integrasi perencanaan produksi aggregat dan perencanaan
TRANSCRIPT
-
8/15/2019 Integrasi Perencanaan Produksi Aggregat Dan Perencanaan
1/11
PenIntegrasi Perencanaan Produksi Aggregat dan Perencanaan Kebutuhan Mesin pada Proses Produksi Ubin Keramik (Gan Shu San et al.)JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 3, No. 2, Oktober 2001: 63 – 6
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/echanical/
63 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petrahttp://puslit.petra.ac.id/journals/echanical/
63
I!te"r#$% &ere!'#!##! &ro()k$% A""re"#t *#! &ere!'#!##!Keb)t)+#! Me$%! (# &ro$e$ &ro()k$% Ub%! Ker#,%k
-#! S+) S#!Dosen Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Mesin – Universitas Kristen Petra
M%r#+ S. M#$b)(% Alumnus Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Industri – Universitas Kristen Petra
Ab$tr#k
Perencanaan produksi aggregat dan perencanaan kebutuhan mesin biasanya dilakukan secara
terpisah meskipun sebenarnya ada keterkaitan yang erat yang dapat dijumpai pada lingkungan
produksi umumnya. Model integrasi menggabungkan efek pengambilan keputusan tingkat
produksi dan tenaga kerja sekaligus pembelian peralatan produksi pada biaya produksi.
Penelitian oleh Behnezhad dan Khoshnevis 8.2) menunjukkan bahwa mathematical
programming modelberdasarkan integrasi tersebut memberikan penghematan biaya dibandingkan
dengan penerapan perencanaan produksi agregat dan perencanaan kebutuhan mesin secaraterpisah.
Pada makalah ini ingin diketahui keuntungan yang dapat dihasilkan oleh model integrasipada proses produksi ubin keramik. Model integrasi disusun berdasarkan data yang diperolehdari sebuah pabrik keramik dan penyelesaian model diperoleh dengan menggunakan softwareQuant-System. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa perencanaan secara integrasi memberikan
penghematan sebesar Rp.179.453.030,- terhadap perencanaan produksi agregat dan sebesar
Rp.470.062.980,- terhadap perencanaan kebutuhan mesin.
Kata kunci: model Integrasi, perencanaan produksi agregat, perencanaan kebutuhan mesin.
Abstract
Usually aggregate production planning and machine requirement planning are conducted separately although there is a close relationship between the two in most production environment. Integration model includes both production and workforce planning decision along with production equipment procurement towards production cost. Research by Behnezhad and Khoshnevis8.2 )has shown that mathematical programming model based on this integration could result in cost
saving when compared to the use of aggregate production planning and machine requirement planning separately.
The advantage of using integration model in tiles production is going to be analyzed in this paper. The integration model is built based on data that is obtained from a tile company and the solution of the model is obtained by using the Quant-system software. The result showed thatintegration model yield cost saving of Rp.179.453.030,- towards the aggregate production planningand Rp.470.062.980,- towards the machine requirement planning.
Keywords: integration model, aggregate production planning, machine requirement planning.
*#t#r Not#$%
Variabel Keputusan :
Lt- Pengurangan jumlah tenaga kerja dari periodet-1 ke t
M t Jumlah mesin yang dioperasikan pada peri-
Pt Tingkat produksi pada periode t ode t
ItLrt
Tingkat persediaan pada periode tJumlah waktu regular yang digunakan pada
M to Jumlah mesin yang dioperasikan selamaovertimepada periode t
periode t W t Tingkat tenaga kerja pada periode tLot Jumlah overtimeyang digunakan pada peri- M t Jumlah mesin yang dioperasikan pada peri-
ode t ode t
Lrt Jumlahundertimepada periode t M to Jumlah mesin yang dioperasikan selama
Lt+ Kenaikan jumlah tenaga kerja dari periode t-1 overtimepada periode tke t
/#t#t#! : Diskusi untuk makalah ini diterima sebelum tanggal 1
Februari 22! Diskusi "ang la"ak muat akan diterbitkan #ada
Jurnal Teknik Mesin $olume % &omor 1 A#ril 22!
