inervasi torak

9
5/20/2018 inervasitorak-slidepdf.com http://slidepdf.com/reader/full/inervasi-torak 1/9 INERVASI THORAK THORAKS 1. Kalsifikasi pada bronkus dan kartilago costae . !eningkatan kekakuan sendi kosto"ertebralis #. !eningkatan dia$eter A! %. !eningkatan ker&a otot pernafasan' penggunaan otot bantu pernafasan 1. !eningkatan ta(anan dinding dada . !enurunan keefektifan #. !enurunan "olu$e tidal %. !eningkatan e)ercise induce (*perpnea +. !enurunan "entilasi sadar $aksi$al ,. !enurunan kekuatan batuk -. !eningkatan resiko aspirasi !AR 1. !eningkatan ukuran duktus al"eolus . !enurunan &aringan pen*okong #. !eningkatan ukuran al"eolus %. !eningkatan pe$enu(an al"eolus 1. !enurunan area pertukaran gas . !eningkatan ruang rugi fisiologis #. !enurunan elastisitas regangan paru %. !enurunan kapasitas "ital paru +. !enurunan "olu$e cadangan inspirasi ,. !eningkatan "olu$e cadangan ekspirasi -. !eningkatan "olu$e residu dan "olu$e residu fungsional.

Upload: yogi-oktiandi

Post on 10-Oct-2015

19 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

saraf

TRANSCRIPT

b

INERVASI THORAKTHORAKS

1. Kalsifikasi pada bronkus dan kartilago costae

2. Peningkatan kekakuan sendi kostovertebralis

3. Peningkatan diameter AP

4. Peningkatan kerja otot pernafasan, penggunaan otot bantu pernafasan1. Peningkatan tahanan dinding dada

2. Penurunan keefektifan

3. Penurunan volume tidal

4. Peningkatan exercise induce hyperpnea

5. Penurunan ventilasi sadar maksimal

6. Penurunan kekuatan batuk

7. Peningkatan resiko aspirasi

PARU

1. Peningkatan ukuran duktus alveolus

2. Penurunan jaringan penyokong

3. Peningkatan ukuran alveolus

4. Peningkatan pemenuhan alveolus1. Penurunan area pertukaran gas

2. Peningkatan ruang rugi fisiologis

3. Penurunan elastisitas regangan paru

4. Penurunan kapasitas vital paru

5. Penurunan volume cadangan inspirasi

6. Peningkatan volume cadangan ekspirasi

7. Peningkatan volume residu dan volume residu fungsional.

8. Penurunan arus ventilasi paru

9. Penurunan distribusi ventilasi

10. Peningkatan penutupan aliran udara bebas

11. Peningkatan desaturasi arterial

12. Peningkatan tahanan terhadap aliran udara pada saluran udara yang kecil.

13. Pengurangan jaringan kapiler paru

14. Penurunan distribusi perfusi

15. Peningkatan hambatan kapasitas difusi

16. Peningkatan jaringan ikat pada tunika intima kapiler

17. Penurunan ventilasi untuk perfusi yang sebanding.

System Indra

Perubahan sistem indra yang dibahas meliputi penglihatan, pendengaran, pengecap, penghidu dan peraba.

Sistem penglihatan erat kaitannya dengan presbiopi (Old Sigth). Lensa kehilangan elastisitas dan kaku. Otot penyangga lensa lemah dan kehilangan tonus. Ketajaman penglihatan dan daya akomodasi dari jarak jauh atau dekat berkurang. Penggunaan kacamata dan sistem penerangan yang baik digunakan untuk mengkompensasi hal tersebut.

Gangguan pendengaran pada lansia umumnya disebabkan koagulasi cairan yang terjadi selama otitis media atau tumor seperti kolesteatoma. Gangguan ini dapat diatasi dengan operasi. Hilangnya sel-sel koklear, reseptor sensorik primer sistem pendengaran atau sel saraf koklear ganglion, brain stem trucks dikenal dengan sensoric neural hearing loss. Kerusakan sistem ini sangat kompleks dan umumnya tidak dapat disembuhkan.

Penyebab gangguan pendengaran yang lain, seperti syndrome Meniere dengan gejala seperti vertigo, mual, muntah, telinga terasa penuh, tinnitus dan hilangnya daya pendengaran dan akustik neuroma. Hal yang paling sering terjadi pada lansia adalah hilangnya High Pitch terutama konsonan. Apabila berbicara dengan lansia sebaiknya jelas, pelan, selalu memelihara kontak mata dan berhadapan sehingga lansia dapat melihat gerak bibir sewaktu kita berbicara.

