informed consent.docx

23
DEFINISI Informed consent” terdiri dari dua kata yaitu “informed” yang berarti telah mendapat penjelasan atau keterangan (informasi), dan “consent” yang berarti persetujuan atau memberi izin. Consent dibagi menjadi 2 yaitu expressed yang berarti dapat secara lisan atau tulisan, implied yang berarti yang dianggap telah diberikan. Jadi “informed consent” mengandung pengertian suatu persetujuan yang diberikan setelah mendapat informasi. Dengan demikian “informed consent” dapat didefinisikan sebagai persetujuan yang diberikan oleh pasien dan atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap dirinya serta risiko yang berkaitan dengannya. 1,2 PELAKSANAANNYA 1. Isi informed consent Menurut Bab II butir 4 Pedoman di atas informasi dan penjelasan dianggap cukup (adekuat) jika paling sedikit enam hal pokok di bawah ini disampaikan dalam memberikan informasi dan penjelasan, yaitu : Informasi dan penjelasan tentang tujuan dan prospek keberhasilan tindakan medik yang akan dilakukan (purpose of medical procedures). lnformasi dan penjelasan tentang tata cara tindakan medis yang akan dilakukan (contemplated medical prosedures). Informasi dan penjelasan tentang tentang risiko (risk inherent in such medical prosedures) dan komplikasi yang mungkin terjadi. 1

Upload: fenniebubu

Post on 28-Jan-2016

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

IC

TRANSCRIPT

Page 1: INFORMED CONSENT.docx

DEFINISI

“Informed consent” terdiri dari dua kata yaitu “informed” yang berarti telah mendapat penjelasan atau keterangan (informasi), dan “consent” yang berarti persetujuan atau memberi izin. Consent dibagi menjadi 2 yaitu expressed yang berarti dapat secara lisan atau tulisan, implied yang berarti yang dianggap telah diberikan. Jadi “informed consent” mengandung pengertian suatu persetujuan yang diberikan setelah mendapat informasi. Dengan demikian “informed consent” dapat didefinisikan sebagai persetujuan yang diberikan oleh pasien dan atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap dirinya serta risiko yang berkaitan dengannya.1,2

PELAKSANAANNYA

1. Isi informed consent

Menurut Bab II butir 4 Pedoman di atas informasi dan penjelasan dianggap

cukup (adekuat) jika paling sedikit enam hal pokok di bawah ini disampaikan dalam

memberikan informasi dan penjelasan, yaitu :

Informasi dan penjelasan tentang tujuan dan prospek keberhasilan tindakan medik

yang akan dilakukan (purpose of medical procedures).

lnformasi dan penjelasan tentang tata cara tindakan medis yang akan dilakukan

(contemplated medical prosedures).

Informasi dan penjelasan tentang tentang risiko (risk inherent in such medical

prosedures) dan komplikasi yang mungkin terjadi.

Informasi dan penjelasan tentang alternatif tindakan medis lain yang tersedia dan

serta risikonya masing-masing (alternative medical prosedure and risk),

Informasi dan penjelasan tentang prognosis penyakit apabila tindakan medis

tersebut dilakukan (prognosis with and without medical procedure).

Diagnosis.

2. Bentuk Informed Consent

Bentuk informed consent dapat tersembunyi (implied conset) dan yang

terwujud (express consent). Bentuk dari informed consent yang tersembunyi,

merupakan bentuk yang paling sering terjadi, karena di dalam hubungan dokter pasien

proses pelayanan dokter kepada pasien berupa anamnesa, pemeriksaan, dan tindakan

– tindakan medis yang sering terjadi sudah dianggap sebagai kebiasaan oleh pasien

1

Page 2: INFORMED CONSENT.docx

dan dokter sehingga perwujudan informed consent merupakan hal yang tidak umum.

