inspirasi daily - kisah dibalik kesuksesan sukanto tanoto

5
 05/11/ 13 Inspi rasi dai l y - Ki sah Di bal i k Kesuk sesan Suk anto Tanot o... ht tps:/ /w w w.f acebook.com/i nspi rasi dail y /posts/434970739891012 1/ 5 Suka Inspirasi daily · 769 menyukai ini 30 November 2012 pukul 16:34 · Kisah Dibalik Kesuksesan Sukanto Tanoto Konglomerat Raja Garuda Emas, Sukanto Tanoto, tercatat sebagai orang terkaya kelima di Indonesia versi Forbes. C atatan kek ayaan bersihny a ditaksir mencapai 2,8 miliar dollar AS per Maret ini. Pria yang kin i bertempat tinggal di Singapura ini memiliki aset hingga 12 miliar dollar AS . Kekay aanny a tersebut diperoleh dari s ejumlah usaha. S ukan to merupakan pemilik perusahaan Asia Pacific Resources International Ltd (APRIL) yang bergerak di bidang industri kertas. Ia juga mempuny ai perusahaan minyak sawit Asian Agri. Operasi perusahaanny a tidak sekadar berekspansi di dalam negeri. Dengan perusahaan di bidang agribisnisnya, S ukan to merambah C hina dan Brazil. Perusahaan Pacific Oil & Gas miliknya pun baru-baru ini mengumumkan untuk meluncurkan proyek LNG (Liquid Natural Gas). Sebuah proyek yang bekerja sama dengan dua mitra China, di Provinsi Jiangsu, China. Untuk diketahui saja, pria yang tercatat sebagai anggota Asia Executive Advisory Board of Wharton dan Insead International Council ini tidak menyelesaikan pendidikannya saat berumur 17 tahun. Ia tidak melanjutkan studinya untuk membantu keluarganya. Bahkan kemampuan berbahasa Inggris tidak diperolehny a dar i pendidikan formal. Ia belajar bahasa utama di dunia itu secara otodidak dengan menerjemahkan media Readers’ Digest , Life dan Newsweek. Nama: Sukan to Tanoto Nama Asli: Tan Kang Hoo Lahir: Belawan, 25 Desember 1949  Agama: Budh a Isteri: Tinah Bingei Tanoto  Anak: Empat orang Pendidikan: - S D di Belawan (1960) - SMP di Medan (1963) - SMA di Medan (1966) - Indonesia Executive Management Program, Insead, Prancis (1980) - Harvard Busin ess School, AS (1982) - Wharton Fellows Program (2001) Karir: - Pengusaha Toko Onderdil Mobil di Medan (1968) - Direktur CV Karya Pelita di Medan (1972) - Direktur Utama PT Raja Garuda Mas (1973) - Dirut PT Bina Sarana Papan di Medan (1976) - Dirut PT Overseas Lumber Indonesia di Medan (1979) - Dirut PT Gunung Melayu (1980) - Dirut PT Inti Indosawit Sejati (1980) - Dirut PT Saudara Sejati Luhur (1985) - Komisaris Utama PT Inti Indorayon Utama (1983 – sekarang) - Chairman & CEO Raja Garuda Mas Int ernational (sekarang) Perusahaan di LN dan Di Indonesia: Raja Garuda Mas International Pacific Oil & Gas Minyak, gas dan pembangkit listrik.  Asia Pacific Resources I nternatio nal H oldings L td. (fiber, bu bur kertas dan kertas) PT Riau Andalan Pulp and Paper PT Riau A ndalan Kertas PT Riau Prima Energi  Asian Agri (agroindu stri) PT Hari Sawit Jaya

Upload: ryan-pradinata

Post on 06-Oct-2015

19 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

in

TRANSCRIPT

  • 05/11/13 Inspirasi daily - Kisah Dibalik Kesuksesan Sukanto Tanoto...

    https://www.facebook.com/inspirasidaily/posts/434970739891012 1/5

    O

    psiSuka

    Inspirasi daily 769 menyukai ini30 November 2012 pukul 16:34

    Kisah Dibalik Kesuksesan Sukanto Tanoto

    Konglomerat Raja Garuda Emas, Sukanto Tanoto, tercatat sebagai orang terkaya kelima di Indonesia

    versi Forbes. Catatan kekayaan bersihnya ditaksir mencapai 2,8 miliar dollar AS per Maret ini. Pria

    yang kini bertempat tinggal di Singapura ini memiliki aset hingga 12 miliar dollar AS.