Parameter :N Jumlah periode perencanaan
Dt Permintaan pada periode t
Ct Biaya produksi selain biaya tenaga kerja
http://puslit.petra.ac.id/journals/mechanical/http://puslit.petra.ac.id/journals/mechanical/http://puslit.petra.ac.id/journals/mechanical/http://puslit.petra.ac.id/journals/mechanical/
-
8/15/2019 Integrasi Perencanaan Produksi Aggregat Dan Perencanaan
2/11
Crht Biaya satu jam kerja pada waktu regular padaperiode t
Coht Biaya satu jam kerjaovertimepada periode t
CphtBiaya penambahan pekerja pada periode t
CmhtBiaya pengurangan jam pekerja pada periode t
m Jumlah jam yang dibutuhkan untuk mem-
produksi satu unit produk
ht Jumlah regular time dalam tiap periodeproduksi (jam/periode)
Karena itu dilakukan penelitian untukmelihat
unjuk kerja model integrasi pada proses
produksi ubin keramikini.
2. &ro$e$ &ro()k$%
Proses produksi ubin keramik lantai
-
8/15/2019 Integrasi Perencanaan Produksi Aggregat Dan Perencanaan
3/11
ho Jumlah maksimum over timedalam tiapperiode produksi (jam/periode)
merupakan proses single firing (pembakaransatu kali). Proses pembuatan ubin keramik
melalui enam tahapan pokok, yaitu:CptCdt
Biaya pengadaan mesin pada awal periode tNilai sisa dari mesin pada aw al periode t
Crt Biaya operasi dan perawatan sebuah mesinselamaregular timepada periode t
a) Proses Pembuatan PowderKeramik
Bahan baku body dimasukkan ke dalamCot Biaya operasi dan perawatan sebuah mesin
selamaover timepada periode t
Ci Biaya penyimpanan per unit per periode
Cs Biaya shortage per unit per periodeCrw Biaya gajiregular timeper tenaga kerja per
periode
Cow Biaya gajiover timeper tenaga kerja perperiode
Ch Biaya perekrutan seorang tenaga kerja
Cf Biaya pemecatan seorang tenaga kerja
i Tingkat suku bunga tiap periode (minimal
MARR)K Jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk
memproduksi sebuah produk (periode/ unit)
R Outputmesin berupa produk yang baik per
perioderegular time(unit/ periode)
1. &e!(#+)l)#!
Perencanaan kebutuhan mesin dan peren-
canaan produksi agregat memegang peranan
yang penting dalam perencanaan kapasitasdan
operasional suatu proses produksi. Obyektif
dari perencanaan produksi agregat adalah
menentukan tingkat produksi dan tingkat
tenaga kerja agar biaya operasional dapat
diminimalkan. Di lain pihak, perencanaan
kebutuhan mesin menentukan jumlah optimal
dari mesin agar dapat memenuhipermintaan
yang berfluktuasi dengan biaya minimum.Pada
kenyataannya, terdapat hubungan yang erat
antara keduanya dalam kebanyakan operasi
manufaktur. Hal ini dilihat dari adanyaketer-
gantungan antara mesin dan tenaga kerja.
Secara umum, tiap unit produk memerlukan
sejumlah tertentu kerja manual sejalandengan
sejumlah tertentu operasipermesinan.Dengan melakukan perencanaan mesindan
tenaga kerja secara terpisah dapat terjadi
ketidak-efisienan implementasi karenakurang-
nya keseimbangan antara mesin danoperator.
Pada proses produksi ubin keramik di
perusahaan ini, terlihat kondisi bahwa proses
produksi hampir seluruhnya dilakukan oleh
mesin namun juga dikendalikan olehoperator.
mesin penghancur dengan menggunakan
mechanical shovel. Bahan baku yang sudah
dihancurkan dimasukkan ke dalam mesincontinuous ball-milldengan menggunakan belt-
conveyor.Bahan pendukung yang lain juga
dimasukkan ke dalam ball-milldan digiling
selama 8-10 jam agar diperoleh slurry yang
halus dan homogen. Kemudian slurry
dimasukkan dalam sumur slurry dimana
terdapat pengaduk yang selalu berputaragar
campuran bahan dasar dengan air yang
dinamakan slip tidak padat dan tidak kering.
