interaksi sosial kiai dengan santri melalui konsep...
TRANSCRIPT
INTERAKSI SOSIAL KIAI DENGAN SANTRI
MELALUI KONSEP EKONOMI SEDEKAH DAN KEWIRAUSAHAAN
DI PONDOK PESANTREN DZIKIR AL-FATH SUKABUMI
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
oleh
RESTI MULIANI
NIM: 1113015000003
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017 M/ 1439 H
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Resti Muliani
NIM : 1113015000003
Jurusan : Pendidikan IPS/ Sosiologi
Judul Skripsi : Interaksi Sosial Kiai dengan Santri Melalui Konsep
Ekonomi Sedekah dan Kewirausahaan di Pondok
Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya sendiri yang di ajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Strata (S1) di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
berdasarkan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 8 Desember 2017
Resti Muliani
NIM. 1113015000003
i
ABSTRAK
Resti Muliani, (NIM: 1113015000003). “Interaksi Sosial Kiai dengan Santri
Melalui Konsep Ekonomi Sedekah dan Kewirausahaan di Pondok Pesantren
Dzikir Al-Fath Sukabumi”. Skripsi. Program Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2017.
Penelitian ini bertujuan (1) untuk memperoleh gambaran tentang interaksi
sosial kiai dengan santri melalui konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di
Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi, (2) untuk memperoleh gambaran
tentang bentuk penerapan konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok
Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi, (3) untuk memperoleh gambaran tentang
ketercapaian penerapan konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok
Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi.
Populasi dari penelitian ini adalah kiai dan seluruh santri Pondok
Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi. Dalam penelitian ini menggunakan sampel
purposive sampling yaitu yang dijadikan sampelnya ialah Kiai sekaligus pendiri
pondok pesantren dan 12 santri yang mengikuti program KSB2 (kuliah santri
sambil bekerja berkelanjutan). Metode penelitian yang digunakan adalah
penelitian lapangan (field research) yang menggunakan data kualitatif. Adapun
instrumen yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa pertama, interaksi sosial
kiai dengan santri melalui konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok
Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi, yaitu melalui beberapa bentuk yang
digolongkan menjadi dua yaitu proses asosiatif dan proses disosiatif. Dalam
proses asosiatif ada kerjasama, akomodasi, dan asimilasi. Sedangkan proses
disosiatif adalah persaingan, kontravensi dan pertentangan. Kedua, bentuk
penerapan konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren
Dzikir Al-Fath Sukabumi, adalah kiai sedekah kepada santri dengan ilmu dan
membebaskan biaya kuliah serta biaya hidup sehari-hari di Pondok Pesantren
Dzikir Al-Fath Sukabumi. Namun mereka pun harus bersedia bekerja di berbagai
unit usaha yang ada dan bekerjasama dengan pondok pesantren. Ketiga,
ketercapaian penerapan konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok
Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi adalah produktivitas santri dan kemampuan
mereka bersedekah setelah bekerja, sudah terbukti dengan adanya piagam
penghargaan dalam hal pengentasan kemiskinan, dan cita-cita yang setengah jalan
terwujud.
Kata kunci : Interaksi Sosial, Ekonomi Sedekah dan Kewirausahaan
ii
ABSTRACT
Resti Muliani, 1113015000003 “Kiyai and Santri Social Interaction Through the
Filantrophic Economic Concept and Entrepreneurship at Pondok Pesantren
Dzikir Al-Fath Sukabumi”. Thesis. Department of Sosial studies education,
Faculty of Education and Teaching Sciences, State Islamic University in Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2017.
This observation is supposed to 1. Get some description of social
interaction between Kiyai (preacher) and Santri (student) through the filantrophic
economic concept and entrepreneurship at Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath
Sukabumi 2. Get some description about the applicative form of filantrophic
economic concept and entrepreneurship at Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath
Sukabumi 3. Get some description about the success level of the application of the
filantrophic economic concept and entrepreneurship at Pondok Pesantren Dzikir
Al-Fath Sukabumi.
The population of this observation are Kiyai and the whole Santri at
Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi. In this observation using the
purposive sample which the main sample are Kiyai and 12 Santris who is involved
in KSB2 program (part-time-student-worker). The observation method that being
used is field research which using qualitative data. And the istruments that being
used are observing, interviewing and documentating.
Based on the observation result first, there are social interaction between
Kiyai and Santri through the filantrophic economic concept and entrepreneurship
at Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi through some forms that being
classified into 2; asosiatif and disosiatif process. In the asosiatif process there are
cooperative, acomodative and conflict. Second, the practice form of the
filantrophic economic concept and entrepreneurship at Pondok Pesantren Dzikir
Al-Fath Sukabumi is the Kiyai is the one who doing shodaqo to Santri with
knowledge and freeing the lecturing fee and live cost at Pondok Pesantren Dzikir
Al-Fath Sukabumi. But they are too is have to be well prepared to work in several
units that preserved and cooperative with the Pondok Pesantren. Third, the level
reaching of practice on the filantrophic economic concept and entrepreneurship
at Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi, the productivity of Santri and
their ability to charity after work, has been proven by the award plaque in terms
of poverty alleviation, and the ideals that are half-way manifested.
Keywords: Social Interaction, Filantrophic Economic and Entrepreneurship
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahman nirrahim
Assalamu’alaikum wr.wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala kenikmatan, rahmat, taufik dan hidayah dan inayah-Nya.
Sehingga skripsi yang berjudul “Interaksi Sosial Kiai dengan Santri melalui
konsep ekonomi sedekah dan Kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir
Al-Fath Sukabumi” dapat terlaksana secara baik.
Penulisan Skripsi ini sebagai salah satu syarat guna mendapatka gelar
Sarjana Pendidikan. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun ajaran 2017/2018. Penulis menyadari
bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Syaripulloh, M.Si, selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Prof. Dr. Ulfah Fajarini, M.Si, selaku dosen Pembimbing Akademik
atas bimbingannya selama penulis menjalani masa perkuliahan
5. Bapak Dr. Muhammad Arif, M.Pd sebagai dosen pembimbing I yang
telah meluangkan waktu dan dengan penuh kesabaran memberikan
bimbingan serta arahan yang sangat bermanfaat sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
iv
6. Ibu Neng Sri Nuraini M. Pd sebagai dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktu dan dengan penuh kesabaran memberikan
bimbingan serta arahan yang sangat bermanfaat sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
7. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya pada Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ilmu
pengetahuan yang tak terhingga banyaknya dan sangat berguna bagi
penulis.
8. Seluruh keluarga dari Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi
yang telah mengizinkan untuk melakukan penelitian
9. Ayahanda H. Gunawan dan Ibunda Hj. Popon Rusmiati, kedua adikku
Ridwan Dermawan dan Rizqi Agung Raya dan juga seluruh keluarga
besar tercinta yang telah membesarkan penulis dengan penuh kasih
sayang dan mendoakan penulis tiada henti serta memberikan
dukungan, motivasi yang sangat besar kalian menjadi inspirasi dan
panutan penulis dalam berjuang di kehidupan nyata dan selama
menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Yang tersayang Basyir Iskandarsyah S.Sos yang selalu menemani,
meluangkan waktu dan memberikan semangat dan doa sehingga kita
dapat menyelesaikan skipsi ini dengan yang kita harapkan.
11. Sahabat yang paling kece penulis yaitu Ira Pitri Handa S.ab dan Putri.
Semoga persahabatan kita langgeng terus sampai kita tua.
12. Sahabat penulis yaitu Mega, Abel, Ka Yanna, Alia, Dwi, Cyntia yang
telah memberikan dukungan dan kenangan yang tidak dapat dilupakan
selama di perantauan.
13. Sahabat perjuangan yaitu Navila, Sharasita, Nurlaili, Ati, Nur Isma,
Hikmah, Diah, dan banyak lagi yang tak dapat disebutkan satu persatu
terimakasih atas kenangan selama ini.
v
14. Sahabat dari HIQMA (Himpunan Qari dan Qariah Mahasiswa) yaitu
Santi, Lita, Nurul, Fitri, Ka Syufi, Ka Ayi, dan kakak- kakak yang lain
yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Banyak meninggalkan
kenangan dari mengerjakan program kerja, ditempa menjadi berpikir
dewasa dan tahan banting, lalu yang paling seru mencari uang dengan
mengamen untuk membuat suatu pertunjukan.
15. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
yang telah membantu hingga skripsi ini terselesaikan.
Semoga semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
skripsi ini mendapat balasan kebaikan dari Allah SWT. Harapan penulis,
semoga penyusunan skripsi ini akan dapat membantu mahasiswa dalam
penyusunan skripsi di semester akhir dan menjadi acuan pula bagi adik-
adik yang hendak pula akan mengerjakan skripsi.
Wassalamualaikum wr.wb
Jakarta, 30 November 2017
Penulis
Resti Muliani
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH
ABSTRAK ................................................................................................................... i
ABSTRACT ............................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah .................................................................................. 6
D. Perumusan Masalah ..................................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Interaksi Sosial
a. Pengertian Interaksi Sosial ............................................................. 9
b. Syarat-syarat Interaksi Sosial ......................................................... 10
c. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial .................................................... 13
d. Teori Interaksi Sosial ..................................................................... 22
vii
2. Ekonomi Sedekah
a. Pengertian Ekonomi Sedekah ........................................................ 30
b. Hukum Sedekah ............................................................................ 32
c. Dampak Ekonomi Sedekah dalam Masyarakat ............................ 32
3. Kewirausahaan
a. Pengertian Kewirausahaan ........................................................... 34
b. Ciri-ciri Kewirausahaan ................................................................. 37
c. Tujuan dan Manfaat Kewirausahaan ............................................. 39
d. Tantangan-tantangan Kewirausahaan ........................................... 41
4. Pondok Pesantren
a. Pengertian Pondok Pesantren ......................................................... 42
b. Peran Pesantren dalam Pengembangan Ekonomi .......................... 45
c. Peran Pesantren dalam Pengembangan Kewirausahaan ................ 46
B. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................................. 48
C. Kerangka Berpikir ..................................................................................... 56
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian .............................................................................. 57
2. Waktu Penelitian ................................................................................ 58
B. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................ 59
C. Metode Penelitian ....................................................................................... 60
D. Prosedur Pengumpulan Data .................................................................. 61
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ............................................... 63
F. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ........................................ 69
G. Analisis Data .............................................................................................. 72
viii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Profil Data Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi .................... 75
2. Visi dan Misi …………………………………………………….. ..... 75
3. Struktur Kepengurusan Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath ..................77
4. Program KSB2 (kuliah santri sambil bekerja berkelanjutan) ...............78
5. Profil Kiai ........................................................................... …………78
6. Karya Kiai dalam Literasi ……………………………………… ...... 81
7. Karakteristik Informan .......... .............................................................. 82
B. Hasil Penelitian
1. Hasil Observasi .................................................................................... 83
2. Hasil Wawancara .......................................................................... ....... 86
C. Pembahasan .......................................................................................... 102
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................. 117
B. Implikasi ................................................................................................... 118
C. Saran ........................................................................................................ 119
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Keterangan
Tabel 2.1 Hasil Penelitian yang Relevan ...........................................................50
Tabel 3.1 Kegiatan Penelitian ............................................................................ 55
Tabel 3.2 Jenis Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data ................60
Tabel 3.3 Kisi-kisi Observasi .............................................................................62
Tabel 3.4 Kisi-kisi Wawancara ..........................................................................63
Tabel 3.5 Pedoman Dokumentasi ..................................................................... 66
Tabel 4.1 Karakteristik Informan ....................................................................... 80
Tabel 4.2 Hasil Kegiatan Observasi ................................................................... 82
x
DAFTAR GAMBAR
Keterangan
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ...................................................................... 54
Gambar 3.1 Peta Kecamatan Gunung Puyuh ................................................ 55
Gambar 4.1 Struktur Kepengurusan Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath…… 75
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Keterangan
Lampiran 1 Lembar Observasi
Lampiran 2 Hasil Observasi
Lampiran 3 Pedoman Wawancara
Lampiran 4 Hasil Wawancara
Lampiran 5 Dokumentasi
Lampiran 6 Lembar Uji Referensi
Lampiran 7 Surat-surat
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara yang mayoritas
penduduknya menganut agama Islam. Salah satu ajarannya, menyambung
tali persaudaraan dengan selalu berinteraksi sosial dengan manusia lainnya
dimana pun dan kapan pun. Di karenakan dapat memperpanjang umur dan
memperlancar rizqi.
Perkembangan inilah yang merupakan dinamika yang tumbuh dari
pola-pola perilakelakuan manusia yang berbeda menurut situasi dan
kepentingannya masing-masing yang diwujudkan dalam proses hubungan
sosial.
“Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis
yang menyangkut hubungan antara orang-orang-perorangan, antara
kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan
kelompok manusia.”1
Interaksi antara kiai dengan santri pun yang biasanya hanya
sebagai guru dengan muridnya ketika mengaji, pada akhirnya bisa
mengalami perubahan makna dan peran yakni mengarah kepada
perubahan, pengembangan, dan pemberdayaan santri yang diwujudkan
dalam beraneka ragam, termasuk kepedulian terhadap masalah yang
dihadapi khususnya masalah ekonomi.
Sehubungan dengan itu, di Jawa Barat banyak memiliki lembaga
pendidikan, salah satunya adalah pondok pesantren. Di dalam pondok
pesantren pun sistem pembelajarannya berbeda yakni ada pesantren
salafi, pesantren modern, ataupun pesantren salafi dan modern. Semuanya
ini mempunyai ciri khasnya masing-masing.
1 Soerjono Sukanto , Sosiologi Suatu Pengantar, ( Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hal. 55
2
Salah satunya Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi ini,
yang mempunyai sistem pembelajaran pesantren salafi dan pesantren
modern yakni pengajaran agama dan kewirausahaan. Kiai sekaligus
pendiri pondok pesantren ini mempunyai konsep ekonomi sedekah dan
kewirausahaan sebagai pola pembelajaran. Interaksi sosial kiai dengan
santri tersebut dapat terlihat dengan adanya aktivitas dan tujuan yang jelas.
Kiai dalam hal ini kurang berinteraksi dengan santri-santrinya
karena untuk bertatap muka bisa saja namun tidak setiap hari dan setiap
waktu dikarenakan banyak tamu yang mengunjungi beliau dengan
berbagai keperluan serta aktif di luar pondok pesantren. Maka dari itu
beliau hanya sekedar memantau, tidak langsung untuk terjun langsung
dalam menerapkan konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di
Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi. Dengan begitu Kiai tidak ada sikap
terbuka terhadap santri-santrinya jika ada masalah yang menerpa pesantren
ini. Misalnya komplain dari masyarakat atas pengobatan tradisional yang
kurang manjur ataupun dalam segi hal fasilitas yang ada di pesantren ini.2
Sehingga ada hasil penelitian dari Baskoro Studi Agama dan
Pemikiran Islam Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta menyimpulkan bahwa hubungan sosial antara kiai
dan santri dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor kontak sosial dan faktor
komunikasi. Dan dalam melakukannya tersebut terwujud dalam tiga
bentuk, yaitu: kerjasama, persaingan, dan pertentangan.3
Lionel Robbins mengatakan bahwa ekonomi adalah ilmu yang
mempelajari perilaku manusia sebagai kaitan antara tujuan (ends) dan
sarana yang langka (scarce means) yang mempunyai banyak alternatif
kegunaan.4
2 Hasil wawancara dengan Nisa (santri), pra penelitian pada 4 Maret 2017
3 Baskoro Adi Nugroho, “Hubungan Sosial Kyai dengan Santri Mukim dan Santri Kalong
di Pondok Pesantren AL-Muth’in Maguwo BangunTapan Bantul”, Skripsi UIN Sunan Kalijogo
Yogyakarta, Yogyakarta, 2010, tidak di publikasikan 4 Alam , Mandiri Ekonomi ,( Jakarta: Erlangga, 2013), hal. 2
3
Sedekah berarti sebuah pemberian secara sukarela, baik berupa
uang, barang, jasa, kebaikan, dan lainnya kepada orang yang berhak
menerimanya dengan jumlah yang tidak ditentukan atau sekehendak
dirinya dan diberikan kapan saja dan dimana saja demi mengharap ridha
dan pahala dari Allah SWT.5
Seperti yang dilakukan kiai sekaligus pendiri di pesantren ini,
beliau memberikan materinya untuk keperluan santri dan pesantren. Beliau
mempercayakan semuanya kepada santri yang selanjutnya diserahkan
untuk kebutuhan santri dan pesantren melalui kegiatan usaha-usaha yang
didirikannya dengan sistem bergilir sesuai jadwalnya.
“Seorang ekonom dari Austria, Joseph Schumpeter mendefinisikan
enterpreneurship dengan ”sebuah aktivitas yang inovatif terhadap produk
baru, metode produksi baru, pasar baru, dan bentuk baru dari pengelolaaan
organisasi”.6
Di Indonesia enterpreneurship sering diidentikkan dengan kata
kewirausahaan yang berarti sebuah usaha dengan penuh resiko, inovasi
dan kemampuan manajemen di berbagai elemen.7
Rasulullah SAW juga menerapkan tradisi kewirausahaan untuk
melakukan kegiatan kewirausahaan dalam rangka mencari rezeki Allah
yang halal. Sebagaimana dijelaskan surat al-Jum’ah ayat 10 ditegaskan: “
apabila telah ditunaikan sembahyang maka bertebaranlah kamu di muka
bumi dan carilah karunia Allah dan Ingatlah Allah sebanyak-sebanyaknya
agar kamu beruntung”. Ayat ini menjelaskan ada dua kata kunci yakni
bertebaranlah dan carilah, yang artinya tidak sekadar menyeru untuk
bekerja dan berusaha, tetapi juga agar umat Islam mempergunakan seluruh
potensi dan kemampuan bisnis yang ada sehingga kewirausahaan itu
berhasil dan memberi pesan agar senantiasa menjaga keseimbangan antara
5 Masykur Arif, Sedekah itu Ajib, ( Jogjakarta, Diva Press,2014), hal. 14
6 Nanang Fatchurochman, Pendidikan Madrasah Berbasis Entrepreneurship, (Depok:
Lendean hati pusaka, 2012), hal.50 7 ibid, hal.51
4
mencari rezeki, melakukan usaha dan mengingat Allah melalui
sembahyang.8
Penulis menyimpulkan konsep ekonomi sedekah dan
kewirausahaan adalah suatu konsep yang digagas oleh kiai di pesantren ini
terkait cara pemberian secara sukarela dalam berbentuk apapun dengan
ikhlas melalui jumlah yang tidak ditentukan sebagai solusi dari masalah
ekonomi yang ada di masyarakat dengan dibuatkannya beberapa usaha-
usaha.
“Menurut Mastuhu, pesantren adalah lembaga pendidikan
tradisional Islam yang bertujuan untuk memahami, menghayati, dan
mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral agama
sebagai pedoman hidup bermasyarakat.” 9
Akhir-akhir ini terdapat kecenderungan fungsi pesantren bukan
hanya lembaga agama melainkan lembaga sosial. Artinya bukan hanya
soal- soal agama saja namun soal-soal kemasyaratan pun jadi sesuatu
pilihan yang penting.10
Karena mereka menganggap, hampir seluruh
komponen pesantren mempunyai kaitan fungsional dari masyarakat mulai
dari pengaruh kiai dan para santri yang memberi warna dalam tengah-
tengah masyarakat. Kenyataan ini menggambarkan bahwa kegiatan sosial
pesantren akan seiring bahkan tidak dapat dipisahkan antara pendekatan
agama satu sisi dengan aksi sosial di sisi lain.
Ada juga hasil penelitian lain dari Ebah Suaiybah Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta menyimpulkan bahwa
pelaksanaan pemberdayaan ekonomi santri di Pondok Pesantren Al-
Ma’muroh untuk memotivasi para santri agar tertarik dalam dunia usaha
mendapat pembinaan baik dalam bidang keagamaan maupun dalam bidang
kewirausahaan. Respon santri yang mengikuti penanaman jamur tiram,
8 Departemen Agama RI, Al-Qur’an, surat al-Jum’ah ayat 10
9 Samsul Nizar, Sejarah Sosial, dan Dinamika Intelektual Islam di Nusantara, ( Jakarta:
Prenada Media Group,2014), hal. 85 10
Ibid, hal. 198
5
mereka merasa manfaatnya besar baik dari segi ilmu dan keterampilan
yang diberikan.11
Dampak setelah diterapkan konsep ekonomi sedekah dan
kewirausahaan di pesantren belum optimal karena beberapa sebab yaitu
kurang antusiasnya santri-santri menerapkan konsep ekonomi sedekah dan
kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath dalam kehidupan
sehari-harinya, pembagian tugas yang tidak sesuai dengan hati, dan ada
rasa malas yang menghantui untuk tidak mengerjakan tugas sesuai dengan
kesukaannya. Serta dengan adanya konsep ekonomi sedekah dan
kewirausahaan tersebut masih adanya kekurangan jika disebutkan sebagai
pola pendidikan dari segi pengajaran dan materi yang dibutuhkan. 12
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 4 Maret 2017 ini
diperoleh kesimpulan bahwa kurang efektifnya interaksi antara kiai
dengan santri karena berbagai macam hal baik itu kegiatan ataupun
bertatap muka, kurang berhasilnya konsep ekonomi sedekah dan
kewirausahaan karena adanya pembagian kerja tidak sesuai dengan
keahliannya dan belum optimal bila disebutkan sebagai pola pendidikan
untuk konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan karena masih
banyaknya pengajaran dan materi yang belum lengkap yang dibutuhkan
oleh santri.
Adapun penelitian dalam hal ini dilatar belakangi oleh adanya
permasalahan bahwa interaksi sosial merupakan salah satu penentu
keberhasilan dari konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan. Namun
apakah interaksi sosial itu dalam konsep ekonomi sedekah dan
kewirausahaan sudah dapat berjalan dengan semestinya, bagaimana bentuk
penerapan konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan, dan bagaimana
dampak untuk santri setelah menerapkan konsep ekonomi sedekah dan
kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi ini.
11
Ebah Suaiybah, “Pemberdayaan Ekonomi Santri Melalui Penanaman Jamur Tiram,
Pengembangan Masyarakat Islam”, Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta, 2009,
tidak di publikasikan 12
Hasil wawancara dengan Ina (santri) pra penelitian, pada 4 Maret 2017
6
Berdasarkan data dan latar belakang masalah diatas, maka penulis
tertarik untuk meneliti masalah ini mengenai “Interaksi Sosial Kiai
dengan Santri Melalui Konsep Ekonomi Sedekah dan Kewirausahaan
di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan
sebelumnya, dapat diidentifikasikan beberapa masalah yaitu:
1. Kurang efektifnya interaksi antara kiai dan santri dalam kegiatan
ataupun bertatap muka
2. Kurang berhasilnya penerapan konsep ekonomi sedekah dan
kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi
3. Kurang optimal penerapan konsep ekonomi sedekah dan
kewirausahaan sebagai pola pendidikan.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian identifikasi di atas, untuk lebih memperjelas
dan memberi arah yang tepat dalam pembahasan skripsi ini, maka
penelitian ini akan dibatasi pada masalah:
1. Kurang efektifnya interaksi antara kiai dan santri mengenai konsep
ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-
Fath Sukabumi
2. Kurang berhasilnya penerapan konsep ekonomi sedekah dan
kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath.
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, penelitian akan berfokus kepada:
1. Interaksi sosial kiai dengan santri melalui konsep ekonomi sedekah
dan kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi
2. Bentuk penerapan konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di
Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi
3. Ketercapaian penerapan konsep ekonomi sedekah dan
kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi
7
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapatlah dirumuskan
masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimanakah interaksi sosial kiai dengan santri melalui konsep
ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-
Fath Sukabumi?
2. Bagaimanakah penerapan konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan
di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi?
3. Bagaimanakah tolak ukur ketercapaian penerapan tentang konsep
ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-
Fath Sukabumi?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memperoleh gambaran tentang interaksi sosial kiai dengan santri
melalui konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok
Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi
2. untuk memperoleh gambaran tentang bentuk penerapan konsep
ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-
Fath Sukabumi
3. untuk memperoleh gambaran tentang ketercapaian penerapan konsep
ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-
Fath Sukabumi
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai bahan acuan bagi penelitian sejenis yang mungkin akan
dilakukan selanjutnya.
8
b. Memberikan informasi seputar interaksi sosial kiai dengan santri
melalui konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di pondok
pesantren
c. Bisa memberikan kontribusi bagi yang mau bersedekah dan bisa
digunakan untuk keperluan kewirausahaan dengan sistem islami.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Akademisi
Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu
bahan referensi bagi peneliti sendiri maupun bagi peneliti
selanjutnya yang tertarik meneliti interaksi sosial kiai dengan santri
melalui konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan
b. Bagi Pondok Pesantren
Diharapkan dapat mengaplikasikan konsep ekonomi
sedekah dan kewirausahaan sebagai pola pendidikan karena ini
sangat berguna sekali bagi kehidupan pondok pesantren, santri, dan
orang tua.
c. Bagi santri
Dapat diaplikasikan hasil dan karakter yang di dapat setelah
menggunakan konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan dalam
kehidupan sehari-hari.
d. Bagi Wirausaha
Diharapkan dapat di pertimbangkan agar konsep ekonomi
sedekah dapat diterapkan bagi dunia kewirausahaan untuk bisa
membantu orang-orang yang sedang membutuhkan pekerjaan.
e. Bagi Penulis
Dengan penelitian ini mendapatkan suatu pengalaman yang
sangat berharga yakni bisa mengetahui langsung dan ikut
merasakan penerapan tentang interaksi sosial kiai dengan santri
melalui konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok
Pesantren Dzikir Al-Fath.
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Interaksi Sosial
a. Pengertian Interaksi Sosial
Menurut Macionis dalam buku Manusia dalam kebudayaan dan
Masyarakat, interaksi sosial didefinisikan sebagai proses yang di dalamnya
terdapat aksi dan reaksi antarmanusia sebagai bentuk relasi sesama
manusia. Interaksi sosial terjadi setiap hari, antarindividu dan
antarkelompok, secara tatap muka maupun melalui media perantara, serta
pada berbagai situasi.13
Soerjono Soekanto berpendapat bahwa: “interaksi sosial adalah
proses sosial yang menyangkut hubungan timbal balik antarpribadi,
kelompok, maupun pribadi dengan kelompok”. Interaksi sosial tersebut
merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. 14
Menurut Kimball Young dan Raymond sebagaimana yang dikutip
Soerjono Sukanto, “interaksi sosial merupakan kunci dari semua
kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial, tak akan mungkin ada
kehidupan bersama.” 15
.
Definisi tersebut manusia tidak akan bisa berdiri sendiri tanpa
memerlukan bantuan orang lain, mereka tidak bisa bekerja sama, saling
berbicara, mengadakan persaingan, pertikaian, dan lain sebagainya untuk
mencapai suatu tujuan bersama.
Maka dari itu, interaksi sosial merupakan kunci utama terhadap
aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial dapat terjadi di antara
13
Eko A. Meinarno dkk, Manusia dalam Kebudayaan dan Masyarakat, (Jakarta:
Salemba Humanika, 2011), hal. 169
14
Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal. 140
15
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar,(Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hal.54
10
kelompok-kelompok manusia dengan kelompok tersebut sebagai kesatuan
dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya. Semuanya itu
menimbulkan kesan di alam pikiran seseorang yang kemudian menentukan
tindakan apa yang akan dilakukannya.
Jadi interaksi sosial adalah kunci dari semua proses kehidupan
sosial yang terjadi setiap setiap hari antar individu dan antar kelompok
secara tatap muka maupun melalui media perantara serta pada berbagai
situasi yang membentuk aktivitas-aktivitas sosial dengan mempunyai
tujuan yang sangat jelas.
b. Syarat-syarat Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan kunci dari kehidupan bermasyarakat.
Dimana di dalamnya terdapat suatu proses hubungan antara manusia satu
dengan yang lainnya. Proses hubungan tersebut berupa antar aksi sosial
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari secara terus menerus.
Terjadinya interaksi sosial sebagaimana yang dimaksud, karena
adanya saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing pihak
dalam suatu hubungan sosial. 16
Proses sosial, baru dapat dikatakan terjadi interaksi sosial apabila
telah memenuhi persyaratan sebagai aspek kehidupan bersama, yaitu
adanya kontak sosial dan komunikasi sosial.
1) Kontak Sosial
Kata kontak berasal dari bahasa latin con atau cum (yang
artinya bersama-sama) dan tango (yang artinya menyentuh). Jadi,
artinya secara harfiah adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik,
kontak baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah. 17
16
Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori, Terapan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012),
hal. 153 17
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar,(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2012), hal. 58
11
Kontak sosial adalah hubungan antara satu orang atau lebih
melalui percakapan dengan saling mengerti tentang maksud dan
tujuan masing-masing dalam kehidupan masyarakat.
Kontak sosial terbagi menjadi dua, yakni kontak sosial secara
langsung, yaitu kontak sosial melalui suatu pertemuan dengan bertatap
muka dan berdialog di antara kedua belah pihak tersebut. Sedangkan
kontak sosial secara tidak langsung adalah kontak sosial yang
menggunakan alat sebagai perantara; melalui telepon, radio, surat, dan
lain-lain. 18
Paling penting dalam interaksi sosial adalah saling mengerti
antara kedua belah pihak, sedangkan kontak badaniah bukan lagi
merupakan syarat utama dalam kontak sosial, oleh karena hubungan
demikian belum tentu terdapat saling pengertian. Kontak sosial terjadi
tidak semata-mata oleh karena adanya aksi belaka, akan tetapi harus
memenuhi syarat pokok kontak sosial, yaitu reaksi (tanggapan) dari
pihak lain sebagai lawan kontak sosial.
Di dalam kontak sosial, dapat terjadi hubungan yang positif
dan hubungan negatif. Kontak sosial positif terjadi apabila hubungan
antara kedua belah pihak terdapat saling pengertian, di samping
menguntungkan masing-masing pihak tersebut, sehingga biasanya
hubungan dapat berlangsung lebih lama, atau mungkin dapat
berulang-ulang dan mengarah pada suatu kerja sama. Sedangkan
kontak sosial negatif terjadi apabila hubungan antara kedua belah
pihak tidak melahirkan saling pengertian, mungkin merugikan
masing-masing atau salah satu, sehingga mengakibatkan suatu
pertentangan atau perselisihan.19
Kontak sosial dapat terjadi dalam tiga bentuk yakni adanya
orang perorangan, ada orang perorangan dengan suatu kelompok
18
Abdulsyani, op.cit , hal. 154 19
Ibid,
12
manusia atau sebaliknya dan antara suatu kelompok manusia dengan
kelompok manusia lainnya.20
Pengertian yang sama pun, Soerdjono Soekanto membedakan
kontak sosial menjadi dua macam, yaitu kontak sosial yang primer
dan yang sekunder. Yang primer adalah kontak sosial dalam bentuk
tatap muka, bertemu, jabatan tangan, bercakap-cakap antara pihak-
pihak yang melakukan kontak sosial. Sedangkan yang sekunder
adalah kontak yang tidak langsung, yaitu suatu kontak sosial yang
membutuhkan perantara. Hal ini sama halnya dengan hubungan secara
tidak langsung, misalnya melalui telepon, radio, surat, dan lain-lain.
2) Komunikasi sosial
Komunikasi sosial adalah syarat pokok lain daripada proses
sosial. Menurut Soerjono Soekanto, komunikasi adalah bahwa
seseorang memberikan tafsiran pada perikelakuan orang lain (yang
berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap) perasaan-
perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut. 21
Lain halnya dengan yang dikemukakan oleh Theodorson dan
Thedorson,“komunikasi adalah penyebaran informasi, ide-ide sebagai
sikap atau emosi dari seseorang kepada orang lain terutama melalui
simbol-simbol.22
Dari defenisi komunikasi di atas bahwa komunikasi sebagai
satu proses melibatkan pihak yang berkomunikasi, informasi yang
dikomunikasikan, dan alat komunikasi. Komunikasi bisa di maknai
sebagai penyampaian informasi, ide, emosi, nilai dan sikap.
Dengan adanya komunikasi, maka sikap dan perasaan di satu
pihak orang atau sekelompok orang dapat diketahui dan dipahami oleh
pihak orang atau sekelompok orang lain.
20
Yesmil Anwar dan Adang, Sosiologi untuk Universitas, (Bandung: PT Refika Aditama,
2013) hal. 195 21
Abdulsyani, op.cit , hal. 155 22
Tommy Suprapto, Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi, (Jakarta: PT. Buku
Kita, 2009), hal. 6
13
Hal ini berarti, apabila suatu hubungan sosial tidak terjadi
komunikasi atau tidak saling memahami maksud masing-masing
pihak, maka dalam keadaan demikian tidak terjadi kontak sosial.
Dalam komunikasi dapat terjadi banyak sekali penafsiran terhadap
perilaku dan sikap masing-masing orang yang sedang
berhubungan; misalnya jabatan tangan dapat ditafsirkan sebagai
kesopanan, persahabatan, kerinduan, sikap kebanggaan dan lain-
lain.
Dengan demikian, komunikasi memungkinkan kerjasama
antara orang perorangan atau antara kelompok-kelompok manusia
dan memang komunikasi merupakan salah satu terjadinya kerja
sama. Akan tetapi, tidak selalu komunikasi menghasilkan kerja
sama bahkan suatu pertikaian mungkin akan terjadi sebagai akibat
salah paham atau karena masing-masing tidak mau mengalah.23
c. Bentuk- bentuk Interaksi Sosial
Menurut Gillin dan Gillin yang dikutip Soerjono Sukanto,
menggolongkan ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat
adanya interaksi sosial, yaitu sebagai berikut yakni:
1) Proses-proses yang Asosiatif
a) Kerja sama (Cooperation)
Kerja sama yang dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama
antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu
atau beberapa tujuan bersama.24
Bentuk dan pola-pola kerja sama dapat dijumpai pada semua
kelompok manusia. Kerja sama timbul karena orientasi orang-
perorangan terhadap kelompoknya (yaitu in-group-nya) dan kelompok
lainnya (yang merupakan out-groupnya).
23
Soerjono Soekanto, op.cit. , hal. 65 24
Gillin dan Gillin, ibid, hal. 66
14
Kerjasama mungkin akan bertambah kuat apabila ada bahaya
luar yang mengancam atau tindakan-tindakan luar yang menyinggung
kesetiaan yang secara tradisional atau institusional telah tertanam di
dalam kelompok, dalam diri seseorang atau segolongan orang. Kerja
sama dapat bersifat agresif apabila kelompok dalam jangka waktu yang
lama mengalami kekecewaan sebagai akibat perasaan tidak puas.
