ini ceritaku - ksr its mengabdi"

74

Upload: lino-meris-rahmanto

Post on 21-Mar-2016

237 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

KSR ITS Mengabdi, 07-12 Maret 2013 Ngadirojo - Pacitan

TRANSCRIPT

Page 1: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"
Page 2: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

PENGALAMANKU 5 HARI DI PACITAN

Diminta nulis setelah sekian lama nggak nulis itu rasanya nano-nano, hehe. Bingung mau mulai nulis dari mana, bukan nulis ding, lebih tepatnya ngetik. Ternyata untuk menuangkan pengalaman ke dalam sebuah tulisan itu sama sulitnya dengan menerjemahkan masalah menjadi sebuah algoritma yang nantinya akan diubah ke dalam bentuk kodingan. Sudahlah..

Dalam tulisan ini, aku akan bercerita mengenai pengalaman menakjubkanku selama lima hari di Desa Ngadirojo, Pacitan. Sebelum cerita lebih lanjut tentang kegiatan di Pacitan, mungkin lebih baik aku cerita terlebih dahulu mengenai bagaimana aku bisa tertarik untuk ikut pergi ke Pacitan. Hal ini bermula ketika pada suatu malam, Arun berkata, “Aku daftar tim pemicu loo..”. Saat itu, aku sama sekali nggak ngerti maksud ucapan Arun, akhirnya setelah bertanya ini-itu, dan semudah itulah diriku terpengaruh untuk mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat di daerah Pacitan itu.

Alasan ikut sebenernya simpel, aku cuma ingin mencari pengalaman bagaimana berinteraksi dengan masyarakat secara langsung. Sebelumnya, aku memang pernah sekali mengikuti kegiatan pengabdian kala masih menjadi maba. Karena masih maba, ikut pengabdiannya belum sepenuhnya dari hati. Eciee.. Alasan lainnya, aku pengen melihat bagaimana suasana dari desa secara nyata. Ya harap maklum, aku memang tidak pernah melihat desa dari kecil, kedua nenekku bertempat tinggal di Surabaya sementara aku sendiri dibesarkan di Sidoarjo.

Mendekati hari-H sempet ngerasa ragu karena takut ada praktikum atau kuis mendadak ketika aku berada di Pacitan nantinya. Berangkat ke Pacitan selama lima hari tentu saja bukan tanpa resiko dan pengorbanan. Sebelum hari-H, aku dan Arun lembur mengerjakan tugas untuk mata kuliah yang akan ku tinggalkan. Tak lupa juga pamit ke teman-teman sekelompok untuk menghilang dari peredaran selama lima hari.

Sebelum kami diberangkatkan menuju Pacitan, kami mendapat pelatihan untuk melakukan pemicuan di kantor Dinas Kesehatan pada tanggal 7 Maret 2013. Pelatihan tersebut mengajari kita bagaimana untuk melakukan pelatihan, mulai teori hingga simulasi nya. Seharusnya, pelatihan seperti yang kami dapat dilakukan selama empat hari tetapi khusus bagi kami didiskon menjadi satu hari saja, haha.

Pada malam harinya, seharusnya yang akan berangkat ke Pacitan menginap di markas. Namun, karena Arun tak mungkin bisa tidur di markas, aku dan Arun memutuskan untuk tidur di kos. Untuk menghindari kesiangan, kami meminta bantuan teman untuk membangunkan pukul 3 pagi. Tentu saja tidak membangunkanku, tetapi membangunkan Arun. Keesokan harinya, kami sukses sampai di markas pukul 4 pagi sesuai yang kami janjikan. Akan tetapi, masih banyak teman-teman yang berada di alam mimpi setibanya kami di markas.

Kami masih terlalu mengantuk hingga akhirnya setelah sholat shubuh di Manarul, kami sempat memejamkan mata sekitar sepuluh menit. Setelah itu kami bersiap-siap, mengangkut semua barang bawaan ke dalam bis, menghubungi teman-teman yang belum datang, bahkan ada beberapa yang sarapan terlebih dahulu. Pukul 06.00 kami bertolak dari ITS setelah sebelumnya didahului dengan doa

Page 3: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

yang dipimpin oleh mas Umam. Perjalanan yang diperkirakan hanya memakan waktu delapan jam ternyata meleset.

Perjalanan terhambat karena sempat mampir di rumah Hilmi untuk sarapan dan mampir di daerah Ponorogo untuk sholat jumat. Tak banyak yang bisa ku ceritakan selama perjalanan karena sebagian besar waktu perjalanan ku habiskan untuk tidur . Saat teman-teman sholat jumat di daerah Ponorogo, aku, Arun, dan Desi berjalan-jalan untuk melihat keadaan alun-alun Ponorogo, bahkan kami sempat mengabadikannya ke dalam beberapa jepretan.

Kami tiba di puskesmas Ngadirojo pada pukul 16.00, terlambat dua jam dari yang seharusnya. Setelah pembukaan, kami dibagi ulang kelompok pemicuan, kemudian langsung berangkat menuju desa masing-maasing sebelum sempat berkoordinasi kembali. Aku mendapat bagian tempat di Ngadirojo, dan inilah kelompok Ngadirojo : Mas Faiz, Lisa, Laella, Nuvhi, aku, dan Amas

Page 4: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

Kami berenam langsung dibawa pak lurah menuju ke balai desa, dan kami pun tinggal disana. Malam itu sempat terjadi kerancuan antara kami dan pak kasun setempat. Pak kasun setempat menyatakan bahwa mereka tidak tahu kalau kami akan langsung melakukan pemicuan keesokan harinya. Alhamdulillah semua bisa diselesaikaan ketika Mas Faiz, Amas, dan aku berbincang sebentar dengan perangkat desa setempat.

Malamnya kami tertidur sangat pulas, hingga suara alarm pun tak terdengar. Aku baru terbangun ketika mas Faiz tiba-tiba muncul dan membuka pintu untuk membangunkan kami berempat. Setelah sholat shubuh berjamaah, entah kenapa aku merasa mengantuk dan akhirnya tertidur lagi. Setelah sarapan nasi uduk dan mandi, kami berangkat untuk melakukan pemicuan yang pertamaa di salah satu RT dui dusun Kapiuran.

Melihat keadaan sekeliling balai desa yang rata-rata saja, aku tak pernah membayangkan tempat pemicuan yang kami tuju hari itu sulit dicapai. Untuk menuju dusun Kapiuran benar-benar merupakan perjuangan. Istilah lebay nya menndaki gunung lewati lembah. Jalan ke atas tidak bisa dilalui dengan sepeda motor sehingga kami pun harus berjalan kaki. Kesalahan terbesarku saat itu adalah tidak mengenakan sepatu kets.

Kegiatan pemicuan kami hari itu berjalan sukses, dengan Amas sebagai Lead Facilitator. Hanya saja kami tidak berhasil menarget waktu di RT tersebut karena yang datang pemicuan belum keseluruhan warga dan pak RT berkata bahwa untuk memutuskan kapan diadakan kerja bakti harus dibicirakan dengan semua warga. Beliau berjanji akan membahas masalah kerja bakti jamban tersebut ketika arisan kkeesokan harinya.

Yang paling berkesan saat melakukan pemicuan di dusun Kapiuran adalah warga yang belum ODF saat itu berjumlah empat dan kebetulan ibu-ibu semua. Bahkan karena Amas terlalu bersemangat melakukan pemicuan, seorang Ibu sampai hendak menangis dibuat nya. Hehe :P Ini nih foto-foto kegiatan pemicuan kami

Page 5: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

Kendala saat pemicuan ini adalah pak lurah pernah menjanjikan bantuan dana pada masyarakat saat pemicuan sebelumnya. Selain itu kegiatan pemicuan kami bertepatan dengan hari pahing sehingga masyarakt banyak yang ke pasar. Pulangnya, kami berenam berjalan kaki dan tak lupa pula foto-foto disana-sini macam turis.

Sorenya kami merasa bosan berada di balai desa tanpa kegiatan sehingga memutuskan untuk jalan berkeliling. Karena terlalu asyik berjalan-jalan kami bahkan sampai di perbatasan antara desa Ngadirojo dan desa Wyoro. Ini nih dokumentasinya

Malamnya kita hanya tinggal di balai desa karena hujan. Bu erlin, bu bidan kami datang menjenguk malam itu dengan membawa bakso, obat, dan vitamin. Aku bahkan sempat mengerjakan tugas PAA ku disana malam itu, ya beginilah nasib jadi mahasiswa ITS Keadaan kami di balai desa kalau lagi nganggur ya guling-guling di satu kamar, ntar kalo ada yang datang langsung duduk tegak semua trus pasang muka sok baik dan sok manis. Haha..

Pemicuan kedua sempat mengalamai kendala karena masyarakat tidak ada yang datang ke TKP. TKP nya adalah sebuah TK di desa Ngadirojo. Penyebab utama masyarakat tidak ada yang datang adalah pak Bupati datang ke desa Wiyoro dan orang-orang ingin nonton pak Bupati. Alhasil, kita malah foto-foto di

Page 6: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

TKP. Cuma berharap semoga mainan-mainan yang ada di TK ini nggak rusak gara-gara kita Sayangnya Lisa nggak bisa ikut bersenang-senang disini, telinga nya lagi sakit jadi nggak ikut menggeje sama kita. Sabar ya Lisa, #pukpuk :D

Setelah berbincang dengan pak lurah dan pak kasun setempat, diputuskan pemicuan kami harus ditunda dan dipindah tempat. Pemicuan pun berubah menjadi pukul satu siang di rumah pak RT dan dibarengkan dengan kegiatan arisan ibu-ibu. Dan karena digabung dengan arisan ibu-ibu, aku lah lead facilitator nya. Yang kemudian menjadi gabut karena pak RT bilang kita tidak boleh melakukan pemicuan, hanya penyuluhan sementara kami tidak memiliki bekal apa yang harus dibicarakan ketika penyuluhan.

Ternyata, kediaman pak RT ini pernah menjadi persinggahan dari Panglima Besar Jenderal Sudirman. Kursi yang Beliau duduki pun masih ada sampai sekarang dan tak lupa kami abadikan.

Masalah utama pemicuan di RT ini adalah dana seperti pada pemicuan kemarin. Di daeah ini juga memiliki masalah dengan WC cemplung karena sering banjir dan apabila banjir, isi dari WC cemplung tentu akan meluap dan terbawa air. Yang hamper membuat masalah juga adalah saya sebagai lead lupa memberi tahu di awal bahwa kami tidak membawa apapun. Alhamdulillah, masyarakat mau mengerti setelah kami jelaskan di tengah-tengah.

Page 7: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

Karena pemicuan berubah menjadi penyuluhan, yang banyak bicara tentu saja dua pendamping kami, bu Erlin dan pak Son, karena kami kurang tahu mengenai penyakit-penyakit akibat buang air besar sembarangan. Kecuali diare tentunya

Berikut dokumentasi kami sebelum pemicuan

Dan ini dokumentasi pemicuannya

Page 8: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

Selesai lah sudah kegiatan pemicuan kami yang di Ngadirojo. Setelah kegiatan pemicuan ini, pak lurah mengajak kami berenam untuk rekreasi ke pantai dan juga ke PLTU. Pak Lurah Ngadirojo TOP deh pokoknya. Kita pergi ke rekreasinya naik mobil pick up dan itu rasanya benar-benar WOW. Sepanjang jalan, kita berenam menyanyi geje. Salah satu lagu kenangan dari kelompok ngadirojo adalah lagunya Chrisye yang berjudul Kangen Nih dokumentasi jalan-jalannya. Pantai pacitan itu beneran keren dan masih sepi, puas deh pokoknya kalo main-main kesana

Sepulang dari rekreasi, aku langsung masuk angin. Alhamdulillah, langsung sembuh setelah makan dan minum Tolak Angin *upss.. lupa nggak kesensor. Malamnya kami diculik oleh tim dari Sidomulyo dan membantu kegiatan survey disana. Saat kegiatan survey di Sidomulyo, medannya keren banget, seruu abis pokoknya. Kegiatan survey nya kami hanya berkunjung dari satu rumah ke rumah yang lain, liat

Page 9: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

jambannya, dan ngobrol-ngobrol sama yang punya rumah. Kami berhasil menemukan beberapa rumah yang ternyata masih belum punya jamban dan masih OD.

Pemicuan di Ngadirojo sangat berkesan buatku karena aku bisa lebih mengenal kelima temanku, mulai dari Mas Faiz yang menjadi ayah kami selama disana karena Mas Faiz inilah yang selalu mengingatkan kami untuk ini-itu, Amas yang mendapat julukan ‘Amas Endel’ karena dari kami berenam dialah yang paling endel, Laella dengan ‘Tas Doraemon’ yang selalu siap menampung barang-barang kita dan laella pula si ibu sekretaris kita, Nuvhi yang ‘Gembeng’ nya minta ampun dan selalu jadi sasaran pem-‘bully’-an tim Ngadirojo, Lisa yang ternyata tukang ‘Galau’ yang siap menyanyikan lagu galau sebagai backsound dan saya sendiri terbongkar menjadi yang termuda di tim Ngadirojo.

Ya inilah ceritaaku bersama tim Ngadirojo dan tim Sidomulyo yang sangat berkesan dan menyenangkan

Page 10: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

YANG AKU DAPAT selama kegiatan ini.

Beradaptasi dengan adat istiadat disana

Beradaptasi dengan kekurangan sinyal

Belajar berbicara bahasa krama, walaupun tetep nggak biasa

Mengerjakan tugas di tempat yang berbeda

Lebih dekat dengan masyarakat

Akhirnya liat desa, haha..

Track perjalanan yang seru dan pemandangan yang amazing

Hemat air, dan juga berbagi #curhat susah air

Sehat karena sering jalan kaki

Dan mengenal teman-teman Ngadirojo ku lebih dekat (Ayah Faiz, Nuvhi Gembeng, Amas Endel, Lisa Galau, serta Laella dan tas doraemon-nya)

PENUTUP

Aku berharap kegiatan ini bisa berlangsung lagi di tahun-tahun kedepannya walau tidak dengan konsep yang sama karena kegiatan seperti ini mengajarkan banyak hal yang tidak dapat diajarkan oleh dosen di perkuliahan.

Mungkin selama disana masih banyak kekurangan dan kesalahan yang saya lakukan, saya mohon maaf kepada teman-teman semua. Mari saling bantu untuk membawa KSR PMI ITS menjadi lebih baik.

Zulfah Permata Illiyin

Page 11: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

Moh. Hafid Ichsani

THE STORY IN BODAG

Tanggal 8 – 12 Maret kemarin, KSR PMI ITS ke Pacitan lho. Bersama Dinkes Jatim melakukan pemicuan untuk warga yang masih belum mempunyai jamban dan BAB sembarangan di daerah kecamatan Ngadirojo. Acara ini dirangkum dalam KSR PMI ITS Mengabdi (KIM) dalam bidang water and sanitation. Nha, aku juga ikut dalam kegiatan itu. Aku dan timku mendapat bagian desa Bodag. Banyak cerita – cerita menarik dan momen – momen unforgetable di sana. Simak cerita berikut ini. LET’S BEGIN

anggal 8 Maret, hari Jum’at jam 6 pagi kami berangkat. Dengan segala kebutuhan dan peralatan yang dibutuhkan aku berangkat dari rumah jm 5 pagi. Sesampai di ITS, bus yang akan ditumpangi sudah berangkat. aku bertanya ke mas Umam, beneran busnya sudah berangkat.

