internalisasi biaya eksternal pengolahan limbah tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner,...

110
INTERNALISASI BIAYA EKSTERNAL PENGOLAHAN LIMBAH TAHU (Studi Kasus : Desa Kalisari, Kecamatan Cilongok, Purwokerto) LIDYA RAHMA SHAFFITRI H44070038 DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Upload: doandung

Post on 06-Mar-2019

291 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

INTERNALISASI BIAYA EKSTERNAL PENGOLAHAN LIMBAH TAHU

(Studi Kasus : Desa Kalisari, Kecamatan Cilongok, Purwokerto)

LIDYA RAHMA SHAFFITRI

H44070038

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2011

Page 2: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

RINGKASAN

LIDYA RAHMA SHAFFITRI. Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ( Studi Kasus : Desa Kalisari, Kecamatan Cilongok, Purwokerto ). Dibimbing Oleh EKA INTAN KUMALA PUTRI.

Industri tahu di Indonesia merupakan industri yang cukup berperan

penting bagi penyedia pangan bergizi dan juga bagi pertumbuhan ekonomi dalam hal penyerapan tenaga kerja. Akan tetapi di sisi lain industri tahu juga memiliki kendala pada produksi dalam hal penguasaan teknologi. Penguasaan teknologi yang masih rendah pada proses produksi dan penanganan limbah dapat menyebabkan pencemaran lingkungan terutama pencemaran air. Hal ini dapat menyebabkan eksternalitas bagi masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi pembuangan limbah yang dapat menyebabkan masyarakat mengeluarkan biaya eksternal akibat dampak yang mereka rasakan.

Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan profil industri tahu yang dikaji dari aspek proses produksi tahu, identifikasi jenis limbah yang dihasilkan industri, pengolahan limbah tahu dan mengidentifikasi dampak negatif dari limbah tahu, mengestimasi biaya produksi tahu sebelum dan sesudah internalisasi biaya eksternal, mengestimasi biaya eksternal yang timbul akibat pembuangan limbah tahu, mengestimasi nilai ekonomi manfaat internalisasi biaya eksternal, dan mengestimasi nilai kesediaan membayar (willingness to pay) pengrajin tahu untuk membayar iuran pengolahan limbah tahu.

Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data primer dan data sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode biaya produksi, biaya pengganti, biaya kesehatan, perubahan produktivitas, pendekatan harga pasar, dan Contingent Valuation Method (CVM).

Tahapan-tahapan dari proses produksi tahu yaitu tahap pencucian dan perendaman kedelai, penggilingan, pemasakan, ekstraksi susu kedelai, penggumpalan, pengendapan, pencetakan, serta pengepresan. Limbah padat tahu dari proses produksi tahu diolah kembali menjadi pakan ternak dan sebagai bahan baku pembuatan keripik ampas tahu, sedangkan limbah cair tahu diolah kembali menjadi biogas yaitu sekitar 12 % dan selebihnya masih dibuang ke sungai tanpa melalui pengolahan Biaya total sebelum internalisasi biaya eksternal per bulan yang diestimasi adalah sebesar Rp 17 204 708, setelah internalisasi biaya eksternal adalah sebesar Rp 17 333 345, dan persentase kenaikan biaya produksi setelah internalisasi biaya eksternal adalah sebesar 1,02%. Estimasi biaya eksternal total adalah sebesar Rp 167 999 000/tahun dan nilai manfaat ekonomi total dari internalisasi biaya eksternal adalah sebesar Rp 720 815 772/tahun. Nilai ekonomi total dari internalisasi biaya eksternal adalah sebesar Rp 888 814 772/tahun. Estimasi rata-rata WTP adalah sebesar Rp 250 000/tahun dan total WTP adalah sebesar Rp 78 000 000/tahun.

Berdasarkan pengamatan dan penelitian di lapangan, jumlah limbah cair tahu yang belum diolah dan langsung dibuang ke sungai masih cukup banyak dan masih memiliki dampak buruk bagi masyarakat sekitarnya, sehingga diperlukan peningkatan kapasitas IPAL untuk mengolah limbah cair yang masih terbuang agar eksternalitas menurun sehingga kerugian bagi masyarakat dapat ditekan.

Page 3: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

INTERNALISASI BIAYA EKSTERNAL PENGOLAHAN LIMBAH TAHU

(Studi Kasus : Desa Kalisari, Kecamatan Cilongok, Purwokerto)

LIDYA RAHMA SHAFFITRI

H44070038

Skripsi sebagai salaha satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2011

Page 4: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Internalisasi Biaya Eksternal

Pengolahan Limbah Tahu (Studi Kasus : Desa Kalisari, Kecamatan Cilongok,

Purwokerto) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi

yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juni 2011

Lidya Rahma Shaffitri H44070038

Page 5: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

Judul Skripsi : Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ( Studi Kasus : Desa Kalisari, Kecamatan Cilongok, Purwokerto)

Nama : Lidya Rahma Shaffitri NIM : H44070038

Disetujui

Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, M.S. Pembimbing

Diketahui

Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T. Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

Page 6: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 2 Juni 1989 dari pasangan Edy

Mulyono dan Elidar Roesin sebagai anak pertama dari dua bersaudara. Penulis

menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN Polisi 1 Bogor pada tahun 2001,

dan melanjutkan ke SMPN 1 Bogor. Penulis menyelesaikan masa pedidikan SMP

pada tahun 2004 dan melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Bogor pada tahun 2004

dan menamatkan pendidikan SMA pada tahun 2007.

Penilis diterima di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan,

Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui jalur USMI. Selama menjadi

mahasiswa, penulis aktif di organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas

Ekonomi dan Manajemen (BEM FEM) pada tahun 2009 sebagai Sekertaris

Departemen Sosial, Lingkungan, dan Pengabdian Masyarakat, dan pada tahun

2010 sebagai Kepala Bidang Sosial, Lingkungan, dan Pengabdian Masyarakat.

Page 7: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas izin-

Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Internalisasi Biaya

Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ( Studi Kasus : Desa Kalisari, Kecamatan

Cilongok, Purwokerto ).

Penelitian dan penulisan skripsi ini tidak akan terlaksana dengan baik

tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Orangtua tercinta atas segala perhatian, kasih sayang, dan motivasi

2. Dr. Ir. Eka Intan K. Putri, MS, selaku dosen pembimbing skripsi atas

segala saran, masukan dan motivasi

3. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr, selaku dosen penguji utama atas saran dan

masukan

4. Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si, selaku dosen penguji perwakilan departemen

atas saran dan masukan

5. Kepala Desa Kalisari, Bapak Wibowo, atas segala informasi dan motivasi

selama penulis melakukan penelitian

6. Ibu Yani sekeluarga, atas tumpangan, perhatian, dan informasi yang

diberikan

7. Bapak Yadi BPPT, atas segala informasi yang diberikan

8. Teman-teman sebimbingan, Hani, Vidy, Trifty, Heni, Ario, dan Bahroin,

atas kebersamaan, semangat, dan motivasi selama ini

9. Teman-teman seperjuangan ESL 44, atas segala semangat dan motivasi

Page 8: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu

(Studi Kasus: Desa Kalisari, Kecamatan Cilongok, Purwokerto)” ini dengan baik. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan profil industri tahu ditinjau dari aspek proses

produksi tahu, jenis dan karakteristik limbah yang dihasilkan, serta pengolahan limbah yang

diterapkan, mengestimasi biaya total produksi tahu, mengestimasi biaya eksternal yang

ditanggung pengusaha tahu, mengestimasi total nilai ekonomi dari adanya internalisasi biaya

eksternal, mengestimasi tingkat kesediaan pengrajin tahu untuk membayar biaya pengolahan

limbah tahu. Penulis menyadari masih banyak kesalahan di dalam penulisan skripsi ini, oleh

karena itu masukan, baik saran kritikan sangat penulis harapkan sekali untuk perbaikan di dalam

penulisan skripsi nantinya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak-pihak

membacanya. Amin.

Bogor, Juni 2011

Penulis

Page 9: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

vii  

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... x

I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 3 1.3 Tujuan ................................................................................................. 5 1.4 Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 6

II. BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 7

2.1 Industri Tahu ....................................................................................... 8 2.2 Limbah Tahu ....................................................................................... 8 2.3 COD (Chemical Oxygen Demand) ..................................................... 10 2.4 BOD (Biological Oxygen Demand) .................................................... 10 2.5 Pengelolaan Limbah ........................................................................... 11 2.6 Biaya Eksternal ................................................................................... 12 2.7 Internalisasi Biaya Eksternal .............................................................. 14 2.8 Studi Terdahulu .................................................................................. 18

III. KERANGKA PEMIKIRAN ......................................................................... 21

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis .............................................................. 21 3.1.1 Ekonomi Pencemaran .......................................................... 21 3.1.2 Contingent Valuation Method ............................................. 22 3.1.3 Eksternalitas ......................................................................... 25 3.1.4 Biaya Produksi ..................................................................... 26 3.1.5 Konsep Valuasi Ekonomi .................................................... 27 3.1.5.1 Pendekatan Produktivitas .................................................... 28 3.1.5.2 Pendekatan Modal Manusia ................................................. 28 3.1.5.3 Pendekatan Biaya Kesempatan ............................................ 29 3.1.5.4 Pendekatan Nilai Hedonis ................................................... 29 3.1.5.5 Pendekatan Biaya Perjalanan ............................................... 30 3.1.5.6 Pendekatan Contingent Valuation Method .......................... 30 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ....................................................... 31

IV. METODE PENELITIAN .............................................................................. 35

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 35 4.2 Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 35 4.3 Metode dan Pengambilan Data ........................................................... 35 4.4 Metode dan Prosedur Analisis ............................................................ 36 4.4.1 Deskripsi Profil Industri Tahu .................................................. 38 4.4.2 Estimasi Biaya Produksi Tahu Sebelum dan Sesudah Internalisasi Biaya Eksternal .................................................... 38 4.4.3 Estimasi Biaya Eksternal sebagai Dampak Pembuangan

Page 10: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

viii  

Limbah Industri Tahu ............................................................... 39 4.4.4 Estimasi Total Nilai Ekonomi Manfaat Internalisasi Biaya Eksternal ........................................................................ 40 4.4.5 Estimasi Nilai WTP Pengrajin Tahu untuk Membayar Iuran Pengolahan Limbah ........................................................ 40

V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1 Kondisi Umum Desa Kalisari ............................................................. 44 5.1.1 Kondisi Fisik Daerah ............................................................... 44 5.1.2 Kondisi Sosial Ekonomi Desa Kalisari .................................... 45 5.2 Karakteristik Responden ..................................................................... 48 5.2.1 Usia .......................................................................................... 48 5.2.2 Tingkat Pendidikan .................................................................. 49 5.2.3 Status Pernikahan ..................................................................... 50 5.2.4 Lama Menjalankan Usaha ........................................................ 50 5.2.5 Jumlah Tanggungan ................................................................. 51 5.2.6 Jarak Tempat Usaha ke Sungai ................................................ 52 5.3 Persepsi Responden ............................................................................ 52 5.3.1 Dampak Negatif Limbah Cair Tahu ......................................... 53 5.3.2 Manfaat Pengolahan Limbah Padat Tahu ................................ 54

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Deskripsi Profil Industri Tahu ............................................................ 56 6.1.1 Deskripsi Proses Produksi Tahu............................................... 56 6.1.2 Identifikasi Jenis Limbah Tahu ................................................ 58 6.1.3 Pengolahan Limbah Cair Tahu................................................. 59 6.1.4 Pengolahan Limbah Padat Tahu............................................... 62 6.1.5 Dampak Limbah Padat Tahu .................................................... 62 6.2 Estimasi Biaya Produksi Sebelum dan Setelah Internalisasi Biaya Eksternal ............................................................................................ 64 6.2.1 Estimasi Biaya Produksi Sebelum Internalisasi Biaya Eksternal ................................................................................... 67 6.2.2 Estimasi Biaya Produksi Setelah Internalisasi Biaya Eksternal ................................................................................... 67 6.2.3 Analisis Perbandingan Biaya Produksi Sebelum dan Setelah Internalisasi Biaya Eksternal .................................................... 69 6.3 Estimasi Biaya Eksternal Pencemaran Limbah Tahu dan Nilai Ekonomi Manfaat Internalisasi Biaya Eksternal ................................ 71 6.3.1 Estimasi Biaya Eksternal ......................................................... 71 6.3.1.1 Biaya Kesehatan ......................................................... 71 6.3.1.2 Kehilangan Pendapatan .............................................. 72 6.3.1.3 Biaya Perbaikan Kualitas Lahan ................................. 73 6.3.1.4 Estimasi Total Biaya Eksternal ................................... 75 6.3.2 Estimasi Nilai Ekonomi Manfaat Internalisasi Biaya Eksternal 75 6.3.2.1 Nilai Penghematan Bahan Bakar ................................ 76 6.3.2.2 Nilai Penerimaan Penjualan Ampas Tahu untuk Pakan Ternak ......................................................................... 76 6.3.2.3 Nilai Penjualan Keripik Ampas Tahu ......................... 77

Page 11: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

ix  

6.3.2.4 Nilai Penerimaan Penjualan Cacing Rambut .............. 78 6.3.2.5 Estimasi Total Nilai Ekonomi Manfaat Internalisasi Biaya Eksternal ........................................................... 79 6.3.3 Total Nilai Ekonomi Manfaat Internalisasi Biaya Eksternal ... 80 6.4 Estimasi Nilai WTP Responden terhadap Pengolahan Limbah Cair Tahu menjadi Biogas .......................................................................... 81

VII.PENUTUP

7.1 Kesimpulan ......................................................................................... 85 7.2 Saran .................................................................................................. 86

VIII.DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

x  

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Nilai Gizi Tahu dan Kedelai Berdasarkan Berat Kering ...................... 1

2 Matriks Metode Penelitian ................................................................... 37

3 Komposisi Limbah yang Dihasilkan dari Proses Produksi Tahu ......... 59

4 Komponen Biaya Tetap IKM Tahu/Bulan ........................................... 64

5 Lanjutan Komponen Biaya Tetap IKM Tahu/Bulan ............................ 64

6 Komponen Biaya Variabel IKM Tahu/Bulan ...................................... 65

7 Lanjutan Komponen Biaya Variabel IKM Tahu/Bulan ....................... 66

8 Biaya Produksi Total IKM Tahu/Bulan ............................................... 66

9 Biaya Produksi Sebelum Internalisasi Biaya Eksternal/Bulan............. 67

10 Rincian Biaya Pembangunan IPAL .................................................... 68

11 Komponen Biaya Tetap Setelah Internalisasi Biaya Eksternal ............ 68

12 Biaya Produksi Setelah Internalisasi Biaya Eksternal/Bulan ............... 69

13 Perbandingan Biaya Produksi Sebelum dan Setelah Internalisasi Biaya

Eksternal ............................................................................................... 70

14 Perubahan Pendapatan Petani Akibat Penurunan Produktivitas .......... 73

15 Biaya Perbaikan Kesuburan Lahan ...................................................... 74

16 Total Biaya Eksternal .......................................................................... 75

17 Nilai Penjualan Keripik Ampas Tahu .................................................. 77

18 Total Nilai Ekonomi Manfaat Internalisasi Biaya Eksternal ............... 79

19 Distribusi Rataan WTP Responden Desa Kalisari ............................... 83

20 Distribusi Total WTP Responden Desa Kalisari .................................. 84

Page 13: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

xi  

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Pasar Bebas Sebelum Internalisasi Biaya Eksternal ............................ 16

2 Pasar Bebas Setelah Internalisasi Biaya Eksternal............................... 17

3 Alur Kerangka Pemikiran Operasional ................................................ 34

4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia ..................... 45

5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ............................ 46

6 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian .............................. 46

7 Komposisi Pola Penggunaan Lahan ..................................................... 47

8 Komposisi Kepemilikan Ternak .......................................................... 48

9 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Usia ........................... 49

10 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ................. 49

11 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan ................... 50

12 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Menjalankan Usaha ...... 51

13 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan ............... 51

14 Karakteristik Responden Berdasarkan Jarak Tempat Usaha dengan

Sungai ................................................................................................... 52

15 Persepsi Responden Mengenai Dampak Negatif Limbah Cair Tahu... 53

16 Persepsi Responden Mengenai Manfaat Limbah Tahu ........................ 54

17 Diagram Alir Proses Pembuatan Tahu ................................................. 58

18 Proses Pengolahan Limbah Secara Anaerob ........................................ 61

Page 14: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

xii  

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Penghematan Bahan Bakar/Bulan ........................................................ 90

2 Penerimaan dari Penjualan Ampas Tahu untuk Pakan Ternak ............ 91

3 Dokumentasi ........................................................................................ 92

Page 15: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

 

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Industri tahu di Indonesia telah berkontribusi secara nyata dalam

penyediaan pangan bergizi karena kandungan proteinnya setara dengan protein

hewan (Sarwono dan Saragih, 2003). Perbandingan kandungan protein maupun

zat gizi lainnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai Gizi Tahu dan Kedelai (Berdasarkan Berat Kering)

Komponen Gizi Kandungan Gizi

Tahu Kedelai Protein (gram) 0,49 0,39 Lemak (gram) 0,27 0,20 Karbohidrat (gram) 0,14 0,36 Serat (gram) 0,00 0,05 Abu (gram) 0,04 0,06 Kalsium (mg) 9,13 2,53 Natrium (mg) 0,38 0,00 Fosfor (mg) 6,56 6,51 Besi (mg) 0,11 0,09 Vitamin B1 (mg) 0,001 0,01* Vitamin B2 (mg) 0,001 Vitamin B3 (mg) 0,03

Sumber: Sarwono dan Saragih (2003) (*) : sebagai B kompleks

Selain berkontribusi bagi penyedia pangan bergizi industri tahu juga

berkontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja dan pengembangan ekonomi

daerah1. Jumlah industri tahu di Indonesia mencapai 84 000 unit usaha, dengan

kapasitas produksi lebih dari 2,56 juta ton per tahun2. Perkembangan industri tahu

yang pesat ini memiliki kendala dalam proses produksinya. Kendala dalam

industri tahu terletak pada penguasaan teknologi, keterampilan, penanganan

kualitas, pemodalan, dan pemasaran (Sarwono dan Saragih, 2003). Penguasaan

                                                            1http:/iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40422/1/Beban%20Pencemaran%20Limbah%20Cair.pdf. Diakses tanggal 15 Desember 2010. 2http:/hendrik-perdana.web.id/index.php/artikel/umum/242-biogas-dari-limbah-tahu.Diakses tanggal 26 Desember 2010.

Page 16: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

2  

teknologi yang masih rendah dan tidak ramah lingkungan dalam proses produksi

tahu dapat menyebabkan pencemaran dari limbah yang dihasilkan oleh industri

ini.

Proses pembuatan tahu secara umum dapat dibagi menjadi dua bagian

yaitu pembuatan susu kedelai dan penambahan koagulan sehingga didapatkan

gumpalan protein yang kemudian dicetak menjadi tahu. Melalui proses ini

dihasilkan limbah yang berupa limbah padat maupun cair (Sugiyono, Hariyadi,

dan Andarwulan, 2005). Limbah padat yang dihasilkan ini biasanya dijadikan

pakan ternak yang kemudian dijual kembali oleh para pengrajin tahu atau

dijadikan sebagai bahan baku bagi industri lain, sedangkan limbah cair ini

dibuang langsung oleh para pengrajin ke sungai, saluran pembuangan, ataupun

badan air penerima lainnya tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. Salah satu

penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi bahan-bahan organik yang terkandung

dalam air buangan tersebut seperti COD (Chemical Oxygen Demand) di dalam

limbah cair industri tahu cukup tinggi yakni berkisar antara 4 000-12 000 ppm dan

BOD antara 2 000 – 10 000 ppm, serta mempunyai keasaman yang rendah yakni

pH 4-53. Dengan kondisi seperti itu, limbah cair industri tahu merupakan salah

satu sumber pencemar lingkungan yang sangat potensial untuk merusak

lingkungan. Pemerintah telah menerapkan beberapa kebijakan tentang pengolahan

limbah untuk mengurangi bahaya dari dampak limbah cair tahu yang langsung

dibuang tanpa melalui pengolahan diantaranya Peraturan Pemerintah Nomor 18

Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dan

                                                            3http://www.scribd.com/mobile/documents/search?query=9-Limbah+Tahu+Untuk+Biogas&commit=Search. Diakses tanggal 3 Desember 2010

Page 17: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

3  

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-

Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 5 ayat 1 dan 2

menyatakan bahwa “Setiap orang mempunyai hak atas lingkungan hidup yang

baik dan sehat dan setiap orang berkewajiban memelihara lingkungan hidup dan

mencegah serta menanggulangi kerusakan dan pencemaran”. Berdasarkan

undang-undang di atas, industri kecil pun seperti industri tahu mempunyai

kewajiban untuk berupaya agar masalah pencemaran ini dapat ditanggulangi atau

sekurang-kurangnya ditekan serendah mungkin (Dhahiyat dan Partoatmodjo,

1991).

Kurangnya pengetahuan, kesadaran akan pentingnya menjaga kualitas

lingkungan, dan keterbatasan biaya dalam pembuatan pengolahan limbah menjadi

faktor yang mendorong para pengrajin tahu untuk membuang limbah produksinya

secara langsung. Apabila hal ini terus menerus dibiarkan, maka akan berdampak

pada penurunan kualitas lingkungan terutama kualitas air yang dapat

membahayakan masyarakat pengguna air yang tercemar.

1.2. Rumusan Masalah

Industri tahu menghasilkan produk berupa tahu dan limbah tahu berupa

ampas tahu dan limbah cair tahu. Apabila dibandingkan dengan produksi tempe

yang sama-sama menggunakan kedelai sebagai bahan baku utamanya, industri

tahu menghasilkan limbah yang lebih banyak dan lebih berbahaya daripada

limbah yang dihasilkan dari produksi tempe berdasarkan kandungan bahan kimia

yang ada.