Betapa pentingya fungsi kerja sama digambarkan oleh Charles
H. Cooley sebagai berikut.
”kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa
mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan
pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan
pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi
kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya
kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi
merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerja sama yang
berguna.”25
Beberapa bentuk kerja sama dapat dibedakan lagi menjadi empat
yakni kerja sama spontan (spontaneous cooperation) adalah kerja sama
yang serta-merta. Kerja sama langsung (directed cooperation) adalah hasil
dari perintah atasan atau penguasa. Kerja sama kontrak (contractual
cooperation) adalah kerja sama atas dasar tertentu. Kerja sama tradisional
(traditional cooperation) adalah bentuk kerja sama sebagai bagian atau
unsur dari sistem sosial.26
Ada lima bentuk kerja sama yaitu sebagai berikut. Kerukunan yang
mencakup gotong- royong dan tolong-menolong, bargaining yaitu
pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa
antara dua organisasi atau lebih, kooptasi (cooptation) yakni suatu proses
penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan
politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari
terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan,
koalisi (coalition), yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang
25
Charles H.Cooley, ibid, hal. 66 26
ibid, hal. 67
15
mempunyai tujuan-tujuan yang sama, dan terakhir joint venture, yaitu
kerja sama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu.27
b) Akomodasi ( Acomodation)
Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti, yaitu untuk
menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses.
Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan, berarti adanya sesuatu
keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi antara orang-perorangan atau
kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma
sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat. Sebagai
suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk
meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai
kestabilan.28
Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu proses
dimana orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia yang
mulanya bertentangan, saling mengadakan penyesuaian diri untuk
mengatasi ketegangan-ketegangan. Akomodasi sebenarnya
merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa
menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan
kepribadiannya. 29
Tujuan akomodasi memiliki beberapa tujuan yaitu: Pertama,
mengurangi perbedaan paham, pertentangan politik, atau permusuhan
antar kelompok seperti suku, ras, dan kelompok kepentingan lain. Kedua,
mencegah terjadinya ledakan konflik yang berupa benturan antar
kelompok seperti perang, perpecahan yang mengarah pada disentegrasi
sosial. Ketiga, menyatukan dua kelompok atau lebih yang terpisah-pisah
untuk mencapai persatuan dan kesatuan. Terakhir, untuk mengupayakan
terjadinya proses pembauran antarsuku, etnis atau ras, antar agama, antar
golongan, dan sebagainya sehingga mengarah pada proses terjadinya
asimilasi.30
27
ibid, 28
Soerjono Soekanto, op.cit, hal. 68 29
Ibid, 30
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Kencana
Prenadamedia group, 2011), hal. 81
16
Dengan demikian, akomodasi bagi pihak-pihak tertentu
dirasakan menguntungkan namun agak menekan bagi pihak lain, karena
adanya campur tangan kekuasaan-kekuasaan tertentu dalam masyarakat.
Bentuk-bentuk akomodasi yaitu:
Coercion adalah suatu bentuk akomodasi yang prosesnya
dilaksanakan oleh karena adanya paksaan, dimana salah
satu pihak berada dalam keadaan yang lemah bila
dibandingkan dengan pihak lawan.
Compromise adalah suatu bentuk akomodasi dimana pihak-pihak
yang terlibat saling mengurangi tuntutannya agar
tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan
yang ada.
Mediation adalah suatu cara untuk menengahi perselisihan dengan
diundangnya pihak ketiga yang netral dalam soal
perselisihan yang ada.
Conciliation adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-
keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi
tercapainya suatu persetujuan bersama.
Toleration adalah suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang
formal bentuknya.
Stalemate adalah suatu akomodasi, dimana pihak-pihak yang
bertentangan karena mempunyai kekuatan yang
seimbang berhenti pada suatu titik tertentu dalam
melakukan pertentangannya.
Adjudication adalah penyelesaian perkara atau sengketa di
pengadilan.31
Bentuk interaksi sosial menurut jumlah pelakunya: interaksi antara
individu dengan individu, interaksi antara individu dengan kelompok dan
interaksi antara kelompok dengan kelompok.
31
Ibid, hal. 79-81
17
Bentuk interaksi sosial menurut proses terjadinya, dapat
digolongkan sebagai berikut: Imitasi adalah tindakan manusia untuk
meniru cara-cara orang lain. Identifikasi adalah menirukan dirinya menjadi
sama dengan orang yang ditirunya. Sugesti dapat diberikan dari seorang
individu kepada kelompok. Motivasi juga diberikan dari seorang individu
kepada kelompok. Simpati bisa juga disampaikan kepada seseorang atau
kelompok orang atau suatu lembaga formal pada saat-saat khusus. Empati
itu dibarengi perasaan organisme tubuh yang sangat dalam.32
c) Asimilasi (Assimilation)
Asimilasi merupakan proses sosial yang ditandai dengan adanya
usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-
perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-
usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap, dan proses-proses
mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan
bersama. Dalam proses asimilasi, mereka mengidentifikasikan dirinya
dengan kepentingan-kepentingan serta tujuan-tujuan kelompok.
Menurut Koentjaraningrat, proses asimilasi timbul bila ada
kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya, orang-
perorangan sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secara langsung
dan intensif untuk waktu yang lama sehingga kebudayaan-kebudayaan dari
kelompok-kelompok manusia tersebut masing-masing berubah dan saling
menyesuaikan diri. 33
Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu asimilasi
antara lain adalah: toleransi, kesempatan-kesempatan yang seimbang di
bidang ekonomi, sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya, sikap
terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat, persamaan dalam
unsur-unsur kebudayaan, perkawinan campuran, adanya musuh bersama
dari luar. 34
32
Ibid, hal. 67-70 33
Koentjaraningrat, op.cit, hal. 73 34
ibid , hal. 75
18
2) Proses-proses yang Disosiatif
a) Persaingan (competition)
Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu
proses sosial, dimana individu atau kelompok-kelompok manusia
yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang
kehidupan yang pada suatu masa tertentu dengan cara menarik
perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah
ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.35
Persaingan mempunyai dua tipe umum, yakni yang bersifat
pribadi dan tidak pribadi. Persaingan yang bersifat pribadi, orang-
perorangan, atau individu secara langsung bersaing untuk, misalnya
memperoleh kedudukan tertentu di dalam suatu organisasi. Tipe ini
juga dinamakan rivalry.
Di dalam persaingan yang tidak bersifat pribadi, yang
langsung bersaing adalah kelompok. Persaingan misalnya dapat
terjadi antara dua perusahaan besar yang bersaing untuk
mendapatkan monopoli di suatu wilayah tertentu.
Tipe-tipe tersebut di atas menghasilkan beberapa bentuk
persaingan, yaitu sebagai berikut. Dari segi persaingan ekonomi
timbul karena terbatasnya persediaan apabila dibandingkan dengan
jumlah konsumen, bertujuan untuk mengatur produksi dan
distribusi. Dari segi persaingan kebudayaan, terjadi ketika para
pedagang barat berdagang di pelabuhan-pelabuhan Jepang
misalnya persaingan di bidang keagamaan, lembaga
kemasyarakatan seperti pendidikan dan seterusnya, dari segi
persaingan kedudukan dan peranan. Dari persaingan ras merupakan
persaingan dibidang tubuh, maupun corak rambut dan sebagainya.
Persaingan dalam batas-batas tertentu dapat mempunyai
beberapa fungsi yaitu sebagai berikut untuk menyalurkan
keinginan-keinginan individu atau kelompok yang bersifat
35
Elly M. Setiady dan Usman Kolip, op.cit, hal. 87
19
kompetitif, sebagai jalan dimana keinginan, kepentingan, serta
nilai-nilai yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian,
tersalurkan dengan baik oleh mereka yang bersaing, dan sebagai
alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan sosial.36
Hasil suatu persaingan mungkin saja tersebut erat dengan
berbagai faktor berikut, yakni kepribadiaan seseorang, kemajuan
untuk dirinya atau kelompoknya, terbentuknya solidaritas
kelompok yang erat dan tidak akan disorganisasi pasti akan sesuai
dengan jalur organisasi itu untuk mempunyai tujuan bersama.
b) Kontravensi (contravention)
Kontravensi merupakan suatu bentuk proses sosial yang
berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian.
Kontravensi ditandai oleh gejala-gejala adanya ketidakpahaman
mengenai diri seseorang atau suatu rencana dan perasaan tidak suka
yang disembunyikan, kebencian, atau keragu-raguan terhadap
kepribadian seseorang.
Bentuk kontravensi menurut Leopold von Wiese and Howard
Becker, ada lima yaitu:
Pertama, yaitu umum meliputi perbuatan-perbuatan seperti
penolakan, keengganan, perlawanan, perbuatan menghalang-halangi,
protes terhadap gangguan-gangguan, perbuatan kekerasan, dan
mengacaukan rencana pihak lain.
Kedua, yaitu sederhana seperti menyangkal pernyataan orang lain di
muka umum, memaki-maki melalui surat-surat selebaran,
memfitnah, melemparkan beban pembuktian kepada pihak lain dan
seterusnya.
36
Soerjono, op.cit, hal. 84
20
Ketiga, yaitu intensif mencakup penghasutan, menyebarkan desas-
desus, mengecewakan pihak-pihak lain.
Keempat, yaitu rahasia umpamanya mengumumkan rahasia pihak
lain, perbuatan khianat.
Kelima taktis, yaitu misalnya mengejutkan lawan, mengganggu atau
membingungkan pihak lain, umpama dalam kampanye partai-partai
politik dalam pemilihan umum.37
c) Pertentangan (pertikaian atau conflict)
Pertentangan merupakan suatu proses sosial dimana
individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya
dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman
dan atau kekerasan.
Sebab dari pertentangan antara lain sebagai berikut yakni
perbedaan antara individu-individu, perbedaan kebudayaan,
perbedaan kepentingan serta perubahan sosial. 38
Pertentangan mempunyai bentuk khusus, yaitu sebagai
berikut, pertentangan pribadi, pertentangan rasial, pertentangan
antara kelas-kelas sosial, dan pertentangan politik dan yang
terakhir pertentangan yang bersifat internasional. 39
Akibat-akibat bentuk pertentangan adalah sebagai berikut
tambahnya solidaritas in group, goyah dan retaknya persatuan
kelompok tersebut, perubahan kepribadian para individu,
hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia, dan
akomodasi, dominasi, dan takluknya salah satu pihak 40
Menurut Gerungan, faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya interaksi sosial adalah:
a. Imitasi, mempunyai peran yang sangat penting dalam interaksi
karena mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah dan nilai-
37
Leopold von Wiese and Howard Becker ,ibid, hal. 87 38
ibid , hal. 90 39
Ibid, hal. 93 40
Ibid, hal. 94
21
nilai yang berlaku namun dapat juga menyebabkan misalnya
yang ditirunya adalah tindakan-tindakan yang menyimpang dan
mematikan daya kreasi seseorang.
b. Sugesti, hal ini terjadi apabila individu memberikan suatu
pandangan atau sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian
diterima oleh pihak lain. Biasanya orang yang memberikan
sugesti orang yang berwibawa atau mungkin yang sifatnya
otoriter.
c. Identifikasi, sifatnya lebih mendalam karena kepribadian
individu dapat terbentuk dengan sendirinya atau disengaja sebab
individu memerlukan tipe-tipe ideal tertentu di dalam proses
kehidupannya.
d. Simpati, merupakan suatu proses dimana individu merasa
tertarik pada pihak lain, biasanya yang menjadi dorongan
penting adalah perasaan si individu untuk melakukan
kerjasama.41
Menurut Persell dalam buku Mengerti Sosiologi, tipe-tipe
interaksi sosial ada tiga yakni :
1) Koperasi merupakan usaha bersama antara dua orang untuk
mencapai satu tujuan bersama. Umumnya ini terjadi ketika
individu menilai bahwa kesempatan untuk menang atau
bertahan hidup hanya bisa dilakukan jika bersama orang lain.
Bentuknya yaitu pertukaran adalah sistem kooperasi yang lebih
formal yang individu-individunya bisa menciptakan dan
memperkuat ikatan sosial individu dan kelompok.
2) Konflik merupakan perjuangan dua orang atau lebih untuk
mendapatkan sumber daya yang bernilai. Konflik bisa
berakibat positif seperti semakin terikatnya satu kelompok
karena harus melawan kelompok yang lain. Seperti kompetisi
41
M.Khairul Anwar,” Hubungan Antara Konsep Diri dengan Interaksi Sosial pada
Perawat di Rumah Sakit Islam Surakarta,“ skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Surakarta, 2016. tidak di publikasikan.
22
yakni bentuk konflik yang menggunakan aturan-aturan yang
disepakati oleh semua peserta untuk mencapai suatu tujuan
akhir. Negoisasi adalah bentuk kompetisi dua orang,
kelompok, atau lebih untuk mencapai kesepakatan yang
memuaskan masing-masing pihak.
3) Koersif adalah proses agar seseorang mau melakukan sesuatu
dengan menggunakan kekuatan atau tekanan sosial. Koersif
sering kali terjadi dengan menggunakan cara-cara fisik. 42
d. Teori Interaksi Sosial
1) Interaksionisme Simbolik
Teori Interaksionisme Simbolik merupakan teori sosiologi yang
dikembangkan oleh George Herbert Mead. Mead mengatakan bahwa
manusia mempunyai kemampuan untuk berinteraksi dengan pihak-
pihak lain, dengan perantara simbol-simbol tertentu yang dipunyai
bersama. Dengan perantara simbol-simbol tersebut, maka manusia
memberikan arti pada kegiatan-kegiatannya. Mereka dapat menafsirkan
keadaan dan perilaku dengan mempergunakan simbol-simbol tersebut.
Manusia membentuk perspektif-perspektif tertentu melalui suatu proses
sosial di mana mereka memberi rumusan hal-hal tertentu bagi pihak-
pihak lainnya.
Di dalam diri manusia dorongan biologis memberikan motivasi
bagi perilaku atau tindakannya, dan dorongan-dorongan tersebut
mempunyai sifat sosial yang tinggi di lingkaran realitas sosial mereka
sendiri. Artinya ada faktor-faktor yang bersifat “memengaruhi”
tindakan sosial aktor terutama dalam lingkaran realitas sosial mereka
sendiri.
Menurut Mead dalam buku Interaksionisme simbolik, diri
adalah subjek dari fenomena pengalaman sendiri adalah persepsi,
42
Amin Nurdin dan Ahmad Abrori, Mengerti Sosiologi,( Jakarta: UIN Jakarta PRESS,
2006), hal. 55-56
23
emosi, pikiran. Dalam fenomenologi, hal itu dipahami sebagai suatu
pengalaman, dan tidak ada yang mengalami tanpa mengalaminya
sendiri. Oleh karena itu, diri adalah sebuah “anugrah langsung. 43
Diri sebagai obyek ditunjuknya dengan konsep “Me”, sedangkan
diri sebagai subjek yang bertindak di tunjuknya dengan konsep “I”. “I”
merupakan konsep diri yang bersifat non reflektif. Ia tidak mencakup
ingatan-ingatan dari tindakan-tindakan masa lampau atau antisipasi di
masa yang akan datang. Begitu suatu tindakan dilaksanakan, ingatan
tentang tindakan itu lalu menjadi bagian dari “Me” dalam konsep diri
itu.44
Menurut Mead, tahap-tahap dalam perkembangan konsep diri ada
tiga fase yakni:
a) Tahap bermain dimana individu “memainkan” peran sosial dari
seseorang yang lain.
b) Tahap pertandingan, yakni mereka mampu menjalankan peran dari
beberapa orang lain secara serentak dan mengorganisasikannya
dalam suatu keseluruhan yang lebih besar. Mereka menjangkau
hubungan-hubungannya dengan orang-orang lain hanya sebagai
individu-individu dan menghubungkan mereka dalam rangka
kegiatan bersama dimana mereka semuanya terlibat. Identifikasi
dengan kegiatan bersama ini menjadi mungkin apabila kegiatan
atau peranan tertentu dari masing-masing orang mugkin berbeda
dari kegiatan-kegiatan orang lain, seperti halnya kalau ada
pembagian pekerjaan dalam kelompok itu.
c) Tahap generalized other.
Menurut Mead, sebagaimana yang dikutip oleh Imam B.
Jauhari, “apabila individu mengontrol perilakunya sendiri menurut
peran-peran umum yang bersifat impersonal, maka mereka
mengambil peran yang terdiri dari harapa-harapan dan standar-
standar umum yang dipertentangkan dengan harapan-harapan
43
Umiarso Elbadiansyah, Interaksionisme simbolik, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hal.
150 44
Imam B. Jauhari, Teori Sosial, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2011), hal. 131
24
individu secara khusus yang menurut harapan-harapan umum itulah
si individu merencanakan dan melaksanakan tindakannya. 45
Jika dikorelasikan dengan pemahaman terhadap makna, maka dari
konsep diri pribadi tersebut akan memunculkan dua sisi varian yakni sisi
pribadi dan sisi sosial. Artinya, diri pibadi tidak hanya menanggapi atau
membuat persepsi tentang orang lain (the other), tetapi juga mempersepsi
dirinya sendiri. Setiap diri pribadi menjadi objek dan subjek sekaligus. 46
Bukan hanya sekedar reaksi belaka dari tindakan seseorang
terhadap orang lain. Tanggapan seseorang tidak dibuat secara langsung
terhadap tindakan orang lain, tetapi didasarkan atas “makna” yang
diberikan terhadap orang lain itu. Interaksi antar individu, diantara oleh
penggunaan simbol-simbol, interpretasi atau dengan saling berusaha untuk
saling memahami maksud dari tindakan masing-masing.
Interaksi simbol adalah dinamika-dinamika interaksi tatap muka,
saling ketergantungan yang erat antar konsep diri individu dan
pengalaman-pengalaman kelompok kecil, negosiasi mengenai norma-
norma bersama dan peran-peran individu, serta proses-proses lainnya yang
mencakupi individu dan pola-pola interaksi dalam skala kecil. 47
Dinamika proses komunikasi yang digambarkan Mead dengan
“percakapan isyarat”. Komunikasi melalui isyarat-isyarat sederhana adalah
bentuk paling sederhana dan yang paling pokok dalam komunikasi. Hal
ini disebabkan karena manusia mampu menjadi objek untuk dirinya
sendiri (dan juga sebagai objek yang bertindak) dan melihat tindakan-
tindakannya seperti orang lain dapat melihatnya. Dengan kata lain manusia
dapat membayangkan dirinya secara sadar dalam perilakunya dari sudut
pandangan orang lain. 48
Simbol tersebut menjadi perantara yang sangat efektif dalam
interaksi yang dilakukan oleh aktor, bahkan simbol merupakan media yang
45
Ibid, hal. 133 46
Umiarso Elbadiansyah, op.cit., hal.150 47
Imam B. Jauhari, op.cit, hal. 125 48
Ibid, hal. 125-126
25
digunakan oleh aktor untuk menyampaikan pikiran atau perasaan,
maksudnya atau tujuannya kepada orang lain. Simbol sebagai media
primer dalam proses komunikasi dapat berupa bahasa, isyarat, gambar,
warna, dan lain sebagainya. Namun simbol dalam bentuk bahasa yang
paling banyak dipergunakan dalam proses komunikasi. 49
Namun, dalam interaksi sosial melalui komunikasi ini hanya bisa
terjadi apabila terdapat significant symbol yang sama-sama dipahami
antara diri pribadi dan orang lain, antara komunikan dan komunikator.
Dari pola pemikiran George Herbert Mead tersebut tampak bahwa
tindakan sosial terdiri dari varian-varian antara lain: Isyarat awal dari
seorang individu sebagai isyarat kontak sosial, respons terhadap isyarat
dari orang lain.Hal ini merupakan respons dari isyarat (stimulus) yang
diberikan oleh diri pribadi yang pertama Hasil atau makna komunikasi dari
suatu tindakan tersebut. Makna ini nantinya akan menjembatani proses
interaksi sosial antara kedua aktor tersebut. 50
Melalui konsep ini, akan tercipta tindakan sosial sebagai basis dari
proses pengalaman manusia. Dari hal ini, George Herbert Mead
mengklaim, bahwa tanpa ada sistem simbol, tidak mungkin terbentuk
pengalaman dan budaya manusia. Manusia belajar untuk
mengelompokkan orang ke dalam peran sosial yang nantinya mempunyai
pengaruh terhadap diri aktor.
2) Teori DeVito
Teori ini menggambarkan perkembangan dari interaksi yang
sederhana dan kurang intim sampai interaksi yang intens.
Perkembangan tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:
a) Contact perceptual interactional
Kontak antara dua orang dimulai dengan orang melihat,
mendengar, atau membaur dengan seseorang sehingga dengan
demikian orang yang bersangkutan dapat melihat gambaran
49
Umiarso, op.cit, hal.63 50
Ibid, hal. 153
26
dari orang yang dipersepsikan. Misalnya tingginya, bagaimana
bentuk tubuhnya, mungkin juga umurnya dan lain-lain.
Setelah itu biasanya orang akan mengadakan kontak
interpersonal yang merupakan tahapan tempat orang saling
bertukar informasi yang memungkinkan adanya hubungan
yang lebih lanjut.
b) Involvement testing intensifying
Tahap ini hubungan keduanya berkembang. Masing-
masing mempelajari lebih dalam lagi keadaan masing-masing.
Dalam permulaan dapat dikatakan masing-masing mengadakan
semacam tes. Misalnya kuliah dimana, bagaimana keadaan
orang tua, kerja dan sebagainya. Apabila ini sesuai dengan
harapannya dan dapat memberikan kepuasan, orang akan
melanjutkan keterlibatannya sehingga hubungannya semakin
intensif.
Proses selanjunya, khususnya selama dalam
keterlibatan, dan permulaan dalam keintiman orang akan
melakukan tes selanjutnya, bagaimana perasaan hubungan dari
pihak si partner.
c) Intimacy, interpersonal commitment, social bonding
Tahapan ini hubungan antara keduanya menjadi lebih
serius sehingga keduanya mempunyai kesepakatan untuk
melanjutkan hubungan. Keintiman (intimacy) ini biasanya
melalui dua tahap, yaitu komitmen interpersonal dan ikatan
sosial, yaitu bahwa komitmen interpersonal tersebut
dipublikasikan, misalnya teman-teman atau keluarga.
d) Deterioration intrapersonal dissatisfaction, interpersonal
dissatisfaction
Perkembangan selanjutnya dapat mengalami
kemunduran dalam hubungannya karena beberapa sebab.
Kemunduran dalam permulaan secara intrapersonal artinya
27
kemunduran yang dialami oleh orang yang bersangkutan
karena beberapa sebab sehingga orang yang bersangkutan
merasa tidak nyaman lagi, kemudian berkembang menjadi
kekecewaan. Namun, dalam keadaan yang demikian, dapat
mengadakan introspeksi diri mengenai hal-hal yang
menimbulkan ketidaknyamanan tersebut. Masing-masing
mengadakan perbaikan baik secara intrapersonal maupun
secara interpersonal.
e) Dissolution, interpersonal separation, social atau public
separation
Apabila tahap empat tidak terdapat pemecahan di
antara keduanya maka kedua belah pihak harus berniat mencari
pemecahannya.
Tahap ini mempunyai tiga anak panah yakni tahap anak
panah pertama menggambarkan penghentian yang berarti
hubungan tersebut diputuskan. Tahap anak panah kedua
menggambarkan hubungan yang dapat berkembang ke tahapan
berikutnya dan tahap anak panah ketiga menggambarkan
hubungan itu tetap pada tahapan yang bersangkutan. Misalnya
dalam berteman, misalnya dipertahankan sampai menjadi
teman yang abadi. Jadi masing-masing tahapan tertentu, maju
ke tahapan berikutnya (kecuali tahapan kelima), mundur ke
tahapan sebelumnya (kecuali tahapan pertama), dan dapat
keluar dari tahapan tertentu. 51
3) Teori Firo
Teori Firo merupakan teori yang berkaitan dengan perilaku
interpersonal. FIRO adalah singkatan dari Fundamental Interpersonal
Relation Orientation yang dikemukakan oleh Schutz. Teori ini ingin
51
Bimo Walgito, Teori-teori Psikologi Sosial, (Yogyakarta:CV Andi Offset, 2011),
hal. 14-19
28
menjelaskan mengenai perilaku interpersonal dalam orientasinya
dengan orang lain.
Pola hubungan interpersonal (hubungan antarpribadi) menurut
teori ini dapat dijelaskan dalam tiga kebutuhan interpersonal, yaitu
a) kebutuhan akan inklusi (keikutsertaan) merupakan kebutuhan
untuk bergabung dengan orang lain dalam suatu aktivitas.
Seseorang akan dapat mengekspresikan dirinya. Namun
demikian, interaksi itu tidak bisa lepas dari masalah belajar
b) kebutuhan kontrol merupakan kebutuhan yang berkaitan
dengan kebutuhan untuk mengontrol pihak lain. Apabila dalam
interaksi seseorang mendominasi pihak lain maka orang
mempunyai kekuatan tinggi biasanya mengadakan perlawanan,
tidak mau dikontrol.
c) Kebutuhan afeksi berkaitan dengan perasaan emosional antara
individu yang satu dengan individu lain. Kebutuhan afeksi
yang tinggi akan membawa ke persahabatan dan menciptakan
hubungan emosional yang lekat. Sebaliknya apabila kebutuhan
afeksi rendah, orang menolak memiliki hubungan yang dekat.
Interaksi ada dua pola perilaku yang mungkin terjadi yaitu
kecocokan atau ketidakcocokan. Apabila cocok, interaksi itu akan
produktif. Sebaliknya apabila tidak cocok interaksi itu tidak
produktif.
Schutz berpendapat bahwa ada tiga macam kompatibilitas
yaitu:
Pertama, Interchange compatibility (kompatibilitas saling tukar)
ini berdasarkan atas ekspresi bersama dari inklusi, kontrol, dan
afeksi. Interchange compatibility akan terjadi apabila dua orang
yang berinteraksi sama dalam bertukar (exchange) dengan
keinginan-keinginannya dan apabila tidak sama ketidakcocokan
akan terjadi. Apabila keduanya menginginkan tinggi atau rendah,
misalnya dalam inklusi, kompatibilitas akan terjadi. Tetapi kalau
29
yang satu ingin tinggi dan yang lain ingin rendah, ketidakcocokan
akan terjadi. Jadi exchange compatibility tergantung pada tingkatan
dimana keduanya menghendaki adanya interaksi bersama yang
mereka inginkan.
Kedua, Originator compatibility (kompatibilitas pemula) timbul
dari dimensi interaksi pemula-penerima (originator-receiver) akan
terjadi apabila orang ingin mengekspresikan afeksinya dan bertemu
dengan orang yang ingin mendapatkan afeksi. Dalam aspek kontrol
kompatibilitas akan terjadi apabila orang yang ingin mengontrol
atau ingin mendominasi orang lain bertemu dengan orang yang
ingin dikontrol. Dalam aspek inklusi kompatibilitas akan terjadi
apabila orang yang ingin melakukan kegiatan yang membutuhkan
pengikut bertemu dengan orang yang ingin diikutkan dalam
kegiatan tersebut.
Ketiga, Reciprocal compaibility (kompatibilitas timbal balik),
terjadi dimana dua orang saling memuaskan secara timbal balik
satu dengan yang lainnya. 52
4) Teori Pemantauan Diri (Self- Monitoring)
Teori Pemantauan Diri (Self-Monitoring) dikemukakan oleh
Mark Snyder, mengemukakan dua konsekuensi pemantauan diri
dalam keadaan interpersonal yakni:
a) Karena ada perubahan pada orang-orang dengan pemantauan
diri tinggi dalam orientasi sosial pada setiap situasi yang
dihadapinya, mereka akan lebih termotivasi untuk mempunyai
pandangan yang jelas dan teratur dari bermacam-macam
stimuli untuk tujuan perilaku yang efektif. Dalam kaitan ini
diajukan hipotesis “orang-orang dengan pemantauan diri tinggi
lebih suka memersipkan perilaku orang lain dalam arti
disposisi daripada orang-orang dengan pemantauan diri
rendah, menggunakan persepsi tersebut sebagai tanda untuk
52
Ibid, hal 51-54
30
memantau perilaku mereka terhadap individu-individu
tersebut”.
b) Bidang interpersonal yang membedakan konsekuensi
pemantauan diri rendah dan tinggi merupakan perkembangan
hubungan interpersonal. Synder memberikan pernyataan
bahwa orang-orang dengan pemantauan diri tinggi mempunyai
orientasi keteraturan, membawa ke peran kepemimpinan dalam
interaksi kelompok. 53
2. Ekonomi Sedekah
a. Pengertian Ekonomi Sedekah
Kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani, yakni oikonomia
artinya manajemen rumah tangga. Asal katanya adalah oikos dan
nomos. Oikos berarti keluarga atau rumah tangga dan nomos yang
berarti peraturan, aturan, atau hukum. Jadi oikonomia adalah aturan
masyarakat sebagai hukum kodrat yang menetapkan rumah tangga
yang baik. 54
Leonel Robins juga menambahkan bahwa ekonomi adalah
ilmu yang mempelajari perilaku manusia sebagai kaitan antara
tujuan dan sarana yang langka yang mempunyai banyak alternatif
kegunaan.55
Menurut Paul A.Samuelson menyatakan bahwa ilmu
ekonomi adalah suatu studi tentang cara orang-orang dan
masyarakat membuat pilihan, dengan atau tanpa menggunakan
uang, dalam menggunakan sumber daya produksi yang terbatas
tetapi dapat dipergunakan dalam berbagai cara untuk
menghasilkan berbagai jenis komoditas dari waktu ke waktu
dan mendistribusikannya untuk keperluan konsumsi saat ini
atau di masa datang, kepada berbagai orang atau kelompok
dalam masyarakat.56
53
Ibid, hal 105-106 54
Alam, Mandiri Ekonomi untuk SMA dan MA, (Jakarta: Erlangga, 2013), hal. 1 55
Ibid, hal.2 56
Ibid.
31
Ekonomi secara umum adalah sebagai suatu ilmu yang
mempelajari tentang perilaku manusia terkait dengan konsumsi,
produksi, dan distribusi. Ekonomi adalah suatu studi tentang
bagaimana langkanya sumber-sumber dimanfaatkan untuk
memenuhi keinginan-keinginan manusia yang tidak terbatas.57
Jadi ekonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang
perilaku manusia dalam menggunakan sumber daya produksi yang
terbatas untuk dipergunakan sebaik mungkin sehingga tercapai
kesejahteraan material.
Sedekah berasal dari kata “shadaqa” yang secara bahasa
berarti “benar” atau “jujur”. Di sini tersirat makna, bahwa orang
yang bersedekah telah menjalankan agama dengan benar atau
jujur.58
Secara istilah, sedekah berarti sebuah pemberian
secara suka rela, baik berupa uang, barang, jasa, kebaikan,
dan lainnya kepada orang yang berhak menerimanya dengan
jumlah yang tidak ditentukan atau sekehendak dirinya dan
diberikan kapan saja dan dimana saja demi mengharap ridha
dan pahala dari Allah SWT. 59
Menurut Ahmad Athiyatullah mengatakan dalam Qamus
Al-Islami, shadaqah dengan memfathahkan huruf yang pertama
dan kedua adalah apa yang diberikan untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT tanpa paksaan.60
Lain halnya menurut Al-Jurjani, sedekah adalah pemberian yang
diniatkan untuk mendapatkan pahala di sisi Allah SWT.
Lalu bisa disimpulkan sedekah bermakna memberikan
segala sesuatu yang kita miliki, baik berupa uang, barang, jasa,
57
Sapriya, Susilawati, dan Sadjarudin Nurdin, Konsep Dasar IPS, (Bandung: UPI Press,
2008), hal. 11 58
Masykur Arif, Sedekah itu Ajib, ( Jogjakarta, Diva Press, 2014), hal. 13 59
ibid , hal. 14 60
Ubaidurrahim El-Hamdy, Sedekah Bikin Kaya dan Berkah,(Jakarta:WahyuQolbu,
2015), hal.2
32
kebaikan, dan lain sebagainya dengan ikhlas untuk mendekatkan
diri kepada Allah SWT.
Jadi ekonomi sedekah adalah suatu konsep yang digagas oleh
kiai di pondok pesantren mengenai perilaku manusia terkait cara
pemberian secara sukarela yang berbentuk apapun dengan ikhlas
melalui jumlah yang tidak ditentukan dengan mengharap ridha
dan pahala dari Allah swt sebagai solusi dari masalah ekonomi
yang ada di masyarakat dengan bermodalkan untuk berwirausaha.
b. Hukum sedekah
Hukum sedekah adalah sunnah mu’akkadah, berdasarkan
sejumlah ayat dan hadits, yang artinya sangat dianjurkan
sebagaimana sering dijelaskan dalam dalil-dalil mengenai sedekah
Di dalam Surat Al-Baqarah ayat 271 dan 274 yang berbunyi:
ب فىه خ ن ح إ ي و ب ه م ع ى دقبث ف دوا الص ب ن ح إ
ه م م ك ى س ع ف يك م و ك س ل ي ى خ ه اء ف س ق ف ب ال ىه ح ؤ ح و
(٢٧١) يس ب لىن خ م ع ب ح م ب م وللا ك بح ئ ي س
ا بز سس الىه ل و ي بلل م ب ه ال ى م قىن أ ف ى يه ي ر ال
م ه ي ل ف ع ى ل خ م و ه ب د ز ى م ع ه س ج م أ ه ل ت ف ي و ل ع و
وىن (٢٧١) ص م يح ل ه و
Artinya: “Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah
baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan
kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka
menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan
menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-
kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan”. (Q.S Al-Baqarah :271)
33
Artinya: “Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan
di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan,
maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak
ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)
mereka bersedih hati.”( Q.S Al-Baqarah:274)
Di dalam kedua ayat diatas terdapat pujian atas pemberian
sedekah, baik secara tersembunyi maupun terang-terangan.
Perbuatan untuk mendapat keridhaan Allah walaupun dilakukan
terang-terangan bukanlah riya. Namun demikian, setiap amalan
khususnya sedekah bila dilakukan secara sembunyi-sembunyi
adalah lebih baik dan lebih aman dari riya. Dan orang yang
menerima sedekah pun terhindar dari kehinaan dan kesusahan.
Ada lagi hikmah bersedekah secara tersembunyi, yaitu walaupun
pada waktu memberi sedekah orang itu selamat dari riya, tetapi
apabila kemudian sedekahnya menjadi terkenal maka ada
kemungkinan timbulnya perasaan sombong. Juga apabila
seseorang menjadi terkenal di kalangan manusia, maka penerima
sedekah akan mengganggu kepadanya dan selalu minta-minta.61
Namun, ia juga bisa menjadi haram jika pemberi sedekah
tahu atau menduga kuat bahwa penerimanya akan membelanjakan
uang hasil sedekah tersebut untuk hal-hal yang jahat, bobrok, dan
maksiat kepada Allah.62
c. Dampak ekonomi sedekah dalam masyarakat
Jika dilihat dari segi orang yang memberi sedekah,
memiliki keuntungan yakni orang yang bersedekah akan disenangi
oleh orang lain, sedekah membuat hati gembira, mempererat
hubungan si fakir dan si kaya, menyembuhkan penyakit-penyakit
61
Departemen Agama, Al-Qur’an, Surat Al-Baqarah ayat 271 dan 274 62
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah,Terj.
