infectious myonecrosis virus

26
INFECTIOUS MYONECROSIS VIRUS (IMNV) Oleh : WENI FITRIYANI 1214111067 PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

Upload: weni-fitriyani

Post on 26-Dec-2015

160 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

IMNV

TRANSCRIPT

Page 1: Infectious Myonecrosis Virus

INFECTIOUS MYONECROSIS VIRUS (IMNV)

Oleh :

WENI FITRIYANI

1214111067

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2014

Page 2: Infectious Myonecrosis Virus

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Udang vaname adalah salah satu komoditas perikanan dengan nilai ekonomi yang

tinggi. Udang vaname (Litopaneaus vannameii) berasal dari perairan Amerika Tengah

yang merupakan udang asli dari perairan Amerika Latin. Udang ini termasuk ke dalam

family Penaidae. Perairan barat Meksiko hingga daerah Peru merupakan daerah yang

memulai budidaya udang vannamei. Udang vaname diperkenalkan secara resmi kepada

pembudidaya yaitu pada tahun 2001, setelah produksi udang windu mengalami

penurunan. Keunggulan yang dimiliki udang vannamei yaitu tahan terhadap penyakit

(resisten), pertumbuhan cepat dan nilai konversi pakan (FCR-nya) rendah. Permintaan

terhadap udang vaname mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan

produksi udang vannamei erjadi sejak tahun 2005 dari 280.629 ton menjadi 400.300 ton

pada tahun 2010. Namun, saat tahun 2009 produksi udang vaname mengalami penurunan

akibat adanya serangan INMV (Infectious Myonecrosis Virus).

IMNV (Infectious Myonecrosis Virus) merupakan penyakit yang ditemukan pada udang

putih. Virus IMNV pertama kali ditemukan di Brazil dan Pantai Amerika Selatan pada tahun

2003. Pada saat udang-udang terserang virus ini, produktivitas udang mengalami

penurunan yang drastis. IMNV (Infectious Myo Necrosis Virus ) ditemukan pertama kali

oleh laboratorium kesehatan ikan dan lingkungan Balai Budidaya Air Payau (BBAP)

Situbondo di Kecamatan Kapongan, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Akibat serangan

virus IMNV menimbulkan banyak kerugian, terutama kerugian bagi peternak

Page 3: Infectious Myonecrosis Virus

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Morfologi dan Klasifikasi Udang Vannamei

Udang vannamei memiliki peminat yang sangat banyak dipasaran Amerika. Hall

tersebut dikarenakan udang vannamei lebih tahan terhadap penyakit dibandingkan udang

putih lainnya. Pertumbuhannya udang ini lebih cepat serta tahan terhadap perubahan

lingkungan yang terjadi. Udang vannamei termasuk kedalam genus paneus. Namun, ada

hal yang membedakan dengan genus paneus lainnya yaitu mempunyai sub genus

litopenaeus yang dicirikan dengan bentuk thelicum terbuka namun tidak ada tempat untuk

menyimpan sperma (Ditjenkan, 2006).

Udang vaname dengan genus penaeus mempunyai ciri-ciri yaitu adanya gigi pada

rostrum bagian atas dan bawah, serta mempunyai dua gigi dibagian ventral di bagian

dorsal serta mempunyai antena yang panjang (Elovaara, 2001). Udang vanname memiliki

tubuh yang beruas-ruas, disetiap ruasnya ada sepasang anggota badan yang bercabang

yaitu exopodite dan endopodite. Exopodite memiliki ciri-ciri bentuk pipih dan tidak beruas

atau disebut juga prosertama. Sedangkan endopite memiliki bentuk berupa cambuk yang

panjang yang berfungsi sebagai alat perasa atau peraba. Secara morfologi, tubuh udang

dibedakan menjadi dua, yaitu kepala dan dada. Bagian kepala dilindungi oleh chitin tebal

yang disebut carapace. Udang vannamei memiliki kepala yang terdiri dari antenula,

antena, mandibula, dan dua pasang maxillae. Bagian kepala dilengkapi juga dengan tiga

pasang maxiliped dan lima pasang kaki jalan. Maxiliped yang telah mengalami modifikasi

berfungsi sebagai alat untuk makan (Martosudarmo et al., 1983).