Bentuk informed consent yang tersembunyi tersebut tidak menghilangkan hakekat

dari adanya saling setuju antara dokter dengan pasien. Bahkan dengan

tersembunyinya bentuk informed consent tersebut menunjukkan adanya kedalaman

dari masing-masing pihak akan pemahaman dari tugas dan tanggung jawab masing –

masing pihak. Hanya saja, pada perkembangannya seiring dengan semakin

berkembangnya ilmu dan teknolgi kedokteran mengakibatkan beberapa kondisi yang

menuntut semakin seringnya mewujudkan informed consent tersebut.

Informed consent yang terwujud dapat berupa oral consent (terucap) dan

written consent (tertulis). Bentuk oral consent ini terwujud dengan kata – kata

persetujuan dari pasien terhadap tindakan yang akan dilakukan oleh dokter. Bentuk

oral consent ini lebih sering terdapat jika dibanding dengan yang written consent.

Bentuk yang tertulis ini banyak dipakai untuk tidakan yang bersifat invasif, seperti

tindakan operasi, tindakan diagnostik (foto dengan kontras), dan tindakan dengan

biaya mahal dan lain sebagainya. Untuk kepentingan rekam medik ada baiknya untuk

selalu mencatat persetujuan dari pasien yang berupa kata 'setuju' ke dalam lembaran

rekam medik saat dokter visit.

3. Kewajiban Memberi Penjelasan

Bab II butir 5 Kep Dirjen Yanmed Pedoman Pertindik menyebutkan bahwa :

Dokter yang akan melakukan tindakan medik mempunyai tanggung jawab utama

memberikan informasi dan penjelasan yang diperlukan. Apabila berhalangan,

informasi dan penjelasan yang harus diberikan dapat diwakilkan kepada dokter lain

dengan sepengetahuan dokter yang bersangkutan. Pasal 6 PERMENKES TENTANG

PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK menyebutkan:

(1) Dalam hal tindakan bedah (operasi) atau tindakan invasif lainnya, informasi harus

diberikan oleh dokter yang akan melakukan operasi itu sendiri

(2) Dalam keadaan tertentu dimana tidak ada dokter sebagaimana dimaksud ayat

informasi harus diberikan oleh dokter lain dengan sepengetahuan atau petunjuk dokter

yang bertanggung jawab.

(3) Dalam hal tindakan yang bukan bedah (operasi) dan tindakan yang tidak invasif

lainnya, informasi dapat diberikan oleh dokter lain atau perawat dengan

sepengetahuan atau petunjuk dokter yang bertanggung jawab.

2

Page 3: INFORMED CONSENT.docx

4. Sahnya Suatu Informed Consent

Suatu persetujuan dianggap sah apabila:

Pasien telah diberi penjelasan/informasi

Pasien atau yang sah mewakilinya dalam keadaan cakap (kompeten) untuk

memberikan keputusan/persetujuan.

Persetujuan harus diberikan secara sukarela (tidak ada unsur paksaan)

Tidak boleh ada unsur penipuan.

Seperti pada syarat sahnya suatu kontrak, hal mana di dalamnya disebutkan

salah satu unsur untuk sahnya suatu kontrak yaitu adanya saling setuju. Maka untuk

sahnya informed consent itu juga mengacu pada ketentuan yang sama dengan konsep

saling setuju seperti yang terdapat dalam kontrak terapetik. Menekankan hanya pada

adanya tanda – tangan persetujuan tindakan kedokteran akan menjebak dokter hanya

bekerja secara formal tanpa ada beban moral dari pekerjaannya. Bahkan dokter dapat

saja terbawa oleh susana formalitas dari pekerjaannya itu. Padahal yang terpenting

adalah munculnya kesadaran dari pasien tindakan dokter itu tidak menjanjikan hasil,

dokter hanya berusaha denga iptek yang saat ini ada.

Perhatian dokter terhadap masalah informed consent ini harus proporsional.

Kemudian juga harus disampaikan resiko – resiko yang mungkin dapat terjadi dari

tindakan yang akan dilakukan dokter. Untuk itu sangat penting diupayakan agar

persetujuan juga mencakup apa yang harus dilakukan jika terjadi peristiwa yang tidak

diharapkan dalam pelaksanaan tindakan kedokteran tersebut.

