info en ana - bnpb.go.id · langit dan di kota subang. ... sejak bulan agustus 2015, saat ini...

4
INFO BENCANA Dalam Edisi ini: Hingga Mei, Intensitas Hujan Masih Menyebabkan Banjir P.1 Geliat Sinabung Yang Belum Berujung P.2 Intensitas Hujan Tinggi, Banjir Bandang dan Longsor Timbulkan Korban Jiwa P.3 Infografis Kejadian Bencana (Mei 2016) P.4 Informasi Kebencanaan Bulanan Teraktual Hingga Mei, Intensitas Hujan Masih Menyebabkan Banjir Pada bulan Mei, hujan ternyata masih sering terjadi di wila- yah Indonesia. Intenistas hujan yang terjadi hingga akhir bulan, masih belum menunjukkan akan beralihkan musim ke kemarau. Bahkan di beberapa daerah, hujan yang terjadi dengan lebat menyebabkan banjir dan tanah longsor. Seper- pada bulan-bulan sebelumnya banjir masih menjadi bencana yang paling dominan jika dibandingkan dengan jenis bencana yang lainnya. P.1 Pada bulan Mei ini, sebanyak 110 kejadian bencana telah terjadi dan menyebabkan 51 jiwa meninggal dunia, 29 luka dan lebih dari 84 ribu terpaksa harus mengungsi. Dari sisi korban jiwa banjir berkontribusi paling besar karena banyaknya banjir ban- dang yang menelan korban seper di air terjun dua warna Sibo- langit dan di Kota Subang. Pung beliung merupakan bencana yang paling banyak menyebabkan kerusakan perumahan masyarakat, baik rusak berat, sedang hingga rusak ringan. Secara keseluruhan, selama bulan Mei 110 kejadian mengaki- batkan 197 rumah rusak berat, 165 rumah rusak sedang, 1.073 rusak ringan, dan 9.374 terendam. Kepala BMKG mengatakan berdasarkan Monitoring dinamika at- mosfer BMKG menunjukkan bahwa El Nino Kuat sudah terjadi sejak bulan Agustus 2015, saat ini berada pada status Elnino Moderate dan diprediksi akan meluruh secara perlahan-lahan menjadi Netral pada bulan April - Mei 2016. Sementara La Nina diprediksi terjadi pada akhir tahun antara bulan Oktober- Desember 2016 dengan peluang 50%. Pada periode tersebut bertepatan dengan periode awal musim hujan sehingga perlu diwaspadai peluang terjadinya curah hujan nggi pada saat La Nina berlangsung. Kepala BMKG menambahkan Prakiraan Awal Musim Kemarau 2016 di sebagian besar wilayah Indonesia diprakirakan pada bulan Mei dan Juni 2016. Daerah yang telah memasuki musim kemarau sejak bulan Februari 2016 melipu pesisir mur Su- matera Utara dan Riau (Dumai, Bengkalis, Siak, RoHil dan Me- ran). Daerah-daerah ini memang mempunyai pola musim yang berbeda dengan wilayah Indonesia lainnya, yang memiliki dua puncak musim hujan seap tahunnya. Pengurangan curah hujan telah terjadi sejak bulan Februari dan diprediksi akan mendapat hujan kembali pada bulan April. Tabel 1. Jumlah Kejadian Bencana, Korban, dan Dampaknya Bulan Mei 2016* STATISTIK BENCANA INDONESIA 2016 JANUARI - MEI Jumlah Kejadian (kejadian) 978 Korban Meninggal & Hilang (jiwa) 154 Korban Menderita & Mengungsi (jiwa) 1.676.254 Kerusakan Permukiman (unit) 14.500 *) Data per tanggal 4 Juni 2016 Edisi MEI 2016

Upload: doque

Post on 13-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

INFO BENCANA

Dalam Edisi ini:

Hingga Mei, Intensitas Hujan Masih

Menyebabkan Banjir P.1

Geliat Sinabung Yang Belum Berujung P.2

Intensitas Hujan Tinggi, Banjir Bandang dan

Longsor Timbulkan Korban Jiwa P.3

Infografis Kejadian Bencana (Mei 2016) P.4

Informasi Kebencanaan Bulanan Teraktual

Hingga Mei, Intensitas Hujan Masih Menyebabkan Banjir

Pada bulan Mei, hujan ternyata masih sering terjadi di wila-

yah Indonesia. Intenistas hujan yang terjadi hingga akhir

bulan, masih belum menunjukkan akan beralihkan musim

ke kemarau. Bahkan di beberapa daerah, hujan yang terjadi

dengan lebat menyebabkan banjir dan tanah longsor. Seper-

ti pada bulan-bulan sebelumnya banjir masih menjadi

bencana yang paling dominan jika dibandingkan dengan

jenis bencana yang lainnya.

