inovasi pelayanan publik di kantor desa landungsari
TRANSCRIPT
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
440
INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR DESA
LANDUNGSARI
Unika Basyirah Bari Brahma1, Alifia Putri Syafira2, Zulfiah Nur Hasannah3
, Iradhat Taqwa Sihidi4
Universitas Muhammadiyah Malang
Alamat Korespondensi: [email protected]
ABSTRAK
Pelayanan publik adalah Pemberian layanan yang dilakukan oleh pemerintah sebagai
penyelenggara negara untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (publik) yang sesuai dengan
peraturan yang berlaku.Desa Landungsari merupakan salah satu instansi pemerintah yang
mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam pemberian pelayanan publik. Baik atau buruk
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat akan tergantung pada kualitas dan kuantitasnya.
Revolusi industri 4.0 bisa di katakan era digilatisasi. Yang dulunya manusia sebagai elan vital
sekarang mengalami pergeseran menjadikan mesin atau teknologi. Revolusi industri 4.0 sangat
bagus untuk menunjang kinerja-kinerja birokrasi khususnya dalam melakukan inovasi pelayanan
publik.. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui inovasi pelayanan publik di Kantor
Desa Landungsari. Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah jenis kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kantor Desa Landungsari. Objek yang
diteliti adalah Kantor Desa Landungsari. Pengumpulan data melalui wawancara dan dokumentasi.
Analisis data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk narasi dan kutipan langsung hasil
wawancara tersebut. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan bahwa inovasi pelayanan publik
di Kantor Desa Landungsari belum dilaksanakan sepenuhnya hal ini dikarenakan sumber daya
manusia yang kurang memadai dan masih terjadi beberapa faktor penghambat pelaksanaan inovasi
tersebut, antara lain kesadaran masyarakat untuk mempersiapkan segala sesuatu yang menjadi
persyaratan untuk melakukan suatu urusan pengurusan surat menyurat atau pelayanan lainnya di
Kantor Desa Landungsari agar tidak terjadi keterlambatan dalam proses peayanan. Kemudian pada
alat bantu, perlunya pembaruan komputer yang sudah lambat yang mengakibatkan proses
pelayanan menjadi lama.
Kata kunci : Inovasi Pelayanan Publik, Revolusi Industri 4.0
ABSTRACT
Public service is the provision of services carried out by the government as the organizer of the
state to meet the needs of the public (public) in accordance with applicable regulations. Desa
Landungsari is one of the government agencies that has the duties and responsibilities in
providing public services. Good or bad service provided to the community will depend on the
quality and quantity. The industrial revolution 4.0 can be said to be a era of graft. What used to be
a human as a vital elan is now experiencing a shift into a machine or technology. The industrial
revolution 4.0 is very good to support the performance of the bureaucracy, especially in carrying
out public service innovations. The purpose of this research is to find out public service
innovations at the Landungsari Village Office. The research method used by researchers is a
qualitative type with a descriptive approach. The location of this research was carried out at the
Landungsari Village Office. The object under study was the Landungsari Village Office. Data
collection through interviews and documentation. Data analysis in this study was presented in the
form of narration and direct quotations from the interview. Based on the results of this study
indicate that public service innovation at the Landungsari Village Office has not been fully
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
441
implemented this is due to inadequate human resources and there are still several factors
inhibiting the implementation of these innovations, including public awareness to prepare
everything that is a requirement for doing a business the management of correspondence or other
services at the Landungsari Village Office to avoid delays in the service process. Then on the
tools, the need for a slow computer update which results in a long service process.
Keywords: Public Service Innovation, Industrial Revolution 4.0
PENDAHULUAN
Memasuki era teknologi yang canggih sekarang ini, semakin besar pula
tantangan yang harus dihadapi juga oleh Indonesia dan Negara – Negara lain di
dunia, yang diperuntukkan juga bagi Negara berkembang juga seperti Negara
Indonesia. Negara – Negara yang ada di seluruh dunia ini juga dituntut dalam
mengikuti arus perkembangan jaman dan arus globalisasi ini yang dimana seiring
dengan kemajuan teknologi yang begitu pesat dan canggih. Adapun permasalahan
– permasalahan yang harus dihadapi juga yakni permasalahan yang dimana
rendahnya suatu pelayanan publik yang dilakukan oleh aparatur sipil Negara
(ASN) sehingga munculnya permasalahan ini menjadikan isu di Indonesia.
Isu hangat yang mengenai Pelayanan publik itu dikarenkan hal ini bisa
dikatakan sebagai suatu lingkungan yang bisa berinteraksi antara pemerintah dan
warga negaranya. Berdasarkan Undang – Undang No. 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik, pelayanan publik merupakan suatu kegiatan atau sebuah
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan yang sesuai
dengan peraturan perundang – undangan bagi setiap warga negaranya dan
penduduk atas barang , jasa atau pelayanan administratifnya yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik1. Jadi dengan adanya terkait undang – undang ini
kebutuhan masyarakat dalam masalah pelayanan juga ikut meningkat dan
kesiapan pemerintah juga dalam memberikan pelayanan kepada warga negaranya.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
63 Tahun 2003 tentang pedoman umum penyelenggaraan pelayanan publik seperti
prosedur pelayanan, persyaratan pelayanan, kemampuan petugas pelayanan,
kecepatan pelayanan, keadilan mendapatkan pelayanan, kepastian biaya
pelayanan, dan kepastian jadwal pelayanan maka pemerintah memiliki
1 Undang – Undang No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
442
konsekuensi untuk meningkatkan pelayanan dalam sektor pelayanan publik.
Diharapkan aparat pemerintah di seluruh Indonesia melaksanakan pelayanan
publik dengan baik sesuai apa yang diharapkan oleh mayarakat.
Memuaskan masyarakat dan pencapaian keputusanmerupakan tujuan dari
pelayanan publik yang timbul dari kualitas pelayanan yang prima. Dimana hal ini
seringkali terjadi tuntutan yang ditujukan kepada pemerintah yakni Pegawai
Negeri Sipil. Seperti abdi Negara dan abdi masyarakat, dimana sebagai Pegawai
Negeri Sipil itu harus mampu bertindak dan juga bertanggungjawab secara penuh
dalam melayani masyarakatnya. Pada dasarnya semakin kuatnya tuntutan dari
masyarakat itu sendiri dalam pelayanannya yang juga lebih baik dan optimal juga
maka seluruh instansi pemerintah akan tergerak untuk lebih meningkatkan
prestasi kerja yang prima.2
Dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan publik sendiri, pemerintah
mempunyai kewajiban dalam melakukan perubahan kearah yang lebih baik.