Persetujuan harus diberikan secara bebas, tanpa adanya tekanan dari manapun,

termasuk dari staf medis, saudara, teman, polisi, petugas rumah tahanan/Lembaga

Pemasyarakatan, pemberi kerja, dan perusahaan asuransi. Bila persetujuan diberikan

atas dasar tekanan maka persetujuan tersebut tidak sah. Pasien yang berada dalam

status tahanan polisi, imigrasi, LP atau berada di bawah peraturan

perundangundangan di bidang kesehatan jiwa/mental dapat berada pada posisi yang

rentan. Pada situasi demikian, dokter harus memastikan bahwa mereka mengetahui

bahwa mereka dapat menolak tindakan bila mereka mau.

5. Cara memberi informasi

Bab II butir 6 Pedoman Persetujuan Tindakan Medik menyebutkan : Informasi

dan penjelasan disampaikan secara lisan. Informasi dan penjelasan secara tulisan

dilakukan hanya sebagai pelengkap penjelasan yang telah disampaikan secara lisan.

3

Page 4: INFORMED CONSENT.docx

Pada pasal 4 dan 5 PERMENKES TENTANG PERSETUJUAN TINDAKAN

MEDIK disebutkan dalam pasal 4 dan 5 bahwa :

Pasal 4

(1) Informasi tentang tindakan medik harus diberikan kepada pasien, baik diminta

maupun tidak diminta.

(2) Dokter harus memberikan informasi selengkap – lengkapnya, kecuali bila dokter

menilai bahwa informasi tersebut dapat merugikan kesehatan pasien atau pasien

menolak diberi informasi.

(3) Dalam hal sebagaimana dimaksud ayat (2) dokter dengan persetujuan pasien dapat

memberikan informasi kepada keluarga terdekat dengan didampingi oleh perawat

sebagai saksi.

Pasal 5

(1) Informasi yang diberikan mencakup keuntungan dan kerugian dari tindakan medik

yang akan dilakukan, balk diagnostik maupun terapeutik.

(2) Informasi diberikan secara lisan.

(3) Informasi harus diberikan secara jujur dan benar kecuali bila dokter menilai bahwa

hal itu dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien.

(4) Dalam hal-hal sebagaimana dimaksud ayat (3) dokter dengan persetujuan pasien

dapat memberikan informasi tersebut kepada keluarga terdekat pasien.

Istilah kedokteran tidak boleh dipakai dalam memberikan informasi dan

penjelasan karena mungkin tidak dimengerti oleh orang awam agar supaya tidak

terjadi salah pengertian sehingga mengakibatkan masalah yang serius. Informasi harus

diberikan sesuai dengan tingkat pendidikan, kondisi dan situasi pasien.

6. Pihak yang memberikan informasi

Pihak yang wajib memberikan informasi adalah dokter atau tenaga kesehatan

lain yang akan langsung memberikan tindakan tersebut kepada pasien. Adalah

tanggung jawab dokter pemberi perawatan atau pelaku pemeriksaan/tindakan untuk

memastikan bahwa persetujuan tersebut diperoleh secara benar dan layak. Dokter

memang dapat mendelegasikan proses pemberian informasi dan penerimaan

persetujuan, namun tanggung jawab tetap berada pada dokter pemberi delegasi untuk

4

Page 5: INFORMED CONSENT.docx

memastikan bahwa persetujuan diperoleh secara benar dan layak. Jika seseorang

dokter akan memberikan informasi dan menerima persetujuan pasien atas nama

dokter lain, maka dokter tersebut harus yakin bahwa dirinya mampu menjawab secara

penuh pertanyaan apapun yang diajukan pasien berkenaan dengan tindakan yang akan

dilakukan terhadapnya untuk memastikan bahwa persetujuan tersebut dibuat secara

benar dan layak.

7. Pihak Yang Berhak Menyatakan Persetujuan.

Dalam Pedoman Persetujuan Tindakan medik hal ini diatur dalam pasal 7.

yaitu :

a. Pasien sendiri, yaitu apabila pasien telah berumur 21 tahun atau telah menikah.

b. Bagi pasien dibawah umur 21 tahun, Persetujuan (informed consent) atau

Penolakan Tindakan Medik diberikan oleh mereka menurut hak sebagai berikut:

(1) Ayah / ibu kandung.