Limbah yang dihasilkan dari produksi tahu dibuang langsung oleh para

pengrajin tahu ke sungai tanpa diolah terlebih dahulu. Hal ini dapat menyebabkan

Page 18: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

4  

penurunan kualitas lingkungan terutama penurunan kualitas air sungai maupun

badan-badan air lainnya. Penurunan kualitas ini dapat menimbulkan dampak

negatif bagi masyarakat pengguna air sungai yang telah tercemar tersebut.

Dampak negatif yang dirasakan masyarakat tersebut diantaranya penurunan

kualitas kesehatan masyarakat pengguna air yang tercemar, peningkatan biaya

kesehatan akibat masyarakat mengonsumsi air yang tidak bersih, bau yang tidak

sedap, biaya pengolahan air, dan biaya lainnya. Dampak negatif lainnya dari

limbah tahu adalah pencemaran terhadap daerah hilir yang berdampak pada

penurunan produktivitas lahan pertanian akibat kandungan asam yang tinggi dari

limbah cair tahu yang dapat mengurangi tingkat kesuburan lahan pertanian.

Masih sedikit pengrajin tahu yang melakukan pengolahan limbah misalnya

saja dengan menggunakan pengolahan limbah menjadi biogas. Hal ini

dikarenakan masyarakat masih belum mengetahui manfaat yang didapat dari

mengolah limbah menggunakan pengolahan limbah menjadi biogas, tata cara

pembangunan pengolahan limbah cair tahu menjadi biogas, biaya pembangunan

yang tidak sedikit, dan masalah minimnya tingkat kesadaran mereka akan

pentingnya menjaga kualitas lingkungan. Akibat alasan tersebut pengrajin merasa

sulit untuk melakukan pengolahan limbah, namun di sisi lain masyarakat yang

merasakan dampak dari pembuangan limbah produksi tahu tersebut harus

menanggung biaya-biaya yang seharusnya tidak mereka keluarkan. Biaya-biaya

yang timbul akibat dampak negatif dari pembuangan limbah yang dilakukan oleh

pelaku produksi tetapi ditanggung oleh masyarakat yang terkena dampak dari

proses produksi tersebut disebut dengan biaya eksternal. Untuk menekan biaya-

biaya eksternal yang ditanggung oleh masyarakat maka biaya eksternal akan

Page 19: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

5  

diinternalisasikan ke dalam struktur biaya produksi industri tahu yang akan

meningkatkan biaya produksi karena telah memasukkan biaya-biaya sosial atau

biaya lingkungan yang sebelumnya ditanggung oleh masyarakat yang menerima

dampak negatif dari pembuangan limbah tersebut.

Berdasarkan penjabaran rumusan masalah di atas maka dapat diuraikan

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana profil industri tahu jika ditinjau dari aspek proses pembuatan

tahu, jenis, dan karakteristik limbah yang dihasilkan, dampak dari limbah

yang dihasilkan bagi lingkungan, dan teknologi pengolahan limbah yang

diterapkan

2. Berapa besar estimasi biaya total dari proses produksi tahu sebelum dan

sesudah adanya internalisasi biaya eksternal

3. Berapa besar estimasi total biaya eksternal yang muncul akibat dampak

dari pencemaran limbah tahu dan nilai ekonomi manfaat internalisasi biaya

eksternal pengolahan limbah tahu

4. Berapa besar estimasi nilai kesediaan (Willingness to Pay) pengrajin tahu

untuk membayar iuran pengolahan limbah tahu menjadi biogas

1.3. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya maka

dapat ditentukan tujuan penelitian, yaitu:

1. Mendeskripsikan profil industri tahu ditinjau dari aspek proses pembuatan

tahu, jenis dan karekteristik limbah yang dihasilkan, dampak dari limbah

yang dihasilkan bagi lingkungan, dan teknologi pengolahan limbah yang

diterapkan

Page 20: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

6  

2. Mengestimasi biaya produksi tahu sebelum dan sesudah internalisasi biaya

eksternal

3. Mengestimasi total biaya eksternal yang muncul akibat dampak dari

pencemaran limbah tahu dan nilai ekonomi manfaat internalisasi biaya

eksternal pengolahan limbah tahu

4. Mengestimasi nilai kesediaan (Willingness to Pay) pengrajin tahu untuk

membayar iuran pengolahan limbah tahu menjadi biogas

1.4. Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang dilakukan memiliki ruang lingkup dan batasan-batasan

yaitu:

1. Responden penelitian adalah pengrajin tahu yang sudah melakukan

pengolahan limbah baik limbah cair maupun padat, yang sudah melakukan

internalisasi biaya eksternal, dan yang belum melakukan pengolahan

limbah cair tahu

2. Profil industri tahu yang dikaji merupakan profil industri tahu di Desa

Kalisari meliputi proses pembuatan tahu, jenis dan karakteristik limbah

yang dihasilkan, dampak dari limbah yang dihasilkan bagi lingkungan, dan

teknologi pengolahan limbah yang diterapkan

3. Biaya produksi yang diestimasi fokus pada perubahan biaya total produksi

tahu sebelum dan sesudah internalisasi biaya eksternal

4. Biaya eksternal yang diestimasi berdasarkan hasil pengamatan di lapangan

yaitu biaya kesehatan, biaya kehilangan pendapatan, dan biaya perbaikan

kualitas lahan

Page 21: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

7  

5. Nilai manfaat ekonomi dari internalisasi biaya eksternal yang diestimasi

berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan pihak yang terkait

fokus pada nilai manfaat penghematan bahan bakar, penerimaan dari

penjualan ampas tahu, penerimaan dari penjualan keripik ampas tahu, dan

penerimaan dari penjualan cacing rambut untuk pakan lele dumbo

6. Estimasi Willingness to Pay yang diestimasi fokus pada responden yang

masih membuang limbah cair ke sungai tanpa melakukan pengolahan

terlebih dahulu

7. Eksternalitas yang dikaji dalam penelitian ini merupakan eksternalitas

negatif akibat dampak dari pencemaran limbah tahu

 

Page 22: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

  

ll. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Industri Tahu

Industri tahu di Indonesia merupakan salah satu industri yang berkembang

cepat. Hal ini dikarenakan tahu merupakan makanan tradisional yang dikonsumsi

setiap hari dan digemari oleh seluruh masyarakat Indonesia1, selain itu manfaat

tahu sebagai sumber pangan yang memiliki nilai gizi tinggi dan harganya yang

terjangkau oleh setiap lapisan masyarakat. Seperti yang telah diketahui

sebelumnya bahwa jumlah industri tahu di Indonesia kurang lebih sekitar 84 000

unit usaha dengan kapasitas produksi lebih dari 2,56 juta ton per hari. Melihat

jumlah industri yang tidak sedikit itu maka industri tahu sangat berperan dalam

pembangunan perekonomian di Indonesia terutama dalam hal penyerapan tenaga

kerja. Di sisi lain industri tahu dalam proses produksinya juga memiliki dampak

yang negatif bagi lingkungan yaitu kontribusinya dalam menyumbang gas rumah

kaca. Limbah cair yang dihasilkan dari industri tahu dari proses produksinya

sekitar 20 juta meter kubik per tahun menghasilkan dan emisi sekitar 1 juta ton

CO2 ekuivalen pertahun2. Oleh karena itu keberadaan industri tahu yang sangat

berkontribusi bagi pertumbuhan perekonomian negara juga menyumbang emisi

yang cukup tinggi bagi lingkungan yang dapat berdampak secara global.

2.2. Limbah Tahu

Industri tahu dalam proses produksinya menghasilkan produk sampingan

berupa limbah. Limbah yang dihasilkan dari proses produksi tahu berupa limbah

padat berupa ampas tahu dan limbah cair tahu. Limbah padat berupa ampas tahu

                                                            1 http://barangdaurulang.blogspot.com/2009/08/limbah-tahu-cair-menjadi-biogas.html 2http:/hendrik-perdana.web.id/index.php/artikel/umum/242-biogas-dari-limbah-tahu. Diakses tanggal 26 Desember 2010.  

Page 23: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

  

9  

biasanya dimanfaatkan kembali menjadi pakan ternak, dijadikan keripik ampas

tahu, atau dijadikan sebagai bahan baku bagi industri lain. Namun tidak demikian

halnya dengan limbah cair tahu. Pengrajin biasanya langsung membuang limbah

cair tahu ke badan-badan air lainnya tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu.

Limbah cair tahu ini memiliki dampak yang sangat berbahaya apabila mencemari

perairan karena kandungan beban pencemar yang terdapat pada limbah cair tahu

tidak sesuai dengan baku mutu air yang sudah ditetapkan (Kaswinarni, 2007).

Karakteristik limbah cair dari proses produksi tahu yang berwarna kuning

yaitu keruh, dan berbau rebusan kedelai apabila masih segar, sedangkan limbah

dari proses produksi tahu putih berwarna putih keruh dengan bau kedelai jika

masih segar. Kapasitas produksi, teknik pengolahan kedelai, dan penggunaan air

akan mempengaruhi karakteristik limbah yang dihasilkan. Pengrajin dengan

kapasitas produksi kecil akan menghasilkan limbah cair dengan konsentrasi yang

lebih rendah dibandingkan dengan pengrajin dengan kapasitas produksi yang

besar. Pengrajin tahu putih dengan kapasitas produksi di bawah 100 kg/hari

menghasilkan limbah cair sebanyak 150-430 liter dengan nilai BOD sebesar 2 800

-4 300 mg/l, TSS sebanyak 615-629 mg/l, pH sebesar 3,4-3,8 dan DO sebanyak

1,5-2,2 mg/l. Jumlah limbah cair tahu yang dihasilkan dari kapasitas produksi

diatas 100 kg melebihi 1 000 liter dengan nilai BOD sebesar 4 100 mg/l, TSS di

atas 640 mg/l, pH 3,56 dan DO sebesar 1,93 mg/l. Limbah cair pada pengolahan

tahu kuning dengan kapasitas produksi di bawah 100 kg/hari menghasilkan

Page 24: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

  

10  

limbah cair sebanyak 460-780 liter dengan nilai BOD sebesar 3 500-4 600 mg/l,

TSS sebanyak 716-760 mg/l, pH sebesar 3,8-3,9 dan DO sebesar 1,2 mg/l3.

2.3. COD (Chemical Oxygen Demand)

Chemical Oxygen Demand atau kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah

oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada di dalam air dapat

teroksidasi melalui reaksi kimia. Dalam hal ini bahan buangan organik akan

dioksidasi oleh Kalium bichromat menjadi gas CO2 dan H2O serta sejumlah ion

Chrom. Kalium bichromat digunakan sebagai sumber oksigen. Semakin banyak

Kalium bichromat yang diperlukan dalam reaksi oksidasi, maka semakin banyak

pula oksigen yang diperlukan. Hal ini menandakan bahwa air lingkungan makin

banyak tercemar oleh bahan buangan organik (Wardhana, 2001)

2.4. BOD (Biological Oxygen Demand)

Biological Oxygen Demand atau kebutuhan biologis adalah jumlah

oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme di dalam air lingkungan untuk

memecah atau mendegradasi bahan buangan organik yang ada di dalam air

lingkungan tersebut. Sebenarnya peristiwa penguraian bahan buangan organik

melalui proses oksidasi oleh mikroorganisme di dalam lingkungan adalah proses

alamiah yang mudah terjadi apabila air lingkungan mengandung oksigen yang

cukup. Pada umumnya air lingkungan atau air alam mengandung mikroorganisme

yang dapat “memakan”, memecah, menguraikan bahan buangan organik. Jumlah

mikroorganisme di dalam air lingkungan tergantung pada tingkat kebersihan air.

Air yang bersih biasanya mengandung mikroorganisme yang relatif lebih sedikit

dibandingkan dengan air yang telah tercemar oleh bahan buangan yang bersifat                                                             3http://agribisnis.deptan.go.id/download/layanan_informasi/pengolahan_hasil_pertanian/draft_pedoman_desain_teknik_ipal_agroindustri.pdf Diakses tanggal 25 Desember 2010

Page 25: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

  

11  

antiseptik atau bersifat racun seperti phenol, kreolin, deterjen, asam sianida,

insektisida, dan sebagainya, jumlah mikroorganismenya pun relatif sedikit.

Mikroorganisme yang memerlukan oksigen untuk memecah bahan buangan

organik sering disebut bakteri aerobik, sedangkan yang tidak memerlukan oksigen

disebut bakteri anaerobik. Apabila kandungan oksigen dalam lingkungan air

menurun maka kemampuan bakteri aerobik untuk memecah bahan organik akan

menurun pula. Bahkan apabila oksigen dalam air yang terlarut sudah habis maka

bakteri aerobik akan mati semua. Dalam keadaan seperti ini bakteri anaerobik

akan mengambil alih tugas untuk memecah bahan buangan yang ada di dalam air

(Wardhana, 2001).

2.5. Pengelolaan Limbah

Pengelolaan limbah adalah kegiatan terpadu yang meliputi kegiatan

pengurangan, segregasi, penanganan, pemanfaatan, dan pengolahan limbah.

Kegiatan-kegiatan yang melingkupi pengelolaan limbah ini perlu dilakukan untuk

mencapai hasil yang optimal dan bukan hanya mengedepankan pengolahan

limbah saja. Kegiatan ini dilakukan untuk mengurangi beban pengolahan limbah

di IPAL seperti teknologi dan biaya yang tinggi. Ada beberapa teknik terintegrasi

untuk melakukan pengelolaan limbah seperti produksi dan minimisasi limbah.

Produksi bersih menekankan pada tata cara produksi yang minim bahan

pencemar, limbah, air, dan energi. Bahan pencemar diminimisasikan dengan

pemilihan bahan baku yang baik, tingkat kemurnian yang tinggi atau bersih.

Selain itu diupayakan menggunakan peralatan yang hemat air dan energi.

Sedangkan minimisasi limbah merupakan implementasi untuk mengurangi jumlah

dan tingkat pencemaran yang dihasilkan dari suatu proses produksi dengan cara

Page 26: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

  

12  

pengurangan, pemanfaatan, dan pengolahan limbah. Pengurangan limbah

dilakukan melalui peningkatan atau optimasi efisiensi alat pengolahan, optimasi

sarana dan prasarana pengolahan seperti sistem perpipaan, meniadakan

kebocoran, dan terbuangnya limbah. Pemanfaatan ditujukan pada bahan baku air

yang telah digunakan dalam proses yang sama. Pemanfaatan perlu dilakukan

dengan pertimbangan yang cermat agar tidak menimbulkan gangguan pada proses

produksi atau pencemaran lingkungan. Pengolahan limbah adalah upaya terakhir

dalam sistem pengelolaan limbah setelah sebelumnya dilakukan optimasi proses

produksi dan pengurangan serta pemanfaatan limbah. Pengolahan limbah

dimaksudkan untuk menurunkan tingkat cemaran yang terdapat dalam limbah

sehingga aman untuk dibuang ke lingkungan. Limbah yang dikeluarkan dari setiap

kegiatan akan memiliki karakteristik yang berlainan. Hal ini karena bahan baku,

teknologi proses, dan peralatan yang digunakan juga berbeda. Namun akan tetap

ada kemiripan karakteristik diantara limbah yang dihasilkan dari proses untuk

menghasilkan produk yang sama. Karakteristik utama limbah didasarkan pada

jumlah atau volume limbah dan kandungan bahan pencemarnya yang terdiri dari

unsur fisik, biologi, kimia, dan radioaktif. Karakteristik ini akan menjadi dasar

untuk menentukan proses dan alat yang digunakan untuk mengolah air limbah4.

2.6. Biaya Eksternal

Biaya eksternal meningkat ketika seseorang atau suatu grup tidak

menanggung seluruh biaya akibat segala tindakannya, dengan demikian sebagian

biaya tersebut ditanggung oleh pihak lain atau masyarakat luas (Zohrabian dan

Philipson, 2010). Jenis biaya ini disebut biaya eksternal karena meskipun                                                             4http://agribisnis.deptan.go.id/download/layanan_informasi/pengolahan_hasil_pertanian/draft_pedoman_desain_teknik_ipal_agroindustri.pdf Diakses tanggal 25 Desember 2010

Page 27: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

  

13  

produsen atau konsumen tidak bertanggung jawab atas tindakannya secara

finansial, namun biaya tersebut nyata bagi anggota masyarakat lainnya (Sabour,

2006).

Di dalam pasar bebas, apabila tidak melibatkan eksternalitas, hanya ada

satu istilah yaitu biaya produksi dan hanya ada satu istilah keuntungan yaitu

keuntungan yang diperoleh oleh konsumen. Eksternalitas melibatkan pihak ketiga

yang bukan produsen atau konsumen yaitu masyarakat yang terkena dampak.

Masyarakat yang terkena dampak berupa biaya yang diakibatkan oleh kegiatan

yang dilakukan baik oleh produsen maupun konsumen. Biaya yang ditanggung

oleh pihak ketiga inilah yang disebut dengan biaya eksternal5. Biaya-biaya ini

dapat berupa biaya kesehatan, biaya pengolahan air, biaya dari penurunan

produktivitas pertanian bahkan biaya penurunan produktivitas kerja. Misalnya saja

apabila masyarakat yang tinggal di sekitar sungai tempat produsen membuang

limbah cair hasil proses produksi mereka maka masyarakat yang biasa

mengonsumsi air sungai untuk kebutuhan sehari-hari mereka akan terkena

dampak negatif yaitu penurunan kualitas air sungai. Dengan demikian air sungai

yang ada menjadi tidak layak pakai karena kualitas air sungai tersebut sudah tidak

sesuai dengan baku mutu air untuk kegiatan konsumsi sehari-hari sehingga

masyarakat yang biasa mengonsumsi air tersebut terkena penyakit karena air yang

mereka konsumsi mengandung zat pencemar dan bakteri yang membahayakan

                                                            5http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=1&ved=0CBIQFjAA&url=http%3A%2F%2Frepository.gunadarma.ac.id%3A8000%2FKommit2004_ekonomi_010_1481.pdf&rct=j&q=internalisasi+biaya+eksternal-juarna+dan+harmoni+&ei=2twUTKuPB823rAeX07GyCA&usg=AFQjCNE5r3ztmzDj4dCftY-w-4SiaNIASKA. Diakses tanggal 1 Mei 2010

 

Page 28: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

  

14  

kesehatan. Menurut Abelson (1979), terdapat kesulitan di dalam mengestimasi

nilai dari biaya eksternal karena tidak adanya pasar yang nyata untuk dampak

yang buruk dari suatu rumah tangga.

2.7. Internalisasi Biaya Eksternal

Eksternalitas erat kaitannya dengan efisiensi alokasi sumberdaya.

Sumberdaya bisa saja dialokasikan melalui berbagai pengaturan kelembagaan

seperti kediktaktoran (dictatorship), perencanaan terpusat (central planning), atau

melalui mekanisme pasar bebas (free market). Teori ekonomi standar mengatakan

bahwa meskipun pengaturan kelembagaan selain free market bisa saja

mengalokasikan sumberdaya secara efisien, namun hanya mekanisme pasar yang

menghasilkan alokasi yang efisien dan optimal (pareto optimal). Dengan kata lain,

apabila pasar tidak eksis maka alokasi sumberdaya tidak akan terjadi secara

efisien dan optimal (Fauzi, 2004).

Sumberdaya alam dalam beberapa hal tidak ditransaksikan dalam

mekanisme pasar atau mekanisme pasar tidak berjalan sempurna. Dalam hal ini

contohnya barang lingkungan seperti kualitas air sungai yang merupakan barang

yang tidak memiliki harga pasar sehingga sulit untuk melakukan penilaian. Oleh

karena tidak adanya nilai dari kualitas sungai maka masyarakat merasa bebas

untuk memanfaatkan tanpa terikat kewajiban untuk melestarikan sungai (Fauzi,

2004). Pemanfaatan air sungai yang dilakukan secara berlebihan dapat

menyebabkan dampak negatif bagi pengguna lainnya, sehingga pengguna lain

harus mengeluarkan biaya eksternal karena telah memanfaatkan air sungai yang

tercemar.

Page 29: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

  

15  

Menurut Fauzi (2004), di dalam pasar bebas tidak mengenal adanya

eksternalitas. Segala bentuk transaksi dalam hal ini permintaan dan penawaran

berjalan sempurna. Artinya pasar dapat memenuhi permintaan yang ada. Akan

tetapi tidak demikian halnya dengan barang lingkungan seperti kualitas air,

permintaan akan air yang bersih sesuai baku mutu tidak dapat disediakan oleh

pasar karena ketiadaan pasar bagi kualitas air sungai yang bersih, dalam hal ini

pasar tidak berjalan atau dapat dikatakan telah terjadi kegagalan pasar (market

failure). Market failure yang disebabkan oleh kegagalan pasar dapat dikurangi

dengan beberapa kebijakan diantaranya:

1. Pengaturan property right dengan cara pemerintah memberikan hak

tersebut kepada suatu pihak yang menggunakan barang publik

2. Internalisasi biaya eksternal

3. Distribusi right

4. Optimalisasi produksi dan konsumsi

5. Aturan insentif dan kompensasi

6. Penilaian lingkungan

7. Penyusunan neraca sumberdaya alam

8. Penetapan otoritas sumberdaya alam

Dari kebijakan yang telah diuraikan di atas salah satu yang dapat

dilakukan untuk mengatasi eksternalitas yang menyebabkan penurunan kualitas

air sungai yaitu dengan melakukan internalisasi biaya eksternal. Internalisasi

biaya eksternal merupakan upaya untuk menginternalkan dampak yang

ditimbulkan dengan cara menyatukan proses pengambilan keputusan dalam satu

unit usaha (Fauzi, 2004).

