKAB/KOTA:Jakarta BaratPROP:DKI JakartaTELP/FAX:021-6247768FAX KANTOR:021-6247769PABRIKALAMAT PABRIK:Jl Imam Bonjol No. 198, Nusajaya, KarawaciKAB/KOTA:TangerangPROP:BantenTELP PABRIK:021-5533097FAX PABRIK:021-5533098STATUS, IJIN KAPASITAS DAN TENAGA KERJASTATUS:PMASIUP/IZIN:341/II/PMA/2009TGL IJIN:08 September 2009KAP IJIN:3,000TonTK:1,490NAMA:PTASIETEX SINAR INDOPRATAMAALAMAT KANTOR:Jl. KH. MOH. Mansyur No.120J Jembatan LimaKAB/KOTA:Jakarta BaratPROP:DKI JakartaTELP/FAX:021-6247768FAX KANTOR:021-6247769PABRIKALAMAT PABRIK:Akses Interchange Dawuan No 2, Cikampek Pusaka,

Dawuan TengahKAB/KOTA:KarawangPROP:Jawa BaratTELP PABRIK:0264-318888FAX PABRIK:0264-319888STATUS, IJIN KAPASITAS DAN TENAGA KERJASTATUS:PMASIUP/IZIN:341/II/PMA/2009TGL IJIN:08 September 2009KAP IJIN:3,000TonTK:1,490NAMA:PTBANDUNG PERKASA JAYAALAMAT KANTOR:Jl. Raya Majalaya Rancaekek Solokan JerukKAB/KOTA:BandungPROP:Jawa BaratTELP/FAX:022-5952421FAX KANTOR:022-5953418PABRIKALAMAT PABRIK:Jl. Raya Majalaya Rancaekek Solokan JerukKAB/KOTA:BandungPROP:Jawa BaratTELP PABRIK:022-5952421FAX PABRIK:022-5953418STATUS, IJIN KAPASITAS DAN TENAGA KERJASTATUS:PMDNSIUP/IZIN:06/32/PMDN/2001TGL IJIN:01 January 2001KAP IJIN:3,240TonTK:301NAMA:PTBANDUNG SAKURA TEXTILE MILLSALAMAT KANTOR:Jl. Raya dayeuh Kolot KM 5,6 No. 33KAB/KOTA:BandungPROP:Jawa BaratTELP/FAX:022-5205888FAX KANTOR:022-5205411PABRIKALAMAT PABRIK:Jl. Raya dayeuh Kolot KM 5,6 No. 33KAB/KOTA:BandungPROP:Jawa BaratTELP PABRIK:022-5205888FAX PABRIK:022-5205411STATUS, IJIN KAPASITAS DAN TENAGA KERJASTATUS:PMDNSIUP/IZIN:208/II/PMDN/1994TGL IJIN:01 July 1994KAP IJIN:3,963TonTK:329NAMA:PTBANGUN USAHA NUSANTARAALAMAT KANTOR:Jl Cibaligo Km 0,8 Leuwi GajahKAB/KOTA:CimahiPROP:Jawa BaratTELP/FAX:022-6030598, 54FAX KANTOR:022-6031605PABRIKALAMAT PABRIK:Jl Cibaligo Km 0,8 Leuwi GajahKAB/KOTA:CimahiPROP:Jawa BaratTELP PABRIK:022-6030598, 54FAX PABRIK:022-6031605STATUS, IJIN KAPASITAS DAN TENAGA KERJASTATUS:PMDNSIUP/IZIN:604/I/PMDN/1989TGL IJIN:18 September 1989KAP IJIN:6,532TonTK:201NAMA:PTBATAM TEXTILE INDUSTRIALAMAT KANTOR:Desa Langensari Ungaran 50501KAB/KOTA:SemarangPROP:Jawa TengahTELP/FAX:024-6921028FAX KANTOR:024-6921708PABRIKALAMAT PABRIK:Desa Langensari Ungaran 50501KAB/KOTA:SemarangPROP:Jawa TengahTELP PABRIK:024-6921028FAX PABRIK:024-6921708STATUS, IJIN KAPASITAS DAN TENAGA KERJASTATUS:PMASIUP/IZIN:38/33/T/INDUSTRI/2003TGL IJIN:09 July 2003KAP IJIN:21,119TonTK:1,160NAMA:CVBEDIKARIALAMAT KANTOR:Jl. Industri Cimareme III No. 2 PadalarangKAB/KOTA:Bandung BaratPROP:Jawa BaratTELP/FAX:022-6864506FAX KANTOR:022-6864508PABRIKALAMAT PABRIK:Jl. Industri Cimareme III No. 2 PadalarangKAB/KOTA:Bandung BaratPROP:Jawa BaratTELP PABRIK:022-6864506FAX PABRIK:022-6864508STATUS, IJIN KAPASITAS DAN TENAGA KERJASTATUS:PMDNSIUP/IZIN:534/H-.038-