Aku, Mas Umam, dan beberapa teman lain berencana berangkat jum’at malam saat itu. Lalu keajaiban datang, kunci motor Intan terbawa oleh mas Faiz yang ada di bus. Aku dan Mas Umam menyusul ke bus yang saat itu masih nyampek di depan terminal Bratang. Saat itu bersyukur gembira, niat baikku masih ditolong oleh Allah. Aku tidak jadi berangkat jum’at malam. Sekarang aku sudah duduk manis di bus. Pertama kali merasakan berada dalam satu bus bersama temen – temen KSR. I’m so excited. Aku duduk di kursi paling belakang dengan Ardian (T. Elektro asal Pacitan), Guntar (T. Kelautan asal Pacitan), dan Mas Riski (T. Mesin asal Lamongan). Sekitar jam 11.15 bus sampai di Ponorogo. Kami memutuskan berhenti sejenak untuk sholat jum’at (jangan lupa kewajiban ya). Usai sholat jum’at kami melanjutkan perjalanan ke pacitan. Kata orang pacitan (Ardian) “masih sekitar 3 jam lagi, padahal kabupaten setelah Ponorogo” (Nelan Ludah). Ketika dalam perjalanan, akhirnya aku faham kenapa untuk ke kabupaten yg bersebelahan butuh waktu 3 jam. Jalan yg dilalui ternyata jalur yang membelah gunung dan melewati tebing – tebing yang rawan longsor (maklum, pertama ke pacitan rek). Perjalanan yg horor itu terbayar kok dengan pemandangannya yang jempol, keren poll. Sampai di pacitan kota, bus dijemput oleh mobil plat merah dan mengiringinya menuju lokasi penyambutan, puskesmas Ngadirojo. Kami melewati jalan baru, Jalur Lintas Selatan (JLS), yang baru selesai sebulan yang lalu (katanya). Di tengah JLS, ketemu lagi dengan pemandangan keren. Kali ini sesuatu berwarna putih dan biru yang berkilau, pantaiiiiiiii bro. Pantai disana keren banget, masih alami, direkomendasikan bagi anda yang suka pantai. Pukul 16.00 WIB, sampai di puskesmas Ngadirojo. Acara penyambutan tim KSR ITS oleh pihak setempat dimulai. Ternyata mereka sudah menunggu kami dari jam 2 lho, tapi sampai sana jam 4. Bergegas semua menuju ke ruang pertmuan puskesmas, acara penyambutan dimulai dan berakhir dengan lancar. Kemudian ketua rombongan membagi tim untuk setiap desa, dan setiap desa didampingi oleh 2 orang dari pihak puskesmas. Pendanmping kami mbak Rita dan pak Agus. Setelah pembagian itu, tiap tim diberangkatkan ke daerah tugas masing – masing. Kami bertugas di Desa Bodag. Kami tinggal di rumah seorang Kepala Urusan Desa bagian keuangan, namanya Pak Toyo. Di rumah hanya dihuni oleh 3 orang yaitu Pak Toyo, ibu Pak Toyo Mbah Partiah, dan anaknya Melani. Menjelang malam, mulai dibagi untuk tempat tidur. Para ladies tidur di kamar di rumah Pak Toyo. Sedangkan para Laki tidur di sebuah rumah kosong depan rumah Pak Toyo. Dari luar tampak horor. Katanya sih semua penghuninya sudah “seda sedoyo”, jadi tidak ada yang nempatin. Tapi setelah para Laki berunding, kami memutuskan untuk tidur di rumah Pak Toyo saja walaupun itu tidur di lantai ruang tamu. Kami pindah bukan karena alasan takut, tapi untuk memudahkan koordinasi dengan tim jika dibutuhkan. hehe

T

Page 12: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

Moh. Hafid Ichsani

THE TEAM

Aku masuk tim untuk desa Bodag. Sebelumnya, aku akan sedikit cerita temen – temen satu tim ku di desa Bodag.

Mas Isha

The Team Leader of Bodag, mas Isha Frandika. Dari Jurusan T. Kelautan asal Nganjuk. Teman kita yang satu ini gokil dan penuh ide cemerlang. Selama di Pacitan, dialah yang selalu hiper aktif dengan suasana di sana. Menggoda temen – temen cewek yang lain disana, dan obsesinya adalah mencari bunga desa yang ada di sana.

Selama di Pacitan, mas Isha adalah orang yang kreatif dan penuh inspirasi menurut saya.

Diana Desi Sang Reporter, MC, juru masak, juru tulis, bendahara tim, dll dari Bodag, mbak Desi. Dari Jurusan D3 Statistika asal Nganjuk. Meskipun berasal dari kota yang sama, dia selalu tengkar dan berisik dengan mas yang di atas. Mbak yang satu ini adalah yang paling centil kalo sudah berhadapan dengan kamera video. Sehari – hari di Bodag, selalu berisik dengan mas yang di atas. Orang yang berwenang mengatur keuangan selama di Bodag. Sandiya

Sang pencari sinyal, dari jurusan Statistika asal Surabaya. Setiap pagi tidak pernah meniggalkan kegiatan rutinnya, yaitu duduk manis di teras rumah dekat antena parabola dengan handphone yang selalu ditangan. Katanya se biar ada sinyal, ga tau buat apa. Kita bisa lihat fotonya di samping. Dia direkrut menjadi model iklan kerupuk oleh produsen setempat lho. Dia shooting iklan kerupuk itu 2 kali sehari dengan slogan andalannya, “dahar damel krupuk, sekeco pripun – pripun ngoten....”. * *paragraf 2 hanya bercanda.

Page 13: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

Moh. Hafid Ichsani

Rohim Dari jurusan T. Lingkungan asal Probolinggo. Dia bilang

tidak bisa bahasa jawa krama, Cuma bisa jawa kasar. Nah, mulai ada konflik. Selama di pacitan, wajib hukumnya untuk bicara dengan bahasa jawa krama karena lawan bicara kami kebanyakan orang tua dan warga lokal. Jadi untuk si Rohim, terkadang butuh translate untuk memahaminya. Hmmmm....repot juga se. Resti

Nha, Si Resti ini teman seangkatan Si Rohim. Sama –

sama dari T. Lingkungan tapi asal dari Kediri. Si Resti ini selalu nampak galau. Dia sering di godai sama Mas Isa karena itu. Dan gosipnya, Si Resti dan Si Rohim adalah dua sejoli yang dipertemukan di Bodag. Si Rohim menuliskan inisial “RR” di sebuah batu. Masih misteri hingga sekarang apakah maksud dari inisial RR tersebut adalah Rohim Resti. Kalau mau tahu lebih lanjut silakan tanya pada yang bersangkutan saja ya. Tidak baik bikin gosip.

Me Nha, sekarang giliranku. Aku dari Jurusan Sistem Informasi asal Sidoarjo. Di sana aku mengamati tingkah laku temen – temen yang lain. hehe

Page 14: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

Moh. Hafid Ichsani

PEMICUAN Hari kedua kami bangun pagi memepersiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk pemicuan. Hari itu kami akan micu di Dusun Pucang Nanas. Di sana masih ada 1 RT yang belum ODF a.k.a BAB sembarangan. Kami menunggu di Balai Desa Bodag untuk menunggu jemputan mbak Rita dan pihak desa. Jemputan datang dan kami berangkat ke lokasi pemicuan. Ternyata warga sudah berkumpul di rumah pak RT. Tidak membuang waktu kami mulai perkenalan kepada warga dan tanya – tanya seputar BAB sembarangan, dengan bahasa jawa krama tentunya. Dari satu RT itu, hanya 2 KK yang masih belum punya jamban. Kami melihat sosok Kepada Dusun (Kasun) yang sangat bersemangat saat itu. Beliau dengan lantang menyampaikan ke warganya untuk segera membuat jamban bagi yang belum punya. Kemudian pak Kasun brainstorming dengan warganya dan membuahkan sebuah perjanjian yang ditanda tangani oleh Kades dan Kasun dan disaksikan oleh warga. Momen yang keren menurutku.

Perjanjian Bodag

Betapa kami sangat salut dengan seorang pemimpin yang seperti itu dan semangat gotong royong dari warga sekitar, mungkin di sini akan jarang menjumpai hal seperti ini. Setelah terbentuk perjanjian itu pemicuan hari itu dirasa cukup dan diakhiri dengan doa. Setelah mengumpulkan sedikit data dari pak RT, kami kembali ke rumah sementara kami. Di rumah sudah disambut dengan makan siang dari mbah Parti (Tau saja si mbah ini kalo lagi laper). Selama di Bodag, makan kami teerjamin rutin 3 kali sehari, tidak seperti di sini yang makan jika sempat. Sang pemilik rumah, Pak Toyo baru datang dari Kediri. Karena ketika tiba di rumah pada hari sebelumnya, kami belum tahu pak Toyo itu yang mana. Dan beliau balik ke Kediri lagi pada sore harinya (tangguh cak, PP Pacitan kediri 2 kali. Aku dr SBY pacitan aja ngoyoh). Kami satu tim mengevaluasi tentang pemicuan yang dilakukan pagi hari dan menyusun strategi untuk besoknya.

Page 15: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

Moh. Hafid Ichsani

BUNGA DESA DAN ALEN – ALEN

Hari ketiga, tepatnya hari minggu. Tim bodag bingung mau ngapain, karena pak kades bilang kalau sepertinya tidak ada lagi dusun yang belum ODF di Bodag. Kami memutuskan untuk keliling desa bersilatirrahim dengan warga sekitar. Rumah pertama yang kami kunjungi adalah rumah pak Kepala Urusan (Kaur) Desa Bodag, namanya Pak Warno. Beliau memperkenalkan anggota keluarganya, istrinya, dan putrinya yang kayaknya cantik (soalnya Cuma muncul sekilas, emane). Inilah yang membuat team leader kami, mas Isa selalu galau semenjak dari rumah pak Warno. Pak Warno punya kisah hidup yang panjang. Ia pernah hidup lama di kota, bekerja di bidang farmasi di Surabaya. Setelah menikah, dia hidup di desa dan memulai usaha membuat jajanan khas pacitan yaitu alen – alen/klanting. Memulai usaha tidak semudah bicara. Yaaaa....begitulah, namanya juga orang usaha, pasti banyak jatuh bangunnya.

Pak Warno di rumah produksi sederhananya

Kami berkeliling ke tempat produksi yang berada di samping rumahnya dan melihat – lihat gimana sih produksinya. Pekerjanya kebanyakan dari ibu – ibu lansia yang tinggal di sekitar rumah beliau. “Daripada mereka nganggur di rumahnya, lebih baik bantu – bantu di sini kan lumayan, dapet buat belanja”, kata Bapaknya. (ini kegiatan pemicuan apa kunjungan ke Usaha Kecil dan Menengah ya?, nyambungya ke kisah kiat – kiat usaha gini. Hehe). Kayaknya dicukupkan di rumah pak Warno, kami balik ke rumah untuk istirahat. Berunding cukup alot, akhirnya ga’ jadi lanjut silaturrahminya. Kami menghabiskan waktu di rumah dengan bermain kartu. Sore hari menjelang maghrib, bodag kedatangan teman – teman dari desa Sidomulyo dan beberapa dari Tanjung Puro. Kami diminta tolong untuk membantu survey lokasi di Sidomulyo, mengingat lokasi di Sidomulyo butuh survey di banyak dusun. Malam harinya, ternyata timSidomulyo membatalkan bantuan dari Bodag (yah, PHP deh, padahal Bodag sudah bersemangat sekali). Its OK. Kami menyusun plan untuk besok dan......ZzzzZZZzz

Page 16: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

Moh. Hafid Ichsani

FROM THE TOP TO THE BOTTOM Yosh, hari ke 4 di Bodag, besoknya sudah harus balik ke Surabaya. Hari ini ada usulan dari Mas Isa untuk ke Polindes Bodag, tempat mbak Rita bertugas. Masalah datang, di rumah Cuma ada 1 motor dan 1 sepeda sedangkan kami ber enam. Mas Isa ke rumah pak Ramelan, Kaur pemerintahan & kependudukan desa Bodag, untuk pinjem motor. Cuma 2 motor, dan akhirnya nekad boncengan 3. Kami meluncur berkeliling mencari lokasi polindes. Setelah tanya – tanya, polindes 4 kilometer dari perempatan ujung Lorok dan itupun jalur menanjak, fiuhh. Dengan suara motor meraung yang sepertinya ngoyoh dan motor yang ditumpangi mas isa yang bolak – bolik mogok, kami nekad tetap naik ke atas gunung melewati jalan yang berkelok – kelok curam.

Berkali – kali tanya di mana lokasi polindes, jawabannya hanya “lurus aja mas, ke atas sana”. Dengan motor ngoyoh, kami tetap naik, naik, dan naik. Sudah hampir putus asa, aku memutuskan berhenti di sebuah toko untuk bertanya lagi. Di toko ga’ ada orang yng jaga. Aku tengok kanan – kiri. Dari kejauhan tertera tulisan yang sangat melegakan hati, “Polindes Desa Bodag”, tidak sengaja aku sudah sampai di lokasi dan Mbak Rita sedang duduk – duduk di teras. Aku segera kembali ke jalan dan menghentikan motor satunya yang masih di belakang dan berkata, “selamat datang di Polindes”. Kami segera menaruh motor dan bergegas menuju ke Polindes sekaligus kediaman Mbak Rita dan suaminya. Ya, seorang bidan seperti mbak Rita di tempatkan di Polindes desa yang berada di puncak gunung yang jarang air dan jauh dari keramaian, salut luar biasa ke mbak Rita.

dari setelah desi, mbak Rita dan Suami

Walaupun jauh dari keramaian dan sulit air, lokasi di balik polindes punya panorama yang luar biasa. Bagiku, mungkin jadi ketenangan hati tersendiri hidup di sana. Tidak ada hiruk pikuk keramaian kota, asap kendaraan, macet, dll, seperti di kota. Sekedar tahu, meskipun di puncak gunung, wilayah polindes ini masih termasuk Desa Bodag yang berada di bawah lho. Super sekali kan. Bahkan kata mbak Rita, adan 1 RT yang sebagian wilayahnya berada di balik gunung. (weeeeeh)

Page 17: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

Moh. Hafid Ichsani

l

tuh, keren kan panoramanya

Setelah puas berkunjung ke Polindes, kami memutuskan untuk mengunjungi saudara – saudara lain di desa lain. Pertama kami menuju Bogoharjo, di sana ada Mas Lino dkk. Kamipun turun dengan mulus dari lokasi polindes yang berada di puncak gunung. Perjalanan turun lebih horor karena kami meluncur mulus melewati jalanan yang curam dan berkelok – kelok, dan lagi – lagi mas isa harus berkali – kali mengogleng (starter kaki) motor yang ditumpangi karena mogok (kasihan sekali). Hanya bermodal informasi lokasi dusun yang ditempati tim Bogoharjo, kami terus menelusuri jalan, menyeberangi sungai, melewati sawah, dan akhirnya sampai juga di kediaman tim Bogoharjo yang di gawangi oleh Mas Lino, Mbak Ajeng, dkk. Kami sharing – sharing tentang cerita pemicuan masing – masing. Selesai di sana, kami lanjut ke desa Tanjungpuro yang digawangi oleh Mas Hilmi dkk.

Bodag feat. Bogoharjo

Page 18: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

Moh. Hafid Ichsani

Nah, perjalanan ke Tanjungpuro ini lebih horor lagi. Bayangin, kami berboncengan 3 satu motor, tidak memakai helm, berkeliaran di sepanjang jalanan Lorok yang ramai. Dan yang paling memicu adrenalin adalah melewati kantor Polsek Ngadirojo. Tapi kami berhasil lolos, hehe, keberuntungan pendatang.

Lagi – lagi kami hanya bermodal nekad untuk mencari lokasinya. Dan lagi – lagi kami juga berhasil sampai pada akhirnya. Kami sampai di kediaman tim Tanjungpuro, di Dusun Beton. Di sana lokasi pemukimannya lumayan maju dari pada Desa Bodag yang jarak antar rumahnya renggang – renggang dan bahkan dalam 1 RT, sebagian lokasinya berada di balik gunung. Dusun Beton terkesan lebih rapat dan padat pemukiman daripada Bodag. Tiba di rumah, kami disambut oleh tim Tanjungpuro. Tapi, kenapa mereka selalu dan selalu ngomongnya, “mboten nopo – nopo” (artinya “tidak apa – apa”). Apapun yang kami tanyakan jawabnya selalu, “mboten nopo – nopo”, sepertinya kata itu sedang Trending Topic di sana, dan bagiku itu sudah telalu Mainstream (kami ga’ sempat foto – foto dengan tim Tanjungpuro).