Slip kemudian dipompakan ke dalam spray
dryer dengan menggunakan pompa piston,
untuk kemudian dikabutkan denganmengguna-
kan nozel. Udara panas dengan suhu 600C
yang dihembuskan dari bagian atas spraydryer
akan menguapkan air dan mengakibatkan slip
yang dikabutkan berubah menjadi powder.
Selanjutnya powderdisimpan melaluiconveyor
ke dalam silo-silo selama 8 jam dengantujuan
untuk menstabilkan kadarair.
b) Proses Pembuatan Keramik Mentah
(GreenTiles)
Powder yang terdapat dalam silo siap
digunakan dan dibawa ke mesin presdengan
menggunakan tangki pres. Powder ditekan
dengan mesin pres hidrolis dengan tekanan
sebesar 220 bar, dan tonase 800 ton. Mesinpres
hidrolis berfungsi untuk menempatkan powder
menjadi ubin mentah yang disebut green tiledi
dalam suatu cetakan dengan ukurantertentu.
Di dalam mesin pres, sekali pengepresan akan
menghasilkan 3 buah green tiles, dengan flow
rateyang diatur secara otomatis yaitu 8 kali
pengepresan per menit.Green tile tersebut
diharapkan memilikibending strength sebesar
300 kg per cm2. kemudian green tiletersebut
diangkut ke dalam mesin pengering( Horizontal
Dryer) dengna menggunakan Roller Feeding
Line. Dalam mesin pengering, kadar air
diturunkan menjadi kurang dari 0,8% dengan
tujuan untuk meningkatkan kekuatan tekan
dari green tilesehingga lebih tahan terhadap
-
8/15/2019 Integrasi Perencanaan Produksi Aggregat Dan Perencanaan
4/11
benturan-benturan yang akan terjadi serta
mempersiapkan green tileagar dapatmenerima
lapisan glazur denganbaik.
c) Proses Glazur (Glazingline)
Ubin keramik yang biasa dipakai untukmembuat lantai suatu bangunan padaumum-
nya mempunyai bagian yang memilikiwarna,
motif dan tekstur yang beraneka ragam.Bagian
ini disebut glazur keramik, yang terdiri dari:
Lapisan engobe, merupakan lapisan dasar
glazur keramik dan sebagaiperekat
Glaze, memberi warna dasar padapermuka-
an ubinkeramik.
Printing, memberi corak atau motifper-mukaan.
d) ProsesPembakaran
Ubin yang telah melalui proses printing
kemudian dibakar dalam kiln dengan tujuan
supaya terbentuk ikatan yang kuat antarabody
dan glazedengan kualitas yang baik. Ubinyang
keluar dari proses ini memiliki perubahan
karakteristik dibandingkan sebelumnya yaitu
tegangan lentur lebih tinggi, kepadatan lebih
tinggi, kandungan kelembaban lebih rendah.
Sepanjangroller kilnterdapat 3 bagianyaitu:
Preheating, temperatur antara 580 Chingga
930C
Firing, temperatur antara 1000 C dan
1200C
Cooling, temperatur antara 580 C dan 700C
Ubin mengalami penyusutan sebesar2-3%
pada prosesini.
e) Proses Sortir danPengepakan
Dari roller kiln ubin menuju ke meja
operator yang memberi tanda kualitas
berdasarkan kondisi permukaan ubin, yang
disebutvisual sort, yaitu:
Tanda A: tidak cacat body, glasirmaupun
printing.
Tanda B : hanya cacat printing(kabur)
Tanda C : cacatbodydan cacat printing.
Proses selanjutnya adalah calibre sort,
dimana mesin sensor memisahkan ubin-ubin
berdasarkan kualitas dan ketelitian ukuran
dimensinya. Ubin kemudian dikemas dalam dos
oleh mesin packaging dan disimpan dalam
gudang.