Peningkatan kualitas pelayanan itu sendiri dapat dilakukan dengan melakukan
suatu terobosan yang dimana melalui inovasi pelayanan publiknya. Apabila kita
cermati dengan seksama maka kita ketahui bahwa perlunya suatu inovasi bagi
pelayanan publiknya agar bisa memaksimalkan suatu keputusan mengenai
masyarakatnya dan juga memberi sebuah solusi bagi sebuah kepentingan
masyarakatnya terkait dengan pelayanan publiknya. Pada dasarnya apabila kita
melihat dari segi konsepnya tentu juga bisa diartikan dengan memberikan sebuah
inovasi-inovasi baru yang dimana langsung tertuju kepada masyarakat, hal
tesebut bisa dikatakan sebagai dampak kebijakan yang bisa dirasakan secara
efektif dan juga efisien bagi kepentingan masyarakat.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun
2017 Tentang Inovasi Daerah khususnya pasal 2 ayat (2) bahwa sasaran Inovasi
Daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat
melalui: 1. Peningkatan pelayanan publik, 2. Pemberdayaan dan peran serta
masyarakat dan 3. Peningkatan daya saing daerah.3 Inovasi sektor publik
dibutuhkan untuk memberikan layanan publik yang lebih mencerminkan
2 Gumilar, Inovasi pelayanan administrasi terpadu kecamatan di kecamatan Kota Sumenep,
Kabupaten Sumenep. Kebijakan dan Manajemen Publik (2016), Hlm. 1 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2017 Tentang Inovasi Daerah
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
443
ketersediaan bagi pilihan – pilihan publik guna menciptakan keanekaragaman
metode pelayanannya. Dan selain itu juga bisa diketahui bahwa peran kerja
pemerintah dalam memberikan arahan itu harus di pahami betul – betul yang
berguna dalam memberikan sebuah inovasi secara langsung dapat membuka jalan
keluar dalam suatu problematika masyarakat dimana yang terkait dengan kinerja
pemerintah mengenai pelayanan publiknya.
Pada dasarnya pentingnya inovasi pada pemerintahan lokal di Indonesia
itu mulai menjadikan perhatian saat terjadinya pergeseran dalam sistem
pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi. Dimana desentralisasi dimaknai
sebagai penyerahan kewenangan dan tanggungjawab atas fungsi publik dari
pemerintahan pusat ke pemerintahan daerah.4 Pada awalnya, hakekat dari
desentralisasi tersebut adalah otonomi suatu masyarakat yang berada di dalam
teritoir tertentu, dan kemudian masuk ke dalam elemen wewenang yang mengatur
dan mengurus suatu kebijakan yang diselenggarakan secara konseptual oleh
pemerintah daerah. Lahirnya otonomi daerah melalui Undang – Undang Nomor
22 Tahun 1999, menjadi Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2003, dan kemudian
diperbaharui lagi menjadi Undang – Undang Nomor 32 Tahun 20145 Tentang
Pemerintahan Daerah menjadi dasar setiap lembaga Pemerintahan Daerah
melakukan inovasi dalam menyelenggarakan pemerintahan di daerahnya agar
dapat berjalan efektif dan efisien khususnya terkait penyelenggaraan pelayanan
public.
Berbicara mengenai penyelenggaraan pelayanan publik ini seakan – akan
memicu akan munculnya sebuah inovasi pelayanan publik yang dilakukan oleh
pemerintah yang ada di berbagai daerah yang ada di Indonesia, bisa kita ambil
contoh yakni pemerintah Kota Malang. Dalam mengoptimalkan pelayanan publik
di Kota Malang, pada saat Moch. Anton yang akrab di sapa Abah Anton ini selaku
pada saat menjabat Walikota Malang ini berpesan bahwa “kepada seluruh camat
dan kelurahan yang ada di Kota Malang ini agar bisa meningkatkan kualitas
4 Bhenyamin Hoeseein, Kebijakan Desentralisasi, Jurnal Administrasi Negara, Vol.I, No. 02,
Maret 2002 5 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
444
pelayanan publik. Dan menurut beliaulah pelayanan publik harus benar – benar
diupayakan dengan berbagai ragam inovasi yang ada di dalam masyarakat”6.
Secara administratif, saat ini Kota Malang terbagi menjadi 5 wilayah
kecamatan, 5 wilayah kecamatan itu sendiri terdiri dari 57 Kelurahan7. Dan
wilayah Kabupaten Malang secara administratifnya terdiri dari 33 kecamatan dan
12 kelurahan8. Dari segala upaya dan usaha yang dituturkan oleh mantan Walikota
Malang yang mengenai inovasi dari segi pelayanan publik tersebut muncullah
suatu kebijakan yang dihasilkan oleh salah satu kecamatan dau yakni desa
landungsari yang lebih tepatnya Kantor Desa Landungsari. Jadi berangkat dari
keluhan – keluhan masyarakat yang akan pelayanan publiknya yang menjadi suatu
permasalahannya yakni efisiensi waktu, dan kebutuhan warga sekitar semakin
banyak. Di samping itu juga ketersediaan sumber daya manusia tidak mencukupi
yang menjadi salah satu lambatnya suatu pelayanan publik. Dalam mengatasi hal
tersebut, muncullah suatu kebijakan yang dihasilkan yakni membuat pelayanan
satu atap dan juga sistem yang namanya “SILADESKEL” (Sistem Layanan
Administrasi Desa dan Kelurahan).
Jadi pada tahun 2000 pada Kantor Desa Landungsari sendiri dalam
memberikan akses pelayanan publiknya masih tergolong manual. Adapun sistem
administratifnya juga masih menggunakan kertas / blangko manual dan menulis.
Pada saat itu juga masih ada sistem komputernya hanya satu saja. Dalam hal ini
lambat laun kebutuhan warga dalam permohonan surat - menyurat bisa menguras
banyak waktu karena permasalahan teknis nya juga belum memadai dan tenaga
kerja masih belum mendukung. Dan seluruh administrasinya masih di handle oleh
semua bidang yang bersangkutan. Seiring berjalannya waktu ini bisa dikatakan
tidak efisien, dan juga kebutuhan warga / masyarakat sekitarnya semakin banyak
dalam hal permohonan surat – menyurat.
Tahun 2010 perangkat desa yang ada di Kantor Desa Landungsari
membuat sebuah kebijakan yakni sistem pelayanan satu atap. Dari sistem
pelayanan satu atap ini memberikan dampak positif untuk pelayanan yang ada di
Kantor Desa Landungsari, dulunya sistem administratisnya di handle oleh semua
6 https://malangkota.go.id yang diakses pada tanggal 28 November 2019 7 https://ngalam.co yang diakses pada tanggal 28 November 2019 8 https://ngalam.id yang diakses pada tanggal 28 November 2019
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
445
bidang masing – masing tetapi sekarang menjadi satu pintu saja. Tetapi dari segi
teknisnya juga melibatkan bidang – bidang yang ada di kantor desa tersebut.
Sehingga dengan ada sistem pelayanan satu atap ini mengajukan surat – menyurat
kini menjadi lebih efisien dalam segi waktu.