Dirasa sudah cukup di Tanjungpuro, kami memutuskan untuk balik. Eh, tapi rasanya nanggung kalau langsung kembali, ini hari terakhir di Bodag. Kami akhirnya memutuskan untuk jalan – jalan sebentar. Di sepanjang jalan, tampak berlalu lalang kendaraan unik, sepeda ban 4 berkayuh 4. Kami tertarik untuk menggunakan itu. Kami mencari lokasi persewaan sepeda tersebut, di sana dikenal sebagai “Becak Cinta”. Ketemu tempat persewaannya, kamipun menyewanya untuk 1 jam, sewanya Rp 15.000/jam. Kami mengayuh bersama, berkeliling sepanjang jalanan Lorok sekalian cari duren, duren beneran bukan duda keren. Ternyata asik juga sepedanya, serasa nyetir mobil berjamaah. Setelah ketemu lokasinya, kami mampir sebentar untuk beli duren dan memarkir mobil kami. Di sana kami berjumpa Mas Riski dari tim Tanjungpuro.

Becak Cinta

Page 19: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

Moh. Hafid Ichsani

Langit menunjukkan waktu magrib. Kami mengayuh mobil kami dan kembali ke tempat persewaan. Kami membeli 2 kilo manggis untuk dibawa pulang, itung – itung buat tambalan kalau dimarahi karena keluar lama. Tiba di tempat persewaan kami sholat magrib sebentar walaupun sudah muepet banget (hehe, daripada tidak sholat mepet dikit gpp). Setelah semua selesai kami kembali ke Bodag untuk istirahat. Mas Isa mengebalikan motor ke rumah Pak Ramelan dan aku pulang ke kediaman. Rupanya sudah ada Pak Toyo, pemilik motor, yang sedang menunggu kami pulang, maksudnya menunggu motornya kembali karena mau dipakai (hehe). Sampai di kediaman, sudah menyambut sajian makan malam yang disiapkan Si Mbah. Sungguh nikmat sekali hidup di sini, makan selalu teratur 3x sehari, jauh berbeda dengan di kota.

Malam pun tiba, saatnya membuat laporan untuk acara penutupan esok hari. Nah, sekarang giliran Si Signal Hunter kita, Sandiya, untuk membuat laporan. Dia sangat tekun sekali melek sampai tengah malam menulis laporan (mungkin dalam hatinya, “suwene, gak mari – mari”). Mungkin sudah terbiasa dengan tugas – tugas kuliah yang bahkan begadang sampai pagi, betulkan mbak sandiya?. Aku tidak tahu pasti selesai jam berapa. Karena sudah waktunya, ..zzZZ..ZZzz

THE LAST BUT THE FIRST

Hari ini, Selasa 12 Maret 2013, adalah hari terakhir kami di Pacitan. Setelah upacara penutupan kegiatan, kami akan memulai perjalanan kembali ke Surabaya. Dimulai dengan bersih – bersih rumah dan persiapan, kami berenam berbincang – bincang dan menghabiskan waktu terakhir kami di Bodag. Berat banget setelah ini sudah balik ke Surabaya, kembali dengan hiruk pikuk kota dan segala permasalahannya.

Mbah Partiah (kangen)

Page 20: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

Moh. Hafid Ichsani

F

Dengan mobil Pak Toyo kami berangkat ke Puskesmas. Ngadirojo untuk upacara penutupan.

Acara dimulai dan masing – masing desa menyampaikan laporan kegiatan pemicuan selama 3 hari lalu. Setelah rangkaian acara penutupan selesai, kami dari tim ITS berpamitan kepada semua pihak – pihak yang memabntu kami selama di Pacitan, pak Kades, Pak Camat, Pendamping dari Puskesmas, dll. Setelah foto bersama, kami masuk bus dan berangkat ke Surabaya.

Bagan 1 Foto bareng dengan pihak Pacitan

Sarapan terakhir di Bodag

Page 21: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

Moh. Hafid Ichsani

Perjalanan kami untuk sampai di Surabaya masih sangat panjang. Kami sepakat untuk mampir di Pantai yang berada di daerah Sidomulyo. Pantai dengan pasir putih, deburan ombak, dan suasana pantai yang alami yang belum terjamah. Momen tak terlupakan hari terakhir di Pacitan penuh cerita.

Pantaiiiiiii

Page 22: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

Moh. Hafid Ichsani

Setelah main air di pantai, kami melanjutkan perjalanan menuju Surabaya. Selasa malam kami sampai di ITS dan di sambut oleh Mas Umam dkk di Markas tercinta. Kami sharing – sharing apa saja yang terjadi di sana. Sungguh penuh kenangan tak terlupakan. Kami belajar banyak hal selama di Pacitan. Kami belajara bagaimana berinteraksi dengan masyarakat, belajar sopan santun, belajar kesabaran, belajar menerima hidup, hidup sederhana yang penuh ketenangan jiwa. Dan yang paling penting adalah, belajar bagaimana saling menghormati satu sama lain dan saling berbagi dalam berbagai keadaan sebagai keluarga. Selamat tinggal Bodag, selamat tinggal Pacitan dengan semua kesederhanaan dan keramahannya. Semoga bisa kembali lagi kesana. Terima kasih sudah memberiku kesempatan untuk merasakan pengalaman selama di sana. Terima kasih.

<- - - >

Page 23: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"
Page 24: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

Pengabdianku di Bogoharjo-Pacitan (Part 1)

Pengabdian ini berawal dari sebuah keinginanku untuk bisa membantu dan memberikan manfaat kepada orang lain.

Hal tersebut terwujud salah satunya dengan aku mengikuti pengabdian masyarakat yang diadakan oleh UKM KSR PMI ITS, yang mana disitu aku juga sebagai pengurus di organisasi tersebut. Pada awal Desember 2012 ketika rapat BPH KSR PMI ITS dan waktu itu membahas program kerja, aku tertarik untuk mengikuti dan menjadi tim konseptor sebuah program pengabdian masyarakat. Ketika itu aku berpikir mungkin dengan membantu program kerja ini, aku bisa belajar memberikan pembelajaran, pengalaman, sharing, mendorong kepada adik-adik angkatanku. Tidak banyak yang aku inginkan dan harapkan di program pengabdian masyarakat ini, keinginnanku hanya satu aku bisa “belajar” dan adik-adikku juga bisa “belajar”.

Waktupun berjalan, dan aku mulai masuk dan bergabung di konseptor. Tim konseptor itu beranggotakan 4 orang, yang diketuai oleh Dek Ajeng dan beranggotakan Dek Yuli, Dek Desta dan aku sendiri. Seteleh terbentuk tim konseptor, mulailah kami mengadakan pertemuan-pertemuan setiap minggunya. Dalam pertemuan tersebut kami mengonsep, brainstorming, mecari literatur sampai melakukan survey ke pihak terkait (Dinkes Jatim dan BPBD Jatim). Dari Tim konseptor tersebut terciptalah sebuah nama yang pengabdian masyarakat yaitu “KSR ITS Mengabdi” disingkat KIM, aku masih ingat nama tersebut di usulkan oleh Dek Yuli. (terima kasih dek Yuli ... !!)

Tim konseptor mengonsep dan merancang kegiatan KIM kurang lebih selama 1 bulan. Setelah mengadakan survey ke dinkes jatim, pada akhirnya kami bekerja sama dengan Dinkes Jatim untuk mengusung Tema “STOP BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN”. Tema kegiatan sudah terbentuk dari situlah titik terang dan bayangan kegiatan KIM ini muncul.

Penentuan kegiatan KIM ini berlangsung agak lama, karena kami harus menyesuaikan program-program di kabupaten se Jawa Timur, pada awalnya kami memilih Banyuwangi dan hal tersebut tidak jadi. Lalu ada beberapa pilihan kota yaitu Magetan, Trenggalek, Lumajang dan Pacitan. Pada akhirnya kami memilih Pacitan dengan alasan di kabupaten Pacitan angka ODFnya mencapai 90% jadi kita memilih kabupaten Pacitan yang hampir menyelesaikan program ODF ini. Setelah terpilih barulah kami mengadakan survey ke Pacitan.

Ketika itu survey dilakukan pertengahan januari, akhir liburan semester. Tim survey tersebut adalah Dek Ajeng, Dek Intan, Dek Faiz, Pak Didik (Dinkes Jatim), Teman dari FKM Unair dan Aku sendiri. Perjalanan survey diawali, naik Kereta api turun di stasiun Blitar,dari stasiun Blitar kami dijemput oleh Pak Didik dan melanjutkan perjalanan ke pacitan naik mobil. Perjalanan ke pacitan ini adalah yang kedua kalinya bagiku, setahuku Pacitan

Page 25: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

tempatnya berbukit-bukit dan berkelok-kelok walaupun begitu pemandangannya indah mulai dari bukitnya yang tinggi, sungainya yang deras dan pokoknya (Ndeso Banget) .. hehehe.

Dua tahun yang lalu perjalanan pertama ke Pacitan Alhamdulillah tidak terjadi apa-apa, Nah ketika perjalanan yang kedua ini, Alhamdulillah terjadi apa-apa ... hehehe. Aku merasa mual dan ingin muntah, waktu itu aku duduk di belakang bersama teman FKM Unair, karena merasa mual dan aku tidak ingin menunjukkan kalau aku lagi mual akhirnya aku bilang ke Pak didik (yang mengendarai mobil) “Pak Nanti kalau ada POM BENSIN Berhenti dulu ya” dengan alasan ingin buang air kecil. Menit demi menit aku menahan mual, dalam pikirku “Aku harus kuat, dulu yang pertama kali ke Pacitan aja nggak muntah sekarang masak muntah”. Lama-kelamaan aku tidak bisa menahan mualku akhirnya aku harus berkata Jujur ,kalau aku mual... ahahay. Akhirnya mobil berhenti ditepi jurang, dan akupun langsung tancap mengeluarkan isi perutku. Sarapanku tadi pagi di Trenggalek makan “lodho” keluar semua tidak tersisa .... hehhehe. Pembelajaran pertama yang aku dapatkan “ Jaim itu susah juga ya”, ahahahay. Perjalanan survey ke Pacitan akhirnya merenggut 3

Page 26: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

korban, yaitu aku yang Jaim ingin muntah, Dek Faiz yang muntah berwadah timba, dan Dek Ajeng yang lagi sakit gigi... hehehehe.

Pada pukul 16.00 kami tiba di Pacitan dan langsung di antar ke perumahan kepala Dinkes Kabupaten Pacitan. Di Rumah Dinas tersebut kami bermalam disana. Kami langsung disambut Bapak Bambang (Kepala bagian Penyehatan Lingkungan), Lalu kami menceritakan maksud dan tujuan kami ke Pacitan. Dengan penghubung Pak Didiek kami sangat terbantu dalam menghubungkan antara pihak ITS dan Dinkes Kab Pacitan. Terima kasih banyak Pak didiek atas bantuannya ....

Page 27: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

Survey ke dinkes Kab. Pacitan berlangsung esok harinya dan bertempat di kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan, Sebagai tamu kami disambut dengan baik oleh kepala dinkes Pacitan. (Nah ini yang harus dicontoh oleh adik-adikku di KSR, bila ada tamu ke markas mari disambut dengan baik). Diruang sidang kami melakukan perbincangan dan perencanaan dengan jajaran dinkes pacitan. Sehingga terbentuklah kesepakatan dari pihak dinkes pacitan dan KSR PMI ITS untuk mengadakan kegiatan KSR ITS Mengabdi tepatnya di Kecamatan Ngadirojo-Pacitan. Setelah pertemuan itu kami langsung bertolak dari Pacitan ke Surabaya. Akhirnya mulai dari survey, brainstorming, pencarian literatur, menjalin kerjasama sudah terlaksana, dan konsep KIM pun sudah jadi 100%, tinggal pelaksanaan dan organizing kepanitiaan.

Sebagai anggota tim konseptor, alhamdulillah, aku merasa belajar banyak disitu, penyusunan kerja, survey, menjalin hubungan dengan pihak lain dan yang lebih penting memberikan pembelajaran kepada adik-adikku, semoga kita saling belajar di tim Konseptor dan Tim Survey ini.

Page 28: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

Pengabdianku di Bogoharjo – Pacitan (Part 2)

Survey pun selesai, Mulailah membentuk sebuah support team dan menjalankan support team tersebut dengan baik. Support team menjalankan tugasnya selama 1 bulan adan alhamdulillah, pada tanggal 8 Maret 2013 kegiatan KIM dapat diselenggarakan. Selama 1 bulan panitia melakukan kinerjanya mulai dari administrasi, pendanaan, acara, mencari hubungan luar dan publikasi. Ada banyak cerita disana mulai dari carita baik, buruk dan lucu... (teringat aku dan mas umam mengajukan proposal ke pembina sampai ke pemprov dan ternyata belum di tanda tangani pembina) seperti keledai yang bingung jalan .... ahahay . Pembelajaran yang aku ambil di kepanitiaan kegiatan KIM ini adalah “Always Be Prepared”. Persiapan yang baik akan menghasilkan hasil yang baik, untuk itu mari kita selalu siap sedia (Always Be Prepared). Karena dengan siap sedia kita akan selalu bisa mengendalikan semua perubahan yang mungkin akan terjadi pada diri kita esok hari.

MARI MENGABDI !!!!

Alhamdulillah pada tanggal 08 – 12 Maret 2013 dapat diselenggarakan, kegitan KIM diawali pada tanggal 08 Maret 2013 yaitu dengan kegiatan training / pembekalan dari Dinas Kesehatan JATIM. Training dimulai pukul 09.00 di ruang pelatihan Dinkes Jatim. Dari Training tersebut aku mendapatkan teknik-teknik pemicuan, bagaimana cara memicu/memprovokasi masyarakat untuk tidak buang air besar sebarangan. Dalam pelatihan tersebut juga diadakan simulasi pemicuan. Pelatihan dan pembekalan berjalan dengan baik dan aku belajar banyak di pemicuan tersebut. Pembekalan selesai pada pukul 16.30, berikut foto-foto serunya pembekalan ...

Tanggal 08 Maret 2013 pada malam harinya aku dan kawan KSR PMI ITS, mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan. Mulai dari modul, dedak, alat tulis dll. Karena esok paginya tanggal 09 Maret 2013 kami harus berangkat pukul 05.00, akhirnya aku dan kawan-kawan KSR memutuskan untuk tidur di markas tercinta yang mana bertujuan untuk menghindari bangun kesiangan ... hehehe, (kebiasaan buruk di kosan bangun siang)

Page 29: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

Tanggal 09 Maret 2013 pukul 05.00 setelah shalat subuh aku dan kawan2 KSR bersiap berangkat ke Pacitan. Sebelum berangkat kami berdoa dahulu, yang dipimpin kak Umam. Pukul 06.00 Aku dan kawan KSR bertolak dari ITS Surabaya menuju ke Pacitan. Perjalanan berjalan baik dan asik, namun sampai di pacitan terlambat yaitu pukul 16.00 mungkin dikarenakan terlu banyak berhenti dan kecepatan harus diperlambat karena macetnya jalan.

Rombongan sampai di Ngadirojo pukul 16.00 dan pertemuan berlangsung di puskesmas Ngadirojo. Kami disambut oleh 5 kepala desa dan kepala kecamatan. Penyambutanpun berlangsung baik, setelah penyambutan lalu dibentuklah kelompok di setiap desa. Alhamdulillah aku kebagian di desa Bogoharjo Karena hari sudah sore, rombongan langsung di berangkatkan ke 5 desa, sempat terjadi kebingungan karena pemberangkatan berlangsung cepat, ada kelompok yang tidak membawa perlengkapan kelompok, ada juga yang belum membawa pembagian dana konsumsi.