(2) Saudara-saudara kandung.

c. Bagi yang dibawah umur 21 tahun dan tidak mempunyai orang tua atau orang

tuanya berhalangan hadir, Persetujuan (informed consent) atau Penolakan

Tindakan Medis diberikan oleh mereka menurut urutan hak sebagai berikut :

(1) Ayah/ibu adopsi.

(2) Saudara-saudara kandung.

(3) Induk semang.

d. Bagi pasien dewasa dengan gangguan mental, Persetujuan (informed consent) atau

Penolakan Tindakan Medis diberikan oleh mereka menurut urutan hak sebagai

berikut :

(1) Ayah/ibu kandung.

(2) Wali yang sah.

(3) Saudara-saudara kandung.

e. Bagi pasien dewasa yang berada dibawah pengampuan (curatelle), Persetujuan

atau Penolakan Tindakan Medik di berikan menurut urutan hak sebagai berikut:

(1) Wali.

(2) Curator.

f. Bagi pasien dewasa yang telah menikah / orang tua, persetujuan atau penolakan

tindakan medis diberikan oleh mereka menurut urutan hak sebagai berikut :

(1) Suami/istri.

5

Page 6: INFORMED CONSENT.docx

(2) Ayah/ibu kandung.

(3) Anak-anak kandung.

(4) Saudara-saudara kandung.

8. Cara Memberikan Persetujuan

Bab II butir 8 Pedoman Persetu,juan Tindakan Medik menyebutkan bahwa

cara pasien menyatakan persetujuan dapat secara :

1. Tertulis (express) maupun,

2. Lisan (implied).

Persetujuan tertulis mutlak diperlukan pada tindakan medis yang mengandung

risiko tinggi, sedangkan persetujuan secara lisan diperlukan pada tindakan medis yang

tidak mengandung risiko tinggi.

Lebih lanjut KKI dalam buku petunjuknya menjelaskan memberikan petunjuk

bahwa persetujuan tertulis diperlukan pada keadaan – keadaan sebagai berikut:

Bila tindakan terapetik bersifat kompleks atau menyangkut risiko atau efek

samping yang bermakna.

Bila tindakan kedokteran tersebut bukan dalam rangka terapi.

Bila tindakan kedokteran tersebut memiliki dampak yang bermakna bagi

kedudukan kepegawaian atau kehidupan pribadi dan sosial pasien.

Bila tindakan yang dilakukan adalah bagian dari suatu penelitian.

Pasal 45 UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran ayat (5)

menyatakan bahwa "Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang

mengandung risiko tinggi harus diberikan dengan persetujuan tertulis yang

ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan."

9. Penolakan Tindakan Kedokteran (Informed Refusal)

Persetujuan akan tindakan yang sedang direncanakan mutlak ada ditangan

pasien. Jadi setelah pasien menerima informasi dari dokter atau yang bertugas untuk

memberikan keterangan, maka selanjutnya pasien akan bersikap, menerima atau

menolak.3

Penolakan (refusal) pasien tersebut dapat disebut juga dengan istilah

penolakan tindakan kedokteran atau penolakan tindakan medik atau informed refusal.

Pada pasien yang kompeten (dia memahami informasi, menahannya dan

6

Page 7: INFORMED CONSENT.docx

mempercayainya dan mampu membuat keputusan) berhak untuk menolak suatu

pemeriksaan atau tindakan kedokteran.3

Penolakan itu boleh logis boleh juga tidak, sebab penolakan yang terjadi

merupakan resiko pasien, hal mana resiko akibat dari penolakan itu diterangakan

sebelumnya oleh dokter kepada pasien atau keluarganya. Kalau hal seperti ini terjadi

dan bila konsekuensi penolakan tersebut berakibat serius maka keputusan tersebut

harus didiskusikan dengan pasien, tidak dengan maksud untuk mengubah

pendapatnya tetapi untuk mengklarifikasi situasinya. Untuk itu perlu dicek kembali