Page 4: Infectious Myonecrosis Virus

Bagian dada pada udang terdiri dari delapan ruas yang disebut thoracopoda. Ruas

pertama sampai ketiga dinamakan maxiliped yang berfungsi pelengkap bagian mulut

dalam meegang makanan. Ruas ke lima sampai kedelapan dinamakan periopoda yang

berfungsi sebagai kaki jalan. Untuk bagian perut udang terdiri dari enam ruas. Ruas yang

pertama sampai dengan ruas kelima memiliki sepasang anggota badan yang dinamakan

pleopoda. Pleopoda berfungsi sebagai alat untuk berenang. Pleopoda memiliki bentuk

pendek dan kedua ujungnya pipih dan berbulu (setae). Pada ruas yang keenam pleopoda

berubah bentuk menjadi pipih dan melebar yang dinamakan uropoda, yang bersama-sama

dengan telson berfungsi sebagai alat kemudi. Udang vannamei memiliki warna puth

trnsparan dengan warna putih berada dekat dibagian telson dan uropod (Lightner et al.,

1996).

Udang vannamei memiliki klasifikasi sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Subkingdom : Metazoa

Filum : Arthropoda

Kelas : Crustacea

Subkelas : Eumalacostraca

Superordo : Eucarida

Ordo : Decapoda

Subordo : Dendrobrachiata

Famili : Penaeidae

Genus : Litopenaeus

Spesies : Litopenaeus vannamei

Page 5: Infectious Myonecrosis Virus

Gambar Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)

Gambar bagian-bagian tubuh udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)

II.2 Habitat Udang Vaname

Udang vannamei hidup dilaut tropis dengan suhu lebih dari 20oC sepanjang tahun

(Brings, dkk. 2006). Udang vanname hidup pada permukaan dasar laut. Habitat yang

disukai oleh udang ini yaitu dasar laut yang lembut, yang biasanya merupakan

percampuran pasir dan lumpur. Udang vannamei bersifat nocturnal (aktif dimalam hari).

Udang vannamei bersifat euryhaline yaitu tahan terhadap salinitas tinggi dan salinitas

rendah. Udang ini memakan segala jenis makanan (omnivore) dan memakan makanannya

secara lambat secara terus menerus. Untuk mencari makanannya udang tersebut

menggunakan sinyal kimiawi dengan bantuan organ sensor dibagian kepalanya berupa

bulu-bulu.

II.3 Reproduksi Udang Vaname

Page 6: Infectious Myonecrosis Virus

Udang putih yang dewasa akan memijah di laut terbuka. Pada saat dewasa udang ini

akan bermigrasi ke laut untuk melakukan pemijahan seperti pematangan gonad dan

perkawinan (Wyban dan Sweeney, 1991). Siklus hidup udang vannamei dimulai dari

pembuahan telur berkembang menjadi naupli, mysis, post larva, juvenil, dan terakhir

berkembang menjadi udang dewasa. Ketika stadia larva, naupli, sampai stadia juvenile

berpindah keperairan dangkal yang memiliki banyak vegetasi untuk tempat pemeliharaan.

Naupli merupakan stadia awal kemudian berubah menjadi zoea, yaitu stadia kedua larva

udang vannamei. Stadia naupli berukuran 0,32-0,58 mm. Pada stadia ini masih memiliki

cadangan makanan berupa kuning telur serta memiliki sitem pencernaan yang belum

sempurna. Ketka fase naupli, larva mengalami enam kali perubahan bentuk. Nauplius I

memiliki bentuk bulat telur dan mempunyai 3 pasang anggota badan. Nauplius terdapat

antenna dengan seta (rambut) yang satu berukuran panjang dan yang lain berukuran

pendek. Memasuki nauplius V, organ bagian depan sudah tampak jelas serta terdapat

benjolan pada pangkal maxilla. Memasuki nauplius IV bulu-bulu berkembang semakin

sempurna dan semakin panjang.

Setelah stadia naupli kemudian memasuki stadia zoea. Pada stadia ini, benih udang

mengalami molting sebanyak tiga kali. Stadia zoea memiliki tingkatan-tingkatan dengan

tanda-tanda yang berbeda sesuai dengan perkembangannya. Kemudian memasuki stadia

mysis. Benih menyerupai bentuk udang yang ditandai dengan ekor kipas (uropoda) dan

ekor (telson). Pada stadia ini benih sudah memakan makanan alami berupa fitoplankton

dan zooplankton. Yang terakhir yaitu stadia post larva. Stadia post larva mirip seperti

udang dewasa, dimana sudah memiliki sruktur tubuh yang lebih kuat. Stadia ini bersifat

planktonik, yaitu mencari jasad hidup sebagai makanannya.