Pukul 17.30 aku dan kelompok Bogoharjo sampai di kepala dusun Diro, kelompok Bogoharjo beranggotakan 6 orang yaitu, Dek Ajeng, Dek Guntar, Dek Arun, Dek Olivia, Dek Tria dan aq sendiri. Kelompok yang seru dan asik ... ahahahay. Sampai di kasun Diro aku dan kelompok dipersilahkan masuk ke rumah kasun Diro, kami berkenalan dengan bu kasun dan keluarganya. Pertama masuk di rumah kasun Diro, terlihat luas, terlihat 3 kamar tidur dan 1 dapur yang luas (ciri khas rumah model dulu dgn dapur yang luas). Setelah ngobrol banyak

Page 30: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

dengan bu kasun Diro, ternyata tempat bermalam kami adalah di rumah ini, dan bu kasun Diro tinggal disebelah kanan rumah ini. Wah dalam pikirku ini sama dengan kontrakaan baru di Pacitan... hehehe, akhirnya kami sepakat menyebutnya kontrakan Diro ,,, hehehe

Di kontrakkan inilah aku dan teman-teman menghabiskan 3 hari bersama, tempat tidur sudah ada, perabotan lengkap, dapurpun juga ada bersama peralatan dapurnya. Ada perabot rumah yang unik di kontrakanku, yaitu Televisi. Pikirku dengan adanya TV ini, aku dan temen2 Bogoharjo tidak akan ketinggalan info dan juga sebagai hiburan. Setelah aku nyalakan, (waktu itu berharap bisa lihat siaran berita Metro TV) yah, ternyata hanya ada 2 chanel yaitu MNC TV dan Indosiar. Yah sudah deh, MNC TV dan Indosiar inilah yang akan menemani hidupku selama 3 hari disini... (bersiap melihat naga-nagaan dan ular jadi-jadian di indosiar) ... ahahay

Uniknya lagi dikontrakanku selalu rame pengunjung jika pintu rumah terbuka dan belum mendapat predikat ODF, kenapa kami menyebutnya seperti itu?? karena pengunjung itu adalah ayam-ayam kampung, ayam-ayam itu selalu masuk dan keluar sampai ke ruang tamu, dan selalu mengeluarkan PUPnya sembarangan ... maka dari itu kontrakan kami, kami sebut dengan kontrakan yang belum ODF ... hehehe. Tidak hanyak tai ayam aja yang bersarang di kontrakan kami, tetapi tai tokekpun juga bersarang dikontrakkan kami ... dan waktu itu tepat jatuh di hidung dek Guntar ... alhamdulillah dapat rejeki, harumnya semriwing .. ahahahay. Di kontrakan ini aku bisa saling mengenal teman kelompokku, senang-senang dan lucu kami jalani bersama (tidak ada susahnya) ... hehehehe.

Page 31: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

Pemicuan pertama kami lakukan di dusun Lodro, bertempat di kantor dusun Lodro. Di pemicuan ini aku mendapatkan tugas sebagai Lead Fasilitator, yang mana bertugas pemicu utama. Pemicuan dimulai pukul 09.00 dengan jumlah peserta 15 orang. Kesan pertama aku memicu sangat luarbiasa, walaupun aku di ITS adalah seorang pemandu, ternyata sangat sulit sekali memandu masyarakat ditambah juga menggunakan bahasa krama inggil. Akhirnya ya campur aduk deh.... hehehe. Pemicuan di Lodro berlangsung lancar, sehingga dapat dibentuk sebuah komite yang peduli dengan tidak buang air besar sembarangan. Disini aku belajar menyampaikan materi dengan warga yang nota bene jauh lebih tua bahkan bapak2 dan mbah2 ... banyak sekali yang aku dapatkan, mulai mengkondiskan peserta, berbahasa dengan baik dll. Pemicuan awal ini benar-benar RUAR BINASA ... hehehe (Luar Biasa Mantab). Terima kasih kepada Kasun Lodro (Bapak Sukatwan) yang sudah membantu fasilitas dan menyiapkan konsumsi.

Page 32: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

Pemicuan kedua bertempat di Dusun Jayan, tepatnya di rumah dusun Jayan. Pada pemicuan ini yang bertindak sebagai Lead Fasilitator adalah Dek Arun. Pemicuan di Jayan diisi dengan materi pemilihan jamban yang baik dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Pemicuan di Jayan berlangsung jam 08.00 samapi 09.30. Ada yang unik dipemicuan ini, yaitu ketika tahap pencairan suasana, di pencairan suasana para ibu, bapak, mbah, adik2 menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya”. Suasana terlihat sangat Nasionalisme. Aku takjub dengan suasana tersebut. Aku biasanya sering melihat lagu Indonesia Raya sering di nyanyikan para siswa, mahasiswa, PNS, Militer dan pekerja dinas. Di Dusun Jayan aku menemukan suatu yang tidak biasa, para warga dusun dengan semangatnya menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan siakap siap dan suara lantang. Benar-Benar suatu pemandangan yang luar biasa. Terlihat wajah-wajah yang sedang menyanyikan dengan penuh cinta dan bangga kepada negara ini “INDONESIA” ... Super sekali ... . Jempol deh untuk warga Dusun Jayan.

Pemicuan hari ketiga bertempat di Dusun Nawangan, Jaraknya cukup jauh dari dusun Diro tempat aku tinggal. Pemicuan di Dusun Nawangan bertempat di kantor dusun Nawangan. Pemicuan ini dilaksanakan setelah kegiatan posyandu dusun, sehingga peserta pemicuan berasal dari ibu-ibu dan anaknya. Lead Fasilitator Pemicuandi dusun Nawangan adalah Dek Guntar. Pemicuan berlangsung kurang kondusif karena peserta pemicuan juga

Page 33: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

harus mengurusi anak-anaknya. Walauopun begitu pemicuan berjalan lancar dengan memberikan motivasi kepada masyarakat dusun nawangan. Ada cerita unik sebelum pemicuan di Nawangan. Disini kami dari kelompok Bogoharjo mendapatkan 1 anggota sebagai Women Of The Day yaitu dek Olivia ... dengan sebutan Miss Caraka, Ingin tahu ceritanya langsung tanya saja ke Dek Olivia si Miss Caraka ... ahahay

Pemicuan di Bogoharjo sangat berkesan bagiku, aq dapat mengenal lebih dekat teman-teman anggotaku, mulai dari dek Guntar dengan Predikat (Tidur di Sembarang Tempat) kelihatannya Dek Guntar perlu di picu agar tidak Tidur Sembarangan, ahahay. Dek Olivia Miss Caraka yang ngebet banget ingin Caraka (Karena dulu g ikut diklat lapangan 2), dia bertanya2 apa sih Caraka?? Ahahay. Dek ajeng yang selalu bertanya malulu, Coba dulu baru bertanya ... ahahay, Dek arun yang paling pinter bahasa kromo inggil, kalo butuh ngobrol sama orang desa cukup, Dek arun aja yang jadi jubir, hehehe. Dan yang terakhir Dek Tria yang kerjanya sama kayak Dek Guntar selalu Balapan tidur. Tapi Dek Tria juga pinter masak juga lho ... ahahay... .

Yah beginilah cerita dan pengalamanku selama 5 hari di Pacitan ... Isinya senang-senang dan senang (gak pake susah) ... ahahay.

Page 34: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

Selama kegiatan ini AKU MENDAPAT:

• Belajar menjadi kakak yang baik adik-adiknya • Mengerti adat istiadat warga disana • Belajar memberi contoh yang baik kepada adik-adikku • Belajar Jaim ... ahahay • Belajar menjalin hubungan dan link dengan orang lain • Belajar Always Be Prepared • Mendapatkan Rasa Nasionalisme di sebuah dusun di Bogoharjo • Dan yang paling penting, Mendapatkan Keluarga kecil didusun Diro (Dek ajeng, dek

guntar, dek olivia, dek tria, dek arun, bu kasun diro, dek yusuf (anak kedua pak kasun), Mbahnya pak kasun, pak kades Bogoharjo)

HARAPAN DAN TERIMA KASIH

Aku berharap kegiatan ini terus berjalan dari tahun ketahun, bahkan menjadi salah satu kegiatan maskot KSR PMI ITS, di kegiatan ini secara tidak langsung kita bisa meningkatkan kapasitas, belajar tentang apa yang tidak diajarkan di bangku perkuliahan, mulai dari ilmu sosial, ilmu komunikasi, ilmu hidup dll.

Aku beterima kasih juga kepada teman2ku KSR PMI ITS yang telah membantu dan mensukseskan kegiatan KIM ini (Tim Bogoharjo, Tim Konseptor, Tim Survey, Support Tim, Dan Tim Pemicu), Pak didiek dinas Kesehatan Jatim, Pak Sutarjo dinkes Pacitan, Kasun Diro, Kasun Lodro, Kasun jayan, Kasun Nawangan, Kades Bogoharjo, dan tidak kalah penting Bapak Pembina UK KSR PMI ITS yang sangat membantu dalam transportasi ke sana ... Terima Kasih telah memberi pengalaman TERBAIK ....

Mohon maaf juga jika saya ada salah bertindak, berucap kepada teman-teman semua. Mari Kita tetap bersama bantu sesama, dan Selalu BELAJAR.

Manusia adalah Manusia, yang tiada beda dihadapan-NYA Untuk itu janganlah berbuat sesuatu yang merugiakan dirimu dan orang lain Keiikhlasan bertindak dalam kemandirian, akan mengungkap kesederhaan jiwa kita

Temanmu,

Lino Meris Rahmanto

Page 35: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

Unforgetable Bogoharjo

KIM (KSR ITS Mengabdi) merupakan salah satu program kerja divisi pengabdian masyarakat KSR PMI ITS. Pelaksanaannya mulai tanggal 8-12 Maret 2013 di daerah Pacitan. Disana kami melakukan ‘pemicuan’ kepada masyarakat tentang ODF (Open Defecation Free) atau BABS (Buang Air Besar Sembarangan). Kami disebar di lima desa, yaitu: Ngadirejo, Bodag, Bogoharjo, Tanjungpura, dan Sidomulyo. Setiap satu desa ada satu kelompok yang terdiri dari 5-6 orang.

Surabaya, 7 Maret 2013

Kami berangkat ke Pacitan tidaklah dengan tangan kosong. Pada Hari Kamis, 7 Maret 2013 bertempat di Dinas Kesehatan Jawa Timur kami mendapatkan pelatihan tentang ilmu pemicuan. Disana kami belajar tentang STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat), CLTS (Community Lead Total Sanitation) dan teknik pemicuan. Pelatihan yang kami ikuti berupa materi, diskusi, tanya jawab dan, diakhiri dengan simulasi pemicuan.

Ada lima elemen pemicu bagi masyarakat yang masih BABS. Pertama adalah rasa malu, cara memicunya adalah dengan memisahkan dari kelompok. Kedua adalah rasa jijik, caranya memicunya adalah dengan visualisasi tinja. Ketiga adalah rasa takut sakit, cara memicunya adalah dengan diagram F. Keempat adalah rasa takut dosa, cara memicunya adalah dengan ayat/hadis. Kelima adalah harga diri, cara memicunya adalah dengan menciptakan konflik batin.

Selama setengah hari kami belajar bagaimana menjadi seorang pemicu, bukan penyuluh. Seorang pemicu bertugas sebagai fasilitator yang mengarahkan pola pikir masyarakat seperti yang kami harapkan (masyarakat yang ODF). Kami tidak boleh memberi tahu cara-cara yang seharusnya dilakukan masyarakat. Tapi, kami membantu mereka menemukan sendiri cara-cara itu. Selesai pelatihan kami pulang ke tempat tinggal masing-masing dan bersiap untuk berangkat keesokan harinya.

Page 36: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

Surabaya - Pacitan, 8 Maret 2013

Hari ini adalah hari dimana kami berangkat ke Pacitan. Menurut rencana, seharusnya kami kumpul di markas jam 04.00 dan berangkat dari ITS jam 05.00. Tapi, karena masih menunggu teman-teman yang lain akhirnya kami berangkat jam 06.00 dari ITS. Beberapa teman-teman yang belum datang, terpaksa kami tinggal dengan asumsi mereka bisa menyusul malam harinya bersama teman-teman lain yang memang sudah berencana menyusul sebelumnya.

Perjalanan Surabaya-Pacitan bukanlah perjalanan yang dekat. Kami sempat istirahat di dua kota. Pertama, kami mampir ke rumah Hilmi di Jombang untuk mengambil sarapan nasi pecel. Ini sebenarnya tidak masuk dalam jadwal dan kebetulan juga pas sampai disana makanannya belum siap, akhirnya kami menghabiskan waktu cukup lama untuk menunggu. Kedua, berhubung ini hari Jumat, kami singgah di kota Ponorogo untuk Sholat Jumat di Masjid Agung Ponorogo.

Sambil menunggu Sholat Jumat usai, saya bersama Iyin dan Desi memutuskan untuk jajan dan jalan-jalan ke seberang Masjid Agung Ponorogo, yaitu Alun-Alun Ponorogo. Sebelum jalan-jalan, kami mampir di salah satu warung di yang ada di alun-alun untuk mengisi perut dengan ‘bakso mawar’. Di alun-alun dan sekitarnya banyak patung khas Ponorogo. Tak lupa kami pun melihat dan berfoto-foto disekitarnya.

Perjalanan menuju Pacitan masih berlanjut. Setelah melewati jalan-jalan yang luar biasa akhirnya kami sampai juga di Pacitan. Kami dijemput oleh pihak Puskesmas di perbatasan, lalu kami dibawa ke Puskesmas Ngadirojo melewati jalur baru di Pacitan yaitu Jalur Lintas Selatan. Sesampainya disana kami telah ditunggu pihak puskesmas Ngadirojo dan beberapa kepala desa untuk acara pembukaan.

Kami dikenalkan kepada kepala desa beserta dua orang dari puskesmas yang akan mendampingi kami untuk pemicuan selama tiga hari di masing-masing desa. Berhubung tidak semua peserta KIM ada di sana, kelompok dan desa yang telah dibuat sebelumnya juga diacak ulang karena jumlahnya yang tidak seimbang

Page 37: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

Di akhir pembukaan, kami berkumpul perkelompok bersama kepala desa dan pendamping masing-masing untuk melakukan koordinasi. Saya bersama Ajeng, mas Lino, Guntar, Tria dan Olivia mendapat kesempatan untuk melakukan pemicuan di Desa Bogoharjo, yaitu di tiga dusun: Lodro (Sabtu), Jayan (Minggu), dan Nawangan (Senin). Setelah itu kami dibawa ke masing-masing desa dengan keadaan seadanya dan Bogoharjo kebagian naik ambulance.

Di desa Bogoharjo kami tinggal di rumah Kepala Dusun Diro. Ketika disana Pak Kasun sedang keluar kota, jadi kami disambut oleh Bu Kasun, simbah dan keluarga lainnya. Kami langsung disuruh masuk ke satu rumah dan ternyata itu adalah rumah si mbah yang jarang ditempati karena biasanya beliau tinggal di rumah sebelah, milik anaknya. Jadi di rumah itu hanya ada kami berenam, serasa kontrakan sendiri.

Awalnya kami sempat bingung masalah makan kami sehari-hari. Tapi, ternyata makan kami sangat terjamin. Sehari kami makan tiga kali. Biasanya Bu Kasun yang menyediakan nasi. Lalu untuk lauk dan sayurnya kadang beliau yang memasakkan, kadang kami yang memasak sendiri di dapur.