apakah pasien telah mengerti informasi tentang keadaan pasien, tindakan atau

pengobatan, serta semua kemungkinan efek sampingnya.3

Kenyataan adanya penolakan pasien terhadap rencana pengobatan yang

terkesan tidak rasional bukan merupakan alasan untuk mempertanyakan kompetensi

pasien. Meskipun demikian, suatu penolakan dapat mengakibatkan dokter meneliti

kembali kapasitasnya, apabila terdapat keganjilan keputusan tersebut dibandingkan

dengan keputusan-keputusan sebelumnya. Dalam setiap masalah seperti ini rincian

setiap diskusi harus secara jelas didokumentasikan dengan baik.3

Berhubungan dengan perihal penolakan tindakan kedokteran, pasien juga

memiliki hak untuk menunda bahkan membatalkan persetujuan yang telah dibuatnya.

Hal ini semata –mata menghormati hak pasien yang berdiri atas dasar hak untuk

menentukan nasibnya sendiri (right to self determination).3

Pedoman tentang yang dikeluarkan KKI juga menyebutkan, persetujuan suatu

tindakan kedokteran dapat saja ditunda pelaksanaannya oleh pasien atau yang

memberikan persetujuan dengan berbagai alasan, misalnya terdapat anggota keluarga

yang masih belum setuju, masalah keuangan, atau masalah waktu pelaksanaan. Dalam

hal penundaan tersebut cukup lama, maka perlu di cek kembali apakah persetujuan

tersebut masih berlaku atau tidak pengecekan diperlukan untuk menilai lagi adakah

tindakan medik yang dilakukan itu masih layak mengingat perjalanan waktu sakit,

sehingga dimungkinkan adanya perubahan kondisi dari pasien. Juga, diperlukan

apakah pasien masih ingat akan resiko dari tindakan yang akan dilakukan.3

Memperhatikan hal ini, jika ditemukan hal – hal yang kurang pas karena

adanya perubahan, maka ada baiknya dibuat bentuk persetujuan baru sesuai dengan

kondisi yang ada sekarang. Selain penundaan juga dimungkin pasien melakukan

pembatalan terhadap tindakan medik yang sudah disetujuinya. Pada dasarnya, setiap

saat pasien dapat membatalkan persetujuan mereka dengan membuat surat atau

7

Page 8: INFORMED CONSENT.docx

pernyataan tertulis pembatalan persetujuan tindakan kedokteran. Pembatalan tersebut

dapat dilakukan selama pasien memiliki kesadaran penuh. Jika pasien sudah dalam

keadaan tidak sadar karena pengaruh pembiusan tentunya pembatalan tidak akan

dapat dilakukan. Pasien harus diberitahu bahwa pasien bertanggungjawab atas akibat

dari pembatalan persetujuan tindakan. Oleh karena itu, pasien harus kompeten untuk

dapat membatalkan persetujuan.3

Menentukan kompetensi pasien pada beberapa situasi seperti pasien menderita

nyeri, syok atau pengaruh obat – obatan dapat mempengaruhi kompetensi pasien dan

kemampuan dokter dalam menilai kompetensi pasien. Dokter dalam hal situasi sulit

seperti ini dituntut untuk memiliki ketrampilan dalam membangun landasan etik yang

tepat. Bila pasien dipastikan kompeten dan memutuskan untuk membatalkan

persetujuannya, maka dokter harus menghormatinya dan membatalkan tindakan atau

pengobatannya.3

Kadang – kadang pembatalan tersebut terjadi pada saat tindakan sedang

berlangsung. Bila suatu tindakan menimbulkan teriakan atau tangis karena nyeri, tidak