P.1

Pada bulan Mei ini, sebanyak 110 kejadian bencana telah terjadi

dan menyebabkan 51 jiwa meninggal dunia, 29 luka dan lebih

dari 84 ribu terpaksa harus mengungsi. Dari sisi korban jiwa

banjir berkontribusi paling besar karena banyaknya banjir ban-

dang yang menelan korban seperti di air terjun dua warna Sibo-

langit dan di Kota Subang. Puting beliung merupakan bencana

yang paling banyak menyebabkan kerusakan perumahan

masyarakat, baik rusak berat, sedang hingga rusak ringan.

Secara keseluruhan, selama bulan Mei 110 kejadian mengaki-

batkan 197 rumah rusak berat, 165 rumah rusak sedang, 1.073

rusak ringan, dan 9.374 terendam. Kepala BMKG mengatakan

berdasarkan Monitoring dinamika at-

mosfer BMKG menunjukkan bahwa El Nino Kuat sudah terjadi

sejak bulan Agustus 2015, saat ini berada pada status Elnino

Moderate dan diprediksi akan meluruh secara perlahan-lahan

menjadi Netral pada bulan April - Mei 2016. Sementara La Nina

diprediksi terjadi pada akhir tahun antara bulan Oktober-

Desember 2016 dengan peluang 50%. Pada periode tersebut

bertepatan dengan periode awal musim hujan sehingga perlu

diwaspadai peluang terjadinya curah hujan tinggi pada saat La

Nina berlangsung.

Kepala BMKG menambahkan Prakiraan Awal Musim Kemarau

2016 di sebagian besar wilayah Indonesia diprakirakan pada

bulan Mei dan Juni 2016. Daerah yang telah memasuki musim

kemarau sejak bulan Februari 2016 meliputi pesisir timur Su-

matera Utara dan Riau (Dumai, Bengkalis, Siak, RoHil dan Me-

ranti). Daerah-daerah ini memang mempunyai pola musim yang

berbeda dengan wilayah Indonesia lainnya, yang memiliki dua

puncak musim hujan setiap tahunnya. Pengurangan curah hujan

telah terjadi sejak bulan Februari dan diprediksi akan mendapat

hujan kembali pada bulan April.

Tabel 1. Jumlah Kejadian Bencana, Korban, dan Dampaknya Bulan Mei 2016*

STATISTIK BENCANA INDONESIA 2016

JANUARI - MEI

Jumlah Kejadian (kejadian) 978

Korban Meninggal & Hilang (jiwa) 154

Korban Menderita & Mengungsi (jiwa) 1.676.254

Kerusakan Permukiman (unit) 14.500

*) Data per tanggal 4 Juni 2016

Edisi

MEI 2016

Geliat Sinabung Yang Belum Berujung

Sejarah baru gunung Sinabung berawal pasca letusan yang ter-

jadi di tahun 2010. Setelah tertidur panjang dimana tidak

pernah ada catatan letusan sejak tahun 1600, secara tiba-tiba

gunung ini meletus dan menyebabkan berbagai kerusakan

bahkan korban jiwa. Yang lebih mencengangkan lagi adalah

hingga mendekati pertengahan tahun 2016, Sinabung masih

menunjukkan tanda-tanda aktif dan dapat meletus sewaktu-

waktu.

Berbeda dengan gunung lainnya yang meletus pada bagian

tengah, letusan Sinabung terjadi di bagian samping. Awan

panas dan debu vulkanik menyebabkan sebagian besar per-

tanian masyarakat mengalami gagal panen. Rumah masyarakat

banyak yang rusak karena terkena awan panas, hal ini me-

nyebabkan sebagian masyarakat di evakuasi ke tempat yang

lebih aman.