Malam hari selepas Isya’ kami pergi ke rumah Kasun Lodro untuk melakukan koordinasi pemicuan esok hari. Ternyata di tengah jalan kami di beri tahu warga kalau beliau sedang ada pertemuan. Kami segera berbalik menuju kesana untuk bertemu beliau. Setelah berbincang-bincang menyampaikan maksud dan tujuan, disepakati pemicuan esok di Posyandu Lodro jam 9 pagi.

Page 38: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

Pacitan, 9 Maret 2013

Hari ini adalah hari pertama kami melakukan pemicuan. Sebelum berangkat kami telah berkoordinasi pada malam harinya. Lead kami hari ini adalah mas Lino dan dibantu co lead-nya, Guntar. Setelah sarapan, kami berangkat ke poyandu. Tak lupa kami membawa perlengkapan yang harusnya dibawa, seperti form, alat tulis, katul dan kalsium.

Sesampainya disana keadaan masih sepi, hanya ada Pak Kasun Lodro. Tak berapa lama, warga mulai berdatangan. Warga yang datang sangat bervariasi, mulai dari pemuda hingga lansia. Pemicuan dimulai ketika pendamping kami, Bu Siwi dan Bu Wahyu datang. Sebelum pemicuan, mereka memperkenalkan kami pada warga. Dan pemicuan pun dimulai.

Pertama, mas Lino memimpin untuk melakukan bina suasana berupa permainan berhitung.Selanjutnya warga ditanya, siapa yang masih buang air besar sembarangan? Ternyata ada sekitar empat warga yang mengaku. Setelah itu pemicuan sesuai tahap yang diajarkan di pelatihan kami laksanakan. Mulai dari rasa malu, rasa jijik, rasa takut sakit, rasa takut dosa hingga harga diri kami lakukan dengan baik dan warga sangat antusias mengikutinya.

Pemicuan di dusun Lodro merupakan pemicuan yang pertama kali bagi mereka. Kegiatan ini terhitung cukup lancar, meski masih ada yang enggan membagun jamban karena masalah dana. Hal ini tak lepas dari peran Pak Kasun Lodro yang meskipun baru terpilih. Tapi, beliau dapat mengajak warganya untuk mengikuti pemicuan, khususnya warga yang masih belum punya jamban dan yang masih BABS. Kami juga sempat membentuk komite disini.

Selesai pemicuan, kami pulang ke “kontrakan” dan melakukan kegiatan masing-masing. Malam harinya kami pergi ke rumah Kasun Jayan untuk melakukan koordinasi pemicuan esok hari. Sebelum ke rumah Kasun Jayan, kami mampir ke rumah Bu Wahyu untuk koordinasi karena kami sempat mendengar kabar bahwa Dusun Jayan pernah dipicu dengan cara yang sama seperti di Dusun Lodro tadi.

Page 39: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

Setelah berbincang-bincang, akhirnya diputuskan bahwa besok kami hanya akan melakukan penyuluhan. Selesai dari rumah Bu Wahyu, kami melanjutkan perjalanan ke Dusun Jayan. Dusun Jayan letaknya lebih jauh dari Dusun Lodro.

Sampai di rumah Kasun Jayan, kami disambut Bapak dan Ibu Kasun. Kami lalu berbincang-bincang bersama Pak Kasun tentang tujuan kami kesini sekaligus menanyakan keadaan warga disini. Tak lupa kami juga menanyakan tentang pemicuan yang sudah pernah dilakukan. Tiba-tiba Bu kasun keluar dari dalam dan membawa teh hangat beserta gorengan. Kesimpulan perbincangan kami, pemicuan besok dilakukan di rumah Pak Kasun Jayan jam 8 pagi karena jam 10 pagi ada salah satu warganya yang punya hajat mengantar “manten”, sehingga semua warga dusun Jayan diajak.

Pacitan, 10 Maret 2013

Hari ini saya kebagian tugas sebagai lead dan dibantu oleh Ajeng sebagai co lead. Jujur, saya bingung apa yang harus saya lakukan. Bingung apa yang harus saya katakan. Pemicuan ini jauh berbeda dengan kondisi sebelumnya karena hari ini kami harus melakukan penyuluhan dan saya belum mencari materi yang akan saya sampaikan. Akhirnya pada pagi hari, dengan berbagai pertimbangan dan masukan dari teman-teman kami memutuskan untuk menyampaikan materi tentang macam-macam jamban dan cuci tangan. Kebetulan di tempat kami ada LCD dan Proyektor. Jadi , kami menggunakan media slide yang berisi materi.

Dengan bekal doa dan berusaha meyakinkan diri sendiri, akhirnya kami berangkat menuju Dusun Jayan. Sepanjang perjalanan terlihat pemandangan yang sangat bagus. Di sebelah kanan kiri terbentang hamparan sawah yang luas. Pemandangan berupa pegunungan yang hijau dan pepohonan kelapa menambah indahnya perjalanan kami. Sampai disana, rumah Kasun Jayan masih sepi. Bu Siwi juga datang terlambat hari ini. Tak lama warga mulai berdatangan. Awalnya rencana kami akan melakukan penyuluhan sampai jam setengah sepuluh sehingga warga bisa bersiap untuk acara mereka selanjutnya. Tapi, ternyata acara berakhir lebih cepat dari yang kami perkirakan.

Page 40: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

Sekitar jam setengah sembilan acara penyuluhan dimulai. Setelah perkenalan, kami melakukan bina suasana berupa permainan. Kali ini hukumannya adalah memimpin peserta lain untuk menyanyikan lagu “Indonesia Raya”. Semua peserta sangat antusias menyanyikannya. Setelah itu saya sebagai lead mencoba menggali informasi dan kondisi masyarakat Jayan. Pertanyaan pertama, dimana mereka biasa BAB? Jawabnya di jamban. Ya, sesuai informasi dari Kasun. Pertanyaan kedua, sudahkah mereka punya jamban? Ternyata semuanya punya meski masih ada satu orang yang numpang. OK, hampir sesuai informasi sebelumnya. Pertanyaan ketiga, bagaimana bentuk jamban mereka? Masihkah ada yang memakai cemplung? jawabannya, semua disini sudah pakai jamban leher angsa soalnya kan dekat sungai dan sering banjir, kalau pakai cemplung ya nggak mungkin. Wah, sudah mulai nggak sesuai informasi ni, coba pastikan lagi. Semua yang di desa ini? Termasuk warga yang jauh dari sungai? Termasuk saudara-saudara mereka di dusun lain? Dan, jawaban pun tak berubah. O o, Mati gaya ini.

Penyuluhan masih terus berlanjut dengan materi seadanya dan cara sekenanya. Akhirnya setelah berusaha semaksimal mungkin, Bu Siwi yang kami tunggu datang juga. Penyuluhan dilanjutkan oleh beliau hingga jam 9. Selesai penyuluhan, kami pergi ke rumah Kepala Desa Bogoharjo untuk meminta pendapat bagaimana kalau kami mengadakan nonton bareng (nobar) di Balai Desa pada Senin malam dan beliau mengijinkan.

Page 41: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

Siang ini kami berencana untuk mengunjungi keluarga kami yang berada di desa lain. Dengan modal tiga motor pinjaman milik keluarga Ibu kontrakan, kami sempat mengunjungi dua desa, yaitu Sidomulyo dan Tanjungpura. Disana kami saling bertukar cerita dan pengalaman tentang pemicuan yang telah kami lakukan.

Malam harinya kami pergi ke rumah Kasun Nawangan. Ternyata jarak yang harus kami tempuh lebih jauh daripada ke dusun Jayan. Setelah tanya-tanya warga sekitar, akhirnya sampai juga kami di rumah Kasun Nawangan. Kami disambut kopi panas dan jajan tradisional baik oleh Pak Kasun dan Bu Kasun.

Setelah menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan kami, ternyata beliau agak kaget, katanya beliau belum mendapat konfirmasi lagi dari Pak Kades. Sebelumnya Pak Kades memang pernah mengabarkan kalau akan ada kegiatan pemicuan, tapi beliau belum memberitahu dengan jelas kapan waktunya. Setelah berdiskusi akhirnya disepakati kalau besok tetap ada pemicuan sekitar jam 9 pagi, setelah kegiatan Posyandu yang telah dijadwalkan sebelumnya.

Menurut informasi, Dusun Nawangan sudah pernah dipicu. Tapi, katanya caranya berbeda, hanya tanya jawab biasa. Oleh karena itu, Bu Wahyu menyarankan cara yang sama seperti waktu di dusun Lodro. Setelah kami cross ceck Pak Kasun, ternyata cara yang dipakai sama sepeti di Lodro. Akhirnya kami memilih untuk mencoba metode yang belum pernah kami lakukan sebelumnya, yaitu transect walk atau berjalan-jalan menyusuri dusun.

Pacitan, 11 Maret 2013

Hari ini adalah hari terakhir kami melakukan pemicuan. Lead kami kali ini adalah Guntar, dan saya membantu dia sebagai co lead. Saat kami sampai disana, kegiatan Posyandu masih belum selesai. Masih banyak ibu yang berdatangan membawa bayi dan balitanya. Sekitar jam 9, ibu-ibu lansia yang diundang oleh Bu Kasun untuk pemicuan mulai berdatangan. Melihat kondisi yang tidak memungkinkan, akhirnya kami membatalkan metode transect walk. Tapi, kami juga belum tahu metode apa yang akan kami lakukan.

Page 42: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

Sebelum mulai, kami menceritakan kondisi dan masalah yang sedang kami hadapi kepada Bu Wahyu. Kami kemudian berdiskusi tentang langkah apa yang harus kami lakukan nantinya. Akhirnya kami tetap menggunakan metode seperti di Dusun Lodro maski sudah pernah. Sayangnya, pemicuan kali ini rasanya tak semudah di Dusun Lodro. Hal ini

karena kondisinya yang tidak kondusif, banyak ibu yang masih sibuk mengurusi anaknya yang aktif bergerak. Pada akhir pemicuan hanya tersisa beberapa orang yang masih bertahan duduk di atas kursinya.

Siang hari Mas Lino dan Guntar keluar ke Pacitan, dan lainnya istirahat di “kontrakan”. Sore hari kami kedatangan tamu dari Desa Bodag, rombongannya Mas Isha, Desi, Hafid, Sandya, Resti dan Rohim. Kami saling berbagi pengalaman dan cerita-cerita menarik selama pemicuan. Sebelum berpisah, kami sempat berfoto bersama keluarga Bodag di depan balai desa Bogoharjo yang letaknya memang tak jauh dari “kontrakan”. Setelah itu ada juga keluarga Tanjungpura yang mampir.

Malam hari selepas Isya, kami mengadakan nobar di balai desa. Awal-awalanya yang datang banyak anak kecil. Jadi kami memutar film “Kung Fu Panda” untuk mereka. Setelah banyak pemuda dan orang tua yang ikut menonton, kami mengganti filmnya jadi “Sang Pencerah”. Warga antusias menonton hingga film selesai. Setelah semua warga pulang, Pak Didik, perwakilan dari Dinkes Jatim menghampiri kami dan mengatakan bahwa akan menginap di tempat tinggal kami. Sampai di “kontrakan” kami makan bakso yang dibelikan oleh Bu Wahyu sambil bercerita-cerita bersama Pak Didik.

Malam semakin larut, sudah waktunya bagi kami untuk mengemasi barang-barang bawaan kami agar tidak ada yang tertinggal. Mata dan badan ini juga harus segera diistirahatkan karena esok, perjalanan pulang dan realita kehidupan kampus telah menanti.

Page 43: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

Pacitan-Surabaya, 12 Maret 2013

Pagi ini kami sudah bersiap-siap pulang. Setelah sarapan kami berpamitan kepada Ibu Kasun sekeluarga. Tak lupa kami foto bersama di depan rumah sebagai kenag-kenangan. Sebelum kembali ke Surabaya, kami berkumpul di Puskesmas Ngadirojo untuk penutupan. Kami ke sana menggunakan motor milik Bu Wahyu secara bergantian. Setelah semua teman kami dari desa lain berkumpul, perwakilan dari masing-masing desa menyampaikan laporannya hingga akhirnya acara KIM pun resmi ditutup. Sebelum kembali ke Surabaya kami berhenti sejenak untuk menikmati keindahan alam di pantai yang ada di Desa Sidomulyo, Pacitan. Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, alhamdulillah kami sampai di ITS dengan selamat. Di markas kami disambut teman-teman KSR yang lain, ada mas Umam, Intan dan Edwin. Sebelum kembali ke tempat tinggal masing-masing, kami sharing pengalaman yang telah kami dapatakan selama berada di Pacitan.

Sekian

Page 44: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

Refleksi . . .

KIM bukanlah kegiatan pengabdian masyarakat yang pertama kali bagi saya. Namun, pengalaman yang saya dapatkan sangatlah berbeda dari kegiatan pengabdian masyarakat lain yang pernah saya ikuti. Disini kami tak hanya belajar menerapkan ilmu yang telah kami dapatkan selama pelatihan, tetapi juga mendapatkan pengalaman dan pembelajaran langsung dari masyarakat dan orang-orang di sekitar kita.

Dari pelatihan, saya mendapat ilmu baru tentang pemicuan dan beberapa hal mengenai kesehatan. Dari masyarakat, saya belajar tentang sopan santun, tata krama, rasa kekeluargaan, saling menghargai. Dari teman-teman saya belajar bekerjasama, pengorbanan, kebersamaan dan kepercayaan. Diluar itu saya mendapat pengalaman yang tak terlupakan tentang bagaimana cara kita menyatu dengan masyarakat yang memiliki budaya dan latar belakang berbeda. Selain itu, saya mendapat pengalaman lagi tentang bagaimana kita menyampaikan sesuatu ke masyarakat dengan baik. Mungkin kata “menyampaikan sesuatu” terdengar simple. Kita hanya tinggal bicara saja bukan? Ya. Tapi, apakah mereka semua paham akan apa yang kita katakan? Belum tentu. Bisa jadi mereka tak mengerti sebagian ucapan kita karena baru saja mendengar kata-kata asing yang kita ucapkan. At last but not least saya belajar untuk menghargai waktu.

Harapan saya, semoga KIM atau acara sejenis berikutnya dapat banyak belajar dari hasil evaluasi KIM ini, terutama dalam hal konsep dan persiapan acaranya harus lebih matang lagi.

Arun A. Pramana

Page 45: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"
Page 46: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

Tim Ngadirojo :

IYIN

LAELA

LISA

NUVI

AMAS FAIZ

Page 47: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

Keluarga KSR PMI ITS memulai perjalanannya menuju Pacitan Jawa Timur, melakukan pemicuan ulang untuk masyarakat pacitan yang belum ODF, pemicuan kami lakukan selama 5 hari, mulai dari tanggal 8 maret 2013 sampai 12 maret 2013 yang tidak lain lagi untuk menyelamatkan alam dan lingkungan sekitar yang saya kira alam di Pacitan masih di katakan masih asri, akan sayang sekali jika ada tangan jahil yang mencemari alam dengan hal- hal yang bisa merusak ataupun merubah keindahan alam tanpa menggantinya.Tepat pukul 6 pagi kami memulai perjalanan dari Surabaya menuju Pacitan dengan menaiki bus, di butuhkan waktu kurang lebih 8 jam untuk sampai di tujuan.

Saya berangkat dengan 29 anggota KSR PMI ITS lainnya, anggota yang berasal dari

jurusan yang berbeda beda, ada jurusan matematika,statistika, fisika, kimia biologi, teknik fisika, teknik lingkungan, sitem informasi dan masih banyak lagi. Meskipun kami berbeda beda jurusan tapi kami tetap satu dengan tujuan yang sama. Tidak terasa bus yang kami naiki sampai di kota Jombang, disana kami beristirahat sejenak di rumah salah satu anggota kami. Bermacam- macam hidangan telah tersaji disana dan dengan kondisi perut yang lapar, kami langsung menyantap hidangan itu sampai kenyang.