Tidak hanya sampai pada tahun 2010 saja, seiring berjalannya waktu pada
tahun 2018 perangkat desa Landungsari terus melakukan inovasi yang sekiranya
bisa meningkatkan pelayanan publik lebih efisien lagi, lahirlah sebuah software
yang bernama “SILADESKEL”. Aplikasi SILADESKEL ini membantu dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat sekitar Landungsari, dari yang dulu
sistem administrasinya masih manual dan menimbulkan dampak negatif yang
dirasakan oleh masyarakat landungsari sekarang berubah menjadi lebih baik dan
pastinya efisien dalam hal segi waktunya. Adapun baik semua masyarakat
landungsari dan juga perangkat desa juga merasakan dampak positifnya, namun
disisi lain juga ada dampak negatif yang dirasakan oleh perangkat desanya yakni
dalam data penduduk yang ada di desa Landungsari sendiri berkisar 10.000
warga, dan penduduk musimannya berkisar 12.000 orang, maka aplikasi software
ini tidak bisa berjalan dengan baik / competable yang dikarenakan database yang
ada di SILADESKEL ini murni warga Desa Landungsari saja. Sementara yang
mengajukan administrasi dalam hal surat – menyuratnya itu kebanyakan
penduduk musiman yang ada di Desa Landungsari.
Untuk mengetahui bagaimana penerapan inovasi dalam segi pelayanan
publik tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
“Inovasi Pelayanan Publik Di Kantor Desa Landungsari”
METODE PENELITIAN
1.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam proposal ini adalah penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data-
data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari informan penelitian dan
perilaku obyek penelitian yang diamati. Dalam penelitian ini tidak ada perlakuan
yang ditambahkan atau dikurangi dalam perolehan data di lapangan, penelitian ini
menggambarkan suatu gejala, kondisi dan sifat situasi secara apa adanya tanpa
adanya manipulasi pada waktu penyelidikan lapangan dilakukan. Tujuan
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
446
penelitian ini adalah melukiskan variabel atau kondisi obyek yang diamati secara
apa adanya tanpa adanya manipulasi.
1.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Desa Landungsari. Dengan
pertimbangan yang sesuai permasalahan dan tujuan penelitian yang telah
dirumuskan
1.3 Sumber Data
1. Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari
narasumber melalui wawancara, pendapat dari individu ataupun kelompok
bukan melalui media. Peneliti akan melakukan wawancara dengan informasi
untuk menggali mengenai bagaimana Inovasi Pelayanan Publik di Kantor
Desa Landungsari.
2. Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen (Sugiyono
2014). Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti buku,
laporan, jurnal dan lain-lain.
1.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang kami gunakan adalah sebagai berikut
yaitu:
1. Wawancara
Teknik pengumpulan data dengan wawancara merupakan tanya jawab
secara langsung dengan pihak yang bersangkutan dengan permasalahan yang
diteliti pada Inovasi Pelayanan Publik di Kantor Desa Landunsari.
2. Dokumentasi
Peneliti mengumpulkan data melalui dokumen-dokumen tertentu yang
berhubungan dengan judul penelitian.
1.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan data yang telah terkumpul dari hasil
wawancara tersebut, dengan studi kepustakaan dan analisis dokumentasi yang
ditafsirkan untuk mengetahui maksud dan makna dari penelitian tersebut. Hal ini
bisa dihubungkan dengan masalah penelitian yang akan diteliti. Adapun data yang
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
447
akan terkumpul itu disajikan dalam bentuk narasi dan kutipan langsung hasil
wawancara tersebut.
KERANGKA TEORI ATAU TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Inovasi Pelayanan
1. Definisi Inovasi
Rogers mengatakan bahwa sebuah invasi itu melahirkan sebuah ide,
praktik dan suatu objek yang dimana menganggap baru dikalangan unit – unit
lainnya. Selain itu Asian Development Bank Inovasi merupakan suatu yang
dikatakan baru di implementasikan dan juga memiliki pengaruh yang
menguntungkan. Bahkan inovasi sendiri itu di artikan sebagai sebuah perubahan
kejadian ataupun aktivitas yang merupakan dari konsep, proses, penerapan dan
kapabilitas yang dimana menentukan kesuksesan sebuah organisasi yang dimana
sebuah inovasi tersebut bisa membantu organisasi sektor publik dalam membuat
penilaian terhadap masyarakat.
2. Jenis-jenis Inovasi Pelayanan Publik
Menurut Agus Dwiyanto jenis-jenis inovasi pelayanan publik, yaitu :
a. Inovasi pelayanan
b. Inovasi dalam proses
c. Inovasi sistem
d. Inovasi konsepsual
3. Cara Menerapkan Inovasi
a. Nilai : Yang dimaksud dengan nilai ini yang di ibaratkan sebuah batasan yang
dimana dari pihak yang dikatakan cukup aneh. Artinya kita tidak akan
melahirkan sebuah inovasi tanpa adanya sebuah izin. Yang maksudnya
budaya yang berinovatif juag membutuhkan pemerintahan yang mendukung
apa saja ide – ide yang dilahirkan dan juga memastikan apakah ide – ide itu
sudah di angkut apa belum. Adapun masalah kebijakan dan juga perilaku itu
melihat dari sebuah inovasi. Adapun cara – cara yang dilakukan dalam
melahirkan sebuah inivasi yang baru seperti membuat cara – cara baru yang
dilakukan agar bisa mengenalkan sebuah inovasi yang baru didalam sebuah
organisasi yang contohnya penghargaan. Hal ini juga mempunyai kesan
positifnya agar melahirkan budaya – budaya yang berinovatif.
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
448
b. Sumber Daya : Sebuah sumber daya merupakan sumber atau pasokan dimana
sebuah organisasi mendapatkan keuntungan. Letakkan inovasi pada inti
strategi dan melengkapinya. Mengidentifikasi bidang prioritas untuk inovasi.
Kebijakan sumber daya manusia untuk mengeluarkan yang terbaik dari
inovator. Membangun lingkungan fisik yang membuat orang berpartisipasi.
Mengeksploitasi perbedaan: melibatkan personil yang bersemangat yang
berpikir kreatif dan melihat pola-pola baru, penggambaran pada
teknologi baru untuk menarik kebutuhan dan kemungkinan secara bersama-
sama. Membentuk tim khusus dan jaringan yang bertanggung jawab untuk
mempromosikan inovasi. Mendorong dan menarik untuk menciptakan
tekanan untuk inovasi, juga menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi. Mengelola persediaan dan arus pengetahuan untuk memperkaya
bahan baku pemikiran kreatif. Inovasi keuangan untuk memastikan bahwa
kurangnya sumber daya bukanlah kendala serius.
4. Kemampuan Inovasi
Adapun kemampuan inovasi sendiri juga memiliki potensi yang munculnya
suatu inivasi yang dikatakan efektif. Yang dimana seorang birokrasi yang ada di
pemerintahan juga menciptakan keratifitas dan juga inovasi – inovasi guna
menciptakan efektifitas pelayanan publik. Dimana efektifitas pelayanan publik ini
juga ditentukan oleh kemampuan inovasi – inovasi yang dimiliki oleh instansi
lembaga pemerintahan itu.