perlu diartikan bahwa persetujuannya dibatalkan. Rekonfirmasi persetujuan secara

lisan yang didokumentasikan di rekam medis sudah cukup untuk melanjutkan

tindakan.3

Tetapi apabila pasien menolak dilanjutkannya tindakan, apabila

memungkinkan, dokter harus menghentikan tindakannya, mencari tahu masalah yang

dihadapi pasien dan menjelaskan akibatnya apabila tindakan tidak dilanjutkan.3

Dalam hal tindakan sudah berlangsung sebagaimana di atas, maka penghentian

tindakan hanya bisa dilakukan apabila tidak akan mengakibatkan hal yang

membahayakan pasien.3

Persetujuan akan tindakan yang sedang direncanakan mutlak ada ditangan

pasien. Jadi setelah pasien menerima informasi dari dokter atau yang bertugas untuk

memberikan keterangan, maka selanjutnya psien akan bersikap, menerima atau

menolak. Dalam setiap masalah seperti ini rincian setiap diskusi harus secara jelas

didokumentasikan dengan baik.3

10. Format Isian Informed Consent

Format isian Persetujuan Tindakan Medik (Informed Consent) atau Penolakan

Tindakan Medik, dengan ketentuan sebagai berikut :3

8

Page 9: INFORMED CONSENT.docx

Diketahui dan ditanda tangani oleh dua orang saksi. Perawat bertindak sebagai

salah satu saksi;

Materai tidak diperlukan;

Formulir asli harus disimpan dalam berkas rekam medis pasien;

Formulir harus sudah diisi dan ditandatangani 24 jam sebelum tindakan medis

dilakukan.

Dokter harus ikut membubuhkan tanda tangan sebagai bukti bahwa telah

diberikan informasi dan penjelasan secukupnya.

Sebagai ganti tanda tangan, pasien atau keluarganya yang buta huruf harus

membubuhkan cap jempol ibu jari tangan kanan.

Contoh Format Informed Consent menurut Permenkes

NOMOR MEDICAL RECORD :

…………………………………………………………...

NAMA PASIEN

: ......................................................................................................................

TANGGAL LAHIR

: ...............................................................................................................

TINDAKAN / PROSEDUR / OPERASI YANG AKAN DILAKUKAN:

1. ..............................................................................................................................................

..

2. ..............................................................................................................................................

..

3. ..............................................................................................................................................

..

PERNYATAAN PASIEN

Mohon dibaca dengan teliti sebelum ditandatangani.

Saya telah diberi penjelasan mengenai :

Kondisi, diagnosa, dan kemungkinan kesembuhan penyakit saya.

Usulan tindakan / prosedur / operasi yang akan dilakukan terhadap saya.

Nama dokter yang akan melakukan tindakan / prosedur / operasi terhadap saya.

Manfaat dan kekurangan dari tindakan / prosedur / operasi yang akan dilakukan,

serta alternatif terapi lainnya.

9

Page 10: INFORMED CONSENT.docx

Peluang keberhasilan dari tindakan / prosedur / operasi yang akan dilakukan.

Kemungkinan permasalahan sehubungan dengan proses penyembuhan setelah

tindakan / prosedur / operasi dilakukan.

Kemungkinan yang terjadi jika tindakan / prosedur / operasi tidak dilakukan.

Saya telah diberi kesempatan bertanya perihal penyakit serta rencana tindakan /

prosedur / operasi yang akan dilakukan, dan telah mendapat penjelasan.

Saya mengerti bahwa tidak ada jaminan hasil akhir dari tindakan / prosedur /

operasi ini.

Saya mengerti bahwa contoh jaringan dan darah yang diambil merupakan bagian

dari tindakan / prosedur / operasi, akan digunakan untuk diagnose, dan akan

disimpan atau dibuang oleh rumah sakit sesuai prosedur.

Saya mengerti bahwa jika ada keadaan yang mengancam nyawa timbul saat

pelaksanaan tindakan / prosedur / operasi, maka saya akan mendapat perlakuan

yang diperlukan.

Saya mengerti bahwa saya mempunyai hak untuk merubah keputusan saya setiap

saat sebelum tindakan / prosedur / operasi dilaksanakan termasuk setelah saya

menandatangani formulir ini. Saya mengerti bahwa saya harus memberitahu dokter

apabila ini terjadi.

Saya setuju untuk menjalani tindakan / prosedur / operasi ini.