3. *#t# A0#l
3.1 Data Permintaan MasaLalu
Data permintaan aktual selama 3 tahun
yaitu dari April 1998 sampai dengan Maret
2001 dapat dilihat pada Gambar1.
-
8/15/2019 Integrasi Perencanaan Produksi Aggregat Dan Perencanaan
5/11
Gambar 1. Data Permintaan April 1998 hingga Maret 2001
3.2 Test FaktorTrend
Dilakukan uji t statistik dengan tarafsigni-
fikansi5%.
Hipotesa : H0: = 0 (tidak adatrend)
H1: = 1 (menunjukkan adanyatrend)
Tolak H0 jika t hit > t tabel (t /2, df =n-2).
Diperoleh t hit = r [(n-2)/(1-r 2)] = 4,162 >
2.0323. Tolak H0, berarti ada faktor trend,
dapat dilihat pada Gambar2.
Gambar 2. Faktor Trend
3.3Peramalan
Metode peramalan yang cocok untukkondisi
berfaktor trend adalah double exponential
smoothing, winter multiplicative dan multi-
plicativedecomposition.
Dari ketiga metode tersebut, dipilihmetode
peramalan dengan MAD terkecil dan hasil
peramalan dapat dilihat pada Gambar3.
-
8/15/2019 Integrasi Perencanaan Produksi Aggregat Dan Perencanaan
6/11
Tabel 3. Kapasitas Produksi
Gambar 3. Peramalan dengan Metode Multiplicative
Decomposition
3.4 DataMesin
Tabel 1. Data Mesin
3.7 DataPekerja
Total pekerja 108 orang yang terbagidalam
3 shift. Data pekerja pada masing-masing
bagian adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Data Pekerja
Bagian !mlah peker"a
Ball Mill 7
Spray Dryer 1Press 4
Horizontal Dryer 4Glazing Line : 12
Kiln 2
Sorting Line 6
3.5 WaktuBaku
Penggunaan mesin secara otomatis meng-
akibatkan semua waktu proses di set-up
melalui sistem komputerisasi dengan data
seperti pada tabel dibawahini.
Tabel 2. Waktu Baku
Pro#e# $akt! %ormal&detik'keping(
Allo)an*e&+(
$akt! Bak!&detik'keping
,el!aranbak!
&keping'detik(Ball Mill 3,36 2,4! 3,43 !,2"!
Spray Dryer !,4"1 1,42" !,4"# 2,!!#Press 1, 32,#11 2,233 !,44#Horizontal Dryer 2,3#1 26,44 3,237 !,3!"Glazing Line :
$ngo%e 3 7,661 3,24" !,36"
Glasir 3 ,!! 3,17 !,31
Printing 3 2,464 3,!76 !,32
Kiln 1,71 23,1" 2,!44 !,4#"Sorting Line
&is'al sort 2 !,16# 2,!!3 !,4""
(ali%re sort 2 4,7!4 2,!"" !,476
Pa)*aging 1 !,!3! 1 1
3.6 KapasitasProduksi
Perhitungan waktu baku digunakan untuk
menentukan kapasitas produksi tiap mesin
seperti ditunjukkan pada tabel di bawahini:
Kebijaksanaan perusahaan dalam haltenaga
kerja adalah:
Hari kerja sebulan 26 hari dengan 8 jamkerja perhari
Jam lembur maksimal 8 jam perminggu,
dilaksanakan pada hariminggu
Sistem pengupahan:
o Upah pokok : Rp. 20.500,- per hario
Upah lembur : Rp. 6.161,85 per jam
Pemutusan hubungan kerja dan perekrutan:
o Pesangon PHK : 6 bulan gaji=
Rp.3.198.000,-
o Biaya rekrut : 2 stel seragam=
Rp.35.000,-
. Mo(el I!te"r#$%
Perencaan produksi dilakukan untuk 24
bulan yang terbagi dalam 8 periode peren-
canaan.
