induksi maturogenesis dengan pulpotomi parsial
DESCRIPTION
radiologiTRANSCRIPT
Studi Kasus
Induksi Maturogenesis dengan Pulpotomi Parsial: 1 tahun Follow-Up
Dalam kasus karies gigi permanen immature, pilihan perawatan masih menjadi
kontroversial dalam kedokteran gigi anak. Perawatan saluran akar radikal
biasanya menjadi solusi untuk gigi ini. Bahkan, pulpotomi parsial adalah
perawatan vital untuk trauma pada gigi permanen immature; pulpektomi tidak
perlu dilakukan pada karies gigi permanen immature dengan pulpitis reversibel.
Tulisan ini menjelaskan pulpotomi parsial dari karies mempengaruhi gigi
permanen immature dan follow-up selama 1 tahun. Seorang pasien laki-laki 11
tahun yang sehat dirujuk ke Gazi University Faculty of Dentistry Department of
Pediatric Dentistry. Pasien memiliki gejala pulpitis reversibel pada gigi 45. Dalam
pemeriksaan radiografi, apeks immature dan lesi karies dalam telah diamati dan
dilakukan pulpotomi parsial dengan menggunakan kalsium hidroksida untuk
mempertahankan vitalitas pulpa dan memungkinkan perkembangan lebih lanjut
dari akar dentin dengan harapan akar akan mencapai kematangan penuh. Tindak
lanjut secara klinis dan radiografi tidak hanya menunjukkan penutupan apeks
pulpal vital ( apexogenesis ), tetapi juga perkembangan akar secara fisiologis
(maturogenesis) setelah 1 tahun. Pulpotomi parsial adalah pengobatan opsional
karies gigi permanen immature untuk mengembalikan vitalitas dan perkembangan
akar fisiologis.
Pendahuluan
Perawatan karies gigi permanen dapat menghambat proses karies dan pulpa vital
bebas dari inflamasi. Tujuan dari terapi pulpa vital adalah untuk melindungi
vitalitas dan fungsi dari koronal atau sisa jaringan pulpa radikular. Jika karies
pada gigi tidak ditangani, pulpa akan menjadi nekrosis atau menyebabkan lesi
pada periradikular dan pasien akan merasa sakit, mengalami pembengkakan, dan
ketidaknyamanan lainnya. Perawatan yang menjadi pilihan tergantung pada
maturasi (kematangan) gigi. Pada gigi desidui tujuan utama perawatan adalah
memelihara fungsi, menghilangkan koronal pulpa yang terinfeksi atau
mempertahankan jaringan pulpa radikular. Pada gigi permanen, batas diperluas
dan biasanya diikuti dengan pulpektomi, obturasi sistem saluran akar.
Faktor berbeda seperti trauma atau karies juga dapat mempengaruhi pertumbuhan
dan maturasi akar gigi permanen. Jika kerusakan sudah melibatkan pulpa gigi
permanen immature, perawatan menjadi berubah. Telah diputuskan bahwa
pulpektomi adalah pilihan perawatan terbaik untuk mencegah dan menyembuhkan
periodontitis apikal. Terbukti bahwa, perawatan saluran akar pada gigi vital
memperlihatkan hasil yang baik. Meskipun demikian, tingkat keberhasilan
perawatan endodontik tidak sebagus pada gigi vital, terutama pada gigi molar.
Oleh karena itu, mempertahankan pulpa vital menjadi tujuan utama pada
perawatan. Pada karies gigi permanen immature, disamping pulpektomi, terapi
pulpa vital menjadi prosedur alternatif karena kemampuan penyembuhan jaringan
pulpa yang tinggi pada pasien muda. Dengan prosedur ini, ketika dilakukan pada
gejala pulpa reversible, jaringan vital sisa dan deposisi dentin dan pertumbuhan
akar akan bertambah. Dan perawatan saluran akar menjadi tidak perlu dilakukan
lagi.
Secara keseluruhan keberhasilan dari terapi pulpa vital tergantung pada teknik
yang digunakan, status inflamatori pada gigi, tipe bahan yang digunakan, kriteria
keberhasilan, dan periode follow-up.
Seperti yang dijelaskan Cvek 1978, pulpotomi parsial adalah bentuk terapi pulpa
vital yang terdiri dari operasi pemotongan 2-3 mm dari jaringan koronal pulpa
yang rusak dan mengalami radang. Setelah pembuangan jaringan yang rusak,
dressing agent ditempatkan untuk stimulasi penyembuhan dan mempertahankan
vitalitas pulpa yang tersisa. Terapi ini menunjukkan hasil yang baik dalam
perawatan fraktur mahkota (95%) dan karies pada gigi immature posterior, gigi
permanen asymptomatic (91-93%).