Dari Al-Wasith Fil Fiqh Ibadah oleh Kamran As’at Irsyady dan Ahsan Taqwim, (Jakarta: Amzah,
2010), cet. 2, hal.426
34
jasmani dan rohani yang ada di dalam dirinya, menolak bala dari
segala tindak kejahatan dan sarana untuk membersihkan harta.
Selain itu juga,di jamin oleh Allah SWT jika orang
bersedekah mendapat pahala yang berlipat ganda, masuk surga dari
pintu sedekah, di jauhkan diri dari siksa neraka, menjadi penaung
pada hari kiamat dan dapat menghapus dosa dan kesalahan. 63
3. Kewirausahaan
a. Pengertian Kewirausahaan
Dalam bukunya Nanang Fatchurochman, Enterpreneurship
sering disama arti kan dengan “kewirausahaan”, keberadaannya
merupakan simbol penting bagi pencapaian perekonomian dan
kesejahteraaan masyarakat. 64
Enterpreneurship pertama kali dipopulerkan oleh Richard
Cantilon yakni berasal dari bahasa Perancis yaitu enterprendre yang
berarti “berusaha” atau “ melaksanakan”. 65
“Seorang ekonom dari Austria, Joseph Schumpeter
mendefinisikan enterpreneurship dengan ”sebuah aktivitas yang
inovatif terhadap produk baru, metode produksi baru, pasar baru, dan
bentuk baru dari pengelolaaan organisasi”. 66
Di Indonesia enterpreneurship sering diidentikkan dengan
kata“ kewirausahaan”. Kewirausahaan adalah kata yang terdiri dari
dua suku kata “ wira” dan “ usaha” kemudian ada tambahan (ke-an)
yang menunjukkan kata benda. Kata “wira” berarti berani, utama,
atau perkasa. Sedangkan kata “ usaha” berarti kegiatan dengan
mengarahkan tenaga pikiran atau badan untuk mencapai sesuatu
maksud. 67
63
Ubaidurrahim El-Hamdy, op.cit., hal.42-64 64
Nanang Fatchurochman, op.cit, (Depok: Lendean hati pusaka, 2012),hal 49 65
ibid, hal.50 66
Joseph Schumpeter, ibid. 67
Herni Ali dan Hamam Faizin, Teologi Entrepreneurship, (Ciputat:Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), hal. 4
35
Menurut Samuelson dan Nordhaus, Casson, Abdullah,
konsep kewirausahaan atau enterpreuneur merujuk kepada suatu
sifat keberanian dan keutamaan mengambil resiko dalam kegiatan
inovasi.68
Profesor Yuyun Wirasasmita mendefinisikan
kewirausahaan sebagai proses kemanusiaan yang berkaitan
dengan kreativitas dan inovasi dalam memahami peluang,
mengorganisasi sumber-sumber, mengelola sehingga peluang
itu terwujud menjadi suatu usaha yang mampu menghasilkan
laba atau nilai dalam jangka waktu yang lama.69
Dari kata enterpreneur tersebut, muncullah tafsiran yang
beragam seperti merchant (pedagang), pemilik usaha, sampai
petualang.
Schumpeter mengatakan para wirausaha adalah penggerak atau
motor ekonomi karena fungsi inovasi yang mereka jalankan
menduduki tempat sentral. Terdapat lima tipe inovasi yang
menonjol:
1) Pengenalan kewirausahaan dapat didefinisikan dengan
semangat, perilaku, kemampuan untuk memberikan tanggapan
yang positif terhadap peluang memperoleh keuntungan untuk
diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik pada pelanggan
atau masyarakat dengan selalu berusaha mencari, menciptakan,
dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan
menerapkan cara kerja yang lebih efisien melalui keberanian
mengambil resiko, kreativitas, dan inovasi serta kemampuan
manajemen barang baru atau barang lama dengan mutu lebih
baik.
2) Penemuan metode produksi yang baru
3) Pembukaan pasar yang baru khususnya ekspor
4) Perolehan sumber pasokan bahan baku yang baru
68
Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), hal. 408 69
Profesor Yuyun Wirasasmita, op.cit, hal.4
36
5) Penciptaan organisasi industri yang baru 70
Secara tekstual kata kewirausahaan belum ditemukan
padanan dalam bahasa teks Al-Qur’an maupun Hadist. Namun, hal
ini tidak berarti bahwa kewirausahaan tidak mendapatkan tempat
dalam Islam. Misalnya, Islam mengangkat kaum pedagang dengan
memberikannya kehormatan yaitu dengan meletakkan seorang
wirausaha pada posisi pertama sebagai orang yang diwajibkan zakat.
Islam mengajarkan bahwa bekerja dan berusaha termasuk
berwirausaha boleh dikatakan merupakan bagian tak terpisahkan dari
kehidupan manusia karena keberadaannya sebagai khalifah fil-ardh
dimaksudkan untuk memakmurkan bumi dan membawanya ke arah
yang lebih baik.
Rasulullah SAW juga menerapkan tradisi kewirausahaan
untuk melakukan kegiatan kewirausahaan dalam rangka mencari
rezeki Allah SWT yang halal. Sebagaimana dijelaskan surat al-
Jum’ah ayat 10 ditegaskan:
فئذا قضيج الصلة فبوخشسوا في األزض
ك وابخغىا مه واذكسوا للا ثيسا لعلكم فضل للا
حفلحىن ( ۰۱)
Artinya: “Apabila telah ditunaikan sembahyang maka bertebaranlah
kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah SWT dan
ingatlah Allah sebanyak-sebanyaknya agar kamu
beruntung”. (Q.S Al-Jumuah: 10)
Ayat ini menjelaskan ada dua kata kunci yakni bertebaranlah
dan carilah, yang artinya tidak sekadar menyeru untuk bekerja dan
berusaha, tetapi juga agar umat Islam mempergunakan seluruh
70
Supardan, op.cit, hal. 409
37
potensi dan kemampuan bisnis yang ada sehingga kewirausahaan itu
berhasil dan memberi pesan agar senantiasa menjaga keseimbangan
antara mencari rezeki, melakukan usaha dan mengingat Allah SWT
melalui sembahyang.71
Dengan disertai niat dan cara yang diridhoi Allah SWT,
menurut Rasulullah SAW. berwirausaha menjadi salah satu bagian
dari ibadat dan mendapat ganjaran pahala di sisi Allah SWT karena
ia menyumbang kepada sumber rezeki individu dan keluarga.
Dengan memenuhi keperluan masyarakat baik dengan barang atau
jasa dianggap sebagai penunaian Fardhu kifayah dengan jalan
memenuhi salah satu barang atau jasa keperluan masyarakat.
Selain itu Allah SWT menjelaskan di dalam surat al-Mulk ayat
15 yang berbunyi:
ىا في ش بم ض ذلىل ف ز م األ ك ل ل ع ى الري ج ه
ىز (٢۱) ه الىش ي ل إ ه و ق ش ه ز ىا م ل ك ب و ه ب بك ى م
Artinya: “Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka
berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian
dari rezeki-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan”.72
(Q.S Al-Mulk: 15)
Ayat ini menjelaskan bahwa bekerja (apapun jenis
pekerjaannya) dan bagaimanapun caranya (berjalan di segala penjuru
dan makan sebagian rezekinya), yang harus dipegang dan
ditumbuhkan adalah semua bisnis dan bekerja harus kembali kepada
Allah SWT.
b. Ciri-ciri Kewirausahaan
Menurut Redlich melihat fungsi kewirausahaan ada tiga
tumpuan yakni pemodal, penatalaksana, dan wirausaha. Pemodal
71
Departemen Agama RI, Al-Qur’an, surat al-Jum’ah ayat 10 72
Departemen Agama RI, Al-Qur’an, surat Al- Mulk ayat 15
38
adalah yang melepaskan modal uang dan modal non manusiawi
lainnya untuk perusahaan, penatalaksana adalah perencana, penemu
ide baru, dan pengambil keputusan akhir dari usaha produksi.
Ciri seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan itu terdapat
dalam rumus: 10-Cs yaitu sebagai berikut.
1) Commitment: memiliki niat yang kuat dan tidak ada kata
menyerah dalam menghadapi tantangan
2) Confidence: percaya diri, mempunyai kepercayaan untuk
mengambil keputusan dan resiko
3) Cooperative: dia terbuka dan mau bekerja sama dalam
mengembangkan dirinya.
4) Care: dia sangat perhatian terhadap segala hal walaupun hal
sangat kecil
5) Creative: tidak puas hanya dengan apa yang ada. Dia selalu
mencari terobosan baru
6) Challenge: dia tidak melihat setiap kendala atau masalah
sebagai hambatan, tetapi melihatnya sebagai persyaratan untuk
maju.
7) Calculation: setiap tindakan atau keputusannya didasarkan
pada perhitungan yang objektif, nalar, dan faktual
8) Communications: dalam upaya mengembangkan usahanya, dia
selalu menjalin komunikasi, mengembangkan jaringan
informasi yang memperbanyak jaringan kerjanya.
9) Competiveness: mereka senang pada kompetisi karena dengan
berkompetisi dia dapat mengetahui posisi usahanya,
mengetahui keadaan pasar, dan sekaligus belajar dari para
pesaing.
39
10) Change: mereka tidak takut terhadap perubahan bahkan
mereka adalah orang-orang yang senang terhadap perubahan.73
c. Tujuan dan Manfaat Kewirausahaan
Dibawah ini tujuan dari kewirausahaan adalah
1) Meningkatkan jumlah wirausaha yang berkualitas
Wirausaha jika ingin berkualitas maka harus banyak
yang diperbaiki yakni dari segi sumber daya alam manusia,
mesin, dan di tambahkan modal untuk berani mengambil
resiko.
2) Menyadarkan masyarakat atau memberikan kesadaran
berwirausaha yang tangguh dan kuat terhadap masyarakat.
Wirausaha dapat dilihat tangguh dan kuat karena ia
berani mengambil resiko, membuat inovasi-inovasi terbaru
untuk sama-sama bersaing dalam merebut hati pelanggan
dan tidak pantang menyerah.
3) Menghasilkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat
Dibuktikan dengan adanya membuka wirausaha
dapat terbuka lebar kesempatan untuk menjadi bos dalam
perusahaan
4) Terbuka peluang untuk mencapai tujuan usaha yang
dikehendaki.
Dengan kerja keras, semangat yang tidak pernah
pantang mundur, berinovasi terus menerus maka tujuan
usaha dapat tercapai. 74
Berikut manfaat dari kewirausahaan antara lain:
a) Menambah daya tampung tenaga kerja
73
Leonita Siwiyanti, Building The Character Of Entrepreneurship For Pre- School
Students Through Science, (Sukabumi:The Progressive and Fun Education Seminar, 2016), hal.
381. dipublikasikan 74
Herni Ali dan Hamam Faizin, Teologi Entrepreneurship, (Ciputat: Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2010), hal.8
40
Menurut David McClelland berpendapat “jika di
suatu Negara bisa menjadi makmur bila ada wirausaha
sedikitnya 2% dari jumlah penduduknya”.75
Ini dapat dikatakan bahwa wirausaha dapat
mengurangi pengangguran dan membuka lowongan kerja
yang sangat banyak tanpa adanya dibatasi oleh suatu
instansi dengan berbagai orang yang kreatif di dalamnya
yang tahan dengan berbagai macam situasi dan kondisi.
b) Sebagai generator pembangunan lingkungan, pribadi,
distribusi, pemeliharaan lingkungan dan kesejahteraan
Secara tidak langsung wirausaha bisa berguna untuk
pribadi dan lingkungannya karena telah membantu dan
mendistribusikan untuk pemeliharaan lingkungan sekitar
dan memperhatikan kesejahteraan masyarakat.
c) Memberi contoh bagaimana bekerja keras, tekun, dan
memiliki pribadi unggul yang patut di teladani
Seseorang bisa menjadi wirausaha karena memiliki
sifat tidak pantang menyerah, teliti, dan memiliki pribadi
yang bisa di tiru oleh orang lain.
d) Mendidik karyawan menjadi orang mandiri, disiplin, tekun,
jujur dalam menghadapi pekerjaan
Jika sudah terbiasa dan terpelajar untuk mempelajari
bidang apa yang ingin di geluti maka sebagai wirausaha
harus berbangga bisa menjadi orang yang berguna bagi
orang lain.
e) Mendidik masyarakat hidup efisien dan sederhana.
Tidak semuanya kita harus membeli, setidaknya kita
harus belajar dan sedikit demi sedikit mempelajarinya agar
kelak kita bisa membuat atau membantu hidup seseorang
dengan mandiri berwirausaha.
75
Budiwiyono, Entrepreneurship, 2017,(http://budiwiyono.com)
41
d. Tantangan-tantangan Kewirausahaan
Untuk menumbuhkan semangat kewirausahaan sukses tidaklah
mudah. Tantangan-tantangan tersebut antara lain adalah:
1) Tantangan bersifat psikologis
Banyak faktor psikologis yang membentuk sikap negatif
masyarakat sehingga mereka kurang berminat terhadap profesi
kewirausahaan antara lain sifat agresif, bersaing, egois, tidak
jujur, kikir, sumber penghasilan tidak stabil serta beresiko,
kurang terhormat, pekerjaan rendah, waktu jam kerja panjang
dan sebagainya. Pandangan semacam ini dianut oleh sebagian
besar penduduk, sehingga mereka tidak tertarik. Landasan
filosofi inilah yang menyebabkan rakyat Indonesia tidak
termotivasi terjun ke dunia bisnis.
2) Tantangan kegagalan
Berdasarkan penelitian, 60% dari semua bisnis baru tidak
mencapai usia enam tahun. Berikut beberapa hal yang
mempengaruhi:
a) Kurang kemampuan manajerial atau pengalaman
Kebanyakan bisnis dimulai oleh orang-orang yang tidak
memiliki pengalaman.
b) Lalai
Setelah pembukaan, biasanya para wirausaha mundur dan
tidak fokus pada bisnisnya. Memulai suatu bisnis
membutuhkan suatu komitmen waktu dan kerja keras yang
sungguh-sungguh.
c) Kurang kontrol
Sistem kontrol membantu para pengusaha memonitor biaya,
tingkat produksi, dan lain-lain.
d) Modal yang tidak cukup
42
Suatu bisnis harus memiliki cukup modal untuk dapat
bertahan tanpa pemasukan selama enam bulan.
e) Menganggap kendala sebagai sebuah ketidaknyamanan.
f) Tantangan dalam konteks Global
Banyak tantangan yang harus dihadapi dalam persaingan
global. Setiap negara memiliki keunggulan-keunggulannya
masing-masing. Aspek-aspek dalam kehidupan global seperti,
pertambahan penduduk, pengangguran, tanggung jawab sosial,
kemajuan teknologi informasi, kemajemukan dan ilmu
pengetahuan menjadi tantangan ke depan bagi wirausaha.
Ketika dalam menghadapi tantangan, diperlukan sumber
daya yang berkualitas unggulan baik keunggulan komparatif
maupun kompetitif melalui proses yang kreatif dan inovatif.
Sumber daya manusia yang profesional dan terampil ini dicetak
oleh sistem pendidikan kewirausahaan yang baik untuk
membentuk pribadi yang kreatif dan inovatif yang nantinya akan
menghasilkan barang dan jasa yang baru, berbeda, memiliki nilai
tambah, dan berdaya saing.76
4. Pondok Pesantren
a. Pengertian Pondok Pesantren
Dalam bahasa arab “Ma’had atau pesantren adalah asrama
tempat santri atau tempat murid-murid belajar mengaji. Istilah
pondok pesantren terdiri dari dua kata yang menunjukkan pada
suatu pengertian yaitu kata pondok dan kata pesantren.
Menurut Djaelani dalam buku kutipan secara etimologi kata
pondok berasal dari kata funduq (arab) yang berarti tempat
bermalam atau penginapan, ruang tidur atau wisma sederhana
76
Herni Ali dan Hamam Faizin, op.cit., hal.77-79
43
(karena pondok memang tempat penampungan sederhana bagi
pelajar yang jauh dari tempat tinggalnya).77
Secara etomologi, pesantren berasal dari kata santri dengan
awalan “Pe” dan akhiran an berarti “tempat tinggal santri”. Selain
itu, asal kata pesantren terkadang dianggap gabungan dari kata
“sant” (manusia baik) dengan suku kata “ ira” (suka menolong),
sehingga kata pesantren berarti tempat pendidikan manusia baik-
baik.78
Pada awalnya pesantren bukanlah tempat tinggal para santri
melainkan tempat pelatihan bagi santri yang ingin mandiri dan jauh
dari orang tua. Santri itu mencoba untuk tinggal dengan kondisi
dan situasi yang tidak seperti di rumah, banyak yang harus
dikerjakan dengan kedisiplinan yang sangat tinggi.
Menurut Nizar dalam bukunya bahwa” ada dua versi
pendapat mengenai asal usul dan latar belakang pesantren di
Indonesia yakni:
Pertama, Pesantren berakar pada tradisi Islam sendiri, yakni
tradisi tarekat. Pendapat ini berdasarkan fakta bahwa penyiaran
Islam di Indonesia banyak dikenal dalam bentuk kegiatan tarekat.
Hal ini ditandai dengan adanya kelompok- kelompok organisasi
tarekat yang melaksanakan amalan-amalan zikir dan wirid-wirid
tertentu. Pemimpin tarekat itu disebut kiai, khalifah, atau mursyid.
Dalam perkembangan selanjutnya dinamakan pengajian lalu
tumbuh dan berkembang menjadi lembaga pesantren.79
Kedua, Pesantren berasal dari pengambilalihan fungsi dari
sistem pesantren yang diadakan oleh orang-orang Hindu di
Nusantara ke sistem lembaga pesantren yang sekarang. Hal ini
77
Abdulloh Hamid, Pendidikan Karakter Berbasis Pesantren, (Surabaya: Imtiyaz, 2017),
hal.47 78
Samsul Nizar, Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di
Nusantara, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2013) hal. 87 79
ibid , hal.88
44
didasarkan pada fakta bahwa sebelum datangnya Islam itu sudah
ada lembaga pesantren dimaksudkan untuk tempat mengajarkan
ajaran-ajaran agama Hindu dan tempat membina kader-kader
penyebar Hindu.80
Menurut Mastuhu, pesantren adalah lembaga pendidikan
tradisional Islam yang bertujuan untuk memahami, menghayati,
dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya
moral agama sebagai pedoman hidup bermasyarakat. 81
Berbeda lagi menurut pandangan dari Nurcholis Madjid,
pesantren adalah lembaga yang bukan identik dengan arti
keislaman saja tetapi juga mengandung makna asli Indonesia.82
Di
luar Pulau Jawa lembaga pendidikan pesantren ini biasa disebut
dengan Surau di Sumatera Barat, Rangkang dari Dayah di Aceh,
dan pondok di Jawa dan Madura.
Menurut Muhammad Arifin, pondok pesantren berarti suatu
lembaga pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui
masyarakat sekitarnya dengan asrama di mana santri menerima
pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang
sepenuhnya dibawah kedaulatan kepemimpinan seseorang atau
beberapa orang kiai. 83
Abdulloh Hamid mengatakan pondok pesantren merupakan
hasil usaha mandiri kiai yang dibantu santri dan masyarakat
sehingga memiliki beberapa bentuk karena perbedaan selera kiai
dan keadaan sosial budaya maupun sosial geografis yang
mengelilinya.84
Namun dalam perkembangannya pesantren telah
melakukan perubahan yang memungkinkan kehilangan identitas
80
ibid , hal 89 81
Mastuhu, Dinamika Sistem Pesantren, dalam Nizar ( ed), ibid, hal. 85 82
Nurcholis Madjid, Bilik-bilik Pesantren, dalam Nizar (ed), ibid, hal.86 83
A. Malik dkk, Modernisasi Pesantren, (Jakarta: Departemen Agama RI) hal.8 84
Abdulloh Hamid, op.cit, hal.47
45
jika nilai-nilai tradisionalnya tidak dilestarikan. Seperti aspek
kesederhanaan dalam bangunan-bangunan dalam lingkungan
pesantren, kesederhanaan cara hidup para santri, kepatuhan yang
ditujukan santri kepada kiainya dalam beberapa hal serta
mempelajari kitab - kitab Islam klasik.
Jadi pondok pesantren adalah salah satu lembaga
pendidikan Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitarnya,
dengan sistem asrama dimana santri menerima pendidikan agama
Islam untuk mempunyai kader-kader yang terbaik dan bisa
berperan aktif jika diperlukan dengan bekal ilmu yang diperoleh.
Akhir - akhir ini terdapat kecenderungan fungsi pesantren
bukan hanya lembaga agama melainkan lembaga sosial. Artinya
bukan hanya soal- soal agama saja namun soal-soal kemasyaratan
pun jadi sesuatu pilihan yang penting.85
Karena mereka menganggap, hampir seluruh komponen
pesantren mempunyai kaitan fungsional dari masyarakat mulai
dari pengaruh kiai, ustaz, dan juga para santrinya yang memberi
warna dalam tengah-tengah masyarakat. Seperti pondok pesantren
ini memanfaatkan konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di
sebagai program untuk mempunyai pengalaman dan pembelajaran
untuk para santri setelah menyelesaikan masa studinya.
Kenyataan ini menggambarkan bahwa kegiatan sosial pesantren
akan seiring bahkan tidak dapat dipisahkan antara pendekatan
agama satu sisi dengan aksi sosial di sisi lain.
b. Peran Pesantren dalam Pengembangan Ekonomi
Secara garis besar, peran pesantren dalam pengembangan
ekonomi adalah
1) mewujudkan praktik riil dalam aktivitas ekonomi.
85
Samsul Nizar, Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di
Nusantara, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2013), hal. 198
46
Peran ini sangat strategis mengingat masyarakat melihat
pesantren sebagai contoh dan teladan dalam aktivitas
sehari-hari. Jika pesantren mengembangkan potensinya
dalam ekonomi sedekah dan berhasil tentu hal tersebut
akan diikuti oleh masyarakat. Insya Allah mereka akan
ramai-ramai melakukan migrasi dari sistem kapitalis
menuju ekonomi islam. 86
2) sebagai media untuk masyarakat bisa sejahtera secara
ekonomi karena mampu memenuhi kebutuhan jasmani dan
rohani.
Peran ini melihat pesantren sebagai media agar bisa
menyeimbangkan kebutuhan jasmani dan rohani dalam
kehidupan sehari-hari. Dikatakan sejahtera karena
terpenuhinya kebutuhan jasmani berupa kebutuhan primer,
sekunder dan tersier dengan jumlah pendapatannya.
Sedangkan yang dimaksud sejahtera dalam kebutuhan
rohani adalah banyak memiliki pengetahuan dan yang
paling penting ilmu agama. 87
c. Peran Pesantren dalam Pengembangan Kewirausahaan
Secara garis besar, peran pesantren dalam pengembangan
kewirausahaan adalah
1) Sebagai lembaga produksi dan konsumsi
Sebagai sebuah “negara kecil” dengan kiai sebagai
“presidennya” dan para santri sebagai “rakyatnya,” maka
sangat memungkinkan bagi pesantren untuk
mengimplementasikan bisnis syariah karena adanya
otoritas yang dimiliki oleh pimpinan pesantren. Jumlah
86
Rusmini, Peran Pesantren dalam Pengembangan Ekonomi Islam, (Sekolah Tinggi
Ilmu Syariah Miftahul Ulum, 2017, hal. 5. tidak dipublikasikan 87
Achmad Hasyim As’ari, Peran Pondok Pesantren dalam Peningkatan Kesejahteraan
Masyarakat. “ skripsi IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Cirebon, 2015, hal.106, tidak di publikasikan
47
santri yang banyak di dalam pesantren, pada satu sisi
merupakan pasar tersendiri yang sangat potensial yang
memungkinkan pesantren untuk membuka bisnis.
2) Pesantren juga dituntut kemandiriannya dari sisi ekonomi
dan finansial.
Dependensi pesantren secara finansial kepada pihak luar
baik yang berupa kekuatan politik, birokrasi maupun
kekuatan yang lain akan menggerus kemandirian
pesantren. Pesantren akan lebih mudah terkooptasi dengan
kepentingan tertentu jika menggantungkan kemampuan
finansialnya kepada pihak lain. Oleh karenanya menjadi
penting bagi pesantren untuk mempunyai unit usaha dan
bisnis yang dapat menjadi sumber pemasukan bagi
pesantren. Pada posisi ini, tentu unit bisnis syariah yang
terbebas dari MAHGRIB (maysir, gharar, riba, risywah
dan bathil) harus menjadi pilihan utama kalangan
pesantren.88
3) Memberikan bekal berbagai macam life skill keterampilan
pada santri sehingga mereka mampu menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari. 89
Di dalam kehidupan pesantren berbagai macam life skill
keterampilan yang di ajarkan untuk para santri, biasanya
selalu teori-teori untuk menambah pengetahuan para santri
setelah itu baru praktik untuk mengetahui pemahaman para
santri dan jika sudah keluar dari pesantren tersebut bisa
dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
88
Marlina, Potensi Pesantren dalam Pengembangan Ekonomi Syariah, Jurnal Hukum
Islam Volume 12, No. 1, STAIN Pekalongan, 2014, hal. 131. dipublikasikan 89
Uci Sanusi , Pendidikan Kemandirian di Pondok Pesantren, Jurnal Pendidikan Agama
Islam Ta’lim Vol.10 No.2, Universitas Pendidikan Indonesia, 2012, hal.129.dipublikasikan
48
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Dengan pencarian judul dan beberapa kajian pustaka, menemukan
beberapa hasil yang relevan yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu:
1. Skripsi milik Ebah Suaiybah (2009), lulusan S1 Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas dakwah Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tentang Pemberdayaan Ekonomi
Santri Melalui Penanaman Jamur Tiram (Studi Kasus di Pondok
Pesantren Al-Ma’muroh Desa Susukan Kecamatan Cipicung
Kabupaten Kuningan Jawa Barat). Metodologi yang digunakan adalah
metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Disimpulkan dari
penelitian ini bahwa pelaksanaan pemberdayaan ekonomi santri di
pondok pesantren Al-Mamuroh untuk memotivasi para santri agar
tertarik dalam dunia wirausaha mendapat pembinaan baik dalam
bidang keagamaan maupun dalam bidang kewirausahaan. Respon
santri yang mengikuti penanaman jamur tiram, mereka merasa
manfaatnya besar baik dari segi ilmu dan keterampilan yang diberikan.
Perbedaan dengan peneliti selanjutnya yakni tidak meneliti mengenai
interaksi sosial kiai dengan santri dan ketercapaian penerapan dalam
konsep tersebut. Sedangkan persamaannya yakni sama-sama meneliti
dengan adanya konsep yang jelas dan terarah.90
2. Skripsi milik Baskoro Adi Nugroho (2010), lulusan S1 Jurusan
Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan Pemikiran
Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penelitian
mengenai Hubungan Sosial Kiyai dan Santri Mukim dan Santri Kalong
di Pondok Pesantren Al-Muthi’in Maguwo Banguntapan Bantul
Yogyakarta. Metodologi yang digunakan adalah penelitian kualitatif.
Disimpulkan dari penelitian ini bahwa pola hubungan sosia kiyai
dengan santri mukim dan santri kalong di Pondok Pesantren Al-
90 Ebah Suaiybah, “Pemberdayaan Ekonomi Santri Melalui Penanaman Jamur Tiram
(Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Ma’muroh Desa Susukan Kecamatan Cipicung Kabupaten
Kuningan Jawa Barat)”. Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009,
hal.55, tidak dipublikasikan
49
Muthi’in Maguwo Banguntapan Bantul Yogyakarta adalah dengan tiga
pola yaitu kerjasama, persaingan, dan pertentangan. Kiyai dalam
menjalin hubungan sosial dengan santri, terdapat perbedaan. Kiyai
ketika menjalin hubungan sosial dengan santri mukim lebih efektif,
sebab kerjasama, persaingan dan pertentangan yang didasari oleh
faktor kontak sosial dan komunikasi berjalan dengan baik. Sedangkan
hubungan sosial kiyai dengan santri kalong hanya berjalan pada
persoalan kerjasama saja. Perbedaan dengan peneliti sebelumnya
adalah meneliti interaksi sosial kiai dengan santri mukim dan santri
kalong. Sedangkan persamaannya meneliti tentang pola interaksi
sosial. 91
3. Skripsi milik Roudlotul Jannah Sofiyana (2013), lulusan S1 Jurusan
Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
Negeri Semarang. Tentang Pola Interaksi Sosial Masyarakat dengan
Waria di Pondok Pesantren Khusus Al-Fatah Senin Kamis. Metodologi
yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Hasil yang di
dapat dalam penelitian tersebut adalah didapatkannya gambaran
tentang pola interaksi sosial antara masyarakat dengan waria yaitu
melalui beberapa bentuk-bentuk yang digolongkan menjadi dua yaitu
proses asosiatif dan proses disasosiatif. Dalam proses asosiatif ada
kerjasama, akomodasi, asimilasi. Sedangkan proses disasosiatif ada
persaingan, kontraversi, dan pertentangan. Solusi pemecahan masalah
tentang Pondok Pesantren Khusus Al-Fatah Senin Kamis yaitu dengan
mengadakan musyawarah untuk mencari jalan keluar terhadap
masalah-masalah yang terjadi. Perbedaan dari peneliti sebelumnya
adalah meneliti mengenai interaksi sosial masyarakat waria.
Sedangkan persamaannya meneliti tentang pola interaksi sosial92
91
Baskoro Adi Nugroho, “Hubungan Sosial Kiyai dan Santri Mukim dan Santri Kalong di
Pondok Pesantren Al-Muthi’in Maguwo Banguntapan Bantul Yogyakarta.” Skripsi Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010, hal.81, tidak dipublikasikan 92
Roudlotul Jannah Sofiyana, “Pola Interaksi Sosial Masyarakat dengan Waria di Pondok
Pesantren Khusus Al-Fatah Senin Kamis.” Skripsi Universitas Negeri Semarang, Semarang, 2013,
hal.82, tidak dipublikasikan
50
4. Skripsi milik Eka Yuniarni (2016), lulusan S1 Jurusan Sosiologi
Agama, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2016. Tentang Interaksi
Sosial Santri Pondok Pesantren Al Barokah dengan Masyarakat
Muhammadiyah di Karangwaru, Tegal Rejo, Blunyah Rejo,
Yogyakarta. Metodologi yang digunakan adalah penelitian kualitatif
yang bersifat deskriptif. Hasil yang di peroleh dalam penelitian
tersebut adalah bentuk interaksi sosial antara santri Pondok Pesantren
Al-Barokah dengan masyarakat Muhammadiyah adalah interaksi
Asosiatif. Interaksi sosial yang asosiatif ini meliputi kerjasama,
akomodasi, asimilasi, bentuk interaksi ini yang dapat memperkokoh
integrasi kehidupan antara santri pondok pesantren Al-Barokah dengan
masyarakat Muhammadiyah. Toleransi atas perbedaan paham
keagamaan merupakan dasar bentuknya sebuah kerukunan santri
dengan masyarakat Muhammadiyah Desa Karangwaru. Acara
pengajian merupakan media interaksi santri dan masyarakat
Karangwaru, karena dengan acara ini santri dan masyarakat
bekerjasama serta menunjukkan ketoleransian mereka dengan adanya
perbedaan paham keagamaan. Adapun dampak dari interaksi antara
santri dengan masyarakat Muhammadiyah di Desa Karangwaru
tersebut adalah terbentuknya kerukunan Intern umat beragama,
perubahan gaya hidup, serta perubahan sosial dalam Desa Karangwaru.
Perbedaan dengan peneliti sebelumnya adalah hanya meneliti interaksi
sosial santri dengan masyarakat Muhammadiyah dengan tidak ada
konsep yang jelas. Sedangkan persamaannya meneliti tentang pola
interaksi sosial dan adanya ketercapaian penerapan (dampak) 93
93
Eka Yuniarni, “Interaksi Sosial Santri Pondok Pesantren Al Barokah dengan Masyarakat
Muhammadiyah di Karangwaru Yogyakarta”. Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
Yogyakarta, 2016, hal. 73 tidak dipublikasikan.
51
Tabel 2.1
Hasil Penelitian yang Relevan
No Nama Judul Hasil Perbedaan Persamaan
1 Ebah
Suaiybah
(2009)
Pemberdayaan
Ekonomi Santri
Melalui
Penanaman
Jamur Tiram
(Studi Kasus di
Pondok
Pesantren Al-
Ma’muroh Desa
Susukan
Kecamatan
Cipicung
Kabupaten
Kuningan Jawa
Barat)
Disimpulkan dari
penelitian ini bahwa
pelaksanaan
pemberdayaan ekonomi
santri di pondok
pesantren Al-Mamuroh
untuk memotivasi para
santri agar tertarik
dalam dunia wirausaha
mendapat pembinaan
baik dalam bidang
keagamaan maupun
dalam bidang
kewirausahaan. Respon
santri yang mengikuti
penanaman jamur
tiram, mereka merasa
manfaatnya besar baik
dari segi ilmu dan
keterampilan yang
diberikan.
Penelitian
sebelumnya
mengenai
Pemberdayaan
Ekonomi Santri
Melalui
Penanaman
Jamur Tiram,
Tidak ada
meneliti
mengenai
interaksi sosial
kiai dengan
santri dan
ketercapaian
penerapan
Sama-sama
meneliti
menggunakan
konsep yang
jelas
2 Baskoro
Adi
Nugroho
(2010)
Hubungan
Sosial Kiyai dan
Santri Mukim
dan Santri
Kalong di
Pondok
Disimpulkan dari
penelitian ini bahwa
pola hubungan sosial
kiyai dengan santri
mukim dan santri
kalong di Pondok
Meneliti
Interaksi sosial
kiai dengan
santri mukim
dan santri
kalong
Sama-sama
meneliti
tentang pola
Interaksi sosial
kiai dengan
santri
52
Pesantren Al-
Muthi’in
Maguwo
Banguntapan
Bantul
Yogyakarta
Pesantren Al-Muthi’in
Maguwo Banguntapan
Bantul Yogyakarta
adalah dengan tiga pola
yaitu kerjasama,
persaingan, dan
pertentangan. Kiyai
dalam menjalin
hubungan sosial dengan
santri, terdapat
perbedaan. Kiyai ketika
menjalin hubungan
sosial dengan santri
mukim lebih efektif,
sebab kerjasama,
persaingan dan
pertentangan yang
didasari oleh faktor
kontak sosial dan
komunikasi berjalan
dengan baik.
Sedangkan hubungan
sosial kiyai dengan
santri kalong hanya
berjalan pada persoalan
kerjasama saja.
3 Roudlotul
Jannah
Sofiyana
(2013)
Pola Interaksi
Sosial
Masyarakat
dengan Waria di
Pondok
Hasil yang terjabar
adalah gambaran
tentang pola interaksi
sosial antara
masyarakat dengan
Peneliti
sebelumnya
meneliti
Interaksi sosial
masyarakat
Meneliti
tentang pola
interaksi sosial
53
Pesantren
Khusus Al-
Fatah Senin
Kamis.
waria yaitu melalui
beberapa bentuk-bentuk
yang digolongkan
menjadi dua yaitu
proses asosiatif dan
proses disasosiatif.