    Kekayaannya tersebut diperoleh dari sejumlah usaha. Sukanto merupakan pemilik perusahaan Asia

    Pacific Resources International Ltd (APRIL) yang bergerak di bidang industri kertas.

    Ia juga mempunyai perusahaan minyak sawit Asian Agri. Operasi perusahaannya tidak sekadar

    berekspansi di dalam negeri. Dengan perusahaan di bidang agribisnisnya, Sukanto merambah China

    dan Brazil. Perusahaan Pacific Oil & Gas miliknya pun baru-baru ini mengumumkan untuk meluncurkan

    proyek LNG (Liquid Natural Gas). Sebuah proyek yang bekerja sama dengan dua mitra China, di

    Provinsi Jiangsu, China.

    Untuk diketahui saja, pria yang tercatat sebagai anggota Asia Executive Advisory Board of Wharton

    dan Insead International Council ini tidak menyelesaikan pendidikannya saat berumur 17 tahun. Ia

    tidak melanjutkan studinya untuk membantu keluarganya. Bahkan kemampuan berbahasa Inggris tidak

    diperolehnya dari pendidikan formal.

    Ia belajar bahasa utama di dunia itu secara otodidak dengan menerjemahkan media Readers Digest,

    Life dan Newsweek.

    Nama: Sukanto Tanoto

    Nama Asli: Tan Kang Hoo

    Lahir: Belawan, 25 Desember 1949

    Agama: Budha

    Isteri: Tinah Bingei Tanoto

    Anak: Empat orang

    Pendidikan:

    - SD di Belawan (1960)

    - SMP di Medan (1963)

    - SMA di Medan (1966)

    - Indonesia Executive Management Program, Insead, Prancis (1980)

    - Harvard Business School, AS (1982)

    - Wharton Fellows Program (2001)

    Karir:

    - Pengusaha Toko Onderdil Mobil di Medan (1968)

    - Direktur CV Karya Pelita di Medan (1972)

    - Direktur Utama PT Raja Garuda Mas (1973)

    - Dirut PT Bina Sarana Papan di Medan (1976)

    - Dirut PT Overseas Lumber Indonesia di Medan (1979)

    - Dirut PT Gunung Melayu (1980)

    - Dirut PT Inti Indosawit Sejati (1980)

    - Dirut PT Saudara Sejati Luhur (1985)

    - Komisaris Utama PT Inti Indorayon Utama (1983 sekarang)

    - Chairman & CEO Raja Garuda Mas International (sekarang)

    Perusahaan di LN dan Di Indonesia:

    Raja Garuda Mas International

    Pacific Oil & Gas Minyak, gas dan pembangkit listrik.

    Asia Pacific Resources International Holdings Ltd. (fiber, bubur kertas dan kertas)

    PT Riau Andalan Pulp and Paper

    PT Riau Andalan Kertas

    PT Riau Prima Energi

    Asian Agri (agroindustri)

    PT Hari Sawit Jaya

  • 05/11/13 Inspirasi daily - Kisah Dibalik Kesuksesan Sukanto Tanoto...

    https://www.facebook.com/inspirasidaily/posts/434970739891012 2/5

    PT Inti Indosawit Subur

    PT Dasa Anugerah Sejati

    PT Raja Garuda Mas Sejati

    PT Saudara Sejati Luhur

    PT Gunung Melayu

    PEC Tech Rekayasa, pengadaan barang, konstruksi dan jasa barang.

    Sateri Rayon dan bubur kertas untuk keperluan khusus.