Terziovski beranggapan bahwa kemampuan dalam hal berinovasi di dalam
suatu lembaga. Adapun faktor – faktor yang dimana bisa disebut sebagai dimensi
kemampuan dalam hal berinovasi. Adapun hal – hal yang ada dalam dimensi
kemampuan dalam hal berinovasi yakni : perekatan dasar kompetensi, penguatan
dalam berinformasi dan juga dalam hal kecerdasan sebuah organisasi. Di dalam
hal dimensi kemampuan dalam hal berinovasi di jelaskan sebagai berikut :
a. Visi dan Strategi Inovasi
Visi dan strategi inovasi itu bukan hanya sebagai nilai utama dalam
penyelenggaran pemerintahan, akan tetapi ditempatkan sebagai tujuan. Dimana
inovasi menempati posisi yang sangat dihargai yaitu visi. Dengan posisi inovasi
yang saat ini, maka strategi itu didesain untuk menghasilkan sebuah inovasi,
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
449
diantaranya melalui penanaman nilai – nilai kewirausahaan dalam tubuh birokrasi
pemerintah daerah.
b. Perekatan Dasar Kompetensi
Dalam suatu langkah strategis untuk dapat meningkatkan suatu
kompetensi aparatur itu harus dilakukan karena hal tersebut digunakan untuk
meningkatkan kreatifitas Aparatur Sipil Negara, sehingga bisa lebih inovatif
dalam memberikan pelayanan publik dan untuk meningkatkan penguasaan e –
government.
c. Penguatan Informasi dan Kecerdasan Organisasi
Dalam kelancaran dan kecepatan arus informasi sangatlah penting bagi
keberhasilan suatu kegiatan yang dalam proses pendukungnya berada pada
banyak satuan unit kerja. Supaya informasi tersebut dapat mengalir dengan cepat
dan lancar, lembaga pada umumnya harus melakukan transformasi proses dengan
cara mendasarkan pada kemampuan teknologi informasi yang saat ini sedang
berkembang dengan pesat.
d. Orientasi Pasar Dan Pelanggan
Orientasi pasar dan Pelanggan dari pelayanan yang dihasilkan oleh
instansi pemerintah adalah masyarakat umum, dan tugas utamanya pemerintah
adalah memuaskan masyarakat melalui pelayanan publik tersebut. Dimana
hubungan pemerintah dan masyarakat ini, sebagai pemenuhan kepuasan
masyarakat adalah sebuah nilai yang harus tertanam pada jiwa Aparatur Sipil
Negara dalam menciptakan dan menjalankan sebuah inovasi pelayanan publik.
e. Manajemen Kreativitas dan Gagasan
Manajemen kreativitas dan gagasan merupakan inovasi yang tidak akan
terjadi jika tidak ada kebebasan untuk mengembangkan suatu gagasan dan
kreatifitas tersebut. Inovasi ini tidak hanya difasilitasi melalui pembukaan ruang
bagi munculnya berbagai gagasan yang kreatif, bahkan diletakkan sebagai fokus
utama dari strategi manajemen sumber daya manusia. Adapun manajemen sumber
daya manusia Aparatur Sipil Negara ini diarahkan untuk terciptanya
entrepreneurial spirit yang mengutamakan inovasi, teamwork, trustworthness,
prosperity, dan speed dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat.
f. Manajemen Teknologi
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
450
Teknologi menjadi suatu bagian yang tak terpisahkan dari inovasi dalam
pemerintah daerah. Dimana pemerintah daerah itu membangun jaringan kerja
berbasis teknologi informasi yang mampu menghubungkan berbagai lembaga
yang terkait dengan penyelenggaraan perizinan sampai di tingkat desa. Dalam
sebuah penelitian mengenai inovasi di sektor publik dengan diperoleh temuan
bahwa inovasi telah menciptakan suatu kesadaran tentang perlunya sektor publik
melakukan inovasi dan juga perlunya menggabungkan hasil – hasil inovasi ke
dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan khususnya dalam pelayanan publik.
Kemampuan dalam sebuah inovasi pada bidang pemerintahan itu bukanlah
suatu konsep yang seakan-akan berdiri sendiri, tetapi hal tersebut selalu berkaitan
dengan berbagai aspek manajemen, kepemimpinan, lingkungan politik dan
pemahaman kepentingan stakeholders, iklim organisasi, alokasi sumber daya dan
lain – lain yang sebagaimana tertera dalam suatu hal – hal yang menjadi
pendorong adanya suatu inovas pelayanan publik tersebut. Dengan banyaknya
faktor yang mempengaruhi kemampuan inovasi pelayanan publik itu
mengakibatkan perbedaan kemampuan dan keberhasilan suatu inovasi pada
masing-masing lembaga pemerintahan. Oleh karena itu dalam pemahaman
terhadap faktor – faktor tersebut sangat penting untuk dilakukan agar dapat
muncul suatu strategi untuk meningkatkan kemampuan inovasi pada suatu
organisasi atau lembaga pemerintahan yang efektif dan efisien.9
1.2 Pelayanan Publik
1. Definisi Pelayanan Publik
Dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik,
merupakan suatu Undang-Undang yang mengatur tentang prinsip-prinsip
pemerintah yang baik yang merupakan efektifitas fungsi-fungsi pemerintah itu
sendiri. Dengan adanya pelayanan publik yang di lakukan oleh pemerintah atau
koporasi yang dilakukan secara efektif sehingga dapat memperkuat demokrasi dan
hak asasi manusia, dalam mempromosikan kemakmuran ekonomi di suatu negara.
Adapun untuk dapat memberikan pelayanan publik secara menyeluruh bagi
pengguna jasa, dan penyelenggara pelayanan harus memenuhi asas pelayanan
sebagai berikut:
9 Asropi. Budaya Birokrasi dan Reformasi Birokrasi. Jurnal Ilmu Administrasi, 5 (3): 246-255.
2008
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
451
a. Kepentingan umum
b. Kepastian hukum
c. Kesamaan hak yang di dapatkan
d. Keseimbangan hak dan kewajiban
e. Keprofesionalan
f. Partifasif
g. Persamaan perlakuan / tidak diskriminatif
h. Keterbukaan
i. Akuntabilitas
j. Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok disabilitas
Pelayanan publik juga bertujuan untuk memuaskan keinginan masyarakat
dalam pemberian pelayanan yang baik.