Page 48: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

Perjalanan kami lanjutkan. . . . Selang beberapa jam kemudian sampailah kami di Ponorogo dan terdengarlah adzan

dhuhur, karena hari itu adalah hari jum'at, kami memutuskan untuk berhenti sejenak di masjid yang berada diPonorogo untuk menunaikan sholat jum'at bagi yang laki- laki dan di lanjutkan untuk yang putri menunaikan shalat dhuhur. Perjalanan yang kami tempuh masih terlalu panjang, sekitar 4 jam lagi, kami sampai di lokasi yang sudah di rencanakan. Untuk mengisi kekosongan waktu tersebut ada yang bermain hp, tidur, bercanda tawa, menyanyi dan lain- lain.

Detik demi detikpun berlalu....

Hamparan pantai yang membentang luas

menghiasi samudra Pacitan telah menyambut kedatangan kami, laut yang begitu indah dan mempesona dengan deburan ombak yang besar membuat rasa bosan dan capek selama perjalanan itu hilang, semuanya terpesona dengan keindahan itu dan di tambah lagi dengan medan yang menantang, rasanya rasa capek dan lainnya terbayar sudah. Selain itu kami bangga karena, bus yang kami tumpangi merupakan bus yang pertama kali melewati jalan raya baru yang belum sebulan ini di resmikan. Semuanya terpanah dengan bus kami, dan masyarakat sekitar yang melihat bus kami langsung melambaikan tangan mereka, ibarat artis yang masuk desa. Heheheh :-)

Waktu menunjukkan pukul 16.00 WIB, sampailah kami di Pacitan tepatnya di

puskesmas Ngadirojo. Tim puskesmas, tim dinas kesehatan dan para kasun kecamatan Ngadirijo telah menunggu kedatangan kita, yang saya sayangkan disini yaitu mereka telah menunggu kita dari jam 2 siang seperti yang telah di jadwalkan dan kita sampai di

Page 49: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

lokasi jam 4 sore. Mereka kecewa dengan keterlambatan kita,tapi mereka juga memaklumi kita karena mungkin itu pengalaman pertama kita ke Pacitan dan belum tau daerah Pacitan. Peresmian pembukaan acara pemicuan ulang oleh KSR PMI ITS pun di resmi di buka. Kami membagi kelompok yang nantinya akan di kirimkan ke 5 desa yang telah di sepakati. Setiap kelompoknya terdiri dari 6 orang. Saya dan 5 anggota lainnya (mas faiz, mbak iyin, amas,laila dan lisa) di tugaskan di desa Ngadirojo. Semuanya pun berpisah menuju desa desa. Saya dan anggota kelompok saya beranjak pergi dari puskesmas menuju desa Ngadirojo, tempat yang telah di sediakan kasun disana untuk beristirahat.

Tim Ngadirojo berangkat menuju tempat peristirahatan dengan menggunakan mobil

pick up yang di kemudikan oleh pak Kasun. Terdengarlah adzan magrib dan sampailah kami di tempat peristirahatan. Ternyata tim Ngadirojo ini di tempatkan di kantor kepala desa, tepatnya di jalan raya Ngadirojo No 9. Bapak kasun telah menyediakan 2 tempat untuk laki- laki dan perempuan. Setelah selesai pembagian tempat tersebut, kami berebut untuk mandi dan selanjutnya kami melakukan shalat magrib berjamaah. Perut kita yang mulai keroncongan dan akhirnya kami berbagi makanan. Saat kami asyik makan, datanglah pak kasun membawakan 6 bantal untuk tidur. Adzan isya' pun berkumandang, kami langsung mengambil air wudhu dan shalat isya' berjamaah. Sebelum tidur kami melakukan brefing untuk kegiatan pemicuan besok paginya, dan selanjutnya kami beristirahat.

Keesokan harinya . . . Pagi hari kami bangun dan mulai berebut air untuk mandi, karena di tempat kami

sangat sulit sekali mendapatkan air. Setelah semuanya sudah mandi, kami langsung shalat subuh berjama'ah. Waktu menunjukkan pukul 06.00, pagi yang cerah akan sayang sekali jika di lewatkan, kami pun langsung jalan pagi sekaligus mencari sarapan. Perut kami sudah terasa kenyang, namun waktu pemicuan masih lama, masih kurang beberapa jam lagi, akhirnya kami memutuskan untuk bercanda tawa. Di sela canda tawa kami, datanglah bapak kasun membawakan sarapan buat saya dan teman- teman. Berhubung kami sudah sarapan, akhirnya nasi itu di simpan untuk makan siang.

Datanglah pendamping dari

puskesmas untuk mendampingi kami selama pemicuan, namanya Pak Son dan Bu Erlin. Hari pertama pemicuan kami lakukan di dusun Kapiuran, perjalanan untuk sampai di dusun Kapiuran sangatlah berat karena membutuhkan fisik myang kuat untuk melewatinya, jalanan yang terjal dan curam,

Bu Erlin Pak Son

Page 50: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

melewati Jembatan goyang dan jalanan yang menantang adrenalin, belum lagi jalanan yang di lewati seperti naik turun gunung dan penuh bebatuan. Disana jarang sekali saya temui masyarakatnya yang memakai sepeda

motor untuk melewati jalan tersebut, kebanyakan mereka memakai sepeda ontel yang nantinya sepeda itu hanya di pegang, tidak di naiki, sebab jika di naiki pengendaranya pun akan celaka jika melihat medan yang seperti itu.

Hari pertama pemicuan, banyak masyarakat yang tidak menghadiri acara pemicuan

ulang ini, kendalanya yaitu pelaksanaan pemicuan tersebut waktunya berbenturan dengan aktivitas masyarakat dusun Kapiuran seperti waktu pemicuan tersebut bertepatan pada hari pahing, dimana budaya masyarakat di dusun itu pada hari pahing banyak yang pergi ke pasar, kemudian saat pemicuan itu ibu- ibu banyak yang masih memasak dan bapak- bapaknya banyak yang pergi ke sawah. Peserta pemicuan yang datang sangat sedikit, sekitar 9 orang. Setelah tim pemicu dari kami bertanya- tanya, ternyata dari peserta yang datang tersebut masih ada yang belum ODF. Pemicuan terus kami lakukan, hingga akhirnya peserta pemicuan yang belum ODF pun terpicu, terutama bagi ibu - ibu yang terpicu dari rasa malu dan dosa. Sedangkan bagi peserta yang belum terpicu di sebabkan karena peserta itu masih mengharapkan dana atau bantuan dar luar.

Pemicuan hari pertama pun bisa di bilang berhasil karena ada peserta pemicuan yang

terpicu untuk ODF, meskipun saat pemicuan ada salah seorang ibu yang sampai mengeluarkan air mata. Dan pak Rt di situ membuat kesepakatan untuk kerja bakti membuat wc warga. Setelah pemicuan selesai, kami melanjutkan untuk pulang menuju balai desa Ngadirojo, perjalanan yang sangat melelahkan. Setibanya di balai desa kami berebut untuk mandi, tapi airnya tidak ada, sehingga kami tidak mandi siang dan

Page 51: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

langsung shalat dhuhur di musholla sekitar balai desa. Di musholla itu pun airnya tidak langsung ambil, namun harus nimba terlebih dahulu di sumur. Perjuangan sekali :-) Perut yang kerongcongan membuat kami langsung menyantap nasi dari bapak kasun, waktu terus berjalan. Malam harinya bu erlin datang membawakan bakso untuk kami, tanpa panjang lebar, saya dan teman teman langsung makan bakso itu. Malam kian larut dan akhirnya kami memutuskan untuk tidur dan sebelum tidur juga kami melakukan brefing untuk hari kedua pemicuan.

Keesokan harinya. . . . Hari kedua pemicuan, terjadi perpindahan tempat awalnya pemicuan itu di lakukan di

TK di Ngadirojo di karenakan di desa itu kedatangan bupati pacitan, jadi banyak yang tidak datang. Kemudian pemicuan berpindah tempat di Gembong Kidul Dusun NGelegok Gembolor, ternyata kami melakukan pemicuan di tempat napak tilas jendral panglima sudirman. Kebanggaan tersendiri bisa melakukan pemicuan di tempat bersejarah. Pemicuan yang kami lakukan bersamaan dengan acara arisan warga ngelegok, jadi kami melakukan pemicuan di sela- sela acara arisan. Tapi setelah berbincang- bincang dengan bapak RT ternyata warganya kebanyakan sudah ODF, jadi kita tidak jadi melakukan pemicuan melainkan memberikan sedikit penyuluhan dan sharing. Setelah mendengarkan cerita ibu- ibu tersebut, ternyata mereka sudah pernah membuat wc/ cemplongan. Kendalanya saat cuacanya tidak mendukung atau hujan, disana terjadi banjir yang mengakibatkan isi dari cemplongan itu keluar semua dan masuk rumah- rumah warga. Meskipun begitu kesadaran warga Ngelegok sudah bagus, karena mereka tidak buang air besar sembarangan melainkan ikut di rumah warga lainnya.

Waktu menunjukkan pukul 14.00 WIB, saya dan teman- teman saya merasa lapar

karena dari pagi belum makan. Untungnya ibu RT memberikan makan kepada saya dan teman- teman saya meskipun hanya mie instan, tapi lumayanlah buat ganjel perut. Benar- benar pengabdian seperti di reality show d tv " jika aku menjadi" mau mandi susah, makan pun cuman sekali atau dua kali, dan tidak ada sinyal hehehehe.. Perjalanan kami lanjutkan untuk pulang menuju balai desa. Disana bapak kasun sudah menunggu karena beliau sudah berjanji mengajak kami jalan- jalan. Setelah selesai shalat dan lainnya, kami langsung berangkat menuju pantai dengan menggunakan pick up. Kami bersenang- senang menyusuri pantai- pantai dan PLTU, tidak terasa sudah jam 5 sore, kami langsung

Page 52: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

menuju balai desa Ngadirojo. Setibanya di balai desa kelompok KSR PMI ITS yang bertugas di desa Mulyosari menjemput kelompok saya untuk bergabung melakukan pemicuan di desa Mulyosari. Setibanya di Mulyosari, saya dan tim dari Ngadirojo di sambut dengan di suguhi makanan. Dan setelah makan, kami melakukan brefing untuk hari berikutnya dan kemudian kami tidur.

Pagi menyambut dengan mentari pagi, sebelum pemicuan kami sarapan terlebih dahulu. Tim Ngadirojo dan tim Mulyosari melakukan pemicuan, namun pemicuan kali ini hanya mensurvei karena dari data yang di dapat dari bapak RT di tempat mengaku kalau warganya sudah ODF 100%. Setelah kami mensurvei ternyata betul dari dusun- dusun di Desa Mulyosari, ada dusun yang sudah ODF 100%. Dusun yang belum ODF hanya sedikit, kebanyakan yang belum ODF adalah kakek- kakek, dimana kakek- kakek itu merasa dirinya tidak mau di atur. Setelah selesai mensurvei, kami pulang menuju tempat peristirahatan dan melakukan aktivitas lain seperti makan siang, mandi dan shalat.

Sore harinya saya dan sebagian dari tim

Mulyosari dan Ngadirojo jalan- jalan ke pantai di dekat Dusun Mulyosari. Pemandangan yang begitu indah di temani dengan deburan ombak , kami menikmati indahnya pantai itu serta mengabadikan momen itu lewat foto. Mendekati kumandang adzan magrib kami beranjak pulang.

Malam kian larut, bintang- bintang mulai memenuhi langit. Pemandangan yang begitu indah yang sangat jarang sekali saya temui di kota. Disini dengan leluasa saya menikmati pemandangan bintang yang terlihat sangat banyak dan berkilauan. Langit kota sangat terlihat merah dengan sedikit bintang, sangat jauh beda dengan di desa. Namun sayang sekali di desa Mulyosari tidak ada sinyal sama sekali hanya kartu tertentu yang

Page 53: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

terdapat sinyal. Setelah puas melihat bintang, saya dan teman- teman beristirahat.

Kumandang adzan subuh membangunkanku dari tidur ku yang lelap. Saya langsung beranjak bangun, mandi dan mengambil air wudhu. Setelah itu saya membantu untuk mempersiapkan sarapan. Waktu menunjukkan pukul 08.00 WIB, saatnya saya dan teman- teman untuk kembali ke Surabaya. Sebelum melakuakn perjalan pulang, kami anggota Ksr PMI IT, dinas kesehatan, dan tim puskesmas melakukan penuntupan acara pemicuan ulang. Banyak momen- momen yang tidak bisa saya lupakan dan banyak juga pelajaran yang dapat saya petik.

Saat perjalanan pulang, kami rombongan anggota KSR PMI ITS, berhenti sejenak menikmati pemandangan pantai Pacitan untuk terakhir kalinya sebelum menuju Surabaya. Beberapa jam kemudian, sampailah kami di kampus tercinta tepat pukul 08.30 dan di sambut oleh anggota KSR lainnya, kemudian saling bercerita dan makan- makan kecil. Pengalaman yang tidak bisa saya lupakan.

Ini cerita ku,,mana ceritamu :-). . . . . .

Page 54: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

From College to Village

Pemicuan at pacitan (KSR ITS Mengabdi)

Kami datang ke Pacitan karena sebuah panggilan jiwa. Sebuah keinginan bagi kami terutama

saya untuk mengabdi kepada masyarakat langsung, tidak hanya melalui teori. KIM, melalui program

ODF yang dirancang pemerintahlah yang memanggil jiwa kami untuk datang ke sana untuk

melakukan pemicuan, melihat di sana masyarakatnya masih ada yang OD (Open Defecation) atau

yang lebih di kenal dengan nama BABS (Buang Air Besar Sembarangan).

Berbekal pelatihan yang dilakukan oleh pihak Dinkes Jatim pada hari kamis, 7 Maret 2013,

saya berangkat ke Pacitan besok harinya jam 6 pagi bersama 29 teman-teman KSR PMI ITS lainnya,

beragam jurusan, beragam angkatan. Perjalanan ke sana kami tempuh menggunakan bus yang gak

terlalu besar. Perjalanan kami sempat terhenti di Jombang tepatnya di daerah Peterongan, hal ini

bukan karena macet melainkan mengambil sarapan gratis di rumah mas Hilmy.

Perjalalanan kami lanjutkan kembali, beberapa kota telah kami tempuh seperti Sidoarjo,

Mojokerto, Jombang, Nganjuk, Madiun, Ponorogo. Sesampai di Ponorogo kami berhenti lagi, bukan

karena makan, bukan karena mejeng, tapi mengingat pada waktu itu ialah hari jum’at dan waktu

sudah menunjukkan pukul 11.30 wib, jadi kewajiban untuk sholat jum’atlah yang mesti kami penuhi

(terutama cowok). Sholat jum’at bertempat di masjid agung, sebelah barat alun-alun Ponorogo.

Page 55: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

Seusai itu, kamipun langsung menuju ke lokasi pemicuan yaitu di kec. Nagdirojo dan

bertempat di 5 desa yang berbeda (Ngadirojo, Bodag, Sidomulyo, Tanjung Puro dan Bogoharjo).

Perjalanan yang berliuk-liuk menantang nyali tidak mengurungkan niat kami untuk datang ke sana.

Sesampainya di Pacitan, kami langsung disambut oleh petugas puskesmas ngadirojo yang

menggunakan mobil puskesmas. Lalu kami diantarkan ke puskesmas Ngadirojo dan melewati JLS

(Jalur Lintas Selatan) yang baru beberapa hari diresmikan. Perjalanan yang sungguh mengasyikkan,

samping kiri bukit, kanannya terhampar samudera Hindia.