Page 30: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

  

16  

Ketika terjadi eksternalitas negatif, biaya privat, yaitu biaya yang dihitung

oleh pabrik untuk membayar semua faktor produksi yang digunakan menjadi

terlalu kecil karena tidak memperhitungkan kerugian masyarakat, akibatnya

barang yang dihasilkan oleh pabrik tersebut cenderung menjadi terlalu banyak,

mereka tidak memperhitungkan bagaimana dampak pembuangan limbah produksi

ke sungai yang dirasakan masyarakat lainnya yang menggunakan air sungai

tersebut (Mangkoesoebroto, 1993). Dalam hal ini perusahaan masih belum

menanggung biaya eksternal seperti biaya kesehatan yang ditanggung oleh

masyarakat akibat mengonsumsi air sungai yang tercemar tersebut.

a c b p

d q* q -k e f Sumber: Folmer (2000) Gambar 1. Pasar Bebas Sebelum Internalisasi Biaya Eksternal

Berdasarkan gambar di atas pada saat pasar bebas ketika belum

dimasukkan biaya eksternal ke dalam struktur biaya produksi dalam hal ini MC

(q), maka biaya eksternal yang ditanggung oleh masyarakat adalah daerah d-e-q*-

f, sedangkan surplus konsumen adalah daerah a-b-c dimana surplus yang terjadi

belum menggambarkan surplus sosial.

Page 31: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

  

17  

Apabila suatu perusahaan sudah menginternalisasikan biaya eksternal ke

dalam struktur maka kurva biaya produksi dapat dilihat seperti pada Gambar 2.

k

a c d b e

p

-k f qs q* q g h i Sumber: Folmer (2000) Gambar 2. Pasar Bebas Setelah Internalisasi Biaya Eksternal

Apabila perusahaan sudah menginternalisasikan biaya eksternal, maka

kurva MC (q) akan bergeser ke atas menjadi MC (q) + k sebesar k, dimana k

adalah biaya eksternal yang kemudian ditanggung oleh perusahaan. Internalisasi

ini menyebabkan produksi tereduksi dari q* menjadi qs, dan mengurangi surplus

dari a-d-e menjadi a-b-c, daerah a-b-c ini yang kemudian disebut dengan surplus

sosial karena telah memasukkan komponen biaya sosial ke dalam struktur biaya

produksi.

Pada kasus limbah cair yang dihasilkan dari proses produksi tahu,

internalisasi biaya eksternal dapat dilakukan melalui pengolahan limbah cair

menjadi biogas sehingga biaya eksternal yang semula ditanggung oleh masyarakat

menjadi tanggungan para pengrajin tahu.

Page 32: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

  

18  

2.9. Studi Terdahulu

Penelitian Natalia (2008) mengenai limbah cair tempe yang meneliti

tentang kandungan beban pencemar yang terdapat dalam limbah cair tempe dan

pengolahan limbah cair tempe menggunakan IPAL. Tujuan dari penelitian ini

adalah dapat membantu para pengusaha atau pengrajin tempe untuk mengurangi

pembuangan limbah cair tempe ke sungai sehingga dapat meningkatkan kualitas

air sungai dan dapat mengurangi eksternalitas negatif yang timbul akibat limbah

cair yang dibuang secara langsung ke sungai bagi masyarakat pengguna air

sungai.

Musksgaard dan Ramskov (2002), melakukan penelitian untuk

menganalisis efek dari peraturan dalam sebuah pasar energi yang terintegrasi

dengan cara menggunakan pajak bagi para produsen berdasarkan biaya eksternal

yang dihasilkan. Analisis ini dilakukan berdasarkan model keseimbangan empirik

yang diterapkan di pasar energi di Eropa Utara. Hasilnya menunjukkan bahwa

internalisasi biaya eksternal akan meningkatkan harga listrik sebesar 40-50% pada

periode dari tahun 1995 sampai tahun 2020, sehingga permintaan listrik menurun

sebesar 10%.

Kosugi et al., (2009) melakukan penelitian untuk mensimulasikan

internalisasi biaya eksternal pada isu-isu lingkungan yang utama secara global

menggunakan model pertumbuhan ekonomi optimal. Penelitian ini

menggabungkan dua model yang sudah ada yaitu model penilaian yang

terintegrasi dan model dampak penilaian dari siklus hidup. Penelitian ini bertujuan

untuk mengahasilkan tiga keluaran yaitu untuk menggabungkan isu-isu

lingkungan termasuk pemanasan global pada model penilaian yang terintegrasi,

Page 33: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

  

19  

untuk menilai dampak lingkungan dengan pendekatan bottom-up menggunakan

model dampak dari siklus hidup, dan untuk menginternalisasikan biaya eksternal

yang dihasilkan dari studi dampak lingkungan. Hasil simulasi dari penelitian ini

mengindikasikan bahwa biaya eksternal dari global warming terhitung sekitar 10 -

40%, dan sisanya berasal dari penggunaan lahan dan perubahannya. Internalisasi

biaya eksternal akan mengakibatkan penurunan pertumbuhan ekonomi sampai

sekitar 5% dimana usaha perlindungan hutan akan meningkat sampai sekitar 40%

dan konsumsi energi fosil akan menurun sampai 15%.

Rafaj dan Kypreos (2006), melakukan penelitian untuk menunjukkan

dampak dari internalisasi biaya eksternal dari produksi listrik. Pendekatan pada

model dalam penelitian ini digunakan untuk menentukan tambahan biaya pada

pembangkit tenaga listrik yang merefleksikan biaya lingkungan dan gangguan

kesehatan yang ditimbulkan dari polutan lokal (SO2 dan NOX), perubahan iklim,

resiko kecelakaan kerja, dan lain-lain. Teknologi yang digunakan menghasilkan

emisi yang disalurkan ke sistem seperti NOX dan CO2. Hasilnya terlihat bahwa

terdapat perubahan dari produksi energi akibat melakukan internalisasi biaya

eksternal.

Keempat penelitian yang telah dilakukan sebelumnya melakukan

perhitungan biaya eksternal yang timbul akibat pencemaran lingkungan, hanya

saja penelitian yang dilakukan hanya sebatas pengukuran terhadap biaya eksternal

kemudian menginternalisasikannya ke dalam struktur biaya produksi yang

berimplikasi pada penurunan kuantitas jumlah barang yang diproduksi. Kelebihan

di dalam penelitian ini adalah selain melakukan estimasi biaya eksternal kemudian

menginternalisasikannya ke dalam struktur produksi juga melakukan estimasi

Page 34: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

  

20  

terhadap manfaat ekonomi yang diperoleh dari internalisasi biaya eksternal,

seperti penghematan bahan bakar, penerimaan tambahan dari cacing rambut yang

hidup di sungai untuk pakan lele dumbo karena setelah dilakukannya pengolahan

limbah cacing rambut dapat tumbuh dengan baik, penerimaan tambahan dari

penjualan ampas tahu yang sudah diolah menjadi pakan ternak, dan keripik ampas

tahu.

Page 35: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

  

  

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis meliputi konsep ekonomi pencemaran,

Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode

valuasi ekonomi. Metode valuasi ekonomi meliputi pendekatan produktivitas,

modal manusia, biaya kesempatan, nilai hedonis, biaya perjalanan, dan kesediaan

membayar atau menerima ganti rugi kerusakan.

3.1.1. Ekonomi Pencemaran

Proses produksi maupun konsumsi selain menghasilkan keuntungan dan

kepuasan juga menghasilkan produk sampingan berupa limbah. Limbah

merupakan bagian intrinsik atau bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas

ekonomi dan akan meningkat sejalan dengan peningkatan aktivitas tersebut.

Dalam pendekatan ekonomi konvensional, dampak dari limbah tersebut tidak

secara eksplisit diakomodasikan ke dalam model produksi dan konsumsi. Padahal

dengan mengabaikan dampak eksternalitas tersebut bukan saja syarat bagi

optimalisasi produksi dan konsumsi tidak terpenuhi, melainkan juga mengabaikan

biaya sosial yang sebenarnya harus ditanggung oleh si penerima dampak (Fauzi,

2004).

Menurut Fauzi (2004), pencemaran dalam perspektif biofisik diartikan

sebagai masuknya aliran residual (residual flow) yang diakibatkan oleh perilaku

manusia ke sistem lingkungan. Apakah kemudian limbah ini mengakibatkan

kerusakan atau tidak, tergantung pada kemampuan penyerapan (absorptive

capacity) media lingkungan seperti air, tanah, dan udara.

Page 36: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

  

22  

Pada kasus pencemaran air oleh para pengrajin tahu, pencemaran ini

menimbulkan eksternalitas negatif yang harus ditanggung oleh masyarakat. Oleh

karena itu untuk mengatasi dampak yang terus berlangsung dan dapat

membahayakan kesehatan masyarakat, pengrajin harus melakukan pengolahan

terhadap limbah yang dihasilkan melalui pembangunan pengolahan limbah. Para

pengrajin yang akan melakukan pengolahan limbah cair akan menghasilkan

sejumlah biaya dan juga sejumlah manfaat yang akan berdampak langsung

maupun tidak langsung terhadap kondisi lingkungan yang dirasakan oleh pihak

lain yang tidak ikut dalam upaya pengolahan limbah. Dari perspektif ekonomi

pencemaran bukan saja dilihat dari hilangnya nilai ekonomi sumberdaya akibat

berkurangnya kemampuan sumberdaya secara kualitas dan kuantitas untuk

menyuplai barang dan jasa, namun juga dari dampak pencemaran tersebut

terhadap kesejahteraan masyarakat (Fauzi, 2004).

3.1.2. Contingent Valuation Method (CVM)

Contingent Valuation Method (CVM) digunakan untuk mengestimasi nilai

ekonomi untuk barang-barang yang tidak diperdagangkan. CVM pertama kali

diperkenalkan oleh Davis pada tahun 1963. Nilai ekonomi yang didapat

merupakan hasil pengukuran pada hubungan fungsi kepuasan dengan konsep

Willingness to Pay (WTP) dan Willingness to Accept (WTA). Contingent

Valuation Method dipergunakan untuk mengestimasi nilai amenity atau estetika

lingkungan yang merupakan public goods. Tujuan dari CVM yaitu untuk

mengukur variasi nilai kompensasi dan nilai persamaan suatu barang yang

ditanyakan (Hanley, 1993).

Page 37: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

  

23  

Manusia memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap nilai dari suatu

sumberdaya. Mereka melakukan penilaian sesuai manfaat yang dapat mereka

peroleh dari mengonsumsi sumberdaya tersebut. Pengertian nilai khususnya yang

menyangkut barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan

lingkungan dapat dipandang berbeda dari berbagai disiplin ilmu. Oleh karena itu

diperlukan persepsi yang sama untuk penilaian sumberdaya tersebut. Salah satu

tolak ukur yang relatif mudah dan dapat dijadikan persepsi bersama sebagai

disiplin ilmu tersebut adalah dengan melakukan pemberian price tag pada barang

dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan. Dengan kata lain

kita dapat memperoleh apa yang disebut dengan nilai ekonomi sumberdaya alam .

Secara umum nilai ekonomi didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum

seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan

jasa lainnya. Dengan kata lain konsep nilai ekonomi dapat dikatakan sebagai

keinginan seseorang untuk membayar atau dikenal dengan istilah willingness to

pay seseorang untuk membayar suatu sumberdaya alam dan lingkungan dengan

mengorbankan barang dan jasa yang ia miliki (Fauzi, 2004).

Aplikasi penggunaan CVM dapat diuraikan menjadi enam tahapan

(Hanley, 2003) yaitu :

1. Membangun pasar hipotetik

Pasar hipotetik dibangun dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman

masyarakat tentang isu yang terkait dengan barang lingkungan.

2. Mengukur besaran WTP

Setelah pasar hipotetik dibangun maka pertanyaan mengenai barang

lingkungan dapat ditentukan dan WTP dari tiap individu akan didapat.

Page 38: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

  

24  

Terdapat beberapa metode di dalam memperoleh besaran WTP

diantaranya:

Permainan penawaran (Bidding Game)

Close-ended question

Payment card

Open ended question

Delphi methods

3. Mengestimasi rataan WTP

Setelah nilai WTP tiap individu diperoleh maka dibuat rata-rata WTP dari

keseluruhan nilai WTP yang ada.

4. Mengestimasi kurva penawaran

Kurva penawaran dapat diestimasi dari nilai WTP yang diperoleh. Dalam

hal ini nilai WTP dijadikan sebagai variabel dependen yang dipengaruhi

oleh beberapa faktor. Contohnya, nilai WTP yang ada dipengaruhi oleh

pendapatan (Y), pendidikan (E), umur (A), dan jumlah kualitas lingkungan

yang ada (Q),maka model persamaannya adalah:

WTPi = f(Yi, Ei, Ai, Qi)

5. Agrerasi data

Agrerasi menunjukkan proses dimana rataan penawaran dikonversikan ke

dalam nilai angka total populasi

6. Mengevaluasi penggunaan CVM

Tahap ini dilakukan untuk melihat keberhasilan dari penerapan CVM

menggunakan beberapa indikator yang digunakan oleh peneliti

Page 39: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

  

25  

3.1.3. Eksternalitas

Masalah yang dapat menyebabkan kegagalan pasar dalam mengalokasikan

faktor-faktor produksi secara efisien adalah eksternalitas. Eksternalitas timbul

karena tindakan konsumsi atau produksi dari satu pihak mempunyai pengaruh

kepada pihak yang lain dan tidak ada kompensasi yang dibayar oleh pihak yang

menyebabkan atau kompensasi yang diterima oleh pihak yang terkena dampak

tersebut. Adanya eksternalitas dari suatu kegiatan menyebabkan sistem

perekonomian yang menggunakan sistem pasar persaingan sempurna tidak dapat

mengalokasikan sumber-sumber ekonomi secara efisien karena harga tidak

mencerminkan dengan tepat akan kelangkaan faktor produksi. Dalam hal

eksternalitas negatif, biaya produksi yang dihitung oleh pengusaha lebih kecil

dibandingkan biaya yang diderita oleh masyarakat (Mangkoesoebroto, 2000)

Eksternalitas juga dapat didefinisikan sebagai dampak (baik positif

maupun negatif) dari suatu kegiatan (baik konsumsi maupun produksi) terhadap

suatu pihak yang tidak melakukan kegiatan tersebut. Lebih spesifik lagi

eksternalitas terjadi jika kegiatan produksi atau konsumsi suatu pihak

mempengaruhi utilitas (kegunaan) dari pihak lain secara tidak diinginkan dan

pihak pembuat eksternalitas tidak menyediakan kompensasi terhadap pihak yang

terkena dampak (Fauzi, 2004)

Eksternalitas juga merupakan efek dari aktivitas ekonomi dari satu pihak

ke pihak lain yang tidak diperhitungkan ke dalam sistem harga. Definisi ini

menekankan pada dampak non pasar yang secara langsung berpengaruh pada satu

pelaku dari pelaku lainnya. Eksternalitas timbul karena tindakan konsumsi atau

produksi dari satu pihak yang mempunyai pengaruh terhadap pihak lain dan tidak

Page 40: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

  

26  

ada kompensasi yang dibayarkan oleh pihak yang menyebabkan atau kompensasi

yang diterima oleh pihak yang terkena dampak tersebut1.

3.1.4. Biaya Produksi

Menurut Suhartati dan Fathorrozi (2003), biaya produksi merupakan biaya

yang digunakan suatu faktor produksi untuk memproduksi suatu komoditi

merupakan nilai dari kesempatan (opportunity) dari penggunaan faktor ini untuk

kegiatan lain. Biaya dapat dibagi menjadi dua berdasarkan sifatnya, artinya

mengaitkan antara pengeluaran yang harus dibayar dengan produk atau output

yang dihasilkan. Berdasarkan pembagian ini, biaya dikelompokkan menjadi:

1. Biaya tetap

Merupakan kewajiban yang harus dibayar oleh suatu perusahaan per

satuan waktu tertentu, untuk keperluan pembayaran semua input tetap, dan

besarnya tidak tergantung dari jumlah produksi yang dihasilkan

2. Biaya variabel

Merupakan kewajiban yang harus dibayar oleh suatu perusahaan pada

waktu tertentu, untuk pembayaran input variabel yang digunakan dalam

proses produksi

3. Biaya total

Merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan variabel dalam proses

produksi

                                                            1http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=1&ved=0CBIQFjAA&url=http%3A%2F%2Frepository.gunadarma.ac.id%3A8000%2FKommit2004_ekonomi_010_1481.pdf&rct=j&q=internalisasi+biaya+eksternal-juarna+dan+harmoni+&ei=2twUTKuPB823rAeX07GyCA&usg=AFQjCNE5r3ztmzDj4dCftY-w-4SiaNIASKA. Diakses tanggal 1 Mei 2010

 

Page 41: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

  

27  

Terdapat dua fungsi biaya yang dapat diturunkan dari fungsi biaya total

yaitu:

1. Biaya tetap total

Didefinisikan sebagai total semua biaya yang tidak berubah mengikuti

perubahan output, bahkan apabila output sama dengan nol

2. Biaya variabel total

Total semua biaya yang berubah seiring perubahan output dalam jangka

pendek

Selain biaya-biaya di atas juga terdapat biaya variabel rata-rata, biaya total

rata-rata, dan biaya marginal. Biaya variabel rata-rata merupakan biaya variabel

total dibagi dengan jumlah unit keluaran, biaya total rata-rata merupakan biaya

total dibagi dengan jumlah output, sedangkan biaya marginal merupakan kenaikan

biaya total karena memproduksi satu unit tambahan output (Case dan Fair, 2003).

3.1.5. Konsep Metode Valuasi Ekonomi

Penetapan nilai ekonomi total maupun nilai kerusakan lingkungan

digunakan pendekatan harga pasar maupun non pasar. Pendekatan harga pasar

dapat dilakukan melalui pendekatan produktivitas, pendekatan modal manusia

(Human Capital) atau pendekatan nilai yang hilang dan pendekatan biaya

kesempatan (Opportunity Cost). Pendekatan non pasar dapat dilakukan melalui

metode nilai hedonis (Hedonic Pricing), metode biaya perjalanan (Travel Cost),

metode kesediaan membayar atau kesediaan menerima (Contingent Valuation),

dan metode Benefit Transfer (Dhewanthi, et al., 2007)

Page 42: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

  

28  

3.1.5.1. Pendekatan Produktivitas

Pada pendekatan ini valuasi yang dilakukan digunakan untuk

memberikan harga SDA dan lingkungan sedapat mungkin menggunakan harga

pasar yang sesungguhnya. Terdapat beberapa teknik yang biasa digunakan dalam

pendekatan produktivitas ini, yaitu (a) Perubahan Produktivitas, yaitu teknik yang

menggunakan nilai pasar yang ada dari suatu SDA, maka dapat diketahui nilai

total dari sumberdaya tersebut. Kuantitas SDA dipandang sebagai faktor produksi.

Perubahan dalam kualitas lingkungan mengubah produktivitas dan biaya produksi

yang kemudian mengubah harga dan hasil yang dapat diamati dan diukur, (b)

Biaya Pengganti atau Replacement Cost, yaitu teknik yang mengidentifikasi biaya

pengeluaran untuk perbaikan lingkungan hingga mencapai atau mendekati

keadaan semula. Biaya yang diperhitungkan untuk mengganti SDA yang rusak

dan kualitas lingkungan yang menurun atau karena praktek pengelolaan SDA

yang kurang sesuai dapat menjadi dasar penaksiran manfaat yang diperkirakan

dari suatu perubahan, (c) Biaya Pencegahan atau Prevention Cost, yaitu apabila

nilai jasa lingkungan tidak dapat diduga nilainya, maka pendekatan ini baik

pengeluaran aktual maupun potensi pengeluaran, dapat dipakai. Melalui teknik

ini, nilai lingkungan dihitung berdasarkan hal-hal yang disiapkan masyarakat

untuk melakukan upaya pencegahan kerusakan lingkungan, seperti pembuatan

terrassering untuk mencegah terjadinya erosi di dataran tinggi ((Dhewanthi, et al.,

2007) .

3.1.5.2. Pendekatan Modal Manusia (Human Capital)

Pendekatan ini sedapat mungkin dapat menggunakan harga pasar

sesungguhnya ataupun dengan harga bayangan. Hal ini terutama dapat dilakukan

Page 43: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

  

29  

untuk memperhitungkan efek kesehatan dan bahkan kematian dapat dikuantifikasi

harganya di pasar. Pendekatan ini dapat dilakukan dengan beberapa teknik yaitu :

(a) Pendekatan Pendapatan yang Hilang, yaitu pendekatan yang digunakan untuk

menghitung kerugian akibat pendapatan yang hilang karena perubahan fungsi

lingkungan berdampak pada kesehatan manusia, (b) Biaya Pengobatan, yaitu

dampak perubahan kualitas lingkungan dapat berakibat negatif pada kesehatan,

yaitu menyebabkan sakit bahkan kematian, (c) Keefektifan Biaya

Penanggulangan, yaitu pendekatan yang digunakan apabila perubahan kualitas

lingkungan tidak dapat diduga nilainya namun dipastikan bahwa tujuan

penanggulangannya penting (Dhewanthi, et al., 2007).

3.1.5.3. Pendekatan Biaya Kesempatan (Opportunity Cost)

Apabila data mengenai harga atau upah tidak cukup tersedia, biaya

kesempatan atau pendapatan yang hilang dari penggunaan SDA dapat digunakan

sebagai pendekatan. Pendekatan ini dugunakan untuk menghitung biaya yang

harus dikeluarkan untuk melestarikan suatu manfaat dan bukan untuk memberikan

nilai besaran manfaat ekonomi yang harus dikorbankan jika terjadi perubahan

sehingga kualitas lingkungan tidak dapat dikembalikan seperti keadaan semula

(Dhewanthi, et al., 2007).

3.1.5.4. Pendekatan Nilai Hedonis (Hedonic Pricing)

Pendekatan ini merupakan pendekatan kedua setelah pendekatan dengan

harga pasar untuk menilai kualitas lingkungan, karena seringkali ditemui keadaan

yang sangat sulit untuk mendapatkan harga pasar atau harga alternatif. Pendekatan

ini dikenal dengan pendekatan nilai properti (Property Value Method).