Page 7: Infectious Myonecrosis Virus

Proses reproduksi udang vannamei (Litopenaeus vannamei)

2.4 Pertumbuhan Udang Vannamei

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan udang vannamei yaitu

frekuensi molting (pergantian kulit) dan pertumbuhan (pertumbuhan yang terjadi setiap

molting baru). Frekuensi molting dipengaruhi oleh kondisi lingkunga, nutrisi serta ukuran

udang. Udang yang berukuran larva mengalami molting setiap 30-40 jam dengan suhu

280C. ketika stadia juvenile, udang dengan bobot 1-5 gram akan mengalami molting setiap

4-6 hari, sedangkan juvenile dengan bobot 15 gram akan mengalami proses molting

dengan interval waktu 2 minggu. Setiap kali mengalami molting, maka bobot udang akan

bertambah.

Proses molting biasanya terjadi ketika malam hari dan pada saat akan molting udang

vannamei sering muncul kepermukaan air sambil meloncat-loncat. Hal ini bertujuan untuk

membantu melonggarkan kulit luar dari tubuhnya. Ketika moulting otot perut udang

melentur, kepala membengkan serta kulit perut bagian luar melunak. Ketikan dihentakkan

maka kulit udang akan terlepas dari tubuhnya. Setelah mengalami moulting, tubuh udang

vannamei akan terlihat lemas serta berbaring didasar perairan selama 3-4 jam. Proses

moulting dapat mengalami kegagalan ketika kondisi fisiologis udang tidak normal.

Page 8: Infectious Myonecrosis Virus

Effendie (1979), menyatakan bahwa pertumbuhan udang dipengaruhi oleh faktor

keturunan, jenis kelamin, parasit, kepadatan, dan penyakit serta kemampuan udang

memanfaatkan makanan. Pertambahan boot badan udang dipengaruhi oleh konsumsi

pakan, hal ini dikrenakan konsumsi pakan menentukan masukan zat nutrisi kedalam tubuh

yang dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan, metabolisme dan lain-lain. Pemberian

pakan yang tepat baik secara kualitas maupun kuantitas dapat menjadikan pertumbuhan

udang optimum. Pemberian pakan yang berlebihan akan meningkatkan biaya produksi dan

sisa pakan yang berlebih pada lingkungan hidup udang dapat mengakibatkan penurunan

kualitas perairan karena banyaknya banyaknya bahan organik yang tidak dimanfaatkan

(Wyban & Sweeny, 1991).

Page 9: Infectious Myonecrosis Virus

III. PEMBAHASAN

III.1 Virus IMNV

IMNV merupakan virus yang berasal dari Brazil yang menyerang udang vannamei dan

masuk ke Indonesia pada tahun 2006. Akibat adanya virus ini, menyebabkan kerugian

ekonomi yang sangat signifkan bagi pembudidaya udang (Senapin,. et al. 2007). Menurut

Sutanto (2010), IMNV memiliki nilai patogenesitas yang tinggi. Penyakit akibat virus IMN

(Infectious Myonecrosis) bisa menyebabkan kematian sebesar 40-70% budidaya udang

ditambak.

Partikel IMNV berbentuk icosahedral dengan diameter 40 nm. IMNV memiliki kapsid

isometrik dengan protein penyusunnya terdiri atas 901 asam amino. Hasil analisis filogeni

IMNV berdasarkan RDA-dependent dari gen RNA polymerase (rdrp) menunjukan bahwa

virus IMNV memiliki kemiripan dengan Giardia Lamblia Virus (GLV) yakni sama-sama

tergolong virus dari famili Totiviridae.

III.2 Gejala Klinis Udang yang terserang IMNV

Udang yang terserang IMNV akan menunjukkan gelaja tertentu, seperti

hilangnya transparansi jaringan otot karena mengalami nekrosis. Ketika infeksi

mulai parah, bagian perut dan ekor yang berwarna putih berubah menjadi

berwarna kemerahan karena nekrosis, hal tersebut dapat menyebabkan mortalitas

hingga 70% (Tang et al. 2008). Udang yang terserang virus myo pada awalnya

nafsu makan masih normal serta

Page 10: Infectious Myonecrosis Virus

pertumbuhannya bagus. Pada saat berumur 60-80 hari, ikan mulai mengalami

gejala anorexia (menurunnya nafsu makan) serta terjadi pembengkakan pada

kelenjar limpha. Otot-otot daging udang mengalami nekrosis termasuk bagian

hepato pancreas terdapat perubahan patologi akibat adanya serangan virus myo.