    National Development Coporation Guthrie di Filipina

    Electro Magnetic di Singapura

    Pabrik Kertas di China

    Organisasi

    -Anggota Young Presidens Organization (YPO)

    - Anggota Mercantile Club

    - Anggota Hilton Executive Club

    - Anggota Indonesia Financial Executive Association (IFEA)

    - Anggota Canadian Pulp & Paper Association (CPPA)

    - Anggota World Presidents Organization (WPO)

    - Anggota Chief Executive Organization

    - Prince of Wales Business Leaders Forum

    Raja Sawit dan Pulp

    Pria kelahiran Belawan, Sumatera Utara, 25 Desember 1949, bernama asli Tan Kang Hoo, ini seorang

    pengusaha yang telah sukses berinvestasi di lebih 10 negara. Chairman dan CEO PT Raja Garuda Mas

    International dan Komisaris Utama PT Inti Indorayon Utama, ini salah satu raja produsen minyak

    kelapa sawit dan pulp and paper di dunia.

    Dalam kondisi sulit, saat pemerintah mengambil kebijakan menaikkan harga minyak lebih 100%,

    Sukanto mengajak semua komponen bangsa bisa bekerjasama dan fokus pada bidang masing-

    masing, terutama supaya lapangan kerja tetap tertangani. Pengusaha tetap fokus pada bidang

    usahanya dan pemerintah fakus mengupayakan efisiensi.

    Perihal, dia telah lebih sering tinggal di luar negeri, bahkan membuat markas pusatnya di Singapura,

    Sukanto mengatakan bahwa hal itu bukan berarti pihaknya lari ke luar negeri, melainkan berupaya

    mengembangkan pasar sampai ke luar negeri.

    Kita ingin buktikan bahwa pengusaha Indonesia tidak hanya jago kandang yang dapat fasilitas dari

    pemerintah. Tapi kami juga bisa menaklukkan dunia, dan kompetitor besar, kata Sutanto.

    Dia memberi contoh, seperti Jepang. Toyota cari pasar di Indonesia dengan assembling mobil. Apakah

    mereka itu lari ke Indonesia? Tidak, mereka cuma cari pasar di negeri ini.

    Jadi, katanya, kalau kita ekspansi ke luar negeri, bukan melarikan diri, tapi berupaya meraih yang lebih

    besar lagi dan siap dalam persaingan.

    Apa dan siapa Sukanto?

    Sukanto Tanoto mengaku sosoknya mirip ibunya: tegas dan keras. Pernah suatu ketika Sukanto kecil

    ngeluyur pergi ke tepi laut. Waktu pulang, ditanya oleh ibunya, jawabnya mengarang-ngarang,

    Sukanto kecil dipukuli pakai rotan. Saya paling banyak makan rotan, kenangnya tentang sosok sang

    ibu.

    Tapi, dengan sifat keras dan tegas, termasuk dalam hal berbisnis, ia bisa menjadi salah seorang

    pengusaha papan atas Indonesia, memimpin sejumlah perusahaan di bawah grup Raja Garuda Mas

    Internasional.

    Sebenarnya, sejak kecil, Sukantoyang pada usia 12 tahun sudah gemar membaca apa saja,

    termasuk buku tentang revolusi Amerika dan Perang Duniabercita-cita jadi dokter. Kalau dulu saya

    meneruskan ke fakultas kedokteran, saya jadi dokter, ujarnya. Karena obsesi itu, sampai 1973-1974,

    ia masih senang pakai nama dokter Sukanto.

    Tapi, saat baru 18 tahun, ayahnya, Amin Tanoto, sakit stroke. Sulung dari tujuh bersaudara ini lalu

    mengambil alih tanggung jawab keluarga: meneruskan usaha orangtua berjualan minyak, bensin, dan

    peralatan mobil. Pekerjaan yang tak asing baginya karena sepulang sekolah ia biasa membantu

    orangtuanya sambil membaca buku. Dan, dari situ Sukanto alias Tan Kang Hoo pertama kali belajar

    keterampilan bisnis, termasuk menerima kenyataan dan tidak menyerah dalam keadaan apa pun,

    serta mencari solusi.