4.1 Perencanaan Produksi Agregat
Pada perencanaan ini ditentukan tingkat
produksi dan tingkat tenaga kerja yangmeminimalkan biaya produksi untukmemenuhi
permintaan pada tiap periode perencana.Model
ini mengasumsikan bahwa jam kerja overtime
Pro#e# ,apa#ita# me#in&keping ' hari(
,apa#ita# me#in&do# ' hari(
Ball Mill 2!6 2277
Spray Dryer 1734"1 1771
Press 3#7!7 31#
Horizontal Dryer 266"7 2427
Glazing Line :$ngo%e 27216 2474
Glasir 27216 2474
Printing 27216 2474
Kiln 4224" 3#4!Sorting Line
&is'al sort 41126 373#
(ali%re sort 41126 373#
Pa)*aging #64!! 7#4
eni# Me#in !mlah -arga &.p(
/m!r&Th(
Depre#ia#i
&+ ' th(
Biaa pera#ional&p' periode(
Biaa Maintenan*e&p' periode(
Ball Mill 7 2!! +'ta 1! 6 2776!"4,2" 3!!!!!!,-
Spray Dryer 1 1!! +'ta 2! 4 2134!#!!, - 3!!!!!!,-
Press 4 7!! +'ta 2! 4 6!7264!, - 3!!!!!,-
HorizontalDryer
4 3!! +'ta 2! 4 11624!32,- 1!!!!!,-
Glazing Line :
$ngo%e 6 2!! +'ta 1 2134!#! ,- 2!!!!!!,-
Glasir 6 2!! +'ta 1 426#16! ,- 2!!!!!!,-
Printing 6 1!! +'ta 1 1217",2! 1!!!!!,-
Kiln 2 1 .ilia r 2! 4 2262124#,- 4!!!!! !,-
Sorting Line
&is'al sort 2 4! +'ta 1 17!7264 ,- 1!!!!!!,-
(ali%resort
2 2!! +'ta 2! 4 17!7264 ,- 2!!!!!!,-
Pa)*aging 2 ! +'ta 1 17!7264 ,- 1!!!!!,-
-
8/15/2019 Integrasi Perencanaan Produksi Aggregat Dan Perencanaan
7/11
tidak digunakan secara penuh, dimana mesin
menyesuaikan dengan jam kerja tenaga
manual.
Pengelompokan produk pada perencanaan
agregat dilakukan berdasarkan body ubin
keramik, yaitu bodypolos kilap dan bodyber-
gelombang, dimana:
bodypolos kilap : SYG, SYC, SYR,Malibu
bodybergelombang : ROB, ROGreen, ROT,
Ob, O’c,Safari
Pengelompokan dilakukan karenakesamaan
dalam proses produksi maupun bahan baku
yangdigunakan.
Model Perencanaan Agregat:
Variabel keputusan : P , I, S , L r , Lo, Lu,L+ ,
L-
Minimasi: N
Model ini menggunakan notasi:
(a)+= max {a,0} dan (a)-= max{-
a,0}
yang menyebabkan model menjadinon-linier.
Model Kebutuhan mesin diatas dapatdilinier-
kan dengan transformasi:
Xt= ( Mt – Mt-1 )+ dan X’t= ( Mt – Mt-1
)-
Pada kendaladitambahkan
Mt – Mt-1= Xt- X’t
It= It+ -
It-
4.3 ModelIntegrasi
Pada model perencanaan agregat dan
perencanaan kebutuhan mesin, tidak diper-
hitungkan adanya ketergantungan antara
tingkat tenaga kerja dan mesin. Pada model
perencanaan agregat biasanya diasumsikanTC {[ C P
t 1
Crh Lr Coh Lo CiI Cph L kapasitas mesin cukup besar untukmemenuhi
tingkat perencanaan produksi untuk pekerja.Cmh
Kendala:
L _ ](1 i)1 t }Sedangkan model perencanaan mesin meng-
asumsikan bahwa tenaga kerja yang tersedia
selalu dapat memenuhi kebutuhan jumlah P
t
!r t
!ot
I t 1
I t
!r t 1
!ut
"t
; t
!t
!t
; t
P !r t
; t
tenaga kerja manual untuk memproduksisuatu
produk.Model integrasi menggabungkan kedua
model tersebut sehingga diperhitungkansemua P
t, I
t, !r
t, !o
t, !u
t, !