Dalam proses asosiatif
ada kerjasama,
akomodasi, asimilasi.
Sedangkan proses
disasosiatif ada
persaingan, kontraversi,
dan pertentangan.
Solusi pemecahan
masalah tentang ponpes
khusus al-fatah senin
kamis yaitu dengan
mengadakan
musyawarah untuk
mencari jalan keluar
terhadap masalah-
masalah yang terjadi.
dengan waria
dan ada solusi
atas
permasalahan
tersebut
4 Eka
Yuniarni
(2016)
Interaksi Sosial
Santri Pondok
Pesantren Al
Barokah dengan
Masyarakat
Muhammadiyah
di Karangwaru,
Tegal Rejo,
Blunyah Rejo,
Berdasarkan hasil
analisis menunjukkan
bentuk interaksi sosial
antara santri pondok
pesantren Al-Barokah
dengan masyarakat
Muhammadiyah adalah
interaksi Asosiatif.
Interaksi sosial yang
Peneliti
sebelumnya
hanya meneliti
Interaksi sosial
santri dengan
masyarakat
muhammadiyah
dengan tidak ada
konsep yang
Meneliti
tentang Pola
interaksi sosial
dan adanya
ketercapaian
penerapan
(dampak)
54
Yogyakarta. asosiatif ini meliputi
kerjasama, akomodasi,
asimilasi. Adapun
dampak dari interaksi
antara santri dengan
masyarakat
Muhammadiyah di desa
Karangwaru tersebut
adalah terbentuknya
kerukunan Intern umat
beragama, perubahan
gaya hidup, serta
perubahan sosial dalam
Desa Karangwaru.
spesifik
C. Kerangka Berpikir
Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik yang dilakukan oleh
individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan
kelompok. Memiliki dimensi waktu dari pelaku interaksi yang dilakukan dalam
sebuah kegiatan memiliki tujuan-tujuan yang akan di capai oleh pelaku interaksi
sosial untuk memenuhi kebutuhannya.
Di dalam interaksi sosial terdapat syarat-syarat yakni kontak sosial dan
komunikasi sosial. Kontak sosial adalah hubungan antara satu orang atau lebih
melalui percakapan dengan saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-
masing dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan komunikasi sosial adalah satu
proses yang melibatkan pihak yang berkomunikasi, informasi yang
dikomunikasikan, dan alat komunikasi.
Selain itu bentuk-bentuk interaksi sosial ada dua yakni proses-proses yang
asosiatif dan proses-proses yang disosiatif. Pertama proses-proses asosiatif ada
tiga yakni kerja sama, akomodasi dan asimilasi. Kerja sama adalah suatu usaha
55
bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu
atau beberapa tujuan bersama. Akomodasi adalah sesuatu keseimbangan dalam
interaksi antara orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam
kaitannya dengan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam
masyarakat. Asimilasi adalah proses sosial yang ditandai dengan adanya usaha-
usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap, dan proses-proses mental
dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan bersama
Sedangkan yang kedua proses-proses disosiatif yakni persaingan,
kontravensi dan pertikaian. Persaingan adalah suatu proses sosial dimana individu
tau kelompok-kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui
bidang-bidang kehidupan dengan cara menarik perhatian publik atau dengan
mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau
kekerasan. Kontravensi merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara
persaingan dan pertentangan. Pertentangan adalah suatu proses sosial dimana
individua tau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan cara jalan
menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dana tahu kekerasan.
Konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan adalah salah satu kegiatan
dalam hal berinteraksi kiai dengan santri di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath ini
yang bisa menimbulkan dampak baik untuk kiai, santri, dan pondok pesantren itu
sendiri dalam hal penerapannya.
Bentuk penerapan konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan terbagi
menjadi dua yakni di bagian jasa dan bagian perdagangan, yang semuanya di
kerjakan oleh santri. Bagian jasa, yang pertama adanya lembaga pendidikan dari
tingkatan terendah sampai tertinggi sudah tersedia yakni Pendidikan Anak Usia
Dini, Sekolah Dasar, Madrasah Diniyah, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah
Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Tinggi Manajemen
Ilmu Komputer . Kedua, pengobatan tradisional, kiai mengikhlaskan tenaga dalam
untuk menyembuhkan penyakit fisik atau non fisik dengan memberikan obat-obat
herbal dan Allah SWT yang memberikan ganjaran. Ketiga, koperasi simpan
pinjam swamitra yakni melayani pelayanan jasa-jasa keuangan yang lebih luas
seperti menabung, peerimaan pembayaran tagihan listrik prabayar dan pasca
56
bayar, dan lain-lain. Selanjutnya dari bagian perdagangan adanya bidang motoris,
grosir, kantin, dan koperasi. Dari bidang ini semuanya dapat mendapatkan
penghasilan dan laba setiap harinya dengan membuat kreativitas untuk berjualan
apa saja, nanti hasilnya diberikan kepada pondok pesantren.
Setelah santri-santri tersebut menamatkan kuliah dan mondok di Pondok
Pesantren ini maka mereka mendapatkan ilmu mengenai pengetahuan agama,
pengetahuan umum, dan ilmu kewirausahaan. Di lihat dari segi pengalaman,
santri-santri memiliki pengalaman dari mereka mengelola konsep ekonomi
sedekah dan kewirausahaan dan keahlian sesuai yang di lakoni selama ini bisa
menjadi salah satu hal untuk meraih hal yang diinginkan contohnya cita-cita yang
sejak kecil diimpikannya.
Berdasarkan keterangan diatas, penulis merumuskan bagan kerangka
berpikir sebagai berikut
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
Interaksi Sosial
Syarat-syarat
Interaksi sosial
Bentuk-bentuk
Interaksi sosial
Konsep Ekonomi Sedekah dan Kewirausahaan
Bidang Jasa
a. Lembaga
Pendidikan
b. Pengobatan
tradisional
c. Koperasi
simpan
pinjam
swamitra
Bidang
Perdagangan
a. Bidang
Motoris
b. Grosir
c. Kantin
d. Koperasi
Proses-proses
Asosiatif
a. Kerja sama
b. Akomodasi
c. Asimilasi
a. Pengetahuan
b. Keahlian
c. Pengalaman
Proses-proses
Disosiatif
a. Persaingan
b. Kontravensi
c. Pertikaian
a. Kontak
Sosial
b. Komunikasi
Sosial
Bentuk Penerapan
Ketercapaian
Penerapan
Interaksi Sosial Konsep Ekonomi
Sedekah dan
Kewirausahaan
Interaksi Sosial Kiai dengan Santri Melalui Konsep
Ekonomi Sedekah dan Kewirausahaan di Pondok
Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi
57
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Lokasi yang dijadikan tempat penelitian ini adalah di Pondok
Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi yang terletak pada Jalan
Merbabu Komplek Gading Kencana Asri Kelurahan Karang Tengah
Kecamatan GunungPuyuh Sukabumi. Berdasarkan letak
geografisnya Kecamatan GunungPuyuh memiliki batasan sebagai
beikut:
Sebelah utara : Kelurahan Karamat
Sebelah selatan : Kelurahan Benteng
Sebelah timur : Kelurahan Sriwedari
Sebelah barat : Kelurahan Karang Tengah
Sumber: bagian tata pemerintahan94
Gambar 3.1
Peta Kecamatan GunungPuyuh
94
Moh. Raffasya Shidqi Nawawi, Profil Kelurahan Gunung Puyuh, 2017
58
Alasan penulis memilih lokasi Pondok Pesantren Dzikir Al-
Fath Sukabumi sebagai tempat penelitian, disebabkan Pondok
Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi yang menjadi penggagas
pertama kali konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan yang
diterapkan di sebuah pondok pesantren. Penulis melihat suatu
fenomena yang terjadi di pondok pesantren tersebut. Sehingga
penulis ingin mengetahui lebih lanjut dan lebih jauh mengenai
interaksi sosial kiai dengan santri, bentuk penerapan dan
ketercapaian penerapan konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan
di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan proses bertahap yaitu mulai
dari tahap perencanaan, persiapan penelitian yang dilanjutkan
dengan pengumpulan data lapangan sebagai kegiatan inti penelitian
dan diakhiri dengan laporan penelitian
Adapun waktu penulis gunakan untuk penelitian ini di
perkirakan mulai dari bulan Maret 2017 sampai dengan bulan
November 2017. Berikut rincian kegiatan penelitian.
Tabel 3.1
Kegiatan Penelitian
No
Tahap Penelitian
2017
Bulan
3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Studi pendahuluan √ √
2 Menyusun rencana penelitian √ √
3 Merumuskan instrumen
penelitian
√
√
4 Pengumpulan data penelitian √
a. Kontak
Sosial
b. Komunikasi
Sosial
59
No
Tahap Penelitian
2017
Bulan
3 4 5 6 7 8 9 10 11
5 Pengolahan dan analisis
data penelitian
√ √ √
6 Penyusunan laporan
penelitian
√ √ √
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah objek penelitian yang menjadi pusat perhatian
untuk mengumpulkan data agar memperoleh informasi yang dibutuhkan
oleh peneliti. Menurut Hadari Nawawi dalam buku metode penelitian
bidang sosial mengatakan bahwa”populasi adalah keseluruhan obyek
penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-
tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber
data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian”.95
Dalam penelitian ini populasi yang dimaksud yaitu kiai sekaligus pendiri
pesantren dan seluruh santri.
Sampel, menurut Sugiyono dalam buku metode penelitian
mengatakan bahwa ”sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut.”96
.
Teknik penentuan sampel penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Pertimbangan ini berkaitan dengan orang yang
dianggap paling tahu tentang apa penulis inginkan, sehingga mereka akan
mempermudah penulis mendapatkan informasi yang akan diteliti.” 97
Yaitu yang dijadikan sampelnya ialah Kiai sekaligus pendiri pondok
95
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial,(Yogyakarta:Gadjah Mada
University Press, 2015), hal. 150 96
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2009), hal.81 97
Ibid, hal.85
60
pesantren dan 12 santri yang mengikuti program KSB2 (kuliah santri
sambil bekerja berkelanjutan) yang terbagi dalam bidang jasa dan bidang
perdagangan.
C. Metode Penelitian
Metode pada dasarnya berarti cara yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan. Oleh karena itu tujuan umum penelitian adalah untuk
memecahkan masalah maka langkah-langkah yang ditempuh harus
relevan dengan masalah yang telah dirumuskan.
Menurut Hadari Nawawi dan Mimi Martini, metode penelitian
adalah cara untuk mengungkapkan kebenaran yang objektif. Sedangkan
menurut Arief Furchan mengungkapkan metode penelitian adalah strategi
umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang
diperlukan, guna menjawab persoalan yang dihadapi. 98
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian lapangan (field research) yang menggunakan data kualitatif,
yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara intensif terinci dan
mendalam terhadap organisasi, lembaga, atau gejala tertentu untuk
membuktikan suatu teori benar atau tidak serta menciptakan suatu teori
yang baru dengan riset lapangan.99
Menurut Bogdan dan Taylor dalam buku metode penelitian
kualitatif yang dikutip oleh Imam Gunawan, penelitian kualitatif adalah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan berperilaku yang dapat diamati
yang diarahkan pada latar dan individu secara holistik. 100
98
Andi Prastowo, Memahami Metode-metode Penelitian, (Yogjakarta:Ar-ruzz media,
2016) hal.43 99
Bungaran Antonius Simanjuntak dan Soedjito Sosrodiharjo, Metode Penelitian Sosial,
(Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2009), hal. 12 100
Iman Gunawan, Metode penelitian kualitatif, ed Suryani, (Jakarta: Bumi Aksara,
2013)hal.82
61
Oleh sebab itu, berdasarkan pada kajian teori telah dipaparkan
sebelumnya, untuk mendapatkan data yang akan mengungkapkan dan
menjelaskan permasalahan maka jenis penelitian yang dianggap tepat
adalah penelitian kualitatif. Pendekatan dalam penelitian ini
menggunakan metode studi kasus. Metode ini digunakan untuk
mengadakan pengamatan langsung mengenai interaksi sosial kiai dengan
santri, bentuk penerapan dan ketercapaian penerapan melalui konsep
ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath
Sukabumi.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Menurut Beni Ahmad Saebani dan Kadan Nurjaman bahwa
“pengumpulan data dilakukan pada kondisi yang alamiah karena menurut
Cresswell konteks natural inilah yang menjadi karakteristik utama
penelitian kualitatif. Peran peneliti adalah sebagai instrumen kunci yang
mengumpulkan sendiri data”.101
Data merupakan sebuah hal yang sangat penting dan menjadi dasar
keabsahan atau kevalidan dan kekuatan dalam penelitian. Data
merupakan bahan yang belum diolah atau dapat disebut juga bahan
mentah yang berkaitan dengan fakta. Sumber dan jenis-jenis data terbagi
menjadi:
1. Data primer
Sumber data primer adalah sumber yang memberikan data
langsung dari sumber utama dalam penelitian ini. Adapun yang
dimaksud dengan sumber data primer adalah kiai dan 12 santri yang
mengikuti program KSB2 (kuliah santri sambil bekerja berkelanjutan).
2. Data sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data pendukung atau
penunjang dalam penelitian ini. Adapun sebagai data penunjang
peneliti adalah dokumen atau catatan dan foto dokumetasi kegiatan
101
Eko Sugiarto, Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif Skripsi dan Tesis,
(Yogyakarta:Suaka Media,2015), hal.87
62
konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan, serta studi literatur
yang berkaitan dengan penelitian.
Kedua jenis data yang didapat yakni data primer dan data
sekunder dikumpulkan dengan teknik pengumpulan data yang
terencana namun hanya berbeda dalam sumber data saja.
Pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk
mendapatkan data yang diperlukan sesuai dengan rumusan masalah.
Dalam pengumpulan data yang sangat dibutuhkan hasil penelitian
yang akurat, pengumpulan data juga harus mengikuti prosedur yang
dituntut oleh setiap metode penelitian yang sangat relevan.
Tabel 3.2
Jenis Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data
No Jenis data Sumber data Pengumpulan data
1 Interaksi sosial kiai
dengan santri
melalui konsep
ekonomi sedekah
dan kewirausahaan
Kiai dengan santri
di Pondok
Pesantren Dzikir
Al-Fath
Sukabumi
Observasi dan
wawancara
2 Bentuk penerapan
konsep ekonomi
sedekah dan
kewirausahaan
Kiai dengan santri
di Pondok
Pesantren Dzikir
Al-Fath
Sukabumi
Observasi,
wawancara,
dokumentasi
3 Ketercapaian
penerapan konsep
ekonomi sedekah
dan kewirausahaan
Kiai dengan santri
di Pondok
Pesantren Dzikir
Al-Fath
Sukabumi
Observasi,
wawancara,
dokumentasi
63
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang obyektif dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah, diperlukan metode yang mampu
mengungkap data sesuai dengan pokok permasalahan. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi
Menurut Poerwandari dalam buku metode penelitian
kualitatif teori dan praktik yang dikutip oleh Imam Gunawan,
observasi adalah metode yang diarahkan pada kegiatan
memerhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan
mempertimbangkan hubungan antara aspek dalam fenomena
tersebut.102
Observasi ini dilakukan berulang kali meliputi tempat
penelitian, orang-orang yang memiliki peran tertentu, dan kegiatan
atau aktivitas yang dilakukan oleh orang-orang yang akan diteliti.
Dalam penelitian ini penulis sebagai partisipasi moderat, dimana
dalam observasi itu terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi
orang dalam dan orang luar. Peneliti dalam mengumpulkan data ikut
terlibat dalam kegiatan, namun tidak seluruhnya.103
Peneliti mengamati kondisi pondok pesantren yang meliputi
asrama pesantren, kelas atau ruang belajar pondok pesantren, masjid
atau sarana dan prasarana yang lain. Kemudian tempat santri dalam
mengaplikasikan konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan
seperti: sekolah, ruang pengobatan tradisional, motoris, dan kantin .
Dan peneliti ikut serta dalam mengamati interaksi sosial kiai dengan
santri, bentuk penerapan dan ketercapaian penerapan konsep
ekonomi sedekah dan kewirausahaan di pesantren ini. Dengan teknik
observasi ini diharapkan akan memperoleh gambaran secara obyektif
dari obyek yang diteliti
102
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2013), hal.143 103
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal.311
64
Tabel 3.3
Kisi-kisi Observasi
No Aspek yang diamati Objek yang diamati
1. Keadaan pondok pesantren Tempat santri dalam
mengaplikasikan konsep
ekonomi sedekah dan
kewirausahaan
2. Pelaksanaan pola interaksi Kiai dan santri melalui konsep
ekonomi sedekah dan
kewirausahaan
3. Bentuk penerapan Kegiatan yang dilakukan kiai
dan santri melalui konsep
ekonomi sedekah dan
kewirausahaan
4. Ketercapaian penerapan Hasil output setelah konsep
ekonomi sedekah dan
kewirausahaan
2. Wawancara
Menurut Esterberg mengatakan bahwa “wawancara adalah
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu”.104
Jenis wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah wawancara mendalam untuk mendapatkan data yang valid
dan akurat. Wawancara pada penelitian ini dilakukan kepada:
104
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2009), hal.231
65
a. Pimpinan pondok pesantren
Wawancara dilakukan langsung kepada pengelola pondok
pesantren untuk mendapatkan data yang valid dan akurat
mengenai interaksi sosial kiai dengan santri, bentuk penerapan
dan ketercapaian penerapan konsep ekonomi sedekah dan
kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi.
b. Santri Pondok pesantren
Wawancara dilakukan kepada 12 santri senior yang
sudah mengikuti atau juga sedang menjabat dalam program KSB2
(kuliah santri sambil bekerja berkelanjutan) untuk mendapatkan
hasil yang valid dan akurat mengenai tanggapan para santri
mengenai interaksi sosial kiai dengan santri, bentuk penerapan, dan
ketercapaian penerapan konsep ekonomi sedekah dan
kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi.
Alasan penulis memilih dua belas santri atau yang sedang menjabat
karena mereka merupakan santri yang sudah pernah merasakan
konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren
ini sekaligus bisa mendapatkan perbandingan dari tahun ke tahun
perkembangan program ini.
Tabel 3.4
Kisi-kisi Wawancara
No Fokus Sub Fokus Unsur-unsur No
Item
1. Bentuk
Interaksi Sosial
(Gillin dan
Gillin)
1. Kerjasama
1. Bentuk kerjasama
yang dilakukan oleh
kiai dengan santri
melalui konsep
ekonomi sedekah
dan kewirausahaan
2. Kerjasama yang
dilakukan oleh
5a,9a,
3b
10b
66
santri dengan santri
melalui konsep
ekonomi sedekah
dan kewirausahaan
3. Pihak-pihak yang
bekerjasama dengan
pondok pesantren
ini melakukan kerja
sama
5a
2. Akomodasi 1. Adaptasi santri
dengan adanya
konsep ekonomi
sedekah dan
kewirausahaan
2. Penyelesaian
masalah jika kiai
dengan santri
3. Penyelesaian
masalah jika santri
dan santri
1b,2b
11a,
11b
3. Asimilasi Toleransi antara kiai
dengan santri
12a
4. Persaingan Persaingan antara
santri dengan santri
melalui konsep
ekonomi sedekah
dan kewirausahaan
12b
5. Kontravensi 1. Konflik yang terjadi
antara kiai dengan
santri
13a,
67
2. Konflik yang terjadi
antara santri dengan
santri
13b
6. Pertentangan Perbedaan pendapat
antara santri dengan
santri
14b
Bentuk
Interaksi Sosial
( Teori Firo)
Perilaku
interpersonal
1. Keikutsertaan dalam
konsep ekonomi
sedekah dan
kewirausahaan
2. Tersalurkah hobi
atau menginginkan
profesi yang sesuai
dengan keinginan
3. Di adakan evaluasi
15b
16b
17b
2. Bentuk
Penerapan
(Skripsi Fandi
Fuad Mirza
Pengaruh
perilaku
sedekah
terhadap
perkembangan
usaha)
Konsep Ekonomi
sedekah dan
kewirausahaan
1. Awal terbentuk
konsep ekonomi
sedekah dan
kewirausahaan
2. Tujuan konsep
3. Bentuk aplikasi
dalam kehidupan
sehari-hari
4. Pengelola konsep
ekonomi sedekah
dan kewirausahaan
1a,2a,
5b,6b
3a
4a, 10a
6a, 7b,
3 Ketercapaian
penerapan (
Skripsi Ebah
1. Hasil sudah optimal
konsep ekonomi
sedekah dan
7a, 8a,
8b
68
Suaybah
pemberdayaan
ekonomi santri
melalui
penanaman
jamur tiram)
kewirausahaan
2. Hambatan dan solusi
adanya konsep
ekonomi sedekah
dan kewirausahaan
3. Prestasi yang di
dapat santri KSB2
6. Lulusan dari konsep
ekonomi sedekah
dan kewirausaaan
11a,
14a,9b
16a
15a
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan salah satu alat yang digunakan
dalam penelitian kualitatif dalam bentuk segala catatan baik
berbentuk catatan dalam kertas (hardcopy) maupun elektronik
(softcopy).105
Adapun dokumentasi yang digunakan peneliti dalam
observasi adalah dokumen atau arsip pesantren, menggunakan foto
dalam mengamati interaksi sosial kiai dengan santri, bentuk
penerapan, dan ketercapaian penerapan konsep ekonomi sedekah dan
kewirausahaan di pesantren ini, dan rekaman suara dalam
wawancara.
Tabel 3.5
Pedoman Dokumentasi
No Dokumen yang diperlukan Sumber Data
1 Gambaran umum Pondok Pesantren Dzikir
Al-Fath Sukabumi
Ketua Pondok
2 Profil Kiai (Dr.KH.Fajar Laksana, SE,MM) Kiai dan Buku
Karangan beliau
105
Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar, (Jakarta: PT Indeks, 2012), hal.61
69
F. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data
Keabsahan data dimaksud untuk memperoleh tingkat
kepercayaan yang berkaitan dengan seberapa jauh kebenaran hasil
penelitian, mengungkapkan dan memperjelas data dengan fakta-fakta
aktual di lapangan. Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data yang
terpercaya dan valid, menurut Sugiyono ada empat kriteria utama
menjamin keabsahan data meliputi credibility (validitas internal),
transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan
confirmability (obyektivitas).106
1. Credibility (Validitas internal)
Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil
penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan
pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi,
diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan
membercheck.107
a. Perpanjangan pengamatan
Adalah usaha peneliti memperpanjang keikutsertaan
dalam melibatkan diri dalam interaksi sosial kiai dengan santri,
bentuk penerapan dan ketercapaian penerapan melalui konsep
ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren
Dzikir Al-Fath Sukabumi. Setelah peneliti memperoleh banyak
informasi tentang data yang diperlukan selama waktu
penelitian, maka peneliti akan menambah waktu keterlibatan
peneliti dalam proses kehidupan keseharian sampai dinyatakan
bahwa data yang telah diperoleh dirasa dapat dipertanggung
jawabkan.
b. Meningkatkan ketekunan
Berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat
dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian
106
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung, Alfabeta,
2009), hal.270 107
Ibid,
70
data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan
sistematis. Akhirnya peneliti dapat menemukan mana yang
perlu diamati dan mana yang tidak perlu untuk diamati sejalan
dengan usaha pemerolehan data.
c. Triangulasi
Menurut Wiliam Wiersma, triangulasi adalah
validasi silang kualitatif yang memungkinkan pengolahan data
berdasarkan konvergensi beberapa sumber data atau beberapa
prosedur pengumpulan data. 108
Tujuan triangulasi data dilakukan dalam penelitian
ini adalah untuk mengecek kebenaran data dengan
membandingkan data yang diperoleh dari sumber lain, pada
berbagai fase penelitian di lapangan.
Triangulasi data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah dengan sumber dan teknik, 109
artinya peneliti
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda
dalam metode kualitatif. Triangulasi data dengan sumber ini
antara dilakukan dengan cara membandingkan data yang
diperoleh dari hasil wawancara dengan informan dan key
informan. Triangulasi data dilakukan dengan cara, pertama,
membandingkan hasil pengamatan dengan pengamatan
berikutnya. Kedua, membandingkan data hasil pengamatan
dengan hasil wawancara. Membandingkan data hasil
wawancara pertama dengan hasil wawancara berikutnya.
Penekanan dari hasil perbandingan ini bukan masalah
kesamaan pendapat, pandangan, pikiran semata-mata. Tetapi
lebih penting lagi adalah bisa mengetahui alasan-alasan
terjadinya perbedaan.
108
Wiliam Wiersma, ibid, hal.273 109
Ibid, hal 274
71
d. Analisis kasus negatif
Menganalisis kasus negatif adalah mencari
kebenaran dari suatu data yang dikatakan benar oleh suatu
sumber data tetapi ditolak oleh sumber yang lainnya.
e. Menggunakan bahan referensi
Menggunakan bahan referensi sebagai pembanding
dan untuk mempertajam analisis data. Hal ini sangat
diperlukan oleh peneliti sebagai bahan pendukung dalam
penelitian.
f. Mengadakan membercheck
Tujuan mengadakan membercheck adalah agar
informasi yang telah diperoleh dan yang akan digunakan dalam
penulisan laporan dapat sesuai dengan apa yang dimaksud oleh
informan, dan key informan. Untuk itu dalam penelitian ini
membercheck dilakukan setiap akhir wawancara dengan cara
mengulangi secara garis besar jawaban atau pandangan sebagai
data berdasarkan catatan peneliti tentang apa yang telah
dikatakan oleh responden. Tujuan ini dilakukan agar responden
dapat memperbaiki apa yang tidak sesuai menurut mereka,
mengurangi, atau menambahkan apa yang masih kurang.
Membercheck dalam penelitian ini dilakukan selama penelitian
berlangsung sewaktu wawancara secara formal maupun
informal berjalan.
2. Pengujian transferability (validitas eksternal)
Transferability atau keteralihan dalam penelitian kualitatif
dapat dicapai dengan cara uraian rinci. Untuk kepentingan ini
peneliti berusaha melaporkan hasil penelitiannya secara rinci.
Uraian laporan diusahakan dapat mengungkapkan secara khusus
segala sesuatu yang diperlukan oleh pembaca, agar para pembaca
dapat memahami temuan-temuan yang diperoleh. Penemuan itu
sendiri bukan bagian dari uraian rinci melainkan penafsirannya
72
diuraikan secara rinci dengan penuh tanggung jawab berdasarkan
kejadian-kejadian nyata.
3. Pengujian dependability (reliabilitas)
Dependabilitas atau reliabilitas instrumen adalah indeks
yang menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya atau
dapat diandalkan. Reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil
pengukuran tetap konsisten bila dilakukan ulang terhadap gejala
yang sama dengan alat pengukur yang sama. Untuk dapat
mencapai tingkat reliabilitas dalam penelitian ini, maka dilakukan
dengan teknik ulang atau check recheck.
4. Pengujian confirmability (obyektivitas)
Uji konfirmabilitas dalam penelitian kualitatif mirip dengan
uji dependability sehingga dalam penelitian ini dilakukan
bersama-sama. Perbedaannya, pengauditan konfirmabilitas
digunakan untuk menilai hasil penelitian, sedangkan pengauditan
dependabilitas digunakan untuk menilai proses yang dilalui
peneliti di lapangan.
G. Analisis Data
Setelah semua data yang diinginkan diperoleh, langkah
selanjutnya menggunakan data itu untuk penelitian. Data kemudian
ditelaah dan dianalisis, atau lebih dikenal dengan istilah analisis data.
Analisis data menurut Bogdan adalah “proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami dan
temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain”. 110
Analisis data bertujuan untuk menyusun data dengan cara
yang bermakna sehingga dapat dipahami. Penganalisaan data
merupakan suatu proses yang dimulai sejak pengumpulan data di
lapangan, kemudian data yang terkumpul diperiksa kembali dan
110
Ibid, hal. 244
73
diklasifikasikan sehingga dapat diolah untuk dianalisis. Data yang
dianalisis berdasarkan analisis logika induktif yakni analisis yang
bergerak dari hal-hal yang khusus atau spesifik ke hal-hal yang
bersifat umum. Adapun teknik analisis data yang peneliti gunakan
adalah:
1. Data Reduction (Reduksi data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal
yang pokok, memfokuskan pada hal-hal penting serta dicari tema
dan polanya. Dengan demikian, data yang direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya jika
diperlukan. Proses reduksi data dalam penelitian ini adalah
merangkum hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi sesuai
dengan rumusan masalah, identifikasi masalah, dan pertanyaan
penelitian. Selama proses tersebut berlangsung, peneliti
menentukan hal pokok untuk disajikan melalui proses reduksi
data, maka akan memperlihatkan sebuah data yang jelas dan
terperinci.
2. Data Display
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data
dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan
antar kategori, flowchart, matriks, dan sejenisnya agar mudah
dipahami.
3. Conclusion Drawing/ verification
Langkah ketiga dalam penelitian kualitatif adalah
penarikan kesimpulan. Kesimpulan awal yang dikemukakan
masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan
bukti-bukti yang kuat untuk mendukung pada tahap pengumpulan
data berikutnya.
74
Glasser dan Strauss mengatakan bahwa
kesimpulan”akhir mungkin tidak terjadi hingga
pengumpulan data selesai, tergantung pada ukuran
korpus dari catatan lapangan, pengodean, penyimpanan,
dan metode-metode perbaikan yang digunakan,
pengalaman peneliti, dan tuntutan dari penyandang
dana tetapi kesimpulan seing digambarkan sejak awal,
bahkan ketika seseorang peneliti menyatakan telah
memproses secara induktif.” 111
Penarikan kesimpulan pada tahap akhir analisis data
penelitian Interaksi Sosial Kiai dengan Santri Melalui Konsep
Ekonomi Sedekah dan Kewirausahaan di Pondok Pesantren
Dzikir Al-Fath Sukabumi ini telah melalui dua proses sebelumnya
sehingga kesimpulan tersebut dapat menjawab rumusan masalah
penelitian.
111
Emzir, Analisis Data:Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta:Rajawali Pers, 2010),
hal. 133
75
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Profil Data Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi
Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath di dirikan pada tanggal 23 Januari
2010. Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath merupakan wujud dari partisipasi
kiai dalam membantu program daerah yaitu Pemerintah Sukabumi yang
memiliki visi pusat kota jasa di tiga bidang yaitu pendidikan, kesehatan,
dan perdagangan. Dalam bidang pendidikan beliau mendirikan STIE
(Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi) dan STMIK (Sekolah Tinggi Manajemen
Informatika dan Komputer) PASIM, pembinaan kewirausahaan serta
beasiswa bagi sumber daya manusia yang terkendala biaya kuliah, dalam
hal kesehatan beliau mendirikan terapi dzikir untuk pengobatan rohani dan
di sektor kewirausahaan beliau membuka lembaga- lembaga wirausaha
dan mengelola sumber daya manusia yang siap di salurkan .
Sehingga pada tanggal 4 Mei 2011 Ahmad Heriyawan yang
menjabat sebagai Gubernur Jawa barat saat itu meresmikan Pondok
Pesantren Pesantren Dzikir Al-Fath sebagai Qoriyah Thoyibah
Mubarokah, yaitu dengan melaksanakan sistem pendidikan yang Hoki
dengan MAKAM (Holistik, Komprehensif dan Integratif dengan Masjid,
Alam, Kampus, dan Manusia).112
2. Visi dan Misi,
Visi
“Mencetak sarjana dan ahli madya yang memiliki pengetahuan
dan kemampuan paripurna, ilmu agama, IPTEK (ilmu pengetahuan dan
teknologi), dan akhlakul karimah guna menjawab kebutuhan sumber daya
manusia yang ideal di masa yang akan datang.
112
Profil Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi
76
Misi
1) Melaksanakan tridharma perguruan tinggi yang memiliki keunggulan
kompetitif (5B Competitive Advantage)
2) Menyelenggarakan kurikulum pendidikan terpadu atau holistik
3) Melaksanakan amaliah ibadah secara intensif di dalam kampus
Dengan visi dan misi tersebut maka kemudian pondok pesantren ini
memiliki lima keunggulan kompetitif yakni:
1. Barokah kampus atau Qoryah Thoyibah Mubarokah (QTM)
a. Kampus berdzikir dan kampus shodaqah (gratis untuk yatim piatu)
b. Lingkungan: berjamaah Islam
c. Hasil Pendidikan : Mencetak ulama sarjana, memiliki tiga pakaian
kehidupan
2. Boarding Campus : Pendidikan pengasuhan 24 Jam
3. Bilingual Campus : Bahasa Pengantar Inggris dan Arab
4. Be Entrepreneur and Be Technopreuneur : Mandiri, KSB, PUB
5. Best Quality : The Best Curriculum, Lecturers, Facilities and
Environment
a. The Best Curriculum : Bilingual and Holistic Education, pendidikan
bilingual Terpadu, Quran,Iptek dan Ahlak
b. The Best Lecturers : 3 Kompetensi : Dosen Quran, Dosen Kelas dan
Dosen Bahasa
c. The Best Facilities : Boarding Campus, PAS Budi.
d. The Best Environment : Hoki dengan Makam (Holistik,
Komprehensif dan Integratif, Masjid,
Kampus, Alam dan Manusia)
77
3. Struktur Kepengurusan Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath
Gambar 4.1
Struktur Kepengurusan Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath
PIMPINAN UMUM
QTM PPT PASIM AL-FATH
IMAM JAMAAH BSF
MIBA
Majlis Ilmu
Jamaah BSF
Penasihat Pesantren
Dewan Ketua QTM
PPT PASIM AL-FATH
KETUA JAMAAH BSF KETUA/PROGRAM PPT
PASIM AL-FATH
Bidang
Penunjang
Akademik
Bidang
Pelayanan
Akademik
Bagian
Umum
DKM
KOPJAM
BAHTERA
LAZIS BSF
Infokom dan
Peneribitan Buku
MAJLIS DZIKIR
Silat PS. Sang
Meong Bodas
KESOSHUMKAM
Kesejahteraan,
Sosial, Humanitas,
Kematian
Kaderisasi dan
Organisasi
URUT
UDUR
IDB3
KSB
KSB2
P2KP
PERPUS
LAB.KOMPEDP
LABAS
Museum Sejarah Islam Sunda
Seni Nasyid dan
olahraga
MASJID
KAMPUS
AL-FATH
Akademik dan
Kemahasiswaan
Akademik STIE
Akademik STMIK
LP2SSC
PAUD
Keamanan
ADUM
78
4. Program KSB2 (kuliah santri sambil bekerja berkelanjutan)
KSB2 adalah salah satu program beasiswa unggulan yang
ditawarkan oleh Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi untuk
mahasantri, yang dimana pondok pesantren membebaskan biaya kuliah
dan biaya hidup namun harus di bekerjakan di dalam bisnis pesantren
serta kerjasama penempatan kerja dengan perusahaan sehingga hasil
pekerjaaannya digunakan untuk membiayai pendidikan. Setelah keluar
pondok pesantren dan bekerja harus mengeluarkan zakat infaq sedekah
sebesar 2,5% dari penghasilannya untuk membiayai saudara lainnya yang
tidak mampu.