Letusan yang baru saja terjadi, tepatnya pada tanggal 21 Mei

2016, cukup membuat kaget masyarakat yang tinggal di sekitar

Sinabung. Letusan yang terjadi secara tiba-tiba ini, mengakibat-

kan 7 jiwa meninggal dan 2 orang kritis setelah terkena awan

panas. Semua korban adalah warga Desa Gamber Kecamatan

Simpang Empat Kabupaten Karo yang berada di zona merah

atau zona berbahaya letusan gunungapi. Hingga tanggal 24

Mei 2016, jumlah pengungsi mencapai 2.592 KK/9.319 jiwa

yang tersebar di 9 titik pengungsian. Pada tahun sebelumnya

(2014) tepatnya tanggal 5 Februari, Sinabung juga mengeluar-

kan awan panas dan menyebabkan 16 orang meninggal dunia

dan 1 orang luka-luka.

Tim SAR gabungan dari TNI, Polri, Basarnas, BPBD, PMI, rela-

wan dan masyarakat terus melakukan pencarian korban

dengan menyisir rumah dan kebun masyarakat. Tidak diketahui

secara pasti berapa banyak masyarakat yang berada di Desa

P.2

Gamber saat kejadian luncuran awan panas. Harusnya tidak

ada aktivitas masyarakat. Namun sebagian masyarakat tetap

nekat berkebun dan tinggal sementara waktu sambil men-

golah kebun dan ladangnya. Alasan ekonomi adalah faktor

utama yang menyebabkan masyarakat Desa Gamber tetap

nekat melanggar larangan masuk ke desanya.

Desa Gamber berada pada radius 4 km di sisi tenggara dari

puncak kawah Gunung Sinabung yang dinyatakan sebagai dae-

rah berbahaya atau zona merah. Berdasarkan rekomendasi

PVMBG, Desa Gamber tidak boleh ada aktivitas masyarakat

karena berbahaya dari ancaman awan panas, lava pijar, bom,

lapilli, abu pekat dan material lain dari erupsi. Sejak 31 Ok-

tober 2014, Desa Gamber direkomendasikan sebagai daerah

berbahaya dan masyarakatnya harus direlokasi ke tempat

yang lebih aman. Masyarakat tidak boleh melakukan aktivitas,

termasuk untuk mengolah lahan pertanian di Desa Gamber,

apalagi saat status Awas. Sebanyak 1.683 KK (4.967 jiwa)

masyarakat di 4 desa harus

direlokasi tahap kedua yaitu

Desa Gamber, Kuta Tonggal,

Gurukinayan, dan Be-

rastepu.

Kepala BNPB, Willem Ram-

pangilei, telah

menginstruksikan kepada

Bupati Karo agar segera

mengambil langkah-langkah

yang cepat guna men-

gosongkan zona merah. Pat-

roli, penjagaan dan sosial-

isasi agar ditingkatkan. Apa-

rat agar lebih tegas

melarang masyarakat men-

erobos zona merah. Sebab

ancaman Gunung Sinabung

bukan hanya letusan disertai

awan panas, tetapi juga banjir lahar dingin. TRC BNPB mem-

berikan pendampingan kepada BPBD Karo. BNPB terus mem-

berikan bantuan kepada Pemda Karo. Total bantuan dana siap

pakai yang telah diberikan BNPB untuk penanganan erupsi

Gunung Sinabung sejak September 2013 hingga sekarang

mencapai lebih dari Rp 360 milyar. Aktivitas vulkanik masih

tetap tinggi. Potensi letusan susulan disertai luncuran awan

panas juga masih berpeluang terjadi di sisi timur, tenggara dan

selatan.

Adanya suplai magma dari perut Gunung Sinabung maka gugu-

ran lava yang menghasilkan awan panas umumnya terjadi

setelah pertumbuhan kubah lava. Awan panas ini merupakan

campuran material berukuran debu hingga blok bersuhu lebih

dari 700 derajat celsius yang meluncur dengan kecepatan bisa

diatas 100 kilometer per jam.