2. Indikator Pelayanan Publik
Lijan Poltak Sinambela (2008:6) mengemukakan indikator-indikator yang
digunakan untuk melihat apakah pelayanan publik yang diberikan adalah
pelayanan yang prima atau tidak, indikator tersebut antara lain:
a. Transparansi
b. Akuntabilitas
c. Kondisional
d. Partisipatif
e. Kesamaan Hak
f. Keseimbangan Hak Dan Kewajiban
Berdasarkan pengertian di atas, maka pelayanan publik akan berkualias
apabila memenuhi asas-asas diantaranya: transparansi, akuntabilitas, partisipasif,
kesamaan hak, keseimbangan hak dan kewajiban, keprofesionalan, fasilitas,
ketepatan waktu dan kemudahan
3. Unsur-Unsur Pelayanan Publik
Menurut Bharata (2004:11) terdapat empat unsur yang harus dipenuhi,
yaitu:
a. Penyedia layanan
b. Penerima layanan
c. Jenis layanan
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
452
d. Kepuasan pelanggan
4. Jenis Pelayanan Publik
Munculnya pelayanan umum atau publik dikarenakan adanya kepentingan,
dan kepentingan tersebut bermacam macam bentuknya sehingga pelayanan publik
yang dilakukan ada beberapa macam. Menurut Hardiyansyah (2011:23) jenis
pelayanan umum atau publik yang diberikan pemerintah terbagi dalam tiga
kelompok, yaitu :
a. Pelayanan administratif
b. Pelayanan Barang
c. Pelayanan Jasa
Jenis pelayanan di Kantor Desa Landungsari termasuk kedalam kategori
pelayanan administratif dan pelayanan jasa.
5. Kualitas Pelayanan Publik
Kualitas menurut Fandy Tjiptono (2000:4) adalah suatu kondisi dinamis
yang berpengaruh dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang
memenuhi harapan, sehingga kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai upaya
pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya
dalam mengimbangi harapan konsumen. Kualitas pelayanan dapat diketahui
dengan cara membandingkan persepsi para konsumen atas pelayanan yang mereka
terima dengan pelayanan yang sesungguhnya yang mereka harapkan. Jika jasa
pelayanan yang diterima sesuai yang diharapkan, maka kualitas pelayanan
dipersepsikan baik dan memuaskan. Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih
rendah daripada yang diharapkan maka kualitas pelayanan dipersepsikan buruk
HASIL DAN PEMBAHASAN
Adanya Pelayanan Publik sangat berperan penting bagi keperluan orang
atau masyarakat dengan memberikan pelayanan atau melayani jika dinilai
mempunyai kepentingan pada organisasi tersebut. Tentunya harus sesuai dengan
tata cara serta aturan hukum yang telah ditetapkan. Dalam melayani masyarakat
sendiri adalah pemerintah dengan arti tidak dapat melayani dengan dirinya
sendiri. karena tentu dalam menciptakan kondisi dengan mengembangkan
kreativitas serta kemampuan yang dimiliki setiap anggotanya demi mencapai
tujuan bersama. Seperti yang kita rasakan akhir- akhir ini terkait pelayanan
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
453
publik, masyarakat selalu menuntut pelayanan publik yang mempunyai sifat
kompeten dan berkualitas dari birokrat itu sendiri. karena secara empiris
pelayanan publik yang ada saat ini bercirikan lambat, mahal, berbelit-belit. Hal
seperti itu cenderung masih diposisikan sebagai pihak yang melayani bukan
dilayani. Lagi-lagi Pelayanan Publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan
sesuai keperluan masyarakat atau orang pada organisasi tersebut. Seharusnya
birokrasi publik yang baik adalah mempunyai ciri professional, sederhana,
transparansi, efektif, responsive, tepat waktu serta dapat membangu kualitas
manusia dengan meningkatkan kapasitas masyarakat perindividu secara aktif dan
menentukan masa depannya. Pemerintah merupakan pihak berwajib yang
menyediakan barang publik dalam kaitanya degan barang publik murni dan sifat
barang privat khususnya barang publik yang dinamakan kebijakan publik. Barang
publik murni merupakan bentuk aturan yang tidak boleh diserahkan kepada
swasta yang terkait. Karena akan menimbulkan kepentingan kepentingan swasta
yang membuat aturan sehingga aturan itu menjadi penuh dengan ested interest dan
menjadikan ketidakadilan. Adanya barang publik murni tersebut akan membuat
peran pemerintah akan tetap melekat di sepanjang keberadaannya.
Yang dimaksud pelayanan publik ialah sebagai pemberi layanan atau
penyedia layanan untuk keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai
kepentingan. Pelayanan prima akan bermanfaat bagi upaya peningkatan kualitas
pelayanan pemerintah kepada masyarakat sebagai pelanggan dan sebagai acuan
pengembagan penyusunan standar pelayanan. Penyedia layanan, pelanggan atau
stakeholder dalam kegiatan pelayanan akan memiliki acuan tentang bentuk,
alasan, waktu, tempat dan proses pelayanan yang seharusnya. Penggunaan istilah
pelayanan publik (public service) di indonesia dianggap memiliki kesamaan arti
dengan istilah pelayanan umum atau pelayanan masyarakat. Oleh karna itu ketiga
istilah tersebut dipergunakan bersama dan tidak memiliki perbedaan mendasar,
Pelayanan berfungsi sebagai sebuah sistem yang menyediakan apa yang di
butuhkan oleh masyarakat. Terdapat empat unsur penting dalam proses pelayanan
publik, yaitu (Bharata,2004:11) :
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
454
1. Penyedia layanan, yaitu pihak yang dapat memberikan suatu layanan tertentu
kepada konsumen, baik berupa layanan dalam bentuk penyediaan dan
penyerahan barang (goods) atau jasa-jasa (services).
2. Penerima layanan, mereka yang di sebut sebagai konsumen yang menerima
berbagai layanan dari penyedia layanan .
3. Jenis layanan, yaitu layanan yang dapat di berikan kepada pihak yang
membutuhkan layanan .
Pelayanan publik adalah suatu usaha yang di berikan oleh pemerintah
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Penyelenggara pelayanan publik tidak
terlepas dari hubungan pemerintah selaku penyelenggara pelayanan dan
masyarakat sebagai pengguna layanan tersebut. Pemerintah dituntut untuk
memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat, kegiatan pemberi pelayanan
publik dapat diamati dari berbagai pelayanan salah satunya adalah di bidang
kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan tanggungjawab pemerintah dalam
upaya mencapai kesejateraan masyarakat di bidang kesehatan. Hal tersebut
tercantum pada cita-cita bangsa indonesia sebagaimana yang dimaksud dalam
pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945,
berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia pasal 36 tahun 2006 bahwa
setiap upaya pembangunan harus di landasi dengan wawasan kesehatan, dalam
arti dalam pembangunan nasional harus memperhatikan kesehatan masyarakat dan
merupakan tanggung jawab semua pihak bail pemerintah maupun masyarakat.
Dalam hal mengembangkan organisasi yang berorentasi pada kebutuhan dan
keinginan pengguna jasa, sebab kesalahan dalam mengedintifikasi kebutuhan dan
harapan pengguna jasa akan menyebabkan pelayanan tersebut menjadi tidak
berarti dan sia-sia. Pemerintah berperan besar dalam memberikan pelayanan
publik dan dapat berperan dalam memperbaiki atau memperluas pelayanan
kesehatan dengan berbagai cara antara lain memperluas sistem dan arus informasi
sehingga mampu untuk menangkap kecendrungan masalah kesehatan dalam
masyarakat untuk membangun prioritas kebijakan.