Program ini memiliki tujuan yakni untuk dididik menjadi manusia
unggulan yaitu manusia produktif berakhlakul karimah, menguasai
IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi), IMTAQ (iman dan taqwa) dan
kewirausahaan menjadi ulama sarjana yang mampu menghadapi
tantangan globalisasi.
Sasaran program KSB2 (kuliah santri sambil bekerja
berkelanjutan) terdapat di dalam surat Al-Baqarah ayat 273 yakni
(berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan
Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di muka bumi; orang yang tidak
tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-
minta. Kamu kenal mereka dengan sifat-sifatnya, mereka tidak meminta
kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu
nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah maha
mengetahui.113
5. Profil Kiai ( Dr. KH. Fajar Laksana, SE, MM)
Dr. KH. Muhammad Fajar Laksana lahir di Sukabumi pada tanggal
28 November 1969. Beliau memiliki sejarah dengan keturunan Pajajaran
yaitu Prabu Siliwangi, yakni keturunan yang ke-16 secara biologis.
113
Departemen Agama RI, Al-Qur’an, surat Al-Baqarah ayat 273
79
Beliau juga mendirikan museum yang diberi nama 'Museum
Sejarah Sunda Prabu Siliwangi' sebagai warisan sejarah yang perlu di
jaga kelestariannya. Saat ini museum tersebut berada di dalam Pondok
Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi. Di dalam bangunan ini terdapat
sisa-sisa kerajaan Padjajaran, diantaranya adalah prasasti, pena dan surat-
surat beraksara sunda kuno, kujang, keris, serta pedang yang di yakini
peninggalan sejarah pada kerajaan Prabu Siliwangi.
Selain itu terdapat Al-Qur’an kuno berukuran cukup besar, Al-
Qur’an ini dipercaya merupakan pemberian dari Syekh Quro Karawang
untuk Prabu Siliwangi. Di karenakan museum tersebut memiliki nilai-
nilai bersejarah dan memiliki koleksi yang bernilai dari masa lampau
maka pemerintah Sukabumi menerbitkan izin pendirian dengan Nomor
SK. 556/24/DIAPORABUDPAR/2011.
Sejak tahun 1989 hingga saat ini beliau adalah orang yang
mendalami dan mengamalkan nilai-nilai beragama yang di ajarkan oleh
thareqat Qodiriyah Naqsyabandiyyah, melalui Pondok Pesantren
Suryalaya Tasikmalaya. Hingga saat ini beliau mengamalkan ilmu agama
yang di ajarkan oleh KH. A. Shohibul wafa Tajul Arifin atau yang sering
di sebut Abah Anom.
Sejak muda beliau dikenal sebagai orang yang mengutamakan
pendidikan agama sebagai pondasi hidup. Hal ini dapat terlihat di tahun
1993 sampai 1995 melakukan pendidikan informal dengan belajar
shalawat untuk menambah pengetahuan dan keahlian tentang metode
dakwah dan beliau berguru kepada Al-ustadz Haji Junaedi yang pada saat
itu yang memiliki majelis Sholawat Ciaul Pasir di Sukabumi.
Setelah dua tahun menempuh melakukan pemahaman tentang
shalawat, KH. DR. Muhammad Fajar Laksana melanjutkan
pendidikannya tentang agama di Pondok Pesantren Addawah dan Al-
Ummah. Beliau menempuh pendidikan di pondok pesantren ini selama
lima tahun, yaitu pada tanggal 1995 sampai dengan tahun 2000 masehi.
80
Pendidikan formal yang beliau tempuh pertama kali pada
tahun 1976 hingga 1982 melalui Sekolah dasar (SD) Pintukisi I
Sukabumi. Hingga saat ini (2017) beliau memiliki gelar kandidat Doktor
Manajemen di Universitas Pasundan (UNPAS) Bandung. Hal ini di
buktikan dengan keikutsertaan beliau dalam Diklat bergelar Certified
Quality Management (CQM) dari Indonesia Emas Graduate School of
Management, Centre For Business Management pada tahun 1988 dengan
memiliki Kompetensi di bidang Konsultan Quality Management.
Hal ini selaras dengan pendidikan beliau setelah menempuh
pendidikan di SMAN I Sukabumi pada tahun 1988, beliau melanjutkan di
Universitas Nusa (UNINUS) Bandung. Setelah lulus tahun 1993, beliau
melanjutkan S2 di Universitas ARS International Bandung pada tahun
2000.
Dari pendidikan formal yang di jalani beliau, beberapa
penghargaan beliau peroleh karena keikutsertaan dan aktifnya dalam
akademisi dan praktik sosial. Hal ini di awali dari Penerima Beasiswa
Berprestasi Jarum Bakti Pendidikan pada tahun 1992.
Di bidang akademik beliau mendapat predikat Mahasiswa
Berprestasi dari Rektor UNINUS dari Fakultas Ekonomi Bandung tahun
1993. Setelah lulus dari UNINUS dan memiliki cukup pengalaman dalam
bidang akademik, beliau mengabdikan dan mengaplikasikannya melalui
berbagai program sosial kemasyarakatan, oleh sebab itu beliau
mendapatkan penghargaan dari Walikota Sukabumi sebagai pemuda
pelopor Kota Sukabumi Periode 2002/2003 di bidang pemberdayaan, di
sektor UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah), Pendidikan dan
Kebudayaan.
Peneliti menyadari akan bertambahnya bidang keilmuan atau
prestasi beliau yang tidak tertulis dalam penelitian ini, di karenakan
kehidupan beliau yang aktif di beberapa organisasi seperti Nahdlatul
Ulama serta mengisi berbagai kajian keislaman serta keilmuan dalam
bidang manajemen ekonomi. Beberapa data yang di dapatkan oleh
81
peneliti terkait beliau, didapatkan dari observasi awal atau deepresearch
tentang obyek penelitian. Hal ini pun perlu di sadari bahwa objek yang di
teliti dalam umur produktif untuk berkarya. Selain itu gagasan beliau dan
terlembaga menjadi hal yang sulit untuk di akses karena melalui prosedur
prosedur yang harus peneliti lewati.
6. Karya Kiai dalam Literasi
Kiai dalam mengapresiasikan pemikiran, beliau melakukan
literasi ilmiah dengan berbagai tema, yakni dari bidang akademisi,
bidang sosial agama, bidang sejarah, dan bidang budaya.
Dari beberapa judul buku di antaranya, Analisis Indikator
Pengukuran Kualitas Pelayanan dan Kebijakan Pemerintah dalam
Pencapaian Visi Kota Sukabumi, yang diterbitkan langsung oleh STIE
(Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi) PASIM Bandung dan The Sukabumi
Consulting Group tahun 2000.
Di bidang sosial agama beliau menulis buku tentang Karakter
Dakwah Politik Islam yang diterbitkan oleh Lembaga penelitian dan
pendidikan dakwah Kampus Mesjid Al-Ummah Sekarwangi Cibadak
pada tahun 2002.
Bidang akademisi beliau memiliki berbagai fokus pembahasan di
bidang manajemen, di antaranya pengaruh leverage factor dan return on
investment terhadap return on equity perusahaan asuransi umum di
Indonesia yang di terbitkan oleh STIE PASIM Bandung, tahun 2002.
Selain itu di bidang manajemen syariah beliau menulis tentang
Manajemen Keuangan dan Akuntansi Zakat yang di terbitkan oleh CV
MPU. Pada tahun 2007, sedangkan di bidang praktisi marketing beliau
menulis buku tentang Manajemen Pemasaran Pendekatan Praktis yang di
terbitkan GRAHA ILMU pada tahun 2008.
Di dalam bidang sejarah pun sama beliau mencetak buku
yang berjudul Sasakala Prabu Siliwangi terbitan Jelajah Nusa tahun
2011. Dan tidak ketinggalan dari bidang budaya pun beliau
82
mengeluarkan buku yang berjudul Ngagotong Lisung dan Maen Bola
Leungeun Seuneu Pajajaran terbitan Jelajah Nusa juga pada tahun 2013.
7. Karakteristik Informan
Tabel 4.1
Karakteristik Informan
No
Nama
Informan
Jenis
Kelamin
Angkatan
KSB2
(tahun)
Bidang Usaha
Jabatan
1 Masrohah Perempuan 6 (2014) Jasa, bidang
Pendidikan
Guru Tahfidz PAUD
MDTA Al-Fath,dan
Bendahara Sedekah
2 Yesi Perempuan 6 (2014) Jasa, bidang
Koperasi
Simpan Pinjam
Swamitra
Bendahara
3. Tita Perempuan 7 (2015) Jasa, bidang
Pengobatan
Tradisional
Admin sekaligus
Peracik Obat Herbal
4 Alfi Perempuan 9 (2017) Jasa, bidang
Pendidikan
Mentor SMP Islam
Tahfidz Qur’an Al-Fath
5 Ressa Perempuan 9 (2017) Jasa, bidang
Pendidikan
Mentor SMP Islam
Tahfidz Qur’an Al-Fath
6 Rosyid Laki-laki 6 (2014) Perdagangan,
bidang Motoris
Manajer
7 Khomsah Perempuan 6 (2014) Perdagangan, Penjaga Counter HP
8
Aisyah
Perempuan
9 (2017)
Jasa, bantu
rumah kiai
Pengasuh anak kiai
83
No Nama
Informan
Jenis
Kelamin
Angkatan
KSB2
(tahun)
Bidang Usaha Jabatan
9 Livia Perempuan 6 (2014) Jasa, bidang
Koperasi
Simpan pinjam
swamitra
Sekertaris
10 Ani Perempuan 7 (2015) Perdagangan,
kantin
Penjaga Kantin
11 Ikbal Laki-laki 5 (2013) Jasa, bidang
Pendidikan
Marketing SMP Tahfidz
Qur’an Al-Fath
12 Maryam Perempuan 9 (2017) Jasa, bantu
rumah kiai
Pengasuh anak kiai
Sumber: Olahan Peneliti
B. Hasil Penelitian
1. Hasil Observasi
Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath adalah pondok pesantren yang
mempunyai konsentrasi dalam bidang ekonomi. Di sini santri hanya di
ajarkan 20% teori yang didapatkan melalui belajar di kelas, 20% Dzikrullah,
pengajian Al-Qur’an dan hadits serta 60% bekerja di berbagai unit usaha
yang di miliki pondok pesantren. Walaupun, pondok pesantren ini baru
berumur tujuh tahun sudah bisa membuktikan eksistensinya di nasional
ataupun internasional.
Pondok Pesantren ini pun bisa sebagai contoh bagi pondok pesantren
lainnya karena bisa membuat santri dan orang tua bahagia. Dengan adanya
program beasiswa konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan untuk santri
KSB2 (kuliah santri sambil bekerja berkelanjutan) dapat menambah ilmu
pengetahuan, keterampilan dan pengalaman.
Dari hasil observasi yang peneliti lakukan, dapat dijelaskan sebagai
berikut:
84
Tabel 4.2
Hasil Kegiatan Observasi
Waktu Kegiatan Keterangan
Sabtu, 23
September
2017
Melihat keadaan
pondok pesantren
Tempat untuk praktik konsep ekonomi
sedekah dan kewirausahaan kondusif karena
sudah sesuai dengan bidang unit usaha yang
ada di pondok pesantren ini. Di lihat dengan
tersedia sekolah dari tingkat terendah
sampai tertinggi, serambi masjid yang di
jadikan perkumpulan, tempat pengobatan
tradisional, motor untuk bidang motoris,
dan kantin
Melihat interaksi
kiai dengan santri
setelah mengikuti
kegiatan sholat
berjamaah
Sholat Isha berjamaah di mulai setelah
adzan berkumandang tepat pukul 19.00 wib.
Setelah itu, pengajian di mulai pada jam
22.00 wib karena kiai selalu di datangi
banyak tamu, membahas mengenai isi
kandungan Al-Qur’an. Santri yang datang
saat itu lumayan banyak dan antusias
mendengarkan ceramah.
Minggu, 24
September
2017
Mengikuti jalannya
berbagai bidang
usaha
Jam 06.30 wib, bidang usaha perdagangan
yakni bidang motoris melakukan persiapan
untuk berjualan ke daerah yang terpencil di
Sukabumi, di mulai dengan menyiapkan
dagangannya berupa garuda food, nabati,
yupi, teh gelas dan lain-lain.
Jam 10.0 wib bidang usaha perdagangan
yakni kantin, penjaga kantin menjaga
kantinnya, membuat gorengan untuk di jual,
dan melayani si pembeli. Kebanyakan
85
pembelinya pasien yang ingin berobat ke
kiai jika hari minggu.
Jam 12.00 wib, melihat banyak pasien yang
ingin berobat ke kiai.
Jam 13.30 wib pengobatan tradisional di
mulai hingga pukul 22.00 wib. Ada santri
yang bertugas untuk memanggil si pasien
melihat dari kartu pasien, ada yang meracik
obat dan admin daftar pengobatan
tradisional. Tempatnya pun walaupun di
dekat serambi masjid, keterangan data
mengenai penyakit, wilayah kota asal
pasien, dan laporan penerimaan dan
pengelolaan infaq sedekah sudah jelas
tertera untuk menjelaskan kepada pasien
Senin, 25
September
2017
Melihat jalannya
bidang usaha lain
Jam 07.30 wib melihat ruangan kepala
sekolah dan guru PAUD-MDA Al-Fath
yang ada hanya satu guru yang sedang
menunggu bel masuk jam 08.00 wib. Di
ruangan tersebut ada buku pelajaran, arsip
surat masuk dan surat keluar, data siswa dan
lain-lain. Selanjutnya melihat ruangan kelas
dan mengajar guru tersebut.
Selasa, 26
September
2017
Melihat interaksi
sosial kiai dengan
santri melalui
konsep ekonomi
sedekah dan
kewirausahaan
Setelah sholat subuh, kiai memberikan
pengumuman bahwa besok akan ada tamu
penting dan mohon di persiapkan untuk
menyambut tamu tersebut dengan pencak
silat. Dan nanti setelah ini, langsung latihan
bersama kiai. Kebanyakan yang jadi
pemainnya, santri yang masih di Sekolah
86
Menengah Pertama dan senior-senior yang
lain dengan di iringi dengan suara
karawitan. Terlihat santri mengobrol dengan
kiai dengan santai dan seperti kepada orang
tuanya menceritakan keluhan dengan
bertanya dan berkomunikasi langsung
kepada kiai untuk meminta saran yang
terbaik untuk dirinya.
Melihat arsip
mengenai
ketercapaian
penerapan konsep
ekonomi sedekah
Jam 09.00 wib, memasuki museum sejarah
sunda prabu siliwangi yang berada di
pondok pesantren ini. Tidak hanya arca,
pedang, keris, keramik cina, dan lain-lain
namun di pasang juga piala dan sertifikat
serta piagam pemenang pemangku
ketahanan pangan dalam mengurangi
kemiskinan di Jawa Barat dari gubernur.
Selain itu, tokoh nasional, saluran televisi
dan radio banyak juga yang sering datang
ke pondok pesantren ini dengan adanya
banyak foto yang di pasang.
Sumber: Olahan Peneliti
2. Hasil Wawancara
a) Interaksi Sosial Kiai dengan Santri Melalui Konsep Ekonomi
Sedekah dan Kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath
Sukabumi
Berikut ini akan di paparkan secara jelas hasil analisis transkip
wawancara dan observasi peneliti terhadap beberapa informan atau
narasumber terkait dengan interaksi sosial kiai dengan santri melalui
konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren
Dzikir Al-Fath Sukabumi.
87
Interaksi sosial dapat di analisis setelah adanya kontak sosial
dan komunikasi antara kiai dengan santri KSB2 (kuliah santri sambil
bekerja berkelanjutan). Interaksi tersebut terjadi melalui konsep
ekonomi sedekah dan kewirausahaan yang di terapkan pada Pondok
Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi. Menurut kiai sesuai dengan hasil
wawancara sebagai berikut:
“Interaksi sosial kiai dengan santri KSB2 (kuliah santri sambil
bekerja berkelanjutan) sangat baik, bapak menganggap santri
itu seperti anak sendiri dan tidak pernah membeda-bedakannya.
Bapak sangat menerima kritik dan saran dari semua santri. Hal
ini bapak buktikan dengan adanya kerjasama, toleransi,
persaingan dan pertentangan. Misalnya saja bapak
menginginkan jika semua unit-unit usaha yang ada di dalam
ataupun di luar pondok pesantren ini bisa bekerjasama dengan
baik. Bapak pun sangat toleransi kepada santri KSB2 (kuliah
santri sambil bekerja berkelanjutan) jika ingin pindah unit
usaha dengan beberapa alasan. Dalam hal ini persaingan tidak
dapat di hindari karena bisa membuat santri itu berpikir kreatif
agar bisa mencapai target yang di harapkan. Pertikaian yang
terjadi antara kiai dengan santri KSB2 (kuliah santri sambil
bekerja berkelanjutan) belum pernah terjadi sama sekali.
Pertentangan yang terjadi antara kiai dengan santri KSB2
(kuliah santri sambil bekerja berkelanjutan) tidak pernah
terjadi, tetapi kalau perbedaan pendapat sering terjadi dan itu
wajar dalam kehidupan sehari-hari dan dapat diselesaikan
secara kekeluargaan yaitu melalui sharing. Hal ini di lakukan
dengan menyampaikan pendapat dan maksud tujuan secara
langsung serta di selesaikan dengan kesepahaman.”114
Interaksi sosial yang terjadi lainnya yang di ungkapkan oleh
Rosyid selaku santri Pondok Pesantren Dikir Al-Fath Sukabumi
sesuai dengan hasil wawancara sebagai berikut:
“Alhamdulillah pak kiai cukup dekat dengan santri dan
menganggap kita sebagai anaknya sendiri, interaksi juga
gampang dan kalau ada apa-apa tinggal kita konsultasi aja.
Khususnya saya sangat mudah sekali interaksinya. Kerjasama
yang dilakukan antara kiai dengan santri KSB2 (kuliah santri
sambil bekerja berkelanjutan) selain harus mensukseskan
program ini harus sering bertanya dan berkomunikasi langsung
114
Hasil wawancara dengan Kiai, Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath, Sukabumi, 25
September 2017
88
kepada kiai untuk memberikan informasi mengenai beberapa
unit usaha yang di punyai lembaga ini. Misalnya saya selaku
manajer di bidang motoris, saya selalu berkomunikasi dan
memberikan laporan setiap bulannya kepada kiai menggunakan
catatan laporan keuangan, dalam hal berapa mendapatkan
pendapatan atau pun margin, selain itu juga saya sering
mendapatkan masukan dari kiai bagaimana jika target tidak
sesuai dengan rencana, dan banyak hal yang lainnya. Kiai
sangat terbuka menerima keluhan dari kita sebagai anaknya
sendiri, tidak pandang bulu tanpa tidak pernah melihat pun dari
jabatan sebagai apa kita di unit usaha. Dalam bidang motoris,
persaingan itu pasti ada dan saya sangat menyukai itu karena
bisa membuat memotivasi anggota agar terus berfikir kreatif
dalam mendapatkan target pemasaran dalam daerah
tersebut”.115
Interaksi sosial yang terjadi lainnya yang di ungkapkan oleh
Masrohah selaku santri Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi
sesuai dengan hasil wawancara sebagai berikut:
“dalam hal ini interaksi kiai dengan santri KSB2 (kuliah santri
sambil bekerja berkelanjutan) sangat baik ya, bapak
menganggap kita sebagai anaknya sendiri. Saya juga kebetulan
dengan istrinya kiai, bisa dikatakan saya kepercayaannya kiai
dan istrinya, saya juga dekat dengan anak-anaknya kiai.
Intensitas dalam interaksi sangat mudah alhamdulillah”.116
Interaksi sosial yang terjadi lainnya yang di ungkapkan oleh
Tita selaku santri Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi sesuai
dengan hasil wawancara sebagai berikut:
“Bentuk kerjasama kiai dengan pengobatan tradisional
misalnya kita diajarkan bagaimana cara meramu obat
tradisional untuk seorang pasien dan membantu tugas kiai, jika
ada yang menanyakan mengapa penyakit ini sebabnya bisa
terjawab dan jika di tanya tentang pengetahuan mengenai obat
tradisional untuk penyakit jantung misalnya sudah bisa jawab,
karena kiai menyuruh untuk membaca kartu berobat pasien
ketika belum ada pasien.”117
115
Hasil wawancara dengan Rosyid, santri Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath, Sukabumi,
25 September 2017 116
Hasil wawancara dengan Masruroh, Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath, Sukabumi, 23
September 2017 117
Hasil wawancara dengan Tita Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath, Sukabumi, 24
September 2017
89
Interaksi sosial yang terjadi lainnya yang di ungkapkan oleh
Ikbal selaku santri Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi sesuai
dengan hasil wawancara sebagai berikut:
“Alhamdulillah santri yang lain juga kita dekat mungkin kita
terpisah oleh job training misalkan karena tempatnya jauh tapi
kita disatukan kumpul di mesjid pada saat pengajian, pelatihan
dan kegiatan seminar. Biasanya interaksi hari sabtu minggu
karena pada pulang yang job training nya di luar pondok. Jadi
terjadi interaksi lagi seperti biasa. Kita melakukan kerjasama
untuk kemajuan yayasan ya yang pasti, tapi sesuai job
trainingnya misal jika di pendidikan bagaimana caranya banyak
siswa dan misal di motoris bagaimana cara menarik pelanggan
untuk bisa membeli barang dari kita lalu menghasilkan banyak
lingkungan. Kadang nih kantin di suply oleh kanvas motor, klo
ada yang mau menabung bisa di Swamitra. “118
Selanjutnya peneliti bertanya kembali terhadap Khomsah selaku
santri Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi sesuai dengan hasil
wawancara sebagai berikut:
“kami santri KSB2 (kuliah santri sambil bekerja berkelanjutan)
pun tidak ada hambatan dalam berinteraksi dengan kiai, karena
kiai sangat terbuka dengan kita. Paling kalau ada hambatan
interaksi sosial kiai dengan santri KSB2 (kuliah santri sambil
bekerja berkelanjutan) dalam suatu unit usaha. Terkadang
misscomunication sering terjadi, yang di suruh apa yang di
kerjakan apa. Jadi solusinya, kita langsung tangani langsung
dengan orang tersebut dan menyamakan persepsi agar target
yang kita akan capai sesuai hasilnya.”119
Berbeda dengan Ressa dan Alfi selaku santri di Pondok
Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi. Mereka mengungkapkan
walaupun kita masih santri baru, tapi kita di sini sudah nyaman dan
sudah bisa bekerjasama dengan santri senior dalam menjalankan
berbagai unit usaha yang ada di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath.
118
Hasil wawancara dengan Ikbal, Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath, Sukabumi, 23
September 2017 119
Hasil wawancara dengan Khomsah, Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath, Sukabumi, 23
September 2017
90
Bapak sangat baik, bapak sangat memperhatikan keperluan kita
selama tinggal di pondok pesantren ini. 120
Jika menurut pendapat Yesi dan Livia mengenai interaksi sosial
sesuai wawancara tersebut adalah kita sudah hampir tiga tahun di
sini merasa betah walaupun jauh dari orang tua. Bapak menganggap
kita sebagai anaknya sendiri. Kita kan satu kerjaan di unit usaha
Koperasi Simpan Pinjam Swamitra banyak melakukan kerjasama
untuk mencapai target yang telah di tetapkan.121
Sedangkan menurut Ani mengenai interaksi sosial sesuai
wawancara tersebut adalah bapak adalah orang tua untuk kita di sini,
bapak sangat baik. Jika ada masalah di dalam unit usaha contoh
kantin, bapak selalu mendengarkan dan langsung memberikan
masukan untuk ke depannya agar lebih baik lagi.122
Berdasarkan wawancara di atas dapat di simpulkan bahwa
interaksi sosial kiai dengan santri melalui konsep ekonomi sedekah
dan kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi
adalah sangat baik, kiai sangat terbuka dan menganggap santri
seperti anak kandungnya sendiri. Dalam hal kerjasama kiai sangat
menginginkan semua unit usaha bisa saling membantu, toleransi
yang sangat di perbolehkan, persaingan yang sehat bisa
meningkatkan kreativitas santri dalam berwirausaha tanpa tidak
dilupakan adanya selalu perbedaan pendapat yang menyertainya.
Semuanya itu di lakukan agar interaksi kiai dengan santri melalui
konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan semakin harmonis dan
nyaman untuk menjalankan unit usaha dengan target pada bidang
masing-masing.
120
Hasil wawancara dengan Ressa dan Alfi, Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath, Sukabumi,
23 September 2017 121
Hasil wawancara dengan Yesi dan Livia, Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath, Sukabumi,
23 September 2017 122
Hasil wawancara dengan Ani, Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath, Sukabumi, 24
September 2017
91
b) Bentuk Penerapan Konsep Ekonomi Sedekah dan Kewirausahaan di
Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi
Berikut ini akan di paparkan secara jelas hasil analisis transkip
wawancara dan observasi peneliti terhadap beberapa informan atau
narasumber mengenai bentuk penerapan konsep ekonomi sedekah dan
kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath.
Konsep sedekah yang diterapkan pada KSB2 (kuliah santri sambil
bekerja berkelanjutan) ialah berderma tidak hanya melalui uang. Motivasi
yang ditanamkan pada konsep ini adalah, dengan mengeluarkan sedekah
maka uang yang kita keluarkan akan berlipat ganda. Bentuk penerapan
konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan adalah menurut Kiai melalui
hasil wawancara sebagai berikut:
“Prinsip ekonomi sedekah itu adalah mengeluarkan uang sebanyak
mungkin, maka akan menghasilkan penerimaan yang berlipat ganda.
Karena itulah di pondok ini menggunakan program KSB2 (kuliah santri
sambil bekerja berkelanjutan). KSB2 (kuliah santri sambil bekerja
berkelanjutan) itu beasiswa yang diberikan kepada santri yang tidak
mampu berapapun banyaknya tidak jadi masalah karena pendekatannya
bukan mencari uang dari santri tapi ingin mendidik santri. Tapi bukan
kita juga tidak bisa menerima penerimaan, ternyata beasiswa yang kita
lakukan itu setelah lulus dari sini, alumni santri KSB2 (kuliah santri
sambil bekerja berkelanjutan) mereka diwajibkan dan emang ada
kesepakatan untuk memberikan ke lembaga 2,5% dari gajinya untuk
lembaga dan adik-adik santrinya yang baru. Sistemnya kita sedekah
kepada santri itu gratis total tidak bayar sampai kuliah D3, tapi mereka
pun ikut bekerja di perusahaan kita lalu mendapatkan penghasilan.
Setelah mendapatkan gajinya itu buat penerimaan pesantren dengan
membuka unit-unit usaha, pegawainya tidak di gaji karena penerimaan
untuk lembaga, kemudian santri tidak membayar karena mereka bekerja
92
ke kita.hasilnya untuk membiayai lagi, santri memberikan sedekah
tenaga kita.”123
Secara garis besar, pondok pesantren ini membagi unit-unit usaha
(wirausaha) dalam dua bidang yakni:
a. Bidang Jasa
1) Lembaga Pendidikan
Di dalam lembaga pendidikan, dari tingkatan yang terendah
sampai tertinggi sudah tersedia di sini yakni PAUD (Pendidikan
anak usia dini), SD Islam Tahfidz Qur’an Al-Fajr, Madrasah
Diniyah, SMP Islam Tahfidz Qur’an Al-Fath, SMA AL-Fath, MA
Al-Irsyad, SMK Islam Teknologi Al-Fath, dan STMIK PASIM
Sukabumi.
Pondok pesantren hanya menyediakan sekolah dan siswa-
siswa. Semua kebutuhan itu dikelola oleh santri sesuai dengan
keahliannya. Ada yang menjadi kepala sekolah, bendahara, wakil
kurikulum, guru kelas, guru bidang studi, mentor, admin, dan staf.
Mereka semua diberikan teori dan praktik langsung secara turun
temurun oleh santri yang senior, sebelum menjalankan berbagai
unit usaha yang telah di pilih dan di tuntut untuk bekerja secara
profesional. Caranya bersedekah melalui ilmu yang telah di
sampaikan kepada muridnya. Santri bersedekah lewat tenaga dan
tidak di gaji sama sekali dengan uang, semuanya masuk ke pondok
pesantren untuk keperluan santri lagi.
Hal ini pun sama di ungkapkan dengan Ressa dan Alfi yang
mengurusi bidang pendidikan yakni menjadi mentor dari
perkembangan anak-anak dari tahsin, tajwid kita juga membimbing
namun kita harus piket dulu khusus nya, seperti mengasuh untuk
tingkatan Sekolah Menengah Lanjutan Pertama.124
123
Hasil wawancara dengan Kiai, Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath, Sukabumi, 25
September 2017 124
Hasil wawancara dengan Ressa dan Alfi, Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath, Sukabumi,
23 September 2017
93
2) Pengobatan Tradisional
Cara bersedekahnya ialah kiai melakukan pengobatan
tradisional itu gratis, tetapi si pasien di sadarkan untuk bersedekah.
Biasanya kiai yang pimpin langsung untuk pengobatan tradisional
memberikan sedekah dari sisi terapi pengobatan dan pasien pun
bukan bayar sedekah kepada lembaga yang memiliki delapan asnaf
yakni aamilin. Ekonomi sedekah itu tidak ada jual beli dan tidak
mencari keuntungan. Akadnya kepada Allah SWT, kiai
mengikhlaskan untuk memberikan terapi pengobatan ikhlas karena
Allah dengan memberikan obat-obat herbal dan Allah yang
memberikan ganjaran. Si pasien jika ingin sembuh harus
bersedekah niatnya ibadah Allah. 125
Jadwal pengobatan herbal seminggu dua kali pada hari rabu
dan hari minggu. Cara pendaftarannya sehari sebelum pengobatan,
kalau pendaftaran biasanya ada 63 orang, tetapi setelah di mulai
paling yang hadir ada 55 orang karena bosan menunggu lama.
Jenis obat herbal yang sering digunakan dalam pengobatan
yaitu sirih, daun mahkota dewa, kunyit putih, kunyit kuning, daun
alpukat, dan jambu biji. Jika persediaan obat herbal habis, misal
buat hari rabu biasanya anak SMK membuka keropak infaq dari
pasien untuk belanja ke pasar, lalu izin dulu untuk belanja ke pasar
karena sekolahnya berada di luar pondok pesantren. Biasanya kalau
kunyit kuning dan kunyit putih membeli ke pasar karena jumlahnya
banyak, kalau daun-daunan mencari ekspedisi ke rumah-rumah
atau ke daerah lain tapi hanya satu bulan sekali. Daunnya
kebanyakan diberi karena tidak begitu di pakai.
Cara pengolahannya kalau kunyit di cuci lalu di giling
sampai mengeluarkan airnya, di peras jangan terlalu lembek lalu
di tumbuk dan di simpan dalam loyang, di oven jangan terlalu
125
Hasil wawancara dengan Tita, santri , Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath, Sukabumi, 25
September 2017
94
kering apalagi gosong nanti khasiatnya berkurang. Kalau daun
hanya di cuci di keringkan lalu di potong kecil-kecil biar nanti
mudah menumbuknya sehingga menjadi serbuk. Jika mahkota
dewa karena bentuknya kecil jadi tidak usah di gunting.
Berikut obat-obat herbal juga mempunyai pasangan dan
kegunaan yakni sirih dengan mahkota dewa, sirih itu anti biotik
mahkota dewa sebenarnya sejenis racun, makanya di padukan
dengan daun sirih. Lalu kunyit kuning untuk merapatkan luka dari
dalam dengan kunyit putih untuk mengencerkan. Daun alpukat
untuk pendingin dengan daun jambu biji melembekkan. Dan jika
tidak ada salah satu obat herbal yang dari pasangan tersebut, lebih
baik jangan di pakai. Misal jika mahkota dewa tidak ada, sirih pun
tidak boleh di pakai.
Cara peramuan obat herbalnya, misalnya untuk penyakit
flu. Secara biologis, penyakit flu itu disebabkan dari panas dalam
yang tinggi jadi naik ke atas dan setiap manusia ada silinder yang
mencair, lalu tubuhnya juga ikut demam. Obat racikannya
menggunakan mahkota dewa ambil delapan dan tambahan yang
peneliti tadi sebutkan di atas.
Proses penyembuhannya yakni: keyakinan kepada Allah
bahwa pasien akan sembuh atas izinnya, pasiennya harus rutin
datang setiap hari rabu dan minggu, dan harus melakukan
pantrangan dari makanan. Kalau tiga menjalani itu insya Allah
sembuh.
3) Koperasi Simpan Pinjam Swamitra
SWAMITRA Koperasi Sukabumi Study Center (SSC)
adalah nama dari suatu bentuk kerjasama atau kemitraan antara
Bank Bukopin dan Koperasi SSC, untuk memodernisasikan usaha
Simpan Pinjam melalui pemanfaatan jaringan teknologi (network)
dan dukungan sistem manajemen profesional sehingga memiliki
kemampuan pelayanan jasa-jasa keuangan yang lebih luas. Selain
95
Simpan Pinjam Swamitra SSC juga dapat memberikan pelayanan
jasa penerimaan payment point, seperti penerimaan pembayaran
tagihan listrik prabayar dan pasca bayar, telepon, speedy, televisi,
pulsa dan multi finance, serta membuat Program-program yang
bekerjasama dengan unit bisnis Al-Fath yang lain.
Cara bersedekahnya hampir sama dengan yang lain yakni
dengan tenaga. Santri KSB2 (kuliah santri sambil bekerja
berkelanjutan) ada yang bekerja sebagai sekretaris alias admin dan
bendahara yang peneliti temui. Mereka bekerja setiap hari senin
sampai dengan hari jum’at dan pulang bekerja jam 16.00 wib.
Tugasnya seperti yang orang bekerja di bank di tuntut
profesional.126
b. Bidang Perdagangan
1) Bidang Motoris
Cara bersedekahnya dengan tenaga pun bisa membantu ke
pondok pesantren. Di sini ngampas motor dengan berjualan
hasilnya memberi ke lembaga untuk seluruh santrinya. Kalau
bidang motoris selalu dapat penghasilan, perputaran tiap hari
ada saja. 127
Pengalaman pertama, dilatih dan di beri ilmu satu bulan
dari perusahaan-perusahaan orang lain seperti Garuda food dan
Mayora, langsung di datangkan ahli untuk mendidik santri yang
mau berwirausaha. Setelah satu bulan itu, langsung terjun atau
survivor yang mana belum tahu jalurnya untuk mengirim barang
dagangan itu warung mana selama dua bulan untuk memastikan
jalur mana yang mau di ambil. Karena motoris-motoris yang
baru ini semuanya dari nol, tidak ada pengalaman sendiri
126
Hasil wawancara dengan Yesi dan Livia, santri , Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath,
Sukabumi, 24 September 2017 127
Hasil wawancara dengan Rosyid , Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath, Sukabumi, 24
September 2017
96
mereka di suruh jualan. Kalau misalnya pendapatan kecil, tapi
laba tidak terlalu dipikirkan yang penting istiqamah dulu aja
untuk berjualan.