Gambar 1. Rumah Rusak Akibat Erupsi Sinabung

Penyusun :

Pusdatinmas Badan Nasional Penanggulangan Bencana

Jl. Pramuka Kav. 38 Kode Pos 13120 Lt. 11-12

www.bnpb.go.id

[email protected]

P.3

Intensitas Hujan Tinggi, Banjir Bandang dan Longsor Tim-

bulkan Korban Jiwa

Mei, intensitas hujan masih tergolong tinggi, hal ini tampak dari

beberapa kejadian bencana banjir dan tanah longsor yang ter-

jadi di berbagai wilayah. Bencana yang cukup menarik per-

hatian adalah banjir bandang yang terjadi di air terjun dua

warna Sibolangit dan banjir bandang yang terjadi di Subang

Jawa barat. Sedikitnya 21 orang menjadi korban akibat banjir

bandang di Sibolangit, dimana 18 orang meninggal dan 3 hilang.

Longsor terjadi di kawasan wisata air terjun dua warna, Sibo-

langit, Sumatera Utara (Sumut) pada Minggu (15/5) sore. Long-

sor tersebut terjadi setelah kawasan itu diguyur hujan lebat

pegunungan seterusnya terjadi banjir bandang.

Sekitar 300 personil Tim SAR gabungan 16 lembaga seperti

BPBD Kabupaten Deli Serdang, BPBD Prov Sumut, TNI, Basar-

nas, mahasiswa, relawan dan masyarakat melakukan evakuasi

dan pencarian korban. Brimob mengerahkan anjing pelacak

untuk mencari 5 korban jiwa yang masih hilang. Tim SAR dibagi

menjadi 3 kelompok dengan menyusuri sungai. Adanya batu-

batu besar di sepanjang alur sungai menyebabkan kendala pen-

carian. Korban yang ditemukan sebagian tertimbun material

longsoran dan batu-batu yang terbawa oleh banjir bandang.

Selain menimbulkan korban jiwa juga menyebabkan jalan

penghubung Desa Bandar Baru tidak bisa dilalui kendaraan

roda empat. Tempat wisata Air Terjun Dua Warna atas perintah

Bupati Deli Serdang ditutup sementara sambil menunggu hasil

kajian. Masyarakat dihimbau untuk selalu hati-hati dan waspa-

da jika melakukan aktivitas di pegunungan seperti pendakian,

berkemah atau berwisata. Hendaknya memperhatikan kondisi

lingkungan sekitar dan rambu-rambu peringatan. Saat ini masih

musim peralihan dari penghujan ke kemarau yang cenderung

lebih basah.

Sementara terjadi pada tanggal 22 Mei 2016 pada Pukul

19.30 WIB kampung Sukamukti Rt 01,02/01, Desa Sukakerti,

Kecamatan Cisalak Kabupaten Subang. Bencana banjir dan

longsor yang yang terjadi di kampung sukamukti pada tang-

gal 22 mei 2016 pukul 19.30 WIB yang menelan korban 5

orang bermula dari hujan deras pada tanggal 22 Mei 2016

yang mengakibatkan terjadinya longsoran di kampung

sukamukti yang menutup aliran sungai cihideung yang

mengakibatkan meluapnya sungai cihideung yang mengaki-

batkan banjir badang ke daerah kampung Sukamukti dan

kampung Sukakerti, Desa Sukakerti, Kecamatan Cisalak.

Selain korban tewas, bencana ini juga menyebabkan 6 orang

luka berat dan 2 orang luka ringan. Hantaman dari banjir

bandang telah merusak 12 unit rumah dalam kondisi rusak

berat dan 4 unit hancur. Di sisi yang lain masyarakat terpaksa

diungsikan ke daerah yang lebih

aman yaitu di SD Sukakerti dengan

jumlah 119 KK/388 jiwa.

BPBD Provinsi Jawa Barat bersama

Basarnas, Satlak PB Kabupaten

Subang, TNI, Polri, Tagana, Rela-

wan, PMI, dan Masyarakat

melakukan evakuasi korban

selamat ke Balai Desa dan korban

luka dibawa ke puskesmas terdek-

at. Korban meninggal dunia sudah

diserahkan kepada keluarga untuk

dimakamkan. BPBD Provinsi Jawa

Barat telah memberikan bantuan

sandang dan pangan bagi korban

berupa tambahan gizi 120 paket,

lauk pauk 120 paket, makanan siap

saji 120 paket, air mineral 10 dus,

selimut 50 lembar.