Pendekatan ini merupakan suatu teknik penilaian lingkungan berdasarkan atas

Page 44: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

  

30  

perbedaan harga sewa lahan atau harga sewa rumah. Dengan asumsi bahwa

perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan kualitas lingkungan. Untuk

mendapatkan harga didasarkan atas kesanggupan orang untuk membayar lahan

atau komoditas lingkungan sebagai cara untuk menduga secara tidak lagsung

bentuk kurva permintaan sehingga nilai perubahan kualitas lingkungan dapat

ditentukan (Dhewanthi, et al., 2007).

3.1.5.5. Pendekatan Biaya Perjalanan (Travel Cost)

Pendekatan ini menggunakan biaya transportasi atau biaya perjalanan

terutama untuk menilai lingkungan pada objek-objek wisata. Pendekatan ini

menganggap bahwa biaya perjalanan dan waktu yang dikorbankan para wisatawan

menuju objek itu dianggap sebagai nilai lingkungan yang dibayar oleh wisatawan

(Dhewanthi, et al., 2007).

3.1.5.6. Pendekatan Kesediaan Membayar atau Menerima Ganti Rugi (Contingent Valuation Method)

Metode valuasi kontingensi digunakan untuk mengestimasi nilai

ekonomi untuk berbagai macam ekosistem dan jasa lingkungan yang tidak

memiliki pasar, misal jasa keindahan. Metode ini menggunakan pendekatan

kesediaan untuk membayar atau menerima ganti rugi agar sumberdaya alam

tersebut tidak rusak. Metode ini juga dapat digunakan untuk menentukan nilai

guna dan nilai non guna. Metode ini merupakan teknik untuk menyatakan

preferensi karena menanyakan orang untuk menyatakan penilaian mereka.

Pendekatan ini juga memperlihatkan seberapa besar kepedulian mereka terhadap

suatu barang dan jasa lingkungan yang dilihat manfaatnya yang besar bagi semua

pihak sehingga upaya pelestarian diperlukan agar tidak kehilangan manfaat itu

(Dhewanthi, et al., 2007).

Page 45: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

  

31  

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Tahu dalam proses produksinya akan menghasilkan produk berupa tahu itu

sendiri, produk sampingan atau limbah yang berupa limbah padat dan limbah cair

tahu. Tahu yang dihasilkan kemudian dijual kepada konsumen, produk sampingan

berupa limbah cair tahu secara langsung akan dibuang ke sungai atau ke badan-

badan air lainnya, dan ampas tahu yang merupakan limbah padat akan diolah

kembali menjadi keripik ampas tahu, pakan ternak, atau bahan baku bagi industri

lainnya.

Sebagian besar dari para pengrajin tahu membuang produk sampingan

mereka ke sungai atau badan air lainnya tanpa melakukan pengolahan terlebih

dahulu terhadap limbah yang dihasilkan. Limbah cair yang dibuang langsung ke

sungai memiliki dampak yang buruk bagi para pengguna air tempat limbah cair

itu dibuang. Kandungan yang terdapat di dalam limbah cair dapat menimbulkan

penyakit bagi para pengguna air serta bau yang dihasilkan sangat mengganggu

masyarakat yang tinggal di sekitar sungai. Limbah industri tahu dapat

menimbulkan pencemaran yang cukup berat karena mengandung polutan organik

yang cukup tinggi. Dari beberapa hasil penelitian, bahan-bahan organik yang

terkandung dalam air buangan tersebut memiliki konsentrasi COD berkisar antara

4 000-12 000 ppm dan BOD antara 2 000 – 10 000 ppm, serta mempunyai

keasaman yang rendah yakni pH 4-52.

Beberapa faktor yang mendasari para pengrajin tahu membuang limbah ke

sungai tanpa pengolahan telebih dahulu diantaranya adalah karena kurangnya                                                             2http://www.scribd.com/mobile/documents/search?query=9Limbah+Tahu+Untuk+Biogas&commi

t=Search. Diakses tanggal 3 Desember 2010

 

Page 46: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

  

32  

kesadaran mengenai pentingnya melestarikan kualitas air serta pengetahuan

mengenai dampak yang ditimbulkan apabila mereka membuang limbah ke sungai,

serta mahalnya biaya pembangunan pengolahan limbah yang membuat mereka

sangat berat untuk membangun pengolahan limbah karena akan berimplikasi pada

kenaikan biaya produksi yang akan menurunkan tingkat penerimaan dan

keuntungan mereka.

Aktivitas dari proses produksi tahu memberikan eksternalitas bagi

masyarakat yang kemudian dapat menimbulkan biaya eksternal bagi masyarakat

yang terkena dampaknya seperti biaya kesehatan dan biaya penurunan

produktivitas pertanian. Salah satu upaya untuk mengurangi eksternalitas adalah

dengan melakukan internalisasi biaya eksternal. Salah satu upaya yang dapat

dilakukan adalah dengan cara membangun pengolahan limbah cair menjadi

biogas. Proses pembangunan pengolahan limbah menjadi biogas tentunya

membutuhkan biaya yang cukup besar. Biaya pembangunan ini yang ditanggung

oleh para pengrajin tahu. Sebelumnya biaya eksternal tidak dimasukkan ke dalam

struktur biaya produksi dan ditanggung oleh masyarakat yang menerima dampak

dari pembuangan limbah ke sungai tanpa melalui pengolahan, namun setelah

dilakukannya internalisasi, biaya eksternal yang semula ditanggung oleh

masyarakat kini ditanggung oleh pengrajin tahu.

Pemerintah dalam menanggapi dampak yang berbahaya dari limbah yang

dibuang langsung ke sungai menetapkan beberapa kebijakan mengenai

pembangunan sistem pengolahan limbah. Salah satu pengolahan limbah yang

dapat diadopsi oleh para pengrajin tahu yaitu pengolahan limbah cair menjadi

biogas. Pembangunan pengolahan limbah menjadi biogas atau IPAL yang

Page 47: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

  

33  

menggunakan limbah cair tahu sebagai bahan baku dapat mengurangi dampak

pencemaran lingkungan, selain itu pembuatan IPAL juga dapat menciptakan

energi alternatif yaitu pengganti bahan bakar seperti kayu bakar dan minyak

tanah.

Analisis data dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis

kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan profil industri tahu di Desa Kalisari,

sedangkan analisis kuantitatif untuk mengestimasi biaya eksternal dengan

menggunakan metode change in productivity approach, replacement cost, dan

biaya kesehatan, metode biaya produksi untuk mengestimasi biaya produksi setiap

pengrajin tahu berdasarkan skala produksi tertentu, metode biaya produksi dan

harga pasar untuk mengestimasi nilai manfaat ekonomi internalisasi biaya

eksternal, metode willingness to pay untuk mengestimasi tingkat kesediaan petani

untuk membayar biaya pengolahan limbah.

Page 48: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

  

  

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di sentra produksi tahu yang terletak di Desa

Kalisari, Kecamatan Cilongok, Purwokerto1. Penentuan lokasi ini dilakukan

secara sengaja karena lokasi tersebut merupakan industri tahu yang berada di

sekitar wilayah perairan. Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai

Maret 2011.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder dan data primer. Data

primer yang diperoleh melalui kuesioner yang mengambil responden yaitu para

pengrajin tahu di Desa Kalisari dan wawancara langsung dengan pihak aparat desa

sebanyak lima orang, pengrajin keripik ampas tahu sebanyak tiga orang, ketua

gapoktan Desa Kalisari, kepala Desa Kalisari dan staf Kementrian Riset dan

Teknologi sebanyak satu orang. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi data

mengenai lokasi sentra produksi tahu, jumlah limbah yang dihasilkan, kandungan

beban pencemar yang terdapat dalam limbah cair tahu dan biaya pengolahan

limbah menjadi biogas.

4.3. Metode dan Pengambilan Data

Metode pengambilan contoh atau metode penentuan responden tidak

dilakukan secara acak, malainkan dilakukan dengan cara non probability sampling

yaitu jenis purposive sampling, dimana pengambilan sampel ini dilakukan tidak

                                                            1http:/hendrik-perdana.web.id/index.php/artikel/umum/242-biogas-dari-limbah-tahu. Diakses tanggal 26 Desember 2010.

 

Page 49: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

36  

secara acak melainkan dengan pertimbangan tertentu dan secara sengaja yang

disesuaikan dengan tujuan penelitian. Pengrajin yang menjadi responden yaitu

pengrajin yang sudah melakukan internalisasi biaya eksternal sebanyak 26

responden, pengrajin yang belum melakukan pengolahan limbah cair tahu

sebanyak 30 responden, dan pengrajin yang melakukan penjualan ampas tahu

sebanyak 60 responden

4.4. Metode dan Prosedur Analisis

Analisis data dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis

kualitatif digunakan untuk menganalisis karakteristik sosial ekonomi para

pengrajin tahu,dan deskripsi profil industri tahu di Desa Kalisari. Analisis

kuantitatif digunakan untuk mengestimasi biaya produksi sebelum dan sesudah

internalisasi biaya eksternal, mengestimasi biaya eksternal, dan mengestimasi

nilai ekonomi manfaat biaya eksternal. Metode change in productivity, biaya

kesehatan, dan replacement cost untuk mengestimasi biaya eksternal. Metode

harga pasar untuk mengestimasi manfaat ekonomi yang diperoleh dari adanya

internalisasi, metode biaya produksi untuk mengestimasi besaran biaya produksi

sebelum dan sesudah adanya internalisasi biaya eksternal, dan metode CVM untuk

mengestimasi nilai yang bersedia dibayarkan untuk berpartisipasi dalam

pengolahan limbah cair. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dibuat matriks

metode penelitian sebagai berikut.

Page 50: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

37  

Tabel 2. Matriks Metode Penelitian

Tujuan penelitian Jenis dan

Sumber Data

Metode Pengumpulan

Data

Metode Analisis Data

Mendeskripsikan profil industri tahu

Data primer, didapat dari pengrajin tahu, aparat desa, dan staf kemenristek

Data sekunder, didapat dari buku, artikel, jurnal dan sumber-sumber yang relevan

Wawancara dengan pengrajin tahu, aparat desa, dan staf kemenristek

Analisis deskriptif

Mengestimasi biaya produksi pada industri tahu sebelum dan sesudah internalisasi

Data primer, didapat dari pengrajin tahu yang sudah melakukan internalisasi biaya eksternal pada struktur biaya produksinya

Kuesioner dengan 26 responden

Metode biaya produksi

Mengestimasi biaya eksternal

Data primer, didapat dari aparat desa, puskesmas, dan ketua gapoktan,

Wawancara dengan dokter di polides Desa Kalisari, ketua gapoktan Desa Kalisari, dan aparat Desa Kalisari

Metode change in productivity approach

Metode Biaya Pengganti

Metode biaya pengobatan

Mengestimasi total nilai ekonomi manfaat internalisasi biaya eksternal

Data primer, didapat dari kepala desa, pengrajin tahu, pengrajin keripik ampas tahu

Wawancara dengan kepala Desa Kalisari

Wawancara dengan tiga orang pengrajin keripik ampas tahu

Kuesioner dengan 60 responden

Metode pendekatan harga pasar

Metode biaya produksi

Mengestimasi nilai WTP pengrajin tahu untuk membayar iuran pengolahan limbah cair tahu

Data primer, didapat dari pengrajin tahu

Kuesioner dengan 30 responden

Metode Contingent Valuation Method

Page 51: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

38  

4.4.1. Deskripsi Profil industri Tahu

Deskripsi profil industri tahu dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan metode analisis deskriptif. Analisis ini dugunakan untuk

mendeskripsikan profil industri tahu ditinjau dari aspek proses pembuatan tahu,

produk lain dari tahu, jenis limbah tahu, dampak limbah tahu, serta teknologi yang

digunakan untuk mengolah limbah tahu.

4.4.2. Estimasi Biaya Produksi Tahu Sebelum dan Sesudah Internalisasi Biaya Eksternal

Estimasi biaya produksi tahu sebelum dan sesudah internalisasi biaya

eksternal dilakukan dengan menggunakan metode biaya produksi, yaitu mencari

nilai dari biaya tetap, biaya variabel, dan biaya produksi total untuk melihat

persentase perubahan biaya produksi apabila pengrajin tahu menginternalisasikan

biaya eksternal ke dalam struktur biaya produksi. Biaya eksternal

diinternalisasikan ke dalam struktur biaya produksi dengan cara memasukkan

komponen iuran untuk perawatan IPAL ke dalam biaya tetap setiap bulan.

Menurut Case and Fair (2003), biaya total dapat dihitung dengan menggunakan

rumus :

TCsebelum internalisasi = FC + VC

TCsetelah internalisasi = FC + VC + k

Dimana:

TC = Total Cost (biaya total)

FC = Fixed Cost (biaya tetap)

VC = Variable Cost (biaya variabel)

k = biaya eksternal

Page 52: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

39  

Biaya produksi yang dihitung merupakan biaya produksi rata-rata yang

didapat dari beberapa pengrajin berdasarkan skala usaha tertentu. Skala usaha

dilihat berdasarkan jumlah kedelai yang digunakan untuk memproduksi tahu.

4.4.3. Estimasi Biaya Eksternal sebagai Dampak Pembuangan Limbah Industri Tahu

Biaya eksternal yang diestimasi dalam penelitian ini yaitu biaya eksternal

yang muncul akibat pembuangan limbah cair tahu diantaranya biaya kesehatan,

biaya kerugian akibat penurunan produktivitas pertanian, dan biaya untuk

perbaikan kesuburan lahan dengan cara penambahan jenis pupuk tertentu yaitu

pupuk dolomit. Biaya kesehatan dihitung dengan pendekatan:

Total Biaya Kesehatan = C x n

Dimana:

C = biaya pengobatan ke puskesmas per polides (Rp/orang)

n = masyarakat yang tinggal di sekitar sungai yang tercemar (orang)

Metode perhitungan biaya eksternal seperti kerugian petani akibat

penurunan produktivitas pertanian dalam hal ini padi dan biaya perbaikan kualitas

lahan adalah metode change in productivity approach atau perubahan

produktivitas dan replacement cost untuk melihat perubahan pendapatan akibat

dampak dari pencemaran limbah tahu. Rumus yang digunakan yaitu:

ΔI = I1 – I2

Dimana:

ΔI = selisih pendapatan sebelum dan sesudah pencemaran (Rp)

I1 = pendapatan sebelum pencemaran (Rp)

I2 = pendapatan setelah pencemaran (Rp)

Page 53: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

40  

Biaya perbaikan kualitas lahan dapat diestimasi dengan menggunakan rumus:

Biaya perbaikan kualitas lahan = L x Pp x Qp

Dimana:

L = Luas lahan yang terkena limbah (ha)

Pp = Harga pupuk (Rp)

Qp = Jumlah pupuk (kg)

4.4.4. Estimasi Total Nilai Ekonomi Manfaat Internalisasi Biaya Eksternal

Nilai ekonomi yang didapat dari adanya internalisasi biaya eksternal

berupa nilai penghematan bahan bakar seperti elpiji dan kayu bakar akibat adanya

energi alternatif yang dihasilkan dari pengolahan limbah cair tahu yaitu biogas,

penerimaan tambahan dari penjualan keripik ampas tahu dari hasil pengolahan

limbah padat tahu, penerimaan tambahan dari penjualan ampas tahu untuk

digunakan sebagai pakan ternak, dan penerimaan tambahan dari penjualan cacing

yang hidup di selokan tempat pembuangan limbah cair untuk pakan lele dumbo.

Metode yang digunakan untuk menghitung nilai penghematan bahan bakar adalah

metode perubahan pendapatan, dengan pendekatan :

ΔI = I1 – I2

Dimana:

ΔI = jumlah elpiji yang dihemat (Rp)

I1 = jumlah elpiji yang digunakan sebelum menggunakan biogas (Rp)

I2 = jumlah elpiji yang digunakan setelah menggunakan biogas (Rp)

Penerimaan tambahan dari penjualan ampas tahu untuk pakan ternak dan

untuk bahan baku keripik ampas tahu dilakukan dengan metode biaya produksi

dengan mencari keuntungan tambahan dari penjualan produk tersebut. Nilai

Page 54: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

41  

tambah cacing rambut dihitung dengan menggunakan metode harga pasar dengan

melihat harga pasar dari cacing rambut tersebut apabila dijual untuk pakan lele

dumbo dengan dengan rumus:

R = n x p x q

Dimana:

R = penerimaan cacing rambut

n = jumlah cacing rambut yang diambil

p = harga cacing rambut di pasar

q = jumlah cacing yang diambil

4.4.5. Estimasi Nilai WTP Pengrajin Tahu untuk Membayar Iuran Pengolahan Limbah Tahu

Nilai WTP pengrajin tahu diestimasi dengan menggunakan metode

Contingent Valuation Method. Estimasi nilai WTP ini dilakukan pada pengrajin

tahu yang masih belum mengolah limbah cair yang mereka hasilkan. Prosedur

metode CVM yang dilakukan meliputi

1. Membuat pasar hipotetik

Pasar hipotetik yang dibentuk berdasarkan atas dampak negatif yang

dirasakan akibat pembuangan limbah cair secara langsung oleh pengrajin

tahu ke sungai dan selokan. Dalam upaya untuk mengurangi dampak

negatif limbah cair tahu pemerintah berencana untuk membangun

pengolahan limbah cair menjadi biogas. Selain itu biogas yang diproduksi

dari pengolahan limbah ini juga dapat memberikan manfaat berupa energi

alternatif yang dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk keperluan

rumah tangga seperti minyak tanah atau kayu bakar. Oleh karena itu

diperlukan partisipasi dari para pengrajin tahu dalam upaya pengurangan

Page 55: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

42  

dampak negatif dari limbah cair tersebut dengan cara membayar iuran

perawatan pengolahan limbah menjadi biogas. Responden yang menjadi

objek dalam mengukur WTP ini yaitu para pengrajin tahu yang belum

melakukan pengolahan limbah cair. Selanjutnya, pasar hipotetik yang

dibentuk adalah sebagai berikut :

Pasar Hipotetik

Pemerintah berencana untuk membangun suatu pengolahan limbah yaitu

pengolahan limbah menjadi biogas. Bahan baku biogas ini adalah limbah cair

tahu yang dihasilkan dari proses produksi tahu. Pembangunan instalasi

pengolahan limbah menjadi biogas sangat bermanfaat untuk lingkungan karena

dapat mengurangi jumlah limbah cair yang dibuang ke sungai serta dapat

menghasilkan bahan bakar alternatif berupa gas yang dihasilkan dari

pengolahan limbah tersebut. Gas tersebut dapat digunakan sebagai bahan bakar

pengganti elpiji dan dapat menghemat penggunaan kayu bakar dalam proses

produksi. Oleh karena itu pemerintah sangat membutuhkan partisipasi dari

masyarakat sekitar untuk pembangunan pengolahan limbah cair menjadi biogas

2. Mendapatkan penawaran besaran WTP

Dalam memperkirakan nilai awalan WTP terlebih dahulu dilakukan survey

terhadap besarnya iuran biogas pada pengrajin yang sudah melakukan

pembayaran iuran perawatan pengolahan limbah menjadi biogas yang

sudah dilakukan di beberapa tempat. Kemudian setelah nilai WTP pertama

didapat, ditawarkan nilai yang lebih besar dari nilai yang diberikan

sebelumnya. Nilai WTP didapat setelah proses tawar menawar selesai.

3. Memperkirakan nilai rata-rata WTP

Dugaan rataan WTP dihitung dengan rumus :

EWTP = ∑ .

Page 56: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

43  

Dimana:

EWTP = dugaan nilai rataan WTP (Rp)

Wi = batas bawah WTP pada kelas ke-i

Pfi = frekuensi relatif kelas ke-i

n = jumlah responden

i = sampel (1, 2, 3, …, n)

4. Menjumlahkan data

TWTP = ∑ ( ) P

Dimana:

TWTP = total WTP

WTPi = WTP individu sampel ke-i

ni = jumlah sampel ke-i yang bersedia membayar sebesar WTP

N = jumlah sampel

P = jumlah populasi

Page 57: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

  

V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1. Kondisi Umum Desa Kalisari

Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi

sosial ekonomi masyarakat. Kondisi sosial ekonomi masyarakat meliputi jumlah

penduduk, tingkat pendidikan, mata pencaharian, pola penggunaan lahan, dan

kepemilikan ternak.

5.1.1. Kondisi Fisik Daerah

Desa Kalisari yang terkenal dengan sentra industri tahu di Kabupaten

Banyumas pada mulanya merupakan penggabungan dari dua desa yaitu Desa

Karangsari dan Desa Kalikidang yang dilakukan pada tahun 1912. Secara

administratif Desa Kalisari termasuk dalam wilayah Kecamatan Cilongok,

Kabupaten Banyumas, terletak di Banyumas bagian barat dari ibukota Kecamatan

Cilongok. Jarak dari pusat Kabupaten Banyumas dengan Desa Kalisari sekitar 17

km, dengan waktu tempuh sekitar 35 menit. Desa Kalisari terdiri atas dua dusun

yaitu Dusun I yang terletak di sebelah timur yang terbagi atas dua RW dan Dusun

II yang terletak di sebelah barat yang terbagi atas dua RW. Luas wilayah Desa

Kalisari yaitu 204,355 ha dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : Desa Karang Tengah

b. Sebelah Barat : Desa Cikembulan

c. Sebelah Selatan : Desa Lesmana

d. Sebelah Timur : Desa Karanglo

Desa Kalisari memiliki topografi berupa dataran rendah dengan ketinggian

sekitar 220 m diatas permukaaan laut (mdpl) sehingga tergolong dataran rendah.

Page 58: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

S

K

5

j

l

k

g

SG

d

(

p

Sebagian tan

Kalisari rata

5.1.2. Kon

Menu

jumlah pend

laki dan 24

keluarga. Ko

gambar berik

Sumber : DatGambar 4.