Saya setuju untuk mendapatkan transfusi darah, bila diperlukan : Ya Tidak

(beri tanda yang dipilih)

PASIEN DOKTER OPERATOR

................................... …………………………..

Nama dan Tanda Tangan Nama dan Tanda Tangan

Tanggal/Jam: Tanggal/Jam :

ORANG TUA /WALI : Hubungan dengan pasien:

................................... ……………………………

Nama dan Tanda Tangan

Tanggal/Jam :

SAKSI SAKSI

10

Page 11: INFORMED CONSENT.docx

………………………… ………………………….

Nama dan Tanda Tangan Nama dan Tanda Tangan

Tanggal/Jam : Tanggal/Jam :

11. Sanksi Hukum

Sarana kesehatan dan tenaga kesehatan yang tidak melaksanakan ketentuan

yang telah ditetapkan berdasarkan peraturan – peraturan tersebut diatas dapat dijatuhi

sanksi hukum maupun sanksi administratif apabila pasien dirugikan oleh kelalaian

tersebut.

Di dalam pedoman persetujuan tindakan kedokteran disebutkan juga sanksi

yang akan dapat menimpa dokter jika tidak melakukan informed consent dalam

praktiknya. Jika seorang dokter tidak memperoleh persetujuan tindakan kedokteran

yang sah, maka dampaknya adalah bahwa dokter tersebut akan dapat mengalami

masalah:

a. Hukum Pidana

Menyentuh atau melakukan tindakan terhadap pasien tanpa persetujuan dapat

dikategorikan sebagai "penyerangan" (assault). Hal tersebut dapat menjadi alasan

pasien untuk mengadukan dokter ke penyidik polisi, meskipun kasus semacam ini

sangat jarang terjadi.

b. Hukum Perdata

Untuk mengajukan tuntutan atau klaim ganti rugi terhadap dokter, maka pasien

harus dapat menunjukkan bahwa dia tidak diperingatkan sebelumnya mengenai

hasil akhir tertentu dari tindakan dimaksud – padahal apabila dia telah

diperingatkan sebelumnya maka dia tentu tidak akan mau menjalaninya, atau

menunjukkan bahwa dokter telah melakukan tindakan tanpa persetujuan

(perbuatan melanggar hukum).

c. Pendisiplinan oleh MKDKI

Bila MKDKI menerima pengaduan tentang seorang dokter atau dokter gigi yang

melakukan hal tersebut, maka MKDKI akan menyidangkannya dan dapat

memberikan sanksi disiplin kedokteran, yang dapat berupa teguran hingga

rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi.

Seorang tenaga kesehatan yang melakukan tindakan medik terhadap pasien

11

Page 12: INFORMED CONSENT.docx

tanpa persetujuan pasien atau keluarganya, dapat dianggap melakukan penganiayaan

yang sanksinya diatur dalam pasal 351 KUHP. Yang berbunyi :

1. Penganiayaan dihukum dengan hukuman penjara paling lama dua tahun delapan

bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

2. Jika penganiayaan itu berakibat luka berat, yang bersalah dipidana dengan pidana

penjara paling lama lima tahun.

3. Jika perbuatan itu berakibat matinya orang, maka yang bersalah dipidana dengan

pidana penjara paling lama tujuh tahun.

4. Dengan penganiayaan disamakan merusak kesehatan orang dengan sengaja.

5. Percobaan melakukan kejahatan itu tidak dipidana.

12. Informasi yang disampaikan kepada pasien

Di dalam Undang – Undang Praktik Kedoteran, memberikan gambaran

informasi apa saja yang minimal diberikan kepada pasien dalam upaya untuk

membentuk informed consent.