Penanganan darurat banjir bandang di Subang terus dil-

akukan hingga 7 hari ke depan atau 29 Mei 2016. Fokus uta-

ma selama masa tanggap darurat adalah penyelamatan

korban, pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi dan perbai-

kan darurat dari dampak banjir bandang. Belum ter-

bentuknya BPBD Kabupaten Subang menyebabkan pe-

nanganan darurat dilakukan Satlak Penaggulangan Bencana

(PB) Kabupaten Subang yang tidak memiliki fungsi koordina-

si, komando dan pelaksana seperti yang dimiliki oleh BPBD.

Untuk penanganan darurat, BPBD Provinsi Jawa Barat diban-

tu oleh TNI, POLRI, Basarnas, TAGANA, PMI dan warga

melakukan proses evakuasi dan pencarian korban hilang.

Gambar 2. Kerusakan Akibat Banjir Bandang Subang

Sumber: http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2016/06/05/rp-13-miliar-untuk-tangani-dampak-banjir-bandang-subang-370930

5

731.049

5

17

3

6

7

1

Rekapitulasi Kejadian Bencana Periode: Januari-Mei 2016

kejadian bencana978

Jumlah Kejadian Bencana

51 jiwa 67.4%

1.857 unit14.500

Rumah Rusak Sedang2.133 unit

Rumah Rusak Ringan10.510 unit

Rumah rusak

Rumah Rusak Berat

Persentase Kerusakan Rumah

1.676.254 jiwaMenderita dan Mengungsi

Persentase Korban yang Menderita & MengungsiJumlah Korban Meninggal & Hilang

< 3

> 53 - 5

Jumlah kejadian

Peta Kejadian Bencana Bulan Mei 2016

Data Kejadian Bencana Bulan Mei 2016

110 kejadian

154 jiwaMeninggal dan hilang

64.4%

diakibatkan oleh Puting Beliung

diakibatkan olehBanjir

PUT

Infografis Kejadian Bencana (Mei 2016) BNPB

Tanggal Pembuatan: 07/06/2016 www.dibi.bnpb.go.id per tanggal 1 Mei 2016 www.bnpb.go.id infoBNPBSumber: Website: FB: Twitter: @BNPB_Indonesia

Perbandingan Jumlah Kejadian BencanaBulan Januari - Mei Periode Tahun 2006 - 2016

Perbandingan Kejadian Bencana Banjir, Tanah Longsor,Puting Beliung Bulan Januari - Mei 2015 dan 2016

2

42

9

21

2014

IG: @BNPB_Indonesia

6

1

1

4 3

0

50

100

150

200

250

300

350

400

2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

0

20

40

60

80

100

120

140

Jan Feb Maret April Mei Jan Feb Maret April Mei

2015 2016

Banjir Puting Beliung Tanah Longsor

46

41

18

2

2

1

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

Banjir

Puting Beliung

Tanah Longsor

Banjir dan TanahLongsor

Gelombangpasang/abrasi

Letusan Gunungapi

Banjir; 43%

Tanah Longsor; 2%

Banjir dan Tanah Longsor; 41%

Letusan Gunungapi; 14%

67,405

725 564

5

15,508

BANJIR PUTING BELIUNG TANAH LONGSOR BANJIR DAN TANAH LONGSOR

LETUSAN GUNUNGAPI

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

2000

Puting Beliung Banjir Tanah Longsor Banjir dan Tanah Longsor Gelombang pasang/abrasi

Rumah Rusak Berat Rumah Rusak Sedang Rumah Rusak Ringan

2

2

1

1

3

4

1

2

17

Tercatat pada bulan Mei 2016 telah terjadi lebih dari 100 kali bencana dan menyebabkan 51 jiwa meninggal dan hilang. Secara komulatif sebanyak 84 ribu orang menderita dan mengungsi akibat bencana yang telah mengakibatkan 1.435 rumah mengalami kerusakan. Banjir masih menjadi bencana dengan intensitas paling sering sekaligus merupakan bencana yang mematikan karena telah menelan 22 korban jiwa.

1