IUI/DISPERIDAGKOP dan

UMKMTGL IJIN:26 May 2010KAP IJIN:6,000TonTK:217NAMA:PTBENANG SARI INDAH TEXINDOALAMAT KANTOR:Kompleks Perkantoran Duta Merlin Blok C/23 Jalan

Gajah Mada No. 35KAB/KOTA:Jakarta PusatPROP:DKI JakartaTELP/FAX:021-6340374, 6340433, 6338188FAX KANTOR:021-6335958PABRIKALAMAT PABRIK:Jl Raya Cipeundeuy Ds Wantilan, KalijatiKAB/KOTA:SubangPROP:Jawa BaratTELP PABRIK:0260-460690FAX PABRIK:0260-460690STATUS, IJIN KAPASITAS DAN TENAGA KERJASTATUS:PMDNSIUP/IZIN:15/II/PMDN/1993TGL IJIN:01 January 1993KAP IJIN:12,410TonTK:800NAMA:PTBENANG WARNA INDONUSAALAMAT KANTOR:Jl Industri II No. 3, LeuwigajahKAB/KOTA:CimahiPROP:Jawa BaratTELP/FAX:022-6019033-6035721FAX KANTOR:022-6030489PABRIKALAMAT PABRIK:Jl Industri II No. 3, LeuwigajahKAB/KOTA:CimahiPROP:Jawa BaratTELP PABRIK:022-6019033-6035721FAX PABRIK:022-6030489STATUS, IJIN KAPASITAS DAN TENAGA KERJASTATUS:PMDNSIUP/IZIN:117/II/PMDN/1995TGL IJIN:04 May 1995KAP IJIN:1,080TonTK:400NAMA:PTBHINEKA KARYA MANUNGGALALAMAT KANTOR:Business Park Kebon Jeruk Blok I No. 5-6, Jl Raya

Meruya Ilir No. 88KAB/KOTA:Jakarta BaratPROP:DKI JakartaTELP/FAX:021-30067863, 3000667861FAX KANTOR:021-30067862PABRIKALAMAT PABRIK:Jl Dusun Walahar 1 RT002/001, KlariKAB/KOTA:KarawangPROP:Jawa BaratTELP PABRIK:0267-431533, 431545FAX PABRIK:0267-432216, 431530STATUS, IJIN KAPASITAS DAN TENAGA KERJASTATUS:PMDNSIUP/IZIN:78/II/PMDN/1999TGL IJIN:24 December 1999KAP IJIN:9,000TonTK:748NAMA:PTBINTANG AGUNGALAMAT KANTOR:Jl. Rumah Sakit No. 114 Gedebage Ujung Berung KM KAB/KOTA:BandungPROP:Jawa BaratTELP/FAX:022-7803406, 7803460, 7800406FAX KANTOR:022-7803391, 7800409PABRIKALAMAT PABRIK:Jl. Rumah Sakit No. 114 Gedebage Ujung Berung KM KAB/KOTA:BandungPROP:Jawa BaratTELP PABRIK:022-7803406, 7803460, 7800406FAX PABRIK:022-7803391, 7800409STATUS, IJIN KAPASITAS DAN TENAGA KERJASTATUS:PMDNSIUP/IZIN:109/II/P