Kalsium hidroksida, menjadi material pilihan untuk merangsang pembentukan
dentin setelah terkena karies pada gigi immature permanen selama beberapa
tahun. Cvek melaporkan bahwa pulpotomi parsial dan pulp capping dengan
menggunakan kalsium hidroksida pada gigi permanen immature mempunyai
tingkat keberhasilan 96%. Dengan aplikasi kalsium hidroksida, dentin bridge akan
terbentuk di atas jaringan sehat pulpa. Dengan tidak adanya dentin bridge, sisa
pulpa akan menjadi tidak terikat dan diikuti dengan degenerasi, atrofi (terhentinya
pertumbuhan) dan shrinkage dari dentin. Oleh karena itu, pembentukan dentin
bridge menjadi faktor pembawa dari luar untuk proteksi pulpa.
Tidak hanya kalsium hidroksida, tetapi juga mineral trioxide aggregate (MTA)
telah diusulkan sebagai material yang sesuai untuk terapi vital pulpa. Material ini
mempunyai sifat fisik yang bagus dan biokompatibel. Dan juga menjadi bahan
pengisi yang bagus dan mempunyai adaptasi marginal yang sangat bagus. Selain
itu, material ini juga tidak hanya menstimulasi apoptosis sel pulpa tetapi
menginduksi proliferasi dari sel ini.
Istilah maturogenesis telah digunakan secara berulang pada pertumbuhan
fisiologis akar yang tidak terbatas pada daerah apikal. Dengan cara ini, deposisi
berlanjut pada dentin akar yang menjadi resisten terhadap fraktur. Sebuah studi
kasus yang menunjukkan vitalitas dari gigi immature yang dirawat setelah
pengaplikasian CA(OH)2 pulpotomi parsial diikuti dengan pertumbuhan fisiologis
akar.
Studi kasus
Seorang anak laki-laki Turki berusia 11 tahun datang ke klinik gigi Gazi
Inuversity Faculty of Dentistry Department of Pediatric dengan keluhan sensitif
terhadap dingin dan manis. Tidak ada rasa sakit secara tiba-tiba yang dialaminya.
Riwayat kesehatan dari pasien juga tidak ada. Pada pemeriksaan klinis terlihat
karies oklusal-distal yang besar pada gigi premolar dua kanan bawah (gigi 45)
tanpa tanda-tanda pembengkakan pada ekstraoral atau intraoral (gambar 1).
Didapat hasil tes perkusi dan palpasi negatif dan mobilitas masih dalam batas
normal. Tes vitalitas pulpa menggunakan tes elektrik pulpa menunjukkan respon
positif. Sebagai tambahan, respon dari gigi yang berdekatan adalah positif dan
dalam batas normal pada tes elektrik pulpa. Pada pemeriksaan radiografi terlihat
batas yang tertutup antara karies dan tanduk pulpa dan akar belum berkembang
dengan bagian apeks yang terbuka lebar dan tidak ada tanda-tanda patologi
periradikular(gambar 2).
Sebagai hasil perkiraan secara klinis dan radiografi, status pulpa pada gigi 45
masih vital dengan pulpitis reversible dengan karies. Rencana perawatan termasuk
pembuangan lesi karies dan evaluasi klinis pada pulpa yang terbuka. Terapi vital
pulpa termasuk didalamnya pulpotomi parsial dengan kalsium hidroksida telah
direncanakan dan informed consent telah diperoleh dari ayah pasien.
Setelah anastesi lokal, gigi dibersihkan dengan pumis dan diisolasi dengan rubber
dam. Pembuangan karies menggunakan diamond round bur high-speed 801-016
ML dengan irigasi yang banyak dan dilanjutkan dengan round bur baja dan
pembukaan tanduk pulpa dengan perdarahan menengah. Kavitas dibersihkan
dengan saline dan cotton pellet yang steril dibasahi dengan saline yang digunakan
untuk menekan pulpa yang tebuka selama 5 menit. Setelah homeostasis
terjangkau, kalsium hidroksida ditempatkan dengan hati-hati pada pulpa yang
tebuka. GIC digunakan sebagai basis material dan gigi direstorasi dengan
amalgam (gambar 3).
Pasien dijadwalkan untuk kontrol 1 bulan kemudian untuk melihat perkembangan
pertumbuhan akar dan memeriksan adanya tanda-tanda atau gejala lainnya. Orang
tua diinformasikan untuk menghubungi klinik dental jika pasien mengalami sakit
dan ketidaknyamanan lainnya.
Pada kontrol 1 bulan kemudian, pemeriksaan klinis menunjukkan restorasi utuh
dan tidak adanya tanda atau gejala abnormal. Pasien tidak mengalami sakit atau
ketidaknyamanan lainnya. Gigi menunjukkan hasil positif pada tes elektrik pulpa
dan pemeriksaan radiografi menunjukkan pertumbuhan akar berlanjut dan
maturasi pada akar (gambar 4).