    Pindah dari kota kelahirannya, Belawan, Sumatra Utara, ke Medan, ia juga berdagang onderdil mobil,

    lalu mengubah usaha itu menjadi general contractor & supplier. Suatu ketika, datang Sjam, seorang

  • 05/11/13 Inspirasi daily - Kisah Dibalik Kesuksesan Sukanto Tanoto...

    https://www.facebook.com/inspirasidaily/posts/434970739891012 3/5

    pejabat Pertamina dari Aceh. Waktu itu saya tidak tahu kalau dia pejabat, kenang Sukanto. Ditawari

    kerja sama pekerjaan kontraktor, Ya, mau-mau saja, wong saya masih muda, ujarnya. Tak disia-

    diakan kesempatan itu, di Pangkalan Brandan, Sumatra Utara, Sukanto membangun rumah,

    memasang AC, pipa, traktor, dan membuat lapangan golf di Prapat. Itulah technical school saya,

    katanya. Untuk mencari bahan bangunan, ia sampai pergi Sumbawa, Lampung, pada usia 20 tahun.

    Pandai melihat peluang, waktu impor kayu lapis dari Singapura menghilang di pasaran, di Medan ia

    mendirikan perusahaan kayu, CV Karya Pelita, 1972. Negara kita kaya kayu, mengapa kita mengimpor

    kayu lapis, ujarnya. Saya itu pioner, katanya. Di saat orang lain belum membuat kayu lapis, ia

    memproduksi kayu lapis dan mengubah nama perusahaannya menjadi PT Raja Garuda Mas (RGM),

    dengan ia sebagai direktur utama, 1973. Kayu lapis bermerek Polyplex itu diimpor ke berbagai negara

    Pasaran Bersama Eropa, Inggris, dan Timur Tengah.

    Strategy competition saya itu satu dua step sebelum orang mengerjakannya, ungkapnya. Ketika

    belum ada orang membuka perkebunan swasta besar-besaran, walaupun waktu itu sudah ada

    perkebunan asing, di Sumatra, Sukanto membuka perkebunan kelapa sawit secara besar-besaran.

    Setelah itu baru kita bikin Indorayon, tuturnya. PT Inti Indorayon Utama (IIU) yang bergerak di

    bidang reforestation menghasilkan pulp, kertas, dan rayon, serta mampu memasok bibit unggul pohon

    pembuat pulp di dalam negeri. Kehadiran IIU sempat ditentang masyarakat dan aktivis lingkungan

    hidup. Karena, ditengarai, Danau Toba tercemar berat oleh limbah pulp. Akibatnya, IIU sempat

    ditutup.

    Tapi, Sukanto memetik hikmahnya: belajar dari kesalahan, agar tidak mengulangi kesalahan yang

    sama. Apa yang saya pelajari dari situ (Indorayon), lalu saya pakai di Riau, ujarnya. Di Riau, ia

    membuka Hutan Tanaman Industri dan mendirikan pabrik pulp yang konon terbesar di dunia, PT Riau

    Pulp. Mulai berdiri 1995, karena krisis, baru jadi pada 2001. Di sekitar pabriknya, bersama lembaga

    swadaya masyarakat, Sukanto membuat program community development untuk penduduk setempat.

    Saya tidak kasih ikan, tapi saya ajari mancing, itu yang kita kerjakan, tuturnya. Antara lain, program

    community development: penggemukan sapi, pembangunan jalan, dan pertanian. Mimpi saya, kalau

    saya dapat seratus pengusaha Riau itu jadi miliader, saya senang, katanya lagi.

    Selain di Indonesia, Raja Garuda Mas, yang memiliki sekitar 50 ribu karyawan, beroperasi di Cina,

    Brasil, Finlandia, Malaysia, dan Filipina. Perusahaan dan kantor pemasarannya berada di Singapura,

    Hong Kong, Jepang, India, Korea, Swiss, Australia, dan Amerika Serikat. Ia kini banyak bermain di

    luar Indonesia, kata Dick Heryawan dari Actual Data Niaga, penulis profil 400 pebisnis paling moncer

    di Indonesia.Sukanto membangun tiga perusahaannya di Pangkalan Kerinci, Riau, pada 2004 melalui

    APRIL. Perusahaan yang disebut Riau Complex itu terdiri dari PT Riau Andalan Pulp and Paper, PT Riau

    Andalan Kertas, dan PT Riau Prima Energi. Kapasitas produksi bubur kertasnya dua juta ton per tahun.