Ting

dengan adan

(TK), satu S

penduduk be

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0‐4tahu

nah di Desa

a-rata 2 000 –

disi Sosial E

urut data mo

duduk yang t

422 perempu

omposisi pen

kut :

ta Sekunder dJumlah Pen

gkat pendidik

nya fasilitas

Sekolah Das

erdasarkan ti

4 un

5‐9 tahun

10‐14tahun

Kalisari me

– 3 000 mm/

Ekonomi De

onografi yan

tercatat yaitu

uan, rata-rat

nduduk men

diolah (2011)nduduk Ber

kan di Desa

s pendidikan

sar (SD), da

ingkat pendi

4 n15‐19 tahun

20‐24 tahun

erupakan are

/tahun.

esa Kalisari

ng diperoleh

u sebesar 126

ta setiap kel

nurut usia da

rdasarkan J

a Kalisari te

n yaitu terse

an satu Mad

idikan dapat

25‐29 tahun

30‐39 tahun

4t

eal pertanian

i

h dari Kantor

69 KK, yang

luarga terdir

an jenis kela

Jenis Kelam

ergolong sed

edianya tiga

drasah Ibtida

t dilihat pada

40‐49 tahun

50‐59 tahun

>ta

n. Curah huj

r Desa Kalis

g terdiri atas

ri dari emp

amin dapat d

min dan Usia

dang, hal ini

a Taman Ka

aiyah (MI).

a gambar ber

>60 ahun

L

P

45

an di Desa

sari (2007),

s 2471 laki-

pat anggota

dilihat pada

a

i didukung

anak-kanak

Komposisi

rikut.

Laki‐laki

Perempuan

Page 59: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

SG

p

m

J

b

b

SG

Sumber : DatGambar 5.

Berd

penduduk D

merupakan

Jumlah yang

Berd

bermata pen

berdasarkan

Sumber : DatGambar 6.

7.19%

2.95%

0.37%

ta Sekunder, dJumlah Pen

dasarkan gam

Desa Kalisa

belum tama

g paling sedi

dasarkan dat

ncaharian se

mata pencah

ta Sekunder, dJumlah Pen

% 8.

0.43%0.13%

34.53

11.45%

5.26%

diolah (2011)nduduk Ber

mbar di atas

ari adalah t

at SD, tama

ikit yaitu tam

ta monograf

ebagai petan

harian dapat

diolah (2011)nduduk Ber

8.38

64.54%

60%

%0.13% 1.3

0

%

2.12% 1.11%

rdasarkan T

s terlihat bah

tamatan SD

atan SLTP,

matan S2 yai

fi yang didap

ni dan buru

t dilihat pada

rdasarkan M

8%9.22%

37%

0.05%

12%

2

% 0.92%

Tingkat Pen

hwa mayori

D yaitu sek

SLTA, D1,

itu sebesar 0

pat tercatat

uh industri.

a gambar ber

Mata Pencah

24.01%

0%

1.20%

ndidikan

itas tingkat p

kitar 64,54%

D2, D3, S

,13%.

bahwa seba

Komposisi

rikut :

harian

Tidak Ta

Belum T

Tamat S

Tamat S

Tamat S

D3

D2

D1

S1

S2

Petan

Petan

Nelay

Pengu

Buruh

Buruh

Pedag

Penga

46

:

pendidikan

%. Sisanya

1, dan S2.

agian besar

penduduk

amat SD

Tamat SD

SD

SLTP

SLTA

ni sendiri

ni buruh

yan

usaha

h industri

h bangunan

gang

angkutan

Page 60: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

p

p

p

D

a

p

SG

d

u

p

d

m

p

Berd

penduduk D

petani buru

pengangkuta

Luas

Desa Kalisar

adalah tanah

penggunaan

Sumber : DatGambar 7.

Dari

diperuntukk

untuk pemuk

Selai

penduduk D

dipilih pend

memanfaatk

perkebunan,

10.

dasarkan gam

Desa Kalisari

uh, buruh

an.

s Desa Kalis

ri diperuntuk

h untuk pend

lahan di De

ta Sekunder, dKomposisi

gambar di

an bagi keg

kiman, pema

in sebagai p

Desa Kalisar

duduk desa

kan lahan d

, sehingga p

14.70%

.28%

11.51

mbar di atas

i adalah peta

industri, bu

ari seluruhn

kkan bagi pe

didikan, lapa

esa Kalisari d

diolah (2011)Pola Pengg

i atas terlih

giatan perta

akaman, dan

petani, buru

ri juga mem

sebagai ta

dan meman

pakan ternak

%

s terlihat ba

ani yaitu seb

uruh bangu

nya mencapa

ertanian, pem

angan, jalan,

dapat dilihat

unaan Laha

hat bahwa m

anian yaitu

n lain-lain.

uh tani dan

melihara bina

abungan hid

nfaatkan ha

k cukup mud

63.61%

ahwa mayor

besar 34,53%

unan, pedag

ai 204,355 ha

mukiman, pe

, dan pemak

t pada gamba

an

mayoritas la

sebesar 63

n pengrajin

atang ternak

dup yang j

asil-hasil tan

dah untuk di

%

ritas mata p

%. Sisanya m

gang, pengu

a. Pengguna

ekarangan, d

kaman. Kom

ar berikut in

ahan di Des

,61%. Sisan

tahu, pada

k. Pemelihar

uga diguna

naman pert

idapatkan. Je

Tanah s

Tanah p

Tanah p

Lain‐lain

47

pencaharian

merupakan

usaha, dan

an lahan di

dan sisanya

mposisi pola

i.

sa Kalisari

nya adalah

umumnya

raan ternak

akan untuk

tanian dan

enis ternak

sawah

pemukiman

pekarangan

n

Page 61: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

y

K

SG

a

k

5

b

c

t

s

5

t

b

b

%

yang dipeli

Komposisi k

Sumber : DatGambar 8.

Berd

adalah ayam

kelinci, sapi

5.2. Kara

Resp

bermata pen

cair dengan

tahu dan tid

sosial ekono

5.2.1. Usia

Ting

tahun sampa

berada pada

berada pada

% atau seba

hara antara

kepemilikan

ta Sekunder, dKomposisi

dasarkan gam

m yaitu seb

, dan kerbau

akteristik R

ponden pada

ncaharian se

biogas serta

dak melakuk

omi responde

a

gkat usia pad

ai diatas us

a kisaran usi

a kisaran usi

anyak 15 ora

7

a lain sapi,

ternak dapa

diolah (2011)Kepemilika

mbar di atas

besar 87,25%

u.

Responden

a penelitian

ebagai pengr

a masyaraka

kan pengelol

en dapat dili

da responden

ia 62 tahun

a 40-50 tahu

a 29-39 tahu

ang. Sebany

7.78% 2.93%

kambing,

at dilihat pad

an Ternak

s mayoritas

%. Selanjut

ini merupak

rajin tahu d

at yang berm

laan limbah

hat pada beb

n cukup berv

n. Sebanyak

un. Sebanya

un. Pada kis

yak 6,67% a

0.36% 0.39%

87.25%

%

kelinci, ay

da gambar be

ternak yang

tnya diikuti

kan masyarak

an melakuk

mata pencaha

cair dengan

berapa kriter

variasi yaitu

38,33% ata

ak 26,67% at

saran usia 5

atau sebanya

% 1.3

am, babi d

erikut.

g ada di De

dengan be

kat Desa Ka

kan pengolah

arian sebaga

n biogas. Ka

ria berikut in

berkisar ant

au sebanyak

tau sebanyak

1-61 tahun t

ak empat or

35%

48

dan bebek.

sa Kalisari

ebek, babi,

alisari yang

han limbah

ai pengrajin

arakteristik

ni.

tara usia 20

k 23 orang

k 16 orang

terdapat 25

ang berada

Sapi

Kerbau

Kelinci

Ayam

Bebek

Babi

Page 62: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

p

s

r

SG 5

S

p

m

s

SG

t

m

p

pada kisaran

sebanyak 3,

responden d

Sumber : DatGambar 9.

5.2.2. Ting

Ting

SD, SMP,

pendidikan

menempuh p

sebanyak tuj

Sumber : DatGambar 10

Berd

tingkat pend

mayoritas re

pada masa

n usia 18-28

33 % atau s

dapat dilihat p

ta Primer, dioKarakterist

gkat Pendid

gkat pendidik

dan SMA.

formal sam

pendidikan

juh orang m

ta Primer, dio. Karakteri

dasarkan gam

didikan form

esponden ya

tersebut tin

11.67%

8 tahun. Sed

sebanyak du

pada Gamba

olah (2011) tik Respond

dikan

kan respond

Sebanyak 7

mpai jenjan

formal samp

enempuh pe

olah (2011) istik Respon

mbar di atas

mal sampai d

ang diwawan

gkat kesada

38.33%

25%

3.33%

16.67%

dangkan pad

ua orang. Pe

ar 9.

den Berdasa

den di Desa

71,67% atau

ng SD, 16

pai jenjang

endidikan for

nden Berdas

terlihat bah

dengan tingk

ncara berada

aran masyar

6.67%

71.67%

da kisaran u

rbandingan

arkan Tingk

Kalisari ber

u sebanyak

6,67% atau

SMA, dan s

rmal sampai

sarkan Ting

hwa mayorita

kat SD. Hal

a pada usia d

rakat akan p

26.67%

sia 62-72 ta

persentasi ti

kat Usia

rvariasi anta

43 orang m

sebanyak

sebanyak 11

i jenjang SM

gkat Usia

as responden

ini disebabk

diatas 40 tah

pentingnya p

1

2

4

5

6

49

ahun hanya

ingkat usia

ara tamatan

menempuh

10 orang

1,67% atau

MP.

n memiliki

kan karena

hun dimana

pendidikan

18‐28 tahun

29‐39 tahun

40‐50 tahun

51‐61 tahun

62‐72 tahun

SD

SMP

SMA

Page 63: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

f

m

5

m

s

s

SG

H

d

r

5

t

s

k

r

formal ma

memungkink

5.2.3. Statu

Statu

menikah yai

sebanyak sa

status pernik

Sumber : DatGambar 11

Berd

Hal ini dise

diatas 25 ta

responden y

5.2.4. Lam

Distr

tahun yaitu

sebanyak 22

kisaran 42-6

responden b

sih rendah

kan untuk m

us Pernikah

us pernikaha

itu sebesar 9

atu orang ber

kahan dapat

ta Primer, dio. Karakteri

dasarkan gam

babkan kare

ahun yang m

ang memang

ma Menjalan

ribusi respon

sebanyak

2 orang bera

62 tahun se

erdasarkan l

h serta ko

melanjutkan k

han

an responden

98,33 % atau

rstatus belum

dilihat pada

olah (2011) istik Respon

mbar di atas

ena para pen

merupakan

g sudah men

nkan Usaha

nden yang m

60% atau

ada pada ki

ebanyak 3,3

lama usaha d

98.33%

1.67%

ondisi perek

ke jenjang ya

n yang ada

u sebanyak

m menikah.

Gambar 11.

nden Berdas

mayoritas r

ngrajin tahu

usia yang i

njalankan usa

a

menjalankan

sebanyak 3

isaran 21-41

33% atau se

dapat dilihat

%

konomian

ang lebih tin

di Desa Ka

59 orang da

Komposisi r

.

sarkan Stat

responden ya

yang diwaw

ideal untuk

aha sejak leb

usaha tahu

36 orang, se

1 tahun, dan

ebanyak dua

pada Gamb

yang masi

nggi.

alisari mayor

an sebesar 1

responden b

tus Pernikah

ang berstatu

wancara sud

menikah d

bih dari 20 ta

berada di ki

ebanyak 36

n terakhir be

a orang. Ka

bar 12.

Me

Tida

50

ih kurang

ritas sudah

,67 % atau

berdasarkan

han

us menikah.

dah berusia

dan banyak

ahun.

isaran 0-20

6,67% atau

erada pada

arakteristik

nikah

ak Menikah

Page 64: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

SG

m

m

m

5

d

s

a

s

d

SG

Sumber : DaGambar 12

Berd

menjalankan

mereka sud

menjalankan

5.2.5. Jum

Distr

dua orang s

sebanyak 66

atau sebany

sebanyak du

dapat dilihat

Sumber : DaGambar 13

ata Primer, d2. Karakte

Usaha

dasarkan gam

n usaha bera

dah menjala

n usaha tahu

mlah Tanggu

ribusi jumlah

sebanyak 5%

6,67% atau s

ak 15 orang

ua orang. K

t pada Gamb

ata Primer, d. Karakteri

3

diolah (2011)eristik Resp

mbar di atas

ada pada ki

ankan usaha

semenjak m

ungan

h tanggunga

% atau seb

ebanyak 40

g, dan tujuh

Karakteristik

bar 13.

diolah (2011)istik Respon

36.67%

3.33%

25%

3.33%

) ponden Ber

terlihat jela

isaran 0-20

a secara tu

mereka tamat

an responden

banyak tiga

orang, lima

h sampai del

k responden

) nden Berdas

60%

5%

66.67%

rdasarkan

as bahwa pal

tahun. Hal

urun-temurun

t SD.

n berada pad

orang, tiga

sampai enam

lapan orang

n berdasarka

sarkan Jum

Lama Ma

ling banyak

ini disebabk

n dan mer

da kisaran s

a sampai em

m orang seba

sebanyak 3

an jumlah t

mlah Tanggu

0

2

4

51

anjalankan

responden

kan karena

reka sudah

atu sampai

mpat orang

anyak 25%

3,33% atau

tanggungan

ungan

‐20 tahun

1‐41 tahun

2‐62 tahun

1‐2 orang

3‐4 orang

5‐6 orang

7‐8 orang

Page 65: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

m

a

D

k

p

5

k

a

K

g

SG

t

p

5

t

Berd

memiliki tan

ayah, ibu, d

Desa Kalisa

kesadaran m

perekonomia

5.2.6. Jara

Distr

kisaran 0-20

atau sebanya

Komposisi r

gambar 14.

Sumber : DatGambar 14

Berd

tempat usah

pengrajin tah

5.3. Pers

Perse

tahu serta m

dasarkan gam

nggungan b

dan dua samp

ari sudah m

mereka aka

an yang kura

ak Tempat U

ribusi jarak

0 m sebanya

ak tiga orang

responden be

ta Primer, dio. Karakteri

dengan Su

dasarkan gam

ha dengan su

hu di Desa K

sepsi Respon

epsi respond

manfaat pengo

mbar di ata

erkisar anta

pai tiga oran

menerapkan

an mengiku

ang memung

Usaha ke Su

tempat us

ak 91,67% at

g, dan 42-52

erdasarkan j

olah (2011) istik Responungai

mbar terliha

ungai berkis

Kalisari mem

nden

den yang dik

olahan limba

9

5% 3.33%

as terlihat b

ara tiga samp

ng anak. Ha

Keluarga B

uti KB sa

gkinkan jika

ungai

saha respond

tau sebanyak

2 m sebanya

arak tempat

nden Berdas

at bahwa ma

sar antara 0

mbuang limb

kaji meliputi

ah padat tah

91.67%

bahwa mayo

pai empat o

al ini disebab

Berencana s

angat tinggi

a mereka mem

den dengan

k 55 orang,

ak 3,33% ata

usaha ke su

sarkan Jara

ayoritas resp

0-20 m. Ole

bah ke sunga

i dampak ne

u. Penilaian

oritas respon

orang yang

bkan karena

semenjak da

i, disampin

miliki anak b

n sungai be

21-41 m seb

au sebanyak

ungai dapat d

ak Tempat U

ponden mem

eh sebab itu

ai.

gative dari l

persepsi res

0

2

4

52

nden yang

terdiri dari

a penduduk

ahulu, dan

ng kondisi

banyak.

erada pada

banyak 5%

dua orang.

dilihat pada

Usaha

miliki jarak

u mayoritas

limbah cair

sponden ini

‐20 meter

1‐41 meter

2‐52 meter

Page 66: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

b

m

5

d

l

r

G

SG

4

b

m

t

k

y

m

t

m

bertujuan u

mengenai da

5.3.1. Dam

Perse

diketahui m

limbah cair

responden m

Gambar 15.

Sumber : DatGambar 15

Berd

43 orang be

baik bagi k

maupun selo

tidak ada da

kesehatan m

yang merek

menumpuk d

tidak adany

memiliki tin

untuk meng

ampak limba

mpak Negati

epsi respon

melalui apak

tahu bagi k

mengenai da

ta Primer, dio5. Persepsi

Cair Tah

dasarkan Gam

erpendapat b

kesehatan m

okan. Seban

ampak negat

maupun bagi

ka buang k

dan menyeb

ya dampak

ngkat pendi

etahui sejau

ah tahu yang

if dari Limb

nden menge

kah respond

kesehatan ma

ampak nega

olah (2011) i Respondenhu

mbar 15 ter

bahwa mere

maupun bagi

nyak 28,33%

tif yang me

lingkungan

ke sungai s

babkan bau. M

negatif dar

idikan form

28.33%

uh mana p

g mereka has

bah Cair Ta

enai dampak

den merasak

aupun lingku

atif dari lim

n Mengena

rlihat bahwa

eka merasak

i lingkunga

% atau seban

reka rasakan

mereka. Hal

elalu terbaw

Mayoritas re

ri limbah c

al terakhir

71.67%

pengetahuan

silkan dari pr

ahu

k negatif d

kan adanya

ungan mere

mbah cair ta

ai Dampak

a sebanyak 7

kan dampak

an perairan

nyak 17 oran

n dari limba

l ini disebab

wa aliran s

esponden ya

cair tahu ad

SD yaitu s

para peng

roses produk

dari limbah

dampak n

ka. Distribu

ahu dapat d

Negatif dar

71,67% atau

dari limbah

dalam hal

ng berpenda

ah cair tahu

kan karena l

sungai sehin

ang berpenda

dalah respon

sebanyak 94

53

grajin tahu

ksi tahu.

cair tahu

egatif dari

usi persepsi

dilihat dari

ri Limbah

u sebanyak

h cair tahu

ini sungai

apat bahwa

, baik bagi

limbah cair

ngga tidak

apat bahwa

nden yang

4,12% atau

Ada

Tidak ada

Page 67: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

s

t

p

5

y

t

t

SG

s

s

m

y

t

l

d

a

d

sebanyak 16

tamatan SM

persepsi resp

5.3.2. Man

Man

yang diguna

tahu. Distrib

tahu dapat d

Sumber : DatGambar 16

Berd

sebanyak 58

sebagai paka

mengatakan

yaitu sebaga

tahu. Dari 6

limbah pada

disebabkan

ampas tahu

diperlukan

6 orang, sis

MA. Pengetah

ponden men

nfaat Pengol

faat yang di

akan sebagai

busi perseps

dilihat pada G

ta Primer, dio6. Persepsi

Cair Tah

dasarkan ga

8 orang me

an ternak ya

bahwa man

ai pakan ter

60 responden

at tahu seba

karena di da

membutuh

15 tabung

sanya sebany

huan yang m

genai dampa

lahan Limb

dapat dari p

i pakan tern

si responden

Gambar 16.

olah (2011) i Respondenhu

ambar di a

engatakan b

ang mereka j

nfaat yang d

rnak dan se

n yang diwa

agai bahan b

alam melaku

hkan jumlah

elpiji/bulan

96.67%

3.33%

yak 5,88%

masih terbat

ak negatif da

bah Padat T

engolahan li

nak dan baha

n mengenai

n Mengena

atas terlihat

ahwa manfa

ual. Sebanya

diperoleh da

ebagai bahan

awancara ba

baku pembu

ukan pengol

h elpiji yang

n yang ber

atau sebany

tas ternyata

ari limbah.

Tahu

imbah padat

an baku pem

manfaat pen

ai Dampak

bahwa se

faat dari lim

ak 3,33% at

ari pengolah

n baku pem

aru dua oran

uatan keripi

lahan ampas

g tidak sedi

rukuran 3

yak satu ora

cukup mem

t tahu yaitu a

mbuatan keri

ngolahan lim

Negatif dar

ebanyak 96,

mbah padat

au sebanyak

han limbah

mbuatan keri

ng yang mem

ik ampas tah

s tahu menj

ikit. Untuk

kg, sedang

Pakan Ternak

Pakan Ternak Ampas Tahu

54

ang adalah

mpengaruhi

ampas tahu

ipik ampas

mbah padat

ri Limbah

,67% atau

tahu yaitu

k dua orang

padat tahu

ipik ampas

manfaatkan

hu, hal ini

adi keripik

perebusan

kan untuk

dan Keripik 

Page 68: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

55  

kebutuhan rumah tangga membutuhkan tiga sampai empat tabung elpiji/bulan.

Kebutuhan elpiji yang tidak sedikit ini membuat pengusaha tahu menjadi enggan

untuk mengolah ampas tahu menjadi keripik tahu.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 69: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Deskripsi Profil Industri Tahu

Profil industri yang dikaji dalam penelitian ini adalah industri tahu yang

berada di Desa Kalisari. Deskripsi profil industri tahu dalam penelitian ini

meliputi aspek proses industri tahu, jenis limbah yang dihasilkan dari produksi

tahu, pengolahan limbah padat dan cair tahu, teknologi pengolahan yang

diterapkan, serta dampak dari limbah tahu.

6.1.1 Deskripsi Proses Produksi Tahu

Industri tahu yang dikelola pada umumnya merupakan industri skala

rumah tangga. Cara pembuatan tahu pada masing-masing rumah tangga sedikit

memiliki perbedaan, namun secara garis besar sama yaitu terdiri dari tahapan

pembuatan susu kedelai dan proses koagulasi sampai terbentuknya tahu (Sarwono

dan Saragih, 2003).

Secara umum proses produksi tahu pada prinsipnya adalah mengekstrak

protein kedelai dengan air dan menggumpalkannya dengan asam atau garam-

garam tertentu. Penggumpal yang biasanya digunakan oleh para produsen tahu

adalah whey dari proses sebelumnya yang sudah asam. Penggumpal ini digunakan

karena selain mudah dan murah juga menghasilkan tekstur tahu yang sesuai

dengan keinginan konsumen (Indrasti dan Fauzi, 2009). Berdasarkan hasil

pengamatan di lapangan tahapan-tahapan dari proses produksi tahu yaitu tahap

pencucian dan perendaman kedelai, penggilingan, pemasakan, ekstraksi susu

kedelai, penggumpalan, pengendapan, pencetakan, serta pengepresan.