Peningkatan kualitas pelayanan publik adalah isu yang sangat penting
karena masyrakat terus menerus menuntut kualitas pelayanan publik tersebut agar
menjadi lebih baik. Karena peningkatan kualitas pelayanan publik adalah salah
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
455
satu bentuk aktivitas harapan dari sebuah konsumen kepada perusahaan.
Peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat di Desa Landungsari sangat
berkaitan erat dengan ketersediaannya Sumber Daya Manusia yang terampil.
Karena Sumber Daya Manusia itu sendiri salah satu factor yang sangat penting
dalam sebuah organisasi, baik institusi maupun perusahan terkait yang dimana
Sumber Daya Manusia merupakan sumber kunci dalam meningkatkan sebuah
organisasi. Selain karena keterkaitannya dengan Sumber Daya Manusia,
peningkatan kualitas pelayanan juga dipengaruhi oleh suatu kinerja birokrasi.
Ketika suatu birokrasi memiliki kinnerja yang buruk dalam memberikan
pelayanan kepada publik tersebut akan sangat mempengaruhi kinerja pemerintah
secara keseluruhan. Jadi memang perlu untuk mengubah pola pikir budaya kerja
dalam pembenahan organisasi untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik
dan bisa meningkatkan kepercayaan publik kepada pelayanan yang ada di kantor
Desa Landungsari kembali.
Fokus utama ketika membicarakan pelayanan publik adalah orang yang
dilayani dan orang yang melayani. Disini yang dikatakan orang melayani adalah
perangkat desa yang ada di Kantor Desa Landungsari dan yang dilayani adalah
warga Desa Landungsari itu sendiri. Pada prinsipnya pelayanan publik sengaja
dirancang agar pelayanan tersebut menjadi simple, cepat, dan tanpa biaya.
Mufarruh H. Rasyid sebagai kepala urusan umum di Kantor Desa Landungsari
mengatakan bahwa sebelum tahun 2000, pada awal sebelum terciptanya teknologi
informasi di Kantor Desa Landungsari masih menggunakan alat manual dan
hanya terdapat satu komputer saja. Hal ini juga disebabkan karena tenaga Sumber
Daya Manusia yang kurang memadai atau kurang mencukupi dan belum sesuai
dengan kompetensinya sehingga memperlambat pelayanan publik tersebut.
Kantor Desa Landungsari pada dasarnya seluruh administrasi publik telah
dihendle oleh masing-masing bidang (bidang Kartu Tanda Penduduk, Kartu
Keluarga, bidang pertanahan dan lain-lain) yang mana ternyata tidak berjalan
secara efisien karena disebabkan oleh kebutuhan pokok warga yang semakin
melonjak naik. Jika dulunya hanya 1 atau 2 orang saja yang datang untuk
menyerahkan surat (surat keterangan usaha, surat keterangan biasa, surat perizinan
dan lain-lain) dalam sehari, saat ini bisa mencapai 20 atau 30 orang dalam sehari
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
456
yang datang ke Kantor Desa Landungsari. Lalu pada awal tahun 2010, kantor
Desa Landungsari menyiapkan beberapa perangkat lunak dan perangkat keras
bertujuan ingin membuat pelayanan yang dinamakan Pelayanan Satu Atap. Hal ini
agar pelayanan publik dengan sistem satu atap atau satu pintu ini dianggap sudah
efektif, kemudian kelengkapan pelayanan yang maksimal dan cepat serta
terjangkau. Pelayanan ini dibuat agar yang dahulunya bermacam-macam bidang,
saat ini hanya 1 bidang saja yang menghendle dengan penerimanya melewati satu
pintu saja. Hal ini dilakukan agar warga penduduk Desa Landungsari yang datang
tidak menunggu terlalu lama untuk menyerahkan surat permohonan.
Tahun 2017, para perangkat Kantor Desa Landungsari telah mengikuti
beberapa pelatihan yang dinamakan dengan SILADESKEL (Sistem Layanan
Administrasi Desa dan Kelurahan) Pelatihan Siladeskel di mulai dengan dengan
Sumber Daya Manusia Kantor desa yang minim karna masih banyak yang belum
mengerti tentang Internet namun ada sebagian yang sangat mengerti akan internet.
Adapun perbedaan Sumber Daya Manusia yang sangat jauh antara satu desa
dengan desa yang lainnya ini menjadi awal hambatan dalam pelaksaan pelatihan
SILADESKEL. Pelatihan tersebut dilaksanakan secara santai dengan
menggunakan bahasa yang sangat sederhana supaya bahasa pengantar dapat di
terima oleh para peserta operator desa yang masih memiliki sedikit pengetahuan
tentang internet. Dengan minimnya Sumber Daya Manusia dalam operator desa
tentang internet karena memang terkakadang bermaslah dengan kendala teknis
jaringan IT celular di Desa Landungsari yang tidak merata. Setelah pelatihan
SILADESKEL berjalan kurang lebih sekitar 3 jam dan mencapai akhir pelatihan,
semua operator desa dapat menerima pelatihan dengan sempurna, hasilnya bagi
operator yang tadinya kurang akan pengetahuan internet kini sudah tidak lagi
bahkan saat ini sudah bisa menjalankan program SILADESKEL secara online
dengan baik.
Kekurangan setelah menerapkan sistem tersebut, jika Desa Landungsari
berpenduduk sejumlah 10.000 orang sedangkan penduduk musiman sebanyak
12.000 orang. SILADESKEL ini tidak berjalan secara kompetebel karena
database yang tersedia hanya database keuntungan Desa Landungsari. Sementara
yang mengajukan administrasi surat menyurat bukan hanya dari Desa
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
457
Landungsari sehingga para perangkat kantor desa memutuskan untuk kembali ke
manual. Lalu pada tahun 2018 diciptakannya SIKDES (Sistem Informasi
Manajemen Desa) sistem ini berguna untuk mengedit jika ada yang diikuti dari
orang luar dan sekaligus di save, akan tetapi lagi-lagi sistem ini dirasa kurang
efektif karena dirasa terlalu lama. Dan saat ini di kantor Desa Landungsari belum
berjalan sistem online, hanya sistem keuangan saja yang menggunakan sistem
online.
