infeksi laten

7
INFEKSI LATEN Proses Penularan (INFEKSI) Pengetahuan tentang waktu dan cara infeksi penting sekali untuk mengembangkan program penegndalian penyakit yang efektif. Buah-buha yang masih ada di pohon dapat tertulari oleh penetrasi langsung jamur pathogen menembus kutikula yang masih utuh, melalui luka atau lubang-lubang alami yang terdapat pada permukaan tumbuhan inang. Selain dari itu, banyak sekali penyakit pasca panen dimulai dari luka-luka pada komoditi-komoditi selama dan sesudah pemanenan, seperti batang-batang yang dipotong dan kerusakan mekanik pada sel-sel permukaan selama penanganan dan pengangkutan. Infeksi Sebelum Pemanenan Beberapa jamur seperti Colletotrichum, Gleosporium, Guignardia, Diplodia, Phomopsis, Dothiorella, dan Alternaria membentuk spora pada luka-luka di batang, daun dan bagian bunga tanaman. Spora-spora tersebut berkecambah di permukaan buah-buah yang berkembang dan setelah beberapa jam ujung buluh hifa jamur membengkak dan membentuk alat pelekat. Dan setelah 24 sampai 72 jam, tergantung suhu dan tingkat kemasakan buah, selanjutnya terjadi infeksi melalui bagian bawah alat pelekat dan menembus kutikula dengan tekanan mekanik. Pada tingkat

Upload: mitrooosh

Post on 30-Jul-2015

156 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Teknologi Pasca Panen Hasil Pertanian

TRANSCRIPT

Page 1: INFEKSI LATEN

INFEKSI LATEN

Proses Penularan (INFEKSI)

Pengetahuan tentang waktu dan cara infeksi penting sekali untuk mengembangkan

program penegndalian penyakit yang efektif. Buah-buha yang masih ada di pohon

dapat tertulari oleh penetrasi langsung jamur pathogen menembus kutikula yang

masih utuh, melalui luka atau lubang-lubang alami yang terdapat pada permukaan

tumbuhan inang. Selain dari itu, banyak sekali penyakit pasca panen dimulai dari

luka-luka pada komoditi-komoditi selama dan sesudah pemanenan, seperti batang-

batang yang dipotong dan kerusakan mekanik pada sel-sel permukaan selama

penanganan dan pengangkutan.

Infeksi Sebelum Pemanenan

Beberapa jamur seperti Colletotrichum, Gleosporium, Guignardia, Diplodia,

Phomopsis, Dothiorella, dan Alternaria membentuk spora pada luka-luka di

batang, daun dan bagian bunga tanaman. Spora-spora tersebut berkecambah di

permukaan buah-buah yang berkembang dan setelah beberapa jam ujung buluh

hifa jamur membengkak dan membentuk alat pelekat. Dan setelah 24 sampai 72

jam, tergantung suhu dan tingkat kemasakan buah, selanjutnya terjadi infeksi

melalui bagian bawah alat pelekat dan menembus kutikula dengan tekanan

mekanik. Pada tingkat ini infeksi terhenti dan jamur menjadi dorman. Peristiwa

ini dinamakan infeksi laten. Pada waktu buah matang beberapa minggu atau

beberapa bulan kemudian jamur yang dorman akan menjadi aktif, membentuk

cabang-cabang dan menembus selsel inang dan membentuk luka-luka

pembusukan pada buah yang matang.

Semua buah jeruk, mangga, papaya, alpukat, dan pisang yang tumbuh di daerah

tropis basah menderita infeksi laten oleh Colletotrichum gloeosporiodes dan

Gloesporium musarum pada kulit sewaktu pemanenan. Beberapa penelitian telah

membukytikan bahwa kebanyakan infeksi laten berkembang menjai luka-luka

pembusukan bila buah mencapai suatu tingkat kematangan tertentu. Secara relatif

pada buah-buah matang hanya sedikit terjadi luka-luka pembusukan, meskipun

Page 2: INFEKSI LATEN

pada buah-buah itu masih terdapat alat-alat pelekat yang masih berdaya hidup.

Pemberian spora-spora pada permukaan buah yang masih muda tidak

menghasilkan luka-luka pembusukan setelah buahnya matang, meskipun terdapat

alat-alat pelekat yang berdaya hidup selama umur buah.

Spora-spora jamur dan bakteri pathogen dapat mengakibatkan kebusukan

pascapanen berkaitan dengan tanah dan debu yang berterbangan atau percikan air

dengan tanah pada buah-buah yang bergantungan rendah. Contoh-contoh

kelompok ini adalah: Rhizopus, Fusarium, Geotrichum, Phytophthora,

Trichoderma, dan Erwinia. Luka-luka yan g terdapat pada permukaan buah yang

masak dengan sendirinya menuju kepembusukan oleh mikroorganisme ini yang

terdapat dimana-mana. Asal luka-luka itu tidak mongering dan membentuk

perintang pada luka sebelum infeksi terjadi.

Serangga, terutama lalat buah (Pterandrus rosa dan Ceratites capitaia), ngengat-

ngengat dan kupu-kupu penggerek buah tidak saja menimnulkan luka-luka pada

permukaan buah-jeruk dan buah-buah tropis lain tapi juga terkontaminasi berat

oleh spora-spora, sejumlah jamur penyebab pembuahan. Busuk asam pada jeruk

manis berasal dari serangan kupu-kupu penggerek dan beberapa jenis serangga.