    Sedangkan produksi kertas 400 ribu ton per tahun. Hingga 2004, pendapatan APRIL US$ 1,03 miliar.

    Paper One, salah satu produk kertas, beredar di 51 negaraBisnis Sukanto sempat seret ketika krisis

    ekonomi dan politik menghajar Indonesia pada 1997. Rontoknya kurs rupiah membuat ia terjerat

    utang Rp 2,1 triliun ke Badan Penyehatan Perbankan Nasional. Itu belum termasuk utang Riau Complex

    US$ 1,26 miliar. Tapi Sukanto tak ambruk. Pada 1998 ia mencaplok Sateri Oy, pabrik serat viscose,

    serat buatan mirip kapas, di Finlandia.

    Di Sateri International, induk Sateri Oy, Sukanto duduk sebagai komisaris. Lima tahun kemudian,

    Sateri membeli Bahia Pulp, pabrik bubur kertas di Brasil, dengan harga US$ 91 juta.Pada Februari

    2006, untuk menggenjot produksi pelarutan bubur kertas menjadi 365 ribu ton per tahun, Sateri

    International mengucurkan US$ 400 juta ke Bahia. Uang segar itu merupakan tindak lanjut pertemuan

    Sukanto dengan Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva, yang menjanjikan dana investasi. Ketika itu

    Sukanto menghadiahi Lula blangkon dan caping Jepang.

    Di Sao Paulo, Brasil, Sukanto sesungguhnya sudah menjejakkan kaki bisnis sejak 2003, tatkala ia

    membeli 81,7 persen saham Klabin Bacell SA, perusahaan bubur kertas. Selain di Brasil dan Finlandia,

    Sateri juga merambah Cina. Di negeri tirai bambu itu, Sateri JiangXi memproduksi serat viscose.

    Dengan kapasitas 60 ribu ton per tahun, pada 2004 pendapatan Sateri International US$ 228 juta.

    Adapun laba kotornya sekitar US$ 44 juta.

    Sukanto juga memborong 90 persen saham Shandong Rizhao SSYMB Pulp and Paper Co. Ltd., pabrik

    bubur kertas terbesar di Provinsi Shandong, Cina, yang berkapasitas produksi 1,3 juta ton per tahun.

    Di sini Sukanto mendirikan Pacific Oil & Gas. Meski terbilang pemain baru di industri minyak, Pacific

    yang berpusat di Hong Kong sudah terlibat dalam proyek besar, seperti membangun terminal

    penerima LNG dan pembangkit listrik berbahan gas kapasitas 1.400 megawatt di Xiamen, Cina.

    KEJELIAN Sukanto berbisnis sudah dimulai tatkala ia berusia 17 tahun di Belawan, Sumatera Utara.

    Saat itu ia mengambil alih toko ayahnya, yang meninggal lantaran serangan jantung. Sukanto muda

    berjualan minyak dan onderdil mobil. Dari Belawan, sulung tujuh bersaudara ini hijrah ke Medan. Di

    kota ini, Tan Kang Hoo, demikian nama Sukanto, menambah lagi sayap bisnisnya: menjadi kontraktor

    dan pemasok suku cadang untuk Pertamina.Pada 1972, ia mendirikan perusahaan kayu CV Karya

    Cari orang, tempat dan hal lainnya Ryan Pradinata Beranda4

  • 05/11/13 Inspirasi daily - Kisah Dibalik Kesuksesan Sukanto Tanoto...

    https://www.facebook.com/inspirasidaily/posts/434970739891012 4/5

    Pelita. Saat itu Indonesia bergantung pada pasokan tripleks dari Singapura.

    Belakangan, perusahaan itu berganti nama menjadi PT Raja Garuda Mas. Untuk mendalami seluk-

    beluk bisnis kayu, Sukanto bahkan sampai terbang ke Taiwan, mempelajari segala ihwal kayu lapis.

    Tak sampai enam bulan, Raja Garuda Mas memproduksi Polyplex, demikian merek kayu lapisnya, yang

    ia jual hingga ke Timur Tengah dan Eropa.Sukanto kemudian mendirikan Forindo Pte. Ltd. di

    Singapura. Perusahaan pengadaan barang dan jasa logistik ini khusus untuk mendukung

    operasionalisasi Raja Garuda Mas. Sejak itu laju bisnisnya tak terbendung.