t,
!t
0 ; t biaya baik yang terkait dengan mesinmaupun
P t, I
t, !
t,
!t
integer ; t tenaga kerja sebagai berikut:
t 1,2,3,,! Variabel keputusan :P , I, W , M , Mo
Minimasi: N
4.2 Perencanaan KebutuhanMesin TC {[C P Cp (" " ) C# (" " )
Model ini digunakan untuk menentukan
t t t t t 1t 1
t t t 1
jumlah mesin atau peralatan kerja sesuai Cr (
P t h0
"
o
) Co "
o
Cr$ % Co$ &'"
o
dengan jumlah permintaan pada tiapperiode ' h t
perencanaan. Pada model ini diasumsikan Ch (%t %t 1) C (" t " t 1 ) Ci t Itovertimedapat digunakan secara penuh, jadi
tenaga kerja menyesuaikan dengan jam kerja
mesin.
C It ](1 i)1 t } C#
N"
N(1 i) N
Model Perencanaan Kebutuhan Mesin:
Variabel keputusan :P , I, M , Mo
Kendala:
I t
I t 1
P t
"t
; t
Minimasi P t M
h0 M
o; t N
TC {[CtP
t
t 1
Cpt("
t
"t 1
) C#t("
t
"t 1
) # ht
h KP $
0 K#M
o; t
Cr ( Pt h 0 "o ) Co "o Ci I C I ](1 i)1 t } t t h t t
'
C# "
t
t
(1 i) N
t t t t t t
o
t t
N N
K#Mo
$ ; t
Kendala:$ , M , M
o, P 0 ; t t t t t
It
It 1
Pt
*t
; t $ t, M
t, P
t
t
t
t tt t t t t
tt
t t
M
t t t t
t t
; t h M
t t
-
8/15/2019 Integrasi Perencanaan Produksi Aggregat Dan Perencanaan
8/11
integer
Pt" h0 "
o; t
Model ini juga menggunakan notasi (a)+dan
't
ht
" t "t ; t
o
(a)- yang nantinya akan dilinierkan dengan
transformasi yang sama seperti pada peren-
canaan kebutuhanmesin." t , " t , Pt 0 ; t
" t,
Pt
integer
t
o
-
8/15/2019 Integrasi Perencanaan Produksi Aggregat Dan Perencanaan
9/11
. #$%l &er+%t)!"#! *#! A!#l%$#
Pada saat model perencanaan agregatyang
digunakan, akan didapatkan perencanaan
tingkat tenaga kerja yang paling optimal,
sedangkan jumlah mesin danpenggunaannya
akan menyesuaikan dari hasil ini. Dengancarasama, saat model kebutuhan mesin yang
digunakan maka tingkat tenaga kerjamenye-
suaikan berdasarkan jumlah optimal dan
penggunaan optimal dari mesin. Hasildari
Perencanaan Agregat dan Perencanaan Kebu-
tuhan Mesin dapat dilihat pada tabel 5 dan6
sedangkan hasil dari model integrasidapat
dilihat pada tabel7.Pada model perencanaan agregat terlihat
bahwa penggunaan tingkat tenaga kerjaadalah
lebih tinggi daripada pada kedua model
perencanaan lainnya, namun tidak adapenu-
gasanover time. Rendahnya biayaperekrutan
dan pemecatan dibandingkan dengan biaya
operasional keseluruhan proses produksi
menyebabkan begitu mudahnya terjadipengu-
rangan dan penambahan tenaga kerja.Misal-
nya untuk model perencanaan agregat,pada
periode 1 terjadi pemecatan 25 tenaga kerja
tetapi pada periode 4, 6 dan 7 dimanademand
relatif tinggi maka terjadi penambahan
karyawan. Pada model integrasi juga terjadi
pemecatan 51 orang tenaga kerja pada periode1
dan dengan peningkatan penggunaan mesin
padaover timemaka periode selanjutnya tidak
memerlukan penambahan tenagakerja.