Pada bulan ke 3 dan 6, tidak ada tanda abnormal yang ditemukan, dan
pemeriksaan klinis tidak menunjukkan perubahan bentuk dari kunjungan
sebelumnya. Pulpa menunjukkan respon positif dengan tes elektrik pulpa.
Maturasi akar diamati mengalami progres yang signifikan ketika dibandingkan
dengan radiografi sebelumnya (gambar 5 dan 6).
Pasien dilihat 12 bulan kemudian setelah perawatan awal, dan dilaporkan tidak
ada gejala. Dilakukan tes pulpa ulang, dan gigi memberikan respon normal
terhadap tes. Radiografi periapikal menunjukkan pertumbuhan akar berlanjut dan
penutupan apikal (gambar 7). Maturasi akar (maturogenesis) tampak normal
dengan tidak adanya tanda-tanda resorbsi akar ataupun kalsifikasi akar.
Pembahasan
Akhir-akhir ini, terapi vital pulpa dan regenerasi dari pulpa yang terinfeksi
menjadi prosedur perawatan alternatif untuk gigi permanen immature. Tujuan
utama terapi vital pulpa adalah untuk melindungi kerusakan reversible pulpa dan
menaikkan reformasi vitalitas. Oleh sebab itu, sebagai lanjutan deposisi dentin,
resisten dan pematangan akar akan menahan fraktur. Zilberman dkk, melaporkan
bahwa 14-15 karies dalam gigi permanen immature menunjukkan respon vital
pulpa pada 12-99 bulan diikuti dengan pulpotomi sebagian. Mass dan Zilberman
menemukan keberhasilan mencapai 91.4% setelah minimum 12 bulan,
dilakukannya pulpotomi parsial pada perawatan karies gigi molar permanen
immature.
Ketika memutuskan pilihan perawatan pada gigi, pertimbangan utama bergantung
pada tingkat infeksi dan inflamasi pada pulpa, daripada ukuran atau lamanya
pulpa terbuka. Dalam kontradiksi pada traumatik, karies dapat dengan jelas
memodifikasi struktur dentin-pulpa. Modifikasi ini bergantung pada tingkat
penyakit dan maturitas dari pulpa. Oleh karena itu, perhatian penting harus tertuju
pada pemilihan kasus dan rencana perawatan untuk memperoleh hasil yang lebih
baik.
Walaupun banyak bahan baru yang diperkenalkan ke pasaran, Ca(OH)2 masih
menjadi material yang diterima dengan baik untuk stimulasi pembentukan dentin
setelah karies pada gigi permanen immature. Dalam literatur, banyak studi
melaporkan bahwa pulpotomi parsial pada karies gigi permanen immature dengan
kalsium hidroksida memiliki tingkat keberhasilan sebesar 93. Material ini mudah
didapat dan mudah dimanipulasi. Caliskan melaporkan 26 gigi molar permanen
vital dengan karies mencapai pulpa dan secara radiografi periapikal dilibatkan
dengan pulpotomi full koronal, dengan kalsium hidroksida ditempatkan secara
langsung pada jaringan radikular pulpa segera setelah perdarahan terhenti. Pada
24 gigi menunjukkan resolusi periapikal secara radiografi dan pembentukan
dentine bridge setelah 16-72 bulan. Dengan adanya perubahan periapikal secara
radiografi yang disertai dengan pulpitis reversible, lebih baik dibandingkan respon
langsung pada pulpa yang terinfeksi.
Evaluasi secara klinis dan radiografi pada 1, 3, 6, dan 12 bulan menunjukkan
vitalitas pulpa terjaga. Zaman sekarang, tes vitalitas masih menjadi dasar
neurological, dan ini masih kontradiksi pada gigi immature. Secara radiografi
adanya patologi periapikal pada gigi immature juga masih diragukan dengan
adanya gambaran radiolusen pada akar.
Faktanya bahwa keberhasilan secara histologi tidak dapat dievaluasi, keberhasilan
secara klinis dapat diperkirakan dengan tidak adanya tanda-tanda klinis atau
radiografi dari kerusakan dan pertumbuhan dentin akar dan penutupan apeks.
Pasien harus dipanggil kembali dan dilakukan perawatan ulang secara berulang
untuk melawan kerusakan yang tidak terlihat gejalanya.
Pilihan perawatan yang optimal adalah mempertahankan vitalitas dari pulpa yang
terbuka dibandingkan menggantinya dengan material filling akar. Bagaimanapun,
teknik, tipe dari material yang digunakan, status inflamasi dari gigi dapat berbeda
dan menjadi tantangan tersendiri bagi dokter gigi.