Bagan 1. Undang-Undang Tentang Desa
Dengan adanya dan disahkannnya UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa,
harapan dari masyarakat desa bahwa atas segala kebutuhannya dapat diakomodasi
dengan lebih baik. Atas pemberian tersebut harapan masyarakat desa dapat
meningkatkan mutu kualitas hidup masyarakat serta meningkatkan kesejahteraan
hidup dengan memberantas suatu permasalahan seperti kesenjangan antar
wilayah, kemiskinan dan masalah sosial dan lainnya. Atas pelaksanaan tersebut
maka pemerintah desa juga harus mempunyai peran tanggung jawab yang besar
serta harus bisa menerapkan prinsip - prinsip akuntabilitas dalam tatanan
pemerintah yang dimana semua penyelenggaraan kegiatan harus
dipertanggungjawabkan oleh masyarakat desa sesuai dengan ketentuannya. Selain
itu pemerintah desa wajib menyusun suatu laporan realisasi pelaksaan APBDes
Transparansi dan
Akuntabilitas Akuntabilitas
Partisipatif dan
Transparansi
Pertanggungjawaba
n Dana Desa
Pelaksanaan Dana
Desa
Pengelolaan Dana
Desa
Perencanaan Dana
Desa
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
458
dan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDes yang kemudian
laporan tersebut yang akan dihasilkan dari siklus pengelolaan keuangan desa.
Adapun tahapannya seperti tahapan pelaksanaan, tahapan pelaporan, tahapan
perencanaan, hingga laporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan desa.
Dimana dalam perencanaan ini, BPD (Badan Permusyawaratan Desa) ikut serta
dalam merepresentasikan masyarakat desa sehingga program kerja tersebut dapat
terakomodir berdasarkan kepentingan dan kemampuan yang dimiliki oleh
masyarakat desa tersebut. Selain itu pemerintah desa harus melakukan pembukuan
atau melakukan transparansi atas taransaksi keuangan atas bentuk
pertanggungjawaban yang sudah dilakukannya.
Dana Desa ini diatur dalam Peraturan Pemerintah PP Nomor 60 tahun
2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara. Berdasarkan PP Nomor 60 tahun 2014, Dana Desa merupakan dana yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan
bagi desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) kabupaten atau kota dan digunakan sebagai pembiayaan penyelenggaraan
pemerintahan desa tersebut, dalam pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat. Seperti halnya yang diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 ini yang kemudian direvisi kembali
menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015.
Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 ke Peraturan
Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 menjelaskan bahwa pembagian atas Dana
Desa akan lari ke pusat-kabupaten dan dari kabupaten menuju desa. Dana Desa
merupakan dana bantuan yang dialokasikan kepada Pemerintah Desa yang mana
akan dipergunakan untuk sarana prasana masyarakat serta lembaga yang ada di
desa dengan diprioritaskannya oleh masyarakat. Administrasi tersebut akan
dikelola dan dipertanggung jawabkan oleh Kepala Desa. Pemberian Dana Desa
merupakan salah satu salinan dari Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia Nomor 113 Tahun 2014 t5entang pengelolaan Keuangan desa yang
gunanya untuk membiayai dan mendorong program Pemerintah Desa yang
ditunjang oleh swadaya gotong royong dengan beberapa partisipasi masyarakat
dalam melaksanakan program pemerintah pemberdayaan masyarakat.
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
459
Adapun Tujuan pemberian Dana Desa antara lain meliputi :
a. Untuk meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa dalam melaksanakan
suatu pelayanan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan yang sesuai
dengan kewenangannya yang diatur dalam peraturan perundang-undangan,
b. Untuk meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam
melakukan suatu perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan
secara partisipatif yang sesuai dengan potensi yang dimiliki desa tanpa
memaksa,
c. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan desa, kesempatan kerja dan
kesempatan berusaha bagi masyarakat desa serta dalam rangka pengembangan
kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang akan membantu kehidupan yang
lebih layak,
d. Untuk mendorong dalam peningkatan partisipasi swadaya gotong royong
masyarakat. Dimana dana desa yang dianggarkan oleh pemerintah pusat secara
nasional dalam APBN setiap tahun harus dapat dikelola secara tertib, taat pada
ketentuan peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,
transparan, dan bertanggungjawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan serta mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat
setempat, agar lebih bermanfaat.
Pada dasarnya dalam Pengelolaan Keuangan Desa adalah sebuah hak dan
kewajiban desa yang dinilai berupa uang dan barang yang masih ada
hubungannya dengan kewajiban desa. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 60 Tahun 2014 menjelaskan tentang sumber Dana Desa yang mana Dana
Desa sendiri bersumber dari APBN melalui kas umum desa yang sepenuhnya
menjadi pendapatan desa ke APBDes. APBDes dikelola oleh Kepala Desa karena
jabatannya slaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa memiliki
kewenangan dalam menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan desa
dengan dibantu PTPKD (Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa. PTPKD
berasal dari unsur unsur perangkat desa untuk mengelola keuangandesa dan
Sekretaris Desa yang bertindak atas coordinator pelaksanaan pengelolaan
keuangan. Keuangan Desa dikelola berdasarkan beberapa asas, yakni akuntabel,
transparan serta adanya kedisiplinan dan tertib terkait anggaran.
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
460
Keuangan Desa di Kantor Desa Landungsari sudah memiliki sistem online
yang dinamakan Sistem SISKEUDES (Sistem Keuangan Desa). Sistem Keuangan
Desa disini berguna untuk mengamankan keuangan desa. Hal ini sama dengan
perihal yang pernah ramai diperbincangkan di media berkaitan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) online hanya saja dalam lingkup kecil.
SISKEUDES ini dibawah pengawasan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan
softwarenya digunakan di Indonesia. Pengelolaan keuangan desa harus
dilakuknan dengan baik agar tidak terjadi kecurangan-kecurangan dalam
mengelolan anggaran desa. Pemerintah dalam mengembangkan SISKEUDES
adalah untuk membantu pemerintah desa lebih mandiri dalam mengelola
keuangan desa secara efektif dan lebih baik, serta meningkatkan transparansi
dalam akuntabilitas keuangan di desa. Dengan adanya SISKEUDES diharapkan
pemerintah desa lebih mandiri dan lebih bekerja keras dalam mengelola unsur
pemerintahan dan sumber daya alam yang dimiliki. Aplikasi ini dikeluarkan pada
tahun 2016 dan sudah mulai diterapkan di desa-desa. Di mulai pada tahun 2016
tentunya banyak kendala-kendala yang dihadapi terhadap penerapannya seperti
error saat peng inputan data Jadi sewaktu proses penginputan sering kali tidak
teriput dengan baik atau halaman entri bisa jadi tidak muncul. Mengingat dana
untuk pembangunan desa tidak sedikit dan biasanya akan digelontorkan setiap
tahun. Hanya karena ketidakmampuan dari satu atau dua orang saja dalam
membuat laporan maka akan mengakibatkan desa tersebut tidak terbangun. Dan
bagaimana pemerintah desa melakukan persiapan untuk penggunaan aplikasi ini.