Pada kenyataannya, menurut pengamatan
yang dilakukan peneliti pada perusahaanubin
keramik ini, memang terjadi kurangnyaefektifitas kerja dari tenaga kerja yang adasaat
ini karena banyak tenaga kerja yangterlihat
Tabel 5. Perencanaan Produksi Agregat
Workforce Ma*hine
t Demand Hired Fired OnHand
Regular time
Over time
Procured Salvage On Hand Regular time
Over time
Production Inventory
1 6###62 ! 2 #3 #3 ! 4 6 3! 2",1" ! 6###62 !
2 62#43! ! ! #3 #3 ! ! ! 3! 2",1" ! 62#43! !
3 661#"! ! ! #3 #3 ! ! ! 3! 2",1" ! 661#"! !
4 666#3# 1 ! #4 #4 ! ! ! 3! 2",1! ! 666#3# !
646#! ! ! #4 #4 ! ! ! 3! 2",1! ! 646#! !6 67"#"4 2 ! #6 #6 ! 1 ! 31 3!,213 ! 67"#"4 !
7 6#4#14 1 ! #7 #7 ! ! ! 31 3!,64 ! 6#4#14 !
# 662"2" ! ! #7 #7 ! ! ! 31 3!,64 ! 662"2" !
Tabel 6. Perencanaan Kebutuhan Mesin
Workforce Machine Production Inventory
t Demand Hired Fired On
Hand
Regular
time
Over
time
Procured Salvage On
Hand
Regular
time
Over
time
1 6###62 ! 4 63 62,#" 62,#" 1 6 21 21 21 6###62 !
2 62#43! ! ! 63 62,#" 62,#" ! ! 21 21 21 62#43! !
3 661#"! ! ! 63 62,#" 62,#" ! ! 21 21 21 661#"! !
4 666#3# ! ! 63 62,#" 62,#" ! ! 21 21 21 666#3# ! 646#! ! ! 63 62,#" 62,#" ! ! 21 21 21 646#! !
6 67"#"4 ! ! 63 62,#" 62,#" ! ! 21 21 21 67"#"4 !
7 6#4#14 ! ! 63 62,#" 62,#" ! ! 21 21 21 6#4#14 !
# 662"2" ! ! 63 62,#" 62,#" ! ! 21 21 21 662"2" !
Tabel 7. Perencanaan Dengan Model Integrasi
Workforce MachineProduction Inventory
t Demand Hired Fired On
Hand
Regular
time
Over
time
Procured Salvage On Hand Regular
time
Over
time
1 6###62 1 1 # # ! 1 6 21 21 ! 6###62 !
2 62#43! ! ! # # ! ! ! 21 21 ! 62#43! !
3 661#"! ! ! # # ! ! ! 21 21 ! 661#"! !4 666#3# ! ! # # ! ! ! 21 21 ! 666#3# !
646#! ! ! # # ! ! ! 21 21 ! 646#! !
6 67"#"4 ! ! # # 3,17# ! ! 21 21 1,3!" 67"#"4 !
7 6#4#14 ! ! # # ,34# ! ! 21 21 1,##3 6#4#14 !
# ! # ! ! 21 662"2"
-
8/15/2019 Integrasi Perencanaan Produksi Aggregat Dan Perencanaan
10/11
menganggur. Mesin yang beroperasi secara
penuh dan terus menerus adalah mesin kiln.
Karena itu dengan penambahan mesin kiln
maka biaya produksi akan dapat lebihditekan.
Sedangkan pada perencanaan kebutuhan
mesin, jumlah mesin yang dioperasikan pada
regular timesama dengan pada modelintegrasi.