    Lalu ia terjun ke properti dan kelapa sawit. Lewat PT Bina Sarana Papan, Sukanto membangun Uni

    Plaza dan Thamrin Plaza di Medan.Sukanto masuk ke bisnis kelapa sawit dengan mendirikan PT Inti

    Indosawit Subur pada 1980. Saat itu luas kebun kelapa sawitnya sudah 8.000 hektare dengan 2.000

    karyawan. Tiga tahun kemudian Raja Garuda Mas mengakuisisi Bimoli.

    Pada tahun yang sama, Sukanto mendirikan Pec-Tech, perusahaan yang awalnya mendukung

    kebutuhan Raja Garuda untuk jasa konstruksi, rekayasa, dan pengadaan logistik.Pec-Tech juga

    menggarap proyek infrastruktur, energi, minyak, dan gas di Cina dan Brasil. Contohnya, pembangkit

    1.600 megawatt di Xiamen, Fujian, Cina, serta membangun ladang gas di Arun dan Bontang. Dalam

    10 tahun terakhir, nilai proyek yang dikerjakan Pec-Tech US$ 4 miliar.

    Pada 1980, Sukanto terjun ke bisnis bubur kertas dan serat rayon pengganti kapas. Ia mendirikan

    pabrik bubur kertas di Desa Sosor Ladang, Kecamatan Porsea, 215 kilometer arah tenggara Medan.

    Total investasi yang ia tanamkan US$ 213 juta (ketika itu sekitar Rp 852 miliar). Pertama dalam hidup

    saya investasi sebesar itu, ujar Sukanto, seperti dikutip Finance Asia.Belakangan, pabrik seluas 200

    hektare itu ditentang Emil Salim, Menteri Negara Lingkungan Hidup saat itu.

    Menurut Emil, lokasi pabrik yang dekat permukiman itu mencemari Sungai Asahan. Tapi PT Inti

    Indorayon Utama terus maju. Bahkan mendapat hak pengusahaan hutan tanaman industri 150 ribu

    hektare-kemudian menjadi 269 ribu hektare. Mendapat restu Presiden Soeharto, Indorayon mulai

    beroperasi pada April 1989.

    Baru beberapa bulan uji operasi, penampung air limbah jebol. Satu juta meter kubik limbah tumpah ke

    Sungai Asahan. Indorayon tutup pada Juni 1998. Namun, Maret 2003, Indorayon kembali diizinkan

    beroperasi. Namanya berganti menjadi PT Toba Pulp Lestari. Selama tutup, Indorayon mengaku tekor

    US$ 600 juta.

    Pada 1989 Sukanto mendirikan Asian Agri. Induk usaha ini mengelola 150 ribu hektare kelapa sawit,

    karet, dan kakao di Indonesia, Filipina, Malaysia, dan Thailand. Dengan 19 pabrik, kapasitas produksi

    Asian Agri menembus satu juta ton minyak sawit per tahun dan menjadi salah satu pemain minyak

    sawit terbesar di dunia.Asian Agri sendiri kini tersandung dugaan menggelapkan pajak Rp 1,3 triliun.

    Dua pekan lalu sebagian berkas kasus Asian Agri ini telah dilimpahkan Direktorat Pajak ke Kejaksaan

    Agung. Juru bicara Asian Agri, Rudi Victor Sinaga, menyatakan sudah menyiapkan dokumen untuk

    klarifikasi. Ia merasa Direktorat Jenderal Pajak tak pernah mengajak berunding. Kami melihat saja,

    katanya.

    Usaha Sukanto yang lain adalah bank. Ketika United City Bank mengalami kesulitan keuangan, pada

    1986-1987, ia mengambil alih mayoritas sahamnya dan bangkit dengan nama baru: Unibank. Di

    Medan, ia pun merambah bidang properti, dengan membangun Uni Plaza, kemudian Thamrin Plaza.