Beberapa waku yang lalu pada tahun 2016, file projectnya juga dengan
daerah Malang, Pasuruan dan Madiun. Dalam menjalankan suatu sistem tentunya
adanya beberapa dampak yang dikarenakan sistem SISKEUDES ini, jika orang
yang berpikiran maju akan berfikir bahwa adanya sistem ini akan berdampak yang
sangat bagus karena sifatnya yang simple dan aman serta lebih transparan kepada
masyarakat. Namun, jika orang tersebut berpikiran mundur atau akan berfikir
bahwa adanya sistem ini bersifat susah dan merepotkan. Hal itu tentunya akan
mempersulit pelayanan publik tersebut karena masyarakat yang tidak punya satu
pikiran untuk mendukung pelayanan publik yang diberikan Kantor Desa
Landungsari tersebut.
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
461
Kantor Desa Landungsari juga mempunyai situs website yang dibuat oleh
mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang yang dulu pernah melakukan
magang di Kantor Desa tersebut. Situs website tersebut sayangnya belum
sepenuhnya berjalan dengan optimal. Pada dasarnya website merupakan halaman
situs sistem informasi yang dapat diakses secara cepat dan didasari oleh
perkembangan teknologi informasi terciptanya suatu jaringan antar komputer
yang saling berkaitan. Dalam penggunaan website itu sudah menjadi suatu
perhatian oleh banyak kalangan, mulai dari pengusaha, akademisi, pemasaran,
praktisi media massa, perusahaan, hingga instansi pemerintahan.
Penggunaan website di Kantor Desa Landungsari masih menimbulkan
kesenjangan karena masih kurang sumber daya manusia yang berkompeten, baik
pengelolaan website maupun pembuat berita. Keberadaan website Kantor Desa
Landungsari ini hanyalah gambaran tentang point-point informasi dan belum ada
isi informasinya. Padahal penggunaan website Kantor Desa Landungsari
http://desa-landungsari.malangkab.go.id/interaktif.html akan mempermudah
masyarakat ataupun wartawan dalam pencarian berita yang berkaitan dengan
kegiatan-kegiatan di Desa Landungsari.
Gambar 1. Situs Web Desa Landungsari
http://desa-landungsari.malangkab.go.id/
Bahwa penggunaan situs website tersebut dapat diaplikasikan dan
dimanfaatkan datanya, tidak mengalami kesulitan terhadap pelayanan publik,
seedangkan sebagai pembuatan aplikasi untuk pelayanan bersifat dari Pemerintah
ke Publik dikategorikan kurang menguasai penggunaannya. Selain itu Kantor
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
462
Desa Landungsari untuk menghadapi tantangan revolusi industri 4.0 melakukan
kerja bekerja sama dengan jurusan Teknologi Informasi Universitas
Muhammadiyah Malang untuk membantu membuatkan software pelayanan
publik yang harapannya langsung terkoneksi ke kantor dari warga Landungsari itu
sendiri. Namun, kerja sama tersebut masih terhenti dikarenakan adanya beberapa
faktor yang mempengaruhinya.
Hambatan yang terjadi dalam pelayanan publik tersebut terkait proses
diselenggarakannya sistem online ini yakni perlunya ketelatenan karena dari tahun
ke tahun akan ada perubahan yang terkait aplikasi tersebut. Dimana aplikasi
tersebut akan terus berkembang dan harus mengikuti regulasi yang menyertai.
KESIMPULAN
Inovasi pelayanan publik merupakan cara baru maupun ide kreatif
teknologi pelayanan memperbaharui, penyederhanaan, maupun menciptakan
terobosan dalam aturan, prosedur, metode, pendekatan, struktur organisasi
sehingga memiliki nilai baik dari segi kualitas maupun kuantitas pelayanan. Tiga
hal utama dari inovasi yaitu: Produk dan Jasa, Gagasan baru, dan Upaya
perbaikan melakukan penyempurnaan dan perbaikan secara terus menerus yang
dapat dirasakan manfaatnya. Jadi untuk saat ini Kantor Desa Landungsari masih
menggunakan pelayanan manual kecuali pada bidang Keuangan Desa yang
dinamakan SISKEUDES dan inovasi-inovasi lain masih dalam proses kerja sama
dan belum terlaksana. Dan adanya Situs website yang sayangnya belum
sepenuhnya berjalan dengan optimal sehingga masih terlihat ketinggalan padahal
situs website tersebut sangat penting bagi masyarakat dan wartawan dalam
pencarian berita yang mengenai kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Kantor
Desa Landungsari.
Pelayanan publik sendiri yang mempunyai peran penting bagi masyarakat
yang mana akan mengarah kepada kesejahteraan masyarakat. Bahwasanya
masyarakat juga berhak untuk mengawasi maupun memberikan pendapat atas
pelaksanaan pelayanan publik tersebut. Hak ini menjadikan bekal masyarakat
untuk mengendalikan penyelenggaraan pelayanan publik. Tanpa berpacu pada
hak, sebenarnya pengawasan pelayanan publik memang sudah melekat pada diri
masyarakat.
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
463
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Creswell, John W. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
dan Mixed .Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Sinambela, Lijan Poltak. (2011). Reformasi Pelayanan Publik : Teori Kebijakan
dan Implementasi. Jakarta. Bumi Aksara.
Journal
Mirnasari, Rina Mei. (2013). Inovasi Pelayanan Publik UPTD Terminal
Purabaya Bungurasih. Universitas Airlangga. Volume 1. Diakses pada 20
November 2019.
Pratama, M Rizky. (2013). Inovasi Pelayanan Publik (Studi Deskriptif Tentang
Nilai Tambah (Value Added) Inovasi Pelayanan Perizinan Bagi
Masyarakat Di Kota Kediri). Volume 1
Mulgan, G., & Albury, D. (2003). Innovation in the public sector. Strategy Unit,
Cabinet Office, 1, 40.
Demircioglu, M. A., & Audretsch, D. B. (2019). Public sector innovation: the
effect of universities. The Journal of Technology Transfer, 44(2), 596-614.
Rahman, A. Z. (2018). Smart City: Inovasi Peningkatan Pelayanan Publik Masa
Kini.
Rahadian, A. H. (2019). Revitalisasi Birokrasi Melalui Transformasi Birokrasi
Menuju E-Governance Pada Era Revolusi Industri 4.0. In Prosiding
Seminar STIAMI (Vol. 6, No. 1, pp. 85-94).
Peyusinta, T. M., & Setyawan, D. (2019). Inovasi Piket Malam Dalam
Meningkatkan Kinerja Pelayanan Publik. JISIP: Jurnal Ilmu Sosial Dan
Ilmu Politik, 7(1).
Musdalipa, M., Parawangi, A., & Malik, I. (2017). Kualitas Pelayanan Publik Di
Kantor Desa Parigi Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten
Gowa. Kolaborasi: Jurnal Administrasi Publik, 3(1), 47-62.
Hadi, Krishno, Listiano Asworo, Iradhad Taqwa Sihidi. 2020. “Inovasi Dialogis:
Menuju Transformasi Pelayanan Publik Yang Partisipatif (Kajian Sistem
Pelayanan Malang Online).”Journal of Government and Civil Society
4(1):115–29 DOI: http://dx.doi.org/10.31000/jgcs.v4i1.2438.