Misal dari hari senin ke daerah ini, kalau bagus harus ke
sana lagi dengan membawa barang dagangan yang sama, tetapi
soal target sudah di tentukan. Biasanya satu motoris, satu ada 6
daerah dan 40 hari setiap harinya. Bekerja setiap hari kecuali
hari jum’at, dari jam 07.30 wib – 16.00 wib. Jika sudah sesuai
dengan target, karena efektif nya 10 atau 20 warung, boleh
pulang jam berapa pun. Struktur kepengurusan bidang motoris,
menggunakan manajemen dari manajer, bendahara, kepala
gudang, dan admin.
Selain yang ada di pondok pesantren, ada juga
outsourching. Sistemnya santri KSB2 (kuliah santri sambil
bekerja berkelanjutan), kita kerja di luar pondok pesantren,
modal dari mereka, untung buat mereka kita cuman dapat gaji
namun semuanya ke lembaga. Itu semuanya di dapatkan dari
kepala outsourching yang mencari lowongan kerja untuk adik-
adiknya di pondok. Sistemnya motoris yang kita datangi orang
lain.
Biasanya kita membawa modal di motor sebanyak Rp
1.500.000. Jika butuh barang kita yang ke sana untuk yang di
Cibadak, yakni Garuda food. Biasanya untuk modal mengambil
sekitar Rp 15.000.000, untuk pelengkap nabati Rp 6.000.000,
yupi, teh gelas, dan lain-lain. Cara jual kita, cepat dan lebih
menguntungkan ke warung. Kita tidak memikirkan untung
walaupun kecil yang penting istiqamah. Kalau makanan
biasanya kita ambil untung hanya Rp 2.000-Rp 3.000, jika
minuman biasanya di bawah Rp 1.000, tetapi alhamdulillah soal
laba jika sudah Rp 1.000.000 jarang menurun sampai Rp
200.000, paling juga turun sedikit jadi Rp 800.000. Kita biasa
97
menargetkan dalam satu hari untuk ngampas motor yaitu 40
warung, waktu efektifnya 4 jam. Selanjutnya jika sudah 10 atau
20 warung dan sudah mendapatkan Rp 1.000.000 boleh pulang
ke pondok pesantren. Jadi semua di amulasikan satu hari Rp
1.000.000, jika satu bulan Rp 25.000.000 pendapatan yang kita
dapatkan. Jika ada motoris yang besar pendapatannya, manajer
selalu memberi bonus tergantung kebutuhan dia.
2) Kantin
Cara bersedekahnya melalui tenaga juga, ada staf yang
berjaga seperti biasa melayani pembeli. Biasanya menjual
dagangan makanan dan minuman, dari yang panas sampai yang
dingin. Tugasnya tidak hanya berjualan, tapi di tuntut juga untuk
bisa menulis catatan laporan keuangan dan ramah kepada
pembeli. 128
3) Grosir
Cara bersedekahnya melalui tenaga juga, ada staf yang
berjaga seperti biasa melayani pembeli. Biasanya menjual
dagangan makanan dan minuman, dari yang panas sampai yang
dingin. Bedanya sasaran aja, jika dari bidang motoris mereka
yang mendatangi warung-warung kecil itu, tapi grosir itu orang-
orang atau warung-warung kecil yang mendatangi kita.
Tugasnya tidak hanya berjualan, tapi di tuntut juga untuk bisa
menulis catatan laporan keuangan dan ramah kepada pembeli.
Hasilnya semua pendapatan di serahkan ke pondok pesantren.
4) Koperasi Al-Zumar
Seperti biasa koperasi, menyediakan berbagai peralatan
yang akan di jual. Namun di pondok ini menjual buku karangan
dari kiai sendiri, tasbih, kerudung, mukena, aksesoris
perempuan, dan lain-lain. Semua ini di kelola oleh santri dari
128
Hasil wawancara dengan Rosyid , Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath, Sukabumi, 24
September 2017
98
sistem manajemennya, dan hasilnya semua di setorkan kepada
lembaga. Karena mereka sudah mendapatkan gratis untuk biaya
sehari-hari dan biaya kuliah.129
Berdasarkan kesimpulan hasil wawancara dan observasi
peneliti dengan kiai dan santri KSB2 (kuliah santri sambil bekerja
berkelanjutan) mengenai bentuk penerapan konsep ekonomi sedekah
dan kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi
dapat di simpulkan secara umum bahwa setiap bidang unit usaha
memiliki program kerja, cara bersedekah, tujuan, dan targetnya yang
berbeda-beda dari setiap bidang unit usaha yang ada di miliki
pondok pesantren ini. Untuk program kerja dari bidang jasa yakni
lembaga pendidikan dan koperasi simpan pinjam swamitra rutin
bekerja pada setiap hari yakni dari hari senin sampai hari jum’at
namun untuk pengobatan tradisional hanya di buka hari rabu dan hari
minggu saja. Sedangkan untuk bidang perdagangan semuanya
bekerja setiap hari sesuai bidang unit usaha masing-masing. Di
dalam bidang jasa ataupun perdagangan mempunyai kebijakan yang
sama yakni adanya hari libur dalam seminggu untuk tidak bekerja di
unit usaha tersebut, dan hari sabtu biasanya selalu di adakan evaluasi
dengan kiai mengenai kendala yang di hadapi atau target yang telah
di capai.
c) Ketercapaian Penerapan Konsep Ekonomi Sedekah dan
Kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi
Berikut ini akan di paparkan secara jelas hasil analisis transkip
wawancara dan observasi peneliti terhadap beberapa informan atau
narasumber mengenai ketercapaian penerapan konsep ekonomi sedekah
dan kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi.
129
Hasil wawancara dengan Alfi, Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath, Sukabumi, 25
September 2017
99
Kaitannya dengan ketercapaian penerapan konsep ekonomi
sedekah dan kewirausahaan, Kiai mengatakan bahwa:
“Pondok pesantren ini didirikan tahun 2010 dan di tahun 2012, saya
membuat program mengenai konsep ekonomi sedekah dan
kewirausahaan untuk membantu program daerah yaitu pemerintah
Sukabumi dalam tiga bidang yakni pendidikan, kesehatan, dan
perdagangan. Kita melakukan ini baru 5 tahun, itu baru satu
angkatan dari lulusan aja Rp 20.000.000/ bulan, kalau begitu kita
tidak perlu lagi membayar biaya kuliah. Indikator tidak hanya teori
dan sudah mencetak sarjana kurang lebih 60 orang sarjana per
angkatan kemudian mereka sudah mengeluarkan zakat infaq
sedekah. Dan ini sudah berhasil dan sudah dibuktikan dengan
beberapa tahun. Dari tahun 2012 ekonomi sedekah di mulainya,
dengan memberikan job training ketika lulus si santri harus
menyumbangkan 2,5% gajinya untuk para santri yang baru,
menitipkan unit-unit usaha dengan bekerja secara profesional”.130
Selanjutnya peneliti juga mewawancarai Ressa mengenai
ketercapaian penerapan konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan yang
sudah di jalankan ini seperti ini:
“walaupun saya baru beberapa bulan di sini namun saya bisa faham
apa yang di maksud dengan bentuk penerapan konsep ekonomi
sedekah dan kewirausahaan, di sini lebih di ajarkan praktik daripada
teori. Beda jika kita kuliah kalau bukan di sini, pelajaran yang di
ajarkan hanya untuk di ketahui bukan untuk di terapkan
langsung.”131
Lalu Masruroh juga mengungkapkan mengenai ketercapaian
penerapan konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan adalah:
“alhamdulillah semua santri KSB2 (kuliah santri sambil bekerja
berkelanjutan) di sini sudah mengerti. Sedekah itu banyak bentuknya,
mau uang, mau sayuran, senyum pun sedekah semuanya di kelola
santri ketika ada orang yang bersedekah. Karena santri ini termasuk
aamilin, yang delapan asnaf itu. Semuanya di kelola santri nanti di
salurkan kembali ke santri lagi. Jadi kita biasanya menyebut dari
santri, oleh santri untuk santri.” 132
130
Hasil wawancara dengan Kiai, Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath, Sukabumi, 25
September 2017 131
Hasil wawancara dengan Ressa, Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath, Sukabumi, 24
September 2017 132
Hasil wawancara dengan Maryam, Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath, Sukabumi, 24
September 2017
100
Kemudian Aisyah menambahkan mengenai ketercapaian
penerapan konsep ekonomi sedekah dan kewirausaahaan adalah:
“alhamdulillah mengerti bentuk penerapan konsep ekonomi sedekah
dan kewirausahaan yakni semua hal yang diberikan termasuk
sedekah, lalu oleh santri di kelola melalui unit-unit usaha yang di
miliki pondok pesantren nanti di salurkan ke lembaga dan akhirnya
untuk santri. Dan ketika sudah lulus, kita wajib memberikan sedekah
2,5% dari gaji kita untuk pondok pesantren ini.”133
Dengan adanya hasil yang optimal, maka ada harapan-harapan atau
yang bisa di jadikan profesi setelah yang ingin santri KSB2 (kuliah santri
sambil bekerja berkelanjutan) tercapai sesuai bidangnya masing-masing.
Peneliti mewawancarai Ikbal, ia berpendapat:
“Sesuai hobi sih kerjanya, berharap bisa jadi manajer marketing yang
profesional bisa mengisi seminar karena kita mendapatkan ilmu
seperti motivator, kalau dari designer punya percetakan gitu
tambahnya.”134
Hal ini sependapat dengan Rosyid,ia mengungkapkan:
“jika dari bidang motoris, saya berharap setelah ini saya bisa
membuka grosir, tidak ingin bekerja di orang lain dan ingin ada
motorisnya juga agar bisa mempermudah warung-warung kecil. “135
Berbeda lagi dengan yang bekerja di Koperasi Simpan Pinjam
Swamitra, Livia. Menurutnya, ingin langsung melanjutkan kerja di bank
saja, soalnya sudah pernah berpengalaman dan tahu-tahu sedikit ilmu nya,
yang pasti tidak mau melamar pekerjaan ke sana ke mari. 136
Tita pun mengungkapkan hal yang sama, inspirasinya kita harus
bermanfaat bagi orang lain. Setidaknya saya bisa mengerti cara meracik
obat tradisional yang baik dan mengetahui kegunaannya.137
133
Hasil wawancara dengan Aisyah, Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath, Sukabumi, 24
September 2017 134
Hasil wawancara dengan Ikbal, Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath, Sukabumi, 23
September 2017 135
Hasil wawancara dengan Rosyid, Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath, Sukabumi, 24
September 2017 136
Hasil wawancara dengan Livia, Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi, 24
September 2017 137
Hasil wawancara dengan Tita, Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath, Sukabumi, 24
September 2017
101
Kemudian, konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan sudah
hampir berjalan lima tahun dan sudah menghasilkan lulusan per angkatan
60 orang. Dan sudah banyak mendapatkan piala dari Gubernur Jawa Barat.
Menurut pemaparan kiai yang telah di wawancarai oleh peneliti bahwa:
“alhamdulillah, sudah menghasilkan 60 orang/ angkatan santri
KSB2 walaupun di dalam perjalanannya masih ada yang harus
dibenahi namun setidaknya sudah bisa membuktikan bahwa
banyak sedekah itu bukan memiskinkan malah menambah pahala
dan menyuburkan orang yang bersedekah tersebut. Alhamdulillah
juga, sudah pernah mendapatkan piala Peringkat II sebagai
Pemangku Ketahanan Pangan dalam rangka peringatan Hari
Pangan Sedunia (HPS) Tingkat Provinsi Jawa Barat tahun 2013
dan Piagam penghargaan dari gubernur Jawa Barat sebagai
Pemangku Ketahanan Pangan dalam rangka Peringatan Hari
Pangan Sedunia ke 32 Tingkat Provinsi Jawa Barat tahun 2012.”138
Berdasarkan kesimpulan secara umum mengenai ketercapaian
penerapan konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok
Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi adalah sudah bisa membantu santri
yang tidak mampu dengan adanya beasiswa pendidikan yang dimana
santri dibebaskan oleh pondok pesantren, santri bekerja di bidang unit
usaha yang dimiliki pondok pesantren. Pondok pesantren dalam hal ini
kiai bersedekah dengan membebaskan biaya hidup dan kuliah termasuk
memberikan ilmu, santri bersedekah dengan tenaga saja. Selanjutnya santri
banyak memiliki kemampuan dan keahlian setelah mengikuti konsep
ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath
Sukabumi yang sejalan mempunyai harapan dan profesi yang di inginkan
sejak kecil.
138
Hasil wawancara dengan Kiai, Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath, Sukabumi, 24
September 2017
102
C. Pembahasan
1. Interaksi Sosial Kiai dengan Santri Melalui Konsep Ekonomi Sedekah
dan Kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi
Interaksi sosial adalah suatu hal yang penting dalam kehidupan
manusia. Jika tidak terjadi interaksi, maka tidak akan tercipta suatu
masyarakat di dunia, baik interaksi langsung maupun tidak langsung.
Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan
beberapa narasumber, peneliti menemukan terjadinya interaksi sosial kiai
dengan santri melalui konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di
Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi adalah bahwa kiai menganggap
para santri sebagai anaknya sendiri. Beliau memberikan ilmu dan
membebaskan semua biaya dan santri hanya memberikan tenaganya untuk
bekerja secara profesional dalam bekerja di berbagai unit usaha yang di
miliki oleh pondok pesantren. Intensitas untuk bertemu dan berinteraksi
sangat enak, kiai mudah untuk ditemui walaupun beliau sibuk di luar tidak
hanya di pondok pesantren.
Menurut Soerjono Soekanto yang dikutip oleh Hamid Hasan, interaksi
sosial adalah proses sosial yang menyangkut hubungan timbal balik
antarpribadi, kelompok, maupun pribadi dengan kelompok”. Interaksi sosial
tersebut merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial.139
Syarat-syarat dalam terjadi interaksi sosial apabila adanya kontak
sosial dan komunikasi sosial. Kontak sosial dapat terjadi dalam tiga bentuk
yakni adanya orang perorangan, ada orang perorangan dengan suatu
kelompok manusia atau sebaliknya dan antara suatu kelompok manusia
dengan kelompok manusia lainnya.140
Sedangkan komunikasi sosial yang
dikemukakan oleh Theodorson dan Thedorson,“komunikasi adalah
139 Hamid Hasan, Pengantar Ilmu Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal. 140
140 Yesmil Anwar dan Adang, Sosiologi untuk Universitas, (Bandung: PT Refika
Aditama, 2013) hal. 195
103
penyebaran informasi, ide-ide sebagai sikap atau emosi dari seseorang
kepada orang lain terutama melalui simbol-simbol.141
Kontak sosial tersebut dapat terjadi karena adanya perorangan yang di
maksud dalam hal ini kiai, ada orang perorangan dengan suatu kelompok
manusia yakni kiai dengan santri-santrinya, dan yang terakhir antara suatu
kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya yakni santri dengan
santri lain. Semuanya dapat berinteraksi jika ada sesuatu hal yang dapat di
kerjakan seperti pondok pesantren ini berinteraksi karena adanya program
KSB2 (kuliah santri sambil bekerja dan berkelanjutan) yang bisa
merekatkan di antara mereka dan kiai.
Menurut Gillin dan Gillin yang dikutip Soerjono Sukanto,
menggolongkan ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat
adanya interaksi sosial, yaitu sebagai berikut yakni:
a) Proses-proses yang Asosiatif
1) Kerja sama (Cooperation)
Kerja sama yang dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama
antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai
satu atau beberapa tujuan bersama.142
Betapa pentingya fungsi kerja sama digambarkan oleh
Charles H. Cooley sebagai berikut.
”kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka
mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat
yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian
terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan
tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang
sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting
dalam kerja sama yang berguna.”143
141
Tommy Suprapto, Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi, (Jakarta: PT. Buku
Kita, 2009), hal. 6 142
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar,(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2012), hal., hal. 65 143
Ibid, 66
104
2) Akomodasi (Acomodation)
Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu proses
dimana orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia yang
mulanya bertentangan, saling mengadakan penyesuaian diri untuk
mengatasi ketegangan-ketegangan. Akomodasi sebenarnya
merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa
menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan
kepribadiannya. 144
Tujuan akomodasi memiliki beberapa tujuan yaitu: Pertama,
mengurangi perbedaan paham, pertentangan politik, atau
permusuhan antar kelompok seperti suku, ras, dan kelompok
kepentingan lain. Kedua, mencegah terjadinya ledakan konflik yang
berupa benturan antar kelompok seperti perang, perpecahan yang
mengarah pada disentegrasi sosial. Ketiga, menyatukan dua
kelompok atau lebih yang terpisah-pisah untuk mencapai persatuan
dan kesatuan. Terakhir, untuk mengupayakan terjadinya proses
pembauran antarsuku, etnis atau ras, antar agama, antar golongan,
dan sebagainya sehingga mengarah pada proses terjadinya
asimilasi.145
3) Asimilasi (Assimilation)
Menurut Koentjaraningrat, proses asimilasi timbul bila ada
kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya, orang-
perorangan sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secara
langsung dan intensif untuk waktu yang lama sehingga kebudayaan-
kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut masing-
masing berubah dan saling menyesuaikan diri. 146
b) Proses-proses yang Disosiatif
1) Persaingan (competition)
Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu
proses sosial, dimana individu atau kelompok-kelompok manusia
144
Ibid , hal. 68 145
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Kencana
Prenadamedia group, 2011), hal. 81 146
Soerjono, op.cit, hal. 73
105
yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang
kehidupan yang pada suatu masa tertentu dengan cara menarik
perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah
ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.147
2) Kontravensi (contravention)
Kontravensi merupakan suatu bentuk proses sosial yang
berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian.
Kontravensi ditandai oleh gejala-gejala adanya ketidakpahaman
mengenai diri seseorang atau suatu rencana dan perasaan tidak suka
yang disembunyikan, kebencian, atau keragu-raguan terhadap
kepribadian seseorang.
Bentuk kontravensi menurut Leopold von Wiese and Howard
Becker, ada lima yaitu:
Pertama, yaitu umum meliputi perbuatan-perbuatan seperti
penolakan, keengganan, perlawanan, perbuatan menghalang-halangi,
protes terhadap gangguan-gangguan, perbuatan kekerasan, dan
mengacaukan rencana pihak lain.
Kedua, yaitu sederhana seperti menyangkal pernyataan orang lain di
muka umum, memaki-maki melalui surat-surat selebaran,
memfitnah, melemparkan beban pembuktian kepada pihak lain dan
seterusnya.
Ketiga, yaitu intensif mencakup penghasutan, menyebarkan desas-
desus, mengecewakan pihak-pihak lain.
Keempat, yaitu rahasia umpamanya mengumumkan rahasia pihak
lain, perbuatan khianat.
Kelima taktis, yaitu misalnya mengejutkan lawan, mengganggu atau
membingungkan pihak lain, umpama dalam kampanye partai-partai
politik dalam pemilihan umum.148
3) Pertentangan (pertikaian atau conflict)
147
ibid, hal. 82 148
Ibid, hal. 87
106
Pertentangan merupakan suatu proses sosial dimana
individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya
dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman
dan atau kekerasan.
Sebab dari pertentangan antara lain sebagai berikut yakni
perbedaan antara individu-individu, perbedaan kebudayaan,
perbedaan kepentingan serta perubahan sosial.149
Interaksi sosial kiai dengan santri melalui konsep ekonomi sedekah
dan kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi
tergolong dalam bentuk interaksi sosial menurut Gillin dan Gillin yang
dikutip oleh Soerjono Sukanto. Di dalam interaksi tersebut terbagi menjadi
dua proses yakni proses-proses asosiatif dan proses-proses disosiatif.
Proses-proses asosiatif yang pertama, yaitu kerjasama yang
dilakukan oleh kiai dengan santri melalui konsep ekonomi sedekah dan
kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath adalah kesepakatan
awal kiai dengan santri KSB2 (kuliah santri sambil bekerja berkelanjutan)
agar mengikuti semua peraturan yang telah ditentukan agar konsep ini
berjalan dengan lancar. Di samping itu, dalam konsep ini pun semua
berbagai unit usaha dapat bekerjasama sesuai dengan tugasnya masing-
masing.
Kedua, akomodasi yang dilakukan oleh kiai dengan santri melalui
konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir
Al-Fath adalah proses yang terus dilakukan oleh kiai agar santri KSB2
(kuliah santri sambil bekerja berkelanjutan) dalam pengelolaan konsep ini
berjalan dengan semestinya, karena di konsep ini yang mengelola adalah
santri, kiai hanya mengontrol saja.
Ketiga, asimilasi yang dilakukan oleh kiai dengan santri melalui
konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di pondok pesantren Dzikir
Al-Fath adalah hasil yang akan di dapatkan oleh santri KSB2 (kuliah santri
sambil bekerja berkelanjutan) setelah mengikuti konsep ataupun sedang
149
ibid , hal. 90
107
melakukan konsep tersebut berupa kiai sedekah melalui ilmu dan
membebaskan semua biaya sedangkan santri hanya sedekah tenaga saja
dengan bekerja di berbagai unit usaha yang di miliki pondok pesantren ini.
Sedangkan proses-proses disosiatif yang terjadi dalam interaksi
kiai dengan santri melalui konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di
Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi sebagai berikut:
Pertama, persaingan yang terjadi di dalam interaksi sosial kiai
dengan santri melalui konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di
Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath tidak pernah terjadi. Jika persaingan
antar santri KSB2 (kuliah santri sambil bekerja berkelanjutan) sering
terjadi terlihat di dalam observasi dan wawancara peneliti ketika berada di
lapangan, persaingan karena ingin mendapatkan laba yang banyak jika di
dalam lembaga perdagangan. Sedangkan jika di dalam lembaga jasa setiap
bidang usaha melakukan hal yang kreatif agar menarik perhatian orang
sekitarnya. Persaingan yang terlihat tidak hanya unit usaha saja namun
persaingan antar pribadi pun juga terlihat.
Kedua, kontravensi menimbulkan ketidakpahaman namun peneliti
lebih spesifik ke konflik dan perbedaan pendapat. Namun Alhamdulillah,
di pondok pesantren ini tidak pernah terjadi konflik dan perbedaan
pendapat. Kalaupun ada, itu hanya masalah yang kecil dan dapat di
selesaikan langsung tanpa harus ke manajer, ke kepala pondok pesantren,
atau pun ke kiai langsung. Konflik dan perbedaan pendapat diselesaikan
secara kekeluargaan yaitu melalui sharing. Hal ini di lakukan dengan
menyampaikan pendapat dan maksud tujuan secara langsung serta di
selesaikan dengan kesepahaman.
Ketiga, pertentangan yang terjadi di dalam interaksi sosial kiai
dengan santri melalui konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan adalah
toleransinya kiai dengan santri KSB2 (kuliah santri sambil bekerja
berkelanjutan) dengan di bolehkannya pindah unit usaha jika tidak cocok
ataupun tidak mampu dengan syarat bilang ke manajer dulu baru ke kiai.
108
Namun sebelum itu, biasanya selalu diberi nasehat ataupun motivasi agar
bisa kembali semangat bekerja.
Ini sesuai dengan peneliti terdahulu yakni Roudlotul Jannah
Sofiyana, tahun 2013 dengan judul penelitian Pola Interaksi Sosial
Masyarakat dengan Waria di Pondok Pesantren Khusus Al-Fatah Senin
Kamis. Hasil penelitian menunjukkan pola interaksi sosial antara
masyarakat dengan waria yaitu melalui beberapa bentuk-bentuk yang
digolongkan menjadi dua yaitu proses asosiatif dan proses disasosiatif.
Dalam proses asosiatif ada kerjasama, akomodasi, asimilasi. Sedangkan
proses disasosiatif ada persaingan, kontraversi, dan pertentangan.150
Di dalam interaksi sosial, simbol menjadi perantara yang sangat
efektif yang dilakukan oleh aktor, bahkan simbol merupakan media yang
digunakan oleh aktor untuk menyampaikan pikiran atau perasaan,
maksudnya atau tujuannya kepada orang lain. Simbol sebagai media
primer dalam proses komunikasi dapat berupa bahasa, isyarat, gambar,
warna, dan lain sebagainya. Namun simbol dalam bentuk bahasa yang
paling banyak dipergunakan dalam proses komunikasi.151
Jika dalam hal ini, kiai dengan santri melakukan interaksi simbolik,
dimana mereka memaknai suatu simbol yang ada dalam dirinya (kiai) saat
akan membuat konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan untuk
program KSB2 (kuliah santri sambil bekerja berkelanjutan) yang dimana
membebaskan biaya kuliah dan biaya sehari-hari namun tetap bisa di
kuliahkan seminggu dua kali dengan menggunakan kelas karyawan dan
paginya mereka bekerja di berbagai unit usaha yang ada di pondok
pesantren ini. Para santri biasanya merasa ingin pulang, jenuh dan
mengeluh namun mengingat untuk bekal masa depan dan membanggakan
kedua orang tua yaitu memunculkan pemaknaan simbolik yang ada dalam
diri santri yaitu bekerja keras dan mencintai pekerjaannya. Saat itulah,
150
Roudlotul Jannah Sofiyana, “Pola Interaksi Sosial Masyarakat dengan Waria di Pondok
Pesantren Khusus Al-Fatah Senin Kamis.” Skripsi Universitas Negeri Semarang, 2013, hal.68,
tidak dipublikasikan 151
Umiarso Elbadiansyah, Interaksionisme simbolik, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hal. 63
109
santri merasa lebih kuat dan percaya diri dan siap untuk menerima
tantangan dari pekerjaan di dalam unit-unit usaha lainnya.
Di jelaskan oleh teori Firo merupakan teori yang berkaitan dengan
perilaku interpersonal. FIRO adalah singkatan dari Fundamental
Interpersonal Relation Orientation yang dikemukakan oleh Schutz. Teori
ini ingin menjelaskan mengenai perilaku interpersonal dalam orientasinya
dengan orang lain. 152
Pola hubungan interpersonal (hubungan antarpribadi) menurut teori
ini dapat dijelaskan dalam tiga kebutuhan interpersonal, yaitu
1) kebutuhan akan inklusi (keikutsertaan) merupakan kebutuhan untuk
bergabung dengan orang lain dalam suatu aktivitas. Seseorang akan
dapat mengekspresikan dirinya. Namun demikian, interaksi itu
tidak bisa lepas dari masalah belajar.
2) kebutuhan kontrol merupakan kebutuhan yang berkaitan dengan
kebutuhan untuk mengontrol pihak lain. Apabila dalam interaksi
seseorang mendominasi pihak lain maka orang mempunyai
kekuatan tinggi biasanya mengadakan perlawanan, tidak mau
dikontrol.
3) Kebutuhan afeksi berkaitan dengan perasaan emosional antara
individu yang satu dengan individu lain. Kebutuhan afeksi yang
tinggi akan membawa ke persahabatan dan menciptakan hubungan
emosional yang lekat. Sebaliknya apabila kebutuhan afeksi rendah,
orang menolak memiliki hubungan yang dekat.
Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan peneliti, peneliti
menemukan fakta pola hubungan interpersonal (hubungan antarpribadi),
yang pertama bahwa santri KSB2 (kuliah santri sambil bekerja
berkelanjutan) sangat senang dan merasakan keseruan bisa bekerja di unit-
unit usaha yang ada di pondok pesantren ini. Biasanya ini bergabung
karena adanya perekrutan atau di tunjuk langsung oleh kiai utuk
152 Bimo Walgito, Teori-teori Psikologi Sosial, (Yogyakarta:CV Andi Offset, 2011), hal. 51-
54
110
bergabung memajukan salah satu unit usaha yang mempunyai pondok
pesantren ini. Misalnya saja yang suka mengajar di salurkan menjadi
kepala sekolah, guru kelas, guru bidang studi untuk mengajar di lembaga
pendidikan yang ada di pondok pesantren ini. Di sana mereka bisa
mengekspresikan dirinya sesuai kemampuan untuk diajarkan kepada
murid-muridnya. Tak lain sebelum melakukan itu semua, para mentor atau
pun guru bidang studi melewati proses belajar terlebih dahulu.
Kedua, di pondok pesantren ini tidak ada yang ingin mendominasi,
tetapi melainkan saling mengontrol sesama unit-unit usaha dibawah
langsung pengawasan kiai, melainkan saling membantu. Misalnya saja
unit usaha di bidang grosir bisa melakukan kerjasama dengan bidang
motoris nanti motoris yang menyalurkan kembali ke kantin, lalu dari
kantin pun bisa mendapatkan penghasilan dari orang yang berobat karena
adanya pengobatan tradisional dan tidak tertutup kemungkinan
mendapakan banyak siswa dari melihat tempatnya langsung atau promosi
dari santri.
Ketiga, kalau di pondok pesantren ini, kebutuhan afeksinya sudah
sangat tinggi karena kiai menganggap santrinya sebagai anaknya sendiri,
membiayai semua dari biaya sehari-hari sampai biaya kuliah. Dan tidak
ada yang namanya hutang dengan orang tua yang bisa kita lakukan hanya
pengabdian.
2. Bentuk Penerapan Konsep Ekonomi Sedekah dan Kewirausahaan
di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi
Prinsip ekonomi sedekah itu adalah mengeluarkan uang sebanyak
mungkin akan menghasilkan penerimaan yang berlipat ganda. Karena
itulah melalui konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan, kiai
mengadakan program KSB2 (kuliah santri sambil bekerja berkelanjutan).
KSB2 (kuliah santri sambil bekerja berkelanjutan) adalah beasiswa
yang diberikan kepada santri yang tidak mampu yang di haruskan santri
sambil bekerja di berbagai unit usaha. Setelah lulus, mereka diwajibkan
111
memberikan sebesar 2,5% dari gajinya untuk kebutuhan di pondok
pesantren.
Menurut Paul A.Samuelson menyatakan bahwa ilmu ekonomi adalah
suatu studi tentang cara orang-orang dan masyarakat membuat pilihan,
dengan atau tanpa menggunakan uang, dalam menggunakan sumber
daya produksi yang terbatas tetapi dapat dipergunakan dalam berbagai
cara untuk menghasilkan berbagai jenis komoditas dari waktu ke
waktu dan mendistribusikannya untuk keperluan konsumsi saat ini atau
di masa datang, kepada berbagai orang atau kelompok dalam
masyarakat.153
Secara istilah, sedekah berarti sebuah pemberian secara suka rela,
baik berupa uang, barang, jasa, kebaikan, dan lainnya kepada
orang yang berhak menerimanya dengan jumlah yang tidak
ditentukan atau sekehendak dirinya dan diberikan kapan saja dan
dimana saja demi mengharap ridha dan pahala dari Allah
SWT.154
Berdasarkan wawancara dan observasi peneliti menyimpulkan
bentuk penerapan konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan adalah
membebaskan biaya kuliah D3 dan biaya hidup sehari-hari tetapi mereka
pun wajib ikut bekerja di unit usaha yang di miliki pondok pesantren ini.
Lalu ketika mereka mendapatkan penghasilan, gajinya itu untuk pondok
pesantren. Hasilnya untuk membiayai lagi, santri memberikan sedekah
tenaga, pondok pesantren (kiai) memberikan ilmu dan setelah lulus santri
mengeluarkan zakat infaq sedekah. Jadi dari santri, oleh santri, untuk
santri.
Untuk pengelolaannya menggunakan sistem manajemen namun
perbedaannya tidak ada gaji untuk dibayar ke pegawai, jadi mereka
bekerja bersedekah dengan tenaga, kiai bersedekah dengan membebaskan
biaya kuliah dan biaya hidup sehari-hari. Kiai bukan tidak memberikan
gaji, namun kiai memberikan santri-santri dengan gratis makan, gratis
pendidikan, pokoknya kehidupan sehari-hari mereka dijamin oleh kiai dan
pondok pesantren sehingga sistemnya seperti anak dengan orang tua. Anak
yang bekerja dengan orang tua tidak ada diberikan gaji.
153
Alam, Mandiri Ekonomi untuk SMA dan MA, (Jakarta: Erlangga, 2013), hal. 2 154
Masykur Arif, Sedekah itu Ajib, ( Jogjakarta, Diva Press, 2014), hal. 14
112
Di pondok pesantren ini, semua unit usaha bisa bekerjasama
untuk mencapai tujuan bersama contoh sebuah unit usaha di bidang
motoris, mereka kan lebih bisa mendistribusikan barang dagangan kepada
pedagang kecil namun sebelumnya mengambil dulu ke grosir baru di
distribusikan barang dagangannya tersebut ke kantin. Nah setiap rabu dan
minggu biasanya membuka pengobatan tradisional, Alhamdulillah
pasiennya selalu banyak. Di samping itu juga pondok pesantren ini
mempunyai lembaga pendidikan dari pendidikan anak usia dini, sekolah
dasar, madrasah, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, dan
STMIK. Itu semua bisa jadi promosi dari beberapa pasien yang ingin
bersekolah atau berkuliah di sana.
Ciri seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan itu terdapat
dalam rumus: 10-Cs yaitu sebagai berikut.
1) Commitment: memiliki niat yang kuat dan tidak ada kata menyerah
dalam menghadapi tantangan
2) Confidence: percaya diri, mempunyai kepercayaan untuk
mengambil keputusan dan resiko
3) Cooperative: dia terbuka dan mau bekerja sama dalam
mengembangkan dirinya.
4) Care: dia sangat perhatian terhadap segala hal walaupun hal sangat
kecil.
5) Creative: tidak puas hanya dengan apa yang ada. Dia selalu mencari
terobosan baru
6) Challenge: dia tidak melihat setiap kendala atau masalah sebagai
hambatan, tetapi melihatnya sebagai persyaratan untuk maju.
7) Calculation: setiap tindakan atau keputusannya didasarkan pada
perhitungan yang objektif, nalar, dan factual.
8) Communications: dalam upaya mengembangkan usahanya, dia
selalu menjalin komunikasi, mengembangkan jaringan informasi
yang memperbanyak jaringan kerjanya.
113
9) Competiveness: mereka senang pada kompetisi karena dengan
berkompetisi dia dapat mengetahui posisi usahanya, mengetahui
keadaan pasar, dan sekaligus belajar dari para pesaing.
10) Change: mereka tidak takut terhadap perubahan bahkan mereka
adalah orang-orang yang senang terhadap perubahan.155
Dalam ke sepuluh hal ini, santri KSB2 (kuliah santri sambil bekerja
berkelanjutan) mempunyai semuanya, mereka semua memiliki jiwa yang
berwirausaha dari mulai niat yang tulus mau di tempatkan dimana saja
mereka ikhlas, bisa bekerjasama, membuat target yang harus di capai,
berfikir kreatif, mampu bersaing, selalu mengembangkan usaha dan
mereka siap untuk berubah jika harus ada yang di ubah dan di beri
masukan.