Perubahan Sistem Indera pada Penuaan

Perubahan Morfologis dan Struktur

Perubahan Fungsional

Penglihatan

1. Penurunan jaringan lemak sekitar mata

2. Penurunan elastisitas & tonus jaringan

3. Penurunan kekuatan otot mata

4. Penurunan ketajaman kornea

5. Degenerasi pada sklera, pupil dan iris

6. Peningkatan penyakit mata

7. Peningkatan densitas & rigiditas lensa

8. Perlambatan sistem informasi dari SSP1. Penurunan penglihatan jarak dekat Presbiopi

2. Penurunan koordinasi gerak bola mata

3. Distorsi bayangan

4. Pandangan biru merah

5. Compromised night vision

6. Penurunan ketajaman mengenali warna hijau, biru dan ungu

7. Kesulitan mengenali benda yang bergerak

Pendengaran

1. Penurunan sel rambut koklea

2. Perubahan telinga dalam

3. Degenerasi pusat pendengaran

4. Hilangnya fungsi neurotransmitter

1. Kesulitan mendengar suara berfrekuensi tinggi

2. Penurunan kemampuan membedakan pola titik nada

3. Penurunan kemampuan dan penerimaan bicara

4. Penurunan fungsi membedakan ucapan

Pengecap

Penurunan kemampuan pengecapanPeningkatan nilai ambang untuk identifikasi benda

Penghidu

Degenerasi sel sensosik mukosa hidungPenurunan sensitivitas nilai ambang terhadap bau

Peraba

Penurunan kecepatan hantaran saraf Penurunan respon terhadap stimulasi taktil

Penyimpangan persepsi nyeri

Risiko terhadap bahaya termal yang berlebihan

System Integumentum

Pada lansia kulit mengalami atrofi, kendur, tidak elastis, kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan bebercak. Kekeringan kulit disebabkan atrofi glandula sebasea dan glandula sudorifera. Menipisnya kulit ini tidak terjadi pada epidermisnya, tetapi pada dermisnya karena terdapat perubahan pada jaringan kolagen serta jaringan elastisnya. Bagian kecil pada kulit menjadi mudah retak dan mudah menyebabkan cechymosen. Timbul pigmen berwarna coklat pada kulit, dikenal dengan liver spot. Perubahan kulit banyak dipengaruhi oleh factor lingkungan antara lain, angin, dan sinar matahari terutama sinar ultraviolet.

Perubahan Sistem Kulit pada Penuaan

Perubahan Morfologis dan Struktur

Perubahan Fungsional

1. Peningkatan pigmentasi

2. Atrofi epidermis, glandula sebasea, glandula sudorifera dan folikel rambut.

3. Degenerasi kolagen dan elastin

4. Peningkatan viskositas aliran darah

5. Mutasi somatic

6. Pengurangan jaringan sub kutan

7. Pengurangan lemak1. Kulit mengelupas, tipis, kering, keriput dan mudah pecah

2. Cenderung menjadi bercak senilis

3. Berwarna merah ungu

4. Atrofi kuku, perubahan warna rambut abu-abu/putih.

System Pencernaan(7)

Salah satu sistem yang juga mengalami efek dari penuaan adalah sistem pencernaan. Pengaturan diet dan latihan yang baik pada tahun-tahun awal merupakan hal yang sangat penting dalam menjaga fungsi pencernaan. Pada usia tua, gigi dapat menjadi rapuh, terjadi penurunan fungsi saliva dalam membantu proses penelanan, peristaltic (pergerakan usus) menjadi lambat. Terjadi perlambatan dalam proses pencernaan dan pengeluaran hasil akhir. Segukan oleh makanan merupakan resiko yang besar karena penurunan reflek sumbatan.

System Urinaria

Sistem urinaria mengalami beberapa perubahan :

Penurunan kemampuan dari otot kandung kencing, sehingga jika keinginan berkemih muncul maka tidak dapat di tunda-tunda.

Kandung kemih tidak adekuat untuk menahan urin sehingga frekuensi berkemih akan semakin sering

Karena kelemahan dari otot kandung kencing sehingga kandung kencing tidak bisa dikosongkan secara tuntas. Hal ini dapat menyebabkan tingginya angka infeksi saluran kencing.

Fungsi penyaringan di ginjal telah menurun, sehingga pemberian obat-obatan yang mengalami proses di ginjal harus dilakukan secara hati-hati dan mendapatkan pengawasan terus menerus.

System Reproduksi

Pada sistem reproduksi terjadi sedikit perubahan. Sekresi vagina berkurang; pengeluarannya mungkin membutuhkan stimulasi yang lebih. Pada laki-laki prostat dapat membesar.(3)

Bila perubahan sistem dalam tubuh lansia tidak diperhatikan dengan serius akan mengakibatkan ketergantungan lansia pada keluarga dan lingkungannya. Disamping itu juga harus dicegah factor resiko terjadinya cedera ketika melakukan aktifitas.