Tahap pencucian dan perendaman kedelai dimaksudkan agar kotoran-

kotoran yang ada pada kedelai hilang, seperti batu, kerikil, maupun pasir. Tahap

Page 70: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

57  

penggilingan kedelai menjadi bubur kedelai dimaksudkan untuk memperkecil

ukuran partikel, sehingga dapat mengurangi waktu pemasakan dan mempermudah

ekstraksi susu kedelai. Tahap pemasakan bubur kedelai yang dilakukan

dimaksudkan untuk memperoleh ekstrak protein yang optimum. Ekstraksi sendiri

dilakukan melalui tahapan penyaringan bubur kedelai sehingga diperoleh susu

kedelai dan dari penyaringan akan tersisa ampas tahu. Susu kedelai yang telah

diperoleh selanjutnya diendapkan dengan menambahkan koagulan untuk

mendapatkan protein susu. Selanjutnya gumpalan yang terbentuk kemudian

dimasukkan ke dalam cetakan yang dilapisi oleh kain blancu berwarna putih

kemudian dipress hingga terbentuk tahu cetak (Indrasti dan Fauzi, 2009). Secara

ringkas, proses pembuatan tahu dapat dilihat pada diagram alir berkut ini.

Page 71: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

58  

(*) : Tahu potong ukuran 5 x 5 cm Sumber : Data Sekunder, diolah (2011) Gambar 17. Diagram Alir Proses Pembuatan Tahu 6.1.2. Identifikasi Jenis Limbah Tahu

Jenis limbah tahu yang berhasil diamati dari para pengrajin tahu di Desa

Kalisari terdiri dari dua jenis, yaitu limbah padat dan limbah cair1. Limbah padat

                                                            1  Hasil wawancara  dengan  pengrajin  tahu,  Bapak  Rislam,  di  Desa  Kalisari  tanggal  10 

Februari 2011 

Air Panas (50-700C,40 liter)

Air (80 liter)

Air 440 liter

Ampas tahu

Koagulan 0,8 kg

Whey

Kedelai 40 kg

Perendaman (3-6 jam, 120 liter )

Penirisan

          Penggilingan

Bubur Kedelai

Pemasakan (100OC, 30 menit)

Penyaringan

Ekstrak susu kedelai

            Penggumpalan

  Pemisahan bagian cairan

Pencetakan dan pengepresan

Curd

      Pengirisan

Tahu (2340 potong)*

Page 72: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

59  

berupa ampas tahu yang diperoleh dari proses penyaringan bubur kedelai,

sedangkan limbah cair tahu diperoleh dari proses pencucian, perendaman,

pemasakan, dan penyaringan. Limbah cair yang berasal dari proses pencucian dan

perendaman ini mengandung komponen organik yang apabila dibiarkan akan

menyebabkan air menjadi hitam dan berbau busuk. Limbah cair yang dihasilkan

dari proses pemasakan berupa air yang tercecer saat pengadukan, sedangkan

limbah cair yang berasal dari proses penyaringan biasa disebut dengan whey.

Whey merupakan cairan basi yang apabila dibiarkan akan menimbulkan

pencemaran lingkungan apabila whey tersebut dibuang ke sungai (Indrasti dan

Fauzi, 2009). Secara ringkas, komposisi limbah yang dihasilkan dari proses

produksi tahu per 40 kg kedelai dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. Komposisi Limbah yang Dihasilkan dari Proses Produksi Tahu Tahapan Limbah Cair Limbah Padat

Pencucian 400 liter -

Perendaman 40 liter -

Sanitasi 800 liter 56 kg

Total 1240 liter 56 kg

Sumber: Data Sekunder, diolah (2011)

6.1.3. Pengolahan Limbah Cair Tahu

Pengolahan limbah cair tahu di Desa Kalisari dilakukan melalui

pengolahan limbah cair menjadi biogas. Terdapat empat unit biogas yang ada di

Desa Kalisari, dengan kapasitas daya tampung limbah cair masing sebanyak 20

m3, 5 m3, dan dua unit dengan masing-masing kapasitas daya tampung limbah

sebesar 3500 liter. Untuk biogas dengan kapasitas 20 m3 mampu menampung

limbah cair yang berasal dari lima belas pengrajin tahu, biogas dengan kapasitas 5

m3 mampu menampung limbah cair yang berasal dari tujuh pengrajin tahu, dan

Page 73: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

60  

dua unit lainnya masing-masing mampu menampung limbah cair yang berasal

dari dua pengrajin tahu2.

Teknologi dalam pengolahan limbah cair dapat dikelompokkan menjadi

dua jenis yaitu sistem pengolahan aerobik untuk limbah cair yang memiliki kadar

COD kurang dari 8000 ppm dan sistem pengolahan anaerobik untuk limbah cair

yang memiliki kadar COD lebih dari 8000 ppm, oleh karena limbah cair tahu

memilki kadar COD lebih dari 8000 ppm maka pengolahannya menggunakan

sistem anaerobik (Kemenristek, 2009). Pengolahan anaerobik adalah proses

biologis dimana mikroorganisme mengonversi bahan organik dalam kondisi

anaerobik (tanpa oksigen) menjadi metana, karbon dioksida, sel mikroba, dan

senyawa organik lainnya Awalnya proses anaerobik digunakan untuk mengolah

limbah peternakan, tetapi saat ini juga banyak diterapkan untuk mengolah limbah

cair dengan konsentrasi bahan organik tinggi. Berikut tahapan proses yang terjadi

dalam pengolahan limbah cair secara anaerobik.

                                                            2  Hasil  wawancara  dengan  Kepala  Desa  Kalisari,  Bapak  H. Wibowo,  di  Desa  Kalisari 

tanggal 7 Februari 2011 

Page 74: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

61  

.

Sumber: Kemenristek (2009) Gambar 18. Proses Pengolahan Limbah Anaerob

Terdapat dua jenis reaktor dalam pengolahan limbah cair, yaitu Totallymix

Reaktor (untuk limbah slury), total solid antara 8 – 12% digunakan untuk limbah

yang berbentuk solid seperti kotoran ternak dan Fixed Bed Reaktor atau Reaktor

Unggun Tetap (untuk limbah cair), total solid kurang dari 8% yang dapat

digunakan untuk limbah yang berbentuk cair. Biogas yang digunakan di Desa

Kalisari merupakan jenis Fixed Bed Reaktor karena limbah yang diolah

merupakan limbah cair. Terdapat beberapa keunggulan dari pengolahan limbah

cair yang menggunakan teknologi Fixed Bed Reaktor diantaranya dalam

prosesnya menghasilkan energi yang berbentuk biogas, menghasilkan sedikit

lumpur, proses lebih stabil, tidak memerlukan lahan yang besar, serta biaya

perawatan dan operasional yang murah. (Kemenristek, 2009).

Page 75: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

62  

6.1.4. Pengolahan Limbah Padat Tahu

Limbah padat yang dihasilkan dari proses produksi tahu di Desa Kalisari

berupa ampas tahu. Ampas tahu yang dihasilkan dari proses produksi tahu ini

secara umum sebanding dengan jumlah kedelai yang digunakan, misalkan apabila

proses produksi tahu menggunakan 10 kg kedelai maka ampas tahu yang

dihasilkan juga sebanyak 10 kg. Hal ini disebabkan karena ampas tahu yang ada

mengandung air. Dalam prakteknya berat ampas tahu bergantung pada jumlah air

yang dikandungnya, semakin banyak air yang dikeluarkan, maka semakin ringan

pula ampas tahu yang dihasilkan3.

Limbah tahu yang dihasilkan apabila dibiarkan saja akan menimbulkan

bau yang tidak sedap dan jelas dapat mencemari lingkungan. Pengolahan ampas

tahu yang sudah dilakukan oleh pengrajin tahu di Desa Kalisari yaitu dengan

mengolahnya menjadi pakan ternak dan keripik ampas tahu. Pakan ternak yang

dihasilkan diperoleh dari proses pengeringan, sedangkan keripik ampas tahu yang

dihasilan diperoleh dari proses perebusan, pemberian bumbu, dan pengeringan.

Pengolahan limbah padat menjadi ampas tahu sudah dilakukan oleh seluruh

responden karena relatif mudah dilakukan serta dapat menghasilkan tambahan

penerimaan4.

6.1.5. Dampak Limbah Tahu

Industri tahu menghasilkan produk sampingan berupa limbah cair dan

limbah padat. Limbah yang dihasilkan oleh industri tahu dapat memberikan

dampak yang buruk bagi lingkungan lingkungan dan kesehatan. Limbah padat

                                                            3  Hasil wawancara  dengan  pengrajin  tahu,  Bapak  Rislam,  di  Desa  Kalisari  tanggal  10 

Februari 2011 4  Hasil wawancara  denagn  pengrajin  tahu,  Bapak  Junedi,  di  Desa  Kalisari  tanggal  10 

Februari 2011 

Page 76: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

63  

yang dihasilkan dari industri tahu adalah ampas tahu yang sebagian besar sudah

dimanfaatkan oleh pengrajin tahu sebagai pakan ternak maupun sebagai bahan

baku bagi industri lain. Apabila ampas tahu ini tidak dimanfaatkan oleh pengrajin

tahu dan langsung dibuang ke lingkungan tanpa melakukan pengolahan dapat

memberikan dampak buruk bagi lingkungan seperti bau busuk yang dihasilkan

oleh kandungan bahan organik yang terdapat dalam ampas tahu (Fauzi dan

Indrasti, 2009). Sebagian besar pengrajin tahu masih belum melakukan

pengolahan terhadap limbah cair yang mereka hasilkan. Alasan biaya yang mahal,

dan teknologi yang sulit diterapkan menjadi hambatan utama para pengrajin tahu

untuk melakukan pengolahan terhadap limbah cair yang mereka hasilkan.

Akibatnya sebagian besar para pengrajin tahu membuang limbah cair hasil proses

produksi tahu ke sungai atau ke badan air lainnya secara langsung tanpa proses

pengolahan.

Limbah cair yang dihasilkan mengandung banyak zat organik yang dapat

dijadikan sebagai tempat berkembangnya mikroba yang akan mencemari

lingkungan sekitar. Senyawa organik apabila berada pada konsenterasi tinggi akan

menimbulkan pencemaran pada lingkungan perairan. Kandungan fosfor, nitrogen,

dan sulfur serta unsur hara lainnya akan mempercepat pertumbuhan tumbuhan air.

Kondisi demikian lambat laun akan menyebabkan kematian biota perairan

(Sandriati, 2010; Alaert dan Santika, 1984). Limbah cair mengandung padatan

tersuspensi maupun terlarut serta akan mengalami perubahan fisika, kimia, dan

hayati yang akan menimbulkan gangguan terhadap kesehatan karena

menghasilkan zat beracun atau menciptakan media untuk tumbuhnya kuman

penyakit atau kuman lainnya yang akan merugikan baik pada produk tahu maupun

Page 77: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

64  

pada tubuh manusia. Apabila dibiarkan, air limbah akan berubah warna menjadi

cokelat kehitaman dan akan menimbulkan bau busuk yang akan mengakibatkan

sakit pada pernafasan. Apabila air limbah ini dialirkan ke sungai dan kemudian air

sungai itu dikonsumsi oleh masyarakat makan akan menimbulkan gangguan

kesehatan seperti gatal, diare, kolera, radang usus, dan penyakit lainnya

(Kaswinarni, 2007).

6.2. Estimasi Biaya Produksi Sebelum dan Setelah Internalisasi Biaya Eksternal

Komponen biaya produksi pada industri pembuatan tahu di Desa Kalisari

terdiri dari biaya input tetap dan biaya input variabel. Biaya input tetap meliputi

biaya faktor produksi dan peralatan yang medukung proses produksi pembuatan

tahu seperti widig, raga, saringan, penggilingan, kain blancu, dan cetakan. Rincian

komponen biaya tetap dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Komponen Biaya Tetap IKM Tahu/bulan

Komponen Biaya Tetap

Biaya tetap per skala produksi (Rp)

20 kg 25 kg 30 kg 35 kg 40 kg

Widig 3 125 4 062 4 166 5 546 6 230

Raga 13 888 18 055 18 518 24 652 27 690

Ember 3 750 4 875 5 000 6 656 7 476

Saringan 138 180 185 246 276

Penggilingan 20 000 26 000 26 667 35 500 39 875

Cetakan 2 000 2 600 2 667 3 550 3 987

total biaya tetap 47 902 55 773 57 203 76 152 85 537

Sumber: Data Primer, diolah (2011)

Tabel 5. Lanjutan Komponen Biaya Tetap IKM Tahu/bulan

Komponen Biaya Tetap

Biaya tetap per skala produksi Rp)

50 kg 60 kg 70 kg 80 kg 150 kg

Widig 7 812 9 375 10 937 12 500 23 437

Raga 34 722 41 667 48 610 55 555 104 166

Ember 9 375 11 250 13 125 15 000 28 125

Saringan 347 416 485 555 1 041

Page 78: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

65  

Penggilingan 50 000 60 000 70 000 80 000 150 000

Cetakan 5 000 6 000 7 000 8 000 15 000

total biaya tetap 107 256 128 707 150 159 171 610 321 769

Sumber: Data Primer, diolah (2011)

Berdasarkan data di atas, biaya tetap dihitung berdasarkan skala produksi

yaitu jumlah bahan baku berupa kedelai yang digunakan. Jumlah pengrajin tahu

untuk skala produksi 20, 25, 30, 35, 40, 50, 60, 70, 80, dan 150 kg berturut-turut

adalah sebanyak 4, 2, 3, 2, 8, 3, 1, 1, 1, dan 1 orang.

Komponen biaya variabel industri tahu meliputi biaya penggunaan kedelai,

solar/jasa penggilingan, air, listrik, kunyit, garam, plastik, transportasi, karyawan,

kayu bakar, elpiji, dan minyak goreng. Berikut rincian komponen biaya variabel

berdasarkan skala produksi tahu.

Tabel 6. Komponen Biaya Variabel IKM Tahu/bulan

Komponen Biaya Variabel

Biaya variabel per skala produksi (Rp)

20 kg 25 kg 30 kg 35 kg 40 kg

Kedelai 3 990 000 5 226 000 5 925 000 6 868 500 7 831 500

Solar/Jasa Penggilingan

270 000 312 000 340 000 396 000 295 312

Air 13 750 8 000 16 667 30 000 23 000

Listrik 42 500 22 500 40 000 47 500 53 143

Kunyit 78 750 67 500 75 000 90 000 84 375

Garam 75 000 60 000 75 000 120 000 133 125

Plastik 187 500 217 500 260 000 390 000 375 000

Transportasi 453 750 525 000 420 000 375 000 543 750

Karyawan 562 500 0 320 000 675 000 885 000

Kayu Bakar 678 750 875 000 885 714 780 000 957 375

Elpiji 0 105 000 0 0 221 250

Minyak Goreng 0 315 000 425 000 0 1 275 937

total biaya variabel

6 352 500 7 733 500 8 782 380 9 772 000 22 540 033

Sumber: Data Primer, diolah (2011)

Page 79: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

66  

Tabel 7. Lanjutan Komponen Biaya Variabel IKM Tahu/bulan

Komponen Biaya Variabel

Biaya variabel per skala produksi (Rp)

50 kg 60 kg 70 kg 80 kg 150 kg

Kedelai 9 825 000 11 880 000 13 650 000 15 600 000 29 250 000

Solar/Jasa Penggilingan

212 500 10 000 450 000 150 000 300 000

Air 40 000 15 000 25.000 40 000 60 000

Listrik 71 667 30 000 75 000 60 000 24 000

Kunyit 75 000 90 000 180 000 180 000 180 000

Garam 155 000 240 000 180 000 120 000 240 000

Plastik 420 000 1 500 000 330 000 600 000 900 000

Transportasi 700 000 600 000 540 000 1 200 000 1 050 000

Karyawan 850 000 900 000 1 020 000 2 250 000 3 600 000

Kayu Bakar 1 571 428 1 000 000 900 000 1 800 000 1 200 000

Elpiji 80 000 0 0 0 1 080 000

Minyak Goreng 1 270 000 1 620 000 0 1 650 000 3 630 000

total biaya variabel

15 270 595 17 885 000 17 350 000 23 650 000 41 514 000

Sumber: Data Primer, diolah (2011)

Total biaya produksi pada industri tahu dihitung denga menjumlahkan

biaya tetap dengan biaya variabel. Rincian total biaya produksi IKM tahu

berdasarkan skala produksi tertentu dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8. Biaya Produksi Total IKM Tahu Berdasarkan Skala Produksi/bulan Skala

Produksi (kg)

Biaya tetap (Rp) Biaya variabel (Rp) Biaya total (Rp)

20 42 902 6 352 500 6 395 402

25 55 773 7 733 500 7 789 273

30 57 203 8 782 380 8 839 583

35 76 152 9 772 000 9 848 152

40 85 537 22 540 033 22 625 570

50 107 256 15 270 595 15 377 851

60 128 707 17 885 000 18 013 707

70 150 159 17 350 000 17 500 159

80 171 610 23 650 000 23 821 610

150 321 769 41 514 000 41 835 769

Sumber: Data Primer, diolah (2011)

Page 80: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

67  

6.2.1. Estimasi Biaya Produksi Sebelum Internalisasi Biaya Eksternal

Biaya produksi sebelum internalisasi terdiri dari biaya tetap, biaya

variabel, dan biaya total. Penerimaan didapat dari hasil penjualan tahu apabila

tahu terjual habis dalam satu hari selama satu bulan, sedangakan keuntungan

diperoleh dari pengurangan antara biaya total dengan penerimaan.

Tabel 9. Biaya Produksi Sebelum Internalisasi Biaya Eksternal/bulan Skala

Produksi (kg)

Jumlah Pengrajin (orang)

Biaya Tetap (Rp)

Biaya variabel

(Rp)

Biaya Total (Rp)

Penerimaan

(Rp)

Keuntungan

(Rp)

20 4 42 902 6 352 500 6 395 402 8 662 600 2 267 097

25 2 55 773 7 733 500 7 789 273 9 918 750 2 129 477

30 3 57 203 8 782 380 8 839 583 10 955 000 2 115 416

35 2 76 152 9 772 000 9 848 152 12 975 000 3 126 848

40 8 85 537 22 540 033 22 625 570 28 564 444 3 303 194

50 3 107 256 15 270 595 15 377 851 19 200 000 3 822 148

60 1 128 707 17 885 000 18 013 707 23 250 000 5 236 292

70 1 150 159 17 350 000 17 500 159 20 025 000 2 524 841

80 1 171 610 23 650 000 23 821 610 30 600 000 6 778 390

150 1 321 769 41 514 000 41 835 769 57 450 000 15 614 231

Sumber: Data Primer diolah (2011) 6.2.2. Estimasi Biaya Produksi Setelah Internalisasi Biaya Eksternal

Perbedaan komponen biaya produksi pembuatan tahu setelah internalisasi

biaya eksternal terletak pada komponen biaya tetap, yaitu penambahan biaya

internal (perawatan biogas) sebesar Rp 15 000/bulan dan Rp 20 000/bulan serta

biaya penbangunan biogas yang sudah merupakan biaya penyusutan selama 20

tahun. Biaya perawatan biogas ini didapat dari hasil musyawarah para partisipan

dan pemanfaat biogas di dua RT yaitu RT 05/02 dan RT 06/02. Berikut rincian

biaya pembangunan biogas dapat dilihat pada Tabel 10.

Page 81: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

68  

Tabel 10. Rincian Biaya Pembangunan Biogas No Komponen Biaya Harga (Rp)

1. Survey lokasi dan perjalanan 90 000 000

2. Sosialisasi, modifikasi lantai, kompor gas 30 unit, pelatihan dan penerapan, study social

75 000 000

3. Pengolahan limbah kapasitas 20 m3 dan 5 m3 350 000 000

4. Start up dan pemeliharaan 30 000 000

5. Tenaga Ahli 100 000 000

Total 700 000 000

Sumber: Kemenristek (2011)

Biaya pembangunan biogas sebenarnya sudah ditanggung seluruhnya oleh

pemerintah, namun di dalam penelitian ini diasumsikan bahwa pengrajin tahu

turut menanggung biaya pembangunan biogas. Berikut tabel komponen biaya

tetap setelah internalisasi biaya eksternal.

Tabel 11. Komponen Biaya Tetap Setelah Internalisasi Biaya Eksternal/Bulan

Skala Produksi (Kg)

Jumlah Pengrajin (orang)

Biaya Tetap Sebelum

Internalisasi (Rp)

Biaya Perawatan IPAL (Rp)

Biaya Pembangunan

IPAL (Rp)

Biaya Tetap Setelah

Internalisasi (Rp)

20 4 42 902 15 000 112 179 170 081

25 2 55 773 17 500 112 179 185 452

30 3 57 203 16 667 112 179 186 049

35 2 76 152 17 500 112 179 205 831

40 8 85 537 15 000 112 179 212 716

50 3 107 256 16 667 112 179 236 102

60 1 128 707 15 000 112 179 255 886

70 1 150 159 15 000 112 179 277 338

80 1 171 610 15 000 112 179 298 789

150 1 321 769 20 000 112 179 453 948

Sumber: Data Primer, diolah (2011)

Komponen biaya tetap setelah internalisasi biaya eksternal terdiri dari

biaya perawatan IPAL dan biaya pembangunan IPAL. Kedua jenis biaya ini

dibayarkan rutin oleh para pengrajin tahu setiap bulannya kepada pengelola IPAL

Page 82: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

69  

di Desa Kalisari. Berikut tabel komponen biaya produksi setelah internalisasi

biaya eksternal.