Buah-buah yang terinfeksi biasanya akan jatuh dari pohon pada waktunya. Tetapi

bila serangga menyerang buah bebebrapa hari selama pemanenan atau bila

buahnya belum matang penuh, maka buah-buah yang terinokulasi tidak dapa

dikenali dengan mudah dan kemungkinan akan dikemas bersama dengan buah-

buah yang sehat yang kemudian akan menjadi busuk dalam penyimpanan atau

selama pengangkutan.

Infeksi buah-buah selama dan sesudah pemanenan.

Buah dan sayur segar tidak dapat dipanen tanpa menimbulkan luka-luka sehingga

mikroorganisme pathogen memperoleh jalan untuk memasuki komoditi itu dan

akhirnya akan menyebabkan pembusukan pasca panen. Selain pada batang yang

dipotong, tidak dapat dihindarkan terjadinya kerusakan pada jaringan-jaringan

permukaan selama pemungutan, pengemasan, dan pengangkutan. Luka-luka harus

ditekan sampai sekecil mungkin, dan komoditi yang telah dipanen harus

Page 3: INFEKSI LATEN

ditempatkan pada kondisi yang memungkinkan pengeringan atau penyembuhan

luka-luka, dengan begitu terbukti menguntungkan dalam menghindarkan infeksi.

Perlakuan dengan fungisida dan pendinginan merupakan praktek yang biasa dan

efektif, yang dapat mencegah atau menghambat laju infeksi pada komoditi yang

telah dipanen. Sebenarnya tiap buah dan sayuran bersifat rentan terhadap satu

penyakit pasca panen yang dimulai pada batang yang terpotong. Contohnya

adalah busuk ujung pada sisir pisang, busuk hitam (Ceratocystis) pada buah nenas

dan busuk ujung batang Botryodiplodia pada pangkal buah pepaya dan mangga.

Luka-luka acak pada permukaan buah yang disebabkan oleh penanganan kasar,

dan kerusakan-kerusakan fisiologis seperti kerusakan akibat pendinginan

merupakan jalan masuk utama bagi parasit-parasit yang menyerang luka-luka.

Penyakit-penyakit pacsa panen yang dimulai pada luka-luka yang terjadi selama

atau sesudah pemanenan dapat dikendalikan dengan pemeberian fungisida, bila

perlakuan dapat dilakukan sebelum pathogen masuk jauh ke dalam jaringan inang.

Infeksi laten atau dorman lainnya yang dimulai pada waktu perkembangan buah di

kebun, sukar dihilangkan dengan fungidsida pelindung konvensonal meskipun

mengenai soal ini dapat dicapai kemajuan-kemajuan besar selama beberapa tahun

akhir ini dengan fungisida sistemik baru.

Faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit

1. Kerentanan inang

Buah dan sayur mempunyai sifat kimia dan fisiologi yang dapat mengubah

kerentanan terhadap infeksi dan perkembangan penyakit pascapanen.

Sebaliknya, factor inang yang dapat mempengaruhi berat tidaknya

serangan penyakit, dapat pula dipengaruhi oleh lingkungan pascapanen.

2. Kemasakan.

Buah umumnya makin rentan oleh infeksi terhadap pathogen pascapanen

bila buah itu menjadi semakin matang. Hal ini menyangkut factor-faktor

nutrisi, enzim-enzim, zat-zat racun, dan metabolism energy. Tapi terdapat

perkecualian, yaitu pada pembusukan buah apel oleh Penicillium

expansum hanya sedikit saja dipengaruhi oleh kematangan dan busuk

Page 4: INFEKSI LATEN

lunak yang disebabkan oleh bakteri berkembang lebih cepat pada buah-

buah tomat yang hijau tetapi sudah tua bila dibandingkan dengan buah

yang merah. Oleh karena itu tidak mengherankan jika pembusukan

pascapanen dapat ditekan dengan perlakuan seperti penyimpanan dalam

suhu rendah, udara terkendali, dan pemberian zat kimia yang menghambat

pematangan. Penyimpanan dalam udara terkendali akan mengurangi

pembusukan oleh Rhizopus dan Alternaria pada tomat hijau yang sudah

tua, tidak mempengaruhi serangan bakteri busuk lunak. Sebaliknya C2H4

yang mempercepat kematangan banyak jenis buah, juga menyebabkan

kenaikan pembusukan pada pangkal buah jeruk manis yang ditimbulkan

oleh Diplodia natalensis.

3. Penyembuhan luka.

Kentang, ubi, dan ketela rambat membentuk lapisan periderm pada bagian

yang berbatasan dengan luka-luka yang berfungsi sebagai penghalang

masuknya bakteri dan jamur-jamur parasit. Kondisi optimal untuk

pembentukan periderm luka adalah RH sekitar 90% dan suhu 60-70oF

untuk kentang dan 84-90oF untuk ubi jalar dan ubi. Penyimpanan dalam

lingkungan demikian selama 7 sampai 10 hari untuk member kesempatan

pembentukan periderm, sangat mengurangi pembusukan pada

penyimpanan. Pada buah jeruk manis yang disimpan pada suhu 86oF dan

RH90% untuk beberapa hari, pembusukan yang disebabkan oleh

Penicillium digitatum jauh lebih sedikit daripada buah-buah yang

disimpan pada suhu ruang dalam waktu yang sama. Peristiwa ini

disebabkan oleh pembentukan lignin pada jaringan-jaringan flavedo yang

terluka dibawah kondisi lingkungan seperti telah diutarakan.