3. Ketercapaian Penerapan Konsep Ekonomi Sedekah dan
Kewirausahaan
Secara umum, ketercapaian penerapan yang dilakukan oleh santri
KSB2 (kuliah santri sambil bekerja berkelanjutan) telah berjalan dengan
baik dan dilaksanakan sesuai harapan. Dengan cara observasi dan juga
wawancara peneliti dengan narasumber, ketercapaian penerapan konsep
ekonomi sedekah dapat di simpulkan sebagai berikut:
a. Produktivitas santri dan kemampuan mereka bersedekah setelah
bekerja
Produktivitas adalah suatu sikap mental, menciptakan hari ini yang
lebih baik dari kemarin dan mengusahakan hari esok yang lebih baik
dari hari ini. Ini sesuai dengan setelah santri membiasakan untuk
bersedekah dengan tenaga ketika menjadi santri KSB2 (kuliah santri
sambil bekerja berkelanjutan) dengan bekerja di berbagai unit usaha
yang di miliki pondok pesantren. Jika mereka lulus dari pondok
155
Leonita Siwiyanti, Building The Character Of Entrepreneurship For Pre- School
Students Through Science, (Sukabumi:The Progressive and Fun Education Seminar, 2016), hal.
381. dipublikasikan
114
pesantren ini dan sudah bekerja di wajibkan untuk mengeluarkan
sedekahnya sebanyak 2,5% dari penghasilannya untuk keperluan
pondok pesantren ini setiap bulannya.
Sejalan dengan itu, dalam penelitian Fandi Fuad Mirza
mengenai Pengaruh Perilaku Sedekah Terhadap Perkembangan Usaha
mengatakan bahwa menumbuhkan jiwa kederwanan dapat dilakukan
dengan berbagai cara, salah satunya dengan melakukan sedekah.
Seseorang yang memiliki jiwa kederwanan dalam hati dan
tindakannya selalu ingin membantu orang lain, tanpa mengharap
balasan dari siapa pun, hanya menyerahkan kepada Allah SWT. 156
Peneliti juga menemukan bentuk sedekah yang di maksud
yakni pondok pesantren dalam hal ini kiai bersedekah dengan
memberikan ilmu dan membebaskan biaya hidup dan kuliah.
Sedangkan santri KSB2 yang sudah lulus (kuliah santri sambil bekerja
berkelanjutan) memberikan pengetahuan, pengalaman dan keahlian
turunan untuk santri KSB2 (kuliah santri sambil bekerja
berkelanjutan) yang junior.
b. Sudah terbukti dengan adanya piagam penghargaan dalam hal
pengentasan kemiskinan
Konsep yang sudah berjalan dengan maksimal akan
menghasilkan hal yang terbaik. Seperti halnya konsep ekonomi
sedekah sudah bisa membuktikan mendapatkan piala Peringkat II
sebagai Pemangku Ketahanan Pangan dalam rangka peringatan Hari
Pangan Sedunia (HPS) Tingkat Provinsi Jawa Barat tahun 2013 dan
Piagam penghargaan dari gubernur Jawa Barat sebagai Pemangku
Ketahanan Pangan dalam rangka Peringatan Hari Pangan Sedunia ke
32 Tingkat Provinsi Jawa Barat tahun 2012.
156
Fandi Fuad Mirza, “Pengaruh Perilaku Sedekah Terhadap Perkembangan Usaha”.
Skripsi. Institut Agama Islam Negeri Walisongo, Semarang, 2013, hal.77, tidak dipublikasikan.
115
Ini sesuai dengan penelitian terdahulu dari Benedictus Ricky
Gumawang Jati mengenai pengaruh reward (penghargaan) terhadap
kinerja dengan komitmen organisasi sebagai variabel moderasi.157
Hasilnya adalah semakin tinggi dan semakin karyawan mampu
memaknai serta merasakan adanya reward (penghargaan) tersebut
maka kinerja karyawan akan semakin meningkat bagi organisasi.
Sehubungan dengan itu, akan adanya keberlanjutan Pondok Pesantren
Dzikir Al-Fath Sukabumi untuk melanjutkan konsep ekonomi
sedekah dan kewirausahaan dalam program KSB2 (kuliah santri
sambil bekerja berkelanjutan) karena hasil terbaik yang telah di
dapatkan.
c. Cita-cita yang setengah jalan terwujud
Cita-cita adalah sebuah harapan seseorang untuk merubah
nasib untuk masa depan. Itu bisa di wujudkan ketika seseorang
mempunyai kemampuan, pengetahuan, dan keahlian yang sesuai
dengan keinginan hatinya. Seperti halnya dalam pondok pesantren
ini, cita-cita dari santri KSB2 (kuliah santri sambil bekerja
berkelanjutan) setengah jalan akan terwujud. Misalnya ada yang
bekerja di perbankan karena setelah lulus dari sini itu tidak usah
mencari kerja kemana-mana Bank Bukopin sudah siap menerima
mereka dan bisa langsung jadi pegawai tetap ataupun di perusahaan
garuda food sudah siap juga menampung mereka jika di bidang
motoris.
Ini sesuai dengan penelitian terdahulu dari Ebah Suaiybah,
dengan judul Pemberdayaan Ekonomi Santri Melalui Penanaman
Jamur Tiram (Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Ma’muroh Desa
Susukan Kecamatan Cipicung Kabupaten Kuningan Jawa Barat).
Hasil penelitiannya adalah bahwa pelaksanaan pemberdayaan
157
Benedictus Ricky Gumawang Jati, “Pengaruh Reward (Penghargaan) Terhadap
Kinerja dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Moderasi”. Skripsi Universitas Lampung,
Lampung, 2017, hal. 95 tidak di publikasikan
116
ekonomi santri di Pondok Pesantren Al-Mamuroh untuk memotivasi
para santri agar tertarik dalam dunia wirausaha mendapat pembinaan
baik dalam bidang keagamaan maupun dalam bidang kewirausahaan.
Respon santri yang mengikuti penanaman jamur tiram, mereka
merasa manfaatnya besar baik dari segi ilmu dan keterampilan yang
diberikan. Di dalam pondok pesantren ini pun sama, respon yang di
tunjukkan dari santri melalui konsep ekonomi sedekah dan
kewirausahaan, merasa manfaatnya besar baik dari segi ilmu dan
keterampilan yang diberikan untuk bekal bekerja di masa depan. 158
Maka dari itu, ketercapaian penerapan konsep ekonomi
sedekah dan kewirausahaan sudah berhasil di jalankan oleh santri
KSB2 (kuliah santri sambil bekerja berkelanjutan) dan kiai yang
mempunyai program tersebut. Sehingga konsep ekonomi sedekah
dan kewirausahaan tersebut dapat di rasakan oleh orang banyak tidak
hanya di Sukabumi tetapi juga di seluruh Indonesia.
158
Ebah Suaiybah, “Pemberdayaan Ekonomi Santri Melalui Penanaman Jamur Tiram
(Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Ma’muroh Desa Susukan Kecamatan Cipicung Kabupaten
Kuningan Jawa Barat)”. Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009,
hal.55, tidak dipublikasikan
117
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah di
sampaikan di atas dapat di simpulkan:
Interaksi sosial kiai dengan santri melalui konsep ekonomi sedekah
dan kewirausahaan yaitu melalui beberapa bentuk yang digolongkan
menjadi dua yaitu proses asosiatif dan proses disosiatif. Dalam proses
asosiatif ada kerjasama, akomodasi, dan asimilasi. Sedangkan proses
disosiatif adalah persaingan, kontravensi dan pertentangan. Dalam
pelaksanannya di lapangan, interaksi sosial yang terjadi antara kiai dengan
santri sudah begitu baik. Dilihat dari kiai yang menganggap santrinya
sebagai anaknya sendiri. Intensitas untuk bertemu dengan kiai pun sangat
mudah.
Bentuk penerapan konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan
adalah kiai sedekah kepada santri itu dengan ilmu dan membebaskan biaya
kuliah dan biaya hidup, dengan syarat harus bekerja di berbagai unit usaha
di pondok pesantren atau perusahaan yang bermitra dengan pondok
pesantren. Pegawainya dalam hal ini santri KSB2 (kuliah santri bekerja
berkelanjutan) tidak di gaji karena penerimaan untuk pondok pesantren,
Hasilnya untuk membiayai lagi, santri memberikan sedekah dengan
tenaga, kiai memberikan ilmu dan setelah lulus santri mengeluarkan zakat
infaq sedekah ke lembaga untuk membiayai adik-adik santrinya lagi. Jadi
dari santri, oleh santri, untuk santri.
Ketercapaian penerapan konsep ekonomi sedekah dan
kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi adalah
produktivitas santri dan kemampuan mereka bersedekah setelah bekerja,
sudah terbukti dengan adanya piagam penghargaan dalam hal pengentasan
kemiskinan, dan cita-cita yang setengah jalan terwujud. Misalnya ada yang
118
bekerja di perbankan, karena setelah lulus dari pondok pesantren itu tidak
usah mencari kerja kemana-mana bank bukopin sudah siap menerima
mereka dan bisa langsung jadi pegawai tetap ataupun di perusahaan garuda
food sudah siap juga menampung mereka jika di bidang motoris. Lalu ada
juga yang berharap bisa jadi manajer marketing yang profesional, bisa
mengisi seminar karena kita mendapatkan ilmu seperti motivator, kalau
dari designer punya percetakan.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dipaparkan sebelumnya
bahwa interaksi sosial kiai dengan santri melalui konsep ekonomi sedekah
dan kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi.
Penelitian ini dapat diimplikasikan dalam beberapa hal sebagai berikut:
1. Bagi Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi, interaksi kiai
dengan santri sudah berjalan dengan baik apalagi di adakannya
program KSB2 (kuliah santri sambil bekerja berkelanjutan) semakin
jelas arahannya dan hasil yang di dapatkan pun sesuai dengan
prosesnya. Pondok Pesantren dapat terkontrol dengan baik maka
dengan menghasilkan banyak lulusan yang mempunyai pengetahuan,
kemampuan yang mumpuni dan bisa membuka lowongan pekerjaan
untuk membantu orang banyak
2. Bagi Wirausaha, konsep ekonomi sedekah yang di dalamnya
terdapat interaksi sosial dapat diterapkan bagi dunia kewirausahaan
untuk bisa membantu orang-orang yang sedang membutuhkan
pekerjaan dan membantu kemampuan seseorang dalam berhubungan
dengan orang lain.
3. Bagi warga sekitar, dengan adanya konsep ekonomi sedekah dan
kewirausahaan yang di tujukkan untuk mahasantri yang tidak
mampu dapat membantu perekonomian dan membebaskan calon
119
mahasiswa untuk mondok di Pondok Pesantren ini dan
membebaskan biaya kuliah.
C. Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian tersebut, maka penulis sampaikan
saran sebagai berikut:
1. Bagi Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi, mengenai interaksi
sosial kiai dengan santri sudah baik, tetap menjaga sebagaimana yang
sudah berjalan dan tetap solidaritas antara kiai dengan santri untuk
selalu mengingatkan bahwa bersedekah itu wajib dan banyak
pahalanya
2. Bagi Pondok Pesantren lain, bisa di contoh dalam hal interaksi sosial
kiai dengan santri dengan adanya konsep yang bisa mendekatkan kiai
dengan santri- santrinya.
3. Bagi wirausaha, jika berkenan bisa bermitra dengan unit-unit usaha
yang berada di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath untuk menambah
relasi dan menjajakkan barang dagangannya oleh santri KSB (kuliah
santri sambil bekerja berkelanjutan).
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. Fiqh
Ibadah,Terj. Dari Al-Wasith Fil Fiqh Ibadah oleh Kamran As’at
Irsyady dan Ahsan Taqwim. Jakarta: Amzah, 2010.
Abdulsyani. Sosiologi Skematika, Teori, Terapan. Jakarta: PT Bumi Aksara,
2012.
Alam. Mandiri Ekonomi. Jakarta: Erlangga, 2013.
Ali, Herni dan Hamam Faizin. Teologi Entrepreneurship. Ciputat: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
A. Malik dkk. Modernisasi Pesantren. Jakarta: Departemen Agama RI, 2007.
Anwar, Yesmil dan Adang, Sosiologi untuk Universitas. Bandung: PT Refika
Aditama, 2013
Arif, Masykur. Sedekah itu Ajib. Jogjakarta: Diva Press, 2014
Departemen Agama RI, Al-Qur’an
Elbadiansyah, Umiarso. Interaksionisme simbolik. Jakarta: Rajawali Pers, 2014
El-Hamdy, Ubaidurrahim. Sedekah Bikin Kaya dan Berkah. Jakarta:Wahyu
Qolbu, 2015.
Emzir. Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta:Rajawali Pers,
2010
Fatchurochman, Nanang. Pendidikan Madrasah Berbasis Entrepreneurship,.
Depok: Lendean hati pusaka, 2012
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi
Aksara, 2013
Hamid, Abdulloh. Pendidikan Karakter Berbasis Pesantren. Surabaya: Imtiyaz.
2017.
Hasan, Hamid. Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Bumi Aksara, 2007
Jauhari, Imam B. Teori Sosial. Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2011.
Meinarno, Eko A. Dkk. Manusia dalam Kebudayaan dan Masyarakat. Jakarta:
Salemba Humanika, 2011.
Nawawi, emzirHadari. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 2015
Nizar,Samsul. Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di
Nusantara. Jakarta: Prenada Media Grup, 2013
Nurdin, Amin dan Ahmad Abrori, Mengerti Sosiologi. Jakarta: UIN Jakarta
PRESS, 2006
Prastowo. Memahami Metode-metode Penelitian. Yogjakarta: Ar-ruzz media,
]2006.
Sapriya, Susilawati, dan Sadjarudin Nurdin. Konsep Dasar IPS. Bandung: UPI
Press, 2008
Sarosa,Samiaji. Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar. Jakarta: PT Indeks, 2012
Setiadi, Elly M. dan Usman Kolip. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana
Prenadamedia group, 2011.
Simanjuntak, Bungaran Antonius dan Soedjito Sosrodiharjo. Metode Penelitian
Sosial. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2009.
Soerjono Sukanto. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers, 2015
Sugiarto, Eko. Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif Skripsi dan Tesis,
Yogyakarta: Suaka Media, 2015.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung,
Alfabeta, 2009
Supardan, Dadang. Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009.
Suprapto, Tommy. Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi, Jakarta: PT.
Buku Kita, 2009
Walgito, Bimo. Teori-teori Psikologi Sosial. Yogyakarta: CV Andi Offset, 2011.
Skripsi:
Anwar, M.Khairul. ” Hubungan Antara Konsep Diri dengan Interaksi Sosial
pada Perawat di Rumah Sakit Islam Surakarta, “ Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta
As’ari, Achmad Hasyim. Peran Pondok Pesantren dalam Peningkatan
Kesejahteraan Masyarakat.“ Skripsi. IAIN Syekh Nurjati Cirebon, 2015.
tidak di publikasikan.
Gumawang Jati, Benedictus Ricky. “Pengaruh Reward (Penghargaan)
Terhadap Kinerja dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel
Moderasi”. Skripsi Universitas Lampung, Lampung, 2017, hal. 95 tidak di
publikasikan
Mirza, Fandi Fuad. “Pengaruh Perilaku Sedekah Terhadap Perkembangan
Usaha”. Skripsi. Institut Agama Islam Negeri Walisongo, Semarang,
2013, hal.92, tidak dipublikasikan.
Nugroho, Baskoro Adi. “Hubungan Sosial Kiyai dan Santri Mukim dan Santri
Kalong di Pondok Pesantren Al-Muthi’in Maguwo Banguntapan Bantul
Yogyakarta.” Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta, Yogyakarta, 2010. tidak di publikasikan
Sofiyana, Roudlotul Jannah. “Pola Interaksi Sosial Masyarakat dengan Waria di
Pondok Pesantren Khusus Al-Fatah Senin Kamis.” Skripsi Universitas
Negeri Semarang, 2013, hal.68, tidak dipublikasikan
Suaiybah, Ebah. “Pemberdayaan Ekonomi Santri Melalui Penanaman Jamur
Tiram (Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Ma’muroh Desa Susukan
Kecamatan Cipicung Kabupaten Kuningan Jawa Barat)”. Skripsi
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta, 2009.
tidak di publikasikan
Yuniarni, Eka. “Interaksi Sosial Santri Pondok Pesantren Al Barokah dengan
Masyarakat Muhammadiyah di Karangwaru Yogyakarta”. Skripsi UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta, 2016, tidak dipublikasikan.
Jurnal:
Leonita Siwiyanti, Building The Character Of Entrepreneurship For Pre- School
Students Through Science, (Sukabumi:The Progressive and Fun Education
Seminar, 2016)
Marlina, Potensi Pesantren dalam Pengembangan Ekonomi Syariah, Jurnal
Hukum Islam Volume 12, No. 1, STAIN Pekalongan, 2014
Sanusi, Uci. Pendidikan Kemandirian di Pondok Pesantren, Jurnal Pendidikan
Agama Islam Ta’lim Vol.10 No.2, Universitas Pendidikan Indonesia,
2012
Rusmini, Peran Pesantren dalam Pengembangan Ekonomi Islam, (Sekolah
Tinggi Ilmu Syariah Miftahul Ulum, 2017
Internet:
Budiwiyono, Entrepreneurship, 2017, (http://budiwiyono.com)
Nawawi, Moh. Raffasya Shidqi, Profil Kelurahan Gunung Puyuh, 2017 (ku-
sukabumi-gunung-puyuh.blogspot.co.id)
Lain-Lain:
Profil Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi
Hasil wawancara dengan Nisa, pra penelitian pada 4 Maret 2017
Hasil wawancara dengan Ina, pra penelitian pada 4 Maret 2017
Hasil wawancara dengan Kiai, Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath, Sukabumi, 25
September 2017
Hasil wawancara dengan Rosyid, santri Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath,
Sukabumi, 25 September 2017
Hasil wawancara dengan Masruroh, Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath, Sukabumi,
23 September 2017
Hasil wawancara dengan Tita, Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath, Sukabumi, 24
September 2017
Hasil wawancara dengan Ikbal, Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath, Sukabumi, 23
September 2017
Hasil wawancara dengan Khomsah, Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath, Sukabumi,
23 September 2017
Hasil wawancara dengan Ressa dan Alfi, Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath,
Sukabumi, 23 September 2017
Hasil wawancara dengan Yesi dan Livia, Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath,
Sukabumi, 23 September 2017
Hasil wawancara dengan Ani, Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath, Sukabumi, 24
September 2017
Hasil wawancara dengan Maryam, Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath, Sukabumi,
24 September 2017
Hasil wawancara dengan Aisyah, Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath, Sukabumi, 24
September 2017
Lampiran 1
LEMBAR OBSERVASI
A. Identitas Subyek
1. Hari/tanggal observasi:
2. Waktu:
B. Sasaran
Interaksi Kiai dengan Santri melalui konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di
Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi
C. Pokok-pokok yang di amati
No
Hal yang di amati
Indikator
Keterangan Kondusif Tidak
Kondusif
1. Keadaan pondok pesantren
(tempat santri dalam
mengaplikasikan konsep
ekonomi sedekah dan
kewirausahaan)
No
Hal yang di amati
Indikator
Keterangan Baik Tidak Baik
2. Interaksi Kiai dengan santri
KSB2 (kuliah santri sambil
bekerja berkelanjutan)
No
Hal yang di amati
Indikator
Keterangan Maksimal Belum
Maksimal
3. Bentuk penerapan konsep
ekonomi sedekah dan
kewirausahaan di Pondok
Pesantren Dzikir Al-Fath
Sukabumi
4. Ketercapaian penerapan
konsep ekonomi sedekah dan
kewirausahaan di Pondok
Pesantren Dzikir Al-Fath
Sukabumi
Lampiran 2
HASIL OBSERVASI
A. Identitas Subyek
1. Hari/tanggal observasi: Sabtu, 24 September 2017
2. Waktu: 14.00
B. Sasaran
Interaksi Kiai dengan Santri melalui konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di
Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi
C. Pokok-pokok yang di amati
No
Hal yang di amati
Indikator
Keterangan Kondusif Tidak
Kondusif
1. Keadaan pondok
pesantren (tempat santri
dalam mengaplikasikan
konsep ekonomi
sedekah dan
kewirausahaan)
√
Karena tempat dan fasilitas sudah
cukup tersedia yang dibutuhkan oleh
santri KSB2 (Kuliah santri sambil
bekerja berkelanjutan) untuk bekerja
di unit-unit usaha yang ada di
Pondok Pesantren Dzikir Al-fath
Sukabumi dalam mencapai target
yang sesuai tinggal santri saja yang
harus terus semangat.
No
Hal yang di amati
Indikator
Keterangan Baik Tidak Baik
2. Interaksi Kiai dengan santri
KSB2 (kuliah santri sambil
bekerja berkelanjutan)
√
Sudah terlihat dengan adanya
kerjasama antara kiai dengan
santri melalui konsep ekonomi
sedekah dan kewirausahaan,
selain itu bebas bercerita dan
bertanya dengan kiai mengenai
apapun dan kiai sangat senang
jika santrinya mendekatinya.
Kiai sangat terbuka dengan siapa
pun, walaupun kiai sedang santai
di depan rumahnya pun bisa
langsung di temui, Padahal kiai
di pondok pesantren ini sangat
sibuk di luar pondok pesantren
dan termasuk orang yang
berpengaruh di kota Sukabumi.
No
Hal yang di amati
Indikator
Keterangan Maksimal Belum
Maksimal
3. Bentuk penerapan konsep
ekonomi sedekah dan
kewirausahaan di Pondok
Pesantren Dzikir Al-Fath
Sukabumi
√
Sudah banyak mengerti santri
KSB2 (Kuliah santri sambil
bekerja berkelanjutan) cara
kerja berbagai cara unit usaha
yang ada di pondok pesantren
ini karena di tuntut bekerja
professional di dalam
bidangnya masing-masing.
4. Ketercapaian penerapan
konsep ekonomi sedekah dan
kewirausahaan di Pondok
Pesantren Dzikir Al-Fath
Sukabumi
√
sudah sesuai dengan tujuan
dan harapan kiai dengan
santri, agar bisa membantu
orang tidak mampu untuk
kuliah dan merasakan bekerja
di unit usaha yang ada di
pondok pesantren ini untuk
bekal di masa depan dan
menjadikan pengalaman yang
sangat berharga
Lampiran 3
PEDOMAN WAWANCARA DENGAN KIAI
Hari/tanggal:
Interview:
Jabatan:
Waktu:
Tempat:
Pokok pembicaraan
1. Apa yang melatarbelakangi Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi
menggunakan konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan?
…………………………………………………………………………………………
2. Makna sebenarnya ekonomi sedekah itu dan kewirausahaan itu apa?
…………………………………………………………………………………………
3. Tujuan apa yang diharapkan Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi ini dalam
konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan?
…………………………………………………………………………………………
4. Bentuk aplikasi konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren
Dzikir Al-Fath Sukabumi ini seperti apa?
…………………………………………………………………………………………
5. Dengan pihak-pihak mana saja pondok pesantren ini melakukan kerja sama? Dalam
bidang apa saja kerja sama itu dilakukan?
………………………………………………………………………………………
6. Bagaimana cara kiai untuk mengelola konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan
di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi?
…………………………………………………………………………………………
6. Dengan cara apa biasanya kiai mengetahui perkembangan konsep ekonomi sedekah
dan kewirausahaan di pondok pesantren ini?
…………………………………………………………………………………………
7. Dalam menggunakan konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok
Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi ini, apakah hasil yang di dapat sudah optimal
yang diharapkan oleh kiai?
…………………………………………………………………………………………
8. Bentuk-bentuk kerjasama yang seperti apa yang sering dilakukan oleh kiai dengan
santri KSB2 ?
………………………………………………………………………………………
9. Ada berapa macam job training yang ada di dalam konsep ekonomi sedekah dan
kewirausahaan untuk santri KSB2?
…………………………………………………………………………………………
10. Jika di dalam salah satu bidang usaha ada masalah, bagaimana kiai untuk
menyelesaikannya?
…………………………………………………………………………………………
11. Apakah kiai sangat toleransi terhadap santri KSB2 jika ada salah satu manager atau
anggota menceritakan kesulitan atau hambatan bidang usaha yang mereka hadapi?
…………………………………………………………………………………………
12. Apakah di dalam konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren
Dzikir Al-Fath Sukabumi ini sering terjadi konflik? Bagaimana cara
penyelesaiannya?
…………………………………………………………………………………………
13. Kendala apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan konsep ekonomi sedekah dan
kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi ini?
…………………………………………………………………………………………
14. Sudah berapa banyak lulusan dari Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi?
……………………………………………………………………………………
15. Adakah prestasi-prestasi yang diraih oleh santri KSB2 di Pondok Pesantren Dzikir
Al-Fath Sukabumi?
………………………………………………………………………………………...
PEDOMAN WAWANCARA SANTRI KSB2
Hari/tanggal:
Interview:
Angkatan:
Jabatan:
Bidang Usaha:
Waktu:
Tempat:
Pokok pembicaraan
1. Sejak kapan anda berada Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi?
……………………………………………………………………………………………
2. Mengapa anda bisa berada di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi ini?
……………………………………………………………………………………………
3. Bagaimana hubungan interaksi sosial anda dengan kiai?
……………………………………………………………………………………………
4. Bagaimana hubungan interaksi sosial anda dengan santri ksb lain? Adakah simbol-
simbol yang digunakan sebagai ciri khas dalam interaksi?
……………………………………………………………………………………………
5. Apa yang anda ketahui mengenai konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di
Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi ini?
……………………………………………………………………………………………
6. Seperti apakah bentuk penerapan konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di
Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi ini?
……………………………………………………………………………………………
7. Bagaimana menurut anda cara kiai mengelola konsep ekonomi sedekah dan
kewirausahaan yang diterapkan Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi ini?
……………………………………………………………………………………………
8. Menurut anda apakah sudah optimal untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam
penerapan konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-
Fath Sukabumi ini?
……………………………………………………………………………………………..
8. Dalam menjalankan salah satu bidang usaha apakah ada hambatan? Mencari solusinya
bagaimana?
……………………………………………………………………………………………
9. Bentuk kerjasama yang sering dilakukan oleh santri dengan santri ksb2 melalui konsep
ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi ini
seperti apa?
……………………………………………………………………………………………
10. Bagaimana cara menyelesikan masalah jika ada permasalahan santri dengan santri
lainnya melalui konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren
Dzikir Al-Fath Sukabumi ini?
…………………………………………………………………………………………….
11. Bagaimana cara santri menghadapi persaingan dengan santri yang lain melalui konsep
ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi
ini?
……………………………………………………………………………………………
12. Konflik yang sering terjadi dalam salah satu bidang usaha antara santri dengan santri
biasanya soal apa?
……………………………………………………………………………………………
13. Jika di dalam memutuskan sebuah pendapat, apakah banyak perbedaan pendapat antara
santri dengan santri melalui konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok
Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi ini?
…………………………………………………………………………………………….
14. Setelah mengikuti konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren
Dzikir Al-Fath Sukabumi, apakah anda menjadi lebih mengerti bagaimana maksud
pengajaran ini?
…………………………………………………………………………………………….
15. Apakah di dalam mengikuti konsep ini, tersalurkah hobi anda atau anda mengharap
mempunyai profesi seperti yang dilakukan sekarang ini, apa bagaimana?
……………………………………………………………………………………………..
16. Apakah sebulan sekali selalu diadakan evaluasi dalam bidang usaha?
…………………………………………………………………………………………..
Lampiran 4
HASIL WAWANCARA DENGAN KIAI
Hari/tanggal : Selasa, 26 September 2017
Interview : KH.DR. Fajar Laksana, SE. MM
Jabatan : Pimpinan Pondok
Pokok pembicaraan
1. Apa yang melatarbelakangi Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi
menggunakan konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan? Konsep ekonomi
sedekah itu adalah konsep ekonomi yang diajarkan dari Al-Qur’an bukan dilihat
dari sisi penerimaan tapi dari sisi pengeluaran dalam surat Al-Baqarah soal infaq
dari usaha yang baik-baik. Pengeluaran itu dengan kata lain zakat, infak, sedekah.
2. Makna sebenarnya ekonomi sedekah itu dan kewirausahaan itu apa? Sedekah itu
menyuburkan, pendekatannya dari pengeluaran. Pendekatan dari ekonomi sedekah
itu bermula dari kegiatan tuk melaksanakan program sehingga bisa disebut ekonomi
produktif.dari segi penerimaan berarti menyimpan uang, sedangkan ini dari segi
pengeluaran berarti uang tidak boleh di simpan terlalu lama harus dikeluarkan
terusnya makanya dari ekonomi sedekah bukan dari penerimaan dan pengeluaran
tapi pengeluaran melipatkan penerimaan. Makanya prinsip ekonomi sedekah itu
adalah mengeluarkan uang sebanyak mungkin akan menghasilkan penerimaan yang
berlipat ganda. Karena itulah di pondok ini menggunakan program Ksb2 (kuliah
santri sambil bekerja berkelanjutan). Ksb2 itu beasiswa yang diberikan kepada
santri yang tidak mampu berapapun banyaknya tidak jadi masalah karena
pendekatannya bukan mencari uang dari santri tapi ingin membelanjakan
melainkan ingin melakukan kegiatan untuk mendidik santri dengan pendekatan
pengeluaran maka tidak memperhatikan sisi penerimaan melainkan sisi berapa
banyak karya yang bisa kita lakukan. Tapi bukan kita juga tidak bisa menerima
penerimaan ternyata beasiswa yang kita lakukan itu sambil bekerja setelah lulus
mereka diwajibkan dan emang ada kesepakatan untuk memberikan ke lembaga
2,5% dari gajinya untuk adik-adik santrinya yang baru. Pendekatan kita
mengeluarkan biaya untuk membiayai para santri tapi santrinya diarahkan tuk
bekerja sehingga hasil yang bekerja menghasilkan penerimaan. Dan penerimaan itu
ternyata bisa menutup biaya yang kita keluarkan sehingga ada kesamaan atau
equivalent antara biaya yang kita keluarkan untuk para santri berapun banyaknya
karena kita bekerja di lembaga usaha kita
3. Tujuan apa yang diharapkan Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi ini dalam
konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan? Yang pertama tujuannya
mengamalkan AL-Quran ada yang halal riba yang halal dagang tapi ada yang lebih
tinggi dibandingkan dagang yaitu sedekah. Bagaimana cara kita mengamalkan Al-
Quran, tidak hanya membaca dan mengetahuinya saja. Tujuan kedua ekonomi
sedekah akan menyuburkan bukan memiskinkan maka teori ekonomi sedekah sangat
berjauh berbeda dengan ekonomi kapitalis lebih kepada pendapatan penerimaan
ataupun ekonomi sosialis lebih kepada pemerataan sama rata sama rasa, tidak
membedakan mana yang orang kerja keras, yang tidak kerja keras karena semuanya
milik negara maka tidak terjadi yang namanya kompetisi yang baik dan keperluan
pribadi itu bertentangan dengan konsep Al-Qur’an. Konsep islam itu adalah
ekonomi sedekah.
4. Bentuk aplikasi konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren
Dzikir Al-Fath Sukabumi ini seperti apa?Kita sedekah kepada santri itu gratis total
tidak bayar sampai kuliah S1 tapi mereka pun ikut bekerja di perusahaan kita lalu
mendapatkan penghasilan lalu gajinya itu buat penerimaan pesantren dengan
membuka unit-unit usaha, pegawainya tidak di gaji karena penerimaan untuk
lembaga, kemudian santri tidak membayar karena mereka bekerja ke kita.hasilnya
untuk membiayai lagi, santri memberikan sedekah tenaga kita memberikan ilmu dan
setelah lulus santri mengeluarkan zakat infaq sedekah.
5. Dengan pihak-pihak mana saja pondok pesantren ini melakukan kerja sama?
Kerjasama dua kelinci, teh sosro, garuda food yang berjalan. Sistemnya kita
pelajari kalau mereka berdagang kalau kita bersedekah
6. Bagaimana cara kiai untuk mengelola konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan
di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi? Dengan sistem manajemen ya
seperti biasa, perbedaannya tidak ada gaji untuk dibayar ke orang jadi mereka
bekerja bersedekah dengan tenaga, bapak bersedekah dengan bebas biaya kuliah.
Bapak bukan tidak memberikan gaji bapak memberikan mereka makan, pendidikan,
kehidupan sehari-hari mereka dijamin oleh kita sehingga sistemnya seperti anak
dengan orang tua. Anak yang bekerja dengan orang tua tidak ada diberikan gaji.
7. Dengan cara apa biasanya kiai mengetahui perkembangan konsep ekonomi sedekah
dan kewirausahaan di pondok pesantren ini?Kita melakukan ini baru 5 tahun, itu
baru satu angkatan dari lulusan aja Rp 20.000.000/ bulan kalau 5 angkatan kalau
lulus bisa Rp 100.000.000 kalau begitu kita tidak perlu lagi membayar biaya kuliah
8. Dalam menggunakan konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok
Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi ini, apakah hasil yang di dapat sudah optimal
yang diharapkan oleh kiai? Indikator tidak hanya teori dan sudah mencetak sarjana
kurang lbih 60 orang sarjana kemudian mereka sudah mengeluarkan zakat infaq
sedekah. Dan ini sudah berhasil dan sudah dibuktikan dengan beberapa tahun. Dari
tahun 2012 ekonomi sedekah di mulainya
9. Bentuk-bentuk kerjasama yang seperti apa yang sering dilakukan oleh kiai dengan
santri KSB2? dengan memberikan job training ketika lulus si santri harus
menyumbangkan 2,5% gajinya untuk para santri yang baru, menitipkan unit-unit
usaha dengan bekerja secara profesional,
10. Ada berapa macam job training yang ada di dalam konsep ekonomi sedekah dan
kewirausahaan untuk santri KSB2? Dari sektor lembaga jasa (pendidikan: mentor,
pengobatan tradisional, perbankan), dari lembaga perdagangan (distributor, mini
market, grosir,sales motoris, koperasi al zumar. Kita melakukan pengobatan
tradisional itu gratis tapi si pasien di sadarkan untuk bersedekah jadi bapak yang
pimpin sendiri tuk pengobatan tradisional memberikan sedekah dari sisi terapi
pengobatan dan pasien pun bukan bayar sedekah kepada lembaga yang memiliki 8
asnaf. Ekonomi sedekah itu tidak ada jual beli dan tidak mencari keuntungan.
Akadnya kepada Allah, bapak mengikhlaskan tuk memberikan terapi pengobatan
ikhlas karena Allah dengan memberikan obat-obat herbal dan Allah yang
memberikan ganjaran. Si pasien jika ingin sembuh harus bersedekah niatnya ibadah
Allah kepada amilin.
11. Jika di dalam salah satu bidang usaha ada masalah, bagaimana kiai untuk
menyelesaikannya? Biasanya manajer yang memberi tahu jika ada masalah atau
juga santri yang bekerja di luar yang tidak sesuai dengan kriteria kerjasama dengan
kita
12. Apakah kiai sangat toleransi terhadap santri KSB2 jika ada salah satu manager atau
anggota menceritakan kesulitan atau hambatan bidang usaha yang mereka hadapi?
Sangat toleransi, santri saya anggap seperti anak saya sendiri. orang tua tidak akan
meminta ganti karena si anak tidak akan bisa mengganti apa yang diberikan orang
tuanya.