Keterangan dalam literatur dan kasus ini, untuk karies gigi permanen immature,
pulpotomi parsial adalah pilihan perawatan untuk mempertahankan vitalitas dan
pertumbuhan akar secara fisiologis. Cara ini, sama bagusnya dengan pulpa vital,
tidak hanya menutup apeks (apexogenesis) tetapi juga pertumbuhan akar secara
fisiologis (maturogenesis).
Rangkuman
Perawatan karies yang menjadi pilihan tergantung pada maturasi (kematangan)
gigi. Pada gigi desidui tujuan utama perawatan adalah memelihara fungsi,
menghilangkan koronal pulpa yang terinfeksi atau mempertahankan jaringan
pulpa radikular. Pada gigi permanen, batas diperluas dan biasanya diikuti dengan
pulpektomi, obturasi sistem saluran akar.
Pulpektomi adalah pilihan perawatan terbaik untuk mencegah dan menyembuhkan
periodontitis apikal. Terbukti bahwa, perawatan saluran akar pada gigi vital
memperlihatkan hasil yang baik. Oleh karena itu, mempertahankan pulpa vital
menjadi tujuan utama pada perawatan.
Pada karies gigi permanen immature, disamping pulpektomi, terapi pulpa vital
menjadi prosedur alternatif karena kemampuan penyembuhan jaringan pulpa yang
tinggi pada pasien muda. Dengan prosedur ini, ketika dilakukan pada gejala pulpa
reversible, jaringan vital sisa dan deposisi dentin dan pertumbuhan akar akan
bertambah. Dan perawatan saluran akar menjadi tidak perlu dilakukan lagi.
Secara keseluruhan keberhasilan dari terapi pulpa vital tergantung pada teknik
yang digunakan, status inflamatori pada gigi, tipe bahan yang digunakan, kriteria
keberhasilan, dan periode follow-up.
Pulpotomi parsial adalah bentuk terapi pulpa vital yang terdiri dari operasi
pemotongan 2-3 mm dari jaringan koronal pulpa yang rusak dan mengalami
radang. Setelah pembuangan jaringan yang rusak, dressing agent ditempatkan
untuk stimulasi penyembuhan dan mempertahankan vitalitas pulpa yang tersisa.
Terapi ini menunjukkan hasil yang baik dalam perawatan fraktur mahkota (95%)
dan karies pada gigi immature posterior, gigi permanen asymptomatic (91-93%).
Kalsium hidroksida, menjadi material pilihan untuk merangsang pembentukan
dentin setelah terkena karies pada gigi immature permanen selama beberapa
tahun. Dengan aplikasi kalsium hidroksida, dentin bridge akan terbentuk di atas
jaringan sehat pulpa. Dengan tidak adanya dentin bridge, sisa pulpa akan menjadi
tidak terikat dan diikuti dengan degenerasi, atrofi (terhentinya pertumbuhan) dan
shrinkage dari dentin. Oleh karena itu, pembentukan dentin bridge menjadi faktor
pembawa dari luar untuk proteksi pulpa.
Istilah maturogenesis telah digunakan secara berulang pada pertumbuhan
fisiologis akar yang tidak terbatas pada daerah apikal. Dengan cara ini, deposisi
berlanjut pada dentin akar yang menjadi resisten terhadap fraktur. Sebuah studi
kasus yang menunjukkan vitalitas dari gigi immature yang dirawat setelah
pengaplikasian CA(OH)2 pulpotomi parsial diikuti dengan pertumbuhan fisiologis
akar.
Dalam literatur, banyak studi melaporkan bahwa pulpotomi parsial pada karies
gigi permanen immature dengan kalsium hidroksida memiliki tingkat keberhasilan
sebesar 93. Material ini mudah didapat dan mudah dimanipulasi.
Faktanya bahwa keberhasilan secara histologi tidak dapat dievaluasi, keberhasilan
secara klinis dapat diperkirakan dengan tidak adanya tanda-tanda klinis atau
radiografi dari kerusakan dan pertumbuhan dentin akar dan penutupan apeks.
Pilihan perawatan yang optimal adalah mempertahankan vitalitas dari pulpa yang
terbuka dibandingkan menggantinya dengan material filling akar.
Keterangan dalam literatur dan kasus ini, untuk karies gigi permanen immature,
pulpotomi parsial adalah pilihan perawatan untuk mempertahankan vitalitas dan
pertumbuhan akar secara fisiologis. Cara ini, sama bagusnya dengan pulpa vital,
tidak hanya menutup apeks (apexogenesis) tetapi juga pertumbuhan akar secara
fisiologis (maturogenesis).
TERJEMAHAN JURNAL RKG-3
Induction of Maturogenesis by Partial Pulpotomi: 1 year follow-up
Oleh :
Dewi Kurniasih (04121004040)
Dosen Pembimbing : drg. Shanty Chairani, M. Si
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014