Lalu, sampailah kami di puskesmas Ngadirojo, dan langsung mengadakan acara pembukaan

di sana.

setelah opening selesai, kamipun diantarkan oleh pendamping masing-masing ke desa yang

berbada-beda sesuai dengan pembagian sebelumnya. Saya dan kelompok saya sendiri kebagian

pendamping bu bidan “Rita” dan pak perawat “Budi”. Kelompok saya sendiri terdiri dari 6 orang

yaitu Isha (Tekla), Hafid (SI), saya sendiri Rohim (TL), Desi (Statistika), Sandya (Statistika) dan Resti

(TL). Sesampainya di desa masing-masing, kamipun beristirahat dan siap melaksanakan tugas kami

yaitu pemicuan untuk esok harinya. Untuk penginapannya, kami bertempat di rumah Bapak Kaur

(Kepala Urusan) Keuangan desa Bodag.

“at Desa Bodag (Bodaggzzz)”

Hari Pertama :

Pemicuan hari pertama kami laksanakan di dusun Pucang Nanas RT 2 RW 9 desa

Bodag, mulai pukul 9 hingga 11.30. ke sananya kami diantar oleh Bapak Tukiman (Kades Bodag)

beserta pendamping kelompok kami, bu Rita dan pak Budi dari pihak puskesmas. Jalanan yang

nanjak menantang tak bisa membendung kami untuk pergi ke sana. Di tempat pemicuan kami

disambut hangat oleh Bapak Kasun dan Pak RT beserta warga setempat. Meskipun proses pemicuan

tidak berjalan sesuai skenario, tapi Pemicuan di tempat ini terbilang sukses karena yang belum

punya jamban hanya 2 orang, dan kedua-duanya sudah berjanji untuk membuat jamban secepatnya

max 2 minggu ke depan. Berkat kesungguh-sungguhan dari Bapak Kasun, kami akhirnya membuat

perjanjian mengenai hal itu yang disahkan oleh bapak Kades.

isi perjanjiannya ialah sebagai berikut :

1. Setiap KK harus punya jamban sendiri dan dimanfaatkan (dilaksanakan)

2. Bagi yang belum membuat, segera dibuat harus selesai 2 minggu sejak hari ini. (Jika belum

akan dilakukan gotong royong)

Setelah tercapai kesepakatan akhirnya pemicuan diakhiri, dan kami pun bangga bisa

menyelesaikannya. Kami sempat bercakap-cakap dengan warga untu mengakrabkan diri dengan

mereka. Berikut hasil potret di lapangan ;

Page 56: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

Setelah dari pemicuan di Pucang Nanas, kami pun kembali ke penginapan dan beristirahat.

Malamnya kami berkunjung ke rumah bapak Kaur Pemerintahan yang tidak begitu jauh dari

penginapan kami, kami merasa nyaman di sana dan sangat akrab mengobrol dengan sang tuan

rumah.

Hari Kedua :

Di hari yang kedua ini, kami tidak melakukan pemicuan dikarenakan warga desa

Bodag sudah mempunyai jamban semua. Agendapun kami ubah ke pengunjungan, yaitu kunjungan

ke Bapak Kaur pembangunan. Di situ kamipun begitu enak ngobrol dengan beliau ngalur ngidul,

sambil ditunjukkan usaha kecilnya dan tumbuh-tumbuhan yang ada di halaman rumahnya. Oke

langsung saja, nih hasil jepretannya ;

Hari Ketiga :

Di hari yang ketiga kami juga melakukan pengunjungan, yaitu pengunjungan ke salah

satu pendamping kami, bu Rita. Rumahnya terletak tepat di Polindes (Polikliknik Desa), dalam

perjalanan ke sana kami menggunakan 2 motor, dan masing-masing bonceng tiga atau cenglu.

Perjalanannya cukup jauh dan menanjak, karena rumah bu Rita ini merupakan tempat tertinggi atau

puncaknya desa Bodag. Di sana kami ngobrol panjang lebar bersama bu Rita dan suaminya, kamipun

sempat berfoto-foto dengan mereka. Nih dia ;

setelah berkunjung ke sana, kami lanjutkan kunjungan kami ke temen-temen yang ada di desa lain,

syang pertama yaitu desa Bogoharjo, lalu desa Tanjung Puro. Setelah melakukan kunjungan, kami

pun refreshing dengan menyewa becak cinta (1 jam 15 ribu) sambil mencari buah duren. Gak usah

kebanyakan ngomong, nih buktinya ;

Page 57: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

Setelah berada di Pacitan selama 4 hari, tibalah hari di mana kita harus meninggalkan tempat yang

indah penuh kenangan ini. Pada Selasa 12 Maret 2013 acara KSR ITS Mengabdi ini ditutup bertempat

di puskesmas Ngadirojo.

Sebelum perjalanan kembali ke Surabaya, kami sempat refreshing dulu ke Pantai dekat desa

Sidomulyo.

Page 58: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

Kesan : Pengalaman yang sungguh menarik dan berkesan karena bisa terjun ke masyarakat

langsung.

Pesan : semoga ini merupakan bukan yang terakhir kalinya. Kegiatan ini hendaknya dilakukan rutin

setiap tahunnya. Selain menambah pengalaman, kegiatan ini juga menambah keakraban antar

anggota KSR PMI ITS dan merefresh pikiran yang penuh dengan muatan akademis.

“Selamat tinggal Pacitan, ku harap kita berjumpa lagi esok nanti.

Pengalaman yang kau beri kan tetap ada di memoriku...”

Penulis :

Moh. Rohim

Page 59: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"
Page 60: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

Desi Diana R

Sebelum ke Pacitan

Pertama mendengar KIM apa yang kira-kira kalian pikirkan???? Disini KIM bukan

Kimberly, atau salah satu nama marga di Korea, tapi KIM adalah nama kegiatan kepanjangan

dari KSR ITS Mengabdi. Pengalamanku di KIM dimulai dengan dimintanya saya menjadi

sekretaris, kalian pasti tahu kan apa fungsi sekretaris, jadi tidak perlu kujelaskan disini. Yuk ikuti

kisahku di KIM ^^

Welcome party

Bertempat di MWEB untuk pertama kalinya kami berkumpul sebagai panitia kegiatan

KIM. Acara berjalan lancar dengan didatangi oleh pak Didik (Humas Dinkes JATIM). Beliau

bercerita ini untuk pertama kalinya bekerjasama dengan Universitas dalam urusan kesehatan dan

kita akan mendapat bekal ilmu sebagai pemicu. Padahal bagi Dinkes saja, belum tentu bisa

mendapat bekal ilmu tersebut dengan mudah. ”Mengagumkan”, mungkin kata itu yang terlintas

di pikiranku saat mendengarnya, ilmu yang bermanfaat untukku maupun yang lain. Dibalik itu

semua, sempat terfikir takut dan resah, tentang bagaimana beradaptasi dengan masyarakat secara

langsung yang notabene tata krama dan sopan santun masih dijunjung tinggi. But, whatever

show must go on.

Pra Pelatihan

Setelah rapat H-2 ke Pacitan, kami refreshing di tempat jualan sop buah sambil ngobrol-

ngobrol santai. Pulang dari situ, ku selesaikan tugas kampusku terlebih dahulu, karena mulai

besok (kamis, 7 Maret 2013) sudah izin tidak mengikuti kuliah untuk pergi ke Dinkes buat

pelatihan, akhirnya jam tiga pagi selesai dan pulang ke kos. Pukul 06.45 WIB aku datang ke

kampus, berkumpul dan menunggu teman-teman yang lain. Tepat saat akan berangkat, mas Lino

MY TRIP AND EXPERIENCE AT KIM

Page 61: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

2

mengajak untuk menemani ke pak Indra melakukan sedikit urusan sebelum berangkat ke Pacitan.

Teman-teman pun berangkat dengan Ajeng sebagai ketua KIM. Selanjutnya kita pergi ke BAAK

menanyakan bus, setelah berbelit-belit, akhirnya kami menemui pak Indra dan menginfokan

bagaimana transportasi kita ke Pacitan, “Hwahhhh” kalian tahu bingung banget rasanya, H-1

belum dapat kendaraan. Pak Indra pun juga telepon sana-sini mencari informasi bus yang relatif

murah. Alhasil kami bertiga pergi ke PO untuk melihat dan menyewa kalau jadi pinjam bus.

Tawar-menawar pun terjadi disini, ternyata pak Indra langganan disini Lho. Ya, urusan bus

selesai, sekitar jam satu siang aku dan mas lino mengikuti jejak temen-teman ke Dinkes. Masuk

ruang pelatihan, langsung saja disuruh maju ke depan dan dinyanyikan lagu selamat ulang tahun.

“oh, tidak…, serasa orang ling lung disini” kataku dalam hati.

Setelah mendapat beberapa materi kami melakukan simulasi,. Coba tebak, apa yang

terjadi saat simulasi dengan materi yang dipadatkan. Yupzz, konyol dan kacau yang terjadi,

“hemb…. Bisakah besok bena-benar yakin dan siap memicu di Pacitan (sindrom H-1 kegiatan)”.

Pada fase ini kelompok-kelompok atau tim pemicu per desa sudah terbentuk.

Pra Keberangkatan

Malamnya semua peralatan sudah siap, materi pun sudah difotocopy buat referensi

belajar sebelum memicu. Sebenarnya teman-teman disarankan untuk menginap di Markas KSR

PMI ITS dengan alasan kita akan berangkat pagi pukul 05.00 dan kami tidak bangun kesiangan,

tapi karena teman-teman sudah lelah setelah pelatihan, maka dari itu cuma beberapa anak yang

tidur di Markas (yang pasti bukan aku, bukan karena tidak mau, tapi lebih dikarenakan kalau di

Markas malah gak tidur, sementara perjalanan jauh butuh tubuh yang sehat). Jam sudah

menunjukkan pukul 23.00 WIB dan aku masih berkutat membantu Vivi (bendahara KIM) untuk

masalah SPJ. Sekitar pukul 00.00 WIB barulah beranjak tidur. Tak terasa bangun-bangun sudah

pukul 04.15, aduhhh…. Peralatan pribadi belum kumasukan tas, jadinya buru-buru menyiapkan

serta memasukan peralatan yang kubutuhkan ke dalam tas dan segera mandi. Hal ini menjadi

pelajaran bagiku untuk mempersiapkan segala sesuatunya terlebih dahulu sebelum hari H.

Di markas KSR PMI ITS terasa masih sepi, padahal jam sudah menunjukkan pukul lima

tetapi bus belum datang, teman-teman belum lengkap, sampai bus datang pun masih ada yang

terlambat. Sebenarnya jengkel juga melihat kebiasaan orang Indonesia alias molor. Pukul 06.00

WIB, rombongan kami dengan menggunakan bus sudah melaju di jalanan yang mulai dipenuhi

Page 62: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

3

kendaraan umum atau pribadi. Obrolan-obrolan lucu dari teman-teman mulai terdengar di

telingaku di tengah pikiranku yang melayang akan bagaimana di Pacitan nanti. Setelah bus

melaju sekitar dua jam, teman kami (Hilmi) menawarkan untuk mampir dan membawa makanan

yang telah disiapkan ibunya. Wahhh… benar-benar pas^^, dalam keadaan lapar ada yang

nawarin makan (secara pribadi, aku takut jika kita tiba di Pacitan molor dan sudah ditunggu. Apa

boleh buat, semua sepakat mampir dahulu). Oleh-oleh dari keluarga Hilmi sudah dipacking,

perjalanan pun berlanjut. Di dalam bus semua ngobrol-ngobrol lagi, aku Cuma diam mendengar

kekonyolan teman-teman, karena saat ini capek untuk bicara.

Kami tiba di Ponorogo pukul 11.30 WIB, semua sepakat untuk sholat jumat terlebih

dahulu. Menunggu yang lain sholat Jumat, aku, Iyin, dan arun berkeliling alun-alun ponorogo.

Ini salah satu foto yang kami ambil disana.

Gambar di atas adalah pintu gerbang masjid di depan alun-alun kota Ponorogo. Banyak

pedagang kaki lima atau kios di sekitar masjid. Di dalam ada area parkir yang lumayan luas.

Pacitan Iam Coming (Hari pertama)

Breeemmm….. suara deru bus mulai melaju lagi pada pukul 13.00 WIB melanjutkan

perjalanan ke Pacitan yang sempat tertunda beberapa saat. 02.30 WIB perjalanan sudah

memasuki wilayah Kabupaten Pacitan, dipandu oleh pihak dari puskesmas Ngadirojo kami

melewati jalur JSS, jalur yang baru diresmikan satu bulan. 15.30 WIB akhirnya sampai di

puskesmas Ngadirojo untuk penyambutan kami. Wajah-wajah kucel, capek, kusut, atau istilah

lain yang menggambarkannya pasti sudah terpampang jelas di wajahku.

Di ruang pertemuan acara langsung dimulai, ternyata sudah ada beberapa undangan yang

pulang karena sudah menunggu kami selama dua jam. Perasaan sungkan dan bersalah merasuk

Page 63: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

4

jiwa ini yang kubayangkan terjadi yaitu “membuat orang lain menunggu”, (yang sudah terjadi

biarkanlah berlalu, jadikan pelajaran buat selanjutnya agar lebih baik, “komitmen itu yang

kupegang”). Kelompok yang sebelumnya terbentuk, dipecah dan dibagi lagi, dikarenakan satu

kelompok yang tidak berangkat satu rombongan dengan kami, rencananya mereka akan datang

kloter kedua naik kendaraan umum, dikarenakan medan yang sulit dijangkau, kloter kedua tidak

jadi berangkat.

Didampingi orang dari Puskesmas Ngadirojo, kami pergi ke desa masing-masing. Di desa

Bodag ada aku, mas Isha, Hafid, Resti, Sandya, dan Rohim, sedangkan pendamping kami pak

Agus dan Mbak Rita. Kami tinggal di rumah salah satu Kaur desa Bodag, Kami disambut di

rumah bu Parti dengan ramah dan penuh senyum. Ini pertama kalinya aku tinggal di rumah orang

yang belum pernah ku kenal sebelumnya. Canggung adalah perasaan saat kaki ini melangkah ke

dalam ruang tamu rumah itu. Ternyata bayanganku tentang keadaan desa ini salah total, rumah-

rumah warga sudah bagus dan bersih, tidak seperti yang diceritakan teman-teman, katanya

“disini kita benar-benar berjuang, bahkan kalau mandi Cuma dibatasi kain, itu sudah biasa”.

Malam mulai tiba, saatnyalah kami mengadakan rapat buat persiapan besok, masalah

datang lagi “kita gak ada bahan buat pemicuan”, karena alat dan bahan masih di koordinir oleh

salah satu anggota kelompok lain. Solusi dari masalah ini dapat kami pecahkan, walaupun sedikit

aneh. Hahaha… Seharusnya buat kotoran bohongan, kita mencari kotoran hewan beneran buat

memicu rasa jijik, buat batas wilayahnya digunakan tepung terigu. Pembagian tugas dan

persiapan selesai, waktunya untuk tidur.

Adzan Shubuh telah berkumandang, karena aku yang bangun awal, jadi tugasku adalah

membangunkan teman-teman yang lain. Membantu tuan rumah masak adalah tugas yang akan

sehari-hari dilakukan selama di Pacitan. Pukul 09.00 kita berangkat ke balai desa menunggu

Kaur untuk melakukan pemicuan. Suasana di Balai desa masih sepi, bahkan pagarnya masih

terkunci. Apa karena sabtu itu libur, entahlah. Sambil menunggu kami berfoto untuk kenang-

kenangan.

Page 64: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

5

Gambar ini diambil di depan Plakat Balai desa Bodag. Ini adalah momen-momen sebelum

pemicuan.

Selang beberapa lama pak Agus dan mbak Rita juga datang, bersama kepala desa kami

diantar dengan sepeda motor ke tempat pemicuan, sebelumnya kupikir tempatnya dibalai desa,

yahhh,,, ternyata bukan. Tempat yang kami tuju berada di puncak, jadi jalanannya terjal terus.

Aku berangkat dengan pak Ratno (Kaur keuangan Bodag). Di perjalanan beliau bercerita tentang

keluarganya, mulai dari anaknya yang akan melanjutkan ke AKBID Jombang sampai tanya

jawab soal kuliah (maaf ya, kalau aku tulis disini terlalu panjang ^^).