Diagnosa ada tidaknya virus IMN dapat dilakukan dengan melihat gejala klinis

terutama perubahan warna pada otot lurik bagian distal dari segmen abdominal

dan ekor yang akan terlihat seperti udang rebus. Diagnosa perubahan patologi

pada fase akut dapat diamati organ limfoidnya. Organ limfoid udang yang terkena

kasus kronis biasanya mengalami hipertropi hingga 3-4 kali lebih besar dari

ukuran normal. Selain dengan mengamati perubahan patologi, diagnosa juga

dapat dilakukan metode molekular seperti RT-PCR (OIE, 2012).

Gambar udang yang terserang IMNV

III.3 Penyebaran dan Trasmisi IMNV

Infeksi virus IMNV menyerang otot lurik, jaringan ikat, haemosit, dan sel parenkim

organ limfoid. Transmisi virus dapat terjadi secara horizontal melalui kanibalisme dan air.

Tingkat mortalitas akibat serangan IMNV sangat bervariasi mulai dari 40% hingga 70%.

Infeksi virus IMNV terdiri dari dua fase, yaitu fase akut dan fase kronis. Pada fase akut

target utama infeksi adalah otot lurik dan pada fase kronis, target utama infeksi adalah

organ limfoid. Penyakit myo biasanya muncul akibat ika mengalami stress, baik stress fisik

Page 11: Infectious Myonecrosis Virus

maupun lingkungan. Contoh stress fisik yaitu karena penangkapan dengan jaring dan

pemberian pakan. Stress lingkungan terjadi karena perubahan lingkungan secara

mendadak terhadap suhu atau salinitas tambak (OIE, 2012).

IMNV pada umunnya menyerang udang-udang penaeid. Inang utama dari

virus ini adalah udang vanname yang dibudidayakan pada media air laut dan

payau. Virus ini juga dapat menyerang stadia juvenile udang serta udang dewasa.

Penularan virus ini ke udang yakni berasal dari media hidup udang yang

mengandung virus ini. Kemudian virus IMN akan meyerang dan meyebar ke sel

udang secara vertical di dalam sel otot dan organ limfoid udang. Jaringan yang

sering terinfeksi virus ini yakni otot skeletal (abdomen), ekor, haemosit,

parencymal cell organ limfoid, dan otot cardiac.

Penyebaran virus IMN mudah terjadi pada lokasi yang jaraknya berdekatan.

Jarak antar tambak yang saling berdekatan serta desain dan tata letak antar

tambak yang tidak sesuai dan tidak teratur dapat memudahkan penyebaran IMNV.

Ketidakteraturan tata letak dari beberapa lokasi tambak, serta desain inlet dan

outlet dari pertambakan yang juga tidak sesuai mengakibatkan penyebaran virus

semakin mudah terjadi. penempatan inlet dan outlet dari pertambakan yang tidak

sesuai menyebakan air buangan yang banyak mengandung limbah dan yang

mungkin mengandung bibit penyakit, dari salah satu tambak menjadi air masukan

pada inlet tambak lain.

Faktor pendukung lain yang mempengaruhi penyebaran IMNV yaitu adanya

dampak dari perubahan iklim. Perubahan iklim yang ekstrem, membuat suhu

perairan berfluktuasi (James, 2007). Perubahan cuaca dan suhu perairan yang

ekstrem memicu stress pada udang dan menyebabkan daya tahan tubuh udang

menurun. Penurunan daya tahan tubuh mengakibatkan udang lebih mudah

terjangkit penyakit (Subiyakto, 2009).

Page 12: Infectious Myonecrosis Virus

III.4 Pencegahan dan Penanggulangan IMNV

Salah satu metode mencegah penyebaran serangan virus yaitu dengan

mengetahui epidemiologi dari udang (Murti, 1997). Epidemiologi merupakan ilmu

yang mempelajari penyebaran penyakit, frekuensi penyakit, faktor penentu, dan

status penyakit dalam populasi yang bertujuan untuk mendeskripsikan keadaan

penyakit dan status kesehatan suatu populasi dengan menghitung frekuensi

penyakit dan penyebarannya pada berbagai populasi, tempat, dan waktu (Murti,

1997).