    Tidak hanya dalam negeri, ia melebarkan sayap ke luar negeri, dengan ikut memiliki perkebunan

    kelapa sawit National Development Corporation Guthrie di Mindanao, Filipina, dan electro Magnetic di

    Singapura, serta pabrik kertas di Cina (yang kini sudah dijual untuk memperbesar PT Riau Pulp). Sejak

    1997, Sukanto memilih bermukim di Singapura bersama keluarga dan mengambil kantor pusat di

    negeri itu. Obsesinya, ingin jadi pengusaha Indonesia yang bersaing di arena global, minimal di Asia.

    Tujuan utamanya, menurut dia, Bagaimana kita bisa memanfaatkan keunggulan kita, untuk bersaing,

    paling tidak di arena Asia.

    Kini, selain bisnis, ia hendak menulis buku tentang bagaimana entreprenur menghadapi krisis. Yang

    mau saya lakukan itu adalah penelitian bagaimana pengusaha di Eropa itu survive, pada First World

    War, Second World War. Bagaimana pengusaha Amerika itu melewati krisis 1930. Bagaimana

    pengusaha-pengusaha di Cina, waktu perubahan rezim, ketika komunis masuk, bagaimana mereka itu

    survive. Saya juga akan mempelajari bagaimana pengusaha-pengusaha melalui Latin America krisis,

    yang di Brasil, tuturnya. Apa krisis itu memunculkan bibit-bibit entreprenur yang baru, katanya lagi.

    Sampai sekarang Sukanto masih hobi baca buku. Buku apa saja, baik yang bisnis maupun nonbisnis.

    Setiap saya pergi, saya bawa buku, katanya. Kalau naik travel, kalau tidak tidur, ya, baca, katanya

    lagi. Manfaatnya, menurut dia, selain untuk update pengetahuan, juga membantu sekali dalam binis

    dan kegiatan sosial sehari-hari. Satu lagi, pria yang menguasai dua bahasa asing, Cina dan Inggris, ini

    senang belajar. Ia pernah mengikuti kursus di Insead, Paris, di MIT, di samping tetap jadi peserta

    Lembaga Pendidikan dan Pemibinaan Manajemen, Jakarta. Sampai sekarang pun ia kadang

  • 05/11/13 Inspirasi daily - Kisah Dibalik Kesuksesan Sukanto Tanoto...

    https://www.facebook.com/inspirasidaily/posts/434970739891012 5/5

    mengambil cuti untuk mengikuti kursus pendek. Karir saya satu lagi: siswa profesional abadi,

    katanya. Dua-tiga minggu ia cuti untuk pergi ke Harvard, Tokyo, London School of Economic, untuk

    meng-update pengetahuan. Terakhir, 2001 lalu, ia mengikuti Wharton Fellows Program, Amerika,

    selama enam bulan, untuk belajar dotcom.

    Kalau di bisnis, kunci sukses saya: think, act, learn, baca, dengar, lihat, katanya. Kedua, kalau saya

    tidak tahu, saya tanya. Saya juga tidak merasa sungkan menceritakan kegagalan saya, ujarnya lagi.

    Selain itu, pegangannya: do the right thing, do the thing right. Do the right thing diartikan sebagai

    suatu pedoman pada pola manajemen. Do the thing right memiliki penekanan terhadap pentingnya

    suatu action. Prinsip saya, bisnis dan politik tak boleh campur, ujar pengagum pengusaha plastik dari

    Taiwan, Wai-Sze Wang, ini. Bisnis, ya, bisnis, katanya.

    Did you like this? Share it:

    http://www.inspirasidaily.com/kisah-dibalik-kesuksesan-sukanto-tanoto/

    http://www.facebook.com/inspirasidaily

    @inspirasidaily

    Kisah Dibalik Kesuksesan Sukanto

    Tanoto | inspirasidaily.com

    www.inspirasidaily.com

    Belakangan, perusahaan itu berganti nama

    menjadi PT Raja Garuda Mas. Untuk

    mendalami seluk-beluk bisnis kayu, Sukanto

    bahkan sampai terbang ke Taiwan,

    mempelajari segala ihwal kayu lapis. Tak

    sampai enam bulan, Raja Garuda Mas

    memproduksi Polyplex, demikian merek kayu

    lapisnya, yang ia jual hingga k...

    Suka Komentari Bagikan