Tabel 12. Biaya Produksi Setelah Internalisasi Biaya Eksternal Skala

Produksi (kg)

Jumlah Pengrajin (orang)

Biaya Tetap (Rp)

Biaya variabel (Rp)

Biaya Total (Rp)

Penerimaan (Rp)

Keuntungan (Rp)

20 4 170 081 6 352 500 6 522 581 8 662 600 2 140 019

25 2 185 452 7 733 500 7 918 952 9 918 750 1 999 798

30 3 186 049 8 782 380 8 968 429 10 955 000 1 986 571

35 2 205 831 9 772 000 9 977 831 12 975 000 2 997 169

40 8 212 716 22 540 033 22 752 749 28 564 444 5 811 695

50 3 236 102 15 270 595 15 506 697 19 200 000 3 693 303

60 1 255 886 17 885 000 18 140 886 23 250 000 5 109 114

70 1 277 338 17 350 000 17 627 338 20 025 000 2 397 662

80 1 298 789 23 650 000 23 948 789 30 600 000 6 651 211

150 1 453 948 41 514 000 41 96 7948 57 450 000 15 482 052

Sumber: Data Primer, diolah (2011) 6.2.3. Analisis Perbandingan Biaya Produksi Sebelum dan Sesudah

Internalisasi Biaya Eksternal

Jumlah pengrajin tahu yang sudah melakukan internalisasi biaya eksternal

hanya 26 UKM dari total pengrajin yang berjumlah 312 UKM, hal ini disebabkan

karena jumlah IPAL yang masih dua unit sehingga kapasitas limbah yang diolah

masih sangat minim. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi minimnya jumlah

biogas yang ada di Desa Kalisari diantaranya kerena keterbatasan lahan, gaya

gravitasi bumi yang mempengaruhi penyaluran limbah cair dan biogas, serta

lokasi yang strategis dimana letak biogas dikelilingi oleh banyak pengrajin tahu

sehingga penyaluran limbah cair untuk diolah serta biogas yang dihasilkan untuk

dimanfaatkan dapat menggunakan biaya perpipaan seminimal mungkin.

Perbandingan biaya produksi sebelum dan sesudah internalisasi biaya

eksternal dapat dilihat pada perubahan komponen biaya tetap. Perbandingan biaya

Page 83: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

70  

produksi sebelum dan sesudah internalisasi biaya eksternal dapat dilihat pada

Tabel 13.

Tabel 13. Perbandingan Biaya Produksi Sebelum dan Sesudah Internalisasi Biaya Eksternal.

Skala Usaha (Kg)

Jumlah Pengrajin (orang)

Biaya Total Sebelum

Internalisasi (Rp)

Biaya Total Setelah

Internalisasi (Rp)

Penerimaan (Rp)

Selisih Biaya (Rp)

Persentasi Kenaikan Biaya

(%)

20 4 6 395 402 6 522 581 8 662 600 227 179 1,99

25 2 7 789 273 7 918 952 9 918 750 129 679 1,66

30 3 8 839 583 8 968 429 10 955 000 128 846 1,46

35 2 9 848 152 9 977 831 12 975 000 129 679 1,32

40 8 22 625 570 22 752 749 28 564 444 127 179 0,56

50 3 15 377 851 15 506 697 19 200 000 128 846 0,84

60 1 18 013 707 18 140 886 23 250 000 127 179 0,71

70 1 17 500 159 17 627 338 20 025 000 127 179 0,73

80 1 23 821 610 23 948 789 30 600 000 127 179 0,53

150 1 41 835 769 41 96 7948 57 450 000 132 179 0,32

Rata-Rata 128 512 1,01 Sumber: Data Primer, diolah (2011)

Berdasarkan Tabel 7, biaya total sebelum internalisasi biaya eksternal

didapat dari penjumlahan antara biaya tetap rata-rata sebelum internalisasi dengan

biaya variabel rata-rata. Biaya variabel rata-rata sebelum dan sesudah internalisasi

memiliki besaran yang sama, karena biaya perawatan biogas diinternalisasikan ke

dalam struktur biaya tetap. Rata-rata penerimaan untuk setiap skala usaha sebelum

dan sesudah internalisasi memiliki nilai yang sama, hal ini disebabkan karena

kenaikan biaya produksi sebelum dan sesudah internalisasi relatif kecil, rata-rata

sebesar 1,01%, sehingga tidak mempengaruhi harga penjualan tahu yang

mempengaruhi penerimaan.

Berdasarkan teori internalisasi biaya eksternal, pihak yang

menginternalisasikan biaya eksternal ke dalam struktur biaya produksi akan

mengalami penurunan jumlah outpun dan peningkatan harga jual dari output,

Page 84: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

71  

namun pada kasus pengrajin tahu di Desa Kalisari, internalisasi biaya yang

dilakukan tidak mempengaruhi jumlah dan harga output yang dihasilkan. Hal ini

disebabkan karena biaya internal yang ditanggung pengusaha tahu hanya

merupakan iuran untuk operasional biogas saja dan perawatan biogas di Desa

Kalisari masih tergolong murah, sedangkan biaya investasi biogas keseluruhan

ditanggung oleh pemerintah.

6.3. Estimasi Biaya Eksternal Pencemaran Limbah Tahu dan Nilai Ekonomi manfaat Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu

6.3.1. Estimasi Biaya Eksternal

Biaya eksternal meningkat ketika seseorang atau suatu grup tidak

menanggung seluruh biaya akibat segala tindakannya, dengan demikian sebagian

biaya tersebut ditanggung oleh pihak lain atau masyarakat luas (Zohrabian dan

Philipson, 2010). Jenis biaya ini disebut biaya eksternal karena meskipun

produsen atau konsumen tidak bertanggung jawab atas tindakannya secara

finansial, namun biaya tersebut nyata bagi anggota masyarakat lainnya (Sabour,

2006). Berdasarkan hasil pengamatan di Desa Kalisari, biaya eksternal akibat

pembuangan limbah cair tahu diantaranya biaya kesehatan, biaya kerugian akibat

penurunan produktivitas pertanian, dan biaya untuk perbaikan kesuburan lahan

dengan cara penambahan jenis pupuk tertentu yaitu pupuk dolomit.

6.3.1.1. Biaya Kesehatan

Data mengenai biaya kesehatan didapat dari hasil wawancara dengan

bidan desa dan data sekunder yang ada di Polides. Menurut hasil wawancara

dengan dokter di desa setempat, jumlah kunjungan penduduk desa ke polides

sekitar empat kali dalam setahun per orang dengan biaya pengobatan sebesar Rp

Page 85: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

72  

7 000 (tujuh ribu rupiah) per orang. Rata-rata jumlah penduduk yang bertempat

tinggal di sekitar sungai tempat pembuangan limbah cair tahu adalah 94 KK,

dengan asumsi masing-masing KK memiliki anggota keluarga sebanyak empat

orang5.

Berdasarkan data di atas dapat diestimasi total biaya kesehatan yang

ditanggung oleh masyarakat yaitu sebesar Rp 10 528 000 (sepuluh juta lima ratus

dua puluh delapan ribu rupiah) per tahun. Total biaya ini merupakan biaya yang

ditanggung oleh masyarakat yang tinggal di sekitar sungai akibat dampak buruk

yang diterima akibat pembuangan limbah cair ke sungai secara langsung tanpa

pengolahan terlebih dahulu.

6.3.1.2. Kehilangan Pendapatan

Dampak lain yang ditimbulkan dari pembuangan limbah cair tahu ke

sungai secara langsung adalah penurunan produktivitas pertanian. Biaya eksternal

yang ditanggung yaitu biaya kehilangan pendapatan akibat penurunan

produktivitas yang ditanggung oleh petani. Berdasarkan hasil wawancara dengan

ketua gapoktan Desa Kalisari, luas lahan pertanian yang dialiri sungai yang

tercemar oleh limbah cair tahu sebesar 37,052 ha dengan penjualan gabah kering

sawah sebesar Rp 250 000 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) per kwintal. Jumlah

panen dalam setahun sebanyak dua kali yaitu di musim kemarau sekitar bulan

April sampai September dan di musim hujan sekitar bulan Oktober sampai Maret.

Akan tetapi terjadi penurunan produktivitas pada musim kemarau karena tingkat

keasaman tanah yang dialiri air sungai yang mengandung limbah cair tahu

meningkat, penurunan produktivitas akibat hal ini rata-rata mencapai 20%.

                                                            5 Hasil wawancara dengan aparat desa, Bapak Warno, di Kantor Desa Kalisari tanggal 15

Februari 2011

Page 86: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

73  

Berdasarkan data di atas maka dapat diestimasi penerimaan total sebelum lahan

pertanian tercemar oleh limbah cair tahu yang terkandung dalam air sungai yang

mengaliri lahan mereka yaitu sebesar Rp 1 157 875 000 (satu milyar seratus lima

puluh tujuh juta delapan ratus tujuh puluh lima ribu rupiah) per tahun, sedangkan

penerimaan total setelah terjadi penurunan produktivitas sebesar 20% yaitu

sebesar Rp 1 055 982 000 (satu milyar lima puluh lima juta sembilan ratus

delapan puluh dua ribu rupiah) per tahun. Selisih penerimaan sebelum dan

sesudah lahan pertanian tercemar limbah cair adalah Rp 101 893 000 (seratus satu

juta delapan ratus sembilan puluh tiga rupiah) per tahun. Berikut tabel perhitungan

perubahan penerimaan petani akibat penurunan produktivitas.

Tabel 14. Perubahan penerimaan petani akibat penurunan produktivitas

Luas lahan (ha)

Penerimaan (Rp) Selisih penerimaan (Rp) Sebelum pencemaran Setelah pencemaran

11,395 356 093 750 324 757 500 31 336 250

4,501 140 656 250 128 278 500 12 377 750

9,231 288 468 750 263 083 500 25 385 250

6,297 196 781 250 179 464 500 17 316 750

5,628 175 875 000 160 398 000 15 477 000

Total 1 157 875 000 1 055 982 000 101 893 000

Sumber: Data Sekunder, 2011 (diolah)

Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa kehilangan pendapatan

petani (loss of earnings) akibat penurunan produktivitas adalah sebesar Rp 129

766 000 (seratus dua puluh sembilan juta tujuh ratus enam puluh enam ribu

rupiah) per tahun. Biaya ini yang kemudian menjadi biaya eksternal bagi para

pengrajin tahu yang ditanggung oleh petani.

6.3.1.3. Biaya Perbaikan Kualitas Lahan

Pencemaran air sungai oleh limbah cair tahu juga berdampak pada

kualitas kesuburan lahan. Lahan yang tercemar oleh limbah cair tahu akan

Page 87: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

74  

mengalami penurunan pH atau keasaman karena limbah cair tahu memiliki pH

yang rendah. Hal tersebut yang menyebabkan terjadinya penurunan produktivitas

pertanian pada lahan persawahan. Lahan persawahan di desa Kalisari yang

mengalami penurunan kualitas kesuburan akibat pencemaran limbah seluas

37,052 ha.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki tingkat

kesuburan lahan adalah dengan pemupukan menggunakan jenis pupuk dolomit.

Pupuk ini banyak digunakan di tanah yang memiliki pH masam karena kandungan

nitrogen yang berlebihan. Dosis pemakaian pupuk ini adalah 2 ton/ha dan harga

pupuk/kg adalah Rp 750 (tujuh ratus lima puluh rupiah). Perhitungan biaya

perbaikan lahan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 15. Biaya Perbaikan Kesuburan Lahan Luas lahan (ha) Kebutuhan dolomit (kg) Biaya perbaikan (Rp)

11,395 22 790 17 092 500

4,501 9 002 6 751 500

9,231 18 462 13 846 500

6,297 12 594 9 445 500

5,628 11 256 8 442 000

Total 74 104 55 578 000

Sumber: Data Sekunder, 2011 (diolah)

Berdasarkan perhitungan di atas maka biaya perbaikan kualitas

kesuburan lahan yang ditanggung petani akibat pencemaran limbah cair tahu

adalah sebesar Rp 55 578 000 (lima puluh lima juta lima ratus tujuh puluh delapan

ribu rupiah). Biaya ini merupakan biaya eksternal akibat pencemaran sungai oleh

limbah cair tahu yang ditanggung oleh petani.

Page 88: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

75  

6.3.1.4. Estimasi Total Biaya Eksternal Akibat Dampak Pencemaran Limbah Tahu

Berdasarkan estimasi setiap komponen dari biaya eksternal yang timbul

akibat pencemaran limbah tahu, maka dapat diestimasi total biaya eksternal yang

dapat diuraikan pada tabel berikut.

Tabel 16. Total Biaya Eksternal Akibat Dampak Pencemaran Limbah Tahu No Komponen Biaya Eksternal Jumlah Biaya Eksternal ( Rp)

1 Biaya kesehatan 10 528 000

2 Kehilangan pendapatan 101 893 000

3 Biaya perbaikan kualitas lahan 55 578 000

Total 167 999 000

Sumber: Data Primer, 2011 (diolah) Biaya eksternal total yang diperoleh dari biaya kesehatan, kehilangan

pendapatan, dan biaya perbaikan kualitas lahan adalah sebesar Rp 195 872 000

(seratus sembilan puluh lima juta delapan ratus tujuh puluh dua ribu rupiah) per

tahun. Biaya ini adalah biaya total yang ditanggung oleh pihak ketiga akibat

dampak pencemaran limbah tahu.

6.3.2. Estimasi Nilai Ekonomi Manfaat Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu

Nilai ekonomi manfaat ekonomi manfaat internalisasi biaya eksternal yang

dapat diamati meliputi nilai penghematan bahan bakar seperti elpiji dan kayu

bakar akibat adanya energi alternatif yang dihasilkan dari pengolahan limbah cair

tahu yaitu biogas, penerimaan tambahan dari penjualan keripik ampas tahu dari

hasil pengolahan limbah padat tahu, penerimaan tambahan dari penjualan ampas

tahu untuk digunakan sebagai pakan ternak, dan penerimaan tambahan dari

penjualan cacing yang hidup di selokan tempat pembuangan limbah cair untuk

pakan lele dumbo.

Page 89: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

76  

6.3.2.1. Nilai Penghematan Bahan Bakar

Pengolahan limbah cair tahu yang dilakukan di Desa Kalisari

menggunakan teknologi pengolahan limbah anaerob yang menghasilakan biogas.

Biogas yang dihasilkan ini digunakan oleh masyarakat sebagai enegi alternatif

pengganti elpiji dan kayu bakar. Berdasarkan data yang diperoleh, setelah

masyarakat menggunakan biogas untuk keperluan rumah tangga, penghematan

bahan bakar dapat mencapai 100 persen dan rata-rata penggunaan elpiji 3 kg

sebelum menggunakan biogas adalah tiga sampai empat tabung per bulan untuk

setiap rumah tangga. Biogas yang sebanyak empat unit ini dapat mengaliri 30

rumah tangga pengrajin tahu.

Estimasi total penghematan elpiji setelah menggunakan biogas sebesar Rp

2 678 000 (dua juta enam ratus tujuh puluh delapan ribu rupiah) per bulan atau

sebesar Rp 32 136 000 (tiga puluh dua juta seratus tiga puluh enam ribu rupiah)

per tahun. Rata-rata penghematan biogas per rumah tangga sebesar Rp 89 266

(delapan puluh sembilan ribu dua ratus enam puluh enam ribu rupiah) per bulan

atau Rp 1 071 200 (satu juta tujuh puluh satu ribu dua ratus rupiah) per tahun.

6.3.2.2. Nilai Penerimaan Penjualan Ampas Tahu untuk Pakan Ternak

Ampas tahu yang dihasilkan oleh limbah padat tahu dapat digunakan

sebagai pakan ternak. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden pengrajin

tahu, mereka semua menjual ampas tahu ke pasar atau ke peternak secara

langsung untuk dijadikan pakan ternak sapi atau babi seharga Rp 250 (dua ratus

lima puluh rupiah) per kg. Ampas tahu yang dihasilkan jumlahnya bervariasi

tergantung dari jumlah kedelai yang digunakan dan kadar air yang dikandung oleh

tahu. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengrajin tahu di Kalisari,

Page 90: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

77  

perbandingan ampas tahu yang dihasilkan dengan jumlah kedelai yang digunakan

adala 1:1, artinya apabila jumlah kedelai yang digunakan sebanyak 10 kg maka

jumlah ampas tahu yang dihasilkan adalah sebesar 10 kg pula.

Skala usaha industri tahu di Desa Kalisari cukup variatif sehingga ampas

tahu yang dihasilkan juga bervariatif. Hal ini menyebabkan penerimaan dari

ampas tahu di setiap skala usaha juga berbeda. Hasil estimasi perhitungan

penerimaan dari penjualan ampas tahu untuk pakan ternak dari 60 responden yaitu

sebesar Rp 26 900 000 (dua puluh enam juta sembilan ratus ribu rupiah) per bulan

atau Rp 322 800 000 (tiga ratus dua puluh dua juta delapan ratus ribu rupiah) per

tahun.

6.3.2.3. Nilai Penjualan Keripik Ampas Tahu

Ampas tahu yang dihasilkan selain sebagai pakan ternak juga dapat

digunakan sebagai bahan baku pembuatan keripik ampas tahu. Terdapat tiga orang

pengrajin keripik ampas tahu di Desa Kalisari, dua di antaranya merupakan

pengrajin tahu dan satu orang hanya berprofesi sebagai pengrajin keripik ampas

tahu saja. Jumlah ampas tahu yang digunakan oleh masing-masing pengrajin

adalah sama yaitu 25 kg. Berikut tabel perhitungan penerimaan dari penjualan

keripik ampas tahu oleh tiga orang pengrajin di Desa Kalisari

Tabel 17. Nilai Penjualan Keripik Ampas Tahu

Pengusaha Biaya total

(Rp) Jumlah output (kg/bungkus)

Harga jual/jumlah output (Rp)

Penerimaan (Rp)

Keuntungan (Rp)

1 287 166 30 15 000 450 000 162 833

2 340 500 30 15 000 450 000 109 499

3 286 000 200 2 000 400 000 114 000

Total 913 667 32 000 1 300 000 386 332

Sumber: Data Primer diolah (2011)

Page 91: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

78  

Berdasarkan tabel di atas, total keuntungan yang diestimasi dari tiga orang

pengrajin keripik tahu adalah sebesar Rp 386 332 (tiga ratus delapan puluh enam

ribu tiga ratus tiga puluh dua rupiah) per hari atau Rp 11 589 981 (sebelas juta

lima ratus delapan puluh sembilah ribu sembilan ratus delapan puluh satu rupiah)

per bulan atau Rp 139 079 772 (seratus tiga puluh sembilan juta tujuh puluh

sembilan ribu tujuh ratus tujuh puluh dua rupiah) per tahun. Nilai ini merupakan

nilai tambahan penerimaan bagi para pengrajin keripik ampas tahu.

6.3.2.4. Nilai Penerimaan Tambahan dari Penjualan Cacing

Pengolahan limbah cair tahu dapat mengurangi aktivitas pembuangan

limbah cair tahu ke sungai atau selokan secara langsung. Berdasarkan pengamatan

di lapangan, setelah melakukan pengolahan limbah cair tahu, tingkat kekeruhan

air sungai dan selokan menjadi berkurang, sehingga organisme di sungai dan

badan air lainnya dapat tumbuh dengan baik. Salah satu organisme yang dapat

tumbuh baik di selokan dan sungai tempat pembuangan limbah cair setelah

pengolahan adalah jenis cacing rambut atau Tubifex sp., cacing tubifex banyak

hidup diperairan tawar yang yang airnya jernih dan sedikit mengalir. Dasar

perairan yang disukai adalah berlumpur dan mengandung bahan organik.

Makanan utamanya adalah bahan-bahan organik yang telah terurai dan

mengendap di dasar perairan. Cacing ini akan membenamkan kepalanya masuk

kedalam lumpur untuk mencari makan. Sementara ujung ekornya akan

disemburkan diatas permukaan dasar untuk bernafas. Perairan yang banyak dihuni

cacing ini sepintas tampak seperti koloni rumput merah yang melambai-lambai6.

                                                            6 Agriefishery. 2009. Biologi Cacing Rambut (Tubifex sp.). http:// BIOLOGI CACING

RAMBUT (Tubifex sp.) « Zona_ik@n. Diakses tanggal 14 Maret 2011

Page 92: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

79  

Manfaat dari cacing rambut ini adalah dapat digunakan sebagai pakan lele

dumbo. Menurut kepala Desa Kalisari dalam satu hari terdapat 30 orang yang

mengambil cacing rambut untuk dijual sebagai pakan lele dumbo. Dalam satu hari

setiap orang rata-rata mengumpulkan tiga gelas cacing rambut dengan harga per

gelas Rp 7 000 (tujuh ribu rupiah). Berdasarkan data di atas dapat diestimasi

penerimaan dari penjualan cacing rambut untuk pakan lele dumbo yaitu sebesar

Rp 630 000 (enam ratu tiga puluh ribu rupiah) per hari atau Rp 18 900 000

(delapan belas juta sembilan ratus ribu rupiah) per bulan atau Rp 226 800 000

(dua ratus dua puluh enam juta delapan ratus ribu rupiah) per tahun.

6.3.2.5. Estimasi Total Nilai Ekonomi Manfaat Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu

Berdasarkan estimasi setiap komponen dari nilai ekonomi manfaat

internalisasi biaya eksternal, maka dapat diestimasi total nilai manfaat ekonomi

yang diuraikan pada tabel berikut.