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah serangan virus IMN

yaitu dengan menebar bibit dan benur bebas IMNV, penggunaan tandon air,

mempercepat panen, dan penambahan vitamin C untuk memperkuat kondisi

tubuh vannamei, vaksinasi, penggunaan probiotik, dan immunostimulant. Hal lain

yang tak kalah penting yaitu meminimalkan guncangan lingkungan serta mengatur

pola tanam dalam kawasan budidaya. Namun dari sejumlah alternatif itu,

pengelolaan tambak yang terprogram lebih baik.

Prebiotik merupakan bahan pangan yang tidak dapat dicerna oleh inang. Namun

prebiotik dapat memberikan efek menguntungkan bagi inang yatu dengan merangsang

pertumbuhan mikroflora normal di dalam saluran pencernaan inang (Schrezenmeir dan

Vrese 2001). Penambahan sinbiotik dalam pakan terbukti mampu untuk meningkatkan

respon imun ikan dan udang. Pemberian probiotik Bacillus OJ (PB) 108 CFU/g pakan dan

prebiotik isomaltooligosaccharides (IMO) 0,2% pada udang vaname yang diinfeksi terbukti

memberikan nilai sintasan yang lebih tinggi (>80%) dan respon imun yang lebih baik.

Page 13: Infectious Myonecrosis Virus

IV. PENUTUP

IV.1Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari pembuatan makalah ini yaitu :

a. Virus IMNV pertama kali ditemukan di Brazil dan Pantai Amerika Selatan pada

tahun 2003.

b. Udang vannamei lebih tahan terhadap penyakit dibandingkan udang putih lainnya.

c. Udang vannamei hidup dilaut tropis dengan suhu lebih dari 20oC

d. Penyakit akibat virus IMN (Infectious Myonecrosis) bisa menyebabkan kematian

sebesar 40-70% budidaya udang ditambak.

e. Gejala klinis udang yang terserang IMNV yaitu hilangnya transparansi jaringan otot,

mengalami nekrosis. Ketika infeksi mulai parah, bagian perut dan ekor yang berwarna

putih berubah menjadi berwarna kemerahan karena nekrosis,

Page 14: Infectious Myonecrosis Virus

DAFTAR PUSTAKA

Ditjenkan, 2006. Buku Statistik Perikanan Budidaya. Bandung

Effendie, M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Cetakan Pertama. Penerbit Yayasan Dwi

Sri Bogor. 112 hlm

Elovaara, A.K. 2001. Shrimp Farming Manual : Practical Technology for Intensive Shrimp

Production. United States of America (USA)

Lightner, D.V. 1996. Disease in culture penaid shrimp.p:289-320. In: J.Mc Vey (Ed.). CRC

Handbook of mariculture.Vol. I. Crustacean Aquaculture.CRC Press, Boca Raton, FL.

Martosudarmono, B Dan B.S. Ranoemiharjo. 1980. Biologi Udang Penaed. Balai Budidaya

Air Payau. Jepara. Hal 1-19.

Murti, B. 1997. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. PT. Rienka Cipta. Jakarta. 422 hlm.

OIE. 2012. Manual Diagnostic Tests for Aquatic Animals. OIE. Paris

Senapin S, Phewsaiya K, Briggs M, Flegel TW. 2007. Outbreaks of infectious myonecrosis

virus (IMNV) in Indonesia confirmed by genome sequencing and use of an alternative

RT-PCR detection method. Aquaculture 266: 32-38

Schrezenmeir, J., Vrese, M., 2001. Probiotics, prebiotics and synbiotic-approaching a

definition. American Journal of Clinical Nutrition, 73: 2;361-364.

Sutanto, Y. 2010. Penyakit IMNV (Mio) di Indonesia dan Antisipasinya. Dipresentasikan di

Workshop MAI pada 20 Januari 2010. Lampung. Aquatic Health Centre, PT. CP

Prima. 42 hlm.

Tang KFJ, Pantoja CR, Poulos BT, Redman RM, Lightner DV. 2008. In situhybridization

demonstrates that Litopenaeus vannamei, L. stylirostris and Penaeus monodon are

susceptible to experimental infection with infectious myonecrosis virus (IMNV).

Diseases of Aquatic Organisme 63:261-265.

Page 15: Infectious Myonecrosis Virus

Wyaban, J.A. & Sweeny, J.N. 1991. Intensive Shrimp Production Technology. The Oceanic

Institute Makapuu Point. Honolulu, Hawai USA, 158 p