Pemicuan (Hari Kedua)

Setibanya di desa Pucangnanas (lokasi pemicuan), warga sudah berkumpul. Seharusnya

kita menyiapkan peralatan di lokasi, koordinasi dengan kepala desa yang kurang membuat kita

otomatis langsung melaksanakan acara. Lokasi halaman dan tempat kumpul yang tidak terlalu

luas, akhirnya pemicuan dilakukan seadanya. Kekonyolan pun terjadi disini istilah-istilah mulai

bermunculan bahkan sampai taipe. Apa itu Taipe?? Hahaha….

Saat pemicuan peranku sebagai content recorder, Jadi dokumentasi baik secara tertulis

dan foto kegiatan menjadi tanggung jawabku.

Page 65: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

6

Gambar sebelah kiri menjelaskan proses penandatanganan perjanjian untuk membuat jamban.

Sedangkan gambar sebelah kanan adalah suasana saat pemicuan. Warga terlihat konsentrasi dan

antusias.

Pemicuan sedikit tidak berjalan sesuai rencana, tapi kami bisa menyesuaikan dengan

kondisi warga (Planning B ^^). Aku mengarahkan harus bagaimana acara ini, teman-teman juga

mengerti apa yang harus dilakukan. You know what ?? Aku pun grogi di depan umum (anggap

aja sudah biasa).

Setelah dibuat komite dan perjanjian, maka kami mencari informasi dari ketua RT

tentang warganya. Mulai dari bagaimana keadaan WC masing-masing, jumlah keluarga dan lain

sebagainya. Setelah itu kami pun akhirnya pulang atau turun gunung :p (turun lereng maksud

saya ^^). Sesampainya di rumah bu Parti, istirahat dan makan siang.

Sore hari pun tiba, dengan mengendarai sepeda aku pergi jalan-jalan, mengamati

pemandangan, sampai di perbatasan aku mampir ke rumah warga.

Foto ini diambil di rumah warga, mereka sangat ramah. Kami juga disuguhkan jajanan hasil

kebun sendiri.

Page 66: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

7

Tidak lama kemudian, teman-teman menyusul. Desa ini sebenarnya juga sangat

memperhatikan kesehatan, sehingga dengan adanya pemicuan ini sangat diharapkan bisa

menambah kesadaran bagi warga yang masih OD. Tak terasa waktu beranjak malam, pukul

20.00 WIB kami kembali ke rumah bu Parti. Jalanan sudah mulai sepi, hanya ada lampu yang

sedikit remang sebagai pelita jalanan ini. Berbekal satu buah senter, kami menerobos dan

menyusuri jalan, di pertengahan jalan ada orang-orang yang berkumpul di pos ronda. Mereka

akan membunyikan kentongan setiap satu jam sekali untuk menunjukkan sudah jam berapa (hal

semacam ini sudah tidak ditemukan lagi di Surabaya).

Bulan mulai beranjak ke peraduannya (padahal lagi mendung. hehehe) tanda malam

menjelang mengganti siang. Perencanaan buat besok adalah kita survei ke rumah warga buat

tanya-tanya. Acara selanjutnya adalah makan malam, kalian tahu, di sini pola makanku lebih

teratur dibanding di Surabaya.

Mengisi kesibukan, kami bermain kartu dengan cucu bu Parti, namanya meli.

Foto-foto ini penuh dengan kenangan keceriaan di Bodag. Keakraban dan kekeluargaan semakin

tambah dekat disini. Dari gambar diketahui semua pernah kalah main kartu dan kena sanksi

coretan bedak bayi.

Page 67: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

8

Hari Ketiga di Pacitan

Seperti sebelumnya, aku bangun lebih awal dibanding yang lain, bersih-bersih diri dan

rutimitas selama di Pacitan terulang lagi. Acara pagi ini adalah survei. Rumah warga yang kami

datangi, berada beberapa meter dari tempat kami tinggal. Saat kami kesana, warga baru pulang

dari gotong royong bersih-bersih, setiap dua minggu sekali mereka selalu kerja bakti.

Foto ini diambil ketika berkunjung di rumah salah satu warga dan Kaur desa Bodag. Ternyata

terdapat home industri disini yaitu pembutan kolong (kalau sekitar daerahku, namanya alen-

alen), itu jajanan yang disuguhkan di depan kami. Selain home industri, setiap rumah warga pasti

ada tanaman atau kebun yang berisi rambutan, coklat, mangga, dan tumbuhan lainnya. Mereka

tidak membiarkan lahan rumah kosong begitu saja. (Menarik bukan?.. ) (kerjasama dengan orang

lain merupakan pelajaran yang kudapat disini)

Sampai siang kami berkunjung ke rumah warga, sudah waktunya kami pulang untuk

istirahat. Susana di rumah bu Parti lebih ramai dibanding sebelumnya. Ternyata ada teman pak

Kaur yang menikah dengan tetangganya. Tak disangka mereka juga dari Kediri, pantas saja tahu

daerahku. Pak Kaur sendiri pun istrinya juga dari Kediri. Setelah mereka pulang, aku pergi untuk

tidur. Rencananya sore nanti kami akan berkunjung ke warga lagi.

Sore harinya di rumah, aku mandi terlebih dahulu dan berlanjut teman-teman yang lain.

Banyak pengalaman dan pelajaran yang didapat selama tiga hari disini. Tidak lama teman-teman

dari tim Sidomulyo datang berkunjung, mereka bermaksud meminta bantuan untuk membantu

survei mereka. Rencana dan strategi sudah disiapkan, dengan senang hati kami mau membantu.

Menghubungi pendamping juga sudah kami lakukan.

Magrib, setelah mereka pulang ada kabar kita tidak perlu membantu, dikarenakan tim

Ngadirojo bisa membantu. Persiapan kami sudah matang, akhirnya tidak jadi, kecewa itu pasti.

Page 68: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

9

(Pelajaran yang kudapat lagi, jangan pernah membuat orang lain kecewa, karena sangat tidak

menyenangkan). Malam ini kami menyibukkan diri dengan kegiatan masing-masing. Sinyal

disini susah, aku harus berada dekat parabola untuk mendapat sinyal, itu pun Cuma sedikit sinyal

yang masuk. Bahkan disarankan menaruh hp dalam gelas untuk mendapat sinyal. Terdengar aneh

memang, tapi beneran lho bisa. Hehehe…

Hari Keempat di Pacitan

Ketika sang mentari telah menampakkan sosoknya, kami bersiap untuk melihat keadaan

desa Bodag. Dusun-dusun desa Bodag terpisah oleh dua dusun desa lain, untuk mencapai ke

sana. Kami meminjam dua buah sepeda motor dan satu sepeda untuk pergi kesana. Walupun

cuaca sedikit tidak bersahabat, karena gerimis, tidak mengurangi niat kami untuk melakukan

aktivitas yang telah kami susun.

Jalannya menanjak dan perlu waktu sekitar setengah jam untuk mencapai Polindes

Bodag. Saat musim kemarau ataupun penghujan susah bagi warga disini mendapatkan air, maka

dari itu tiap musim hujan mereka pasti menampung air hujan di drum yang besar. Kami juga

sharing-sharing dengan mbak rita soal pemicuan. Seperti daerah pegunungan biasanya,

pemandangan disini sangat bagus.

Ini foto ketika pergi ke Polindes, disampingnya ada persawahan, lingkungannya masih begitu

asri. Alangkah indahnya jika kita sayang lingkungan.

Tujuan selanjutnya adalah berkunjung ke tim Bogoharjo, jalanan sudah berupa aspal,

tetapi tidak seperti Surabaya yang penuh dengan polusi. Semakin lama di Pacitan, membuatku

kembali ke kehidupanku sebelum tinggal di Surabaya, pendidikan sopan santun dari keluargaku

yang sangat ditekankan oleh ayah.

Page 69: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

10

Setibanya di Bogoharjo kami berbagi cerita dengan teman-teman disana mengenai

pemicuan. Tidak lupa juga agenda kita adalah mengabadikan kunjungan kami ke Bogoharjo.

Tidak kalah seru cerita dari teman-teman di Bogoharjo juga menarik. Kami akhirnya

melanjutkan perjalanan lagi, kali ini Tanjungpuro (dusun Beton) yang akan menjadi kunjungan

berikutnya.

Setelah bertanya mencari alamat, kami bisa ke Beton, jalan yang kami lewati berbelok-

belok dan melewati sebuah jembatan gantung. Akhirnya sampai juga, tapi sayang teman-teman

di Beton lagi stress, katanya karena pemicuan hari ini gagal total. Mungkin itu menjadi

pengalaman tersendiri bagi mereka. Sepulang dari Beton, kami menyewa becak cinta (saya juga

gak tahu kenapa dinamakan becak cinta, jadi silahkan cari artinya sendiri ya!!^^). Aktivitas ini

juga kudokumentasikan lewat video. (Videonya tidak bisa kumasukkan kesini). Sebagai ucapan

terimakasih kami membeli sedikit oleh-oleh ke bu Parti.

Foto ini diambil oleh Rohim

Page 70: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

11

Di sepanjang jalan banyak kejadian lucu, mulai kami menyapa orang, karena sudah

menjadi kebiasaan disini, Kalian tahu apa yang terjadi?? Yang kami sapa ternyata tuli -_-, (bisa

kalian bayangkan sendiri, bagaimana malunya)

Hari sudah malam, hanya kerlap kerlip lampu yang kelihatan mengganti bintang yang tak

mau menampakkan sinarnya. Kami pulang setelah seharian melancong, tak terasa besok kami

harus pulang ke Surabaya. Malam ini aku sudah menyiapkan peralatan untuk pulang (belajar dari

keberangkatan ke Pacitan). Meli (cucu bu Parti) bercerita kalau adanya kami membawa suasana

ramai disini. Meli ditinggal pergi oleh ibunya, ini juga membuatku belajar bahwa aku masih

mempunyai kedua orang tua yang utuh dan sayang padaku, betapa beruntungnya aku.

(Terimakasih Ya Alloh). Kami tidak langsung tidur, tetapi membuat laporan tim Bodag selama

kami di Pacitan.

Hari kelima

Waktu cepat berlalu, ya hari ini selasa, 12 Maret 2013, hari terakhir kami di Pacitan. Dari

pagi kami sudah sibuk bersih-bersih, masak, dan setrika. Penampilan kami berbeda jauh

dibanding kedatangan kami di Pacitan, sekarang lebih segar dan rapi. Rasanya akan merindukan

keluarga ini jika pulang nanti, keluarga yang ramah, desa yang tenang, dan candaan teman-teman

satu sama lain.

Ini foto-foto terakhir kami di rumah bu Parti. (Saat ini terasa rindu kesana-_-)

Kegiatan pagi ini tidak lupa kudokumentasikan, bahkan mau berangkat saja masih

diselangi keributan-keributan lucu dari kami (Hahaha…. Kalian bisa bayangkan siapa pemicunya

^^). Benar-benar terbentuk keluarga baru disini, bersama angkatan dua yang sebelumnya cuma

Page 71: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

12

kenal biasa, tapi menjadi lebih akrab lagi. Biasanya sinyal susah, tapi hari ini kebetulan bisa, dan

ditelepon oleh tim Bogoharjo (Arun) untuk segera berangkat ke Puskesmas.

Persiapan pulang

Kami berangkat ke puskesmas diantar oleh pak Kaur dengan mobilnya, di ruangan sudah

berkumpul keluarga dari Bogoharjo dan Beton, acara dimulai setelah kedatangan tim dari

Sidomulyo dan Ngadirojo. Laporan kegiatan pertama dari Bodag, karena yang lain belum ada

persiapan. Acara selesai pukul setengah sebelasan. Kami berfoto dengan pihak-pihak dari

puskesmas Ngadirojo.

Foto ini ada mbak rita dan pak Agus, pendamping tim Bodag. Sebelah kanan adalah foto semua

tim pemicu. Lukisan hati yang senang terlihat dalam wajah kami. Puas berfoto kami berpamitan

dan naik bus, siap untuk pulang.

Kami singgah sebentar di pantai Pidakan Pacitan, sekalian rekreasi, karena kami belum

pernah rekreasi bersama seluruh tim pemicu selama di Pacitan.

Foto-foto ini diambil di Pantai Pidakan. Pantai yang masih bersih, ombak yang besar dan pemandangan sekitar yang memikat hati. Ayo-ayo ada yang mau kesini lagi ?? ^^.

Page 72: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

13

We Are Back (ITS) Kami melanjutkan perjalanan lagi hingga pukul 21.00 WIB, bus yang kami tumpangi

akan sampai di ITS. Bau-bau tugas sudah mulai bertebaran, selama hampir seminggu melupakan

Surabaya sejenak, langsung diserbu dengan Jarkom baik tugas atau pun kegiatan. Di Markas

KSR PMI ITS kami sudah disambut teman-teman yang tidak jadi berangkat. Perwakilan tiap

desa pun bercerita kegiatan selama pemicuan.

Nahhh, sudah di ujung ceritaku di Pacitan. So, the conclusion of my trip and experience

at KIM are :

1. The lesson that I get from KIM

Jangan pernah membuat orang menunggu

Keluarga itu sangat berharga, maka aku harus selalu bersyukur

Membuatku mengingat tata krama yang benar-benar ditekankan oleh Ayah

Bisa menyesuaikan diri di daerah yang baru, berbaur dengan masyarakat

Bicara di depan orang banyak

Lebih bisa mendengarkan dan memperhatikan orang lain

Belajar untuk menjadi kakak yang baik

Jangan pernah merasa takut sebelum melakukannya

2. The experience that I get :

Sebenarnya semua adalah pengalaman baru bagiku, mulai dari susahnya

mengurusi perizinan kuliah, tinggal di daerah baru, harus bisa segala masakan,

benar-benar seperti keluarga tidak dengan angkatan satu saja tetapi juga dengan

angkatan dua, pengalamanku pokoknya masih banyak (capek ngetik -_-,,,, maaf

ya!!)

3. Harapanku untuk KIM selanjutnya :

Be on time ^^

Daerah yang dituju sebaiknya benar-benar daerah yang belum pernah mendapat

pemicuan

Pelatihan sebaiknya jangan H-1, supaya bisa mengajari yang lain dan persiapan

lebih mantap

Peralatan sudah dibagi per tim

Page 73: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"

14

Sosialisasikan atau ajari per tim bagaimana mengelola dana buat konsumsi per

tim

Kelompok-kelompok harus fix dahulu, supaya bisa berkoordinasi dan belajar

bersama atau simulasi dengan kelompoknya sebelum pemicuan nanti

Lebih diperbaiki lagi bagaimana alur surat-surat untuk perizinan (baik di ITS

ataupun di Daerah yang dituju)

4. Alasanku membuat cerita ini :

Biar ada yang terinspirasi mengikuti jejak kami

Memberikan gambaran hidup di tengah masyarakat

Supaya kalian tahu bahwa ketakutan hanya akan menghalangi kita untuk

melangkah

Memberikan informasi bahwa suatu rencana tak selamanya seperti dugaan,

sesuaikan diri kalian menghadapi semuanya

Supaya kalian juga tahu untuk selalu mempersiapkan planning A, B, C dan

lainnya

Salam-salam

Cerita ini kubuat untuk kalian semua, terimakasih telah membaca sampai akhir.

terimakasih ku ucapkan untuk teman-teman KIM yang telah menyukseskan acara ini.

Terimakasih buat teman-teman yang telah menyambut kedatangan kami. Special thanks

kuucapkan buat keluarga bu Parti yang telah menganggap kami tim Bodag seperti

keluarga sendiri.

Terus jaga kekeluargaan kita untuk teman-temanku, adik-adikku generasi KSR

PMI ITS selanjutnya, selanjutnya, dan selanjutnya. Good job.

Page 74: Ini Ceritaku - KSR ITS Mengabdi"