Tabel 18. Total Nilai Ekonomi Manfaat Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu

No Komponen Manfaat Jumlah Nilai Ekonomi (Rp)

1 Penghematan bahan bakar 32 136 000

2 Penerimaan penjualan ampas tahu untuk pakan ternak

322 800 000

3 Penerimaan penjualan keripik ampas tahu 139 079 772

4 Penerimaan penjualan cacing rambut untuk pakan lele dumbo

226 800 000

Total 720 815 772

Sumber: Data Primer, 2011 (diolah) Total manfaat ekonomi yang didapat dari setiap manfaat seperti

penghematan bahan bakar, penerimaan penjualan ampas tahu untuk pakan ternak

sapi dan babi, penerimaan penjualan keripik ampas tahu, dan penerimaan

Page 93: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

80  

penjualan cacing rambut untuk pakan lele dumbo adalah sebesar Rp 720 815 772

(tujuh ratus dua puluh juta delapan ratus lima belas ribu tujuh ratus tujuh puluh

dua rupiah) per tahun

6.3.3. Total Nilai Ekonomi Internalisasi Biaya Eksternal IKM Tahu

Komponen total nilai ekonomi pada IKM tahu berdasarkan pengamatan

meliputi komponen biaya, yaitu biaya eksternal dan komponen manfaat, yaitu

manfaat ekonomi dari internalisasi biaya eksternal. Komponen biaya eksternal

meliputi biaya kesehatan, biaya perubahan pendapatan akibat perubahan

produktivitas pertanian, dan biaya perbaikan lahan. Komponen manfaat berupa

nilai penghematan bahan bakar seperti elpiji dan kayu bakar akibat adanya energi

alternatif yang dihasilkan dari pengolahan limbah cair tahu yaitu biogas,

penerimaan tambahan dari penjualan keripik ampas tahu dari hasil pengolahan

limbah padat tahu, penerimaan tambahan dari penjualan ampas tahu untuk

digunakan sebagai pakan ternak, dan penerimaan tambahan dari penjualan cacing

yang hidup di selokan tempat pembuangan limbah cair untuk pakan lele dumbo.

Total biaya eksternal yang diestimasi sebesar Rp 167 999 000 (seratus

enam puluh tujuh juta sembilan ratus sembilan ribu rupiah). Total manfaat

ekonomi internalisasi biaya eksternal yang diestimasi sebesar Rp 720 815 772

(tujuh ratus dua puluh juta delapan ratus lima belas ribu tujuh ratus tujuh puluh

dua rupiah). Total nilai ekonomi adalah penjumlahan dari total biaya eksternal dan

total manfaat ekonomi yaitu sebesar Rp 888 814 772 (delapan ratus delapan puluh

delapan juta delapan ratus empat belas ribu tujuh ratus tujuh puluh dua rupiah) per

tahun.

Page 94: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

81  

6.4. Estimasi Nilai Kebersediaan Responden Untuk Membayar (Willingness to Pay) Terhadap Pengolahan Limbah Cair Tahu menjadi Biogas

6.4.1. Willingness to Pay (WTP) Responden Terhadap Pengolahan Limbah

Cair Tahu Menjadi Biogas

Pendekatan CVM dalam penelitian ini disunakan untuk mengestimasi nilai

WTP responden terhadap pengolahan limbah cair tahu menjadi biogas. Hasil

pelaksanaan metode CVM adalah sebagai berikut:

1. Membuat Pasar Hipotetik

Pembuangan limbah cair tahu ke sungai secara langsung tanpa melalui

pengolahan menyebabkan pencemaran air sungai diantaranya air menjadi bau,

keruh, dan menyebabkan gangguan kesehatan seperti gatal-gatal dan diare bagi

masyarakat yang mengonsumsinya. Pengrajin tahu yang menjadi responden yaitu

pengrajin yang tinggal di RT 03/02 dan RT 04/02 karena mereka sampai saat ini

masih belum melakukan pengolahan limbah cair tahu dan karena di sekitar RT

tersebut direncanakan akan dibangun sistem pengolahan limbah cair menjadi

biogas. Berdasarkan hasil wawancara dengan 30 orang responden, mereka semua

bersedia untuk melakukan pembayaran terhadap iuran perawatan biogas dan

menginginkan adanya pembangunan sistem pengolahan limbah cair menjadi

biogas seperti yang sudah dilakukan di dua RT lain yaitu RT 05/02 dan RT 06/02

karena alasan dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan dapat menghasilkan

manfaat yaitu penghematan bahan bakar yang cukup signifikan seperti elpiji, kayu

bakar, dan minyak tanah. Walaupun program pembangunan biogas yang

direncanakan keseluruhan biaya investasi ditanggung oleh pemerintah namuni

diperlukan partisipasi dari masyarakat dalam perawatan biogas. Hal ini

Page 95: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

82  

dimaksudkan agar IPAL yang sudah ada dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan,

untuk itu maka pasar hipotetik yang dibangun adalah sebagai berikut:

Pasar Hipotetik

Pemerintah berencana untuk membangun suatu sistem pengelolaan limbah yaitu

sistem pengelolaan limbah menjadi biogas. Bahan baku biogas ini adalah limbah cair

tahu yang dihasilkan dari proses produksi tahu. Pembangunan sistem biogas sangat

bermanfaat untuk lingkungan karena dapat mengurangi jumlah limbah cair yang dibuang

ke sungai serta dapat menghasilkan bahan bakar aternatif berupa gas yang dihasilkan

dari pengolahan limbah tersebut. Gas tersebut dapat digunakan sebagai bahan bakar

pengganti elpiji dan dapat menghemat penggunaan kayu bakar dalam proses produksi.

Oleh karena itu pemerintah sangat membutuhkan partisipasi dari masyarakat sekitar

untuk pembangunan sistem pengolahan limbah menggunakan sistem biogas ini

Skenario Pertanyaan

Apabila pemerintah akan melakukan pembangunan sistem pengelolaan limbah

cair menjadi biogas, apakah Bapak/Ibu bersedia untuk berpartisipasi dalam

pembangunannya?

Selanjutnya dari pertanyaan tersebut didapat bahwa keseluruhan responden

yang diwawancara yaitu sebesar 30 orang, bersedia untuk melakukan pengolahan

limbah cair tahu menjadi biogas. Langkah selanjutnya adalah mendapatkan

besaran nilai awal WTP untuk melakukan penawaran terhadap responden.

2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP

Dalam memperkirakan nilai awalan WTP terlebih dahulu dilakukan survey

terhadap besarnya iuran biogas pada pengrajin yang sudah melakukan

pembayaran iuran perawatan IPAL di RT 05/02 dan RT 06/02 yaitu sebesar Rp 15

000 (lima belas ribu rupiah) per bulan. Kemudian setelah nilai WTP pertama

Page 96: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

83  

didapat, ditawarkan nilai yang lebih besar dari nilai yang diberikan sebelumnya.

Nilai WTP didapat setelah proses tawar menawar selesai.

3. Memperkirakan Nilai Rata-Rata WTP

Nilai rataan WTP didapat sebesar Rp 20 833,33 atau Rp 20 833 (dua puluh

ribu delapan ratus tiga puluh tiga rupiah) per pengrajin per bulan. Jika dihitung

per tahun maka rataan WTP sebesar Rp 250 000 (dua ratus lima puluh ribu

rupiah) per pengrajin per tahun. Besaran rataan WTP tersebut menggambarkan

kebersediaan responden dalam membayar iuran untuk perawatan sistem

pengolahan limbah cair tahu menjadi biogas. Rata-rata pendapatan pengrajin yang

belum melakukan pengolahan limbah cair tahu menjadi biogas di RT 03/02 dan

RT 04/02 adalah sebesar Rp 1 438 929 (satu juta empat ratus tiga puluh delapan

ribu sembilan ratus dua puluh sembilan rupiah) per bulan. Sehingga iuran WTP

per bulan adalah sekitar 1,4 % dari pendapatan pengrajin per bulan. Dengan kata

lain nilai rataan WTP masih dikatakan rasional. Dugaan nilai rataan responden

dihitung berdasarkan data distribusi WTP responden yang dapat dilihat pada tabel

19 dibawah ini:

Tabel 19. Distribusi Rataan WTP Responden Desa Kalisari WTP (Rp) Frekuensi Frekuensi Relatif Jumlah (Rp)

15 000 9 0,30 4 500

20 000 8 0,27 5 333,33

25 000 12 0,40 10 000

30 000 1 0,03 1 000

Total 30 1 20 833,33

Sumber: Data primer, diolah (2011) 4. Menjumlahkan Data

Nilai total WTP (TWTP) dihitung berdasarkan data distribusi WTP

responden. Perhitungan nilai TWTP dapat dilihat pada Tabel 20 berikut ini.

Page 97: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

84  

Tabel 20. Distribusi Total WTP Responden Desa Kalisari

WTP (Rp) Frekuensi Frekuensi Relatif Populasi Jumlah Total (Rp)

15 000 9 0,30 93,6 1 404 000

20 000 8 0,27 83,2 1 664 000

25 000 12 0,40 124,8 3 120 000

30 000 1 0,03 10,4 312 000

Total 30 1 312 6 500 000

Sumber: Data Primer, diolah (2011)

Total WTP menggambarkan total dari populasi pengrajin tahu yang belum

mengolah limbah cair di Desa Kalisari yaitu sebesar Rp 6 500 000 (enam juta lima

ratus ribu rupiah) per bulan atau Rp 78 000 000 (tujuh puluh delapan juta rupiah)

per tahun. Total WTP ini jika dibandingkan dengan biaya investasi pembangunan

sistem pengolahan limbah menjadi biogas tidak akan mencukupi, namun jika

untuk menutupi biaya operasional dan perawatan biogas masih cukup untuk

setahun, karena biaya perawatan biogas selama ini hanya biaya untuk pembayaran

listrik per bulan sebesar Rp 23 000 (dua puluh tiga ribu rupiah) per bulan dan

upah pengelola sebesar Rp 75 000 (tujuh puluh lima ribu rupiah) per bulan,

sehingga biaya perawatan biogas yang rutin dikeluarkan setiap bulan adalah Rp 98

000 (sembilan puluh delapan ribu rupiah) per bulan. Sehingga total WTP untuk

menutupi biaya perawatan biogas dengan asumsi biaya investasi pembangunan

biogas seluruhnya ditanggung oleh pemerintah masih mencukupi.

Page 98: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

VII. PENUTUP

7.1. Kesimpulan

1. Identifikasi industri tahu meliputi:

Tahapan-tahapan dari proses produksi tahu yaitu tahap pencucian dan

perendaman kedelai, penggilingan, pemasakan, ekstraksi susu kedelai,

penggumpalan, pengendapan, pencetakan, serta pengepresan.

Limbah padat berupa ampas tahu yang diperoleh dari proses

penyaringan bubur kedelai, sedangkan limbah cair tahu diperoleh dari

proses pencucian, perendaman, pemasakan, dan penyaringan.

Limbah padat tahu dari proses produksi tahu diolah kembali menjadi

pakan ternak dan sebagai bahan baku pembuatan keripik ampas tahu,

sedangkan limbah cair tahu diolah kembali menjadi biogas.

Dampak dari limbah tahu yang dibuang ke sungai dapat menyebabkan

masalah seperti gangguang kesehatan, kerusakan lahan pertanian, dan

penurunan produktivitas pertanian

2. Biaya total sebelum internalisasi biaya eksternal per bulan yang diestimasi

adalah sebesar Rp 17 204 708, setelah internalisasi biaya eksternal adalah

sebesar Rp 17 333 345, dan persentase kenaikan biaya produksi setelah

internalisasi biaya eksternal adalah sebesar 1,02%

3. Estimasi biaya eksternal total adalah sebesar Rp 167 999 000 (seratus

enam puluh tujuh juta sembilan ratus sembilan ribu rupiah) dan nilai

manfaat ekonomi total dari internalisasi biaya eksternal adalah sebesar Rp

720 815 772 (tujuh ratus dua puluh juta delapan ratus lima belas ribu tujuh

ratus tujuh puluh dua rupiah). Nilai ekonomi total dari internalisasi biaya

Page 99: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

85  

eksternal adalah sebesar Rp 888 814 772 (delapan ratus delapan puluh

delapan juta delapan ratus empat belas ribu tujuh ratus tujuh puluh dua

rupiah)/tahun

4. Estimasi rata-rata WTP adalah sebesar Rp 250 000/tahun dan total WTP

adalah sebesar Rp 78 000 000/tahun.

7.2. Saran

1. Diperlukan peningkatan kapasitas IPAL agar limbah cair yang masih

terbuang dapat diolah dengan cara menambah jumlah pipa agar dapat

menampung limbah cair sebagai bahan baku untuk biogas dari rumah

pengrajin tahu lain yang limbahnya masih belum tersalurkan

2. Secara teknis perlu ada tambahan alat yang dapat mengontrol limbah cair

yang dibuang dari proses produksi tahu, sehingga kontrol limbah itu

menjadi acuan terhadap besarnya iuran yang harus dibayarkan oleh

pengrajin tahu terhadap jumlah limbah cair yang dihasilkan.

Page 100: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

 

DAFTAR PUSTAKA

Abelson, Peter. 1979. Cost Benefit Analysis and Environmental Problems. England: Saxon House

Anonim. Biogas dari Limbah Tahu. Artikel. Dalam http:/hendrik-perdana.web.id/index.php/artikel/umum/242-biogas-dari-limbah-tahu. Diakses tanggal 26 Desember 2010.

Anonim. 2009. Limbah Tahu Cair menjadi Biogas. Artikel. http://barangdaurulang.blogspot.com/2009/08/limbah-tahu-cair-menjadi-biogas.html 

 

Case KE dan Fair RC. 2005. Prinsip-Prinsip Ekonomi Mikro. Jakarta: Gramedia

Dhewanthi et al. 2007. Panduan Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Kementrian Lingkungan Hidup

Dhahiyat Y dan Partoatmodjo S. 1991. Karakteristik Limbah Cair Pabrik Tahu dan Pengolahan dengan Eceng Gondok. Dalam: Laporan Akhir Tahun LPPM.

Fauzi, Akhmad. 2004. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Teori dan

Aplikasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Folmer, Henk. 2000. Principles of Environment and Resource Economics. USA: Edward Elgar Publishing Limited

Hanley, Nick. 1993. Cost-Benefit Analysis and the Environment. USA: Edward Elgar Publishing Limited

Indrasti NS dan Fauzi AM. 2009. Produksi Bersih. Bogor: IPB Press

Juanda, Bambang. 2009. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. Bogor. IPB Press.

Juarna dan Harmoni A. 2005. “Internalisasi Biaya Eksternal”. Prosiding. Seminar Nasional Pesat 2005. http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=1&ved=0CBIQFjAA&url=http%3A%2F%2Frepository.gunadarma.ac.id%3A8000%2FKommit2004_ekonomi_010_1481.pdf&rct=j&q=internalisasi+biaya+eksternal-juarna+dan+harmoni+&ei=2twUTKuPB823rAeX07GyCA&usg=AFQjCNE5r3ztmzDj4dCftY-w-4SiaNIASKA. Diakses tanggal 1 Mei 2010

Kaswinarni, Fibria. 2007. Kajian Teknis Pengolahan Limbah Padat dan Cair Industri Tahu. Tesis. Semerang: Universitas Diponegoro

Page 101: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

88  

Kosugi Takanobu et al. 2009. Internalization of the External Costs of Global Environmental Damage in an Integrated Assessment Model. Jurnal Energy Policy. No. 37: 2664 – 2678

Mangkoesoebroto Guritno. 2000. Ekonomi Publik. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta

Munksgaard Jesper and Jacob Ramskov. 2002. Effects of Internalising External Costs in a North European Power Market. Jurnal Energy Policy. No. 30: 501 – 510

Rafaj Peter and Socrates Kypreos. 2006. Internalisation of External Cost in the Power Generation Sector: Analysis with Global Multi – regional Markal model. Jurnal Energy Policy. No. 35: 828 - 843

Raliby, Rusdjijat, Rosyidi. Pengolahan Limbah Cair Tahu menjadi Biogas sebagai Bahan Bakar Alternatif pada Industri Pengolahan Tahu. http://www.scribd.com/mobile/documents/search?query=9-Limbah+Tahu+Untuk+Biogas&commit=Search. Diakses tanggal 3 Desember 2010

Ratih. 2009. Biogas dari Limbah Tahu. Artikel. http:/hendrik-perdana.web.id/index.php/artikel/umum/242-biogas-dari-limbah-tahu. Diakses tanggal 26 Desember 2010.

Romli M dan Suprihatin. 2009. Beban Pencemaran Limbah Cair Industri Tahu

dan Analisis Alternatif Strategi Pengolahannya. Jurnal Purifikasi. Vol. 10. No. 2: 141-154. Dalam:http:/iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40422/1/Beban%20Pencemaran%20Limbah%20Cair.pdf. Diakses tanggal 15 Desember 2010.

Sabour SAA. 2005. Quantifying the External Cost of Oil Consumption within the

Context of Sustainable Development. Jurnal Energy Policy. No. 33: 809-813

Sandriati, Devina. 2010. Kajian Pemanfaatan Tanaman Air Eceng Gondok (Eichornia crassipes (Mart) Solms) dan Kimbang (Salvinia molesta) untuk Menurunkan Kadar Nutrien pada Limbah Cair Tahu. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor

Sarwono B dan YP Saragih. 2003. Membuat Aneka Tahu. Jakarta: Penebar Swadaya

Sugiyono, Heriyadi P, dan Andarwulan N. 2005. Rekayasa Proses Pembuatan Tahu Kering dan Formulasi Premix Instan Fungsional. Dalam: Laporan Akhir Penelitian LPPM.

Suhartati Tati dan M Fathorrozi. 2003. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: Salemba Empat

Page 102: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

89  

Suparmoko M. 2000. Ekonomika Lingkungan. Yogyakarta: BPFE

Natalia. 2008. Analisis Internalisasi Biaya Pengolahan Limbah (Studi Kasus Sentra Industri Tempe di Desa Citeureup, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor) (Skripsi). Bogor: Institut Pertanian Bogor

Tim Produksi Bersih dan Efisiensi Teknologi Pusat Teknologi Lingkungan. 2011. Penerapan Teknologi Pengolahan Limbah Tahu. Bahan Presentasi. Kementrian Riset dan Teknologi

Wardhana WA. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi Yogyakarta

Zhang Qingy et al. 2007. External Cost from Electricity Generation of China up to 2030 in Energy and Abatement Scenarios. Jurnal Energy Policy. No. 35: 4295-4304

Page 103: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LAMPIRAN

Page 104: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

91  

Lampiran 1. Penghematan Bahan Bakar/Bulan

Rumah tangga

Penggunaan elpiji/minyak tanah Penghematan

bahan bakar (Rp) Sebelum

pengolahan limbah (Rp)

Setelah pengolahan limbah (Rp)

1 51 000 0 51 000 2 68 000 0 68 000 3 480 000 0 480 000 4 68 000 0 68 000 5 34 000 0 34 000 6 51 000 0 51 000 7 68 000 0 68 000 8 34 000 0 34 000 9 51 000 0 51 000 10 51 000 34.000,00 17 000 11 255 000 0 255 000 12 51 000 0 51 000 13 51 000 0 51 000 14 51 000 0 51 000 15 51 000 0 51 000 16 51 000 0 51 000 17 51 000 0 51 000 18 51 000 0 51 000 19 51 000 0 51 000 20 68 000 0 68 000 21 120 000 0 120 000 22 68 000 51.000,00 17 000 23 51000 0 51 000 24 480 000 0 480 000 25 68 000 0 68 000 26 68 000 0 68 000 27 34 000 17.000,00 17 000 28 102 000 0 102 000 29 68 000 0 68 000 30 34 000 0 34 000

Total 2 678 000 Rata-rata 89 266

Sumber: Data primer, 2011 (diolah)

Page 105: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

92  

Lampiran 2. Penerimaan Penjualan Ampas Tahu untuk Pakan Ternak/Bulan

Rumah tangga

Jumlah kedelai yang digunakan (kg)

Penerimaan penjualan ampas tahu (Rp)

1 35 750 000 2 20 600 000 3 20 300 000 4 20 450 000 5 40 630 000 6 40 150 000 7 40 300 000 8 40 300 000 9 40 112 500 10 50 300 000 11 35 300 000 12 24 300 000 13 40 450 000 14 62 360 000 15 30 225 000 16 25 300 000 17 36 270 000 18 25 150 000 19 30 300 000 20 30 200 000 21 30 100 000 22 30 225 000 23 50 1 200 000 24 16 300 000 25 50 300 000 26 25 750 000 27 24 300 000 28 18 150 000 29 30 210 000 30 50 300 000 31 39 200 000 32 40 900 000 33 180 3 000 000 34 25 187 500 35 70 525 000 36 20 540 000 37 36 150 000 38 40 180 000 39 50 750 000 40 60 750 000 41 80 600 000 42 30 240 000 43 20 150 000 44 30 600 000

Page 106: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

93  

45 50 900 000 46 20 450 000 47 27 300 000 48 35 300 000 49 30 225 000 50 40 300 000 51 20 150 000 52 50 450 000 53 40 300 00054 40 450 000 55 40 300 000 56 40 210 000 57 20 210 000 58 100 1 200 000 59 150 1 200 000 60 50 600 000

Total 26 900 000 Sumber: Data Primer, 2011 (diolah)

Lampiran 3. Dokumentasi

Gambar 1. Ampas tahu

Page 107: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

94  

Gambar 2. Bubur Kedelai

Gambar 3. Limbah Cair Tahu

Page 108: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

95  

Gambar 3. Instalasi Pengolahan Limbah Cair

Page 109: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

   

 

   

 

 

Gambar 3. Alur Kerangka Pemikiran Operasional

Kedelai Proses produksi tahu

Limbah padat tahu

Tahu

Konsumen

Limbah cair tahu

Dibuang ke sungai/wilayah perairan lain

Belum adanya sistem pengolahan limbah

Pencemaran wilayah perairan

Kurangnya pengetahuan tentang pengolahan limbah

Biaya pengolahan limbah yang mahal

eksternalitas

Biaya eksternal Pengolahan limbah sistem biogas

Perhitungan total biaya produksi sebelum dan sesudah internalisasi (metode biaya produksi)

Analisis willingness to pay

Aanalisis internalisasi biaya eksternal

Perhitungan total biaya eksternal dan manfaat ekonomi internalisasi biaya eksternal

Ampas tahu

Mendeskripsikan profil industri tahu dikaji dari aspoek proses pembuatan tahu, jenis dan karakteristik limbah tahu, dan teknologi pengolahan limbah tahu.

Page 110: Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu ... · sekuder yang bersumber dari kuesioner, hasil wawancara, dan RPJM desa. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode