inkonsistensi pp71 - permen 64

6
Nama : Risqi Kurniawati NIM : 2013230889 INKONSISTENSI PP 71/2010 DEN!N PERMEND!RI "#/2013 1$ In%&nsist'nsi : (asis !%untansi PP 71 / 2010 Lampiran I.01 Kerangka Konseptual Paragraf 42 disebutkan “Basis akuntansi ang digunakan dalam laporan keuangan pemerinta! adala! basis akrual" untuk pendapatan#L$" beban" aset" ke%a&iban" dan ekuitas. 'alam !al pertauran perundangan me%a&ibkan disa&ikanna laporan keuangan dengan basis kas" maka entitas %a&ib mena&ikan laporan demikian.( Permendagri )4 / 201* Kebi&akan akuntansi pelaporan keuangan tentang basis akuntansi di sebutkan “Basis akuntansi ang digunakan dalam laporan keuangan pemerinta! daera! aitu basis akrual. +amun" dalam !al anggaran disusun dan dilaksanakan berdasar basis kas" maka L,- disusun berdasarkan basis kas.( !na)isa : 'ari kedua pernataan dalam dua peraturan tersebut menebutkan basis akuntansi adala! akrual" akan tetapi untuk laporan realisasi anggaran menggunakan basis kas. 'ari sini terli!at adana inkonsistensi penerapan basis akuntansi" karena pada realisasi anggaran diatat menggunakan basis kas &ika anggaran menggunakan basis kas" sedangkan &ika anggaran disusun menggunakan basis akrual maka realisasi anggaran disusun dengan basis akrual. al ini suda! tidak memenu!i sala! satu dari delapan prinsip ang digunakan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan pemerinta!" aitu prinsip konsistensi. e!ingga basis akrual penu! ang diusung masi! belum tepat. -da kemungkinan &uga pi!ak pemerinta! enggan mengakui -PB+ ang belum terealisasi sebagai !utang pemerinta! pusat ter!adap pemerinta! daera! &ika basis akuntansi pemerinta!an menggunakan basis akrual penu!.

Upload: iracumi

Post on 10-Oct-2015

36 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

aaa

TRANSCRIPT

Nama: Risqi Kurniawati

NIM: 2013230889INKONSISTENSI PP 71/2010 DENGAN PERMENDAGRI 64/2013

1. Inkonsistensi: Basis Akuntansi

PP 71 / 2010

Lampiran I.01 Kerangka Konseptual Paragraf 42 disebutkan Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis akrual, untuk pendapatan-LO, beban, aset, kewajiban, dan ekuitas. Dalam hal pertauran perundangan mewajibkan disajikannya laporan keuangan dengan basis kas, maka entitas wajib menyajikan laporan demikian.

Permendagri 64 / 2013

Kebijakan akuntansi pelaporan keuangan tentang basis akuntansi di sebutkan Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah daerah yaitu basis akrual. Namun, dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan berdasar basis kas, maka LRA disusun berdasarkan basis kas.

Analisa:Dari kedua pernyataan dalam dua peraturan tersebut menyebutkan basis akuntansi adalah akrual, akan tetapi untuk laporan realisasi anggaran menggunakan basis kas. Dari sini terlihat adanya inkonsistensi penerapan basis akuntansi, karena pada realisasi anggaran dicatat menggunakan basis kas jika anggaran menggunakan basis kas, sedangkan jika anggaran disusun menggunakan basis akrual maka realisasi anggaran disusun dengan basis akrual. Hal ini sudah tidak memenuhi salah satu dari delapan prinsip yang digunakan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah, yaitu prinsip konsistensi. Sehingga basis akrual penuh yang diusung masih belum tepat. Ada kemungkinan juga pihak pemerintah enggan mengakui APBN yang belum terealisasi sebagai hutang pemerintah pusat terhadap pemerintah daerah jika basis akuntansi pemerintahan menggunakan basis akrual penuh.2. Inkonsistensi: Prinsip Realisasi PP 71 / 2010

Dalam PP 71 / 2010 tentang prinsip realisasi paragraf 49 di dijelaskan bahwa prinsip layak-temu biaya-pendapatan (matching cost against revenue principle), dalam akuntansi pemerintah tidak mendapat penekanan sebagaimana dipraktekkan dalam akuntansi komersial. Permendagri 64 / 2013

Dalam pasal tentang penetapan kebijakan akun, terdapat kewajiban untuk melakukan penyusutan terhadap aset pemerintah. Penyusutan termasuk dalam salah satu penerapan konsep matching cost-against revenue principle di mana nilai aset disusutkan seiring dengan pendapatan yang diperoleh selama masa manfaat aset.Analisa:Selain dalam penyusutan, konsep matching cost-againts revenue principal juga diterapkan dalam pengukuran nilai aset, di mana aset tersebut dibangun (bukan diperoleh dalam usaha jual-beli), pengakuan nilai asetnya berdasarkan biaya yang dikeluarkan selama masa konstruksi. Sehingga, inkonsistensi terjadi antara dua peraturan tersebut. Dimana PP 71 / 2010 disebutkan tidak ada penekanan, di dalam Permendagri 64/2013 mengatur sebaliknya.3. Inkonsistensi: Prinsip Subsatansi Mengungguli Bentuk Formal

PP 71 / 2010

Dalam PP 71/2010 Paragraf 50 disebutkan Informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka transaksi atau peristiwa lain tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi, dan bukan hanya aspek formalitasnya. Apabila substansi transaksi atau peristiwa lain tidak konsisten/berbeda dengan aspek formalitasnya, maka hal tersebut harus diungkapkan dengan jelas dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Permendagri 64/2013

Dalam Permendagri 64/2013 Pasal 8 ayat 1 disebutkan Pencatatan transaksi pelaksanaan anggaran disesuaikan dengan dokumen anggaran.

Analisa:

Terdapat inkonsistensi antara kedua peraturan, satu pihak menganjurkan dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi, dan bukan hanya aspek formalitasnya. Pihak lainnya menganjurkan Pencatatan transaksi pelaksanaan anggaran disesuaikan dengan dokumen anggaran. Sehingga kedua peraturan tersebut tidak sinkron antara satu dengan yang lainnya.4. Inkonsistensi: Pengakuan Unsur Laporan KeuanganDalam PP 71/2013 tentang pengakuan unsur laporan keuangan paragraf 85 di jelaskan kriteria minimum yang perlu dipenuhi oleh suatu kejadian atau peristiwa untuk diakui salah satunya adalah ...(b) kejadian atau peristiwa tersebut mempunyai niali atau biaya yang dapat diukur dan diestimasi dengan andal. Jika kriteria tersebut dibandingkan dengan matching cost-against revenue principle (PP 71/2010) dan Pengukuran Aset Tetap harus memperhatikan kebijakan pemerintah daerah mengenai ketentuan nilai satuan minimum kapitalisasi Aset Tetap (Permendagri 64/2013)Analisa:

Pada PP 71/2010 tentang matching cost-against revenue principle tidak mendapat penekanan sebagaimana dipraktekkan dalam akuntansi komersial. Hal tersebut kontradiktif satu sama lain karena pada kenyataannya akuntansi basis akrual dalam SAP sangat menekankan pada matching principle seperti pada akuntansi komersial.Sedangkan pada Permendagri 64/2013 disebutkan bahwa Pengukuran Aset Tetap harus memperhatikan kebijakan pemerintah daerah mengenai ketentuan nilai satuan minimum kapitalisasi Aset Tetap. Jika nilai perolehan Aset Tetap di bawah nilai satuan minimum kapitalisasi maka atas Aset Tetap tersebut tidak dapat diakui dan disajikan sebagai Aset Tetap... Besaran nilai minimum kapitalisasi aset tetap dan jenisnya ditetapkan oleh kepala daerah. Sehinga keandalan penilaian aset tetap menjadi berkurang karena terdapat campur tangan daerah dalam mengatur besaran minimum kapitalisasi aset tetap, selain keandalan data yang berkurang, tingkat materialitas suatu angka minimum juga harus diuji.5. Inkonsistensi: Pengakuan Aset dan Kewajiban PP 71 / 2010 dan Permendagri 64/2013

Aset diakui pada saat diterima atau kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah. Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima atau pada saat kewajiban timbul.Analisa:SAP yang menetapkan bahwa basis akuntansi yang dipakai adalah basis akrual. Menjadi tidak konsisten jika masih ada suatu aset atau kewajiban diakui pada saat diterima. Seharusnya jika menggunakan akrual penuh semua aset dan kewajiban diakui saat timbul.6. Inkonsistensi: Konstruksi Dalam Pengerjaan

PP 71 / 2010

Dalam PP 71/2010 tentang Konstruksi Dalam Pengerjaan Paragraf 17 disebutkan Suatu Konstruksi Dalam Pengerjaan dipindahkan ke aset tetap yang bersangkutan (tanah; peralatan dan mesin; gedung dan bangunan; jalan, irigasi, dan jaringan; aset tetap lainnya) setelah pekerjaan konstruksi tersebut dinyatakan selesai dan siap digunakan sesuai dengan tujuan perolehannya. Permendagri 64 / 2013

Dalam Permendagri 64/2013 disebutkan Pengukuran Aset Tetap harus memperhatikan kebijakan pemerintah daerah mengenai ketentuan nilai satuan minimum kapitalisasi Aset Tetap. Jika nilai perolehan Aset Tetap di bawah nilai satuan minimum kapitalisasi maka atas Aset Tetap tersebut tidak dapat diakui dan disajikan sebagai Aset Tetap,....Analisa:

Dalam PP 71/2010 tidak diatur secara rinci mengenai teknis akuntansi konstruksi dalam pembangunan. Di sisi lain Permendagri 64 / 2013 juga tidak mengatur secara jelas dan rinci pengukuran dan pengungkapan tentang Konstruksi Dalam Pembangunan hanya dibahas Aset Tetap. Sehingga mungkin akan muncul banyak persepsi dalam menilai konstruksi dalam pembangunan.7. Inkonsistensi: Konstruksi Dalam Pengerjaan PP 71 / 2010

Dalam PP 71/2010 tentang konstruksi dalam pengerjaan paragraf 18 disebutkan Konstruksi Dalam Pengerjaan dicatat dengan biaya perolehan Permendagri 64 / 2013

Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari harga belinya atau konstruksinya, termasuk bea impor dan setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dalam membawa aset tersebut ke kondisi yang membuat aset tersebut dapat bekerja....

Biaya perolehan dari masing-masing Aset Tetap yang diperoleh secara gabungan ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar masing-masing aset yang bersangkutan.

Analisa:

Adanya inkonsistensi dalam pengukuran biaya aset dalam pengerjaan. jika sudah ditetapkan konstruksi dalam pengerjaan dicatat sebesar biaya perolehan, maka seharusnya jika aset diperoleh secara gabungan kenapa tidak menjumlahkan harga perolehannya. Akan tetapi menggunakan alokasi harga berdasarkan nilai wajar.8. Inkonsistensi: Laporan Keuangan Konsolidasi PP 71 / 2010

Dalam pasal PP 71/2010 tentang prosedur konsolidasi paragraf 12 disebutkan ...Namun demikian, apabila eliminasi dimaksud belum dimungkinkan, maka hal tersebut diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Permendagri 64 / 2013

Dalam Lampiran I Permendagri 64/2013 tentang basis akuntansi disebutkan Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah daerah yaitu basis akrual. Namun, dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan berdasar basis kas, maka LRA disusun berdasarkan basis kas.

Analisa:

Jika basis akuntansi menggunakan basis akrual, maka eliminasi atas semua akun timbal balik harus sudah bisa dilakukan pada akhir periode. Hal tersebut menjadi kontradiktif dengan tidak adanya penekanan terhadap konsolidasi laporan keuangan jika menggunakan basis akrual. Akan tetapi jika menggunakan basis kas dimungkinkan eliminasi akun timbal balik tidak dapat dilaksanakan pada akhir periode pelaporan.9. Inkonsistensi: Laporan Keuangan Konsolidasi PP 71 / 2010

Dalam Pasal PP 71/2010 tentang hal pengungkapan paragraf 25 disebutkan Dalam hal konsolidasi tidak diikuti dengan eliminasi akun timbal balik sebagaimana disebut pada paragraf 12 maka perlu diungkapkan nama-nama dan besaran saldo akun timbal balik tersebut, dan disebutkan pula alasan belum dilaksanakannya eliminasi. Permendagri 64 / 2013

Dalam Lampiran I Permendagri 64/2013 tentang basis akuntansi disebutkan Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah daerah yaitu basis akrual. Namun, dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan berdasar basis kas, maka LRA disusun berdasarkan basis kas.

Analisa:

Adanya inkonsistensi dalam SAP yang menggunakan basis akrual. Karena pada dasarnya masih memberi peluang tidak dijalankan sepenuhnya basis ini. Hanya cukup memberikan penjelasan mengenai nama dan besaran saldo akun serta alasan belum dilaksanakannya eliminasi. Akan tetapi tidak diatur secara spesifik, jika yang disebutkan dalam catatan atas laporan keunagan adalah akun yang menggunakan basis kas, masih dapat dimaklumi. Jika yang dicantumkan selain akun tersebut, maka akan menjadi sangat tidak relevan peraturan ini dibuat.