Pasal 45 ayat (3) Undang Undang Praktik Kedokteran memberikan batasan

minimal informasi yang selayaknya diberikan kepada pasien, yaitu:

1. Diagnosis dan tata cara tindakan medis

2. Tujuan tindakan medis yang dilakukan

3. Alternatif tindakan lain dan risikonya

4. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan

5. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan

Dengan mengacu kepada KKI melalui buku Manual Persetujuan Tindakan

Kedokteran, memberikan 12 kunci informasi yang sebaiknya diberikan kepada pasien:

a. Diagnosis dan prognosis secara rinci dan juga prognosis apabila tidak diobati

b. Ketidakpastian tentang diagnosis (diagnosis kerja dan diagnosis banding)

termasuk pilihan pemeriksaan lanjutan sebelum dilakukan pengobatan

c. Pilihan pengobatan atau penatalaksanaan terhadap kondisi kesehatannya, termasuk

pilihan untuk tidak diobati

d. Tujuan dari rencana pemeriksaan atau pengobatan; rincian dari prosedur atau

pengobatan yang dilaksanakan, termasuk tindakan subsider seperti penanganan

nyeri, bagaimana pasien seharusnya mempersiapkan diri, rincian apa yang akan

dialami pasien selama dan sesudah tindakan, termasuk efek samping yang biasa

terjadi dan yang serius

12

Page 13: INFORMED CONSENT.docx

e. Untuk setiap pilihan tindakan, diperlukan keterangan tentang kelebihan /

keuntungan dan tingkat kemungkinan keberhasilannya, dan diskusi tentang

kemungkinan risiko yang serius atau sering terjadi, dan perubahan gaya hidup

sebagai akibat dari tindakan tersebut

f. Nyatakan bila rencana pengobatan tersebut adalah upaya yang masih

eksperimental

g. Bagaimana dan kapan kondisi pasien dan akibat sampingannya akan dimonitor

atau dinilai kembali

h. Nama dokter yang bertanggungjawab secara keseluruhan untuk pengobatan

tersebut, serta bila mungkin nama – nama anggota tim lainnya

i. Bila melibatkan dokter yang sedang mengikuti pelatihan atau pendidikan, maka

sebaiknya dijelaskan peranannya di dalam rangkaian tindakan yang akan

dilakukan

j. Mengingatkan kembali bahwa pasien dapat mengubah pendapatnya setiap waktu.

Bila hal itu dilakukan maka pasien bertanggungjawab penuh atas konsekuensi

pembatalan tersebut.

k. Mengingatkan bahwa pasien berhak memperoleh pendapat kedua dari dokter lain

l. Bila memungkinkan, juga diberitahu tentang perincian biaya.

CONTOH

Secara detail pembahagian dan contohnya adalah seperti berikut:1

1. Implied Consent

Pasien menyetujui penjelasan yang diberikan oleh dokter atau suatu tindakan oleh

dokter dengan isyarat. Sebagai contoh, ketika prosedur pengambilan darah rutin untuk

pemeriksaan, pasien memberikan implied consent dengan hanya menghulurkan tangan untuk

pengambilan darah.1

2. Explicit / Express Consent

Express atau explicit consent adalah dimana patient dengan jelas menyatakan

persetujuan untuk suatu tindakan medis. Persetujuan ini bisa dalam bentuk verbal atau

tulisan.1,8

a) Verbal consent

13

Page 14: INFORMED CONSENT.docx

Verbal consent adalah suatu bentuk dari express consent dimana pasien menyetujui

tindakan medis dokter secara verbal.1,8

b) Written consent

Written consent adalah dimana seorang pasien menyetujui tindakan medis secara

bertulis pada lembar inform consent yang telah disediakan.1

DAFTAR PUSTAKA

1. Wakenfield John, et al.. Queensland Health: Guide to Informed Decision-Making in

Healthcare. Centre for Healthcare Improvement. 1st Edition. Queensland. Queensland

Government. February 2012. p.1-34, 45-48, 55-59

2. Escobodo Crisol, Guerrero Javier, Lujan Gilbert, et. al. Ethical Issues with Informed

Consent. University of Texas. Texas. Available from http:// www. ethicalissues-

pdf.com. Accessed 7th October 2013

3. The Process of Obtaining Inform Consent. Research Ethics Review Committee.

World Health Organization. Available: http://www.who.int/rpc/research_ethics .

Accessed: 8th October 2013

14