13. Apakah di dalam konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren
Dzikir Al-Fath Sukabumi ini sering terjadi konflik? Bagaimana cara
penyelesaiannya? Kalau konflik secara bidang usaha alhamdulillah tidak ada
karena mereka sudah dewasa, mereka lebih sering memberi masukan atau pendapat
mengenai masalah yang ada di suatu unit usaha
14. Kendala apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan konsep ekonomi sedekah dan
kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi ini? Kendala
biasanya dari luar, santri yang bekerja yang mengeluh tidak sesuai dengan
kesepakatan awal seperti di counter hp. Ada juga beberapa yang tutup unit usaha.
Namun tidak membuat saya kecewa melainkan saya membuka jalur lain untuk
membuka unit usaha yang lain
15. Sudah berapa banyak lulusan dari Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi? Ada
60
16. Adakah prestasi-prestasi yang diraih oleh santri KSB2 di Pondok Pesantren Dzikir
Al-Fath Sukabumi? Prestasinya juara ke 3 kelompok masyarakat, juara terbaik di
jawa barat dalam program kewirausahaan dan program kemiskinan.
HASIL WAWANCARA DENGAN SANTRI KSB2
(Kuliah Santri Sambil Bekerja Berkelanjutan)
a. Wawancara dengan Marketing SMP Islam Tahfidz Al-Qur’an Al-Fath
Hari/ Tanggal : Sabtu, 23 September 2017
Interview : Ikbal Maulana
Bidang Usaha : Jasa (Lembaga Pendidikan)
Pokok pembicaraan
1. Sejak kapan anda berada Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi? Sudah dari 2013,
sudah empat tahun berarti di hitung dari sekarang
2. Mengapa anda bisa berada di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi ini?Tahu
pondok pesantren ini dari saudara tapi berjauhan rumahnya menginformasikan bahwa
kalau ada pondok pesantren kuliah sambil jadi santri sambil juga ada job training.
3. Bagaimana hubungan interaksi sosial anda dengan kiai?Alhamdulillah pak kiai cukup
dekat dengan pak kiai dan menganggap kita sebagai anaknya sendiri , interaksi juga
gampang dan kalau ada apa-apa tinggal kita konsultasi aja. Khususnya saya sangat
mudah sekali interaksinya.
4. Bagaimana hubungan interaksi sosial anda dengan santri ksb lain? Adakah simbol-
simbol yang digunakan sebagai ciri khas dalam interaksi?Alhamdulillah santri yang lain
juga kita dekat mungkin kita terpisah oleh job training misalkan karena tempatnya jauh
tapi kita disatukan kumpul di mesjid pada saat pengajian, pelatihan dan kegiatan
seminar. Biasanya interaksi hari sabtu minggu karena pada pulang jadi terjadi
interaksi lagi seperti biasa
5. Apa yang anda ketahui mengenai konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di
Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi ini?Ini kan program beasiswa dari pondok
pesantren agar mengetahui gimana kewirausahaan itu dan semuanya . hasil dari
konsep ini kembali ke lembaga, dari lembaga kembali lagi ke santri untuk makan,
tempat tinggal, jika santri tidak punya ongkos itu dikasih juga dari sana dan istilahnya
dari santri oleh santri untuk santri. Lembaga pun berputar santri mengerjakan job
training keuntungannya ke lembaga di kembalikan lagi ke santri.
6. Seperti apakah bentuk penerapan konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di
Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi ini?ini kan kuliah santri sambil bekerja, di
kuliahkan gratis oleh pondok, kuliahnya gratis tempat tinggal gratis, makan, uang jajan
pun dikasih lalu kita terkena pelatihan (job training) kita harus mengelola perusahaan
dan itu wajib. Tujuan agar kita mengetahui bagaimana kewirausahaan itu tapi kerjanya
itu secara profesional. Banyak macamnya ada yang kerja di bank, di marketing,
distributor. Untuk pelatihan kerja kita saja, mendapatkan wawasan, menambah relasi.
Contohnya garuda food yang di cibadak, bekerjasama dengan bukopin, dan dengan
distributor-distributor yang lainnya.
7. Bagaimana menurut anda cara kiai mengelola konsep ekonomi sedekah dan
kewirausahaan yang diterapkan Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi
ini?Mungkin karena beliau pakar manajemen kadang top down kadang juga bottom up
artinya beliau memberikan arahan sama santri dilaksanakan, terkadang juga dari
santri kita usulkan kepada beliau kalau beliau menyetujui bisa dilaksanakan juga.
8. Menurut anda apakah sudah optimal untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam
penerapan konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-
Fath Sukabumi ini?Kalau hasil lulusan alhamdulillah ya banyak sekali manfaatnya bagi
santri-santri selain mendapat pengalaman bekerja,mendapat pengetahuan tentang
perusahaan dia juga membantu tuk membuat jaringan pekerjaan yang baru misalkan
ada yang kerja di perbankan karena setelah lulus dari sini tuh tidak usah mencari kerja
kemana-mana bank bukopin sudah siap menerima mereka dan bisa langsung jadi
pegawai tetap ataupun di perusahaan garuda food sudah siap juga menampung mereka
9. Dalam menjalankan salah satu bidang usaha apakah ada hambatan? Mencari solusinya
bagaimana?Jika kemampuan seorang santri tidak mampu melakukan job training itu
bisa dipindahkan dan solusinya nanti ada manajer yang mencari siapa yang lagi
menganggur dan biasanya langsung ditanyakan kepada kiai santri tersebut dipindahkan
kemana lagi
10. Bentuk kerjasama yang sering dilakukan oleh santri dengan santri ksb2 melalui konsep
ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi ini
seperti apa?Untuk kemajuan yayasan ya yang pasti, tapi sesuai job trainingnya misal
jika di pendidikan bagaimana caranya banyak siswa dan misal di motoris bagaimana
cara menarik pelanggan untuk bisa membeli barang dari kita lalu menghasilkan banyak
lingkungan. Kadang nih kantin di suply oleh kanvas motor, klo ada yang mau
menabung bisa di swamitra
11. Bagaimana cara menyelesikan masalah jika ada permasalahan santri dengan santri
lainnya melalui konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren
Dzikir Al-Fath Sukabumi ini?Misal dari sikap tergantung dari manajernya ya cara
penyelesaian masalahnya biasanya ada pendekatan personal ditanya dulu kenapa
masalahnya baru setelah itu ada solusi, kalau tidak pakai musyawarah aja gimana
baiknya.
12. Bagaimana cara santri menghadapi persaingan dengan santri yang lain melalui konsep
ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi
ini?Kalau kompetisi itu pasti kita kan punnya beban nih, kalau persaingan secara
positif mah pasti udah ada misal jika barang kita belum laku gimana caranya biar laku
agar target tercapai.
13. Konflik yang sering terjadi dalam salah satu bidang usaha antara santri dengan santri
biasanya soal apa?Jarang terlihat karena kita sudah dewasa, kalau ada konflik biasanya
kita cerita ke manajer kalau masih engga bisa ke kepala boarding baru ke kiai.
14. Jika di dalam memutuskan sebuah pendapat, apakah banyak perbedaan pendapat antara
santri dengan santri melalui konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok
Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi ini?Kita saling menghargai, selalu di adakan
sharing ataupun pelatihan
15. Setelah mengikuti konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren
Dzikir Al-Fath Sukabumi, apakah anda menjadi lebih mengerti bagaimana maksud
pengajaran ini?Lebih mengerti insya Allah
16. Apakah di dalam mengikuti konsep ini, tersalurkah hobi anda atau anda mengharap
mempunyai profesi seperti yang dilakukan sekarang ini, apa bagaimana?Sesuai hobi
berharap bisa jadi manajer marketing yang professional bisa ngisi seminar , kalau dari
designer punya percetakan gitu
17. Apakah sebulan sekali selalu diadakan evaluasi dalam bidang usaha?Seminggu sekali
hari sabtu biasanya di masjid
b. Wawancara dengan Manajer Bidang Motoris
Hari/ Tanggal : Minggu, 24 September 2017
Interview : Abdul Rosyid
Bidang Usaha : Manajer Bidang Motoris
Pokok Pembicaraan
1. Sejak kapan anda berada Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi?Sudah dari 2014,
angkatan 6 udah hampir 3,5 tahun di sini
2. Mengapa anda bisa berada di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi ini?Tahu
pondok ini dari teman pas ada pelatihan pekerja lalu ngajakin bahwa di sukabumi ada
kuliah, biaya gratis lalu saya survei ke sini
3. Bagaimana hubungan interaksi sosial anda dengan kiai? Alhamdulillah pak kiai cukup
baik dengan saya selaku santrinya
4. Bagaimana hubungan interaksi sosial anda dengan santri ksb lain? Adakah simbol-
simbol yang digunakan sebagai ciri khas dalam interaksi? Alhamdulillah santri yang
lain juga kita dekat mungkin kita terpisah oleh job training misalkan karena tempatnya
jauh tapi kita disatukan kumpul di mesjid pada saat pengajian, pelatihan dan kegiatan
seminar. Biasanya interaksi hari sabtu minggu karena pada pulang jadi terjadi
interaksi lagi seperti biasa
5. Apa yang anda ketahui mengenai konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di
Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi ini? Sedekah itu jihad bisa dari harta tapi
bisa juga dengan tenaga seperti yang kita lakukan karena jangan sampai berpikiran
bukan tuk pribadi melainkan tuk membantu pesantren tuk membantu agama Allah.
Maka dari itu kita komitmen semuanya di sini harus bisa bersedekah dengan tenaga
seperti kita dagang karena kita ada perputaran uang untuk bisa membantu lembaga
6. Seperti apakah bentuk penerapan konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di
Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi ini? Kalau saya langsung di bagian motoris
dari perusahaan lain, kalau yang junior bisa langsung di didik oleh seniornya. Kalau
sekarang ada programnya namanya out sourching jadi bekerja di luar pondok misal di
garuda food . motoris yang mengantarkan dagangan otomatis si pedagang tidak usah
repot-repot.
7. Bagaimana menurut anda cara kiai mengelola konsep ekonomi sedekah dan
kewirausahaan yang diterapkan Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi ini?
Caranya kita menggunakan catatan keuangan berapa pendapatannya, berapa laba
yang kita dapatkan lalu kita setorkan kepada lembaga dan sebagian untuk kebutuhan
motoris
8. Menurut anda apakah sudah optimal untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam
penerapan konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-
Fath Sukabumi ini? Optimal , tergantung semangat santrinya adanya juga bekerja tuk
orang lain dan kalau buat sistemnya sudah bagus kita harus mementingkan orang lain
bukan diri sendiri.
9. Dalam menjalankan salah satu bidang usaha apakah ada hambatan? Mencari solusinya
bagaimana? Paling hambatannya cari jalur survei sendiri misal ke daerah yang
berbeda setiap harinya, lalu kalau setiap hari ini daerah sukanya pilus kita harus kasih
itu juga. Lalu kita belum bisa profesional dalam satu minggu itu karena ada acara di
pondok. Dan solusinya harus sering banyak bertanya kepada senior agar kita tidak rugi
untuk mengambil barang dagangan tersebut
10. Bentuk kerjasama yang sering dilakukan oleh santri dengan santri ksb2 melalui konsep
ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi ini
seperti apa? untuk membuat pendapatan dan laba sebanyak-banyaknya tapi yangs
sekarang dilakukan istiqamah terlebih dahulu. Seorang manajer yang bekerja keras
anggota gimana dari 7 motoris untuk dapat target sebanyak-banyaknya
11. Bagaimana cara menyelesikan masalah jika ada permasalahan santri dengan santri
lainnya melalui konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren
Dzikir Al-Fath Sukabumi ini? Saya lewat pendekatan pribadi biasanya saya sambil
makan sambil mengobrol.
12. Bagaimana cara santri menghadapi persaingan dengan santri yang lain melalui konsep
ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi
ini? Bagus sih untuk menambah target
13. Konflik yang sering terjadi dalam salah satu bidang usaha antara santri dengan santri
biasanya soal apa? Alhamdulillah tidak ada
14. Jika di dalam memutuskan sebuah pendapat, apakah banyak perbedaan pendapat antara
santri dengan santri melalui konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok
Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi ini? Saya sangat terbuka sebagai manajer jika ada
masukan dari bawahan
15. Setelah mengikuti konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren
Dzikir Al-Fath Sukabumi, apakah anda menjadi lebih mengerti bagaimana maksud
pengajaran ini? Lebih faham
16. Apakah di dalam mengikuti konsep ini, tersalurkah hobi anda atau anda mengharap
mempunyai profesi seperti yang dilakukan sekarang ini, apa bagaimana? Minimal saya
ingin membuka grosir karena saya tau bagaimana cara menghitung bagaimana berapa
modal, pendapatan, untung, atau rugi
17. Apakah sebulan sekali selalu diadakan evaluasi dalam bidang usaha? Biasanya kita
briefing satu minggu sekali pada hari sabtu, kita mengontrol keuntungan dari satu
minggu sebelumnya dan buat target untuk satu minggu ke depan.
c. Wawancara dengan Bendahara Koperasi Simpan Pinjam Swamitra
Hari/tanggal : Sabtu, 23 September 2017
Interview : Yesi
Bidang Usaha : Koperasi Simpan Pinjam Swamitra
Pokok pembicaraan
1. Sejak kapan anda berada Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi?Dari sejak bulan
mei 2014
2. Mengapa anda bisa berada di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi ini?Ada
tawaran beasiswa, ada juga promosi dari kakak kelas programnya ksb ikut test lalu ada
kabar sebulan lalu diterima
3. Bagaimana hubungan interaksi sosial anda dengan kiai? Alhamdulillah baik, bapak
menganggap kita sebagai anaknya sendiri cuman ada batasan
4. Bagaimana hubungan interaksi sosial anda dengan santri ksb lain? Adakah simbol-
simbol yang digunakan sebagai ciri khas dalam interaksi? Baik juga karena kita saudara
5. Apa yang anda ketahui mengenai konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di
Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi ini?Salah satu kewajiban bagi umat islam
kan ada zakat infaq shadaqah. Nah di dalam rizqi kita tuh harus ada yang di keluarkan
dan apalagi kalau udah alumni sedekahnya itu ke lembaga. Kita juga sebelum lulus
hanya bisa mengsedekahkan tenaga dari yang kita kerjakan di dalam job training.
6. Seperti apakah bentuk penerapan konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di
Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi ini?dari di didik job training di luar
pondok. Ada yang di selamat jadi sales, motoris, supir, kalau yang ksb keluar hanya
seminggu sekali pulangnya ke sini.
7. Bagaimana menurut anda cara kiai mengelola konsep ekonomi sedekah dan
kewirausahaan yang diterapkan Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi ini? Sudah
baik, Ada yang mengelola konsep ini, buat surat terus kita minta persetujuan ke
manajer lalu ke bapak. Di rinci buat jajan berapa, ongkos berapa. Sekarang
programnya semuanya ke kependidikan
8. Menurut anda apakah sudah optimal untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam
penerapan konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-
Fath Sukabumi ini? Belum optimal masih proses hanya bisa memberikan yang terbaik.
Kalau misalnya kita keluar kita bisa memperlihatkan ke masyarakat
9. Dalam menjalankan salah satu bidang usaha apakah ada hambatan? Mencari solusinya
bagaimana? Cari nasabah tuk bisa menabung di kita, paling kalau lagi engga stabil
paling banyak tunggakan, solusinya banyak-banyak menjaring jaringan dan di kasih
surat peringatan tergantung beberapa bulan
10. Bentuk kerjasama yang sering dilakukan oleh santri dengan santri ksb2 melalui konsep
ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi ini
seperti apa? Biasanya santri di sini menabung tuk salah satu cara memajukan koperasi
ini. Misal ada seminar, ada piket juga beberapa angkatan dari job training
11. Bagaimana cara menyelesikan masalah jika ada permasalahan santri dengan santri
lainnya melalui konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren
Dzikir Al-Fath Sukabumi ini? Tergantung permasalahannya aja, jika masalah di gurfah
ya kan ada yang di ketuain jadi lebih mencari masukan ke yang dituakan, kalau masih
tidak bisa baru ke kepala boarding, masih tidak bisa juga barulah ke kiai
12. Bagaimana cara santri menghadapi persaingan dengan santri yang lain melalui konsep
ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi
ini? Harus pendekatan dulu dan punya al-fath dalam promosinya
13. Konflik yang sering terjadi dalam salah satu bidang usaha antara santri dengan santri
biasanya soal apa? Kesadaran sendiri paling kita kesiangan
14. Jika di dalam memutuskan sebuah pendapat, apakah banyak perbedaan pendapat antara
santri dengan santri melalui konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok
Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi ini? Itu pasti ada tinggal musyawarah aja buat
gimana baiknya
15. Setelah mengikuti konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren
Dzikir Al-Fath Sukabumi, apakah anda menjadi lebih mengerti bagaimana maksud
pengajaran ini? Insya Allah lebih faham
16. Apakah di dalam mengikuti konsep ini, tersalurkah hobi anda atau anda mengharap
mempunyai profesi seperti yang dilakukan sekarang ini, apa bagaimana? Iya berharap
ingin menjadi kerja di bank tinggal melanjutkan yang sudah sering dikerjakan
17. Apakah sebulan sekali selalu diadakan evaluasi dalam bidang usaha? Setiap pagi setiap
sebelum melakukan pekerjaan, diingatkan kembali job masing-masing dan targetnya.
d. Wawancara dengan Admin Pengobatan Tradisional
Hari/tanggal : Senin, 25 September 2017
Interview : Tita
Bidang Usaha : Pengobatan Tradisional
Pokok pembicaraan
1. Sejak kapan anda berada Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi?Dari 2016
2. Mengapa anda bisa berada di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi ini?Dari
kakak kelas, katanya ada program kuliah trus dari mondok, jajan sampai makan
gratis kita mah tinggal kerja aja
3. Bagaimana hubungan interaksi sosial anda dengan kiai? Alhamdulillah baik
4. Bagaimana hubungan interaksi sosial anda dengan santri ksb lain? Adakah simbol-
simbol yang digunakan sebagai ciri khas dalam interaksi? Baik juga
5. Apa yang anda ketahui mengenai konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di
Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi ini? Lembaga kita kan sedekah melalui
pasien pake tenaga dalam bapak, pasiennya juga di wajibkan sedekah
6. Seperti apakah bentuk penerapan konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di
Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi ini? Saya kan sebagai admin pengobatan
tradisional setidaknya saya bisa mengetahui bagaimana obat tradisional itu di racik
misal untuk penyakit jantung
7. Bagaimana menurut anda cara kiai mengelola konsep ekonomi sedekah dan
kewirausahaan yang diterapkan Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi ini?
Sudah baik ya bapak merelakan tenaga dalemnya tuk mengobati pasien kalau dari
pengobatan tradisional
8. Menurut anda apakah sudah optimal untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam
penerapan konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir
Al-Fath Sukabumi ini? Sangat optimal karena kita sedekah dengan tenaga dan ada
bayaran sepeser pun
9. Dalam menjalankan salah satu bidang usaha apakah ada hambatan? Mencari solusinya
bagaimana? Pasti ada paling dari segi pasien jika obatnya lama marah-marah, atau
banyaklah ekspresi yang lain
10. Bentuk kerjasama yang sering dilakukan oleh santri dengan santri ksb2 melalui
konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath
Sukabumi ini seperti apa? Biasanya kalau ada acara
11. Bagaimana cara menyelesikan masalah jika ada permasalahan santri dengan santri
lainnya melalui konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren
Dzikir Al-Fath Sukabumi ini? Bisa diselesaikan dengan pendekatan dari hati ke hati
misal habis racikan obatnya kalau misalnya kita bilangnya baik-baik insya Allah si
pasien menerima
12. Bagaimana cara santri menghadapi persaingan dengan santri yang lain melalui konsep
ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi
ini? Kalau disini mah tidak ada persaingan semuanya bekerja di dalam hati kalau di
pengobatan tradisional
13. Konflik yang sering terjadi dalam salah satu bidang usaha antara santri dengan santri
biasanya soal apa? tidak terjadi
14. Jika di dalam memutuskan sebuah pendapat, apakah banyak perbedaan pendapat
antara santri dengan santri melalui konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di
Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi ini? Iya pasti ada tapi bisa diselesaikan
dengan baik
15. Setelah mengikuti konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren
Dzikir Al-Fath Sukabumi, apakah anda menjadi lebih mengerti bagaimana maksud
pengajaran ini? Lebih faham
16. Apakah di dalam mengikuti konsep ini, tersalurkah hobi anda atau anda mengharap
mempunyai profesi seperti yang dilakukan sekarang ini, apa bagaimana?
Alhamdulillah saya merasa nyaman bekerja di job training ini, inspirasinya kita
harus bermanfaat bagi orang lain
17. Apakah sebulan sekali selalu diadakan evaluasi dalam bidang usaha? Biasanya sehari
sebelum pengobatan
e. Wawancara dengan Mentor SMP Islam Tahfidz Al-Qur’an Al Fath
Hari/tanggal : Selasa, 26 September 2017
Interview :Alfi
Angkatan : 2017
Jabatan : Mentor SMP Islam Tahfidz Al-Qur’an Al-Fath
Bidang Usaha : Jasa (Lembaga Pendidikan)
Pokok pembicaraan
1. Sejak kapan anda berada Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi? Sejak mei 2017
2. Mengapa anda bisa berada di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi ini? Dari
saudara ada program beasiswa gratis semuanya cuman kita harus job training
3. Bagaimana hubungan interaksi sosial anda dengan kiai? Baik seperti dengan anak
sendirinya namun batasan
4. Bagaimana hubungan interaksi sosial anda dengan santri ksb lain? Adakah simbol-
simbol yang digunakan sebagai ciri khas dalam interaksi? Baik juga
5. Apa yang anda ketahui mengenai konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di
Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi ini? Kita kan punya rezeki harus
dikeluarkan kita hanya bisa tenaga
6. Seperti apakah bentuk penerapan konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di
Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi ini? Menjadi mentor dari perkembangan
anak-anak dari tahsin, tajwid kita juga membimbing namun kita harus piket dulu khusu
nya, seperti mengasuh untuk tingkatan SMP.
7. Bagaimana menurut anda cara kiai mengelola konsep ekonomi sedekah dan
kewirausahaan yang diterapkan Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi ini? Sudah
baik
8. Menurut anda apakah sudah optimal untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam
penerapan konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-
Fath Sukabumi ini? Sejauh ini sih alhamdulillah sudah
9. Dalam menjalankan salah satu bidang usaha apakah ada hambatan? Mencari solusinya
bagaimana? Paling hambatannya kalau anak-anak belum hafal bagaimana caranya si
anak itu cara menghafal. Kita dekatkan diri aja
10. Bentuk kerjasama yang sering dilakukan oleh santri dengan santri ksb2 melalui konsep
ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi ini
seperti apa? Kalau santri baru tuh piket dulu aja, piket nyapu, beres-beres rumah ibu
pengasuh pondok, cuci piring dan lain-lain
11. Bagaimana cara menyelesikan masalah jika ada permasalahan santri dengan santri
lainnya melalui konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren
Dzikir Al-Fath Sukabumi ini? Bilang langsung jika tidak tahan diri saja daripada ada
konflik
12. Bagaimana cara santri menghadapi persaingan dengan santri yang lain melalui konsep
ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi
ini? Kalau sekarang tidak ada karena sekarang masih fokus ke piket selama setahun
13. Konflik yang sering terjadi dalam salah satu bidang usaha antara santri dengan santri
biasanya soal apa? jarang terjadi
14. Jika di dalam memutuskan sebuah pendapat, apakah banyak perbedaan pendapat antara
santri dengan santri melalui konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok
Pesantren Dzikir Al-Fath Sukabumi ini? Pasti ada dalam perbedaan namun tak jauh
akhirnya pasti musyawarah
15. Setelah mengikuti konsep ekonomi sedekah dan kewirausahaan di Pondok Pesantren
Dzikir Al-Fath Sukabumi, apakah anda menjadi lebih mengerti bagaimana maksud
pengajaran ini? Belum terlalu ya, karena masih baru
16. Apakah di dalam mengikuti konsep ini, tersalurkah hobi anda atau anda mengharap
mempunyai profesi seperti yang dilakukan sekarang ini, apa bagaimana?
Sejauh ini sesuai yang diinginkan
17. Apakah sebulan sekali selalu diadakan evaluasi dalam bidang usaha?
Biasanya hari sabt
Lampiran 5 Dokumentasi
- Tempat santri KSB2 (kuliah santri sambil bekerja berkelanjutan) dalam
mengaplikasikan Konsep Ekonomi Sedekah dan Kewirausahaan
a. Pengobatan Tradisional
b. Kantin c. Gudang Stock Barang Grosir
Bidang Motoris
d.Bidang Motoris
c. Lembaga Pendidikan
e.Lembaga Pendidikan
f. Koperasi Al-Zumar
f. Koperasi Al-Zumar
g.Koperasi Simpan Pinjam Swamitra
g. Koperasi Simpan Pinjam Swamitra
Bukti Foto seusai wawancara
STRUKTUR ORGANISASI PPT PASIM AL-FATH
Pimpinan Pesantren : Ustd.DR.,cd.,M.Fajar Laksana.,SE.,Cqm.,MM
Keuangan : Siti Aminah, S.Pd si
Nurul Makiyah, Sei
Akademik dan Kemahasantrian : Ustadz Dede, SE
Habib Murry
Akademik STIE Pasim : Ustadz DR. Beni Kurniawan, Sag, MM
Akademik STMIK Pasim : Ustadz E. Zaenal Abidin S.Kom, MM
Bahasa : Ustadz Iqbal, Sei, MM
Dosen Tetap Pesantren : Ustadz H. Jaya Sukmana, LC. MA
Ustadz M. Lisandin Ramdhani, SS, M.Pd
Ustadz Munstain, Ss
Ustadz Abu Hasan
Ustadzah Tety Sufianti, S.ag, MM
Dosen Materi Khusus : Ustadz E. Zaenal Abidin S.Kom, MM
Ustadz H. Supomo
Ustadz Sunarto
Koord. Santriwati : Inneu Ariefianty
Staf Akademik : Eman Sulaeman
Ramdan
Yadi
Murry
EDP/ Komputer : Gunawan
Yepi
Perpustakaan : Mahasantri
Adum : Asep Suryana
PR/ Pemasaran : Devi Meiati
Maulana, SE, MM
Rumah Tangga/ Ndalem
(URUT) KGSB2/IDB3 : Uwen Suwendi
Musa
Andi
Dadang
DAPUR (UDUR) : Hendrik
DKM Al-Fath : Ustadz Herman
Hardi Sunarto
Keamanan : Toni Sukawinata
Mentor/ seksi umum : Mahasantri KSB PUB Bekel senior
Integratif Al-Farm Farm : Suwendi
Iwan
Andi Encang
Museum Prabu Siliwangi : Ki Muhidin, Wawan, Ssn
Sanggar seni Al-Fath :M. Yusuf, mahasantri
PROGRAM BEASISWA UNGGULAN
PONDOK PESANTREN DZIKIR AL-FATH SUKABUMI
Beberapa program beasiswa unggulan, adalah program memberikan beasiswa
kepada mahasantri, yatim, piatu, dan tidak mampu di didik menjadi manusia unggulan
yaitu, manusia produktif berakhlakul karimah, menguasai IPTEK (ilmu dan
teknologi), IMTAQ (iman dan taqwa) dan kewirausahaan menjadi ulama sarjana yang
mampu menghadapi tantangan globalisasi, meliputi:
a. Program KSB2
1. Kuliah sambil bekerja berkelanjutan adalah program kuliah gratis bagi
mahasantri, yatim, piatu, atau dhuafa, di karyakan atau bekerja di dalam
bisnis pesantren sehingga hasil pekerjaannya di gunakan untuk membiayai
pendidikan. Setelah keluar pesantren dan bekerja harus mengeluarkan ZIS
(zakat infaq sedekah) sebesar 20% selama 3 tahun kepada pesantren untuk
membiayai saudara yang lainnya yang tidak mampu
2. Kuliah sambil beternak berkelanjutan adalah program kuliah gratis bagi
mahasantri bisa pesantren dan kuliah sambil beternak memelihara domba
atau sapi di pesantren dan hasil pekerjaannya digunakan untuk membiayai
pendidikan, selanjutnya setelah keluar pesantren dan bekerja harus
mengeluarkan ZIS (zakat infaq sedekah) kepada pesantren untuk
membiayai saudara yang lainnya yang tidak mampu
b. Program IDB3 ( Investasi Domba Berqurban, Beternak Berkelanjutan)
Program mencari investor untuk membeli lima domba (Rp 5.000.0000)
maka setiap tahun investor diberi satu hewan qurban buat investor, hewan yang
diberikan ke pesantren dan di pelihara oleh mahasantri yang tidak mampu,
setiap mahasantri memelihara domba maka dapat gratis kuliah di pesantren.
c. Program T2D (Tebar Ternak Domba)
1. Beasiswa diberikan kepada siswa kelas 3 SMA/SMK berdasarkan hasil
seleksi, orang tuanya dan siswanya diberi modal enam domba untuk di
pelihara selama satu tahun. Hasil anak dombanya setelah satu tahun
kurang lebih 12 anak domba dibawa ke pesantren yang menyebabkan
siswa mendapat beasiswa penuh kuliah dan pesantren di STI/STMIK
Pasim
2. Beasiswa diberikan kepada mahasiswa baru dimana orang tuanya diberi
modal enam domba untuk di pelihara di rumahnya maka setiap tahun hasil
dari anak domba di serahkan ke pesantren untuk membiayai anaknya
kuliah dan pesantren.
d. Program KP3 (Pesantren, Pelatihan, dan Penempatan kerja)
Mahasantri setelah lulus kuliah maka dilakukan penempatan kerja di
perusahaan yang di miliki yayasan atau di perusahaan mitra dari pesantren
e. Program SATRIA (Santri Wirausaha)
Program santri yang di didik di bidang usaha sales distribusi barang,
mendapatkan beasiswa penuh, dan ikut latihan wirausaha dengan pekerjaan
yang nyata dan langsung bekerja sebagai sales motor
SERTIFIKAT/PIAGAM PENGHARGAAN DAN
PRESTASI PESANTREN DAN KIAI
1. Piagam Juara 1 Pemuda Pelopor Kota Sukabumi dari Wali Kota Sukabumi tahun
2002
2. Piagam Peresmian Pesantren Dzikir Al-Fath pada tanggal 23 Januari 2010 oleh
Wali Kota Sukabumi dan KH.Ir.Solehadin Wahid (Gus Sholah) dan Letjen (Purn)
Ir.H.Azwar Anas
3. Piagam Peresmian Museum Sejarah Islam Sunda Prabu Siliwangi tanggal 28
November 2010/ 21 Dzulhijjah 1431H, Diresmikan oleh Mantan Pangdam III
Siliwangi Mayjend (Purn) Iwan Sulandjana dan Wakil Wali Kota Sukabumi,
DR.H.Mulyono.
4. Piagam Peresmian Benda Museum Prabu Siliwangi Tgl, 2 Maret 2011, Oleh Wali
Kota Sukabumi Muslikh Abdusyukur dan Kadis Sejarah TNI AD, Brigjen Marsono
5. Piagam Peresmian Wisata Pendidikan Islam Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath dan
Museum Sejarah Islam Sunda Prabu Siliwangi Tanggal 4 Mei 2011 Oleh Gubernur
Jawa Barat, sekaligus program Gubernur Saba Lembur dan Diklat Kilat 14
Kejuruan oleh Disnakertrand Provinsi Jabar
6.Piagam Penghargaan Peserta Pasang Giri Reog Tingkat Kota Sukabumi dan menjadi
Juara 1 Favorit, tanggal 19 Juni 2011 dari Disporabudpar Kota Sukabumi
7. Juara 1 Pawai/Kirab Seni Budaya daerah tanggal 31 Maret 2011 tingkat Kota
Sukabumi, Piagam Penghargaan Peserta Seni Heleran Tingkat Kota Sukabumi dari
Disporabudpar Kota Sukabumi
8.Juara I Pawai/Kirab Seni Budaya daerah Kota SMI Tahun 2012
9. Piala Juara 1 Festival Olahraga Tradisional, Seni dan Budaya tanggal 22 Mei 2012
tingkat Jawa Barat
10. Mendapat Sukabumi Award tgl 28 Desember 2011 dari Kumpulan Insan Seni
Budaya dan Pelestarian Lingkungan
11. Piagam Peresmian Waruka Sakabumi Pajajaran oleh Ir.Aburizal Bakrie, tanggal
29 Februari 2012
12.Piagam Peresmian Integratif Al-Fath Farm dari Prabowo Subiyanto Tahun 2012
13. Piagam Juara 1 Intensifikasi Pekarangan Terbaik dari Wali Kota Sukabumi
tanggal 15 November 2012 Tingkat Kota Sukabumi
14.Piagam Penghargaan Walikota Sukabumi sebagai Praktisi Kebudayaan Tahun
2012
15.Piagam Penghargaan Walikota Sukabumi sebagai Pembina Olahraga Masyarakat
tahun 2012
16.Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara dari Walikota Sukabumi tahun 2012
17.Piagam Kerjasama IDB3 (Investasi Domba Berqurban Beramal Berkelanjutan)
dengan Bank Syariah Mandiri dan Koperasi Riung Mukti tanggal 12 Februari 2012
18.Piagam Penghargaan dari Gubernur Jawa Barat Juara I Pemangku Ketahanan
Pangan Jabar tahun 2012
19.Piagam Penghargaan dari Gubernur Jawa Barat Juara 2 Pemangku Ketahanan
Pangan Jabar Tahun 2013
20.Piagam Penghargaan Gubernur Jawa Barat Juara I Ternak Domba Al-Fath 2013
BIODATA PENULIS
Resti Muliani, 1113015000003, Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Program Studi Sosiologi
Antropologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
Putri pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak
H. Gunawan dan Ibu Hj. Popon Rusmiati. Penulis lahir di
Sukabumi 23 Agustus 1995, bertempat tinggal di gang Saderek
No.23 Rt 02/04 Desa Nagrak Selatan Kecamatan Nagrak
Sukabumi Jawa Barat.
Penulis telah menyelesaikan pendidikan di SDN 2 Nagrak tahun 2000-2006, SMP
Negeri 2 Cibadak tahun 2007-2009, Madrasah Aliyah Negeri Cibadak tahun 2010-2013 dan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013-2017 pada Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Program Studi
Sosiologi Antropologi.
Penulis selama kuliah di sini mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa selama tiga tahun,
yakni HIQMA (Himpunan Qari dan Qariah Mahasiswa). Di UKM ini penulis banyak
mendapatkan ilmu baik dari segi pengetahuan dan manajemen ketika ada acara, pengalaman,
banyak sahabat dan dambaan hati. Alhamdulilllah…
Skripsi yang penulis buat berjudul “Interaksi Sosial Kiai dengan Santri Melalui
Konsep Ekonomi Sedekah dan Kewirausahaan di Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath
Sukabumi.” Skripsi ini dibuat melalui berbagai arahan dan bimbingan dari Bapak Dr.
Muhamad Arif, M.Pd dan Ibu Neng Sri Nuraeni, M.Pd.
g