Tetapi pada perencanaan kebutuhan mesin
semua mesin tersebut dioperasikan secara
penuh pada over time, sedangkan pada model
integrasi hanya mesinball-millyangdioperasi-
kan secaraover timenamun tidaksepenuhnya,
pada periode ke 6 dan 7. Selain itu tingkat
tenaga kerja yang digunakan pada model
perencanaan kebutuhan mesin lebih tinggi
daripada pada modelintegrasi.
Ketiga model perencanaan di atas meng-hasilkan keputusan bahwa pada tiap periode
produksi tidak ada inventory. Faktor yang
mempengaruhi unjuk kerja model integrasi
terhadap kedua model lainnya adalah rasio
kontribusi operator dan mesin terhadap proses
produksi. Rasio ini dapat ditentukan dengan
T/Tw dimana T adalah machining timeyang
diperlukan untuk mem produksi satu unit
produk (jam/unit) dan Tw adalah muatankerja
manual dari satu unit produk (jam/unit).Rasioini dapat pula ditentukan dengan KR dimanaK
adalah kebutuhan tenaga kerja per unitproduk
(periode-pekerja/unit) dan R adalah output
mesin berupa produk yang baik dari tiapmesin
(unit/periode). Semakin besar rasio iniberarti
ketergantungan terhadap tenaga kerja akan
semakin besar sehingga model perencanaan
agregat akan lebih cocok. Begitu pula bilarasio
ini semakin kecil, yang berarti peran mesin
lebih dominan daripada peran tenagamanual,maka unjuk kerja model perencanaan
kebutuhan mesin akan semakin meningkat.
Analisa inimen dukung hasil penelitian diatas
bahwa dengan KR>2 maka penghematanmodel
integrasi terhadap model perencanaan
kebutuhan mesin lebih besar dibandingkan
terhadap model perencanaanagregat.
Perhitungan total biaya dengan modelperen-
canaan agregat adalah Rp.89.540.209.100,-
sedangkan dengan model perencanaan
kebutuhan mesin adalah Rp.89.830.819.050,-
dan dengan model integrasi adalah
Rp.89.360.756.070,- yang menunjukkan total
biayaterkecil.
6. &e!)t)4
Pada makalah ini telah disajikan peng-
gunaan model integrasi pada suatu proses
pembuatan ubin keramik danperbandingannya
-
8/15/2019 Integrasi Perencanaan Produksi Aggregat Dan Perencanaan
11/11
dengan model perencanaan agregat danmodel
perencanaan kebutuhan mesin. Pada penyu-
sunan model-model tersebut telah dilakukan
pengamatan langsung di lapangan untuk
mendapatkan dan menghitung data-data
operasional dan perawatan mesin, waktukerja,
kapasitas produksi, permintaan dan data
penunjang lainnya yang sangat signifikan
untuk berhasilnya penelitian ini. Meskipun
demikian, ada beberapa data yang tidakdapat
diberikan oleh pihak perusahaan berkaitan
dengan kerahasiaan maka telah diambil
asumsi-asumsi yang diyakini tidak akan
mempengaruhi hasil penelitianini.
Hasil yang didapatkan pada akhirpenelitian
adalah sesuai dengan yang diharapkan yaitu
bahwa model integrasi memberikan peng-
hematan dibandingkan model perencanaan
agregat maupun model perencanaankebutuhan
mesin.
*#t#r &)$t#k#
1. Bedworth, David D., and Bailey, JamesE.,
Integrated Production Control Systems,
Arizona State University, Wiley & Sons,New
York,1987.
2. Behnezhad, Ali R., and Khoshnevis,
Behrokh, “Integration of Machine Require-
ment Planning and Aggregate Planning”,
Planning and Production Control Journal,
vol. 7 ,292-298,1996.
3. Elsayed, Elsayed A., and Boucher,Thomas
O., Analysis and Control of Production
Systems, Englewood Cliffs, Prentice-Hall,
New Jersey, Inc,1985.
4. Buffa, Elwood S., and Sarin, Rakesh K.,
Manajemen Operasi dan Produksi Modern,
Terjemahan oleh Ir. Agus Maulana MSM.,
Bina Rupa Aksara, Jakarta,1996.