PREMATUR AGING

Prematur aging atau Penuaan dini adalah proses dari penuaan yang lebih cepat dari seharusnya. Banyak orang yang mulai melihat timbulnya kerutan kulit wajah pada usia yang relatif muda, bahkan pada usia di awal 20-an.(8,9)

Etiologi

Hal ini biasanya disebabkan oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal(8)

Dalam buku Tetap Bugar Di Usia Lanjut, Dra. Emma S. Wirakusumah menuliskan adanya 3 faktor yang memicu proses penuaan, yaitu faktor genetika, endogenik, dan lingkungan.

1. Faktor Genetika Faktor ini merupakan faktor bawaan (keturunan), dan setiap orang memiliki faktor genetika yang berbeda-beda.

Penuaan dini. Orang yang memiliki keturunan penuaan dini harus berwaspada dan berusaha mencegah efek negatif dari faktor genetikanya.

Penyakit turunan. Orang yang mengidap penyakit turunan seperti penyakit jantung, hipertensi, atau diabetes harus memperhatikan dan menjaga pola makan serta aktivitasnya.

Perbedaan tingkat intelegensia. Umumnya orang yang memiliki intelegensia tinggi lebih lambat menjadi tua. Itu karena ia aktif berpikir dan melatih kemampuan intelektualnya sehingga memperlambat proses penurunan fungsi otak.

Warna kulit. Biasanya orang yang berkulit putih lebih mudah terserang osteoporosis daripada mereka yang berkulit hitam.

Kepribadian. Orang yang berambisi, bekerja keras, dan dikejar-kejar tugasnya, lebih mudah tersinggung dan gelisah. Ia sering cepat stres, yang mengakibatkannya rentan penyakit.

2. Faktor Endogenik Faktor ini berkaitan dengan perubahan-perubahan yang terjadi secara fisik (perusakan sel) maupun mental.

Fisik

Mental Ada 3 faktor yang mempengaruhi perubahan mental:

o Kepribadian: Orang yang berambisi tinggi dan selalu dikejar- kejar waktu, akan cenderung cepat stres, gelisah, frustasi, dan merasa diremehkan pada masa lansianya. Sedangkan orang yang berkepribadian tenang lebih mudah mensyukuri apa yang mereka terima dan berpikir positif ketika memasuki masa lansia.

o Sosial: Sikap sosialisasi yang kurang baik dapat berdampak negatif pada penyesuaian diri lansia. Ia akan bersikap psikopat, depresi, dan paranoid.

o Budaya: Budaya Barat sering menganggap orang lansia tidak berguna dan menjadi beban keluarga atau masyarakat saja. Hal ini mengakibatkan orang lansia memiliki mental negatif. Sedangkan Budaya Timur lebih menghormati orang tua, dan menganggap mereka sebagai orang yang bijaksana dan pantas dijadikan panutan.(10)

. INTERVENSI 1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan. Intervensi a. Monitor tinggi dan berat badan setiap hari dengan timbangan yang sama dan waktu yang sama dan didokumentasikan dalam bentuk grafik. Rasional : mengetahui perubahan berat badan. b. Ijinkan anak untuk sering beristirahat dan hindarkan gangguan pasa saat tidur. Rasional : tidur dapat mempercepat pertumbuhan dan perkembangan anak. 2.2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel. Intervensi : a. Anjurkan klien untuk melakukan permainan dan aktivitas yang ringan. Rasional : melatih klien agar dapat beradaptasi dan mentoleransi terhadap aktifitasnya. b. Bantu klien untuk memilih aktifitas sesuai usia, kondisi dan kemampuan. Rasional : melatih klien agar dapat toleranan terhadap aktifitas. c. Berikan periode istirahat setelah melakukan aktifitas Rasional : mencegah kelelahan berkepanjangan . .3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori. Intervensi : a. Hindarkan kegiatan perawatan yang tidak perlu pada klien Rasional : menghindari kelelahan pada klien b. Libatkan keluarga dalam pelaksanaan aktifitas klien Rasional : klien diharapkan lebih termotivasi untuk terus melakukan latihan aktifitas c. Hindarkan kelelahan yang sangat saat makan dengan porsi kecil tapi sering Rasional : jika kelelahan dapat diminimalkan maka masukan akan lebih mudah diterima dan nutrisi dapat terpenuhi d. Pertahankan nutrisi dengan mencegah kekurangan kalium dan natrium, memberikan zat besi. e. Sediakan diet yang seimbang, tinggi zat nutrisi untuk mencapai pertumbuhan yang adekuat. f. Jangan batasi minum bila anak sering minta minum karena kehausan Rasional : anak yang mendapat terapi diuretik akan kehilangan cairan cukup banyak sehingga secara fisiologis akan merasa sangat haus.

4. . Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan malformasi jantung Intervensi : a. Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung , nadi perifer, warna dan kehangatan kulit Rasional : memberikan data untuk evaluasi intervensi dan memungkinkan deteksi dini terhadap adanya komplikasi. b. Tegakkan derajat cyanosis (misal : warna membran mukosa derajat finger) Rasional : mengetahui perkembangan kondisi klien serta menentukan intervensi yang tepat. c. Berikan obat obat digitalis sesuai order Rasional : obat obat digitalis memperkuat kontraktilitas otot jantung sehingga cardiak outpun meningkat / sekurang kurangnya klien bisa beradaptasi dengan keadaannya. d. Berikan obat obat diuretik sesuai order Rasional : mengurangi timbunan cairan berlebih dalam tubuh sehingga kerja jantung akan lebih ringan. Post op 1. Cemas berhubungan dengan ketidaktahuan terhadap Intervensi : a. Orientasikan klien dengan lingkungan b. Ajak keluarga untuk mengurangi klien jika kondisi sudah stabil c. Jelaska keadaan yang fisiologis pada klien post op 2. Resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan pemasangan mesin jantung Intervensi : a. Batasi cairan b. Monitor dan catat intake dan output c. Monitor tanda tanda penurunan cairan d Monitor cairan dari drain toraks pada 4 6 jam pertama, tidak lebih dari 200 cc / jam 3. Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan tidak adekuatnya ventilasi Intervensi : a. Berikan respirasi support ( 24 jam post op ) b. Analisa gas darah c. Berikan chest terapi d. Batasi cairan e. Lakukan suction trache bronch 4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka post op Intervensi : a. Periksa sternotomi b. Catat lokasi dan lamanya nyeri c. Bedakan nyeri insisi dan angina d. Kolaborasi dengan dokter dengan memberikan obat obat analgetik

5. . Resiko komplikasi Intervensi : a. Berikan keluarga pendidikan kesehatan dalam rangka persiapan pulang / rehabilitasi b. Diskusikan tentang penyakit klien selama Ginjal berbentuk oval, terletak retroperitoneal di dinding posterior abdomen, setinggi vertebra Torak 12 Lumbal 3. Ginjal kanan biasanya terletak lebih bawah dari ginjal kiri karena ukuran hepar kanan yang besar. Ginjal kanan dipisahkan dengan hepar kanan oleh fleksura hepatorenal. Ginjal kiri berhubungan dengan lambung, limpa, pankreas, yeyunum, dan kolon desenden. Pada cekungan batas medial ginjal terdapat hilus renal. Terdapat tiga bangunan yang melewatinya yaitu arteri renalis, vena renalis, dan pelvis renalis. Vena renalis terletak di anterior arteri renalis yang juga berada di anterior pelvis renalis. Hilus renalis merupakan pintu masuk ke dalam struktur ginjal yang disebut sinus renalis yang terdiri dari pelvis renalis, kalises, pemuluh darah, saraf, dan lemak. Ginjal memiliki permukaan antrior dan posterior, batas lateral dan medial, polus superior dan inferior.4

VASKULARISASI DINDING TORAK

Ureter merupakan sebuah saluran dengan dinding berupa lapisan otot, panjang 25 30 cm, terletak retro peritoneal yang menghubungkan ginjal dengan vesika urinaria. Bagian superiornya terletak di rongga abdomen dan memasuki rongga pelvis melewati pelvis. Bagian pelvik dari ureter berawal letika ureter menyilang bifurctio arteri iliaka komunis. Ureter berjalan posteroinferior dinding lateral pelvis, anterior dari arteri iliaka interna, dan eksternal dari peritoneum perietal pelvis. Ureter berjalan memasuki vesika urinaria setelah melingkar anteromedial, superior dari muskulus levator ani. Ureter berjalan secara oblik di dalam dinding otot vesika urinaria. Pintu masuknya memberi kontur seperti valvula flap yang akan akan bertindak seperti sfingter bila otot vesika urinaria berkontraksi untuk mencegah refluks urin.4

Vesika urinaria merupakan sebuah kantong dengan dinding berupa lapisan otot yang tebal dan memiliki karakteristik dapat berdistensi. Dalam keadaan kosong, vesika urinaria terletak di dasar panggul, posterosuperior dari os pubis, dipisahkan oleh ruang retropubik. Vesika urinaria terletak relatif bebas dalam jaringan lemak subkutan keculai bagian lehernya yang pada wanita difiksasi oleh ligamentum pubovesikalis, dan ligamentum puboprostatika pada laki - laki. Dalam keadaan kosong, bentuknya menyerupai segi emapt tak beraturan yang terdiri dari apeks, corpus, fundus, leher, dan uvula.4fase penyembuhan c. Aktifitas ditingkatkan secara bertahap d. Berikan diet rendah